ASPEK BIOLOGI IKAN CATUA(Puntius ) DIPERAIRAN UMUM NAGARI BATU PAYUANG KECAMATAN LAREH SAGO HALABAN KABUPATEN LIMAPULUH KOTA SUMATERA BARAT Silvester, Prof. DR. Ir. M. Amri, MP dan Drs. Nawir Muhar, MSi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan/ Pusat Studi Budidaya Perairan Universitas Bung Hatta Padang, Jl. Sumatera Ulak Karang, Padang E-mail :
[email protected] Abstract This research aim to know biological Aspect fish of Catua and its spreading pattern. This research is conducted in territorial water of public of Nagari Batu Payuang Kecamatan Lareh Sago Halaban Kabupaten Lima Puluh Kota, during 3 week started from 01 July 2012 and end on 28 July 2012. Research method the used is descriptive method which do leisure observation, got data from result of observation analyzed with analysis of regression. Long relation of Fish weighing of Catua (lateristriga puntius). Pursuant to got by data is fish of Catua have body weight which vary, weight gyrate 10,6 gram - 27,8 gram while length gyrate 8,1 gram - 15,1 gram. Quality of water during perception gyrate 24-29°C, pH, 7,92, DO 8,35. good enough Parameter river stream for the location of conducting. Water emit a stream of better from mountain wellspring and its water have never run dry at dry season. From result of research about Biological Aspect Fish of Catua (Puntius) at this territorial water shall earn to become step early in conducting and can be made by information for the development of fishery effort hereinafter.
ikan yang ada diperairan tersebut tanpa
PENDAHULUAN umum
memikirkan kesinambungan populasi ikan
meliputi sungai, danau, rawa, saluran irigasi
itu. Tiap tahun dihasilkan kira-kira 300.000
teknis dan waduk yang memiliki luas
ton ikan dari sungai-sungai besar, rawa, dan
141.690 hektar (Anonymous, 1994 dalam
danau-danau di Sumatera dan Kalimantan.
Cahyono, 2001). Dengan luasnya perairan
Sungai sebagai sumber daya air selain dapat
umum
dimanfaatkan airnya, juga berfungsi secara
Di
Indonesia,
tersebut,
perairan
masyarakat
dapat
memanfaatkan sumber daya alam yang ada,
alamiah
sebagai
tempat
hidup
dan
guna memenuhi kebutuhan hidupnya baik
pengembangbiakan biota air termasuk ikan.
dibidang sandang, pangan maupun papan.
Dibangunnya bangunan-bangunan diatas air
Untuk memenuhi kebutuhan akan
pada sungai sangat mempengaruhi kondisi
protein hewani masyarakat khususnya di
habitat ikan. Kondisi habitat ikan dapat
daerah
mereka
mengalami perubahan ke arah yang kurang
memanfaatkannya dengan mengekploitasi
menguntungkan bagi ikan untuk berkembang
perairan
umum,
1
biak yang selanjutnya akan menyebabkan
dan berat ikan catua dan kualitas air di
kekurangan populasi ikan bahkan dapat
perairan umum tersebut.
menyebabkan hilangnya beberapa jenis ikan akibat
terputusnya
siklus
kehidupannya
METODE PENELITIAN Metode Penelitian
(Kamulyan dan Darmanto, 2006).
