LITKAJIBANGRAP
BULETIN INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN
PENERAPAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN DAN PENGAWETAN HIJAUAN PAKAN DI LOKASI MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN MELALUI INOVASI (M-P3MI) DI DESA KANAMIT BARAT KABUPATEN PULANG PISAU
Adrial dan Saleh Mokhtar Abstrak Pengembangan sapi potong sangat terkait dengan kontiniuitas ketersediaan pakan, terutama hijauan pakan, karena pakan merupakan kebutuhan mutlak sapi untuk hidup tumbuh dan berkembang. Untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan pakan sapi secara terus menerus baik secara kulitas maupun kuantitas diperlukan implementasi inovasi teknologi berupa pengolahan dan pengawetan pakan. Penerapan teknologi pengolahan dan pengawetan pakan yang dilaksanakan di lokasi M-P3MI Desa Kanamit Barat mendapat respon yang positif dari masyarakat dan umumnya bisa diadopsi dengan mudah oleh petani serta mampu meningkatkan efisiensi penggunaan pakan lokal dan limbah pertanian/perkebunan. Penerapan teknologi pengolahan dan pengawetan pakan yang dikombinasikan dengan teknik penyimpanan dan penyajian pakan mampu menjamin kontiniuitas ketersediaan hijauan pakan sehingga memberi peluang bagi peternak untuk berusaha dalam skala yang lebih besar dan bisa meningkatkan efisiensi usaha peternakan. Kata kunci: pengembangan, sapi potong, PENDAHULUAN Pengembangan sapi potong di Kabupaten Pulang Pisau masih terkendala pada lambatnya perkembangan populasi, rendahnya produktivitas dan kinerja reproduksi ternak yang salah satu penyebabnya adalah persoalan pakan (Adrial et all., 2011). Pakan merupakan komponen utama sapi potong untuk hidup, tumbuh dan berkembang, sehingga suksesnya pengembangan ternak sapi sangat tergantung pada ketersediaan
Edisi 1, Vol 1, November 2013
sumber pakan (Mariyono dan Romjali, 2007). Kekurangan pakan baik secara kuantitas maupun kualitas akan berdampak luas pada produktivitas dan kinerja reproduksi sapi potong, seperti rendahnya pertambahan bobot badan harian, rendahnya angka kebuntingan, bobot lahir pedet dibawah standar, umur beranak pertama relatif lama, bobot hidup atau bobot potong sapi dewasa menjadi rendah serta tingginya angka kematian anak (Widjaja et al., 2002). Program pengembangan usaha ternak sapi potong telah banyak dilakukan melalui inovasi teknologi, namun tingkat adopsi dan penerapannya masih belum memberi hasil yang maksimal, khususnya pada usaha peternakan rakyat dengan skala kecil. Alternatif pengembangan usaha peternakan rakyat menurut Aziz dalam Yusdja dan Ilham (2004) adalah dengan melakukan reformasi modal, penciptaan pasar, sistem kelembagaan dan input teknologi. Oleh karena itu peranan teknologi dan kelembagaan sangat dibutuhkan dalam agribisnis peternakan sapi potong, terutama dalam peningkatan inovasi teknologi, peningkatan modal, pasar/pemasaran dan peningkatan sumber daya manusia anggota. Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (M-P3MI) merupakan langkah terobosan Badan Litbang Pertanian untuk memecahkan masalah kelambanan dalam penyampaian dan pengembangan inovasi teknologi kepada pengguna, terutama masyarakat petani di pedesaan melalui suatu pendekatan strategi atau model yang mampu menjangkau pemangku kepentingan yang luas dengan memanfaatkan berbagai media dan saluran komunikasi yang sesuai dengan karakteristik masing-masing pemangku
27
