STUDY OF DRAINAGE SYSTEM IN LIMESTONE QUARRY CASE STUDY OF PT. SINAR TAMBANG ARTHALESTARI SAWANGAN VILLAGE, AJIBARANG SUB-DISTRICT BANYUMAS, CENTRAL JAVA PROVINCE KAJIAN SISTEM PENIRISAN TAMBANG BATUGAMPING STUDI KASUS PT. SINAR TAMBANG ARTHALESTARI DI DESA SAWANGAN, KECAMATAN AJIBARANG BANYUMAS, PROVINSI JAWA TENGAH Faqih Baskoro Adi1), Peter Eka Rosadi2) 1). Mahasiswa Prodi Sarjana Teknik Pertambangan FTM UPN “Veteran” Yogyakarta -
[email protected]. 2). Dosen Jurusan Teknik Pertambangan FTM UPN “Veteran” Yogyakarta -
[email protected].
ABSTRACT The research was done in the mining licensed area of PT. Sinar Tambang Arthalestari (PT. STAR) which is located in Sawangan Village, Ajibarang Sub-district, Banyumas District, Central Java Province. The contracting company that has been trusted for mining exploitation of limestone is PT. Bintang Mitra Sejahtera (PT. BIMA) has been applying quarry mining system. The water pool of the mining site which is located on the hauling road, mining front, and stockpile of the limestone will affect the mining activity. The water pool on the hauling road will delay the time production of limestone, and the wet limestone will influence the work of the crushing plant for example the primary crusher machine will stop working (blocking), and the position of the belt conveyor will be changed (sway). From that case, PT. BIMA must make the study of mining drainage in limestone quarries to support the operation of limestone production. Rainfall data using secondary data of rainfall of Ajibarang Sub-district in 2005-2015. The calculation of rainfall statistics used frequency analysis and Gumbell probability distributions, return period of rainfall is 3 years with hydrological consideration risk of 86,83 % and requirement to construct open channel so that the value of rainfall at the plan is 110,56 mm/day. The rainfall intensity plan is 38,74 mm/hour which is obtained from the mononobe formular. The drainage methods at Sawangan Quarry uses mining drainage system and combination of mining drainage and mining dewatering methods. The study of mining drainage consists of the 9 open channels, the volume of sump is 1248,41 m3, utilizing pump Multiflo MF 290 with operation flowrate of 288 m3/sec, and both sedimentation ponds i.e. the Sawangan Barat pond with 4380 m3 of volume, and the Sawangan Timur with 2362,5 m3. Time maintenance of solid particles in the sediment pond is done every once in 4 months. Keywords : mine drainage system, mine dewatering system, sump. ABSTRAK Penelitian dilakukan di Wilayah Izin Usaha Pertambangan PT. Sinar Tambang Arthalestari (PT.STAR) yang bertempat di Desa Sawangan Kecamatan Ajibarang, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Perusahaan kontraktor yang dipercaya untuk melakukan eksploitasi Batugamping yaitu PT. Bintang Mitra Sejahtera (PT. BIMA) yang menerapkan metode penambangan kuari. Genangan air tambang yang berada di jalan angkut, front penambangan, dan stockpile Batugamping akan mempengaruhi kegiatan produksi Batugamping. Genangan air yang ada di jalan angkut akan menunda waktu produksi, dan material Batugamping basah mempengaruhi kerja alat pengolahan misalkan alat peremuk utama berhenti (blocking), dan belt conveyor terlepas (sway). Dari kasus tersebut, PT. BIMA harus melakukan kajian sistem penirisan tambang guna menunjang operasi produksi Batugamping. Data curah hujan menggunakan data sekunder curah hujan Kecamatan Ajibarang tahun 2005-2015. Perhitungan statistik curah hujan menggunakan analisis frekuensi dan probabilitas distribusi Gumbell, periode ulang hujan dipilih 3 tahun dengan pertimbangan resiko hidrologi 86,83 % dan kebutuhan pembuatan saluran sehingga nilai curah hujan rencana 110,56 mm/hari. Intensitas curah hujan rencana 38,74 mm/jam diperoleh dari rumus mononobe. Metode penyaliran di Kuari Sawangan menggunakan mine drainage system, dan kombinasi mine drainage dengan mine dewatering system. Kajian 1
penyaliran tambang meliputi pembuatan saluran terbuka berjumlah 9 saluran terbuka, sumuran (sump) mempunyai volume 1248,41 m3, penggunaan pompa Multiflo MF 290 memiliki debit operasi 288 m3/detik, dan kedua kolam pengendapan yaitu kolam pengendapan Sawangan Barat memiliki volume total 4380 m3, kemudian kolam pengendapan Sawangan Timur volume total 2362,5 m3 dengan waktu pengerukan partikel padatan dalam kolam 4 bulan sekali. Kata kunci : mine drainage system, mine dewatering system, sumuran. 1.
