Seminar Nasional Pendidikan Olahraga (SEMNASPOR) 2015 Universitas Bina Darma, 19 Desember 2015
PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN SERVIS DENGAN METODE BAGIAN DAN METODE KESELURUHAN TERHADAP KETERAMPILAN SERVIS PADA ATLET KLUB SEPAK TAKRAW SMPN 1 KELUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN 1)
Sugar Wanto
1)
Universitas PGRI Palembang Jalan Ahmad Yani, Plaju, Palembang Email :
[email protected] 1)
mengangkat bangsa”.
Abstract This study was conducted to determine the different effect between half part/sections method and overall method in Sepak Takraw service of the male athletes of SMPN1 Keluang Musi Banyuasin. The sample of this study was 20 male athletes of Sepak Takraw club of SMPN1. T-test analysis results are as follows: 1. Halfpart exercises can significantly improve the service ability with tobtained 6.70 > ttable 1.83 and p 0.00 < α 0.05. 2. Whole part exercises can significantly improve service ability with tobtained 6.70 > ttable 1.83 and p 0.00 < α 0.05. 3. There are no significant difference in the service skills by using half-part and whole part exercises, tobtained 0.52 < ttable 1.83 and p 0.614 < α 0.05.
harkat,
martabat,
dan kehormatan
Sepak takraw merupakan salah satu olahraga permainan yang bermanfaat dan berkembang di Sumatera Selatan. Olahraga tersebut banyak digemari oleh dari kalangan pelajar sampai generasi muda. Hal tersebut dapat dilihat mulai bermunculan klub-klub olahraga sepak takraw, termasuk klub sepak takraw SMPN 1 Keluang. Melalui klub-klub tersebut dilakukan pembinaan dan selanjutnya dilakukan seleksi bagi yang berbakat. Mereka dibina di Pusat Pendidikan Latihan Olahraga Pelajar (PPLP), naungan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Sumatera Selatan. Diharapkan, pembinaan itu akan menghasilkan atlet-atlet berprestasi di Sumatera Selatan untuk ke depannya. Seorang atlet sepak takraw haruslah mempunyai kemampuan dan keterampilan yang baik dalam bermain. Kemampuan yang perlu dimiliki oleh seorang pemain sepak takraw adalah kemampuan dasar atau teknik dasar bermain sepak takraw. Penguasaan terhadap teknik dasar perlu dimiliki dan dilatih dengan baik secara kontinyu.
Keywords: Half-part exercises, Overall-part exercise, Service ability.
1. Pendahuluan Pencapaian prestasi dalam olahraga bukanlah pekerjaan yang mudah, dibutuhkan usaha yang maksimal untuk mencapai prestasi tersebut. Oleh karena itu, dalam olahraga perlu pembinaan dan pengembangan olahragawan secara terencana, berjenjang, dan berkelanjutan. Peningkatan kompetensi sebagai usaha untuk mencapai prestasi perlu didukung melalui ilmu pegetahuan dan teknologi keolahragaan suatu bangsa.
Dalam permainan sepak takraw teknik dasar perlu dikuasai atlet sepak takraw adalah teknik dasar (basic skill) merupakan kemampuan dasar yang perlu dimiliki dan dikuasai dengan baik oleh atlet sepak takraw di posisi manapun bermain (tekong, smasher dan feeder). Teknik dasar permainan sepak takraw antara lain teknik dasar sepakan yang terdiri dari sepak sila, sepak kura, sepak badek, memaha dan teknik heading (memainkan bola dengan kepala). Sedangkan teknik khusus yang harus dimiliki adalah servis, smash blocker, umpan, reservis [2].
