PEMBELAJARAN DAN SUCCESS STORY PRIMA TANI DESA PETAK BATUAH, KECAMATAN KAPUAS MURUNG KABUPATEN KAPUAS, KALIMANTAN TENGAH
Oleh Asmarhansyah Nurmili Yuliani Salfina N. Ahmad Ardiansyah Zulfikar Sintha E. Purwandari Suparman
BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) KALIMANTAN TENGAH 2009
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Hasil evaluasi eksternal maupun internal menunjukkan bahwa kecepatan dan tingkat pemanfaatan inovasi yang dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian cenderung melambat dan bahkan menurun. Diperlukan sekitar dua tahun sebelum teknologi baru yang dihasilkan Badan Litbang Pertanian dapat diketahui oleh 50 persen Penyuluh Pertanian Spesialis (PPS). Tenggang waktu sampainya informasi dan adopsi teknologi baru tersebut ke petani, tentu lebih lama lagi (Badan Litbang Pertanian, 2004). Upaya untuk memanfaatkan lahan rawa pasang surut di Kalimantan Tengah telah dirintis oleh pemerintah sejak adanya proyek “Pengembangan Lahan Gambut (PLG)“ satu juta hektar untuk pertanian tanaman pangan, yang dicetuskan melalui KEPPRES nomor 82 tahun 1995. Namun upaya tersebut tidak berjalan mulus dan dianggap kurang memperhatikan dampak lingkungan, sehingga program ini harus berhenti di tengah jalan. Padahal luas lahan yang telah direklamasi saat program berlangsung mencapai 1.195.771 ha, dan tiga dari lima wilayah kerjanya berada di kabupaten Kapuas (saat itu belum dimekarkan dengan kabupaten Pulang Pisau), yaitu wilayah kerja A (303,198 ha); B (568.836 ha); dan D (162.278 ha) (Puslitanak, 1998). Pemanfaatan kembali lahan pasang surut kawasan PLG melalui Instruksi Presiden No. 2 Tahun 2007 untuk Percepatan Rehabilitasi dan Revitalisasi Pengembangan Lahan Gambut (PLG) di Kalimantan Tengah merupakan payung hukum untuk pengelolaan PLG di masa yang akan datang. Menurut Adimihardja et al (1999) lahan PLG dikembangkan secara rasional dengan mempertimbangkan karakteristik biofisik dan sosial ekonomi, serta dengan pengelolaan yang optimal, wilayah ini potensial menjadi penghasil berbagai komoditas pertanian, seperti : padi, palawija, hortikultura, perkebunan, peternakan dan perikanan. Sebaliknya jika dibiarkan tanpa perbaikan lingkungan maka wilayah ini akan semakin terlantar dan mungkin berdampak negatif terhadap wilayah sekitarnya. Untuk mendukung pengembangan sistem usaha agribisnis yang berkelanjutan di kawasan PLG, maka sejak tahun 2007, Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian (PRIMA TANI) sebagai (i) model rintisan pengembangan sistem dan usaha agribisnis terpadu, (ii) model baru diseminasi
inovasi pertanian berdasarkan
pemberdayaan sumberdaya lokal melalui penerapan inovasi teknologi dan inovasi kelembagaan, dan (iii) model pembangunan pedesaan untuk mengentaskan kemiskinan.
2
II. KONDISI AWAL DESA PRIMA TANI
2.1 Lokasi Secara geografis, wilayah Desa Petak Batuan terletak antara 2 o30’50’’ – 2o35’45’ LS dan 114o25’40’ – 114o35’40’ BT. Lokasi ini berbatasan dengan hutan rawa pasang surut di bagian barat, UPT Dadahup A-1 di bagian timur, UPT Dadahup A-4 di bagian selatan, dan Desa Dadahup di bagian utara, Kecamatan Kapuas Murung, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah. Jarak desa dengan ibu kota kecamatan sekitar 25 km dan dengan ibukota kabupaten yaitu Kapuas sekitar 50 km. Desa ini mempunyai luas 1.267 ha, dengan ketinggian < 25 m di atas permukaan laut. Luas lahan yang memiliki potensi untuk pertanian tanaman pangan adalah 800 ha dan sekitar 300 ha telah diusahakan untuk tanaman padi pada lahan sawahnya (tabukan) baik padi unggul maupun padi lokal, baik yang diusahakan dua kali setahun maupun sekali setahun.
Gambar 1.
Peta Situasi Desa Kabupaten Kapuas
Petak
Batuah,
Kecamatan
Kapus
Murung,
2.2 Potensi Sumberdaya Lahan dan Iklim Desa Petak batuah terletak pada landform rawa belakang yang di dalamnya dilalui bekas sungai lama dan tanggul sungai lama. Tanggul sungai lama posisinya lebih tinggi dengan bentuk wilayah agak datar (lereng 1-2%). Bekas aliran sungai mempunyai bentuk wilayah cekung (lereng 0-3%). Sedangkan rawa belakang yang mendominasi landform di desa ini mempunyai relief datar dengan kemiringan lereng 0-1%. 3
Berdasarkan sistem klasifikasi Soil Taxonomy (USDA, 2003), tanah-tanah yang dijumpai di daerah penelitian terdiri dari 3 Ordo, yaitu: Histosols, Entisols dan Inceptisols Desa Petak Batuah bertipe iklim basah dengan pola hujan IIIA. Jumlah curah hujan tahunan adalah 2.500 mm dengan pola tunggal (simple wave) terjadi perbedaan yang jelas antara musim hujan dan musim kemarau. Bulan basah (CH>200 mm) terjadi selama 6 bulan pada bulan April-September, dan bulan kering (CH<100 mm) terjadi selama 6 bulan pada bulan Oktober-Maret. Suhu rata-rata tahunan mencapai 28oC. Pada musim hujan lahan terluapi air pasang yang bercampur air hujan, sedangkan pada musim kemarau air tidak sampai ke lahan pertanian. Berdasarkan hasil evaluasi lahan untuk tanaman padi dengan asumsi input sedang (perbaikan sistem tata air, pemupukan, dan penggunaan traktor tangan), seluruh lahan di daerah penelitian sesuai untuk dikembangkan sebagai daerah pesawahan. Lahan terluapi air hanya pada saat musim hujan sehingga padi sawah hanya dapat diupayakan sekali dalam setahun (sawah tadah hujan). Hal yang menjadi kendala dalam penanaman padi sawah adalah potensi keracunan pirit akibat adanya bahan sulfidik dan pH masam. Di samping itu, kendala banjir yang kadang-kadang datang pada saat musim hujan menjadi permasalahan tersendiri bagi tanaman padi. Jika terendam air terlalu lama, tanaman akan mati. Dengan perbaikan tanggul-tanggul penahan diharapkan air bisa dicegah masuk ke lahan bila terjadi kelebihan air di musim hujan. Dengan penerapan sistem surjan, maka pada saat musim kemarau dapat dilakukan penanaman tanaman-tanaman pangan semusim, palawija dan hortikultura sayuran dan buahbuahan. Dengan menerapkan sistem surjan, tanaman sayuran
ditempatkan pada bagian
guludan. Sementara itu, bagian tabukan tetap digunakan sebagai sawah.
