Redemptus
SURVIVING SYDNEY A TRUE STORY
Penerbit SW Publishing
SURVIVING SYDNEY Oleh: Redemptus Copyright © 2014 by Redemptus
Penerbit SW Publishing
Desain Sampul: Redemptus
Diterbitkan melalui: www.nulisbuku.com
2
Ucapan Terimakasih: I hereby would like to express my utmost gratitude to The Almighty for my very existence and the precious opportunity to share my cup of tea with the universe. I would like to thank my parents: my late beloved father and the greatest mother anyone can expect to have. Thank you also to the rest of my family their love and support. Many thanks to all the contributors, who agreed to took their valuable time sharing their “Australian Experience” story. Last but not least, thank you to all the people behind the scene, some I don’t even get to know personally, who make the journey in this book possible. Especially to those that I do know up close and personal, who were my big help and supporters in surviving Sydney, a city so beautiful yet can be so unmerciful.
3
DAFTAR ISI
3
Ucapan Terimakasih
4
Daftar Isi
5
Why Sydney?
39
Work ‘Til You Drop
169
When it Rains in the City
227
The Anthology of Oz Packers
249
Last Piece of Advice
251
Tentang Penulis
4
Why Sydney? “If Paris is a city of lights, Sydney is the city of fireworks.” Baz Luhrmann Banyak orang punya impian untuk bisa traveling atau bahkan merasakan tinggal di luar negeri. Keluar dari lingkungan lokal yang familiar tapi bisa menjadi membosankan dan menjelajahi tempattempat baru yang asing tapi menyimpan daya tarik tersendiri. Melihat pemandangan dan merasakan pengalaman yang berbeda. Ada yang terinspirasi dari film, buku, majalah ataupun cerita pengalaman para traveler yang telah menjadi trendsetter aktifitas berpetualang ke negara lain. Saya termasuk salah satu dari orang-orang seperti itu. Sebagian inspirasi saya bersumber dari film-film yang pernah saya tonton, melihat indahnya pemandangan dan megahnya Amerika, betapa romantis dan klasiknya Eropa, uniknya 5
Australia, safarinya Afrika dan eksotisnya Asia. Saya memang seorang movie fanatic, yang kalau mau sedikit didramatisir, tidak bisa hidup tanpa film. Dari film saya bisa melihat pemandangan tempat-tempat yang belum pernah saya datangi secara fisik, melintasi batasan ruang dan waktu ketika membayangkan berada di tempat-tempat tersebut. Bahkan di film-film bertema perang sekalipun seperti miniseri Band of Brothers, yang berlatar Perang Dunia Kedua di Eropa misalnya, saya sangat bisa mengapresiasi keindahan Austria. Apalagi melalui film-film drama yang berlatar di tempat-tempat picturesque seperti pulau-pulau di Yunani yang menjadi setting film Mamma Mia! Tak usah dibahas lagi kalau filmnya berlatar di Paris, sampai ada istilah kalau kota tersebut adalah kota paling romantis di dunia. Daya tarik ‘the city of lights’ yang tinggi pastinya menjadi salah satu faktor Perancis menempati peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kedatangan 6
turis terbesar sebanyak 83 juta di tahun 2012, menurut
UNWTO
(United
Nations
World
Tourism Organization). Dan yang jelas, New Zealand langsung masuk daftar “101 Places To Visit Before You Die” sebagai tempat yang harus dikunjungi, sehabis menonton trilogi The Lord of
The Rings yang mengambil gambar di sana. Faktor lain yang mempengaruhi adalah buku dan majalah tentang perjalanan wisata yang pernah saya baca. Sewaktu SD, saya punya seorang teman yang orang tuanya membuka usaha biro perjalanan. Teman saya tersebut sering membawa travel magazine ke sekolah. Saya sering terpana melihat foto pemandangan destinasi wisata di luar negeri yang ada di dalam majalah-majalah tersebut. Cerita teman-teman yang pergi ke luar negeri waktu liburan pastinya juga ikut membentuk impian traveling saya. Waktu SMP, pelajaran favorit saya adalah Geografi, terutama bagian tentang informasi 7
negara-negara di dunia. Dunia ini memang tidak hanya
selebar
daun
kelor,
dan
perbedaan-
perbedaan yang ada di antara semua negara sungguh suatu variasi yang luar biasa. Begitu beragam dan berwarna. Mulai dari bahasa yang berbeda, budaya, mata uang, lagu kebangsaan, bendera, perbedaan karakteristik fisik dan lain-lain. Jadi ketika akhirnya mendapat kesempatan untuk mencari pengalaman ke Sydney, Australia, I can’t tell you how excited I am! Meskipun jujur saja, waktu itu bagi saya daya tarik Australia masih dibawah Amerika dan Eropa, tapi saya tetap sangat senang bisa dapat kesempatan “mencicipi” negara dengan western culture nya yang pastinya sangat berbeda dengan Asia. But why Sydney? Kenapa bukan Melbourne, Perth, Brisbane, Adelaide atau bahkan Darwin? Sorry, gak ada alasan yang inspirasional dan dramatis di sini. Berhubung saya masuk ke Australia dengan student visa, dan agen pendidikan 8
yang saya pakai mayoritas melayani jalur ke Sydney, so Opera House here I come! Sebelum berangkat, saya tidak banyak mencari tahu tentang kota yang akan saya kunjungi ini. Satu-satunya riset yang saya lakukan adalah menonton film Australia nya Nicole Kidman dan Hugh Jackman Just kidding... Saya juga menyempatkan diri untuk membaca buku Work
Your Way Around the World yang memotivasi saya untuk membulatkan tekad menjajal Australia. (Catatan: tidak disarankan untuk membawa buku ini didalam backpack kamu, soalnya kalau karena satu dan lain hal dilihat oleh petugas imigrasi Australia, kamu akan dikira murni datang untuk mencari kerja dan berpotensi menjadi illegal worker atau imigran
gelap.
