viii
ANALISIS PEMBENTUKAN CITRA PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKASA, Tbk MELALUI IMPLEMENTASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (Studi Kasus Desa Bantarjati, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor)
Oleh: KARLINA CHAERUNISA
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
ii
ABSTRACT
Corporate Social Responsibility is a corporate commitment which concern internal or external welfare interest, social and enviroment issues in villages around the corporate with sustainable development program. For the implemantation of CSR program, corporate must communicate with every stakeholders. One of the CSR program benefit is a positive corporate image building. The aim of this research are to see Implementation CSR of PT Indocement, to analyze the correlation of implementation program with image proccess, and the last goal is to analyze the correlation of image proccess with image building. Quantative approach used in this research is census method. Respondents of this research are 30 person, they are community deputy at Desa Bantarjati. The result showed that PT Indocement doing the CSR program with internal driven. The factors which has significants correlation with image process is fasilitator ability and benefit of CSR program. Image proccess and image buiding has significant correlation as well. Keyword: corporate social responsibility, communication, image proccess, corporate image
iii
RINGKASAN KARLINA CHAERUNISA. Analisis Pembentukan Citra PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk Melalui Implementasi Corporate Social Reponsibility: Studi Kasus: Desa Bantarjati, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor. (Di bawah bimbingan YATRI INDAH KUSUMASTUTI) Perusahaan saat ini dituntut untuk dapat mengelola dampak yang akan ditimbulkan dari kegiatan operasinya bagi kehidupan sosial, ekonomi, maupun kelestarian lingkungan. Usaha yang dilakukan untuk mengelola dampak tersebut disebut sebagai tanggung jawab perusahaan. Dalam melaksanakan tanggung jawab, perlu adanya kerjasama mulitipihak baik dari internal perusahaan, pemerintah, maupun masyarakat yang berpotensi terkena dampak perusahaan. Sebelum melakukan kerjasama multipihak, harus dijalin sebuah komunikasi yang baik. Pengelolaan komunikasi perusahaan secara khusus dilalukan oleh bagian Hubungan Masyarakat, yang akan menjembatani proses komunikasi, baik internal perusahaan maupun eksternal perusahaan. Komunikasi antara perusahaan dengan masyarakat dapat dilaksanakan melalui kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR). Pelaksanan CSR dimaknai sebagai tanggung jawab perusahaan pada pemangku kepentingan yang mencakup tiga aspek kehidupan, sosial, ekonomi, dan lingkungan (triple bottom line). Konsep CSR menjadi kegiatan baru bagi Humas perusahaan, karena CSR menjadi salah satu
program yang dapat
membangun citra yang positif. PT Indocement merupakan perusahaan semen terbesar di Indonesia, yang memiliki pertambangan yang bersinggungan langsung dengan masyarakat. Sebagai bentuk tanggung jawab sosialnya, Indocement memiliki departemen khusus sebagai pengelola CSR. Terbagi menjadi dua divisi program yaitu program lima pilar dan Sustainable Development Program. Kegiatan CSR PT Indocement dilaksanakan di desa binaan yang berlokasi dekat dengan lokasi operasi perusahaan. Program CSR PT Indocement merupakan hasil komunikasi dua arah antara perusahaan dengan masyarakat desa binaan, yang diharapkan dapat menghasilkan kesamaan kebutuhan antara kedua belah pihak. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bentuk pendekatan implementasi program Corporate Social Responsibility PT Indocement Tunggal
iv
Prakasa. Selain itu, juga bertujuan untuk mengetahui hubungan implementasi program CSR dengan proses pencitraan. Terakhir, tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara proses pencitraan dengan citra perusahaan yang terbentuk. Penelitian ini menggunakan metode survai dengan pendekatan kuantitatif yang didukung dengan kualitatif. Pendekatan kualitatif dilakukan dengan metode wawancara mendalam kepada pihak dari CSR PT Indocement, aparat desa binaan, dan juga responden. Sementara, pendekatan kuantitatif dilakukan dengan instrumen penelitian berupa kuesioner yang diisi dengan melakukan wawancara kepada responden. Kuesioner yang digunakan terdiri dari kumpulan pertanyaan mengenai variabel penelitian yang akan diukur dengan menggunakan skala berdasarkan rataan skor. Keseluruhan variabel yang diukur secara kuantitatif dalam penelitian ini merupakan variabel berskala ordinal. Data yang dikumpulkan selanjutnya diolah secara statistik deskriptif melalui Uji Korelasi Spearman dengan mengunakan software SPSS for Windows Versi 16.0 dan Microsoft Exel 2007. Hasil uji penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan komunikasi perusahaan melalui implementasi CSR belum sepenuhnya berhubungan dengan proses pencitraan. Selanjutnya, proses pencitraan berhubungan positif dengan citra perusahaan yang terbentuk. Indikator implementasi program yang memiliki hubungan positif dengan proses pencitraan adalah kemampuan fasilitator dengan manfaat program. Walaupun kedua indikator tersebut memiliki hubungan positif dengan proses pencitraan, nilai korelasi kemampuan fasilitator lebih tinggi dengan manfaat program. Indikator implementasi program yang tidak memiliki hubungan positif dengan proses pencitraan adalah jenis kegiatan dan frekuensi kegiatan. Selanjutnya, dari hasil Uji Korelasi Spearman proses pencitraan memiliki hubungan positif dengan citra perusahaan yang terbentuk. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik proses pencitraan pada diri responden tentang program CSR Indocement,
maka
akan
meningkatkan
citra
positif
perusahaan.
v
ANALISIS PEMBENTUKAN CITRA PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKASA Tbk MELALUI IMPLEMENTASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (Studi Kasus Desa Bantarjati, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor)
Oleh: KARLINA CHAERUNISA I34070110
SKRIPSI Sebagai Bagian Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
vi
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR Dengan ini kami menyatakan bahwa skripsi yang ditulis oleh: Nama
: Karlina Chaerunisa
NRP
: I34070110
Judul
: Analisis Pembentukan Citra PT Indocement Tunggal Prakasa, Tbk Melalui Implementasi Corporate Social Responsibility (Studi Kasus: Desa Bantarjati, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor)
Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor. Menyetujui, Dosen Pembimbing
Ir. Yatri Indah Kusumastuti, M.Si. NIP. 19660714 199103 2 002 Mengetahui, Ketua Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS NIP. 19550630 198103 1 003
Tanggal Lulus Ujian :__________________
vii
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “ANALISIS PEMBENTUKAN CITRA PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKASA TBK MELALUI IMPLEMENTASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY, STUDI KASUS: DESA BANTARJATI, KECAMATAN KLAPANUNGGAL, KABUPATEN BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT” BELUM PERNAH DIAJUKAN DAN DITULIS PADA PERGURUAN TINGGI LAIN
ATAU
MEMPEROLEH
LEMBAGA GELAR
LAIN
MANAPUN
AKADEMIK
UNTUK
TERTENTU.
TUJUAN
SAYA
JUGA
MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH TULISAN INI.
Bogor, Juli 2011
Karlina Chaerunisa I34070110
viii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 27 Juni 1990 di Bekasi. Penulis adalah anak ke dua dari empat bersaudara dari pasangan Ibu Siti Aminah dan Bapak Chalimi. Semenjak kecil, sekolah dan sampai saat ini penulis tinggal di kawasan Bekasi-Jawa Barat. Penulis menamatkan pendidikan di TK Al-Mawadah pada tahun 1995, SDN Kayuringin Jaya V Bekasi tahun 2001, SMPN 7 Bekasi tahun 2004, SMA 3 Bekasi tahun 2007. Setelah itu penulis di terima sebagai mahasiswa Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2007 melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Selama mengikuti pendidikan formal, penulis pernah mengikuti berbagai macam organisasi, kepanitiaan, dan seminar. Adapun organisasi yang penulis ikuti di masa sekolah adalah Organisasi Siswa Intera Sekolah (OSIS) sebagai anggota divisi ketahanan negara dan ekstrakulikuler Karya Ilmiah Remaja (KIR). Pada masa kuliah, kegiatan yang diikuti oleh penulis yaitu menjadi penyiar dan staf marketing di Agri FM tahun 2008, peserta program Go Field IPB tahun 2009 di desa binaan PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk, divisi Public Relatian HIMASIERA
(Himpunan
Mahasiswa
Peminat
Ilmu
Komunikasi
dan
Pengembangan Masyarakat) tahun 2010, divisi konsumsi pada acara Index (Indonesian Ecology Expo) tahun 2008, divisi acara pada acara BCL (Bukti Cinta Lingkungan) tahun 2009, divisi humas pada acara CSR Essential tahun 2010. Seminar yang diikuti oleh penulis adalah Espresso (Economic Seminar and Entrepreneur Talkshow), Workshop Sosialisation Pancasila ‘Menggali Nilai-Nilai Pacasila sebagai Falsafah Hidup Berbangsa dan Bernegara’ (2009), dan Seminar Peningkatan Kapasitas Gender dalam Pendidikan Tinggi tahun 2010.
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, petunjuk, dan nikmat-Nya dalam mengerjakan skripsi ini, sehingga dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi yang berjudul “Analisis Pembentukan Citra PT Indocement tunggal prakasa Tbk Melalui Implementasi Corporate Social Responsibility: Studi Kasus Desa Bantarjati, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat” ini diharapkan mampu memberikan. Penulisan skripsi ini merupakan syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat, khususnya bagi kemajuan pelaksanaan CSR di Indonesia dan dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Bogor, Juli 2011
Karlina Chaerunisa I3407010
x
UCAPAN TERIMA KASIH Penyelesaian penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini, yaitu: 1. Ibu Ir. Yatri Indah Kusumastuti, M.Si., selaku dosen pembimbing studi pustaka dan skripsi yang selalu sabar memberikan bimbingan, waktu, tenaga, dan pikiran demi kesempurnaan skripsi ini. 2. Ibu Dr. Ir. Sarwititi S. Agung MSi., selaku penguji utama dan Ibu Dr. Ir. Ana Fatchiya,MSi., selaku penguji perwakilan Departemen SKPM yang telah memberi masukan dan saran yang baik demi kesempurnaan skripsi ini. 3. Bapak Ir. Fredian Tonny Nasdian, MS., selaku dosen penguji petik yang telah membimbing dan menjadi korektor yang baik dan teliti. 4. Bapak Satyawan Sunito, selaku pembimbing akademik selama penulis menjadi mahasiswa Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. 5. Karyawan Departemen CSR PT Indocement Bu fia, Pak Sani, Pak Arel, Pak Fajar, Pak Ayi, Pak Bambang, Bu Lia, Pak Aji, Pak Romi, dan Keluarga besar PT Indocement Tunggal Prakasa, Tbk, atas kesempatan dan bantuan dalam melakukan penelitian ini. 6. Mba Icha dan Mba Maria yang selalu memberikan pelayanan yang luar biasa dan menjadikan sekret SKPM sebagai sekretariat departemen terbaik. 7. Ayahanda tersayang, (Alm) Chalimi di surga, atas didikan dan amanahmu untuk penulis terus bersemangat menutut ilmu setinggi langit. 8. Ibunda tercinta, Siti Aminah, atas lantunan doa yang tak pernah putus, kasih sayang, tetesan keringat dan perjuangan ibunda untuk mencukupi kebutuhan penulis. 9. Kakak kebanggaanku Helmy Kautsar dan adik-adik tersayang Alif Akbar dan Diah Istikomah, atas doa, semangat, motivasi, dan kasih sayang yang tercurah untuk penulis.
xi
10. Keluarga besar KH. Muhammad, atas doa yang selalu tercurah dan kasih sayang yang tak pernah putus bagi penulis. 11. Teman satu bimbingan Oci, Akira, dan dini unuk dukungan dan saran bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi. 12. Dinda, Ripna, Laras, Karin, Mabu, Anggi, Wawa, Marcha, dan seluruh sahabat penulis yang setia dan selalu ada dalam suka dan duka 13. Mba sadek, Ulfa, Fia, Echa, Kak Sarah, Bu Wiwin, Pak Maman, Keluarga besar Puri Fikryah atas perhatian, motivasi, bantuan, dan semua keceriaan. 14. Budi Purwanto, untuk segala motivasi, saran, dan memberi arti hidup baru bagi penulis. 15. Seluruh keluarga besar Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyrakat angkatan 43, 44, 45 atas kebersamaan, persahabatan, dan cinta yang mewarnai hari-hari penulis. 16. Semua pihak yang telah memberikan doa, semangat, bantuan, dan kerjasama selama pengerjaan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak-pihak terkait.
Bogor, Juli 2011
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL...........................................................................................
iii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................
v
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................
vi
1.
2.
3.
4.
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang............................................................................... 1.2 Masalah Penelitian......................................................................... 1.3 Tujuan Penelitian........................................................................... 1.4 Manfaat Penelitian......................................................................... PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Citra dan Citra Perusahaan............................................................ 2.1.1 Pengertian Citra............................................................................. 2.1.2 Jenis-Jenis Citra............................................................................. 2.1.3 Proses Terbentuknya Citra............................................................. 2.2 Public Relation (PR)...................................................................... 2.2.1 Pengertian PR................................................................................ 2.2.2 Fungsi PR....................................................................................... 2.2.3 Kegiatan-Kegiatan PR................................................................... 2.2.4 Peran PR dalam Corporate Social Responsibility......................... 2.3 Corporate Social Responsibility (CSR)......................................... 2.3.1 Pengertian dan Perkembangan CSR.............................................. 2.3.2 Implementasi CSR......................................................................... 2.3.3 Tujuan CSR.................................................................................... 2.3.4 Manfaat CSR.................................................................................. 2.3.5 Pandangan Perusahaan terhadap CSR........................................... 2.3.6 Model CSR.................................................................................... 2.4 Kerangka Pemikiran...................................................................... 2.5 Hipotesis Penelitian....................................................................... 2.6 Definisi Operasional...................................................................... PENDEKATAN LAPANG 3.1 Pendekatan Penelitian.................................................................... 3.2 Jenis dan Sumber Data................................................................... 3.3 Teknik Penentuan Responden........................................................ 3.4 Pengolahan dan Analisis Data....................................................... 3.5 Lokasi dan Waktu Penelitian......................................................... PROFIL DAN IMLEMENTASI CSR PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKASA, Tbk 4.1 Sejarah dan Prestasi PT Indocement.............................................. 4.2 Visi, Misi, dan Motto PT Indocement........................................... 4.3 Struktur Organisasi........................................................................ 4.4 Departemen CSR PT Indocement..................................................
1 4 4 4 6 6 7 9 10 10 11 12 12 13 13 15 16 16 17 18 18 20 20 25 25 25 26 28
28 32 33 34
Halaman Implementasi Program CSR PT Indocement Tunggal Prakasa, Tbk................................................................................................. 35 4.5.1 Pendekatan Implementasi CSR PT. Indocement.......................... 35 4.5.2 Pandangan PT. Indocement terhadap CSR.................................... 38 4.5.3 Model Program CSR PT. Indocement........................................... 39 4.5.4 Pengelolaan Implementasi CSR PT. Indocement.......................... 43 5. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 5.1 Letak dan Keadaan Fisik Desa Bantarjati...................................... 45 5.2 Keadaan Umum Penduduk Desa Bantarjati................................... 47 5.3 Kelembagaan................................................................................. 50 5.4 Sarana dan Prasarana..................................................................... 51 5.5 Aspek Sosial Budaya..................................................................... 53 6. PENILAIAN IMPLEMENTASI PROGRAM CSR 6.1 Karakteristik Responden................................................................ 54 6.2 Penilaian Implementasi Program CSR di Desa Bantarjati............. 56 6.2.1 Penilaian Responden terhadap Jenis Kegiatan CSR PT. Indocement.............................................................................. 56 6.2.2 Penilaian Responden terhadap Frekuensi Kegiatan CSR PT. Indocement............................................................................. 58 6.2.3 Penilaian Responden terhadap Kemampuan Fasilitator................ 59 6.2.4 Penilaian Responden terhadap Manfaat Program CSR PT. Indocement.............................................................................. 60 6.3 Hubungan Penilaian Implementasi Program CSR dengan Proses Pencitraan....................................................................................... 62 6.3.1 Hubungan Antara Jenis Kegiatan dengan Proses Pencitraan......... 62 6.3.2 Hubungan Antara Frekuensi Kegiatan dengan Proses Pencitraan....................................................................................... 64 6.3.3 Hubungan Antara Kemampuan Fasilitator dengan Proses Pencitraan....................................................................................... 65 6.3.4 Hubungan Antara Manfaat Progam dengan Proses Pencitraan..... 66 7. PROSES PENCITRAAN DAN CITRA PERUSAHAAN 7.1 Proses Pencitraan........................................................................... 68 7.1.1 Tingkat Perhatian Tokoh Masyarakat Desa Bantarjati.................. 69 7.1.2 Tingkat Pengertian Tokoh Masyarakat Desa Bantarjati................ 71 7.1.3 Tingkat Penerimaan Tokoh Masyarakat Desa Bantarjati.............. 72 7.2 Citra Perusahaan............................................................................ 73 7.3 Analisis Hubungan Antara Proses Pencitraan dengan Citra Perusahaan..................................................................................... 77 8. PENUTUP 8.1 Kesimpulan.................................................................................... 79 8.2 Saran.............................................................................................. 80 DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 81 LAMPIRAN.................................................................................................... 83 4.5
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1. Jabatan responden dan jumlah responden penelitian di Desa Bantarjati, Tahun 2011....................................................................
26
Tabel 2. Luas dan Presentase Berdasarkan Tataguna Lahan, di Desa Bantarjati Tahun 2011......................................................................
46
Tabel 3. Jumlah dan Persentase Penduduk Menurut Golongan Umur, di Desa Bantarjati Tahun2011..........................................................
47
Tabel 4. Jumlah dan Presentase Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian, di Desa Bantarjati Tahun 2011.........................................................
49
Tabel 5. Jumlah dan Status Berdasarkan Prasarana Pendidikan, di Desa Bantarjati Tahun 2011......................................................................
52
Tabel 6. Jumlah dan Presentase Responden Berdasarkan Usia, di Desa Bantarjati Tahun 2011......................................................................
54
Tabel 7. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan, di Desa Bantarjati Tahun 2011...........................
55
Tabel 8. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Penilaian Responden Tentang Jenis Kegiatan Program CSR PT. Indocement..................
57
Tabel 9. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Fekuensi Pelaksanaan Program CSR PT. Indocement.........................................................
58
Tabel 10. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Kemampuan Fasilitator Program CSR PT. Indocement........................................
59
Tabel 11. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Manfaat Program CSR PT. Indocement........................................................................
60
Tabel 12. Hubungan Jenis Kegiatan dengan Proses Pencitraan terhadap Program CSR PT. Indocement Tunggal Prakasa, Tbk.....................
63
Tabel 13. Hubungan Frekuensi Kegiatan dengan Proses Pencitraan terhadap Program CSR PT. Indocement Tunggal Prakasa, Tbk.....................
64
Tabel 14. Hubungan Kemampuan Fasilitator dengan Proses Pencitraan terhadap Program CSR PT. Indocement Tunggal Prakasa, Tbk......
66
Tabel 15. Hubungan manfaat program dengan Proses Pencitraan terhadap program CSR PT. Indocement Tunggal Prakasa, Tbk.....................
67
Tabel 16. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Proses Pencitraan terhadap Program CSR PT. Indocement, di Desa Bantarjati Tahun 2011..................................................................................................
68
Halaman Tabel 17. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Tingkat Perhatian terhadap Program CSR PT. Indocement, di Desa Bantarjati Tahun 2011..................................................................................................
70
Tabel 18. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Tingkat Pengertian terhadap Program CSR PT. Indocement, di Desa Bantarjati tahun 2011..................................................................................................
71
Tabel 19. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Tingkat Penerimaan terhadap Program CSR PT. Indocement, di Desa Bantarjati Tahun 2011..................................................................................................
72
Tabel 20. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Tingkat Citra Perusahaan, di Desa Bantarjati Tahun 2011....................................
74
Tabel 21. Nama dan Umur Responden Menurut Pernyataan Negatif Responden Terhadap Citra Indocement, di Desa Bantarjati Tahun 2011..................................................................................................
74
Tabel 22. Nama dan Umur Responden Menurut Pernyataan Positif Responden Terhadap Citra Indocement, di Desa Bantarjati Tahun 2011..................................................................................................
75
Tabel 23. Hubungan Proses Pencitraaan Program CSR PT. Indocement Tunggal Prakasa, Tbk dengan Citra Perusahaan..............................
78
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1.
Proses Terbentuknya Citra Perusahaan..................................
9
Gambar 2.
Model Komunikasi dalam PR.................................................
10
Gambar 3.
Kerangka Pemikiran Analisis Pembentukan Citra Perusahaan Melalui Implementasi Corporate Social Responsibility..........................................................................
19
Gambar 4.
Produk Semen PT. Indocement..............................................
29
Gambar 5.
Struktur Organisasi Perusahaan..............................................
33
Gambar 6.
Struktur Organisasi Departemen CSR....................................
39
Gambar 7.
Skema Penentuan CSR Program PT Indocement...................
44
Gambar 8.
Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Bantarjati, Tahun 2011...........................................................
48
Presentase Responden Menurut Jenis Pekerjaan, di Desa Bantarjati Tahun 2011............................................................
55
Gambar 9.
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1. Hasil Uji Korelasi Rank Spearman.........................................
84
Lampiran 2. Daftar Nama Perangkat Desa Bantarjati.................................
86
Lampiran 3. Dokumentasi Penelitian..........................................................
88
Lampiran 4. Denah Wilayah Desa Bantarjati.............................................
89
BAB I PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang Pembangunan suatu negara menjadi tanggung jawab semua insan yang
berada di dalam negara tersebut, tidak terkecuali perusahaan ataupun industri, untuk mewujudkan kesejahteraan sosial dan peningkatan kualitas hidup masyarakat. Hadirnya perusahaan di tengah komunitas masyarakat secara tidak langsung akan memberikan dampak, baik positif maupun negatif bagi kehidupan sosial, ekonomi maupun kelestarian lingkungan. Perusahaan saat ini dituntut untuk memperhitungkan dampak tersebut yang disesuaikan dalam penetapan visi, misi, dan tujuan perusahaan. Selanjutnya, perusahaan harus menyusun strategi bisnisnya, selain untuk pencapaian keuntungan, juga perlu merencanakan kegiatan yang dapat meminilmalisasi dampak negatif. Upaya untuk meminimalisasi dampak tersebut dapat diwujudkan dengan adanya perhatian perusahaan pada aspek sosial dan kelestarian lingkungan disekitar mereka. Dalam pelaksanaan tanggung jawab tersebut perlu adanya sinergi multipihak yang solid dan baik. Dengan demikian, perencanaan perusahaan harus sesuai dengan kebutuhan, baik kebutuhan internal perusahaan maupun masyarakat sekitar perusahaan. Hubungan yang baik antar kedua belah pihak melalui komunikasi diharapkan dapat membentuk kemitraan antara masyarakat dengan perusahaan. Hubungan ini merupakan tanggung jawab bersama secara sosial antar stakeholder. Jalinan hubungan komunikasi tersebut dapat dikatakan sebagai proses komunikasi yang dapat dijadikan alat untuk memperkecil timbulnya konflik. Proses komunikasi ini dapat diterapkan oleh perusahaan melalui kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR). Kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan adalah tanggung jawab perusahaan kepada para pemangku kepentingan untuk berperilaku etis, meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif yang mencakup aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan (triple bottom line) dalam rangka mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan (Wibisono, 2007).
