SUCCESS STORY PRIMA TANI DESA SEKATA BANGUN KABUPATEN KAPUAS KALIMANTAN TENGAH Saleh Mokhtar, Elmi Kamsiati, Rachmadi R,Salfina NA, dan Andriansyah 1.1. Latar Belakang Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian (PRIMA TANI) merupakan percontohan model pengembangan sistem dan usaha agribisnis berbasis sumberdaya lokal dalam bentuk laboratorium agribisnis melalui penerapan inovasi teknologi dan kelembagaan. PRIMA TANI dilaksanakan oleh stakeholder pembangunan pertanian yaitu kelompoktani/petani, pemerintah daerah, pengusaha swasta, peneliti, penyuluh, lembaga profesi dan swadaya masyarakat, dan stakeholder lainnya yang relevan. PRIMA TANI Desa Sekata Bangun merupakan salah satu PRIMA TANI yang berada di lahan pasang surut kawasan PLG Kab. Kapuas. Lokasi ini dipilih karena memiliki peluang keberhasilan dari aspek sumberdaya alam, yaitu lahan yang luas untuk kegiatan usaha pertanian serta sumberdaya manusia yang cukup memadai. Desa Sekata Bangun juga cukup mudah dijangkau dibanding 13 UPT lain di Lamunti, selain itu juga terdapat jaringan komunikasi melalui telepon seluler. PRIMA TANI Lahan Pasang Surut kawasan PLG di Desa Sekata Bangun Lamunti II C-2 mempunyai tujuan: (i)
menjadikan Desa Sekata Bangun sebagai desa percontohan pembangunan agribisnis pedesaan menuju desa agroindustri,
(ii)
mempercepat diseminasi dan adopsi inovasi teknologi dan kelembagaan sesuai kebutuhan petani setempat,
(iii)
memperoleh
umpan
balik
inovasi
teknologi
dan
kelembagaan
yang
direkomendasikan serta mensinkronkan program lingkup Departemen Pertanian, Pemerintah daerah, dan Departmen/pihak terkait lainnya, (iv)
meningkatkan pendapatan petani (250%), mengembangkan
sistem pertanian
berkelanjutan dan lingkungan lestari. Keluaran akhir yang hendak dicapai adalah terbentuknya unit agribisnis industrial pedesaan (AIP) dan sistem usahatani intensifikasi dan diversifikasi (SUID) yang merupakan representasi industri pertanian pertanian dan usahatani berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi dalam suatu kawasan pengembangan.
1
II. POTENSI DAN SIMPUL KRITIS Desa Sekata Bangun mempunyai luas wilayah desa 1.322 ha, terdiri atas lahan pekarangan 99,75 ha, lahan usaha 798 ha, dan lahan restan 421 ha. Desa ini berada pada ketinggian 0-18 meter di atas permukaan laut, dengan wilayah desa ini terbagi menjadi 5 blok yaitu A, B, C, D dan E. Kawasan pemukiman terpadat pada blok A dan D, sedangkan E merupakan lahan restan. Potensi sumberdaya lahan untuk budidaya pertanian di wilayah Desa Sekata Bangun cukup luas yaitu sekitar 1.289,1 ha. Kondisi awal pemanfaatan lahan di lokasi PRIMA TANI adalah 50,1% lahan berupa semak belukar, 32,4% sistem pertanian lahan kering (ladang), dan 11,6% kebun campuran, dan sisanya 3,4% kebun karet. Hasil evaluasi lahan yang dilakukan oleh BBSDL-P menyatakan komoditas yang potensial untuk dikembangkan di Desa Sekata Bangun adalah tanaman pangan (padi, ubi kayu, jagung dan kedelai) dan hortikultura (kacang panjang, terong, bawang prei, kubis dan nenas campedak, rambutan, pisang, dan jeruk,). Sedangkan untuk tanaman perkebunan berupa karet dan kelapa. Dilihat dari potensi/kondisi sosial ekonomi Desa Sekata Bangun mempunyai jumlah penduduk (per Desember 2005) sebanyak 142 KK (533 jiwa) dari 399 KK (1.758 jiwa) pada tahun awal penempatan transmigran. Sebagian besar (65%) penduduk desa ini adalah transmigran lokal, dan sisanya (35%) adalah transmigran dari Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Sebagian besar masyarakat Desa Sekata Bangun bermata pencaharian sebagai petani. Rata-rata penguasaan lahan seluas 3,10 ha, yang terdiri atas 2,90 ha lahan usaha (dengan kisaran luas antara 2 – 6 ha) dan 0,3 ha lahan pekarangan (dengan kisaran luas 0,25 – 0,5 ha), dengan status penguasaan lahan adalah petani pemilik. Lahan usaha pada umumnya digarap dengan sistem ladang, sebagian besar ditanami padi ladang varietas lokal (Gragai, Grontol, Siam putih). Beberapa tanaman palawija dan sayuran yang dibudidayakan adalah yaitu palawija, sayuran dan buah-buahan. Sejak tahun 2003, sebagian lahan usaha telah mulai ditanami dengan karet lokal, yang berasal dari biji (seedling) dan bibit cabutan. Penanaman karet di lahan usaha dimaksudkan untuk memperoleh pendapatan jangka panjang, bisa dilakukan di usia tua, dan karet bisa diintegrasikan dengan tanaman lain (padi, palawija, buah-buahan, dan sayuran).