Melalui prestasi olahraga bangsa Indonesia bisa dikenal oleh bangsa lain. Hal tersebut sesuai dengan UndangUndang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistim Keolahragaan Nasional [1], Pasal 4 tentang dasar dan fungsi dan tujuan olahraga yaitu:
Dalam cabang olahraga sepak takraw, servis merupakan salah satu teknik khusus yang harus dipelajari. Servis merupakan awal mula dan bentuk serangan yang sudah direncanakan dan diharapkan langsung mendapatkan angka (point) atau paling kurang dapat membuat pertahanan lawan kucar kacir dan tidak dapat mengatur serangan. Dengan kata lain servis memegang peranan yang sangat penting dalam menentukan kemenangan dalam suatu pertandingan
"Keolahragaan nasional bertujuan memelihara dan meningkatkan kesehatan dan kebugaran jasmani, prestasi kualitas manusia, menanamkan nilai moral dan akhlak mulia, disiplin, sportivitas, mempererat persaudaraan dan membina persatuan dan kesatuan bangsa, memperkokoh ketahanan nasional, serta
133
Seminar Nasional Pendidikan Olahraga (SEMNASPOR) 2015 Universitas Bina Darma, 19 Desember 2015
Keterampilan servis dalam keterampilan bermain sepak takraw adalah penempatan bola yang baik pada sasaran yang dituju, mengenai tepat pada sasaran yang dimaksud adalah bagaimana seorang servis mampu menyepak atau melontarkan sesuatu mengarah pada sasaran yang ditentukan dalam permainan sepak takraw. Servis adalah peranan pertama dalam mengejar angka (point), dan seorang tekong harus mahir dan biasa melakukan servis yang akurat. Dalam cabang olahraga sepak takraw, servis merupakan salah satu teknik khusus yang harus dipelajari. Servis adalah peranan pertama dalam mengejar angka (point), dan seorang tekong harus mahir dan biasa melakukan servis yang akurat.
Oleh sebab itu, peneliti melihat masalah yang ditemui dalam latihan dan di pertandingan, dimana seseorang tekong sering mengalami kegagalan dalam melakukan servis yang diarahkan ke lapangan lawan dengan baik dan tepat, seperti bola yang disepak menyangkut net, bola sering keluar dari lapangan lawan. Untuk itu tekong harus memiliki keterampilan servis yang baik, biasanya bentuk servis yang dilakukan adalah kaki bagian dalam. Untuk mengatasi permasalahan di atas, pelatih harus menciptakan program latihan yang dimungkinkan akan memberikan efek baik dalam latihan sehingga penguasaan keterampilan servis dapat dilakukan dengan sempurna. Dari berbagai fakta di lapangan tersebut sudah barang tentu pelatih membutuhkan sebuah metode latihan yang dapat memperbaiki dalam melakukan servis.
SMPN 1 Keluang adalah termasuk sekolah yang aktif dalam pengembangan minat bakat siswa-siswi (ekstrakurikuler) pengembangan minat bakat di SMPN 1 keluang antara lain yaitu bola voli, futsal, pencak silat, dan sepak takraw. Sedangkan untuk cabang olahraga sepak takraw, pembinaan ini telah dimulai pada tahun 2005 sampai sekarang. Rata-rata peserta pemula atau belum mengenal, dan mengetahui olahraga sepak takraw. Peserta adalah pelajar berusia 11-15 tahun dari kelas 79, beranggotaan 20 putra. Tempat latihan di lapangan sepak takraw SMPN 1 Keluang, dengan jadwal latihan 3 kali dalam seminggu, di bawah pelatih Andrison S.Pd
Salah satu metode latihan yang dapat digunakan pelatih dalam rangka mengaktifkan siswa sehingga menguasai servis adalah metode latihan bagian. Metode latihan bagian merupakan cara berlatih teknik (gerakan) yang dilakukan secara bertahap (berantai atau bagian demi bagian). Penyampaian materi latihan yang dijabarkan dalam bagian-bagian secara terpisah sehingga siswa dapat menguasai setiap unsur atau elemen gerakan terlebih dahulu sebelum dilanjutkan pada gerakkan selanjutnya secara keseluruhan. Setelah siswa menguasai dan memahami elemen-elemen pertama dilanjutkan pada gerakan berikutnya. Selanjutnya elemen-elemen tersebut digabungkan sehingga menjadi suatu gerakan yang utuh. Dengan menguasai teknik secara keseluruhan diharapakan dapat menguasai servis sehingga dapat meningkat perolehan point pada pertandingan sepak takraw, dari metode-metode yang ditawarkan tersebut tentu perlu diteliti secara sistematis dan ilmiah untuk membuktikan apakah metode bagian dan metode keseluruhan dapat memperbaiki kestabilan keterampilan dalam melakukan servis sepak takraw.
