SURVAI EKOLOGI KAWASAN KONSERVASI LAUT DAERAH KABUPATEN ALOR EKOSISTEM PADANG LAMUN Pendahuluan Lamun atau seagrass merupakan tumbuhan berbunga dan berbuah yang tumbuh di dasar perairan pantai yang memiliki kemiripan sruktur dengan tumbuhan lily. Terdapat 60 spesies di seluruh dunia terbagi dalam 12 Genera, 4 Famili, dan 2 Ordo. Lamun biasanya tumbuh pada dasar perairan yang berpasir, berlumpur, atau gabungan dari keduanya ataupun disertai pecahan karang mati. Lamun bertahan pada akar-akar disepanjang rizoma sebagai jangkar di substrat. Distribusinya berdasarkan temperatur dan aksi gelombang laut, tetapi yang paling penting adalah ketersediaan sinar matahari. Lamun merupakan komponen utama pembentuk ekositem padang lamun dimana ekosistem ini juga mendukung produksi perikanan alami. Bagaimanpun juga, banyak ikan pelagis dan ikan karang melewati masa juvenile-nya di ekosistem ini. Dengan kata lain, ekosistem padang lamun merupakan nursery ground bagi banyak populasi ikan. Kawasan Solor-Lembata-Alor dikenal sebagai kawasan yang mempunyai kekayaan sumberdaya mamalia laut, salah satunya adalah Dugong atau Duyung. Dugong bergantung kepada ekosistem padang lamun sebagai tempat untuk mencari makan (grazing/merumput). Makanan utama Dugong adalah berbagai spesies dari lamun. Selain itu, di kawasan ini juga terdapat jenis Penyu Hijau (Chelonia mydas), dimana spesies penyu ini juga memakan beberapa jenis lamun. Pentingnya Ekosistem Padang Lamun dalam Sistem Ekologi Ekosistem padang lamun adalah tempat pemeliharaan (nursery ground) bagi banyak jenis ikan komersial dan crustacea (jenis udang-udangan) (Kirkman, 1997). Anakan (juveniles) ikan dan crustacea datang di ekosistem padang lamun bertujuan untuk menghindar dari pemangsaan oleh predator, memakan alga epifit yang tumbuh diatas tumbuhan lamun, dan memakan materi organik detrital yang berasal dari permukaan air laut. Dengan demikian, jika terjadi gangguan atau kerusakan pada ekosistem padang lamun dapat menurunkan produksi perikanan alami dimana ikan dan crustacea bernilai ekonomis penting bergantung pada ekosistem ini pada masa juvenile-nya. Daun tumbuhan lamun berfungsi sebagai filter, dimana lembaran daun lamun meredam pergerakan air laut sehingga memungkinkan partikel tersuspensi dapat turun di dasar perairan. Partikel ini tersusun dari silt (lumpur) dan materi organik dan anorganik turunan dari sisa-sisa tumbuhan dan hewan. Rizoma (tangkai akar) lamun yang tumbuh memanjang di dasar perairan menstabilkan dan mencegah sedimen yang telah mengendap tersuspensi/teraduk kembali. Banyak pantai, channels (lorong-lorong), dan dasar perairan berpasir diuntungkan karena ditumbuhi hamparan lamun yang bersifat menstabilkan. Hamparan padang lamun memainkan peranan penting dalam perputaran nutrien dan jaring-jaring makanan pada perairan pantai. Daun dan batang lamun, menyokong pertumbuhan alga epifit yang merupakan makanan bagi amphipoda dan keong-keongan.
