PERSEPSI, SIKAP, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT SEKITAR DALAM PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE DI WONOREJO, SURABAYA
ARIS MAULANA HAKIM
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Persepsi, Sikap, dan Partisipasi Maryarakat dalam Pengelolaan Hutan Mangrove di Wonorejo, Surabaya adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, November 2014 Aris Maulana Hakim NIM E14100127
ABSTRAK ARIS MAULANA HAKIM. Persepsi, Sikap, dan Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Hutan Mangrove di Wonorejo, Surabaya. Dibimbing oleh DUDUNG DARUSMAN. Hutan Mangrove Wonorejo (HMW) merupakan salah satu bentuk kawasan hutan di Kota Surabaya yang kondisinya saat ini cukup baik, tetapi terdapat beberapa kerusakan pada vegetasi maupun fasilitas yang disebabkan oleh perilaku masyarakat sekitar dan pengunjung yang kurang bertanggung jawab. Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui tingkat persepsi, sikap, dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan HMW. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Wonorejo dengan jumlah responden 100 orang. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa tingkat persepsi masyarakat terhadap pengelolaan HMW termasuk dalam kategori tinggi. Faktor pendidikan, pekerjaan, jenis kelamin, dan penyuluhan memengaruhi pembentukan persepsi pada masyarakat. Tingkat sikap masyarakat terhadap pengelolaan HMW termasuk dalam kategori tinggi, tidak ada faktor yang memengaruhi pembentukkan sikap pada masyarakat. Adapun tingkat partisipasi masyarakat terhadap pengelolaan HMW termasuk dalam kategori rendah. Faktor pendidikan dan penyuluhan memengaruhi tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan HMW. Kata kunci: hutan mangrove, masyarakat, pengelolaan
ABSTRACT ARIS MAULANA HAKIM. Perception, Attitude, and Participation of The Community Around About Mangrove Forest Management in Wonorejo, Surabaya. Supervised by DUDUNG DARUSMAN. Wonorejo Mangrove Forest (WMF) is a form of forest area in Surabaya City which now in a good conditions, but there are some damaged vegetations and facilities caused by the communities and visitors unresponsible behaviour. This research is purposed to scale the perception, attitude, and participation level of the community around about WMF management. This research located at Wonorejo Village with 100 respondent. From the research, can be showed that the perception of the communities about WMF management included in the category of High. Education, Jobs, Gender, and Counseling factor formed the communities perception significantly. The attitude level of the communities about WMF management included in the category of High which none factor formed the communities attitude significantly. Also, the participation level of the communities about WMF management included in the category of Low. Education and Counseling factor formed the communities participation level significantly. Keywords: mangrove forest, community, management
PERSEPSI, SIKAP, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT SEKITAR DALAM PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE DI WONOREJO, SURABAYA
ARIS MAULANA HAKIM
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Manajemen Hutan
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
LEMBAR PENGESAHAN Judul Skripsi : Persepsi, Sikap, dan Partisipasi Masyarakat Sekitar dalam Pengelolaan Hutan Mangrove di Wonorejo, Surabaya Nama : Aris Maulana Hakim NIM : E14100127
Disetujui oleh
Prof Dr Ir Dudung Darusman, MA Pembimbing Skripsi
Diketahui oleh
Dr Ir Ahmad Budiaman, MScFTrop Ketua Departemen
Tanggal Lulus: _________________
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-NYA, sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli 2014 sampai dengan bulan Oktober 2014 ini ialah perspektif masyarakat, dengan judul Persepsi, Sikap, dan Partisipasi Masyarakat Sekitar dalam Pengelolaan Hutan Mangrove di Wonorejo, Surabaya. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir Dudung Darusman, MA selaku pembimbing skripsi, serta pihak lain yang telah membantu selama pengumpulan data. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada pihak Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Surabaya, pihak Kelurahan Wonorejo Kota Surabaya, dan pihak Ekowisata Hutan Mangrove Wonorejo yang telah membantu selama proses penelitian. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Ibu, Ayah, almarhumah Nenek, Tante, Om, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, November 2014 Aris Maulana Hakim
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
iii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR LAMPIRAN
iii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
2
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
TINJAUAN PUSTAKA
3
METODE
5
Bahan Penelitian dan Alat Penelitian
5
Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
5
Metode Penentuan Jumlah Responden
5
Jenis Data yang Dikumpulkan
5
Uji Validitas dan Realibilitas Kuesioner
6
Pengolahan Data dan Analisis Data
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
8
Kondisi dan Pengelolaan HMW
8
Karakteristik Responden
9
Uji Validitas dan Realibilitas Kuesioner
11
Persepsi Masyarakat terhadap HMW dan Faktor yang Memengaruhinya
12
Sikap Masyarakat terhadap HMW dan Faktor yang Memengaruhinya
13
Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan HMW dan Faktor yang memengaruhinya
14
Faktor Lain yang Memengaruhi Persepsi, Sikap, dan Partisipasi Masyarakat 15 SIMPULAN DAN SARAN
16
Simpulan
16
Saran
16
DAFTAR PUSTAKA
17
LAMPIRAN
19
RIWAYAT HIDUP
26
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Tingkat realibilitas metode Alpha Cronbach Skor dari data karakteristik responden Skor pertanyaan terkait persepsi masyarakat Skor pertanyaan terkait sikap masyarakat Skor pertanyaan terkait partisipasi masyarakat dalam pengelolaan Distribusi responden berdasarkan umur Distribusi responden berdasarkan jumlah anggota keluarga Distribusi responden berdasarkan pendidikan Distribusi responden berdasarkan pekerjaan Distribusi responden berdasarkan lama tinggal Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin Distribusi responden berdasarkan frekuensi penyuluhan Kategori tingkat persepsi masyarakat Tingkat persepsi masyarakat terhadap HMW Faktor yang memengaruhi persepsi masyarakat Kategori tingkat sikap masyarakat Tingkat sikap masyarakat terhadap HMW Faktor yang memengaruhi sikap masyarakat Kategori tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan HMW Tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan HMW Faktor yang memengaruhi partisipasi masyarakat Korelasi antar persepsi, sikap, dan partisipasi masyarakat
6 7 7 8 8 10 10 10 10 11 11 11 12 12 12 13 13 13 14 14 14 15
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4
