351
Beberapa aspek biologi reproduksi ikan kerapu raja sunu (Bejo Slamet)
BEBERAPA ASPEK BIOLOGI REPRODUKSI IKAN KERAPU RAJA SUNU (Plectropoma laevis) Bejo Slamet, Ketut Suwirya, Apri I. Supii, dan Irwan Setyadi Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Jl. Br. Gondol Kecamatan Gerokgak Kabupaten Buleleng, Kotak Pos 140 Singaraja, Bali 81101 E-mail :
[email protected]
ABSTRAK Ikan kerapu raja sunu (Plectropoma laevis) merupakan salah satu jenis ikan kerapu yang bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia. Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui beberapa aspek biologi reproduksi yang terdiri atas hubungan panjang bobot badan, indeks somatik gonad, dan diameter oositnya. Sampel ikan kerapu raja sunu yang didapat diukur panjang dan bobotnya kemudian diambil gonadnya melalui pembedahan dan ditimbang untuk menghitung indeks somatik gonadnya. Sampel oosit diambil dan diperiksa di bawah mikroskop untuk mengetahui jenis kelamin serta diameter oositnya untuk mengetahui tingkat kematangan gonadnya. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa ukuran minimal kedewasaan ikan kerapu raja sunu adalah ukuran panjang total 56,7 cm atau bobot badan 2.350 g untuk betina serta panjang total 76 cm atau bobot badan 6.500 g untuk jantan.
KATA KUNCI:
kerapu raja sunu, Plectropoma laevis, aspek biologi reproduksi
PENDAHULUAN Ikan kerapu raja sunu (Plectropoma laevis) merupakan salah satu jenis komoditas ekspor yang bernilai ekonomis tinggi dalam kondisi hidup di pasar Asia seperti Singapura, Hongkong, Taiwan, dan Cina. Ikan ini sebagai ikan konsumsi dengan harga cukup mahal di mana harga di tingkat pengumpul di kota-kota besar seperti Denpasar, Surabaya, dan Jakarta dapat mencapai Rp 200.000,/kg. Namun kondisi stok di alam sudah langka karena penangkapan yang berlebih. Kendala utama dalam usaha budidayanya adalah benih yang masih berasal dari alam dan jumlahnya sangat sedikit serta tergantung musim. Dalam rangka diversifikasi usaha budidaya dan pemulihan stok ikan kerapu ini di alam, perlu diusahakan kemungkinan pembenihannya, sehingga kebutuhan benih dapat dipenuhi secara kontinu. Beberapa jenis ikan kerapu telah diamati aspek-aspek biologi reproduksinya dan sudah berhasil dipijahkan di bak-bak terkontrol antara lain ikan kerapu macan, Epinephelus fuscoguttatus (Muchari et al., 1991; Mayunar et al., 1991), kerapu bebek, Cromileptes altivelis (Tridjoko et al., 1996), kerapu sunu, Plectropoma aerolatus (Diani et al., 1992; Slamet & Diani, 1994; Slamet & Rukmana, 1995; Slamet & Tridjoko, 1999), kerapu batik, E. microdon (Slamet & Tridjoko, 1997). Penelitian aspek biologi yang berhubungan dengan minimum kedewasaan beberapa jenis ikan laut telah dilakukan antara lain pada ikan kakap merah, Lutjanus sanguinis (Basyari & Tanaka, 1986), Ikan beronang, Siganus spp. (Danakusumah, 1986), ikan hias bayeman, Chaerodon anchorago, & kakatua, Scarus bowersi & S. gobban (Slamet & Rukmana, 1991), ikan hias injel, Pomacanthus annularis (Slamet et al., 1995). Pengamatan aspek biologi reproduksi mengenai ukuran minimum kedewasaan beberapa jenis ikan kerapu di indonesia telah dilakukan, antara lain pada ikan kerapu macan, Epinephelus fuscoguttatus (Slamet & Mayunar, 1994), ikan kerapu bebek, Cromileptes altivelis, kerapu lumpur E. coioides, kerapu batik E. microdon, dan kerapu karet E. ongus (Slamet et al., 2004), Kerapu pasir, E. corallicola (Slamet et al., 2007). Sebagai langkah awal rintisan pembenihannya, perlu dilakukan pengamatan beberapa aspek biologi reproduksinya yang terdiri atas hubungan panjang bobot badan, indeks somatik gonad, dan diameter oositnya. METODOLOGI RISET Sampel ikan kerapu raja sunu dikumpulkan dari hasil tangkapan nelayan di sekitar Sumatera, Jawa, Sulawesi, Kalimantan, Maluku atau Irian. Sampel yang didapat dilakukan pengukuran panjang total dan bobot badannya kemudian dilakukan pembedahan untuk mengambil gonadnya. Gonad
