EFEK APRODISIAK KOMBINASI SERBUK AKAR PASAK BUMI, CABE JAWA DAN RIMPANG JAHE MERAH TERHADAP FREKUENSI CLIMBING TIKUS PUTIH JANTAN WISTAR THE APHRODIASIAC EFFECT OF COMBINATION PASAK BUMI ROOT POWDER, CABE JAWA FRUIT AND JAHE MERAH RHIZOME AGAINST CLIMBING FRECUENCY OF MALE MOUSE WISTAR STRAIN Suhartinah Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Jl. Let. Jend. Sutoyo, Mojosongo, Solo ABSTRAK Masyarakat khususnya kaum pria banyak yang mencari obat tradisional untuk meningkatkan gairah seksual atau untuk mengobati gangguan seksual misalnya impotent. Tanaman yang sering digunakan dan sudah diteliti kasiatnya adalah akar pasak bumi (Eurycoma longifolia, Jack), rimpang jahe merah (Zingiber officinale, Rosc) dan buah cabe jawa (Piper retrofractum, Vahl). Penelitian ini untuk mengetahui efek aprodisiaka dengan pengamatan menghitung jumlah climbing tikus putih jantan ke tikus putih betina diamati pada malam hari. Penelitian dilakukan mencari dari campuran serbuk tanaman akar pasak bumi dan atau dengan rimpang jahe merah dan cabe jawa yang paling baik. Metode yang digunakan disini adalah mengamati frekuensi climbing tikus putih jantan ketikus putih betina selama satu jam diamati pada malam hari setelah diberikan secara peroral pada waktu siang hari. Dosis yang digunakan dosis untuk manusia sebanyak 4,8 g campuran serbuk yang dikonversikan ke dosis tikus yaitu dikalikan 0.018 dari dosis manusia. Hasil dianaliasa dengan analisa varian satu jalan pada hari yang ke lima. Hasil yang diperoleh adalah adanya kombinasi serbuk akar pasak bumi dan atau rimpamg jahe merah dan buah cabe jawa ada beda secara signifikan, efek yang paling tinggi adalah ramuan akar pasak bumi, rimpang jahe merah dan buah cabe jawa, lalu kombinasi akar pasak bumi dan rimpang jahe merah dan yang terakhir kombinasi akar pasak bumi dan buah cabe jawa. Kata kunci: akar pasak bumi, rimpang jahe merah, buah cabe jawa, etanol, air, aprodisiak, mencit putih jantan ABSTRACT The people is especially human male used as traditional medicine to incrase libido for treatment interference sexuality e.g : impotent. Eurycoma longifolia Jack (Pasak bumi) , Piper retrofactum Vahl. (Cabe jawa) and Zingiber officinale Rosc (Jahe merah) plant have been used as traditional medicine to increase sexual desire. This research was aimed to know aphrodiasiac effect with parameters to count coitus frecuently with male mouse on the night. This research to know the best effect spermatogenesis from the pasak bumi root, cabe jawa fruit and jahe merah rhizome. The method this research is counting coitus frecuently white male mouse to female mouse during 1 hour on the night later than treatment by per oral dose is given on the evening. The once dose gave was 4.8 g the powder mixture is converted to mouse dose is crossed 0.018 for the human dose, later than another dose of the powder mixture is crossed with rendemen ones. The research was results indicated on the step 1 that the combination of pasak bumi root with or jahe merah rhizome with or cabe jawa fruit showed the significance difference at all group treatment, the best effect spermatogenesis is the combination powder of pasak bumi root, jahe merah rhizome and cabe jawa fruit then the combination powder of pasak bumi root and jahe merah rhizome. The lowest spermatogenesis is the combination powder of pasak bumi root and cabe jawa fruit. Key words: pasak bumi root, jahe merah rhizome, cabe jawa fruit, ethanol, water, aphrodiasiac, male mous
