EL-VIVO Vol.3, No.2, hal 64 – 70, September 2015
ISSN: 2339-1901 http://jurnal.pasca.uns.ac.id
ANALISIS STRUKTUR DAN KOMPOSISI VEGETASI HUTAN KOTA DI KAMPUS UNS KENTINGAN SURAKARTA
Triyadi1, Sugiyarto2, Marsusi3 1 2 3
Mahasiswa Prodi Biosain Pascasarjana UNS
Dosen Pembimbing I Prodi Biosain Pascasarjana UNS Dosen Pembimbing II Prodi Biosain Pascasarjana UNS ( e-mail:
[email protected] )
ABSTRAK. Kampus UNS Kentingan merupakan salah satu hutan kota yang berada di Kota Surakarta yang memiliki manfaat yang besar kepada civitas akademika UNS dan masyarakat di sekitarnya. Peran besar ini perlu adanya kajian lebih dalam dengan pendataan database pohon dan melakukan analisis vegetasi untuk memberikan penanganan yang tepat. Tujuan penelitian ini yaitu mendapatkan data tentang jenis pohon, kerapatan dan frekuensi, struktur vegetasi, indeks nilai penting dan pola sebaran jenis pohon penyusun area kampus UNS Kentingan Surakarta. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksploratif dengan sensus seluruh anggota jenis pohon penyusun vegetasi. Lokasi pengamatan dibagi menjadi 10 zona untuk memudahkan penelitian. Adapun data profil vegetasi meliputi: jenis pohon, cacah individu pohon, tinggi pohon, dan luas basal area. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Di area kampus UNS Kentingan didapatkan sejumlah 8480 individu pohon, terdiri dari 151 jenis dengan nilai indeks diversitas 0,94. Jenis-jenis pohon yang dengan Indeks Nilai Penting tertinggi berturut-turut adalah angsana (Pterocarpus indicus) dengan INP 44,10%, glodokan (Polyaltia longifolia) dengan INP 41,99% dan jati (Tectona grandis) dengan INP 18,95%. Ada 10 pohon yang memiliki frekuensi 1,0. Zona dengan kerapatan tertinggi adalah zona FT dengan kerapatanan 270.03 ind/ha, Jumlah jenis paling banyak di zona FP dengan 87 jenis, dan zona dengan indeks diversitas tertinggi adalah zona FK dengan nilai 0.95. Kata kunci: analisis vegetasi, hutan kota, Kampus UNS Kentingan PENDAHULUAN
ruang dalam rangka mewujudkan satu
Hutan kota adalah komunitas tumbuhan
bentuk
berupa
(Wahyuni.2012)
pohon
dan
asosiasinya
yang
tumbuh di lahan kota atau sekitar kota, berbentuk bergerombol menyerupai
jalur,
menyebar
dengan hutan
alam,
susunan
kota
tertentu.
Hutan kota berfungsi sebagai sistem
atau
hidroorologi, menciptakan iklim mikro,
struktur
menjaga
keseimbangan
oksigen
dan
membentuk
karbon dioksida, mengurangi polutan,
habitat yang memungkinkan kehidupan
dan meredam kebisingan. Selain itu,
bagi satwa dan menimbulkan lingkungan
berfungsi juga untuk menambah nilai
sehat, nyaman, dan estetis. (Irwanto,
estetika
1997).
berdampak
Pengembangan
senantiasa
ditujukan
hutan
untuk
kota
penataan
dan
keasrian
positif
kota
terhadap
sehingga kualitas
lingkungan dan kehidupan masyarakat 64
EL-VIVO Vol.3, No.2, hal 64 – 70, September 2015
ISSN: 2339-1901 http://jurnal.pasca.uns.ac.id
(Sibarani, 2003). Optimalisasi hutan kota
dalam pengembangan kebijakan green
bisa
campus yang sudah dicanangkan dalam
dilaksanakan
tanaman herba
berupa
diantara
membantu
dengan semak
pohon
menambah
oksigen.
menanam
belukar utama
kebijakan kampus UNS. Oleh sebab itu,
akan
perlu
total
analisis struktur dan komposisi vegetasi
dkk.2004)
hutan kota di kampus UNS Kentingan
produksi
(Septriana,
dan
Penyediaan ruang terbuka hijau untuk
diadakan
penelitian
tentang
Surakarta.
hutan kota bisa dilaksanakan dengan melakukan analisa emisi karbondioksida
BAHAN DAN METODE
dan penyerapan oksigen. (Setiawan dan
Waktu dan Tempat Penelitian
hermana, 2013).