2.3. Kondisi Sosial Ekonomi Pada awal kedatangan tahun 1997, jumlah transmigran yang ditempatkan di UPT Dadahup A-2 sebanyak 400 KK terdiri dari transmigrasi lokal 218 KK (54%) dan non lokal 182 KK (46%) berasal dari Jawa Timur, Jawa Barat dan Nusa Tenggara Barat.
Para
transmigran non lokal di daerah asalnya ada yang bukan petani sehingga pada tahun 1997 terdapat 7 KK yang kembali ke Jawa dan digantikan oleh transmigran Swakarsa. Pada tahun 2004, terdapat 20% warga desa yang pergi keluar desa untuk mencari kehidupan di lokasi lain sehingga penduduk Desa Petak Batuah yang bertahan hanya sebanyak 317 KK dengan 623 jiwa.
4
Rata-rata jumlah anggota keluarga sebanyak 4 orang. Rasio penduduk laki-laki dan perempuan hampir seimbang. Berdasarkan struktur umur anggota rumah tangga petani pada tahun 2006 sekitar 16% keluarga petani tergolong berusia non produktif (<13 tahun) dan sekitar 5% berusia lanjut (>60 tahun), berarti sekitar 79% berusia produktif. Komposisi mata pencaharian penduduk Desa Petak Batuah terdiri atas petani, buruh tani, PNS/tenaga honorer, wiraswasta dan jasa lainnya. Status petani mencakup mereka yang tergolong petani pemilik, dan petani penggarap. Sedangkan buruh tani adalah mereka yang tidak menggarap lahan, tetapi terlibat dalam kegiatan usahatani seperti pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan, mencari rumput untuk pakan ternak, pemanenan dengan upahan secara harian atau borongan. Pendapatan rumah tangga di desa petak batuah sebagian besar berasal dari sektor pertanian, peternakan, buruh, dan sebagian lagi PNS. Kondisi prasarana perhubungan di wilayah penelitian dapat dilalui dengan sarana perhubungan darat dan air. Jalan darat berupa jalan tanah diperkeras yang dapat dilalui kendaraan roda empat, sarana perhubungan air memanfaatkan saluran primer dan sekunder.
2.4 Kinerja Teknologi Lokasi Prima Tani desa Petak Batuah umumnya berupa persawahan, sehingga padi merupakan komoditas utama yang banyak dikembangkan di daerah ini.
Padi ditanam
umumnya pada musim hujan. Pada saat musim kemarau air tidak dapat masuk ke lahan sehingga lahan umumnya dibiarkan (bera) atau ditanami dengan sayuran/palawija yang relatif sedikit membutuhkan air. Jenis komoditas yang banyak ditanam para petani didaerah ini antara lain adalah sawi, kacang panjang, terong, paria, mentimun, dan lombok. Dari luas lahan usaha yang dimiliki (2,0 Ha), umumnya petani hanya mampu menggarap seluas kurang lebih 1,82 Ha jika diusahakan untuk padi lokal dan 1,25 Ha jika diusahakan untuk padi unggul atau rata-rata luas garapan petani untuk padi 1,5 ha. Sekitar 50% petani melakukan tanam padi dua kali setahun dengan pola padi unggul – padi lokal atau pola padi unggul-padi unggul, dan 50% petani lainnya melakukan tanam padi lokal sekali setahun. Pola tanam padi dilahan sawah sejak dulu tidak berubah yakni padi lokal ditanam pada periode April-September dan padi unggul ditanam pada periode Oktober-Maret. Petani di desa Petak Batuah pada umumnya bertanam padi dengan input rendahsedang. Pembersihan lahan umumnya dilakukan dengan cara menebas rumput. Namun sebagian petani masih melakukan pembakaran. Pengolahan tanah dilakukan dengan traktor tangan. Benih yang digunakan masih bervariasi, terdiri dari jenis unggul dan lokal. Varietas 5
unggul yang banyak ditanam yaitu Ciherang, IR 66 dan IR 64. Sedangkan varietas lokal adalah Siam Unus, Siam Adus, Siam Sebelas, Siam Mutiara dan Karang Dukuh. Jenis pupuk yang digunakan pada umumnya adalah Urea, SP-36 dan KCl dengan dosis masing-masin 50, 50 dan 50 kg/ha.
Penggunaan bahan lainnya seperti kapur, furadan,
pestisida dan obat-obatan belum merata digunakan para petani. Dengan input demikian, produktivitas lahan mencapai 2,5 – 3,0 ton/ha. Pengolahan tanah dilakukan pada tahap awal kegiatan bercocok tanam. Pengolahan tanah umunya dikerjakan dengan tractor tangan dan biasanya diupahkan secara borongan. Pada tahap ini porsi pengeluaran terhadap biaya keseluruhan mencapai 14,5 persen. Proporsi pupuk dan obat-obatan terhadap biaya produksi cukup besar, berkisar antara 30 persen. Sebagian besar petani pada umumnya mengerjakan sendiri lanilla. Penggunaan tenaga kerja diperlukan pada saat penanaman, penyiangan, pemupukan, pemeliharaan, pemanenan dan pasca panen. Tenaga kerja diupah secara harian, berdasarkan hari orang kerja (HOK) yang terpakai. Proporsi pengeluaran untuk upah harian (HOK) terhadap keseluruhan biaya produksi Sangay besar, mencapai 55 persen.