PENDAHULUAN (INTRODUCTION)
2.
Penelitian dilakukan di Wilayah IUP Operasi Produksi Batugamping PT. STAR. PT. BIMA dipercaya menjadi kontraktor penambangan Batugamping menerapkan sistem tambang terbuka dengan metode penambangan Kuari. Saat musim hujan, kegiatan penambangan sangat dipengaruhi gangguan air terutama air hujan. Genangan air yang ada di jalan angkut akan menunda waktu produksi, sedangkan material Batugamping basah akan mempengaruhi kerja alat pengolahan misalkan alat peremuk utama berhenti (blocking), dan terlepasnya belt conveyor (sway). Dari kasus tersebut, PT. BIMA harus melakukan kajian sistem penirisan tambang untuk menunjang operasi produksi batugamping. Penelitian mengenai sistem penirisan tambang belum pernah dilakukan karena pembukaan lahan untuk kegiatan penambangan dilakukan di akhir tahun 2015. Penelitian sebelumnya hanya berkaitan dengan evaluasi sumber daya mineral untuk penambangan sekala kecil yang ada di Kecamatan Ajibarang dan Kecamatan Gumelar dari Badan Geologi Kementrian ESDM.
LOKASI AREA)
PENELITIAN
(STUDY
2.1.
Lokasi dan Kesampaian Daerah Lokasi penelitian penelitian secara astronomis berada di koordinat 7° 27’ 30”- 7° 25’ 00” Lintang Selatan dan 109° 00’ 30”109° 5’ 30” Bujur Timur. Rute menuju lokasi penelitian dapat ditempuh dari Kota Yogyakarta melalui jalur selatan perjalanan darat Jawa Tengah menggunakan kendaraan umum dengan jarak + 188 km dan waktu tempuh kurang lebih 5 jam. 2.2.
Kedaan Iklim dan Curah Hujan Iklim daerah penelitian termasuk iklim tropis yang dipengaruhi oleh angin musim. Musim hujan berlangsung pada bulan September hingga Maret, sedangkan musim kemarau berlangsung dari bulan April hingga Agustus. Curah hujan umumnya normal, meskipun intensitas dan frekuensi tinggi pada bulan September hingga Februari. Suhu udara di wilayah Kecamatan Ajibarang berkisar 25,3 hingga 26,8 . Intensitas curah hujan bulanan tinggi yang disajikan dalam grafik diantaranya bulan Januari, Februari, Maret, September, November dan Desember (Gambar 2.1).
