STUDI OPERASIONAL KOTA LAYAK ANAK DI KABUPATEN SIDOARJO
2008
KERJASAMA KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DENGAN LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS AIRLANGGA
TIM PENELITI KOMISI PEMBERDAYAAN DAN STUDI WANITA LPPM – UNAIR Ketua
:
Dr. Emy Susanti MA
Anggota
:
Dra. Tri Susantari, Msi Sri Indah Nurhidayati, S.Sos, Msi Drg. Satiti Kuntari, MS Dra. Liestianingsih, Msi
KATA PENGANTAR
Di berbagai daerah, program-program pembangunan yang dirancang acapkali masih belum sensitif terhadap hak anak. Upaya yang
dilakukan
untuk
meningkatkan
pemahaman
dan
pengarustamaan hak anak masih menghadapi berbagai kendala, antara lain Sumber Daya Manusia (SDM) di pemerintahan maupun isu pembangunan yang lainnya. Oleh karena itu penting dilakukan kajian yang berkaitan dengan Kebijakan Kota Layak Anak. Salah satu Kabupaten yang menerapkan Kebijakan Kota Layak Anak adalah Pemerintah Kabupaten Sidoarjo. Penyusunan laporan ini dapat selesai, berkat dukungan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini kami sampaikan terimakasih. Kami berharap hasil penelitian ini bermanfaat sebagai bahan evaluasi dan masukan bagi Kementrian Negara Pemberdayaan Perempuan RI untuk memperbaiki upaya pengarustamaan hak anak.
Surabaya, November 2008
TIM PENELITI
DAFTAR ISI BAB I 1.1 1.2 1.3
: Pendahuluan Latar Belakang Penelitian……………………………………………… 1 Fokus Penelitian……………………………………………………….. 4 Tujuan dan Manfaat Penelitian………………………………………… 5
BAB II : Kerangka Pemikiran dan Metode Penelitian 2.1 Kerangka Pemikiran............................................................................ 6 2.2 Metode Penelitian............................................................................... 10 BAB III: Tahapan Pengembangan Kota Layak Anak Di Kabupaten Sidoarjo 3.1 Kebijakan yang Memihak pada Kepentingan Anak Di Kabupaten Sidoarjo.............................................................................................. 15 3.2 Sistem Organisasi dalam Pemerintahan Daerah yang dibentuk untuk Perlindungan Anak............................................................................. 16 3.3 Infrastruktur yang mendukung Kebijakan Kabupaten Ramah Anak................................................................................................... 18 3.4 Pusat Perlindungan perempuan Anak (P3A) Kabupaten Sidoarjo.............................................................................................. 20 BAB IV: Program Kerja ’Gugus Tugas KLA’ Di Kabupaten Sidoarjo 4.1 Bidang Kesehatan.............................................................................. 55 4.2 Bidang Pendidikan............................................................................. 60 4.3 Bidang Sosial Budaya........................................................................ 62 4.4 Bidang Ekonomi................................................................................ 71 4.5 Program Khusus Perlindungan Anak Korban Lumpur Lapindo Di Kabupaten Sidoarjo............................................................................ 73 BAB V: Kebutuhan Sosial Anak Dan Kesadaran Sosial Tentang Hak Anak 5.1 Kebutuhan Sosial Anak..................................................................... 78 5.2 Kesadaran Sosial Tentang Hak Anak............................................... 103 BAB VI: Kesimpulan Dan Rekomendasi 6.1 Kesimpulan ....................................................................................... 127 6.2 Rekomendasi..................................................................................... 128
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian Konvensi PBB tentang Hak Anak yang ditetapkan oleh Majelis Umum PBB pada tahun 1989 secara tegas menetapkan hal-hal penting tentang hak-hak yang melekat pada diri anak. Di negara Indonesia, Undang-Undang Dasar tahun 1945 secara jelas juga mengatur tentang hak-hak anak. Seperti yang tertuang dalam pasal 28B ayat 2, ”Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”. Berkaitan dengan itu, Indonesia telah menetapkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak sebagai Pelaksanaan Konvensi PBB tentang Hak Anak. Selanjutnya ditetapkan pula Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2004-2009 yang ditandatangani
oleh Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono pada tanggal 19 Januari 2005. Dalam Bab 12 Lampiran Perpres tersebut tercantum tentang peningkatan Kualitas Kehidupan dan Peran Perempuan serta Kesejahteraan dan Perlindungan Anak. Melalui Perpres ini, Pemerintah berupaya meningkatkan kesejahteraan anak dan mewujudkan anak Indonesia yang sehat, cerdas, ceria, dan berakhlak mulia; serta melindungi anak terhadap berbagai bentuk kekerasan, eksploitasi, dan diskriminasi. Menindaklanjuti kebijakan nasional tersebut, masing-masing Pemerintah Daerah menetapkan Kebijakan yang dimaksudkan untuk melindungi Hak-hak Anak yang disesuaikan dengan kebutuhan daerah dan kondisi otonomi daerahnya. Di Kabupaten Sidoarjo, kebijakan tentang perlindungan anak telah
-1-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
dimulai sejak awal tahun 2006 dengan penetapan peraturan-peraturan di tingkat daerah, antara lain: •
Peraturan Daerah Kabupaten Sidoarjo Nomor 18 Tahun 2006 Tentang Penyelenggaraan Perlindungan Perempuan dan Anak Korban Kekerasan;
•
Peraturan Bupati Sidoarjo Nomor 2 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Peraturan Daerah Kabupaten Sidoarjo Nomor 18 Tahun 2006 Tentang Penyelenggaraan Perlindungan Perempuan dan Anak Korban Kekerasan;
•
Instruksi Bupati Sidoarjo Nomor 2 Tahun 2007 tentang Pengarusutamaan Anak Dalam Pembangunan di Kabupaten Sidoarjo;
•
Instruksi Bupati Sidoarjo Nomor 3 Tahun 2007 tentang Rencana Aksi Sidoarjo Kabupaten Ramah Anak Tahun 2006-2011
•
Keputusan Bupati Sidoarjo Nomor 188/88/404.1.1.3/2007 Tentang Komisi Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KP3A) Kabupaten Sidoarjo. Bahkan sejak tahun 2004 di Kabupaten Sidoarjo telah dibentuk
Kelembagaan yang juga bertugas memberikan perlindungan Hak-hak Anak, yaitu Komisi Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KP3A). Kebijakan
pengembangan
’Kota/Kabupaten
Layak
Anak’
yang
dicanangkan secara nasional telah menetapkan Kabupaten Sidoarjo sebagai salah satu wilayah uji coba. Dinamika pelaksanaan uji coba ’Kabupaten Layak Anak’ di Sidoarjo ini penting untuk diketahui, utamanya tentang faktor-faktor yang menjadi hambatan dan peluang untuk pengembangan dan keberlanjutan program ini ke depan. Sebagai tindak lanjut dari perundang-undangan yang telah ada, maka Pemerintah Kabupaten Sidoarjo terus melakukan upaya implementasi dalam Rencana Aksi Kabupaten (RAK) Sidoarjo sebagai langkah program aksi konkrit menuju harapan Sidoarjo Kota Peduli Anak. Dalam konteks pengembangan kota layak anak atau kota ramah anak, pemerintah kabupaten/kota hendaknya melibatkan seluruh stakeholder dan masyarakat dalam proses konsultasi untuk mencapai consensus “Agenda 21
-2-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
Lokal”, dan mendorong seluruh pemangku kepentingan agar menjamin bahwa anak,
remaja
dan
perempuan
terlibat
proses
pembuatan
keputusan,
perencanaan dan pelaksanaan. Di kabupaten Sidoarjo komitmen tersebut telah dimulai oleh kepala daerah sejak beberapa waktu yang lalu. Bupati Sidoarjo telah menegaskan
komitmen
untuk
aktif
menyuarakan
hak-hak
anak,
dan
mengakomodir kepentingan terbaik bagi anak dalam menggerakkan roda pembangunan di Sidoarjo. Ketegasan komitmen tersebut ditunjukkan dengan telah dicanangkannya Sidoarjo Kabupaten Ramah Anak (SiKaRA) pada momen peringatan Hari Anak Nasional ke-22 Tahun 2006 yang dirayakan pada tanggal 16 Juli 2006 bersama seluruh stakeholder dan anak-anak pengungsi korban luapan lumpur lapindo di Pasar Baru Porong, Sidoarjo. Dalam rangka pengembangan Sidoarjo Kabupaten Ramah Anak (SiKaRA) tersebut, dan sejalan dengan semangat World Summit on Sustainable Development (WSSD) 2002 yang lalu di Johanesburg memang perlu dilakukan upaya-upaya penyadaran semua pihak akan hak-hak anak dan perancangan pembangunan secara responsif anak sehingga menjadi kekuatan dua sisi mata uang yang tidak terpisahkan. Beberapa hal yang sudah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Sidoarjo dalam merespon kepentingan terbaik bagi anak, namun kadangkala informasi ‘supply’ and ‘demand’ masih belum serempak. Oleh karenanya guna menjawab hal ini terutama di pelosok desa di seluruh wilayah Kabupaten Sidoarjo, maka Pemerintah Kabupaten Sidoarjo melalui Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan (BKBPMP) telah memberikan pelayanan publik (terutama untuk perempuan dan anak) dengan salah satu wujudnya melalui Mobil Media Informasi Keliling (MONIK) Perempuan dan Anak Berperspektif Gender yang mempunyai fasilitas-fasilitas pendukung diantaranya buku-buku perpustakaan, panggung boneka, audio visual, akses komputer. Ke depan diharapkan di satu sisi pembangunan berikut berbagai macam pelayanan yang disediakan pemerintah terinformasikan pada masyarakat sampai di tingkat grass root, sisi lain masyarakat terutama anak-
-3-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
anak juga telah menyadari hak-hak berikut kewajiban yang melekat pada dirinya, sehingga dua sisi mata uang diharapkan menjadi modal dan kekuatan bersama untuk bergerak membangun Sidoarjo yang mandiri, sejahtera dan madani. Sisi lain yang harus dipersiapkan secara sistematis, adalah perancangan dan implementasi pembangunan responsif anak. Untuk itu, perlu diwujudkan Rencana Aksi Kabupaten Sidoarjo Kabupaten Ramah Anak (SiKaRA) sebagai acuan program pembangunan yang responsif anak dan melindungi hak anak. Seperti misalnya, upaya-upaya peningkatan akses anak pada tanah dan properti, pemukiman yang memadai dengan pelayanan dasar bagi masyarakat miskin perkotaan dengan perhatian khusus pada kepentingan anak. Otoritas lokal dalam penjabaran program perbaikan daerah kumuh dalam kerangka rencana pengembangan
perkotaan
dan
mempermudah
akses,
khususnya
bagi
masyarakat miskin, pada informasi mengenai peraturan tentang perumahan. Disamping itu, penjabaran lain dalam Sidoarjo Kabupaten Ramah Anak (SiKaRA) ke dalam program pembangunan di semua aspek kehidupan perlu segera disusun dan sudah selayaknya diwujudkan implementasi operasionalnya di lapangan.
1.2. Fokus Penelitian a) Mendeskripsikan secara mendalam dan rinci capaian tahap Pengembangan Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo dalam hal Sistem Organisasi dan Kebijakan Pemerintah Kabupaten Sidoarjo; b) Mendeskripsikan secara mendalam dan rinci peran dan program yang dilaksanakan oleh unsur pokok ’Gugus Tugas’ dalam pengembangan kota layak anak di bidang kesehatan, pendidikan dan sosial budaya; c) Mendeskripsikan secara mendalam dan rinci ’kebutuhan sosial anak’ (child social needs) dan ’kesadaran sosial’ orang tua dalam rangka pengembangan ’Kabupaten Layak Anak’ -4-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
1.3. Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian: a) Mengidentifikasi capaian tahap Pengembangan Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo dalam hal Sistem Organisasi dan Kebijakan Pemerintah Kabupaten Sidoarjo; b) Menemukenali peran dan program yang dilaksanakan oleh unsur pokok ’Gugus Tugas’ dalam pengembangan kota layak anak di bidang kesehatan, pendidikan dan sosial budaya; c) Mendeskripsikan ’kebutuhan sosial anak’ (child social needs) dan ’kesadaran sosial’ orang tua dalam rangka pengembangan ’Kabupaten Layak Anak’
1.3.2. Manfaat Penelitian: Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran menyeluruh tentang
berbagai
hambatan
dan
peluang
kebijakan
pengembangan
’Kota/Kabupaten Layak Anak’ sehingga dapat menjamin keberlanjutan kebijakan dan program tersebut dan lebih menjamin keberhasilannya di masa depan.
-5-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
BAB II KERANGKA PEMIKIRAN DAN METODE PENELITIAN
2.1. Kerangka Pemikiran Visi dan Misi Kebijakan Perlindungan Anak Di Indonesia yang telah ditetapkan oleh Kementrian Pemberdayaan Perempuan yang kemudian menjadi Visi dan Misi Kebijakan Kota Layak Anak di seluruh Kabupaten dan Kota di Indonesia. Dengan demikian keberhasilan pembangunan wilayah kabupaten dan kota yang ‘ramah anak’ dapat dilihat dari sejauh mana arah kebijakan dan program telah dilaksanakan sesuai dengan Visi dan Misi Perlindungan Anak. Visi dan Misi Kebijakan Perlindungan Anak Di Indonesia tersebut dapat diuraikan sebagai berikut. Visi: Anak Indonesia yang sehat, tumbuh dan berkembang, cerdas-ceria, berakhlak mulia, terlindungi, dan aktif berpartisipasi. Misi: a. Menyediakan pelayanan kesehatan yang komprehensif, merata dan berkualitas, pemenuhan gizi seimbang, pencegahan penyakit menular termasuk HiV AIDS, pengembangan lingkungan dan perilaku hidup sehat. b. Menyediakan pelayanan pendidikan yang merata, bermutu, dan demokratis bagi semua anak sejak usia dini.
-6-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
c. Membangun sistem pelayanan sosial dasar dan hukum yang responsive terhadap kebutuhan anak agar dapat melindungi anak dari segala bentuk kekerasan. d. Membangun lingkungan yang kondusif untuk menghargai pendapat anak dan memberi kesempatan untuk berpartisipasi sesuai dengan usia dan tahap perkembangan anak. Selanjutnya, Persatuan Bangsa-bangsa (PBB) juga telah mencanangkan pentingnya setiap negara untuk melindingi kepetingan anak dengan memenuhi Hak-hak Anak. Hal tersebut telah ditetapkan melalui Konvensi PBB tentang Hak Anak tahun 1989. Prinsip-prinnsip pokok yang terkandung dalam Konvensi PBB tentang Hak Anak tahun 1989 tersebut tercantum dalam pasal-pasal berikut: 1. Prinsip Non-diskriminasi (tercantum dalam pasal 2) 2. Prinsip Kepentingan Terbaik untuk Anak (tercantum dalam pasal3 ) 3. Prinnsip Setiap anak mempunyai hak hidup, kelangsungan hidup, dan berkembang maksimal (tercantum dalam pasal 6) 4. Prinsip Mendengar dan menghormati pandangan anak (tercantum daalm pasal 12)
KEBUTUHAN SOSIAL ANAK: Memberikan perlindungan pada anak berarti memenuhi kebutuhan anak mulai dari kebutuhan yang paling mendasar sampai dengan kebutuhan yang kurang penting. Pada pprinsipnya, Kebutuhan Anak dapat dibagi dalam 4 (empat) aspek kebutuhan yang bersifat hirarkhis. Kebutuhan mendasar bagi anak dapat diurutkan dari kebutuhan yang paling mendasar yaitu sebagai berikut : a) Kebutuhan Jasmani Anak b) Kebutuhan Akan Kasih Sayang
-7-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
c) Kebutuhan Untuk Memiliki dan Dimiliki d) Kebutuhan Aktualisasi Diri Sedangkan Kebutuhan Manusia Berdasarkan Tingkat Kepentingan / Prioritas dapat dibagi ke dalam Kebutuhan sebagai berikut: •
Kebutuhan Primer Adalah kebutuhan yang benar-benar amat sangat dibutuhkan orang dan sifatnya wajib dipenuhi. Kebutuhan primer biasanya disebut sebagai kebutuhan dasar manusia.
•
Kebutuhan Sekunder Adalah jenis kebutuhan yang diperlukan setelah semua kebutuhan pokok primer telah semuanya terpenuhi dengan baik. Kebutuhan sekunder sifatnya menunjang kebutuhan primer.
•
Kebutuhan Tersier Adalah kebutuhan manusia yang sifatnya mewah, tidak sederhana dan berlebihan yang timbul setelah terpenuhinya kebutuhan primer dan sekunder.
Berdasarkan Sifatnya, kebutuhan manusia juga dapat dibagi ke dalam beberapa kategori sebagai berikut: •
Kebutuhan Jasmani / Kebutuhan Fisik Adalah kebutuhan yang berhubungan dengan badan lahiriah atau tubuh seseorang.
•
Kebutuhan Rohani / Kebutuhan Mental Adalah kebutuhan yang dibutuhkan seseorang untuk mendapatkan sesuatu bagi jiwanya secara kejiwaan.
Kemudian, Kebutuhan Manusia Berdasarkan Subjek / Subyek Penggunanya dapat pula dikategorikan ke dalam 2 (dua) macam sebagai berikut: •
Kebutuhan Individual / Individu / Pribadi
-8-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
Adalah jenis kebutuhan yang dibutuhkan oleh orang perseorangan secara pribadi. •
Kebutuhan Sosial / Kolektif Adalah kebutuhan akan berbagai barang dan jasa yang digunakan untuk memuaskan kebutuhan sosial suatu kelompok masyarakat.
Dari uraian tersebut terlihat bahwa kebutuhan manusia itu sangat kompleks. Walaupun demikian, dari sudut pandang manapun kebutuhan manusia merupakan kebutuhan yang selalu diupayakan pemenuhannya. Dalam hal kebijakan kota ramah anak, maka kebutuhan anak (yang termasuk dalam kebutuhan manusia secara keseluruhan) hendaknya diupayakan pemenuhannya melalui kebijakan dan program-program yang langsung menyentuh dan dapat dirasakan oleh anak-anak yang tingggal di wilayah kota tersebut.
MODAL SOSIAL DAN KESADARAN SOSIAL Modal Sosial sebagai sesuatu yang merujuk ke dimensi institusional, hubungan-hubungan yang tercipta dan norma-norma yang membentuk kualitas dan kuantitas hubungan sosial dalam masyarakat. Modal sosial juga merupakan pola hubungan yang terjadi diikat oleh kepercayaan (trust), saling percaya (mutual understanding), dan nilai-nilai bersama (shared value) yang mengikat anggota kelompok untuk membuat kemungkinan aksi bersama dapat dilakukan secara efisien dan efektif. Modal sosial yang sudah melembaga akan menjadi sistem nilai baru yang berkembang dalam masyarakat dan menimbulkan kesadaran sosial pada anggota masyarakat. Kesadaran sosial ini merupakan modal sosial untuk mencapai tujuan dan target tertentu yang ditetapkan suatu masyarakat. Terkait dengan implementasi Kabupaten Layak Anak kesadaran masyarakat merupakan suatu kekuatan yang mendukung tercapainya tujuan bersama mewujudkan generasi mendatang yang berkualitas dan memiliki daya saing tinggi. -9-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
2.2. Metode Penelitian 2.2.1. Tipe Penelitian: Tipe penelitian ini dipandang dari tujuan penelitiannya adalah sebuah penelitian operasional,
sedangkan
dipandang
dari
perspektif
metodologi
yang
melatarbelakangi penelitian ini merupakan paduan antara penelitian deskriptif dan interpretatif. Secara rinci tipe penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut: a) Penelitian Operasional (operation research) yang dimaksudkan untuk mengetahui
capaian,
peluang-peluang
dan
hambatan-hambatan
dalam
pengembangan dan keberlangsungan sebuah Kebijakan yang berdasar pada konsep ’Kabupaten/Kota Layak Anak’. b) Penelitian ’deskriptif’ dengan menggunakan pendekatan ’interpretatif’’kualitatif’ yang dimaksudkan untuk memberikan gambaran yang mendalam dan rinci tentang berbagai hal yang diteliti.
2.2.2. Lokasi Penelitian: Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Sidoarjo sebagai salah satu Kabupaten uji coba kebijakan nasional ’Kota Layak Anak’. Lokasi penelitian ini meliputi seluruh Kecamatan, yaitu 18 Kecamatan di wilayah Kabupaten Sidoarjo, Propinsi Jawa Timur.
2.2.3. Unit Analisis: a) Unit analisis ’institusi’, yaitu Pemerintah Daerah, Legislatif, Partai Politik dan Lembaga Sosial Non Pemerintah.
-10-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
b) Unit analisis ’individu’, yaitu anak itu sendiri dan orang tuanya; serta pimpinan daerah, pimpinan instansi di lingkungan Pemerintah Kabupaten,
Legislatif,
Parpol, LSM dan Kepala Sekolah SD, SMP dan SMU.
2.2.4. Metode Pengumpulan Data: Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan 2 (dua) macam teknik sebagai berikut: a) Wawancara
terstruktur
menggunakan
kuesioner
yang
terdiri
dari
pertanyaan-pertanyaan tertutup. b) Wawancara mendalam (’indepth interview’) yang dilengkapi pedoman wawancara dengan pertanyaan terbuka.
2.2.5. Jenis Data: ¾ Data Sekunder: Sumber data diperoleh dari berbagai institusi dan instansi, dalam hal ini dari 8 (delapan) unsur pokok Gugus Tugas ’Kota Layak Anak’ (KLA) di Kabupaten Sidoarjo, 5 Partai Politik dan 1 Lembaga Pemerhati Anak. ¾ Data Primer: a) ’kuesioner’ dengan pertanyaan terstruktur terhadap anakanak usia SD, SMPdan SMU serta orang tua, yaitu ayah atau ibu dari anak-anak usia SD, SMP dan SMU, b) ’wawancara
mendalam’
(’indepth
interview’)
dengan
menggunakan pedoman wawancara terhadap pimpinan Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, Dinas Kesejahteraan Sosial, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, BKBPMP
-11-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
(Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan
Perempuan),
Kabupaten
Badan
(Bappekap),
Perencanaan Dinas
Pembangunan
Ketenagakerjaan,
Tim
Penggerak PKK, Partai Golkar, PDIP, PKB, Partai Demokrat, PKS, ’Pusat Pemberdayaan Perempuan dan Anak’ (P3A) Kabupaten Sidoarjo, serta dan Kepala Sekolah SD, SMP dan SMU.
2.2.6. Subyek Penelitian: Subyek Penelitian ini meliputi para responden dan informan sebagai berikut: ¾
108 orang responden terdiri dari 54 orang anak dan 54 orang ayah atau ibu dari anak bersangkutan. Seluruh responden ini tersebar di 18 kecamatan dalam wilayah Kabupaten Sidoarjo, dimana masing-masing Kecamatan ditentukan sebanyak 3 orang anak masing-masing usia SD, SMP, SMU dan 3 orang ayah atau ibunya sebagai responden.
¾
Sebagai informan ditentukan 1 orang pimpinan daerah, yaitu Bupati, 1 orang pejabat kepala dinas dari instansi pemerintah sebagai institusi Pengembang Kabupaten Layak Anak, 1 orang ketua TP PKK, 6 orang politisi dari perwakilan partai politik yang ada di wilayah Kabupaten Sidoarjo, 3 orang Kepala Sekolah (SD, SMP, SMU), 1 orang pimpinan DPRD Kabupaten Sidoarjo dan 1 orang pengurus dan 1 orang relawan P3A Sidoarjo, serta Kepala Sekolah SD, SMP dan SMU.
-12-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
2.2.7. Metode Analisis Data: Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yaitu mendeskripsikan dan menginterpretasi makna dari data sekunder dan data primer, serta disajikan dengan tabel frekuensi dan uraian katakata serta kutipan langsung dari terwawancara.
