“Airbnb Be A Host” – based on true story
1
2
Daftar Isi • Semua berawal di kolam renang IKIP Jogja – (5) • Dan tamu pertama akhirnya datang juga – (17) • Bule ternyata kalo makan nasi ga habis – (26) • Saya ga tega lihat orang Jerman itu pucat karena dehidrasi – (33) • Food Consultant dengan gaji ratusan juta rupiah itu justru memilih tinggal di kamar USD10 milik saya – (43) • Tamu ke 100 – (57) • Hanya karena cicak, hunian saya bahkan diancam kena banned – (63) • Kost-kostan ini harus ditutup! – (70) • Airbnb membuat wanita tua ini bisa bertahan hidup – (84)
“Airbnb Be A Host” – based on true story
3
Membaca ebook ini seperti mendengarkan Bima cerita tentang pengalaman serunya di depan Anda sembari menyeruput kopi di sebuah sore yang sejuk. Ini bukan buku tentang motivasi, walaupun pada akhirnya Anda mungkin akan segera mengangguk-anggukan kepada dalam hati lalu, lalu beranjak untuk melakukan yang Bima ceritakan di sini – menyewakan rumah atau ruangan sisa yang Anda punyai di AirBNB. Ini juga bukan buku tentang cara menjadi kaya dalam waktu singkat, walaupun sebagai pengguna AirBNB yang menggunakannya sejak dulu di banyak negara, saya telah menyaksikan bagaimana para host AirBNB benar-benar bisa hidup hanya dari menyewakan rumahnya – dan bahkan bisa keliling dunia dari hasilnya. Bagi saya, ini seperti sinopsis sebuah perjalanan – yang menegaskan bahwa Anda hanya punya 2 pilihan hidup; kerja di perusahaan, atau menjadi pengusaha lalu mempekerjakan orang lain. Ini adalah sebuah kisah yang akan memaparkan pada Anda bahwa kreatifitas dan konsistensi serta passion akan selalu berbuah hasil manis pada akhirnya. Andy Fajar Handika - @TalkinAndy (Founder Makandiantar.com & Kulina.id)
“Airbnb Be A Host” – based on true story
4
Jogja berawan biru, berpenduduk ramah dan juga sopan, berawal dari rindu, berakhir dengan kesan, tidak hanya cerita lama beradu, ternyata kami juga dapat bingkisan. Boma House menjadi pilihan terbaik untuk berteduh dan juga mengukir kenangan. Terima kasih sudah menerima kami, bercerita, berbagi dan memberi inspirasi. Semoga semangat kalian bisa memberkati orang banyak. Saya senang sekali bisa diterima dengan baik di Boma House dan jadi “tamu ke 100” kalian. April & Felix (Tamu ke 100 Boma House)
“Airbnb Be A Host” – based on true story
5
Semua Berawal di Kolam Renang IKIP Jogja Semua cerita tentang airbnb ini berawal dari pertemuan saya dengan seorang teman bernama Andy ketika saya sedang berenang pagi-pagi di kolam renang IKIP Jogja di sekitaran bulan Mei 2013, niat awalnya sih cuma buat bikin perut gendut saya ini jadi lebih rata walo hasil akhirnya tidak semanis niat awal tadi. Andy saya kenal melalui sebuah perkumpulan anak-anak muda yang “Airbnb Be A Host” – based on true story
6
sama-sama sedang jalanin usaha. Singkat cerita laki-laki yang ternyata pemilik beberapa usaha kuliner seperti Foodfezt, Kopi Tiam Oey, Makandiantar.com, dan Kulina.id ini punya jiwa petualang yang sama dengan saya. Kami berdua memang selalu bilang bahwa yang namanya jalan-jalan, memasak, dan mencicipi setiap jajanan mulai dari pinggir jalan hingga café dan restoran adalah sebuah passion yang tidak mungkin tergantikan, walau akhirnya Andy tetap menekuni dunia kuliner sebagai usahanya sedangkan saya memilih untuk motretin “Airbnb Be A Host” – based on true story
7
orang kawinan dengan menjelajah ke berbagai tempat cantik di belahan bumi ini. Saya pernah bilang ke anak muda yang ternyata punya hobi membuatkan bento setiap pagi untuk anaknya bahwa saya punya 10 kamar di rumah warisan almarhum mamah yang saat ini saya pergunakan sebagai kost-kostan murah buat mahasiswi dari beberapa perguruan tinggi yang ada di Jogja, sambil membersihkan kaca mata renangnya yang kemasukan air, Andy bilang ke saya:
“Airbnb Be A Host” – based on true story
8
“Bim….ada lho startup yang lagi ngetrend sekarang ini namanya airbnb, jadi dia itu nyewain kamar-‐kamar nganggur yang dimiliki oleh orang-‐orang dari seluruh dunia, nah seru juga kalo pas kamu motret dimana gitu lah trus cobain pake itu kamar, mungkin sih fasilitasnya ga komplit kaya di hotel tapi bisa bayangin kan serunya tinggal satu rumah sama pemiliknya di sebuah negara?” Seketika itu juga saya jadi punya ide untuk daftarin kamar-kamar nganggur di rumah saya ke airbnb karena sekitar 10 tahun yang lalu saya pernah bilang ke almarhum mamah bahwa: “Airbnb Be A Host” – based on true story
9
“Bisa jadi kamar kost kita ini besok jadi hotel lho Mah, wong kita juga ga pernah tahu besok kost-‐kostan itu masih laku apa nggak” Semenjak ada anak kost yang hamil di rumah walo saya yakin dia sudah hamil sebelum jadi anak kost saya karena saya yang bantu carikan laki-laki yang hamilin anak kost tersebut, saya jadi makin gusar karena ternyata bisnis kamar kost itu penuh dengan resiko, dari mulai biaya sewanya murah (karena kantong saya pas-pasan dan belum kuat bikin kost eksklusif), biaya listriknya tinggi karena pada umumnya anak kost itu lupa matiin lampu kamar mandi, lampu kamar tidur, “Airbnb Be A Host” – based on true story
10
dan matiin AC, sampai tanggung jawab moral kita sebagai pemilik rumah kalokalo anak kost tersebut tertimpa musibah yang salah satunya hamil di luar nikah seperti yang sudah saya ceritakan sebelumnya, intinya sih sudah muak rasanya kelola usaha warisan ini sejak saya masih duduk di bangku SMA. Bertemu dengan Andy rasanya seperti punya ide baru yang lebih fresh, maklum lah dia jatuh bangun usaha sudah lebih banyak dan lebih dulu daripada saya. Yang jelas semenjak Andy cerita tentang airbnb, renang gaya bebas dan gaya katak saya makin kacau karena pengen “Airbnb Be A Host” – based on true story
11
buru-buru pulang ke rumah dan bilang ke istri bahwa ada peluang baru yang bisa kita coba buat mengembangkan usaha kost-kostan yang cashflow-nya sudah mulai berantakan setahun terakhir belakangan. Setelah menyelesaikan target 10x bolak-balik di kolam renang 7 meter saya langsung bergegas bilas, ganti baju, dan nyalakan motor saya untuk pulang ke rumah buat kasih tahu ide ini ke istri di rumah. Sesampainya di rumah saya langsung buka situs airbnb.com dimana situs ini terlihat sangat menyenangkan mulai dari warna-warna cerah yang mereka “Airbnb Be A Host” – based on true story
12
pergunakan hingga tampilan situsnya yang fresh seperti membuat kita para traveler itu merasa nyaman untuk beralih dari yang awalnya menginap di hotel lalu digantikan dengan kamar nganggur yang dimiliki oleh setiap host (pemilik rumah) di setiap kota yang tersebar di seluruh dunia. Proses sign in di airbnb ini tergolong sangat mudah karena hampir sama ketika kita mau daftar akun di media sosial seperti facebook dan twitter hanya saja di sini saya harus upload foto kamar saya serta fasilitas-fasilitas lainnya seperti kamar mandi, dapur, tempat cuci piring, garasi, hingga tampilan rumah “Airbnb Be A Host” – based on true story
