Sumbangsih ITB78 bagi masyarakat Indonesia
1
Panduan Membuat Lingkungan Lebih Baik
Penyunting dan pengumpul data Isono Sadoko (AR ITB78) Layout dan editing akhir Lana Winayanti (AR ITB78)
PANITIA REUNI 30 TAHUN ALUMNI ITB78 2008
Kata Pengantar Dalam rangka reuni 30 tahun alumni Institut Teknologi Bandung angkatan 1978 diselenggarakan serangkaian kegiatan untuk alumni, almamater dan masyarakat dengan tema ‘Peduli Lingkungan’. Tema ini dipilih karena kepedulian alumni ITB78 akan isu lingkungan dan keinginan untuk mendukung gerakan pembangunan berkelanjutan melalui peningkatan pemahaman alumni dan masyarakat akan isu lingkungan. Panduan Membuat Lingkungan Lebih Baik disusun untuk membantu masyarakat yang tinggal di desa, daerah pesisir dan perbatasan membangun rumah dan lingkungan yang lebih berwawasan lingkungan. Rencananya panduan ini akan disebarluaskan ke seluruh pelosok tanah air melalui tenaga pendamping masyarakat di bawah Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM). Buku ini terdiri atas dua bagian. Bagian I berisi panduan untuk membuat rumah dan lingkungan yang lebih sehat, sedangkan Bagian II berisi panduan untuk penanaman padi ramah lingkungan dan mengatasi hama. Semoga buku ini bermanfaat bagi masyarakat luas. Akhir kata, mohon maaf bila masih ada kekurangan dalam buku ini dan terima kasih kepada seluruh pihak yang membantu mewujudkan panduan ini dan menyebarluaskannya ke masyarakat. Jakarta,
Juli 2008.
Panitia Reuni 30th ITB78
1
Pendahuluan Buku ini disunting dalam bentuk panduan saku sebagai bentuk kepedulian alumni Institut Teknologi Bandung angkatan 1978 (ITB78) untuk lingkungan dan masyarakat banyak. Panduan ini mengumpulkan berbagai kiat praktis yang mendukung pengembangan rumah dan lingkungan yang lebih sehat dan ramah lingkungan. Panduan ini ditujukan sebagai panduan pelengkap bagi para fasilitator dan penggerak desa dan kelurahan di seluruh Indonesia. Panduan ini diedarkan secara cuma-cuma. Alumni ITB78 tidak mendapat keuntungan materiil apapun dari penyebaran buku ini. Panduan ini terbagi atas dua bagian, yaitu Bagian I yang berisi panduan bagi rumah dan lingkungan yang sehat. Bahan dari panduan ini disunting dari berbagai pengalaman penyunting selama membantu proyek Program Pengembangan Kecamatan (PPK) dan Prakarsa Pembaharuan Tata Pemerintahan Daerah (P2TPD) serta dari buku panduan PPK: The Good and The Bad Infrastructure. Bagian II berisi panduan penanaman padi yang ramah lingkungan (terpadu) dan panduan mengatasi hama, penyakit dan kekurangan logam yang paling sering terjadi di Indonesia. Bahan untuk bagian ini sepenuhnya diambil dari Bank Informasi Teknologi Padi, International Rice Research Institute (IRRI) dengan sepengetahuan IRRI. Bagian mengenai tanaman terpadu pada informasi IRRI berbahasa Indonesia disunting oleh Zulkifli Zaini, Diah WS dan Mahyuddin Syam; dan bagian mengenai hama disunting oleh Mahyuddin Syam dan Diah Wurjandari. Dalam panduan ini bagian II dengan sangat terbatas disunting kembali.
2
Daftar Isi KATA PENGANTAR
1
PENDAHULUAN
2
DAFTAR ISI
3
BAGIAN I: PANDUAN RUMAH DAN LINGKUNGAN SEHAT 5 Bab I Panduan Membuat Rumah yang Sehat 1. Prinsip-prinsip Rumah Tahan Gempa 2. Menghindari lembab dan rayap 3. Pencahayaan alami 4. Ventilasi rumah 5. Pemasangan Pipa dan Listrik 6. Menghindari genangan di pekarangan 7. Membuat penampungan air bersih 8. Membuat septic tank
Bab II Panduan Pengelolaan Lingkungan 1. Membuat jalan lingkungan yang lebih baik 2. Membuat kompos rumah tangga & lingkungan rumah tangga 3. Kompos di tingkat Rukun Tetangga (RT) 4. Membuat kompos dari sisa padi dan kotoran hewan 5. Membuat sumur resapan dan penghijauan
6 6 8 8 9 9 10 10 12
14 14 20 22 24 26
BAGIAN 2: PANDUAN PEMELIHARAAN PADI RAMAH LINGKUNGAN
28
Bab III Pemeliharaan Padi Terpadu
29
1. Pemilihan Bibit: Unggul belum tentu lebih baik dari Lokal 2. Pemupukan
29 41
Bab IV Mengatasi Hama, Penyakit dan Kekurangan Logam
45
1. Hama Penggerek batang padi (stem borer) 2. Hama Wereng Coklat
3
45 47
3. Hama Wereng Hijau 4. Hama Kepinding Tanah 5. Hama Tikus 6. Hama Lalat Bibit 7. Hama Keong Mas 8. Penyakit Bakteri Hawar Daun 9. Penyakit Bakteri Daun Bergaris 10. Penyakit Blas 11. Penyakit Hawar Pelepah Daun 12. Penyakit Busuk Batang 13. Penyakit Busuk Pelepah Daun Bendera 14. Penyakit Hawar Daun Jingga 15. Penyakit Tungro 16. Kekurangan Nitrogen 17. Kekurangan Fosfor 18. Kekurangan Kalium 19. Keracunan Besi
4
49 50 51 57 59 61 63 64 66 67 69 71 72 75 76 77 78
Bagian I: PANDUAN RUMAH DAN LINGKUNGAN SEHAT
5
Bab I Panduan Membuat Rumah yang Sehat 1. Prinsip-prinsip Rumah Tahan Gempa Rumah/bangunan yang tahan gempa adalah yang: 1. Bentuknya tunggal dan sederhana.
Lebih tahan gempa
Bentuk tidak sederhana kurang tahan gempa
2. Rangkanya menyatu dan kuat (kuat bisa dari kayu, bambu, baja maupun beton asal dikerjakan dengan baik sesuai ukuran). Ada balok ring atap yang menyatu
Ada rangka yang saling sambung dan kuat Ada slop menerus dan pondasi yang kuat
Bila dibuat dari bambu perlu ikatan sambungan yang kuat (ada segi tiga dan diikat dengan tali hitam). Bambu paling kuat bila dalam kondisi utuh bulat dan ruas2nya tidak terpotong, akan lebih kuat bila diikat dalam keadaan utuh. Coakan bisa dibuat dibagian ikatan agar antar bambu tidak bergeser. 2 bambu pengikat Coakan dibalik ikatan
6
3. Bila dibuat penambahan keatas pada waktu yang tidak bersamaan dibuat ikatan yang baik: •
Bila dari beton tulangan perlu disatukan dan diberikan anker ke yang lama
bagian baru
2 besi pengapit
Bagian baru
Tulangan disatukan diangker
dan
• Bila dari kayu harus diapit dan diberi segitiga pengaku agar menyatu
•
Bila dari baja harus dilas penuh. 2 bagian baru
4. Penting tidak dikerjakan asal jadi atau dikurang-kurangi bahannya seperti: • • •
7
Beton yang kekurangan semennya atau banyak rongganya Balok ring yang tidak ada atau terlalu kecil tulangannya Kuda-kuda kayu yang tidak ada pengakunya.
2. Menghindari lembab dan rayap Pada waktu kayu kelas satu masih tersedia dan terjangkau, kayu masih bisa diletakan dekat dengan tanah; saat ini semua kosen sebaiknya ditaruh 50 cm diatas tanah. Semua pekerjaan semen (plester, cor dll.) bagian bawah (sekitar 50 cm dari tanah) sebaiknya memakai perbandingan 1 semen 2 pasir dan dikerjakan agar semuanya padat merata, tidak ada bolong2 udara. Akan menjadi sedikit mahal tapi dijangka panjang akan membuat biaya pemeliharaan dan perbaikan lebih kecil. Kosen Bagian bawah yang plesteran bisa dicat warna yang sama dgn kosen.
Tembok 50 cm
Lantai
3. Pencahayaan alami Sebisanya ada cahaya matahari yang masuk ke rumah, lebih baik ada cahaya pagi dari timur dan lebih baik lagi bila semua ruang ada jendela keluar rumah.
Bila cahaya pagi terhalang, usahakan ada jendela kearah matahari sore (Barat)
Ruangan yang kena matahari langsung akan kurang lembab dan cahaya matahari bisa membunuh kuman penyakit.
8
4. Ventilasi rumah Sebisanya udara dari luar bisa mengalir bebas ke dalam rumah. Udara mengalir karena jendela/kisi berseberangan
letak
Udara/angin tidak bisa bergerak masuk karena tertahan tembok
Angin
angin
Bukaan berseberangan juga bisa dibuat dengan membuat kisi diatap. Udara yang mengalir ke dalam rumah akan mengurangi kelembaban ruang.
5. Pemasangan Pipa dan Listrik Semua pipa, saluran air dan listrik jangan ditanam di dalam tembok atau lantai, biarkan ada diluar. Umumnya pipa2 ingin kita tanam didalam tembok agar tidak mengganggu keindahan namun hal ini menyebabkan bila ada kerusakan dimasa depan, sulit untuk dilacak posisinya dan diperbaiki. Lihat pemecahan di halaman berikut.
9
Pemecahan untuk di lantai
Dibuat lekukan utk menaruh pipa yang kemudian ditutup
Pemecahan untuk di dinding Dinding dibuat lekukan untuk menarup pipa
lis plastik Tegel
ditutup list yang dilem
6. Menghindari genangan di pekarangan Sebisanya tidak ada air genangan di pekarangan. Bila ada tutup daerah tersebut dengan tanah, kecuali memang ingin dibuat kolam ikan. Air genangan tanpa ikan akan menjadi sumber penyakit dan nyamuk demam berdarah. Bila ada MCK bersama diusahakan agar lantainya ada kemiringan sedikit dan ada aliran air sehingga tidak ada genangan di lantai.