Apalagi
sekarang sikap
pemerintah Australia tentang hal ini sangat tegas) Dan setelah merasakan tinggal selama lebih dari setahun di Sydney, saya bisa katakan dengan 9
pasti...it must be one of the best cities in the world! Penghuni kota yang multinasional, tata kota yang rapi dan bersih, taman-tamannya yang hijau dan asri, suhu dan cuacanya yang secara umum tidak ekstrim, pantai-pantai untuk melakukan coastal walk yang tak terlupakan, udara bersih dan langitnya yang biru, event istimewa yang terjadi sepanjang tahun, dan masih banyak lagi. Sebagai salah satu kota metropolitan utama di dunia, Sydney menurut saya tidak terlalu hiruk pikuk, penuh sesak dan kurang bersahabat seperti Jakarta. Maklum, jumlah penduduk Sydney yang sekitar 4.6 juta kurang dari setengahnya Jakarta. Sedangkan kalau dilihat dari ukuran wilayahnya, luas Sydney adalah sekitar 1.687 kilometer persegi, dan Jakarta sekitar 650.40 kilometer persegi. Jadi, ukuran Sydney secara geografis lebih dari dua kali Jakarta, tapi jumlah penduduknya jauh lebih sedikit. It’s a spacious city indeed! 10
Salah satu pengajar saya di college pernah bilang, faktor luasnya Australia secara geografis dengan penduduknya yang tidak padat merupakan salah satu penyebab mengapa kerusuhan dan konflik antar individu maupun kelompok jarang terjadi. “Australia is big enough for everyone”. Saya tidak tahu apakah pernyataan tersebut valid atau tidak, tapi yang jelas, selama tinggal di sana saya memang tidak pernah melihat orang gontokgontokan karena berebut tempat duduk di bis, kereta ataupun di restoran Budaya ngantri juga berjalan cukup efektif di sini. Saya tidak bilang bahwa hal-hal seperti ini tidak terjadi, tapi yang pasti tidak sering. Yang biasa menjadi bahan cemoohan justru warga keturunan Asia yang kadang-kadang suka menyerobot dan melanggar aturan. Nah, yang menarik, ada teori lain yang bilang kalau karakter orang Asia seperti ini karena kebiasaan di negeri asalnya yang punya budaya “siapa cepat dia dapat” 11
atau adanya mentalitas kekurangan (lack mentality) karena jumlah penduduk di benua ini yang banyak dan keterbatasan sumber daya. Apakah ini berarti pernyataan dosen saya benar? Hehe…Maybe, I’m not sure. Anyway…enough about the human nature theory. Tapi ternyata affection saya terhadap Sydney ini bukan cuma sekedar emosi subjektif. Menurut Mercer Quality of Living Report edisi tahun 2010, Sydney berada di urutan ke-10 daftar kotakota terbaik di dunia dari segi kualitas hidup. Mercer merupakan perusahaan konsultan penyedia jasa human resource intelligence yang berskala global. Yang menjadi faktor-faktor penilaian quality of living atau kualitas hidup ini antara lain: faktor lingkungan politik dan sosial, ekonomi, lingkungan sosial budaya, sarana medis dan kesehatan, sarana sekolah dan pendidikan, lingkungan hidup dan alam, sarana jasa publik dan transportasi, rekreasi, barang konsumsi dan perumahan. Bisa dilihat bahwa riset ini komprehensif dan mendalam. 12
Faktor-faktor ini pula yang menyebabkan rata-rata usia harapan hidup penduduk kota Sydney bisa mencapai 80 tahun. Jadi sangat tidak heran kalau manusiamanusia dari seluruh dunia berbondong-bondong datang ke Sydney atau Australia pada umumnya, termasuk dari Indonesia! Kalau dulu yang terkenal sebagai land of opportunity adalah Amerika Serikat, saat ini mungkin Australia yang berhak memegang gelar tersebut. Ketika AS dilanda resesi, ekonomi Australia relatif stabil. Jadi istilah “Chasing the American Dream” juga mungkin harus diganti menjadi “Chasing the Australian Dream” Perjuangan mengejar impian Australia ini memang beraneka ragam dan menurut saya pantas ditulis menjadi sebuah buku tersendiri. Bayangkan saja, ada seorang kenalan asal Hungaria yang harus berjuang selama delapan tahun untuk memperoleh status sebagai Permanent Resident (PR) Australia. Kenalan tersebut merupakan teman seperjalanan 13