13
bagian depan. Yang menjadikan beda bahwa airbnb mengharuskan saya untuk mengirimkan data yang bersifat pribadi seperti paspor, KTP, dan juga foto diri secara langsung yang jika hal-hal ini tidak saya lakukan maka status saya masih tergolong un-verified yang akan berdampak hunian saya belum bisa ditayangkan oleh mereka. Ketika itu saya masih ingat bahwa saya memotret kamar yang akan saya jadikan kamar sewaan hanya dengan menggunakan ponsel tujuannya biar cepat bisa saya upload walaupun dikemudian hari saya akhirnya tahu “Airbnb Be A Host” – based on true story
14
bahwa airbnb bahkan menyediakan jasa pemotretan hunian secara gratis kepada anggotanya yang tersebar di seluruh dunia. Hari demi hari saya lewati hingga terhitung waktu 2 minggu ketika sebuah pesan masuk di chat system yang dimiliki airbnb bahwa ada seorang tamu dari Belgia bernama Julie yang mau menyewa kamar saya selama 4 hari 3 malam, dimana harga permalamnya saya patok di angka USD10 dan artinya saya akan mendapatkan uang sebesar USD29 (dipotong fee airbnb USD1) yang kalau dirupiahkan dengan kurs Rp. 12.500 “Airbnb Be A Host” – based on true story
15
adalah Rp. 362.500, sebuah angka yang sangat besar bagi saya karena selama 4 tahun belakangan ini saya dapatkan uang sebesar itu dari 1 orang anak kost yang memakai hunian kamar dirumah saya untuk tidur, mandi, belajar, parkir motor, bercanda dengan teman sekampus selama 30 hari! Sedangkan dengan uang yang sama saya cuma harus melayani 2 orang tamu Belgia saya tadi selama 3 malam, sebuah pengalaman baru yang membuat saya rasanya sudah seperti pemilik jaringan hotel terkemuka di dunia.
“Airbnb Be A Host” – based on true story
16
“Kami berdua memang selalu bilang bahwa yang namanya jalan-jalan, memasak, dan mencicipi setiap jajanan mulai dari pinggir jalan hingga café dan restoran adalah sebuah passion yang tidak mungkin tergantikan“
“Airbnb Be A Host” – based on true story
17
Dan Tamu Pertama Akhirnya Datang Juga Airbnb punya fitur yang sama dengan yang sering kita jumpai di facebook yaitu chat atau messanger dimana para calon tamu bisa PM (private message) kita dulu sebelum nantinya menginap di rumah kita. Budaya yang diberlakukan di dalam airbnb itu bener-bener sama ketika kita mau numpang tidur di rumah orang (cuma yang ini harus bayar), dengan kata lain kita kulonuwun dulu atau permisi “Airbnb Be A Host” – based on true story
18
dan minta ijin apakah kita diperkenankan menginap di rumah tersebut. Buat beberapa orang yang memang sudah serius menekuni usaha ini, bahkan bisa mengkatifkan fitur “instant booking” dimana memungkinkan para tamu menginap di rumah kita tanpa harus permisi dulu dan inilah yang saya lakukan setahun belakangan ini. Setelah 2 minggu menunggu yang bagi saya inipun waktu yang cukup singkat, akhirnya datang 2 tamu cewek-cewek dari Belgia yang kebetulan nama keduanya sama-sama Julie, mereka datang dari Jakarta menggunakan mobil “Airbnb Be A Host” – based on true story
19
sewaan bareng dengan para tamu lainnya, saya masih ingat waktu mereka datang keadaan di Jogja bener-bener sedang peak season artinya cari transport kereta maupun bis sangat sulit dan akhirnya mobil sewaan inilah yang si kembar Julie pergunakan untuk sampai di rumah saya. Sebelum mereka datang saya juga saling tanya sama istri saya tentang bagaimana caranya check in, bagaimana menyambut mereka, nanti mereka suka apa nggak di rumah kita, dan sebagainya hingga sampai pertanyaan puncak, “ini beneran dapat duit apa nggak ya?”. Saya nggak bisa “Airbnb Be A Host” – based on true story
20
pungkiri bahwa muka saya dan istri bener-bener norak karena saling pandang bahkan sampe mereka masuk ke kamar yang saya sewakan, karena jujur ini pengalaman pertama saya untuk menyewakan kamar secara harian. Kondisinya waktu itu di rumah bagian belakang masih digunakan untuk kostkostan jadi tentu kekhawatiran saya juga semakin bertambah, kira-kira tamu bule saya ini marah nggak ya kalo tau mereka sewa 3 malam seharga 300ribu padahal para anak kost di belakang sana menyewa kamar saya seharga 300ribu untuk 1 bulan. “Airbnb Be A Host” – based on true story
21
Kondisi was-was semacam ini memang sudah berulang kali saya alami, mulai dari kesasar di Hong Kong, ngisi seminar tentang fotografi di Malaysia, dan hal-hal lain yang sekiranya bikin saya stress karena kesan pertama kali-nya tersebut. Pertanyaan lainnya juga mulai timbul di pikiran saya seperti “mereka kita kasih sarapan apa ya?” dan ide pertama yang keluar adalah nasi goreng seperti layaknya saya menginap di hotel budget murah di kota-kota kecil dimana menu nasi goreng selalu jadi primadona. Malam pertama para bule itu menginap akhirnya terlewati sehingga kesan stress “Airbnb Be A Host” – based on true story
22
sudah mulai turun walaupun dalam 1 x 24 jam tersebut sudah lebih dari 5x saya cek akun Paypal saya hanya untuk memastikan apakah benar saya dibayar untuk persewaan kamar ini oleh airbnb. Hingga sekitar pukul 14.00 masuk notifikasi di email yang berbunyi: “Payout sent!” Hi Bima, we’ve issued you a payout of $29 via Paypal. This payout should arrive in your account by … July 2013, taking into consideration weekends and holidays. Langsung girang saya dibuatnya ketika membaca email tersebut dan langsung “Airbnb Be A Host” – based on true story
23
cek ke akun Paypal saya yang selama bertahun-tahun kosong akhirnya terisi saldo sebesar USD29 yang jika saya lihat history-nya memang disebutkan pembayaran dari airbnb. Baru setelah ini saya makin yakin bahwa airbnb adalah salah satu solusi dimana kita bisa mencari uang baik itu memang untuk usaha utama maupun untuk usaha sampingan dan itu jelas lebih baik daripada lihat kamar di rumah kita nganggur dan cuma jadi penginapan buat para laba-laba dan kecoa hitam. Jika anda berpikir kebingungan saya berakhir sampai di sini maka anda salah, “Airbnb Be A Host” – based on true story
24
masih ada pertanyaan berikutnya di otak saya, “ini duit Paypal kalo di withdraw (dicairkan) apa benar bisa sampai ke rekening bank saya di Indonesia ya, dan berapa lama sampainya?” dan satusatunya solusi untuk mengetahui benar atau tidaknya maka mau tidak mau saya harus coba withdraw atau menarik uang di Paypal masuk ke rekening bank saya. Baru tahu juga kalo ternyata Paypal akan memberlakukan charge sebesar Rp. 16.000,- kalau total uang penarikan setelah di kurs rupiah itu kurang dari Rp. 1.600.000,- sampai sekarang juga saya tidak tahu uang Rp. 16.000 itu untuk “Airbnb Be A Host” – based on true story
25
Paypal atau untuk bank dan sudahlah saya memilih ga mau tahu urusan itu karena yang penting uang saya cair dan sampe di rekening!