352
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2010
hasil pembedahan ditimbang bobotnya kemudian diambil contoh isi gonadnya serta diperiksa di bawah mikroskop untuk membedakan jenis kelaminnya dan diameter telur dalam gonad (oosit). Dari data bobot gonad dapat digunakan untuk menghitung indeks somatik gonadnya dengan rumus Effendi (1979) sebagai berikut: ISG = BG/BB x 100% di mana ISG = indeks somatik gonad, BG = bobot gonad, dan BB = bobot badan. Untuk gonad ikan betina dilakukan pengambilan contoh oosit di 4 (empat) tempat yaitu pangkal dan ujung kedua cabang gonadnya. Sampel oosit diukur diameternya di bawah mikroskop yang dilengkapi dengan mikrometer. Untuk mengetahui gambaran penampang melintang gonad dibuat preparat irisan menggunakan mikrotom. HASIL DAN BAHASAN Hasil pengamatan panjang total, bobot badan, bobot gonad, indeks somatik gonad (GSI), diameter oosit, dan jenis kelamin sampel ikan kerapu raja sunu secara rinci disajikan pada Tabel 1; hubungan panjang total dengan bobot badan disajikan pada Gambar 1, hubungan panjang total dengan bobot gonad disajikan pada Gambar 2; hubungan bobot badan dengan bobot gonad disajikan pada Gambar 3; hubungan panjang total dengan indeks somatik gonad (GSI) disajikan pada Gambar 4; hubungan bobot badan dengan indeks somatik gonad (GSI) disajikan pada Gambar 5; hubungan
Gambar 1. Hubungan panjang total dengan bobot badan ikan raja sunu (Plectropoma laevis)
Bobot Gonad (Gram)
120.000 100.000 80.000 60.000 40.000 20.000 0
20
40
60
80
100
Panjang Total (Cm)
Gambar 2. Hubungan panjang total dengan bobot gonad ikan kerapu raja sunu (Plectropoma laevis)
353
Beberapa aspek biologi reproduksi ikan kerapu raja sunu (Bejo Slamet) Tabel 1. Data panjang total, bobot badan, bobot gonad, indeks somatik gonad (GSI), diameter oosit, dan jenis kelamin ikan raja sunu (Plectropoma laevis) Panjang total (cm)
Bobot badan (g)
Bobot gonad (g)
GSI (%)
70,0 69,0 65,0 63,0 78,0 83,0 55,0 50,0 49,0 45,0 43,0 36,0 38,0 59,0 40,0 35,5 56,7 42,1 46,0 58,5 48,1 68,1 46,5 35,0 28,0 46,0 37,0 39,0 29,0 76,0 68,0 65,0 65,0 63,0 62,0 61,0 59,0 57,0 56,9 56,8
6200 5900 4500 4200 8100 11000 2700 2100 1900 1400 1000 600 600 3100 820 500 2350 900 1200 2550 1300 3000 980 400 250 1000 600 500 300 6500 5500 5500 5300 5000 5000 5000 4000 3500 3500 2500
35,60 41,50 32,50 28,90 76,40 104,50 3,50 2,80 1,80 1,30 0,80 0,40 0,35 27,0 1,45 0,60 4,65 0,58 1,74 7,33 1,78 9,75 1,08 0,12 0,04 0,19 0,17 0,15 0,06 53,80 40,70 37,90 37,60 32,50 29,10 28,10 22,40 13,20 15,10 11,30
0,57 0,70 0,72 0,68 0,94 0,95 0,12 0,13 0,10 0,09 0,08 0,07 0,06 0,87 0,18 0,01 0,20 0,06 0,15 0,28 0,14 0,33 0,02 0,03 0,01 0,02 0,03 0,03 0,04 0,92 0,74 0,69 0,71 0,65 0,58 0,56 0,56 0,52 0,46 0,35
Jenis Diameter oosit (μm) kelamin 450 400 350 350 150 160 155 100 100 30 30 500 100 50 250 100 160 250 150 350 100 90 40 90 80 85 70 460 450 430 410 380 360 350 300 300 280
Betina Betina Betina Betina Jantan Jantan Betina Betina Betina Betina Betina Betina Betina Betina Betina Betina Betina Betina Betina Betina Betina Betina Betina Betina Betina Betina Betina Betina Betina Jantan Betina Betina Betina Betina Betina Betina Betina Betina Betina Betina
panjang total dengan diameter oosit disajikan pada Gambar 6; hubungan bobot badan dengan diameter oosit disajikan pada Gambar 7; sedangkan preparat irisan gonad dapat dilihat pada Gambar 8. Sampel ikan raja sunu yang didapatkan berjumlah 40 ekor terdiri atas 37 ekor berjenis kelamin betina dan 3 ekor jantan. Panjang total dan bobot terendah yang didapat adalah 28 cm dan 250 g.
