EL-VIVO Vol.1, No.1, hal 1 – 14, September 2013
ISSN: 2339-1901 http://jurnal.pasca.uns.ac.id
STUDI VARIASI ANATOMI DAN KANDUNGAN FLAVONOID LIMA SPESIES ANGGOTA GENUS PHYLLANTHUS Tiwuk Dwi Hariyani 1, Suranto2, Edi Purwanto3 1 2 3
Mahasiswa Prodi Biosain Pascasarjana UNS
Dosen Pembimbing I Program Studi Biosain Pascasarjana UNS Dosen Pembimbing II Program Studi Biosain Pascasarjana UNS ( e-mail:
[email protected] )
ABSTRAK - Genus Phyllanthus merupakan kelompok genus yang memiliki anggota yang
cukup besar. Jumlah spesies yang ada dalam genus ini mencapai 833 spesies (Govaerts et al 2000 cit Kathriarachahi et al 2006). Sebagian besar anggota dari genus ini telah diketahui sebagai tanaman obat. Beberapa di antaranya telah digunakan secara tradisional maupun sebagai bahan industri obat berskala besar. Beberapa spesies yang termasuk genus phyllanthus antara lain Phyllanthus niruri (meniran hijau), Phyllanthus urinaria (meniran merah), Phyllanthus acidus (ceremai), Phyllanthus buxifolius (sligi) dan Phyllanthus reticulates (buah tinta). Tujuan dari penelitian ini adalah 1) mengetahui perbedaan karakter anatomi, 2) menguji kandungan fitokimia flavanoid dan 3) mengetahui hubungan kekerabatan antar kelima spesies anggota Phyllanthus. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juni 2011 di Laboratorium Biologi MIPA UNS, dan Unit Laboratorium Pengembangan dan Pengujian Terpadu (LPPT) UGM, meliputi pengambilan sampel, pembuatan preparat permanen, pengamatan anatomis pengamatan stomata. pemeriksaan flavanoid dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dilanjutkan dengan menggunakan uji HPLC. Data penelitian dibentuk dalam table OUT dan selanjutnya dicari hubungan kekerabatannya dengan program NTsys. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan karakter anatomi pada batang dan daun sedangkan pada karakter fitokimia terdapat perbedaan jenis flavanoid. Hubungan kekerabatan yang terbentuk dari kesamaan sifat anatomi dan fitokimia Flavanoid menempatkan Buah Tinta dan Ceremai dalam kekerabatan yang dekat dengan kesamaanya tinggi, Meniran Hijau dan Sligi juga dekat, sedangkan Meniran Merah kekerabatanya jauh. Kata kunci: Anatomy, Flavanoid, Phylogenetic tree, Phyllanthus PENDAHULUAN
saat ini adalah tumbuhan dari genus
Indonesia yang terletak di daerah tropis
Phyllanthus.
memiliki
keanekaragaman
tumbuhan
Genus
Phyllanthus
merupakan
yang tinggi. Keragaman hayati meliputi
kelompok genus yang memiliki anggota
keragaman
yang cukup besar. Jumlah spesies yang
interpopulasi
interspesiess, dan
intraspesies,
intrapopulasi.
Ke-
ada
dalam
genus
ini
mencapai
(Govaerts
et
al
833
anekaragaman tumbuhan yang menjadi
spesies
perhatian para peneliti saat ini adalah
Kathriarachahi
keanakaragaman tanaman obat. Salah
jumlah
satu tanaman obat yang banyak diteliti
memungkinkan kemiripan yang tinggi antar 1
spesies karakter
et
al yang yang
2000
2006).
Adanya
cukup ada
cit
besar
terutama
EL-VIVO Vol.1, No.1, hal 1 – 14, September 2013
morfologi,
anatomi
dan
ISSN: 2339-1901 http://jurnal.pasca.uns.ac.id
habitusnya.
pada sifat morfologinya (Garcia et al,
Sebagian besar anggota dari genus ini
2004).
telah diketahui sebagai tanaman obat.
Pemanfaatan tanaman sebagai bahan
Beberapa di antaranya telah digunakan
obat herba diperlukan ketelitian pemilih-
secara tradisional maupun sebagai bahan
an baik menurut jenis maupun kandung-
industri obat berskala besar. Beberapa
an kimianya. Dengan adanya tingkat ke-
spesies yang termasuk genus phyllanthus
miripan
antara lain Phyllanthus niruri (meniran
Phyllanthus, diperlukan usaha spesifikasi
hijau),
Phyllanthus
merah),
besar
pada
genus
urinaria
(meniran
spesies yang valid. Hal ini diperlukan
acidus
(ceremai),
sebagai langkah awal sebelum masuk
Phyllanthus
Phyllanthus
yang
buxifolius
(sligi)
dan
pada
Phyllanthus reticulatus (buah tinta).
pemeriksaan
kandungan
bioaktifnya.
Beberapa anggota spesies pada genus
Di
Indonesia,
penelitian
tentang
Phyllanthus telah diketahui sebagai anti
anggota genus Phyllanthus hanya sebatas
bakteri, antiviral dan khususnya meniran
yang
mempunyai
immunomodulator.
tradisional oleh masyarakat. Penelitian
Meniran hijau (P. niruri) (Maat,1997) dan
yang ada sebatas aktivitas senyawa yang
meniran merah (P. urinaria) (Ifandari,
terkandung
2011) memiliki efek immunomodulator.
sedangkan pada tingkat taksonomi yang
Berdasarkan aktivitas farmakologi yang
telah
sangat kompleks pada genus Phyllanthus,
kelompok meniran saja. Oleh karena itu
diperlukan
didalam
diperlukan studi variasi dari beberapa
aplikasinya. Langkah ini dimulai dari
spesies anggota genus Phyllanthus yang
kepastian
digunakan sebagai obat oleh masyarakat
efek
suatu dalam
evaluasi bidang
sistematik
terutama dalam proses klasifikasi dan
telah
digunakan
dalam
diteliti
sebagai
spesies
hanya
obat
tertentu,
pada
tingkat
Indonesia.
identifikasi tiap spesies dalam genus
Studi variasi struktur tumbuhan yang
Phyllanthus.
berlandaskan pada karakter anatomi dan
Pengklasifikasian genus Phyllanthus mengalami
banyak
morfologi menjadi perhatian utama para
pertentangan
ahli
taksonomi
pendapat antara banyak peneliti. Genus
karakter
ini
pengembangan
tergolong
sangat
besar
anggota
ini
tumbuhan. menjadi bidang
akar ilmu
spesiesnya dan memungkinkan banyak
keanekaragaman,
filogeni
modifikasi
evolusi
et
pada
morfologi,
anatomi
(Endress,
al
Kedua dari seperti
dan
juga
2000).
