i
STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKASA TBK TAHUN 2008 – 2009
SKRIPSI
OLEH: ANDI SULAEMAN 106101003307
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010 M/1431 H
i
LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
ii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT PEMINATAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA Skripsi, 17 Desember 2010 Andi Sulaeman, NIM : 106101003307 Studi Faktor Risiko Kejadian Kecelakaan Kerja Di Plant Division PT. Indocement Tunggal Prakasa Tbk Citeureup-Bogor Tahun 2010 (xiv + 84 halaman, 10 tabel, 9 gambar, 3 lampiran) Abstrak Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak direncanakan yang menimbulkan kerugian pada manusia dan harta benda akibat adanya kontak dengan sumber energi yang melebihi ambang batas tubuh atau struktur. Kecelakaan kerja tidak hanya menyebabkan kerugian materi namun lebih dari itu adalah timbulnya korban jiwa yang tidak sedikit jumlahnya. Menurut data Jamsostek, kasus kecelakaan kerja di Indonesia pada tahun 2008 sebanyak 93.823 kasus. PT. Indocement Tunggal Prakasa Tbk merupakan salah satu perusahaan semen besar di Indonesia, berdasarkan data yang diperoleh kecelakaan kerja di PT. Indocement Tunggal Prakasa Tbk tercatat ada 108 kasus pada tahun 2008 dan 93 kasus pada tahun 2009, kecelakaan tertinggi terdapat pada Plant Division yaitu 56 kasus pada tahun 2008 dan 66 kasus pada tahun 2009. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain Case Control dan menggunakan faktor unit kerja sebagai matching. Populasi pekerja yang ada di bagian produksi 1072 orang, sampel penelitian sebanyak 120 orang yang terdiri dari dua kelompok yaitu untuk kelompok kasus 24 orang dan kelompok kontrol 96 orang. Uji statistik menggunakan Chi Square untuk melihat adanya hubungan dan seberapa besar risiko antara kedua variabel .Yaitu variabel umur, masa kerja, Shift kerja, dan kebisingan dihubungkan dengan kecelakaan kerja pada pekerja di Plant Division PT. Indocement Tunggal Prakasa yang dilaksanakan pada bulan juli – desember 2010. Hasil penilitian ini menunjukkan bahwa dari 120 responden sebanyak 24 (20%) responden pernah mengalami kecelakaan dan 96 (80%) responden tidak pernah mengalami kecelakaan. Dari hasil uji statistik bivariat didapatkan ada hubungan antara umur dengan kecelakaan kerja dan OR sebesar 4,709, terdapat hubungan antara masa kerja dengan kecelakaan kerja dan OR sebesar 4,886, terdapat hubungan antara Shift kerja dengan kecelakaan. Untuk mencegah terjadinya kecelakaan dilingkungan PT. Indocement Tunggal Prakasa khususnya di Plant division sebaiknya pihak perusahaan meningkatkan pengetahuan pekerja dengan mengadakan pelatihan kepada pekerja yang berumur muda dan yang bermasa kerja baru tentang prosedur kerja yang baik dan aman, Mengadakan safety talk sebelum bekerja, meningkatkan koordinasi dan komunikasi yang baik antara group shift, mengatur waktu istirahat pekerja, membuat program reward and punishment pada pekerja agar pekerja termotivasi untuk semangat bekerja dan lebih patuh terhadap peraturan dan SOP. Daftar bacaan : (1987 - 2009)
iii
FACULITY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM OCCUPATIONAL HEALTH AND SAFETY Undergraduate Thesis, 17 Desember 2010 Andi Sulaeman, NIM:106101003307 The Study Of Risk Factors For Work Accident At Plant Division PT. Indocement Tunggal Prakasa Tbk Citeureup-Bogor Tahun 2010 (xiv + 84 pages, 10 tables, 9 graphic 3 Attachments) The accident is an unplanned event that causes harm to humans and property as a result of contact with a source of energy that exceed the threshold of the body or structure. Accidents not only cause loss of material but more than that is the emergence of casualties who are not few in number. According to Social Security data, cases of occupational accidents in Indonesia in 2008 as many as 93,823 cases. PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk is one of the major cement companies in Indonesia, based on accident data obtained in PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk there were 108 cases recorded in 2008 and 93 cases in 2009, the highest accident contained in the Plant Division of the 56 cases in 2008 and 66 cases in 2009. This study is a quantitative research design with Case Control. Workers population that is in the production of 1072 people, over 120 study sample consisting of two groups, namely for the case group and control group of 24 people 96 people. Statistical tests using Chi Square to see the relationship and how much risk between the two variables. That is the variable age, years of work, Shift work, and noise associated with occupational injuries to workers in Plant Division PT. Indocement Tunggal Prakarsa in July - December 2010. The studies result showed that of the 120 respondents were 24 (20%) of respondents have ever had accident and 96 (80%) of respondents have never had an accident. From the results of bivariate statistical tests found no relationship between age with occupational injuries and OR of 4.709, there is a relationship between the period of employment with workplace accidents and OR of 4.886, there is a relationship between shift work by accident. To prevent accident within the PT Indocement Tunggal Prakasa specially in plant division should the company improve knowledge workers with training to workers that young and the new worker, procedures and safe work well, conduct safety talk before work, improve coordination and communication between group shifts, arrange time off workers, maaking the program reward and punishment to workers that workers are motivated to work and spirit of better adherence to regulation the Standar Operational Prosedure. Reading list: (1987 - 2009)
iv PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi Dengan Judul STUDI RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI DIVISI PLANT PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKASA TAHUN 2008-2009
Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan dihadapan tim penguji skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta
Jakarta, Desember 2010
Mengetahui,
v PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Jakarta, Desember 2012
vi DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama
: Andi Sulaeman
TTL
: Jakarta, 27 September 1986
Alamat
: Jl. Karyawan III No. 83 Rt.02/05 Karang tengah, Ciledug - Tangerang
Agama
: Islam
Gol. Darah
:O
No. Telp
: 085781238547
RIWAYAT PENDIDIKAN Tahun 1993 – 1999
SD 05 Kedoya Selatan
1999– 2002
SMP N I91 Duri Kepa Jakarta Barat
2002– 2005
SMAN 112 Jakarta Barat
2006 – 2010
S1 – Kesehatan Masyarakat Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
PENGALAMAN ORGANISASI Periode
2010-2011 : Staff Administrasi Komisi Penanggulangan AIDS Tangsel. 2008-2009
: Koordinator Divisi Advokasi Ikatan Senat Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Indonesia (ISMKMI)
2008-2009
: Ketua Umum Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan (BEMJ) Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
vii KATA PENGANTAR اسال م عليكم ورحمة ا هلل و بر كا ته
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang atas Ridho-Nya lah kini penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul “Studi Risiko Kejadian
Kecelakaan Kerja Di Divisi Plant
Pt. Indocement Tunggal Prakasa Tbk Tahun 2008 - 2009” Shalawat
dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Allah
Muhammad SAW yang telah membawa kita umatnya untuk senantiasa di jalan yang diridhoi Allah SWT. Dalam proses penyusunan skripsi ini penulis mendapatkan banyak sekali bantuan, bimbingan, petunjuk dan motivasi dari banyak orang yang tanpa bantuannya penulis belum tentu bisa menyelesaikan skripsi ini. Dengan segala kerendahan hati, penulis memberikan rasa hormat dan ucapan terimakasih sebanyak- banyaknya kepada: 1. Kedua orang tua tercinta yang setiap waktu mendoakan penulis dan kepada kk2 ku, mpok yeni, mpok nung, mpok sinta dan mpok lisa, terima kasih banyak atas dukungan dan do’a nya. 2. Bapak Prof. Dr. (hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp.And, selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak dr. Yuli P. Satar, MARS, selaku ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang juga selaku pembimbing kedua skripsi penulis. 4. Ibu iting shofwati ST, MKKK selaku penanggung jawab peminatan K3 FKIK Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus sebagai pembimbing 1 penulis. 5. Seluruh tim penguji sidang skripsi : bu Riastuti Kusumawardani dan pak Ruly yang telah berbaik hati menguji sekaligus membimbing dan memberikan masukan serta sarannya kepada peneliti. 6. Terima kasih kepada umi ku atas motivasi dan kasih sayang nya, serta bantuan nya sehingga skripsi ini bisa selesai.
viii 7. Bapak Ponco Wibowo atas bimbingannya selama penelitian di PT Indocement. 8. Teman-teman seperjuangan sekosan (topik, rawar, ozi, adit, yunus, noval, ali, dauly, iban, tri, zaenal) 9. Rekan-rekan angkatan 3G, semoga kita sama-sama dapat menjadi orang yang sukses. Terakhir dengan memanjatkan do’a kepada Allah SWT semoga semua amal kebaikan semua pihak yang telah mendukung dan berbaik hati kepada penulis dibalas oleh Allah SWT dan semoga skripsi ini dapat menambah khazanah pengetahuan penulis khususnya dan pembaca umumnya, Amiin… و ا لسال م عليكم ورحمة ا هلل و بر كا ته Jakarta, Desember 2010
Penulis
ix DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... ABSTRAKSI .................................................................................................. PERNYATAAN PERSETUJUAN ............................................................... LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... KATA PENGANTAR .................................................................................... DAFTAR ISI................................................................................................... DAFTAR TABEL ........................................................................................... DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang .....................................................................................
1
1.2
Rumusan Masalah ................................................................................
7
1.3
Pertanyaan Penelitian ...........................................................................
8
1.4
Tujuan Penelitian .................................................................................
9
1.4.1
Tujuan Umum ..........................................................................
9
1.4.2
Tujuan Khusus .........................................................................
9
1.5
1.6
Manfaat Penelitian ...............................................................................
10
1.5.1
Bagi Perusahaan .......................................................................
10
1.5.2
Bagi Pekerja .............................................................................
10
1.5.3
Bagi Peneliti .............................................................................
10
1.5.4
Bagi Program studi kesehatan masyarakat ..............................
10
Ruang Lingkup Penelitian....................................................................
10
x BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Kecelakaan Akibat Kerja .....................................................................
12
2.1.1
Definisi Kecelakaan Akibat Kerja ...........................................
12
2.1.2
Model Teori Kecelakaan Kerja ................................................
13
2.2
Klasifikasi Kecelakaan Akibat Kerja ...................................................
22
2.3
Faktor-faktor Penyebab Kecelakaan Kerja ..........................................
24
2.3.1
Umur ........................................................................................
24
2.3.2
Jenis Kelamin ...........................................................................
25
2.3.3
Masa Kerja ...............................................................................
26
2.3.4
Unit Pekerjaan ..........................................................................
26
2.3.5
Shift Kerja ................................................................................
27
2.3.6
Kelelahan Kerja .......................................................................
28
2.3.7
Kebisingan ...............................................................................
28
2.3.7.1 Nilai Tingkat Baku Kebisingan ..................................
30
2.3.7.2 Pengukuran Kebisingan ..............................................
32
2.3.8
Pencahayaan .............................................................................
36
2.3.9
Fakotor Kimia ..........................................................................
37
2.4
Pencegahan Kecelakaan Kerja .............................................................
38
2.5
Kerangka Teori ....................................................................................
41
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1
Kerangka Konsep .................................................................................
43
3.2
Definisi Operasional ............................................................................
44
3.3
Hipotesis ..............................................................................................
45
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1
Jenis Penelitian....................................................................................
46
4.2
Lokasi dan Waktu Penelitian ...............................................................
47
4.3
Populasi dan Sampel ............................................................................
47
4.4
Pengumpulan Data ...............................................................................
48
4.4.1 Kecelakaan Kerja .......................................................................
48
4.4.2 Tingkat Kebisingan ....................................................................
48
4.4.2 Data Umue, Shift Kerja, dan masa Kerja ...................................
48
xi 4.5
Instrumen Penelitian ............................................................................
48
4.6
Pengolahan Data ..................................................................................
49
4.7
Analisis Data ........................................................................................
50
4.7.1 Analisis Univariat ......................................................................
50
4.7.2 Analisis Bivariat..........................................................................
50
BAB V HASIL 5.1
Gambaran Umum PT. Indocement Tunggal Prakasa Tbk ...................
53
5.1.1 Sejarah dan Lokasi PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk .......
53
5.1.2 Visi, Misi, Motto, dan Logo PT. Indocement Tunggal Prakarsa
54
5.1.3 Struktur Ogranisasi PT. Indocement Tunggal Prakarsa ..............
55
5.1.4 Sumber Daya Manusia PT. Indocement Tunggal Prakarsa ........
55
5.1. 5 Sistem manajemen PT. Indocement Tunggal Prakarsa..............
57
5.1. 6 Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja ...........................
57
Gambaran Umum Plant Division.........................................................
58
5.2.1 Gambaran Umum Ketenaga Kerjaan di Plant Divisiom .............
58
5.1.1 Gambaran Prosen Produksi Semen .............................................
60
5.3
Gambaran Kecelakaan Kerja pada Pekerja Divisi Plant ......................
63
5.4
Gambaran Umur, Masa Kerja dan Shift Kerja pada Pekerja
5.2
Divisi Plant...........................................................................................
65
5.4.1 Gambaran Umur Kerja pada Pekerja Divisi Plant ......................
65
5.4.2 Gambaran Masa Kerja pada Pekerja Divisi Plant .......................
65
5.4.3 Gambaran Shift Kerja pada Pekerja Divisi Plant ........................
65
5.5
Gambaran Tingkat Kebisingan pada Pekerja Divisi Plant...................
66
5.6
Hubungan karakteristik pekerja dengan kecelakaan Kerja pada pekerja
5.7
di dicisi plant ........................................................................................
67
5.6.1 Hubungan umur dengan kecelakaan kerja ..................................
67
5.6.2 Hubungan masa kerja dengan kecelakaan kerja ........................
68
5.6.3 Hubungan shift kerja dengan kecelakaan kerja .........................
69
Hubungan kebisingan dengan kecelakaan kerja ....................................
70
xii BAB VI PEMBAHASAN 6.1
Keterbatasan Penelitian ........................................................................
71
6.2
Kecelakaan Kerja .................................................................................
71
6.3
Hubungan antara Umur dengan kecelakaan kerja ...............................
72
6.4
Hubungan antara masa kerja dengan kecelakaan kerja........................
74
6.5
Hubungan antara Shift dengan kecelakaan kerja .................................
76
6.6
Hubungan antara Kebisingan dengan kecelakaan kerja.......................
78
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1
Kesimpulan ..........................................................................................
80
7.2
Saran ....................................................................................................
80
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xiii DAFTAR TABEL
Nomor Tabel
Halaman
1.1
Data kecelakaan kerja PT. Indocement Tunggal Prakasa Tbk .....
5
2.1
NAB Kebisingan Menurut KepMenNaker NO. 51 Tahun 1999 ..
31
4.1
Tabel silang kasus kontrol dilihat dari faktor risiko .....................
51
5.1
Sumber Daya Manusia PT. Indocement Tunggal Prakasa Tbk ....
56
5.2
Jumlah Tenaga KerjaKerja Divisi Plant PT. Indocement Tunggal Prakasa Tbk Tahun 2010 ............................................................................
5.3
Distribusi Frekuensi Kecelakaan kerja di divisi plant PT. Indocement Tunggal Prakasa, Tbk tahun 2008-2009 .......................................
