STUDI TENTANG PERSEPSI DAN TINGKAT PARTISIPASI PETANI PENGGARAP DI HUTAN PENELITIAN PARUNGPANJANG Desmiwati
STUDI TENTANG PERSEPSI DAN TINGKAT PARTISIPASI PETANI PENGGARAP DI HUTAN PENELITIAN PARUNGPANJANG (Study on Perception and Level of Peasants Participation in Parungpanjang Research Forest) Desmiwati Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan Jl. Pakuan Ciheuleut PO BOX 105; Telp 0251-8327768, Bogor, Indonesia e-mail:
[email protected] Naskah masuk: 21Oktober 2016; Naskah direvisi: 22 November 2016.; Naskah diterima: 28 November 2016 ABSTRACT The aimed of this study is to analyze the perception and level of peasant participation in the management of Parungpanjang Forest Research (HP) Parungpanjang that has been run with the peasants. By this study, it is expected to provide informationand inputs for the formulation of the strategy and direction of HP Parungpanjang management policies in order to fulfill empowerment aspect of peasants and forest security. The method used was the descriptive analytical research, data were collected through surveys, Focussed Group Discussion, semi-structured interviews, observation, field notes and documentation. The measurement of perception was using Likert scale while participation level measured by Arnstein's participation ladder degree. The results showed that the perception of peasants toward HP Parungpanjang management is very good however the level of participation of peasantsis categorized in therapies level which means the Parungpanjang Forest Research still applying non-participatory management regarding peasants activities. Keywords: agroforestry, participation, peasants, perception, research forest ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis persepsi dan tingkat partisipasi petani penggarap dalam pengelolaan Hutan Penelitian (HP) Parungpanjang yang selama ini telah berjalan. Studi ini diharapkan dapat memberikan bahan informasi dan masukan bagi perumusan strategi dan arah kebijakan pengelolaan HP Parungpanjang secara berkelanjutan agar terpenuhinya aspek pemberdayaan bagi petani penggarap dan keamanan hutan penelitian. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif, data dikumpulkan melalui survey, diskusi kelompok terfokus, wawancara semi terstruktur, observasi, catatan lapangan dan dokumentasi. Pengukuran persepsi menggunakan Skala Likert dan pengukuran tingkat partisipasi menggunakan derajat tangga Arnstein. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi petani penggarap terhadap pengelolaan HP Parungpanjang sangat baik namun tingkat partisipasi petani penggarapnya berada pada level terapi yang berarti pengelolaan HP Parungpanjang dalam hal pelibatan petani penggarap masih bersifat non-partisipatif. Kata kunci: agroforestry, hutan penelitian, persepsi, petani penggarap, tingkat partisipasi
I. PENDAHULUAN Hutan Penelitian (HP) merupakan bagian dari Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) sesuai dengan Undang-Undang Pokok Kehutanan Nomor 41 Tahun 1999 Pasal 8 yang menyebutkan bahwa pemerintah dapat
menetapkan kawasan hutan tertentu untuk tujuan khusus yang diperlukan untuk kepentingan umum seperti penelitian dan pengembangan, pendidikan dan latihan, religi dan budaya. Jenis kawasan hutan dengan tujuan khusus tidak mengubah fungsi pokok kawasan hutan.
© 2016 JPTH All rights reserved. Open access under CC BY-NC-SA license.doi: http://doi.org/10.20886/jpth.2016.4.2. 109-124
109
Jurnal Perbenihan Tanaman Hutan Vol.4 No.2, Desember 2016: 109-124 p-ISSN : 2354-8568 e-ISSN : 2527-6565
Menurut (Suhariyanto et al ., 2015),
akan menyulitkan petugas pengelola HP dalam
diketahui bahwa hampir seluruh kawasan hutan
pemantauan keamanan hutan. Keberadaan HP
mendapatkan tekanan terutama karena aktivitas
Parungpanjang dapat menjadi sarana untuk
manusia seperti penebangan ilegal, ekspansi
mengintegrasikan dua kepentingan yaitu
perkebunan, perambahan liar, pemukiman,
kepentingan institusi BP2TPTH untuk menjaga
pembuatan jalan, penggembalaan dll.
fungsi hutan penelitian dan keberadaan tanaman
Permasalahan umum di HP Parung Panjang
pokok serta kepentingan masyarakat dari sisi
adalah keamanan kawasan (pencurian kayu,
pemanfaatan ekonomi dan sosial, keduanya
perambahan), penyerobotan lahan untuk sawah,
diharapkan dapat menciptakan suatu kondisi
ladang dan penggunaan lainnya. Masalah lain
hutan yang lestari.
yang masih muncul adalah kurangnya tenaga
Untuk menghindari kerusakan lebih parah
pengamanan di lapangan, tenaga kerja, status
di hutan penelitian akibat tekanan dari manusia,
kawasan masih pinjam pakai, penggembalaan
dipandang perlu adanya pelibatan masyarakat
ternak, perbedaan luasan antara Surat Perjanjian
secara partisipatif dalam pengelolaan hutan
dan Pengukuran serta pemanfaatan benih secara
penelitian. Melalui pendekatan Adaptive
komersial (Suhariyanto et al., 2015).
Collaborative Management (ACM) diharapkan
Untuk mengurangi tekanan, maka perlu
para pemangku kepentingan (stakeholders)
adanya pelibatan masyarakat lokal dalam
yang terlibat di HP Parungpanjang dapat duduk
pengelolaan hutan penelitian sehingga sikap dan
bersama dalam merencanakan, melaksanakan,
perilaku mereka bisa mendukung pengelolaan
mengamati, dan mengambil pelajaran dari
hutan penelitian dimasa yang akan datang.
pelaksanaan pengelolaan HP di masa lalu.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Surati
Konsep ACM bisa dimaknai sebagai suatu pola
(2014), diketahui bahwa letak HP yang berada di
kerjasama antar stakeholder lokal dalam
tengah-tengah pemukiman masyarakat
mengelola suatu kawasan hutan serta
menyebabkan HP menjadi jalur alternatif antara
penyesuaian-penyesuaian yang dilakukan dari
kampung yang satu dan lainnya, hal ini
kerangka sosial, ekonomi dan biofisik yang
menyebabkan keterkaitan masyarakat terhadap
diharapkan akan menghasilkan derajat hidup
HP sangat tinggi. Tekanan yang terjadi berupa
manusia dan keberlangsungan fungsi hutan
penggembalaan ternak dan hal ini menyulitkan
(Pokornyet al., 2003).
pemeliharaan dan pemantauan tanaman baru.