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2010
Gambar 3. Hubungan bobot badan dengan bobot gonad ikan kerapu raja sunu (Plectropoma laevis)
Gambar 4. Hubungan panjang total dengan indeks somatik gonad (GSI) ikan kerapu raja sunu (Plectropoma laevis)
Gambar 5. Hubungan bobot badan dengan indeks somatik gonad (GSI) ikan kerapu raja sunu (Plectropoma laevis)
354
355
Beberapa aspek biologi reproduksi ikan kerapu raja sunu (Bejo Slamet)
Diameter Oocyt (mikron)
600 500 400 300 200 100 0 0
20
40
60
80
100
Panjang Total (Cm)
Gambar 6. Grafik hubungan panjang total dengan diameter oosit ikan raja sunu (Plectropoma laevis)
Gambar 7. Hubungan bobot badan dengan diameter oosit ikan kerapu raja sunu (Plectropoma laevis)
a. Diameter < 100 µm
b. Diameter 100—150 µm
c. Diameter 150—200 µm
d. Diameter > 200 µm
Gambar 8. Irisan histologi gonad ikan raja sunu (Plectropoma laevis) Ikan pada ukuran ini gonadnya belum mulai berkembang, sedangkan mulai ukuran panjang total 40 cm (bobot 820 g) gonadnya sudah mulai berkembang dan dapat dilihat jenis kelaminnya, tetapi memiliki tingkat kematangan gonad yang masih rendah, yaitu diameter oosit sekitar 100 µm. Ikan kerapu raja sunu gonadnya sudah berkembang dan matang mulai ukuran panjang total 56,7 cm atau bobot 2.350 g dengan indeks somatik gonad 0,2 dan diameter oosit 250 µm. Ukuran tertinggi ikan kerapu raja sunu yang didapat yaitu dengan panjang total 83 cm dan bobot 11 Kg. Ikan ini memiliki
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2010
356
bobot gonad yang cukup besar, yaitu 104,5 g yang berjenis kelamin jantan (Tabel 1; Gambar 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan 8). Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa sampel ikan yang didapat pada ukuran panjang total 28—70 cm atau bobot 250—6.200 g berjenis kelamin betina dan ukuran panjang total 76—83 cm atau bobot 6.500—11.000 g berjenis kelamin jantan. Hasil pengamatan Slamet et al. (2004) bahwa ikan kerapu bebek, macan, lumpur, batik, dan macan bersifat protogynous hermaprodit di mana betina dewasa dapat berubah menjadi jantan; ukuran minimal kedewasaan pada ikan kerapu bebek, kerapu macan, kerapu lumpur, kerapu batik, dan kerapu karet, pada induk betina adalah berturut-turut dengan ukuran panjang total dan bobot badan 42 cm (1,0 kg); 51 cm (2,1 kg); 55 cm (4,0 kg); 38 cm (1,5 kg); dan 26 cm (0,3 kg); sedangkan pada jantan adalah berturut-turut 48 cm (1,8 kg); 60 cm (7,0 kg); 72 cm (10,0 kg); 42 kg (2,0 kg); dan 35 cm (0,8 kg). Pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa semakin panjang ikan yang didapat maka semakin tinggi pula bobot ikan kerapu raja sunu. Demikian juga hasil pengamatan perbandingan bobot ikan dengan bobot gonad (Gambar 2) menunjukkan secara garis besar semakin bobot ikan menunjukkan semakin tinggi pula bobot gonadnya, walau ada beberapa ekor ikan menunjukkan hasil yang berbeda di mana ada ikan yang