SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Nama
: Syarifudin
Tempat / Tgl. Lahir
: Jakarta, 11 Juli 1985
NIM
: 105011000164
Jurusan / Prodi
: Pendidikan Agama Islam
Judul Skripsi
:Implikasi Dampak Kondisi Ekonomi Keluarga Terhadap Motivasi Belajar Siswa MTs.N.8 Jakarta
Dosen pembimbing
: Drs. Rusydy Zakaria M.Ed, M.Phil.
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis. Pernyataan ini dibuat untuk sebagai salah satu syarat menempuh ujian munaqosah.
Jakarta, 12 Juni 2010 Mahasiswa Ybs.
Syarifudin NIM. 105011000164
i
ABSTRAK Syarifudin: Implikasi Dampak Kondisi Ekonomi Keluarga Terhadap Motivasi Belajar Siswa MTs.N 8 Jakarta.p Ekonomi sebagai pengelolaan rumah tangga adalah suatu usaha dalam pembuatan keputusan dan pelaksanaannya yang berhubungan dengan pengalokasian sumber daya rumah tangga yang terbatas di antara berbagai anggotanya dengan mempertimbangkan kemampuan, usaha dan keinginan masing-masing. Oleh karena itu, suatu rumah tangga selalu dihadapkan pada banyak keputusan dan pelaksanaannya. Keluarga diartikan sebagai suatu satuan sosial terkecil yang dimiliki manusia sebagai makhluk sosial, yang ditandai adanya kerjasama ekonomi. Bentuk keluarga terdiri dari suami, istri dan anak-anak yang biasanya tinggal dalam satu rumah yang sama, biasanya terbentuk oleh adanya hubungan perkawinan. Oleh karena hubungan antara ekonomi dan keluarga dipicu oleh keuangan, maka dalam hal ini penulis mengambil kesimpulan bahwa ekonomi keluarga merupakan pelaku kegiatan ekonomi yang paling kecil dalam masyarakat, karena terdiri dari anggota keluarga yang melakukan kegiatan ekonomi. Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam hal ini diharapkan kondisi ekonomi keluarga bukan merupakan halangan untuk mewujudkan cita-cita dari suatu tujuan tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran empiris tentang “implikasi dampak kondisi ekonomi keluarga terhadap motivasi belajar siswa MTs.N 8 Jakarta”. Penelitian ini dilaksanakan di MTs.N.8 Jakarta, waktu penelitian ini dilaksanakan selama tiga minggu yaitu dari tanggal 15 April sampai dengan tanggal 07 Mei 2010. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan menggunakan teknik analisis korelasional yaitu prosedur pemecahan masalah dengan mengumpulkan data-data, menganalisa dan menginterpretasikan hasil dari data yang diperoleh di sekolah dengan menggunakan rumus product moment sehingga peneliti mengambil kesimpulan apakah masalah yang diteliti terdapat korelasi yang signifikan atau tidak. Dalam penelitian ini sampel yang penulis tetapkan adalah 25% dari jumlah populasi 206 siswa dan diperoleh 52 orang. Hasil perhitungan dari penelitian tersebut didapat dengan memeriksa tabel nilai “r” product moment. Ternyata bahwa dengan df sebesar 50 pada taraf signifikansi 5% diperoleh rtabel = 0,273, sedangkan pada taraf signifikansi 1% diperoleh rtabel = 0,354 dengan demikian hipotesis penelitian yang dinyatakan bahwa rxy 0,09 jika dibandingkan dengan rt 5 % sebesar 0,273 dan rt 1% sebesar 0,354 ternyata rxy lebih kecil dari rt, berarti Ha (hipotesa alternatif) ditolak sedangkan Ho (hipotesa nihil) diterima. Selanjutnya penulis menyusun data cross tabulasi sebagai penguat dari data yang sebenarnya untuk membuktikan adanya sebagaian data yang valid.
ii
Temuan penelitian ini adalah berdasarkan pada masalah lemahnya motivasi belajar siswa yang lemah dilatar belakangi oleh faktor ekonomi orang tua siswa yang rendah.
iii
KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan karunia serta anugerahnya sehingga skripsi ini dapat selesai. Tanpa anugerah dan karunianya berupa nikmat kesehatan maka penulis tidak dapat menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih ya Allah engkau telah memberikan kekuatan kepada penulis, dengan adanya engkau disampingku ya Allah engkau telah memberikan motivasi yang besar berupa kesabaran dalam menghadapi hambatan dan rintangan selama penulis mengerjakaan skripsi ini. Shalawat dan salam tak lupa penulis haturkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, sebagai umat yang taat dan patuh pada ajaran beliau sehingga kita dapat merasakan nikmat yang tak kalah pentingnya dari nikmat yang lain yaitu nikmat Islam. Semoga kita termasuk dalam golongan beliau yang menegakkan panjipanji Islam serta dapat mengembangkan ajaran beliau amin. Berkat bantuan, hidayah, karunia serta nikmat Allah SWT penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “IMPLIKASI DAMPAK KONDISI EKONOMI KELUARGA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA MTS.N 8 JAKARTA”. Skripsi ini penulis buat untuk memenuhi salah satu syarat menempuh sidang munaqosah dan memperoleh gelar sarjana pendidikan Islam pada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulisan skripsi ini tidak akan pula terselesaikan tanpa bantuan, doa serta dukungan yang diberikan kepada penulis, dengan demikian penulisan skripsi ini penulis persembahkan sebagai bentuk terimakasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Prof. Dr. Dede Rosyada MA selaku dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mengizinkan serta memberikan restu kepada penulis guna menyusun skripsi ini sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana. 2. Bahrissalim M.Ag dan Sofiudin Sidiq M.Ag selaku ketua dan sekretaris jurusan PAI Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, penulis ucapkan
iv
terimakasih yang telah banyak membantu dalam bidang administrasi dan dukungannya dalam menyelesaikan skripsi ini. 3. Bpk Drs. Rusydy Zakaria M.Ed.,M.Phil, selaku pembimbing yang telah sabar, ikhlas, tulus serta meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan dan ilmunya kepada penulis sehingga penulisan skripsi ini dapat terwujud. 4. Kepada ayah dan bundaku tercinta yang telah berjuang mencari nafkah untuk kepentingan penulis. Salam takzim, sehingga penulis dapat kuliah dan menyelesaikan tugas akhir ini. 5. Kepada kakak, adik dan keponakan-keponakanku: Ella Widya SPd, Maryadi SPd, Zainal Arifin S.Kom, Sumiyatun, Tifah, Wulan, Wina, Fachri, Yusuf dan Ma’il terimakasih atas bantuan, kepedulian serta dukungan kalian dalam memberikan motivasi untuk cepat menyelesaikan skripsi ini. 6. Kepada sahabat dan teman-temanku Asep “Giyar”, Candra “Habib”, Fadlalah “Satpol”, Fajar, Abdurohman, Ikbal, Umi, Maya, Hanifah, Riyan, H. Firman, Sobirin, Rohman “Oteng”. Terimakasih kepada kalian yang telah menemani dan memberikan semangatnya. 7. Kepada keluarga besar MTs.N.8 Jakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian. Ucapan terimakasih kami khususnya kepada: Pk Budi Haerawan, Pk Baihaqi, Pk Zainudin, Bu Tuti, Bu Asmawiyah dan Bu Pohan, yang telah banyak membantu serta memberikan motivasinya kepada penulis. Berkat dukungan dan motivasi yang diberikan akhirnya penulisan skripsi ini dapat terselesaikan, semoga skripsi ini bermanfaat baik bagi penulis maupun kalangan umum yang ingin mengetahui penulisan skripsi ini. Penulis menerima saran dan kritik dari anda semua, karena penulis sadar bahwa penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Terimakasih.
Jakarta, 16-6-2010
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK....................................................................................................
ii
KATA PENGANTAR.................................................................................
iii
DAFTAR ISI................................................................................................
v
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.....................................................
1
B. Identifikasi Masalah...........................................................
6
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah.................................
7
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian...........................................
7
E. Sistematika Penulisan.........................................................
8
KAJIAN TEORITIS A. Motivasi Belajar................................................................
9
1. Pengertian Motivasi Belajar………………………….
9
2. Jenis-Jenis Motivasi Belajar………………………….
12
a. Motivasi Intrinsik………………………………….
12
b. Motivasi Ekstrinsik………………………………..
14
3. Fungsi Motivasi Belajar………………………………
16
4. Tujuan Motivasi Belajar………………………………
17
5. Indikator Motivasi Belajar……………………………
18
a. Faktor Perbedaan Individu Dalam Belajar…………
18
b. Sikap dan Minat Siswa…………………………….
20
B. Ekonomi Keluarga………………………………………..
21
1. Pengertian Ekonomi Keluarga…………………………
21
2. Indikator Ekonomi Keluaga……………………………
23
a. Pendidikan………………………………………….
23
vi
BAB III
BAB IV
b. Pendapatan………………………………………….
23
c. Pekerjaan……………………………………………
24
3. Jenis-Jenis Ekonomi Keluarga………………………….
25
a. Ekonomi Keluarga Kaya……………………………
25
b. Ekonomi Keluarga Miskin………………………….
27
4. Fungsi Ekonomi Keluarga………………………………
29
5. Kerangka Pikir…………………………………………..
30
6. Pengajuan Hipotesis…………………………………….
32
METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitian………………………………….
34
B. Tempat dan Waktu Penelitian……………………..
34
C. Variabel Penelitian………………………………...
34
D. Metodologi Penelitian……………………………..
35
E. Populasi dan Sampel……………………………....
35
1. Populasi………………………………………....
35
2. Sampel…………………………………………..
36
F. Teknik Pengumpulan Data………………………....
36
G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data…………..…
37
1. Teknik Pengolahan Data………………………..
37
2. Teknik Analisis Data…………………………...
39
HASIL PENELITIAN A. Profil MTs.N 8 Jakarta……………………………
43
1. Gambaran Umum MTs.N 8 Jakarta……………
43
2. Data Umum MTs.N 8 Jakarta………………….
43
B. Visi dan Misi MTs.N 8 Jakarta…………………...
44
C. Keadaan Siswa, Guru, TU/Karyawan…………….
44
1. Keadaan Siswa…………………………………
44
vii
BAB V
2. Keadaan Guru………………………………….
45
3. Keadaan TU/Karyawan………………………..
45
D. Deskripsi Data……………………………………
53
E. Analisis dan Interpretasi Data…………………….
72
PENUTUP A. Kesimpulan……………………………………….
82
B. Saran………………………………………………
83
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................
86
LAMPIRAN...................................................................................................
89
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Indeks korelasi product moment.............................................
40
Tabel 2
Kisi-kisi instrumen penelitian………………………………..
41
Tabel 3
Jumlah siswa 5 tahun terakhir………………………………..
44
Tabel 4
Keadaan guru…………………………………………………
45
Tabel 5
Keadaan TU/karyawan………………………………………
45
Tabel 6
Data tentang jumlah kelas dan rombongan belajar…………..
46
Tabel 7
Data tentang perolehan nilai UN/US kelas IX……………….
46
Tabel 8
Data tentang keberadaan lulusan dari kelas IX………………
47
Tabel 9
Data tentang asal siswa kelas VII…………………………….
47
Tabel 10
Data tentang jenjang kepangkatan personil…………………..
48
Tabel 11
Data tentang pendidikan terakhir personil……………………
49
Tabel 12
Data tentang fasilitas belajar MTs.N.8……………………….
49
Tabel 13
Data tentang kegiatan ekstra kurikuler……………………….
50
Tabel 14
Data tentang prestasi siswa di bidang akademik/non akademik ………………………………………………………………..
Tabel 15
51
Data tentang strata orang tua/wali murid tahun pelajaran 2009/2010….............................................................................
52
Tabel 16
Data tentang tingkat ekonomi orang tua/wali murid…………
52
Tabel 17
Jawaban responden tentang sumber pendapatan yang dihasilkan oleh orang tua siswa………………………………………….
Tabel 18
54
Jawaban responden tentang sumber lain pendapatan orang tua siswa…………………………………………………………..
54
Tabel 19
Jawaban responden tentang penghasilan orang tua siswa…….
55
Tabel 20
Jawaban responden tentang jumlah keluarga siswa yang memperoleh pendapatan………………………………………
Tabel 21
55
Jawaban responden tentang tenggang waktu penghasilan yang diperoleh oleh orang tua siswa………………………………... ix
56
Tabel 22
Jawaban responden tentang tanggal orang tua siswa biasanya Memperolehgaji……………………………………………….
56
Tabel 23
Jawaban responden tentang pekerjaan ayah siswa saat ini……
57
Tabel 24
Jawaban responden tentang pekerjaan ibu siswa saat ini……..
57
Tabel 25
Jawaban responden tentang kendaraan yang dimiliki orang tua siswa………………………………………………………
Tabel 26
Jawaban responden tentang bagaimana cara siswa sampai ke sekolah…………………………………………………………
Tabel 27
59
Jawaban responden tentang ketika ada kegiatan study tour keuangan orang tua siswa selalu ada………………………….
Tabel 29
58
Jawaban responden tentang orang tua siswa selalu mengajak rekreasi (jalan-jalan) ke tempat wisata ……………………….
Tabel 28
58
59
Jawaban responden tentang siswa selalu belajar tanpa disuruh ………………………………………………………………….
60 Tabel 30
Jawaban responden tentang untuk menambah pengetahuan siswa mencari referensi lain di perpustakaan…………………………
Tabel 31
Jawaban responden tentang siswa tetap berangkat ke sekolah meski tanpa uang jajan................................................................
Tabel 32
62
Jawaban responden tentang siswa termotivasi untuk mengngungguli teman yang mendapatkan nilai tinggi………………………….
Tabel 36
62
Jawaban responden tentang demi masa depan, siswa akan melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi……………..
Tabel 35
61
Jawaban responden tentang siswa selalu giat belajar agar cita-citanya tercapai……………………………………………
Tabel 34
61
Jawaban responden tentang ketika ada kesulitan, siswa belajar kelompok dengan teman-teman………………………………..
Tabel 33
60
Jawaban responden tentang orang tua siswa harus mendukung x
63
dalam kegiatan belajar…………………………………………. Tabel 37
63
Jawaban responden tentang hukuman dari guru yang tidak mengerjakan PR membuat siswa termotivasi untuk belajar dengan giat………………………………………………………………
Tabel 38
Jawaban responden tentang guru siswa harus memberikan arahan tentang motivasi belajar…………………………………………
Tabel 39
66
Jawaban responden tentang orang tua siswa memberikan apresiasi karena nilai rapor saya bagus………………………………….
Tabel 44
66
Jawaban responden tentang Nilai rapor siswa selalu bagus setelah giat belajar………………………………………………
Tabel 43
65
Jawaban responden tentang siswa selalu menyimak pelajaran dengan baik……………………………………………………..
Tabel 42
65
Jawaban responden tentang bila prestasi siswa buruk, siswa harus belajar lebih giat………………………………………………..
Tabel 41
64
Jawaban responden tentang siswa giat belajar untuk menguasai pelajaran tertentu………………………………………………..
Tabel 40
64
67
Jawaban responden tentang siswa malas belajar karena tidak adanya perhatian orang tua, sebab mereka terlalu sibuk dengan pekerjaannya……………………………………………
Tabel 45
Jawaban responden tentang siswa tidak semangat belajar karena kurangnya dorongan dari orang tua…………………….
Tabel 46
69
Dukungan orang tua saya sangat kurang terhadap perkembangan belajar saya……………………………………………………...
Tabel 49
68
Jawaban responden tentang siswa minder karena temannya berekonomi lebih dari cukup……………………………………
Tabel 48
68
Jawaban responden tentang siswa merasa tidak percaya diri karena orang tua siswa berekonomi kurang cukup…………….
Tabel 47
67
Jawaban responden tentang apresiasi kepala sekolah terhadap siswa kurang terlaksana karena keterbatasan ekonomi keluarga xi
69
saya……………………………………………………………… Tabel 50
70
Jawaban responden tentang akibat terbatasnya keuangan orang tua siswa, mereka selalu kekurangan dalam memenuhi kebutuhan sekolah sehingga tidak ada motivasi dalam belajar……………..
Tabel 51
71
Jawaban responden tentang akibat terbatasnya keuangan orang tua siswa, saya terhambat untuk melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi………………………………………………..
71
Tabel 52
Data Skoring Kodisi Ekonomi Keluarga (X)……………………
72
Tabel 53
Klasifikasi skor angket variabel kondisi ekonomi keluarga (X)...
74
Tabel 54
Data Skoring Motivasi Belajar Siswa (Y)……………………….
76
Tabel 55
Klasifikasi skor angket variabel motivasi belajar siswa (Y)…….
77
Tabel 56
Analisis Korelasi Variabel Kondisi Ekonomi Keluarga (X) dan Motivasi Belajar Siswa (Y)……………………………………....
xii
78
LAMPIRAN 1. Angket penelitian 2. Pedoman wawancara 3. Hasil wawancara 4. Surat bimbingan skripsi 5. Surat keterangan bimbingan skripsi 6. Surat permohonan izin penelitian 7. Surat permohonan wawancara 8. Surat keterangan dari sekolah
xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Beberapa negara termasuk Indonesia menekankan fungsi pendidikan formal sebagai tempat latihan serta persiapan tenaga kerja untuk memenuhi kebutuhan lapangan akan tenaga kerja. Terlepas dari berbagai permasalahan yang ada adalah bagaimana menjadikan pendidikan berguna bagi kehidupan manusia sehingga muridmurid di sekolah merasa sesuai dan merasa terpisah dari masyarakat dan lingkungannya. Pendidikan berkenaan dengan perkembangan dan perubahan perilaku anak didik, transmisi pengetahuan, sikap, kepercayaan, keterampilan dan aspek-aspek kelakuan lainnya. Pendidikan adalah proses mengajar dan belajar pola-pola kelakuan manusia menurut apa yang diharapkan oleh masyarakat.1 Akhir-akhir ini ramai dibicarakan tentang perlunya pembaharuan pendidikan guna menjawab setiap permasalahan kehidupan manusia. Berbagai faktor serta aspek penyelenggaraan pendidikan telah digarap oleh para ahli demi kemajuan pendidikan masyarakat. 1
S. Nasution, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), edisi. 2, Cet.I, hlm.10.
1
2
Awalnya efektifitas pendidikan lebih menekankan peranan guru dengan tujuan untuk menguasai materi pelajaran daripada memprioritaskan metode pembelajaran yang berkaitan dengan kualitas guru. Sebagian besar metode yang diterapkan oleh guru kurang mengembangkan memotivasi potensi otak, seperti peserta didik hanya dipersiapkan untuk hanya mau mendengar dan menerima seluruh informasi, sehingga apa yang dipelajari di sekolah tidak integratif dengan kehidupan sehari-hari. Akibatnya murid lebih bersifat pasif dan hanya tinggal menerima apa yang disuguhkan oleh guru. Kurikulum sepenuhnya direncanakan dan disusun oleh guru atau sekolah tanpa mempertimbangkan kebutuhan murid. Dalam abad ke-20 ini terjadi perubahan besar mengenai konsepsi pendidikan dan pengajaran. Perubahan tersebut membawa perubahan pula dalam cara belajarmengajar di sekolah dan cara pengajaran lama sebagaimana tercantum di atas, kini berangsur-angsur beralih menuju ke arah penyelenggaraan sekolah progresif, sekolah kerja, sekolah pembangunan dan sekolah yang menggunakan metode CBSA (cara belajar siswa aktif)2 dan PAIKEM (pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan). Untuk mengembangkan sistem nilai pendidikan dibuat suatu paradigma pendidikan yang diimplementasikan dalam sebuah undang-undang. Dalam hal ini pemerintah bekerjasama dengan lembaga DPR mengeluarkan UU No. 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS). Dalam UU No. 20 tahun 2003 ayat 2 ditegaskan “bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan yang Maha Esa serta ahklak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang”.3 Untuk itu seluruh komponen warga wajib mencerdaskan kehidupan bangsa yang merupakan salah satu tujuan negara.
