PROSIDING SEMINAR PENDIDIKAN NASIONAL Palembang, 28 Desember 2013
“Melalui Seminar Pendidikan Nasional, Kita Tingkatkan dan Kembangkan Kemampuan, Inovasi, dan Kreativitas Pengimplementasian Kurikulum 2013 dalam Kerangka Kualifikasi Nasional Menuju Tercapainya Sumber Daya Manusia yang Cerdas dan Profesional”
Tanggal 28 Desember 2013 di Universitas PGRI Palembang
ISBN :
978-602-95793-5-2
UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG TAHUN 2013 i
“Melalui Seminar Pendidikan Nasional, Kita Tingkatkan dan Kembangkan Kemampuan, Inovasi, dan Kreativitas Pengimplementasian Kurikulum 2013 dalam Kerangka Kualifikasi Nasional Menuju Tercapainya Sumber Daya Manusia yang Cerdas dan Profesional”
PROSIDING SEMINAR PENDIDIKAN NASIONAL Palembang, 28 Desember 2013
Penerbit : UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG Jl. A. Yani Lr. Gotong Royong 9/10 Ulu Palembang Telp. 0711-510043 Fax. 0711-514782
Cetakan 1, Desember 2013 Editor : Dr. H. Syarwani Ahmad, M.M. Prof. Dr. Hj. Ratu Wardarita, M.Pd. Prof. Dr. Indawan, M.Hum.
Penyunting : Dra. Andinasari, MM. Drs. Indris, M.Pd. Dra. Misdalina, M.Pd., Dessy Wardiah, M.Pd.
Desain : Sugianto
Setting : Catur Pamungkas, S.S.i. ISBN : 978-602-95793-5-2
Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras memperbanyak isi buku ini, sebagian atau keseluruhan dengan fotokopi Cetak dsb, tanpa izin penerbit
ii
KATA PENGANTAR
Bismillihirrahmanirrahim Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Salam sejahtera untuk kita semua Pertama-tama, marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan kesempatan pada kita semua berkumpul di kampus Universitas PGRI Palembang. Kami ucapkan selamat datang kepada para peserta Seminar Nasional Pendidikan, dan kami juga menyambut gembira atas terselenggaranya seminar ini, yang diselenggarakan oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Palembang. Seminar Nasional pendidikan ini merupakan rangkaian dari kegiatan rutin Universitas PGRI Palembang dalam upaya peningkatan pengetahuan tenaga kependidikan sebagai profesi yang penting dalam pencapaian tujuan pendidikan nasional. Selain itu kegiatan seminar ini juga merupakan upaya universitas dalam melaksanakan salah satu dimensi tridharma perguruan tinggi yaitu penelitian. Adapun seminar nasional pendidikan ini mengangkat tema “Melalui Seminar Pendidikan Nasional, Kita Tingkatkan dan Kembangkan kemampuan, Inovasi, dan Kreativitas Pengimplemantasian Kurikulum 2013 dalam Kerangka Kualifikasi Nasional Menuju Tercapainya Sumber Daya Manusia yang Cerdas dan Profesional”, sejalan dengan Kurikulum 2013 yang mendorong peserta didik untuk mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan (mempresentasikan) hasil penerimaan materi pembelajaran. Kami mengucapkan terimakasih kepada pembicara utama yang telah bersedia berpartisipasi dalam kegiatan seminar ini, panitia pelaksana yang telah bekerja keras sehingga seminar ini dapat terselenggara,dan semua pemakalah pendamping dan peserta atas kerjasama dan partisipasinya. Demikian sambutan dari kami. Semoga seminar nasional pendidikan ini bermanfaat bukan hanya untuk kepentingan pemakalah, melainkan juga bagi kemajuan pendidikan di Indonesia. Selamat mengikuti Seminar Nasional Pendidikan tahun 2013. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Palembang, 28 Desember 2013 Rektor Univ. PGRI Palembang,
Dr. H. Syarwani Ahmad, M.M.
iii
KATA SAMBUTAN
Bismillihirrahmanirrahim Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Salam sejahtera untuk kita semua Pertama-tama, marilah kita memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas berkah, rahmat, dan hidayah-Nya jualah sehingga kita dapat mempersiapkan dan Insya Allah melaksanakan Seminar Pendidikan Nasional 2013 yang diselenggarakan oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Palembang. Pada kegiatan seminar ini, akan dipresentasikan tiga makalah oleh tiga pembicara utama, dan makalah pendamping sebagai seminar paralelnya. Adapun tema seminar pendidikan nasional ini adalah “Melalui Seminar Pendidikan Nasional, Kita Tingkatkan dan Kembangkan kemampuan, Inovasi, dan Kreativitas Pengimplementasian Kurikulum 2013 dalam Kerangka Kualifikasi Nasional Menuju Tercapainya Sumber Daya Manusia yang Cerdas dan Profesional”. Tema ini sejalan dengan undang-undang yang menyatakan bahwa salah satu tanggung jawab pendidikan adalah masyarakat dan lembaga. FKIP Universitas PGRI Palembang merupakan salah satu lembaga penyelenggara tenaga kependidikan berperan dalam mencetak SDM tenaga kependidikan. Oleh karena itu harus dikelola secara profesional dengan mengedepankan mutu, sehingga memberikan manfaat bagi kehidupan masyarakat. Melengkapi kegiatan ini, terkumpul sejumlah artikel prosiding dari berbagai disiplin ilmu, di antaranya Pendidikan MIPA, Ilmu Pendidikan, Bimbingan Konseling, Pendidikan IPS, Pendidikan Olahraga, Pendidikan Bahasa,dan Pendidikan Kesenian, yang ke semuanya mengarah kepada tema. Semoga hasil seminar ini bermanfaat untuk pendidikan Indonesia ke depannya. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Palembang, 28 Desember 2013 Ketua Panitia Pelaksana,
Drs. H. Bukman Lian, M.M., M.Si.
iv
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ...................................................................................
i
KATA PENGANTAR ................................................................................
ii
KATA SAMBUTAN ..................................................................................
iii
DAFTAR ISI ..............................................................................................
iv
I. MAKALAH UTAMA Kebijakan Pemerintah Tentang PKB Guru dan Implementasi Kurikulum 2013 serta Kaitannya bagi Terwujudnya Generasi Emas Prof. Dr. Rer Nar Widodo (P4TK Yogyakarta) ...................................
1
Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Kurikulum 2013 Dr. Achmad Husen, M.Pd. (Universitas Negeri Jakarta) ....................
10
Upaya LPTK Dalam Mempersiapkan Lulusan Yang Siap Melaksanakan Kurikulum 2013 Dr. Syarwani Achmad, MM. (Universitas PGRI Palembang)...............
20
II. MAKALAH PENDAMPING A. BIDANG PENDIDIKAN BAHASA Tes Rumpang (Cloze Test) dalam Ancangan Pragmatik Nuniek Setya Sukmayani (Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon Jawa Barat) .......................................................................................
39
Pengaruh Penggunaan Media Gambar Tokoh Idola dan Motivasi Belajar Terhadap Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas VII Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014 SMP Negeri 1 Way Bungur Suyud Widodo (SMP Negeri 1 Way Bungur Lampung Timur) ............
63
Pengajaran Bahasa Arab di Indonesia: Perspektif Sejarah Udin Kamiluddin (Dosen IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Jawa Barat) ....
84
Metode Bernyanyi dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Hetilaniar (Universitas PGRI Palembang)...........................................
95
Sikap Pemakai Bahasa Terhadap Bahasa Indonesia Siti Rukiyah (Dosen PNSD FKIP Universitas PGRI Palembang) .......
105
v
Menulis Sebagai Proses Berpikir Achmad Sani Saidi (Universitas PGRI Palembang) .......................... .
114
Penerapan Teori Gestalt dan Konstruktivisme dalam Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Puisi Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 162 Palembang Mardiana Sari (Universitas PGRI Palembang) ...................................
123
Ketidakefektifan Kalimat dalam Berbahasa Yenny Puspita (Dosen PNSD FKIP Universitas PGRI Palembang) ...
141
Eufemisme dan Disfemisme dalam Surat Kabar Harian Sumatera Ekspres dan Palembang Pos Periode Maret dan April 2009 Agus Heru (Universitas PGRI Palembang) ........................................
