3
2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1.
Deskripsi Ikan Layur
2.1.1
Aspek biologi ikan layur Ikan layur (Trichiurus sp) menurut taksonominya diklasifikasikan sebagai
berikut (Saanin, 1984) Phyllum: Chordata Sub Phylum: Vertebrata Class: Pisces Sub Class: Teleostei Ordo: Percomorphi Sub Ordo: Scrombroidea Famili: Trichiuridae Genus: Trichiurus Spesies: Trichiurus sp Nama Indonesia: layur Ikan layur (Trichiurus sp) mempunyai ciri-ciri morfologis sebagai berikut: Badan sangat panjang, pipih seperti pita terutama bagian ujung belakang ekor, dalam bahasa inggris disebut hairtail. Mulut lebar dilengkapi dengan gigi tangkap yang kuat dan tajam. Rahang bawah lebih besar dari rahang atasnya. Sirip punggung panjang sekali mulai dari atas kepala sampai akhir badan dan berjarijari lemah 105-134. Sirip dubur tumbuh kurang sempurna dan berjari-jari lemah 72-80. Berupa deretan-deretan duri kecil, tidak terdapat sirip perut dan garis rusuk terlihat jauh dibagian bawah badan. Ikan layur dalam keadaan hidup berwarna biru maya kegelapan, sedangkan dalam keadaan mati ikan ini berwarna perak keabuan atau sedikit keunguan. Bagian atas kepala berwarna ungu agak gelap. Sirip-siripnya sedikit kekuningan atau kuning dengan pinggiran gelap (Direktorat Jendral Perikanan, 1998).
4
2.1.2 Penyebaran dan musim ikan layur Menurut Nontji (2005), ikan layur tersebar luas pada semua perairan tropis dan subtropis di dunia. Di Indonesia, ikan layur menyebar dan dijumpai pada semua perairan pantai Indonesia. Terdapat enam jenis layur di Perairan Indonesia. Jenis layur yang banyak terdapat di perairan pantai Pulau Jawa adalah dari jenis Trichiurus haumela. Selain itu, di beberapa muara sungai di Sumatera dijumpai jenis layur yang berukuran lebih kecil, yaitu Trichiurus savala dan Trichiurus glossodon. Secara umum, bentuk ikan layur dari spesies Trichiurus haumela, Trichiurus savala dan Trichiurus glossodon dapat dilihat pada Gambar 1, 2 dan 3.
Gambar 1 Ikan layur (spesies Trichiurus haumela) Sumber : Nakamura & Parin, 1993
Gambar 2 Ikan layur (spesies Trichiurus savala) Sumber : Nakamura & Parin, 1993
Gambar 3 Ikan layur (spesies Trichiurus glossodon) Sumber : Nakamura & Parin, 1993
5
Daerah penyebaran ikan layur meliputi hampir seluruh perairan pantai Indonesia, sperti Tuban, Lawang, Jampang, Palabuhanratu, Cibanteng, Ujung Genteng dan Sukawayana. Selain itu ikan layur juga terdapat di Perairan Jepang, Filipina, Teluk Benggala, Teluk Siam, sepanjang Laut Cina Selatan hingga pantai utara Australia, juga tersebar luas di perairan dangkal di Afrika Selatan (Direktorat Jendral Perikanan, 1998). Musim penangkapan ikan layur di Palabuhanratu terjadi satu kali setahun, yaitu antara Bulan Oktober-Januari. Musim puncak terjadi pada Bulan November dan musim terendah pada bulan Mei. Kelimpahan tertinggi terjadi pada Bulan Oktober-Januari bertepatan dengan awal musim barat. Pada saat musim barat kelimpahan ikan layur mengalami peningkatan, hal ini terkait dengan habitatnya yang cenderung hidup di dasar perairan (Astuti, 2008). 2.1.3 Fishing ground ikan layur Ikan layur tergolong ikan demersal yaitu ikan yang hidup di dasar atau dekat dengan dasar perairan. Kelompok ikan ini pada umumnya memiliki aktivitas relatif rendah, gerak ruaya tidak terlalu jauh dan membentuk gerombolan yang tidak terlalu besar sehingga sebarannya relatif lebih merata jika dibandingkan dengan ikan-ikan pelagis. Kondisi ini mengakibatkan daya tahan ikan demersal terhadap tekanan penangkapan relatif rendah dan tingkat mortalitasnya cenderung sejalan dengan upaya penangkapannya (Aoyama, 1972 diacu dalam Widiyanto, 2008). Ikan layur umumnya hidup pada perairan yang dalam dengan dasar berlumpur. Meskipun demikian, ikan layur biasanya akan muncul kepermukaan menjelang senja untuk mencari makan. Ikan layur dari famili Gempylidae juga biasanya ditemukan pada kedalaman lebih dari 150 m dan ikan layur dari famili Trichiuridae dapat ditemukan sampai kedalaman 2000 m (Nakamura dan Parin, 1993). Ikan layur tersebar luas pada semua perairan tropis dan subtropis. Daerah penyebaran ikan layur meliputi hampir seluruh perairan pantai Indonesia seperti Tuban, Lawang, Jampang, Palabuhanratu, Cibanteng, Ujung genteng, dan Sukawayana. Selain di perairan Indonesia, ikan layur juga terdapat di perairan
6
Jepang, Philipina, Teluk Benggala, Teluk Siam, sepanjang Laut Cina Selatan hingga pantai utara Australia, dan tersebar luas di perairan dangkal di Afrika Selatan (Widiyanto, 2008) 2.2.