waktu mengikuti tour ke ibukota Australia, Canberra. Dan waktu itu dia merayakannya dengan memakai setelan tuxedo ketika memasuki gedung parlemen Australia. Quite classy! Ada kenalan lain yang relatif mudah mendapatkan
status
PR
pendidikannya
yang
tinggi
karena di
kualifikasi
bidang
yang
dibutuhkan pemerintah Australia. Teman lain memperoleh sponsorship untuk aplikasi PR ini dari restoran tempat dia bekerja, yang tentunya ada syarat-syarat yang harus dipenuhi seperti terikat kontrak kerja selama sekian tahun dan sebagainya. To top it all, kisah yang menurut saya paling menarik dan sedikit kontroversial, adalah teman baik saya asal Chile yang mendapatkan status warga negara dengan cara “terpaksa” menikahi seorang wanita Australia. Pernah nonton The Proposal nya Sandra Bullock dan Ryan Reynolds? Kurang lebih seperti itulah kisahnya. Cerita teman saya ini membuktikan bahwa terkadang orang memang bisa 14
melakukan apa saja untuk mendapatkan hal yang mereka inginkan. Kinda scary, but it’s the reality of life. Kisah-kisah seperti ini juga umum terjadi di Amerika. Tapi mendapatkan status PR hanyalah salah satu motif diantara sekian banyak motif lain yang mendorong orang datang ke Sydney. Ada yang motivasinya hanya untuk mencari kerja dengan kompensasi
dollar,
mengumpulkan
modal
sebanyak-banyaknya untuk kemudian kembali ke negara asalnya, membuka usaha dan lain-lain. Ada juga yang tujuannya mengumpulkan uang hanya untuk modal traveling ke destinasi berikutnya, yang banyak dilakukan oleh para traveler dan backpacker. Para pelajar dari seluruh dunia banyak yang datang ke Sydney dengan tujuan untuk menempuh pendidikan perguruan tinggi di University of Sydney atau University of New South Wales (UNSW) yang cukup punya reputasi. Australia memang salah satu tujuan kuliah yang populer. 15
Saya pernah membaca kisah seorang pelajar asal Cina yang kuliah di Sydney. Menurut dia, Australia atau Sydney khususnya, menjadi pilihan karena kuliah di Inggris terlalu mahal, di Amerika terlalu banyak senjata dijual bebas, dan di Canada terlalu dingin. Saya yakin banyak orang yang beralasan sama. Jadi jangan heran kalau pada saat kamu ke Sydney, akan banyak melihat warga keturunan Asia yang berasal dari Cina, Hongkong, Taiwan,
Korea,
Jepang,
Vietnam,
Thailand,
Malaysia, Indonesia, Filipina, Nepal, Bangladesh, India dan negara-negara lainnya. Lokasi Australia yang secara geografis cukup dekat dengan Asia pastinya juga menjadi salah satu faktor penyebab. Ketika
pertama
kali
berjalan-jalan
di
downtown Sydney, saya sampai bertanya-tanya dalam hati…saya tidak salah naik pesawat dan nyasar kan? Kok seperti jalan-jalan di Singapura? Asians everywhere! Tapi dengan berjalannya waktu, saya jadi terbiasa dan malah enjoy dengan lingkungan yang 16
seperti itu. Tapi kalau kamu berjalan-jalan di pusat kota pada saat jam kerja di pagi hari ataupun di waktu lunch break siang hari, kamu akan melihat para bule pekerja kantoran yang tampang dan penampilannya menurut saya (ingat, ini menurut saya lho ya) lebih keren dari bintang-bintang film Hollywood! Kata orang bijak kan “Beauty is on the eyes of the beholder”, jadi sesuatu itu cantik atau tidak, tergantung mata orang yang melihatnya Yang jelas pendapat subjektif saya ini sedikit banyak tercemar oleh fakta bahwa orang-orang Australia telah berhasil merebut tempat pertama dari tangan orang Amerika dalam hal obesitas! Dari balik kaca mata saya yang minus sih, tidak terlalu sering melihat orang-orang “lebar” di Sydney. Tapi saya pernah sih sekali waktu bekerja freelance untuk seorang Boss yang super obesitas dan punya berat badan 170 kg (pengakuan dari mulut beliau sendiri) dan bidang usahanya layanan jasa kebugaran… 17
Jadi kalau kamu belum punya pengalaman ke luar negeri, jangan khawatir, Sydney tidak terlalu menakutkan. Dari waktu ke waktu, kamu akan berpapasan
dengan