2
Ternak yang diusahakan petani adalah kambing, ayam buras, dan sapi. Ternak kambing menjadi usahaternak utama dan andalan sebagian besar petani (54%), dengan skala pemilikan rata-rata 3 ekor per rumah tangga petani. Pada tahun 2005, rata-rata pendapatan rumah tangga petani di Desa Sekata Bangun sebesar Rp. 4.235,200,- per tahun, yang sebagian besar (> 80%) bersumber dari kegiatan usahatani (on farm).
Hal ini mengindikasikan bahwa usahatani masih menjadi sumber
pendapatan utama bagi petani responden di Desa lokasi laboratorium agribisnis. 2.4. Simpul Kritis/Masalah dan Kendala dalam Pengembangan Agribisnis Berdasarkan analisis potensi dan permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan agribisnis, simpul kritis pertanian di Desa Sekata Bangun secara umum adalah: 1) Biofisik lahan dan tata air tidak berfungsi optimal, yaitu sistem tata air terutama pada saluran tersier tidak berfungsi optimal. 2). Sarana dan prasarana pertanian terbatas. Benih/bibit unggul (karet, kedelai, kambing, padi, dan komoditas penunjang lainnya), alsintan (handtraktor, alat pengolahan hasil dan lainnya) juga terbatas dan sulit diperoleh. 3). Penerapan inovasi teknologi pada komoditas unggulan masih rendah. 4). Tenaga kerja terbatas, hanya 396 HOK/KK/tahun. 5). Kelembagaan petani masih terbatas dan kurang berfungsi. 6). Kemandirian sebagian besar petani masih rendah. III. INOVASI TEKNOLOGI DAN KELEMBAGAAN 3.1. Komoditas dan Teknologi Inovasi Komoditas unggulan terpilih untuk dikembangkan di Desa Sekata Bangun adalah karet, kambing dan kedelai (sebagai komoditas utama) dan padi gogo, jagung, pisang, serta sapi (sebagai komoditas penunjang). Karet, kambing dan kedelai diusahakan dengan pola integrasi. Hijauan makanan ternak (HMT) ditanam sebagai tanaman sela dan pagar kebun karet, sementara kotoran kambing dan hijauan sisa pakan kambing diolah menjadi pupuk organik sebagai pupuk tanaman karet dan kedelai. Limbah kedelai diolah sebagai pakan ternak kambing. Komoditas, inovasi teknologi dan sumber teknologi, meliputi dari teknis produksi, panen dan pasca panen serta pengolahannya dapat dilihat pada Tabel 1.