Sumber : Dinas SDABM Kec. Ajibarang, Kab. Banyumas Gambar 2.1 Grafik Curah Hujan Bulanan Tahun 2005-2015
2
Sumber : Dinas SDABM Kec. Ajibarang, Kab. Banyumas Gambar 2.2 Grafik Hari Hujan Bulanan Tahun 2005-2015 Frekuensi curah hujan tinggi diatas ratalaut. Kondisi bentang alam atau morfologi rata 15 hari terjadi pada bulan Oktober hingga daerah penelitian tergolong dalam perbukitan April (Gambar 2.2). Hal ini menjelaskan bahwa dengan relief rendah. Perbukitan dengan relief kemungkinan perusahaan mendapat waktu rendah merupakan rangkaian perbukitan yang kehilangan karena intensitas dan frekuensi tersusun oleh batuan sedimen berlapis dan curah hujan yang tinggi pada bulan-bulan struktur perlipatan. Penggunaan lahan pada tersebut. umumnya digunakan untuk perumahan, sawah tadah hujan, kebun palawija, dan sebagai hutan 2.3. Keadaan Geografi produksi. 2.3.1 Topografi dan Morfologi Lokasi Penelitian di Desa Sawangan, 2.3.2 Fisiografi Kecamatan Ajibarang, Kabupaten Banyumas Kecamatan Ajibarang termasuk dalam memiliki ketinggian dari permukaan laut zona Pegunungan Serayu Selatan (Gambar 2.3). berkisar antara 90-300 meter diatas permukaan
Sumber : Dokumen Georeg PT. STAR, 2016 Gambar 2.3 Pembagian Zona Fisiografi Regional Jawa Tengah (Van Bemmelen, 1949)
3
Jalur ini memanjang dari Majenang sampai Pegunungan Manoreh di daerah Kulon Progo, D.I. Yogyakarta (Van Bemmelen 1949 dalam Dokumen Geologi Regional PT.STAR, 2016). Daerah ini didominasi oleh morfologi perbukitan lipatan (antiklinorium) Batugamping. Daerah ini merupakan bagian dari Cekungan Banyumas yaitu berupa cekungan belakang busur (back arc basin) Tersier sebagai akibat interaksi antara lempengSamudra Hindia yang menunjam ke arah Utara di bawah lempeng Asia.
2.4. Keadaan Geologi 2.4.1 Stratigrafi Stratigrafi regional dimaksudkan untuk memberikan gambaran umum dari beberapa formasi batuan berdasarkan waktu pembentukannya yang diuraikan dari satuan yang tua ke satuan yang lebih muda. Urutan stratigrafi regional daerah penelitian dari yang berumur tua sampai berumur muda tersusun atas Formasi Pemali, Formasi Rambatan, Formasi Halang, Formasi Kumbang, Formasi Tapak, dan Batuan Terobosan.
Sumber : Mining Div. PT. STAR, 2016 Gambar 2.4 Peta Geologi Regional WIUP PT.STAR 2.4.2 Struktur Geologi meliputi data primer dan data sekunder. Data Struktur geologi yang dijumpai berupa primer yang diambil berupa koefisien limpasan sesar, lipatan, perlapisan dan kekar, yang (c), kegunaan lahan, data dimensi saluran melibatkan batuan berumur Miosen sampai terbuka dan kolam pengendapan. Data sekunder Holosen. Ciri fisik Batugamping yang berada di yang diambil yaitu data curah hujan, data peta Desa Sawangan berwarna putih kekuningtopografi, data peta geologi, brosur spesifikasi kuningan, berstruktur laminasi sejajar, pompa dan pipa, rekomendasi persen solid membundar-menyudut tanggung, terpilah aliran, dan dokumen perusahaan. Pengolahan sedang, kemas terbuka, ukuran butiran pasir dan analisa data menggunakan urutan sebagai sedang, komposisi terdiri dari kalsit, pecahan berikut ; perhitungan statistik data curah hujan, koral, ganggang, kuarsa, plagioklas, kalkarenit penentuan dan pembagian daerah tangkapan dengan kedudukan bidang perlapisan N hujan pada peta topografi, penentuan nilai 240°E/35° (Dokumen Geologi Regional koefisien limpasan, menghitung debit air PT.STAR, 2016). limpasan, merancang saluran terbuka, perhitungan kebutuhan sumuran (sump), pompa 3. METODE (METHODS) dan pipa, dan perhitungan dimensi serta Kerangka metode digambarkan dalam perawatan kolam pengendapan. bagan alir (Gambar 3.1). Pengambilan data
4
Gambar 3.1 Bagan Alir Metode Penelitian Perhitungan statistik curah hujan 110,56 mm/hari serta intensitas curah hujan menggunakan analisis frekuensi dan rencana maksimum 38,74 mm/jam termasuk probabilitas distribusi Gumbell, perhitungan kategori hujan deras (Suripin, 2004). luas DTH menggunakan konsep koordinat, Tabel 4.1 koefisien limpasan menggunakan teori Hassing Hasil Perhitungan Luas DTH, Koefisien (1995) dan observasi lapangan, debit air Limpasan, dan Debit Air Limpasan. limpasan diperoleh dari rumus rasional, dimensi DTH Luas (Km2) C Debit (m3/det) saluran terbuka dan gorong-gorong 1 0,0073 0,55 0,044 menggunakan rumus manning (1889), 2 0,0129 0,52 0,072 perhitungan sumuran diperoleh dari persamaan kuadrat, penentuan kebutuhan pompa 3 0,0037 0,52 0,021 berdasarkan debit air limpasan dan head total 4 0,0562 0,55 0,333 dari debit pompa, dan kecepatan pengendapan 5 0,0073 0,59 0,047 partikel menggunakan hukum stokes. Analisis 6 0,0682 0,50 0,364 data dilakukan dengan membandingkan hasil perhitungan dengan kondisi aktual. 7 0,0515 0,53 0,292 4.
