Studi Perbandingan Katolik Roma (5)
API PENYUCIAN
"Gereja mempercayai adanya Api Penyucian, bukan sebagai suatu tempat tersendiri yang lain daripada surga maupun neraka. Api Penyucian diterima sebagai orang meninggal yang belum layak menikmati kepenuhan kemuliaan Tuhan, karena rahmat Tuhan belum sampai meresapi dan mengubah seluruh dirinya. Mereka sudah berada bersama Tuhan. Mereka mencintai Tuhan, namun cinta mereka belum murni, belum sempurna. Untuk itu mereka harus disucikan lagi. Ada kepastian pada mereka, bahwa mereka akan selamat di surga, dan dengan sedih mereka rindu diterima di kalangan orang kudus untuk memandang dengan terang dan bahagia kemuliaan Allah. Api Penyucian merupakan suatu proses pembersihan manusia sampai sedalam-dalamnya sebelum ia sanggup mendekati Allah yang Mahakudus atau dapat ‘masuk surga’ (lih Ensiklopedia Gereja). Penderitaan ini adalah suatu penderitaan sementara, untuk melunasi hukuman dosa yang masih tertinggal. Kitab Suci tidak memberikan keterangan lebih lanjut baik mengenai lamanya maupun mengenai hakikatnya. Mereka sendiri tidak bisa berbuat jasa untuk memperpendek penderitaan itu. Oleh sebab itu Gereja mendoakan mereka kepada kemurahaan Allah kita. Kita wajib mendoakan mereka agar mereka segera dibebaskan dari penderitaan itu. Tiap tanggal 12 November Gereja memperingati arwah-arwah di api penyucian dengan doa-doa dan teristimewa dengan Kurban Misa: Ya Tuhan, berilah kepada mereka istirahat yang kekal." (A. Bakker Svd, Ajaran Iman Katolik 2 Untuk Mahasiswa, Kanisius, Hal. 140). "Menurut banyak orang sebetulnya ada tiga pintu: surga, neraka, dan api penyucian. Karena mereka menganggap diri kurang baik untuk surga, dan juga tidak mau masuk neraka, maka api
Studi Perbandingan Katolik Roma (5)
penyucian dipandang sebagai pintu yang ‘normal’…Doa untuk jiwajiwa dalam api penyucian adalah doa untuk orang yang pada saat kematian sebetulnya belum siap menghadap Tuhan." (Konferensi Waligereja Indonesia, Iman Katolik, Kanisius, hal. 356).
Doktrin Katolik Roma Tentang Api Penyucian: Setelah kematian, manusia terpisah dalam 3 golongan: 1. Ada orang-orang yang langsung masuk ke neraka, yaitu: • •
Orang yang tidak dibaptis / tidak berhubungan dengan gereja. Orang yang sudah dibaptis tetapi yang lalu melakukan mortal sin (= dosa besar / mematikan).
2. Ada orang-orang yang langsung masuk surga, yaitu orang percaya yang sempurna (orang suci, martyr) akan pergi ke surga. Contoh: Rasul Paulus (Fil 1:21,23). 3. Ada orang-orang yang akan pergi ke api penyucian yaitu orang percaya yang tidak sempurna. a. Lamanya di api penyucian dan tingkat sakit yang harus dialami oleh orang itu tergantung pada dosanya. Penderitaan dalam api penyucian ini sangat hebat, tidak berbeda dengan dalam neraka. b. Paus mempunyai hak untuk mengurangi 'masa penyucian' ini bahkan mengakhirinya, sedangkan pastor, sebagai wakil Paus, mempunyai hak yang terbatas. Bagaimana Paus bisa mengurangi atau mengakhiri masa penyucian dalam api penyucian ini? Katolik Roma percaya akan adanya saints / orang-orang suci. Mereka ini adalah orang-orang yang dianggap telah melakukan perbuatan baik lebih dari yang diperlukan untuk masuk surga. Kelebihan perbuatan baik itu lalu 'ditabung', dan Paus berhak memberikan 'tabungan' itu kepada orang dalam api penyucian, sehingga mereka lalu dibebaskan dari api penyucian dan masuk ke surga (disebut pengampunan dosa).
Studi Perbandingan Katolik Roma (5)
c. Hal-hal yang mengurangi 'masa penyucian': •
Pemberian uang (baik oleh orang yang mati itu pada waktu ia masih hidup, maupun oleh keluarganya setelah ia mati).
•
Misa. Untuk melaksanakan misa ini ada 'ongkos' yang harus dibayar! Besar kecilnya misa dipengaruhi oleh besar kecilnya ongkos, padahal besar kecilnya misa ini mempengaruhi 'masa penyucian'.
• •
Doa pastor. Surat pengampunan dosa
Beberapa hal yang perlu diketahui tentang surat pengampunan dosa: • •
•
Surat pengampunan dosa ini mulai ada pada tahun 1190. Menjelang Reformasi (1517) surat pengampunan dosa ini dijual. Seorang yang bernama Tetzel, pada waktu menjual surat pengampunan dosa ini berkata: (= pada saat koin berdenting di kotak kolekte, saat itu jiwa meloncat dari api penyucian) - Dr. Albert Freundt, 'History of Modern Christianity', hal 28. Tetzel ini dengan begitu tidak tahu malu berkata bahwa ia menyelamatkan lebih banyak jiwa dari api penyucian dari pada apa yang dilakukan oleh Petrus melalui khotbahnya! Ini direstui oleh Konsili Trente tahun 1593.
