BAB II KAJIAN TEORI
A. Ikan Mas Ikan Mas termasuk famili Cyprinidae yang mempunyai ciri-ciri umum, badan ikan Mas berbentuk memanjang dan sedikit pipih ke samping (Compressed) dan mulutnya terletak di ujung tengah (terminal), dan dapat disembulkan, bagian mulut dihiasi dua pasang sungut, yang kadang-kadang satu pasang diantaranya kurang sempurna dengan warna badan yang sangat beragam (Anonim, 2008:1).
Gambar 1. Ikan Mas (Susanto, 2007:14)
8
Ikan Mas dapat diklasifikasikan secara taksonomi sebagai berikut: Filum : Chordata Kelas : Pisces Ordo : Ostariophysi Famili : Cyprinidae Genus : Cyprinus Species : Cyprinus carpio, L. (Susanto, 2007:14) Di kalangan petani maupun masyarakat, ikan Mas telah lama dikenal dan disukai (dikonsumsi), sehingga pemasarannya tidaklah sulit. Selain itu sebagai ikan budidaya, ikan Mas memiliki keunggulan, yaitu dapat dikembangbiakkan hanya dengan perbaikan lingkungan atau manipulasi lingkungan dan kawin suntik (hipofisasi). Makanan bagi ikan Mas juga tidak sulit, karena ia mau menyantap segala jenis makanan alami maupun buatan (pelet), termasuk jagung atau jenis padi-padian. Ikan Mas termasuk jenis ikan omnivora. Tubuh ikan Mas dibagi (3) tiga bagian, yaitu kepala, badan, dan ekor. Pada kepala terdapat alat-alat, seperti sepasang mata, sepasang cekung hidung yang tidak berhubungan dengan rongga mulut, celah-celah insang, sepasang tutup insang, alat pendengar dan keseimbangan yang tampak dari luar. Jaringan tulang atau tulang rawan yang disebut jari-jari. Sirip-sirip ikan ada yang berpasangan dan ada yang tunggal, sirip yang tunggal merupakan anggota gerak yang bebas (Santoso, 1993: 12-13). Saluran pencernaan ikan Mas berupa segmen-segmen, meliputi mulut, rongga mulut, faring, esofagus, pilorus, usus, rektum dan anus. Ikan Mas dapat
9
memakan plankton maupun invertebrata kecil. Atas dasar inilah maka dapat dikatakan bahwa ikan Mas merupakan ikan omnivora yang cenderung herbivora. Keadaan usus yang sangat panjang pada ikan herbivora merupakan kompensasi terhadap kondisi makanan yang memiliki kadar serat yang tinggi sehingga memerlukan pencernaan lebih lama. Hal ini dapat dibuktikan melalui pengamatan pada organ dalam ikan Mas yang tidak ditemukan adanya lambung tetapi bagian depan usus halus terlihat membesar yang lebih dikenal dengan istilah “lambung palsu”. Ikan Mas memilki panjang usus yang melebihi panjang tubuh ikan. Pada pengukuran yang telah dilakukan diketahui bahwa tubuh ikan Mas memiliki panjang baku 19 cm sedangkan panjang ususnya mencapai 50 cm atau hampir tiga kali lipat dari panjang tubuhnya. Usus yang panjang tersebut bertujuan untuk mendapatkan hasil hidrolisis makromolekul makanan secara maksimal (Santoso, 1993:14). Ikan Mas dapat tumbuh normal, jika lokasi pemeliharaan berada pada ketinggian antara 150-1000 m di atas permukaan laut, dengan suhu 20oC-25oC dan pH air antara 7-8. Di antara jenis ikan Mas itu sendiri, jika diamati lebih lanjut, ada perbedaan dari segi sisik, bentuk badan, sirip mata dan perbedaan ini menunjukkan adanya perbedaan ras pada jenis ikan air tawar (Suseno, 2000:21).