HASIL DAN PEMBAHASAN (RESULT AND DISCUSSIONS)
Debit Air Tambang 4.1.1. Perhitungan Statistik Data Curah Hujan Data curah hujan didapat dari dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga Kecamatan Ajibarang tahun 2005-2015. Data curah hujan diambil data tertinggi dari setiap tahunnya, diperoleh nilai rata-rata curah hujan maksimum 102,09 mm/hari. Periode Ulang Hujan (return period) yang dipakai 3 tahun berdasarkan pertimbangan nilai resiko hidrologi (hydrological risk) 86,83% dan kepentingan pembuatan saluran terbuka (Kite, G.W 1977 dalam R.Hariyanto dan Sudaryanto, 2015), sehingga curah hujan rencana yang diperoleh 4.1.
8
0,0156
0,53
0,090
9
0,0115
0,69
0,085
10
0,1335
0,52
0,750
11
0,0831
0,65
0,578
12
0,0515
0,73
0,403
Sediment Pond Barat
0,0307
0,53
0,175
Sediment Pond Timur
0,0031
0,78
0,026
4.1.2. Daerah Tangkapan Hujan dan Koefisien Limpasan (c) Daerah Tangkapan Hujan (DTH) ditentukan berdasar arah aliran pada peta topografi, dan diperhitungkan dengan konsep perhitungan koordinat. Pada penelitian ini menggunakan perangkat lunak autocad versi
5
2007 untuk menghitung luasan DTH. Faktor yang mempengaruhi nilai koefisien limpasan pada suatu DTH yaitu kemiringan topografi, jenis tanah dan tata guna lahan atau tutupan (Hassing 1995 dalam Suripin, 2004).
4.2.2. Metode Penirisan Rencana Penambangan 2016 Peta topografi penambangan menunjukkan adanya perubahan elevasi penambangan dari kondisi aktual di Kuari Batugamping Sawangan Barat mencapai RL 120, Kuari Batugamping Bukit 3 RL 160, dan Kuari Batugamping Sawangan Timur RL90. Kuari Batugamping Sawangan Barat dan Kuari Bukit 3 menggunakan metode Mine Drainage System karena masih dapat mengalirkan air secara hukum gravitasi dan membuat paritan di sekeliling Kuari. Kuari Batugamping Sawangan Timur akan membuat suatu Pit karena penggalian mengarah ke bawah sehingga menggunakan kombinasi metode Mine Drainage dan Mine Dewatering System berupa pembuatan saluran terbuka mengelilingi Pit, pembuatan sumuran di elevasi terendah, dan pengadaan pompa & pipa untuk mengalirkan air keluar Pit.
4.1.3. Perhitungan Debit (Q) Debit air tambang yang diperhitungkan dari air limpasan dan pengukuran suatu aliran air pada lereng di Selatan Kuari Batugamping Sawangan Barat 0,0006 m3/detik. Perhitungan debit air limpasan menggunakan rumus rasional yang terdiri dari komponen koefisien limpasan (c), intensitas hujan rencana (I) dalam mm/jam, dan luas DTH (A) dalam km2. Debit air tambang di daerah Sawangan Barat 1,524 m3/detik berasal dari DTH 1-9, pengukuran debit langsung di Selatan Kuari Batugamping Sawangan Barat, dan DTH sekitar kolam pengendapan Sawangan Barat, sedangkan debit air tambang di daerah Sawangan Timur 1,757 m3/detik berasal dari DTH 10-12, dan DTH sekitar kolam pengendapan Sawangan Timur.