150
Analisis Makna Sri Wahyu Indrawati (Universitas PGRI Palembang) .........................
163
Konsep Fonologi dan Pengajarannya Sri Kartiningsih (Universitas PGRI Palembang) .................................
177
The Significances of English Stortytelling in Promoting the Young Children Literacy Aswadi Jaya (Universitas PGRI Palembang) .....................................
188
The Role of Audio Visual (Video) in Stimulating Students’ Speaking Skill Firdaus (Universitas PGRI Palembang) .............................................
195
Teaching Speaking Effectively to Efl Learners Miftah Hurmuhisinu (Universitas PGRI Palembang) ..........................
201
Teaching Language for Adult Learners: Language Anxiety and Classroom Dynamic Santi Mayasari (Universitas PGRI Palembang) .................................
210
Improving Reading Skill to the Eighth Year Students of SMP Setia Negara Palembang by Using Guessing Word Meaning Yus Vernandes (Universitas PGRI Palembang) ................................
218
The Cognitive Academic Language Learning Approach (Calla) Model : Strategies for Teenagers English Language Learning Alfha Desiana Maria (Universitas PGRI Palembang) .........................
233
B. BIDANG PENDIDIKAN MIPA Mengasah Kecerdasan Logis Matematis Anak Usia Dini Andinasari (PNSD Universitas PGRI Palembang) .............................
vi
241
Desain Pembelajaran Materi Perkalian Di Kelas II Sekolah Dasar Allen Marga Retta (Universitas PGRI Palembang) ............................
249
Bahan Ajar Materi Luas Permukaan Kubus Berbasis Inquiry untuk Siswa SMP yang Valid Anggria Septiani Mulbasari (Universitas PGRI Palembang) ..............
264
Pemanfaatan Alat Peraga Matematika Tangram untuk Menentukan Luas Bangun Datar Dian Novrika (MTs Negeri Betung) ....................................................
274
Power Point Sebagai Media Pembelajaran Dina Octaria (Universitas PGRI Palembang) .....................................
284
Efektivitas Pendekatan Kontruktivisme dalam Pembelajaran Matematika pada Siswa Kelas Vii SMP Negeri 46 Palembang Dwi Widyanti dan Destiniar (Universitas PGRI Palembang) ..............
299
Kreatif Membelajarkan Matematika dengan Permainan Benda Konkrit Farah Diba (PNSD Universitas PGRI Palembang) .............................
312
Pita Mobius Sebagai Alat Peraga untuk Memotivasi Siswa dalam Pembelajaran Matematika Feli Ramury (Universitas PGRI Palembang) ......................................
321
Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (Paikem) dengan Kombinasi Soal-Soal Open Ended dan Mind Mapping pada Matematika Firdawati Aryani (Universitas PGRI Palembang) ...............................
332
Penerapan Pendekatan Problem Based Learning (PBL) Pokok Bahasan Deret Aritmatika Fitri Apriani (Universitas Sriwijaya Palembang) .................................
348
Pembelajaran Menggunakan Media Bahan Manipulatif pada Materi Pecahan Jayanti (Universitas PGRI Palembang) .............................................
365
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Think-Pair-Share pada Mata Kuliah Aljabar 2 di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika Universitas PGRI Palembang Karlina (Universitas PGRI Palembang) ..............................................
377
Hubungan Self-Efficacy Siswa dengan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia dalam Pembelajaran Matematika Lukluk Khuriyati (Universitas Sriwijaya Palembang) ..........................
393
Pemanfatan Kemampuan Internet Siswa dalam Pembelajaran Matematika pada kurikulum 2013 M. Firdaus (SMP Negeri 9 Palembang) .............................................
407
vii
Penerapan Pendekatan Scientific dalam pembelajaran Matematika Materi Barisan dan Deret Aritmatika Malalina (Universitas PGRI Palembang) ...........................................
421
Problem Based Learning dalam Pendekatan Scientific Kurikulum 2013 pada Pembelajaran Matematika Melly Arthalia (Universitas Sriwijaya Palembang) ..............................
430
Penerapan Model Missouri Mathematics Project (MMP) dalam Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa di SMP Negeri 35 Palembang Meva Simoranti, Lusiana, Bukman Lian (Universitas PGRI Palembang) .......................................................................................
443
Mengatasi Kesulitan Belajar Matematika dengan Cara Menyenangkan Misdalina (PNSD Universitas PGRI Palembang) ...............................
454
Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah pada Pokok Bahasan Aritmatika Sosial Mita Hafilah (Universitas Sriwijaya Palembang) ................................
463
Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Discovery Learning pada Kurikulum 2013 Nuraisyah (Universitas Sriwijaya Palembang) ...................................
476
Implementasi Model Pembelajaran Pendidikan Karakter dalam Kurikulum Matematika Nurhayati (Universitas PGRI Palembang) .........................................
487
Pembelajaran Berbasis Kontekstual untuk Meningkatkan Kemampuan Matematis Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 3 Palembang Nyayu Fahriza Fuadiah (Universitas PGRI Palembang) ....................
500
Penggunaan Alat Peraga Batang Napier sebagai Alat Bantu Hitung dalam Operasi Perkalian dan Pembagian Bilangan Cacah pada Pembelajaran Matematika Pramitha Sari (Universitas PGRI Palembang) ...................................
510
Aplikasi the Square of Sum dalam Pembelajaran Matematika pada Materi Pokok Perkalian Aljabar Siswa SMP Kelas VIII Semester Ganjil di Palembang Rahmawati (Universitas PGRI Palembang) .......................................
524
Memahami Metode Melengkapkan Kuadrat Sempurna dengan Alat Peraga Kuadrat Lengkap Al – Khwarizmi Rajab Vebrian (Universitas Sriwijaya Palembang) .............................
534
Penggunaan Program Maple dalam Menyelesaikan Permasalahan Aljabar Linier Retni Paradesa (Universitas PGRI Palembang) ................................
542
viii
Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Konteks Kebudayaan Bali Risna Dewi (SMA Negeri 2 Keluang Musi Banyuasin) .......................
551
Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran Matematika Risnina Wafiqoh (Universitas Sriwijaya Palembang) .........................
566
Pemahaman Konsep Matematika Melalui Pendekatan Pembelajaran Kontekstual pada Siswa SMP Riya Apriyani (Universitas Sriwijaya Palembang) ..............................
578
Pembelajaran Reflektif pada Mahasiswa Calon Guru Matematika di Universitas PGRI Palembang Rohana (Universitas PGRI Palembang) ............................................
589
Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Peserta Didik dalam Pembelajaran Matematika Melalui Diskusi Kelompok dengan Model Pembelajaran Two Stay Two Stray. (PTK Di Kelas XI Ipa Pada SMA Negeri 1 Kisam Tinggi) Ruslan Ridwan (Universitas PGRI Palembang) .................................
605
Kesesuaian Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan PMRI dalam Kurikulum 2013 Silvia Hazlita (Universitas Sriwijaya Palembang) ...............................
620
Variasi dan Strategi Penyelesaian Operasi Perkalian pada Bilangan Bulat Tertentu Sujinal (IAIN Raden Fatah Palembang) .............................................
629
Konteks Permainan “Kakisambe” dalam Pembelajaran Bilangan Bulat di Kelas IV Sekolah Dasar Tanzimah (Universitas PGRI Palembang) .........................................
640
Pengaruh Penerapan Metode Inkuiri Terhadap Kemampuan Siswa Berpikir Kritis Matematika Di Kelas VIII SMP Negeri 1 Indralaya Utara Tria Gustiningsi (Universitas Sriwijaya Palembang) ...........................
658
Pendidikan Karakter melalui Pembelajaran Matematika Tuti Rahmawati (SMP Negeri 5 Rantau) ............................................
670
Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Matematika Melalui Pengembangan Modul Pratikum Matematika Berbantuan Komputer Yulianto Wasiran (Politeknik Negeri Sriwijaya) ..................................
685
Pemanfaatan Media Sosial Edmodo Pada Pembelajaran Matematika bagi Guru-Guru SMA di Kota Palembang Budi Mulyono (Universitas Sriwijaya Palembang) ..............................
698
Keterkaitan Pendekatan CTL dengan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Berdasarkan Kurikulum 2013 Efuansyah (Universitas Sriwijaya Palembang) ..................................