Melalui wawancara dengan pelatih sepak takraw SMPN 1 keluang bapak Andrison S.Pd, rata-rata atlet pemula yang belajar sepak takraw di mulai dari kemampuan dasar dan ada sebagian telah latihan selama 1 tahun dengan pelaksanaan latihan yang teratur dan kontinyu. Dari pengamatan pelatih di lapangan, peserta masih kurang dalam kemampuan teknik dasar dan teknik khusus dalam bermain Sepak takraw. Kemampuan teknik dasar yaitu kontrol bola dengan sepak sila, sepak kura, memaha, dan kepala. Sedangkan kemampuan tehnik khusus yang kurang sekali dikuasai antara lain keterampilan servis, smash, mengumpan, umpan tangan (umpan untuk servis).
PB Persetasi [3] mengemukakan pengertian sepak takraw sebagai berikut : ”Sepaktakraw adalah permainan yang dilakukan diatas lapangan empat persegi panjang (13.40 X 6.10 meter), rata, baik, dan terbuka maupun tertutup, serta bebas dari semua rintangan. Lapangan ini dibatasi oleh net serta memakai bola terbuat dari rotan atau plastik (sintetic fibre), berbentuk bulat. Permainan ini menggunakan seluruh anggota tubuh kecuali tangan, permainan ini dilakukan oleh dua regu masing-masing regu berjumlah tiga orang dengan mempertahankan daerah serta mengembalikan dan mempertahankan daerah serta mengembalikan dan mematikan bola dilapangan lawan sehingga mendapat-kan angka.
Berdasarkan pengamatan selama ini yang terjadi di lapangan pada saat pertandingan dan latihan, peserta sering mengalami kegagalan dalam melakukan serangan pertama (servis). Hal ini disebabkan kurangnya koordinasi ayunan kaki sehingga bola keluar jauh dari lapangan lawan. Selain itu, kurangnya semangat juang untuk melakukan servis sehingga terjadi kegagalan, sering kali kaki tumpu seorang tekong menginjak dan melewati garis lingkar tekong sehingga servis yang dilakukan tidak sah. Hal lainnya pada saat latihan atlet sering mengalami letih yang berlebihan sehingga ketika akan melakukan latihan inti servis, mengalami penurunan kondisi fisik, lalu pada saat seorang apit (feeder) menghantarkan bola pada tekong sering arah bola yang tidak ideal sehingga menyebabkan kegagalan untuk disepak. Dari hasil keseluruhan pengamatan di lapangan bahwa hal ini merupakan titik kelemahan, yang harus diantisipasi apakah dengan cara metode latihan yang dilakukan atau dengan alternatif lainnya.
2. Metodologi Penelitian 2.1 Metode Latihan Bagian Metode latihan bagian adalah cara berlatih teknik yang dilakukan secara bagian demi bagian. Metode bagian adalah : Suatu cara latihan yang bertitik tolak dari
134
Seminar Nasional Pendidikan Olahraga (SEMNASPOR) 2015 Universitas Bina Darma, 19 Desember 2015
pandanga bahwa suatu latihan dapat diberikan menurut bagian-bagiannya. Metode latihan bagian adalah cara berlatih tehnik (gerakan) yang dilakukan secara bertahap (berantai atau bagian demi bagian). Metode bagian adalah metode latihan yang bertitik tolak dari pandangan bahwa suatu latihan dapat diberikan menurut bagianbagiannya [4].