5.4
64
Distribusi Frekuensi Tingkat Kebisingan di divisi plant PT. Indocement Tunggal Prakasa, Tbk tahun 2008-2009 .......................................
5.6
63
Distribusi Frekuensi Karakteristik Pekerja di divisi plant PT. Indocement Tunggal Prakasa, Tbk tahun 2008-2009 .......................................
5.5
58
64
Tabulasi Silang Antara Karakteristik Pekerja dengan Kecelakaan kerja di divisi plant PT. Indocement Tunggal Prakasa, Tbk tahun 2008-2009 67
5.7
Tabulasi Silang Antara kebisingan dengan Kecelakaan kerja di divisi plant PT. Indocement Tunggal Prakasa, Tbk tahun 2008-2009
70
xiv DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar
Halaman
2.1
Bagan konsep model epidemiologi ...............................................
19
2.2
Loss Causation Model Bird Germain ...........................................
21
2.3
Kerangka Teori .............................................................................
42
3.1
Kerangka Konsep ..........................................................................
43
4.1
diagaram Case Control Study .......................................................
46
5.1
Logo PT. Indocement Tunggal Prakasa, Tbk ...............................
54
5.2
Struktur Organisasi PT. Indocement Tunggal Prakasa, Tbk.........
55
5.3
Sistem rotasi Shift Kerja ...............................................................
59
5.4
Proses Produksi Semen di PT. Indocemen Tunggal Prakasa Tbk...
62
1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecelakaan merupakan suatu kejadian yang tidak direncanakan yang menimbulkan kerugian pada manusia dan harta benda akibat adanya kontak dengan sumber energi yang melebihi ambang batas tubuh atau struktur (Depnaker, 1998). Menurut Suma’mur (1995), definisi kecelakaan adalah kejadian tidak terduga dan tidak diharapkan. Dikatakan tidak terduga karena dibelakang peristiwa yang terjadi tidak terdapat unsur kesengajaan atau unsur perencanaan, sedangkan tidak diharapkan karena peristiwa kecelakaan disertai kerugian material ataupun menimbulkan penderitaan dari skala paling ringan sampai skala paling berat. Terjadinya kecelakaan kerja tentu saja menjadikan masalah yang besar bagi kelangsungan sebuah perusahaan. Kerugian yang diderita tidak hanya berupa kerugian materi yang cukup besar namun lebih dari itu adalah timbulnya korban jiwa yang tidak sedikit jumlahnya. Kehilangan sumber daya manusia ini merupakan kerugian yang sangat besar karena manusia adalah satu-satunya sumber daya yang tidak dapat digantikan oleh teknologi apapun. Kerugian langsung yang nampak dari timbulnya kecelakaan kerja adalah biaya pengobatan dan kompensasi kecelakaan. Sedangkan biaya tak langsung yang tidak nampak ialah kerusakan alat-alat produksi, penataan manajemen
2
keselamatan yang lebih baik, penghentian alat produksi, dan hilangnya waktu kerja. Jumlah kerugian materi yang timbul akibat kecelakaan kerja sangat besar. Sebagai ilustrasi bisa dilihat catatan National Safety Council (NSC) tentang kecelakaan kerja yang terjadi di Amerika Serikat. Di Amerika pada tahun 1980 kecelakaan kerja telah membuat kerugian bagi negara sebesar 51,1 milyar dollar. Kerugian ini setiap tahun terus bertambah seiiring dengan berkembangnya dunia industri di Amerika. Di Indonesia, jumlah kejadian kecelakaan kerja tidak memiliki angka yang pasti. Hal ini terjadi karena banyak perusahaan yang tidak bersedia untuk menyampaikan kerugian materil yang diderita dari kecelakaan yang terjadi. Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional (DK3N) memperkirakan kerugian tidak langsung yang menimpa dunia usaha akibat lemahnya penerapan K3 di tempat kerja mencapai RP.750 milyar/tahun (Husna, 2007). Berdasarkan data, kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja di tempat kerja membunuh dan memakan lebih banyak korban jika dibandingkan dengan perang dunia. Riset yang dilakukan International Labour Organization (ILO) menghasilkan kesimpulan, setiap hari rata-rata 6000 orang meninggal, setara dengan 1 orang setiap 15 detik atau 2,2 juta orang per tahun akibat kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja. Secara keseluruhan, kecelakaan di tempat kerja telah menewaskan 350.000 orang (Suardi, 2005). Berdasarkan data Jamsostek, kasus kecelakaan kerja pada 2008 sebanyak 93.823 orang, dengan jumlah sembuh 85.090, sedangkan cacat total 44 orang. Sedangkan jumlah tenaga kerja yang
3
meninggal karena kecelakaan kerja meningkat dalam tiga tahun terakhir. Pekerja yang meninggal karena kecelakaan kerja pada 2008 sebanyak 2,124 orang, pada 2007 sebanyak 1.883, dan pada 2006 sebanyak 1.597 orang (Majalah KATIGA, 2008). Faktor yang mempengaruhi kecelakaan menurut Surry dalam Colling (1990) fenomena kecelakaan dihasilkan dari interaksi host (pekerja) berupa umur, jenis kelamin, masa kerja, dan tingkat pendidikan, agent (mesin/pekerjaan) berupa unit kerja dan waktu kerja, dan faktor-faktor lingkungan berupa fisik, kimia, dan biologi. Ferrel dalam Colling (1990), menyatakan bahwa kecelakaan merupakan hasil dari penyebab berantai, satu atau lebih dari penyebab-penyebab merupakan kesalahan manusia, kesalahan manusia tersebut terjadi karena berada dalam situasi seperti overload (beban yang berlebihan), tanggapan yang salah oleh seseorang di dalam situasi yang dikarenakan ketidakcocokan yang mendasar terhadap apa yang ia tujukan serta aktivitas yang tidak semestinya dilakukan. Bird dan Germain (1990) menjelaskan bahwa suatu kerugian (loss) disebabkan oleh serangkaian faktor-faktor yang berurutan seperti yang terdapat dalam Loss Causation Model yang terdiri dari : Lack of Control (kurang kendali), Basic Causes:(penyebab dasar),. Immediate Cause (penyebab langsung). Beberapa hasil penelitian membuktikan bahwasanya beberapa faktor yang telah disebutkan diatas berhubugan dengan terjadinya kecelakaan pada pekerja bagian produksi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Romy (2006) terhadap pekerja di bagian produksi PT. Guanusa Utama Fabricans Grenyang
4
terdapat hubungan antara umur dan unit kerja dengan kejadian kecelakaan kerja,.Hasil penelitian yang dilakukan Kadarwati (2002) terhadap pekerja di bagian produksi PT. Luxindo Nusantara terdapat hubungan antara masa kerja dengan kejadian kecelakaan kerja.Hasil penelitian yang dilakukan Sukamto (2004) di perusahaan yang bergerak dalam pertambangan menunjukan adanya hubungan antara tingkat pendidikan dengan kecelakaan kerja. Hasil penelitian yang dilakukan Jawawi (2008) ) terhadap pekerja di bagian produksi PT HOK TONG terdapat hubungan antara shift kerja dan beban kerja dengan kejadian kecelakaan kerja PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, berdiri pertama kali pada tahun 1973, dan memulai kegiatannya dalam usaha pembuatan semen pada tahun 1975. PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk memiliki 12 pabrik atau plant yang tersebar ditiga lokasi yaitu 9 pabrik (plant 1-plant 8 dan plant 11 ) dengan luas area 200 Ha yang berlokasi di Citeureup-Bogor, 2 pabrik (plant 9-plant 10) dengan luas area 37 Ha yang berlokasi di Palimanan – Cirebon, serta 1 pabrik (plant 12) dengan luas area 71 Ha di Tarjun-Kalimantan Selatan. Pada pabriknya yang terletak di
Citeureup Bogor,
PT.
Indocement Tunggal
Prakarsa Tbk
mempekerjakan lebih dari 3.057 pekerja. Sebagai salah satu industri semen terbesar di Indonesia dengan jumlah pekerja yang besar kecelakaan kerja di PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk belum dapat dihindarkan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat di tabel 1.1.
5
Tabel 1.1 Data kecelakaan kerja PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Tahun 2008-2009 Kecelakaan Tahun
Fatal
Cidera ringan
Hari kerja
Freq
Sev
Berat
yang hilang
Rate
Rate
2008
-
94
14
105
1.7
12.6
2009
2
77
14
12.158
2.1
1582.8
Sumber : Safety Departement PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Dari tabel di atas dapat di lihat kasus kecelakaan kerja di Indocement pada tahun 2008 tercatat 108 kasus dengan Frequency Rate (FR) 1,7 dan Severity Rate (SR)12,6 . Pada tahun 2009 angka kecelakaan kerja menjadi 93 kasus dengan nilai Frequency Rate (FR) 2,1 dan Severity Rate (SR) 1582,8. Jika dilihat dari data diatas walaupun jumlah kecelakaan turun namun jumlah jam kerja yang hilang tinggi sehingga mempengaruhi nilai FR dan SR yang mengalami peningkatan pada tahun 2009. Padahal perusahaan mengharapkan tidak terjadi kecelakaan lagi (zero accident ) sehingga nilai FR dan SR menurun dan perusahaan terhindar dari kerugian. Kecelakaan kerja diatas tersebar di setiap divisi-divisi yang terdiri dari GMO, Mining, Utility, PBD, TSD, GECD, QARD, HR&GAD, SSCD, PFAD,
6
HTC, AFR, QSM, Plant.di PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik 1.1
Grafik 1.1 Distribusi Kecelakaan Berdasarkan Divisi PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Tahun 2008-2009
20 15 10
GMO Plant 1/2 Plant 3/4 Plant 5 Plant 6 Plant 7/8 Plant 11 Mining Utility P.B.D T.S.D G.E.D.C Supply Q.A.R.D HR dan GAD S.S.C.D P.F.A.D CHRD Logistic H.T.C A.F.R Q.S.M
5
2008
2009
Sumber : Safety Departement PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Berdasarkan grafik 1.1 kecelakaan tertinggi terjadi di divisi Plant yang bila di gabung dari 9 plant kecelakaan pada tahun 2008 ada 56 kasus dan pada tahun 2009 menjadi 60 kasus, sedangkan yang paling rendah bahkan hampir tidak ada kecelakaan yaitu divisi GMo, GECD, PFAD, Logistic, HTC, AFR, dan QSM.
7
Plant merupakan tempat pengolahan bahan baku sampai menjadi semen yang siap dipasarkan, di dalamnya terdapat tiga departemen yaitu Produksi, Electric, dan mechanical. Di departmen produksi dibagi lagi menjadi beberapa section yaitu raw mill, burning, finish mill, coal mill, dan packing. Di departemen Electric di bagi menjadi dua section yaitu maintenance dan instrument. Adapun untuk department mechanical dibagi menjadi dua section juga yaitu RM & Kiln dan FM & PH. Dari data di atas Plant merupakan divisi yang memiliki kasus tertinggi di banding divisi lain dan cenderung meningkat, hal ini sangat merugikan bagi perusahaan maupun pekerja karena akibat kecelakaan selain mengganggu proses produksi, perusahaan juga harus menanggung biaya kecelakaan pekerja dan untuk pekerja dapat menyebabkan kecacatan bahkan kematian. Melihat masih tingginya kasus kecelakaan pada tahun 2008-2009 khususnya di divisi Plant yang dapat menimbulkan banyak kerugian bagi PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dari hal tersebut, peneliti ingin meneliti tentang faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian kecelakaan kerja di divisi Plant PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. 1.2. Rumusan Permasalahan Terjadinya kecelakaan kerja di perusahaan dapat menyebabkan kelambatan atau terhambatnya produksi yang berarti kerugian bagi perusahaan. Begitu pula halnya dengan kecelakaan kerja yang terjadi di PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk tahun 2008 – 2009 mengalami penurunan dari 108 kasus
8
menjadi 93 kasus pada tahun 2009, namun terjadi peningkatan nilai FR dari 1,7 menjadi 2,1 dan SR dari 12,6 menjadi 1582,8 serta hari kerja yang hilang dari 105 menjadi 12.158. Pada plant division memiliki kasus tertinggi dibanding divisi lain pada tahun 2008 terdapat 56 kasus kecelakaan dan pada tahun 2009 meningkat menjadi 60 kasus, padahal perusahaan mengharapkan tidak terjadi kecelakaan kerja lagi (zero accident). Tingginya kasus kecelakaan kerja selama dua tahun terakhir tentunya membawa dampak kerugian baik bagi pekerja maupun bagi perusahaan. Banyak faktor yang menyebabkan kecelakaan kerja, anntara lain faktor pekerja, faktor pekerjaan, dan faktor lingkungan (Colling, 1990). Berdasarkan hal tersebut peneliti ingin meneliti tentang Faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian kecelakaan kerja di divisi Plant PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk pada tahun 2008 – 2009. 1.3. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran kecelakaan kerja pada divisi Plant PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. tahun 2008 - 2009 ? 2. Bagaimana gambaran umur, masa kerja, shift kerja, dan kebisingan pada divisi Plant PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. tahun 2008 - 2009 ? 3. Apakah umur merupakan faktor risiko terjadinya kecelakaan kerja di divisi Plant PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Tahun 2008 – 2009 ?
9
4. Apakah masa kerja merupakan faktor risiko terjadinya kecelakaan kerja di divisi Plant PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Tahun 2008 - 2009 ? 5. Apakah shift kerja merupakan faktor risiko terjadinya kecelakaan kerja di divisi Plant PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. tahun 2008 – 2009 ? 6. Apakah kebisingan merupakan faktor risiko terjadinya kecelakaan kerja di divisi Plant PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. tahun 2008 – 2009 ?
1.4. Tujuan 1.4.1. Tujuan Umum Mengetahui faktor risiko kejadian kecelakaan kerja di divisi Plant PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk tahun 2008-2009. 1.4.2. Tujuan Khusus
1. Diketahuinya gambaran kecelakaan kerja pada divisi Plant PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. tahun 2008 - 2009. 2. Diketahuinya gambaran umur, masa kerja, shift kerja kebisingan pada divisi Plant PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. tahun 2008 - 2009. 3. Diketahuinya risiko antara umur
dengan kejadian kecelakaan kerja pada
divisi Plant PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Tahun 2008 - 2009. 4. Diketahuinya risiko antara masa kerja dengan kejadian kecelakaan kerja pada divisi Plant PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Tahun 2008 - 2009.
10
5. Diketahuinya risiko shift kerja dengan kejadian kecelakaan kerja pada divisi Plant PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. tahun 2008 - 2009. 6. Diketahuinya risiko antara kebisingan dengan kejadian kecelakaan kerja pada divisi Plant PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. tahun 2008 - 2009.