2
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan: Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), hlm.3. 3 Anwar Arifin, Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional dalam UU SISDIKNAS, (Jakarta: Dirjen Kelembagaan Agama Islam Depag, 2003), cet III, hlm.33.
3
Dalam menyikapi tuntutan dan kebutuhan masyarakat dewasa ini yang semakin mendesak
perlu
adanya
upaya-upaya
pembaharuan,
pengembangan
dan
pemberdayaan sistem pendidikan nasional agar sistem yang ada mampu menghadapi berbagai tantangan. Di antara upaya yang dilakukan perlu adanya perumusan kembali paradigma dan visi pendidikan agar hasil yang diharapkan dari proses pembelajaran tersebut lebih berdaya guna dan siap menghadapi kebutuhan masyarakat. Untuk itu pendidikan dalam keluarga perlu dikembangkan sedemikian rupa sehingga bersinergi dengan pendidikan di sekolah Dalam rangka pelaksanaan pendidikan nasional, peranan keluarga sebagai lembaga pendidikan semakin tampak dan penting. Peranan keluarga terutama dalam penanaman sikap dan nilai hidup, pengembangan bakat dan minat serta pembinaan bakat dan kepribadian.4 Melalui pendidikan terbentuklah kepribadian seseorang. Boleh dikatakan hampir seluruh kelakuan individu dipengaruhi orang lain.5 Menurut ketentuan umum, Bab 1 pasal 1 undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003, menjelaskan bahwa: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.6 Sedangkan pada pasal 7 ayat 1 No. 20 tahun 2003 dan penjelasannya mengemukakan bahwa orang tua berhak berperan serta dalam memilih satuan pendidikan dan memperoleh informasi tentang perkembangan pendidikan anaknya.7 Dengan demikian, pendidikan di keluarga oleh undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, diakui sangat penting peranannya dalam upaya pendidikan pada umumnya, sehingga berarti tanpa adanya pendidikan keluarga yang terlaksana dengan 4
Fuad Ikhsan, Dasar-Dasar Kependidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005), cet.IV, hlm.58. S. Nasution, Sosiologi Pendidikan…,hlm.11. 6 Anwar Arifin, Memahami Paradigma Baru..., hlm.34. 7 Anwar Arifin, Memahami Paradigma Baru..., hlm.39. 5
4
baik maka pembentukan kepribadian yang diharapkan oleh tujuan pendidikan nasional akan sulit dapat diwujudkan oleh lembaga-lembaga pendidikan selanjutnya karena dasar-dasar kepribadiannya kurang terbentuk dengan baik waktu di lingkungan keluarga.8 Carel Gustav Jung memberikan pernyataan bahwa psikologis seorang anak erat kaitannya dengan psikologis orang tuanya. Bahkan seluruh keluarga dapat memperlihatkan reaksi yang banyak persamaannya. Oleh karena itu konsekuensi praktis bagi orang tuanya yang tidak dengan sadar mempengaruhi anak-anaknya adalah bahwa kepribadian orang tua mempunyai pengaruh yang lebih besar dalam membentuk watak anak dibandingkan dengan ajaran yang lain9 Kesulitan yang dihadapi dalam hubungan antara keluarga adalah masalah kondisi kelas sosial, pada umumnya anak yang berasal dari keluarga yang mampu lebih unggul bila dibandingkan dengan anak yang berasal dari keluarga yang kurang mampu. Akibatnya hal ini akan menghambat pertumbuhan mental dan perkembangan psikologisnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga adalah kelas sosial ekonomi orang tua. Pada keluarga kelas menengah, suatu hubungan yang lebih demokratis dan adil mungkin ada, sementara dalam keluarga kelas bawah, hubungan yang ada lebih otoritas atau otokrasi. Selain itu orang tua dengan kelas sosial menengah mempunyai tingkat dukungan, afeksi dan keterlibatan yang lebih tinggi daripada orang tua dengan kelas sosial bawah.10 Keadaan sosial ekonomi keluarga mempunyai pengaruh terhadap perkembangan anak-anak. Apabila kita perhatikan bahwa dengan adanya perekonomian yang cukup, lingkungan yang dihadapi oleh anak di dalam keluarganya akan lebih luas sehingga ia mendapat kesempatan yang lebih luas untuk mengembangkan bermacam-macam 8
Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Ciputat: UIN Jakarta Press, 2005), cet.I, hlm.
24-25. 9
Frieda Fordham, Pengantar Psikologi C.G Jung Teori-Teori dan Teknik Psikologi Kedokteran, (Jakarta: Bakhtara Karya Aksara, 1998), hlm.92-94. 10 Http://www Rajawana.com/artikelkesehatan/dukungankeluarga/html/26-11-2009
5
kecakapan, yang mana kecakapan-kecakapan tersebut tidak mungkin dapat dikembangkan kalau tidak ada prasarananya.11 Misalnya seseorang yang berbakat seni musik tidak mungkin mengembangkan bakatnya kalau tidak ada alat-alat musiknya. Bagi keluarga yang orang tuanya berpenghasilan tinggi, tidak akan sulit dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dengan tingkat yang demikian mereka mempunyai kesempatan yang lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan anaknya dalam proses belajar mengajar. Dengan terpenuhinya kebutuhan yang dirasakan itu akan menumbuhkan semangat untuk belajar serta menciptakan konsentrasi belajar pada anak didik, sehingga anak didik akan fokus perhatiannya dalam pembelajaran yang berlangsung. Hal ini akan menyebabkan anak didik tersebut termotivasi untuk belajar lebih giat lagi. Lain halnya dengan anak didik yang berasal dari orang tua berpenghasilan rendah, mereka akan memusatkan perhatiannya pada kebutuhan sehari-hari dari penghasilan yang diterimanya. Keadaan ini akan berpengaruh pada anak didik untuk termotivasi dalam proses pembelajaran sehingga sulit untuk memperoleh prestasi yang baik. Motivasi merupakan perilaku yang akan menentukan kebutuhan (needs) atau wujud perilaku mencapai tujuan. Seseorang yang termotivasi untuk mendapatkan sesuatu, maka ia akan berusaha memenuhi kebutuhan (needs) tersebut.12 Senada dengan penyelidikan yang dilakukan oleh Pintner dan Levy terhadap anak-anak sekolah khususnya yang berkaitan dengan kekhawatiran yang akan dialami oleh anak sekolah akan berdampak negatif bagi pertumbuhan psikologis anaknya, terutama dalam motivasi belajar yang disebabkan oleh orang tua terlalu sibuk dengan pekerjaan, kurang perhatian, acuh tak acuh dan pendidikan orang tua yang rendah.13
11
W.A. Gerungan, Psikologi Sosial, (Bandung: Rapika Aditama, 2004), cet.I, hlm.181. Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2009), cet.VI, hlm.82. 13 Winarno Surahmad, Psikologi Pemuda Sebuah Pengantar dalam Perkembangan Pribadi dan Interaksi Sosialnya, (Bandung: Jemmars, 1980), cet.II, hlm.81. 12
6
Kondisi inilah yang terjadi saat ini di MTs.N 8 Jakarta. Kebanyakan siswa yang berasal dari golongan dengan status ekonominya menengah kebawah, Di mana mata pencaharian orang tua mereka yang mayoritas sebagai buruh, antara lain tukang ojek, penjual koran, tukang kebun, pedagang, kuli bangunan, pembantu rumah tangga dan ada sebagian kecil dari mereka yang berprofesi sebagai guru. Kondisi ini berpengaruh pada motivasi belajar siswa MTs. N 8. Jakarta seperti, malas belajar, tidak semangat belajar dan rendah diri.14 Hal ini menunjukkan bahwa faktor eksternal dapat menghambat siswa dalam berprestasi seperti status latar belakang ekonomi keluarga yang kurang mendukung efektifitas pembelajaran. Dari latar belakang masalah di atas menarik perhatian penulis untuk meneliti tentang bagaimana motivasi belajar siswa yang terdapat di MTs.N 8 Jakarta, yang mayoritas mereka berasal dari golongan ekonomi yang menengah ke bawah. Motivasi belajar penting artinya dalam proses belajar siswa, karena fungsinya yang dapat mendorong, menggerakkan dan mengarahkan kegiatan belajar. Karena itu prinsipprinsip pergerakan motivasi belajar sangat erat kaitannya dengan prinsip-prinsip belajar itu sendiri.15 Berdasarkan latar belakang di atas penyusun mengasumsikan adanya implikasi yang cukup signifikan. Implikasi tersebut terkait dengan dampak kondisi ekonomi keluarga
terhadap
motivasi
belajar
siswa.
Dengan
demikian
peneliti
memformulasikan dan tertarik untuk meneliti: “IMPLIKASI DAMPAK KONDISI EKONOMI KELUARGA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA MTS. N. 8 JAKARTA”.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dibuat klasifikasi masalah sebagai berikut : 14
Habibillah, Wawancara, (27 Agustus 2009) Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005), cet.IV, hlm.156. 15
7
1. Terdapat sikap rendah diri pada sebagian siswa dalam kegiatan belajar 2. Banyak siswa kurang mempunyai prinsip belajar yang kuat dalam bersikap dan perilaku 3. Banyak siswa yang berasal dari keluarga yang kurang mampu/ekonomi lemah 4. Masih rendahnya motivasi belajar siswa dalam mengikuti pelajaran
C. Pembatasan Dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Agar pembahasan ini tidak meluas, maka penulis hanya membatasi penelitian pada masalah dampak kondisi ekonomi keluarga, seperti masih tingginya sikap rendah diri dalam diri siswa, banyak siswa kurang berprinsip dalam bersikap, banyak yang berasal dari kalangan yang kurang mampu serta rendahnya motivasi belajar siswa. 2. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah yang dikemukakan di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Sejauh mana dampak kondisi ekonomi keluarga berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa.
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan umum hasil penelitian ini adalah untuk menjelaskan dampak dan implikasi kondisi ekonomi keluarga terhadap lemahnya motivasi siswa dalam belajar. 2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: a.Sekolah mempunyai pengalaman sebagai bahan untuk meningkatkan mutu pendidikan. b.Untuk memperkaya literatur/tulisan tentang implikasi dampak ekonomi keluarga terhadap motivasi belajar siswa MTs.N 8 Jakarta.
8
c.Untuk Meningkatkan pemahaman masyarakat dan keluarga tentang sekolah dalam kondisi ekonomi keluarga. d.Untuk meningkatkan pengetahuan dan pengalaman penulis dalam masalah dampak ekonomi keluarga terhadap motivasi belajar siswa.
E. Sistematika Penulisan Untuk memudahkan penulisan skripsi ini, penulis menyusun sistematika penulisan pada lima bab yaitu: BAB I Pendahuluan Menjelaskan tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan. BAB II Kajian Teoritis: Menjelaskan tentang Pengertian motivasi belajar, jenis-jenis motivasi belajar, fungsi motivasi belajar, tujuan motivasi belajar dan indikator motivasi belajar. Ekonomi keluarga: menjelaskan pengertian ekonomi keluarga, indikator ekonomi keluarga, jenis-jenis ekonomi keluarga, fungsi ekonomi keluarga, kerangka pikir dan pengajuan hipotesis. BAB III Metodologi Penelitian Menjelaskan tentang tujuan penelitian, tempat dan waktu penelitian, variabel penelitian, metodologi penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data serta teknik pengolahan dan analisis data. BAB IV Hasil Penelitian Menjelaskan tentang profil MTs.N.8 Jakarta, visi dan misi MTs.N 8 Jakarta, keadaan siswa, guru dan TU/karyawan, deskripsi data serta analisis dan interpretasi data. BAB V Penutup Menjelaskan tentang kesimpulan dan saran.
BAB II KAJIAN TEORITIS
A. MOTIVASI BELAJAR 1. Pengertian Motivasi Belajar Kata “motivation” bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin “motivum”. Kata Motivum menunjuk pada alasan tertentu mengapa sesuatu itu bergerak. Istilah “motivasi” mempunyai arti penting bagi motivasi itu sendiri.1 Motivasi memiliki banyak persamaan makna atau beberapa istilah memiliki makna seperti motivasi dalam berbagai literatur, seperti needs, drives, wants, interests dan desires.2 Di dalam bukunya “Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan” Alisuf Sabri membedakan istilah motivasi dengan motif. Dalam diri kita motif itu dapat berupa suatu kebutuhan, tujuan, cita-cita atau suatu hasrat/keinginan yang merupakan daya penggerak dari dalam diri untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu dalam mencapai suatu tujuan tertentu. Apabila suatu kebutuhan dirasakan mendesak untuk dipenuhi maka motif atau daya penggerak menjadi aktif. Motif atau daya penggerak yang menjadi aktif inilah yang disebut motivasi.3
1
Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Grasindo, 2006), edisi revisi,
hlm.329. 2
Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2009), cet.VI, hlm.82 3 Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan (Jakarta : CV pedoman Ilmu Jaya, 2001), hlm.128-129
9
10
W.A gerungan dalam bukunya Psikologi Sosial mengatakan bahwa motif itu merupakan suatu pengertian yang melingkupi semua penggerak, alasan-alasan atau dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan ia melakukan sesuatu.4 Menurut M.Utsman Najati, yang dikutip oleh Abdul Rahman Shaleh dalam bukunya Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam,
motivasi adalah
kekuatan penggerak yang membangkitkan aktivitas pada makhluk hidup, dan menimbulkan tingkah laku serta mengarahkannya menuju tujuan tertentu.5 Ngalim Purwanto dalam bukunya Psikologi Pendidikan menjelaskan bahwa motivasi adalah pendorongan suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.6 Menurut Frederick J. Mc Donald yang dikutip oleh Wasty Sumanto dalam bukunya Psikologi Pendidikan: Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan. Motivasi itu merupakan perubahan tenaga di dalam diri seseorang yang ditandai oleh dorongan afektif dari reaksi-reaksi mencapai tujuan. Oleh karena itu motivasi merupakan bagian dari belajar.7 Lebih lanjut Mc. Donald memberikan tiga elemen penting motivasi sebagai sebuah proses perubahan energi sebagai berikut: a. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi dalam sistem neuro physiological yang ada pada organisme manusia. Dalam tahapan ini meskipun motivasi merupakan rahasia dalam diri manusia, tetapi penampilannya bisa diidentifikasi dari sejumlah kegiatan fisik manusia berupa perbuatan atau tingkah laku. b. Motivasi ditandai dengan timbulnya rasa atau feeling afeksi seseorang. Contoh: Ketika seseorang menerima kabar bahwa ia harus pulang karena 4
W.A. Gerungan, Psikologi Sosial..., hlm.140. Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam,(Jakarta: Kencana, 2004), hlm.132. 6 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: CV Remaja Karya, 1985), cet.II, hlm. 71. 7 Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan..., hlm.206. 5
11
orang
tuanya
meninggal,
secara
langsung
yang
bersangkutan
memperlihatkan adanya feeling yang bisa dilihat dari ekspresi sedih di wajahnya atau berupaya untuk menghilangkan rasa sedih itu. c. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Contoh: Seorang siswa memperoleh nilai tinggi, otomatis ia akan terangsang untuk belajar lebih giat supaya tujuannya tercapai. Dengan demikian menurut Mc Donald motivasi merupakan respon terhadap sesuatu berupa rasa atau feeling yang dibarengi dengan adanya tujuan tertentu yang teraplikasi melalui perbuatan dan tindakan.8 Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu.9 Thorndike, salah seorang pendiri aliran teori belajar tingkah laku, mengemukakan teorinya bahwa belajar adalah proses interaksi antara stimulus yang berupa pikiran, perasaan, gerakan dan respond. Perubahan tingkah laku dapat berwujud sesuatu yang konkrit (dapat diamati), maupun non konkrit (tidak dapat diamati).10 Di dalam belajar praktik misalnya, perubahan tingkah laku seseorang dapat dilihat secara konkrit atau dapat diamati. Pengamatan ini dapat diwujudkan dalam bentuk gerakan yang dilakukan terhadap suatu objek yang dikerjakannya. Seorang guru memberikan perintah kepada siswa untuk melakukan kegiatan praktik merupakan “stimulus” dan siswa dengan menggunakan pemikirannya, melakukan kegiatan praktik merupakan “respond” yang hasilnya langsung dapat diamati.
8
Akhyas Azhari, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Teraju, 2004 ), cet.I, hlm.66-67. Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di Bidang Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), edisi 1, cet.III, hlm.23. 10 Hamzah B Uno, Teori Motivasi dan..., hlm.11. 9
12
Dengan demikian kegiatan belajar yang tampak dalam teori belajar tingkah laku dalam pandangan Thorndike mengarah pada hasil langsung belajar, atau tingkah laku yang ditampilkannya.11 Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar merupakan daya penggerak psikis dari dalam diri seseorang untuk dapat melakukan kegiatan belajar dan menambah keterampilan dan pengalaman. Motivasi mendorong dan mengarah minat belajar untuk tercapai suatu tujuan. Siswa akan sungguhsungguh belajar karena termotivasi mencari prestasi, misalnya ingin mendapatkan nilai bagus sehingga ia menjadi juara kelas.
2. Jenis-Jenis Motivasi Belajar a. Motivasi Intrinsik Motivasi intrinsik ialah motivasi yang timbul dari dalam diri seseorang atau motivasi yang erat hubungannya dengan tujuan belajar. Misalnya, mamahami konsep, ingin memperoleh pengetahuan, ingin memperoleh kemampuan dan sebagainya.12 Motivasi intrinsik juga diartikan sebagai motivasi yang pendorongnya ada kaitan langsung dengan nilai-nilai yang terkandung di dalam tujuan pekerjaan sendiri. Misalnya, seorang siswa tekun mempelajari matematika karena ia ingin sekali menguasai pelajaran itu.13 Jika seseorang sudah mempunyai motivasi, maka ia akan ada dalam ketegangan, dan ia siap mengerjakan hal-hal yang dibutuhkan sesuai dengan apa yang dikehendakinya, dan motivasi intrinsik ini merupakan hal untuk memenuhi kebutuhan.14
11
Hamzah B Uno, Teori Motivasi dan..., hlm.11-12. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), cet.II, hlm.85. 13 Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar..., hlm.139140. 14 Ivor K. Davies, Pengelolaan Belajar, (Jakarta: Rajawali Press, 1986), edisi 1, cet.I, hlm.215. 12
13
Abraham Maslow mengklasifikasikan dorongan kebutuhan ini sebagai berikut: Gambar 1 Hierarki kebutuhan menurut Abraham Maslow
Growth needs Self Actualization Esteem Needs
Social Needs
Safety and Scurity Needs
Deficienci needs
Physiological Needs
Sumber: Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Grasindo, 2006), edisi revisi, hlm.347.