713
ix
Pengaruh Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas Xi SMA Negeri 2 Tanjung Raja Linda Lia dan M. Jhoni (Universitas PGRI Palembang) .....................
729
Deskripsi Kemampuan Problem Solving Masalah Rutin dan Kegiatan Laboratorium Lukman Hakim (Universitas PGRI Palembang) .................................
742
Tantangan Indonesia di Masa Depan dalam Bidang Pendidikan Sains (Evaluasi Literasi Sains Siswa Indonesia Dari Hasil Pisa 2000 S/D 2012) Susilawati (Universitas PGRI Palembang) .........................................
753
Pengembangan Multimedia Pada Materi Metode Simpleks Rieno Septra (Universitas PGRI Palembang) ....................................
768
C. BIDANG PENDIDIKAN IPS DAN PEND. KEWARGANEGARAAN Nilai Budaya Rumah Limas Palembang Sebagai Sumber Karakter dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Indonesia Mengasah Dina Sri Nindiati dan Muhamad Idris (Universitas PGRI Palembang)
782
Arti Penting Selat Malaka Dan Selat Bangka Bagi Sriwijaya dalam Memperlancar Perdagangan Antara Cina, India, Dan Arab Ida Suryani (Universitas PGRI Palembang) .......................................
799
Naskah Jawi sebagai Sumber Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Sejarah Muhammad Idris (Universitas PGRI Palembang) ..............................
815
Bahan Ajar Mandiri Sejarah Berbasis Telepon Genggam Muyadiniarti (Universitas PGRI Palembang) ......................................
827
Kearifan Sejarah Lokal Melalui Pendekatan Scientific Nur Syafarudin (Universitas PGRI Palembang) .................................
843
Media Pembelajaran Sejarah Berbasis TIK dan Implikasinya dalam Kurikulum 2013 Sukardi dan Ema Agustina (Universitas PGRI Palembang) ...............
856
Implementasi Model Pembelajaran Make A Match Dalam Pembelajaran Akuntansi Erma Yulaini (Universitas PGRI Palembang) .....................................
871
Penerapan Pendekatan Ilmiah dalam Pembelajaran Ekonomi Fitriyanti (Universitas Sriwijaya Palembang) ......................................
884
x
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Mahasiswa Pendidikan Geografi pada Praktikum Geomorfologi Indonesia Melalui Tutor Sebaya di Program Studi Geografi Universitas PGRI Palembang Budi Utomo (Universitas PGRI Palembang) ......................................
898
Hubungan Antara Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar pada Mata Pelajaran IPS Terpadu( Geografi) Siswa Kelas VII di SMP Adabiyah Palembang Tahun Pelajaran 2013/2014 Maharani Oktavia (Universitas PGRI Palembang) .............................
913
Pengembangan Digital Scrapbook Pembelajaran Geografi dengan Kompetensi Dasar Menganalisis Kecenderungan Perubahan Litosfer di Muka Bumi di Kelas X Sekolah Menengah Atas Murjainah (Universitas PGRI Palembang) .........................................
926
Sosiologi Kurikulum (Analisis Sosiologis Perubahan Kurikulum 2013) Muhamad Fauzi (Universitas PGRI Palembang) ...............................
949
Membangun Filsafat Ilmu Pancasila Erik Darmawan (Universitas PGRI Palembang) ................................
968
Kewarganegaraan Dalam Bentuk Nasionalisme di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia Ning Herlina (Universitas PGRI Palembang) .....................................
995
Aspek Nilai Pancasila Sebagai Pedoman Hidup Bangsa Indonesia di Era Reformasi Yanuar Syam Putra (Universitas PGRI Palembang) ..........................
1010
D. BIDANG PENDIDIKAN OLAHRAGA Bermain dan Fartlek Terhadap Peningkatan Daya Tahan Aerobik Afridawati (Universitas PGRI Palembang) .........................................
1027
Model Pembelajaran Pencak Silat Sekolah Dasar Bayu Iswana (Universitas PGRI Palembang) ....................................
1038
Pengaruh Gaya Mengajar Penjas dan Motivasi Belajar Terhadap Kemampuan Dribbling Bola pada Permainan Sepak Bola Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Unggulan Muara Enim Putri Cicilia (Universitas PGRI Palembang) .......................................
1051
Kemampuan Gerak Dasar (Motor Ability) Terhadap Keterampilan Passing Atas Bolavoli pada Siswa SMA Negeri 1 Tanah Merah Kabupaten Indragiri Hilir Roma Donny (Universitas PGRI Palembang) ....................................
1065
xi
Hubungan Kelentukan Togok dan Power Otot Tungkai dengan Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok Di Smk Negeri I Indralaya Ogan Ilir Sukirno (Universitas Sriwijaya Palembang) .......................................
1076
E. BIDANG PENDIDIKAN KESENIAN Metode Pembelajaran Rekorder Sopran dengan Model Pengajaran Langsung A. Heryanto (Universitas PGRI Palembang) ......................................
1087
Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Siswapada Kurikulum 2013 Arfani (Universitas PGRI Palembang) ...............................................
1107
Sendratari Ramayana Tinjauan Sosial Budaya Masyarakat Efita Elvandari (Universitas PGRI Palembang) ..................................
1123
Keberlanjutan Tari-Tari Sambut Yang Berkembang Di Wilayah Sumatera Selatan Naomi (Universitas PGRI Palembang) ..............................................
1137
Moving From Within Alma M. Hawkins Kajian Proses Penciptaan Tari Rully Rochayati (Universitas PGRI Palembang) ................................
1152
F. BIDANG ILMU PENDIDIKAN DAN MANAJEMEN Wacana Resentralisasi Pengelolaan Guru dalam Persepektif Pendidikan Ahdi Riyono (Universitas Muria Kudus, Jawa Tengah) ......................
1166
Pendidikan Multikultural Sebuah Dekonstruksi Pendidikan di Tengah Kemajemukan Suardi (STKIP DDI Mamuju, Sulawesi Barat) ....................................
1182
Pembinaan Pendidikan Karakter sebagai Alternatif Menjawab Perubahan Global Redo Andi Marta (Universitas Mahaputera Muhammad Yamin Solok Provinsi Sumatera Barat) ..................................................................
1195
Pencitraan Karakter Tenaga Pendidik Sebagai Basis dalam Etika Individual Peserta Didik Azizah (Universitas PGRI Palembang) ..............................................
1209
Revitalisasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia dan Relevansinya dengan Kurikulum 2013 Emawati (Universitas PGRI Palembang) ...........................................
1220
xii
Peran Tenaga Pengajar Dalam Menumbuhkan Kreativitas Berwirausaha di Kalangan Mahasiswa sebagai Implementasi Kurikulum 2013 Rih Laksmi Utpalasari (Universitas PGRI Palembang) ......................
1238
Strategi Terapan Terhadap Peserta Didik di Lembaga Pendidikan Informal Umi Dian Adhitya dan Risky Qurniawaty Daulay (Universitas PGRI Palembang) .......................................................................................
1252
Konsep Diri Dan Kemampuan Komunikasi Interpersonal pada Mahasiswa Bimbingan Konseling Asminto (Universitas PGRI Palembang) ............................................
1259
Pengembangan Strategi Problem Based Learning pada Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar Happy Fitria (Universitas PGRI Palembang) ......................................
1279
Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Motivasi Berprestasi Terhadap Kepemimpinan Kepala Sekolah” Herman (Universitas PGRI Palembang) ...............................................
1289
Upaya Guru Bk Megembangkan Karakter Cerdas Siswa dalam Arah Pilih Karier pada Implementasi Kurikulum 2013 M. Ferdiansyah (Universitas PGRI Palembang) ................................
1299
Mengkondisikan Pembelajaran Aktif di Kelas Marina Zahara (Universitas PGRI Palembang) ..................................
1308
Pemilihan Software Aplikasi untuk Pembuatan Media Pembelajaran Interaktif (Studi Kasus : Aplikasi Powerpoint) Asnurul Isroqmi (Universitas PGRI Palembang) ................................
1317
Peran Orang Tua dan Ketersediaan Sumber Belajar di Rumah dengan Hasil Belajar Masnunah (Universitas PGRI Palembang) ........................................