Penelitian ini akan dilaksanakan mulai
Kampus UNS Kentingan Surakarta
bulan April sampai dengan Mei 2013.
dengan luas sekitar 60 hektar sangat
Tempat
berpotensi
dimanfaatkan
untuk
pem-
Kentingan, Jl Ir Sutami 36 A Surakarta
bangunan
bagian
hutan
kota
seluas 60 hektar. Identifikasi, kuantifikasi
dari
penelitian
Surakarta. Pemanfaatannya sebagai green
dan
campus adalah suatu harapan besar agar
Laboratorium
lahan tersebut dapat berfungsi dalam
Surakarta.
penyelesaian sekaligus
masalah
sebagai
wahana
pendidikan
dikaitkan
dengan
campus kampus
UNS
data
dilakukan
Biologi
FMIPA
di UNS
Cara Kerja Penelitian
green
kampus
lingkungan
(Sugiyarto, 2011). Istilah
analisis
di
sering
ini
dilakukan
dengan
menggunakan metode sensus seluruh
konservasi
anggota
vegetasi
kampus
Kentingan.
berdasarkan
gabungan
menjadi 10 zona pengamatan, yaitu:
green campus dan nilai luhur dari budaya
GOR, FK, FP, FKIP, FH, FE dan FISIP, FSSR,
bangsa. (Arswendi, 2013). Program green
FT, Kantor Pusat, dan Boulevard. Setiap
campus
zona pengamatan dilakukan pengukuran-
sangat
konsep
dipengaruhi
oleh
pengamaan
UNS
dimana memiliki sistem tata kelolanya pada
Lokasi
di
dibagi
kebijakan kampus itu sendiri, seperti
pengukuran, meliputi:
penggunaan tanah hutan kota Kampus
a. Luas area zona kajian
Universitas
b. Data profil vegetasi, meliputi: jenis
Indonesia
ditetapkan
ber-
dasarkan SK Rektor Universitas Indonesia
pohon,
No. 84/SK/12/1988. (Kusratmoko, et al.
tinggi pohon
2002)
c. Luas
Identifikasi jenis pohon penyusun,
cacah individu pohon, dan
basal
area,
diukur
berdasar
diameter batang setinggi dada dengan
pembuatan data base serta melakukan
cara
analisis vegetasi akan sangat membantu 65
mengukur
lingkaran
pohon,
EL-VIVO Vol.3, No.2, hal 64 – 70, September 2015
ISSN: 2339-1901 http://jurnal.pasca.uns.ac.id
kemudian dihitung diameter pohon
beda.
Sebaran
(Dharmono, 2007).
sangat dipengaruhi oleh kondisi tempat tumbuh
dan
asosiasi
vegetasi
ini
vegetasi
berada
Metode analisis menggunakan parameter
Faktor ketinggian dan kerapatan jenis
kuantitatif
juga
mengacu
kepada
Kusmana (1997). Dengan menghitung: a. Kerapatan
(jumlah
sekitarnya.
yang
Analisis Data yang
di
populasi
sangat
(Kalima,2008).
berpengaruh
pada
keragaman jenis. (Lianah et al.2013)
individu/ha)
Zona dengan jumlah individu pohon yang paling banyak adalah zona FT
b. Kerapatan Relatif (%)
dengan jumlah 1928 pohon dikarenakan
c. Dominansi (cm²/ha)
kawasan
d. Dominansi Relatif (%)
pemerintah Kota Surakarta sebagai hutan
e. Frekuensi (jumlah plot ind/jumlah
kota.
tersebut
ditetapkan
oleh
total plot) f.