3
Tabel 1. Inovasi Teknologi untuk komoditas utama (Karet, Kambing, Jagung/Kedelai) yang di tawarkan pada laboratorium Agribisnis Desa Sekata Bangun Komoditas Karet
Kedelai
Ternak kambing
Limbah Pertanian
Inovasi teknologi 1. Teknologi sistem penataaan lahan dan air pengelolaan spesifik lokasi 2. Teknologi pembibitan karet unggul 3. Teknologi budidaya karet unggul 4. Teknolologi budidaya tanaman. sela 5. Teknologi penyadapan dan pengolahan BOKAR 1. Teknologi sistem penataaan lahan dan air pengelolaan spesifik lokasi 2. Teknologi budidaya kedelai 3. Teknologi pascapanen dan pemanfaatan limbah kedelai 1. Teknologi pembibitan dan penngemukan 2. Teknologi budidaya HMT unggul 3. Teknologi strategi pemberian Pakan (HMT) 4. Skala usaha ekonomis 5. Teknologi Reproduksi (Introduksi pejantan PE) 6. Teknologi Pemeliharaan intensif dan kandang sistim panggung 7. Teknologi pengolahan susu kambing 1. Pengolahan pupuk organik (dekomposer: Orgadek/Biodek/Promi) 2. Pengolahan Biogas skala rumah tangga
Sumber Teknologi Balit Karet, Balittra, BBSDLP, BPTP Kalteng Balitkabi, Balittra, BB Pasca Panen, BPTP Kalteng Balitnak, Lolit Kambing, BPTP Kalteng
Balit Biotek Perkebunan, Balitnak, BBSDLP, BB Mektan
3.2. Inovasi Kelembagaan Inovasi model kelembagaan yang dikembangkan pada laboratorium agribisnis Lahan Pasang Surut PLG di Desa Sekata Bangun adalah model Kelembagaan Agribisnis Industrial Pedesaan (Kelembagaan AIP). Jaringan Kelembagaan AIP disajikan pada Gambar 1 dan Inovasi kelembagaan AIP disajiakan pada Tabel 2.
4
Tabel 2. Inovasi Kelembagaan AIP di PRIMA TANI Desa Sekata Bangun Lembaga AIP Lembaga Prasarana Pertanian
Penumbuhan (2006) Penumbuhan Unit Penyedia Saprodi LKM Penumbuhan penangkar bibit karet
Lembaga Produksi/ Usahatani
Pengaktifan Poktan (3 – 5 kel)
Lembaga Permodalan
Pembentukan LKM
Lembaga Pengolahan Hasil & Pemasaran Lembaga Penyuluhan & Pelayanan informasi
Stimulasi modal Rp. 10 Juta
Penumbuhan/ Penguatan (2007) Penguatan Unit Penyedia Saprodi LKM Penguatan penangkar bibit karet Penumbuhan Usaha Pelayanan jasa alsintan Pengaktifan Poktan (10 kel) dan Pembentukan Gapoktan Pelatihan pengurus/ pengelola LKM Stimulasi modal Rp. 80 Juta
-
-
Pelibatan penyuluh pertanian
Peningkatan kompetensi penyuluh pertanian
Pembentukan Klinik Agribisnis
Penguatan Klinik Agribisnis
Penguatan (2008)
Pengembangan (2009)
Penguatan Unit Penyedia Saprodi LKM/ Gapoktan Penguatan penangkar bibit karet Penguatan Usaha Pelayanan jasa alsintan Penguatan Poktan dan Gapoktan
Penguatan/pengemb angan Unit Penyedia Saprodi LKM/Gapoktan Penguatan/pengemb angan penangkar bibit karet Penguatan/pengemv bngan model usaha Pelayanan jasa alsintan Pengemebangan model penguatan Poktan dan Gapoktan
Integrasi LKM dan Gapoktan
Penguatan/pengem bangan LKM
Pengurusan Badan Hukum (BH) LKM Pembentukan kelompok pengolahan hasil dan pemasaran hasil Peningkatan kompetensi dan pelibatan penyuluh pertanian Penguatan Klinik Agribisnis
Mediasi Penguatan modal s/d Rp.250 Juta Penguatan/pengemb angan kelompok pengolahan hasil dan pemasaran hasil Peningkatan kompetensi dan pelibatan penyuluh pertanian Penguatan/pengemb angan Klinik Agribisnis
5
IV. PEMBELAJARAN DAN SUCCESS STORY 1. Inovasi Model PRIMA TANI sebagai model diseminasi, model pemberdayaan petani, model keterkaitan antara peneliti, penyuluh, petani, model pembangunan pertanian yang yang berawal dari desa, wadah integrasi program pembangunan pertanian di tingkat lapangan mendapat respon yang baik dari Pemerintah daerah, petani, LSM dan pemangku kepentingan. Petani menilai PRIMA TANI adalah model pemberdayaan yang mampu meningkatkan kemandirian dan pendapatan mereka. Demikian juga Pusat Penelitian Ketransmigrasi Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI mengadopsi model PRIMA TANI yang dimodifikasi menjadi PRIMA TRANS dikembangkan di 3 Unit Pemukiman Transmigrasi (UPT) yaitu Provinsi Gorontalo, Sumatera Selatan dan Sumatera Barat. Entry point untuk keberhasilan yang dicapai PRIMA TANI Desa Sekata Bangun sejauh ini adalah adanya komunikasi intensif secara non formal, koordinasi, sosialisasi, komitmen bersama, dukungan Tim Teknis dan Penyeliaadi, sertai dukungan anggaran. Namun demikian, PRIMA TANI Desa Sekata Bangun tentu juga tidak lepas masalah dan kendala dalam implementasinya. Masalah yang dihadapi antara lain sistem tata air yang belum berfungsi, rawan kebakaran, pergantian pejabat (Bupati, Kepala SKPD) dan dukungan anggaran yang terbatas dan tidak berkelanjutan. 2. Inovasi Teknologi a. Inovasi Teknologi Pembibitan Karet Inovasi teknologi pembibitan karet diimplentasikan untuk menyediakan biibit karet unggul di Desa Sekata Bangun dan desa sekitarnya. Kegiatan ini dimulai pada akhir tahun 2006 dengan pembangunan kebun enteres seluas 0,2 ha. Klon karet yang digunakan adalah PB 260. Realisasi pembangunan kebun enteres hingga tahun 2009 ini 0,55 ha (3.600 pohon), sedangkan kebun batang bawah telah mencapai 1,00 ha yang berkembang melalui swadaya petani dengan pembiayaan LKM Sekata Bangun. Pada tahun 2009 target produksi bibit karet sebanyak 30.000 pohon, namun pencapaian produksi per Oktober 2009 baru mencapai 25.000 pohon. Hal ini terjadi karena
6
tingkat keberhasilan okulasi baru
50%, yang disebabkan masih rendahnya keterampilan
okulasi sebagian besar tenaga okulator/anggota kelompok penangkar.
Gambar 1. Bibit karet okulasi yang siap dipasarkan Pemasaran bibit karet okulasi dari kebun pembibitan ini cukup lancar. Sejak produksi pertama pada tahun 2008 sampai dengan bulan Oktober 2009 telah terjual sebanyak 25.000 pohon yang dibeli oleh petani setempat, Dinas Perkebunan melalui pihak ketiga (swasta),dan Dinas Transmigrasi. Masalah yang dihadapi adalah masih rendahnya kesadaran dan kerjasama antar anggota kelompok penangkar dalam mentaati jadual kegiatan yang telah disepakati. Para pembeli belum memperhatikan mutu bibit, pertimbangan mereka harga murah (terjangkau). b. Inovasi Teknologi Budidaya Karet Unggul Implementasi inovasi teknologi budidaya karet unggul dilaksanakan sejak tahun 2006, melalui kegiatan demonstarsi usahatani (demfarm) seluas 25 ha yang melibatkan 25 petani pelaksana. Bibit karet yang ditanam adalah klon karet unggul (PB 260 dan IRR 39). Kemudian pada tahun 2007, dilakukan kegiatan Uji adaptabilitas beberapa klon karet unggul (PB 260, IRR 39, RRIC 100, IRR 21 dan IRR 32) yang dari Balit Karet Sembawa seluas 11 ha yang melibatkan 11 kooperator.
7
Sampai dengan tahun 2009 ini, luas kebun karet mencapai 103 ha. Capaian ini merupakan
realisasi
dari
program
Pengembangan Karet Non Revitalisasi dari Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Tengah (APBD I Provinsi Kalimantan tengah) seluas 48 ha dan bantuan
bibit
karet
unggul
dari
Dinas
Transmigrasi Kabupaten Kapuas seluas 10 ha, serta swadaya daya petani sendiri seluas 9 ha. Gambar 2. Tanaman Karet umur 2,8 tahun Pertumbuhan karet pada kebun demfarm cukup bagus, rerata lilit batang pada umur 1 tahun adalah 11,53 cm, pada umur dua tahun adalah 18,1 cm, dan pada umur 32 bulan sebesar 21,9 cm. Namun secara umum kondisi kebun karet pada tahun 2009 menurun daripada tahun 2008 yaitu kurang bersih dan kurang terawat. Pada bulan Februari 2009 terjadi banjir yang mengakibatkan matinya 2-3 pohon/ha kebun karet. Kondisi ini semakin parah karena pada bulan Agustus-September 2009 terjadi kebakaran hebat yang mengakibatkan terbakarnya kebun karet demfarm sehingga dari 25 ha hanya tersisa 5 ha yang tersebar pada 3 blok. Masalah dan kendala dalam pengembangan implementasi inovasi teknologi budidaya karet unggul adalah masih rendahnya kemandirian dan terbatas modal petani pelaksana, kebanjiran karena tata air mikro dan makro belum berfungsi serta rawan kebakaran. c.