“Airbnb Be A Host” – based on true story
26
Bule Ternyata Kalo Makan Nasi Ga Habis Jam 5 saya sudah bangun, langsung sholat shubuh dan mulai bergaya jadi chef ternama di hotel abal-abal saya yang bernama Boma House. Saya uleg bawang merah, bawang putih, campur garam lalu sreng…sreng…sreng lalu masukkan nasi putih tambahin garam, kecap, dan sedikit merica hingga tersaji nasi goreng paling cantik (menurut saya) tidak lupa telor ceplok, irisan tomat dan “Airbnb Be A Host” – based on true story
27
timun dan sebelum jam 6 saya sudah letakkan 2 piring nasi goreng tersebut (dengan porsi jumbo standar saya makan) di meja makan. Saya tungguin terus itu nasi goreng takut ada semut dan waktu terus berdetak ….tik..tok…tik…tok dan ga kerasa sudah jam 8 pagi. Sebel juga sih udah bangun pagi-pagi terus masak ditambah udah 2 jam nunggu tapi si tamu belum bangun juga, ini nasi goreng keburu dingin dan baru jam 8.30 pintu kamar Julie kebuka dan dia keluar masih dengan muka bentuk bantal dan dengan senyum dia bilang "Good Morning Bima" dan langsung “Airbnb Be A Host” – based on true story
28
nyelonong masuk kamar mandi buat cuci muka. Selang 2 menit baru dia keluar dan langsung saya datangi dan bilang "Hi Julie I already cooked a nasi goreng for you and I put it on the table" baru deh dia ngeh kalo saya memang lagi nungguin dia dari pagi tadi. Buruburu dia bilang ke temen satu kamarnya buat ajak sarapan dan ga lama kedua Julie ini udah ada di meja makan menyantap nasi goreng andalan saya. Karena saya ga mau ganggu sarapannya dan masih malu juga mau ngomong apa makanya saya tinggal ke dapur buat bersihin kompor dan “Airbnb Be A Host” – based on true story
29
peralatan masak lainnya. 15 menit kemudian saya datangi dia dan langsung sedih karena nasi goreng saya cuma dimakan separo, baru mau saya tanyakan kenapa ga habis saya keduluan dan dia bilang "Thanks Bima, your breakfast was so great but I'm sorry I can't finish it cause it looks to heavy for us, we never had a breakfast as heavy as you serve". Mampus deh!!!! saya baru sadar, bener juga kalo bule katanya ga biasa sarapan berat kaya kita orang Indonesia dimana kita bisa aja makan seporsi nasi goreng perempatan lampu merah dengan porsi jumbo buat sarapan “Airbnb Be A Host” – based on true story
30
pagi. Ya udah deh saya buang semua rasa malu dan saya beranikan tanya menu sarapan apa yang biasa mereka makan di waktu pagi dan mereka pun kasih tau bahwa menu sarapan mereka itu justru jauh lebih sederhana daripada yang saya buatkan, karena mereka cuma biasa makan setangkep roti tawar dengan 1 jenis selai atau dikasih telor dadar yang bahasa kerennya omelet lalu minum segelas air putih atau kalo mau lebih mewah bisa digantikan secangkir teh atau kopi. Over-Expectation, itu kata yang bisa saya “Airbnb Be A Host” – based on true story
31
sebut buat diri saya waktu itu karena saya pikir bule itu orang yang serba superior dan mesti dilayani kaya raja, ternyata justru mereka lebih sederhana kalo dilihat dari sudut pandang yang berbeda. Pengalaman tamu pertama ini sangat berkesan, saya jadi bisa belajar bahwa kita mesti menganggap semua manusia itu sama dan hospitality yang sesungguhnya itu bukan dilihat dari seberapa mahal kasur yang kita beli untuk tidur mereka maupun seberapa mewah sarapan yang kita buatkan untuk mereka melainkan senyum yang ikhlas “Airbnb Be A Host” – based on true story
32
dan uluran tangan yang selalu siap membantu ketika tamu kita butuh bantuan.