LITKAJIBANGRAP kepentingan. Wujud model yang dibangun adalah visualisasi atau peragaan dari inovasi yang akan dikembangkan dalam bentuk unit percontohan berskala pengembangan berwawasan agribisnis terpadu (Badan Litbang Pertanian, 2011). Tulisan ini bertujuan melihat kinerja penerapan teknologi pengolahan dan pengawetan hijauan pakan sapi potong yang diadopsikan melalui kegiatan MP3MI di Desa Kanamit Barat, Kecamatan Maliku, Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah. METODOLOGI Kegiatan ini dilaksanakan di Kelompok Tani Suka Maju, Desa Kanamit Barat Kecamatan Maliku Kabupaten Pulang Pisau sejak bulan April sampai dengan Desember 2012. Desa Kanamit Barat merupakan lokasi M-P3MI yang berada di lahan pasang surut dengan tipe luapan C. Kelompok Tani Suka Maju merupakan pelaksana laboratorium inovasi untuk percontohan dan penerapan inovasi teknologi Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (M-P3MI). Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan observasi langsung, sedangkan data tambahan diperoleh melalui studi kepustakaan. Data kondisi eksisting teknologi diperoleh melalui survey PRA (Participatory Rural Appraisal) dengan melibatkan masyarakat Desa Kanamit Barat, aparat Desa dan stakeholder terkait, sedangkan data kinerja inovasi teknogi diperoleh melalui wawancara dan pengamatan langsung. Data yang dikumpulkan dalam kajian ini adalah kondisi eksisting teknologi, teknologi pengawetan dan pengolahan yang diimplementasikan serta kinerja inovasi teknologi. Analisis data dilakukan secara deskriptif.
28
BULETIN INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Eksisting Teknologi Usaha peternakan sapi potong di Desa Kanamit Barat masih berupa peternakan rakyat yang dikelola secara tradisional, diusahakan secara sambilan, kurang tersentuh teknologi, pakan ala kadarnya dan skala kepemilikan relatif rendah (2 s/d 3 ekor/orang). Manajemen pemberian pakan pada umumnya dilakukan dengan sistem cut and carry (potong angkut) untuk pakan dasar, sedangkan pakan tambahan berupa konsentrat masih jarang diberikan. Pakan basal yang diberikan umumnya berupa rumput lokal yang dikumpulkan disekitar kebun, tegalan, rawa dan hutan serta sebagian kecil berasal dari rumput introduksi seperti rumput gajah, rumput raja, B. Humidocola dan B. decumbens (Mokhtar, et all 2011). Ketersediaan rumput lokal di lapangan relatif berfluktuasi tergantung curah hujan. Pada saat musim kemarau panjang umumnya lahan menjadi kering dan hanya rumput-rumput tertentu yang masih tersedia di lapangan sehingga ketersediaan rumput terbatas, demikian juga pada saat musim hujan yang berkepanjangan umumnya lahan tergenang luapan air dan air asam umumnya menggenangi lahan sehingga rumput lapangan banyak yang mati keracunan pirit. Ketersediaan rumput lokal yang tinggi umumnya pada saat kondisi kemarau dan hujan seimbang serta pada saat air pasang mulai surut diakhir musim hujan dimana rawa-rawa dan lahan mulai kering sehingga rumput lokal produksinya melimpah. Dengan kondisi ketersediaan pakan seperti ini, rata-rata peternak hanya mampu memelihara sapi maksimal 4 ekor per orang sehingga peluang pengembangan sapi menjadi terbatas dan kemampuan peternak untuk berusaha dalam skala ekonomi yang lebih efisien berkurang. Pemanfaatan limbah pertanian berupa
Edisi 1, Vol 1, November 2013
BULETIN INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN
jerami kacang-kacangan dan jerami jagung sudah mulai dilakukan, namun masih belum dilakukan proses pengolahan dan pengawetan sehingga pemanfaatannya masih terbatas. Penerapan Teknologi Pengolahan dan Pengawetan Pakan Pengolahan dan pengawetan pakan dilakukan untuk optimalisasi pemanfaatan potensi pakan lokal dan limbah pertanian/perkebunan serta menjamin ketersediaan pakan secara terus menerus. Teknologi pengolahan dan pengawetan pakan yang diterapkan antara lain; pencacahan, hay, silase, pakan fermentasi, teknik penyimpanan dan penyajian pakan. Proses pencacahan bertujuan untuk mengurangi ukuran partikel dan melunakkan tekstur sehingga konsumsi ternak lebih efisien. Pencacahan dilakukan terhadap pakan sumber serat yang mempunyai tekstur keras dan berukuran besar seperti jerami padi, jerami jagung, jerami kacang-kacangan, pelepah sawit, rumput lokal, rumput gajah dan bahan pakan lain yang berukuran besar. Proses pencacahan dilakukan secara mekanis dengan menggunakan mesin pencacah berupa chooper atau shreader ataupun