2
Konsep CSR telah menjadi kegiatan baru dan menjadi tantangan bagi pelaku
public
relation.
Melalui
kegiatan
ini,
public
relation
dapat
mengimplementasikan program CSR untuk mencapai tujuan perusahaan. Ruslan (2001) dalam Fitriani (2010) menjelaskan bahwa salah satu tujuan PR adalah menciptakan kesan (image) yang tepat berdasarkan prinsip-prinsip hubungan yang harmonis, baik hubungan ke dalam (internal relations) maupun hubungan keluar atau external relations. Sehingga, program CSR dapat menjadi salah satu program yang dapat membangun citra positif perusahaan. Implementasi PRogram CSR harus disinergikan dengan kepentingan masing-masing stakeholder, dari kepentingan perusahaan sendiri, investor dan kepentingan masyarakat sekitar perusahaan. Kegiatan perusahan yang dampaknya sangat terlihat dalam bentuk kerusakan sumberdaya ialah perusahaan tambang. Salah satu perusahaan yang melakukan kegatan pertambangan di Kabupaten Bogor adalah PT Indocement Tunggal Prakasa, Tbk yang melakukan pertambangan batu kapur. PT Indocement Tunggal Prakasa merupakan produsen semen terbesar di Indonesia yang memproduksi berbagai jenis semen bermutu, dan menjadi satu-satunya produsen penghasil semen putih. Saat ini Indocement mengoperasikan 12 pabrik terpadu di tiga lokasi dan non-plant, dengan total kapasitas PRoduksi sebesar 17,1 juta ton semen pertahun. Indocement memiliki komitmen, untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat sekitar pabrik dan wilayah operasi perusahaan dengan melaksanakan kegiatan CSR di 35 desa binaan secara konsisten dan berkelanjutan. CSR menurut Indocement merupakan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap peningkatan nilai dan kualitas hidup pemangku kepentingan (stakeholders). Keharmonisan antara masyarakat dengan perusahaan dibangun melalui komunikasi dua arah dalam lima pilar program pembangunan bagi masyarakat desa binaan disekitar wilayah operasi wilayah perusahaan. Fokus CSR Indocement adalah pembangunan manusia, setelah kurang lebih satu dekade telah dilalui untuk membangun sarana dan prasarana desa binaan. Saat ini Indocement memiliki departement khusus dalam mengelola kegiatan CSR, dibagi dalam dua program yaitu program lima pilar dan
3
Sustainable Development Program (SDP). Program lima pilar terdiri dari pilar pendidikan, pilar ekonomi, pilar kesehatan, pilar sosial-budaya-agama-olahraga, dan pilar keamanan. Sedangkan SDP bertanggung jawab pada lingkup kegiatan proyek tanaman jarak pagar, proyek pengelolaan sampah, proyek peternakan terpadu, proyek bengkel terpadu, dan proyek konversi energi. Program yang dijalankan oleh Indocement merupakan hasil dari komunikasi dua arah antara perusahaan dan masyarakat, yang diharapkan dapat menghasilkan kesamaan kebutuhan antar kedua belah pihak. Akan tetapi, dalam melakukan kegiatan komunikasi, penting bagi perusahaan untuk menganalisa efect atau feed back, apakah berdampak baik terhadap citra, atau sebaliknya menjadi negatif sehingga kurang menguntungkan posisi perusahaan (Ruslan, 2005). Menurut Kotler (1985) dalam Novianti (2010) citra adalah kumpulan kepercayaan, ide, pandangan, opini, dan impresi dari seseorang terhadap suatu objek. Selanjutnya, Citra perusahaan menurut Jefkins (1992) adalah citra suatu organisasi secara keseluruhan, jadi bukan citra atas suatu produk dan pelayananya. Citra tersebut terbentuk oleh banyak hal, yang mana salah satunya adalah kesediaan perusahaan untuk ikut berperan dalam tanggung jawab sosial. Maka dari itu, sebuah citra perusahaan merupakan sebuah pandangan atau sebagai kesan seseorang terhadap segala aktivitas perusahaan, termasuk dalam pelaksanaan tanggung jawab sosial. Pembentuk citra perusahaan dapat dilihat melalui proses pembentukan citra dari sisi masyarakat, khususnya sasaran penerima program CSR. Maka dari itu, seluruh kegiatan perusahaan dapat dijamin keberlanjutannya. Keberlanjutan perusahaan ditandai dengan adanya penerimaan masyarakat lokal sekitar wilayah produksi perusahaan sebagai bentuk sharing profit dari perusahaan ke masyarakat. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti sejauhmana citra perusahaan terbentuk melalui program Corporate Social Responsibility yang dilakukan PT Indocement Tunggal PRakasa, Tbk di mata masyarakat desa binaan sebagi sasaran program.
4
I.2
Masalah Penelitian 1.
Bagaimana bentuk pendekatan implementasi program CSR PT Indocement?
2. Bagaimana hubungan antara penilaian implementasi program CSR PT Indocement berhubungan dengan proses pencitraan? 3. Bagaimana hubungan antara proses pencitraan dengan citra yang terbentuk? I.3
Tujuan Penelitian 1. Mengetahui bentuk pendekatan implementasi program Corporate Social Responsibility PT Indocement 2. Mengetahui hubungan penilaian implementasi program CSR PT Indocement dengan proses pencitraan 3. Mengetahui hubungan antara proses pencitraan dengan citra yang terbentuk
I.4
Manfaat Penelitian Adapun Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Peneliti Penelitian ini merupakan proses belajar untuk lebih kritis dalam melakukan penelitian mengenai implikasi tugas, fungsi serta peranan PR melalui implementasi program CSR dalam mencapai tujuan perusahaan serta berguna untuk menambah pengetahuan, pengalaman bagi penulis. 2. Civitas Akademik dan Non-Akademik Penelitian ini diharapkan dapat menambah literatur penunjang bagi civitas
akademik
dalam
mengkaji
proses
pembentukan
citra
perusahaan melalui pelaksanaan program CSR. Selanjutnya bagi nonakademisi penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi mengenai citra perusahaan dari adanya pelaksanaan program CSR.
5
3. Bagi Manajemen PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk Dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menerapkan program CSR yang dapat mempengaruhi citra perusahaan dan juga sebagai bahan informasi dalam implikasi tugas, fungsi serta peranan public relations melalui penyelenggaraan CSR dalam pencapaian tujuan perusahaan.
6
BAB II PENDEKATAN TEORITIS
2.1 Citra dan Citra Perusahaan 2.1.1
Pengertian citra Menurut Kotler (1985) dalam Suwandi, Citra adalah seperangkat
keyakinan, ide, opini dan impresi seseorang terhadap suatu obyek. Sutisna (2001) mengungkapkan, “Citra adalah total presepsi terhadap suatu obyek yang dibentuk dengan memproses informasi dari berbagai sumber setiap waktu”. Selanjutnya menurut Ruslan (2003) dalam Muplihah (2005) citra adalah seperangkat ide dan kesan seseorang terhadap suatu obyek tertentu. Sikap dan tindakan seseorang terhadap suatu obyek akan ditentukan oleh citra obyek tersebut yang manampilkan kondisi terbaiknya (Ruslan, 2003). Citra terbentuk berdasarkan pengetahuan dan informasi-informasi yang diterima seseorang. Efek kognitif sangat mempengaruhi proses pembentukan citra perusahaan. Citra perusahaan adalah citra dari suatu organisasi secara keseluruhan, jadi bukan citra atas produk dan pelayananya. Hal-hal positif yang dapat meningkatkan citra suatu perusahaan antara lain adalah sejarah atau riwayat hidup perusahaan yang gemilang, keberhasilan ekspor, hubungan industri yang baik, reputasi sebagai pencipta lapangan kerja dalam jumlah besar, kesdiaan turut memikul tanggung jawab sosial, komitmen mengadakan riset, dan sebagainya (Jefkins,1996). Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, citra menunjukkan kesan suatu objek, yang berasal dari informasi yang terus diperbaharui dan bersumber dari sumber terpercaya. Menurut Suwandi, Terdapat tiga hal penting dalam citra, yaitu: kesan obyek, proses terbentuknya citra, dan sumber terpercaya. Obyek meliputi individu maupun perusahaan yang terdiri dari sekelompok orang didalamnya. Citra dapat terbentuk dengan memproses informasi yang tidak menutup kemungkinan terjadinya perubahan citra pada obyek terhadap sumber informasi setiap waktu. Besarnya kepercayaan obyek terhadap sumber informasi
7
memberikan dasar penerimaan atau penolakan informasi. Sumber informasi dapat berasal dari internal perusahaan atau pihak-pihak lain yang tidak secara langsung.
2.1.2 Jenis-Jenis Citra Perkembangan komunikasi tidak memungkinkan lagi bagi suatu organisasi untuk menutup-nutupi suatu fakta. Dalam menjaga reputasi atau citra lembaga atau perusahaan yang diwakilinya, para anggota dituntut untuk mampu menjadikan orang lain memahami suatu pesan. Menurut Jefkins (1992), terdapat beberapa jenis citra (image), diantaranya ialah: 1. Citra Bayangan (mirror image) Citra bayangan merupakan sebuah citra yang dianut oleh seseorang dalam memaknai pandangan orang luar terhadap organisasi. Citra ini sering tidak akurat dan dianggap sebagai sebuah ilusi, sebagai akibat dari sedikitnya informasi, pengetahuan, ataupun pemahaman yang dimiliki oleh kalangan dalam organisasi itu tentang pendapat ataupun pandangan pihak luar. Citra ini cenderung positif, bahkan terlalu positif, karena kita sering membayangkan hal yang hebat mengenai diri sendiri, dan kita meyakini bahwa orang lain juga memiliki pendapat yang tidak kalah hebat tentang diri kita. 2. Citra yang berlaku (current image) Citra yang berlaku (current image) adalah suatu citra atau pandangan yang melekat pada pihak-pihak luar mengenai suatu organisasi. Namun, citra ini pun memiliki ketidakakuratan yang sama dengan citra bayangan, karena semata-mata terbentuk hanya dari pengalaman dan pengetahuan orang luar yang biasanya tidak memadai. Biasanya, citra ini cenderung negatif. Citra ini sangat ditentukan oleh banyak-sedikitnya informasi yang dimiliki oleh penganut atau mereka yang mempercayainya. Oleh karena itu, salah satu tugas pokok pejabat humas atau public relations officer (PRO) adalah menginterpretasikan sikap-sikap pihak luar terhadap pihak luar.
8
3. Citra harapan (wish image) Citra harapan (wish image) adalah suatu citra yang diinginkan oleh pihak manajemen. Citra ini juga tidak sama dengan citra sebenarnya. Biasanya citra yang diharapkan lebih baik dari citra yang sebenarnya. Citra yang diharapkan itu biasanya dibentuk atau dirumuskan dan di perjuangkan saat menyambut sesuatu yang baru, yakni ketika khalayak belum memiliki banyak pengetahuan yang memadai. 4. Citra perusahaan (corporate image) Citra perusahaan adalah citra suatu organisasi secara keseluruhan, jadi bukan citra atas suatu produk dan pelayananya. Citra tersebut terbentuk oleh banyak hal, yang mana salah satunya adalah kesediaan perusahaan untuk ikut berperan dalam tanggung jawab sosial. Maka dari itu, sebuah citra perusahaan merupakan sebuah pandangan atau sebagai kesan seseorang terhadap segala aktivitas perusahaan, termasuk dalam pelaksanaan tanggung jawab sosial. Citra perusahaan dapat dibentuk dengan cara mengidentifikasi keinginan masyarakat tentang citra perusahaan. 5. Citra majemuk (multiple image) Setiap perusahaan atau organisasi memiliki banyak karyawan, mereka pasti memunculkan citra yang belum tentu sama dengan citra organisasi atau perusahaan secara keseluruhan. Jumlah citra yang dimiliki perusahaan dapat dikatakan sebanyak jumlah pegawai yang dimilikinya. Variasi citra perlu ditekan seminimal mungkin dan citra perusahaan seutuhnya harus ditegakkan. Dikutip dari Bangun (2010) Rangkaian kegiatan public relation suatu perusahaan bertujuan untuk mencapai sasaran utama yaitu citra positif perusahaan dimana dapat menggunakan tolak ukur sebagai berikut: 1. Kepercayaan: Dalam perkembangan dan kemajuan suatu perusahaan tidak terlepas dari dukungan publiknya yaitu adanya kepercayaan. Artinya, kepercayaan menjadi kelanjutan nafas kehidupan sebuah perusahaan.
9
2. Realitas: Realistik, jelas terwujud, dapat diukur dan hasilnya dapat dirasakan serta dapat dipertanggungjawabkan dengan perencanaan yang matang dan sistematis bagi responden 3. Kerjasama
saling
menguntungkan:
Suatu
kegiatan
dilaksanakan
mendatangkan kesuksesan dan keuntungan di antara pihak-pihak yang bersangkutan. 4. Kesadaran: Adanya kesadaran khalayak tentang dan perhatian terhadap produk yang dihasilkan maupun terhadap perkembangan perusahaan.
2.1.3 Proses Terbentuknya Citra Keberadaan citra perusahaan bersumber dari pengalaman dan atau upaya komunikasi sehingga penilaian maupun pengembangannya terjadi pada salah satu atau kedua hal tersebut. Citra perusahaan yang bersumber dari pengalaman memberikan gambaran bahwa telah terjadi keterlibatan antara konsumen atau masyarakat dengan perusahaan. Keterlibatan tersebut, belum terjadi dalam citra perusahaan yang bersumber dari upaya komunikasi perusahaan. Proses terbentuknya citra perusahaan menurut Hawkins et.all (2000)
1
ialah sebagai
berikut:
exposure
attention
image
behavior
comPRehensiv
Gambar.1 Proses Terbentuknya Citra Perusahaan
1
Suwandi, Iman Mulyani Dwi. 2009. Citra Perusahaan. (http://oeconomicus.files.wordPRess.com/2007/07/citra-perusahaan.pdf). [diakses 25 Februari 2011]
10
Berdasarkan gambar proses terbentuknya citra perusahaan berlangsung pada beberapa tahapan. Pertama, obyek mengetahui (melihat atau mendengar) upaya yang dilakukan perusahaan dalam membentuk citra perusahaan. Kedua, memperhatikan upaya tersebut. Ketiga setelah adanya perhatian terhadap obyek mencoba memahami semua yang ada pada upaya perusahaan. Keempat, terbentuknya citra perusahaan pada obyek yang pada kemudian tahap kelima citra perusahaan yang terbentuk akan menentukan perilaku obyek sasaran dalam hubungannya dengan perusahaan. Proses pembentukan citra akan menghasilkan sikap seseorang atau masyarakat terhadap organisasi atau perusahaan. sikap masyarakat terhadap suatu perusahaan diketahui dengan melakukan suatu penelitian agar perusahaan mengetahui dan dapat memenuhi keinginan masyarakat sebagai salah satu publiknya (Hastin, 2010). Gambar 2 menunjukkan orientasi menunjukkan orientasi dari public relation yaitu membangun citra (image building) yang dapat dilihat sebagai model komunikasi dalam public relation.
Sumber Perusahaa/ Lembaga/ organisasi
Komunikator
Bidang/ Divisi PR
Pesan
Kegiatankegiatan
Komunikan
Efek
Publikpublik PR
Citra Publik terhadap Perusahaan
Gambar 2. Model Komunikasi dalam Public Relation
2.2
Public Relation
2.2.1
Pengertian Public Relation International Public Relations Association (IPRA) tahun 1960 dalam
Rumanti (2002), publlic relation merupakan fungsi manajemen dari sikap budi yang direncanakan dan dijalankan secara berkesinambungan oleh organisasiorganisasi, lembaga-lembaga umum dan pribadi dipergunakan untuk memperoleh dan membina saling pengertian, simpati dan dukungan dari mereka yang ada.
11
Hubungan yang diduga akan ada kaitannya, dengan cara menilai opini publik mereka, dengan tujuan sedapat mungkin menghubungkan kebijaksanaan dan ketatalaksanaan, guna mencapai kerjasama yang lebih produktif, dan untuk memenuhi kepentingan bersama yang lebih efisien, dengan kegiatan penerangan yang terencana dan tersebar luas. Selain itu J.C. Seidel dan W. Emerson Rech dalam Rumanti (2002) menjelaskan bahwa PR adalah proses yang berkesinambungan, seni menanamkan suatu rencana dan sebagainya. Definisi public relation menurut Jefkins (1992) adalah semua bentuk komunikasi yang terencana, baik itu ke dalam maupun keluar, antara suatu organisasi dengan semua khayalayaknya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik yang berlandaskan saling pengertian.
2.2.2
Fungsi Public Relations Fungsi petugas public relations pun berkembang seiring kemajuan dunia
usaha. Terdapat empat fungsi utama yang dituntut dari petugas public relation Ruslan (2008) dalam Novianti (2010) yaitu sebagi berikut: 1. Communicator Sebagai juru bicara organisasi, public relation berkomunikasi secara intensif melalui media dan kelompok masyarakat. Hampir semua teknik komuikaasi antar personal (personal communication) dipergunakan, komunikasi lisan, komunikasi tatap muka sebagai mediator maupun persuasif. 2. Relationship Kemampuan public relation
membangaun hubungan positif anatara
lembaga yang diwakilinya dengan publik internal maupun eksternal. Ralationship yang tidak harmonis beresiko menimbulkan ketidakpuasan publik yang pada akhirnya mengancam kelangsungan bisnis perusahaan. Selain itu, relationship juga berupaya menciptakan saling pengertian, kepercayaan, dukungan, kerjasama, dan toleransi anatara kedua belah pihak.
12
3. Backup management Melaksanakan dukungan manajemen atau menunjang kegiatan departemen lain dlaam perusahaan demi terciptanya tujuan bersama dalam suatu kernga tujuan pokok perusahaan. 4. Good image Marker Menciptakan citra perusahaan dan publisitas positif merupakan prestasi, reputasi, dan menjadi tujuan utama aktivitas public relation dalam melaksanakan manajemen kehumasan membangun citra perusahaan.
2.2.3
Kegiatan-kegiatan Public Relation Kegiatan-kegiatan yang dilakukan public relation merupakan langkah
penting dalam menjaga eksistensi perusahaan. kegiatan yang dilakukan seorang public relation tersebut dapat berupa kegiatan internal dan eksternal perushaan. Suhandang (2004) menyebutkan bahwa titik berat kegiatan public relation adalah kepentingan dan kepercayaan publiknya. Kegiatan public relation betujuan untuk menanamkan dan memperoleh pengertian, jasa baik, kepercayaan, dan penghargaan dari publik khusunya serta masyarakat pada umumnya. Usaha yang dapat dilakukan adalah dengan bersikap simpatik, terbuka dalam menerima saran, kritik, atau opini publik. Jika hal ini dapat dilakukan akan memberikan keuntungan bagi kelangsungan hidup perusahaan. Salah satu kegiatan eksternal public relation yang dapat dilakukan perusahaan untuk meningkatkan citra perusahaan adalah program CSR. CSR merupakan
program
tanggung jawab sosial perusahaan kepada publiknya
terutama masyarakat.
2.2.4
Peran Public Relation dalam Corporate Social Responsibility Seringkali praktisi public relation memainkan peran kunci dalam fungsi
filantropi perusahaan, adakalanya menjadi pejabat yang bertanggung jawab atas fungsi itu. Lazimnya peran hubungan masyarakat mencakup hal-hal berikut ini: 1. Menggelar peristiwa-peristiwa yang sesuai untuk membantu kontribusi yang menentukan, seperti kampanye dana kesejahtraan atau penciptaan beasiswa.
13
2. Membantu kampanye atau usaha kers amal dengan nasehat strategi Komunikasi, menyiapkan materi cetak atau audiovisual dan mengiklankan dukungan atau meningkatkan publisitas. 3. Memimpin proyek atau kampanye atau betindak sebagai wakil pejabat senior perusahaan. 4. Memeriksa perkara-perkara komunitas yang bermacam-macam untuk menentukan bagaimana dan dimana perusahaan dapat memberi bantuan terbaik. 5. Membimbing bukan mengarahkan, pendekatan partisipatf yang melibatkan unsur pokok komunitas dalam mengalokasikan kontribusi-kontribusi perusahaan (Cutlip, 2000).
2.3 Corporate Social Responsibility (CSR) 2.3.1 Pengertian dan perkembangan CSR Konsep tanggung jawab sosial sangat beragam beberapa diantaranya adalah yang dirumuskan oleh World Business Council for Sustainable Development
(WBCSD)
mendefinisikan
CSR
sebagai
komitmen
berkesinambungan dari kalangan bisnis untuk berperilaku etis dan memberi kontribusi bagi pembangunan ekonomi, seraya meningkatkan kualitas kehidupan karyawan dan keluarganya, serta komunitas lokal dan masyarakat luas pada umumnya. Selanjutnya, menurut Trinidads & Tobacco Bureauof Standard CSR adalah komitmen usaha untuk bertindak secara etis, beroperasi secara legal, dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi berasamaan dengan peningkatan ekonomi bersama peningkatan kualitas hidup karyawan dan keluarganya, komunitas lokal, dan masyarakat yang lebih luas2. Sedangkan Budimanta (2002) memaknai CSR sebagai komitmen perusahaan untuk membangun kualitas kehidupan yang lebih baik dengan pihak yang terkait, terutama masyarakat disekelilingnya dan lingkungan sosial dimana perusahaan tersebut berada, dilakukan secara terpadu dengan kegiatan berkelanjutan3. Dari ketiga definisi 2
Rahman, Reza. 2009. Corporate Social Responsibility; Antara Teori dan kenyataan. MedPRess: Yogyakarta. 3 Rudito, Bambang, dkk. 2004. Corporate Social Responsibility: Jawaban Bagi Model Pembangunan Indonesia Masa Kini. ICSD : Jakarta.
