Proceeding Seminar Nasional Biodiversitas V, Surabaya 6 September 2014 ISBN : 978-979-98109-4-6
STUDI MORFOMETRIK DAN MERISTIK IKAN MELEM BIRU (Osteochilus sp.) DI ALIRAN SUNGAI KETRO, PONOROGO, JAWA TIMUR Nanda Agus Ahsani Taqwin, Qoni’atul Munawaroh, Dwi Meinita Sari, Elsa Mega Suryani, Dwi Anggorowati Rahayu, dan Dwi Listyorini Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5 Malang, Indonesia 65145 e-mail:
[email protected];
[email protected]
ABSTRAK Melem Biru merupakan ikan famili Cyprinidae, genus Osteochilus. Ikan Melem Biru di Indonesia terdapat di daerah Sumatera, Kalimantan dan Jawa; serta habitat ikan ini pada perairan tawar. Ikan Melem Biru berperan sebagai biocleaning agent, karena sifatnya yang suka memakan dentritus, perifiton dan alga. Ikan Melem Biru yang ditemukan di aliran sungai Ketro, Sawoo, Ponorogo belum diteliti. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakter morfologi ikan Melem Biru yang ditemukan di Ponorogo dan identifikasi sampai tingkat spesies. Pengukuran secara morfometrik dan meristik telah dilakukan pada ikan Melem Biru menggunakan kaliper digital dengan ketelitian 0.01 mm. Hasil identifikasi karakter morfometrik menunjukkan kisaran; panjang total (TL) ikan adalah 127.65171.75 mm, tinggi badan (BD) 30.97-46.03 mm, diameter mata (ED) 5.1-6.9 mm, tinggi kepala (HD) 19.66-25.54 mm, panjang standar (SL) 102.47-139.13 mm, panjang moncong (SNL) 7.11-10.89 mm, panjang sungut moncong (SNBL) 1.89-2.91 mm, dan panjang sungut rahang atas (MXBL) 4.56-6.38 mm. Sedangkan meristik, ikan Melem Biru memiliki sirip dorsal yang panjang dipisahkan oleh 10-14 sisik dari anterior dengan rumus sirip dorsal DIII.13-16, memiliki gurat sisi yang panjang yaitu 34-38 sisik dari oksiput, sisik yang mengelilingi di sekitar batang ekor 20-39, sisik transversal dari gurat sisi ke bagian dorsal dan ventral 6. ½ .6, sirip anal memiliki rumus AIII.2-5. Ikan Melem Biru memiliki tipe sisik sikloid. Pada sisiknya terdapat pigmen karotenoid dan melanosid. Karakter spesial dari ikan Melem Biru adalah modifikasi pada mulut ikan tersebut, memiliki lipatan terjumbai; berkerinyut; dapat disembulkan, warna ikan Melem Biru kekuningan dan pada bagian dorsal kehitaman. Berdasarkan karakter morfometrik, meristik dan ciri penentu spesies ikan Melem Biru yang ditemukan di aliran sungai Ketro termasuk spesies Osteochilus vittatus C.V Blkr. Penelitian di level genetik, merupakan syarat untuk menentukan filogenetik ikan ini. Kata kunci: Ikan Melem Biru, Morfometrik, Meristik PENDAHULUAN Sungai Ketro merupakan aliran sungai alami di desa Ketro, Kecamatan Sawoo, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur. Terdapat banyak spesies ikan yang ditemukan di aliran sungai tersebut. Diantara banyak spesies ikan tersebut, ada yang dikenal dengan nama ikan melem biru oleh masyarakat sekitar karena warna sisik ikan yang mengkilap dan berwarna kebiruan apabila terkena sinar. Selain itu, di bagian atas oksiput ikan tersebut juga terdapat pigmen berwarna kebiruan. Ikan melem biru termasuk dalam genus Osteochilus. Morfologi ikan melem biru yang terdapat di aliran sungai Ketro sangat khas yaitu memiliki morfologi bibir ditutupi kulit berlipat-lipat dibandingkan dengan spesies ikan lain dan belum pernah diteliti. Pengetahuan biodiversitas sangat penting untuk mendukung informasi terkait database ikan-ikan