Adapun
Dengan adanya kegiatan ekploitasi ikan yang terus menerus oleh masyarakat yang bermukim disekitar perairan umum ini, menyebabkan
populasi
ikan
yang
ada
diperairan umum sudah berkurang. Saat ini ikan-ikan air tawar di sungai-sungai sudah berkurang. Oleh karena itu, diperlukan suatu
digunakan
waduk, danau, rawa, salah satunya adalah ikan Catua yang sudah jarang terlihat populasinya yang ada dialiran sungai kecil di Nagari Batu Payuang. Ikan Catua merupakan
deras. Subsrat berbatu-batu dan merupakan ikan yang dikonsumsi oleh masyarakat Nagari Batu Payuang Kecamatan Lareh Sago Halaban Kabupaten Lima Puluh Kota. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
perairan
umum
Nagari
Batu
Payuang
Kecamatan Lareh Sago Halaban Kabupaten Lima Puluh Kota serta mengetahui hubungan dan panjang berat ikan Catua (puntius). Sedangkan manfaat dari penelitian ini untuk menambah informasi tentang jenis Ikan Catua (Puntius) serta hubungan panjang
ini
adalah
masyarakat Nagari Batu Payuang Kecamatan Lareh Sago Halaban Kabupaten Lima Puluh Kota. Bahan
yang
digunakan
dalam
penelitian ini adalah 75 ekor Ikan Catua (Puntius lateristriga) dengan satu jenis dan pengambilam sampel ikan dilakukan di lima stasiun. Setiap stasiun ditangkap sebanyak 15 ekor untuk dijadikan sampel. Dalam
penelitian
alat-alat
yang
digunakan adalah Bak fiber ukuran 50 x 30 x 30
cm3,
Aerator
Thermometer
untuk
mengukur suhu air, pH meter, Timbangan (Ohous), Pancing untuk menangkap ikan, Pisau bedah, Penggaris, Tissue, Alat tulis dan stop watch. Data yang diperoleh dari hasil survey
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui jenis ikan Catua (puntius) pada
penelitian
yang
lapangan dan wawancara langsung dengan
salah satu jenis ikan air tawar yang hidup pada sungai, sungai kecil yang airnya tidak
dalam
penelitian
metode deskriptif berdasarkan observasi
usaha untuk mencegah kepunahan jenis ikan air tawar yang hidup didaerah aliran sungai,
metode
lapangan, diolah dengan metode statistik korelasi (sederhana) data primer didapat dari hasil pengamatan langsung dari lapangan. Sedangkan data sekunder diperoleh dari literatur yang mendukung kegiatan dalam studi ini. Perhitungannya dapat dilihat dari tabel
dibawah
ini
berdasarkan
stasiun.
Melihat jenis ikan Catua yang ditangkap 2
diperairann umum atau sungaai mengacuu
warna kuning k yang melintang dari d punggunng
kepada Kottelat K et al, (1993) dan Saanin n
ke bagiaan linea laterralis.
(1984). H Hubungan
panjang
total
inni
digunakaan Regresi Geometrik G R Rousefell dann Everhart dalam Efffendie (19997), dengann rumus sebbagai berikuut : W = a Lb Keteranggan : W
ubuh ikan (grram) = Berat tu
L
= Panjangg total ikan (cm).
Gam mbar 1. Foto sampel ik kan Catua
nta regresi geometrik. g A dan b = Konstan
Hubunggan Panjang dan Berat Ikan Catu ua diperairran umum Nagari N Batu u Payuang.
HASIL DAN D PEMB BAHASAN
Stasiun I Ikaan Catua yaang didapat dari 5 stasiuun
kasi Ikan Caatua Identifik
penelitiaan di perairan umum Nagari Baatu
Haasil pengam matan di lappangan padaa lima stasiun pada lok kasi penelitiian diperolehh hanya
s saru
spesiees
ikan
C Catua,
yangg