7. Membuat penampungan air bersih Penampung bisa di buat dari bis beton besar (yang dalamnya di plester acian semen) atau dari bak beton (dengan tulangan beton dan campuran beton pasir 1 : 2). Air bersih masuk dari lubang diatas bak penampung (supaya air bisa terisi hingga penuh). Pipa penyalur keluarnya air dibuat melalui lubang bak 5 cm dari dasar bak (supaya kotoran bak tidak terbawa keluar). Kemudian ada satu lagi lubang didasar bak untuk menguras bak bila sudah kotor. Semua pipa keluaran perlu lem dengan aci semen dengan teliti agar tidak bocor. Bila perlu semen dicampur dengan aqua proof. Bak penampungan ada juga yang dibeli sudah jadi dari plastic fiber. Bak penampungan sebaiknya dibuat cukup besar sehingga orang bisa masuk untuk membersihkan dalamnya. Bila membeli jadi bak fiber hanya orang yang kurus (lubang diameter 25 cm) yang bisa 10
masuk membersihkan. Lubang keluar bak fiber ada 2 satu untuk keluar dan satu untuk menguras air atau untuk menghubungkan dengan bak lain (bila ingin dibuat 2 buah secara berendengan).
Air bersih masuk
jangan pernah buat air keluar ditengah, karena bak bagian bawah jadi tak berguna
X
jangan pernah buat air masuk ditengah, karena bak bagian atas jadi tak berguna
X
Orang bisa masuk membersihkan bak
Pipa2 air bersih keluar
5 cm dari dasar
11
Didasar dibuat lubang untuk menguras air
8. Membuat septic tank Dibuat dari 2 tumpuk bis benton masing-masing 3 susun yang ditaruh berdampingan: Bis beton teratas diberi penutup beton dgn bolongan untuk udara & bolongan kontrol
Bis beton 2 jejer masing2 3 tumpuk ukuran: tinggi 0,5 m & diameter 1 m
pipa udara 10 cm
B C
A Bagian bening jatuh ke D D Tinja padat Mengendap
Bagian cair pindah ke Tangki 2, yang keruh dibawah
Lubang control Æ bisa masuk orang
A = pipa dari WC ke tanki 1, posisi 10 cm dari tutup tanki 1 B = pipa dari tanki 1 ke tangki ke 2, posisi 5 cm dari tutupnya C = pipa luberan dari tangki 2 ke luar, D = kerikil dan ijuk dibagian tampungan keluaran pipa C Tinja masuk ke tangki satu (yg dibuat dari 3 susun bis beton), bagian yang padat dibawah dan yang cair bila penuh masuk ke tangki 2. Sama di tangki dua, bagian yang bening bila penuh tumpah ke kerikil dan ijuk diluar tangki 2. Rembesannya masuk tanah. Tangki 1
12
Tangki 2 (sedikit lebih rendah) Æ keluar ke D (ijuk)
Box 1 SELINGAN MENGENAI BAMBU Penghijauan di lingkungan RT dengan menanam pohon bambu mempunyai beberapa keuntungan sbb: 1. Rumpun cepat dan mudah tumbuh 2. Batangnya kuat untuk dipakai untuk berbagai kebutuhan (seperti tiang bendera, alat pancing dll.) termasuk untuk menopang bangunan dan sebagai tulangan beton yang ringan. 3. Menyerap udara kotor (CO2) dan memberikan udara segar (memberikan O2 35% lebih banyak dari rata2 tumbuhan lain). Catatan: Karena bambu cepat menjadi rindang dan banyak daundaunnya yang jatuh maka tanaman kecil didekatnya sulit tumbuh. Bambu yang terlalu rindang dan menjadi rumpun yang besar yang tidak didekati orang sering dihuni ular hijau. Bila ditanam untuk dimanfaatkan gunakanlah batang yang tua. Pemotongan bambu secara rutin agar tidak terlalu rindang, juga tidak menarik bagi sarang ular. Pengaman bagian bawah tiang bambu pada bangunan: 1. Ruas terbawah diisi semen yang diberi 1 batang besi beton Ruas terakhir dibuka diisi beton dan batang besi; dimana besinya dilebihkan keluar
2.
Bambu yang sudah ada ujung besinya diberi bantalan/pondasi beton 50 cm dari tanah agar bambu tidak lembab.
Cara mengawetkan bamboo: Tiang bambu direndam satu malam dalam cairan Borax yang bisa dibeli diapotik atau toko kimia. Penggunaan sebagai pengaku beton: Bambu kecil bulat dikeringkan dan disusun dan diikat kawat satu-satu seperti rangka baca 3 – 4 cm untuk beton tapi lebih rapat. Ini hanya bisa untuk beton yang lebarnya sekitar ½ meter. Sedangkan tebal beton jadi hanya 5 – 6 cm.
13
Bab II Panduan Pengelolaan Lingkungan 1. Membuat jalan lingkungan yang lebih baik a. Kondisi tanah yang perlu diperhatikan Jalan lingkungan yang bisa dibuat tanpa menggunakan alat-alat berat (mesin giling dll.) hanyalah jalan lingkungan yang sudah cukup lama diperkeras, tanahnya cukup padat dan tidak mudah terbawa air.
Tanah yang mudah terbawa air. Jalan ini hanya bisa dikerjakan dengan alat‐alat berat.
b. Pinggir jalan yang perlu mendapat perhatian Pinggiran jalan harus cukup lebar agar jalan tidak terlalu dekat dengan jurang atau turun dengan tiba-tiba. Bila pinggirnya adalah bukit atau tebing harus diperhatikan agar ada ruang dan kemiringan tebing yang memadai agar tanah tebing tidak longsor. 14
Jalan
Tebing curam menurun dan terlalu dekat dengan jalan akan mudah menyebabkan longsor
Potongan Jalan Tebing curam menanjak dan terlalu dekat dengan jalan akan mudah menyebabkan longsor
Jalan
300
Kemiringan normal
Potongan Jalan
Bila jalan sudah terjadi terlalu dekat dengan tebing atau jalan mulai ada retakan untuk longsor jalan bisa diperkuat dengan cerucuk bambu (lihat gambar berikut) yang pelan-pelan akan tumbuh menjadi semak bambu (bambu tertentu lebih baik tumbuh dari bambu lainnya – cek dengan petani lokal mana yang cocok).
15
Jalan Cerucuk Bambu
Cerucuk Bambu
Tebing
Tebing Jalan
Bambu tua bagian bawahnya diruncingkan dan ditanam ke tanah yang condong akan longsor
Pinggiran jalan harus mempunyai saluran air dan air dari jalan harus mudah untuk masuk kesaluran tersebut sehingga tidak ada genangan air dijalan. Genangan ini akan cepat merusak jalan. Sebaiknya saluran dibuat agar mudah dibersihkan Jalan
Saluran air
a. Alur air dijalan dan saluran air Musuh utama jalan adalah air, air dan air. Jalan akan cepat rusak bila ada genangan air atau air mengalir dibawah permukaan jalan. Jalan harus seperti punggung kerbau yang tinggi
16
ditengah sehingga air mengalir kepinggir
b. Membuat perkerasan batu yang baik Membuat perkerasan dari batu harus menggunakan batu pecah seperti ini dan tidak menggunakan batu bulat atau hanya dengan pasir bercampur tanah.
Batu pecah susun
Batu penahan
Pasir dasar
Contoh jalan-jalan yang salah dalam menaruh batu perkerasan:
Badan jalan yang seharusnya seperti punggung kerbau ( menjadi rendah di kiri-kanan daerah roda kendaraan ( karena batunya bisa tergeser. Batu-batu dibawah disusun secara tidak baik karena:
17
) )
Tidak saling ikat
terlalu besar
terlalu kecil dan lepas
Seharusnya tersusun saling ikat seperti ini: Air bisa mengalir ke saluran
Batu tersusun tinggi ditengah dan saling ikat
Tanah dan batu samping menahan susunan batu Bila jalan dibuat dari beton:
Untuk menghemat dan memperbesar serapan air, bagian tengah tidak perlu dibeton. Lapisan Beton
18
Å50-80 cm kosongÆ Lapisan Beton lagi
Betong harus cukup banyak campuran semennya (pasir banding semen 2 : 1 atau max 3 : 1). Dibawahnya ada perkerasan batu dan diatasnya dibuat tulangan baja. Tulangan Baja yang diikat – posisi dibagian atas
Lapisan bawah:
Susunan batu
Bila jalan butuh dinding penahan sebaiknya dibuat dari bronjong (susunan batu yang dibungkus kawat) daripada dari beton atau pasangan batu kali. Bronjong mencegah longsor tapi meneruskan air tanah dan harganya juga lebih murah. tanah yang ditahan
bronjong 1 disusun diatas bronjong 2
Batu dibungkus kawat
19
2. Membuat kompos rumah tangga & lingkungan rumah tangga Apabila ingin mengelola sampah yang ramah lingkungan sebaiknya sampah dipilah pilah terlebih dahulu atas: 1. Barang yang bisa dijual atau diberikan pada pemulung yaitu: bahan plastik (botol, gelas, kantong dll.) yang relatif masih bersih, kertas-kertasan, bahan logam, sisa accu, sisa minyak dll. Barang-barang ini bila dikumpulkan terpisah pada waktu belum tercampur-campur bisa dijual pada pemulung atau pengumpul bang bekas. 2. Barang-barang organik yang bisa dikomposkan yaitu sampah kebun, sampah makanan, sampah bungkus dari daun2an dan sampah buah-buahan (kecuali buah kelapa, batang pohon kelapa dan yang keras lainnya). Bahan-bahan ini bisa dikomposkan untuk menjadi pupuk tanaman. 3. Barang yang tidak bisa digunakan pemulung maupun dikomposkan seperti bahan kertas yang dilaminasi plastik, bahan kimia, sisa oli yang sangat kotor. Bahan ini idealnya dibuang tersendiri. Untuk jenis no. 2 (barang-barang organik) sampah ini baik untuk dikomposkan. Kompos bisa dibuat untuk skala rumah tangga maupun untuk skala lingkungan rumah tetangga. Kompos yang dibuat di masing-masing rumah tangga yang mudah ada 2 jenis: 1. Kompos rumah tangga yang mempunyai halaman luas 2. Kompos rumah tangga yang tidak punya halaman sehingga dibuat didalam drum bekas. 3. Kompos rumah tangga dengan halaman luas: a. Gali lubang di tanah yang agak dipojok (tidak banyak dipakai lalu-lalang) dan tidak terlalu basah. Lubang besarnya 1 meter x 1 meter dengan dalam 0,5 meter. Taruh tanah galian disamping lubang.
