X
1087
N+
SURVEI PENDAHULUAN AREAL LAHAN BASAH Dl TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER BLOK KLUET, ACEH SELATAN
PHPA/AWB Sumatra Wetland Project Report No. 32 April, 1992
Lembaga Lahan Basah Asia (Asian Wetland Bureau/AWB) Asian Wetland Bureau adalah organisasi nirlaba yang mandiri (independen) dan berpusat di Institute Pengajian Tinggi (IPT) pada Universitas Malaya. Kantor-kantor A W B didirikan di Indonesia dan Filipina. A W B bertujuan untuk meningkatkan perlindungan dan pemanfaatan-lestari sumber daya lahan basah di Asia. D i Indonesia, guna mencapai tujuan tersebut dibangun suatu program kerjasama antara A W B dengan Direktorat Jendral Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam (PHPA) dan juga dengan berbagai organisasi lainnya, baik Pemerintah maupun Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Pokok-pokok utama dari kerja AWB adalah: inventarisasi lahan basah, studi burung air, jasa penyediaan informasi, pelatihan dan pendidikan, penelitian lahan basah dan kebijaksanaan lingkungan, serta panduan pengelolaan lahan basah.
Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pengawetan Alam (PHPA) P H P A adalah Direktorat Jendral Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam, bagian dari Departemen Kehutanan Republik Indonesia. Departemen Kehutanan memegang wewenang dalam mengelola seluruh daerah yang berhutan di Indonesia, termasuk juga daerah-daerah lahan basah. PHPA bertanggung jawab atas pengelolaan kawasan-kawasan yang mempunyai nilai pelestarian. P H P A mempunyai 5000 staf dan mengawasi Hutan Lindung (30 juta hektar) dan Hutan Konservasi (19 juta hektar diusulkan dan 13,4 juta hektar telah ditetapkan). Dengan demikian, 25% daratan di Indonesia terwakili. Pada saat ini, terdapat 335 kawasan konservasi di Indonesia, terdiri dari 17 Taman Nasional, 179 Cagar Alam, 72 Suaka Margasatwa, 55 Hutan Wisata dan 11 Taman Buru.
Projek Lahan Basah Sumatera (Sumatra Wetland Project) Proyek Lahan Basah Sumatera merupakan usaha kerjasama antara Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pengawetan Alam (PHPA) yang berada dibawah Departemen Kehutanan Republik Indonesia dan Lembaga Lahan Basah Asia/ Asian Wetland Bureau (AWB). Proyek ini bertujuan meningkatkan konservasi dan pemanfaatan secara lestari lahan basah di Sumatera, dengan menggunakan dana dari Pemerintah Belanda. Nama lengkap dari proyek ini adalah : Proyek untuk Meningkatkan Konservasi dan Manajemen Lahan Basah di Indonesia, Bagian I: Sumatera. Salah satu sasaran proyek adalah membantu meningkatkan kemampuan lembaga-lembaga di Indonesia yang berhubungan dengan konservasi dan pengelolaan lahan basah, serta meningkatkan kerjasama antar lembaga tersebut. Instansi yang terkait dalam proyek ini (sampai bulan Januari 1991) adalah: Direktorat Pelesatrian Alam; Direktorat Taman Nasional dan Hutan Wisata; Direktorat Penyuluhan Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA); Pusat Studi Lingkungan Universitas Sriwijaya; Museum Zoologi Bogor; Pusat Penelitian dan Pengembangan Limnologi (LIPI); Yayasan Indonesia untuk Kemajuan Desa (YASIKA) dan Himpunan Mahasiswa Biologi (HIMBIO) Universitas Padjadjaran.
AWB-Indonesia, Jln. Aizimar 111/17, Bogor, INDONESIA PO. Box 254 Bogor-16001, INDONESIA Dit-Jen PHPA, Jln. Ir. H. Juanda 15 Bogor, INDONESIA
SURVEI PENDAHULUAN AREAL LAHAN BASAH DI TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER BLOK KLUET, ACEH SELATAN
Oleh : Yus Rusila Noor Enis Widjanarti H
PHPA/AWB Sumatra Wetland Project Report No. 32 April, 1992
PELAKSANA KEGIATAN Penulis Laporan
: Yus Rusila Noor dan Enis Widjanarti H .
Pelaksana Lapangan
: Yus R u s i l a Noor, Enis Widjanarti H , Sadri A s m i , M a n g i r i n g Dasalak, C h a i r i l , Waddy Sinaga, Syafwan, A m a n s u r d i n , Nataruddin dan Syarimuddin
Pengetikan Naskah
: Yüs Rusila Noor dan Enis Widjanarti H .
Peta Lokasi
: Wahyu Gumelar
Foto-foto Kegiatan
: Yus Rusila Noor dan Enis Widjanarti H .
Produksi
: Triana
©PHPA-Asian Wetland Bureau April, 1992
Laporan dapat diperoleh d i :
Asian Wetland Bureau-Indonesia Jl. Arzimar III No. 17 P.O. Box 254/BOO Bogor 16001, Indonesia Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam (PHPA) Jl. Ir. H . Juanda No. 15 Bogor, Indonesia Pustaka: Rusila, Y. dan Enis W. H . 1991. Laporan Survei Pendahuluan Areal Lahan Basah di Taman Nasional Gunung Leuser Blok Kluet. P H P A / A W B . Bogor, April 1992.
Pendapat, saran dan isi laporan ini adalah semata-mata pemikiran penulis dan tidak selalu mencerminkan kebijakan yang diambil oleh PHPA dan/atau AWB - Indonesia
Pendapat, saran dan isi laporan ini adalah semata-mata pemikiran penulis dan tidak selalu mencerminkan kebijakan yang diambil oleh PHPA dan/atau AWB - Indonesia
KATA PENGANTAR
Atas kerjasama antara Direktorat Jenderal P H P A dan Asian Wetland Bureau-Indonesia pada tanggal 1 - 20 Agustus telah dilaksanakan kegiatan survei lahan basah di Taman Nasional Gunung Leuser Blok Kluet, Aceh Selatan, Daerah Istimewa Aceh. Kegiatan ini merupakan bagian dari "Proyek Pengembangan Pengelolaan dan Konservasi Lahan Basah di Indonesia, Bagian I : Sumatera", yang melibatkan dua orang instruktur dari AWB, tiga orang staf dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam Aceh, satu orang staf dari Sub Seksi K S D A Aceh Barat, satu orang staf Pemantau dan Evaluasi Kegiatan Taman Nasional Gunung Leuser serta tiga orang staf dari Taman Nasional Gunung Leuser Resort Kluet Selatan. Terlaksananya kegiatan ini tidak terlepas dari bantuan beberapa pihak. Ucapan terima kasih terutama kami sampaikan kepada Bapak Direktur Pelestarian Alam, Ditjen PHPA, Koordinator Nasional AWB-Indonesia dan Pimpinan Proyek Lahan Basah Sumatera, atas kepercayaannya kepada kami untuk melaksanakan kegiatan ini. Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada Bapak Ir. Bintoro (Kepala SBKSDA Aceh) serta staf, Bapak Ir. Bambang Suprayogi (mewakili Kepala Taman Nasional Gunung Leuser, Kutacane-Aceh Tenggara) serta staf, Bapak Syahridam (Kepala Taman Nasional Gunung Leuser Rayon Barat, Tapaktuan-Aceh Selatan) serta staf, Bapak Drs. Zaini Nesal (Kepala Dinas Perikanan Kab DATI II Aceh selatan), yang telah banyak memberikan bantuan dan kelancaran dalam kegiatan ini. Juga kepada Wim Giesen dan staf AWB, terima kasih atas kerjasamanya.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukannya.
Penulis
iii
RINGKASAN T e l a h dilaksanakan suatu kegiatan survei pendahuluan areal lahan basah di T a m a n Nasional Gunung Leuser ( T N G L ) Blok Kluet - Aceh Selatan untuk mengungkap potensi ekologis dan hidupan liar di areal tersebut. Secara umum, Taman Nasional Gunung Leuser Blok Kluet terdiri dari 6 tipe komunitas vegetasi yaitu Hutan Pantai, Hutan Sekunder/Campuran, Hutan Rawa A i r Tawar, Hutan Rawa Gambut, Hutan Pegunungan dan Vegetasi Perairan Danau. Kawasan ini dihuni oleh beberapa jenis satwa yang tergolong langka, seperti orang utan (Pongo pygmaeus), siamang (Symphalangus syndactylus) dan harimau sumatera (Panthera tigris). Dalam hal tekanan terhadap kawasan yang ditimbulkan oleh aktifitas manusia, beberapa kegiatan telah dapat diidentifikasi, seperti perburuan, pengambilan kayu dan hasil hutan lainnya, penggembalaan kerbau serta penangkapan ikan di dalam kawasan. Beberapa saran untuk pengelolaan kawasan juga disajikan dalam laporan ini.
iv
SUMMARY
A preliminary wetland survey in the Gunung Leuser Nasional Park (TNGL), Kluet Block, South Aceh was performed to assess the ecological potential and status of wildlife of this areas. Generally, the Kluet Block in the Gunung Leuser National Park consists of six vegetation communities, namely maritime (beach). forest, secondary/mixed forest, freshwater swamp forest, peat swamp forest, hill forest and lake vegetation. The Kluet Block provides a habitat for several species of rare animals, such as orang utan (Pongo pygmaeus), siamang (Symphalangus syndactylus) and sumatran tiger (Panthera tigris). Several illegal activities exerting pressure on the integrity of the area were observed. These include hunting, fishing, tree-felling and other gathering of forest produce, as well as buffalo herding. Some recommendations for management of the area are presented in this report.
V
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR
üi
RINGKASAN
i v
SUMMARY
v
D A F T A R ISI
v i
JADWAL KEGIATAN
v
jjj
FOTO K E G I A T A N
x i
BABI
PENDAHULUAN
1
1.1 Maksud dan Tujuan 1.2 Metoda Pengamatan
\ \
1.3 Tempat dan Waktu Kegiatan
2
TINJAUAN U M U M D A E R A H PENGAMATAN
4
2.1 Keadaan Fisik Lapangan 2.1.1 Letak dan Status 2.1.2 Keadaan Lapangan 2.1.3 1 k l i m 2.1.4 Geologi dan Tanah 2.1.5 Aksesbilitas
4 4 4
B A B II
5
6 6
B A B III HASIL P E N G A M A T A N
8
3.1 V E G E T A S I
•
3.1.1 3.1.2 3.1.3 3.1.4 3.1.5 3.1.6
_
Tipe Vegetasi Hutan Pantai Tipe Vegetasi Hutan Sekunder/Campuran Tipe Vegetasi Hutan Rawa Air Tawar Tipe Vegetasi Hutan Rawa Gambut Tipe Vegetasi Hutan Pegunungan Tipe Vegetasi Perairan Danau
3.2 F A U N A
8
8 8 9 9 9 9 9
3.2.1 I k a n 3.2.2 Reptilia
9 10 vi
3.2.3 Burung 3.2.4 Mammalia
10 10
3.3 AKTIFITAS P E N D U D U K DI SEKITAR K A W A S A N DAN PENGARUH Y A N G DITIMBULKANNYA
10
3.3.1 Penggembalaan kerbau 3.3.2 Pengambilan hasil hutan a. Pengambilan hasil jelutung b. Pengambilan rotan c. Pengambilan madu lebah d. Pengambilan kayu untuk bahan bangunan 3.3.3 Penangkapan ikan . 3.3.4 Penangkapan burung 3.3.5 Penangkapan/perburuan mammalia besar 3.3.6 Pengambilan telur penyu
10 11 11 11 12 12 12 13 14 14
3.3.7 Pengambilan sarang burung
14
3.4 D A N A U L A U T B A N G K O
14
B A B IV DISKUSI
16
BAB V
19
KESIMPULAN DAN SARAN
D A F T A R PU STA K A
21
DAFTAR LAMPIRAN 1. Daftar jenis-jenis Tumbuhan yang ditemukan di daerah pengamatan 2. Daftar jenis-jenis Ikan Air Tawar yang ditemukan di perairan sekitar dan dalam Danau Laut Bangko 3. Jenis-jenis Burung yang ditemukan di TNGL. Blok Kluet 4. Jenis-jenis Reptilia yang ditemukan di TNGL. Blok Kluet 5. Jenis-jenis Mammalia yang ditemukan di T N G L . Blok Kluet 6. Daftar Temuan jenis-jenis Burung dan Mammalia tertentu di lokasi pengamatan
22 23 25 27 28 29 30
DAFTAR TABEL 1.