Sebagai langkah awal menuju suatu proses
Selain itu banyak dilalui mobil dan motor, dan
kerjasama antar pelaku, perlu dilakukan studi
saat musim kemarau rawan terjadi kebakaran
tentang persepsi dan tingkat partisipasi petani
hutan akibat membuang puntung rokok
penggarap terhadap program yang telah
sembarangan. Pencurian kayu juga menjadi
dilakukan sampai saat ini. Penelitian ini
masalah serius karena aksesibilitas yang terbuka
mengajukan gagasan bahwa pendekatan
110
STUDI TENTANG PERSEPSI DAN TINGKAT PARTISIPASI PETANI PENGGARAP DI HUTAN PENELITIAN PARUNGPANJANG Desmiwati
partisipatif berpotensi untuk mengurangi tekanan terhadap keberlangsungan HP Parung Panjang. Pengelolaan partisipatif diharapkan dapat menciptakan tata kelola mandiri (self governance) yang dapat menciptakan keuntungan bagi seluruh pemangku kepentingan (stakeholders). Penelitian ini
II. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di HP Parung Panjang, Kabupaten Bogor pada September 2016 terhadap petani penggarap (di tingkat lokal disebut juga pesanggem) yang mengelola HP Parung Panjang. Petani penggarap berasal dari
bertujuan untuk menganalisis persepsi dan
empat desa di sekitar HP Parung Panjang, yakni
tingkat partisipasi petani penggarap dalam
Desa Jagabaya, Gintung Cilejet, Batok dan Desa
pengelolaan HP Parungpanjang yang selama ini
Tapos.
telah berjalan. Studi ini diharapkan dapat memberikan bahan informasi dan masukan bagi perumusan strategi dan arah kebijakan
B. Metode Pengumpulan Data Penelitian untuk mengukur persepsi dan
pengelolaan HP Parungpanjang secara
tingkat partisipasi petani penggarap HP
berkelanjutan agar terpenuhinya aspek
Parungpanjang ini menggunakan metode
pemberdayaan bagi petani penggarap dan
penelitian analisis deskriptif. Penelitian
keamanan hutan penelitian.
deskriptif bertujuan untuk menggambarkan
Persepsi petani penggarap yang dikaji
secara sistematik dan akurat fakta serta
dalam penelitian ini berkaitan dengan pemikiran
karakteristik mengenai populasi atau mengenai
dan pendapat petani penggarap tentang kegiatan
bidang tertentu. Penelitian ini berusaha
atau tindakan yang dilakukan BP2TPTH
menggambarkan situasi atau kejadian. Data
terhadap HP Parungpanjang. Partisipasi petani
yang dikumpulkan semata-mata bersifat
penggarap yang dikaji dalam penelitian ini
deskriptif sehingga tidak bermaksud mencari
berkaitan dengan keikutsertaan petani
penjelasan, menguji hipotesis, membuat
penggarap baik secara individu, kolektif
prediksi maupun mempelajari implikasi
maupun kelembagaan dalam upaya pengelolaan
(Azwar, 2009). Dari penelitian ini diharapkan
partisipatif HP Parungpanjang. Ajat dalam
dapat memberikan gambaran mengenai kondisi
Wulandari (2010), menyatakan bahwa persepsi
yang terjadi di lapangan agar pembaca juga
sebagai suatu proses yang memberikan
dapat mengetahui bagaimana keadaan yang
kesadaran kepada individu tentang suatu obyek
sebenarnya.
atau peristiwa di luar dirinya melalui panca indra.
Data dikumpulkan melalui berbagai cara seperti Diskusi Kelompok Terfokus, wawancara semi terstruktur, survey, observasi, catatan lapangan dan dokumentasi. Responden terdiri dari 24 orang, yang seluruhnya 111
Jurnal Perbenihan Tanaman Hutan Vol.4 No.2, Desember 2016: 109-124 p-ISSN : 2354-8568 e-ISSN : 2527-6565
merupakan petani penggarap yang berasal dari
penggabungan metode ini disebut triangulasi,
kampung-kampung di sekitar HP Parung
yang merupakan teknik pengumpulan data dari
Panjang. Populasi adalah keseluruhan subyek
berbagai teknik pengumpulan data dan sumber
penelitian yang mempunyai kriteria yang sama.
data (Sugiyono, 2012). Penggunaan triangulasi
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi
juga bertujuan untuk menguji kredibilitas
adalah seluruh petani penggarap di HP
melalui berbagai teknik pengumpulan data dan
Parungpanjang. Sampel dapat diartikan sebagai
berbagai sumber data. Sehingga dapat diperoleh
bagian atau wakil populasi yang diteliti (Suharsimi, 1998). Berdasarkan sampel yang diambil, peneliti bermaksud untuk menggeneralisasikan hasil penelitian sebagai sesuatu yang berlaku bagi populasi. Dalam pengambilan sampel, peneliti mempertimbangkan keterwakilan masingmasing kelompok petani penggarap dan
pemahaman yang mendalam mengenai kondisi rumah tangga petani penggarap. Analisis data menurut Bogdan (dalam Sugiyono, 2012), merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain sehingga dapat mudah dipahami dan
keterwakilan antara koordinator dan anggota.
temuannya dapat diinformasikan kepada orang
Jenis data penelitian ada dua jenis yakni data
lain (Sugiyono, 2012).
primer dan data sekunder. Data primer adalah
Untuk menganalisis data dalam penelitian
data yang didapat dari sumber pertama baik dari
ini digunakan analisis deskriptif, yaitu metode
individu atau perorangan seperti hasil
analisis yang berusaha menjelaskan kondisi
wawancara atau hasil pengisian kuesioner.
objek kajian menurut kriteria-kriteria tertentu
Metode angket/kuesioner dalam penelitian ini
sehingga bisa memberikan gambaran yang
adalah sejumlah informasi dari responden
sesungguhnya terjadi ditempat penelitian
tentang pribadinya, atau hal-hal yang diketahui
tersebut. Metode deskriptif digunakan untuk
dari topik penelitian ini (Suharsimi, 1998).
menggambarkan karakteristik responden,
Sementara itu, data sekunder adalah data yang
seperti jenis kelamin, umur responden,
dikumpulkan secara umum oleh lembaga
pekerjaan dan lokasi tinggal responden yang
tertentu mengenai profil dan angka-angka
disajikan dalam bentuk tabel frekuensi
kumulatif data petani dan aspek demografi yang ada di Hutan Penelitian.