Hasil
produksi padi dengan input sedang seperti di atas dapat mencapai 3 ton/ha. Dengan hasil sejumlah itu, usa budidaya tanaman padi cukup menguntungkan. Tanaman sayuran yang sering ditanam di desa Petak Batuah ádalah kacang panjang, sawi, paria, terong, mentimun, dan lombok. Penanam sayur-sayuran biasa dilakukan pada awal musim kemarau setelah menanam padi sawah dengan skala kecil (luas < 1 hektar), pada saat itu air mulai surut dan tidak menggenangi lahan. Input teknologi yang diterapkan petani berbeda-beda, tergantung kepada kemampuan petani untuk membeli sarana pertanian, seperti pupuk, kapur dan obat-obatan. Pemberian pupuk, kapur dan obat-obatan di dalam budidaya tanaman sayur-sayuran ini sangat bervariasi. Pupuk yang biasa digunakan ádalah urea, KCl dan SP-36. Beberapa petani bahkan tidak menggunakan pupuk pada tanamannya atau hanya memberikan urea saja. Pemberian obat-obatan juga hanya dilakukan sebagai sebagian petani yang mampu. Obat yang diberikan biasanya obat cair. Proporsi pupuk dan obat-obatan terhadap biaya modal sangat beragam dan dapat mencapai 30% dari biaya keseluruhan. Tanaman tahunan yang terdapat di desa Petak Batuah umumnya ditanam dalam jumlah yang terbatas pada bedengan-bedengan sawah atau pada lahan-lahan pekarangan dengan sistem surjan. Jenis-jenis tanaman tahunan yang terdapat di daerah ini antara lain pisang, jeruk dan mangga.
Dari segi pemeliharaannya para petani pada umumnya tidak
terlalu intensif dalam mengelola jenis tanaman ini, padahal potensi cukup menjanjikan. 6
Hewan-hewan ternak yang terdapat di desa Petak Batuah adalah sapi dan kambing. Di samping itu, hampir seluruh rumah tangga masyarakat mempunyai piaraan ayam kampung (ayam buras) dengan skala kepemilikan kecil (2-10 ekor). Ayam buras dipelihara dengan sistem ektensif (tanpa dikandangkan) dan semi intensif (dikandangkan pada malam hari). Perkembangan populasi cenderung stabil karena umumnya peternak secara rutin melakukan penjualan dalam mendukung pendapatan dalam jangka pendek.
Penjualan ternak ayam buras sangat mudah dengan harga Rp
20.000 -
Rp
30.000/ekor. Peranan ayam buras tersebut sangat penting dalam upaya mendapatkan uang tunai dengan mudah dan cepat. Sapi yang dipelihara merupakan jenis sapi Bali untuk penggemukan. Pemeliharaan biasanya dilakukan di kandang dengan sistem panggung, karena lahan-lahan sering terkena banjir/luapan air pasang. Untuk pakan sapi, dicari rumput-rumput dari daerah sekitar. Jenis rumput yang diberikan masih mengandalkan rumput lokal.
3.5 Kinerja Kelembagaan Petani a. Kelompok Tani Kelompok tani yang ada di desa Petak Batuah Kecamatan Kapuas Murung sebanyak 16 kelompok tani, dan yang aktif hanya 11 kelompok tani atau 69%. Pembentukan kelompok berdasarkan hamparan. Pada bulan Juni 2007 telah terbentuk Gabungan Kelopok tani (Gapoktan). Jumlah anggota kelompok tani rata-rata 25 orang.
Pada awal dibentuknya
kelompok tahun 1998 (sesuai kedatangan warga yang berkelompok), kelompok tani cukup aktif seiring dengan adanya kegiatan proyek, namun beberapa tahun kemudian menurun bahkan tinggal nama. Ketidakaktifan kelompok tani disebabkan anggotanya sebagian tidak berada di lokasi karena berpindah lokasi maupun meninggalkan desa pada saat pertanaman saja, sehingga sebagian kelompok anggotanya berkurang bahkan mencapai 50%-60%.
b. Kegiatan kolektif Kegiatan arisan tenaga kerja atau “Royongan” sangat berperan dalam kegiatan usahatani. Jenis kegiatan yang diroyongkan atau digilir (arisan) adalah penanaman padi. Jumlah anggota yang terlibat sebanyak 25-30 orang. Lahan yang digarap berada dalam hamparan yang sama dan saling berdekatan. Kegiatan royongan sangat bermanfaat karena pekerjaan cepat selesai
7
3.6 Kinerja Kelembagaan Sarana Produksi a. Pupuk dan Insektisida/Pestisida Kebutuhan pupuk dapat dipenuhi oleh pedagang keliling pasar mingguan pada hari kamis. Pembelian pupuk dengan sistem “Yarnen” atau dibayar pada saat panen, dilakukan hampir oleh 30% petani. Pupuk urea, SP-36 dan KCl disediakan oleh pedagang yang berasal dari dalam desa. Pupuk kandang sebagai alternatif lain tidak tersedia karena petani memelihara ternak ayam dengan cara semi intensif. Seperti juga pupuk, petani dapat membeli pada pedagang pupuk keliling, tetapi biasanya dengan harga tunai. Peminjaman dapat dilakukan pada pedagang desa dengan sistem yang sama yaitu bayar setelah panen.
b. Pengolahan Tanah Hampir 50% petani mengolah tanah menggunakan tenaga kerja sendiri (tebaskumpul-angkut) dan sisanya menggunakan hand traktor yang disediakan melalui jasa perorangan. UPJA di desa ini tidak berjalan dengan baik, namun dari 8 buah traktor yang tersedia, 5 buah yang dapat dioperasikan. Biaya olah tanah dengan hand tractor berkisar antara Rp 350.000- Rp 450.000 per hektar.
