UNIVERSITAS INDONESIA
KATA SAPAAN NONKEKERABATAN DALAM MASYARAKAT KOREA ANALISA ISI: DRAMA KOREA SECRET GARDEN
SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Humaniora
RAEHANA ULFHA
0706297625
FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA PROGRAM STUDI BAHASA DAN KEBUDAYAAN KOREA DEPOK JULI 2011
Kata sapaan ..., Raehana Ulfha, FIB UI, 2011
UNIVERSITAS INDONESIA
KATA SAPAAN NONKEKERABATAN DALAM MASYARAKAT KOREA ANALISA ISI: DRAMA KOREA SECRET GARDEN
SKRIPSI
RAEHANA ULFHA
0706297625
FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA PROGRAM STUDI BAHASA DAN KEBUDAYAAN KOREA DEPOK JULI 2011
Kata sapaan ..., Raehana Ulfha, FIB UI, 2011
II
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Saya yang bertanda tangan di bawah ini dengan sebenarnya menyatakan bahwa skripsi saya ini saya susun tanpa tindakan plagiarisme sesuai dengan peraturan yang berlaku di Universitas Indonesia.
Jika dikemudian hari ternyata saya melakukan tindakan Plagiarisme, saya akan bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh Universitas Indonesia kepada saya.
Depok, 4 Juli 2011
Raehana Ulfha
Kata sapaan ..., Raehana Ulfha, FIB UI, 2011
III
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Nama : Raehana Ulfha NPM : 0706297625
Tanda Tangan
:…………………………
Tanggal
:
Kata sapaan ..., Raehana Ulfha, FIB UI, 2011
IV
HALAMAN PENGESAHAN Skripsi yang diajukan Oleh Nama
: Raehana Ulfha
NPM
: 0706297625
Program Studi
: Bahasa dan Kebudayaan Korea
Judul
: Kata sapaan nonkekerabatan dalam masyarakat Korea Analisa Isi: Drama Korea Secret Garden
Ini telah berhasil dipertahankan di hadapan dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Humaniora pada Program Studi Bahasa dan Kebudayaan Korea, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia.
DEWAN PENGUJI
Pembimbing : Nazarudin, M.A
(…………………….)
Penguji 1
: Rurani Adinda, M.A
(…………………….)
Penguji 2
: Shin Youngduk, Ph.D
(....………………….)
Panitera
: Christine T. Bachrun
(….…………………)
Ditetapkan di : Depok Tanggal
: …Juli 2009
Oleh Dekan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia
Dr. Bambang Wibawarta NIP 196510231990931002
Kata sapaan ..., Raehana Ulfha, FIB UI, 2011
V
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas izin dan kehendak-Nya saya dapat menyelesaikan tulisan ini. Saya menyadari bahwa tulisan kali ini tidak mungkin akan selesai tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, untuk itu dengan segala kerendahan hati, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: Kedua orang tua saya yang selalu mendukung saya serta telah mendoakan agar skripsi ini dapat selesai dengan tepat waktu. Pengertian dan kasih sayang yang kalian berikan sangatlah berarti dan tak mungkin dapat dibalas sampai kapan pun juga. Tak lupa rasa terimakasih juga saya ucapkan untuk abang, ade serta aan yang selalu menyemangati dan membantu pengerjaan skripsi ini. “Maaf ya… kenyamanan rumah jadi sering terganggu selama proses pengerjaan skripsi ini”. Skripsi ini saya persembahkan untuk kalian semua. Untuk Fachri Achmad Kardiman, orang yang selalu ada bahkan di saatsaat terburuk dan tiada henti menyemangati dari awal sampai akhir. Terima Kasih sudah menemani hari-hari aku yang penuh dengan keababilan serta kegalauan tiada akhir. Kasih sayang, perhatian, tenaga dan waktu yang sudah kamu berikan, sampai kapanpun gak akan pernah aku lupa. Semoga allah selalu memberikan yang terbaik untuk kita. тебя люблю Фахри. Rasa terima kasih saya yang paling besar saya ucapkan untuk pembimbing skripsi saya bapak Nazarudin, M.A. Jujur dari hati yang paling dalam, saya merasa beruntung sekali mendapatkan kesempatan untuk dibimbing oleh Pak Nazar. Bimbingan yang mungkin dirasakan membosankan bagi sebagian mahasiswa, tak pernah saya rasakan karena bimbingan dengan bapak selalu menyenangkan dan penuh dengan canda tawa. Skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari Bapak. Tak lupa saya ucapkan terima kasih untuk Ibu Christine T. Bachrun, selaku pembimbing akademik selama 4 tahun saya menuntut ilmu di Universitas Indonesia. Kepada Bapak Zaini, M.A dan Ibu Ruraini Adinda, M.A yang memberikan masukan kepada saya di awal penulisan skripsi ini sehingga
Kata sapaan ..., Raehana Ulfha, FIB UI, 2011
VI
memberikan gambaran di tengah kebingungan saya tentang penulisan skripsi. Selama proses pembuatan skripsi ini saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada Tang Jongrye seonsaengnim dan Shin Younduk kyosunim atas masukannya yang sangat membantu dalam penulisan ini. Kepada sahabat seperjuangan saya dalam menulis skripsi Dwi Utami Ningrum, sahabat yang tiada henti menyemangati Mira Febrina dan Anggun Astrini, serta sahabat yang jauh disana Devi Permata Sari. Doa dan dukungan dari kalian sangatlah berarti buat saya. Canda dan tawa serta dukungan dari kalian membuat saya tetap semangat saat mengerjakan skripsi ini. semoga persahabatan kita tetap kekal sampai kapan pun juga. Terima kasih juga saya ucapkan kepada pejuang skripsiwati angkatan 2007, Claudia, Asti, Risma, Mini, dan Presil yang telah memberikan pacuan semangat kepada saya dalam menulis. Dukungan yang diberikan dengan cara kalian masingmasing membuat saya merasa tidak sendirian. Kepada Amir, Bata, Dhania, serta teman-teman hangukhakwa yang tak dapat saya sebut satu persatu namanya, terima kasih kalian selalu membantu, mendoakan, serta menyemangati. Semangat untuk bisa lulus bersama dan dapat bersama-sama mengenakan toga di balairung menjadi semangat yang tiada tara bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Rasa terimakasih yang dalam juga ingin saya hanturkan kepada semua pihak yang telah memberikan doa serta dukungan kepada saya saat menghadapi sidang. Tidak ada yang sempurna di dunia ini. Oleh karena itu, saya mohon maaf jika jika ada hal yang kurang berkenan atau bila terdapat kesalahan-kesalahan dalam penulisanya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Depok, 30 Juni 2011,
Raehana Ulfha
Kata sapaan ..., Raehana Ulfha, FIB UI, 2011
VII
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini Nama
: Raehana Ulfha
NPM
: 0706297625
Program Studi
: Bahasa dan Kebudayaan Korea
Fakultas
: Ilmu Pengetahuan Budaya
Jenis Karya
: Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul Kata sapaan nonkekerabatan dalam masyarakat Korea beserta perangkat yang ada (jika diperluan)
Dengan Hak bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak untuk menyimpan, mengalih media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap tercantum nama saya sebagai penulis dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Dengan demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di
: Depok
Pada tanggal : … Juli 2011 Yang menyatakan
(……………………………..)
Kata sapaan ..., Raehana Ulfha, FIB UI, 2011
VIII
ABSTRAK
Nama
: Raehana Ulfha
Program Studi
: Bahasa dan Kebudayaan Korea
Judul
: Kata Sapaan nonkekerabatan Dalam Masayarakat Korea Analisa Isi : Drama Korea Secret Garden
Skripsi ini memaparkan jenis-jenis kata sapaan nonkekerabatan apa saja yang dipakai oleh masyarakat Korea. Selain itu, dalam skripsi ini juga akan dibahas faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penggunaan kata sapaan di masyarakat Korea. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Hasil dari penelitian ini adalah berupa tabel yang berisi jenis-jenis dari kata sapaan serta faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaannya. Melalui hasil penelitian ini dapat diketahui sistem kata sapaan apa saja yang dipakai masyarakat Korea terutama dalam hubungan nonkekerabatan.
Kata Kunci
:
Kata sapaan, nonkekerabatan, masyarakat Korea.
Kata sapaan ..., Raehana Ulfha, FIB UI, 2011
IX
ABSTRACT
Name
: Raehana Ulfha
Study Program
: Korean Language and Culture Studies
Judul
: Non-kinship Addressing term in Korean society Analysis: Korean Drama Secret Garden
The focus in this study is to explain the kinds of non-kinship addressing term in Korean society. Besides that, this study also focuses in factors that influence the using of addressing term in Korean society. This research is qualitative descriptive interpretive. The result in this study is a table which its content is about the kind of non-kinship addressing term in Korean society and several factors that influence it. Through this study, we can know the kind of addressing term in Korean society specially in non-kinship term.
Keyword
:
Addressing term, non-kinship, Korean society.
Kata sapaan ..., Raehana Ulfha, FIB UI, 2011
X
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL……………………………………………………
I
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME………………..
II
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS…………………….
III
LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………….
IV
KATA PENGANTAR………………………………………………….
V
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH…………
VII
ABSTRAK………………………………………………………………
VIII
ABSTRACT……………………………………………………………..
IX
DAFTAR ISI……………………………………………………………
X
DAFTAR TABEL………………………………………………………
XII
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang……………………………………………………
1
1.2 Masalah…………………………………………………………...
4
1.3 Tujuan…………………………………………………………….
4
1.4 Sumber Data……………………………………………………...
5
1.5 Metode Penelitian………………………………………………...
5
1.6 Sistematika Penulisan…………………………………………….
6
1.7 Kemaknawian…………………………………………………….
7
2. LANDASAN TEORI 2.1 Pengantar……………………………………………………….....
8
2.2 Dimensi mengenai Kata Sapaan………………………………….
8
2.3 Pronomina dan Kaitannya dengan Kata Sapaan Menurut Song Jae Jung....................…………………………………….…
9
2.4 Kajian Kata Sapaan Menurut Brown dan Gilman………………… 12 2.5 Kajian Kata Sapaan Menurut Koh Elizabeth Haejin……………… 14 2.5.1 Gelar Honorifik…………………………………………….
16
2.5.2 Gelar Pangkat…...………………………………………….
16
2.5.3 Bentuk Tingkatan…………………………………………..
17
Kata sapaan ..., Raehana Ulfha, FIB UI, 2011
XI
2.5.4 Bentuk Persaudaraan……………………………………….
17
2.5.5 Gelar Netral………………………………………………...
18
2.5.6 Gelar kata serapan………………………………………….
18
2.5.7 Gelar Junior………………………………………………..
18
2.5.8 Seruan Familiar………………………………………….…
19
2.5.9 Seruan Intim……………………………………………….
19
2.6 Batasan Penelitian………………………………………………..
19
3. KATA SAPAAN DALAM MASYARAKAT KOREA 3.1 Pengantar…………………………………………………………
21
3.2 Deskripsi Data……………………………………………………
21
3.3 Klasifikasi Kata Sapaan Berdasarkan Jenisnya………………….
22
3.3.1 Bentuk Kata Sapaan yang Tak Terklasifikasikan……………. 25 3.3.1.1 Bentuk Nomina…………………………………..
25
3.3.1.2 Nomina + Seruan Intim………………………….
26
3.3.1.3 Bentuk Interjeksi….………………………………
27
3.3.2 Klasifikasi Kata Sapaan Berdasarkan Sumber Data………… 29 3.4 Penggunaan Kata Sapaan Berdasarkan Sumber Data…………….
30
3.4.1 Bentuk Honorofik dan Gelar Pangkat……………………..
30
3.4.2 Bentuk Tingkatan………………………………………….
32
3.4.3 Bentuk Persaudaraan………………………………………
34
3.4.4 Gelar Netral……………………………………………….
35
3.4.5 Seruan Familiar dan Seruan Intim…………………………
35
3.5 Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Kata Sapaan…………..
36
3.5.1 Faktor Hubungan Keakraban………………………………
37
3.5.2 Faktor Status Sosial………………………………………..
38
3.5.3 Faktor Usia………………………………………………...
39
3.6 Kata sapaan Berdasarkan Jenis dan Faktor yang mempengaruhi Penggunaannya…………………………………..
41
4. KESIMPULAN………………………………………………………
45
5. DAFTAR PUSTAKA………………………………………………..
47
Kata sapaan ..., Raehana Ulfha, FIB UI, 2011
XII
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Pronomina Persona Menurut Song (2005) …………………… 10 Tabel 2.2 The Dimensional Semantic of Equilibrium……………………
13
Tabel 2.3 The Dimensional Semantic of Under Tension………………… 13 Tabel 2.4 Bentuk Kata Sapaan dan Kata Acuan dalam Hubungan Nonkekerabatan……………………………………………...… 15 Tabel 3.1 Jenis Kata Sapaan dalam Hubungan Nonkekerabatan di Korea (diadaptasi dari Koh (2005))………………………………….
23
Tabel 3.2 Jenis Kata Sapaan dalam Hubungan Nonkekerabatan Berdasarkan Sumber Data…………………………………………………..
29
Tabel 3.3 Jenis Kata Sapaan dalam Masyarakat Korea Berdasarkan Faktor yang Mempengaruhinya…………………………………………….