di Indonesia (Rahayu et al.,2013). Ikan dari genus Osteochilus merupakan ikan yang memiliki ukuran kecil sampai sedang, terdiri dari 25 spesies dan penyebarannya di Asia Selatan (Karnasuta, 1993; Kottelat, 1995), yakni meliputi: perairan air tawar di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Malaysia, Thailand, Singapura, Vietnam, dan Kamboja (Djajadireja et al., 1977; Weber dan Beaufort,1916). Di Indonesia dikenal dengan nama nilem, lehat, magut, regis, milem, muntu, palung, pawas, puyau, asang, penopa, kelabau, dan karper (Saanin, 1984; Setijaningsih, 2011). Ikan tersebut termasuk kelompok omnivora (Rainboth, 1966). Fertilisasi terjadi di luar tubuhnya (eksternal) dan bersifat ovipar. Ikan Osteochilus memiliki karakter morfologi diantaranya, tubuh compressed (torpedo); panjang total (TL) hingga 260 mm; moncong tumpul; bibir ditutupi lipatan terjumbai, berkerinyut dan 494
Proceeding Seminar Nasional Biodiversitas V, Surabaya 6 September 2014 ISBN : 978-979-98109-4-6
dapat disembulkan; memiliki sepasang sungut maxilla dan sepasang sungut moncong yang berukuran lebih pendek; sirip dorsal panjang dan terdapat 10-18 jari-jari lemah; sirip anal pendek dan memiliki 5 jari-jari lemah sirip anal; sisik sikloid; dan sirip ekor forked (Weber dan Beaufourt, 1916; Gunther 1868). Karakteristik penanda pada genus Osteochilus adalah morfologi dan struktur bibir ikan (Karnasuta, 1993). Ikan endemik Indonesia tersebut potensial dikembangkan sebagai komoditas perikanan (Mulyasari, 2010). Dari sisi ekonomi ikan nilem atau melem biru dijadikan bahan olahan misalnya baby fish goreng, dendeng, pindang, diasap dan dikalengkan (Rahardjo dan Marliani, 2007). Dari aspek lingkungan ikan tersebut berperan sebagai biocleaning agent karena sifatnya yang suka memakan dentritus, perifiton dan alga sehingga ikan ini bisa digunakan sebagai pembersih danau (Mulyasari et al., 2010; Syandri, 2004; Jangkaru,1989). Dari segi produksi ikan nilem atau melem biru mudah dipelihara pada kondisi air yang berbeda-beda, reproduksi yang tinggi (Cholik et al., 2005) dan tahan terhadap penyakit (Subagja et al., 2006). Identifikasi ikan secara morfologi mengacu pada kajian morfometrik dan meristrik. Studi morfometrik merupakan kajian yang bersangkutan dengan variasi dan perubahan bentuk (ukuran dan bentuk) dari organisme atau objek, meliputi pengukuran panjang dan analisis kerangka secara kuantitatif (Rohlf dan Marcus, 1993; Anonim 2001; Suryobroto, 1999). Sedangkan, karakter meristik merupakan perhitungan bagian tertentu pada tubuh ikan (counting method), misalnya meliputi jumlah sisik pada gurat sisi (linea lateralis), jumlah jari-jari keras dan lemah pada sirip ikan, dan jumlah sisik melintang tubuh (Hubbs dan Lagler, 1958; Parin, 1999). Penelitian ini penting untuk mengidentifikasi morfologi ikan melem biru berdasarkan studi morfometrik dan meristik hingga tingkat spesies. METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian telah dilakukan mulai dari bulan Januari sampai bulan Juli 2014. Penelitian dilakukan di Laboratorium Regulasi Genetik, Jurusan Biologi, Gedung O5.316, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Universitas Negeri Malang. Teknik Pengambilan Sampel Sampel ikan melem biru (Osteochilus sp.) diambil dari aliran sungai Ketro, Kecamatan Sawoo, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur.