Latihan merupakan suatu kesatuan yang melengkapi dalam urutan gerakan yang sederhana dan mudah sampai tingkat yang lebih sulit dan kompleks. Setiap elemenelemen gerakan harus dikuasai terlebih dahulu sebelum dilanjutkan pada gerakan berikutnya. Kebaikan yang didapat dari metode bagian ini adalah atlet betul-betul menghayati serta merasakan bagaimana pelaksanaan dari setiap elemen gerakan dalam satu teknik [6].
Senada dengan pendapat di atas, (Setijadi, 1970:23) menyimpulkan bahwa belajar dan mengajar menggunakan metode bertahap disebut juga dengan metode berantai (chain learning). Metode berantai maksudnya adalah pemberian materi kepada siswa dilakukan melalui tahapan-tahapan atau urutan-urutan yang telah ditentukan sebelumnya, sehingga dapat mengurangi sekecil mungkin tingkat kesalahan. Tingkah laku yang berantai dari cara belajar siswa dapat berupa serentetan perbuatan motorik, seperti belajar sepeda dan lain sebagainya. Suatu mata rantai pada dasarnya terdiri dari serentetan yang terdiri atas dua atau lebih gerakan yang terpisah – pisah, namun pada dasarnya adalah satu gerakkan yang utuh. Dengan demikian untuk melanjutkan dari tingkat dua, siswa harus menguasai tingkat satu. Bila kita analogkan pada proses berjalan pada seorang bayi (balita), maka sebelum dapat berjalan dengan baik, sang bayi harus terlebih dahulu dapat merangkak, berjalan dengan memapa dan kemudian baru dapat berjalan dengan baik.
Jika struktur gerakan agak kompleks, akan memungkinkan diperoleh hasil latihan yang maksimal. Kelemahan metode bagian yaitu pada integrasi elemen keseluruhan proses belajar tidak berkembang, dengan demikian tujuan latihan tidak akan tercapai [4]. Selanjutnya untuk lebih jelasnya dikemukakan tujuh kelemahan metode latihan bagian secara rinci, yaitu : 1) Kurang dapat insight yaitu pengertian yang diperoleh secara mendadak dari hubungan antara bagian-bagian tugas gerakan dengan tujuan yang akan dicapai dalam situasi keseluruhan, 2) karena bagian-bagian dipelajari terpisah-pisah sehingga kurang dapat mengkaitkan setiap bagian dengan keseluruhan, 3) bagian-bagian dipelajari lepas dari konteks keseluruhan tugas, 4) atlet/siswa kurang aktif dalam pemecahan masalah yang dipelajari, bagian-bagian yang dipelajari terlepas dari konteks keseluruhan tugas yang harus dicapai, 5) kurang dilakukan restrukturisasi dari bagian ke dalam keseluruhan, 6) kurang terjadi transfer dari komponenkomponen yang identik kedalam konteks yang berada, 7) memerlukan waktu untuk mempelajari bagian-bagian gerakan”. (Kosasih, dalam Alnedral, 1993:14).
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa metode bagian, bertahap atau berantai adalah penyampaian materi latihan yang dijabarkan dalam bagian- bagian secara terpisah. Hal ini berarti menuntut siswa dapat menguasai setiap unsur atau elemen gerakan terlebih dahulu sebelum dilanjutkan pada gerakkan selanjutnya secara keseluruhan. Setelah siswa menguasai dan memahami elemen-elemen pertama dilanjutkan pada gerakan berikutnya. Selanjutnya elemen-elemen tersebut digabungkan sehingga menjadi suatu gerakan yang utuh. Pada cabang olahraga sepaktakraw khususnya keterampilan servis, penggunaan secara bagian dapat diterapkan dalam upaya penyampaian materi. Keterampilan servis tersebut akan disajikan dalam penggalan-penggalan yang sedemikian rupa sehingga diharapkan siswa dapat menguasai materi dengan baik.
