BIO-PEDAGOGI ISSN: 2252-6897 1Volume 3, Mariyam, Nomor 1S. N., et al. – Pengaruh Model Pembelajaran Experiential Learning..... April 2014 Halaman 55-66 Pengaruh Model Pembelajaran Experiential Learning dengan Studi Kasus terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Materi Sistem Reproduksi Manusia Effect of Experiential Learning Model with Case Study of Students in Critical Thinking Skills of Human Reproductive System Matter
Siti Neng Mariyam a, Sri Dwiastuti b, Puguh Karyanto c a Pendidikan Biologi FKIP UNS, Email:
[email protected] b Pendidikan Biologi FKIP UNS, Email:
[email protected] c Pendidikan Biologi FKIP UNS, Email:
[email protected] Diterima 19 Juli 2013, disetujui 17 Desember 2013
ABSTRACT- The aim of this research was to investigate the influence of the learning model of Experiential Learning with case study of students' critical thinking skills in the human reproductive system material.Research is Quasi Experiment (quasi-experimental) with research design Posttest Only with Non-equivalent Control Group Design. The research population was all students of eleventh (XI) grade IPA SMA Negeri 6 Surakarta academic year 2012/2013. Sampling technique in the study is cluster sampling, with samples of the two classes, there are eleventh grade (XI) IPA 1 with 26 students as the number of experimental class and eleventh (XI) IPA 3 with 28 students a class control. Treatment in the experimental class is the application of the learning model of Experiential Learning with case study and in control class applied conventional learning model with varied lectures. The technique of collection data was using test method (essay) and nontest (documentation and observation). Hypothesis testing is done by using a t-test. The results showed that the average value of the critical thinking skills of students in the experimental class was higher than the control class, which is 64.42 in experimental class and 51 in the control class. The results show the significant value of t test is 0.000 (sig. <0.05), so it can be said that there are significant differences in thecritical thinking skills betweenexperimental class with control class. The research has conclusion that the model of experiential learning with case studygives significant effect on students' critical thinking skills for eleventh(XI) grade IPA SMA Negeri 6 Surakarta in academic year 2012/2013 on the matter of human reproductive system. Key Words: experiential learning, learning method in case study, critical thinking skills
(Permendiknas) No. 23 tahun 2006,
Pendahuluan
kemampuan Pembelajaran merupakan suatu proses yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa, serta meningkatkan kemampuan mengkonstruksi
pengetahuan
baru
sebagai upaya untuk menguasai konsep materi
pelajaran
Sebagaimana
yang
(Sagala, tertuang
2010). dalam
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
berpikir
yang
perlu
dikembangkan dalam pembelajaran salah satunya
adalah
kemampuan
berpikir
kritis (Depdiknas, 2006). Berpikir kritis merupakan salah satu bagian dari kemampuan berpikir tingkat tinggi yang sangat esensial bagi kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan (Oka, 2010). Oleh sebab itu, berpikir
BIO-PEDAGOGI Vol. 3, No.1, hal. 55-66
56
kritis penting untuk dikembangkan dalam
Sehubungan dengan hal tersebut,
proses pembelajaran sebagai bekal untuk
maka
menghadapi
berpikir kritis dalam pembelajaran perlu
permasalahan
dalam
pengembangan
kemampuan
kehidupan bermasyarakat (Amri dan
dioptimalkan
Ahmadi, 2010).
strategi pembelajaran yang tepat dan
Proses
pembelajaran
yang
dengan
menerapkan
inovatif, sehingga proses pembelajaran
menarik dan efektif sangatlah penting
berlangsung
dalam
mengembangkan
mengembangkan kemampuan ber-pikir
kemampuan berpikir kritis. Akan tetapi,
kritis siswa. Salah satunya adalah dengan
fakta di lapangan menunjukkan kondisi
menerapkan
yang berbeda. Proses pembelajaran yang
Learning dengan studi kasus.
upaya
optimal
dan
model
mampu
Experiential
terjadi di kelas pada umumnya masih
Experiential Learning merupakan
bersifat monoton dan kurang menarik.
model pembelajaran yang dikembangkan
Pembelajaran di dalam kelas cenderung
oleh Kolb sejak tahun 1980-an dengan
hanya
berlangsung
centered)
dengan
searah
(teacher
didasarkan pada experiential learning
metode
ceramah
theory
(ELT).