Kajian Teknis Penirisan Air Tambang 4.3.1. Saluran Terbuka (Open Channel) Penulis mengelompokkan saluran terbuka yang ada menjadi 9 saluran terbuka, macam penampang disesuaikan dengan keadaan di lapangan yaitu penampang bentuk trapesium dan persegi. Berikut hasil pengukuran dimensi aktual saluran terbuka di lapangan terdapat di Tabel 4.2. 4.3.
Metode Penirisan Air Tambang 4.2.1. Metode Penirisan Kuari Batugamping Saat ini Metode Mine Drainage System masih dapat diterapkan pada kondisi lapangan, air tambang dialirkan melalui saluran terbuka yang ada dan menuju kolam pengendapan agar partikel padatan terpisah dengan air tambang. Tabel 4.2 Hasil Pengukuran Dimensi Aktual Saluran Terbuka 4.2.
Dimensi
Sketsa Penampang Saluran
Saluran
b Lebar Permukaan (m)
B Lebar Bawah (m)
d Tinggi Saluran (m)
1
0,99
-
0,87
2
0,0
0,0
0,0
3
2,38
1,25
1,30
4
1,64
0,5
0,94
5
0,0
0,0
0,0
6
2,22
0,92
1,13
7
0,0
0,0
0,0
8
1,52
1,24
0,69
9
0,0
0,0
0,0
Saat penelitian dilakukan, kondisi saluran terbuka (saluran terbuka 1-7) di daerah penambangan Sawangan Barat dapat mengalirkan air dengan baik walaupun ada beberapa saluran yang terdapat endapan kerikil. Kondisi saluran terbuka (saluran terbuka 8-9) di
daerah penambangan Sawangan Timur kurang terawat karena operasi produksi Batugamping fokus pada daerah front penambangan Sawangan Barat sehingga air kurang terkelola dengan baik. Setelah melakukan perhitungan ulang saluran terbuka menggunakan rumus
6
manning (1889), didapatkan dimensi baru yang disajikan dalam Tabel 4.3. Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Saluran Terbuka Dimensi
Saluran
b Lebar Permukaan (m)
B Lebar Bawah (m)
d Tinggi Saluran (m)
1
-
0,5
0,4
2
0,8
0,4
0,4
3
2,2
1,1
1,1
4
1,3
0,7
0,7
5
0,6
0,3
0,3
6
1,5
0,8
0,8
7
0,8
0,4
0,4
8
1,7
0,9
0,9
9
1,5
0,8
0,8
Setelah membandingkan kondisi aktual dan hasil perhitungan, perlu adanya perbaikan pada saluran terbuka 2, penambahan lebar bawah saluran terbuka 4, pengadaan saluran terbuka 5 di Selatan Kuari Sawangan Barat, pengadaan saluran terbuka 7, penambahan tinggi saluran terbuka 8, dan pengadaan saluran 9.
Bahan Pasangan Batu disemen Gravel/ kerikil Gravel/ kerikil Gravel/ kerikil Tanah (lempung berpasir) Gravel/ kerikil Tanah (lempung berpasir) Tanah (lempung berpasir) Tanah (lempung berpasir)
Koefisien Manning (n) 0,025 0,035 0,035 0,035 0,03 0,035 0,03 0,03 0,03
4.3.2. Gorong-gorong (Culvert) Saluran terbuka yang melalui akses jalan akan dipasang sebuah gorong-gorong, hasil pengamatan lapangan ada 5 titik yang perlu adanya pemasangan gorong-gorong dan 2 macam ukuran gorong-gorong untuk kebutuhan desain Kolam Pengendapan.
