Studi Perbandingan Katolik Roma (1)
STUDI PERBANDINGAN ALIRAN KRISTEN: "KATOLIK ROMA"
Istilah ‘Katolik’ Istilah 'Katolik' bukan monopoli golongan Katolik, karena istilah 'Katolik' berarti ’universal’ atau ‘umum / am’ [bandingkan dengan Pengakuan Iman Rasuli yang berbunyi ‘Gereja yang kudus dan am’, dimana berasal dari kata ‘Gereja yang kudus dan Katolik’].
Perbedaan Dasar Katolik Roma - Kristen Protestan Katolik Roma mempunyai beberapa ciri khas yang menyimpang dari ajaran Alkitab: • • • • • • •
Sistem kepausan. Paus dianggap: wakil Kristus, penerus Petrus, tidak bersalah dalam kedudukannya. Memegang 7 sakramen, padahal Alkitab mengajarkan 2 sakramen: baptisan kudus dan perjamuan kudus. Mempercayai para orang suci (Santo dan Santa) yang menjadi perantara Allah dan sebagai lumbung kebajikan. Percaya kepada Bunda Maria yang tidak berdosa asal. Percaya kepada Api Penyucian. Keselamatan adalah percaya kepada Yesus Kristus + perbuatan baik + gereja Katolik Roma. Tradisi gereja dipandang sama otoritasnya dengan Alkitab. Page 1
Studi Perbandingan Katolik Roma (1)
A. Pandangan terhadap Alkitab Kristen Protestan: a. Alkitab adalah untuk semua orang, dimana orang kristen harus memiliki dan membaca Alkitab dengan rajin dan tekun. b. Hanya Alkitab (sola scriptura) yang memiliki wibawa (otoritas) yang tertinggi dan mutlak yang menjadi dasar dan sumber bagi iman Kristen dan gereja.
Katolik Roma: a. Apakah Alkitab? Jawaban Katolik Roma adalah: 1. Alkitab bukan untuk orang awam. Hal ini terdapat pada:
•
Keputusan Konsili Valencia tahun 1229: (= Kami melarang juga pemberian izin kepada orang awam untuk memiliki bukubuku Perjanjian Lama dan Baru, kecuali seseorang ingin, dari suatu perasaan untuk berbakti, untuk mempunyai kitab Mazmur atau buku doa Katolik Roma untuk kebaktian / pelayanan ilahi, atau saat-saat Maria yang terpuji. Tetapi kami dengan keras melarang mereka untuk memiliki buku-buku tersebut di atas dalam bahasa kasar) - Loraine Boettner, 'Roman Catholicism', hal 97.
•
Keputusan Konsili Trente: [= Karena jelas / nyata, dari pengalaman, bahwa kalau Alkitab Kudus, yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa kasar (bahasa biasa yang non Latin) diizinkan secara sembarangan kepada semua orang, kesembronoan manusia akan menyebabkan lebih banyak kejahatan dari pada kebaikan yang muncul dari padanya; Page 2
Studi Perbandingan Katolik Roma (1)
maka pada titik ini diserahkan pada penghakiman dari uskup, atau pejabat Katolik Roma yang meneliti penyesatan, yang oleh nasehat dari imam / pastor atau confessor (= pastor yang diberi otoritas untuk menerima pengakuan dosa), boleh mengizinkan pembacaan Alkitab yang diterjemahkan ke dalam bahasa kasar / biasa oleh pengarang Katolik, kepada orangorang yang iman dan kesalehannya, menurut mereka, akan bertambah, dan bukannya dirusak oleh pembacaan itu; dan izin itu harus mereka miliki secara tertulis] - Loraine Boettner, 'Roman Catholicism', hal 97.
•
Kata-kata Paus Clement XI tahun 1713 dalam Bull Unigenitus, yang berbunyi: [= Kami dengan keras melarang mereka (orang awam) untuk mempunyai buku-buku Perjanjian Lama dan Baru dalam bahasa kasar / biasa] - Loraine Boettner, 'Roman Catholicism', hal 98.
Catatan: Pandangan Katolik Roma yang melarang jemaatnya untuk membaca Alkitab kini telah mengalami perubahan (lihat: "KATOLIK ROMA PADA MASA KINI").
2. Alkitab terdiri dari PL dan PB, ditambah kitab-kitab ‘Apokrip’, yang dipandang sama berbobotnya dengan kitabkitab kanonik dalam pembahasan tentang ajaran. Kata apokrip berarti "tersembunyi" dan kitab-kitab Apokrip adalah sejumlah kumpulan kitab yang ditulis sesudah Perjanjian Lama bahasa Ibrani. Kitab-kitab Apokrip ini termasuk ke dalam Septuaginta (terjemahan Perjanjian Lama bahasa Ibrani ke dalam
Page 3
Studi Perbandingan Katolik Roma (1)
bahasa Yunani) sebagai tambahan pada kitab-kitab Perjanjian Lama (Dr. Caprili Guanga, Anda Bertanya Alkitab Menjawab, Seminari Alkitab Asia Tenggara, hal. 15).