Inovasi Teknologi Budidaya Kedelai Implementasi inovasi teknologi budidaya kedelai mulai dilaksanakan pada 2008.
Percontohan penerapan teknologi budidaya kedelai ini dilaksanakan seluas 7 Ha, yang terdiri atas 1,5 ha demplot penerapan paket teknologi yang seluruhnya dibiayai oleh BPTP Kalteng dan 5.5 ha hanya dibantu benih kedelai, sedangkan saprodi lainnya adalah swadaya petani kooperator. Varietas yang ditanam adalah Baluran (bantuan dari Bapak Agustin Teras Narang), Kaba, Burangrang, Sinabung, Anjasmoro, Lawit, Wilis, Galunggung (dari Balai Penelitian Kacang-kacang dan Umbi-umbian Malang).
8
Rata-rata produktivitas usahatani kedelai pada kegiatan demplot adalah 1,67 ton/ha, dengan produktivitas tertinggi varietas Sinabung 2,14 ton/ha dan produktivitas terendah Wilis 1,25 ton/ha. Hasil analisis finansial usahatani kedelai menunjukkan bahwa usahatani kedelai dengan produktivitas rata-rata 1,67 ton/ha dan harga jual Rp. 7.500/kg, adalah cukup menguntungkan, yaitu dengan keuntungan sekitar Rp. 4.931.000 per ha dan R/C rasio 1,54. Evaluasi preferensi petani yang dilakukan pada saat temu lapang menunjukkan bahwa dari 8 varietas kedelai yang diadaptasikan 4 varietas diantaranya
lebih disukai petani
setempat yaitu: wilis (1,25 ton/ha), anjasmoro (1,95 ton/ha), lawit (2,03) dan baluran (1,49) Faktor penentu keberhasilan demplot kedelai seluas 7 ha ini adalah waktu tanam yang tepat, ketersediaan saprodi tepat waktu, ketaatan petani menerapkan teknologi anjuran dan pendampingan oleh petugas lapangan secara intensif.
.
Gambar 3. Performan Tanaman Kedelai menjelang panen Inovasi teknologi budidaya kedelai yang telah diimplementasikan pada demplot kedelai di atas, kemudian dijadikan acuan oleh Dinas Transmigrasi Kabupaten Kapuas dan Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi dalam program pengembangan kedelai seluas 500 ha di kawasan PLG wilayah Lamunti. Sayangnya program ini tidak begitu berhasil karena tanaman kedelai pada umur satu – dua minggu setelah tanam, sebagian besar hamparan tanaman kedelai petani direndam banjir, sehingga hanya 15 -20% saja yang bisa dipanen. d. Inovasi Teknologi Usaha Ternak Kambing Kambing sebagai komoditas utama yang dikembangkan di Prima Tani Desa Sekata Bangun mulai dikembangkan melalui diimplementasikan kegiatan Percontohan Usaha ternak Kambing PE dan Kacang dengan rasio: 1 jantan dan 4/5 betina. Pada tahun 2006, terealisasi 65 ekor kambing untuk percontohan (program penyebaran ternak kambing dari Disnak Kapuas 15 ekor dan Dinas Dukstran Kalteng 50 ekor) dari target 125 ekor. Skala usaha 1:4/5 terimplementasi pada 12 KK, sedangkan skala usaha 1: 5 terlaksana pada 3 KK. Liter size yang tercapai 1,14 ekor dari target 1,2 ekor dan pendapatan yang diperoleh Rp. 1.146.720,-.