Ilmu
maupun molekulernya (Kathriarachahi, et
taksonomi sebagai ilmu dasar mengguna-
al 2006). Sebagai contoh spesies P.niruri
kan kedua karakter ini sebagai dasarnya
dan P.tenellus yang ada di daerah Brazil
dan kemudian berkembang lebih lanjut
memiliki tingkat kemiripan yang besar
dengan penambahan karakter lainnya. 2
EL-VIVO Vol.1, No.1, hal 1 – 14, September 2013
ISSN: 2339-1901 http://jurnal.pasca.uns.ac.id
System klasifikasi yang hanya mengguna-
penanda molekuler untuk mengetahui
kan kedua karakter ini dipakai sejak awal
hubungan
system taksonomi muncul. Sistem ini
pada kelompok tertentu (Seiger, 1981).
sekarang
taksonomi
Oleh karena itu diperlukan penelitian
klasik. Penggunaan dasar hanya dari
perbandingan kandungan flavonoid pada
kedua
beberapa
disebut
karakter
sebagai ini
kadang
masih
kekerabatan
tanaman
antar
anggota
spesies
genus
menimbulkan keambiguan, oleh karena
Phyllanthus yang digunakan sebagai obat
itu muncul system taksonomi yang lain
di Indonesia.
sebagai pemantapannya. Penggunaan
Selain
kemotaksonomi
telah
itu,
informasi
untuk
memberikan
mengenai
perbandingan
dipraktekkan oleh manusia dulu untuk
struktur anatomi dan kandungan kimia
mengenal
mengelompokkan
pada meniran merah, meniran hijau, sligi,
tumbuhan berdasarkan rasa, bau, warna
ceremai, dan buah tinta dapat diketahui
dan
hubungan
dan
lainya.
Kemotaksonomi
muncul
kekerabatan
pada
spesies
didasari oleh konsep pemikiran Linnaeus
tersebut berdasarkan karakter anatomi
pada abad ke-18 yang menyatakan bahwa
dan kimia flavonoid.
tumbuhan
yang
mempunyai
ciri
Studi
komparasi
meniran
merah,
morfologi yang mirip pada umumnya
meniran hijau, sligi, ceremai, dan buah
juga mempunyai kandungan zat kimia
tinta berdasarkan struktur anatomi dan
yang mirip (Hegnauer, 1962). Namun
analisis fitokimia flavonoid belum pernah
begitu, antara tumbuhan satu dengan
diadakan sebelumnya, sehingga peneliti-
lainnya tidak akan memiliki kandungan
an ini perlu untuk dilakukan.
kimia yang semuanya persis sama, pasti
BAHAN DAN METODE
terdapat salah satu atau beberapa zat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
kimia yang khas untuk masing-masing
Januari
tumbuhan tersebut (Pramono, 1988). Penggunaan tanaman
obat
tanaman erat
Laboratorium
dengan
Mikroteknik
tanaman tersebut. Senyawa aktif yang digunakan
dalam
Pusat
MIPA
Universitas
Tumbuhan
Biologi
UGM,
dan Laboratorium LPPT UGM.
diteliti mampu sebagai anti oksidan dan daya
2012.
laboratorium Kimia Organik MIPA UGM
pengobatan
antara lain flavonoid. Senyawa ini telah peningkat
Juni
Sebelas Maret Surakarta, laboratorium
kandungan senyawa yang terdapat pada telah
dengan
Penelitian dilakukan di Sub Lab Biologi
sebagai
kaitanya
sampai
A. Alat dan Bahan
immunomodulator
Alat-alat yang digunakan pada penelitian
(Sharififar et al, 2009). Selain digunakan
ini adalah kantung kertas tempat sampel,
sebagai senyawa aktif dalam pengobatan,
alat
flavonoid juga dapat digunakan sebagai 3
pemotong,
botol
sampel,
botol
EL-VIVO Vol.1, No.1, hal 1 – 14, September 2013
fiksasi,
gelas
benda,
gelas
ISSN: 2339-1901 http://jurnal.pasca.uns.ac.id
penutup,
1. Penelitian di Laboratorium
nampan, gelas ukur, bejana pewarna,
a. Pembuatan ekstrak simplisia uji
pipet tetes, pinset, oven, silet, mikroskop,
Sampel
tumbuhan
kaca pembesar, kamera, seperangkat alat
seluruh
jaringan
ekstraksi maserasi, rotary evaporator,
batang, daun, buah, bunga dan biji)
penyaring, tabung elusi, botol fakon kecil,
dikering
dan HPLC.
kemudian
Bahan-bahan yang digunakan dalam
yang
berupa
tanaman
anginkan.