“Airbnb Be A Host” – based on true story
33
Saya Ga’ Tega Lihat Orang Jerman itu Pucat karena Dehidrasi Cerita ini dimulai ketika saya menerima tamu dari Jerman bernama Henning dan Sonja, sungguh pasangan yang sangat romantis menurut saya. Mereka berdua sangat ramah bahkan tidak pernah rikuh ketika kedua anak saya menggedorgedor pintu kamar mereka hanya karena ingin mengajaknya bermain di rumah. Saya memang tuliskan di profil airbnb “Airbnb Be A Host” – based on true story
34
bahwa saya punya 2 anak kecil berusia 5 dan 3 tahun dimana mereka selalu berlarian sepanjang hari jadi bagi siapapun yang tidak nyaman dengan keadaan ini memang saya sarankan untuk mencari hunian yang lain. Pada kenyataannya justru para tamu saya pada umumnya senang bisa bermain bersama kedua anak saya yang saat ini sudah mulai bisa bahasa Inggris sederhana seperti mengucapkan “Good Morning”, “Hi”, “What is Your Name”, dan kata-kata sederhana lainnya, saya bersyukur paling tidak mereka sudah lebih baik daripada saya waktu seumur mereka “Airbnb Be A Host” – based on true story
35
karena saya bahkan selalu ketakutan kalo ketemu dengan bule khususnya yang berambut pirang, dan itu semua terjadi hanya karena saya tidak bisa berbahasa Inggris. Seperti tamu pada umumnya Henning dan Sonja berkeliling Jogja menggunakan sepeda motor yang saya sewakan senilai Rp. 50.000,-/hari hingga akhirnya mereka harus makan sebuah makanan yang saya pikir rasanya pedas dan mengakibatkan Henning muntah dan diare lebih dari 5x dalam sehari, tentu saja Sonja juga mengalami hal yang sama walau tidak separah Henning “Airbnb Be A Host” – based on true story
36
tapi saya lihat sendiri bahwa raut muka Henning yang mulai pucat karena terlalu banyak cairan yang keluar. Seketika itu juga saya start mobil saya dan bawa mereka berdua ke rumah sakit untuk berobat lalu pulang ke rumah dan meninggalkan Henning di rumah untuk beristirahat dan saya antar Sonja untuk memundurkan 1 hari jadwal tur yang sudah terlanjur mereka pesan. Mungkin karena Sonja merasa dia sangat terbantu dan sebagai tamu yang menghargai waktu saya dia bilang “You are so kind, so how much I should pay for this kind services”. Mendapat pertanyaan seperti “Airbnb Be A Host” – based on true story
37
ini tentu saja saya bimbang karena kalo mau minta uang berapapun pasti saya akan dikasih, pada dasarnya memang pada waktu itu saya lagi butuh uang karena usaha fotografi saya sedang mengalami penurunan omset bahkan sudah lebih dari 1000 email penolakan dari vendor di luar negeri saya terima, jelas yang namanya uang sedang mepet. Saya beranikan diri untuk berbesar hati dan bilang ke Sonja bahwa “Saya tidak membutuhkan uang-mu, sudah jadi tanggung jawab saya untuk merawat kamu dan pacarmu selama tinggal di rumah saya, airbnb hanyalah “Airbnb Be A Host” – based on true story
38
sebuah bisnis semata tapi pertemuan kita semua ini adalah awal dari persahabatan karena mungkin juga saya akan butuh bantuan kalian kalo suatu saat nanti saya main ke Jerman”. Mendengar kata-kata ini Sonja berulang kali mengucapkan terima kasih dan memang sampai 2 tahun setelah mereka meninggalkan Boma House kami masih sering bercanda di facebook hanya untuk sekedar mengomentari model rambut Sonja yang selalu berubah warna dan juga jenggot Henning yang makin panjang.
“Airbnb Be A Host” – based on true story
39
Balasan kebaikan memang tidak selalu kembali dari orang kita bantu hingga tidak selang 2 hari setelah saya mondarmandir antar Henning dan Sonja berobat masuk sebuah email di inbox saya dari pasangan yang tinggal di Hong Kong berbunyi: “Hai Bima, we will take your offer for pre wedding in Maldives, let’s do it on August 9, 2014 and we gonna stay in Lux* Maldives” Pemotretan di Maldives adalah sebuah pemotretan yang memang saya tunggutunggu selama 1,5 tahun lamanya, melewati 1000 email penolakan dari “Airbnb Be A Host” – based on true story
40
vendor, lebih dari 100 email penolakan dari calon client, dan juga cercaan dari semua orang yang menyangsikan impian saya untuk menembus pasar fotografi internasional. Saya masih ingat ketika itu saya melompat kegirangan bersama Istri saya karena impian itu akhirnya terwujud, dari sini saya selalu mengingat bahwa bisnis hanya sekedar seni mencari uang tapi berbuat baik kepada semua orang adalah hal yang sudah seharusnya kita lakukan, kelak ketika suatu saat nanti saya memiliki hotel dalam wujud yang sebenarnya (bukan kamar nganggur sewaan seperti sekarang) maka nilai-nilai “Airbnb Be A Host” – based on true story
41
kecil seperti inilah yang harus saya ajarkan kepada semua tim yang bergerak di bawah kendali saya.
“Airbnb Be A Host” – based on true story
42
“airbnb hanyalah sebuah bisnis semata tapi pertemuan kita semua ini adalah awal dari persahabatan karena mungkin juga saya akan butuh bantuan kalian kalo suatu saat nanti saya main ke Jerman”
“Airbnb Be A Host” – based on true story
43
Food Consultant dengan Gaji Ratusan Juta Rupiah itu justru Memilih Tinggal di Kamar USD10 Milik Saya Airbnb memang sebuah marketplace yang sangat baik, karena melalui perusahaan ini kita bisa memperluas wawasan, networking, dan pertemanan dengan siapapun tanpa ada batasan. “Airbnb Be A Host” – based on true story
44
Suatu ketika seseorang bernama layaknya orang Amerika Latin mengirim pesan ke saya bahwa dia ingin mengunjungi Jogjakarta dan selama itu pula dia mau tinggal di rumah saya. Tentu saja seperti tamu lainnya sayapun mempersilahkan dia datang hanya saja saya titip pesan bahwa pada jam kedatangan dia nanti mungkin saya tidak ada di rumah karena sedang ada acara dengan mertua saya. “Ok, it’s fine” kata dia singkat. Pada waktu itu saya hanya tinggalkan pesan kepada asisten di rumah saya bahwa ada tamu laki-laki
“Airbnb Be A Host” – based on true story
45
satu orang mau menginap di kamar yang pake AC. Hingga sekitar jam 7 malam saya pulang, saya justru tidak menemukan siapa-siapa di rumah dan tidak selang 15 menit ada seorang pria berbadan besar dengan wajah latin masuk ke rumah dan saya tanya dia “Are you Lorenzo?” dan dia jawab “Yes….are you Bima?”. Wah rasanya senang kalo sudah ketemu tamu yang menginap di rumah saya, perasaan saya jadi lega. Pria bernama Lorenzo ini akhirnya banyak merubah cara pandang saya tentang dunia hospitality, dia ajarkan banyak hal kepada saya selama “Airbnb Be A Host” – based on true story
46
kurang lebih 3 malam menginap. Pria paruh baya berusia 50 tahun inipun bercerita tentang pekerjaan dia di Miami Florida, hingga pada akhirnya dia menceritakan kepada saya bahwa dia adalah seorang Food Consultant di sebuah hotel bintang 5 di Miami. Pada saat ini juga saya langsung dibuat minder dan langsung saya tanyakan kepada dia bahwa kalo dia seorang food consultant di hotel bintang 5 lalu ngapain dia menginap di kamar murahan seperti yang saya miliki, dan tentu saya jadi bingung sarapan jenis apa yang harus saya buatkan untuk seorang food “Airbnb Be A Host” – based on true story
47
