STUDI KARAKTER MORFOMETRIK - MERISTIK IKAN BETOK (Anabas testudineus Bloch) DI DAS MAHAKAM TENGAH PROPINSI KALIMANTAN TIMUR
HELMY AKBAR C24103005
SKRIPSI
DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul : STUDI KARAKTER MORFOMETRIK - MERISTIK IKAN BETOK (Anabas testudineus Bloch) DI DAS MAHAKAM TENGAH PROPINSI KALIMANTAN TIMUR adalah benar merupakan karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Skripsi ini.
Bogor, 26 Agustus 2008
Helmy Akbar C 24103005
RINGKASAN HELMY AKBAR. Studi Karakter Morfometrik – Meristik Ikan Betok (Anabas testudineus Bloch) Di DAS Mahakam Tengah Propinsi Kalimantan Timur. (Dibawah bimbingan MOHAMMAD MUKHLIS KAMAL dan NURLISA A. BUTET) Salah satu spesies dari famili Anabantidae yaitu ikan betok (Anabas testudineus Bloch) merupakan ikan air tawar yang dikonsumsi masyarakat. Ikan ini memiliki toleransi yang tinggi terhadap kondisi lingkungan yang tergolong ekstrim contohnya kondisi air yang bersifat asam. Ikan ini dapat ditemukan di danaudanau, Sungai-sungai dan rawa-rawa di Kalimantan yang diketahui memiliki tingkat keasaman yang tinggi, dicirikan oleh pH yang rendah. Dalam hal pengelolaan sumberdaya ikan betok diperlukan informasi mengenai karakter morfologi (morfometrik dan meristik) untuk mengidentifikasi unit populasi yang ada di dalam suatu perairan, apakah spesiesnya berbeda atau sama. Pada penelitian kali ini juga dihitung komposisi jumlah tangkapan tiga bulan pengambilan sampel untuk mengetahui pengaruh tinggi muka air pada musim hujan dan keragaman fenotip tiap karakter morfometrik ikan betok di seluruh stasiun. Penelitian dilakukan di Laboratorium Ekobiologi Perairan Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan IPB. Ikan contoh diambil untuk analisa karakter morfometrikmeristik dari Rawa banjiran (stasiun 1) sebanyak 88 ekor, Sungai Rebak Rinding (stasiun 2) sebanyak 35 ekor dan Danau Melintang (stasiun3) sebanyak 49 ekor, di DAS Mahakam Tengah Propinsi Kalimantan Timur. Penghitungan karakter morfometrik menggunakan Analisis Komponen Utama, Untuk memperoleh korelasi antar karakter serta pengelompokan individu berdasarkan karakter morfometrik. Penghitungan karakter meristik meliputi jumlah jari-jari sirip dan jumlah sisik, yaitu Jumlah jari-jari sirip dorsal, jari-jari sirip anal, jari-jari sirip ventral, jari-jari sirip pektoral, jari-jari sirip caudal, sisik pada garis rusuk (LL), sisik di atas garis rusuk (LL), sisik di bawah garis rusuk, sisik di muka sirip dorsal, sisik pada pipi, sisik sekeliling badan, sisik sekeliling batang ekor. Komposisi hasil tangkapan ikan betok menunjukkan jumlah terbanyak pada bulan desember dengan jumlah 161 ekor. Hasil tangkapan dengan jumlah paling sedikit diperoleh pada bulan januari. Dari sisi ukuran, rata-rata panjang tertinggi sebesar 14.67 juga pada bulan desember. Hasil Analisis Komponen Utama memperlihatkan bahwa informasi terbesar terdapat pada dua komponen utama pertama. Dengan ragam kumulatif sebesar 80%. Seluruh karakter morfometrik berperan pada komponen utama pertama. Karakter yang berperan pada komponen utama kedua yaitu Panjang kepala di depan mata, panjang rahang atas, panjang rahang bawah, tinggi pipi, panjang dasar jari-jari lemah sirip ventral, menunjukkan korelasi yang besar terhadap keragaman bentuk. Analisis Komponen Utama juga menunjukkan bahwa ikan betok pada ketiga stasiun baik rawa, sungai dan danau, tidak memperlihatkan pengelompokan. Hal ini menunjukkan ikan yang diamati adalah satu spesies (satu unit populasi). Pada perhitungan nilai keragaman fenotip tiap karakter ikan betok secara umum di DAS menunjukkan karakter morfometrik dengan nilai keragaman paling tinggi dan paling rendah diberikan oleh panjang total (PT) dan tinggi di bawah mata (TBM). Pada perhitungan karakter meristik diperoleh rumus jari-jari sirip yaitu DXVII.8-9; AXI.9-10; VI.5; P14–15. Hasil ini identik dengan rumus dari Bloch (1792), Kottelat, et al., (1993) dan Talwar dan Jhingran (1991) dalam www.aquaworld.netfirms.com.
STUDI KARAKTER MORFOMETRIK - MERISTIK IKAN BETOK (Anabas testudineus Bloch) DI DAS MAHAKAM TENGAH PROPINSI KALIMANTAN TIMUR
HELMY AKBAR
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
SKRIPSI
Judul
: Studi Karakter Morfometrik - Meristik Ikan Betok (Anabas testudineus Bloch) Di DAS Mahakam Tengah Propinsi Kalimantan Timur
Nama Mahasiswa
: Helmy Akbar
Nomor Pokok
: C24103005
Program studi
: Manajemen Sumberdaya Perairan
Menyetujui, I. Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Mohammad Mukhlis Kamal, M.Sc NIP: 132 084 932
Ir. Nurlisa A. Butet, M.Sc NIP: 131 925 898
II. Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc NIP: 131 578 799
Tanggal lulus: 26 Agustus 2008
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya bagi Allah SWT, Pencipta dan Penguasa Semesta Alam yang menurunkan Syariah dan hukum-hukum-Nya untuk mengatur kehidupan manusia, membedakan antara yang hak dan bathil. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Rasulullah SAW., keluarga beliau, para sahabat dan pengikutnya yang istiqomah memperjuangkan ideologi, syariah islam hingga akhir zaman. Atas izin-Nya, skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada fakultas perikanan dan ilmu kelautan IPB. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada: -
Bapak Dr.Ir. M. Mukhlis Kamal, M.Sc dan Ir. Nurlisa A. Butet, M.Sc yang telah membimbing penyusunan skripsi ini;
-
Bapak Dr.Ir. Ridwan Affandi, DEA dan Dr. Ir. Yunizar Ernawati, MS. Selaku dosen penguji dan wakil program studi
-
Bapak Ir. Moch. Mustakim, M.Si, Ir. Zahri Nasution, M.Si, Firdaus, S.Si dan Bapak Ruslan yang telah membantu selama berjalannya proses penelitian dan skripsi
-
Bapak, Ibu, di Bima dan Bang Yudi serta adekku Imam di Malang yang terus memantau perkembangan studiku
-
Friska, Ayu, dan Irene selaku tim peneliti ikan betok, Kawan-kawan dari MSP ‟40, Kost Markaz Jundullah, Humas IPB, MT Al - Marjan, GEMA Pembebasan, BKIM IPB, terselesaikannya skripsi ini.
yang telah memberikan dukungan atas
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR .................................................................................... DAFTAR ISI ................................................................................................. DAFTAR TABEL .......................................................................................... DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................
i ii iv v vi
I. PENDAHULUAN ....................................................................................... A. Latar belakang...................................................................................... B. Perumusan masalah............................................................................. B. Tujuan dan manfaat..............................................................................
1 1 3 3
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. A. Klasifikasi dan tata nama ...................................................................... A.1. Ikan betok ...................................................................................... A.2. Karakter morfologi ......................................................................... B. Ekobiologi ikan betok............................................................................ B.1. Tingkah laku .................................................................................. B.2. Sistem pernafasan ......................................................................... B.3. Kebiasaan makan .......................................................................... B.4. Reproduksi .................................................................................... B.5. Distribusi ekologis dan geografis ................................................... C. Habitat dan pola ruaya ikan betok ........................................................ D. Pengelolaan perikanan perairan umum ................................................
4 4 4 5 7 7 7 8 8 9 9 10
III. METODE PENELITIAN ........................................................................... A. Waktu dan lokasi ................................................................................. B. Alat dan bahan .................................................................................... C. Metode kerja ....................................................................................... C.1. Pengambilan contoh ikan ............................................................. C.2. Penentuan ciri morfometrik meristik .............................................. D. Analisis data ........................................................................................ D.1. Analisis komponen utama (AKU) .................................................. D.2. Analisis perbandingan ..................................................................
12 12 13 14 14 16 17 19 21
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. A. Dinamika habitat dan komposisi tangkapan ikan betok ........................ B. Karakter morfometrik ........................................................................... C. Karakter meristik ................................................................................. D. Pengelolaan sumberdaya ikan betok ...................................................
22 22 24 29 30
V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... A. Kesimpulan.......................................................................................... B. Saran...................................................................................................
33 33 33
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... LAMPIRAN...................................................................................................
34 35
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1. Alat dan bahan..........................................................................................
13
2. Karakter morfometrik ................................................................................
17
3. Karakter meristik .......................................................................................
18
4. Komposisi tangkapan ikan betok ..............................................................
23
5. Komponen utama pertama dan komponen utama kedua ..........................
25
6. keragaman fenotip tiap karakter di ketiga stasiun .....................................
26
7. Perhitungan jumlah dan kisaran karakter meristik .....................................
29
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1. Ikan betok (Anabas testudineus Bloch) .....................................................
4
2. Lokasi penelitian .......................................................................................
12
3. Tangkul (Portable Lift Net) ........................................................................
15
4. Keblat (Trap Net) ......................................................................................
16
5. Gill Net ......................................................................................................
16
6. Grafik Analisis Komponen Utama, penyebaran individu dari data morfometrik ikan betok di DAS Mahakam Tengah. Rawa (n=88), Sungai (n=35),Danau (n=49) pada bulan November – Desember 2008 ....................................................................
28
7. Grafik Analisis Komponen Utama, korelasi antar karakter morfometrik dari data morfometrik ikan betok di DAS Mahakam Tengah Rawa (n=88),Sungai (n=35),Danau (n=49) pada bulan November - Desember 2008 ..................................................
28
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1. Eigen Analisis dari matriks korelasi ...........................................................
36
2. Nilai 33 komponen yang dihitung ..............................................................
36
3. Skema karakter morfometrik pada lateral tubuh ........................................
42
4. Skema karakter morfometrik pada bagian kepala .....................................
42
5. Skema karakter meristik pada lateral tubuh ..............................................
43
6. Skema karakter meristik sisik pada kepala ..............................................
44
7. Skema karakter meristik sirip pada bagian dorsal ...................................
44
8. Data mentah .............................................................................................
45
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perairan tawar mempunyai keanekaragaman ikan yang cukup tinggi di paparan sunda terdapat 798 jenis ikan air tawar, paparan wallace terdapat 68 jenis ikan air tawar, dan paparan sahul terdapat 106 jenis ikan air tawar (Kottelat, et al., 1993). Jenis ikan air tawar asli yang mendominasi perairan Sumatera dan Kalimantan adalah jenis-jenis dari Ordo-ordo Ostariophysi (Famili Cyprinidae dan Siluridae), Labyrinthici (Famili Anabantidae dan Channidae), Percomorphi (Famili Nandidae), Opistomi (Famili Mastacembelidae), dan Malacopterygii (Famili Notopteridae) (Ondara, 1993) Salah satu Spesies dari Famili Anabantidae yaitu ikan betok (Anabas testudineus Bloch) merupakan ikan air tawar yang dikonsumsi. Ikan ini memiliki toleransi yang tinggi terhadap kondisi lingkungan yang tergolong ekstrim dan dapat bertahan pada kondisi air yang bersifat asam maupun basa. Ikan ini juga dapat ditemukan pada perairan payau (www.aquaworld.com). Sungai-sungai dan rawa-rawa di Kalimantan diketahui memiliki tingkat keasaman yang tinggi, dicirikan oleh pH yang rendah. Karakter morfologi telah lama digunakan dalam biologi perikanan untuk mengukur jarak dan hubungan kekerabatan dalam pengkategorian variasi dalam taksonomi. Hal ini juga banyak membantu dalam menyediakan informasi untuk pendugaan stok ikan. Meskipun demikian pembatas utama dari karakter morfologi dalam tingkat intra species (ras) adalah variasi fenotip yang tidak selalu tepat dibawah kontrol genetik tapi dipengaruhi oleh perubahan lingkungan. Pembentukan fenotip dari ikan memungkinkan ikan dalam merespon secara adaptif perubahan dari lingkungan melalui modifikasi fisiologi dan kebiasaan. Lingkungan mempengaruhi variasi fenotip, walau bagaimanapun karakter morfologi telah dapat memberikan manfaat dalam identifikasi stok khususnya dalam suatu populasi yang besar (Turan, 1998). Karakter morfologi meliputi studi morfometrik dan meristik dari ikan. Morfometrik adalah ciri yang berkaitan dengan ukuran tubuh atau bagian tubuh ikan misalnya panjang total dan panjang baku. Ukuran ini merupakan salah satu hal yang dapat digunakan sebagai ciri taksonomik saat mengidentifikasi ikan. Hasil pengukuran dinyatakan dalam satuan milimeter atau centimeter, ukuran yang dihasilkan disebut ukuran mutlak. Adapun meristik adalah ciri yang
berkaitan dengan jumlah bagian tubuh dari ikan, misalnya jumlah sisik pada garis rusuk, jumlah jari-jari keras dan lemah pada sirip punggung (Affandi, et al.,1992). Data yang dihasilkan dari ciri morfometrik bersifat continuous data untuk selanjutnya diolah dan dianalisa melalui pendekatan statistik, sedangkan data yang dihasilkan dari ciri meristik bersifat discrete data (Turan,1998). Ikan betok di wilayah Kalimantan menurut literatur dari Kottelat, et al., (1993) terdiri dari satu spesies, sedangkan untuk wilayah Sulawesi dimungkinkan ditemukan lebih dari satu spesies. Pengamatan terhadap kromosom spesimen dari India menunjukkan bahwa paling sedikit dua jenis Anabas terdapat disana, dan hal ini didukung oleh data morfologi (Dutt dan Ramaseshaiah, 1982; 1983;1988 dalam Kottelat, et al., 1993) seperti panjang total, panjang baku, tinggi badan, tinggi batang ekor, jumlah sirip dan lainnya. Pengamatan yang teliti terhadap spesimen dari Indonesia akan menunjukkan bahwa di Indonesia terdapat lebih dari satu jenis (Kottelat, et al., 1993). Penelitian kali ini dilakukan sebagai sebuah studi karakter morfometrikmeristik ikan betok pada tiga habitat yang berbeda di Daerah Aliran Sungai Mahakam Tengah Propinsi Kalimantan Timur. Ketiga habitat tersebut meliputi sungai Rebak Rinding, Danau Melintang, dan rawa banjiran sekitar Danau Melintang, yang juga menjadi tiga wilayah penangkapan oleh masyarakat lokal. Kelompok populasi ikan betok di ketiga habitat diduga adalah satu jenis. Disamping faktor genetik, tipe habitat yang berbeda diduga dapat mempengaruhi karakter morfologi (morfometrik dan meristik) sehingga karakter morfologi ikan betok di setiap stasiun perlu diteliti. Jika ditemukan kesamaan karakter morfologi pada ikan betok di ketiga wilayah perairan hal ini dapat menunjukkan adanya kesamaan karakter fenotip dan sebaliknya. Karakter fenotip dapat digunakan menentukan kekerabatan ikan. Berdasarkan data statistik kelautan dan perikanan tahun 2005, produksi ikan betok (Anabas testudineus Bloch) di Indonesia mencapai 9.545 ton dengan rata-rata kenaikan produksi sebesar 54,57% (www.dkp.go.id). Keberadaaan ikan betok penting untuk dikembangkan sebagai alternatif bahan pangan bergizi pada periode dimana kondisi lingkungan perairan kurang mendukung terhadap pengembangan budidaya perikanan dikarenakan pencemaran maupun kondisi perairan alami yang bersifat ekstrim. Ikan betok di lingkungan Danau Melintang (DAS Mahakam Tengah) ada kecenderungan terjadi penurunan populasi, hal ini diduga karena adanya
berbagai tekanan seperti tingginya usaha penangkapan ikan dan perubahan kondisi lingkungan (Mustakim, 2008). Untuk itu perlu upaya pengelolaan perikanan yang berdasarkan kajian terhadap stok ikan di perairan. Dalam kaitannya dengan manajemen perikanan, informasi ilmiah terkait identifikasi unit populasi diperlukan dalam pengelolaan perikanan agar tidak terjadi kesalahan introduksi spesies. Untuk selanjutnya dapat ditentukan model pengelolaan yang tepat untuk kawasan perairan tersebut.
B. Perumusan Masalah Ikan betok di lingkungan Danau Melintang (DAS Mahakam Tengah) ada kecenderungan terjadi penurunan populasi, hal ini diduga karena adanya berbagai tekanan seperti tingginya usaha penangkapan ikan dan perubahan kondisi lingkungan. Untuk itu perlu upaya pengelolaan perikanan yang berdasarkan kajian terhadap unit populasi ikan di perairan. Upaya tersebut memerlukan informasi yang berkaitan dengan identifikasi unit populasi dalam perairan yang meliputi di Rawa banjiran, sungai maupun danau. Jika diketahui unit populasi Ikan betok di ketiga habitat berbeda maka diperlukan pola manajemen yang berbeda untuk setiap habitat. Akan tetapi jika diketahui ikan betok
pada ketiga habitat adalah satu unit populasi maka diperlukan pola
manajemen yang terintegrasi antara habitat rawa, sungai, dan danau. Hal ini dikarenakan apabila terjadi tangkap lebih terhadap ikan betok pada salah satu habitat akan menurunkan jumlah stok ikan betok pada habitat yang lain. C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kekerabatan ikan betok (Anabas testudineus Bloch) pada tiga tipe habitat yang berbeda. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan informasi dan dasar bagi upaya pengelolaan perikanan di wilayah perairan darat (inland water) di Daerah Aliran Sungai (DAS) Mahakam Tengah, Propinsi Kalimantan Timur.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan tata nama A.1. Ikan betok Ikan betok termasuk kedalam famili Anabantidae yang merupakan ikan asli perairan kalimantan dan sumatera. Untuk mengenal bentuk tampilan dua dimensi dari ikan betok berikut di tampilkan pada gambar di bawah ini
Gambar 1. Ikan Betok (Anabas testudineus Bloch) (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Berikut adalah klasifikasi dari ikan betok menurut Bloch, 1792 dalam www.fishbase.com dan Kottelat et al (1993), Kingdom
: Animalia
Filum
: Chordata
Subfilum
: Vertebrata
Sub kelas
: Actinopterygii
Infra kelas
: Teleostei
Divisi
: Euteleostei
Super ordo
: Acanthopterygii
Series
: Atherinoporho
Order
: Perciformes
Family
: Anabantidae
Genera
: Anabas
Species
: Anabas testudineus Bloch
Nama umum : Climbing perch, Climbing gouramies Nama lokal
: Betok (Jawa dan Sumatera), papuyu (Kalimantan).