Studi Perbandingan Katolik Roma (5)
Dasar Ajaran Api Penyucian 1. Dari Apocrypha: 2Makabe 12:38-45 Bagaimana text seperti ini, yang sama sekali tidak berbicara tentang api penyucian, bisa dijadikan dasar dari doktrin tentang api penyucian? Orang Katolik Roma berkata begini: Kalau orang-orang yang mati itu ada di surga ataupun neraka, maka tentu sia-sia mendoakan mereka. Bahwa mereka didoakan, itu menunjukkan bahwa mereka tidak berada di surga maupun di neraka, tetapi di api penyucian!
2. Dari Kitab Suci: Yes 4:4 Mikha 7:8-9 Zahk 9:11 Mal 3:2-3 Mat 12:32 1Kor 3:13-15 Yudas 22.
Sanggahan Kristen: 1. Tentang 2Makabe 12:38-45. a. Ini termasuk dalam Apocrypha (bukan Kitab Suci). Dalam 2Makabe ini terlihat dengan jelas pertentangan antara ajaran Kitab Suci dan Apocrypha. Bagian Apocrypha ini memuji tindakan mendoakan orang mati, bahkan yang mati dalam dosa! Kitab Suci tidak pernah menyuruh mendoakan orang yang sudah mati! Bahkan dalam 1Yoh 5:16 dikatakan sebagai berikut: "Kalau ada seorang melihat saudaranya berbuat dosa, yaitu dosa yang tidak mendatangkan maut, hendaklah ia berdoa kepada Allah dan Dia akan memberi hidup kepadanya, yaitu mereka, yang berbuat dosa yang tidak mendatangkan maut. Ada dosa yang mendatangkan maut: tentang itu tidak kukatakan bahwa ia harus berdoa".
Studi Perbandingan Katolik Roma (5)
Memang ayat ini menimbulkan banyak penafsiran tentang apa yang dimaksud dengan 'dosa yang membawa maut'. Ada yang menganggap bahwa ini menunjuk pada dosa yang harus dijatuhi hukuman mati, ada pula yang menunjuk pada dosa menghujat Roh Kudus dalam Mat 12:31-32. Tetapi ada satu hal yang pasti yaitu: kalau mendoakan orang yang melakukan dosa yang membawa maut saja sudah dilarang (padahal orang itu masih hidup), apalagi mendoakan orang yang sudah ada di dalam maut / sudah mati! Karena itu jelas bahwa Kitab Suci melarang doa untuk orang yang sudah mati! b. Disamping itu, 2Makabe 12:38-45 tidak berkata apa-apa tentang api penyucian. Andaikatapun doa untuk orang-orang yang telah mati itu menunjukkan bahwa mereka tidak ada di surga ataupun neraka, lalu apa dasarnya mengatakan bahwa mereka ada di 'api penyucian'? Menurut ajaran Katolik Roma sendiri orang-orang yang mempunyai jimat seperti dalam 2Makabe itu, akan langsung masuk neraka, karena ini termasuk mortal sin.
2. Apa yang dilakukan oleh Kristus sudah lengkap, dan ini ditunjukkan oleh: 1. Seruan Yesus di atas kayu salib yang berbunyi: 'Sudah selesai!' (Yoh 19:30). 2. Kristus bisa bangkit dan ini membuktikan bahwa dosa yang Dia pikul itu memang sudah beres. Kalau tidak, karena dosa itu upahnya maut (Ro 6:23), maka Kristus tidak bisa bangkit / harus terus mati. 3. Kristus bisa naik ke surga dan duduk di sebelah kanan Allah Bapa. Ini menunjukkan bahwa misinya membereskan dosa manusia memang sudah selesai. Karena itu, orang yang betul-betul percaya kepada Yesus tidak bisa dihukum. Ini sesuai dengan Ro 8:1 yang berbunyi: "Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus". Semua dosa, cacat cela dan
Studi Perbandingan Katolik Roma (5)
ketidaksempurnaan kita sudah dibayar lunas oleh Kristus, sehingga tidak mungkin dihukumkan lagi kepada kita, baik di dalam dunia ini atau di api penyucian ataupun di neraka! 3. Ajaran tentang api penyucian adalah ajaran yang didasarkan pada keselamatan melalui perbuatan baik dan ini merupakan ajaran sesat yang bertentangan dengan Gal 2:16,21 Ef 2:8-9.
4. Ajaran ini menunjukkan bahwa Allah tidak adil. Yang kaya bisa bebas dengan cepat karena bisa memberikan banyak persembahan, melakukan misa yang besar dsb. Sedangkan yang miskin tidak bisa melakukan hal-hal itu.
5. Ada 2 pertanyaan serangan: a. Mengapa misa, yang bisa melepaskan orang dari api penyucian dan membawanya ke surga, tidak digratiskan kalau Paus / pastorpastor itu memang adalah orang yang baik? Sebaliknya, pada waktu ada seseorang menderita karena kematian orang yang dicintainya, pastor hanya mau memberikan misa dengan biaya tertentu. Jadi, boleh dikatakan orang yang sudah menderita karena kematian orang yang ia cintai itu, masih diperas lagi uangnya! Bukankah ini merupakan suatu tindakan yang tidak kasih, dan bahkan kejam? b. Bagaimana bisa tahu roh seseorang itu sudah pindah dari api penyucian ke surga atau belum? Dengan kata lain, sampai kapan keluarga dari si mati itu harus memberi persembahan, mengadakan misa dsb? Pengutipan dari artikel ini harus mencantumkan: Dikutip dari http://www.geocities.com/thisisreformed/artikel/katolik05.html