consultant seperti dia dimana dalam kesehariannya dia biasa melayani selebriti Hollywood, bintang film box office, dan juga para pemain sepak bola kelas dunia. Ternyata jawaban dia sederhana, Lorenzo bilang ke saya bahwa tentu saja perusahaan tempat dia bekerja memberikan gaji yang sangat besar atas kepiawaiannya dalam bidang makanan dan sudah tentu dia punya kemampuan untuk menginap di hotel bintang 5 tak perduli berapa harga sewa per malamnya, tapi ternyata perkejaan seperti itu justru membuatnya jenuh karenanya dia ingin tinggal di tempat “Airbnb Be A Host” – based on true story
48
yang jauh dari kesan mewah kalau perlu seadanya dan dia akan menerima makanan apapun yang saya sajikan di meja makan walaupun itu hanya mie rebus instan. Tentu dari jawaban dia tadi membuat tanda tanya besar di benak saya kenapa orang sekaya dia mau memilih layanan hotel kelas abal-abal seperti saya. Saya pernah bilang ke Lorenzo bahwa dulu sebelum saya memulai airbnb ada sebuat marketplace dimana saya bisa mempersilahkan para bule menginap di rumah saya dan sebagai gantinya sayapun bisa menginap di rumah dia “Airbnb Be A Host” – based on true story
49
kalau saya berkunjung ke negaranya, nama marketplace itu adalah Couchsurfing dan anda juga bisa membukanya di situs resminya couchsurfing.com, sebuah situs keren dimana anda bisa menginap di rumah siapapun secara gratis tapi sebagai imbalannya maka anda juga harus membuka rumah anda secara gratis kalau ada tamu dari seluruh dunia yang ingin menginap di rumah anda. Saya bilang ke Lorenzo bahwa saya lebih memilih airbnb karena saya mau dapat uang untuk modal belajar hospitality, artinya saya ingin bisa melayani para “Airbnb Be A Host” – based on true story
50
tamu saya dengan lebih optimal dimana saya bisa memasakkan makanan yang berkualitas, memberikan dia layanan gratis kalau perlu ke rumah sakit, dan halhal lainnya yang tentu akan menggunakan uang pribadi saya kalau mereka tidak membayar. Jawaban Lorenzo sangat mengagetkan saya karena di bilang ke saya bahwa dia sudah puluhan tahun bekerja di dunia hospitality dan dia tahu persis mana hospitality yang sesungguhnya dibutuhkan para tamu. Hospitality menurut dia adalah sebuah bentuk pelayanan dimana kita sebagai manusia “Airbnb Be A Host” – based on true story
51
harus bisa menghargai dan melayani sesama, tapi apa yang saya lihat tentang dia sangatlah bertolak belakang karena Lorenzo bilang bahwa di tempat manapun dia bekerja, hospitality hanya sebuah formalitas karena ada seorang tamu menginap dengan membayar ratusan dollar per malam dan mereka mau dilayani layaknya raja. Hal itu tidak melulu hotel tapi bisa saja kapal pesiar, resort, maupun private yacht yang disewa. Lorenzo kembali mengutarakan bahwa hospitality yang sesungguhnya adalah seperti apa yang saya berikan kepada dia, senyum dan sapa setiap “Airbnb Be A Host” – based on true story
52
pagi, menyapa dia yang kebingungan waktu dia pertama kali datang di rumah ini, mengajak ngobrol ketika makan, dan memberi tahu dia jika dia salah ketika bertingkat laku di rumah saya. Lorenzo bilang ke saya “Bima…look at your smile, you doing great, you give your smile as a friend to friend. And you know what? for this lovely smile and whole satisfaction I only pay you a 10 bucks, my guest paid to my hotel a hundred or maybe a thousand dollars and push me to serve them like a star, you know what…it is so BORING!” “Airbnb Be A Host” – based on true story
53
Seketika itu juga saya teringat cerita teman saya yang bekerja di kapal pesiar, ada yang sebagai chef, ada yang di bagian house keeping, dan ada juga yang bertugas di wine corner. Waktu itu saya bilang “Gilak ya…pekerjaan kamu keren banget, bisa kerja di kapal pesiar” dan teman saya langsung menimpali “Bim…jangan liat saya seperti itu, kalau kamu tahu seperti apa saya dan temen-‐temen saya bekerja di sana…kita hanyalah “pembantu” yang dipakein baju keren tapi pada dasarnya kita semua tetaplah buruh kasar yang bekerja susah payah lebih dari 8 jam sehari dan melakukan hal itu terus menerus selama 8-‐10 “Airbnb Be A Host” – based on true story
54
bulan baru kita bisa ketemu sama anak dan istri tercinta di Indonesia” Saya jadi paham alasan Lorenzo memilih menginap di kamar 3 x 3 meter milik saya dan hanya makan setangkep roti tawar dengan omelet setiap pagi, bahkan untuk bikin kopi dia harus bikin sendiri. Sekali lagi airbnb mengajarkan saya banyak hal bahwa dunia ini sangat luas dan tidak selalu hal yang kita pandang indah itu benar-bener indah. Orang jawa selalu bilang “Wang sinawang” artinya sesama manusia memang kita perlu saling “nyawang” atau memandang, mereka pandang kehidupan kita “Airbnb Be A Host” – based on true story
55
sempurna tapi belum tentu benar 100% begitu juga sebaliknya. Mensyukuri apa yang kita miliki saat ini jauh lebih penting dan bermartabat di hadapan Tuhan daripada hanya selalu ingin seperti orang lain.
“Airbnb Be A Host” – based on true story
56
“Bima…look at your smile, you doing great, you give your smile as a friend to friend. And you know what? for this lovely smile and whole satisfaction I only pay you a 10 bucks”
“Airbnb Be A Host” – based on true story
57
Tamu ke 100
Semua yang ber-angka 100 itu ternyata harus melalui angka 1,2,3,4, dan seterusnya hingga angka 99 dan begitu “Airbnb Be A Host” – based on true story
58
juga dengan pengalaman saya melayani dari tamu satu ke tamu yang lainnya hingga tidak terasa Boma House sudah melayani tamu yang berasal dari 40 kota dan negara di seluruh dunia. Hingga suatu hari istri saya bilang kalau mau ada temannya waktu kerja di Jakarta dulu tertarik menginap di Boma House dan saya bilang “Ya udah suruh booking aja segera!” Hingga suatu hari datanglah teman istri saya itu yang akhirnya saya tahu bernama April, sosok wanita muda energik yang sangat periang, April datang bersama dengan suami “Airbnb Be A Host” – based on true story
59
tercintanya yang kemudian dia selalu ceritakan kalau suaminya seorang pekerja keras. Saya memang sudah bikin catatan tentang tamu-tamu saya dan ketika saya tulis nama April dan suaminya saya bilang ke istri saya “Mam….itu temenmu itu tamu ke 100 kita lho, udah kaos “100 first guest”nya buat dia aja sama suaminya” April memang ga pernah menyangka kalau dia tamu ke 100 dan emangnya terus ngapain kalo tamu ke 100 juga, cuma saya memang orangnya suka iseng jadi pengen pesankan kaos untuk “Airbnb Be A Host” – based on true story
60
pasangan ini yang bertuliskan “100 first guest” yang artinya tamu ke 100 di Boma House. Saya bilang ke April bahwa dia “dinobatkan” sebagai tamu ke 100 dan kita janji mau kirim kaos ke dia tapi belum jadi kaosnya jadi saya memilih untuk mengirimkannya saja ke alamat tempat tinggalnya ketika kaos itu sudah jadi.
“Airbnb Be A Host” – based on true story
61
Sudah sejak lama saya pengen lakukan ini dan saya belajar kasih kejutan semacam ini dari AirAsia sebuah maskapai berbiaya murah yang selalu “Airbnb Be A Host” – based on true story
62
punya ide-ide kreatif yang ditujukan kepada para penumpangnya baik dari mulai menyanyikan lagu ulang tahun di atas ketinggian 30,000 kaki karena memang salah satu penumpangnya ada yang ulang tahun, hingga hal-hal lucu kreatif lainnya yang menginspirasi saya.