Keterangan 1) Physiological needs
: Yaitu kebutuhan yang menyangkut fungsi biologis dasar dari organisme manusia seperti kebutuhan makan, minum, bernafas, bergerak dan lain-lain.
2) Safety and scurity needs: Seperti terjamin keamanannya, terlindung dari bahaya dan ancaman penyakit, perang, kemiskinan, kelaparan, perlakuan tidak adil dan lain-lain. 3) Social needs
: Yaitu dorongan-dorongan untuk dicintai, kasih sayang, setia kawan, diakui sebagai anggota kelompok, kerjasama dan lain-lain.
4) Esteem Needs
: Yaitu kebutuhan akan dihargai karena prestasi, kemampuan, kedudukan atau status, pangkat dan sebagainya.
5) Self actualization
: Yaitu kebutuhan mempertinggi potensi-potensi yang dimiliki, pengembangan diri secara maksimum, kreatifitas dan ekspresi diri.
14
Kelima macam motif itu tersusun dari tingkat yang paling rendah sampai tingkat yang paling tinggi. Menurut Maslow pada umumnya motif yang lebih tinggi akan muncul apabila motif di bawahnya telah terpenuhi. Maslow lebih jauh menjelaskan bahwa motif pertama sampai keempat bersifat menghilangkan kekurangan, oleh karena itu disebut deficienci needs. Sedangkan motif kelima yaitu aktualisasi diri bersifat mengembangkan oleh karena itu disebut growth needs. Motif tertinggi ini baru akan muncul apabila keempat motif di bawahnya telah terpenuhi.15 Kebanyakan teori pendidikan modern memakai motivasi intrinsik sebagai pendorong bagi aktivitas dalam pengajaran dan dalam pemecahan masalah.16 Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi intrinsik berasal dalam diri individu sendiri, motivasi ini berkaitan langsung dengan suatu tujuan yang ingin ditempuh sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya tanpa mengandalkan dorongan dari orang lain. Dengan demikian motivasi intrinsik ini sangat penting artinya dalam kehidupan sehari-hari.
b. Motivasi Ekstrinsik Motivasi ekstrinsik ialah motivasi yang datangnya dari luar individu, atau motivasi ini tidak ada kaitannya dengan tujuan belajar, seperti: Belajar karena takut kepada guru, atau karena ingin lulus, ingin memperoleh nilai tinggi, yang semuanya itu tidak berkaitan langsung dengan tujuan belajar yang dilaksanakan.17 Beberapa bentuk motivasi belajar ekstrinsik menurut Winkel diantaranya adalah: 1) Belajar demi memenuhi kewajiban. 2) Belajar demi menghindari hukuman. 3) Belajar demi memperoleh hadiah material yang disajikan. 4) Belajar demi meningkatkan gengsi. 5) Belajar demi memperoleh pujian dari orang yang penting seperti orang tua dan guru. 6) Belajar demi tuntutan jabatan yang ingin dipegang atau demi memenuhi persyaratan kenaikan pangkat.18
15
Nana Saodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2007), cet.IV, hlm.69. 16 Ivor K Davis, Pengelolaan Belajar..., hlm.216. 17 Alisuf Sabri, Psikologi pendidikan…, hlm.85. 18 Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis..., hlm.85.
15
Pada tahun 1966 Frederick Hezberg menemukan teori Motivator-Kesehatan, teori ini digunakan Hezberg untuk membantu guru dalam meningkatkan motivasi belajar pada siswa yang lemah minatnya terhadap pelajaran, dan membantu guru dalam menilai relevansi dan pentingnya tindakan yang diambilnya.19 Untuk lebih jelasnya perhatikan bagan di bawah ini: Gambar 2. Teori motivasi-kesehatan yang diterapkan dalam kegiatan belajar-mengajar menurut Frederick Hezberg MOTIVATOR +
Rasa Puas Tugas pelajaran diatur sedemikian rupa sehingga siswa menikmati: Prestasi, penghargaan, tanggung jawab, kemajuan dan perkembangan pribadi Kemajuan Minimal
Rasa Tidak Puas Lingkungan diatur sedemikian rupa sehingga siswa merasa tidak puas karena: Cara pengawasan, kondisi kerja, hubungan pribadi, kebijaksanaan, administrasi sekolah, status dan keamanan
FAKTOR KESEHATAN
Sumber: Ivor K. Davis, Pengelolaan Belajar, (Jakarta: Rajawali Press, 1986), edisi 1, cet.I, hlm 217.
Keterangan: 1. Motivator, motivator pada umumnya mempertinggi prestasi dan memperbaiki sikap terhadap tugas. Dengan kata lain, motivator dapat membangkitkan rasa puas dan menaikkan prestasi sehingga melebihi prestasi normal. 19
Ivor K Davis Pengelolaan Belajar..., hlm.217-219.
16
2. Faktor kesehatan (faktor ligkungan pekerjaan), faktor kesehatan yang buruk menimbulkan kekecewaan dan dapat mengurangi hasil usaha sampai di bawah normal. Dari uraian di atas, bahwa yang dimaksud dengan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang berasal dari luar individu dengan demikian jelaslah bahwa ketika individu tidak ada dorongan dari dalam dirinya maka motivasi ekstrinsik sangat diperlukan dalam situasi tertentu. Hal ini tentu saja tidak ada kaitan dalam tujuan belajar yang ingin dicapai, tapi paling tidak individu sudah memenuhi kewajiban dalam melaksanakan tujuan belajar.
3. Fungsi Motivasi Belajar Dalam motivasi belajar ada beberapa fungsi, Ngalim Purwanto dalam bukunya Psikologi Pendidikan menyebutkan bahwa fungsi motivasi belajar sebagai berikut: a. Mendorong manusia untuk berbuat Hal ini berfungsi sebagai penggerak yang memberikan kekuatan kepada seseorang untuk melaksanakan suatu tugas. b. Penentu arah perbuatan Hal ini berfungsi untuk mewujudkan suatu tujuan atau cita-cita motivasi mencegah penyelewengan dari jalan yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan itu. c. Menyeleksi perbuatan Hal ini berfungsi untuk menentukan perbuatan-perbuatan mana yang harus dilakukan yang serasi guna mencapai tujuan itu dengan menyampingkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan itu.20 Sedangkan Sarlito Wirawan Sarwono dalam bukunya Pengantar Umum Psikologi menyebutkan bahwa fungsi motivasi belajar adalah sebagai perantara untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, artinya suatu perbuatan dimulai dengan
20
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan..., hlm.70-71.
17
adanya suatu ketidak seimbangan dalam diri individu misalnya lapar atau takut, keadaan tidak seimbang ini tidak menyenangkan bagi individu yang bersangkutan, sehingga timbul kebutuhan untuk meniadakan ketidak seimbangan itu, misalnya mencari makan atau mencari perlindungan. Kebutuhan inilah yang akan menimbulkan dorongan atau motif untuk melakukan sesuatu.21
4. Tujuan Motivasi Belajar Adapun beberapa tujuan motivasi belajar menurut Ngalim Purwato adalah sebagai berikut: a. Menggerakkan seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil untuk mencapai tujuan tertentu. b. Tercapai tujuan pendidikan sesuai yang diharapkan dan ditetapkan di dalam kurikulum sekolah. Misalnya, seorang guru memberikan pujian kepada muridnya yang maju ke depan kelas dan dapat mengerjakan hitungan matematika di papan tulis. Dengan pujian itu dalam diri anak timbul rasa percaya diri dan di samping itu timbul keberaniannya sehingga ia tidak takut dan malu lagi jika disuruh maju ke depan kelas.22 Dalam nada yang sama Nana Saodih Sukmadinata dalam bukunya Landasan Psikologi Proses Pendidikan menyebutkan bahwa tujuan motivasi belajar yaitu mendekatkan dan menjauhkan sasaran yang ingin dicapai. Apabila suatu sasaran merupakan sesuatu yang diinginkan oleh individu, maka motivasi berperan mendekatkan. Sebaliknya bila sasaran itu tidak diinginkan oleh individu, maka motivasi berperan menjauhi sasaran.23
21
Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1996), cet. VII, hlm.57. 22 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan..., hlm.73. 23 Nana Saodih Sukmadinata, Landasan Psikologi..., hlm.62.
18
5. Indikator Motivasi Belajar a. Faktor Perbedaan Individu Dalam Belajar 1). Faktor Internal (dalam diri siswa) a). Aspek Fisiologis:
Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran.
b). Aspek Psikologis:
Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas perolehan
pembelajaran
umumnya
dipandang
kecerdasan,
siswa
lebih
intelgensi,
yang
pada
esensial
sikap,
adalah
bakat
dan
24
motivasi. 2). Faktor Eksternal (luar diri siswa)
a). Lingkungan sosial: yang termasuk lingkungan sosial siswa adalah masyarakat, tetangga dan teman sepermainan di sekitar
perkampungan
lingkungan
sosial
tersebut.
Namun
lebih
banyak
yang
mempengaruhi kegiatan belajar siswa adalah orang tua dan keluarga siswa sendiri. Sifat-sifat orang
tua,
praktik
pengelolaan
keluarga,
ketegangan keluarga dan demografi keluarga (letak rumah), semuanya dapat memberi dampak yang baik dan buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa.25 24
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2008), cet.XIV, hlm.132-138. 25 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan..., hlm.132-138
19
b). Non sosial:
Suasana
lingkungan
eksternal
non
sosial
menyangkut banyak hal, antara lain: 1. Cuaca: Suhu udara, mendung, hujan, kelembaban dan sebagainya. 2. Waktu: Pagi, siang, sore, petang dan malam 3. Kondisi tempat: Kebersihan, letak sekolah, pengaturan fisik kelas, ketenangan, kegaduhan dan sebagainya. 4. Penerangan: Lampu, sinar matahari, gelap, remang-remang dan sebagainya.26 Usaha mengatasi perbedaan individual dalam proses belajar di sekolah dimaksudkan agar setiap siswa dalam kelas memperoleh hasil belajar yang tuntas. Cara yang dilakukan oleh guru untuk mengatasi perbedaan individual dalam belajar tersebut ialah menerapkan sistem pengajaran individual dengan cara: a. Memberikan tugas dan bimbingan serta bantuan kepada setiap siswa sesuai dengan tingkat kemampuannya b. Membentuk dan memasukkan siswa-siswa yang kurang mampu dalam kelompok-kelompok belajar yang di dalamnya terdapat siswa-siswa yang pandai agar dapat belajar bersama dalam menguasai pelajaran yang harus dikuasai. c. Guru dalam mengajar jangan menggunakan ukuran kriteria rata-rata kelas sebagai ukuran keberhasilan, tetapi gunakanlah kriteria tuntas untuk semua siswa, karena itu yang harus dijadikan skala prioritas dalam mengajar adalah siswa yang kurang mampu, sebab siswa yang pandai tidak diberi perhatianpun oleh guru akan tetap mampu menguasai pelajaran.
26
Wasty Sumanto, Psikologi Pendidikan..., hlm.115.
20
d. Melaksanakan sistem pendekatan belajar tuntas (mastery learning), yaitu dengan cara membelajarkan siswa sampai memperoleh hasil belajar yang tuntas (memperoleh penguasaan penuh). 27 Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor perbedaan individu dalam hal kemampuan belajar dapat berasal dari faktor internal dan eksternal kedua faktor ini dapat berdampak baik dan buruk pada siswa.
b. Sikap dan Minat Siswa Sikap dan minat merupakan faktor psikologis yang akan mempengaruhi belajar. Dalam hal ini sikap yang dapat menunjang belajar seseorang ialah sikap positif (menerina/suka) terhadap mata pelajaran yang akan dipelajari terhadap guru yang mengajar dan terhadap lingkungan tempat di mana ia belajar seperti: Kondisi kelas, teman-temannya serta pengajaran dan sebagainya.28 Siswa akan suka dan termotivasi belajar apabila hal-hal yang dipelajari mengandung makna tertentu baginya.29 Oleh karena itu salah satu cara logis untuk menumbuhkan motivasi siswa selama pelajaran berlangsung adalah menghubungkan pengalaman belajar dengan minat siswa. Untuk memotivasi siswa agar ia berminat terhadap mata pelajaran ialah sebagai berikut: 1. Sebelum belajar: a. Menanyakan langsung kepada siswa sendiri tentang pelajaran mana yang disukai dan tidak disukai baginya. b. Memotivasi keingintahuan siswa terhadap mata pelajaran tertentu dengan mengadakan simulasi, misalnya simulasi tentang manusia ke bulan.30 Sedangkan Alisuf Sabri dalam bukunya Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional menjelaskan bahwa untuk membangkitkan sikap positif (sikap
27
Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan..., hlm.80-81. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan..., hlm.84 29 Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan..., hlm.156-157. 30 Sri Esti Wuryani Jiwandono, Psikologi Pendidikan..., hlm.365-366. 28
21
menerima) terhadap mata pelajaran dan juga gurunya apabila ada yang tidak suka kepada guru dan mata pelajarannya.31 dalam nada yang sama Martinis Yamin dalam bukunya Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi menambahkan bahwa untuk menumbuhkan motivasi siswa adalah guru harus mampu menyampaikan bahan mata pelajaran dengan menarik dan asing bagi siswa, misalnya menyajikan informasi dengan alat yang belum pernah mereka liat sebelumnya.32 2. Sesudah belajar a.
Guru melaksanakan temu tokoh para siswa agar ia tergerak hatinya untuk berprestasi seperti tokoh dihadapannya.
b.
Guru menuliskan poin-poin materi yang telah diuraikan sebelumnya untuk diingat dan kemudian catatan dihapuskan dari papan tulis lalu guru memerintahkan siswa untuk mengulangi kesimpulan materi-materi yang disampaikan dalam bentuk poin-poin tersebut.
c.
Mengadakan study tour/wisata alam, tatkala siswa sudah jenuh di dalam kelas kita sebagai guru dapat membawanya belajar dalam bentuk wisata untuk menumbuhkan minat belajar baru.33
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa sikap dan minat merupakan faktor psikologis dalam belajar oleh karena itu guru harus turut membantu siswa dalam mengembangkan prestasi belajarnya dengan hal-hal yang menyenangkan baginya. Misalnya, melaksanakan kegiatan belajar di luar sekolah seperti, wisata alam.
B. EKONOMI KELUARGA 1. Pengertian Ekonomi Keluarga Ekonomi merupakan kata serapan dari bahasa Inggris, yaitu economi. Sementara kata ekonomi itu sendiri berasal dari bahasa Yunani, oikonomike yaitu pengelolaan rumah tangga. Adapun yang dimaksud dengan ekonomi sebagai pengelolaan rumah tangga adalah suatu usaha dalam pembuatan keputusan dan 31
Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan..., hlm.84. Martinis Yamin, Pembelajaran Berbasis..., hlm.92. 33 Martinis Yamin, Pembelajaran Berbasis..., hlm.93-94. 32
22
pelaksanaannya yang berhubungan dengan pengalokasian sumber daya rumah tangga yang terbatas di antara berbagai anggotanya dengan mempertimbangkan kemampuan, usaha dan keinginan masing-masing. Oleh karena itu, suatu rumah tangga selalu dihadapkan pada banyak keputusan dan pelaksanaannya.34 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ekonomi adalah a. ilmu mengenai asasasas produksi, distribusi dan pemakaian barang-barang serta kekayaan (seperti hal uang, perindustrian dan perdagangan), b. pemanfaatan uang, tenaga, waktu dan sebagainya yang berharga, c. tata kehidupan perekonomian (suatu negara), d. urusan keuangan rumah tangga (organisasi, negara).35 Monzer Kahf, di dalam bukunya ekonomi Islam mengatakan bahwa ekonomi merupakan kajian tentang perilaku manusia dalam hubungannya dengan pemanfaatan sumber-sumber produktif yang langka untuk memproduksi barang dan jasa serta mendistribusikannya untuk dikonsumsi.36 Keluarga diartikan sebagai suatu satuan sosial terkecil yang dimiliki manusia sebagai makhluk sosial, yang ditandai adanya kerjasama ekonomi. Bentuk keluarga terdiri dari suami, istri dan anak-anak yang biasanya tinggal dalam satu rumah yang sama, biasanya terbentuk oleh adanya hubungan perkawinan.37 Sedangkan pengertian keluarga menurut Ki Hajar Dewantara adalah kumpulan beberapa orang yang karena terikat oleh satu keturunan lalu mengerti dan merasa berdiri sebagai satu gabungan yang hakiki, esensial, enak dan berkehendak bersamasama memperteguh gabungan itu untuk memuliakan masing-masing anggotanya.38 Giddens, yang dikutip oleh Amin Nurdin mendefinisikan keluarga dengan sekelompok orang yang mempunyai kaitan langsung hubungan kerabat yang di
34
Damsar, Pengantar Sosiologi Ekonomi, (Jakarta: Prenada Media Grup, 2009), edisi.1, cet.I,
hlm.9-10. 35
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), cet.I, hlm.220. 36 Monzer Kahf, Ekonomi Islam: Telaah Analitik Terhadap Fungsi Sistem Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995), hlm.2. 37 M. Munandar Soelaeman, Ilmu Sosial Dasar: Teori dan Konsep Ilmu Sosial, (Bandung: Eresco, 1995), edisi revisi, cet.VIII, hlm.55-56. 38 Abu Ahmadi dkk, Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta: Bina Aksara, 1988), cet.I, hlm.96.
23
dalamnya terdapat orang-orang dewasa yang mampu bertanggung jawab dalam pengasuhan anak dan memiliki kerjasama dalam pemenuhan ekonomi.39 Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa oleh karena hubungan antara ekonomi dan keluarga dipicu oleh keuangan, maka dalam hal ini penulis mengambil kesimpulan bahwa ekonomi keluarga merupakan pelaku kegiatan ekonomi yang paling kecil dalam masyarakat, karena terdiri dari anggota keluarga yang melakukan kegiatan ekonomi. 2. Indikator Ekonomi Keluarga a. Pendidikan Secara sederhana pendidikan adalah suatu hal dalam membina individu untuk memberdayakan intelektualitas kepribadiannya sehingga menjadi orang yang berguna untuk masa depannya, untuk itu pendidikan merupakan nilai kebudayaan yang amat penting artinya di dalam masyarakat. Salah satu jalan untuk meningkatkan martabat seseorang adalah dengan cara menempuh pendidikan sebagai faktor yang menunjang kemajuan lebih lanjut. Semua sistem dan sarana ini akan memberikan cukup kesempatan kerja serta penghasilan kepada mereka yang telah menjalani suatu pendidikan, melalui pendidikan maka terbukalah kesempatan untuk naik ke kelas ekonomi yang lebih tinggi.40 Semakin tinggi pendidikan yang dimilikinya, semakin tinggi pula kedudukan sosial seseorang. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan seseorang. Tanpa pendidikan maka hidup seseorang takk akan memiliki kemampuan untuk merubah taraf hidupnya.
39
M. Amin Nurdin dan Ahmad Abrori, Mengerti Sosiologi: Pengantar Untuk Memahami Konsep-Konsep Dasar, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), cet.I, hlm.128. 40 Astrid S. Susanto, Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial, (Jakarta: Binacipta, 1977), hlm.110-111.