1337
Kesiapan Guru dalam Menyongsong Implementasi Kurikulum 2013 Rina Marlini (Universitas PGRI Palembang) ......................................
1346
Dampak Bongkar Pasang Kurikulum Terhadap Mutu Pendidikan di Indonesia Murniyati (Universitas PGRI Palembang) ..........................................
1366
Pelaksanaan Kurikulum 2013 dalam Perspektif Manajemen Perubahan Riswan Aradea (Universitas PGRI Palembang) .................................
1384
Hubungan Kebijakan Pemerintah dan Kesiapan Steakholder dalam Implementasi Kurikulum 2013 Susanti Faipri (Universitas PGRI Palembang) ...................................
1402
xiii
Influence of Social Development in Early Age Children Dr. Sri Sumarni (Universitas Sriwijaya Palembang) ...........................
1422
Pelaksanaan Manajemen Pembelajaran Berkarakter dalam Penerapan Kurikulum 2013 di Kelas Awal Sekolah Dasar Dr. Aisyah A.R (Universitas Sriwijaya Palembang) ............................
1437
Hakekat Anak Usia Dini Nurli Wintaria (Universitas PGRI Palembang) ...................................
1450
xiv
KONTEKS PERMAINAN “KAKISAMBE” DALAM PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT DI KELAS IV SEKOLAH DASAR Tanzimah Dosen Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas PGRI Palembang email:
[email protected] Hp: +6281273960288 Abstrak Penelitian ini bertujuan mengetahui peranan permainan “kakisambe” dalam mendukung pembelajaran dan menghasilkan lintasan belajar dalam pembelajaran penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dengan menggunakan permainan “kakisambe” di kelas IV Sekolah Dasar. Penelitian dilaksanakan di SDIT Bina Ilmi Palembang dengan pembelajaran yang menggunakan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah design research yang terdiri dari tiga tahap, yaitu: (1) preparing for the experiment; (2) teaching experiment; dan (3) retrospective analysis. Hasil dari penelitian ini menunjukkan peranan permainan “kakisambe” sebagai starting point yang menopang pemikiran siswa dalam memahami konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Aktivitas-aktivitas pembelajaran yang dilakukan siswa menghasilkan lintasan pembelajaran yang menuju tercapainya tujuan pembelajaran. Lintasan pembelajaran penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dengan menggunakan permainan “kakisambe” yang dihasilkan masing-masing terdiri dari empat aktivitas, yaitu: (1) bermain “kakisambe”; (2) menggunakan garis bilangan; (3) menemukan konsep penjumlahan dan pengurangan dua bilangan bulat; dan (4) menyelesaikan soal tentang penjumlahan dan pengurangan dua bilangan bulat. Kata kunci: Permainan “kakisambe”, design research, PMRI. PENDAHULUAN Pengalaman belajar seorang anak selalu berkaitan. Pengetahuan yang didapat anak di Sekolah Dasar (SD) akan sangat mempengaruhinya pada jenjang pendidikan berikutnya. Hal ini sejalan dengan hierarki belajar yang dikemukakan oleh Gagne (Wena, 2009). Begitu pula dengan pengetahuan matematika seorang anak. Matematika berhubungan dengan ide-ide/konsepkonsep abstrak yang tersusun secara hirarkis. Untuk mempelajari suatu konsep yang berdasarkan pada konsep yang lain, seseorang perlu memahami lebih dahulu konsep prasyarat tersebut, tanpa memahami konsep prasyarat tersebut tidak mungkin orang itu memahami konsep barunya dengan baik. Bilangan adalah salah satu aspek dalam mata pelajaran matematika menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada tingkat Sekolah
640
Dasar. Menurut National Council of Teacher of mathematics (NCTM) (Walle, 2008) pembelajaran bilangan cenderung untuk membentuk pemahaman tentang notasi, simbol dan bentuk lainnya yang mewakili sehingga dapat mendukung pemikiran dan pemahaman siswa untuk menyelesaikan masalah. Pembelajaran bilangan tingkat SD menjadi penting untuk pembelajaran topik lainnya. Pada kelas IV SD semester genap aspek bilangannya adalah menjumlahkan dan mengurangkan bilangan bulat. Pada sekolah dasar pengajaran operasi bilangan bulat biasanya dilakukan dengan beberapa metode antara lain dengan garis bilangan, penggunaan pipa bilangan bulat dan keping positif-negatif bilangan bulat. Namun pada umumnya guru–guru menggunakan metode garis bilangan. Selain penggunaan berbagai metode hal lain yang perlu diperhatikan adalah pendekatan pembelajaran yang digunakan. Pendekatan yang dipilih hendaknya dapat membuat siswa secara aktif mengkonstruk pengetahuan barunya. Pendekatan PMRI merupakan salah satu alternatif solusi yang bisa digunakan untuk tujuan tersebut. PMRI mengacu pada konsep Freudenthal dalam Realistic Mathematics Education (RME). Dua pandangan yang penting dari Freudenthal adalah (1) mathematics must be connected to reality; and (2) mathematics as human activity” (Zulkardi & Ilma, 2010). Pertama, matematika seharusnya dekat dengan siswa dan berkaitan dengan kehidupan siswa seharihari. Kedua, ditekankan bahwa matematika sebagai aktivitas manusia sehingga siswa seharusnya diberikan kesempatan untuk melakukan aktivitas pembelajaran di setiap topik dalam matematika (Ilma, 2011). Meskipun pembelajaran PMRI diadaptasi dari pembelajaran Realistic Mathematics Education (RME) yang dikembangkan oleh Freudental Institute di Belanda, namun dalam pelaksanaan PMRI disesuaikan dengan konteks budaya lokal dan kondisi yang terjadi di Indonesia (Sembiring, 2010). Maka dari itu konteks yang dipakai dalam pembelajaran PMRI diusahakan agar berupa konteks yang pernah dialami atau dapat dibayangkan dalam pikiran siswa. Sebagian besar anak Indonesia mengenal permainan yang menggunakan papan permainan, seperti ular tangga, halma, atau monopoli. Oleh karena itu peneliti
ingin
mendesain
sebuah
pembelajaran
menjumlahkan
dan
mengurangkan bilangan bulat dengan mengadopsi permainan-permainan tersebut dipadukan dengan metode garis bilangan, yang dinamakan “Kakisambe”
641
(kanan kiri sama beda). Dengan menggunakan permainan “Kakisambe” siswa akan lebih menghayati matematika secara alami dan nyata berdasarkan fakta yang jelas. Sehingga anak lebih mudah memahami topik yang disajikan dan pembelajaran lebih bermakna. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui peranan permainan “kakisambe” dalam mendukung pembelajaran
operasi penjumlahan dan
pengurangan bilangan bulat di kelas IV SD. (2) Menghasilkan lintasan belajar dalam pembelajaran operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dengan menggunakan permainan “kakisambe” di kelas IV SD. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru dalam menyediakan permainan yang dapat digunakan sebagai konteks dalam pembelajaran matematika, khususnya pembelajaran materi bilangan bulat sehingga guru mempunyai cara yang berbeda
dalam
penyajian
pembelajaran.
Bagi
siswa
diharapkan
dapat
meningkatkan motivasi untuk belajar matematika karena proses pembelajaran dilaksanakan secara menarik dan bermakna. Dan bagi peneliti lain, sebagai bahan referensi untuk mengadakan penelitian yang sejenis dalam bidang pendidikan matematika.