“Airbnb Be A Host” – based on true story
63
Hanya Karena Cicak, Hunian Saya Bahkan diancam Kena Banned Apes memang kalo bermimpi punya hotel tapi duit di kantong ga’ mendukung, hasilnya kamar juga paspasan, kamar mandinya aja share dengan saya dan keluarga udah gitu kedatangan tamu yang sok bermental superstar padahal bayarnya cuma USD10.
“Airbnb Be A Host” – based on true story
64
Itu yang saya rasain waktu ngelayanin tamu dimana mereka datang dengan ekspektasi tinggi, mulai dari kebersihan, jenis sarapan, hingga pelayanan. Dalam keadaan ini mungkin bisa jadi kesalahan saya karena kebersihan masih kurang diperhatikan karena rumah ini memang saya pergunakan secara pribadi dan kedua anak saya masih sering obrak-abrik seisi rumah dan belum lagi ditambah dengan dinding yang baru saya cat putih sudah penuh dengan lukisan-lukisan lucu bergambar kartun yang sudah jelas “terdakwa”-nya adalah anak-anak saya. Beberapa tamu meninggalkan review “Airbnb Be A Host” – based on true story
65
sangat buruk karena sarapan yang saya berikan hanya setangkep roti tawar dengan selai nanas, dan kebersihan yang tidak terjaga dikarenakan ada banyak cicak di rumah tempat saya tinggal, dan kesemua review tadi jelas menurunkan rating hunian saya yang mengakibatkan pihak airbnb mengirimkan notifikasi bahwa hunian saya sedang terancam untuk dinonaktifkan karena reviewnya di bawah bintang 3. Perasaan emosi dan marah tentu saja langsung muncul terlebih lagi setelah kerja keras yang sudah saya lakukan “Airbnb Be A Host” – based on true story
66
untuk tamu dari Jerman yang dehidrasi akut dan juga tamu dari Jepang yang sempat jadi korban tabrak lari. Saya pikir waktu itu airbnb hanya menilai dari track record berdasarkan algoritma review yang dibaca oleh sistem dan bukan berdasarkan fakta yang ada di lapangan, sialnya lagi saya ketemu dengan tamu yang terlanjur meninggalkan review negatif atas cicak yang berkeliaran di rumah saya, sekalipun saya tahu bahwa cicak adalah hewan tropis yang bahkan ada di komplek perumahan elit tempat teman saya tinggal dimana harga rumahnya di “Airbnb Be A Host” – based on true story
67
atas Rp. 3.000.000.000 (rata-rata rumah di tempat saya tinggal berkisar Rp. 250.000.000 s.d. Rp. 700.000000). Di dalam bisnis rasanya jatuh bangun dan dihujat sudah jadi makanan seharihari jadi sekalipun airbnb menghapus hunian saya dari daftar mereka, saya akan mendaftarkannya lagi dengan nama yang berbeda. Hingga akhirnya tiba suatu hari bahwa hunian saya resmi dihapus oleh airbnb dan ternyata kenyataanya tidak sepahit yang saya bayangkan bahwa setiap hunian yang dinon-aktifkan bisa segera “Airbnb Be A Host” – based on true story
68
mengaktifkannya lagi tanpa perlu verifikasi ulang. Lega rasanya mengetahui kebijakan airbnb seperti ini karena tentu saja bukan niat saya atau host lainnya untuk membuat para tamu kecewa tapi kadang karena kurangnya informasi baik yang disebabkan oleh kami para host atau para tamu yang menginap maka menjadikan tamu tersebut meninggalkan review negatif yang bisa menimbulkan banned sementara untuk hunian tersebut.
“Airbnb Be A Host” – based on true story
69
“Cicak adalah hewan tropis yang bahkan ada di komplek perumahan elit tempat teman saya tinggal dimana harga rumahnya di atas Rp. 3.000.000.000”
“Airbnb Be A Host” – based on true story
70
Kost-kostan ini Harus Ditutup! Saya pernah nulis di dalam blog bomanta.com beberapa alasan kenapa saya tutup usaha kost-kostan warisan almarhum mamah dan singkatnya adalah karena faktor cashflow yang sudah tidak seimbang serta kenyamanan tinggal. Setiap mengambil keputusan yang sifatnya ekstrim memang tidak semudah membalikkan telapak tangan, saya bahkan harus berdiskusi rutin dengan istri saya tentang hal ini. “Airbnb Be A Host” – based on true story
71
Menutup kost-kost artinya saya akan membiarkan 10 kamar yang sudah dibangun susah payah oleh mamah saya nganggur begitu saja dan pada akhirnya hanya menyisakan 2 kamar yang masih beroperasi saat ini untuk airbnb. Kenapa hanya 2 kamar? karena terkait dengan faktor kenyamanan, keamanan, dan kemampuan saya melayani tamu, that's it! Karena keputusan ekstrim yang saya ambil ini juga keluarga saya yang tidak tahu menahu tentang usaha ini ikut urun rembug yang intinya memberatkan saya untuk menutup kost-kostan ini karena “Airbnb Be A Host” – based on true story
72
alasan tidak adanya lagi pemasukan rutin bulanan. Selama 8 tahun saya usaha, sudah 2x saya harus mengambil keputusan ekstrim seperti menutup tempat usaha yaitu pada tahun 2010 ketika saya menutup usaha cafe dan pada tahun 2013 ketika saya menutup kantor fotografi saya dan memindahkan semua pekerjaannya dari rumah. Tapi keputusan adalah keputusan, saya harus ambil resiko apapun untuk menyelamatkan perusahaan yang saya bangun. Di dalam usaha kost-kostan konvensional yang saya jalani selama lebih dari 20 “Airbnb Be A Host” – based on true story
73
tahun ini, saya menikmati uang sewa yang dibayarkan hingga akhirnya timbul perasaan nyaman akan dapat uang secara rutin tiap bulan, bisa saya pakai untuk bayar listrik, bayar air, internet, dan juga kebutuhan belanja dapur intinya semua hal tadi adalah keperluan bulanan rutin, hanya saja ada 1 hal yang tidak mungkin saya lakukan yaitu hal perawatan rumah. Anda semua mungkin paham bahwa yang namanya merawat rumah biayanya sangat tinggi bahkan ada orang yang memilih untuk membangun rumah baru saja daripada merenovasi rumah lamanya karena selisih “Airbnb Be A Host” – based on true story