Gambar 1. Lokasi pengambilan sampel ikan melem biru di aliran sungai Ketro, Sawoo, Ponorogo, Jawa Timur Cara pengambilan sampel ikan mengikuti prosedur standar dari Cailliet et al. (1996), yakni dengan menggunakan jaring dan alat pancing penyetrum (backpack electro fishing) 12 volt. Pengambilan ikan dilakukan pukul 15.30 WIB – pukul 17.00 WIB. Tidak ada dimorfisme seksual yang signifikan pada pengukuran karakter morfometrik yang diidentifikasi, oleh karena itu sampel ikan yang diambil tanpa mempertimbangkan jenis kelamin (Choudhury et al., 2011). Untuk memperoleh data morfometrik dan meristik yang memadai, maka dipilih karakter yang sudah mapan dan ikan dewasa yaitu memiliki panjang standar (SL) di atas 50 mm (Haryono, 2006). Sampel yang telah
495
Proceeding Seminar Nasional Biodiversitas V, Surabaya 6 September 2014 ISBN : 978-979-98109-4-6
didapatkan diidentifikasi karakter morfometrik, karakter meristik, dilakukan pengamatan terkait morfologi yang lain, dan sampel didokumentasikan dengan difoto. Identifikasi Karakter Morfologi Pengukuran karakter morfometrik dan perhitungan karakter meristik ikan mengacu kepada Smith (1945) dan Haryono (2001). Pengukuran karakter morfometrik meliputi 25 karakter yaitu Panjang Total (TL), Panjang Standar (SL), Panjang Kepala (HL), Lebar kepala (HW), Tinggi Kepala (HD), Diameter Mata (ED), Panjang Moncong (SNL), Jarak antar Mata (IW), Panjang sebelum Sirip Anal (PAL), Tinggi Badan (BD), Lebar Badan (BW), Panjang Sirip Perut (PVL), Tinggi Pangkal Ekor (CPD), Panjang Pangkal Ekor (CPL), Panjang Dasar Sirip Dorsal (DBL), Tinggi Sirip Dorsal (DFH), Panjang Sirip Dada (PCL), Panjang sebelum Sirip Perut (PPL), Panjang Dasar Sirip Anal (ABL), Panjang Sebelum Sirip Dorsal (PDL), Panjang Sungut Moncong (SNBL), Panjang Sungut Rahang Atas (MXBL), Panjang Sirip Ekor bagian Atas (LUCL), Panjang Sirip Ekor bagian Tengah (LMCL), Panjang Sirip Ekor bagian Bawah (LCLL). Sedangkan karakter meristik yang dihitung sebanyak 7 karakter antara lain: Dorsal rays, Anal rays, Pectoral rays, Predorsal scale, Linea lateralis, Caudal peduncle scales, dan Transverse scale. Hasil pengukuran masing-masing sampel dihitung nilai ratarata beserta standar deviasinya (Choudhury et al., 2011). Sebagai pendukung karakter morfologi ikan juga dilakukan penelitian meliputi bentuk tubuh, bentuk sirip ekor, tipe sisik, letak mulut ikan, letak sirip perut terhadap sirip dada, bentuk sirip dorsal panjang dan tersusun dari jari-jari lemah dan jari-jari keras, bentuk mulut, pigmentasi sisik (Rahayu et al., 2013). dan ada tidaknya noktah hitam dibagian caudal peduncle (batang ekor). Setiap sampel diukur menggunakan caliper digital dengan ketelitian 0.01 mm. Identifikasi morfologi yang lain menggunakan mikroskop stereo dan mikroskop BX51.