14
tersebut dapat disimpulkan bahwa CSR merupakan sebuah komitmen perusahaan untuk memperhatikan kesejahteraan baik bagi internal perusahaan maupun eksternal perusahaan untuk meningkatkan perekonomian, serta perhatian terhadap isu sosial dan lingkungan sekitar perusahaan dengan kegiatan berkelanjutan. Penerapan tanggung jawab sosial perusahaan di Indonesia secara yuridis telah dinyatakan sebagaimana pada Undang-undang No.40 Tahun 2007, tentang perseroan terbatas, BAB V, pasal 74. Dalam pasal tersebut dijelaskan bahwa tanggung jawab sosial dan lingkungan merupakan tanggung jawab perusahaan atas eksistensinya dalam kegiatan bisnis. Selanjutnya, menurut Rudito (2009) dari pasal tersebut, telah tersirat upaya yang harus dilakukan korporat maupun pemerintah untuk melakukan pengembangan masyarakat, baik pada aspek sosial dan ekonomi, pendidikan maupun kesehatan. Selain regulasi yang telah dibentuk oleh pemerintah Indonesia, dunia Internasional juga memiliki panduan dan standarisasi yang dibentuk pada tahun 2004 untuk memperjelas pelaksanaan PRogram CSR yang diberi nama ISO 26000: guidance standard on social responsibility. ISO 26000 menjadi standar pedoman untuk penerapan CSR. Di dalam IS0 26000, CSR mencakup tujuh isu pokok, yaitu: (1)Pengembangan masyarakat;
(2)Konsumen;
(3)Praktek
kegiatan
institusi
yang
sehat;
(4)lingkungan ketenagakerjaan; (6)Hak asasi manusia; dan (7)Organisasi kepemerintahan. Menurut Rudito (2004) walaupun banyaknya pemaknaan yang berbeda antara korporat yang satu dengan yang lainya, ada bentuk-bentuk yang seragam yang diambil dari kompetisi yang dilakukan untuk mendapatkan penghargaan. Bentuk-bentuk keseragaman tersebut adalah bahwa korporat tidak lagi melakukan pemisahaan antara dirinya sebagai suatu usaha dengan komunitas disekitarnya. Selain itu, konsep CSR juga menawarkan sebuah kesamaan yaitu keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomis, sosial serta lingkungan. Konsep tersebut merujuk pada konsep triple bottom line yang merupakan buah pemikiran dari John Elkington sebagai dasar pelaksanaannya. Sehingga perusahaan perlu memiliki sebuah komitmen untuk berkonstribusi dalam pembangunan bangsa dengan memperhatikan aspek dalam 3P (Profit, people, dan planet). Implementasi CSR juga merupakan perwujudan komitmen yang dibangun oleh perusahaan
15
untuk memberikan konstribusi pada peningkatan kualitas kehidupan masyarakat (Susiloadi, 2008).
2.3.2
Implementasi CSR Tahap implementasi terdiri atas tiga langkah utama yakni, sosialisasi,
pelaksanaan, internalisasi. Tahap sosialisasi yang dimaksud adalah tahap memperkenalkan kepada komponen perusahaan mengenai berbagi aspek yang dilaksanakan dalam CSR. Tujuan utama dari sosialisasi ini adalah agar program CSR yang dilaksanakan mendapat dukungan penuh dari seluruh komponen perusahaan. Selanjutnya tahap pelaksanaan, pada tahap ini yang dilakukan adalah penyesuaian pelaksanaan dengan pedoman CSR yang telah disusun. Terkahir, tahap internalisasi adalah tahap jangka panjang. Internalisasi mencakup upayaupaya memperkenalkan CSR dalam seluruh proses bisnis perusahaan (Wibisono, 2007). Selanjutnya, Wibisono (2007) menjelaskan mekanisme pelaksanaan program atau kegiatan Corporate Social Responsibility dapat dilakukan sebagai berikut, yaitu (1)Bottom Up process: program berdasar pada permintaan beneficiaries, yang kemudian dilakukan evaluasi oleh perusahaan; (2)Top Down process: program berdasar pada survey/pemeriksaan seksama oleh perusahaan, yang disepakati oleh beneficiaries; (3) Partisipatif: program dirancang bersama antara perusahaan dan beneficiaries. Solihin (2008) menyatakan bahwa dalam pelaksanaan program CSR melibatkan beberapa pihak, yaitu perusahaan, pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, perguruan tinggi, tokoh masyarakat, serta calon penerima manfaat CSR. Oleh sebab itu, implementasi program CSR memerlukan beberapa kondisi yang dapat menjamin keberlangsungannya. Pertama, Implementasi program CSR memperoleh persetujuan dan dukungan dari pihak yang terlibat. Kedua, dalam implementasi yang harus diciptakan untuk menunjang keberhasilan adalah ditetapkannya pola hubungan (relationship) diantara pihak-pihak yang terlibat secara jelas. Hal ini akan meningkatkan kualitas koordinasi pelaksanaan program CSR. Kondisi ketiga, adanya pengelolaan program yang baik, hal ini dapat terwujud bila adanya kejelasan dari tujuan program dan kesepakatan mengenai strategi yang digunakan.
16
3.3
Tujuan CSR Ambadar (2008) terdapat enam prakarsa utama dalam kegiatan CSR sesuai
dengan tujuan sosial perusahaan, antara lain: 1. Cause promotion, inisiatif perusahaan untuk mengalokasikan dana atau bantuan dalam bentuk barang dan sumber daya lain, untuk meningkatkan kesadaran dan perhatian tentang masalah sosial tertentu, atau dalam rangka pendaftaran sukarelawan. 2. Cause Related Marketing, komitmen perusahaan untuk mendonasikan sejumlah presentase tertentu dari pendapatan tertentu untuk hal yang berkaitan dengan penjualan produk. 3. Corporate Social Marketing, upaya perusahaan memberi dukungan pada pembangunan dan/atau pelaksanaan kegiatan yang ditujukan untuk mengubah sikap dan perilaku masyarakat dalam rangka memperbaiki kesehatan masyarakat, pelestarian lingkungan dan lainnya. 4. Corporate Philanthrophy, pemberian sumbangan sebagai kegiatan amal (Charity) dalam bentuk hibah tunai, donasi atau bentuk barang. 5. Community Valunteering, perwujudan dukungan dan dorongan perusahaan kepada karyawan, mitra pemasaran dan/atau anggota franchise untuk menyediakan dan mengabdikan waktu dan tenaga mereka untuk membantu kegiatan sosial. 6. Socially Responsible Business Practics, berbagai investasi bisnis yang mendukung pemecahan masalah sosial tertentu.
2.3.4
Manfaat CSR Manfaat implementasi CSR bagi perusahaan dikemukakan oleh Wibisono
(2007) adalah: 1) mempertahankan atau mendongkrak reputasi dan citra perusahaan, 2) mendapatkan lisensi sosial dari masyarakat sekitar perusahaan untuk terus dapat beroperasi, 3) mereduksi risiko bisnis perusahaan melalui adanya hubungan yang harmonis dengan para stakeholder perusahaan, 4) melebarkan akses terhadap sumberdaya, 5) membentangkan akses menuju pasart, 6) mereduksi biaya, misal dengan upaya mengurangi limbah melalui daur ulang ke dalam siklus produksi., 7) memperbaiki hubungan dengan stakeholders, 8)
17
memperbaiki hubungan dengan regulator, 9) meningkatkan semangat dan produkstivitas karyawan, 10) peluang mendapatkan penghargaan.
2.3.5
Pandangan perusahaan terhadap CSR
Selanjutnya Wibisono (2007) menjelaskan bahwa terdapat tiga model cara pandang perusahaan terhadap CSR, yaitu: 1. Sekedar basa-basi dan keterpaksaan, yaitu pelaksanaan CSR karena faktor eksternal (external driven). Pemenuhan tanggung jawab lebih karena keterpakasaan akibat tuntutan dibandingkan dengan rasa sukarela. CSR diimplementasikan sebagai upaya dalam konteks public relation yang diliputi kemauan meraih kesempatan untuk melakukan publikasi postif dan untuk meningkatkan citra perusahaan yang didasarkan bukan atas regulasi CSR dari pemerintah; 2. Sebagai upaya untuk memenuhi kewajiban (compliance), didasarkan atas adanya regulasi, hukum, dan aturan yang memaksanya. Kewajiban perusahaan melaksanakan CSR adalah karena adanya market driven (dorongan pasar/ masyarakat dan lingkungan setempat). Pandangan lain yang sangggup memaksa perusahaan untuk mempraktekkan CSR adalah adanya penghargaan-penghargaan (reward) yang diberikan oleh segenap institusi atau lembaga. Misalnya CSR Award baik yang regional maupun global; 3. Beyond complience atau compliance plus, yakni CSR diimplementasikan karena memang ada dorongan yang tulus dari dalam (internal driven). Perusahaan telah menyadari bahwa tanggung jawabnya bukan lagi sekedar kegiatan ekonomi untuk menciptakan profit demi kelangsungan bisnisnya, melainkan juga tanggung jawab sosial dan lingkungan
18
2.3.6 Model CSR Menurut Saidi dan Abidin (2004), terdapat empat model atau pola CSR yang umumnya diterapkan oleh perusahaan di Indonesia, yaitu: 1. Keterlibatan langsung. Perusahaan menjalankan program CSR secara langsung dengan menyelenggarakan sendiri kegiatan sosial atau menyerahkan sumbangan ke masyarakat tanpa perantara. Untuk menjalankan tugas ini, sebuah perusahaan biasanya menugaskan salah satu pejabat seniornya, seperti coporae secretary atau public affair manager atau menjadi bagian dari tugas pejabat public relation. 2. Melalui
yayasan
atau
organisasi
sosial
perusahaan.
Perusahaan
mendidrikan yayasan sendiri di bawah perusahaan atau groupnya. Model ini merupakan adopsi dari model yang lazim diterapkan di perusahaanperusahaan di negara maju. Biasanya, perusahaan menyediakan dana awal, dana rutin atau dana abadi yang dapat digunakan secara teratur bagi kegiatan yayasan. 3. Bermitra dengan pihak lain. Perusahaan menyelengggarakan CSR melalui kerjasama dengan lembaga sosial/ organisasi non-pemerintah (Ornop), instansi pemerinah, universitas atau media massa, baik dalam mengelola dana maupun dalam melaksanakan kegiatan sosialnya. 4. Mendukung atau bergabung dalam suatu konsorsium. Perusahaan turut mendirikan, menjadi anggota atau mendukung suatu lembaga sosial yang didirikan untuk tujuan sosial tertentu. Dibandingkan dengan model lainnnya, pola ini lebih berorientasi pada pemberian hibah perusahaan yang bersifat “hibah pembangunan”.
2.4 Kerangka Pemikiran Perusahaan memiliki bagian khusus untuk bertanggung jawab dalam mengelola proses komunikasi yaitu Hubungan Masyarakat (Humas) atau public relations (PR) yang menjembatani proses komunikasi baik ke dalam perusahaan maupun luar perusahaan. Ruslan (2001) dalam Fitriani (2010) menjelaskan bahwa salah satu tujuan PR adalah menciptakan kesan (image) yang tepat berdasarkan prinsip-prinsip hubungan yang harmonis, baik hubungan ke dalam (internal
19
relations) maupun hubungan keluar atau external relations. Implementasi program Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan salah satu langkah untuk menjalin hubungan yang baik ke luar perusahaan. Selain untuk mendapatkan citra positif dari masyarakat, CSR juga telah diatur dalam Undangundang No.40 Tahun 2007, tentang perseroan terbatas, BAB V, pasal 74.
Pendekatan CSR PT. ITP
• • • •
• • •
Penilaian Implementasi Program CSR: Jenis kegiatan (X1) Frekuensi kegiatan (X2) Kemampuan fasilitator (X3) Manfaat program (X4)
Proses Pencitraan (Y1): Tingkat perhatian terhadap program Tingkat pengertian terhadap program Tingkat penerimaan terhadap program
Citra Perusahaan (Y2): • Positif • Negatif
Keterangan: : Mempengaruhi : Hubungan yang tidak diuji Gambar 3. Kerangka Pemikiran Analisis Pembentukan Citra Perusahaan Melalui Implementasi Corporate Social Responsibility. Penelitian ini menggunakan model penelitian komunikasi yaitu model jarum hipodermik, yang lebih dikenal dengan “bullet theory”. Bullet theory memiliki tiga variabel yaitu variabel komunikasi, variabel antara, dan variabel efek (Jalaludin, 2009). Penelitian ini akan mengkur adalah variabel peniliaian
20
implementasi (jenis program, frekuensi program, kemampuan fasilitator dan manfaat program), yang menjadi variabel bebas dengan variabel terikatnya poses pembentukan citra (perhatian, pengertian, dan pemahaman). Selanjutnya variabel bebas yakni tingkat pembentukan citra dengan variabel terikatnya yakni citra perusahaan. Variabel-variabel tersebut dapat terlihat dalam Gambar.3 (Kerangka Pemikiran Analisis Pembentukan Citra Perusahaan Melalui Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR)).
2.5 Hipotesis Penelitian 1. Semakin beragam jenis kegiatan, maka akan meningkatkan proses pencitraan responden pada PRogram CSR PT Indocement 2. Semakin tinggi frekuensi program, maka akan meningkatkan proses pencitraan responden pada program CSR PT Indocement 3. Semakin tinggi kemampuan fasilitator, maka akan meningkatkan proses pencitraan responden pada program CSR PT Indocement 4. Semakin tinggi manfaat program, maka akan meningkatkan proses pencitraan responden pada program CSR PT Indocement 5. Ada hubungan positif antara proses pencitraan dengan citra perusahaan yang terbentuk
2.6
Definisi Operasional 1. Jenis Kegiatan adalah pengetahuan responden terhadap ragam dari rangkaian keseluruhan kegiatan berdasarkan lima pilar pembangunan yang dilaksanakan di Desa Bantarjati. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan skala ordinal dan dikelompokkan menjadi tiga kategori: •
Tidak beragam, jenis kegiatan yang diketahui responden kurang dari 9 kegiatan
•
Kurang beragam, jenis kegiatan yang diketahui responden sebanyak antara 9 hingga 16 kegiatan
•
Beragam, jenis kegiatan yang diketahui responden sebanyak 17 hingga 24 kegiatan
21
2. Frekuensi
program
adalah
total
rangkaian
corporate
social
responsibility yang dilaksanakan oleh PT Indocement selama satu tahun. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan skala ordinal dikelompokkam menjadi tiga kategori: •
Rendah, jika respoden hanya mengetahui pelaksanaan program kurang dari 3 kali dalam satu tahun
•
Sedang , jika responden mengetahui pelaksanaan program sebanyak 3 hingga 7 kali dalam satu tahun
•
Tinggi, jika responden mengetahui pelaksanaan program sebanyak 8 hinggga 12 kali dalam satu tahun
3. Kemampuan Fasilitator adalah penilaian responden bagi koordinator desa PT Indocement dalam setiap pelaksanaan kegiatan corporate social responsibility. Pengukuran
dilakukan
dengan
menggunakan
skala
ordinal
dikelompokkam menjadi tiga kategori: -
Bagus
:3
-
Kurang Bagus : 2
-
Tidak Bagus : 1
Pengukuran kemampuan fasilitator menurut responden, sebagai berikut: Max= 9
Min= 5
∑k= 3
NN= Max- minn = 9-5 = 4 = 1,33 ≈ 1
∑k
3
3
Sehingga skor kemampuan fasilitator menurut responden dibagi menjadi tiga ketegori, dengan skor sebagai berikut: -
Rendah
: ≤5
-
Sedang
:6≥x≥7
-
Tinggi
:8≤x≤9
22
4. Manfaat program adalah sejauhmana responden menganggap bahwa program CSR PT Indocement berguna bagi masyarakat Desa Bantarjati. Pengukuran
dilakukan
dengan
menggunakan
skala
ordinal
responden,
sebagai
dikelompokkam menjadi tiga kategori: Setuju
:3
Kurang Setuju
:2
Tidak Setuju
:1
Pengukuran
manfaat
program
menurut
berikut: Max= 9
N=
Min= 4 Max- min ∑k
=
∑k= 3
9-4 3
=
5
= 1,67 ≈ 2
3
Sehingga skor manfaat program menurut responden dibagi menjadi tiga ketegori, dengan skor sebagai berikut: Tidak Bermanfaat
: ≤5
Kurang Bermanfaat
:6≥x≥7
Bermanfaat
:8≤x≤9
5. Proses Pencitraan adalah sejauhmana sasaran program memaknai program diawali dari adanya perhatian individu, dilanjutkan dengan pengertian terhadap program, dan pemahaman pada program. •
Tingkat Perhatian adalah sejauh mana sasaran program menyadari adanya implementasi program CSR.
•
Tingkat Pengertian adalah sejauh mana individu sasaran PRogram memahami implementasi program CSR.
•
Tingkat Penerimaan adalah sejauh mana individu sasaran program menyetahui gagasan dari implementasi PRogram CSR.
23
Berdasarkan uraian di atas, maka masing-masing unsur tahap pembentukan citra akan diukur berdasarkan pengukuran dengan skala ordinal dikelompokkam menjadi empat kategori: -
Sangat setuju : 4
-
Setuju
-
Kurang Setuju : 2
-
Tidak Setuju : 1
:3
Pengukuran proses pencitraan menurut responden, sebagai berikut: Max= 53
Min= 31
∑k= 3
N = Max- min = 53-31 = 22 = 7,33 ≈ 7
∑k
3
3
Sehingga skor proses pencitraan menurut responden dibagi menjadi tiga ketegori, dengan skor sebagai berikut: -
Baik
: ≤ 37
-
Kurang Baik : 38 ≥ x ≥ 45
-
Buruk
: 46 ≤ x ≤ 5
6. Tingkat citra perusahaan adalah sejauhmana sasaran program memandangan perusahaan. Pengukuran
dilakukan
dengan
menggunakan
skala
ordinal
dikelompokkam menjadi empat kategori: Sangat Setuju
:4
Setuju
:3
Kurang Setuju
:2
Tidak Setuju
:1
Pengukuran tingkat citra perusahaan menurut responden, sebagai berikut: Max= 37 N=
∑k= 3
Min= 26
Max- min ∑k
=
37-26 3
=
11 3
= 3,67 ≈ 4
24
Sehingga skor citra perusahaan menurut responden dibagi menjadi tiga ketegori, dengan skor sebagai berikut: Rendah
: ≤25
Sedang
: 26 ≥ x ≥ 30
Tinggi
: 31 ≤ x ≤ 35
25
BAB III PENDEKATAN LAPANG
3.1
Pendekatan Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pembentukan citra perusahaan
melalui pelaksanaan program CSR. Penelitian ini merupakan penelitian Sensus, dimana kesulurahan populasi akan dijadikan responden penelitian. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif yang didukung oleh beberapa data kualitatif, seperti kalimat hasil konsultasi atau wawancara antara
peneliti
dan
informan.
Penelitian
kualitatif
digunakan
untuk
mengidentifikasi implementasi program CSR yang dilakukan PT Indocement Tunggal Prakasa, Tbk.
3.2
Jenis dan Sumber Data Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer
dan data sekunder. Pengumpulan data primer didapatkan melalui wawancara, pengamatan langsung dalam kegiatan CSR, kuesioner, dan juga data yang dikumpulkan dari dokumen-dokumen yang terkait dengan data-data bentuk kegiatan CSR yang dilaksanakan oleh PT Indocement Tunggal Prakasa. Selanjutnya, data sekunder didapatkan dari studi literatur yang berkaitan dengan tujuan penelitian seperti buku, artikel, skripsi, tesis, dan karya ilmiah, serta data PT Indocement yang telah terpublikasi.
3.3 Teknik Penentuan Responden Penelitian memiliki dua subjek penelitian, yang terdiri dari informan dan responden. Informan adalah pihak-pihak yang berpotensi untuk memberikan informasi mengenai diri sendiri, keluarga, pihak lain, dan lingkungannya. Informan dalam penelitian ini terdiri dari PT Indocement Tunggal Prakasa yang menjalankan program CSR, aparat desa binaan, dan juga responden. Teknik ini juga digunakan untuk informasi awal tentang karakteristik populasi yang sesuai
26
dengan masalah yang akan diteliti atau kerangka sampling. Jumlah informan tidak dibatasi untuk menambah gambaran yang lebih mendalam. Responden dalam penelitian ini adalah perangkat desa di salah satu desa binaan PT Indocement Tunggal Prakasa yaitu Desa Bantarjati. Perangkat desa merupakan media penghubung antara perusahaan dengan masyarakat untuk mengaspirasikan keseluruhan program yang dijalankan perusahaan dan diinginkan oleh masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode sensus dengan cara menjadikan seluruh perangkat desa menjadi respoden. Responden penelitian terdiri dari ketua rukun tetangga, rukun warga, kepala dusun, anggota LPM, dan anggota BPD dengan jumlah total 30 orang responden. Rincian jumlah responden, tersaji dalam Tabel 1.
Tabel 1. Jabatan Responden dan Jumlah Responden Penelitian di Desa Bantarjati, Tahun 2011 No. Jabatan Responden Jumlah (orang) 1. Ketua Rukun Tetangga 2. Ketua Rukun Warga 3. Kepala Dusun 4. Pengurus inti LPM 5. Pengurus Inti BPD Total
16 5 3 3 3 30
Data kualitatif dalam penelitian ini diperoleh berdasarkan hasil wawancara dengan CSR Departement Head sebagai informan kunci. Informan tersebut diharapkan dapat memberikan informasi mengenai cara pandang perusahaan terhadap aktivitas CSR yang tertuang dalam kebijakan perusahaan serta strategi yang diplih oleh perusahaan untuk mengimplementasikan programprogram CSR. Selain dengan melakukan wawancara, peneliti juga melakukan pengamatan langsung pada beberapa kegiatan CSR perusahaan.
3.4
Pengolahan dan Analisis Data Data kuantittatif didapatkan dari hasil penyerahan kuesioner kepada
responden yang terlebih dahulu dilakukan pengkodean data. Kemudian dihitung presentase jawaban responden yang dibuat dalam bentuk tabel frekuensi.