(akar, Sampel
dipotong–potong
dan
digiling. Setelah itu bubuk sampel
penelitian ini adalah bagian tumbuhan
diayak,
bagian
yang berupa akar, batang dan daun lima
digunakan.
halus
yang
spesies (P niruri, P urinaria, P acidus, P
Bubuk sampel direndam pada
buxifolius dan P reticulatus). Asam acetat
wadah tertutup dengan etanol 70%
glacial, aquades, Formalin, Alkohol 70%,
selama 2-3 hari dan setelah itu
alkohol bertingkat ; 40%, 60%, 80%, 95%,
disaring. Proses ini memerlukan
100%. xylol, parafin cair dan parafin
pembilasan sampai bening. Filtrate
padat, aquades, safranin, entelan, kertas
dikumpulkan
blok, etanol 70% dan aquades steril.
kentalkan evaporator.
dan
kemudian
di-
dengan
rotary
Ekstrak
simplisia
Pengambilan sampel
kemudian diambil dari tabung dan
Sampel yang diambil untuk pengamatan
disimpan dalam wadah pada suhu
struktur
40C.
anatomi
dan
mendapatkan
ekstrak simplisia. Pengambilan sampel untuk
pembuatan
preparat
anatomi
b. Persiapan alat HPLC
dengan mengambil bagian akar, batang
HPLC
dan
untuk
penelitian ini mengunakan kolom
pembutan ekstrak simplisia uji dengan
C18 dengan ukuran 4.0 x 250 mm ,
mengambil keseluruhan bagian tanaman
5µm.
(akar, batang, daun, bunga buah dan biji).
dengan fase gerak A terdiri dari
Sampel
di-
asetonitril : asam asetat : air (
masukkan dalam botol berisi alkhohol
3:0.5:96.5,v/v/v) and Fase gerak B
70% dengan seluruh bagian terendam
Asetonitril
dalam cairan. Sedang untuk pembuatan
(50:0.5:49.5,v/v/v), linear gradient
ekstrak simplisia dengan dimasukkan
elution dari 72.5% A / 27.5% B (v/v)
pada kantung plastik.
to 65% A / 35% B (v/v) selama 0 - 10
daun
tumbuhan.
untuk
Sampel
preparat
anatomi
yang
digunakan
Temperatur
:
asam
dalam
kolom
asetat
350C
:
air
menit, dari 65% A / 35% B (v/v) sampai 20% A /80% B (v/v) selama 10-35 menit , dari 20% A /80% B 4
EL-VIVO Vol.1, No.1, hal 1 – 14, September 2013
ISSN: 2339-1901 http://jurnal.pasca.uns.ac.id
(v/v) sampai 0% A /100% B (v/v)
Peak-peak
yang
selama 35-40 menit; fase gerak
dibandingkan
dengan kecepatan 1,1 mL min-1
standart baku.
muncul
dengan
peak
dari
dengan panjang gelombang 262 nm (Andersen and Markham, 2006).
e. Pembuatan
preparat
permanen
struktur anatomi tanaman c. Pembuatan Baku Pembanding Baku
pembanding
yang
Pembuatan
dipakai
preparat
permanen
sesuai dengan cara yang diberikan
adalan Rutine dan Quercetin. Kedua
oleh
senyawa tersebut berbentuk bubuk
dipotong sepanjang 2 mm. Jaringan
ditimbang
kemudian dimasukkan dalam botol
sebanyak
250
mg.
Wibisosno.
Masing–masing senyawa dilarutkan
fiksasi.
dengan
dengan
methanol
grade
HPLC
Proses
Jaringan
fiksasi
larutan
sampel
dilakukan
Formalin-Acetil-
sampai volumenya 25ml. Larutan
Alkohol (FAA). Larutan FAA dibuat
kemudian disimpan dibotol dengan
dengan mencampur alkohol 70 % 90
suhu 40C penyimpanan dilakukan
ml dengan asam asetat glacial 5 ml
sampai waktu akan diinjeksikan
didiamkan
pada HPLC. Larutan diambil 10 μl
kemudian dicampur dengan formalin
dan diinjeksikan pada HPLC. Hasil
5 ml.
selama
12
jam
dan
kromatogram standar baku dipakai
Jaringan kemudian dicuci dan
sebagai pembanding untuk sampel
didehidrasi dengan menghilangkan
ekstrak tanaman.
larutan fiksasif berturut-turut dan diganti dengan alkohol bertingkat dengan konsentrasi 40%,60%, 80%,
d. Pemeriksaan kandungan Flavonoid Ekstrak ditimbang sebanyak 40 mg
95%, 100% dengan interval waktu 30
dan diencerkan dengan methanol
menit setiap konsentrasi. Setelah itu
grade HPLC sampai volumenya 10
dilakukan dealkoholisasi yaitu mem-
ml.
disaring
buang alcohol. Proses penghilangan
dengan nilon filter dengan ukuran
dengan mencuci jaringan berturut-
0,45 μm. Filtrate disimpan dalam
turut
botol bening dan disimpan dalam
campuran
alkohol-xylol
3
:
1,
suhu 40C. Larutan masing–masing
campuran
alkohol-xylol
1
:
1,
ekstrak
μl
campuran alkohol-xylol 1 : 3, xylol I,
diinjeksikan pada HPLC. Hasil yang
xylol II dengan interval waktu 30
diperoleh dari kedua jenis elutan
menit. Paraffin cair dimasukkan ke
pada
di-
dalam botol kaca yang berisi jaringan
bandingkan profil kromatogramnya.
dengan xylol dengan perbandingan
Larutan
kemudian
diambil
setiap
sebanyak
jenis
10
tanaman
5
dan
menggantinya
dengan
EL-VIVO Vol.1, No.1, hal 1 – 14, September 2013
ISSN: 2339-1901 http://jurnal.pasca.uns.ac.id
paraffin : xylol yaitu 9 : 1, yang
95 % 3 menit, alkohol 80% 3 menit,
diletakkan selama15 menit diudara
alkohol 60 % 3 menit, alkohol 40 % 3
bebas dan 15 menit di dalam oven.
menit, Aquadest secukupnya 2 jam,
Setelah itu jaringan dilakukan infiltrasi.
