HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN ANTAR PASANGAN DAN LAMANYA USIA PERKAWINAN DENGAN PENYESUAIAN PERKAWINAN (RELATIONSHIP BETWEEN MATE TRUST AND MARITAL AGE WITH MARITAL ADJUSTMENT) Itryah Universitas Bina Darma Jln. Ahmad Yani No.12, Plaju, Palembang Pos-el:
[email protected]
Abstracts: This research is aimed to assess relationship between mate trust and marital age with marital adjustment. The study uses subjects composed of couples ranged from 18-55 years old that they have never divorce and live together since have marriage. The research is conducted in Wonotunggal, Batang Regency, Central Java. The sample consists of 158 couples or 316 respondents from fifteen villages in district of Wonotunggal. Sample is taken by using area sampling technique.Qualitative method is used to collect data. The researcher uses measuring instrument of such scales as Marital Adjustment Scales, Mate Trust Scales, and Marital age enquatte that the data is obtained from subject’s identity forms. Hypotheses are tested by using statistic model of multiple regressions. The results indicate that there is significant relationship between mate trust anf marital age and marital adjustment shown by R = 0,597 and F regressions = 42,861 with p = 0,000 (p< 0,05) Keywords: Marital Adjustment, Mate Trust, and Marital Age. Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kepercayaan antar pasangan dan lamanya usia perkawinan dengan penyesuaian perkawinan. Subyek penelitian ini adalah pasangan suami istri yang hidup bersama-sama dalam rumah tangga pada perkawinan pertama dan tidak bercerai dengan rentang usia 18-55 tahun. Lokasi penelitian berada di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang Propinsi Jawa Tengah. Besarnya sampel dalam penelitian ini adalah 158 pasang suami- istri atau 136 subyek yang diteliti berada di 15 desa di kecamatan wonotunggal. Adapun cara pengambilan sampel adalah dengan menggunakan teknik area sampling. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan alat ukur skala yaitu skala penyesuaian perkawinan, skala kepercayaan antar pasangan dan angket lamanya usia perkawinan yang tertulis di lembar identitas masing-masing subyek yang disusun sendiri oleh penulis. Model statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah analisis regresi ganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara kepercayaan antar pasangan dan lamanya usia perkawinan dengan penyesuaian perkawinan yang ditunjukkan oleh R = 0,597 dan F regresi = 42,861 dengan p = 0,000 (p<0,05). Kata-kata Kunci: penyesuaian perkawinan, kepercayaan antar pasangan, dan lamanya usia perkawinan
1.
PENDAHULUAN
Tawaran yang memicu kompleksitas hidup dapat muncul di mana saja dan kapan saja baik di
Tatanan masyarakat yang sudah berubah menjadi
global,
industrialis
Tidak seorang pun mampu menghentikan
sangatlah tepat menjadikan keluarga sebagai
dinamika perubahan tatanan masyarakat. Justru
tempat
dan
yang dibutuhkan ialah memperkuat pertahanan
persiapan diri menghadapi tekanan kehidupan.
kualitas dimana masing-masing individu dalam
utama
modern, untuk
dan
rumah atau di luar rumah.
penggemblengan
Hubungan Antara Kepercayaan Antar Pasangan dan Lamanya Usia Perkawinan dengan … (Itryah)
33
keluarga
bertindak
dan
Perceraian memberikan dampak yang
pendidik bagi dirinya, pasangannya dan anak-
lebih besar dari pada efek kematian, karena
anak. Pembentukan kualitas manusia diawali dari
sebelum dan sesudah perceraian sudah timbul
dan
keluarga.
rasa sakit dan tekanan emosional. Disamping itu,
Kehidupan keluarga yang dimaksud tersebut
resiko negatif sampingan juga akan dirasakan
adalah keluarga yang ideal, bukan keluarga yang
anggota keluarga yang terkait dan berhubungan
bermasalah.