Dalam
model
ini,
bervariasi. Meskipun guru telah mencoba
pengalaman mempunyai peran sentral
mengaktifkan siswa dengan melakukan
dalam proses belajar (Baharuddin dan
tanya
tugas,
Wahyuni, 2012). Melalui pengalaman
tampaknya hal tersebut belum mampu
langsung, seorang pembelajar dapat lebih
memotivasi siswa untuk berperan aktif
mudah
dalam pembelajaran, serta belum mampu
secara mandiri dengan bantuan pendidik
melatihkan
sebagai
jawab
dan
proses
pemberian
berpikir
kritis.
mengkonstruk
fasilitator
pengetahuan
dalam
mengelola
Akibatnya, kemampuan berpikir kritis
aktivitas pembelajaran yang dibangun
siswa cenderung rendah. Selain berakibat
dari pengalaman yang telah dialami
pada rendahnya kemampuan berpikir
untuk kemudian digunakan sebagai bekal
kritis siswa, proses pembelajaran yang
dalam menghadapi pengalaman baru.
monoton juga dapat menyebabkan siswa
Dengan
pengalaman
merasa bosan, mengantuk, mengobrol
melalui
peran
dengan temannya dan sibuk mengerjakan
pembelajaran, model ini sesuai dengan
PR atau tugas mata pelajaran lain.
kaidah bidang biologi yang menekankan
Sehingga siswa menjadi pasif dan kurang
pada kerja praktik (Othman dan Othman,
kritis terhadap materi pembelajaran.
2004).
aktif
yang
diperoleh
siswa
dalam
Mariyam, S. N., et al. – Pengaruh Model Pembelajaran Experiential Learning.....
57
Model pembelajaran Experiential
memecahkan
masalah.
Sebab
pada
Learning memiliki empat tahapan yang
dasarnya metode ini merupakan bagian
meliputi concrete experience, observa-
dari
tion and reflection,
forming abstract
(Problem Based Learning). Menurut
concepts, dan testing in new situation
Ibrahim (Trianto, 2007), pembelajaran
(Bhat, 2001).
dengan menggunakan masalah dapat
Model pembelajaran Experiential
pembelajaran
berbasis
masalah
membantu siswa dalam mengembangkan
Learning diharapkan dapat meningkatkan
kemampuan
kemampuan berpikir kritis siswa karena
masalah dan keteram-pilan intelektual.
memiliki
kelebihan,
Menurut Davis & Wilcock (2007),
diantaranya yaitu meningkatkan kemam-
metode ini sangat cocok untuk digunakan
puan berkomunikasi dan pemecahan
dalam pembelajaran sains, khususnya
masalah, melatih siswa untuk berperan
biologi karena banyaknya topik dalam
aktif
(Hamalik,
pembelajaran ini berhubungan dengan
2003), serta mampu mengembangkan
kehidupan nyata yang di dalamnya
pengetahuan, keterampilan dan emosi
banyak kasus yang dapat didiskusikan.
beberapa
dalam
pembelajaran
melalui pengalaman (Indriana, 2011). Dalam proses pembelajaran mod-
berpikir,
Penelitian
ini
pemecahan
bertujuan
untuk
mengetahui ada tidaknya pengaruh pada
el Experiential learning, perlu diterapkan
penerapan
beberapa
Experiential Learning dengan studi kasus
strategi
pembelajaran
model
pembelajaran
penunjang. Salah satunya yaitu dengan
terhadap
menerapkan metode pembelajaran studi
siswa kelas XI IPA SMA Negeri 6
kasus (Prasetyo, 2011). Melalui studi
Surakarta tahun pelajaran 2012/2013
kasus inilah siswa akan memperoleh
pada materi sistem reproduksi manusia.
pengalaman praktik berbasis teori sesuai
kemampuan
berpikir
kritis
Metode Penelitian
dengan materi pelajaran yang sedang Penelitian dilaksanakan di SMA
dipelajari, serta dapat mengaplikasikan pengetahuan
dari
pengalaman
nyata
teori
ke
yang
dalam berupa
pemecahan masalah (dalam studi kasus). Metode studi kasus merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat
memfasilitasi
siswa
untuk
mengembangkan kemampuannya dalam
Negeri 6 Surakarta pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013. Penelitian merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif dengan metode penelitian eksperimen
semu.