9
Kegiatan ini terus berlanjut dan pada 2009, rasio ditingkatkan menjadi 1 jantan dan 7 betina. Pertumbuhan kambing cukup baik dengan nilai Pertambahan Berat Badan Harian sebesar 0,05 g/hari. Anakan Ettawa untuk anak jantan 3,45 dan anak betina 2,241 kg.Total populasi pada Oktober 2009 mencapai 500 ekor meningkat dibandingkan tahun 2007 (450 ekor) dan 440 ekor pada 2008. Selanjutnya Desa Sekata Bangun dikenal sebagai sentra pengembangan PE dan berpotensi sebagai penghasil bibit kambing keturunan PE dan susu kambing PE. Masalah dalam pengembangan inovasi teknologi kambing di desa ini adalah sering adanya serangan penyakit kembung perut dan penyyakit kudisan.
Gambar 4. Kambing keturunan PE beranak 4 ekor Inovasi Teknologi Pembibitan Kambing PE Implementasi inovasi teknologi pembibitan kambing PE dilaksanakan melaluiu kegiatan Visitorplot yang dimulai tahun 2006, dengan skala usaha 1: 5 (jantan: betina) sehingga total terdapat 6 ekor kambing. Visitor plot ini menjadi sarana sosialisasi teknologi pembibitan kambing. Jumlah
kambing
pada
kegiatan
ini
mengalami perkembangan, pada 2007 seluruh induk betina melahirkan, total jumlah anak 9 ekor, namun 2 ekor mati. Namun ada hambatan yaitu 2 ekor induk mengalami mastitis yang menyebabkan kematian 1 ekor induk. Ada juga kambing yang sakit kemudian menjadi lumpuh. Penyakit Mastitis diobati dengan antibiotik dengan cara disuntikkan dan ambingnya diperah dengan air hangat. Selanjutnya, pada tahun 2009 ini 1 induk awal dan 1 induk dari turunan telah melahirkan, dengan rat-rata jumlah anak yang lahir masing-masing 1 ekor. Jumlah populasi kambing PE visitor plot per Oktober 2009 adalah 8 ekor, induk jantan 2 ekor, induk betina 4 ekor, dan anak 2 ekor.
10
Masalah dalam pelaksanaan visitor plot adalah keterampilan peternak dalam penanganan anak kambing dan kambing PE pasca melahirkan masih rendah, pemberian pakan unggul terbatas, kambing umumnya diberikan daun singkong, dedaunan dan rumpout alam. Inovasi Teknologi Pengolahan Susu Kambing Kambing PE selain dimanfaatkan dagingnya memiliki produksi susu yang cukup melimpah. Induk kambing PE pada saat laktasi, kelebihan produksi susu yang tidak dimanfaatkan (diperah) dapat menyebabkan mastitis. Susu kambing memiliki berbagai manfaat bagi kesehatan, bahkan lebih baik daripada susu sapi. Pengolahan susu kambing menjadi permen diharapkan dapat memberikan alternatif dalam mengkonsumsi susu kambing. Pembuatan permen susu kambing telah dilakukan oleh Kelompok Wanita Tani “Sekar Prima”. Permen yang dihasilkan disukai oleh konsumen. R/C ratio pengolahan permen susu kambing 1,27. Permen susu kambing juga sebagai bahan Pekan Inovasi III HUT Badan Litbang 2009. Namun pengolahan permen susu belum berlanjut karena bahan baku susu kambing belum tersedia sepanjang waktu. Saat populasi kambing PE melimpah dan produksi susunya juga melimpah, pengolahan permen susu kambing dapat menjadi alternatif usaha yang diharapkan dapat meningkatkan nilai tambahnya. VIMITA MILK CANDY ﺣﻼ ل
La Moenty
La
Moenty
La Moenty
La Moenty
Komposisi : susu kambingi, gula, margarin Produksi: Binaan BPTP Kalteng
Gambar 5. Kemasan Permen susu kambing
11
4.2. Inovasi Kelembagaan a. Penguatan Kelompoktani dan Gapoktan Kelompok tani adalah wadah kerjasama dan unit produksi dalam melaksanakan usahatani. Kelompok tani
dan organisasi petani
di desa ini sebelum masuk PRIMA TANI
(2005), hanya ada 3 kelompok aktif dan berfungsi. Fokus kegiatan inovasi kelembagaan adalah mengaktifkan kelompoktani yang sudah pernah dibentuk, melalui penguatan kelompoktani dan pembentukan gabungan kelompoktani (GAPOKTAN). Upaya-upaya penguatan terhadap kelompok tani ini melalui konsolidasi pengurus, sosialisai tugas dan fungsi kelompoktani, mengaktifkan pertemuan kelompok, advokasi dan pembinaan melalui pelatihan maupun kunjungan. Pada tahun 2007, 10 kelompok tani telah aktif dan berfungsi dan pada tahun ini juga terbentuk Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) dengan nama Sinar Tani. Selanjutnya pada 2008 jumlah kelompok tani yang aktif dan berfungsi meningkat menjadi 12 kelompok. Pada tahun ini GAPOKTAN Sinar Tani juga dengan melakukan rapat pengurus dan anggota yang telah bersepakat untuk menyesuaikan struktur organisasi mengacu Permentan No. 273/2008 tentang Pedoman Kelembagaan Pertanian. Juga disepakati GAPOKTAN dan LKM saling terintegrasi, dimana Unit Permodalan GAPOKTAN dilaksanakan oleh LKM Sekata Bangun.