Proses
yaitu
menit, alkohol 80% 3 menit, alkohol
telah
95 % 3 menit, alkohol absolute I 3
dimasukkan pada xylol-parafin dan
menit, alkohol absolute II 3 menit,
diganti
murni.
campuran, Alkohol : Xylol 3 : 1 3
Kemudian dibiarkan diudara terbuka
menit, Campuran Alkohol : Xylol 1 :
selama 15 menit dan di dalam oven
1 3 menit, Campuran alkohol/xylol 1
selama
: 3, Xylol I 3 menit, Xylol II 3 menit.
mengganti
infiltrasi
alkohol 40 % 3 menit, alkohol 60 % 3
jaringan
dengan
15
yang
parafin
menit
Penyelubungan
berikutnya.
yaitu
mengganti
Setelah
proses
defraksinasi
parafin lama dengan parafin baru,
dilakukan penutupan objek dengan
kemudian
jaringan
gelas penutup. Gelas penutup di-
tersebut pada dasar blok kertas yang
letakkan pada objek dan kemudian
telah dibuat kemudian dituangkan
direkatkan dengan entelan. Preparat
paraffin
dibiarkan pada udara terbuka selama
meletakkan
dan
dibiarkan
membeku
selama beberapa hari. Pengirisan irisan-irisan
2
dengan
dengan
membuat
hari.
Setelah
itu
dilakukan
pelabelan pada preparat pada sisi
menggunakan
kiri.
mikrotom dengan tebal. Perekatan: irisan diletakkkan pada gelas benda
f. Pengamatan
dengan campuran glycerin/albumin
tanaman.
yang dibubuhi air. Kemudian gelas
Pengamatan
benda
thermostat C selama +
ditaruh
dalam
dengan temperatur 45
o
jam. Pewarnaan tunggal dilakukan
struktur
anatomi
struktur
anatomi
tumbuhan
dilakukan
dengan
mikroskop
dengan
perbesaran
tertentu dan kemudian difoto.
dengan safranin 1 % dalam air.
Struktur anatomi tanaman yang
Proses pewarnaan dilakukan dengan
diamati meliputi pada:
mencelupkan
Preparat melintang akar: bulu akar,
berturut-turut
gelas
benda dimasukkan ke dalam: Xylol I
bentuk,
3 menit, Xylol II 3 menit, Campuran
susunan
alcohol / xylol 1 : 3, Campuran
hypodermis, xylem dan stele.
Alkohol : Xylol 1 : 1 3 menit
Preparat melintang batang: bentuk,
campuran Alkohol : Xylol 3 : 1 3
susunan
sel
menit, alkohol absolute I 3 menit,
jaringan
pengangkut,
alkohol absolute II 3 menit, alkohol 6
susunan
sel
jaringan
epidermis, pengangkut,
epidermis,
susunan
hypodermis,
EL-VIVO Vol.1, No.1, hal 1 – 14, September 2013
tipe
xilem,
stele,
adanya
ISSN: 2339-1901 http://jurnal.pasca.uns.ac.id
Kristal
perbedaan tempat hidup. Oleh karena
druse.
itu, peneliti menggunakan sifat dari
Preparat melintang daun: bentuk,
karakter
susunan
sel
kekerabatan pada penelitian ini.
jaringan
pengangkut,
epidermis,
susunan
ini
hypodermis,
Genus
mesofil, stomata, trikoma adanya sel
keragaman
lain
Beberapa
untuk
proses
phyllanthus spesies jenis
studi
memiliki
yang
telah
tinggi.
digunakan
sebagai obat oleh masyarakat secara HASIL DAN PEMBAHASAN
tradisional. Lima spesies diantaranya
Hasil penelitian studi kekerabatan lima
adalah
spesies
ini
urinaria (Meniran merah), P. acidus
mencakup karakterisasi sifat anatomi
(Ceremai), P. buxifolius (Sligi) dan P.
dan fitokimia. Karakter anatomi dilihat
reticulates (Buah tinta). Kelima spesies
dari struktur akar, batang dan daun
memang memiliki habitus yang sangat
sedangkan
jauh berbeda akan tetapi memiliki
dari
genus
karakter
phyllanthus
fitokimia
hanya
berdasarkan kandungan flavonoid saja.
P.niruri
(Meniran
hijau),
P.
banyak persaman secara anatominya.
Pemeriksaan kandungan flavonoid dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Metode yang dipakai adalah Kromatografi lapis
tipis
(Thin
Layer
Chromatography/TLC) dan dilanjutkan uji flavonoid dengan HPLC (High Presure Liquid Chromatography). Gambar 1. perbandingan anatomi batang
A. Karakter Anatomi
A: P. reticulatus, B: P. urinaria, C: P.acidus, D: P. niruri, E: P.buxifolius
Karakter anatomi merupakan salah satu
karakter
sistem
yang dipakai
taksonomi
morfologi.
Karakter
morfologi
banyak
selain
dalam
Dari gambar terlihat bahwa batang
karakter
anatomi dipakai
meniran merah berbentuk segi lima,
dan
sedangkan yang lain cenderung bulat.
karena
terkenal sederhana dan murah dalam proses terdapat
pemeriksaannya banyak
walaupun
karena
pohon
susunan
diamati
lintang
susunan
untuk
filogenik batang sel
jaringan
pada adalah
epidermis, pengangkut,
hypodermis, tipe xilem, silinder pusat,
karakter morfologi. Sifat ini tidak berubah
menyusun bentuk,
sifat
yang lebih stabil dibandingkan dengan banyak
yang
penampang
kelemahanya.