1.5. Manfaat Penelitian 1.5.1. Manfaat bagi Perusahaan Dengan diketahuinya faktor risiko yang menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja, maka perusahaan dapat melakukan upaya pencegahan dan pengendalian terhadap faktor risiko yang paling banyak menyebabkan kecelakaan kerja tersebut, agar tenaga kerja terhindar dari kecelakaan. 1.5.2. Manfaat Bagi pekerja Dengan mengetahui faktor risiko yang menyebabkan terjadinya kecelakaan maka pekerja dapat lebih memahami hal-hal yang dapat mereka lakukan agar terhindar dari kecelakaan kerja. 1.5.3. Manfaat bagi Peneliti Melatih pola berpikir sistematis dalam menghadapi masalah-masalah, khususnya masalah faktor risiko kejadian kecelakaan kerja. 1.5.4 Manfaat bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat
11
Sebagai referensi keilmuan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja, khususnya faktor risiko kecelakaan kerja. 1.6. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan kecelakaan kerja pada divisi Plant PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Tahun 2008 - 2009. Sasaran penelitian adalah pekerja yang ada diarea Plant dengan jumlah sampel 120 orang.
Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Juli sampai Oktober 2010 oleh mahasiswa jurusan kesehatan masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Adapun lokasinya pada divisi Plant PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Hal ini dilakukan karena Kasus kecelakaan kerja di Indocement pada tahun 2008 tercatat sebanyak 108 kasus. Pada tahun 2009 angka kecelakaan kerja menurun menjadi 93 kasus, namun terjadi peningkatan nilai FR dari 1,7 menjadi 2,1 dan SR dari 12,6 menjadi 1582,8 serta hari kerja yang hilang dari 105 menjadi 12158. Pada divisi Plant memiliki kasus tertinggi dibanding divisi lain pada tahun 2008 terdapat 56 kasus kecelakaan dan meningkat pada tahun 2009 menjadi 66 kasus. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan desain case control. Data-data yang diperoleh berasal dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dan dikumpulkan dari objek penelitian ataupun responden selama penelitian. Sedangkan data sekunder diperoleh dari perusahaan dengan cara telaah dokumen statistik kecelakaan kerja dan data pengukuran kebisingan tahun 2008-2009 PT. Indocement Tunggal Prakarsa
12
Tbk. Data tersebut disajikan dalam tabel distribusi frekuensi, kemudian dilakukan uji statistik dengan rumus chisquare.
13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kecelakaan Akibat Kerja 2.1.1
Definisi Kecelakaan Akibat Kerja Menurut Frank E. Bird Jr (1990), Kecelakaan adalah suatu sumber peristiwa yang tidak dikehendaki, dapat mengakibatkan kerugian jiwa serta kerusakan harta benda dan biasanya terjadi sebagai akibat dari adanya kontak dengan sumber energi yang melebihi batas kemampuan tubuh atau struktur. Menurut Slote (1987), kecelakaan adalah produk akhir dari urutan tindakan atau kejadian yang berakhir pada konsekuensi yang tidak diinginkan, seperti luka ringan, luka berat, kerusakan alat, gangguan, penundaan produksi atau kerusakan. Menurut UU RI Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubungan dengan hubungan kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja, dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui.
14
2.1.2
Model Teori Kecelakaan Kerja Dalam keselamatan di Industri, ada dasar pemikiran bahwa sebenarnya kecelakaan dapat dicegah yang kemudian dituangkan ke dalam berbagai program pencegahan kecelakaan, sebelum memahami bagaimana kecelakaan itu dapat dicegah, terlebih dahulu kita harus memahami urutan bagaimana kecelakaan terjadi dan penyebabnya. Colling (1990) telah mencatat teori-teori kecelakaan sebagai berikut: a. Teori Domino Heinrich Dalam buku The Origin of Accident (1928) Heinrich mengemukakan bahwa terdapat rangkaian lima faktor penyebab kecelakaan. Kunci agar kecelakaan dapat dicegah yaitu dengan cara menghilangkan faktor utama yakni tindakan tidak aman dan bahaya mekanik dan atau fisik yang berkontribusi 98% terhadap terjadinya kecelakaan. Dari suatu proses H.W. Heinrich (1931) berpendapat bahwa kecelakaan pada pekerja terjadi sebagai rangkaian yang saling berkaitan. Mekanisme terjadinya kecelakaan diuraikan dengan “Domino Sequence” berupa: 1) Ancestry and environment, yakni pada orang yang memiliki sifat tidak baik (misalnya keras kepala) yang diperoleh karena
faktor keturunan, pengaruh lingkungan dan
pendidikan, mengakibatkan seorang pekerja kurang hatihati, dan banyak membuat kesalahan.
15
2) Fault of person, merupakan rangkaian dari faktor keturunan dan lingkungan tersebut di atas yang menjurus pada tindakan yang salah dalam melakukan pekerjaan. 3) Unsafe act and mechanical or physical hazards, tindakan yang berbahaya disertai bahaya mekanik dan fisik lain, memudahkan terjadinya rangkaian berikutnya. 4) Accident, peristiwa kecelakaan yang menimpa pekerja. Pada umumnya disertai dengan kerugian. 5) Injury, kecelakaan mengakibatkan cedera/luka atau berat, kecacatan dan bahkan kematian. Pada
teori
Heinrich,
dapat
digambarkan
bahwa
akar
permasalahan dari terjadinya suatu kecelakaan adalah manusia sebagai faktor utama penyebab kecelakaan. Diyakini biasanya manusia memiliki sifat yang memiliki kecenderungan untuk menimbulkan kecelakaan. Selanjutnya dari sifat yang dimiliki manusia tersebut dapat berkembang ke tingkat yang lebih tinggi. Birds (1967), memodifikasi teori Domino Heinrich dengan mengemukakan teori manajemen yang berisikan lima faktor dalam urutan suatu kecelakaan yaitu: manajemen, sumber penyebab dasar, gejala,
kontak,
dan
kerugian.
Dalam
teorinya,
Birds
itu
mengemukakan bahwa usaha pencegahan kecelakaan kerja hanya dapat berhasil dengan mulai memperbaiki manajemen keselamatan
16
dan kesehatan kerja. Praktik di bawah standar atau unsafe acts dan kondisi di bawah standar atau unsafe conditions merupakan penyebab langsung suatu kecelakaan, dan penyebab utama dari kesalahan manajemen. 1) Human Error Model Russel Ferrel dalam Colling (1990), menyatakan bahwa kecelakaan merupakan hasil dari penyebab berantai, satu atau lebih dari penyebab-penyebab merupakan kesalahan manusia. Kesalahan manusia ini disebabkan oleh salah satu dari 3 (tiga) situasi ini: a) Overload (beban yang berlebihan) yang merupakan ketidaksesuaian dari kapasitas manusia dan beban yang ditujukan padanya. b) Tanggapan yang salah oleh seseorang di dalam situasi yang
dikarenakan
ketidakcocokan
yang
mendasar
terhadap apa yang ia tujukan. c) Aktivitas yang tidak semestinya yang ia lakukan baik karena ia tidak tahu apa yang lebih baik maupun karena ia dengan sengaja mengambil risiko. Overload dapat dipelajari di dalam model ini dengan melihat sumber-sumber dari beban: beban tugas, beban dari lingkungan di sekitar, beban dari dalam diri sendiri dan beban
17
situasi. Sumber dari beban ini kemudian bisa dibandingkan dengan
sumber-sumber
dari
kapasitas.
Ini
merupakan
dukungan alami seseorang. Keadaan fisiknya, pikiranpikirannya, tingkat pelatihannya, ada tidaknya pengaruh obatobatan dan polusi, jumlah tekanan, dan kelelahan. Dan semua ini terjadi saat seseorang berada dalam dukungan tertentu yang mendorong dan memotivasi. Ketidakcocokan bisa dipelajari di dalam model ini dengan melihat pada dasar-dasar ketidakcocokan yang bisa jadi muncul diantara pendorong dan tanggapan yang diminta, atau dengan melihat ketidakcocokan di dalam situasi kerja. Aktivitas yang tidak semestinya dapat dipelajari di dalam bagian-bagian dari apakah seseorang mengetahui atau tidak aktivitas yang benar atau sengaja atau tidak ia mengambil kesempatan, keputusan-keputusan di dalam bagiannya bisa jadi karena ia merasa situasi tersebut memiliki kemungkinan bahaya yang relatif rendah, atau karena ia merasa potensi untuk terjadi kecelakaan relatif rendah. Ini kemudian menjadi masalah sifat situasi. b. Teori Kecelakaan Model Petersen Model ini berbeda dari model Ferrell, dimana model ini menyertakan 2 (dua) kemungkinan penyebab kecelakaan seperti
18
yang dikemukakan dari teori domino: kesalahan manusia atau kesalahan sistem. Penyebab-penyebab kecelakaan dan atau insiden dapat bersumber dari salah satu atau keduanya. Model ini menyatakan bahwa di belakang kesalahan manusia ada 3 (tiga) kategori besar: beban yang berlebih, rangkap, dan keputusan yang keliru. Beban yang berlebih kurang lebih seperti Ferrell Model. Perbedaan yang utama adalah pada kategori ketiga yaitu keputusan yang keliru. Kategori ini mengajukan bahwa para pekerja sering melakukan kesalahan melalui keputusan-keputusan secara sadar atau tidak sadar. Berkali-kali pekerja akan memilih untuk mengerjakan tugas dengan tidak aman karena sederhana saja, ini lebih masuk akal dalam situasi mereka mengerjakannya dengan tidak aman daripada mengerjakannya dengan aman, dikarenakan tekanan dari teman, prioritas sistem dimana mereka berada, tekanan produksi, dan lain-lain.Teori ini mengadopsi teori Ferell yang menyertakan kesalahan sistem disamping kesalahan manusia. Teori ini mengkategorikan tiga kelompok besar penyebab kecelakaau yaitu overload (sama dengan teori Ferell), ergonomic, dan pengambilan keputusan yang salah. Teori ini mengemukakan bahwa pengambilan keputusan yang salah pada suatu kondisi yang disadari atau tidak bertindak tidak aman.
19
c. Model Epidemiologi Teori ini dikembangkan oleh Suchman dan dikembangkan oleh Surry dimana terdapat hubungan kausal antara penyakit dengan faktor lingkungan atau kombinasi dengan karakteristik situasional termasuk risk assessment penyebab atau
yang
dapat
menjadi
pengendali terjadinya kecelakaan. Suatu model
epidemiologi untuk penyebab kecelakaan telah dirancang oleh Suchman dan dikembangkan oleh Surry (dalam Colling, 1990). Menurutnya, fenomena kecelakaan adalah tindakan yang tidak diharapkan, tidak dapat dihindari dan tidak diperhatikan yang dihasilkan dari interaksi host (pekerja), agent (mesin/pekerjaan), dan faktor-faktor lingkungan. Definisi ini lebih dirasa lebih mendekati dari defenisi epidemiologi sebagai studi tentang interaksi
sekelompok
orang,
agen,
dan
lingkungan
yang
menyebabkan penyakit. Menurut pendekatan ini, cedera dan kerusakan merupakan petunjuk dari kecelakaan yang dapat diukur, tetapi kecelakaan itu sendiri tindakannya tidak diharapkan, tidak dapat dihindari, dan tidak diperhatikan yang dihasilkan dari interaksi dari korban atau penyebab kerusakan dan faktor-faktor lingkungan disertai dengan situasi yang melibatkan pengambilan risiko dan persepsi terhadap bahaya. Model ini sejalan dengan yang digunakan untuk studi
20
penyakit. Dalam menerapkan pendekatan ini seseorang mencari suatu penjelasan untuk terjadinya suatu kecelakaan beserta sekelompok orang (korban kecelakaan), agen, dan faktor lingkungan. Perihal ini dapat dilihat pada gambar 2.1 : PEKERJA -Umur -Jenis Kelamin -Masa Kerja -Tingkat Pendidikan
PEKERJAAN KECELAKAAN KERJA
-Unit Kerja -Waktu Kerja
LINGKUNGAN -Fisik -Biologi -Kimia
Gambar 2.1 Bagan Konsep Model Epidemiological (Sumber: Industrial Safety-Management and Technology, Colling, 1990) d. Loss Causation Model Loss memudahkan menemukan meluasnya
Causation
Model
penggunanya faklor
penting
kecelakaan
dan
berisikan
petunjuk
untuk
memahami
dalam
rangka
kerugian
yang
bagaimana
mengendalikan
termasuk
persoalan
manajemen. Bird dan Germain (1990) menjelaskan bahwa suatu
21
kerugian (loss) disebabkan oleh serangkaian faktor-faktor yang berurutan seperti yang terdapat dalam Loss Causation Model, yang terdiri dari: 1) Lack of Control (kurang kendali) Pengendalian adalah salah satu faktor penting dalam menecegah terjadinya kecelakaan. Penyebab lack of control yaitu: a) Inadequate programe Hal ini dikarenakan program yang
tidak
bervariasi yang berhubungan dengan ruang lingkup. b) Inadequate programe standards Tidak spesifiknya standar, standar tidak jelas atau standar tidak baik. c) Inadequate compliance -with standards Kurangnya pemenuhan
standar merupakan
penyebab yang sering terjadi. 2) Basic Causes: (penyebab dasar) Penyebab dasar terjadinya kecelakaan disebabkan oleh: a) Personal
factor,
faktor
kepemirnpinan
kepengawasan. b) Job factor, tidak sesuainya design engineering.
atau
22
3) Immediate Causes Suatu kejadian yang secara cepat memicu terjadinya kecelakaan bila kontak dengan bahaya. Immediate causes meliputi faktor sub-standard dan faktor kondisi. Faktor substandard
diantaranya
tindakan
tidak
aman
seperti
mengoperasikan unit tanpa ijin, faktor kondisi seperti kebisingan, ventilasi iklim kerja dan lain-lain. Perihal ini dapat dilihat pada gambar 2.2 : Gambar 2.2 Loss Causation Model Bird & Germain (1990)
LACK OF CONTROL
BASIC CAUSES
IMMEDIATE CAUSES
Inadequate programe
Personal factors
Inadequate programe standarad
Job factors
INCIDENT
LOSS
Substandards Act
Contact with
People
Substandard Conditions
energy or substance
Property
Inadequate compliance with standards
Process
23
Salah satu teori diatas mungkin tidak dapat mencukupi untuk dapat menjelaskan kejadian kecelakaan. Kombinasi dari teori-teori diatas perlu dipakai untuk menjawab mengapa suatu kecelakaan dapat terjadi (combination Theori) (ILO, 1989). 2.2 Klasifikasi Kecelakaan Akibat Kerja Klasifikasi kecelakaan akibat kerja bersifat jamak, karena pada kenyataannya kecelakaan akibat kerja biasanya tidak disebabkan hanya satu faktor, tetapi banyak faktor yang saling berkaitan untuk menyebabkan terjadinya kecelakaan. Menurut International Labour Organization (ILO) tahun 1962 dalam Suma’mur (1995), kecelakaan akibat kerja diklasifikasikan menjadi 4 macam penggolongan, yaitu : a. Klasifikasi Menurut Jenis Kecelakaan Akibat Kerja 1) Terjatuh. 2) Tertimpa benda jatuh. 3) Tertumbuk atau terkena benda-benda, kecuali benda jatuh. 4) Terjepit oleh benda. 5) Gerakan-gerakan melebihi kemampuan. 6) Pengaruh suhu tinggi. 7) Terkena arus listrik. 8) Kontak dengan bahan-bahan berbahaya atau radiasi. 9) Jenis-jenis lain, termasuk kecelakaan yang datanya tidak cukup atau kecelakaan lain yang belum termasuk klasifikasi tersebut.