20
b. Masukan sampah di lubang dan tumpuk lapisan tipis tanah galian. Lakukan sampai sampah agak munjung dari galian (sampah bisa ditambah tiap hari). Tutup lagi dengan tanah sekedar seluruhnya tertutup. Tunggu sampai 3 minggu maka sampah bisa mulai dibongkar bila sampah sudah menjadi halus, berwarna hitam dan tidak lagi berbau busuk berarti tanah sudah menjadi kompos dan bisa dipakai untuk pupuk tanaman. Bila ingin dipakai untuk tanaman pot atau tanaman kecil tunggu kompos sampai tidak panas lagi baru digunakan di tanaman. 4. Kompos di Drum Besi Bekas: a. Drum dibuat as dari besi dan dipasang lager yang diikat oleh kaki segi tiga b. Salah satu sisi as diberi engkol untuk memutar drum c. Satu sisi drum dilubangi untuk memasukan sampah, bagian yang dipotong tetap tersambung sebagai tutup drum d. Setiap kali sampah dimasukkan, drum diputar-putar e.
Setelah 2–3 kompos
minggu sampah sudah mulai menjadi
21
Penutup lubang drum
tempat masukan sampah
engkol lager pipa as besi
Segitiga sebagai kaki alat ini 10 hari sebelum dipanen sebaiknya tidak dimasukkan sampah lagi
3. Kompos di tingkat Rukun Tetangga (RT) Kompos seperti ini bisa memproses sampah satu RT tapi membutuhkan tempat yang agak besar sekitar 5 x 10 m2. 4
1 8
2
3
5
6
7
Tiap kotak ini adalah kotak tempat gundukan sampah diletakan
22
2,5 m 2 m Terowongan udara dari bambu
0.6 m 0.5 m
2.5 m
Sampah ditumpuh mengerucut seperti ini dimana alasnya kira-kira 2 sampai 2,5 m kali 2 sampai 2,5 m (bujur sangkar). Tiap hari tumpukan disiram dengan selang. Sebelum sampah ditumpuk ditaruh dulu rangka bambu segitiga ditengahnya agar udara bisa mengalir didalam tumpukan. Rangka bambu dibuat dari 3 segitiga rangka bambu yang dihubungkan oleh batang2 bambu membujur. Tumpukan sampah tiap 2 – 3 hari dibalik, digeser ke lokasi berikutnya (lihat gambar lokasi diatas) dari tempat 1 ke 2 kemudian 3 hari kemudian ke 3 dst. Setelah 3 minggu sampah sudah dalam posisi 8; biasanya sudah hitam, halus dan siap menjadi kompos. Pada posisi 8 tumpukan kompos sudah tinggal kurang dari ¼ dari besar awalnya. Setelah sampah di 1 dibalik ke posisi 2, lokasi 1 bisa diisi sampah baru demikian seterusnya.
23
4. Membuat kompos dari sisa padi dan kotoran hewan A. Kompos jerami Bahan dan alat terdiri atas kotoran ternak, jerami padi, larutan urea 10%, sekop, garpu, dan ajir bambu.
Kotoran ternak Larutan urea 10%
Jerami Padi Sekop
Garpu
Ajir/penyangga bambu
Bahan dan alat yang diperlukan untuk pembuatan kompos. Cara membuat: 1. Jerami yang akan digunakan untuk bahan kompos disiram atau diperciki larutan urea 10%, lalu dihamparkan diatas lantai/tanah, sampai ketinggian 30 cm. 2. Setelah jerami dihamparkan, ditaburi dengan kotoran ternak (ayam, sapi, atau domba). 3. Cara ini diulangi lagi hingga tumpukan jerami mencapai ketinggian sekitar1,80 m.
24
Jerami
Kotoran ternak
Jerami
4. Bagian atas jerami diberi tutup plastik yang berfungsi untuk membantu menahan panas. 5. Setelah 2 minggu, jerami dibalik, dan disiram dengan air secukupnya untuk mempertahankan kelembaban, kemudian tumpukan jerami ditutup kembali. 6. Diperkirakan 1 bulan setelah itu jerami sudah menjadi kompos. B. Kompos Kotoran Ternak Bahan dan alat terdiri atas serbuk gergaji kayu 5%, kotoran sapi, abu, kotoran ayam, stardec, calcit, sekop, garpu, dan ajir bambu. Cara membuat: 1. Bahan-bahan tersebut dicampur secara merata sebelum proses pembuatan kompos dimulai. 2. Setelah bahan tercampur, tumpukan bahan disisir sambil ditaburi Stardec secara merata. 3. Pada hari ke-7, kompos dicampur dan dibalik. 4. Ulangi pada hari ke-14, ke-21 dan ke-28.
25
Setelah 4-5 minggu, kompos diperkirakan sudah siap digunakan dengan ciri: warna hitam kecoklatan, struktur remah,dan bebas bau.
Serbuk gergaji kayu 5% (bukan jati dan kelapa)
Abu 10 % Kotoran sapi (minimal 40%)
Kotoran ayam (minimal 25%)
Calsit 2 %
Stardec 0,25 %
Garpu Sekop Ajir/penyangga bambu
Bahan dan alat untuk membuat kompos kotoran ternak.
5. Membuat sumur resapan dan penghijauan Selain membuat lubang untuk kompos, bila kita punya cukup pekarangan yang kosong dan sering dimusik kering air tanah kurang sebaiknya kita membuat sumur resapan.
26
Dibuat lubang diameter 0,7 m sedalam 1 – 1,5 m 0,7 – 1 m ditutup tanah lagi 15 cm diisi pasir 1 – 1,5 m
bagian terbawah diisi ijuk & kerikil (20 - 30 cm) HATI-HATI DALAM SATU BULAN SELALU COBA DIINJAK-INJAK!
Kadang-kadang bila ada aliran air bawah tanah pasir dan kerikil didalamnya bisa terbawa air sehingga tinggal tanah teratas yang bertahan. Keadaan ini bisa membuat sumur resapan menjadi lubang jebakan yang sangat berbahaya, terutama bila anak kecil terjeblos didalamnya. Bila sumur resapan menjadi legok perlu diisi tanah permukaan lagi agar tidak membuat air genangan. Permukaan sumur resapan bisa ditanami rumput. Î Usahakan sebanyak mungkin menanam pohon untuk menjaga agar lingkungan asri dan air tanah bisa bertahan. Walaupun tanah hanya 0,3 m2 masih bisa ditanami pohon.
Î Bila tidak cukup pekarangan bisa
membuat susunan tanaman di dalam pot. Bunga Bambu Jepang
Pot ditanami bambu Jepang ditaruh diatas gorong2 selokan yang ditutup
27
BAGIAN 2: PANDUAN PEMELIHARAAN PADI RAMAH LINGKUNGAN
28
Bab III Pemeliharaan Padi Terpadu 1. Pemilihan Bibit: Unggul belum tentu lebih baik dari Lokal Pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) menganjurkan agar pilihan padi disesuaikan dengan kondisi tanah dan pasar setempat Komponen Teknologi (rekomendasi umum) 1. Tanam varietas padi unggul. 2. Gunakan benih bermutu, bersih, sehat, dan bernas (berlabel).
Rekomendasi dengan pendekatan PTT sesuai kondisi setempat • • •
3. Olah tanah secara sempurna.
4. Pelihara persemaian dengan baik.
•
Pengolahan tanah sempurna, minimal atau tanpa olah sesuai keperluan dan kondisi lingkungan; faktor yang menentukan: kemarau panjang, pola tanam, jenis/tekstur tanah.
•
Persemaian basah atau persemaian kering; Pemupukan persemaian.
• 5. Tanam bibit umur 21 hari.
•
6. Tata tanam secara tepat.
• •
7. Beri pupuk N (urea), P (SP-36/TSP), dan K (KCl/ZK)
1.
29
Varietas yang sesuai lingkungan setempat, sesuai selera pasar. Benih bermutu/berlabel; Rendam dalam larutan garam/ZA, ambil yang tenggelam.
Tanam bibit muda 15-21 hari (4 daun). Tata tanam tegel pada MK; Tata tanam jajar legowo (2:1; 3:1; 4:1) pada MH (tergantung kesepakatan petani). Pemupukan N dengan bagan warna daun (BWD);
sesuai kebutuhan tanah, dan keseimbangannya dengan hara P/K tanah.
8. Airi tanaman padi secara efektif dan efisien sesuai kondisi tanah. 9. Kendalikan hama dan penyakit secara terpadu.
2.
pemupukan P, K sesuai analisis tanah, atau kebutuhan tanaman.
3.
Pengairan dengan genangan pada tanah sarang yang baru dibuka;
4.
pengairan berselang pada tanah yang airnya dapat diatur dan ketersediaan air terjamin.
5.
Gunakan komponen PHT (pengendalian hama/penyakit terpadu) secara tepat sesuai jadwal tanam (golongan air);
6.
pemberian pestisida secara
•
bijaksana (pada situasi di mana musuh alami rendah).
•
Dapat menggunakan landak pada tata tanam tegel atau legowo;
•
Dapat menggunakan racun rumput (herbisida).
10. Kendalikan gulma secara tepat.
Pengembalian sisa jerami ke sawah dapat meningkatkan kesuburan tanah. Kondisi tanah padi anda mungkin termasuk salah satu dari empat contoh berikut. Masing-masing tanah membutuhkan teknologi penanganan yang berbeda. Perhatikan kombinasi teknologi utama yang diperlukan. 1. Bagi areal yang laju kenaikan hasil padinya melandai atau turun, karena tanah bermasalah/sakit, komponen teknologi utama yang perlu diterapkan adalah:
30
benih bermutu;
bahan organik;
pengairan berselang;
pemupukan N, P, K sesuai kebutuhan tanaman padi (plus unsur hara lain seperti sulfur (S) dan Zn (seng) pada tanah-tanah bermasalah.