erat
oleh
Perlu
selaku
kehidupan
disadari
di
pembelajar
dalam
bahwa
masih
terhadap
ikatan
perkawinan
tersebut,
banyak
dampak yang paling besar sesungguhnya dialami
perkawinan yang diakhiri dengan perceraian
oleh anak-anak dari hasil perkawinan. Dampak
tanpa melalui proses yang legal. Ketidak-
yang merusak bagi perkembangan psikologik
mampuan pasangan suami-istri untuk mengatasi
anak-anak mereka, termasuk depresi, menarik
dan memecahkan masalah yang dihadapi atas
diri dari pergaulan sosial, kompetensi sosial yang
masalah tertentu yang memberikan rasa puas
rendah, persoalan kesehatan yang terabaikan,
pada kedua belah pihak banyak menjadi alasan
performasi akademik yang menurun dan rendah,
perceraian dilakukan. Masalah-masalah yang
serta berbagai persoalan gangguan perilaku anak
sering muncul sehingga terjadinya perceraian
yang erat kaitannya dengan kesulitan emosional
diantaranya karena tidak memiliki anak, masalah
yang dihadapi anak-anak dari pasangan yang
ekonomi, hubungan yang kurang baik dengan
berada dalam kondisi konflik dalam proses yang
keluarga mungkin di karenakan perbedaan latar
menuju pada perceraian (Sadarjoen, 2005).
belakang budaya atau adanya pihak ketiga. Kehidupan perkawinan yang sering terjadi
Hasil yang
tidak
perkawinan
kesepakatan,
ketidakjujuran
Papp,
dkk
(2002)
menunjukkan, bahwa penyesuaian perkawinan
percecokan, perbedaan pendapat yang tajam, adanya
penelitian
buruk
akan dan
menimbulkan pasangan
yang
konflik sering
diantara suami-istri dapat mengakibatkan konflik
berperilaku berbantahan serta permusuhan akan
antar suami-isteri. Tidak ada satu kondisi pun di
menimbulkan perilaku permusuhan yang ditiru
atas yang lebih penting, artinya masing-masing
oleh anak-anak.
permasalahan mempunyai akibat untuk memung-
Telah diuraikan di muka bahwa tujuan
kinkan terjadinya perceraian, sehingga dengan
perkawinan adalah untuk membentuk keluarga
demikian komposisi dari sebab akibat itulah
yang bahagia dan kekal. Namun untuk mencapai
yang
gangguan
tujuan tersebut tidak mudah, karena perkawinan
terhadap stabilitas keluarga dan rendahnya
terdiri dari dua individu dimungkinkan terdapat
penyesuaian perkawinan. Perceraian merupakan
tujuan yang berbeda satu sama lain. Jika terjadi
kulminasi dari penyesuaian perkawinan yang
demikian, maka suami-istri harus bersepakat
buruk atau rendah, walaupun demikian tidak
untuk mempersatukan kedalam satu tujuan
jarang rendahnya penyesuaian perkawinan tidak
bersama (Walgito, 2004).
memungkinkan
terjadinya
mengakibatkan terjadinya perceraian.
Secara umum penyesuaian perkawinan merupakan proses perubahan, menyesuaikan,
34
Jurnal Ilmiah PSYCHE Vol.3 No.1, Juni 2009:33-41
mengubah individu dari pola perilaku serta
Kepercayaan berkembang dari penga-
interaksi pasangan mengenai minat, tujuan, nilai
laman masa lalu dan interaksi sebelumnya,
dan pandangan. Penyesuaian perkawinan dapat
artinya kepercayaan berkembang bila hubungan
diketahui dari pelaporan subjektif mengenai
sudah
tingkat kepuasan dalam hubungan perkawinan.
prasyarat
Menurut Genova dan Rice (2005) penyesuaian
keduanya dapat saling terbuka dalam kehidupan
perkawinan merupakan suatu proses perubahan,
perkawinan
menyesuaikan diri dan mengubah individu-
Kepercayaan yang merupakan hal utama dalam
individu dan pola-pola dari perilaku dan interaksi
keintiman dan kepekaan sangat berdasar pada
pasangan untuk mencapai kepuasan maksimal
sejauh mana kejujuran mendasari relasi antara
dalam hubungan.
kedua pasangan. Akan tetapi tingkat kepercayaan
matang. bagi
Kepercayaan pasangan
(Laswell
merupakan
perkawinan
dan
Laswell,
agar 1987).