-13-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
BAB III TAHAPAN PENGEMBANGAN KOTA LAYAK ANAK DI KABUPATEN SIDOARJO
Prasyarat pengembangan Kota Layak Anak yang ditetapkan Kementerian Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia antara lain sebagai berikut : Kemauan dan komitmen pimpinan daerah: membangun dan memaksimalkan
kepemimpinan
daerah
dalam
mempercepat
pemenuhan hak dan perlindungan anak; Baseline data: data dasar yang digunakan untuk perencanaan, penyusunan program, pemantauan dan evaluasi; Sosialisasi hak anak: menjamin penyadaran hak-hak anak pada anak dan orang dewasa; Produk hukum yang ramah anak: tersedia peraturan perundangan mempromosikan dan melindungi hak-hak anak; Partisipasi anak: mempromosikan kegiatan yang melibatkan anak dalam program-program yang akan mempengaruhi mereka, mendengar pendapat mereka dan mempertimbangkannya dalam proses pembuatan keputusan; Pemberdayaan keluarga: memperkuat kemampuan keluarga dalam pengasuhan dan perawatan anak; Kemitraan dan jaringan: memperkuat kemitraan dan jaringan dalam perlindungan anak; Institusi
Perlindungan
Anak:
meningkatkan
efektifitas
penyelenggaraan perlindungan anak, melakukan sosialisasi seluruh ketentuan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan -14-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
perlindungan anak, mengumpulkan data dan informasi, menerima pengaduan masyarakat, melakukan penelaahan, pemantauan, evaluasi,
dan
pengawasan
terhadap
penyelenggaraan
perlindungan anak. Selanjutnya Tahapan Pengembangan Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo dapat digambarkan dari dua hal, yaitu dari sudut 1) Sistem Organisasi dan 2) Kebijakan.
3.1. Kebijakan yang Memihak pada Kepentingan Anak Di Kabupaten Sidoarjo Keberhasilan sebuah program pembangunan, dalam hal ini program yang ‘ramah anak’ sangat ditentukan oleh keberadaan Peraturan dan Keputusan yang dapat dijadikan pijakan dalam pembuatan kebijakan. Peraturan dan Kebijakan yang memihak padaKepentingan Anak di Kabupaten Sidoarjo dapat diidentifikasi sebagai berikut:
¾ Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor 188/145/KPTS/013/2003 tentang Komisi Perlindungan Anak Propinsi Jawa timur. ¾ Peraturan Daerah Kabupaten Sidoarjo Nomor 18 Tahun 2006 Tentang Penyelenggaraan Perlindungan Perempuan dan Anak Korban Kekerasan. ¾ Instruksi Bupati Sidoarjo Nomor 2 Tahun 2007 tentang Pengarusutamaan Anak Dalam Pembangunan di Kabupaten Sidoarjo. ¾ Instruksi Bupati Sidoarjo Nomor 3 Tahun 2007 tentang Rencana Aksi Sidoarjo Kabupaten Ramah Anak Tahun 2006-2011.
-15-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
¾ Keputusan Bupati Sidoarjo Nomor 188/88/404.1.1.3/2007 Tentang Komisi Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KP3A) Kabupaten Sidoarjo. ¾ Peraturan Daerah No.1 Tahun 2008 tanggal 31 Januari 2008 tentang Akte Kelahiran Bebas Retribusi.
3.2. Sistem Organisasi dalam Pemerintahan Daerah yang dibentuk untuk Perlindungan Anak Dalam melaksanakan kebijakan dan program Kabupaten Ramah Anak, sangat penting untuk terlebih dahulu membangun sistem organisasi dalam Pemerintah Daerah yang dapat menjamin pelaksanaan berbagai program. Di Kabupeten Sidoarjo berbagai sistem organisasi unntuk mendukung kebijakan Kabuten Ramah Anah telah dibangun dan dipersiapkan sejak beberapa tahun yang lalu. Bahkan salah satu sistem organisasi telah dibangun sejak 6 (enam) tahun yang lalu, yaitu pada tahun 2002. Secara rinci sistem organisasi dalam Pemerintah Daerah Kabupaten Sidoarjo yang dibentuk untuk Perlindiungan Anak sebagai berikut:
-16-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
Sistem Organisasi dalam Pemerintah Daerah untuk Perlindungan Anak di Kabupaten Sidoarjo: NO 1
Sistem Organisasi
Program
Pembentukan Kelembagaan
Dibentuk Pusat Perlindungan
Perlindungan Perempuan dan
Perempuan dan Anak (P3A) di Tingkat
Anak sejak tahun 2002
Kabupaten di tahun 2002, Jaringan P3A Tingkat Kecamatan (18 Kecamatan) di tahun 2003, dan 2004 Tingkat Desa dan Kelurahan ( 353 Desa)
2
Penetapan GCSO (Gender And
Ditetapkan GCSO (Gender And Child
Child Sensitive Officer) sejak
Sensitive Officer) di Tingkat
tahun 2006
Kabupaten: 36 orang th 2006, th 2007 72 org, GCSO (Gender And Child Sensitive Officer) di Tingkat Kecamatan: 18 org 2006 , 36 org th 2007, 54 org th 2008. Sejak 2006 P3A mengkader dan menfasilitasi Duta Anak Sidoarjo.
3
Sistem Perencanaan Anggaran
Anggaran khusus anak dialokasikan
yang khusus bagi program
sejak tahun 2001 dalam Kegiatan P3A
pembangunan yang responsif
(2001: ; 2002: ; 2003: ; 2004: ;
anak.
2005: ; 2006: Sejak tahun 2006 dialokasikan lewat BKBPMP, di tahun 2006 sejumlah 876 jt ; di tahun 2007 alokasi dana khusus untuk anak dialokasikan bukan hanya di BKBPMP (2007: 612 jt; 2008: 667 jt), tetapi tersebar di berbagai instansi (Misalnya DinKesos th 2007: 700 jt; th 2008: 953 jt)
-17-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
3.3. Infrastruktur yang mendukung Kebijakan Kabupaten Ramah Anak Infrastruktur yang mendukung Kebijakan ‘Kabupaten Ramah Anak’ di Sidoarjo NO 1
KEBIJAKAN - PROGRAM Penanganan anak jalanan
INDIKATOR Tersedia rumah singgah (shelter) bagi anak-anak jalanan yang ada di Kabupaten Sidoarjo antara lain RS Anak Bangsa, RS Bisma, RS Akas, RS Yabunaiya, RS Gas.
2
•
Fasilitas bermain/olah raga
Tersedia taman bermain bagi anak (dengan rasio minimal 1:100 anak yang ada di wilayah kecamatan), berdasarkan hasil survey 54 anak di Kabupaten Sidoarjo 19% kecamatan menyediakan tempat bermain.
•
Tersedia areal bermain untuk anak di pusat perbelanjaan, pusat bisnis, perkantoran,pelayanan publik dan areal umum lainnya dengan adanya si-RIA (Ruang Impian Anak)
•
Memiliki sarana olah raga yang bisa diakses/digunakan oleh anak berdasarkan hasil survey 54 anak
-18-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
di Kabupaten Sidoarjo 80% kecamatan mereka menyediakan sarana olahraga. 3
•
Kawasan Terbuka Hijau
Tersedia Kawasan Terbuka Hijau (RTH) di perumahan, permukiman dan sekolah (minimal 10% dari seluruh lahan), terdapat di beberapa lahan perumahan di Kabupaten Sidoarjo.
•
Terdapat upaya penghijauan wilayah dengan Gerakan Perempuan Tanam dan Pelihara Sepuluh Juta Pohon pada momen Peringatan Hari Ibu ke-79 Tahun 2007.
4
Penurunan jumlah anak korban
•
kecelakaan lalu lintas
Terdapat rambu-rambu lalu lintas yang melindungi anak di sekolah dan sepanjang jalur menuju sekolah (jembatan penyeberangan, jalur khusus sepeda di ruas jalan menuju sekolah, zebra cross, halte dengan tempat duduk bagi anak, dsb) terdapat zona aman sekolah di depan SD Pucang Sidoarjo.
•
Bantuan polisi lalu lintas di sekolah yang berada di jalur lalu lintas yang ramai/padat selalu ada di
-19-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
hari-hari efektif sekolah. •
Terdapat taman lalu lintas kecamatan
•
Sosialisasi kesadaran tertib lalu lintas di sekolah, pada saat Masa Orientasi Siswa (MOS) di tingkat sekolah dasar hingga tingkat sekolah menengah.
5
Akses baca anak
Terdapat tempat baca/taman bacaan di
Terdapat tempat baca/taman
tempat pelayanan publik (kantor Kecamatan/ Kelurahan), disediakan RIA (Ruang Impian Anak), yang menjadi percontohan ada 4 Kecamatan yaitu Kecamatan Krembung, Krian, Sidoarjo, Sedati.
3.4. PUSAT PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK (P3A) KABUPATEN SIDOARJO: P3A merupakan implementasi program Komisi Perlindungan Perempuan dan Anak (KPPA) Kabupaten Sidoarjo. Pembangunan yang terus berjalan di Kabupaten Sidoarjo mengakibatkan banyak perubahan. Secara fisik perubahan tersebut dapat dilihat dengan adanya berbagai sarana dan prasarana yang terus diadakan untuk menunjang jalannya pembangunan dan hal itu diikuti oleh perubahan gaya hidup masyarakat. Perubahan kota Sidoarjo menuju kota metropolis kedua setelah Surabaya
-20-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
berjalan sangat pesat, mulai dari aspek pembangunan, sampai dengan perubahan sosial menuju masyarakat yang modern, demokratis dan transparan. Ditandai adanya berbagai kasus yang muncul di masyarakat sebagai salah satu konsekuensi logis dari perubahan tersebut, misalnya masyarakat dari kalangan perempuan dan anak sudah mulai terbuka dengan kasus yang menimpa dirinya yang semula dianggap masalah privacy dan tabu untuk dilaporkan karena hal itu dianggap sebagai aib keluarga yang memalukan. Kekerasan yang dialami oleh perempuan merupakan kasus yang pertu mendapat penyelesaian secara adi'l. Akhir-akhir ini menimpa banyak perempuan dan anak yang jumlahnya semakin meningkat, meskipun sudah ada sangsi hukum bagi pelaku dengan adanya Undang-undang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga (UUPKDRT) belum menjamin sepenuhnya tidak akan terjadi kekerasan yang korbannya kebanyakan perempuan dan anak. Keberadaan Pusat Perlindungan Perempuan dan Anak (P3A) di Kabupaten Sidoarjo yang sudah lima tahun berjalan membantu dalam proses penanganan dan pendampingan kasus-kasus kekerasan yang dialami oleh perempuan dan anak yang jumlahnya cenderung semakin meningkat. Setidaknya menurut data kasus yang di'tangani oleh P3A sejak April 2002 hingga Desember 2006, telah terjadi kekerasan sebanyak 648 kasus. Dan jumlah tersebut, urutan jumlah terbesar terdiri dan kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) 316 kasus, kekerasan seksual 149 kasus, kekerasan terhadap anak sebanyak 41 kasus, trafiking 35 kasus, kekerasan dalam pacaran 35, kekerasan ekonomi 28 kasus, kekerasan dalam hubungan kerja 18, penganiayaan 17 kasus, kekerasan reproduksi remaja 6 kasus, broken home 3 kasus. Data lain menunjukkan dari hasil studi jawa Timur sebagai alasan salah satu propinsi di Indonesia yang disinyalir sebagai mata rantai jaringan trafficking khususnya untuk Eksploitasi Seksual Komersial Anak (ESKA) yang memerlukan perhatian berbagai pihak. Dan kajian cepat yang dilakukan oleh ILO/IPEC pada tahun 2003 diperkirakan jumlah anak yang dilacurkan (AILA) di'bawah umur 18 tahun sekitar 4.081 anak
-21-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
di Jawa Timur, jumlah tersebut tidak menutup kemungkinan sebagian dan mereka berasal dan daerah Sidoarjo.
TABEL DATA KASUS PERIODE 2002 S/D 2006 JUMLAH PERTAHUN No. 1 2 3 4
JENIS KASUS
2002
%
2003
%
2004
%
2005
%
2006
%
KDRT
13
41
40
47
63
48
111
56
89
44
K.Sek/Perkosaan/Pen
9
28
25
29
40
31
32
16
43
21
cabulan/Pel.Sek Kekerasan Dalam
1
3
6
7
8
6
12
6
8
4
Pacaran (KDP) Kekerasan dalam hub.
3
9
3
4
3
2
6
3
3
1
Kerka (KDK) 5
1
3
1
1
0
0
1
1
0
0
13
2
2
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
4
3
10
5
13
6
Terhadap 1
3
2
2
8
6
12
6
18
9
Broken Home Kasus
Kesehatan 4
6
Reproduksi
7
(KRR) Kekerasan Ekononri
8
Kekerasan
Remaja
Anak (KTA)*
9
Penganiayaan
0
0
3
4
5
4
8
4
1
0
10
Traficking
0
0
2
2
0
0
6
3
27
13
JUMLAH
32
100
85
100
131
100
198
100
202
100
Seperti telah dijelaskan di atas bahwa Sidoarjo merupakan kota kedua yang dijadikan tempat para pencari kerja setelah Surabaya, hal itu disebabkan Sidoarjo merupakan daerah mdustri dengan menyerap tenaga kerja perempuan yang jumlahnya cukup banyak, dengan mengabaikan ketentuan dan persyaratan yang harus dimiliki misalnya pendidikan dan skill yang minim sudah bisa diterima sebagai buruh di perusahaan. Kondisi demikian dimanfaatkan oleh sebagian oknum untuk memanfaatkan perempuan pencari kerja dengan menawari perempuan untuk bekerja di luar negeri atau di luar kota dengan tidak memberikan penjelasan terlebih dahulu mengenai jenis pekerjaan, upah yang
-22-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
Diterima dan surat kontrak penempatan, kasus semacam ini sering terjadi. Di Sidoarjo banyak Perusahaan Pengerah Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PPJTKI) yang dalam pantauan lembaga masih belum menerapkan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh pihak- pihak yang berkompeten dalam hal ini pemerintah melalui Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) yang ada di Kabupaten Sidoajo. Berbagai macam bentuk kasus kekerasan yang dimasuk di P3A Sidoarjo, hampir semua menimpa perempuan dan anak berslfat multidi-mensional dimana korban tidak hanya mengalami satu jenis kekerasan saja, akan tetapi hampir semuanya mengalami lebih dari satu jenis kekerasan. Kekerasan berdampak tidak hanya fisik, melainkan juga selalu berimplikasi psikologis dan sosial pada perempuan dan anak korban kekerasan. Untuk melihat lebih jauh tentang data kasus tersebut lebih jelasnya seperti dalam tabel.
Tabel: Kasus yang ditangani P3A menurut Umur Korban, tahun 2002-2006 KATEGORI NO
UMUR
JUMLAH PER TAHUN 2002
%
2003
%
2004
%
2005
%
2006 I
%
1
KORBAN <12
3
9
11
13
19
15
14
7
30
15
2
13-18
13
41
19
22
30
23
25
13
33
16
3
19-29
8
25
27
32
42
32
65
33
52
26
4
30-40
8
25
26
31
31
24
63
32
68
34
5
41 -50
0
0
2
2
7
5
24
12-
19
9
6
>50
0
0
0
0
2
2
4
2
0
0
JUMLAH
32
100
85
100
131
100
195
100
202
100
PENGALAMAN P3A DALAM PENANGANAN KASUS: Dalam melakukan pelayanan dan pendampingan kepada perempuan dan anak korban kekerasan, P3A Sidoarjo berupaya memberikan pelayanan yang terbaik berupa pelayanan yang proaktif, dengan melakukan kunjungan (out reach) pada perempuan dan anak korban kekerasan yang membutuhkan penanganan lebih lanjut. -23-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
Mensosialisasikan keberadaan P3A beserta pr(^ram dan kegiatannya kepada masyarakat merupakan upaya preventif untuk menekan kasus kekerasan. Dengan fasilitas yang terus diupayakan kesempurnaannya,
P3A
Sidoarjo tetap komitmen untuk mengedepankan aspek pelayanan prima pada perempuan dan anak korban kekerasan.. Fasilitas yang tersedia sampai saat ini meliputi pelayanan konsultasi/konseling, medis, terapi, hotline, pelatihan kemandirian
bagi
korban
dan
rumah
aman
{shelter)
termasuk
juga
pendampingan di bidang hukum apabila diperlukan bagi perempuan dan anak korban kekerasan. Dalam proses pelayanan, penanganan ^ dan pendampingan bagi perempuan dan anak korban kekerasan dilakukan oleh pengurus P3A sesuai dengan tugas dan fungsi yang ada di divisi masing-masing. Dari 648 kasus yang ditangani oleh P3A, menunjul—an jenis layanan yang paling sering diakses oleh perempuan dan anak korban kekerasan adalah melalui konseling baik secara langsung datang di P3A ataupun memanfaatkan akses lewat hotline. Selama pendampingan acapkali pihak korban dibujuk berdamaii oleh si pelaku, begitu juga dengan kasus yang di SP3 kan oleh pihak berwajib dengan alasan tidak adanya bukti-bukti kuat dalam mendukung keberlanjutan proses. Terlebih apabila kasus KDRT, sering pula pihak korban (istri) tidak berani melaporkan tindak kekerasan suaminya, dengan alasan takut dicerai bahkan dianggap membuka aib keluarganya. Kasus yang dicabut sendiri oleh klien merupakan suatu pukulan berat bagi P3A.
-24-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
ALUR PIKIR PUSAT PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK (P3A)
Potensi
Potensi
Perlakuan ketidakadilan terhadap perempuan dan anak. Jumlah Kasus 224 ( Agustus 2002 – Juni 2004)
¾ Berkembangnya Industri dan
¾ Berkembangnya Industri dan
¾ Penyerapan Tenega Kerja Wanita ¾ Penduduk Wanita 817.735 (51,25 %)
¾ Penyerapan Tenega Kerja Wanita ¾ Penduduk Wanita 817.735 (51,25 %)
Perdagangan
Perdagangan
(Data Th.2002)
(Data Th.2002)
¾ Jumlah Anak 340.847 (Th. 2001)
Prakarsa Bersama LSM
Pembentukan
Perguruan Tinggi Organisasi Profesi Organisasi Masyarakat Relawan
Visi
Pemerintah
Struktur Organisasi Dikukuhkan dengan : SK Bupati Sidoarjo
P3A
Misi
DIVISI
-
Kajian dan Pelatihan Jaringan dan Informasi Pendampingan dan Litigasi
Membangun Jaringan dg : Kepolisian Kejaksaan Pengadilan Rumah Sakit Psikiater Lembaga lain sejenis
PERAN P3A
Pendampingan, Konseling, Advokasi & Pemberdayaan Ekonomi
Pelayanan dan Pengaduan Publik
Terwujudnya Pemberdayaan Perempuan dan Anak Berdasarkan Pprinsip-prinsip HAM Terbebasnya masyarakat dari berbagai Tindak Kekerasan
Latar Belakang Berdirinya P3A: Pusat Perlindungan Perempuan dan Anak (P3A) dibentuk atas prakarsa bersama /Sinergi sejumlah LSM dan kalangan masyarakat peduli perempuan dengan Pemerintah Kabupaten Sidoarjo yang dilandasi kesadaran banyaknya peristiwa-peristiwa tentang perlakuan ketidakadilan
-25-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
terhadap perempuan dan Anak korban kekerasan yang masih belum ada penanganan secara memuaskan. Kurangnya perlindungan terhadap hak-hak perempuan dan anak disebabkan belum adanya lembaga yang secara khusus menanganinya.
Visi P3A: Mengupayakan pembangunan yang berkeadilan dalam rangka penegakan hak azasi manusia (HAM) bagi perempuan dan anak di Kabupaten Sidoarjo.
Misi P3A: ¾ Melakukan penyadaran dan perlindungan terhadap perempuan dan anak
akan hak azasi sebagai manusia. ¾ Membantu memberdayakan perempuan dan anak korban kekerasan. ¾ Menyediakan informasi yang diperlukan dalam mengupayakan
perlindungan perempuan dan anak. ¾ Menjadikan Pusat Perlindungan Perempuan dan Anak (P3A) sebagai
basis perempuan dan anak.
Tujuan P3A: 1. Terwujudnya pemberdayaan perempuan dan anak berdasarkan prinsipprinsip HAM. 2. Terbebasnya masyarakat dari berbagai tindak kekerasan pada berbagai aspek kehidupan
Program P3A: •
Peningkatan Promosi .
•
Peningkatan Advokasi .
-26-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
•
Pengembangan Komunikasi Informasi Edukasi (KIE).
•
Peningkatan Kegiatan Konseling bagi Klien Utamanya Perempuan dan Anak yang Membutuhkan.
•
Peningkatan Dukungan Pelayanan bagi Perempuan dan Anak Korban Kekerasan.
•
Peningkatan Dukungan bagi Kegiatan Perempuan dan Anak yang bersifat Positif.
Strategi: 1. Meningkatkan koordinasi dan mengembangkan kesepakatan operasional. 2. Mengintegrasikan pelayanan P3A ke dalam pelayanan yang bernuansa peningkatan mental, fisik dan psikis perempuan dan anak baik yang bersifat promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif. 3. Mengembangkan potensi dan sistem pelayanan P3A sesuai dengan kondisi setempat. 4. Pengembangan pengelolaan program yang diarahkan kepada pemberdayaan dan kemandirian sesuai dengan kondisi yang ada. 5. Penekanan pengelolaan P3A dengan pendekatan kemitraan dan pengembangan jaringan kerja, sehingga perempuan dan anak serta masyarakat dapat dengan mudah mengakses tempat pelayanan dan rujukan masalah. 6. Menumbuhkan dan mengembangkan peran perempuan dan anak dalam proses internalisasi pemberdayaannya, sehingga permasalahan perempuan dan anak dapat ditanggulangi secara mandiri di kalangan kelompok perempuan dan anak serta masyarakat peduli perempuan dan anak.
-27-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
Sasaran : –
Sektor Pengelola Program Pemberdayaan Perempuan dan Anak, baik Pemerintah maupun Non Pemerintrah (LSM, Institusi Swasta, Perguruan Tinggi, Profesional, dll)
–
Petugas Pelayanan Pemberdayaan Perempuan dan Anak
–
Kelompok Perempuan dan Anak
–
Kelompok Masyarakat Peduli Perempuan dan Anak
–
Tokoh Agama
–
Tokoh Masyarakat
–
Tokoh Politik
–
Tenaga Profesional Medis (Dokter, Bidan, Perawat, dsb)
–
Tenaga Profesional lain (Psikolog, Lawyer, dsb)
STRUKTUR ORGANISASI P3A DEWAN KETUA
SEKRETARIS
KOORDINATOR KOORDINATOR DIVISI UMUM & REHABILITASI
ANGGOTA
BENDAHARA
KOORDINATOR
KOORDINATOR
KOORDINATOR
KOORDINATOR
DIVISI KAJIAN & PELATIHAN
DIVISI JARINGAN & INFORMASI
DIVISI ADVOKASI & LITIGASI
DIVISI MEDIS & PSIKOSOSIAL
DIVISI PELAYANAN & SHELTER
ANGGOTA
ANGGOTA
ANGGOTA
RELAWAN RELAWAN RELAWAN
-28-
ANGGOTA
ANGGOTA
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
DIVISI UMUM DAN REHABILITASI: Tujuan: ¾ Membantu mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh perempuan dan anak korban kekerasan ¾ Mengupayakan pemberdayaan perempuan dan anak korban kekerasan pascapenanganan Bentuk kegiatan:
• Melakukan pelatihan-pelatihan untuk perempuan dan anak korban kekerasan
• Melakukan monitoring terhadap perempuan dan anak korban kekerasan pascapenanganan
• Melaksanakan operasional lembaga • Secara periodik melakukan kunjungan ke rumah korban DIVISI KAJIAN DAN PELATIHAN Tujuan : ¾
Mengupayakan dan mempengaruhi respon aparat penegak hukum sehingga dapat membangun sensitifitas gender dalam kebijakankebijakan yang dilahirkan terutama materi hukum yang tidak merugikan hak-hak perempuan
¾
Meningkatkan kemampuan personil bersama-sama komponen masyarakat yang lain untuk memberikan pelayanan dan pendampingan terhadap perempuan dan anak korban ketidakadilan secara optimal dan menjawab persoalan ketimpangan gender dan kekerasan terhadap perempuan yang muncul ditengah-tengah masyarakat.