Desain
penelitian
adalah Posttest Only Non-equivalent Control
Group
Design,
dengan
BIO-PEDAGOGI Vol. 3, No.1, hal. 55-66 menggunakan
kelompok
eksperimen
58 untuk mengukur sikap siswa (afektif)
(menerapkan model pembelajaran Expe-
dalam
riential Learning dengan studi kasus) dan
memantau keterlaksanaan sintaks model
kelompok
pembelajaran yang diterapkan dalam
kontrol
pembelajaran
(menerapkan
konvensional
dengan
ceramah bervariasi) (Sugiyono, 2011).
mengikuti
pembelajaran
dan
kelas eksperimen. Metode tes digunakan untuk
mengambil
data
kemampuan
Populasi dalam penelitian adalah
berpikir kritis siswa (berupa tes uraian).
seluruh siswa kelas XI IPA SMA Negeri
Soal tes yang digunakan untuk posttest,
6 Surakarta.
sampel
sebelumnya divalidasi terlebih dahulu
teknik
cluster
oleh ahli dan diujicobakan di lapangan
2011).
Hasil
dengan
Pengambilan
menggunakan
sampling
(Darmadi,
untuk
mengetahui
validitas
product
pemilihan sampel menetapkan kelas XI
moment dan reliabilitasnya. Uji validitas
IPA 1 dengan jumlah siswa 26 orang
soal
sebagai kelas eksperimen dan kelas XI
dengan angka kasar Karl Pearson dan uji
IPA 3 dengan jumlah siswa 28 orang
reliabilitas
sebagai kelas kontrol.
Cronbach.
Variabel bebas berupa model pem-belajaran
Experiential
menggunakan
product
moment
menggunakan
Analisis
data
hasil
Alpha
penelitian
Learning
menggunakan uji-t. Sebelum dilakukan
dengan studi kasus dan variabel terikat
analisis data, dilakukan uji prasyarat
yaitu kemampuan berpikir kritis siswa.
berupa uji normalitas dengan Kolmogo-
Pengumpulan data dalam penelitian ini
rov Smirnov dan uji homogenitas dengan
menggunakan
uji Levene’s.
teknik
dokumentasi,
observasi dan tes. Metode
Hasil dan Pembahasan dokumentasi
pada
penelitian dilakukan untuk mendapatkan data sekunder berupa nilai asli ujian akhir semester 1 siswa (nilai hasil belajar biologi ranah kognitif) kelas XI IPA SMA Negeri 6 Surakarta tahun pelajaran 2012/2013. Data sekunder digunakan sebagai
acuan
untuk
mengetahui
keseimbangan kemampuan awal siswa dalam
rangka
menentukan
sampel
penelitian. Metode observasi digunakan
Hasil
analisis
statistik
uji-t
menunjukkan bahwa model pembelajaran Experiential Learning dengan studi kasus berpengaruh
signifikan
terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa pada materi sistem reproduksi. Pernyataan tersebut
didasarkan
pada
hasil
uji
hipotesis terhadap kemampuan berpikir kritis siswa yang menunjukkan bahwa H0 ditolak, karena probabilitas signifikansi-
Mariyam, S. N., et al. – Pengaruh Model Pembelajaran Experiential Learning.....
59
nya 0,000 (<0,05). Hal ini berarti bahwa
pengalaman baru disajikan dalam bentuk
perolehan nilai rata-rata kemampuan
studi kasus.
berpikir kritis siswa kelas kontrol dan kelas
eksperimen
signifikan,
berbeda
dimana
secara
tial
Learning
dengan
studi
kasus,
rata-rata
kemampuan berpikir kritis siswa dapat
kemampuan berpikir kritis siswa kelas
diberdayakan dan dikembangkan. Sebab
eksperimen lebih baik daripada kelas
tahap-tahap
kontrol.
