KAJIAN POLA PERTUMBUHAN DAN CIRI MORFOMETRIK-MERISTIK BEBERAPA SPESIES IKAN LAYUR (Superfamili Trichiuroidea) DI PERAIRAN PALABUHANRATU, SUKABUMI, JAWA BARAT
Oleh : IRWAN NUR WIDIYANTO C24104077
SKRIPSI
DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
KAJIAN POLA PERTUMBUHAN DAN CIRI MORFOMETRIK-MERISTIK BEBERAPA SPESIES IKAN LAYUR (Superfamili Trichiuroidea) DI PERAIRAN PALABUHANRATU, SUKABUMI, JAWA BARAT
Oleh : IRWAN NUR WIDIYANTO C24104077
SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul : “Kajian Pola Pertumbuhan dan Ciri Morfometrik-Meristik Beberapa Spesies Ikan Layur (Superfamili Trichiuroidea) di Perairan Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat” Adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tulisan ini.
Bogor,
Agustus 2008
Irwan Nur Widiyanto C24104077
Irwan Nur Widiyanto. C24104077. Kajian Pola Pertumbuhan dan Ciri Morfometrik-Meristik Beberapa Spesies Ikan Layur (Superfamili Trichiuroidea) di Perairan Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. (Di bawah bimbingan Nurlisa A. Butet dan M. Mukhlis Kamal).
RINGKASAN Ikan layur (Superfamili Trichiuroidea) merupakan salah satu sumberdaya ikan demersal yang memiliki arti ekonomis penting bagi masyarakat Palabuhanratu. Pemanfaatan ikan layur di Teluk Palabuhanratu menggunakan alat tangkap berupa pancing. Namun sering juga tertangkap dengan menggunakan bagan angkat, purse seinne, gill net, dan payang. Semakin tingginya permintaan konsumen akan sumberdaya ini, membuat upaya tangkap juga cenderung meningkat. Hal ini terlihat dari semakin meningkatnya total produksi yang dihasilkan oleh perairan Palabuhanratu. Jika hal ini terus terjadi, dikhawatirkan akan berdampak pada menurunnya populasi ikan layur. Mengingat potensi ekonomi dan ekologi dari ikan ini maka dibutuhkan suatu pengelolaan yang tepat terhadap sumberdaya ikan layur sehingga didapatkan pemanfaatan yang optimal namum tetap memperhatikan kelestariannya. Pengelolaan yang tepat membutuhkan berbagai informasi dasar biologi. Untuk itu, diperlukan penelitian yang terkait dengan sumberdaya ikan layur seperti sebaran frekuensi panjang, hubungan panjang-berat, dan karakter morfometrik-meristik. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sebaran frekuensi panjang, hubungan panjang berat, dan mendeskripsikan ciri morfometrik-meristik beberapa spesies ikan layur yang diharapkan bermanfaat bagi keperluan pengelolaan sumberdaya ikan layur di Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. Pengambilan ikan contoh dilaksanakan pada bulan Juli sampai November 2007. Ikan contoh yang diteliti merupakan ikan hasil tangkapan nelayan Palabuhanratu. Pengambilan ikan contoh dilakukan dengan menggunakan metode pengambilan contoh acak. Analisis data meliputi sebaran frekuensi panjang, analisis karakter morfometrik-meristik dan perbandingan karakter morfometrik, serta hubungan panjang-berat. Hasil analisis sebaran frekuensi panjang menunjukkan bahwa selama penelitian terdapat 2 kelompok ukuran untuk masing-masing spesies layur. Dari hasil analisis karakter meristik didapat rumus sirip dorsal DIII-IV, 102-136 dengan modus DIII, 125 untuk T. lepturus. L. savala memiliki rumus sirip dorsal DIII-IV, 97-136, dengan modus DIII, 125. Sedangkan rumus sirip dorsal untuk G. serpens adalah D1 XXVII-XXIX, dengan modus D1 XXVIII dan D2 IV-V, 7-9, dengan modus D2 IV, 8. Berdasarkan hasil analisis karakter morfometrik, karakter PRA (panjang rahang atas) dan PRB (panjang rahang bawah) merupakan dua karakter yang memiliki hubungan sangat erat pada masing-masing spesies. Hubungan panjang-berat T. lepturus bersifat allometrik negatif dengan mengikuti persamaan W = 2x10-6 L2,793. L. savala memiliki pola hubungan panjang-berat yang bersifat allometrik positif dengan persamaan W = 8x10-5 L3,4452. Sedangkan pola hubungan panjang-berat pada G. serpens bersifat isometrik dengan mengikuti persamaan W = 7x10-6 L3,1106.
Judul Skripsi
:
KAJIAN POLA PERTUMBUHAN DAN CIRI MORFOMETRIK-MERISTIK BEBERAPA SPESIES IKAN LAYUR (SUPERFAMILI TRICHIUROIDEA) DI PERAIRAN PALABUHANRATU, SUKABUMI, JAWA BARAT
Nama Mahasiswa
:
Irwan Nur Widiyanto
Nomor Pokok
:
C24104077
Program Studi
:
Manajemen Sumberdaya Perairan
Disetujui :
Pembimbing I
Pembimbing II
Ir. Nurlisa A. Butet, M.Sc NIP 131 925 898
Dr. Ir. M. Mukhlis Kamal, M.Sc NIP 132 084 932
Mengetahui, Dekan Fakultas Perikanan dan Kelautan
Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc NIP 131 578 799
Tanggal Ujian : 19 Agustus 2008
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Kajian Pola Pertumbuhan dan Ciri Morfometrik-Meristik Beberapa Spesies Ikan Layur (Superfamili Trichiuroidea) di Perairan Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Semakin tingginya permintaan konsumen akan komoditas ikan layur menjadi peluang bagi nelayan dan pemerintah untuk terus meningkatkan produksi. Namun disadari atau tidak, hal ini dapat berdampak pada menurunnya populasi ikan layur. Penelitian yang hasilnya dituangkan dalam tulisan ini, selain diharapkan menjadi informasi dasar biologi perikanan, juga diharapkan dapat menjadi informasi yang berguna bagi keperluan pengelolaan perikanan layur di masa yang akan datang.
Bogor, 9 September 2008
Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ibu Ir. Nurlisa A. Butet, M.Sc dan Bapak Dr. Ir. M. Mukhlis Kamal, M.Sc selaku dosen pembimbing I dan II atas bimbingan, arahan, dan masukan yang diberikan selama penulis menyusun skripsi ini. 2. Bapak Dr. Ridwan Affandi, DEA selaku dosen penguji tamu atas masukan dan arahan yang sangat membantu dalam penulisan skripsi ini. 3. Ibu Dr. Ir. Yunizar Ernawati, M.S selaku dosen penguji dari program studi yang memberikan arahan dan masukan yang sangat berarti dalam penyelesaian skripsi ini. 4. Bapak Dr. Ir. Fredinan Yulianda, M.Sc selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan masukan selama penulis menempuh pendidikan di Manajemen Sumberdaya Perairan. 5. Departemen
Manajemen
Sumberdaya
Perairan
yang
memberikan
kesempatan kepada penulis untuk mengikuti proyek penelitian dosen Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan tahun 2007. 6. Keluargaku (Bapak, Ibu, kakak, dan adikku) yang selalu memberikan kasih sayang, doa, dan dukungan. 7. Tim ikan layur (Devi dan Fitri) atas kerjasamanya selama penelitian dan penyusunan skripsi, teman-teman C4 (Wahyu, Fajlur, Supriyadi, dan Rifian) atas kebersamaannya selama dua tahun terakhir ini, serta temanteman MSP 40, MSP 41 (khususnya Shelly, Ridwan, Weni, Nafta, Inna, Githa, Dita, Dhillah, Mira, Wilda, dan Friska), MSP 42 (khususnya Silfia, Fitria, Avie, Glasnosta, Agus, Wira, Adnan, Japet, Andra, dan Tia), dan MSP 43 (khususnya Chikarista Irfangi) atas doa, dukungan, dan persahabatannya selama ini. Bogor, 09 September 2008 Irwan Nur Widiyanto
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ............................................................................
i
UCAPAN TERIMA KASIH .................................................................
ii
DAFTAR ISI ............................................................................................
iii
DAFTAR TABEL ..................................................................................
v
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................
vi
DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................
vii
I.
PENDAHULUAN .......................................................................... 1.1. Latar belakang ........................................................................ 1.2. Rumusan masalah .................................................................. 1.3. Tujuan penelitian .................................................................... 1.4. Manfaat penelitian ..................................................................
1 1 2 3 3
II.
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 2.1. Deskripsi spesies .................................................................... 2.1.1. Klasifikasi dan tata nama ............................................. 2.1.2. Karakter morfologis ................................................... 2.2. Habitat, biologi, dan perikanan .............................................. 2.3. Distribusi ................................................................................ 2.4. Karakter morfometrik dan meristik ........................................ 2.5. Hubungan kekerabatan ........................................................... 2.6. Sebaran frekuensi panjang ..................................................... 2.7. Hubungan panjang-berat ........................................................ 2.8. Kondisi umum daerah penelitian ...........................................
4 4 4 5 6 8 9 10 11 11 11
III. METODE PENELITIAN ............................................................. 3.1. Waktu dan lokasi penelitian ................................................... 3.2. Alat dan bahan ....................................................................... 3.3. Metode kerja .......................................................................... 3.4. Analisi data ............................................................................ 3.4.1. Sebaran frekuensi panjang ......................................... 3.4.2. Analisis karakter meristik .......................................... 3.4.3. Analisis karakter morfometrik ................................... 3.4.4. Analisis karakter meristik, hubungan antar karakter morfometrik, dan hubungan antar perbandingan karakter morfometrik pada masing-masing spesies dan antar spesies ..................... 3.4.5. Hubungan panjang-berat ............................................
13 13 14 14 18 18 18 18
19 20
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 4.1 Komposisi tangkapan dan sebaran panjang ........................... 4.2 Analisis karakter meristik ...................................................... 4.3 Analisis karakter morfometrik ............................................... 4.3.1. Analisis korelasi karakter morfometrik pada masing-masing spesies ............................................... 4.3.2. Analisis korelasi karakter morfometrik pada ketiga spesies................................................................ 4.3.3. Analisis korelasi perbandingan karakter morfometrik pada masing-masing spesies ................... 4.3.4. Analisis korelasi perbandingan karakter morfometrik pada ketiga spesies ................................ 4.4 Identifikasi karakter morfologi sederhana ............................. 4.5 Hubungan kekerabatan ........................................................... 4.6 Hubungan panjang-berat ........................................................ 4.7 Pengelolaan ikan layur ........................................................... V.
22 22 30 31 33 36 36 37 38 39 40 47
KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 5.1 Kesimpulan ............................................................................ 5.2 Saran ......................................................................................
50 50 50
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................
51
LAMPIRAN ............................................................................................
54
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..............................................................
82
DAFTAR TABEL Halaman 1. 2. 3. 4. 5.
Alat dan bahan .......................................................................... Karakter meristik yang dihitung ............................................... Karakter morfometrik yang diukur .......................................... Perbandingan ukuran karakter morfometrik ikan layur ............ Komposisi dan frekuensi ikan hasil tangkapan selama penelitian .................................................................................... 6. Kisaran ciri meristik pada ketiga spesies layur ......................... 7. Kisaran ukuran morfometrik pada ketiga spesies layur ............ 8. Kisaran ukuran perbandingan ciri morfometrik pada ketiga spesies layur ................................................................... 9. Matriks korelasi karakter morfometrik antara ketiga jenis ikan layur ........................................................................... 10. Matriks korelasi perbandingan karakter morfometrik antara ketiga jenis ikan layur .....................................................
14 15 16 19 22 30 32 33 36 38
DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Ikan layur (famili Trichiuridae) ................................................ 5 2. Ikan layur (famili Gempylidae) ................................................. 5 3. Peta penyebaran ikan layur ....................................................... 8 4. Peta lokasi penelitian ................................................................ 13 5. Skema karakter morfometrik-meristik yang diukur dan dihitung pada ikan layur ..................................................... 17 6. Kisaran panjang dan berat pada ketiga spesies layur ................ 24 7. Sebaran frekuensi kelas ukuran panjang T. lepturus ................. 26 8. Sebaran frekuensi kelas ukuran panjang L. savala ................... 27 9. Sebaran frekuensi kelas ukuran panjang G. serpens ................. 28 10. Sagittal crest pada T. lepturus .................................................... 39 11. Dendrogram hubungan kekerabatan ketiga spesies ikan layur ................................................................................... 40 12. Grafik hubungan panjang-berat T. lepturus betina ................... 44 13. Grafik hubungan panjang-berat T. lepturus jantan ................... 44 14. Grafik hubungan panjang-berat T. lepturus secara keseluruhan ............................................................................... 44 15. Grafik hubungan panjang-berat L. savala betina ..................... 45 16. Grafik hubungan panjang-berat L. savala jantan ...................... 45 17. Grafik hubungan panjang-berat L. savala secara keseluruhan ............................................................................... 45 18. Grafik hubungan panjang-berat G serpens betina ..................... 46 19. Grafik hubungan panjang-berat G. serpens jantan .................... 46 20. Grafik hubungan panjang-berat G. serpens secara keseluruhan ................................................................................ 46
DAFTAR LAMPIRAN Halaman
1. 2. 3. 4.
Matriks korelasi karakter morfometrik pada T. lepturus ............... Matriks korelasi karakter morfometrik pada L. savala .................. Matriks korelasi karakter morfometrik pada G. serpens ................ Matriks korelasi perbandingan ciri morfometrik pada T. lepturus .............................................................................. 5. Matriks korelasi perbandingan ciri morfometrik pada L. savala ................................................................................ 6. Matriks korelasi perbandingan ciri morfometrik pada G. serpens .............................................................................. 7. Anova T. lepturus secara keseluruhan ........................................... 8. Anova L. savala secara keseluruhan .............................................. 9. Anova G. serpens secara keseluruhan ............................................ 10. Data ukuran panjang dan berat T. lepturus selama penelitian ........................................................................................ 11. Data ukuran panjang dan berat L. savala selama penelitian ........................................................................................ 12. Data ukuran panjang dan berat G. serpens selama penelitian ........................................................................................ 13. Data meristik T. lepturus selama penelitian ................................... 14. Data meristik L. savala selama penelitian ..................................... 15. Data meristik G. serpens selama penelitian ................................... 16. Data morfometrik T. lepturus selama penelitian ........................... 17. Data morfometrik L. savala selama penelitian .............................. 18. Data morfometrik G. serpens selama penelitian ............................ 19. Ikan layur yang diteliti ................................................................... 20. Perahu kincang yang digunakan nelayan Pabuhanratu untuk melaut ............................................................. 21. Alat tangkap (pancing) yang digunakan nelayan Palabuhanratu untuk menangkap ikan layur .................................. 22. Aktivitas pedagang di tempat pelelangan ikan (TPI) Palabuhanratu .................................................................................
55 56 57 58 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 69 70 73 77 78 79 80 81
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang Perairan Palabuhanratu merupakan sebuah perairan teluk di pantai selatan Pulau Jawa dan berhadapan langsung dengan Samudra Hindia. Secara geografis, Palabuhanratu terletak pada 060 57’ – 070 07’ LS dan 1060 22’ – 1060 33’ BT dengan luas wilayah mencapai ± 27.210,130 Ha dan masuk dalam wilayah administratif Kabupaten Sukabumi. Perairan ini memiliki potensi perikanan tangkap yang tinggi. Hal ini terlihat dari banyaknya jenis ikan dan crustacea yang tertangkap di perairan Palabuhanratu yang mencapai 49 jenis dengan nilai produksi rata-rata mencapai 123,6 ton per tahun (PPN Palabuhanratu, 2007). Ikan layur merupakan salah satu sumberdaya perikanan ekonomis penting yang tertangkap di Palabuhanratu dan selalu tersedia tanpa mengenal musim. Ikan ini termasuk ke dalam kelompok ikan komersial kedua di bawah ikan komersial utama seperti kerapu (Serranidae), bawal putih (Pampus spp.), dan manyung (Ariidae) (Dwiponggo dkk., 1991 dalam Prayitno, 2006). Berdasarkan data tahun 2002-2007 dari PPN Palabuhanratu, setiap tahunnya Palabuhanratu menghasilkan tidak kurang dari 185,47 ton ikan layur dengan nilai produksi rata-rata mencapai Rp. 1.153.400.038 per tahun. Dalam kurun waktu 6 tahun tersebut, tercatat hanya di tahun 2003 yang mengalami penurunan total produksi. Sedangkan selebihnya memperlihatkan peningkatan total produksi. Penelitian mengenai sumberdaya hayati ikan layur di Indonesia masih sangat sedikit terlebih lagi penelitian tentang sebaran frekuensi panjang, hubungan panjang-berat, dan deskripsi ciri morfometrik-meristik ikan layur. Penelitian yang telah dilakukan terhadap ikan ini diantaranya adalah pendugaan parameter biologi Trichiurus lepturus di Utara Tuban-Lamongan, Jawa Timur (Herianti dkk., 1992); perbedaaan jenis umpan terhadap hasil tangkapan layur di Prigi, Kabupaten Trenggalek (Rochmawati, 2004); pengaruh penggunaan alat bantu cahaya (Stick Light) pada rawai vertikal terhadap hasil tangkapan di Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat (Yudistira, 2007).
Minimnya informasi tentang sumberdaya ikan layur menjadi penghambat dalam usaha pemanfaatan dan pengelolaannya. Berdasarkan kenyataan tersebut maka penelitian tentang informasi dasar biologi perikanan seperti sebaran frekuensi panjang, hubungan panjang-berat, dan deskripsi karakter morfometrikmeristik perlu dilakukan.
1.2. Rumusan masalah Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk mengembangkan sektor perikanan karena didukung oleh perairan yang luas dan sumberdaya hayati yang beragam. Sumberdaya perikanan Indonesia terdiri dari lima kelompok yaitu ikan pelagis besar, ikan pelagis kecil, ikan karang, ikan hias, dan ikan demersal (Dahuri, 2003). Dari lima kelompok sumberdaya tersebut, ikan demersal memiliki potensi yang cukup besar untuk dikembangkan. Salah satu jenis ikan demersal yang memiliki penyebaran luas dan potensi pemanfatan yang cukup tinggi adalah ikan layur. Salah satu daerah penyebaran ikan layur adalah perairan Palabuhanratu. Berdasarkan data tahun 2002-2007 dari PPN Palabuhanratu, setiap tahunnya Palabuhanratu menghasilkan tidak kurang dari 185,47 ton ikan layur dengan nilai produksi rata-rata mencapai Rp. 1.153.400.038 per tahun. Total produksinya juga terus mengalami peningkatan. Dari tahun 2002-2007, tercatat hanya tahun 2003 yang mengalami penurunan total produksi. Mengingat potensi ekonomi dan ekologi dari ikan ini maka dibutuhkan suatu pengelolaan yang tepat terhadap sumberdaya ikan layur sehingga didapatkan pemanfaatan yang optimal namum tetap memperhatikan kelestariannya. Pengelolaan yang tepat membutuhkan berbagai informasi terkait dengan sumberdaya ikan layur. Sayangnya informasi tentang ikan layur masih sangat minim terlebih tentang informasi dasar biologi perikanan. Beberapa informasi yang masih minim diantaranya mengenai sebaran frekuensi panjang, hubungan panjang-berat, dan ciri morfometrik-meristik. Sebaran frekuensi panjang dapat digunakan untuk melihat kelompok ukuran dan kisaran panjang ikan layur yang tertangkap. Hubungan panjang-berat dapat digunakan untuk mengetahui pola pertumbuhan dari ikan layur. Sedangkan ciri morfometrik-meristik dapat
dijadikan acuan dalam proses identifikasi genus maupun spesies. Informasi yang didapat diharapkan dapat menjadi dasar dalam penentuan pengelolaan sumberdaya ikan layur khususnya di daerah Palabuhanratu.
1.3. Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kekerabatan beberapa spesies ikan layur (Superfamili Trichiuroidea) berdasarkan ciri morfometrikmeristiknya dan mengetahui pola pertumbuhannya.
1.4. Manfaat penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dasar biologi berupa kisaran ukuran panjang ikan layur yang tertangkap, hubungan panjang berat, membantu dalam proses identifikasi genus maupun spesies, dan sebagai bahan acuan dalam upaya pengelolaan baik tingkat individu maupun populasi ikan layur terutama di wilayah perairan Palabuhanratu.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Deskripsi spesies 2.1.1. Klasifikasi dan tata nama Klasifikasi ikan layur menurut Nakamura dan Parin (1993) adalah sebagai berikut : Kingdom
: Animalia
Filum
: Chordata
Subfilum
: Pisces
Kelas
: Teleostei
Ordo
: Percomorphi
Subordo
: Scombroidae
Superfamili : Trichiuroidea Famili
: Trichiuridae
Genus
: Trichiurus
Spesies
: Trichiurus lepturus
Genus
: Lepturacanthus
Spesies
: Lepturacanthus savala
Famili
: Gempylidae
Genus
: Gempylus
Spesies
: Gempylus serpens
Nama Indonesia
: Layur
Nama International
: Hairtails, ribbon fish
Nama Lokal
: Layur (PPN Pemangkat, PPN Brondong, PPN
Kejawanan, PPN Ambon, PPN Prigi, PPN Pekalongan, PPP Karangantu, PPP Pengambengan, PPP Teluk Batang, PPP Tegalsari,
PPS Nizam
Zachman Jakarta, PPS Belawan, PPS Kendari, PPS Cilacap), Layur golok (Lepturacanthus savala), Layur meleu (Trichiurus lepturus), Layur gelang luyung (Gempylus serpens) (PPN Palabuhanratu), Baledang (PPN Sibolga, PPS Bungus).