Gambar 2. Skema Pengukuran Morfometrik Ikan melem biru. 1. panjang total (TL); 2. panjang standar (SL); 3. panjang kepala (HL); 4. lebar kepala (HW); 5. tinggi kepala (HD); 6. diameter mata (ED); 7. panjang moncong (SNL); 8. jarak antar mata (IW); 9. panjang sebelum sirip anal (PAL); 10. tinggi badan (BD); 11. lebar badan (BW); 12. panjang sirip perut (PVL); 13. tinggi pangkal ekor (CPD); 14. panjang pangkal ekor (CPL); 15. panjang dasar sirip dorsal (DBL); 16. tinggi sirp dorsal (DFH); 17. panjang sirip dada (PCL); 18. panjng sebelum sirip perut (PPL); 19. panjang dasar sirp anal (ABL); 20. panjang sebelum sirip dorsal (PDL); 21. panjang sungut moncong (SNBL); 22. panjang sungut rahang atas (MXBL); 23. panjang sirip ekor bagian atas (LUCL); 24. Panjang sirip ekor bagian tengah (LMCL); 25. panjang sirip ekor bagian bawah (LCLL)
496
Proceeding Seminar Nasional Biodiversitas V, Surabaya 6 September 2014 ISBN : 978-979-98109-4-6
Gambar 3. Skema Pengukuran Meristik Ikan melem biru. 1. jari-jari sirip punggung (Dorsal Rays); 2. jari-jari sirip dubur (Anal Rays); 3. jari-jari sirip dada (Pectoral Rays); 4. sisik sebelum sirip dorsal (Predorsal Scale); 5. sisik pada garis lateral atau gurat sisi (Linea Lateralis); 6. Sisik pada batang ekor (Caudal Peduncle Scale) 7. sisik melintang tubuh (Transverse Scale) Analisis Morfologi Hasil pengukuran karakter morfometrik, perhitungan karakter meristik dan pengamatan karakter morfologi yang lain disesuaikan dengan kunci identifikasi “Fishes of The Indo-Australian Archipelago” volume 3 (Weber dan Beaufourt, 1916); “How to Know The Freshwater Fishes” edisi 3 (Eddy dan Underhill, 1978); Buku Ajar IKTIOLOGI (Wahyuningsih dan Barus, 2006); dan “Biology of Fishes” (Bond, 1979). Identifikasi karakter morfologi dapat menentukan klasifikasi dari ikan melem biru yang ditemukan di aliran sungai Ketro, Kecamatan Sawo, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur. HASIL DAN PEMBAHASAN Total seluruh sampel ikan Melem Biru yang telah diambil dari aliran sungai Ketro, Kecamatan Sawoo, Kabupaten Ponorogo sebanyak 44 ekor ikan. Semua sampel ikan telah diidentifikasi karakter morfologi terkait pengukuran morfometrik (25 karakter), perhitungan meristik (7 karakter), dan karakter morfologi yang lain (bentuk tubuh, bentuk sirip ekor, tipe sisik, letak mulut ikan, letak sirip perut terhadap sirip dada, bentuk sirip dorsal panjang disusun oleh jari- jari lemah dan keras, bentuk mulut, dan pigmentasi sisik. Hasil pengukuran karakter morfometrik dan perhitungan karakter meristik disajikan pada tabel 1 dan 2 berikut ini. Berdasarkan hasil pengukuran karakter morfometrik pada Tabel 1 diketahui bahwa kisaran ratarata setiap karakter yang diukur adalah sebagai berikut: Panjang Total (TL) 127.65 mm-171.75 mm, Panjang Standar (SL) 102.47 mm-139.13 mm, Panjang Kepala (HL) 22.54 mm-29.46 mm, Lebar kepala (HW) 14.08 mm-19.12 mm, Tinggi Kepala (HD) 19.66 mm-25.54 mm, Diameter Mata (ED) 5.1 mm-6.9 mm, Panjang Moncong (SNL) 7.11 mm-10.89 mm, Jarak antar Mata (IW) 12.28 mm-17.72 mm, Panjang sebelum Sirip Anal (PAL) 76.01 mm-106.19 mm, Tinggi Badan (BD) 30.97 mm-46.03 mm, Lebar Badan (BW) 14.49 mm-23.15 mm, Panjang Sirip Perut (PVL) 12.53 mm-19.67 mm, Tinggi Pangkal Ekor (CPD) 12.05 mm-20.55 mm, Panjang Pangkal Ekor (CPL) 18 mm-24.8 mm, Panjang Dasar Sirip Dorsal (DBL) 34.54 mm-46.66 mm, Tinggi Sirip Dorsal (DFH) 33.94 mm-62.06 mm, Panjang Sirip Dada (PCL) 18 mm27.4 mm, Panjang sebelum Sirip Perut (PPL) 49.2 mm-69.4mm, Panjang Dasar Sirip Anal (ABL) 4.32 mm-21.68 mm, Panjang Sebelum Sirip Dorsal (PDL) 42.61 mm-57.99 mm, Panjang Sungut Moncong (SNBL) 1.89 mm-2.91 mm, Panjang Sungut Rahang Atas (MXBL) 4.56 mm-6.38 mm, Panjang Sirip Ekor bagian Atas (LUCL) 23.7 mm-32.04 mm, Panjang Sirip Ekor bagian Tengah (LMCL) 11.54 mm-15.26 mm,Panjang Sirip Ekor bagian Bawah (LCLL) 21.5mm-27.9mm,
497
Proceeding Seminar Nasional Biodiversitas V, Surabaya 6 September 2014 ISBN : 978-979-98109-4-6
Tabel 1.