Sebaliknya, jika pasangan suami-istri tidak
antar pasangan tidak hanya terkait dengan
mampu melakukan beberapa faktor di atas akan
kejujuran salah satu pasangan atau kedua belah
mengalami kesulitan-kesulitan didalam melaku-
pihak pasangan, namun juga tergantung sejauh
kan penyesuaian perkawinan. Faktor-faktor lain
mana pasangan dapat menunjukkan perilaku
yang
terpercaya.
menjadi
penghambat
terciptanya
Kepercayaan
memiliki
aspek
penyesuaian perkawinan yang baik pada tahun-
dinamika yang spesifik dalam interaksi antar
tahun awal perkawinan adalah ketidaksamaan
pasangan dalam perkawinan dan menentukan
latar
keberlangsungan perkawinan secara menyeluruh
belakang,
pendidikan
yang
rendah,
kesulitan ekonomi, perselisihan dengan masing-
(Sadarjoen, 2005).
masing pihak keluarga pasangan dan adanya
Perkawinan
ketidakjujuran salah satu pihak pasangan.
adalah
bersatunya
dua
individu sebagai suami-istri. Bersatunya dua
Menurut Walgito (2004) bagi pasangan
individu dalam sebuah perkawinan bukanlah hal
suami-istri baru, pada tahun-tahun pertama
yang sederhana, konsekuensinya akan muncul
masih merupakan waktu untuk mengadakan
banyak
penyesuaian, waktu untuk mengadakan orientasi
individu mempunyai sejarah dan latar belakang
yang lebih mendalam dari masing-masing pihak.
masing-masing serta tujuan perkawinan yang
Karena itu pula sering pada pasangan baru
mungkin berbeda dengan apa yang dipunyai
nampak adanya rasa cemburu, rasa khawatir dan
pasangannya. Oleh karena itu, dalam sebuah
rasa kurang percaya, yang sebenarnya sikap
perkawinan
demikian
ada.
perkawinan guna menjembatani perbedaan yang
pasangan
ada, sehingga kebahagiaan perkawinan tercapai
hingga timbulnya kecemburuan banyak berujung
atau dengan kata lain mengalami keberhasilan
pada konflik perkawinan, percekcokan yang
perkawinan.
kadang-kadang
Berkurangnya
kepercayaan
tidak antar
perlu
terus-menerus, dan saling menyalahkan satu sama lain.
perbedaan.
Karena
diperlukan
masing-masing
adanya
penyesuaian
Kenyataannya, seringkali dijumpai bagaimana impian dan harapan untuk mewujudkan sebuah perkawinan yang bahagia tersebut tidak
Hubungan Antara Kepercayaan Antar Pasangan dan Lamanya Usia Perkawinan dengan … (Itryah)
35
tercapai. Hal ini karena ketidakmampuan suamiistri dalam melakukan penyesuaian. Akibatnya
2.1 Penyesuaian Perkawinan Penyesuaian
perkawinan
(Marital
akan terjadi kegoncangan-kegoncangan atau
Adjustment) adalah suatu proses perubahan,
pertengkaran-pertengkaran
kehidupan
menyesuaikan diri dan mengubah individu-
perkawinannya. Jika masalah-masalah tersebut
individu dan pola-pola dari perilaku dan interaksi
tidak dapat segera dipecahkan dengan tuntas dan
pasangan untuk mencapai kepuasan maksimal
saling
dalam hubungan (Genova & Rice, 2005).
memuaskan
dalam
akan
mempengaruhi
keberlangsungan perkawinannya.
Graham,
Untuk mencapai penyesuaian perkawinan
dkk
penyesuaian
(2000)
menyatakan
perkawinan
adalah
bahwa
pelaporan
yang baik, masing-masing pasangan harus
subyektif mengenai tingkat kepuasan berkaitan
mampu mewujudkan komitmen dan membangun
dengan bagaimana pasangan dapat berbagi
rasa
minat, tujuan, nilai dan pandangan dalam
saling
percaya.
Dengan
penyesuaian
perkawinan yang baik, maka perkawinan akan
hubungan perkawinan.
terhidar dari jurang perceraian. Perlu dicatat
2.2 Kepercayaan Antar Pasangan
bahwa penyesuaian perkawinan bukan hanya
Kepercayaan antar pasangan (Mate Trust)
berdampak pada hubungan suami-istri saja,
adalah perasaan saling percaya tanpa menaruh
dampak
kecurigaan akan membantu tercapainya tujuan
yang
paling
besar
sesungguhnya
dirasakan oleh anak-anak. Hasil
penelitian
komunikasi, Bown
dan
pernyataan,
pendapat,
atau
Orthner
komitmen pasangan yang secara meyakinkan
(Sadarjoen, 2005) menunjukkan bahwa rahasia
dapat dipercaya dan diandalkan, dapat membuat
dari kualitas dan penyesuaian perkawinan tidak
kedua pihak lebih tenag dalam menjalankan
berhubungan secara konsisten dengan model
aktivitas mereka masing-masing untuk lebih
perkawinan yang dipilih oleh pasangan, tetapi
solid membangun rumah tangga (Wijono, 2007).