27
Pengolahan data dilakukan dengan software computer Microsoft Excel 2007 dan SPSS 16.0 for Windows. Selanjutnya, untuk menguji hubungan antara dua variabel data yang telah diperoleh akan dianalisis korelasinya menggunakan Spearman Rank Order Correlation untuk mengetahui hubungan antar variabel. Sistem skoring dibuat konsisten yaitu semakin tinggi skor maka akan semakin tinggi kategorinya. Selanjutnya data dikategorikan dengan menggunakan teknik scoring secara normatif yang dikategorikan berdasarkan interval kelas (Sarwono, 2006): ܰൌ
ெ௫ିெ Σ
Keterangan: N
= batas selang
Max
= nilai maksimum yang diperoleh dari jumlah skor
Min
= nilai minimum yang diperoleh dari skor
Σ݇
= jumlah kategori
Pengelompokkan kategori, sebagai berikut: Rendah atau kurang
: x< skor min + interval kelas
Sedang
: skor min + interval kelas ≤ x’ ≤ skor min + 2 interval kelas
Tinggi atau baik
: x’’ ≥ skor minimum + 2 interval kelas
Setelah skoring, kemudian dilakukan Spearman Rank Order Correlation untuk melihat hubungan atau korelasi antara penilaian implementasi program CSR, yaitu frekuensi program, kemampuan fasilitator, manfaat program, dan jenis program dengan proses pencitraan dan antara proses pencitraan dengan citra perusahaan yang terbentuk. Untuk melihat hubungan tersebut dalam Sarwono (2006) digunakan rumus sebagai berikut:
rh0xy =
6∑ D2 N (N2 – 1)
28
Keterangan: rh0xy = Koefisien Korelasi D
= Difference (perbedaan antar rank)
N
= Jumlah Responden Kaidah pengambilan keputusan tentang hubungan antar variabel dalam Uji
Korelasi Rank Spearman adalah dengan signifikansi/ probabilitas/ α digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antar variabel yang diteliti. Siginifikasi yang digunakan pada penelitian ini adalah sebesar α (0,1) maka artinya hasil penelitian mempunyai kesempatan untuk benar atau tingkat kepercayaan 90% dan tingkat kesalahan sebesar 10%. Dasar pengambilan keputusan, melalui: a. Jika angka signifikansi hasil penelitian < 0,1 maka Ho ditolak. Jadi, hubungan kedua variabel signifikan; dan b. Jika angka signikansi hasil penelitian > 0,1 maka Ho diterima. Jadi, hubungan kedua variabel tidak signifikan.
3.5
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di salah satu desa binaan program CSR
PT Indocement Tunggal Prakasa yaitu di Desa Bantar Jati, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat yang berada dekat dengan lokasi PRoduksi PT Indocement Tunggal Prakasa. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga April 2011. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (puposive) dengan dua pertimbangan. Pertama, PT Indocement memiliki kegiatan CSR yang telah memenangkan Penghargaan Terbaik 1 “Indonesian CSR Awards 2008” kategori Sosial-lingkungan dan Peringkat Emas PROPER 2009. Kedua, Desa Bantarjati dijadikan tempat penelitian karena PT Indocement mendirikan infrastruktur dan memanfaatkan sumberdaya alam dari desa Bantarjati, sehingga masyarakat desa Bantarjati berhak untuk mendapatkan manfaat dari perusahaan.
29
BAB IV PROFIL DAN IMPLEMENTASI CSR PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKASA, Tbk
4.1 Sejarah dan Prestasi PT Indocement PT Indocement Tunggal Praksa, Tbk adalah salah satu produsen semen terbesar di Indonesia yang memproduksi berbagai jenis semen bermutu, termasuk produk semen khusus. Indocement didirikan pada tahun 1985 dan operasikan secara terpadu dengan total kapasitas produksi terpasang sebesar 17,1 juta ton semen per tahun. Indocement saat ini mengoperasikan 12 pabrik, sembilan diantaranya berlokasi di Citeureup, Bogor, Jawa Barat; dua di Palimanan, Cirebon, Jawa Barat; dan satu di Tarjun, Kotabaru, Kalimantan Selatan. Sejak tahun 2005, Indocement telah melakukan diversifikasi produk dengan meluncurkan Semen Komposit Portland (Portland Composite Cement/ PCC). Perseroan juga memproduksi berbagai jenis semen lainnya, yaitu Semen Ordinary Portland Tipe I, Tipe II, dan Tipe V, serta Semen Sumur Minyak (Oil Well Cement) dan Semen Putih. Sampai saat ini, Indocement merupakan satusatunya produsen Semen Putih di Indonesia.
Sumber: PT Indocement Tunggal Prakasa
Gambar 4. Produk Semen PT Indocement
30
Produk-produk Indocement tersebut dipasarkan dengan merek dagang ‘Tiga Roda’. Pada tahun 2001, HeidelbergCement Group, salah satu produsen semen terkemuka di dunia berpusat di Jerman dan beroperasi di 50 negara, menjadi pemegang saham mayoritas Indocement. Sejak itu, Indocement bertekad untuk memulihkan kondisi keuangan yang sehat seperti sebelum terjadinya krisis keuangan di Asia. Usaha yang dilakukan untuk mencapai hal tersebut, dengan dukungan
HeidelbergCement
Group,
Indocement
kembali
memfokuskan
kegiatannya pada bisnis inti sebagai produsen semen, beton siap-pakai, dan agregat. Sejak 2006 hingga saat ini, Indocement telah berhasil mencapai kondisi keuangan yang sehat. Indocement menyelesaikan proyek modifikasi pabrik ke delapan di Citeureup pada tahun 2007, yang memberikan tambahan kapasitas PRoduksi terpasang sebesar 600.000 ton semen per tahun. Hal ini memungkinkan Indocement meningkatkan volume penjualan secara signifikan pada 2008 untuk memenuhi permintaan pasar yang meningkat. Selain mengalami peningkatan pasar, Indocement sebagai perusahaan tambang yang bersinggungan langsung dengan warga, juga memiliki kerasadaran akan tanggung jawab sosial dengan melaksanakan program CSR. Sebagai bagian dari program tanggung jawab sosial perusahaan, Indocement berhasil mengembangkan lebih dari 170 hektar perkebunan jarak (Jatropha curcas) pada lahan bekas penambangan batu kapur. Indocement juga berhasil memPRakarsai proyek pengolahan sampah rumah tangga dalam skala kecil untuk masyarakat di sekitar Pabrik Citeureup dan Cirebon. Sampah yang diproses dapat digunakan sebagai bahan bakar biomassa yang menghasilkan energi pada proses produksi, dan juga menghasilkan kompos. Saham PT Indocement tercatat di Bursa Efek Indonesia dengan nilai kapitalisasi sebesar Rp16.934 miliar pada akhir tahun 2008. Per tanggal 31 Desember 2008, jumlah karyawan PT Indocement adalah 6.179 orang. PT Indocement mengalami beberapa kali tahap perubahan dari tahun ke tahun di dalam pengelolaan, maupun kepemilikan perusahaan. Perubahan ini membentuk PT Indocement sebagai perusahaan semen yang semakin baik, sehingga mendapatkan beberapa penghargaan dari tahun ke tahun, diantaranya adalah:
31
1. Tanggal 12 Juni 2008, PT Indocement menerima IMAC Award (Indonesia’s Most Admired Companies) untuk ketiga kalinya, sebagai “The Best Performance Company Image” untuk kategori industri semen di Indonesia dari Frontier Consulting Group dan majalah Business Week; 2. Tanggal 31 Juli 2008, (PROPER) untuk periode 2006-2007, dengan meraih peringkat Hijau untuk Pabrik Citeureup dan Biru untuk Pabrik Cirebon; 3. Tanggal 4 Agustus 2008, PT Indocement menerima Penghargaan sebagai “Seven Best Managed Companies in Indonesia 2008”, dari majalah Finance Asia, Hongkong; 4. Tanggal 23 Februari 2009, PT Indocement berhasil meraih tiga penghargaan pada “Indonesia CSR Award 2008” yaitu: Penghargaan Emas dan Penghargaan Terbaik Pertama untuk sktor industri dan manufaktur dalam ketegori bidang sosial dan lingkunngan; dan 5. Tanggal 15 Oktober 2009, PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk meraih Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup (PROPER) kurun waktu 2008-2009 yang dilakukan oleh Kementrian Lingkungan Hidup (KLH). PT Indocement dengan pabrik yang berlokasi di Citeureup, Bogor, Jawa Barat menjadi satu-satunya yang berperingkat Emas dari 627 perusahaan yang dinilai PROPER oleh KLH. 6. 6 Desember 2010 - Indocement ditetapkan sebagai satu dari tiga nominator Metro TV MDG Awards 2010 untuk kategori Tujuan ke-7: Melestarikan Lingkungan, yang diumumkan pada 3 Desember 2010 di Hotel Four Seasons Jakarta. Penghargaan ini diselenggarakan oleh United Nation Millenium Campaign bersama Utusan Khusus Presiden Republik Indonesia untuk MDG, Yayasan Inovasi Pemerintahan Daerah, bekerja sama dengan MetroTV. 7. 19 Agustus 2010 - Semen “TIGA RODA” PRoduksi PT Indocement Tunggal PRakarsa Tbk. (”Indocement”) kembali dianugerahi ”Top Brand Award 2010”, untuk kategori Semen oleh Majalah Marketing bekerjasama dengan Frontier Consulting Group.
32
8. 5 Agustus 2010 - Indocement menerima dua Penghargaan Emas dari Indonesia Green Awards 2010 kategori Green CSR dan Green Manufacture. Penghargaan ini diselenggarakan oleh Majalah Bisnis & CSR, dan didukung oleh DPD RI dan La Tofi School of CSR 9. 3 Agustus 2010 - Indocement meraih Juara I pada perhelatan SGS Annual Quality Award untuk pencapaian perusahaan atas tanggung jawab sosial kepada masyarakat dan lingkungan. 10. 21 Juli 2010 - Indocement menerima 3 penghargaan dari Majalah FinanceAsia, Hongkong. Salah satunya adalah ”Top 7 Best Managed Companies in Indonesia 2010”. 11. 1 Juli 2010 - Indocement menerima penghargaan sebagai ”The Best Public Companies 2010” oleh Majalah SWA. 12. 10 Juni 2010 - Indocement untuk ke-lima kalinya, sejak 2006, dianugerahi IMAC Award ("Indonesia's Most Admired Company Award"). Di kategori industri semen, Indocement ditetapkan sebagai yang terbaik kinerjanya dalam membangun dan mengelola citra perusahaan ("The Best in Building and Managing Corporate Image"). 13. 27 Mei 2010 - Indocement berhasil mempertahankan Sertifikat dan Bendera Emas untuk ketiga pabriknya berdasarkan hasil Audit SMK3 yang telah dilaksanakan pada bulan Agustus 2009 oleh Sucofindo International Certification Services (SICS).
4.2 Visi, Misi, dan Motto PT Indocement Aktivitas PT Indocement Tunggal PRakasa Tbk selalu dilakukan dengan landasan visi dan misi yang dimiliki oleh perusahaan. Visi PT Indocement Tunggal PRakasa, Tbk: “menjadikan perusahaan sebagai pemimpin pasar semen dalam negeri yang berkualitas.” Adapun, misi yang dimiliki PT Indocement: “Kami berkecimpung dalam bisnis penyediaan papan, bahan bangunan dan jasa terkait yang bermutu dengan harga kompetitif dan tetap memperhatikan pembangunan berkelanjutan.”
33
PT Indocement Tunggal Prakasa, Tbk juga memiliki motto perusahaan yang dapat dilihat selalu tertera disetiap sudut lokasi perusahaan. Motto PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk tersebut adalah membangun kehidupan bermutu (better shelter for better life). Visi, misi, dan motto perusahaan tersebut selalu dijadikan pijakan bagi setiap karyawan perusahaan berbagai tingkatan dalam menjalankan aktivitas perusahaan ini.
4.3 Struktur Organisasi Struktur suatu organisasi menggambarkan bagaimana organisasi itu mengatur dirinya sendiri, bagaimana mengatur hubungan antar orang dan antar kelompok. Struktur suatu organisasi ada kaitannya dengan tujuan, sebab struktur organisasi itu adalah cara organisasi itu mengatur dirinya untuk bisa mencapai tujuan yang ingin dicapainya. Struktur organisasi Indocement seperti Gambar 6.
President Director
Vice President Director
Technical Director
Finance Director
Human Resources Director
Commercial Director
Sumber: Annual Repport 2008 PT Indocement Tunggal Parakasa, Tbk
Gambar 5. Struktur Organisasi Perusahaan Berdasarkan Gambar 6 PT Indocement memliki empat departement umum yang dipimpin oleh seorang direktur, yaitu
direktur teknik, direktur
keuangan, direktur pemasaran, dan direktur SDM. Penelitian ini dilakukan di dalam divisi pendukung, yang mana divisi ini berada di bawah departement teknis. Selanjutnya, fokus penelitian berada di depatement CSR unit citeureup, sebagai departemen yang berada di bawah naungan departemen teknis secara
34
langsung. Selanjutnya, secara tidak langsung dikelola oleh corporate CSR yang merupakan salah satu departement yang berada dibawah stuktur organisasi departement SDM. Kinerja dan tatakelola departement CSR akan di jabarkan pada pembahasan berikutnya.
4.4 Departemen CSR PT Indocement PT Indocement memiliki sebuah Departemen CSR yang dibentuk pada tahun 2005 yang berlandaskan pada Triple Bottom Lines. Kegiatan sosial perusahaan PT Indocement sebenarnya sudah dilakukan sejak perusahaan berdiri pada tahun 1985 melalui divisi Community Development. Program CSR PT Indocement secara garis besar terbagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu Community Development Section (Comdev Section) dan Sustainable Development Project Section (SDP Section), dimana semuanya mengacu kepada tujuan pembangunan milenium (Millennium Developments Goals/ MDGs). Departemen CSR unit Citeureup memiliki pemimpin sebagai Head Officer Departemen CSR dan memiliki 15 orang staf yang terbagi menjadi Community Development Section (Comdev Section) yang dikepalai oleh Ibu Lia Damayanti dan Sustainable Development PRoject Section (SDP Section) yang dikepalai oleh Bapak Ayi Ibrohim. Departemen CSR memiliki visi dan misi yang menjadi landasan dalam melaksanakan tugas departemen. Visi Departemen CSR adalah membangun kepentingan perusahaan untuk kepentingan bersama perusahaan dan komunitas, khususnya komunitas lokal dimana perusahaan beroperasi, sehingga tercipta hubungan yang harmonis. Sedangkan misi Departemen CSR adalah menjalankan seluruh kegiatan usaha dengan tetap memperhatikan kesejahteraan komunitas (wholesome community) dan dengan menerapkan konsep ramah lingkungan (enviroment friendly) dengan tetap memperhatikan pengembangan masyarakat yang berkelanjutan (sustainable development). PT Indocement yang beroperasi di Citeureup berada dalam tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Citeureup, Kecamatan Klapanunggal, dan Kecamatan Cileungsi. Penentuan desa binaan dari tiap kecamatan berdasarkan kedekatan lokasi desa dengan lokasi pabrik dan pertambangan. Berdasarkan kedekatan tersebut maka
35
jumlah seluruh desa binaan sebanyak 12, yaitu: Desa Gunung Putri, Citeureup, Puspanegara, Lulut, Bantarjati, Nambo, Hambalang, Leuwi Karet, Tarikolot, Gunung sahari, Pasir Mukti, dan Tajur. PT Indocement menanggap CSR sebagai tanggung jawab sosial perusahaan terhadap peningkatan nilai dan kualiatas hidup pemangku kepentingan (stakeholeders). Partisipasi perusahaan membangun wilayah desa binaan dalam pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat bedasarkan peta demografi sosial. Keharmonisan
antara
masyarakat
dengan
perusahaan
dibangun
melalui
komunikasi dua arah dalam 5 pilar program pengembangan bagi masyarakat desa binaan di sekitar wilayah operasi perusahaan. Program CSR yang dikerjakan oleh bagian Comdev mengacu pada 5 pilar aspek kehidupan.
4.5 4.5.1
Implementasi PRogram CSR PT Indocement Tunggal Prakasa, Tbk Pendekatan Implementasi CSR PT Indocement PT Indocement memaknai CSR sebagai tanggung jawab sosial perusahaan
terhadap
peningkatan
nilai
dan
kualitas
hidup
pemangku
kepentingan
(stakeholeders). Pemangku kepentingan dimaksud oleh Indocement ialah pemegang saham, pemerintah, dan juga masyarakat desa sekitar wilayah operasi PT Indocement. Perusahaan berupaya untuk berpartisipasi dalam membangun wilayah desa sekitar perusahaan atau yang disebut sebagai desa binaan. Identifikasi kebutuhan dasar masyarakat desa binaan, dilakukan perusahaan berdasarkan peta demografi sosial yang dirancang sebelum melakukan perencanaan PRogram. Hal ini selaras dengan pengertian CSR menurut Rudito (2004), bahwa akan kegiatan CSR merupakan cara perusahaan untuk tidak memisahkan diri dengan komunitas disekitarnya, dimana Indocement memiliki desa binaan sebagai wilayah implementasi kegiatan CSR. Kebijakan PT Indocement mengenai implementasi CSR telah dirumuskan sejak awal perusahaan berdiri. Pada mulanya perusahaan hanya memberikan sumbangan dan bantuan kepada masyarakat sekitar pabrik maupun masyarakat yang tinggal dekat dengan lokasi pertambangan. Pemberian donasi dan sumbangan tersebut tidak dilandasi oleh konsep partisipasi dan pengembangan
36
masyarakat. Saai ini perusahaan telah memiliki konsep dan kebijakan, dimana implementasi program CSR PT Indocement mengacu pada aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi (konsep triple bottom lines) seperti kutipan di bawah ini yang terdapat pada Annual Report PT Indocement dan data Departemen CSR, yaitu:
“Indocement melaksanakan gagasan-gagasan tanggung jawab sosial perusahaan untuk memberikan mata pencaharian, perhatian, dan perlindungan yang layak bagi masyarakat dan lingkungannya untuk memastikan keberlangsungan pertumbuhan serta kesejahteraan bagi generasi berikutnya”(Departemen CSR PT Indocement, 2009) Selaras dengan pernyataan sebelumnya, kebijakan pelaksanaan program CSR PT Indocement, juga disesuaikan dengan kebijakan umum perusahaan pada bidang mutu perusahaan bagian keselamatan dan kesehatan kerja, keamanan, lingkungan, dan komunitas, yaitu:
“Senantiasa berupaya untuk menghemat sumber daya alam, mengutamakan keselamatan, keamanan, dan kesehatan kerja, serta mengendalikan dan dan mengurangi dampak lingkungan, terutama emisi debu, melalui kegiatan perbaikan secara terus menerus. Senantiasa berusaha meningkatakan program untuk menciptakan hubungan kerjasama yang harmonis dengan lingkungan sekitar.” (Powerpoint presentasi pengenalan CSR). Program tanggung jawab sosial perusahaan didasarkan pada konsep pembangunan berkelanjutan yang bertumpu pada tiga pencapaian yang bermanfaat secara ekonomi, sosial dan lingkungan (triple bottom lines). Perusahaan juga mendasari program CSR pada Kerangka Lima pilar Pembangunan Berkelanjutan yaitu pendidikan, ekonomi, kesehatan, sosial, dan kemanan. Selain itu, tujuan dari pembangunan Millenium Development Goals yang dicetuskan PBB tahun 2000 juga menjadi inspirasi implementasi program tanggung jawab sosial perusahaan. Ambadar (2008) menyatakan bahwa terdapat enam prakarsa utama yang dapat disesuaikan dengan masing-masing tujuan sosial perusahaan dalam
37
menerapkan program CSR. Implementasi program CSR Indocement juga memiliki tujuan sosial, yang mana termasuk dalam kategori Social Responsible Bussiness Practics. Kategori Social Responsible Bussiness Practics, dimana perusahaan melakukan berbagai investasi bisnis yang mendukung pemecahan masalah sosial tertentu. Investasi bisnis yang dilakukan oleh Indocement salah satunya adalah penerapan program CSR, dimana hubungan yang dijaga oleh perusahaan telah dimaknai sebagai hubungan kerjasama dalam kebijakan umum perusahaan. Program CSR yang dilaksanakan oleh perusahaan akan bermanfaat bagi keberlanjutan usahanya, Wibisono (2007) mengemukakan bahwa terdapat 10 manfaat yang dapat diterima oleh perusahaan pelaksana program CSR. Indocement sebagai perusahaan yang telah melaksanakan CSR, bahkan memiliki departement khusus dalam pengelola program CSR, mendapatkan banyak manfaat bagi kemajuan perusahaan. Menurut FJR selaku karyawan departemen CSR, penghargaan secara formal maupun nonformal dari banyak pihak didapatkan PRogram CSR Indocement, selain itu Indocement juga memanfaatkan sampah rumah tangga sebagai bahan alternatif produksi juga diperoleh dari adanya implementasi pogram CSR, dan juga hubungan baik dengan masyarakat sekitar lokasi pertambangan yang terjalin melalui kegiatan CSR.
“Hubungan Indocement dengan warga sekitar baik, karena Indocement terbuka dengan masalah yang ada di desa binaan terutama yang terkait dengan 5 pilar, keterbukaan ini bertujuan agar warga merasa dekat dengan Indocement. Kegiatan CSR Indocement juga membantu untuk mendapatkan bahan bakar aternatif, dengan adanya Unit Pengelolaan Kebersihan di desa binaan, yang mana olahan hasil sampah akan digunakan untuk bahan bakar alternatif Produksi” Indocement mendapatkan banyak manfaat dari program CSR maka dari itu, 10 manfaat program CSR bagi perusahaan yang dikemukakan Wibisono (2007) telah diraih oleh Indocement. Akan tetapi, dari kesepuluh manfaat tersebut, ada tiga point utama yang mendominasi manfaat kegiatan CSR PT Indocement, yaitu, mempertahankan atau mendongkrak reputasi dan citra perusahaan, mendapatkan
38
lisensi sosial dari masyarakat sekitar perusahaan sekitar perusahaan untuk terus dapat beroperasi, mereduksi biaya, misal dengan upaya mengurangi limbah melalui daur ulang ke dalam siklus produksi.
4.5.2
Pandangan PT Indocement terhadap CSR PT Indocement membentuk suatu organisasi atau divisi tersendiri yang
menangani keseluruhan pelaksanaan program CSR PT Indocement, yaitu Corporate Social Responsibility Departement. Departemen ini memiliki visi dan misi, yaitu: a. Visi Departemen CSR Membangun
kepentingan
perusahaan
untuk
kepentingan
bersama
perusahaan dan komunitas, khususnya komunitas lokal dimana perusahaan beroperasi, sehingga tercipta hubungan yang harmonis. b. Misi Departemen CSR Menjalankan seluruh kegiatan usaha dengan tetap memperhatikan kesejahteraan komunitas (wholesome community) dan dengan menerapkan konsep
ramah
memeperhatikan
lingkungan
(enviromental
pengembangan
friendly)
perusahaan
yang
dengan
tetap
berkelanjutan
(sustainable development). Berdasarkan visi dan misi tesebut, dapat dikatakan bahwa Indocement termasuk perusahaan yang memiliki pandangan Beyond Compliance, karena pelaksanaan program CSR bukan hanya sebagai pemenuhan kewajiban semata, tetapi dari adanya dorongan internal perusahaan. Hal tersebut juga terlihat dari gagasan-gagasan CSR Indocement untuk memberikan mata pencaharian, perhatian, dan perlindungan yang layak bagi masyarakat dan lingkungannya untuk memastikan keberlangsungan pertumbuhan serta kesejahteraan bagi generasi berikutnya. Selain itu, Indocement juga memiliki filosofi sebagai badan usaha yang berwawasan lingkungan, serta memiliki tanggung jawab untuk membantu meningkatkan kualitas kesejahteraan masyarakat desa binaan sehingga dapat turut merasakan manfaat kehadiraan perusahaan.