Usaha Perikanan
2.2.1
Penangkapan ikan layur Menurut Direktorat Jendral Perikanan (1979), ikan layur tertangkap
dengan trawl, cantrang dan sejenisnya, pancing, jaring insang, macam-macam perangkap seperti bubu, sero, jermal, ambai dll. Di antara alat-alat yang disebutkan di atas, ikan layur banyak tertangkap sebagai bycatch atau tangkapan sampingan. Alat tersebut antara lain trawl, cantrang, gillnet, purse seine, lampara dasar, sero, jermal dan ambai. Empat jenis alat tangkap utama ikan layur yaitu payang, gillnet, bagan, pancing (pancing ulur dan rawai layur). 1) Gillnet Gillnet, bila diartikan secara harfiah berart Jaring Insang. Disebut jaring insang karena ikan-ikan yang tertangkap oleh gillnet umumnya tersangkut pada tutup insangnya. Jaring ini terdiri dari satuan-satuan jaring yang biasa disebut piece. Dalam operasi penangkapannya biasanya terdiri dari beberapa piece yang digabung menjadi satu sehingga merupakan satu perangkat (unit) yang panjang (300-500 m), tergantung dari banyaknya piece. Gillnet termasuk alat tangkap selektif, besar mata jaring dapat disesuaikan dengan ikan yang akan ditangkap (Subani dan Barus, 1988). 2) Bagan Bagan termasuk dalam kategori lift net, yaitu alat tangkap yang dioperasikan dengan cara dinaikkan/ditarik ke atas dari posisi horizontal yang ditenggelamkan untuk menangkap ikan yang ada di atasnya dengan menjaring ikan. Bila ditinjau dari cara mengikat ikan pada saat operasi penangkapan, bagan dimasukkan dalam kategori light fishing, yaitu menangkap ikan dengan bantuan cahaya. Berdasarkan bentuk dan cara pengoperasiannya, Subani dan Barus (1988)
7
menggolongkan bagan menjadi tiga macam yaitu bagan tancap, bagan rakit dan perahu. Komponen bagan terdiri dari jaring bagan, rumah bagan, sero dan lampu. Pada pelatarn bagan terdapat alat penggulung (roller) yang berfungsi untuk menurunkan atau mengangkat jaring bagan pada saat dioperasikan. Penangkapan bagan hanya dilakukan pada malam hari, terutama pada saat gelap bulan dengan menggunakan lampu sebagai alat bantu penangkapan (Subani dan Barus, 1988). Hasil tangkapan bagan adalah jeis ikan pelagis kecil seperti teri, tembang, pepetek, kembang, layur, selar, dll. 3) Payang Payang adalah “pukat kantong lingkar” yang secara garis besar terdiri dari bagian kantong (bag), badan/perut (body or belly) dan kaki/sayap (leg/wing). Payang memiliki bagian atas mulut jaring yang menonjol ke belakang, dikarenakan payang tersebut umumnya digunakan untuk menangkap ikan pelagis yang hidup di bagian lapisan atas air dan mempunyai sifat cenderung lari ke bawah bila telah terkurung jaring. Pada bagian bawah kaki/sayap dan mulut jaring diberi pemberat, sedangkan bagian atas pada jarak tertentu diberi pelampung (Subani dan Barus, 1988). 4) Pancing Ulur (Handline) Handline adalah salah satu alat tangkap yang umum dikenal oleh masyarakat luas terutama nelayan. Alat tangkap tersebut merupakan alat yang sederhana yang bisa dioperasikan oleh nelayan kecil untuk memenuhi kebutuhan hidupnya karena hanya membutuhkan modal yang kecil dan tidak selalu memerlukan kapal yang khusus dan digolongkan dalam fishing with line yang deilengkapi dengan mata pancing (Von Brant, 1984). 5) Pancing Rawai Pancing rawai atau “longline” adalah suatu pancing yang terdiri dari tali panjang (tali utama, main line) kemudian pada tali tersebut secara berderet pada jarak tertentu digantungkan tali-tali pendek (branchline) yang ujungnya diberi
8
mata (hook). Tergantung dari banyaknya satuan yang dipergunakan, panjang tali tersebut bila direntangkan secara lurus dapat mencapai panjang ratusan meter, bahkan puluhan kilometer. (Subani dan Barus, 1988) Rawai dikelompokkan sebagai berikut: 1) Berdasarkan letak pemasangan di perairan, dibagi menjadi rawai perairan (surface longline), rawai pertengahan (midwater longline), dan rawai dasar (bottom longline). 2) Berdasarkan susunan mata pancing pada tali utama, dibagi menjadi rawai tegak (vertical longline) dan rawai datar (horizontal longline). 3) Berdasarkan ikan yang tertangkap pada setiap operasi, dibagi menjadi rawai tuna, rawai albacore, rawai cucut dan sebagainya. 2.2.2
Nelayan Selain alat tangkap rawai dan kapal, komponen penting lainnya yang
melengkapi kegiatan penangkapan ikan layur di Palabuhanratu adalah seseorang yang mengopreasikan kegiatan penangkapan yaitu nelayan (Surya, 2006). Secara umum nelayan di Palabuhanratu dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu: 1. Nelayan penuh
: nelayan yang seluruh waktu kerjanya digunakan untuk