sesuai dengan definisi berpikir kritis
Nilai
nilai
Melalui pembelajaran Experien-
pembelajaran
ini
kemampuan
yang dijelaskan oleh The National Coun-
berpikir kritis siswa lebih tinggi pada
cil for Excellence in Critical Thinking
kelas eksperimen daripada kelas kontrol
(1987) bahwa berpikir kritis merupakan
membuktikan bahwa penerapan model
proses intelektual berdisiplin yang secara
pembelajaran
Learning
aktif dan cerdas mengonseptualisasikan,
berpengaruh
menerapkan, menganalisis dan meng-
signifikan terhadap kemampuan berpikir
evaluasi informasi yang dikumpulkan
kritis
atau
dengan
rata-rata
dalam
Experiential
studi
kasus
siswa
reproduksi
pada
materi
manusia.
sistem
Hal
tersebut
dihasilkan
pengalaman,
melalui
refleksi
observasi, (perenungan
disebabkan karena penerapan model
kembali), nalar maupun komunikasi,
pembelajaran
Learning
sebagai panduan mengenai apa yang
dengan studi kasus mampu memberikan
dipercaya dan tindakan yang diambil
suasana belajar yang baru dan menarik
(Thompson, 2011).
bagi siswa, yang tidak mereka dapatkan
Aspek-aspek
Experiential
yang
digunakan
pada pembelajaran sehari-hari (model
sebagai acuan berpikir kritis dalam
pem-belajaran
konvensional).
Dalam
penelitian ini adalah interpretation, anal-
pembelajaran
Experiential
Learning
ysis, inference, explanation dan self-
dengan
studi
kasus
siswa
dapat
memperoleh pengalaman yang nyata dalam
aspek kemampuan berpikir kritis pada
diobservasi dan direfleksi dalam rangka
kelas eksperimen dan kelas kontrol
menyusun konsep-konsep abstrak yang
disajikan pada Gambar 1.
digunakan
pengalaman
baru
untuk
Perbandingan nilai rata-rata setiap
kemudian
akan
belajar
regulation (Facione, 2011).
untuk
menghadapi
berkaitan
dengan
materi pelajaran, yang dalam hal ini
Nilai
BIO-PEDAGOGI Vol. 3, No.1, hal. 55-66
100 80 60 40 20 0
84,879,8
78,9
72,1 60,6 45,2 44,6 37,5
40,2
50,949,0 47,3
60 2. Aspek Analisis Nilai rata-rata aspek analisis pada kelas kontrol yaitu 40,2 dan pada kelas eksperimen yaitu 60,6. Data tersebut menunjukkan bahwa kemampuan analisis
Aspek-Aspek Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
siswa
kelas
eksperimen
lebih
baik
daripada kelas kontrol. Ini berarti bahwa Kelas Kontrol
Kelas Eksperimen
model pembelajaran Experiential Learning Gambar 1. Histogram Perbandingan Nilai Rata-Rata Posttest Kemampuan Berpikir Kritis Setiap Aspek
dengan studi kasus berpengaruh terhadap kemampuan siswa dalam menganalisis suatu informasi atau pernyataan. Kondisi
Gambar di atas menunjukkan bahwa
rata-rata
kemampuan
concrete experience (pengalaman nyata),
berpikir kritis siswa kelas eksperimen
yaitu siswa belajar dengan melakukan
pada beberapa aspek tampak lebih tinggi
pengalaman
dibandingkan kelas kontrol. Pada kelas
praktikum pengamatan organ reproduksi,
eksperimen, aspek berpikir kritis yang
menganalisis video tentang mekanisme
nilainya lebih tinggi dibanding kelas
dalam sistem reproduksi manusia dan
kontrol
analisis,
menganalisis artikel tentang kelainan
evaluasi, penjelasan dan kesimpulan.
dalam sistem reproduksi manusia. Pada
Sedangkan pada aspek interpretasi dan
tahap ini siswa diberi kesempatan untuk
pengaturan diri, nilai yang lebih tinggi
mengenali hubungan inferensial yang
ditempati oleh kelas kontrol. Pembahasan
diharapkan
untuk setiap aspek kemampuan berpikir
antara pernyataan dan deskripsi teori
kritis siswa adalah sebagai berikut:
dengan kenyataan yang terjadi berdasar
1. Aspek Interpretasi (interpretation) Nilai rata-rata aspek interpretasi
pengalaman. Dalam tahap ini siswa kelas
yaitu
nilai
ini disebabkan karena adanya sintaks
pada
aspek
pada kelas kontrol yaitu 84,8 dan pada kelas
eksperimen
yaitu
79,8.