39
4.5.3
Model Program CSR PT Indocement Implementasi program CSR PT Indocement jika dikaitkan dengan model
CSR yang diklasifikasikan oleh Saidi dan Abidin (2004) termasuk perusahaan yang menerapkan CSR model keterlibatan langsung. Model tersebut menunjukkan bahwa perusahaan menjalankan setiap progam CSR secara self managing. Selain menerapkan model program dengan keterlibatan langsung, beberapa program CSR yang dilaksanakan Indocement menerapkan model bermitra dengan pihak lain. Program dengan model ini ada pada pilar pendidikan dan kesehatan. Walaupun demikian, PT Indocement tetap memiliki komitmen tinggi untuk mengatur secara mandiri program CSR oleh Departemen CSR Indocement, yang berada di bawah Departemen Teknis. Struktur organisasi perusahaan yang menunjukkan posisi departemen CSR dapat dilihat pada Gambar 7.
Presiden Direktur
Direktur Keuangan
Direktur Pemasaran
Direktur Teknis
Direktur SDM
Plant 1-12
Corp HR Division
Supporting Divisions/ Departements
CSR Unit Citeureup
CSR Unit Cirebon
CSR Unit Tarjun
Corp Public & Internal Affairs Division
Corp CSR
Gambar 6. Struktur Organisasi Departemen CSR Sumber: PT Indocement Tunggal PRakasa, Tbk
Berdasarkan Gambar 7, terlihat bahwa Departemen CSR di tiap plant secara langsung berada di bawah Departemen teknis, akan tetapi kegiatan Departemen CSR di tiap unit juga di kontrol oleh Departemen SDM dan diawasi
40
oleh CSR Corporate CSR unit Citeureup. Pelaksanaan kegiatan di masing-masing unit dilakukan secara mandiri ditiap lokasi melalui tahapan-tahapan program CSR yaitu perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, hingga pelaporan.
PT Indocement
melakukan perencanaan bersama masyarakat di sekitar lokasi operasi masingmasing unit, serta dijalankan sesuai dengan kebijakan perusahaan. Perencanaan pelaksanaan program CSR ini, dilakukan dalam rapat triwulan yang bernama Bina Lingkungan Komunikasi (Bilikom). Perencanaan kegiatan dalam satu tahun dilakukan saat Bilikom tahap pertama dilaksanakan. Sedangkan kegiatan Bilikom pada tahap berikutnya merupakan pemantauan kegiatan yang belum dan akan dilaksanakan. Kegiatan tersebut bermanfaat sebagai kontrol langsung perusahaan dalam menjalankan setiap kegiatan CSR, sehingga perusahaan juga dapat terus menyesuaikan kegiatannya dengan tujuan perusahaan. Selain disesuaikan dengan tujuan perusahaan, kegiatan CSR PT Indocement juga diselaraskan dengan program pemerintah, yang mana tercakup dalam program lima pilar, yaitu:
1. Pilar Pendidikan Program yang dilaksanakan pada pilar ini berupaya untuk membantu meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia desa binaan di sekitar wilayah operasi perusahaan dengan menyediakan sarana dan prasarana pendidikan, antara lain pembangunan sekolah bersama Yayasan Indocement (Yasmen) dan renovasi bangunan sekolah (SD, SMP, SMA) di desa binaan. Selain itu pilar ini memiliki program beasiswa bagi siswa berPRestasi disetiap desa binaan, sebagai contoh sembilan orang siswa SMA dan SMP/ MTs di Desa Bantarjati. Disamping itu, PT Indocement juga menyelenggarakan pendidikan formal dengan memiliki dan mengelola dua buah SMP dan satu buah SMA di bogor, satu Kelompok Bermain (Play Group), satu taman kanak-kanak, satu SLTP dan satu SMA di Tarjun, Kotabaru, Kalimantan selatan. Selain pendidikan formal, pilar pendidikan juga menyelenggarakan pelatihan-pelatihan bagi warga masyarakat desa binaan seperti, pelatihan
41
keterampilan melalui SMI (Sekolah Magang Indocement), pelatihan menjahit garment, pelatihan service elektronik, pelatihan peternak ayam petelor, dan pelatihan pembuatan aneka kue. Pemberian buku bacaan bagi perpustakaan mandiri juga rutin dilakukan, serta adanya bantuan sarana belajar bagi sekolahsekolah di desa binaan seperti, buku, bangku, dan meja belajar. PT Indocement juga memberikan pembagaian dana anak asuh (SD dan SMP/ MTs, SMA kelas 1,2, 3) sebanyak 50 orang di setiap desa binaan.
2. Pilar Ekonomi Pilar ekonomi memiliki tujuan untuk memberdayakan masyarakat melalui pemberian modal usaha kepada pemilik Usaha Kecil Menengah (UKM) yang disesuaikan dengan potensi desa. Pemberian modal usaha pada program ini terbagi menjadi dua jalur, yang disesuaikan dengan besarnya usaha dan modal yang dibutuhkan. Program CSR Indocement memberikan dana bergulir bagi pemilik UKM yang membutuhkan dana maksimal lima juta rupiah. Sedangkan bagi UKM yang membutuhkan bantuan dana bergulir lebih dari batas, akan diserahakan pada pihak Bank Mandiri. Prosedur pemberian dana tersebut tetap didampingi oleh pihak Indocement, karena Indocement sebagai penjamin bahwa UKM tersebut akan mampu mengembalikan pinjamanya. Sebagai salah satu usaha yang dilakukan Indocement dalam menjaga keberlanjutan UKM tersebut, dilakukan pendampingan dan pemberian pelatihan kepada UKM yang sesuai dengan bidang usahanya. Saat ini UKM unggulan yang berada dibawah binaan Indocement antara lain peternakan ayam, konveksi, kerajinan, dan bengkel sepeda motor. Bentuk pelatihan yang baru dilaksanakan pada tahun 2010 adalah pelatihan membatik di atas kertas semen bekas, yang dijadikan aneka hiasan, salah satunya kotak tisu. UKM pembuat kotak tisu menggunakan kertas bekas semen yang telah di batik telah berjalan di Desa Gunungsari.
3. Pilar Kesehatan Program yang dilaksanakan dalam pilar ini adalah melakukan pelayanan kesehatan kepada masyarakat desa binaan. Program yang dilaksanakan setiap bulan secara bergiliran di dua belas desa binaan ialah Pusling (Puskesmas
42
Keliling), yang dilaksanakan bersama Puskesmas setempat untuk desa binaan di sekitar wilayah operasi perusahaan. Selanjutnya CSR Indocement pada bidang kesehatan secara rutin memberikan bantuan pemberian makanan tambahan pada setiap posyandu di dua belas desa binaan. Bantuan kesehatan lainnya pun turut dilakukan dalam meningkatkan kesehatan masyarakat desa binaan seperti operasi katarak gratis, khitanan massal, dan juga pengobatan gratis di poliklinik perusahaan. Selain itu, kegiatan yang juga dilakukan dalam mewujudkan pilar ini adalah membuat sarana dan prasana kesehatan, sarana air bersih, dan juga program kesehatan lainnya.
4. Pilar Sosial – Budaya – Agama – Olahraga Perusahaan juga memperhatikan kehidupan sosial masyarakat, sehingga penting bagi perusahaan dalam untuk melakukan kegiatan pada pilar ini. Pada pilar ini perusahaan membantu desa binaan di sekitar wilayah operasi perusahaan dengan pembangunan infrastruktur seperti jalan desa, jembatan penghubung desa, sarana ibadah, sarana olahraga. Selain itu, Indocement juga melakukan pembinaan terhadap pemuda, pelestarian budaya lokal seperti kesenian degung, reog, dan tarian daerah. Komitmen Indocement untuk melestarikan budaya setempat semakin nyata dengan adanya pembangunan “Rumah Budaya” di salah satu desa binaan wilayah Kecamatan Citeureup sebagai sarana pendukung pelestarian budaya tradisonal. Pilar ini juga melaksanakan program yang dilakukan oleh pemerintah yaitu program bantuan bagi Rutilahu (Rumah tidak Layak Huni) di desa binaan. Selanjutnya Indocement juga mengadakan program yang berkaitan dengan agama. Program keagaaman biasanya dikaitkan dengan hari-hari besar, misal adanya pemberian hewan qurban setiap idul adha, kemudian diadakannya buka puasa bersama warga di dua belas desa binaan, dan adaya bantuan dana untuk pelaksanaan maulid nabi.
43
5. Pilar Keamanan Pilar keamanan sama pentingnya bagi perusahaan dalam melakukan pembinaan untuk desa sekitarnya. Perusahaan berusaha untuk menciptakan kondisi yang aman dan tentram dengan melakukan pelatihan keamanan kepada masyarakat desa binaan dan memberikan fasilitas sarana prasarana penunjang Pos Kamling, bantuan seragam hansip/linmas serta faslitas penunjang keamanan lainnya.
4.5.4
Pengelolaan Implementasi Program CSR PT Indocement Penentuan CSR di dua belas desa binaan dilakukan berdasarkan social
mapping oleh pihak karyawan Departemen CSR untuk mendapatkan Gambaran umum dan data yang jelas mengenai situasi dan kondisi masyarakat desa binaan. Hal tersebut dilakukan perusahaan agar perusahaan dapat menentukan PRioritas program yang akan dilaksanakan agar tepat guna dan tepat sasaran. Penentuan prioritas dan perencanaan program dilakukan dengan cara menganalisa kebutuhan desa binaan melalui beberapa pertimbangan yang dapat dilihat pada skema penentuan program CSR pada Gambar 8. Pertama, dilakukannya komunikasi antar stakeholders dengan melakukan kegiatan Bilikom (Bina Lingkungan Komunikasi) bersama masyarakat desa binaan. Bilikom kegiatan ini dilaksanakan dengan cara ‘menjemput bola’ dimana karyawan Indocement, mendatangi ke lokasi desa-desa binaan setiap tiga bulan. Bilikom menjadi salah satu sarana bagi perusahaan untuk berkomunikasi langsung dengan masyarakat desa binaan.
44
Gambar 7. Skema Penentuan CSR Program PT Indocement Sumber: Presentasi untuk PKL dan Umum. Indocement 2010
Melalui Bilikom dapat diketahui harapan masyarakat, keberhasilan program CSR dan kendala pelaksanaan program CSR, sehingga pelaksanaan kegiatan selanjutnya diharapkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Kedua, analisa kebutuhan
masyarakat
disesuaikan
dengan
hasil
Musyawarah
Rencana
Pembangunan (Musrenbang) desa, karena Indocement melaksanakan kegiatan CSR juga bertujuan dalam membantu kinerja pemerintah, termasuk rencana pembangunan desa. Selanjutnya, Departemen CSR menganalisis kebutuhan masyarakat sesuai dengan prioritas dan target dengan skala yang telah ditentukan dengan menggunakan social mapping dan disesuaikan pula dengan rencana strategis. Hasil dari analisis kebutuhan akan disesuaikan dengan kebijakan CSR PT Indocement dan kebijakan lainnya yang masih berkaitan, selain itu disesuaikan dengan kerangka pemikiran mengenai program yang akan dilaksanakan oleh Departement CSR disetiap plant sebelum melakukan perencanaan program CSR bersama stakeholders. Setelah analisis kebutuhan masyarakat telah tersusun dengan baik, kemudian disusun perencanan program dan pelaksanaan program. Selanjutnya secara terus menerus akan dilakukan kegiatan pemantauan dan evaluasi program yang kemudian kembali dalam BILIKOM dan kebijakan Depatemen CSR.
45
BAB V PROFIL DESA BANTARJATI 5.1
Letak dan Keadaan Fisik Desa Bantarjati Desa Bantarjati merupakan salah satu desa binaan PT Indocement yang
berada di wilayah Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Secara administratif desa ini berbatasan dengan Kecamatan Gunung Putri di sebelah utara, selanjutnya di sebelah timur berbatasan dengan Desa Nambo, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Lulut, dan di sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Citeureup. Desa bantarjati dikelilingi oleh Sungai Cigede sebelah utara yang juga menjadi pembatas dengan Kecamatan Gunung Putri dan Barat dengan Kecamatan Citeureup. Desa Bantarjati terdiri dari tiga dusun dengan masing-masing terdiri dari satu hingga dua Rukun Warga (RW) yang terbagi menjadi 15 Rukun Tetangga (RT). Dusun satu dikenal dengan nama Kampung Nambo yang terdiri dari dua Rukun Warga (RW) yaitu RW 01 dan RW 02 dengan delapan RT. Selanjutnya dusun dua yaitu Kampung Bantarkopo terdiri dari dua RW, yaitu RW 03 dan RW 04 dengan enam RT. Terakhir, dusun tiga yaitu Kampung Pasir Tangkil yang terdiri hanya satu RW yaitu RW 05 dengan dua RT. Desa Bantarjati luasnya sekitar 367 hektar dengan tataguna lahan seperti terinci pada Tabel 2. Sebagian besar tanah digunakan sebagai pekarangan dan perumahan yaitu seluas 100,3 hektar (27,3%). Sedangkan lahan yang digunakan sebagai areal sawah dan tegalan seluas 35,5 hektar (9,7%). Sehingga dapat dikatakan bahwa masyarakat Desa Bantarjati belum banyak mempergunakan lahan sebagai milik individu, karena lahan di Desa Bantarjati banyak yang dimiliki oleh swasta dan dijadikan sarana umum. Keadaan topografi Desa Bantarjati merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian 200 diatas permukaan air laut (mdpl) dan suhu rata-rata harian 300C.
46
Tabel 2. Luas Lahan dan Presentasenya Berdasarkan Tataguna Lahan, di Desa Bantarjati Tahun 2011 Penggunaan Lahan 1. Pemukiman dan Pekarangan 2. Persawahan dan Tegalan 3. Perkebunan 4. Lainnya (Prasana umum, lahan milik swasta) Jumlah
Luas (Hektar)
Persentase (%)
100,3
27,3
35,5
9,7
15
4,1
213,5
58,2
367
100
Sumber: Profil Desa Bantarjati Tahun 2011 (diolah)
Lahan pekarangan dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai lahan menanam tanaman kecil seperti bunga, pohon buah dan pohon kayu bahan bangunan. Pemanafaatan lahan pekarangan bertujuan untuk mengindahkan dan menambah kesejukan desa. Selanjutnya, pemanfaatan lahan sawah oleh masyarakat Desa Bantarjati dibedakan berdasarkan musim yang ada, untuk musim kemarau sawahsawah di Desa Bantarjati ditanami tanam-tanaman palawija seperti singkong, kacang-kacangan, ketimun, jagung dan lain-lain. Sedangkan pada musim hujan tentunya para petani menanam padi di sawah mereka. Kondisi lingkungan Desa Bantarjati merupakan daerah yang dekat dengan pabrik dan lokasi pertambangan batu kapur. Oleh karena itu, udara disekitar Desa Bantarjati cenderung panas dan gersang. Akan tetapi, permasalahan tersebut teratasi dengan adanya partisipasi masyarakat untuk menanam pohon di pekarangan rumahnya dan di sepanjang jalan umum yang bermanfaat untuk mengurangi panas suasana desa. Letak wilayah Desa Bantarjati yang bersinggungan dengan lokasi pertambangan dan lokasi pabrik PT Indocement membuat adanya kebijakan tersendiri dalam melakukakan pembangunan jalan menuju areal pertambangan. Pihak perusahaan belum melakukan perbaikan jalan umum untuk lalu lintas kendaraan besar disepanjang jalur ke tepat pertambangan. Pihak perusahaan tidak melakukan perbaikan jalan karena adanya peraturan dari Pemerintah Daerah yang melarang jalanan lalu lintas kendaraan industri diaspal.
47
5.2
Keadaan Umum Penduduk Desa Bantarjati Berdasarkan data demografi tahun 2010, jumlah penduduk Desa Bantarjati
sebanyak 7109 jiwa, yang terdiri dari 2141 Kepala Keluarga. Penduduk Desa Bantarjati mayoritas laki-laki, yaitu 3656 jiwa (51,43%) sedangkan perempuan sebanyak 3453 jiwa (48,57%) dari total keseluruhan penduduk. Sehingga rasio jenis kelamin di Desa Bantarjati, dapat dikatakan terdapat 106 orang laki-laki setiap 100 orang perempuan. Adapun komposisi penduduk berdasarkan golongan umur dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Jumlah dan Persentase Penduduk Menurut Golongan Umur, di Desa Bantarjati Tahun 2010 Kelompok Umur No Jumlah (Jiwa) Persentase (%) (Tahun) 1 0-4 573 8,06 2 5-9 1355 19,06 3 10-14 1347 18,95 4 15-19 380 5,35 5 20-24 351 4,94 6 25-29 338 4,76 7 30-34 425 5,98 8 35-39 402 5,66 9 40-44 350 4,92 10 45-49 339 4,77 11 50-54 415 5,84 12 >55 755 10,62 Jumlah 7.109 100 Sumber: Data Potensi Desa Bantarjati 2011
Berdasarkan Tabel 2, jumlah penduduk kelompok pemuda (15-24 tahun) sebanyak 731 jiwa atau 10,29 persen. Jumlah tersebut tidak sebanding dengan jumalah usia non produktif (0-14 tahun) sebanyak 3275 jiwa atau 46,1 persen. Jumlah penduduk pada kelompok umur tua (>55 tahun) juga cukup mendominasi yaitu sebanyak 755 jiwa atau 10,62 persen. Dapat disimpulkan bahwa penduduk desa bantarjati di dominasi oleh penduduk usia non produktif, dilihat dari persentasi jumlah penduduk dengan kelompuk umur tua dan anak-anak lebih banyak dibandingkan dengan kelompok pemuda. Menurut hasil rasio beban tanggungan, setiap 100 orang anggota rumah tangga, harus menanggung 20 orang
48
anggota rumah tangga non produktif. Dengan kata lain, tingkat ketergantungan rendah, yakni 0,2 atau kurang dari 1. Masyarakat Desa Bantarjati memiliki tingkat pendidikan yang beragam, akan tetapi hanya sebagian kecil dari masyarakat yang menyelesaikan pendidikan sampai pada jenjang yang tinggi. Data mengenai jumlah penduduk Desa Bantarjati berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Gambar 9.
4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500 0
3988
661
543
1066
792 17
42
Series1 Jiwa
Sumber: Profil Desa Bantarjati 2011
Gambar 8. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Bantarjati, Tahun 2011 Pendidikan masyarakat Desa Bantarjati tergolong rendah, hal ini terlihat dari jumlah masyarakat yang menamatkan pendidikan wajib sembilan tahun hanya 1492 jiwa dari jumlah total penduduk desa sebanyak 7109 jiwa. Tingkat pendidikan masyarakat desa yang rendah, disebabkan oleh terbatasnya sarana dan prasana sekolah yang berada di Desa Bantarjati, sehingga biaya operasional pendidikan yang dikeluarkan mahal dan membuat masyarakat tidak dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Hal tersebut terkait dengan tingkat perekonomian masyarakat Desa Bantarjati, yang terlihat dari jenis pekerjaan yang digeluti oleh masyarakat desa. Data mengenai jenis pekerjaan yang dimiliki oleh masyarakat Desa Bantarjati dapat dilihat pada Tabel 4.
49
Tabel 4. Jumlah dan presentase Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian, di Desa Bantarjati Tahun 2011 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Pekerjaan Pegawai Negeri Guru Buruh Pabrik Karyawan Pensiunan Petani Buruh Tani Penggali Pasir Buruh Bangunan/Tukang Pedagang Sopir Pengrajin Ustadz/Guru Ngaji Bidan Wartawan Lainnya Jumlah
Jumlah (Jiwa) 17 63 661 1.452 3 160 175 33 25 387 255 3 16 4 2 103 3362
Persentase (%) 0.51 1,9 19,67 43,2 0.09 4,76 5,21 0,98 74,4 11,51 7,6 0.09 0,48 0,12 0,06 3,06 100
sumber: Profil Desa Bantarjati 2011
Berdasarkan Tabel 4, jumlah penduduk yang memiliki pekerjaan tetap sebanyak 43,2 persen yang bekerja sebagai karyawan dan hanya 0,51 persen yang bekerja sebagai PNS. Jumlah penduduk yang memiliki pekerjaan tetap tersebut tidak sebanding dengan penduduk yang penghasilannya tidak tetap. Maka dari itu, tingkat ekonomi penduduk Desa Bantarjati dapat dikategorikan ekonomi sedang. Akan tetapi, banyaknya jumlah karyawan swasta juga tidak menjamin keberlanjutan perekonomian masyarakat desa, hal ini terkait dengan adanya resiko PHK bagi karyawan swasta, sehingga menambah jumlah pengangguran. Sedangkan menurut data potensi desa tahun 2011, jumlah penduduk penganggruan sebanyak 661 jiwa. Penduduk desa yang juga tidak memiliki penghasilan karena masih berstatus pelajar ataupun mahasiswa sebanyak 3.089 atau hampir setengah dari jumlah penduduk total desa tahun 2011.
50
5.3
Kelembagaan Kelembagaan yang terdapat di Desa Bantarjati meliputi kelembagaan
formal dan informal. Kelembagaan formal terdiri dari lembaga pemerintahan (Pemerintahan Desa, Badan Permusyawaratan Desa, dan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat) dan Lembaga Kemasyarakatan Desa Rukun Warga (RW), Rukun Tetangga (RT), Karang Taruna, Posyandu, Kelompok PKK dan Kelompok Tani). Posyandu yang berada di Desa Bantarjati berjumlah sembilan unit, yang tersebar di setiap dusun. Posyandu yang berlokasi di dusun satu atau Kampung Nambo berjumlah dua unit Posyandu permanen dan 3 unit berpindah tempat. Posyandu yang permanen yaitu Nusa Indah di RT 02 dan Anggrek di RT 06, sedangkan yang lainnya Teratai di RT 04, Dahlia di RT 05, Kenanga di RT 05 tidak memiliki tempat yang tetap. Selanjutnya di dusun dua memiliki tiga unit Posyandu, hanya satu Posyandu yang permanen yaitu Melati di RT 11, sedangkan dua lainnya berpindah yaitu Mawar di RT 08 dan Plamboyan RT 09. Dusun tiga hanya memiliki satu unit Posyandu dan memiliki lokasi permanen yaitu Posyandu Rimba Raya di RT 14. Kegiatan Posyandu dilaksanakan rutin setiap satu bulan sekali. Pelaksanaan kegiatan Posyandu di kordinir oleh anggota kelompok PKK yang bertugas sebagai kader Posyandu sebanyak 19 orang yang tersebar di tiga dusun. Kegiatan yang dilaksanakan di dalam Posyandu adalah penimbangan dan pemberian makanan tambahan untuk anak usia 0-5 tahun, pemeriksaan ibu hamil baik berat badan ibu, usia kehamilan, dan tekanan darah, selain itu ada juga pemeriksaan
kesehatan
lainnya.