74
harganya sedikit. Karenanya, hal itu pula yang saya rasakan, menerima uang bulanan secara rutin dari kost-kostan ternyata hanya sekedar "uang lewat" dimana kalau dihitung secara benar tentang jumlah uang masuk dikurangi pengeluaran termasuk renovasi rumah di dalamnya maka perhitungannya jadi tidak seimbang. Saya bisa paham kenapa para orang tua jaman dulu maupun anak muda yang mengelola kost-kostan secara konvensional masih menjalankan usahanya hingga saat ini, dan satu alasan utama adalah karena mereka semua khawatir terhadap “Airbnb Be A Host” – based on true story
75
ketidakpastian keuangan dari yang tadinya bisa dapat bulanan menjadi tidak dapat uang bulanan. Apakah saya santai-santai saja dengan hal ini? tentu tidak! keputusan yang saya ambil adalah murni keputusan saya pribadi karena saya sudah menghitung kost-kostan yag saya jalani ini sebenernya tidak memberikan keuntungan apapun secara finansial, kalo kata orang jawa "Sing penting ono duit lewat" artinya yang penting ada uang lewat, tapi pada akhirnya maka demikianlah adanya, uangnya hanya lewat, dan tidak menyisakan keuntungan apapun untuk “Airbnb Be A Host” – based on true story
76
kemajuan bisnis ini di masa depan. Pilihan saya waktu itu ada 2 yaitu, tetap menjalankan kost-kostan sampai semua kamar rusak karena faktor usia bangunan dimana pada akhirnya sudah jelas saya tidak bisa merenovasinya atau, segera menutupnya dan beralih 100% ke usaha kamar sewaan dan mengambil semua resiko untuk fokus memasarkannya dan bisa menarik keuntungan untuk mengembangkan usaha saya di masa yang akan datang. Dari cerita ini anda pasti sudah tahu jawabannya, maka pilihan menutup kost-kostan dan beralih
“Airbnb Be A Host” – based on true story
77
ke usaha kamar sewaan adalah jawabannya. Ide saya ini tentu saja tidak segera membuahkan hasil tapi dari hasil yang sedikit ini berdampak besar bagi kemajuan usaha saya. Di awal ebook ini saya pernah cerita bahwa di kost-kostan saya menyewakan kamar saya seharga Rp. 300.000 untuk 1 bulan dimana jika dibagi rata artinya para anak kost tersebut akan memberikan saya uang sebesar Rp. 10.000/hari untuk mereka tidur, cuci baju, belajar, menggunakan listrik, memasak, parkir kendaraan, dan bersenda gurau dengan teman “Airbnb Be A Host” – based on true story
78
sekampus. Sedangkan di airbnb para tamu akan memberikan saya uang sebesar Rp. 120.000/hari yang artinya 12x lebih tinggi dari para anak kost tadi membayar saya dan masih ditambah saya bisa up-sell untuk menawarkan jasa tur, antar jemput, dan layanan tambahan lainnya yang terkait pariwisata di Jogja. Tentu saja dengan penghasilan kotor 12 kali lebih banyak saya punya peluang untuk membesarkan usaha saya dan tinggal mencari cara bagaimana kamar tersebut akan laris disewa setiap harinya. Hasil dari menutup usaha kost-kostan ini ternyata mulai membuahkan hasil, dan “Airbnb Be A Host” – based on true story
79
yang paling jelas adalah dengan menurunnya biaya operasional listrik saya sebesar 50%. Pada waktu dimana kostkostan saya ini masih berjalan saya harus membayar biaya listrik hingga Rp. 1.400.000 setiap bulannya, baik kamar saya terisi 100% maupun hanya 50% dan hal itu dikarenakan para anak kost tadi sering lupa mematikan kipas angin, AC, maupun lampu kamarnya, tapi sangat berbeda ketika saya beralih ke kamar sewaan dimana hanya 2 kamar yang beroperasi. Di sini biaya listrik yang saya bayarkan hanya ada di angka Rp 550.000 s.d. Rp. 650.000 tentu saja “Airbnb Be A Host” – based on true story
80
tergantung dari tingkat occupancy hunian saya. Dari angka ini saja saya sudah merasakan adanya keseimbangan cash-flow dimana kalau tamu banyak maka uang saya keluarkan untuk operasional juga akan banyak, tapi begitu juga ketika occupancy menurun maka operasional yang saya keluarkan juga akan menurun, semuanya menjadi pas dan berbanding lurus. Dari kelebihan uang usaha yang saya dapatkan tadi saya mulai bisa mempercantik rumah saya dengan mengecat ulang dinding kamar, dinding rumah bagian luar, mengganti bolam lampu yang rusak “Airbnb Be A Host” – based on true story
81
tanpa harus menunggu lama, bahkan memanggil petugas kebersihan untuk membersihkan kamar mandi saya dari yang tadinya penuh lumut menjadi bersih seperti baru, dan hal itu belum lagi dengan hutang-hutang kartu kredit saya yang akhirnya lunas dengan sendirinya karena saya bayar setiap hari sesuai dengan omset yang saya dapatkan. Jujur saya mendapatkan kenyamanan serta keuntungan dengan hal ini, kadang dari kelebihan uang tersebut saya bisa ajak istri saya untuk sekedar makan steak terbaik yang ada di Jogja atau bahkan ajak anak-anak saya bermain di “Airbnb Be A Host” – based on true story
82
playground maupun ke mall untuk sekedar makan malam bersama. Dari sini sayapun mulai bisa mempergunakan uang hasil usaha di fotografi untuk membeli peralatan demi peralatan artinya tidak ada lagi usaha yang sifatnya kanibal atau usaha yang memakan uang usaha lainnya untuk bertahan hidup. Apapun itu baik dari airbnb maupun marketplace lainnya saya bahkan sangat menyarankan anda untuk mulai beralih dan mencoba sensasi mendapatkan uang dari persewaan kamar, semua bisa dimulai dari kamar sederhana anda sendiri tanpa harus membeli sebuah “Airbnb Be A Host” – based on true story
83
condotel mewah seharga lebih dari 800 juta rupiah.