Kata sapaan ..., Raehana Ulfha, FIB UI, 2011
41
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan masyarakat, salah satu fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Saat seseorang berkomunikasi dengan orang lain, ia akan mempertimbangkan kepada siapa ia berbicara, di mana, mengenai apa dan dalam bahasa apa (Fishman 1972:15). Saat berkomunikasi pertama kali, kesan yang didapat pun akan sangat menentukan hubungan ke depan di antara kedua penutur. Salah satu hal yang harus diperhatikan dalam berkomunikasi adalah bentuk tutur sapa. Setiap bahasa mempunyai sistem tutur sapa, yakni sistem yang mempertautkan seperangkat kata atau istilah yang dipakai untuk mengacu pada orang yang diajak bicara. Kata atau istilah yang dipakai untuk mengacu kepada orang yang diajak bicara dalam sistem tutur sapa disebut kata sapaan. (Kridalaksana, 1982:14) Sebelum membahas lebih lanjut mengenai kata sapaan, ada baiknya kita mengetahui definisi dari kata sapaan tersebut menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia. “Kata” memiliki arti ‘ujar atau bicara’ (KBBI, 2003:513). Di sisi lain, “sapa” yang merupakan kata dasar dari “sapaan” berarti perkataan untuk menegur atau untuk bercakap-cakap (KBBI, 2003:997). Dengan demikian, kata sapaan adalah ujaran, pembicaraan, atau kata yang digunakan seseorang untuk menegur dan bercakap-cakap. Dalam bahasa Korea, kata sapaan dapat diartikan sebagai 호칭 “hocing”1. 한갑수(1989)는 “사람을 부를 때 쓰는 말을 호칭이라 하고, 사람을 가리켜 하는 말을 칭호라 한다.”
1
semua romanisasi dari Hangeul ke huruf latin yang ada di dalam penulisan ini diambil
berdasarkan 국어의 로마 자 표기 용례 gugeoeui romaja pyogi yongne, yang di ambil dari buku “한글 새로 고친 맟춤법 강의” “Hangeul saero gochin matcumbeob gangeui” (2008: 343).
Kata sapaan ..., Raehana Ulfha, FIB UI, 2011
Universitas Indonesia
2
Han (1989) berpendapat bahwa kata yang dipakai untuk memanggil orang lain disebut hocing dan kata yang dipakai untuk mengacu kepada seseorag disebut chingho. Adapun pendapat lainya tentang kata sapaan adalah sebagai berikut. 강희숙(2000)은 화자가 청자와의 의사소통 과정에서 상대를 부르기 위해 사용되는 부름말이라고 정의했다
Sama halnya dengan Han (1989), Kang (2000) juga berpendapat bahwa hocing adalah kata yang dipakai penyapa untuk memanggil seseorang saat proses komunikasi berlangsung. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa hocing merupakan istilah kata sapaan dalam bahasa Korea. Dalam bidang sosiolinguistik, kajian mengenai kata sapaan bukanlah suatu hal yang baru. Banyak linguis yang telah mengemukakan pendapatnya mengenai kata sapaan, di antaranya adalah Fishman (1972). Fishman mengatakan bahwa variasi pemakaian bahasa mencerminkan pemakaian bahasa atau masyarakat penuturnya. Dalam konteks sosiolinguistik, variasi itu dijabarkan dan ditentukan unsur-unsurnya, yaitu siapa yang berbicara, dengan variasi apa, dengan atau kepada siapa, tempat dan situasi, serta topik yang dibicarakan. Setiap variasi bentuk sapaan yang dipilih mengandung nilai simbolis. Nilai yang dilambangkan dengan penggunaan bentuk-bentuk kebahasaan (termasuk pula bentuk sapaan) antara lain, sikap dan perasaan hormat terhadap pihak yang disapa. (Fishman, 1972:5) Berdasarkan pendapat dari Fishman ini, dapat diketahui bahwa dalam penggunaan kata sapaan terdapat unsur-unsur yang terkandung di dalamnya, salah satunya adalah perasaan hormat yang ditujukan terhadap pihak tutur. Pemilihan kata sapaan yang sesuai pun akan digunakan demi menghormati lawan bicaranya. Demikian pula halnya dengan bahasa Korea yang dipakai masyarakat Korea. Dalam masyarakat Korea, saat seseorang memanggil mitra tuturnya ia harus mempertimbangkan dengan siapa ia berbicara dan hal itu sangat terlihat dari pemilihan kata sapaan yang ia pakai. Penggunaan kata sapaan di dalam masyarakat Korea sangatlah beragam di setiap situasi dan kondisi antara penyapa dan pesapa. Di dalam makalah ini penulis tertarik meneliti bentuk-bentuk kata sapaan apa saja yang terdapat di
Kata sapaan ..., Raehana Ulfha, FIB UI, 2011
Universitas Indonesia
3
dalam masyarakat korea dilihat dari hubungan nonkekerabatan yang dimiliki penyapa dan pesapanya. Di dalam bahasa Korea, penggunaan kata sapaan terhadap lawan bicara juga dapat memperlihatkan hubungan apa yang dimiliki keduanya, status sosial serta perbedaan umur di antaranya. Lihatlah contoh kalimat di bawah ini. (1) 사장님 어디에 가세요? Sajangnim, odie gaseyo? Pak Presiden Direktur, mau ke mana?
Dari kalimat di atas dapat diketahui bahwa pesapa adalah seorang bawahan atau seseorang yang memiliki hubungan kerja di suatu perusahaan dengan penyapa. Hal ini dapat terlihat dari bentuk kata sapaan sajang yang dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai presiden direktur. Penambahan suffix akhiran ~nim mengindikasikan bahwa penyapa menghormati lawan bicaranya sehingga hubungan yang tercipta pun tidak begitu akrab. Bandingkanlah dengan kalimat dibawah ini. (2) 해진아! 어디 가? Haejin-a! Odi ga? Haejin, mau kemana?
Sangat berbeda dengan kata sapaan yang ada pada kalimat (1) bentuk kata sapaan di kalimat (2) biasanya ditujukan kepada lawan bicara yang status sosialnya ada di bawah penyapa atau jika dilihat dari segi umur cenderung sebaya. Hubungan antara keduanya pun dekat karena bentuk kata sapaan ini hanya dipakai sebatas kepada sesama teman dekat. Jika dilihat dengan seksama kalimat (1) dan (2), terlepas dari bentuk kata sapaan yang berbeda keduanya memiliki arti kalimat yang sama. Dalam bahasa Indonesia, kalimat (1) dan (2) sama-sama dapat diartikan “mau ke mana?”. Namun, pada kalimat (2) unsur honorifik di dalam kalimat menjadi hilang akibat penghilangan suffix ~nim ketika menggunakan kata sapaan. Dengan kata lain, jika penyapa memakai bentuk ini dapat dipastikan ia tidak menaruh rasa hormat terhadap pesapa.
Kata sapaan ..., Raehana Ulfha, FIB UI, 2011
Universitas Indonesia
4
Jika ditilik dari kajian pragmatik (Kushartanti, 2007:105), sebuah interaksi sosial akan terjalin dengan baik jika ada syarat-syarat tertentu yang terpenuhi, salah satunya adalah kesadaran akan bentuk sopan santun. Penggunaan bentuk kata sapaan yang tepat merupakan salah satu bentuk kesopansantunan di dalam bertutur. Dalam masyarakat Korea, sikap hormat menghormati sangatlah terpatri dalam individunya. Oleh karena itu, dengan menggunakan kata sapaan yang benar secara tidak langsung penyapa telah menghormati pesapa sehingga ke depannya keduanya dapat membina hubungan yang baik. Penelitian sistem sapaan dalam bahasa korea sebenarnya telah dilakukan sebelumnya. Salah satunya adalah penelitian Koh Elizabeth Haejin mengenai bentuk kata sapaan dan kata acuan nonkekerabatan yang ada di dalam masyarakat Korea. Oleh karena itu, dibantu dengan beberapa penelitian terdahulu, penulis akan memperlihatkan keberagaman bentuk-betuk kata sapaan yang terdapat dalam bahasa Korea. Selain itu, penulis juga tertarik mengetahui faktor-faktor apa saja yang melandasi pemilihan dari kata sapaan tersebut.
1.2 Masalah Masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagaimana bentuk-bentuk dari sistem kata sapaan nonkekerabatan yang ada di Korea? 2. Faktor apa saja yang memengaruhi penggunaan kata sapaan dalam masyarakat Korea?
1.3 Tujuan Bedasarkan rumusan masalah di atas, tujuan diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengklasifikasikan bentuk-bentuk kata sapaan nonkekerabatan dalam masyarakat Korea. 2. Memaparkan faktor-faktor yang memengaruhi pemilihan kata sapaan dalam masyarakat Korea.
Kata sapaan ..., Raehana Ulfha, FIB UI, 2011
Universitas Indonesia
5
1.4 Sumber Data Selain referensi dari buku-buku serta penelitian sebelumnya mengenai kata sapaan dalam berbagai bahasa daerah, penulis mengambil serial TV drama Korea berjudul “Secret Garden” (2010) yang disutradarai oleh Kwon Hyeok-chan dan Sin Weol-ceon sebagai sumber data. Alasan penulis mengambil drama ini sebagai sumber data adalah karena drama ini bercerita tentang percintaan kedua orang yang berasal dari latar belakang sosial yang berbeda. Status sosial yang berbeda dari tokohnya, diharapkan dapat menimbulkan kata sapaan yang beragam. Selain itu, drama yang berbentuk visual diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai emosi serta penggunaan setiap kata sapaan yang dipakai. Dalam drama ini akan diteliti bentuk-bentuk kata sapaan apa saja yang dipakai oleh tokoh-tokohnya untuk saling menyapa. Namun untuk mendapatkan hasil yang maksimal, penulis membatasi pengklasifikasian kata sapaan dalam penelitian ini. Kata sapaan yang akan dicatat terbatas pada bentuk kata sapaan dari dua tokoh saja, yaitu Kim Joowon (Hyeonbin) dan Gil Raim (Ha jiwon). Kata sapaan yang dicatat tak hanya sebatas dari kata yang dipakai kedua tokoh ini saja, namun juga termasuk kepada bentuk kata sapaaan yang ditujukan kepada kedua tokoh ini. Alasan penulis memilih kedua tokoh ini adalah karena kedua tokoh ini berasal dari latar belakang status sosial dan umur yang berbeda. Ditambah dengan jenis kelamin keduanya yang berbeda, diharapkan dapat menimbulkan bentuk kata sapaan yang lebih beragam.
1.5 Metode Penelitian Di dalam karya tulis ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Terdapat tiga tahap yang dilakukan penulis dalam penelitian ini, yakni (1) tahap penyediaan data, (2) tahap analisa data, dan (3) tahap penyajian hasil analisis data. (Sudaryanto, 1993:57).
(1) Tahap penyediaan data Terdapat beberapa tahap yang penulis lakukan untuk mendapatkan data. Tahap pertama adalah mencari referensi serta buku-buku mengenai kata sapaan di dalam masyarakat Korea. Penelitian-penelitian terdahulu tentang kata sapaan baik
Kata sapaan ..., Raehana Ulfha, FIB UI, 2011
Universitas Indonesia
6
di dalam bahasa Korea maupun di dalam bahasa lainya dikumpulkan dan ditelaah guna mengetahui klasifikasi kata sapaan nonkekerabatan apa saja yang ada di dalam bahasa Korea. Selain melalui referensi dari buku-buku, penulis juga menggunakan acara serial TV drama korea “Secret Garden” (2010) yang disutradarai oleh Kwon Hyeok-chan dan Sin Wool-ceon untuk mengetahui bentuk-bentuk kata sapaan apa saja yang dipakai serta ditujukan kepada tokoh-tokohnya. Penggunaan kata sapaan yang digunakan tokoh-tokoh tersebut dicatat dan diklasifikasikan.
(2) Tahap analisis data Sebelum menganalisa data, penulis mengklasifikasikan data-data yang sudah dikumpulkan. Bentuk kata sapaan yang tercatat, diklasifikasikan berdasarkan jenis-jenis kata sapaan yang diadaptasi melalui penelitian sebelumnya. Bentuk-bentuk kata sapaan yang tak terklasifikasikan pun dibuatkan kategori yang baru demi mendapatkan klasifikasi untuk semua bentuk. Setelah semua bentuk kata sapaan diklasifikasikan, penulis menganalisis penggunaan kata sapaan di setiap kategori yang disesuaikan dengan sumber data yang ada. Hal ini dilakukan demi mendapatkan faktor-faktor apa saja yang memengaruhi dalam penggunaan kata sapaan di dalam masyarakat Korea. Terakhir akan dibuat klasifikasi berdasarkan
jenisnya
dilihat
berdasarkan
faktor-faktor
apa
saja
yang
memengaruhinya.
(3) Tahap Penyajian hasil analisis Dalam penulisan ini, hasil analisis kemudian dipaparkan ke dalam bentuk tabel dan penjelasan naratif agar memudahkan pembaca dalam memahami isi dari penelitian.
1.6 Sistematika Penulisan Skripsi ini dibagi ke dalam empat bab. Bab pertama merupakan bab pendahuluan yang berisi latar belakang, masalah, tujuan, sumber data, metode penelitian serta sistematika penulisan.
Kata sapaan ..., Raehana Ulfha, FIB UI, 2011
Universitas Indonesia
7
Bab kedua berisi tentang landasan teori. Dalam bab ini dipaparkan beberapa teori yang digunakan dalam penelitian ini. Selanjutnya bab ketiga akan dipaparkan serta diklasifikasikan bentuk-bentuk dari kata sapaan di dalam masyarakat Korea. Selain itu, dalam bab ini juga akan dijelaskan faktor-faktor apa saja yang memengaruhi pemilihan penggunaan kata sapaan di dalam masyarakat Korea. Adapun, bab terakhir, yaitu bab empat berisi kesimpulan hasil akhir penelitian.
1.7 Kemaknawian Dalam penelitian ini akan dibahas bentuk kata sapaan apa saja yang dipakai masyarakat Korea dalam menyapa orang yang tidak memiliki hubungan keluarga dengannya. Selain itu, akan dibahas pula faktor apa saja yang memengaruhi dalam pemilihan kata sapaan tersebut. Dengan mengetahui bentuk kata sapaan apa saja yang dipakai serta faktor yang memengaruhinya, diharapkan hasil penelitian ini dapat membantu pembaca yang berhubungan dengan masyarakat Korea dalam memilih kata sapaan apa yang paling tepat untuk ditujukan kepada lawan bicaranya. Memanggil orang Korea dengan namanya bukanlah cara yang baik dalam memenangkan hatinya (Crane, 1999). Oleh karena itu memanggil orang Korea dengan kata sapaan yang tepat merupakan salah satu cara demi membina hubungan yang baik di masa yang akan datang.