Selain
kegiatan
pengobatan
dan
juga
penimbangan, kegiatan yang dilakukan Posyandu adala penyuluhan kesehatan baik diperuntukan bagi anak, remaja, maupun isu kesehatan yang sedang marak seperti penyuluhan flu burung. Kegiatan penyuluhan dilakukan oleh Puskesmas keliling milik Kecamatan Klapanunggal yang dibantu oleh Perusahaan seperti bantuan CSR PT Indocement. Pengamanan desa dilakukan oleh Linmas yang beranggotakan 36 orang yaang bersekretariat di kantor desa. Kegiatan yang dilaksanakan oleh Linmas adalah ronda malam dan kegiatan penngamanan lainnya. Linmas Desa Bantarjati mendapatkan pelatihan dari pemerintah dan juga perusahaan, sebagai bentuk
51
peningkatan kapasitas diri Linmas. Desa Bantarjati juga memiliki kelembagaan informal seperti keompok tani, organisasi olahraga, karang taruna, kelompok pengajian dan juga kelompok arisan. Jumlah kelompok tani sebanyak 3 kelompok yang tersebar di setiap dusun. Kelompok tani yang dimiliki desa tidak akitf, hal ini disebabkan banyaknya masyarakat bermata pencaharian bertani beralih PRofesi menjadi buruh pabrik. Selanjutnya, kelembagaan informal yang dimiliki ialah karang taruna, dimana pengurus karang taruna yang terdata oleh desa sebanyak 3 orang yang memiliki 166 orang anggota. Salah satu kegiatan karang taruna yang rutin dilaksanakan setiap tahun adalah pelaksanaan perayaan HUT RI di tingkat desa. Kelompok olahraga yang ada di desa tidak sepenuhnya berjalan sendiri sebagai suatu organisasi, karena pelaksanaan kegiatan sering di kordinasi bersama karang taruna. Kelompok olahraga yang ada di Desa bantarjati, yaitu kelompok olahraga sepakbola, bulutangkis, dan atletik. Kelompok olahraga ini masih sebatas sebagai sarana penyaluran hobi, sehingga tidak ada kejuaran-kejuaran khusus yang diikuti oleh masing-masing kelompok. Kelembagaan beikutnya adalah kelompok arisan dan kelompok pengajian yang beranggotakan ibu-ibu di Desa Bantarjati.
5.4
Sarana dan Prasarana Kondisi jalan di Desa Bantarjati dapat dikatakan telah baik, karena
sebagian dari jumlah total desa sepanjang 17.000 meter, hanya 7.000 meter yang belum teraspal atau di beton. Jalan beton sepanjang 3.500 meter menjadi jalan utama desa yang digunakan sebagai transportasi penghubung antara kampung ataupun dengan desa tetangga. Selain jalan utama desa yang telah dibetonisasi, jalan di pelosok desa juga telah menggunakan aspal yang mana total panjang jalan aspal 6.000 meter. Mudahnya akses desa ke pusat perdagangan ataupun industri, membuat desa ini termasuk desa peralihan menuju kota. Jalan utama desa dapat dilalui oleh berbagai macam kendaraan bermotor, mulai dari motor hingga truk pengangkut batu. Sarana transportasi darat lainnya yang dimiliki desa adalah jembatan sebanyak 2 buah baik yang berjenis jembatan beton ataupun jembatan yang terbuat dari besi. Kondisi jembatan yang tersedia dalam keadaan baik, sehingga
52
transportasi warga tidak terhambat. Kendaraan bermotor yang dimiliki oleh penduduk Bantarjati mayoritas sepeda motor dan sepeda, dan hanya sebagaian kecil masyarakat desa memiliki kendaraan berupa sedan, truk, serta bus. Jalanan utama desa juga dilalui oleh angkutan umum dengan trayek perjalanan dari Kecamatan Citeureup menuju Desa Lulut. Jumlah angkutan umum yang tersedia sebanyak 41 unit kendaraan yang beroperasi setiap hari. Sarana dan prasarana lainnya berupa Balai Desa/ Kantor Desa yang memiliki fasilitas satu ruang kepala desa,satu ruang staf satu ruang pertemuan dan satu kamar mandi. Selanjutnya prasarana yang tesedia di desa hanya ada untuk penduduk beragama muslim, karena memang mayoritas penduduk desa bergama islam. Jumlah prasarana peribadatan berupa mesjid 7 unit dan musholla/majelis taklim sebanyak 26 unit. Selanjutnya prasarana pendidikan yang ada di Desa, dapat dilihat dalam Tabel 5:
Tabel 5. Jumlah dan Status Berdasarkan Prasarana Pendidikan, di Desa Bantarjati Tahun 2011 No
Prasarana Pendidikan
Status
Jumlah (unit)
1.
PAUD
Formal
4
2.
TK
Formal
5
3.
SD/MI
Formal
4
4.
SMP/MTs
Formal
2
5.
Pondok Pesantren
Informal
7
Jumlah Total
22
Ketersediaan prasarana pendidikan di Desa Bantarjati belum mencukupi kebutuhan masyarakat. Prasana pendidikan tertinggi yang tersedia tingkat SMP, membuat tingkat pendidikan warga Desa Bantarjati secara umum masih tergolong rendah. Selain prasana pendidikan yang memang tidak mencukupi, biaya sekolah yang mahal juga menjadi pengahalang, karena ketersediaan sekolah negeri yang minim. Prasarana pendidikan dengan status milik negeri hanya tersedia untuk tingkat sekolah dasar, selainyya milik swasta atau yayasan. Prasana pendidikan pondok pesantren dengan status pendidikan informal relatif mencukupi, karena
53
mayoritas masyarakat pun beragama muslim. Kondisi bangunan sekolah dasar negeri tidak cukup baik, karena ada beberapa gedung yang sudah mulai rusak ringan. Sedangkan kondisi bangunan sekolah swasta dinilai cukup baik. Prasana olahraga yang tesedia di desa diantaranya 5 unit lapangan sepakbola, 6 unit lapangan bulutangkis, 3 unit lapangan bola voli, dan 3 unit lapangan tenis meja. Selanjutnya, sarana dan prasarana kesehatan yang tersedia di desa hanyalah Posyandu sebanyak sembilan unit, yang aktif sebulan sekali. Terdapat pula sarana komunikasi dan informasi yang tersedia di desa, untuk sarana komunikasi telah tersedia, namun masih terbatas disepanjang jalan desa yang dilalui jalur telephone. Desa bantarajati juga memiliki satu telepon umum yang dapat digukana warga. Mayoritas warga desa lebih memilih menggunakan telpon genggam, dari data potensi desa, sebanyak 75 persen warga menggunakan telpon genggam unuk berkomunikasi. Sedangkan sarana pendistribusian barang dan jasa belum tersedia di Desa Bantarjati, sehingga masih menggunkan jasa PT. Pos Indonesia di desa terdekat.
5.5 Aspek Sosial Budaya Masyarakat
Desa
Bantarjati
masih
menggunakan
nilai-nilai
kebudayaannya sebagai bentuk tanggung jawab untuk melestarikan budaya. Desa Bantarjati, yang termasuk dalam kawasan Provinsi Jawa Barat masih menggunakan bahasa sunda sebagai bahasa sehari-hari. Akan tetapi, mayoritas penduduk juga bisa berbahasa Indonesia dengan lancar, karena banyak penduduk pendatang yang tinggal di desa. Selain kelestraian budaya dengan menggunkan bahasa daerah, kesenian degung juga masih diminati warga baik anak-anak maupun orang dewasa, dimana terdapat satu group degung yang aktif melaksanakan kegiatan. Selain itu terdapat group dangdut, serta terdapat 2 group qosidah dan satu group marawis. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa walaupun desa ini cukup dekat dengan pusat kota dan banyaknya jumlah pendatang, masyarakat desa terus melestarikan kebudayaan yang telah diwariskan nenek moyang.
54
BAB VI PENILAIAN IMPLEMENTASI PROGRAM CSR
6.1
Karakteristik Responden Penelitian ini memiliki responden sebanyak 30 orang, jumlah ini
didapatkan dari banyaknya aparatur Desa Bantarjati, dari mulai anggota BPD, anggota LPM, Kepala Dusun, Ketua Rukun Warga, hingga Ketua Rukun Tetangga. Mayoritas responden adalah laki-laki yaitu sebanyak 29 orang dan hanya 1 orang perempuan. Mayoritas aparatur desa berjenis kelamin laki-laki, karena Desa Bantarjati masih menganggap sebaiknya yang menjadi pemimpin atau perwakilan warga adalah laki-laki. Penelitian ini membagi usia responden ke dalam tiga kategori yaitu dewasa awal, dewasa madya, dan usia lanjut. Kategori umur yang telah ditentukan merupakan tahapan perkembangan manusia berdasarkan teori perkembangan Hurlock (1980). Dari hasil pengambilan data di lapang, responden penelitian pada kategori usia dewasa madya yaitu antara 41 sampai 60 tahun yaitu sebanyak 17 orang dari 30 responden. Menyusul kemudiaan responden pada kategori umur dewasa awal yaitu antara 18 sampai 40 tahun sebanyak 33,33 persen dan 10 persen responden berusia lanjut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Jumlah dan Presentase Responden Berdasarkan Usia, di Desa Bantarjati Tahun 2011 Jumlah No Usia (tahun) N % 1. Usia Lanjut (>60) 3 10 2.
Dewasa Madya (41-60)
17
56,67
3.
Dewasa Awal (18-40)
10
33,33
30
30
Jumlah
Tingkat pendidikan reponden penelitian mayoritas tamatan SD, yaitu sebanyak 36,66 persen dari 30 responden. Menyusul kemudian responden yang menamatkan pendidikannya hingga SMP sebanyak 33,33 persen. Dari tingkat
55
pendidikan tersebut dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan responden tergolong sedang. Hal ini diperkuat dengan data responden yang menamatkan pendidikannya hingga perguruan tinggi hanya 1 orang atau hanya 3,33 persen dari 30 respoden. Jumlah dan persentase tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan, di Desa Bantarjati Tahun 2011 No. 1. 2. 3. 4. 5.
Tingkat Pendidikan
N
Tidak Sekolah Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Tamat Sarjana Jumlah
Jumlah % 4 13,33 11 36.66 10 33,33 4 13,33 1 3,33 30 100
Jenis pekerjaan masyarakat Desa Bantarjati sangat beragam, akan tetapi pada penelitian ini jenis pekerjaan responden terbagi menjadi 3 yaitu pegawai swasta, buruh, dan pedagang. Responden penelitian tidak ada yang bekerja sebagai pegawai negeri, hal ini di karenakan jumlah pegawai negeri di Desa Bantarjati hingga tahun 2011 hanya 17 orang, dan tidak ada satupun yang menjadi tokoh masyarakat. Data persentase jenis pekerjaan responden dapat dilihat pada Gambar 10.
7% 13% 40%
pegawai swasta buruh pedagang tidak bekerja/pensiunan
40%
Gambar 9. Presentase Responden Menurut Jenis Pekerjaan, di Desa Bantarjati Tahun 2011
56
Berdasarkan Gambar 10, pekerjaan responden penelitian mayoritas pegawai swasta dan buruh, baik sebagai buruh tani, pabrik, ataupun bangunan. Responden yang bekerja sebagai pegawai swasta sebanyak 12 responden dari 30 responden, begitu pula dengan responden yang bekerja sebagai buruh sebanyak 40 persen. Selanjutnya persentase jenis pekerjaan responden terbesar ketiga adalah responden yang berkerja sebagai pedagang sebanyak 13 persen dari 30 responden. Sedangkan responden yang tidak bekerja/ pensiunan sebayak 2 orang (7%) dari total responden. 6.2
Penilaian Implementasi PRogram CSR di Desa Bantarjati Program CSR merupakan salah satu bentuk komunikasi perusahaan
kepada masyarakat untuk menjalin hubungan baik antar keduanya. Penelitian ini akan mengukur beberapa indikator yang mendukung pelaksanaan program CSR, yang dinilai oleh sasaran program. Indikator implementasi yang akan dilihat penilaiannya oleh responden adalah jenis kegiatan, frekuensi kegiatan, kemampuan fasilitator, dan manfaat program CSR PT.
Indocement Tunggal
Prakasa di Desa Bantarjati.
6.2.1
Penilaian Responden terhadap Jenis Kegiatan CSR PT Indocement Data mengenai penilaian responden terhadap jenis kegiatan CSR yang
dilaksanakan
PT
Indocement
didapatkan
dari
data
kuantitatif
dengan
menggunakan kuesioner. Penilaian jenis kegiatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengetahuan responden terhadap ragam dari rangkaian keseluruhan kegiatan CSR berdasarkan lima pilar pembangunan yang dilaksanakan di Desa Bantarjati. Pengolahan data kuesioner menggunakan teknik scoring yang dibagi kedalam tiga kategori, yaitu beragam, kurang beragam, dan tidak beragam. Data mengenai jumlah dan persentase responden menurut penilaian responden tentang jenis kegiatan dapat dilihat pada Tabel 8.
57
Tabel 8. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Penilaian Responden Tentang Jenis Kegiatan Program CSR PT Indocement Jumlah No. Jenis Kegiatan (skor) N % 1. 8 26,67 Beragam (24-17) 2. 6 20 Kurang Beragam (16-9) 3. 16 53,33 Tidak Beragam (≤ 8) Jumlah
30
100
Berdasarkan Tabel 8 diatas, mayoritas responden memiliki penilaian tentang jenis kegiatan yang dilaksanakan oleh PT Indocement di Desa Bantarjati kurang dari 8 kegiatan sebanyak 16 orang responden. Selanjutnya disusul dengan respoden yang menilai jenis kegiatan CSR PT Indocement 17 hingga 24 kegiatan, sebanyak 20 persen responden dan terakhir jumlah terkecil responden dalam menilai jenis kegitan pada 9 hingga 16 kegiatan yaitu sebanyak 20% persen responden. Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa berdasarkan kuesioner, responden penelitian mayoritas menilai tidak banyak jenis kegiatan CSR PT Indocement yang dilaksanakan di Desa Bantarjati. Menurut penuturan beberapa responden, kegiatan yang diadakan Bilik selalu sama setiap tahunnya, dan tidak memiliki tingkat keberagaman kegiatan yang signifikan. Akan tetapi alasan rendahnya pengetahuan ini sebenarnya dikarenakan minimnya pengetahuan responden terhadap pelaksanaan program berdasarkan lima pilar pembangunan, sehingga program terbagi menjadi beberapa jenis kegiatan berdasarkan pilar pembangunan tersebut. Lima pilar pembangunan yang dijadikan landasan pelaksanaan program CSR Indocement untuk memberdayakan masyarakat ternyata tidak secara utuh dikenal masyarakat. Pernyataan tersebut diperkuat dari hasil wawancara menggunakan kuesioner, responden mayoritas mengenal hanya satu program yaitu pada pilar Sosial Budaya Agama dan olahraga. Responden yang mampu menjawab hingga tiga program berdasarkan lima pilar hanya satu orang, dari tiga puluh oraang yang menjadi responden. Tiga pilar yang diketahui responden tersebut adalah pilar pendidikan, kesehatan, dan sosial.
58
6.2.2 Penilaian Responden terhadap Frekuensi Kegiatan CSR PT Indocement Penilaian mengenai frekuensi kegiatan dapat dilihat dari total rangkaian corporate social responsibility yang dilaksanakan oleh PT Indocement di Desa Bantarjati selama satu tahun. Pengolahan data menggunakan teknik skoring, yang dibagi menjadi tinggi, sedang, dan rendah. Kategori tinggi, jika responden dapat menyebutkan jumlah pelaksanaaan kegiatan lebih dari 8 kali dalam satu tahun, sedangkan kategori sedang jika responden hanya mengetahui kegiatan CSR selama satu tahun 3 hingga 7 kali. Terakhir dikategorikan rendah jika, responden hanya menyebutkan kurang dari 2 kali dalam satu tahun. Data mengenai penilaian respoden pada frekuensi kegiatan dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Frekuensi Pelaksanaan Program CSR PT Indocement Jumlah No. Frekuensi (skor) N % 1. 50 Tinggi (8-12) 15 2.
Sedang (3-7)
12
40
3.
Rendah (≤2)
3
10
30
100
Jumlah
Berdasarkan Tabel 9, dapat dilihat bahwa responden yang memiliki penilaian terhadap frekuensi program CSR tinggi sebanyak 50 persen responden. Kemudian, responden yang memiliki penilaian terhadap frekuensi sedang sebanyak 12 orang responden, sedangkan sisanya menilai rendah. Data Tabel 11 menunjukkan bahwa mayoritas responden menialai frekuensi pelaksanaan program CSR PT Indocement sering dilaksanakan di wilayah desa binaan, sehingga masyarakat desa binaan khususnya Desa Bantarjati memiliki pengetahuan tinggi terhadap frekuensi program CSR. Selain itu, responden yang hanya mengetahui frekuensi program rendah, dikarenakan mereka jarang berpartisipasi dalam kegiatan CSR PT Indocement, misal seperti pada pertemuan Bilikom yang diadakan setiap tiga bulan.
59
6.2.3
Penilaian Responden terhadap Kemampuan Fasilitator Kemampuan Fasilitator adalah penilaian responden bagi koordinator desa
PT Indocement dalam setiap pelaksanaan kegiatan corporate social responsibility. Data mengenai penilaian responden mengenai kemampuan fasilitator didapatkan dengan menggunakan kuesioner dan diolah menggunakan teknik skoring. Data yang telah diolah akan dikategorikan menjadi tiga, yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Tabel 10. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Kemampuan Fasilitator Program CSR PT Indocement Jumlah No. Kemampuan Fasilitator (skor) N % 1. 60 Tinggi (8-9) 18 2. 36,67 Sedang (6-7) 11 3. 3,33 Rendah (4-5) 1 30 100 Jumlah
Berdasarkan Tabel 10, dapat dilihat bahwa responden yang termasuk pada rentang nilai 8 hingga 9 sebanyak 18 orang responden. Selanjutnya, responden yang memiliki rentang nilai 6 hingga 7 sebanyak 11 orang, sedangkan responden yang memiliki total skor di bawah 5 sebanyak 3 orang atau hanya 3, 33 persen. Pengkategorian rentang nilai tersebut mengartikan bahwa responden yang menilai kemampuan fasilitator pada nilai
8 hingga 9, memiliki pandangan bahwa
kemampuan fasilitator program CSR PT Indocement Tinggi, sedangkan kategori selanjutnya sedang, dan terakhir kategori rendah. Sehingga disimpulkan, mayoritas responden penelitian menilai fasilitator program CSR PT Indocement memiliki kemampuan yang tinggi. Hal ini dikarenakan fasilitator PT Indocement dekat dengan masyarakat, mampu mengenali permasalahan yang ada di desa, dan mampu berkomunikasi dengan baik dalam rapat penyusunan program atau saat pengawasan. Fasilitator yang menjadi penghubung antara CSR PT Indocement dengan warga desa binaan disebut Kordes (Kordinator Desa), yang bertugas di wilayah
60
desa binaan. Menurut penuturan beberapa responden, Kordes program CSR Indocement, telah melaksanakan tugasnya dengan baik. Hal ini ditunjukkan dengan hadirnya Kordes di desa setiap hari, sebagai upaya untuk mendekatkan diri dengan masyarakat dan mencari potensi desa yang dapat dikembangkan. Kordes juga dinilai mampu menanggapi keluhan warga mengenai kegiatan perusahaan yang dirasa merugikan. Selain itu, menurut beberapa responden juga menyatakan bahwa kinerja Kordes selama 3 tahun ini sudah membantu menjembatani masyarakat dengan petinggi perusahaan, sehingga pelaksanaan program dapat berjalan sesuai dengan keinginan masyarakat, walaupun tidak terlaksana dengan cepat.
6.2.3
Penilaian Responden terhadap Manfaat Program CSR PT Indocement Manfaat program yang dimaksud pada penelitian ini adalah sejauhmana
responden menganggap bahwa program CSR PT Indocement berguna bagi masyarakat Desa Bantarjati. Penilaian manfaat program akan dikategorikan menjadi tiga, yaitu bermanfaat, kurang bermanfaat, dan tidak bermanfaat. Pembagian responden dalam tiga kategori diperoleh dari pengolahan data meggunakan teknik skoring, sehingga menghasilkan total skor yang dapat di ketegorikan.
Tabel 11. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Manfaat Program CSR PT Indocement Jumlah No. Manfaat Program (skor) N % 1. Bermanfaat (9-8) 14 46,67 2.
Kurang Bermanfaat (7-6)
3.