Frekuensi Relatif (%)
Indeks
Nilai
Penting = KR + DR + FR g. Indeks Keanekaragaman ((Ludwig and Reynold, 1988) Gambar 1. Persebaran jumlah pohon di seluruh zona pengamatan Kampus UNS Kentingan
Zona
h. Melengkapi dengan mengelompokkan cm),
small
trees
(10
cm
sehingga
≤
pohon
yang
hidup
oleh zona Kantor Pusat dengan total 881 pohon. Area yang paling sedikit jumlah
Berdasarkan hasil penelitian menunjuk-
pohonnya
kan bahwa area Kampus UNS Kentingan hayati
yang
adalah
zona
FH,
hal
ini
dikarenakan area FH yang paling kecil
merupakan daerah hijau yang memiliki indeks
banyak
Sedangkan untuk urutan ketiga diduduki
HASIL DAN PEMBAHASAN
nilai
1645
hutan yang berisikan banyak pohon.
(diameter > 35 cm).
dengan
jumlah
disekitarnya, selain itu pula ada lokasi
diameter ≤ 35 cm), dan big trees
keanekaragaman
dengan
pohon. Zona FP didukung waduk buatan
pohon berdasarkan: sapling (diameter <10
FP
dari seluruh zona yang dimana hanya
tinggi
3,89 hektar. (Gambar.1)
keanekaragaman
Berdasarkan dominansi luas basal
simpson 0,94. Vegetasi di Kampus UNS
area
Kentingan tersusun atas 8480 individu
didapatkan
glodokan
pohon. Dari sepuluh zona pengamatan,
hasil
(Polyalthia
berupa
pohon
longifolia)
menempati peringkat pertama dengan
diperoleh sebaran pohon yang berbeda
total 646.093,07 cm²/ha, pada urutan 66
EL-VIVO Vol.3, No.2, hal 64 – 70, September 2015
kedua
didapatkan
pohon
ISSN: 2339-1901 http://jurnal.pasca.uns.ac.id
angsana
(Pterocarpus indicus) dengan luas basal area sebesar 624.710,02 cm²/ha, serta pohon johar (Cassia siamea) sebesar 147.582,77 cm²/ha. Dari 151 jenis pohon yang tersebar merata ke seluruh zona pengamatan diperoleh
zona
yang
peringkat
pertama
menduduki
atas
Gambar 3. Kerapatan populasi pohon di zona pengamatan
tingkat
Dari
keragaman jenis pohon adalah zona FP
didapatkan
dengan 87 jenis. Zona FT menduduki yang
tumbuh.
data
area
bahwa
pengamatan pohon
jati
(Tectona grandis) merupakan jenis yang
peringkat kedua dengan total 74 jenis pohon
seluruh
paling banyak ditemukan. Total jenis ini
Sedangkan
mencapai 1234 pohon yang tersebar ke
peringkat ketiga adalah zona FK yang
seluruh area pengamatan. Pohon mahoni
memiliki 67 jenis (Gambar.2).
(Swietenia mahagoni) menempati urutan kedua karena jumlahnya mencapai 1007 pohon.
Pohon
angsana
(Pterocarpus
indicus) yang paling banyak tersebar di zona boulevard, zona kantor pusat serta zona FE dan FISIP menempati urutan ketiga dimana memiliki total 804 pohon. Jenis pohon flamboyan (Delonix regia),
Gambar 2. Komposisi jumlah jenis pohon di zona pengamatan
glodokan
(Polyalthia
longifolia)
dan
akasia (Acasia auriculiformis) menempati
Dari hasil pengamatan, zona FT
urutan selanjutnya. (Gambar.4)
memiliki kerapatanan tertinggi mencapai
Di
270,03 ind/ha. Peringkat kedua adalah
masing-masing
zona
zona FP yang memiliki tingkat kerapatan
pengamatan, jenis pohon yang menyusun
257,03 ind/ha. Di zona FSSR memiliki
juga
keratapan
(Pterocarpus indicus) menjadi jenis yang
menduduki
179,01
ind/ha
peringkat
yang
sehingga
beragam.
paling
ketiga
banyak
Pohon dijumpai
angsana di
zona
Boulevard, FE, FISIP dan Kantor Pusat. Di
(Gambar 3).
zona FT, FH dan GOR jenis paling banyak adalah
jati
glodokan
(Tectona
grandis).