Penggunaan bahan organik dan pengairan berselang dapat membantu mengatasi tanah bermasalah. 2. Bagi areal yang laju kenaikan hasil padi melandai pada keadaan tanah normal, komponen teknologi utama adalah:
Varietas unggul yang lebih baik dan disukai (Ciherang, Way Apo Buru), termasuk varietas unggul tipe baru (mis. varietas Fatmawati) atau padi hibrida (mis. Maro, Rokan, Intani);
Benih bermutu;
Bibit yang sehat (pelihara persemaian);
Bibit muda (4 daun)
Catatan: Padi tipe baru seperti Fatmawati dan padi hibrida seperti Rokan dan Maro, baik diujicoba di daerah yang tanahnya normal namun hasil padi biasanya tidak mengalami kenaikan hasil dari tahun ke tahun. 3. Bagi areal yang laju kenaikan hasil padi rata-rata per tahun melandai, karena sewaktu-waktu ada serangan hama/ penyakit, misalnya penyakit virus tungro, maka: • Gunakan benih bermutu; • Kendalikan penyakit tungro secara terpadu:
31
tanam varietas tahan tungro seperti Tukad Unda, Kalimas, Bondoyudo;
kendalikan perantara;
wereng
hijau
yang
bertindak
sebagai
terapkan pergiliran varietas;
sanitasi (cabut rumpun yang terkena penyakit dan singkirkan dari petakan sawah dengan membenamkan atau membakar).
Varietas padi tahan tungro seperti Memberamo, Tukad Unda, dan Bondoyudo cocok ditanam di daerah yang sering terserang penyakit virus tungro. 4. Bagi areal yang kenaikan hasil padi rata-rata per tahun melandai, karena sering tertimpa kekurangan air (di bagian hilir dari hamparan, pada golongan III, IV):
Terapkan pengolahan tanah yang mempercepat waktu tanam (sistem gogo rancah atau olah tanah kering);
Tata tanaman secara tepat (sebar langsung dalam baris);
Tanam varietas unggul umur genjah (<110 hari) dan gunakan benih bermutu;
Kendalikan rumput dengan herbisida.
Tanam sebar langsung dalam baris varietas berumur sangat genjah (100-105 hari) seperti Silugonggo cocok untuk daerah yang sering tertimpa kekeringan.
Beda Varietas Lokal Dan Unggul Varietas lokal dan varietas unggul mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:
32
UNGGUL
LOKAL Hasil rendah (3-5 t/ha) Tanaman tinggi Daun rebah Jumlah anakan sedikit (5-10)
Hasil tinggi (5-8 t/ha) Tanaman pendek Daun tegak
Jumlah anakan produktif produktif sedang-banyak (14-20)
Tanaman mudah rebah
Tanaman tahan rebah
Tanggap terhadap pemupukan Kurang tanggap terhadap (memerlukan banyak pupuk) pemupukan (memerlukan Umur tanaman genjah (105sedikit pupuk) 125 hari) Umur tanaman panjang (150Rasa nasi sedang-enak, ada 180 hari) yang beraroma Rasa nasi enak, biasanya Belum tentu cocok untuk beraroma semua lingkungan Sudah beradaptasi baik pada lingkungan setempat
Bagaimana memilih varietas unggul sesuai dengan lokasi Anda? Pilih varietas yang mempunyai ciri sebagai berikut:
33
Dapat menyesuaikan diri terhadap iklim dan jenis tanah setempat;
Citarasanya disenangi dan memiliki harga yang tinggi di pasar lokal;
Daya hasil tinggi; toleran terhadap hama dan penyakit; tahan rebah.
Varietas unggul baru seperti IR64, Ciherang, dan Way Apo Buru perlu diuji dulu apakah cocok dan memberikan hasil tinggi untuk kondisi setempat. Contoh beberapa varietas padi
Varietas lokal, misalnya: Pandanwangi, Rojolele, dan Siam Unus.
Varietas unggul baru, misalnya: IR64, Way Apo Buru, Memberamo, Widas, Tukad Unda, Ciherang.
Varietas unggul wangi, misalnya: Celebes, Sintanur, Batang Gadis, dan Gilirang.
Padi tipe baru, misalnya: Fatmawati.
Padi hibrida, misalnya: Maro, Rokan, dan Intani.
Varietas Unggul Tipe Baru (VUTB) seperti Fatmawati cirinya adalah anakan sedikit tapi semua produktif (bermalai), batang kokoh, dan perakaran dalam. BENIH
Hasil bibit kurang baik vs bibit yang baik 34
Mengapa sebaiknya menggunakan benih bermutu baik?
Benih bermutu akan menghasilkan bibit yang sehat dengan akar yang banyak.
Benih yang baik akan menghasilkan perkecambahan dan pertumbuhan seragam.
Ketika ditanam pindah, bibit dari benih yang baik dapat tumbuh lebih cepat dan tegar.
Benih yang baik akan menghasilkan hasil tinggi.
Cara memilih benih yang baik:
35
Untuk memilih benih yang baik gunakan larutan ZA atau larutan garam 3% dengan perbandingan 1 kg ZA dilarutkan dengan 3 liter air, atau 30 gram garam dalam 1 liter air.
Jumlah benih yang dimasukkan disesuaikan dengan volume larutan ZA atau garam (lihat gambar).
Benih yang mengambang/mengapung dibuang.
Untuk daerah yang sering terserang hama penggerek batang, perlakukan benih dengan pestisida fipronil (Regent) 50 ST yang juga dapat membantu mengendalikan keong mas.
Ember Permukaan larutan ZA
10 cm
Benih yang tenggelam
Bagaimana membuat persemaian yang baik?
36
Pilih lokasi yang terbaik agar persemaian mudah diairi dan mudah pula air dibuang, tidak ternaungi, dan jauh dari lampu.
Luas persemaian kira-kira 4% atau 1/25 dari luas pertanaman.
Bajak hingga tanah melumpur dengan baik.
Lebar persemaian 1,0 – 1,2 m dan panjangnya sesuai petakan, antara 10-20 m.
Tambahkan sekam padi atau bahan organik atau campuran keduanya 2 kg/m2 persemaian untuk menggemburkan tanah, memudahkan pencabutan bibit, dan mengurangi kerusakan bibit dan akar.
Taburkan benih yang telah direndam dan dikering anginkan secara merata di bedeng/area persemaian.
Untuk memperoleh bibit yang kuat, berikan 20-40 gram urea per meter persegi persemaian pada saat tabur benih.
Bagaimana mengambil bibit yang baik?
Cabut bibit secara diagonal/miring.
Bersihkan bibit yang sudah dicabut dari lumpur yang menempel dengan hati-hati agar tidak ada akar yang rusak.
Cara menata penanaman padi:
37
Tanam Pindah (Tapin) dengan Sistem Tegel
Gunakan bibit muda (2-3 bibit/rumpun) berumur 15-20 hari, karena memiliki kelebihan berikut: o
Bibit akan cepat kembali pulih;
o
Akar akan lebih kuat dan dalam;
o
Tanaman banyak;
o
Tanaman akan lebih tahan rebah;
akan
menghasilkan
anakan
lebih
o
Tanaman akan lebih tahan kekeringan;
o
Tanaman menyerap pupuk lebih hemat sesuai kebutuhan.
Jarak tanam disesuaikan dengan varietas dan kesuburan tanah (20 x 20 cm; 22,5x22,5 cm; atau 25x25 cm).
Tapin - Jajar Legowo 2:1 dan 4:1: Contoh: Legowo 2:1 (40 x 20 x 10 cm)
Cara tanam berselang-seling 2 baris dan 1 baris kosong. Jarak antar baris tanaman yang dikosongkan disebut satu unit. Untuk Legowo 2:1, populasi (jumlah) tanaman tidak berubah (sama dengan 20 x 20 cm). Keuntungan sistem jajar legowo adalah: o
semua barisan rumpun tanaman berada pada bagian pinggir yang biasanya memberi hasil lebih tinggi (efek tanaman pinggir);
o
pengendalian hama, penyakit, dan gulma lebih mudah;
o
menyediakan ruang kosong untuk pengaturan air, saluran pengumpul keong mas, atau untuk mina padi;
o
penggunaan pupuk lebih berdaya guna.
Legowo 2:1:
Legowo 4:1:
38
Pengairan berselang atau disebut juga intermitten adalah pengaturan kondisi lahan dalam kondisi kering dan tergenang secara bergantian untuk: o
Menghemat air irigasi sehingga areal yang dapat diairi menjadi lebih luas.
o
Mencegah penimbunan asam organik dan gas H2S yang menghambat perkembangan akar.
o
Memberi kesempatan kepada akar untuk mendapatkan udara sehingga dapat berkembang lebih dalam.
39
Mengurangi kerebahan
•
Mencegah timbulnya keracunan besi.
•
Mengaktifkan jasad renik mikroba yang bermanfaat.
•
Mengurangi jumlah anakan yang tidak produktif (tidak menghasilkan malai dan gabah).
•
Menyeragamkan pemasakan gabah dan mempercepat waktu panen.
•
Memudahkan pembenaman pupuk ke dalam tanah (lapisan olah).
Memudahkan pengendalian hama keong mas, mengurangi penyebaran hama wereng coklat dan penggerek batang, dan mengurangi kerusakan tanaman padi karena hama tikus. Dalam melakukan pengairan berselang perlu diper-timbangkan bahwa cara ini dilakukan bergantung pada: •
Jenis tanah; tanah yang tidak bisa menahan air sebaiknya hati-hati dalam menerapkan cara pengairan berselang; demikian pula jenis tanah berat.
•
Pola pengairan di wilayah setempat; kalau pengairan sudah ditetapkan berselang setiap 3 hari maka pola pengairan yang sudah ada ini saja yang diikuti.
•
Pada lahan sawah yang sulit dikeringkan karena drainase jelek, pengairan berselang jangan dipraktekkan.
Cara pengairan berselang: •
Tanam bibit dalam kondisi sawah macak-macak (becek).
•
Secara berangsur tanah diairi 2-5 cm sampai tanaman berumur 10 hari.
•
Biarkan sawah mengering sendiri, tanpa diairi (biasanya 5-6 hari).
•
Setelah permukaan tanah retak selama 1 hari, sawah kembali diairi setinggi 5 cm.
•
Biarkan sawah mengering sendiri, tanpa diairi (5-6 hari) lalu diairi setinggi 5 cm.
•
Ulangi hal di atas sampai tanaman masuk masa pembungaan.
• Sejak fase keluar bunga sampai 10 hari sebelum panen, lahan terus diairi setinggi 5 cm, kemudian lahan dikeringkan.