Data
langsung
yang
berupa
dan yang sesungguhnya
eksperimen tampak antusias dan aktif dalam melakukan kegiatan pembelajaran.
tersebut menunjukkan bahwa kemampuan
3. Aspek Evaluasi Nilai rata-rata aspek evaluasi pada
interpretasi siswa kelas kontrol lebih baik
kelas kontrol yaitu 37,5 dan pada kelas
daripada kelas eksperimen.
eksperimen yaitu 45,2. Data tersebut menunjukkan bahwa model pembelajaran Experiential Learning dengan studi kasus
61
Mariyam, S. N., et al. – Pengaruh Model Pembelajaran Experiential Learning.....
berpengaruh terhadap kemampuan siswa
konsep-konsep informasi yang diperoleh
dalam
(mengevaluasi)
dari setiap tahap pembelajaran untuk
kredibilitas pernyataan atau argumen.
kemudian dikonstruksi menjadi pengetahuan
Kondisi ini disebabkan karena adanya
yang utuh dan bermakna sesuai materi
sintaks active experimentation (testing in
yang
new situation), yang pada tahap ini siswa
melakukan studi kasus siswa dilatihkan
dibimbing untuk menggunakan pengeta-
untuk dapat menjelaskan kasus yang
huan yang telah diperolehnya pada tahap-
telah
tahap sebelumnya untuk meme-cahkan
masalahnya.
permasalahan dan mengambil keputusan dalam kegiatan studi kasus tentang
5. Aspek Pengaturan Diri Nilai rata-rata aspek pengaturan
permasalahan yang terjadi dalam sistem
diri pada kelas kontrol lebih tinggi
reproduksi manusia yang disajikan dalam
daripada
bentuk artikel.
berurutan yaitu 50,9 dan 49,0. Data
4. Aspek Penjelasan Nilai rata-rata aspek evaluasi
tersebut
yang diperoleh siswa pada kelas kontrol
dengan
yaitu 44,6 dan pada kelas eksperimen
mempengaruhi kemampuan siswa dalam
yaitu 72,1. Data tersebut menunjukkan
melakukan pemantauan dan perbaikan
bahwa terdapat perbedaan hasil antara
diri secara sadar dalam menganalisis dan
penerapan model pembelajaran Experiential
mengevaluasi dirinya dengan sebuah
Learning dengan studi kasus dan model
pandangan ke arah pernyataan yang
konvensional (ceramah bervariasi). Nilai
tegas.
rata-rata aspek penjelasan yang lebih tinggi pada kelas eksperimen menunjukkan
6. Aspek Kesimpulan Nilai rata-rata aspek kesimpulan
bahwa
dalam
yang diperoleh siswa kelas kontrol yaitu
menyatakan dan menyajikan argumen
47,3 dan kelas eksperimen yang nilainya
dengan pertimbangan yang kuat lebih
78,9. Data tersebut menunjukkan bahwa
baik pada kelas eksperimen dibandingkan
terdapat perbedaan hasil yang signifikan
kelas kontrol. Hal ini disebabkan karena
antara penerapan model pembelajaran
dalam
Experiential Learning dengan studi kasus
menilai
kemampuan
tahap
siswa
reflective
observation
dipelajari.
dipelajari
kelas
Selain
beserta
studi
Learning
belum
dapat
dan
Experiential Learning dengan studi kasus,
bervariasi). Nilai rata-rata aspek kesimpulan
siswa
yang lebih tinggi pada kelas eksperimen
untuk
menyusun
konvensional
model
(observasi-refleksi) pada proses pembelajaran
dilatihkan
model
kasus
secara
bahwa
Experiential
dalam
pemecahan
eksperimen,
menunjukkan
pembelajaran
itu,
(ceramah
BIO-PEDAGOGI Vol. 3, No.1, hal. 55-66
62
menunjukkan bahwa kemampuan siswa
kelas eksperimen disajikan pada Gambar
dalam mengenali dan memperoleh unsur-
2.