PENDAHULUAN Masyarakat khususnya kaum pria banyak yang menggunakan obat tradisional yang mengandung bahan afrodisiak untuk meningkatkan gairah seksual atau mengobati gangguan seksual, misalnya impotensi. Beberapa bahan yang berkhasiat meningkatkan gairah seks dan berhubungan erat dengan libido seksual, diantaranya Akar Pasak Bumi (Eurycoma longifolia) (Dewi, 2007) , Cabe Jawa (Piper retrofractum) (Ikawati,2007) dan Jahe Merah (Zingiber officinale) (Setyowati, 2007) terbukti mempunyai efek aprodisiak. Tanaman pasak bumi mengandung senyawa kimia antara lain eurikomalakton, laurikolakton A, B, dehidroeurikomalakton, eurikomanon, eurikomanol, benzoquinon-non sterol, saponin, dan asam lemak sterol ester (Supriyadi, 2001). Jahe merah mempunyai sifat pedas menyegarkan atau analeptik yang dapat merangsang tubuh mempertahankan vitalitas sekaligus dijadikan acuan bahwa tumbuhan ini dapat digunakan untuk menolong penderita gangguan seksual (Anonim, 2002). Buah cabe jawa mengandung zat pedas piperin, kavisin, asam palmitat, asam tetrahidropiperat, 1-undesilenill-3,4-metilen dioksibensen, piperidin, minyak atsiri, Nisobutildeka-trans-2-trans-4-dieramida dan sesamin. Cabe secara tradisional digunakan untuk mengusir dingin, menghilangkan nyeri (analgesik), peluruh keringat (diaforetik), peluruh kentut (karminatif), stimulant, dan aprodisiak (Dalimartha, 1999). Penggunaan simplisia akar pasak bumi, buah cabe jawa atau rimpang jahe merah secara tunggal sudah terbukti. Oleh karena itu, perlu dilanjutkan penelitian lagi apakah dengan diformulasi campuran akan memberikan efek yang sinergis atau kompetitif. Tujuan penelitian untuk mengetahui apakah ada perbedaan efek aprodisiak dari kombinasi serbuk akar pasak bumi yang dicampur dan atau rimpang jahe merah dan buah cabe jawa. METODE PENELITIAN Alat Alat yang digunakan untuk pembuatan sediaan adalah timbangan, blender, mesin penggiling, ayakan mesh 100 dan mesh 40, corong kaca, cawan porslin, kasa, kaki tiga, pemanas spirtus. Alat yang digunakan untuk uji farmakologi yaitu timbangan, spuit, jarum oral, kandang, aquarium untuk tempat pengamatan climbing, labu takar, gelas ukur, beaker glass, mikroskop, obyek glass dan deglass. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : akar pasak bumi (Eurycoma longifolia Jack) yang sudah kering, diperoleh dari Kalimantan. Rimpang jahe merah (Zingiber officinale Roxb) segar yang diperoleh dari Pasar Legi Solo yang dipasok dari Wonogiri, buah cabe jawa (Piper retrofactum Vahl.) yang diperoleh dari Jumantono, larutan CMC 0,5% sebagai kontrol negatif, kapsul dari pasaran sebagai control positip, dan CMC sebagai suspending agent. Pereaksi yang digunakan untuk pengujian farmakologis apusan sperma adalah alkohol 70 %, pewarna giemsa, larutan NaCl fisiologis, dan eter. Hewan Uji Tikus putih jantan Wistar yang berumur 2-3 bulan dengan berat badan (BB) 150g-300 g. Tikus putih betina Wistar dan perawan yang berumur 2-3 bulan, berat badan (BB) 150g300g. Identifikasi Bahan Tanaman Identifikasi bahan tanaman bertujuan untuk mengetahui kebenaran ciri-ciri organoleptis dan morfologi dari akar pasak bumi, buah cabe jawa dan rimpang jahe merah. Identifikasi bahan tanaman dilakukan di Laboratorium Morfologi dan Sistematika Fakultas Universitas Gadjah Mada Yogyakarta (Hasil dapat dilihat di lampiran).