Hasil Pengukuran Rata-rata
NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25.
KARAKTER Panjang Total (TL) Panjang Standar (SL) Panjang Kepala (HL) Lebar kepala (HW) Tinggi Kepala (HD) Diameter Mata (ED) Panjang Moncong (SNL) Jarak antar Mata (IW) Panjang sebelum Sirip Anal (PAL) Tinggi Badan (BD) Lebar Badan (BW) Panjang Sirip Perut (PVL) Tinggi Pangkal Ekor (CPD) Panjang Pangkal Ekor (CPL) Panjang Dasar Sirip Dorsal (DBL) Tinggi Sirip Dorsal (DFH) Panjang Sirip Dada (PCL) Panjang sebelum Sirip Perut (PPL) Panjang Dasar Sirip Anal (ABL) Panjang Sebelum Sirip Dorsal (PDL) Panjang Sungut Moncong (SNBL) Panjang Sungut Rahang Atas (MXBL) Panjang Sirip Ekor bagian Atas (LUCL) Panjang Sirip Ekor bagian Tengah (LMCL) Panjang Sirip Ekor bagian Bawah (LCLL)
* keterangan: n = banyaknya Tabel 2. NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Karakter Morfometrik Ikan Melem Biru
38.5±7.53 18.8±4.31 16.1±3.57 16.3±4.25 21.4±3.40 40.6±6.06 48.0±14.06 22.7±4.70 59.3±10.1 13.0±8.68 50.3±7.69 2.4±0.51 5.47±0.91 27.87±4.17 13.4±1.86 24.7±3.20
ikan yang tertangkap (ekor)
Hasil Perhitungan Rata-rata
KARAKTER Dorsal rays Anal rays Pectoral rays Predorsal scale Linea lateralis Caudal peduncle scales Transverse scale
HASIL (mm) n=44 149.7±22.05 120.8±18.33 26.0±3.46 16.6±2.52 22.6±2.94 6.0±0.90 9.0±1.89 15.0±2.72 91.1±15.09
Karakter Meristik Ikan Melem Biru
HASIL D III. 13-16 A III. 2-5 P 9-13 10-14 LL 34-38 20-39 Ltr 6. ½ .6
498
Proceeding Seminar Nasional Biodiversitas V, Surabaya 6 September 2014 ISBN : 978-979-98109-4-6
Gambar 4. Ikan melem biru yang ditemukan di aliran sungai Ketro, Kecamatan Sawoo, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur dan pengukuran panjang total (TL) dengan menggunakan digital caliper Pada tabel 2 hasil perhitungan karakter meristik ikan melem biru yang tertangkap di aliran sungai Ketro, Kecamatan Sawoo, Kabupaten Ponorgo antara lain sirip dorsal memiliki rumus D III. 1316 berarti jumlah jari- jari keras sebanyak 3 buah dan jari-jari lemah sebanyak 13-16 buah, sirip anal memiliki rumus A III. 2-5 berarti jumlah jari-jari keras sebanyak 3 buah dan jari-jari lemah sebanyak 25 buah. Sirip pectoral memiliki rumus P 9-13 berarti hanya memiliki jari-jari lemah sebanyak 9-13 buah, jumlah sisik sebelum sirip dorsal (predorsal scale) sebanyak 10-14 buah. Jumlah sisik sepanjang gurat sisi (linea lateralis) LL 34-38 yakni sebanyak 34-38 sisik, sisik pada batang ekor (caudal peduncle scale) sebanyak 20-39 sisik, dan sisik melintang tubuh (transverse scale) memiliki rumus Ltr 6. ½ .6 yakni jumlah sisik melintang dari gurat sisi ke arah dorsal sebanyak 6 sisik serta jumlah sisik melintang ke arah anal sebanyak 6 sisik. Karakter morfologi ikan melem biru diataranya adalah memiliki bentuk tubuh compressed (torpedo), sirip ekor dengan bentuk bercagak dua (forked), letak mulut ikan terminal, tipe sisik ikan sikloid dan memiliki banyak pigmen karotenoid yang memberikan warna kuning; banyak melanosid yang memberikan warna hitam; dan sedikit pigmen pteridin yang memberikan warna oranye, letak sirip perut terhadap sirip dada subabdominal, bentuk sirip dorsal memanjang dengan jari-jari keras dan lemah, bentuk mulut yang khas yakni terdapat lipatan kulit