24
b. Pekerjaan Pekerjaan adalah suatu usaha yang dilakukan dengan tenaga dan pikiran seseorang untuk mendapatkan suatu penghasilan guna memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Peluang kerja dan usaha antara ekonomi rendah dan ekonomi kaya pada umumnya jauh berbeda. Dengan koneksi, kekuasaan, tingkat pendidikan yang tinggi dan uang yang dimiliki oleh ekonomi keluarga kaya akan relatif lebih mudah membuka usaha atau mencari pekerjaan yang sesuai dengan keinginannya. Sedangkan bagi keluarga ekonomi rendah, akibat perangkap kemiskinan dan pendidikan yang rendah, mereka pada umumnya tidak berdaya dan kecil kemungkinan untuk bisa memperoleh pekerjaan yang memadai. Jenis pekerjaan dapat digolongkan menurut hierarki upah. Menurut Frank Parkin, sebagaimana yang dikutip oleh David Berry dalam bukunya Pokok-Pokok Pikiran dalam Sosiologi menjelaskan bahwa kategori jenis pekerjaan dapat disusun secara hierarki untuk menunjukkan gambaran umum mengenai upah dalam masyarakat, yaitu profesional seperti, manager dan admistratif. Semi profesional dan tenaga administratif yang lebih rendah seperti, pegawai tetap, pekerja tangan ahli dan tenaga pekerja tangan tidak ahli.41 Dengan demikian pekerjaan merupakan suatu hal yang dapat menentukan status seseorang dalam kehidupan masyarakat dan dengan pekerjaan yang dilandasi oleh pendidikan yang tinggi maka akan semakin terbuka lebar dalam mencari pekerjaan. Dari beberapa uraian indikator ekonomi keluarga di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan, pekerjaan dan pendapatan merupakan peranan yang amat penting dalam keluarga untuk meneruskan kelangsungan hidupnya.
41
David Berry, Pokok-Pokok Pikiran dalam Sosiologi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995), edisi.1, cet III, hlm.216-217.
25
c. Pendapatan Pendapatan dapat diartikan sebagai hasil dari sebuah usaha seseorang, dengan usaha itu maka ia akan memperoleh pemberian baik dari perorangan atau dari instansi perusahaan terntentu yang disebut dengan upah atau gaji, dengan demikian orang yang melakukan suatu usaha tertentu maka ia berhak mendapatkan suatu ganjaran baik berupa uang, barang ataupun jasa. Orang tua yang mempunyai pendapatan besar tinggal di rumah gedung besar di daerah elit, merasa dirinya termasuk golongan sosial atas, mempunyai mobil mercedes serta TV berwarna lengkap dengan video-tape dapat diharapkan akan mengusahakan agar anaknya masuk universitas dan memperoleh gelar akademis. Sebaliknya anak yang orang tuanya buta huruf mencari nafkahnya dengan mengumpulkan puntung rokok, tinggal di gubuk kecil di tepi rel kereta api dan harus berjalan kaki, tak dapat diharapkan akan berusaha agar anaknya menikmati perguruan tinggi.42 Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa seseorang yang memperoleh pendapatan besar maka ia dapat menikmati fasilitas mewah sehingga dapat mnunjang dalam aspek kehidupannya sedangkan orang yang memperoleh pendapatan rendah maka ia tidak akan dapat menikmati fasilitas mewah karena faktor keuanganlah yang menghambatnya.
3. Jenis-Jenis Ekonomi Keluarga a. Ekonomi Keluarga Kaya Dalam teori stratifikasi sosial Talcott Parsons menyebutkan bahwa status pribadi yang merupakan kriteria utama adalah kekayaan yang relevan dikaitkan dengan pekerjaan. Lebih lanjut Parsons menyebutkan bahwa pekerjaan yang dinilai tinggi adalah yang upahnya paling baik. Dengan demikian kekayaan lebih merupakan lambang kedudukan tinggi daripada faktor penyebabnya seperti prestise, warisan, kelahiran dan perkawinan.43
42
S. Nasution, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), cet 1, hlm. 30. Surjono Sukanto, Beberapa Teori Sosiologi Tentang Struktur Masyarakat, (Jakarta: Rajawali, 1984), hlm.257-258. 43
26
Kekayaan dapat dijadikan suatu ukuran, orang yang mempunyai kekayaan paling banyak, maka ia termasuk ke dalam lapisan atas. Kenyataan tersebut misalnya berupa mobil pribadinya, cara-cara menggunakan pakaian serta bahan pakaian yang dipakainya, kebiasaan untuk berbelanja barang-barang mahal dan sebagainya.44 Keluarga ini terdiri dari manager bisnis yang sukses, para professional seperti dokter, arsitek, pengacara, pejabat-pejabat tinggi sipil dan militer. John Lock mendefinisikan harta kekayaan bukan hanya bersifat benda. Misalkan tanah ataupun arloji, namun ia lebih mencakup pada kebebasan dan kehidupan, sehingga istilah tersebut membutuhkan penafsiran yang lebih spesifik yang berarti hak untuk memiliki, menggunakan, mengatur dan menjaganya dari gangguan orang lain.45 Mustafa Edwin Nasution dkk dalam bukunya pengenalan ekskusif ekonomi Islam memberikan pemaknaan yang lebih jauh tentang kekayaan, dia mengatakan bahwa manusia itu sebagai individual economic life cycle: Dalam kajian perancangan distribusi kekayaan, daur hidup pencarian kekayaan manusia umumnya dibagi pada tiga fase yang dikenal secara umum yaitu: Pertama, Accumulation Phase: Awal sampai pertengahan karir, pada fase ini mencoba untuk meningkatkan asetnya (kekayaan) untuk dapat memenuhi kebutuhan jangka pendek. Secara umum pendapatan bersih dari individu dalam fase ini tidaklah besar. Kedua, Consolidation Phase: Individu yang berada dalam phase ini biasanya telah melalui pertengahan perjalanan karirnya. Dalam phase ini biasanya pendapatan melebihi pengeluaran. Dengan begitu mereka yang ada di fase ini dapat menginvestasikan dananya untuk tujuan jangka panjang. Ketiga, Spending Phase/Gifting Phase: Fase ini ini dimulai pada saat individu memasuki masa pensiun. Kebutuhan akan biaya hidup harian mereka dapat dari investasi yang mereka lakukan pada dua fase sebelumnya.46 Dalam kehidupan keluarga, tidak lepas dari bagaimana fungsi-fungsi keluarga dapat berjalan dengan baik. Kelancaran dan kesejahteraan keluarga jika ditunjang
44
Arifin Noor, Ilmu Sosial Dasar, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999), hlm.167. Yusuf Akuan, Rights And Goods Justifying Social Action, Alih Bahasa oleh Ardy Handoko, (Tanpa Kota: Erlangga, 1989), cet.1 hlm.171. 46 Mustafa Edwin Nasution et.al, Pengenalan Ekskusif Ekonomi Islam, , (Jakarta: Kencana, 2007), edisi 1, cet.II, hlm.121. 45
27
dengan pilar ekonomi yang kuat. Terpenuhinya kebutuhan keluarga sangat berpengaruh pada kondisi psikologis anggota keluarga.47 Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ekonomi keluarga kaya dapat menunjang kebutuhan yang diharapkan sesuai dengan keinginan, dengan kekayaan mereka dapat memenuhi segala keperluan kegiatan belajarnya, meneruskan belajarnya sampai ke jenjang yang lebih tinggi sehingga mereka dapat mewujudkan cita-cita mereka.
b. Ekonomi Keluarga Miskin Suparlan menyatakan, kemiskinan adalah sebagai suatu standar tingkat hidup yang rendah, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau golongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Standar kehidupan yang rendah ini secara langsung nampak pengaruhnya terhadap tingkat kesehatan, kehidupan moral dan rasa harga diri dari mereka yang tergolong sebagai orang miskin.48 Kemiskinan adalah suatu hal yang relatif dan didefinisikan secara sosial, apa yang dianggap miskin dalam suatu masyarakat adalah sejahtera bagi masyarakat lainnya dan keadaan yang sama terjadi juga di dalam suatu masyarakat.49 Zainal Abidin Ahmad dalam bukunya Dasar-Dasar Ekonomi Islam, mengatakan bahwa orang yang miskin adalah orang yang berjuang mencari penghidupan tetapi pendapatannya tidak mencukupi kebutuhannya.50 Sumber masalah yang menyebabkan ekonomi keluarga berpengaruh pada perkembangan psikologis anak adalah faktor yang kurang mendukung dari aspek ekonomi keluarga yang miskin, seperti rendahnya tingkat upah, posisi tawar menawar 47
Mufidah Ch, Psikologi Keluarga Islam Berwawasan Gender, (Malang: UIN Malang Press, 2008), cet I, hlm.151. 48 Abu Ahmadi dkk, Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1991), Cet II, hlm.326. 49 Peter Worsley, Pengantar Sosiologi: Sebuah Pembanding, Jilid 2, Terjemahan dari Hartono Hadikusumo, (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya , 1992), cet I, hlm.162. 50 Zainal Abidin Ahmad, Dasar-Dasar Ekonomi Islam, (Jakarta: Bulan Bintang , 1977), hlm. 128.
28
yang lemah dalam menentukan harga, rentan terhadap kebutuhan yang mendesak karena tidak punya tabungan serta kemampuan yang lemah dalam mengantisipasi peluang ekonomi.51 Yang termasuk dalam golongan ini adalah kaum buruh, pedagang kaki lima, penghuni pemukiman yang kumuh, pedagang asongan, yang tidak terpelajar dan terlatih atau apa yang dengan kata asing disebut unskilled labour. Golongan miskin ini meliputi juga para pengusaha tanpa modal dan tanpa fasilitas dari pemerintah yang sekarang dapat dinamakan golongan ekonomi sangat lemah (Sujatmoko, 1981: 4661).52 Di kota-kota besar di Indonesia, misalnya di Jakarta, acapkali anak-anak mereka mengalami kekosongan oleh karena kebutuhan dan bimbingan langsung dari orang tuanya tidak ada atau kurang sama sekali. Hal ini karena keluarga mengalami disorganisasi, pada keluarga-keluarga yang secara ekonomis kurang mampu, keadaan tersebut disebabkan karena orang tua harus mencari penghasilan, sehingga tak ada waktu sama sekali untuk mengasuh anak-anaknya. Sedangkan pada keluarga yang mampu, persoalannya adalah karena orang tua terlalu sibuk dengan urusan-urusan di luar rumah dalam rangka memperkembangkan prestisenya. Keadaan tersebut ditambah lagi dengan kurangnya tempat-tempat rekreasi, atau bila tempat-tempat tersebut ada biayanya mahal. Perumahan yang tidak memenuhi syarat, tidak mampunya orang tua untuk menyekolahkan anaknya, mempunyai pengaruh yang sangat kuat terhadap perkembangan sosiologis anaknya.53 Jika orang tua tidak berlebihan mendidik anak atau orang tua menginginkan anaknya supaya mempunyai nilai-nilai prestasi maka diharapkan mereka akan tumbuh dengan motivasi yang tinggi dalam dirinya. Umumnya pola pengasuhan ini dapat dijumpai dalam keluarga kelas ekonomi menengah, khususnya di kalangan pengusaha. Sedangkan keluarga dengan tingkat ekonomi rendah, seringkali menerapkan pola pengharapan terlalu dini. Dalam pola tersebut anak hanya dianggap sebagai beban oleh orang tua mereka. Dorongan yang masih terlalu dini ini jarang
51
Soetomo, Masalah Sosial dan Pembangunan, (Jakarta: Arcan, 1991), cet.I, hlm.121. J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto ed, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan, (Jakarta: Kencana, 2007), edisi 2, cet.III, hlm.179. 53 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali, 1988), edisi. baru, cet. IX, hlm.357. 52
29
sekali mendorong anak menjadi orang yang percaya pada diri sendiri. Hal itu membuat anak takut, merasa tidak dibutuhkan dan merasa tidak mampu bila jauh dari rumah.54 Kondisi ekonomi ini bukan hanya mempengaruhi perkembangannya, tetapi juga akan mempengaruhi perilakunya sehari-hari. Kesulitan dan kekurangan-kekurangan di bidang ekonomi akan mempengaruhi penampilan dan cara-cara ia berinteraksi dengan lingkungannya. Walaupun demikian, hal itu dapat dilihat pula karena adanya faktor-faktor umum dalam situasi keluarga yang dapat memberikan pengaruh yang menguntungkan atau yang memberikan pengaruh yang menghambat perkembangan sosial seseorang. Oleh karena itu standar ekonomi keluarga merupakan faktor utama untuk menentukan sejauh mana keperluan tanggung jawab keluarga yang patut untuk dipenuhi.55 Dari beberapa uraian di atas penulis mengambil ksimpulan bahwa yang dimaksud kemiskinan ialah objek pribadi seseorang yang belum dapat memenuhi kebutuhan sepenuhnya, karena dalam memenuhi kebutuhan pokok, untuk makan misalnya, mereka harus berjuang keras agar kebutuhan itu terpenuhi. Dengan demikian kebutuhan pokok lainnya seperti kebutuhan sekolah misalnya, belum dapat terpenuhuhi karena kondisi ekonomi keluaga yang serba kekurangan.
4. Fungsi Ekonomi Keluarga Ekonomi keluarga mempunyai beberapa fungsi. J. Dwi Narwoko menyatakan bahwa fungsi ekonomi keluarga ialah: a. Sebagai sistem hubungan kerja, dalam hal ini suami tidak hanya sebagai kepala rumah tangga, tetapi juga sebagai kepala dalam bekerja. Jadi hubungan suami istri dan anak-anak dapat dipandang sebagai teman kerja yang banyak dipengaruhi oleh kepentingan-kepentingan dalam kerja sama. 54
Danny I Yatim Purwanto, Kepribadian, Keluarga, dan Narkotika: Tinjauan SosialPsikologis, kata pengantar oleh Fuad Hasan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), cet III, hlm.129-130. 55 Muhammad Najatullah Sidiqi, Kegiatan Ekonomi Dalam Islam, tererjemahan dari Anas Sidik, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), cet I, Hal.25.
30
b. Sebagai penentuan status, perubahan ini biasanya melalui perkawinan. Hakhak istimewa keluarga, misalnya menggunakan hak milik tertentu, dan lain sebagainya.56 Sedangkan Astrid S. Susanto menyatakan bahwa fungsi ekonomi keluarga ialah: a. Sebagai pelaku ekonomi dalam keluarga baik produsen, distributor maupun konsumen. b. Dengan mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya hal ini dapat membuka kesempatan menempuh pendidikan setingi-tingginya, dengan demikian ekonomi keluarga berfungsi untuk meningkatkan martabat manusia dan sebagai pembangun stratifikasi sosial.57 c. Sebagai penentu intelgensi anak dan anggota keluarga lainnya.
5. Kerangka Pikir Keluarga bukan hanya menjadi tempat anak dipelihara dan dibesarkan, tetapi juga tempat anak hidup dan dididik pertama kali. Semua hal yang berhubungan dengan pendidikan tersebut sangat berpengaruh sekali terhadap perkembangan psikologis anak-anaknya. Sebut saja apabila orang tua malas untuk mengajarkan anaknya ke arah untuk masa depan, maka otomatis anaknyapun akan ikut malas apalagi jika tidak didukung oleh kondsi lingkungan yang baik. Kondisi faktor psikologis ini akan dihadapkan oleh beberapa hal yang akan menghambat seseorang dalam berprestasi. Beberapa aspek seperti rendah diri, tidak berprinsip, faktor lingkungan yang kurang mendukung (keluarga, sekolah dan masyarakat), dan kurangnya
waktu
dalam
belajar
yang
selanjutnya
akan
menular
pada
perkembangangan psikologisnya. Dalam mengantisipasi adanya hal yang akan menghambat perkembangan psikologis ini perlu adanya pembentukan motivasi belajar yang tinggi. Baik dari segi 56
J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto ed..., hlm.235-236. Astrid S. Susanto, Pengantar Sosiologi Dan Perubahan Sosial, (Jakarta: Binacipta, 1977), hlm.110-111. 57
31
intrinsik (dalam diri siswa) maupun ekstrinsiknya (luar diri siswa). Motivasi belajar ini harus diarahkan pada anak sedini mungkin agar seuatu hal yang negatif bisa dihindarkan. Tentu saja orang tualah yang pertama dan yang utama dalam mengajarkan kepada anaknya bagaimana supaya ia dapat menyongsong masa depan agar kelak suatu saat nanti ia tidak menjadi anak yang akan merugikan dirinya sendiri Rendahnya ekonomi keluarga merupakan faktor yang dapat menghambat motivasi belajar siswa. Dengan perbedaan ekonomi antara anak dari kalangan ekonomi kelas atas akan sangat berbeda dengan ekonomi anak dari kalangan kelas bawah. Itu karena mempunyai banyak perbedaan antara dari dua kalangan tersebut. Kalangan dari ekonomi kelas atas lebih ditunjang dengan keuangan yang cukup dan didukung oleh adanya sarana dan prasarana yang dimilikinya. Sedangkan dari kalangan ekonomi kalangan kelas bawah lebih didominasi oleh kesibukan orang tua mereka dalam memenuhi kebutuhan dan kelangsungan hidup mereka. Sehingga anak kurang mendapat perhatian serta sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh anak dari kalangan ini kurang memadai. Tapi faktor ini tidak selamanya benar, bisa jadi walaupun anak itu berasal dari kalangan ekonomi kelas atas para orangtua ini tidak peduli terhadap perkembangan psikologis anaknya. Karena mereka terlalu menyibukkan diri dengan pekerjaannya, sehingga pengasuhan anak lebih ditanggung jawabkan kepada pembantunya dan mereka lebih sedikit memberikan kasih sayangnya kepada anak tersebut. Semua itu memerlukan penanganan dari beberapa pihak yang bertanggung jawab dalam menyiapkan generasi muda untuk masa depan. Oleh karena itu dalam pencanangan rencana generasi ke depan perlu adanya sebuah bimbingan, baik yang bersifat akademik seperti: Mengikuti pendidikan, mengadakan pelatihan, dukungan orangtua yang konsekuen, dukungan guru serta dukungan masyarakat dan lain-lain. Maupun yang bersifat non akademik seperti: Bimbingan agama, memberikan nasihat, memberikan suri tauladan yang baik, memberikan hukuman, memberikan reward serta memberikan apresiasi.
32
Dari uraian di atas jalaslah bahwa input dalam pengaruh faktor psikologis diproses melalui output terhadap pembentukan motivasi belajar siswa yang tinggi. setelah output diproses dalam pelaksanaannya, maka diseleksi oleh sebagai hasil dari rendahnya tingkat ekonomi orang tua siswa yang dilandasi adanya gap terhadap hambatan-hambatan
yang
mempengaruhi
lemahnya
motivasi
belajar
dan
pemrosessannya perlu memunculkan strategi, baik yang bersifat akademik maupun non akademik.
6. Pengajuan Hipotesis Untuk menguji kebenaran penelitian ini, penulis akan mengajukan hipotesis di antaranya: Ha
: Adanya pengaruh positif yang signifikan antara kondisi ekonomi keluarga terhadap motivasi belajar siswa.
Ho
: Tidak adanya pengaruh positif yang signifikan antara kondisi ekonomi keluarga dengan motivasi belajar siswa.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah 1. Untuk menjelaskan tingkat motivasi belajar siswa di MTs.N. 8 Jakarta 2. Untuk mengetahui apakah terdapat implikasi yang signifikan antara kondisi ekonomi keluarga dengan motivasi belajar siswa
B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di MTs.N.8 Jakarta, waktu penelitian ini dilaksanakan selama tiga minggu yaitu dari tanggal 15 April sampai dengan tanggal 07 Mei 2010. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap Tahun Ajaran 2009/2010.
C. Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini ada dua yaitu: 1. Variabel pertama berupa kondisi ekonomi keluarga. Variabel ini menduduki posisi sebagai variabel independen, yaitu masukan yang memberi pengaruh terhadap hasil yang dilambangkan dengan huruf X.
34
35
2. Variabel kedua berupa implikasi terhadap motivasi belajar siswa. Variabel ini menduduki posisi sebagai variabel dependen, yang dilambangkan dengan huruf Y.
D. Metodologi Penelitian Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan menggunakan metode analisis korelasional yaitu prosedur pemecahan masalah dengan mengumpulkan data-data, menganalisa dan menginterpretasikan hasil dari data yang diperoleh di sekolah dengan menggunakan rumus product moment sehingga peneliti mengambil kesimpulan apakah masalah yang diteliti terdapat korelasi yang signifikan. Penelitian korelasi ini bermaksud mengetahui sejauh mana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya berdasarkan koefisien korelasi. Adapun yang dimaksud dengan variabel independent adalah kondisi atau karakteristik yang menerangkan hubungannya dengan fenomena yang diobservasi, karena fungsi variabel ini sering disebut variabel pengaruh sebab fungsinya mempengaruhi variabel lain. Sedangkan yang dimaksud dengan variabel dependent adalah
kondisi
yang
berubah/muncul
ketika
penelitian
mengintroduksi
pengubah/pengganti variabel bebas. Dalam hal ini yang menjadi variabel bebasnya adalah kondisi ekonomi keluarga, sedangkan yang menjadi variabel dependent adalah motivasi belajar siswa.
E. Populasi dan Sampel 1. Populasi Berdasarkan data yang penulis peroleh bahwa jumlah seluruh siswa MTs.N.8 adalah 593 siswa dengan rincian sebagai berikut: kelas VII
= 266 siswa (7 kelas)
kelas VIII
= 206 siswa (5 kelas)
kelas X
= 121 siswa (3 kelas)
36
Sesuai dengan tujuan, maka populasi penelitian ini dibatasi pada siswa kelas VIII MTs.N.8. Yaitu sebanyak 206 siswa, yang terdiri dari kelas VIII.1, VIII. 2, VIII. 3, VIII. 4 dan VIII. 5. Alasan penelitian ini adalah karena kelas VIII lebih bermasalah dalam perilaku kehidupan sehari-hari khususnya dalam motivasi belajar. 2. Sampel Dalam penelitian ini sampel yang penulis tetapkan adalah 25% dari jumlah populasi 206 siswa dan didapat sebanyak 52 siswa. Adapun teknik pengambilan sampel adalah purposive random sampling, dengan menentukan jumlah kelas yang ada kemudian disesuaikan dengan jumlah sampel yaitu, kelas VIII.1-VIII.4 masingmasing 10 orang dan kelas VIII.5 sebanyak 12 orang.
F. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik instrumen pengumpulan data sebagai berikut: 1. Angket Angket ini disebarkan kepada 52 siswa (25%),
MTs.N. 8 Jakarta dari
populasi 206 siswa. Angket ini digunakan untuk mengambil data sampling dari implikasi dampak ekonomi terhadap motivasi belajar siswa. 2. Wawancara Wawancara ini dilakukan kepada beberapa guru MTs.N.8 untuk mengetahui bagaimana bentuk-bentuk dampak kondisi ekonomi keluarga terhadap motivasi belajar siswa, serta bagaimana usaha-usaha yang dilakukan oleh semua pihak guna meningkatkan motivasi belajar siswa di sekolah tersebut. 3. Observasi Observasi ini dilakukan untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai kondisi objek yang sedang diteliti, selain itu penulis juga ingin mengetahui bagaimana dampak ekonomi terhadap motivasi belajar siswa seperti malas, rendah diri tidak mempunyai prinsip dan tidak adanya kepercayaan diri.
37
4. Study Dokumentasi Study dokumentasi adalah data yang diperoleh dari dokumentasi sekolah mengenai berdirinya sekolah ini, jumlah guru, siswa, karyawan, struktur organisasi, fasilitas sekolah dan lain-lain.
G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data 1. Teknik Pengolahan Data Untuk mengolah data-data yang telah terkumpul dalam penulisan penelitian ini, penulis melakukan langkah-langkah sebagai berikut: a. Editing Dalam menganalisa data, yang pertama kali dilakukan adalah editing. Pada tahap ini dilakukan pengecekan terhadap keabsahan angket. Setiap angket diteliti satu persatu mengenai kelengkapan, kejelasan dan kebenaran pengisian angket tersebut agar terhindar dari kesalahan dalam mendapatkan informasi sehingga dapat diperoleh data yang akurat. b. Skoring Tahap selanjutnya adalah memberikan skor terhadap butir-butir pertanyaan yang terdapat dalam angket. Dalam pemberian skor ini penulis memperhatikan jenis data yang ada sehingga tidak terjadi kesalahan terhadap butir pertanyaan yang tidak layak diberikan skor. Cara menjumlahkan skor dalam angket pada variabel ekonomi keluarga dengan memberikan bobot nilai sebagai berikut: 1) Alternatif jawaban “A” mempunyai bobot nilai 4 2) Alternatif jawaban “B” mempunyai bobot nilai 3 3) Alternatif jawaban “C” mempunyai bobot nilai 2 4) Alternatif jawaban “D” mempunyai bobot nilai 1
38
Sedangkan untuk variabel motivasi belajar siswa diberikan bobot nilai sebagai berikut: 1) Alternatif jawaban “sangat setuju” mempunyai bobot nilai 4 2) Alternatif jawaban “setuju” mempunyai bobot nilai 3 3) Alternatif jawaban “tidak setuju” mempunyai bobot nilai 2 4) Alternatif jawaban “sangat tidak setuju” mempunyai bobot nilai 1 Seluruh bobot nilai di atas berlaku untuk pertanyaan dan pernyataan yang bersifat positif, sedangkan untuk pertanyaan dan pernyataan yang bersifat negatif bobot nilai di atas menjadi kebalikannya. c. Tabulating Yaitu mentabulasikan data jawaban yang telah diberikan ke dalam bentuk tabel, selanjutnya dinyatakan dalam bentuk frekuensi dan prosentase, rumusnya adalah: P= F x 100 % N Keterangan:
P = Persentase F = Frekuensi N = Number of cases 100 = Angka tetap
Kemudian mencari nilai rata-rata (mean) standar deviasi selanjutnya menentukan batas kategori, yaitu: 1. Tinggi
: Semua responden yang mencapai skor sebanyak skor rata-rata + 1 SD ke atas
2. Menengah
: Semua responden yang mencapai skor sebanyak skor antara -1 SD + 1 SD
3. Rendah
: Semua responden yang mencapai skor sebanyak skor antara -1 SD dan yang kurang dari itu.
39
2. Teknik Analisis Data Analisis data adalah proses penyederhanaan ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan, tujuan analisa data dalam penelitian ini yaitu untuk membatasi penemuan-penemuan sehingga menjadi suatu data yang teratur serta tersusun lebih berarti sehingga mudah dipahami bukan hanya oleh penulis tetapi juga oleh orang lain yang ingin mengetahui hasil penelitian ini. Data yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah dua variabel yang saling berhubungan, maka data tersebut juga dianalisis dengan menggunakan rumus korelasi product moment untuk menguji hipotesis tentang ada atau tidaknya hubungan antara variabel X dengan variabel Y. Adapun rumus “r” product moment adalah sebagai berikut:
N xy x y {N x 2 x }{N y 2 y } Keterangan: 2
rxy =
2
rxy
= Angka indeks korelasi “r” product moment
N
= Number of case
∑XY
= Jumlah hasil perkalian antara skor variabel X
∑X
= Jumlah seluruh skor X
∑Y
= Jumlah seluruh skor Y1
Sebelumnya, penulis terlebih dahulu membuat tabel perhitungan sebanyak 6 kolom yaitu sebagai berikut: Kolom 1 : Subjek penelitian (Responden) Kolom 2 : Skor variabel X Kolom 3 : Skor variabel Y Kolom 4 : Hasil penguadratan skor variabel X (X2) Kolom 5 : Hasil penguadratan skor variabel Y (Y2)
1
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan praktek (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada), hal.193.
40
Kolom 6 : Hasil perkalian antara skor variabel X dengan variabel Y (XY) Tabel 1 Tabel Indeks Korelasi Product Moment Besarnya “r” product moment
Interpretasi Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi akan tetapi korelasi itu sangat lemah atau
0,00 – 0,20
sangat rendah sehingga korelasi itu diabaikan atau tidak ada korelasi antara variabel X dan variabel Y
0,21-0,40
0,41 – 0,70
0,71 – 0,90
0,91 – 1,00
Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang lemah atau rendah Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sedang atau cukup Antara variabel X dan variabel Y terdapatkorelasi yang kuat atau tinggi Antara variabel X dan variabel Y terdapatkorelasi yang sangat kuat atau tinggi
Kemudian memberikan interpretasi dengan menggunakan tabel nilai product moment dengan rumus: Df = N-nr Df = Degrees of freedom N = Number of Cases Nr = Banyaknya variabel yang dikorelasikan Setelah itu hasilnya dicocokkan dengan koefisien korelasi “r” product moment baik pada taraf signifikansi 5% atau pada taraf signifikansi 1% kemudian dibuat kesimpulan apakah terdapat korelasi positif yang signifikan atau tidak.
41
Tabel 2 Kisi Kisi Instrumen Penelitian No. Butir No
Variabel
Dimensi
Indikator
Pertanyaan (+)
1.
Ekonomi Keluarga
1. Pendapatan/pe nghasilan
a. Sumber
Jumlah
(-)
1, 2
2
b. Jumlah pendapatan
3, 4
2
c. Waktu
5,6
2
d. Jenis pekerjaan
7,8
2
e. Tingkat
9, 10
2
11, 12
2
13, 14
2
c. Kebutuhan Tersier
15,16
2
a. Keinginan untuk
1, 2
2
3, 4
2
5, 6
2
7, 8
2
pendapatan
mendapatkan penghasilan
pendidikan
2. Pengeluaran
a. Kebutuhan Primer/pokok b. Kebutuhan Sekunder
2.
Motivasi
1. Instrinsik
Belajar
belajar b. Tekad dalam belajar c. Mewujudkan target 2. Ekstrinsik
a. Bentuk-bentuk
42
motivasi belajar b. Fungsi motivasi
9, 10
2
11,12
2
13, 14
2
15, 16
2
belajar c. Penerapan motivasi belajar d. Pengukuran motivasi belajar e. Manfaat Motivasi belajar
3.
Pengaruh
Dampak ekonomi a. Sifat-sifat dalam
ekonomi
keluarga
keluarga terhadap motivasi belajar
1, 2
2
3, 4
2
5, 6
2
7, 8
2
9, 10
2
belajar b. Hilangnya percaya diri c. Dukungan terhadap belajar d. Apresiasi dari kepala sekolah e. Akibat adanya ekonomi terhadap motivasi
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Profil MTs.N.8 Jakarta 1. Gambaran umum MTs.N.8 Jakarta M.Ts.N.8 Jakarta didirikan pada tahun 1984, dan mulai dioperasionalkan pada tahun 1985. Pada saat itu bangunan ini masih berstatus bangunan lama, yang dikelola oleh komite madrasah dan mendapat izin operasional dari kantor wilayah Departemen Agama. Kemudian pada tahun 2006, MTs.N.8 Jakarta mendapatkan skala prioritas dari kantor wilayah Departemen Agama provinsi DKI untuk bangunan baru, terdiri dari dua bangunan berlantai 3 dengan rincian sebagai berikut: Ruang kepala sekolah, ruang tata usaha, ruang wakil kepala sekolah, ruang guru, laboratorium IPA, laboratorium komputer, ruang BK dan 15 kelas belajar siswa. 2. Data Umum MTs.N.8 Jakarta Nama Madrasah : Madrasah Tsanawiyah Negeri 8 Jakarta Barat Kepala Madrasah: Drs. H. Budi Haerawan M.S.i Alamat
: Jalan BTN. Kresek Indah
No. Statistik : 210.317.320.009
Kelurahan
: Durikosambi
Status tanah
: Milik DEPAG
Kecamatan
: Cengkareng
Luas Tanah
: 3078 M2
Kotamadya
: Jakarta Barat
Akreditasi
:A
Provinsi
: DKI Jakarta
43
43
44
B. Visi dan Misi MTs.N.8 Jakarta 1. Visi Madrasah
: Berprestasi, kreatif, terampil, dan berakhlakul karimah
2. Misi Madrasah
: 1. Meningkatkan profesionalisme dan kinerja tenaga kependidikan 2. Mengoptimalkan proses pembelajaran dan bimbingan 3. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, bahasa, olah raga dan seni budaya sesuai dengan bakat, minat dan potensi siswa 4. Menanamkan keyakinan/akidah melalui pengamalan ajaran agama Islam 5. Menjalin kerjasama yang harmonis antara guru, karyawan, orang tua dan lingkungan masyarakat
C. Keadaan Siswa, Guru dan Tata Usaha/Karyawan MTs.N 8 Jakarta 1. Keadaan Siswa Dari data yang penulis peroleh, jumlah siswa MTs.N.8 Jakarta sebagai berikut: Tabel 3 Jumlah Siswa 5 (Lima) Tahun Terakhir No
Jumlah
Kelas
2004/2005 2005/2006 2006/2007 2007/2008 2009/2010 1
VII
204
333
200
271
266
2
VIII
215
199
318
196
206
3
IX
216
203
183
319
121
636
735
701
786
593
Jumlah
43
45
Berdasarkan data di atas keadaan siswa MTs.N. 8 selalu mengalami perubahan dari tahun ke tahun. Sekolah ini mengalami peningkatan pada tahun ajaran 2007/2008 dan mengalami penurunan pada tahun ajaran 2009/2010. Hal ini disebabkan karena daya tarik siswa untuk memilih sekolah MTs.N lebih kecil dibanding SMP.N sehingga pada tahun ajaran 2009/2010 lebih sedikit daripada tahun-tahun sebelumnya.
2. Keadaan Guru Tabel 4 Staf Pengajar/Guru No
Guru Negeri
Guru Kontrak
Guru honorer
Jumlah
-
7
32
NIP.150 NIP.130 25
-
Berdasarkan data di atas keadaan guru mayoritas sebagai PNS dan masih ada yang belum di angkat sebagai PNS. Pendidikan mereka terdiri dari lulusan S2 4 orang yaitu sebagai berikut: 1 kepala madrasah dan 3 dari guru, sedangkan 29 guru lainnya S1. Untuk lebih jelasnya bias lihat pada tabel 11 pada data tentang pendidikan terakhir personil.
3. Keadaan Tata Usaha/Karyawan Tabel 5 Tata Usaha/Karyawan No
Jabatan
PT/PNS
PT/Honorer
Jumlah
1
Kepala madrasah
1
-
1
2
Kepala tata usaha
1
-
1
3
Staf tata usaha
6
5
11
4
Kebersihan
-
5
5
43
46
5
Keamanan
-
4
4
6
Lain-lain
-
-
-
8
14
22
Jumlah
Berdasarkan data di atas, mayoritas tata usaha sebagai PNS dan sebagian besar belum diangkat menjadi PNS. Untuk kepala Madrasah sudah menjabat selama 2 tahun. Tabel 6 Data Tentang Jumlah Kelas dan Rombongan Belajar Tahun Pelajaran 2009/2010 Jumlah
Jumlah rombongan
ruang kelas
belajar
No
Kelas
1
VII
7
7
2
VIII
5
5
3
IX
3
3
Jumlah
15
15
Berdasarkan data di atas bahwa jumlah kelas dan rombongan belajar terbanyak adalah kelas VII. Berdasarkan penelusuran data, bahwa jumlah siswa masing-masing kelas rata-rata 47 orang. Tabel 7
No
Tahun pelajaran
Mata pelajaran
2005/2006 2006/2007 2007/2008 2008/2009 1
Bahasa Indonesia
7,54
7,34
7,64
7,72
2
Bahasa Inggris
7,19
6,49
6,37
6,61
3
Matematika
8,84
6,78
6,55
6,86
Rata-Rata
7,85
6,87
6,89
6,98
43
47
Data Tentang Perolehan Nilai UN/US dan Keberadaan Lulusan Kelas IX Berdasarkan data di atas, bahwa nilai UN/US yang mengalami peningkatan secara signifikan
adalah pada tahun ajaran 2005/2006. Faktor penyebab dari
penurunan ini ialah bahwa belum efektifnya metode mengajar guru yang diterapkannya, di samping faktor intelektualitas siwa yang berbeda pula. Tabel 8 Data Tentang Keberadaan Lulusan Dari Kelas IX Tahun 2009/2010 No
Keberadan siswa
Laki-laki
Perempuan Jumlah
1
Melanjutkan ke MA Negeri
30
57
87
2
Melanjutkan ke MA Swasta
-
-
-
3
Melanjutkan ke SMAN/SMKN
20
15
35
4
Melanjutkan ke SMAS/SMKS
35
26
61
5
Melanjutkan ke pesantren
-
-
-
6
Pendidikan non formal/kursus
-
-
-
7
Bekerja
-
-
-
8
Lain-lain
-
-
-
Berdasarkan data di atas dan informasi yang diperoleh, bahwa siswa mayoritas melanjutkan sekolah ke MA Negeri. Ini karena mereka menganggap sekolah di MAN lebih mudah seleksi dibanding SMA.N di samping itu disebabkan pula oleh faktor nilai UN calon siswa yang rendah. Tabel 9 Data Tentang Asal Siswa Kelas VII Tahun Pelajaran 2009/2010 No
Asal
Perempuan
Laki-laki
Jumlah
1
MI Negeri
-
-
-
2
MI Swasta
24
74
98
3
SD Negeri
94
99
193
4
SD Swasta
-
-
-
43
48
5
Pesantren
-
-
-
6
Lain-lain
-
-
-
Berdasarkan data di atas, bahwa siswa/siswi MTs.N 8 Jakarta mayoritas berasal dari SD Negeri. Berdasarkan observasi penulis hal ini karena MTs.N merupakan tujuan ke-2 setelah mereka tidak masuk seleksi di SMP.N dan hal ini karena mereka lebih memilih sekolah negeri yang murah daripada sekolah swasta.. Tabel 10 Data Tentang Jenjang Kepangkatan Personil No
Golongan Kamad Guru
Tata Usaha Kebersihan Keamanan Jumlah
1
IV/b
-
-
-
-
-
-
2
IV/a
1
7
-
-
-
8
3
III/d
-
3
-
-
-
3
4
III/c
-
4
-
-
-
4
5
III/b
-
3
-
-
-
3
6
III/a
-
7
4
-
-
11
7
II/d
-
1
1
-
-
2
8
II/c
-
-
-
-
-
0
9
II/b
-
-
-
-
-
0
10
II/a
-
-
-
-
-
0
1
25
6
-
-
32
Jumlah
Berdasarkan data di atas, bahwa mayoritas jenjang kepangkatan PNS dari golongan III/a, yaitu dengan rincian 7 orang guru dan 4 orang staf.