Betok adalah nama sejenis ikan yang umumnya hidup liar di perairan tawar. Ikan ini juga dikenal dengan beberapa nama lain seperti bethok atau bethik (Jawa.), puyu (Malaysia.) atau pepuyuk (bahasa Banjar (Kalimantan)). Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai climbing gouramy atau climbing perch, merujuk pada kemampuannya memanjat ke daratan. Nama ilmiahnya adalah Anabas testudineus (Bloch, 1792 dalam www.fishbase.com dan Kottelat et al., 1993). Nama sinonim dari Anabas testudineus adalah : Anabas scandens, Amphiprion scansor, Amphiprion testudineus, Anabas elongatus, Anabas macrocephalus, Anabas microcephalus, Anabas spinosus, Anabas trifoliatus, Anabas variegatus, Anthias testudineus, Cojus cobujius, Lutjanus scandens, Lutjanus testudo, Perca scandens, Sparus scandens, Sparus testudineus.
A.2. Karakter morfologi Karakter morfologi (morfometrik dan meristik) telah lama digunakan dalam biologi perikanan untuk mengukur jarak dan hubungan kekerabatan dalam pengkategorian variasi dalam taksonomi. Hal ini juga banyak membantu dalam menyediakan informasi untuk pendugaan stok ikan. Meskipun demikian pembatas utama dari karakter morfologi dalam tingkat intra species (ras) adalah variasi fenotip yang tidak selalu tepat dibawah kontrol genetik tapi dipengaruhi oleh perubahan lingkungan. Pembentukan fenotip dari ikan memungkinkan ikan dalam merespon secara adaptif perubahan dari lingkungan melalui modifikasi fisiologi dan kebiasaan. Lingkungan mempengaruhi variasi fenotip, walau bagaimanapun karakter morfologi telah dapat memberikan manfaat dalam identifikasi stok khususnya dalam suatu populasi yang besar (Turan, 1998). Morfometrik adalah ciri yang berkaitan dengan ukuran tubuh atau bagian tubuh ikan misalnya panjang total dan panjang baku. Ukuran ini merupakan salah satu hal yang dapat digunakan sebagai ciri taksonomik saat mengidentifikasi ikan. Hasil pengukuran biasanya dinyatakan dalam milimeter atau centimeter, ukuran ini disebut ukuran mutlak. Tiap spesies akan mempunyai ukuran mutlak yang berbeda-beda. Perbedaan ini disebabkan oleh umur, jenis kelamin dan
lingkungan hidupnya. Faktor lingkungan yang dimaksud misalnya makanan, suhu, pH dan salinitas merupakan faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan (Affandi, et al., 1992). Menurut Affandi, et al., (1992) ada 26 karakter morfometrik yang biasa digunakan dalam mengidentifikasi ikan diantaranya panjang total, panjang ke pangkal cabang sirip ekor, panjang baku, panjang kepala, panjang bagian di depan sirip punggung, panjang dasar sirip punggung dan sirip dubur, panjang batang ekor, tinggi badan, tinggi batang ekor, tinggi kepala, lebar kepala, lebar badan, tinggi sirip punggung dan sirip dubur, panjang sirip dada dan sirip perut, panjang jari-jari sirip dada yang terpanjang, panjang jari-jari keras dan jari-jari lemah, panjang hidung, panjang ruang antar mata, lebar mata, panjang bagian kepala di belakang mata, tinggi di bawah mata, panjang antara mata dengan sudut preoperkulum, tinggi pipi, panjang rahang atas, panjang rahang bawah, dan lebar bukaan mulut. Dalam Priyanie (2006) dan Julita (2006) dirincikan menjadi 34 karakter morfometrik yang dihitung. Meristik adalah ciri yang berkaitan dengan jumlah bagian tubuh ikan, misalnya jumlah sisik pada garis rusuk, jumlah jari-jari keras dan lemah pada sirip punggung (Affandi et al., 1992). Hitungan sirip ikan betok (Anabas testudineus Bloch), (Fin counts) mengikuti rumus: DXVI-XVIII. 8-10; AVIII-XI. 911, dan P14-15 (Talwar and Jhingran, 1991 in www.aquaworld.netfirms.com). Menurut Kottelat, et al., (1993) rumus siripnya DXV-XIX. 7-9 dan AIX-XI. 8-12. Ciri morfologi ikan betok umumnya berukuran kecil, panjang hingga sekitar 25 cm, namun kebanyakan lebih kecil. Berkepala besar dan bersisik keras kaku. Sisi atas tubuh (punggung) gelap kehitaman agak kecoklatan atau kehijauan. Sisi samping kekuningan, terutama di sebelah bawah, dengan garis-garis gelap melintang yang samar dan tak beraturan. Sebuah bintik hitam (terkadang tak jelas kelihatan) terdapat di ujung belakang tutup insang. Sisi belakang tutup insang bergerigi tajam seperti duri (www.dkp.go.id). Ikan betok memiliki tipe warna abu-abu sampai kehijauan, dengan satu titik hitam pada bagian dasar ekor dan titik lainnya lagi hanya pada bagian belakang lempeng insang. Bagian ujung sisik dan sirip berwarna cerah. Pada bagian operkulum dan preoperkulum keduanya bergerigi. Pada bagian pertama/depan dorsal dan anal kedua-duanya panjang. Model tubuh cekung kedalam.
Mulut
berukuran lebih lebar
dengan gigi berbentuk villiform
(www.aquaworld.netfirms.com). Memiliki elaborasi organ labirin pada bagian rongga/cekungan atas bagian pertama sampai bagian ketiga tulang tapis insang. Menurut Saanin, 1954 betok hanya memiliki satu sirip punggung atau dua sirip punggung yang bersambungan/berdekatan dengan sirip perut yang tidak bersatu. Ikan ini dapat mengambil udara di luar air (mempunyai alat labirin). Sirip punggung dan sirip dubur berjari-jari. Sirip perut jika ada dengan 6 jari-jari, sirip punggung dan sirip dubur dengan satu atau lebih dari satu jari-jari keras, sirip perut dengan 5 atau kurang dari 5 jari-jari lemah dan 1 jari-jari keras. Rongga di atas rongga insang beralat berbentuk labirin. Berbentuk gepeng, agak panjang, hidung pendek, mulut kecil, lobang insang sempit karena bagian gabungan daun insang lebar. B. Ekobiologi ikan betok B.1. Tingkah laku Ikan betok umumnya ditemukan di rawa-rawa, sawah, sungai kecil dan parit-parit,
juga pada kolam-kolam
yang
mendapatkan air
banjir
atau
berhubungan dengan saluran air terbuka. Betok jarang dipelihara orang, dan lebih sering ditangkap sebagai ikan liar. Ikan ini mampu merayap naik dan berjalan di daratan dengan menggunakan tutup insang yang dapat dimekarkan, dan berlaku sebagai semacam „kaki depan‟. Akan tetapi ikan ini tidak dapat terlalu lama bertahan di daratan, dan harus mendapatkan air dalam beberapa jam kalau tidak ikan ini akan mati (Jayaram, 1981; Talwar and Jhingran, 1991 dalam www.nis.gsmfc.org). Ikan betok (Anabas testudineus Bloch) juga dapat berjalan untuk pindah antar habitat dengan menggunakan organ bagian ventralnya seperti sirip pektoral dan kaudal serta bagian dari tutup insang atau operkulum. Ikan ini hidup di dasar perairan yang berlumpur dan bersifat soliter (www.dkp.go.id) B.2. Sistem pernafasan Dalam keadaan normal, sebagaimana ikan umumnya, betok bernafas dalam air dengan insang. Akan tetapi seperti ikan gabus dan lele, betok juga memiliki kemampuan untuk mengambil oksigen langsung dari udara. Ikan ini memiliki organ labirin di kepalanya, yang memungkinkan hal itu. Alat ini sangat berguna ketika ikan mengalami kekeringan dan harus berpindah ke tempat lain yang masih berair (Affandi, 2002).
B.3. Kebiasaaan makan Ikan betok bersifat omnivora, memangsa aneka serangga dan hewanhewan air yang berukuran kecil disamping itu ikan ini memakan tumbuhan air seperti jenis javafern atau vallisneria serta beberapa tumbuhan air mengapung, ikan ini biasanya akan selalu memakan tumbuhan air yang lunak. Pencarian makanan dilakukan setiap saat dalam satu hari, dominan menggunakan visualisasi indra penglihatan. Pada habitat alami ikan ini ditemukan di rawa-rawa, danau, kanal (sungai kecil), lubang kecil berair, dan kubangan. Pada percobaan laboratorium yang menjadi pemicu ikan ini melakukan migrasi adalah faktor kepadatan populasi dan kekurangan makanan (Jayaram, 1981; Talwar and Jhingran, 1991 dalam www.nis.gsmfc.org). Selain bersifat omnivora, berdasarkan literatur dari situs dinas kelautan dan perikanan RI diketahui bahwa dilihat dari kebiasaan pakannya betok merupakan jenis ikan herbivora dengan pakan utamanya adalah tanaman air dan plankton. B.4. Reproduksi Betok (Anabas testudineus Bloch) bersifat ovipar, dapat memijah sepanjang tahun dengan puncak pemijahannya pada musim hujan dengan puncaknya pada bulan oktober hingga desember, telur-telur mengapung bebas. Ikan dengan kisaran bobot tubuh 15 sampai 110 gram dan bobot gonad 2,42 sampai 15,96 gram mempunyai jumlah telur (fekunditas) antara 4.882 hingga 19.248 butir (www.dkp.go.id). Ketika mencapai usia kematangan seksual ikan betok biasanya sering berkelahi. Dikhawatirkan ikan jantan ini, Menjadi berkurang untuk membuahi betina yang sudah siap bertelur. Proses pemijahan ikan betok tidak sulit ketika temperatur memadai. Betina biasanya akan menelan kembali telur yang telah dikeluarkan pada kondisi darurat. Setelah proses pemijahan selesai jantan akan meninggalkan betina disarangnya. Induk ini akan menjaga telur yang telah dibuahi. Telur akan menetas pada waktu 24 hingga 30 jam. Telur yang terlambat menetas dapat bertahan dalam waktu 2 sampai 3 hari (Sterba, 1969). B.5 Distribusi ekologis dan geografis Ikan ini menyebar luas, mulai dari India, Tiongkok hingga Asia Tenggara dan Kepulauan Nusantara di sebelah barat Garis Wallace. Menurut Hoedemann (1969) dalam http://aquaworld.netfirms.com, ikan ini terdapat di India, Srilangka,
asia timur-selatan termasuk wilayah Cina bagian selatan. Ikan ini dapat hidup pada perairan payau, tetapi habitat utamanya ketika dewasa yaitu perairan yang berarus kecil, persawahan, rawa atau kolam berlumpur. Ikan ini juga ditemukan di Sulawesi, Ambon dan Halmahera. Ikan ini tidak memiliki habitat yang jelas. Ikan ini dapat di introduksi oleh manusia yang berada disuatu tempat. C. Habitat dan pola ruaya ikan betok Daerah Aliran Sungai
Mahakam Tengah sebagian terdiri dari danau
Melintang yang juga meliputi daerah badan sungai Rebak Rinding dan rawa lebak sekitarnya. Daerah rawa banjiran merupakan daerah yang kompleks, terdiri atas beberapa tipe yang penting yaitu: sungai utama, rawa yang ditutupi hutan rawa, rawa yang banyak terdapat tumbuhan kumpe (rawa lebak), sungai mati (oxbow lake), dan Lebung (cekungan tanah di daerah rawa) (Utomo dan Samuel, 2005). Biasanya vegetasi hutan rawa banyak terdapat di zona tengah dengan tipe perairan berarus sedang sampai lambat, mempunyai kemiringan 150-300C, di sekeliling sungai banyak terdapat rawa banjiran (flood lain) (Utomo dan Samuel, 2005). Daerah ini berperan sebagai daerah pemijahan (spawning ground), daerah asuhan (nursery ground) dan tempat mencari pakan (feeding ground) bagi ikan. Hutan rawa banyak terdapat seranga air, periphyton, buah-buahan, dan serasah yang jatuh dalam air sebagai makanan ikan. Bagian yang dalam dari suatu badan seperti lubuk, lebung, oxbow lake, merupakan bagian ekosistem yang penting karena merupakan tempat tinggal induk ikan saat musim kemarau. Jenis ikan pada ekosistem rawa banjiran (flood plain) terdiri atas 2 kelompok yaitu kelompok ikan hitam (black fish) dan kelompok ikan putih (white fish) contoh kelompok ikan hitam yaitu betok (Anabas testudineus). Ikan yang hidup diperairan rawa terutama dari kelompok black fish pada umumnya mempunyai alat pernapasan tambahan (labyrinth) sehingga dapat hidup di perairan yang oksigennya rendah dan asam (Utomo dan Samuel, 2005). Ruaya merupakan aktivitas yang penting bagi ikan karena merupakan bagian dari siklus hidupnya. Ruaya mempunyai tujuan biologi reproduksi, penyesuaian diri dari lingkungan yang kurang baik dan ruaya untuk mencari makanan. Jenis ikan yang melakukan migrasi lokal antara lain ikan sepat (Trichogaster
spp.),
tembakang
(Helostoma
temminckii),
betok
(Anabas
testudineus), keli (Clarias spp.), dan gabus (Channa striatus) (Utomo dan Samuel, 2005). Pada saat musim kemarau ikan cenderung tinggal di perairan yang dalam yaitu danau, lubuk, dan lebung. Saat musim penghujan ikan mengadakan ruaya lateral dari danau, sungai (lubuk), dan lebung menuju ke paparan banjiran mengikuti pola pergerakan air. Paparan banjiran berupa rawa (lebak, hutan dan rawa) yang merupakan daerah pemijahan bagi beberapa jenis ikan. Ikan sepat siam, betok, tembakang, mengadakan pemijahan di rawa lebak yang banyak vegetasi kumpe (graminae). Disamping tempat pemijahan vegetasi rawa juga berfungsi sebagai tempat mencari makan. Jenis pakan alami yang banyak ditemukan adalah perifiton (menempel pada daun, batang, dan ranting), molusca, dan serangga air yang banyak terdapat pada serasah daun (Utomo & Asyari 1999; Welcomme, 1979 dalam Utomo dan Samuel 2005). Pada perairan rawa banjiran, fluktuasi tinggi air (volume air) dalam setahun sangat besar. Pada musim hujan, air meluap menutupi permukaan lahan yang luas sedangkan pada musim kemarau, volume air kecil, hanya sungai utama, cekungan tanah (lebung), dan sungai mati (oxbow lake) yang masih berair. Pada saat ini, terjadi penurunan pH perairan (air bersifat masam) sehingga ikan yang tinggal di perairan tersebut hanya jenis ikan tertentu yang tahan terhadap pH dan kadar oksigen terlarut yang rendah (Nizar, 2005). Kelompok ikan hitam seperti betok, pada saat musim kemarau dapat tinggal di rawa yang airnya sedikit dan kualitas airnya kurang baik (lebung, kanal, dan cekungan tanah), karena ikan tersebut mempunyai alat pernapasan tambahan (labirin). Pada saat musim penghujan jenis-jenis ikan hitam tersebut beruaya secara lateral mengikuti gerakan air banjir.
D. Pengelolaan perikanan perairan umum Pengelolaan perikanan perairan umum, menurut definisi FAO adalah proses terintegrasi dari kegiatan pengumpulan informasi, analisa, perencanaan, pengambilan keputusan, alokasi sumberdaya, perumusan dan penegakkan peraturan perikanan, yang dengan cara-cara itu otoritas pengelolaan perikanan perairan umum dapat mengendalikan tingkah laku saat ini dan saat nanti dari para stakeholders perikanan, untuk memastikan kesinambungan produktivitas dari sumberdaya hayati (Hartoto, 2004 dalam Nizar, 2005).