Sketsa lokasi kawasan HMW Komposisi jenis-jenis pohon di HMW Gambar fasilitas di kawasan HMW Nilai hasil uji validitas dan realibilitas kuesioner
19 20 22 25
PENDAHULUAN
Latar Belakang Mangrove merupakan sekelompok tumbuhan yang terdiri dari berbagai jenis dan suku, tetapi mempunyai persamaan dalam hal adaptasi morfologi dan fisiologi terhadap habitat yang dipengaruhi oleh pasang surut (Ekosistem peralihan antara daratan dengan laut ataupun dengan perairan sekitar muara sungai). Mangrove merupakan produk Sumberdaya Alam Hutan dan Ekowisata (SDAHE) yang berupa manfaat langsung (tangible) dan/atau manfaat tidak langsung (intangible) meliputi jasa wisata alam/rekreasi, jasa perlindungan tata air/hidrologi, keindahan, keunikan, serta penyerapan dan penyimpanan karbon. Ekosistem Mangrove di Indonesia seluas 7,7 juta ha merupakan yang terluas di dunia atau lebih dari 20% luas Mangrove dunia (Santoso 2011). Adapun habitat Mangrove antara lain tanah berlumpur kadang berpasir, koral, gambut, selalu basah, mengandung garam, oksigen sedikit, dan kaya bahan organik. Manfaat ekologis dari Mangrove di antaranya 1). Proteksi dari abrasi/erosi, gelombang atau angin kencang, dan tsunami, 2). Pengendalian intrusi air laut, 3). Habitat berbagai jenis fauna, 4). Tempat menari, memijah, dan berkembang biak berbagai jenis ikan dan udang, 5). Pembangunan lahan melalui proses sedimentasi, 6). Pengontrol penyakit malaria, serta 7). Memelihara kualitas air (mereduksi polutan dan pencemar air). Dari segi manfaat ekonomis, Mangrove memproduksi hasil hutan berupa kayu dan hasil hutan bukan kayu (HHBK), serta pendidikan dan wisata alam (Soehardjono dan Soemarto 1998 dalam Hendrayana 2011). Dalam beberapa tahun terakhir, Pemerintah Kota Surabaya (Pemkot Surabaya) memanfaatkan potensi yang dimiliki daerah pantai timur Kota Surabaya yang merupakan daerah mangrove. Dengan potensi yang ada, Pemkot Surabaya mengembangkan daerah tersebut menjadi lebih dari sekedar Hutan Mangrove. Salah satu daerah Mangrove yang dikembangkan oleh Pemkot Surabaya adalah Hutan Mangrove Wonorejo (HMW). Pemkot Surabaya melalui Dinas Pertanian dan Kehutanan (Distanhut) Kota Surabaya membangun dan menyediakan fasilitas yang cukup lengkap pada daerah HMW. Fasilitas tersebut mulai dari akses masuk daerah HMW, tempat parkir, tempat ibadah, tempat peristirahatan, jembatan Mangrove, papan-papan informasi (denah lokasi, jenis-jenis Mangrove, satwa, dan sebagainya), pusat makanan dan minuman (Food Court), tempat permainan anakanak, darmaga perahu (untuk perahu sewaan susur Mangrove), hingga jalur olahraga lari (Jogging Track) di areal Mangrove. Pemkot Surabaya merangkul masyarakat sekitar HMW untuk mengelolanya. Pengelolaan bersama yang dilakukan dengan porsi pengelolaan yang lebih besar diberikan kepada masyarakat sekitar. Untuk mengetahui kebutuhan kebijakan pengelolaan HMW yang tepat sasaran diperlukan studi mengenai kondisi masyarakat serta karakteristik yang membentuk perilakunya. Perilaku masyarakat terhadap HMW dapat terbentuk dari persepsi dan sikapnya terhadap HMW, sehingga untuk mengetahui kebijakan partisipatif yang tepat sasaran diperlukan data mengenai persepsi dan sikap masyarakat di wilayah tersebut. Persepsi dan sikap masyarakat yang baik terhadap HMW dapat dijadikan dasar untuk ikut
2 melibatkan (partisipasi) masyarakat dalam pengelolaan HMW, sehingga kondisi HMW dapat lebih baik lagi ke depannya dan HMW dapat dikelola dengan baik.
Perumusan Masalah Dalam pengelolaan HMW seluas 73,28 ha, Pemkot Surabaya berkolaborasi dengan masyarakat sekitar. Metode pengelolaan yang dikembangkan juga memberikan dampak positif pada sisi ekologi, ekonomi, dan sosial. Dari sisi ekologi, daerah Mangrove tersebut terjaga kelestariannya, sehingga fungsi utamanya sebagai penahan gelombang laut dan mencegah abrasi pantai dapat berjalan dengan semestinya. Selain itu, satwa-satwa yang terdapat di lokasi tersebut, secara tidak langsung, juga ikut terpelihara dengan baik. Pada sisi ekonomi, perkembangannya menjadi lokasi wisata alam memberikan pendapatan bagi masyarakat sekitar, terlebih lagi Pemkot Surabaya tidak mengambil bagian sedikitpun dari hasil ekonomi pengembangan wisata HMW. Adapun dari segi sosial, membuka lapangan kerja yang cukup bagi masyarakat sekitar daerah Mangrove, sehingga dapat menambah pendapatan bagi masyarakat tersebut yang sebagian besar bekerja sebagai nelayan laut. Permasalahan atau pertanyaan yang masih perlu dijawab adalah apakah pengelolaan bersama yang sedang berjalan itu akan berdampak positif secara berkelanjutan atau lestari. Untuk itu, penulis ingin meneliti faktor yang berpengaruh terhadap keberlanjutan pengelolaan bersama, yakni persepsi, sikap, dan partisipasi masyarakat sekitar dalam pengelolaan Hutan Mangrove tersebut beserta peranan HMW dalam kehidupan masyarakat sekitar.
Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui tingkat persepsi, sikap, dan partisipasi masyarakat terhadap pengelolaan HMW. 2. Mengetahui pola pengelolaan bersama yang dilakukan pihak Pemkot Surabaya dengan masyarakat sekitar daerah HMW.
Manfaat Penelitian Dengan mengetahui tingkat persepsi, sikap, dan partisipasi masyarakat, diharapkan dapat memberikan masukan bagi penyempurnaan pola pengelolaan bersama HMW agar semakin berkelanjutan. Selain itu, hasil penelitian ini dapat menjadi bahan informasi bagi penelitian selanjutnya.
3
TINJAUAN PUSTAKA Sumberdaya pesisir dan laut merupakan potensi besar yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pembangunan. Sumberdaya pesisir yang menjadi perhatian utama adalah perikanan, Mangrove, dan terumbu karang (Dahuri et al. 2001). Hutan Mangrove adalah salah satu komponen ekosistem yang penting bagi kawasan pesisir. Hutan Mangrove merupakan tipe hutan tropis yang khas tumbuh di sepanjang pantai atau muara sungai dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Mangrove tumbuh baik di wilayah pesisir yang memiliki muara sungai besar dan delta yang aliran airnya banyak mengandung lumpur, sedangkan di wilayah pesisir yang tidak terdapat muara sungai, pertumbuhan hutan Mangrove tidak optimal (Kusmana 2003). Kusmana (2003) menyatakan bahwa fungsi Mangrove dapat dikategorikan ke dalam tiga macam fungsi, yaitu fungsi fisik, fungsi biologis (ekologis), dan fungsi ekonomis seperti di bawah ini : 1. Fungsi fisik a. Menjaga garis pantai dan tebing sungai dari erosi/abrasi agar tetap stabil. b. Mempercepat perluasan lahan. c. Mengendalikan intrusi air laut. d. Melindungi daerah di belakang Mangrove dari hempasan gelombang dan angin kencang. e. Mengolah limbah organik. 2. Fungsi biologis (ekologis) Tempat mencari makan (feeding ground), tempat memijah (spawning ground), dan tempat berkembang biak (nursery ground) berbagai jenis ikan, udang, kerang, dan biota laut lainnya. 