24
b. Klasifikasi Menurut Penyebab Kecelakaan Akibat Kerja 1) Mesin, misalnya mesin pembangkit tenaga listrik. 2) Alat angkut dan alat angkat. 3) Peralatan lain, misalnya instalasi pendingin dan alat-alat listrik. 4) Bahan-bahan atau zat-zat radiasi. 5) Lingkungan kerja. 6) Penyebab-penyebab lain yang belum termasuk golongan tersebut. 7) Penyebab-penyebab lain yang belum termasuk golongan tersebut atau data tak memadai. c. Klasifikasi Menurut Sifat Luka atau Kelainan 1) Patah tulang. 2) Dislokasi atau keseleo. 3) Regang otot atau urat. 4) Memar dan luka dalam lain. 5) Amputasi. 6) Luka-luka lain. 7) Luka di permukaan. 8) Gegar dan remuk. 9) Luka bakar. 10) Keracunan-keracunan mendadak (akut). 11) Akibat cuaca. 12) Mati lemas.
25
13) Pengaruh arus listrik. 14) Pengaruh radiasi. 15) Luka-luka yang banyak dan berlainan sifatnya. d. Klasifikasi Menurut Letak Kelainan atau Luka Di Tubuh 1) Kepala, Leher, dan Badan. 2) Anggota atas. 3) Anggota bawah. 4) Banyak tempat. 5) Kelainan umum. 6) Letak lain yang tidak termasuk ke dalam klasifikasi tersebut.
2.3 Faktor-Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja 2.3.1
Umur Umur mempunyai pengaruh yang sangat penting terhadap kejadian kecelakaan kerja. Menurut Hunter (1975) yang dikutip oleh Adesyaputra (2005) Golongan umur tua mempunyai kecenderungan yang lebih tinggi untuk mengalami kecelakaan dibandingkan dengan golongan umur muda. Hal ini dikarenakan umur muda mempunyai kecepatan reaksi/respon yang lebih tinggi. Dan pada umumnya, kapasitas fisik seperti penglihatan, pendengaran, dan kecepatan reaksi akan menurun pada usia 40 tahun atau lebih.
26
Berbeda dengan pendapat di atas, Dessler (1998) dalam Sukamto (2004) mengemukakan bahwa kecelakaan umumnya paling sering terjadi antara usia 17 dan 29 tahun, kemudian akan turun sesudah mencapai titik terendah pada akhir enampuluhan dan tujuhpuluhan. ILO dalam Arifin (2004) , menyimpulkan bahwa pekerja usia muda cenderung lebih sering mengalami kecelakaan karena pekerja usia muda cenderung masih kurang dalam pengalaman kerja. Oborno dalam Arifin (2004), menyebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi tingginya kejadian kecelakaan akibat kerja pada golongan umur muda antara lain karena kurang perhatian, kurang disiplin, cenderung menuruti kata hati, ceroboh, dan tergesa-gesa. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan (Romy, 2006) tentang kajian faktor-faktor yang berhubungan dengan kecelakaan kerja di PT. Guanusa Utama Fabricans Grenyang tahun 2006 terdapat hubungan antara umur dengan kejadian kecelakaan kerja. 2.3.2
Jenis kelamin Laki-laki dan wanita berbeda dalam kemampuan fisik dan kekuatan kerja ototnya. Jenis kelamin merupakan faktor penting dalam analisis kejadian kecelakaan. Daya tahan, ukuran, dan postur tubuh lakilaki dan wanita berbeda. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peraturan jam kerja yang tidak diperbolehkan untuk wanita (Surya, 1972).
27
2.3.3
Masa kerja Masa kerja merupakan faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya kecelakaan akibat kerja. Berdasarkan berbagai penelitian dengan meningginya masa kerja dan keterampilan akan disertai dengan penurunan angka kecelakaan akibat kerja. Kewaspadaan terhadap kecelakaan akibat kerja bertambah baik sejalan dengan pertambahan usia dan lamanya kerja di tempat kerja yang bersangkutan ( Suma’mur 1989). Menurut M. A. Tulus (1992), Masa kerja dapat dikategorikan, menjadi : 1. Masa kerja baru : < 6 tahun 2. Masa kerja sedang : 6 – 10 tahun 3. Masa kerja lama : > 10 tahun Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kadarwati tentang beberapa faktor yang berhubungan dengan kecelakaan kerja di pabrik frame kacamata PT. Luxindo Nusantara Semarang tahun 2006 terdapat hubungan antara masa kerja dengan kejadian kecelakaan kerja.
2.3.4
Unit Pekerjaan Unit pekerjaan mempunyai pengaruh besar terhadap resiko terjadinya kecelakaan akibat kerja (Suma’mur, 1989). Jumlah dan macam kecelakaan akibat kerja berbeda-beda di berbagai kesatuan operasi dalam suatu proses.
28
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan (Romy, 2006) tentang kajian faktor-faktor yang berhubungan dengan kecelakaan kerja di PT. Guanusa Utama Fabricans Grenyang tahun 2006 terdapat hubungan antara tempat kerja dengan kejadian kecelakaan kerja. 2.3.5
Shift kerja Waktu kerja adalah pembagian gilir kerja dalam waktu 24 jam. Pekerja dibagi dalam beberapa kelompok yang masing-masing bergiliran dan lama kerjanya sesuai dengan hasil bagi 24 jam dengan jumlah kelompok kerja. Terdapat dua masalah utama pada pekerja yang bekerja secara bergiliran, yaitu ketidak mampuan pekerja untuk beradaptasi dengan sistem shift dan ketidak mampuan pekerja untuk beradaptasi dengan kerja pada malam hari dan tidur pada siang hari (Andrauler P. dalam Arifin, 2004). Pergeseran waktu kerja pagi, siang, dan malam dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan kecelakaan kerja (Benny dan Achmadi, 1991). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Jawawi tentang faktor risiko yang berhubungan dengan tingkat kecelakaan kerja di PT. HOK TONG Pontianak tahun 2008 terdapat hubungan antara shift kerja dengan kejadian kecelakaan kerja.
29
2.3.6
Kelelahan Kerja Faktor kelelahan dapat mengakibatkan kecelakaan kerja atau turunnya produktifitas kerja ( Benny dan Achmadi, 1991 ). Kelelahan adalah fenomena kompleks fisiologis maupun psikologis dimana ditandai dengan adanya gejala perasaan lelah dan perubahan fisiologis dalam tubuh. Kelelahan akan berakibat menurunnya kemampuan kerja dan kemampuan tubuh para pekerja. Kelelahan disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya beban kerja, Beban kerja harus seimbang dengan kemampuan individu, Ketika beban kerja telah melebihi kemampuan individu maka akan terjadi kelelahan kerja yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja.
2.3.7
Kebisingan Kebisingan merupakan salah satu faktor fisik di lingkungan kerja yang sering muncul. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebisingan antara lain intensitas kebisingan, frekuensi kebisingan, dan lama berada dalam lingkungan bising. Kebisingan adalah suara-suara yang tidak diinginkan manusia. Kebisingan ditempat kerja dapat berpengaruh terhadap pekerja karena kebisingan dapat menimbulkan gangguan perasaan, gangguan komunikasi sehingga menyebabkan salah pengertian, tidak mendengar isyarat yang diberikan, hal ini dapat berakibat terjadinya kecelakaan akibat kerja
30
disamping itu kebisingan juga dapat menyebabkan hilangnya pendengaran sementara atau menetap (Suma’mur, 1996). Bunyi dinilai sebagai bising sangatlah relatif sekali, suatu contoh misalnya musik di diskotik, bagi orang yang biasa mengunjungi tempat itu tidak merasa suatu kebisingan, tetapi bagi orang–orang yang tidak pernah berkunjung di diskotik akan merasa suatu kebisingan yang mengganggu (Gabriel, 1997). Menurut Suma’mur (1996) bunyi didengar sebagai rangsangan pada telinga oleh getaran- getaran melalui media elastis, dan manakala bunyi-bunyi tersebut tidak dikehendaki, maka dinyatakan sebagai kebisingan. Terdapat dua hal yang menentukan kualitas suatu bunyi, yaitu frekuensi dan intensitasnya. Frekuensi dinyatakan dalam jumlah getaran per detik atau disebut hertz (Hz) dan intensitas atau arus energi persatuan luas biasanya dinyatakan dalam desibel (db). Telinga manusia mampu mendengar frekuensi-frekuensi diantara 16-20.000 Hz. Pengukuran kebisingan
biasanya
dilakukan
dengan
tujuan
memperoleh data kebisingan di perusahaan atau dimana saja sehingga dapat dianalisis dan dicari pengendaliannya. Alat yang digunakan untuk mengukur intensitas kebisingan adalah dengan menggunakan sound level meter dengan satuan intensitas kebisingan sebagai hasil pengukuran adalah desibel (dBA). Alat ini mampu mengukur kebisingan diantara 30-130 dBA dan dari frekuensi 20-20000 Hz. Alat kebisingan yang lain
31
adalah yang dilengkapi dengan octave band analyzer dan noise dose meter (Depnaker, 2004).
2.3.7.1 Nilai Tingkat Baku Kebisingan
Adalah angka dB yang dianggap aman untuk sebagian besar tenaga kerja bila bekerja 8 jam/hari atau 40 jam/minggu. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No 51 tahun 1999, Nilai Ambang Batas untuk kebisingan di tempat kerja adalah intensitas tertinggi dan merupakan nilai rata-rata yang masih dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan hilangnya daya dengar yang tetap untuk waktu terus menerus tidak lebih dari 8 jam sehari atau 40 jam seminggunya. Waktu maksimum bekerja adalah sebagai berikut:
32
Tabel 2.1. NAB Kebisingan Menurut KepMenNaker NO. 51 TAHUN 1999 Waktu Pemajanan /Hari 8
Intensitas Kebisingan (dBA) Jam
85
4
88
2
91
1
94
30
Menit
97
15
100
7,5
103
3,75
106
1,88
109
0,94
112
28,12
Detik
115
14,06
118
7,03
121
3,52
124
1,76
127
0,88
130
0,44
133
0,22
136
0,11
139
Sumber : KEPUTUSAN KEP.51/MEN/1999
MENTERI
TENAGA
KERJA
NOMOR
33
2.3.7.2 Pengukuran Kebisingan
Pengukuran adalah kunci dalam meminimalkan risiko yang ditimbulkan oleh kebisingan. Pengukuran kebisingan tidak jauh berbeda dengan survey bising. Untuk lebih memadai, pengukuran kebisingan harus dapat mengidentifikasi pekerja yang terekspos pada tingkatan yang berbahaya (tidak standar) dan menghasilkan informasi
yang
selanjutnya
akan
dijadikan
dasar
dalam
menentukan peraturan perusahaan terkait dengan kebisingan. Contoh dari peraturan perusahaan terkait dengan kebisingan adalah penurunan pajanan kebisingan; pelindung telinga; tanda zona wajib memakai pelindung telinga; pembekalan /pelatihan terhadap karyawan.
a. Alat Pengukur Kebisingan
Untuk mengetahui intensitas bising di lingkungan kerja, digunakan Sound Level meter. Untuk mengukur nilai ambang
pendengaran
digunakan
Audiometer.
Untuk
menilai tingkat pajanan pekerja lebih tepat digunakan Noise Dose Meter karena pekerja umumnya tidak menetap pada suatu tempat kerja selama 8 jam ia bekerja. Nilai
34
ambang batas [ NAB ] intensitas bising adalah 85 dB dan waktu bekerja maksimum adalah 8 jam per hari.
Sound Level Meter
adalah alat pengukur suara.
Mekanisme kerja SLM apabila ada benda bergetar, maka akan menyebabkan terjadinya perubahan tekanan udara yang dapat ditangkap oleh alat ini, selanjutnya akan menggerakan meter penunjuk. Audiometer adalah alat untuk mengukur nilai ambang pendengaran. Audiogram adalah chart hasil pemeriksaan audiometri. Nilai ambang pendengaran adalah suara yang paling lemah yang masih dapt didengar telinga.
Adapun
operasional
sebagaimana Lampiran
pengkuran II
dapat
dilakukan
Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No.: Kep-48/MENLH/11/1996 sebgai berikut :
1) Langkah pertama yang harus diperhatikan adalah penentuan standar yang akan diacu dalam survei. 2) Pemeriksaan
instrumen.
Hal
ini
meliputi
pemeriksaan batere sound level meter (SLM) dan
35
kalibrator, serta aksesories misalnya windscreen, rain cover, dan lain-lain. 3) Kalibrasi
instrumen. Hal
ini harus selalu
dilakukan sebelum dan sesudah pengukuran berlangsung. 4) Pembuatan denah lokasi
dan titik dimana
pengukuran dilakukan. 5) Bila pengukuran dilakukan dengan free-field microphone
(standar
IEC)
maka
SLM
diarahkan lurus ke sumber. Sedangkan jika mikropon yang digunakan merupakan random incidence microphone
(ANSI), maka
SLM
harus diorientasikan sekitar 70o - 80o terhadap sumber bising. 6) Dalam keadaan kebisingan berasal dari lebih dari satu arah, maka sangat penting untuk memilih mikropon dan mounting yang tepat yang
memungkinkan
untuk
mencapai
karakteristik omnidirectional terbaik. 7) Pemilihan weighting network yang sesuai.
36
8) Pemilihan respons detektor yang sesuai, F atau S untuk mendapatkan pembacaan yang akurat. 9) Hindarkan refleksi baik dari tubuh operator maupun blocking suara dari arah tertentu. 10) Saat pengukuran berlangsung, selalu perhtikan haal-hal berikut: (a) Hindari pengukuran dekan bidang pemantul; (b). Lakukan pengukuran pada jarak yang tepat, sesuai dengan standar atau baku mutu yang diacu; (c). Cek bising
latar; (d).
Pastikan 77 tidak terdapat perintang terhadap sumber
bising
yang
diukur;
(e).
Selalu
gunakan windshield (windscreen), dan (f). Tolak pembacaan overloud. 11) Laporan harus terdokumentasi dengan baik. Laporan Sket
ini sedikitnya harus terdiri dari: (a).
pengukuran
(meliputi
orientasi
dan
kedudukan SLM, luas ruangan atau tempat pengukuran dilakukan serta kedudukan sumber bising); (b). Standar yang diacu; (c). Identitas instrumen; jenis dan nomor seri; (d). Metode kalibrasi; (e). Weighting network dan respons
37
detektor yang digunakan; (f). Deskripsi jenis suara (impulsif, kontinyu, atau tone); (g). Data bising
latar; termasuk chart yang digunakan
untuk perhitungan; (h). Kondisi lingkungan; tekanan atmosfir; (i). Data obyek yang diukur (jenis
mesin,
beban,
kecepatan,
dll);
(j).
Tanggal pengukuran dan nama operator.