Tabel 4.4 Hasil perhitungan diameter minimal gorong-gorong Lokasi gorong-gorong Gorong-gorong 1 Gorong-gorong 2 Gorong-gorong 3 Gorong-gorong 4 Gorong-gorong 5 Gorong-gorong kolam pengendapan sawangan Barat Gorong-gorong kolam pengendapan sawangan Timur
Perhitungan gorong-gorong tetap menggunakan rumusan manning, namun pada variabel luas (A) diganti sebagai luas lingkaran karena penampang gorong-gorong berbentuk lingkaran. Perbandingan hasil perhitungan diameter gorong-gorong dengan kondisi aktual :
Bahan (n) Besi (0,017) Beton (0,016) Besi (0,017) Besi (0,017) Beton (0,016) Besi (0,017) Besi (0,017)
Diameter min. (d) 0,2 m 0,3 m 0,6 m 0,3 m 0,5 m 0,6 m 0,5 m
hasil perhitungan pertimbangan.
menjadi
bahan
d. Gorong-gorong 4 dipasang pada akses jalan angkut produksi Batugamping dari Bukit undip. Gorong-gorong terbuat dari besi berdiameter minimal 0,3 meter.
a. Gorong-gorong 1 dipasang pada saluran terbuka 2 di depan hopper, karena saat penelitian keadaan gorong-gorong rusak (amblas), diameter minimal 0,2 m.
e. Gorong-gorong 5 dipasang pada akses jalan produksi Batugamping dari Pit Sawangan Timur. Gorong-gorong terbuat dari beton dan diameter minimal 0,5 meter.
b. Gorong-gorong 2 yang ada (diameter = 0,6 m) sudah memenuhi kapasitas terhadap hasil perhitungan.
4.3.3. Sumuran (Sump) Saat penelitian tidak ada sumuran di lokasi penelitian, karena Pit Sawangan Timur belum membuat suatu cekungan/ lubang bukaan ke arah bawah. Namun rencana penambangan
c. Gorong-gorong 3 yang ada belum memenuhi kapasitas secara perhitungan. Sebaiknya 7
akhir tahun 2016, Pit Sawangan Timur akan membuat cekungan hingga RL 90 maka dibuat suatu sumuran di elevasi tersebut. Debit air limpasan yang masuk Pit 1451,39 m3/jam, setelah dilakukan simulasi pemompaan volume yang harus dipertahankan sebanyak 1248,41 m3. Dimensi sumuran berbetuk penampang trapesium dan dihitung menggunakan persamaan kuadrat dengan kedalaman 4 m (sesuai jangkauan penggalian excavator Doosan DX225LC-3) sehingga panjang permukaan 22 m, lebar permukaan 19 m, panjang dasar 17 m, dan lebar dasar 14 m. Lokasi sumuran di Utara pada elevasi RL 90, karena penambangan Batugamping ke arah Selatan.
direncanakan mengikuti bentuk dari jenjang akhir (Gambar 4.1), sehingga terbentuk sudutsudut belokan yaitu 2 belokan bersudut 40 , 7 belokan bersudut 59 , 2 belokan bersudut 60 , 1 belokan di elevasi teratas bersudut 70 . Kebutuhan panjang pipa 137 m, pemasangan pipa yang memotong akses jalan angkut (ramp) perlu dilakukan pemasangan gorong-gorong di luar pipa agar pompa tetap bekerja optimal walau akses jalan digunakan. 4.3.5. Kolam Pengendapan (Sedimentation Pond) Kolam pengendapan yang berada di Kuari Batugamping Sawangan dibagi menjadi dua bagian sesuai arah aliran dan topografi perbukitan di lokasi penelitian (Tabel 4.5). Berdasarkan peta situasi tambang letak Kolam Pengendapan bagian Barat berada pada koordinat UTM 287992;9178063 sedangkan Kolam Pengendapan bagian Timur berada pada koordinat UTM 289035;9178191.
4.3.4. Pompa dan Pipa Langkah awal merancang pompa yaitu melakukan simulasi head (julang) yang dihasilkan sesuai debit pompa yang tersedia dan disajikan dalam bentuk grafik.