yang terjumbai dapat disembulkan, dan noktah hitam di batang ekor ikan. Konfirmasi kunci identifikasi yang sesuai dan mendekati dengan ikan melem biru di aliran sungai Ketro, Kecamatan Sawoo, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur berdasarkan Weber dan Beaufourt (1916) adalah spesies Osteochilus vittatus. Karakter morfologi dari Weber dan Beaufourt (1916) pada spesies ikan Osteochilus vitatus diuraikan sebagai berikut: tinggi tubuh (BD) 3-3.7 cm, sedangkan panjang kepala (HL) adalah 4.1-4.5 cm, diameter mata (ED) 3-4 cm; sepertiga lebih pendek dari panjang moncong (SNL), moncong tumpul, panjang sungut rahang (MXBL) sama dengan diameter mata (ED), sungut moncong (SNBL) lebih pendek daripada sungut rahang atas (MXBL), sirip dorsal dipisahkan oleh 10-12 sisik dari oksiput, ventral lebih panjang dari pectoral, pectoral lebih pendek dari kepala (HL), tinggi pangkal ekor (CPD) adalah 1.7 cm atau lebih panjang dari kepala (HL), sisik pada batang ekor (caudal peduncle scale) sebanyak 16 sisik, warna dari ikan ini adalah kekuningan sedangkan pada bagian dorsal lebih gelap, umumnya terdapat tanda hitam disepanjang gurat sisi (linea lateralis); panjangnya hingga ke ujung tengah sirip ekor, pada ikan muda terdapat titik gelap pada sisik bagian dorsal, dan sirip ekor ikan bercagak dua (forked), dan panjang ikan ini hingga 260 mm.
499
Proceeding Seminar Nasional Biodiversitas V, Surabaya 6 September 2014 ISBN : 978-979-98109-4-6
Gambar 5. Karakter Morfologi Ikan Melem Biru. A. tubuh ikan compressed (torpedo); B.sirip ekor bercagak dua (forked); C. sirip dorsal panjang dengan jari-jari lemah dan keras; D.mulut ikan termina dan tumpul; E. sisik sikloid dengan pigmen melanosid, karotenoid dan pteridin; F. terdapat noktah hitam di batang ekor; G. bibir ditutupi lipatan kulit; H. letak sirip perut terhadap sirip dada subabdominal; I. sisik dengan pigmen karotenoid dan melanosid paling dominan (40X). Kunci identifikasi yang lain terkait dengan jumlah pori-pori pada moncong bagian atas dan jumlah sisik melintang tubuh (transverse scale) adalah sebagai berikut 1. Caudal peduncle dikelilingi oleh 16-17 sisik…………………………………………..2 Memiliki 3 atau lebih pori-pori A. 4-4 ½ sisik diantara ventral dan linea lateralis (LL) a. 6 ½ sisik di bawah linea lateralis (LL)………........Osteochilus vittatus Berdasarkan karakter tersebut maka ikan melem biru yang ditemukan di aliran sungai Ketro, Kecamatan Sawoo, Kabupaten Ponorogo diduga termasuk genus Osteochilus, spesies Osteochilus vittatus C.V. Blkr. dengan klasifikasi sebagai berikut Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Actinopterygii Ordo : Cypriniformes Famili : Cyprinidae Sub-Famili : Labeoninae Genus : Osteochilus Spesies :Osteochilus vittatus C.V. Blkr. (Weber dan Beaufourt, 1916) Pengamatan terhadap sisik ikan dilakukan dengan mengambil beberapa bagian yaitu bagian anal (ANL), pectoral (PEC), ventral (VEN), oksiput (NOC), dan pada bagian dorsal (DOR). Semua sisik telah diidentifikasi. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa sisik ikan melem biru yang ditemukan memiliki tipe sikloid. Berikut ini merupakan sisik ikan melem biru
500
Proceeding Seminar Nasional Biodiversitas V, Surabaya 6 September 2014