10
1. Sejarah Perkembangan Ikan Mas di Indonesia Menurut Suseno (2000:21), ikan Mas di Indonesia berasal dari daratan Eropa dan Tiongkok yang kemudian berkembang menjadi ikan budidaya yang sangat penting. Ikan Mas awalnya berasal dari Tiongkok Selatan. Disebutkan, budi daya ikan Mas diketahui sudah berkembang di daerah Galuh (Ciamis) Jawa Barat pada pertengahan abad ke-19. Masyarakat setempat sudah menggunakan kakaban untuk pelekatan telur ikan Mas yang terbuat dari ijuk pada tahun 1860, sehingga budi daya ikan Mas kolam di daerah Galuh disimpulkan sudah berkembang berpuluh-puluh tahun sebelumnya. Penyebaran ikan Mas di daerah Jawa lainnya, terjadi pada permulaan abad ke-20, terutama sesudah terbentuk Jawatan Perikanan Darat dari “Kementrian Pertanian” (Kemakmuran) saat itu. Dari Jawa, ikan Mas kemudian dikembangkan ke Bukittinggi (Sumatera Barat) tahun 1892. Berikutnya dikembangkan di Tondano (Minahasa, Sulawesi Utara) tahun 1895, daerah Bali Selatan (Tabanan) tahun 1903, Ende (Flores, NTT) tahun 1932 dan Sulawesi Selatan tahun 1935. Pada tahun 1927 atas permintaan Jawatan Perikanan Darat saat itu juga mendatangkan jenis-jenis ikan Mas dari Negeri Belanda, yakni jenis Galisia (Mas Gajah) dan kemudian tahun 1930 didatangkan lagi Mas jenis Frankisia (Mas Kaca) (Rudianti dan Ekasari, 2009: 39 – 47) Menurut Suseno (2000:23), kedua jenis ikan Mas tersebut sangat digemari oleh petani karena rasa dagingnya lebih sedap, padat, durinya
11
sedikit dan pertumbuhannya lebih cepat dibandingkan ras-ras lokal yang sudah berkembang di Indonesia sebelumnya. Pada tahun 1974, seperti yang dikemukakan Suseno (2000:23), Indonesia mengimpor ikan Mas strain Taiwan, strain Jerman dan ras fancy carp masing-masing dari Taiwan, Jerman dan Jepang. Sekitar tahun 1977 Indonesia mengimpor ikan Mas strain Yamato dan strain Koi dari Jepang. Strain-strain ikan Mas yang diimpor
tersebut
dalam
perkembangannya
ternyata
sulit
dijaga
kemurniannya karena berbaur dengan strain-strain ikan Mas yang sudah ada di Indonesia sebelumnya sehingga terjadi persilangan dan membentuk strain-strain baru. 2. Syarat dan Kebiasaan Hidup Ikan Mas Ikan Mas menyukai tempat hidup (habitat) di perairan tawar yang airnya tidak terlalu dalam dan alirannya tidak terlalu deras, seperti di pinggiran sungai atau danau. Ikan Mas dapat hidup baik di daerah dengan ketinggian 150–600 meter di atas permukaan air laut (dpl) dan pada suhu 25-30° C. Meskipun tergolong ikan air tawar, ikan Mas terkadang ditemukan di perairan payau atau muara sungai yang bersalinitas (kadar garam) 25-30% (Suseno, 2000:24). Ikan Mas tergolong jenis omnivora, yakni organisme yang dapat memangsa berbagai jenis makanan, baik yang berasal dari tumbuhan maupun binatang renik. Namun, makanan utamanya adalah tumbuhan dan binatang yang terdapat di dasar dan tepi perairan (Suseno, 2000:24).
12
3. Perkembangbiakan Ikan Mas Siklus hidup ikan Mas dimulai dari perkembangan di dalam gonad (ovarium pada ikan betina yang menghasilkan telur dan testis pada ikan jantan yang menghasilkan sperma). Sebenarnya, pemijahan ikan Mas dapat terjadi sepanjang tahun dan tidak tergantung pada musim. Namun, di habitat aslinya, ikan Mas sering memijah pada awal musim hujan, karena adanya rangsangan dari aroma tanah kering yang tergenang air. Secara alami, pemijahan terjadi pada tengah malam sampai akhir fajar. Menjelang memijah, induk-induk ikan Mas aktif mencari tempat yang rimbun, seperti tanaman air atau rerumputan yang menutupi permukaan air. Substrat inilah yang nantinya akan digunakan sebagai tempat