Gunung Leuser National Park
Gunung Leuser National Park
Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) terletak di Provinsi Sumatera Utara dan Nanggroe Aceh Darussalam. Area seluas 1.094.692 hektar (ha) ini ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia sebagai taman nasional pada tahun 1980. Nama TNGL diambil dari Gunung Leuser yang membentang di kawasan tersebut dengan ketinggian mencapai 3.404 meter (m) diatas permukaan laut (dpl). Bersama dengan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan dan Taman Nasional Kerinci Seblat, TNGL ditetapkan oleh UNESCO c FFI sebagai situs warisan dunia, Tropical Hutan TNGL Rainforest Heritage of Sumatra pada tahun 2004. Sebelumnya, TNGL juga telah ditetapkan sebagai Cagar Biosfer pada tahun 1981, dan Asean Heritage Park pada tahun 1984. TNGL berada di dalam Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) yang luasnya mencapai 2,6 juta ha dan dianggap sebagai rumah terakhir bagi populasi gajah sumatera, orangutan sumatera, harimau sumatera, dan badak sumatera dan merupakan tempat terakhir di muka bumi di mana dapat ditemukan ke empat spesies ini di habitat yang sama. KEL merupakan sebuah habitat yang kompleks, dengan keanekaragaman hayati yang tinggi, namun sekaligus rentan. Terdapat beraneka ragam jaringan spesies hewan dan tumbuhan khas TNGL, yang sebagian kecil akan dipaparkan dalam buku saku ini. Tangkahan, yang dikenal sebagai surga tersembunyi dari Taman Nasional Gunung Leuser, merupakan kawasan ekowisata yang terletak di Kabupaten Langkat, provinsi Sumatera Utara, yang berjarak 2 jam perjalanan mobil dari lokasi ekowisata Bukit Lawang atau 3 jam perjalanan mobil dari kota Medan. Antara tahun 1980 hingga tahun1990an, masyarakat di sekitar Tangkahan
dulunya giat membalak kayu hutan yang berasal dari hutan TNGL. Namun, seiring dengan waktu masyarakat tersebut kemudian sadar akan kerusakan dan kesalahan yang telah mereka lakukan sehingga atas kesepakatan bersama masyarakat di Tangkahan kemudian memutuskan untuk menghentikan pembalakan kayu ilegal dari hutan TNGL dan merubah kawasan Tangkahan menjadi daerah tujuan ekowisata. Pada tahun 2001, masyarakat Tangkahan berkumpul dan menyepakati peraturan desa (perdes) yang melarang segala aktifitas yang mengeksploitasi hutan secara ilegal dan mendirikan Lembaga Pariwisata Tangkahan (LPT). Pada bulan April 2002, LPT membuat nota kesepahaman (MoU) dengan pengelola TNGL untuk mengelola hutan Tangkahan sebagai tujuan wisata. LPT juga mendirikan Community Tour Operator (CTO) yang berfungsi memfasilitasi penyediaan akomodasi dan pemandu bagi pengunjung. Selain untuk trekking di hutan TNGL yang mempesona, Tangkahan juga merupakan tempat kegiatan Conservation Response Unit (CRU) yang terdiri dari beberapa gajah bekas peliharaan (ex-captive) dan sekelompok mahout (pelatih gajah) yang secara teratur berpatroli untuk melindungi kawasan TNGL dari aktifitas perambahan kawasan. Pengunjung juga dapat ikut dalam trekking gajah selama 1-2 jam bersama-sama dengan mahout berpetualang dan menelusuri hutan, atau menikmati trekking menunggangi gajah selama 4 hari 3 malam dari Tangkahan ke Bukit Lawang. Buku saku ini dimaksudkan untuk membantu anda agar dapat mengenali apa yang anda lihat serta memahami lebih banyak tentang morfologi, ekologi dan perilaku dari masing-masing spesies. Beberapa spesies yang dipaparkan dalam buku saku ini, hanyalah segelintir dari begitu banyaknya spesies flora dan fauna di TNGL.