termasukk kedalam puntius p laterristriga yangg di lihat pada p gambarr. Sirip pungggung terdirri dari 1 jarri-jari keras bergerigi dan 8 jari-jarri lemah beercabang perrmulaan siriip bertepatann dengan permulaan sirip perutt, perlipatann hidung mendatar m daan membunngkus tulangg rahang attas serta meenutupi dasaar bibir atass, mulut dim muka dapat disembulkan d n, sirip dubuur dengan 1 jari-jari lemah l bercaabang, mataa h sungutt, tidak berkkelopak, meempunyai 4 helai batang ekor e terendah dikelilinngi oleh 122 sisik, padda badan terrdapat dua belang b hitam m yang meelintang dim muka dan satu belangg hitam dann satu belanng hitam yanng membujuur dibelakanng, diantaraa warna hittam terdapaat
Payuangg Kecamataan Lareh Sago S Halabaan masing-masing diam mbil secara acak a sebanyaak 15 ekorr per stasiuun. Dari ke lima stasiuun diperoleeh rata-rata ppanjang tubuuh ikan Catuua 9,1– 10,,3 mm, dan bobot tubuhh 7,00 – 277,2 gr H Hasil analisaa hubungan bobot tubuuh dengan panjang p totaal ikan Catuaa pada stasiuun I perairran umum Nagari Batu B Payuanng Kecamaatan Lareh Saago Halabann berikut ini:: W = a Lb W = 5,499 L 0,23 D Dari hasil ujji analisis korelasi k yanng dilakukaan didapat nnilai koefisieen regresi (bb) persamaaan dengan panjang dengan d berrat tubuh ikkan catua (0,23), (n =15). Seperrti terlihat dari gambbar 2 dapaat dinyatakaan bahwa pola p pertum mbuhan ikan Catua adalaah 3
alometrik negatif yaitu pertambahan panjang
seperti 3. Menurut Efendi (1978) apabila
lebih cepat dari pertambahan bobot tubuh. (b
koefisien regresi (b) < 3 maka pertumbuhan
< 3) seperti terlihat pada gambar 2 berikut :
ikan disebut alometrik negatif, dimana
Menurut Efendi (1978) apabila koefisien
pertumbuhan
regresi (b) < 3 maka pertumbuhan ikan
pertambahan bobot ikan.
disebut
alometrik
pertumbuhan
negatif,
panjang
lebih
dimana cepat
dari
pertambahan bobot ikan. 14 12 10 8 6 4 2 0
X
14 12 10 8 6 4 2 0
Series1
10
20
lebih
cepat
dari
X
Y
Y 0
10
20
30
Gambar 3. Grafik Hubungan Panjang dengan Bobot Tubuh Ikan Catua stasiun 2
Y 0
panjang
30
Gambar 2. Grafik Hubungan Panjang dengan Bobot Tubuh Ikan Catua di Stasiun 1
Stasiun III
Stasiun II
Pada stasiun 3 perairan umum Nagari
Pada stasiun II perairan umum Nagari
Batu Payuang Kecamatan Lareh Sago Halaban
Sago
Kabupaten Lima Puluh Kota berdasarkan hasil
Halaban hasil analisis hubungan berat tubuh
analisis hubungan bobot tubuh dengan panjang
Batu
Payuang
dengan
Kecamatan
panjang
memperlihatkan
total
Lareh
ikan
persamaan
Catua
geometrik
total ikan Catua
diperoleh seperti persamaan
dibawah ini: W=aLb
dengan persamaan sebagai berikut :
= 4,27 L 0,63
W=aLb W = 0,30 L0,60
Dari hasil uji analisis korelasi ikan Catua
korelasi
didapat koefisien regresi (b) persamaan panjang
dilakukan didapat nilai koefisien regresi (b)
dengan berat tubuh ikan Catua (0,63) n=15. Pola
Dari
hasil
uji
analisis
persaman panjang dengan berat tubuh ikan (0,60), n=15. Pola pertumbuhan ikan Catua adalah alometrik positif dimana pertumbuhan panjang
ikan
Catua
lebih
pertumbuhan bobot ikan Catua
cepat
dari
(b < 3)
pertumbuhan ikan Catua juga memperlihatkan alometrik negatif dimana pertumbuhan berat badan lebih cepat dari pada pertumbuhan panjang yang menyatakan bahwa nilai b < 3. Menurut Efendi (1978) apabila koefisien regresi (b) < 3 maka
pertumbuhan
ikan
disebut
alometrik
4
negatif. Hal ini dapat dilihat berdasarkan 11
perhitungan yang telah dilakukan dilapangan yaitu dimana pertumbuhan berat badan lebih
10,5
cepat dari pada pertumbuhan panjang. Dapat di
10
lihat gambar 4 dibawah ini.
9,5
Y
9
X
11
X
Y 0
5
10
15
10,5 10
Gambar 5.