Faktor ancaman terhadap biodiversitas ikan meliputi tangkap lebih ikan, introduksi spesies baru, pencemaran, habitat yang hilang dan berubah, dan perubahan iklim (akibat pemanasan global) (Rahardjo, 2007) Dalam Nizar (2005), Peraturan pengelolaan sumberdaya ikan di Indonesia tertuang dalam UU No. 31 tahun 2004 tentang perikanan. Undangundang ini sudah sesuai dengan prinsip-prinsip CCRF (Code of Conduct of Responsible Fisheries). Untuk pengaturan pengelolaan perikanan, diatur dalam Bab IV pasal 6-24. Beberapa komponennya antara lain meliputi: Rencana pengelolaan perikanan, Jumlah tangkapan yang diperbolehkan, jenis, jumlah, dan ukuran alat tangkap, daerah, jalur dan waktu (musim) penangkapan ikan, pencegahan pencemaran dan kerusakan sumberdaya ikan serta lingkungannya, upaya rehabilitasi, ukuran atau berat minimum ikan yang boleh ditangkap, jenis ikan yang dilindungi, suaka perikanan. Salah satu upaya pengelolaan sumberdaya perikanan perairan umum adalah perluasan daerah perlindungan ikan yang disebut reservaat atau suaka perikanan. Suaka perikanan sebaiknya mempunyai empat bagian , yaitu daerah inti (zona suaka), daerah penyangga, daerah usaha, dan daerah bebas. Daerah suaka hanya dapat dilakukan penangkapan untuk keperluan yang sifatnya khusus sedangkan daerah bebas dapat dilakukan penangkapan oleh nelayan. Suaka perikanan di perairan umum bentuknya dapat berbeda-beda. Untuk perairan sungai dan rawa biasanya berbentuk sungai mati, anak sungai ataupun sebagian sungai yang ditutup, lebung, dan danau rawa. Beberapa kriteria suaka perikanan yang baik adalah: kedalaman perairan cukup, luas cukup, kualitas airnya banyak, banyak tersedia pakan alami, ada jalur migrasi ikan, disekitarnya masih terdapat vegetasi hutan rawa, dan fluktuasi airnya cukup (Lolitkanwar, 1999 dalam Nizar 2005)
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan lokasi Pengambilan sampel ikan dilaksanakan selama 3 bulan yaitu dari bulan November 2007 hingga Januari 2008 dilanjutkan dengan analisis sampel selama 2 bulan (Februari hingga Maret 2008). Pengambilan sampel ikan dilakukan pada 3 stasiun yaitu perairan rawa banjiran di dekat Danau Melintang (stasiun 1), Sungai Rebak Rinding (stasiun 2) dan Danau Melintang (stasiun 3) di wilayah DAS Mahakam Tengah, Kalimantan Timur. Pada Gambar 2 berikut ditampilkan lokasi penelitian.
Sungai Mahakam Sungai Rebak Rinding
Gambar 2. Lokasi penelitian
Pengambilan ikan contoh dilakukan dengan cara mengumpulkan ikan dari hasil tangkapan nelayan setempat pada ketiga titik stasiun. Analisis sampel ikan dilakukan di laboratorium Ekobiologi Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Berdasarkan pengamatan oleh Mustakim (2008), Kondisi lingkungan di Danau Melintang sangat dipengaruhi oleh perubahan musim “dinamika hidrologi”,
ketika musim kemarau panjang, air hanya dijumpai di badan sungai, rawa lebak, dan danau,
saat itu kualitas dan kuantitas perairan di lingkungan Danau
Melintang sangat ekstrim. Pada musim penghujan air meluap menggenangi daerah paparan danau, genangan, rawa (rapak), dan alur-alur sungai, saat itu terjadi perubahan kuantitas dan kualitas air serta ketersediaan makanan dari ekstrim menjadi lebih baik bagi ikan-ikan di setiap habitat di lingkungan Danau Melintang termasuk ikan betok. Lingkungan Danau Melintang dan sekitarnya (meliputi sungai Rebak Rinding dan rawa banjiran sekitar) merupakan salah satu tipe ekologi lahan basah (wet land) yang berada di Daerah Mahakam Tengah (DMT). Daerah ini dicirikan oleh fluktuasi air antara musim kemarau dan penghujan yang sangat bervariasi sepanjang tahun. Habitat di sekitar Danau Melintang terdiri dari daerah lotik, yaitu alur sungai (rivers channel) baik yang besar maupun yang kecil; daerah lentik yaitu daerah rawa, dan danau atau genangan yang semi permanen maupun permanen. Lingkungan Danau Melintang bertipe paparan banjir.
B. Alat dan bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian kali ini meliputi, Timbangan Digital, Tissue, Penggaris, Pinset, Gunting Bedah, Kertas Label, Alat Tulis, Plastik, dan Ikan betok (Anabas testudineus Bloch) sebagai sampel penelitian. Pada Tabel 1 berikut ditampilkan kegunaan alat dan bahan.
Tabel 1. Alat dan Bahan No 1. 2. 3.
Alat dan Bahan Timbangan digital Tissue Penggaris dengan ketelitian 0,05 cm
Kegunaan Mengukur bobot ikan Membersihkan sampel ikan Mengukur panjang tubuh sampel ikan
4.
Pinset dan gunting bedah
5. 6. 7.
Kertas label dan alat tulis Plastik Ikan betok (Anabas testudineus Bloch)
Sebagai alat bantu dalam menghitung karakter morfometrikmeristik serta menggunting insang Menandai dan menomori ikan Sebagai alas sampel ikan Sampel penelitian
C. Metode Kerja C.1. Pengambilan contoh ikan Penangkapan ikan menggunakan keblat dan gill net pada daerah Rawa (stasiun 1), daerah Sungai Rebak Rinding (stasiun 2) menggunakan tangkul, sedangkan daerah Danau Melintang (stasiun 3) digunakan alat tangkap gill net. Berikut dijelaskan deskripsi masing-masing alat tangkap: 1) Jaring Insang (Gill Net) Jaring insang (gill net) adalah alat penangkapan ikan berbentuk lembaran jaring empat persegi panjang, yang mempunyai ukuran mata jaring merata. Lembaran jaring dilengkapi dengan sejumlah pelampung pada tali ris atas dan sejumlah pemberat pada tali ris bawah. Ada beberapa gill net yang mempunyai penguat bawah (srampat/selvedge) terbuat dari saran sebagai pengganti pemberat. Pengoperasiannya dipasang tegak lurus di dalam perairan dan menghadang arah gerakan ikan. Ikan tertangkap dengan cara terjerat insangnya pada mata jaring atau dengan cara terpuntal pada tubuh jaring. Satuan jaring insang menggunakan satuan pis jaring (piece). Satu unit gill net terdiri dari beberapa pis jaring (Sistem Informasi Statistik Perikanan Tangkap (SISKA) Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Departemen Kelautan dan Perikanan RI, 2007 dalam www.dkp.go.id) 2) Tangkul (Portable Lift Net) Alat ini biasa digunakan pada perairan Sungai/Danau dan Lebak (Rawa Banjiran). Bahan yang digunakan tangsi tapi ada juga Nylon dengan Mesh Size ½ “, 1”, 1½”, pinggiran dengan ris tali Nylon no. 500 dan bambu sebagai galah tempat mengaitnya Tangkul, sehingga Tangkul dapat dinaikkan atau diturunkan pada perairan (Husnah, et al., 2006). Tangkul biasanya dioperasikan oleh perempuan. Tangkul hanya dioperasikan pada
bagian
pinggir
perairan
yang
relatif
tenang
arusnya.
Tangkul
ditenggelamkan biasanya ±150 cm dari permukaan air, ditunggu beberapa saat sampai terlihat sudah ada ikan yang mengumpul pada areal tangkul, kemudian dengan galah bambu tangkul diangkat. 3) Keblat (Trap Net) Alat menggunakan bahan kayu/bambu (tonggak) sebagai penguat dan waring net atau hampang sebagai arat (untuk memanen ikan) serta tumbuhan air dan ranting kayu sebagai rumpon. Ukurannya bervariasi, panjang antara 5 – 40
meter dan lebar antara 3 – 5 meter pemasangan memanjang sepanjang Sungai/Lebak (Rawa Banjiran) (Husnah, et al., 2006). Keblat biasanya digunakan di sungai dan lebak. Kayu atau bambu (tonggak dan pembatas) terlebih dahulu dipasang sedangkan rumpon diapungkan pada areal penangkapan. Keblat dibiarkan selama minimal sebulan. Saat penangkapan waring atau ampang dibentang sehingga menutupi areal penangkapan. Waring digeser sedikit demi sedikit (diarat) ke arah pinggir untuk mempersempit areal agar dapat membersihkan rumpun, baru setelah itu penangkapan dilakukan. Pada Gambar 3, 4, dan 5 Berikut ditampilkan ketiga jenis alat tangkap yang digunakan.
Gambar 3. Tangkul (Portable Lift Net) (Sumber: www.multiply.com)
Gambar 4. Keblat (Trap Net) (Sumber: Husnah, et al., 2006)
Gambar 5. Gill Net (Sumber: www.ebay.com)
Sampel ikan yang ditangkap lalu diawetkan menggunakan formalin 10% dan dimasukkan ke dalam toples atau plastik pembungkus. Kemudian sampel ikan dianalisa di Laboratorium Ekobiologi Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB. C.2. Penentuan ciri morfometrik - meristik Karakter morfometrik yang diukur dan karakter meristik yang dihitung (Priyanie, 2006 dan Julita, 2006) masing-masing disajikan pada Tabel 2 dan 3. Tabel 2. Karakter morfometrik
No. 1.
Karakter morfometrik Panjang total
2.
Panjang baku
3.
Panjang kepala
4. 5.
Panjang di depan sirip dorsal Panjang batang ekor
6.
Panjang hidung
7.
11.
Panjang ruang antar mata Panjang kepala di belakang mata Panjang kepala di depan mata Panjang antara mata dengan preoperculum Panjang rahang atas
12.
Panjang rahang bawah
13.
Panjang dasar sirip dorsal Panjang dasar jari-jari keras sirip dorsal
8. 9. 10.
14.
Penjelasan Jarak antara ujung bagian kepala terdepan dengan ujung sirip caudal yang paling belakang Jarak antara ujung bagian kepala yang paling depan dengan pelipatan pangkal sirip caudal Jarak antara ujung terdepan dari hidung hingga ujung terbelakang dari keping tutup insang Jarak antara ujung hidung (antara bibir) hingga ke pangkal jari-jari pertama sirip dorsal Jarak miring antara ujung dasar sirip dengan pangkal jari-jari tengah sirip caudal Jarak antara pinggiran terdepan hidung dengan sisi terdepan rongga mata Jarak antara pinggiran dari kedua rongga mata Jarak antara pinggiran belakang dari ronga mata sampai pinggir belakang selaput keping tutup insang Jarak antara pinggiran depan dari rongga mata sampai bagian terdepan dari kepala Jarak antara sisi rongga mata dengan sudut preoperculum Diukur dari ujung terdepan sampai ujung terbelakang tulang rahang atas Diukur dari ujung terdepan sampai pinggiran terbelakang pelipatan rahang Jarak antara pangkal jari-jari pertama dengan tempat selaput sirip di belakang jari-jari terkhir Jarak antara pangkal jari-jari keras pertama sampai jari-jari keras terakhir sirip dorsal yang diukur melalui dasar sirip
15.
Panjang dasar jari-jari lemah sirip dorsal
Jarak antara pangkal jari-jari lemah pertama sampai jari-jari lemah terakhir sirip dorsal yang diukur melalui dasar sirip
16.
Panjang dasar sirip anal
17.
Panjang jari-jari keras sirip anal
Jarak antara pangkal jari-jari pertama dengan tempat selaput sirip di belakang jari-jari terkhir Jarak antara pangkal jari-jari keras pertama sampai jari-jari keras terakhir sirip anal yang diukur melalui dasar sirip
18.
Panjang jari-jari lemah sirip anal
19.
Panjang sirip pektoral
20.
Panjang sirip ventral
21.
Tinggi di bawah mata
22.
Tinggi badan
23.
Tinggi batang ekor
Jarak antara pangkal jari-jari lemah pertama sampai jari-jari lemah terakhir sirip anal yang diukur melalui dasar sirip Jarak antara pangkal sirip hingga ujung terpanjang dari sirip pektoral Jarak antara pangkal sirip hingga ujung terpanjang dari sirip ventral Jarak kecil antara pinggiran bawah rongga mata dengan rahang atas Diukur pada bagian ventral tertinggi antara bagian dorsal dengan bagian ventral Diukur pada bagian batang ekor pada tempat yang terendah
Tabel 2. Lanjutan 24.
Tinggi kepala
25.
Tinggi pipi
26.
Tinggi sirip dorsal
27.
Tinggi sirip anal
28. 29.
Lebar badan Lebar kepala
30. 31.
Lebar mata Lebar bukaan mulut
32.
Panjang dasar jari-jari keras sirip ventral
33.
Panjang dasar jari-jari lemah sirip ventral
Panjang garis tegak antara pertengahan pangkal kepala dengan pertengahan kepala sebelah bawah Jarak tegak antara rongga mata dan pinggiran bagian depan pre operculum Jarak tegak yang tertinggi antara pangkal sampai ujung sirip dorsal Jarak tegak yang tertinggi antara pangkal sampai ujung sirip anal Jarak lurus terbesar antara kedua sisi badan Jarak lurus terbesar antara kedua keping tutup insang pada kedua sisi kepala Panjang garis tengah rongga mata (diameter) Jarak antara kedua sudut mulut jika mulut dibuka selebar-lebarnya Jarak antara pangkal jari-jari keras pertama sampai jari-jari keras terakhir sirip ventral yang diukur melalui dasar sirip Jarak antara pangkal jari-jari lemah pertama sampai jari-jari lemah terakhir sirip ventral yang diukur melalui dasar sirip
Tabel 3. Karakter meristik No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Karakter meristik Jumlah jari-jari sirip dorsal Jumlah jari-jari sirip anal Jumlah jari-jari sirip ventral Jumlah jari-jari sirip pektoral Jumlah jari-jari sirip caudal Jumlah sisik pada garis rusuk (LL) Jumlah sisik di atas garis rusuk (LL) Jumlah sisik di bawah garis rusuk Jumlah sisik di muka sirip dorsal Jumlah sisik pada pipi Jumlah sisik sekeliling badan Jumlah sisik sekeliling batang ekor
Penjelasan Jumlah jari-jari keras dan lemah sirip dorsal Jumlah jari-jari keras dan lemah sirip anal Jumlah jari-jari keras dan lemah sirip ventral Jumlah jari-jari sirip pektoral Jumlah jari-jari sirip caudal Sisik di belakang tutup insang sampai pada permulaan pangkal ekor Sisik pada permulaan sirip punggung miring ke bawah sampai ke garis rusuk Sisik pada pada permulaan sirip dubur miring ke atas ke depan sampai ke garis rusuk Semua sisik yang dilalui oleh garis yang ditarik dari permulaan sirip dorsal sampai ke belakang kepala Jumlah baris sisik yang dilalui oleh garis yang ditarik dari mata sampai ke sudut preoperculum Jumlah semua sisik yang dilalui oleh garis sekelilng badan, tepat didepan sirip dorsal Jumlah sisik yang dilalui oleh garis sekeliling batang ekor
D. Analisis data D.1. Analisis komponen utama Metode untuk menghitung perbedaan karakter morfometrik dari tiga populasi menggunakan analisis data yang dinamakan Analisis Komponen Utama (AKU). Ciri morfometrik yang diukur dari 3 buah populasi terdiri dari 33 karakter, dengan menggunakan AKU. Dimensi pengukurannya direduksi dengan mencari nilai komponen utama minimal 2 komponen. Teknik analisis multivarian ini digunakan untuk menganalisis data morfometrik yang telah ditransformasi. Pada prinsipnya Analisis Komponen Utama menggunakan pengukuran jarak Euclidean (jumlah kuadrat perbedaan antara individu untuk variabel yang berkoresponden pada data) (Lebart, et al., 1988 dalam Rachmawati 1995). Jarak Euclidean diperoleh berdasarkan rumus : p
d (i, i’) = ∑ (Xij-Xi’j) 2
j=i
Keterangan : i,i‟ = 2 baris j = indeks kolom (bervariasi dari 1 sampai P) Tahapan dasar dalam AKU adalah mentransformasikan P karakter asal menjadi P karakter baru (komponen utama) yang berdimensi lebih kecil daripada dimensi karakter asal (Karson, 1982; Kerlinger, 1990 dalam Rachmawati 1995). Selanjutnya mencari indeks yang disebut komponen utama ke-1 atau sumbu utama ke-1 yang menunjukkan ragam individu maksimum. Kemudian dicari komponen utama atau sumbu ke-2 dengan syarat berkorelasi nihil dengan yang pertama dan memiliki ragam individu terbesar setelah komponen utama ke-1. proses ini berlanjut hingga memperoleh komponen utama ke-j. Dalam notasi matriks model komponen utama dituliskan sebagai berikut : Y=AX dimana X adalah vektor karakter asal dan A adalah matriks transformasi terhada karakter asal, sehingga diperoleh komponen utama Y. Matriks data berukuran P x N yang diperoleh dari pengukuran terhadap P karakter (X1, X2, ....., Xp) dari contoh berukuran N individu adalah sebagai berikut:
X=
X11 X12 … X1p X21 X22 … X2p . . . . . . Xn1 Xn2 … Xnp
Matriks S yang merupakan penduga tak bias bagi ragam data tersebut adalah : S = 1/N-1 (I – (1/N)E) X’ Dimana E adalah matriks berukuran N x N. Matriks ragam peragam S mempunyai akar ciri – akar ciri
1≥
2
≥......≥
p
dan mempunyai vektor ciri – vektor ciri a1, a2, ..., ap yang berbeda sesuai dengan akar cirinya. Komponen utama pertama merupakan kombinasi linier terbobot karakter asal yang menerangkan keragaman data terbesar : Y1 = a11X1 + a21X2 + ...+ ap1Xp = a1’X Vektor pembobot a1‟ adalah akar ciri orogonal yang dipilih, sehingga keragaman komponen utama pertama menjadi maksimum. Komponen utama kedua adalah kombinasi linear terbobot karakter asal yang berkorelasi nihil dengan komponen utama pertama dan memaksimumkan sisa keragaman data setelah diterangkan oleh komponen utama pertama, yaitu : Y2 = a12X1 + a22X2 + ... + ap2Xp = a2’X Vektor pembobot a2‟ adalah vektor ciri ortogonal yang dipilih, sehingga keragaman komponen utama kedua maksimum dan bebas terhadap a1‟ dari komponen utama pertama. Demikian selanjutnya hingga komponen utama ke-j yang dapat ditulis sebagai berikut : Yj = a1jX1 + a2jX2 + ... + apjXp Vektor pembobot aj‟ dipilih sehingga : S2Yj = aj’Saj Bernilai maksimum dengan syarat : aj’aj = 1 untuk j = 1, 2, ..., P ai’aj = 0 untuk i ≠ j sehingga Yi dan Yj berkorelasi nihil. Sebelumnya
untuk
menghilangkan
pengaruh
satuan
pengukuran,
karakter-karakter morfometrik tersebut ditransformasi kedalam bentuk karakter baku Z. Selanjutnya komponen utama dapat diturunkan dari matriks korelasi R. Untuk melihat hasil analisis dapat menggunakan program Excel stat dan Minitab (Doherty dan McCarthy, 2004). Adapun Langkah penggunaan software ini kita memasukkan data 34 karakter morfometrik ikan pada kolom C pada worksheet
program minitab. Selanjutnya masukkan semua data ukuran morfometrik ikan yang diperoleh dari semua stasiun, masuk pada tool stat pilih (klik) multivariate, setelah itu pilih Principal Component. Blok semua data yang ada kemudian pilih select. Pada bagian graph, klik semua komponen grafik yang ingin di tampilkan. Lalu pilih kolom C tertentu untuk menyimpan hasil data eigenvalue dan PC apakah 2, 3 atau lebih, lalu klik OK. Apabila ditemukan koefisien komponen memiliki tanda yang sama (positif semua atau negatif semua) hal ini mengindikasikan adanya variasi ukuran dan apabila ditemukan komponen memiliki kedua-duanya tanda positif dan negatif ini menunjukkan adanya indikasi variasi bentuk dari ikan (Doherty dan McCarthy, 2004). D.2. Analisa karakter meristik Untuk menganalisis karakter meristik digunakan analisa perbandingan dengan membandingkan karakter meristik yang sudah ada dalam literatur atau penelitian
sebelumnya
dengan karakter
meristik
yang
dihitung.