c FFI
Sungai Buluh, Tangkahan
1
Fauna
Fauna Nama umum Nama latin Nama lokal
c Adriano
Gajah sumatera
2
Sumatran Elephant Elephas maximus sumatranus Gajah sumatera Ciri-ciri : Terkecil dari semua sub spesies gajah asia. Gajah asia lebih kecil dibandingkan dengan saudaranya gajah afrika (Loxodonta africana) dan memiliki perbedaan bentuk dan fisik yang membedakan antara gajah asia dan gajah afrika. Gajah Sumatera memiliki telinga yang lebih kecil dan punggungnya lebih bundar sehingga mahkota kepalanya merupakan bagian tubuh yang tertinggi. Salah satu ciri-ciri khusus dari gajah adalah gigi taring yang unik yang disebut dengan gading, namun hanya gajah asia jantan yang memiliki gading dan yang betina hanya memiliki taring kecil yang jarang bisa terlihat.
Perilaku & ekologi : Diurnal (aktif disiang hari) dan terrestrial. Menghabiskan sekitar 14-19 jam untuk makan dalam satu hari dan dapat memakan hingga 150-300kg per hari. Gajah membuang kotorannya 16-18 kali dalam sehari. Nama umum Nama latin Nama lokal
Simone saurens
Daerah jelajah : Gajah memiliki daerah jelajah yang luas dan daerah jelajah seluas lebih dari 600 km2 pernah diketahui untuk gajah betina di India. Umumnya daerah jelajah Gajah Sumatera betina antara 30-160 km2 sedangkan jantan 53-345 km2. Peta penyebaran
Makanan : Karena ukuran dan kebutuhan energi yang besar, gajah memerlukan jumlah makanan yang banyak setiap harinya (150-300kg per hari). Gajah memakan apa saja (generalist) dan banyak memakan beragam tumbuhan. Jenis habitat dan musim akan menentukan jenis makanan apa yang mereka makan.
3
Monyet ekor panjang
Long-tailed Macaque Macaca fascicularis Monyet ekor panjang Ciri-ciri : Bulu tubuh berwarna abu-abu dan cokelat kemerahan dengan warna yang lebih terang di bagian bawah. Memiliki jambul bulu di kepala sehingga rambut kepala tumbuh kebelakang. Wajahnya berwarna merah muda. Jantan memiliki rambut di pipi serta kumis. Betina memiliki janggut. Berat jantan mencapai 5-8 kg sedangkan betina 3 hingga 6 kg. Daerah jelajah : 25 hingga 200 hektar Makanan : Hewan omnivora-buah merupakan komposisi makanannya sebanyak 64% selebihnya biji-bijian, tunas pohon, dedaunan, katak, serangga, dan kepiting sungai. Sering juga menjarah tanaman petani.
Peta penyebaran
Perilaku & ekologi : Diurnal dan semi terrestrial. Perenang yang unggul dan senang lompat ke air dari pohon sekitarnya. Hidup dalam kelompok multi jantan-multi betina yang terdiri dari 10 hingga 100 ekor monyet.
4
Fauna
Fauna Pig-tailed Macaque Mecaca nemestrina Beruk
Nick lyon
Beruk
Ciri-ciri : Beruk ini merupakan satwa primata Asia Tenggara yang sudah langka. Memiliki ciri khas ekor yang pendek dan sedikit keras mirip dengan ekor babi. Primata ini memiliki bulu berwarna coklat dengan warna yang lebih terang di bagian bawah dan kakinya panjang dan kuat. Bagian muka berbentuk panjang dan tidak berbulu namun jantan memiliki bulu-bulu yang panjang di sekeliling mukanya, sehingga memiliki daya tarik yang mengagumkan. Pada saat betina tertarik pada jantan, bagian sekitar kemaluannya membengkak.Berat tubuh jantan antara 6.2kg hingga 14.5kg sedangkan betina antara 4.7kg hingga 10.9kg.
