Triwulan I - 2009
|
SURVEI PEMBENTUKAN HARGA BERAS DI KOTA KUPANG LATAR BELAKANG Pola inflasi di Kota Kupang merupakan suatu tren cyclical, dimana pada bulan-bulan tertentu akan mengalami inflasi yang tinggi. Salah satu penyebab tingginya angka inflasi di Kota Kupang salah satunya adalah ketergantunganya dengan daerah lain yang relatif tinggi, sehingga diperkirakan pergerakan harga didaerah pemasok akan berpengaruh terhadap pembentukan inflasi di Kota Kupang. Berdasarkan data historis yang ada, sumbangan utama pembentukan angka inflasi Kota Kupang berasal dari pergerakan harga beras. Dengan nilai konsumsi yang paling dominan, sedikit saja terjadi pergerakan pada harga beras dampaknya akan sangat signifikan mempengaruhi inflasi secara keseluruhan. Komoditi tersebut diindikasikan memiliki tingkat ketergantungan kepada pasokan dari daerah lain yang relatif tinggi. TUJUAN •
Mengetahui struktur tata niaga dan pola pembentukan harga beras di Kota Kupang.lakukan pemetaan terhadap komoditi utama penyumbang inflasi terbesar di Kota Kupang
•
Menganalisis perubahan dampak perubahan IHK di beberapa Kota terpilih terhadap pergerakan IHK Kota Kupang
METODOLOGI Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara terhadap para pelaku usaha mulai dari pedagang besar hingga pedagang eceran. Penentuan responden
menggunakan
metode
purposive
random
sampling
untuk
pedagang eceran, sedangkan untuk pedagang besar atau distributor menggunakan metode snowball sampling. Data-data sekunder antara lain berupa data IHK, data jumlah produksi beras, serta data-data terkait lainnya didapatkan dari berbagai instansi terkait. HASIL SURVEI Dari hasil survei kami, terdapat beberapa informasi penting yang mendasar :
| Kajian Ekonomi Regional NTT
1
Triwulan I - 2009
•
|
Daerah asal pemasok beras : ketergantungan kita terhadap pasokan beras dari luar NTT ditunjukan dengan fakta bahwa 91,67% responden menyatakan “hanya menjual beras impor tanpa beras lokal”, sedangkan responden yang juga menjual beras lokal selain beras impor dalam hal ini beras Oesao hanya sebesar 8,33%. Di Kota Kupang sendiri beras impor didominasi beras asal Sulawesi. Hal tersebut ditunjukan dengan hasil survei bahwa 61,11% responden menjual beras Sulawesi dengan alokasi paling besar, sedangkan 30,56% responden menjual beras asal Jawa Timur (Surabaya) dengan alokasi terbesar. Kemudian yang kedua dari sisi ;
•
Penentu struktur pembentukan harga : dimana 97,22% responden berpendapat bahwa harga sangat ditentukan oleh daerah penghasil, sedangkan 2,78% responden menyatakan bahwa biaya operasional yang lebih dominan. Melihat kondisi ini, bisa disimpulkan bahwa pergerakan harga didaerah pemasok akan sangat mempengaruhi pembentukan harga di Kota Kupang. Kemudian poin selanjutnya terkait dengan;
•
No
Issue
Hasil Survei
1
Daerah asal pemasok beras
• 91,67% responden hanya menjual beras impor; • 8,33% responden menjual beras impor dan lokal (Oesao); • dimana 61,11% responden menjual beras Sulawesi dengan alokasi terbesar dan • 30,56% beras asal Surabaya dengan alokasi terbesar
2
Penentu struktur harga beras
• 97,22% harga daerah penghasil • 2,78% biaya operasional (ongkos transportasi,dll) maupun ekspektasi
3
Kelancaran pasokan
• Beras luar terjamin sepanjang tahun • Hanya ada pada periode setelah masa panen (sekitar April)
4
Periode kenaikan harga
• 100% responden berpendapat pada Januari – Maret
Kelancaran pasokan : seluruh responden menyatakan bahwa pasokan beras dari luar NTT relatif bisa dipenuhi sepanjang tahun, sedangkan pasokan beras lokal (beras Oesao) hanya saat setelah periode masa panen, biasanya sekitar bulan April. Kemudian yang terakhir;
•
Periode kenaikan harga : responden berpendapat bahwa pada bulan Januari sampai dengan Maret harga beras di pasaran untuk wilayah Kota Kupang sangat rentan terhadap kenaikan harga.
•
Struktur pasar : perdagangan beras di tingkat pengecer maupun perantara mempunyai tingkat persaingan yang sangat tinggi dengan jumlah pesaing yang sangat banyak, namun perdagangan beras di tingkat pedagang besar
| Kajian Ekonomi Regional NTT
2
Triwulan I - 2009
|
jumlah pesaingnnya kecil. Maka struktur pasar yang terlihat di kota Kupang ini bisa disebut jenis pasar Oligopoli. Rantai Supply Chain Komoditi Beras •
Beras asal Jawa Timur yang biasa dikirim melalui Surabaya, umumnya dipesan melalui perusahaan penggilingan oleh distributor/pedagang besar di Kota Kupang. Kemudian baru dijual kepada pedagang perantara (swalayan, toko,dll), selanjutnya ke pengecer baru kemudian sampai ke tangan konsumen. Namun ada juga yang tanpa melalui pengecer langsung ke konsumen (biasanya pembelian dalam jumlah relatif besar).