ISBN : 978-979-98109-4-6
Gambar 8. Sisik ikan melem biru, bagian anal (ANL), pectoral (PEC1 dan PEC2), ventral (VEN), oksiput (NOC), dorsal (DOR), identifikasi menggunakan mikroskop stereo terlihat pigmen melanosid berupa bintik-bintik hitam, pigmen karotenoid dan pigmen pteridin yang menyebar. Bagian-bagian sisik sikloid terdiri dari: anterior field (), posterior field (), radii (), focus (), lateral field (), circuli (), dan pigmen melanosid (). KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan di atas, maka dibuat hasil kesimpulan sebagai berikut: 1. Berdasarkan karakter mofometrik dan meristik ikan melem biru yang terdapat di aliran sungai Ketro, Kecamatan Sawoo, Kabupaten Ponorogo merupakan spesies Osteochilus vittatus C.V. Blkr. 2. Karakter morfologi yang khas pada ikan melem biru adalah modifikasi pada bibir ikan yang ditutupi oleh lipatan kulit terjumbai dan dapat disembulkan, ini merupakan penanda dari sub famili Labeoninae khususnya genus Osteochilus. 3. Tidak ada perbedaan yang signifikan secara morfologi pada ikan jantan dan betina melem biru. 4. Jumlah sisik melintang tubuh (transeverse scales) pada ikan melem biru adalah Ltr 6. ½ .6, karakter ini merupakan karakter penanda spesies Osteochilus vittatus Namun demikian, untuk mendukung kebenaran dan keakuratan posisi takson pada ikan melem biru yang terdapat di aliran sungai Ketro, Kecamatan Sawoo, Kabupaten Ponorogo dan posisi filogenetik ikan tersebut, saat ini penelitian di level genetik sedang dilakukan.
501
Proceeding Seminar Nasional Biodiversitas V, Surabaya 6 September 2014 ISBN : 978-979-98109-4-6
UCAPAN TERIMAKASIH Terimakasih atas dukungan terhadap penelitian ini kepada Profesor Timothy H. Bonner, dari Departemen Biologi/Aquatic Station, Texas State University, San Marcoss Texas, Amerika Serikat (USA) yang telah memberikan artikel terkait Cyprinidae dan ikan-ikan air tawar guna kajian teori dalam penelitian ini dan saran terbaiknya, kepada Profesor Bob Ward, dari CSIRO University, Australia yang telah memberikan saran dan literatur dalam penelitian ini dan kepada Bapak Choiri yang telah membantu mengambil sampel ikan melem biru di sungai Ketro, Kecamatan Sawoo, Kabupaten Ponorogo REFERENSI 1. Anonim. 2001. Morphometric. Diakses dari (http://en.wikipedia.org/wiki/Morphometrics) Diakses pada tanggal 20 Januari 2010. Pk. 23:18 WIB. Dalam Rahmatin, A., Nurlita Abdulgani, Aunurohim dan Dewi Hidayati. Studi Variasi Morfometri Ikan Belanak (Mugil Chepalus) di Perairan Muara Aloo Sidoarjo dan Muara Wonorejo Surabaya. Jurnal ITS. 2. Bond, C.E. 1979. Biology of Fishes. Saunders College Publishing, Philadelphia. 513pp. Encarta 98 Encyclopedia. 3. Caillet GM, Love s, Ebelling AW (1996) Fishes: A Field and Manual onTheir Structure, Identification and Natural History, Waveland Press: New York. Djajadireja, R.R.S, hatimah dan Z.Arifin., 1997. Buku Pedoman Perikanan Darat. bagian I (Jenisjenis Ikan Ekonomis Penting). Departemen Pertanian. Jakarta. Eddy and Underhill.1978. How toKnow The Freshwater Fishes Third Edition. Wm. C. Brown Company Publishers: United States of America. Gunther, Cat. Brit. Max. VII. 1868, P.40 dalam Weber, M., and L.F. de Beaufort.1916. The Fishes of Indo Australian Archipleago (Ostariophysi II: Cyprinidae, Apodes. Synbranchi). E.J. Brill Leiden Ltd. 7. Haryono. 