menempel telur sekaligus membantu perangsangan ketika terjadi pemijahan (Suseno, 2000:24). Sifat telur ikan Mas adalah menempel pada substrat. Telur ikan Mas berbentuk bulat, berwarna bening, berdiameter 1,5-1,8 mm, dan berbobot 0,17-0,20 mg. Ukuran telur bervariasi, tergantung dari umur dan ukuran atau bobot induk. Embrio akan tumbuh di dalam telur yang telah dibuahi oleh spermatozoa (Susanto, 2007:23). Antara 2-3 hari kemudian, telur-telur akan menetas dan tumbuh menjadi larva. Larva ikan Mas mempunyai kantong kuning telur yang berukuran relatif besar sebagai cadangan makanan bagi larva. Kantong kuning telur tersebut akan habis dalam waktu 2-4 hari. Larva ikan Mas bersifat menempel dan bergerak vertikal. Ukuran larva antara 0,50,6 mm
13
dan bobotnya antara 18-20 mg. Larva berubah menjadi kebul (larva stadia akhir) dalam waktu 4-5 hari. Pada stadia kebul ini, ikan Mas memerlukan pasokan makanan dari luar untuk menunjang kehidupannya. Pakan alami kebul terutama berasal dari zooplankton, seperti rotifera, moina, dan daphnia. Kebutuhan pakan alami untuk kebul dalam satu hari sekitar 6070% dari bobotnya (Susanto, 2007:23). Setelah 2-3 minggu, kebul tumbuh menjadi burayak yang berukuran 1-3 cm dan bobotnya 0,1-0,5 gram. Antara 2-3 minggu kemudian, burayak tumbuh menjadi putihan (benih yang siap untuk didederkan) yang berukuran 3-5 cm dan bobotnya 0,5-2,5 gram. Putihan tersebut akan tumbuh terus. Setelah tiga bulan berubah menjadi gelondongan yang bobot per ekornya sekitar 100 gram. Gelondongan akan tumbuh terus menjadi induk. Setelah enam bulan dipelihara, bobot induk ikan jantan bisa mencapai 500 gram. Sementara itu, induk betinanya bisa mencapai bobot 1,5 kg setelah berumur 15 bulan. Induk-induk ikan Mas tersebut mempunyai kebiasaan mengadukaduk dasar
perairan
atau
dasar
kolam untuk
mencari
makanan
(Susanto, 2007:24). Perkembangan budidaya ikan Mas mengalami kemajuan yang sangat pesat. Dapat dikatakan ikan Mas mempunyai tingkat pembudidayaan yang hampir semprna. Tidak ada ikan jenis lainnya yang mempunyai data-data yang selengkap ikan Mas (Cyprinus carpio, L) ini. Mulai dari jumlah telur yang dihasilkan dari tiap kilogram induk sampai dengan pemijahan buatan
14
dengan menggunakan rangsangan kelenjar hipofisa semuanya sudah dilakukan penelitian terhadap ikan ini (Susanto, 1987:119). Perkembangan pembudidayaan ikan Mas ini dapat dilihat dari banyaknya strain atau varietas ikan Mas. Tiap daerah mempunyai strain yang khas, yang berbeda dengan daerah lainnya dan tentu saja disesuaikan dengan kondisi lingkungan masyarakatnya (Susanto, 1987:119). 4. Varietas atau Strain Ikan Mas Saat ini, banyak sekali jenis ikan Mas yang beredar di kalangan petani, baik jenis yang berkualitas tidak tinggi hingga jenis unggul. Setiap daerah memiliki jenis ikan Mas favorit, misalnya di Jawa Barat, ikan Mas yang paling digemari adalah jenis ikan Mas Majalaya. Di daerah lain, jenis ini belum tentu disukai, begitu juga sebaliknya. Perbedaan tersebut biasanya dipengaruhi oleh selera masyarakat dan kebiasaan para petani yang membudidayakannya secara turun-temurun. Jenis-jenis ikan Mas secara umum dapat digolongkan menjadi dua kelompok, yakni ikan Mas konsumsi dan ikan Mas hias. Jenis ikan Mas konsumsi adalah jenis-jenis ikan Mas yang dikonsumsi atau dimakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan gizi yang berasal dari hewan. Sementara itu, jenis ikan Mas hias umumnya digunakan untuk memenuhi kepuasan batin atau untuk hiasan (pajangan) dan dipelihara di kolam-kolam taman atau akuarium (Susanto, 1987:120).