b. Lembaga Penangkar Bibit Karet Keberadaan lembaga penyedia sarana produksi (bibit karet) di desa ini sangat diperlukan petani, karena itu sejak tahun 2006,
kelompok penangkar bibit karet unggul
ditumbuhkan dengan terbentuknya kelompok penangkar bibit karet “Sekata Prima” yang beranggotan 10 orang. Pada 2008, kelompok ini mengalami pengembangan dengan terbentuknya 3 sub kelompok penangkar yang berjumlah 15 orang. Penguatan kelompok penangkar bibit karet, telah dicapai peningkatan dinamika dan kerjasama kelompok melalui pertemuan rutin. Kebun pembibitan juga mendapat rekomendasi dari Dinas Perkebunan Kapuas serta Balit Getas. Hingga 2009 ini kelompok ini masih aktif dan berfungsi. c.
Lembaga Keuangan Mikro (LKM) Lembaga Keuangan Mikro (LKM) adalah lembaga permodalan petani sebagai solusi
untuk mengatasi masalah keterbatasan modal petani. LKM Sekata Bangun didirikan pada
12
tahun tanggal 20 Desember 2006 atas kerjasama BPTP Kalimantan Tengah dengan Puslitbangtrans, Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Anggota awal (pendiri) sebanyak 52 orang petani dengan modal awal Rp. 13.297.000,- (pendiri Rp. 2,8 juta, BPTP Kalimantan Tengah 4,5 juta (berupa saprodi) dan Puslitbangtrans 6 juta). LKM Sekata Bangun terus tumbuh dan berkembang. Pada tahun 2007 anggotanya meningkat menjadi 101 orang (94% KK di Desa Sekata Bangun) dengan kegiatan usaha pembiayaan dan usaha saprodi. Pada tahun 2009 menjadi 130 orang dengan jenis pembiayaan yang lebih beragam. Selain itu aset dan simpanan anggota juga meningkat. Kinerja LKM Sekata Bangun dapat dilihat pada Neraca Keuangannya per 14 Oktober 2009 dinilai cukup sehat (Tabel 3) Tabel 3. Neraca Keuangan LKM Sekata Banguan Per 14 Desember 2008 AKTIVA Kas Bank Piutang Pembiayaan Piutang Kambing Piutang Karet Piuatang Hand Traktor Piutang Tossa Perbaikan kantor LKM Pembelian Meja/kursi Piutang Saprodi Stok Saprodi
PASIVA 4.882.064 10.230.000 73.449.500 9.000.000 7.622.500 5.000.000 3.500.000 1.750.000 1.500.000 2.246.000 923.000
Simpoksus Simpok Simwa Simpanan Sukarela IKS Dana Penyertaan” - P2MKT - Puslitbang Trans - BPTP Kalteng Laba bulan lalu Laba Bulan ini
Jumlah 121.858.564 Sumber: Laporan LKM Sekata Bangun Bulan Oktober 2009.
4.280.000 3.215.000 2.971.000 1.970.000 517.000 60.000.000 36.499.200 4.527.000 1.871.560
Jumlah
6.007.804 121.858.564
4.Klinik Agribisnis Klinik Agribisnis sebagai lembaga pelayanan informasi dibentuk pada tanggal 6 September tahun 2006, dengan ketua pengurus adalah Bpk Arun Dahlan. Pada tahun 2007 dan tahun 2008 klinik agribisnis telah operasional yang berfungsi
sebagai
tempat
penyediaan
informasi, konsultasi, pelatihan, pertemuan, dan perpustakaan desa (pertanian).