¾
Menguatkan kelembagaan P3A
-29-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
Bentuk Kegiatan :
¾ pelatihan gender ¾ pelatihan manajemen WCC ¾ Pelatihan tenaga pendamping korban ¾ Pelatihan tenaga konseling ¾ Pelatihan-pelatihan bagi korban ¾ Mengadakan lokakarya pendidikan didesain untuk para perempuan yang telah mengalami kekerasan
DIVISI JARINGAN KERJA DAN INFORMASI: Tujuan : ¾
Memberikan informasi tentang segala sesuatu yang dibutuhkan bagi perlindungan perempuan dan anak korban kekerasan
¾
Mencari infomrasi tentang kasus tindak kekerasan terhadap perempuan baik dilingkungan rumah maupun diluar rumah untuk ditindak lanjuti
¾
Mengubah pandangan masyarakat tentang kekerasan terhadap perempuan dan anak didalam rumah tangga agar menjadi sebuah persoalan pelanggaran HAM yang seharusnya menjadi tanggung jawab bersama melalui penyebarluasan informasi dan media masa
¾
Membuat booklet tentang pendidikan pencegahan dari kekerasan dan penganiayaan terhadap perempuan dan anak.
Bentuk kegiatan : •
Mensosialisasikan keberadaan P3A kepada masyarakat
•
Membuka jaringan informasi on-line
•
Menyediakan bahan-bahan informasi tentang pemberdayaan perempuan
•
Pembentukan opini publik
-30-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
•
Publikasi publik di berbagai media massa
•
Pengembangan dan penguatan jaringan dengan lembaga lain untuk program dan aksi bersama
DIVISI ADVOKASI DAN LITIGASI: Tujuan : ¾
Membantu perempuan berdaya dalam membuat keputusan–keputusan bagi dirinya sendiri sesuai dengan kebutuhan dan kondisi korban
¾
Menggunakan keberdayaan perempuan untuk mengubah pola atau struktur hubungan kekuasaan yang menjadi dasar berbagai permasalahan yang dihadapi
¾
Bentuk kegiatan
¾
Konseling hukum dan psikologis melalui tatap muka, telpon, surat , media massa
¾
Pendampingan kelembagaan terkait, lembaga bantuan hukum, rumah sakit, pengadilan
DIVISI PENGADUAN PUBLIK DAN SHELTER: Tujuan : ¾
Memberikan pelayanan kepada perempuan dan anak
¾
Mensosialisasikan produk hukum tentang HAM perempuan dan anak pada masyarakat
¾
Membantu perempuan dan anak korban kekerasan selama proses penanganan berlangsung
¾
Menerima berbagai pengaduan dari perempuan dan anak
¾
Proaktif dalam mencari informasai pada perempuan dan anak yang memelukan perlindungan
-31-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
¾
Menerima pengaduan, mendokumentasikan dan memberikan rujukan pada pihak-pihak terkait
¾
Menindaklajuti hasil pengaduan dari masayarakat ke divisi advokasi dan litigasi
DIVISI PELAYANAN PSIKOSOSIAL DAN MEDIS: Tujuan : ¾
Memberikan pelayanan psikososial dan medis terhadap perempuan dan anak korban kekerasan
¾
Mengkoordinasikan pelayanan dengan pola terpadu dengan melibatkan pihak puskesmas, rumah sakit dan kepolisian
¾
Membantu perempuan dan anak korban pasca penanganan dalam aspek psikososial dan medis
¾
Bentuk kegiatan :
¾
Membantu menangani permasalahan perempuan dan anak korban kekerasan dari aspek psikososial dan medis
¾
Melakukan terapi sesuai yang dibutuhkan oleh korban
DIVISI PENGADUAN PUBLIK DAN SHELTER Tujuan : ¾
Memberikan pelayanan kepada perempuan dan anak
¾
Mensosialisasikan produk hukum tentang HAM perempuan dan anak pada masyarakat
¾
Membantu perempuan dan anak korban kekerasan selama proses penanganan berlangsung
¾
Menerima berbagai pengaduan dari perempuan dan anak
-32-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
Proaktif dalam mencari informasai pada perempuan dan anak yang
¾
memelukan perlindungan Menerima pengaduan, mendokumentasikan dan memberikan rujukan
¾
pada pihak-pihak terkait Menindaklajuti hasil pengaduan dari masayarakat ke divisi advokasi dan
¾
litigasi
DIVISI PELAYANAN PSIKOSOSIAL DAN MEDIS: Tujuan : ¾
Memberikan pelayanan psikososial dan medis terhadap perempuan dan anak korban kekerasan
¾
Mengkoordinasikan pelayanan dengan pola terpadu dengan melibatkan pihak puskesmas, rumah sakit dan kepolisian
¾
Membantu perempuan dan anak korban pasca penanganan dalam aspek psikososial dan medis
¾
Bentuk kegiatan :
¾
Membantu menangani permasalahan perempuan dan anak korban kekerasan dari aspek psikososial dan medis
¾
Melakukan terapi sesuai yang dibutuhkan oleh korban
PRINSIP-PRINSIP DASAR PELAYANAN P3A 1. Klien tidak dikenakan beban biaya apapun atas dampak layanan yang diperolehnya 2. Kerahasiaan klien menjadi prioritas penting dalam masa penanganan 3. tidak melakukan tindakan diskriminasi 4. Pelayanan yang berkeadilan dan menghormati sisi kemanusian klien (martabat,harga diri dll)
-33-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
5. Pelayanan cepat atau tanpa birokrasi yang mempersulit klien untuk memperoleh pelayanan 6. kepentingan dan kebutuhan klien adalah prioritas utama 7. menghindari
ketergantungan
klien
dengan
membangkitkan
sifat
kemandirian baik dalam mengambil keputusan maupun dalam kehidupan klien pasca pengananan.
SARANA LAYANAN P3A YANG DAPAT DIAKSES MASYARAKAT TANPA DIKENAKAN PEMBIAYAAN
Layanan 24 jam
Pelayanan cepat
e-mail
Hot line/bebas
Konsultasi/konseling
-34-
Pendampingan korban
Data & Informasi
Medis/P3K
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
Shelter/rumah aman
Pendampingan Hukum
Konseling Khusus
Pekerja social Profesional : 9 Non Diskriminasi 9 Non Profit 9 Ramah serta santun 9 Menjaga kerahasian 9 motivator
DONATUR/FUNDING :
¾
KPP (Kementerian Pemberdayaan Perempuan)
¾
Pemprov. Jatim
¾
Pemkab. Sidoarjo
¾
CSSP / USAID
¾
Tifa Foundation
¾
Yayasan Mitra Mandiri
¾
Kedutaan Besar Amerika Serikat
¾
Dewan Gereja Dunia
-35-
Perpustakaan
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
¾
UNDP-PARTNERSHIP
¾
Pirac
¾
IOM
MITRA KERJA :
¾
KPP (Kementerian Pemberdayaan Perempuan)
¾
Pemprov Jatim
¾
Pemkab Sidoarjo
¾
Kepolisian
¾
Kejaksaan
¾
Pengadilan
¾
PPSW Unair (konsultan)
¾
PSW Unmuh Sidoarjo
¾
LSM
¾
Ormas
¾
Toga/Tomas/Pekerja Sosial
CATATAN PERKEMBANGAN P3A
I
Memperoleh penghargaan IMP Award tahun2003 Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia bekerjasama dengan sebuah lembaga internasional ITT (International Transfer Technologi) New Zealand dengan difasilitasi World Bank menyelenggarakan sebuah penilaian Inovasi Manajemen Perkotaan (IMP) terhadap perkembangan dan pelaksanaan otonomi daerah .
-36-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
I
Kabupaten Sidoarjo melalui program Pusat Perlindungan Perempuan dan Anak memperoleh penghargaan tertinggi dalam bidang Pemberdayaan Masyarakat, penghargaan diserahkan oleh Menteri dalam Negeri Bp Hari Sabarno di Nusa Dua Bali dan diterimakan oleh Bapak Bupati Sidoarjo Drs. Win Hendrarso, M.Si beserta ketua umum P3A Ibu DR.Emy Susanti.
I
Atas perolehan penghargaan tersebut direktur eksekutif P3A Bp.Haryadi.S beserta Ketua Bappekab, Ketua Komisi E DPRD Sidoarjo, Kepala Dinas Kesejahteraan Sosial dan Kabid Pembangunan III Bappekab memperoleh kesempatan Studi Banding ke Naga City Philipina dan Pinang Malasyia.
Peningkatan Pelayanan Melalui Pengadaan Shelter Beserta Sarana Pelengkap Operasionalnya
I
Gedung kapasitas 8 orang
I
Terjaga kerahasiaan akan keberadaannya
I
Mendapat dukungan dana dari pemerintah
I
3 Orang Psikolog, 3 Dokter, dan Relawan yang terlatih dalam menangani korban kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak
I
Kerjasama dengan RSUD dan Polres Sidoarjo
-37-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
SKEMA JARINGAN KERJA (NETWORKING) P3A SIDOARJO
LSM/LSOM, Institusi Masyarakat
Swasta Peduli Pemberdayaan Perempuan & Anak Tim Koordinasi Kabupaten berdasarkan SK Bupati Sidoarjo No.188/264/404.1.1.3/2002 tentang Komisi Pemberdayaan Perempuan dan Anak
Organisasi Profesi (IDI, IBI, ISPI, dsb)
Dinas/ Instansi Sektoral
P3A Sidoarjo (SK Bupati Sidoarjo No.188/141/404.1.1.3)
-38-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
SKEMA PELAYANAN DI P3A SIDOARJO KELOMPOK Masyarakat/Keluarga Peduli P &A k
Legislatif, Yudikatif, Eksekutif, LSM/LSM
KELUARGA yang punya anggota keluarga perempuan &A k
P3A
¾ Informasi/buku dll ¾ KIP/Konseling ¾ Pelayanan Khusus ¾ Penanganan Kasus
PETUGAS Dinas/Instansi T k it
PEREMPUAN & ANAK Kesadaran, Pengetahuan,
PEER GROUP Perempuan dan Anak
-39-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
SKEMA JARING LABA-LABA PELAYANAN P3A DI TINGKAT LAPANGAN P3A SIDOARJO
¾ Informasi/buku dll
¾ KIP/Konseling ¾ Pelayanan Khusus ¾ Penanganan Kasus
Jaringan P3A PEREMPUAN DAN ANAK SERTA MASYARAKAT
¾ Informasi/buku dll
¾ Konsultasi ¾ KIP/Konseling
Kesadaran
Relawan P3A
¾ Informasi/buku dll ¾
Peer Group, Kelompok Masyarakat / Keluarga Peduli Perempuan dan Anak
¾ Informasi/buku dll
:Rujukan :Pembinaan & Pelayanan Aktif :Pelayanan
-40-
Pengetahuan Sikap Perilaku
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) Pengaduan Langsung :
KORBAN/KLIEN
DITERIMA /IDENTIFIKASI /REGISTER
KLIEN MENANDATANGANI FORM PENGADUAN
KONSELOR/DIVISI TERKAIT SESUAI KEBUTUHAN KLIEN
TINDAKAN : -HUKUM -MEDIS
-PSIKOLOGIS -SHELTER -RUJUKAN
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) Pengaduan Melalui Hot Line: OUT REACH TINDAKAN :
HOT LINE
DITERIMA OPERATOR/KONSELOR PENDATAAN/REGISTRASI HOTLINE
KONSELOR/DIVISI SESUAI KLIEN DATANG KE P3A
-HUKUM -MEDIS -PSIKOLOGIS -SHELTER -RUJUKAN
DIRUJUK
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PENGADUAN MASYARAKAT DAN MEDIA LAPORAN WARGA PENGGALIAN DAN PENGEMBANGAN INFORMASI (CROSSCEK) INFORASI MEDIA
PENGEMBANGAN INFORMASI: 1.POLISI 2.PIHAK TERKAIT
P3M
-41-
PENDATAAN IDENTITAS KORBAN DAN DATA KASUS TERKAIT
OUTREACH
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
SKEMA MEKANISME PELAYANAN P3A SIDOARJO RUJUKAN: 1.RSUD 2.POLISI 3.LEMBAGA LAIN
HOTLINE
DATANG LANGSUNG
JARINGAN MEDIA/MASYARAKA
KLIEN/KORBAN P3A TINDAKAN: 1.MEDIS 2.HUKUM 3.PSIKOLOGI S 4.SHELTER 5.RUJUKAN
PENGGALIAN AWAL KASUS KTP/KTA
KASUS NONKTP/KTA
INFORMASI RUJUKAN
KONSELING PSIKOLOGI
PULANG
HUKUM YA
TIDAK
SUPPORT GROUP
PENDAMPINGAN KONSELING
3.5. Kebijakan “SiKara” (Kecamatan Ramah Anak) di Kabupaten Sidoarjo Pemerintah Kabupaten Sidoarjo telah menetapkan Sidoarjo sebagai Kabupaten Ramah Anak (SiKaRA) yang pencanangannya telah dilaksanakan pada tanggal 16 Juli 2006 bertepatan dengan momen peringatan Hari Anak Nasional XXII, berikutnya telah pula tersusun Rencana Aksi Kabupaten SiKaRa Tahun 2006-2011 sebagaimana tertuang dalam Instruksi Bupati Nomor 3 Tahun 2007. Dalam rangka mempersiapkan secara sistemis pengembangan dan implementasi pembangunan yang responsif anak di tingkat kecamatan, maka perlu dirancang suatu model Kecamatan yang Ramah Anak (CaRA) sebagai penjabaran operasional Pengarusutamaan Anak dalam Pembangunan di
-42-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
Kabupaten Sidoarjo sebagaimana tertuang dalam Instruksi Bupati Nomor 2 Tahun 2007. Oleh karena itu Pemerintah Kabupaten Sidoarjo memandang perlu untuk menetapkan Model Kecamatan Ramah Anak (CaRA) sebagai acuan bagi otoritas lokal dalam pengembangan program pembangunan di tingkat kecamatan yang responsif anak
disamping perwujudan lain dari Sidoarjo Kabupaten
Ramah Anak (SiKaRA) di semua aspek kehidupan utamanya Desa/Kelurahan dan Kecamatan. Model Kecamatan Ramah Anak (CaRA) yang diimplementasikan sebagai ruang yang memenuhi kebutuhan bagi anak akan permainan-permainan yang mengedepankan aspek educatif for children, keberadaannya mendukung pelayanan publik yang ada di kecamatan. Kehadiran CaRA menjadikan kenyamanan pelayanan tersendiri bagi para pengguna pelayanan, melalui RIA (Ruang Idaman Anak) diharapkan pelayanan publik yang dilakukan oleh aparat kecamatan tidak hanya mengedepankan kecepatan dan ketepatan tapi faktor kenyamanan merupakan hal yang urgent sifatnya dan tidak bisa dipisahkan dari esensi pemerintah dalam mengemban misi public service.
Maksud dan Tujuan Program Kecamatan Ramah Anak di Kabupaten Sidoarjo a. Maksud Bahwa Model Kecamatan Ramah Anak (CaRA) yang diimplementasikan melalui Ruang Impian Anak (RIA) atau yang lebih populer dengan si-RIA adalah sebuah model sinergi antara pelayanan publik dan fasilitasi kebutuhan terbaik untuk anak akan informasi dan permainan yang mengedepankan good educatif for children. Adapun si RIA dimaksudkan untuk :
Memenuhi kebutuhan yang terbaik bagi anak melalui informasi dan alat peraga KIE.
Memberikan dan membuka wawasan serta jendela pandang anak akan informasi yang mendidik.
-43-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
Meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku kaum anak dalam upaya peningkatan kualitas hidup dirinya.
Memberikan inspirasi serta pembelajaran sejak dini terhadap anak agar mereka mampu bersaing dan berkembang dengan baik tanpa harus dibeda-bedakan.
Mengupayakan kenyamanan para pengguna pelayanan atau client dalam mengakses informasi dan edukasi serta hiburan bagi anak.
b. Tujuan Tujuan Bagi Anak, meliputi :
Merangsang dan meningkatkan minat baca anak.
Meningkatkan kedisiplinan dan tanggung jawab bagi anak-anak.
Memberikan sarana hiburan yang mendidik.
Menumbuhkan daya imajinasi bagi anak-anak.
Membantu
memenuhi
kebutuhan
informasi
terutama
ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Membantu perpustakaan sekolah dalam penyediaan kebutuhan bahan ajar sekolah.
Memberikan wawasan serta cara pandang yang modern bagi anakanak.
-44-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
Target / Sasaran Program Kecamatan Ramah Anak di Kabupaten Sidoarjo Masyarakat Kabupaten Sidoarjo khususnya para pengguna pelayanan publik utamanya orang tua dan anak-anak yang membutuhkan pelayanan di Kecamatan.
Operasionalisasi Program Kecamatan Ramah Anak di Kabupaten Sidoarjo : Program si-RIA (Ruang Impian Anak):
1. Penerima Manfaat Program si-RIA Penerima manfaat si-RIA secara langsung adalah seluruh masyarakat utamanya orang tua dan anak di seluruh wilayah desa / kelurahan pada 18 wilayah kecamatan se-Kabupaten Sidoarjo. 2. Output dan Outcome Dari Program si-RIA Output dari s-RIA berupa tersedianya pelayanan informasi melalui buku-buku perpustakaan yang khusus bermuatan edukatif anak, audio visual, akses komputer serta alat-alat permainan edukatif. Outcome dari si-RIA adalah kenyamanan pelayanan publik yang diberikan oleh pemberi pelayanan. 3. Ruang Lingkup Program si-RIA Ruang lingkup pelayanan si-RIA (Ruang Impian Anak) meliputi : •
Perpustakaan Koleksi
buku-buku
yang
disediakan
si-RIA
cukup
lengkap
diantaranya
berperspektif anak seperti, buku pengetahuan praktis anak, cerita, dongeng, novel anak, agama, majalah anak, perkembangan anak, ketrampilan kesehatan dan gizi, manajemen rumah tangga majalah, tabloid, koran, pelajaran sekolah
-45-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
(paket), penunjang belajar, pengetahuan praktis, cerita fiksi, biografi tokoh-tokoh, majalah, buletin dan sebagainya. Koleksi dari buku-buku tersebut merupakan koleksi terbaru dan setiap beberapa periode akan mengalami penambahan dan pembaharuan. Secara bertahap namun pasti perencanaan ke depan selanjutnya koleksi perpustakaan tidak hanya dibatasi dalam bentuk klasik (hanya terbatas pada koleksi buku saja) akan tetapi akan dimarakkan dengan koleksi perpustakaan digital yang bisa diakses melalui piranti teknologi informasi yang tersedia di si-RIA.
Perangkat Audio Visual Pemutaran Audio Visual dilengkapi dengan wireless, DVD/MP3 Player, televisi serta komputer yang berbasis edukatif entertainment. Dengan fasilitas televisi dan DVD / VCD player dengan pemutaran film, cerita sejarah berperspektif anak. Khusus untuk televisi secara bertahap pada perencanaan ke depan akan dilengkapi juga dengan fasilitas TV kabel yang programnya ramah anak sehingga diharapkan kenyamanan pelayanan dan pemenuhan akan kepentingan terbaik bagi anak.
Akses Komputer Pengenalan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) atau IT sejak dini bagi anak yang ingin meningkatkan pengetahuan dan ketrampilannya agar tidak gagap diberikan pula akses informasi akses komputer. Akses komputer yang difasilitasi dengan program-program dasar bagi pemula seperti microsoft office meliputi microsoft word, microsoft excel, microsoft powerpoint serta game edukasi yang merangsang pertumbuhan kecerdasan anak selain itu dilengkapi juga dengan buku petunjuk bagi pemula yang telah disediakan dalam koleksi perpustakaan. Selanjutnya untuk dapat lebih membuka wawasan dan jendela pandang orang tua dan anak yang membutuhkan pelayanan publik di kecamatan, ke depan mereka akan dimanjakan dengan akses komputer ke depan akan dilengkapi -46-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
dengan fasilitas internet yang dapat di download oleh masyarakat pengguna pelayanan publik secara gratis khususnya dalam akses informasi edukatif untuk anak. Fasilitas ini setidaknya akan membuka wawasan dan keterbelakangan orang tua dan anak untuk dapat tampil dalam merespon perubahan global.
4. Prinsip Pelayanan dan Mekanisme Pelayanan Program si-RIA
Prinsip Pelayanan Prinsip pelayanan si-RIA merupakan sinergi satu atap dengan pelayanan publik yang diberikan oleh Kantor Kecamatan diantarannya :
9 Waktu Pelayanan Waktu
pelayanan
si-RIA
yang
diberikan
selama
ini
dilangsungkan
berdampingan dengan waktu pelayanan bagi masyarakat yang datang ke kecamatan yaitu dari pukul 07.00 WIB s/d 15.30 WIB. Namun demikian tidak menutup kemungkinan pelayanan tersebut dilakukan pada jam-jam di luar jam kerja sesuai dengan kebijakan lokal dari masing-masing kecamatan. 9 Performance Performance atau penampilan dalam pemberian pelayanan distandarkan adalah penampilan secara familiar dengan masyarakat khususnya anakanak. Saat ini petugas yang berada di si-RIA untuk sementara masih memakai pakaian dinas PNS, selanjutnya akan diupayakan performance dalam pelaksanaan tugasnya para petugas memakai seragam petugas yang familiar.
-47-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
9 Tepat Sasaran Maksud pelayanan berbasis tepat sasaran adalah pelayanan yang diberikan si-RIA yaitu difokuskan pada orang tua dan anak. Adapun tempatnya berada pada satu atap dengan pelayanan publik yang diberikan oleh institusi kecamatan. 9 Sistem Peminjaman Sistem peminjaman buku perpustakaan untuk sementara masih berstatus baca ditempat mengingat keterbatasan jumlah buku dan fasilitas pendukung yang ada. Namun demikian ke depan setelah fasilitas pendukung dilengkapi akan diupayakan masyarakat dapat pinjam buku perpustakaan untuk dibaca dan dibawa pulang dengan batas waktu 1 (satu) minggu sejak tanggal peminjaman.
Mekanisme Pembinaan, Monitoring dan Evaluasi
9 Pembinaan Pembinaan
sebagai
upaya
meningkatkan
kualitas
penumbuhan
dan
pengembangan kesadaran masyarakat akan memberikan kepentingan terbaik
bagi
anak.
Pembinaan
dilakukan
secara
berjenjang
dan
berkesinambungan yang dilakukan oleh aparat terkait yang juga dalam pendampingan PP/SW Unair Surabaya sebagai konsultan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak di Kabupaten Sidoarjo. Pembinaan dilakukan dengan memanfaatkan berbagai forum seperti rapat koordinasi, konsultasi, pertemuan di berbagai tingkatan secara berlanjut dan berjenjang di setiap tingkatan administrasi.
-48-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
9 Monitoring Monitoring dilakukan untuk mengetahui perkembangan, pengembangan serta respon
masyarakat
dengan
kehadiran
si-RIA
secara
rutin
dengan
menggunakan suatu formulir yang telah dibakukan meliputi laporan harian dan laporan bulanan. 9 Evaluasi Untuk mengetahui peningkatan pengelolaan si-RIA baik kualitas maupun kuantitas maka kegiatan evaluasi dan berbagai studi serta penelitian perlu dilakukan, sehingga diperoleh masukan-masukan yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan-bahan lebih lanjut. Kegiatan evaluasi dilaksanakan untuk dapat mengetahui pencapaian penyelenggaraan kegiatan-kegiatan secara menyeluruh sebagai bagian dari upaya
pemberdayaan
pengarusutamaan kegiatan
gender
evaluasi
dimaksudkan
perempuan
dapat
dan
dan
perlindungan
pengarusutamaan
dilaksanakan
tiap
menyajikan
triwulan.
data
informasi
anak.