3. Fungsi ekonomis a. Hasil hutan berupa kayu. b. Hasil hutan non kayu seperti madu, obat-obatan, minuman, makanan, dan tanin. c. Lahan untuk kegiatan produksi pangan dan tujuan lain (permukiman, pertambangan, industri, infrastruktur, transportasi, rekreasi, dan lain-lain). Kusmana (2003) menyatakan bahwa kerusakan ekosistem Mangrove terjadi karena pengaruh faktor alam dan faktor manusia. Secara alamiah kerusakan Mangrove terjadi karena adanya sedimentasi maupun kenaikan permukaan air laut, sedangkan faktor manusia seperti eksploitasi Mangrove yang tidak terkendali, konversi lahan untuk peruntukan lainnya, serta pencemaran di perairan estuaria dan lokasi tumbuhnya Mangrove. Adapun menurut Dahuri et al. (2001) faktor-faktor yang dapat mengancam kelestarian Mangrove, yaitu tanah timbul dan tenggelam, serta masalah sosial ekonomi dan kesadaran masyarakat. Pengelolaan Hutan Mangrove merupakan bagian dari pengelolaan sumberdaya alam yang harus berdasarkan filosofi konservasi sebagai langkah awal dalam mencegah semakin rusaknya ekosistem Hutan Mangrove. Oleh karena itu, pengelolaan Hutan Mangrove harus mencakup rencana pengelolaan yang mengoptimalkan konservasi sumberdaya Mangrove untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan tetap mempertahankan cadangan yang cukup untuk melindungi
4 keanekaragaman flora dan fauna yang ada di dalamnya (Saenger et al. 1983 dalam Parawansa 2007). Mulyana (2010) mendefinisikan persepsi sebagai proses internal yang memungkinkan untuk memilih, mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan, serta proses tersebut memengaruhi perilaku. Persepsi meliputi pengindraan (sensasi) melalui alat-alat indra, organisasi, dan interpretasi. Organisasi melekat pada interpretasi yang dapat didefinisikan sebagai meletakkan suatu rangsangan bersama rangsangan lainnya, sehingga menjadi suatu keseluruhan yang bermakna. Menurut (Mauludin 1994) faktor pendidikan dapat dijadikan faktor penduga persepsi paling baik dibandingkan faktor-faktor lainnya seperti faktor umur, jenis kelamin, dan pekerjaan. Faktor pendidikan dalam pengaruhnya terhadap persepsi juga telah dibuktikan melalui penelitian yang dilakukan oleh Purwanto (1998) yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan menunjukkan hubungan yang cukup erat terhadap persepsi masyarakat. Hubungan tersebut menunjukkan semakin tinggi tingkat pendidikan, maka persentase nilai persepsi semakin besar. Hal ini disebabkan oleh adanya hubungan antara informasi dengan tingkat persepsi, sehingga semakin banyak informasi yang diterima oleh masyarakat, tingkat persepsi juga semakin tinggi. Sarwono (2002) menyatakan bahwa ciri khas dari sikap adalah mempunyai objek tertentu (orang, perilaku, konsep, situasi, dan benda) dan mengandung penilaian setuju-tidak setuju atau suka-tidak suka. Perbedaan terletak pada proses selanjutnya dan penerapan konsep tentang sikap, serta mengenai proses terjadinya sebagian besar pakar berpendapat bahwa sikap adalah sesuatu yang dipelajari (bukan bawaan). Oleh karena itu, sikap dapat dibentuk, dikembangkan, dipengaruhi, dan diubah. Sikap berbeda dengan sifat karena sifat merupakan bawaan yang sulit untuk diubah. Menurut Nasdian (2003) dalam Budiarti (2011), partisipasi diartikan sebagai proses aktif yang mana inisiatif diambil oleh masyarakat sendiri dan dibimbing oleh cara berpikir sendiri dengan menggunakan sarana dan proses (lembaga dan mekanisme) yang mana dapat melakukan kontrol efektif. Definisi ini memberikan pengertian bahwa masyarakat diberi kemampuan untuk mengelola potensi yang dimiliki secara mandiri. Menurut Taryono (1991) dalam Harihanto (2001), sikap sangat besar pengaruhnya dalam kehidupan manusia. Sikap sangat menentukan perilaku seseorang. Sikap juga sangat memengaruhi tanggapan seseorang terhadap masalah kemasyarakatan dan masalah lingkungan. Dalam hal ini terdapat spekulasi jika sikap seseorang terhadap suatu hal dapat diketahui, tindakan yang dapat dilakukannya dapat diduga. Namun, dalam hal ini tidak tertutup kemungkinan bahwa tindakan yang dilakukan seseorang akan tidak sejalan dengan sikapnya. Oleh karena itu, muncul keraguan terhadap konsistensi hubungan antara sikap dan perilaku seseorang. Persepsi yang benar terhadap suatu objek diperlukan karena persepsi merupakan dasar pembentukan sikap dan perilaku. Asngari (1994) dalam Harihanto (2001) mengatakan bahwa persepsi individu terhadap lingkungannya merupakan faktor penting karena akan berlanjut dalam menentukan tindakan individu tersebut.
5
METODE
Bahan Penelitian dan Alat Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dan data statistik pengembangan HMW. Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis, kalkulator, kamera, laptop, software Microsoft Word, software Microsoft Excel, dan software IBM SPSS Statistics 20.
Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian Persepsi, Sikap, dan Partisipasi Masyarakat Sekitar terhadap Pengelolaan HMW ini adalah Kelurahan Wonorejo, Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur. Adapun waktu pelaksanaan penelitian ini adalah mulai bulan Juli 2014 sampai dengan bulan Oktober 2014. Dalam jangka waktu tersebut dilakukan pengambilan data lapangan dan pengolahan data, serta analisis data.
Metode Penentuan Jumlah Responden Penentuan responden dilakukan secara Purpossive Sampling, yaitu pengambilan contoh secara sengaja disesuaikan dengan tujuan pengumpulan data, yakni responden yang dapat atau mampu memberi data, informasi, dan penjelasan. Sasaran dari penelitian ini adalah masyarakat sekitar yang tinggal di daerah HMW, yakni warga Kelurahan Wonorejo yang berbatasan langsung dengan wilayah HMW. Jumlah responden yang diwawancarai secara keseluruhan ditetapkan berdasarkan rumus dari metode Slovin (Sevilla et. al. 2007), sebagai berikut : Keterangan : n : Jumlah Sample N : Jumlah Populasi e : Batas Toleransi Kesalahan (10%) Berdasarkan rumus dari metode Slovin tersebut, dengan populasi keseluruhan (N) Kelurahan Wonorejo sebanyak 15.196 jiwa, maka diperoleh nilai n sebesar 99,37 atau 100 orang untuk keseluruhan laki-laki dan perempuan. Adapun jumlah responden laki-laki sebanyak 44 orang dan jumlah responden perempuan sebanyak 56 orang. Selain itu, pada pihak pengelola juga diambil data mengenai proses kegiatan pengelolaan HMW.
Jenis Data yang Dikumpulkan Data-data yang diambil untuk mengetahui tingkat persepsi, sikap, dan partisipasi masyarakat sekitar dalam pengelolaan HMW di antaranya : 1. Data Primer yang didapatkan dengan cara pembagian kuesioner yang terdiri dari data identitas responden, meliputi nama, umur, pendidikan, pekerjaan, jumlah
6 anggota keluarga, dan lama tinggal. Data wawancara dengan masyarakat sekitar dan pihak-pihak pengelola dari instansi terkait. 2. Data sekunder yang didapatkan dari instansi terkait dengan penelitian dan studi pustaka.