2.3.8
Pencahayaan
Penerangan di tempat kerja adalah salah satu sumber cahaya yang menerangi benda- benda di tempat kerja. Banyak obyek kerja beserta benda atau alat dan kondisi di sekitar yang perlu dilihat oleh tenaga kerja. Hal ini penting untuk menghindari kecelakaan yang mungkin terjadi. Pencahayaan merupakan suatu aspek lingkungan fisik yang penting bagi keselamatan kerja. Beberapa penelitian membuktikan bahwa pencahayaan yang tepat dan sesuai dengan pekerjaan akan dapat menghasilkan produksi yang maksimal dan dapat mengurangi terjadinya kecelakaan akibat kerja ( ILO, 1989 ). Selain itu penerangan yang memadai memberikan kesan pemandangan yang lebih baik dan keadaan lingkungan yang menyegarkan (Suma’mur, 1996). Penerangan di
38
tempat kerja merupakan salah satu faktor yang perlu diupayakan penyempurnaannya. Penerangan yang baik mendukung kesehatan kerja dan memungkinkan tenaga kerja bekerja dengan lebih aman dan nyaman, yang antara lain disebabkan karena mereka dapat melihat obyek yang dikerjakan dengan jelas, cepat dan tanpa upaya tambahan, serta membantu menciptakan lingkungan kerja yang nikmat dan menyenangkan.
Akibat- akibat penerangan yang buruk adalah: 1. Kelelahan mata dengan berkurangnya daya dan efisiensi kerja. 2. Keluhan- keluhan pegal di daerah mata, dan sakit kepala sekitar mata. 3. Kerusakan alat penglihatan. 4. Meningkatnya kecelakaan (Budiono, 2003). 2.3.9
Faktor Kimia Faktor kimia merupakan salah satu faktor yang memungkinkan penyebab kecelakaan kerja. Faktor tersebut dapat berupa bahan baku suatu produksi, hasil suatu produksi dari suatu proses, proses produksi sendiri ataupun limbah dari suatu produksi.
39
2.4 Pencegahan Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja tidak terjadi secara kebetulan, melainkan penyebabnya. Akan tetapi kecelakaan merupakan kejadian yang dapat dicegah (ILO,1989:14). Pencegahan dan penanggulangan kecelakaan kerja harus ditujukan untuk mengenal dan menemukan penyebabnya, bukan menemukan gejalanya untuk kemudian sedapat mungkin menghilangkan atau mengeliminir (Depnaker, 1996:8). Menurut Suma’mur (1981:11), yang dapat dilakukan untuk mencegah kecelakaan kerja antara lain sebagai berikut : a.
Peraturan perundangan Yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibkan mengenai kondisi-kondisi kerja pada umumnya, perencanaan, konstruksi, perawatan dan pemeliharaan, pengujian dan cara kerja peralatan industri, tugas-tugas pengusaha dan buruh, latihan, supervisi medis, PPPK dan pemeriksaan kesehatan.
b. Standarisasi Yaitu penetapan standar-standar resmi, setengah resmi atau tak resmi mengenai misalnya konstruksi yang memenuhi syaratsyarats keselamatan jenis-jenis peralatan industri tertentu, praktekpraktek
keselamatan
perlindungan diri.
dan
hygiene
umum,
atau
alat-alat
40
c. Pengawasan Yaitu pengawasan tentang dipatuhinya ketentuan-ketentuan perundang-undangan yang diwajibkan. d. Pengawasan bersifat teknik Yaitu yang meliputi sifat dan ciri-ciri bahan-bahan yang berbahaya, penyelidikan tentang pagar pengaman, pengujian alatalat perlindungan diri, penelitian tentang pencegahan peledakan gas dan debu atau penelaahan tentang bahan-bahan dan desain paling tepat untuk tambang-tambang pengangkat dan peralatan pengangkat lainnya. e. Riset medis Yaitu yang mliputi terutama penelitian tentang efek-efek fisiologis dan patologis, faktor-faktor lingkungan dan teknologis, dan keadaan fisik yang mengakibatkan kecelakaan. f. Komunikasi Yaitu
berkenaan
keselamatan kerja.
g. Penelitian secara statistik
dengan
informasi
kesehatan
dan
41
Yaitu untuk menetapkan jenis-jenis kecelakaan yang terjadi, banyaknya, mengenai siapa saja, dalam pekerjaan apa dan apa sebabnya. h. Pendidikan Yaitu yang menyangkut pendidikan keselamatan dalam kurikulum teknik, sekolah-sekolah perniagaan atau kursus-kursus pertukangan. i. Latihan-latihan Yaitu latihan praktek bagi tenaga kerja, khususnya tenaga kerja yang baru, dalam keselamatan kerja. j. Penggairahan Yaitu penggunaan aneka cara penyuluhan atau pendekatan lain untuk menimbulkan sikap untuk selamat. k. Asuransi Yaitu intensif finansial untuk meningkatkan pencegahan kecelakaan misalnya dalam bentuk pengurangan premi yang dibayar oleh perusahaan, jika tindakan keselamatan cukup baik.
42
Usaha keselamatan pada tingkat perusahaan yang merupakan ukuran utama efektif tidaknya penerapan keselamatan kerja. Pada perusahaanlah, kecelakaan-kecelakaan terjadi, sedangkan pola-pola kecelakaan pada suatu perusahaan sangat tergantung kepada tingkat kesadaran akan keselamatan kerja oleh semua pigak yang bersangkutan. Jelaslah, bahwa untuk pencegahan kecelakaan akibat kecelakaan akibat kerja diperlukan kerjasama aneka keahlian dan profesi seperti pembuat undang-undang, pegawai pemerintah, ahli-ahli teknik, dokter, ahli ilmu jiwa, ahli statistik, guru-guru, dan pengusaha serta buruh (Suma’mur,1981:11). 2.5 Kerangka Teori
Berdasarkan teori yang dikatakan oleh Surry dalam colling (1990) faktor utama yang signifikan yang menyebabkan terjadinya kecelakaan, meliputi, : umur, jenis kelamin, unit pekerjaan, shift kerja, massa kerja, kebisingan, pencahayaan dan lingkungan kimia. Kemudian benny dan achmadi (1991) menambahkan faktor kelelahan kerja. Untuk lebih mudahnya dapat dilihat kerangka teori di bawah ini.
43
`Gambar 2.2 Kerangka teori Umur Jenis Kelamin Unit pekerjaan Massa Kerja Shift kerja Kelelahan Pencahayaan Pencahayaan Pencahayaan
Kebisingan Faktor kimia
Sumber : Colling (1990), benny dan achmadi (1991)
Kecelakaan kerja
44
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ini meneliti faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian kecelakaan kerja di Divisi Pant PT. Indocement Tunggsl Prakarsa, variabel yang diteliti adalah umur, masa kerja, shift kerja, dan kebisingan. Untuk variabel jenis kelamin tidak diteliti karena bersifat homogen, pekerja yang berada di bagian produksi semuanya laki-laki, untuk variabel kelelahan tidak diteliti karena tidak ada data riwayat kelelahan di masa lalu. Untuk variabel unit kerja tidak diteliti karena dijadikan faktor yang matching dalam pengambilan sampel penelitian. Adapun untuk variabel pencahayaan dan faktor kimia tidak diteliti karena tidak terdapat data hasil pengukuran faktor kimia dan pencahayaan, sehingga hal ini menjadi salah satu kekurangan dalam penelitian. Gambar 3.1 Kerangka konsep Umur
Massa Kerja shift kerja
Kebisingan
Kecelakaan kerja PT. Indocement Tunggal Prakarsa
45
3.2 Definisi Operasional No Variabel Definisi Kecelakaan kerja yang terjadi di area plant 1. Kecelakaan kerja dan tercatat dalam laporan kecelakaan Safety departement.
Alat Ukur kuesioner
Cara Ukur Wawancara
2.
Umur
Masa yang pernah dilalui seseorang sejak tahun kelahiran sampai mengalami kecelakaan di divisi Plant PT Indocement Prakarsa Tbk .
Kuesioner
Wawancara
3
Masa Kerja
Masa yang dilalui pekerja sejak bekerja di Kuesioner divisi plant PT Indocement Prakarsa Tbk. Citeureup sampai terjadinya kecelakaan
Wawancara
4
Shift kerja
Kerja bergilir yang dilakukan di luar jam kerja normal (Kuswadji, 1997)
Kuesioner
Wawancara
5
Kebisingan
Nilai kebisingan lingkungan yang diperoleh dari hasil pengukuran pada tahun 2008-2009.
Sound Level meter.
Data sekunder
Hasil Ukur 0. Ya 1. Tidak
0. Risiko tinggi jika ≥ 29 tahun 1. Risiko rendah jika < 29 tahun (Deasler, 1998) 0. Risiko tinggi jika ≥ 10 tahun 1. Risiko rendah jika > 10 tahun Tulus (1992) 0. Risiko tinggi jika Shiftt 3 1. Risiko rendah jika Shiftt 2 dan Shift 1 0. Risiko tinggi jika > 85 dB 1. Risiko rendah jika < 85 dB (KEPMENAKER NO. 51 TAHUN 1999)
Skala Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
46 3.3 HIPOTESIS 1. Umur merupakan faktor risiko terjadinya kecelakaan kerja di divisi plant PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Tahun 2008 - 2009. 2. Masa kerja merupakan faktor risiko terjadinya kecelakaan kerja di divisi plant PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Tahun 2008 - 2009. 3. Shift kerja merupakan faktor risiko terjadinya kecelakaan kerja di divisi plant PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. tahun 2008 - 2009. 4. Kebisingan merupakan faktor risiko terjadinya kecelakaan kerja di divisi plant PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. tahun 2008 - 2009.
47
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1
Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian epidemiologi dengan desain case control study dan menggunakan faktor unit kerja sebagai matching. Penelitian ini dibedakan berdasarkan dua kelompok yaitu kelompok kasus dan kelompok kontrol. Kasus adalah pekerja divisi Plant PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk yang mengalami kecelakaan kerja pada rentang waktu tahun 2008-2009, sedangkan kontrol yaitu pekerja divisi Plant PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk yang tidak mengalami kecelakaan kerja tahun 20082009. Diagram 4.1 Diagram case control study
48
4.2
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di divisi Plant PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk selama bulan juli sampai bulan oktober tahun 2010.
4.3
Populasi dan Sampel Penelitian Populasi penelitian ini adalah seluruh pekerja divisi Plant PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk yang masih aktif bekerja pada saat penelitian ini dilakukan. Kriteria kasus penelitian ini adalah pekerja divisi Plant PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk yang mengalami kecelakaan kerja pada rentang waktu tahun 2008-2009. Sedangkan kontrol penelitian adalah pekerja divisi Plant PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk yang tidak mengalami kecelakaan kerja. Jumlah sampel pada penelitian ini di hitung dengan memanfaatkan rumus besar sampel uji hipotesis perbedaan 2 proporsi yaitu (Lemeshow, 1997) :
N = {z1-a/2 √(2P(1-P) + z1-b√P1(1-P1)+ P2 (1- P2 )}2 (P1-P2)2 Keterangan: N
: Besar sampel minimum yang dibutuhkan dalam penelitian
Z1-a/2
: Derajat kepercayaan (confident interval/CI)
Z1-b/2 : Kekuatan uji P1
: Proporsi Umur < 29 yang mengalami kecelakaan = 0.605
P2
: Proporsi Umur > 29 yang mengalami kecelakaan = 0.214 Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh besar sampel sebesar 24 sampel, dengan
perbandingan besar sampel antara kasus : kontrol = 1 : 4 , sehingga kasus yang dibutuhkan
49 sebesar 24 sampel dan kontrol yang dibutuhkan sebesar 96 sampel. Maka jumlah sampel yang dibutuhkan sebanyak 120 sampel. Dan teknik pengambilan sampel yang digunakan purposive sampling artinya bahwa penetuan sampel mempertimbangkan kriteria-kriteria tertentu yang telah dibuat terhadap obyek yang sesuai dengan tujuan penelitian. Objek dalam hal ini penelitian adalah pekerja divisi plant PT.Indocement Tunggal Prakarsa Tbk sesuai dengan kriteria kasus yaitu pekerja yang mengalami kecelakaan kerja tahun 20082009 dan ada saat penelitian dilakukan sedangkan kriteria kontrol yaitu pekerja yang tidak pernah mengalami kecelakaan tahun 2008-2009. 4.4
Pengumpulan Data 4.4.1 Kecelakaan kerja Data kecelakaan kerja diperoleh melalui data kecelakaan yang dimiliki oleh Safety departement PT. Indocement Tunggal Prakarsa. 4.4.2 Tingkat Kebisingan Data kebisingan diperoleh melalui data pengukuran kebisingan yang dimiliki oleh divisi Hazard and monitoring PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tahun 2008-2009
4.4.3 Data Umur, Shift kerja, dan masa kerja Data Umur, unit kerja, Shift kerja, dan masa kerja diperoleh melalui angket yang diisi langsung oleh pekerja. 4.5
Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipergunakan dalam pengumpulan data. Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini adalah kuesioner untuk mendapatkan data primer langsung dari sampel yang diteliti.
50
4.6
Pengolahan Data Dalam pengolahan data yang dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu sebagai berikut: 1. Editing, Sebelum data diolah, data tersebut perlu diedit terlebih dahulu dengan tujuan untuk mengoreksi data yang meliputi kelengkapan pengisian jawaban kuesioner, konsistensi atas jawaban dan kesalahan jawaban pada kuesioner. Sehingga dapat diperbaiki jika dirasakan masih ada kesalahan dan keraguan data. 2. Coding, merupakan kegiatan memberikan kode pada jawaban kuesioner yang ada untuk mempermudah proses pengolahan dalam komputerisasi. Mengkode jawaban adalah merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka. Pada proses coding ini, variabel indepent dan dependent akan diberi kode untuk memudahkan dalam menganalisa yaitu : Variabel kecelakaan kerja
Variabel usia pekerja
Variabel masa kerja
Variabel Shift kerja
Variabel Kebisingan
Ya
[0]
Tidak
[1]
Risiko tinggi jika < 29 tahun
[0]
Risiko rendah jika > 29 tahun
[1]
Risiko tinggi jika < 10 tahun
[0]
Risiko rendah jika > 10 tahun
[1]
Risiko tinggi jika Shiftt 3
[0]
Risiko rendah jika Shiftt 2 dan Shift 1
[1]
Risiko tinggi jika kebisingan > 85 dB
[0]
51 Risiko tinggi jika kebisingan < 85 dB
[1]
3. Entry Data, Data yang telah dikode tersebut kemudian dimasukkan dalam program komputer untuk selanjutnya akan diolah. 4. Cleaning Data, Proses pengecekan kembali data yang sudah dientry apakah ada kesalahan atau tidak. Tahapan cleaning data terdiri dari mengetahui missing data, mengetahui variasi data dan mengetahui konsistensi data.