Biaya ini cukup mahal, tetapi kembali
menggunakan sistem kredit yaitu bayar setelah panen.
3.7 Kinerja Kelembagaan Pemasaran Hasil Hampir 80 % petani menjual hasil buminya seperti pisang dan sayuran di pasar desa (pasar mingguan), kecuali padi yang sebagian besar dijual kepada pedagang pengumpul yang datang secara musiman ke lokasi. Jumlah pedagang pengumpul padi yang datang mencapai 10 orang, umumnya berasal dari Kalimantan Selatan. Adapun pedagang pengumpul yang berasal dari dalam desa hanya berjumlah 3 orang dan jenis komoditas yang dibeli oleh pedagang pengumpul yaitu padi, pisang, sayuran dan ubi kayu. 3.8 Kinerja Kelembagaan Finansial Hampir 30 % dari petani tidak memiliki modal sehingga untuk memenuhi kebutuhan sarana produksi, mereka meminjam kepada pedagang sarana produksi dan dibayar setelah panen atau sistem Yarnen.
Sumber pinjaman lain, selain pedagang sarana produksi (2
orang) adalah pelepas uang (terdapat 1 orang di dalam desa). Sistem pembayaran dilakukan setelah panen, persyaratan pinjaman modal saling percaya, mudah dan suku bunga yang berlaku dengan kesepakatan kedua belah pihak. 8
III. INOVASI TEKNOLOGI DAN KELEMBAGAAN
3.1. Komoditas Unggulan dan Inovasi Teknologi 3.1.1. Komoditas unggulan Berdasarkan hasil PRA dan Baseline Survey yang telah dilakukan sebelum kegiatan PRIMA TANI dimulai, komoditas unggulan PRIMATANI Desa Petak Batuah, Kecamatan Kapuas Murung, Kabupaten Kapuas adalah tanaman padi, ternak ayam buras, dan tanaman pisang. Namun demikian, pada tahun 2008, sesuai dengan rancang bangun, terjadi perubahan komoditas unggukan yaitu mejadi tanaman padi dan ternak ayam buras, sedangkan tanaman pisang menjadi komoditas penunjang. Perubahan ini terjadi akibat dari turunnya populasi tanaman pisang karena serangan penyakit layu bakteri. Sementara itu, sebagai komoditas penunjang adalah tanaman pisang, tanaman palawija dan sayuran, dan budidaya hijauan makanan ternak. 3.1.2. Inovasi teknologi Berdasarkan kondisi teknologi eksisting di wilayah PRIMATANI Desa Petak Batuah, Kecamatan Kapuas Murung, Kabupaten Kapuas, maka dalam rangka peningkatan produktivitas komoditas dan pendapatan, inovasi teknolgi yang diperlukan adalah: (1) Inovasi teknologi budidaya padi di lahan sawah pasang surut melalui implementasi prinsip PTT tanaman padi (2) Inovasi teknologi budidaya ternak ayam buras: teknologi pembibitan, petelur, dan dan pedaging. (3) Inovasi teknologi budidaya tanaman palawija, sayuran, dan hijauan makanan ternak. 3.1.3. Sistem inovasi teknologi PRIMA TANI lahan pasang surut di Desa Petak batuah telah memasuki tahun kedua, sehingga sistem inovasi teknologi adalah pada tahap pemantapan dengan ciri utama penumbuhan segmen pemasok teknologi lokal (delivery segment). Dalam upaya perbaikan teknologi pada komoditas unggulan dan penunjang, maka diperlukan suatu sistem inovasi teknologi yang mampu meningkatkan produktivitas komoditas
9
dan pendapatan petani/peternak. Sistem inovasi teknologi yang diimplementasikan adalah sebagai berikut:
a. Sistem inovasi teknologi terintegrasi Dalam rangka terwujudnya AIP dan SUID, maka dibutuhkan suatu sistem inovasi teknologi terintegrasi terutama pada komoditas unggulan dan komoditas penunjang. Model AIP yang dikembangkan adalah adanya integrasi antar kedua komoditas unggulan dan komoditas penunjang. Limbah padi yang dihasilkan adalah jerami padi dan dedak. Jerami padi yang dihasilkan akan digunakan sebagai pupuk organik untuk tanaman padi dan pisang, sedangkan dedak akan digunakan sebagai pakan ternak ayam. Sementara itu, limbah kotoran ternak digunakan sebagai pupuk organik untuk tanaman pisang dan padi.
b. Sistem inovasi teknologi berdasarkan pendekatan arah penggunaan lahan Berdasarkan hasil arahan pewilayahan komoditas yang disusun atas dasar hasil evaluasi lahan, prioritas komoditas unggulan dan pengunaan lahan, Desa Petak Batuah termasuk dalam zone VI, yaitu lahan psang surut yang sesuai untuk pengembangan sistem pertanian lahan basah dengan basis tanaman pangan.
Gambar 1. Peta Pewilayahan Komoditas Kawasan Dadahup
10
c. Sistem inovasi teknologi budidaya padi Berdasarkan hasil PRA dan Baseline Survei yang dilakukan, tanaman padi ditetapkan sebagai komoditas unggulan di Desa Petak Batuah, Kecamatan Kapuas Murung, Kabupaten Kapuas. Berikut adalah rincian inovasi teknologi yang akan diimplementasikan pada komoditas unggulan. Penyempurnaan Tata Air Mikro Pengelolaan tata air mikro dengan sistem tata air satu arah dengan saluran keliling dan kemalir, pintu-pintu air (flapgate) masuk dan keluar serta stoplog. Saluran kemalir dibuat dengan interval 6-8 m yang disertai caren-caren.
1. Komoditas Padi Pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi PTT bukan merupakan paket teknologi tetapi pendekatan dalam peningkatan produksi melalui pengelolaan tanaman, tanah, air, hara, hama dan organisme pengganggu tanaman secara menyeluruh dan berkelanjutan. Komponen teknologi yang dapat diterapkan bersamaan (compulsory technology) sebagai penciri pendekatan PTT yaitu; 1.
Penanaman varietas padi unggul yang sesuai dengan lingkungan setempat.