Daftar Curah Hujan di Kawasan T N G L Blok Kluet
7
DAFTAR PETA 1.
Peta Lokasi Pengamatan
3
vii
JADWAL KEGIATAN Pelatihan Survei Lahan Basah di Taman Nasional Gunung Leuser Blok Kluet, Aceh Selatan, Dista Aceh Kamis, 1 Agustus 1991
09.05 13.00
-
12.55 14.00
: Bogor/Jakarta - Banda Aceh : Diskusi dengan Kepala SBKSDA Banda Aceh
Jum'at, 2 Agustus 1991
08.00
-
12.00
20.30
-
06.00
: Diskusi dengan Kepala S B K S D A Banda Aceh dan peserta pelatihan : Banda Aceh - Medan
Sabtu, 3 Agustus 1991
06.30 14.45
-
08.00 16.00
: Medan - Kutacane : Diskusi dengan staf T N G L
Minggu, 4 Agustus 1991
09.30 11.30 14.45 19.30
-
11.30 14.30 16.55 20.30
: : : :
Kutacane - Kutabuluh Kutabuluh - Sidikalang Sidikalang - Subulussalam Diskusi dengan peserta pelatihan
Senin, 5 Agustus 1991
10- 30 14.50 19.00
-
14.40 15.30 20.30
: Subulussalam - Bakongan : Bakongan - Pos Singgah Mata : Diskusi dengan Kepala Resort dan staf T N G L Blok Kluet
Selasa, 6 Agustus 1991
09.00
-
11.00
13.00 16-00 20.00
-
14.30 17.30 21.30
: Diskusi dengan M U S P I K A Kecamatan Kluet Selatan : Diskusi mengenai pemberian materi pelatihan : Pemberian materi pendahuluan : Diskusi dengan peserta
Rabu, 7 Agustus 1991
07.30 14.00 16.00
-
12.00 16.00 17.30
: Pemberian materi pelatihan : Pemberian materi pelatihan : Orientasi lapangan
Kamis, 8 Agustus 1991
08.30 11- 30 15.00 20.00
-
11.30 13.00 19.00 23.00
: : : :
Pengamatan lapangan Identifikasi spesimen Pengamatan lapangan Identifikasi spesimen, dilanjutkan dengan diskusi viii
Jum'at, 9 Agustus 1991 09.00 14.00 16.00 20.00
-
12.00 15.30 18.30 23.00
: : : :
Pengamatan lapangan Diskusi hasil pengamatan Pengamatan lapangan Diskusi antar kelompok
Sabtu, 10 Agustus 1991 08.00 19.00
-
17.00 23.00
: Pembuatan laporan : Diskusi akhir
Minggu, 11 Agustus 1991 10.30 14.00
: -
16.30
Para peserta pelatihan diluar staf T N G L Blok KLuet meninggalkan Pos P H P A Singgah Mata : Diskusi dengan K e p a l a Resort T N G L B l o k Kluet mengenai persiapan survei ke Danau Laut Bangko
Senin, 12 Agustus 1991 08.30 09.15
-
09.00 18.00
: Pos P H P A Singgah Mata - Krueng Ujung Karang : Perjalanan menuju Danau Laut Bangko
Selasa, 13 Agustus 1991 08.30 15.00 16.00
-
09.30 16.00 18.30
: Melanjutkan perjalanan menuju Danau Laut Bangko : Pengamatan beberapa parameter fisik : Pengamatan lapangan
Rabu, 14 Agustus 1991 08.30 16.15
-
16.00 20.00
• Danau Laut Bangko - Bakongan : Bakongan - Tapaktuan
Kamis, 15 Agustus 1991 08.00
-
09.00
09.00
-
10.30
10.45
-
11.30
11.35
-
12.00
15.30
-
05.15
: D i s k u s i dengan, staf T a m a n N a s i o n a l G u n u n g Leuser Bagian Barat, Tapaktuan-Aceh selatan : Diskusi dengan Kepala Dinas Perikanan Kabupaten D A T I I I Aceh Selatan) : D i s k u s i dengan staf K a n t o r Statistik K a b u p a t e n D A T I II Aceh Selatan : M e n c a r i informasi mengenai k e p e n d u d u k a n di K a n t o r Transmigrasi K a b u p a t e n D A T I II A c e h Selatan : Tapaktuan - Banda Aceh
Jum'at, 16 Agustus 1991 09.00
-
11.00
21.00
-
06.00
: D i s k u s i dengan staf S B K S D A A c e h dan peserta pelatihan : Banda Aceh - Medan ix
Sabtu, 17 Agustus 1991
08.00 19.00
-
16.00 21.00
: Menuju Kutacane : Mempersiapkan laporan sementara
Minggu, 18 agustus 1991
09.00
-
16.00
: Mempersiapkan dan memperbanyak laporan sementara untuk Taman Nasional Gunung Leuser
Senin, 19 Agustus 1991
08.00 16.45
-
16.00 17.45
: Kutacane - Medan : Diskusi bersama Kepala Taman Nasional Gunung Leuser Bagian Barat, Tapaktuan-Aceh Selatan
Selasa, 20 Agustus 1991
09.00 13.15
-
12.00 15.15
: Diskusi akhir dengan Kepala T N G L Bagian Barat : Medan-Bogor
x
Jalan tembus yang memotong kawasan T N G L . B l o k K l u e t t e r l e t a k pada K m 488 dari arah Medan
Pantai Singgah Mata didominasi oleh tipe Pasir xi
Kandang penggembalaan kerbau yang terdapat di dalam kawasan T N G L . Blok Kluet xii
Krueng (Sungai) Ujung Karang, merupakan jalan utama untuk memasuki kawasan Danau Laut Bangko
r c i i c u d i i g a n Kayu u i e i u p a K a n masaian utama yang tiüak asing lagi bagi kawasan lindung. H a l ini juga ditemukan di dalam kawasan T N G L . Blok Kluet
xiii
Pada bagian ilir Krueng Ujung Karang didominasi oleh tumbuhan dari jenis pandan (Pandanus sp)
Vegetasi hutan pegunungan di sekitar D a n a u L a u t Bangko didominasi oleh jenis tumbuhan dari famili Dipterocarpaceae xiv
Danau Laut Bangko dikeliling oleh pegunungan, diantaranya yang terdapat di sebelah barat, yaitu Gunung Tam Barat (atas) dan Gunung Tam Timur (bawah)
XV
Jenis tumbuhan seperti pandan dan palem putri (Cyrtostachys lakka) banyak ditemukan di tepian Danau Laut Bangko
S a l a h satu alat p e n a g k a p ikan, disebut hubu
XV i
BAB I PENDAHULUAN 1.1 M A K S U D D A N T U J U A N Pelaksanaan pengamatan di T a m a n Nasional G u n u n g Leuser B l o k Kluet ini adalah kelanjutan dari kegiatan "Pelatihan Pengelolaan L a h a n Basah melalui Kegiatan Patroli L a p a n g a n " yang m e r u p a k a n bagian dari Proyek L a h a n Basah Sumatera, kerjasama antara D i r e k t o r a t J e n d e r a l P e r l i n d u n g a n H u t a n dan Pelestarian A l a m ( P H P A ) dan A s i a n Wetland Bureau. Pengamatan ini dilaksanakan dengan maksud utama untuk menggali berbagai potensi yang t e r k a n d u n g d i kawasan tersebut, khususnya yang b e r k a i t a n d e n g a n k o n d i s i l a h a n basah, sekaligus juga untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi d a l a m hal pengelolaan kawasan. A d a p u n tujuan yang hendak dicapai dengan pengumpulan data termaksud adalah u n t u k d a p a t m e r u m u s k a n suatu p o l a p e n g e l o l a a n yang t e r p a d u sebagai s u m b a n g saran untuk p e n g e l o l a a n yang telah dijalankan oleh pihak T a m a n N a s i o n a l G u n u n g L e u s e r selama i n i . 1.2 M E T O D A P E N G A M A T A N U n t u k mendapatkan data dan informasi yang menunjang kegiatan i n i , pengamatan d i l a k u k a n dengan menggunakan 2 metoda, yaitu: 1.
M e t o d a pengamatan langsung, meliputi: a.
Penjelajahan di lapangan. Kegiatan ini terutama dilaksanakan dengan cara berjalan k a k i menyusuri sungai dan memasuki hutan mengikuti j a l a n setapak yang terbentuk sebagai j a l a n bagi binatang atau penggembala. D e n g a n cara seperti i n i k e m u d i a n dapat d i k u m p u l k a n data dan informasi tentang jenis-jenis h i d u p a n Har serta formasi vegetasi pada masing-masing tipe habitat.
b.
Pengamatan dengan menggunakan J a l o (sampan). D i l a k s a n a k a n d a l a m perjalanan antara B a k o n g a n menuju D a n a u L a u t Bangko. T i m menggunakan dua buah sampan berukuran panjang 5 meter dan lebar garis tengah terbesar 1 meter, yang d i s e w a d a r i p e n d u d u k setempat. D i l o k a s i tertentu, t i m m e l a k u k a n p e n g a m a t a n terhadap berbagai aspek yang ditemui di lokasi tersebut.
U n t u k k e p e r l u a n i d e n t i f i k a s i j e n i s - j e n i s b u r u n g d a n h i d u p a n Har l a i n n y a d i g u n a k a n teropong u k u r a n 8 x 30, 7 x 50 dan 10 x 50 serta m o n o k u i e r ukuran 20 x 50. T a t a n a m a dan p e n g e n a l a n jenis f a u n a d i d a s a r k a n k e p a d a W B S J (1982), K i n g et a l . (1987), M a c K i n n o n (1990), M a r l e et a l . (1988), Payne et al. (1985) dan O l i v e r (1989). 2.
M e t o d a pengamatan tidak langsung, meliputi: a.
W a w a n c a r a . D i l a k u k a n untuk mendapatkan informasi mengenai berbagai hal yang tidak terungkap dalam pengamatan langsung di lapangan. D a r i kegiatan ini dapat 1
diperoleh informasi tentang peruntukan dan arti penting kawasan bagi penduduk setempat, potensi kawasan ditinjau dari berbagai segi kepentingan, aktivitas penduduk setempat kaitannya dengan pelaksanaan usaha konservasi kawasan serta terutama latar belakang sejarah yang juga meliputi kepercayaan penduduk setempat dari kawasan yang diamati. Wawancara dilakukan dengan aparat terkait dari Dinas Perikanan, Dinas Transmigrasi, Dinas Statistik, Tripika setempat serta masyarakat yang ditemui di lokasi pengamatan. b.