4.7
Analisis Data 4.7.1 Univariat Analisa dilakukan untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi dan persentase dari setiap variabel yang diamati kemudian disajikan dalam bentuk tulisan, tabel, maupun grafik. Variabel yang di analisis ialah variabel dependent dan independen. Variabel tersebut ialah kecelakaan kerja, umur, masa kerja, shift kerja, kebisingan. 4.7.2 Bivariat Analisis bivariat dilakukan dengan tujuan untuk melihat kemaknaan dan besarnya hubungan variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen pada penelitian ini adalah umur, masa kerja, shift kerja, dan kebisingan, sedangkan yang merupakan variabel dependennya adalah kecelakaan kerja. Metode statistik yang digunakan untuk melihat kemaknaan dan besarnya hubungan antara variabel tadi maka dilakukan uji Chi Square (X²). Sedangkan untuk melihat kejelasan tentang dinamika hubungan antara faktor risiko dan faktor efek
52 dilihat melalui nilai odds ratio (OR). Dalam hal ini adalah untuk menunjukkan rasio antara banyaknya kasus yang mengalami kecelakaan dan tidak mengalami kecelakaan. Nilai
alpha yang digunakan
dalam penelitian ini adalah 0,05 dengan
demikian bila hasil penelitian P value < 0,05 maka dikatakan bahwa kedua variabel tersebut berhubungan. Apabila nilai OR <1, berarti faktor risiko yang diteliti justru mengurangi faktor efek (faktor protektif). Apabila nilai OR =1 maka faktor risiko tidak berpengaruh terhadap faktor efek, sedangkan bila nilai OR >1 berarti faktor risiko menimbulkan efek. Tabel 4.1 Tabel silang kasus control dilihat dari faktor risiko Kecelakaan Kerja Faktor Risiko
Total Kasus
Kontrol
Positif
A
b
a+b
Negatif
C
d
c+d
Total
a+c
b+d
a+b+c+d (N)
Odds Ratio OR = ad bc Interpretasi Odds Ratio : OR = 1
: Tidak ada hubungan antara variabel dependen dengan independen
OR > 1
: variabel independen merupakan faktor risiko terhadap variabel dependen
OR < 1
: variabel independen merupakan faktor protektif terhadap variabel dependen
53 Interval estimet OR ditetapkan pada tingkat kepercayaan sebesar 95% CI (Confident Interval) -
Jika batas bawah dan batas atas, keduanya dibawah 1 atau keduanya diatas 1 maka ada hubungan bermakna.
-
Jika jarak antara batas bawah dan batas atas melewati nilai 1 maka tidak ada hubungan dengan kata lain jika batas bawah < 1 dan batas atas > 1.
54 BAB V HASIL PENELITIAN
5.1. Gambaran Umum PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk 5.1.1. Sejarah dan Lokasi PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk PT Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk berdiri pada tanggal 16 Januari 1985. Perusahaan-perusahaan yang ada di dalam perseroan terbatas ini adalah: PT Distinct Indonesia Cement Enterprise (DICE), PT Perkasa Indonesia Cement Enterprise (PICE), PT Perkasa Indah Indonesia Cement Putih Enterprise (PIICPE), PT Perkasa Agung Utama Indonesia Cement Enterprise (PAUICE), PT Perkasa Inti Abadi Indonesia Cement Enterprise (PIAICE), PT Perkasa Abadi Mulia Indonesia Cement Enterprise (PAMICE), dan PT Tridaya Manunggal Perkasa Cement (TMPC). PT Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk adalah salah satu produsen semen terbesar di Indonesia yang memproduksi berbagai jenis semen bermutu, termasuk produk semen khusus. Perseroan dioperasikan secara terpadu dengan total kapasitas produksi terpasang sebesar 17,1 juta ton semen per tahun. Perseroan saat ini mengoperasikan 12 pabrik, sembilan di antaranya berlokasi di Citeureup, Bogor, Jawa Barat; dua di Palimanan, Cirebon, Jawa Barat; dan satu di Tarjun, Kotabaru, Kalimantan Selatan. Sejak tahun 2005, Perseroan telah melakukan diversifikasi produk dengan meluncurkan Semen Komposit Portland (Portland Composite Cement/PCC). Perseroan juga memproduksi berbagai jenis semen lainnya, yaitu Semen Ordinary Portland Tipe I, Tipe II dan Tipe V, serta Semen Sumur Minyak (Oil Well Cement)
55 dan Semen Putih. Sampai saat ini, Indocement merupakan satu-satunya produsen Semen Putih di Indonesia. Produk-produk Perseroan tersebut dipasarkan dengan merek dagang “Tiga Roda”. 5.1.2. Visi, Misi, Motto, dan Logo PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk Visi: Kami berkecimpung dalam bisnis penyediaan papan, bahan bangunan dan jasa terkait yang bermutu dengan harga kompetitif dan tetap memperhatikan pembangunan berkelanjutan, mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat dan ramah lingkungan. Misi: Pemimpin pasar domestik berkualitas di industri semen pada 2011 dan pemimpin pasar domestik di industri bahan bangunan pada 2013. Motto: Turut Membangun Kehidupan Bermutu / BETTER
SHELTER
BETTER LIFE
Gambar 5.1. Logo PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk
Sumber : HRD PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk tahun 2010
FOR
56 5.1.3. Struktur Ogranisasi PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk Citeureup Gambar 5.2. Struktur Organisasi PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk Citeureup CITEREUP OPERATION GENERAL MANAGER PPC GROUP Advisor Sr. Staff Sr. Admin. Officer Sr. Clerk
Operation Division Division Manager Mining Department
General Affair Dept.
Production Department
Human Res. Dept.
Mechanical Department
Supply Department
Electrical Department
Tech. Services Dept.
Quality Control Dept.
Finance & Acc Dept.
Audit MIS
Delivery Paper Bag
Sumber : HRD PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk tahun 2010 5.1.4. Sumber Daya Manusia PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk Citeureup Dalam melakukan proses produksi, PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk Citeureup didukung oleh sumber daya manusia yang mempunyai indikator baik berdasarkan nilai-nilai yang dianut oleh perseroan, diantaranya adalah integritas, cerdas, disiplin, tanggung jawab, inisiatif, kerjasama, siap melayani, dan kemauan belajar. Sumber Daya Manusia merupakan aset penting dari pabrik semen modern. Indocement berinvestasi secara substansial dalam pengembangan dan pendayagunaan sumber daya manusia untuk menjamin pertumbuhan perusahaan jangka panjang.
57 Dibawah ini adalah gambaran jumlah karyawan yang disajikan per departemen pada tabel 5.1 Tabel 5.1. Sumber Daya Manusia (SDM) PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk Citeureup Departemen Total GM Office 6 Plant division 1072 Mining division 391 Utility 200 PBD 168 TSD 328 GECD 114 Supply division 175 QARD 112 HR&GAD 218 SSCD 230 PFAD 30 CHRD 129 LOGISTIC 183 HTC 12 AFR 20 QSM 10 TOTAL 3398 Sumber: HRD PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk Citeureup, 2010 5.1.5. Sistem Manajemen PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk Sistem manajemen yang digunakan di PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk diantaranya adalah: 1. Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 2. Sistem Manajemen Lingkungan (SML) ISO 14001 3. Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) Permenaker 05/Men1996 dan OHSAS 18001 4. Sistem Manajemen Laboratorium ISO 17025
58 Sumber : HRD PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk tahun 2010
5.1.6. Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Masalah keselamatan dan kesehatan adalah salah satu prioritas utama dari Indocement, dimana Perseroan memberikan perhatian terhadap pelaksanaan dan kepatuhan terhadap prosedur standar baku operasi sebagai suatu cara untuk mengurangi risiko keselamatan dan kesehatan di tempat kerja. Karyawan dan keluarganya mendapatkan fasilitas yang memadai dalam pelayanan kesehatan yang layak, baik di klinik kesehatan yang berada di dalam dan sekitar pabrik, maupun di luar lokasi yang disediakan oleh Perseroan. Fasilitas rawat inap juga diberikan bagi para purnakarya hingga 5 tahun setelah memasuki masa pensiun normal.Inisiatif lainnya dalam hal kesehatan dan keselamatan kerja di Indocement termasuk upaya untuk mengurangi hilangnya waktu kerja sampai ke tingkat tanpa kecelakaan (zero accident). Indocement juga meningkatkan kesadaran keselamatan kerja para manajer lini dengan mengamati secara cermat kejadian yang masuk kategori “nyariskecelakaan” (near-miss occurances). 5.2. Gambaran Umum Plant Division 5.2.1. Gambaran Umum Ketenagakerjaan di Plant Division Ketenagakerjaan pada divisi Plant PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dapat dilihat pada tabel 5.2
59 Tabel 5.2 Jumlah Tenaga Kerja Divisi Plant PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk tahun 2010 No Tenaga Kerja Total 1
Staf
432
2
Non-staf
640
Total
1072
Sumber: HRD PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk Citeureup, 2010 Dari data di atas diketahui bahwa dari 1072 tenaga kerja pada divisi plant PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk tenaga kerja kontrak sebanyak 640 pekerja dan tenaga kerja tetap sebanyak 432 pekerja.
Jadwal Shift kerja pada divisi plant PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
1. Shift 1 (pagi) a. Senin-kamis
: pukul 07.00 – 15.00
b. Jumat
: pukul 07.00 – 16.00
2. Shift 2 (sore) a. Senin – kamis : pukul 15.00 – 23.00 b. Jumat 3. Shift 3 (malam)
: pukul 16.00 - 24.00 :
a. Senin – kamis : pukul 23.00 – 07.00 b. Jumat
: pukul 24.00 – 08.00
60 Sistem rotasi shift kerja pada Divisi Plant PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 5.3 Sitem rotasi Shift Kerja Monday Group A Tuesday Group A Week
Wednesday Thursday Friday Saturday Sunday
Group B Group B Group C Group C Group D
5.2. 3. Gambaran Proses Pembuatan Semen Proses produksi semen dilakukan melalui beberapa tahapan. Tahapan dalam pembuatan semen dilakukan secara otomatis dan sepenuhnya dilakukan oleh mesin. Sedangkan manusia berperan dalam pengoperasian mesin-mesinnya. Tahapan-tahapan pemroduksian semen tersebut adalah : 1. Penambangan dan penyediaan bahan baku (Quarrying) Proses penambangan dan penyediaan bahan baku bertujuan untuk menyediakan bahan baku berupa batu kapur, tanah liat, pasir besi, dan pasir silika. 2. Pengeringan dan penggillingan bahan baku (Drying & Grinding) Proses ini bertujuan untuk mengeringkan bahan baku hingga kadar air 1%, menggiling ahan baku hingga berukuran 90 mikron, mencampur bahan baku sesuai dengan yang diinginkan, dan memperoleh campuran yang lebih homogen. Setelah bahan baku sudah digiling dan bercampur,
61 bahan tersebut dikirim dengan separator untuk pemisahan ukuran kemudian di kirim ke raw mill silo untuk proses pengadukan yang lebih merata 3. Pembakaran dan Pendinginan Klinker (Kiln Burning & Cooling) Proses pembakaran bahan baku untuk membentuk clinker dalam proses produksi semen merupakan tahap terpenting. Proses pembakaran bahan baku ini dilakukan dengan suhu 200°C- 1000°C dalam suspension preheater. Setelah itu, material dikirim ke rotary kiln untuk proses pembakaran inti dengan suhu ± 900°C -1450°C. Material yang sudah melewati tahap ini disebut clinker. Clinker panas akan didinginkan secara mendadak ke dalam alat AQC (Air Qinching Cooler) sehingga suhunya menurun dari 1200°C menjadi 50°C – 00°C. Clinker yang dihasilkan memiliki diameter 1-2 cm dan merupakan bahan setengah jadi. 4. Penggilingan Akhir (Finish Grinding) Pada proses ini dilakukan penggilingan clinker di dalam cement mill dan penambahan aditif agar menjadi semen yang memenuhi syarat kehalusan. Kehalusan semen adalah salah satu penentu utama dari semen yang dihasilkan. 5.
Pengantongan (Packing) Produk semen yang keluar dari cement mill disimpan di silo. Kemudian semen dari silo di angkut menuju Hopper dengan menggunakan Air Slide dan Bucket Elevator. Semen yang halus akan terpisah dan masuk ke dalam Hopper, kemudian dialirkan ke dalam rotary
62 packer. Semen-semen tersebut akan dikemas dalam kantong semen yang berukuran 40 kg, 50 kg, dan big bag (1 ton). Setelah semen selesai dikemas, semen diangkut oleh belt conveyor ke atas truk pengangkutan.
Gambar 5.4 Proses Produksi Semen di PT. Indocemen Tunggal Prakarsa Tbk
Sumber: PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk Citeureup, 2010
5.3. Gambaran Kecelakaan Kerja Pada Pekerja di Divisi Plant Hasil penelitian mengenai Studi faktor risiko kejadian kecelakaan kerja di Divisi plant PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. tahun 2008-2009 dapat dilihat pada tabel 5.3.
63 Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Kecelakaan Kerja di Divisi Plant PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Tahun 2008-2009 NO Kecelakaan Kerja Frekuensi Persentase (%) Ya 24 1 20 % Tidak 96 2 80 % Jumlah 120 100 % Dari data pada tabel 5.3 diketahui bahwa pekerja yang mengalami kecelakaaan kerja dikategorikan sebagai kasus dalam penelitian ini sebanyak 24 pekerja (20%). Sedangkan pada pekerja yang tidak mengalami kecelakaan kerja, dikategorikan sebagai kontrol atau pembanding dalam penelitian ini sebanyak 96 pekerja (80%).
5.4 Gambaran Umur, Masa Kerja dan Shift Kerja Pada Pekerja di Divisi Plant Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Pekerja Pada Divisi Plant PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. tahun 2008-2009 NO
Karakteristik Pekerja
Frekuensi
Persentasi (%)
1
Umur <29 tahun >29 tahun
36 84
30 70
61 59
50.8 49.2
36 84
30 70
2
3
Masa Kerja <10 tahun >10 tahun Shift Kerja Shift 3 Shift1&2
5.4.1 Gambaran Umur Pada Pekerja di Divisi Plant Data umur diperoleh dengan cara menyebarkan kuesioner pada sampel. Hasil penelitian ini menggambarkan jumlah pekerja berdasarkan umur individu masing-masing. Pada penelitian ini umur dikategorikan berdasarkan teori.
64 Berdasarkan hasil penelitian yang terdapat pada tabel 5.4 diketahui bahwa terdapat 36 pekerja (30%) yang memiliki umur < 29 tahun, sedangkan pekerja yang memiliki umur > 29 tahun sebanyak 84 pekerja (70%).
5.4.2 Gambaran Masa Kerja pada Pekerja Divisi Plant Data masa kerja diperoleh dengan cara menyebarkan kuesioner pada sampel dan melihat data sekunder yang ada di bagian HRD. Hasil penelitian ini menggambarkan jumlah pekerja berdasarkan masa kerja yang telah dilalui oleh pekerja. Pada penelitian ini masa kerja dikategorikan berdasarkan teori. Berdasarkan hasil penelitian yang terdapat pada tabel 5.4 dapat diketahui bahwa pekerja yang memiliki masa kerja
< 10 tahun sebanyak 61 pekerja (50,8). Sedangkan
pekerja memiliki masa kerja > 10 tahun sebanyak 59 pekerja (49,2).
5.4.3 Gambaran Shift Kerja Pada Divisi Plant
Data Shift kerja diperoleh dengan cara menyebarkan kuesioner pada sampel dengan waktu yang berbeda-beda. Yaitu dengan membagi jumlah kuesioner berdasarkan jumlah populasi pada masing-masing shift. Hasil penelitian ini menggambarkan pekerja yang bekerja pada shift yang berbeda-beda. Berdasarkan hasil penelitian yang terdapat pada tabel 5.4 diketahui bahwa pekerja yang bekerja pada shift 3 sebanyak 36 pekerja (30%), sedangkan pekerja yang bekerja pada shift 1 dan 2 sebanyak 84 pekerja (70%).