LITKAJIBANGRAP secara manual dengan menggunakan parang atau alat pencacah lainnya. Hay merupakan hijauan makanan ternak yang diawetkan dengan cara dikeringkan yang mempunyai kandungan bahan kering 80-85%, warna tetap hijau dan tidak berbau apik. Prinsip pembuatan hay adalah menurunkan kadar air hijauan secara bertahap tetapi berlangsung dengan cepat. Tujuan menurunkan kadar air adalah agar sel-sel hijauan tersebut cepat mati dan mencegah pertumbuhan mikroorganisme sehingga tidak terjadi proses kimia baik berupa respirasi maupun fermentasi yang dapat menghasilkan panas. Silase merupakan pakan ternak yang masih memiliki kadar air tinggi sebagai hasil pengawetan melalui suatu proses fermentasi yang dibantu oleh jasad renik dalam kondisi anaerob. Tujuan utama pembuatan silase adalah untuk mengawetkan dan mengurangi kehilangan zat makanan suatu hijauan untuk dimanfaatkan pada masa mendatang. Kualitas dan nilai nutrisi silase dipengaruhi sejumlah faktor seperti spesies tanaman yang dibuat silase, fase pertumbuhan dan kandungan bahan kering saat panen, mikroorganisme yang terlibat dalam proses dan penggunaan bahan tambahan (additif).
Gambar 1. Hay rumput lokal, jerami kering, dedak dan singkong kering Fermentasi merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan manfaat dari
Edisi 1, Vol 1, November 2013
hijauan pakan berserat tinggi dengan cara peningkatan nilai kecernaanya melalui
29
LITKAJIBANGRAP
BULETIN INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN
pengolahan secara biologis dengan memanfaatkan mikroorganisme. Melalui proses fermentasi akan terjadi perombakan bahan pakan ternak dari struktur keras secara fisik, kimia dan biologi bahan dari struktur yang komplek menjadi sederhana, sehingga daya cerna ternak menjadi lebih efisien. Prinsip fermentasi adalah pemanfaatan koloni mikroba untuk membantu penguraian struktur jaringan pakan yang sulit terurai. Kontiniutas ketersediaan pakan tidak hanya tergantung pada cara pengelolaannya tapi juga dipengaruhi oleh cara penyimpanannya. Agar pakan aman dalam kurun waktu tertentu dengan jumlah pasokan yang cukup memadai maka diperlukan proses penyimpanan yang baik. Teknik penyimpanan pakan sangat menentukan kualitas nutrisi yang terkandung dalam pakan, apakah proses penyimpanan mampu mempertahankan kulaitas nutirisi atau bahkan menurun akibat kontaminasi dengan mikroorganisme. Penyimpanan pakan yang
telah diolah atau diawetkan dilakukan untuk menjaga kontinuitas penyediaan dan membuat buffer stock pada saat paceklik pakan. Penyajian pakan selain berpengaruh pada efisiensi penggunaan pakan juga berpengaruh terhadap kulitas pakan yang diberikan, untuk mengatasi ini telah diimplementasikan teknologi bank pakan. Bank pakan berupa wadah berbentuk rak yang dipergunakan untuk menyimpan sekaligus menyajikan pakan sumber serat (hijauan kering) yang penyediaannya secara stock (Loka Penelitian Sapi Potong, 2011). Keberadaan bank pakan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak sehingga ternak dapat mengkonsumsi hijauan sepanjang hari. Meskipun bank pakan umumnya diterapkan pada kandang kelompok, tapi teknologi ini juga bisa diterapkan di kandang individu dengan menempatkan bank pakan diatas palungan pakan atau di samping kandang dengan prinsip sapi bisa mengkonsumsinya sepanjang waktu. Kondisi bank pakan dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Bank Pakan Kinerja Inovasi Teknologi Kinerja penerapan inovasi teknologi pe golahan dan pengawetan
30
pakan yang dilaksanakan di Laboratorium Inovasi M-P3MI Desa Kanamit Barat, Kabupaten Pulang Pisau ini terlihat pada Tabel 1.