TINJAUAN PUSTAKA Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) PMRI diprakarsai oleh sekolompok pendidik matematika di Indonesia. Proses pembelajaran matematika yang dilakukan secara langsung pada tahap formal dengan cara pemberian rumus dan mengharuskan untuk menghafalkan rumus tersebut tanpa adanya kegiatan bermakna telah membuat siswa takut dan menghindari pelajaran matematika. Hal ini menjadi salah satu alasan yang menyebabkan para pendidik matematika berusaha untuk melakukan reformasi pendidikan matematika (Sembiring, et al, 2010). PMRI mengacu pada konsep Freudenthal tentang matematika sebagai aktivitas manusia. Oleh karena itu, filsafat PMRI juga merupakan adaptasi dari filsafat RME yang berdasarkan gagasan-gagasan yang digali dan dikembangkan oleh Hans Freudenthal. Menurut Freudenthal siswa harus terlibat dalam eksplorasi matematika dan harus diberikan kesempatan untuk menemukan kembali konsep matematika yang dipelajari dengan menggunakan penugasan
642
secara baik, melalui bantuan dari guru. Sehingga pada akhirnya matematika tidak hanya diajarkan kepada siswa berupa produk yang siap pakai (Hadi, 2012). Pembelajaran PMRI tidak hanya mementingkan pada hasil akhir, melainkan lebih menekankan pada proses yang terjadi selama pembelajaran berlangsung. PMRI lebih menekankan pada keterampilan proses, keaktifan siswa dalam
berdiskusi,
berkolaborasi,
maupun
berinteraksi
selama
proses
pembelajaran berlangsung. Konteks yang dipakai dalam pembelajaran PMRI diusahakan agar berupa konteks yang pernah dialami oleh siswa ataupun dapat dibayangkan dalam pikiran siswa (realistic).
Konteks Permainan “Kakisambe” Dalam matematika
kurikulum harus
KTSP
dimulai
disebutkan
dengan
bahwa
memberikan
proses masalah
pembelajaran kontekstual.
Penggunaan konteks dalam pembelajaran matematika dapat membuat konsep matematika menjadi lebih bermakna bagi siswa karena konteks dapat menyajikan konsep matematika abstrak dalam bentuk representasi yang mudah dipahami siswa (Wijaya, 2012). Konteks dapat dipandang sebagai suatu situasi spesifik atau suatu lingkungan yang melibatkan siswa. Lebih lanjut,
Wijaya (2012) menjelaskan
bahwa kata “situasi” tersebut merujuk pada “dunia” dimana siswa ditempatkan atau secara sederhana situasi bisa dianalogikan sebagai tema. Menurut Van den Heuvel-Panhuizen, konteks dalam arti luas dapat merujuk pada fenomena kehidupan sehari-hari, cerita rekaan atau fantasi, atau bisa juga masalah matematika secara langsung (Wijaya, 2012). Dalam PMRI, fungsi konteks tersebut bukan sebagai ilustrasi ataupun sebagai bentuk aplikasi setelah konsep matematika dipelajari siswa. Konteks dalam PMRI ditujukan untuk membangun ataupun menemukan kembali suatu konsep matematika melalui proses matematisasi. Proses matematisasi terjadi jika konteks bisa dibayangkan oleh siswa serta memungkinkan siswa untuk memahami dan bekerja dalam konteks tersebut dengan menggunakan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa (Wijaya, 2012). Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan konteks untuk pembelajaran suatu konsep matematika, antara lain: konteks harus menarik perhatian siswa dan mampu membangkitkan motivasi siswa untuk
643
belajar matematika, konteks yang menarik untuk siswa SD kelas bawah bisa berupa fiktif atau permainan (Wijaya, 2012). Di sisi lain, Somakim (2007) menerangkan bahwa permainan sangatlah cocok untuk dijadikan starting point dalam pembentukan konsep matematika formal (abstrak). Terinspirasi dengan permainan tradisional di Indonesia seperti permainan ular tangga, halma atau monopoli yang dipadukan dengan metode garis bilangan yang biasa digunakan guru saat mengajarkan materi bilangan bulat, peneliti mendesain permainan “kakisambe”. “Kakisambe” adalah akronim dari “kanan kiri sama beda”. Dalam memainkannya siswa menerapkan konsep dasar operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat yang menggunakan model garis bilangan, yaitu bergerak ke kanan jika bilangan bulat positif, ke kiri untuk bilangan bulat negatif, diteruskan ke arah yang sama dengan bilangan kedua untuk penjumlahan, atau ke arah yang berbeda dengan bilangan kedua untuk pengurangan. “Kakisambe” digunakan sebagai media untuk membantu siswa dalam mempelajari bilangan bulat. Dengan menggunakan media ini diharapkan siswa merasa senang belajar matematika, mampu bersosialisasi dengan baik, dan konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dapat tertanam dengan baik, serta menumbuhkan karakter positif siswa (antara lain: periang, pejuang/ kerja keras, bersemangat, disiplin, optimis dan jujur). Permainan sebagai media pembelajaran melibatkan siswa dalam proses pengalaman dan sekaligus menghayati tantangan, mendapat inspirasi, terdorong untuk kreatif dan berinteraksi dalam kegiatan dengan sesama siswa. Dalam permainan “kakisambe” perlu dipersiapkan alat permainan, yaitu: (1) Papan permainan; (2) petunjuk permainan; (3) Pion atau orang-orangan; (4) Kartu tantangan; (5) Poin yang berupa biji hadiah; dan (6) Kunci Jawaban. Gambar 1 adalah gambaran papan permainan“kakisambe”.
Gambar 1. Papan Permainan “Kakisambe”
644
Adapun Petunjuk Permainan “kakisambe” adalah sebagai berikut:
Permainan dilakukan oleh 2, 3, atau 4 pemain secara bergiliran.
Pada saat gilirannya pemain mengambil kartu tantangan, membacanya sehingga pemain lain tahu soalnya, kemudian pemain menjalankan pionnya sesuai soal yang ada. Pemain menerapkan konsep dasar operasi hitung bilangan bulat dengan metode panah, yaitu bergerak ke kanan jika bilangan bulat positif, ke kiri untuk bilangan bulat negatif, diteruskan ke arah yang sama dengan bilangan kedua untuk penjumlahan, atau
ke arah yang
berbeda dengan bilangan kedua untuk pengurangan.
Pemain yang berhasil menjawab benar akan mendapat satu biji hadiah, atau lebih sesuai dengan yang tertera pada kartu tantangan. Jika jawaban salah maka tidak mendapatkan biji hadiah.
Secara bergilir pemain mengambil kartu, menjawab dan mendapat hadiah atau tidak.