Pembuatan Serbuk Akar pasak bumi kering yang masih utuh dicuci, lalu dikeringkan dengan dijemur, dihaluskan dengan cara digiling lalu diayak dengan ayakan mesh 100 dan mesh 40. Buah cabe jawa kering yng masih utuh lalu dicuci kemudian dikeringkan dengan cara dijemur, dihaluskan dengan cara digiling lalu diayak dengan ayakan mesh 100 dan mesh 40. Rimpang jahe merah segar dicuci lalu diris-iris kemudian dikeringkan dengan dijemur, dihaluskan dengan cara digiling lalu diayak dengan mesh 100 dan mesh 40. Pembuatan Campuran Serbuk F1 dibuat dengan mencampur 50 % serbuk akar pasak bumi dengan 50 % serbuk rimpang jahe merah. F2 dibuat dengan mencampur 50 % serbuk akar pasak bumi dengan 50 % serbuk buah cabe jawa.F3 dibuat dengan mencampur 50 % serbuk akar pasak bumi dengan 25 % serbuk rimpang jahe merah dan 25 % serbuk buah cabe jawa. Lihhat tabel dibawah ini. Pembuatan campuran serbuk Simplisia
F1
F2
F3
Akar pasak bumi
50 %
50 %
50 %
Rimpang jahe merah
50 %
-
25 %
-
50 %
25%
Buah cabe jawa
Perhitungan dosis Dosis yang digunakan adalah hasil konversi dosis dari manusia yang beratnya 70 kg ke dosis tikus dengan berat badan 200 g adalah 0,018 (Harmita dan Radji, 2004). Dosis yang digunakan untuk manusia dengan mengambil dosis empiris 2,4 gam campuran serbuk untuk manusia sehingga jika digunakan untuk tikus adalah ± 43,2 mg/ 200 g BB campuran serbuk. Perhitungan untuk dosis kontrol positip dihitung dengan mencari bobot rata2 tiap kapsul, lalu dalam sehari minum dua kapsul sehingga bobot rata-rata dikalikan dua lalu dikonversikan untuk dosis tikus dengan mengalikan faktor 0,018. Untuk dosis kontrol negatif digunakan larutan CMC 0,5%; 2,2 ml/200 g BB. Pembuatan kontrol negatif Kontrol negatif dibuat dengan menimbang 500 mg CMC kemudian ditaburkan pada 10 ml akuades hangat, diamkan sebentar kemudian diaduk dan ditambah akuades sedikit demi sedikit sampai 100 ml. Pembuatan kontrol positif Kontrol positif dibuat dengan menimbang serbuk isi kapsul seberat dua kapsul kontrol positip, ditambah larutan CMC 0,5% sebagai pensuspensi. Pengelompokan hewan uji Penelitian ini dilakukan yaitu memilih campuran serbuk yang terbaik. Hewan uji dikelompokkan secara acak menjadi 5 kelompok masing-masing terdiri dari 5 ekor hewan uji. Diberikan larutan uji secara peroral pada jam 13.00 dan diamati pada malam hari jam 18, hewan uji dikelompokkan sebagai berikut : F(-) : kontrol negatif diberi larutan CMC 0,5%, dosis 2,2 ml/200 g BB F(+) : sebagai kontrol positip, dosis 30,2 mg/200 BB tikus F1 : serbuk akar pasak bumi dan jahe merah, dosis 86,4 mg/200 g BB tikus F2 : serbuk akar pasak bumi dan cabe jawa, , dosis 86,4 mg/200 g BB tikus F3 : serbuk akar pasak bumi, jahe merah dan cabe jawa, dosis 86,4 mg/200 g BB tikus.
Prosedur perlakuan hewan uji Pengujian minat tikus putih jantan terhadap tikus putih betina dilakukan dengan cara sebagai berikut : Tikus dimasukkan ke dalam kandang, dimana kandang tikus putih jantan dan tikus betina dipisahkan oleh dinding penyekat. Pemberian sediaan uji dilakukan per oral kepada tikus jantan dengan frekuensi pemberian 1 kali sehari selama 5 hari, lalu tikus didiamkan selama 1 jam setelah pemberian peroral, kemudian tikus jantan dipindahkan ke dalam kandang yang berisi masing-masing 3 tikus betina. Perkawinan dilakukan pada malam hari. Frekuensi climbing dihitung selama 1 jam setelah tikus jantan dimasukkan ke dalam kandang tikus betina. Setelah tikus jantan selesai mengawini tikus betina, selanjutnya dilakukan pemeriksaan apusan vagina. Pemeriksaan apusan vagina dilakukan dengan metode pipet sebagai berikut : pipet yang mempunyai ujung halus dan tumpul diisi dengan ditambah satu tetes cat metilen blue dan dihomogenkan dengan kaca obyek lain yang sudutnya tumpul, campuran sperma digoreskan sepanjang kaca