Secara umum bentuk ikan layur dari famili Trichiuridae dan Gempylidae masing-masing dapat dilihat pada Gambar 1 dan Gambar 2.
Gambar 1. Ikan layur (famili Trichiuridae) (Dokumentasi pribadi)
Gambar 2. Ikan layur (famili Gempylidae) (www.fao.org)
2.1.2. Karakter morfologis Superfamili Trichiuroidea terdiri dari dua famili yaitu Trichiuridae dan Gempylidae. Ikan-ikan dari superfamili ini memiliki ciri-ciri tubuh memanjang, pipih, dan semifusiform. Mulut besar dengan rahang bawah lebih panjang dari rahang atas. Memiliki satu atau dua lubang hidung pada kedua sisi kepala. Sirip dorsalnya tumbuh sepanjang punggung sedangkan sirip pektoralnya pendek dan sirip ventralnya kecil atau tidak ada. Ruas tulang punggung berjumlah 32-170 (Nakamura dan Parin, 1993). Famili Trichiuridae memiliki bentuk tubuh yang panjang dan pipih menyerupai pita terutama pada bagian ujung belakang ekor. Mulutnya lebar, tidak dapat disembulkan dan dilengkapi dengan gigi-gigi tangkap yang kuat dan tajam. Memiliki satu lubang hidung pada kedua sisi kepala. Rahang bawah lebih panjang dari rahang atas. Tidak bersisik. Tidak terdapat keel pada batang ekor dan garis rusuknya (LL) tunggal (Parin, 1986; Nakamura dan Parin, 1993). Tubuhnya dapat mencapai panjang 150 cm, tetapi pada umumnya berkisar antara 70-80 cm (Parin,
1986; Ayodhya dan Diniah, 1989; Nakamura dan Parin, 1993; Nontji, 2005). Memiliki sirip punggung yang panjang mulai dari atas kepala sampai akhir badan dan berjari-jari lemah antara 105-134 buah. Sirip anal tumbuh tidak sempurna dan berjari-jari lemah antara 72-80 buah. Sirip ini berupa deretan duri-duri kecil. Tidak terdapat sirip perut dan garis rusuk (LL) terlihat jauh dibagian bawah badan (Nontji, 2005). Ikan-ikan dari famili Trichiuridae berwarna keperak-perakan jika dalam keadaan hidup dan akan berwarna perak keabuan atau sedikit keunguan jika mati. Bagian atas kepala berwarna ungu agak gelap sedangkan sirip-siripnya sedikit kekuningan atau kuning dengan pinggiran gelap (Saanin, 1968). Famili Gempylidae memiliki tubuh yang memanjang dan agak pipih atau semifusiform. Bagian punggung biasanya berwarna cokelat atau cokelat gelap dan bagian bawah dan perut berwarna keperakan. Memiliki dua lubang hidung pada kedua sisi kepala. Ukuran mulut besar, tidak dapat disembulkan dan dilengkapi dengan gigi yang kuat pada kedua rahangnya. Rahang bawah lebih panjang dari rahang atas. Memiliki dua sirip dorsal yang terpisah dengan jelas. Sirip dorsal kedua (termasuk finlet) lebih pendek dari sirip dorsal yang pertama. Sirip anal sama dengan sirip dorsal kedua dari segi ukuran dan bentuk, atau terkadang lebih kecil. Pada bagian belakang sirip dorsal dan anal biasanya terdapat finlet. Ukuran sirip caudal sedang dan selalu berbentuk cagak. Sirip ventral biasanya kecil, sering tereduksi menjadi satu duri tunggal dengan hanya sedikit atau tidak ada jari-jari lemah. Garis rusuk (LL) tunggal atau ganda, berakhir pada dasar sirip caudal (Nakamura dan Parin, 1993).
2.2. Habitat, biologi, dan perikanan Ikan layur tergolong ikan demersal yaitu ikan yang hidup di dasar atau dekat dengan dasar perairan (Aoyama, 1972 dalam Ridho, 2004). Kelompok ikan ini pada umumnya memiliki aktivitas relatif rendah, gerak ruaya tidak terlalu jauh dan membentuk gerombolan yang tidak terlalu besar sehingga sebarannya relatif lebih merata jika dibandingkan dengan ikan-ikan pelagis. Kondisi ini mengakibatkan daya tahan ikan demersal terhadap tekanan penangkapan relatif
rendah
dan
tingkat
mortalitasnya
cenderung
sejalan
dengan
upaya
penangkapannya (Aoyama, 1972 dalam Ridho, 2004). Ikan layur umumnya hidup pada perairan yang dalam dengan dasar berlumpur. Meskipun demikian, ikan layur biasanya akan muncul kepermukaan menjelang senja untuk mencari makan (Parin, 1986; Nakamura dan Parin, 1993). Nakamura dan Parin (1993) menyatakan bahwa ikan layur dari famili Gempylidae biasanya ditemukan pada kedalaman lebih dari 150 m dan ikan layur dari famili Trichiuridae dapat ditemukan sampai kedalaman 2000 m. Sedangkan Bal dan Rao (1984) menyatakan bahwa habitat utama ikan layur adalah laut dan terkadang memasuki estuari. Ikan layur termasuk jenis ikan karnivor yang dilengkapi dengan gigi yang kuat dan tajam pada kedua rahangnya. Makanannya berupa udang-udangan, cumicumi, dan ikan kecil seperti teri, sardin, dan yuwana ikan layur (Bal dan Rao, 1984; Nakamura dan Parin, 1993; Nontji, 2005). Masa pemijahan ikan layur belum banyak diketahui, hanya saja untuk ikan layur yang ada di selatan Jepang dari jenis T. lepturus memijah dan telurnya menetas pada musim semi yaitu sekitar bulan April - Mei ketika suhu mulai menghangat. Prabhu (1955) dalam Bal dan Rao (1984) menyatakan bahwa pemijahan T. lepturus hanya berlangsung sekali dalam setahun yaitu pada bulan Juni namun penelitian-penelitian lain mengindikasikan pemijahan terjadi pada Mei - Juni dan November - Desember (Tampi dkk.,1971; Narasimham 1976 dalam Bal dan Rao (1984). Parin (1986) menyatakan hal yang berbeda. Menurutnya T. lepturus yang hidup di daerah Mediterranean memijah pada bulan Juli - Agustus. Sedangkan Nakamura dan Parin (1993) menyebutkan bahwa ikan layur dari famili Trichiuridae memijah sepanjang tahun pada perairan hangat. Untuk jenis L. savala, diketahui bahwa ikan layur jenis ini memijah dua kali dalam setahun namun periode pemijahan mereka belum dipastikan. Sebagian besar petunjuk cenderung menunjukkan bahwa ikan layur memijah dua kali dalam setahun (Tampi dkk., 1971; Narasimham, 1976 dalam Bal dan Rao, 1984). Ikan layur biasanya ditangkap dengan menggunakan trawl, cantrang, pancing, jaring insang, dan macam-macam perangkap seperti bubu dan jermal (Ayodhya dan Diniah, 1989).
2.3. Distribusi Ikan layur tersebar luas pada semua perairan tropis dan subtropis (Nakamura dan Parin, 1993). Daerah penyebaran ikan layur meliputi hampir seluruh perairan pantai Indonesia seperti Tuban, Lawang, Jampang, Palabuhanratu, Cibanteng, Ujung genteng, dan Sukawayana. Selain di perairan Indonesia, ikan layur juga terdapat di perairan Jepang, Philipina, Teluk Benggala, Teluk Siam, sepanjang Laut Cina Selatan hingga pantai utara Australia, dan tersebar luas di perairan dangkal di Afrika Selatan (www.pipp.dkp). Distribusi ikan layur di dunia dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Peta penyebaran ikan layur Sumber : http://www.fao.org, 2007 Keterangan : : Konsentrasi daerah penyebaran ikan layur
2.4. Karakter morfometrik dan meristik Morfometrik adalah ciri-ciri yang berkaitan dengan ukuran tubuh atau bagian tubuh ikan misalnya panjang total, panjang baku, panjang cagak, dan sebagainya sedangkan meristik adalah ciri-ciri yang berkaitan dengan jumlah bagian tertentu pada tubuh ikan misalnya jumlah sisik pada garis rusuk, jumlah jari-jari keras dan lemah pada sirip punggung dan sebagainya (Affandi dkk., 1992). Afrianto dkk., (1996) menyatakan bahwa morfometrik adalah ukuran dalam satuan panjang atau perbandingan ukuran bagian-bagian tubuh luar
organisme, sedangkan meristik adalah sifat-sifat yang menunjukkan jumlah bagian-bagian tubuh luar seperti jumlah jari-jari sirip yang digunakan untuk penentuan klasifikasi. Ukuran dalam morfometrik adalah jarak antara satu bagian tubuh ke bagian lainnya, misalnya jarak antara ujung kepala sampai dengan pelipatan batang ekor (panjang baku). Ukuran ini disebut dengan ukuran mutlak yang biasanya dinyatakan dalam satuan milimeter atau centimeter (Affandi dkk., 1992). Setiap spesies ikan memiliki ukuran mutlak yang berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh faktor umur, jenis kelamin, dan lingkungan hidupnya. Faktor lingkungan yang dimaksud adalah makanan, suhu, pH, dan salinitas (Affandi dkk., 1992). Yokogawa dan Tajima (1996) dalam Dewantoro (2001) menyatakan bahwa perbedaan ciri-ciri yang berkaitan dengan jumlah bagian tertentu pada tubuh ikan dapat disebabkan oleh faktor lingkungan seperti suhu perairan dan salinitas, atau karena faktor genetik yang tidak seimbang. Faktor lingkungan mempunyai pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan ikan. Dengan demikian, walaupun umur ikan dari suatu spesies sama, ukuran mutlaknya dapat berbeda. Olah karena itu, standar dalam identifikasi ialah ukuran perbandingannya, seperti jarak antara panjang baku (PB) dibandingkan dengan panjang total (PT) (Affandi dkk., 1992). Pengukuran ciri morfometrik dapat dilakukan dengan menggunakan dua metoda yaitu metoda pengukuran baku dan metoda “truss morfometrik”. Namun metoda baku mengandung kelemahan misalnya pengukuran lebar badan tidak mengikuti anatomi ikan sehingga tidak konsisten dari suatu bentuk ke bentuk yang lainnya dan pengukuran panjang tubuh masih terlalu umum dalam menggambarkan bentuk ikan. Sedangkan metoda “truss morfometrik” digunakan untuk menggambarkan secara lebih tepat bentuk ikan dengan memilih titik-titik homologus tertentu disepanjang tubuh dan mengukur jarak antara titik-titik tersebut. Dengan cara ini pengukuran lebih konsisten, memberikan informasi yang terinci dengan menggambarkan bentuk ikan dan memperkecil kesalahan pengukuran (Bzeski dan Doyle, 1988 dalam Nugroho dkk., 1991 dalam Brojo, 1999).
2.5. Hubungan kekerabatan Studi morfometrik secara kuantitatif memiliki tiga manfaat yaitu, membedakan jenis kelamin dan spesies, mendeskripsikan pola-pola keragaman morfologis antar populasi atau spesies, serta mengklasifikasikan dan menduga hubungan filogenik (Strauss dan Bond, 1990 dalam Imron 1998). Karakter morfometrik juga dapat digunakan untuk membedakan antara satu jenis ikan dengan jenis ikan lainnya (Yokogawa dan Tajima, 1996; Yokogawa, Taniguchi dan Seki, 1997; Madang, 1999), antara jenis ikan yang sama dari geografis atau tempat yang berbeda (Yamazaki dan Goto, 1997; Wanatabe, 1998) dan antar varietas ikan (Sumantadinata dan Taniguchi, 1990 dalam Dewantoro, 2001). Perbedaan morfologis antar populasi atau spesies biasanya digambarkan sebagai kontras dalam bentuk tubuh secara keseluruhan atau ciri-ciri anatomis tertentu. Meskipun deskripsi secara kualitatif ini mungkin dianggap cukup memadai, tetapi seringkali diperlukan untuk mengekspresikan perbedaan tersebut secara kuantitatif dengan mengambil berbagai ukuran dari individu-individu dan menyatakan statistik (misalnya rata-rata, kisaran, ragam, dan korelasi dari ukuraukuran tersebut). Hal yang sama dapat dilakukan pada ciri-ciri meristik (ciri-ciri yang dihitung) misalnya jari-jari sirip. Tetapi terdapat perbedaan mendasar antara ciri morfometrik dan meristik, yaitu ciri meristik lebih stabil jumlahnya selama masa pertumbuhan setelah ukuran tubuh yang mantap tercapai, sedangkan karakter morfometrik berubah secara kontinu sejalan ukuran dan umur (Strauss dan Bond, 1990 dalam Imron, 1998).
2.6. Sebaran frekuensi panjang Data sebaran frekuensi panjang digunakan untuk mengetahui frekuensi persebaran ikan di perairan berdasarkan ukuran panjangnya. Sebaran frekuensi panjang yang dibuat selanjutnya digunakan untuk pendugaan kelompok ukuran ikan sebagai pendugaan kelompok umur (kohort). Ada hubungan antara umur dengan panjang ikan dimana sejumlah data komposisi panjang dapat dikonversi untuk mendapatkan data komposisi umur. Selanjutnya data komposisi umur yang kompleks digunakan dalam pendugaan parameter pertumbuhan ikan (Sparre dan Venema, 1999).
2.7. Hubungan panjang-berat Analisa hubungan panjang-berat bertujuan untuk mengetahui pola pertumbuhan ikan dengan menggunakan parameter panjang dan berat. Berat dianggap sebagai suatu fungsi dari panjang. Nilai yang didapat dari perhitungan panjang dengan berat dapat digunakan sebagai pendugaan berat dari panjang. Selain itu, keterangan mengenai pertumbuhan, kemontokan, dan perubahan lingkungan terhadap ikan dapat diketahui (Effendie, 1997). Hasil analisis hubungan panjang-berat akan menghasilkan suatu nilai konstanta (b), yaitu harga pangkat yang menunjukkan pola pertumbuhan ikan. Effendie (1997) menyebutkan bahwa pada ikan yang memiliki pola pertumbuhan isometrik (b=3), pertambahan panjangnya seimbang dengan pertambahan berat. Sebaliknya pada ikan dengan pola pertumbuhan allometrik (b≠3), pertambahan panjang tidak seimbang dengan pertambahan berat. Pertumbuhan dinyatakan sebagai pertumbuhan allometrik positif bila b>3, yang menandakan bahwa pertambahan berat lebih cepat dibandingkan dengan pertambahan panjang. Sedangkan pertumbuhan dinyatakan sebagai pertumbuhan allometrik negatif apabila nilai b<3, ini menandakan bahwa pertambahan panjang lebih cepat dibandingkan pertambahan berat (Ricker, 1970 dalam Effendie, 1997).
2.8. Kondisi umum daerah penelitian Perairan Palabuhanratu merupakan sebuah perairan teluk di pantai selatan Pulau Jawa dan berhubungan langsung dengan Samudera Hindia. Secara administratif Teluk Palabuhanratu termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Sukabumi dengan luas ± 27.210,130 Ha yang terletak pada posisi geografis 6057’ – 70 07’ LS dan 1060 22’ – 1060 33’ BT (Pariwono dkk., 1988). Berdasarkan topografi dasar perairannya, perairan dangkal di Teluk Palabuhanratu dapat dijumpai sampai jarak 300 meter dari garis pantai dengan kedalaman kurang dari 200 meter. Semakin jauh dari pantai akan dijumpai lereng kontinen dengan kedalaman lebih dari 600 meter (Pariwono dkk., 1988). Perairan Palabuhanratu memiliki kadar salinitas yang cukup tinggi yaitu berkisar antara 30 – 33 0/00. Tingginya kadar salinitas tersebut dipengaruhi oleh curah hujan (presipitasi) dan penguapan (evaporasi). Selain itu, adanya hubungan yang
terbuka dengan Samudera Hindia dapat meningkatkan kadar salinitas di Palabuhanratu. Terdapat dua pola musim di perairan Palabuhanratu yang berpengaruh terhadap aktivitas penangkapan ikan, yaitu musim timur yang berlangsung dari bulan Juni hingga September dan musim barat yang berlangsung dari bulan Desember hingga Februari. Kondisi perairan pada musim timur relatif tenang, angin serta gelombang tidak begitu besar sehingga aktivitas penangkapan ikan cukup tinggi pada musim ini. Periode ini berlangsung pada musim kemarau. Hal yang sebaliknya terjadi pada musim barat. Pada musim ini, angin dan gelombang laut cukup tinggi sehingga menyulitkan nelayan untuk melaut. Pada musim barat umumnya aktivitas penangkapan ikan akan menurun. Diantara kedua musim tersebut terdapat musim peralihan pertama yaitu antara bulan Maret sampai Mei dan musim peralihan kedua yang berlangsung antara bulan Oktober sampai November. Penduduk sekitar Palabuhanratu sebagian besar berprofesi sebagai nelayan tradisional yang menggunakan pancing, jaring apus, dan payang sebagai alat tangkap utama. Hasil tangkapan utamanya antara lain ikan layur (Trichiurus sp.), ikan tembang (Sardinella fimbriata), dan ikan tongkol (Euthynnus sp.).
III.
METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan lokasi penelitian Penelitian dilaksanakan selama lima bulan yaitu dari bulan Juli 2007 hingga bulan November 2007. Ikan contoh yang diteliti merupakan ikan hasil tangkapan nelayan Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. Koordinat lokasi penangkapan ikan layur tidak tersedia, sehingga gambaran lokasi masih bersifat umum. Pengambilan ikan contoh dilakukan dengan menggunakan metode pengambilan contoh acak. Ikan contoh kemudian dibawa ke Laboratorium Fisiologi Hewan Air, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor untuk penganalisaan lebih lanjut terhadap panjang, berat, dan karakter morfometrikmeristiknya. Berikut ini disajikan peta lokasi penelitian (Gambar 4).