Maka dalam pelaksanaan metode latihan bagian pada metode servis dilaksanaan beberapa tahapan sesuai dengan fase pelaksanaan gerakannya sbb :
Belajar mengacu pada suatu rencana dan pelaksanaan tugas-tugas secara bertahap. Menurut Supandi [5] Metode bagian dapat di bagi menjadi suatu keterampilan gerak berdasarkan bagian-bagian gerakan teknik dan fase fungsi. Hal ini menurut proses latihan yaitu suatu ikatan dari bagian ke gerakan keseluruhan. Selanjutnya metode bagian adalah suatu cara latihan yang bertitik tolak dari pandangan bahwa suatu latihan dapat diberikan menurut bagian-bagiannya [4].
Gambar 1. Keterampilan Servis Sepak Takraw Kaki Tekong Berada di Garis Lingkar
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa metode bagian, penyajian materi dipisahkan dari gerakan keseluruhan. Setelah atlet dapat menguasai dan memahami elemen-elemen gerakan pertama dilanjutkan pada gerakan berikutnya. Unsur-unsur gerakan tersebut digabungkan sehingga menjadi gerakan keseluruhan.
135
Seminar Nasional Pendidikan Olahraga (SEMNASPOR) 2015 Universitas Bina Darma, 19 Desember 2015
Gambar 2. Keterampilan Servis Tahap 2 & 3 Menyepak Bola Sehingga Menyebrang Net Tepat
yang tinggi akan mampu memahami dan menemukan hubungan bagian-bagian dan satuan yang komplek [5].
Dengan demikian urutan fase pelaksanaan gerakan servis tersebut untuk program latihan bagian dapat susun dan dilaksanakan berdasarkan tahapan pelaksanaan gerakan.
Pelaksanaan Servis Secara Keseluruhan (Keseluruhan)
2.2 Metode Latihan Keseluruhan Metode latihan keseluruhan adalah penyajian materi latihan yang diberikan secara serentak atau secara keseluruhan, mengakibatkan adanya hubungan antara stimulus dan respon. Sambil meneruskan latihan, isyaratisyarat bantu harus dihilangkan secara bertahap, sehingga siswa dapat latihan bertahap secara mandiri. Belajar dengan metode keseluruhan sangat bermanfaat dalam pengajaran motorik, hal ini disebabkan siswa dapat mengulang langsung secara terus – menerus materi yang diberikan, sehingga siswa diharapkan dapat menguasai materi yang diberikan. Dalam cabang olahraga sepaktakraw khususnya servis, penerapan metode ini akan diperlihatkan setelah siswa melakukan gerakan secara keseluruhan yang terdapat dalam keterampilan servis.
Gambar 3. Servis Keseluruhan
3. Hasil dan Pembahasan 3.1 Deskripsi Statistik deskriptif data penelitian dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Statistik Deskriptif Data Penelitian
Namun demikian terdapat kekurangan dari metode ini yaitu pengajaran dengan metode keseluruhan harus mengutamakan daya ingat yang tinggi, karena materimateri ajarkan disajikan secara langsung, serentak dan tidak terpenggal-penggal. Kelemahan lain dari metode ini adalah faktor kebenaran gerakan kurang terkontrol. hal ini disebabkan ketelitian dari peragaan gerakan kurang dapat diperhatikan dengan baik oleh instruktur atau pelatih (Setijadi, 1970:28).
Keterampilan serv bgi (A) Keterampilan serv keselu (A) Keterampilan Serv bgi (Ak) Keterampilan serv bgi (AK) Valid N (listwise)
Dengan metode keseluruhan ini semua pihak yang belajar atau yang latihan mengalami gerakan dengan saling berhubungan yang berarti. Bila suatu tugas dengan bantuan belajar yang sederhana mungkin dapat dilakukan secara keseluruhan [7].
Mean
Std Dev.