lebih pada persetujuan pasangan tentang hal-hal
Sadarjoen
yang mempengaruhi kepuasan mereka. Hasil
kepercayaan antar pasangan merupakan hal
penelitian Wahyuningsih (1998) menunjukkan
utama dalam keintiman dan kepekaan sangat
bahwa ada hubungan yang tidak konsisten antara
mendasar pada sejauh mana kejujuran yang
usia perkawinan dengan penyesuaian perkawinan
mendasari relasi antar kedua pasangan.
pada suami, 4 tahun pertama penyesuaian
2.3 Usia Perkawinan
(2005)
menyatakan
bahwa
perkawinan suami cenderung menurun drastis
Sejalan dengan tahap-tahap perkembangan
tetapi setelah itu penyesuaian suami cenderung
masa dewasa, perkawinan juga melalui tahapan-
stabil.
tahapan yang kemudian sering disebut dengan
2.
TEORI PERKAWINAN, ANTAR
PENYESUAIAN
marital live cycle (Laswell & Laswell, 1987).
KEPERCAYAAN
Yusuf (2007) menjelaskan bahwa lamanya usia
PASANGAN
DAN
LAMANYA USIA PERKAWIANAN
perkawinan adalah lima tahapan atau fase dalam perkawinan pasangan suami istri dimulai dari tahap adaptasi yang memerlukan komunikasi
36
Jurnal Ilmiah PSYCHE Vol.3 No.1, Juni 2009:33-41
yang efektif, tahap kebersamaan keluarga,
perkawinan
kepercayaan antar pasangan, eksistensi diri, dan
kepercayaan antar pasangan dan lamanya usia
tahap lima adalah masa refleksi diri (masng-
perkawinan
masing pihak).
2.6 Alat Ukur
2.4 Subjek Penelitian
dan
variabel
bebas
adalah
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah
ini akan di uji dengan menggunakan analisis
pasangan suami-istri yang hidup bersama-sama
regresi ganda (Multiple Regresi). Analisis data
dalam rumah tangga pada perkawinan pertama
menggunakan program Statistical Product and
dan tidak bercerai dengan rentang usia 18-55
Service Solution (SPSS) release 15.0 for
tahun. Lokasi penelitian ini berada di Kecamatan
windows.
Wonotunggal Kabupaten Batang Propinsi Jawa
3.
HASIL
Tengah. Adapun jumlah populasi di Kecamatan
Hasil analisis data dengan menggunakan
Wonotunggal terdiri dari 15 Desa dengan jumlah
analisis regresi ganda dari uji hipotesis pertama
populasi 8248 Kepala Keluarga Laki-laki (Data
menunjukkan bahwa adanya hubungan yang
Kependudukan
positif antara kepercayaan antar pasangan dan
Kabupaten
Kecamatan
Batang
Propinsi
Wonotunggal Jawa
Tengah
Triwulan I Tahun 2008). Metode
pengambilan
lamanya usia perkawinan dengan penyesuaian perkawinan. Hasil analisis regresi di atas juga
dalam
menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan
penelitian ini dengan menggunakan teknik area
sangat signifikan (kepercayaan antar pasangan
sampling. Metode area sampling adalah teknik
dan lamanya usia perkawinan) secara bersama–
sampling
sama
yang
dilakukan
sampel
dengan
cara
berhubungan
terhadap
penyesuaian
mengambil wakil dari setiap wilayah geografis
perkawinan, dimana nilai F= 42,861 dan p=0,000
yang terdapat dalam populasi. Teknik untuk
(p<0,01) hasil ini mengindikasikan bahwa secara
mendapatkan sampel klaster mula-mula secara
bersama-sama
acak (Riduwan, 2008).
pasangan
variabel
dan
lamanya
kepercayaan usia
antar
perkawinan
Cara pengambilan subjek dari setiap
memberikan
pengaruh
wilayah ditentukan seimbang atau sebanding
penyesuaian
perkawinan.