Karakter anatomi mempunyai
Karakter
adanya
adanya
kristal
pada
parenkimnya (Gambar 1). 7
jaringan
EL-VIVO Vol.1, No.1, hal 1 – 14, September 2013
Dari
kelima
spesies
ISSN: 2339-1901 http://jurnal.pasca.uns.ac.id
tersebut
Karakter
yang
diamati
pada
tampak perbedaan antara tanaman
penampang lintang akar adalah bulu
yang
berbatang
Tanaman
keras
yang
dan
lunak.
akar, bentuk, susunan sel epidermis,
berbatang
lunak
susunan
jaringan
pengangkut,
terlihat pada pewarnaan yang tipis dan
hypodermis, xylem dan silinder pusat.
pada xylem lapisannya tipis.
Pada penampang lintang akar dari
Struktur anatomi luar dari kelima spesies
yang
perbedaanya meniran
sangat
pada
merah
mencolok
bentuk yang
kelima spesies ini tidak mempunyai perbedaan yang mencolok. Karakter
batang
segi
rambut akar tidak dapat dijumpai
lima
pada
kelima
spesies.
Karakter
dibandingkan keempat spesies yang
pembeda pada sel parenkim, sel pada
lain yang berbentuk bulat. Kristal pada
akar
jaringan
terdapat
merah dan sligi tampak berongga
pada spesies buah tinta dan meniran
besar dibandingkan pada buah tinta
hijau saja.
dan ceremai. Hal ini memperlihatkan
parenkim
hanya
dari
meniran
hijau,
meniran
Sedangkan pada xylem, tumbuhan
pada buah tinta dan ceremai akar
yang bertektur batang keras pada
bertekstur keras dan berkayu sedang
umumnya memiliki xylem yang tebal,
pada ketiga spesies lain akarnya lunak
ceremai termasuk tumbuhan berkayu,
(Tabel 2.).
akan tetapi xilemnya masih tipis. Hal ini dimungkinkan batang masih muda dan xylem baru berkembang. Tipe xylem dapat menentukan dekat tidaknya
hubungan
tumbuhan.
Dari
filogenetik tipe
ini,
dari
meniran
merah dan ceremai masih satu tipe yaitu pancar. Dari hasil pengamatan, ditemukan
Gambar 2. Penampang Melintang Akar Lima Spesies Genus Phyllanthus
banyak persamaan karakter anatomi
A: P. reticulates , B: P. urinaria C: P.acidus D: P. niruri E: P.buxifolius .
dari kelima spesies genus Phyllanthus. Persamaan terdapat pada Epidermis, hypodermis, tipe pembuluh, silinder
Adanya kesamaan karakter pada
pusat dan bentuk parenkhim. Karakter
anatomi akar pada kelima spesies,
anatomi uji telah digunakan sebagai
memberikan informasi bahwa karakter
karakter
anatomi akar tidak tepat digunakan
pokok
untuk
identifikasi
pada kelompok tanaman secara umum
sebagai
(Singh,1999).
phyllanthus. Karakter jaringan pokok 8
pembeda
dari
genus
EL-VIVO Vol.1, No.1, hal 1 – 14, September 2013
ISSN: 2339-1901 http://jurnal.pasca.uns.ac.id
akar yang membentuk pada kelima
memilki
nilai
Retendantion
spesies memiliki struktur dasar yang
yang sama yaitu 0.85.
faktor
sama semua. Karakter lain yang diamati adalah daun. Daun merupakan bagian penting tumbuhan
dimana
terdapat banyak
didalamnya
struktur
anatomi
yang
digunakan
sebagai
dasar
klasifikasi. Bagian daun yang diamati pada penelitian ini adalah potongan Gambar 2. Hasil TLC Lima spesies Phyllanthus
melintang daun dan permukaan daun untuk mengetahui kepadatan stomata.
Nilai Rf yang sama dalam lempeng
Karakter yang diamati pada irisan melintang
daun
meliputi
susunan
sel
epidermis,
jaringan
pengangkut,
menunjukkan
bentuk,
bersifat
hypodermis,
keberadaan
Kristal
trikoma pada
Hasil
dan
metri
jaringan
yang
bentuk
sabit.
Selain
lainnya
yaitu
Spesies
kepadatan stomata.
1. 2. 3. 4. 5.
P. P. P. P. P.
Hasil pemeriksaan dengan Thin
flavonoid
adanya
pada
kelima
(TLC) senyawa
Meniran
Hijau
dan
spesies
kelima
dengan
total
jumlah
flavonoid
yang
reticulates urinaria acidus niruri buxifolius
Kandungan flavonoid Total (%) 3,75 7,54 2,81 4,89 3,70
flavonoid
tertinggi
kuantitas flavonoid ini bersifat relative dan
tidak
bias
digunakan
sebagai
patokan untuk setiap jenis spesies.
(Gambar 14). Flavonoid yang ditemukelima
bahwa
rendah pada Ceremai. Keberagaman
Sligi.
warna kuning pada lempeng silica gel dari
spektrofoto-
pada meniran merah dan yang paling
Keberadaan flavonoid ditandai dengan
kan
pemeriksaan
Kandungan
spessies
tumbuhan Buah Tinta, Meniran Merah, Ceremai,
spektrofoto-
beragam (Tabel 3). No
menunjukkan
dengan
flavonoid
kandungan
ber-
penampang
Chromatography
uji
menunjukkan
lintang daun, juga diamati bentuk dan
Layer
sedangkan
spesies memiliki jenis senyawa kimia
sabit terdapat pada buah tinta dan sedang
saja
metri.
daun. Tipe pembuluh daun berbentuk ceremai
kualitatif
dilakukan
perbedaan pada bagian tipe pembuluh tidaknya
jenis
untuk megetahui secara kuantitatif
lain. Pada kelima spesies yang diamati, ada
semua
mengandung flavonoid. Hasil ini hanya
susunan
mesofil, stomata, trikoma adanya sel
daun,
bahwa
Sifat
tersebut
ini
sangat
dipengaruhi
oeh
kondisi lingkungan. Dalam penelitian 9
EL-VIVO Vol.1, No.1, hal 1 – 14, September 2013
kandungan aksesi
Lignan
pada
Phyllantus
dipengaruhi berupa
ISSN: 2339-1901 http://jurnal.pasca.uns.ac.id
beberapa
spp
lain
sangat
adalah
suatu
jenis
senyawa.