Pengumpulan data sekunder dari instansi terkait.
Untuk seluruh kegiatan, pengamatan dilaksanakan oleh 2 orang peneliti dari Asian W e t l a n d B u r e a u - Indonesia dan 8 orang staf P H P A yang juga merupakan peserta pelatihan, masing-masing terdiri dari 4 orang staf di lingkungan S B K S D A Dista Aceh dan 4 orang staf di lingkungan Taman Nasional Gunung Leuser. Kegiatan tersebut juga dibantu oleh 2 orang nelayan setempat dan 1 orang juru masak.
1.3 T E M PAT D A N W A K T U K E G I A T A N Kegiatan ini dilaksanakan mulai tanggal 1 Agustus - 20 Agustus 1991 dengan mengambi! lokasi di Taman Nasional Gunung Leuser ( T N G L ) Blok Kluet - Aceh Selatan (peta 1).
2
BAB II TINJAUAN U M U M DAERAH PENGAMATAN 2.1 K E A D A A N F I S I K L A P A N G A N 2.1.1 Letak dan Status S e c a r a a d m i n i s t r a t i f , kawasan T N G L B l o k K l u e t t e r m a s u k d a l a m dua w i l a y a h kecamatan, yaitu Kecamatan Kluet Selatan dan Kecamatan Bakongan, Kabupaten D T . II Aceh Selatan, Propinsi Dista Aceh. Menurut peta wilayah kerja Taman Nasional, kawasan ini ada didalam wilayah kerja Resort Taman Nasional Gunung Leuser Kluet Selatan yang b e r k e d u d u k a n di K a n d a n g serta Resort T N G L B a k o n g a n yang b e r k e d u d u k a n di Bakongan; sedangkan berdasarkan peta kerja dari Dinas Kehutanan, kawasan ini ada dibawah tanggung jawab K P H III L Bakongan - K P H Aceh III Meulaboh. Kawasan yang terletak pada koordinat 9 7 ° 2 5 ' - 9 7 ° 3 0 ' B T dan 2 ° 5 5 ' - 3 ° 0 5 ' L U i n i memiliki luas 20.000 hektar dan terletak pada ketinggian 0 - 1000 meter di atas permukaan laut, d e n g a n batas-batasnya yang b e r u p a bentang a l a m . P a d a tahun 1976 p i h a k Departemen Kehutanan telah melaksanakan penatabatasan ulang terhadap kawasan ini. Batas di sebelah Barat Laut menuju ke arah Timur Laut, yang sebelumnya mengikuti alur Krueng Lembang sampai ke kuala, kemudian dirubah menjadi pada patok K m . 488 jalan raya Banda Aceh - Medan dan kemudian ditarik garis hingga bertemu pada titik 200 meter pada Krueng Lembang dihitung dari muara. Batas di sebelah tenggara, yang pada mulanya mengikuti alur Krueng Mangki mulai dari kuala sampai ke hulu di pegunungan, berubah menjadi pada patok K m . 496 jalan Banda Aceh - Medan dan ditarik garis pada titik 200 meter pada Krueng Ujung Karang. Adapun batas-batas yang lainnya tidak berubah, yaitu di sebelah Barat Daya adalah Samudera Indonesia dan di Timur laut adalah garis batas antara Kabupaten Aceh Selatan dengan Kabupaten Aceh Tenggara. Pada awal pengukuhannya, T N G L B l o k Kluet ditetapkan sebagai kawasan lindung berstatus Suaka Margasatwa berdasarkan Surat Keputusan N o . 1 2 2 / A G R tanggal 26 Oktober 1936 dengan dasar pencadangan sebagai tempat perlindungan flora dan fauna ( P H P A , 1983) d a n k e m u d i a n d i k u k u h k a n o l e h S K M e n t e r i P e r t a n i a n N o . 6 9 7 / K P T S / U M / 1 2 / 7 6 (Silvius et al, 1987). Berdasarkan pengumuman Menteri Pertanian tanggal 6 M a r e t 1980, kawasan T N G L Blok Kluet, S M . G u n u n g Leuser, S M . Langkat B a r a t / S e l a t a n dan S M . K a p p i dikukuhkan sebagai Taman N a s i o n a f y a n g kemudian diperkuat oleh surat keputusan Dirjen P H P A N o . 4 6 / K p t s / V I - S e k / 1 9 8 4 tanggal 11 Desember 1984, serta Surat Keputusan M e n t e r i Kehutanan N o . 0 9 6 / K p t s - 11/1984 tanggal 12 M e i 1984. 2.1.2 Keadaan Lapangan B e r d a s a r k a n s t r u k t u r bentang a l a m n y a , kawasan T N G L B l o k K l u e t t e r d i r i d a r i beberapa tipe. D i daerah pesisir, hampir seluruhnya terdiri dari hamparan pasir putih. Lebar pantai rata-rata 25 meter dengan kemiringan sampai 4 5 ° . Pada kawasan daratan lainnya, struktur bentang alam pada umumnya datar dan kemudian bersambung dengan struktur pegunungan yang mempunyai kemiringan sampai 45°. 4
Beberapa buah sungai ditemukan di dalam kawasan, diantaranya adalah Krueng Kemuan, Krueng Lembang, Krueng Sirahit dan Krueng Ujung Karang. Krueng Kemuan letaknya sejajar dengan garis pantai, memanjang dari tenggara kearah barat laut. Dibagian tenggara, Ujung Krueng Kemuan bertemu dengan Krueng Ujung Karang, sedangkan di bagian barat daya ujungnya buntu. Krueng Lembang terdiri dari 3 buah anak sungai, yaitu Krueng Lembang I, II dan III, berturut-turut dari arah barat daya ke tenggara. Dibandingkan dengan anak sungai yang lainnya, Krueng Lembang III merupakan yang terpendek dan hanya merupakan alur aliran air dari daerah rawa. Pertemuan antara Krueng Lembang I dan II disebut Babah Dua dan terletak di Desa Suak Buluh. Krueng Sirahit terletak diantara Krueng Lembang dan Krueng Ujung Karang, merupakan alur aliran air dari Krueng Kemuan dan bermuara di Samudera Indonesia. Krueng Ujung Karang merupakan sungai yang terletak di bagian ujung tenggara kawasan. Sungai ini merupakan satu-satunya lepasan-air (outlet) dari Danau Laut Bangko. Panjang sungai ini kira-kira 4,5 Km. dihitung mulai dari muara di Samudera Hindia sampai ke danau. Lebar permukaan sungai yang tidak tertutupi vegetasi berkisar antara 1,5-4 meter pada saat tidak turun hujan, tetapi di bagian hulu dimana aliran sungai bertemu dengan danau, lebar permukaan air mencapai 20 meter. Danau Laut Bangko terdapat di dalam kawasan T N G L Blok Kluet. Menurut PPA (1972), Danau Laut Bangko memiliki luas kira-kira 250 Ha. (+ 2500 m x 1000 m) dan kedalaman' kira-kira 40 meter, sedangkan dari Bakosurtanal (1980) terukur luasnya 70 Ha. Pada pengamatan ini, penulis memperkirakan luas danau adalah 200 ha. dan kedalaman ratarata 7,67 meter. Sebelumnya, Danau Laut Bangko mempunyai dua sungai yang menjadi tempat lepasan-air, yaitu Krueng Ujung Karang dan Krueng Alualhok yang mengalir melewati Desa Bakongan, tetapi pada saat ini Krueng Alualhok menjadi buntu. Sebagai masukan-air (inkt) untuk danau ini adalah Krueng Merah (dikatakan demikian karena air sungai berwarna merah yang berasal dari tanah gambut), Krueng Saing dan Krueng Laut Cut. D i Krueng Laut Cut terdapat pulau kecil (0,5 Ha.) yang ditumbuhi oleh pohon dan semak, yang disebut Pulau We. Danau Laut Bangko dikelilingi 3 buah gunung, yaitu Gunung Teungku yang memanjang dari tenggara kearah timur bersambung dengan Gunung Tam Timur di timur laut dan kemudian Gunung Tam Barat. 2.1.3 Iklim Menurut Schmidt dan Ferguson, kawasan T N G L Blok Kluet termasuk kedalam kategori iklim A . Dari data yang dikumpulkan oleh Pos Meteorologi dan Geofisika Kluet Selatan di Kandang, untuk tiga tahun terakhir ini (1988 - 1990) telah terjadi penurunan jumlah curah hujan (lihat tabel 1). Pada tahun 1988 jumlah curah hujan adalah sebesar 3790,5 mm/tahun. dengan rata-rata sebesar 315,87 mm/tahun dan bulan terbasah terjadi pada bulan Maret dengan curah hujan sebesar 587 mm/tahun. Keadaan ini menurun pada tahun 1989 menjadi sebesar 2503 mm/tahun dengan rata-rata 208,58 mm/tahun dan bulan 5
terbasah terjadi pada bulan Februari sebesar 312,5 mm/tahun. Pada tahun 1990, jumlah curah hujan menurun kembali menjadi 1005 mm/tahun dengan rata-rata sebesar 83,75 mm/tahun dan bulan terbasah pada bulan April sebesar 151 mm/tahun.
2.1.4 Geologi dan Tanah (Seluruh informasi bersumber dari PPA, 1972) S t r u k t u r g e o l o g i t a n a h d i k a w a s a n T N G L B l o k K l u e t p a d a b a g i a n b a r a t yang berdekatan dengan pantai terdiri dari batuan Novair (aluvium), di bagian tengah terdiri dari batuan Paleogen (pada jaman Oligocean dan Eocean) dan di bagian timur tersusun dari batuan Permo carbon (Antra calithium) (Yaarboek V . h Mijnwezen in N.O.I, 1918). Adapun struktur tanah di sepanjang pantainya terdiri dari tanah Regosol dari bahan induk A l l u v i a l . Pada daerah dataran rendah terdiri dari tanah organosol dan Gley humus yang berasal dari bahan-bahan induk Alluvial, sedangkan pada daerah peralihan antara dataran rendah dan pegunungan terdiri dari tanah podsolik merah kuning latosal dan litosal yang berasal dari bahan induk batuan beku. 2.1.5 Aksesibilitas Kawasan T N G L Blok Kluet terletak dipinggir jalan antara Medan - Banda A c e h . Jalan raya ini memanjang sejajar dengan pantai. Untuk mencapai kawasan ini, dari Banda Aceh dapat ditempuh dengan kendaraan umum bis jurusan Medan - Banda Aceh atau sebaliknya. Lokasi ini juga dapat dicapai dari Kutacane (tempat kantor Taman Nasional Gunung Leuser berada) dengan menggunakan kendaraan umum. Rute yang dianjurkan untuk mencapai lokasi ini dari arah Kutacane dengan lamanya perjalanan masing-masing adalah : Medan Kutacane Kotabuluh Sidikalang Subullussalam Bakongan Kandang
-
Kutacane * Kotabuluh Sidikalang Subullussalam Bakongan Kandang Pos Singgah Mata
: 216 K m . . : 2,5 Jam : 4 Jam : 3,5 Jam : 4 Jam : 30 Menit : 10 Menit
Kawasan T N G L B l o k Kluet terletak di sepanjang jalan antara Kecamatan Bakongan dan Kecamatan Kandang, yaitu pada km 488 sampai dengan km 496 dari arah Medan.
6
Tabel 1.