Serpihan daun lamun yang dihancurkan oleh aksi gelombang dan bakteri, dan sejumlah besar detrivor menempati dasar dari sebuah jaring-jaring makanan yang kompleks. Secara ekonomi, ini menguntungkan karena banyak lobster memakan detritus, hewan lain serta material tumbuhan. Pada daerah tropis, secara signifikan, Duyung (Dugong dugon) memakan daun dan rizoma lamun, dan Penyu Hijau (Chelonia mydas) memakan daun lamun. Lamun juga dimakan oleh beberapa jenis ikan, seperti hemiramphids (salah satu contoh adalah ikan sembe) dan monacanthids (leatherjacket fish/ikan jaket kulit), akan tetapi grazing (pemangsaan daun lamun) lebih umum dijumpai pada jenis mulusca (siput) dan amphipoda. Hubungan Ekosistem Padang Lamun dengan Ekosistem Lain Secara umum, ekosistem padang lamun berada di dekat tepi garis pantai. Tumbuhan lamun tidak dapat bertahan oleh aksi gelombang laut yang terlalu besar. Oleh karena itu, biasanya tumbuhan lamun dijumpai pada pantai yang terlindung, daerah estuaria (muara), ataupun pada area yang terlindung oleh terumbu karang ataupun barier (pembatas) lain. Batas terdangkal padang lamun dapat tumbuh dan berkembang adalah sejauh mana lamun bisa bertahan terhadap aksi gelombang pada saat terjadi pasang-surut. Batas terdalam tumbuhan lamun dapat bertahan adalah sejauh mana sinar matahari bisa menembus dasar peraian, pada banyak tempat ini berarti bahwa lamun tumbuh pada kedaman tidak lebih dari dua meter, walaupun pada kasus-kasus tertentu pernah dijumpai lamun tumbuh pada kedalaman 56 meter. Pada perairan tropis, dimana substrat memungkinkan, lamun dapat tumbuh mencapai hutan mangrove (bakau). Dalam sebuah penelitian, dilaporkan bahwa spesies lamun yang dapat tumbuh mencapai hutan mangrove adalah jenis Halophila ovalis (Walker dan Prince, 1987). Spesies lamun dari genus Halophila dan Halodule mewakili jenis lamun yang tumbuh pada area hutan mangrove dimana di dalamnya menampung anakan dari jenis udang-udangan bernilai ekonomis tinggi. Perairan terumbu karang bisa berarti perairan oligotrofik (perairan dengan konsentrasi nutrien yang sangat rendah), perairan yang sedikit mengandung plankton berarti penurunan intansitas cahaya pada kedalaman juga rendah. Lamun dapat tumbuh pada area laguna berpasir antara terumbu karang, perairan lepas pantai yang lebih dalam, atau pada area laguna yang dibatasi terumbu karang atau patahan karang yang mampu menampung sisa air walaupun dalam keadaan air surut yang lebih rendah dari permukaan laguna. Area padang lamun sering dilindungi dari kekuatan penuh aksi obak dan gelombang oleh terumbu karang lepas pantai. Banyak area padang lamun yang luas ada karena terlindung dari gelombang laut oleh tumpukan batu kapur di lepas pantai. Beberapa tumbuhan lamun dapat beradaptasi untuk tumbuh di bebatuan. Kedua spesies dari genus Thalassodendron hanya dijumpai pada terumbu, kedua spesies dari genus Amphilbolis dapat tumbuh pada daerah yang lebih dingin, dan jenis-jenis Thalassia dapat tumbuh di area terumbu sebaik pertumbuhannya di area berpasir. Waktu dan Lokasi Pengambilan Data Survai ekologi padang lamun dilaksanakan pada tanggal 9-11 Februari 2009 dan 15-21 Juni 2009 di Pantai Mali, Pantai Dere, Pantai Alila, P. Lapang, dan Desa Bagang. Seluruh lokasi tersebut termasuk dalam lokasi Kawasan Konservasi Laut Daerah Kabupaten Alor. Metode dan Analisa Data Metode pengambilan data lamun didasarkan pada metode Seagrass Watch, yaitu dengan transek garis sepanjang 50 meter tegak lurus dengan garis pantai. Estimasi persen tutupan lamun dengan transek kuadrat 50 x 50 cm2 diambil setiap 5 m sepanjang garis transek, dengan pengulangan 3 kali pada setiap lokasi dengan jarak 25 m antar transek garis. Analisa data dilakukan secara deskriptif berdasarkan data yang diperoleh.