Uji Validitas dan Realibilitas Kuesioner Uji Validitas dimaksudkan dalam menentukan keabsahan dari pertanyaan yang digunakan dalam penelitian ini. Instrumen dikatakan valid apabila nilai korelasi (Spearman Correlation) adalah positif dan nilai probabilitas korelasi [sig. (2-tailed)] < taraf signifikan 0,05. Validitas konstruk dihitung dengan cara mencari korelasi dari masing–masing pertanyaan dengan skor total dengan menggunakan software IBM SPSS Statistics 20. Adapun uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengetahui konsistensi alat ukur dalam mengukur gejala yang sama. Suatu kuesioner dikatakan reliabel jika kuesioner tersebut dapat digunakan berulangulang pada kelompok yang sama dan menghasilkan data yang sama. Uji reliabilitas ini menggunakan metode koefisien Alpha Cronbach pada software IBM SPSS Statistics 20. Jika ri positif dan nilainya mendekati 1 (mempunyai alpha cronbach lebih dari 0,6) berarti pengukuran yang digunakan reliabel (tercantum pada Tabel 1) (Sekaran 2006). Tabel 1 Tingkat realibilitas metode Alpha Cronbach Alpha Tingkat Realibilitas 0.00 s.d. 0.20 Kurang Reliabel 0.21 s.d. 0.40 Agak Reliabel 0.41 s.d. 0.60 Cukup Reliabel 0.61 s.d. 0.80 Reliabel 0.81 s.d. 1.00 Sangat Reliabel
Pengolahan Data dan Analisis Data Pengolahan data dan analisis data pada penelitian ini dibagi ke dalam beberapa bagian, sebagai berikut : 1. Kegiatan pengelolaan HMW Kegiatan pengelolaan HMW digambarkan secara deskriptif disertai gambar setelah dilakukan pengolahan data dan analisis data yang diperoleh, sehingga didapatkan gambaran terkait sistem pengelolaan dan kegiatan di HMW, Kota Surabaya. 2. Faktor Internal dan Faktor Eksternal Faktor internal dan faktor eksternal merupakan faktor-faktor yang dapat memengaruhi masyarakat dalam membentuk persepsi dan sikap untuk memutuskan terkait partisipasi masyarakat dalam kegiatan pengelolaan HMW. Faktor-faktor tersebut diukur dengan menggunakan skala likert seperti tercantum pada Tabel 2.
7
Nomor Faktor Internal
Tabel 2 Skor dari data karakteristik responden Variabel Kategori
1
Umur
2
Jumlah Anggota Keluarga
3
Pendidikan
4
Pekerjaan
5
Lama Tinggal
6
Jenis Kelamin
Skor
Umur < 37 Tahun Umur 37 Tahun s.d. 53 Tahun Umur > 53 Tahun < 5 Orang 5 Orang s.d. 7 Orang > 7 Orang Tidak Sekolah s.d. SD SMP s.d. SMA/SMK Diploma s.d. Sarjana Tidak Bekerja Wirausaha Pegawai Negeri/Swasta < 23 Tahun 23 Tahun s.d. 46 Tahun > 46 Tahun Perempuan Laki-Laki
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2
Tidak Pernah Mendapatkan Pernah Mendapatkan Sering Mendapatkan
1 2 3
Faktor Eksternal 7
Penyuluhan
3. Persepsi masyarakat terkait HMW Persepsi masyarakat terkait HMW diukur berdasarkan jumlah skor dari pertanyaan pada kuesioner dengan menggunakan skala likert. Setiap pertanyaan memiliki skor seperti yang tercantum pada Tabel 3. Persepsi yang diukur mengenai pandangan masyarakat sekitar terkait fungsi HMW terhadap kehidupan sosial, ekonomi, dan lingkungan. Tabel 3 Skor pertanyaan terkait persepsi masyarakat Nomor Kategori Skor 1 Setuju 3 2 Ragu-Ragu 2 3 Tidak Setuju 1 4. Sikap masyarakat terkait HMW Sikap masyarakat terkait HMW diukur berdasarkan jumlah skor dari pertanyaan pada kuesioner dengan menggunakan skala likert. Setiap pertanyaan memiliki skor seperti yang tercantum pada Tabel 4. Sikap yang diukur mengenai kesiapan masyarakat untuk berperilaku terhadap HMW.
8 Tabel 4 Skor pertanyaan terkait sikap masyarakat Nomor Kategori Skor 1 Setuju 3 2 Ragu-Ragu 2 3 Tidak Setuju 1 5. Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan HMW Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan HMW diukur berdasarkan jumlah skor dari pertanyaan pada kuesioner terkait pengelolaan HMW. Setiap pertanyaan memiliki skor seperti yang tercantum pada Tabel 5. Kemudian, skor dari setiap pertanyaan yang berjumlah 16 pertanyaan dijumlahkan untuk digunakan dalam menentukan dan mengukur tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan HMW. Tabel 5 Skor pertanyaan terkait partisipasi masyarakat dalam pengelolaan Tahapan Kategori Skor Ikut dalam 4 kegiatan 3 Perencanaan Ikut dalam 2 s.d. 3 kegiatan 2 Ikut dalam 0 s.d. 1 kegiatan 1 Ikut dalam 3 kegiatan 3 Pemeliharaan Ikut dalam 1 s.d. 2 kegiatan 2 Ikut dalam 0 kegiatan 1 Ikut dalam 4 kegiatan 3 Perlindungan Ikut dalam 2 s.d. 3 kegiatan 2 Ikut dalam 0 s.d. 1 kegiatan 1 Ikut dalam 3 kegiatan 3 Pemanfaatan Ikut dalam 2 kegiatan 2 Ikut dalam 0 s.d. 1 kegiatan 1 Ikut dalam 2 kegiatan 3 Monitoring Ikut dalam 1 kegiatan 2 Ikut dalam 0 kegiatan 1
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi dan Pengelolaan HMW HMW berlokasi di Jalan Wonorejo, Kelurahan Wonorejo dengan luas sekitar 73,28 ha yang terbagi menjadi pantai seluas 21,68 ha, tambak seluas 16,64 ha, dan kakisu (kanan kiri sungai) seluas 34,97 ha. Sisi Utara berbatasan dengan Kecamatan Sukolilo, sisi Timur berbatasan dengan Selat Madura, serta sisi Selatan dan sisi Barat berbatasan langsung dengan pemukiman warga Kelurahan Wonorejo. Kelurahan Wonorejo merupakan salah satu kelurahan di Kecamatan Rungkut, Surabaya Bagian Timur yang memiliki luas 731,86 ha (Kecamatan Rungkut 2014) dan jumlah penduduk sebanyak 15.196 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki
9 sebanyak 7.677 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 7.519 jiwa. Sketsa lokasi kawasan HMW tercantum pada Lampiran 1. Mangrove pada HMW memiliki kerapatan sebesar 2500 pohon/ha dengan jumlah permudaan 2500 batang/ha dan lebar jalur hijau Mangrove 10 meter s.d. 15 meter. Jenis Mangrove yang mendominasi adalah Avicennia sp., Bruguiera sp., Rhizopora sp., Sonneratia sp., dan Xylocarpus sp. Jenis fauna yang bisa ditemukan berupa Reptil, Crustaceae, jenis monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) dan beberapa jenis burung seperti cangak merah (Ardea purpurea), remetuk laut (Gerygone sulpurea), gagang-bayam timur (Himantopus leucocephalus) dan caladi ulam (Dendrocopus macei) (Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Surabaya 2012). Komposisi jenis-jenis pohon di HMW tercantum pada Lampiran 2. HMW dikelola oleh Distanhut Kota Surabaya bersama dengan masyarakat sekitar. Kegiatan pengelolaan bersama tersebut di antaranya Perencanaan, Pemeliharaan, Perlindungan, Pemanfaatan, Monitoring. Kegiatan Perencanaan HMW dilakukan untuk menentukan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan bersama dinas terkait, di antaranya perencanaan pembibitan Mangrove, perencanaan penanaman Mangrove, perayaan hari besar nasional, dan sebagainya. Kegiatan Pemeliharaan HMW dilakukan untuk menjaga kebersihan dan keasrian HMW, di antaranya penyuluhan kepada masyarakat sekitar terkait pentingnya kebersihan lingkungan, penyediaan bak sampah pada lokasi-lokasi yang strategis, dan rehabilitasi Mangrove bersama masyarakat sekitar. Kegiatan Perlindungan HMW dilakukan untuk menjaga fungsi Mangrove agar tetap optimal dan menghindari kerusakan pada Mangrove, di antaranya pembuatan papan peringatan dan pelibatan masyarakat sekitar dalam melindungi Mangrove. Kegiatan Pemanfaatan HMW tidak hanya dari segi fungsi ekologis, tetapi juga dari segi ekonomis dan sosial, di antaranya ekowisata (rekreasi, rohani, edukasi, dan perkemahan), berdagang (pada tempat yang disediakan, yaitu food court), pemanfaatan hasil hutan (sirup Mangrove, dodol, es krim, kerupuk, dan lain-lain), pemancingan, tambak, sarana sosialisasi masyarakat, dan sebagainya. Adapun kegiatan Monitoring dilakukan untuk memantau dan mengevaluasi setiap kegiatan yang telah dilakukan agar menjadi lebih baik dan terarah. Adapun fasilitas (gambar tercantum pada Lampiran 3) yang terdapat di HMW antara lain Akses Jalan Masuk, Gazebo, Petak Pembibitan, Trek Masuk, Spanduk Ajakan Peduli Mangrove, Pos Darmaga Perahu, Papan Keterangan Jenis Fauna, Darmaga Perahu, Perahu Susur Mangrove, Perahu Patroli, Papan Keterangan Jenis Mangrove, Papan Keterangan Jenis Burung, Jalur Olahraga, Pemancingan, serta Menara Pantau dan Pos Pantau di Lepas Pantai.