Tidak Bermanfaat (≤ 5) Jumlah
12
40
4
13,33
30
100
Berdasarakan Tabel 11, didapat hasil sebagai berikut: responden yang menganggap program CSR PT Indocement bermanfaat sebanyak 14 orang,
61
sedangkan responden yang mengaggap program CSR kurang bermanfaat sebanyak 12 orang, dan respoden yang menganggap program CSR yang dijalankan Indocement tidak bermanfaat sebanyak 4 orang dari 30 orang responden. Mayoritas responden menilai program CSR yang dilaksanankan oleh PT Indocement bermanfaat, karena telah dilaksanakan dari awal pendirian perusahaan. Pelaksanaan program CSR Indocement atau Bilik Indocement selalu meningkat dari tahun ke tahun dari sisi kemanfaatanya. Menurut beberapa responden, perusahaan lebih banyak memberikan program bilik dalam bentuk hibah sehingga masyarakat mampu merasakan manfaat nyata dari program bilik. program yang dimaksud seperti pemberian bantuan dana pembangunan jalan aspal bagi desa, pembangunan mesjid, dan program yang diberikan dalam bentuk tunai. Pernyataan tersebut diperkuat dari hasil wawancara dengan salah satu tokoh masyarakat:
“.....banyak banget neng bantuannya kalo diliat dari awal bantuan perusahaan, saya aja neng sampe kaya mimpi bisa ngerasain jalanan desa yang sekarang udah diaspal. Sebagian besar itu bantuan dari Indocement neng...” (MHP, 45 tahun) Selaras dengan hal tersebut, hasil wawancara dengan salah satu responden memperkuat pernyataan sebelumnya:
“....neng kalo mau ngitungin bantuan yang dikasih Indocement lewat bilik mah banyak, tapi menurut saya sendiri yang udah dirasain sama masyarakat bantarjati itu ya bantuan pembangunan jalan, mesjid, majelis, terus sama ada perekrutan karyawan. Itu anak saya jadi karyawan indocement sekarang...”(MHS, 72 tahun) Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa program bilik yang dilaksanakan PT Indocement, telah memberikan manfaat bagi Desa Bantarjati. Akan tetapi, jika ditinjau dari konsep pelaksanaan CSR program lima pilar yang digunakan oleh Indocement, masyarakat belum merasakan manfaat secara penuh. program CSR dapat dikatakan belum memberikan manfaat untuk meningkatkan pembangunan desa dari segi peningkatan kapasitas sumberdaya manusia. Menurut
62
beberapa responden, kegiatan lima pilar belum banyak menyentuh warga, karena peserta kegiatan belum merata bagi seluruh masyarakat desa. Indikator penilaian terhadap implementasi program CSR yaitu jenis kegiatan, frekuensi kegiatan, kemampuan fasilitator, dan manfaat program dapat menunjukkan ketertarikan warga masyarakat terhadap program. Dari keempat indikator mayoritas responden cenderung menilai jenis kegiatan tidak beragam, artinya responden tidak memperhatikan secara utuh kegiatan apa yang akan dan sedang dilaksanakan secara rinci, walaupun telah diinformasikan melalui kegiatan Bilikom. Selanjutnya, dalam menilai ketiga indikator lainnya responden mayoritas cenderung menilai lebih tinggi, artinya ketertarikan responden terhadap program terlihat dari hal yang mudah diingat dan dirasakan langsung oleh diri individu responden.
6.3
Hubungan Penilaian Implementasi Program CSR dengan PRoses Pencitraan
6.3.1 Hubungan Antara Jenis Kegiatan dengan Proses Pencitraan Program CSR PT Indocement terlaksana dalam beberapa kegiatan yang terbagi menjadi ke dalam program lima pilar yaitu pilar pendidikan, pilar ekonomi, pilar kesehatan, pilar sosial, budaya, dan olahraga, serta pilar keamanan. Pada setiap pilar memiliki kegiatan yan dilaksanakan secara merata di 12 desa binaan. Maka dari itu, jenis kegiatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengetahuan responden terhadap ragam dari rangkaian keseluruhan kegiatan berdasarkan lima pilar pembangunan yang dilaksanakan di Desa Bantarjati. Secara umum responden yang memiliki pengetahuan akan jenis kegiatan beragam hanya 8 orang, selanjutnya yang berpendapat bahwa jenis kegiatan kurang beragam sebanyak 6 orang, dan 16 orang lainnya berpendapat bahwa progam CSR tidak beragam. Persentase responden berdasarkan pengetahuan mengenai jenis kegiatan CSR PT Indocement dapat dilihat pada Tabel 8. Pengujian statistik dilakukan untuk membuktikan hipotesis penelitian sebagai berikut:
63
H0
: Semakin beragam jenis kegiatan, maka tidak akan meningkatkan PRoses pencitraan responden pada PRogram CSR PT Indocement
H1
: Semakin beragam jenis kegiatan, maka akan meningkatkan PRoses pencitraan responden pada PRogram CSR PT Indocement Analisis Uji Korelasi Rank Spearman digunakan untuk melihat hubungan
apakah semakin beragam jenis kegiatan maka akan meningkatkan proses pencitraan responden pada program CSR PT Indocement. Hasil Uji Korelasi Rank Spearman diperoleh nilai Asymp. Sig. (2-tailed) hitung sebesar 0,115 > α (0,10) sehingga H0 diterima dan H1 ditolak. Sehingga antara jenis kegiatan dengan proses pencitraan tidak memiliki hubungan nyata. Jadi, semakin beragam jenis kegiatan pada program CSR, tidak meningkatkan proses pencitraan pada diri responden. Hasil Tabulasi Silang antara jenis kegiatan dengan proses pencitraan terhadap PRogram CSR PT Indocement Tunggal Prakasa, Tbk dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Hubungan Jenis Kegiatan dengan Proses Pencitraan terhadap Program CSR PT Indocement Tunggal PRakasa, Tbk Pencitraan Jenis Kegiatan Total Buruk (%) Kurang Baik (%) Baik (%) Tidak Beragam
13.3
60
26,7
100
Kurang Beragam
0
64,3
35,7
100
Beragam
0
0
100
100
Berdasarkan Tabel 12, responden yang menilai jenis kegiatan tidak beragam, memiliki kecenderungan mengalami proses pencitraan sedang. Responden yang menilai jenis kegiatan CSR kurang beragam mengalami proses pencitraan sedang lebih besar sebanyak 64,3 persen, dibandingkan dengan kurang baik dan baik pada proses pencitraan. Berdasarkan hal tersebut responden yang menilai bahwa jenis kegitan CSR beragam cenderung lebih banyak responden mengalami proses pencitraan baik utuh sebanyak 100 persen. Maka dari itu, penilaian tentang tingkat kebergaman jenis kegiatan tidak berhubungan dengan proses pencitraan yang dialami oleh diri responden.
64
6.3.2
Hubungan Antara Frekuensi Kegiatan dengan PRoses Pencitraan Frekuensi Kegiatan adalah total rangkaian corporate social responsibility
yang dilaksanakan oleh PT Indocement di Desa Bantarjati selama satu tahun. Secara umum responden yang memandang frekuensi kegiatan tinggi sebanyak 15 orang, sedangkan yang menganggap frekuensi kegiatan sedang sebanyak 12 orang, dan rendah tiga orang. Persentase responden pada frekuensi kegiatan CSR PT Indocement pada Tabel 9. Pengujian statistik dilakukan untuk membuktikan hipotesis penelitian sebagai berikut: H0
: Semakin tinggi frekuensi program, maka tidak akan meningkatkan proses pencitraan responden pada program CSR PT Indocement
H1
: Semakin tinggi frekuensi program, maka akan meningkatkan proses pencitraan responden pada program CSR PT Indocement Analisis Uji Korelasi Rank Spearman digunakan untuk melihat hubungan
apakah semakin tinggi frekuensi program maka akan meningkatkan proses pencitraan responden pada program CSR PT Indocement. Hasil Uji Korelasi Rank Spearman diperoleh nilai Asymp. Sig. (2-tailed) hitung sebesar 0,863 > α (0,10) sehingga H0 diterima dan H1 ditolak. Sehingga, tidak ada hubungan nyata antara frekuensi program dengan proses pencitraan. Jadi, semakin tinggi frekuensi kegiatan pada program CSR, tidak meningkatkan proses pencitraan pada diri responden. Maka dari itu frekuensi pelaksanaan program CSR tinggi, sedang ataupun rendah tetap akan mengalami proses pencitraan terhadap program CSR PT Indocement. Hasil tabulasi silang antara frekuensi program dengan proses pencitraan, dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Hubungan Frekuensi Kegiatan dengan PRoses Pencitraan terhadap PRogram CSR PT Indocement Tunggal PRakasa, Tbk Frekuensi
Pencitraan Baik (%)
Total
Buruk (%)
Kurang Baik(%)
Sedang
0
83,3
16,7
100
Tinggi
8,3
54,2
37,5
100
65
Berdasarkan Tabel 13, responden yang mengalami proses pencitraan kurang baik memiliki penilaian sedang terhadap frekuensi kegiatan CSR PT Indocement penuh. Responden yang mengalami proses pencitraan kurang baik memiliki kecenderungan untuk menilai frekuensi kegiatan tinggi lebih besar dibandingkan dengan responden yang mengalami proses pencitraan buruk dan baik. Berdasarkan hal tersebut, responden yang mengalami proses pencitraan kurang baik cenderung menilai frekuensi kegiatan lebih tinggi. Sedangkan responden yang mengalami proses pencitraan buruk dan baik perlu di informasikan kegiatan yang akan dan sedang terlaksana di desa dalam satu tahun. 6.3.3 Hubungan Antara Kemampuan Fasilitator dengan Proses Pencitraan Kemampuan Fasilitator adalah penilaian responden koordinator desa PT Indocement dalam setiap pelaksanaan kegiatan corporate social responsibility. Mayoritas responden yang meniliai kemampuan fasilitator CSR dengan kategori tinggi sebanyak 18 orang, sedang 11 orang, dan rendah 1 orang. Persentase responden dalam menilai kemampuan fasilitator, dapat dilihat pada Tabel 10. Pengujian statistik dilakukan untuk membuktikan hipotesis penelitian sebagai berikut: H0
: Semakin tinggi kemampuan fasilitator, maka tidak akan meningkatkan proses pencitraan responden pada program CSR PT Indocement
H1
: Semakin tinggi kemampuan fasilitator, maka akan meningkatkan proses pencitraan responden pada program CSR PT Indocement Analisis Uji Korelasi Rank Spearman digunakan untuk melihat hubungan
apakah semakin tinggi kemampuan fasilitator maka akan meningkatkan proses pencitraan responden pada program CSR PT Indocement. Hasil Uji Korelasi Rank Spearman diperoleh nilai Asymp. Sig. (2-tailed) hitung sebesar 0,045 > α (0,10) sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Sehingga, terdapat hubungan nyata antara kemampuan fasilitator dengan proses pencitraan. Jadi, semakin tinggi kemampuan fasilitator pada program CSR, meningkatkan proses pencitraan pada diri responden.
66
Tabel 14. Hubungan Kemampuan Fasilitator dengan Proses Pencitraan terhadap Program CSR PT Indocement Tunggal PRakasa, Tbk Pencitraan Kemampuan Total Fasilitator Buruk (%) Kurang Baik (%) Baik (%) Rendah
0
100
0
100
Sedang
9,1
72,7
18,2
100
Tinggi
5,6
50
44,4
100
Berdasarkan Tabel 14 responden yang memiliki penilaian kemampuan fasilitator tinggi memiliki kecenderungan mengalami proses pencitraan penuh terhadap program CSR PT Indocement. Responden yang menilai kemampuan fasilitator rendah cenderung mengalami proses pencitraan kurang baik lebih tinggi dibanding responden yang buruk dan baik pada proses pencitraan. Sedangkan responden yang menilai kemampuan fasilitator sedang mengalami proses pencitraan kurang baik, dibandingkan dengan buruk dan baik. Maka dari itu, responden yang menilai kemampuan fasilitator tinggi akan mengalami proses pencitraan lurang baik maupun baik dengan kompisisi yang hampir sama. Sehingga terdapat hubungan antara penilaian responden pada kemampuan fasilitator dengan proses pencitraan responden. 6.3.4 Hubungan Antara Manfaat Program dengan Proses Pencitraan Manfaat program yang dmaksud dalam penelitian ini adalah sejauhmana responden menganggap bahwa program CSR PT Indocement berguna bagi masyarakat Desa Bantarjati. Mayoritas responden menggap bahwa program CSR bermanfaat bagi masyarakat sebanyak 14 orang, selanjutnya yang menganggap program kurang bermanfaat sebanyak 12 orang, derta yang menganggap program tidak bermanfaat sebanyak 4 orang. Presentase responden menurut manfaat program bagi Desa Bantarjati dapat dilihat pada Tabel 11. Pengujian statistik dilakukan untuk membuktikan hipotesis penelitian sebagai berikut:
67
H0
: Semakin tinggi manfaat program CSR, maka tidak akan meningkatkan proses pencitraan responden pada program CSR PT Indocement
H1
: Semakin tinggi manfaat program, maka akan meningkatkan proses pencitraan responden pada program CSR PT Indocement Analisis Uji Korelasi Rank Spearman digunakan untuk melihat hubungan
apakah semakin tinggi manfaat PRogram maka akan meningkatkan proses pencitraan responden pada program CSR PT Indocement. Hasil Uji Korelasi Rank Spearman diperoleh nilai Asymp. Sig. (2-tailed) hitung sebesar 0,082 > α (0,10) sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Sehingga, terdapat hubungan nyata antara manfaat program dengan proses pencitraan pada diri responden. Jadi, semakin tinggi manfaat program CSR,
meningkatkan proses pencitraan pada diri
responden. Hasil tabulasi silang antara penilaian manfaat program dengan proses pencitraan, dapat dilihat pada pada Tabel 15.
Tabel 15. Hubungan manfaat Program dengan Proses Pencitraan terhadap Program CSR PT Indocement Tunggal PRakasa, Tbk Manfaat Program
Pencitraan Kurang Baik (%)
Tidak Bermanfaat
25
75
0
100
Kurang Bermanfaat
8,3
58,3
33,3
100
0
57,1
42,9
100
Bermanfaat
Baik (%)
Total
Buruk (%)
Berdasarkan Tabel 15. Responden yang menilai bahwa program CSR PT Indocement bermanfaat penuh bagi desa, mengalami proses pencitraan penuh terhadap program CSR PT Indocement. Responden yang menilai program CSR tidak bermanfaat mengalami proses pencitraanKurang baik lebih besar dibanding buruk dan baik. Berdasarkan hal tersebut, responden yang memiliki penilaian bahwa program CSR kurang bermanfaat cenderung mengalami proses pencitraan kurang baik lebih banyak sebanyak 58,3 persen. Sehingga responden yang secara utuh menilai bahwa program CSR bermanfaat bagi seluruh masyarakat desa, akan cenderung mengalami proses pencitraan baik.
68
BAB VII PROSES PENCITRAAN DAN CITRA PERUSAHAAN
7.1
Proses Pencitraan Citra merupakan kesan terhadap suatu obyek yang terbentuk dari
pengetahuan dan pengalaman seseorang tentang sesuatu. Pada penelitian ini citra merupakan kesan warga Desa Bantarjati, khususnya perangkat desa dari LPM, BPD, kepala dusun, RW, dan RT terhadap pelaksanaan program CSR PT Indocement setelah melalui beberapa proses pembentukan citra. Proses pencitraan menurut Hawkins, et. all memilki beberapa tahapan yaitu obyek perhatian, pengertian, dan terakhir penerimaan, yang selanjutnya akan membentuk citra. Berikut akan dijelaskan tingkat pengetian, perhatian dan pengertian masyarakat Desa Bantarjati terhadap program CSR PT Indocement yang diambil dari data kuantitatif melalui kuesioner yang telah disebarkan serta didukung dengan data kualitatif.
Tabel 16. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Proses Pencitraan terhadap Program CSR PT Indocement, di Desa Bantarjati Tahun 2011 Jumlah No. Proses Pencitraan (skor) N % 1. Baik (46-53) 10 33,33% 2.
Kurang Baik (38-45)
3.
Buruk (30-37) Jumlah
19
63,33%
1
3,33%
30
100
Proses pencitraan pada penelitian ini dilihat dari proses pemaknaan program pada responden yang diawali dari adanya perhatian individu, dilanjutkan dengan pengertian terhadap program, dan pemahaman pada program. Proses pencitraan pada diri responden dapat diketahui melalui proses wawancara menggunakan kuesioner. Selanjutnya dilakukan pengkodean data dan diolah menggunakan total skor yang dapat dilihat pada Tabel 16.
69
Berdasarkan Tabel 16, responden yang mencapai proses pencitraan baik sebanyak 33,33 persen. Kategori proses pencitraan baik, jika jumlah total skor dari tiap tahap pencitraan sebanyak 46 hingga 53. Kemudian responden yang mencapai proses pencitraan pada ketegori kurang baik sebanyak 63,33 persen. Responden yang proses pencitraan buruk hanya 1 orang. Hal ini menunjukkan bahwa proses pencitraan yang dirasakan oleh Tokoh Masyarakat Desa Bantarjati sudah cukup baik. Akan tetapi, proses pencitraan yang dicapai oleh responden mayoritas hanya mencapai kategori kurang baik, sedangkan untuk kategori responden dengan proses pencitraan baik hanya 10 orang. Menurut beberapa responden, perangkat desa tidak sepenuhnya mengetahui maksud dan tujuan terselenggaranya program secara jelas. Selain itu, masyarakat pada umumnya tidak mengenal program CSR yang diselenggarakan oleh Indocement, karena kurangnya informasi. Sehingga program Indocement yang terlaksana berdasakan lima pilar pembangunan kurang dikenal. Data mengenai jumlah responden berdasarkan tahapan pencitraan, dapat dilihat pada Tabel berikut.
7.1.1. Tingkat Perhatian Tokoh Masyarakat Desa Bantarjati Tingkat Perhatian adalah sejauhmana perangkat Desa (responden) menyadari adanya implementasi program CSR. Tingkat Perhatian perangkat Desa Bantarjati dapat dilihat dari perhatian perangkat desa terhadap PRogram CSR PT Indocement. Data tersebut diambil dari hasil kuesioner yang dijawab oleh responden melalui wawancara langsung. Kuesioner diolah menggunakan teknik skoring yang dapat dilihat pada Tabel 17. Berdasarkan Tabel 17, didapat terlihat bahwa responden yang memiliki rentang nilai 17 hingga 20 dari total skor ini berjumlah 15 orang (50%) dari total responden sebanyak 30 orang. Responden yang memiliki total skor pada interval 17 hingga 20 dikategorikan memililiki tingkat perhatian terhadap program tinggi. Selanjutnya, jumlah responden yang termasuk pada rentang total skor 13 hingga 16 sebanyak 14 orang (46%), responden ini termasuk dalam kategori responden yang memilki tingkat perhatian pada program sedang. Terakhir, responden yang memiliki skor total paling rendah yaitu memiliki total skor di bawah 13 sebanyak 1 orang, responden ini dikategorikan pada tingkat perhatian rendah.
70
Tabel 17. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Tingkat Perhatian terhadap Program CSR PT Indocement, di Desa Bantarjati Tahun 2011 Jumlah No. Tingkat Perhatian (skor) N % 1. Tinggi (17-20) 15 50 2.
Sedang (13-16)
14
46,67
3.
Rendah (9-12)
1
3.33
30
100
Jumlah
Sebagian besar perangkat desa di Desa Bantarjati memiliki perhatian yang baik terhadap program CSR PT Indocement, jumlah responden yang mayoritas memiliki tingkat perhatian tinggi menjadi indikator bahwa program CSR PT Indocement mampu menarik perhatian warga Desa Bantarjati. Tingginya tingkat perhatian responden terhadap program CSR PT Indocement, dikarenakan perusahaan telah menunjukkan kepedulian terhadap masyarakat sekitar telah dilaksanakan sejak awal PT Indocement berdiri. Hal tersebut selaras dengan hasil wawancara dengan informan.
“ indocement udah lama ngasih bantuan ke masyarakat, kalo ga salah udah dari mulai indocement ada disini, sekitar tahun 1985. Bantuan yang diberikan Indocement banyak, mulai dari bantuan pembangunan jalan sampe ada bantuan ambulans untuk angkut jenazah buat warga yang ga bisa nyewa ambulans (SHM.51 tahun)” Perhatian masyarakat Desa Bantarjati terhadap program-program yang diberikan oleh PT Indocement sejak awal pelaksanaan program bantuan yang belum di maknai sebagai bentuk CSR. Pelaksanaan tanggung jawab perusahaan dilaksanakan sejak awal berdiri di kawasan Citeureup sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan. Sehingga perhatian warga masyarakat disekitar perusahaan khususnya Desa Bantarjati tinggi, karena program selalu dilaksanakan secara berkelanjutan dari tahun ke tahun.
71
7.1.2
Tingkat Pengertian Tokoh Masyarakat Desa Bantarjati Tingkat
Pengertian
adalah
sejauhmana
responden
memahami
implementasi program CSR PT Indocement. Kuesioner diolah menggunakan teknik skoring, data hasil skoring dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Tingkat Pengertian terhadap Program CSR PT Indocement, di Desa Bantarjati tahun 2011 Jumlah No. Tingkat Pengertian (skor) N % 1. Tinggi (18-15) 10 33.33 2.
Sedang (14-11)
3.
Rendah (≤10) Jumlah
17
56.67
3
10
30
100
Berdasarkan Tabel 18, terdapat 10 responden (33%) dari 30 orang responden yang memiliki total skor 15 hingga 18, yang termasuk pada kategori tinggi. Menyusul responden yang memililiki total skor pada rentang nilai 11 hingga 14 untuk indikator tingkat pengertian terhadap program CSR sebanyak 17 orang atau 56 persen dari total responden 30 orang. Selanjutnya, responden yang memilki total skor kurang dari 10, sebanyak 3 orang (10%) dari total responden. Kesimpulan dari data tersebut, bahwa aparat desa di Desa Bantarjati mayoritas memiliki tingkat pengertian pada ketegori sedang. Responden yang termasuk kategori rendah pada tingkat pengertian lebih banyak dibandingkan pada tahap perhatian. Hal ini dikarenakan mayoritas responden tidak mengetahui tujuan utama dari adanya program CSR yang betujuan untu memberdayakan masyarakat sekitar perusahaan. Masyarakat desa hanya memaknai seluruh kegiatan CSR sebagai bentuk kewajiban perusahaan untuk membantu kemajuan masyarakat. Dengan demikian, program CSR yang telah dirancang berdasarkan lima pilar tidak dipahami dengan tepat oleh masyarakat desa binaan.
72
7.1.3
Tingkat Penerimaan Tokoh Masyarakat Desa Bantarjati Tingkat Penerimaan Aparat Desa Bantarjati dapat dilihat dari penerimaan
aparat desa terhadap program CSR PT Indocement. Kuesioner diolah menggunakan teknik skoring yang dapat dilihat pada Tabel 19.
Tabel 19. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Tingkat Penerimaan terhadap Program CSR PT Indocement, di Desa Bantarjati Tahun 2011 Jumlah No. Tingkat Penerimaan N % 1. Tinggi (15-18) 14 46,67 2.
Sedang (11-14)
3.
Rendah (≤10) Jumlah
15
50
1
3,33
30
100
Berdasarkan Tabel 19, terlihat bahwa mayoritas responden kategori sedang, sebanyak 50 persen responden dari total responden 30 orang pada tingkat penerimaan program CSR. Menyusul responden yang memilki total skor nilai 15 hingga 18, sebanyak 14 orang (46%) responden. Terakhir, dari Tabel 21 terlihat bahwa responden yang memililki total skor kurang dari 11, hanya 1 orang responden.