Edisi 1, Vol 1, November 2013
LITKAJIBANGRAP
BULETIN INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN
Tabel 1. Jenis Inovasi Teknologi, Respon Peternak dan Jumlah Adopter Penerapan Inovasi Teknologi Pengolahan dan Pengawetan Pakan di Desa Kanamit Barat, Kabupaten Pulang Pisau Inovasi Teknologi Teknologi Pencacahan Hay Silase
Respon Peternak Sangat baik Sangat baik Baik
Jumlah adopter (n=20) 15 orang (75%) 13 orang (65%) 11 orang (55%)
Keunggulan Teknologi
-
Pakan Fermentasi
Baik
12 orang (50%)
-
Teknologi Penyimpanan Pakan Teknologi Penyajian Pakan
Mudah diterapkan Teknologi sederhana Mudah diterapkan Teknologi sederhana Nilai gizi pakan bisa ditingkatkan Ketersediaan bahan baku di lokasi kegiatan Nilai gizi pakan bisa ditingkatkan Ketersediaan bahan baku di lokasi kegiatan Mudah diterapkan Teknologi sederhana
Sangat baik
16 orang (80%) -
Sangat baik
16 orang - Mudah diterapkan (80%) - Teknologi sederhana
Implementasi teknologi pencacahan yang dilaksanakan telah memberikan dampak positif terhadap penyediaan pakan basal ternak sapi, karena peternak mempunyai banyak alternatif dalam memilih pakan sumber serat dan tidak hanya tergantung pada rumput dan hijauan segar. Melalui penerapan teknologi ini hampir semua jenis pakan sumber serat bisa diolah dan dimanfaatkan sebagai pakan sapi sehingga ketersediaan pakan sumber serat bisa dioptimalkan. Penerapan teknologi ini relatif berhasil dan mendapat respon yang sangat baik dari masyarakat dengan persentase adopter sekitar 75%. Pengolahan dan penyimpanan pakan dengan sistem hay yang diterapkan di lokasi pengkajian telah mampu mengoptimalkan pemanfaatan potensi pakan lokal dan limbah pertanian sebagai pakan ternak serta menjamin kontiniuitas ketersediaan pakan sepanjang tahun. Teknologi ini mendapat respon yang sangat baik dari anggota dan telah
Edisi 1, Vol 1, November 2013
Kendala Penerapan
Keterbatasan tenaga kerja Terbatasnya ruang penyimpanan Membutuhkan waktu yang relatif lama dan memerlukan silo untuk penyimpanan Membutuhkan waktu yang relatif lama
Membutuhkan tambahan
investasi
Membutuhkan tambahan
investasi
diterapkan oleh >65% anggota, selain itu teknologi ini juga telah diadopsi oleh kelompok-kelompok lain disekitar lokasi kegiatan. Adopsi teknologi ini relatif lebih cepat karena manfaatnya sangat dirasakan oleh peternak dan mudah diaplikasikan serta tidak membutuhkan alat dan biaya yang besar. Penerapan teknologi pengolahan dan pengawetan pakan dengan silase memberikan dampak yang lebih baik terhadap performa