Teknik
perbandingan yang digunakan adalah membandingkan jumlah dan kisaran jumlah karakter meristik ketiga unit populasi yang dihitung dengan kisaran meristik dari literatur. Dari hasil perbandingan akan terlihat jarak kisaran ukuran karakter meristik yang dihitung dengan literatur. Literatur yang digunakan adalah dari Talwar dan Jhingran (1991) dalam www.aquaworld.netfirms.com, Bloch (1792) dan Kottelat, et al., (1993).
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Dinamika habitat dan komposisi tangkapan ikan betok Hasil tangkapan ikan betok menunjukkan jumlah terbanyak pada bulan desember dengan jumlah 161 ekor dengan proporsi terbesar diberikan oleh stasiun 1 (rawa) sebanyak 78 ekor dan terkecil stasiun 2 (sungai). Dari sisi ukuran, rata-rata panjang tertinggi untuk ikan betok mencapai 14.67 cm juga diperoleh pada bulan desember dari stasiun 2 (sungai) (tabel 4). Diduga hal ini terjadi karena tinggi muka air yang maksimal pada musim penghujan terjadi pada bulan desember, hal ini juga didukung data tinggi muka air dari penelitian Mustakim (2008). Saat musim penghujan ikan mengadakan ruaya secara lateral dari danau, sungai (lubuk), dan lebung menuju ke paparan banjiran mengikuti pola pergerakan air (Utomo & Asyari 1999; Welcomme, 1979 dalam Utomo dan Samuel, 2005). Berdasarkan penelitian dari Mustakim (2008) pada bulan desember ikan betok banyak yang matang gonad. Hal ini dikarenakan paparan banjiran berupa rawa (lebak, hutan dan rawa) merupakan daerah pemijahan bagi beberapa jenis ikan. Ikan sepat siam, betok, tembakang, mengadakan pemijahan di rawa lebak yang banyak vegetasi kumpe (graminae). Vegetasi rawa berfungsi sebagai tempat mencari makan. Pakan alami yang tersedia adalah perifiton (yang menempel pada daun, batang, dan ranting), molusca, dan serangga air yang banyak terdapat pada serasah daun. Menurut Hoedemann, 1969 dalam http://aquaworld.netfirms.com, habitat utama ikan betok ketika dewasa yaitu perairan yang berarus kecil, persawahan, dan rawa (kolam berlumpur-muddy pools). Sampel ikan yang tertangkap di perairan rawa memiliki jumlah yang lebih banyak dan ukuran yang cenderung lebih besar dan variatif dibanding dua stasiun lainnya ketika bulan November (tinggi muka air belum maksimal), akan tetapi ketika bulan desember (tinggi muka air maksimal) jumlah ikan yang tertangkap di ketiga stasiun hampir sebanding jumlah dan ukurannya. Dari komposisi hasil tangkapan selama penelitian diketahui perairan rawa merupakan habitat utama ikan betok. Ikan betok tergolong omnivora yang cenderung karnivor (sehingga keberadaan serangga air mendukung proses makan sehingga ikan beruaya. Hal ini sesuai dengan pengamatan Jayaram (1981), Talwar dan Jhingran (1991) dalam www.nis.gsmfc.org dan Mustakim (2008) terhadap kebiasaan makan ikan
betok. Pada tabel 4 berikut ditampilkan komposisi tangkapan ikan betok pada bulan november sampai januari.
Tabel 4. Komposisi tangkapan ikan betok Waktu Stasiun Rata-rata panjang ± Standar deviasi panjang (cm) November
Desember
Januari
Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3
11.1253 ± 13.4154 ± 11.8512 ± 12.6859 ± 14.6758 ± 13.3228 ± 12.2183 ± 12.7500 ± 11.7190 ±
1.6598 2.5588 1.8968 1.8320 1.9557 1.7764 1.1023 1.5926 1.3789
Jumlah Ikan (ekor) 75 26 40 78 31 50 60 20 42
Pada perairan rawa banjiran, di DAS Mahakam Tengah termasuk Danau Melintang dan Sungai Rebak Rinding, tinggi air (volume air) meningkat pada bulan desember dan diketahui berfluktuatif pada bulan-bulan selanjutnya. Menurut Nizar (2005) pada perairan rawa banjiran, fluktuasi tinggi air (volume air) dalam setahun sangat besar. Pada musim hujan, air meluap menutupi permukaan lahan yang luas sedangkan pada musim kemarau, volume air kecil, hanya sungai utama, cekungan tanah (lebung), dan sungai mati (oxbow lake) yang masih berair. Pada saat ini, terjadi penurunan pH perairan (air bersifat masam) sehingga ikan yang tinggal di perairan tersebut hanya jenis ikan tertentu yang tahan terhadap pH dan kadar oksigen terlarut yang rendah. Menurut LIPI (2004) dalam Mustakim (2008) Lingkungan Danau Melintang merupakan salah satu tipe ekologi lahan basah (wet land) yang berada di Daerah Mahakam Tengah (DMT). Daerah tersebut mempunyai ekosistem yang sangat beragam, baik secara spasial maupun temporal. Sebagai bagian dari ekosistem sungai, daerah ini dicirikan oleh fluktuasi air antara musim kemarau dan penghujan yang sangat bervariasi sepanjang tahun. Habitat yang ada di sekitar Danau Melintang terdiri dari daerah lotik, yaitu alur sungai (rivers channel) baik yang besar maupun yang kecil; daerah lentik yaitu daerah rawa, dan danau atau genangan yang semi permanen maupun permanen. Lingkungan Danau Melintang bertipe paparan banjir. Pada saat musim penghujan luas paparan banjir tersebut mencapai 165.800 ha dengan kedalaman maksimum
sekitar 6,5 m serta fluktuasi permukaan tahunan mencapai 4,5 m (UNMUL, 2006 dalam Mustakim, 2008). B. Karakter morfometrik ikan betok Berdasarkan hasil Analisis Komponen Utama. Melalui transformasi terhadap 33 karakter asal diperoleh 33 komponen utama. Dari 33 komponen diambil dua komponen utama yang dapat mewakili informasi kekerabatan ikan betok di ketiga stasiun hal ini dilihat dari ragam kumulatif yang besar pada kedua komponen utama. Dari dua Komponen Utama yang digunakan diperoleh ragam kumulatif karakter morfometrik ikan betok di perairan Mahakam Tengah sebesar 80% diberikan oleh komponen utama ke-1: 73,8% dan komponen utama ke-2: 6,2% (tabel 5). Hasil ini merupakan ekstraksi dari 33 komponen karakter morfometrik yang diukur. Ikan betok yang diteliti pada penelitian kali ini terdiri dari 88 ekor dari rawa (Stasiun 1), 35 ekor dari sungai (Stasiun 2), dan danau (Stasiun 3) 49 ekor yang diambil pada bulan november dan desember. Menurut Doherty and McCarthy 2004, apabila ditemukan komponen koefisiennya memiliki tanda yang sama (positif semua atau negatif semua) hal ini mengindikasikan adanya variasi ukuran dan apabila ditemukan komponen memiliki kedua-duanya tanda positif dan negatif ini menunjukkan adanya indikasi variasi bentuk dari ikan. Merujuk pada teori ini, pada komponen utama pertama diperoleh koefisien yang bertanda negatif secara keseluruhan hal ini menunjukkan adanya variasi ukuran dari ikan yang diukur pada ketiga stasiun. Hal ini dibuktikan oleh variasi ukuran ikan yang diukur, untuk stasiun 1 (rawa) pada bulan November (maksimal 14,5 cm, minimal 9,2 cm) dan Desember (maksimal 17.4 cm, minimal 8.6 cm), untuk stasiun 2 (sungai) bulan November (maksimal 15,4 cm, minimal 10,7 cm ) dan Desember (maksimal 14.5 cm, minimal 10,5 cm), untuk stasiun 3 (danau) bulan November (maksimal 14.3 cm, minimal 9.6 cm) dan bulan Desember (maksimal 15.4 cm, minimal 10.6 cm). Pada komponen utama pertama juga diperoleh hasil bahwa ikan betok yang terdapat pada perairan sungai, danau, dan rawa ini tidak memiliki variasi bentuk melihat dari semua koefisiennya bertanda negatif. Hasil penelitian oleh Doherty dan McCarthy tahun 2004, menunjukkan metode yang sama dan hasil sesuai untuk jenis ikan yang berbeda. Persentase ragam pada komponen utama
pertama hanya menunjukkan adanya variasi ukuran bukan perbedaan bentuk dari ikan betok
Tabel 5. Komponen utama pertama dan komponen utama kedua Karakter Morfometrik PT PB PK PDPNSD PBE PH PRAM PKBM PKDM PAMP PRA PRB PDSD PDJKSD PDJLSD PDSA PJKSA PJLSA PSP PSV TBM TB TBE TK TP TSD TSA LB LK LM LBM PDJKSV PDJLSV Eigenvalue
PC1 -0.200 -0.200 -0.197 -0.198 -0.188 -0.147 -0.153 -0.182 -0.147 -0.186 -0.168 -0.167 -0.199 -0.195 -0.156 -0.193 -0.180 -0.148 -0.190 -0.193 -0.150 -0.185 -0.194 -0.172 -0.073 -0.188 -0.172 -0.190 -0.196 -0.148 -0.172 -0.076 -0.159 24.345
PC2 -0.069 -0.064 -0.102 -0.024 -0.079 -0.109 0.165 -0.085 0.303)* -0.066 0.289)* 0.289)* -0.059 -0.046 -0.091 -0.049 0.046 -0.196 -0.075 -0.077 0.121 -0.047 -0.027 0.231 0.587)* -0.124 0.060 0.055 -0.024 0.212 -0.113 -0.069 -0.307)* 2.058
Cumulative
0.738
0.800
Proportion
0.738
0.062
Ket: )* = yang memberikan pengaruh keragaman morfometrik.
Pada komponen utama kedua diperoleh ragam kumulatif sebesar 6,2% disini terlihat ada sebagian kecil variabel dari komponen utamanya yang bertanda positif dengan dominasi variabel bertanda negatif. Hal ini menunjukkan adanya
kemungkinan ikan di ketiga jenis perairan juga memiliki keragaman bentuk, akan tetapi karena jumlah persentase kecil, sehingga tidak memberikan pengaruh yang signifikan untuk membuktikan bahwa ikan yang diteliti memiliki perbedaan bentuk. Panjang kepala di depan mata, panjang rahang atas, panjang rahang bawah, tinggi pipi, panjang dasar jari-jari lemah sirip ventral menunjukkan korelasi yang besar terhadap keragaman bentuk (Tabel 5 dan Gambar 7). Diduga hal ini terjadi karena faktor ketelitian alat ukur berupa penggaris, nilai pengukuran akan lebih teliti jika menggunakan Jangka Sorong.
Tabel 6. keragaman fenotip tiap karakter di ketiga stasiun Simpangan Karakter Morfometrik Rata - Rata Baku PT 12.1326 1.5768 PB 9.5041 1.2701 PK 3.1680 0.3726 PDepanSD 3.5823 0.4527 PBE 1.2026 0.1883 PH 0.3669 0.0640 PRAM 0.7401 0.0571 PKBM 2.0953 0.3213 PKDM 0.5028 0.0655 PAMP 1.3113 0.1859 PRA 0.7863 0.1003 PRB 0.6875 0.1010 PDSD 5.6177 0.8143 PDJKSD 4.4948 0.6888 PDJLSD 1.1230 0.1801 PDSA 3.7971 0.5115 PJKSA 2.4637 0.3730 PJLSA 1.3334 0.2161 PSP 2.4026 0.2775 PSV 1.8596 0.2390 TBM 0.2823 0.0480 TB 3.1157 0.4816 TBE 1.4055 0.1966 TK 2.1730 0.2555 TP 0.5424 0.0875 TSD 1.1927 0.1899 TSA 0.8872 0.1623 LB 1.6076 0.2349 LK 1.9108 0.2400 LM 0.6462 0.0595 LBM 0.7529 0.1052 PDJKSV 0.1465 0.1486 PDJLSV 0.7535 0.1273 Ket =)# menunjukkan keragaman fenotipe yang tinggi )* menunjukkan keragaman fenotipe yang rendah
Keragaman Fenotip 2.4864 )# 1.6131 0.1389 0.2050 0.0340 0.0041 0.0033 0.1032 0.0043 0.0346 0.0101 0.0102 0.6631 0.4690 0.0324 0.2616 0.1391 0.0467 0.0770 0.0571 0.0023 )* 0.2319 0.0386 0.0653 0.0077 0.0361 0.0264 0.0552 0.0576 0.0035 0.0111 0.0221 0.0162
Disamping itu pada gambar 6, tidak terlihat adanya pengelompokan pada ikan betok di stasiun 1, 2, dan 3. semua titik menyebar secara acak pada sumbu koordinat hal ini menunjukkan ikan pada ketiga stasiun identik (sama)/seragam dan tidak menunjukkan adanya perbedaan bentuk. Karakter morfologi ikan dapat digunakan untuk identifikasi jenis ikan akan tetapi pembatas utama dari karakter morfologi dalam tingkat intra species adalah variasi fenotip yang tidak selalu tepat dibawah kontrol genetik tapi dipengaruhi oleh perubahan lingkungan. Lingkungan mempengaruhi variasi fenotip ikan (Turan, 1998). Pada tabel Keragaman fenotip tiap karakter menunjukkan nilai tertinggi pada variabel panjang total (PT) dengan nilai 2,4864 dan tinggi dibawah mata (TBM) dengan keragaman terendah (0,0023). Dari nilai keragaman fenotip yang diperoleh diketahui bahwa perbedaan habitat tidak mempengaruhi karakter morfologi ikan betok secara umum, hal ini ditunjukkan nilai keragaman fenotip yang tergolong rendah. Pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa perbedaan habitat tidak mempengaruhi karakter fenotip ikan betok. Diduga karena lokasi stasiun yang berdekatan sehingga ketika musim hujan yang juga merupakan musim puncak pemijahan, dimana tinggi muka air di ketiga stasiun meningkat maksimal sehingga terjadi percampuran (mix) antara ikan yang ada di sungai, danau, dan rawa. Pada perairan rawa banjiran pengaruh fluktuasi air mempengaruhi habitat betok. Pergerakan ikan mengikuti paparan banjiran menyebabkan percampuran ikan di ketiga habitat (rawa, sungai, dan danau). Kesamaan karakter morfometrik menunjukkan ikan betok di DAS mahakam tengah adalah unit populasi yang sama. Bentang alam yang memisahkan ikan di tiga stasiun bersifat musiman sehingga tidak memberikan pengaruh nyata terhadap bentuk morfologi ikan betok. Pada rawa banjiran fluktuasi tinggi air (volume air) dalam setahun sangat besar. Pada musim hujan, air meluap menutupi permukaan lahan yang luas sedangkan pada musim kemarau, volume air kecil, hanya sungai utama, cekungan tanah (lebung), dan sungai mati (oxbow lake) yang masih berair (Nizar, 2005). Pada Gambar 6 dan 7 dibawah ini ditampilkan hasil analisis penyebaran individu dan korelasi karakter morfometrik di ketiga stasiun.
Gambar 6. Grafik Analisis Komponen Utama, penyebaran individu dari data morfometrik ikan betok di DAS Mahakam Tengah. Rawa (n=88),Sungai (n=35),Danau (n=49) pada bulan November - Desember 2008
korelasi antar karakter morfometrik TP
komponen kedua
0.50
PJKSA PKDM TBM
0.25
TSA PDJKSV
PRA PRB TK PBE PDPNSD TBE
0.00
PDSA PB LK PSPTSD LB PTPK PDJKSD PDSD PSV PAMP PKBM TB LBM
PDJLSD PH LM PRAM
-0.25
PDJLSV
PJLSA
-0.50 -0.20
-0.15
-0.10
-0.05
0.00
komponen pertama
Gambar 7. Grafik Analisis Komponen Utama, korelasi antar karakter morfometrik dari data morfometrik ikan betok di DAS Mahakam Tengah Rawa (n=88),Sungai (n=35),Danau (n=49) pada bulan November - Desember 2008
C. Karakter meristik Kisaran karakter meristik yang dihitung pada ketiga stasiun menunjukkan nilai yang sama. Pada tabel 6 berikut di tampilkan karakter meristik yang dihitung.
Tabel 7. kisaran karakter meristik yang dihitung. No.
Karakter meristik
Kisaran Stasiun 1 (Rawa)
Kisaran Stasiun 2 (Sungai)
Kisaran Stasiun 3 (Danau)
Kottelat
Talwar &
(1995) &
Jhingran
Bloch
1991
(1792) 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10. 11.
12.
Jumlah jarijari sirip dorsal Jumlah jarijari sirip anal Jumlah jarijari sirip ventral Jumlah jarijari sirip pektoral Jumlah jarijari sirip caudal Jumlah sisik pada garis rusuk (LL) Jumlah sisik di atas garis rusuk (LL) Jumlah sisik di bawah garis rusuk Jumlah sisik di muka sirip dorsal Jumlah sisik pada pipi Jumlah sisik sekeliling badan Jumlah sisik sekeliling batang ekor
DXV-XIX.