N
Min
Max
Sum
Stat
Stat
Stat
Stat
Stat
10
10
22
137
13.7 0
10
10
20
137
13.7 0
.943
2.98 3
10
13
26
137
17.7 0
1.26 5
4.00 1
10
15
23
182
18.2 0
.800
2.53 0
Std Error 1.12 6
Stat 3.56 1
10
Berdasarkan pada tabel di atas dapat dilihat bahwa; untuk kelompok A akan diberi perlakuan latihan bagian, hasil tes awal memiliki nilai tertinggi 22, nilai terendah 10, dan nilai rata-ratanya adalah 13.70. Sedangkan kelompok B yang akan diberikan perlakuan latihan keseluruhan memiliki nilai tertinggi 20, nilai terendah 10, dan nilai rata-ratanya 13.70. Selanjutnya setelah diberikan perlakuan pada kedua kelompok maka, untuk kelompok A yang diberikan perlakuan latihan bagian diperoleh nilai tertinggi 26, nilai terendah 13 dan nilai rata-ratanya adalah 17.70. Sebaliknya, untuk kelompok B yang diberikan perlakuan latihan keseluruhan diperoleh nilai tertinggi 23, nilai terendah 15 dan nilai rata-ratanya adalah 18.20. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan kemampuan melakukan servis dengan keterampilan pada kedua kelompok setelah diberikan perlakuan.
Sedangkan dimaksud dengan metode keseluruhan adalah proses belajar atau latihan dalam situasi yang medorong untuk mempelajari suatu blok materi pelajaran secara total dan serentak. Metode keseluruhan ini bertitik tolak dari keseluruhan gerakan manusia dan mencoba untuk mendapatkannya melalui proses belajar [8]. Selanjutnya metode keseluruhan berdasarkan teori Gestalt yang menekankan bahwa keseluruhan merupakan prinsip yang penting, keseluruhan lebih dari jumlah bagian-bagian, sedangkan bagian mengandung arti dalam hubungannya dengan keseluruhan (Nasution dalam Budiono [4]). Maka sehubungan dengan prinsipprinsip didaktis dari konsep keseluruhan atau keseluruhan juga memiliki relevansi atau metodis serta konsekuensi. Dalam proses belajar keterampilan gerak, maka metode keseluruhan materi latihan tidak diurutkan secara elementer atau bagian-bagian gerak melainkan dibiarkan sebagai latihan keseluruhan.
3.2 Uji Normalitas Uji normalitas data menggunakan Kolmogorov-Smirnov Z test, dan hasil yang diperoleh menunjukan bahwa data kedua kelompok berdistribusi normal yaitu p > α 0.05.
Kelemahan dan metode keseluruhan adalah jika seseorang dewasa atau mempunyai tingakat intelegensi
136
Seminar Nasional Pendidikan Olahraga (SEMNASPOR) 2015 Universitas Bina Darma, 19 Desember 2015
keseluruhan
3.3 Uji Homogenitas Selajutnya, sebelum data dianalisis dengan uji t, terlebih dahulu dilakukan uji hornogenitas menggunakan uji varians. Hasil analisis memperlihatkan bahwa data memiliki keragaman yang tidak berbeda dengan p 0.665 >α 0.05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data awal kedua kelompok berada dalam keadaan homogen. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :
2) Terdapat perbedaan pengaruh antara latihan bagian dengan keseluruhan terhadap keterampilan servis atlet sepak takraw SMPN 1 Keluang. Hasil analisis data menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan pengaruh antara latihan bagian dengan keseluruhan terhadap keterampilan servis yaitu; thit0.52 < ttab 1.83, dan p 0.614 > α 0.05. Hal ini berarti Ha ditolak. Untuk lebih jelas nya dapat dilihat pada table berikut :
Tabel 2. Hasil Uji Homogenitas Levene Statistic Dfl df2 Sig .194 1 18 .665 Test of Homogeneity of Variances
Tabel 5. Hasil Uji t Keterampilan Servis Bagian Awal dan Keseluruhan Akhir Pair 1
3.4 Pengujian Hipotesis Berikutnya adalah pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t pada taraf signifikansi α 0.05%. Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini terdiri dari 3 hipotesis sebagai berikut : 1) Terdapat pengaruh yang signifikan latihan Bagian terhadap keterampilan servis atlet sepak takraw SMPN 1 Keluang.