Kegiatan tentang
anak
dalam
Pelaksanaan evaluasi
ini
keberhasilan
pencapaian tujuan penumbuhan dan pengembangan.
Pendanaan / Anggaran Kecamatan Ramah Anak di Kabupaten Sidoarjo : “Program si-RIA”
1. Komitmen Anggaran Terhadap Program si-RIA Kegiatan operasional si-RIA dan penyediaan fasilitas pendukung yang selama ini ada mendapat dukungan dana APBD Kabupaten Sidoarjo Tahun 2007 pada pos Pemberdayaan
Lembaga
Berbasis
Anak
-49-
melalui
Pembentukan
CaRa
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
(Kecamatan Ramah Anak) sebesar Rp. 162.393.000,- (Seratus Enam Puluh Dua Juta Tiga Ratus Sembilan Puluh Tiga Ribu Rupiah) melekat di BKBPMP Sidoarjo yang dialokasikan hanya untuk pengadaan sarana dan fasilitas pendukung siRIA. Pemerintah menyediakan sarana pendukung kelengkapan fasilitas CaRa untuk masing-masing kecamatan pilot project, sebagai berikut : a) 1 (satu) buah Televisi 21 inch; b) 1 (satu buah DVD Player; c) 1 (satu ) unit Personal Computer lengkap dengan software educatif for children; d) 1 (satu) buah printer; e) 1 (set) Panggung Boneka; f) 1 (satu) set Rak/Lemari Buku; g) Buku-buku bacaan untuk anak dan perempuan berperspektif gender. Disamping itu, Pemerintah Kabupaten Sidoarjo pada tahun 2007 telah menyediakan bahan bangunan dengan anggaran senilai Rp. 20.000.000,(dua puluh juta rupiah) untuk 2 (dua) Kecamatan yakni Krian dan Krembung masing-masing Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah). Bantuan tersebut diberikan guna mengembangkan fasilitas/infrastruktur yang ramah anak di Kecamatan yang diwujudkan dalam si-RIA (Ruang Impian Anak). Untuk penyediaan si-RIA untuk Tahun 2007 Pemerintah Kabupaten Sidoarjo memfasilitasi 4 (empat) kecamatan percontohan yaitu Kecamatan Krembung, Kecamatan Krian, Kecamatan Sidoarjo dan Kecamatan Sedati. Hanya saja dari 4 (empat) kecamatan yang sudah operasional adalah 2 (dua) kecamatan yaitu Kecamatan Krembung dan Kecamatan Krian. Sedang 2 (dua) Kecamatan Sidoarjo dan Sedati belum mendapat dukungan bantuan bangunan CaRA, direncanakan direalisasikan pada PAK tahun 2008 Sedangkan dukungan APBD pada tahun 2008 sebesar Rp. 150.449.000,-
-50-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
(Seratus lima puluh juta empat ratus empat puluh sembilan ribu rupiah) dengan target Kecamatan Taman, Waru, Jabon, Wonoayu, Prambon, Candi.
2. Komitmen (Politik) Pemerintah Daerah dan DPRD Terhadap Program si-RIA Pemerintah Kabupaten Sidoarjo secara resmi pencanangan sebagai Kabupaten Ramah Anak pada tanggal 16 Juli 2006 pada puncak Peringatan HAN XXII, kemudian ditindaklanjuti dengan launch RAK SiKaRA pada tanggal 26-27 Desember 2006 merupakan bukti konkrit bahwa Pemerintah Kabupaten Sidoarjo memang mempunyai komitmen dalam program pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak. SiKaRa yang dibreakdown dalam model kecamatan ramah anak merupakan wujud pengarusutamaan anak di Kabupaten Sidoarjo. RIA (Ruang Impian Anak) sebagai bentuk pengejahwantahan dari Kecamatan Ramah Anak (CaRA), hal ini adalah salah satu wujud dari kebijakan Pemerintah Kabupaten Sidoarjo yang termaktub dalam Instruksi Bupati Sidoarjo Nomor 2 Tahun 2007 tentang Pengarusutamaan
Anak
Dalam
Pembangunan
di
Kabupaten Sidoarjo. Sebagaimana yang dimaksudkan dalam kebijakan tersebut pengarusutamaan
anak
merupakan
strategi
yang
dibangun
untuk
mengutamakan kepentingan terbaik bagi anak menjadi satu dimensi integral dari perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan di Kabupaten Sidoarjo. Selain itu pula kebijakan yang mendasari adalah Instruksi Bupati Sidoarjo Nomor : 3 Tahun 2007 tentang Rencana Aksi Sidoarjo Kabupaten Ramah Anak 20062011. Sejalan dengan komitmen eksekutif tersebut, pihak legislatif (DPRD) Kabupaten Sidoarjo sangat mendukung Kebijakan Kecamatan Ramah Anak melalui si-RIA sebagai salah satu wujud bentuk pentingnya pengarusutamaan gender dan anak dalam pembangunan. Salah satu komitmen tersebut diwujudkan dengan dikeluarkannya Peraturan Daerah Kabupaten Sidoarjo
-51-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
Nomor 18 Tahun 2006 tentang penyelenggaraan perlindungan perempuan dan anak korban kekerasan. Keberadaan perda tersebut merupakan payung hukum bagi terwujudnya keadilan dan kesetaraan gender yang signifikan dengan hasil yang diharapkan dari pengarusutamaan anak.
Keberhasilan / Hambatan Program si-RIA:
1. Keterlibatan Publik / Masyarakat Dalam Pelaksanaan Program Keterlibatan publik/masyarakat dalam pelaksanaan Kecamatan Ramah Anak melalui si-RIA (Ruang Impian Anak) adalah dimulai : a) Tahap perencanaan : yaitu pada saat perencanaan awal melibatkan Komisi Pemberdayaan dan Perlindungan Anak (KP3A) Kabupaten Sidoarjo yang terdiri dari perwakilan masing-masing SKPD terkait dan NGO/CSO peduli perempuan dan anak. b) Tahap pelaksanaan : pada tahap ini keterlibatan masyarakat sebagai obyek sasaran pada 18 wilayah kecamatan se-Kabupaten Sidoarjo. c) Tahap monitoring dan evaluasi : pada tahap ini keterlibatan masyarakat melalui NGO dan CSO peduli perempuan dan anak serta KP3A Kabupaten Sidoarjo. 2. Penentu Keberhasilan (Atau Kegagalan) Pelaksanaan Program si-RIA Penentu keberhasilan pelayanan si-RIA ditentukan oleh faktor : a. Tingkat kemauan, kemampuan dan komitmen masyarakat sebagai landasan masyarakat menjadi pelaku utama perubahan pola perilaku agar lebih bermind set pada pemenuhan kepentingan terbaik bagi anak. b. Konsistensi pada prinsip-prinsip pelayanan si-RIA yang diantaranya waktu pelayanan, performance yang menarik, tepat sasaran.
-52-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
3. Hambatan / Masalah Yang Dihadapi Program si-RIA Dalam upaya meningkatkan nilai manfaat dari pelayanan si-RIA maka ada beberapa hambatan/masalah yang dihadapi antara lain : a. Masih terbatasnya jumlah si-RIA yang ada di Kabupaten Sidoarjo hanya ada 2 (dua) kecamatan yang operasional. b. Masih terbatasnya fasilitas yang ada seperti masih belum tersedianya jaringan internet for children.
c.
Terbatasnya jumlah tenaga petugas si-RIA yang merangkap sebagai staf pada kecamatan terkait.
-53-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
BAB IV
PROGRAM KERJA ‘GUGUS TUGAS KLA’ DI KABUPATEN SIDOARJO
Gugus Tugas Kota Layak Anak merupakan lembaga koordinatif yang beranggotakan wakil dari unsur eksekutif, legislatif dan yudikatif yang membidangi anak, perguruan tinggi, organisasi non pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, sektor swasta, orang tua, dan anak. Tugas dari gugus tugas kota layak anak adalah sebagai berkut : a. Mengkoordinasikan pelaksanaan pengembangan Kota Layak Anak. b. Menyusun mekanisme kerja. c. Mensosialisasikan konsep Kota Layak Anak. d. Menentukan fokus utama kegiatan dalam mewujudkan Kota Layak Anak, yang disesuaikan dengan masalah utama, kebutuhan dan sumber daya. e. Menyiapkan dan mengusulkan peraturan-peraturan lainnya yang terkait dengan kebijakan Kota Layak Anak. f. Melakukan kegiatan monitoring, evaluasi dan pelaporan secara periodik. Berikut ini beberapa Program Kerja gugus tugas Kota Layak Anak yang sudah dilaksanakan di Kabupaten Sidoarjo, dalam hal ini dilihat dari unsur-unsur pokok tugas yaitu bidang kesehatan, bidang pendidikan, bidang sosial budaya dan bidang ekonomi.
-54-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
4.1. Bidang Kesehatan Program kerja gugus tugas di bidang kesehatan dan pelaksanaannya serta dinas-dinas sektor terkait yang menanganinya. NO 1
PROGRAM
PELAKSANAAN
PELAKSANA
Program UKS (Usaha
secara intensif dan
Dinas Kesehatan
Kesehatan Sekolah)
efektif di setiap sekolah
Dinas Pendidikan
baik tingkat atas maupun menengah atas 2
PMTAS Makanan
(Program Alokasi PMTAS tahun
Dinas Kesehatan
Tambahan 2006 berdasarkan hasil
Dinas Pendidikan
Anak Sekolah)
screaning kesehatan anak di 18 kecamatan se wilayah kabupaten Sidoarjo pada tingkat SD 1581 dan MI 449. Berdasarkan alokasi APBD tingkat SD 2160 dan MI 2160. Alokasi PMTAS Tahun 2007 nihil.
3
Posyandu
(Pos Jumlah Posyandu di 18
Pelayanan Terpadu)
Kecamatan se wilayah Kabupaten Sidoarjo 1642 (Data Tahun 2006)
-55-
Dinas Kesehatan PKK
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
4
Screaning Kesehatan
Jumlah murid yang
Dinas Kesehatan
Anak Sekolah
discreaning di tingkat
Dinas Pendidikan
SD 190.078, di tingkat SLTP 78.036, di tingkat SMA 55.794 (Data Tahun 2006) 5
6
Pengenalan dan
Dilaksanakan di
Dinas Kesehatan
Pengendalian Makanan
sekolah-sekolah, tingkat
Tambahan yang
SD Negeri dan MI di
berbahaya
seluruh Kabupaten
Penyuluhan Bahaya
Dilaksanakan di
Dinas Kesehatan
merokok dan AIDS
Sekolah-sekolah tk SD,
Dinas Pendidikan
SLTP dan SMU, serta
PKK
Karang Taruna
Keberhasilan kebijakan dan program Layak Anak bidang Kesehatan di Kabupaten Sidoarjo dapat terlihat dari capaian program gugus tugas di bidang kesehatan yang telah dilaksanakan oleh dinas-dinas sektor terkait berdasarkan indikator Kota Layak Anak sebagai berikut.
-56-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
Capaian Program Gugus Tugas di bidang Kesehatan berdasarkan Indikator Kota Layak Anak NO 1
Indikator KLA Tersedianya Database
Capaian Database tentang pemantauan kesehatan
tentang pemantauan
Balita yang berkelanjutan.di setiap
kesehatan Balita yang
puskesmas di semua kecamatan hampir
berkelanjutan.di setiap
semua sudah terlaksana melalui
kelurahan/Desa di wilayah
penyuluhan imunisasi pada balita
Kecamatan
berdasarkan data penyuluhan di Kabupaten Sidoarjo tahun 2008 . Penyuluhan tertinggi di Puskesmas Sidoarjo Kecamatan Sidoarjo yaitu 294 penyuluhan, sedangkan penyuluhan terendah di Puskesmas Sekardangan Kecamatan Sidoarjo yaitu 3 penyuluhan.
2
3
Prosentase Balita dalam
Prosentase
Balita
yang
mengunjungi
kunjungan Posyandu minimal
Posyandu sudah mencapai 100%.
80% Balita yang terimunisasai
Balita yang terimunisasai lengkap (BCG,
lengkap (BCG, DPT, Cacar,
DPT, Cacar, Polio dan Hepatitis) mencapai
Polio dan Hepatitis)
100 % sesuai dengan data persentase
mencapai 100%
cakupan imunisasi bayi menurut 18 kecamatan dalam 25 puskesmas.
Angka endemik penyakit (DB, Angka endemik penyakit (DB, Diare, ISPA, 4
Diare,
ISPA,
anemia) Kecamatan
di
gondok, gondok, anemia) di wilayah Kecamatan wilayah mengalami penurunan setiap tahun yaitu mengalami pada tahun 2006 jumlahnya 1.565 dan
penurunan setiap tahun
pada tahun 2007 jumlahnya 1.061 untuk kasus DB sedangkan untuk kasus Diare pada tahun 2006 jumlahnya 27.471 dan pada tahun 2007 jumlahnya 16.779.
-57-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
5
Kasus gizi buruk maksimal 1 Tidak ada kasus gizi buruk dari seluruh kasus dari seluruh Balita di Balita, yang ada kasus Balita kurang gizi di Kecamatan Kecamatan Tulangan pada tahun 2006 dan di Kecamatan Krembung pada tahun 2007 yang statusnya sebagai kecamatan rawan gizi sesuai data tentang status gizi Balita di Kabupaten Sidoarjo.
6
7
Balita dengan berat badan di bawah garis merah kurang dari 10% dari seluruh Balita di wilayah Kecamatan. Angka kematian bayi
Balita dengan berat badan di bawah garis
mengalami penurunan 10%
Sidoarjo mengalami penurunan dari tahun
dari tahun sebelumnya
sebelumnya, yaitu pada tahun 2006
merah 0,08% dari seluruh Balita di wilayah Kabupaten. Angka kematian bayi di Kabupaten
jumlahnya 361, pada tahun 2007 jumlahnya 372 sehingga mengalami penurunan sebesar 1,5%. Penyediaan sarana air bersih Setiap keluarga di Kabupaten Sidoarjo 8
dan MCK yang memadai bagi dengan Balita/Anak telah memiliki sarana keluarga yang memiliki balita MCK dan akses terhadap sarana air bersih atau anak.
mengalami peningkatan yaitu 77% di tahun 2006 dan 81,2% di tahun 2007.
9
Sosialisasi tentang HIV/AIDS dan pencegahannya pada remaja usia sekolah
Sosialisasi tentang HIV/AIDS dan pencegahannya pada remaja usia sekolah telah dilaksanakan di seluruh kecamatan se-wilayah Kabupaten Sidoarjo berdasarkan data jumlah penyuluhan tahun 2008 dimana jumlah penyuluhan terendah di Puskesmas Urang Agung Kecamatan Sidoarjo yaitu 1 kali penyuluhan sedangkan jumlah penyuluhan terbesar di Puskesmas BalongBendo Kecamatan BalongBendo yaitu 23 kali penyuluhan.
-58-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
10
Penyuluhan Kesehatan
Penyuluhan Kesehatan Reproduksi Pada
Reproduksi Pada Remaja
Remaja Karang Taruna sudah terlaksana di semua kecamatan di Kabupaten Sidoarjo, dimana penyuluhan terendah di Puskesmas UrangAgung Kecamatan Sidoarjo yaitu 1 kali penyuluhan dan penyuluhan tertinggi di Puskesmas BalongBendo Kecamatan BalongBendo.
11
Rata-rata lama menyusui
Jumlah bayi yang diberi ASI eksklusif di
pada Bayi bagi seorang ibu
Kabupaten Sidoarjo pada tahun 2008
minimal 6 bulan di wilayah
(Tribulan III) yang tertinggi prosentasenya
Kecamatan
sebesar 21,46% di Puskesmas Prambon Kecamatan Prambon.
13
Penyediaan sarana Pojok
Penyediaan sarana Pojok Asi di tempat-
Asi (suatu tempat yang
tempat umum yaitu di Dinas
representatif untuk ibu
Kependudukan dan Catatan Sipil, di
menyusui) di tempat-tempat
SPBU Taman, di Kantor PKK Kabupaten
bisnis, perkantoran,
Sidoarjo
pelayanan publik dan area umum lainnya. Kampanye ASI 14
Kampanye ASI dengan penyuluhan KIA & KB sudah terlaksana di semua kecamatan se-Wilayah Kabupaten Sidoarjo. Penyuluhan tertinggi sebanyak 294 penyuluhan di Puskesmas Sidoarjo Kecamatan Sidoarjo.
-59-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
4.2. Bidang Pendidikan Program kerja gugus tugas di bidang pendidikan dan pelaksanaannya serta dinas-dinas sektor terkait yang menanganinya. No
PROGRAM
1
Penyuluhan tentang UU HAM
Penyuluhan pada guru Dinas Pendidikan
Anak
di tingkat SD, SMP, P3A
PELAKSANAAN
PELAKSANA
SMA dan murid-murid tentang HAM Anak 2
Sosialisasi minum susu dan
Dilaksanakan
makan telor
Hari Besar dan Hari Dinas Kesehatan Anak
setiap Dinas Pendidikan
Nasional
di
Sekolah Dasar (SD) di wilayah
Kabupaten
Sidoarjo 3
Program PAUD (Pendidikan Jumlah siswa PAUD
Dinas Pendidikan
Anak Usia Dini)
Forum PAUD
pada tahun 2008 untuk laki-laki 2047 dan perempuan 2186.
-60-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
Berikut ini capaian dari gugus tugas di bidang kesehatan yang telah dilaksanakan oleh dinas-dinas sektor terkait berdasarkan indikator Kota Layak Anak.
NO 1
INDIKATOR KLA - Angka Partisipasi Sekolah di
•
CAPAIAN Angka Partisipasi Sekolah di
berbagai tingkat pendidikan
berbagai tingkat pendidikan secara
minimal 80%
umum pada usia 7-24 tahun di
- Tidak terdapat kesenjangan
Kabupaten Sidoarjo masih lebih
Angka Partisipasi Sekolah
tinggi laki-laki dibanding
murid laki-laki dan perempuan
perempuan dengan prosentase
di berbagai tingkat pendidikan
5,91% (berdasarkan data tahun 2005) •
Terdapat kesenjangan Angka Partisipasi Sekolah laki-laki dan perempuan di berbagai tingkat pendidikan, namun tidak terlalu signifikan yaitu sebesar 5,91% (berdasarkan data tahun 2005)
2
3
Rasio jumlah sarana
Rasio jumlah sarana pendidikan dan
pendidikan dan jumlah
jumlah penduduk usia sekolah sudah
penduduk usia sekolah
terpenuhi dengan penambahan fasilitas-
memadai
fasilitas yang menunjang pendidikan.
Pengawasan kualitas makanan/jajanan yang dijual di sekolah/kantin sekolah di berbagai tingkat pendidikan
Makanan/jajanan yang dijual di sekolah/kantin sekolah di berbagai tingkat pendidikan terjamin dan tidak mengandung zat yang membahayakan kesehatan. Karena ada kerjasama antara Dinas Pertanian dengan Dinas Pendidikan masalah pemanfaatan produk
-61-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
pangan lokal, sehingga anak-anak dapat mengolahnya secara mandiri.
4
5
Angka putus sekolah di berbagai tingkat pendidikan kurang dari 10%
Angka putus sekolah di berbagai tingkat
Pencegahan penggunaan
Di wilayah Kecamatan secara kualitatif
kekerasan dalam proses
tidak terdapat penggunaan kekerasan
belajar mengajar
dalam proses belajar mengajar pada
pendidikan prosentasenya 1,12%
berbagai tingkat pendidikan
4.3. Bidang Sosial Budaya Program kerja gugus tugas di bidang sosial budaya dan pelaksanaannya serta dinas-dinas sektor terkait yang menanganinya. NO 1
PROGRAM Telepon Sahabat Anak 129
PELAKSANAAN
PELAKSANA
Diresmikan tepat pada
P3A
puncak peringatan Hari
BKBPMP
Anak Nasional ke-23 Tahun 2007, yang merupakan salah satu layanan masyarakat yang berupaya memberikan perlindungan kepada anak dari tindak kekerasan dan yang
-62-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
memerlukan perlindungan serta mengalami diskriminasi melalui akses telepon ke nomor 129. 2
Pendampingan Hukum
Di Kepolisian Tahun
P3A
2006 = 16 kasus, 2007 = 25 kasus, 2008 = 12 kasus, Di Pengadilan Negeri Tahun 2006 = 7 kasus, 2007 = 4 kasus, 2008 = 3 kasus, Di Pengadilan Agama Tahun 2007 = 1 kasus. 3
Pendampingan Medis
Pendampingan di
P3A
rumah sakit. Contoh : korban perkosaan maka pendampingannya sejak bayi dalam kandungan hingga melahirkan dan semua biayanya ditanggung oleh P3A yaitu 2003;1, 2004;3, 2005 dan 2006; 1 kasus. 4
Psikolog
Pendampingan korban
P3A
dengan psikolog di shelter P3A 5
Pembekalan materi
Sosialisasi ini dimulai
-63-
P3A
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
Reproduksi Anak dan
sejak 2004 dan
HIV/AIDS serta Narkoba pada
pelaksanaannya pada
saat Masa Orientasi Siswa
waktu Masa Orientasi
dan Bulan Ramadhan.
Siswa (MOS) di tingkat
Parpol (PKB)
SMP dan SMA 7
Akte Kelahiran Gratis
Dilaksanakan sejak 31
Dinas
Januari 2008 (Sesuai
Kependudukan &
dengan Peraturan
Catatan Sipil
Daerah No. 1 Tahun 2008) sampai sekarang jumlahnya 32.597 8
Adanya Ruang Pojok Asi
Penyediaan sarana
Dinas
Pojok Asi di tempat-
Kependudukan &
tempat umum yaitu di
Catatan Sipil
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, di SPBU Taman, di Kantor PKK Kabupaten Sidoarjo 9
Adanya Program Anak Asuh
Program internal oleh
Dinas
secara internal
Dispenduk Capil dan
Kependudukan &
Parpol Demokrat.
Catatan Sipil
Tujuan utamanya untuk
Parpol (Demokrat)
menjalin silahturahmi. 10
Tetirah
Bentuk kegiatan
Dinas
refreshing dengan
Kesejahteraan
pembekalan moral
Sosial
spiritual dan
-64-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
ketrampilan. Jumlah pesertanya 50 anak per tahun 11
Bantuan peralatan sekolah
Bantuan kepada anak-
Dinas
anak korban lumpur
Kesejahteraan
lapindo.
Sosial Parpol (PAN) Parpol (PDIP)
12
Program si-RIA
Sebuah model sinergi
BKBPMP
antara pelayanan public dan fasilitasi kebutuhan terbaik untuk anak akan informasi dan permainan yang mengedepankan good educatif for children. 13
Program SiCaRA
Suatu penjabaran
BKBPMP
operasional Pengarusutamaan Anak dalam pembangunan di Kabupaten Sidoarjo sebagaimana tertuang dalam Instruksi Bupati Nomor 2 Tahun 2007 14
Program SiKaRA
Pencanangannya telah
-65-
BKBPMP
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
dilaksanakan pada tanggal 16 Juli 2006 bertepatan dengan moment peringatan Hari Anak Nasional XXII, berikutnya telah pula tersusun Rencana Aksi Kabupaten SiKaRA Tahun 2006-2011 sebagaimana tertuang dalam Instruksi Bupati Nomor 3 Tahun 2007. 15
Sosialisasi HAM Anak
Sosialisasi di PKK
PKK
tingkat desa/kelurahan,
BKBPMP
kecamatan, kabupaten, 20 SMU, dan pejabat GCSO 16
Klub Ceria
Kegiatan bermain dan
Parpol (PKS)
belajar (kemampuan bersosialisasi dan berkreativitas) 17
Ligo Anak
Pertemuan anak dari
Parpol (PKS)
kader. 18
Rumah Belajar
Perpustakaan & Pemberian Tambahan Pelajaran pada anakanak yang kurang mampu ataupun bagi anak-anak yang
-66-
Parpol (Demokrat)
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
berminat secara gratis. Kegiatan ini dilakukan setiap hari pada hari efektif sekolah dan pelaksanaannya sore hari. 19
Forum Anak
Dibentuk pada tahun
BKBPMP
2006 dan
P3A
pertemuannya setiap bulan sekali
20
Program Anak Korban Lumpur Beberapa program yang BKBPMP dilakukan
sebagai Dinas perlindungan Kependudukan &
bentuk dan
pemberdayaan Catatan Sipil
anak korban lumpur.