ternak sapi karena pada proses ensilase terjadi perombakan dan peningkatan nilai gizi serta kecernaan bahan pakan, namun adopsi teknologi ini relatif lambat dibanding hay, karena penerapan teknologi ini memerlukan bahan dan alat serta proses pembuatan yang lebih sulit. Teknologi silase ini telah diadopsi oleh sekitar 55% anggota kelompok dan beberapa kelompok lain disekitar lokasi kegiatan. Penerapan teknologi fermentasi belum menujukkan performa yang optimal karena peternak lebih menyukai teknologi
31
LITKAJIBANGRAP
BULETIN INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN
yang sederhana dan murah seperti hay, namun demikian sebagian anggota yang telah merasakan manfaatnya sangat merespon teknologi ini karena pakan fermentasi ini lebih disukai oleh ternak. Penerapan inovasi teknologi secara keseluruhan telah mampu mengefisienkan pemanfaatan hijauan pakan yang ada di lokasi usaha terutama bahan pakan yang bertekstur keras dan susah dicerna baik yang berasal dari limbah pertanian, perkebunan maupun rumput lokal (Tabel
2). Efisiensi pemanfaatan potensi pakan lokal melalui implementasi teknologi pengawetan dan pengolahan hijauan pakan ini sangat dirasakan oleh peternak yang memelihara ternak dalam jumlah banyak dan tenaga kerja terbatas terutama di musim kemarau. Pengembangan teknologi pakan sangat dibutuhkan untuk mengatasi keterbatasan pakan pada musim kemarau, terutama penyediaan pakan sepanjang tahun untuk meningkatkan produksi sapi potong (Bamualim et al. 1991).
Tabel 2. Efisiensi Pemanfaatan Hijauan Pakan Lokal Sebelum dan Sesudah Implemetasi Teknologi di Desa Kanamit Barat, Kabupaten Pulang Pisau Hijauan Pakan Limbah Jagung
Sebelum M-P3MI Status Pemanfaatan Pemanfaat an (%) Dimanfaatkan daun dan 40% batang yang lunak dalam bentuk segar
Limbah Kacangkacangan
Dimanfaatkan daun dan batang yang segar dan lunak
60%
Jerami padi
Dimanfaatkan bentuk segar
dalam
40%
Rumput Ladingan
Dimanfaatkan daun dan ujung batang dalam bentuk segar Dimanfaatkan daun dan batang yang lunak dan segar Dimanfaatkan daun dan batang yang lunak dan segar Belum dimanfaatkan
25%
Rumput Paitan Rumput Kumpai Batu Singkong
60%
Dimanfaatkan secara utuh baik segar maupun kering
100%
60%
Dimanfaatkan secara utuh baik segar maupun kering
100%
0%
Dimanfaatkan mulai dari daun hingga limbah
100%
Penerapan teknologi pengolahan dan pengawetan pakan yang dilaksanakan oleh anggota kelompok tani Suka Maju telah mampu menjamin ketersediaan hijauan pakan secara terus menerus terutama persiapan pada musim paceklik.