Ada 15 kitab Apocrypha yang ditambahkan oleh orang Katolik Roma: 1. Kitab Esdras yang pertama. 2. Kitab Esdras yang kedua. 3. Tobit. 4. Yudit. 5. Tambahan-tambahan pada kitab Ester. 6. Kebijaksanaan Salomo. 7. Yesus bin Sirakh. 8. Barukh. 9. Surat dari nabi Yeremia. 10. Doa Azarya dan Lagu pujian ketiga pemuda. 11. Susana. 12. Bel dan naga. 13. Doa Manasye. 14. Kitab Makabe yang pertama. 15. Kitab Makabe yang kedua.
Catatan: Dalam Kitab Suci Katolik Roma bahasa Indonesia, no 10,11,12 dijadikan satu kitab, yaitu 'Tambahan-tambahan pada kitab Daniel'. Tetapi 3 dari kitab-kitab Apocrypha ini akhirnya ditolak oleh Konsili Trente tahun 1546, yaitu no 1, no 2 dan no 13, dan karena itu akhirnya hanya 12 kitab Apocrypha yang dimasukkan ke dalam Alkitab mereka.
Page 4
Studi Perbandingan Katolik Roma (1)
Kristen Protestan dengan alasan:
menolak
kitab-kitab
Apocrypha
•
Perjanjian Lama bahasa Ibrani tidak memasukkan kitab-kitab Apokrip itu ke dalam kanon – Ada 39 kitab dalam kanon bahasa Ibrani yang terdiri atas 5 kitab-kitab Taurat, 21 kitab Nabi-nabi, dan 13 kitab-kitab Tulisan. Berdasar Why. 22:18-19 kita dilarang menambahi atau mengurangi kitab-kitab yang telah ditetapkan.
•
Dalam Perjanjian Baru ada kira-kira 260 kutipan langsung dari Perjanjian Lama, dan juga ada kira-kira 370 penggunaan bagian-bagian Perjanjian Lama yang tidak merupakan kutipan langsung. Ini menunjukkan bahwa baik Yesus maupun rasulrasul mengakui otoritas Perjanjian Lama sebagai Firman Allah, dan menggunakannya sebagai dasar hidup, iman dan ajaran mereka. Tetapi baik Yesus maupun rasul-rasul tidak pernah mengutip dari kitab-kitab Apocrypha sebagai dasar ajaran mereka, padahal kitab-kitab Apocrypha itu sudah ada / beredar pada zaman Tuhan Yesus hidup di dunia ini. Ini menunjukkan bahwa mereka tidak mengakui kitab-kitab Apocrypha itu sebagai Firman Allah!
•
Penulis kitab-kitab Apocrypha tidak menunjukkan sebagai penulis kitab yang diwahyukan Allah. "Maka aku sendiripun mau mengakhiri kisah ini. Jika susunannya baik lagi tepat, maka itulah yang kukehendaki. Tetapi jika susunannya hanya sedangsedang dan setengah-setengah saja, maka hanya itulah yang mungkin bagiku". (2Makabe 15:37b-38) Ini sama sekali tidak menunjukkan orang yang menuliskan Firman Tuhan di bawah ilham Roh Kudus!
Page 5
Studi Perbandingan Katolik Roma (1)
Perhatikan kata-kata 'kukehendaki' dan 'bagiku'. Bagaimana kita bisa mempercayai otoritas tulisan seperti ini, sedangkan penulisnya sendiripun tidak yakin akan kebenaran tulisannya!
Ayat-ayat lain dapat dilihat pada 'TELAAH KRITIS KITAB APOKRIPA'.
b. Siapakah yang dapat menafsirkan Alkitab? Jawaban Katolik Roma adalah: Alkitab terlalu sukar sehingga diperlukan kewibawaan lain yang dapat menentukan arti manakah yang tepat. Dalam PL hukum Taurat diterangkan oleh Musa dan para imam. Kini penafsiran Alkitab adalah hak Gereja, melalui: • • • • •
melalui pernyataan-pernyataan Paus, melalui ketetapan-ketetapan dari konsili-konsili (ketetapan sidang-sidang Gereja Katolik Roma), melalui pernyataan-pernyataan dari yang bertugas mengajar, melalui tulisan-tulisan bapa Gereja, melalui penjelasan dari tokoh-tokoh abad pertama.
Dalam pandangan Katolik Roma, hak penafsiran Alkitab adalah hak Gereja, maka segala penafsiran orang perseorangan (seperti yang diyakini oleh Kristen Protestan) ditolak.