Nick Lyon
Nama umum Nama latin Nama lokal
Beruk
Nama umum Nama latin Nama lokal
Siamang Symphalagus syndactylus Siamang
Daerah jelajah : 62-828 hektar. Makanan : makanan utama adalah buah-buahan dan biji-bijian, tetapi juga memakan serangga, burung, telur dan larva rayap, kepiting sungai, daun, tunas, dan bunga. Terkadang juga memakan buah jagung dan sawit yang sudah masak milik petani. Terry Whitaker
Peta penyebaran
Perilaku & ekologi : Aktif di siang hari (diurnal) dan terrestrial namun banyak menghabiskan waktu di pohon. Lebih senang menghabiskan waktu di tanah dan di daerah yang lebih terbuka untuk mencari makanan dibandingkan dengan
Siamang
Fauna amfibi, dan juga reptil. Selain itu juga mamalia lainnya seperti primata dan landak. Satwa ini juga memburu binatang mangsa yang lebih besar dari satwa ini dan pernah dilaporkan pernah memangsa gajah dan badak.
Peta penyebaran Peta penyebaran
c Mahdi Ismail
Harimau sumateran
Daerah jelajah : 10 hingga 50 hektar.
6
Perilaku & ekologi : Aktif disiang hari (diurnal) dan sepenuhnya hidup di atas pohon (arboreal). Sangat teritorial dan hidup bermonogami bersama anak-anaknya dalam kelompok keluarga.
Nama umum Nama latin Nama lokal
Ciri-ciri : Berwarna hitam di seluruh tubuh dan bentuk tubuhnya pendek mirip dengan uwauwa. Siamang dewasa memiliki tenggorokan berwarna abu-abu gelap yang juga berfungsi sebagai kantong udara pada saat melakukan panggilan yang kuat dan selalu melakukan panggilan duet untuk memberikan daya tarik terhadap pasangannya. Berat jantan mencapai 12-15kg dan betina 10-11kg.
Makanan : Meskipun makanan utama adalah dedauanan di daerah jelajahnya, satwa ini juga memakan buah-buahan terutama buah ara.
5
Fauna
monyet ekor panjang. Beruk memiliki kantong pipi untuk membawa makanan pada saat mencari makanan dan selalu kembali ke daerah yang aman untuk memakannya. Jenis monyet ini hidup dalam kelompok yang terdiri dari sekitar 5 hingga 40 ekor beruk (rata-rata 15-22 ekor), namun kelompok ini terbagi menjadi kelompok yang lebih kecil pada saat mencari makan. Betina tetap pada kelompok induknya sedangkan jantan akan berpindah kelompok sebelum mencapai usia dewasa.
Sumatran Tiger Panthera tigris sumatrae Harimau sumatera Ciri-ciri :Terkecil dari seluruh sub spesies harimau yang ada. Memiliki bulu berwarna oranye terang dengan belang berwarna hitam. Dagu sepanjang tenggorokan dan terus ke bawah berwarna keputihan dan leher memiliki rambut leher yang pendek. Berat jantan mencapai 146 kg dan betina 91 kg. Daerah jelajah : Daerah jelajah kecil pada saat mangsa berlimpah ruah (kira-kira 20 km2). Makanan : Memangsa babi hutan dan banyak beragam spesies rusa. Harimau Sumatera sedikitnya membunuh 50 hewan mangsa besar setiap tahunnya untuk dapat bertahan hidup. Satwa ini bersifat opportunis dan kadang-kadang memangsa burung, hewan pengerat, serangga,
7
Perilaku & ekologi : Terrestrial dan umumnya bersifat penyendiri (soliter) dan harimau dewasa menguasai teritorial tertentu. Daerah jelajah betina dewasa jarang berada di daerah jelajah betina lainnya sementara jantan berada di daerah jelajah yang terdapat 1 hingga 3 betina.
Mamalia Orangutan sumatera (Pongo abelii), Kedih (Presbytis thomasi), Uwa-uwa (Hylobates lar), Badak sumatera (Dicerorhinus sumatrensis sumatrensis), Beruk (M. nemestrina), Kukang (Nycticebus coucang), Beruang madu (Helarctos malayanus), Berang-berang (Lutra sp.), Tupai terbang merah besar (Petaurista petaurista), Anjing hutan (Cuon alpinus), Babi hutan (Arctonyx collaris), Kancil (Tragulus javanicus), Napu (Tragulus napu), Rusa muncak (Muntiacus muntjak), Kijang (Cervus unicolor), Macan dahan (Neofelis nebulosa), Kucing hutan (Prionailurus planiceps), Kucing emas temminck, (Catopuma temminckii), Macan hutan kuwuk (Prionailurus bengalensis). Reptil dan amfibi Buaya rawa (Crocodylus palustris), Buaya air asin/Estuarine (Crocodylus porosus), Katak terbang (Rhacaphorus pardalis), Ular tiung (Crysopelus sp.), Kadal terbang (Draco volans), Kura-kura hawksbill (Eretmochelys imbricata), Penyu belimbing (Dermochelys coriacea), Biawak (Varanus salvator).
8
Fauna
Flora
Burung Kuau raja (Argusianus argus), Kangkareng/Rangkong perut putih (Anthracoceros albirostris), Rangkong badak (Buceros rhinoceros), Elang laut perut putih (Haliaetus leucogaster), Beo kepala biru (Loriculus galgulus), Elang tiram (Pandion haliaetus).
Nama umum Nama latin Nama lokal
Fauna Lainya Selain spesies-spesies yang dijelaskan diatas, anda juga akan menjumpai sedikitnya 194 spesies reptil dan amfibi, 387 burung dan 127 spesies mamalia di TNGL. Harap diingat kembali bahwa hanya sebagian kecil spesies yang dibahas di buku saku ini. Silahkan tanyakan kepada petugas TNGL atau pemandu wisata anda mengenai spesies apa yang pernah mereka jumpai. Anda pun bisa juga mengamati sendiri! c Mike O. Griffiths
Bunga Rafflesia
Nama umum Nama latin Nama lokal
c Wikipedia
Ular tiung
c Mike Perez Orangutan sumatera
c Johan de Jong
Rangkong badak
c YOSL-OIC
Bunga bangkai
Bunga bangkai, Rafflesia Rafflesia arnoldii Bunga Bangkai Padma Raksasa Ciri-ciri : Bunga terbesar di dunia, hanya ditemukan di pulau Sumatra dan Kalimantan. Beratnya bisa mencapai 11kg saat tumbuh sempurna dan dapat tumbuh lebih dari satu meter beserta kelopaknya yang berwarna pink dan merah. Bunga tersebut merupakan tumbuhan parasit dan sama sekali tidak memiliki daun, tangkai maupun akar untuk mencari nutrisi. Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi, mereka mengambilnya dari tumbuhan induk yang ditumpanginya. Disebut sebagai bunga bangkai karena sering mengeluarkan bau bangkai busuk yang mengundang serangga serangga penyerbuk dari dalam hutan yang lebat. Titan arum Amorphopalus titanum Bunga Bangkai Suweg Raksasa Ciri-ciri : Bunga titan arum tingginya bisa mencapai 1,83m dikelilingi oleh kelopak bunga yang belum mekar sepenuhnya berwarna kehitaman dan hijau. Hanya dua belas kali berhasil ditanam di luar habitat aslinya. Bunga yang sulit ditemukan ini berbunga hanya untuk beberapa hari saja, sebelum kemudian layu mengecil. Merupakan spesies endemik hutan Sumatera.
9
10 Panduan Pengunjung
Flora Sedikitnya terdapat 8,500 spesies tumbuhan yang berbeda hidup di berbagai habitat di TNGL. Di pantai dan hutan rawa anda akan menemukan pohon-pohon Kasuarina (Casuarina sp.), Pala Hutan (Myristica sp.), Camphor atau Kapur Barus (Dryobalanops aromatica), Pohon Nibung, Rotan (Calamus sp.), Pohon Bakau atau Api-api (Avicennia sp.) dan Pandan (Pandanus sp.). Pohon Matoa (Pometia pinnata) tumbuh di sepanjang tepi sungai. Di hutan dataran rendah, pepohonan seperti Meranti (Shorea sp.), Keruing (Dipterocarpus sp.), Camphor dan Damar (Hopea sp.) dan beberapa pohon buah liar, seperti Durian Hutan (Durio zibethinus), Mangga (Mangifera indica), Pisang Hutan, buah Leci dan buah Cempedak Hutan tumbuh melimpah ruah. Di pegunungan dan hutan cemara, tumbuh beberapa spesies lumut dan bunga-bunga hutan, Anggrek Gentians, Bunga Primula, Stroberi, tanaman obat-obatan, dan anggrek-anggrek hutan juga ditemukan. Rafflesia arnoldii juga tumbuh disini.