kesimpulan
yang
masuk
mempertimbangkan
akal
dan
informasi
yang
relevan, lebih baik pada kelas eksperimen daripada
kelas
disebabkan
kontrol.
karena
pembelajaran
Hal
dalam
Experiential
ini
Rata-rata Nilai Kemampuan Berpikir Kritis
unsur yang diperlukan untuk menarik 100
64,42 51
50 0 Kelas Kontrol
Kelas Eksperimen
proses Learning
dengan studi kasus, siswa dilatihkan untuk
Gambar 2. Histogram Perbandingan Nilai Rata-Rata Posttest Kemampuan Berpikir Kritis
memecahkan suatu dugaan permasalahan dan mempertimbangkan
informasi
yang
Gambar tersebut menunjukkan
relevan, sehingga siswa dapat membuat
bahwa nilai rata-rata kelas yang lebih
kesimpulan dengan pertimbangan yang
tinggi yaitu pada kelas eksperimen
masuk akal. Hal ini terlatihkan dalam
dengan nilai 64,42, sedangkan nilai rata-
tahap abstract conceptualization, yaitu
rata kelas kontrol adalah 51. Hasil
tahap dimana siswa didorong untuk dapat
tersebut senada dengan hasil penelitian
menciptakan
Lestari
konsep-konsep
mengintegrasikan
hasil
yang
(2012)
bahwa
kemampuan
observasinya
berpikir kritis siswa lebih meningkat
menjadi sebuah informasi yang berguna
ketika diberi perlakuan model experien-
dalam rangka mengkonstruksi pengetahuan
tial learning daripada dengan model
dari pengalaman yang telah dilakukan.
konvensional.
Pada tahap ini siswa saling berkomunikasi,
serupa diperoleh Yuliani (2009), bahwa
bertukar pikiran dan pengetahuan dalam
kemampuan bertanya
rangka menyusun konsep yang sama.
lebih baik setelah dilakukan pembelajaran
Berdasarkan pembahasan setiap
Hasil
penelitian
yang
siswa menjadi
dengan studi kasus dibandingkan dengan
aspek kemampuan berpikir kritis di atas,
pembelajaran
dapat dilihat bahwa secara umum dapat
kemampuan
dikatakan bahwa kemampuan berpikir
gerbang awal dari kemampuan berpikir
kritis siswa kelas eksperimen lebih baik
kritis.
daripada kelas kontrol. Perbandingan nilai
rata-rata
posttest
sehari-hari bertanya
karena merupakan
Pembelajaran Experiential Learn-
kemampuan
ing dengan studi kasus tidak hanya
berpikir kritis siswa kelas kontrol dan
memberikan pengaruh positif terhadap kemampuan berpikir kritis, tetapi juga
Mariyam, S. N., et al. – Pengaruh Model Pembelajaran Experiential Learning.....
63 terbukti
dapat
menciptakan
suasana
pembelajaran
Experiential
Learning
belajar yang efektif dan interaktif antar
dengan studi kasus dari tahap awal
siswa dan antara siswa dengan guru. Hal
hingga akhir (4 tahap), yaitu concrete ex-
ini dibuktikan dengan sikap antusias dari
perience (pengalaman nyata), reflective
guru dan siswa dalam pelaksanaan
observation
pembelajaran.
conceptuali-zation
Pada
saat
proses
(observasi-refleksi),
abstract
(menyusun
konsep
pembelajaran berlangsung, siswa aktif
abstrak), active experimentation (testing
melakukan kegiatan pembelajaran dan
in new situation).
terjadi interaksi positif antar siswa dan
Pada tahap concrete experience
antara siswa dengan guru, sehingga
(pengalaman
suasana belajar di kelas menjadi lebih
pembelajaran pada pertemuan pertama
menyenangkan.