65 5.5 Gambaran Tingkat Kebisingan pada Pekerja di Divisi Plant Tingkat kebisingan diperoleh dari data sekunder yang ada di bagian Hazard and monitoring. Berdasarkan data ada 35 titik pada area dimana pekerja terpapar mesin yang berputar selama 24 jam. Kemudian hasilnya dibandingkan dengan standar nilai ambang batas kebisingan yang diizinkan pada pekerja yang bekerja semala 8 jam dalam sehari. Hasil penelitian ini menggambarkan pekerja yang terpapar kebisingan > 85 dB dan < 85 dB. Untuk mudahnya dapat dilihat pada tabel 5.5.
Tabel 5.5 Distibusi Frekuensi Tingkat Kebisingan Pada Divisi Plant PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. tahun 2008-2009
Kebisingan
Frekuensi
Persentasi (%)
>85
65
54.2
<85
55
45.8
Jumlah
120
100
Berdasarkan data pada tabel 5.5, dapat diketahui bahwa pekerja yang terpapar kebisingan > 85 sebanyak 65 pekerja (54,2) dan pekerja yang terpapar kebisingan < 85 sebanyak 55 pekerja (45,8).
66 5.6 Hubungan Karakteristik Pekerja dengan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja di Divisi Plant Tabel 5.6 Tabulasi Silang Antara Karakteristik pekerja dengan Kecelakaan kerja Pada Pekerja di Divisi Plant PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Tahun 2008-2009
No
1
2
3
Kecelakaan Kerja Karakteristik Ya Tidak Responden N % N % Umur <29 tahun >29 tahun
14 10
58,3 22 41,7 74
Total n %
22,9 36 77,1 84
30 70
Pvalue
OR 95% CI
4,709 0,002 1,838 – 12,065 4,886
Masa Kerja <10 tahun >10 tahun
19 5
79,2 42 20,8 54
43,3 61 56,2 59
50,8 0,004 1,685 – 49,2 14,165
Shift Kerja Shift 3 Shift 1&2
15 9
62,5 21 37,5 75
21,9 36 78,1 75
50,8 0,000 5,952 49,2 2,285– 15,509
5.6.1 Hubungan Umur dengan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja di Divisi Plant Hubungan antara umur dengan kejadian kecelakaan kerja pada pekerja divisi plant di PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dapat diketahui bahwa pekerja yang memiliki umur < 29 tahun dan mengalami kecelakaan sebanyak 14 pekerja (58.3%), dibanding dengan yang tidak mengalami kecelakaan kerja sebanyak 22 pekerja (22.9%). Sedangkan pekerja yang memiliki umur >29 tahun yang mengalami kecelakaan kerja sebanyak 10 pekerja (41.7%), dibanding dengan pekerja yang tidak mengalami kecelakaan sebanyak 74 pekerja (77.1%). Berdasarkan hasil uji statistik Chi Square diketahui bahwa umur
67 pekerja atas kecelakaan kerja memiliki hubungan yang bermakna (α < 0,05) dengan nilai Pvalue = 0,002. Berdasarkan perhitungan risk estimate diperoleh OR = 4,709 (95% CI 1.838 – 12.065), artinya pekerja yang memiliki umur < 29 tahun memiliki peluang 4,709 kali untuk mengalami kecelakaan kerja dibandingkan dengan pekerja yang memiliki umur >29 tahun.
5.6.2 Hubungan Masa Kerja dengan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja di Divisi Plant Hubungan antara masa kerja dengan kejadian kecelakan kerja pada pekerja divisi plant di PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dapat diketahui bahwa pekerja yang memiliki masa kerja <10 tahun dan mengalami kecelakaan sebanyak 19 pekerja (79,2%), dibandingkan dengan yang tidak mengalami kecelakaan kerja sebanyak 42 pekerja (43,3%). Sedangkan pekerja yang memiliki masa kerja >10 tahun yang mengalami kecelakaan kerja sebanyak 5 pekerja (20,8%), dibandingkan dengan pekerja yang tidak mengalami kecelakaan sebanyak 54 pekerja (56,2%). Berdasarkan hasil uji statistik Chi Square diketahui bahwa masa kerja atas kecelakaan kerja memiliki hubungan yang bermakna (α < 0,05) dengan nilai Pvalue = 0,004. Berdasarkan perhitungan risk estimate diperoleh OR = 4,886 (95% CI 1,685 – 14,165), artinya pekerja yang memiliki masa kerja <10 tahun memiliki peluang
4,886 kali untuk mengalami kecelakaan kerja
dibandingkan dengan pekerja yang memiliki masa kerja >10 tahun. 5.6.3 Hubungan Shift Kerja dengan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja di Divisi Plant Hubungan antara shift kerja dengan kejadian kecelakan kerja pada pekerja divisi plant di PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa pekerja yang bekerja pada Shift 3 dan mengalami kecelakaan sebanyak 15 pekerja
68 (62,5%), dibandingkan dengan yang tidak mengalami kecelakaan kerja sebanyak 21 pekerja (21,9%). Sedangkan pekerja
yang bekerja pada shift 1&2 yang mengalami
kecelakaan kerja sebanyak 9 pekerja (37,5%), dibandingkan dengan pekerja yang tidak mengalami kecelakaan sebanyak 75 pekerja (78,1%). Berdasarkan hasil uji statistik Chi Square diketahui bahwa shift kerja atas kecelakaan kerja memiliki hubungan yang bermakna (α < 0,05) dengan nilai Pvalue = 0,000. Berdasarkan perhitungan risk estimate diperoleh OR = 5,952 (95% CI 2.285 – 15.509), artinya pekerja yang bekerja pada shift 3 memiliki peluang 5,952 kali untuk mengalami kecelakaan kerja dibandingkan dengan pekerja yang bekerja pada shift 1 dan 2.
5.7 Hubungan Kebisingan dengan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja di Divisi Plant. Tabel 5.7 Tabulasi Silang Antara Kebisingan dengan Kecelakaan kerja Pada Pekerja di Divisi Plant PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Tahun2008-2009
>85 dB
Kecelakaan Kerja Ya Tidak N % N 13 54,2 52
<85 dB
11
45,8
Total
24
100
Kebisingan
Pvalue
% 54,2
Total n % 65 54,2
OR 95% CI
44
45,8
55
45,8
1.000
1,000 0,407 – 2,454
96
100
120
100
Berdasarkan tabel 5.7 tersebut dapat diketahui bahwa pekerja yang terpapar kebisingan >85 dB dan mengalami kecelakaan sebanyak 13 pekerja (54,2%), dibandingkan dengan yang tidak mengalami kecelakaan kerja sebanyak 52 pekerja (54,2%). Sedangkan pekerja
yang
terpapar kebisingan <85 dB dan mengalami kecelakaan kerja sebanyak 11 pekerja (45,8%),
69 dibandingkan dengan pekerja yang tidak mengalami kecelakaan sebanyak 44 pekerja (45,8%). Berdasarkan hasil uji statistik Chi Square diketahui bahwa kebisingan atas kecelakaan kerja tidak memiliki hubungan yang bermakna (α < 0,05) dengan nilai Pvalue = 1,000. Berdasarkan perhitungan risk estimate diperoleh OR = 1,000 (95% CI 0,407 – 2,454), artinya kebisingan >85 dB bukan merupakan faktor risiko terjadinya kecelakaan kerja.
70 BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Keterbatasan Penelitian 1. Penelitian ini menggunakan desain case control, dengan menggunakan desain ini terkadang ditemukan bias pada saat melakukan seleksi sampel penelitian karena sampel terdiri dari populasi yang berbeda. 2. Data yang diperoleh dalam penelitian ini dengan mengandalkan daya ingat responden. Sehingga kemungkinan menyebabkan terjadinya recall bias. 3. Data pengukuran kebisingan yang didapatkan tidak sesuai dengan
waktu kejadian
kecelakaan kerja yang terjadi sehingga mempengaruhi hasil penelitian. 4. Validasi informasi terkadang sukar diperoleh 6.2 Kecelakaan Kerja Menurut Frank E. Bird Jr (1990), Kecelakaan adalah suatu sumber peristiwa yang tidak dikehendaki, dapat mengakibatkan kerugian jiwa serta kerusakan harta benda dan biasanya terjadi sebagai akibat dari adanya kontak dengan sumber energi yang melebihi batas kemampuan tubuh atau struktur. Menurut Slote (1987), kecelakaan adalah produk akhir dari urutan tindakan atau kejadian yang berakhir pada konsekuensi yang tidak diinginkan, seperti luka ringan, luka berat, kerusakan alat, gangguan, penundaan produksi atau kerusakan. Menurut UU RI Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubungan dengan hubungan kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang
71 terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja, dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui. Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan kasus kecelakaan kerja yang menimpa pekerja sebanyak 24 kasus (20 %), sedangkan kontrol yang tidak mengalami kecelakaan kerja sebanyak 96 pekerja (80%). Sebanyak 36 pekerja (30 %) yang berumur < 29 tahun, sedangkan yang berumur > 29 tahun sebanyak 84 pekerja (70 %). Pekerja yang memiliki masa kerja < 10 tahun sebanyak 61 pekerja (50,8%) dan pekerja yang memiliki masa kerja > 10 tahun sebanyak 59 pekerja (49,2%). Untuk shift pekerja yang bekerja pada Shift 3 sebanyak 36 pekerja (30 %) dan yang bekerja pada shif 1 dan 2 sebanyak 84 (70%). Pekerja yang terpapar
kebisingan > 85dB
sebanyak 65 pekerja (54,2%) dan yang terpapar
kebisingan < 85 dB sebanyak 55 pekerja (45,8).
6.3. Hubungan antara umur dengan kecelakaan kerja Umur mempunyai pengaruh yang sangat penting terhadap kejadian kecelakaan kerja. Deasler dalam Sukamto (2004) mengemukakan bahwa kecelakaan umumnya paling sering terjadi antara usia 17 dan 29 tahun, kemudian akan turun sesudah mencapai titik terendah pada akhir enam puluhan dan tujuh puluhan. ILO dalam Arifin (2004), menyimpulkan bahwa pekerja usia muda cenderung masih kurang dalam pengalaman kerja. Oleh karena itu, sebaiknya perusahaan melakukan pelatihan yang lebih banyak kepada pekerja usia muda. Oborno dalam Arifin (2004), menyebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi tingginya kejadian kecelakaan akibat kerja pada golongan umur muda antara lain karena kurang perhatian, kurang disiplin, cenderung menuruti kata hati, ceroboh, dan tergesa-gesa.
72 Berdasarkan hasil analisis bivariat didapatkan adanya hubungan signifikan antara variabel umur dengan kecelakaan kerja di PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Romy tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kecelakaan kerja pada pekerja bagian produksi di PT. Guanusa Utama Fabricans Grenyang tahun 2006 bahwa terdapat hubungan antara umur dengan kejadian kecelakaan kerja. Dari uji statistik diketahui nilai OR= 4,709, artinya pekerja yang memiliki umur < 29 tahun memiliki risiko 4,709 kali lebih besar mengalami kecelakaan kerja dari pekerja yang memiliki umur > 29 tahun. Sesuai dengan Deasler dalam Sukamto (2004) yang mengemukakan bahwa kecelakaan umumnya paling sering terjadi antara usia 17 dan 29 tahun kemudian akan turun sesudah mencapai titik terendah pada akhir enam puluhan dan tujuh puluhan. Menurut penjelasan ILO dalam Arifin (2004), bahwa pekerja usia muda cenderung lebih sering mengalami kecelakaan karena pekerja usia muda cenderung masih kurang dalam pengalaman kerja. Oleh karena itu untuk menekan jumlah kecelakaan yang terjadi pada usia muda perusahaan perlu mengadakan pelatihan yang lebih banyak untuk usia muda tersebut, agar pengetahuan dan keterampilannya bertambah sehingga dapat memahami pekerjaannya dengan baik serta risiko yang ada di tempat kerjanya. Menurut Suma’mur (1981), yang dapat dilakukan untuk mencegah kecelakaan salah satunya adalah dengan mengadakan pelatihan untuk meningkatkan keterampilan pekerja. Selain itu perusahaan disarankan untuk melakukan pengawasan yang lebih ketat lagi agar pekerja lebih disiplin dan lebih berhati-hati dalam bekerja, karena menurut Oborno dalam Arifin (2004), faktor yang mempengaruhi tingginya kejadian kecelakaan akibat kerja pada golongan umur muda antara lain karena kurang perhatian, kurang disiplin, cenderung
73 menuruti kata hati, ceroboh, dan tergesa-gesa. Kemudian untuk lebih memotivasi pekerja agar lebih semangat dalam bekerja serta patuh melaksanakan peraturan dan SOP, perusahaan disarankan membuat program reward and punishment.