Transek 1 0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
30
35
40
45
50
30
35
40
45
50
25 m Transek 2 0
5
10
15
20
25
25 m Transek 3 Garis Pantai
0
5
10
15
20
25
Hasil dan Pembahasan Berdasarkan analisa citra tahun 2007, distribusi lamun tersebar merata di sepanjang pesisir pantai keseluruhan gugusan pulau di Kabupaten Alor. Secara visual dapat dibedakan antara pesisir pada bagian utara dan bagian yang terlindung (selatselat/terlindung pulau satu sama lain) dengan bagian selatan dan bagian terbuka, dimana pada bagian utara dan bagian terlindung distribusi lamun lebih luas dibandingkan pada bagian selatan dan bagian terbuka. Hal ini sesuai dengan kecenderungan kontur dasar perairan Kabupaten Alor dimana pada sisi bagian utara dan terlindung dasar perairan berupa slope (cenderung landai) dibandingkan pada bagian selatan dan bagian terbuka kontur dasar laut cenderung berupa wall (tebing). Pantai Dere Enhalus acoroides Cymodocea rotundata Thalassia hemprichii Halophila ovalis
Dunangbila Enhalus acoroides Cymodocea rotundata Alila Thalassia hemprichii Syringodium isoetifolium Enhalus acoroides Thalassia hemprichii Bagang Cymodocea rotundata Enhalus acoroides Halophila ovalis Halodule uninervis Halodule sp Syringodium isoetifolium Syringodium isoetifolium P. Lapang Enhalus acoroides Cymodocea rotundata Halophila ovalis Halodule uninervis Thalassodendron ciliatum
Mali Enhalus acoroides Cymodocea rotundata Thalassia Hemprichii
Gambar 1. Distribusi Spesies Lamun Di Kawasan Konservasi Laut Daerah Kabupaten Laor
Hasil pengamatan di 6 (enam) lokasi menunjukkan setidaknya ada 7 (tujuh) spesies lamun dijumpai di Perairan Kabupaten Alor. Ketujuh spesies tersebut adalah Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Syringodium isoetifolium, Cymomodocea rotundata, Halophila ovalis, Halodule uninervis, Halodule sp. Jumlah dan komposisi spesies tersebut tidak berbeda jauh dengan hasil pengamatan yang dilakukan di Kabupaten Lembata. Persen tutupan lamun tertinggi yaitu di lokasi Pulau Lapang sebesar 58,8% dan tutupan terendah di lokasi Mali sebesar 15%. Jenis-jenis makroalga yang dijumpai adalah Sargassum, Padina, Ulva, Turbinaria, dan Halimeda.
GRAFIK PERSEN TUTUPAN LAMUN PADA SETIAP LOKASI 100
% TUTUPAN
80 60 40 20 0 Mali
Pt. Dere
Alila
Dunangbila
Lapang
Bagang
NAMA LOKASI
Gambar 2. Grafik Persen Tutupan Lamun di Enam Lokasi Pengamatan Mali Pengambilan data lamun dilakukan di depan ujung Bandara Mali yang menghadap ke laut. Lokasi ini terlindung oleh Pulau di bagian utara. Pada saat surut terendah, Pulau hampir menyatu dengan daratan Alor dan hanya digenangi air yang dangkal. Substrat dominan di lokasi ini adalah karang mati dengan sedikit pasir. Hasil pengamatan di lokasi ini menunjukkan persen tutupan lamun rata-rata 15%. Tiga spesies lamun tercatat di lokasi ini, dua spesies dijumpai di dalam transek yaitu Thalassia hemprichii dan Cymodocea rotundata. Satu spesies terdapat di luar transek yaitu Enhalus acoroides. Catatan menonjol di lokasi ini adalah adanya bekas grazing pada setiap ujung daun lamun. Makroalga dominan di lokasi ini adalah jenis Padina dan Ulva. Pantai Dere Lokasi pengamatan di Pantai Dere terletak terlindung diantara hutan mangrove di bagian utara dan selatan. Kondisi perairan sangat tenang hampir menyerupai danau karena sangat terlindung. Kondisi nutrien yang sangat tinggi ditandai dengan perairan yang keruh dan substrat yang berlumpur. Tutupan lamun di lokasi ini cukup tinggi yaitu rata-rata 42,5%. Terdapat empat spesies lamun di lokasi ini yaitu Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, dan Halophila ovalis. Tidak dijumpai makroalga di dalam transek, namun tumbuhan lamun banyak ditumbuhi epifit alga. Catatan untuk lokasi ini adalah adanya sedikit tanda grazing ikan pada daun tumbuhan lamun. Alila Lokasi ini terletak di sisi utara bagian barat daratan Alor. Lokasi ini hanya terlindung oleh karang tepi di bagian luar dengan rataan yang cukup luas dan memanjang dari garis pantai. Pada sisi bagian selatan lokasi pengambilan data terdapat hutan mangrove yang cukup luas.