(prosentase). Metode yang digunakan untuk mengukur persepsi masyarakat adalah metode Skala
C. Analisis Data
Likert. Metode Skala Likert, yaitu metode untuk
Metode pengumpulan data adalah
mengukur luas/dalamnya persepsi atau
penggabungan, sehingga akan mendapatkan
pendapat dari responden. Skala Likert
data yang komprehensif dan mendalam. Metode
merupakan metode pengukuran yang digunakan
112
STUDI TENTANG PERSEPSI DAN TINGKAT PARTISIPASI PETANI PENGGARAP DI HUTAN PENELITIAN PARUNGPANJANG Desmiwati
untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi
ladder of citizen participation). Dalam
seseorang atau kelompok orang tentang
konsepnya Arnstein menjelaskan partisipasi
fenomena sosial (Sugiono, 2012). Dalam
masyarakat didasarkan kepada kekuatan
metode ini sebagian besar pertanyaan
masyarakat untuk menentukan suatu produk
dikumpulkan, setiap pertanyaan disusun
akhir, tiap tangga dibedakan berdasarkan
sedemikian rupa sehingga bisa dijawab dalam
“tingkat kekuatan masyarakat dalam
empat tingkatan (Gumilar, 2012), skala ukur dan
menentukan rencana/program”. Secara umum,
skor yang digunakan yakni 1) sangat tidak setuju
dalam model ini terdapat tiga derajat partisipasi
(STS, bobot 1), 2) tidak setuju (TS, bobot 2), 3)
masyarakat: (1) Tidak Partisipatif (Non
setuju (S, bobot 3), 4) sangat setuju (SS, bobot
Participation); (2) Derajat Semu (Degrees of
4). Untuk menghitung jumlah skor ideal
Tokenism) dan (3) Kekuatan Masyarakat
(kriterium) dari seluruh item, digunakan rumus
(Degrees of Citizen Powers) (Wihandoko,
sebagai berikut:
2015). Lebih jelasnya dapat dilihat dalam
Skor Kriterium = Nilai Skala x Jumlah Responden
Gambar 1.
Selanjutnya akan dimasukkan kedalam rating scale. Rating scale berfungsi untuk mengetahui hasil kuesioner dan wawancara secara umum dan keseluruhan yang didapat dari penilaian kuesioner dan wawancara. Untuk mengukur tingkat partisipasi digunakan jumlah skor dari variabel. Jumlah skor dari semua variabel tersebut digunakan untuk mengukur tingkat partisipasi petani penggarap berdasarkan derajat keterlibatannya dalam berbagai aktivitas pengelolaan HP
Citizen Control 8 (Pengawasan Masyarakat) Delegated Power 7 (Pendelegasian Kekuasaan) Partnership 6 (Kemitraan) Placation 5 (Peredaman) Consultation 4 (Konsultasi) Information 3 (Menyampaikan Informasi) Therapy 2 (Terapi) Manipulation 1 (Manipulasi)
Citizen Power (Kekuatan Masyarakat)
Tokenism (Derajat Semu)
Non Participation (Tidak Partisipatif)
Parungpanjang. Derajat keterlibatan petani penggarap diukur dengan menggunakan instrumen partisipasi dari Arnstein (1969) yang dikenal dengan tipologi delapan tangga partisipasi masyarakat (eight rungs on the
Sumber: Arnstein, S 1969, A Ladder of Citizen Participation, Vol. 35, No.4, hh.216-224
Gambar (Figure) 1. Delapan tangga partisipasi masyarakat dari Arnstein (1969) (eight rungs on the ladder of citizen participation).
113
Jurnal Perbenihan Tanaman Hutan Vol.4 No.2, Desember 2016: 109-124 p-ISSN : 2354-8568 e-ISSN : 2527-6565
24
48 TB
72 B
96 SB
kemudian dipinjam-pakaikan berdasarkan Surat Perjanjian Kerjasama Pinjam Pakai No.08/0443/III/1996 dan 796/VIII-BTP/12/1996 antara
Keterangan: TB = Tidak Baik B = Baik SB = Sangat Baik
Gambar (Figure) 2. Rating Scale Persepsi Petani Penggarap terhadap Pengelolaan HP Parungpanjang (Rating Scale Peasants Perception toward Management HP Parungpanjang).
Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Balai Teknologi Perbenihan. Luas awalnya 60 Ha dan kemudian bertambah menjadi ± 74,24 Ha dan sejak tahun 1998 luasnya bertambah lagi menjadi 134,24 Ha. Dari total luasan tersebut yang telah dimanfaatkan untuk kegiatan penelitian yakni 48,23 Ha, sedangkan sisanya pada awalnya berupa ladang, lahan terbuka, dan
Besarnya interval skor untuk menentukan
semak belukar. Tujuan dari HP Parungpanjang
kategori tingkat partisipasi petani penggarap
adalah sebagai areal uji lapang hasil-hasil
secara menyeluruh didasarkan pada skor
penelitian teknologi perbenihan, pengembangan
kategori tingkat partisipasi individu dikali
sumber benih, konservasi plasmanutfah, tempat
dengan jumlah sampel. Terdapat 8 pernyataan
pelatihan dan ekowisata. Pada saat masih
dengan pilihan jawaban masing-masing
merupakan areal milik Perhutani, kawasan ini
pernyataan ada 3 pilihan dengan skor 1 sampai
ditanami oleh trubusan puspa (Schima wallichi)
3. Sehingga minimum skor yang diperoleh
dan menjadi tempat pengembalaan hewan
individu (8 x 1) adalah 8 dan maksimum skornya
ternak (kerbau dan kambing) milik masyarakat
(8 x 3) adalah 24. Jumlah sampel 24, maka skor
sekitarnya dan juga tempat penduduk mencari
minimum untuk tingkat partisipasi petani
kayu bakar.
penggarap (24 x 8) adalah 192 dan skor maksimum (24 x 24) adalah 576. Dengan diketahuinya skor minimum dan maksimum maka diketahui pula jarak interval, yaitu (576192)/8 = 48. Lebih jelasnya dapat dilihat dalam Gambar 2.