Page 6
Studi Perbandingan Katolik Roma (1)
Perhatikan kutipan-kutipan pandangan Katolik Roma: •
KATOLIK
PROTESTAN
Kitab Suci dibaca dan Setiap orang membaca dan dipahami dibawah mengartikan Kitab Suci pimpinan hierarki. sendiri. (Konferensi Waligereja Indonesia, Iman Katolik, Kanisius, hal. 356). •
"Pernyataan kebenaran oleh umat terjadi menurut struktur umat sendiri, berarti ‘di bawah mereka yang mempunyai wewenang mengajar yang suci’, yaitu para uskup. Ini tidak berarti bahwa umat hanya mengamini apa yang ditentukan oleh pimpinan, tetapi bahwa proses permenungan dan pemahaman sabda Allah dilaksanakan di bawah bimbingan mereka yang diangkat menjadi pemimpin di dalam Geraja. Dan sebagaimana umat seluruhnya ‘tidak dapat sesat dalam beriman’, begitu juga hierarki tidak dapat sesat dalam memberi bimbingan. Perlu diperhatikan bahwa anugerah ketidak-sesatan tidak diberikan kepada orang perorangan, melainkan kepada umat seluruhnya. Begitu juga ketidaksesatan dalam bimbingan tidak dimiliki oleh uskup-uskup perorangan, juga tidak oleh paus, melainkan oleh para uskup bersama sebagai dewan pimpinan Gereja dan paus sebagai kepala dewan itu. Hal itu diterangkan dengan cukup jelas dan mendetail dalam LG 25. Disitu ditetapkan juga bahwa pernyataan pemimpin selalu harus bersifat resmi, dan disampaikan secara resmi pula; maksudnya, sebagai pernyataan dan kesadaran seluruh umat. Maka pernyataan seperti itu tanpa arti, kalau umat tidak terlibat dalam proses pengolahannya." (ibid. hal. 215-216)
Page 7
Studi Perbandingan Katolik Roma (1)
c. Cukupkah Alkitab sebagai kaidah iman atau adakah kaidah lain di sampingnya, yang melengkapkannya? Jawab Katolik Roma adalah: Alkitab tidak cukup. Sebelum Alkitab ada, sudah ada tradisi lisan dan sekarang pun masih ada tradisi tersebut (mengenai ajaran dan adat dalam Gereja) yang berasal langsung dari para rasul.
Berikut ini adalah beberapa pandangan dari Katolik Roma tentang tradisi: •
•
• •
Biasanya, orang Katolik Roma memakai ayat dalam 2Tes. 2:15 untuk mendukung pendapat mereka tentang tradisi. Adapun bunyi ayat itu adalah: "Sebab itu, berdirilah teguh dan berpeganglah pada ajaran-ajaran yang kamu terima dari ajaran-ajaran yang kamu terima dari kami, baik secara lisan, maupun secara tertulis." "Salah satu unsur tradisi yang amat penting adalah ajaran yang diteruskan secara turun-menurun…Tradisi ajaran itu biasanya diteruskan tidak hanya secara lisan, tetapi juga melalui buku-buku suci. Dalam hal ini juga ada perbedaan besar dalam arti dan bobot yang diberikan kepada buku-buku itu." (Konferensi Waligereja Indonesia, Iman Katolik, Kanisius, hal. 163-164) "Gereja dan Tradisi sama. Tradisi adalah paham Gereja yang dinamis" (ibid. hal. 213). "Oleh karena itu Konsili berkata, ‘Jelaslah bahwa Tradisi suci, Kitab Suci dan wewenang mengajar Gereja saling berhubungan dan berpadu’ (DV 10). Tradisi mempunyai titik beratnya dalam Kitab Suci, tetapi tidak terbatas pada Kitab Suci. Sebaliknya, Tradisi berusaha terus menghayati dan memahami kekayaan iman yang terungkap dalam Kitab Suci. Proses penghayatan dan pemahaman itu terlaksana di bawah terang Roh Kudus di dalam Gereja, dibimbing oleh pemimpin Gereja. Kalau Kitab Suci dilepaskan dari Tradisi, ia kehilangan arti dan fungsinya. Begitu juga, atau lebih lagi, mengenai wewenang mengajar pimpinan Gereja. (ibid. hal. 215-216). Page 8
Studi Perbandingan Katolik Roma (1)
Pada tahun 1545, sidang gereja di Trente menyatakan bahwa tradisi mempunyai otoritas yang sama dengan Kitab Suci dan harus ditafsirkan oleh gereja. Jika Alkitab disejajarkan dengan tradisi, maka seharusnya tradisi tidak bisa diubah lagi sebab memiliki otoritas yang sama dengan Alkitab. Tetapi, tradisi dalam Katolik Roma bersifat dinamis (dapat berubah). Misalnya: ketetapan yang melarang membaca Alkitab oleh jemaat awam kini telah diubah dengan membolehkan membaca Alkitab. Walaupun demikian, hak penafsiran Alkitab tetap menjadi wewenang Gereja Katolik Roma dan penafsiran orang perseorangan tidak diperbolehkan!