Data Curah Hujan di Kawasan Suaka Margasatwa Kluet
Tahun
1988
1989
Bulan
Jumlah hari hujan (hr)
Januari Februari Marct April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
7 8 17 9 7 5 6 18 20 6 12 8
246 212,5 587 303,5 163,5 218 199 541,5 512 197,5 337 273
6 7 5 8 8 6 11 5 9 15 13 9
Jumlah
123
3790,5
102
Rata-rata Sumber :
10,25
Jumlah curah hujan (mm)
Jumlah hari hujan (hr)
315,87
1990
Jumlah curah hujan (mm)
8,5
112 312,5 162,5 291,5 201,5 163 221 229,5 184 305,5 214 106 2503 208,58
Jumlah hari hujan (hr)
Jumlah curah hujan (mm)
10 9 11 13 9 7 9 4 6 10 10 12
110 109 115 151 89 54 74 38 41 63 44 117
110
1005
9,16
Pos Metcorologi dan Geofisika Kluet Selatan di Kandang.
Gambar 1.
Rata-rata Curah Hujan di Kawasan Suaka Margasatwa Kluet (Tahun 1988 - 1990)
7
83,75
B A B III HASIL PENGAMATAN 3.1
VEGETASI
Secara u m u m , tipe komunitas vegetasi di dalam kawasan T N G L B l o k K l u e t dapat dibedakan menjadi 6 tipe, yaitu Tipe Vegetasi Hutan Pantai, Hutan Sekunder/Campuran, Hutan Rawa A i r Tawar, Hutan Rawa Gambut, Hutan Pegunungan dan Vegetasi Perairan. 3.1.1 Tipe Vegetasi Hutan Pantai Tipe vegetasi ini terdapat disepanjang garis pantai kawasan, memanjang dari patok batas K m . 496 di tenggara sampai dengan patok batas K m . 488 di barat laut. Lebar vegetasi pantai rata-rata 50 meter dihitung dari garis terluar yang berbatasan dengan pantai sampai dengan jalan raya. Struktur vegetasi yang terdapat disini merupakan campuran antara pohon yang tumbuh secara alami dan pohon yang ditanam melalui program penghijauan. Jenis-jenis tegakan yang ditemukan pada vegetasi hutan pantai mewakili 3 jenis tegakan, yaitu sapling (anakan atau individu jenis-jenis vegetasi yang mempunyai diameter < 2 cm), belta (individu dari tipe vegetasi yang mempunyai diameter batang antara 2 cm. - 10 cm.) dan pohon (individu yang mempunyai diameter batang > 10 cm.). Pada kategori sapling terutama didominasi oleh jenis rerumputan dan tumbuhan yang menjalar di permukaan tanah, sedangkan dari kategori belta terutama terdiri dari semak-semak seperti Lantana camara, Eupathoriwn riparium dan sejenis pohon dari famili Myrtaceae yang oleh penduduk setempat disebut dengan pohon B a ram. Dari kelompok pohon terutama didominasi oleh jenis-jenis yang khas terdapat di daerah pantai, yaitu Pandan (Pandanus tectorius), Berembang (Sonneratia sp), Butun (Barringtonia asiatica), Bunut (Calophyllum inophyllum) Cemara laut (Casuarina equisetifolia) dan Ketapang (Terminalia catapa). Cemara laut merupakan jenis tumbuhan yang ditanam melalui program penghijauan yang dilaksanakan pada tahun 1975. Jenis Pandan tumbuh berkelompok mendominasi bagian terluar hutan pantai, berbatasan dengan garis pantai. Selain itu juga masih ditemukan di bagian dalam hutan. Butun, Ketapang dan Bunut hanya ditemukan beberapa pohon, terutama di daerah Singgah Mata (berdekatan dengan Pos Penjagaan Penyu) dengan ketinggian pohon sampai 20 meter. D i b a n d i n g k a n dengan jenis lainnya, jenis Berembang paling jarang ditemukan, hanya meliputi kurang dari 10 pohon, dan ditemukan soliter terutama di bagian terluar hutan pantai. Permukaan tanah pada habitat ini umumnya terdiri dari formasi pasir pantai halus. Hampir tidak ditemukan adanya seresah dari guguran daun pada permukaan tanah. Penutupan tajuk relatif terbuka (< 50%). 3.1.2 Tipe Vegetasi Hutan Sekunder/Campuran Tipe vegetasi ini merupakan sambungan dari tipe hutan pantai. D i beberapa lokasi, terjadi percampuran antara keduanya. Sebagian besar ditumbuhi oleh jenis-jenis tumbuhan dari 8
f a m i l i Myrtaceae. S e l a i n itu j u g a d i t e m u k a n j e n i s - j e n i s semak s e p e r t i Melastoma malabatricum serta pohon merambat seperti rotan (Calamus sp). Pada beberapa lokasi yang berdekatan dengan wilayah perairan, masih ditemukan jenis pandan. 3.1.3 Tipe Vegetasi Hutan Rawa A i r Tawar Terutama dicirikan oleh adanya genangan air di beberapa tempat serta pada bagian tepinya ditumbuhi oleh beberapa jenis tumbuhan yang khas, seperti Rumput-rumput air marga Carex dan Mimosa dari famili Cyperaceae, sambang (Lasia spinosa) dan Seureupik (Hanguana malayana), juga masih ditemukan pohon pandan. Jenis-jenis pohon tahunan (annual trees) yang tumbuh pada habitat ini antara lain adalah Sibreuh breuh (Eugenia sp), Medang ara (Talauma rubra), R u b i bungo (Kickcia sp) dan Rengas (Gluta renghas). 3.1.4 Tipe Vegetasi Hutan Rawa Gambut T i p e vegetasi i n i menempati sebagian besar areal lahan basah di T N G L B l o k Kluet. Merupakan kelanjutan dari struktur hutan rawa air tawar. Kedalaman gambut yang diukur dengan menggunakan tongkat kayu di beberapa lokasi dan pengukuran irisan melintang yang terdapat pada pinggir Krueng Ujung Karang adalah berkisar antara 0,5 meter - 2 meter. Jenis-jenis tumbuhan yang ditemukan disini antara lain adalah Agathis sp, Seumantuk (Shorea sp), Tampu pulut (Macaranga sp), Langsat (Lansium domesticum), Salak Hutan (Zalacca sp). 3.1.5 Tipe Vegetasi Hutan Pegunungan Hanya ditemukan pada batas tepi Danau Timur dan Gunung Teungku. Jenis-jenis a n t a r a l a i n a d a l a h M e r a n t i (Shorea (Taraktogenos gracilis), Gelam (Melaleuca
Laut Bangko, Yaitu di Gunung Tam Barat, Tam tumbuhan yang banyak ditemukan di daerah ini sp), S i b r e u h b r e u h (Eugenia sp), M a t a ulat leucandendron) dan Seumantuk (Shorea sp).
3.1.6 Tipe Vegetasi Perairan Danau Hanya terdapat di Danau Laut Bangko, terutama ditumbuhi oleh jenis Teratai (Nelumbium sp), rumput-rumputan dari marga Carex (famili Cyperaceae) serta Bakung-bakung-bakung (Hanguana malayana). 3.2
FAUNA
T N G L . Blok Kluet memiliki kekayaan yang cukup melimpah dalam hal kandungan faunanya. Jenis-jenis hidupan liar yang dapat ditemukan di dalam kawasan, diuraikan dalam gambaran dibawah ini. 3.2.1 Ikan Beberapa jenis ikan yang dapat dicatat dari para penangkap ikan maupun terlihat langsung dilapangan, antara lain adalah Gabus (Ophiocephalus sp), Lele (Clarias batrachus), Merah mata (Osteochilus vittatus), Dundung (Anguilla sp), Leik, Bedaah, dll. 9
Jenis-jenis tersebut sebagian besar dapat ditemukan di perairan Danau Laut Bangko atau di Sungai Ujung Karang. 3.2.2 Reptilia Beberapa jenis reptilia yang ditemukan langsung atau tanda-tandanya antara lain adalah K a d a l (Mabouja multifasciata), Bunglon (Calotes jubatus), Hap-hap (Draco volans), Biawak (Varanus salvator) dan Buaya Muara (Crocodylus porosus). Disamping itu, dari penuturan petugas, pada bagian pantai kawasan ini juga ditemukan penyu dari jenis Dennochelys coriacea dan Eretmochelys imbricata. 3.2.3 Burung
Selama pengamatan ini hanya berhasil ditemukan sebanyak 42 jenis burung. Beberapa jenis yang paling umum terlihat adalah Pycnonotus goiavier, Treron vernans, Aethopyga sipa Prionochilus maculosus, Acridotheres javanicus dan Orthotomus. D i Danau Laut Bangko jenis burung yang paling umum terdengar suaranya adalah Argusianus argus, Megalaima sp dan Rhinoplax vigil. 3.2.4 Mammalia
Paling sedikit 12 jenis mamalia telah dapat diidentifikasi, baik melalui pertemuan langsung, jejak maupun suaranya. Jenis-jenis tersebut adalah Sus sp, Cervus sp, Callosciurus prevostii, Macaca fascicularis, Symphalangus syndactilus, Presbytis cristata, Pongo pygmaeus, Paradoxurus hermaphroditus, Panthera tigris, Neofelis nebulosa, Pteropus vampyrus d Hclarctos malayanus. 3.3
A K T I F I T A S P E N D U D U K DI S E K I T A R K A W A S A N D A N P E N G A R U H Y A N G DITIMBULKANNYA
Beberapa jenis aktifitas yang dilakukan oleh penduduk yang bertempat tinggal di sekitar kawasan telah dapat diidentifikasi, beberapa diantaranya mempunyai keterkaitan langsung dengan keberadaan kawasan T N G L Blok Kluet, dan akibatnya akan memberikan pengaruh yang berupa tekanan terhadap struktur keseimbangan ekosistem di kawasan tersebut. Hampir seluruh jenis kegiatan yang dapat diidentifikasi di lapangan merupakan kegiatan yang telah dilaksanakan sejak lama, turun temurun dari satu generasi ke generasi selanjutnya. H a l ini, bagaimanapun, harus dipertimbangan sebagai faktor penentu keberhasilan program pengelolaan kawasan yang akan dilaksanakan kemudian. 3.3.1 Penggembalaan Kerbau D i seluruh Kecamatan Kluet Selatan dan Bakongan saat ini terdapat sebanyak lebih dari 100 orang peternak kerbau dengan lebih dari 300 ekor kerbau. Pada saat musim pengerjaan sawah, penduduk setempat menggunakan kerbau-kerbau tersebut untuk keperluan membajak sawah dan pekerjaan lainnya. Penduduk setempat mempekerjakan kerbau di sawah mereka selama kira-kira 6 bulan. Untuk jangka waktu 6 bulan berikutnya, mereka meiepaskan kerbau-kerbau tersebut ke daerah pegunungan atau di pantai, beberapa diantaranya berkeliaran di dalam kawasan. Berkeliarannya kerbau-kerbau tersebut di dalam kawasan merupakan salah satu masalah besar yang dapat diidentifikasi ( P P A , 1972). H a l ini merupakan kegiatan yang telah dilaksanakan sejak lama dan berlangsung secara turun 10
temurun dan belum ditemukan jalan pemecahan terbaik, meskipun telah dilaporkan kepada aparat tingkat propinsi. Kerbau yang telah digunakan di sawah kemudian dilepaskan begitu saja, tanpa ikatan. Satusatunya hal yang dapat digunakan oleh pemilik untuk mengenali kerbaunya adalah dengan memberikan tanda pada bagian-bagian tubuh tertentu. K e r b a u diberi tanda dengan menggunakan cap dari besi panas pada bagian paha atau pantat. Selain itu juga bisa dilakukan dengan memberikan sayatan pada bagian telinga atau ekor, sedemikian rupa sehingga terdapat perbedaan antara milik seseorang dengan yang lainnya. Pada saat penduduk kembali memerlukan kerbau-kerbau tersebut, mereka mencari dan menggiringnya ke kandang-kandang yang sebagian terletak di dalam kawasan. Sebenarnya, pada tahun 1975 pihak Dinas Agraria setempat telah melakukan penjajagan untuk menyediakan pengganti padang penggembalaan, yaitu di daerah Kubang Gajah (Padang Ketek), tapi ternyata kemudian digagalkan. Penunjukkan areal kandang di dalam kawasan merupakan hasil persetujuan antara masyarakat dengan pihak kecamatan. Untuk keperluan pengelolaan kandang tersebut, ditunjuk beberapa orang warga yang diberi tanggung jawab untuk urusan pengelolaannya. 3.3.2 Pengambilan Hasil Hutan Sampai saat dilakukannya pengamatan ini, masih diperoleh informasis adanya pemanfaatan kawasan S M . Kluet untuk berbagai keperluan. Jenis-jenis hasil hutan yang dimanfaatkan oleh penduduk setempat adalah seperti diuraikan di bawah ini. a.