Lokasi HP Parung Panjang berjarak ± 70 km dari Kota Bogor, berbatasan langsung dengan tiga desa yakni di Desa Gintung, Cilejet dan Jagabaya, Kecamatan Parungpanjang, serta Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor. Dari tiga desa tersebut, dusun yang berbatasan langsung dengan HP Parung Panjang
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
adalah Dusun Serdang, Taloktok, Babakan,
A. Kondisi Hutan Penelitian Parung Panjang
Bangkonal dan Leuwigoong. Secara geografis
Hutan Penelitian (HP) awalnya adalah
HP Parung Panjang terletak di 106º6' Bujur
kawasan hutan produksi milik Perum Perhutani,
Timur dan 106º20' Lintang Selatan pada
114
STUDI TENTANG PERSEPSI DAN TINGKAT PARTISIPASI PETANI PENGGARAP DI HUTAN PENELITIAN PARUNGPANJANG Desmiwati
ketinggian 51,71 mdpl. Memiliki tipe curah
1. Pemilihan jenis tanaman tumpangsari harus
hujan A (klasifikasi Schmidt dan Fergusson)
memperhatikan kondisi lahan dan
dengan kisaran curah hujan tahunan adalah
persyaratan tumbuh antara lain: jenis tanah,
2000-2500 mm/tahun. Tanah di HP Parung
tingkat kesuburan, keasaman (pH tanah),
Panjang termasuk dalam klasifikasi jenis
topografi lahan, iklim, curah hujan dsb.
podsolik haplik, berwarna cokelat, relatif
2. Pemilihan jenis tanaman tumpangsari
dangkal dan sarang. Tekstur tanah sebagian
diarahkan untuk pengadaan stok pangan
besar mengandung pasir, liat dan debu. Tingkat
(program hutan cadangan pangan), jenis
kesuburan tanah tergolong rendah sampai
tanaman obat-obatan dan rempah-rempah
sangat rendah. Reaksi tanah asam (pH 3,6 – 4,5),
serta jenis tanaman industri yang mempunyai
bahan organik rendah sampai sedang.
nilai ekonomi tinggi, pangsa pasar yang baik
Dalam pemanfaatan lahannya, diterapkan model diversifikasi tanaman atau tumpang sari. Pelaksanaan tumpangsari dalam pembangunan hutan tanaman, dalam hal ini Hutan Penelitian, bertujuan untuk meningkatkan produktivitas
serta unggul/handal ditanam di bawah tegakan. 3. Jarak tanaman pokok dan ada tidaknya perlakuan penjarangan.
lahan Hutan Penelitian (kualitas tanaman
4. Adanya penduduk di sekitar hutan untuk
pokok, produktivitas tanaman tumpangsari dan
melaksanakan program tumpangsari diantara
kesuburan tanah), meningkatkan peran serta
tanaman pokok.
masyarakat setempat dalam pembangunan
Berdasarkan Keputusan Dirjen Pengusahaan
Hutan Penelitian dan terakhir untuk membantu
Hutan Produksi No. 231/Kpts/VI-PHT/1999
penyediaan pangan dan meningkatkan
tanggal 1 Oktober 1999 tentang Juklak Kegiatan
kesejahteraan masyarakat setempat. Dengan
Tumpangsari dalam Pembangunan Hutan
begitu kegiatan tumpangsari harus merupakan
Tanaman, maka berikut jenis-jenis tanaman
kegiatan yang saling menguntungkan. Jenis
yang dianjurkan dan tidak dianjurkan ditanam
tanaman tumpangsari yang ditanam tidak boleh
dalam kegiatan tumpangsari pada kegiatan
mengganggu pertumbuhan tanaman pokok,
hutan tanaman:
bahkan harus dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman pokok (Buharman et al., 2001).
Tanaman yang dianjurkan untuk jenis tanaman pokok adalah yang berumur 0-2 tahun
Keberhasilan pelaksanaan penanaman
dengan jarak tanam 2 x 2 m / 3 x 3 m, tanaman
tanaman tumpangsari di lahan Hutan Penelitian,
pangan yakni padi gogo, jenis kacang-kacangan
sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara
(kacang tanah, kacang kedelai, kacang hijau,
lain:
kacang tunggak, kacang panjang dll, jagung, ubi
115
Jurnal Perbenihan Tanaman Hutan Vol.4 No.2, Desember 2016: 109-124 p-ISSN : 2354-8568 e-ISSN : 2527-6565
jalar, semangka, kentang hitam/kumeli, nanas,
inophilum), Gempol (Nauclea orientalis i Linn),
sayur-sayuran, wijen, bengkuang, sorghum,
Merbau (Intsia bijuga), Kepuh (Sterculia
waluh kuning. Tanaman obat dan rempah-
foetida), Mindi (Melia azedarach), Tisuk
rempah yakni pulepandak, nilam, mentha,
(Hibiscus sp), dan Jabon Putih (Anthocephalus
kunyit, kumis kucing, jahe dan kencur. Tanaman
cadamba). Sedangkan untuk tanaman
lain-lain seperti rumput pakan ternak. Umur
tumpangsari yang telah dilakukan antara lain
tanaman pokok 3 s/d 5 tahun, tidak dijarangkan,
padi gogo (Oryza sativa L), kacang tanah
tanaman pangan yakni ganyong, garut, iles-iles
(Arachis hypogaea), kedelai (Glyine max L),
dan gadung-gadungan. Tanaman obat dan
jagung (Zae mays L), ubi jalar (Ipomoea batatas
rempah yakni pule pandak, gambir, lengkuas,
Crant), lengkuas (Lenguas galanga L. Stuntz),
kunyit dan temu lawak. Untuk yang dijarangkan
jahe (Zingiber officinale Rosc).
menjadi 4 x 4 / 6 x 6 m, tanaman pangan yakni ganyong,
garut,
iles-iles,
gadung-gadungan, nanas, talas dan sayur-
B. Profil Petani Penggarap dan Kondisi Sosio-Ekonomi
sayuran. Tanaman obat dan rempah-rempah
Berdasarkan tempat tinggal, petani
yaki pulepandak, panili, kemukus, cabe jamu,
penggarap berasal dari empat desa disekitar HP
lada, kapulaga, lengkuas, kunyit, jahe, kumis
Parungpanjang yakni Desa Tapos dan Batok
kucing, lempuyangan dll. Untuk tanaman
yang masuk di wilayah Kecamatan Tenjo dan
industri, yang diijinkan adalah pisang acaca dan
Desa Jagabaya dan Gintung Cileujet yang
rami. Sementara itu untuk tanaman yang tidak
masuk Kecamatan Parungpanjang. Petani
dianjurkan yakni ketela pohon, pisang buah,
penggarap terbanyak berasal dari Kampung
tebu, rumput gajah dan serei wangi.