Untuk keselamatan dan kenyamanan anda, mohon untuk mematuhi panduan berikut sebelum anda memasuki kawasan taman nasional. Dengan mematuhi panduan ini, anda akan mendapatkan pengalaman di hutan yang lebih alami, unik, dan berkesan. Peraturan 1 : Sebelum anda memasuki kawasan taman nasional, silahkan mengambil surat ijin masuk kawasan di pusat informasi pengunjung Taman Nasional Gunung Leuser. Peraturan 2: Semua pengunjung harus dipandu oleh seorang pemandu yang resmi dan terlatih pada saat berada di kawasan taman nasional. Peraturan 3: Jumlah orang dalam satu grup maksimal 7 orang. Jumlah ini bisa mengurangi resiko dampak manusia dan juga dapat memaksimalkan pengalaman pengamatan anda di hutan. Jumlah orang dalam grup dapat mempengaruhi perilaku satwa dan (akibatnya) juga pengalaman pengunjung. Dengan jumlah grup yang cukup besar, satwa-satwa dapat menjadi stres dan ketakutan dan akhirnya menjauh dari pengunjung. Peraturan 4: Pengunjung yang sakit tidak boleh melakukan trekking.
c YOSL-OIC
Durian Untuk informasi lebih lanjut, silahkan kunjungi pusat informasi pengunjung TNGL terdekat atau kunjungi website TNGL (www.gunungleuser.or.id) atau silahkan kunjungi website Orangutan Information Centre (OIC) dan unduh buku saku ini di :
www.orangutancentre.org www.orangutans-sos.org
11
Mohon untuk lapor ke pemandu jika anda sakit dan kunjungan anda dapat dijadwalkan kembali. Pemandu anda dapat menolak kunjungan seseorang apabila orang tersebut kelihatan sakit.. Merupakan tanggung jawab setiap pengunjung untuk memutuskan apakah mereka berpotensi memberikan ancaman keselamatan bagi satwa liar. Dengan menghabiskan waktu bersama satwa liar seperti orangutan dalam keadaan sakit, maka pengunjung sangat beresiko untuk menularkan penyakit terhadap satwa liar dan hal ini bisa mengakibatkan kematian pada satwa liar. Apabila seorang pemandu
12
Panduan Pengunjung
Panduan Pengunjung
merasa bahwa seorang pengunjung kelihatan tidak sehat untuk masuk hutan, maka pemandu tersebut memiliki wewenang untuk menolak pengunjung tersebut masuk kawasan hutan.
·
Tidak mengganggu atau mengambil apapun dari hutan seperti bunga, serangga, biji-bijian, dsb. Daun, biji-bijian, dan kulit memiliki peran yang penting bagi ekosistem hutan dan tidak boleh dibawa keluar hutan.
Peraturan 5 : Pada saat anda di dalam hutan, mohon untuk tetap menjaga perilaku anda. Perilaku yang sesuai : ·
JANGAN MENGAMBIL TANAMAN DI DALAM HUTAN
Tidak membuang sampah di dalam hutan seperti tisu, botol minuman, puntung rokok, dan sisa makanan. Sampah-sampah tersebut harus dibawa keluar dari hutan dan dibuang pada tempatnya. Ini termasuk kulit buah (seperti kulit pisang, jeruk, rambutan) yang bisa berbahaya karena dapat menularkan penyakit.
JANGAN MEMBUANG SAMPAH DI DALAM HUTAN
Pada saat ada satwa liar, pengunjung tidak boleh makan di hutan karena hal ini dapat memberi resiko penularan penyakit dan juga serangan dari satwa liar seperti orangutan. Botol minuman boleh dibawa tapi harus dibawa kembali saat keluar dari hutan. Jika anda harus membuang air besar di hutan, dimohon untuk membuat lubang sedikitnya sedalam 30 cm. Anda bisa meminjam parang dari pemandu anda. Semua kotoran dan tisu bekas pakai harus dikubur dalamdalam.