Pengambilan Jelutung
Hingga tahun 1989, di kawasan ini masih ditemukan penduduk yang mengambil jelutung (Dyera costulata), terutama di kawasan blok hutan Pucuk Lembang (Staf P H P A , komunikasi pribadi). Kegiatan pengambilan jelutung diperkirakan masih berlangsung sampai saat ini, meskipun dalam jumlah yang lebih kecil dibandingkan dengan waktu yang lalu. Jumlah pencari jelutung yang terpantau oleh para petugas setempat mencapai 56 orang. Bagian tumbuhan jelutung yang biasa diambil hanyalah getahnya saja. Tidak pernah ditemukan adanya pengambilan/penebangan batang kayu. Hal itu mungkin disebabkan oleh sulitnya aksesbilitas yang disebabkan oleh adanya batas yang berupa bentang alam. Getah jelutung yang berhasil dikumpulkan kemudian dijual ke Medan seharga R p . 750,00 per kilogram. b.
Pengambilan Rotan
Pengambilan rotan lebih umum dilakukan dan masih berlanjut sampai saat ini. Kegiatan ini hanya dilakukan dalam skala kecil dan digunakan untuk keperluan sehari-hari penduduk setempat, seperti untuk tali, alat pikul, alat penangkap ikan dan alat-alat rumah tangga. 11
c.
Pengambilan Madu Lebah
Terutama dilakukan pada bulan September, berkaitan dengan musim berbunga dari jenisjenis tumbuhan yang ditempati sarang. kebanyakan sarang lebah tersebut ditemukan pada pohon tualang (Cryptocaya ferrea). Penduduk menggunakan tangga bambu dengan obor untuk mengasapi sarang. Pengambilan dilakukan pada malam hari (sekitar jam 20.00 WIB) terutama pada saat bulan gelap. Umur sarang yang terbaik untuk diambil madunya berkisar antara 15 - 20 hari. Menurut besarnya sarang, penduduk bisa rrtemperoleh 2 - 6 liter madu per sarang. Hasilnya dijual pada masyarakat setmpat atau pada agen-agen dengan harga R p . 4.000,00 per botol besar. d.
Pengambilan Kayu untuk Bahan Bangunan
Aktifitas ini dilakukan dalam skalayang lebih besar dibandingkan dengan pengambilan hasil hutan lainnya. D i beberapa lokasi sepanjang Krueng Ujung Karang ditemukan rebahan pohon besar serta pondok darurat dan kayu hasil gergajian. Melihat ukuran dan kondisi kayu serta lokasi ditemukan kayu gergajian, dapat dipastikan bahwa kegiatan tersebut telah berlangsung dalam jangka waktu yang cukup lama dan dalam jumlah yang cukup banyak. Penebangan kayu nampaknya dilakukan dengan cukup terbuka dan teroganisir. Waktu penebangan biasanya disesuaikan dengan kondisi hari hujan yang akan berkaitan dengan besarnya air di Krueng Ujung Karang. Hasil tebangan pohon akan digergaji di tempat dan dialirkan melalui Krueng Ujung karang untuk kemudiaan dinaikkan ke darat di Jembatan Ujung karang ( P H P A , komunikasi pribadi). 3.3.3 Penangkapan ikan Sumber daya perikanan adalah salah satu potensi yang terkandung di dalam kawasan suaka, maupun di wilayah perairan laut di sekitar kawasan. Tiga jenis alat yang umum digunakan oleh penduduk setempat untuk menangkap ikan adalah bubu, jaring dan pancing. Bubu adalah alat penangkap ikan yang terbuat dari bambu dan berbentuk silinder. Pada bagian bawah dibuat lubang, sedemikian rupa sehingga ikan dapat masuk ke dalam bubu tetapi tidak mungkin keluar. Bubu biasanya diletakkan berdiri di pinggir sungai atau danau, diikat supaya tidak terbawa arus dan kemudian ditimbun oleh daun-daunan agar tersamar. Penyimpanan ini biasanya dilakukan sampai selama 3 bulan. Untuk satu kali penyimpanan, bubu yang digunakan bisa mencapai lebih dari 5 buah. Dalam satu kali pengambilan, para nelayan bisa melakukan panen sebanyak 50 kilogram. Untuk penangkapan dan penyimpanan ikan, mereka menggunakan Jalo (sampan kecil) b e r u k u r a n 1 m x 5 m. Pada bagian tengah sampan d i b e r i penyekat dan tutup yang berfungsi untuk penyimpanan ikan. •
Ketiga alat tersebut adalah yang biasa digunakan di perairan tawar, seperti di sepanjang Krueng Ujung karang dan perairan Danau Laut Bangko. sedangkan alat-alat yang biasa digunakan di perairan laut adalah : 12
Pukat Pukat cincin Jaring lingkar (jaring yang dipasang berputar) Jaring klitik (Jaring yang dipasang berputar tetapi terbuat dari bahan nilon) Jaring insang tetap (Jaring yang dipasang memanjang dan terbuat dari bahan nilon) Bagan (Jaring pasang pada bagian bawah dari "rumah" yang terbuat dari bambu dan dipasang dilepas pantai) Tangguk (Penangkap ikan berangka bundar) R a w a i tetap (beberapa buah pancing d i i k a t pada seutas t a l i . Panjang tali bisa mencapai 1 km dan jumlah mata pancing bisa mencapai 1000 buah) Pancing tonda (sejumlah pancing diikat di perahu dan kemudian ditarik. Umpan yang digunakan berupa umpan tiruan yang terbuat dari pelastik. Satu buah perahu bisa menarik sampai 50 buah pancing)
-
Hasil panenan ikan dijual dalam 2 bentuk, yang sebagian ikan segar atau dalam bentuk ikan kering/ikan asap, di Bakongan dijual Rp. 4.000,00 per kg atau Rp. 6.000,00 per kg. di daerah Kabanjahe. Selain penangkapan ikan, dengan alat pancing penduduk juga biasa menangkap jenis kurakura air tawar (labi-labi/7Vyortix sp) yang dijual seharga Rp. 800 per kg. 3.3.4 Penangkapan Burung Masih ditemukan adanya penduduk yang menangkap burung di sekitar kawasan. Pada umumnya mereka menangkap burung hanya untuk keperluan nutrisi sehari-hari. Beberapa cara yang biasa dipergunakan oleh penduduk untuk menangkap burung, antara lain: a.
Memasang jaring di sarang. Dengan metoda ini mereka membuat jaring berbentuk silinder di dekat sarang. Pemasangan dilakukan pada saat induk burung sedang pergi mencari makan, sedemikian rupa, sehingga pada saat induk datang dan akan hinggap di sarang, ada beberapa bagian tubuh yang kemudian terjerat. Jenis-jenis burung yang biasanya tertangkap dengan metoda ini terutama dari famili ketilang (Pycnonotidae).
b.
Memasang jaring di lapangan (mist net). Jaring biasanya terbuat dari senar plastik dengan panjang_+ 20 meter, lebar _+ 8 cm dan lebar mata jala_+ 8 cm. Kedua ujung jaring diikatkan pada tongkat dan kemudian ditarik ke atas, diantara 2 pohon dengan ketinggian sampai 10 meter. Dengan metoda ini burung yang biasanya tertangkap adalah yang biasa terbang tinggi, terutama dari famili Columbidae.
c.
Menggunakan getah pohon. Pada bagian tertentu dari batang pohon yang biasa disinggahi burung diberi getah, sehingga bagian tubuh burung akan menempel pada batang tersebut. Jenis p o h o n yang biasa d i p a k a i getahnya adalah p o h o n cempedak (Artocarpus heterophillus).
d.