2.
Penggunaan benih bermutu, bersih, sehat, dan bernas (berlabel)
3.
Jumlah bibit 1-3 perlubang dengan sistem tanah tegel 25 x 25 cm, atau sistem legowo 2:1, 4:1, atau tanam dengan sistem tabela (efisiensi tenaga kerja)
4.
Penggunaan bahan organik
5.
Pemberian urea granul/tablet dosis 200 kg/ha. Pemupukan P dan K berdasarkan status hara tanah (PUTS) dan ameliorasi lahan dengan memberikan 1-2 t/ha kapur pertanian
6.
PHT, khususnya terhadap tikus, orong-orong, keong mas, penggerek batang dan penyakit blas Penanaman varietas padi unggul pasang surut yaitu: Ciherang, Martapura, Margasari,
dan Mekongga.
Teknologi yang diterapkan adalah PTT padi yaitu: penggunaan varietas
unggul, bahan organik, pengaturan jarak tanam sistem jejar legowo, pengendalian penyakit dan teknologi panen.
Penataan lahan sistem surjan Penataan lahan surjan bertujuan untuk optimalisasi penggunaan lahan dan untuk diversifikasi komoditas. Pada sistem surjan ini, tanaman padi ditanam pada tabukan, 11
sementara tanaman jeruk dan pisang ditanam pada guludan. Pada penataan pola surjan, dapat juga dilakukan penanaman tanaman sela seperti sayuran dan HMT. Sistem
surjan adalah untuk optimalisasi pemanfaatan lahan di lahan pasang surut.
Dengan pola ini lahan dapat ditanami padi pada bagian tabukan dan tanaman lainnya seperti hortikultura pada bagian guludannya. Komoditas yang ditanam adalah sayuran yang benilai ekonomis, yaitu cabe, tomat, terong, kacang panjang, dan mentium. Hijauan makanan ternak (HMT) ditanam di sepanjang galangan, dalam rangka meyediakan pakan unggul ternak sapi dan kambing yang ada di desa Petak Batuah. HMT yang diintroduksikan adalah jenis legum (gliricideaae, gamal, turi) dan rumput unggul Brachiaria humidicola var Tully, Brachiaria sp molato, Taiwan gross, Glisirida, dan Setaria spacelata.
Untuk tahap pengenalan penanaman dilasanakan dipinggir galangan/surjan di
klinik agribisnis dan sekarang telah tersebar luas ke petani sebagai pakan ternak.
2. Ayam Buras Pemeliharaan Skala Ekonomis per KK Pada kegiatan ini, setiap KK minimal skala ekonomis memiliki 25 ekor ayam agar dapat memenuhi kebutuhan harian rumah tangga peternak menuju ke skala agribisnis (150 ekor/KK) Manajemen Pemeliharaan Manajemen pemeliharaan ayam buras yang dilakukan, meliputi produksi, reproduksi, manajemen kandang, pakan, dan penyakit. Penyediaan Bibit, Telur Konsumsi, dan Daging Penyediaan bibit ayam adalah pemeliharaan kelompok ayam dengan perbandingan 25 ekor betina dan 3 ekor jantan yang akan menghasilkan telur tetas yang akan ditetaskan menjadi anak ayam. Penyediaan telur konsumsi adalah pemeliharaan kelompok ayam betina yang dipelihara dengan sistem kandang baterai untuk menghasilkan telur konsumsi. Penyediaan daging ayam adalah penyediaan kelompok ayam jantan yang dipelihara dengan kandang litter dengan pemberian biovet, berupa vebriotik. Pengguanan biovet ini akan mempercepat masa panen dan menghasilkan daging ayam yang berkualitas. 12
3.2. Penumbuhan/Penguatan Kelembagaan Agribisnis 3.2.1. Lembaga Produksi Kelembagaan produksi merupakan salah satu kegiatan utama dari usahatani dan melibatkan semua petani/peternak yang melaksanakannya.
Kelembagaan yang terkait
dengan proses produksi yang saat ini telah berperan adalah kelembagaan kelompok tani, gabungan kelompok tani, kelembagaan alsintan, perkumpulan petani pemakai air (P3A), dan lembaga keuangan mikro (LKM). Kelompok tani yang ada di desa Petak Batuah Kecamatan Kapuas Murung sebanyak 16 kelompok tani, dan yang aktif hanya 11 kelompok tani atau 69%. Pembentukan kelompok berdasarkan hamparan. Pada bulan Juni 2007 telah terbentuk Gabungan Kelopok tani (Gapoktan). Jumlah anggota kelompok tani rata-rata 25 orang. Salah satu kegiatan kelompok tani diantaranya 1). memusyawarahkan aktifitas usahatani yang akan dilakukan setiap musim tanam datang 2) mengatur jadwal gotong royong dalam penanaman dan penen, dan 3) membuat usulan atau proposal untuk mendapat kucuran kredit, permohonan pengembangan komoditas, dll. Pada awal dibentuknya kelompok tahun 1998 (sesuai kedatangan warga yang berkelompok), kelompok tani cukup aktif seiring dengan adanya kegiatan proyek, namun beberapa tahun kemudian menurun bahkan tinggal nama.
3.2.2. Lembaga Sarana produksi Kelembagaan sarana produksi di Desa Petak Batuah, terutama untuk kebutuhan usahatani padi, palawija, sayuran, dan ternak. Pembelian pupuk dengan sistem “Yarnen” atau dibayar pada saat panen, dilakukan hampir oleh 30% petani. Pupuk urea, SP-36 dan KCl disediakan oleh pedagang yang berasal dari dalam desa. Seperti juga pupuk, petani dapat membeli pada pedagang pupuk keliling, tetapi biasanya dengan harga tunai. Peminjaman dapat dilakukan pada pedagang desa dengan sistem yang sama yaitu bayar setelah panen. Biasanya petani memesan pada pedagang desa setempat. Insektisida yang dibutuhkan akan disediakan dan pembayarannya dilakukan setelah panen. Hampir 50% petani mengolah tanah menggunakan tenaga kerja sendiri (tebaskumpul-angkut) dan sisanya menggunakan hand traktor yang disediakan melalui jasa perorangan. UPJA di desa ini tidak berjalan dengan baik, namun dari 8 buah traktor yang tersedia, 5 buah yang dapat dioperasikan. Di samping itu, kelembagaan sarana produksi yang sudah ada adalah kelompok penangkar benih padi. Namun demikian, kinerja kelompok ini 13
masih tergolong stagnan karena alasan faktor teknis dan non-teknis, sehingga diperlukan berbagai upaya dalam rangka meningkatkan kinerja tersebut. Dalam rangka peningkatan kinerja dan penumbuhkemnagan kelembagaan sarana produksi, maka diperlukan inovasi atau upaya, berupa pelatihan: (1) Pelatihan manajemen kelembagaan sarana produksi, (2) Pelatihan manajemen pengelolaan keuangan, dan (3) Inisiasi kemitraan dengan pengusaha/pemasok sarana produksi.