•
Sama halnya dengan beras asal Sulawesi, yang membedakan hanya pasokan beras Sulawesi tidak diambil dari perusahaan penggilingan namun langsung kepada pedagang pengumpul atau sentra peroduksi di sana. Sehingga distributor di Kota Kupang biasanya melakukan pengepakan ulang sebelum dijual ke konsumen (repacking).
•
Sedangkan untuk beras lokal (beras Oesao), biasanya hasil panen petani akan dijual oleh pengumpul langsung kepada pedagang perantara atau pedagang pengecer tanpa melalui pedagang besar. Atau bahkan ada juga yang langsung ke konsumen.
•
Selain dijual dipasar, beras lokal biasanya akan dibeli oleh Bulog. Sulawesi Distribusi
Harga (Rp)
Perubahan
Surabaya Harga (Rp)
Harga
Pembentukan harga di Kota Kupang
| Kajian Ekonomi Regional NTT
Gabah di tingkat petani Beras di tingkat penggilingan Harga beras di sentra produksi Pedagang besar Pedagang Perantara Pedagang eceran
2,150 2,500 4,150 5,175 5,300 5,500
16.28% 66.00% 24.70% 2.42% 3.77%
Perubahan Harga
2,350 2,950 4,600 6,450 6,700 7,000
25.53% 55.93% 40.22% 3.88% 4.48%
3
Triwulan I - 2009
|
Struktur Pembentukan Harga •
Pembentukan harga yang terjadi di Kota Kupang dimulai dari pedagang besar sebagai importir.
•
Secara keseluruhan peningkatan harga paling tinggi umumnya terjadi dilevel pedagang besar. Sehingga pembentukan harga beras untuk Kota Kupang relatif dikendalikan oleh mereka.
•
Beras asal Sulawesi relatif lebih murah dibandingkan asal Jawa Timur (Surabaya), dikarenakan perbedaan kualitas
Keterkaitan Inflasi Kota Kupang dengan Inflasi Daerah lain •
Impulse Response Function (IRF) digunakan untuk menganalisis respon dinamis IHK (Indeks Harga Konsumen) terhadap guncangan/shock yang terjadi
pada
daerah-daerah
yang
memiliki
keterkaitan
dengan
perekonomian Provinsi NTT, khususnya Kota Kupang. •
Pergerakan IHK di Kota Makassar dan Kota Surabaya akan direspon secara signifikan oleh pergerakan IHK di Kota selama 2 – 3 bulan, dimana setelah periode tersebut dampak pergerakan IHK relatif tidak begitu dirasakan.
•
Hal
tersebut
juga
ditunjukan
oleh
pergerakan
grafik
variance
decomposition. Dimana pada dampak pergerakan IHK di Surabaya dan Makassar terhadap pergerakan IHK Kota Kupang cenderung meningkat selama 2 – 3 bulan kedepan. Response of D(KPA) to Generalized One S.D. Innovations 1.2 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 -0.2 1
2
3
4
D(KPA)
5
6 D(SBY)
7
8
9
10
D(MKSS)
Kesimpulan hasil survei : •
Secara umum beras asal Sulawesi relatif lebih diminati oleh konsumen Kota Kupang, dikarenakan harganya relatif lebih murah (beras medium) dan dari
| Kajian Ekonomi Regional NTT
4
Triwulan I - 2009
|
segi kualitas tidak jauh berbeda, dibandingkan beras asal Jawa Timur (beras premium). •
Responden yang menjual beras lokal relatif sangat minim, hal ini dikarenakan
ketersediaan pasokan yang tidak kontinu (sifatnya hanya
musiman), sementara beras impor pasokannya lebih terjaga sepanjang tahun. •
Pada saat memasuki masa panen beras lokal, biasanya permintaan beras Sulawesi dan Surabaya relatif turun. Hal ini menunjukan bahwa produksi beras lokal sebenarnya memiliki daya saing cukup baik
•
Kenaikan harga beras, umumnya terjadi antara bulan Januari-Maret, disaat kondisi perairan kurang mendukung karena faktor cuaca.
•
Kendala distribusi biasanya terjadi untuk pengiriman beras dari wilayah Sulawesi, sedangkan untuk beras dari Surabaya relatif lebih lancar. Hal ini disebabkan karena pengiriman beras asal Surabaya menggunakan kapalkapal yang relatif lebih besar, sehingga cenderung lebih tahan terhadap kondisi perubahan cuaca. Sehingga harga beras Sulawesi diperkirakan akan lebih mudah berfluktuasi, sementara disatu sisi justru beras inilah yang paling banyak dikonsumsi masyarakat Kota Kupang.
•
Dari hasil analisis Bank Indonesia Kupang, pergerakan Indeks Harga Konsumen (IHK) di Surabaya dan Makassar akan berdampak cukup signifikan terhadap pergerakan IHK Kota Kupang. Hal ini menunjukan bahwa faktor imported inflation relatif dominan. Bahkan dampak yang dirasakan bisa sampai dengan tiga bulan kedepan karena adanya faktor time lag.
| Kajian Ekonomi Regional NTT
5