obyek, lalu kaca tersebut diangin-anginkan. Tikus yang mempunyai syarat untuk percobaan yaitu tikus yang sehat dan normal. HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi simplisia Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terlebih dahulu diidentifikasi di Laboratorium Biologi Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Gajah Mada. Berdasarkan hasil identifikasi dapat diketahui bahwa simplisia yang dimaksud adalah akar pasak bumi, rimpang jahe merah dan cabe jawa. Pengambilan bahan a. Akar pasak bumi diperoleh dari daerah Kalimantan berupa akar utuh berwarna coklat muda yang sudah kering. b. Buah cabe jawa berasal dari daerah Jumantono Karanganyar berupa buah cabe jawa yang sudah dikeringkan. c. Rimpang jahe merah diperoleh dari Pasar Legi Solo berupa rimpang jahe merah yang masih segar. Pengeringan bahan Pengeringan bahan bertujuan mengurangi kadar air, sehingga mencegah terjadinya pembusukan oleh jamur dan bakteri, bekerjanya enzim dan terjadinya perubahan kimiawi yang menurunkan kualitas simplisia. Bahan yang telah kering juga mempermudah proses pembuatan serbuk. Bobot basah jahe merah 5000 g menghasilkan bobot kering 1000 g sehingga didapat rendemen 20%. Pengeringan rimpang jahe merah segar ditutupi dengan kain hitam bertujuan untuk melindungi dari sinar matahari langsung agar kandungan zat aktifnya tidak berubah. Pembuatan serbuk dan pengukuran kadar air Pembuatan serbuk Maksud penyerbukan ini adalah untuk memperluas permukaan pertikel bahan yang kontak dengan pelarut hingga penyarian dapat berlangsung efektif. Serbuk diayak dengan ayakan mesh 100 karena diberikan per oral dalam bentuk suspensi serbuk, supaya tidak menyumbat lubang jarum oral. Serbuk yang digunakan untuk pembuatan ekstrak, menggunakan ayakan mesh 40, karena diharapkan zat pengotornya tidak ikut keluar masih
tetap didalam sel, sehingga tidak mengotori menstrum, Selain itu pada waktu penyaringan juga lebih mudah. Uji farmakologi Analisa data yang digunakan adalah analisa varian dua jalan, yaitu melihat ada tidaknya perbedaan yang nyata antara perbedaan hari dan perbedaan perlakuan. Variasi dalam suatu variabel dikatakan ada perbedaan yang nyata/signifikan bila nilai signifikan lebih kecil dari 0,05 dan sebaliknya. Tujuan analisa data tersebut adalah untuk mereduksi data penelitian kedalam perhitungan yang lebih mudah diinterprestasikan, sehingga antara permasalahan permasalahan dapat dipelajari. Interpretasi data bertujuan untuk mengetahui kesimpulan sehubungan dengan penelitian yang dilakukan. Serbuk campuran yang digunakan disini adalah F1 terdiri dari akar pasak bumi 50 % dan jahe merah 50 %, F2 terdiri dari akar pasak bumi 50 % dan cabe jawa 50 %, sedangkan F3 terdiri dari akar pasak buni 50 %, jahe merah 25 % dan cabe jawa 25 %, hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 10. Tabel 2. Frekuensi climbing tikus putih jantan ke tikus putih betina setelah pemberian sediaan campuran serbuk. Kelompok N=5 F(-)
Frekuensi climbing diamati selama satu jam (Rata-rata + SD) Hari ke 0 Hari ke 1 Hari ke 3 Hari ke 5 12,0 ± 16,67 12,6 ± 18,51 12,2 ± 19,60 16,2 ± 26,88 15,0 ± 28,62
F(+) F1 F2 F3
1,0 ±1 2,0 ± 2,12 22,0 ± 13,02 3,4 ± 3,44 25,8 ± 14,31
3,4 ± 2,7 9,2 ± 3,96 16,8 ± 0,84 9,0 ± 2,67 21,2 ± 2,77
3,6 ± 1,14 10,4 ± 3,36 15,4 ± 4,93 12,4 ± 4,56 55,4 ± 18,66
60 50 F(-)
40
F(+)
30
F1
20
F2 F3
10 0 Hari ke 0
Hari ke 1
Hari ke 3
Hari ke 5
Gambar 1. Histogram frekuensi climbing tikus putih jantan ke tikus putih betina setelah pemberian sediaan campuran serbuk Keterangan: F1. Campuran serbuk akar pasak bumi dan jahe merah F2. Campuran akar pasak bumi dan cabe jawa F3. Campuran akar pasak bumi, jahe merah dan cabe jawa