M e n g g u n a k a n burung pemikat (bird decoy). Penangkapan d i l a k u k a n dengan menggunakaan kandang berpintu terbuka yang diisi dengan burung pemikat. D i dalam kandang juga disimpan air untuk minuman burung tersebut. Burung yang berada di luar akan tertarik dan masuk ke dalam kandang tersebut untuk kemudian pintunya akan 13
ditutup oleh penjaga kandang. Penduduk setempat mempercayai bahwa hanya orang orang tertentu (pawang) yang bisa melakukan hal ini, karena mereka beranggapan bahwa proses ini dilakukan dengan menggunakan tenaga magis melalui air yang tersimpan dalam sangkar tersebut. 3.3.5 Penangkapan/Perburuan Mammalia Besar Beberapa jenis mammalia besar masih ditangkap oleh penduduk setempat di sekitar lokasi Kawasan. Binatang tersebut sebagian besar ditangkap dengan'menggunakan jerat. Jenis yang paling banyak ditangkap adalah rusa (Cervus sp), namun demikian kadang-kadang jerat yang dipasang untuk menangkap rusa kemudian menjerat binatang lain yang bukan merupakan sasaran. Pada bulan mei 1991 seekor badak sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) telah terjerat oleh jerat penangkap rusa tersebut di daerah Pucuk Lembang, yang masih termasuk ke dalam kawasan suaka margasatwa. jerat tersebut terikat pada kaki badak dan terbawa, sehingga dikhawatirkan akan mengganggu perkembangan kakinya (PHPA, komunikasi pribadi). Selain perburuan yang dilakukan oleh penduduk setempat untuk keperluan sehari-hari, penulis juga menemukan adanya perburuan yang dilakukan sebagai hobi saja. para pemburu melakukan kegiatannya pada malam hari dengan menggunakan mobil terbuka yang dilengkapi dengan lampu sorot berkekuatan besar dan senapan angin. Satu kelompok pemburu beranggotakan sampai 4 orang. Mereka menyusuri jalan raya yang memotong kawasan dan menembaki binatang yang kebetulan melintasi jalan. 3.3.6 Pengambilan Telur Penyu Pada saat terjadinya musim timur di pantai barat Aceh (Januari-Juni), dua jenis penyu, yaitu penyu belimbing (Dermochelys coriacea) dan penyu sisik (Eretmochelys imbricata) kerapkali terlihat naik dan bertelur di pantai tersebut. Hal tersebut kemudian mengundang penduduk setempat untuk melakukan pengambilan telur penyu ini. pengambilan juga dilakukan di dalam kawasan. Telur penyu yang berhasil mereka kumpulkan pada umumnya digunakan untuk keperluan sendiri dan hanya sebagian kecil saja yang mereka jual di pasar setempat. 3.3.7 Pengambilan Sarang Burung Kegiatan pengumpulan sarang burung walet {Collocalia fuciphaga) dilakukan di sebuah goa yang bernama Goa sarang di dekat kampung Pucuk Lembang. Sebelum dilakukannya penata batasan ulang, goa ini berada di luar kawasan T N G L Blok Kluet dan pengusahaan pengambilan sarang burung tersebut dilakukan sepenuhnya oleh pihak swasta (penduduk setempat), tetapi setelah daerah ini kemudian masuk ke dalam wilayah kawasan, pemegang hak pengusahaannya dialihkan kepada pihak yang lain dengan memberikan pajak pendapatan kepada Dinas Pendapatan Daerah setempat. 3.4 DANAU LAUT BANGKO Danau Laut Bangko terletak di tengah kawasan T N G L Blok Kluet. Potensi alam yang dimilikinya terutama berupa kekayaan ikan, baik yang terdapat di danau itu sendiri maupun di perairan sungai yang terdapat di sekitarnya. Selain itu, adalah berupa vegetasi 14
hutan dipterocarpaceae yang memiliki tumbuhan dengan diameter setinggi dada (d.b.h) sampai 2 meter dan ketinggian sampai 25 meter. Struktur penyusun dasar danau berupa pasir putih halus dengan air permukaan berwarna kecoklatan. Suhu permukaan air rata-rata 34°C dan p H berkisar antara 6 - 7 dan kedalaman 7,67 meter dengan intensitas cahaya 1,67 meter. Sampai dengan tahun 1980, areal di tepian Danau Laut Bangko (terutama di kaki Gunung Teungku) masih dihuni oleh penduduk dari desa-desa terdekat. Tercatat sebanyak 3 kepala keluarga masih mendiami tempat-tempat tersebut (Burhan, Komunikasi Pribadi). terdapatnya daerah hunian di sekitar Danau Laut Bangko juga dapat dilihat dari masih ditemukaannya jenis-jenis tanaman pangan yang digunakan untuk keperluan hidup mereka sehari-hari, seperti Durio zibcthinus, Mangifera indica, Eugenia aromaticum, Citrussp, Ipomoea aquatica, Curcuma domestica, Parkia speciosa, Lansium domesticum, Dyospiros sp, Nephclium lappaceum dan Tamarindus indica. Pada saat ini, danau tersebut masih digunakan oleh penduduk setempat sebagai daerah untuk mencari ikan. penduduk nampaknya cukup leluasa untuk menangkap ikan di wilayah perairan danau. Ditempat-tempattertentu juga ditemukan gubuk-gubukyang biasa digunakan oleh pencari ikan untuk beristirahat.
15
BAB IV DISKUSI Dilihat dari peruntukannya sebagai bagian dari Taman Nasional Gunung Leuser, T N G L Blok Kluet Mempunyai fungsi yang tidak marginal. Meskipun luasnya relatif lebih kecil dibandingkan dengan dua kawasan lainnya yang terletak di dalam komplek Taman Nasional Gunung Leuser (bandingkan dengan S M . Gunung Leuser yang luasnya 416.500 hektar dan S M . Kappi seluas 150.000 hektar), tetapi kawasan T N G L Blok Kluet memiliki keunikan tersendiri dalam hal potensi keragaman tipe vegetasi yang dimilikinya. Hutan Rawa Gambut serta Hutan pegunungan yang didominasi oleh pohon-pohon dari famili Dipterocarpaceae yang mempunyai nilai ekonomi tinggi adalah salah satu contoh potensi kawasan yang telah banyak dilirik untuk dieksplorasi. Sumber daya lain yang mempunyai nilai ekonomi tinggi untuk penduduk setempat adalah sektor perikanan. Tidak diperoleh gambaran yang pasti, berapa jumlah penduduk setempat yang mencari ikan terutama di wilayah perairan Danau Laut Bangko dan Krueng Ujung Karang, hanya dari gambaran selintas dan informasi dari petugas Taman Nasional serta penduduk setempat diperkirakan tidak kurang dari 10 kelompok (biasanya terdiri dari 2 orang) penduduk menggantungkan sebagian kehidupannya dari mencari ikan di dalam kawasan. Jika dalam waktu 3 hari satu kelompok bisa mengumpulkan sebanyak 30 kg (dari pengamatan di lapangan satu kelompok bisa menangkap sampai 50 kg), maka dalam waktu satu bulan bisa dikumpulkamn sebanyak 300 kg/2 orang atau senilai Rp. 600.000,-/2 orang nelayan, suatu jumlah yang tidak sedikit. Apabila dilihat dalam jumlah total perolehan seluruh nelayan, maka minimal 3000 kg dapat ditangkap hanya dari perairan Danau Laut Bangko saja, atau senilai Rp. 6.000.000,-. Ditinjau dari sisi pelestarian plasma nutfah, kawasan i n i juga menjadi tempat hidup beberapa jenis hidupan liar yang dilindungi oleh undang-undang perlindungan satwa liar di Indonesia, seperti burung kuau (Argusianus argus), enggang (Rhinoplaxvigil), siamang (Symphalangus syndactilus), orang utan (Pongo pygmaeus), beruang madu (Helarctos malayanus) dan bahkan kawasan ini diketahui sebagai basis dari habitat yang tersisa untuk kehidupan harimau sumatera (Panthera tigris). Namun demikian, masih ditemukan adanya berbagai permasalahan di dalam kawasan tersebut. Kurang jelasnya tapal batas kawasan merupakan salah satu penyebab terjadinya gangguan. Selain itu, pembuatan batas kawasan yang dimulai pada titik 200 meter pada Krueng Ujung Karang dan Krueng Lembang akan menyebabkan berkurangnya efektifitas penjagaan keamanan kawasan. Kurang jelasnya mintakat penyangga pada batas tersebut m e n y e b a b k a n masyarakat setempat cukup leluasa untuk m e m a s u k i kawasan dan memanfaatkan sumber daya didalamnya, dengan alasan bahwa mereka melakukan kegiatan tersebut di luar batas kawasan. Apalagi j i k a dilihat bahwa tidak ada satupun papan pemberitahuan atau penjagaan yang menandakan bahwa daerah tersebut sudah termasuk ke dalam kawasan. Letak pos penjagaan yang cukup jauh jaraknya dengan beberapa sungai yang merupakan jalan masuk menuju kawasan, menyulitkan para petugas untuk melakukan pengawasan terhadap penduduk yang memasuki kawasan. Pelaksanaan patroli yang berkesinambungan juga tidak didukung oleh adanya sarana angkutan darat maupun air yang memadai. Resort T N G L Kluet Selatan yang bertanggung jawab terhadap 16
pengamanan dan pengelolaan sebagian kawasan T N G L Blok Kluet sampai saat ini tidak memiliki sarana angkutan, baik mobil atau sepeda motor. Mengenai hal penebangan kayu yang dilakukan oleh para pemegang H P H , penulis tidak m e m p e r o l e h data yang akurat mengenai w i l a y a h tebangan m e r e k a . P P A (1972) menyebutkan bahwa penebangan hutan oleh para pemegang H P H berpotensi sebagai hal yang dapat menimbulkan tekanan terhadap kawasan, apalagi bila dilihat kenyataannya bahwa batas-batas kawasan masih belum jelas. Pada saat ini kawasan T N G L Blok Kluet telah dikelilingi oleh dua buah perusahaan yang bergerak dalam pengusahaan hutan di sekitar kawasan, yaitu PT. I N D A P dan PT. M R T . Dikhawatirkan bahwa wilayah kerja mereka telah mulai memasuki wilayah yang sebenarnya merupakan mintakat penyangga. Akibat dari adanya penebangan tersebut telah mulai dirasakan oleh penduduk setempat berupa seringnya datang banjir tiba-tiba meskipun hanya turun hujan yang tidak terlalu lebat. H a l i n i disebabkan oleh semakin berkurangnya tegakan-tegakan yang dapat menahan air hujan, sehingga curah hujan langsung diserap oleh tanah, karena sistem perakarannya sudah tidak mampu mengikat tanah dan mempertahankan air tanah, sehingga mengakibatkan erosi tanah dan mendatangkan banjir. A d a p u n penebangan kayu yang dilakukan dalam skala yang lebih kecil, seperti yang ditemukan di sepanjang Krueng Ujung Karang, sebenarnya lebih mudah untuk diketahui dan diatasi karena dapat terlihat dengan jelas bahwa kegiatan tersebut dilakukan di dalam kawasan yang notabene hal tersebut melanggar ketentuan yang tercakup untuk suatu kawasan margasatwa (Sumardja dkk., 1984). Meskipun dilakukan dalam skala yang lebih kecil tetapi kegiatan ini berpotensi sebagai faktor penekan terhadap kelestarian kawasan, karena d i l a k u k a n di beberapa lokasi yang berbeda dan berada di dekat mintakat inti. Penanggulangan yang terlambat terhadap masalah ini dikhawatirkan akan semakin memperluas wilayah perambahan. Perbaikan dan pengerasan jalan raya antara Medan - Banda A c e h , dilihat dari sudut pandang usaha pelestarian kawasan sebenarnya mempunyai dua akibat yang berbeda. Disatu pihak, pembuatan jalan ini akan membuka isolasi dan memperlancar arus lalu lintas yang menghubungkan kedua daerah yang berada di lintasan jalan tersebut. Sebelum dilakukan pengerasan jalan, penduduk yang berada di lintasan jalan ini mengalami kesulitan untuk memasarkan produk dari daerah mereka dan sebaliknya juga mengalami kesulitan untuk mendatangkan produk dari luar yang mereka b u t u h k a n . Pada saat pengamatan ini dilaksanakan, transportasi telah berjalan lancar, setiap hari terdapat beberapa m o b i l umum yang melayani angkutan jurusan B a n d a A c e h - M e d a n dan Subulussalam - Tapaktuan serta sebaliknya. D i sisi lain, apabila dilihat dari sudut pandang mengenai masalah pelestarian kawasan, perbaikan jalan ini akan menyebabkan lebih terbukanya kawasan terhadap tekanan yang datang dari luar kawasan. Jalan raya telah membagi kawasan menjadi dua bagian, masing-masing kawasan di bagian utara yang terdiri dari hutan rawa air tawar, hutan rawa gambut dan hutan pegunungan; serta kawasan di bagian selatan yang terdiri dari hutan pantai dan hutan sekunder/campuran. Keadaan ini akan menyulitkan mammalia besar yang hidup di bagian utara, seperti harimau sumatera, babi hutan dan rusa untuk mencari makanan tambahan (telur penyu) di daerah pantai. Keadaan seperti ini juga akan mendatangkan tekanan lain dalam bentuk perburuan oleh penduduk dan/atau pemburu yang datang dari daerah lain, terhadap satwa-satwa yang m e l i n t a s i j a l a n . D a r i hasil wawancara dengan beberapa orang sopir dan kondektur 17
kendaraan umum, diperoleh informasi bahwa mereka sering melihat beberapa ekor mammalia besar melintasi jalan dan kemudian diburu. Beberapa usaha pelestarian satwa telah dilaksanakan oleh para petugas Taman Nasional, tetapi belum memberikan hasil yang maksimal. Diantaranya adalah penangkaran penyu. Satu buah tempat penangkaran telah dibuat di daerah Pantai Singgah M a t a berikut pos penjagaan pada tahun 1989. D i tempat ini telah dicoba untuk menangkarkan 2 jenis penyu, yaitu Eretmochelys imbricata dan Dermochelys coriacea. Sangat disayangkan bahwa kegiatan ini ternyata belum memberikan hasil yang memuaskan, karena telur yang diambil dari pantai di sekitar dan di dalam kawasan ternyata belum pernah menetas menjadi tukik. Kendala utama untuk hal ini adalah te'rbatasnya pengetahuan para petugas di lapangan. U n t u k hal tersebut, salah satu j a l a n keluar yang disarankan penulis adalah dengan memberikan pengayaan ilmu kepada para petugas termaksud dengan mengikuti pelatihan penangkaran penyu yang diadakan oleh Ditjen P H P A atau B a l a i L a t i h a n Kehutanan. Penulis Juga telah mencoba menjajagi kemungkinan bantuan bahan pustaka dibidang penangkaran penyu dari W W F - I n d o n e s i a dan dari T a m a n Nasional L a u t Kepulauan Seribu. Bentuk lain dalam usaha pelestarian kawasan T N G L Blok Kluet ini, sejak tahun 1975 telah d i l a k u k a n penyemaian atau penanaman biji cemara laut (Casuarina equisetifolia) di sepanjang tepian pantai Singgah Mata. H a l ini dimaksudkan untuk menjaga dan/atau mengurangi pengaruh abrasi daratan pantai terhadap ombak. Usaha ini sedikit banyak telah memberikan hasil yang nyata terhadap ekosistem pantai tersebut, dimana sistem perakaran vegetasi pantai di kawasan ini masih mampu menahan dan/atau mengurangi infiltrasi/perembesan air laut ke daratan. Kondisi i n i dapat dibuktikan dengan masih ditemukan sumber air tawar pada jarak sekitar 25 meter dari garis pantai.
18
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1
KESIMPULAN
1.
T N G L B l o k K l u e t terbagi menjadi beberapa tipe komunitas vegetasi, antara lain vegetasi hutan pantai, hutan campuran, hutan rawa air tawar, hutan rawa gambut, hutan pegunungan dan vegetasi perairan danau
2.
Salah satu potensi alam yang menonjól di dalam kawasan T N G L Blok Kluet, adalah Danau Laut Bangko. Danau ini memiliki nilai penting karena berada di tengah kawasan dan dikelilingi oleh hutan pegunungan
3.
Sumber daya utama yang terdapat di perairan kawasan adalah sumber daya perikanan yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat setempat
4.
Beberapa jenis kegiatan masih dilakukan oleh penduduk di dalam kawasan. Empat jenis kegiatan dapat diidentifikasikan berpotensi menimbulkan gangguan terhadap kawasan, yaitu penggembalaan kerbau, penebangan kayu, pengambilan ikan di Danau Laut Bangko dan perburuan satwa liar dengan menggunakan alat-alat modern. Selain itu kegiatan para pemegang H P H yang beroperasi di dekat batas kawasan juga telah dirasakan menimbulkan akibat ekologis terhadap lingkungan sekitarnya.
5.
Diperlukan kegiatan penelitian lanjutan yang lebih terinci.
5.2 S A R A N - S A R A N 1.
Perubahan batas kawasan pada titik 200 meter di Krueng Lembang dan Krueng Ujung Karang menjadi pada jembatan Krueng Ujung Karang dan Krueng Lembang. H a l ini dimaksudkan untuk mempermudah pengawasan terhadap para perambah kawasan.
2.
Perlu dibuatkan beberapa buah papan pengumuman tentang kawasan serta sanksi yang dikenakan bagi pelanggar peraturan. Papan pengumuman tersebut sebaiknya diletakan pada ujung Krueng Ujung Karang dan Krueng Lembang, sebagai jalan masuk utama menuju ke kawasan.
3.
Perlu pembuatan pos-pos penjagaan terutama di ujung Krueng Ujung Karang dan Krueng Lembang.
4.
Penegakkan hukum bagi para pelanggar peraturan atau perambah kawasan dengan berlandaskan kepada perundang-undangan yang berlaku.
5.
Pengadaan sarana angkutan untuk p a t r o l i lapangan bagi para petugas T a m a n Nasional, minimal 1 buah sepeda motor dan 1 buah sampan.
19
6.
Perlu penambahan tenaga petugas di lapangan, mengingat luas kawasan yang tidak sebanding dengan petugas yang ada. H a l ini juga dimaksudkan untuk memperkecil jumlah gangguan yang dilakukan oleh masyarakat yang ada di sekitar maupun yang datang dari luar kawasan .
7.
Apabila diperlukan diadakan pemindahan penduduk/translokasi ke daerah yang lebih banyak memberikan alternatif lain dalam hal mata pencaharian penduduk sehingga dapat mengurangi tekanan terhadap kawasan i n i , mengingat peranan kawasan Kluet sebagai mintakat penyangga di dalam peta kesatuan wilayah Taman Nasional Gunung Leuser.
8.
Perlu ditingkatkan,peran serta H P H yang lokasinya berdampingan dengan kawasan Kluet, untuk turut menjaga keutuhan kawasan ini. Secara tidak langsung juga dapat membantu memberikan pengertian pada masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan untuk tidak melakukan penebangan liar di dalam kawasan .
20
DAFTAR PUSTAKA
De Rooij, N . 1955. The Reptiles of the IndoAustralian Archipelago I: Lacertilia, Emydosauria. E.J Brill Ltd. Leiden.
Chelonia,
De Wulff, R. A Field Guide to Common Sumatran Trees (draft). F . A . O Departemen Pertanian dan Ditjen P H P A . 1983. Deskripsi Kawasan Konservasi Sumber Daya Alam (Suaka Margasatwa dan Taman Buru). Proyek Pembinaan Kelestarian Sumber Daya Alam Hayati. Bogor Hildebrand, F . H . 1950. Daftar Nama Pohon-pohonan Seri Nomor 23 dari Pengumpulan di Aceh-Simalur. Balai Penyelidikan Kehutanan, Bogor. Kinnon, J . M . 1988. Field Guide to the Birds of Java and Bali. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. K i n g , B . , M a r t i n Woodcock and E . C Dickinson. 1987. A Field Guide to the Birds of South East Asia. Collins, London. Marle, G . van. 1988. The Birds of Sumatra. British Ornithologist Union, Tring, U . K Oliver, O . P . H . 1989. Shells of the World. The Hamlyn Publishing Group Ltd, London. Poniran, S. 1975. Laporan Survei Inventarisasi Suaka Alam Kluet. P H P A , Aceh. Schuster, W . H . and R . R . Djajadiredja. 1952. Local Common Names of Indonesian Fishes. N . V W. van Hoeve, Bandung. Silvius, M . J ; A . P . J . M Steeman; E . T Berczy; E . Djuharsa and A . W . Taufik. 1987. The Indonesian Wetland Inventory. A Preliminary compilation of Existing information on Wetlands of Indonesia. P H P A , A W B / I n t e r w a d e r , E D W I N , Bogor, Indonesia. Sumardja, E . A . , Harsono and Kinnon J . M . 1984. Indonesia's Network of Protected Areas. In: M c N e l l y , J . A . and M i l l e r , K . R . (ed). National Parks, Cönservation and Development: The Role of Protected Areas in Sustaining Society. IUCN/Smithsonian Institution Press, Washington D C . V a n Steenis, C . G . G . J , Dr. 1988. Flora. P T . Pradnya Paramita, Jakarta. Whitmore, T . C . and I . G . M . Tantra. 1986. Tree Flora of Indonesia: Checklist for Sumatra. Forest Research and Development Centre, Bogor. W i l d B i r d S o c i e t y of J a p a n . 1983. A Field Guide to the Birds of Japan. International Ltd. Tokyo. 21
Kodansha
LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar jenis-jenis tumbuhan yang ditemukan di daerah pengamatan No.
Nama Daerah
Famili
Nama Ilmiah
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42.
Bidara Renghas Bacang hutan Mangga Rubi bungo Jelutung Talas air Nibung Salak Pinang Tampu Nipah Rumbia Rotan lidi Rotan Pinang putri ? Durian Simpur rawan Durian hutan Duren enggang Cemara Laut Teradih Ketapang ? Seumantuk Meranti Kayu kapur Resak Tampu Tingkem Tampu pulut Tampu badak Tampu Bakung-bakung Mata ulat Bunut Pala etem Medang kuning Tualang Petai besar Butun alas Selemak
Alangiaceae Anacardiaceae Anacardiaceae Anacardiaceae Apocynaceae Apocynaceae Aracede Arecaceae Arecaceae Arecaceae Arecaceae Arecaceae Arecaceae Arecaceae Arecaceae Asteraceae Bombacaceae Bombacaceae Bombacaceae Bombacaceae Casuarinaceae Celastraceae Combretaceae Cyperaceae Dipterocarpaceae Dipterocarpaceae Dipterocarpaceae Dipterocarpaceae Euphorbiaceae Euphorbiaceae Euphorbiaceae Euphorbiaceae Euphorbiaceae Flagellariaceae Flacourtiaceae Guttiferaceae Lauraceae Lauraceae Leguminosae Leguminosae Lecythidaceae Magnoliaceae
Alangium javanicum Gluta rengas Mangifera foetida Mangifera indica Kickcia sp Dy era costulata Colocasia esculenta Oncosperma tigillarium Zalacca edulis Arenga pinnata Nypa fruticans Metroxylon sago Daemonorop sp Calamus sp Cyrtostachys lakka Eupatorium riparium Durio zibethinus Neesia altissima Durio sp Coelostegia borneensis Casuarina equisetifolia Microtropis sumatrana Terminalia catappa Carex sp Shorea sp Hopeasp Dryobalanops aromatica Shorea sp Macaranga rhizinoides Bischofia javanica Macaranga hypoleusa Macaranga sp Macaranga rhizinoides Hanguana malayana Taraktogenos gracilis Calophyllum inophyllum Cryptocarya palawensis Litsea sp Koompassia excelsa Parkia speciosa Barringtonia asiatica Aromadendron elegans
23
No.
Nama Daerah
Famili
Nama Ilmiah
43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68. 69. 70. 71. 72. 73. 74. 75. 76. 11. 78. 79. 80. 81. 82. 83. 84.
Medang ara Waru laut ? Langsat Tuba Cempedak Ara Rambung burung Rambung gas Ba R a m Sibreuh breuh Asam geulugo Cengkeh Kantung semar Teratai Puntet hutan Kacang-kacang Pandan Kayu Cina Buluh remua ? Pongas Rambutan Rambutan hutan Pakam Balem pajo Punti Berembang Bayur Barat daya Kayu alim Pungkir Jelatang Tembelekan Laban Jambu semantuk Ceukit boh man Peudendang Banga cicim Samsiran Gelitan Gacabing
Magnoliaceae Malvaceae Melastomaceae Meliaceae Meliaceae Moraceae Moraceae Moraceae Moraceae Myrtaceae Myrtaceae Myrsinaceae Myrtaceae Nepenthaeceae Nymphaeaceae Nyssaceae Olacaceae Pandanaceae Pinaceae Poaceae Polygonaceae Rutaceae Sapindaceae Sapindaceae Sapindaceae Sapotaceae Sapotaceae Sonneratiacea Sterculiaceae Tiliaceae Thymelaceae Ulmaceae Urticaceae Verbenaceae Verbenaceae ? ? ? ? ? ? ?