(Polyalthia
Pohon
longifolia)
merupakan jenis terbanyak di wilayah zona FKIP dan FK. Pohon flamboyan (Delonix regia) paling banyak didapati di 67
EL-VIVO Vol.3, No.2, hal 64 – 70, September 2015
wilayah
zona
FP
wilayah
zona
FSSR
didapatkan
sedangkan
pohon
paling
mahoni
ISSN: 2339-1901 http://jurnal.pasca.uns.ac.id
untuk banyak
(Swietenia
mahagoni).
Tabel 1. Persebaran Pohon berdasarkan Pancang, Tiang maupun pohon dewasa di UNS Kentingan Surakarta
Gambar 4. Jenis pohon yang paling banyak ditemukan di masing-masing zona pengamatan di Kampus UNS Kentingan
Data yang sudah diperoleh akan Jenis-jenis
pohon
dengan
INP
sangat membantu program green campus
tertinggi berturut-turut adalah angsana
yang
(Pterocarpus indicus) dengan INP 44,10%,
pengelola
glodokan (Polyaltia longifolia) dengan INP
pemanfaatannya
41,99% dan jati (Tectona grandis) dengan
tidak hanya bagi sivitas akademika saja,
INP 18,95%.
akan tetapi bisa untuk kawanan burung.
Penyusun struktur vegetasi vertikal meliputi
lapisan
sapihan,
semai
pohon, dan
small
herba
sudah
Seperti
trees,
dari
kampus,
di
bisa
Kampus
Bengkulu,
penyusun
dicanangkan
kawasan
pihak
sehingga dikembangkan
Kandang kampus
Limun tersebut
merupakan kombinasi dari beberapa tipe
vegetasi.(Kershaw.1973). Bisa dilihat dari
habitat
tabel.1 bahwa total individu ada 8480
penghijaun,
pohon, terdapat 4848 pohon yang masih
persawahan. Keberagaman habitat yang
berbentuk
dimiliki
tersebut
kesempatan
terhadap
sapling,
2188
berbentuk
small
trees
berbentuk
big
trees.
pohon
dan Hal
1444 ini
antara
lain
rawa,
hutan
hasil
kolam,
dan
memberikan berbagai
jenis
burung untuk tinggal dan berkembang
mengindikasikan bahwa vegetasi di UNS
biak didalamnya. (Jarulis.2007)
Kentingan Surakarta masih dalam proses
Pola pengembangan hutan kota bisa
menuju vegetasi yang klimaks. Masih
dilakukan dengan cara intensifikasi dan
banyak potensi kedepan untuk menjadi
ekstensifikasi. (Rijal.2008) Khusus untuk
kampus dengan vegetasi yang stabil.
UNS Kentingan Surakarta pengembangan hutan kota lebih dioptimalkan dengan program intensifikasi berupa penanaman tanaman 68
untuk
mengkayakan
dan
EL-VIVO Vol.3, No.2, hal 64 – 70, September 2015
ISSN: 2339-1901 http://jurnal.pasca.uns.ac.id
memperbaiki serta meningkatkan mutu
(Filicium
tata hijau pada wilayah yang sudah
(Terminalia
merupakan daerah tata hijau. Hal ini
desipiens),
ketapang
catappa),
mahoni
(Swietenia
mahagoni),
mangga
dikarenakan kemungkinan penambahan
(Mangifera
indica),
luas ruang terbuka hijau sangat kecil
(Muntingia calabura).
sebab
keterbatasan
lahan.
Tentunya
3.
Zona
dengan
dan
kerapatan
talok tertinggi
program ini membutuhkan keterlibatan
adalah zona FT dengan kerapatan
semua pihak, dipadukan dalam program
270.03 ind/ha, Jumlah jenis paling
green campus yang sudah dicanangkan
banyak di zona FP dengan 87 jenis,
berdasarkan
dan zona dengan indeks diversitas
data-data
yang
sudah
diperoleh
tertinggi adalah zona FK dengan nilai 0.95.
KESIMPULAN 1.