Tradisi ini digunakan untuk mempertahankan ajaran-ajaran walaupun tidak punya dasar Kitab Suci (misalnya: api penyucian, Maria dikandung tanpa dosa, kenaikan Maria ke sorga dengan jiwa dan tubuh jasmaninya, pemujaan patung, dsb). Tradisi ini justru jauh lebih berperan sebagai dasar dari ajaran-ajaran Katolik Roma daripada Kitab Suci! Ini menyebabkan sekalipun Katolik Roma dan Kristen Protestan sama-sama menggunakan Alkitab, tetapi ajarannya bisa sangat berbeda / bertentangan. Orang Kristen Protestan juga mempunyai dan menggunakan tradisi. Tetapi dalam Kristen Protestan, tradisi-tradisi itu diletakkan di bawah Kitab Suci. Tradisi-tradisi itu tidak dianggap mutlak benar dan apabila antara Alkitab dan tradisi terdapat perbedaan, maka tradisi yang salah itu harus dibuang dan Alkitablah yang diyakini.
Page 9
Studi Perbandingan Katolik Roma (1)
B. Pandangan tentang keselamatan Kristen Protestan: Kita selamat hanya karena anugerah Allah dalam diri Yesus Kristus dan diterima dengan iman (Sola fide = hanya iman). Perbuatan baik sedikitpun tidak berperan dalam keselamatan kita!
Katolik Roma: Seseorang selamat karena iman + perbuatan baik + gereja Katolik Roma. Mereka memang menekankan perlunya iman. Tetapi bukan hanya iman, karena 'perbuatan baik' dan 'gereja Katolik Roma' punya andil dalam keselamatan seseorang. Salah satu faktor penting timbulnya gerakan Reformasi adalah penemuan Martin Luther terhadap kebenaran yang terdapat dalam Rm. 1:17 yang menyebutkan bahwa "Orang benar akan hidup oleh iman". Setelah mendapatkan penerangan dari Alkitab maka mulailah Luther mengajarkan bahwa orang diselamatkan berdasarkan iman saja dan bukan berdasarkan perbuatan baik. Untuk menghadapi ajaran Luther, maka tahun 1545 diadakan Konsili Trente yang antara lain menghasilkan keputusan: "Barangsiapa menyebarkan bahwa orang dibenarkan karena iman dengan tanpa sedikit kerja sama manusia, tidak bersandar pada tekad sendiri untuk siap diselamatkan, patut dikutuk!". Menurut pendapat mereka seseorang diselamatkan, unsur iman memang tidak dapat disangkal, tetapi disamping iman masih perlu campur tangan manusia dalam keselamatan itu.
Page 10
Studi Perbandingan Katolik Roma (1)
Ajaran Katolik Roma tentang dosa. Katolik Roma mempercayai adanya venial sin (= dosa ringan) dan mortal sin (= dosa besar / mematikan). Yang pertama mereka anggap sebagai dosa kecil / remeh, yang tidak diakui pun tidak apa-apa. Yang kedua mereka anggap sebagai dosa yang hebat, yang bisa menjatuhkan seseorang dari kasih karunia Allah / keselamatan. Dengan demikian, kalau seseorang mau selamat ia harus menghindari mortal sin dan ini menunjukkan bahwa perbuatan baik manusia berperan dalam keselamatan seseorang.
Padahal Alkitab mengajarkan: 1. Tidak ada dosa yang remeh sehingga tidak perlu diakui, sebab semua dosa upahnya adalah maut (Rm. 6:23)! 2. Tidak ada dosa yang begitu besar sehingga dapat menghancurkan keselamatan kita! Bdk. Yes 1:18, 1Yoh 1:9 1Yoh 2:1-2.
Alkitab mengajarkan (juga yang menjadi iman Protestan) bahwa manusia diselamatkan karena hanya anugerah Allah dalam Tuhan Yesus Kristus (sola gracia) dan keselamatan itu diterima hanya dengan iman (sola fide) dan bukan karena perbuatan baik (Ef 2:89). Kalau kita jatuh ke dalam dosa, maka kita perlu ingat bahwa darah Kristus yang dicurahkan di atas kayu salib itu mempunyai kuasa lebih dari cukup untuk mengampuni dosa yang bagaimanapun besarnya! Pengutipan dari artikel ini harus mencantumkan: Dikutip dari http://www.geocities.com/thisisreformed/artikel/katolik01.html
Page 11