melakukan pekerjaan operasi penangkapan ikan 2. Nelayan sambilan utama: nelayan yang sebagian besar waktunya digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan. Disamping penengkapan ikan sebagai pekerjaan utamanya, nelayan ini dapat pula mempunyai pekerjaan lain. 3. Nelayan sambilan tambahan : nelayan yang hanya sebagian kecil waktunya digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan ikan. 2.2.3 Perusahaan perikanan sebagai perusahaan agribisnis Perusahaan agribisnis adalah suatu industri yang berusaha di dalam salah satu subsistem, beberapa subsistem atau secara terpadu total dalam sistem agribisnis yang dikelola dengan keterampilan manajemen yang baik untuk meraih keuntungan, materiil maupun moril (Kristianto, 1997 diacu dalam Supriyadi, 2002)
9
Menurut Kristianto (1997) diacu dalam Supriyadi (2002), perusahaan agribisnis (perikanan) memiliki karakteristik umum sebagai berikut: 1) Mencari keuntungan dengan memanfaatkan proses produksi biologis, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang direkayasa secara optimal; 2) Memanfaatkan kemajuan teknologi biologi dan informasi; 3) Makin kurang peka terhadap perubahan situasi dan kondisi alam; 4) Tetap peka terhadap situasi dan kondisi politik; 5) Makin peka terhadap isu lingkungan; 6) Makin peka terhadap kebijakan ekonomi; 7) Makin peka terhadap perubahan sikap sosial dan budaya konsumen; 8) Makin efisien. 2.3
Konsep Dasar Sistem Sistem berasal dari bahasa Latin (Systema) dan bahasa Yunani (Sustema)
yang artinya suatu kesatuan yang terdiri atas komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi, atau energi. Istilah ini sering dipergunakan untuk menggambarkan suatu set entitas yang berinteraksi, dimana suatu model matematika serignkali bisa dibuat (Amirin, 2003). Sistem juga merupakan kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan yang berada dalam suatu wilayah serta memiliki item-item penggerak, contoh umum misalnya negara. Negara merupakan suatu kumpulan dai beberapa elemen kesatuan lain seperti provinsi yang saling berhubungan sehingga membentuk suatu negara dimana yang berperan sebagai penggeraknya yaitu rakyat yang berada di negara tersebut (Amirin, 2003). Dalam pengertian yang paling sederhana, sebuah sistem merupakan sekumpulan benda yang memiliki hubungan di antara mereka. Definisi yang lebih lengkap diutarakan oleh McLeod (2007) yang menyatakan bahwa sistem adalah sekelompok elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan. Davis (1991) juga menyatakan bahwa sistem adalah seperangkat unsur-unsur yang terdiri dari manusia, alat, konsep, dan prosedur yang dihimpun menjadi satu untuk maksud dan tujuan bersama.
10
Suatu sistem yang dibuat umumnya memiliki maksud tertentu. Sistem dibuat untuk mencapai suatu tujuan (goal) dan sasaran (objective). Tujuan biasanya dihubungkan dengan ruang lingkup yang lebih luas dan sasaran biasanya dalam ruang lingkup yang lebih sempit (Amirin, 2003). Suatu sistem dapat terdiri dari sistem-sistem bagian (sub system). Misalnya, sistem komputer terdiri dari subsistem perangkat keras dan subsistem perangkat lunak. Masing-masing subsistem dapat terdiri dari subsistem perangkat keras dan subsistem perangkat lunak. Masing-masing subsistem dapat terdiri dari subsistem-subsistem yang lebih kecil lagi atau terdiri dari komponen-komponen. Subsistem perangkat keras (hardware) dapat terdiri dari alat masukan, alat pemroses, alat keluaran dan simpanan luar. Subsistem-subsistem saling berinteraksi dan saling berhubungan membentuk satu kesatuan sehingga tujuan atau sasaran sistem tersebut dapat tercapai. Interaksi dari subsistem-subsistem sedemikian rupa, sehingga dicapai suatu kesatuan yang terpadu atau terintegrasi (Integrated) (Amirin, 2003) 2.3.1
Karakteristik sistem Suatu sistem mempunyai karakteristik terntentu, yaitu mempunyai
komponen-komponen (components), batas sistem (boundary), lingkungan luar sistem (environtment), penghubung (interface), masukan (input), keluaran (output), pengolah (process), dan sasaran (objective) atau tujuan (goal) (Jogiyanto, 2005). Di bawah ini merupakan penjelasan dari karakteristik sistem menurut Jogiyanto (2005); 1) Komponen Sistem (components) Sistem terdiri dari sejumlah komponen yang saling berinteraksi, bekerja sama membentuk kesatuan, Komponen-komponen atau elemen-elemen sistem dapat berupa suatu subsistem atau bagian-bagian dari sistem. Setiap subsistem mempunyai sifat-sifat dari sistem untuk menjalankan suatu fungsi terntentu dan mempengaruhi proses sistem secara keseluruhan.