Babakan, Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, yakni
Tanaman pokok yang ada di HP
sebanyak 59 orang, dengan rincian dapat dilihat
Parungpanjang yakni Mahoni (Swietenia
pada Tabel 1. Sedangkan untuk karakteristik
macrophylla ), Akasia mangium ( Acacia
petani penggarap HP Parungpanjang dapat
mangium ), Nyamplung ( Calophyllum
dilihat pada Tabel 2.
116
STUDI TENTANG PERSEPSI DAN TINGKAT PARTISIPASI PETANI PENGGARAP DI HUTAN PENELITIAN PARUNGPANJANG Desmiwati
Tabel (Table) 1. Sebaran Tempat Tinggal Petani Penggarap HP Parungpanjang (Based on Residence Peasants HP Parungpanjang) Kecamatan
Desa
Kampung
Tenjo
Tapos
Babakan Jenggot Baru Bangkonol Pabuaran Palayang Serdang Taloktok Leuwigoong, Desa Gintung Cileujit Parung Karang, Desa Gintung Cileujet
Batok Parungpanjang
Jagabaya
Gintung Cileujet
Orang (Person) 59 4 1 3 28 2 9 10 17 1 4
Total
Keterangan (Remark)
Tidak Diketahui
138
Sumber (Source): Olahan Sendiri, 2016
Tabel (Table) 2. Karakteristik 138 Petani Penggarap HP Parungpanjang (Characteristics of 138 Peasants HP Parungpanjang) Karakteristik responden (Characteristics of respondens) Jenis kelamin (Gender)
Pekerjaan (Occupation)
Umur (Age)
Luas lahan (Land area)
Tanaman (Plant)
Klasifikasi (Clasification) Laki-laki Perempuan Buruh Harian Lepas Buruh Tani/Perkebunan Sopir Wiraswasta Ibu Rumah Tangga Karyawan Swasta Pedagang Petani/Pekebun Buruh Tidak Menyebutkan Angkatan Kerja Muda ≤ 40 Angkatan Kerja Tua > 40 0,25 Ha 0,5 Ha 0,75 Ha 1 Ha 1,5 Ha Lengkuas Lengkuas, Kentang Hitam Padi Padi, Jagung Padi, Lengkuas Padi, Lengkuas, Jagung Padi, Lengkuas, Jagung, Kedele Padi, Sereh, Jagung Sereh, Jagung
Jumlah (Amount) 129 9 60 12 2 10 9 2 17 5 4 17 22 116 84 42 3 8 1 5 5 13 17 67 23 3 4 1
Persentase (Percentage) 93,45 6,55 43,48 8,7 1,45 7,25 6,52 1,45 12,32 3,62 2,9 12,31 15,94 84,06 60,87 30,43 2,17 5,8 0,73 3,62 3,62 9,42 12,31 48,56 16,67 2,17 2,9 0,73
Sumber (Source): Olahan Sendiri, 2016
117
Jurnal Perbenihan Tanaman Hutan Vol.4 No.2, Desember 2016: 109-124 p-ISSN : 2354-8568 e-ISSN : 2527-6565
Petani penggarap didominasi oleh laki-laki
Luas lahan yang dikelola petani penggarap
yakni 93,45%, atau sebanyak 129 orang dan
cukup bervariasi, tergantung kemampuan
hanya 6,55% (9 orang) perempuan mengajukan
mereka mengelola lahan. Secara umum yang
izin pengelolaan atau menjadi pesanggem, akan
mengolah lahan sekitar 2500 m ada sebanyak
tetapi pada kenyataannya di lapangan, selain
60,87% atau 84 orang, kemudian petani yang
bapak-bapak yang mengelola lahan, perempuan
mengolah lahan dengan luas 5000 m2 sebanyak
(istrinya)juga ikut mengelola lahan tersebut.
30,43% atau 42 orang dan hanya 1 orang yang
Bersama-sama mereka menggarap lahan yang
mampu mengelola lahan sampai seluas 1,5
telah ditentukan. Peran perempuan tidak kalah
hektar.
2
penting dengan kegiatan membersihkan gulma,
Variasi jenis tanaman tumpangsari tidak
mengumpulkan ranting dan kayu bakar,
terlalu banyak. Tanaman yang paling awal
menanam, merawat dan menjaga tanaman.
ditanam adalah padi gogo, ditanam sekitar
Hampir disetiap kegiatan laki-laki petani
Bulan November, dan dipanen sekitar Bulan
penggarap, perempuan juga sama aktifnya
Maret. Sedangkan sisa bulan lainnya
sedangkan untuk lahan yang diajukan oleh
dimanfaatkan petani untuk menanam lengkuas,
perempuan, di lapangannya mereka dibantu
sereh, kacang tanah, kedele dll. dengan tetap
oleh anak laki-lakinya.
memperhatikan jarak dengan tanaman pokok
Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan di lapangan, selain mengelola lahan
dan tetap menjaga tanaman pokok yang ada di lahannya.
tegakan, petani pesanggem juga memiliki pekerjaan lain. Sebagian besar mata
C. Analisis Persepsi Petani Penggarap
pencahariannya adalah buruh harian lepas yakni
Berdasarkan hasil survey, persepsi petani
mencapai 43,48% atau sebanyak 60 orang,
penggarap terhadap pengelolaan HP
sedangkan yang terendah berprofesi sebagai
Parungpanjang berada dalam kategori sangat
karyawan pabrik sebanyak 2 orang. Sehingga
baik dengan skor rata-rata 82. Hal ini berarti,
jika sedang ada pekerjaan lain, petani
responden memiliki persepsi yang sangat baik
pesanggem tidak menggarap lahannya, namun
terhadap pengelolaan HP Parungpanjang saat ini
setelah pekerjaan selesai mereka kembali
dan merupakan modal utama yang sangat baik
mengolah lahan. Hal ini juga menjadi bagian
untuk menjaga kelestarian HP Parungpanjang.
dari strategi petani pesanggem untuk
Terbukti saat ini gangguan terhadap HP
mengumpulkan modal untuk membeli bibit,
Parungpanjang menurun.
pupuk dll, dan mencari tambahan pemasukan
Sejalan dengan penelitian Samosir et al.