Kata sapaan ..., Raehana Ulfha, FIB UI, 2011
Universitas Indonesia
8
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengantar Kata sapaan bukanlah suatu bahasan yang baru dalam bidang sosiolinguistik. Beberapa ahli dalam bidang bahasa pun telah mengungkapkan beberapa pendapatnya mengenai kata sapaan. Untuk memudahkan pembaca dalam mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai kata sapaan, berikut dipaparkan secara singkat mengenai pendapat-pendapat ahli bahasa yang mengkaji sistem sapaan tersebut. Sebelum merujuk kepada kata sapaan itu sendiri marilah kita mengetahui dimensi dari kata sapaan tersebut.
2.2 Dimensi Mengenai Kata Sapaan Untuk memperoleh gambaran tentang kata sapaan, ada baiknya terlebih dahulu melihat beberapa faktor yang berhubungan dengan kata sapaan tersebut. Proses tutur sapa muncul dalam situasi bicara yang sekurang-kurangnya menyangkut dua arah, yaitu pembicara dan lawan bicara. Dalam uraian sebelumnya pembicara disebut penyapa dan lawan bicara atau pendengar disebut dengan pesapa. Penggunaan istilah penyapa dan pesapa diambil berdasarkan penelitian Purwa (2003) yang berjudul “Sistem Sapaan dalam Bahasa Sumbawa”. Dalam penelitiannya, Purwa menggunakan istilah penyapa dan pesapa dalam menyebut pembicara dan lawan bicara. Dengan memperhatikan penyapa yang sedang berbicara dengan pesapa akan diketahui hubungan apa yang tercipta diantara keduanya. Contohnya saja hubungan kekerabatan antara anak dan orang tuanya, hubungan antara atasan dan bawahan, atau pun hubungan teman biasa. Ada beberapa linguis yang mengemukakan dimensi kata sapaan, antara lain Sadtono (1978). Sadtono memberikan gambaran kata sapaan dengan sistem pronomina yang dipakai dalam suatu pembicaraan dari penyapa ke pesapa dalam hubungan dan kondisi tertentu.
Kata sapaan ..., Raehana Ulfha, FIB UI, 2011
Universitas Indonesia
9
Dalam uraian itu, Sadtono memberikan beberapa contoh bahasa daerah yang memperlihatkan perbedaan kelas dalam suatu masyarakat akan menimbulkan sistem pronomina yang simetrik antara pembicara satu dengan yang lain. Selain itu, jika dilihat dari sudut hubungan pertemanan dan situasi tertentu, pada suatu kondisi tertentu bentuk kata sapaan yang lain akan muncul. Dalam hal ini kata sapaan mengalami pelesapan (zero), misalnya “Mau ke mana?”. Selain itu, ada pula Kridalaksana yang meneliti kata sapaan dalam bahasa Indonesia. Kridalaksana berpendapat bahwa kata sapaan merujuk pada kata atau ungkapan yang dipakai untuk menyebut dan memanggil para pelaku dalam suatu peristiwa bahasa. Adapun para pelaku yang dimaksud merujuk pada pembicara, lawan bicara, serta orang yang sedang dibicarakan. (Kridalaksana, 1982:14) Kridalaksana menggolongkan kata sapaan ke dalam Sembilan jenis, yaitu : (1) kata ganti, seperti aku, kamu dan ia, (2) nama diri, seperti Galih dan Ratna, (3) istilah kekerabatan, seperti Bapak dan Ibu, (4) gelar dan pangkat, seperti dokter dan guru (5) bentuk pe + Verbal atau kata pelaku, seperti penonton dan pendengar, (6) bentuk Nominal, seperti kekasihku dan Tuhanku, (7) kata deiksis atau penunjuk, seperti sini dan situ (8) kata benda lain, seperti tuan dan nyonya, serta (9) ciri zero atau nol, yakni adanya suatu makna tanpa disertai bentuk kata tersebut, seperti “Apa kabar?”
2.3 Pronomina dan Kaitannya dengan Kata Sapaan Menurut Song Jae Jung Dalam kajian dimensi kata sapaan Sadtono (1978) memberikan gambaran kata sapaan dengan sistem pronomina yang dipakai dalam suatu pembicaraan dari penyapa ke pesapa dalam hubungan dan kondisi tertentu. Namun apakah kata sapaan tersebut merupakan bagian dari pronomina, ataukah pronomina dan kata sapaan sama-sama memiliki fungsi yang sama? Demi menjawab kebingungan yang ada, terlebih dahulu akan dibahas perbedaan pronomina dan kata sapaan tersebut. Adapun untuk mengetahui perbedaannya, terlebih dahulu kita harus melihat definisi dari pronomina yang ada di dalam bahasa Indonesia. Pronomina
Kata sapaan ..., Raehana Ulfha, FIB UI, 2011
Universitas Indonesia
10
adalah kategori yang berfungsi untuk menggantikan nomina (Kridalaksana, 1986:76). Kridalaksana berpendapat bahwa pronomina harus dibedakan dengan kata sapaan seperti Saudara, Tuan, Saudagar, Yang Mulia dan sebagainya. Sebagian dari kata sapaan tersebut tergolong dalam nomina, namun pronomina dapat pula dipakai sebagai kata sapaan. Dalam bahasa Korea, pronomina memiliki kesamaan dengan nomina dalam konteks linguistik ketika bentuk ini muncul (Song, 2005). Dalam bahasa Korea, nomina dan pronomina diikuti oleh semacam partikel yang berfungsi sebagai penanda. Berdasarkan alasan ini, nomina dan pronomina diklasifikasikan di dalam satu kelas dalam bahasa Korea.
Tabel 2.1 Pronomina Persona Menurut Song (2005) JENIS 일인칭 대명사 Irinching daemyeongsa pronomina persona I
CONTOH 나 Na ‘saya’, 우리 uri ‘kami’,(bentuk netral) 저 Jeo ‘saya’, 저희 jeohui ‘kami’(bentuk sopan) 너 Neo, 자네 jane,
인칭 대명사 Inching daemyeongsa PRONOMINA PERSONA
이인칭 대명사 iinching daemyeongsa pronomina persona II
자기 jagi, 당신 dangsin, 댁 daek, 어르신 eoreusin. “semuanya diartikan kamu”. 이 놈 i nom ‘orang ini’,
삼인칭 대명사 saminching daemyeongsa pronomina persona III
(bentuk vulgar) 그 분 geu bun ’orang itu’ (bentuk honorifik) 저 여자 jeo yeoja ‘wanita itu’ (bentuk netral)
Menurut Song, pronomina persona di Korea, terutama pada persona III dapat dibagi menjadi 3 bentuk, yaitu bentuk honorifik, netral, dan vulgar. Pada pronomina persona III, bentuk katanya terdiri dari i ”ini”, geu “itu”, dan jeo ”itu”.
Kata sapaan ..., Raehana Ulfha, FIB UI, 2011
Universitas Indonesia
11
Ketiga kata ini bisa digabungkan dengan kata seperti bun “orang yang dihormati”, nom “orang brengsek”, ataupun kata seperti yeoja ‘wanita’. Pada pronomina persona I, bentuknya terbatas pada bentuk netral dan bentuk sopan saja karena seseorang tidak mungkin menghormati dirinya sendiri. Song berpendapat bahwa bahasa korea memiliki kekurangan dalam pronomina persona II bentuk netral, karena tidak ada bentuk yang dapat ditujukan kepada orang lain tanpa menghiraukan perbedaan status sosial dan umur. Hal ini terlihat dari masing-masing bentuk pronomina persona II pada tabel 2.1 yang penggunaannya disesuaikan dengan lawan bicara. Bentuk neo ditujukan kepada teman atau orang-orang yang lebih muda, sedangkan bentuk oreusin dipakai untuk para tertua yang umurnya lebih dari 70 tahun. Bentuk dangsin dan jagi biasa dipakai pasangan yang sudah menikah untuk memanggil sesamanya, bedanya dangsin lebih dipakai oleh pasangan tua sedangkan jagi lebih dipakai pasangan muda. Terakhir bentuk jane biasa dipakai orang dewasa untuk ditujukan kepada lawan bicara yang dewasa juga namun lebih muda, sedangkan bentuk daek adalah bentuk sopan yang biasa digunakan oleh dua orang dewasa yang tak saling mengenal. Melihat penggunaan pronomina persona yang ada di Korea, penulis sependapat dengan pendapat Song bahwa bahasa korea memiliki kekurangan dalam pronomina persona II bentuk netral, yaitu tidak ada bentuk yang dapat ditujukan kepada orang lain tanpa menghiraukan umur dari pesapa. Pada kehidupan sosial yang sebenarnya, tidak dapat dipungkiri bahwa seseorang akan sering mendapat kesulitan dalam menentukan umur dari lawan bicaranya. Oleh karena itu, masyarakat Korea seringkali menghindari pemilihan bentuk pronomina persona II dan lebih memilih untuk menggunakan ikatan kekerabatan atau gelar dan pangkat dari lawan bicaranya. Ikatan kekerabatan seperti harabeoji ’kakek’ atau ajeossi ‘paman’ serta gelar atau pangkat dapat ditujukan kepada seseorang yang tidak memiliki hubungan kekerabatan sama sekali dengan pesapa. Bentuk kata sapaan Gelar Pangkatjuga sering dipakai untuk menghindari penggunaan pronomina persona II ini.
Kata sapaan ..., Raehana Ulfha, FIB UI, 2011
Universitas Indonesia
12
Melalui pernyataan Song tersebut, dapat diketahui bahwa kata sapaan dalam bahasa Korea memiliki fungsi untuk menggantikan pronomina persona II yang dianggap kurang memadai saat ditujukan kepada lawan bicara tanpa melihat usianya.
2.4 Kajian Kata Sapaan Menurut Brown dan Gilman Dalam tulisannya, Brown dan Gilman menggunakan T (tu) dan V (vous) sebagai penunjuk bentuk akrab atau formal. Mereka menemukan bahwa pemilihan kata ganti orang kedua yang digunakan penyapa kepada pesapa dipengaruhi oleh dua faktor, yakni kekuasaan (power) dan solidaritas (solidarity) (Fasold, 1990:3) Kekuasaan berarti seseorang memiliki kuasa terhadap orang lain sampai batas di mana ia dapat mengontrol sikap dari orang tersebut. Dasar dari kekuasaan itu sendiri bermacam-macam, seperti orang yang lebih tua terhadap orang yang lebih muda, orang tua terhadap anaknya, atasan terhadap karyawannya dan lainlain. Di sisi lain, solidaritas mengimplikasikan kesamaan antara kedua orang, hal ini ditunjukkan dengan sekolah yang sama, pekerjaan yang sama, dan tentu saja hubungan kekeluargaan. Penggunaan V dan T oleh penutur terhadap mitra tutur dibagi ke dalam dua pola yaitu pola resiprokal dan pola non-resiprokal. Pola resiprokal terdiri dari resiprokal V dan resiprokal T yang menandakan hubungan horizontal. Dalam resiprokal V, penutur dan mitra tutur menggunakan bentuk V untuk saling menyapa, begitu pula dengan resiprokal T di mana kedua penutur akan menggunakan bentuk T untuk saling menyapa lawan bicaranya. Namun jika dibandingkan, pola non- resiprokal lebih menandakan kepada hubungan vertikal. salah seorang penutur akan menggunakan bentuk V dan mitra tuturnya akan menyapanya dengan bentuk T. Pola di atas dapat dilihat pada tabel berikut.
Kata sapaan ..., Raehana Ulfha, FIB UI, 2011
Universitas Indonesia
13
Table 2.2 The Dimensional Semantic in Equilibrium V
Superior
V
Equality and Solidarity
Equal and not solidarity
T
V
T
Inferior
T
Sumber: Brown dan Gilman (1972: 259) dalam Fasold, 1990:5
Pengertian tabel di atas adalah sebagai berikut. Apabila penyapa dan pesapa keduanya berkuasa mereka akan saling menyapa dengan bentuk V. sebaliknya apabila keduanya tidak berkuasa, penyapa dan pesapa akan saling menyapa dengan bentuk T. Namun apabila penyapa lebih berkuasa daripada pesapa, penyapa akan menyapa dengan bentuk T dan akan disapa dengan bentuk V. Begitupula sebaliknya, apabila penyapa tak lebih berkuasa daripada pesapa maka ia akan menyapa dengan bentuk V dan akan disapa dalam bentuk T. Penyapa dan pesapa yang memiliki tingkat kekuasaan serta memiliki hubungan solidaritas yang sama akan menggunakan bentuk T untuk saling menyapa. Namun, jika keduanya tidak memiliki hubungan solidaritas, mereka akan saling menyapa dengan bentuk V. Menurut tabel di atas dapat dilihat bahwa, faktor kekuasaan lebih diutamakan daripada hubungan solidaritas dalam pemilihan kata ganti orang kedua. Namun menurut Brown dan Gilman, hubungan berdasarkan solidaritas juga memiliki peranan dalam pemilihan kata ganti orang kedua. Pola solidaritas dalam pemilihan kata ganti orang kedua tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 2.3 The Dimensional Semantic UnderTension V
T
Superior and solidary
T
V
Superior and not solidary
Equal and solidary
Equal and not solidary
T
V
Inferior and solidary
T
V
Inferior and not solidary
V
T
Sumber: Sumber: Brown dan Gilman (1972: 259) dalam Fasold, 1990:5
Kata sapaan ..., Raehana Ulfha, FIB UI, 2011
Universitas Indonesia
14
Pengertian tabel di atas adalah sebagai berikut. Pada tabel bagian kiri. Apabila penyapa lebih berkuasa serta memiliki hubungan solidaritas terhadap pesapa, maka ia akan menyapa dengan bentuk T dan dapat disapa dengan bentuk V atau T. Demikian pula sebaliknya jika penyapa tidak lebih berkuasa namun memiliki hubugan solidaritas terhadap pesapa maka ia dapat menyapa dengan bentuk V atau T dan akan disapa dengan bentuk T. Pada tabel bagian kanan, Apabila penyapa lebih berkuasa namun tidak memiliki hubungan solidaritas terhadap pesapa maka ia akan menyapa dengan bentuk V dan T dan dapat disapa dengan bentuk T. Demikian pula sebaliknya jika penyapa tidak lebih berkuasa serta tidak memiliki hubungan solidaritas terhadap pesapa maka ia dapat menyapa dengan bentuk V dan akan disapa dengan bentuk V dan T. Tabel bagian tengah menandakan tingkat kekuasaan yang sama. Apabila penyapa dan pesapa memiliki tingkat kekuasaan yang sama serta memiliki hubungan solidaritas maka ia akan saling menyapa dengan bentuk T. Namun, jika mereka tidak memiliki hubungan solidaritas, mereka akan saling menyapa dengan bentuk V. Pada dasarnya pengertian tabel 2.3 tidak jauh berbeda dari tabel 2.2, namun pada pola yang ada di tabel ini hubungan penyapa dan pesapa juga ditekankan berdasarkan kesolidaritasannya sehingga seseorang dapat disapa ataupun menyapa dengan bentuk T dan V sekaligus. Dengan demikian, terlihat bahwa hubungan solidaritas juga memiliki peran dalam terpilihnya satu bentuk kata ganti.
2.5 Kata Sapaan Menurut Koh Elizabeth Haejin Menurut Koh (2005), kata sapaan dalam masyarakat Korea sangatlah beragam karena tak hanya menawarkan bentuk pronomina dan dua bentuk seperti nama keluarga dan nama panggilan saja, melainkan juga bebagai macam bentuk kata sapaan. Sebelumnya, Sohn telah meneliti tentang kata sapaan yang ada di dalam masyarakat Korea. Koh kemudian melakukan penelitian yang diadaptasi dari Sohn (1999). Terdapat 9 bentuk kategori bentuk kata sapaan dan kata acuan
Kata sapaan ..., Raehana Ulfha, FIB UI, 2011
Universitas Indonesia
15
yang ada di masyarakat Korea menurut Koh. Dari 7 klasifikasi menurut Sohn (1999), Koh menambahkan beberapa bentuk klasifikasi yang kemudian akan diberi tanda * seperti pada Tabel 2.4 di bawah ini
Tabel 2.4 Bentuk Kata Sapaan dan Kata Acuan dalam Hubungan Nonkekerabatan Bentuk 1.
Gelar honorifik ~nim
Catatan
Contoh
Di tempel dengan Kyosu-nim
Professor terhormat
semua
Ayah yang terhormat
GP
dan Abeo-nim
beberapa IK 2.
3.
Gelar Pangkat
Bentuk Tingkatan*
Setelah NK atau Koh seonsaeng
Pak guru koh
berdiri sendiri
Kwajang
Pak kepala divisi
NK+NP, Koh haejin seonbae
senior koh
Setelah
NK saja, NP saja atau berdiri sendiri 4.
5.
Bentuk
Ditempelkan pada Haejin nunna/onni
persaudaraan*
NK
Gelar Netral
Ditempel
~Ssi
6.
Gelar kata serapan
Hyunsoo oppa/hyeong pada Koh haejin ssi
Gelar Junior
Kim
atau NK saja
Hyunsoo ssi
Hyunsoo
Hanya sebelum NK Miseu Koh
Ditempel
Nona Koh
pada Koh Haejin yang
atau NK saja
9.
Seruan Familiar
Seruan Intim
Koh Haejin
Kim ssi
NK+NP, NP saja Kim kun
8.
Abang Hyunsoo
NK+NP, NP saja
Miseutho Kim 7.
Kakak Haejin
Haejin yang
Tuan Kim Koh Haejin Kim Haejin
Ditempelkan pada Haejin-i
Haejin
NP saja
Hyunsoo
Hyunsoo
Ditempel pada NP
Haejin-a
Haejin
Hyunsoo-ya
Hyunsoo
Sumber : diadaptasi dari Sohn (1999) dalam penelitian Koh (2005:148)
Kata sapaan ..., Raehana Ulfha, FIB UI, 2011
Universitas Indonesia
16
Keterangan: NP : Nama Panggilan
NK: Nama Keluarga
GP : Gelar Pangkat
IK: Istilah kekerabatan
Karakteristik serta penggunaan dari setiap bentuk di dalam tabel adalah sebagai berikut:
2.5.1. Gelar Honorifik Gelar ini biasanya ditandai dengan suffix ~nim. Kata sapaan ini menunjukkan penghormatan kepada pesapa. Bentuk ini dipakai untuk pesapa yang lebih tinggi atau cenderung sama statusnya. Dengan menempelkan ~nim pada IK seperti abeoji ‘ayah’, maka bentuknya akan berubah menjadi ‘abeonim’ yang berarti ‘ayah yang terhormat’. Bentuk ini sering dipakai untuk memanggil ayah dari teman. Jika bentuk ini ditempelkan kepada GP seperti ‘seonsaeng’ yang berarti guru, maka bentuknya berubah menjadi seonsaengnim yang berarti “guru yang saya hormati”.
2.5.2. Gelar Pangkat Bentuk GP yang tidak ditambah dengan akhiran honorifik, yaitu akhiran suffix ~nim, hanya dapat ditujukan kepada lawan bicara yang statusnya ada di bawah penyapa dan bukan yang lebih tinggi. Hilangnya suffix ~nim secara tidak langsung menimbulkan kesan penyapa memiliki status sosial yang lebih tinggi. Melalui tulisannya, Koh menekankan bahwa penggunaan bentuk ini harus digunakan oleh penyapa dan pesapa yang umurnya cenderung sudah dewasa. Penggunaan kata sapaan bentuk Gelar Pangkat ini dapat dilihat dalam situasi saat seorang professor memanggil asisten dosennya hanya dengan sebutan seonsaeng tanpa sebutan ~nim. Hal ini menunjukkan umur asisten tersebut yang berada di bawah professor tersebut. Contoh unik lainya adalah saat seorang presiden direktur memiliki umur sepuluh atau dua puluh tahun lebih muda daripada kepala divisi di sebuah perusahaan. Sang kepala divisi akan memanggil direkturnya dengan sebutan ‘sajang’ tanpa akhiran ~nim dan sang direktur muda akan memanggil kepala divisi tersebut dengan tambahan honorifik, yaitu ‘kwajangnim’.
Kata sapaan ..., Raehana Ulfha, FIB UI, 2011
Universitas Indonesia
17
2.5.3. Bentuk Tingkatan Di dalam bahasa Korea terdapat dua bentuk kata sapaan yang unik, yaitu seonbae dan hubae yang tidak dapat ditemukan di dalam bahasa lain terutama bahasa Indonesia. Pemakaian bentuk kata sapaan ini didasari atas tahun saat memasuki universitas atau sebuah organisasi, seperti perusahaan maupun saat memasuki wajib militer. Soenbae merujuk kepada seseorang yang memasuki organisasi tersebut sebelum penyapa dan hubae merujuk kepada orang yang memasuki sebuah organisasi setelah penyapa. Bentuk kata soenbae dapat ditempelkan pada NP maupun NK, ataupun nama lengkap seperti contoh tabel 3. Kata seonbae juga terkadang ditempelkan akhiran suffix ~nim untuk memberikan rasa penghormatan kepada pesapa. Sementara itu, bentuk hubae biasanya tidak dikombinaskan dengan nama dan akhiran ~nim dalam pemakaiannya. Pada pemakaiannya kata seonbae dapat dipakai sebagai kata sapaan maupun kata acuan, sedangkan hubae hanya dapat dipakai sebagai kata acuan saja. Hubungan seonbae dan hubae adalah hubungan yang tetap. Saat awal masuk suatu organisasi hubungan ini terbentuk dan selamanya hubungan ini akan sama walaupun nantinya salah satu di antaranya harus mengulang dan berada di satu angkatan yang sama.
2.5.4 Bentuk Persaudaraan Jika dibandingkan dengan kategori di atas, bentuk kata sapaan ini didasari atas umur antara penyapa dan pesapa. Bahasa Korea menawarkan 4 bentuk kata sapaan untuk menyapa pesapa yang lebih tua beberapa tahun dari penyapa dan cenderung dianggap sebagai saudara. Eoni dan oppa yang berarti kakak dan abang dari penyapa wanita, serta nuna dan hyeong yang berarti kakak dan abang dari penyapa pria. Keempat bentuk ini dapat dipakai sebagai kata sapaan maupun sebagai kata acuan. Bentuk ini dapat ditempelkan kepada NK ataupun dapat berdiri sendiri. Bentuk yang dipakai oleh penyapa pria dapat ditambahkan dengan suffix ~nim sehingga bentuknya menjadi nunim dan hyeongnim, namun bentuk eonni dan oppa tidak dapat ditempelkan dengan bentuk ~nim.
Kata sapaan ..., Raehana Ulfha, FIB UI, 2011
Universitas Indonesia
18
2.5.5 Gelar Netral Bentuk kata sapaan ini diakhiri dengan suffix ~ssi yang dilekatkan kepada NP ataupun NK. Penamaan ini tidak hanya dialamatkan kepada pria dan wanita namun juga untuk untuk seseorang yang berstatus single maupun telah menikah. Dalam penggunaanya seorang mahasiswa akan memanggil rekan sebayanya dengan bentuk ini jika pesapa dianggap memiliki umur yang sebaya dan belum terlalu dekat. Pada akhirnya, saat penyapa dan pesapa semakin dekat dan saling mengetahui umur masing-masing, mereka bisa pindah ke bentuk sapaan persaudaraan atau kata sapaan Bentuk Tingkatan jika umur pesapa lebih tua dari penyapa. Namun jika tidak, penyapa akan terus menggunakan bentuk kata sapaan ini atau menggantinya ke arah Seruan Intim (kategori ke 9).
2.5.6 Gelar Kata Serapan Korea juga mengambil kata serapan dari bahasa Inggris untuk kata sapaannya. Walaupun kata miss dan miseutho merupakan serapan dari bahasa inggris, namun dari segi arti penggunaan bentuk sapaan ini telah berubah secara drastis. Berbeda dengan bahasa Inggris miss dan mister digunakan kepada mitra tutur yang lebih tua, Korea menggunakan kata miseu dan miseutho hanya kepada pesapa yang lebih muda dan cenderung memiliki status sosial yang jauh di bawah penyapa, namun memiliki umur yang sudah dewasa. Dalam penggunaan seharihari, bentuk ini biasanya dialamatkan seorang atasan kepada sekretaris wanitanya ataupun kepada resepsionis di kantornya.
2.5.7 Gelar Junior Bentuk ini adalah nama yang diakhiri dengan suffix ~yang untuk wanita dan ~kun untuk pria. Bentuk ini memiliki arti yang hampir mirip dengan kategori sebelumnya. Bentuk ini dipakai untuk pesapa yang sudah dewasa namun untuk umur dan status sosial berada di bawah penyapa. Selain itu, jika dibandingkan dengan kategori sebelumnya, bentuk kata serapan lebih diperuntukkan kepada latar suasana bisnis sedangkan bentuk ini lebih diperuntukkan kepada latar suasana yang berbau sosial. Dalam penggunaannya, terkadang kata sapaan ini dipakai untuk memanggil calon menantu di masa depan.
Kata sapaan ..., Raehana Ulfha, FIB UI, 2011
Universitas Indonesia
19
2.5.8 Seruan Familiar Bentuk sapaan ini dibagi menjadi dua bentuk, yaitu dengan penambahan akhiran ~i setelah nama yang berakhiran dengan konsonan dan Ø (zero) untuk nama yang diakhiri dengan huruf vokal. Penggunaan bentuk ini digunakan oleh penyapa yang lebih tua kepada pesapa yang lebih muda. Contoh penggunaannya adalah ketika professor memanggil muridnya. Menurut Koh (2005), bentuk Seruan Familiar ini tidak akan dipakai dalam bentuk acuan melainkan hanya sebagai kata sapaan saja.
2.5.9 Seruan Intim Bentuk ini ditandai dengan suffix ~a dan ~ya di akhir nama. Untuk namanama yang diakhiri dengan huruf vokal ditambah dengan ~ya dan nama yang diakhiri dengan huruf konsonan ditempel dengan ~a. Sama halnya seperti bentuk seruan familiar, Koh (2005) menyatakan bahwa bentuk seruan intim hanya dipakai sebagai kata sapaan, bukan kata acuan. Dalam penggunaannya, bentuk ini sering dipakai orang dewasa kepada anak-anak, contohnya saja seorang kakek yang memanggil cucunya. Namun bentuk ini dipakai juga di antara anak-anak untuk memanggil sesamanya, atau dua orang sahabat yang memulai pertemanannya sejak kecil.
2.6 Batasan Penelitian Dalam penelitian ini akan dipaparkan klasifikasi berdasarkan jenis dan penggunaan kata sapaan nonkekerabatan dalam masyarakat korea serta faktorfaktor yang memengaruhinya. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu pembatasan penelitian agar hasil yang didapat sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Berdasarkan pendapat-pendapat yang telah dipaparkan, terdapat perbedaan di antara teori Kridalaksana, Brown dan Gilman, serta Koh. Brown dan Gilman berpendapat bahwa kata sapaan adalah kata yang digunakan untuk menyapa orang yang sedang diajak bicara atau lawan bicara. Sedangkan Kridalaksana berpendapat bahwa kata sapaan tidak hanya digunakan untuk menyebut lawan bicara, tetapi juga orang yang berbicara serta orang yang dibicarakan.
Kata sapaan ..., Raehana Ulfha, FIB UI, 2011
Universitas Indonesia
20
Melalui definisi ini dapat diketahui bahwa definisi yang dikemukakan Brown dan Gilman merujuk kepada kata sapaan sedangkan definisi yang dikemukakan oleh Kridalaksana merujuk pada kata acuan. Hal ini juga dapat dilihat melalui tabel yang dikemukakan oleh Koh bahwa sistem sapaannya tersebut terdiri dari kata sapaan dan kata acuan. Dalam bukunya sumampouw menggunakan kata penyapa dan kata pengacu daripada kata sapaan dan kata acuan. Menurutnya, kata penyapa hanya dipakai untuk menyapa kawan bicara atau persona kedua, sedangkan kata pengacu dipakai untuk mengacu kepihak lain yang dibicarakan atau persona ketiga dan pembicara atau persona pertama (Sumampouw, 2000:222). Untuk lebih memperjelas perhatikan contoh berikut.
(1) Kak, Kakak mau pergi kemana? (2) Kakak mau pergi kerumah sakit, Dek.
Pada contoh (1) kata kakak dalam kalimat “Kak, Kakak mau pergi kemana?” Adalah kata sapaan yang merujuk pada lawan bicara atau persona. Sedangkan pada contoh (2) kata Kakak dalam kalimat “Kakak mau pergi kerumah sakit, Dek.” Adalah kata acuan yang merujuk pada pembicara atau persona. Oleh karena itu, dalam penelitian ini hanya tidak akan membahas kata yang dipakai untuk mengacu kepada pembicara serta orang yang sedang dibicarakan melainkan hanya akan membahas kata yang dipakai dalam menyapa lawan bicara, yaitu kata sapaan. Selain itu demi mendapatkan tabel klasifikasi yang tepat, penulis menggunakan teori dari Brown dan Gilman dalam mencari faktor apa yang memengaruhi penggunaan kata sapaan di masyarakat Korea berdasarkan kekuasaan dan solidaritas. Setelah didapatkan faktor yang memengaruhinya, penulis kemudian menggabungkan dengan teori Koh dalam mengetahui jenis kata sapaan apa saja yang terdapat di masyarakat Korea berdasarkan sumber data.
Kata sapaan ..., Raehana Ulfha, FIB UI, 2011
Universitas Indonesia
21 BAB III
KATA SAPAAN NONKEKERABATAN DALAM MASYARAKAT KOREA
3.1 Pengantar Orang Korea adalah orang yang paling sopan yang pernah kita temui jika sejumlah aturan-aturan tertentu serta etiket dapat terpenuhi dengan baik. (Crane, 1999:51). Hubungan orang korea terhadap sesamanya maupun dengan orang asing harus dilandasi berdasakan aturan-aturan tertentu demi menjaga hubungan antara keduanya dimasa depan. Kata sapaan atau 호칭 “hocing”, sebagai salah satu bentuk untuk menyapa, digunakan berdasarkan aturan-aturan tertentu dan penggunaanya mencerminkan keberagaman serta kompleksitas dalam bahasa Korea. Dalam bab sebelumnya telah dijelaskan teori-teori yang berhubungan dengan kata sapaan baik yang ada di negara asing maupun yang ada di Negara Korea. Selanjutnya dalam bab ini akan dicatat dan diklasifikasikan penggunaan kata sapaan dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan sumber data, yaitu serial drama Korea “Secret Garden”. Adapun berdasarkan penggunaannya dapat diketahui faktor-faktor apa saja yang memengaruhi pemilihan kata sapaan dalam masyarakat Korea. Sebelum memulai mengklasifikasikan data ini marilah kita terlebih dahulu mengetahui sumber data yang akan dipakai di dalam penulisan kali ini.
3.2 Deskripsi Data Dalam penulisan kali ini, penulis akan mengambil berbagai bentuk kata sapaan yang terdapat pada serial drama Korea Secret Garden (2010). Serial drama korea yang disutradarai oleh Kwon Hyeok-chan dan Sin Wool-ceon ini bercerita tentang percintaan antara seorang presiden direktur sebuah mal bernama Kim Joowon (Hyun bin) dengan seorang pemeran pengganti wanita yang bernama Gil Raim (Ha jiwon). Kim Joowon yang tidak bisa melepaskan bayangan Gil Raim
Kata sapaan ..., Raehana Ulfha, FIB UI, 2011
Universitas Indonesia
22
dari kepalanya dan terus saja menganggu kehidupan Gil Raim yang dipenuhi dengan kesibukkanya di sebuah akademi perfilman Action School. Menyadari status sosialnya yang berbeda, sang ibu juga kerap ikut campur dalam memisahkan anaknya dengan Gil Raim. Namun ternyata tokoh Gil Raim yang selalu mengacuhkan Joowon, menyukai OSKA seorang penyanyi terkenal pada saat itu. Akhirnya, karena memenangkan tiket makan malam romantis bersama OSKA, Gil Raim pergi ke Jejudo. Kim Joowon yang tidak terima Gil Raim memenangkan tiket untuk makan malam romantis dengan sepupunya, pergi menyusul Gil Raim. Sewaktu di Jejudo, Joo Won dan Raim tersesat di hutan dan mereka menemukan sebuah rumah makan di dalam hutan tersebut. Pemilik rumah makan itu akhirnya memberikan minuman kepada mereka berdua.
Ternyata
minuman tersebut menyebabkan Joowon dan Raim tertukar jiwanya. Hal ini mengakibatkan jiwa Joowon terdapat di tubuh Raim dan begitu pula sebaliknya. Seiiring dengan konflik yang mereka hadapi dalam mengembalikan jiwa mereka, cinta pun tumbuh di antara keduanya. Kata sapaan yang diklasifikasikan selanjutnya adalah kata sapaan yang dipakai oleh dua tokoh saja, yaitu tokoh Kim Joowon dan Gil Raim. Kata sapaan tak hanya sebatas dari kata yang dipakai kedua tokoh ini saja, namun juga termasuk kepada bentuk kata sapaaan yang ditujukan kepada kedua tokoh ini. Kedua tokoh ini berasal dari status sosial yang sangat berbeda. Mereka juga memiliki jenis kelamin serta umur yang berbeda pula. Dengan latar belakang jenis kelamin, status sosial, serta umur kedua tokoh ini yang berbeda diharapkan dapat menimbulkan kata sapaan yang beragam dalam penggunaannya. Berikutnya akan diklasifikasikan bentuk-bentuk kata sapaan yang telah tercatat sesuai dengan jenisnya.
3.3 Klasifikasi Kata Sapaan Berdasarkan Jenisnya Telah disebutkan sebelumnya oleh Koh (2005) bahwa kata sapaan serta kata acuan di dalam masyarakat Korea diklasifikasikan ke dalam sembilan bentuk yang disusun berdasarkan hubungan nonkekerabatan. Setelah mencatat bentuk-
Kata sapaan ..., Raehana Ulfha, FIB UI, 2011
Universitas Indonesia
23
bentuk kata sapaan apa saja yang dipakai tokohnya untuk menyapa atau pun bentuk yang dipakai untuk menyapa tokoh tersebut, selanjutnya kata sapaan tersebut dimasukkan ke dalam klasifikasi yang dapat dilihat di tabel berikut.
Tabel 3.1 Jenis Kata Sapaaan dalam Hubungan Nonkekerabatan di Korea (diadaptasi dari Koh (2005)) Bentuk 1.
Contoh
Gelar honorific
어머님 eomeonim (ibu yang terhormat),
~nim
문 여사님 Mun yeosanim (nyonya mun), 최 실장님 Choi siljangnim (Pak choi kepala divisi), 강 비님 Kang biseonim (sekretaris kang), 박
상무님
Park
samunim
(direktur
park),
감독님 kamdongnim (sutradara), 사장님 sajangnim (presiden direktur), 윤
감독님
Yoon kamdongnim (sutradara yoon),
선배님 Seonbaenim (senior) 2.
Gelar Pangkat
김 비서 Kim biseo (sekretaris Kim), 감독 Kamdok (sutradara),
김 사장 Kim sajang (presiden direktur
Kim), 3.
Bentuk Tingkatan
선배 Seonbae (senior)
4.
Bentuk
주원이 형 Joowon i hyeong (abang Joowon ),언니
persaudaraan
eonni (kakak), 오빠 oppa (abang)
Gelar Netral
윤슬 씨 Yoonseul ssi (nona Yoonseul), 김주원 씨 Kim
~Ssi
Joowon ssi (kim Joowon ), 길라임 씨 Gil Raim ssi (nona
5.
Gil Raim), 임아영 씨 Lim Ahyoung ssi (nona lim ahyoung), 최우영
씨
Choi Wooyoung ssi (choi
wooyoung),
Kata sapaan ..., Raehana Ulfha, FIB UI, 2011
Universitas Indonesia
24
6.
Gelar kata serapan
-
7.
Gelar Junior
-
8.
Seruan Familiar
우리 주원이 Uri Joowon-i (Joowon ku), 주원이 Joowon-i (Joowon ), 우리 라임이 uri Raim-i (raimku), 라임 Raim-i (raim)
9.
Seruan Intim
아영아 Ahyoung-a (Ahyoung),라임아 Raim-a (raim), 주원아 Joowon -a (Joowon )
Kata sapaan yang dipakai di dalam masyarakat Korea telah dicatat serta diklasifikasikan sesuai dengan sembilan bentuk kata sapaan serta kata acuan nonkekerabatan menurut Koh. Melalui data di atas dapat dilihat bahwa penggunaan klasifikasi no (6) dan (7) tidak dipakai sama sekali. Bentuk (7) yang merupakan bentuk gelar junior tidak tercatat satupun kemunculannya di dalam sumber data. Sedangkan Gelar kata serapan (6) yang dalam pengertiannya dipakai atasan untuk menyapa sekretaris atau bawahanya ternyata tidak dipakai sama sekali. Melalui sumber data yang ada, dapat diketahui bahwa saat seorang atasan memanggil bawahannya atau sekretarisnya dia akan cenderung untuk memakai bentuk Gelar Netral yaitu akhiran dengan suffix ~ssi atau langsung memanggil jabatan dari bawahannya tersebut. Lihatlah dialog dibawah ini. Joowon
: 김 비서! 난데, 임 아영 씨 오늘 야근 좀 시켜. 아침까지 잡아놔! Kim biseo! Nande, lim ahyoung ssi oneul yageun jom sikyeo. Achim kaji jabanwa! Sekeretaris Kim, ini saya. Buatlah Lim Ahyoung lembur hari ini. Buatlah ia bekerja sampai pagi! (Secret Garden, episode 14, 00:21:34)
Melalui kemunculan yang ada di dalam sumber data, terlihat bahwa penggunaan bentuk gelar kata sapaan serta Gelar Junior jarang dipakai di dalam masyarakat Korea.
Kata sapaan ..., Raehana Ulfha, FIB UI, 2011
Universitas Indonesia
25
3.3.1 Bentuk Kata Sapaan yang Tak Terklasifikasikan Melalui sumber data, diketahui bahwa ada beberapa bentuk kata sapa yang keberadaannya di luar bentuk klasifikasi Koh. Demi mendapatkan klasifikasi yang tepat bagi kata sapaan yang telah ditemukan, kata sapaan dalam bahasa Indonesia dan bahasa Korea pun menjadi acuan dalam pengklasifikasiannya. Berikut akan dijelaskan bentuk-bentuk kata sapa apa saja yang belum terklasifikasikan tersebut.
3.3.1.1 Bentuk Nomina Melalui sumber data ternyata ada beberapa bentuk nomina yang bisa dijadikan kata sapaan. Dalam Bahasa Indonesia2, nomina atau kata benda juga menjadi salah satu bentuk dari kata sapaan tersebut. Kata sapaan berbentuk nomina yang tercatat adalah yukki (angkatan enam) dan Agassi (gadis). Namun, dalam
pemakaiannya
dengan
menyapa
menggunakan
nomina
saja
mengindikasikan status sosial penyapa berada di atas lawan bicara. Hubungan yang ada antara keduanya pun tidak terlalu dekat. Raim
Ah young
Raim
:6 기 안가냐? (memanggil Joowon) Yukki an ganya? Hey angkatan enam, kamu tidak pergi? :어… 얘가 미쳤어…미쳤어… 왜 소리 질러? 놀라시게… Eo… yega miccheosseo… miccheosseo… wae sori jillo? Nollasige… Ya ampun, kamu sudah gila ya? Kenapa kamu teriak? Bikin kaget saja : 네 소리가 더 크거든… Ini soriga deo kheugodeun Suara kamu tuh lebih besar tau… (Secret Garden, episode 2, 00:49:57)
Pada percakapan di atas raim sebagai penyapa yang tidak mengetahui status sosial Joowon, memanggilnya dengan sebutan yukki, namun tokoh Ahyoung yang merasa kata sapaan itu tidak pantas bagi seorang presiden direktur, merasa kaget dan mulai berbicara seperti percakapan di atas. 2
Dalam bahasa Indonesia, Kridalaksana mengungkapkan bahwa bentuk Kata Benda lainya seperti Tuan dan Nyonya merupakan salah satu bentuk dari kata sapaan. Hal ini dapat dilihat dalam bahasan Dimensi Kata Sapaan pada bab sebelumnya (halaman 9).
Kata sapaan ..., Raehana Ulfha, FIB UI, 2011
Universitas Indonesia
26
Kata sapaan yang tercatat lainnya adalah kata Agassi. Agassi adalah panggilan yang ditujukan kepada gadis yang lebih muda daripada penyapa, biasanya bentuk ini ditujukan kepada gadis yang tidak penyapa kenal. Jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia kata Agassi dapat diartikan sebagai neng. Penggunaan bentuk Agassi ini dapat dilihat pada percakapan berikut. Raim
Wanita
Raim
: 뭐야… 여기 어디야? 당신 누구야? Mwoya? Yeogi eodiya? Dangsin nuguya? Apa? Ini di mana? Kamu siapa? : 아이고, 참.. 잘 자다가 왜 그래 아가씨… Aigo, cham.. jal jadaga wae guerae Agassi… Ya ampun, kamu knapa neng? : 아가씨? 누가? 내가? Agassi? Nuga? Naega? Gadis? Siapa yang gadis? Aku? (Secret Garden, episode 5, 00:57:40)
Pada percakapan di atas, Joowon yang terperangkap didalam tubuh Gil Raim menolak dipanggil Agassi karena menurutnya ia adalah seorang lelaki. Seperti halnya yukki penggunaan kata Agassi ini ditujukan kepada pesapa yang status sosialnya berada di bawah penyapa. Penggunaan bentuk ini sering kali dijumpai pada kehidupan sosial saat dimana seorang penyapa yang umurnya jauh lebih tua ingin memanggil seorang gadis yang tidak dikenalnya.
3.3.1.2 Nomina + Seruan Intim Pada pembahasan sebelumnya bentuk kata sapaan seruan intim merupakan bentuk kata sapaan yang dapat ditandai dengan akhiran suffix ~a untuk nama yang berakhiran huruf konsonan dan suffix ~ya untuk nama yang berakhiran huruf vokal. Dari sumber data terdapat beberapa bentuk seruan intim namun bukan terdiri dari nama namun berupa nomina. Kata sapaan yang telah tercatat ini dari segi arti memiliki arti yang tidak terlalu bagus, malah lebih cenderung ke kata makian. Adapun contoh kata sapaan tersebut adalah nappeun nom-a (brengsek), micin nom-a (orang gila), jasig-a (brengsek). Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa bentuk kata sapaan seruan intim dapat dipakai juga untuk nomina namun bentuk
Kata sapaan ..., Raehana Ulfha, FIB UI, 2011
Universitas Indonesia
27
tersebut akan cenderung berubah menjadi kata-kata makian. Salah satu kata sapaan bentuk ini dapat dilihat di dalam percakapan berikut. Raim
Joowon
Raim
: 야 이 미친 놈아! Ya i michin nom-a!! Dasar kau pria gila! : 여기 우리 집이라니까! Yogi uri jibiranikka Khan sudah kubilang ini rumahku. :너희 집인데 뭐 어쩌라고? 열라 좋은 집있다고 자랑하네 지금? Noeui jibinde mwo eoceorago? Yeola joen jibittago jaranghane jigeum? Memangnya kenapa kalau ini rumahmu? Apakah kamu sedang membanggakan kalau kau punya rumah yang bagus? (Secret Garden, episode 11, 00:03:40)
Pemakaian bentuk ini terbatas kepada hubungan dua orang yang sudah sangat dekat sama seperti penggunaan bentuk seruan intim yang menggunakan nama. Status sosial serta umur pesapa haruslah berada di bawah dari penyapa. Sehingga menggunakan bentuk ini kepada orang yang baru dikenal dapat menjadi kesalah fatal bagi penyapa.
3.3.1.3 Bentuk Interjeksi Kata ya dan i bwayo sering kali muncul pada sumber data saat tokohnya marah ataupun kesal. Dalam sebuah penelitian 3 bentuk ini dimasukkan kedalam kategori 감탄사형 gamthansahyeong. Menurut kamus Korea yang diunduh berdasarkan naver, kata gamthansa memiliki arti sebagai interjection atau yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan interjeksi. Interjeksi itu sendiri dalam bahasa Indonesia dapat diartikan 3
Penelitian tentang 감탄사형 gamthansahyeong diambil berdasarkan penelitian 구엔민충 (2007) ”한국어와 베트남어의 호칭어 대조 연구” guenminchung (2007) mengenai “a contrastive Study on Korean and Vietnamese Address Form”. Pada penelitiannya dijelaskan bahwa pengunaan gamthansahyeong terdiri dari kata 이 봐요 i bwayo (halaman 19) serta kata ya 야 dan eoi 어이 (halaman 24).
Kata sapaan ..., Raehana Ulfha, FIB UI, 2011
Universitas Indonesia
28
sebagai kata seru. Adapun gamthansahyeong atau Bentuk Interjeksi dalam bahasa Korea tesebut dipakai dalam situasi seperti berikut. Kata i bwayo terkadang dapat dipakai juga untuk memanggil orang yang belum terlalu dikenal. Namun di beberapa percakapan, kata i bwayo dan ya memiliki arti yang sama namun dari segi penggunaan tingkat kesopanannya sangatlah berbeda. Hal ini terlihat dari penggunaan keduanya yang sangat mirip namun berbeda dari pemaknaan kesopanan yang terkadung dalam kalimat setelahnya. Lihatlah percapakan di bawah ini. Raim
Joowon
Yoon seul
: 이봐요! 지금 뭔 생각 하는지 아는데… (berbicara kepada yoon seul) i bwayo! Jigeum mwon saenggak haneunji aneunde… hey! Saya tau apa yang sedang kamu pikirkan tapi… : 윤 감독님…오해입니다. 정말 오해입니다. Yoon gamdongnim… ohaeimnida. Jongmal ohaeimnida. Sutradara yoon, ini salah paham. Benar-benar salah paham. : 과연 그럴까요? Gwayeon geureolkayo? Benarkah? (Secret Garden, episode 7, 00:00:45)
Joowon
Raim
: 텔레비전 채널 좀 바꿔 줘…재미 없어… Thellebijeon chaeneol jom bakwo jwo… jaemi obseo… Tolong ganti chanel di TV, membosankan… : 야!!! Ya!!! HEY! (Secret Garden, episode 13, 00:23:27)
Melalui situasi di atas, dapat diketahui bahwa persamaan antara kata i bwayo dan ya adalah keduanya sama-sama dipakai untuk menyapa orang dalam keadaan kesal atau marah. Namun pada kata i bwayo tingkat kesopanan dari penyapa masih dipertahankan karena biasanya ditujukan kepada pesapa yang hubungannya belum terlalu dekat. Hal ini terlihat dari bentuk kalimat yang digunakan penyapa dimana penggunaan kalimat yang dipakai masih sopan.
Kata sapaan ..., Raehana Ulfha, FIB UI, 2011
Universitas Indonesia
29
Namun dalam kata ya, penyapa tidak memperdulikan perasaan serta pendapat dari pesapa. Dari sisi penggunaan kalimatpun biasanya kata ya disandingkan dengan penggunaan kalimat yang menghilangkan unsur-unsur kesopanan didalamnya.
3.3.2 Klasifikasi Jenis Kata Sapaan Berdasarkan Sumber Data Setelah semua bentuk kata sapaan yang tercatat telah diklasifikasikan sesuai jenisnya, selanjutnya akan dimasukkan kedalam tabel yang terdiri dari klasifikasi yang baru. Bentuk klasifikasi jenis kata sapaan berdasarkan sumber data yang ada adalah sebagai berikut. Tabel 3.2 Jenis Kata Sapaaan dalam Hubungan Nonkekerabatan Berdasarkan Sumber Data Bentuk 1.
Contoh
Gelar honorific
어머님 eomeonim (ibu yang terhormat),
~nim
문 여사님 Mun yeosanim (nyonya mun), 최 실장님 Choi siljangnim (Pak choi kepala divisi), 강 비서님 Kang biseonim (sekretaris kang), 박
상무님
Park
sangmunim
(direktur
park),
감독님 kamdongnim (sutradara), 사장님 sajangnim (presiden direktur), 윤
감동님
Yoon kamdongnim (sutradara yoon),
선배님 Seonbaenim (senior) 2.
Gelar Pangkat
김 비서 Kim biseo (sekretaris Kim), 감독 Kamdok (sutradara),
김 사장 Kim sajang (presiden direktur
Kim), 3.
Bentuk Tingkatan
선배 Seonbae (senior)
4.
Bentuk
주원이 형 Joowon i hyeong (abang Joowon ),언니
persaudaraan
eonni (kakak), 오빠 oppa (abang)
Kata sapaan ..., Raehana Ulfha, FIB UI, 2011
Universitas Indonesia
30
5.
Gelar Netral
윤슬 씨 Yoonseul ssi (nona Yoonseul), 김주원 씨 Kim
~Ssi
Joowon ssi (Kim Joowon ), 길라임 씨 Gil Raim ssi (nona Gil Raim), 임아영 씨 Lim Ahyoung ssi (nona lim ahyoung), 최우영
씨
Choi Wooyoung ssi (choi
wooyoung), 6.
Seruan Familiar
우리 주원이 Uri Joowon-i (Joowon ku), 주원이 Joowon-i (Joowon), 우리 라임이 uri Raim-i (Raimku), 라임 raim-i (raim)
7.
Seruan Intim
아영아 Ahyoung-a (Ahyoung),라임아 Raim-a (raim), 주원아 Joowon -a (Joowon ), 나쁜 놈아 nappeun noma (brengsek), 미친 놈아 micin nom-a (orang gila), 자식아 jasig-a (brengsek)
8.
Bentuk Nomina
6 기 yukki (angkatan enam), 아가씨 Agassi (gadis)
9.
Bentuk Interjeksi
이 봐요 i bwayo (hey) dan 야 ya (hey)
3.4 Penggunaan Setiap Jenis Kata Sapaan Berdasarkan Kata Sumber Data Setelah bentuk-bentuk kata sapaan diklasifikasikan berdasarkan jenisnya, selanjutnya akan dicari faktor-faktor apa saja yang memengaruhi pemilihan kata sapaan dalam masyarakat Korea. Guna mengetahui faktor apa saja yang memengaruhinya, ada baiknya terlebih dahulu melihat pemakaian dari setiap klasifikasi disesuaikan dengan sumber data yang ada.
3.4.1 Bentuk Honorifik dan Gelar Pangkat Dalam percakapan antara tokohnya Gelar Pangkat lebih sering dipakai di dalam lingkungan pekerjaan maupun hubungan yang masih dilandasi atas asas pekerjaan. Pada kenyataanya penggunaan bentuk honorifik yang ditandai dengan suffix ~nim lebih sering ditempelkan kepada Gelar Pangkat daripada bentuk yang lain.
Kata sapaan ..., Raehana Ulfha, FIB UI, 2011
Universitas Indonesia
31
Hal ini juga dikuatkan dengan pernyataan Lee dan Ramsey yang menyebutkan bahwa bentuk ~nim lebih sering ditempelkan dengan bentuk Gelar Pangkat (Lee dan Ramsey, 2000:231). Dalam penggunaanya bentuk Gelar Pangkat yang ditambahkan dengan suffix ~nim merupakan bentuk yang paling tinggi saat memanggil seseorang. Bagaimanakah perbedaan Gelar Pangkat yang ditambahkan nama keluarga dengan yang tidak? Adding the surname infront of the title lower the level of politeness. The usual reason for adding a name this way is to avoid potential confusion when several people hold the same job title. (Lee dan Ramsey, 2000:231) Kutipan di atas mengatakan bahwa menambahkan nama keluarga di depan Gelar Pangkat menurunkan tingkat kesopanan dalam menyapa lawan bicara. Cara ini juga merupakan suatu cara dalam menghindari kebingungan dalam memanggil beberapa orang yang memiliki gelar atau pangkat yang sama. Hal ini jelas menunjukkan bahwa memanggil dengan gelar atau pangkat dengan akhiran ~nim menunjukkan ia adalah satu-satunya orang yang memegang jabatan tersebut. Melalui sumber data dapat diketahui bahwa menambahkan nama keluarga pada bentuk kata sapaan ini memang menurunkan derajat kesopanannya. Walaupun akhiran ~nim tetap mengindikasikan kesopanan penyapa terhadap lawan bicaranya. Lihatlah contoh kalimat ini: : 박 상무님! Park sangmunim! Direktur Park! Direktur Park : 예.. Ye… Iya… Joowon : 뭐하세요? Mwohaseyo? Apa yang sedang anda lakukan? Direktur Park :별거 아닙니다. VVIP 파티에서 사장님이 제일 즐거우셨다는 소식을 들었습니다. Byeolgo animnida. VVIP phati eso sajangnimi jeil jeulgeowosyeottaneun seosigeul deurosseumnida. Tidak ada apa-apa. Pada pesta VVIP saya mendengar bahwa presiden direktur yang paling menikmatinya. (Secret Garden, episode 14, 00:18:15) Joowon
Kata sapaan ..., Raehana Ulfha, FIB UI, 2011
Universitas Indonesia
32
Dalam percakapan di atas, tokoh bernama Joowon yang merupakan penyapa memiliki status sosial yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan pesapanya, walaupun dari segi umur pesapa jauh lebih tua darinya. Penyapa yang merupakan presiden direktur dari sebuah mal dipanggil dengan sebutan sajangnim (presiden direktur) dan menyapa lawan bicaranya dengan sebutan Park sangmunim (direktur Park). Dari percakapan ini dapat terlihat bahwa penambahan nama dalam kata sapaan dapat menurunkan tingkat derajat kesopanannya. Walaupun dengan menambahkan akhiran suffix ~nim penyapa telah menghormati lawan bicaranya. Bentuk Gelar Pangkat tanpa menambahkan akhiran ~nim merupakan bentuk yang tingkat kesopanannya paling bawah jika dibandingkan dengan bentuk sebelumnya. Dengan bentuk akhiran ~nim yang hilang tingkat kesopanannya pun turun drastis. Menurut sumber data, penggunaan kata sapaan ini hanya bisa digunakan untuk lawan bicara yang posisinya ada di bawah. Contoh lainnya adalah ketika menyapa lawan bicara yang posisinya setara dan penyapa serta lawan bicara adalah dua orang dewasa. Joowon
: 이봐,, 강 대표… 왜 방 달라고 안해? 권리를 찾아야 지! I bwa, kang daepyo… wae bang dallago anhae? Kwollireul chajayaji! Hey, ketua Kang… kenapa tidak meminta ruangan? Kau harusnya meminta hakmu! (Secret Garden, episode 14, 00:19:29)
Dari segi penggunaan kalimat penyapa menggunakan kalimat banmal style di mana unsur-unsur kesopanan dihilangkan dalam proses komunikasi. Oleh karena itu, melalui percakapan pada kalimat di atas dapat diketahui bahwa dari segi penggunaannya mengindikasikan penyapa tidak menaruh hormat kepada lawan bicaranya.
3.4.2 Bentuk Tingkatan Telah disebutkan dalam bab sebelumnya bahwa penggunaan kata sapaan ini terdiri dari seonbae yang merupakan kata sapaan dan hubae yang hanya bisa
Kata sapaan ..., Raehana Ulfha, FIB UI, 2011
Universitas Indonesia
33
dipakai sebagai kata acuan. Saat seseorang memanggil seniornya dengan sebutan seonbaenim, ia bukannya membalas dengan sebutan hubae tetapi akan lebih memanggil juniornya dengan namanya. Lihatlah kutipan percakapan berikut, Joowon
Senior
: 선배, 잠깐 빌립니다. Seonbae jamkan billimnida. Senior, saya pinjam sebentar. : 야…야…6 기, 전 촬영해야 하거든요… Ya…ya… yukki, jeon cwalyeong heya hagodeunyo… Hey,,,hey... angkatan enam, saya harus syuting… (Secret Garden, episode 6, 00:34:50)
Penyapa memanggil seniornya dengan sebutan seonbaenim, namun bukannya membalas dengan sebutan hubae, sang senior cenderung menyapanya dengan bentuk sapaan nomina. Kata hubae tidak pernah dipakai dalam menyapa seseorang yang dianggap junior. Hal ini dikarenakan kata hubae biasa dipakai untuk mengindikasikan orang ketiga dalam percakapan. Hal ini membenarkan apa yang telah dikatakan Koh bahwa bentuk hubae hanyalah sebagai kata acuan bukan sebagai kata sapaan. Pendapat tersebut dikuatkan oleh situasi berikut. Joowon
Yoon seul
: 친구들 기다리네요. Chingudeuri kidarineyo. Teman-temanmu menunggu tuh. : 어머… 저보다 한참 후배들인데…먼저 가 있어! Eomo… jeoboda hancham hubaedeurinde…meonjo ga isseo! Yampun, mereka semua junior saya. Kalian pergilah duluan. (Secret Garden, episode 5, 00:11:41)
Melalui dialog ini benar diketahui bahwa kata hubae bukanlah kata sapaan melainkan hanya sebagai kata acuan. Oleh karena itu dalam bentuk tingkatan selanjutnya bentuk hubae akan dihilangkan.
Kata sapaan ..., Raehana Ulfha, FIB UI, 2011
Universitas Indonesia
34
3.4.3 Bentuk Persaudaraan Dalam penggunaannya, apa yang dilihat melalui sumber data memliki kesamaan bentuk penggunaan seperti apa yang telah didefinisikan oleh Koh. Seperti yang dijelaskan sebelumnya bentuk ini diperuntukkan untuk hubungan yang sangat dekat serta hanya diperuntukkan untuk lawan bicara yang lebih tua. Namun, dalam sumber data ternyata ditemukan perluasan dari arti kata oppa tersebut. Lihatlah percakapan di bawah ini. :정말 일등 당점 될지 몰랐어요. 제가 OSKA 오빠 8 년 동안 좋아했거든요. Jongmal ilteung dangjeom dwelji mollasseoyo. OSKA oppa 8 nyeon dongan joahettgodeunyo. Saya tidak menyangka akan menjadi juara satu. Saya sudah menyukai abang OSKA selama 8 tahun Sekretaris Kim :오빠 아닌 것 같은데… Oppa anin got gatheunde… Sepertinya kau lebih tua… Wanita :잘 생기고 키 크고 돈 많으면 오빠죠! 후후후… OSKA 오빠~ Jal senggigo khi kheugo don maneumyeon oppa jyo! Huhuhu Oska oppa~ Pria ganteng, tinggi, dan banyak uang itu dipanggil abang kan! Huhu abang OSKA~ Wanita
(Secret Garden, episode 4, 00:53:41) Dalam percakapan di atas terjadi perluasan kata oppa dari kata abang menjadi superstar pria bagi para wanita. Para wanita memanggil artis-artis kesukaannya dengan sebutan oppa walaupun dari segi umur para wanita tersebut lebih tua dari pesapa. Namun karena bentuk ini tidak dipakai oleh Gil Raim atau pun ditujukan seseora kepada Joowon maka melalui sumber data penggunaan kata sapaan oppa tetaplah ditujukan dari penyapa yang lebih tua kepada pesapa yang lebih muda. Sehingga bentuk oppa yang mengalami perluasan makna dari kata abang menjadi sebutan para wanita terhadap idolanya hanyalah sebatas temuan saja.
Kata sapaan ..., Raehana Ulfha, FIB UI, 2011
Universitas Indonesia
35
3.4.4 Gelar Netral Melalui sumber data, dapat diketahui bahwa bentuk ini adalah bentuk yang paling banyak frekuensi pemakainya dalam sisi penggunaanya. Hal ini dikarenakan penggunaanya tidak hanya terbatas pada panggilan sebaya saja namun juga bisa dipakai saat dua orang baru bertemu ataupun dipakai atasan dalam memanggil bawahannya.
3.4.5 Seruan Familiar dan Seruan Intim Dalam klasifikasi tabel Koh tentang kata sapaan dan kata acuan dalam hubungan nonkekerabatan, ia mengatakan bahwa seruan familiar hanya dipakai sebagai kata sapaan bukan sebagai kata acuan. Namun berdasarkan sumber data diketahui bahwa bentuk kata sapaan ini dapat juga dipakai sebagai kata sapaan. Bandingkanlah kedua kalimat di bawah ini. Situasi 1 Raim
OSKA
: 오빠 저 그냥 여기 있으면 안돼요? Oppa, jeo geunyang yeogi isseomyeon andweyo? Abang, kalo aku tetap disini boleh tidak? : 어 그래, 우리 라임이, 오빠랑 있고 싶구나… Eo geurae, uri raim-i, opparang ittgo sipguna… Oh, baiklah, raimku ingin bersama abang toh.. (Secret Garden, episode 6, 00:48:10)
Situasi 2 OSKA
:근데 어쩌나? 나도 길라임 씨 포기 못 하게는데…주원이 한테 전해요, 나…길라임 씨 안 뺏긴다고. 합의 안해도 상관 없다고 (berbicara kepada raim) Geunde eocheona? Nado Gil raim ssi phogi mot hageneunde… Joowon-i hanthe jeonhayo, na… gilraim ssi an petgindago. Habeui anhaedo sangwan obtago… Tapi gimana ya? Aku juga tidak dapat meyerahkan Gil raim. Sampaikan pada joowon, aku tidak akan menyerahkan Gil-raim. Bahkan aku tidak perduli jika jika ia tidak sesuai perjanjian. (Secret Garden, episode 6, 01:02:31)
Kata sapaan ..., Raehana Ulfha, FIB UI, 2011
Universitas Indonesia
36
Pada situasi pertama bentuk kata sapaan yang dipakai adalah uri raim-i. Bentuk kata uri raim-i berfungsi sebagai kata sapaan melalui penyapa OSKA terhadap lawan bicaranya yaitu raim. Namun, coba bandingkanlah dengan situasi berikutnya, kata Joowon-i tersebut bukan berfungsi sebagai kata sapaan melainkan sebagai acuan terhadap orang ketiga. Melalui sumber data juga diketahui bahwa penambahan kata uri mengindikasikan sebagai kata sapaan, namun tanpa menambahkan kata tersebut bentuk seruan familiar berfungsi sebagai kata acuan. Dari segi penggunaan, bentuk ini tidak jauh berbeda dengan kata sapaan Bentuk Intim, namun ternyata bentuk ini cenderung dipakai sebagai kata acuan daripada kata sapaan. Hal bisa dilihat di dalam situasi berikut OSKA
: 야! 주원아? 주원아? 언제부터 이래? YA! Joowon-a? jowoon-a? eonjaebutho irae? HEY!! Jowoon? Joowon? Sejak kapan kamu begini? (Secret Garden, episode 15, 00:01:55)
Oleh karena itu, berbeda dengan apa yang telah dikatakan oleh Koh, menurut sumber data yang ada, bentuk Seruan Familiar ini tidak hanya terbatas pada kata sapaan, namun juga cenderung dipakai sebagai kata acuan.
3.5 Faktor yang Memengaruhi Penggunaan Kata Sapaan di dalam masyarakat Korea Seperti yang telah dibahas sebelumnya, pemilihan kata sapaan yang digunakan penyapa terhadap pesapa dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor kekuasaan dan faktor solidaritas. Hal tersebut dikemukakan oleh Brown dan Gilman sebagai faktor yang memengaruhi seseorang dalam penggunaan kata sapaan. Adapun kekuatan itu dilandasi atas kekuasaan yang dimiliki seseorang terhadap orang lain dibatas ia bisa mengontrol sikap dari orang tersebut. Bentuk kekuasaan tersebut dapat dilihat melalui status sosial, jenis kelamin, usia serta jabatan antara penyapa dan pesapa. Sementara itu, solidaritas pada dasarnya dilandasi atas kesamaan antara penyapa dan pesapa seperti, satu sekolah, kampung halaman, atau ada kesamaan yang dibagi di antara keduanya.
Kata sapaan ..., Raehana Ulfha, FIB UI, 2011
Universitas Indonesia
37
Berdasarkan teori Brown dan Gilman ini, selanjutnya akan dipaparkan faktor-faktor apa saja yang memengaruhi penggunaan kata sapaan dalam masyarakat Korea. Setelah ditelaah setiap bentuk penggunaan kata sapaan berdasarkan jenisnya, dapat diketahui bahwa penggunaan kata sapaan tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin. Satu-satunya bentuk kata sapaan yang dipengaruhi oleh hubungan laki-laki dan perempuan hanya dapat ditemukan pada jenis kata sapaan bentuk persaudaraan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa kata sapaan di Korea tidak dipengaruhi jenis kelamin dalam penggunaannya. Adapun dalam menggunakan kata sapaan di Korea, penggunaannya dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu hubungan keakraban, status sosial serta umur.
3.5.1 Faktor Hubungan Keakraban Salah satu faktor yang memengaruhi penggunaan kata sapaan di dalam masyarakat Korea adalah hubungan keakraban antara penyapa dan pesapa. Adapun hubungan keakraban tersebut dapat dipisah menjadi hubungan yang akrab serta tidak akrab. Hubungan yang tidak akrab biasanya dipengaruhi oleh kekuasaan pesapa terhadap penyapa sehingga hubungan mereka menjadi tidak akrab. Dalam hal ini, penggunaan bentuk ~nim sangat berpengaruh kepada tingkat keakraban seseorang. Bentuk ~nim yang menandakan bentuk rasa hormat dari penyapa ke pesapa membentuk jarak untuk saling hormat-menghormati. Sehingga hubungan yang terjalinpun tidak begitu akrab. Adapun jenis kata sapaan yang mengindikasikan ketidakakraban ini adalah Gelar Honorifik. Kata sapaan jenis Gelar Pangkat juga mengindikasikan hubungan yang tidak akrab di antara penyapa dan pesapa. Hal ini dikarenakan penyapa cenderung memberikan jarak bahwa posisi penyapa berada di atas pesapa sehingga hubungan yang terjalin pun menjadi tidak akrab. Gelar Netral yang dalam penggunaannya lebih sering digunakan untuk dua orang yang belum saling mengenal jelas tidak akan mengindikasikan keakraban di dalam hubungan tersebut. Melalui sumber data, jenis kata sapaan Bentuk Interjeksi i bwayo juga mengindikasikan ketidakakraban.
Kata sapaan ..., Raehana Ulfha, FIB UI, 2011
Universitas Indonesia
38
Menurut Brown dan Gilman hubungan yang berdasarkan solidaritas adalah hubungan yang dilandasi atas kesamaan yang dibagi antara penyapa dan pesapa, seperti satu sekolah, satu kampung halaman, dan lain-lain. Jenis-jenis bentuk kata sapaan yang tersisa adalah jenis kata sapaan yang dilandasi hubungan yang akrab. Hal ini dikarenakan ada kesamaan yang dibagi antara penyapa dan pesapa. Contohnya bentuk tingkatan berupa seonbae. Saat penyapa memanggil lawan bicaranya dengan sebutan seonbae hal ini berarti penyapa memiliki kesamaan dalam hal sekolah ataupun lingkungan akademis dengan pesapa. Hal ini secara tidak langsung menimbulkan hubungan yang akrab di antara keduanya. Adapun jenis kata sapaan yang tersisa adalah bentuk persaudaraan, seruan familiar, seruan intim, serta Bentuk Interjeksi seperti ya. Keempat jenis ini dalam penggunaannya hanya memang boleh dipakai untuk jalinan hubungan yang sudah akrab sehingga sudah bisa dipastikan hubungan penyapa dan pesapa yang menggunakan bentuk ini memiliki hubungan yang akrab. Namun menurut sumber data ada, terdapat kategori yang penggunaannya dapat mengindikasikan hubungan yang akrab ataupun tidak. Contohnya adalah bentuk nomina. Penggunaan bentuk ini disesuaikan dengan ungkapan dari penyapa terhadap pesapa. Jika digunakan dalam nada yang negatif maka hubungan yang tercipta tidak akrab, begitupula sebaliknya jika digunakan dalam nada yang positif maka hubungan yang tercipta bisa menjadi akrab.
3.5.2 Faktor Status Sosial Menurut Brown dan Gilman dalam penggunaan kata sapaan di Eropa, faktor kekuasaan lebih diutamakan daripada hubungan keakraban. Jadi saat seseorang
ingin
menyapa
lawan
bicaranya,
ia
harus
terlebih
dahulu
mempertimbangkan faktor kekuasaan. Salah satu bentuk faktor kekuasaan adalah status sosial. Status sosial memegang peranan penting dalam memengaruhi penggunaan kata sapaan di Korea. Status sosial adalah posisi sosial yang diajak bicara (pesapa) dalam hubungannya dengan pembicara (penyapa) (Kridalaksana, 1982). Status sosial itu sendiri dapat dilihat melalui berbagai unsur seperti kekayaan, jabatan, serta tingkat posisi sosial seseorang di dalam masyarakat. Jika dilihat berdasarkan
Kata sapaan ..., Raehana Ulfha, FIB UI, 2011
Universitas Indonesia
39
posisi pesapa terhadap penyapa, status sosial dapat dibagi menjadi tiga, yaitu lebih tinggi, sederajat dan lebih rendah. Status sosial yang lebih tinggi adalah ketika pesapa memiliki posisi sosial yang lebih tinggi dari pada penyapa sehingga secara tidak langsung penyapa menaruh hormat terhadap pesapa. Jenis kata sapaan Bentuk Honorifik merupakan salah satu contohnya. Akhiran suffix ~nim yang merupakan bentuk penghormatan terhadap pesapa secara tidak langsung menyatakan bahwa pesapa lebih tinggi daripada penyapa. Bentuk lainnya adalah jenis Bentuk Tingkatan dan Bentuk Persaudaraan. Bentuk Tingkatan yaitu seonbae jelas mengindikasikan posisinya yang lebih tinggi sebagai seorang senior, sedangkan Bentuk Persaudaraan seperti eonni dan oppa juga menunjukkan status sosial pesapa lebih tinggi daripada penyapa. Status sosial yang sederajat adalah ketika penyapa dan pesapa miliki status sosial yang sama dalam lingkungan masyarakat ataupun keduanya tidak mengetahui status sosial masing-masing. Status sosial yang sederajat dapat ditemukan pada jenis kata sapaan Bentuk Netral yang ditandai dengan akhiran ~ssi. Namun karena pemakaian bentuk ini juga dipakai seorang atasan kepada bawahannya, maka pemakaian bentuk ini bisa juga mengindikasikan status sosial pesapa yang lebih rendah.
Bentuk lainya adalah Bentuk Interjeksi i bwayo.
Bentuk ini mengindikasikan hubungan yang tidak dekat antara penyapa dan pesapa sehingga status sosial di antara keduanya dapat dikatakan sederajat. Sedangkan status sosial yang lebih rendah adalah ketika pesapa memiliki posisi sosial yang lebih rendah daripada penyapa. Hal ini dapat ditandai dengan jabatan pesapa yang lebih rendah, unsur kekayaan yang berada di bawah penyapa, serta kekuasaan yang dimiliki penyapa terhadap pesapa. Adapun bentuk yang didasari pengaruh status sosial yang lebih rendah adalah bentuk Seruan Familiar, Seruan Intim, Bentuk Nomina dan Bentuk Interjeksi berupa ya.
3.5.3 Faktor Usia Faktor usia menurut Brown dan Gilman merupakan salah satu faktor yang termasuk ke dalam faktor kekuasaan. Sama halnya dengan faktor status sosial, faktor usia dari lawan bicara juga memiliki peranan dalam penggunaan
Kata sapaan ..., Raehana Ulfha, FIB UI, 2011
Universitas Indonesia
40
kata sapaan di dalam masyarakat Korea. Berdasarkan faktor usianya, Gelar Honorifik, Bentuk Tingkatan dan Bentuk Persaudaraan merupakan kata sapaan yang digunakan untuk menyapa lawan bicara yang lebih tua. Gelar Honorifik dengan menambahkan suffix ~nim yang merupakan bentuk penghormatan adalah sebagai tanda bahwa pesapa memiliki umur yang lebih tua. Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa menggunakan bentuk ini berarti lawan bicara lebih muda. Hal ini dapat terlihat dalam penggunaan sajangnim pada sumber data. Sama halnya dengan Bentuk Tingkatan seperti seonbae serta bentuk persaudaraan seperti oppa, eoni dan hyeong, memang dipakai untuk mengindikasikan lawan bicara yang lebih tua dari penyapa. Kata sapaan yang digunakan untuk menyapa yang lebih muda dapat terlihat dari bentuk penggunaan Gelar Pangkat, Seruan Intim, Seruan Familiar, serta Bentuk Nomina. Memanggil dengan bentuk Gelar Pangkat tanpa menambahkan suffix ~nim biasa dipakai untuk dua orang dewasa yang memiliki lingkungan kerja yang sama, namun pesapa memiliki umur yang cenderung di bawah penyapa. Begitu pula dengan bentuk Seruan Intim Ah young-a serta bentuk Seruan Familiar seperti uri raim-i hanya digunakan kepada pesapa yang umurnya berada di bawah penyapa. selain itu, Bentuk Nomina ternyata lebih ditujukan kepada lawan bicara yang usianya lebih muda. Terakhir, Bentuk Interjeksi seperti ya adalah bentuk kata sapaan yang juga digunakan untuk pesapa yang lebih muda. Namun berdasarkan sumber data ternyata terdapat bentuk kata sapaan yang tidak terpengaruh dengan umur. Jenis kata sapaan tersebut adalah Gelar Netral dengan akhiran ~ssi, Bentuk Interjeksi seperti i bwayo. Hal ini bukan berarti bahwa penyapa tidak menghiraukan umur dari pesapa namun penyapa cenderung berfikir bahwa usia mereka tidak jauh berbeda. Sehingga usia bukanlah hal yang utama bagi penyapa
Kata sapaan ..., Raehana Ulfha, FIB UI, 2011
Universitas Indonesia
41
3.6 Kata sapaan Berdasarkan Jenis dan Faktor yang memengaruhi Penggunaannya. Demikianlah pemaparan kata sapaaan dalam hubungan nonkekerabatan yang ada di dalam masyarakat Korea. Berdasarkan sumber data yang ada, jenis kata sapaan dalam hubungan nonkekerabatan dapat dibagi menjadi 9 bentuk yang dapat dilihat pada tabel 3.2. Adapun dalam penggunaannya, kata sapaan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti faktor hubungan kekerabatan, faktor status sosial, serta faktor usia. Keseluruhan gabungan antara tabel jenis berdasarkan sumber data serta hubungannya dengan faktorfaktor yang memengaruhinya dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut.
Kata sapaan ..., Raehana Ulfha, FIB UI, 2011
Universitas Indonesia
45
BAB IV KESIMPULAN
Dalam penelitian ini, telah diklasifikasi kata sapaan nonkekerabatan yang ada di dalam masyarakat Korea berdasarkan jenisnya. Selain itu, setelah dipaparkan penggunaan setiap jenisnya, dapat diketahui faktor apa saja yang memengaruhi penggunaan kata sapaan di dalam masyarakat Korea. Melalui sumber data, diketahui bahwa kata sapaan nonkekerabatan yang ada di Korea dapat diklasifikasikan ke dalam 9 bentuk berdasarkan jenisnya. Jenis kata sapaan tersebut, yaitu: 1. Gelar Honorifik, seperti eomonim (ibu yang terhormat), sajangnim
(presiden direktur), Park sangmunim (direktur park), seonbaenim (senior). 2. Gelar Pangkat, seperti Kim biseo (sekretaris Kim), kamdong
(Sutradara), sajang (presiden direktur). 3. Bentuk Tingkatan, seperti seonbae (senior). 4. Bentuk Persaudaraan, seperti Joowoni hyeong (abang joowon), eonni
(kakak), oppa (abang) 5. Gelar Netral, seperti Kim Joowon ssi, (Kim Joowon) Yoonseul ssi
(Yoonseul), Gil raim ssi. 6. Seruan Familiar, seperti uri Joowon-i (Joowonku),, uri Raim-i (Raimku). 7. Seruan Intim, seperti Raim-a (Raim), Joowon-a (Joowon), micin nom-a (orang gila) 8. Bentuk Nomina, yukki (angkatan enam) dan Agassi (gadis). 9. Bentuk Interjeksi, seperti i bwayo (hey) dan ya (hey) Setelah klasifikasi yang ada didapat dan setiap penggunaan dari klasifikasi tersebut dijelaskan, ternyata terdapat temuan-temuan dari penggunaan klasifikasi tersebut. Hal ini dapat dilihat penggunaan bentuk persaudaraan seperti oppa yang dalam penggunaannya ditemukan perluasan arti kata oppa dari abang menjadi
Kata sapaan ..., Raehana Ulfha, FIB UI, 2011
Universitas Indonesia
46
idola atau superstar. Para wanita cenderung memanggil idolanya dengan sebutan oppa walaupun umur mereka lebih tua daripada lawan bicaranya. Selain itu, dalam bentuk Seruan Familiar, Koh menjelaskan bahwa bentuk ini hanya dipakai sebagai kata sapaan bukan sebagai kata acuan. Namun berdasarkan sumber data, diketahui bahwa penggunaan bentuk ini cenderung digunakan sebagai kata acuan ketimbang kata sapaan. Setelah melihat penggunaannya menurut sumber data, terdapat tiga faktorfaktor yang memengaruhi penggunaan kata sapaan dalam masyarakat Korea. faktor-faktor tersebut adalah faktor hubungan keakraban, faktor status sosial, dan faktor usia. Dengan mengetahui faktor-faktor ini, penyapa dapat menentukan pemilihan kata sapaan yang tepat saat ditujukan untuk lawan bicara. Sistem kekerabatan dalam masyarakat Korea sangatlah beragam dan menggambarkan tingkat kehormatan dalam penggunaannya. Pada skripsi ini, penelitian yang dilakukan terbatas pada kata sapaan nonkekerabatan dalam masyarakat Korea saja. Selain itu dengan berbagai pembatasan penelitian yang ada, hasil dari penelitian ini masih bisa dikembangkan menjadi lebih sempurna pada penelitian-penelitian selanjutnya. Oleh karena itu, pada penelitian selanjutnya semoga sistem kata sapaan tak hanya terbatas pada nonkekerabatan saja namun juga pada sistem sapaan kekerabatan dalam masyarakat Korea sehingga nantinya keberagaman kata sapaan dalam masyarakat Korea dapat lebih diketahui.
Kata sapaan ..., Raehana Ulfha, FIB UI, 2011
Universitas Indonesia
47
DAFTAR PUSTAKA
Chaer , Abdul dan Leonie Agustina. 2004. Sosiolinguistik: Sebuah Perkenalan Awal. Jakarta : PT. Rineka Cipta Chaer, Abdul. 2010. “Kesantunan Berbahasa”. Jakarta : PT. Rineka Cipta Choi, Junghwa and Lim Hyang Ok. 2007. This is all you ever wanted you know about korea. Seoul: Newrun Crane, Paul.S. 1999. Korean Patterns. Seoul: Seoul Press. Fasold, Ralph. W. 1990. “The Sociolinguistic of Language”. Oxford: Blackwell Fishman, J.A. 1972. The Sociology of Language. Rawly Massachusett: Newbury House. Koh, Haejin Elizabeth. 2005. Usage of Korean Address and Reference Term dalam Korean Language in Culture and Society. University of Hawai’i Press. Korean Overseas Information Service, 2006. Facts about Korea. Seoul: Korean Overseas Information Service, Government Information service. Kridalaksana, Harimurti. 1982. Fungsi Bahasa dan Sikap Bahasa. Flores: Nusa Indah. Kridalaksana, Harimurti. 1986. Kelas kata dalam bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Kushartanti. 2007. “Pragmatik” dalam Pesona Bahasa: Langkah awal memahami Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Lee dan Ramsey. 2000. The Korean Language. United State of America : State University of New York Press, Albany. Purwa, I made. 2003. Sistem Sapaan Bahasa Sumbawa. Jakarta : Pusat Bahasa. Purwo, Bambang Kaswanti. 1984. Deiksis Dalam Bahasa Indonesia. Jakarta : PN Balai Pustaka.
Kata sapaan ..., Raehana Ulfha, FIB UI, 2011
Universitas Indonesia
48
Rahmania, Anissa. 2009. “Kata Sapaan dalam Masyarakat Baduy”. Depok : Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia Sadtono, Eugenius. 1978. “Pronomina kedua dalam interaksi sosio-linguistik”. Warta Scientia No.28 Thn XI. Malang. Sohn, Ho-min. 1999. The Korean Language. Cambridge : Cambridge University Press. Song, Jae Jung. 2005. The Korean Language: structure, use and context. New York: Routledge. Spolsky, Bernard. 1998. Sosiolinguistic. New York: Oxford University Press. Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisa Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press. Sumampouw, Elfrida W. S. 2000. “Pola penyapaan Bahasa Indonesia dalam interaksi Verbal dengan Latar Multilingual” dalam Kajian serba Linguistik: Untuk nton Moeliono Pereksa Bahasa. Ed. Bambang Kaswati Purwo. Jakarta : Gunung Mulia dalam kerja sama dengan Universitas Katolik Atmajaya. Tim penyusun. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Veghdal, Sonja and Ben Sunghwa Hur. 2005. Culture Shock: a Survival Guide to Custom and Ettiquette. Singapore: Marshal Cavendish Edition.
Literatur Korea 강희숙. 2000. “호칭어 사용에 대한 사회언어학적 분석”. 사회언어학 10-1. 한국사회언어학회. 구엔민충. 2007. “한국어와 베트남어의 호칭어 대조 연구”. 인하대학교 일반대학교 : 국어국문학과. 국립국어원 지음. 2005. 위국인을 위한 한국어 문법 1. 서울, 커뮤니케이션북스. 이익섭, 이상억, 채완. 한국인의 언어. 서울: 신구문화사. 한갑수. 1989. “호칭과 칭호”. 국어생활 ’89겨울(제19호).
Kata sapaan ..., Raehana Ulfha, FIB UI, 2011
Universitas Indonesia
49
Halaman Web: 1. http://endic.naver.com/krenEntry.nhn?entryId=464b357ca86b404e9ded90163c f9437c&query=%EA%B0%90%ED%83%84%EC%82%AC
(diunduh pada tanggal 11-7-2011) 2. http://search.naver.com/search.naver?where=nexearch&query=%EC%98%81%E C%96%B4+%EA%B0%90%ED%83%84%EC%82%AC&x=0&y=0&sm=top_sug.pre& fbm=1&ie=utf8
(diunduh pada tanggal 11-7-2011)
Kata sapaan ..., Raehana Ulfha, FIB UI, 2011
Universitas Indonesia