Tabel 4.5 Dimensi Aktual Kolam Pengendapan Lokasi
Kompartemen
Panjang (m)
Lebar (m)
Kedalaman (m)
Sawangan Barat
1 2 1 2 3
16,3 20,4 16,5 15 15
10,8 4,3 8,9 9,5 4,9
3 3,5 2 2 2
Sawangan Timur
B’
Debit air tambang yang masuk kolam pengendapan Sawangan Barat 1,617 m3/detik (Qinput = 5817,6 m3/jam) yang berasal dari seluruh saluran terbuka yang mengalirkan air ke kolam, sedangkan debit air tambang yang masuk kolam pengendapan Sawangan Timur 0,856 m3/detik (Qinput = 3081,6 m3/jam) yang berasal dari saluran terbuka 8, debit pompa dari Pit sawangan Timur, dan DTH sekitar kolam pengendapan Sawangan Timur. Data yang tersedia untuk menghitung dimensi, padatan yang berhasil terendapkan, dan lama waktu pengerukan (maintenance) dari PT. BIMA yaitu; persen solid 0,2% (dokumen amdal perusahaan), ukuran partikel yang direncanakan keluar kolam (D) = 0,000002 m (ukuran lempung menurut ASTM), berat jenis padatan (ρp) = 2680 kg/m3. Perhitungan kecepatan pengendapan berdasar hukum stokes (persen solid <40%) sehingga di dapat 0,0028 m/detik. Hasil perhitungan kolam sebagai berikut :
B
Sumber : Peta Longterm Kuari Batugamping Sawangan PT. BIMA, 2016. Gambar 4.1 Penggambaran Sayatan Pit Sawangan Timur Hal ini untuk mengetahui pompa mana yang memiliki efisiensi maksimal. Pompa yang digunakan yaitu merk Multiflo MF 290 menghasilkan efisiensi maksimal 71% beroperasi pada debit 288 m3/jam. Jumlah pompa yang dibutuhkan 1 unit. Pompa tersebut menggunakan pipa air HDPE seri PE100 diameter dalam 0,15 m dan ujung pipa hisap dipasang katup jenis saringan. Pemasangan pipa
1. Kolam pengendapan Sawangan Barat a) Kedalaman (H) =3m b) Lebar (b) = 16 m c) Panjang kompartemen (l) = 36,5 m 8
d) e) f) g)
Panjang total kolam (P) Lebar penyekat (b1) Luas keseluruhan kolam Volume keseluruhan kolam
= 119,5 m =5m = 1752 m2 = 4380 m3
2. Kolam pengendapan Sawangan Timur a) Kedalaman (H) =3m b) Lebar (b) = 15 m c) Panjang kompartemen (l) = 21 m d) Panjang total kolam (P) = 73 m e) Lebar penyekat (b1) =5m f) Luas keseluruhan kolam = 1095 m2 g) Volume keseluruhan kolam = 2362,5 m3 Semua kolam pengendapan dirancang menjadi 3 kompartemen yaitu kompartemen pengkondisian, kompartemen pemisahan partikel padat dengan air tambang, dan kompartemen pengaliran. Penyekat antar kolam berukuran 5 m dan dipasang gorong-gorong berbahan besi. Lebar penyekat dibuat sedemikian rupa agar memudahkan alat mekanis dalam melakukan pengerukan partikel padatan (maintenance). Elevasi antar kompartemen juga dibuat berbeda, kompartemen 1 akan lebih tinggi dari kompartemen 2 dan selanjutnya agar saat air mengalir dari kompartemen 1 ke kompartemen 2 dapat dilakukan pengawasan (monitoring) terhadap keadaan air lumpur. Perubahan dari dimensi aktual yaitu, pada kolam pengendapan bagian Barat ditambah 1 kompartemen untuk kompartemen pengaliran, dan perubahan panjang kolam 16,1 – 20,2 meter, lebar kolam 6 – 12 meter, dan kedalaman 3 meter. Perubahan kolam pengendapan bagian Timur yaitu, pertambahan panjang kolam 4,5 – 6 meter, pertambahan lebar kolam 4 – 10 meter, dan kedalaman 3 meter. 5.
1.
2.
Metode penirisan menggunakan mine drainage system, dan kombinasi mine drainage-mine dewatering system.