disajikan
Proses belajar mengajar pada kelas
eksperimen
bentuk
praktikum
pengamatan organ reproduksi mencit sebagai interpretasi dari organ reproduksi
cukup
manusia. Pada pertemuan kedua, tahap
antusias selama kegiatan pembelajaran
ini disajikan dalam bentuk kegiatan
berlangsung. Hal ini tampak pada saat
pengamatan dan analisis video tentang
guru
mekanisme dalam sistem reproduksi
bahwa
melaksanakan
pembelajaran
IPA
dalam
kegiatan
1)
menunjukkan
(XI
nyata),
siswa
langkah-langkah
Experiential
Learning
manusia, sedangkan pada pertemuan
dengan studi kasus yang mendorong
ketiga pengalaman nyata dilakukan siswa
siswa untuk aktif membangun konsep
dengan mencari dan membuat artikel
tentang materi sistem reproduksi manusia
tentang kelainan yang terjadi dalam sistem
dari
reproduksi. Pada tahap ini, siswa dapat
informasi-informasi
yang
disampaikan oleh guru. Pelaksanaan
memperoleh
pembelajaran ini telah dilaksanakan oleh
bertukar informasi terkait dengan materi
guru
pembelajaran,
dengan
baik,
meskipun
pada
pengalaman
sehingga
dan
siswa
saling
dapat
beberapa tahap pelaksanaannya kurang
memperoleh sedikit gambaran tentang
maksimal.
materi sistem reproduksi manusia sebagai
Proses pembelajaran Experiential Learning dengan studi kasus pada materi sistem reproduksi manusia dilaksanakan
bekal
untuk
Tahap kedua adalah reflective observation
pelajaran.
melakukan
diterapkan
setiap
sintaks-sintaks
pertemuan, model
sendiri
pengetahuan yang utuh dan baru.
dalam 3 kali pertemuan selama 5 jam Dalam
mengkonstruk
terhadap
(observasi-refleksi),
siswa
observasi
dan
refleksi
pengalaman
yang
mereka
BIO-PEDAGOGI Vol. 3, No.1, hal. 55-66
64
dapatkan pada tahap pertama. Pada tahap
memberi kesempatan pada siswa untuk
ini, tampak siswa saling berinteraksi,
terlibat aktif secara langsung dalam
berpendapat dan menyampaikan gagasan
kegiatan pembelajaran. Dalam setiap
dari hasil observasi dalam forum diskusi
proses
kelompok,
hasil
berperan sebagai fasilitator, motivator
observasi masing-masing siswa direfleksi
dan pengamat yang telah siap dengan
bersama
berbagai pertanyaan guna membantu
yang
kemudian
anggota
kelompok
dengan
melakukan diskusi.
pembelajaran,
guru
hanya
siswa dalam mengkonstruk pengetahuan.
Tahap yang ketiga adalah abstract
Dengan
menempatkan
siswa
dalam
conceptualization, yaitu tahap dimana
kegiatan kelompok, akan melatih siswa
siswa didorong untuk dapat menciptakan
untuk dapat saling bekerjasama, saling
konsep-konsep yang mengintegrasikan
bertukar pikiran dan pengetahuan atau
hasil
gagasan
observasinya
informasi
yang
menjadi
sebuah
berguna dalam rangka
mengkonstruksi
pengetahuan
dalam
menyelesaikan
masalahan bersama.
Hal
ini
persesuai
dari
dengan teori Vygotsky yang menegaskan
pengalaman yang telah dilakukan. Pada
pentingnya proses scaffolding dalam
tahap ini siswa saling berkomunikasi,
pembelajaran, karena siswa yang belajar
bertukar pikiran dan pengetahuan dalam
dalam kelompok memiliki keterampilan
rangka menyusun konsep yang sama.
sosial yang lebih baik dibanding siswa
Tahap yang terakhir adalah active
yang belajar sendiri. Sebab dengan
experimentation (testing in new situa-
belajar dalam kelompok, siswa akan
tion),
siswa
menerima lebih banyak ide dan informasi
menggunakan
dari orang lain yang dijadikan sebagai
yang
pada
dibimbing
tahap
untuk
ini
pengetahuan yang telah diperolehnya pada
tahap-tahap
untuk
Proses belajar mengajar di kelas
dan
XI IPA 3 sebagai kelas kontrol dengan
mengambil keputusan dalam kegiatan
perlakuan metode pembelajaran yang
studi kasus tentang permasalahan yang
biasa digunakan guru sehari-hari dalam
terjadi dalam sistem reproduksi manusia
mengajar, yaitu ceramah dan tanya
yang disajikan dalam bentuk artikel.
jawab. Pada setiap pertemuan di kelas
memecahkan
sebelumnya
pengalaman belajar.
permasalahan
Keseluruhan tahap pembelajaran di
atas
dilakukan
berkelompok
baik
siswa dalam
secara bekerja
(praktikum) maupun berdiskusi, sehingga
kontrol,
guru
selalu
menyampaikan
materi dengan ceramah, sedangkan siswa hanya
mendengarkan
dan
mencatat
penjelasan yang diberikan oleh guru
Mariyam, S. N., et al. – Pengaruh Model Pembelajaran Experiential Learning.....