6.3. Hubungan antara masa kerja dengan kecelakaan kerja Masa kerja merupakan faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya kecelakaan akibat kerja. Berdasarkan berbagai penelitian dengan meningginya masa kerja dan keterampilan akan disertai dengan penurunan angka kecelakaan akibat kerja. Kewaspadaan terhadap kecelakaan akibat kerja bertambah baik sejalan dengan pertambahan usia dan lamanya kerja di tempat kerja yang bersangkutan ( Suma’mur 1989). Berdasarkan hasil analisis bivariat didapatkan adanya hubungan signifikan antara variabel masa kerja dengan kecelakaan kerja di PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kadarwati di PT. Luxindo Nusantara Semarang tahun 2006 terdapat hubungan antara masa kerja dengan kejadian kecelakaan kerja. Dari uji statistik diketahui nilai OR= 4,886, artinya pekerja yang memiliki masa kerja < 10 tahun memiliki risiko 4,886 kali lebih besar mengalami kecelakaan kerja dari pekerja yang memiliki masa kerja > 10 tahun. Menurut M.A Tulus dalam Aditya (2007) masa kerja dapat memberikan pengaruh yang baik karena semakin lama pekerja bekerja disuatu tempat tertentu maka semakin berpengalaman dalam menjalankan pekerjaannya. Oleh karena itu, sebaiknya pihak perusahaan mengadakan pelatihan kepada pekerja yang masanya kerjanya belum lama untuk menambah pengetahuan agar terhindar dari kecelakaan kerja. Kemudian untuk melihat seberapa besar pelatihan itu mempengaruhi
74 pekerja perlu dilakukan masa percobaan untuk memastikan pekerja dengan masa kerja yang belum lama sudah memahami SOP yang ada di pekerjaannya. Selain itu cara lain yang dapat dilakukan perusahaan adalah penggairahan kembali dengan mengadakan penyuluhan atau pendekatan lain seperti safety campaign yaitu pemberian pesan keselamatan setiap hari untuk mengingatkan lagi kepada pekerja agar melaksanakan kerja yang aman dan menimbulkan kembali sikap kepedulian terhadap keselamatan kerja. 6.4. Hubungan antara shift kerja dengan kecelakaan kerja Pergeseran waktu kerja pagi, siang, dan malam dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan kecelakaan kerja (Benny dan Achmadi, 1991). Terdapat dua masalah utama pada pekerja yang bekerja secara bergiliran, yaitu ketidak mampuan pekerja untuk beradaptasi dengan sistem shift dan ketidak mampuan pekerja untuk beradaptasi dengan kerja pada malam hari dan tidur pada siang hari (Andrauler P. dalam Arifin, 2004). Berdasarkan hasil analisis bivariat didapatkan adanya hubungan signifikan antara variabel shift kerja dengan kecelakaan kerja di PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Jawawi pada pekerja bagian produksi di PT. HOK TONG Pontianak tahun 2008 terdapat hubungan antara shift kerja dengan kejadian kecelakaan kerja. Dari uji statistik diketahui nilai OR= 5,952 artinya pekerja yang bekerja pada shift 3 memiliki risiko 5,952 kali lebih besar mengalami kecelakaan kerja dari pekerja yang bekerja padashift 1 dan 2. Sesuai survey yang dilakukan Smith et. Al dalam Jawawi (2008) bahwa frekuensi kecelakaan paling tinggi terjadi pada akhir rotasi shift kerja (malam) dengan rata-rata jumlah kecelakaan 0,69% per tenaga kerja, hal ini terjadi karena shift malam mengakibatkan efek fisiologis dan efek psikososial yang menyebabkan
75 menurunnya kinerja sehingga berpengaruh terhadap perilaku kewaspadaan pekerjaan seperti kualitas kendali dan pemantauan. Menurut data kecelakaan yang diperoleh di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dari 24 kasus kecelakaan ,15 kasus diantaranya terjadi pada shift 3 dan rata-rata masa kerjanya masih baru. Hal ini kemungkinan karena pekerja belum bisa beradaptasi untuk melakukan pekerjaan di malam hari, biasanya orang menggunakan waktu malam hari untuk tidur dan beristirahat tapi itu harus digunakan untuk bekerja ketika pekerja harus bekerja pada shift malam. Selain itu, terjadinya kecelakaan kerja pada shift 3 dimungkinkan karena masa kerjanya yang baru sehingga yang belum terbiasa dengan sistem kerja shift. Dari hasil pengamatan lapangan proses produksi dilakukan secara terus-menerus selama 24 jam, dengan menerapkan pola shift yang terdiri dari shift A (malam) bekerja dari jam 23,00 WIB – 7.00 WIB, shift B (sore) bekerja dari jam 15.00 WIB – 23.00 WIB dan shift C (pagi) bekerja dari jam 7.00 WIB – 15.00 WIB dengan rotasi 2–2–3, tujuh hari kerja dua hari libur setiap akhir shift , setiap shift kerja tidak diberikan waktu istirahat secara resmi, namun diberi waktu untuk makan minum dan sholat secara bergantian yang termasuk dalam jam kerja. Oleh karena itu untuk mengurangi kecelakaan pada shift kerja yaitu dengan mengatur jam kerja dengan baik serta mengatur waktu istirahat bagi pekerja. Selain itu perusahaan juga sebaiknya melakukan safety talk sebelum pekerjaan di mulai, sesuai dengan SMK3 yang diterapkan di PT. Indocement Safety talk merupakan upaya pencegahan kecelakaan dan membahas hal-hal yang berhubungan dengan masalah K3 melalui pembicaraan singkat antara karyawan dengan pengawas, sebelum pekerjaan dimulai untuk mengingatkan lagi kepada pekerja tentang pelaksanaan kerja yang aman, karena selama ini ketika pergantian shift pekerja langsung saja bekerja tanpa adanya pengarahan.
76 Hal penting lainnya yang harus diperhatikan adalah terjalinnya komunikasi yang baik antara grup pekerja shift, karena informasi tentang masalah pekerjaan yang terjadi di shif sebelumnya sangat diperlukan agar pekerja yang bekerja di shif selanjutnya bisa mengetahui dan mewaspadai masalah tersebut, sehingga tidak terjadi miss-comunication yang dapat menyebabkan kecelakaan
6.5. Hubungan antara kebisingan dengan kecelakaan kerja Kebisingan merupakan suara-suara yang tidak diinginkan manusia. Kebisingan ditempat kerja dapat berpengaruh terhadap pekerja karena kebisingan dapat menimbulkan gangguan perasaan, gangguan komunikasi sehingga menyebabkan salah pengertian, tidak mendengar isyarat yang diberikan, hal ini dapat berakibat terjadinya kecelakaan akibat kerja disamping itu kebisingan juga dapat menyebabkan hilangnya pendengaran sementara atau menetap (Suma’mur, 1996) Berdasarkan hasil analisis bivariat didapatkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel kebisingan dengan kejadian kecelakaan kerja di PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan Romy tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kecelakaan kerja pada pekerja bagian produksi di PT. Guanusa Utama Fabricans Grenyang tahun 2006 bahwa terdapat hubungan antara kebisingan dengan kejadian kecelakaan kerja. Dari uji statistik diketahui nilai OR= 1,000, artinya kebisingan bukan merupakan faktor risiko terjadinya kecelakaan kerja. Data pengukuran kebisingan yang didapat dari perusahaan tidak sesuai dengan waktu kejadian kecelakaan dan data tersebut merupakan data kebisingan pada lingkungan bukan
77 kebisingan pada pekerja, sehingga mempengaruhi hasil penelitian ini. Oleh karena itu akan lebih baik jika data kebisingan yang didapat tepat pada saat kejadian kecelakaan kerja.
78
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada divisi plant PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Gambaran kasus kecelakaan kerja sebanyak 24 pekerja (20 %) dan kontrol yang tidak mengalami kecelakaan kerja 96 pekerja (80 %) . 2.
Terdapat hubungan antara umur terhadap kejadian kecelakaan kerja dengan p value sebesar 0.002 dengan OR = 4,709. Terdapat hubungan antara masa kerja terhadap kejadian kecelakaan kerja dengan p value 0,004 dengan OR= 4,886. Terdapat Hubungan antara Shift kerja dengan kejadian kecelakaan kerja dengan p value 0,000 dengan OR = 5,952.
3. Tidak ada hubungan antara kebisingan terhadap kecelakaan kerja dengan p value sebesar 1,000 dan kebisingan >85 dB bukan merupakan faktor risiko terjadinya kejadian kecelakaan kerja. 7.2. Saran 1. Bagi perusahaan a. Sebaiknya pihak perusahaan mengadakan pelatihan kepada pekerja yang berumur muda juga pekerja yang masa kerjanya baru untuk menambah pengetahuan dan ketrampilan dalam bekerja agar terhindar dari kecelakaan kerja. b. Mengadakan safety talk untuk mengingatkan lagi kepada pekerja tentang pelaksanaan kerja yang aman sebelum bekerja.
79 c. Melakukan komunikasi yang baik antara group shift. d.
Perusahaan sebaiknya mengatur jam kerja sesuai dengan jam kerja yang lebih baik dan mengatur waktu istirahat pekerja.
e. Perusahaan disarankan membuat program reward and punishment pada pekerja agar pekerja termotivasi untuk semangat bekeja dan lebih patuh terhadap peraturan dan SOP agar terhidar dari kecelakaan kerja. 2. Bagi Pekerja a. Pekerja harus lebih disiplin dan berhati – hati dalam bekerja meski tanpa pengawasan. b. Melaksanakan pekerjaan sesuai prosedur. 3. Bagi penelitian selanjutnya a. Peneliti selanjutnya diharapkan mengikutsertakan variabel-variabel lain yang diduga berhubungan dengan kecelakaan, yang tidak dapat diteliti pada penelitian ini. b. Data pengukuran kebisingan harus sesuai dengan waktu kejadian kecelakaan, agar tidak mempengaruhi hasil analisis.
80 DAFTAR PUSTAKA Adesyaputra, Hilmi 2005. Analisis biaya akibat kecelakaan kerja di PT. Aspex Kumbong Tahun 2003-2006. Skripsi Jurusan Kesehatan Masyarakat UIN Jakarta. Adhitya, Dewa. 2007.Faktor -faktor yang berhubungan dengan Penggunaan masker pada pekerja bagian Pengamplasan di perusahaan meubel Cv. Permata 7 wonogiri. Skripsi S1 jurusan Kesehatan Masyarakat, UNS. Arifin, Syamsul. 2004. Hubungan menstruasi dengan kecelakaan kerja di PT. x. Skripsi S1 Fakultas Kesehatan Masyarakat, UI Depok. Arifin, Zainal. 2005. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kecelakaan kerja di PT. Bukaka Teknik. Skripsi S1 Fakultas Kesehatan Masyarakat, UI Depok. Benny L. Priatna dan Umar Fahmi Achmadi. 1991. Pencegahan Kecelakaan Kerja pada Sektor Informal. Upaya Kesehatan Kerja Sektor Informal di Indonesia. Departemen Kesehatan RI. Jakarta. Bird, Frank E. and Germain, George L. 1990. Practical Loss Control Leadership. Atalanta USA. Calvin dan Joseph. 2006. Occupation Related Accidents in Selected Garment Industries in Bangalore City. Indian Journal of Community Medicine Volume 31, No. 3, July September. Colling, David A. 1990. Industrial Safety Management and Technology. Pentice Hall Inc. Diberardinis, Louis J. 1999. Handbook of Occupational Safety and Health Second Edition. John Wiley & Sons Inc. Departemen Tenaga Kerja RI, 2004. Mengeluarkan keputusan Menteri tenaga Kerja Nomor Kep 51/Men/1999 tentang nilai ambang batas iklim kerja Indeks Suhu Basah dan Suhu Bola (ISSB) yang diperkenankan. Geotsch, David. 1996. Occupational Safety and Health : In Manager, Second Edition. Grandjean, E. 1998. “Fiting the Task To The Man” Text Book of Occupational Ergonomic 4 th Edition Taylor dan Franc Philadelpia.
81 Husna , Rofaul. 2009. Analisis tingkat risiko pada pengoperasian ketel uap di PLTU unit 3-4 UBP Priok Tahun 2009. Skripsi S1 Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN Jakarta. ILO. 1989. Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: PT. Pustaka Binaman Pressindo Jawawi, Iskandar. 2008. Faktor yang berhubungan dengan tingkat kecelakaan kerja di PT. HOK TONG . Tesis S2 Fakultas Kesehatan Masyarakat, UNDIP Semarang. Kadarwati, Rini . 2002. Beberapa faktor yang berhubungan dengan kecelakaan kerja di pabrik frame kacamata PT. Luxindo Nusantara Semarang. Skripsi S1 Fakultas Kesehatan Masyarakat, UNIMUS. Koesyanto, Herry dan Tunggul, Eram P. 2005. Panduan Praktikum Laboratorium Kesehatan & Keselamatan Kerja, Semarang: UPT UNNES Press. Lemeshow, S Hosmer Jr., D., W., Klar, J. 1997. Besar Sampel dalam Penelitian Yogyakarta: GMU Press
Kesehatan.
Litbang KOMPAS. Klaim Kecelakaan Kerja Terbanyak. Selasa, 4 November 2008. http://www.kompas.co.id./index.klaim?act=detil&idb. (Diakses Tgl 30-12-2008 Pkl. 14.00). Majalah KATIGA (Bisnis, Keselamatan, dan Kesehatan Kerja), Edisi 31 Tahun 2008. Jamsostek : Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja. Nov, Romy . 2005. Kajian Faktor-faktor yang berhubungan dengan kecelakaan kerja di PT. Guanusa Utama Fabricans Grenyang. Skripsi S1 Fakultas Kesehatan Masyarakat, UI Depok.
Notoatmodjo, Soekidjo. 1997. Prinsip–Prinsip Dasar Kesehatan Masyarakat, Jakarta: PT. Rineka Cipta. . PT. Indocement Tunggal Prakasa Tbk. 2008 Laporan Kecelakaan PT. Indocement Tunggal Prakasa Tbk Periode tahun 2008. Bogor : Safety Departement PT. Indocement Tunggal Prakasa Tbk. PT. Indocement Tunggal Prakasa Tbk. 2009. Laporan Kecelakaan PT. Indocement Tunggal Prakasa Tbk Periode tahun 2009. Bogor : Safety Departement PT. Indocement Tunggal Prakasa Tbk.
82 Santoso, Gempur. 2004, Ergonomi Manusia, Peralatan dan Lingkungan, Jakarta: Pustaka. OSHA (Ocupational Safey and Health Administration).
Prestasi
Sinar Harapan. Tinggi Angka Kecelakaan Kerja di Tangerang. Jum’at, 2 Mei 2003. www.sinarharapan.co.id./index.php?menu.kerja?Tng. (Diakses Tgl 30-12-2008 Pkl. 14.20). Slote, Lawrence. 1987. Handbook of Occupational Safety and Health. New York : New York University.
Solech. Muhammad. 2001. Hubungan Lama Pemaparan Debu Kapur Tulis dengan Kapasitas Vital Fungsi Paru (FVC & FEV1) Guru SLTPN 1Grobogan Juni 2001. Skripsi. Semarang: UNDIP Sopiyudin Dahlan, 2004. Statistika untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : Arkans Suma’mur. 1995. Hygiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : Gunung Agung.
Sukamto. 2004. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kecelakaan kerja pada seismic survey di unit geodata acguisitian PT. Elnusa Geosains tahun 2001-2003. Skripsi S1 Fakultas Kesehatan Masyarakat, UI Depok. Tulus, M Agus. 1992. Manajemen Sumber Daya Manusia : Buku Panduan Mahasiswa. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
83
LAMPIRAN
84
85 KUESIONER PENELITIAN
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Kuesioner ini merupakan instrumen penelitian Faktor – faktor yang berhubungan dengan kecelakaan kerja Pada bagian Produksi di PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKASA Tbk Citeureup tahun 2010. Hasil penelitian ini merupakan tugas akhir dari peneliti untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM). Untuk itu, saya mengharapkan partisipasi Bapak/ Saudara untuk mengisi kuesioner ini secara jujur dan lengkap. Pengisian kuesioner ini tidak akan berpengaruh terhadap pekerjaan Bapak/ Saudara. Atas kerja sama dan perhatian Bapak/ Saudara, saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Saya menyatakan bahwa saya telah membaca pernyataan di atas, dan saya setuju untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Wassallamu’alaikum Wr. Wb, Jakarta, November 2010 Peneliti
(
Andi Sulaeman
Responden
)
(
1. Isilah kuesioner penelitian ini sesuai dengan kondisi anda. 2. Beri tanda silang ( X ) pada jawaban yang paling sesuai dengan kondisi anda. 3. Mohon semua pertanyaan dijawab dengan lengkap 4. Kejujuran anda menjawab kuesioner ini, sangat saya harapkan
)
86
Diisi oleh responden/pekerja 1 Nama :
2
Pada tanggal, bulan dan tahun berapa anda lahir ?
3
Tgl…………….bulan………tahun……… … Pada tahun berapa anda mulai bekerja di divisi Plant PT. Indocement Prakarsa Tbk ? tahun…………
4
Apakah anda pernah mengalami kecelakaan kerja dalam rentang waktu tahun 2008 – 2009 di PT Indocement Tunggal Prakasa? a. Ya ; tahun ………….. i. Shift berapa: 1. Shift 3 2. Shift 2 3. Shift 1
b. Tidak
Diisi oleh peneliti 1 Kebisingan a. Desibel b. Kebisingan
…………….dB Ya / Tidak