4.
Saluran terbuka yang mengalami perubahan berjumlah 6 saluran terbuka.
5.
Pengadaan gorong-gorong gorong-gorong 1,3,4, dan 5.
6.
Sumuran berbentuk penampang trapesium dengan volume 1248,41 m3. Kebutuhan pompa 1 unit Multiflo 290, dan pipa sepanjang 137 meter.
7.
Kolam pengendapan mengalami pertambahan kompartemen dan dimensi yaitu : kolam pengendapan Sawangan Barat ditambah 1 kompartemen untuk kompartemen pengaliran, dan perubahan panjang kolam 16,1 – 20,2 meter, lebar kolam 6 – 12 meter, dan kedalaman 3 meter. Perubahan kolam pengendapan Sawangan Timur yaitu, pertambahan panjang kolam 4,5 – 6 meter, pertambahan lebar kolam 4 – 10 meter, dan kedalaman 3 meter.
6.
UCAPAN TERIMAKASIH (ACKNOWLEDGEMENT)
di
lokasi
Atas selesainya penyusunan karya ilmiah ini, diucapkan terimakasih kepada : 1.
Tanto Afrianto S, selaku General Manager PT. Bintang Mitra Sejahtera.
2.
Hidayatullah Sidiq, selaku Pembimbing Lapangan.
7.
DAFTAR PUSTAKA (REFERENCES)
Bambang Triatmodjo, 2009, Hidrologi Terapan, Beta Offset, Yogyakarta, 213225.
KESIMPULAN (CONCLUSION)
Dari hasil dan pembahasan diuraikan dapat disimpulkan :
3.
Currie, John M., 1973, Unit Operations in Mineral Processing, Departement of Chemical and Metalurgical Technology, British Columbia, 11-1 – 11-4.
yang
Nilai rata-rata curah hujan maksimal tahun 2005-2015 sebesar 102,09 mm/hari. Pemilihan PUH 3 tahun memperoleh nilai Curah Hujan Rencana 110,56 mm/hari, Intensitas Curah Hujan Rencana 38,74 mm/jam termasuk kategori hujan deras.
R. Hariyanto dan Sudaryanto. 2015. Buku Panduan Praktek Tambang Terbuka. Program Studi Teknik Pertambangan UPN “Veteran” Yogyakarta, 179-188. Rama Rante Lalo, 2015, Kajian Teknis Sistem Penyaliran Tambang Pada Pit 4500 Blok 12 PT. Trubaindo Coal Mining di Kecamatan Melak Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur, Skripsi, Program Studi Teknik
Debit air tambang yang ada di daerah Sawangan Barat 1,524 m3/detik. Debit air tambang di daerah Sawangan Timur 1,757 m3/detik.
9
Pertambangan, Yogyakarta.
UPN
Veteran
mid=449. Diunduh pada tanggal 31 Oktober 2016
Rudy S. Gautama, 1999, Diktat Kuliah Sistem Penyaliran Tambang, Institut Teknologi Bandung.
Djuri,
Sularso dan Tahara, Haruo, 1987, Pompa dan Kompressor, PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 28-43.
dkk.(1996)., 2016, Peta Geologi Regional IUP PT. Sinar Tambang Arthalestari, skala 1 : 25.000, Mining division PT. Sinar Tamabng Arthalestari.
Hidayatullah Sidiq, 2016, Peta Longterm Kuari Batugamping Sawangan, Engineering division PT. Bintang Mitra Sejahtera.
Suripin, 2004, Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan, Penerbit Andi Offset, Yogyakarta.
_____, 2016, Data Curah Hujan Dinas Sumberdaya Air dan Bina Marga Kecamatan Ajibarang, Kabupaten Banyumas.
Badan Geologi Pusat Sumber Daya Mineral Batubara dan Panas Bumi, Evaluasi Sumber Daya Mineral Sekala Kecil di Kecamatan Ajibarang,http://psdg.bgl.esdm.go.id/inde x.php?option=com_content&id=444&Ite
_____, 2016, Dokumen Geologi Regional, Mining division PT. Sinar Tambang Arthalestari.
10