2001. Variasi Morfologi dan Morfometri Ikan Dokun (Puntius Lateristriga) di Sumatera. Jurnal Biota Vol. VI (3): 109-116. ISSN 0853-8670. Haryono.2006. Studi Morfometri Ikan Wader Goa (Puntius microps Gunther,1868) Yang Unik Dan Dilindungi Undang-Undang. Berk. Penel. Hayati : 12 (51-55). Hubbs, C.L. and K.F. Lagler. 1958. Fishes of The Great Lakes region. University of Michigan Press, Ann Abor, Michigan. 10. Jangkaru, Z. 1980. Budidaya Ikan dalam Kantong Jaring Terapung. Pros. Lokakarya Nasional Teknologi Tepat Guna bagi Pengembangan Perikanan Budidaya Air Tawar. Bogor, hlm 82-92. 11. Karnasuta, J., 1993. Systematic Revision of Southeastern Asiatic Cyprinid Fish Genus Osteochilus with Description of Two New Species and A New Subspecies. Kasetsart Univ. Fish. Res. Bull.,19: IV + 105 pp. 12. Kottelat, M., 1995. Four New Species of Fhises from The Middle Kapuas Basin, Indonesian Borneo (Osteichthyes: Cyprinidae and Belontiidae) Raffles Bull. Zool., 43 (1): 51-64. 13. Mulyasari., D. T. Soelistyowati., A. H. Kristanto., dan I.I. Kusmini. 2010. Karakteristik Genetik Enam Populasi Ikan Nilem (Osteochilus hasselti) di Jawa Barat. Jurnal Riset Akuakultur, 5 (2):175-182. 14. Parin, N. V. 1999 [ref. 24867] Flying-fishes of the genus Prognichthys (Exocoetidae) in the Atlantic Ocean. Voprosy Ikhtiologii v. 39 (no.3): 293-305. [In Russian. English translation in Journal of Ichthyology v. 39 (no. 4):281-293.] 15. Rahardjo,A.A.dan Maharani,L.2007. Nilem: Diolah Naik Derajat. Trubus. http://www.trubus.com (diakses pada 21 Maret 2008) dalam Mulyasari., D. T. Soelistyowati., A. H. Kristanto., dan I. I. Kusmini. 2010. Karakteristik Genetik Enam Populasi Ikan Nilem (Osteochilus hasselti) di Jawa Barat. Jurnal Riset Akuakultur, 5 (2):175-182. 16. Rahayu, Dwi A., Dwi Listyorini dan Ibrohim. 2013. Morphological Study to Improve Identification Toward Poeciliidae Family based on Gonopodium Structres and Morphometric Analysis. Vol. III (1): 91-95 pp. 17. Rohlf, F. J. and L. F. Marcus. 1993. Geometric morphometrics: reply to M. Corti. Trends in Ecology and Evolution,8:339-339. 18. S.Choudhury, P. Saikia, N. Sougrakpam, D. Brahma and K. Dutta. Assessment of Morphometric Variation and Establishing Taxonomic Relationship among Six Species under Puntius Genus. The Ecoscan: Special Issue, I (I), 2011,233-237. 19. Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan 2: Binacipta. Bogor. 502
Proceeding Seminar Nasional Biodiversitas V, Surabaya 6 September 2014 ISBN : 978-979-98109-4-6
20. Setijaningsih, L., Nunak Nafiqoh dan Estu Nugroho. 2011. Pengaruh Pemberian Probiotik pada Pemeliharaan Benih Ikan Nila. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur. 21. Syandri, Hafrijal. 2004. Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Perairan Umum. Unri Press Pekanbaru. 22. Smith, H.M., (1945): The Freshwater Fishes of Siam or Thailand. Bull. U.S. Nat. Mus., 188, XI-622 pp. Wahyuningsih, H., Barus. 2006. Buku Ajar Iktiologi: USU. Medan. 23. Weber, M., and L.F. de Beaufort.1916. The Fishes of Indo Australian Archipleago (Ostariophysi II: Cyprinidae, Apodes. Synbranchi). E.J. Brill Leiden Ltd.
503