untuk kebutuhan sehari-hari, karena lahan
(2014), dimana persepsi masyarakat pada hutan
garapannya belum bisa menghasilkan (panen).
tanaman sangat baik karena pada umumnya
118
STUDI TENTANG PERSEPSI DAN TINGKAT PARTISIPASI PETANI PENGGARAP DI HUTAN PENELITIAN PARUNGPANJANG Desmiwati
masyarakat yang bekerja sebagai buruh tani atau
memahami dengan baik bahwa dirinya
nelayan dapat menambah pekerjaan baru dan
bergantung hidup dari sumberdaya hayati hutan
meningkatkan perekonomian sehingga mereka
dan menginginkan agar sumberdaya tersebut
bergabung dalam kelompok tani untuk
dikelola secara lestari.
berpartisipasi dalam pengelolaan hutan
Untuk selanjutnya perlu meningkatkan
tanaman. Disamping itu, kesadaran masyarakat
peran petani penggarap dalam pengelolaan HP
yang cukup tinggi terhadap hutan bahwa
Parungpanjang, dengan meningkatnya
kehidupannya bergantung dari hutan maka
partisipasi petani penggarap dalam menjaga
sumberdaya hutan perlu dijaga dan ditingkatkan
kelestarian HP Parungpanjang maka sekaligus
potensi serta mengelolanya secara lestari. Hal
juga berdampak positif terhadap kesejahteraan
ini sesuai juga dengan pernyataan Damanik et
petani penggarap. Variabel persepsi petani
al. (2013) yang menyatakan bahwa perspsi
penggarap terhadap pengelolaan HP
masyarakat akan baik apabila masyarakat
Parungpanjang dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel (Table) 3. Rekapitulasi Skor dan Kriteria Persepsi Petani Penggarap terhadap Pengelolaan HP Parungpanjang (Recapitulation Perception Scores and Criteria Peasants toward Management HP Parungpanjang). No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Pernyataan (Statement) Pengelolaan HP Parungpanjang saat ini lebih baik Peraturan mengenai jenis tanaman yang boleh dan tidak boleh ditanam menguntungkan petani penggarap Hak petani penggarap sudah sesuai yang diharapkan Kewajiban petani penggarap tidak memberatkan mereka Komunikasi antara BPPTPTH dengan petani penggarap berjalan baik Lahan garapan menguntungkan secara ekonomi Pemanfaatan lahan garapan membangun hubungan baik antar petani penggarap Keterlibatan petani penggarap tidak menimbulkan kecemburuan di lingkungan Tanaman pokok HP harus dijaga dan dirawat Sanksi atas pelanggaran kesepakatan cukup bisa diterima Harapan agar petani penggarap berperan lebih banyak dalam pengelolaan HP
Skor Rata-rata (Average scores) Kriteria (Criteria)
Skor (Score) 86 81 75 79 85 86 81 72 88 84 87 82 Sangat Baik
Sumber (Source): Olahan Sendiri, 2016
119
Jurnal Perbenihan Tanaman Hutan Vol.4 No.2, Desember 2016: 109-124 p-ISSN : 2354-8568 e-ISSN : 2527-6565
Berkaitan dengan pengelolaan HP
menjaga tanaman pokoknya agar tetap hidup,
Parungpanjang, responden seluruh responden
hampir seluruh responden menyatakan tidak
menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa saat
keberatan terhadap kewajiban tersebut.
ini kondisi pengelolaan jauh lebih baik
Dalam hal komunikasi yang terbangun
dibandingkan pada saat dikelola oleh pengelola
antara pihak Balai Penelitian dan
sebelumnya (Perhutani). Saat itu akses
Pengembangan Teknologi Perbenihan Tanaman
masyarakat sekitar untuk memanfaatkan lahan
Hutan dengan petani peng-garap melalui
dibawah tegakan tidak ada, namun saat ini
petugas dan penanggungjawab lapangan di HP
petani penggarap merasakan kemudahan dan
Parungpanjang sudah berjalan dengan baik,
ada akses legal untuk mengolah lahan HP
seluruh responden menyatakan setuju dan
Parungpanjang, sehingga mereka tidak perlu
sangat setuju. Komunikasi menjadi kunci
merasa was-was ketika mengelola lahan
keberhasilan dalam membangun kepercayaan
tersebut.
antara kedua belah pihak, sehingga dengan
Mengenai jenis tanaman apa yang boleh
komunikasi yang baik, keamanan wilayah dapat
ditanam dan apa yang tidak boleh ditanam,
terkendali sehingga mampu meredam berbagai
hampir seluruh responden menyatakan setuju
gangguan yang dulu kerap terjadi di kawasan HP
dan sangat setuju dengan ketentuan tersebut dan
Parungpanjang.
mematuhinya di lapangan. Hanya 1 (satu) orang
Seluruh responden menyatakan setuju dan
yang menyatakan tidak setuju karena memang
sangat setuju bahwa lahan garapan yang diolah
sebenarnya ada keinginan petani untuk
mereka menguntungkan secara ekonomi.
menanam singkong, pisang dan jagung akan
Tanaman yang diolah, seperti padi gogo bisa
tetapi terdapat aturan dan kesepakatan bahwa
dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan pangan
jenis tanaman tersebut tidak boleh ditanam, atau
pokok keluarga hingga beberapa bulan, namun
boleh ditanam dengan ketentuan tersendiri.
tanaman lain seperti singkong tidak untuk
Menurut 22 responden menyatakan setuju
dikonsumsi sendiri, akan tetapi untuk dijual.
dan sangat setuju bahwa hak petani sudah sesuai
Akan tetapi untuk tanaman lain yang hasil
dengan yang diharapkan, sedangkan 2 orang
panennya tidak terlalu banyak digunakan untuk
menyatakan tidak setuju. Hal ini menunjukkan
konsumsi sehari-hari seperti kentang hitam,
bahwa dengan diberikannya akses legal kepada
kacang tanah, ubi jalar dll. Selain pemanfaatan
masyarakat sekitar kawasan HP Parungpanjang
lahan untuk tanaman pangan, keuntungan
untuk menjadi petani penggarap dan mengolah
lainnya yang dapat diperoleh adalah
lahan, petani bersyukur sekali dan sudah
ketersediaan kayu bakar, sehingga tidak perlu
memenuhi harapan mereka. Sedangkan
membeli bahan bakar untuk memasak di rumah.