43
49
Tabel 11 Data Tentang Pendidikan Terakhir Personil No 1
Jenjang Kamad Pendidikan S2 1
Guru 3
Tata Kebersihan Keamanan Jumlah Usaha 4
2
S1
-
29
3
-
-
32
3
D.3
-
-
2
-
-
2
4
D.2
-
-
-
-
-
0
5
D.1
-
-
-
-
-
0
6
PGSLTP
-
-
-
-
-
0
7
SLTA
-
-
4
2
2
8
8
SLTP
-
-
-
1
-
1
9
SD
-
-
-
1
-
1
1
-
9
4
2
48
Jumlah
Berdasarkan data di atas, bahwa jenjang pendidikan terakhir personil MTs.N.8 Jakarta yang tertinggi adalah S2 dan terendah adalah SD. Komposisi ini masih dirasa belum baik karena masih banyak yang berpendidikan dibawah S1. Bahkan masih ada staf tata usaha yang berpendidikan SLTA. Tabel 12 Data Tentang Fasilitas Belajar MTs.N.8 No
Fasilitas
Jumlah
Ket
1
Ruang belajar
15
Baik
2
Lab. Komputer
1
Baik
3
Lab. MIPA
1
Rusak
4
Lab multimedia
-
-
5
Lapangan olahraga
-
-
43
50
6
Lapangan upacara
1
Rusak
7
Keaboard
1
Rusak ringan
8
Kursi siswa
594
R=20
9
Meja siswa
297
R=20
10
Kursi guru
20
Baik
11
Meja guru
20
Baik
12
LCD proyektor
1
Baik
Berdasarkan data di atas, bahwa sebagian besar fasilitas di MTs.N 8 Jakarta masih dalam keadaan baik. Jumlah Fasilitas ini masih dirasa cukup memadai untuk menunjang kegiatan belajar-mengajar siswa dan guru. Bahkan, sekolah MTs.N 8 Jakarta sudah dibangun dan lebih luas dari yang sebelumnya. Tabel 13 Data Tentang Kegiatan Ekstra Kurikuler No
Jenis ekskul
Ket
1
Pramuka
Ada
2
Drum band
3
PMR
Ada
4
Karate
Tidak ada
5
Volley ball
Ada
6
Uks
Ada
7
Futsal
Ada
8
KIR
Ada
9
Paskibra
Ada
10
Marawis
Ada
Tidak ada
43
51
Berdasarkan data di atas, bahwa jumlah kegiatan ekstra kurikuler di MTs.N 8 cukup banyak. Kegiatan yang paling menonjol dari kegiatan ekstra kurikuler ini adalah di bidang olah raga yaitu bola volley dan futsal. Tabel 14 Data Tentang Prestasi Siswa di Bidang Akademik/Non Akademik No
Tahun
Jenis Prestasi
1
1997
Drum band
DKI
Harapan II
2
1999
Drum band
DKI
Harapan I
3
2002
Pramuka penggalang
Kota
Umum
Cerdas cermat matematika
Tingkat
JABODETABEK
Juara ke
4
2003
IV
II
5
2003
Pidato bahasa Inggris putri
Kota
I
6
2003
Bola basket putri
Kota
I
7
2003
Cerdas cermat MTs
Kota
I
8
2004
Gerak Jalan
Kota
I
9
2004
Volley ball
Kota
II
10
2004
Cerdas cermat
Kota
III
11
2007
Futsal
Tangerang
II
12
2007
Pramuka Penggalang
KKM
I
The 3rd Asia School FOOT 13
2008
BALL CHAMPIONSHIP 2008 BANGKOK
Nasional
-
THAILAND 14
2009
MTQ/FL2SN
Provinsi
I
15
2009
MTQ/FL2SN
Nasional
Harapan II
16
2009
Ujian Nasional
MTs. Negeri
I
17
2009
Lomba Matematika
JABODETABEK
II
18
2009
Lomba Matematika
JABODETABEK
III
43
52
19
2010
Lomba MTQ
Kota Madya
I
20
2010
Lomba Marawis
Kota Madya
III
Berdasarkan data di atas, bahwa prestasi siswa/siswi MTs.N.8 Jakarta baik di bidang akademik maupun non akademik tergolong sangat bagus. Karena dari tahun ke tahun sekolah ini selalu juara. Prestasi yang paling membanggakan adalah perlombaan matematika yang meraih juara pada tingkat Jabotabek, seperti yang tertera pada tabel di atas. Tabel 15 Data Tentang Strata Orang Tua/Wali Murid Tahun Pelajaran 2009/2010 No
Kelas
Pekerjaan
Rata-Rata
VII
VIII
IX
18
10
2
10
1
PNS/TNI/POLRI
2
Pensiunan
-
-
14
14
3
Karyawan
78
82
25
61,6
4
Wiraswasta
85
52
30
55,6
5
Buruh
50
40
50
46,6
6
Lain-lain
35
22
-
28,5
266
206
121
216,3
Jumlah
Berdasarkan data di atas, bahwa strata pekerjaan orang tua/wali murid MTs.N.8 Jakarta mayoritas sebagai karyawan. Tabel 16 Data tentang Tingkat Ekonomi Orang Tua/Wali Murid Tahun Pelajaran 2009/2010 No
Strata
Prosentase
1
Menengah ke atas
31%
2
Menengah ke bawah
69%
43
53
Berdasarkan data di atas, bahwa tingkat ekonomi orang tua/wali murid MTs.N.8 Jakarta mayoritas berasal dari menengah ke bawah. Ini berarti bahwa siswa/siswi MTs.N 8 Jakarta berasal dari kalangan strata ekonomi menengah ke bawah.
D. Deskripsi Data Data penelitian tentang kondisi ekonomi keluarga dan hubungannya dengan motivasi belajar siswa, penulis peroleh melalui angket yang di dalamnya berisi 42 pertanyaan. Masing-masing yaitu, 16 pertanyaan mengenai ekonomi keluarga dan 26 pertanyaan mengenai motivasi belajar siswa. Untuk mengetahui hubungan antara ekonomi keluarga dengan motivasi belajar siswa, diberikan angket kepada siswa kelas VIII yang berjumlah 206 siswa dengan perhitungan prosentase 25%, maka didapatkanlah
52 orang yang dijadikan sampel. Dasar penentuan menggunakan
sampel ini mengacu kepada ketentuan yang dijelaskan pada uraian BAB III tentang teknik purposive random sampling. Angket ini diberikan kepada masing-masing kelas yang berjumlah 5 kelas. Dengan rincian sebagai berikut: kelas VIII.1 10 orang. Kelas VIII.2 10 orang. Kelas VIII.3 10 orang. Kelas VIII.4 10 orang dan kelas VIII.5 12 orang. Hasil data angket itu kemudian diolah menjadi data prosentase yang mewakili dari perhitungan seluruh sampel disertai kesimpulan dari hasil angket tersebut. Kemudian penulis menginterpretasikan dan mengalisis data tersebut dengan menggunakan rumus product moment untuk mengetahui ada atau tidak adanya hubungan antara ke dua variabel tersebut. Selain itu, penulis juga mengumpulkan data non fisik sekolah mengenai profil sekolah, visi dan misi, data guru, tata usaha, karyawan dan lain-lain. Wawancara penulis lakukan kepada kepala MTs.N.8 Jakarta untuk memperoleh data mengenai ekonomi keluarga dan motivasi belajar siswanya. Untuk merngetahui hasil dari penelitian penulis, maka di bawah ini akan dijelaskan sebagai berikut:
43
54
1. Ekonomi Keluarga Tabel 17 Sumber pendapatan yang dihasilkan oleh orang tua anda No
Alternatif Jawaban
F
%
1
A. Berdagang
9
17
2
B. Bekerja
35
67
3
C. Kontrakan
3
5,1
4
D. Berwirausaha
5
9,1
52
100
Jumlah
Dari tabel di atas, siswa yang menjawab A. 17% yang menjawab B. 67% yang menjawab C. 5,1% dan yang menjawab D. 9,1%. Ini menunjukan bahwa sumber pendapatan yang dihasilkan oleh orang tua siswa mayoritas sebagai pekerja. Bentuk pekerjaannya bervariasi ada yang sebagai pekerja pabrik, karyawan kantor, petani, buruh dan lain-lain. Tabel 18 Apa sumber lain pendapatan orang tua anda No
Alternatif Jawaban
F
%
1
A. Tabungan
14
26,1
2
B. Buruh
18
34,1
3
C. Bertani
5
9,1
4
D. Tidak ada
15
28
52
100
Jumlah
Dari tabel di atas, siswa yang menjawab A. 26,1% yang menjawab B. 34,1% yang menjawab C. 9,1% dan yang menjawab D. 28%. Ini menunjukan bahwa sumber lain pendapatan orang tua siswa mayoritas sebagai buruh yaitu seperti tukang ojek, pekerja parkir, kuli bangunan dan lain-lain.
43
55
Tabel 19 Berapakah penghasilan orang tua anda No
Alternatif Jawaban
F
%
1
A. Rp 2.500.000
7
13,1
2
B. Rp 1.000.000
12
23,1
3
C. Rp 500.000
20
38
4
D. Rp 250.000
12
23,1
Jumlah
52
100
Dari tabel di atas, siswa yang menjawab A. 13,1% yang menjawab B. 23,1% yang menjawab C. 38% dan yang menjawab D. 23,1%. Ini menunjukan bahwa mayoritas penghasilan orang tua siswa sebesar Rp 500.000. Ini berarti penghasilan orang tua siswa dapat dikategorikan berpenghasilan rendah. Tabel 20 Berapakah jumlah keluarga anda yang memperoleh pendapatan No
Alternatif Jawaban
F
%
1
A. 17 orang
17
32,1
2
B. 16 orang
16
30,1
3
C. 10 orang
10
19
4
D. 9 orang
9
17
52
100
Jumlah
Dari tabel di atas, siswa yang menjawab A. 32,1% yang menjawab B. 30,1% yang menjawab C. 19% dan yang menjawab D. 17%. Ini menunjukkan bahwa jumlah keluarga siswa yang mencari nafkah hanya 1 orang. Ini berarti ayah sebagai kepala keluarga menjadi satu-satunya pencari nafkah keluarga.
43
56
Tabel 21 Tenggang waktu penghasilan yang diperoleh oleh orang tua anda No
Alternatif Jawaban
F
%
1
A. Perhari
11
21
2
B. Perminggu
13
25
3
C. Perbulan
27
51,1
4
D. Pertahun
1
1,1
52
100
Jumlah
Dari tabel di atas, siswa yang menjawab A. 21% yang menjawab B. 25% yang menjawab C. 51,1% dan yang menjawab D. 1,1%. Ini menunjukkan bahwa tenggang waktu yang diperoleh orang tua siswa mayoritas perbulan. Ini berarti dalam tenggang waktu penghasilan yang didapat oleh orang tua dapat dikategorikan cukup baik. Tabel 22 Tanggal berapakah orang tua anda biasanya memperoleh gaji No
Alternatif Jawaban
F
%
1
A. Tanggal 1-8
25
48
2
B. Tanggal 9-16
6
11
3
C. Tanggal 17-23
5
9,1
4
D. Tanggal 24-31
16
30,1
52
100
Jumlah
Dari tabel di atas, siswa yang menjawab A. 48% yang menjawab B. 11% yang menjawab C. 9,1% dan yang menjawab D. 30,1%. Ini menunjukkan bahwa pendapatan gaji orang tua siswa mayoritas tanggal 1-8. Ini berarti bahwa sebagian besar orang tua mendapat gaji bulanan.
43
57
Tabel 23 Apakah pekerjaan ayah anda saat ini No
Alternatif Jawaban
F
%
1
A. Buruh/karyawan
38
73
2
B. Pedagang
8
15
3
C. PNS-guru
3
5,1
4
D. Petani
3
5,1
52
100
Jumlah
Dari tabel di atas, siswa yang menjawab A. 73% yang menjawab B. 15% yang menjawab C. 5,1% dan yang menjawab D. 5,1%. Ini menunjukkan bahwa pekerjaan orang tua (ayah) siswa mayoritas sebagai buruh. Ini berarti sebagian besar orang tua siswa sebagai pekerja rendah. Tabel 24 Apakah pekerjaan ibu anda saat ini No
Alternatif Jawaban
F
%
1
A. Buruh/karyawan
28
53,1
2
B. Pedagang
16
30,1
3
C. PNS/guru
5
9
4
D. Petani
3
5,1
52
100
Jumlah
Dari tabel di atas, siswa yang menjawab A. 53,1% yang menjawab B. 30,1% yang menjawab C. 9% dan yang menjawab D. 5,1%. Ini menunjukkan bahwa pekerjaan orang tua (ibu) siswa mayoritas sebagai buruh. Ini berarti pada sebagian keluarga itu ikut berkontribusi dalam mencari nafkah keluarga.
43
58
Tabel 25 Kendaraan yang dimiliki orang tua anda No
Alternatif jawaban
F
%
1
A. Mobil
1
1,1
2
B. Motor
43
82,1
3
C. Sepeda
3
5,1
4
D. Tidak ada
5
9
52
100
Jumlah
Dari tabel di atas, siswa yang menjawab A. 1,1% yang menjawab B. 82,% yang menjawab C. 5,1% dan yang menjawab D. 9%. Ini menunjukkan bahwa mayoritas orang tua siswa menggunakan transportasi motor. Tabel 26 Bagaimana cara anda sampai ke sekolah No
Alternatif Jawaban
F
%
1
A. Sepeda
8
15
2
B. Kendaraan umum
17
32,1
3
C. Antar-jemput
13
25
4
D. Jalan kaki
14
26,1
52
100
Jumlah
Dari tabel di atas, siswa yang menjawab A. 15% yang menjawab B. 32,1% yang menjawab C. 25% dan yang menjawab D. 26,1%. Ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa naik kendaraan umum untuk datang ke sekolah.
43
59
Tabel 27 Apakah orang tua anda selalu mengajak rekreasi (jalan-jalan) ke tempat wisata No
Alternatif Jawaban
F
%
1
A. Setiap minggu
0
0
2
B. Saat liburan
15
28,1
3
C. Jarang
32
61
4
D. Tidak pernah
5
9,1
52
100
Jumlah
Dari tabel di atas, siswa yang menjawab A. 0% yang menjawab B. 28,1% yang menjawab C. 61% dan yang menjawab D. 9,1%. Ini menunjukkan bahwa orang tua siswa jarang mengajak rekreasi. Kondisi ini menunjukan bahwa orang tua siswa kurang mampu untuk mengajak rekreasi. Tabel 28 Ketika ada kegiatan study tour apakah keuangan orang tua anda selalu ada No
Alternatif Jawaban
F
%
1
A. Selalu
14
26,1
2
B. Sering
4
7,1
3
C. kadang-kadang
33
63
4
D. Tidak pernah ada
1
1,1
52
100
Jumlah
Dari tabel di atas, siswa yang menjawab A. 26,1% yang menjawab B. 7,1% yang menjawab C. 63% dan yang menjawab D. 1,1%. Ini menunjukkan bahwa dalam memenuhi keuangan saat kegiatan study tour keuangan orang tua kadang ada kadang tidak. Hal ini menyatakan bahwa keuangan orang tua siswa dapat dikategorikan berekonomi lemah.
43
60
2. Motivasi Belajar Siswa Tabel 29 Saya selalu belajar tanpa disuruh No
Alternatif Jawaban
F
%
1
Sangat Setuju
10
19
2
Setuju
38
73
3
Tidak Setuju
4
7,1
4
Sangat Tidak Setuju
0
0
52
100
Jumlah
Dari tabel di atas, siswa yang menjawab sangat setuju 19% yang menjawab setuju 73% yang menjawab tidak setuju 7,1% dan yang menjawab sangat tidak setuju 0%. Ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa menyatakan selalu belajar tanpa disuruh adalah merupakan tindakan motivasi yang tinggi. Tabel 30 Untuk menambah pengetahuan saya mencari referensi lain di perpustakaan No
Alternatif Jawaban
F
%
1
Sangat Setuju
6
11
2
Setuju
30
57,1
3
Tidak Setuju
14
26,1
4
Sangat Tidak Setuju
2
3,1
52
100
Jumlah
Dari tabel di atas, siswa yang menjawab sangat setuju 11% yang menjawab setuju 57,1% yang menjawab tidak setuju 26,1% dan yang menjawab sangat tidak setuju 3,1%. Ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa menyatakan setuju untuk menambah referensi lain di perpustakaan.
43
61
Tabel 31 Saya tetap berangkat ke sekolah meski tanpa uang jajan No
Alternatif Jawaban
F
%
1
Sangat Setuju
8
15
2
Setuju
23
44
3
Tidak Setuju
14
26,1
4
Sangat Tidak Setuju
7
13,1
52
100
Jumlah
Dari tabel di atas, siswa yang menjawab sangat setuju 15% yang menjawab setuju 44% yang menjawab tidak setuju 26,1% dan yang menjawab sangat tidak setuju 13,1%. Ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa menyatakan setuju untuk berangkat ke sekolah meski tanpa uang jajan. Dari jawaban ini siswa dapat dikatakan mempunyai motivasi yang tinggi. Tabel 32 Ketika ada kesulitan, saya belajar kelompok dengan teman-teman No
Alternatif Jawaban
F
%
1
Sangat Setuju
18
34
2
Setuju
28
53,1
3
Tidak Setuju
3
5,1
4
Sangat Tidak Setuju
3
5,1
52
100
Jumlah
Dari tabel di atas, siswa yang menjawab sangat setuju 34% yang menjawab setuju 53,1% yang menjawab tidak setuju 5,1% dan yang menjawab sangat tidak setuju 5,1%. Ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa menyatakan setuju ketika ada kesulitan belajar kelompok dengan teman-teman.
43
62
Tabel 33 Saya selalu giat belajar agar cita-cita saya tercapai No
Alternatif Jawaban
F
%
1
Sangat Setuju
25
48
2
Setuju
26
50
3
Tidak Setuju
0
0
4
Sangat Tidak Setuju
1
1,1
52
100
Jumlah
Dari tabel di atas, siswa yang menjawab sangat setuju 48% yang menjawab setuju 50% yang menjawab tidak setuju 0% dan yang menjawab sangat tidak setuju 1,1%. Ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa menyatakan sangat setuju bahwa mereka harus selalu giat belajar agar cita-citanya tercapai. Tabel 34 Demi masa depan, saya akan melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi No
Alternatif Jawaban
F
%
1
Sangat Setuju
31
59,1
2
Setuju
20
38
3
Tidak Setuju
1
1,1
4
Sangat Tidak Setuju
0
0
52
100
Jumlah
Dari tabel di atas, siswa yang menjawab sangat setuju 59,1% yang menjawab setuju 38% yang menjawab tidak setuju 1,1% dan yang menjawab sangat tidak setuju 0%. Ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa menyatakan sangat setuju bahwa demi masa depan akan melanjutkan ke jenjang yang lebih tiggi.
43
63
Tabel 35 Saya termotivasi untuk mengngungguli teman yang mendapatkan nilai tinggi No
Alternatif Jawaban
F
%
1
Sangat Setuju
18
34
2
Setuju
25
48
3
Tidak Setuju
6
11
4
Sangat Tidak Setuju
3
5,1
52
100
Jumlah
Dari tabel di atas, siswa yang menjawab sangat setuju 34% yang menjawab setuju 48% yang menjawab tidak setuju 11% dan yang menjawab sangat tidak setuju 5,1%. Ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa menyatakan setuju bahwa mereka termotivasi untuk mengungguli teman yang mendapatkan nilai tinggi. Tabel 36 Orang tua saya harus mendukung dalam kegiatan belajar No
Alternatif Jawaban
F
%
1
Sangat Setuju
40
76,1
2
Setuju
10
19
3
Tidak Setuju
1
1,1
4
Sangat Tidak Setuju
1
1,1
52
100
Jumlah
Dari tabel di atas, siswa yang menjawab sangat setuju 76,1% yang menjawab setuju 19% yang menjawab tidak setuju 1,1% dan yang menjawab sangat tidak setuju 1,1%. Ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa menyatakan sangat setuju orang tua harus mendukung dalam kegiatan belajarnya. Seperti, memperhatikan kegiatan belajarnya, membiayai kebutuhan belajarnya dan lain-lain.
43
64
Tabel 37 Hukuman dari guru yang tidak mengerjakan PR membuat saya termotivasi untuk belajar dengan giat No
Alternatif Jawaban
F
%
1
Sangat Setuju
23
44
2
Setuju
22
42
3
Tidak Setuju
7
13,1
4
Sangat Tidak Setuju
0
0
52
100
Jumlah
Dari tabel di atas, siswa yang menjawab sangat setuju 44% yang menjawab setuju 42% yang menjawab tidak setuju 13,1% dan yang menjawab sangat tidak setuju 0%. Ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa menyatakan sangat setuju hukuman dari guru yang tidak mengerjakan PR membuat saya termotivasi untuk belajar dengan giat. Tabel 38 Guru saya harus memberikan arahan tentang motivasi belajar No
Alternatif Jawaban
F
%
1
Sangat Setuju
24
46
2
Setuju
27
51,1
3
Tidak Setuju
1
1,1
4
Sangat Tidak Setuju
0
0
52
100
Jumlah
Dari tabel di atas, siswa yang menjawab sangat setuju 46% yang menjawab setuju 51,1% yang menjawab tidak setuju 1,1% dan yang menjawab sangat tidak setuju 0%. Ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa menyatakan setuju guru harus
43
65
memberikan arahan tentang motivasi belajar, seperti memberikan apresiasi dan reward kepada siswa. Tabel 39 Saya giat belajar untuk menguasai pelajaran tertentu No
Alternatif Jawaban
F
%
1
Sangat Setuju
16
30,1
2
Setuju
33
63
3
Tidak Setuju
3
5,1
4
Sangat Tidak Setuju
0
0
52
100
Jumlah
Dari tabel di atas, siswa yang menjawab sangat setuju 30,1% yang menjawab setuju 63% yang menjawab tidak setuju 5,1% dan yang menjawab sangat tidak setuju 0%. Ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa menyatakan setuju giat belajar untuk menguasai pelajaran tertentu. Ini berarti siswa mempunyai motivasi belajar yang tinggi. Tabel 40 Bila prestasi saya buruk, saya harus belajar lebih giat No
Alternatif Jawaban
F
%
1
Sangat Setuju
32
61,1
2
Setuju
20
38
3
Tidak Setuju
0
0
4
Sangat Tidak Setuju
0
0
52
100
Jumlah
Dari tabel di atas, siswa yang menjawab sangat setuju 61,1% yang menjawab setuju 38% yang menjawab tidak setuju 0% dan yang menjawab sangat tidak setuju 0%. Ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa menyatakan sangat setuju bila
43
66
prestasinya buruk, mereka harus belajar lebih giat. Ini berarti sikap siswa terhadap belajar dapat dikategorikan mempunyai motivasi yang tinggi. Tabel 41 Saya selalu menyimak pelajaran dengan baik No
Alternatif Jawaban
F
%
1
Sangat Setuju
6
11
2
Setuju
43
82,1
3
Tidak Setuju
3
5,1
4
Sangat Tidak Setuju
0
0
52
100
Jumlah
Dari tabel di atas, siswa yang menjawab sangat setuju 11% yang menjawab setuju 82,1% yang menjawab tidak setuju 5,1% dan yang menjawab sangat tidak setuju 0%. Ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa menyatakan sangat setuju mereka harus belajar lebih giat, bila prestasi belajarnya buruk. Tabel 42 Nilai rapor saya selalu bagus setelah giat belajar No
Alternatif Jawaban
F
%
1
Sangat Setuju
17
32,1
2
Setuju
28
53,1
3
Tidak Setuju
6
11
4
Sangat Tidak Setuju
1
1,1
52
100
Jumlah
Dari tabel di atas, siswa yang menjawab sangat setuju 32,1% yang menjawab setuju 53,1% yang menjawab tidak setuju 11% dan yang menjawab sangat tidak setuju 1,1%. Ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa menyatakan setuju nilai rapornya selalu bagus setelah giat belajar.
43
67
Tabel 43 Orang tua saya memberikan apresiasi karena nilai rapor saya bagus No
Alternatif Jawaban
F
%
1
Sangat Setuju
20
38,1
2
Setuju
23
44
3
Tidak Setuju
9
17
4
Sangat Tidak Setuju
0
0
52
100
Jumlah
Dari tabel di atas, siswa yang menjawab sangat setuju 38% yang menjawab setuju 44% yang menjawab tidak setuju 17% dan yang menjawab sangat tidak setuju 0% artinya dari jawaban ini, memang dari sebagian siswa yang menyatakan tidak setuju ialah orang tua yang tidak memberikan motivasi dalam belajar. Ini karena orang tua mereka lebih membebankan kegiatan belajarnya pada guru. Dan yang menjawab sangat setuju 38,1%. Ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa menyatakan setuju orang tua mereka memberikan apresiasi karena nilai rapornya bagus. Tabel 44 Saya malas belajar karena tidak adanya perhatian orang tua, sebab mereka terlalu sibuk dengan pekerjaannya No
Alternatif Jawaban
F
%
1
Sangat Setuju
4
7,1
2
Setuju
8
15
3
Tidak Setuju
24
46
4
Sangat Tidak Setuju
16
30,1
52
100
Jumlah
Dari tabel di atas, siswa yang menjawab sangat setuju 7,1% yang menjawab setuju 15% yang menjawab tidak setuju 46% dan yang menjawab sangat tidak setuju
43
68
30,1%. Ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa menyatakan tidak setuju malas belajar karena tidak adanya perhatian orang tua yang terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Tabel 45 Saya tidak semangat belajar karena kurangnya dorongan dari orang tua No
Alternatif Jawaban
F
%
1
Sangat Setuju
4
7,1
2
Setuju
6
11
3
Tidak Setuju
29
55,1
4
Sangat Tidak Setuju
13
25
Jumlah
52
100
Dari tabel di atas, siswa yang menjawab sangat setuju 7,1% yang menjawab setuju 11% yang menjawab tidak setuju 55,1% dan yang menjawab sangat tidak setuju 25%. Ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa menyatakan tidak setuju tidak semangat belajar karena kurangnya dorongan dari orang tua. Tabel 46 Saya merasa tidak percaya diri karena orang tua saya berekonomi kurang cukup No
Alternatif Jawaban
F
%
1
Sangat Setuju
2
3,1
2
Setuju
4
7,1
3
Tidak Setuju
25
48
4
Sangat Tidak Setuju
21
40
Jumlah
52
100
Dari tabel di atas, siswa yang menjawab sangat setuju 3,1% yang menjawab setuju 7,1% yang menjawab tidak setuju 48% dan yang menjawab sangat tidak setuju
43
69
40%. Ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa menyatakan tidak setuju kalau mereka tidak percaya diri karena orang tua mereka berekonomi kurang cukup Tabel 47 Saya minder karena teman saya berekonomi lebih dari cukup No
Alternatif Jawaban
F
%
1
Sangat Setuju
1
1,1
2
Setuju
6
11,1
3
Tidak Setuju
24
46
4
Sangat Tidak Setuju
21
40
Jumlah
52
100
Dari tabel di atas, siswa yang menjawab sangat setuju 1,1% yang menjawab setuju 11,1% yang menjawab tidak setuju 46% dan yang menjawab sangat tidak setuju 40%. Ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa menyatakan tidak setuju kalau mereka minder karena temannya berekonomi lebih dari cukup. Tabel 48 Dukungan orang tua saya sangat kurang terhadap perkembangan belajar saya No
Alternatif Jawaban
F
% 1,1
1
Sangat Setuju
1
2
Setuju
8
15
3
Tidak Setuju
27
51,1
4
Sangat Tidak Setuju
16
30,1
52
100
Jumlah
Dari tabel di atas, siswa yang menjawab sangat setuju 1,1% yang menjawab setuju 15% yang menjawab tidak setuju 51,1% dan yang menjawab sangat tidak
43
70
setuju 30,1%. Ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa menyatakan tidak setuju kalau dukungan orang tua mereka sangat kurang terhadap perkembangan belajarnya. Tabel 49 Apresiasi kepala sekolah terhadap saya kurang terlaksana karena keterbatasan ekonomi keluarga saya No
Alternatif Jawaban
F
% 3,1
1
Sangat Setuju
2
2
Setuju
6
11
3
Tidak Setuju
26
50
4
Sangat Tidak Setuju
18
34,1
52
100
Jumlah
Dari tabel di atas, siswa yang menjawab sangat setuju 3,1% yang menjawab setuju 11% yang menjawab tidak setuju 50% dan yang menjawab sangat tidak setuju 34,1%. Ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa menyatakan tidak setuju kalau apresiasi kepala sekolah terhadap mereka kurang terlaksana karena keterbatasan ekonomi. Tabel 50 Akibat terbatasnya keuangan orang tua saya, saya selalu kekurangan dalam memenuhi kebutuhan sekolah sehingga tidak ada motivasi dalam belajar No
Alternatif Jawaban
F
%
1
Sangat Setuju
2
3,1
2
Setuju
2
3,1
3
Tidak Setuju
29
55,1
4
Sangat Tidak Setuju
19
36
Jumlah
52
100
43
71
Dari tabel di atas, siswa yang menjawab sangat setuju 3,1% yang menjawab setuju 3,1% yang menjawab tidak setuju 55,1% dan yang menjawab sangat tidak setuju 36%. Ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa menyatakan tidak setuju kalau akibat terbatasnya keuangan orang tua mereka, mereka selalu kekurangan dalam memenuhi kebutuhan sekolah sehingga tidak ada motivasi dalam belajar Tabel 51 Akibat terbatasnya keuangan orang tua saya, saya terhambat untuk melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi No
Alternatif Jawaban
F
%
1
Sangat Setuju
7
13,1
2
Setuju
1
1,1
3
Tidak Setuju
24
46
4
Sangat Tidak Setuju
20
38
Jumlah
52
100
Dari tabel di atas, siswa yang menjawab sangat setuju 13,1% yang menjawab setuju 1,1% yang menjawab tidak setuju 46% dan yang menjawab sangat tidak setuju 38%. Ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa menyatakan tidak setuju kalau akibat terbatasnya keuangan orang tua saya, saya terhambat untuk melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi.
43
72
E. Analisis Dan Interpretasi Data Selanjutnya dari hasil penelitian mengenai kondisi ekonomi keluarga (X) dapat dilakukan skoring sebagai berikut: Tabel 52 Data Skoring Kodisi Ekonomi Keluarga (X) KONDISI EKONOMI KELUARGA
Responden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
4 3 3 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2 4 3 3 3 4 1 3 3 3 3 4 3 3 3
3 3 4 4 1 1 1 1 1 1 4 1 1 3 2 1 2 1 4 3 3 1 2 4 4 4 4 3 3 3
1 2 3 4 3 1 1 2 2 3 3 1 3 4 1 2 4 2 4 2 1 2 2 2 4 3 3 2 1 1
4 3 3 3 4 4 4 4 3 2 1 1 1 1 1 3 4 3 2 4 3 1 1 4 4 3 2 4 3 4
4 2 2 2 2 4 3 3 2 1 2 3 3 2 4 2 4 2 2 2 3 4 2 2 2 2 4 3 2 4
1 2 4 4 1 4 4 4 4 3 4 1 4 4 4 4 4 1 4 4 4 2 4 1 1 2 3 3 4 1
3 4 4 2 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 3 4 2 4 4 3 4 4 2 4 3 4 4 4
3 4 4 2 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 2 3 3 1 4 3 2 3 4 3 4
2 1 3 3 2 3 1 1 2 1 2 1 2 2 1 3 3 1 4 1 2 3 3 3 4 3 3 3 4 3
2 1 2 4 3 1 1 1 4 1 2 1 2 2 1 3 3 1 4 1 3 3 2 2 3 4 2 1 4 3
∑X
11
12
13
14
15
16
4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 2 2 4 4 2 2 4 4 4 2 2 4 4 4 4 4 2 2 4 4
2 2 4 3 2 4 3 2 4 4 2 2 2 2 2 2 3 2 4 2 2 4 4 4 2 2 3 1 3 2
1 3 3 3 3 3 1 1 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3
3 4 3 1 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 1 3 1 1 2 4 4 2 4 3 4 2 2 2 2 3
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 3 1 2 3 2 3 3 3 2 1 2 2
2 2 4 3 2 2 2 4 4 2 2 2 2 2 2 2 2 4 4 2 2 4 4 2 2 4 2 2 2 2
41 42 52 47 43 41 41 43 48 41 43 33 44 47 34 42 50 37 51 40 44 43 45 48 48 48 45 41 47 46
43
31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52
2 3 1 4 3 3 1 3 3 3 2 3 3 3 3 1 4 4 3 3 4 3
3 4 4 1 3 4 3 3 4 3 1 4 3 4 3 3 2 3 1 3 2 1
2 4 2 1 2 4 3 2 4 3 3 2 1 1 2 3 1 2 2 2 2 3
4 4 4 2 2 4 3 2 2 2 3 3 3 2 2 3 1 3 3 4 1 4
2 2 4 4 2 2 2 2 2 3 2 2 3 3 3 4 4 3 3 2 3 2
4 1 4 2 1 1 1 1 1 3 4 4 1 3 4 2 1 4 3 1 4 4
4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 1 3 4 4 1 4 4 4 3 4
2 3 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 1 1 4 3 3 3 4 3 3 4
1 3 1 1 1 4 2 3 2 3 3 2 1 2 2 3 1 2 3 1 3 2
73
3 3 3 1 1 3 2 2 2 3 1 1 1 2 1 2 1 1 3 1 2 3
4 2 4 4 4 3 4 3 3 3 4 4 4 2 4 4 2 4 4 4 4 2
3 2 4 2 2 3 4 3 3 3 3 3 2 2 3 4 3 4 4 3 2 2
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 1 3 3 1
Jumlah
1 1 2 4 1 3 2 2 1 2 1 1 1 3 3 2 3 1 1 4 4 1
2 2 3 1 2 3 3 2 2 3 3 2 2 1 3 3 1 2 2 3 2 2
4 1 4 2 2 2 4 2 3 3 2 3 2 2 2 4 2 2 4 2 4 2
44 42 51 38 37 50 44 41 43 48 43 45 32 36 46 48 33 45 45 43 46 40 2255
Keterangan: Untuk membaca tabel ini, kolom responden berarti jumlah siswa dalam pengisian angket. Sedangkan dalam baris (kiri ke kanan) berjumlah 16 pertanyaan adalah variabel X (kondisi ekonomi keluarga), kemudian angka-angka itu dijumlahkan sehingga menghasilkan seluruh skor (∑X) dan seterusnya. Selanjutnya kolom seluruh skor (∑X) itu dijumlahkan dari atas ke bawah sehingga seluruhnya menjadi jumlah hasil ∑X seperti yang tertera pada tabel di atas. Selanjutnya dicari nilai rata-rata dari variabel X dengan menggunakan rumus mean, yaitu: Mx = ∑fx N
Mx
= Mean
43
= 2255 52 = 43,4
74
∑fx
= Jumlah frekuensi X
N
= Number of cases
Berdasarkan perhitungan di atas, maka dapat diperoleh bahwa nilai rata-rata kondisi ekonomi keluarga adalah 43,4.1 Untuk mengetahui kualifikasi kondisi ekonomi keluarga di MTs.N.8 Jakarta, maka penulis menyusun jumlah skor siswa yang mencakup skor tertinggi yaitu 52 dan terendah 32. Kemudian data-data tersebut disusun menjadi data interval. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 53 Klasifikasi skor angket variabel kondisi ekonomi keluarga (X) No
Klasifikasi
Jumlah
Kualifikasi
1
47-52
14
Tinggi
2
40-46
29
Sedang
3
32-39
9
Rendah
Jumlah
52
Kesimpulan: Berdasarkan jumlah klasifikasi di atas, maka dengan nilai rata-rata sebesar 43,4 yang berada di interval 40-46, dapat diketahui bahwa kondisi ekonomi keluarga di MTs.N.8 Jakarta termasuk dalam kategori sedang atau menengah. Hal ini dapat dibuktikan dengan siswa yang memiliki jumlah skor hasil angket pada interval 40-46 yaitu sebanyak 29 orang.
1
Hasil perhitungan dari 43,4 dari variabel kondisi ekonomi keluarga ini merupakan data konkrit dari variabel kondisi ekonomi keluarga (X) data ini termasuk dalam kategori sedang yang berada di interval 40-46 yang berjumlah 29 orang dari populasi 206 siswa dan 52 orang yang dijadikan sampel dengan perhitungan prosentase 25%. Dengan demikian Data ini menunjukan bahwa ekonomi keluarga MTs.N 8 Jakarta masih dalam kondisi baik, sedangkan selebihnya dipengaruhi oleh faktor lain.