Karakteristik Responden Umur Responden Umur responden di Kelurahan Wonorejo terdiri dari berbagai tingkatan umur. Responden didominasi oleh kelompok umur kurang dari 37 Tahun sebesar 41%. Distribusi responden berdasarkan umur tercantum pada Tabel 6.
10 Tabel 6 Distribusi responden berdasarkan umur Responden Kelompok Umur Jumlah Persentase Umur < 37 Tahun 41 41 Umur 37 Tahun s.d. 53 Tahun 38 38 Umur > 53 Tahun 21 21 Jumlah Anggota Keluarga Responden Jumlah anggota keluarga di Kelurahan Wonorejo didominasi oleh responden dengan jumlah anggota keluarga sebanyak kurang dari 5 Orang sebesar 60%. Distribusi responden berdasarkan jumlah anggota keluarga tercantum pada Tabel 7. Tabel 7 Distribusi responden berdasarkan jumlah anggota keluarga Responden Jumlah Anggota Keluarga Jumlah Persentase < 5 Orang 60 60 5 Orang s.d. 7 Orang 36 36 > 7 Orang 4 4 Pendidikan Responden Pendidikan responden di Kelurahan Wonorejo didominasi oleh responden dengan tingkat pendidikan terakhir SMP-SMA/SMK sebesar 67%. Distribusi responden berdasarkan pendidikan tercantum pada Tabel 8. Tabel 8 Distribusi responden berdasarkan pendidikan Responden Kelompok Pendidikan Jumlah Persentase Tidak Sekolah s.d. SD 17 17 SMP s.d. SMA/SMK 67 67 Diploma s.d. Sarjana 16 16 Pekerjaan Responden Pekerjaan responden di Kelurahan Wonorejo didominasi oleh responden yang tidak bekerja sebesar 53%. Distribusi responden berdasarkan pekerjaan tercantum pada Tabel 9. Tabel 9 Distribusi responden berdasarkan pekerjaan Responden Pekerjaan Jumlah Persentase Tidak Bekerja 53 53 Wirausaha 11 11 Pegawai Negeri/Swasta 36 36 Lama Tinggal Responden Lama tinggal responden di Kelurahan Wonorejo didominasi oleh responden yang telah tinggal di daerah tersebut selama kurang dari 23 Tahun sebesar 49%. Distribusi responden berdasarkan lama tinggal tercantum pada Tabel 10.
11 Tabel 10 Distribusi responden berdasarkan lama tinggal Responden Lama Tinggal Jumlah Persentase < 23 Tahun 49 49 23 Tahun s.d. 46 Tahun 44 44 > 46 Tahun 7 7 Jenis Kelamin Responden Jenis kelamin responden di Kelurahan Wonorejo didominasi oleh responden dengan jenis kelamin perempuan sebesar 56%. Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin tercantum pada Tabel 11. Tabel 11 Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin Responden Jenis Kelamin Jumlah Persentase Perempuan 56 56 Laki-Laki 44 44 Penyuluhan Responden Responden di Kelurahan Wonorejo didominasi oleh responden yang tidak pernah mendapatkan penyuluhan sebesar 70%. Distribusi responden berdasarkan frekuensi penyuluhan tercantum pada Tabel 12. Tabel 12 Distribusi responden berdasarkan frekuensi penyuluhan Responden Penyuluhan Jumlah Persentase Tidak Pernah Mendapatkan 70 70 Pernah Mendapatkan 21 21 Sering Mendapatkan 9 9
Uji Validitas dan Realibilitas Kuesioner Berdasarkan uji validitas dan realibilitas kuesioner menggunakan software IBM SPSS Statistics 20 dapat diketahui bahwa jumlah pertanyaan valid untuk mengukur persepsi adalah 6 pertanyaan dengan nilai realibilitas (Alpha Cronbach) sebesar 0,747, sehingga dapat disimpulkan bahwa pertanyaan penduga persepsi tersebut valid dan reliabel. Pada pengukuran sikap, dapat diketahui bahwa jumlah pertanyaan valid adalah 3 pertanyaan dengan nilai realibilitas (Alpha Cronbach) sebesar 0,584, sehingga dapat disimpulkan bahwa pertanyaan penduga sikap tersebut valid dan cukup reliabel. Adapun pada pengukuran partisipasi, dapat diketahui bahwa jumlah pertanyaan valid adalah 16 pertanyaan dengan nilai realibilitas sebesar 0,951, sehingga dapat disimpulkan bahwa pertanyaan penduga patisipasi tersebut valid dan sangat reliabel. Nilai hasil uji validitas dan realibilitas kuesioner tercantum pada Lampiran 4.
12 Persepsi Masyarakat terhadap HMW dan Faktor yang Memengaruhinya Pengukuran tingkat persepsi masyarakat terhadap HMW berdasarkan skala likert dari skor total terhadap 6 pertanyaan valid tercantum pada Tabel 13.
Nomor 1 2 3
Tabel 13 Kategori tingkat persepsi masyarakat Kategori Skor Tinggi 14 ≤ x ≤ 18 Sedang 10 ≤ x < 14 Rendah 6 ≤ x < 10
Berdasarkan penjumlahan skor pertanyaan untuk persepsi masyarakat terhadap HMW diperoleh tingkat persepsi masyarakat terhadap HMW yang tercantum pada Tabel 14. Adapun rata-rata tingkat persepsi masyarakat terhadap HMW adalah tinggi dengan skor rata-rata 14,28. Tabel 14 Tingkat persepsi masyarakat terhadap HMW Responden Kategori Skor n % Tinggi 14 ≤ x ≤ 18 61 61 Sedang 10 ≤ x < 14 34 34 Rendah 6 ≤ x < 10 5 5 Dengan tingkat persepsi masyarakat terhadap HMW yang termasuk dalam kategori tinggi, maka dapat dikatakan bahwa masyarakat telah memiliki persepsi yang benar terhadap HMW dengan mendukung keberadaannya dan kelestariannya. Masyarakat memahami bahwa keberadaan HMW dapat memberikan pengaruh positif terhadap lingkungannya. Tabel 15 Faktor yang memengaruhi persepsi masyarakat Faktor Internal dan Eksternal Koefisien Korelasi Umur 0,048 Jumlah Anggota Keluarga -0,044 Pendidikan 0,321** Pekerjaan 0,214* Lama Tinggal -0,095 Jenis Kelamin 0,202* Penyuluhan 0,372** ** korelasi signifikan pada taraf nyata 0,01 (2-tailed) * korelasi signifikan pada taraf nyata 0,05 (2-tailed) Berdasarkan uji korelasi Spearman, pada Tabel 15 diketahui bahwa faktor yang memengaruhi persepsi masyarakat terhadap HMW adalah faktor pendidikan, pekerjaan, jenis kelamin, dan penyuluhan dengan tingkat keeratan hubungan masing-masing sebesar 0,321, 0,214, 0,202, dan 0,372. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat, persepsi masyarakat terhadap HMW akan cenderung lebih baik karena telah mengetahui fungsi utama Mangrove bagi lingkungan. Faktor pekerjaan menunjukkan bahwa masyarakat dengan jenis
13 pekerjaan tetap dan berpenghasilan jelas cenderung memiliki persepsi yang lebih baik. Faktor jenis kelamin menunjukkan bahwa masyarakat dengan jenis kelamin laki-laki cenderung memiliki persepsi yang lebih baik. Adapun semakin sering masyarakat mendapatkan penyuluhan, persepsi masyarakat akan cenderung lebih baik karena memahami akan pentingnya keberlanjutan Mangrove bagi lingkungan.