32
Sesudah M-P3MI Status Pemanfaatan Pemanfaata n (%) 100% Dimanfaatkan secara utuh mulai dari batang, klobot, hingga tongkol baik dalam bentuk segar maupun kering Diamanfaatkan secara utuh 100% mulai dari daun, batang dan kulit polong baik dalam bentuk segar maupun kering Diamanfaatkan secara utuh 100% berupa daun dan batang baik dalam bentuk segar maupun kering Dimanfaatkan secara utuh 100% baik segar maupun kering
Melalui penerapan teknologi ini mampu menghemat penggunaan tenaga kerja terutama tenaga untuk mencari hijauan pakan hingga 40% dan memberikan peluang bagi peternak untuk memelihara sapi dalam jumlah yang relatif
Edisi 1, Vol 1, November 2013
BULETIN INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN
besar (>6 ekor) yang sebelumnya hanya <4 ekor/orang. Teknik penyimpanan pakan memungkinkan untuk menyimpan pakan dalam bentuk kering dan pakan olahan dalam waktu yang lama (6-12 bulan), sehingga ketersediaan pakan terutama hijauan bisa selalu terpenuhi. Dengan perencanaan penyediaan pakan yang memadai dalam kuantitas dan kualitas sepanjang tahun akan dapat dicapai efektivitas dan efisiensi biaya produksi usaha peternakan (Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2012). Penyimpanan pakan bisa dilakukan dengan sistem penggudangan. Melalui sistem ini peternak bisa menghitung suplai-demand (permintaan dan penawaran) kebutuhan pakan serta mengantisipasi ketersediaaan pakan pada saat paceklik dan mutu pakan yang kurang baik. Penyajian pakan dalam bank pakan memungkinkan ternak sapi bisa memperoleh hijauan pakan secara terus menerus sehingga mampu menghemat penggunaan tenaga kerja dalam pemberian pakan. KESIMPULAN Pengembangan sapi potong sangat terkait dengan kontiniuitas ketersediaan pakan, terutama hijauan pakan baik secara kualitas maupun kuantitas. Penerapan teknologi pengolahan dan pengawetan pakan yang dilaksanakan di lokasi MP3MI Desa Kanamit Barat mendapat respon yang positif dari masyarakat dan mampu diadopsi oleh 50-80% anggota serta mampu meningkatkan efisiensi penggunaan pakan lokal dan limbah pertanian/perkebunan dari 0-60 % menjadi 100%. Penerapan teknologi pengolahan dan pengawetan pakan yang dikombinasikan dengan teknik penyimpanan dan penyajian pakan mampu menjamin kontiniuitas ketersediaan hijauan pakan sehingga memberi peluang bagi peternak untuk berusaha dalam skala yang lebih besar > 6 ekor/orang.
Edisi 1, Vol 1, November 2013
LITKAJIBANGRAP DAFTAR PUSTAKA Adrial., Salfina. N.A., Deddy DS dan Nurwidayati. 2011. Laporan akhir kegiatan apresiasi dan bimbingan lapang Program Swasembada Daging Sapi di Kalimantan Tengah. Badan Litbang Pertanian, 2011. Panduan Umum Spektrum Diseminasi Multi Channel (SDMC). Jakarta. Bamualim, A.M., R.B. Wirdahayati, dan R.A. Smith. 1991. Penelitian peternakan dalam menunjang peningkatan produksi ternak di Nusa Tengara. Simposium Perencanaan Pembangunan Peternakan di NTB, NTT dan Timor Timur, Mataram, 20-23 Januari 1991. Kerja sama Biro Perencanaan Departemen Pertanian dan AIDAB. hlm. 203-222. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2012. Pedoman Umum Pengembangan Lumbung Pakan Ruminansia. Kementerian Pertanian. Jakarta. Loka Penelitian Sapi Potong. 2011. Bank pakan pada kandang kelompok sapi potong. Folder. Loka Penelitian Sapi Potong Grati. 2011. Mariyono dan E. Romjali. 2007. Petunjuk Teknis. Teknologi inovasi pakan murah untuk usaha pembibitan sapi potong. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor. Mokhtar, M. S. Adrial, Salfina. N. A, Marlon. S, Suriansyah dan L. Rangin. 2011. Laporan Akhir. Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (M-P3MI) Sapi Potong di Kalimantan Tengah. BPTP Kalimantan Tengah. Widjaja, E., B.N. Utomo dan R.Ramli. 2002. Potensi limbah solid kelapa sawit sebagai pakan sapi di kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 5 (2): 44-53. Yusdja, Y. dan Nyak Ilham (2004). Tinjauan Kebijakan Pengembangan Agribisnis SapiPotong. AKP. Volume 2, Nomor 2. Juni 2004 : 183-203. 33