15
Ikan Mas konsumsi antara lain : 1. Ikan Mas Punten. Warna sisik hijau gelap, mata menonjol, gerakan lamban dan jinak punggung lebar dan tinggi, ikan ini mempunyai panjang dan relatif pendek di bandingkan ikan mas lainya. 2. Ikan Mas Sinyonya. Warna sisik kuning muda, badan relatif panjang, mata tidak begitu menonjol dan normal pada usia yang masih muda, sedang yang sudah tua sipit, yang masih muda gerakannya lambat dan suka berkumpul pada permukaan air, perbandingan panjang dan terhadap tinggi badan antara 3,66:1. 3. Ikan Mas Majalaya. Warna sisik hijau keabu-abuan, dengan tepi sisik lebih gelap kearah punggung badan relatif pendek, punggung tinggi (membungkuk) dengan perbandingan panjang dan tinggi badan 3,20:1 dan gerakan jinak. 4. Ikan Mas Lokal. Ikan Mas ini sebenarnya belum bisa digolongkan sebagai salah satu ras atau jenis ikan Mas. Meskipun demikian, ikan ini justru paling banyak ditemukan di lapangan dan paling banyak dikenal oleh petani ikan dewasa ini. 5. Ikan Mas Merah. Ciri khas dari ikan Mas ini adalah sisiknya yang berwarna merah keemasan. Gerakannya aktif, tidak jinak, dan paling suka mengaduk-aduk dasar kolam. Bentuk badannya relatif memanjang. Dibandingkan dengan ras Sinyonya, posisi punggungnya relatif lebih rendah dan tidak lancip. Matanya agak menonjol.
16
Ikan Mas Hias antara lain : 1. Man Mas Kumpay. Ciri yang menonjol dari ikan Mas Kumpay adalah semua siripnya panjang dan berumbai sehingga tampak indah ketika sedang bergerak. Warna sisiknya sangat bervariasi, ada yang putih, kuning, merah, dan hijau gelap. Bentuk badannya memanjang seperti ikan Mas Sinyonya. Pertumbuhannya tergolong lambat. Kadang-kadang, ikan Mas ini juga dimanfaatkan sebagai ikan konsumsi. 2. Ikan Mas Kancra Domas. Bentuk tubuhnya memanjang. Gerakannya mirip ikan Mas Taiwan, yakni selalu aktif dan kurang jinak. Sisiknya berukuran kecil dan susunannya tidak beraturan. Warna sisiknya bervariasi, ada yang biru, cokelat, atau hijau. Sisik punggungnya berwarna gelap. Semakin ke arah perut, warnanya semakin terang keperakan atau keemasan. 3. Ikan Mas Kaca. Ciri khas ikan ini adalah sebagian tubuhnya tidak tertutup sisik. Bagian yang tidak tertutup sisik sepintas tampak bening, mirip kaca. Di sepanjang gurat sisi (linea lateralis) dan di sekitar pangkal siripnya terdapat sisik berwarna putih mengilap. Sisik tersebut berukuran besar dan tidak seragam. 4. Ikan Mas Fancy (Mas Koi). Memiliki warna beraneka ragam, gerakan lamban dan jinak, badan relatif pendek dan tinggi. Ikan ini merupakan ikan pemakan organisme hewan kecil atau renik ataupun tumbuhtumbuhan (omnivore). Kolam yang dibangun dari tanah banyak
17
mengandung pakan alami, ikan ini mengaduk lumpur, memangsa larva insekta, cacing-cacing moluska (Santoso, 1993:15). Djajasewata (1985:22) menyatakan, jenis makan dan tambahan yang biasa diberikan pada ikan Mas adalah bungkil kelapa atau bungkil kacang, sisa rumah pemotongan hewan, sampah rumah tangga dan lain-lain, sedangkan untuk makanan buatan biasanya diberikan berupa crumble dan pelet. B. Pertumbuhan 1. Pertumbuhan Ikan Dalam istilah sederhana, pertumbuhan dapat dirumuskan sebagai pertambahan panjang atau berat dalam suatu waktu, sedangkan pertumbuhan bagi populasi sebagai pertambahan jumlah. Akan tetapi bila dilihat lebih lanjut, sebenarnya pertumbuhan itu merupakan proses biologis yang komplek dimana banyak faktor yang mempengaruhinya. Pertumbuhan dalam individu ialah pertambahan jaringan akibat dari pembelahan sel secara mitosis. Hal ini terjadi apabila ada kelebihan input energi dan asam amino (protein) berasal dari makanan. Seperti telah diketahui bahan berasal dari makanan akan digunakan oleh tubuh untuk metabolisme dasar, pergerakan, produksi organ seksual, perawatan bagian-bagian tubuh atau mengganti sel-sel yang sudah tidak terpakai. Bahan-bahan tidak berguna akan dikeluarkan dari tubuh. Apabila terdapat bahan berlebih dari keperluan tersebut di atas akan dibuat sel baru sebagai penambah unit atau pengganti sel dari bagian tubuh. Secara keseluruhan hasilnya itu merupakan perubahan ukuran (Effendie, 1997:92).
18
Dari segi pertumbuhan, kelompok sel-sel suatu jaringan dalam bagian tubuh dapat digolongkan menjadi: baian yang dapat diperbaharui, bagian yang dapat berkembang, dan bagian yang statis. Pada bagian tubuh yang dapat diperbahaui mempunyai sel-sel dengan daya membelah secara mitosis sangat cepat. Walaupun organisme sudah tua, daya membelah sel-sel pada bagian tubuh yang dapat diperbaharui masih sama sehingga jumlah sel yang diganti sama dengan jumlah sel yang dibentuk. Urat daging dan tulang pada ikan merupakan bagian terbesar dari tubuhnya. Pertambahan sel-sel pada jaringan tersebut bertanggung jawab terhadap pertambahan massa ikan (Effendie, 1997: 92). 2. Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Seperti telah dikemukakan, bahwa pertumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor ini dapat digolongkan menjadi dua bagian besar, yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor-faktor ini ada yang dapat dikontrol ada yang tidak. Faktor dalam umumnya adalah faktor yang sukar dikontrol, diantaranya ialah keturunan, jenis kelamin, umur, parasit dan penyakit. Dalam suatu kultur, faktor keturunan mungkin dapat dapat dikontrol dengan mengadakan seleksi untuk mencari ikan yang baik pertumbuhannya. Tetapi di alam, tidak ada kontrol yang dapat diterapkan, begitu pula dengan jenis kelamin juga tidak dapat dikontrol. Penyakit dan parasit juga mempengaruhi pertumbuhan terutama jika yang diserang adalah alat pencernaan makanan atau organ vital lainnya, sehingga
19
efisiensi berkurang akibat kekurangan makanan yang berguna untuk petumbuhan (Effendie, 1997: 92). Faktror luar utama yang mempengaruhi pertumbuhan ialah makanan dan suhu perairan. Di daerah tropik, makanan merupakan faktor yang lebih penting dari suhu perairan. Bila keadaan faktor-faktor lain normal, ikan dengan makanan berlebih akan tumbuh lebih pesat. Untuk ikan satu keturunan yang sukses dari satu pemijahan, pertama-tama memerlukan makanan yang berukuran sama. Anak ikan yang lemah dan tidak berhasil mendapatkan makanan akan mati sedangkan yang kuat terus mencari makan dan pertumbuhannya baik. Terlalu banyak individu dalam perairan yang tidak sebanding dengan keadaan makanan akan menetukan pertumbuhan. Oleh karena itu, dalam satu keturunan akan didapatkan ukuran bervariasi (Effendie, 1997: 93). C. Sistem Percernaan Ikan 1. Pencernaan Ikan Pencernaan merupakan proses pemecahan senyawa kompleks menjadi senyawa yang lebih kecil, yaitu hidrolisa protein menjadi asam amino atau polipeptida sederhana dan karbohidrat menjadi gula sederhana serta dari lipid menjadi gliserol dan asam lemak. Proses pemecahan senyawa tersebut menghasilkan energi yang penting bagi kebutuhan sel, jaringan, organ dan makhluk hidup. Proses pencernaan pakan melibatkan beberapa komponen, yaitu: bahan yang dicerna (pakan); struktur alat/saluran pencernaan (usus) sebagai tempat pencernaan dan penyerapan
20
nutrien; dan cairan digestif (enzim: protease, lipase dan amilase) yang disekresikan oleh kelenjar pencernaan (hati dan pankreas) serta dinding usus. Kinerja proses pencernaan dan penyerapan pakan inilah yang mempengaruhi ketersediaan nutrien dan energi untuk metabolisme sehingga berpengaruh bagi pertumbuhan (Isnaeni, 2006:146). 2. Kelenjar Pencernaan Ikan Mas Kelenjar pencernaan pada ikan Mas terdiri dari hati dan pankreas. Hati merupakan organ penting yang mensekresikan bahan untuk proses pencernaan. Organ ini merupakan suatu kelenjar yang kompak, berwarna merah kecoklatan. Posisi hati terletak pada rongga bawah tubuh, di belakang jantung dan di sekitar usus depan. Pada bagian sekitar hati terdapat organ berbentuk kantung bulat kecil, oval atau memanjang dan berwarna hijau kebiru-biruan, yang disebut kantung empedu yang berfungsi untuk menampung cairan empedu. Organ hati tersusun oleh selsel hati (hepatosit) dan di antara sel-sel tersebut banyak dijumpai kapilerkapiler darah dengan limpe sinusoid (Isnaeni, 2006:147). Pankreas merupakan organ yang mensekresikan bahan (enzim) dan bikarbonat yang berperan dalam proses pencernaan. Secara anatomihistologis, pankreas ada yang berbentuk kompak dan ada yang menyebar (diffus) diantara sel hati (hepatopankreas). Letak pankreas berdekatan dengan usus depan. Secara sitologis, pankreas memiliki 2 tipe sel yaitu sel eksokrin dan endokrin. Hasil utama dari pankreas eksokrin yaitu berupa enzim penceraan yaitu enzim protease, amilase, khitinase, lipase. Pankreas
21
endokrin (pulau-pulau langerhans) merupakan kelompok sel yang ada diantara sel eksokrin. Oleh karena sel-sel tersebut merupakan penghasil hormon yang posisinya selalu berhubungan dengan kapiler darah (Isnaeni, 2006:156). 3. Enzim Pencernaan Ikan Enzim merupakan katalisator biologis yang dihasilkan makhluk hidup untuk membantu proses biokima. Winarno (1991: 61), enzim yang banyak berperan dalam hidrolisis karbohidrat yaitu amilase seperti yang ditunjukkan ikan Mas. Pada ikan herbivora, aktivitas enzim amilase lebih tinggi daripada enzim protease dan lipase. Keberadaan enzim dalam makanan akan meningkatkan daya cerna ikan terhadap bahan makanan. Menurut Winarno (1991:67), enzim berperan dalam mengubah laju reaksi sehingga kecepatan reaksi yang diperlihatkan dapat dijadikan ukuran keaktifan enzim. Beberapa peneliti mendapatkan enzim amilase, maltase dan sakrase pada ekstrak hati, pankreas, oesofagus, dan usus ikan Mas. Amilase ditemukan pada seluruh jenis ikan dan pada ikan air tawar ditemukan di sepanjang saluran pencernaan walaupun aktivitasnya berkurang pada usus bagian belakang. Pakan dicerna secara optimal dengan bantuan enzim dalam pakan dan saluran penceraan ikan sehingga energi yang dihasilkan dapat digunakan untuk memacu pertumbuhan ikan.
22
D. Pakan
Pada umumnya pengertian pakan (feed) digunakan untuk hewan, sedangkan pengertian pangan (food) digunakan untuk manusia. Berkaitan dengan pakan, maka dihadapkan pada masalah-masalah kualitatif, kuantitatif, kontinuitas dan keseimbangan zat pakan yang terkandung di dalamnya. Bahan pakan adalah segala sesuatu yang dapat diberikan kepada hewan ternak (baik berupa bahan organik maupun anorganik) yang sebagian atau seluruhnya dapat dicerna tanpa mengganggu kesehatannya. Zat pakan adalah bagian dari bahan pakan yang dapat dicerna, dapat diserap dan bermanfaat bagi tubuh (ada 6 macam zat pakan: air, mineral, karbohidrat, lemak, protein dan vitamin). Seperti halnya hewan lain, ikan pun membutuhkan zat gizi tertentu
untuk
kehidupannya,
yaitu
untuk
menghasilkan
tenaga,
menggantikan sel-sel yang rusak dan untuk tumbuh (Djajasewata, 1985:51).
Gambar 2. Pelet (Anonim, 2011:3).
23
Pakan yang dimakan ikan berasal alam (disebut pakan alami) dan dari buatan manusia (disebut pakan buatan). Dalam praktiknya, pakan alami sudah terdapat secara alami dalam perairan kolam tempat pemeliharan ikan. Pakan alami sangat bagus diberikan pada ikan yang masih dalam stadia benih, terutama saat benih ikan berumur 3-15 hari. Sedangkan pakan buatan diramu dari beberapa bahan baku yang memiliki kandungan nutrisi spesifik. Bahan baku diolah secara sederhana atau diolah di pabrik secara masal dan menghasilkan pakan buatan berbentuk pelet, tepung, remah atau crumble dan pasta. Tujuan utama dari tambak ikan adalah untuk memperoleh hasil produksi yang setinggi-tingginya. Untuk mencapai sasaran tersebut diperlukan beberapa sarana, salah satu diantaranya adalah dengan pemberian pakan buatan. Pakan buatan adalah pakan yang sengaja dibuat oleh manusia, baik berupa satu bahan ataupun dari beberapa macam bahan nabati, hewani ataupun hasil sampingan industri pengolahan hasil-hasil pertanian, untuk diberikan pada ikan yang dipelihara. Untuk budidaya ikan maupun udang secara intensif, dengan padat penebaran atau sebaran tinggi, pemberian pakan buatan menjadi suatu hal yang harus diperhatikan, mengingat pakan alami yang tersedia sudah tidak mampu lagi untuk mendukung kebutuhan ikan dalam proses pertumbuhannya (Djajasewata, 1985:53). Menurut Djajasewata (1985:54), tujuan pemberian pakan buatan adalah untuk mencukupi zat makanan atau unsur gizi yang penting bagi pemeliharaan tubuh dan pertumbuhan, sehingga pada akhirnya dapat
24
meningkatkan produksi. Lebih lanjut dikatakan, bahwa usaha pemberian pakan buatan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain pengetahuan gizi, pengenalan bahan, komposisi makanan buatan, teknik pembuatan dan penyiapannya. Kebutuhan gizi atau zat makanan bagi ikan dan seperti halnya udang, meliputi protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. Bagi ikan Mas atau Karper, kini banyak digunakan makanan tambahan yang berupa pellet, dimana makanan tambahan ini merupakan ramuan/racikan dari bahan makanan tambahan yang mengandung protein, baik nabati maupun hewani dan dicetak hingga bebentuk pelet. Istilah pelet ini digunakan untuk menyebut bentuk yang tidak merupakan butiran, bukan pula tepung namun bentuknya silinder (Untantoro, 1991: 22). Untuk menyusun pellet tersebut, mula-mula harus menyusun resepnya terlebih dahulu, dengan melihat kadar protein yang diinginkan. Untuk ikan Mas atau Karper, kebutuhan optimal akan protein adalah berkisar 3-40%, dengan demikian, untuk ikan Mas yang dibudidayakan di bak beton/air deras, kandungan protein yang harus disajikan paling tidak adalah 25%. Oleh karena itu, untuk menyusun, sebelumnya kita harus paham tentang kandungan protein di setiap bahan makanan tambahan (Untantoro, 1991: 22). 1. Besaran Ransum Ransum harian adalah sejumlah pakan yang diberikan setiap hari yang dihitung dengan presentase dari bobot tubuh ikan. Oleh karena bobot tubuh ikan mengalami pertambahan setiap hari, maka jumlah
25
pakan yang diberikan tentu bertambah walaupun besaran ransumnya tetap. Akan tetapi, dalam praktiknya perubahan penyesuaian jumlah pakan harian dilakukan selang satu minggu atau satu bulan (Jangkaru, 1999: 46). Perkiraan berat total populasi ikan dalam sebuah kolam dilakukan dengan cara menimbang beberapa sampel untuk memperoleh bobot individu rata-rata kemudian dikalikan dengan jumlah ikan dalam satu kolam setelah dikurangi dengan ikan yang mati selama selang waktu tertentu. Ransun harian pakan buatan 1,5-2,5% bobot ikan. Nilai tersebut semakin berkurang sebanding dengan pertumbuhan atau umur ikan. Dengan demikian, semakin besar bobot ikan, maka semakin kecil ransum hariannya (Jangkaru, 1999: 46). 2. Penyusuan Formula Ransun Ikan Protein merupakan zat makanan yang mudah diabsorbsi oleh tubuh. Kebutuhan protein dan asam amino esensial bagi tubuh ditentukan oleh keseimbangan nitrogen (jumlah nitrogen masuk sama dengan jumlah nitrogen keluar). Padahal, keseimbangan nitrogen dipengaruhi oleh tinggi rendahnya tingkat konsumsi energi. Apabila kandungan energi dalam pakan kurang, untuk dapat memenuhi kebutuhan energi metabolisme dan pemeliharaan tubuh, maka nitrogen yang diserap tubuh akan berkurang. Hal ini terjadi karena banyak asam amino yang mengalami deaminasi dan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan energi yang kurang tersebut (Buwono, 2000:31).
26
Namun sebaliknya, bila kandungan energi dalam pakan melebihi jumlah energi yang dibuthkan, maka keseimbangan nitrogen menjadi tidak normal. Hal ini akhirnya akan menyebabkan kesimbangan antara protein dan energi menjadi labil. Proporsi asam amino yang relatif paling stabil dan menyebabkan keseimbangan nitrogen menjadi normal, adalah pola susunan asam amino esensial yang terdapat dalam telur. Pola susunan dan proporsi asam amino dalam telur ini, dipakai sebagai pola referensi dalam penentuan kebutuhan asam amino esensial bagi hewan (Buwono, 2000:31) Tabel 1. Komposisi Asam-asam Amino Esensial Telur No.