Lokasi Penelitian
Gambar 4. Peta lokasi penelitian
3.2. Alat dan bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini tertera pada Tabel 1. Tabel 1. Alat dan bahan No 1
Alat dan Bahan Neraca
Kegunaan
Ohaus Mengukur berat ikan
berketelitian
0,01
gram 2
Tisu
3
Penggaris
Membersihkan sampel ikan dengan Mengukur ukuran tubuh sampel ikan
ketelitian 1 mm 4
Meteran
kain Mengukur panjang total sampel ikan
dengan ketelitian 1 cm 5
Alat bedah
Alat bantu membedah ikan serta menghitung karakter meristik ikan
6
Kertas label dan Menandai/menomori ikan alat tulis
7
Baki
8
Botol
Sebagai alas sampel ikan sampel Sebagai wadah mengawetkan kepala ikan
berukuran 30, 100, serta organ dalam dan 300 ml. 9
Formalin 4%
Mengawetkan kepala ikan dan organ dalam
10
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan layur (famili Trichiuridae dan Gempylidae)
3.3. Metode kerja Penentuan stasiun pengambilan contoh ikan didasarkan pada lokasi penangkapan ikan oleh nelayan Palabuhanratu yang meliputi empat daerah penangkapan yaitu Teluk Palabuhanratu, Cisolok, Cimaja, dan Ujung Genteng. Pengambilan contoh ikan dilakukan secara acak dari hasil tangkapan nelayan. Ikan kemudian disimpan dalam kotak pendingin (ice box) dan dibawa ke
laboratorium Fisiologi Hewan Air, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor untuk penganalisaan lebih lanjut terhadap panjang, berat, serta karakter morfometrik-meristiknya. Sebelum dianalisa panjang, berat, serta karakter morfometrik-meristiknya, sampel ikan diidentifikasi terlebih dahulu. Proses identifikasi didasarkan pada buku identifikasi yang ditulis oleh Nakamura dan Parin (1993). Beberapa karakter yang menjadi pembeda utama antara ketiga spesies ikan layur adalah warna tubuh, warna sirip dorsal, dan ukuran diameter mata. Penentuan karakter morfometrik-meristik dilakukan berdasarkan morfologi ikan. Galman (1987) dalam Brojo (1999) menentukan 12 karakter morfometrik pada ikan nila (Oreochromis niloticus) sedangkan Priyanie (2006) menentukan 34 karakter morfometrik dan 13 karakter meristik pada ikan kurisi (Pristipomoides filamentosus). Hal ini menandakan tidak adanya standar tetap dalam penentuan jumlah karakter morfometrik-meristik yang akan diukur maupun dihitung pada tiap spesies ikan melainkan disesuaikan dengan morfologi ikan. Pada penelitian ini ditentukan 18 karakter morfometrik dan 5 karakter meristik yang didasarkan pada morfologi ikan. Karakter meristik yang dihitung dan morfometrik yang diukur tertera pada tabel berikut ini (Tabel 2 dan Tabel 3). Sedangkan skema penghitungan karakter meristik dan pengukuran karakter morfometrik dapat dilihat pada gambar 5. Tabel 2. Karakter meristik yang dihitung No 1
Karakter Meristik Jumlah jari-jari sirip
Jumlah jari-jari keras, lemah mengeras, maupun lemah
dorsal
pada sirip dorsal Jumlah jari-jari keras, lemah mengeras, maupun lemah
2
Jumlah jari-jari sirip anal
3
Jumlah piloric caeca
Jumlah juntaian-juntaian pada lambung
4
Jumlah gigi canine
Jumlah seluruh gigi canine pada kedua rahang
5
Finlet
pada sirip anal
Jumlah sirip tambahan di belakang sirip dorsal dan sirip anal
Tabel 3. Karakter morfometrik yang diukur No
Karakter Morfometrik
1
Panjang total
2
Panjang kepala
3
Tinggi kepala
4
Lebar kepala
5
Panjang predorsal
6
Panjang prepectoral
7
Panjang hidung
8
Jarak interorbital
9
Panjang operculum
10
Panjang rahang atas
11
Panjang rahang bawah
12
Tinggi badan
13
Tinggi canine
14
Tinggi dorsal
15
Lebar bukaan mulut
16
Diameter mata
17
Panjang usus
18
Sudut rahang
Jarak antara ujung bagian kepala terdepan dengan ujung sirip caudal yang paling belakang Jarak antara ujung bagian kepala terdepan dengan ujung terbelakang dari keping tutup insang (operculum) Panjang garis tegak antara pangkal kepala bagian atas dengan pangkal kepala bagian bawah Jarak lurus terbesar antara kedua keping tutup insang pada kedua sisi kepala Jarak antara ujung terdepan mulut bagian atas dengan ujung terdepan dari sirip dorsal Jarak antara ujung terdepan mulut bagian bawah dengan ujung terdepan dari sirip pectoral Jarak antara ujung bagian kepala terdepan dengan lubang hidung Jarak lurus antara kedua mata Jarak antara tulang operculum terdepan dengan ujung terbelakang dari keping tutup insang (operculum) Jarak dari ujung terdepan mulut bagian atas dengan ujung terbelakang tulang rahang atas Jarak dari ujung terdepan mulut bagian bawah dengan ujung terbelakang tulang rahang bawah Jarak tertinggi antara dorsal dengan ventral Jarak tertinggi antara ujung canine dengan pangkal canine Jarak tertinggi antara ujung sirip dorsal dengan dasar sirip dorsal Jarak antara kedua sudut mulut jika mulut dibuka selebar-lebarnya Panjang garis tengah rongga mata Jarak antara ujung usus terdepan dengan ujung usus paling belakang Sudut yang terbentuk ketika mulut ikan dibuka
Gambar 5. Skema karakter morfometrik-meristik yang diukur dan dihitung pada ikan layur Keterangan (Karakter morfometrik yang diukur) : A) Panjang total; B) Panjang kepala; C) Panjang prepectoral; D) Panjang predorsal; E) Panjang rahang atas; F) Panjang hidung; G) Panjang rahang bawah; H) Panjang operculum; I) Lebar diameter mata; J)Lebar bukaan mulut; K) Lebar kepala; L) Tinggi dorsal; M) Tinggi badan. (Karakter meristik yang dihitung) : N) Jumlah jari-jari sirip dorsal pertama; O) Jumlah jari-jari sirip dorsal kedua; P) Jumlah jari-jari sirip anal; Q) Jumlah finlet
3.4. Analisis data 3.4.1. Sebaran frekuensi panjang Data yang digunakan dalam metode ini adalah data panjang total dari ikan layur jenis T. lepturus, L. savala, dan G. serpens. Pengukuran dilakukan pada setiap individu ikan menggunakan meteran kain yang mempunyai ketelitian satu cm. Tahap-tahap untuk menganalisis data frekuensi ukuran panjang adalah sebagai berikut : 1. Menentukan jumlah selang kelas yang diperlukan; 2. Menentukan lebar selang kelas; dan 3. Menentukan kelas frekuensi dan memasukkan frekuensi masing-masing kelas dengan memasukkan panjang masing-masing contoh ikan pada selang kelas yang telah ditentukan. Sebaran frekuensi panjang yang telah ditentukan dalam selang kelas yang sama kemudian diplotkan dalam sebuah grafik. Dari grafik tersebut dapat dilihat pergeseran distribusi kelas panjang setiap bulan pengamatan. Pergeseran sebaran frekuensi panjang menggambarkan jumlah kelompok umur (kohort) yang ada. Bila terjadi pergeseran modus sebaran frekuensi panjang, berarti terdapat lebih dari satu kohort.
3.4.2. Analisis karakter meristik Karakter meristik yang dihitung kemudian dianalisa untuk mengetahui kisaran dari masing-masing karakter. Karakter meristik ikan layur yang dihitung dapat dilihat pada Tabel 2.
3.4.3. Analisis karakter morfometrik Dari 14 karakter morfometrik yang diukur, dibuat 1 perbandingan ukuran. Panjang total diperbandingkan dengan 2 karakter morfometrik. Panjang kepala diperbandingkan terhadap 6 karakter morfometrik. Tinggi badan, panjang rahang bawah, dan panjang prepectoral diperbandingkan dengan 1 karakter morfometrik (Brojo, 1999; Priyanie, 2006). Perbandingan ukuran karakter morfometrik ikan layur dapat dilihat pada tabel berikut ini (Tabel 4).
Tabel 4. Perbandingan ukuran karakter morfometrik ikan layur No
Perbandingan ukuran
1
Panjang total : Panjang kepala
2
Panjang total : Tinggi badan
3
Panjang kepala : Tinggi kepala
4
Panjang kepala : Lebar kepala
5
Panjang kepala : Diameter mata
6
Panjang kepala : Panjang hidung
7
Panjang kepala : Panjang rahang atas
8
Panjang kepala : Panjang rahang bawah
9
Panjang rahang bawah : Panjang rahang atas
10
Tinggi badan : Tinggi kepala
11
Panjang prepectoral : Panjang predorsal
3.4.3. Analisis karakter meristik, hubungan antar karakter morfometrik, dan hubungan antar perbandingan karakter morfometrik pada masing-masing spesies dan antar spesies Analisis karakter meristik dilakukan untuk mengetahui kisaran nilai masingmasing karakter meristik. Dari kisaran nilai ini kemudian ditentukan modusnya. Nilai kisaran dan modus inilah yang menjadi dasar dalam penulisan rumus suatu karakter meristik. Analisis karakter morfometrik dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama adalah menganalisis masing-masing karakter morfometrik yang diukur. Tahap kedua adalah menganalisis perbandingan karakter morfometrik yang telah ditentukan (misal perbandingan antara panjang total dengan panjang hidung). Tujuan dari analisis ini adalah untuk mengetahui karakter morfometrik dan perbandingan karakter morfometrik yang memiliki keterkaitan dengan karakter lainnya. Seluruh karakter morfometrik dan perbandingan karakter morfometrik dianalisis menggunakan program PCA (Principal Components Analysis). Dari hasil analisis akan didapat suatu matriks data yang nilai-nilainya menunjukkan
seberapa dekat suatu karakter memiliki keterkaitan dengan karakter lainnya. Tanda minus atau positif menunjukkan sifat korelasi negatif atau positif antar parameter. Nilai positif yang mendekati satu menjelaskan hubungan yang berbanding lurus antar karakter. Artinya peningkatan satuan suatu karakter akan diikuti oleh peningkatan satuan dari karakter yang lain. Sedangkan nilai negatif yang mendekati minus satu menjelaskan hubungan yang berbanding terbalik antar karakter. Artinya peningkatan satuan suatu karakter akan diikuti oleh penurunan satuan dari karakter yang lain atau sebaliknya, penurunan satuan suatu karakter akan diikuti oleh peningkatan satuan dari karakter yang lain (Dewi, 2005).
3.4.5. Hubungan panjang-berat Untuk menganalisis hubungan panjang-berat masing-masing spesies ikan layur digunakan rumus sebagai berikut (Effendie, 1997) : W=aLb Keterangan : W L a b
= Berat = Panjang = Intersep (perpotongan kurva hubungan panjang berat dengan sumbu y) = Penduga pola pertumbuhan panjang-berat
Untuk mendapatkan persamaan linier atau garis lurus digunakan persamaan sebagai berikut : Log W = Log a + b Log L Untuk mendapatkan parameter a dan b, digunakan analisis regresi dengan log W sebagai ‘y’ dan Log L sebagai ‘x’, maka didapatkan persamaan regresi : y = a + bx Untuk menguji nilai b = 3 atau b ≠ 3 dilakukan uji-t (uji parsial), dengan hipotesis (Steel and Torie, 1993 dalam Effendie, 1997) : H0 : b = 3, hubungan panjang dengan berat adalah isometrik. H1 : b ≠ 3, hubungan panjang dengan berat adalah allometrik, yaitu :
•
Allometrik positif, jika b>3 (pertambahan berat lebih cepat daripada pertambahan panjang) dan,
•
Allometrik negatif, jika b<3 (Pertambahan panjang lebih cepat daripada pertambahan berat).
thitung =
b1 − b0 Sb1
Keterangan : b1 = Nilai b (dari hubungan panjang berat) b0 = 3 Sb1 = Simpangan koefisien b Bandingkan nilai thitung dengan nilai ttabel pada selang kepercayaan 95%. Selanjutnya untuk mengetahui pola pertumbuhan ikan, kaidah keputusan yang diambil adalah : thitung > ttabel
: tolak hipotesis nol (H0)
thitung < ttabel
: gagal tolak hipotesis nol
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Komposisi tangkapan dan sebaran panjang Ikan layur (superfamili Trichiuroidea) yang diteliti selama bulan JuliNovember berjumlah 198 ekor terdiri dari 71 ekor jenis T. lepturus, 105 ekor L. savala, dan 22 ekor G. serpens. Komposisi dan frekuensi jumlah ikan yang tertangkap selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Komposisi dan frekuensi ikan hasil tangkapan selama penelitian Waktu Juli
Jenis
September
T. lepturus
34
Panjang (mm) 643,41± 100,37
L. savala
23
666,87± 73,68
214,46± 57,15
50
606,60± 133,31
228,46± 143,08
32
666,66± 52,86
269,62± 78,92
G. serpens
-
-
-
12
725,17± 44,20
486,52± 101,75
10
731,70± 89,87
496,44± 227,87
F
Berat (gram) 172,92± 59,11
November
31
Panjang (mm) 719,23± 217,03
Berat (gram) 296,43± 196,91
F
6
Panjang (mm) 768,33± 94,50
Berat (gram) 383,52± 157,90
F
Berdasarkan Tabel 5, terlihat adanya perbedaaan komposisi dan jumlah ikan yang tertangkap pada masing-masing bulan pengamatan. Pada bulan Juli terlihat hanya ada dua spesies ikan layur yang tertangkap yaitu T. lepturus dan L. savala sedangkan dari jenis G. serpens tidak tertangkap. Ketiga spesies ikan layur tertangkap pada bulan September dan November namun dengan jumlah yang berbeda-beda. Berdasarkan jumlah ikan yang tertangkap selama 3 bulan pengamatan, terlihat bahwa G. serpens yang memiliki frekuensi terendah dengan jumlah 22 ekor. Sedangkan frekuensi tertinggi terdapat pada jenis L. savala dengan jumlah 105 ekor. Hal ini diduga terkait dengan kebiasaan hidup dari masing-masing spesies. Menurut Nakamura dan Parin (1993), ikan layur jenis G. serpens jika telah mencapai ukuran dewasa akan cenderung hidup sendiri atau soliter. Nakamura dan Parin (1993) juga mengatakan bahwa belum ada perikanan
khusus terhadap G. serpens. Layur jenis ini biasanya tidak sengaja tertangkap dengan menggunakan rawai tuna. Keadaan ini membuat kemungkinannya untuk tertangkap juga semakin kecil. Hal inilah yang diduga menjadi penyebab sedikitnya jumlah G. serpens yang tertangkap selama penelitian. Berbeda dengan G. serpens, jumlah T. lepturus dan L. savala yang tertangkap selama penelitian lebih banyak yaitu 71 dan 105 ekor. Hal ini diduga terkait dengan kebiasaan hidup kedua jenis ikan layur ini. Menurut Parin (1986), T. lepturus dan L. savala merupakan ikan yang hidup secara bergerombol (schooling). Keadaan ini membuat kemungkinan kedua jenis ikan ini untuk tertangkap semakin besar. Selain itu, perairan pantai Pulau Jawa dan perairan Palabuhanratu diduga menjadi daerah penyebaran utama kedua jenis layur ini. Hal ini didasarkan pada pernyataan Nontji (2005) yang mengatakan bahwa jenis layur yang banyak terdapat di perairan pantai Pulau Jawa adalah T. lepturus. Sedangkan Anita (2003) menyatakan bahwa ikan layur yang banyak tertangkap di Teluk Palabuhanratu adalah dari jenis L. savala. Berdasarkan bulan pengamatan, terlihat adanya perbedaan hasil tangkapan. Hasil tangkapan tertinggi terdapat pada bulan September dengan jumlah tangkapan sebanyak 93 ekor. Pada bulan Juli, ikan yang tertangkap berjumlah 57 ekor. Sedangkan pada bulan November, ikan yang tertangkap berjumlah 48 ekor. Perbedaan jumlah hasil tangkapan diduga terkait dengan musim penangkapan yang dapat mempengaruhi aktivitas penangkapan. Penangkapan ikan pada penelitian ini dilakukan pada bulan Juli, September, dan November. Antara bulan Juli – September, perairan Palabuhanratu sedang mengalami musim timur yang merupakan musim banyak ikan. Pada saat musim timur, kondisi perairan relatif tenang, angin serta gelombang tidak begitu besar sehingga aktivitas penangkapan ikan cukup tinggi pada musim ini (Pariwono dkk., 1988). Meningkatnya aktivitas penangkapan diduga meningkatkan jumlah ikan yang tertangkap di Palabuhanratu. Adapun pada bulan November termasuk pada musim peralihan antara musim timur ke musim barat dan merupakan musim sedang ikan sehingga hasil tangkapan tidak sebanyak hasil tangkapan pada saat musim timur. Kisaran panjang total dan berat pada ketiga spesies layur juga berbeda-beda. Berdasarkan Gambar 6, terlihat bahwa T. lepturus memiliki kisaran panjang total
yang lebih luas dari L. savala dan G. serpens. Hal ini dikarenakan T. lepturus memiliki kemampuan untuk mencapai panjang total yang lebih tinggi dari kedua spesies layur lainnya. Nakamura dan Parin (1993) menyatakan bahwa T. lepturus dapat tumbuh hingga mencapai panjang 120 cm. Bahkan Parin (1986) dan Nontji (2005) menyatakan bahwa panjang total yang dapat dicapai oleh T. lepturus mencapai 150 cm. Sedangkan panjang maksimum yang dapat dicapai olah L. savala dan G. serpens hanya 100 cm. Kisaran panjang total dan kisaran berat ketiga spesies layur yang diamati selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 6.
1200
Panjang (mm) / Berat (gram)
1000
800
600
400
200
pe
va L.
.s
er
sa
pt le
G at er B
B
er
at
T. at er B
ns
la
us ur
ns pe er .s
ja
G
ng
L. an P
an
ja
ng
T. P
P
an
ja
ng
le
sa
pt
va
ur
la
us
0
Gambar 6. Kisaran panjang dan berat pada ketiga spesies layur Ukuran panjang total ikan layur jenis T. lepturus berkisar antara 270–991 mm dan terbagi menjadi dua belas selang kelas panjang. Frekuensi tertinggi terdapat pada bulan Juli dengan jumlah 10 ekor. Modus ini berada pada selang 514-574 mm dan 575-635 mm. Kisaran panjang L. savala antara 310–951 mm dan terbagi menjadi 12 selang kelas panjang. Frekuensi tertinggi berada pada selang 634-687 mm dengan jumlah 14 ekor. Modus ini terjadi pada bulan November. Sedangkan G. serpens panjang totalnya antara 624–905 mm dan terbagi menjadi 8 selang kelas panjang. Frekuensi tertingginya berada pada selang 696-731 mm dan 732-767 mm dengan jumlah 4 ekor. Modus ini terjadi pada
bulan September. Sebaran frekuensi kelas ukuran panjang untuk masing-masing spesies ikan layur dapat dilihat pada Gambar 7, 8, dan 9 berikut ini. Berdasarkan Gambar 7, terlihat adanya pergeseran sebaran frekuensi kelas ukuran panjang pada T. lepturus. Selama bulan Juli sampai November terlihat adanya dua pergeseran sebaran panjang. Pergeseran pertama terjadi pada bulan Juli dan September. Pada bulan November, sebaran frekuensi panjang bergeser ke kelas ukuran yang lebih rendah. Hal ini menunjukkan selama bulan Juli sampai November terdapat minimal dua kelompok ukuran. Pada bulan Juli modus frekuensi kelas ukuran panjang berada pada selang 514-574 mm dan 575-635 mm. Sedangkan pada bulan September, modus frekuensi kelas ukuran panjang berada pada selang 758-818 mm dan 819-879 mm. Hal ini menunjukkan terjadi pertumbuhan panjang pada kelompok ukuran pertama yaitu dari bulan Juli sampai September. Pada bulan November, modus frekuensi kelas ukuran panjang bergeser ke kelas ukuran yang lebih rendah yaitu berada pada selang 636-696 mm. Hal ini menunjukkan adanya recruitment baru ke dalam stok ikan T. lepturus. Berdasarkan Gambar 8, terlihat adanya pergeseran sebaran frekuensi kelas ukuran panjang pada L. savala. Selama bulan Juli sampai November terlihat adanya dua pergeseran sebaran panjang. Pergeseran pertama terjadi pada bulan Juli dan September. Pada bulan November, sebaran frekuensi panjang bergeser ke kelas ukuran yang lebih tinggi. Hal ini menunjukkan selama bulan Juli sampai November terdapat minimal dua kelompok ukuran. Pada bulan Juli modus sebaran frekuensi kelas ukuran panjang berada pada selang 580-633 mm dan 634-687 mm. Pada bulan September modus sebaran frekuensi kelas ukuran panjang berada pada selang 580-633 mm, namun puncak kurva cenderung bergeser ke kiri dikarenakan pada bulan Juli terdapat dua modus kelas ukuran panjang yaitu pada selang 580-633 mm dan 634-687 mm. Pada bulan November, modus sebaran frekuensi kelas ukuran panjang bergeser ke kelas ukuran yang lebih tinggi yaitu berada pada selang 634-687 mm. Hal ini menunjukkan terjadi pertumbuhan panjang pada kelompok ukuran kedua yaitu dari bulan September sampai November.
12
10
n = 34 Juli
8
6
4
2
0 12
September
n = 31
8
6
4
2
0 12
n=6
10
November
8
6
4
2
79 88 094 0 94 110 01
18
81 98
57
75 88
96
69 77
35
63 66
74
57 56
13
51 45
52
45 35
91
39 24
33 13
30
0 27 03
Frekuensi (individu)
10
Selang kelas (mm)
Gambar 7. Sebaran frekuensi kelas ukuran panjang T. lepturus
14 Juli 12 10
n = 23
8 6 4 2 0 14
n = 50 10 8 6 4 2 0 14 November
12 10
n = 32
8 6 4 2 0 31 036 3 36 441 7 41 847 1 47 252 5 52 657 9 58 063 3 63 468 7 68 874 1 74 279 5 79 684 9 85 090 3 90 495 7
Frekuensi (individu)
September 12
Selang kelas (mm)
Gambar 8. Sebaran frekuensi kelas ukuran panjang L. savala
5
4
n = 12
September
n = 10
November
3
Frekuensi (individu)
2
1
0 5
4
3
2
1
91 1 87 6-
84 087 5
80 483 9
76 880 3
76 7 73 2-
73 1 69 6-
69 5 66 0-
62 465 9
0
Selang kelas (mm)
Gambar 9. Sebaran frekuensi kelas ukuran panjang G. serpens Berdasarkan Gambar 9, hanya terlihat satu pergeseran modus sebaran frekuensi kelas ukuran panjang pada G. serpens. Hal ini dikarenakan pada bulan Juli tidak terdapat sampel G. Serpens. Modus sebaran frekuensi kelas ukuran panjang pada bulan September berada pada selang 696-731 mm dan 732-767 mm. Pada bulan November, modus sebaran frekuensi kelas ukuran panjang bergeser ke
kelas ukuran yang lebih rendah yaitu berada pada selang 660-695 mm. Hal ini menunjukkan antara bulan September sampai November terjadi recruitment baru ke dalam stok ikan G. serpens. Namun hal ini perlu dibuktikan lebih lanjut karena jumlah sampel G. serpens yang diamati selama penelitian hanya berjumlah 22 ekor dan dikhawatirkan tidak dapat menjelaskan keadaan sebenarnya. Berdasarkan Gambar 7, 8, dan 9 terlihat sebaran panjang untuk semua spesies mengelompok pada ukuran 514-879 (mm). Hal ini terjadi karena nelayan Palabuhanratu menggunakan pancing (longline dan handline) sebagai alat tangkap utama yang memiliki tingkat selektivitas cukup tinggi. Alat tangkap jenis pancing hanya dapat menangkap ikan-ikan yang memiliki ukuran mulut lebih besar atau minimal sama dengan ukuran mata pancing. Pada umumnya nelayan Palabuhanratu menggunakan ukuran mata pancing nomor 8 (komunikasi pribadi, 2008) namun ada juga yang menggunakan ukuran mata pancing nomor 7-9 (Prayitno, 2006). Faktor lain yang menjadi penyebab seragamnya ukuran ikan layur adalah ikan layur yang tertangkap di Palabuhanratu umumnya untuk tujuan ekspor. Menurut Anita (2003), ikan layur yang diekspor memiliki kisaran berat antara 200-700 gram/ekor. Kisaran ini terbagi menjadi tiga kategori yaitu 200-300 gram/ekor, 300-500 gram/ekor, dan 500-700 gram/ekor. Masing-masing kategori memiliki harga yang sedikit berbeda. Dengan adanya ketentuan ini, diduga nelayan berupaya menangkap ikan layur yang masuk dalam kategori ekspor dan memiliki harga tertinggi. Penelitian tentang T. lepturus yang dilakukan oleh Herianti dkk. (1992) di Utara Tuban-Lamongan mendapatkan kisaran panjang antara 200-800 mm dengan panjang rata-rata 484 mm. Nilai ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan di Palabuhanratu yang mendapatkan kisaran panjang total lebih luas yaitu 270-991 mm. Herianti dkk. (1992) menyatakan bahwa T. lepturus yang diteliti merupakan ikan hasil tangkapan cantrang. Cantrang merupakan alat tangkap yang berupa pukat dasar. Alat tangkap ini umumnya digunakan untuk menangkap ikan dasar seperti bawal hitam. Namun dalam pengoperasiannya tidak jarang menangkap ikan lain seperti layur. Berbeda dengan alat tangkap yang digunakan oleh nelayan di daerah Utara Tuban-Lamongan, nelayan Palabuhanratu umumnya menangkap T. lepturus menggunakan pancing bernomor 7-9 (Prayitno, 2006). Adanya
perbedaan penggunaan alat tangkap yang juga memiliki perbedaan selektivitas diduga menjadi penyebab berbedanya ukuran ikan antara kedua lokasi.
4.2. Analisis karakter meristik Penghitungan karakter meristik berupa jumlah jari-jari lemah mengeras dan jari-jari lemah pada sirip dorsal menunjukkan selang 3-4 jari-jari lemah mengeras dan 102-136 jari-jari lemah pada T. lepturus. Pada L. savala terdapat 3-4 jari-jari lemah mengeras dan 97-136 jari-jari lemah. Sedangkan pada G. serpens terdapat dua sirip dorsal yang terpisah. Dorsal pertama hanya memiliki jari-jari lemah mengeras dengan jumlah 27-29 sedangkan dorsal kedua memiliki 4-5 jari-jari lemah mengeras dan 7-9 jari-jari lemah. G. serpens juga memiliki sirip anal dengan 4-5 jari-jari lemah mengeras dan 7-9 jari-jari lemah serta finlet sebanyak 6 buah dibelakang sirip dorsal dan anal. Berikut ini disajikan tabel karakter meristik ikan layur yang dihitung selama penelitian (Tabel 6). Tabel 6. Kisaran ciri meristik pada ketiga spesies layur Spesies Karakter Meristik
T. lepturus
L. savala
G. serpens
Jumlah Gigi Canine
26 – 57
25 – 53
50 - 71
Jumlah Piloric Caeca
6 – 32
10 – 36
6 - 16
Jumlah Jari-jari Lemah Mengeras Sirip Punggung (D1)
3–4
3–4
27 - 29
102 – 136
97 – 136
-
Jumlah Jari-jari Lemah Mengeras Sirip Punggung (D2)
-
-
4-5
Jumlah Jari-jari Lemah Sirip Punggung (D2)
-
-
7-9
Jumlah Jari-jari Lemah Mengeras Sirip Anal (A)
-
-
4-5
Jumlah Jari-jari Lemah Sirip Anal (A)
-
-
7-9
Jumlah Finlet
-
-
6
Jumlah Jari-jari Lemah Sirip Punggung (D1)
T. lepturus memiliki modus 3 jari-jari lemah mengeras dan 125 jari lemah sehingga secara umum dapat dikatakan bahwa T. lepturus mempunyai rumus sirip dorsal DIII-IV, 102-136 dengan modus DIII, 125. Rumus ini lebih besar kisarannya dari rumus sirip dorsal yang diberikan oleh Parin (1986) yaitu DIII,
131-136. L. savala memiliki modus 3 jari-jari lemah mengeras dan 125 jari lemah sehingga secara umum dapat dikatakan bahwa L. savala mempunyai rumus sirip dorsal DIII-IV, 97-136 dengan modus DIII, 125. Rumus ini juga lebih besar kisarannya dari rumus sirip dorsal yang diberikan oleh Parin (1986) yaitu DIV, 108-123. Pada sirip dorsal pertama, G. serpens memiliki modus 28 jari-jari lemah mengeras sedangkan dorsal keduanya memiliki modus 5 jari-jari lemah mengeras dan 8 jari-jari lemah. Secara umum dapat dikatakan bahwa G. serpens mempunyai rumus D1 XXVII-XXIX, dengan modus DXXVIII dan D2 IV-V, 7-9 dengan modus D2 IV, 8. Rumus ini lebih kecil kisarannya dari rumus sirip dorsal yang diberikan oleh Parin (1986) yaitu DXXVI-XXXII. Sirip anal memiliki rumus AIV-V, 7-9 yang berarti mempunyai 4-5 jari-jari lemah mengeras dan 7-9 jari-jari lemah. Namun hanya G. serpens yang memiliki sirip anal sedangkan T. lepturus dan L. savala tidak memiliki sirip anal karena telah tereduksi menjadi duri-duri kecil.
4.3. Analisis karakter morfometrik Hasil pengukuran karakter morfometrik merupakan salah satu yang dapat digunakan sebagai ciri taksonomik saat mengidentifikasi ikan. Setiap spesies ikan memiliki ukuran mutlak berbeda-beda yang dipengaruhi oleh faktor umur, jenis kelamin, dan lingkungan hidupnya. Faktor lingkungan yang dimaksud di sini seperti makanan, suhu, pH, dan salinitas (Affandi dkk., 1992). Hasil pengukuran karakter morfometrik pada tiga spesies ikan layur dapat dilihat pada Tabel 7. Hasil
pengukuran
menunjukan
adanya
perbedaan
kisaran
ukuran
morfometrik. Pada umumnya, T. lepturus memiliki kisaran ukuran morfometrik yang lebih luas dibandingkan dengan dua spesies layur lainnya. Faktor lingkungan mempunyai pengaruh besar terhadap pertumbuhan ikan. Walaupun umur ikan dari suatu spesies sama, ukuran mutlaknya dapat berbeda. Olah karena itu, standar dalam identifikasi ialah ukuran perbandingannya, seperti jarak antara panjang kepala (PK) dibandingkan dengan panjang total (PT) (Affandi dkk., 1992). Hasil pengukuran perbandingan karakter morfometrik pada masing-masing spesies ikan layur dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 7. Kisaran ukuran morfometrik pada ketiga spesies layur. Spesies T. lepturus
L. savala
G. serpens
N = 71 ekor
N = 105 ekor
N = 22 ekor
27,0 – 99,1
31,0 – 95,1
62,4 - 90,5
Panjang Kepala (cm)
3,9 - 14,4
4,8 – 13,7
11,3 - 16,3
Panjang Hidung (cm)
0,9 - 4,3
1,1 - 4,6
3,7 – 5,6
Tinggi Kepala (cm)
1,6 - 6,8
1,7 - 6,4
3,4 – 4,9
Lebar Kepala (cm)
0,6 - 2,8
0,7 - 2,7
2,1 – 3,5
Tinggi Badan (cm)
1,6 - 8,1
2,1 - 7,9
3,7 – 5,5
Panjang Predorsal (cm)
2,6 - 9,6
2,7 – 10,4
8,9 – 13,4
3,4 – 13,3
4,0 – 11,7
11,5 - 16,6
Diameter Mata (cm)
0,6 - 2,5
0,6 - 2,0
1,6 – 2,3
Panjang Rahang Atas (cm)
1,2 - 6,1
1,6 - 5,7
5,3 – 7,9
Panjang Rahang Bawah (cm)
1,3 - 6,8
1,9 - 6,2
5,8 – 9,5
Sudut Rahang ( ˚ )
26 – 61
25 – 60
33 – 55
Lebar Bukaan Mulut (cm)
0,6 - 5,3
0,7 - 3,0
1,8 – 3,4
Jarak Interorbital (cm)
0,4 - 2,2
0,6 - 1,8
1,4 – 2,4
Panjang operculum (cm)
1,1 - 4,4
1,0 - 4,0
2,2 – 3,2
Tinggi canine(cm)
0,15 - 1,5
0,15 – 1,1
0,3 – 0,6
Tinggi Dorsal (cm)
0,5 - 4,4
0,7 - 3,8
1,3 – 3,8
Panjang usus (cm)
4,1 - 26,1
4,9 – 20,0
16,0 - 34,0
Karakter Morfometrik Panjang Total (cm)
Panjang Prepectoral (cm)
Berdasarkan Tabel 8, terlihat adanya perbedaan kisaran nilai perbandingan ciri morfometrik pada masing-masing spesies. Umumnya jenis L. savala memiliki kisaran perbandingan ciri morfometrik yang lebih luas dibandingkan T. lepturus dan G. serpens. Namun pada perbandingan Panjang kepala : Panjang rahang bawah (PK : PRB), Panjang kepala : Panjang rahang atas (PK : PRA), dan Panjang kepala : Tinggi kepala (PK : TK), jenis T. lepturus memiliki kisaran yang lebih luas dibandingkan dua spesies lainnya. Perbedaan kisaran perbandingan karakter morfometrik pada ketiga spesies tersebut selain disebabkan oleh perbedaan spesies juga disebabkan adanya perbedaan umur dan jenis kelamin
(Affandi dkk., 1992). Sedangkan faktor lingkungan seperti suhu, salinitas, dan pH diduga tidak memberikan pengaruh yang besar terhadap perbedaan ukuran perbandingan ciri morfometrik pada ketiga spesies tersebut karena ketiganya dianggap berasal dari satu habitat yang memiliki faktor lingkungan sama yaitu perairan Palabuhanratu. Tabel 8. Kisaran ukuran perbandingan ciri morfometrik pada ketiga spesies layur. Spesies
Perbandingan Morfometrik
T. lepturus
L. savala
G. serpens
PT : PK
5,86 – 8,07
4,97 - 8,66
5,25 – 5,76
PT : TB
10,90 – 17,24
8,65 - 17,85
15,11 - 16,88
PK : TK
1,83 – 3,06
1,85 - 2,88
2,76 – 3,50
PK : LK
4,31 – 7,54
3,48 - 7,85
4,30 – 6,33
PK : DM
4,78 – 8,44
5,83 - 12,33
5,78 – 8,06
PK : PH
2,58 – 4,33
2,49 - 5,00
2,74 – 3,20
PK : PRA
1,87 – 3,43
2,02 - 3,25
1,87 – 2,40
PK : PRB
1,72 – 3,00
1,90 - 3,03
1,63 – 2,19
PRB : PRA
0,93 – 1,31
0,80 - 1,26
1,09 – 1,20
TB : TK
0,90 – 1,44
0,92 - 1,64
0,93 – 1,18
0,80 – 1,49
0,70 – 1,64
1,19 – 1,34
P prepectoral : P predorsal
4.3.1. Analisis korelasi karakter morfometrik pada masing-masing spesies Analisis korelasi karakter morfometrik digunakan untuk melihat karakterkarakter morfometrik yang memiliki keterkaitan antara satu karakter dengan karakter lainnya. Tanda minus atau positif menunjukkan sifat korelasi negatif atau positif antar karakter. Nilai positif yang mendekati satu menjelaskan hubungan yang berbanding lurus antar karakter. Artinya peningkatan satuan suatu karakter akan diikuti oleh peningkatan satuan dari karakter yang lain. Sedangkan nilai negatif yang mendekati minus satu menjelaskan hubungan yang berbanding
terbalik antar karakter. Artinya peningkatan satuan suatu karakter akan diikuti oleh penurunan satuan dari karakter yang lain atau sebaliknya, penurunan satuan suatu karakter akan diikuti oleh peningkatan satuan dari karakter yang lain (Dewi, 2005). Berdasarkan analisis korelasi data morfometrik T. lepturus, terlihat bahwa korelasi antar karakter memiliki kisaran yang cukup lebar yaitu antara 0,19 sampai 0,98. Hubungan yang sangat erat ditunjukkan oleh karakter Panjang rahang atas (PRA) dan Panjang rahang bawah (PRB) dengan nilai korelasi sebesar 0,98 sedangkan untuk korelasi terendah ditunjukkan oleh karakter Sudut rahang (SR) dan Tinggi dorsal (TD) dengan nilai korelasi 0,19. Nilai korelasi karakter morfometrik pada T. lepturus dapat dilihat pada Lampiran 1. Karakter Panjang total (PT), Panjang kepala (PK), Panjang hidung (PH), Tinggi kepala (TK), Lebar kepala (LK), Tinggi badan (TB), Panjang Prepectoral, Panjang Predorsal, Diameter mata (DM), Panjang rahang atas (PRA), Panjang rahang bawah (PRB), Panjang operculum (PO), Jarak interorbital (JI), Tinggi dorsal (TD), dan Panjang usus (PU) adalah karakter-karakter yang mempunyai hubungan erat dengan karakter lain. Korelasi yang erat menunjukkan ukuran tubuh karakter lain dapat diwakili oleh salah satu dari karakter ini. Sebaliknya, karakter Sudut rahang (SR), Lebar bukaan mulut (LBM), dan Tinggi canine (TC) tidak mencirikan ukuran dari karakter-karakter lain. Kisaran nilai korelasi masingmasing karakter tersebut rendah dibandingkan dengan karakter lain yaitu 0,190,46, 0,39-0,66 dan 0,28-0,60. Hasil analisis korelasi data morfometrik L. savala juga memiliki kisaran yang cukup lebar yaitu antara 0,12 sampai 0,97. Hubungan yang sangat erat ditunjukkan oleh karakter Panjang rahang atas (PRA) dan Panjang rahang bawah (PRB) dengan nilai korelasi sebesar 0,97 sedangkan untuk korelasi terendah ditunjukkan oleh karakter Panjang hidung (PH) dan Sudut rahang (SR) dengan nilai korelasi 0,12. Nilai korelasi karakter morfometrik pada L. savala dapat dilihat pada Lampiran 2. Karakter Panjang total (PT), Panjang kepala (PK), Panjang hidung (PH), Tinggi kepala (TK), Lebar kepala (LK), Tinggi badan (TB), Panjang Prepectoral, Panjang Predorsal, Diameter mata (DM), Panjang rahang atas (PRA), Panjang
rahang bawah (PRB), Panjang operculum (PO), dan Jarak interorbital (JI) adalah karakter-karakter yang mempunyai hubungan erat dengan karakter lain. Korelasi yang erat menunjukan ukuran tubuh karakter lain dapat diwakili oleh salah satu dari karakter ini. Sebaliknya, karakter Sudut rahang (SR), Lebar bukaan mulut (LBM), Tinggi canine (TC), dan Panjang usus (PU) tidak mencirikan ukuran dari karakter-karakter lain. Kisaran nilai korelasi masing-masing karakter tersebut rendah dibandingkan dengan karakter lain yaitu 0,12-0,56, 0,38-0,67, 0,16-0,63 dan 0,21-0,58. Hasil analisis korelasi pada data morfometrik G. serpens memiliki kisaran yang cukup lebar yaitu antara -0,39 sampai 0,99. Hubungan yang sangat erat ditunjukkan oleh karakter Panjang rahang atas (PRA) dan Panjang rahang bawah (PRB) dengan nilai korelasi sebesar 0,99 sedangkan untuk korelasi terendah ditunjukkan oleh karakter Jarak interorbital (JI) dan Tinggi dorsal (TD) dengan nilai korelasi -0,39. Nilai korelasi karakter morfometrik pada G. serpens dapat dilihat pada lampiran 3. Karakter-karakter yang mempunyai hubungan erat dengan karakter lain adalah Panjang total (PT), Panjang kepala (PK), Panjang hidung (PH), Tinggi kepala (TK), Lebar kepala (LK), Tinggi badan (TB), Panjang prepectoral, Panjang predorsal, Panjang rahang atas (PRA), Panjang rahang bawah (PRB), dan Panjang operculum (PO). Korelasi yang erat menunjukkan ukuran tubuh karakter lain dapat diwakili oleh salah satu dari karakter ini. Sebaliknya, karakter Diameter mata (DM), Sudut rahang (SR), Lebar bukaan mulut (LBM), Jarak interobital (JI), Tinggi canine (TC), Tinggi dorsal (TD) dan Panjang usus (PU) tidak mencirikan ukuran dari karakter-karakter lain. Kisaran nilai korelasi masing-masing karakter tersebut rendah dibandingkan dengan karakter lain yaitu -0,17-0,64, -0,27-0,38, 0,39-0,58, -0,17-0,61, -0,39-0,61, dan 0,01-0,53. Hasil analisis korelasi karakter morfometrik pada masing-masing spesies memperlihatkan adanya beberapa karakter yang berpengaruh terhadap karakter lainnya seperti Panjang total (PT), Panjang kepala (PK), Panjang hidung (PH), Tinggi kepala (TK), Lebar kepala (LK), Tinggi badan (TB), Panjang prepectoral, Panjang predorsal, Panjang rahang atas (PRA), Panjang rahang bawah (PRB), dan Panjang operculum (PO). Namun nilai-nilai dari masing-masing karakter ini
belum bisa dijadikan standar dalam mengidentifikasi ikan layur. Analisis korelasi karakter morfometrik ini hanya menunjukkan karakter-karakter yang memiliki hubungan saling terkait dengan karakter lainnya. Seperti dikatakan oleh Affandi dkk. (1992) bahwa ukuran mutlak masing-masing individu dapat berbeda-beda meskipun memiliki umur dan spesies yang sama. Hal ini terkait dengan adanya faktor lingkungan yang mempunyai pengaruh besar terhadap pertumbuhan ikan. Oleh karena itu, standar dalam identifikasi ialah ukuran perbandingannya seperti jarak antara panjang kepala (PK) dibandingkan dengan panjang total (PT).
4.3.2. Analisis korelasi karakter morfometrik pada ketiga spesies Hasil
analisis
korelasi
karakter
morfometrik
pada
ketiga
spesies
memperlihatkan bahwa nilai korelasi antara T. lepturus-L. savala lebih tinggi yaitu sebesar 0,9996 dibandingkan nilai korelasi antara T. lepturus-G. serpens dan L. savala-G. serpens yang masing-masing sebesar 0,9897 dan 0,9890. Hal ini menunjukkan bahwa T. lepturus dan L. savala memiliki lebih banyak persamaan dalam hal hubungan antar karakter morfometrik dibandingkan dengan hubungan antar karakter morfometrik pada T. lepturus-G. serpens dan L. savala-G. serpens. Hasil analisis korelasi karakter morfometrik pada ketiga jenis ikan dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Matriks korelasi karakter morfometrik antara ketiga jenis ikan layur T. lepturus L. savala G. serpens T. lepturus
1
L. savala
0,9996
1
G. serpens
0,9897
0,9890
1
4.3.3. Analisis korelasi perbandingan karakter morfometrik pada masingmasing spesies Affandi dkk. (1992) menyatakan bahwa yang dijadikan standar dalam mengidentifikasi suatu jenis ikan adalah ukuran perbandingan seperti panjang total : panjang kepala. Untuk mengetahui keterkaitan antar karakter perbandingan
morfometrik pada masing-masing spesies digunakan Analisis Komponen Utama (AKU) atau Principal Components Analysis (PCA). Dari hasil yang didapat akan terlihat karakter perbandingan yang memiliki keterkaitan dengan karakter perbandingan lainnya. Hasil analisis korelasi perbandingan karakter morfometrik untuk ketiga spesies sangat bervariasi dengan nilai kisaran masing-masing 0,0006-0,9209 untuk T. lepturus, 0,0019-0,9063 untuk L. savala, dan 0,0015-0,9634 untuk G. serpens. Sedangkan korelasi negatif tertinggi untuk masing-masing spesies adalah -0,29 untuk T. lepturus, -0,52 untuk L. savala, dan -0,57 untuk G. serpens. Matriks korelasi perbandingan morfometrik pada ketiga spesies dapat dilihat pada Lampiran 4, 5, dan 6. Perbandingan karakter antara Panjang kepala : Panjang rahang atas dengan (PK : PRA), Panjang kepala : Panjang rahang bawah (PK : PRB) memiliki korelasi positif tertinggi pada ketiga spesies dengan nilai 0,92 untuk T. lepturus, 0,91 untuk L. savala, dan 0,96 untuk G. serpens. Sedangkan kesamaan nilai korelasi negatif tertinggi hanya dimiliki oleh T. lepturus dan L. savala yaitu pada perbandingan karakter Panjang total : Tinggi badan (PT : TB) dengan Tinggi badan : Tinggi kepala (TB : TK) dengan nilai -0,29 untuk T. lepturus dan -0,52 untuk L. savala. Pada G. serpens, yang memiliki nilai korelasi negatif tertinggi yaitu karakter perbandingan antara Panjang kepala : Panjang rahang bawah (PK : PRB) dengan Tinggi badan : Tinggi kepala (TB : TK) dengan nilai korelasi -0,57. Korelasi yang rendah tingkat keeratannya dapat diartikan pengukuran karakter tersebut tidak dapat diwakili oleh karakter lain karena tingkat keeratannya mendekati nol (antara -0,5 hingga 0,5). 4.3.4. Analisis korelasi perbandingan karakter morfometrik pada ketiga spesies Hasil analisis korelasi perbandingan karakter morfometrik pada ketiga spesies memperlihatkan bahwa nilai korelasi antara T. lepturus-L. savala lebih tinggi yaitu sebesar 0,99 dibandingkan nilai korelasi antara T. lepturus-G. serpens dan L. savala-G. serpens yang masing-masing sebesar 0,98 dan 0,97. Hal ini menunjukkan bahwa T. lepturus dan L. savala memiliki lebih banyak persamaan dalam hal hubungan perbandingan antar karakter morfometrik dibandingkan
dengan hubungan perbandingan antar karakter morfometrik pada T. lepturus-G. serpens dan L. savala-G. serpens. Hasil analisis korelasi perbandingan karakter morfometrik pada ketiga jenis ikan dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Matriks korelasi perbandingan karakter morfometrik antara ketiga jenis ikan layur T. lepturus L. savala G. serpens T. lepturus
1
L. savala
0,99
1
G. serpens
0,98
0,97
1
4.4. Identifikasi karakter morfologi sederhana Berdasarkan analisis korelasi karakter morfometrik dan perbandingan karakter morfometrik dengan menggunakan Analisis Komponen Utama (AKU) atau Principal Components Analysis (PCA), T. lepturus, L. savala, dan G. serpens memperlihatkan kecenderungan perbedaan karakter morfologi. Hal ini sangat mungkin terjadi mengingat pada kenyataannya ketiga ikan layur tersebut terlihat berbeda. Selain metoda di atas, untuk membedakan spesies secara cepat dapat dilakukan identifikasi karakter morfologi secara sederhana dengan mengamati warna, bentuk tubuh, diameter mata, dan ada tidaknya tonjolan pada bagian atas kepala (sagittal crest). Jenis T. lepturus yang dikenal masyarakat Palabuhanratu dengan nama layur meleu memiliki badan berbentuk pipih dan panjang tubuh umumnya 60-80 cm, tubuh berwarna putih mengkilat sedangkan sirip dorsalnya berwarna putih, berekor rambut, dan memiliki mata yang besar. Jenis L. savala lebih dikenal masyarakat Palabuhanratu dengan nama layur golok, memiliki badan berbentuk pipih dan panjang tubuh umumnya 50-70 cm, tubuh dan sirip dorsalnya berwarna putih kekuningan, berekor rambut, dan ukuran matanya lebih kecil dari T. lepturus. Selain dari warna tubuh dan ukuran diameter mata, T. lepturus dan L. savala juga dapat dibedakan dari ada tidaknya tonjolan pada bagian atas kepala (sagittal crest). Pada T. lepturus terdapat sagittal crest sedangkan pada L. savala
tidak terdapat sagittal crest. Bentuk dari sagittal crest dapat dilihat pada gambar berikut ini (Gambar 10).
Gambar 10. Sagittal crest pada T. Lepturus (Nakamura dan Parin, 1993) Jenis G. serpens lebih mudah dibedakan dari jenis T. lepturus dan L. savala. Hal ini dikarenakan G. serpens memiliki perbedaan yang mencolok dari kedua jenis layur lainnya. G. serpens yang dikenal masyarakat Palabuhanratu dengan nama gelang luyung memiliki badan agak membulat, panjang tubuh umumnya 6080 cm, tubuh dan sirip dorsal berwarna hitam, memiliki dua sirip dorsal dan satu sirip anal, serta berekor cagak.
4.5. Hubungan kekerabatan Penentuan hubungan kekerabatan dilakukan dengan cara menganalisis data perbandingan ciri morfometrik menggunakan Analisis Komponen Utama (AKU) atau Principal Components Analysis (PCA). Seperti yang dikemukakan oleh Bengen (2000) bahwa Analisis Komponen Utama (AKU) atau Principal Components Analysis (PCA) dapat digunakan untuk mempelajari matriks data dari sudut pandang kemiripan antar individu. Semakin mirip suatu individu maka semakin dekat hubungan kekerabatannya. Berdasarkan analisis korelasi karakter morfometrik dan analisis korelasi perbandingan karakter morfometrik pada ketiga spesies (Tabel 9 dan 10) terlihat bahwa korelasi antara T. lepturus-L. savala memiliki nilai tertinggi yaitu sebesar 0,9996 dan 0,9946. Nilai korelasi ini menunjukkan bahwa T. lepturus dan L. savala memiliki lebih banyak kesamanan karakter morfometrik dibandingkan dengan G. serpens. Dari hasil analisis karakter morfometrik ini disimpulkan
bahwa T. lepturus lebih berkerabat dekat dengan L. savala dibandingkan dengan G. serpens. Berikut ini disajikan dendrogram yang menunjukkan kedekatan kekerabatan pada ketiga spesies ikan layur (Gambar 11).
Gambar 11. Dendrogram hubungan kekerabatan ketiga spesies ikan layur
4.6. Hubungan panjang–berat Persamaan hubungan panjang-berat ikan layur jenis T. lepturus betina adalah W = 0,000002L2,5136 dengan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,85 dan koefisien korelasi (r) sebesar 0,92. Hal ini menjelaskan bahwa model dugaan mampu menjelaskan model sebenarnya sebesar 85% dan terdapat hubungan yang erat antara panjang dengan berat pada T. lepturus betina (Walpole, 1992). Pada T. lepturus
jantan
didapatkan
persamaan
hubungan
panjang-berat
W
=
0,000002L2,8325 dengan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,95 dan koefisien korelasi (r) sebesar 0,97. Hal ini menjelaskan bahwa model dugaan dapat menjelaskan model sebenarnya sebesar 95% dan terdapat hubungan yang erat antara panjang dengan berat pada T. lepturus jantan (Walpole, 1992). Sedangkan persamaan hubungan panjang-berat T. lepturus secara keseluruhan adalah W = 0,000002L2,793 dengan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,94 dan koefisien korelasi (r) sebesar 0,97. Hal ini menjelaskan bahwa model dugaan dapat
menjelaskan model sebenarnya sebesar 94% dan terdapat hubungan yang erat antara panjang dengan berat pada T. lepturus (Walpole, 1992). Jumlah ikan yang digunakan dalam penentuan hubungan panjang berat T. lepturus adalah 69 ekor. Nilai ini lebih kecil dari total T. lepturus yang diteliti yaitu 71 ekor. Pengurangan ini dilakukan karena terdapat dua data ikan yang outlier. Pengurangan ini boleh dilakukan karena nilai R2 untuk jumlah ikan 71 ekor lebih kecil yaitu hanya sebesar 0,92 bila dibandingkan dengan nilai R2 untuk jumlah ikan 69 ekor yaitu sebesar 0,94. Artinya, model dugaan untuk T. lepturus lebih terwakili oleh 69 sampel dibandingkan 71 sampel. Grafik hubungan panjang-berat T. lepturus pada ikan betina, ikan jantan, dan secara keseluruhan dapat dilihat pada gambar 12, 13, 14. Nilai b pada T. lepturus betina, T. lepturus jantan, dan T. lepturus secara keseluruhan berturut-turut adalah 2,51, 2,83, dan 2,79 yang menandakan bahwa pola hubungan antara panjang dan berat adalah allometrik negatif. Artinya pertambahan panjangnya lebih cepat dibandingkan pertambahan beratnya. Hal ini diperkuat juga dengan hasil uji-t yang mendapatkan nilai thitung > ttabel yang berarti tolak Ho (Lampiran 7). Hasil ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Herianti dkk., (1992) di daerah Utara Tuban-Lamongan, Jawa Timur. Herianti dkk., (1992) mendapatkan nilai b = 2,83 untuk spesies yang sama. Persamaan hubungan panjang-berat ikan L. savala betina adalah W = 0,0000008L3,3627 dengan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,87 dan koefisien korelasi (r) sebesar 0,93. Hal ini menjelaskan bahwa model dugaan mampu menjelaskan model sebenarnya sebesar 87% dan terdapat hubungan yang erat antara panjang dengan berat pada L. savala betina (Walpole, 1992). Pada L. savala jantan didapatkan persamaan hubungan panjang-berat W = 0,008L3,525 dengan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,95 dan koefisien korelasi (r) sebesar 0,97. Hal ini menjelaskan bahwa model dugaan mampu menjelaskan model sebenarnya sebesar 95% dan terdapat hubungan yang erat antara panjang dengan berat pada L. savala jantan (Walpole, 1992). Sedangkan persamaan hubungan panjang-berat L. savala secara keseluruhan adalah W = 0,00008L3,4452 dengan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,92 dan koefisien korelasi (r) sebesar 0,96. Hal ini menjelaskan bahwa model dugaan mampu menjelaskan
model sebenarnya sebesar 92% dan terdapat hubungan yang erat antara panjang dengan berat pada L. savala (Walpole, 1992). Jumlah ikan yang digunakan dalam penentuan hubungan panjang-berat L. savala adalah 97 ekor. Nilai ini lebih kecil dari total L. savala yang diteliti yaitu 105 ekor. Pengurangan ini dilakukan karena terdapat empat data ikan yang outlier dan empat data ikan yang tidak dapat ditentukan jenis kelaminnya. Pengurangan ini boleh dilakukan karena nilai R2 untuk jumlah ikan 105 ekor lebih kecil yaitu hanya sebesar 0,85 bila dibandingkan dengan nilai R2 untuk jumlah ikan 97 ekor yaitu sebesar 0,92. Artinya, model dugaan untuk L. savala lebih terwakili oleh 97 sampel dibandingkan 105 sampel. Grafik hubungan panjang-berat L. savala pada ikan betina, ikan jantan, dan secara keseluruhan dapat dilihat pada pada gambar 15, 16, dan 17. Nilai b pada L. savala betina, L. savala jantan, dan L. savala secara keseluruhan adalah 3,36, 3,52, dan 3,45 yang menandakan bahwa pola hubungan antara panjang dan berat adalah allometrik positif. Artinya pertambahan beratnya lebih cepat dibandingkan pertambahan panjangnya. Hal ini diperkuat juga dengan hasil uji-t yang mendapatkan nilai thitung > ttabel yang berarti tolak Ho (Lampiran 8). Persamaan hubungan panjang-berat ikan layur jenis G. serpens betina adalah W = 0,00000005L2,3749 dengan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,71 dan koefisien korelasi (r) sebesar 0,84. Hal ini menjelaskan bahwa model dugaan mampu menjelaskan model sebenarnya sebesar 71% dan terdapat hubungan yang erat antara panjang dengan berat pada G. serpens betina (Walpole, 1992). Pada G. serpens jantan didapatkan p9ersamaan hubungan panjang-berat W = 0,7L3,3538 dengan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,9 dan koefisien korelasi sebesar 0,95. Hal ini menjelaskan bahwa model dugaan mampu menjelaskan model sebenarnya sebesar 90% dan terdapat hubungan yang erat antara panjang dengan berat pada G. serpens jantan (Walpole, 1992). Sedangkan persamaan hubungan panjang-berat G. serpens secara keseluruhan adalah W = 0,000007L3,1106 dengan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,85 dan koefisien korelasi sebesar 0,92. Hal ini menjelaskan bahwa model dugaan mampu menjelaskan model sebenarnya sebesar 85% dan terdapat hubungan yang erat antara panjang dengan berat pada G. serpens (Walpole, 1992). Jumlah ikan yang digunakan dalam penentuan
hubungan panjang-berat G. serpens adalah 22 ekor. Grafik hubungan panjangberat G. serpens pada ikan betina, ikan jantan, dan secara keseluruhan dapat dilihat pada pada gambar 18, 19, dan 20. Berdasarkan nilai b pada ketiga spesies, terlihat adanya perbedaan pola hubungan panjang-berat baik pada ikan betina maupun pada ikan jantan. Antara T. lepturus betina dan L. savala betina terdapat perbedaan pola hubungan panjangberat meskipun keduanya sama-sama memiliki bentuk tubuh pita. T. lepturus betina memiliki pola hubungan panjang-berat allometrik negatif sedangkan L. savala betina memiliki pola hubungan allometrik positif. Perbedaan ini diduga karena adanya perbedaan perbandingan ukuran tubuh. Walaupun secara umum kedua jenis layur ini memiliki bentuk tubuh seperti pita, namun perbandingan antara panjang total dengan tinggi badan pada keduanya berbeda. Berdasarkan Tabel 9, terlihat bahwa nilai perbandingan antara panjang total dengan tinggi badan pada L. savala lebih rendah dibandingkan pada T. lepturus. Hal ini memperlihatkan bahwa untuk ukuran panjang total yang sama, L. savala memiliki tinggi tubuh yang lebih besar dibandingkan T. lepturus. Hal ini akan berdampak pada meningkatnya berat tubuh ikan. Gambar 6 juga memperkuat panjelasan di atas. Berdasarkan Gambar 6, terlihat bahwa T. lepturus memiliki panjang rata-rata yang lebih tinggi dari L. savala. Namun nilai berat rata-rata pada T. lepturus lebih rendah dibandingkan berat rata-rata pada L. savala. Hal ini menandakan bahwa L. savala lebih montok sehingga nilai b-nya juga lebih besar. Perbedaan pola hubungan panjang-berat juga terjadi antara G. serpens betina dengan L. savala betina. Perbedaan bentuk tubuh diduga menjadi faktor penyebab berbedanya pola hubungan panjang-berat antara kedua spesies ini. Menurut Nakamura dan Parin (1993), L. savala memiliki bentuk tubuh pipih sedangkan G. serpens memiliki bentuk tubuh semifusiform. Jumlah sampel yang diamati diduga juga berpengaruh terhadap hasil regresi. G. serpens betina yang diamati selama penelitian hanya berjumlah 8 ekor. Minimnya jumlah sampel dikhawatirkan tidak mampu menjelaskan keadaan sebenarnya.
600
y = 2E-05x 2,5136 r = 0,92 N = 26 ekor
500 Berat (gram)
400 300 200 100 0 0
200
400
600
800
1000
1200
Panjang (mm)
Gambar 12. Grafik hubungan panjang-berat T. lepturus betina
600 500
y = 2E-06x 2,8325 r = 0,97 N = 43 ekor
Berat (gram)
400 300 200 100 0 0
200
400
600
800
1000
Panjang (mm)
Gambar 13. Grafik hubungan panjang-berat T. lepturus jantan
600 Berat (gram)
500
y = 2E-06x 2,793 r = 0,97 N = 69 ekor
400 300 200 100 0 0
200
400
600
800
1000
1200
Panjang (mm)
Gambar 14. Grafik hubungan panjang-berat T. lepturus secara keseluruhan
500 y = 7E-08x 3.3627 r = 0,93 N = 42 ekor
Berat (gram)
400 300 200 100 0 0
200
400
600
800
1000
Panjang (mm)
Gambar 15. Grafik hubungan panjang-berat L. savala betina
600 y = 3E-08x 3.525 r = 0,97 N = 55 ekor
Berat (gram)
500 400 300 200 100 0 0
200
400
600
800
1000
Panjang (mm)
Gambar 16. Grafik hubungan panjang-berat L. savala jantan
600 y = 5E-08x 3.4452 r = 0,96 N = 97 ekor
Berat (gram)
500 400 300 200 100 0 0
200
400
600
800
1000
Panjang (mm)
Gambar 17. Grafik hubungan panjang-berat L. savala secara keseluruhan
800 700
y = 8E-05x 2,3749 r = 0,84 N = 8 ekor
Berat (gram)
600 500 400 300 200 100 0 0
200
400
600
800
1000
Panjang (mm)
Gambar 18. Grafik hubungan panjang-berat G. serpens betina
1200 y = 1E-07x 3,3538 r = 0,95 N = 14 ekor
Berat (gram)
1000 800 600 400 200 0 0
200
400
600
800
1000
Panjang (mm)
Gambar 19. Grafik hubungan panjang-berat G. serpens jantan
800 700
y = 6E-07x 3,1106 r = 0,92 N = 22 ekor
Berat (gram)
600 500 400 300 200 100 0 0
200
400
600
800
1000
Panjang (mm)
Gambar 20. Grafik hubungan panjang-berat G. serpens secara keseluruhan
Pada ikan jantan juga terdapat perbedaan pola hubungan panjang-berat. T. lepturus memiliki pola hubungan panjang-berat allometrik negatif. L. savala memiliki pola hubungan panjang-berat allometrik positif. Sedangkan G. serpens memiliki pola hubungan panjang-berat yang bersifat isometrik. Perbedaan pola hubungan panjang-berat antara T. lepturus dan L. savala diduga karena adanya perbedaan kematangan gonad. Sebanyak 25% dari total sampel L. savala mengalami matang gonad sedangkan sampel T. lepturus yang mengalami matang gonad hanya 16%. Pertumbuhan gonad ikut meningkatkan berat total ikan sehingga dapat mempengaruhi nilai faktor kondisi dan juga nilai b. Hal ini seperti yang dinyatakan oleh Effendie (1997) bahwa nilai faktor kondisi akan meningkat pada saat ikan mengalami matang gonad dan mencapai puncaknya sebelum terjadi pemijahan. Hal yang sama juga diduga terjadi pada G. serpens. Hal ini dikarenakan sebanyak 33,33% dari total sampel G. serpens jantan mengalami matang gonad. Diduga nilai b G. serpens jantan juga meningkat dikarenakan sedang berada pada fase pematangan gonad.
4.7. Pengelolaan ikan layur Ikan layur dikonsumsi masyarakat sekitar Palabuhanratu dalam bentuk ikan segar dan ikan asin. Selain diminati oleh konsumen dalam negeri, ikan layur juga diminati oleh konsumen luar negeri. Berdasarkan data tahun 2002-2007 dari PPN Palabuhanratu, setiap tahunnya Palabuhanratu menghasilkan tidak kurang dari 185,47 ton ikan layur dengan nilai produksi rata-rata mencapai Rp. 1.153.400.038 per tahun. Semakin tingginya permintaan konsumen dikhawatirkan akan berdampak pada meningkatnya upaya tangkap oleh nelayan. Padahal layur termasuk ikan demersal yang daya tahan terhadap tekanan penangkapan relatif rendah
dan
tingkat
mortalitasnya
cenderung
sejalan
dengan
upaya
penangkapannya (Aoyama, 1973 dalam Ridho, 2004). Artinya, semakin tinggi upaya tangkap maka tingkat mortalitasnya juga akan semakin meningkat. Jika hal ini terus terjadi dikhawatirkan populasinya akan menurun. Selama ini, aspek pengelolaan ikan layur masih dilakukan secara umum. Data yang ada di PPN Palabuhanratu dan Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) masih mengategorikan ikan layur dalam satu jenis, padahal ikan layur tersebut
terdiri atas beberapa jenis yang berbeda. Hal ini akan berpengaruh terhadap pengelolaan jenisnya. Pengelolaan pada masing-masing spesies layur tidak bisa disamakan karena setiap jenis memiliki karakter yang unik dan berbeda satu sama lain, misalnya dalam hal musim reproduksi. Jika pengelolaan ikan layur masih bersifat umum, tanpa melihat jenis-jenisnya, maka dikhawatirkan ada jenis-jenis tertentu dikelola dengan cara yang sama padahal seharusnya memiliki pola pengelolaan yang berbeda. Berdasarkan data dan informasi yang didapat dari penelitian ini, dapat dibuat beberapa upaya pengelolaan terkait sumberdaya ikan layur di wilayah perairan Palabuhanratu. Berdasarkan data sebaran frekuensi panjang, sebagian besar ikan yang tertangkap memiliki panjang antara 543-906 mm dan telah tergolong ikan remaja dan dewasa. Menurut Ambarwati (komunikasi pribadi, 2008), T. lepturus jantan pertama kali matang gonad pada ukuran 725 mm dan betinanya matang gonad pada ukuran 630 mm, L. savala jantan pertama kali matang gonad pada ukuran 552 mm dan betinanya matang gonad pada ukuran 592 mm, dan G. serpens jantan matang gonad pertama kali pada ukuran 668 mm. Penggunaan alat tangkap yang berupa handline dan longline dengan mata pancing nomor 8 sebaiknya dipertahankan. Alat tangkap ini memiliki selektifitas cukup tinggi yang terlihat dari seragamnya ikan hasil tangkapan. Dengan menggunakan alat tangkap yang selektif diharapkan ikan-ikan yang masih muda mendapatkan kesempatan untuk tumbuh dan bereproduksi. Selama penelitian yaitu antara bulan Juli-November hanya ditemukan 27% T. lepturus yang sedang berada dalam fase matang gonad. Pada L. savala hanya ditemukan 22% sampel yang matang gonad. Sedangkan jumlah sampel yang matang gonad pada G. serpens nilainya lebih rendah lagi yaitu hanya sekitar 18% dari total sampel. Hal ini menunjukkan bahwa puncak pemijahan telah terjadi sebelum bulan Juli sehingga penangkapan disarankan dilakukan setidaknya antara bulan Juli - November karena dalam 5 bulan tersebut persentase ikan-ikan yang matang gonad cukup rendah. Penelitian ini juga memiliki beberapa kelemahan seperti tidak diketahuinya koordinat sampling dan sedikitnya jumlah sampel terutama dari jenis G. serpens. Hal ini dikarenakan penulis tidak mengikuti operasi penangkapan nelayan
sehingga tidak dapat mencatat titik koordinat sampling. Sabagai akibatnya, populasi asal dari ikan layur yang diteliti tidak diketahui. Minimnya jumlah sampel G. serpens lebih disebabkan oleh rendahnya hasil tangkapan nelayan. Hal ini tidak terlepas dari kebiasaan G. serpens yang biasa hidup soliter.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis karakter meristik, analisis korelasi karakter dan perbandingan karakter morfometrik pada ketiga spesies, disimpulkan bahwa T. lepturus lebih berkerabat dekat dengan L. savala dibandingkan dengan G. serpens. Hubungan panjang-berat pada T. lepturus betina, jantan, dan secara keseluruhan bersifat allometrik negatif. Pada L. savala, didapat hubungan panjang-berat yang bersifat allometrik positif pada betina, jantan, maupun secara keseluruhan. Sedangkan pada G. serpens didapat hubungan panjang-berat yang bersifat allometrik negatif pada betina, allometrik positif pada jantan, dan isometrik secara keseluruhan.
5.2. Saran 1. Perlu adanya penelitian lanjutan dengan waktu yang lebih lama dan jumlah sampel yang lebih banyak agar didapat data yang benar-benar mewakili keadaan sebenarnya. 2. Perlu adanya penelitian mengenai genetika ketiga spesies ini untuk mengetahui
jarak
genetik
sebagai
dasar
penentuan
hubungan
kekerabatan antara ketiganya. 3. Pada penelitian selanjutnya hendaknya mencatat lokasi penangkapan sehingga dapat diketahui daerah asal sampel. Hal ini dapat dijadikan dasar dalam penentuan pengelolaan suatu kawasan. 4. Pada penelitian selanjutnya hendaknya menggunakan alat tangkap yang tingkat selektivitasnya lebih rendah agar ukuran ikan yang tertangkap lebih bervariasi.
DAFTAR PUSTAKA
Affandi, R., D. S. Safei, M. F. Rahardjo, dan Sulistiono. 1992. Ikhtiologi : Suatu Pedoman Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Bogor : Institut Pertanian Bogor. Bogor. Afrianto, E., S. A. Rifai, E. Liviawaty, dan H. Hamdhani. 1996. Kamus Istilah Perikanan. Kanisius. Yogyakarta. 148 hal. Anita. 2005. Pengendalian Mutu Produksi Layur (Trichiurus sp.) di Pelabuhan Perikanan Nusantara Pelabuhanratu untuk Tujuan Ekpor. Skripsi. Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Institut Pertanian Bogor. Ayodhya, H. A. U. dan Diniah. 1989. Handbook Perikanan Indonesia. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Badrudin. 2006. Strategi Pengelolaan Perikanan Demersal : Kasus Armada Trawl di Jambi. Tesis. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor Bal, D. V. dan K. V. Rao. 1984. The Ribbon-Fishes. Marine Fisheries : 243-256. Tata McGraw-hill Publishing Company Limited. New Delhi. 250 hal. Bengen, D. G. 2000. Teknik Pengambilan Contoh dan Analisa Data Biofisik Sumberdaya Pesisir. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 73 hal. Brojo, M. 1999. “Ciri-Ciri Morfometrik Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Strain Chitralada dan Strain Gift”. Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, VI (2) : 21-38. Dahuri, R. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut : Aset Pembangunan Berkelanjutan Indonesia. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 412 hal. Dewantoro, E. 2001. Rasio RNA/DNA, Karakter Morfometrik, dan Komposisi Daging Ikan Mas (Cyprinus carpio L.) Strain Sinyonya, Karper Kaca, dan Hibridanya. Tesis. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Dewi, L. 2005. Kelimpahan dan Komposisi Fitoplankton Penghasil Geosmin dan MIB (2-Metilisoborneol) Penebab Citarasa Lumpur Pada Ikan di Waduk Cirata. Skripsi. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Effendie, M. I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta. 163 hal. Herianti, I., M. D. M. Pawarti dan T. Suhendrata. 1992. “Pendugaan Parameter Biologi Ikan Layur (Trichiurus lepturus) di Perairan Utara TubanLamongan, Jawa Timur. Jurnal Penelitian Perikanan Laut no 75 Th. 1992. Hal 11-19. Balai Penelitian Perikanan Laut. Jakarta Imron. 1998. Keragaman Morfologis dan Biokimiawi Beberapa Stok Keturunan Induk Udang Windu (Penaeus monodon) Asal Laut yang Dibudidayakan di Tambak. Tesis. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Kementrian Negara Riset dan Teknologi. 2000. Kajian Potensi dan Pemanfaatan Sumberdaya Kelautan untuk Pembangunan Ekonomi Guna Mengantisipasi Pemberlakuan Otonomi Daerah. Laporan Akhir. Kerjasama Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi dengan Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat ITB. Bandung. Nakamura, I. dan N. V. Parin. 1993. Snake Mackerels and Cutlassfishes of The World. FAO Species Catalogue No. 125 Vol. 15. FAO. Rome. Nikolsky, G. V. 1965. The Ecology of Fishes. Academic Press. London and New York. 352 hal. Nontji, A. 2005. Laut Nusantara, Cetakan ke empat (edisi revisi). Djambatan. Jakarta. 368 hal. Parin, N. V. 1986. Trichiuridae. Fishes of the North-eastern Atlantic and the Mediterranean Vol. II : 976-980. UNESCO. United Kingdom. Pariwono J. I., S. Raharjo, M. Purba, Widodo, U. Djuriah dan J.H Hutapea. 1988. Studi Upwelling di Perairan Selatan Pulau Jawa. Fakultas Perikanan. IPB. Bogor. Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu. 2007. Statistik Perikanan Tahun 2007 PPN Palabuhanratu. Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. Departemen Kelautan dan Perikanan. Prayitno, M. R. E. 2006. Penggunaan Ukuran Mata Pancing Nomor 7, 8, dan 9 Pada Rawai Layur Terhadap Hasil Tangkapan Ikan Layur Di Teluk Palabuhanratu. Skripsi. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Priyanie, M. M. 2006. Pertumbuhan dan Karakter Morfometrik-Meristik Ikan Kurisi (Pristipomoides filamentosus, Valenciennes 1830) di Perairan Laut Dalam Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. Skripsi. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Ridho, M. R. 2004. Distribusi, Kepadatan Biomassa dan Struktur Komunitas Ikan Demersal di Perairan Laut Cina Selatan. Tesis. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Rochmawati. 2004. Perbedaaan Jenis Umpan Terhadap Hasil Tangkapan Layur di Prigi, Kabupaten Trenggalek. Skripsi. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Saanin, H. 1968. Taksonomi dan Kuntji Identifikasi Ikan I. Bandung : Binatjipta. Sparre, P. dan S. C. Venema. 1999. Introduksi Pengkajian Stok Ikan Tropis BukuI Manual. Kerjasama Organisasi Pangan dan Perserikatan BangsaBangsa dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, Badan Penelititan dan Pengembangan Pertanian. Jakarta. 482 hal. Walpole, R. E. 1992. Pengantar Statistika, Edisi ke-3. Penerbit Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 521 hal. Yudistira, Y. 2007. Pengaruh Penggunaan Alat Bantu Cahaya (Stick Light) Pada Rawai Vertikal Terhadap Hasil Tangkapan Ikan Layur di Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. Skripsi. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. www. fao.org (5 Agustus 2007) www. pipp. dkp (5 Agustus 2007)
LAMPIRAN
Lampiran 1. Matriks korelasi karakter morfometrik pada T. lepturus PT
PK
PH
TK
LK
PT
1
PK
0,976547
PH
0,899917 0,934913
TK
0,892705 0,924337 0,910779
LK
0,895221 0,914682 0,881936 0,850790
TB
0,913738 0,932847 0,922012 0,928124 0,896564
TB
P. Predorsal
P. Prepectoral
DM
RA
RB
SR
LBM
Jrk P. Interorbital Operculum
T. Canine
T. Dorsal
P.usus
1 1 1 1 1
P. Predorsal
0,947886 0,957348 0,925943 0,901852 0,914497 0,946310
1
P. Prepectoral
0,939958 0,964715 0,925580 0,899235 0,926446 0,921489
0,945186
1
DM
0,913468 0,933282 0,894784 0,888179 0,879925 0,893564
0,922467
0,914783
1
RA
0,832593 0,849557 0,824650 0,825548 0,879725 0,862239
0,849513
0,866558
0,807904
RB
0,835118 0,853976 0,832879 0,822158 0,886865 0,869870
0,852905
0,880818
0,791805 0,978293
1 1
SR
0,356491 0,376407 0,330956 0,354445 0,350148 0,328030
0,290187
0,398979
0,298590 0,339579 0,342224
LBM
0,452472 0,473788 0,448799 0,462312 0,519940 0,400746
0,479299
0,523367
0,471150 0,529918 0,545197 0,462756
1
Jrk Interorbital
0,906957 0,905607 0,864573 0,803770 0,863341 0,842325
0,893448
0,893464
0,887996 0,818136 0,801566 0,322136 0,474994
1
P.Operculum 0,915308 0,931762 0,836302 0,855308 0,876730 0,854297
0,886666
0,893122
0,866957 0,800860 0,805143 0,422211 0,474339
0,853133
1
1
T. Canine
0,437687 0,507625 0,515850 0,547009 0,555264 0,604867
0,515873
0,542800
0,454138 0,595176 0,597568 0,284834 0,395276
0,440812
0,500115
1
T. Dorsal
0,722417 0,735400 0,704124 0,718234 0,748062 0,757020
0,762882
0,743922
0,776812 0,738115 0,701504 0,186050 0,513242
0,719810
0,698731
0,530179
P.usus
0,778765 0,788768 0,739662 0,797271 0,759510 0,743248
0,753059
0,798138
0,721870 0,724829 0,719869 0,426109 0,660691
0,667622
0,773833
0,547066 0,765939
1 1
Lampiran 2. Matriks korelasi karater morfometrik pada L. savala PT
PK
PH
TK
LK
PT
1
PK
0,904498
PH
0,835787 0,891965
TK
0,843076 0,930537 0,839668
LK
0,685554 0,810214 0,655408 0,797174
TB
0,818122 0,905358 0,773375 0,885895 0,759143
P. Predorsal
TB
P. P. Predorsal Prepectoral
DM
RA
RB
SR
LBM
Jrk P. T. Canine T. Dorsal Interorbital Operculum
P.usus
1 1 1 1 1
0,886872 0,895341 0,835581 0,825686 0,669774 0,831141
1
P. Prepectoral 0,828963 0,952498 0,842306 0,889088 0,800484 0,868192 0,791684
1
DM
0,826603 0,877655 0,803905 0,825731 0,696318 0,810733 0,847487
0,844156
1
RA
0,766098 0,836602 0,719614 0,783020 0,755585 0,749451 0,800319
0,830930
0,770762
RB
0,764737 0,844115 0,710421 0,794269 0,776884 0,760972 0,797726
0,836916
0,762928 0,971542
SR
0,230289 0,234564 0,119805 0,188069 0,276706 0,171324 0,215339
0,206088
0,156418 0,229425 0,273680
LBM
0,426216 0,507028 0,378930 0,403227 0,525542 0,420730 0,442579
0,548190
0,405817 0,657968 0,665337 0,560551
Jrk Interorbital
0,793267 0,836410 0,783352 0,776366 0,688639 0,780612 0,801279
0,815572
0,813580 0,790878 0,778600 0,188572 0,431599
1
P.Operculum 0,830995 0,889142 0,752450 0,844121 0,807431 0,798262 0,794210
0,837800
0,812769 0,827450 0,832947 0,313889 0,559581
0,788062
1 1 1 1
1
T. Canine
0,595835 0,631150 0,594246 0,587506 0,508267 0,586588 0,623671
0,557604
0,554357 0,631388 0,611728 0,157904 0,397455
0,518348
0,575077
1
T. Dorsal
0,704548 0,683044 0,660053 0,644150 0,502202 0,631305 0,711112
0,667534
0,669824 0,654428 0,625579 0,228380 0,488798
0,619674
0,613568
0,606288
1
P.usus
0,554925 0,552377 0,427979 0,462582 0,438390 0,581875 0,556313
0,543235
0,485123 0,551917 0,551579 0,207582 0,508503
0,444190
0,479596
0,455373
0,476428
1
Lampiran 3. Matriks korelasi karakter morfometrik pada G. serpens PT PT
1
PK
0,959294
PK
PH
TK
LK
TB
P. Prepectoral
DM
RA
RB
SR
LBM
Jrk P. T. Canine Interorbital Operculum
PH
0,952682 0,940871
0,883969 0,856328 0,880221
LK
0,814938 0,758515 0,759202 0,663701
TB
0,951702 0,942697 0,919602 0,837108 0,861717
P.usus
1 1 1 1
P. Predorsal 0,955901 0,947645 0,956549 0,846606 0,865104 0,961330 0,943949 0,983331 0,914983 0,828217 0,792176 0,946034
1 0,942087
1
DM
0,603038 0,612326 0,606627 0,638336 0,430866 0,558521
0,595150
0,550231
1
RA
0,793160 0,814401 0,780079 0,626586 0,898510 0,865242
0,876048
0,861028
0,308349
RB
0,790336 0,821864 0,760385 0,611752 0,906581 0,863383
0,867909
0,868448
0,347669 0,988010
1 1
SR
0,051394 -0,108371 -0,003933 0,174594 0,021080 -0,012956
-0,052512
-0,169576
0,068886 -0,23847 -0,27315
LBM
0,215084 0,053908 0,119682 0,237744 0,130988 0,195221
0,099077
0,078603
-0,16793 0,056053 0,031292 0,412883
Jrk Interorbital
0,447458 0,368133 0,447748 0,448355 0,553226 0,461718
0,502885
0,346891
0,584772 0,358195 0,337045 0,390670 -0,204343
P.Operculum 0,882649 0,909189 0,821888 0,777491 0,756549 0,875579
0,866542
0,913343
0,520140 0,806710 0,822876 -0,162026 0,125030
0,287113
1
0,305790 0,287057 0,391894 0,451317 -0,127681 0,181815
0,221567
0,214407
0,389263 -0,14556 -0,17207
0,359058
-0,081079
0,147600
T. Canine
T. Dorsal
1
TK
P. Prepectoral
P. Predorsal
1
0,317180
1 1
1
T. Dorsal
0,431233 0,462832 0,434801 0,426874 0,085876 0,373511
0,321616
0,459686
0,286172 0,148411 0,187084 -0,247337 0,376530
-0,388586
0,388521
0,610215
1
P.usus
0,507669 0,476638 0,528611 0,403450 0,356945 0,467251
0,498406
0,438873
0,205266 0,411125 0,353252 0,013013
0,242895
0,527488
0,270298
0,198602
0,234221
1
Lampiran 4. Matriks korelasi perbandingan ciri morfometrik pada T. lepturus PT:PK
PT:TB
PK:TK
PK:LK
PK:DM
PK:PH
PK:PRA
PK:PRB
PRB:PRA
TB:TK
P.Prepec: P.Predor
1
PT:PK PT:TB
0,483043
1
PK:TK
0,005137
0,416575
PK:LK
-0,056695 0,198307 0,047951
1
PK:DM
-0,218508 0,010187 0,153881
0,231136
0,111178
1
1
0,395676 0,340269
0,177942
0,110673
PK:PRA
-0,080023 0,199171 0,209874
0,326334
-0,077301 0,279275
PK:PRB
-0,091759 0,222725 0,227735
0,384250
-0,107104 0,342597 0,920998
1 -0,235148
PK:PH
1 1
0,030787 -0,060769 -0,055119 -0,128615
0,092315 -0,144352 0,158146
TB:TK
0,108743 -0,295557 0,610829
-0,204493
0,000646 0,012466 -0,033201 -0,044045
0,019241
1
P.Prepec: P.Predor
-0,178726 0,094398 0,084719
-0,050147
0,133691 0,063379 -0,070915 -0,140099
0,161430
-0,146510
PRB:PRA
1
1
Lampiran 5. Matriks korelasi perbandingan ciri morfometrik pada L. savala PT:PK
PT:TB
PK:TK
PK:LK
PT:PK
1
PT:TB
0,668090
1
PK:TK
0,010246
0,293495
1
PK:LK
0,147652
0,212676
0,299944
PK:DM
-0,219489
-0,106528 0,056733 -0,049597
PK:DM
PK:PH
PK:PRA PK:PRB PRB:PRA
TB:TK
Prepec: Predor
1 1
PK:PH
-0,070401
0,002573
0,089295 -0,126215 0,084815
PK:PRA
-0,086210
0,011666
0,142714 0,238268 0,144019 0,045837
1
0,145553 0,265807 0,104963 -0,053586 0,906292
1
PK:PRB
-0,063667
0,017766
PRB:PRA
-0,068687
-0,019418 0,001919 -0,044047 0,087101 0,233368 0,307720 -0,119505
1
TB:TK
-0,065883
-0,524831 0,438882 0,101817 -0,012336 0,036666 0,062383 0,069999 -0,014259
Prepec: Predor
-0,270286
-0,062169 0,052579 -0,187973 0,126550 0,203773 0,086672 0,055333
1 1
0,079433 -0,098665
1
Lampiran 6. Matriks korelasi perbandingan ciri morfometrik pada G. serpens PT:PK
PT:TB
PK:TK
PT:PK
1
PT:TB
0,298526
PK:TK
-0,446133 -0,177332
PK:LK
-0,403962 0,409472 0,023959
PK:LK
PK:DM
PK:PH
PK:PRA PK:PRB PRB:PRA
Prepec: Predor
1 1 1
PK:DM
-0,236396 -0,200585 0,342938 -0,072086
PK:PH
-0,465092 -0,063449 0,417779 0,153894 0,081123
1 1
PK:PRA
-0,081572 0,437053 -0,250754 0,749372 -0,291663 0,001540
PK:PRB
0,016835 0,487057 -0,340869 0,775558 -0,273638 -0,116367 0,963377
PRB:PRA
TB:TK
1 1
-0,298175 -0,335989 0,382946 -0,376425 0,051889 0,419626 -0,220142 -0,472993
1
TB:TK
-0,096235 -0,585578 0,790326 -0,397662 0,307112 0,189997 -0,507259 -0,570253 0,392846
Prepec: Predor
-0,466695 0,121971 0,278080 0,416575 0,254024 0,661602 0,207849 0,138533
1
0,174093 -0,037140
1
Lampiran 7. Anova T. lepturus secara keseluruhan SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R 0,96948 R Square 0,939891 Adjusted R Square 0,938994 Standard Error 0,088392 Observations 69 ANOVA df Regression Residual Total
Intercept X Variable 1 t hitung t tabel
1 67 68
SS 8,185393 0,523482 8,708875
Coefficients -5,61529 2,79296
Standard Error 0,243442 0,08629
2,399362 2,292891
MS 8,185393 0,007813
F 1047,641
Significance F 1,24E-42
t Stat -23,0662 32,36729
P-value 1,38E-33 1,24E-42
Lower 95% -6,10121 2,620725
Upper 95% -5,12938 2,965195
Lower 95,0% -6,10121 2,620725
Upper 95,0% -5,12938 2,965195
Lampiran 8. Anova L. savala secara keseluruhan SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R 0,95902 R Square 0,919718 Adjusted R Square 0,918873 Standard Error 0,071999 Observations 97 ANOVA df Regression Residual Total
Intercept X Variable 1 t hitung t tabel
1 95 96
SS 5,641747419 0,492463945 6,134211364
Coefficients -7,3325 3,445155
Standard Error 0,292633598 0,104430493
4,262689 2,277483
MS 5,641747 0,005184
F 1088,336
Significance F 7,92E-54
t Stat -25,0569 32,98993
P-value 1,2E-43 7,92E-54
Lower 95% -7,91345 3,237834
Upper 95% -6,75155 3,652475
Lower 95,0% -7,91345 3,237834
Upper 95,0% -6,75155 3,652475
Lampiran 9. Anova G. serpens secara keseluruhan SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R 0,924407 R Square 0,854528 Adjusted R Square 0,847255 Standard Error 0,051514 Observations 22 ANOVA df Regression Residual Total
1 20 21
Coefficients Intercept X Variable 1
-6,2269 3,110566
t hitung t tabel
0,385276 2,423117
SS 0,311768 0,053074 0,364843 Standard Error 0,820978 0,286979
MS 0,3117684 0,0026537
F 117,4839
Significance F 8,03E-10
t Stat
P-value
Lower 95%
7,5847345 10,839001
2,63E-07 8,03E-10
-7,93943 2,511938
Upper 95%
Lower 95,0%
Upper 95,0%
-4,51437 3,709194
-7,93943 2,511938
-4,51437 3,709194
Lampiran 10. Data ukuran panjang dan berat T. lepturus selama penelitian No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
L (mm) 545 573 576 603 607 630 633 652 660 677 680 780 783 801 803 812 823 825 850 856 870 870 878 882 902 991
W (gram) 103,80 143,65 135,45 148,98 170,13 203,57 188,46 228,84 140,46 211,02 215,30 200,10 258,05 311,20 306,80 237,75 251,00 304,40 287,20 397,60 415,00 505,95 439,90 412,20 545,20 554,30
No 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52
L (mm) 555 597 565 580 603 527 737 562 556 559 572 510 685 552 616 577 814 860 785 772 293 790 850 565 270 351
W (gram) 122,21 175,50 112,64 130,10 150,78 116,80 208,16 134,59 120,40 105,82 122,59 97,50 148,65 113,33 166,00 128,27 264,75 200,00 334,00 211,00 14,20 340,01 340,43 86,80 12,80 30,05
No 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69
L (mm) 320 649 619 635 272 465 796 857 815 911 795 833 685 925 725 830 682
W (gram) 35,60 242,70 166,30 136,60 12,40 44,50 305,65 393,20 361,00 478,30 325,80 362,50 270,60 493,80 351,30 289,60 245,90
Lampiran 11. Data ukuran panjang dan berat L. savala selama penelitian No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
L (mm) 641 661 592 712 710 647 650 672 598 620 682 597 745 690 647 691 391 566 573 692 580 650 590 720 760 767
W (gram) 207,60 190,69 155,68 254,70 268,44 245,31 188,75 242,50 132,50 151,00 242,50 177,80 292,75 290,80 126,20 260,15 40,55 131,64 89,30 306,10 180,80 253,80 189,80 296,70 368,40 431,70
No 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52
L (mm) 668 795 608 750 675 757 662 649 618 608 628 654 657 625 571 645 602 649 610 598 622 751 672 690 532 545
W (gram) 242,60 456,20 186,55 375,20 242,20 351,00 238,75 230,85 172,55 173,70 193,95 215,95 248,10 219,60 166,10 255,60 135,85 180,61 185,00 126,95 166,00 304,00 227,53 270,50 127,20 132,00
No 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78
L (mm) 464 314 381 535 667 600 459 617 733 595 587 575 555 513 350 606 697 722 581 787 798 675 748 628 610 643
W (gram) 49,30 20,95 33,28 130,10 292,25 202,11 102,81 188,97 348,35 174,10 157,60 135,00 150,00 104,50 26,60 195,70 289,50 332,50 192,40 501,00 540,80 396,55 525,50 171,55 193,85 235,40
No 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97
L (mm) 766 642 744 681 752 701 705 770 627 760 710 657 627 672 643 665 640 636 594
W (gram) 434,50 218,00 429,35 292,00 422,90 394,90 329,10 396,55 229,50 417,20 316,10 244,50 236,20 248,45 213,70 256,75 219,75 277,85 215,00
Lampiran 12. Data ukuran panjang dan berat G. serpens selama penelitian No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
L (mm) 750 739 763 743 804 643 830 695 780 698 705 638 775 724 702 760 668 726 677 670 624 905
W (gram) 538,20 516,30 621,60 413,90 545,60 346,95 717,85 498,25 519,52 331,90 423,40 312,20 590,70 493,80 500,20 598,80 391,60 405,60 361,50 351,00 284,80 1038,95
Lampiran 13. Data meristik T. lepturus selama penelitian
No
Gigi Canine (n)
Jari-jari Lemah (n)
Jari-jari lemah mengeras (n)
Piloric Caeca (n)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
35 41 42 46 46 34 35 39 38 38 47 34 38 44 39 43 48 40 45 46 56 42 36 42 40
119 124 116 115 125 134 130 127 130 122 120 124 130 113
3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3
11 15 12 19 18 11 13 12 16 17 17 32 24 22 10 26 6 22 26 16 16 10 14 22 18
No
Gigi canine (n)
Jari-jari lemah (n)
Jari-jari lemah mengeras (n)
26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
40 54 48 42 44 38 30 36 43 54 44 53 48 42 47 33 27 31 31 39 45 40 32 26 48
125 125 130 101 128 126 112 116 121 121 134 136 134 119 127 126 92 113 120 126 122 121 111 124 126
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Piloric caeca (n)
13 18 14 28 18 20 22 24 15 16 25 8 19 10 17 19 20 22 19 15 27 15 17 13
No
Gigi canine (n)
Jari-jari lemah (n)
Jari-jari lemah mengeras (n)
Piloric caeca (n)
51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69
49 41 45 43 43 52 52 47 41 49 54 57 44 50 44 48 42 50 45
129 131 128 118 125 125 133 133 133 134 131 131 130 102 128 131 128 127 128
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4
19 21 20 21 14 22 24 15 23 25 20 15 20 25 26 20 19 24 15
Lampiran 14. Data meristik L. savala selama penelitian No
Gigi canine (n)
Jari2 lemah (n)
Jari2 lemah mengeras (n)
Piloric caeca (n)
No
gigi canine (n)
Jari2 lemah (n)
Jari2 lemah mengeras (n)
Piloric caeca (n)
No
gigi canine (n)
Jari2 lemah (n)
Jari2 lemah mengeras (n)
Piloric caeca (n)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
38 32 44 42 37 47 2,5 34 46 44 42 43 42 41 40 37 38 30 36 34 41 41 31 31 40 34
131 126 137 133 130 106 119 121 130 130 116 127 100 122 131 121 129 98 109 122 110 111 123 123 125 121
2 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3
36 10 22 32 22 22 15 32 22 16 26 8 13 24 28 14 17 35 28 22 26 14 9 18 10 24
27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52
27 34 29 44 36 25 34 37 32 28 30 36 36 45 36 34 33 31 28 27 46 44 38 44 36 31
126 116 129 128 122 103 133 133 129 109 125 120 124 128 118 120 120 115 123 100 125 121 118 125 120 112
3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4
26 18 23 19 20 26 21 19 15 17 24 23 18 17 22 22 22 15 12 15 26 15 6 11 14 20
53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78
37 45 48 48 45 46 46 40 36 50 44 46 35 47 46 42 53 47 45 43 45 38 39 34 38 38
121 123 133 124 127 125 124 123 124 115 125 123 129 126 124 122 130 118 124 136 140 124 132 129 128 125
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3
17 16 17 28 16 15 14 5 22 23 17 23 27 14 25 20 22 21 20 14 20 20 22 8 18 21
Lampiran 14. Data meristik L. savala selama penelitian (lanjutan) No
gigi canine (n)
Jari2 lemah (n)
Jari2 lemah mengeras (n)
Piloric caeca (n)
79 80 81 82 83 84
34 39 42 39 45 44
126 128 122 125 128 129
3 3 3 3 3 3
11 20 25 18 16 24
85
42
130
3
24
86
44
133
3
19
87
40
126
3
20
88
45
126
3
24
89
43
125
3
23
90
46
132
3
31
91
43
132
3
24
92
42
129
3
25
93
44
123
3
22
94
39
129
3
23
95
42
126
3
22
96
43
125
3
23
97
31
124
3
24
Lampiran 15. Data meristik G. serpens selama penelitian No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Gigi canine (n) 71 55 56 50 55 66 62 54 60 54 55 52 56 62 60 69 56 68 57 60 69 54
Piloric caeca (n) 7 7 7 9 10 8 8 6 8 10 6 8 10 14 11 16 15 10 14 10 9 8
Dorsal 1 Jari2 lemah mengeras (n) 29 27 28 28 29 29 28 28 29 28 28 28 29 29 27 29 28 28 28 28 29 29
Dorsal 2 Jari2 lemah Jari2 mengeras (n) lemah (n) 4 9 4 9 4 9 4 7 4 7 4 8 5 7 5 9 5 7 5 8 5 7 5 8 5 7 5 8 5 8 5 9 5 7 5 7 5 7 5 8 5 8 5 7
Anal Jari2 lemah mengeras (n) 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
Jari2 lemah (n) 8 8 9 7 7 7 7 8 8 9 7 8 7 9 7 9 9 8 7 8 9 8
Fin let (n) 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
Lampiran 16. Data morfometrik T. lepturus selama penelitian No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
PT (cm) 55,5 63,3 67,7 57,3 59,7 56,5 63,0 65,2 58,0 68,0 78,3 60,3 60,7 54,5 52,7 82,5 73,7 60,3 56,2 66,0 82,3 55,6 55,9 57,2 51,0 78,0 81,2
PK (cm) 8,9 10,8 9,4 8,5 9,2 7,8 9,5 10,4 8,1 10,5 11,0 8,6 9,2 7,8 7,7 12,4 10,2 8,6 8,8 9,1 11,1 8,3 7,6 7,9 7,6 11,0 11,3
PH (cm) 2,5 2,9 2,7 2,9 3,3 2,3 2,8 3,4 2,2 3,3 3,4 2,6 2,5 2,3 2,6 3,3 3,3 2,6 2,7 3,0 3,3 2,8 2,1 2,2 2,3 3,0 2,8
TK (cm) 3,7 4,3 3,9 3,7 4,0 3,9 4,8 5,2 3,7 4,4 4,6 3,9 4,4 3,3 3,4 4,9 4,2 4,5 4,6 4,0 4,8 3,9 3,4 3,7 3,4 5,0 4,3
LK (cm) 1,0 1,6 1,7 1,5 1,6 1,4 1,8 2,1 1,5 1,9 1,5 1,6 1,4 1,8 1,3 2,3 2,2 1,5 1,9 1,5 2,0 1,4 1,1 1,3 1,4 1,5 1,9
TB (cm) 4,3 4,6 4,7 4,2 4,2 4,0 5,2 5,3 4,2 5,2 5,2 4,6 4,4 3,7 4,1 5,2 4,9 4,2 5,1 4,2 4,8 3,7 3,6 3,9 3,7 4,8 5,1
P.Predor P.Prepec DM (cm) (cm) (cm) 5,0 6,9 1,6 6,1 8,3 1,1 7,1 8,8 1,3 5,9 8,0 1,3 6,4 8,2 1,3 5,2 7,2 1,2 6,4 8,3 1,3 7,2 9,4 1,4 5,3 7,4 1,2 6,8 9,2 1,4 8,1 9,6 1,6 5,9 7,9 1,4 5,5 8,2 1,4 5,2 7,4 1,2 4,7 6,9 1,2 8,1 11,0 2,0 7,4 9,3 1,8 6,1 7,8 1,8 6,0 7,6 1,6 6,4 8,1 1,3 8,0 10,0 1,7 5,8 7,4 1,3 5,4 7,2 0,9 5,8 7,2 1,1 5,5 7,0 1,3 6,8 7,2 1,8 7,2 10,1 1,8
RA (cm) 3,5 4,0 4,4 3,7 4,1 3,3 3,9 4,5 3,6 4,3 4,7 3,6 4,1 3,6 3,5 5,3 4,8 3,9 4,1 4,1 4,0 4,4 3,5 3,6 3,5 4,3 4,1
RB (cm) 3,6 4,3 4,5 4,3 4,6 4,0 4,6 5,4 3,7 4,8 5,0 4,3 4,7 3,9 3,7 5,8 5,1 4,0 4,6 4,6 4,7 4,8 3,7 3,9 3,5 4,0 4,9
SR (˚) 53 50 77 45 48 33 26 34 20 45 50 32 34 32 42 47 48 40 30 42 45 43 33 34 40 50 60
LBM (cm) 4,3 2,1 4,8 2,1 2,5 2,6 1,9 2,9 1,1 3,1 5,1 1,6 2,1 1,5 1,6 3,1 2,7 4,0 1,2 2,1 5,3 1,7 1,4 1,6 1,9 2,0 2,4
JI (cm) 10,3 1,1 1,4 1,1 0,8 1,3 1,4 1,4 1,0 0,8 1,4 1,4 1,2 1,2 0,9 1,9 1,7 1,7 1,1 1,3 1,6 1,1 0,8 0,8 1,0 1,5 1,5
PO (cm) 2,1 2,2 2,2 2,1 2,5 2,1 2,6 2,9 2,3 3,3 3,5 2,2 2,6 2,2 2,0 4,0 3,1 2,0 2,8 2,4 3,4 2,0 1,8 1,9 2,0 3,4 3,5
TC (cm) 0,3 0,2 0,5 0,4 0,4 0,4 0,5 0,5 0,3 0,8 0,5 0,4 0,5 0,4 0,3 0,5 0,6 0,3 0,8 0,4 0,5 0,4 0,4 0,3 0,5 0,4 0,4
TD (cm) 2,4 2,6 2,8 2,1 3,3 4,1 3,3 2,4 2,5 2,2 1,7 2,6 1,9 2,5 3,0 3,0
PU (cm) 10,5 11,3 15,0 10,5 15,0 8,6 11,0 13,3 12,6 14,8 15,0 11,7 9,2 8,9 13,6 15,8 14,6 11,5 11,6 15,0 19,5 12,7 10,7 10,2 9,6 15,0 14,9
Lampiran 16. Data morfometrik T. lepturus selama penelitian (lanjutan) No 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54
PT (cm) 85,0 68,5 55,2 61,6 57,7 57,6 81,4 86,0 77,2 85,6 80,1 79,0 85,0 56,5 27,0 35,1 32,0 64,9 61,9 63,5 27,2 46,5 80,3 79,6 85,7 81,5 87,0
PK (cm) 12,0 9,8 7,8 9,4 8,8 8,5 10,9 11,5 11,3 12,0 10,7 11,0 11,2 7,0 3,9 4,9 5,1 10,1 9,1 8,7 3,9 6,2 11,2 11,7 12,7 11,8 11,4
PH (cm) 3,5 3,0 2,3 2,8 2,7 2,4 2,9 3,0 3,5 3,2 3,1 3,5 3,3 2,3 0,9 1,4 1,4 2,8 2,5 2,5 1,1 2,0 3,1 3,7 4,0 3,4 3,3
TK (cm) 5,4 4,0 3,5 4,2 4,8 3,4 4,2 4,8 4,2 5,9 4,6 5,0 5,5 3,8 1,6 1,6 2,2 3,9 3,4 3,4 1,7 3,2 4,8 5,5 5,8 4,9 4,8
LK (cm) 2,4 1,3 1,4 1,4 1,2 1,5 2,0 2,0 1,9 1,8 1,7 2,0 1,8 1,1 0,6 0,8 0,7 1,8 1,5 1,5 0,7 1,0 2,1 2,3 1,9 2,0 2,2
TB (cm) 5,6 4,5 4,2 4,3 4,7 3,9 5,4 5,4 5,9 6,9 5,5 5,7 5,8 3,3 1,7 2,3 2,3 4,5 4,2 4,2 1,6 3,3 5,0 5,9 5,9 5,8 5,4
P.Predor P.Prepec (cm) (cm) 7,7 10,2 6,6 9,0 5,4 7,1 6,7 8,9 6,3 8,1 5,4 7,4 7,2 9,6 8,5 10,3 8,4 10,2 8,2 10,4 7,3 9,7 7,8 9,6 7,4 9,2 4,5 6,2 2,7 3,4 3,3 4,4 3,4 4,6 6,7 8,8 5,9 8,7 5,8 7,8 2,6 3,7 4,5 6,0 7,7 10,1 8,4 10,5 8,6 11,2 8,0 10,4 8,1 10,5
DM (cm) 2,0 1,6 1,2 1,7 1,3 1,1 1,8 1,8 2,3 2,2 1,7 2,0 1,7 1,1 0,6 0,7 0,7 1,4 1,3 1,3 0,6 0,9 1,8 2,1 2,4 1,8 1,8
RA (cm) 4,6 4,0 3,6 3,6 3,9 3,8 4,6 4,0 4,6 4,5 3,8 5,0 4,5 2,8 1,2 2,0 1,6 4,4 3,8 3,6 1,6 3,0 4,8 3,8 3,7 5,1 4,8
RB (cm) 5,0 4,3 4,4 4,4 4,2 4,2 5,0 4,5 4,9 4,7 4,3 5,2 5,0 3,3 1,3 2,2 1,8 5,0 4,2 0,1 1,8 3,5 5,2 4,3 4,3 5,6 5,3
SR (˚) 36 38 43 44 17 43 58 30 27 21 22 35 35 25 45 30 40 45 55 40 30 22 40 45 35 35 40
LBM (cm) 2,6 2,0 2,9 3,2 1,3 2,0 2,1 2,0 1,8 1,4 0,6 1,5 1,3 1,3 1,2 1,1 0,8 1,6 2,0 1,8 0,7 1,0 1,9 1,2 1,3 1,8 1,8
JI (cm) 1,6 1,8 0,9 1,3 1,2 1,1 1,7 1,7 1,9 1,7 1,6 1,8 1,6 1,0 0,4 0,7 0,6 1,4 1,3 1,3 0,6 0,8 1,9 1,6 1,3 1,8 2,0
PO (cm) 4,0 3,0 2,2 3,2 2,7 2,4 3,3 3,5 3,1 3,5 3,1 3,0 3,0 2,2 1,2 1,4 1,5 2,7 2,6 2,6 1,1 1,6 3,6 3,4 3,3 3,7 3,8
TC (cm) 0,3 0,6 0,4 0,4 0,5 0,4 0,4 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,4 0,3 0,2 0,3 0,3 0,4 0,3 0,3 0,2 0,3 0,4 0,4 0,4 0,4 0,5
TD (cm) 4,1 2,5 2,2 3,4 2,4 2,0 2,9 3,5 4,2 4,0 2,4 2,5 2,6 1,7 0,5 0,9 1,0 1,6 1,1 1,2 0,8 1,7 2,7 1,8 2,1 2,4 2,5
PU (cm) 22,0 14,0 12,1 15,9 13,3 14,2 11,3 16,0 12,0 17,2 11,8 12,0 11,5 10,0 4,1 5,4 5,6 6,5 10,2 6,9 4,4 8,0 13,8 11,4 12,8 11,3 15,4
Lampiran 16. Data morfometrik T. lepturus selama penelitian (lanjutan) No 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69
PT (cm) 91,1 87,8 79,5 94,0 87,0 99,1 88,2 83,3 90,2 76,3 68,5 92,5 72,5 83,0 68,2
PK (cm) 12,1 12,5 11,2 14,2 12,9 13,8 12,3 11,9 14,4 14,2 10,3 13,0 11,6 10,8 9,4
PH (cm) 3,4 3,4 3,2 4,2 3,5 4,2 4,0 3,7 4,3 4,1 4,0 3,5 3,2 2,8 2,7
TK (cm) 5,1 5,3 4,6 6,6 5,1 5,4 4,6 5,7 6,8 5,9 4,5 5,0 4,8 4,6 4,2
LK (cm) 2,2 2,3 2,2 2,8 2,3 2,3 2,0 2,2 2,3 2,6 1,8 2,5 1,9 1,8 1,7
TB P.Predor P.Prepec (cm) (cm) (cm) 6,2 8,3 11,1 6,0 8,4 11,2 5,6 7,6 10,1 8,1 9,6 13,3 5,7 8,6 11,7 6,3 9,0 12,4 6,0 8,5 10,8 6,2 7,8 10,1 6,1 8,8 12,7 7,0 9,4 12,7 5,5 7,2 8,7 6,0 8,9 11,5 6,0 7,5 9,7 5,2 7,5 10,0 5,6 8,7 7,0
DM (cm) 1,8 2,0 1,8 2,1 2,0 2,1 1,9 1,9 2,2 2,1 1,5 2,5 1,6 1,8 1,4
RA (cm) 5,2 5,0 4,7 6,1 4,2 4,4 4,0 4,3 4,5 6,0 4,0 5,3 4,5 4,3 3,5
RB (cm) 5,6 5,6 5,3 6,8 4,6 4,9 4,5 5,0 5,0 6,5 4,7 5,7 5,2 4,8 4,0
SR (˚) 50 40 55 70 40 40 50 50 70 50 35 40 35 40 30
LBM (cm) 2,4 2,3 2,7 3,9 1,9 2,0 2,1 2,0 3,6 3,5 1,7 3,0 1,6 2,5 1,6
JI (cm) 2,0 1,5 1,6 1,9 2,1 2,1 1,9 1,8 2,1 1,8 1,5 2,2 1,5 1,5 1,4
PO (cm) 3,7 4,1 3,3 4,4 3,8 3,4 3,6 3,3 4,0 4,4 2,5 3,5 2,8 2,2 2,7
TC (cm) 0,3 0,5 0,5 1,5 0,5 0,4 0,4 0,4 0,6 0,6 0,5 0,5 0,5 0,4 0,4
TD (cm) 2,0 3,9 2,8 4,4 4,0 3,5 3,5 3,2 3,0 4,3 2,5 3,9 2,7 3,1 2,8
PU (cm) 14,9 21,0 16,1 26,1 17,2 19,1 14,0 16,5 21,2 18,0 11,5 15,5 12,5 19,5 10,0
Lampiran 17. Data morfometrik L. savala selama penelitian No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
PT (cm) 60,2 64,1 66,1 64,9 59,2 71,2 71,0 64,7 65,0 61,0 67,2 59,8 59,8 62,0 68,2 59,7 74,5 62,2 75,1 67,2 69,0 69,0 53,2 54,5 64,7 46,4
PK (cm) 8,4 9,5 9,5 9,4 8,6 10,7 11,1 9,8 9,8 9,4 10,2 8,8 9,0 9,0 10,6 9,5 11,4 9,3 11,3 10,1 10,0 11,5 7,4 7,6 9,1 5,7
PH (cm) 2,8 3,2 2,9 2,9 2,4 3,6 3,0 3,4 3,4 3,2 3,7 2,5 3,6 2,5 3,0 2,9 3,9 3,0 3,4 2,8 3,2 3,5 2,1 2,3 2,3 1,6
TK (cm) 3,6 3,9 3,6 3,9 4,1 4,8 5,0 5,3 4,1 4,5 4,7 3,8 3,5 3,8 5,6 5,1 5,5 3,5 5,1 4,2 4,5 5,5 3,5 3,4 4,1 2,4
LK (cm) 1,4 1,2 1,6 2,7 1,6 1,8 1,9 1,8 1,7 1,8 1,8 1,5 1,2 1,6 2,7 1,5 1,8 1,5 2,2 1,8 1,7 1,7 1,3 1,4 1,7 1,0
TB P.Predor P.Prepec (cm) (cm) (cm) 4,1 6,0 7,8 5,2 7,5 8,2 4,6 6,2 8,7 4,3 6,5 8,2 4,6 5,8 7,9 4,9 8,4 9,7 5,3 7,1 9,4 5,6 6,4 9,1 4,7 6,9 8,9 4,7 6,6 8,7 4,9 7,3 9,2 4,0 6,0 7,8 4,2 6,5 8,7 4,2 6,2 8,2 6,2 7,1 9,4 5,6 6,3 8,5 5,7 8,0 10,2 4,0 7,0 8,5 6,2 7,4 9,6 5,1 6,9 8,9 5,5 7,0 9,0 5,7 8,2 11,0 3,9 5,7 6,7 4,0 5,3 6,6 4,6 6,7 8,8 2,6 4,1 5,3
DM (cm) 1,2 1,6 1,4 1,4 1,4 1,6 0,9 1,4 1,3 1,3 1,4 1,1 1,3 1,3 1,4 1,3 1,4 1,1 1,5 1,4 1,6 1,5 1,1 1,0 1,2 0,9
RA (cm) 4,0 4,5 4,4 4,3 3,9 5,0 4,8 4,7 4,3 4,3 4,7 3,7 3,6 4,0 4,2 4,3 5,0 4,0 5,6 4,4 4,5 4,5 3,3 3,4 4,2 2,0
RB (cm) 4,3 4,8 4,5 4,5 4,4 5,6 5,2 5,1 4,8 4,8 5,2 4,0 3,5 4,4 5,1 4,7 5,2 4,8 5,8 4,9 3,6 4,5 3,7 3,7 4,6 2,2
SR (˚) 36 39 28 30 42 47 40 34 44 45 38 50 25 54 30 40 40 37 22 60 32 30 28 35 40 35
LBM (cm) 2,0 2,2 1,6 1,9 3,1 2,2 2,4 1,4 2,0 1,9 1,9 1,2 1,5 2,1 1,0 1,8 2,0 2,3 1,9 2,1 2,0 1,5 1,0 1,3 1,8 1,1
JI (cm) 1,1 1,3 1,3 1,2 1,2 1,4 1,5 1,4 1,3 1,3 1,7 1,0 1,8 1,3 1,4 1,1 1,5 1,1 1,7 1,5 1,5 1,3 1,3 1,2 1,3 0,8
PO (cm) 2,7 3,0 2,6 2,6 2,3 2,8 3,1 2,8 2,8 2,7 2,5 2,1 2,5 2,6 3,1 2,4 3,4 2,0 3,4 2,9 2,9 3,5 2,2 2,2 2,7 1,9
TC (cm) 0,5 0,6 0,4 0,4 0,5 0,5 0,5 0,5 0,4 0,4 0,4 0,5 0,5 0,4 0,5 0,4 0,6 0,6 1,1 0,4 0,4 0,4 0,3 0,3 0,3 0,2
TD (cm) 3,0 2,7 2,4 2,1 2,7 3,6 2,5 2,7 3,0 2,5 2,0 2,8 3,4 1,9 2,8 2,3 2,0 2,7 3,3 2,6 3,2 3,2 1,1 1,3 2,6 1,6
PU (cm) 11,2 14,3 13,6 14,3 7,6 12,5 13,6 9,7 11,1 14,5 9,9 12,0 10,7 11,7 13,3 13,0 16,0 11,0 17,8 11,1 14,5 11,0 8,5 8,2 12,4 7,3
Lampiran 17. Data morfometrik L. savala selama penelitian (lanjutan) No 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52
PT (cm) 31,4 38,1 53,5 66,7 60,0 45,9 61,7 73,3 69,1 39,1 56,6 57,3 59,5 69,2 58,7 57,5 55,5 58,0 51,3 35,0 60,6 69,7 65,0 72,2 59,0 72,0
PK (cm) 4,8 5,2 8,2 10,5 9,2 7,0 9,3 11,1 9,0 5,5 7,8 7,4 8,5 9,5 8,7 7,7 7,7 8,8 7,3 4,8 8,6 10,1 9,2 10,3 9,1 10,7
PH (cm) 1,3 1,5 2,2 2,8 2,2 2,1 3,0 3,7 2,6 1,1 2,3 1,9 2,6 2,8 2,5 2,5 2,2 2,5 2,0 1,8 2,6 3,0 2,8 3,0 3,1 3,6
TK cm) 1,9 2,1 3,4 5,2 4,3 2,9 3,8 4,6 4,1 2,6 3,3 2,9 3,7 4,4 3,8 3,5 3,0 4,3 3,0 2,0 3,9 4,4 4,3 4,4 4,3 4,9
LK cm) 0,8 1,0 1,3 1,8 1,8 1,3 1,5 1,8 1,6 0,8 1,3 1,3 1,8 1,9 1,5 1,2 1,2 1,3 1,1 0,7 1,7 1,8 1,7 1,9 1,9 1,8
TB (cm) 2,1 2,4 4,0 5,6 5,1 3,7 4,6 5,6 4,2 2,4 3,7 3,3 4,4 5,4 4,1 4,5 4,5 4,7 3,8 2,3 4,6 5,2 5,0 5,8 5,2 6,3
P.Predor P.Prepec DM (cm) (cm) (cm) 2,9 4,1 0,6 3,2 4,6 0,8 5,2 6,7 1,0 6,6 9,6 1,6 6,2 7,7 1,2 4,9 6,4 1,0 6,0 7,9 1,2 7,3 10,1 1,4 6,2 8,2 1,2 3,6 4,9 0,8 5,1 6,8 1,0 4,9 6,8 1,1 5,9 7,8 1,1 7,0 8,5 1,4 5,7 7,9 1,3 5,3 6,7 1,0 5,5 7,0 1,0 5,5 9,0 1,3 4,6 6,5 1,0 3,5 4,4 0,8 6,2 7,9 1,2 6,8 9,2 1,4 6,7 8,2 1,3 6,9 9,2 1,3 6,4 8,4 1,1 6,9 9,3 1,3
RA (cm) 1,8 2,1 2,7 4,5 3,6 2,3 2,9 3,6 3,8 1,9 2,6 3,1 3,7 4,5 3,9 3,5 3,5 4,0 3,2 2,2 3,8 4,5 4,3 4,6 2,8 3,6
RB (cm) 2,1 2,2 3,0 5,0 3,7 2,5 3,3 4,3 4,1 2,3 2,8 3,4 4,2 5,0 4,2 3,8 3,9 4,5 3,5 2,5 4,5 5,0 4,5 4,9 3,0 4,2
SR (˚) 35 35 45 30 45 37 4 60 30 40 33 45 50 40 40 25 40 30 25 25 45 40 35 50 50 35
LBM (cm) 1,0 0,9 1,1 1,6 1,3 1,4 1,1 2,3 1,0 0,9 0,8 1,4 1,5 1,4 1,5 1,0 2,0 1,8 1,0 1,0 2,0 1,8 1,8 2,4 1,5 1,2
JI (cm) 0,6 0,8 1,0 1,5 1,1 0,9 1,1 1,4 1,2 0,7 1,1 1,2 1,4 1,4 1,3 0,9 1,1 1,1 1,2 0,7 1,6 1,5 1,4 1,8 1,1 1,3
PO (cm) 1,1 1,5 2,1 2,6 2,7 1,9 2,4 2,8 2,5 1,1 2,1 2,4 2,4 2,8 2,1 2,3 1,6 2,4 1,8 1,2 2,6 2,9 2,8 3,0 2,2 2,7
TC (cm) 0,3 0,3 0,3 0,5 0,5 0,3 0,5 0,6 0,3 0,2 0,3 0,2 0,3 0,3 0,3 0,4 0,3 0,3 0,3 0,2 0,2 0,4 0,4 0,3 0,4 0,3
TD (cm) 0,9 1,1 1,1 3,0 2,0 1,6 1,9 2,1 1,5 0,8 1,3 1,5 1,8 1,9 1,6 1,8 2,0 2,2 1,5 1,0 1,9 2,4 1,2 3,2 2,9 1,9
PU (cm) 4,9 5,8 10,1 7,9 14,6 7,1 11,7 11,3 11,8 6,0 9,8 9,0 6,8 11,5 8,6 9,0 14,0 14,5 10,0 7,5 12,1 10,6 12,5 11,8 10,3 9,7
Lampiran 17. Data morfometrik L. savala selama penelitian (lanjutan) No 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78
PT (cm) 58,1 78,7 79,8 76,0 67,5 74,8 62,8 61,0 64,3 76,7 76,6 66,8 79,5 64,2 74,4 68,1 75,2 70,1 60,8 75,0 70,5 77,0 67,5 62,7 76,0 71,0
PK (cm) 8,7 12,2 12,0 11,2 11,6 12,3 8,9 9,4 9,2 11,6 12,4 9,7 12,1 9,0 11,1 10,1 11,3 11,6 8,2 10,5 10,8 11,0 9,0 9,3 10,7 10,0
PH (cm) 2,5 3,7 3,5 3,3 3,3 3,6 2,5 2,6 3,2 3,7 3,4 3,9 4,6 2,6 3,3 2,8 3,3 3,3 2,4 3,2 3,0 3,2 2,5 2,7 3,2 2,7
TK (cm) 3,9 5,6 5,0 4,7 4,9 5,2 3,8 4,0 4,2 5,1 6,4 5,0 5,5 4,1 5,0 4,4 5,1 4,9 4,3 4,7 4,7 4,7 3,8 3,8 4,8 4,7
LK (cm) 1,8 2,4 2,2 1,8 2,3 2,6 1,5 1,8 1,7 1,9 2,4 1,6 2,0 2,3 2,0 1,8 2,3 2,2 1,8 1,8 2,0 1,8 1,5 1,4 1,8 1,8
TB (cm) 4,8 6,2 6,0 6,0 6,0 7,0 4,4 4,5 5,6 6,5 7,9 4,8 6,0 4,9 6,3 5,4 6,0 5,9 4,4 6,1 5,9 7,7 5,0 5,6 6,7 6,0
P.Predor P.Prepec (cm) (cm) 5,9 7,7 8,4 10,8 8,2 10,4 7,5 10,2 7,5 10,0 8,5 11,1 5,9 7,8 6,1 8,4 6,6 8,1 7,2 9,9 7,7 10,6 6,2 8,2 8,0 10,4 5,8 8,6 7,8 10,0 6,9 9,0 7,8 10,1 7,8 103,0 5,7 7,6 7,6 9,8 7,8 9,3 7,8 10,0 6,2 8,7 6,6 8,8 7,7 10,0 7,0 9,2
DM (cm) 1,1 1,8 1,6 1,4 1,6 1,5 1,1 1,2 1,3 1,5 1,6 1,3 1,6 1,2 1,5 1,3 1,6 1,6 1,1 1,5 1,5 1,6 1,2 1,3 1,6 1,6
RA (cm) 3,9 5,7 5,2 5,1 5,1 5,5 3,7 4,0 3,1 3,8 4,0 3,6 4,0 4,1 5,0 4,4 5,2 5,0 3,6 4,8 4,8 4,3 4,0 3,5 4,2 3,5
RB (cm) 4,3 6,1 5,8 5,6 5,5 6,2 4,2 4,4 3,6 4,3 4,6 3,9 4,6 4,5 5,4 5,0 5,5 5,5 4,1 5,4 5,5 4,7 4,5 3,8 4,7 4,0
SR (˚) 40 45 55 40 40 40 40 50 35 50 45 30 35 43 42 40 42 48 60 30 30 40 50 35 40 30
LBM (cm) 1,6 2,0 3,0 2,0 2,3 2,5 2,0 2,5 1,2 2,1 1,6 1,1 1,5 2,2 2,8 2,4 2,6 2,9 3,0 1,6 1,8 1,5 2,5 1,3 1,5 1,4
JI (cm) 1,3 1,8 1,6 1,5 1,5 1,6 1,1 1,2 1,3 1,4 1,6 1,4 1,6 1,2 1,5 1,3 1,5 1,6 1,1 1,5 1,5 1,6 1,3 1,3 1,5 1,7
PO (cm) 2,5 3,8 3,5 3,2 3,5 3,6 2,1 2,9 2,5 3,0 3,5 2,4 3,1 2,5 3,3 2,9 3,4 3,6 2,3 2,5 2,8 2,7 2,6 2,6 2,7 2,8
TC (cm) 0,3 0,4 0,5 0,5 0,5 0,6 0,4 0,4 0,4 0,5 0,5 0,4 0,5 0,4 0,5 0,4 0,6 0,5 0,4 0,4 0,4 0,5 0,4 0,4 0,5 0,5
TD (cm) 2,6 2,2 2,5 2,5 2,3 2,7 2,1 2,0 2,3 2,5 2,4 2,4 2,6 2,2 2,8 2,5 2,6 2,5 2,0 2,5 2,3 2,7 2,9 2,5 3,0 3,0
PU (cm) 7,6 11,2 20,0 20,0 15,0 15,5 15,0 17,0 10,1 15,6 12,3 10,2 14,1 12,2 12,0 11,2 9,1 9,7 16,5 19,0 15,0 17,0 16,5 16,5 18,0 17,0
Lampiran 17. Data morfometrik L. savala selama penelitian (lanjutan) No 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97
PT (cm) 65,7 75,7 66,2 64,9 61,8 62,7 60,8 67,2 62,8 65,4 64,3 66,5 65,7 62,5 57,1 64,0 64,5 63,6 59,4
PK (cm) 9,0 10,0 9,2 9,4 8,6 9,2 8,2 9,3 8,6 9,2 8,9 9,3 9,2 9,2 8,2 10,0 9,3 10,3 9,0
PH (cm) 2,6 3,0 2,7 2,7 2,5 2,7 2,5 2,7 2,4 2,7 2,6 2,7 2,7 2,7 2,2 2,7 2,6 3,0 2,7
TK (cm) 4,0 4,5 4,2 4,4 3,8 4,0 3,7 4,2 3,7 3,9 4,3 3,9 4,0 4,0 3,6 4,3 4,2 5,0 4,2
LK (cm) 1,4 1,6 1,7 1,6 1,7 1,8 1,6 1,7 1,6 1,7 1,6 1,8 1,7 1,7 1,4 2,0 1,7 2,0 1,7
TB (cm) 5,3 5,8 5,1 5,0 4,3 5,0 4,5 5,2 4,4 4,7 4,8 4,9 5,1 4,9 4,4 4,9 5,3 5,6 4,7
P.Predor P.Prepec (cm) (cm) 8,5 6,4 9,7 7,2 6,4 8,1 6,3 8,4 5,9 7,8 6,3 8,1 5,6 8,0 6,3 8,2 5,8 8,2 6,1 8,2 6,1 8,6 6,1 8,3 6,2 8,3 5,9 9,0 5,5 7,2 6,8 9,0 6,3 8,3 7,0 9,0 6,1 7,3
DM (cm) 1,3 1,3 1,2 1,1 1,3 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,5 1,3 1,4 1,2
RA (cm) 3,6 4,5 4,3 4,0 3,8 4,1 3,7 4,2 3,8 4,0 4,1 4,1 4,1 4,0 3,1 4,2 4,1 4,5 4,1
RB (cm) 4,0 4,8 4,6 4,4 4,2 4,5 4,1 4,5 4,2 4,4 4,4 4,5 4,5 4,5 3,9 4,7 4,6 5,0 4,6
SR (˚) 30 40 35 36 35 35 50 47 50 45 37 55 37 50 42 40 35 55 50
LBM (cm) 1,3 2,0 1,9 2,1 2,0 2,1 2,0 2,2 2,2 2,3 2,1 2,4 2,3 2,4 1,8 2,4 2,2 2,6 2,1
JI (cm) 1,2 1,4 1,2 1,2 1,1 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,3 1,3 1,1 1,4 1,3 1,4 1,3
PO (cm) 2,4 2,3 2,8 2,8 2,6 2,7 2,5 2,8 2,5 2,7 2,4 2,6 2,7 2,1 2,3 3,1 3,0 3,4 2,8
TC (cm) 0,5 0,5 0,3 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,3 0,4 0,4 0,5 0,4
TD (cm) 2,5 3,0 2,9 2,6 2,3 2,4 2,0 2,8 2,3 2,4 2,6 2,9 2,5 2,4 2,0 2,6 2,4 3,3 2,4
PU (cm) 15,5 18,0 14,3 14,6 10,7 16,6 12,5 12,5 15,5 14,5 13,0 16,5 11,8 16,3 12,2 16,5 15,6 9,1 10,2
Lampiran 18. Data morfometrik G. serpens selama penelitian No
PT (cm)
PK (cm)
PH (cm)
TK (cm)
LK (cm)
TB (cm)
P.Predor (cm)
P.Prepec (cm)
DM (cm)
RA (cm)
RB (cm)
SR (˚)
LBM (cm)
JI (cm)
PO (cm)
TC (cm)
TD (cm)
PU (cm)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
72,6 74,3 80,4 90,5 64,3 83,0 69,5 67,7 67,0 62,4 70,5 63,8 77,5 72,4 70,2 73,9 76,0 76,3 66,8 78,0 75,0 69,8
12,7 13,6 14,7 16,3 12,1 15,2 12,9 12,5 12,2 11,4 12,9 11,3 14,7 13,8 12,9 13,2 13,2 13,8 11,6 14,0 13,6 13,3
6,4 4,7 5,0 5,6 4,0 5,2 4,4 4,2 4,1 3,8 4,4 3,7 4,6 4,7 4,7 4,7 4,8 4,7 4,0 6,3 4,7 4,6
4,6 4,0 4,5 4,9 3,7 4,8 3,9 3,8 3,5 3,4 4,0 3,5 4,3 4,2 4,0 4,0 4,4 4,4 3,7 4,0 4,1 4,2
2,1 2,5 3,0 3,5 2,3 2,9 2,5 2,3 2,1 2,1 2,4 2,3 2,8 2,7 2,7 2,8 2,9 2,9 2,7 2,5 2,8 2,1
4,3 4,7 5,0 5,5 4,0 5,1 4,6 4,1 4,1 3,7 4,2 3,8 5,0 4,7 4,4 4,5 4,8 4,8 4,2 4,7 4,8 4,2
10,1 10,7 11,7 13,4 9,4 12,2 10,4 10,0 10,0 9,2 10,1 8,9 11,6 11,2 11,1 11,0 11,5 11,6 9,8 11,2 11,2 10,4
12,8 14,0 15,7 16,6 12,5 15,5 13,3 12,8 12,6 11,9 13,1 11,5 15,3 13,9 13,5 13,4 13,7 14,0 12,0 14,0 13,9 13,2
1,8 1,7 1,9 2,1 1,6 2,1 1,8 1,7 1,6 1,6 1,6 1,8 2,0 1,8 1,8 1,8 1,9 1,9 1,9 2,0 1,8 2,3
5,3 6,8 7,5 7,9 5,9 7,6 6,5 6,3 6,2 5,8 6,5 5,7 7,1 7,1 6,9 6,8 7,0 7,0 6,1 6,2 7,0 5,7
5,8 7,9 8,6 9,5 6,8 8,8 7,5 7,3 6,9 6,6 7,2 6,6 8,4 8,1 7,9 7,7 7,9 8,0 7,0 7,0 8,0 6,5
55 35 35 40 40 40 36 33 33 37 45 50 40 45 40 40 50 40 45 50 43 35
3,4 2,5 2,8 2,8 2,5 3,0 3,0 2,7 2,6 2,7 2,4 2,8 2,3 2,4 2,4 2,4 3,0 2,5 2,5 5,0 3,2 1,8
1,8 1,7 1,9 2,0 1,5 1,8 1,5 1,5 1,5 1,4 1,8 1,9 2,3 1,9 2,1 2,3 2,4 2,1 2,1 2,0 2,0 2,1
2,3 2,6 2,8 3,2 2,5 3,1 2,6 2,4 2,3 2,3 2,6 2,2 2,9 2,4 2,4 2,5 2,7 2,8 2,2 2,6 2,7 2,5
0,6 0,3 0,4 0,5 0,4 0,5 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,3 0,3 0,4 0,4 0,3 0,4 0,3 0,3 0,6 0,4 0,5
3,5 3,3 3,6 3,8 2,8 3,6 3,0 2,8 2,4 2,8 1,3 1,4 2,0 2,3 1,7 1,6 1,8 1,7 1,9 3,0 2,9 2,9
21,2 20,2 23,6 27,3 20,4 25,0 21,5 22,9 23,7 20,5 27,8 16,0 22,0 21,0 19,0 25,0 27,3 22,2 19,0 25,5 29,0 24,5
Lampiran 19. Ikan layur yang diteliti
a) Trichiurus lepturus (layur meleu)
b) Leptracanthus savala (layur golok)
c) Gempylus serpens (layur gelang luyung)
Lampiran 20. Perahu kincang yang digunakan nelayan Pabuhanratu untuk melaut
Lampiran 21. Alat tangkap (pancing) yang digunakan nelayan Palabuhanratu untuk menangkap ikan layur
Rawai layur Pancing ulur
a) Pancing ulur
b) Rawai layur
Mata pancing no. 8
c) Mata pancing nomor 8
Lampiran 22. Aktivitas pedagang di tempat pelelangan ikan (TPI) Palabuhanratu
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Lampung pada tanggal 20 Juli 1986 sebagai anak kedua dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak Marsumiyanto dan Ibu Jumiati. Pendidikan penulis diawali dari SD Negeri 1 Ganjar Agung, Lampung (1992 – 1998), SLTP Negeri 1 Metro, Lampung (1998 – 2001), SMU Negeri 1 Metro, Lampung (2001 – 2004). Pada tahun 2004, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Program Studi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru). Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam Himpunan Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan (HIMASPER) sebagai kepala divisi protokoler periode tahun 2006/2007. Selain itu, penulis juga menjadi asisten pada mata kuliah Ekologi Perairan periode 2006/2007, Fisiologi Hewan Air periode 2006/2007 dan 2007/2008, serta Ikhtiologi Fungsional periode 2007/2008. Untuk menyelesaikan studi di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, penulis melaksanakan penelitian yang berjudul “ Kajian Pola Pertumbuhan dan Ciri Morfometrik-Meristik Beberapa Spesies Ikan Layur (Superfamili Trichiuroidea) di Perairan Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat”.