dengan banyaknya subjek dalam masing-masing
tinggi kepercayaan antar pasangan dan semakin
wilayah dan penentuan subjek diambil dengan
lama
acak (Arikunto, 1998). Oleh karena terdapat 15
perkawinannya akan semakin baik.
usia
perkawinan
terhadap
variabel
Artinya,
semakin
maka
penyesuaian
desa, dan masing-masing berbeda keadaannya,
Sumbangan efektif kepercayaan antar
maka sampel diambil dari 15 buah desa,
pasangan dan lamanya usia perkawinan terhadap
sehingga hasilnya mencerminkan hasil dari
penyesuaian
seluruh wilayah Kecamatan Wonotunggal.
sebesar R = 0,597 artinya variabel kepercayaan
2.5 Variabel Penelitian
antar pasangan dan lamanya usia perkawinan
Variabel yang terdapat dalam penelitian ini meliputi variabel terikat yaitu penyesuaian
memberikan
perkawinan
pengaruh
sebagai
terhadap
kriterium
variabel
penyesuaian perkawinan. Kepercayaan tidak
Hubungan Antara Kepercayaan Antar Pasangan dan Lamanya Usia Perkawinan dengan … (Itryah)
37
akan tumbuh diawal hubungan, karena perlu
masing-masing, mencegah timbulnya ketidak-
melihat
puasan di antara keduanya, dan mengevaluasi
pengalaman
sebelumnya
agar
kepercayaan itu bisa berkembang positif selama
kekuatan
dan
kelemahan
usia perkawinan. Kepercayaan antar pasangan
pasangan agar lebih terbuka.
masing-
masing
akan mengikuti pencapaian kematangan sebuah
Hasil uji hipotesis ketiga disimpulkan
hubungan. Selain kepercayaan, lamanya usia
bahwa tidak ada hubungan yang signifikan
perkawinan akan memberikan kesempatan bagi
antara
pasangan
melakukan
penyesuaian perkawinan. Hal ini dapat dilihat
permasalahan-
dari nilai yang diperoleh dari korelasi pearson =
suami-istri
penyesuaian,
untuk
memecahkan
lamanya
usia
perkawinan
dengan
permasalahan yang ada, dan meningkatkan atau
0.005
bahkan
demikian hipotesis dalam penelitian ini ditolak.
memperbaiki
komunikasi,
sehingga
terbangun rasa saling percaya diantara pasangan.
dengan p = 0.474 (p>0,05) dengan Perkawinan itu tidak semudah yang
.
dibayangkan karena awal, pertengahan, ataupun
Hasil uji hipotesis kedua disimpulkan
di ujung usia perkawinan atau sudah berpuluh-
bahwa ada hubungan yang positif antara
puluh tahun, ternyata peluang terjadinya krisis
kepercayaan antar pasangan dengan penyesuaian
dalam rumah tangga selalu ada. Jika krisis tidak
perkawinan. Hal ini dapat dilihat dari nilai yang
dapat diatasi ujung-ujungnya berakhir pada
diperoleh dari korelasi pearson = 0,591 dengan p
sebuah perceraian, yang berarti bahwa selesai
= 0,000 (p<0,05) dengan demikian hipotesis
sudah perkawinan yang dijalani. Menurut Glick
dalam penelitian ini diterima. Artinya semakin
(Hurlock,
tinggi
kepercayaan
bahwa
saat
penyesuaian
pasangan
maka
perkawinan terhadap aspek yang berbeda dalam
semakin
baik,
hidup sebagai pasangan harus dilakukan dengan
sebaliknya jika kepercayaan antar pasangan
cara yang berbeda sesuai dengan lamanya usia
rendah maka penyesuaian perkawinan semakin
perkawinan karena ada usia tertentu dalam
buruk.
perkawinan
penyesuaian
antar
1996)
perkawinan
Sadarjoen
(2005)
menyatakan
bahwa
kepercayaan antar pasangan merupakan hal
memerlukan
penyesuaian
yang
khusus. Kemampuan
melakukan
penyesuaian
utama dalam keintiman dan kepekaan sangat
dalam perkawinan tidak dapat diukur dari
mendasar pada sejauh mana kejujuran yang
sebentar
mendasari
pasangan.