Pemenang adalah pemain yang pertama kali dapat memenuhi tempat memasang biji hadiah yang telah disepakati, atau sesuai kesepakatan pemain. Sebagai alat peraga pembelajaran, “kakisambe” merupakan model
penggunaan garis bilangan untuk menyelesaikan operasi hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Permainan ini terdiri atas papan permainan yaitu berisi gambar dua kali dua garis bilangan yang saling membelakangi bersusun saling tegak lurus, hal ini menunjukkan bahwa permainan ini dapat dimainkan hingga 4 pemain. Di setiap kuadran terdapat field berbentuk persegi panjang yang merupakan tempat untuk meletakkan hadiah atau reward jika dapat menjawab soal dengan benar. Ada sebuah lingkaran tempat kartu tantangan, serta titik 0 yang letaknya dipusat gambar. Pada dasarnya cara menggunakan permainan ini adalah sama seperti mengerjakan operasi hitung bilangan bulat dengan menggunakan metode garis bilangan. Masing-masing pemain secara bergiliran bermain dengan mengambil kartu soal untuk dikerjakan pada garis bilangan, lalu menggerakkan pion/ orangorangan pada garis bilangan. Garis bilangan yang digunakan adalah bilangan loncat satu dari -10 sampai 10. Dengan menggunakan garis bilangan diharapkan siswa ingat bahwa bilangan yang berada di sebelah kanan lebih besar dari bilangan yang berada di
645
sebelah kirinya. Jika bergerak ke kanan bilangan akan bertambah, sebaliknya bila bergerak ke kiri berarti berkurang. Garis bilangan milik player-1 saling membelakangi dengan player-3, bersekutu di titik 0, yaitu titik pusat garis bilangan para pemain. Hal ini berguna untuk mengingatkan siswa tentang lawan suatu bilangan. Dua bilangan dikatakan saling berlawanan jika angka kedua bilangan itu sama tetapi tandanya berlawanan, hasil penjumlahan dua bilangan ini sama dengan nol. Angka 3 pada garis bilangan player-1 adalah lawan dari -3 yang ada pada garis bilangan player-3. Pion atau orang-orangan yang digunakan berguna untuk menandai langkah-langkah yang ditempuh pemain. Setiap kali mulai mengerjakan hitungan selalu diawali dari titik nol. Pada permainan ini hanya diperlukan satu pion atau orang-orangan yang dipakai secara bergantian. Kartu-kartu tantangan terbuat dari karton berukuran
,
disusun secara acak lalu ditumpuk, berisi soal yang harus diselesaikan pemain pada saat gilirannya. Pemain mengambil kartu paling atas, membaca dan menunjukkannya pada pemain lainnya, lalu menyelesaikan permasalahan yang ada. Selain soal, kartu ini juga memuat informasi tentang nomor soal dan jumlah poin. Dari nomor soal, seorang pemain yang bertindak sebagai juri dapat langsung mencocokkannya dengan kunci jawaban. Jumlah poin sebagai reward/hadiah juga tertera pada kartu tantangan. Sebagai reward jika dapat mengerjakan dengan benar, maka berhak mendapat satu atau lebih poin berupa biji hadiah untuk diisikan pada field/petak poin yang dimiliki masing-masing pemain. Sebaliknya jika pemain tidak dapat menjawab soal dengan benar, maka pemain tersebut tidak mendapat poin. Pada field, terdapat 25 petak kecil, namun pada awal permainan peserta dapat bersepakat untuk menentukan berapa petak yang akan mereka pakai atau berapa lama waktu permainan.Penentuan pemenang adalah pemain yang petakpetak poinnya penuh lebih dahulu, atau pemain yang mempunyai poin/ biji hadiah paling banyak. Permainan ini diberi nama “Kakisambe” merupakan singkatan dari “Kanan Kiri Sama Beda”, yang merupakan konsep dasar operasi hitung bilangan bulat. Pemain menerapkan konsep dasar operasi hitung yaitu bergerak ke kanan jika bilangan bulat positif, ke kiri untuk bilangan bulat negatif, diteruskan ke arah yang
646
sama dengan bilangan kedua untuk penjumlahan, atau ke arah yang berbeda dengan bilangan kedua untuk pengurangan. Sebagai contoh sebagai berikut : , maka penyelesaian dengan menggunakan alat permainan ”Kakisambe” adalah: mulai dari pusat yaitu titik nol, gerakkan pion ke kanan tiga langkah diteruskan ke arah yang sama dengan dilangan kedua yaitu ke kiri lima langkah, sehingga pion berhenti pada titik -2. Jadi pengurangan,
contohnya:
,
maka
. Pada operasi penyelesaian
dengan
menggunakan alat permainan ”Kakisambe” adalah: mulai dari pusat yaitu titik nol, gerakkan pion ke kanan tiga langkah diteruskan ke arah yang berbeda dengan bilangan kedua yaitu ke kanan lima langkah, sehingga pion berhenti pada titik 8. Jadi
. Penggunaan alat ini diharapkan minimal mempunyai tiga macam manfaat,
yaitu (1) manfaat motivasional, (2) manfaat sosial dan (3) manfaat konseptual (Wijaya, 2012). Manfaat motivasional diperoleh karena sebagai alat permainan edukatif
“kakisambe”
membuat
pembelajaran
menjadi
menyenangkan,
menghilangkan kesan bahwa matematika itu sulit dan membosankan, juga menumbuhkan karakter positif siswa, antara lain: periang, jujur, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, menghargai prestasi, optimis dan tanggung jawab. Manfaat sosial diperoleh karena permainan ini dilakukan secara berkelompok, kerjasama dan komunikasi yang terbentuk dalam permainan dapat mendorong berkembangnya kolaborasi dan interaktivitas siswa dalam belajar. Bermain bersama juga menumbuhkan nilai-nilai toleransi, demokratis, bersahabat/ komunikasi, peduli sosial dan tanggung jawab. Manfaat konseptual tercapai karena “kakisambe” sebagai bentuk alat peraga konkrit tentang operasi hitung bilangan bulat diharapkan dapat meningkatkan pemahaman tentang konsep operasi hitung bilangan bulat. METODE PENELITIAN Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV Firdaus Sekolah Dasar Islami Terpadu (SDIT) Bina Ilmi Palembang yang berjumlah 24 siswa, terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan serta melibatkan seorang guru yang mengajar di kelas tersebut. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun akademik 2012/2013.
647
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode design research pendidikan. Design research adalah suatu kajian sistematis tentang merancang, mengembangkan dan mengevaluasi intervensi pendidikan (seperti program, strategi dan bahan pembelajaran, produk dan sistem) sebagai solusi untuk memecahkan masalah yang kompleks dalam praktik pendidikan, yang juga bertujuan untuk memajukan pengetahuan kita tentang karakteristik dari intervensi-intervensi tersebut serta proses perancangan dan pengembangannya (Plomp & Nieveen, 2007). Dalam design research pendidikan, proses pelaksanaan penelitian dipandu oleh suatu instrumen yang disebut Hypothetical Learning Trajectory (HLT). Ketika pembelajaran yang dilakukan tidak sesuai dengan desain yang sudah dirancang, maka perlu dilakukan pendesainan kembali (throught experiment) terhadap HLT untuk kemudian dilakukan pengujian kembali terhadap HLT (instruction experiment). Proses ini berlangsung terus menerus tergantung pada waktu dalam melakukan eksperimen. Proses pendesainan dan pengembangan dalam penelitian desain meliputi tiga tahap, yaitu persiapan percobaan (preparing for the experiment), percobaan desain (design experiment), dan analisis retrospektif (retrospective analysis) (Gravemeijer & Cobb, 2006).
HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian
ini
didesain
dalam
5
aktivitas
masing-masing
untuk
pembelajaran operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Berikut ini deskripsi dari aktivitas tersebut. Aktivitas 1: Mengeksplorasi pengetahuan siswa tentang bilangan bulat. Pada awal aktivitas 1, untuk mencairkan suasana dan menambah keceriaan guru mengajak siswa menyanyikan lagu “bilangan bulat”. Guru memulai pembelajaran dengan mengecek kembali pengetahuan awal siswa tentang bilangan bulat, yaitu: Siswa dapat mengurutkan bilangan bulat, membandingkan dua bilangan bulat dan dapat menentukan lawan suatu bilangan. Guru lalu memperlihatkan papan permainan “kakisambe”. Kemudian guru bertanya kepada siswa “Apakah kalian pernah melihat papan permainan seperti ini?”, “Permainan apa saja yang dimainkan dengan menggunakan papan
648
permainan?”. “Berapa orang yang dapat memainkannya?”. Dan ternyata para siswa telah mengenal permainan yang menggunakan papan permainan, seperti: monopoli, ular tangga, ludo, halma, catur, dan lain-lain. Kemudian siswa diminta mengamati dengan cermat garis-garis bilangan yang ada di dalam papan permainan “kakisambe”. Melalui diskusi dan media “kakisambe” diketahui bahwa pengetahuan awal para siswa tentang bilangan bulat sudah baik. Aktivitas 2: Bermain “kakisambe”. Di awal aktivitas 2 siswa dibagi dalam empat kelompok. Guru yang menentukan anggota kelompoknya, kemudian para siswa diarahkan untuk bermain dengan tertib. Siswa diminta membaca dan memahami petunjuk permainan “kakisambe”, menentukan empat orang yang berlomba, juri dan sekretarisnya.
Selanjutnya
siswa
bermain
“kakisambe”
dengan
teman
sekelompoknya. Masing-masing kelompok diberikan lembar aktivitas siswa (LAS) dan diminta untuk merangkum permainan mereka pada LAS bagian pertama. Siswa dapat memainkan “kakisambe” dengan baik dan suasana terasa ceria. Gambar 2 memperlihatkan aktivitas siswa bermain “kakisambe”. Hasil perlombaan kelompok 1 dimenangkan oleh Fadhil dan Ayas yang mendapatkan poin sama, yaitu 7; kelompok 2 dimenangkan oleh Ghazi dan Hafidz yang sama-sama mendapatkan poin 6, Kelompok 3 dimenangkan oleh Hasan Mujaddid yang mendapatkan 7 poin, dan kelompok 4 dimenangkan oleh Shofi dan Ikhsan yang masing-masing mendapatkan 7 poin. Gambar 3 adalah contoh rangkuman siswa pada LAS bagian pertama.