Y
9,5 9 0
5
Y 15
10
Grafik Hubungan Panjang dengan Bobot Tubuh Ikan Catua Stasiun 4
Stasiun V Pada stasiun 5 perairan umum Nagari
Gambar 4. Grafik Hubungan Panjang dengan Bobot Tubuh Ikan Catua Pada stasiun 3
Batu Payuang Kecamatan Lareh Sago Halaban dari hasil analisis hubungan bobot tubuh dengan panjang
ikan
Catua
memperlihatkan
persamaan geometrik sperti berikut :
Stasiun IV
W=aLb
Pada stasiun 4 perairan umum Nagari
W = 407,38 L 2,61
Batu Payuang Kecamatan Lareh Sago Halaban dari hasil analisis hubungan bobot tubuh dengan panjang
total
total
ikan
Catua
memperlihatkan
persamaan geometrik:
Dari hasil uji analisis yang dilakukan didapat nilai koefisien regresi (b) persamaan panjang dengan berat tubuh ikan Catua (2,61) n =
W=aLb
15. Seperti terlihat pada gambar dapat dinyatakan
W = 5,49 L0,74
bahwa pertumbuhan ikan Catua adalah alometrik
Dari hasil uji analisis korelasi yang
negatif dimana pertumbuhan panjang lebih cepat
dilakukan didapat nilai koefisien regresi (b)
dari bobot tubuh Ikan Catua. Menurut Efendi
persamaan dengan panjang dengan berat tubuh
(1978) apabila koefisien regresi (b) < 3 maka
ikan Catua (0,74), (n =15). Seperti terlihat dari
pertumbuhan ikan disebut berpola alometrik
gambar
pola
negatif yaitu pertumbuhan panjang lebih cepat
pertumbuhan ikan Catua adalah alometrik negatif
dari bobot tubuh ikan seperti gambar 6 berikut
yaitu pertumbuhan panjang lebih cepat dari
ini.
5
dapat
dinyatakan
bahwa
pertumbuhan bobot tubuh. (b < 3) seperti terlihat pada gambar 5 berikut : Menurut Efendi (1978) apabila
koefisien
regresi
(b)
<
3
maka
pertumbuhan ikan disebut alometrik negatif yaitu pertumbuhan panjang lebih cepat dibanding pertumbuhan berat badan ikan.
5
yang optimal antaraa 18°C – 25°C. Sedangkaan X
man, dkk (20002), menyattakan suhu air a Khairum berpeng garuh terhaddap aktivitaas di dalaam tubuh ik kan, suhu yaang baik unttuk kehidupaan ikan berrkisar antara 15°C – 20°C C. H Hasil pengaamatan dilaapangan ratta-
Y
rata kuaat arus diseetiap stasiunn di perairaan Gambar 6. 6 Grafik Hubungan n Panjangg dengan Bobot B Tubuh h Ikan Catuaa stasiun 5
Substratt tempat Hid dup
umum Nagari Baatu Payuangg Kecamataan ntara 1 m/0,662 Lareh Sago Halabann berkisar an detik – 1 m/0,72 deetik. Kuat aruus sangat errat kaitannyya dengan kkandungan oksigen o dalaam
Melihat beentuk dan jenis j subtraat
perairann. Menurut P Pribadi dkk,, (2002), aruus
ikan
catuaa
yang deeras akan m menghanyuttkan kotorann-
perairann
kotoran yang ada pada peraiiran sehinggga
berpasir dan kerikil kecil. Ikann catua jugaa
tidak teerjadi penuumpukkan kotoran k yanng
tidak dappat hidup yanng di air yanng keruh atauu
diakibattkan
air kotorr seperti ikaan lainnya, karena ikann
bersamaa air dan lim mbah rumah h tangga yanng
Catua ini mudah matii dengan adaanya bakteri.
dapat merusak m peraiiran.
Suhu dan n Kuat aruss
n, Kedalam man Perairan, pH Air, kecerahan
habitat
dikategorrikan,
catuaa hid dup
hidup.