DXVI-XVIII.
7-9
8-10
AIX-XI.
AVIII-XI.
8-12
9-11
VI.5
VI.5
-
P14–15
P14–15
P14-16
P14-15
16
16
16
-
-
30
30
30
26 - 31
-
4
4
4
-
-
10
10
10
-
-
5–6
5–6
5–6
-
-
77 – 88
77 – 88
77 – 88
-
-
32
32
32
-
-
34
34
34
-
-
DXVII.8-9
DXVII.8-9
DXVII.8-9
AXI.9-10
AXI.9-10
AXI,9-10
VI.5
VI.5
P14–15
Penghitungan karakter meristik berupa jumlah jari – jari sirip dorsal (D) pada Ikan di ketiga stasiun menunjukkan kisaran hasil yang sama yaitu 26 sampai 27 buah dengan 18 jari – jari keras dan 8 – 9 jari-jari lemah hal ini mendekati rumus umum sirip dorsal menurut kottelat 1995, DXV-XIX. 7-9 dan Talwar and Jhingran, 1991, DXVI-XVIII. 8-10. Untuk jumlah jari – jari sirip anal memiliki jumlah yang sama untuk ikan di ketiga stasiun yaitu berkisar antara 20 – 21 buah dengan jumlah jari – jari sirip keras 11 buah untuk jari – jari lemah berkisar antara 9 -10 buah. Berdasarkan literatur dari Kottelat, 1995, AIX-XI. 8-12 dan Talwar and Jhingran, 1991, AVIIIXI. 9-11. Untuk jumlah sirip pektoral terhitung jumlahnya berkisar antara 14 sampai 15 buah untuk ketiga stasiun yang ada, hal ini juga identik dengan literatur dari Talwar and Jhingran, 1991 yang menyatakan bahwa jumlah sirip pektoral sebesar 14 – 15 buah. Untuk karakter meristik yang lain, Jumlah jari-jari sirip ventral 6 buah, jumlah jari – jari sirip caudal 16 – 17 buah, jumlah sisik pada garis rusuk (LL) 30 buah, jumlah sisik di atas garis rusuk 4 buah, jumlah sisik dibawah garis rusuk 10 buah, jumlah sisik di muka sirip dorsal 5 – 6 buah, Jumlah sisik pada pipi 77 – 88 buah, Jumlah sisik sekeliling badan 32 buah, dan Jumlah sisik sekeliling batang ekor 34 buah. Hasil yang didapat dari ketiga stasiun menunjukkan kesamaan jumlah karakter meristik pada ikan betok. Adapun meristik adalah ciri yang berkaitan dengan jumlah bagian tubuh dari ikan, misalnya jumlah sisik pada garis rusuk, jumlah jari-jari keras dan lemah pada sirip punggung (Affandi et al., 1992). data yang dihasilkan dari ciri meristik bersifat discrete data (Turan, 1998). Hasil analisis perbandingan karakter meristik menunjukkan jumlah dan kisaran jumlah karakter meristik menunjukkan nilai yang sama pada ketiga stasiun hal ini juga diperkuat dengan perbandingan dengan literatur dari Kottelat, 1995 dan Talwar and Jhingran, 1991. Identifikasi karakter meristik ini menguatkan dugaan bahwa ikan betok pada ketiga stasiun adalah unit populasi yang sama. D. Pengelolaan sumberdaya ikan betok Hasil penelitian menunjukkan ikan betok pada ketiga habitat adalah satu unit populasi maka diperlukan pola manajemen yang terintegrasi antara habitat rawa, sungai, dan danau. Hal ini dikarenakan apabila terjadi tangkap lebih
terhadap ikan betok pada salah satu habitat akan menurunkan jumlah stok ikan betok pada habitat yang lain. Menurut Mustakim (2008) diketahui hasil tangkapan ikan betok terjadi kecenderungan penurunan sehingga kedepannya diperlukan upaya pengelolaan. Adanya mobilitas ruaya ikan betok yang mengikuti fluktuasi air musiman pada habitat
rawa
banjiran
memerlukan
pengelolaan
secara
terpadu
yang
memperhatikan aspek ekobiologi dari ikan betok dengan tetap memperhatikan keberadaan komunitas ikan lain yang terdapat pada DAS Mahakam Tengah. Hasil identifikasi karakter morfologi ikan betok pada ketiga stasiun yang menunjukkan kesamaan unit populasi memerlukan penanganan pada skala habitat secara integral baik rawa, sungai maupun danau dalam jangka panjang. Jenis alat tangkap yang menghadang ruaya ikan, cara operasinya memotong sungai terbukti membahayakan kelestarian sumberdaya perikanan terutama untuk jenis ikan yang beruaya (Utomo dan Samuel, 2005). Pengaturan alat tersebut dengan cara tidak dioperasikan memotong sungai secara penuh, pembatasan jumlah alat tangkap, atau pelarangan alat tangkap tersebut perlu dilakukan. Adanya aktivitas tangkap yang berlebihan dapat menjadi penyebab kepunahan spesies ikan. Faktor ancaman terhadap biodiversitas ikan meliputi tangkap lebih ikan, introduksi spesies baru, pencemaran, habitat yang hilang dan berubah, dan perubahan iklim (akibat pemanasan global) (Rahardjo, 2007) Menurut Mustakim (2008) Langkah yang dikedepankan untuk dapat melakukan pengelolaan sumberdaya ikan betok adalah sebagai berikut: (1) Pembatasan upaya penangkapan, (2) Pengaturan ukuran ikan yang boleh ditangkap, (3) Pengaturan musim penangkapan, dan (4) Pengaturan lokasi penangkapan (Mustakim, 2008). Hal ini sesuai dengan Peraturan pengelolaan sumberdaya ikan di Indonesia tertuang dalam UU No. 31 tahun 2004 tentang perikanan. Undang-undang ini sudah sesuai dengan prinsip-prinsip CCRF (Code of Conduct of Responsible Fisheries) yaitu pada Bab IV pasal 6-24 (Nizar, 2005). Upaya pengelolaan ini perlu melibatkan pemegang otoritas kebijakan perikanan di Kalimantan Timur dan pemerintahan setempat. Upaya pengelolaan dapat dilakukan dengan membuat daerah reservaat perikanan yang terintegrasi antara ketiga tipe habitat yang berbeda di DAS Mahakam Tengah. Keberadaan kawasan ini diharapkan dapat menjaga kestabilan jumlah ikan dan menjamin keberadaan populasi efektif. Menurut Nizar (2005) Suaka perikanan sebaiknya mempunyai empat bagian , yaitu daerah inti
(zona suaka), daerah penyangga, daerah usaha, dan daerah bebas. Daerah suaka hanya dapat dilakukan penangkapan untuk keperluan yang sifatnya khusus sedangkan daerah bebas dapat dilakukan penangkapan oleh nelayan. Disamping itu dalam hal manajemen perikanan di wilayah mahakam tengah, informasi ilmiah terkait identifikasi stok ikan betok diperlukan agar tidak terjadi kesalahan introduksi spesies dalam pengelolaan stok.
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Komposisi hasil tangkapan ikan betok terbanyak di bulan desember dan paling sedikit pada bulan januari. Tinggi muka air diketahui mempengaruhi jumlah tangkapan. Tinggi muka air maksimal pada bulan desember. Proporsi jumlah tangkapan terbesar diperoleh pada stasiun rawa yang merupakan habitat alami ikan betok. Berdasarkan
hasil
Analisis
Komponen
Utama
terhadap
karakter
morfometrik dan meristik menunjukkan bahwa Ikan betok pada ketiga stasiun (rawa, sungai, dan danau) di Daerah Aliran Sungai Mahakam Tengah terdiri dari satu unit populasi. Perbedaan habitat (lingkungan) tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap karakter morfometrik dan meristik ikan betok.
B. Saran
Perlu dilakukan studi lain diantaranya penghitungan karakter meristik organ dalam antara lain jumlah helai tapis insang dan ruas tulang punggung, serta analisis enzim/protein hingga tingkat molekuler (DNA) untuk melihat perbedaan dari sisi genetik. Disamping itu juga perlu diadakan studi lanjut yang lebih intensif untuk meneliti spesies ikan betok di perairan lain mengingat memang ada dua jenis ikan betok yang sudah diidentifikasi di wilayah Asia dan adanya dugaan peneliti bahwa di Indonesia ada kemungkinan ditemukan lebih dari satu spesies ikan betok. Rekomendasi pengelolaan kawasan habitat ikan betok harus terintegrasi dan mencakup kawasan rawa, sungai, dan danau sebagai habitat ikan. Pengelolaan kawasan dapat dilakukan dengan cara membangun kawasan reservaat yang mencakup ketiga habitat.
IV.
DAFTAR PUSTAKA
Affandi, R dan U.M. Tang. 2002. Fisiologi Hewan Air. Unri Press. 213 hlm. Affandi, R, S.S. Djadja, M.F. Rahardjo, Sulistiono. 1992. Iktiologi, suatu pedoman kerja laboratorium. IPB. 344 hlm. Departemen Kelautan dan Perikanan Tahun 2005. Laporan Statistik Kelautan dan Perikanan Tahun 2005. Doherty, D and T.K. Mccarthy. 2004. Morphometric and Meristic Characteristics Analyses of Two Western Irish Populations of Arctic char, Salvelinus alpinus (l.). Jurnal of Biology and Environment: Proceedings of The Royal Irish Academy, Vol. 104b, No. 1. hlm 75-85. Husnah, Sidarta G, Syarifah N, and D, Emmy. 2006. Jenis Cara Operasi dan Penyebaran Beberapa Alat Tangkap Ikan Di Perairan Sungai Musi, Sumatera Selatan. Pusat Riset Perikanan Tangkap: Badan Riset Kelautan dan Perikanan. 53 hlm. Julita N. 2006 Ciri Morfometrik Meristik dan Pertumbuhan Ikan Kakap Laut Dalam (Panakol Bedug) Aprion Virescens, Valenciennes Di Perairan Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat [skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan. 57 hlm. Kottelat,M, S.N. Kartikasari, J.W .Anthony, and W. Soetikno. 1993. Freshwater Fishes Of Western Indonesia and Sulawesi. Periplus Editions Limited Press. 293 hlm. Mustakim, M. 2008. Kajian Kebiasaan Makanan Dan Kaitannya Dengan Aspek Reproduksi Ikan Betok (Anabas testudineus, Bloch) Pada Habitat Yang Berbeda Di Lingkungan Danau Melintang Kutai Kartanegara Kalimantan Timur [Tesis]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan. 115 hlm. Nizar, M. 2005. Evaluasi sistem pengelolaan lelang lebak lebung di Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan [skripsi].FPIK IPB. 104 hlm. Ondara. 1993. Pemanfaatan dan pengelolaan perikanan perairan lebak lebung. Prosiding Puslitbangkan No. 26/1993. Jakarta: Balitbang Deptan. Priyanie, M.M. 2006. Pertumbuhan dan Karakter Morfometrik – Meristik Ikan Kurisi (Pristipomoides filamentosus, Valenciennes 1830) Di Perairan Laut Dalam Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat [skripsi]. Bogor : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan. 52 hlm. Rachamawati, R. 1995. Karakter Morfologis Beberapa Varietas Ikan Gurame, Osphronemus goramy, Lacepede [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan. 102 hlm.
Rahadjo, M.F. 2007. Lampu Merah Biodiversitas Ikan Di Perairan Tawar Indonesia. Fakultas Pertanian UGM. 10 hlm.
Saanin, H. 1954. Kuntji Untuk Determinasi Ikan Jilid I. Vorkink-Bandung. 290 hlm. Saanin, H. 1968. Taksonomi dan Kuntji Identifikasi Ikan. Binacipta. 256 hlm. Sterba, G. 1969. Freshwater Fishes of The World. The Pet Library, Ltd. New York. Fourth Edition. 877 hlm. Turan, C. 1999. A Note on The Examination of Morphometric Differentiation Among Fish Population: the Truss System. Journal of Zoology Vol. 23. hlm 259-263.
Utomo, A.D and Samuel. 2005. Status Keragaman Ikan Di Perairan Umum. Prosiding Forum Perairan Umum Indonesia. BRKP-DKP. 465 hlm. www.aquaworld.netfirms.com/Labyrinthfish/Anabas/Anabas_testudineus.htm www.dkp.go.id www.ebay.com www.multiply.com www.nis.gsmfc.org/nis_factsheet.php?toc_id=58
"Anabantidae". FishBase. Ed. Ranier Froese and Daniel Pauly. September 2004 version. N.p.: FishBase, 2004.
lampiran
Lampiran 1. Eigenanalysis dari matrix korelasi Eigenanalysis of the Correlation Matrix Eigenvalue
24.345
2.058
0.941
0.746
0.658
0.536
0.462
0.414 0.370
Proportion
0.738
0.062
0.029
0.023
0.020
0.016
0.014
0.013 0.011
Cumulative
0.738
0.800
0.829
0.851
0.871
0.887
0.901
0.914 0.925
Eigenvalue
0.337
0.315
0.251
0.211
0.183
0.168
0.155
0.123
0.117
Proportion
0.010
0.010
0.008
0.006
0.006
0.005
0.005
0.004
0.004
Cumulative