Sikap Masyarakat terhadap HMW dan Faktor yang Memengaruhinya Pengukuran tingkat sikap masyarakat terhadap HMW berdasarkan skala likert dari skor total terhadap 3 pertanyaan valid tercantum pada Tabel 16.
Nomor 1 2 3
Tabel 16 Kategori tingkat sikap masyarakat Kategori Skor Tinggi 7≤x≤9 Sedang 5≤x<7 Rendah 3≤x<5
Berdasarkan penjumlahan skor pertanyaan untuk sikap masyarakat terhadap HMW diperoleh tingkat sikap masyarakat terhadap HMW yang tercantum pada Tabel 17. Adapun rata-rata tingkat sikap masyarakat terhadap HMW adalah tinggi dengan skor rata-rata 8,63. Tabel 17 Tingkat sikap masyarakat terhadap HMW Responden Kategori Skor N % Tinggi 7≤x≤9 95 95 Sedang 5≤x<7 5 5 Rendah 3≤x<5 0 0 Dengan tingkat sikap masyarakat terhadap HMW yang termasuk dalam kategori tinggi, maka dapat dikatakan bahwa masyarakat setuju dan senang dengan keberadaan HMW. Masyarakat juga memahami pentingnya pengembangan HMW bagi lingkungan. Tabel 18 Faktor yang memengaruhi sikap masyarakat Faktor Internal dan Eksternal Koefisien Korelasi Umur 0,008 Jumlah Anggota Keluarga 0,140 Pendidikan 0,074 Pekerjaan 0,153 Lama Tinggal 0,019 Jenis Kelamin 0,041 Penyuluhan 0,113 ** korelasi signifikan pada taraf nyata 0,01 (2-tailed) * korelasi signifikan pada taraf nyata 0,05 (2-tailed) Berdasarkan uji korelasi Spearman, pada Tabel 18 diketahui bahwa tidak ada
14 faktor yang memengaruhi sikap masyarakat terhadap HMW karena tidak adanya keragaman sikap antar karakteristik responden yang diuji dalam penelitian ini. Faktor yang memengaruhi sikap masyarakat terhadap HMW dimungkinkan berasal dari faktor lain selain umur, pendidikan, jumlah anggota keluarga, pekerjaan, lama tinggal, jenis kelamin, dan penyuluhan.
Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan HMW dan Faktor yang Memengaruhinya Pengukuran tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan HMW berdasarkan skala likert dari skor total terhadap 16 pertanyaan valid tercantum pada Tabel 19. Tabel 19 Kategori tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan HMW Nomor Kategori Skor 1 Tinggi 37,4 ≤ x ≤ 48 2 Sedang 26,7 ≤ x < 37,4 3 Rendah 16 ≤ x < 26,7 Berdasarkan penjumlahan skor pertanyaan untuk partisipasi masyarakat dalam pengelolaan HMW diperoleh tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan HMW yang tercantum pada Tabel 20. Adapun rata-rata tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan HMW adalah rendah dengan skor ratarata 20,13. Tabel 20 Tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan HMW Responden Kategori Skor N % Tinggi 37,4 ≤ x ≤ 48 3 3 Sedang 26,7 ≤ x < 37,4 11 11 Rendah 16 ≤ x < 26,7 86 86 Dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan HMW yang termasuk dalam kategori rendah, maka dapat dikatakan bahwa masyarakat kurang terlibat atau kurang dilibatkan dalam pengelolaan HMW. Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan HMW lebih dominan pada kegiatan pemanfaatan HMW sebagai sarana pendidikan, rekreasi, dan berjualan. Tabel 21 Faktor yang memengaruhi partisipasi masyarakat Faktor Internal dan Eksternal Koefisien Korelasi Umur -0,125 Jumlah Anggota Keluarga -0,153 Pendidikan 0,215* Pekerjaan -0,026 Lama Tinggal -0,077 Jenis Kelamin -0,030 Penyuluhan 0,483**
15 ** korelasi signifikan pada taraf nyata 0,01 (2-tailed) * korelasi signifikan pada taraf nyata 0,05 (2-tailed) Berdasarkan uji korelasi Spearman, pada Tabel 21 diketahui bahwa faktor yang memengaruhi partisipasi masyarakat dalam pengelolaan HMW adalah faktor pendidikan dan penyuluhan dengan tingkat keeratan hubungan sebesar 0,215 dan 0,483. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat, tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan HMW akan semakin tinggi karena masyarakat mengetahui pentingnya fungsi Mangrove bagi lingkungan, sehingga terdorong untuk berpartisipasi langsung dalam pengelolaan HMW. Adapun semakin sering masyarakat mendapatkan penyuluhan, tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan HMW akan semakin tinggi karena memahami akan pentingnya keberlanjutan Mangrove bagi lingkungan, sehingga mau untuk berpartisipasi langsung dalam pengelolaan HMW.