orang-orang
Asia
yang
bercakap-cakap dalam bahasa Indonesia. Bisa jadi mereka ini orang Indonesia yang sudah tinggal di Sydney, turis, atau sesama pejuang seperti Anda Mungkin kamu bilang, “Masa pergi jauh-jauh hanya untuk berkutat dengan orang sekampung?” Fine, di Sydney kamu dapat kesempatan untuk berteman dan bersosialisasi dengan orang-orang dari negara lain yang pastinya akan membuat pengalaman hidup kamu semakin kaya dan berwarna. Ada seorang teman sekampung yang pernah sukses menjalin hubungan atau bahasa Facebook nya “In a relationship” dengan cewek Jepang. If there is a will, there is a way Saya sendiri sangat senang selama di sana mendapat kesempatan berteman dengan teman18
teman dari Chile, Brazil, Italia, Perancis, Slovakia, Hungaria, Nepal, India, Vietnam, Thailand dan juga dari Australia sendiri yang merupakan pengalaman berharga. Tapi jangan tutup pintu untuk orang sekampung dulu, karena ada diantara mereka, seperti bekas rekan-rekan kerja saya waktu di sana yang merupakan ABI alias Australian Born Indonesian. Sorry kalau agak sedikit maksa Mereka ini anak-anak Indonesia yang lahir dan besar di Sydney, dan hanya bisa sedikit (atau tidak sama sekali) berbahasa Indonesia. So what? So you can practice your English with them! Di tahun 2010 yang lalu, Sydney dipilih oleh FIFA menjadi salah satu kota di dunia yang menjadi tempat FIFA Fanfest untuk Piala Dunia 2010. Festival meriah yang diadakan di dermaga beken Darling Harbor ini sangat menarik karena negara-negara yang bertanding selalu didukung oleh
fans-fans
sepakbola
di
Sydney,
yang
kebanyakan merupakan warga asal negara tersebut 19
yang berada di Sydney. ketika Brazil bertanding, para pendukung tim Samba akan ramai-ramai berkumpul di tempat tersebut untuk menonton pertandingan, lengkap dengan
segala pernak
perniknya. Hal yang sama berlaku juga untuk negara-negara lain. Unforgettable experience… Di
Sydney,
kamu
juga
bisa
dapat
kesempatan nonton konser penyanyi atau band favorit kamu. Saya pribadi pernah menonton LIVE konsernya Linkin Park, dan mengintip konsernya Bon Jovi dan Akon. Ngintip? Yes, Sir. Soalnya waktu itu saya sebenarnya sedang bekerja di stadion tempat mereka mengadakan konser Di tahun 2010 yang lalu juga, salah satu tokoh wanita paling terkenal di dunia, Oprah Winfrey juga sempat mengunjungi Opera House. Belum lagi seabrek artis lain seperti U2, Britney Spears, Justin Bieber, dan yang dari Asia seperti Jay Chow, Andy Lau, yang pernah singgah ke Sydney untuk konser, promo dan lain sebagainya. 20
Kalau kamu suka alam dan lingkungan yang asri dan hijau, kamu pasti akan suka Sydney. Ada cukup banyak taman kota yang bisa kamu kunjungi untuk piknik, baca buku, belajar, ngumpul ataupun sekedar untuk sightseeing, relaxing and refreshing. Yang paling terkenal dan letaknya di pusat kota adalah Hyde Park, taman favorit saya. Di waktu normal taman ini biasa menjadi tempat nongkrong warga Sydney untuk kegiatan-kegiatan seperti yang sudah saya sampaikan di atas. Dari waktu ke waktu, taman ini juga menjadi tempat pameran karya seni, bazaar makanan, dan tempat untuk acara-acara rutin yang menjadi agenda pemerintah kota Sydney. Taman lain yang cukup familiar untuk saya adalah Moore Park, yang sempat menjadi tempat tongkrongan favorit. Bukan untuk iseng, sekedar menghabiskan waktu atau karena kurang kerjaan, tapi karena dalam rangka bekerja Taman lainnya lagi yang cukup berkesan, adalah Centennial Park. Di taman ini, kalau kamu berjalan-jalan di sore hari 21
yang cerah, kamu akan bisa cuci mata melihat Sydneysiders (sebutan untuk penghuni Sydney) jogging, naik sepeda dan bahkan berkuda. Di saatsaat seperti inilah, ketika daun-daun pohon yang hijau terlihat keemasan diterpa cahaya matahari sore, dan hembusan angin sepoi-sepoi di bawah langit yang biru, kamu bisa melihat indahnya Sydney dan merasakan quality of living nya. Atau kalau kamu adalah tipe anak pantai, yang menemukan nyala hidup di tepi laut, Sydney adalah kota kamu. Kalau sedang bosan atau libur, bisa ke pantai untuk berenang atau sekedar nongkrong. Pilihan pantai yang bisa kamu kunjungi cukup banyak, mulai dari yang paling terkenal seperti Bondi Beach, Coogee Beach atau yang agak jauh letaknya seperti Manly Beach. Kamu akan melihat bahwa pantai adalah hidup orang Australia! Kalau lapar setelah beraktifitas, susuri saja deretan café dan resto yang jumlahnya cukup banyak di dekat pantai. Makan sambil menikmati 22
suasana pantai dijamin akan memberikan kesan tersendiri. Saya pernah berbicara dengan seorang traveler asal Inggris yang bekerja di Sydney, dan menurut dia, lifestyle seperti ini tidak dimilikinya ketika tinggal di London. Satu hal yang ditawarkan Australia, dalam hal ini Sydney adalah lifestyle yang mungkin tidak ditemukan di kota atau negara lain. Rekan traveler lain asal Swiss seakan terbius oleh keindahan pantai Australia, soalnya di Swiss tidak ada pantai! Swiss adalah salah satu negara terbaik di dunia, dan kota-kota seperti Geneva dan Zurich adalah langganan tiga besar kota terbaik di dunia menurut Mercer. Tapi ironisnya negara ini tidak memiliki pantai dan laut! Khusus untuk hal yang satu ini, dibandingkan dengan Indonesia pun kalah! (jadi paling tidak, negara kita tidak melulu kalah dibanding negara lain ) Hal ini memang resiko atau nasib buruk yang dimiliki beberapa negara di Eropa yang letaknya ditengah-tengah benua atau terjepit di antara negara-negara lain. 23
Bagi mereka, untuk melihat laut saja harus ke luar negeri! Dan cuaca kota-kota di benua ini yang bisa sangat dingin waktu winter, tidak seperti cuaca Sydney yang mild atau tidak ekstrim. Ngomong-ngomong soal cuaca, hal ini juga menjadi salah satu faktor orang melirik Sydney. Kalau Melbourne sering diejek sebagai kota dengan empat musim dalam sehari (yang pernah saya alami sendiri), cuaca Sydney umumnya cukup bersahabat. Di musim dingin pun suhunya tidak terlalu ekstrim, tidak sampai minus atau di bawah nol derajat. Di waktu subuh yang paling dingin pun, paling suhu mencapai 4 derajat. Untuk kita yang berasal dari negara yang cuacanya panas, awalnya memang butuh sedikit penyesuaian, tapi tidak sampai mimisan atau sampai tidak bisa keluar rumah karena badai salju. Kalau mau merasakan salju, kamu harus pergi ke daerah pegunungan di Snowy Mountains. No snow in the city folks. No white Christmas too unfortunately… 24
Tapi justru inilah salah satu daya tariknya. Seorang guru yang berasal dari negara tetangga New Zealand saja sampai memutuskan untuk hijrah ke Sydney karena alasan cuaca ini. Baginya New Zealand masih terlalu dingin, padahal beliau lahir dan besar di sana! So far so good? Apakah saya cukup sukses “menjual” Sydney sejauh ini? Kalau belum, risetnya Mercer yang cukup mendalam dan menyeluruh harusnya bisa menjadi bukti otentik. Ok, setelah bicara panjang lebar tentang kelebihan Sydney, tentunya hanya akan fair kalau kita juga membahas kekurangannya. Iya dong, sama seperti semua tempat di dunia ini, Sydney juga punya sisi “gelapnya”. Kalau tidak, namanya bukan Sydney lagi, tapi Utopia (Utopia=negeri yang ideal). Meskipun bagi saya pribadi kota ini mendekati ideal, tetap saja ada sisi yang membuat kota ini manusiawi. Lagipula, kalau terlalu ideal bisa jadi menakutkan. 25
Pernah nonton film Pleasantville nya Toby Maguire? Semua hal yang ada di kota Pleasantville ideal, saking idealnya, semua bola basket yang dishoot oleh para pemain basket di sini masuk tanpa terkecuali! Perfect is lifeless and boring! So, apa sih kekurangan Sydney? One word: MAHAL. That’s right, kasus klasik kota-kota metropolitan di dunia. Penduduk lokal saja sampai mengeluh soal ini. biaya hidup mahal, harga barang-barang mahal, harga sewa rumah atau toko mahal, dan hal-hal mahal lainnya. Di café tempat saya pernah bekerja, satu cangkir orange juice harganya $9! (Rp 90.000, asumsi 1AU$=Rp 10.000). Customer yang beli sampai nyeletuk: “This is the last time I’m coming here...” Tiket nonton di bioskop kurang lebih $10, kurang kalau kamu beli pakai kartu pelajar, lebih kalau kamu nonton show yang 3D atau di bioskop layar ekstra lebar Vmax. Harga tiket untuk tayangan 3D di layar Vmax ini malah bisa mencapai $20! 26