Gambar 2. Bermain “Kakisambe”
Gambar 3. Hasil Permainan “Kakisambe”
649
Setelah selesai mengerjakan LAS bagian pertama guru meminta beberapa siswa untuk mempresentasikan penjumlahan bilangan bulat dengan “kakisambe” dan siswa lain memberikan tanggapan. Akhirnya siswa mampu menyelesaikan
soal-soal
penjumlahan
bilangan
bulat
menggunakan
“kakisambe” dengan benar. Aktivitas 3: Menggunakan Garis Bilangan. Pada aktivitas 3 siswa diminta untuk mengerjakan lembar aktivitas siswa bagian kedua, siswa tidak kesulitan menggambarkan garis bilangan dan operasi penjumlahan di atasnya. Gambar 4 memperlihatkan hasil jawaban kelompok 1. Aktivitas 4: Menemukan konsep penjumlahan bilangan bulat. Siswa diminta untuk mengerjakan LAS bagian ketiga. Siswa mampu mengerjakan soal dan menemukan konsep penjumlahan dua bilangan bulat, tetapi untuk konsep penjumlahan dua bilangan bulat positif dan negatif mereka masih terpaku pada penyelesaian soal tentang bilangan bulat dengan menggunakan garis bilangan. Hal ini tampak pada simpulan mereka tentang konsep operasi penjumlahan bulat. Gambar 5 adalah contoh jawaban siswa. Untuk konsep penjumlahan dua bilangan bulat positif semua kelompok menjawab 2+4=6, Variasi jawaban mereka tentang cara menjumlahkan dua bilangan
bulat
positif
adalah:
“Tambahkan
saja.”,
“Ditambah.”,
“Jumlahkan/ditambah.” dan “Bilangannnya langsung ditambahkan.”. Untuk konsep penjumlahan dua bilangan bulat negatif semua kelompok menjawab -2+(-4)=-6, variasi jawaban mereka tentang cara menjumlahkan dua bilangan bulat negatif adalah: “Tambahkan saja, lalu beri tanda negatif.”, “Ditambah, tandanya negatif.”, “Tandanya negatif. Angkanya ditambah.” dan “Bilangannnya ditambahkan, lalu beri tanda negatif.”. Untuk konsep penjumlahan dua bilangan bulat positif dan negatif semua kelompok menjawab -2+4=2, 2+(-4)=-2. Variasi jawaban mereka tentang cara menjumlahkan dua bilangan bulat positif dan negatif adalah: “Tandanya seperti yang panjang, angkanya dikurang.”, “Panah panjang dikurang yang pendek. Panahnya seperti panah panjang.”, “Tandanya sama dengan yang besar. Bilangannya dikurang.” dan “Panah panjang dikurangi panah pendek. Tandanya seperti tanda panah panjang.”.
650
Gambar 4. Menggunakan Garis Bilangan
Gambar 5. Konsep Penjumlahan Bilangan Bulat
Aktivitas 5: Menyelesaikan soal-soal tentang penjumlahan bilangan bulat. Pada aktivitas 5 guru meminta siswa untuk menyelesaikan bagian keempat pada LAS mereka. Aktivitas bagian keempat berisi soal-soal tentang penjumlahan bilangan bulat. Siswa tidak kesulitan menjawab soal-soal dalam bentuk matematika formal, namun dari 8 variasi soal masih ada juga kelompok yang keliru menjawab, yaitu -9+(-4)=-11 (oleh kelompok 1) dan -4+10=14 (oleh kelompok 2). Gambar 6 contoh jawaban siswa untuk LAS penjumlahan bagian keempat.
651
Gambar 5. Soal-soal Tentang Penjumlahan Bilangan Bulat
Setelah selesai guru mengajak siswa berdiskusi membahas penyelesaian LAS tentang penjumlahan bilangan bulat yang telah mereka kerjakan. Beberapa siswa diberi kesempatan untuk mempresentasikan jawabannya dan siswa lainnya memberi tanggapan. Pada penelitian ini, siswa belajar penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat melalui serangkaian aktivitas yang telah dirancang oleh peneliti. Setelah melalui tahapan siklus 1 (Pilot Experiment) dan siklus 2 (Teaching Experiment) maka dihasilkan sebuah lintasan belajar. Berdasarkan pendesainan lintasan belajar yang telah dirancang oleh peneliti, untuk pembelajaran konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat masing-masing terdapat empat aktivitas belajar, yaitu: (1) bermain “kakisambe”; (2) menggunakan garis bilangan; (3) menemukan konsep penjumlahan dan pengurangan dua bilangan bulat; dan (4) menyelesaikan soal tentang penjumlahan dan pengurangan dua bilangan bulat. Pendekatan PMRI menjadi acuan dalam setiap aktivitas pembelajaran pada lintasan belajar yang dihasilkan. Aktivitas 1: Bermain “kakisambe”. Kegiatan pembelajaran dimulai dengan penggunaan masalah kontekstual yang sering dialami siswa sebagai aktivitas berbasis pengalaman, dalam hal ini konteks yang digunakan adalah bermain “kakisambe”. Melalui aktivitas ini siswa dibawa pada suasana pembelajaran yang menyenangkan, sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar mereka dan pembelajaran lebih bermakna. Proses pembelajaran mulai dari tahapan informal diawali dengan bermain “kakisambe”. Permasalahan penjumlahan dan pengurangan dua bilangan bulat yang dihadapi siswa saat mereka bermain diselesaikan dengan mengikuti aturan
652
permainan. Sebagai aturan dasar pemain akan menggerakkan pionnya ke kanan untuk bilangan bulat positif dan ke kiri untuk bilangan bulat negatif, lalu meneruskan ke arah yang sama dengan bilangan kedua untuk penjumlahan dan ke arah yang berbeda dengan bilangan kedua untuk pengurangan. Aturan dasar ini membantu siswa memahami konsep penjumlahan dua bilangan bulat. Ditinjau dari level pengembangan model maka pada aktivitas 1 ini siswa berada pada level situasional. Aktivitas 2: Menggunakan garis bilangan. Melalui kegiatan ini siswa diharapkan mampu menerapkan pengalamannya ketika menjumlahkan dan mengurangkan dua bilangan bulat dalam permainan “kakisambe” ke dalam bentuk garis bilangan. Ini adalah sebuah langkah maju bagi mereka agar tidak lagi sepenuhnya bergantung pada papan permainan “kakisambe”. Garis bilangan adalah representasi (model of) permasalahan penjumlahan dua bilangan bulat yang lebih formal dari aktivitas 1. Pada aktivitas ini siswa sudah berada pada level referensial. Aktivitas 3: Menemukan konsep penjumlahan atau pengurangan dua bilangan bulat. Kegiatan ini adalah perkembangan selanjutnya dari aktivitas 1 dan 2. Hal ini sangat penting untuk dikuasai oleh siswa, karena dalam kenyataan selanjutnya mungkin saja dia akan dihadapkan pada permasalahan penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat yang tidak mampu dipecahkannya jika hanya menggunakan permainan “kakisambe” atau garis bilangan saja. Pada aktivitas ini siswa sudah berada pada level general, yaitu model yang dikembangkan siswa sudah mengarah pada pencarian solusi secara matematis. Model pada level ini disebut model untuk (model for) penyelesaian masalah. Aktivitas 4: Menyelesaikan soal tentang penjumlahan atau pengurangan dua bilangan bulat. Kegiatan ini merupakan produk transformasi dari kegiatan nyata menjadi sebuah kegiatan mental dalam menjumlahkan dan mengurangkan dua bilangan bulat. Dilihat dari pengembangan modelnya maka aktivitas 4 ini masuk dalam level formal, yaitu siswa sudah bekerja dengan menggunakan simbol dan representasi matematis. Pendekatan PMRI sebagai Teori Pembelajaran Lokal (LIT) dijadikan sebagai acuan pendekatan pembelajaran yang digunakan. Implementasi PMRI pada desain pembelajaran ini tidak terlepas dari lima karakteristiknya.