PKK
Berikut ini capaian dari gugus tugas di bidang sosial budaya yang telah dilaksanakan oleh dinas-dinas sektor terkait berdasarkan indikator Kota Layak Anak. NO • 1
INDIKATOR KLA Tersedia Tempat
•
Pengasuhan Anak yang
Anak yang memadai, sesuai
memadai, sesuai
dengan kebutuhan masyarakat di
dengan kebutuhan
wilayah kecamatan terdapat 13
masyarakat di wilayah
fasilitas tempat pengasuhan anak. •
kecamatan •
CAPAIAN Tersedia Tempat Pengasuhan
Tersedia Tempat Pengasuhan Anak di tempat pelayanan
Tersedia Tempat
-67-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
Pengasuhan Anak di
publik/perkantoran melalui
tempat pelayanan
Program Pojok Asi.
publik/perkantoran
2
Tersedia panti asuhan bagi
Tersedia panti asuhan bagi anak-anak
anak-anak yatim piatu yang
yatim piatu yang memadai di wilayah
memadai di wilayah
Kecamatan yaitu 43 panti asuhan yang
Kecamatan
tersebar dalam 18 kecamatan di Kabupaten Sidoarjo.
• 3 •
•
Wilayah kecamatan
Wilayah kecamatan memiliki akses
memiliki akses pada
pada MONIK misalnya Sosialisasi
MONIK
Gender pada anak dan perempuan
Terdapat pelayanan
melalui Monik di tingkat
pengetahuan anak
desa/kelurahan mulai 1 Agustus
(perpustakaan/taman
2007 sampai akhir November
bacaan, dsb) di wilayah
2007. •
Kecamatan
Terdapat pelayanan pengetahuan anak (perpustakaan/taman bacaan, dsb) di wilayah Kecamatan melalui si-RIA (Ruang Impian Anak)
• 4
•
Angka KDRT kekerasan
•
Angka KDRT kekerasan terhadap
terhadap anak
anak menunjukkan penurunan dari
menunjukkan
tahun ke tahun. Angka KDRT
penurunan dari tahun ke
tahun 2006 yaitu 12 kasus, tahun
tahun
2007 yaitu 5, tahun 2008 yaitu 2
Fungsi Pokja KDRT
kasus. •
berjalan di wilayah Kecamatan
Fungsi Pokja KDRT berjalan di wilayah Kecamatan sesuai
-68-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
dengan poksi atau divisinya masing-masing.
5
Prosentase kepemilikan akte
anak memiliki akte kelahiran sudah 100%
kelahiran 100%
di seluruh wilayah Kabupaten Sidoarjo karena dalam pemrosesannya secara gratis
6
Terdapat kegiatan peringatan
Terdapat kegiatan peringatan dengan
dengan sasaran anak minimal
sasaran anak 1 tahun 5 kali yaitu
1 tahun sekali
Peringatan Hari Anak Nasional, Hari Ibu, Hari Pendidikan, Hari Kartini, Hari Sumpah Pemuda. Hampir dilaksanakan di semua kecamatan di wilayah Kabupaten Sidoarjo. Terdapat juga Lomba Menulis Surat Kepada Bupati sebagai bentuk penyampaian aspirasi anak.
7
Perlakuan khusus/sensitif bagi
Perlakuan khusus/sensitif bagi anak yang
anak yang berkonflik dengan
berkonflik dengan hukum, ada dengan
hukum
adanya pendampingan hukum dan psikis oleh LSM P3A baik jaringan desa maupun kecamatan .
• 8
•
Sosialisasi hak-hak
Kecamatan melakukan upaya
anak Kecamatan
penyebaran/sosialisasi terhadap
melakukan upaya
hak-hak anak di berbagai tingkat
penyebaran/sosialisasi
(Kelurahan s.d. Dasa Wisma)
terhadap hak-hak anak
sudah terlaksana oleh PKK di tiap-
di berbagai tingkat
tiap kelurahan, kecamatan,
-69-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
(Kelurahan s.d. Dasa
kabupaten sehingga masyarakat
Wisma)
secara umum memahami dan mengetahui hak-hak anak.
•
•
Secara umum
Secara umum masyarakat wilayah
masyarakat wilayah
Kecamatan mengetahui dan
Kecamatan mengetahui
memahami hak-hak anak karena
dan memahami hak-hak
telah diadakan sosialisasi mulai
anak
tingkat desa sampai kabupaten dan juga tingkat sekolah-sekolah.
9
10
Kasus kawin di usia anak (<18
Di wilayah Kabupaten kasus kawin di usia
tahun)
anak (<18 tahun) tidak ada
Secara kualitatif tidak terdapat
Secara kualitatif tidak terdapat
perlakukan diskriminatif
perlakukan diskriminatif terhadap anak
terhadap anak perempuan
perempuan dalam masyarakat,
dalam masyarakat
dikarenakan hampir setiap aspek kehidupan sudah sensitive gender.
-70-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
4.4. Bidang Ekonomi Pelaksanaan program Kota Layak Anak di bidang ekonomi dilihat dari indikator keberhasilan gugus tugas yang telah ditetapkan, adalah sebagai berikut. NO 1
PROGRAM Program
PELAKSANAAN
Perlindungan *) Perlindungan
Pekerja Anak
PELAKSANA Dinas
terhadap mafia pekerja
Ketenagakerjaan
anak jalanan
dan P3A
*) Perlindungan terhadap pemanfaatan anak dalam industri rumahan *) Pengawasan terhadap perusahaan agar tidak menggunakan pekerja anak 2
Peningkatan Pekerja Anak
Sumber
Daya *) Pelatihan ketrampilan
Dinas
bagi anak putus sekolah Ketenagakerjaan *) Pelatihan ketrampilan
dan
bagi anak jalanan
Kesejahteraan Sosial
-71-
Dinas
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
NO 1
INDIKATOR KLA Prosentase Pekerja Anak
CAPAIAN Prosentase pekerja anak (anak yang
(anak yang bekerja)
bekerja) menunjukkan penurunan dari tahun ke tahun. Hal ini disebabkan seringnya dinas-dinas sektor terkait melakukan penjaringan dan kemudian memberikan bekal kepada mereka berupa ketrampilan sesuai bakat dan potensi yang dimiliki. •
2
Pekerja anak terlindungi
Seluruh perusahaan/industri di lingkup wilayah kecamatan mematuhi peraturan perundang-undangan tentang anak yang bekerja. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya Pengawas Ketenagakerjaan
•
Kasus anak yang dipaksa bekerja (menjadi pengemis, pengamen, asongan, dan sebagainya) berkurang minimal 10% dari tahun sebelumnya. Karena setiap tahun ada 50 anak jalanan yang mengikuti program Tetirah (Pembekalan moral spiritual serta ketrampilan di Kota Malang)
-72-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
4.5. Program Khusus Perlindungan Anak Korban Lumpur Lapindo Di Kabupaten Sidoarjo Pendampingan Psikososial Anak •
Dilaksanakan mulai munculnya semburan lumpur sampai akhir bulan Juli (saat pengungsi direlokasi ke tempat tinggal yang baru)
•
Memberikan kebutuhan praktis untuk anak-anak, misal : alat sekolah, baju bekas layak pakai, makanan tambahan, mainan balita, dan lain-lain (bekerjasama dengan PKK dan P3A)
•
Membantu persiapan pelaksanaan ujian semester bagi anak (SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA) di lokasi pengungsian (awal juni).
•
Belajar mengaji (TPQ) setiap sore → bekerjasama dengan BAZ
•
Belajar musik dan menyanyi bersama grup seni Sanggar Alang-Alang Sidoarjo
•
Kegiatan bermain anak mengisi waktu luang → mewarnai, menyusun puzzle, membaca buku perpustakaan, dan lain sebagainya (bersama P3A)
•
Operasional MONIK (Mobil Media Informasi Keliling) untuk Anak & Perempuan Berperspektif Gender → panggung boneka, pemutaran, filmfilm anak, perpustakaan anak, belajar komputer.
•
Senam dan jalan sehat bersama (anak bersama orang tua) dalam rangka Hari Keluarga Nasional (HARGANAS)
Kegiatan Anak Jelang Hari Anak Nasional Ke-22 •
Mengadakan lomba-lomba anak (kerjasama dengan lintas sektor, mulai tanggal 12 s.d 25 Juli 2006) meliputi serangkaian kegiatan →
-73-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
1. Lomba
Menulis
Surat
kepada
Bupati
Sidoarjo
(Dinas
Pendidikan) 2. Lomba Melukis (Dinas Pendidikan) 3. Lomba Cerdas Cermat Religi (Bagian Kessos) 4. Lomba Gobagsodor (P3A) 5. Lomba Sunggih Tampah (P3A) 6. Lomba Bakiak Bola (BKBPMP) 7. Lomba Makan Krupuk (BKBPMP) 8. Lomba Balita Sehat (Dinas Kesehatan) 9. Lomba Kelereng (TP. PKK Kabupaten) 10. Lomba Mewarnai (TP. PKK Kabupaten) 11. Khitanan Massal Anak Pengungsi (PT. Lapindo) •
Resepsi / Puncak Acara HAN di lokasi pengungsian → 1. Pencanangan Akte Kelahiran Bebas Restribusi usia 0-5 Tahun dalam 2 (dua) Bahasa (Indonesia-Inggris) 2. Dialog Anak Pengungsi dengan Bupati Sidoarjo 3. Panggung Gembira dan Pentas Seni Anak 4. Tampilan Musik TRANK Band (PLN Distribusi Jatim) dan Band Sanggar Alang-Alang SUSI (Surabaya-Sidoarjo) 5. Penyerahan Hadiah kepada Pemenang Lomba Anak 6. Pemberian Bantuan Akte Kelahiran Bebas Restribusi seluruh anak pengungsi usia 0-5 tahun. 7. Pemberian Bantuan paket Tas Alat Tulis Sekolah untuk anak pengungsi.
Bhakti Sosial Dalam Rangka Peringatan Maulid Nabi 1428 H •
Difokuskan di lokasi pengungsian Pasar Baru Porong pada tanggal 30 Maret 2007
-74-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
•
Pemeriksaan kesehatan bagi seluruh anak balita pengungsi (kerjasama dengan Dinas Kesehatan)
•
Potong rambut anak gratis
•
Lomba mewarnai khusus anak TK/RA (TP. PKK)
•
Lomba Menggambar khusus anak SD/MI (TP.PKK)
•
Pemberian Doorprize anak pengungsi
•
Operasional MONIK (panggung boneka, perpustakaan, belajar komputer, pemutaran film-film anak)
•
Hiburan oleh Band FKPPI Sidoarjo
•
Bantuan 1 paket sembako per keluarga untuk seluruh (kurang lebih 1.300) keluarga di Pasar Baru Porong dari BMPD Jatim Perbankan Surabaya.
•
Bantuan 450 paket tas dan alat-alat tulis untuk bimbingan belajar intensif anak pengungsi pasar baru Porong dari BPMD Jatim Perbankan Surabaya.
•
Bantuan 1 paket alat-alat tulis sederhana untuk seluruh anak di pasar baru Porong dari ikatan alumni SMAN 3 Malang Cabang Surabaya.
•
Bea siswa bagi peraih nilai unas tertinggi khusus anak pengungsi dari Rotary Club Surabaya Kaliasin.
Program Bimbingan Belajar •
Dalam rangka persiapan Ujian Nasional diberikan Bimbingan Belajar Intensif GRATIS bagi anak-anak pengungsi korban lumpur (200 anak).
•
Sasaran → anak kelas 6 SD/MI, kelas 9 SMP/MTs dan kelas 12 SMA/MA.
•
Bekerjasama dengan TP. PKK Kabupaten Sidoarjo dan P3A (Pusat Perlindungan Perempuan dan Anak).
•
Tempat → Pendopo Sidoarjo mulai 26 Maret s.d. 10 Mei 2007
•
Fasilitas yang diberikan → buku-buku latihan soal, buku Modul Intensif, naskah soal, kuliah umum, konsultasi psikologi, try out, perlengkapan
-75-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
sekolah (alat tulis dan tas sekolah), konsumsi selama bimbingan dan transportasi antar jemput dari lokasi pengungsian ke pendopo.
Telepon Sahabat Anak (Tesa) 129 •
Diresmikan tepat pada puncak peringatan Hari Anak Nasional ke-23 di Stadion Gelora Delta Sidoarjo.
•
TeSA 129 adalah salah satu layanan masyarakat yang berupaya memberikan perlindungan kepada anak (laki-laki dan perempuan) dari tindak kekerasan fisik, psikis maupun seksual dan yang memerlukan perlindungan khusus lainnya, serta perlakuan diskriminatif melalui akses telepon ke nomor telepon ‘129’.
•
Layanan ini tidak terbatas pada pengaduan dan konseling saja, namun juga memberikan informasi kepada masyarakat sebagai upaya preventif dalam
mencegah
terjadinya
kasus-kasus
tindak
kekerasan
dan
pelanggaran hak-hak anak lainnya → terutama anak-anak baik di lokasi pengungsian maupun di tempat tinggal baru (relokasi)
Peringatan Hari Mata Sedunia •
Memberikan layanan pemeriksaan mata gratis anak korban lumpur (kerjasama dengan Rumah Sakit Fatma – Sepanjang)
•
Mengadakan lomba mewarna anak-anak
•
Memberikan bantuan biaya sekolah anak-anak pengungsi lumpur (kerjasama dengan TP. PKK Kabupaten Sidoarjo)
Fasilitas Perlindungan Anak Dalam Situasi Darurat/Bencana •
Dengan dukungan dana stimulan KPP-RI, Pemkab. Sidoarjo memberikan bantuan kepada 400 anak korban lumpur (hasil Need Assessment Sidoarjo Social Institute/SSI dengan Pemkab. Sidoarjo)
-76-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
•
Bantuan yang diberikan meliputi : 1. Paket Makanan Tambahan kepada 83 anak usia 3 s.d. 7 tahun. 2. Paket Perlengkapan Sekolah kepada 317 anak usia 2 tahun s.d. 16 tahun. 3. Bantuan Beasiswa Sekolah untuk 400 anak.
•
Diberikan langsung secara simbolis oleh Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan RI Prof. DR. Meutia Hatta Swasono (tgl. 5 Oktober 2007)
Bantuan Lainnya •
Pemkab. Sidoarjo memfasilitasi bantuan yang diberikan oleh Surabaya Skin Care kepada anak-anak pengungsi korban lumpur dalam rangka Anniversary (HUT) Surabaya Skin Care (Nopember 2007).
•
Bantuan yang diberikan meliputi → Tas dan peralatan sekolah bagi anak lumpur dan perbaikan fasilitas pendidikan sebesar Rp. 12 juta di 3 (tiga) SD/MI yang termasuk dalam wilayah terdampak (1 di Kecamatan Tanggulangin dan 2 di Kecamatan Porong).
-77-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
BAB V KEBUTUHAN SOSIAL ANAK DAN KESADARAN SOSIAL TENTANG HAK ANAK
5.1. KEBUTUHAN SOSIAL ANAK Anak sebagaimana orang dewasa memiliki kebutuhan sendiri yang tidak sama antara yang satu dengan lainnya. Bahkan setiap anak mempunyai kebutuhan-kebutuhan khusus yang berbeda dengan orang dewasa berkaitan dengan tahap-tahap pertumbuhan mereka. Penting bagi setiap orang tua atau masyarakat umum untuk
mengerti apa yang menjadi kebutuhan dasar seorang
anak yang barkaitan erat dengan perkembangannya. Secara umum Ada tiga kebutuhan dasar yang harus dipenuhi agar anak mengalami proses tumbuh kembang optimal, yaitu kebutuhan fisik, kebutuhan emosi atau kasih sayang dan kebutuhan stimulasi atau pendidikan. Kebutuhan fisik yaitu kebutuhan yang terkait erat dengan pemenuhan tumbuh kembang fisik seperti makan minum, pakaian, tempat tinggal dan sebagainya. Kebutuhan fisik anak dianggap terpenuhi jika anak cukup mengkonsumsi makanan yang bergizi sesuai dengan kebutuhan umurnya, pemantauan tumbuh kembang guna mengevaluasi perkembangan fisik, pemeriksaan kesehatan dan pengobatan apabila terdapat gangguan kesehatan, imunisasi sebagai pelindung, pemenuhan
-78-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
sandang yang memadai, pemukiman yang sehat dan layak, serta kebutuhan lainnya yang menunjang tumbuh kembang fisiknya. Sedangkan kebutuhan emosi meliputi segala bentuk kebutuhan untuk menunjang,/mendukung, serta membangunan emosional anak. Kebutuhan emosi terkait erat dengan hal-hal yang dapat menunjang hubungan yang erat, hangat dan
menimbulkan rasa aman serta percaya diri sebagai dasar bagi
perkembangan selanjutnya. Seorang anak akan berkembang menjadi orang dewasa yang matang dan bahagia, baik secara emosi dan rohani, jika berada di dalam keluarga yang sehat secara mental. Keluarga yang demikian akan memenuhi kebutuhan dasar anak secara psikologis secara konsisten, yaitu : rasa aman, kasih sayang, disiplin, konsistensi, teladan atau contoh, dan pimpinan. Rasa aman dan kasih sayang merupakan kebutuhan yang mutlak harus diterima seorang anak. Setiap anak sangat membutuhkan rasa aman karena dengan rasa aman yang diberikan khususnya oleh orang tuanya, seorang anak akan
lebih
mudah
untuk
mengekspresikan
dirinya,
berkembang
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru. Rasa aman meliputi
dan rasa
aman secara fisik, emosi, dan ekonomi. Keamanan secara fisik jelas akan di dapat jikalau seorang anak terlindung dari bahaya secara fisik, tempat tinggal yang aman dan tidak membahayakan dirinya serta pengawasan fisik yang cukup. Keamanan secara emosi lebih mengacu pada kebutuhan anak akan kasih sayang dan kelekatan anak dengan orang tua dimana anak diterima dengan
-79-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
segala kekurangan dan kelebihannya, serta.
Keamanan secara ekonomi
berkaitan dengan jaminan ekonomi untuk anak agar dapat tumbuh kembang secara leluasa tanpa tekanan dan keharusan bekerja pada usia dini. Kasih sayang sebagai kebutuhan yang mendasar bagi anak, akan mempengaruhi seluruh perkembangan hidupnya. Kasih sayang yang diperlukan adalah kasih sayang yang murni dan tulus dari orang tua. Kasih yang tidak mementingkan diri sendiri dan tanpa syarat.
Anak-anak yang mendapatkan
kasih sayang yang cukup dari orang tuanya akan bertumbuh lebih sehat secara emosi, sosial, dan kerohanian. Anak yang demikian akan merasa bahwa dirinya penting, berharga dan patut dicintai. Hal ini akan membuat anak menjadi lebih leluasa mengembangkan dirinya. Sedangkan
kebutuhan
stimulasi
atau
pendidikan
meliputi
segala
aktivitas yang dilakukan yang mempengaruhi proses berpikir, berbahasa, sosialisasi, dan kemandirian seorang anak.
Termasuk didalam kebutuhan
stimulasi adalah kebutuhan sosial, dimana anak akan memperoleh pembelajaran tidak hanya dari bangku sekolah formal tetapi juga oleh lingkungan sekitar. Dalam proses pembelajaran masyarakat dengan segala nilai, norma dan pranata yang ada di dalamnya merupakan institusi yang akan membentuk anak agar berperilaku seperti yang di harapkan masyarakat. Dalam peneltian akan dideskripsikan apa yang dibutuhkan anak di rumah, sekolah dan di masyarakat (Kabupaten Sidoarjo). Secara umum gambaran anak yang menjadi responden penelitian adalah sebagai berikut.
-80-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
Dilihat dari jenis kelamin responden adalah sebagai berikut: Tabel 5.1 Responden Anak Menurut Jenis Kelamin No. Jenis Kelamin 1. Laki - laki 2. Perempuan Total
Jumlah 21 33
% 38,89 61,11
54 Sumber : Data Primer
100
Dari tabel tersebut diketahui bahwa responden anak terdiri dari 39% anak laki-laki dan 61% anak perempuan atau mayoritas responden adalah anak perempuan. Sedangkan jika dilihat dari usia responden deskripsinya sebagai berikut: Tabel 5.2 Responden Anak Menurut Usia No. Usia 1. 10 - 13 2. 14 - 17
Total
Jumlah 13 41
% 24,07 75,93
100 54 Sumber : Data Primer
Responden anak dalam penelitian ini berusia 10-17 tahun, dengan proporsi 24% berusia 10-13 tahun dan 76% pada kisaran 14-17 tahun. Pada usia tersebut diasumsikan anak telah mampu menyampaikan pendapat serta mampu mengidentifikasi kebutuhannya.
-81-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
Sedangkan jika dilihat secara mendetail berdasar tingkat pendidikan responden anak sebagai berikut : Tabel 5.3 Responden Anak Menurut Pendidikan No. 1. 2. 3. 4.
Pendidikan SD SMP SMA Tidak Sekolah Total
Jumlah 8 19 26 1 54 Sumber : Data Primer
% 14,81 35,19 48,15 1,85 100
Dari tabel tersebut diketahui jika 48,15% responden anak duduk di bangku SMA, 35,19% masih bersekolah SMP dan 14,8% lainnya masih duduk di bangku SD dan 1,85 yang putus sekolah. Dengan demikian mayoritas responden adalah anak dengan pendidikan SMP-SMA. Anak-anak di Kabupaten Sidoarjo memeliki ritme kegiatan sendiri sebagai bentuk ekspresi
anak sekaligus gambaran kondisi sosio budaya masyarakat
tempat anak tumbuh dan berkembang. Gambaran adalah sebagai berikut :
-82-
kegiatan anak di rumah
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
Tabel 5.4 Kegiatan Anak Di Rumah No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Yang Dilakukan Jumlah Bantu Orang Tua 35 Bermain 25 Sholat 1 Nonton TV 30 Latihan Band 1 Belajar 42 Mengaji 13 Tidur 9 Mendengarkan Musik 3 Merawat Binatang 1 Olah Raga 4 Les 1 Sumber : Data Primer
% 64,81 46,29 1,85 55,56 1,85 77,78 24,07 16,67 5,56 1,85 7,41 1,85
Dari tabel tersebut terlihat kegiatan anak di Kabupaten Sidoarjo cukup variatif. Pada umumnya anak melakukan lebih dari satu aktivitas selama dirumah. Secara umum belajar masih menjadi kegiatan sebagian besar anak di rumah. Hal ini terkait erat dengan model pembelajaran yang biasanya disertai pemberian PR yang harus diselesaikan anak di rumah. Umumnya orang tua juga mengharuskan anak belajar setiap hari sehingga terbentuk pola belajar adalah kegiatan yang wajib bagi anak baik di sekolah maupun di rumah. Kegiatan lain yang juga banyak dilakukan anak adalah membantu orang tua, baik membantu melakukan pekerjaan rumah tangga maupun membantu orang tua bekerja. Kegiatan anak membantu pekerjaan rumah tangga biasanya lebih banyak dilakukan oleh anak perempuan dibanding laki-laki. Hal ini berkaitan
-83-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
erat dengan stereotipe bahwa pekerjaan rumah tangga adalah pekerjaan perempuan, termasuk di dalamnya anak perempuan. Bentuk pekerjaan rumah tangga yang dilakukan anak antara lain menyapu, mencuci piring, memasak, mengasuh adik. Sedangkan anak-anak yang orang tuanya bekerja dirumah (membuka warung/toko atau
Wartel,
membuat kue/kerupuk, menjahit, dsb)
biasanya anak ikut membantu melakukan aktivitas pekerjaan produktif tersebut seperti membantu melayani pembeli, membantu mengemas kue/kerupuk, membungkus jahitan atau memasang kancing. Menonton TV juga masih menjadi kegiatan rutin anak selama di rumah. Tontonan yang paling digemari adalah kartun seperti Naruto, Tom and Jerry, Scuby Doo, dan sebagainya. Tontonan lain yang jga digemari adalah Bocah petualangan, Unyil, dan tayangan binatang. Di Surabaya, Sidoajo dan sekitarnya juga terdapat saluran televisi khusus anak-anak yaitu Spacetoon yang sebagian besar tayangannya berupa kartun dan acara untuk anak-anak lainnya. Meski kartun merupakan acara yang paling digemari anak namun tetap harus diwaspadai adanya film kartun yang bermuatan kekerasan, pornografi, dan halhal kurang mendidik lainnya yang dapat membawa dampak negatif untuk anak. Kegiatan lainnya yang dilakukan anak adalah bermain. Bermain memang dunia anak, sehingga aktivitas tersebut merupakan hal yang menyenangkan bagi anak. Namun bagi sebagaian anak karena berbagai alasan kehilangan waktu bermain. Berbagai kegiatan lain sudah menunggu selepas pulang sekolah seperti les, membantu orang tua, dan sebagainya. Bermain biasanya dilakukan
-84-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
bersama-sama dengan teman sebaya di lingkungan tempat tinggal. Permainan yang umum dilakukan adalah bermain bola, bulutangkis, Play station, pasaran, boneka, layang-layang,
dan sebagainya.