Hasil pengamatan di lokasi ini menunjukkan persen tutupan lamun sebesar 36,8%, dengan komposisi spesies yang cukup tinggi yaitu Enhalus acorides, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Halodule sp, Syringodium isoetifolium, dan Halophila ovalis. Catatan menarik untuk lokasi ini adalah spesies Enhalus acoroides yang sedang berbunga matang dan menyebarkan serbuk sari. Substrat dominan di lokasi ini adalah karang mati, patahan karang dan pasir. Biota yang dijumpai yaitu jenis udang-udangan dan timun laut (Holothuria). Makroalga dominan di lokasi ini adalah jenis Sargassum dan Ulva. Dunangbila Lokasi ini terletak pada sisi utara bagian timur Pulau Pantar. Hamparan padang lamun di lokasi ini terlindung oleh karang tepi pada sisi terluar. Tebing-tebing batu terdapat pada sisi kanan kiri lokasi pengamatan. Jenis substrat dominan pada lokasi ini adalah pasir dan patahan karang. Terdapat empat spesies lamun di lokasi ini, yaitu Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata dan Syringodium isoetifolium dengan tutupan rata-rata 40%. Makroalga yang dijumpai di lokasi ini adalah Halimeda dan Sargassum. Pulau Lapang Lokasi pengamatan dilakukan pada sisi bagian selatan pulau. Lokasi ini terlindung oleh karang tepi di sisi terluar dan Pulau Batang di sebelah selatan. Pulau Lapang adalah adalah salah satu pulau kecil yang berpenghuni di Kabupaten Alor. Aktivitas penduduk di pulau ini adalah perikanan dan budidaya rumput laut. Hasil pengamatan di lokasi ini menunjukkan setidaknya lima spesies lamun tercatat dalam pengambilan data. Empat spesies lamun terdapat dalam transek, yaitu Enhalus acoroides, Cymodocea rotundata, Halodule uninervis, dan Halophila ovalis. Satu spesies di luar transek, yaitu Thalassodendron ciliatum. Tutupan lamun rata-rata di lokasi ini adalah tertinggi dari enam lokasi keseluruhan pengamatan, yaitu 58,8%. Subtrat dominan lokasi ini adalah pasir. Desa Bagang Desa Bagang terletak di bagian utara tengah Pulau Pantar. Lokasi pengambilan data dilakukan di bagian pantai yang terlindung oleh karang tepi pada bagian terluar. Pada sisi kanan kiri stasiun pengamatan terdapat tebing-tebing batu. Subtstrat dominan di lokasi ini adalah pasir dan pecahan karang. Area padang lamun di lokasi pengamatan tidak terlalu lebar namun memanjang sejajar dengan garis pantai. Tutupan lamun cukup padat pada 25 meter awal transek garis dan kosong pada 25 meter akhir transek dengan rata-rata tutupan 40,9%. Jenis-jenis lamun yang tercatat selama pengamatan adalah Enhalus acoroides, Halodule uninervis, dan Syringodium isoetifolium.
Referensi Khaifin. 2007. Survai Sumberdaya Biologi dan Perikanan Desa Babokerong dan Baobulak Kabupaten Lembata. Laporan Kegiatan. Yayasan WWF Indonesia, SolorAlor Project. Lembata, NTT. 11pp. Kirkman, H. 1997. Seagrasses of Australia. Technical Paper Series (Estuaries and the Sea). State of the Environment. Australia. 36pp. McKenzie, L.J., M.A. Finkbeiner, and H. Kirkman. 2001. Methods for Mapping Seagrass Distribution. Global Seagrass Research Methods. Elsevier Science B.V. Amsterdam. 473pp.
McKenzie, L.J., S. J. Campbell, and C.A. Roder. 2003. Seagrass-Watch: Manual for Mapping & Monitoring Seagrass Resources by Community (Cityzen) Volunteers, 2nd Edition. The State of Queensland, Department of Primary Industries. Australia. 104pp. McDonald, C.L. and G.A. Kendrick. 1998. Video Photography as a Tool for Monitoring Seagrass Communities. Activity Report. The Department of Conservation and Land Management. Nedlands. 30pp. Mellors, J.E. 1991. An Evaluation of Rapid Visual Technique for Estimating Seagrass Biomass. Aquatic Botany. Australia. 73pp.