Di
area
kampus
UNS
Kentingan
DAFTAR PUSTAKA
didapatkan sejumlah 8480 individu
Arswendi, R. 2013. Konservasi Berbasis Komunitas (Studi Tentang Strategi Branding Universitas Negeri Semarang sebagai Universitas Konservasi). Jurnal Interaksi. 2(2): 31-41 Dharmono. 2007. Dampak Tumbuhan Gelam (Melaleuca cajuputi powell) Terhadap Struktur dan Komposisi Vegetasi Lahan Gambut (Studi Kasus Terhadap 4 Lahan Gambut di Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan. Bioscientiae 4 (1) : 19-28 Irwanto. 2007. Analisis Vegetasi Untuk Pengelolaan Kawasan Hutan Lindung Pulau Marsegu, Kabupaten Seram Bagian Barat, Provinsi Maluku.Tesis.Program S2 Ilmu Kehutanan UGM. Yogjakarta Jarulis. 2007. Pemanfaatan Ruang Secara Vertikal Oleh Burung- Burung Di Hutan Kampus Kandang Limun Universitas Bengkulu. Jurnal Gradien 3(1) : 237-242 Kalima, T. 2008. Profil Keragaman Dan Keberadaan Spesies Dari Suku Dipterocarpaceae Di Taman Nasional Meru Betiri, Jember.Jurnal Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam 4(2):1-10. Kershaw. K.A. 1973. Quantitative and Dynamic Plant Ecology. 2nd ed.American elseiver Publ. Co. New York
pohon terdiri atas 4848 individu berbentuk
sapling,
2188
individu
berbentuk small trees, dan 1444 berbentuk big trees, diperoleh 151 jenis dengan nilai indeks diversitas 0,94. 2.
Jenis-jenis Indeks
pohon
Nilai
vegetasi
yang
Penting
UNS
memiliki
tertinggi
Kentingan
di
berturut-
turut adalah angsana (Pterocarpus indicus) dengan INP 44,10%, glodokan (Polyaltia
longifolia)
dengan
INP
41,99% dan jati (Tectona grandis) dengan INP 18,95%. Ada 10 pohon yang memiliki frekuensi 1,0 yaitu: akasia
(Acasia
auriculiformis),
angsana (Pterocarpus indicus), asam londo (Pithecelobium dulce), beringin (Ficus
benjamina
spp),
flamboyan
(Delonix regia), glodokan (Polyaltia longifolia),
jati
(Tectona
grandis),
johar (Senna siamena), kere payung 69
EL-VIVO Vol.3, No.2, hal 64 – 70, September 2015
ISSN: 2339-1901 http://jurnal.pasca.uns.ac.id
Kusmana C. 1997. Metode Survey Vegetasi. Penerbit Institut Pertanian Bogor. Bogor Kusratmoko, E., Sukanta, D. Tambunan, M.P. dan Sobirin. 2002. Studi Hidrologi Hutan Kota Kampus Universitas Indonesia Depok. MAKARA SAINS. 6(1): 7-14 Lianah,Anggoro,S, R, H. dan Izzati, M. 2013. Perbandingan Analisis Vegetasi Lingkungan Alami Tetrastigma Glabratum Di Hutan Lindung Gunung Prau Sebelum Dan Sesudah Eksploitasi. Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan.1(2): 202-211 Ludwig, J.A. dan Reynolds,J.F. 1988. Statistical Ecology: A. Primer on Method on Competing. John Willey and Son Inc . New York. Rijal,S. 2008. Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau di Kota Makassar Tahun 2017. Jurnal Hutan dan Masyarakat 3(1): 65-77 Septriana, D, Indrawan, A, Dahlan, EN, dan Jaya, NS. 2004. Prediksi Kebutuhan Hutan Kota Berbasis Oksigen Di Kota Padang, Sumatera Barat.Jurnal Manajemen Hutan Tropika 10(2):47-57 Setiawan, A dan Hermana, J. Analisa Kecukupan Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Penyerapan Emisi Co2 dan Pemenuhan Oksigen di Kota Probolonggo. Jurnal Teknik Pomits 2(2):171-174 Sugiyarto. 2011. Konservasi keanekaragaman hayati berbasis kearifan lokal (Jawa). Pidato Pengukuhan Guru Besar Ilmu Biologi Konservasi FMIPA UNS Surakarta.Sidang Senat Terbuka. 14 Desember. Surakarta Sundari, E.S. 2007. Studi Untuk Menentukan Fungsi Hutan Kota Dalam Masalah Lingkungan Perkotaan. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota 7 (2) : 1-16 Wahyuni, T dan Samsoedin, I. 2012. Kajian Aplikasi Kebijakan Hutan Kota Di Kalimantan Timur.Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan 9(3): 219-239
70