Ikan
didasaar
Meenurut data yang didappat dari hasiil
oleh
kotoran
y yang
hanyyut
dan Sub bstrat
penelitiann Kuat arus di ukur dengan caraa membuatt batas panjjang aliran sungai lebihh
P Pengamatan di lapangann setiap lokaasi
kurang di ukur sepannjang 5 meteer, kemudiann
dari 5 stasiun pennelitian pH air disajikaan
diambil potongan p gabbus dengan ukuran u 3x3
pada tabbel berikut.
cm, gabuus ini dilepaaskan dari hulu h 5 meteer
Tabel 2.. Rata-rata pH Air Pada Setiaap Stasiun Peengamatan
yang kem mudian di hiitung berapaa lama gabus hanyut pada p rentang g 5 meter alliran air dann dicatat air a terpakai. Dengan memakai m alaat stop watcch. Dari haasil perhitunngan terdapaat kecepatan n arus. Brrotowidjoyo,
dkk,
(1995)),
Lokasi
Rata-rata ppH Air pada setiap stasiuun 1 2 3 6,0 6,00 7,0
B Berdasarkan n
hasil
4 7,0
5 7,0
pengamataan
menyatakkan bahwa suhu air untu uk kehidupann
dilapanggan ternyata pH air berkiisar antara 6,0 6
ikan air tawar t berkisar antara 15 5°C – 27,5°C C
- 7,0, pH p ini mennunjukan baahwa kondiisi 6
kehidupan
fitoplankton. Selain itu jumlah fitoplankton
organism air yang ada di dalamnya. Wardoyo
pada perairan umum tersebut biasanya sudah
(1981) menyatakan bahwa pH yang cocok
berada pada tingkat cukup yang memadai
dan sangat mendukung kehidupan ikan
untuk kehidupan biota perairan.
perairan
cukup
baik
untuk
berkisar antara 5,0 – 9,0. Untuk pertumbuhan
Pada setiap lokasi pengamatan dari 5
ikan nila yang normal diperlukan pH antara
stasiun yang diamati ternyata kedalaman
5,0 – 11,0.
perairan tempat ikan Catua di jumpai selalu akan
hidup pada kedalaman mulai dari kedalaman
mempengaruhi kemampuan daya ikat air
30 cm sampai pada kedalaman satu meter
terhadap
dengan aliran air yang sedang serta berpasir
Tingkat
kekeruhan
oksigen.
Semakin
keruh
air,
semakin sulit ikan untuk bernapas karena
dan
kekurangan oksigen. Selain itu, insang akan
lateristriga) dijumpai menyebar mulai dari
tertutup oleh partikel-partikel lumpur, batas
pinggir air sampai dengan tengah air,
pandang ikan terhadap air berkurang. Dan
penyebaran ini hamper merata hal ini
napsu makan juga berkurang. Berdasarkan
ditandai
hasil pengamatan di lapangan pada 5 stasiun
perstasiundi
lokasi penelitian pada perairan Umum Nagari
pengamatan dilapangan jumlah ikan yang
Batu
Sago
ditangkap setiap stasiun 15 ekor. Dari hasil
Halaban Kabupaten Lima Puluh Kota kondisi
penangkapan di lapangan bila dilihat dari
airnya memperlihatkan tingkat kecerahan
jumlah ikan yang tertangkap di setiap stasiun
yang sangat baik untuk kehidupan ikan Catua
masing-masing sudah mulai teracam punah
(Puntius lateristriga) dan umumnya air
keberadaannya. Hal ini diakibatkan oleh
jernih, kecuali saat turun hujan tingkat
adanya
kecerahan air sangat terganggu sehingga air
(overfishing) ditambah lagi penangkapan
berwarna keruh sampai warna kuning, namun
ikan
hal ini tidak berlangsung lama dan datangnya
disamping itu belum adanya kesadaran
hanya pada saat turun hujan lebat. Tingkat
masyarakat Nagari Batu Payuang Kecamatan
kecerahan perairan juga sangat erat kaitannya
Lareh Sago Halaban Kabupaten Limapuluh
dengan penyinaran cahaya matahari, semakin
Kota dalam pelestarian ikan Catua ini,
dalam cahaya matahari menembus air,
sehingga terhindar dari kepunahan.
Payuang
Kecamatan
Lareh
semakin baik untuk kehidupan ikan karena cahaya
matahari
akan
membantu
berkerikil.