memiliki bobot yang cukup tinggi tetapi memiliki bobot gonad yang lebih kecil. Kematangan gonad ikan kerapu raja sunu menunjukkan bahwa tidak semuanya ikan yang berukuran besar memiliki bobot gonad yang tinggi (Gambar 3). Dari pengamatan didapat bahwa ikan kerapu raja sunu memiliki kematangan gonad yang bervariasi. Kematangan gonad terendah yaitu ikan dengan bobot 250 g dengan indeks somatik gonad 0,04%. Sedangkan indeks somatik gonad tertinggi pada ikan dengan bobot 11.000 g yang mencapai indeks somatik gonad 0,95%. Hasil pengamatan didapatkan bahwa ikan raja sunu sampai ukuran panjang total 70 cm dan bobot 6.200 g masih berjenis kelamin betina; sedangkan pada ukuran panjang total lebih 76 cm atau bobot di atas 6.500 g berjenis kelamin jantan. Menurut Kuiter (1992), bahwa ikan kerapu raja sunu yang pernah dijumpai di laut mencapai ukuran 1 m. Beberapa hasil penelitian menyebutkan bahwa ikan kerapu bersifat protogynous hermaprodit, di mana ikan betina dewasa akan mengalami perubahan kelamin menjadi jantan; misalnya pada E. tauvina interseks terjadi pada panjang total (TL) 66—72 cm dan testis mulai berkembang pada TL 74 cm atau bobot 11 kg (Chen et al., 1977; Tan & Tan, 1974); pada E. morio interseks terjadi pada TL 71,5 cm, sedangkan pada E. guaza pada TL 89 cm (Tseng & Ho, 1988). Menurut Shapiro (1987), kematangan induk kerapu betina dapat dilihat secara mikroskopis dan makroskopis di mana induk betina matang gonad pada E. tauvina mulai dijumpai pada panjang total 412—500 mm, E. guaza pada bobot badan 5 kg. Diduga ukuran induk jantan pada ikan raja sunu lebih besar dibanding dengan kerapu sunu jenis lain, di mana pada ikan kerapu sunu bintik kasar (E. maculatus) mulai peralihan ke jantan (inter seks) pada ukuran panjang total 44 cm (Tseng & Ho, 1988) dan jantan dijumpai mulai pada ukuran bobot 2,5 kg (Slamet & Rukmana, 1995). KESIMPULAN DAN SARAN Didapatkan sebanyak 40 ekor sampel ikan kerapu raja sunu yang terdiri atas 37 ekor berjenis kelamin betina pada ukuran panjang 28—70 cm dan bobot 250—6.200 g dan 3 ekor berjenis kelamin jantan pada ukuran panjang 76—83 cm dan bobot 6.500—11.000 g. ♦ Tingkat kematangan gonad ikan dengan indeks somatik gonad berkisar 0,04%—0,95%. ♦ Untuk pembenihan ikan raja sunu, kiranya perlu mengumpulkan induk yang bervariasi ukurannya, di mana untuk mendapatkan induk betina diperlukan ukuran panjang total lebih dari 56 cm atau bobot lebih dari 2.350 g, sedangkan jantan pada panjang total lebih dari 76 cm atau bobot lebih dari 6.500 g. ♦
DAFTAR ACUAN Basyari, A. & Tanaka, H. 1986. Some biological study on snaper, Lutjanus sanguinis in Banten Bay. Scientific Report of Mariculture Research and Development Project (ATA-192) in Indonesia, JICA, hlm. 28—37. Chen., F.Y., Chow, M., Chao, T.M., & Lim, R. 1977. Artificial spawning and larval rearing of the grouper, Epinephelus tauvina (Forskal) in Singapore. Singapore J. Pri. Ind., 5(1): 1—21.
357
Beberapa aspek biologi reproduksi ikan kerapu raja sunu (Bejo Slamet)
Danakusumah, E. 1986. Beberapa aspek biologi ikan beronang (Siganus spp.). Scientific Report of Mariculture and Development Project (ATA-192) in Indonesia, JICA, hlm. 82—91. Diani, S., Slamet, B., & Imanto, P.T. 1992. Pemijahan dan pemeliharaan larva kerapu sunu, Plectropoma maculatus. J. Pen. Budidaya Pantai, 8(4). Effendi, M.I. 1979. Metoda Biologi Perikanan. Cetakan pertama. Penerbit Yayasan Dewi Sri. Bogor, 112 hlm. Kuiter, R.H. 1992. Tropical reef-fishes of the western Pacific Indonesia and adjacent waters. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 314 hlm. Mayunar, Imanto, P.T., Diani, S., & Yokokawa, T. 1991. Pemijahan ikan kerapu macan, Epinephelus fuscoguttatus. Bull. Pen. Perik., 2: 15—22. Muchari, Supriatna, A., Purba, R., Ahmad, T., & Kohno, H. 1991. Pemeliharaan larva kerapu macan, Epinephelus fuscoguttatus. Bull. Pen. Perik., 2: 43—52. Shapiro, P.Y. 1987. Reproduction in grouper In Polovina, J.J. & Ralston, R. (Eds.), Tropical Snaper and Grouper Biology and Fishes management, Westview Press/Boulder and London, 295—327. Slamet, B. & Rukmana, T. 1991. Pengamatan pendahuluan beberapa aspek biologi pada ikan hias bayeman Chaerodon anchorago dan ikan kakatua, Scarus bowersi dan Scarus gobban, dari Kepulauan Seribu. Prosiding Seminar Nasional Biologi X, Bogor, hlm. 6. Slamet, B. & Mayunar. 1994. Pengamatan pada musim pemijahan ikan kerapu macan, Epinephelus fuscoguttatus. Prosiding Seminar Nasional Bioteknologi Pertanian, Malang, 27—28 Juni 1994, hlm. 11. Slamet, B. & Diani, S. 1994. Manipulasi lingkungan untuk produksi telur kerapu sunu, Plectropoma spp. pada bak terkontrol. Prosiding Seminar Nasional Bioteknologi Pertanian, Malang, 27—28 Juni 1994. Slamet, B., Mayunar, & Purba, R. 1995. Pengamatan beberapa aspek biologi ikan hias injel, Pomacanthus annularis. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Sub Balai Penelitian Perikanan Pantai, Cilegon, hlm. 68— 73. Slamet, B. & Rukmana, T. 1995. Study pendahuluan beberapa aspek pemijahan, perkembangan embrio dan awal larva ikan kerapu sunu bintang kecil, Plectropoma leopardus. Prosiding Seminar Nasional Biologi XIV, dan Kongres Nasional Biologi XI, 1: 193—199. Slamet, B. & Tridjoko. 1997. Pengamatan pemijahan alami, perkembangan embrio dan larva ikan kerapu batik (Epinephelus microdon) dalam bak terkontrol. J. Pen. Perik. Indonesia, 3(4): 40—50. Slamet, B. & Tridjoko. 1999. Pematangan dan pemijahan induk kerapu sunu, Plectropoma leopardus dan kerapu batik, Epinephelus microdon dalam rangka usaha pemuliaannya. Prosiding Simposium Perhimpunan Ilmu Pemuliaan Indonesia (PERIPI) Komisariat Daerah Jawa Timur, 1999. Slamet, B., Tridjoko, Giri, N.A.A., Prijono, A., & Setiadharma, T. 2004. Pengamatan ukuran kedewasaan pada ikan kerapu bebek, Cromileptes altivelis, kerapu macan, Epinephelus fuscoguttatus, kerapu lumpur, E. coioides, kerapu batik, E. microdon, dan kerapu karet, E. ongus. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Pertanian, Perikanan dan Kelautan, 25 September 2004, hlm. 235—239. Slamet, B., Apri, I.S., Ketut S., & Irwan, S. 2007. Aspek bilologi reproduksi, pematangan dan pemijahan induk serta pemeliharaan larva ikan kerapu pasir (Epinephelus corallicola) secara massal. Laporan Teknis Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol Tahun 2007. Tan, S.M. & Tan, K.S. 1974. Biology of tropical grouper, Epinephelus tauvina (Forskal). A. Preliminary study on hermaproditism in E. tauvina. Singapore J. Pri. Ind., 2(2): 123—133. Tridjoko, Slamet, B., Makatutu, D., & Sugama, K. 1996. Pengamatan pemijahan dan perkembangan telurikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis) pada bak secara terkontrol. J. Pen. Perik. Indonesia, II(2): 55—62. Tseng & Ho, S.K. 1988. The Biology and Culture of Red Grouper. Chien Cheng Publisher Koahsiung, ROC. Hongkong, 134 pp.