Bagaimana dengan makan? Same old same old. Sama saja. Makan di food court saja bisa habis $10 sekali makan! So, adakah harapan untuk kita yang berkantong pas-pasan? Seperti kata pepatah, where there is a will, there is a way. Dimana ada kemauan, pasti ada jalan. Dengan sedikit eksplorasi dan belajar dari mereka yang sudah tinggal lebih lama di sana, kamu akan menemukan cara untuk berhemat. Makan Banyak yang mahal tidak berarti semuanya mahal. Di food court tertentu, seperti Dixon yang berlokasi di Chinatown, kamu bisa menemukan menu seharga $5. Menu ini berupa masakan tahu dengan paprika, plus nasi tanpa daging. Iyalah, masa hanya dengan $5 berharap dapat full steak dinner? Atau, bisa juga beli snack box KFC seharga $3. Dengan bekal nasi di rumah, cukup mengenyangkan perut. Tapi jangan terlalu sering, apalagi dalam jangka panjang! Fried chicken + French fries everyday = suicide. 27
Mau lebih murah lagi? Masak sendiri! Gak bisa masak? Sama dengan saya dulu. Tapi kalau mau belajar, dijamin pasti bisa. Bukan menu bintang lima pastinya, tapi murah dan sehat. Kalau disiasati, $10 yang kalau di food court cuma dapat sekali makan, bisa untuk 3 hari dengan membeli bahan-bahan masakan di Paddy’s Market! Atau kalau kamu gak doyan desak-desakan di wet market atau pasar tradisional, belanja di supermarket modern seperti Woolworths atau Coles tetap saja cukup murah. Apalagi kalau kebetulan lagi ada promo di tempat-tempat tersebut. Kalau kamu jenis carnivora yang tak bisa hidup tanpa daging dan makannya daging melulu, well…pastinya lebih mahal. Anggap saja ini kesempatan buat kamu untuk belajar makan diet yang lebih sehat Tapi di saat kamu sudah punya pekerjaan part time dengan bayaran dan frekuensi kerja yang lumayan dalam seminggu, soal makan tidak akan terlalu menjadi masalah lagi. 28
Paling tidak dari waktu ke waktu kamu bisa mentraktir diri wisata kuliner ke fancy restaurants di Sydney yang jumlahnya cukup banyak. Hiburan Kepingin nonton di bioskop? Di salah satu jaringan bioskop terbesar di Sydney, Event Cinemas, ada program nonton murah khusus buat pelajar yang namanya Student Monday. Harga tiket sekitar $8 untuk standard show (non 3D). dengan catatan kamu tidak membeli segala macam snack dan minuman, karena harganya mahal. Mau lebih murah lagi, sewa saja DVD untuk ditonton ramairamai dengan teman. (P.S. If you think I’m gonna suggest anything illegal in this book, think again mate) Untuk rekreasi yang lain, ke pantai atau taman gratis kok, cukup keluar uang transport. Ada sebuah taman besar yang sangat ideal untuk piknik yakni Botanical Garden yang bisa kamu capai dengan berjalan kaki dari area city atau pusat kota 29
Sydney. Selain jalan kaki yang menyehatkan secara fisik, relaksasi di taman ini juga dijamin akan menyehatkan jiwa. Atau, coba cari saja di Google tempattempat atraksi wisata atau event gratis yang tidak memungut biaya masuk di Sydney. Memangnya ada yang gratis di kota semahal Sydney? Ada! You just need to be creative! Saya pribadi pernah naik ferry untuk
mengunjungi
pameran
karya
seni
kontemporer di Cockatoo Island, sebuah pulau kecil di area Sydney yang dulunya merupakan kompleks penjara, gratis! Transportasi Untuk menghemat, kamu bisa membeli tiket Travel Ten untuk sepuluh kali perjalanan, baik untuk train maupun bus. Atau, kamu bisa meniru yang dilakukan teman saya yang asal Brazil, beli sepeda. Keluar biaya cukup besar di awal, tapi akhirnya hemat
dan
sehat
lagi.
Tentu
saja
dengan 30
pertimbangan jarak yang kamu tempuh tidak terlalu jauh.
Dengan
usaha
dan
didukung
faktor
keberuntungan, kamu bisa saja bekerja di tempat yang letaknya tidak jauh dari tempat tinggal kamu. Jadi kamu tinggal jalan kaki ke sekolah atau tempat kerja, yang pastinya bisa menghemat banyak, karena biaya transport di Sydney tidak murah. So, masukkan ke ‘To Do List’ kamu, incar sekolah atau tempat kerja yang di dekat tempat tinggal kamu nantinya. Tanpa saya beritahu pun, secara naluriah kamu pasti melakukan hal ini. Kalau bisa hemat, kenapa mesti boros, right? Akomodasi Filosofi yang dianut hampir semua pendatang ke Sydney
untuk
Maksudnya,
hal
ini
ramai-ramai
adalah: tinggal
keroyokan! dalam
satu
apartment yang kadang-kadang bisa mencapai kurang lebih 10 orang! Aturannya, satu unit apartment dihuni oleh empat orang tenant yang 31
namanya secara resmi terdaftar sebagai penyewa yang diketahui oleh owner atau pihak manajemen apartment. Masing-masing orang tersebut akan diberikan kunci dan swipe key untuk akses masuk apartment. Tapi kenyataannya, satu apartment bisa disesaki oleh 10 orang untuk menghemat biaya. Menurut saya sih pelanggaran ini sebenarnya diketahui
oleh
pemilik
maupun
manajemen
apartment. Tapi selama tidak ada masalah besar yang ditimbulkan, mereka “tutup mata”. Untuk hal yang satu ini, penting bagi kamu untuk memilih flat mate yang kooperatif. Kalau tidak, bisa menjadi mimpi buruk! Masalah sepele seperti kunci pintu saja bisa menjadi penyebab klasik konflik antar penghuni apabila tidak diatur secara baik. Kamu bisa saja membuat duplikat kunci apartment atau bahkan
swipe
key
untuk
memasuki
gedung
apartment nya, tapi biayanya (khususnya swipe key) jelas tidak murah. 32
Medis Faktor lainnya adalah biaya kesehatan. Sebagai pemegang Student Visa, saya memang diwajibkan memiliki asuransi kesehatan. Untungnya selama di sana saya tidak pernah sakit dan sampai harus berobat ke dokter. Biaya kesehatan bisa sangat mahal, so make sure you adopt a healthy lifestyle. Sebagai jaring pengaman, ingat untuk bayar asuransi kesehatan! Jangan sampai uang habis atau bahkan nombok gara-gara hal ini. Telekomunikasi Saran saya, kalau mau hemat, pakailah kartu prabayar. Jangan ikut program pascabayar hanya karena ikut-ikutan atau tergoda handphone keren “gratis”! Wait untill you can really afford it! Ok, so Sydney comes with a price. Is that all? Not quite, unfortunately. Sejarah mencatat, kota ini juga tidak terlepas dari bencana alam seperti banjir bandang, 33
badai hujan es, badai debu dan sebagainya. Tapi yang jelas, bencana seperti banjir misalnya, bukan sesuatu yang rutin terjadi tiap tahun dan sudah menjadi warisan yang “dilestarikan” seperti halnya di Jakarta. Dan selama saya di sana, tidak mengalami bencana alam apapun. Yang mendekati bencana yakni ada satu hari diwaktu musim panas yang hawa panasnya seperti berada di ruang sauna Besoknya, fenomena ini jadi pembicaraan orangorang. Badai debu yang terjadi sehari sebelum saya tiba di Sydney juga menjadi fenomena yang bakal diingat orang sampai kapanpun juga. Dari cerita mereka yang mengalami, langit memerah karena badai debu ini, dan seakan-akan hari itulah ‘the end of days’ alias kiamat. Tapi ternyata kejadian itu tidak seburuk yang disangka. Ketika saya tiba di sana besoknya, semua terlihat normal saja dan tidak terkesan baru terjadi fenomena alam yang luar biasa sehari sebelumnya. 34
Faktor keamanan juga perlu diperhatikan. Lho, bukannya Australia terkenal sangat aman? Iya, secara umum memang begitu. Tapi tingkat kriminalitas rendah jelas tidak sama dengan nol, alias tidak ada sama sekali. Pihak kepolisian sering mengingatkan hal ini, terutama kepada para pelajar asing yang belajar di Australia. Apalagi kalau kamu wanita, sangat tidak disarankan untuk keluyuran sendiri di waktu malam di tempat-tempat yang sepi. Jangan termakan ilusi bahwa Australia itu surga dan semua orang di sana malaikat. Saya sendiri pernah mengalami langsung. Suatu hari yang cerah saya berjalan melewati Hyde Park dan memutuskan untuk istirahat sebentar di bangku taman. Belum lama duduk, saya didekati seorang laki-laki botak yang dari pakaiannya kelihatan seperti orang-orang yang biasa jogging di taman tersebut. Dia datang mendekat sambil ngomong “Do you have two dollars, mate?” layaknya pengemis. Tapi belum sempat saya tolak, dia 35
dengan gerak refleksnya yang sangat cepat, mengambil tas ransel saya yang terletak di bangku, dan langsung kabur!!! Secara refleks juga, saya langung mengejar sambil teriak-teriak (saya lupa apa yang saya teriakkan ). Tapi Dewi Fortuna memang masih berpihak pada saya. Kebetulan saat itu sedang ada shooting video di taman, dan salah seorang crew yang melihat kejadian kejar-kejaran ala film action Hollywood ini langsung bantu mengejar. Nah, Mr. Nice Guy ini larinya lebih cepat dari saya dan perawakannya juga lebih besar. Melihat dikejar dua orang, daripada apes kalau tertangkap, akhirnya si botak yang punya masalah moral ini menjatuhkan tas saya dan kabur. Saya sangat berterima kasih kepada penolong yang sayangnya lupa saya tanya namanya. Kejadian ini membuka mata saya, masih ada orang baik di dunia ini yang bersedia menolong orang asing yang tidak dikenal. Apalagi saya keturunan Asia, dimana sering diisukan adanya perlakuan rasialisme di Australia. 36
Oh ya, ngomong-ngomong soal rasis, hal ini juga salah satu faktor yang membuat orang mendiskreditkan Australia. Tapi selama saya di sana,
tidak
pernah
mengalami
perlakuan
diskriminasi dan rasialis yang signifikan. Memang, ada beberapa kejadian yang cukup heboh seperti warga keturunan India yang menjadi korban kekerasan. Sampai-sampai, waktu pertama kali menginjakkan kaki di Sydney, seorang teman yang sudah cukup lama tinggal di Australia menyambut dengan posting di wall Facebook saya: “Welcome to the Indian basher and football loving nation!” Tapi percaya atau tidak, setelah kejadian seperti itupun, sebuah survey membuktikkan bahwa
warga-warga
keturunan
India
tetap
berpendapat bahwa Australia adalah tempat tinggal yang baik. Salah satu penyumbang pertumbuhan penduduk Australia, yang 75% nya berasal dari kaum imigran, adalah warga asal India. Australia is in a way irresistible, obviously… 37
Intinya, tempat manapun di dunia ini pastinya tidak ada yang sempurna. Ada kelebihan dan kekurangannya. Selama kelebihannya lebih banyak daripada kekurangannya, tempat tersebut layak dipertimbangkan untuk menjadi tempat tujuan, apalagi untuk tinggal dalam jangka waktu yang cukup lama. Sydney,
setidaknya
bagi
saya
pribadi,
meskipun hanya numpang lewat, adalah kota dengan lebih banyak nilai plus daripada minusnya. Sebagai penutup bab ini, saya kutip komentar salah seorang traveler di buku “Work Your Way Around The World”, Louise Fitzgerald, yang membuat saya membulatkan tekad berangkat dan merasakan sendiri ‘The Australian Dream’: “To anybody not sure about going, I’d say, go, you’d be stupid not to. Australia is a wonderful country and the Australians are great people, even if the males do have a tendency to be chauvinists. If you prove to them you’re as good as they are, they tend to like you for it! 38