Flavonoid dapat terpisah dari menit
oleh
lingkungan
yang
pertama
naungan
(Oktavidiati
dkk,
Banyaknya
hingga
menit
ke-45.
puncak–puncak
dalam
2011). Walaupun begitu, setiap spesies
kromatogram menandakan banyaknya
memiliki
dalam
jenis senyawa yang ada dalam ekstrak.
flavonoid
Dalam penelitian ini hanya digunakan
seiring dengan keberagaman kualitas
dua baku standart yaitu rutine dan
faktor lingkungan.
quercetin.
kisaran
memproduksi
tertentu
senyawa
Hasil yang didapat dari TLC masih berupa
kualitas
dan
kuantitas
Flavonoid secara garis besar. Dari langkah
ini
kemudian
dengan
metode
dilanjutkan
pemisahan
High
Performance Liquid Chromatography (HPLC). Metode HPLC banyak diguna-
Untuk
kan sebagai pemisah Flavonoid pada Phyllanthus
yang
ada
dendrogram. Dari dendrogram akan
di
didapatkan
Thailand (Chantaranothai, 2005). Hasil nantinya
digunakan
gambaran
yang
lebih
lengkap nilai kesamaan dari kelima
pemisahan senyawa flavonoid inilah yang
konstruksi
pengelompokan yang lain harus dibuat
beberap tingkat takson dan terutama genus
mengetahui
spesies tersebut.
sebagai
dasar penada untuk tingkat takson tertentu. Penanda tingkat takson pada beberapa
genus
menggunakan
senyawa flavonoid sebagai dasarnya. Jenis–jenis senyawa flavonoid yang terpisah dengan metode HPLC digunakan
dasar
dalam
pengklasifikasian
spesies berdasarkan sifat kimianya. Dalam hal ini sifat kimia flavonoid sering
disebut
Fingerprints
dari
spesies tertentu (Khan et al, 2011).
Konstruksi dendrogram (Gambar
Hasil analisa pemisahan senyawa
22) menunjukkan spesies buah tinta
dengan metode HPLC berupa gambar-
dan dan Ceremai memiliki kesamaan
an kromatogram. Pada kromatogram
sifat
terdapat puncak–puncak yang tidak
selanjutnya 10
yang
tinggi.
Pada
kelompok
didapatkan
spesies
EL-VIVO Vol.1, No.1, hal 1 – 14, September 2013
ISSN: 2339-1901 http://jurnal.pasca.uns.ac.id
meniran hijau dan Sligi dan terakhir
dari pengelompokan secara lebih luas
adalah meniran Merah. Hasil yang
cakupanya.
berbeda
dengan
pengelompokan
Hasil pengelompokan berdasarkan
berdasarkan sifat anatomi. Jika pada
sifat
hasil
menitik beratkan hubungan kekerabat-
sebelumnya
Meniran
merah
anatomi
masih satu kelompok dengan Ceremai,
an
Setelah
Struktur
kedua
karakter
digabung
secara
dan
fitokimia
filogenetik
anatomi
dan
lebih
evolusi.
yanga ada
pada
ternyata Buah Tinta yang lebih dekat
tumbuhan dewasa memiliki keterkait-
dengan
kedua
an dengan kandungan fitokimia. Hal
yang mempunyai hubungan langsung
ini disebabkan senyawa fitokimia yang
secara
dihasilkan
Ceremai.
Kelompok
kesamaan
sifatnya
adalah
mempunyai
hubungan
Meniran Hijau dengan Sligi. Hasil ini
langsung terhadap struktur anatomi.
berbeda dengan hasil pengelompokan
Dari
secara anatomi yang berdiri sendiri.
mungkinkan tumbuhan Buah Tinta
Spesies yang berada diluar dan baru
dan Ceremai memilki hubungan dekat
bergabung
secara evolusioner. Begitu pula dengan
setelah
yang
lain
ter-
kelompokkan adalah Meniran merah. sifat
anatomi
pengelompokan
dengan
merah
dimungkinkan
kerabatanya
fitokimia dapat terjadi karena terdapat
secara
morfologi
13 sifat anatomi yang sama–sama
bentuk
morfologinya
dimiliki oleh kelima spesies tersebut
dengan meniran hijau.