65
dengan diselingi tanya jawab antara guru
eksperimen lebih tinggi daripada kelas
dengan siswa. Dengan demikian proses
kontrol.
pembelajaran pada kelas kontrol siswa cenderung
pasif
karena
mendominasi
guru
dalam
pembelajaran. Aktifitas
Simpulan
lebih
kegiatan siswa hanya
mendengarkan saat guru menjelaskan, sehingga ada sebagian siswa yang tidak fokus selama pelajaran. Pemandangan yang sering terjadi di kelas kontrol
Penerapan model pembelajaran Experiential Learning
dengan studi
kasus berpengaruh signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI IPA SMA Negeri 6 Surakarta pada materi sistem reproduksi manusia.
adalah siswa mencatat, mengobrol atau
Daftar Pustaka
tidur
Amri, S., & Ahmadi, I. K. (2010). Proses pembelajaran Inovatif dan Kreatif Dalam Kelas. Jakarta: Prestasi Pustakaraya Baharuddin, & Wahyuni, E. N. (2012). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Bhat, V. D. (2001). Experiential Learning, a Handout for Teacher Educator. Mysore: Regional Institute of Education Darmadi, H. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta Depdiknas. (2006). Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Facione, P. A. (2011). Critical thinking: What it is and why it counts. California: Measured Reason and the Calfornia Academic Press Hamalik, O. (2003). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara Davis, C., & Wilcock, E. (2007). Teaching Materials Using Case Studies. United Kingdom: The UK Centre for Materials Education Indriana, D. (2011). Mengenal Ragam Gaya Pembelajaran Efektif. Jakarta: DIVA Press Oka, A. A. (2010). Pengaruh Penerapan Belajar Mandiri pada Materi Ekosistem
di
kelas.
Sedangkan
proses
pembelajaran pada kelas eksperimen siswa cenderung aktif karena siswa lebih mendominasi
dalam
kegiatan
pembelajaran, sedangkan guru hanya menjadi
fasilitator
dalam
proses
pembelajaran. Berbeda dengan kelas eksperimen,
pembelajaran
yang
berlangsung pada kelas kontrol cenderung monoton
dan
membosankan
karena
interaksi yang terjadi hanya satu arah (teacher
centered).
Akibatnya,
siswa
cenderung pasif, mengantuk, mengobrol dan tidak fokus terhadap pelajaran. Dari
keseluruhan
pembahasan
yang telah dipaparkan di atas, secara garis besar hasil penelitian membuktikan bahwa model pembelajaran Experiential Learning dengan studi kasus berpengaruh positif terhadap kemampuan berpikir kritis siswa, yang ditandai dengan nilai rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa di kelas
BIO-PEDAGOGI Vol. 3, No.1, hal. 55-66 Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis dan Kemampuan Memecahkan Masalah Siswa SMA di Kota Metro. Skripsi Tidak Dipublikasikan, Universitas Metro, Lampung Othman, N. & Othman, S. R. (2004). Gaya Pembelajaran Kolb Dalam Mata Pelajaran Biologi. Jurnal Teknologi, Universiti Teknologi Malaysia 40(E). Jun. 2004: 45-58 Prasetyo, I. (2011). Telaah Teoritis Moel Experiential Learning dalam Pelatihan Kewirausahaan Program Pendidikan Non Formal. Jurnal Teknologi Pendidikan, FIP Universitas Negeri Yogyakarta
66 Sagala, S. (2010). Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta Thompson, C. (2011). Critical Thinking across the Curiculum: Process over Output. International Journal of Humanities and Social Science, 1 (9) Trianto. (2007). Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher