STUDI TENTANG TINGKAT EROSI TEBING SUNGAI DI ALIRAN BATANG PALANGAI KECAMATAN RANAH PESISIR KABUPATEN PESISIR SELATAN Oleh : Elmi Yanti *Erna Juita, S.Pd, M.Si**Farida, M.Sc** *Mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat ** Staf pengajar Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat
ABSTRACT
This research to get information about the erosion rate in the flow of the DAS Batang Palangai Ranah Pesisir District Pesisir Selatan regency. The method used in this research is descriptive method, sampling method in this study is the method of sample areas (sampling area), where the unit of measurement is the area along the Batang Palangai. Erosion rate measured by the flow velocity, slope, vegetation, and exposed rocks. The results show as follows: (1) the erosion of the study area based on the flow velocity is generally high at 44.22 to 83.33 cm / sec, so the potential for stream bank erosion, (2) the erosion of the study area based on potential general slope riverbank erosion because class II, (3) the erosion of the study area based on potential vegetation land cover enough river bank erosion. Vegetation cover consists of grass, coconut and palm oil. This situation makes the vegetation cover along the Batang Palangai cannot withstand the erosion of river banks and (4) The erosion of the study area based rock will potentially exposed river bank erosion on stream Batang Palangai Key Words: erosion rate, DAS
STUDI TENTANG TINGKAT EROSI TEBING SUNGAI DI ALIRAN BATANG PALANGAI KECAMATAN RANAH PESISIR KABUPATEN PESISIR SELATAN Oleh : Elmi Yanti * Erna Juita, S.Pd, M.Si**Farida, M.Sc ** *Mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat ** Staf pengajar Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Studi tentang Tingkat Erosi Tebing Sungai di Aliran Batang Palangai Kecamatan Ranah Pesisir Kabupaten Pesisir Selatan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, cara pengambilan sampel pada penelitian ini adalah metode sampel wilayah (sampling Area), dimana unit pengukuran adalah daerah sepanjang aliran Batang Palangai. Tingkat erosi diukur berdasarkan kecepatan aliran, kemiringan lereng, vegetasi, dan batuan tersingkap. Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) Tingkat erosi pada daerah penelitian berdasarkan kecepatan aliran umumnya tinggi yaitu 44,22 - 83,33 cm/det, sehingga berpotensi terjadinya erosi tebing sungai, (2) Tingkat erosi pada daerah penelitian berdasarkan kemiringan lereng umumnya berpotensi terjadi erosi tebing sungai karena terdapat kelas II, (3) Tingkat erosi pada daerah penelitian berdasarkan vegetasi penutup lahan cukup berpotensi terjadi erosi tebing sungai. Vegetasi penutup terdiri dari rumput, tanaman kelapa dan kelapa sawit. Keadaan ini membuat vegetasi penutup sepanjang aliran Batang Palangai tidak dapat menahan terjadinya erosi tebing sungai dan (4) Tingkat erosi pada daerah penelitian berdasarkan batuan tersingkap berpotensi akan terjadinya erosi tebing sungai pada aliran Batang Palangai Kata Kunci: Tingkat erosi, DAS
PENDAHULUAN Sumber daya alam yang ada di alam ini sangat dibutuhkan oleh manusia. Diantara sumber daya alam tersebut antara lain tanah, air dan hutan yang merupakan sumber pemenuhan kebutuhan hidup. Pengelolaan daerah aliran sungai akan bertumpu pada aktivitasaktivitas yang berdimensi biofisik seperti pengendalian erosi, penghutanan kembali lahan-lahan kritis, serta berdimensi kelembagaan seperti insentif dan peraturanperaturan yang berkaitan dengan bidang ekonomi. Dimensi sosial dalam pengelolaan daerah aliran sungai lebih diarahkan pada pemahaman kondisi sosial budaya setempat dan menggunakan kondisi tersebut sebagai pertimbangan untuk merencanakan strategi aktivitas pengelolaan daerah aliran sungai yang berdaya guna tinggi serta efektif (Asdak,1995). Sebagai salah satu sumber daya yang ada, aliran sungai perlu mendapatkan perhatian, baik dari masyarakat maupun dari pemerintah. Dari pengelolaan sumber daya air dapat dilakukan penelusuran terhadap kerusakan lingkungan khususnya mengenai erosi. Kerusakan lingkungan baik sifatnya dipengaruhi oleh manusia maupun ditimbulkan oleh kondisi alam itu sendiri akan dapat terlihat dari gejala dan fenomena tingkah laku aliran sungai tersebut dari waktu kewaktu. Selanjutnya, sejauh ini penelusuran mengenai tingkat kerusakan lingkungan belum sepenuhnya dilakukan pemerintah dan masyarakat, khususnya erosi tebing sungai dan banjir yang terus mewarnai kehidupan di negara kita. Sehingga banyak diantara kita
mengira bahwa penyebab dari bencana ini timbul akibat dari ketidakseimbangan diantara ekosistem yang ada (Rahim dalam Suja’i, 2004). Daerah Aliran Batang Palangai merupakan salah satu sungai yang terdapat di daerah Pesisir Selatan. Daerah aliran sungai ini umumnya memiliki kemiringan lereng mulai dari datar sampai curam. Batang Palangai telah sering mengalami perubahan aliran sungai, diantaranya makin melebarnya badan sungai. Beberapa tahun belakangan ini, di sepanjang aliran Batang Palangai ditemukan adanya perubahan alur sungai dan amblasnya tanah-tanah pada tebingnya. Hal ini tidak hanya ditemukan pada suatu tempat, tetapi pada lokasi yang berbeda. Kondisi tersebut banyak ditemukan dan bahkan memanjang sampai ratusan meter. Akibatnya, terjadi perubahan pada profil sungai yaitu adanya pelebaran dan pendangkalan sungai. Penyebab lain yang penulis duga penyebab terjadinya erosi tebing sungai aliran Batang Palangai ini adalah batuan yang ada di aliran Batang Palangai saat ini sudah jarang terutama di tebing sungai karena terjadinya erosi. Hal di perparah lagi dengan tumbuhan yang ada di sepanjang aliran Batang Palangai ini kebanyakan semak belukar dan tanah terbuka, tidak ada lagi pohon. Keadaan sungai akan memprihatinkan kalau dibiarkan terus-menerus. Kondisi ini bisa berdampak terhadap masyarakat seperti rumah penduduk, sawah, jalan dan perkebunan masyarakat akan tererosi sepanjang aliran Batang Palangai Kecamatan Ranah Pesisir. Masalah ini sangat perlu untuk diteliti sebab bila dibiarkan tanpa ada
usaha dari masyarakat dan pemerintah akan berdampak pada kerusakan lingkungan yang berakibat fatal yaitu adanya kerusakan lingkungan, sawah dan rumah penduduk disekitar sungai akan tererosi. Diharapkan dengan melakukan penelitian ini akan menjadi masukan bagi masyarakat dan pemerintah setempat dalam mengelola Sungai
Kecamatan Ranah Pesisir Kabupaten Pesisir Selatan. Data primer tersebut meliputi data kecepatan, kelerengan, singkapan batuan dan vegetasi, untuk lebih jelasnya klasifikasi tingkat erosi dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel Klasifikasi Tingkat Erosi Tebing Sungai Klasifikasi
METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bertujuan melakukan deskripsi data atau krakter yang diperbandingkan satu dengan yang lainnya untuk mendapatkan kesimpulan. Bahan yang digunakan dalam peneltian adalah Peta Topografi, Peta Geologi dan peta Penggunaan Lahan, sementara alat yang digunakan adalah Abney level, Meteran, Kamera, Botol air mineral dan Stopwatch Wilayah dalam penelitian ini adalah Batang Palangai di Kecamatan Ranah Pesisir Kabupaten Pesisir Selatan, sedangkan unit penelitian adalah daerah yang masih kelihatan oleh gerusan sungai yang ditinggalkan yang masih baru kelihatan erosi tebing sungai dikontrol oleh penggunaan lahan dengan asumsi bahwa penggunaan lahan sama, kelas lereng sama maka karakteristik dan tingkat perubahan aliran sungai akibat erosi tebing sungai akan berbeda atau sama Dari hasil dari pegukuran, pengamatan dan perhitungan dilakukan di lapangan dan menghasilkan data primer yang menjadi data dasar dalam penelitian. Data primer tersebut dianalisa secara deskriptif guna menggambarkan erosi tebing sungai Batang Palangai
No
Pengukuran
Sgt rendah
Rendah
Sedang
Ting gi
Sgt tinggi
1
Kecepatan Aliran
< 10 cm/dtk
10 -24 cm/dtk
25 -50 cm/deti k
51 – 100 cm/d tk
> 100 cm/dtk
2
Kemiringan Lereng
0 – 3%
3 – 15%
15 – 40%
> 40%
> 40%
3
Vegetasi Penutup Lahan
> 75%
50 – 75%
25 – 50%
10 – 25%
< 10%
4
Batuan Tersingkap
< 2%
2 – 10%
10 – 50%
50 – 90%
> 90%
HASIL DAN PEMBAHASAN Pertama, Kecepatan aliran daerah penelitian bervariasi, paling lambat pada sampel 2 yaitu 44,22. cm/det dan tercepat pada sampel 4 yaitu 83,33 cm/det dan. Kecepatan aliran merupakan faktor yang dapat mendorong terjadinya erosi, terjadi pada seluruh daerah sampel penelitian. Hal ini juga didorong oleh curah hujan yang terjadi di alirang Batang Palangai, dimana Aliran Batang Palangai termasuk daerah ikim sangat basah sehingga aliran sungai sangat deras. Kecepatan aliran yang menjadi faktor penyebab terjadinya erosi tebing sungai disebabkan oleh topografi daerah, dimana topografi pada seluruh titik sampel umumnya landai. Hal ini sesuai dengan Kartosapoetra (1985) erosi tebing
sungai umumnya terjadi pada sungai yang berbelok-belok tergantung dari derasnya arus sungai. Dengan pola aliran sungai yang demikian nantinya yang akan memberikan sumbangsih yang sangat besar dalam proses erosi tersebut. Selanjutnya (Asdak, 1995) menambahkan bahwa mMakin cepat laju aliran sungai (debit puncak atau banjir) makin besar kemungkinan terjadi erosi tebing sungai. Erosi dalam bentuk gerusan dapat berubah menjadi tanah longsor ketika permukan sungai surut (meningkatkan gaya tarik ke bawah) sementara bersamaan tanah pada tebing sungai telah jenuh. Kedua, Kelas lereng daerah penelitian tergolong lereng kelas II yang termasuk dalam kategori landai. Kemiringan lereng ini menyebabkan adanya potensi terjadinya erosi tebing sungai, karena kemiringan lereng menyebabkan kecepatan aliran sungai berbeda sehingga tebing sungai di sepanjang alirang Batang Palangai berpotensi mengalami erosi. Hal ini sesuai dengan pendapat Hermon (2006: 31-32) bahwa perbedaan kemiringan lereng juga akan menyebabkan perbedaan air tersedia bagi tumbuh-tumbuhan sehingga akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan secara langsung juga mempengaruhi proses pembentukan Ketiga, Vegetasi penutup daerah penelitian tergolong kelas 3 dan 4 yang cukup berpotensi terjadi erosi tebing sungai. Vegetasi penutup terdiri dari rumput, tanaman kelapa dan kelapa sawit. Keadaan ini membuat vegetasi penutup sepanjang aliran Batang Palangai tidak dapat menahan terjadinya erosi tebing sungai.
Hal ini sesuai dengan pendapat Arsyad (1989) vegetasi penutup berkaitan erat dengan penutup tanah oleh tumbuhtumbuhan, misalnya tanaman, hutan, dan rumput-rumputan. Vegetasi penutup tanah yang baik seperti rumput yang tebal atau rimba yang lebat akan dapat mencegah terjadinya erosi. Semua tanah tidak dapat dibiarkan tertutup hutan dan padang rumput karena kebutuan manusia akan pangan, sandang dan permukiman tetapi meskipun dalam usaha pertanian jenis tanaman yang diusahakan memainkan peranan penting dalam pencegahan erosi Keempat, Batuan tersingkap pada daerah penelitian tergolong kelas 2 dan 3, yaitu 1 – 10% dan 10 – 50%. Kondisi batuan tersingkap ini berpotensi terjadi erosi tebing sungai pada aliran Batang Palangai karena tidak mampu menahan erosi tebing sungai. Kondisi batuan pada bagian hilir biasanya lebih sedikit dibandingkan dengan batuan pada daereh hulu, sehingga daerah hiilir merupakan daerah yang paling rawan terjadinya erosi tebing sungai. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kecepatan aliran daerah penelitian bervariasi, paling lambat pada sampel 2 yaitu 44,22. cm/det dan tercepat pada sampel 4 yaitu 83,33 cm/det. Kecepatan aliran merupakan faktor yang dapat mendorong terjadinya erosi, terjadi pada seluruh daerah sampel penelitian. 2. Kelas lereng daerah penelitian tergolong lereng kelas II yang termasuk dalam kategori landai. Kemiringan lereng ini menyebabkan adanya potensi terjadinya erosi tebing sungai,
karena kemiringan lereng menyebabkan kecepatan aliran sungai berbeda sehingga tebing sungai di sepanjang alirang Batang Palangai berpotensi mengalami erosi. 3. Vegetasi penutup daerah penelitian tergolong kelas 3 dan 4 yang cukup berpotensi terjadi erosi tebing sungai. Vegetasi penutup terdiri dari rumput, tanaman kelapa dan kelapa sawit. Keadaan ini membuat vegetasi penutup sepanjang aliran Batang Palangai tidak dapat menahan terjadinya erosi tebing sungai. 4. Tingkat erosi pada daerah penelitian berdasarkan batuan tersingkap berpotensi terjadi erosi tebing sungai pada aliran Batang Palangai Sedangkan saran yang dapat penulis kemukakan: 1.
2.
Tingkat erosi tebing sungai pada daerah yang sedang seharusnya ditanami dengan tanaman yang mempunyai sistem perakaran yang dalam dan bukan tanaman semusim, tetapi tanaman yang mempunyai sistem perakaran yang baik, seperti tanaman perkebunan, seperti mahoni. Pada daerah yang memiliki tingkat erosi yang rendah dapat dibudidayakan untuk perkebunan dan pertanian, tetapi harus diperhatikan kemampuan lahan.
DAFTAR PUSTAKA Arsyad, Sitanala. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Bandung: IPB. Asdak, Chay. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran
Sungai. Yogyakarta: Mada University Press.
Gadjah
Bakaruddin, 1999. Dasar-dasar Hidrologi. Padang: UNP Press. Hardjowigeno, Sarwono, 2003. Klasifikasi Tanah Dan Pedogenesis. Jakarta: Akademika Pressindo. Hermon, Dedi, 2006. “ Buku Ajar Geografi Tanah”. Padang: Jurusan Geografi FIS. Hermon, Dedi. 2012. Mitigas Bencana Hidrometeorologi. Padang: UNP Press Kartosapoetra, 1985. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Jakarta: Bumi Aksara. Markis. 2001. Studi Tingkat Erosi Dan Gerakkan Massa Batuan Pada Satuan Lahan di Perbukitan Daerah Aliran Sungai (DAS) Lubuk Nyiur Kecamatan Batang Kapas. Skripsi, Jurusan Geografi UNP, Padang Nopriansyah, 2002. Studi Kemampuan Lahan untuk Arahan Penggunaan Lahan Pada DAS Salido Kabupaten Pesisir Selatan. Skripsi, Jurusan Geografi UNP, Padang. Noprizal, 1997. Studi Morfometri Lahan dan Karakteristik Tanah Terhadap Tingkat Erosi di Lereng Bagian Barat Gunung Talamau Kabupaten Pasaman. Skripsi, Jurusan Geografi UNP, Padang. Rafi’i Suryatna. 1995. Meteorologi dan Klimatologi. Bandung: Angkasa
Sastrodarsono, Suryono. 1993. Hidrologi Untuk Pengairan. Jakarta: Pradya Paramita. Soewarno, 1991. Hidrologi dan Pengukuran dan Pengelolan Data Aliran Sungai. Bandung: Nova. Suja’i, Abu. 2004. Analisa Faktor Penyebab Erosi Tebing Sungai pada Satuan Lahan Di Bentuklahan Fluvial Batang Ulakan Kabupaten Pariaman. Skripsi, Jurusan Geografi UNP, Padang. Winarso, Sugeng, 2005. Kesuburan Tanah, Yogyakarta: Gava Media. Yunita, Armi Sri. (2010) Studi Tentang Kerusakan Batang Sumpur di Kecamatan Panti Kabupaten Pasaman. Skripsi, Jurusan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat