MORFOMETRIK DAN MERISTIK IKAN PARANGPARANG (Chirocentrus dorab Forsskal, 1775) DI PERAIRAN BENGKALIS
SKRIPSI
Oleh: AL FAUZAN FITRIADI 0503112003
JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU 2013
MORFOMETRIK DAN MERISTIK IKAN PARANGPARANG (Chirocentrus dorab Forsskal, 1775) DI PERAIRAN BENGKALIS
SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Biologi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Oleh: AL FAUZAN FITRIADI 0503112003
JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU 2013
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
MORFOMETRIK DAN MERISTIK IKAN PARANG-PARANG (Chirocentrus dorab Forsskal, 1775) DI PERAIRAN BENGKALIS
Disetujui oleh: Pembimbing I
Pembimbing II
Yusfiati, M.Si Nip. 196807231997032001
Dr. Roza Elvyra, M.Si Nip. 197003051997022001
Diketahui oleh: Ketua Jurusan Biologi FMIPA Universitas Riau
Dr. rer. nat. Delita zul, M.Si NIP. 196807111993032003
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul ”Morfometrik dan Meristik Ikan Parang-parang (Chirocentrus dorab Forsskal, 1775) di Perairan Bengkalis” adalah benar hasil penelitian saya dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Pekanbaru, Januari 2013
Al Fauzan Fitriadi NIM. 0503112003
iii
MORPHOMETRIC AND MERISTIC OF PARANG-PARANG FISH (Chirocentrus dorab FORSSKAL, 1775) IN THE OCEAN OF BENGKALIS ABSTRACT The aim of this study is to determine the morphometric and meristic of Parangparang fish (Chirocentrus dorab) male and female in Bengkalis waters and also view the status of fish growth. The method used is survey method. The number of samples collected fish as much as 60 C. dorab consisting of 15 males with a range of 448-680 cm and 15 females with a range of 466-690 cm for Bengkalis Strait, and 15 males with a range of 365-581 cm and 15 females with a range of 370-590 cm for Malacca strait. The result of t test shows real different to male fish character is PSSA, TK, TB, TPE, PDSV, PM, JMTI, LB and for female is PS, PSSA, TK, TB, TPE, PDSA, PDSV, PSEB, PM, JMTI, and LB. Meristic character beetwen Chirocentrus dorab male and female was not different. Keyword : Chirocentrus dorab, morphometric, meristic.
iv
RINGKASAN AL FAUZAN FITRIADI. Morfometrik dan Meristik Ikan Parang-parang (Chirocentrus dorab Forsskal, 1775) di Perairan Bengkalis. Dibimbing oleh Dr. Roza Elvyra, M.Si dan Yusfiati, M.Si. Perairan Bengkalis memiliki peranan penting sebagai sumberdaya perikanan laut di Kabupaten Bengkalis. Komoditas utama hasil laut di Bengkalis salah satunya adalah ikan Parang-parang (Chirocentrus dorab Forsskal, 1775). Penangkapan ikan efektif dilakukan di luar pada musim bertelur yaitu SeptemberDesember (Luther 1973). Kondisi lingkungan yang berbeda antara perairan Bengkalis yang berbatasan dengan Selat Bengkalis pada bagian Barat dan Selat Malaka pada bagian Timur. Diduga bahwa kualitas perairan Selat Bengkalis menurun akibat intrusi air dari daerah Dumai yang disebabkan oleh banyaknya aktifitas industri seperti pelayaran atau tumpahan minyak sewaktu melintas di perairan ini, sedangkan Selat Malaka diduga tidak begitu menurun kualitas perairannya karena daerah ini tidak begitu padat aktifitas manusia. Perbedaan keadaan lingkungan perairan ini dikhawatirkan akan mengganggu kehidupan biota laut termasuk ikan C. dorab sehingga perlu dilakukan penelitian ini dengan melihat respon lingkungan terhadap perbedaan morfometrik dan meristik ikan. Adapun tujuan penelitian adalah untuk mengkaji dan melihat status pertumbuhan dari karakter morfometrik dan meristik ikan C. dorab yang terdapat di Selat Bengkalis dan Selat Malaka. Penelitian ini dilakukan pada saat pengambilan sampel yang terhitung dari bulan Januari sampai April 2012 di Perairan Bengkalis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Sampel berasal dari Selat Bengkalis dan Selat Malaka dengan cara membeli dari agen penyalur ikan. Ikan C. dorab yang berhasil terkumpul sebanyak 60 ekor dengan jumlah jantan sebanyak 15 ekor dan betina sebanyak 15 ekor untuk Selat Bengkalis dan Selat Malaka. Pengamatan karakter morfometrik dan meristik dilakukan di Laboratorium Zoologi Universitas Riau. Pengamatan karakter morfometrik berdasarkan modifikasi Haryono (2001). Sampel di awetkan dengan menggunakan formalin 10% dan 4% bagian dalam agar tidak membusuk dari dalam. Pengamatan dilakukan dengan cara mengeringkan ikan dari sisa formalin dan memakai pelindung mata, tangan, dan mulut agar terhindar dari efek formalin. Hasil penelitian menunjukkan kisaran panjang total ikan C. dorab di Selat Bengkalis untuk jantan yaitu 448-680 cm sedangkan betina yaitu 466-690 cm dan Selat Malaka untuk jantan yaitu 365-581 cm sedangkan betina yaitu 370-590 cm. analisis persamaan regresi menunjukkan terdapat keeratan hubungan dengan karakter pembanding (PT) dari keeratan sangat kuat hingga lemah baik jantan v
maupun betina di kedua lokasi. Secara umum, nisbah karakter antar lokasi pada jantan maupun betina tidak terlalu berbeda jauh. Hasil regresi linier menyatakan status hubungan allometrik positif, isometrik, dan allometrik negatif. Hasil uji t menunjukkan perbedaan nyata karakter morfometrik pada jantan terdapat 8 karakter yaitu PSSA, TK, TB, TPE, PDSV, PM, JMTI, dan LB dan 10 karakter pada betina yaitu PS, PSSA, TK, TB, TPE, PDSA, PDSV, PSEB, PM, JMTI, dan LB. Kata Kunci : Ikan parang-parang, Morfometrik, Meristik Allometrik positif, Isometrik , dan allometrik negatif.
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah atas izin Allah subhanahu wata’ala yang telah melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan hasil penelitian yang berjudul “Morfometrik dan Meristik Ikan Parang-parang (Chirocentrus dorab Forsskal, 1775) di Perairan Bengkalis’ “. Penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Ibu Dr. Roza Elvyra, M.Si selaku pembimbing I dan ibu Yusfiati, M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan kesempatan dalam bimbingan, arahan dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan penelitian ini. 2. Bapak Drs. Khairijon. MS sebagai penasehat akademis yang telah banyak memberikan masukan dan bimbingan kepada penulis. 3. Bapak dan ibu dosen Biologi FMIPA UR, terimakasih atas ilmu, bimbingan dan pengalaman yang telah bapak dan ibu berikan. Semoga Allah SWT membalasnya dengan kebaikan, amin. 4. Orang tua tersayang ayahanda H. Arlis ilyas dan ibunda Hj. Zaliyah yang telah membesarkan dengan penuh kasih sayang dan memberikan dukungan selalu, serta seluruh keluaga besar yang telah memberikan do’a, semangat dan dorongan moral maupun moril. 5. Ucapan terimakasih kepada agen penyalur ikan Bapak Alam dan Bapak Bosai yang telah sangat mengupayakan dalam mendapatkan sampel ikan secepat mungkin untuk membantu penulisan penelitian ini. 6. Ucapan terimakasih juga untuk Nopriandi rifsandi, SSi, T. Dany darmawan, SSi, Putra maswira, SSi, Dodi, Risna, Lia afeb, Rikhi riadi, Gusri zalmi, Peri perial, Zuli rodhiyah, Heldi tama, Vadli aidi ananta, Sugianto atma, Diah yuichi, Echa vii
viole, Febri ayu, Siti Qomariah, Ranti arpia, Aryan zainuri, Insanul fikri,S.Psi, Mona rahma dewi,S.Si, Ratih pebrihani,S.Si, dan Anggi Tommy,S.Si (terimakasih dukungan dan motivasinya) serta buat teman-teman seperjuangan lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Semoga Allah S.W.T membalas kebaikan anda semua.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan hasil penelitian ini tidak lepas dari kekurangan. Oleh karena itu, sangat diharapkan masukan dan kritikan dari berbagai pihak yang sifatnya membangun demi kesempurnaan hasil penelitian ini.
Pekanbaru, Desember 2013
Penulis
viii
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN........................................................................... PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI ...
i ii
ABSTRACT..................................................................................................................
iii
RINGKASAN ...............................................................................................................
iv
KATA PENGANTAR................................................................................... vi DAFTAR ISI ................................................................................................. viii DAFTAR TABEL ......................................................................................... x DAFTAR GAMBAR..................................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xii I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ......................................................................................
1
1.2 Permasalahan.........................................................................................
3
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian...............................................................
4
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perairan Bengkalis .................................................................................
5
2.2 Klasifikasi Ikan C. dorab .......................................................................
5
2.3 Morfologi Ikan C. dorab........................................................................
6
2.4 Penyebaran dan Habitat .........................................................................
7
2.5 Karakter Morfometrik dan Meristik .......................................................
9
III. METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian.................................................................... 12 3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................ 12 3.3 Bahan dan Alat ...................................................................................... 12 3.4 Metode Penelitian .................................................................................. 13 3.5 Prosedur Penelitian ................................................................................ 13 3.5.1 Pengambilan Sampel Ikan C. dorab .............................................. 13 3.5.2 Pengukuran Sampel Ikan C. dorab ................................................ 14 3.6 Analisis Data ......................................................................................... 17
ix
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Morfologi dan Karakter Morfometrik Ikan C. dorab .............................. 22 4.2 Status Hubungan Karakter Morfometrik Ikan C. dorab .......................... 28 4.3 Hubungan Panjang Total dengan Karakter Morfometrik Ikan C. dorab.. 4.3.1 Hubungan Panjang Total dengan Karakter Morfometrik Ikan C. dorab Jantan...................................................................................... 33 4.3.2 Hubungan Panjang Total dengan Karakter Morfometrik Ikan C. dorab Betina ..................................................................................... 40 4.4 Meristik Ikan C. dorab........................................................................... 47 V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan............................................................................................ 49 5.2 Saran ..................................................................................................... 49 DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 50 LAMPIRAN .................................................................................................. 54
x
DAFTAR TABEL Tabel
Halaman
1. Alat dan Bahan ........................................................................................ 13 2. Pengukuran Bagian-Bagian Morfometrik Tubuh Ikan C. dorab................ 15 3. Penghitungan Bagian-Bagian Meristik Tubuh Ikan C. dorab.................... 17 4. Nisbah Karakter Morfometrik yang diukur pada Ikan C. dorab ................ 18 5. Nilai Morfometrik Ikan C. dorab Jantan di Selat Bengkalis dan Selat Malaka..................................................................................................... 24 6. Nilai Morfometrik Ikan C. dorab Jantan di Selat Bengkalis dan Selat Malaka..................................................................................................... 25 7. Nilai Rata-Rata Nisbah Ikan C. dorab Jantan dan Betina di Selat Bengkalis dan Selat Malaka ..................................................................... 26 8. Persamaan Regresi Linier dan Status Pertumbuhan Ikan C. dorab Jantan di Selat Bengkalis dan Selat Malaka.............................................. 29 9. Persamaan Regresi Linier dan Status Pertumbuhan Ikan C. dorab Betina di Selat Bengkalis dan Selat Malaka.............................................. 30 10. Nilai Korelasi (r) Ikan C. dorab Jantan di Selat Bengkalis dan Selat Malaka..................................................................................................... 35 11. Nilai Korelasi (r) Ikan C. dorab Betina di Selat Bengkalis dan Selat Malaka..................................................................................................... 41 12. Karakter Meristik Ikan Parang-Parang (C. dorab) di Selat Bengkalis dan Selat Malaka...................................................................................... 47
xii
DAFTAR GAMBAR Gambar
Halaman
1. Sketsa Pengukuran Morfometrik Ikan C. dorab........................................ 16 2. Sketsa Pengukuran Morfometrik Bagian Anterior Ikan C. dorab.............. 16 3. Grafik Hubungan PT dengan (a). TK (b). DM (c). JMTI (d). JAM (e).TB dan (f). PBE Ikan Chirocentrus dorab Jantan di Selat Bengkalis dan Selat Malaka ............................................................................................ 37 4. Grafik Hubungan PT dengan (g). LB (h). PDSV (i). PDSP (j). PSEB Ikan Chirocentrus dorab Jantan di Selat Bengkalis dan Selat Malaka ...... 39 5. Grafik Hubungan PT dengan (a). PK (b). TK (c). PM (d). DM (e). JMTI (f). JAM Ikan Chirocentrus dorab betina di Selat Bengkalis dan Selat Malaka ............................................................................................ 42 6. Grafik Hubungan PT dengan (g). PSSV (h). PBE (i). LB (j). PDSD Ikan Chirocentrus dorab Betina di Selat Bengkalis dan Selat Malaka...... 43 7. Grafik hubungan PT dengan (k). PDSA (l). PDSV (m). PDSP (n). PSEA (o). PSET (p). PSEB ikan Chirocentrus dorab betina di Selat Bengkalis dan Selat Malaka...................................................................................... 45
xii
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran
Halaman
1. Peta Lokasi Penelitian. ............................................................................. 54 2. Lokasi Stasiun Penangkapan Ikan C. dorab.............................................. 55 3. Grafik Perbandingan Ikan Chirocentrus dorab Jantan di Selat Bengkalis dan Selat Malaka ..................................................................... 57 4. Grafik Perbandingan Ikan Chirocentrus dorab Betina di Selat Bengkalis dan Selat Malaka ..................................................................... 63
xiii
I. PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Di Indonesia, sumberdaya ikan pelagis kecil diduga merupakan salah satu
sumberdaya perikanan yang paling melimpah dan paling banyak ditangkap untuk dijadikan konsumsi masyarakat Indonesia. Sedangkan ikan pelagis besar seperti tuna merupakan produk unggulan ekspor terbesar di Indonesia. Ikan pelagis kecil umumnya hidup di daerah neritik dan berfungsi sebagai konsumen di dalam rantai makanan (antara produsen dengan ikan-ikan besar) (Suyedi 2001). Penelitian lebih lanjut mengenai sumber daya hayati ikan laut dalam masih sangat sedikit hingga saat ini (Soesilo dan Budiman 2003). Salah satu pulau di Indonesia yang memiliki potensi ini adalah Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau yang wilayahnya mencakup daratan bagian timur pulau Sumatera dan kepulauan dengan luas areal 7.793,93 Km². Secara geografis, letak Kabupaten Bengkalis memiliki batas sebelah utara dengan Selat Malaka, sebelah selatan dengan Kabupaten Siak, sebelah barat dengan kota Dumai, Kabupaten Rokan Hilir, dan Kabupaten Rokan Hulu, serta sebelah Timur dengan Kabupaten Kepulauan Meranti (anonim 2011). Kabupaten Bengkalis mempunyai letak yang sangat strategis karena dilalui oleh jalur perkapalan internasional menuju Selat Malaka, dan termasuk juga dalam salah satu program Indonesia Malaysia Singapore Growth Triangle (IMSGT) dan Indonesia malaysia thailand growth triangle (IMT-GT) (Anonim 2011). Perairan laut Bengkalis sering terjadi perubahan kualitas air secara fluktuatif yang bisa mengakibatkan perubahan kualitas dan kuantitas ikan yang
1
didapat, karena lautan sebagai tempat terakhir berkumpulnya massa air dari darat sehingga menyebabkan perubahan air laut sering tak terduga, seperti perubahan suhu, tingkat salinitas, oksigen terlarut, dan lain sebagainya. Akibat dari perubahan lingkungan air ini, bisa mempengaruhi bentuk tubuh ikan. Respon lingkungan terhadap ikan bisa dilihat pada kajian morfometrik dan meristik. Ikan Parang-parang (Chirocentrus dorab Forsskal, 1775) merupakan salah satu spesies ikan yang terdapat di perairan Bengkalis. Ikan Parang-parang (C. dorab) termasuk ikan pelagis kecil, secara ekonomisnya dapat dilihat dari pemasarannya dalam bentuk segar, asin, dan kering. Contoh pemasarannya adalah dijadikan sebagai “kerupuk Ikan Parang” di Kelantan dengan harganya yang sangat murah, bisa dikonsumsi oleh siapa saja, sangat ekonomis, dan tahan lama. Jumlah didapat tidak begitu banyak tetapi hampir setiap hari ada di pasaran. Keunggulan lainnya dapat dilihat dari kandungan Omega 3 sebesar 2,30/100 gr yang menduduki peringkat ke 3 setelah ikan Tuna dan Sardin. Omega 3 ini sangat penting untuk pertumbuhan otak dan kemungkinan bisa mencegah depresi, Schizoprenia, serta hiperaktif pada anak-anak (Dahuri 2003). Ikan C. dorab banyak digunakan sebagai ikan gamefish. Ikan ini digunakan oleh pemancing untuk dijadikan umpan pancing dalam olahraga memancing. Ikan ini juga banyak ditargetkan dalam perikanan di Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Ikan ini biasanya ditangkap menggunakan pukat dan perangkap biasa (Herring, M. 2011). Ikan mengalami perubahan bentuk pada masa larva hingga dewasa. Perubahan tersebut ada yang sangat mencolok dan ada pula yang tidak, tergantung pada jenis ikannya. Contohnya ikan Lidah yang memiliki bentuk tubuh simetris
2
bilateral pada waktu larva dan setelah dewasa memiliki bentuk tubuh non-simetris bilateral. Perbedaan ini bisa dijadikan ciri taksonomik dalam identifikasi ikan, seperti jarak antara ujung kepala sampai ke ekor, ukuran ini disebut ukuran mutlak. Ukuran mutlak tidak dijadikan sebagai patokan melainkan ukuran perbandingannya, misal panjang kepala sama dengan seperempat panjang total tubuhnya (Affandi 1992). Morfometrik ikan adalah jarak antara suatu bagian tubuh dengan bagian tubuh yang lainya. Satuan ukuran yang digunakan sangat bervariasi. Di Indonesia, satuan ukuran yang umum digunakan adalah sentimeter (cm) atau millimeter (mm), tergantung dari keinginan pengukur. Untuk memperoleh ukuran yang lebih teliti, diukur dengan menggunakan jangka sorong (caliper). Ukuran yang digunakan untuk identifikasi merupakan ukuran perbandingan. Seekor ikan yang memiliki panjang total 25 cm dan panjang kepala 5 cm, maka perbandingan yang dinyatakan adalah panjang kepala sama dengan seperlima panjang total tubuhnya, begitu juga halnya dengan pengukuran meristik ikan (Irfan 2009).
1.2.
Permasalahan Kondisi lingkungan yang berbeda antara perairan Bengkalis yang
berbatasan dengan Selat Bengkalis pada bagian Barat dan Selat Malaka pada bagian Timur. Diduga bahwa kualitas perairan Selat Bengkalis menurun akibat intrusi air dari daerah Dumai yang disebabkan oleh banyaknya aktifitas industri seperti pelayaran atau tumpahan minyak sewaktu melintas di perairan ini, sedangkan Selat Malaka diduga tidak begitu menurun kualitas perairannya karena daerah ini tidak begitu padat aktifitas manusia. Perbedaan keadaan lingkungan
3
perairan ini dikhawatirkan akan mengganggu kehidupan biota laut termasuk ikan C. dorab sehingga perlu dilakukan penelitian ini. Berdasarkan uraian di atas, diperlukan analisa yang dapat mengidentifikasi karakter populasi spesies ikan C. dorab pada kedua perairan tersebut dengan metode morfometrik dan meristik.
1.3.
Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan melihat status pertumbuhan
dari karakter morfometrik-meristik ikan C. dorab jantan dan betina yang terdapat di perairan laut Selat Bengkalis dan Selat Malaka. Adapun manfaat dari hasil penelitian ini untuk menambah informasi dasar untuk dunia perikanan terutama ikan laut dalam dan bahan kebijakan dalam pengelolaan sumberdaya C. dorab di Selat Bengkalis dan Selat Malaka.
.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Perairan Bengkalis Bengkalis merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian rata-rata
sekitar 1-6,1 m dari permukaan laut. Sebagian besar merupakan tanah organosol, yaitu jenis tanah yang banyak mengandung bahan organik. Di daerah ini juga terdapat beberapa sungai, tasik (danau) serta 16 pulau besar dan kecil. Iklim tropis yang sangat dipengaruhi oleh iklim laut dengan temperatur 26 °C-32 °C. Musim hujan biasa terjadi sekitar bulan September-Januari dengan curah hujan rata-rata berkisar antara 809-4.078 mm/tahun. Periode musim kering (musim kemarau) biasanya terjadi antara bulan Februari-Agustus. Kabupaten Bengkalis memiliki potensi sumberdaya kelautan terutama di sektor perikanan. Pemanfaatan sumberdaya perikanan dilakukan melalui penangkapan ikan di laut dan budidaya, antara lain dengan sistem tambak, kolam, jaring apung, dan kerambah (Anonim 2011). Sub sektor perikanan, selain mendukung kebutuhan protein hewani bagi masyarakat, juga membuka lapangan pekerjaan dan menambah pendapatan masyarakat. Hal ini bisa dilihat dari adanya stabilitas sosial-ekonomi masyarakat yang menonjol terutama daerah pesisir. Dan juga terjadi peningkatan devisa negara dari tahun ke tahun melalui ekspor komoditas perikanan (Sunyoto 1994).
2.2
Klasifikasi Ikan C. dorab Menurut Herring (2011), ikan C. dorab memiliki klasifikasi yaitu Kingdom
Animalia, Phylum Chordata, Class Actinopterygii, Order Clupeiformes, Family Chirocentridae, Genus Chirocentrus, Species Chirocentrus dorab.
5
Ikan C. dorab memiliki nama tersendiri di setiap daerah seperti INDIA : Dorab , Chela (Calcutta), Khanda (Calcutta), Samudrik (Calcutta). RED SEA : Dorab, Indonesia adalah ikan parang-parang/golok, Blidang (umum), Balebale (Bugis), Blidah, Bureng, Dorab, Terak Teros, Trak (Jawa), dan Blideng (Aceh) (Cmilitante 2011).
2.3
Morfologi Ikan C. dorab
Dorab adalah nama yang populer kelompok clupeiform dari genus Chirocentrus dengan famili Chirocentridae. Ikan ini juga dikenal sebagai Wolf Herings yang memiliki habitat di laut dan tersebar di Indo-Pacific (Luther 1973). Ikan ini tergolong famili Chirocentridae dengan ciri-ciri memanjang, dengan porsi tubuh yang padat, ikan berwarna keperakan menyerupai Clupeidae (ikan Haring, Sarden), dan tidak mempunyai sisik di sepanjang perut. Memiliki kepala yang seperti ditekan, memiliki dua taring seperti gigi taring yang mengacung kedepan yang terdapat dalam rahang atas, serangkaian gigi taring di rahang bawah (lebih besar pada bagian depan). Sirip punggung pendek, sirip dada rendah, sirip pelvis yang sangat kecil, sirip anal lebih panjang dari sirip punggung. Secara spesifik, ikan C. dorab memiliki warna silver yang terdapat sebagian warna biru cerah di punggung kemudian agak ke abu-abuan, bagian bawah memiliki warna perak cerah. Sirip dada lebih pendek (11% sampai 13% dari panjang standar). Panjang tubuh sekitar 3-120 cm dengan rata-rata panjang adalah 70 cm (Herring 2011). Sirip dada lebih pendek dan hitam menandai bagian atas dari sirip dorsal adalah satu-satunya karakter yang memisahkan spesies ini
6
dari ikan C. nudus. Bertulang sirip, dengan beberapa tulang seperti gigi (Whitehead 1985). Menurut Luther (1973), C. dorab Forsskal, 1775 memiliki panjang 14-71 cm. Pengukuran yang di dapat pada pembudidaya memiliki rata-rata ukuran 34-56 cm. Ikan dengan panjang 34 cm memiliki berat 170 gr dan yang 56 cm memiliki berat sekitar 800 gr. Musim bertelur diperkirakan sekitar bulan Desember sampai Oktober dengan waktu istirahat pada bulan September dan Oktober. Lebih dari 50% betina dewasa pada ukuran 42-43 cm sedangkan jantan dewasa pada ukuran yang lebih kecil. Kehadiran suatu populasi ikan di suatu tempat dan penyebaran (distribusi) spesies
ikan
tersebut,
selalu
berkaitan
dengan
masalah
habitat
dan
sumberdayanya. Keberhasilan populasi tersebut untuk dapat hidup dan bertahan pada habitat tertentu, tidak terlepas dengan adanya penyesuaian atau adaptasi yang dimiliki anggota populasi tersebut. Perairan merupakan habitat bagi ikan dalam proses pembentukan struktur tubuh ikan, proses pernafasan, cara pergerakan, memperoleh makanan, dan reproduksi sehingga wajar jika ditemukan berbagai jenis, morfologi, dan habitat pada ikan (Iqbal 2008).
2.4
Penyebaran dan Habitat Kemungkinan besar terdapat di seluruh perairan pesisir Indo-Pasifik, Laut
Merah, Afrika Timur di Pantai Selatan sampai ke Durban, arah Timur ke Jepang, Filipina dan Australia bagian Utara sampai Selatan. Ikan ini memiliki habitat pelagis, memakan ikan-ikan kecil dan beberapa jenis krustasea (Whitehead 1985).
7
Tidak seperti kebanyakan ikan herring, Blackfin wolf-herring sering ditemukan dalam kelompok-kelompok kecil daripada kelompok yang besar. Namun, pada tahap larva lebih sering hidup berkelompok untuk menghindari predator. Ikan C. dorab cenderung tetap dekat dengan pesisir pantai atau di teluk dengan areal yang kecil dimana ikan ini tidak memiliki perlindungan. (Hering 2011). Sumberdaya ikan merupakan sumberdaya yang dapat pulih (renewable resources) dan berdasarkan habitatnya di laut, secara garis besar dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu jenis ikan pelagis dan ikan demersal. Ikan pelagis adalah kelompok ikan yang berada pada lapisan permukaan hingga kolom air dan mempunyai ciri khas utama, yaitu dalam beraktivitas selalu membentuk gerombolan (schooling) dan melakukan migrasi untuk berbagai kebutuhan hidupnya. Sedangkan ikan demersal adalah ikan-ikan yang berada pada lapisan yang lebih dalam hingga dasar perairan yang umumnya hidup secara soliter dalam lingkungan spesiesnya (Nelwan 2004). Menurut Fauziah (2010), school atau kawanan merupakan struktur paling penting dalam kehidupan beberapa populasi ikan pelagis. Untuk itu, maka ikan pelagis tidak dapat hidup sendiri contohnya ikan Sardin, namun manusia memanfaatkan schooling untuk menangkap ikan pelagis menggunakan alat tangkap dalam jumlah yang banyak karena ikan dalam kondisi berkelompok maka nilai kepadatannya akan berbeda jika dibandingkan dalam kondisi scatter atau terpencar. Pembentukan kelompok ikan dipengaruhi oleh tingkah laku migrasi ikan dalam kolom perairan sehingga tujuan pengelolaan dan pendugaan stok ikan secara praktis.
8
Berdasarkan hasil penelitian Gafa (1993) dalam Nelwan (2001), mengatakan bahwa jenis ikan pelagis kecil dapat dilakukan penangkapan sepanjang tahun. Namun puncak musim penangkapan untuk jenis pelagis terjadi dua kali yaitu sekitar bulan November dan Februari. Kelimpahan ikan pelagis berlangsung selama 6 bulan dari November sampai April dan 6 bulan lainnya stok relatif lebih rendah. Puncak musim ikan pelagis kecil terjadi bulan Maret dengan musim penangkapan yang baik berlangsung pada bulan Januari hingga Maret dan paceklik terjadi pada bulan Juni. Sumberdaya ini merupakan sumberdaya neritik, karena penyebarannya adalah di perairan dekat pantai. Hal ini disebabkan oleh terjadinya proses penaikan (upwelling) dan sumberdaya ini dapat membentuk biomassa yang sangat besar (Csirke 1988 dalam Nelwan 2004). Salah satu faktor yang paling berpengaruh terhadap keberadaan sumberdaya ikan adalah suhu permukaan laut. Pada banyak spesies, beberapa area ikan berkumpul tergantung pada kondisi lingkungan, seperti batas suhu pada struktur panas (Hela dan Laevastu 1979 dalam Nelwan 2001). Pada umumnya penangkapan ikan terjadi apabila telah banyak ikan yang tertarik atau berkumpul pada suatu daerah dan dalam melakukan penangkapan ikan, nelayan menggunakan pengetahuannya tentang ketersediaan ikan dan keadaan cuaca yang mendukung proses penangkapan (Laevastu 1993). Pada jenis ikan pelagis terjadi perubahan distribusi spasial. Distribusi tersebut disebabkan oleh adanya perubahan kepadatan ikan pada suatu ekosistem yang disebabkan oleh fluktuasi iklim dan faktor lainnya seperti selektivitas dari proses penangkapan (Nelwan 2001).
9
2.5
Karakter Morfometrik dan Meristik Morfometrik berkenaan dengan pengukuran bagian-bagian tertentu dari
struktur luar tubuh ikan (measuring methods). Karakter morfometrik yang umum diukur adalah panjang total, panjang baku, tinggi dan lebar badan, tinggi dan panjang batang ekor, tinggi dan panjang sirip, diameter mata, dan lain-lain. Karakter meristik berkenaan dengan pengamatan jumlah bagian-bagian tubuh (counting methods), antara lain jumlah jari-jari sirip, jumlah sisik, jumlah gigi, jumlah tulang saring insang, pyloric caeca, dan vertebral (Parin 1999). Menurut Affandi et al. (1992), karakter meristik pada ikan bertulang sejati, terdiri dari jari-jari sirip keras yang tidak beruas, tidak mudah dibengkokkan, dan jari-jari lemah yang bersifat transparan, beruas dan mudah dibengkokkan. Jari-jari keras dilambangkan dengan angka romawi walupun jari-jari tersebut pendek atau rudimeter, sedangkan jari-jari lemah dilambangkan dengan angka biasa. Jari-jari sirip lemah umumnya bercabang-cabang. Pada penghitungan jumlah jari-jari sirip, biasanya yang digambarkan hanya jumlah pangkal jari-jari yang nyata terlihat, sedangkan untuk penghitungan jumlah jari-jari tidak bercabang, satu jari-jari tidak bercabang harus dianggap sebagai jari-jari bercabang, yaitu jari-jari lemah yang secara morfologis mengeras. Pada sirip punggung dan sirip dubur, dua jari-jari yang terakhir dihitung sebagai satu jari-jari pokok. Perumusan pada sirip ekor menggambarkan jumlah jari-jari pokok. Pada ikan yang sirip ekornya memiliki jari-jari bercabang, jumlah jari-jari sirip ini ditentukan sebanyak jumlah jari-jari bercabang tambah satu. Penggunaan karakter morfometrik dan meristik menurut Burhanuddin et al. (2002), mengaplikasikan data pengukuran morfometrik dan meristik untuk
10
membedakan karakter dan taksonomi antara dua kelompok individu dari famili Trichuridae, Trichiurus brevis dan T. ruselli, yang secara morfologi mempunyai bentuk yang sangat mirip dan perbedaan diantara keduanya sangat kecil. Penandaan populasi berdasarkan karakter morfometrik dan meristik lebih ditekankan pada faktor genetik, agar konfirmasi perbedaan bentuk lebih dikaitkan pada isolasi reproduktif dibandingkan pengaruh perbedaan lingkungan (Hurlbut dan Clay 1998). Karakter meristik memiliki dasar genetik, tetapi lingkungan dapat pula memodifikasi ekspresi dari karakter tersebut. Komponen lingkungan (suhu, salinitas, oksigen, pH, dan makanan) dalam karakter meristik ditentukan selama masa awal larva. Komponen lingkungan tersebut dapat memodifikasikan sifat keturunan (Smith 2002). Perbedaan karakteristik morfometrik dan meristik, pada spesies antar region, kemungkinan dihasilkan dari perbedaan genotip atau faktor lingkungan yang menjalankan satu genotip dari keduanya. Ketika kedua karakteristik morfometrik
dan
meristik
merespon
perubahan
lingkungan,
keduanya
memberikan respon yang berbeda pada beberapa situasi (Ismen 2000).
11
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Deskripsi Lokasi Penelitian Kabupaten Bengkalis terletak di sebelah Timur Pulau Sumatera yang
mencakup area seluas 11.481,77 km² yang memiliki ketinggian rata-rata sekitar 16,1 m dengan batas bagian Utara dengan Selat Malaka, Selatan dengan Kabupaten Siak, Barat dengan Kota Dumai, Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Rokan Hulu, Timur dengan Kabupaten Kepulauan Meranti, Kabupaten Karimun.
3.2
Waktu dan Tempat Penelitian Pengambilan sampel dilaksanakan dari bulan Januari sampai April 2012.
Sampel berasal dari Perairan Bengkalis yaitu Selat Bengkalis dengan area pengambilan ikan oleh nelayan di sekitar perairan Desa Meskom dan Selat Malaka denga area pengambilan ikan oleh nelayan di sekitar perairan Desa Selatbaru. Pengukuran morfometrik dan perhitungan meristik dilakukan di Laboratorium Zoologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
3.3
Bahan dan Alat Sampel ikan C. dorab diambil dari perairan Selat Bengkalis sebanyak 15
ekor jantan dan 15 ekor betina dan Selat Malaka sebanyak 15 ekor jantan dan 15 ekor betina sehingga total keseluruhan sampel berjumlah 60 ekor. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara membeli dari agen penyalur ikan. Bahan dan alat yang digunakan tersaji dalam Tabel 1 berikut:
12
Tabel 1. Bahan dan Alat
No
BAHAN DAN ALAT
KEGUNAAN
1
Ikan C. dorab
Sampel penelitian
2
Formalin 4%-10%
Untuk pengawetan sampel
3
Tissue
Membersihkan sampel ikan
4
Penggaris/mistar
Mengukur ukuran tubuh sampel ikan.
5
Meteran kain
Mengukur ukuran tubuh sampel ikan.
6
Pinset
Sebagai alat bantu dalam pengukuran karakter meristik.
7
Lup
Alat bantu untuk meilhat jari-jari sirip.
8
Kertas label dan alat tulis
Menandai/menomori sampel ikan.
9
Kotak es
Untuk penyimpanan sampel
10
Jarum
Alat bantu pengamatan karakter meristik
11
Jangka sorong
Mengukur tubuh sampel ikan
12
Kaca mata, Handscoon,
Alat bantu pengamatan
masker 3.4
Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei.
Mengumpulkan dan menganalisa data di lokasi dan laboratorium (data primer) dan jurnal pendukung (data sekunder) melalui tahapan yang sudah ditentukan.
3.5
Prosedur Penelitian
3.5.1 Pengambilan Sampel Ikan C. dorab Ikan sampel diperoleh dari nelayan yang mengambil ikan di perairan yaitu berasal dari nelayan Desa Meskom dan Selatbaru. Pengambilan semua sampel ikan C. dorab berdasarkan perkiraan kualitas dan kuantitas. Kualitas ikan C. dorab dimaksudkan dalam hal kelengkapan anggota dan ukuran tubuh sedangkan
13
kuantitas menunjukkan jumlah ketersediaan ikan C. dorab. Hasil sampling ikan C. dorab yang diambil dari perairan Bengkalis dimasukkan ke dalam ice box yang berisi formalin 10% dan untuk yang 4% dimasukkan kedalam bagian dalam ikan seperti mulut atau perut dengan cara disuntik agar ikan tidak cepat membusuk bagian dalamnyadan diberi label info untuk selanjutnya sampel dibawa ke laboratorium. Semua ikan C. dorab dibedakan jenis kelaminnya. penentuan jenis kelamin spesies ikan dibedakan dengan memeriksa gonadnya apabila spsesies tersebut tidak menunjukkan dimorfisme seksual yang jelas. Beberapa jenis ikan lainnya dapat dibedakan hanya dengan melihat ciri seksual sekunder seperti perbedaan warna, bentuk, atau ukuran (Takahashi 2006). Kemudian sampel dibersihkan dan dikeringkan dengan tujuan untuk menghilangkan cairan formalin yang masih menempel di tubuh ikan C. dorab. Sampel diamati dengan teliti dan menggunakan alat pelindung tubuh seperti pelindung mata, tangan, dan mulut agar terhindar dari efek formalin. Selanjutnya ikan C. dorab yang sudah diamati akan dilakukan pengawetan kembali. Pengawetan dilakukan secara hati-hati agar tidak merusak anggota tubuh ikan seperti sirip. 3.5.2 Pengukuran Sampel Ikan C. dorab Sampel Ikan C. dorab dibawa ke laboratorium Zoologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam untuk dilakukan pengukuran morfometrik dan meristik. Bagian tubuh yang diukur dan dihitung disajikan pada Tabel 2 dan 3. Pengukuran morfometrik dapat dilihat di Tabel 2. Penghitungan karakter meristik disajikan dalam Tabel 3
14
Pemilihan karakter morfometrik ikan menurut Haryono (2001) yang dimodifikasi sesuai dengan karakter morfometrik ikan C. dorab yang diukur ada 22 karakter kemudian dibandingkan dengan karakter panjang total untuk memperoleh nilai nisbah. Karakter morfometrik disajikan dalam Tabel 2 berikut: Tabel 2. Pengukuran Bagian-Bagian Morfometrik Tubuh Ikan C. dorab No
Pengukuran bagian tubuh ikan
1
Panjang total (PT),
2
Panjang standar (PS),
3
Panjang kepala (PK),
4
Panjang sebelum sirip dorsal (PSSD),
5
Panjang sebelum sirip ventral (PSSV),
6
Panjang sebelum sirip anus (PSSA),
7
Tinggi kepala (TK),
8
Tinggi badan (TB),
9
Tinggi pangkal ekor (TPE),
10
Panjang batang ekor (PBE),
11
Panjang dasar sirip dorsal (PDSD),
12
Panjang dasar sirip anus (PDSA),
13
Panjang dasar sirip ventral (PDSV),
14
Panjang dasar sirip pektoral (PDSP),
15 16 17
Panjang sirip ekor bagian atas (PSEA), Panjang sirip ekor bagian tengah (PSET), Panjang sirip ekor bagian bawah (PSEB),
Keterangan Jarak garis lurus antara ujung bagian kepala yang termuka sampai ujung jari sirip yang paling belakang. Jarak garis lurus yang diukur dari ujung bagian kepala yang termuka sampai ke pangkal sirip ekor. Jarak antara ujung bagian kepala yang termuka sampai bagian belakang. Jarak garis lurus antara ujung bagian kepala yang termuka sampai sebelum sirip dorsal. Jarak garis lurus antara ujung bagian kepala yang termuka sampai sebelum sirip ventral. Jarak garis lurus antara ujung bagian kepala termuka sampai sebelum sirip anus. Jarak garis lurus yang diukur vertikal pada bagian kepala yang tertinggi. Jarak garis lurus yang diukur vertikal pada bagian tubuh yang tertinggi. Jarak garis lurus yang diukur vertikal pada pangkal ekor yang tertinggi. Jarak garis lurus yang diukur sesudah sirip dorsal sampai ke pangkal batang ekor. Jarak garis lurus antara awal dasar sirip dorsal sampai akhir dasar sirip dorsal. Jarak garis lurus antara awal dasar sirip anus sampai akhir dasar sirip anus. Jarak garis lurus antara awal dasar sirip ventral sampai akhir dasar sirip ventral. Jarak garis lurus antara awal dasar sirip pektoral sampai akhir dasar sirip pektoral. Jarak garis lurus antara awal pangkal ekor sampai bagian belakang ekor paling atas. Jarak garis lurus antara awal pangkal ekor sampai bagian belakang ekor tengah Jarak garis lurus antara awal pangkal ekor sampai bagian belakang ekor paling bawah. Jarak garis lurus dari pangkal muka sampai batasan operkulum paling bagian terlebar. Panjang garis tengah bola mata yang di ukur dari sisi depan ke sisi belakang bola mata. Jarak garis lurus antara sisi belakang mata sampai lekukan operkulum bagian terlebar.
18
Panjang moncong (PM),
19
Diameter mata (DM),
20
Jarak mata ke tutup insang (JMTI)
21
Jarak antara dua mata (JAM),
Jarak antara dua bola mata pada rongga mata terluar.
22
Lebar badan (LB)
Jarak badan bagian kiri dan kanan yang paling lebar.
15
Menurut Collins (1985), mengatakan bahwa data morfometrik yang diukur melalui penyeleksian spesimen yang memiliki karakter morfologi (ukuran tubuh) yang sudah mapan. Karakter morfometrik yang diukur sesuai modifikasi Haryono (2001) tersaji pada gambar 1 dan 2 berikut:
22
Gambar 1. Sketsa Pengukuran Morfometrik Ikan C. dorab. (Sumber : Myers 2013)
3 18 21
19
20
7
Gambar 2. Sketsa Pengukuran Morfometrik Bagian Anterior Ikan C. dorab. (Sumber : dokumentasi pribadi) Penghitungan karakter meristik dilakukan untuk melihat pencirian bawaan dari ikan C. dorab. Ikan C. dorab tidak memiliki gurat sisi (Biosearch 2012)
16
sehingga diganti dengan garis rusuk. Karakter meristik diukur berdasarkan Akbar (2008) sebanyak 12 karakter yang disajikan pada Tabel 3 berikut: Tabel 3. Penghitungan Bagian-Bagian Meristik Tubuh Ikan C. dorab No.
Karakter meristik
1.
Jumlah jari-jari sirip dorsal
2.
Jumlah jari-jari sirip anal
Jumlah jari-jari keras dan lemah sirip anal
3.
Jumlah jari-jari sirip ventral
Jumlah jari-jari keras dan lemah sirip ventral
4.
Jumlah jari-jari sirip pektoral
Jumlah jari-jari sirip pektoral
5.
Jumlah jari-jari sirip caudal
Jumlah jari-jari sirip caudal
6.
Jumlah sisik pada garis rusuk (LL)
7.
Jumlah sisik di atas garis rusuk (LL)
8.
Jumlah sisik di bawah garis rusuk
9.
Jumlah sisik di muka sirip dorsal
10.
Jumlah sisik pada pipi
11.
Jumlah sisik sekeliling badan
12.
Jumlah sisik sekeliling batang ekor
3.6.
Keterangan Jumlah jari-jari keras dan lemah sirip dorsal
Sisik di belakang tutup insang sampai pada permulaan pangkal ekor Sisik pada permulaan sirip punggung miring ke bawah sampai ke garis rusuk Sisik pada pada permulaan sirip dubur miring ke atas ke depan sampai ke garis rusuk Semua sisik yang dilalui oleh garis yang ditarik dari permulaan sirip dorsal sampai ke belakang kepala Jumlah baris sisik yang dilalui oleh garis yang ditarik dari mata sampai ke sudut preoperculum Jumlah semua sisik yang dilalui oleh garis sekelilng badan, tepat didepan sirip dorsal Jumlah sisik yang dilalui oleh garis sekeliling batang ekor
Analisis Data Morfometrik dan meristik dilakukan dengan cara mengukur (mm) dan
menghitung beberapa bagian tubuh ikan. Hubbs dan Lagler (1958); Parin (1999) di dalam Nurlina (2007). Untuk dapat menerangkan karakter morfometrik ikan terbang yang diteliti, digunakan nisbah morfometrik agar diketahui proporsi karakter tertentu terhadap karakter yang lain. Karakter-karakter tersebut dimodifikasi yang kemudian diterapkan pada C, dorab. Data yang diperleh dari pengukuran morfometrik dan meristik C. dorab disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Pada Tabel 4 disajikan informasi mengenai pengukuran nisbah
17
morfometrik. Nisbah merupakan suatu nilai yang bersifat universal karena dalam penghitungan ukuran tidak tergantung dari ukuran sampel ikan sehingga menjadi nilai yang valid. Pengkarakteran data nisbah morfometrik sebanyak 21 karakter N adalah sebagai berikut: Tabel 4. Nisbah Karakter Morfometrik yang diukur pada Ikan C. dorab Simbol nisbah NI PS/PT
Nisbah karakter morfometrik Panjang standar/panjang total
N2
PK/PT
Panjang kepala/panjang total
N3
TK/PT
Panjang kepala/panjang total
N4
PM/PT
Panjang moncong/panjang total
N5
DM/PT
Diameter mata/panjang total
N6
JMTI/PT
Jarak mata ke tutup insang/panjang total
N7
JAM/PT
Jarak antar mata/panjang total
N8
TB/PT
Tinggi badan/panjang total
N9
TPE/PT
Tinggi pangkal ekor/panjang total
N10
PBE/PT
Panjang batang ekor/panjang total
N11
PSSD/PT
Panjang sebelum sirip dorsal/panjang total
N12
PSSV/PT
Panjang sebelum sirip ventral/panjang total
N13
PSSA/PT
Panjang sebelum sirip pektoral/panjang total
N14
LB/PT
Lebar badan/panjang total
N15
PDSD/PT
Panjang dasar sirip dorsal/panjang total
N16
PDSP/PT
Panjang dasar sirip pektoral/panjang total
N17
PDSV/PT
Panjang dasar sirip ventral/panjang total
N18
PDSA/PT
Panjang dasar sirip anal/panjang total
N19
PSEA/PT
Panjang sirip ekor atas/panjang total
N20
PSET/PT
Panjang sirip ekor tengahpanjang total
N21
PSEB/PT
Panjang sirip ekor bawah/panjang total
18
Hubungan Panjang Total (PT) dengan pengukuran morfometrik seperti Panjang Standar (PS), Tinggi Badan (TB), Tinggi Kepala (TK), Tinggi Batang Ekor (TBE), Lebar Badan (LB), Panjang Dasar Sirip Punggung (PDSP), Panjang Sirip Ekor (PSE),
dianalisis secara regresi
linier dengan menggunakan rumus: Y
= a + bX Dimana:
X
= Peubah bebas (independen)
Y
= Peubah tak bebas (dependen)
a
= Konstanta
b
= Kemiringan
b=
( ∑
a=
∑
(
) (∑ ∑ ) ∑ ) (∑ )
− ( )
(∑ )
(Sumber: Benetty dan Fransozon (2004)
Persamaan linier tersebut dikonversikan dalam bentuk logaritma sederhana dengan persamaan: Log y
= log a + (b log) x
Dimana: a
= Intersep dalam Y axis
b = Kemiringan dari persamaan garis lurus
19
Persamaan linier tersebut akan menghasilkan nilai determinasi (R2) dan korelasi (r), keeratan hubungan korelasi tersebut dapat dibagi menjadi empat bagian yaitu jika nilai r antara 0-0,20 berarti terdapat hubungan yang sangat lemah, nilai r antara 0,21-0,40 berarti terdapat hubungan yang lemah, nilai r antara 0,41-0,70 berarti terdapat hubungan yang sedang, nilai r antara 0,71-0,91 berarti terdapat hubungan yang kuat, dan apabila nilai r antara 0,91-1 berarti terdapat hubungan yang sangat kuat (Razak 2005). Pertumbuhan ada tiga kategori yaitu allometrik positif, allometrik negatif, dan isometrik. Ketiga kategori ini dapat dilihat dari nilai b. jika b > 1 maka pertumbuhan dinyatakan sebagai allometrik positif, b < 1 maka pertumbuhan dinyatakan sebagai allometrik negatif,
b = 1 maka pertumbuhan dinyatakan
sebagai isometrik atau tidak ada perubahan ukuran tubuh. Nilai pertumbuhan ikan (b) dari perairan ikan C. dorab yang diambil diuji t dan uji korelasi dan disajikan dalam bentuk grafik.
20
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Morfologi dan Karakter Morfometrik Ikan C. dorab Ikan C. dorab di perairan Selat Bengkalis (Desa Meskom) dan Selat
Malaka (Desa Selatbaru) tidak berbeda secara morfologi antara yang jantan dan betina. Ikan C. dorab memiliki ciri-ciri morfologi yaitu memiliki kepala yang tidak bersisik dengan insang yang dilengkapi oleh membrana branchiostega (penahan air insang), memiliki bentuk mata bulat, memiliki bentuk mulut tabung (tube like) yang tidak bisa disembulkan dengan posisi superior, tidak memiliki sungut, bentuk tubuh pipih (compressed) simetris bilateral. Ikan C. dorab memiliki sisik tipe sikloid yang halus, tidak ada gurat sisi (linea lateralis) yang terdapat di sepanjang tubuh membentuk garis lurus, tidak terdapat scute pada bagian ventral dan cagak, bentuk sirip ventral yang sangat kecil dan jari-jari lemah yang memanjang, memiliki tipe sirip ekor homocercal yang bercagak. Ikan C. dorab memiliki dua warna tubuh yang sederhana yaitu perut berwarna keperakan dan bagian punggung berwarna gelap (biru kehitaman). Sistem gerak pada C. dorab berdasarkan letak sirip perut terhadap sirip dada termasuk tipe sub-abdominal, sirip perut terletak agak dekat dengan sirip dada. Pada
bagian
insang
terdapat
membran
branchiostega.
membran
branchiostega merupakan selaput tipis yang terdapat pada bagian bawah insang (selaput tambahan) yang berfungsi sebagai penahan air agar tidak masuk ke dalam rongga insang dari arah belakang (Affandi 1992). Pada garis rusuk terdapat sekumpulan sisik halus. Pada sisik ikan bertulang keras memiliki tipe sisik sikloid dan ktenoid (Djuhanda 1983) dan sisik sikloid yang halus umumnya ditemukan
21
pada ikan primitif (Djuhanda 1982). Pembentukan warna tubuh disebabkan oleh Schemacrom (konfigurasi sisik) dan Bichrom (pigmen pembawa warna) (Sugiri 1992). Tipe ekor homocercal memiliki bentuk ekor bagian ujung notochord yang akan membelok ke arah dorsal dan akan terbagi secara simetris bila dilihat dari arah luar (Kent 1954). Hasil pengukuran morfometrik dari 60 ekor ikan C. dorab yang terdiri dari 15 ekor jantan dan 15 ekor betina pada lokasi Selat Bengkalis dan Selat Malaka, memiliki perbedaan kisaran panjang anggota tubuh pada morfometrik baik ikan jantan dan betina. Kisaran panjang total ikan C. dorab jantan di Desa Meskom adalah antara 448-680 mm dan betina 466-690 mm, sedangkan untuk Desa Selatbaru ikan C. dorab jantan memiliki kisaran panjang total 365-581 mm dan betina 370-590 mm. Untuk mengetahui perbedaan karakter ikan C. dorab di Selat Bengkalis dan Malaka akan dilakukan pengukuran morfometrik dan meristik. Data FAO (2012) menyebutkan bahwa di perairan umumnya C. dorab memiliki panjang total lebih dari 100 cm. Hasil analisis nilai morfometrik ikan C. dorab jantan dan betina sebanyak 22 karakter di Selat Bengkalis (desa Meskom) dan Selat Malaka (desa Selatbaru) tertera pada Tabel 5 dan Tabel 6, pengukuran dalam bentuk kisaran panjang untuk melihat jarak ukuran panjang, nilai nisbah, rata-rata panjang, dan standar deviasi untuk melihat nilai-nilai penyebaran data. Uji korelasi disajikan dalam bentuk grafik perbandingan untuk melihat keeratan hubungan antar variabel (data pengukuran).
22
Data hasil pengukuran panjang tubuh ikan C. dorab di Selat Bengkalis dan Selat Malaka dalam ukuran kisaran dan nilai rata-rata disajikan pada Tabel 5 dan Tabel 6 berikut: Tabel 5. Nilai Morfometrik Ikan C. dorab Jantan di Selat Bengkalis dan Malaka Karakter
Nilai Morfometrik C. dorab (♂) di Selat Bengkalis (Meskom) Kisaran Rata-rata ± (mm)* stdev (mm)**
Nilai Morfometrik C. dorab (♂) di Selat Malaka (Selatbaru) Kisaran Rata-rata ± stdev (mm) )* (mm) )**
PT
448-680
526.80 ± 63.61
365-581
480.47 ± 74.96
PS
360-593
430.93 ± 57.46
293-468
385.47 ± 60.35
PK
62-101
78.60 ± 9.60
55-97
75.8 ± 12.64
TK
47-78
55.13 ± 9.01
33-57
45.67 ± 7.81
PM
19-38
27.47 ± 4.79
14-28
21.20 ± 4.13
DM
11-18
14.13 ± 1.85
10-15
12.93 ± 1.62
JMTI
31-45
36.27 ± 4.74
23-42
30.80 ± 6
JAM
10-18
13.40 ± 2.44
7-17
11.93 ± 2.79
TB
55-90
66.60 ± 9.75
32-71
55.07 ± 10.40
LB
21-38
27.20 ± 4.99
16-28
22.93 ± 4.01
TPE
28-49
34.93 ± 6.04
23-37
30.27 ± 4.86
PBE
13-49
40.27 ± 8.01
31-56
40.07 ± 8.76
PSSD
245-440
299.93 ± 46.97
203-330
272.8 ± 41.38
PSSA
244-442
304.20 ± 49.36
194-320
258.27 ± 41.68
PSSV
165-290
208.67 ± 29.92
146-235
191.6 ± 29.56
PDSD
32-58
40.73 ± 8.71
24-47
36.33 ± 7.11
PDSP
45-85
60.07 ± 9.25
42-71
56.53 ± 9.57
PDSV
4-14
9.40 ± 2.16
2-8
4.07 ± 1.67
PDSA
76-112
88.20 ± 11.58
59-97
78.73 ± 12.57
PSEA
80-128
94.87 ± 14.26
64-103
84.73 ± 13.85
PSET
14-47
25.20 ± 8.83
16-35
25.60 ± 5.78
PSEB
80-121
97.00 ± 11.88
68-111
87.00 ± 14.25
Keterangan :
♂ * **
= Jantan = Pengukuran kisaran ukuran tiap karakter berdasarkan ikan yang paling kecil sampai paling besar. = Rata-rata dan standar deviasi didapat dari data pengukuran nilai morfometrik.
23
Tabel 6. Nilai Morfometrik Ikan C. dorab Betina di Selat Bengkalis dan Malaka Karakter
Nilai Morfometrik C. dorab (♀) di Selat Bengkalis (Meskom) Kisaran Rata-rata ± (mm)* stdev (mm)**
Nilai Morfometrik C. dorab (♀) di Selat Malaka (Selatbaru) Kisaran Rata-rata ± (mm)* stdev (mm)**
PT
466 - 690
543.20 ± 77.62
370 – 590
480.20 ± 83.51
PS
368 – 550
442.13 ± 61.58
300 – 475
386.67 ± 66.76
PK
65 – 99
80.27 ± 10.58
57 – 94
73.73 ± 12.60
TK
41 – 86
56.40 ± 10.83
36 – 56
45.33 ± 7.86
PM
21 – 36
27.60 ± 5.30
15 – 28
23.00 ± 4.29
DM
11 – 17
14.60 ± 1.55
10 – 26
13.47 ± 3.96
JMTI
28 – 46
36.73 ± 6.10
22 – 39
30.47 ± 6.07
JAM
10 – 18
13.20 ± 2.70
9 – 17
11.40 ± 2.47
TB
60 – 95
70.73 ± 10.19
43 – 76
57.53 ± 11.04
TPE
31 – 46
36.07 ± 5.12
23 – 39
30.53 ± 5.71
PBE
30 – 63
42.60 ± 8.24
24 – 50
38.33 ± 7.14
PSSD
254 – 392
306.27 ± 43.93
214 – 334
269.67 ± 47.54
PSSV
106 – 310
214.47 ± 48.22
136 – 238
191.33 ± 36.21
PSSA
264 – 408
308.80 ± 47.79
198 – 318
257.33 ± 46.59
LB
21 – 40
28.33 ± 6.08
18 - 31
23.60 ± 4.72
PDSD
25 – 56
41.73 ± 8.50
26 – 54
37.33 ± 8.67
PDSP
45 – 79
61.73 ± 9.94
42 – 73
55.87 ± 10.18
PDSV
6 – 14
10.07 ± 2.34
2–8
4.20 ± 1.93
PDSA
74 – 102
89.73 ± 9.64
60 – 100
77.93 ± 14.38
PSEA
16 – 119
90.40 ± 23.43
63 – 110
83.80 ± 15.27
PSET
19 – 43
26.20 ± 5.60
16 – 43
28.67 ± 6.94
PSEB
80 – 135
101.53 ± 15.15
67 – 112
87.20 ± 15.11
Keterangan :
♀ * **
= Betina = Pengukuran kisaran ukuran tiap karakter berdasarkan ikan yang paling kecil sampai paling besar. = Rata-rata dan standar deviasi didapat dari data pengukuran nilai morfometrik.
24
Hasil pengukuran ikan C. dorab berdasarkan kisaran panjang total sesuai dengan Hering (2011) yaitu memiliki panjang tubuh sekitar 3-120 cm dengan rata-rata panjang adalah 70 cm. Pengukuran ikan C. dorab jantan dan betina di Selat
Bengkalis dan Selat Malaka merupakan pengukuran ikan dari ukuran yang paling kecil sampai paling besar sehingga didapat ukuran kisaran. Ukuran kisaran ini tidak dijadikan sebagai pembanding antar karakter karena sifatnya tidak baku melainkan berfungsi sebagai informasi dasar untuk rentang pertumbuhan ikan. Tabel 7. Nilai Rata-Rata Nisbah Ikan C. dorab Jantan dan Betina di Selat Bengkalis dan Selat Malaka Simbol Nisbah
Karakter Nisbah
Selat Bengkalis Nilai Karakter Nisbah Jantan Betina 0.97 0.97
Selat Malaka Nilai Karakter Nisbah Jantan Betina 0.96 0.96
NI
PS/PT
N2
PK/PT
0.79
0.70
0.70
0.70
N3
PSSD/PT
0.91
0.91
0.91
0.91
N4
PSSV/PT
0.85
0.85
0.85
0.85
N5
PSSA/PT
0.91
0.91
0.90
0.90
N6
TK/PT
0.64
0.64
0.62
0.62
N7
TB/PT
0.67
0.68
0.65
0.66
N8
TPE/PT
0.57
0.57
0.55
0.55
N9
PBE/PT
0.58
0.59
0.60
0.59
N10
PDSD/PT
0.59
0.59
0.58
0.58
N11
PDSA/PT
0.71
0.71
0.71
0.70
N12
PDSV/PT
0.35
0.36
0.22
0.21
N13
PDSP/PT
0.65
0.65
0.65
0.65
N14
PSEA/PT
0.73
0.71
0.72
0.72
N15
PSET/PT
0.51
0.52
0.52
0.54
N16
PSEB/PT
0.73
0.73
0.72
0.72
N17
PM/PT
0.53
0.52
0.49
0.51
N18
DM/PT
0.42
0.43
0.41
0.42
N19
JMTI/PT
0.57
0.57
0.55
0.55
N20
JAM/PT
0.41
0.41
0.40
0.39
N21
LB/PT
0.53
0.53
0.51
0.51
25
Pada Tabel 7 merupakan data hasil nisbah pengukuran, data ini berfungsi agar data pengukuran yang didapat bersifat universal dan tidak dipengaruhi oleh ukuran sampel ikan yang kecil atau besar. Data nisbah karakter morfometrik memberikan gambaran kondisi dan bentuk tubuh ikan secara keseluruhan yang dilambangkan dengan huruf N. Untuk data meristik tidak dibandingkan karena bagian meristik merupakan pencirian dari masing-masing jenis ikan (Elvyra dan Yus 2010). Rata-rata nilai nisbah ikan C. dorab jantan dan betina tidak terlalu berbeda. Nilai tertinggi pada nisbah karakter morfometrik terdapat pada panjang standar/panjang total ikan C. dorab jantan di Selat Bengkalis dengan nilai panjang standar/panjang total 0.97, sedangkan nilai terendah adalah karakter panjang dasar sirip ventral/panjang total dengan nilai 0.32, sedangkan di Selat Malaka nilai nisbah tertinggi panjang standar/panjang total 0.96 dan nilai nisbah paling rendah adalah karakter panjang dasar sirip ventral/panjang total dengan nilai 0.22. Untuk ikan C. dorab betina nilai nisbah tertinggi yaitu panjang standar/panjang total dengan nilai nisbah 0.97 terdapat pada ikan C. dorab di Selat Bengkalis dan nilai terendah yaitu 0.36 dengan karakter panjang dasar sirip ventral/panjang total yang terdapat pada ikan C. dorab di Selat Malaka. Nilai nisbah berkaitan erat dengan kisaran pengukuran ikan, hal ini bisa disebabkan oleh faktor dalam dan luar, faktor luar meliputi sifat keturunan, seks, umur, penyakit dan parasit sedangkan faktor dalam yang berpengaruh salah satunya adalah makanan. Dari makanan terbagi lagi menjadi beberapa bagian yang meliputi populasi yaitu jumlah dan kualitas makanan, ketersediaan makanan, dan waktu pengambilan makanan oleh ikan dalam populasi (Effendi 2002).
26
4.2.
Status Hubungan Karakter Morfometrik Ikan C. dorab Data pengukuran morfometrik digunakan untuk melihat persamaan regresi
linier dan status pertumbuhan ikan C. dorab jantan dan betina di perairan Selat Bengkalis Desa Meskom dan Selat Malaka Desa Selatbaru. Hasil pengukuran dalam bentuk persamaan regresi linier dan status pertumbuhan disajikan pada Tabel 8 (jantan) dan Tabel 9 (betina). Menurut Effendie (2002), terdapat dua pola pertumbuhan, yaitu pertumbuhan isometrik dan allometrik. Pertumbuhan isometrik dimaksudkan sebagai perubahan terus menerus secara proporsional antara panjang atau dengan berat dalam tubuh ikan. Sedangkan pertumbuhan allometrik adalah perubahan yang tidak seimbang dan bersifat sementara. Pada Tabel 8 didapat data hasil persamaan regresi linier dari karakter ikan C. dorab jantan di Selat Bengkalis dan Selat Malaka. Karakter morfometrik ikan C. dorab jantan di Selat Bengkalis memiliki status allometrik positif sebanyak 13 karakter yaitu PSSD, PSSV, PSSA, TK, TPE, PBE, PDSD, PDSV, PDSP, PSEA, PSET, PM, dan LB sedangkan di Selat Malaka memiliki status allometrik positif sebanyak 11 karakter yaitu TK, PBE, PDSD, PDSV, PDSP, PSEA, PSET, PM, JMTI, JAM, dan LB. Status allometrik positif memiliki arti bahwa pertambahan ukuran karakter-karakter lebih cepat dibandingkan karakter pembanding (PT). Bagian sirip terlihat lebih banyak percepatan pertumbuhan dibandingkan panjang total, diduga dalam siklus hidup ikan harus bertahan hidup dengan cara mengembangkan fungsi-fungsi sirip menjadi lebih cepat panjang untuk lebih cepat mendapatkan makanan dan menghindari pemangsa.
27
Tabel 8. Persamaan Regresi Linier dan Status Pertumbuhan Ikan C. dorab Jantan di Selat Bengkalis dan Malaka. Bentuk Persamaan Regresi Log y = log a + b log x
Karakter
Status (AP >1 / AN <1 / I=1 atau mendekati 1)
Selat Bengkalis Persamaan Regresi
Selat Malaka
Status Allometrik
Persamaan Regresi
Status Allometrik
PS
= - 0.172 + 1.031 PT
Isometrik
= - 0.078 + 0.993 PT
Isometrik
PK
= - 0.702 + 0.954 PT
Allometrik Negatif
= - 0.828 + 1.009 PT
Isometrik
TK
= - 1.393 + 1.151 PT*
Allometrik Positif
= - 1.168 + 1.054 PT*
Allometrik Positif
PM
= - 1.995 + 1.260 PT*
Allometrik Positif
= - 1.565 + 1.077 PT*
Allometrik Positif
DM
= - 1.373 + 0.927 PT
Allometrik Negatif
= - 0.848 + 0.731 PT
Allometrik Negatif
JMTI
= - 1.057 + 0.961 PT*
Isometrik
= - 1.575 + 1.142 PT*
Allometrik Positif
JAM
= - 1.562 + 0.986 PT
Isometrik
= - 2.260 + 1.242 PT
Allometrik Positif
TB
= - 0.868 + 0.988 PT*
Isometrik
= 0.361 + 0.512 PT*
Allometrik Negatif
TPE
= - 1.734 + 1.203 PT*
Allometrik Positif
= - 1.023 + 0.933 PT*
Isometrik
PBE
= - 1.512 + 1.141 PT
Allometrik Positif
= - 1.480 + 1.148 PT
Allometrik Positif
PSSD
= - 0.765 + 1.190 PT
Allometrik Positif
= - 0.014 + 0.913 PT
Allometrik Negatif
PSSV
= - 0.788 + 1.141 PT
Allometrik Positif
= - 0.310 + 0.967 PT
Allometrik Negatif
PSSA
= - 0.798 + 1.205 PT*
Allometrik Positif
= - 0.319 + 1.018 PT*
Isometrik
LB
= - 2.062 + 1.283 PT*
Allometrik Positif
= - 1.550 + 1.085 PT*
Allometrik Positif
PDSD
= - 1.839 + 1.265 PT
Allometrik Positif
= - 1.507 + 1.143 PT
Allometrik Positif
PDSP
= - 1.128 + 1.067 PT
Allometrik Positif
= - 1.110 + 1.067 PT
Allometrik Positif
PDSV
= - 3.438 + 1.617 PT*
Allometrik Positif
= - 4.202 + 1.786 PT*
Allometrik Positif
PDSA
= - 0.786 + 1.003 PT
Isometrik
= - 0.769 + 0.993 PT
Isometrik
PSEA
= - 1.087 + 1.125 PT
Allometrik Positif
= - 0.876 + 1.045 PT
Allometrik Positif
PSET
= - 5.013 + 2.350 PT
Allometrik Positif
= - 2.006 + 1.271 PT
Allometrik Positif
PSEB
= - 0.362 + 0.863 PT
Allometrik Negatif
= - 0.649 + 0.965 PT
Allometrik Negatif
Keterangan: (*) menunjukkan karakter berbeda nyata dalam pengukuran dengan menggunakan analisis uji –t. hasil analisis menunjukkan t hitung > t tabel. Nilai t Tabel adalah 2.048.
Di Selat Bengkalis, ikan C. dorab jantan hanya memiliki status isometrik 5 karakter yaitu PS, TB, PDSA, JMTI, dan JAM sedangkan untuk di Selat Malaka memiliki status isometrik sebanyak 5 karakter yaitu PS, PK, PSSA, TPE, dan PDSA. Status isometrik berarti pertambahan karakter-karakter pengukur dibandingkan dengan karakter pembanding adalah sama.
28
Tabel 9. Persamaan Regresi Linier dan Status Pertumbuhan Ikan C. dorab Betina di Selat Bengkalis dan Malaka. Bentuk Persamaan Regresi Log y = log a + b log x
Karakter
Selat Bengkalis
Status (AP >1 / AN <1 / I=1 atau mendekati 1) Selat Malaka
Persamaan Regresi
Status Allometrik
Persamaan Regresi
Status Allometrik
PS
= - 0.030 + 0.978 PT*
Allometrik negatif
= - 0.069 + 0.990 PT
Isometrik*
PK
= - 0.386 + 0.837 PT
Allometrik negatif
= - 0.698 + 0.957 PT
Allometrik negatif
TK
= - 1.157 + 1.062 PT*
Allometrik positif
= - 0.942 + 0.969 PT
Allometrik negatif*
PM
= - 1.060 + 0.913 PT*
Allometrik negatif
= - 0.881 + 0.835 PT
Allometrik negatif*
DM
= - 0.465 + 0.596 PT
Allometrik negatif
= - 1.407 + 0.943 PT
Allometrik negatif
JMTI
= - 1.198 + 1.01 PT*
Isometrik
= - 1.455 + 1.095 PT
Allometrik negatif*
JAM
= - 2.089 + 1.172 PT
Allometrik positif
= - 1.846 + 1.081 PT
Allometrik positif
TB
= - 0.742 + 0.947 PT*
Allometrik negatif
= - 1.112 + 1.070 PT
Allometrik positif*
TPE
= - 1.068 + 0.959 PT*
Allometrik negatif
= - 1.351 + 1.057 PT
Allometrik positif*
PBE
= - 0.851 + 0.905 PT
Allometrik negatif
= - 0.996 + 0.961PT
Allometrik negatif
PSSD
= - 0.248 + 0.999 PT
Isometrik
= - 0.258 + 1.002 PT
Isometrik
PSSV
= - 1.581 + 1.428 PT
Allometrik positif
= - 0.610 + 1.078 PT
Allometrik positif
PSSA
= - 0.435 + 1.068 PT*
Allometrik positif
= - 0.373 + 1.038 PT
Isometrik*
LB
= - 2.248 + 1.351 PT*
Allometrik positif
= - 1.595 + 1.106 PT
Allometrik positif*
PDSD
= - 0.365 + 0.724 PT
Allometrik negatif
= - 1.228 + 1.042 PT
Allometrik positif
PDSP
= - 1.024 + 1.028 PT
Isometrik
= - 0.959 + 1.009 PT
Isometrik
PDSV
= - 1.641 + 0.963 PT*
Allometrik negatif
= - 6.360 + 2.592 PT
Allometrik positif*
PDSA
= 0.353 - 0.584 PT*
Allometrik negatif
= - 0.861 + 1.026 PT
Isometrik*
PSEA
= 4.042 - 0.774 PT
Allometrik negatif
= - 0.753 + 0.997 PT
Isometrik
PSET
= - 0.910 + 0.849 PT
Allometrik negatif
= - 1.313 + 1.031 PT
Isometrik
PSEB
= - 0.581 + 0.946 PT*
Allometrik negatif
= - 0.646 + 0.964 PT
Allometrik negatif*
Keterangan: (*) menunjukkan karakter berbeda nyata dalam pengukuran dengan menggunakan analisis uji –t. hasil analisis menunjukkan t hitung > t tabel. Nilai t Tabel adalah 2.048.
Di Selat Bengkalis, ikan C. dorab jantan memiliki status allometrik negatif sebanyak 3 karakter yaitu PK, PSEB, dan DM sedangkan Selat Malaka memiliki status allometrik negatif sebanyak 5 karakter yaitu PSSD, PSSV, TB, PSEB, dan DM. Allometrik negatif menunjukkan bahwa pertambahan panjang karakter-
29
karakter yang diamati lebih lambat dibandingkan panjang karakter pembanding (PT). Pada Tabel 9 didapat data hasil persamaan regresi linier dari karakter ikan C. dorab betina di Selat Bengkalis dan Malaka. Karakter morfometrik ikan C. dorab betina di Selat Bengkalis memiliki status allometrik positif sebanyak 5 karakter yaitu PSSV, PSSA, TK, JAM, dan LB sedangkan di Selat Malaka status allometrik positif sebanyak 6 karakter yaitu TB, TPE, PDSD, PDSV, JAM, dan LB. Status allometrik positif memiliki arti bahwa pertambahan ukuran karakterkarakter lebih cepat dibandingkan karakter pembanding (PT). Karakter morfometrik ikan C. dorab betina di Selat Bengkalis memiliki status isometrik sebanyak 3 karakter yaitu PSSD, PDSP, dan JMTI sedangkan di Selat Malaka status isometrik sebanyak 7 karakter yaitu PS, PSSD, PSSA, PDSA, PDSP, PSEA, dan PSET. Status isometrik berarti pertambahan karakter-karakter pengukur dibandingkan dengan karakter pembanding adalah sama. Karakter morfometrik ikan C. dorab betina di Selat Bengkalis memiliki status allometrik negatif sebanyak 13 karakter yaitu PS, PK, TB, TPE, PBE, PDSD, PDSA, PDSV, PSEA, PSET, PSEB, PM, dan DM sedangkan di Selat Malaka status allometrik negatif sebanyak 7 PK, TK, PBE, PSEB, PM, DM, dan JMTI. Allometrik negatif menunjukkan bahwa pertambahan panjang karakterkarakter yang diamati lebih lambat dibandingkan panjang karakter pembanding (PT). Pengukuran morfometrik jantan dan betina untuk karakter lebar badan di Selat Bengkalis dan Selat Malaka tidak berstatus isometrik melainkan allometrik positif yang berarti pertumbuhan lebar badan lebih cepat dibandingkan panjang
30
total. Morfologi ikan C. dorab lebih terlihat lebar badan dari bagian tengah badan hingga dorsal sesuai dengan nama daerahnya ikan parang-parang yang terlihat gemuk di bagian yang tumpul dan memanjang seperti anak panah. Status karakter tinggi badan pada ikan C. dorab di Selat Bengkalis dan Selat Malaka lebih mengarah ke isometrik dan allometrik negatif diduga status pertumbuhannya lebih lambat sehingga mempertahankan bentuk tubuh yang memanjang tetapi untuk C. dorab betina di Selat Malaka berstatus allometrik positif sehingga pertumbuhan tinggi badan lebih cepat dibandingkan panjang total, diduga pertumbuhan yang lebih cepat ini disebabkan oleh aktifitas ikan betina yang tidak seagresif yang jantan seperti mencari makanan atau menghindari pemangsa lainnya dikarenakan di Selat Malaka tersedia makanan yang mudah dicari. Ukuran ikan C. dorab baik jantan maupun betina berdasarkan kisaran ukuran sesuai pada Tabel 5 dan 6 terlihat lebih panjang untuk daerah Selat Bengkalis jika dibandingkan dengan daerah Selat Malaka. Hal ini diduga juga bahwa daerah dengan perkiraan perairan yang kotor akibat aktifitas manusia menunjukkan bahwa tidak semua jenis ikan mampu bertahan hidup, namun untuk ikan C. dorab berbeda, ikan ini sepertinya beradaptasi dengan meningkatkan ukuran tubuh terutama untuk anggota gerak seperti sirip. Hal ini terjadi karena di lingkungan ini terjadi kompetisi sesama jenis atau berlainan jenis dalam mendapatkan makanan sehingga dengan peningkatan ukuran tubuh membuat ikan lebih lincah bergerak mengingat jumlah ketersediaan makanan terbatas. Selain itu, ukuran lebih besar juga bermanfaat untuk bertahan hidup dari pemangsa lainnya seperti mempertahankan diri atau menghindari pemangsa.
31
Pada sistem gerak ini perlu ditekankan bahwa segala gerakan hanya dihasilkan oleh seluruh otot tubuh, dan hanya beberapa ikan saja yang siripnya berkontribusi untuk sistem dorongan dalam berenang. Sirip ekor adalah sirip paling akhir yang memberikan kontribusi sekitar 40% dorongan ke depan. Sirip median yang meliputi sirip dorsal, anal, dan ventral berfungsi dalam mengontrol gerakan berputar dan oleng pada ikan. Sirip berpasangan, pectoral, dan pelvic berfungsi dalam mengontrol keseimbangan ritme gerakan seluruh sirip sehingga ikan bisa bergerak ke atas dan bawah air dengan mudah dan juga sirip ini bisa membuat gerakan ikan untuk melambat atau bahkan berhenti. Dorongan kesamping dan kebelakang dari kepala dan badan dalam melawan arus air menghasilkan ketahanan terhadap tekanan air dari arah dorongan samping dan depan yang berlawanan (Mackean 2004).
4.3.
Hubungan Panjang Total dengan Karakter Morfometrik Ikan C. dorab Karakter morfometrik yang diukur pada ikan C. dorab ini terdiri dari 22
karakter yang diukur pada ikan yang berjenis kelamin jantan dan betina dari daerah Selat Bengkalis dan Selat Malaka. Data hasil tiap pengukuran karakter dibandingkan dengan karakter panjang total sehingga diperoleh hubungan pertumbuhan sebanyak 21 karakter morfometrik untuk masing-masing jenis kelamin. Hasil regresi linier ikan C. dorab dari Selat Bengkalis dan Selat Malaka dapat dilihat dalam bentuk grafik perbandingan. 4.3.1 Hubungan Panjang Total dengan Karakter Morfometrik Ikan C. dorab Jantan Data hasil persamaan regresi linier 21 grafik ikan C. dorab jantan di Selat Bengkalis dan Selat Malaka dapat dilihat kekuatan hubungan antar karakter yang 32
diukur dengan karakter pembandingnya (PT). Grafik regresi mencerminkan nilai determinan (R2) dan korelasi (r). Adapun nilai keeratan hubungan karakter ditandai dengan nilai korelasi. Nilai korelasi berdasarkan Razak (2005) adalah sebagai berikut: a)
Jika nilai r antara 0 - 0,20, berarti terdapat hubungan yang sangat lemah.
b)
Jika nilai r antara 0,21 - 0,40, berarti terdapat hubungan yang lemah.
c)
Jika nilai r antara 0,41 - 0,70, berarti terdapat hubungan yang sedang.
d)
Jika nilai r antara 0,71 - 0,90, berarti terdapat hubungan yang kuat.
e)
Jika nilai r antara 0,91 - 1, berarti terdapat hubungan yang sangat kuat. Persamaan regresi linier dari 21 grafik ikan C. dorab jantan di Selat
Bengkalis dan Selat Malaka terdapat 7 grafik yang memiliki hubungan pertumbuhan yang sangat kuat (hubungan PT dengan PS, PK, PSSD, PSSV, PSSA, PDSA, dan PSEA), dan 4 grafik pertumbuhan kuat (PT dengan TPE, PDSD, PSET, dan PM). Variasi pertumbuhan ada sebanyak sepuluh grafik ikan C. dorab jantan (Lampiran 3). Hasil analisis dari persamaan regresi linier menghasilkan nilai korelasi. Nilai korelasi menunjukkan keeratan hubungan antar karakter yang diamati. Data hasil keeratan (r) hubungan antar karakter untuk ikan C. dorab jantan dari Selat Bengkalis dan Selat Malaka disajikan pada Tabel 10. Hubungan
persamaan
regresi
linier
panjang
total
dan
karakter
pembandingnya dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu hubungan panjang total terhadap karakter bagian kepala, badan dan sirip. Karakter pembanding di bagian kepala seperti hubungan panjang total terhadap tinggi kepala (Gambar 3.a)
33
memiliki persamaan regresi linier untuk ikan C. dorab jantan daerah Selat Bengkalis adalah TK = -1.393 + 1.151 PT. Tabel 10. Nilai korelasi (r) Ikan C. dorab Jantan di Selat Bengkalis dan Selat Malaka. Nilai Korelasi (r) Morfometrik Ikan C. dorab jantan Karakter
Selat Bengkalis Nilai Determinan (R2)
Nilai Korelasi (r)
PS/PT
0.907
PK/PT
Selat Malaka Status Hubungan
Nilai Determinan (R2)
Nilai Korelasi (r)
Status Hubungan
0.95
Sangat kuat
0.991
1.00
Sangat kuat
0.835
0.91
Sangat kuat
0.899
0.95
Sangat kuat
TK/PT
0.792
0.89
kuat
0.934
0.97
Sangat kuat
PM/PT
0.688
0.83
Kuat
0.712
0.84
Kuat
DM/PT
0.672
0.82
Kuat
0.828
0.91
Sangat kuat
JMTI/PT
0.758
0.87
Kuat
0.905
0.95
Sangat kuat
JAM/PT
0.391
0.63
Sedang
0.690
0.83
Kuat
TB/PT
0.667
0.82
kuat
0.158
0.40
Lemah
TPE/PT
0.722
0.85
kuat
0.799
0.89
Kuat
PBE/PT
0.177
0.42
Sedang
0.776
0.88
Kuat
PSSD/PT
Sangat kuat
0.896
0.95
Sangat kuat Sangat kuat
0.934
0.97
PSSV/PT
0.938
0.97
Sangat kuat
0.974
0.99
PSSA/PT
0.868
0.93
Sangat kuat
0.982
0.99
Sangat kuat
LB/PT
0.697
0.83
kuat
0.915
0.96
Sangat kuat
PDSD/PT
0.497
0.70
Kuat
0.765
0.87
Kuat
PDSP/PT
0.700
0.84
Kuat
0.954
0.98
Sangat kuat
PDSV/PT
0.456
0.68
Sedang
0.541
0.74
Kuat
PDSA/PT
0.829
0.91
Sangat kuat
0.908
0.95
Sangat kuat
PSEA/PT
0.827
0.91
Sangat kuat
0.977
0.99
Sangat kuat
PSET/PT
0.632
0.79
Kuat
0.787
0.89
Kuat
PSEB/PT
0.703
0.84
Kuat
0.870
0.93
Sangat kuat
Persamaan tersebut menunjukkan bahwa jika terjadi pertambahan ukuran panjang total sebanyak 1.151 log maka pertambahan ukuran akan terjadi untuk tinggi kepala sebanyak 1.393 log, sedangkan untuk daerah Selat Malaka memiliki persamaan regresi linier TK = - 1.168 + 1.054 PT yang menunjukkan bahwa setiap pertambahan panjang total sebanyak 1.054 log maka pertambahan TK ikut tumbuh sebanyak 1.168 log.
34
Persamaan untuk karakter bagian kepala lainnya (DM, JMTI, dan JAM) ikan C. dorab jantan pada dasarnya memiliki nilai hubungan yang sama seperti karakter TK yaitu jika bertambah pertambahan panjang total maka panjang karakter pembanding akan ikut bertambah juga. Perbedaan terdapat pada nilai log panjang total dan karakter pembandingnya saja. Nilai korelasi panjang total dengan tinggi kepala ikan C. dorab di Selat Bengkalis (Gambar 3.a), yaitu R² = 0.792 r = 0.89. Hal ini menunjukkan korelasi yang kuat, sedangkan untuk daerah Selat Malaka memiliki nilai korelasi R² = 0.934 r = 0.97 menunjukkan korelasi yang sangat kuat. Karakter pembanding bagian kepala lainnya seperti DM dan JMTI memiliki korelasi yang kuat sedangkan karakter JAM memiliki korelasi yang sedang untuk daerah Selat Bengkalis sedangkan untuk daerah Selat Malaka karakter DM dan JMTI memiliki korelasi yang sangat kuat sedangkan karakter JAM memiliki korelasi kuat. Grafik pertambahan panjang total terhadap karakter bagian kepala lainnya dapat dilihat pada Gambar 3.b, 3.c, dan 3.d. Keeratan hubungan dilihat dari nilai korelasi (r). Keeratan hubungan korelasi tersebut dapat dibagi menjadi lima bagian yaitu jika nilai r antara 0-0,20 berarti terdapat hubungan yang sangat lemah, nilai r antara 0,21-0,40 hubungan yang lemah, nilai r antara 0,41-0,70 hubungan yang sedang, nilai r 0,71-0,91 berarti terdapat hubungan yang kuat, dan apabila nilai r antara 0,91-1 berarti terdapat hubungan yang sangat kuat (Razak 2005). Hubungan persamaan regresi linier antara panjang total terhadap karakter pembanding bagian badan ikan C. dorab jantan yaitu karakter TB, PBE, dan LB. Penjelasan persamaan regresi untuk setiap karakter pembanding ini memiliki arti
35
yang sama seperti bagian kepala yaitu jika pertambahan total bertambah maka pertambahan karakter pembanding juga ikut bertambah, hanya nilai log pada panjang total dan karakter pembanding saja yang berbeda. Grafik untuk pertambahan panjang total dengan karakter pembanding bagian badan dapat dilihat pada Gambar 3.e, 3.f, dan 4.g. 1.3
Log TK
1.8 1.6
TK = - 1.393 + 1.151 PT R² = 0.792 r = 0.89
1.2
TK = - 1.168 + 1.054 PT R² = 0.934 r = 0.97
1.1
Log DM
2
1.4
DM = - 1.373 + 0.927 PT R² = 0.672 r = 0.82 DM = - 0.848 + 0.731 PT R² = 0.828 r = 0.91
1 0.9
SB
1.2 2.4
2.6
2.8
3
2.4
SM
Log PT
SB
0.8
(a) 1.2
JMTI= - 1.057 + 0.961 PT R² = 0.758 r= 0.87 JMTI= - 1.575 + 1.142 PT R² = 0.905 r = 0.95
1.1
2.8
3
0.9
JAM = - 2.260 + 1.242 PT R² = 0.690 r = 0.83
0.8
SB
0.6
SM
Log PT
JAM = - 1.562 + 0.986 PT R² = 0.391 r = 0.63
1
0.7
SB
2.45
1.9 Log TB
2.85
SM
2 TB = - 0.868 + 0.988 PT R² = 0.667 r = 0.82 TB = 0.361 + 0.512 PT R² = 0.158 r = 0.40
1.6 1.3
SB
1 2.6 2.8 Log PT
3
SM
1.8 Log PBE
(c)
2.4
2.65 Log PT
(d)
(c) 2.2
SM
(b)
1.3
Log JAM
Log JMTI
(a)
2.6
3
(b)
1.7 1.6 1.5 1.4 1.3 1.2 1.1 1 2.4
2.6 2.8 Log PT
1.6
(d)
1.4 1.2 1
PBE = - 1.512 + 1.141 PT R² = 0.177 r = 0.42 PBE = - 1.480 + 1.148 PT R² = 0.776 r = 0.88
SB
0.8 2.52
2.72 Log PT
SM
(f) (e) Gambar 3. Grafik hubungan PT dengan (a). TK (b). DM (c). JMTI (d). JAM (e). TB dan (f). PBE ikan Chirocentrus dorab Jantan di Selat Bengkalis dan Selat Malaka. Keterangan : SB = Selat Bengkalis SM = Selat Malaka 36
Nilai korelasi antara PT dengan TB, PBE dan LB ikan C. dorab untuk daerah Selat Bengkalis dan Selat Malaka yang terdapat pada nilai (r) yaitu TB (SB = kuat, SM = lemah), PBE (SB = sedang, SM = kuat), dan LB (SB = kuat, SM = sangat kuat). Korelasi keeratan karakter berbeda pada tiap karakter. 1.4
1.7 1.6 1.4 1.3
LB = - 1.550 + 1.085 PT R² = 0.915 r = 0.96
1.2
1 Log PDSV
Log LB
1.2
LB = - 2.062 + 1.283 PT R² = 0.697 r = 0.83
1.5
PDSV = - 3.438 + 1.617 PT R² = 0.456 r = 0.68
0.8 0.6
PDSV = - 4.202 + 1.786 PT R² = 0.541 r = 0.74
0.4
1.1
0.2
SB
1 2.45
2.65
SB
0
2.85
SM
Log PT
2.4
2.6
3
SM
Log PT
(g)
(h)
1.95
2.1
1.9
2.05
1.8
PDSP = - 1.110 + 1.067 PT R² = 0.954 r = 0.98
1.75 1.7
SB
1.65 1.6 2.4
2.6
2.8
Log PT
3
SM
Log PSEB
PDSP = - 1.128 + 1.067 PT R² = 0.700 r = 0.84
1.85 Log PDSP
2.8
PSEB= - 0.362 + 0.863 PT R² = 0.703 r = 0.84
2
PSEB= - 0.649 + 0.965 PT R² = 0.870 r = 0.87
1.95 1.9 1.85
SB
1.8 2.4
2.6
2.8
3
SM
Log PT
(i) (j) Gambar 4. Grafik hubungan PT dengan (g). LB (h). PDSV (i). PDSP (j). PSEB ikan Chirocentrus dorab Jantan di Selat Bengkalis dan Selat Malaka. Keterangan : SB = Selat Bengkalis SM = Selat Malaka Hubungan karakter panjang total terhadap karakter pembanding bagian sirip yaitu PDSV, PDSP, dan PSEB ikan C. dorab jantan di Selat Bengkalis dan Selat Malaka disajikan pada Gambar 4.h, 4 4.i, 4.j. Hubungan regresi linier antara panjang total dengan karakter pembanding bagian sirip yaitu PDSV, PDSP, dan PSEB ikan C. dorab jantan memiliki arti yang sama seperti karakter pembanding
37
bagian kepala dan badan yaitu jika panjang total bertambah maka karakter pembanding ikut bertambah juga dengan nilai log panjang total dan karakter pembanding yang disesuaikan pada saat penghitungan nilai nisbah. Hubungan korelasi antara panjang total terhadap PDSV, PDSP, dan PSEB yang terdapat di Selat Bengkalis dan Selat malaka yaitu PDSV (SB = sedang, SM = kuat), PDSP (SB = kuat, SM = sangat kuat), dan PSEB (SB = kuat, SM = sangat kuat). Hubungan korelasi antar karakter yang sama pada karakter PDSP dan PSEB untuk Selat Bengkalis dan Selat Malaka. Hasil uji t dengan menggunakan software SPSS menunjukkan terdapat karakter yang berbeda nyata pada ikan C. dorab jantan. Karakter-karakter tersebut adalah antara panjang kepala terhadap bagian kepala (TK, PM, dan JMTI) dan bagian badan (PSSA, TB, TPE, dan LB). 4.3.2 Hubungan Panjang Total dengan Karakter Morfometrik Ikan C. dorab Betina Persamaan regresi linier dari 21 grafik ikan C. dorab betina di Selat Bengkalis dan Selat Malaka terdapat 5 grafik yang memiliki pertumbuhan sangat kuat yaitu PS, PSSD, PSSA, TB, dan TPE. Variasi pertumbuhan ada sebanyak enam belas grafik ikan C. dorab betina (Lampiran 4). Hasil analisis dari persamaan regresi linier menghasilkan nilai korelasi. Nilai korelasi menunjukkan keeratan hubungan antar karakter yang diamati. Data hasil keeratan (r) hubungan antar karakter untuk ikan C. dorab betina dari Selat Bengkalis dan Selat Malaka disajikan pada Tabel 11. Hubungan persamaan regresi linier panjang total dan karakter pembandingnya dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu hubungan panjang total terhadap karakter bagian kepala, badan dan sirip
38
Tabel 11. Nilai korelasi (r) Ikan C. dorab Betina di Selat Bengkalis dan Selat Malaka Nilai Korelasi (r) Morfometrik Ikan C. dorab betina Karakter
Selat Bengkalis Nilai Determinan (R2)
Nilai Korelasi (r)
PS/PT
0.964
PK/PT TK/PT
Selat Malaka Status Hubungan
Nilai Determinan (R2)
Nilai Korelasi (r)
Status Hubungan
0.98
Sangat kuat
0.997
1.00
Sangat kuat
0.767
0.88
kuat
0.960
0.98
Sangat kuat
0.643
0.80
kuat
0.953
0.98
Sangat kuat
PM/PT
0.409
0.64
Sedang
0.515
0.72
kuat
DM/PT
0.510
0.71
kuat
0.459
0.68
sedang
JMTI/PT
0.673
0.82
kuat
0.928
0.96
Sangat kuat
JAM/PT
0.632
0.79
kuat
0.853
0.92
Sangat kuat
TB/PT
0.870
0.93
Sangat kuat
0.942
0.97
Sangat kuat
TPE/PT
0.897
0.95
Sangat kuat
0.969
0.98
Sangat kuat
PBE/PT
0.433
0.66
Sedang
0.731
0.85
kuat
PSSD/PT
0.956
0.98
Sangat kuat
0.987
0.99
Sangat kuat
PSSV/PT
0.613
0.78
kuat
0.976
0.99
Sangat kuat
PSSA/PT
0.961
0.98
Sangat kuat
0.996
1.00
Sangat kuat
LB/PT
0.761
0.87
kuat
0.935
0.97
Sangat kuat
PDSD/PT
0.207
0.45
Sedang
0.645
0.80
kuat
PDSP/PT
0.750
0.87
Kuat
0.928
0.96
Sangat kuat
PDSV/PT
0.280
0.53
Sedang
0.808
0.90
kuat
PDSA/PT
0.530
0.73
Kuat
0.941
0.97
Sangat kuat
PSEA/PT
0.048
0.22
Lemah
0.907
0.95
Sangat kuat
PSET/PT
0.363
0.60
Sedang
0.53
0.73
kuat
PSEB/PT
0.768
0.88
Kuat
0.943
0.97
Sangat kuat
Hubungan panjang total dengan karakter PK, TK, PM, DM, JMTI, dan JAM dapat dilihat pada Gambar 5. Karakter pembanding di bagian kepala seperti hubungan panjang total terhadap panjang kepala (Gambar 5.a) memiliki persamaan regresi linier yaitu PK = - 0.386 + 0.837 PT. Persamaan ini memiliki arti bahwa jika panjang total bertambah sebanyak 0.837 log, maka pertambahan panjang kepala akan ikut bertambah sebanyak 0.386 log sedangkan untuk daerah Selat Malaka memiliki persama regresi yaitu PK = 0.698 + 0.957 PT. Persamaan ini menunjukkan bahwa jika panjang total bertambah 0.957 log maka panjang kepala ikut bertambah sebanyak 0.698 log. Hubungan panjang total dengan
39
karakter pembanding lain bagian kepala (TK, PM, DM, JMTI, dan JAM) untuk ikan C. dorab betina daerah Selat Bengkalis dan Selat Malaka (Gambar 5.b, 5.c, 5.d, 5.e, dan 5.f) memiliki arti yang sama yaitu jika panjang total bertambah maka karakter pembanding akan ikut bertambah sesuai dengan karakter yang diukur sehingga yang berbeda adalah nilai nil log saja. 2
2.05
1.9
2
1.8 PK = - 0.386 + 0.837 PT R² = 0.767 r = 0.88
1.9 1.85
Log TK
Log PK
1.95
1.6
PK = - 0.698 + 0.957 PT R² = 0.960 r = 0.98
1.8 1.75 1.7 2.46
2.66 Log PT
2.86
TK= - 1.157 + 1.062 PT R² = 0.643 r = 0.80
1.7
TK= - 0.942 + 0.969 PT R² = 0.953 r = 0.98
1.5 1.4
SB SM
2.55
1.5
1.5
1.4
1.4
1.3 PM = - 1.060 + 0.913 PT R² = 0.409 r = 0.64
1.3 1.2
PM = - 0.881 + 0.835 PT R² = 0.515 r = 0.72
1.1 2.55
2.65 2.75 Log PT
SB SM
DM = - 0.465 + 0.596 PT R² = 0.510 r = 0.71
1.2
DM = - 1.407 + 0.943 PT R² = 0.459 r = 0.68
1.1 1
SB SM
0.9
1 2.85
SB SM
0.8 2.45
(c)
2.65 Log PT
2.85
(d) 1.3
1.8 1.7 1.6 1.5 1.4 1.3 1.2 1.1 1
1.2 JMTI = - 1.198 + 1.01 PT R² = 0.673 r = 0.82 JMTI= - 1.455 + 1.095 PT R² = 0.928 r = 0.96
2.45
2.65 Log PT
2.85
SB SM
Log JAM
Log JMTI
2.85
(b)
1.6
Log DM
Log PM
(a)
2.65 2.75 Log PT
1.1
JAM = - 2.089 + 1.172 PT R² = 0.632 r = 0.79
1
JAM = - 1.846 + 1.081 PT R² = 0.853 r = 0.97
0.9 0.8 2.55
2.75 Log PT
SB SM
(e) (f) Gambar 5. Grafik hubungan PT dengan (a). PK (b). TK (c). PM (d). DM (e). JMTI (f). JAM ikan Chirocentrus dorab betina di Selat Bengkalis dan Selat Malaka. Keterangan : SB = Selat Bengkalis SM = Selat Malaka
40
Korelasi panjang total dengan panjang kepala ikan C. dorab betina di Selat Bengkalis (5.a) yaitu R² = 0.767 r = 0.88. Nilai (r) menunjukkan korelasi hubungan yang kuat sedangkan di Selat Malaka yaitu R² = 0.960 r = 0.98. Nilai (r) menunjukkan korelasi yang sangat kuat. Korelasi hubungan panjang total terhadap karakter pembanding lain di bagian kepala yaitu TK (SB = kuat, SM = sangat kuat), PM (SB = sedang, SM = kuat), DM (SB = kuat, SM = sedang), JMTI (SB = kuat, SM = sangat kuat), dan JAM (SB = kuat, SM = sangat kuat). Hubungan korelasi antar karakter yang sama di Selat Bengkalis dan Selat Malaka pada karakter TK, JMTI, dan JAM yaitu kuat dan sangat kuat. 1.9
2.5
1.8
Log PSSV
2.4
PSSV= - 1.581 + 1.428 PT R² = 0.613 r = 0.78
2.3 2.2 2.1
Log PBE
2.6
PSSV= - 0.610 + 1.078 PT R² = 0.976 r = 0.99
2
2.45
2.65
2.85
PBE = - 0.851 + 0.905 PT R² = 0.433 r = 0.66
1.6 1.5
PBE = - 0.996 + 0.961 PT R² = 0.731 r = 0.85
1.4
1.9 1.8
1.7
1.3
SB SM
2.45
2.65 Log PT
Log PT
(g)
2.85
SB SM
(h) 1.7 LB= - 2.248 + 1.351 PT R² = 0.761 r = 0.87 LB = - 1.595 + 1.106 PT R² = 0.935 r =
2.47
2.67 Log PT
(i)
2.87
SB SM
Log PDSD
Log LB
1.8 1.7 1.6 1.5 1.4 1.3 1.2 1.1 1
1.6 PDSD = - 0.365 + 0.724 PT R² = 0.207 r = 0.45
1.5 1.4
PDSD = - 1.228 + 1.042 PT R² = 0.645 r = 0.8
1.3 1.2 2.55
2.75 Log PT
SB SM
(j)
Gambar 6. Grafik hubungan PT dengan (g). PSSV (h). PBE (i). LB (j). PDSD ikan Chirocentrus dorab betina di Selat Bengkalis dan Selat Malaka. Keterangan : SB = Selat Bengkalis SM = Selat Malaka
41
Hubungan panjang total terhadap karakter pembanding pada bagian badan yaitu PSSV, PBE, dan LB ikan C. dorab betina di Selat Bengkalis dan Selat Malaka (Gambar 6.g, 6.h, 6.i). Persamaan regresi linier antara panjang total dengan karakter pembanding ikan C. dorab betina sama halnya dengan panjang total terhadap panjang kepala (PK). Persamaan ini dimaksudkan bahwa jika pertambahan panjang total bertambah maka panjang karakter pembanding ikut bertambah juga. Perbedaan terletak pada nilai log panjang total dan karakter pembanding disesuaikan pada saat penghitungan karakter masing-masing. Korelasi antara panjang total terhadap karakter pembanding bagian badan di Selat Bengkalis dan Selat Malaka yaitu PSSV(SB = kuat, SM = sangat kuat), PBE (SB= sedang, SM = kuat), dan LB (SB = kuat, SM = sangat kuat). Hubungan korelasi karakter yang sama antara Selat Bengkalis dan Selat Malaka pada karakter PSSV dan LB yang memiliki korelasi kuat dan sangat kuat. Persamaan regresi linier antara karakter panjang total terhadap karakter pembanding bagian sirip seperti PDSD, PDSA, PDSV, PDSP, PSEA, PSET, dan PSEB ikan C. dorab betina terdapat persamaan perhitungan bentuk regresi sama seperti panjang total terhadap panjang kepala (PK) atau pada perhitungan persamaan regresi pada karakter lain yaitu jika panjang total bertambah maka panjang kepala juga ikut bertambah, perbedaan terletak pada nilai log karakter sesuai dengan penghitungan masing-masing karakter. Pada grafik terlihat persamaan regresi masing-masing karakter (Gambar 6.j, 7.k, 7.l, 7.m, 7.n, 7.o, dan 7.p)
42
Korelasi antara panjang total terhadap karakter pembanding bagian sirip adalah PDSD (SB = sedang, SM = kuat), PDSA (SB = kuat, SM = sangat kuat), PDSV (SB = sedang, SM = kuat), PDSP (SB = kuat, SM = sangat kuat), PSEA (SB = lemah, SM = sangat kuat), PSET (SB (SB = sedang, SM = kuat), dan PSEB (SB
2.05
1.4
2
1.2
1.95
PDSA = 0.353 - 0.584 PT R² = 0.530 r = 0.73 PDSA = - 0.861 + 1.026 PT R² = 0.941 r = 0.97
1.9 1.85 1.8 1.75 2.4
2.6 2.8 Log PT
3
Log PDSV
Log PDSA
= kuat, SM = sangat kuat).
PDSV = - 1.641 + 0.963 PT R² = 0.280 r = 0.53
1 0.8
PDSV = - 6.360 + 2.592 PT R² = 0.808 r =
0.6 0.4 0.2
SB SM
2.4
(k)
PDSP = - 1.024 + 1.028 PT R² = 0.750 r = 0.87 PDSP = - 0.959 + 1.009 PT R² = 0.928 r = 0.96
1.65
2 Log PSEA
Log PDSP
1.85
1.7
PSEA = 4.042 - 0.774 PT R² = 0.048 r = 0.22
1.8 1.6
PSEA = - 0.753 +0.997 PT R² = 0.907 r = 0.95
1.4 1.2
1.6
1 2.45
2.65 Log PT
2.85
2.45
(m)
1.5 1.4
PSET = -0.910+0.849 PT R² = 0.363 r= 0.79
1.2
PSET = - 1.313+1.031 PT R² = 0.53 r= 0.89
1.1 1 2.45
2.65 Log PT
2.85
Log PSEB
SB SM
1.6
1.3
2.65 Log PT
2.85
SB SM
(n)
1.7
Log PSET
3
2.2
SB SM
1.9
1.75
2.6 2.8 Log PT
(l)
1.95
1.8
SB SM
0
2.15 2.1 2.05 2 1.95 1.9 1.85 1.8
PSEB = - 0.581 0.581+ 0.946 PT R² = 0.768 r = 0.88 PSEB = - 0.646 + 0.964 PT R² = 0.943 r = 0.97
2.4
2.6 2.8 Log PT
3
SB SM
(o) (p) Gambar 7. Grafik hubungan PT dengan (k). PDSA (l). PDSV (m). PDSP (n). PSEA (o). PSET (p). PSEB ikan Chirocentrus dorab betina di Selat Bengkalis dan Selat Malaka. Keterangan : SB = Selat Bengkalis SM = Selat Malaka
43
Korelasi keeratan yang sama terdapat pada karakter PDSD, PDSV, dan PSET sehingga karakter ini memiliki kesamaan korelasi sedang untuk daerah Selat Bengkalis dan kuat untuk daerah Selat Malaka. Karakter yang korelasi keeratan lainnya yaitu kuat pada daerah Selat Bengkalis dan sangat kuat pada daerah Selat Malaka terdapat pada karakter PDSA, PDSP, dan PSEB. Korelasi keeratan karakter bisa dilihat pada gambar di atas berdasarkan dari nilai korelasi (r). Hasil uji t dengan menggunakan software SPSS menunjukkan terdapat karakter yang berbeda nyata pada ikan C. dorab betina. Karakter-karakter tersebut adalah antara panjang kepala terhadap bagian kepala (TK, PM, dan JMTI) dan bagian badan (PSSA, TB, TPE, dan LB). Setiap karakter pembanding yang dibahas dikelompokkan sesuai dengan bagian masing-masing seperti bagian kepala, tubuh, dan sirip. Hal ini digunakan untuk mempermudah dalam melihat karakter yang dibandingkan lebih terstruktur dan mudah dipahami. Setiap karakter pembanding ini memiliki persamaan regresi linier dan nilai korelasi berdasarkan penghitungan R2 disederhanakan menjadi nilai (r). Nilai (r) digunakan sebagai patokan dalam menentukan korelasi keeratan karakter-karakter yang diukur pada ikan C. dorab pada jenis kelamin jantan atau betina di Selat Bengkalis Desa Meskom dan Selat Malaka Desa Selatbaru. Pembahasan morfometrik yang digunakan untuk perbandingan karakter pembanding adalah panjang total. Panjang total digunakan karena merupakan ukuran tubuh yang terpanjang pada tubuh jika dibandingkan dengan karakterkarakter lainnya.
44
Hasil uji t pada ikan C. dorab jantan dan betina dikedua perairan menunjukkan terdapat banyak perbedaan yang nyata antara dua lokasi. Perbedaan yang terlihat dari pengukuran morfometrik yang dilanjutkan dengan uji-t ini merupakan respon ikan C. dorab terhadap lingkungannya. Perbedaan kondisi lingkungan berdampak pada pola adaptasi ikan, salah satunya adalah bentuk tubuh dan ukuran beberapa bagian tubuh seperti panjang, tinggi, dan lebar badan ikan. Intensitas jumlah makanan akan mempengaruhi bentuk tubuh ikan terutama lebar badan (Nuryanto 2001).
4.4.
Meristik Ikan C. dorab Meristik adalah jumlah bagian luar tubuh ikan, seperti perhitungan jumlah
jari-jari sirip dan sisik ikan (Tabel 12). Pada tahap pengambilan sampel ikan sudah dalam keadaan hampir tidak bersisik di seluruh tubuh dikarenakan sisik pada ikan C. dorab sangat tipis dan halus sehingga mudah lepas dari tubuhnya. Tabel 12. Karakter Meristik Ikan Parang-parang (C. dorab) di Selat Bengkalis dan Selat Malaka Lokasi Karakter Meristik ( ∑ jari – jari dan sisik) Selat Bengkalis
Selat Malaka
Sirip punggung
D. XI. 6-8
D. XI. 6-8
Sirip dada
P. X. 3-4
P. X. 3-4
Sirip perut
V. 5-7
V. 5-7
Sirip anus
A. 24-33
A. 24-33
Sirip ekor
C. 15-18
C. 15-18
70 - 75
70 - 75
Jumlah sisik pada batang ekor
45
Ikan C. dorab tidak memiliki gurat sisi dan pada tubuh dilindungi oleh sisik sikloid yang halus dan kecil sehingga sangat mudah lepas (Biosearch 2012). Pada bagian sisik dihitung pada bagian batang ekor karena bagian ini sisik masih menempel. Untuk bagian lain seperti sisik pada garis rusuk, di atas garis rusuk, dan di bawah garis rusuk tidak dilakukan penghitungan karena sisik dalam kondisi sudah lepas semua dan bagian ini adalah sisik yang paling mudah lepas. Penelitian yang dilakukan di Laboratorium Zoologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang berarti dari karakter meristik pada perairan desa Meskom dan Selatbaru. Hal ini dikarenakan karakter meristik termasuk kedalam pencirian suatu spesies. Hasil perhitungan karakter meristik menunjukkan bahwa sirip punggung (dorsal) memiliki jumlah jari-jari keras sebanyak 11 dan jari-jari lemah berkisar antara 6 sampai 8, sirip dada (pektoral) memiliki jumlah jari-jari keras sebanyak 10 dan jari-jari lemah 3 sampai 4, sirip perut (ventral) memiliki jumlah jari-jari lemah 5 sampai 7, sirip anus (anal) memiliki jumlah jari-jari lemah sebanyak 2433, dan sirip ekor (caudal) memiliki jari-jari lemah sebanyak 15-18. Untuk penghitungan sisik berkisar antara 70 – 75 pada bagian batang ekor.
46
V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1.
Kesimpulan Hasil penelitian terhadap karakteristik morfometrik dan meristik ikan
Parang-parang di perairan Selat Bengkalis dan Selat Malaka didapat kesimpulan sebagai berikut: 1.
Morfologi ikan Parang-parang (C. dorab) yang berada di Selat Bengkalis dan Selat Malaka tidak memiliki perbedaan.
2.
Status hubungan pertumbuhan ikan C. dorab jantan maupun betina di Selat bengkalis dan Selat Malaka memiliki status hubungan allometrik positif , isometrik, dan allometrik negatif.
3.
Hasil uji t pada ikan C. dorab jantan menunjukkan terdapat perbedaan nyata dari 8 karakter pada jantan yaitu PSSA, TK, TB, TPE, PDSV, PM, JMTI, dan LB dan 10 karakter pada betina yaitu PS, PSSA, TK, TB, TPE, PDSA, PDSV, PSEB, PM, JMTI, dan LB.
4.
Karakter meristik ikan parang-parang (C. dorab) jantan dan betina tidak berbeda.
5.2.
Saran Penilitian ini hanya dilakukan untuk melihat status pertumbuhan ikan
Parang-parang (C. dorab) antara dua lokasi yang berbeda yaitu di Selat Bengkalis dan Malaka. Diharapkan selanjutnya untuk ikan yang sama dilakukan penelitian di lokai lain sehingga bisa mewakili karakter-karakter ikan Parang-parang secara umum karena ikan perairan ini termasuk dalam tingkat ikan konsumsi terbesar.
47
DAFTAR PUSTAKA Akbar, H. 2008. Studi Karakter Morfometrik-Meristik Ikan Betok (anabas testudineus bloch) di Das Mahakam Tengah Propinsi Kalimantan Timur. [Skripsi]: Program Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. Anonim. 2011. Geografi Kabupaten Bengkalis. http: //www. bengkaliskab.go. id/statis-23-geografi.html. [accessed date : 20 Mei 2012]. Affandi, R., Sjafei, D.S., Raharjo, F.M., Sulistiono. 1992. Iktiologi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat IPB. Bogor. Affandi, R. 1992. Ichtyologi. Suatu Pedoman Kerja Laboratorium. IPB: Bogor. Benetti, Fransozoan. 2004. Relative growth of Uca Burgerri (Crustacea, Ocypodidae) from Two Mangrove in The Southeastern Brazilian Coast Iheringia. Serie Zoologia Print ISSN 00773-4721. Brazil. Biosearch. 2012. Chirocentrus dorab (Forsskål, 1775). http: //www. biosearch.in/ publicOrganismPage.php?id=2747. [accessed date : 2 Desember 2012]. Burhanuddin AI, Y Iwatsuki, T Yoshino, S Kimura. 2002. Small and valid species of Trichiurus brevis Wang and You, 1992 and T. russelli Dutt and Thankam, 1966, defined as the “T. russelli complex” (Perciformes: Trichiuridae). Ichthyol. Res. 49: 211-223. Cmilitante. 2010. Common names. http: //www.fishbase.Org/comnames / index .html. [accessed date : 010 November 2011]. Collins, M.R. 1985. Species profiles: life histories and environmental requirements of coastal fishes and invertebrates (south Florida): white mullet. U.S. Fish and Wildlife Service Biological Report 82(11.39). 7 pp. Dahuri, R. 2003. Keanekaragaman hayati laut : Aset Pembangunan Berkelanjutan Indonesia. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. DG. Mackean, I. Mackean. 2004. Fish-Structure and Function. http: //www. biology-resources.com/fish-01.html [accessed date : 26 Oktober 2012]. Djuhanda, T. 1982. Pengantar Anatomi Perbandingan Vertebrata I. Armico. Bandung.
48
Djuhanda, T. 1983. Analisa Struktur Vertebrata l. Armico. Bandung. Elvyra R dan Yus Y. 2010. Karakterisasi Morfometrik dan Meristik Kryptopterus spp. Di Provinsi Riau. Laporan Penelitian Hibah Bersaing Tahun II. Lembaga Penelitian Universitas Riau. Pekanbaru. Effendi. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta. Fao. 2012. Chirocentrus dorab (Forsskål, 1775). http: //www.fao.org/fishery/ species/2113/en. [accessed date : 01 Juli 2011]. Fauziyah et al. 2010. Densitas Schooling ikan pelagis pada musim timur menggunakan metode hidroakustik di perairan selat bangka; jurnal penelitian sains 13 nomor 2(D) 13210. Fujaya, Y. 2002. Fisiologi Ikan : Dasar Pengembangan Teknologi Perikanan. .Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Depdiknas. Jakarta. Ghufron, M., Kordi, K. 1996. Parameter kualitas air. Karya Anda. Jawa Timur. Haryono. 2001. Variasi Morologi dan Morfometri Ikan Dokun (Puntius lateristriga) di Sumatera. Jurnal Biota VI (3):109-116. ISSN 0853-8670. Herring, M. 2011. Chirocentrus dorab. http: //animaldiversity. ummz. umich. edu/ accounts/Chirocentrus_dorab/. [accessed date : 06 Januari 2013]. Hurlbut, T., Clay, D. (1998). Morphometric and Meristic Differences Between Shallow and Deepwater Populations of Whitehake (Urophycis tenuis) in the Southern Gulf of St. Lawrence. Canadian Journal of Fisheries and Aquatic Sciences 55, 2274-2282. Irfan.
2009. Ciri morfometrik pada ikan. http://id.shvoong.com/exactsciences/biology/1932304-ciri-morfometrik-pada-ikan/. [accessed date : 12 April 2012].
Ismen, A. 2000. Use of a Determinant Function for the Morphometric and Meristic Saperation of Whiting Stocks, Merlangius Euxinus, Along the Turkish Black Sea Coast. Faculty of Fisheries, Mustafa Kemal University. Turk j zool 25 (2001).
49
Iqbal, A. 2008. Peningkatan Pengetahuan Konsepsi Sistematika dan Pemahaman Sistem Organ Ikan yang Berbasis Scl pada Matakuliah Ikhtiologi. Lembaga kajian dan pengembangan pendidikan (LKPP). Kent, G.G. 1954. Comparative Anatomy of the Vertebrates. McGraw Hill Book Company, inc. Newyork. Laevastu, T. 1993. Marine Climate, Weather and Fisheries. John Wiley & Sons, INC. Newyork. Luther, G. 1966. On the little known fish, Chirocentrus nudus Swainson from the Indian Seas, and its comparison with Chirocentrus dorab (Forskal). Journal of the Marine Biological Association of India 8 (1): 193-201. Luther, G. 1973. The Dorab Fishery Resources of India. Proceedings of the Syposium on Living Resources of The Seas Around India, 11: 445-454. Myers, P., R. Espinosa et al. 2013. http:// animal diversity. ummz. umich. Edu /collections/contributors/Grzimek_fish/Clupeiformes/Chirocentrus_dorab /. [accessed date : 06 Januari 2013]. Nelwan, A. 2001. Studi tentang Variabilitas Hasil Tangkapan Mini Purse Seine di Perairan Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan dan Hubungannya dengan Faktor Lingkungan. [Thesis]: Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. Nelwan,
A. 2004. Pengembangan Kawasan Perairan menjadi Daerah Penangkapan Ikan ; Makalah Pribadi Falsafah Sains (Pps 702) Sekolah Pasca Sarjana / S3 Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Nurlina. 2007. Kajian Morfometrik dan Meristik Ikan Terbang yang Tertangkap Di Perairan Selat Makassar dan Laut Flores. [Thesis] program studi Sistem-Sitem Pertanian konsentrasi Perikanan Pascasarjana Unhas Makassar. Makassar. Nuryanto, A. 2001. Morfologi, Kariotip dan Pola Protein Ikan Nilem (osteochilus sp.) dari Sungai Cikawung dan Kolam Budidaya Kabupaten Cilacap. [Thesis]: Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. Parin, N.V. 1999. Exocoetidae, pp. 2162-2179. In Carpenter, K.E. and V.H Niem (eds.). FAO Species Identification Guide for Fishery Purpose. The living
50
Marine-Resources of Western Central Pasific. Volume 4. Bony Fishes (Mugilidae to Carangidae). FAO, Rome. Prihartini, A. 2006. Analisis Tampilan Biologis Ikan Layang (Decapterus spp) Hasil Tangkapan Purse Seine yang didaratkan di Ppn Pekalongan. [Thesis]: Program Pascasarjana Universitas Diponegoro. Semarang. Razak, A. 2005. Statistika Pengolahan Data Sosial Sistem Manual. Penerbit Autografika. Pekanbaru. Smith, P. J., P. J. McMillan, B. Bull, S. M. McVeagh, P. M. Gaflhey, & S. Chow. 2002. Genetic and Meristic Variation in Black and Smooth Oreos in the New Zealand Exclusive Economic Zone. J. Mar. Freshw. Res. 36: 737750. New Zealand. Soesilo, I. Budiman. 2003. Laut Indonesia : Teknologi dan pemanfaatannya. Lembaga informasi dan studi pembangunan indonesia (LISPI) Sugiri, N. 1992. Biologi Sel Volume 1. Pusat antar Universitas Ilmu Hayati, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sunyoto, P. 1994. Pembesaran kerapu dengan kerambah jaring apung. Penebar Swadaya. Jakarta. Suyedi, R. 2001. Sumberdaya ikan pelagis : makalah pribadi falsafah sains (PPS 702) program pascasarjana / S3 Institut Pertanian Bogor. Takahashi, T., Hori, M. 2006. Description of a new Lake Tanganyikan cichlid fish of the genus Cyprichromis (Perciformes: Cichlidae) with note on sexual dimorphism. Journal of Fish Biology 68(Supplement B):174-192. Whitehead, P. 1985. Food and Agriculture Organization Species Catalogue. Clupeoid fishes of the World (Suborder Clupeoidei) : an annotated and illustrated catalogue of the herrings, sardines, pilchards, sprats, anchioves and wolf-herrings., 125/7 (1): 23-24.
51
LAMPIRAN Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian Di Perairan Selat Bengkalis dan Selat Malaka.
52
Lampiran 2. Lokasi Penelitian di Perairan Selat Bengkalis dan Selat Malaka A. Stasiun 1 di Perairan Selat Bengkalis
Daerah sekitar Desa Meskom sebagai tempat berkumpul semua kapal nelayan.
Agen tempat pengambilan sampel ikan.
53
B. Stasiun 2 di Peraiaran Selat Malaka
Daerah sekitar Desa Selatbaru sebagai tempat berkumpul nelayan.
Agen tempat pengambilan sampel ikan.
G unit kapal Gambar unit kapal nelayan yang digunakan untuk mencari ikan pada sore hari hingga malam.
d
54
Lampiran 3. Grafik Perbandingan Ikan Chirocentrus dorab Jantan di Selat Bengkalis dan Selat Malaka. 2.05 2.8 2.7
PS = - 0.078 + 0.993 PT R² = 0.991 r = 1
2.65 2.6
PK = - 0.702 + 0.954 PT R² = 0.835 r = 0.91
1.95
Log PK
2.75
Log PS
2
PS = - 0.172 + 1.031 PT R² = 0.907 r = 0.95
PK = - 0.828 + 1.009 PT R² = 0.899 r = 0.95
1.9 1.85 1.8
2.55
SB
2.5
SM
2.45 2.5
2.6
2.7
2.8
2.9
Log PT
Grafik 1. Grafik hubungan PT dengan PS ikan Chirocentrus dorab Jantan di Selat Bengkalis dan Selat Malaka. Keterangan : SB = Selat Bengkalis SM = Selat Malaka PT = Panjang Total PS = Panjang Standar
1.75
SB
1.7 2.5
2.6
2.7
2.8
2.9
SM
Log PT
Grafik 2. Grafik hubungan PT dengan Pk ikan Chirocentrus dorab Jantan di Selat Bengkalis dan Selat Malaka. Keterangan : SB = Selat Bengkalis SM = Selat Malaka PT = Panjang Total PK = Panjang Kepala
55
2.7
2.5
2.65
2.45 PSSD = - 0.765 + 1.190 PT R² = 0.934 r = 0.97
2.55 2.5
PSSD = - 0.014 + 0.913 PT R² = 0.896 r = 0.95
2.45 2.4
2.4
Log PSSV
Log PSSD
2.6
PSSV = - 0.788 + 1.141 PT R² = 0.938 r = 0.97
2.35 2.3
PSSV = - 0.310 + 0.967 PT R² = 0.974 r = 0.99
2.25 2.2
2.35 2.3
SB
2.25 2.5
2.6
2.7
2.8
2.9
SM
Log PT
Grafik 3. Grafik hubungan PT dengan PSSD ikan Chirocentrus dorab Jantan di Selat Bengkalis dan Selat Malaka. Keterangan : SB = Selat Bengkalis SM = Selat Malaka PT = Panjang Total PSSD = Panjang Sebelum Sirip Dorsal
2.15
SB
2.1 2.5
2.6
2.7
2.8
2.9
SM
Log PT
Grafik 4. Grafik hubungan PT dengan PSSV ikan Chirocentrus dorab Jantan di Selat Bengkalis dan Selat Malaka. Keterangan : SB = Selat Bengkalis SM = Selat Malaka PT = Panjang Total PSSV = Panjang Sebelum Sirip Ventral
56
2.7
1.8
2.65
1.7
2.55
PSAA = - 0.798 + 1.205 PT R² = 0.868 r = 0.93
2.5 2.45
PSSA = - 0.319 + 1.018 PT R² = 0.982 r = 0.99
2.4 2.35
1.6
Log TPE
Log PSSA
2.6
TPE = - 1.734 + 1.203 PT R² = 0.722 r = 0.85
1.5 1.4
TPE = - 1.023 + 0.933 PT R² = 0.799 r = 0.89
1.3 1.2
2.3
SB
2.25 2.5
2.6
2.7
2.8
2.9
SM
Log PT
Grafik 5. Grafik hubungan PT dengan PSSA ikan Chirocentrus dorab Jantan di Selat Bengkalis dan Selat Malaka. Keterangan : SB = Selat Bengkalis SM = Selat Malaka PT = Panjang Total PSSA = Panjang Sebelum Sirip Anal
1.1
SB
1 2.5
2.6
2.7
2.8
2.9
SM
Log PT
Grafik 6. Grafik hubungan PT dengan TPE ikan Chirocentrus dorab Jantan di Selat elat Bengkalis dan Selat Malaka. Keterangan : SB = Selat Bengkalis SM = Selat Malaka PT = Panjang Total TPE = Tinggi Pangkal Ekor
57
1.9
2.1
1.8
2.05 PDSD = - 1.839 + 1.265 PT R² = 0.497 r = 0.70
1.6 1.5
PDSD = - 1.507 + 1.143 PT R² = 0.765 r = 0.87
1.4 1.3
PDSA = - 0.786 + 1.003 PT R² = 0.829 r = 0.91
2
Log PDSA
Log PDSD
1.7
1.95
PDSA = - 0.769 + 0.993 PT R² = 0.908 r = 0.95
1.9 1.85
1.2 1.1
SB
1 2.5
2.6
2.7
2.8
2.9
SM
Log PT
Grafik 7. Grafik hubungan PT dengan PDSD ikan Chirocentrus dorab Jantan di Selat Bengkalis dan Selat Malaka. Keterangan : SB = Selat Bengkalis SM = Selat Malaka PT = Panjang Total PDSD = Panjang Dasar Sirip Dorsal
1.8
SB
1.75 2.5
2.6
2.7
2.8
2.9
SM
Log PT
Grafik 8. Grafik hubungan PT dengan PDSA ikan Chirocentrus dorab Jantan di Selat Bengkalis dan Selat Malaka. Keterangan : SB = Selat Bengkalis SM = Selat Malaka PT = Panjang Total PDSA = Panjang Dasar Sirip Anal
58
2.15
1.8
2.1
1.7 PSEA= - 1.087 + 1.125 PT R² = 0.827 r = 0.91
2
PSEA = - 0.876 + 1.045 PT R² = 0.977 r = 0.99
1.95 1.9 1.85
1.6
Log PSET
Log PSEA
2.05
PSET = - 5.013 + 2.350 PT R² = 0.632 r = 0.79
1.5 1.4
PSET = - 2.006 + 1.271 PT R² = 0.787 r = 0.89
1.3 1.2
1.8
SB
1.75 2.5
2.6
2.7
2.8
2.9
SM
Log PT
Grafik 9. Grafik hubungan PT dengan PSEA ikan Chirocentrus dorab Jantan di Selat Bengkalis dan Selat Malaka. Keterangan : SB = Selat Bengkalis SM = Selat Malaka PT = Panjang Total PSEA = Panjang Sirip Ekor Atas
1.1
SB
1 2.5
2.6
2.7
2.8
2.9
SM
Log PT
Grafik 10. Grafik hubungan PT dengan PSET ikan Chirocentrus dorab Jantan di Selat Bengkalis dan Selat Malaka. Keterangan : SB = Selat Bengkalis SM = Selat Malaka PT = Panjang Total PSET = Panjang Sirip Ekor Tengah
59
Log PM
1.8 1.6 1.4 1.2 1
PM = - 1.995 + 1.260 PT R² = 0.688 r = 0.83 PM = - 1.565 + 1.077 PT R² = 0.712 r = 0.84
0.8 0.6 0.4 0.2 0
SB
2.5
2.6
2.7
2.8
2.9
SM
Log PT
Grafik 11. Grafik hubungan PT dengan PM ikan Chirocentrus dorab Jantan di Selat Bengkalis dan Selat Malaka. Keterangan : SB = Selat Bengkalis SM = Selat Malaka PT = Panjang Total PM = Panjang Moncong
60
Lampiran 4. Grafik Perbandingan Ikan Chirocentrus dorab Betina di Selat Bengkalis dan Selat Malaka 2.65 2.6
2.8
Log PS
2.7 2.65
PT = - 0.069 + 0.990 PT R² = 0.997 r = 0.99
2.6 2.55
2.55
Log PSSD
PS = - 0.030 + 0.978 PT R² = 0.964 r = 0.98
2.75
PSSD = - 0.248 + 0.999 PT R² = 0.956 r = 0.98
2.5 2.45
PSSD = - 0.258 + 1.002 PT R² = 0.987 r = 0.99
2.4 2.35
2.5
SB
2.45 2.5
2.6
2.7 Log PT
2.8
2.9
SM
Grafik 1. Grafik hubungan PT dengan PS ikan Chirocentrus dorab Betina di Selat Bengkalis dan Selat Malaka. Keterangan : SB = Selat Bengkalis SM = Selat Malaka PT = Panjang Total PS = Panjang Standar
2.3
SB
2.5
2.6
2.7
2.8
2.9
SM
Log PT
Grafik 2. Grafik hubungan PT dengan PS ikan Chirocentrus dorab Betina di Selat Bengkalis dan Selat Malaka. Keterangan : SB = Selat Bengkalis SM = Selat Malaka PT = Panjang Total PSSD = Panjang Sebelum Sirip Dorsal
61
2.65
2.1
2.6 2.5
PSSA = - 0.373 + 1.038 PT R² = 0.996 r = 1
2.45 2.4 2.35 2.3
SB
2.25 2.5
2.6
2.7
2.8
2.9
SM
Log PT
Grafik 3. Grafik hubungan PT dengan PSSA ikan Chirocentrus dorab Betina di Selat Bengkalis dan Selat Malaka. Keterangan : SB = Selat Bengkalis SM = Selat Malaka PT = Panjang Total PSSA = Panjang Sebelum Sirip Anal
TB = - 0.742 + 0.947 PT R² = 0.870 r = 0.93
1.9
Log TB
Log PSSA
2
PSSA = - 0.435 + 1.068 PT R² = 0.961 r = 0.98
2.55
TB = - 1.112 + 1.070 PT R² = 0.942 r = 0.97
1.8 1.7 1.6
SB
1.5 2.5
2.6
2.7
2.8
2.9
SM
Log PT
Grafik 4. Grafik hubungan PT dengan TB ikan Chirocentrus dorab Betina di Selat Bengkalis dan Selat Malaka. Keterangan : SB = Selat Bengkalis SM = Selat Malaka PT = Panjang Total TB = Tinggi Badan
62
Log TPE
1.7 1.65 1.6 1.55 1.5 1.45 1.4 1.35 1.3 1.25 1.2
TPE = - 1.068 + 0.959 PT R² = 0.897 r = 0.95 TPE = - 1.351 + 1.057 PT R² = 0.969 r = 0.98
SB
2.5
2.6
2.7
2.8
2.9
SM
Log PT
Grafik 5. Grafik hubungan PT dengan TB ikan Chirocentrus dorab Betina di Selat Bengkalis dan Selat Malaka. Keterangan : SB = Selat Bengkalis SM = Selat Malaka PT = Panjang Total TB = Tinggi Badan
63
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Al Fauzan Fitriadi, lahir di Dumai pada tanggal 08 Juni 1987. Anak bungsu dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Arlis Ilyas dan Ibu Zaliyah Rasbi. Penulis memulai pendidikan TK Pertiwi Bengkalis pada tahun 1992 dilanjutkan ke SD Negeri 008 Bengkalis pada tahun 1993. Pada tahun 1999, penulis melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri 01 Bengkalis dan tahun 2002 melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Bengkalis. Pada tahun 2005 penulis diterima di Jurusan Biologi FMIPA Universitas Riau melalui jalur SPMB. Selama menjalani kuliah di Jurusan Biologi penulis aktif dalam anggota kepengurusan Himpunan Mahasiswa Biologi (HIMABIO) bagian Kreatifitas dan Olahraga. Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Candi Rejo Kecamatan Pasir Penyu Kabupaten Pelalawan pada tahun 2008. Penulis juga melaksanakan Kerja Praktek (KP) di Unit Pengelola Budidaya Air Tawar (UPBAT) Pekanbaru Provinsi Riau. Penulis menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul skripsi ”Morfometrik dan Meristik Ikan Parang-parang (Chirocentrus dorab Forsskal, 1775) di Perairan Bengkalis” dibawah bimbingan Ibu Dr. Roza Elvira, M.Si dan Ibu Yusfiati, M.Si.