11
2) Batas Sistem (boundary) Batas sistem merupakan daerah yang membatasi antara suatu sistem dengan sistem yang lainnya atau dengan lingkungan luarnya. Batas sistem ini memungkinkan sistem dipandang sebagai suatu kesatuan. Batas suatu sistem menunjukkan ruang lingkup (scope) dari sistem tersebut. 3) Lingkungan Luar Sistem (environtment) Lingkungan luar dari suatu sistem adalah apapun diluar batas dari sistem yang mempengaruhi operasi sistem. Lingkungan luar sistem dapat bersifat menguntungkan maupun merugikan. Lingkungan yang menguntungkan harus tetap dijaga dasn dipelihara karena merupakan energi dari sistem. Sedangkan lingkungan luar yang merugikan harus ditahan dan dikendalikan, karena jika tidak akan mengganggu kelangsungan sistem. 4) Penghubung (interface) Interface merupakan media penghubung antara satu subsistem dengan subsistem yang lainnya. Interface ini memungkinkan satu subsistem untuk mengalirkan sumberdaya ke subsistem lainnya. Keluaran dari suatu subsistem akan menjadi masukan bagi subsistem lain melalui suatu penghubung. Penghubung subsistem dapat berinteraksi dengan subsistem lain dan membentuk suatu kesatuan. 5) Masukan (Input) Input merupakan energi yang dimasukkan ke dalam sistem. Input dapat berupa maintenance input dan signal input. Maintenance Input adalah energi yang dimaksukkan supaya sistem tersebut dapat beroperasi. Signal input adalah energi yang diproses untuk menghasilkan output. 6) Keluaran (Output) Output merupakan hasil dari energi yang diolah dan diklasifikasikan menjadi output yang berguna dan sisa pembuangan. Output dapat menjadi input untuk subsistem yang lain. 7) Pengolah Sistem (Process) Sustu sistem mempunyai bagian pengolah yang akan mengubah masukan menjadi keluaran. 8) Sasaran Sistem (Objective)
12
Suatu sistem mempunyai tujuan (goal) atau sasaran (objective). Sasaran dari sistem sangat menentukan input yang dibutuhkan dan output yang akan dihasilkan sistem. Sistem dikatakan berhasil bila mengenai sasaran dasn tujuannya. 2.3.2
Ciri pokok sistem Menurut Amirin (2003) ada sembilan ciri pokok sistem, yaitu:
1)
Setiap sistem mempunyai tujuan sehingga perilaku atau kegiatannya mengarah pada tujuan tersebut.
2)
Setiap sistem mempunyai batas (boundaries) yang memisahkannya dari lingkungan.
3)
Sistem bersifat terbuka atau pada umumnya bersifat terbuka. Boleh dikatakan dalam kenyataannya tidak ada sistem yang benar-benar tertutup. Suatu sistem dikatakan terbuka jika berinteraksi dengan lingkungannya dan sebaliknya, dikatakan tertutup jika mengisolasikan diri dari pengaruh apapun
4)
Suatu sistem terdiri dari dua atau lebih subsistem. Setiap sistem terdiri dari subsistem yang terbagi lagi ke dalam subsistem yang lebih kecil, begitu seterusnya.
5)
Walau sistem itu terdiri dari berbagai bagian, unsur-unsur atau komponen, tidak berarti bahwa sistem itu merupakan sekedar kumpulan dari bagian, unsur atau komponen tersebut, melainkan merupakan satu kebulatan yang utuh dan padu.
6)
Terdapat saling hubungan dan saling ketergantungan baik di dalam (intern) sistem, maupun antara sistem dengan lingkungannya.
7)
Setiap sistem melakukan kegiatan ataupun proses mengubah masukan (input) menjadi keluaran (output). Karena itu maka sistem sering disebut sebagai “processor” atau “transformator”.
8)
Di dalam setiap sistem terdapat mekanisme kontrol dengan memanfaatkan tersedianya umpan balik.
13
9)
Karena adanya mekanisme kontrol itu maka sistem mempunyai kemampuan mengatur diri sendiri dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya atau keadaan secara otomatis (dengan sendirinya).
2.3.3
Klasifikasi sistem Menurut Jogiyanto (2005) sistem dapat diklasifikasikan dari beberapa
sudut pandang, diantaranya sebagai berikut: 1)
Sistem diklasifikasikan sebagai sistem abstrak (abstract system) dan sistem fisik (physical system). Sistem abstrak adalah sistem yang berupa pemikirn atau ide-ide yang tidak tampak secara disik misalnya sistem teologim yaitu sistem yang berupa pemikiran-pemikiran hubungan antara manusia dengan Tuhan. Sistem fisik merupakan sistem yang ada secara fisik, misalnya sistem komputer, sistem akuntansi, sistem produksi dan lain sebagainya.