Ikan
dengan lokasi
jumlah
(puntius
tangkapan
pengamatan.
penangkapan
dengan
Catua
secara
Pada
berlebihan
menggunakan
sentrum,
Untuk mempertahankan kelestarian jenis ikan Catua ini diperlukan suatu langkah
perkembangan micro organisme yang hidup
pengendalian
dalam perairan terutama dari golongan
hidupnya
terhadap atau
habitat
tempat
melakukan
usaha 7
pembudidayaan
sehingga
dapat
dipertahankan kelestariannya. Substrat
perairan
pada
setiap
pengamatanpun sama pada aliran yang sedang dan berkerikil serta berpasir.
DAFTAR PUSTAKA Anonymous, 1985. Paket Budidaya. Dirjen Departemen Pertanian Sukabumi . 30 Halaman.
Teknologi Perikanan (BBAT).
Amri, M. 2006. Potensi dan Penyebaran Ikan Mungkuih di Perairan Umum Kodya Padang Sumatera Barat. Karya Ilmiah Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta Padang. Beckman, W.C. 1962. The Freshwater Fishes of Syria and Their General Biology and Management. FAO Fish Biol.Tech. BPS Kabupaten 50 Kota. 2007. Lima Puluh Kota Dalam Angka 2007 Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) dengan Badan Pusat Statistik Kabupaten 50 Kota. Bye. V. J. 1984. The Rule of Environmental Factors in The Timing of Reproduction Cycle. Pp: 187-204. In G.W. Poots and R.J Wooton (eds) Fish Reproduction Strategies and Takties. Academic Press, London. Djuanda, 1980. Kehidupan Dalam Setetes Air dan Beberapa Parasit dalam Manusia. ITB. Bandung. , 1981. Dunia Ikan. Armico, bandung. Effendie, M.I. 1979. Metoda Biologi Perikanan. Catakan Pertama. Yayasan Dwi Sri, Bogor.
, 1987. Metodologi Biologi Perikanan. Yayasan Agromedia. Bogor. , 1989. Iktiologi. Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor, Bogor. , M.I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta. Goldman, C.R. and A.J. Horne. 1983. Limnogy. Mc Graw Hill Book Company, New York- TorontoTokyo. Gusrina. 2007. Budidaya Ikan. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta. Hariyadi, S. 1983. Studi Makanan Alami Ikan-ikan Mujair, Nila, Lele, Gabus dan Mas di Situ Ciburur. Kabupaten Bandung. Karya Ilmiah Fakultas Perikanan IPB, Bogor. IUCN. 2004. 2004 IUCN Red List of Threated Animals. IUCN, Gland and Cambridge. Jablonski, D. 1986. Mass Extinction. New Answer New Question. Chicago. Juniwati. 2004. Pengaruh Lma Pemberian Pakan Yang Mengandung Hormon 17-a Methyl Testoteron Terhadap Perubahan Kelamin Jantan dan Kelangsungan Hidup Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Karya Ilmiah Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta, Padang. Kamulyan, B dan Darmanto. 2006. Application of Hydraulic Structure for Fish Habitat Conservation. Available at: http://www.fishbase. org/Summary/ Species Summary. php?id=22506 8
Koesbiono. 1997. Dasar-dasar Ekologi Umum (Ekologi Perairan) Penelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Institut Pertanian Bogor. Kottelat, M. A. J Whitten, S.N. Kartikasari dan S.Wirjoatmodjo. 1993 Fresh Water Fish of Western Indonesia and Sulawesi. Periplus Editions Limid – Ministry of State for Population and Environment, Republic of Indonesia Legler, K.F, J.E. Bardach and R.R. Miller. 1977. Ichthyology. John Wiley and Sons, New York. Mamangkey, Jack J. 2006. Ekologi Ikan Butini (glossogobius matanensis) di danau Matano Daerah Malili Sulawesi Selatan. Availabble at : http:tumoutou.net/pps702-9145/ jackmamangkey.pdf. Mahida, N. U., 1986. Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri, Alih Bahasa : Ticoalu, G.A, CV. Rajawali, Jakarta. Michael, P. 1984. Ecological Method for Field and Laboratory Investigation. Tata Mc. Graw-Hill Publishing Company United, New Delhi. Mudjiman, P. 1984. Makanan Ikan. PT Penebar Swadaya – Anggota IKAPI, Jakarta. Nakamura, S. 1998. Fish Passage and Intream Flow. Dept. of Arch and Civil Engineering, Toyohashi University of technology- Japan. Needham, J. Cr. and P.R. Needham. 1964. A Guide to The Study of Fresh Water Biology. Holden Day Inc, New York. Nelson, Y. S. 1984. Fish of The World. Jhon Wiley and Sons, Inc, USA & Toppan Company, Ltd, Japan
Nikolsky, G.V.1963. The Ecology of Fishes. Academic Press, New York. Odum, E. P. 1971. Fundamentals of Ecology. 3 rd. Ed: W.B. Sounders Co, Philadelphia. Pennak, R. W. 1978. Fresh Water Invertebrates of The Limid State, Second Edition. A Willey Interscience Publ. John Wiley and Sons, Toronto. Prescot, G. W. 1970. The Freswater Algae. WMC, Brown Company Publisher. Quigley, M. 1980. Invertebrata of Stream and Rivers, A Key to Identification. Edward Arnold, Northampton. Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan . Jilid I dan II. Bina Cipta. Bandung. Sachlan, 1980. Planktonologi. Penerbit Corespondence Cource Centre. ,. 1974. Plantonologi Corespondence Cource Centre Cipta Bandung. Saroji, K. K. 1985. Biology and Fisheries of The Grey Mullets of Bengal II Biology of Mugil cunnesius Valenciennes. Indian J.Fish, Saudagar, F. 2003. Potensi budaya Melayu Jambi dalam pengelolaan sumberdaya perikanan. Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jambi. Tahun Anggaran 2003. 64 halaman Satria, H. 2001. Potensi reproduksi ikan hampala (Hampala macrolepidota) di waduk Saguling Jawa Barat. Penelitian Perikanan Darat, 10 – 18. Soeseno, S. 1997. Dasar-dasar Perikanan Umum. C.V. Yasaguna. Jakarta.
9
Suin, N. M dan Syafinah, R. 2006. Ekologi Bahan Ajar Labotarium. C. V Trianda Anugrah Pratama. Padang. Susanto, Heru. 2009. Kolam Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta. Sumantadinata, K. 1983. Perkembang biakan ikan-ikan peliharaan di Indonesia, 132 Halaman. Syandri, H. 2003. Beberapa Tipe Reproduksi dan Pola Pemilahan ikan. Paper Mata Kuliah Fisiologi Reproduksi Lanjutan. Program Pasca Sarjana IPB Bogor. Syandri, H. 2004. Bioekologi dan Reproduksi Ikan Uni Press. Pekanbaru. Syandri, H. Yuneidi. B dan Mas Eriza, 2008. Implantasi horman LHRH dan penambahan vitamin E dalam pakan buatan untuk meningkatkan kualitas telur Ikan Kerandang (Chana pleurothalmus Blkr). Jurnal Sikmatek , 1 (2) : 1-10.
Weber, M.., and L.F.D de Beaufort. 1913. The fishes on the Indonesia Autralian Archipelago : Malacopterigii, Myctophoidea Ostariophysi; Siluroidea. Vol.II. E. J. Brill. Ltd Eerbeek, Holand Yani, A. 1994. Pola reproduksi Ikan Betutu, Barbichtys laevia, C.V (Cyprinidae, Ostariophysi) di Sungai Indragiri, Riau. Program Pasca Sarjana, IPB. Bogor. Yulidar. 1989. Analisis Isi Lambung Ikan Hias yang Terdapat di Sungai Kampar Riau. Karya Ilmiah Fakultas Perikanan Universitas Bung Hatta, Padang. Zudiana. 1991. Analisis Isi Lambung Ikan Hias yang terdapt di Sungai Kampar Riau. Karya Ilmiah Fakultas Perikanan Universitas Bung Hatta, Padang.
Watanabe, T. 1988. Fish Nutrition and Mariculture. Japan International Cooperation Agency.
10