seseorang. Tidak jarang dijumpai pasangan yang
Kepercayaan pasangan merupakan perasaan
belum lama menikah sudah dapat melakukan
saling percaya tanpa menaruh kecurigaan akan
penyesuain perkawinan dengan baik atau bahkan
membantu memperlancar tercapainya komuni-
sebaliknya
kasi. Komunikasi berperan di antaranya sebagai
puluhan
pencair kebekuan hubungan interaksi antara
melakukan penyesuaian perkawinan dengan
suami dan istri, meluruskan kesalahpahaman
baik. Memang tidak semua perkawinan dengan
kedua pihak yang bertengkar karena perbedaan
penyesuaian
38
relasi
antar
kedua
atau
lamanya
walaupun tahun
yang
usia
usia
pasangan
buruk
perkawinan
perkawinannya belum
berakhir
mampu
dengan
Jurnal Ilmiah PSYCHE Vol.3 No.1, Juni 2009:33-41
perceraian. Ini bisa saja terjadi dikarenakan ada
percaya mempercayai sehingga tercapai
hal-hal lain yang menjadi penyebabnya.
keluarga ideal.
4.
SIMPULAN Dari hasil penelitian di atas, dapat
DAFTAR RUJUKAN
disimpulkan beberapa hal, sebagai berikut: 1) Hasil penelitian yang telah dilakukan adalah ada hubungan yang sangat signifikan antara kepercayaan antar pasangan dan lamanya usia perkawinan dengan
penyesuaian
semakin
tinggi
perkawinan,
kepercayaan
antar
pasangan dan lamanya usia perkawinan maka penyesuaian perkawinannya akan semakin baik.
2) Ada hubungan yang positif antara kepercayaan antar pasangan dengan penyesuaian semakin
perkawinan,
tinggi
kepercayaan
artinya antar
pasangan maka penyesuaian perkawinan semakin
baik,
sebaliknya
jika
kepercaaan antar pasangan rendah maka penyesuaian perkawinan semakin buruk. 3) Lamanya
usia
perkawinan
tidak
memiliki hubungan yang signifikan dengan penyesuaian perkawinan, artinya kemampuan
melakukan
penyesuaian
perkawinan tidak dapat diukur dari sebentar atau lamanya usia perkawinan seseorang.
4) Saran
praktis,
diharapkan
dapat
memberikan gambaran pada pasangan suami-istri
tentang
penyesuaian
perkawinan, agar dapat mengatasi dan melakukan
penyesuaian
perkawinan
dengan baik, berusaha saling memahami kebutuhan, hak dan kewajiban, saling
Genova, D. K. M., and Rice, P. F. (2005). Intimate, Relationship, Marriages and Families. Library of Conggres Cataloging in Publication, Family Life EducationUnited Stated. Hurlock, E. B. (1996). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. (Alih Bahasa: Istiwidayanti dan Soedjarwo). Jakarta: Erlangga. Laswell, M., and Laswell, T. (1987). Marriage and The Family. California: Wadsworth Publishing Company. Papp, L. M., Cumming, E. M., Goeke-Morey, M. C., and Dukewich, T. L. (2002). Children’s Responses to Mothers’ and fathers’ Emotionality and Tactics in Marital Conflict in the Home. Journal of Family Psychology, 16, 478-492. Sadarjoen, S. S. (2005). Konflik Marital; Pemahaman Konseptual, Aktual dan Alternatif Solusinya. Bandung: PT. Refika Aditama. Wahyuningsih. (1998). Penyesuaian Perkawinan Suami-Istri Ditinjau dari Orientasi Religius, Kecerdasan Emosional, dan Usia Perkawinan Pada Masa Dewasa Awal. Tesis. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM. Walgito, B. (2004). Bimbingan & Konseling Perkawinan. Yogyakarta: Penerbit Andi. Graham, C. W., Fischer, J. L., Fitzpatrick, J., & Kristan, B. (2000). Parental Status, Social Support, and Marital Adjustment. Journal of Family Issues, 21, 888-905 Wijono, S. (2007). Nampak Utuh Tetapi Rapuh (Suatu Tinjauan Psikologis Terhadap Keluarga Criatian Counseling Center Indonesia, www. google.com (diakses tanggal 18 Maret 2008)
Hubungan Antara Kepercayaan Antar Pasangan dan Lamanya Usia Perkawinan dengan … (Itryah)
39
Yusuf, I. (2007). Benarkah menikah itu enak, pengen tahu coba saja. www. airputih.web,id (diakses tanggal 24 maret 2008).
40
Jurnal Ilmiah PSYCHE Vol.3 No.1, Juni 2009:33-41