Histogram diatas menunjukkan jumlah rata-rata climbing dari hari ke nol sampai hari ke lima. Analisa varian dari variabel hari, nilai signifikasinya sebesar 0,098. Nilai ini jauh lebih besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan tidak ada perbedaan yang nyata frekuensi climbing pada hari ke 0, 1, 3, 5. Tetapi bila dilihat nilai selisih rata-rata (mean difference) hari kelima yang paling tinggi. Frekuensi climbing pada hari ke nol relatif tinggi karena kemungkinan tikus jantan sudah lama tidak dikawinkan, sehingga pada pertemuan pertama kali walaupun belum diberi perlakuan, mempunyai tingkat libido yang relatif tinggi. Analisa varian dari variabel perlakuan nilai signifikasinya 0,000 sehingga frekuensi climbing tikus putih jantan setelah pemberian suspensi serbuk akibat perlakuan ada beda bermakna, bisa dilihat pada tabel 2. Tabel 3. Signifikansi perlakuan campuran serbuk Antar Perlakuan F(-) – F(+)
Nilai Signifikan 0,918 > 0,05
Keterangan Tidak ada beda
F(-) – F1 F(-) – F2 F(-) – F3 F(+) – F1 F(+) – F2 F(+) – F3 F1 – F2 F1 – F3 F2 – F3
0,011 < 0,05 0,792 > 0,05 0,002 < 0,05 0,198 > 0,05 1,000 > 0,05 0,011 < 0,05 0,696 > 0,05 0,294 > 0,05 0,033 < 0,05
Ada beda Tidak ada beda Ada beda Tidak ada beda Tidak ada beda Ada beda Tidak ada beda Tidak ada beda Ada beda
Perlakuan yang ada beda bermakna yaitu antara F(-) dengan F1, F(-) dengan F3, F(+) dengan F3, dan F2 dengan F3 . Bila dilihat nilai selisih rata-rata (mean difference) efek yang paling tinggi adalah F3 , diikuti F1, F2, F(+) dan yang terakhir F(-). Sehingga dari analisa tersebut menandakan bahwa adanya jahe merah dan cabe jawa yang ditambahkan pada akar pasak bumi akan memberikan efek yang paling bagus, Kemungkinan cabe jawa mengandung senyawa piperin yang bisa meningkatkan bioavailabilitas zat aktif yang ada pada jahe merah dan pasak bumi pada dosis-dosis tertentu. Tetapi bila dicampur jahe merah saja pada pada pasak bumi (F1) atau dicampur cabe jawa dan pasak bumi saja pada (F2) hasilnya kurang maksimal. Jadi sebaiknya jumlah campuran jahe merah bisa dikurangi dan kekurangannya diganti cabe jawa (F3). Dari hasil penelitian diatas ternyata formulasi tersebut yaitu kombinasi antara pasak bumi, jahe merah dan cabe jawa memberikan efek yang paling bagus. KESIMPULAN DAN SARAN Ramuan akar pasakbumi yang dikombinasikan dengan atau tanpa cabe jawa dan dengan atau rimpang jahe merah dapat memberikan efek aprodisiaka yang berbeda secara signifikan (p < 0,05) pada hari kelima. Efek aprodisiaka yang paling tinggi adalah ramuan akar pasakbumi yang dikombinasi rimpang jahe merah dan cabe jawa diikuti ramuan akar pasakbumi dan jahe merah dan yang terakhir akar pasakbumi dan cabe jawa. DAFTAR PUSTAKA Dalimartha, S, 1999, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, Jilid I, Trubus Agriwidya, Jakarta, 2527. Dewi TS, 2007. Pengaruh Ekstrak Etanol, n-Heksana, Air, Pasakbumi (Eurycomae Radix) terhadap Tikus Putih JantanGalur Wistar sebagai Parameter Uji Afrodisiaka, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Setia Budi Surakarta.
Harborne, J. B., 1987, Metode Fitokimia Penuntun dan Cara Modern Menganalisa Tumbuhan, Penerbit ITB, Jakarta, 78, 102-105. Hamzah S, Yusof A., Oct 2003. The Ergogenic Effects of Eurycoma Longifolia Jack: A Pilot Study. Br. J. Sports Med. 37: 464–70. Abstract of study listed as item 007 . Ikawati N , 2007, Pengaruh Ekstrak n-Heksana Etanol 70 % Buah Cabe Jawa (Piper retrofractum Vabl.) Terhadap Minat Tikus Putih Jantan sebagai Parameter Uji Afrodisiak, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Setia Budi Surakarta. Setyowati D, 2007, Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanolik Rimpang Jahe Merah Terhadap Frekuensi Minat dan Frekuensi Koitus Tikus Putih Jantan Galur Wistar Sebagai Parameter Uji Afrodisiaka, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Setia Budi Surakarta.