Faktor Lain yang Memengaruhi Persepsi, Sikap, dan Partisipasi Masyarakat Tabel 22 Korelasi antar Persepsi, Sikap, dan Partisipasi Masyarakat Hubungan Koefisien Korelasi Persepsi dengan Sikap 0,388** Persepsi dengan Partisipasi 0,355** Sikap dengan Partisipasi 0,181 ** korelasi signifikan pada taraf nyata 0,01 (2-tailed) Berdasarkan uji korelasi Spearman, pada Tabel 22 diketahui bahwa korelasi antara Persepsi-Sikap dan Persepsi-Partisipasi signifikan, sedangkan korelasi Sikap-Partisipasi tidak signifikan. Tingkat keeratan hubungan Persepsi-Sikap sebesar 0,388 (selang kepercayaan 99%) menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat persepsi masyarakat, maka tingkat sikap masyarakat terhadap HMW juga semakin tinggi karena masyarakat memahami pengaruh positif keberadaan HMW terhadap lingkungannya, sehingga masyarakat setuju dan senang dengan keberadaan HMW serta pentingnya pengembangan HMW bagi lingkungan. Adapun tingkat keeratan hubungan Persepsi-Partisipasi sebesar 0,355 (selang kepercayaan 99%) menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat persepsi masyarakat, maka tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan HMW juga semakin tinggi karena memahami pengaruh positif keberadaan HMW terhadap lingkungannya, sehingga masyarakat terdorong untuk berpartisipasi langsung dalam pengelolaan HMW. Berdasarkan hasil penelitian, tingkat persepsi masyarakat terhadap HMW tinggi dan tingkat sikap masyarakat terhadap HMW juga tinggi, tetapi tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan HMW rendah. Ada faktor lain yang diduga memengaruhi tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan HMW menjadi rendah. Berdasarkan informasi yang penulis dapatkan dari beberapa informan berkaitan dengan hasil tersebut, diketahui bahwa faktor yang dimaksud adalah konflik internal. Konflik tersebut diduga berasal dari satu sumber masalah, yaitu transparansi pengelolaan dan pendapatan Ekowisata Perahu. Adapun secara perizinan, Ekowisata Perahu telah mendapat izin usaha dari Distanhut yang mana
16 menunjuk Kelurahan Wonorejo sebagai pelindung usaha tersebut, sehingga pihak Kelurahan Wonorejo mengetahui pengelolaan dan pendapatan Ekowisata Perahu. Berdasarkan sejarah pendiriannya, Ekowisata Perahu tersebut didirikan menggunakan dana awal dari pihak kelurahan. Dana tersebut berasal dari hadiah yang didapatkan Kelurahan Wonorejo sebagai kelurahan berprestasi. Tujuan utama didirikannya Ekowisata Perahu adalah untuk pemberdayaan masyarakat karena merupakan bagian kegiatan yang sangat potensial sebagai sarana pemberdayaan masyarakat, baik dari segi partisipasi pengelolaan maupun dari segi pendapatan/kesejahteraan. Setelah itu, ditunjuk satu orang warga yang bertanggung jawab sebagai kepala pengelola Ekowisata Perahu. Namun, seiring perkembangannya, pengelolaan Ekowisata Perahu dianggap kurang transparan, baik dalam hal pengelolaan maupun dalam hal pendapatan, sehingga rasa percaya masyarakat menjadi berkurang dan berdampak pada partisipasi masyarakat yang rendah.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Tingkat persepsi masyarakat terhadap HMW termasuk dalam kategori tinggi. Faktor pendidikan, pekerjaan, jenis kelamin, dan penyuluhan memengaruhi pembentukan persepsi masyarakat terhadap HMW. Sikap masyarakat terhadap HMW termasuk dalam kategori tinggi, tetapi tidak ada faktor yang memengaruhi pembentukan sikap masyarakat terhadap HMW. Tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan HMW termasuk dalam kategori rendah. Faktor pendidikan dan penyuluhan memengaruhi tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan HMW. Apabila dikaitkan dengan konflik internal yang terjadi, dapat disimpulkan bahwa masalah transparansi pengelolaan dan pendapatan memengaruhi tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan HMW yang rendah dikarenakan kurangnya rasa percaya masyarakat terhadap pengelolaan Ekowisata Perahu. Akan tetapi hal tersebut tidak terlalu memengaruhi tingkat persepsi dan tingkat sikap masyarakat terhadap HMW yang terbukti tinggi dalam mendukung keberadaannya dan kelestariannya. Selain itu, pola pengelolaan bersama yang diterapkan oleh Pemkot Surabaya memberikan dampak positif terhadap masyarakat sekitar, sehingga pelibatan ini dapat menumbuhkan rasa memiliki dan rasa tanggung jawab terhadap kelestarian Mangrove.
Saran Meskipun tingkat persepsi masyarakat dan tingkat sikap masyarakat terhadap HMW tergolong tinggi, tetap dibutuhkan strategi lain untuk dapat meningkatkan perilaku masyarakat ke arah yang lebih baik lagi terhadap HMW, setidaknya untuk mempertahankan persepsi dan sikap masyarakat agar lebih peduli terhadap kondisi HMW. Selain perlunya peningkatan penyuluhan terhadap masyarakat, masalah
17 Ekowisata Perahu perlu mendapat perhatian lebih dari pengelola terkait transparansi, khususnya pendapatan Ekowisata Perahu. Dengan demikian, partisipasi masyarakat dalam pengelolaan HMW dapat lebih tinggi, serta rasa percaya masyarakat terhadap pengelolaan HMW kembali tinggi dan masyarakat mau terlibat aktif dalam menjaga kondisi HMW tetap baik. Tentunya akan lebih baik lagi bila pola pengelolaannya sepenuhnya melibatkan masyarakat dan tidak diserahkan/dikelola oleh orang tertentu meskipun semula orang tertentu tersebut ditunjuk sebagai penanggung jawab yang justru kemudian menjadi pelaku pengelola Ekowisata Perahu. Selanjutnya, perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai perilaku masyarakat dan pengunjung terhadap HMW baik secara umum maupun secara khusus.
DAFTAR PUSTAKA Budiarti S. 2011. Persepsi dan Partisipasi Masyarakat Desa Sekitar Hutan Terhadap Sistem PHBM di Perum Perhutani (Kasus di KPH Cianjur Perum Perhutani Unit III, Jawa Barat) [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Dahuri R, R Jacub, PG Sapta dan M Sitepu. 2001. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Jakarta: PT. Pradnya Paramita. Dinas Pertanian Kota Surabaya. 2012. Pengembangan Ekowisata di Kota Surabaya. Surabaya (ID): Dinas Pertanian Kota Surabaya. Harihanto. 2001. Persepsi, Sikap, dan Perilaku Masyarakat terhadap Air Sungai. [Disertasi]. Bogor : Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Hendrayana 2011. Studi Bioekologi Ikan Kiper (Scatophagus argus) Di Wilayah Perairan Morosari Kecamatan Sayung kabupaten Demak. Skripsi Jurusan Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro Semarang (tidak dipublikasikan) 80 p [KR] Kecamatan Rungkut. 2014. Peta Lokasi Kecamatan Rungkut [Internet]. [diakses tahun 2014 Oktober 1]. Tersedia pada: http://rungkutsurabaya.org/peta-lokasi/. Kusmana. 2003. Teknik Rehabilitasi Mangrove. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor: IPB Press. Mauludin U. 1994. Persepsi Masyarakat Kotamadya Bogor Terhadap Hutan Kota Di Wilayah Kotamadya Bogor (Studi Kasus Di Kecamatan Bogor Timur dan Bogor Selatan) [skripsi]. Bogor : Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Tidak diterbitkan. Mulyana D. 2010. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya. Parawansa I. 2007. Pengembangan kebijakan pembangunan daerah dalam pengelolaan hutan mangrove di Teluk Jakarta secara berkelanjutan. Disertasi. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Purwanto B. 1998. Studi Persepsi Dan Interaksi Masyarakat Terhadap Lingkungan Hijau Pada Hutan Kota Tipe Permukiman (Studi Kasus Di Kelurahan Cengkareng Barat, Jakarta Barat). [skripsi]. Bogor : Jurusan Konservasi
18 Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Tidak diterbitkan. Santoso H. 2011. Kebijakan Nasional Perencanaan Pengelolaan Mangrove. Jakarta: Kementrian PPN/ BAPPENAS. Sarwono SW. 2002. Psikologi Sosial Individu dan Teori Psikologi Sosial. Jakarta: Balai Pustaka. Sekaran U. 2006. Research Methods For Business : Metodologi Penelitian untuk Bisnis. Jakarta : Penerbit Salemba Empat. Sevilla CG. et. al. 2007. Research Methods. Quezon City : Rex Printing Company.