“Airbnb Be A Host” – based on true story
84
Airbnb Membuat Wanita Tua ini Bisa Bertahan Hidup Setahun menjalani usaha kamar sewaan akhirnya membuahkan sebuah gosip dimana saya memiliki hotel di Jogja hingga cerita tersebut terdengar oleh keluarga besar saya di Jakarta. Sehingga pada waktu pertemuan keluarga saya diminta menceritakan apa yang saya lakukan selama setahun belakangan ini. Saya memiliki Budhe (panggilan tante yang secara umur lebih tua daripada “Airbnb Be A Host” – based on true story
85
mamah saya dalam bahasa Jawa) yang merupakan anak kedua dari 9 bersaudara bernama Kus, dimana selama puluhan tahun dia bekerja sebagai abdi masyarakat pada sebuah departemen kepemerintahan. Kerja keras puluhan tahun serta dedikasi yang tinggi membuat dia bisa berdiri tegak sebagai seorang wanita yang kuat baik secara fisik dan terutama finansial bahkan mamah sayapun pernah berkata bahwa Budhe Kus ini kalo sedang batuk maka batuknya pun duit artinya beliau memang memiliki kemapanan secara finansial selama bekerja di sebuah kantor pemerintah. “Airbnb Be A Host” – based on true story
86
Saya paham betul dengan etos kerja beliau karena dia seorang pekerja keras bahkan bisa pulang kantor jam 3 pagi dan jam 7 pagi sudah sampai kantor lagi karena pada waktu itu Indonesia sedang dilanda bencana besar tsunami di Aceh. Memiliki pekerjaan dengan penghasilan besar ternyata tidak serta merta bisa memiliki masa tua yang nyaman paling tidak itu yang dirasakan budhe saya. Beliau pernah cerita bahwa pernah suatu hari, hanya ada uang Rp. 10.000,- di dompetnya sebelum akhirnya saya mengirimi dia uang hasil sharing profit bulanan di Boma House. Saya pikir cerita “Airbnb Be A Host” – based on true story
87
seperti ini sudah menjadi cerita klasik diantara para pensiunan karena mamah sayapun sempat mengalami krisis keuangan di masa tuanya. Perbincangan dengan keluarga besar tadi akhirnya membawa saya untuk bertemu beliau dimana saya akan bantu dia untuk mencarikan uang tambahan bulanan dengan cara menyewakan rumahnya yang ada di Jogja. Saya tidak pernah menjanjikan akan dapat uang berapa dari usaha persewaan kamar tapi saya hanya menjanjikan akan berupaya maksimal untuk memasarkan hunian agar beliau punya penghasilan “Airbnb Be A Host” – based on true story
88
tambahan selain dari uang pensiunnya. Dari sisi airbnb memang saya sudah mulai kewalahan untuk melayani tamu yang sudah berdatangan tapi selalu saya tolak karena kamar di dalam rumah saya sudah penuh terisi. Di Jogja, beliau memiliki 1 rumah yang berjarak hanya 100 meter dari pusat kota Malioboro dimana menurut saya hunian tersebut sangat berpotensi lebih tinggi daripada rumah tempat saya tinggal, karena itu saya tawarkan untuk menyewakan kamarnya melalui airbnb di bawah manajemen Boma House dengan harga USD17 dan USD21. “Airbnb Be A Host” – based on true story
89
Tuhan sungguh berpihak kepada saya dimana setelah saya buatkan profil dan melakukan pemotretan terhadap hunian tersebut para tamu mulai berdatangan baik dari Amerika, Inggris, Singapura, Italia, bahkan ada seorang staf airbnb yang juga sedang melakukan bisnis trip menginap di rumah beliau. Lambat laun pemasukan mulai datang sehingga saya bisa membagi keuntungan usaha menjadi 30% untuk saya dan 70% untuk beliau. Saya sendiri tidak paham bagaimana sistem pembagian hasilnya karena fokus saya adalah budhe saya harus dapat lebih banyak dari saya tidak “Airbnb Be A Host” – based on true story
90
perduli seberapa susahnya saya mencari uang karena saya hanya akan menganggap ini sebagai pembelajaran hospitality tingkat lanjut dengan menggunakan modal (baca = hunian) milik orang lain, istilah kerennya saya menggunakan investor. Keuntungan mulai datang hingga saya bisa setorkan uang mulai dari Rp. 500.000,-; Rp. 1.500.000,- bahkan pernah hingga Rp. 3.000.000,- setiap bulannya. Untuk semua hal indah ini saya harus menebusnya dengan keringat bercucuran dan emosi dari para tamu yang kadang tersesat maupun tidak suka “Airbnb Be A Host” – based on true story
91
karena melihat rumahnya kotor, apapun itu akan tetap saya jalani sebatas kemampuan saya. Tidak terasa sudah 1 tahun lebih saya menjalankan usaha dengan mitra budhe saya sendiri hingga saya melihat beliau punya rasa percaya diri yang tinggi sebagai seorang pensiunan yang memiliki usaha dan bisa mendapatkan uang lebih tanpa harus bergantung kepada kedua anaknya. Saya sepenuhnya sadar bahwa masa tua bisa jadi mimpi buruk untuk siapapun orang yang tidak siap, bahasa kerennya adalah post power syndrome dimana faktor “Airbnb Be A Host” – based on true story
92
keuangan menjadi tantangan utama. Tapi dari airbnb ini saya senang bisa melihat senyum di wajah tua beliau dan melihatnya menikmati masa tuanya dengan lebih indah. Hingga pada saat tulisan ini saya buat, saya sudah menyerahkan kembali hunian milik budhe saya tersebut untuk selanjutnya dijalankan oleh putranya, sudah cukup bagi saya untuk membuatkan dasar usahanya dan berharap saya bisa lebih fokus ke hunian yang saya miliki dan saudara sepupu saya tinggal menjalankan sistem yang sudah berjalan. Saat ini anda juga bisa
“Airbnb Be A Host” – based on true story
93
mengunjungi rumah budhe saya tersebut dengan nama “Regol Ijo”.
“Airbnb Be A Host” – based on true story
94
“Untuk semua hal indah ini saya harus menebusnya dengan keringat bercucuran dan emosi dari para tamu yang kadang tersesat maupun tidak suka karena melihat rumahnya kotor, apapun itu akan tetap saya jalani sebatas kemampuan saya”
“Airbnb Be A Host” – based on true story
95
Senang bisa masakin aneka sarapan seperti ini untuk para tamu saya
Menu andalan sarapan kalo waktu mepet “Airbnb Be A Host” – based on true story
96
Saya beli sepeda paling butut warna ungu ini dari seorang tukang tambal ban dekat rumah saya seharga Rp. 150.000 dan saya pinjamkan ke semua tamu saya secara GRATIS
Boma House Family “Airbnb Be A Host” – based on true story
97
Terima Kasih Terima kasih karena anda sudah berkenan membaca ebook “Airbnb Be A Host” ini sampai habis. Pengalaman indah ini tidak akan pernah bermanfaat ketika hanya saya simpan secara pribadi. Semoga dengan adanya ebook ini akan makin banyak teman-teman di luar sana yang bisa mencari nafkah dan membahagiakan keluarga dari hal kecil apapun yang dimilikinya saat ini. Dari saya, Bima Adhitya “Airbnb Be A Host” – based on true story
98
Jadikan saya temanmu Facebook -‐ https://www.facebook.com/bima.adhitya.5 Boma House Page -‐ https://www.facebook.com/bomahouseyogyakarta/ Boma House Site -‐ http://bomanta.com/boma-‐house/ “Airbnb Be A Host” – based on true story
99
Baca juga eBook lainnya dari saya: Maldives, God Masterpiece on Earth, ebook yang saya tulis setelah kepulangan saya pertama kali dari Maldives. Ebook ini baru tersedia dalam versi Bahasa Inggris. Anda bisa mendapatkan ebook ini di http://bomanta.com/ebook-boma/ atau membelinya di Android Book Store https://play.google.com/store/books /author?id=Bomanta atau https://sellfy.com/bomanta
15 Steps to Improve Your Wedding Photography Skill, ebook panduan fotografi ini sudah tayang dalam versi bahasa Indonesia, di sini saya banyak berbagi cerita tentang pengalaman saya menjalani profesi sebagai fotografer pernikahan dari mulai kelas kampung hingga memotret pasangan di beberapa negara yang indah. Anda bisa dapatkan ebook ini di http://bimaadhitya.com/15-stepswedding-photography-tutorial/ atau Android book store https://play.google.com/store/books /author?id=Bima+Adhitya atau https://sellfy.com/bomanta “Airbnb Be A Host” – based on true story