terhadap kewajiban yang dibebankan yakni 120
STUDI TENTANG PERSEPSI DAN TINGKAT PARTISIPASI PETANI PENGGARAP DI HUTAN PENELITIAN PARUNGPANJANG Desmiwati
Adanya pemanfaatan lahan garapan
memang terdapat sedikit kecemburuan di
membangun hubungan baik antar petani
masyarakat sekitarnya karena mereka tidak
penggarap, seluruh responden menyatakan
memperoleh akses untuk mengolah lahan
setuju dan sangat setuju, karena sesama petani
garapan tersebut.
penggarap kerap kali melakukan komunikasi
Terhadap sanksi yang diberikan jika ada
dan saling membantu ketika berada di lahan
yang melanggar kesepakatan, hampir seluruh
garapan. Akan tetapi proses membangun
responden menyatakan setuju dan sangat setuju,
dinamika kelompok taninya belum terbentuk.
hanya 1 responden yang menyatakan tidak
Kesadaran sebagai anggota kelompok yang
setuju. Sedangkan untuk harapan agar petani
berdaya dan akan kuat ketika proses
penggarap memiliki peran yang lebih besar lagi
kelembagaannya ada belum terjadi, sehingga
dalam hal pengelolaan HP Parungpanjang,
masih diperlukan proses dan inisiasi dari luar
seluruh responden menyatakan setuju dan
untuk membangkitkan kesadaran tersebut.
sangat setuju.
Apakah keterlibatan petani penggarap tidak menimbulkan kecemburuan di masyarakat, 18 responden menyatakan setuju dan sangat setuju,
D. Analisis Tingkat Partisipasi Petani Penggarap
yang artinya ketika mereka menjadi petani
Berdasarkan jumlah skor dari semua
penggarap di HP Parungpanjang, masyarakat
variabel, diketahui tingkat partisipasi petani
sekitarnya mendukung, sedangkan yang
penggarap dengan menggunakan kategori
menyatakan tidak setuju dan sangat tidak setuju
tipologi delapan tangga partisipasi Arnstein
ada 6 responden karena menurut mereka
sesuai Gambar 3.
576 528 480 432 384 336 288 240 192
Citizen Control (Pengawasan Masyarakat) Delegated Power (Pendelegasian Kekuasaan) Partnership (Kemitraan) Placation (Peredaman) Consultation (Konsultasi) Informing (Menyampaikan informasi) Therapy (Terapi) Manipulation (Manipulasi)
Gambar (Figure) 3. Jarak Interval Tipologi Arnstein pada Derajat Partisipasi Petani Penggarap dalam Pengelolaan HP Parungpanjang (Interval Typology Arnstein on the degree of Participation Peasants in the Management HP Parungpanjang) 121
Jurnal Perbenihan Tanaman Hutan Vol.4 No.2, Desember 2016: 109-124 p-ISSN : 2354-8568 e-ISSN : 2527-6565
Berdasarkan hasil survey dan dianalisis
merencanakan maupun melaksanakan program
menggunakan tangga Arnstein (1969),
pengelolaan HP Parungpanjang. Masyarakat
partisipasi petani penggarap HP Parungpanjang
pada posisi ini hanyalah menjadi obyek dalam
berada pada tahap terapi (perbaikan), kata
program serta hanya dijadikan persyaratan
“terapi” digunakan untuk merawat penyakit,
(justifikasi) bahwa terdapat pelibatan
yaitu bahwa ketidak berdayaan adalah sebuah
masyarakat sekitar hutan dalam pengelolaan HP
penyakit mental dan terapi dilakukan untuk
Parungpanjang. Salah satu indikatornya adalah
menyembuhkan “penyakit” tersebut. Kondisi
proses komunikasi yang masih sangat terbatas
ini tidak termasuk dalam konteks partisipasi
atau inisiatif hanya datang dari BPPTPTH saja
yang sesungguhnya (non participation). Hal ini
(masih satu arah). Informasi yang disampaikan
menunjukkan bahwa petani penggarap terlibat
oleh petani penggarap tidak memberikan
dalam suatu program pengelolaan HP
pengaruh terhadap kebijakan yang diambil dan
Parungpanjang, akan tetapi sesungguhnya
juga tidak dapat mempengaruhi program yang
keterlibatan mereka tidak dilandasi oleh suatu
sedang berjalan. Hasil rekapitulasi skor tingkat
dorongan mental, psikologis serta konsekuensi
partisipasi petani penggarap terhadap
keikutsertaan yang memberikan kontribusi
pengelolaan HP Parungpanjang dapat dilihat
dalam program pengelolaan tersebut. Petani
pada Tabel 4.
penggarap tidak berpartisipasi aktif dalam
Tabel (Table) 4. Rekapitulasi Skor Tingkat Partisipasi Petani Penggarap Terhadap Pengelolaan HP Parungpanjang (Recapitulation Score Peasants Participation Rate Toward Management of HP Parungpanjang). No
Indikator (Indicators)
Skor (Score)
1 2 3 4 5 6 7
Adanya Informasi Pengelolaan HP Parungpanjang Adanya Undangan tentang Pengelolaan HP Parungpanjang Adanya Sosialisasi Rencana Pengelolaan HP Parungpanjang Petani Penggarap Dapat Memberi Usulan Program Pembahasan atas Usulan Petani Penggarap Petani Penggarap Dapat Memberi Masukan Secara Langsung Tingkat Kepercayaan BPPTPTH Kepada Petani Penggarap Dalam Ikut Merencanakan Program Pengelolaan HP Ketersediaan Sarana Bagi Petani Penggarap Dalam Pengawasan dan Evaluasi Kebijakan Pengelolaan HP Parungpanjang
29 36 31 28 41 40 35
8
Skor Total (Total Scores) Kriteria (Criteria) Sumber (Source): Olahan Sendiri, 2016
122
34 274 Theraphy-Non Participation
STUDI TENTANG PERSEPSI DAN TINGKAT PARTISIPASI PETANI PENGGARAP DI HUTAN PENELITIAN PARUNGPANJANG Desmiwati
Idealnya suara petani penggarap ditampung
dalam pengelolaan HP Parungpanjang dan
dan menjadi bahan pertimbangan dalam rencana
petani penggarap tidak diberi ruang untuk
pengelolaan HP Parungpanjang kedepan. Hal ini
berpartisipasi aktif, terutama pada tahap
sejalan dengan semangat perubahan paradigma
perencanaan. Sementara jika model
dalam pengelolaan hutan yang semula top-down
pengelolaan sumberdaya alamnya berbasis
menjadi bottom-up dan yang awalnya
masyarakat maka akan terdapat hubungan
pendekatan konservatif menjadi partisipatif.