2)
Sistem diklasifikasikan sebagai sistem alamiah (Natural Sistem) dan sistem buatan manusia, misalnya sistem perputaran bumi. Sistem buatan manusia adalah sistem yang dirancang oleh manusia. Sistem buatan manusia yang melibatkan interaksi antara manusia dengan mesin disebut dengan human-machine system, atau ada yang menyebutnya man-machine system. Sistem informasi merupakan contoh dari man-machine system, karena menyangkut komputer yang berinteraksi dengan manusia.
3)
Sistem diklasifikasikan sebagai sistem tertentu (deterministic system) dan sistem tak tentu (probabilistic system). Sistem tertentu beroperasi dengan tingkah laku yang sudah dapat diprediksi. Interaksi diantara bagian-bagiannya dapat dideteksi dengan pasti, sehingga keluaran dari sistem dapat diramalkan. Sistem komputer adalah contoh dari sistem tertentu yang tingkah lakunya dapat dipastikan berdasarkan program-program yang dijalankan. Sistem tak tentu adalah sistem yang kondisi masa depannya tidak dapat diprediksi karena menganfung unsur probabilitas.
4)
Sistem diklasifikasikan sebagai sistem tertutup (closed system) dan sistem terbuka (open system).
14
Sistem tertutup merupakan sistem yang tidak berhubungan dan tidak terpengaruh dengan lingkungan luarnya. Sistem ini bekerja secara otomatis tanpa adanya camppur tangan dari pihak luarnya. Secara teoritis sistem tertutup ini ada, tetapi pada kenyataannya tidak ada sistem yang benarbenar tertutup, yang ada hanyalah relatively closed system (secara relatif tertutup, tidak benar-benar tertutup). Sistem terbuka merupakan sistem yang terbuka dan terpengaruh oleh lingkungan luarnya. Sistem ini menerima masukan dan menghasilkan keluaran untuk lingkungan luar atau subsistem lainnya. Karena sistem sifatya terbuka dan terpengaruh oleh lingkungan luarnya, maka suatu sistem harus mempunyai suatu sistem pengendalian yang baik. 2.3.4. Kriteria Sistem Menurut Amirin, (2003), suatu sistem yang baik harus mempunyai kriteria-kriteria sebagai berikut: 1) Kegunaan Sistem harus menghasilkan informasi yang tepat dan waktunya yang relevan untuk pengambilan keputusan manajemen dan personel operasi dalam organisasi. 2) Ekonomis Semua bagian dari sistem termasuk laporan, pengawasan-pengawasan dan lain-lain harus menyumbangkan nilai tambah sekurang-kurangnya sebesar biaya. 3) Keandalan Keluaran sistem harus mempunyai tingkat ketelitian yang tinggi dan sistem itu sendiri harus mampu beroperasi secara efektif dan efisien. 4) Kapasitas Sistem harus mempunyai kapasitas yang memadai untuk menangani periode-periode operasi puncak seperti operasi normal. 5) Kesederhanaan Sistem harus cukup sederhana sehingga struktur dan operasinya dapat mudah dimengerti dan prosedurnya dapat dengan mudah diikuti.
15
6) Fleksibel Sistem harus cukup fleksibel untuk menerima perubahan-perubahan. 2.4
Konsep dasar informasi Informasi ibarat darah yang mengalir di dalam tubuh suatu organisasi,
sehinggan informasi ini sangat penting di dalam suatu organisasi. Suatu sistem yang kurang mendapatkan informasi akan menjadi luruh. Keadaan dari sistem dalam hubungannya dengan keberakhirannya disebut dengan istilah entropy. Informasi yang berguna bagi sistem akan menghindari proses entropy tersebut yang disebut dengan negative entropy atau negentropy (Pangestu, 2007). Informasi dapat didefinisikan sebagai hasil dari pengolahan data dalam suatu bentuk tunggal atau data-item. Data adalah kenyataan yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan nyata. Kejadian-Kejadian (event) adalah sesuatu yang terjadi pada saat tertentu (Pangestu, 2007). 2.4.1 Siklus informasi Data merupakan bentuk yang masih mentah yang belum bercerita banyak, sehingga perlu diolah lebih lanjut menjadi suatu model untuk dihasilkan informasi. Data yang diolah untuk menghasilkan informasi menggunakan suatu model proses tertentu (McLeod, 2007). Proses pengolahan data menjadi informasi hingga informasi tersebut menjadi data kembali disebut dengan siklus informasi. Data yang diolah menjadi suatu model menjadi informasi, penerima kemudian menerima informasi tersebut, melakukan keputusan berdasarkan informasi tersebut dan melakukan tindakan, yang berarti menghasilkan suatu tindakan yang lain yang akan membuat sejumlah data kembali. Data tersebut akan ditangkap kembali sebagai input, diproses kembali melalui suatu model dan sterusnya yang merupakan suatu siklus. (Pangestu, 2007). 2.4.2 Nilai informasi Nilai dari informasi (value of information) ditentukan oleh dua hal, yaitu manfaat dan biaya untuk mendapatkan informasi tersebut. Suatu informasi dapat dikatakan bernilai apabila manfaatnya lebih efektif dibandingkan dengan biaya