Pair 1
Keterampilan Servis awal dan Akhir Bagian
Sig. .000
1)
2)
T 6.708
Terdapat pengaruh yang signifikan latihan keseluruhan terhadap keterampilan servis terhadap atlet sepak takraw SMPN 1 Keluang
3)
Hasil analisis menunjukkan bahwa; latihan keseluruhan dapat meningkatkan kemampuan melakukan servis dengan tepat secara bermakna, yaitu thit 6.70 > ttab 1 .83, dan p 0.000 < α 0.05. Ini dapat diartikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil tes awal dengan hasil tes akhir pada kelompok B setelah diberikan perlakuan latihan keseluruhan. Hasil analisis tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah berikut : Tabel 4. Hasil Uji t Keterampilan Servis Awal dan Akhir Keseluruhan Pair 1
Keterampilan Servis akhir dan awal
N 10
Correlation .715
Sig. .000
Correlation .654
Sig. .061
T .522
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
Tabel 3. Hasil Uji t Keterampilan Servis Awal dan Akhir Bagian Correlation .882
N 10
4. Kesimpulan
Hasil analisis data menunjukan bahwa latihan dapat meningkatkan kemampuan melakukan servis dengan tepat cukup bermakna, hal ini dibuktikan dengan thit 6.70 > ttab 1.83dan p 0.000 < α 0.05, artinya terdapat perbedaan antara hasil tes awal (pre-test) dengan tes akhir (post-test) setelah diberikan perlakuan. Hasil analisis dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
N 10
Keterampilan Servis Bagian akhir dan keseluruhan Akhir
T 6.708
137
Latihan Bagian berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan keterampilan servis. Hasil yang diperoleh dari latihan bagian thit 6.70 > ttab 1.83, dan p 0.000 < α 0.05, artinya terdapat perbedaan antara hasil tes awal (pre-tesi) dengan tes akhir (post-test) setelah diberikan perlakuan. Latihan Keseluruhan berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan keterampilan. Hasil yang diperoleh dengan latihan keseluruhan thit 6.70 > ttab 1.83, dan p 0.000 < α 0.05. Ini dapat diartikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil tes awal dengan hasil tes akhir pada kelompok 2 setelah diberikan perlakuan latihan keseluruhan. Tidak terdapat perbedaan pengaruh secara signifikan antara latihan bagian dan latihan keseluruhan terhadap peningkatan keterampilan servis, thit 0.52 < ttab1.83, dan p 0.614 > α 0.05. Hal ini berarti Ha ditolak.
Seminar Nasional Pendidikan Olahraga (SEMNASPOR) 2015 Universitas Bina Darma, 19 Desember 2015
Daftar Pustaka [1] Presiden Republik Indonesia, "Undang-undang No. 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional," ed. Jakarta: Menteri Hukum dan HAM RI, 2005. [2] B. Asril, Teknik Khusus dalam Permainan Sepaktakraw. Padang: FPOK IKIP, 1994. [3] PB. Persetasi, Mari Bermain Sepaktakraw. Jakarta: PB. PERSETASI, 1999. [4] Budiono, "Perbandingan Pengaruh Hasil Latihan dengan Metode Bagian dengan Metode Bagian Terhadap Peningkatan Prestasi Renang Gaya Kupu-Kupu 50 Meter," FIK UNP, Padang, Laporan Hasil Penelitian2000. [5] Supandi, Pengelolaan Interaksi Belajar Mengajar Inrakulikuler dan Ekstrakurikuler. Bandung: Tarsito, 1986. [6] S. T. Haw, "Perbandingan Antara Hasil Belajar Melalui Metode Gabungan dan Metode Bagian dalam Mengajar Keterampilan Dasar Bermain pada SMP Maria Padang," FPOK IKIP Padang, Padang1987. [7] Djusma, Metode Pengajaran Olahraga. Padang: FPOK IKIP Padang, 1989. [8] Syafruddin, Pengantar Ilmu Melatih. Padang: FPOK IKIP, 1996.
138