653
Karakteristik pertama PMRI adalah use of contexts for phenomenologist exploration, konteks merupakan situasi realistik yang digunakan sebagai titik awal pembelajaran matematika. Konteks tidak harus berupa masalah dunia nyata namun bisa dalam bentuk permainan, penggunaan alat peraga, atau situasi lain yang dapat dimengerti oleh siswa. Konteks yang digunakan akan lebih baik jika tidak hanya bisa dibayangkan tapi juga berupa suatu fenomena ataupun kejadian nyata yang telah diketahui siswa. Penggunaan konteks nyata dalam aktivitas pembelajaran akan membawa siswa menuju pemahaman matematika dari tahap informal menuju tahap formal, juga untuk meningkatkan motivasi dan ketertarikan siswa dalam belajar matematika. Dalam pembelajaran penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat pada penelitian ini menggunakan konteks permainan “kakisambe”. Karakteristik yang kedua, use of models for mathematical concept construction, merupakan jembatan penghubung ‘the gap’ antara tingkat konkret dan abstrak. Pengalaman siswa dalam bermain “kakisambe” dituangkan dalam bentuk gambar garis bilangan. Gambar garis bilangan yang mewakili penjumlahan dan pengurangan dua bilangan bulat ini merupakan model of dalam menjembatani siswa memahami konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Setelah itu, siswa dibimbing secara perlahan untuk berpikir menggunakan garis bilangan sebagai model for yang umum digunakan. Melalui model ini siswa diberi pemahaman mengenai konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Model ini mendukung siswa dalam memecahkan permasalahan yang berhubungan dengan penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Karakteristik yang ketiga adalah use of students’ creations and contributions. Siswa bebas berkreasi menggunakan cara mereka sendiri dalam melakukan permainan “kakisambe”, ada siswa yang selalu memulai dari titik nol kemudian menghitung loncat satu ke bilangan pertama soalnya, ada juga yang mulai dari nol kemudian langsung loncat ke bilangan pertama soalnya. Begitu juga yang terjadi saat mereka menggambarkannya pada garis bilangan. Dalam kegiatan bermain “kakisambe” siswa terbiasa berkonstribusi langsung, baik sebagai pemain, juri ataupun sekretaris dalam permainan yang berlangsung. Konstribusi siswa juga dapat dilihat nyata dari diskusi yang dilakukan setelah melaksanakan aktivitas.
654
Karakteristik yang keempat yaitu students activity and interactivity in the learning process. Pada pembelajaran penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat ini aktivitas dan interaktivitas siswa dapat dilihat secara nyata ketika melakukan aktivitas permainan “kakisambe”. Proses pembelajaran siswa tidak hanya sebuah proses pembelajaran secara individu, tetapi juga merupakan proses pembelajaran sosial. Dari diskusi yang dilakukan selama aktivitas dapat dengan jelas terlihat interaktivitas yang dilakukan siswa. Peran guru disini hanya sebagai fasilitator yang menghubungkan satu siswa dengan siswa lainnya. Siswa berdiskusi dan bertukar pendapat secara interaktif bersama dengan teman sejawatnya untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang berhubungan dengan penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Karakteristik kelima, intertwining mathematics concepts, aspects, and units. Pembelajaran matematika lebih bermakna ketika terkait dengan topik pembelajaran lainnya. Keterkaitan di sini tidak hanya dengan materi lain dalam matematika itu sendiri tapi juga terkait dengan pembelajaran dalam bidang studi lain. Ketika siswa mempelajari konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat, secara langsung mereka juga terus mengembangkan materi penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian bilangan asli dan cacah. Dikaitkan dengan topik pembelajaran lain, penggunaan konteks permainan “kakisambe” tentunya juga terkait dengan pendidikan karakter, siswa dilatih bekerja keras, kerja sama, pantang menyerah, periang, optimis dan jujur. Selain menghasilkan learning trajectory (LT), penelitian ini juga telah menghasilkan suatu local instructional theory (LIT). Dikatakan sebagai teori lokal karena teori tersebut hanya membahas pada ranah yang spesifik (domainspecific) yaitu, spesifik topik pada matematika. Teori lokal tersebut adalah teori Pendidikan Matematika Realistik Indonesia yang menjadi acuan dalam design research ini. Pembelajaran matematika yang dilaksanakan pada penelitian ini menggunakan konteks permainan “kakisambe” pada topik spesifik konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat untuk kelas IV yang telah dilaksanakan di SDIT Bina Ilmi Palembang. KESIMPULAN Berdasarkan
hasil dan
pembahasan
yang
telah
diuraikan,
dapat
disimpulkan sebagai berikut.
655
1.
Permainan “kakisambe” pada lintasan pembelajaran di penelitian ini memiliki peranan sebagai titik awal (starting point) yang menopang pemikiran siswa dalam memahami konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat, juga untuk meningkatkan motivasi dan ketertarikan siswa dalam belajar matematika.
2.
Lintasan pembelajaran operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat menggunakan konteks permainan “kakisambe” yang dihasilkan masing-masing terdiri dari empat aktivitas. Aktivitas pada pembelajaran operasi penjumlahan bilangan bulat, yaitu: (1) bermain “kakisambe”; (2) menggunakan garis bilangan; (3) menemukan konsep penjumlahan dan pengurangan dua bilangan bulat; dan (4) menyelesaikan soal tentang penjumlahan dan pengurangan dua bilangan bulat. Lintasan belajar yang dilalui siswa mulai dari level informal menuju level formal baik pada pembelajaran
operasi
penjumlahan
bilangan
bulat
maupun
pada
pembelajaran operasi pengurangan bilangan bulat adalah sebagai berikut: (1) pada level informal, siswa melakukan kegiatan permainan “kakisambe” sebagai starting point pembelajaran; (2) pada level referensial, siswa menggambarkan lintasan permainannya pada garis bilangan; (3) pada level general, siswa menemukan konsep penjumlahan dan/atau pengurangan bilangan bulat; dan (4) di level formal, siswa menyelesaikan soal tentang penjumlahan dan/atau pengurangan bilangan bulat.
Daftar Pustaka Charitas, R., Zulkardi, & Hartono, Y. 2012. Learning Multiplication Using Indonesian Traditional game in Third Grade. Indonesian Mathematical Society Journal on Mathematics Education (IndoMS-JME), 3(2), 115-132. Gravemeijer, K. P. E., & Cobb, P. 2006. Design Research From A Learning Design Perspective. In J. V. D Akker, K. P. E Gravemeijer, S. McKenney, N. Nieven (Eds.), Educational Design Research (pp. 17-51). London: Routledge. Hadi, S. 2012. Mathematics Education Reform Movement in Indonesia. Proceeding of International Congress on Mathematics Education (ICME), Seoul, Korea, 12, 1008-1022.
656
Ilma, R. 2011. Professional Development of Mathematics Primary School Teachers in Indonesia Using Lesson Study and Realistic Mathematics Education Approach. Proceeding of the International Congress for School Effectiveness and Improvement (ICSEI), Limassol, Cyprus. Plomp, T., & Nieveen, N. 2007. Educational Design Research: an Introduction. In Plomp, T., & Nieven, N. (Editor). An Introduction To Educational Design Research (pp. 9-35). Enschede: slo. Sembiring, R. K. 2010. Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI): Perkembangan dan Tantangannya. Indonesian Mathematical Society Journal on Mathematics Education (IndoMS-JME). 1(1), 11-16. Sembiring, R. K, Hoogland, K., & Dolk, M. 2010. Introduction to: A decade of PMRI in Indonesia. In R.K. Sembiring, K. Hoogland & M. Dolk (Eds.), A decade of PMRI in Indonesia (pp. 7-12). Bandung, Utrecht: APS International. Somakim. 2007. Unit 2: Teori Belajar Dienes. In Nyimas Aisyah, dkk. Bahan ajar Cetak: Pengembangan Pembelajaran matematika Sekolah Dasar, (pp. 21 – 2-42). Direktorat jendral Pendidikan Tinggi: Departemen pendidikan Nasional. Wijaya, A. 2012. Pendidikan Matematika Realistik Suatu Alternatif Pendekatan Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Graha Ilmu. Walle, J. V. D. 2008. Matematika Sekolah Dasar dan Menengah. Jakarta: Erlangga. Wena, M. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara. Zulkardi & Ilma, R. 2010. Pengembangan Blog Support untuk Membantu Siswa dan Guru Matematika Indonesia Belajar Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI). (Online), http://eprints.unsri.ac.id/540/1/Prof.Dr.Zulkardi__Dr.Ratuilma_di_JIPPBalitbang.pdf, diakses pada tanggal 3 Desember 2012.
657