0.935
0.945
0.953
0.959
0.964
0.970
0.974
0.978
0.981
Eigenvalue
0.109
0.103
0.072
0.067
0.060
0.048
0.046
0.034
0.028
Proportion
0.003
0.003
0.002
0.002
0.002
0.001
0.001
0.001
0.001
Cumulative
0.985
0.988
0.990
0.992
0.994
0.995
0.997
0.998
0.999
Eigenvalue
0.023
0.013
0.005
0.004
0.000
-0.000
Proportion
0.001
0.000
0.000
0.000
0.000
-0.000
Cumulative
0.999
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
Lampiran 2. Nilai 33 komponen yang dihitung Variable
PC1
PC2
PC3
PC4
PC5
PC6
PC7
PC8
PT
-0.200
-0.069
0.021
-0.006
0.085
0.027
0.012
0.005
PB
-0.200
-0.064
0.020
0.007
0.083
0.032
-0.005
0.001
PK
-0.197
-0.102
0.024
0.009
0.033
-0.044
0.030
-0.040
PDPNSD
-0.198
-0.024
0.039
0.052
0.025
-0.026
0.019
0.013
PBE
-0.184
-0.079
0.043
0.115
0.151
-0.007
0.021
0.075
PH
-0.147
-0.109
-0.045
0.043
-0.498
0.436
0.500
0.105
PRAM
-0.153
0.165
0.278
-0.481
-0.204
-0.059
-0.015
-0.188
PKBM
-0.182
-0.085
-0.027
0.083
0.030
0.030
-0.150
0.042
PKDM
-0.147
0.303
-0.068
0.136
-0.151
-0.040
-0.153
0.080
PAMP
-0.186
-0.066
0.032
-0.057
0.056
-0.075
-0.151
-0.151
PRA
-0.168
0.289
-0.143
0.138
-0.092
-0.024
-0.130
-0.076
PRB
-0.167
0.289
-0.146
0.155
-0.076
-0.033
-0.119
-0.075
PDSD
-0.199
-0.059
0.015
-0.040
0.103
0.062
-0.018
-0.013
PDJKSD
-0.195
-0.046
0.054
-0.094
0.155
-0.041
0.022
0.131
PDJLSD
-0.156
-0.091
-0.140
0.178
-0.124
0.439
-0.166
-0.557
PDSA
-0.193
-0.049
-0.004
-0.035
0.039
0.121
0.011
0.142
PJKSA
-0.180
0.046
-0.036
0.009
0.326
0.147
0.341
0.014
PJLSA
-0.148
-0.196
0.053
-0.099
-0.470
0.031
-0.564
0.312
PSP
-0.190
-0.075
-0.019
0.021
-0.009
-0.029
0.087
0.120
PSV
-0.193
-0.077
0.031
0.068
-0.007
-0.049
0.107
-0.021
TBM
-0.150
0.121
0.127
0.254
-0.184
-0.587
0.148
-0.338
TB
-0.185
-0.047
0.017
-0.097
0.080
-0.092
-0.006
-0.080
TBE
-0.194
-0.027
-0.011
0.089
0.064
0.070
-0.020
0.117
TK
-0.172
0.231
-0.016
-0.021
0.228
0.154
-0.115
-0.013
TP
-0.073
0.587
-0.059
0.051
-0.061
0.176
0.064
0.074
TSD
-0.184
-0.124
-0.002
0.198
-0.036
-0.197
0.069
0.133
TSA
-0.172
0.060
-0.043
0.198
-0.046
-0.158
0.099
0.474
LB
-0.190
0.055
0.005
-0.075
0.099
0.020
-0.051
-0.058
LK
-0.196
-0.024
-0.008
-0.018
0.072
0.023
-0.066
-0.081
LM
-0.148
0.212
0.290
-0.489
-0.133
-0.042
0.199
0.035
LBM
-0.172
-0.113
0.004
-0.224
0.264
0.058
-0.174
0.003
PDJKSV
-0.076
-0.069
-0.851
-0.395
-0.086
-0.238
0.105
-0.032
PDJLSV
-0.159
-0.307
0.093
0.075
-0.194
-0.116
0.157
-0.220
PC9
PC10
PC11
PC12
PC13
PC14
PC15
PC16
PT
-0.026
0.016
0.004
0.012
-0.008
-0.019
0.022
-0.002
PB
-0.022
-0.003
0.002
-0.011
0.011
-0.026
0.017
0.015
PK
0.028
-0.028
0.026
-0.060
0.031
0.053
0.119
-0.000
PDPNSD
0.020
0.003
-0.002
-0.110
0.003
0.051
0.006
-0.009
PBE
0.065
0.205
-0.030
0.194
0.098
0.481
-0.331
-0.257
-0.252
-0.136
-0.138
0.015
-0.096
0.057
0.112
-0.268
0.229
0.033
-0.090
0.052
-0.139
-0.151
-0.015
0.221
Variable
PH PRAM
PKBM
0.205
-0.101
0.227
-0.213
0.120
-0.536
-0.022
-0.391
PKDM
-0.249
0.458
-0.553
-0.352
-0.010
-0.178
-0.107
-0.031
PAMP
-0.023
0.047
-0.154
-0.052
-0.254
0.383
0.195
0.066
PRA
0.068
-0.380
-0.224
0.251
0.140
-0.032
-0.058
0.037
PRB
0.072
-0.406
-0.222
0.283
0.124
-0.010
-0.030
0.042
PDSD
-0.031
0.004
0.004
-0.029
0.061
-0.060
0.011
0.062
PDJKSD
-0.132
-0.071
-0.015
-0.025
0.073
-0.074
-0.025
0.062
PDJLSD
0.363
0.288
0.072
-0.034
-0.002
0.008
0.143
0.044
PDSA
-0.146
0.173
0.087
0.285
0.110
-0.144
0.121
0.271
PJKSA
-0.095
0.198
-0.016
0.284
0.102
-0.226
0.131
0.309
PJLSA
-0.182
0.068
0.235
0.184
0.085
0.050
0.059
0.109
PSP
0.035
-0.191
0.123
-0.118
-0.149
-0.025
0.130
-0.094
PSV
0.163
-0.149
-0.017
-0.164
0.013
0.028
0.097
0.041
TBM
-0.257
0.195
0.256
0.209
-0.077
-0.094
0.232
-0.229
TB
-0.238
-0.242
0.007
-0.460
0.011
-0.019
0.046
0.238
TBE
-0.105
0.106
0.081
0.091
-0.011
-0.082
-0.131
0.058
TK
-0.127
0.064
0.192
-0.086
0.297
0.073
-0.187
-0.265
TP
-0.022
-0.005
0.488
-0.092
-0.398
0.095
-0.204
0.148
TSD
0.261
0.003
-0.096
0.052
0.066
0.033
-0.019
0.068
TSA
0.471
0.142
-0.007
-0.102
-0.194
0.060
0.103
0.103
LB
-0.114
-0.118
0.071
-0.131
0.108
0.318
0.217
0.003
LK
-0.122
-0.086
0.012
-0.079
-0.029
0.107
0.022
-0.004
LM
0.225
0.107
-0.020
0.017
0.310
0.072
-0.025
-0.242
-0.045
-0.054
-0.189
0.266
-0.615
-0.166
-0.092
-0.339
PDJKSV
0.022
0.116
0.081
-0.004
0.038
0.029
-0.054
-0.028
PDJLSV
-0.028
-0.061
0.048
-0.044
-0.042
-0.050
-0.712
0.237
PC17
PC18
PC19
PC20
PC21
PC22
PC23
PC24
PT
-0.089
0.036
0.028
0.070
0.128
0.125
0.120
0.006
PB
-0.102
0.054
0.042
0.045
0.104
0.180
0.148
-0.016
PK
-0.027
-0.117
0.089
-0.069
-0.060
0.123
0.219
-0.009
LBM
Variable
PDPNSD
-0.108
0.029
0.048
0.027
-0.018
0.340
0.232
0.210
PBE
-0.247
0.226
0.303
0.089
-0.286
-0.100
-0.013
-0.306
PH
-0.011
0.185
-0.040
-0.138
0.017
-0.013
0.011
0.012
PRAM
-0.411
0.384
-0.008
0.008
-0.012
-0.252
0.036
0.112
PKBM
-0.029
0.025
0.340
-0.375
-0.155
-0.172
0.004
0.024
PKDM
-0.015
-0.146
0.090
0.094
0.020
-0.128
-0.016
-0.033
PAMP
-0.120
-0.283
-0.095
-0.678
-0.066
-0.003
-0.035
0.026
PRA
0.013
-0.033
-0.010
0.014
-0.044
0.036
0.029
-0.023
PRB
0.016
-0.010
-0.002
-0.023
-0.115
0.049
0.054
-0.012
PDSD
-0.032
0.005
0.043
0.064
0.303
0.093
0.121
-0.237
PDJKSD
-0.070
-0.001
0.072
0.029
0.358
0.088
0.159
-0.250
PDJLSD
0.122
0.025
-0.080
0.180
0.012
0.087
-0.055
-0.120
PDSA
0.084
-0.076
0.004
-0.064
-0.135
-0.123
0.003
-0.067
PJKSA
0.078
-0.078
0.023
-0.112
-0.163
-0.169
0.002
-0.036
PJLSA
0.065
-0.045
-0.030
0.041
-0.038
0.001
0.004
-0.097
PSP
-0.343
-0.364
-0.264
0.326
-0.038
-0.330
-0.105
-0.146
PSV
-0.174
-0.345
0.034
0.222
-0.074
0.036
-0.094
-0.005
TBM
0.044
0.084
-0.062
0.065
-0.015
0.034
0.030
-0.035
TB
0.192
0.357
-0.104
0.018
-0.383
0.208
-0.253
-0.312
TBE
-0.260
0.001
0.020
0.089
-0.107
0.381
-0.441
0.549
TK
-0.042
0.121
-0.665
-0.116
0.056
-0.149
0.048
0.097
TP
0.023
-0.092
0.211
-0.085
0.122
0.054
-0.076
-0.155
TSD
0.104
0.184
-0.043
-0.173
0.499
-0.100
-0.566
-0.099
TSA
0.247
0.193
-0.225
0.035
-0.171
-0.001
0.303
0.121
LB
0.319
0.042
0.306
0.220
-0.008
-0.446
-0.103
0.366
LK
0.105
0.113
0.118
0.023
0.333
-0.042
0.244
0.259
LM
0.319
-0.310
0.017
0.013
-0.027
0.257
-0.125
-0.052
LBM
0.302
0.011
-0.081
0.151
-0.036
0.032
-0.096
-0.032
PDJKSV
-0.051
0.013
0.020
-0.003
0.014
0.021
0.005
0.016
PDJLSV
0.219
-0.200
-0.080
-0.044
-0.040
-0.163
0.132
0.114
Variable
PC25
PC26
PC27
PC28
PC29
PC30
PC31
PC32
PT
0.133
-0.044
0.013
0.000
-0.462
-0.239
-0.770
0.000
PB
0.126
-0.112
-0.020
-0.093
-0.700
0.198
0.545
0.000
PK
-0.284
0.061
0.444
0.736
0.007
0.048
0.038
-0.000
PDPNSD
-0.174
-0.368
0.449
-0.510
0.285
-0.034
-0.000
-0.000
PBE
-0.079
0.045
-0.077
-0.027
0.044
0.017
-0.003
0.000
PH
0.077
0.046
0.016
0.009
0.031
0.005
0.013
0.000
PRAM
0.016
0.052
0.070
0.032
0.034
-0.003
0.019
0.000
PKBM
0.029
-0.012
-0.073
-0.053
0.015
-0.000
-0.017
0.000
PKDM
-0.043
-0.007
0.037
0.031
-0.035
-0.027
0.009
0.000
PAMP
0.136
-0.052
-0.154
-0.059
0.016
0.023
-0.020
0.000
PRA
0.027
-0.007
-0.003
-0.022
0.030
0.682
-0.235
0.000
PRB
-0.006
-0.075
-0.077
0.060
-0.017
-0.652
0.197
-0.000
PDSD
0.272
-0.044
-0.124
0.086
0.279
-0.005
0.048
-0.601
PDJKSD
0.319
-0.033
-0.126
0.096
0.313
-0.005
0.055
0.505
PDJLSD
0.015
-0.074
-0.085
0.023
0.073
-0.003
0.006
0.133
PDSA
-0.096
0.038
0.039
-0.098
0.003
0.001
0.001
-0.463
PJKSA
-0.114
0.012
0.017
-0.098
0.011
0.011
0.001
0.337
PJLSA
-0.031
0.069
0.063
-0.062
-0.011
-0.017
0.001
0.195
PSP
-0.243
-0.393
-0.186
0.029
-0.002
0.019
-0.007
-0.000
PSV
0.152
0.715
0.176
-0.249
0.015
-0.056
0.047
0.000
TBM
0.078
0.033
-0.053
-0.015
0.035
0.012
0.012
0.000
-0.100
-0.001
-0.086
-0.014
-0.012
0.009
-0.039
0.000
TBE
0.101
-0.024
-0.237
0.235
0.117
0.029
0.022
-0.000
TK
0.053
0.152
0.168
0.006
0.000
-0.021
0.027
0.000
TP
-0.032
0.025
0.094
0.003
-0.044
-0.011
-0.004
-0.000
TSD
-0.175
-0.038
0.233
-0.035
-0.063
-0.027
0.016
-0.000
TSA
0.140
0.029
-0.185
0.071
0.044
0.031
-0.002
0.000
LB
0.307
-0.163
0.136
0.036
0.000
0.005
0.025
0.000
LK
-0.592
0.279
-0.432
-0.093
0.032
0.010
0.000
0.000
LM
-0.093
-0.087
-0.156
-0.013
-0.043
-0.003
-0.012
-0.000
TB
LBM
-0.001
0.072
0.147
-0.020
0.036
0.000
0.035
0.000
PDJKSV
0.016
0.018
0.020
-0.022
-0.002
-0.007
0.007
-0.000
PDJLSV
0.077
-0.069
-0.008
0.017
-0.017
-0.007
0.003
0.000
Variable PT PB PK PDPNSD PBE PH PRAM PKBM PKDM PAMP PRA PRB PDSD PDJKSD PDJLSD PSV
PC33 0.000 0.000 0.000 -0.000 -0.000 0.000 0.000 0.000 -0.000 0.000 0.000 -0.000 -0.456 0.384 0.101 -0.000
PDSA PJKSA PJLSA PSP TBM TB TBE TK TP TSD TSA LB LK LM LBM PDJKSV PDJLSV
0.609 -0.444 -0.257 -0.000 -0.000 -0.000 -0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 -0.000 -0.000 -0.000 0.000 -0.000
Lampiran 4. Skema karakter morfometrik pada bagian kepala
Lampiran 5. Skema karakter meristik pada lateral tubuh
Lampiran 6. Skema karakter meristik sisik pada kepala
Lampiran 7. Skema karakter meristik sirip pada bagian dorsal
Lampiran 10. Data mentah karakter morfometrik KMR
PT
PB
PK
PDPNSD
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 42 43 44 45 1 2 3 4 5
10.4 10.4 14.5 12.6 10.3 11.9 10.5 11.4 11.1 11.1 10.1 11.4 11.8 10.7 11.5 12.9 13.5 10.4 12 12.7 11.8 12.8 11 11.9 10.3 11 12.2 11 12.2 10.2 10 10.5 10.2 12.7 10.8 13.1 13.3 12.2 11.1 10.4 11.7 10.3 9.2 9.4 9.3 10.3 9.2 9.4 9.3 17.4 14.3 14.2 15.6 15.6
8.1 8.1 11.1 10.2 7.9 9.3 8.1 8.8 8.7 8.8 7.9 9 9.3 8.2 9 10.3 10 8.1 9.6 10 9.1 10.1 8.7 9.4 7.7 8.6 9.7 8.6 9.7 8 7.8 8 7.9 9.7 8.5 10.1 10.6 9.5 8.7 8.1 9.3 8.1 7.1 7.3 7.2 8.1 7.1 7.3 7.2 13.8 11.2 11.2 12.4 12.4
2.6 2.8 3.7 3.3 2.9 3 2.7 2.9 3 2.9 2.6 2.9 3.1 3 2.9 3.3 3.3 2.8 2.9 3.2 3 3.3 2.8 3 2.5 2.8 3.1 3 3.1 2.7 2.6 2.8 2.6 3 2.8 3.3 3.4 3.3 3.1 2.7 3.1 2.7 2.4 2.5 2.5 2.7 2.4 2.5 2.5 4.5 3.6 3.6 3.9 3.8
3.2 3.2 4.2 3.8 3.1 3.5 3.2 3.3 3.3 3.3 3 3.3 3.5 3.3 3.4 3.7 3.8 3.1 3.4 3.7 3.5 3.8 3.4 3.5 3 3.3 3.6 3.3 3.6 3.1 3 3.2 3 3.5 3.2 3.9 4 3.6 3.3 3 3.4 3.1 2.7 2.7 2.7 3.1 2.7 2.7 2.7 5 4.2 4.2 4.5 4.5
PBE 1.1 1.2 1.4 1.2 1.1 1.2 1 1 1.2 1.2 1 1.1 1.2 1 1.2 1.3 1.5 1 1.2 1.3 1.2 1.3 1.1 1.2 1 1 1.2 1.1 1.2 1 0.8 1 1 1.2 1.2 1.3 1.4 1.3 1.2 1 1.1 0.9 0.8 0.9 0.9 0.9 0.8 0.9 0.9 1.6 1.4 1.4 1.6 1.6
PH 0.2 0.2 0.5 0.3 0.2 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.2 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.4 0.3 0.4 0.4 0.3 0.4 0.4 0.3 0.3 0.4 0.4 0.4 0.4 0.3 0.3 0.3 0.3 0.4 0.4 0.4 0.4 0.3 0.3 0.3 0.4 0.3 0.2 0.3 0.3 0.3 0.2 0.3 0.3 0.5 0.4 0.4 0.4 0.4
PRAM 0.7 0.7 0.9 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7 0.8 0.7 0.7 0.8 0.8 0.7 0.75 0.8 0.8 0.7 0.8 0.8 0.7 0.7 0.7 0.8 0.65 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7 0.8 0.8 0.7 0.7 0.7 0.7 0.8 0.7 0.7 0.7 0.8 0.7 0.7 0.7 0.9 0.8 0.8 0.8 0.8
PKBM 1.6 1.8 2.5 3.5 1.8 2 1.8 2 1.9 1.9 1.7 2 2 1.8 1.9 2.2 2.2 1.8 2 2.2 2 2.2 1.8 2 1.7 1.8 2.1 1.9 2.1 1.7 1.6 1.8 1.7 2 1.9 2.25 2.3 2 2 1.7 2.1 1.7 1.6 1.5 1.5 1.7 1.6 1.5 1.5 3.05 2.5 2.5 2.6 2.6
PKDM 0.5 0.5 0.7 0.5 0.5 0.5 0.5 0.55 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.6 0.4 0.5 0.6 0.5 0.6 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.6 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.6 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.4 0.4 0.4 0.5 0.4 0.4 0.4 0.6 0.5 0.5 0.6 0.6
PAMP 1.2 1.2 1.5 1.3 1.2 1.2 1.2 1.2 1.2 1.2 1.1 1.2 1.3 1.2 1.2 1.3 1.3 1.2 1.3 1.3 1.2 1.3 1.2 1.2 1.2 1.2 1.2 1.2 1.2 1.1 1.2 1.2 1.2 1.2 1.1 1.3 1.4 1.2 1.2 1.2 1.2 1.1 1 1 1 1.1 1 1 1 2 1.5 1.5 1.6 1.6
PRA 0.8 0.7 1.1 0.9 0.7 0.8 0.8 0.8 0.8 0.8 0.7 0.8 0.8 0.8 0.8 0.9 0.9 0.8 0.8 0.8 0.8 0.9 0.8 0.8 0.7 0.8 0.8 0.8 0.8 0.8 0.7 0.7 0.7 0.8 0.8 0.8 0.9 0.8 0.8 0.7 0.8 0.8 0.7 0.6 0.6 0.8 0.7 0.6 0.6 1 0.8 0.8 0.9 0.9
PRB 0.7 0.6 1 0.8 0.6 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7 0.6 0.7 0.7 0.7 0.7 0.8 0.8 0.8 0.7 0.7 0.7 0.8 0.7 0.7 0.6 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7 0.6 0.6 0.6 0.7 0.7 0.7 0.8 0.7 0.7 0.6 0.7 0.7 0.6 0.5 0.5 0.7 0.6 0.5 0.5 0.9 0.7 0.7 0.8 0.8
PDSD 4.8 4.8 6.9 6 4.6 5.4 4.8 5.3 5.1 5.2 4.5 5.4 5.4 4.7 5.5 6.1 6.2 4.6 5.5 6 5.5 5.9 5.2 5.5 4.5 5 5.5 5.2 5.5 4.5 4.7 5.1 4.6 5.8 5.3 6.1 6.2 5.6 5 4.7 5.5 4.6 4.1 4.2 4.2 4.6 4.1 4.2 4.2 8.3 6.5 6.5 7.5 7.5
P
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39
15.9 16.5 15.4 13.5 13.9 15.3 14.7 13.6 13.7 14.1 13.3 12.3 12.6 12.2 13.1 10.6 10.7 11.2 11.3 10.6 11.1 11.6 11.4 11.5 11.5 9 8.6 9.3 9.9 10.8 10.2 10.4 10.6 12
KMS 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 1
PT 14.3 12.6 11.3 14.2 12.5 12.1 12.2 12.8 13.3 13 11.2 11.6 15.4 11.6 14.7 10.7 12 12.8 13.4
12.5 12.9 12.1 10.6 10.9 11.9 11.6 10.7 10.7 11 10.6 9.7 9.9 9.4 10.1 8.2 8.3 8.7 8.7 8.25 8.5 8.9 8.8 8.8 9.1 7.1 6.7 7.25 7.8 8.3 8 8.2 8.3 9.3
4 4.2 3.8 3.4 3.6 3.9 3.7 3.6 3.5 3.7 3.5 3.3 3.3 3.2 3.5 2.9 2.9 3 2.9 2.8 2.8 3.1 2.9 3 3 2.5 2.3 2.5 2.7 2.9 2.8 2.7 2.9 3.1
4.6 4.6 4.4 3.8 4 4.5 4.2 4 4 4 3.9 3.6 3.7 3.6 3.9 3.2 3.1 3.2 3.1 3.1 3.1 3.4 3.3 3.4 3.4 2.7 2.5 2.7 2.9 3.2 3.1 3.1 3.05 3.4
1.6 1.6 1.6 1.4 1.4 1.5 1.5 1.5 1.4 1.5 1.5 1.3 1.4 1.3 1.4 1.2 1.2 1.1 1.1 1.1 1.1 1.2 1.2 1.2 1.2 0.9 0.8 0.9 0.95 1.2 1 1 1 1.2
0.5 0.5 0.4 0.4 0.3 0.4 0.4 0.4 0.4 0.4 0.4 0.3 0.35 0.3 0.4 0.4 0.4 0.4 0.4 0.4 0.4 0.4 0.4 0.4 0.4 0.25 0.25 0.25 0.25 0.35 0.3 0.3 0.3 0.4
0.8 0.8 0.8 0.75 0.8 0.8 0.8 0.7 0.7 0.75 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7 0.6 0.6 0.6 0.6 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7
2.8 2.9 2.5 2.3 2.5 2.6 2.4 2.3 2.3 2.5 2.3 2.2 2.1 2.1 2.3 1.8 1.9 2 1.9 1.8 1.8 2.1 1.9 2 2 1.6 1.4 1.6 1.7 1.9 1.8 1.8 1.8 2.1
0.6 0.6 0.6 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.4 0.4 0.5 0.4 0.4 0.4 0.4 0.4 0.4 0.4 0.4 0.4 0.4 0.4 0.4 0.4 0.4 0.5 0.4 0.4 0.4 0.5
1.7 1.8 1.7 1.4 1.5 1.7 1.5 1.5 1.5 1.6 1.5 1.5 1.4 1.4 1.5 1.1 1.1 1.1 1.1 1.1 1.1 1.2 1.2 1.2 1.2 1 0.9 1 1.1 1.2 1.1 1.1 1.1 1.4
0.9 1 0.9 0.7 0.7 0.8 0.8 0.8 0.8 0.8 0.8 0.7 0.7 0.7 0.8 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6 0.7 0.7 0.7 0.7 0.6 0.6 0.6 0.6 0.65 0.65 0.65 0.65 0.8
0.8 0.9 0.8 0.6 0.6 0.7 0.7 0.8 0.7 0.7 0.7 0.6 0.6 0.6 0.7 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.6 0.6 0.6 0.6 0.5 0.5 0.5 0.5 0.55 0.55 0.55 0.55 0.7
7.6 7.9 7.4 6.4 6.7 7 6.9 6.15 6.4 6.6 6.2 5.8 5.7 5.7 6 4.8 4.8 5.1 5 5 5.1 5.2 5.3 5.3 5.3 4.1 3.9 4.1 4.5 4.8 4.5 4.7 4.9 5.5
PB
PK
PDPNSD
11.3 10.3 8.9 11.2 9.8 9.6 9.7 10 10.6 10.4 8.6 9.1 12.1 9.3 11.6 8.3 9.4 10.1 10.5
3.6 3.2 3 3.7 3.3 3.3 3.2 3.4 3.4 3.4 3 3 3.8 3.2 3.75 2.95 3.1 3.3 3.45
4 3.9 3.4 4.3 3.8 3.6 3.7 3.9 4.1 4 3.4 3.3 4.6 3.5 4.5 3.2 3.5 3.8 3.8
PBE 1.4 1.3 1.1 1.4 1.3 1.3 1.2 1.3 1.4 1.4 1.2 1.2 1.6 1.2 1.6 1 1.2 1.3 1.3
PH 0.4 0.4 0.4 0.4 0.4 0.4 0.4 0.4 0.4 0.4 0.3 0.4 0.4 0.3 0.5 0.3 0.35 0.4 0.4
PRAM 0.8 0.7 0.7 0.8 0.7 0.7 0.7 0.8 0.8 0.8 0.7 0.7 0.9 0.7 0.8 0.7 0.7 0.8 0.8
PKBM 2.4 2.1 2 2.3 2.1 2 2.1 2.2 2.3 2.3 2 2 2.5 2 2.6 1.8 2 2.2 2.3
PKDM 0.6 0.5 0.5 0.6 0.5 0.5 0.5 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6 0.7 0.5 0.7 0.45 0.49 0.6 0.5
PAMP 1.7 1.3 1.2 1.7 1.3 1.3 1.3 1.4 1.4 1.6 1.2 1.3 1.7 1.3 1.6 1.2 1.2 1.5 1.4
PRA 0.9 0.9 0.8 0.9 0.9 0.9 0.8 0.9 0.9 0.9 0.8 0.8 1 0.8 1 0.7 0.7 0.85 0.9
PRB 0.8 0.8 0.7 0.8 0.8 0.8 0.7 0.8 0.8 0.8 0.7 0.7 0.9 0.7 0.9 0.6 0.6 0.75 0.8
PDSD 6.9 5.9 5.2 6.8 5.9 5.5 5.6 6 6.2 6.3 5 5.4 7.2 5.5 6.8 4.8 5.35 6 6.3
P
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
12.75 10.5 12.6 13 11.8 12.7 13.7 12.45 13 12.1 12.4 12.7 12.1 14.3 14.5 12.7
KMD 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
PT 12.9 12.7 12.3 14.3 12.5 11.5 11.9 12.4 13.6 12.8 11.6 12.7 12.4 12.3 13.6 9.6 11.3 11.9 10.9 12.5 12.7 10.9 13.35 11.7 12.45 11.1 11.3 12.8 11.9 13.1 11.5 13.7 12.8 12.3 13.5 11.8 12.2
10.2 8.5 9.9 10.25 9.4 9.9 10.8 9.8 10.15 9.5 9.7 10 9.4 11.1 11.3 9.9
3.45 2.8 3.3 3.4 3 3.3 3.6 3.3 3.5 3.2 3.3 3.3 3.2 3.6 3.7 3.3
3.7 3.2 3.9 3.8 3.5 3.6 3.9 3.6 3.9 3.5 3.7 3.7 3.6 3.9 4 3.7
1.4 1 1.2 1.2 1 1.1 1.3 1.2 1.3 1.3 1.3 1.3 1.1 1.4 1.3 1.3
0.4 0.3 0.4 0.4 0.4 0.4 0.4 0.4 0.4 0.4 0.4 0.4 0.4 0.4 0.5 0.4
0.8 0.7 0.8 0.8 0.75 0.7 0.8 0.7 0.7 0.7 0.8 0.8 0.8 0.8 0.8 0.8
2.3 1.8 2.2 2.3 1.85 2.2 2.4 2.2 2.3 2.1 2.2 2.2 2.1 2.5 2.5 2.2
0.5 0.4 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.6 0.5
1.5 1.2 1.4 1.5 1.2 1.4 1.5 1.3 1.5 1.4 1.5 1.5 1.4 1.5 1.5 1.5
0.9 0.7 0.8 0.8 0.8 0.8 0.9 0.8 0.9 0.8 0.8 0.8 0.7 0.9 1 0.8
0.8 0.6 0.7 0.7 0.7 0.7 0.8 0.7 0.8 0.7 0.7 0.7 0.6 0.8 0.9 0.7
5.8 5 5.8 6.1 5.55 5.8 6.6 6 6.1 5.6 5.8 5.8 5.7 7.05 7 5.8
PB
PK
PDPNSD
10.1 10 9.6 11.3 9.8 8.8 9.6 9.8 10.6 10.1 9.2 9.9 9.7 9.65 10.7 7.3 8.8 9.6 8.5 9.8 10 8.5 10.4 9.15 9.9 8.7 8.9 10 9.2 10.3 9 11 10 9.6 10.5 9.2 9.7
3.5 3.4 3.2 3.6 3.2 3.1 3.2 3.2 3.6 3.2 3.15 3.2 3.2 3.2 3.5 2.7 2.95 3.1 2.9 3.3 3.4 3 3.4 3.1 3.25 2.95 3 3.4 3.3 3.4 3.1 3.5 3.3 3.4 3.5 3.2 3.3
3.9 3.9 3.6 4.3 3.7 3.6 3.7 3.7 4.2 3.7 3.65 3.7 3.9 3.65 4 3 3.45 3.5 3.4 3.7 3.8 3.4 3.85 3.5 3.8 3.4 3.4 3.8 3.4 4 3.4 4.2 3.7 3.8 4.1 3.5 3.6
PBE 1.3 1.3 1.2 1.4 1.2 1.1 1.2 1.2 1.35 1.2 1.15 1.2 1.2 1.1 1.4 0.85 1.1 1.2 1.1 1.4 1.3 1 1.3 1.15 1.2 1 1 1.2 1.1 1.2 1.1 1.4 1.2 1.2 1.3 1 1.2
PH 0.4 0.4 0.3 0.45 0.4 0.35 0.4 0.4 0.4 0.4 0.35 0.4 0.4 0.4 0.5 0.35 0.4 0.4 0.35 0.4 0.5 0.4 0.4 0.4 0.4 0.35 0.4 0.4 0.35 0.4 0.3 0.4 0.4 0.4 0.4 0.35 0.4
PRAM 0.8 0.8 0.7 0.8 0.8 0.7 0.7 0.7 0.8 0.75 0.7 0.75 0.75 0.7 0.8 0.6 0.75 0.75 0.7 0.75 0.75 0.7 0.8 0.75 0.75 0.75 0.7 0.8 0.75 0.8 0.75 0.8 0.8 0.8 0.8 0.8 0.8
PKBM 2.3 2.2 2.2 3.5 2.1 2 2.1 2.1 2.4 2.15 2.1 2.2 2.2 2.1 2.35 1.7 1.9 2 1.9 2.2 2.2 1.9 2.3 2 2.15 1.8 1.9 2.2 2.1 2.3 2 2.2 2.2 2.2 2.3 2.1 2.2
PKDM 0.5 0.5 0.5 0.6 0.5 0.5 0.5 0.5 0.6 0.5 0.5 0.5 0.5 0.6 0.6 0.4 0.5 0.5 0.45 0.55 0.6 0.5 0.55 0.5 0.6 0.5 0.55 0.5 0.4 0.5 0.5 0.6 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5
PAMP 1.4 1.3 1.3 1.4 1.2 1.2 1.2 1.2 1.4 1.3 1.2 1.3 1.3 1.2 1.3 0.85 1.25 1.3 1.2 1.45 1.5 1.3 1.5 1.4 1.45 1.25 1.3 1.5 1.3 1.4 1.2 1.5 1.4 1.4 1.5 1.3 1.4
PRA 0.9 0.85 0.85 0.9 0.85 0.75 0.85 0.8 0.9 0.8 0.7 0.8 0.8 0.8 0.85 0.6 0.7 0.8 0.75 0.85 0.85 0.7 0.9 0.7 0.85 0.7 0.7 0.9 0.7 0.9 0.7 0.8 0.9 0.8 0.8 0.7 0.8
PRB 0.8 0.75 0.75 0.8 0.75 0.65 0.75 0.7 0.8 0.7 0.6 0.7 0.7 0.7 0.75 0.5 0.6 0.7 0.65 0.75 0.75 0.6 0.8 0.6 0.75 0.6 0.6 0.8 0.6 0.8 0.6 0.7 0.8 0.7 0.7 0.6 0.7
PDSD 6.2 6 5.6 6.8 5.9 5.2 5.6 5.6 6.3 5.9 5.35 5.8 5.75 5.85 6.2 4.4 5.2 5.3 4.9 5.65 5.9 4.75 6.2 5.4 5.8 5.1 5.2 6.1 5.6 6.1 5.4 6.3 5.9 5.8 6.3 5.6 5.7
P
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
PSP 2 2 2.7 2.6 2 2.4 2.1 2.3 2.2 2.2 2 2.1 2.4 2.2 2.2 2.5 2.6 2.1 2.3 2.6 2.3 2.7 2.2 2.4 2 2.2 2.5 2.3 2.35 2.1 1.9 2.3 2 2.2 2.1 2.5 2.4 2.3
12.6 13.5 15.4 14.4 11.5 12.5 13.1 12 11.7 11 11.2 10.6
PSV 1.5 1.5 2.1 2 1.6 1.8 1.6 1.9 1.7 1.7 1.5 1.7 1.8 1.7 1.7 2 2 1.5 1.7 1.9 1.7 2 1.7 1.8 1.5 1.6 1.8 1.7 1.9 1.65 1.5 1.6 1.5 1.8 1.7 1.9 1.9 1.8
10 10.5 12 11.2 8.8 9.5 10.3 9.5 9.2 8.6 8.8 8.3
TBM 0.3 0.3 0.4 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3
3.3 3.5 4 3.7 3.2 3.2 3.4 3.2 3.2 3 2.9 2.8
TB 2.6 2.6 3.5 3.3 2.6 2.9 2.6 2.9 2.8 2.8 2.5 2.8 3 2.9 2.7 3.1 3 2.7 2.9 3.1 2.9 3.1 2.7 3.1 2.5 2.6 2.8 2.7 3 2.7 2.7 2.7 2.7 3 2.7 3.2 3.2 3
3.7 4.1 4.7 4.1 3.3 3.5 3.9 3.5 3.4 3.2 3.3 3
TBE 1.2 1.2 1.8 1.5 1.2 1.4 1.2 1.3 1.3 1.3 1.2 1.3 1.4 1.2 1.3 1.5 1.6 1.2 1.4 1.5 1.4 1.5 1.3 1.4 1.2 1.3 1.5 1.3 1.45 1.2 1.1 1.2 1.2 1.4 1.3 1.5 1.6 1.4
TK 2.1 2.2 2.7 2.5 2 2.3 2 2.1 2.2 2.2 2.1 2.2 2.3 2.1 2.3 2.4 2.5 2 2.2 2.5 2.25 2.3 2.3 2.2 2.1 2.1 2.4 2.3 2.3 2 2.1 2.3 2.2 2.3 2.2 2.4 2.5 2.4
1.2 1.4 1.5 1.4 1.1 1.2 1.2 1.2 1.1 0.9 1.1 0.9
0.4 0.4 0.5 0.45 0.3 0.4 0.4 0.4 0.3 0.4 0.3 0.3
TP 0.5 0.5 0.9 0.6 0.5 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6 0.5 0.6 0.6 0.5 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6 0.55 0.6 0.6 0.6 0.55 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6 0.7 0.6
TSD 1 1.1 1.4 1.3 1.1 1.1 1 1 1.1 1.1 1 1.1 1.1 1 1.1 1.2 1.4 1 1.1 1.3 1.1 1.3 1 1.2 0.95 1 1.1 1 1.1 1 0.8 0.9 1 1.2 1 1.2 1.3 1.1
0.8 0.8 0.9 0.8 0.75 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7
TSA 0.7 0.7 1.1 1 0.7 0.9 0.8 0.8 0.9 0.9 0.8 0.8 0.8 0.8 0.8 0.9 1 0.8 0.8 1 0.9 1 0.8 0.9 0.6 0.8 0.9 0.9 0.9 0.7 0.6 0.7 0.7 1 0.7 1 1 0.8
2.2 2.4 2.6 2.5 2 2.1 2.3 2.1 2.1 1.9 1.9 1.9
LB 1.5 1.4 1.9 1.6 1.4 1.5 1.4 1.4 1.5 1.4 1.3 1.5 1.5 1.4 1.6 1.7 1.9 1.4 1.6 1.5 1.5 1.7 1.5 1.5 1.4 1.5 1.7 1.5 1.5 1.5 1.4 1.5 1.4 1.8 1.6 1.8 1.8 1.8
0.5 0.5 0.6 0.6 0.5 0.4 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.4
LK 1.6 1.8 2.3 2 1.6 1.8 1.7 1.8 1.8 1.8 1.6 1.9 1.8 1.7 1.8 1.9 2.1 1.7 1.9 1.9 1.9 2.1 1.8 1.9 1.7 1.8 1.9 1.8 1.9 1.8 1.7 1.7 1.7 1.9 1.7 2 2.1 2
LM 0.6 0.6 0.8 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6 0.7 0.6 0.6 0.7 0.7 0.6 0.65 0.7 0.7 0.6 0.7 0.7 0.6 0.6 0.6 0.7 0.55 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6 0.7 0.6 0.7 0.7 0.8 0.8 0.7
1.4 1.5 1.7 1.6 1.2 1.3 1.4 1.3 1.3 1.2 1.2 1.1
0.8 0.9 1 0.9 0.7 0.75 0.9 0.8 0.7 0.7 0.7 0.65
LBM 0.7 0.7 1 0.8 0.7 0.8 0.7 0.7 0.7 0.7 0.6 0.7 0.7 0.6 0.75 0.7 0.8 0.7 0.8 0.7 0.7 0.8 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7 0.75 0.6 0.6 0.7 0.6 0.8 0.7 0.8 0.8 0.7
PDJKSV 0.1 0.1 0.3 0.2 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.15 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.15 0.1 0.1 0.1 0.1
0.7 0.8 0.9 0.8 0.6 0.65 0.8 0.7 0.6 0.6 0.6 0.55
6 6.1 7.15 6.8 5.4 5.45 6.2 5.3 5.4 5 5.3 4.8
PDJLSV 0.6 0.6 1 0.7 0.6 0.6 0.6 0.7 0.6 0.7 0.6 0.7 0.7 0.6 0.6 0.7 0.7 0.6 0.7 0.7 0.7 0.7 0.6 0.7 0.6 0.6 0.7 0.6 0.7 0.6 0.5 0.6 0.5 0.6 0.6 0.7 0.7 0.6
2.3 2 2.4 2 2 2 2 2 2 2 2 3.2 2.7 2.8 2.8 2.8 3 3.2 2.7 2.6 2.7 2.9 2.8 2.7 2.8 2.7 2.6 2.4 2.4 2.4 2.5 2.2 2.2 2.2 2.2 2.1 2.2 2.4 2.2 2.4 2.4 1.8 1.7 1.9 2 2.2 2.2 2.1 2.2 2.5