40
2. Pemupukan Gunakan pupuk hanya bila diperlukan (padi tidak selalu membutuhkan pupuk atau bisa hanya cukup diberikan pupuk organic seperti kompos) Rekomendasi pemupukan N varietas padi inbrida (IR64, Ciherang, Ciliwung dan sejenisnya), sistem tanam pindah. Musim*
Sebelum 14 HST (kg urea/ha)
Setelah digunakan BWD (kg urea/ha)**
Musim Hasil Rendah
50-75
50-75
Musim Hasil Tinggi
50-75
75-100
Keterangan: * Tergantung lokasi, di tempat-tempat tertentu musim hasil rendah adalah musim kemarau dan musim hasil tinggi adalah musim hujan, sedangkan di lokasi lain bisa sebaliknya. ** BWD adalah sistem dengan melihat indikator kebutuhan pupuk N melalui pemantauan kehijauan daun padi (dengan dibandingkan alat ukur kehijauan sederhana yang bisa didapat dari dinas pertanian) Æ Diberikan apabila pengukuran BWD di bawah skala 4, pengukuran dimulai 25-28 HST dan diakhiri 50 HST dengan selang 7-10 hari.
41
Rekomendasi pemupukan N varietas padi hibrida (misalnya Maro, Rokan, Intani) dan padi tipe baru (PTB misalnya Fatmawati), sistem tanam pindah. Musim*
Sebelum 14 HST (kg urea/ha)
Setelah digunakan BWD (kg urea/ha)**
Musim Hasil Rendah
75
100
Musim Hasil Tinggi
100
100
Bonus
50
Keterangan: * Tergantung lokasi, di tempat-tempat tertentu musim hasil rendah adalah musim kemarau dan musim hasil tinggi adalah musim hujan, sedangkan di lokasi lain bisa sebaliknya. ** Diberikan apabila pengukuran BWD berada pada skala 4 atau kurang, pengukuran dimulai 28 HST dan diakhiri setelah 10% tanaman berbunga, dengan selang 7-10 hari. Berikan bonus pada pengukuran terakhir (pada stadia keluar malai sampai 10% berbunga).
42
PEMUPUKAN NPK Takaran pupuk P dan K didasarkan pada analisis tanah dan uji petak omisi. •
Pupuk P - seluruh pupuk P diberikan pada saat pemupukan dasar secara bersamaan dengan pemupukan pertama N pada 7-10 hst.
•
Pupuk K - bila pupuk K yang diberikan takarannya rendah sampai sedang (<100 kg KCl/ha), seluruh K diberikan sebagai pupuk dasar, atau bersamaan dengan pemberian pupuk N yang pertama. Dan bila pupuk K yang diberikan takarannya tinggi (> 100 kg KCl/ha), 50% K diberikan sebagai pupuk dasar atau bersamaan dengan pemberian pupuk N yang pertama, dan sisanya diberikan pada saat primordia.
•
Pemberian pupuk yang tepat takaran dan tepat waktu akan memberikan hasil panen yang tinggi dan menghemat biaya.
PUPUK ORGANIK Bahan organik adalah bahan yang berasal dari limbah/sisa tanaman, kotoran hewan atau hasil pengomposan seperti kotoran sapi, kotoran ayam, jerami atau sisa tanaman lain, pupuk hijau dan hasil pangkasan tanaman kacang-kacangan. Pemberian bahan organik ke lahan sawah dapat menyuburkan tanah sehingga menaikkan hasil panen.
Kotoran ayam
Bahan alami lainnya
Kotoran sapi/kambing Daun-daunan, tanaman kacang2an
Sisa tanaman (jerami, daun, sekam, dsb )
43 TANAH
Kegunaan bahan organik: •
Meningkatkan kesuburan tanah dan kandungan karbon organik tanah;
•
Memberikan tambahan hara;
•
Meningkatkan aktivitas jasad renik (mikroba);
•
Memperbaiki sifat fisik tanah; dan
•
Mempertahankan perputaran unsur hara dalam sistem tanahtanaman.
Cara penggunaan bahan organik: •
Bahan organik disebar merata di atas hamparan sawah, dua minggu sebelum pengolahan tanah. Kadang-kadang jerami padi dibiarkan dulu melapuk langsung di sawah selama satu musim.
•
Kombinasikan penggunaan bahan organic dan pupuk anorganik agar dapat diperoleh hasil panen dan keuntungan yang tinggi.
•
Manfaatkan sumber-sumber bahan organik dan pupuk kandang yang tersedia dengan alternatif harga yang paling murah.
•
Penggunaan bahan organik sering tidak memberikan keuntungan bila harus diperoleh dengan cara dibeli dari luar usahatani setempat.
44
Bab IV Mengatasi Hama, Penyakit dan Kekurangan Logam 1. Hama Penggerek batang padi (stem borer) Penggerek batang padi kuning Scirpophaga incertulas (Walker) (Gambar 1) Penggerek batang padi putih Scirpophaga innotata (Walker) (Gambar 2) Penggerek batang padi bergaris Chilo suppressalis (Walker) (Gambar 3) Lepidoptera: Pyralidae Penggerek Sesamiainferens (Walker) (Gambar 4)
batang
padi
merah
jambu
Lepidoptera: Noctuidae
Gambar 1 penggerek batang padi kuning
Gambar 2 Ngengat penggerek batang padi putih
Gambar 3 Penggerek batang padi bergaris.
Gambar 4 Ngengat penggerek batang padi merah jambu.
Penggerek batang padi merupakan hama yang sangat penting pada padi dan sering menimbulkan kerusakan dan menurunkan hasil panen secara nyata. Gambar 5 Larva penggerek batang padi bergaris.
45
Terdapatnya penggerek di lapang dapat dilihat dari adanya ngengat di pertanaman dan larva di dalam batang (Gambar 5: larva penggerek batang padi bergaris). Mekanisme kerusakan disebabkan larva merusak sistem pembuluh tanaman di dalam batang. Stadia tanaman yang rentan terhadap serangan penggerek adalah dari pembibitan sampai pembentukan malai. Gejala kerusakan yang ditimbulkannya mengakibatkan anakan mati yang disebut sundep pada tanaman stadia vegetative (Gambar 6); dan beluk (malai hampa) pada tanaman stadia generatif (Gambar 7). Siklus hidupnya 40-70 hari tergantung pada spesiesnya. Gambar 6 Gejala sundep
Gambar 7 Gejala beluk
Ambang ekonomi penggerek batang adalah 10% anakan terserang; 4 kelompok telur per rumpun (pada fase bunting). 46
Perlu diketahui bahwa kerusakan pada stadia generatif maka tindakan pengendalian sudah terlambat atau tidak efektif lagi. Aplikasi insektisida dilakukan bila keadaan serangan melebihi ambang ekonomi atau jika populasi ngengat meningkat pada saat tanaman fase generatif. Gunakan insektisida yang berbahan aktif: - karbofuran, - bensultap,
- bisultap, - karbosulfan,
- dimehipo, -amitraz, atau
- fipronil.
2. Hama Wereng Coklat (brown planthopper = BPH)
Nilaparvata lugens (Stål) Hemiptera: Delphacidae Gambar 8 Wereng coklat
Wereng (Gambar 8) sebelumnya termasuk hama sekunder dan menjadi hama penting akibat penyemprotan pestisida yang tidak tepat pada awal pertumbuhan tanaman, sehingga membunuh musuh alami. Pertanaman yang dipupuk nitrogen tinggi dengan jarak tanam rapat merupakan kondisi yang sangat disukai wereng. Stadia tanaman yang rentan terhadap serangan wereng coklat adalah dari pembibitan sampai fase matang susu. Gejala kerusakan yang ditimbulkannya adalah tanaman menguning dan cepat sekali mengering. Umumnya gejala terlihat mengumpul pada satu lokasi - melingkar disebut hopperburn (Gambar 9).
47
Gambar 9
Ambang eko onomi hama ini adalah 155 ekor per ruumpun. Siklus hidupnya 21-33 hari. Meekanisme kerrusakan adalaah menghisapp cairan tanaman pada sistem m vaskular (ppembuluh tanaaman). endalian Cara penge 1. Penggendalian seccara kultural dan penanaaman varietaas yang tahan wereng coklat sangat dianjurkkan. Beberapa varieetas yang dileepas oleh IR RRI yang menngandung genn ketahhanan terhad dap wereng coklat adalahh IR26, IR366, IR64 IR56, dan IR722. Varieetas tahan weereng coklat yang sudah dilepas antara lain: Widas, Keetonggo, Cihherang, Cisanntana, Tukad d Petannu, Tukad Balian, B Tukad d Unda, Kalimas, Singkil, Bond doyudo, Sintaanur, Cimelatti, Konawe, Batang Gadiss, Ciujuung, Conde, dan Angke. Sewaktu-w waktu varietaas tahann dapat men njadi rentan akibat perubbahan biotipee wereeng coklat. 2. Pemberiann pupuk K unttuk menguranngi kerusakann. 3. Insektisidaa (bila diperlukkan) antara laain yang berbaahan aktif: - Beauveria bassiana b 6.20 x 1010 cfu/m ml, 48
- amitraz,
- imidakloprid
- metolkarb,
atau
- buprofezin
- karbofuran,
- MIPC,
- tiametoksam.
- BPMC,
- karbosulfan,
- propoksur,
3. Hama Wereng Hijau Wereng hijau (green leafhopper) Nephotettix virescens (Distant) - Nephotettix nigropictus (Stål) Nephotettix cincticeps (Uhler) -Nephotettix malayanus Ishihara & Kawase
Hemiptera: Cicadellidae
Gambar 10
Wereng hijau (Gambar 10) merupakan hama penting karena dapat menyebarkan (vektor) virus penyebab penyakit tungro. Kepadatan populasi wereng hijau biasanya rendah, sehingga jarang menimbulkan kerusakan karena cairan tanaman dihisap oleh wereng hijau. Namun karena kemampuan pemencaran (dispersal) yang tinggi, bila ada sumber inokulum sangat efektif menyebarkan penyakit.