juga
anatomi
masih
yang
kurangnya
tepat
yang
di-
merah yang memilki pigmen warna
sifat gabungan antara anatomi dan
dan
ini
Meniran Hijau dengan Sligi. Meniran
Perbedaan hasil pengelompokan berdasarkan
hasil
sifat
agak
tingkat
jauh,
ke-
walaupun
perawakan hampir
dan sama
Perbedaan hasil pengelompokan
dipakai
dicapai
karena
masing–masing
dalam penelitian ini. Sifat tersebut
karakter yang sama terkumpul dan
masih
pada
membentuk gambaran yang lain. Hasil
kelompok taxon lain sifat tersebut
yang didapat dari pengelompokan ini
merupakan pembeda. Hasil yang sama
berbeda dengan hasil penelitian pada
didapatkan
genetik berdasarkan marka gen daerah
dipakai
dikarenakan
antara
pengelompokan
sifat berdasarkan fitokimia saja dan
NR
ITS
dan
Plasmid
MAT
K
DNA
gabungan. Hal ini dikarenakan pada
(Kathriarachchi et al 2006). Jika dilihat
sifat fitokimia dari kelima spesies
secara
tidak ditemukan senyawa yang sama–
yang terbentuk berdasarkan karakter
sama dimiliki oleh kelimanya. Ber-
anatomi dan fitokimia masih bersifat
dasarkan penelitian ini, sifat fitokimia
kurang mantap. Pengelompokan yang
lebih tepat dikarenakan mendukung
bersifat mantap lebih mendekati ke 11
menyeluruh,
pengelompokan
EL-VIVO Vol.1, No.1, hal 1 – 14, September 2013
ISSN: 2339-1901 http://jurnal.pasca.uns.ac.id
arah alami. Pengelompokan yang ber-
Andersen O.M. and K.R. Markham.2006. Flavonoids: Chemistry, Biochemistry and Applications. NY: Taylor and Francis Group LLC. Bagalkotkar G, Sagineedu SR, Saad MS, Stanslas . 2006. Phytochemicals from Phyllanthus niruri Linn. and their pharmacological properties: a review. J J Pharm Pharmacol 58 (12) :1559-70. Celep F, Kahraman A, Atalay Z and Dogan M .2011. Morphology, anatomy and trichome properties of Lamium truncatum Boiss (Lamiaceae) and their Sistematic implications. Aust.J.of Crops Scien. 5(2):147 – 153. Chatterjee M, and Sil PC. 2006. Hepatoprotective effect of aqueus extract of Phyllanthus niruri on nimesulide induced oxidative stress in vivo. Indian J. Biochem. Bioohys. 43(5) (Abstr). Chularojmontri L. Suvara K W. Angkara H. Suphan C. Somchit N and Supatra S. 2005. Antioxidative and Cardioprotective effects of Phyllanthus urinaria L on Doxorubicin-Induced Cardiotoxicity. Biol.Pharm.Bull 28(7). 1165 – 1171. Das BK, Bepary,S.Datta BK, Chowdhury AKA, Ali MS, and Rouf ASR. 2008. Hepatoprotective activity of Phyllanthus reticulates.Pak.J.Pharm.Sci.21(4): 333-337. Dragomirescu, L and Postelnicu T, 1994. Specific numerical taxonomy methods in biological classification. Proceedings of the 17th Course of Internatrional School of Mathematics “G. Stampacchia”. London : World Scientific, pp. 31-45. Endress P K. Pieter B and Mary G. 2000. Systematic Plant Morphology and Anatomy- 50 years of Progress. Taxon.49. Garcia C M, Zanneti,G D, Zago AM, Bittencourt CF and Heinzmann B M. 2004. Escudo Morfo-anatomico de Phyllanthus niruri L. e Phyllanthus tenellus Roxb. Acta Farm.Bponaerense. 23(1): 67 – 70.
sifat alami akan menunjukkan adanya kesesuaian antara marka gen dengan sifat morfologi yang stabil maupun sifat anatominya. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Terdapat variasi anatomi batang dan daun pada spesies meniran merah (P.urinaria), meniran hijau (P.niruri), sligi (P.buxifolius), ceremai (P.acidus), dan buah tinta (P. reticulatus). 2. Terdapat variasi kandungan flavonoid pada
spesies
meniran
merah
(P.urinaria), meniran hijau (P.niruri), sligi (P.buxifolius), ceremai (P.acidus), dan buah tinta (P. reticulatus). 3. Hubungan kekerabatan yang terbentuk dari
kesamaan
fitokimia
Flavonoid
P.reticulatus kelompok P.buxifolius
sifat
dan
anatomi
dan
menempatkan P.acidus
pertama,
dalam
P.niruri
kelompok
dan kedua,
sedangkan P.urinaria kekerabatanya jauh dibanding 4 spesies lainnya. SARAN Sebaiknya dilakukan studi lebih lanjut tentang struktur anatomi. DAFTAR PUSTAKA Ahmad M, Khan MA, Zafar M, Arshad M, Sultana S, Abbasi BH and Siraj U. 2010. Use of chemotaxonomi marker for misidentifided medicinal plant used in traditional medicines. J of Med. Plant. Research. 4(3). 1244 – 1252.
12
EL-VIVO Vol.1, No.1, hal 1 – 14, September 2013
ISSN: 2339-1901 http://jurnal.pasca.uns.ac.id
Hegnauer R. 1962. Chemical Character in Plant Taxonomy: Some possibilities and Limitation. Nederland : Laboratorium voor Experimentele Plantesystematiek , Leiden. Hidayat T, Kusdianti, 2009. Stomata Diversification and Phylogenenetic Analysis of 13 Species of Family Euphorbiaceae sensu lato.Biodiversitas.10(1), 19-22. Hidayat T. Diah K. Kusdianti. Dian D.Y. Astry A.M. Dina M. 2008. Analisis Filogenetik Molekuler pada Phyllanthus niruri L menggunakan Urutan Basa DNA Daerah ITS. J. Matematika dan disdains. 13 (1). Ho Lai C. Shih H F, Yerra K R, Madamanchi G, ChihH T, Ying J L, Chien H H, Wen C W and Yew M T,. 2008 .Inhibition of Helicobacter pylori-induced inflammation in human gastric epithelial AGS cells by Phyllanthus urinaria extracts. J. of Ethnopharmacology. 8;522-526 Huang,S T. Jong H S P and Rong C Y.2010. Anti cancer of Phyllanthus urinaria and relevant mechanism. Chang Gung Med J. 33. 477-87. Ifandari. 2011. Respon proliferasi limfosit pada organ limpa dan timus mencit balb/c yang terinfeksi bakteri Salmonella thypi pada pemberian ekstrak meniran merah (Phyllanthus urinaria). Tesis. Pascasarjana Biosain UNS (Unpublished). Jamal A.K, W.A. Yaacob and Laily B. Din. 2008. A Chemical Study on Phyllanthus reticulatus. J of Physical Science,19(2) Kandavel1 D , Rani S.K ,Vinithra M.G and Sekar S. 2011. Systematic studies in herbaceous phyllanthus spp. (region: tiruchirappalli district in india) and a simple key to authenticate 'bhumyamalaki' complex members. J. of Phytology 3(2): 37-48 Karuna R., S. Sreenivasa Reddy, R. Baskar, and D. Saralakumari. 2009. Antioxidant potential of aqueous extract of Phyllanthus amarus in rats. Indian J Pharmacol. 41(2): 64– 67.