1.7 1.6 1.7 1.5 1.5 1.4 1.4 1.5 1.5 1.4 1.4 2.5 2.2 2.2 2.2 2.2 2.4 2.4 2.3 2 2.1 2.3 2.2 2.1 2 2.1 2 1.8 1.9 1.8 2 1.6 1.6 1.7 1.6 1.6 1.6 1.8 1.7 1.9 1.9 1.4 1.3 1.4 1.5 1.8 1.6 1.6 1.6 1.8
0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3
2.7 2.7 3 2.7 2.5 2.6 2.4 2.7 2.5 2.6 2.4 4.5 4.1 3.8 4.2 4.2 4 4.5 3.9 3.3 3.7 4 3.3 3.5 3.5 3.3 3.6 3.5 2.9 2.9 3.2 2.8 2.7 2.7 2.8 2.75 2.6 2.7 2.6 3 2.7 2.2 2.2 2.2 2.3 2.6 2.4 2.65 2.6 2.8
1.2 1.2 1.4 1.1 1.1 1.1 1.1 1.1 1.1 1.1 1.1 2 1.7 1.6 1.75 1.8 1.7 1.9 1.9 1.6 1.5 1.7 1.8 1.6 1.5 1.6 1.6 1.4 1.5 1.5 1.5 1.2 1.2 1.3 1.25 1.2 1.3 1.3 1.3 1.35 1.3 1.1 1 1 1.1 1.2 1.2 1.1 1.2 1.4
2.2 2.2 2.3 2.1 1.8 1.8 1.8 2.1 1.8 1.8 1.8 2.9 2.4 2.4 2.5 2.5 2.5 2.7 2.5 2.2 2.3 2.5 2.3 2.2 2.3 2.3 2.3 2.1 2.1 2.1 2.2 1.9 1.9 1.9 1.9 1.9 1.9 1.9 1.9 2 1.9 1.6 1.6 1.7 1.7 1.7 1.7 1.8 1.9 2
0.6 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.4 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.4 0.4 0.5 0.5 0.4 0.4 0.4 0.4 0.4 0.4 0.4 0.4 0.5 0.4 0.3 0.3 0.4 0.4 0.4 0.4 0.4 0.4 0.45
1 1 1.1 0.8 0.8 0.7 0.7 0.8 0.8 0.7 0.7 1.75 1.3 1.3 1.5 1.5 1.5 1.6 1.5 1.2 1.4 1.4 1.4 1.4 1.3 1.4 1.3 1.3 1.3 1.3 1.3 1 1 1.1 1.1 1.1 1.1 1.1 1.1 1.1 1.1 0.9 0.9 1 1 1.2 1.2 1.2 1.1 1.25
0.9 0.7 0.9 0.6 0.7 0.6 0.6 0.6 0.7 0.6 0.6 1.2 1.1 1.1 1.1 1.1 1.1 1.2 1.1 0.8 1.1 1.1 1 1.1 0.9 1.1 0.8 0.9 0.9 0.9 0.9 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7 0.6 0.6 0.7 0.7 0.9 0.9 0.9 0.8 0.9
1.5 1.4 1.6 1.4 1.3 1.3 1.2 1.4 1.3 1.3 1.2 2.2 1.8 1.9 2 2 2 2.2 2 1.8 1.9 2 1.9 1.8 1.8 1.9 1.9 1.7 1.6 1.5 1.7 1.4 1.3 1.3 1.3 1.3 1.3 1.3 1.3 1.4 1.4 1.1 1 1.1 1.2 1.4 1.2 1.3 1.3 1.5
1.8 1.6 1.9 1.7 1.5 1.5 1.4 1.7 1.5 1.5 1.4 2.8 2.1 2.1 2.4 2.4 2.4 2.6 2.4 2.1 2.1 2.3 2.2 2.1 2.1 2.2 2.3 2 1.9 1.9 2.1 1.7 1.7 1.7 1.7 1.7 1.7 1.7 1.7 1.9 1.7 1.4 1.3 1.5 1.6 1.7 1.6 1.7 1.7 1.8
0.7 0.7 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6 0.8 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7 0.65 0.7 0.7 0.7 0.6 0.6 0.65 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6 0.5 0.5 0.5 0.5 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6
0.8 0.7 0.8 0.7 0.7 0.6 0.6 0.7 0.7 0.6 0.6 1.2 0.9 0.9 1.05 1.05 1.1 1.1 1 0.8 0.85 1 1 0.8 0.8 0.9 0.8 0.8 0.8 0.8 0.8 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7 0.6 0.6 0.6 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7 0.8
0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.2 0.1 0.1 0.15 0.15 0.15 2 0.15 0.15 0.15 0.2 0.15 0.1 0.1 0.15 0.15 0.1 0.15 0.15 0.15 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.15
0.6 0.6 0.7 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 1.1 0.9 0.9 0.9 0.9 0.9 1 1 0.9 0.9 0.9 0.9 0.8 0.9 1 0.9 0.8 0.9 0.8 0.9 0.8 0.8 0.8 0.8 0.8 0.8 0.8 0.8 0.8 0.8 0.6 0.6 0.6 0.6 0.7 0.65 0.7 0.7 0.8
PSP 2.7 2.5 2.6
PSV 2.2 1.9 1.9
TBM 0.3 0.3 0.3
TB 3.8 3.3 2.8
TBE 1.7 1.5 1.3
TK 2.9 2.3 2.1
TP 0.7 0.7 0.6
TSD 1.4 1.3 1.2
TSA 1.1 1 1
LB 2 1.8 1.6
LK 2.3 2 1.8
LM 0.7 0.6 0.7
LBM 0.9 0.8 0.7
PDJKSV 0.2 0.2 0.2
PDJLSV 0.7 0.8 0.7
2.8 2.5 2.3 2.3 2.5 2.7 2.7 2.3 2.5 3 2.4 2.8 2.2 2.3 2.5 2.6 2.5 2.1 2.5 2.5 2.35 2.7 2.6 2.4 2.6 2.4 2.6 2.5 2.5 2.8 2.9 2.5
2.1 2 2 1.8 1.9 2.2 2.1 1.8 1.8 2.3 1.9 2.2 1.7 1.9 2 2.1 2 1.6 1.9 2 1.8 2 2.1 1.9 2.1 1.9 2 2 2 2.2 2.2 2
0.4 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.4 0.3 0.4 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.25 0.3 0.3 0.25 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.2 0.35 0.35 0.3
3.5 3.1 3 3.1 3.4 3.4 3.4 2.6 2.7 4.4 3 4.6 2.6 3.2 3.4 3.3 3.5 2.9 3.6 3.5 3.1 3.5 3.9 3.8 3.3 3.1 3.4 3.3 2.9 3.9 4 3.3
1.6 1.5 1.4 1.4 1.5 1.5 1.6 1.3 1.3 1.9 1.4 1.8 1.25 1.5 1.5 1.6 1.4 1.2 1.4 1.5 1.2 1.5 1.5 1.4 1.6 1.5 1.4 1.4 1.4 1.5 1.7 1.4
2.9 2.3 2.2 2.2 2.3 2.3 2.4 1.8 2 3 2.1 2.8 1.7 2.1 2.25 2.2 2.2 1.9 2.2 2.1 2.1 2.2 2.5 2.2 2.2 2.2 2.2 2.1 2.1 2.3 2.4 2.1
0.7 0.7 0.6 0.7 0.7 0.6 0.6 0.6 0.6 0.7 0.6 0.7 0.6 0.6 0.6 0.5 0.6 0.5 0.6 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.6 0.5 0.5 0.5 0.6 0.5
1.3 1.3 1.3 1.2 1.3 1.4 1.4 1.2 1.2 1.5 1.2 1.5 1.1 1.2 1.2 1.4 1.2 1 1.3 1.3 1.1 1.3 1.3 1.3 1.4 1.2 1.2 1.4 1.2 1.5 1.5 1.4
1.1 1 1 1 1 1.1 1.1 1 1 1.2 0.9 1.2 0.9 1 1 0.9 0.9 0.7 0.8 0.8 0.7 0.8 0.8 0.8 0.9 0.7 0.9 1 1 1.1 1.1 1
2 1.7 1.6 1.6 1.8 1.8 1.7 1.5 1.5 2.2 1.6 2.1 1.4 1.6 1.7 1.8 1.9 1.5 1.8 1.8 1.6 1.7 1.8 1.8 1.9 1.6 1.9 1.6 1.6 2 2 1.6
2.2 2 1.9 2 2 2.1 2 1.7 1.8 2.4 1.8 2.4 1.7 1.8 2 2.2 2.1 1.7 2 2 1.8 2 2.2 1.9 2.1 1.8 2.1 1.9 1.9 2.3 2.2 1.9
0.8 0.6 0.7 0.6 0.7 0.7 0.7 0.6 0.6 0.75 0.6 0.75 0.6 0.6 0.65 0.7 0.7 0.6 0.7 0.7 0.65 0.6 0.7 0.6 0.6 0.6 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7
0.8 0.7 0.6 0.6 0.7 0.8 0.8 0.7 0.7 0.9 0.7 0.9 0.7 0.7 0.7 0.8 0.8 0.6 0.8 0.8 0.7 0.8 0.8 0.7 0.8 0.75 0.8 0.8 0.75 0.9 0.9 0.8
0.2 0.2 0.2 0.2 0.2 0.2 0.2 0.2 0.2 0.2 0.2 0.2 0.1 0.1 0.15 0.2 0.15 0.1 0.2 0.2 0.15 0.2 0.2 0.15 0.2 0.1 0.15 0.15 0.1 0.2 0.2 0.15
0.7 0.7 0.9 0.8 0.8 0.8 0.8 0.7 0.7 1 0.7 1 0.6 0.7 0.7 0.75 0.8 0.7 0.8 0.8 0.9 0.8 0.8 0.8 0.9 0.8 0.75 0.9 0.8 1 0.8 0.9
PSP 2.7 2.5 2.5 2.7 2.4 2.3 2.5 2.5 2.8 2.5 2.4 2.6 2.55 2.5 2.6 2 2.3 2.5 2.3 2 2.5
PSV 2.1 2 1.9 2.1 1.9 1.8 2 1.9 2.1 2 1.9 2 2 1.9 2 1.6 1.7 1.9 1.7 1.9 2
TBM 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.4 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.35 0.2 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3
TB 3.8 3.3 3.2 3.6 3.1 2.8 3 3.15 3.5 2.8 3.15 3.2 3.4 3.85 3.5 2.6 2.9 3.2 2.8 2.8 3.4
TBE 1.6 1.5 1.4 1.8 1.5 1.3 1.4 1.45 1.6 1.5 1.4 1.5 1.4 1.45 1.6 1.15 1.3 1.4 1.25 1.4 1.55
TK 2.4 2.4 2.3 2.6 2.1 2.1 2.1 2.1 2.45 2.2 2.1 2.2 2.15 2.2 2.45 1.7 1.8 2.15 1.8 2.05 2.3
TP 0.6 0.6 0.6 0.7 0.6 0.5 0.5 0.6 0.65 0.6 0.5 0.6 0.6 0.5 0.6 0.4 0.5 0.5 0.5 0.5 0.6
TSD 1.4 1.4 1.35 1.5 1.2 1.1 1.3 1.3 1.4 1.3 1.1 1.3 1.3 1.2 1.4 1 1.1 1.2 1.1 1.35 1.35
TSA 1.1 1.1 1.1 1.2 0.9 0.9 1 0.95 1.2 1 0.9 1 1 0.9 1.2 0.7 0.8 0.9 0.8 1.1 1.1
LB 1.8 1.7 1.6 2 1.6 1.6 1.6 1.6 1.8 1.6 1.5 1.6 1.6 1.7 1.8 1.2 1.4 1.5 1.4 1.55 1.8
LK 2.1 1.9 1.9 2.2 1.9 1.8 1.9 2 2.2 1.9 1.8 1.9 2 2 2.1 1.55 1.8 1.85 1.75 1.9 2
LM 0.7 0.7 0.6 0.7 0.65 0.65 0.65 0.6 0.7 0.65 0.7 0.65 0.65 0.65 0.7 0.55 0.6 0.65 0.6 0.65 0.65
LBM 0.8 0.8 0.7 0.8 0.7 0.6 0.7 0.7 0.8 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7 0.8 0.5 0.7 0.75 0.7 0.7 0.75
PDJKSV 0.2 0.2 0.15 0.2 0.15 0.15 0.2 0.2 0.2 0.2 0.1 0.2 0.2 0.15 0.2 0.1 0.15 0.15 0.15 0.15 0.15
PDJLSV 0.8 0.8 0.7 0.9 0.7 0.7 0.8 0.8 0.95 0.8 0.75 0.8 0.8 0.85 0.85 0.6 0.7 0.8 0.7 0.75 0.75
2.3 2.6 2.3 2.4 2.1 2.1 2.5 2.3 2.6 2.2 2.6 2.6 2.5 2.7 2.4 2.6 2.5 2.6 3 2.8 2.2 2.6 2.6 2.4 2.4 2.2 2.1 2
1.8 2.1 1.7 1.8 1.65 1.65 2 1.9 2 1.8 2 2 2 2.2 1.9 2 2 2.2 2.3 2.3 1.8 1.9 2 1.9 1.8 1.7 1.8 1.5
0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.4 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.25 0.25 0.2
2.85 3.4 3 3.2 3 2.9 3.6 3.2 3.5 3 3.6 3.2 3.7 3.5 3.1 3.1 3.4 3.3 4 3.6 3 3.1 3.7 3.2 2.8 2.6 3.3 2.8
1.25 1.55 1.4 1.5 1.25 1.3 1.4 1.1 1.5 1.3 1.7 1.4 1.4 1.5 1.3 1.4 1.4 1.6 1.8 1.7 1.3 1.5 1.6 1.4 1.4 1.3 1.3 1.2
1.8 2.3 2.1 2.05 1.8 1.9 2.3 2.1 2.3 2 2.3 2.1 2.1 2.3 2 2.1 2.3 2.3 2.6 2.4 2 2.2 2.4 2.2 2.1 1.85 2.1 1.9
0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.6 0.5 0.6 0.5 0.6 0.5 0.5 0.6 0.5 0.5 0.6 0.5 0.6 0.6 0.5 0.5 0.6 0.4 0.5 0.4 0.5 0.4
1.1 1.35 1.2 1.3 1 1 1.2 1.2 1.4 1.1 1.4 1.3 1.3 1.4 1.2 1.2 1.2 1.3 1.5 1.4 1.1 1.3 1.3 1.2 1.1 1 1 0.9
0.8 1.1 0.9 0.8 0.8 0.8 0.9 0.8 1 0.7 1 1 1 1.1 0.8 0.8 0.8 0.9 1.2 1.1 0.7 0.9 0.9 0.75 0.8 0.7 0.7 0.6
1.5 1.75 1.5 1.5 1.5 1.4 1.8 1.6 1.7 1.6 1.7 1.8 1.7 1.8 1.5 1.7 1.9 1.7 2.1 1.8 1.6 1.6 1.6 1.6 1.4 1.4 1.5 1.5
1.7 2 1.8 1.95 1.8 1.8 2.1 1.9 2 1.8 2.2 2 2.1 2.1 1.85 2 2.2 2.1 2.4 2.2 1.8 1.9 2.1 1.9 1.8 1.8 1.8 1.7
0.65 0.7 0.6 0.65 0.6 0.65 0.7 0.65 0.7 0.65 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7 0.8 0.7 0.65 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6
0.7 0.8 0.75 0.7 0.7 0.7 0.8 0.7 0.8 0.7 0.8 0.8 0.8 0.8 0.7 0.8 0.8 0.8 1 0.9 0.7 0.8 0.8 0.7 0.7 0.7 0.8 0.7
0.15 0.2 0.15 0.15 0.15 0.15 0.2 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.2 0.1 0.2 0.1 0.1 0.2 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1
0.7 0.8 0.8 0.75 0.7 0.7 0.9 0.8 0.8 0.8 0.9 0.8 0.8 0.9 0.8 0.9 0.8 1 0.9 1 0.8 0.8 0.9 0.8 0.8 0.7 0.8 0.7
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Pemuda yang sangat biasa kelahiran Bima-NTB, bulan Juni 23 tahun silam ini bernama lengkap Helmy Akbar. Penulis merupakan anak ke-2 dari 3 bersaudara pasangan Husein dan Faridah. Menempuh studi tingkat dasar di SDN 05 Sila, studi dilanjutkan di SMPN 1 Bolo untuk tingkat menengah pertama, untuk tingkat menengah atas penulis bersekolah di SMAN 1 Bolo (Sekarang SMAN 2 Bima). Penulis menempuh Studi Tingkat Lanjut di IPB melalui jalur USMI pada tahun 2003 dan diterima di Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan IPB. Selama kuliah penulis aktif sebagai Staf Bidang Hubungan Luar Himasper (2003-2004), Asisten Luar Biasa untuk Mata Kuliah Avertebrata Air (2005), Kepala Mahasiswa Suku “Mbojo” -Wilayah Bima dan Dompudi Bogor (FKMBB) tahun 2004-2005, Divisi Kebijakan Politik dan Perikanan BEM FPIK (2004-2005), Badan Kerohanian Islam Mahasiswa IPB (BKIM-IPB) tahun 2006 sebagai Ketua Harian Internal Wilayah Kampus Darmaga, Majelis Ta‟lim Al Marjan FPIK (2004-2007) sebagai Ketua Umum tahun 2006-2007, pada tahun ini pula penulis menjadi salah satu inisiator sekaligus koordinator berdirinya Forum Dakwah Kampus Peduli Syariah (FDKPS) di IPB, penulis juga terlibat di Organisasi Kemahasiswaan
dan
Kepemudaan
(OKP)
sebagai
Ketua
Umum
Gerakan
Mahasiswa Pembebasan (GEMA Pembebasan) IPB tahun 2007-2008, suatu OKP yang
concern di bidang perjuangan politik, ideologi dan dakwah islam. Hingga
sekarang (2008) penulis aktif sebagai Pengurus Pusat Gerakan Mahasiswa Pembebasan di Jakarta. Seminar dan pelatihan dalam skala lokal, nasional, dan internasional yang pernah diikuti meliputi bidang perikanan, pertanian secara umum, pendidikan,
manajemen
organisasi,
jurnalistik
dan
kehumasan,
sosial
kemasyarakatan, politik, ideologi serta pemikiran islam. hal ini juga diikuti keterlibatan penulis sebagai jurnalis bidang Humas di Kantor Sekretariat Eksekutif Rektorat IPB tahun 2008. Bersama rekan-rekan seperjuangan di Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), penulis ikut berpartisipasi dalam kegiatan seminar, simposium, aksi damai skala nasional sebagai ‟respon konstruktif‟ terhadap kebijakan pemerintah yang cenderung sekuler, liberal, dan kapitalistik. Diantaranya Aksi Anti Pornografi-Pornoaksi, Pembubaran Ahmadiyah, BBM dan NAMRU 2. Penulis meraih gelar Sarjana Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB tahun 2008 dengan judul skripsi “Studi Karakter Morfometrik-Meristik Ikan Betok (Anabas testudineus Bloch) di DAS Mahakam Tengah Propinsi Kalimantan Timur”.(My)