Kegiatan lain yang dilakukan anak di rumah adalah mengaji yang biasanya dilakukan pada sore atau malam hari. Kabupaten Sidoarjo merupakan daerah agamis oleh karena itu mengaji menjadi kegiatan yang umum dilakukan anak di rumah. Selain itu kegiatan lain yang dilakukan anak di Kabupaten Sidoarjo
adalah mendengarkan musik, mengikuti les,
tidur siang, merawat
binatang, latihan band, dan sebagainya
KEBUTUHAN ANAK DI RUMAH Rumah adalah tempat anak mendapat pendidikan paling dini. Rumah adalah tempat anak memperoleh kebutuhan fisik, emosi dan stimulasi untuk pertama kali. Rumah merupakan tempat anak memperoleh makan minum, pakaian, tempat tinggal serta tepat
bersosialisasi
dengan orang lain untuk
pertama kali. Rumah juga tempat anak belajar segala sesuatu paling dini. Di dalam rumah anak dapat mengenali anggota keluarga, mendapat kasih sayang dan rasa aman,
serta mempelajari pola hubungan dalam keluarga.
Oleh
karena itu rumah harus menyediakan segala yang dibutuhkan anak untuk menunjang tumbuh kembangnya.
-85-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
Dari hasil penelitian anak di Kabupaten Sidoarjo mampu mengidentifikasi kebutuhannya dengan memberikan urutan dari yang paling dibutuhkan sampai yang kurang mereka butuhkan. Hasilnya bisa dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.5 Kebutuhan Kedekatan atau Perhatian Psikologis Orang Tua Menurut Anak NO
URUTAN
JUMLAH
%
1
Pertama
38
70,37
2
Kedua
5
9,26
3
Ketiga
6
11,11
4
Keempat
2
3,70
5
Kelima
2
3,70
6
Abstain
1
1,85
54
100
TOTAL
Sumber : Data Primer Dari tabel tersebut diketahui bahwa kebutuhan Kedekatan atau Perhatian Psikologis Orang Tua merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi anak oleh karena itu 70,37% menempatkan pada urutan pertama, sisanya menempatkan pada urutan ke tiga (11,11%), urutan kedua (9,26%), urutan ke 4 dan 5 (3,7%) dan satu orang tidak bersedia menjawab. Selanjutnya kebutuan untuk tercukupi secara ekonomi menurut anak-anak adaah sebagai berikut:
-86-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
Tabel 5.6 Pemenuhan Kebutuhan Ekonomi Menurut Anak NO
URUTAN
JUMLAH
%
1
Pertama
7
12,96
2
Kedua
11
20,37
3
Ketiga
25
46,30
4
Keempat
8
14,81
5
Kelima
2
3,70
6
Abstain
1
1,85
54
100
TOTAL
Sumber : Data Primer
Kebutuhan ekonomi sering dikonotasikan sebagai kebutuhan yang sangat penting bagi manusia
sehingga sering ditempatkan pada posisi teratas dari
daftar kebutuhan hidup. Tidak demikian menurut anak-anak di Kabupaten Sidoarjo, yang mayoritas (48,15%) menempatkan pemenuhan ekonomi pada urutan ke tiga, 20,37% anak menempatkan pemenuhan ekonomi dalam urutan ke dua, 12,96% menempatkan pada urutan pertama, 14,81%
di urutan ke
empat, 11,11% menganggap terpenuhinya kebutuahan ekonomi sebagai kebutuhan di urutan ke lima. Sedangkan pemenuhan kesehatan menurut anak-anak di Kabupaten Sidoarjo
jauh
lebih
penting
sehingga
Selengkapnya sebagai berikut:
-87-
ditempat
pada
urutan
kedua.
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
Tabel 5.7 Pemenuhan Kebutuhan Kesehatan Menurut Anak NO
URUTAN
JUMLAH
%
1
Pertama
4
7,41
2
Kedua
26
48,15
3
Ketiga
9
16,67
4
Keempat
8
14,81
5
Kelima
6
11,11
6
Abstain
1
1,85
54
100
TOTAL
Sumber : Data Primer
Mayoritas anak di Kabupaten Sidoarjo yang menjadi responden manyatakan jika
pemenuhan kebutuhan kesehatan
berada di urutan kedua
setelah kebutuhan kedekatan hubungan atau perhatian psikologis orang tua. Terdapat 16,67% menenpatkan di urutan ke tiga, 7,41% menganggap layak berada di urutan pertama, 14,81% menempatkan di urutan ke empat, 11,11 menganggap layak di urutan ke lima dan satu orang tidak bersedia menjawab. Sedangkan berkaitan dengan terpenuhinya fasilitas di rumah mayoritas (57,41%)
anak-anak
menempatkan
pada
urutan
ke
empat,
20,37%
menempatkan di urutan ke tiga, 11,11% meletakkan pada urutan ke dua, 5,56% menganggap sebagai urutan pertama, 3,7% menganggap sebagai kebutuhan dengan urutan ke lima. Adapun fasilitas yang diinginkan anak di rumah sebagai berikut :
-88-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
Tabel 5.8 Fasilitas yang Diinginkan anak di Rumah No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22.
Fasilitas
Jumlah Laptop 4 Perlengkapan Musik 5 Handphone 14 Sepeda Motor 23 Sepeda 6 Mobil 4 Komputer 39 Kulkas 7 Internet 21 Kamar Tidur 11 AC 15 Perpustakaan 3 Oven 1 Play Station 17 TV Kabel 3 TV 4 Mesin Cuci 4 Meja Belajar 7 Home Teater 2 Buku Bacaan 6 Kipas 3 Tape 1 Sumber : Data Primer
% 7,41 9,26 25,93 42,59 11,11 7,41 72,22 12,96 38,89 20,37 27,78 5,56 1,85 31,48 5,56 7,41 7,41 12,96 3,70 11,11 5,56 1,85
Tabel tersebut menunjukkan bawa mayoritas (72,22%) menginginkan komputer di rumah. Alasan mereka adalah biar mereka tidak Gaptek (Gagap teknologi) dn agar bisa menunjang kreatifitas belajar. Selanjunt fasilitas yang dinginkan di rumah adalah
sepeda motor yang dsebut 42,59% responden.
Sepeda motor dibutuhkan sebagai alat penunjang mobilitas mereka. Fasilitas lain seperti sambungan ianternet di rumah,
-89-
tersedianya play station dan
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
Handphone menunjukkan bahwa anak-anak di kabupaten Sidoarjo sudah menyadari pentingnya kehadiran teknologi di rumah. Perkembangan informasi global sedikir banyak mempengaruhi cara pandang anak-anak, kalau semula menganggap teknologi adalah kebutuhan orang dewasa saja sekarang tidak demikian. Anak-anak sudah ingin mengenal dan dekat dengan teknologi sejak dini sebagai bagian dari konsekuensi perkembangan dunia yang makin mengglobal. Kebutuhan lain yang terkait dengan tumbuh kembang anak adalah kebutuhan memanfaatkan waktu luang, salah satunya untuk melakukan kegiatan rekreasi. Bagi anak berekreasi merupakan kebutuhan yang kurang tingkat kepentingannya.
Sebanyak 75,93% menyatakan rekresi
pada urutan ke lima
diantara kabutuhan yang lain 9,26% menganggap rekreasi di urutan ke dua , 7,41% menempatkan di urutan ke empat, dan 1,85% menyatakan sebagai urutan pertama kebutuhan anak.. Dengan demikian gambaran urutan kebutuhan anak dari yang paling penting sampai yang kurang penting adalah kebutuhan kedekatan atau perhatian psikologi s orang tua, pemenuhan kabutuhan kesehatan, kecukupan ekonomi, fasilitas belejar dan bermain di rumah serta rekreasi. Jika mengacu pada tiga kebutuhan dasar yang harus dipenuhi agar anak mengalami proses tumbuh kembang optimal, yaitu kebutuhan fisik, kebutuhan emosi atau kasih sayang dan kebutuhan stimulasi atau pendidikan, maka kebutuhan anak meliputi kebutuhan
fisik dan kebutuhan emosi atau kasih
-90-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
sayang, sedangkan kebutuhan stimulasi dan pendidikan bukan merupakan kebutuhan anak di rumah. Hal ini berkaitan dengan peran dan fungsi keluarga yang lebih dominan pada aspek pemenuhan kabutuhan fisik dan kasih sayang anak sedangkan kabutuhan pendidikan lebih banyak dilakukan oleh berbagai pranata pendidikan seperti sekolah, pondok, pesantren, TPA dan sebagainya.
KEBUTUHAN ANAK DI SEKOLAH Sekolah adalah tempat kedua bagi anak setelah rumah. Anak menghabiskan waktu di tempat ini selama 2-8 jam per hari. Sekolah merupakan tempat anak belajar secara formal tentang berbagai pengetahuan dasar yang dibutuhkan dalam hidup. Sekolah juga merupakan pranata tempat anak bersosialisasi dengan lingkungan sekitar sekaligus pembelajaran berbagai aspek sosial, budaya, dan agama. Masyarakat pada umumnya mengharapkan sekolah menjadi pusat pembelajaran dan perpanjangan tangan
keluarga dalam
melakukan proses pendidikan pada anak. Sebagai pranata pendidikan formal, sekolah dilengkapi dengan berbagai piranti yang dibutuhkan untuk menunjang fungsinya seperti kurikulum, SDM serta fasilitas penunjang lainnya, seperti gedung, peralatan belajar, laboratorium, tempat olah raga, perpustakaan, dan sebagainya. Fasilitas atau sarana prasarana yang ada di sekolah berperan penting dalam menunjang keberhasilan proses belajar mengajar.
-91-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
Tabel 5.9.: Fasilitas yang Diinginkan Anak di Sekolah No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34.
Fasilitas Jumlah Lapangan Sepak Bola 14 Lapangan Tenis 4 Kamar Mandi 1 Perpustakaan 26 Komputer 18 Taman 7 Lapangan Bermain 10 Tempat Bermusik 4 Musholla 1 WC 4 Kantin 11 UKS 1 Lab. Bahasa 13 Internet 15 AC 21 Lapangan Basket 5 Lahan Parkir 3 Biaya Pendidikan Gratis 1 Beasiswa 2 Bangku 4 Lapangan Futsal 1 Ekskul lebih banyak 1 Lab. Fisika & Biologi 8 Antar Jemput 4 Kelas Tambahan 3 Alat - Alat Praktek 1 Lab. Musik 1 Buku Bacaan 3 Papan tulis/Blackboard 1 Lab. IPS 2 LCD 3 Lapangan Bola Volly 1 Peralatan Olah Raga 1 Aula 1 Sumber : Data Primer
-92-
% 25,93 7,41 1,85 48,15 33,33 12,96 18,52 7,41 1,85 7,41 20,37 1,85 24,07 27,78 38,89 9,26 5,56 1,85 3,70 7,41 1,85 1,85 14,81 7,41 5,56 1,85 1,85 5,56 1,85 3,70 5,56 1,85 1,85 1,85
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
Meskipun fungsinya sangat penting namun tidak semua sekolah dilengkapi dengan fasilitas pendidikan yang memadai sehingga fungsinya tidak berjalan secara maksimal. Berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan fasilitas yang diharapkan anak di sekolah dapat digambarkan dalam tabel diatas. Dari tabel tersebut nampak bahwa sebanyak 48,15% anak di kabupaten Sidaorjo menyatakan bahwa perpustakaan merupakan fasilitas yang diinginkan di sekolah. Perpustakaan adalah tempat anak mempelajari berbegai ilmu pengetahuan lewat buku. Buku adalah jendela dunia tempat anak-anak menjelajah berbagai hal yang dapat memperjaya wawasan, pengetahuan dan cara berfikir. Bagi anak perpustakaan juga merupakan tempat bersenang-senang sambil belajar. Fasilitas lain yang diinginkan anak di sekolah adalah komputer yang didukung 33,33% anak. Pada era post-modern seperti saat ini komputer sudah menjadi keharusan bagi anak untuk mengenal dan menguasai teknologinya. Bagi anak komputer adalah pengetahuan baru yang menatang, mengasyikkan dan mendukung rasa keingintahuan mereka yang tinggi. Pengenalan komputer sejak dini dapat menumbuhkan daya imajinasi anak dan mendukung pengembangan motorik dan afektif anak. Iklim sidoarjo yang cukup panas banyak dirasakan anak-anak sebagai gangguan tersendiri saat belajar di sekolah. Oleh karena itu 38,89%
anak
menginginkan sekolahnya dilengkapi dengan pendingin udara agar suasana belajar lebih kondusif. Namun pemasangan AC di sekolah jelas membutuhkan
-93-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
biaya yang cukup besar serta dapat memperberat biaya operasional sekolah khususnya berkaitan dengan penggunaan listrik. Sambungan internet merupakan fasilitas sekolah yang juga diinginkan oleh 27,78% anak di kabupaten Sidoarjo. Sambungan internet akan membantu anak-anak membuka cakrawala pengetahui di dunia maya yang tidak terbatas. Lewat internet anak-anak dapat mempelajari perkembangan dunia tanpa harus datang ke tempatnya. Namun internet juga membawa dampak negatif khusunya dengan keberadaan berbagai situs yang kurang mendidik/sesuai untuk anak seperti situs pornografi,. Oleh karena itu dalam pelaksanaannya dibutuhkan kontrol dari orang dewasa agar anak terhindar dari dampak negatif keberadaan internet. Namun bagaimanapun keinginan anak untuk mengakses internet menunjukkan bahwa anak-anak di Kabupaten
KEBUTUHAN ANAK DI KABUPATEN SIDOARJO Seorang anak akan melalui proses sosialisasi yang panjang selama hidupnya. Lewat proses tersebut anak dapat belajar berbagai hal yang berkaitan dengan
hidup bermasyarakat.
Proses sosialisasi ini sangat penting karena
menentukan apakah seorang anak nantinya diterima atau tidak di dalam masyarakat. Seorang anak yang hidup di tengah lingkungan masyarakat dapat menilai apakah lingkungan memberi dukungan secara maksimal terhadap proses
-94-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
tumbuh kembangnya.. Berbagai fasilitas penunjang merupakan alat bantu selama proses sosialisasi berlangsung dan mendukung tumbuh kembang anak. Beberapa fasilitas bagi anak yang terdapat di lingkungan kecammatan di Kabupaten Sidoarjo digambarkan pada tabel berikut:
Tabel 5.10 Fasilitas Yang Tersedia Untuk Anak di Kabupaten Sidoarjo No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.
Fasilitas Jumlah Lapangan Sepak Bola 32 Tempat Ngaji 19 Gedung Serbaguna 4 Taman Bermain 10 Lapangan Bola Basket 7 Lapangan Bulu Tangkis 3 Warnet 9 Lapangan Lari 1 Balai Desa 3 TK 2 Lapangan Tenis 2 Lapangan Bola Volly 2 Taman Baca 2 Kolam Renang 7 Pasar Wisata 1 Toko Buku 1 Mini Market 1 Sumber : Data Primer
Lapangan sepak bola adalah
% 59,26 35,19 7,41 18,52 12,96 5,56 16,67 1,85 5,56 3,70 3,70 3,70 3,70 12,96 1,85 1,85 1,85
fasilitas yang menurut 59,26% anak
tersedia di Kecamatan. Keberadaan lapangan sepak bola membawa nilai tersediri bagi anak. Di lapangan sepak bola anak tidak hanya dapat bermain bola -95-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
tetapi anak juga melakukan aktivitas lainnya seperti senam, bersepeda, lari, dan sebagainya. Fasilitas lainnya yang tersedia bagi anak di Kecamatan adalah tempat ngaj yang disebutkan oleh 35,19% responden anak. Dengan latar belakang masyarakat Kabupaten Sidoarjo yang agamis kegiatan mengaji menjadi menu utama anak sehari-hari. Tempat mengaji berfungsi sebagai tempat mengasah kemampuan baca tulis Al Qur’an dan pengetahuan agama lain sekaligus sebagai tempat bersosialisasi anak dengan teman sebaya dan orang dewasa/guru ngaji. Proses ini akan menunjukkan pada anak bahwa mengaji adalah kemampuan yang diharapkan dikuasai anak sebagai bekal hidup bermasyarakat. Fasilitas lain yang diperuntukkan anak di kecamatan adalah tempat bermain. Di dalam sebuah tulisannya, pakar planologi Ir. J.F. Bobby Saragih menyatakan bahwa bagi anak-anak, ada atau tidaknya ruang bermain, tidaklah begitu menjadi masalah. Karena secara alami, anak-anak memiliki kemampuan menemukan ruang bermainnya sendiri. Masalahnya, ruang bermain (yang dipilih anak) itu kondusif atau tidak, itulah yang menjadi tanggung jawab orang dewasa. Ketika anak merasa tempat bermain tidak memenuhi minatnya, ia akan pergi ke tempat lain untuk mencari excitement dan tantangan lain. Seringkali mereka menemukan itu dalam kegiatan-kegiatan yang delinkuen dan antisosial. Yang menjadi masalah, kalaupun terpaksa bermain di suatu tempat karena tidak ada pilihan lain, maka kebosanan yang dialami akan mendorong anak untuk mencoba variasi-variasi baru yang berbahaya.
-96-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
Menurut pemerhati sekaligus praktisi perlindungan hak anak, Prof. H. Sambas Wiradisuria, dr., menyatakan bahwa bermain adalah salah satu hak dasar anak. Faktor kreativitas dan kecerdasan anak akan terangsang dengan aktivitas bermain yang dilakukan. Dalam hal pemenuhan kebutuhan bermain bagi anak, sebenarnya negara sudah mengakui betapa pentingnya bermain bagi anak. Buktinya, pemerintah mengakomodasinya dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Pada Pasal 11 disebutkan bahwa ”Setiap anak berhak beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan anak sebaya, bermain, berekreasi dan berkreasi sesuai dengan minat, bakat dan tingkat kecerdasannya demi pengembangan diri”. Di samping itu, untuk memenuhi hak tersebut, pada Pasal 56 ayat (1) butir d,
e
dan
f,
disebutkan
bahwa
pemerintah
dalam
menyelenggarakan
pemeliharaan dan perawatan wajib mengupayakan dan membantu anak, agar anak dapat (1) bebas berserikat dan berkumpul (2) bebas beristirahat, bermain, berkreasi, berekreasi dan berkarya seni budaya dan (3) memperoleh sarana bermain yang memenuhi syarat kesehatan dan keselamatan. Khusus
untuk
kompleks
perumahan,
melalui
Keputusan
Menteri
Pekerjaan Umum No. 378/KPTS/1987, pemerintah pun sudah membuat standar luasan minimum yang harus dipenuhi. Menurut Bobby Saragih
dalam mendesain lahan bermain untuk anak,
perlu diperhatikan dua hal pokok. Pertama, dimensi ruang yang mencukupi.
-97-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
Kedua, pemisahan ruang tidak berdasarkan jenis kelamin dan umur tetapi berdasarkan jenis permainan, yaitu tempat permainan games dan tempat permainan olah raga. Posisi tempat bermain sebaiknya dapat dijangkau dengan mudah. Mengingat yang menjadi pengguna adalah anak-anak, keselamatan di dalam menjangkau tempat bermain merupakan faktor yang penting (physical accessibility). Di samping itu, faktor keamanan juga menjadi hal yang dominan. Oleh sebab itu, sebaiknya tempat bermain tersebut pun dapat dijangkau dengan mudah oleh orang tua ataupun dapat dipantau oleh orang tua (visual accessibility). Soal dimensi merupakan hal yang penting untuk dapat menampung aktivitas kegiatan bermain anak, dikaitkan dengan jenis permainan. Sementara, tekstur yang dimaksud dalam hal ini adalah kondisi tempat bermain yang nyaman buat anak, baik bermain di pagi, siang, maupun sore hari (comfortibility). Jika sebuah kota telah dinyatakan ramah terhadap anak, akan dipastikan kota tersebut akan juga akan ramah terhadap warga lain. Yang paling penting, kota ramah anak mampu menciptakan masa depan yang lebih cerah karena generasi muda pembangun kota itu telah dibesarkan dalam sebuah lingkungan yang kondusif. Mengacu pada hasil penelitian Kevin Lynch (arsitek dari Massachusetts Institute of Technology) mengenai “Children’s Perception of the Environment” di Melbourne, Warsawa, Salta, dan Mexico City tahun 1971-1975
disebutkan
bahwa lingkungan yang terbaik untuk anak adalah yang mempunyai komuniti
-98-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
yang kuat secara fisik dan sosial; komuniti yang mempunyai aturan yang jelas dan tegas; komuniti yang memberi kesempatan pada anak; dan komuniti yang mempunyai fasilitas pendidikan yang memberi kesempatan anak untuk mempelajari dan menyelidiki lingkungan dan dunia mereka. Dari penelitian inilah kemudian
dikembangkan
berbagai
indikator
untuk
mengukur
suatu
wilayah/kawasan ramah terhadap anak atau belum. Berkaitan dengan keberadaan Kabupaten Sidoarjo sebagai Kota Ramah Anak, ada beberapa fasilitas yang diinginkan anak seperti ditampilkan pada tabel berikut: Tabel 5.11 Fasilitas Yang Dinginkan Anak Di Kabupaten Sidoarjo No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18.
Fasilitas Gedung Bioskop Gedung Seni / Kreasi Sirkuit Balap Lapangan Golf Taman Remaja Mall Tempat Wisata Taman Universitas Negeri Tempat Bermain Lapangan Sepak Bola Perpustakaan Umum Internet Hotel Tempat Karaoke Taman Bacaan Lapangan Futsal Jalur Khusus Sepeda
Jumlah 11 3 1 2 1 15 21 9 2 16 5 10 5 2 1 9 1 1
-99-
% 20,37 5,56 1,85 3,70 1,85 27,78 38,89 16,67 3,70 29,63 9.26 18,52 9,26 3,70 1,85 16,67 1,85 1,85
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
19. 20. 21. 22. 23. 24.
Kolam Renang Pusat Jajanan RS Khusus Anak Perbaikan Jalan Museum Restoran
8 1 1 1 2 1
14,81 1,85 1,85 1,85 3,70 1,85
Sumber : Data Primer Sesuai dengan kebutuhan anak yang makin berkembang, anak-anak di kabupaten Sidoarjo menginginkan fasilitas tempat wisata sebagai sarana yang penting untuk menunjang tumbuh kembang anak. Tempat wisata di Kabupaten Sidoarjo diinginkan 38,89% responden anak, sebanyak 29,63 % menginginkan terdapat tempat bermain di Kabupaten, 27,78% menginginkan mall sebagai tempat beraktivitas anak yang menarik, 20,37% menginginkan terdapat gedung bioskop, 16,67% berharap terdapat taman bacaan,
dan 14,81 lainnya
mengharapkan ada kolam renang khusus anak-anak. Sepintas apa yang diinginkan anak tidak jauh dari kebutuhan mereka untuk tumbuh dan berkembang, menikmati masa bermain, memenuhi hasrat ingin tahu yang besar. Tempat wisata merupakan salah satu fasilitas yang diidnginakn anak di Kabupaten
Sidoarjo.
Hal
ini
berkaitan
erat
dengan
hak
anak
untuk
memenfaatkan waktu luang, salah satunya dengan melakukan kegiatan rekreasi untuk mengembalikan kesehatan fisik dan mental setelah belajar pada hari kerja. Saat ini di Kabupaten Sidoarjo telah memiliki beberapa jenis obyek wisata. Dibawah ini akan disajikan gambaran tempat rekreasi yang dikunjungi anak-anak.
-100-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
Tabel 5.12 Tempat Rekreasi yang Dikunjungi anak di Kabupaten Sidoarjo No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
Fasilitas Lumpur Lapindo GOR Alun - alun Pasar Baru Porong Mall Juanda Sun City Giant Matahari Mpu Tantular Pasar Ikan Tanggulangin Candi Pari UFO Sumber: Data Primer
Jumlah 4 18 40 1 30 1 36 14 6 3 1 2 2 3
% 7,41 33,33 74,07 1,85 55,56 1,85 66,67 25,93 11,11 5,56 1,85 3,70 3,70 5,56
Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa alun-alun merupakan tempat wisata yang dikunjungi mayoritas anak-anak , seperti diungkapkan 74,07% responden anak. Alu-alun adalah tempat berkumpulnya masyarakat Kabupaten Sidaorjo khususnya pada malam hari dan hari libur. Saat ini alun-alun telah menjadi salah satu obyek wisata yang banyak dikunjungi masyarakat dari seluruh pelosok Kabupaten. Di alun-alun yang merupakan pusat pemerintahan Kabupaten Sidoarjo anak-anak dapat berjalan-jalan memutari lapangan, bersepeda, bermain, atau duduk santai sambil menikmati berbagai makanan yang dijual pedagang kakai lima. Bagi yang tidak memiliki uang cukup duduk di bangku beton yang tersedia di sekitar alun-alun sambil melihat aktivitas yang ada. Selain alun-alun tempat yang populer sebagai obyak wisata dan banyak dikunjungi anak-anak adalah sun city yang merupakan pertokoan besar dai Kabupaten Sidoarjo dinungkapkan oleh 66,67% responden anak. . Selain sebagai pusat pertokoan di Sun City terdapat pusat permainan air yang cukup
-101-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
besar dan lengkap jenisnya. Anak-anak dapat berenang, berselancar air, mandi , dn menikmati berbagai atraksi air yang ditampilkan. Sayang untuk masuk ke area ini harus membayar cukup mahal, sehingga permainan ini hanya dapat dinikmati anak-anak yang berasal dari masyarakat menengah ke atas. Ajang permainan modern lainnya juga terdapat di sekitar pertokoan Sun City sehingga tidak mengherankan jika tempat tersebut menjadi salah satu tujuan wisata keluarga. Pusat perbelanjaan ain yang cukup megah dan terdapat di tengah kota juga menjadi tujuan wisata yang dikunjungi 55,56% responden anak. Selain terdapat pusat pertokoan yang cukup besar dan lengkap, mall tersebar di Kabupaten Sidoarjo juga terdapat permainan ketangkasan
dan vidio games
yang sangat digemari anak-anak. Obyek wisata lain yang banyak dikunjungi anak adi Kabupaten Sidoarjo adalah Gelanaggang olah raga, beberapa pusat perbelanjaan (Giant, Matahari, pasar baru Porong), museum, pasar ikan, candi pari dan UFO. Ada beberapa hal yang menarik dari fasilitas yang diinginkan anak yaitu adanya jalur khusus sepeda yang berkaitan erat dengan kepentingan anak, RS khusus anak dan gedung kreasi seni dari. Ide-ide segar dari anak ini menujukkan bahwa anak juga memilki pemikiran jauh ke depan. Keinginan adanya
jalur
khusus sepeda menunjukkan anak menyadari pentingnya faktor keselamatan selama bersepeda di jalan. Memberi fasilitas jalur khusus sepeda sama saja dengan memberi peluang pada anak untuk bersepeda dengan aman tanpa takut akan dilanggar pengendaran kendaraan bermotor. Hingga saat ini memeng belum ada jalur semacam ini di Kabupaten Sidoarjo. Keinginan anak lain yang cukup menarik adalah adanya Rumah sakit khusus anak yang notabene merupakan representatif adanya keperdulian anak pada kesehatannya. Dengan memilki rumah sakit khusus yang terpisah dari orang dewasa maka anak akan terlindung dari penyekit orang dewasa dan mendapat pelayanan kesehatan yang maksimal.
-102-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
5.2. KESADARAN SOSIAL TENTANG HAK ANAK Berbagai krisis yang telah melanda membuat masyarakat Indonesia jatuh dalam kemiskinan, pengangguran tinggi, harga kebutuhan pokok mahal, meningkatnya tindakan kekerasan dan kriminal, dan permasalahan sosial lain yang merupakan implikasi dari kesulitan ekonomi yang makin meningkat. Keadaan ini tidak hanya berdampak pada kehidupan orang dewasa tetapi juga dirasakan anak. Kualitas hidup anak sedikit banyak akan dipengaruhi kondisi sosial ekonomi orang tua. Jika ada gangguan pada kehidupan perekonomian orang tua maka anak akan terkena imbasnya. Gizi anak rendah/buruk, kesehatan menurun, rendahnya perhatian terhadap sekolah, lingkungan tempat tinggal yang tidak memadai, kekerasan terhadap anak, berkelahi, seks bebas, ancaman narkoba, gank remaja, serta melandanya berbagai jenis penyakit karena sanitasi lingkungan yang buruk. Kahidupan yang makin sulit membuat masyarakat semakin tidak mempedulikan tumbuh kembang anak. Permasalahan di atas cermin rendahnya kualitas masyarakat dan pemerintah. Padahal anak sebagai calon generasi mendatang merupakan harapan bagi suatu bangsa untuk melanjutkan kehidupan yang akan berlangsung ke depan. Anak adalah prototipe dan gambaran kondisi suatu bangsa di masa mendatang. Jika kualitas kehidupan anak saat ini rendah, bisa dipastikan kondisi bangsa di masa datang juga akan berkualitas rendah. Bahkan dengan semakin mengglobalnya hubungan internasional tidak menutup kemungkinan suatu bangsa akan tersingkir dalam persaingan global jika tidak mempunyai sumber daya manusia yang memadai secara berkelanjutan.. Dalam upaya memperbaiki kondidi anak secara Nasional diluncurkan Program Nasional Bagi Anak Indonesia (PNBAI) 2015 dimana didalamnya terkandung semangat
memberi
perhatian lebih pada anak-anak dalam
pembangunan saat ini dan yang akan datang. PNBAI 2015 ditekankan pada 4 bidang pokok yaitu promosi hidup sehat (promoting healthy lives), penyediaan
-103-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
pendidikan yang berkualitas (providing quality education), perlindungan terhadap perlakuan salah (abuse), eksploitasi dan kekerasan (protecting against abuse, exploitation
and
violence)
serta
penanggulangan
HIV/AIDS
(combating
HIV/AIDS). Dengan tercapainya Program Nasional Bagi Anak Indonesia (PNBAI) 2015 diharapkan makin terwujud anak Indonesia yang berkualitas secara fisik, moral, emosional dan sosial sehingga mamapu melanjutkan pembangunan masa datang yang lebih baik. Di dalam Undang-undang Perlindungan Anak No.23/2002 disebutkan bahwa negara memiliki tanggung jawab dalam memenuhi hak-hak anak yang tercantum dalam KHA, dan wajib melakukan aksi-aksi untuk melindungi anak. Namun persoalan pemenuhan hak anak pada prinsipnya tidak bisa terlepas dari peran orangtua. Orangtua memiliki peran mencakup aspek ekonomi, pendidikan, kesehatan dan lingkungan sosial anak. Karena itu kesadaran orangtua akan hakhak anak sangat penting. Orangtua dalam hal ini adalah tugas ayah dan ibu. Tugas pemenuhan hak anak bukan hanya tanggungjawab ibu. Lebih dari itu di dalam
masyarakat dan negara (eksekutif, legislatif, yudikatif) juga memiliki
kewajiban dan dituntut bersama-sama menciptakan fasilitas dan situasi yang kondusif bagi anak-anak agar tumbuh kembang generasi bangsa mendatang tersebut optimal. PEMENUHAN KEBUTUHAN ANAK Orang tua memiliki peran yang besar dalam proses tumbuh kembang anak. Salah satu peran penting orang tua adalah memenuhi kebutuhan anak baik yang bersifat fisik maupun psiko-budaya. Dalam penelitian ini akan dideskripsikan peran orang tua di Kabupaten Sidoarjo. Sebagai awal gambaran responden orang tua dalam penelitian ini sebagai berikut:
-104-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
Tabel 5.13 Usia Responden Orang Tua No
Usia
Jumlah
%
1
25 – 30 Tahun
9
16,67
2
31 – 40 Tahun
15
27,78
3
41 – 50 Tahun
23
42,59
4
> 51 Tahun
7
12,96
TOTAL
54
100
Orang tua yang menjadi responden penelitian mayoritas berumur 41-50 tahun yaitu sebanyak 42,59%, sedangkan yang berusia 31-40 tahun sebanyak 27,78%, orang tua dengan usia 25-30 sebanyak 16,67% dan yang berusia >51 tahun sebanyak 12,96%. Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa responden orang tua mayoritas berada pada usia matang sebagai orang tua sehingga telah memiliki pengalaman cukup dalam berperan sebagai orang tua. Dilihat dari jenis kelamin responden orang tua sebagai berikut: Tabel 5.14 Jenis Kelamin Responden Orang Tua No
Jenis Kelamin
Jumlah
%
1
Laki-laki
12
22,22
2
Perempuan
42
77,78
TOTAL
54
100
Mayoritas
responden orang tua adalah perempuan yaitu sebanyak
77,78% sedangkan laki-laki sebanyak 22,22%. Dilihat dari tingkat pendidikan orang tua gambarannya berikut:
-105-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
Tabel 5.15 Tingkat pendidikan Responden Orang Tua No
Pendidikan
Jumlah
%
1
SD
4
7,41
2
SMP
13
24,07
3
SMA
22
40,74
4
PT
14
25,93
5
Abstain
1
1,85
TOTAL
54
100
Mayoritas responden orang tua berpendidikan SMA yaitu sebanyak 40,74%. Sedangkan orang tua dengan tingkat pendidikan Perguruan Tinggi sebanyak 25,93%, SMP sebanyak 24,07% dan yang pendidikannya SD hanya 7,41%. Tingkat pendidikan orang tua dianggap berkaitan dengan pemahaman dan kesadaran orang tua untuk memenuhi kebutuhan anak. Selain tingkat pendidikan yang tidak kalah pentingnya adalah pekerjaan orang tua, karena akan berkaitan dengan tingkat sosial ekonomi anak. Sebagai gambaran sebagai berikut: Tabel 5.16 Pekerjaan Pokok Responden Orang Tua No
Pekerjaan
Jumlah
%
1
PNS
12
22,22
2
TNI/POLRI
5
9,26
3
Swasta/Wiraswasta
37
68,82
TOTAL
54
100
Mayoritas responden bekerja sebagai pegawai swasta atau memiliki usaha sendiri (wiraswasta) yaitu sebanyak 68,82%. Selebihnya adalah bekarja
-106-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
sebagai PNS sebanyak 22,22%, dan responden dengan pekerjaan sebagai TNI/Polri sebanyak 9,26%. Diantara responden sebanyak 25,93% mengaku memiliki pekerjaan sampingan, dan sisanya tidak memiliki pekerjaan sampingan. Dilihat dari tingkat penghasilan gambarannya sebagai berikut: Tabel 5.17 Penghasilan Responden Orang tua No
Penghasilan
Jumlah
%
1
< 500.000
3
5,56
2
500.000 – 1.000.000
16
29,63
3
1.000.000 – 2.500.000
24
44,44
4
> 2.500.000
11
20,37
TOTAL
54
100
Sebagian besar responden berpenghasilan Rp.1.000.000-2.500.000 yaitu sebanyak 44,44%. Responden yang berpenghasilan Rp. 500.000-1.000.000 sebanyak 29,63% , sementara yang kurang dari Rp. 500.000 sekitar 5,56% dan responden dengan penghasilan lebih dari Rp. 2.500.000 sebanyak 20,37%. Dengan demikian mayoritas responden orang tua berasal dari masyarakat menegah. Sebagai bandingan akan disajikan tabel pengeluaran orang tua selama satu bulan. Tabel 5.18 Pengeluaran responden Orang Tua Selama Satu bulan No
Pengeluaran
Jumlah
%
1
< 500.000
3
5,56
2
500.000 – 1.000.000
17
31,48
3
1.000.000 – 2.500.000
24
44,44
4
> 2.500.000
10
18,52
TOTAL
54
100
-107-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
Pada umumnya responden membelanjakan Rp. 1.000.000-2.500.000 setiap bulan yaitu sebanyak 44,44% responden, yang mengeluarkan anggaran senilai 500.000-1.000.000 sebanyak 31,48%, yang berpengeluaran kurangd ari 500.000 sebanyak 5,56% sedangkan yang setiap bulan mengeluarakan anggaran > 2.500.000 sebanyak 18,52%. Besar kecilnya pengeluaran sangat tergantung jumlah anggota keluarga, usia anggota keluarga dan posisi keluarga berada. Bagi keluarga yang tinggal di perkotaan
biasanya
memiliki
pengeluaran
lebih
tinggi
karena
ragam
kebutuhannya lebih tinggi dibanding mereka yang tinggal di pedesaan. Demikian juga keluarga dengan janggota banyak biasanya mengeluarkan lebih banyak anggaran setiap bulan untuk menutupi kebutuhan pokok dan kebutuhan lainnya (sekolah, transport, dsb). Tingkat kesejahteraan anak memang berkaitan erat dengan status sosial ekonomi orang tua. Anak dari keluarga yang berpenghasilan menengah ke atas biasanya terpenuhi kebutuhan fisiknya (makan, minum, sandang, rumah), meski tidak selalu menjamin terpenuhinya kebutuhan psikologis sosial. Kesibukan orangtua bekerja mencari nafkah bisa menimbulkan gap pada interaksi emosi orang tua anak jika waktu yang ada tidak dimanage dengan baik. Pada mayarakat menengah ke bawah hampir sama. Kesulitan ekonomi telah memaksa orang tua bekerja keras agar kebutuhan anaknya dapat terpenuhi secara layak, meski kerapkali hasilnya tidak demikian. Anak-anak yang berasal dari masyarakat menengah ke bawah biasanya hanya terpenuhi kebutuhan makan minun atau sandang namun untuk kebutuhan tempat tinggal yang layak biasanya kurang terpenuhi. Anak-anak terpaksa tinggal di rumah petak (kadang tanpa kamar), di rumah keluarga (menumpang) atau di rumah yang kurang memenuhi standar kesehatan. Untuk mengetahui opini orang tua berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan anak akan diuraikan selanjutnya. Orang tua diminta menyebutkan tingkat kepentingan berbagai kebutuhan anak. Hasilnya sebagai berikut:
-108-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
Tabel 5.19 Kebutuhan Anak akan Kedekatan/Perhatian Psikologis menurut Orang tua. No
Urutan
Jumlah
%
1
Pertama
31
57,41
2
Kedua
13
24,07
3
Ketiga
5
9,26
4
Keempat
-
-
5
Kelima
-
-
6
Keenam
-
-
7
Abstain
5
9,26
TOTAL
54
100
Mayoritas orang tua (57,41%) menyebut Kedekatan/Perhatian Psikologis sebagai kebutuhan utama anak oleh karena itu ditempatkan pada urutan pertama. Sebanyak 24,07% orang tua menempatkan Kedekatan/Perhatian Psikologis pada urutan kedua kebutuhan anak dan 9,26% menempatkan pada urutan ketiga kebutuhan anak. Untuk kebutuhan akan pemenuhan ekonomi orang tua memiliki pendapat sendiri sebagai berikut: Tabel 5.20 Pemenuhan Kebutuhan Ekonomi anak Menurut Orang Tua No Urutan Jumlah % 1
Pertama
1
1,85
2
Kedua
6
11,11
3
Ketiga
12
22,22
4
Keempat
28
51,85
5
Kelima
1
1,85
6
Keenam
1
1,85
7
Abstain
5
9,26
TOTAL
54
100
-109-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
Sebanyak 51,85% orang tua menganggap pemenuhan kebutuhan ekonomi anak berada pada urutan ke empat kebutuhan anak, 22,22% menempatkan di urutan ke 3 , 11,11% menganggap layak di urutan kedua, dan masing-masing 1,85% orang tua menempatkan di uritan ke lima dan ke enam. Kabutuhan akan kesehatan anak menurut orang tua sebagai berikut: Tabel 5.21 Kebutuhan Kesehatan Anak menurut Orang Tua No
Urutan
Jumlah
%
1
Pertama
2
3,7
2
Kedua
15
27,78
3
Ketiga
18
33,33
4
Keempat
6
11,11
5
Kelima
6
11,11
6
Keenam
2
3,7
7
Abstain
5
9,26
TOTAL
54
100
Pada umumnya orang tua menempatkan kesehtan sebagai kebutuhan anak di urutan ke tiga yang diungkap sebanyak 33,33% responden. Selenjutnya 27,78% menempatkan kesehatan pada urutan kedua, ke empat dan ke lima (maing-masing 11,11%0, urutan pertama sebanyak 3,7% dan 3,7% menganggap kesehatan sebagai kebutuhan dengan urutan ke enam. Kebutuhan anak akan rekreasi tidak mendapt prioritas dari responden orang tuya yaitu dengan menempatkan pada urutan terbawah yaitu ke eneam. Selengkapnya sebagai berikut:
-110-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
Tabel 5.22 Kebutuhan anak akan rekreasi menurut Orang tua No
Urutan
Jumlah
%
1
Pertama
-
-
2
Kedua
-
-
3
Ketiga
1
1,85
4
Keempat
5
9,26
5
Kelima
3
5,55
6
Keenam
40
74,07
7
Abstain
5
9,26
TOTAL
54
100
Menurut responden rekreasi berada pada urutan ke enam dari kebutuhan anak yang dikatakan oleh 74,07% responden. Sebanyak 9,26% menempatkan di urutan ke empat dan 5,5% responden meletakkan rekreasi pada urutan ke lima dan 1,85% menempatkan di urutan ke tiga. Untuk ketersediaan fasilitas untuk anak di rumah, responden menempatkan pada urutan ke lima dalam kebutuhan anak. Selengkapnya sebagai berikut: Tabel 5.23 Kebutuhan anak akan Ketersediaan Fasilitas Di Rumah No Urutan Jumlah % 1
Pertama
1
1,85
2
Kedua
-
-
3
Ketiga
-
-
4
Keempat
7
12,96
5
Kelima
36
66,67
6
Keenam
5
9,26
7
Abstain
5
9,26
TOTAL
54
100
-111-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
Sebanyak 66,67% orang tua menganggap penyediaan fasilitas anak di rumah sebagai kebutuhan yang kurang prioritas sehingga ditempat di urutan ke lima, 12,96% menempatkan di urutan ke empat , 9,26% menganggap masuk di urutan ke enam dan hanya 1,85% yang menempatkan kebutuhan anak pada urutan pertama. Berkaitan dengan penyediaan fasilitas anak di rumah gambarannya sebagai berikut. Tabel 5.24 Fasilitas yang Disediakan Untuk Anak Di Rumah No
Fasilitas
Jumlah
%
1
Kamar Tidur Anak
41
75,93
2
Lemari Pakaian Anak
44
81,48
3
Meja Belajar Anak
33
61,11
4
Sepeda/Sepeda Motor
40
74,07
5
Tempat Bermain
8
14,81
6
Komputer
3
5,56
7
Internet
1
1,85
8
Alat Bordir
1
1,85
9
PS
1
1,85
10
Alat Musik
1
1,85
Orang tua di Kabupaten Sidaojo menyediakan berbagai fasilitas khusus untuk anak di rumah. Sebanyak 81,48% mengaku menyediakan lemari pakaian untuk anak, 75% responden menyediakan kamar tidur khusus untuk anak. Sebanyak 74,07% orang tua menyediakan alat transportasi bagi anak berupa sepeda atau sepeda motor tergantung usia anak. Tujuannya untuk menunjang mobilitas anak. Sedangkan 61,11% orang tua menjamin kelancaran belajar anak dengan menyediakan meja belajar.
-112-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
Sedangkan terkait dengan pendidikan agama sebagai kebutuhan anak menurut orang tua sebagai berikut: Tabel 5.25 Urutan kebutuhan anak tentang pendidikan agama No
Urutan
Jumlah
%
1
Pertama
15
27,78
2
Kedua
15
27,78
3
Ketiga
13
24,07
4
Keempat
3
5,55
5
Kelima
3
5,55
6
Keenam
-
-
7
Abstain
5
9,26
TOTAL
54
100
Masing-masing sebanyak 27,78% orang tua menempatkan
pendidikan
agama pada urutan pertyama dan kedua. Sedangkan 24,07% responden lainnya menganggap pas di urutan ke tiga dan masing-masing 5,55% menempatkan pada urtan ke empat dan kelima. PENGETAHUAN TENTANG HAK ANAK Menurut Konvensi Hak-Hak Anak (KHA) PBB, hak-hak anak yang melekat dalam diri setiap anak, merupakan bagian dari hak asasi manusia, yang tidak dapat dicabut. Hak-hak itu menyangkut hak untuk hidup, memperoleh pendidikan, kesehatan, perlindungan dan hak untuk menyatakan pandanganpandangannya secara bebas dalam semua hal yang mempengaruhi anak. Adapun hak anak sesuai Konvensi Hak-Hak Anak PBB yaitu : 1.
Setiap anak berhak mempunyai nama dan identitas
2.
Hak atas identitas kewarganegaraan
3.
Hak mendapatkan makanan dan minuman yang sehat
-113-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
4.
Setiap anak berhak mendapat pendidikan
5.
Hak untuk mendapat perlindungan hukup dan kasih sayang
6.
Hak untuk mendapat pelayanan kesehatan
7.
Setiap anak memiliki hak bermain
8.
Setiap anak memiliki hak berekreasi
9.
Hak untuk berpendapat, berfikir dan berkarya
10.
Hak untuk dikui dan tidak boleh dibeda-bedakan. Sesuai KHA, semua anak, tanpa membedakan ras, suku, bangsa, agama,
jenis kelamin, keturunan maupun bahasa memiliki empat hak dasar. Pertama, hak atas kelangsungan hidup (survival) yang layak dan pelayanan kesehatan. Artinya anak-anak berhak mendapatkan gizi yang baik, tempat tinggal yang layak dan perawatan kesehatan bila jatuh sakit. Kedua, hak untuk tumbuh dan berkembang (development). Termasuk di dalamnya hak untuk mendapatkan pendidikan, informasi, waktu luang, berkreasi seni dan budaya. Termasuk pula didalamnya hak asasi untuk anak cacat, dimana mereka berhak mendapatkan perlakuan dan pendidikan khusus. Ketiga, hak untuk memperoleh perlindungan (protection). Termasuk di dalamnya adalah perlindungan dari segala bentuk eksploitasi, perlakuan kejam dan sewenang-wenang. Keempat, hak untuk berpartisipasi (participation). Termasuk di dalamnya adalah hak kebebasan menyatakan pendapat, berserikat dan berkumpul serta ikut serta dalam pengambilan keputusan yang menyangkut atau mempengaruhi dirinya. anak memiliki pandangan-pandangan sendiri, dan mempunyai hak untuk menyatakan pandangan-pandangannya secara bebas dalam semua hal yang mempengaruhi anak. Pandangan anak tersebut harus dihargai sesuai dengan tingkat usia dan kematangan anak.
-114-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
Anak
juga
membutuhkan
kesejahteraan
secara
mendasar,
yakni
kesejahteraan psikologis, termasuk terpenuhinya kebutuhan rasa disayangi, rasa aman, perlindungan dan pengembangan diri. Kesadaran akan pemenuhan hak anak di Indonesia masih lemah, karena kampanye tentang isi dan esensi dari hak-hak anak masih kurang intensif. Selain itu, pendidikan orangtua yang rendah dan kemiskinan keluarga masih menjerat bangsa kita, hingga perlakuan yang salah, penelantaran anak hingga ‘penjualan' anak oleh orangtua untuk eksploitasi seksual komersial masih sering kita lihat dan dengar di media massa. Anak masih dianggap sebagai milik atau ‘properti' orangtua yang dapat diatur arah hidupnya, hingga suara anak tentang aspirasinya atas masa depan hampir-hampir tidak pernah terdengar. Selain kemiskinan, berbagai faktor lain terjalin seperti benang kusut dan berkontribusi
terhadap
situasi
sulit
yg
dialami
anak-anak,
diantaranya
ketidakharmonisan dan disfungsi keluarga (termasuk masalah orangtua yang tidak bekerja), konsumerisme, materialisme, kesempatan pendidikan yang rendah dan sistem hukum Indonesia yang tidak adil bagi anak-anak. Untuk menhetahu pengetahuan orang tua tentang hak anak di kabupaten Sidoarjo akan dibahas lebih lanjut.
Pembahasan akan dimulai dengan
mengetahui kesiapan orang tua dalam merencanakan memiliki anak.
Tabel 5.26 Punya Perencanaan Memperoleh Keturunan No
Keterangan
Jumlah
%
1
Ya
43
79,63
2
Tidak
10
18,52
3
Abstain
1
1,85
TOTAL
54
100
-115-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
Dari tabel tersebut terlihat bahwa mayoritas orang tua merencanakan untuk memperoleh anak yaitu sebanyak 79,63% dan sisanya mengaku tidak merencanakan khusus ketika akan memiliki anak. Ini menunjukkan bahwa sejak awal kehadiran anak memang diinginkan oleh orang tua. Keluarga yang punya rencana memiliki anak biasanya memiliki kesiapan fisik dan mental menjadi orang tua. Mereka umumnya telah menyediakan sumber daya dan dana tersendiri untuk menunjang hal tersebut. Mereka yang berasal dari kalangan menangah ke atas biasanya akan rutin memeriksakan diri pada Dokter atau bidang praktek. Sedangkan masyarakat menengah ke bawahpun juga menyiapkan diri dengan mengakases berbagai pengobatan murah untuk menujang rencana memiliki anak antara lain dengan memeriksakan diri pada dukun atau bidan di Puskesmas. dengan demikian orang tua tetap menunjukkan perhatian pada proses pembentukan anak meski dalam keadaan tidak berlebih/kurang mampu. Bisa disimpulkan bahwa orang tua yang merencanakan memiliki keturunan umumnya akan memenuhi hak anak ketika berada di dalam kandungan. Perencanaan lainnya yang juga umumnya dilakukan responden sebagai berikut: Tabel 5.27 Perencanaan Orang tua No
Perencanaan
Jumlah
1
Jumlah Anak
37
2
Pendidikan Anak
35
3
Yang Merawat Anak
22
Umumnya orang tua telah memilki gambaran tentang berapa jumlah anak yang diinginkan seperti diungkapkan 37 responden. Biasanya jumlah anak disesuaikan dengan status sosial ekonomi orang tua, usia
-116-
dan kondisi
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
kesehatan ibu, dan latar belakang keluarga.
Umumnya orang tua di kabupaten
Sidaorjo menginginkan anak lebih dari satu. Hal lain yang juga direncanakan orang tu adalah pendidikan anak. Masyarakat mengenah ke atas biasanya telah menyiapkan pendidikan anaknya sejak dini misalnya dengan mengikui asuransi pendidikan dan investasi lainnya yang hasilnya digunakan untuk membiyan pendidikan anak kelak. Sedangkan masyarakat bawah meski tidak menyiapkan dana khusus sejak dini juga memilki rencana agar anaknya dapat bersekolah minimal melebihi orang tuanya. Faktor lain yang juga dipikirkan orang tua berkaitan dengan anak adalah rencana perawatas anak, apakah akan dirawat sendiri, dibantu orang lain (keluarga/pembantu/baby sitter) atau di tempat penitipan anak. Masalah tersebut biasanya harus dipikirkan oleh orang tua yang sama-sama bekerja di luar rumah. Dengan merencanakan berbagai hal berkaitan dengan anak berati orang tua lebih perduli dan menghargai hal anak. Dalah hal memenuhi hak adan, salah satu yang paling esensi adalah kepemilikan akte. Gambaran kepemilikan akte anak responden sebagai berikut: Tabel 5.28 Kepemilikan Akte Anak No
Keterangan
Jumlah
%
1
Ya
53
98,15
2
Tidak
1
1,85
TOTAL
54
100
Mayoritas responden mengaku membuat akte untuk anak-anaknya yaitu sebanyak 98,15% hanya 1 responden yang emngaku tidak mengurus akte kelahiran
anaknnya.
Pada
umumnya
ketidaktahuan
orang
tua
tentang
pentingnya akte membuat mereka tidak bergerak untuk menguruskan akte untuk anaknya.
-117-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
Akte kelahiran berkaitan erat dengan hak anak atas identitas dan nama. Sakte menunjukkan bahwa keberadaan anak diakui secara formal dalam dokumen
resmi.
Selain
mencantukan
nama
orang
tua
akte
biasanya
menyebutkan nama anak, tanggal lahir, kota dan tempat kelahiran , sehingga setiap anak dapat mengetahui sejarah kelahirannya. Jika dilihat lebih detail proses mengurus akte di Kabupaten Sidoarjo umumnya dilakukan ayah seperti tercantum daam tabel berikut: Tabel 5.29 Yang mengurus Akte Anak No
Yang Mengurus
Jumlah
%
1
Sendiri (Bapak)
29
53,70
2
Keluarga Yang Lain
1
1,85
3
Dokter/Bidan/RS
22
40,74
4
Massal
1
1,85
5
Abstain
1
1,85
TOTAL
54
100
Mayoritas atau sekitar 53,70% responden
menyebutkan ayah sebagai
orang yang mengurus akte anak, selanjutnya 40,74% responden mengaku menyerahkan proses pengurusan akte pada Dokter/Bvidan atau RS tempat melahirkan.
Sisanya menyerakna pada keluarga lain atau ikut akte
kolektif/massal. Secara umum orang tua memiliki persepsi yang tidak sama tentang hak dan kewajiban anak yang dipengaruhi berbagai faktor seperti tingkat pendidikan, status sosial ekonomi, nilai budaya yang dianut, dan sebagainya. Dibawah ini pendapat orang tua tentang hak anak:
-118-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
Tabel 5.30 Pendapat Orang tua Tentang Hak Anak No
Hak Anak
Jumlah
%
1
Memperoleh Pendidikan
36
66,67
2
Memperoleh Perlindungan
5
9,26
3
Kesehatan
12
22,22
4
Memperoleh Kasih Sayang
26
48,15
5
Berkreasi
2
3,70
6
Tercukupi
11
20,37
sandang,pangan,papan 7
Fasilitas di rumah
5
9,26
8
Mendapat pengarahan
3
5,56
9
Agama
5
9,26
10
Berlibur
6
11,11
11
Bermain
10
18,52
12
Sholat
1
1,85
13
Mendapat uang saku
6
11,11
14
Berpendapat
6
11,11
Dari tabel tersebut diketui bahwa hak anak adaah memperoleh pendidikan seperti diungkapkan 66,67% responden. Hak anak dikaitkan pula dengan hak memperoleh kasih sayang yang disampaikan 48,15% responden, hak anak adalah berkaitan dengan kesehatan diungkapkan 22,22% responden, dan 20,37% menganggap hal anak adalah terpenuhinya sandang, pangan dan papan. Selebihnya hak anak dikaitkan dengan bermain, hak memperoleh perlindungan, berlibur, dan disediakan fasilitas di rumah. Sedangkan kewajiban anak menurut orang tua sebagai berikut:
-119-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
Tabel 5.31 Pendapat Orang Tua Tentang kewajiban Anak No
Kewajiban Anak
Jumlah
%
1
Membantu Orang Tua
24
44,44
2
Belajar
37
68,52
3
Berbakti pada Orang Tua
21
38,89
4
Sholat
9
16,67
5
Mengaji
6
11,11
6
Mentaati Peraturan
4
7,41
7
Sosialisasi di Masyarakat
2
3,70
8
Tanggung Jawab
2
3,70
9
Tidak Nakal
2
3,70
10
Menghormati dan menghargai
3
5,56
Mayoritas orang tua berpendapat jika kewajiban anak adalah belajar seperti
disampaikan
68,52%
responden.
Sebanyak
44,44%
responden
menganggap membantu orang tua adalah kewajiban anak, 38,86 berpendapat bahwa kewajiban anak adalah berbakti pada orang tua. Selebihnya kewajiban anak
adalah
sholat,
mengaji,
mentaati
peraturan,
tidak
nakal
dan
mengharmati/menghargai sesama. POLA PENGASUHAN ANAK DALAM KELUARGA Anak adalah harapan orang tua maka sudah sewajarnya jika mendapat segala sesuatu yang terbaik agar kelak berkembang maksimal, cerdas, pandai, dan menjadi manusia
yang baik, tangguh, serta bermanfaat bagi
lingkungannya. Untuk mencapai hal tersebut peran orang tua sangat penting. Lewat pola pengasuhan orang tua
akan mengantarkan anak sosok tertentu
tergantung bentuk pola asuh yang diterimanya. Seca umum ada 3 pola asuh yang dinekal di masyarakat.
-120-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
1. Pola Asuh Koersif Pola Asuh koersif identik dengan hukuman dan pujian. Jika anak berlaku tidak sesuai dengan arahan orangtua, maka yang mereka terima ialah hukuman. Sebaliknya, jika sang anak berlaku sesuai dengan arahan orangtua, maka mereka akan menerima pujian. Dengan pola pengasuhan ini, anak akan cenderung menjadi Si Pencari Perhatian, suka melakukan pembalasan, atau menjadi ketakutan kala berbuat salah di mata orangtuanya. Orangtua menjadi pusat dalam pola pengasuhan ini. Hal ini tidak sehat, sebab aspek kritis anak dan kelak kemampuannya dalam memilih jalan kehidupan menjadi teramat terfokus pada obsesi orangtua. Di luar rumah, anak dapat menjadi senang berkuasa, karena di rumah orangtua menggambarkan bahwa dengan berkuasa seseorang bisa memerintah orang lain, mendapati hal yang ia inginkan dilaksanakan oleh orang lain. Ia cenderung mengingat-ingat hal-hal tidak menyenangkan yang ia alami dan mencari-cari celah untuk membalas. Orangtua yang menerapkan pola pengasuhan koersif biasnaya tidak peduli dan tidak memahami bakat karakter anak, sehingga yang mereka tahu hanyalah bahwa sang anak harus berubah sesuai dengan standar yang mereka miliki. 2. Pola Asuh Permisif Tipe pola asuh permisif merupakan antitesis dari pola asuh koersif. Orangtua permisif biasanya menghendaki anak-anak tumbuh dengan mandiri. Alih-alih membuat mereka mandiri, orangtua justru terlalu menyerahkan anak pada dunia yang sedang berputar. Anak, terkadang menjadi merasa tidak diperhatikan, tidak diberikan bibit harapan, serta menganggap orangtua menganggap mereka tidak berarti. 3. Pola Asuh Dialogis Pola asuh ini menyeimbangkan kebebasan dan keteraturan. Orangtua dialogis mampu memahami di wilayah mana saja mereka mengarahkan anakanak, dan di wilayah mana saja mereka mengamanahkan kebebasan pada
-121-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
mereka. Orangtua dialogis mendewasakan anak-anak dengan melibatkan mereka bertukar pikiran dan mencari solusi suatu masalah bersama. Dalam pola asuh ini, orangtua menanamkan harapannya dengan cara berbicara dari hati ke hati, serta menjelaskan pertimbangan keinginan mereka pada anak-anak. Karena adanya hubungan egaliter yang dibangun, anak-anak terlatih untuk menjadi jujur, kritis, dan terbuka terhadap lingkungan sekitarnya. Untuk mengetahui pola pengasuhan anak pada keluarga responden akan digambarkan sebagai berikut. Tabel 5.32 Yang berperan Dalam Kegiatan Pengasuhan Anak No 1
2
3
Kegiatan
Yang Berperan
Jumlah
%
Jika anak mengalami
Ibu
29
53,70
kesulitan dalam hal
Bapak
5
9,23
belajar/membantu
Ibu + Bapak
4
7,41
anak dalam
Kakak
4
7,41
menyelesaikan PR
Guru Les
4
7,41
Abstain
8
14,81
TOTAL
54
100
Jika anak mengalami
Ibu
29
53,70
masalah pribadi di
Bapak
1
1,85
rumah
Ibu + Bapak
13
24,07
Kakak
3
5,56
Abstain
8
14,81
TOTAL
54
100
Mengantar anak
Ibu
25
46,30
sekolah
Bapak
6
11,11
Kakak
1
1,85
Sendiri
11
20,37
Abstain
11
20,37
-122-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
4
5
6
7
8
9
TOTAL
54
100
Mengantar anak jika
Ibu
12
22,22
sakit
Bapak
6
11,11
Bapak + Ibu
24
44,44
Abstain
12
22,22
TOTAL
54
100
Ibu
21
38,89
Bapak
9
16,67
Ibu + Bapak
14
25,93
Abstain
10
18,52
TOTAL
54
100
Menemani anak
Ibu
27
50
istirahat
Bapak + Ibu
6
11,11
Abstain
21
38,89
TOTAL
54
100
Menemani anak
Ibu
24
44,44
bermain
Bapak + Ibu
4
7,41
Sendiri
5
9,26
Abstain
21
38,89
TOTAL
54
100
Menemani anak
Ibu
14
25,93
rekreasi
Ibu + Bapak
24
44,44
Abstain
16
29,63
TOTAL
54
100
-
-
-
Disiplin di Rumah
Lainnya
Pada umumya dalam masyrakat yang patriarkhad mengasuh anak lebih banyak didominasi ibu yang stereotipenya dianggap lebih lembut, telten dan
-123-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
memiliki sifat kasih sayng tinggi yang semua diperlukan dalam proses mengasuh anak. Di kabupaten Sidaorjo dalam hal membantu anak belajar di rumah atau ketika mendapat kesulitas ibulah yang paling dominan membantu (53,70%). Karena pada umumnya anak belajar dengan ditemani ibu. Jika anak mengalami masalah pribadi umunya ibu yang banyak berperan menjadi tempat berkeluh kesah dan mencarikan solusi (53,70%). Ibu (46,30%) juga lebih berperan mengantar anak ke sekolah khususnya bagi ibu-ibu yang tidak bekerja di luar rumah dan memiliki banyak waktu untuk mengantar dan menjemput anak ke sekolah. Pada kondisi khusus misalnya anak sakit bapak dan ibu bersama-sama mengantar anak mendapat pelayanan kesehatan (44,44%). Untuk menanamkan kedisiplinan pada anak ibu juga yang lebih banyak berperan (38,98%). Di rumah yang menemani anak bermain mayoritas (44,44%) ibu, demikian juga menemani anak beristirahat adalah ibu (38,89%). Sedangkan yang berperan menemani berekreasi anak adalah bapak dan ibu bersama-sama (44,44%). Dengan demikian terbentuk pola bahwa ibu lebih banyak berperan dalam pola pengasuhan anak khususnya dalam belajar, berdisiplin serta mengatasi permasalahan anak. Sedangkan ayah hanya sedikit berperan dalam memenuhi kkebutuhan kesehatan dan rekreasi anak. Pola ini terjadi karena adanya kedekatan emosi yang sudah terbangun antara ibu dan anak sehingga anak biasanya lebih suka berinteraksi dengan ibu daripada ayah. Penyebab lainnya karena ibu biasanya memiliki waktu lebih banyak di rumah daripada bapak. Pola pengasuhan anak yang diterapkan orang tua di Kabupaten Sidoarjo umumnya adalah perpaduan antara Pola Asuh Koersif dan Dialogis. Salah satu ciri Pola Asuh Koersif dan Dialogis adalah adanya seperangkat aturan main yang diterapkan pada anak-anak sebagai berikut:
-124-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
Tabel 5.33 Aturan yang Diterapkan pada Anak No
Aturan
Jumlah
%
1
Tidur tepat waktu
35
64,81
2
Bermain pada waktunya
41
75,93
3
Dilarang keluar malam
42
77,78
4
Dilarang keluar pada
35
64,81
hari-hari sekolah Aturan utama yang diterapkan oleh orang tua kepada anak-anak adalah laranagan untuk keluar mala, karena malam dianggap waktu untuk belajar serta relatif berbahaya bagi anak untuk beraktivitas di luar rumah pada malam hari. Hal ini diungkapkan oleh
77,78% responden. Aturan lain yang diterapkan adalah
waktu bermain yang dilakukan 75,93% responden. Hal lain yang ditetapkan sabagai aturan adalah larangan keluar pada hari sekolah/bolos yang ditetapkan 64,81% responden. Selanjutnya anak-anak juga diharuskan tidur tepat waktu seperti disampaikan oleh 64,81% responden. Hampir semua responden menyatakan jika aturan tersebut dibuat untuk mendisiplinkan anak. Bagi anak-anak yang melanggar aturan yang telah ditetapkan ada sejumlah konsekuensi yang akan ditanggung yaitu: Tabel 5.34 Sanksi yang Dikenakan atas Pelanggaran No
Sanksi
Jumlah
%
1
Dinasehati
39
72,22
2
Dimarahi
15
27,78
TOTAL
54
100
Mayoritas orang tua memilih menasehati sebaagai sanksi jika anak melanggar aturan yang telah ditentukan yang dilakukan sebanyak 72,22%
-125-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
responden, sedangkan 27,78% responden akan memarahi anaknya jika melanggar aturan orang tua. Selain itu kadang-kadang orang tua juga pernah
melakukan tindakan
menghukum yang dilakukan jika anak melakukan kesalahan seperti tercantum dalam tabel berikut: Tabel 5.35 Beberapa Tindakan Hukuman Yang pernah Dilakukan Orang Tua Kepada Anak No
Sanksi
Jumlah
%
1
Menjewer
16
29,63
2
Mencubit
23
42,59
3
Memukul
7
12,96
4
Menampar
-
-
5
Lainnya Dikurung
1
1,85
Dinasehati
24
44,44
Dimarahi
12
22,22
Tindakan hukuman yang paling banyak dilakukan orang tua adalah mencubit yaitu sebanyak 42,59% responden. Sedangkan 29,63% responden pernah menjewer anak, 12,96 bahkan mengaku pernah memukul anaknya. Namun yang terbanyak adalah menasehati atau sebanyak 44,44% dan memarahi sebanyak 22,22% responden. Dengan demikian bisa disimpuklkan tindakan menasehati masih merupakan pilihan mayoritas responden.
-126-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1. Kesimpulan: Sebagai sebuah wilayah uji coba Kabupaten Layak Anak, Kabupaten Sidoarjo telah memenuhi syarat dari sisi Sumber Daya Manusia, Sumber Daya Ekonomi dan Sumber Daya Organisasi. Hal tersebut terlihat dari banyaknya kebijakan dan program yang ‘sensitive
terhadap
kebutuhan
anak’
dan
sangat
mempertimbangkan kebutuhan spesifik dan HAM Anak. Pemerintah Daerah Kabupaten Sidoarjo telah membangun sistem organisasi yang mendukung kebijakan dan pprogram Kabupaten Layak Anak sejak enam tahun yang lalu, yaitu sejak 2002 telah dibentuk ‘Komisi Perlindungan Perempuan dan Anak’. Secara mikro fungsi keluarga (Orang Tua) di Kabupaten Sidoarjo juga dapat dikatakan sudah berkembang kearah sensitive terhadap kebutuhan anak. Walaupun demikian, sebagian orang tua ternyata belum dapat memenuhi kebutuhan spesifik anak. Secara umum, orang tua telah mengerti Hak Asasai Anak dan berpendapat bahwa HAM anak perlu dipenuhi dan dilindungi. Dari sisi Institusi Sosial, Sekolah-sekolah di Kabupaten Sidoarjo baik dari tingkat SD hingga tingkat SMA dapat dikatakan secara relatif mempertimbangkan kepentingan anak dan memberikan perlindungan pada anak serta memperhatikan hak-hak Anak. Hal tersebut telah dirintis sejak beberapa tahun yang lalu melalui kegiatan pelatihan HAM Anak di sekolah-sekolah.
-127-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
Dari aspek yang terkait dengan kebutuhan infrastuktur yang mendukung Kabupaten Layak Anak, Kabupaten Sidoarjo dapat dikatakan baru mencapai tahap awal. Beberapa fasilitas taman anak mulai dibangun, sedangkan program si RIA (Ruang Informasi Anak) baru dimulai di beberapa kecamatan dan belum sepenuhnya beroperasi. Dari sisi penanganan pelanggaran HAM dan kekerasan terhadap anak, Kabupaten Sidoarjo merupakan Kabupaten yang mendahului pembentukan ‘crisis center’ untuk perempuan dan anakmelalui pembentukan sebuah lembaga bernama P3A (Pusat perlindungan Perempuan dan Anak). P3A yang telah berdiri lima tahun ini ternyata cukup berhasil menangani berbagai kasus pelanggaran HAM dan kasus kekerasan terhadap anak yang terjadi di wilayah Kabupaten Sidoarjo dan sekitarnya. Sebagai lembaga, P3A merupakan sinergi antara Pemerintah Daerah Kabupaten Sidoarjo dengan LSM.
6.2. Rekomendasi: Keberhasilan Kabupaten Sidoarjo sebagai “Kota Layak Anak” hendaknya diikuti dengan penguatan institusi dan sistem yang menjamin
keberlangsungan
program
pembangunan
yang
“sensitive” terhadap kebutuhan anak. Kelembagaan seperti Komisi Perlindungan Perempuan dan Anak (KPPA) serta lembaga seperti P3A (Pusat perlindungan Perempuan dan Anak) perlu terus menerus dipertahankan keberadaannya dan keberlangsungannya
-128-
“Studi Operasional Kota Layak Anak di Kabupaten Sidoarjo” Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pusat Studi Wanita LPPM Unair
serta diperkuat posisinya. Penguatan kelembagaan ini juga perlu diperkuat oleh Kementrian Pemberdayaan Perempuan melalui Kebijakan dan Program yang harus dilaksanakan oleh daerah. Penguatan kelembagaan perlindungan terhadap anak harus disertai dengan penganggaran (budgeting) yang memadai. Karena itu,
lembaga
legislatif
juga
perlu
disosialisai
agar
lebih
memperhatikan pendanaan untuk kebijakan dan program “Kota Layak Anak” untuk Kabupaten Sidoarjo. Sosialisasi tentang hak anak dapat terus digalakkan tidak hanya lewat sekolah tetapi juga lewat pemangku kepentingan lainnya seperti lewat organisasi wanita, PKK dan LSM sehingga dapat berjalan lebih optimal. Untuk menjamin Program Layak Anak yang berkelanjutan, maka dalam
melakukan
Sosialisasi
Hak
Anak
dapat
sekaligus
disosialisasikan bahwa pemenuhan hak anak adalah tanggung jawab masyarakat. Dalam hal ini perlu disosialisasikan bahwa dan pemerintah daerah lebih berperan sebagai fasilitator. Dengan demikian Kebijakan dan program untuk anak yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah akan mendapat respons positif dari masyarakat dan masyarakat. Selanjutnya diharap masyarakat berpartisipasi mendanai sendiri program untuk anak seperti membuat fasilitas bermain dan taman baca untuk anak.
-129-