19 Lampiran 1 Sketsa lokasi kawasan HMW Sketsa kawasan HMW
Sketsa kawasan HMW yang berbatasan dengan pemukiman penduduk (Kelurahan Wonorejo)
20 Lampiran 2 Komposisi jenis-jenis pohon di HMW No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
Spesies
Nama Lokal Mangrove Sejati Acrostichum aureum Paku Laut Aegiceras corniculatum Gedangan Avicennia alba Api-Api Avicennia marina Api-Api Putih Avicennia lanata Api-Api Bruguiera cylindrica Tanjang Putih Bruguiera gymnorrhiza Tanjang Merah Bruguiera parviflora Tanjang Ceriops tagal Tengar Ceriops decandra Tengar Exoecaria agallocha Manengen Nypa fruticans Nipah Rhizopora apiculata Bakau Minyak Rhizopora mucronata Tanjang Lanang Rhizopora stylosa Bakau Scyphiphora hydrophyllacea Perepat Lanang Sonneratia alba Bogem Sonneratia caseolaris Bogem Xylocarpus moluccensis Nyirih Xylocarpus granatum Nyirih Mangrove Asosiasi Acanthus ebracteatus Jeruju Putih Acanthus ilicifolius Jeruju Calophyllum inophyllum Nyamplung Calotropis gigantea Biduri Canavalia maritima Kacang Laut Carbera manghas Bintaro Cyperus compactus Teki-Tekian Cyperus javanicus Teki-Tekian Cyperus malaccensis Teki-Tekian Derris trifoliata Ketower Fimbristylis polytrichoides Teki-Tekian Hibiscus tiliaceus Waru Ipomoea gracilis Kangkung Laut Morinda citrifolia Mengkudu Passiflora foetida Ciplukan Blungsun Pluchea indica Beluntas Riccinus communis Jarak Kepyar
Famili Pterydaceae Myrsinaceae Avicenniaceae Avicenniaceae Avicenniaceae Rhizoporaceae Rhizoporaceae Rhizoporaceae Rhizoporaceae Rhizoporaceae Euphorbiaceae Arecaceae Rhizoporaceae Rhizoporaceae Rhizoporaceae Rubiaceae Sonneratiaceae Sonneratiaceae Meliaceae Meliaceae Acanthaceae Acanthaceae Guttiferae Asclepiadaceae Fabaceae Apocynaceae Cyperaceae Cyperaceae Cyperaceae Fabaceae Cyperaceae Malvaceae Convolvulaceae Rubiaceae Passifloraceae Asteraceae Euphorbiaceae
21 37 Sesuvium portulacastrum Alur 38 Spinifex littoreus Rumput Tikusan 39 Stachytarpeta jamaicensis Pecut Kuda 40 Terminalia catappa Ketapang 41 Thespesia populnea Waru Laut 42 Trianthema portulacastrum Krokot Laut 43 Typha angustifolia Embet 44 Wedelia biflora Seruni Laut Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Surabaya 2013
Aizoaceae Poaceae Verbenaceae Combretaceae Malvaceae Portulacaceae Typhaceae Asteraceae
22 Lampiran 3. Gambar fasilitas di kawasan HMW
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
(f)
(g)
(h)
23
(i)
(j)
(k)
(l)
(m)
(n)
(o)
(p)
24 Keterangan : (a) Jalan Masuk (b) Gazebo (d) Trek Masuk (e) Ajakan Peduli (g) Jenis Fauna (h) Darmaga Perahu (j) Perahu Patroli (k) Jenis Mangrove (m) Jalur Olahraga (n) Pemancingan (p) Menara Pantau dan Pos Pantau di Lepas Pantai
(c) Petak Pembibitan (f) Pos Darmaga Perahu (i) Perahu Susur Mangrove (l) Jenis-Jenis Burung (o) Lepas Pantai
25 Lampiran 4. Nilai hasil uji validitas dan realibilitas kuesioner Uji Validitas dan Realibilitas Pertanyaan Persepsi Pertanyaan 1 Pertanyaan 2 Pertanyaan 3 Pertanyaan 4 Pertanyaan 5 Pertanyaan 6 Pertanyaan 7 Sikap Pertanyaan 1 Pertanyaan 2 Pertanyaan 3 Partisipasi Pertanyaan 1 Pertanyaan 2 Pertanyaan 3 Pertanyaan 4 Pertanyaan 5 Pertanyaan 6 Pertanyaan 7 Pertanyaan 8 Pertanyaan 9 Pertanyaan 10 Pertanyaan 11 Pertanyaan 12 Pertanyaan 13 Pertanyaan 14 Pertanyaan 15 Pertanyaan 16
Sig. (2-Tailed)
Alpha Cronbach 0.747
0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.231 0.000 0.584 0.000 0.000 0.000 0.951 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
26
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Muara Teweh (Kalimantan Tengah) pada tanggal 25 Agustus 1991 dari ayah Sukamto Katamsi dan ibu Ida Royani. Penulis adalah putra pertama dari tiga bersaudara. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Nur Hidayah Surabaya dan pada tahun 2010 penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan diterima di Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan (Fahutan). Selama mengikuti perkuliahan di Fahutan IPB, penulis telah melaksanakan kegiatan Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Kabupaten Indramayu dan Gunung Ciremai tahun 2012, Praktik Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) tahun 2013, dan Praktik Kerja Lapang (PKL) di KPH Bojonegoro Perum Perhutani Divisi Regional II Jawa Timur tahun 2014. Selain itu, penulis juga menerima beasiswa untuk menunjang kegiatan perkuliahan selama berkuliah di IPB, antara lain beasiswa ASTAGA (Alumni IPB Angkatan 13) tahun 2010, beasiswa OMDA (Organisasi Mahasiswa Daerah) Himasurya (Himpunan Mahasiswa Surabaya) Plus dari Bapak Ir Mohammad Nadjikh (PT Kelola Mina Laut) tahun 2010 s.d. 2012, beasiswa Bank Rakyat Indonesia (BRI) tahun 2011 s.d. 2013, dan beasiswa Himpunan Alumni Fahutan (HAE) IPB dari PT Semarak Darma Timber tahun 2013/2014. Adapun selama menjadi mahasiswa, penulis pernah mengajar anak-anak tidak mampu dan yatim piatu di Sekolah Alam Limus Kid Farming (LKF) bersama Komunitas Pohon Inspirasi (KPI) dan LSM Lembaga Alam Tropika Indonesia (LATIN) di Situ Gede sebagai fasilitator dan volunteer selama tahun 2012 s.d. tahun 2013. Penulis juga aktif di keorganisasian sebagai Tim Asrama Tingkat Persiapan Bersama (TPB) IPB tahun 2010/2011, pengurus OMDA Himasurya Plus IPB tahun 2011/2012, staf Divisi Keprofesian Forest Management Student Club (FMSC) IPB tahun 2011/2012, staf Departemen Pengembangan Sumberdaya Manusia (PSDM) DKM ‘Ibaadurrahmaan Fahutan IPB tahun 2011/2012, Komisi 1 (Legislasi) Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) Fahutan IPB tahun 2012/2013, dan BP 1 (Konstitusi) Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (MPM) Keluarga Mahasiswa (KM) IPB tahun 2012/2013. Selain itu, penulis juga aktif di kepanitiaan sebagai Anggota Divisi Logtrans Open House Angkatan 48 IPB tahun 2011, Ketua Divisi Acara Achievement Motivation Training (AMT) Fahutan IPB tahun 2011, Anggota Divisi LO Semiloka Nasional Sylva Indonesia tahun 2011, Anggota Divisi Komisi Disiplin MPD Temu Manajer Fahutan IPB tahun 2012, Anggota Panitia Pemilihan Raya Wilayah (PPRW) Fahutan IPB tahun 2012, Ketua Divisi Humas Fahutan IPB Berkurban tahun 2012, dan Ketua Panitia Pengawas Pemira Wilayah (PPPW) Fahutan IPB tahun 2013.