24
Talauma rubra Hibiscus tiliaceus Melastoma malabatricum Lansium domesticum Aglaiasp Artocarpus heterophyllus Ficus sp Ficus sp Ficus sp ? Eugenia sp Ardisia sp Eugenia aromaticum Nepenthes sp Nelumbium sp Nyssa javanica Strombosis javanica Pandanus tectorius Agathis alba Bamboosa sp Polygonumsp Evodia sambucina Nephelium lapaceum Nephelium mutabile Pometia pinnata Palaquium hexandrum Payena acuminata Sonneratia alba Pterospermum javanicum Berrya cardifolia Aquilaria microcarpa Ulmus sp Laportea ardens Lantana camara Vitex pubescens ? ? ? ? ? ? ?
Lampiran 2.
Jenis-jenis Ikan Air Tawar yang Ditemukan di TNGL Blok Kluet
No.
Nama Daerah
Famili
Nama Jenis
1. 2. 3. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Sepat Dundung Suwit ? Lele Getjuban Kebaru Merah mata ?
Anabantidae Anguillidae Ariidae Channidae Clariidae Cobitidae Cyprinidae Cyprinidae Mugilidae
Trichogaster sp Anguillasp Ariussp Chana striatus Clarias sp Botia macrocanthus Hampala macrolepidota Osteochilus vittatus Mugil sp
25
Keterangan untuk Lampiran 3,4 dan 5 1. 2. 3.
: : :
4. 5.
: : : : : :
* # +
Habitat hutan pantai Habitat hutan sekunder Habitat hutan rawa air tawar, termasuk daerah back swamp forest yang merupakan peralihan antara hutan rawa air tawar dan hutan rawa gambut Habitat hutan rawa gambut Habitat hutan pegunungan, termasuk daerah perifef dari Danau Laut Bangko tidak ditemukan di habitat tersebut Dikenali berdasarkan jejak/suaranya informasi dari penduduk/petugas Ditemukan langsung di kawasan dan sekitarnya
26
Lampiran 3.
No.
Jenis-jenis Burung yang ditemukan di S.M Kluet
Nama Jenis
Famili
Lokasi 1
1.
Ardea purpurea
Ardcidae
2.
Dendrocygia javanica
Analidae
3.
Haliaetus leucogaster
Accipitridae
+ +
Pandion haliaetus
Pandionidae
Argusianus argus
Phasianidae
6.
Amaurornis phoenicunis
Rallidac
7.
Gallus gallus
Phasianidae
+ -
7>era/i vemans
Columbidae
Loriculus galgulus
Psiltacidae
4
5
+
5.
9.
3 +
4.
8.
2
+ + +
+
+
-
+
10.
Cacomantis sp
Cuculidae
11.
Phaenicophaeus curvirostris
Cuculidae
. . . +
+
12.
Centropus bangalensis
Cuculidae
+
+
+
13.
yl/>ws a#?/i/.y
Apodidae
+
+
+
+
14.
Acrodramus fuciphagis
Apodidae
+
+
+
+
+
15.
Halcyon chloris
Alcedinidae
16.
Merops viridis
Meropidae
+
+
.
.
+
17.
Anthracoccros coronatus
Bucerotidae
-
-
+
+
-
18.
Buceros rhinoceros
Bucerotidae
-
-
+
-
+
19.
Megalaima australis
Capitonidae
-
-
+
+
+
20.
Chrysocolaptcs lucidus
Picidac
+
-
+
-
-
21.
Aegithina tiphia
Chloropseidae
22.
Pycnonotus goiavier
Pycnonotidae
+
+
+
+
-
23.
Pycnonotus simplex
Pycnonotidae
+
+
+
+
-
24.
Pycnonotus brunneus
Pycnonotidae
+
+
+
+
25.
Pycnonotus melanoleucos
Pycnonotidae
26.
CO/VIM' enca/mucrorhynchos
Corvidae
+
-
-
+
27.
Cyomis sp
Muscicapidae
+
-
+
28.
Brachypterix sp
Turdidae
29.
Copsychus saularis
Turdidae
30.
Orthotomus ruficeps
Sylvüdae
+
-
-
+
32.
Prinia flavivcntris
Sylvüdae
+
+
+
+
+ -
+
+
+
33.
Rhipidura javanica
Muscicapidae
34.
Acridotheres javanicus
Slurnidae
35.
Gracula religiosa
Stumidae
36.
Aelhopyga siparaja
Nectariniidae
+
37.
Dicaeum concolor
Dicaeidae
+
+
+
-
-
38.
Prionochilus maculatus
Dicaeidae
+
+
+
-
+
~
+ -
+
+
+
+
39.
Lonchura maja
Ploceidae
-
+
+
-
-
40.
Lonchura leucogastrodes
Ploceidae
+
+
+
-
-
27
Lampiran 4. Jenis-jenis Reptilia yang ditemukan di S . M Kluet No.
Nama Jenis
Famili
Lokasi 1
1.
Draco volans
Againidae
2.
Calotes jubatus
Aganiidae
3.
Cheloniidae
4.
Erelmochelys imbricata# * Crocodilus porosus
Crocodilidae
5.
Dennochelys coriaceae
Dennochelyidae
6.
Maboia multifasciata
Scincidae
7.
Tryonixsp
Tryonychidac
8.
Varanus salvator
Varanidae
28
2
3
+
4
5
+
+ + + + +
+ +
.
-
•
+
.
.
Lampiran 5. Jenis-jenis Mammalia yang ditemukan di TNGL Blok Kluet No.
Nama Jenis
Famili
Lokasi 1
1.
Macaca fascicularis
2.
Presbytis cristala
Cercopithecidae
3.
Cervits sp
Cervidae
2
3
Cercopithecidae
4
+
5
+
+
+ -*+
+
-
-
*
4.
Panthera tigris
Felidae
5.
Neofelis nebulosa
Felidae
6.
Symphalangus syndactilus
Hylobatidae
7.
Pongo pygmaeus
Hylobatidae
8.
Pteropus sp
Pteropodidae
9.
Sus barbauis/scrofa
10.
Helarclos malayanus
11.
Paradoxurus hennaphroditus
Suidae Ursidae Viverridae
29
+
-
-
.
.
.
-
+
-
+ + +
+ + .
+
+ +
+
+
+# +# .
+
+ -
-
.
.
Lampiran 6.
Daftar Temuan jenis-jenis Burung dan Mammalia tertentu di Lokasi Pengamatan
BURUNG Ardea purpurea Purple Heron Jarang. Hanya ditemukan tiga kali dalam keadaan soliter di hutan rawa air tawar dekat Krueng Ujung Karang. Dendrocygna javanica Lesser Tree Duck Satu kelompok besar terdiri dari 40 ekor. terbang melintas di atas hutan rawa air tawar. Haliaetus leucogaster White-bellied Sea Eagle Jarang. Terlihat terbang soliter di hutan pantai. Pandion haliaetus Osprey Jarang. D u a ekor soliter ditemukan hinggap di hutan pantai dekat pos P H P A Singgah Mata. Argusianus argus
Great Argus
Tidak pernah ditemukan langsung. Suara sering terdengar di hutan pegunungan. Gallus gallus Red Jungle Fowl Ditemukan dua pasang di hutan pantai dekat rumah penduduk. Amaurornis phoenicurus White-breasted Waterhen U m u m ditemukan soliter di semak belukar pinggir hutan rawa air tawar. Treron vernans Pink-necked Green Pigeon U m u m ditemukan terbang atau hinggap berkelompok di hutan sekunder, hutan rawa air tawar dan hutan rawa gambut. Loriculus galgulus Blue-crowned Hanging Lorikeet Agak umum ditemukan terbang soliter di hutan campuran. Phaenicophaeus curvirostris
Chestnut-breasted Malkoha
D u a individu terlihat soliter sedang terbang pada dahan pohon di hutan rawa air tawar. Centropus bengalensis Lesser Coucal U m u m ditemukan soliter di hutan pantai, hutan campuran dan belukar dipinggir hutan rawa air tawar. Apus affinis House Swift U m u m ditemukan. Collocalia fuciphaga U m u m ditemukan.
Edible-nest Swiftlet
30
Halcyon chloris Collared Kingfisher Agak umum ditemukan soliter di hutan rawa air tawar. Merops viridis Blue-throated Bee-eater Umum di hutan campuran dan hutan rawa air tawar. Anthracoceros coronaals Pied Hornbill Dua ekor hinggap pada pohon Sonneratia alba di pinggir hutan rawa air tawar. Beberapa kali terlihat terbang soliter atau berpasangan di hutan rawa gambut. Buceros rhinoceros Rhinoceros Hornbill Kurang umum dibandingkan dengan A. coronatus. Ditemukan di hutan rawa air tawar dan hutan pegunungan. Megalaima australis Little Barbet Suara sering terdengar. Chrysocolaptes lucidus Greater Goldenback Satu ekor ditemukan di hutan pantai dan 2 ekor soliter di hutan rawa air tawar. Aegithina tiphia Common Iora Umum ditemukan di hutan sekunder. Pycnonotus goiavier Umum ditemukan.
Yellow-vented Bulbul
Pycnonotus simplex White-eyed Brown Bulbul Umum ditemukan terutama di hutan campuran. Pycnonotus brunneus Red-eyed Bulbul Umum ditemukan terutama di hutan campuran. Dapat dibedakan dengan P. simplex karena jarak dengan pengamat cukup dekat, sehingga dapat terlihat bola matanya. Pycnonotus melanoleucos Black-and-white Bulbul Satu ekor terlihat sedang hinggap dipinggir hutan rawa air tawar dekat pos PHPA. Corvus enca/macrorhynchos Large/Slender-billed Crow Kurang dari 5 kali terlihat terbang soliter. Suara sering terdengar di hutan pegunungan. Copsychus saularis Magpie Robin Sering terlihat soliter di hutan campuran dan hutan rawa air tawar. Orthotomus ruficeps Ashy Tailorbird Umum di hutan campuran. Prinia familiaris Bar-winged Prinia Umum di hutan campuran dan rawa air tawar. 31
Prinia flaviventris Yellow-bellied Prinia Kurang umum dibandingkan dengan P. familiaris. Rhipidura javanica Pied Fantail Agak umum ditemukan soliter di hutan campuran. Acridotheres javanicus White-vented Myna Tiga kali soliter ditemukan di hutan rawa air tawar. Gracula religiosa H i l l Myna Satu kali terlihat. Suara beberapa kali terdengar di hutan rawa gambut. Aethopyga siparaja Umum ditemukan.
Yellow-backed Sunbird
Dicaeum concolor Plain Flowerpecker Umum ditemukan. Prionochilus maculatus U m u m ditemukan.
Yellow-breasted Flowerpecker
Lonchura maja White-headed Munia Umum ditemukan di hutan campuran. Lonchura leucogastroides Umum ditemukan.
Javanese White-bellied Munia
MAMMALIA Pongo pygmaeus Orang Utan Satu ekor terlihat sedang membangun sarang di hutan rawa air tawar, kira-kira 750 meter dari Pos P H P A Singgah Mata. Panthera tigris Sumatran Tiger Ditemukan 1 kali pada tanggal 14 Agustus 1991 di pinggir Danau Laut Bangko. Satwa ini berputar mengelilingi pondok nelayan yang dijadikan base camp oleh pengamat, lebih kurang selama 1,5 jam (jam 02.00 - 03.30). Jarak antara pengamat dengan objek kira-kira 15 meter. Kondisi cuaca sedang terang bulan, sehingga satwa tersebut dapat dikenali jelas dari bagian perut dan mukanya. Selain itu juga dapat dikenali dari jejak kaki dan goresan kuku pada pohon di sekitar pondok.
32