49
Populasi wereng hijau hanya meningkat pada saat tanam hingga pembentukan malai. Kepadatan populasi tertinggi pada saat itu mencapai 1 ekor per rumpun. Gejala kerusakan yang ditimbulkannya adalah tanaman menjadi kerdil, anakan berkurang, daun berubah warna menjadi kuning sampai kuning oranye. Ambang kendali adalah 5 ekor wereng hijau per rumpun. Jika tungro juga ada di lapang, 2 tanaman bergejala tungro per 1000 rumpun pertanda tungro telah ditularkan dan dapat merusak tanaman. Siklus hidup 23-30 hari. Wereng hijau umumnya ditemukan di sawah irigasi dan tadah hujan, tidak lazim di pertanaman padi gogo. Wereng hijau lebih menyukai menghisap cairan tanaman pada daun bagian pinggir daripada di pelepah daun atau daun bagian tengah. Hama ini sangat menyukai tanaman yang dipupuk nitrogen tinggi. Cara pengendalian • Tanam varietas tahan wereng hijau seperti IR72 dan IR66. • Pengendalian dilakukan jika di lapang terlihat gejala tungro. • Pemberian insektisida dilakukan apabila sudah mencapai ambang batas ekonomi. • Insektisida (bila diperlukan) antara lain gunakan yang berbahan aktif: - BPMC - buprofezin, etofenproks, imidakloprid, karbofuran - MIPC atau tiametoksam.
4. Hama Kepinding Tanah (black bug) Scotinophara coarctata (Fabricus) Hemiptera: Pentatomidae
50
Gambar 11
Kepinding tanah (Gambar 11) umumnya hanya menimbulkan masalah di beberapa lokasi tertentu dan menyerang padi dari fase pembibitan sampai tanaman dewasa. Gejala kerusakan adalah di daerah sekitar lubang bekas hisapan berubah warna menjadi coklat menyerupai gejala penyakit blas. Daun menjadi kering dan menggulung secara membujur. Gejala seperti sundep dan beluk merupakan gejala kerusakan yang umum yang menyebabkan gabah setengah berisi atau hampa. Ambang ekonomi adalah 5 ekor nimfa atau kepinding dewasa per rumpun. Bila terdapat 10 ekor kepinding dewasa per rumpun dapat mengakibatkan kehilangan hasil sampai 35%. Siklus hidupnya adalah 28-35 hari. Mekanisme kerusakan adalah menghisap cairan tanaman. Cara pengendalian Kepinding tanah dewasa sangat tertarik nyala lampu perangkap; kepinding tanah yang terperangkap perlu dibakar dan dibunuh.
5. Hama Tikus Rattus argentiventer (Rob. & Kloss)
51
Gambar 12
Tikus (Gambar 12) merusak tanaman padi pada semua stadium pertumbuhan dari semai hingga panen, bahkan di gudang penyimpanan. Kerusakan parah terjadi jika tikus menyerang padi pada stadium generatif, karena tanaman sudah tidak mampu membentuk anakan baru. Tikus merusak tanaman padi mulai dari tengah petak, kemudian meluas ke arah pinggir, dan menyisakan 1-2 baris padi di pinggir petakan pada keadaan serangan berat (Gambar 13A).
Stadia vegetatif
Gambar 13 A dan B Stadia generatif
Tikus menyerang padi pada malam hari. Pada siang harinya, tikus bersembunyi di dalam lubang pada tanggul-tanggul irigasi, jalan 52
sawah, pematang, dan daerah perkampungan dekat sawah. Pada periode bera, sebagian besar tikus bermigrasi ke daerah perkampungan dekat sawah dan akan kembali lagi ke sawah setelah pertanaman padi menjelang generatif. Kehadiran tikus pada daerah persawahan dapat dideteksi dengan memantau keberadaan jejak kaki (foot print), jalur jalan (run way), kotoran/feces, lubang aktif, dan gejala serangan. Tikus berkembang biak sangat cepat dan hanya terjadi pada periode padi generatif. Satu ekor tikus betina dapat menghasilkan 80 ekor tikus baru dalam satu musim tanam.
Cara pengendalian Pengendalian tikus dilakukan dengan pendekatan PHTT (Pengendalian Hama Tikus Terpadu) yaitu pendekatan pengendalian yang didasarkan pada pemahaman biologi dan ekologi tikus, dilakukan secara dini (dimulai sebelum tanam),intensif & terus menerus dgn menggunakan semua teknologi pengendalian yang sesuai dan tepat waktu. Pelaksanaan pengendalian dilakukan oleh petani secara bersamasama (berkelompok) dan terkoordinasi dengan cakupan wilayah sasaran pengendalian dalam skala luas (hamparan). Kegiatan pengendalian yang sesuai dengan stadia pertumbuhan padi antara lain sbb: Cara pengendalian Tanam serempak Sanitasi habitat Gropyok massal Fumigasi LTBS TBS
53
Stadia padi / kondisi lingkungan sawah Bera
√ ∆
Olah Tanah
∆ ∆ √ ∆
Semai
Tanam
√
√
Bertunas
√ √
Bunting
Matang
√ √
∆ ∆
∆
Rodentisida*
√
√: lakukan; ∆: fokuskan *Rodentisida hanya digunakan apabila populasi tikus sangat tinggi, & hanya akan efektif digunakan pada periode bera dan stadium padi awal vegetatif.
Kegiatan pengendalian tikus ditekankan pada awal musim tanam untuk menekan populasi awal tikus sejak awal pertanaman sebelum tikus memasuki masa reproduksi. Kegiatan tersebut meliputi kegiatan gropyok masal, sanitasi habitat, pemasangan TBS (Trap Barrier System) dan LTBS. Gropyok dan sanitasi dilakukan pada habitat-habitat tikus seperti sepanjang tanggul irigasi, pematang besar, tanggul jalan, dan batas sawah dengan perkampungan. Pemasangan bubu perangkap pada pesemaian dan pembuatan TBS/ Sistem Bubu Perangkap (Gambar 14) dilakukan pada daerah endemik tikus untuk menekan populasi tikus pada awal musim tanam. Perangkap ditaruh dibalik plastik
(B)
(A) TBS pada habitat batas kampung & bubu perangkap (B) Gambar 14
TBS merupakan petak tanaman padi dengan ukuran minimal (20x20) m yang ditanam 3 minggu lebih awal dari tanaman di sekitarnya, dipagar dengan plastik setinggi 60 cm yang ditegakkan dengan ajir bambu pada setiap jarak 1 m, bubu perangkap dipasang pada setiap sisi dalam pagar plastik dengan lubang menghadap keluar dan jalan masuk tikus. Petak TBS dikelilingi 54
parit dengan lebar 50 cm yang selalu terisi air untuk mencegah tikus menggali atau melubangi pagar plastik. Prinsip kerja TBS adalah menarik tikus dari lingkungan sawah di sekitarnya (hingga radius 200 m) karena tikus tertarik padi yang ditanam lebih awal dan bunting lebih dahulu, sehingga dapat mengurangi populasi tikus sepanjang pertanaman.
120 m
Bubu perangkap
Gambar 15 A
Bubu perangkap
Bubu perangkap
Pagar plastik
Pintu masuk perangkap
Gambar 15 B
LTBS (Gambar 15A dan B) merupakan bentangan pagar plastik sepanjang minimal 100 m, dilengkapi bubu perangkap pada kedua sisinya secara berselang-seling sehingga mampu menangkap tikus dari dua arah (habitat dan sawah). Pemasangan LTBS dilakukan di dekat habitat tikus seperti tepi kampung, sepanjang tanggul irigasi, dan tanggul jalan/ pematang besar. LTBS juga efektif menangkap tikus migran, yaitu dengan memasang LTBS pada jalur migrasi yang dilalui tikus sehingga tikus dapat diarahkan masuk bubu perangkap.
55
Fumigasi paling efektif dilakukan pada saat tanaman padi stadia generatif. Pada periode tersebut, sebagian besar tikus sawah sedang berada dalam lubang untuk reproduksi. Metode tersebut terbukti efektif membunuh tikus beserta anak-anaknya di dalam lubangnya. Gambar 16
56
6. Hama Lalat Bibit Hydrellia philippina Ferino Diptera: Ephyridae
Lalat bibit. Larva bibit.
lalat
Gambar 17
Gambar 18
Lalat bibit (Gambar 17) menyerang tanaman padi yang baru ditanam pindah pada sawah yang selalu tergenang. Stadia hama yang merusak tanaman padi adalah larvanya (Gambar 18). Larva lalat bibit berwarna uning kehijau-hijauan yang tembus cahaya, berada di bagian tengah daun yang masih menggulung. Larva bergerak ke bagian tengah tanaman merusak jaringan bagian dalam sampai titik tumbuh daun. Gejala kerusakan adalah bercak-bercak kuning yang dapat dilihat di sepanjang tepi daun yang baru muncul dan daun yang terserang mengalami perubahan bentuk (Gambar 19). Telur diletakkan pada permukaan atas daun, berwarna keputih-putihan dan berbentuk lonjong seperti pisang (Gambar 20). Siklus hidupnya 4 minggu.
57
Gambar 19 Gejala serangan larva lalat bibit mengakibatkan daun berubah bentuk dan terlihat ada bercak-bercak kuning di sepanjang tepian daun .
Gambar 20 Telur lalat bibit berbentuk lonjong seperti pisang
Tanaman yang terserang anakannya menjadi berkurang dan serangan berat dapat memperlambat fase pematangan 7-10 hari. Tanaman pada dasarnya dapat mengkompensasi asalkan tidak ada serangan hama lainnya atau tekanan lingkungan yang mempengaruhi. Cara pengendalian •
Keringkan sawah.
•
Pengendalian lalat bibit yang tepat adalah pencegahan karena ketika gejala kerusakan terlihat di lapang, lalat bibit sudah tidak ada di pertanaman.
•
Penggunaan insektisida (bila diperlukan) adalah berbahan aktif: bensultap, BPMC, atau karbofuran.
58
yang
7. Hama Keong Mas Pomacea canaliculata (Lamarck)
Gambar 21
Keong mas (Gambar 21) merusak tanaman dengan cara memarut jaringan tanaman dan memakannya, menyebabkan adanya bibit yang hilang di per-tanaman. Bekas potongan daun dan batang yang diserangnya terlihat mengambang (Gambar 22). Gambar 22 Bibit yang hilang dan bekas potongan daun dan batang terlihat mengambang akibat dimakan keong mas.