·
Pengunjung harus tetap bersama dengan grupnya. Banyak trail yang bisa membawa anda jauh ke dalam hutan dan ini bisa membuat anda tersesat.
Peraturan 6 : Pada saat ada satwa liar, anda harus tetap menjaga perilaku anda. Perilaku yang sesuai : · Tetap jaga jarak minimal 7-10 meter antara pengunjung dan satwa liar. Jika seekor binatang seperti orangutan mendekat, pengunjung dan pemandu harus menjauh sebisa mungkin dengan menjaga jarak aman minimal. · Tidak memanggil-manggil satwa liar seperti orangutan dan primata lainnya.
13
Panduan Pengunjung
14
Catatan & Komentar
·
Menghargai satwa liar dengan sebisa mungkin tidak membuat keributan dan sebisa mungkin menggunakan bahasa tubuh (tidak berteriak, tidak berpindah tiba-tiba, tidak bersuara berlebihan). Suara ribut dapat dianggap sebagai ancaman bagi satwa liar dan dapat membuat satwa liar lari menjauh atau malah menyerang. · Dalam keadaan apapun, TIDAK diperkenankan mencoba MEMBERI MAKAN atau MENYENTUH satwa liar. · Jika ada satwa yang mendekat, mohon menjauh dan tetap jaga jarak minimal. · Pengunjung sebisa mungkin untuk tidak menatap mata satwa karena tatapan langsung ke mata dianggap JANGAN MEMBERI sebagai ancaman bagi satwa liar. MAKANAN · Tidak merokok, makan, minum, batuk, bersin, atau meludah pada saat ada satwa liar. · Sebisa mungkin untuk duduk selama mengamati satwa liar. · Tidak merusak tanaman hanya untuk mendapatkan pemandangan hutan yang lebih baik. · Tidak menggunakan cahaya lampu kamera. Cahaya lampu kamera dapat menyebabkan stres pada satwa (yang juga mengakibatkan satwa liar akan meninggalkan lokasi dengan cepat). Selain itu, cahaya kamera juga dapat menyebabkan kerusakan lapisan bola mata pada satwa kera besar. Merupakan tanggung jawab setiap orang yang memasuki kawasan hutan untuk ikut membantu melestarikan spesies yang terancam punah beserta habitatnya di Taman Nasional Gunung Leuser.
15
Silahkan gunakan halaman ini untuk mencatat spesies menarik yang anda jumpai sekaligus pengalaman atau kejadian yang anda alami selama kunjungan anda di TNGL. Halaman berisi komentar dan informasi ini dapat anda serahkan ke kantor/Pusat Informasi Pengunjung Taman Nasional Gunung Leuser. Anda juga dapat menyampaikan komentar anda melalui email ke :
[email protected]
Nama : .................................................................................................................................................. Kebangsaan : ........................................................................................................................................ Alamat email : ..................................................................................................................................
16
Diproduksi oleh :
c 2009
Didukung oleh :
Sumber foto sampul buku : Harimau Sumatera ( c LIF), Siamang ( c Terry Whitaker), Gajah Sumatera ( c FFI), Rangkong ( c Viva News), gambar lain ( c YOSL-OIC)
Meters 400 300 200 50 100
SUNGAI
JALUR TRAIL
JALAN
SUNGAI KECIL
TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER
Sungai Buluh
0
Air terjun Kenangan
Penginapan
Butterfly View
Sumber Trail famili Air panas
Ber Pencekik
Air terjun Panorama
Trail 3 Sungai kecil
Panorama
Trail 2
CTO Tangkahan
Visitor Centre TNGL/Gerbang masuk
Dari Medan Conservation Respon Unit/ Penambatan gajah Sungai Gambir
Penginapan
Sungai Batang Gua Kalong
N
Sumber Air panas
PETA JALUR TRAIL TANGKAHAN
TANGKAHAN
PETA TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER (TNGL)
Legenda : Ibukota Kabupaten
Batas Propinsi Batas Kabupaten
Kantor Seksi Wilayah TNGL
Batas Resort
Kantor Resort TNGL
Batas TNGL
DaerahEkowisata Wisata Bukit Daerah BukitLawang Lawang DaerahEkowisata Wisata Tangkahan Daerah Bukit Lawang
Batas KEL