Pada PRoses penerimaan responden terhadap program CSR PT
Indocement dapat dikatakan cukup baik, hal ini ditunjukkan oleh banyakanya jumlah responden yang memiliki tingkat penerimaan sedang hingga tinggi sebanyak 96 persen dari total responden sebanyak 30 orang. Tingkat penerimaan responden pada program CSR cukup tinggi, dibandingkan pada tahap pengertian. Menurut beberapa responden, mereka menerima apapun yang dilaksanakan perusahaan karena bermanfaat bagi kemajuan desa. Sehingga, dapat disimpulkan masyarakat tidak akan melakukan penolakan dengan apa yang dilaksanakan oleh perusahaan, karena samapi saat ini mereka membutuhkan bantuan bagi kemajuan desa, baik kemajuan sumberdaya manusia dan juga peningkatan kehidupan sosial masyarakat. Proses pencitraan pada diri perangkat desa di Desa Bantarjati mayoritas kurang baik. Seperti yang telah dijabarkan pada Tabel-Tabel sebelumnya, bahwa
73
masyarakat mengetahui adanya pelaksanaan program CSR yang dilaksanakan oleh Indocement bagi seluruh desa disekitar wilayah operasi perusahaan. Akan tetapi, mereka tidak mengetahui secara mendalam tujuan dari adanya pelaksanaan CSR tesebut. Masyarakat hanya menerima program CSR sebagai bentuk bantuan perusahaan, bukan sebagai tanggung jawab sosial perusahaan dalam membantu memberdayakan masyarakat desa binaan. Walaupun demikian, hanya sebagian kecil responden yang memaknai PRogram CSR PT Indocement buruk. Buruknya proses pencitraan responden karena responden sebagai perangkat desa jarang menghadiri kegiatan CSR PT Indocement, misalnya seperti pertemuan Bilikom setiap tiga bulan sekali.
7.2
Citra Perusahaan Citra perusahaan adalah citra suatu organisasi secara keseluruhan, jadi
bukan citra atas suatu produk dan pelayananya. Citra tersebut terbentuk oleh banyak hal, yang mana salah satunya adalah kesediaan perusahaan untuk ikut berperan dalam tanggung jawab sosial. Penelitian ini mendefinisikan citra perusahaan adalah sejauhmana sasaran PRogram memandangan perusahaan dan mengkategorikan citra perusahaan menjadi tinggi, sedang, dan rendah. Kategori tingkat citra perusahaan tersebut dibagi berdasarkan total skor yang didapatkan dari hasil wawancara menggunakan kuesioner yang di kode dari jawaban responden. Data jumlah dan persentase responden menurut tingkat citra perusahaan dapat dilihat pada Tabel 22. Berdasarkan data pada Tabel 22, didapat hasil yaitu hasil responden yang tingkat citra perusahaan tinggi sebanyak 19 orang atau 63,33% dari 30 responden. Menyusul responden yang tingkat citra dengan tingkat sedang sebanyak 11 orang atau 36,67% dari total responden. Terakhir tidak ada responden yang memiliki skor tingkat citra perusahaan rendah atau memiliki skor di kurang dari 20.
74
Tabel 20. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Tingkat Citra Perusahaan, di Desa Bantarjati Tahun 2011 No.
Tingkat Citra Perusahaan
Jumlah
1.
Tinggi (31-35)
19
% 63,33
2.
Sedang (26-30)
11
36,67
30
100
Jumlah
N
Dari Tabel 20 disimpulkan bahwa aparat desa memiliki citra atau pandangan terhadap PT Indocement termasuk positif, dilihat dari data tingkat citra perusahaan yang dimiliki responden, seluruhnya atau sebanyak 30 orang termasuk dalam kategori sedang dan tinggi. Berikut akan ditampilkan pernyataan responden mengenai citra Indocement negatif pada Tabel 21 dan positif pada Tabel 22. Tabel 21. Nama dan Umur Responden Menurut Pernyataan Negatif Responden terhadap Citra Indocement, di Desa Bantarjati Tahun 2011 No.
Nama
Umur (tahun)
Pernyataan Negatif
1.
ANA
55 “...terlalu banyak umbar janji, jadi teh warga mikirnya mereka pembohong, jadi males saya mah neng kalo ada Bilikom juga.....”
2.
MMN
41 “Indocement Perusahaan besar yang pelit neng, buat jalanin apa yang dijanjini aja, harus ada perang syaraf.. kalo ga ngotot ga akan ada realisasi..”
3.
HSD
35 “...Indocement baik mba, desa ini aja sering banget dikasih bantuan, tapi ko kurang transpaan ya keuanganya, jadi numbuh rasa curiga sama Indocement, jadi mikirnya mereka bohongin desa”
4.
ECP
32 “ga ada bedanya, sejak ada Indocement pendapatan warga sama aja..kayanya mereka juga ga peduli sama pekerjaan warga....”
5.
AHP
40 “....perusak lahan pertanian neng, sekarang susah kalo warga mau bertani, gagal panen terus yang ada....”
6.
ARS
40 “perusahaan yang baik ngejalanin kegiatan bilik, tapi ko ga sesuai sama kebutuhan masyarakat”
75
No.
Nama
Umur (tahun)
Pernyataan Negatif
7.
NDN
50 “...sering mengumbar janji, tapi realisasinya susah, kalo ada juga ga mencukupi”
8.
BIO
40 “perusahaan besar yang bermuka dua, ngasih bantuan tuh cuma buat nutupin kesalahan, jadi biar warga ngerasa merak perhatian, padahal mah ngga neng”
9.
LDS
37 “...kegiatan Bilik monoton, menurut saya Indocement kurang peduli sama kebutuhan warga,tapi ya alhamdulilah si saya mah ada bantuan dari perusahaan..”
10.
HAS
11.
MNR
12.
SPH
58 “Perusahaan yang peduli dengan desa sekitarnya, tapi ya neng kalo mau ngasih sesuatu teh ngomong sama pelaksanaannya kelamaan, jadi males” 35 “Indocement itu ibarat raksasa yang ngambil kekayaan alam, tapi kurang berusaha ngebalikin kaya dulu” 45 “Perusahaan yang bertanggung jawab dengan lingkungan sekitar, tapi kaya ga sepenuh hati, karena pelaksanaan permohonan lambat”
Tabel 22 menunjukkan reponden yang menyatakan bahwa Indocement memiliki citra yang negatif. Selanjutnya pada Tabel 23 akan di tampilkan pernyataan 18 responden yang menyatakan bahwa Indocement perusahaan yang baik dan dapat diartikan memiliki citra positif. Tabel 22. Nama dan Umur Responden Menurut Pernyataan Positif Responden Terhadap Citra Indocement, di Desa Bantarjati Tahun 2011 No.
Nama Umur (tahun)
Pernyataan Positif
1.
JHO
55 “...perusahaan yang punya perhatian lebih sama lingkungan sekitar, dari dulu udah ada neng bantuannya...”
2.
IBM
56 “...baik hati dan ramah sama desa binaan,ga punya masalah yang bikin bentrokan dengan wargas ini”
3.
NJN
51 “perusahaan besar yang dermawan, terus sekarang udah punya sistem PRoduksi yang bagus, jadi ga ada polusi debu.. “
4.
AA
45 “...punya banyak kegiatan bantuan untuk warga masyarakat sekitar...cukup baiklah”
76
No.
Nama
Umur (tahun)
Pernyataan Positif
5.
HSM
48 “punya itikad baik buat ngerangkul masyarakat sekitar, merka juga bantuin sesuia kebutuhan masyarkat”
6.
JBA
73 “loba neng bantuan perusahaan didieu, udah dari taun delapan puluh teu pernah berenti”
7.
MHS
61 “perhatiannya ada buat masyarakat sekitar, anak saya aja direkrut jadi karyawan neng’
8.
MEM
62 “Indocement perusahaan yang baik, peduli sama masyarakatnya..warga saya ada yang di rekrut jadi karyawan, ya cuma dua orang sih...”
9.
NSI
58 “Perusahaan raksasa yang dermawan untuk kegitan sosial di desa”
10.
KTA
62 “indocement terbuka pada masyarakat, jadi ga ngerasa mereka ga peduli kalo ada di sekitar desa, terus kedekatan dengan perusahaan juga terjalin”
11.
EMN
58 “...Raja yang baik, selalu bantu kemajuan desa dan juga mengembangkan potensi desa..”
12.
JYD
13.
NRN
14.
NPA
15.
SHR
47 “Perusahaan raksasa yang peduli lingkungan sekitarnya minim..” 57 “Indocement sudah banyak membantu kemajuan desa, jadi menurut saya dya perusahaan yang dermawan” 43 “kalo saya liat, Indocement perusahaan raksasa yang masih peduli sama lingkungan sekitarnya dengan adanya bantuan-bantun itu sudah cukup” 51 “...bantuannya udah dari awal berdiri pabrik di Citeureup neng, jadi kalo kata saya mah, ga akan nih desa bisa kaya gini sekarang kalo ga ada bantuan Indocement”
16.
KNM
56 “Bisa di bilang dermawan”
17.
UPT
28 “perusahaan yang peduli dengan lingkungannya, tapi kegiatannya kurang tersosialisasi dengan baik, jadi banyak yang gatau”
18.
ENS
42 “Indocement peduli sama masyarakat desa binaan, kegiatanya juga selalu membantu memajukan desa”
Indocement
perusahaan
yang
77
Dari Tabel 21 dan Tabel 22, dapat ditarik kesimpulan bahwa Citra Indocement dimata responden sebenarnya sudah cukup positif, akan tetapi karena pelaksanaan kegiatan CSR yang terkadang tidak sesuai dengan harapan masyarakat menimbulkan kesan buruk. Maka dari itu, citra perusahaan seutuhnya sudah cukup baik, jika tidak dilihat dari sisi pelaksanaan kegiatan Bilik atau CSR perusahaan.
7.3
Analisis
Hubungan
Antara
Proses
Pencitraan
dengan
Citra
Perusahaan Proses pencitraan adalah proses pemaknaan program CSR pada diri responden melalui beberapa tahapan, yaitu perhatian, pengertian dan penerimaan. Dari hasil kuesioner responden yang mengalami proses pencitraan pada ketegori tinggi sebanyak 10 orang. Reponden yang mengalami proses pencitraan sedang lebih besar dibandingkan tinggi yaitu 19 orang, sedangkan respoden pada kategori rendah hanya 1 orang. Presentase responden menurut kategori rendah, sedang, dan tinggi untuk pengukurn proses pencitraaan pada diri responden, dapat dilihat pada Tabel 19. Pengujian statistik dilakukan untuk membuktikan hipotesis penelitian sebagai berikut: H0
: Tidak ada hubungan positif antara proses pencitraan dengan citra perusahaan yang terbentuk
H1
: Ada hubungan positif antara proses pencitraan dengan citra perusahaan yang terbentuk Analisis Uji Korelasi Rank Spearman digunakan untuk melihat hubungan
apakah semakin positif PRoses pencitraan maka akan meningkatkan citra perusahaan pada diri responden. Hasil Uji Korelasi Rank Spearman diperoleh nilai Asymp. Sig. (2-tailed) hitung sebesar 0,006 > α (0,10) sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Hasil uji korelasi menunjukkan signifikasi yang sangat nyata antara proses pembentukan citra dengan citra perusahaan, hal ini menunjukkan bahwa proses pencitraan berhubungan postif dengan citra perusahaan pada diri responden.Hasil Tabulasi Silang antara proses pencitraan dengan citra perusahaan dapat dilihat pada Tabel 23.
78
Tabel 23. Hubungan proses Pencitraaan program CSR PT Indocement Tunggal Prakasa, Tbk dengan Citra Perusahaan Citra Perusahaan Proses Pencitraan Total Sedang (%) Tinggi (%) Buruk Sedang Baik
50
50
100
44,4
55,6
100
10
90
100
Berdasarkan Tabel 23, responden yang mengalami proses pencitraan penuh cenderung akan menilai postif citra perusahaan atau citra PT Indocement. Responden yang mengalami proses pencitraan rendah cenderung sama dalam mencitrakan perusahaan baik sedang maupun tinggi. Selanjutnya, responden yang mengalami proses pencitraan sedang cenderung memandang citra perusahaan tinggi lebih besar dibanding sedang. Berdasarkan hal tersebut, responden yang mengalami proses pencitraan mengenai program CSR pada diri individu tinggi akan memiliki pendangan bahwa citra perusahaan tinggi jauh lebih besar dibanding responden yang memandang sedang. Oleh karenanya, pada penelitian ini, mayoritas responden mengalami proses pencitraan tinggi dan berpengaruh pada pandangan mengenai citra perusahaan yang positif.
79
BAB VIII PENUTUP
8.1 Kesimpulan PT Indocement Tunggal Prakasa, Tbk menjadi perusahaan yang konsisten dan memiliki perhatian penuh dalam melaksanakan program CSR, hal ini ditunjukkan dengan adanya departemen khusus dalam mengatur pelaksanaan program CSR. Departemen CSR merupakan wujud dari cara pandangan perusahaan yaitu adanya dorongan tulus dari dalam (internal driven) dalam mengimplementasikan program CSR. Model implementasi program CSR yang digunakan oleh PT Indocement termasuk ke dalam model keterlibatan langsung. Implementasi pelaksanaan keseluruhan program CSR telah tepat, karena dilakukan melalui tahapan penerapan yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan juga pemantauan. Penilaian implementasi program CSR dilihat dengan menggunakan empat alat ukur yaitu jenis kegiatan, frekuensi program, kemampuan fasilitator, dan manfaat program. Dari keempat indikator tersebut, yang memiliki hubungan nyata dengan proses pencitraan adalah kemampuan fasilitator dan manfaat program. Sedangkan indokator jenis kegiatan dan fekuensi program tidak menjadi penilaian penting bagi responden daam proses pencitraan. Proses pencitraan pada diri responden terhadap program CSR, dapat dikatakan baik, karena mayoritas responden melalui tahapan pembentukan citra yaitu, perhatian, pengertian, dan penerimaan. Citra perusahaan yang terbentuk merupakan citra positif, responden mayoritas memandang perusahaan sebagai perusahaan yang baik. Proses pencitraan responden dengan citra perusahaan yang terbentuk memiliki hubungan positif. Dengan demikian, jika responden memiliki proses pencitraan yang baik akan memiliki citra perusahaan yang postif.
80
8.2 Saran 1.
Perencanaan, pemantauan, serta evaluasi program CSR bersama masyarakat melalui Bilikom perlu ditingkatkan jumlah pelaksanaanya, sebagai upaya meningkatkan citra postif perusahaan dengan melaksanakan program CSR tepat guna bagi masyarakat.
2.
Keahlian dari Kordes perlu ditingkatkan agar masyarakat desa lebih merasa dekat dengan perusahaan, sehingga akan meningkatkan proses pencitraan pada diri individu masyarakat desa binaan
3.
Pelaksanaan program CSR lebih diarahkan pada program yang lebih bermanfaat bagi diri responden, bukan hanya pemberian keahlian tanpa adanya tindaklanjut pengembangan usaha, sehingga kurang dirasa bermanfaat oleh masyarakat.
4.
Peningkatan Kualitas dan kapasitas jenis dan frekuensi kegiatan CSR implementasi diatas perlu di perhitungkan, karena berperan pada proses pencitraan pada diri masyarakat desa binaan. Proses pencitraan berhubungan positif dengan citra perusahaan, sehingga untuk menjaga eksistensi citra positif perusahan dimata masyarakat desa binaan, diperlukan peningkatan kualitas program CSR di dua belas desa binaan.
5.
Sosialisasi pelaksanaan CSR harus ditingkatkanbaik jumlah maupun frekuensinya, sehingga seluruh masyarakat desa binaan dapat mengetahui apa saja yang sudah dilaksanakan.
81
DAFTAR PUSTAKA
Ambadar, Jackie. 2008. CSR dalam PRaktik di Indonesia,Wujud Kepedulian Dunia Usaha. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Bangun, Elisa Monika. 2010. Pengaruh Implementasi PRogram Corporate Social Responsibility Beasiswa dan Citra Perusaaan: Studi Kasus Pengaruh Implementasi PRogram Corporate Social Responsibility Beasiswa Djarum terhadap Peningkatan Citra Positif Peusahaan PT. Djarum. Skripsi. Departemen Ilmu Komunikasi, USU, Sumatera Utara. Budimanta, Arif, Adi PRasetijo, Bambang Rudito. 2004. Corporate Social Responsibility: Jawaban Bagi Model Pembangunan Indonesia Masa Kini. Jakarta: ICSD. Cutlip, Scott M, dkk. 2000. Effective PRs: Merancang dan Melaksanakan kegiatan Kehumasan dengan sukses. Fitriani, Astatin. 2010. Hubungan Implementasi PRogram Corporate Social Responsibility dengan Citra Perusahaan: Kasus PRogram Temu Mitra Lingkungan 2010 PT. Djarum. Skripsi. Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, IPB, Bogor. Hastin, Fini. 2010. Strategi Hubungan Masyarakat Kementrian Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah dalam Membangun Citra Instansi. Skripsi. Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, IPB, Bogor. Jefkins, Frank. 1992. PR. Alih Bahasa: Haris Munandar. Jakarta: Erlangga. Muplihah, Laela. 2005. Strategi PRs dalam Membentuk Citra Perusahaan. Studi Kasus PT. Syarikat Takaful Indonesia. Skripsi. PRogram Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, IPB, Bogor. Novianti, Noval. 2010. Strategi PR dalam Mempertahankan Eksistensi Corporate Image melalui Opini Publik. Studi Kasus PT Indocement Tunggal PRakasa, Tbk. Skripsi. Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, IPB, Bogor. Rahman, Reza. 2009. Corporate Social Responsibility; Antara Teori dan kenyataan. MedPRess: Yogyakarta. Rudito, Bambang, dkk. 2004. Corporate Social Responsibility; Jawaban Bagi Model Pembanguna Indonesia Masa Kini. ICSD: Jakarta. Rumanti, Sr. Maria Assumpta. 2002. Dasar-Dasar PRs: Teori dan parktik. Jakarta: PT. Grasindo. Alih Bahasa: CH. Renate Pohan. Edisi ke 8. Jakarta: Indeks. Ruslan, Rosady. 2005. Kampanye Public Relations (Kiat dan Strategi). Jakarta: Rajawali Pers. Saidi, Zaim dan Hamid Abidin. 2004. Menjadi Bangsa Pemurah. Jakarta: Piramedia. Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu. Solihin, Ismail. 2008. Corporate Social Responsibility: from Charity to sustainability. Jakarta: Salemba Empat.
82
Suhandang, Kustadi. 2004. PR Perusahaan: Kajian, PRogram, dan Implementasi. Bandung: Nuansa. Suwandi, Iman Mulyani Dwi. 2009. Citra Perusahaan. (http://oeconomicus.files.wordPRess.com/2007/07/citra-perusahaan.pdf). [diakses 25 Februari 2011] Wibisono, Yusuf. 2007. Membedah Konsep & Aplikasi CSR (Corporate Social Responsibility). Gresik: Fascho Publishing.
83
84
Lampiran 1. Hasil Uji Korelasi Rank Spearman 1. P – Value antar variabel
FREKUENSI
0.675
KEMAMPUAN 0.045
PROSES PENCITRAAN
0.082
MANFAAT
0.006
CITRA PERUSAHAAN
0.115
JENIS
Keterangan: Jika nilai-p < alpha 10% maka pengaruh significant
2. Uji Korelasi Jenis Kegiatan dengan PRoses Pencitraan Jenis Spearman's rho
Jenis
Correlation Coefficient
1.000
.294
.
.115
30
30
Correlation Coefficient
.294
1.000
Sig. (2-tailed)
.115
.
30
30
Sig. (2-tailed) N Citra
Citra
N
85
1. Uji Korelasi Frekuensi Program dengan Proses Pencitraan frekuensi Spearman's rho
frekuensi
Correlation Coefficient
pencitraan
1.000
.080
.
.675
30
30
Correlation Coefficient
.080
1.000
Sig. (2-tailed)
.675
.
30
30
Sig. (2-tailed) N pencitraan
N
2. Uji Korelasi Kemampuan Fasilitator dengan Proses Pencitraan kemampuan Spearman's rho
kemampuan
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
pencitraan
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Pencitraan
1.000
.369**
.
.045
30
30
.369*
1.000
.045
.
30
30
**. Correlation is significant at the 0.10 level (2-tailed).
3. Uji Korelasi Manfaat Program dengan Proses Pencitraan manfaat Spearman's rho
manfaat
Correlation Coefficient
1.000
.323
.
.082*
30
30
Correlation Coefficient
.323
1.000
Sig. (2-tailed)
.082
.
30
30
Sig. (2-tailed) N pencitraan
pencitraan
N
86
manfaat Spearman's rho
manfaat
Correlation Coefficient
1.000
.323
.
.082*
30
30
Correlation Coefficient
.323
1.000
Sig. (2-tailed)
.082
.
Sig. (2-tailed) N pencitraan
pencitraan
*. Correlation is significant at the 0.10 level (2-tailed).
4. Uji Korelasi Proses Pembentukan Citra dengan Citra Perusahaan pencitraan Spearman's rho
pencitraan
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
citra
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
citra
1.000
.489**
.
.006
30
30
.489**
1.000
.006
.
30
30
87
Lampiran 2. Daftar Nama Perangkat Desa Bantarjati
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30.
Nama HSM MMN KNM ECP AHP JYD LDS MEM EMN JHO BIO IBM NJN AA SHR ARS ANA NSI HAS UPT HSD MHS JBA NDN KTA ENS MNR SPH NRN NPA
Jabatan Kadus Ketua RW Kadus Ketua RT Ketua RT Ketua RT Ketua RT Ketua RT Ketua RT Kadus BPD Ketua RT LPM Ketua RT Ketua RW Ketua RT Kadus Ketua RW Ketua RT BPD Ketua RT Ketua RT Ketua RT Ketua RT Ketua RT Ketua RW Ketua RW BPD LPM LPM
Umur (Tahun) 48 41 56 32 40 47 37 61 58 55 40 56 51 45 51 47 55 58 58 28 35 61 73 50 62 42 35 45 57 43
Pendidikan SD/ Madrasah SMA SD SD SD SMP SMP SD SD SD SMA SMA SMP Tidak Sekolah SMP SMP SMP SD SD Perguruan Tinggi SMP SD Tidak Sekolah SD SD SMA SD SMP SMP SMP
Pekerjaan Karyawan Wirausaha Petani Buruh Buruh Pedagang Karyawan Tidak Bekerja Buruh Pedagang Karyawan Karyawan Tidak Bekerja Buruh Pedagang Karyawan Karyawan Buruh Buruh Karyawan Karyawan Karyawan Petani Buruh Buruh Karyawan Buruh Buruh Karyawan Karyawan
88
Lampiran 3. Dokumentasi Program CSR PT. Indocement 1. Kegiatan Bilikom
3.Perbaikan Jalan Desa Binaan
5.Sosialisasi HIV/AIDS
2.Pelatihan Menjahit Garmen
4. Pelatihan Linmas
89
Lampiran 4. Sketsa Wilayah Desa Bantarjati