Kathriarachchi H, Rosabelle S, Petra H,Jelena M, Kenneth JW, Helene R, Tod F S, Mark WC. 2006. Phylogenetics of Tribe Phyllannheae based on NR ITS and Plastid MATK DNA sequence data. Am. J. of Botany 93(4).637 – 655. Khan S. Rajeev KS and Malik Z A.2011. Assessment of Phytochemical Diversity in Phyllanthus Amarus using HPTLC Fingerprints. IndoGlobal J. of Pharmaceutical Science. 1 (1). Lans C A. 2006.Ethnomedicines used in Trinidad and Tobago for urinary problems and diabetes mellitus. J of Ethnobiology and Ethnomedicines.2;45 Lenny S. 2006. Senyawa Flavonoida, Fenilpropanoida dan Alkaloida. Karya Ilmiah. USU Respiratory Medan. Http://respiratory.usu.ac.id. Liu J, Lin H, McIntosh H. 2001. Genus Phyllanthus for chronic hepatitis B virus infection: a systematic review. J Viral Hepat. Sep;8(5):358-66. Ma’at,S. 1997. Phyllanthus niruri L sebagai imunostimulator pada mencit. Disertasi Naik A D, and Juvekar AR. 2003. Effects of Alkaloidal extract of Phyllanthus niruri in HIV replication. Indian J Med Sci. 57 (9) (Abstr). Neungchamnong N. Ank Hermans L. and Kornkanok I. 2004. Separation and Detetion of the Antioxidant Flavonoids, Rutine and Quercetine, Using HPLC Coupled on-line with Colorimetric Detetion of Antioxidant Activity. Naresuan University J.12(2). Orwa C, Mutua A, Kindt R and Simons A. 2009. Agroforestree Database: a tree reference and seletion guide version 4.(http://www.wordagroforestry .org/af/treedb/). Pino JA, Cuevas-Glory LF, Marbot R and Fuentes V.2008. Volatile compounds of grosella (P.acidus [L] Skell) fruit. Revista Cenic Ciencias Quimicas. 39(1). 3-5
13
EL-VIVO Vol.1, No.1, hal 1 – 14, September 2013
ISSN: 2339-1901 http://jurnal.pasca.uns.ac.id
Qonit, I.N. 2010. Kajian Struktur Tanaman Meniran Hijau (Phyllanthus niruri L) dan Meniran Merah (Phyllanthus urinariaLinn.) http://digilib.upi.edu/pasca/availab le/etd-0724106-114018/ Sharififar F, Shirin P and Moslem A. 2009. Immune modulatory activity of Aqueous extract of Achillea wilhelmsii C. Kock. In Mice. Indian J of Experimental Biology 47. 668 – 670. Sharma S K, Sheela M A, Deepak H B, Amit A, and Chandrasekaran C V. 2011. Hepatoprotective activity of the Phyllanthus species on tert-butyl hydroperoxide (t-BH)-induced cytotoxicity in HepG2 cells. Pharmacogn Mag. 7(27): 229–233. Shields, C. R., T. J. Orton and C. W. Stuber. 1983. An Outline of General Resource Needs and Procedure for Tissue. Amsterdam: Elsevier Science Publisher. Simpson, Michael G. 2006. Plant Syatematic. Elsevier Science Publisher: Amsterdam. Singh G. 1999. Plant Systematics. USA: Science Publishers Inc. Sneath PHA.1995. Thirty Years of Numerical Taxonomy. Syst.Biol. 44(3). Soares, LAL. VL Bassani, G Gonzales Ortega & P R Petrovick. 2003. Total Flavonoid Determination for the Quality Control of Aqueous Extractives from Phyllanthus niruri L. Lat. Am. J. Pharm. 22 (3). Sokal R.1966. Numerical Taxonomy. California: W.H. Freeman and company. Suranto. 2000. Electrophoresis Studies of Ranunculus triplodontus Populations. Biodiversitas 1 (1): 1-7. Suranto. 2007. Taksonomi Modern Diktat (Kumpulan Bahan Kuliah). Syamsuhidayat, S.S dan Hutapea J R. 1991. Inventaris Tanaman Obat Indonesia I. Depatement Kesehatan RI, Jakarta: Badan Penelitian dan Pengenbangan Kesehatan.
Vaghasiya Y. R Dave and S. Candra. 2011.Phytochemical Analysis of some Medicinal Plants from WesternRegion of India. Res. J.Med.Plant.5(5). Wardah, Sopand T, Wurlina. 2007. Aktivitas immunomodulator ekstrak etanolik daun seligi (P.buxifolius.Muel) sebagai antiviral ND pada ayam broiler. http//elib.pdii.lipi.go.id.(Abstr) Wardah, Sopandi T, Aksono, E B, and Kusriningrum. 2012.Reduction of intraceluller lipid accumulation, serum leptin and cholesterol level in Broiler fed diet supplement with powder leaves of Phyllanthus buxifolius.Asian. J of Agrc. Res. Xin H W, Chang- Qing L, Xing Bo G, Lin – Chun F. 2001 . A Comparative study of Phyllanthus amarus compound and Interferon in the treatment of chonic viral Hepatitis B. South East Asian J Trop.Med. Public Health. 32(1) (Abstr). Yang C.M, Cheng H.Y, Lin T.C, Chiang L.C, Lin C.C. 2007. The in vitro activity of geraniin and 1,3,4,6-tetra-Ogalloyl-beta-D-glucose isolated from Phyllanthus urinaria against herpes simplex virus type 1 and type 2 infection. J Ethnopharmacol.110(3):555-558 Zhang LC, Guo YJ, Tu GZ, Guo WB and Miao F. 2003. Studies on Chemical constituens of Phyllanthus urinaria L . Aliment Pharmacol Ther. 18(3) (Abstr).
14