Waktu kritis untuk mengendalikan keong mas adalah pada saat 10 hari setelah tanam pindah, atau 21 hari setelah sebar benih (benih basah). Setelah itu laju pertumbuhan tanamanlebih besar daripada laju kerusakan oleh keong mas. Bila di sawah diketahui ada keong mas, perlu dilakukan pengaturan air karena keong mas menyenangi tempat-tempat yang digenangi air. Jika petani menanam dengan sistem tanam pindah maka pada 15 hari setelah tanam pindah, sawah perlu
59
dikeringkan kemudian digenangi lagi secara bergantian (flash flood = intermitten irrigation). Bila petani menanam dengan sistem tabela (tanam benih secara langsung), selama 21 hari setelah sebar benih sawah perlu dikeringkan kemudian digenangi lagi secara bergantian. Selain itu perlu dibuat caren di dalam dan di sekeliling petakan sawah sebelum tanam, baik di musim hujan maupun kemarau. Ini dimaksudkan agar pada saat dilakukan pengeringan, keong mas akan menuju caren sehingga memudahkan pengambilan keong mas dan sebagai salah satu cara pengendaliannya. Keberadaannya di lapang ditandai oleh adanya telur berwarna merah muda (Gambar 23) dan keong mas dengan berbagai ukuran dan warna. Keong mas merupakan salah satu hama penting yang menyerang padi muda terutama di sawah yang ditanam dengan sistem tabela.
Gambar 23
Cara pengendalian
60
•
Secara fisik, gunakan saringan berukuran 5 mm mesh yang dipasang pada tempat air masuk di pematang untuk meminimalkan masuknya keong mas ke sawah dan memudahkan pemungutan dengan tangan.
•
Secara mekanis, pungut keong dan hancurkan. Telur keong mas dihancurkan dengan kayu/bambu.
•
Bila di suatu lokasi sudah diketahui bahwa keong mas adalah hama utama, sebaiknya tanam bibit yang tua dan tanam lebih dari satu bibit per rumpun; buat caren di dalam dan di sekeliling petakan sawah.
•
Bila diperlukan gunakan pestisida yang berbahan aktif niclos amida dan pestisida botani seperti lerak, deris, dan saponin.
•
Aplikasi pestisida dilakukan di sawah yang tergenang, di caren, atau di cekungan-cekungan yang ada airnya tempat keong mas berkumpul.
8. Penyakit Bakteri Hawar Daun (bacterial leaf blight - BLB)
Xanthomonas campestris pv. oryzae
Gambar 24 Bercak kuning dimulaipada bagian tepi daun
Gambar 25. Serangan pada pembibitan mengakibatkan bibit kering.
Gejala penyakit berupa bercak berwarna kuning sampai putih berawal dari terbentuknya garis lebam berair pada bagian tepi daun. Bercak bisa mulai dari salah satu atau kedua tepi daun yang rusak, dan berkembang hingga menutupi seluruh helaian daun (Gambar 24). Pada varietas yang rentan, bercak bisa mencapai pangkal daun terus ke pelepah daun.
61
Infeksi pada pembibitan menyebabkan bibit menjadi kering (Gambar 45). Bakteri menginfeksi masuk sistem vaskular tanaman padi pada saat tanam pindah atau sewaktu dicabut dari tempat pembibitan dan akarnya rusak, atau sewaktu terjadi kerusakan daun. Apabila sel bakteri masuk menginfeksi tanaman padi melalui akar dan pangkal batang, tanaman bisa menunjukkan gejala kresek. Seluruh daun dan bagian tanaman lainnya menjadi kering. Infeksi dapat terjadi mulai dari fase persemaian sampai awal fase pembentukan anakan. Gejala penyakit berupa bercak berwarna kuning sampai putih berawal dari terbentuknya garis lebam berair pada bagian tepi daun. Bercak bisa mulai dari salah satu atau kedua tepi daun yang rusak, dan berkembang hingga menutupi seluruh helaian daun (Gambar 24). Pada varietas yang rentan, bercak bisa mencapai pangkal daun terus ke pelepah daun. Infeksi pada pembibitan menyebabkan bibit menjadi kering (Gambar 25). Bakteri menginfeksi masuk sistem vaskular tanaman padi pada saat tanam pindah atau sewaktu dicabut dari tempat pembibitan dan akarnya rusak, atau sewaktu terjadi kerusakan daun. Apabila sel bakteri masuk menginfeksi tanaman padi melalui akar dan pangkal batang, tanaman bisa menunjukkan gejala kresek. Seluruh daun dan bagian tanaman lainnya menjadi kering. Infeksi dapat terjadi mulai dari fase persemaian sampai awal fase pembentukan anakan. Sumber infeksi dapat berasal dari jerami yang terinfeksi, tunggul jerami, singgang dari tanaman yang terinfeksi, benih, dan gulma inang. Sel-sel bakteri membentuk butir-butir embun pada waktu pagi hari yang mengeras dan melekat pada permukaan daun.
Cara pengendalian
62
•
Penggunaan varietas tahan seperti Conde dan Angke adalah cara yang paling efektif.
•
Sanitasi seperti membersihkan tunggul-tunggul dan jerami-jerami yang terinfeksi/sakit.
•
Jika menggunakan kompos jerami, pastikan jerami dari tanaman sakit sudah terdekomposisi sempurna sebelum tanam pindah.
•
Gunakan benih/bibit yang bebas dari penyakit hawar daun bakteri.
•
Gunakan pupuk nitrogen sesuai takaran anjuran.
•
Jarak tanam jangan terlalu rapat.
9. Penyakit Bakteri Daun Bergaris Infeksi penyakit ini biasanya terbatas pada helaian daun saja. Gejala yang timbul berupa bercak sempit berwarna hijau gelap yang lama-kelamaan membesar berwarna kuning dan tembus cahaya di antara pembuluh daun (Gambar 26 A). Sejalan dengan berkembangnya penyakit, bercak membesar, berubah menjadi berwarna coklat (Gambar 26 B), dan berkembang menyamping melampaui pembuluh daun yang besar. Seluruh daun varietas yang rentan bisa berubah warna menjadi coklat dan mati. Pada keadaan ideal untuk infeksi, seluruh pertanaman menjadi berwarna oranye kekuning-kuningan (Gambar 26 C). Bakteri memasuki tanaman melalui kerusakan mekanik atau melalui terbukanya sel secara alami. Butir-butir embun yang mengandung bakteri akan muncul pada permukaan daun. Hujan dan angin membantu penyebaran penyakit ini.
63
A. Gejala bercak kuning - tembus cahaya diantara pembuluh daun
B. Bercak lamakelamaan membesar berwarna coklat
Gambar 27
10. Penyakit Blas Blas (blast)
64
Pyricularia grisea
C. Bakteri daun bergaris (bacterial leaf streak)
Gambar 28 A
Gambar 28 B
Penyakit blas menginfeksi tanaman padi pada setiap fase pertumbuhan. Gejala khas pada daun yaitu bercak berbentuk belah ketupat - lebar di tengah dan meruncing di kedua ujungnya (Gambar 28 A). Ukuran bercak kira-kira 1-1,5 x 0,3-0,5 cm berkembang menjadi berwarna abu-abu pada bagian tengahnya. Daun-daun varietas rentan bisa mati. Bercak penyakit blas sering sukar dibedakan dengan gejala bercak coklat Helminthosporium. Blas dapat menginfeksi tanaman padi pada semua stadia pertumbuhan. Infeksi bisa terjadi juga pada ruas batang dan leher malai yang disebut blas leher (neck blast). Leher malai yang terinfeksi berubah menjadi kehitam-hitaman dan patah, mirip gejala beluk oleh penggerek batang. Apabila blas leher terjadi, hanya sedikit malai yang berisi atau bahkan hampa (Gambar 28 B). Pemupukan nitrogen dalam takaran tinggi dan cuaca yang lembab, terutama musim hujan, menguntungkan bagi terjadinya infeksi.
Cara pengendalian
65
•
Gunakan beberapa varietas tahan secara bergantian untuk mengantisipasi perubahan ras cendawan yang relatif cepat.
•
Gunakan pupuk nitrogen sesuai anjuran.
•
Upayakan waktu tanam yang tepat, agar waktu awal pembungaan (heading) tidak banyak embun dan hujan terus-menerus.
•
Pengendalian secara kimiawi, gunakan fungisida (bila diperlukan) yang berbahan aktif metil tiofanat atau fosdifen dan kasugamisin.
•
Perlakuan benih.
11. Penyakit Hawar Pelepah Daun Rhizoctonia solani Kuhn Donk)
(Thanatephorus cucumeris [FR]
Gambar 29 Gejala hawar pelepah daun yaitu bercak keabu-abuan berbentuk oval memanjang atau elips di antara permukaan air dan daun.
66
Infeksi penyakit ini periodik/hanya pada waktu tertentu ketika suhu udara dan kelembaban tinggi, dan tanaman diberi pupuk nitrogen/urea dengan takaran tinggi. Gejala penyakit dapat terlihat dari stadia anakan sampai stadia matang susu, yaitu pada pelepah daun, di antara permukaan air dan daun terdapat bercak/spot keabu-abuan yang berbentuk oval memanjang atau berbentuk elips (Gambar 29). Cara pengendalian •
Atur pertanaman di lapang agar jangan terlalu rapat.
•
Keringkan sawah beberapa hari pada saat anakan maksimum.
•
Bajak yang dalam untuk mengubur sisa-sisa tanaman yang terinfeksi.
•
Rotasi tanaman dengan kacang-kacangan menurunkan serangan penyakit.
•
Buang gulma dan tanaman yang sakit dari sawah.
•
Gunakan fungisida (bila perlu) antara lain yang berbahan aktif:
untuk
-heksakonazol
- belerang
-propikonazol atau
- karbendazim
- flutalonil
- validamisin A.
- tebukanazol
- difenokonazol
12. Penyakit Busuk Batang (stem rot) Sclerotium oryzae Cattaneo (anamorph), Magnaporthe salvinii (Cattaneo) R.A. Krause & R.K. Webster (telemorph) - Helminthosporium sigmoideum
67
Gambar 30 A Bercak kehitam-hitaman pada sisi luar pelepah daun akibat infeksi busuk batang
Gambar 30 B Gejala busuk batang pada anakan mengakibatkan tanaman rebah
Infeksi penyakit ini terjadi pada batang yang dekat dengan permukaan air, masuk melalui pembengkakan dan kerusakan. Gejala awal berupa bercak berwarna kehitam-hitaman, bentuknya tidak teratur pada sisi luar pelepah daun dan secara bertahap membesar (Gambar 30 A). Akhirnya, cendawan menembus batang padi yang kemudian menjadi lemah, anakan mati, dan akibatnya tanaman rebah (Gambar 30 B). Stadia tanaman yang paling rentan adalah pada fase anakan sampai stadia matang susu. Kehilangan hasil akibat penyakit ini dapat mencapai 80%. Cara pengendalian
68
•
Tunggul-tunggul padi sesudah panen dibakar atau didekomposisi.