16
untuk mendapatkannya. Akan tetapi perlu diperhatikan bahwa informasi yang digunakan dalam suatu sistem informasi umumnya digunakan untuk beberapa kegunaan. Sehingga tidak memungkinkan dan sulit untuk menghubungkan suatu bagian informasi pada suatu masalah yang tertentu dengan biaya untuk memperolehnya, karena sebagian besar informasi dinikmati tidak hanya oleh satu pihak saja. Sebagian besar informasi tidak dapat ditaksir secara pasti nilai keuntungannya (dalam satuan uang), tetapi kita dapat menaksir nilai dari efektifitas dari informasi tersebut. (Jogiyanto, 2005). 2.4.3
Karakteristik dari informasi yang baik Menurut Kroenke (1992), informasi dapat dikatakan baik jika memiliki
kriteria dan karakteristik sebagai berikut: 1) Information must be patient Informasi harus berhubungan. Pernyataan informasi harus berhubungan dengan urusan dan masalah yang penting bagi penerima informasi (orang yang membutuhkan informasi tersebut). 2) Information must be accurate Informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan tidak memiliki bias atau menyesatkan. Informasi yang dihasilkan harus mencerminkan maksudnya. Keakuratan informasi harus bergantung pada keadaan. 3) Information must be timely Informasi harus ada ketika dibutuhkan. Informasi yang datang pada penerima tidak boleh terlambat. Informasi yang sudah usanh tidak akan mempunyai nilai lagi karena informasi merupakan landasan di dalam pengambilan keputusan. 4) Relevan Informasi tersebut mempunyai manfaat untuk pemakainya. Relevansi informasi untuk tiap-tiap orang yang satu dengan yang lainnya pasti berbeda.
17
2.5. Sistem Informasi Manajemen Sistem adalah kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan yang berada dalam suatu wilayah serta memiliki item-item penggerak. Suatu sistem yang dibuat tentunya memiliki maksud tertentu. Sistem dibuat untuk mencapai suatu tujuan (goal) dan sasaran (objective). Tujuan biasanya dihubungkan dengan ruang lingkup yang lebih luas dan sasaran biasanya dalam ruang lingkup yang lebih sempit (Amirin, 2003). Menurut Jogiyanto (2005) informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya. Sedangkan menurut Davis (1991), informasi adalah data yang telah diolah menjadi bentuk yang berarti bagi bagi penerima dan bermanfaat bagi pengambilan keputusan. Data didefinisikan sebagai bahan mentah bagi informasi, yang berupa kelompok teratur dari simbol-simbol yang mewakili suatu kuantitas, tindakan, benda dan sebagainya. Perlakuan yang dilakukan terhadap data agar dapat menghasilkan informasi yang berguna, terdiri dari lima tahap yang disebut siklus pengolahan data,
yaitu
pengumpulan,
penghalusan,
pengolahan,
pemeliharaan
dan
pengeluaran output data (Cushing, 1992). Model Bentuk hubungan data dan informasi sebagai dasar sistem informasi dapat dilihat pada Gambar 4.
Penyimpanan
Data
Pengolahan
Informasi
Gambar 4 Siklus pengolahan data (Sumber : Davis, 1991) Manajemen adalah proses atau kegiatan yang menjelaskan kegiatan yang dilakukan oleh manager, yaitu berupa merencanakan, menorganisasikan, memprakarsai dan mengendalikan operasi. Manager merencanakan dengan menetapkan strategi, tujuan dan memilih arah tindakan yang terbaik untuk
18
mencapai sesuatu yang direncanakan. Manager juga mengorganisasikan tugastugas yang diperlukan untuk rencana operasional, pendelegasian wewenang dan menyusun tugas ini ke dalam kelompok yang homogen. Prestasi kerja (performance) dikendalikan dengan menentukan norma-norma prestasi kerja dan menghindari penyimpangan terhadap norma atau standar tersebut (Murdick dan Ross, 1990). Sistem informasi merupakan kesatuan elemen yang saling berhubungan satu sama lain yang membentuk satu kesatuan untuk mengintegrasikan data, memproses dan menyimpan serta mendistribusikan informasi, yang akan mendukung pembuatan keputusan (Jogiyanto, 2005). Sistem informasi dalam suatu pemahaman yang sederhana dapat didefinisikan sebagai satu sistem berbasis komputer terdiri dari software, hardware dan brainware yang menyediakan informasi bagi beberapa pemakai dengan kebutuhan yang serupa (Sutono, 