antara persepsi dengan tingkat partisipasi
Apalagi jika dilihat dari persepsi dan perilaku
masyarakat.
masyarakat yang positif dan sangat baik terhadap HP Parungpanjang, ini menjadi modal utama untuk lebih mendorong partisipasi petani penggarap dalam pengelolaan HP Parungpanjang sekaligus juga dapat meningkatkan kesejahteraan mereka. Jika dilihat dari hasil penelitian ini antara persepsi dan tingkat partsisipasi petani penggarap HP Parungpanjang tidak berhubungan. Sesuai dengan pendapat Elhaq (2011), berdasakan hasil penelitiannya juga tidak terdapat hubungan antara persepsi dan
Diharapkan kedepannya terdapat lebih banyak kerjasama yang saling menguntungkan (mutualisme) antara Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan selaku pengelola HP yang sebenarnya membutuhkan keberadaan petani penggarap untuk menjaga dan memelihara tanaman pokok untuk penelitiannya dengan petani penggarap yang sudah menjaga tanaman pokok penelitian dan menggarap lahan dibawah tegakan tersebut dengan harapan mendapatkan hasil memadai dan meningkatkan kesejahteraan mereka.
partisipasi masyarakat, berbeda dengan banyak penelitian lainnya yang menyebutkan terdapat
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
hubungan antara persepsi dengan tingkat partisipasi masyarakat. Perbedaan ini diduga karena beberapa hal,yaitu: 1) Perbedaan lokasi penelitian, metodologi, serta karakteristik populasi dan sampel penelitian yang digunakan. 2) Perbedaan pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengelolaan sumberdaya alam dimana penelitian dilakukan. Dalam penelitian ini, model pengelolaan sumber daya alam bersifat top down. Dimana BP2TPTH memiliki wewenang penuh
A. Kesimpulan Persepsi petani penggarap terhadap pengelolaan Hutan Penelitian Parungpanjang dikategorikan sangat baik. Akan tetapi tingkat partsipasi petani penggarap dalam pengelolaan Hutan Penelitian Parungpanjang masih berada pada kategori Terapi (Theraphy) dan masuk dalam tingkatan non partisipatif, yang berarti keterlibatan petani pesanggem harus terus ditingkatkan, terutama pembentukan kelembagaan diantara petani pesanggem, 123
Jurnal Perbenihan Tanaman Hutan Vol.4 No.2, Desember 2016: 109-124 p-ISSN : 2354-8568 e-ISSN : 2527-6565
sehingga dapat mewujudkan pengelolaan HP Parungpanjang yang lebih partisipatif dan menguntungkan bagi kedua belah pihak. B. Saran 1. Meningkatkan pelibatan (partisipasi) petani penggarap dalam pengelolaan HP Parungpanjang bisa dimulai dengan duduk bersama, mendengarkan masukan mereka dan melibatkannya dalam perencanaan pengelolaan HP Parungpanjang baik mengenai tanaman pokok penelitiannya maupun lahan garapan dibawah tegakan tersebut. 2. Menghidupkan dinamika dalam kelompok tani, mendorong anggota dan ketua kelompok taninya lebih aktif mencari cara untuk meningkatkan produkstivitas lahan garapan.
Elhaq, I. H., & Satria, A. (2011). Persepsi Pesanggem mengenai Hutan Mangrove dan Partisipasi Pesanggem dalam Pengelolaan Tambak Mangrove Ramah Lingkungan Model Empang Parit. Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan, 5(1). Gumilar, I. (2012). Partisipasi Masyarakat Pesisir dalam Pengelolaan Ekosistem Hutan Mangrove Berkelanjutan di Kabupaten Indramayu. Jurnal Akuatika, Vol. III No.2, Hal. 198 -211. Pokorny, B. Cayres, G. Nunes, W. Segebart, D. Drude, R. Steinbrenner, M. (2003). Adaptive Collaborative Management: Criteria and Indicator for Assessing Sustainability. Center for International Forest Research - GTZ: Bogor. Samosir, Y. N. O., Purwoko, A., & Herianto, H. (2015). Persepsi dan Partisipasi Masyarakat terhadap Program Pembangunan Hutan Tanaman Rakyat (Studi Kasus Koperasi Rakyat Pantai, Desa Pangkalan Siata, Kecamatan Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat). Peronema Forestry Science Journal, 4(4). Sugiono.(2012). Memahami Penelitian Kualitatif. ALFABETA. Bandung.
UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih disampaikan kepada Bapak Rudy Suryadi, Kepala Seksi Data, Informasi dan Sarana Penelitian BPPTPTH atas dukungannnya untuk penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Arnstein, S.(1969). A Ladder of Citizen Participation, JAIPVol. 35, No.4, pp.216-224. Azwar, Saifuddin. (2009). Metode Penelitian. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. Buharman, Sudrajat S, Dede Jajat S. (2001). Informasi Biologi dan Persyaratan Tumbuh Beberapa Jenis Tanaman Tumpangsari Dibawah Tegakan Hutan Tanaman. Publikasi Khusus BPTPTH, Vol. 2 No. 7.
124
Damanik, R. N., Affandi, O., & Asmono, L. P. (2014). Persepsi dan Partisipasi Masyarakat Terhadap Sumber Daya Hutan (Studi Kasus Tahura Bukit Barisan, Kawasan Hutan Sibayak II, Kabupaten Karo). Peronema Forestry Science Journal, 3(2).
Suharsimi. (1998). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta. Rineka Cipta. Suhariyanto, Andreas T, Evayusvita R. (2015). Hutan Penelitian Parungpanjang. BPTPTH, Bogor. Surati.(2014). Analisis Sikap dan Perilaku Masyarakat Terhadap Hutan Penelitian Parungpanjang. Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan, Vol. 11 No. 4, Hal. 339-347. Wihandoko, Agung. (2015). Persepsi dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Pada Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri) di Kabupaten Mesuji (Studi Kasus Kecamatan Tanjungraya). Jurnal Ekonomi Pembangunan, 4(2), 167-190. Wulandari, C. (2010). Studi persepsi masyarakat tentang pengelolaan lanskap agroforestri di sekitar sub DAS Way Besai, provinsi Lampung. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, 15(3), 137140.