3.2.3. Lembaga Permodalan Modal yang digunakan petani berasal dari modal sendiri, sehingga dalam penggunaan sarana produksi seperti pupuk, kapur, dan insektisida hanya digunakan petani untuk pertanaman padi, sedang tanaman lainnya yang diusahakan tidak dipupuk. Dosis yang diberikan pun menjadi terbatas dan biasanya petani hanya memberikan pupuk sebagai syarat pertanaman padi saja (seadanya), karena sangat tergantung dengan kemampuan keuangan yang dimilikinya. Penggunaan sarana produksi umumnya hanya dilakukan petani apabila mereka menanam padi unggul pada periode MT Oktober – Maret, sedangkan pada pertanaman padi lokal periode April-September umumnya petani tidak melakukan pemupukan, karena varietas lokal tidak respon terhadap pemupukan. Hampir 30 % dari petani tidak memiliki modal sehingga untuk memenuhi kebutuhan sarana produksi, mereka meminjam kepada pedagang sarana produksi dan dibayar setelah panen atau sistem Yarnen.
Sumber pinjaman lain, selain pedagang sarana produksi (2
orang) adalah pelepas uang (terdapat 1 orang di dalam desa). Sistem pembayaran dilakukan setelah panen, persyaratan pinjaman modal saling percaya, mudah dan suku bunga yang berlaku dengan kesepakatan kedua belah pihak.
3.2.4. Lembaga Penyuluhan Kelembagaan penyuluhan di Desa Petak Batuah berada dibawah koordinasi Pertanian (BPP) Dadahup. BPP Dadahup ini mengkoordinasikan seluruh kegiatan penyuluhan di kawasan Dadahup. Kegiatan yang dilakukan berupa pembinaan rutin sesuai dengan jadual pertemuan kelompok, selain dari pada itu dilaksanakan program Dinas Pertanian berupa Sekolah Lapang kepada petani sedangkan penyuluh sebagai pasilitator atau pemandu.
14
3.2.5. Klinik Agribisnis Klinik agribisnis merupakan salah satu bagian penting dalam pengembangan Laboratorium Agribisnis Industrial Pedesaan (AIP), khususnya sebagai penggerak dinamika masyarakat tani di desa Petak Batuah. Lembaga pelayanan jasa konsultasi, diseminasi dan informasi pendukung AIP merupakan fungsi dari pada klinik agribisnis. Klinik agribisnis juga difungsikan sebagai tempat pertemuan penyusunan rencana pembangunan , tempat diskusi, sebagai pusat informasi dan komunikasi antar tim pelaksana, tempat pemberdayaan kelompok tani, tempat pertemuan/pelatihan, perpustakaan desa, ruang display, dan konsultasi teknologi pertanian.
3.2.6. Lembaga Pengolahan hasil dan pemasaran Kegiatan pengolahan hasil di Desa Petak Batuah seperti penggilingan padi masih dilakukan oleh pihak swasta berupa 2 (dua) buah Rice Milling Unit (RMU) dengan kapasitas 5 kuintal gabah. Operasionalisasi RMU ini sangat tergantung pada hasil panen padi petani. Keberadaan RMU sangat mendukung kebutuhan dedak padi sebagai pakan ayam buras.. Di Desa Petak Batuah terdapat pasar desa yang beraktifitas satu minggu sekali. Pedagang pengumpul yang membeli hasil pertanian yaitu padi dan sayuran. Selain itu juga terdapat pedagang pengumpul dari luar desa.
3.1.7. Pengembangan Sumberdaya Petani/Kelompok Tani Salah satu unsur kelembagaan yang sudah ada di tingkat petani adalah kelompok tani.
Kelompok tani bukan hanya sekedar ajang berkumpul para petani, tetapi jauh
di
dalamnya adalah kumpulan orang-orang yang memiliki keinginan bersama untuk mencapai suatu tujuan Jumlah kelompok tani yang ada di desa Petak Batuah Kecamatan Kapuas Murung sebanyak 16 kelompok tani, dan yang aktif hanya 11 kelompok tani atau 69%. Jumlah anggota kelompok tani sekitar 25 orang. Pembentukan kelompok berdasarkan hamparan. Salah satu kegiatan kelompok tani diantaranya 1) memusyawarahkan aktifitas usahatani yang akan dilakukan setiap musim tanam datang 2) mengatur jadwal gotong royong dalam penanaman dan penen dan 3) membuat usulan atau proposal untuk mendapat kucuran kredit, dan permohonan pengembangan komoditas.
15
IV. PEMBELAJARAN, SUCCES STORY, DAN EXIT STRATEGY
Implementasi inovasi teknologi dan kelembagaan pada kegiatan PRIMA TANI yang telah berjalan selama 3 (tiga) tahun telah memberikan banyak hal untuk dijadikan pelajaran, arahan, masukan, dan strategi dalam pembangunan pertanian ke depan. Hal-hal yang diperoleh tersebut sejatinya dapat membantu pihak-pihak yang terkait dengan pembangunan pertanian untuk dipelajari dalam rangka kesuksesan kegiatan pertanian selanjutnya.
4.1. Pembelajaran Penerapan inovasi teknologi dan kelembagaan secara umum masih belum sesuai dengan kebutuhan dalam rangka mencapai potensi produksinya. Sebagian besar petani sebenarnya telah memahami komponen-komponen teknologi, namun mereka masih belum menerapkannya karena terkendala kondisi alam (biofisik), keterbatasnya kondisi finansial, dan sosial budaya masyarakat. Namun demikian, dari berbagai inovasi teknologi dan kelembagaan yang diintroduksikan, petani sebenarnya telah belajar banyak tentang berbagai hal dalam rangka peningkatan produktivitas lahan dan tanaman, serta peningkatan pendapatan. Hasil belajar yang telah dijalani oleh petani tersebut akan dapat digunakan dikemudian hari bilamana kondisi biofissik lahan, finansial, dan sosial budaya turut mendukung pengimplementasian berbagai inovasi yang ditawarkan. Sebagai ilustrasi sederhana, sebagian petani di desa Petak Batuah pada umumnya bertanam padi dengan cara tanam tegel. Pada teknologi cara tanam jajar legowo yang diintroduksikan telah dipelajari secara mendalam baik secara teknis maupun keuntungan yang diperoleh. Namun demikian, karena kendala sosial budaya yang belum mendukung sebagian petani masih sebatas memahami dan mengerti tentang cara tanam legowo dan belum pada tahap implementasi. 4.2. Succes Story Serangkaian inovasi teknologi dan kelembagaan yang diimplemtasikan pada PRIMA TANI Petak Batuah, Kecamatan Kapuas Murung, Kabupaten Kapuas telah menuai beberapa keberhasilan (success story). Keberhasilan ini diindikasikan dari perubahan sikap petani dalam mengimplementasikan beberapa komponen inovasi teknologi, terutama inovasi teknologi budidaya padi, pemanfaatan guludan, dan budidaya ternak ayam buras.
16
Inovasi teknologi budidaya padi yang diimplementasikan adalah Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi. Sebagaimana diketahui, PTT bukan merupakan paket teknologi tetapi pendekatan dalam peningkatan produksi melalui pengelolaan tanaman, tanah, air, hara, hama dan organisme pengganggu tanaman secara menyeluruh dan berkelanjutan. Beberapa komponen teknologi yang diterapkan bersamaan (compulsory technology) beberapa petani yang merupakan penciri pendekatan PTT yaitu; (1) Penanaman varietas padi unggul adaptif (2) Penggunaan benih bermutu, bersih, sehat, dan bernas (berlabel), (3) jumlah bibit 1-3 per lubang dengan sistem tanah tegel 25 x 25 cm, atau sistem legowo 2:1, (4) Penggunaan bahan organik, dan (5) pemupukan berimbang. Penanaman varietas unggul adaptif telah mampu meningkatkan produktivitas tanaman dibandingkan penggunaan varietas lokal yang selama ini digunakan. Penggunaan varietas unggul ini disertai juga dengan penggunaan sarana produksi (input) lain berupa pupuk. Penggunaan sarana produksi umumnya hanya dilakukan petani apabila mereka menanam padi unggul, sedangkan pada pertanaman padi lokal umumnya petani tidak melakukan pemupukan, karena varietas lokal tidak respon terhadap pemupukan. Inovasi teknologi cara tanam jajar legowo belum banyak diimplementasikan oleh sebagian besar petani karena alasan sosial budaya dimana selama ini petani sudah terbiasa menggunakan cara tanam tegel, sehingga dibutuhkan waktu yang relatif lama dalam penerimaan inovasi cara tanam jajar legowo ini. Inovasi teknologi penggunaan bahan organik banyak diterapkan oleh petani, namun masih dilakukan secara tradisional dengan cara puntal (membenamkan) jerami padi pada lahan sawah. Penggunaan jerami padi yang dikomposkan terlebih dahulu biasanya digunakan pada budidaya tanaman sayuran di guludan. Implementasi teknologi PTT Padi ini juga mendapat dukungan Dinas Pertanian kabupaten Kapuas dengan melaksanakan Laboratorium lapang dan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (S-LPTT) Padi seluas 150 ha. Selain itu, Dinas Pertanian Kapuas menempatkan kegiatan Tata Air Mikro
(TAM)
seluas 160 ha dan Optimalisasi lahan seluas 60 ha di Desa Petak Batuah. Kegiatan TAM ini meliputi pembuatan saluran kolektor, pembuatan tanggul sawah, dan gorong-gorong untuk tabat, sedangkan kegiatan optimalisasi lahan berupa TAM, saprodi pertanian, dan pengawalan teknologi. Inovasi teknologi budidaya tanaman buah-buahan dan sayuran merupakan salah satu keberhasilan lain pada PRIMA TANI Desa Petak Batuah. Tanaman buah-buahan dan sayuran yang dibudidayakan pada guludan adalah jeruk, pisang, tomat, terong, kacang panjang, sawi, dan cabai. Selama ini pemanfaatan lahan pada guludan tergolong rendah karena pengetahuan teknologi budidaya tanaman buah-buahan dan sayuran masih sangat minim. 17
Budidaya tanaman buah-buahan dan sayuran pada guludan ini turut menyumbang penghasilan para petani. Implementasi inovasi
teknologi usaha ternak ayam buras adalah kelompok ayam
pembibitan, petelur konsumsi, dan ayam pedaging. Pada budidaya ternak ini, peternak sebelumnya tidak pernah menggunakan kandang dalam pemeliharaannya, sehingga pemeliharaan ayam menjadi kurang dan beberapa ayam mati karena terendam pada saat air pasang, dan sekarang melalui sistem kandang, kini ayam tersebut menjadi lebih terpelihara. Inovasi teknologi yang diimplementasikan adalah penggunaan pakan ayam berkualitas dimana sebelumnya para peternak memberikan pakan berupa makanan alami dan limbah makanan rumah tangga. Inovasi seperti ini sangat bermanfaat dalam rangka pertumbuhan dan perkembangan ternak ayam yang dibudidayakan. Inovasi teknologi pembibitan berupa telur tetas telah diinisiasi kepada beberapa peternak dengan mengintroduksikan 2 (dua) buah mesin tetas. Sebelum kegiatan ini diintroduksikan, peternak melakukan pembibitan secara tradisional, yakni penetasa alami. Kegiatan budidaya ternak ayam buras ini juga mendapat dukungan dari Dinas Peternakan dan Kehewanan Kab. Kapuas dengan menyumbangkan 200 ekor ayam betina umur 1 bulan, 50 ekor ayam jantan umur 1 bulan, dan 2 (dua) buah mesin tetas. Namun demikian, teknologi pemanfaatan mesin tetas ini masih perlu untuk dilakukan perbaikan secara terus menerus. Manajemen pemeliharaan ayam pembibitan yang dilakukan, meliputi manajemen kandang berupa kandang umbaran yang kandangnya dikelilingi oleh pagar, pakan terdiri dari pakan dedak (50%), konsentrat 36% (30%), sagu (20%) dan penambahan probiotik biovet dengan perbandingan 5:3:2. Pakan diberikan 2x sehari (pagi dan sore). Pada kelompok pemeliharaan ayam pembibitan diberikan pada 3 orang. Setelah satu bulan berproduksi telur dari ayam tersebut ditetaskan dimesin penetas yang diberikan oleh BPTP Kalteng dan Dinas Peternakan dan Kehewanan Kab. Kapuas. Sekitar 80 butir telur yang ditetaskan pada mesin penetas 72 butir menetas, hanya 8 butir yang tidak menetas (daya tetasnya mencapai 90%). Kelembagaan Kelompok tani yang ada di desa Petak Batuah Kecamatan Kapuas Murung sebanyak 16 kelompok tani, dan yang aktif hanya 11 kelompok tani atau 69% dan pembentukan kelompok tani tersebut berdasarkan hamparan. Jumlah anggota kelompok tani rata-rata 25 orang. Salah satu kegiatan kelompok tani diantaranya 1). memusyawarahkan aktifitas usahatani 18
yang akan dilakukan setiap musim tanam datang 2) mengatur jadwal gotong royong dalam penanaman dan penen, dan 3) membuat usulan atau proposal untuk mendapat kucuran kredit, permohonan pengembangan komoditas, dll. Pada awal dibentuknya kelompok tahun 1998 (sesuai kedatangan warga yang berkelompok), kelompok tani cukup aktif seiring dengan adanya kegiatan proyek, namun beberapa tahun kemudian menurun bahkan tinggal nama. Ketidakaktifan kelompok tani disebabkan anggotanya sebagian tidak berada di lokasi karena berpindah lokasi maupun meninggalkan desa pada saat pertanaman saja, sehingga sebagian kelompok anggotanya berkurang bahkan mencapai 50%-60%. Pada bulan Juni 2007 telah terbentuk Gabungan Kelopok tani (Gapoktan) dengan nama ”Maju Bersama” yang diketuai oelh Bapak Sobarudin.
Dengan terbentukanya gapoktan
tersebut, kini dinamika kinerja kelompok tani menjadi lebih terarah dan aktif, terutama berkaitan dengan kegiatan kelembagaan petani.
4.3 Exit Strategy Koordinasi dan Sosialisasi Langkah awal yang patut dilakukan dalam rangka transfer PRIMA TANI kepada Pemerinrtah Daerah adalah dengan melakukan koordinasi dan sosisalisasi dengan pihak terkait. Pada kegiatan ini dibicarakan dan disepakati apa saja yang akan menjadi hak dan kewajiban masing-masing instansi dan hak dan kewajiban bersama. Kegaiatn koordinasi dan sosialisasi ini tidak hanya ternbatas pada aspek transfer (penyerahan) PRIMA TANI, namun juga kegiatan apa saja yang mengikuti dan harus dilakukan setelah kegiatan transfer ini dilakukan. Kelengkapan Dokumen Dalam rangka pengawalan PRIMA TANI selanjutnya, maka pada saat kegiatan transfer juga dilakukan penyerahan dokumen-dokumen yang terkait dengan PRIMA TANI, seperti Baseline survei, Laporan karakterisasi sumberdaya lahan, hasil PRA, laporan perkembangan pelaksanaan PRIMA TANI. Dokumen-dokumen ini sangat membantu pihak terkait dalam pengawalan PRIMA TANI selanjutnya karena dengan adanya dokumendokumen tersebut, maka akan terdapat persepsi, pengetahuan dan pemahaman yang sama antara pihak Bptp Kalimantan Tengah dengan pihak-pihak yang akan terlibat dalam pengawalan PRIMA TANI ke depan.
19
Perbaikan Klinik Agribisnis dan Lab Agribisnis Pada kegiatan transfer PRIMA TANI, selain dokumen-dokumen yang ada, hal lain yang akan ditransfer adalah Klinik Agribisnis dan laboratorium agribisnis. Berkaitan dengan hal tersebut, maka dirasa perlu untuk melakukan terlabih dahulu perbaikan-perbaikan pada klinik agribisnis dan laboratorium agribisnis. Salah satu perbaikan yang patut dilakukan terhadap hal-hal yang pada klinik agribisnis adalah struktur organsisasi. Konsep Strategi dan Kegiatan. Dalam rangka transfer kegiatan PRIMA TANI perlu juga untuk disusun strategi pengawalan dan pelaksanaan kegiatan selanjutnya, seperti struktur organisasi, uraian tugas dan wewenang masing-masing pihak yang akan terlibat. Strategi pengawalan dan pelaksanaan tersebut sebaiknya didiskusikan secara bersama secara tripartit, yaitu Pemerintah Daerah Provinsi/Kabupaten, masyarakat petani, dan BPTP Kalimantan Tengah.
Workshop Transfer PRIMATANI Kegiatan Workshop transfer PRIMA TANI bertujuan dalam rangka mendiskusikan arah, strategi, dan langkah operasioanl pelaksanaan pengawalan PRIMA TANI selanjutnya. Komponen yang terlibat pada kegiatan ini adalah Pemerintah Daerah Provinsi/Kabupaten, masyarakat desa PRIMA TANI, BPTP Kalimantan Tengah, DAN pihak-pihak lain yang diperlukan.
20