2007). Sistem informasi menerima masukan data dan instruksi, mengolah data tersebut sesuai instruksi dan mengeluarkan hasilnya. Model dasar sistemnya adalah masukan, pengolahan dan keluaran. Fungsi pengolahan informasi sering membutuhkan data yang telah dikumpulkan dan diolah dalam periode waktu sebelumnya. Karena itu ditambahkan sebuah penyimpanan data berkas (data berkas storage) ke dalam sistem informasi tersebut. Dengan ditambahkan penyimpanan data, fungsi pengolahan informasi bukan lagi mengubah data menjadi informasi tetapi juga menyimpan data untuk penggunaaan lanjutan. Model dasar pengolahan informasi berguna dalam memahami bukan saja keseluruhan sistem pengolahan informasi, tetapi juga untuk penerapan pengolahan informasi secara tersendiri. Setiap penerapan dapat dianalisis menjadi masukan, penyimpanan, pengolahan dan pengeluaran (Davis, 1991). Sistem informasi terdiri dari komponen-komponen yang disebut dengan istilah blok bangunan (building block), antara lain blok masukan (input block), blok model (model block), blok basis data (database block), blok teknologi (technology block), dan blok kendali (control block). Sebagai suatu sistem, keenam blok tersebut saling berinteraksi satu sama lain untuk mencapai sasaran dalam satu kesatuan (Jogiyanto, 2005). Secara umum terdapat dua metode penelitian dalam bidang sistem informasi, yaitu kuantitatif dan kualitatif. Kedua
19
metode ini dapat digunakan bersama-sama untuk saling menguatkan (Wahid, 2004). Komponen –komponen sistem informasi dalam bentuk blok bangunan ( building block) disajikan pada Gambar 5. Pemakai
Pemakai
Pemakai
Input
Model
Output
Teknologi
Dasar data
Kendali
Pemakai
Pemakai
Pemakai
Gambar 5 Blok sistem informasi yang berinteraksi (Jogiyanto, 2005) Sistem informasi manajemen adalah sistem berbasis komputer yang menyajikan informasi sesuai dengan kebutuhan pengguna (user). Dengan informasi tersebut, pengguna dapat mengetahui tentang apa yang telah terjadi di masa lalu, sekarang dan dugaan kebijakan dimasa yang akan datang. Informasi yang disajikan dapat berbentuk laporan periodik, laporan khusus atau hasil simulasi matematik. Sistem informasi manajemen juga didefinisikan sebagai kumpulan dari interaksi sistem-sistem informasi. Sistem ini bertanggung jawab mengumpulkan dan mengolah data untuk menyediakan informasi yang berguna untuk semua tingkatan manajemen di dalam kegiatan perencanaan dan pengendalian. Sistem informasi sederhana dapat dilakukan secara manual. Apabila sistem informasi manajemen semakin kompleks, maka sistem tersebut akan sulit dilakukan tanpa bantuan komputer. Manajemen saat ini memerlukan informasi dan waktu yang cepat untuk pengambilan keputusan, akrena berkaitan dengan peluang dan kesempatan bisnisnya (Tugiman, 1995 diacu dalam Asiyah, 2002). Davis (1991) menyatakan bahwa setidaknya terdapat lima aspek yang dapat dikategorikan sebagai ciri khusus bidang sistem informasi manajemen,
20
yaitu: proses manajemen, seperti perencanaan strategis dan pengelolaan fungsi sistem
informasi;
proses
pengembangan,
seperti
manajemen
proyek
pengembangan sistem; konsep pengembangan, seperti konsep sosioteknikal dan konsep kualitas; representasi, seperti sistem basis data dan pengkodean program; sistem aplikasi, seperti knoweledge management dan executive system. 2.6
Basis Data Terdapat dua pendekatan yang dapat digunakan untuk penyimpanan data
dalam sistem yang berdasarkan komputer. Pendekatan pertama adalah menyimpan data dalam file individual yang digunakan khusus untuk aplikasi tertentu, sedangkan pendekatan kedua adalah penyimpanan data dalam sistem berdasarkan komputer meliputi bangunan sebuah basis data (Asmuni & Firdaus, 2005). Basis data terdiri dari 2 kata, yaitu Basis dan Data. Basis kurang lebih diartikan sebagai tempat berkumpul, sedangkan data adalah representasi fakta dunia nyata yang mewakili suatu objek sedangkan data adalah representasi fakta dunia nyata yang mewakili suatu objek (Fathansyah, 1999). Basis data sendiri dapat didefinisikan dalam sejumlah sudut pandang: 1)
Himpunan kelompok data (arsip) yang saling berhubungan yang diorganisasi sedemikian rupa agar kelak dapat dimanfaatkan kembali dengan cepat dan mudah
2)
Kumpulan data yang saling berhubungan yang disimpan secara bersama sedemikian rupa dan tanpa pengulangan (redundansi) yang tidak perlu, untuk memenuhi berbagai kebutuhan.
3)
Kumpulan file/tabel/arsip yang saling berhubungan yang disimpan dalam media penyimpanan elektronis. Keterkaitan antara sistem basis data dengan sistem informasi dapat dilihat
pada Gambar 6 (Sutanta, 1996 diacu dalam Surya, 2006)
21
Sistem Penunjang Keputusan (DSS) Sistem Informasi Manajemen (SIM) Sistem Pengelolaan Transaksi (TTS)
Sistem Manajemen Basis Data (DBMS)
Sistem Basis Data
Gambar 6 Keterkaitan antara sistem basis data dengan sistem informasi manajemen (Sutanta, 1996) Operasi-operasi dasar yang dapat kita lakukan berkenaan dengan basis data dapat meliputi pembuatan basis data baru (create database), Penghapusan basis data (drop database), Pembuatan file/tabel baru ke suatu basis data (create table),
Penghapusan
file/tabel
dari
suatu
basis
data
(drop
table),
Penambahan/pengisisan data baru kedalam sebuah file/tabel di sebuah basis data (insert), Pengambilan data dari sebuah file/tabel (retrieve/search), Pengubahan data dari sebuah file/tabel (update), dan penghapusan data dari sebuah file/tabel (delete). Operasi yang berkenaan dengan pembuatan objek (basis data dan tabel) merupakan operasi awal yang hanya dilakukan sekali dan berlaku seterusnya. Sedang operasi-operasi yang berkaitan dengan isi tabel (data) merupakan operasi rutin yang akan berlangsung berulang-ulang dan karena itu operasi-operasi inilah yang lebih tepat mewakili aktivitas pengelolaan (management) dan pengolahan (processing) data dalam basis data (Fathansyah, 1999). Penyusunan basis data diatur dengan menggunakan perangkat Sistem Manajemen Basis Data (Database Management System DBMS). Manpulasi basis data meliputi pembuatan pernyataan (query) untuk mendapatkan informasi tertentu, melakukan pembaharuan atau penggantian (update) data, serta pembuatan report data. Tujuan utama DBMS adalah untuk menyediakan tinjauan
22
abstrak dari data bagi user. Jadi sistem menyembunyikan informasi mengenai bagaimana data disimpan dan dirawat, tetapi data tetap dapat diambil dengan efisien. Pertimbangan efisien yang digunakan adalah bagaimana merancang struktur data yang kompleks, tetapi tetap dapat digunakan oleh pengguna yang masih awam, tanpa mengetahui kompleksitas struktur data (Abdillah, 2010). Metode penyimpaan data secara sekunder merupakan salah satu bagian penting dari DBMS. Metode utama dalam penyimpanan sekunder adalah metode penyimpanan berurutan (sequential storage) dan metode penyimpanan akses langsung (direct access storage). Metode sequential adalah metode penyimpanan dimana data disimpan dan dibaca dengan suatu urutan tertentu, sedangkan dengan metode penyimpanan akses langsung memungkinkan suatu data tidak ditulis dan dibaca secara berurutan (Davis, 1991). 2.7
Model Entity Relationship Pada model ini, data sebenarnya diterjemahkan dengan memanfaatkan
perangkat konseptual menjadi sebuah diagram data, yang umumnya disebut dengan diagram entity relationship atau diagram E-R. Sesuai dengan namanya, ada dua komponen utama pembentuk E-R ini, yaitu entitas dan relasi. Kedua komponen ini dideskripsikan lebih jauh melalui sejumlah atribut atau property (Haryanto, 2008). Obyektif atau tujuan utama dari pembuatan diagram E-R adalah untuk menunjukkan obyek-obyek (himpunan entitas) apa saja yang ingin dilibatkan dalam sebuah basis data dan bagaimana hubungan yang terjadi diantaraobyekobyek tersebut. Penggambaran atribut-atribut dalam sebuah diagram E-R seringkali malah menggangu tujuan yang ingin dicapai. Solusinya adalah dengan penggambaran diagram E-R dengan menggunakan kamus data. Kamus data berisi daftar atribut yang diapit dengan kurung kurawal {}. Atribut yang berfungsi sebagai key juga dibedakan dengan bukan key dengan menggarisbawahi atribut tersebut (Haryanto, 2008). Selain entitas dan atribut yang telah dijelaskan diatas, ada istilah-istilah dalam model E-R ini yaitu relasi dan kardinalitas. Relasi menunjukkan adanya hubungan antara sejumlah entitas. Sedangkan kardinalitas relasi menunjukkan
23
jumlah maksimum entitas yang dapat berelasi dengan entitas lain (Haryanto, 2008). Menurut Haryanto (2008) kardinalitas relasi diantara dua entitas dapat berupa: a. Satu ke Satu (One to One) Relasi ini berarti setiap entitas pada himpunan entitas A berhubungan dengan paling banyak satu entitas pada himpunan entitas B. Begitu pula sebaliknya, setiap entitas pada himpunan entitas B berhubungan paling banyak satu entitas pada himpunan entitas A. b. Satu ke banyak (One to Many) Relasi ini berarti setiap entitas pada himpunan entitas A dapat berhubungan dengan banyak entitas pada himpunan entitas B, tetapi tidak sebaliknyam dimana setiap entitas pada himpunan entitas B berhubungan dengan paling banyak satu entitas pada himpunan entitas A. c. Banyak ke Satu (Many to One) Relasi ini berarti setiap entitas pada himpunan entitas A dapat berhubungan dengan paling banyak satu entitas pada himpunan entitas B, tetapi tidak sebaliknya, dimana setiap entitas pada himpunan entitas B berhubungan dengan banyak entitas pada himpunan entitas A. d. Banyak ke Banyak (Many to Many) Relasi ini berarti setiap entitas pada himpunan entitas A dapat berhubungan dengan banyak entitas pada himpunan entitas B, demikian juga sebaliknya.