43
75
Sedangkan dari hasil penelitian mengenai data motivasi belajar siswa MTs.N.8 Jakarta (Y) adalah sebagai berikut: Tabel 54 Data Skoring Motivasi Belajar Siswa (Y) MOTIVASI BELAJAR SISWA
Respon den
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
1 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 3
2 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 2 1 2 2 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2
3 2 4 3 4 3 2 3 3 3 1 3 4 1 1 3 2 3 2 1 4 2 1 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 2 3 3
4 3 4 4 4 3 4 3 3 3 4 4 4 1 3 4 3 4 3 3 4 1 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 3 2 3
5 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 1 3 4 3 4 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3
6 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3 4 3 4 3 3 2 3
7 3 4 3 4 4 3 4 4 2 3 4 4 2 1 4 3 3 3 3 3 1 3 4 3 4 3 3 2 4 3 2 2 3 3 3
8 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 2 3
9 10 11 3 3 4 3 4 3 3 4 3 4 4 4 3 3 3 4 4 2 4 4 3 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 2 3 3 3 3 4 2 3 3 4 4 3 4 4 3 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 2 3 3 4 4 3 4 3 4 4 3 3 3 4 3 4 3 3 2 2 3 3 3 3
12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 4 3 2 3 2 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 4 3 3 4 3 1 1 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 2 4 3 4 4 2 4 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 3 4 3 4 3 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 1 1 3 2 4 3 3 3 2 4 1 1 2 2 1 1 3 1 3 3 3 3 2 4 3 4 2 4 3 4 4 3 4 3 3 3 3 2 3 4 4 3 4 3 4 3 4 3 4 4 3 4 3 4 2 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 4 3 3 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 1 4 4 3 3 3 3 3 1 2 3 3 2 2 2 2 3 3 2 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3 2 3 3 3 2 3 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 2 2 1 1 1 1 2 3 2 4 1 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 2 2 2 3 2 2 3 4 4 4 4 2 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3
∑Y 26 4 3 4 1 3 3 4 4 4 3 1 1 3 3 3 4 3 4 3 4 1 4 3 3 3 4 2 3 4 3 4 4 3 1 3
87 85 85 92 80 92 93 93 86 90 85 74 75 81 94 82 91 79 86 84 72 95 83 82 83 89 71 73 94 83 83 71 83 68 73
43
36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52
3 4 3 4 4 4 2 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3
2 3 3 3 3 3 1 2 3 3 2 3 4 3 2 2 2
3 2 2 3 1 2 2 3 2 2 1 2 3 2 3 3 4
4 4 3 3 3 3 1 3 2 4 3 4 3 3 3 4 2
3 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3
4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3
1 4 4 4 4 3 3 3 2 4 3 3 3 3 4 4 3
3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4
4 3 4 4 3 3 2 3 3 4 4 3 3 2 3 4 3
3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 4 3
4 4 3 4 3 3 2 3 4 3 3 3 3 3 4 3 2
4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3
3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
76
3 4 4 3 4 3 2 3 4 3 4 3 3 3 4 3 2
4 4 3 4 4 4 3 2 4 3 4 3 3 2 3 4 2
3 4 4 4 4 3 3 2 4 3 4 3 3 2 2 4 2
4 3 4 2 4 2 3 2 3 4 4 1 4 4 3 3 2
4 4 4 2 4 3 3 3 3 4 4 1 3 4 2 3 3
3 4 4 4 4 2 3 3 2 4 4 2 3 4 4 3 3
4 4 4 4 4 2 3 3 2 3 4 2 3 3 4 3 3
3 4 4 4 4 3 3 2 2 3 4 1 3 3 3 3 2
4 3 4 4 3 3 3 3 2 4 4 3 3 3 4 3 2
3 4 4 1 3 2 3 3 3 4 3 2 4 4 4 2 3
3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 2 4 4 3 2 3
4 4 4 3 4 3 3 3 3 4 4 2 4 3 4 3 4
1 4 4 3 4 3 3 3 1 4 4 3 4 4 3 3 3
84 97 96 90 93 77 68 73 76 91 93 70 89 84 87 83 72 4340
Jumlah
Keterangan: Untuk membaca tabel ini, kolom responden berarti jumlah siswa dalam pengisian angket. Sedangkan dalam baris (kiri ke kanan) berjumlah 26 pertanyaan adalah variabel Y (motivasi belajar siswa), kemudian angka-angka itu dijumlahkan sehingga menghasilkan seluruh skor (∑Y) dan seterusnya. Selanjutnya kolom seluruh skor (∑Y) itu dijumlahkan dari atas ke bawah sehingga seluruhnya menjadi jumlah hasil ∑Y, seperti yang tertera pada tabel di atas. Selanjutnya dicari nilai rata-rata dari variabel Y dengan menggunakan rumus mean yaitu: Mx = ∑fy N = 4340 52 = 83,5
Mx
= Mean
∑fy
= Jumlah frekuensi Y
N
= Number of cases
43
77
Berdasarkan perhitungan di atas, maka dapat diperoleh bahwa nilai rata-rata motivasi belajar siswa adalah 83,5.2 Untuk mengetahui kualifikasi motivasi belajar siswa di MTs.N.8 Jakarta, maka penulis menyusun jumlah skor siswa yang mencakup skor tertinggi yaitu 97 dan terendah 68. Kemudian data-data tersebut disusun menjadi data interval. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel. Tabel 55 Klasifikasi skor angket variabel motivasi belajar siswa (X) No
Klasifikasi
Jumlah
Kualifikasi
1
88-97
17
Tinggi
2
78-87
21
Sedang
3
68-77
14
rendah
Jumlah
52
Kesimpulan: Berdasarkan jumlah klasifikasi di atas, maka dengan nilai rata-rata sebesar 83,5 yang berada di interval 78-87 dapat diketahui bahwa motivasi belajar siswa di MTs.N.8 Jakarta termasuk dalam kategori sedang/baik. Hal ini dapat dibuktikan dengan siswa yang memiliki jumlah skor hasil angket pada interval 78-87 yaitu sebanyak 21 orang. Analisis korelasi variabel kondisi ekonomi keluarga (X) terhadap motivasi belajar siswa (Y) dilakukan pengolahan data seperti terdapat pada tabel berikut ini:
2
Hasil perhitungan dari 83,5 dari variabel motivasi belajar siswa MTs.N 8 Jakarta ini merupakan data konkrit dari variabel motivasi belajar siswa MTs. N.8 Jakarta (Y) data ini termasuk dalam kategori sedang yang berada di interval 78-87 yang berjumlah 21 orang dari populasi 206 siswa dan 52 orang yang dijadikan sampel dengan perhitungan prosentase 25%. Dengan demikian Data ini menunjukan bahwa motivasi belajar siswa MTs.N 8 Jakarta masih dalam kondisi baik, sedangkan selebihnya dipengaruhi oleh faktor lain.
43
78
Tabel 56 Analisis Korelasi Variabel Kondisi Ekonomi Keluarga (X) Motivasi Belajar Siswa (Y) Subjek
X
Y
X2
Y2
XY
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
41 42 52 47 43 41 41 43 48 41 43 33 44 47 34 42
87 85 85 92 80 92 93 93 86 90 85 74 75 81 94 82
1681 1764 2704 2209 1849 1681 1681 1849 2304 1681 1849 1089 1936 2209 1156 1764
7569 7225 7225 8464 6400 8464 8649 8649 7396 8100 7225 5476 5625 6561 8836 6724
3567 3570 4420 4324 3440 3772 3813 3999 4128 3690 3655 2442 3300 3807 3196 3444
17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
50 37 51 40 44 43 45 48 48 48 45 41 47
91 79 86 84 72 95 83 82 83 89 71 73 94
2500 1369 2601 1600 1936 1849 2025 2304 2304 2304 2025 1681 2209
8281 6241 7396 7056 5184 9025 6889 6724 6889 7921 5041 5329 8836
4550 2923 4386 3360 3168 4085 3735 3936 3984 4272 3195 2993 4418
43
79
30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52
46 44 52 51 38 37 50 44 41 43 48 43 45 32 36 46 48 33 45 45 43 46 40
83 83 71 83 68 73 84 97 96 90 93 77 68 73 76 91 93 70 89 84 87 83 72
2116 1936 2704 2601 1444 1369 2500 1936 1681 1849 2304 1849 2025 1024 1296 2116 2304 1089 2025 2025 1849 2116 1600
6889 6889 5041 6889 4624 5329 7056 9409 9216 8100 8649 5929 4624 5329 5776 8281 8649 4900 7921 6889 7569 6889 5184
3818 3652 3692 4233 2584 2701 4200 4268 3936 3870 4464 3311 3060 2336 2736 4186 4464 2310 4005 3780 3741 3818 2880
JUMLAH
2265
4340
99871
365431
189617
N = 52
∑X = 2265
∑Y =
4340
2
∑X = 99871
2
∑Y = 365431
∑XY = 189617
Keterangan: Untuk membaca tabel ini, perhatikan bahwa subjek pengisian angket ini terdiri dari 52 orang. Variabel X adalah jumlah keseluruhan dari kondisi ekonomi keluarga. Variabel Y adalah jumlah keseluruhan dari motivasi belajar siswa keduanya tertera di tabel skoring hasil pengisian angket. Lalu kedua variabel itu dikuadratkan.
43
80
Selanjutnya variabel X dan Y dikali sehingga menghasilkan jumlah seperti yang tertera pada tabel di atas. Berdasarkan hasil dari perhitungan dan analisis data yang telah dilakukan, penulis menginterpretasikan hasil perhitungan data di atas dengan menggunakan 2 cara yang akan ditempuh sebagai berikut: 1. Interpretasi secara kasar Untuk mengetahui korelasi antara variabel X dan Variabel Y dari data di atas akan diuji keabsahannya dengan teori korelasi product moment, yaitu: N=52
∑X=2265
2
∑Y=4340
∑X =99871
2
∑Y =365431
∑XY=189617
Kemudian niali-nilai dapat dimasukkan ke dalam rumus:
N xy x y rxy
=
{N x 2 x }{N y 2 y } 2
2
52 x 189617 - (2265).(4340)
=
52 99871 2265
=
9860084 - 9830100 5193292 5130225. 19002412 18835600
= =
2
52 365431 43402
29944 105203324040 29944 324350,6
= 0,09 Dari perhitungan di atas dapat diketahui bahwa korelasi antara kondisi ekonomi keluarga terhadap motivasi belajar siswa sebesar 0,09. Dapat dikatakan terdapat korelasi yang sangat lemah antara variabel X dengan variabel Y. Hasil tersebut terletak antara 0,00-0,20 berdasarkan pedoman yang digunakan, maka diketahui antara variabel X dan Y terdapat korelasi yang sangat lemah atau sangat rendah.
43
81
2. Interpretasi menggunakan tabel nilai product moment Tahap pertama yang dilakukan adalah merumuskan hipotesa sebagai berikut Df = N-nr = 52-2 = 50 rt = pada taraf signifikansi 5 % adalah 0,273 rt = pada taraf signifikansi 1 % adalah 0,354.3 Dengan memeriksa tabel nilai “r” product moment ternyata bahwa dengan df sebesar 50 pada taraf signifikansi 5% diperoleh rtabel = 0,273, sedangkan pada taraf signifikansi 1% diperoleh rtabel
=
0,354 dengan demikian hipotesis penelitian yang
dinyatakan bahwa rxy 0,09 jika dibandingkan dengan rt 5 % sebesar 0,273 dan rt 1% sebesar 0,354 ternyata rxy lebih kecil dari rt, berarti Ha (hipotesa alternatif) ditolak sedangkan Ho (hipotesa nol) diterima. Sesuai dengan data di atas berarti kesimpulan yang dapat diambil adalah tidak terdapat hubungan yang signifikan antara variabel X dengan variabel Y. Sedangkan untuk mengetahui kontribusi variabel X dengan variabel Y yaitu dengan mencari koefisien determinasi, sebagai berikut: KD = r2 x 100% = (0,009)2 x 100% = 0,000081 x 100% = 0,0081 Dari perhitungan kontribusi determinasi, diketahui bahwa nilai kontribusi determinasinya sebesar 0,0081%. Adapun selebihnya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Dengan demikian kontribusi antara variabel X dengan variabel Y dapat dikategorikan sangat lemah.
3
Data ini dinukil dari Anas Sudijono, Pengantar statistk pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), cet XII, hlm. 372
43
82
Oleh karena data dari hasil perhitungan product moment di atas sangat lemah, maka penulis menyusun data cross tabulasi di bawah ini: Saya termotivasi untuk mengngungguli teman yang mendapatkan nilai tinggi No
Alternatif Jawaban
F
%
1
Sangat Setuju
18
34
2
Setuju
25
48
3
Tidak Setuju
6
11
4
Sangat Tidak Setuju
3
5,1
52
100
Jumlah
Dari tabel di atas, siswa yang menjawab sangat setuju 34% yang menjawab setuju 48% yang menjawab tidak setuju 11% dan yang menjawab sangat tidak setuju 5,1%. Ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa menyatakan setuju bahwa mereka termotivasi untuk mengungguli teman yang mendapatkan nilai tinggi. Akibat terbatasnya keuangan orang tua saya, saya selalu kekurangan dalam memenuhi kebutuhan sekolah sehingga tidak ada motivasi dalam belajar No
Alternatif Jawaban
F
%
1
Sangat Setuju
2
3,1
2
Setuju
2
3,1
3
Tidak Setuju
29
55,1
4
Sangat Tidak Setuju
19
36
Jumlah
52
100
Dari tabel di atas, siswa yang menjawab sangat setuju 3,1% yang menjawab setuju 3,1% yang menjawab tidak setuju 55,1% dan yang menjawab sangat tidak setuju 36%. Ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa menyatakan tidak setuju kalau
43
83
akibat terbatasnya keuangan orang tua mereka, mereka selalu kekurangan dalam memenuhi kebutuhan sekolah sehingga tidak ada motivasi dalam belajar. Dari dua keterangan di atas, dapat diperoleh perhitungan 48% dari jawaban tentang motivasi siswa dalam belajar dan 55% dari jawaban tentang keterbatasan ekonomi orang tua siswa untuk keperluan dalam belajar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa akibat dari keterbatasan
keuangan orang tua siswa tidak
menyurutkan semangat siswa dalam motivasi belajar.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan tentang implikasi dampak kondisi ekonomi keluarga terhadap motivasi belajar siswa MTs.N 8 Jakarta, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Berdasarkan perhitungan mean atau nilai rata-rata, maka diperoleh nilai rata-rata sebesar 43,4 yang berada di interval 40-46, dapat diketahui bahwa kondisi ekonomi keluarga di MTs.N 8 Jakarta termasuk dalam kategori sedang. 2. Motivasi belajar siswa MTs.N 8 Jakarta termasuk dalam kategori baik. Berdasarkan perhitungan mean atau nilai rata-rata, maka diperoleh nilai rata-rata sebesar 83,5 yang berada di interval 78-87, dapat diketahui bahwa motivasi belajar siswa MTs.N 8 Jakarta termasuk dalam kategori baik. 3. Hubungan antara implikasi dampak kondisi ekonomi keluarga terhadap motivasi
belajar
siswa
MTs.N.8
Jakarta
sangat
lemah,
sehingga
hubungannya tidak ada. Hal ini dapat diketahui dari angka indeks korelasi sebesar 0,009 yang berkisar antara 0,00-0,20. yang telah diuraikan pada bab III yaitu tabel indeks korelasi product moment.
84
85
B. Saran Dari hasil penelitian ini, ada beberapa saran yang ingin penulis sampaikan khususnya untuk diri pribadi sebagai penulis dan untuk para pembaca pada umumnya sebagai masukkan atau pengingat sebagai berikut: 1. Bagi orang tua, hendaknya memberikan dukungan moril dan spirituil bagi anaknya, dan jangan menjadikan faktor ekonomi sebagai alasan karena tidak adanya dukungan tersebut. 2. Bagi guru, teruslah memantau perkembangan peserta didiknya khususnya dalam hal motivasi belajar. Agar kelak pada suatu saat nanti mereka tidak menjadi siswa yang merugi untuk mencapai masa depannya. 3. Bagi siswa, jangan mudah putus asa dalam belajar dan teruslah berjuang untuk meraih masa depan dan cita-cita kalian. 4. Penulis sadar dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan, oleh karena itu penulis mempersilahkan kepada para pembaca untuk memberikan saran, masukkan maupun kritiknya.
86
DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Abu, dkk, Ilmu Sosial Dasar, Jakarta: Bina Aksara, Cet I, 1988. _______________, Ilmu Sosial Dasar , Jakarta: PT. Rineka Cipta, Cet II, 1991. Ahmad, Abidin, Zainal, Dasar-Dasar Ekonomi Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1977. Akuan, Yusuf, Rights And Goods Justifying Social Action, Alih Bahasa oleh Ardy Handoko, Tanpa Kota: Erlangga, Cet. I, 1989. Amin, M, Nurdin, dan Abrori, Ahmad, Mengerti Sosiologi: Pengantar Untuk Memahami Konsep-Konsep Dasar, Jakarta: UIN Jakarta Press, Cet I, 2006. Arifin, Anwar, Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional dalam UU SISDIKNAS, Jakarta: Dirjen Kelembagaan Agama Islam Depag, 2003. Azhari, Akhyas, Psikologi Perkembangan, Jakarta: Teraju, Cet I, 2004. Berry, David, Pokok-Pokok Pikiran Dalam Sosiologi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Cet III, 1995. Ch, Mufidah, Psikologi Keluarga Islam Berwawasan Gender, Malang: UIN Malang Press, Cet. I, 2008. Damsar, Pengantar Sosiologi Ekonomi, Jakarta: Prenada Media Grup, Cet I, 2009. Davies, K, Ivor, Pengelolaan Belajar, Jakarta: Rajawali Press, Cet. I. 1986. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, Cet. I, 1988. Edwin, Mustafa, Nasution, et.al, Pengenalan Ekskusif Ekonomi Islam, Jakarta: Kencana, Cet. II, 2007. Fordham, Frieda, Pengantar Psikologi C.G Jung: Teori-Teori dan Teknik Psikologi Kedokteran, Jakarta: Bakhtara Karya Aksara, 1998. Gerungan, W.A, Psikologi Sosial, Bandung: Rapika Aditama, Cet 1, 2004.
87
Hamalik, Oemar, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan System, Jakarta: PT. Bumi Aksara, Cet. IV, 2005. Ikhsan, Fuad, Dasar-Dasar Kependidikan, Jakarta: Rineka Cipta, Cet IV, 2005. Kahf, Monzer, Ekonomi Islam: Telaah Analitik Terhadap Fungsi Sistem Ekonomi Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995. Najatullah, Muhammad, Sidiqi, Kegiatan Ekonomi Dalam Islam, terjemahan dari Sidik, Anas, Jakarta: Bumi Aksara, Cet I, 1991. Narwoko, Dwi, J, dan Suyanto, Bagong ed , Sosiologi Teks Pengantar Dan Terapan, Jakarta: Kencana, Cet. III, 2007. Nasution, S, Sosiologi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, Cet I, 1994. Noor, Arifin, Ilmu Sosial Dasar, Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999. Purwanto, Ngalim, Psikologi Pendidikan, Bandung: CV Remaja Karya, Cet 2, 1985. Purwanto, Yatim, I, Danny, Kepribadian, Keluarga dan Narkotika: Tinjauan SosialPsikologis, kata pengantar oleh Fuad Hasan, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. III, 1991. Sabri, M. Alisuf, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2001. _____________, Pengantar Ilmu Pendidikan, Ciputat: UIN Jakarta Press, Cet I, 2005. _____________, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996 Sanjaya, Wina, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta: Kencana, Cet. I, 2008. Sarwono, Wirawan, Sarlito, Pengantar Umum Psikologi, Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1996. Shaleh, Rahman, Abdul, dan Wahab, Abdul, Muhbib, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam, Jakarta: Kencana, 2004.
88
Soelaeman, Munandar, M, Ilmu Sosial Dasar: Teori dan Konsep Ilmu Sosial, Bandung: Eresco, Cet. VIII, 1995. Soemanto, Wasty, Psikologi Pendidikan: Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 1990. Soetomo, Masalah Sosial dan Pembangunan, Jakarta: Arcan, Cet. I, 1991. Sudijono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan praktek, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003. Sukanto, Surjono, Beberapa Teori Sosiologi Tentang Strutur Masyarakat, Jakarta: Rajawali, 1984. ______________, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Rajawali, Cet. IX, 1988. Sukmadinata, Saodih, Nana, Landasan Psikologi Proses pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, Cet. IV, 2007. Surahmad, Winarno, Psikologi Pemuda: Sebuah Pengantar Dalam Perkembangan Pribadi dan Interaksi Sosialnya, Bandung: Jemmars, Cet. II, 1980. Susanto, S, Astrid, Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial, Jakarta: Binacipta, 1977. Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, Cet XIV, 2008. Uno, B, Hamzah, Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di Bidang Pendidikan, Jakarta: PT Bumi Aksara, Cet III, 2008. Worsley, Peter, Pengantar Sosiologi: Sebuah Pembanding, Jilid 2, Terjemahan dari Hadikusumo, Hartono, Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya, Cet. I,1992. Wuryani, Djiwandono, Esti, Sri, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Grasindo, 2006. Yamin, Martinis, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, Jakarta: Gaung Persada Press, Cet. VI, 2009.
INTERNET Http://www Rajawana.com/artikelkesehatan/dukungankeluarga/html/26-11-2009
89