•
Keringkan petakan- biarkan tanah sampai retak sebelum diairi lagi.
•
Gunakan pemupukan berimbang; pupuk nitrogen sesuai anjuran dan pemupukan K cenderung dapat menurunkan infeksi penyakit.
•
Gunakan fungisida (bila diperlukan) yang berbahan aktif belerang atau difenokonazol.
13. Penyakit Busuk Pelepah Daun Bendera Sarocladium oryzae (Sawada) Gums dan Hawksworth Gambar 31 A Busuk pelepah menyebabkan malai muncul sebagian.
Gambar 31 B Malai yang terserang menghasilkan sedikit bulir yang berisi. Malai yang terserang menghasilkan sedikit bulir yang berisi.
Infeksi terjadi pada pelepah daun paling atas yang menutupi malai muda pada akhir fase bunting. Gejala awal adalah adanya noda 69
berbentuk bulat memanjang hingga tidak teratur dengan panjang 0,5 - 1,5 cm, warna abu-abu di tengahnya dan coklat atau coklat abu-abu di pinggirnya. Bercak membesar, sering bersambung, dan bisa menutupi seluruh pelepah daun. Infeksi berat menyebabkan malai hanya muncul sebagian (tidak berkembang) (Gambar 31 A) dan mengerut. Malai yang muncul sebagian hanya dapat menghasilkan sedikit bulir yang berisi (Gambar 31 B). Stadia tanaman yang paling rentan adalah saat keluar malai sampai matang susu. Cara pengendalian
70
•
Bakar tunggul segera sesudah panen untuk mengurangi inokulum.
•
Atur jarak tanam agar tidak terlalu rapat.
•
Beri pupuk K pada fase anakan.
•
Penyemprotan fungisida pada daun hanya dilakukan bila diperlukan yaitu pada fase bunting dan perlakuan benih dengan fungisida yang berbahan aktif karbendazim atau mankozeb untuk mengurangi infeksi penyakit.
•
Penyemprotan dengan fungisida (bila diperlukan) yang berbahan aktif benomil juga efektif menekan infeksi penyakit.
14. Penyakit Hawar Daun Jingga
Gambar 32 A (atas kiri) Gejala awal hawar daun jingga berupa bercak hijau kuning terang yang berkembang menuju ujung daun. Gambar 32 B (atas kanan) Gejala berupa bercak warna hijau kuning terang pada stadia mulai berbunga.
Gambar 32 C
Penyebab penyakit ini sampai sekarang belum diketahui secara pasti. Gejala awal penyakit dapat ditemukan pada daun dan pelepah daun. Gejalanya mulai terlihat sejak pertanaman padi
71
memasuki fase generatif yaitu 50-60 hst untuk varietas berumur pendek, dan 60-80 hst untuk varietas berumur sedang. Gejala dapat juga dilihat pada stadia tanaman mulai berbunga sampai pemasakan. Gejala awal berupa bercak berwarna hijau kuning terang yang berkembang menuju ujung daun (Gambar 56, 57). Bercak lama-kelamaan menjadi nekrotik dan menyatu menyerupai gejala hawar daun (Gambar 58). Penyakit ini dapat menurunkan hasil secara nyata. Cara pengendalian •
Cara pengendalian penyakit ini juga belum ditemukan, tapi dari hasil penelitian di Vietnam dan Indonesia, aplikasi fungisida yang berbahan
•
aktif carbendazim dan benomil yang disemprotkan pada daun dapat menekan munculnya gejala hawar daun jingga.
•
Atur jarak tanam lebih lebar.
•
Pengairan berselang ketika tanaman sudah mencapai pembentukan malai.
•
Gunakan pemupukan berimbang.
15. Penyakit Tungro Di lapangan penyakit ini ditularkan oleh wereng hijau. Tanaman yang terinfeksi tumbuh kerdil dengan anakan sedikit (Gambar 33 A). Daun mengalami perubahan warna dari hijau menjadi sedikit kuning sampai kuning oranye dan kuning coklat, dimulai dari ujung daun, terutama pada daun muda (Gambar 33 B).
72
Gambar 33 A
Gambar 33 B
Tanaman yang terinfeksi biasanya hidup hingga fase pemasakan. Pembungaan yang terlambat bisa menyebabkan tertundanya panen. Malai menjadi kecil, steril, dan tidak sempurna. Bercak coklat gelap menutupi bulir-bulir, sehingga bobot bulir lebih rendah daripada bulir tanaman sehat sehingga mengakibatkan hasil rendah. Tanaman tua yang terinfeksi bisa tidak memperlihatkan gejala serangan sebelum panen, tetapi singgang yang tumbuh bisa memperlihatkan gejala serangan dan menjadi sumber inokulum. Stadia pertumbuhan tanaman yang paling rentan adalah dari pembibitan sampai bunting. Kehilangan hasil dapat mencapai 68% ketika tanaman yang terinfeksi baru berumur 10-20 hari setelah sebar (hss); atau 30% apabila tanaman yang terinfeksi sudah berumur antara 40-50 hss; dan hanya 5% jika tanaman sudah berumur 70-80 hss.
Cara pengendalian 73
74
•
Lihat cara pengendalian wereng hijau.
•
Bila di tanaman sudah terlihat gejala tungro, tanaman sakit dibuang.
•
Varietas tahan tungro dengan tekstur nasi pulen yang ada adalah Tukad Petanu, Tukad Unda, Tukad Balian, Kalimas, dan Bondoyudo.
•
Atur waktu tanam serempak minimal 20 ha luasan sawah.
•
Tanam bibit pada saat yang tepat, yaitu dengan menanam bibit sebulan sebelum puncak kepadatan wereng hijau tercapai.
•
Tanam jajar legowo.
•
Pada saat tanaman umur 2-3 minggu setelah tanam bila dijumpai 2 tanaman bergejala dari 10 rumpun segera aplikasi insektisida yang efektif mematikan wereng hijau.
•
Sawah jangan dikeringkan, biarkan kondisi air pada kapasitas lapang agar wereng hijau tidak aktif berpencar menyebarkan tungro.
16. Kekurangan Nitrogen
Gambar 34 A Daun tanaman yang kahat nitrogen lebih kecil dibandingkan daun tanaman sehat.
Gambar 34 B Gejala umum pada tanaman muda yang kahat nitrogen dalah seluruh tanaman menguning
Tanaman yang mengalami kahat nitrogen memperlihatkan gejala pertumbuhan tanaman kerdil dan menguning, daun lebih kecil dibandingkan daun tanaman sehat (Gambar 34 A). Gejala umum kekurangan N pada tanaman muda adalah seluruh tanaman menguning (Gambar 34 B), sedangkan pada tanaman tua gejalanya terlihat nyata pada daun bagian bawah (tua) yang berwarna hijau kekuning-kuningan hingga kuning. Selain itu, anakan yang dihasilkan berkurang dan terlambat berbunga, tetapi proses pemasakan lebih cepat sehingga kebernasan berkurang. Gabah dari malai yang dihasilkan juga berkurang.
75
17. Kekurangan Fosfor
Gambar 35 Tanaman yang kahat hara P tumbuh kerdil dan daun menjadi berwarna hijau gelap dan tegak lurus (kiri).
Gambar 36. Tanaman yang kahat hara P (sebelah kanan) menghasilkan sedikit anakan.
Gejala kekurangan fosfor menyebabkan pertumbuhan akar tanaman lambat, tanaman kerdil, daun berwarna hijau gelap dan tegak (Gambar 35), lama-kelamaan daun berwarna keunguunguan, anakan sedikit (Gambar 36 - tanaman sebelah kanan), waktu pembungaan terlambat atau tidak rata, umur tanaman/panen lebih panjang, dan gabah yang terbentuk berkurang. Secara umum, P telah diidentifikasi sebagai unsur hara yang penting bagi kesehatan akar tanaman dan menambah ketahanan tanaman terhadap keracunan besi.
76
18. Kekurangan Kalium Kerdil Gambar 37 Tanaman Kerdil
Gambar 38 Gejala pada ujung daun tua seperti terbakar, berubah warna menjadi kuning sampai kecoklatan.
Tanaman padi yang kekurangan unsur hara K sebagian akarnya membusuk, tanaman kerdil (Gambar 36), daun layu/terkulai, pinggiran dan ujung daun tua seperti terbakar (daun berubah warna menjadi kekuningan/oranye sampai kecoklatan yang dimulai dari ujung daun terus menjalar ke pangkal daun (Gambar 37), anakan berkurang, ukuran dan berat gabah berkurang. Tanaman yang kahat kalium juga lebih rentan terhadap serangan hama - penyakit, serta keracunan besi.
77
19. Keracunan Besi
Gambar 39
Gambar 40
Gejala tanaman yang keracunan besi terlihat dari bercak-bercak kecil berwarna coklat pada daun-daun bawah. Bercak-bercak kecil tersebut berkembang dari pinggir daun kemudian menyebar ke pangkal (Gambar 39) dan berubah warna menjadi coklat, ungu, kuning atau oranye, lalu mati (Gambar 40). Pertumbuhan dan pembentukan anakan terhambat, sistem perakarannya jarang atau sedikit, kasar, dan berwarna coklat gelap atau membusuk.
78
Catatan Penting .............................................................................................. .............................................................................................. .............................................................................................. .............................................................................................. .............................................................................................. .............................................................................................. .............................................................................................. .............................................................................................. .............................................................................................. .............................................................................................. .............................................................................................. .............................................................................................. .............................................................................................. .............................................................................................. .............................................................................................. .............................................................................................. .............................................................................................. ............................................................................................. 79
Iklan Sponsor Silver BNI
80
Iklan Sponsor Silver Jasnita COVER 2 (dalam depan) – Indofood COVER 3 (dalam belakang) – Sponsor SILVER (Astra) COVER 4 (belakang) – Pertamina
81
82