13
Pengunjung klinik terutama petani setempat, anak-anak sekolah dasar, petugas lapangan instansi terkait, dan petani dari desa sekitar. Pelayanan perpustakaan pertanian sesuai pada hari Selasa dan Jumat setiap minggunya. Pelayanan konsultasi, advokasi dan pertemuan serta pelatihan sesuai keperluan. Petani melakukan konsultasi dengan tenaga detasir dilaksanakan sewaktu-waktu. Pelatihan-pelatihan yang difasilitasi oleh Klinik agribisnis tahun 2007 dan 2008 adalah : Pelatihan Pengurus, Pengelola LKM, Pelatihan inovasi teknologi dan kelembagaan, Pelatihan inovasi pengolahan hasil pisang, sedangkan pada tahun 2008,
Sosialisasi pembuatan
kompos : kerjasama antara Prima Tani dengan Dinas Perkebunan Kalteng yang dilaksanakan di Desa Sekata Bangun pada tanggal 7 Mei 2008, Pelatihan Petugas dan Petani Maju (8-9 Mei 2008), Temu Lapang Kedelai ( 5 Juni 2008), fasilitasi sosialisasi Rancang Bangun ( 27 – 29 Nopember 2008), fasiilitasi Rapat Anggota Tahunan LKM, fasilitasi Pelatihan Petani Karet, dan pelatihan Pengolahan Hasil. MASALAH DAN KENDALA 1. Sistem tata air belum difungsikan sebagai mestinya. 2. Bencana banjir dan kebakaran lahan 3. Pembinaan dan pendampingan petani tidak dapat dilaksanakan secara intensif. 4. Adanya revisi DIPA BPTP Kalteng TA.2009 sehingga secara signifikan mempengaruhi kegiatan implementasi inovasi teknologi dan kelembagaan pada TA.2009 5. Adanya pergantian pejabat di lingkungan pemerintah daerah 6. Pemanfaatan kliniik agribisnis sesuai fungsinya belum optimal; 7. Kemandirian petani masih rendah 8. Tidak berfungsinya tim pelaksana PRIMA TANI di tingkat kabupaten.
14
DAFTAR PUSTAKA Adhi, IPGW. 1999. Strategi Pengembangan Teknologi Pengelolaan Lahan Rawa dan Tata Air di Lahan Rawa. Laporan Hasil Kunjungan Pada Eks PLG Kalimantan tengah. Puslittanak. Bogor. Alihamsyah, T, I. ArRiza dan S.S. Saragih. 2000. Strategi Pengembangan Pertanian Lahan Pasang Surut Pasca PLG Satu Juta Hektar. Prosiding Hasilhasil Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian. BPTP Kalimantan Tengah. Palangka Raya. Saleh Mokhtar, dkk. 2008. RancangBangun PRIMA TANI Desa Sekata Bangun Kec. Mantangai, Kabupaten Kapuas Provinsi Kalimantan Tengah. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Tengah. Palangka Raya; Saleh Mokhtar, dkk. 2006. Laporan Akhir Tahun 2006 PRIMA TANI Desa Sekata Bangun Kec. Mantangai, Kabupaten Kapuas Provinsi Kalimantan Tengah. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Tengah. Palangka Raya; Saleh Mokhtar, dkk. 2007. Laporan Akhir Tahun 2007 PRIMA TANI Desa Sekata Bangun Kec. Mantangai, Kabupaten Kapuas Provinsi Kalimantan Tengah. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Tengah. Palangka Raya; Saleh Mokhtar, dkk. 2008. Laporan Akhir Tahun 2008 PRIMA TANI Desa Sekata Bangun Kec. Mantangai, Kabupaten Kapuas Provinsi Kalimantan Tengah. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Tengah. Palangka Raya; Triwulaningsih, E. 1989. Pertumbuhan Kambing Peranakan Etawah (PE) sampai dedangan Umiur 1 tahun. Proc. Pertemuan Ilmiah Ruminansia, Cisarua Bogor 2: 152-157.
15