Asam-asam Amino Esensial
% Dalam Protein Telur
1.
Arginin
6,4
2.
Histidin
2,1
3.
Lisin
7,2
4.
Triptofan
1,5
5.
Fenil alanin (+Tirosin)
10,8
6.
Metionin (+Sistein)
6,5
7.
Treonon
4,9
8.
Leusin
9,2
9.
Isoleusin
8,0
10.
Valin
7,3
Sumber: Jauhari (Buwono, 2000:32)
27
E. Protein Protein merupakan salah satu kelompok bahan makronutrien. Tidak seperti bahan makronutrien lain, (lemak dan karbohidrat), protein ini berperan lebih penting dalam pembentukan biomolekul daripada sebagai sumber energi. Namun demikian, apabila organisme sedang kekurangan energi, maka protein ini terpaksa dapat juga dipakai sebagai sumber energi. Kandungan protein ratarata 4 kilogram/gram atau setara dengan kandungan energi karbohidrat (Sudarmadji, et. al. 1996: 119 ). Protein dalam bahan makanan sangat penting dalam proses kehidupan organisme yang heterotrof seperti hewan dan manusia. Protein alamiah mulamula dibentuk dari unit asam-asam amino yang dirakit sama oleh organisme autotrof (tumbuh-tumbuhan dan mikroorganisme tertentu) dari unsur-unsur anorganik C, H, O, N dan S yang ada dalam tanah atau udara (Sudarmadji, et. al. 1996: 135). Pada organisme yang sedang tumbuh, protein sangat penting dalam pembentukan sel-sel baru. Oleh sebab itu, apabila organisme kekurangan protein dalam bahan makanannya maka organisme tersebut akan mengalami hambatan pertumbuhan ataupun dalam proses biokimiawinya. Pentingnya protein dalam jaringan hewan dapat ditunjukkan oleh kadarnya yang tinggi yaitu antara 80-90% dari seluruh bahan organik yang ada dalam jaringan hewan (Sudarmadji, et. al. 1996: 136).
28
Gambar 3. Struktur asam amino penyusun protein (Anonim, 2010:4) Protein sangat diperlukan oleh tubuh ikan, baik untuk pertumbuhan maupun untuk menghasilkan tenaga. Protein nabati (asal tumbuh-tumbuhan), lebih sulit dicernakan daripada protein hewani (asal hewan), hal ini disebabkan karena protein nabati terbungkus dalam dinding selulosa yang memang sukar dicerna. Pada umumnya, ikan membutuhkan protein lebih banyak daripada hewan-hewan ternak di darat (unggas dan mamalia). Jenis dan umur ikan juga berpengaruh pada kebutuhan protein. Ikan karnivora membutuhkan protein yang lebih banyak daripada ikan herbivora, sedangkan ikan omnivora berada diantara keduanya. Pada umumnya ikan membutuhkan protein sekitar 20 – 60%, dan optimum 30 – 36% (Masyamsir, 2001:10-11).
29
1. Fungsi Protein Protein dapat berfungsi sebagai berikut (Rohman dan Sumantri, 2007:27 ; Muchtadi, 2010:32) : a. Penyusun senyawa biomolekul seperti nukleoprotein (terkandung dalam inti sel, tepatnya kromosom), enzim, hormon, antibodi, dan sarana kontraksi otot. b. pembentukan sel-sel baru. c. pengganti sel-sel pada jaringan yang rusak. d. sebagai sumber energi lain. e. Regulasi keseimbangan air. f. Penyerapan dan metabolisme. 2. Metabolisme Protein Asam amino yang dibuat dalam hati, maupun yang dihasilkan dari proses katabolisme protein dalam hati, dibawa oleh darah ke dalam jaringan untuk digunakan. Proses anabolik maupun katabolik juga terjadi dalam jaringan di luar hati. Asam amino yang terdapat dalam darah, berasal dari tiga sumber, yaitu absorbsi melalui dinding usus, hasil penguraian protein dalam sel dan hasil sintesis asam amino dalam sel. Banyaknya asam amino dalam darah tergantung keseimbangan antara pembentukan asam amnio dan penggunaannya. Hati berfungsi sebagai pengatur konsentrasi asam amino dalam darah (Poedjiadi dan Supriyanti, 2009: 297).
30
Protein di dalam mengalami perubahan-perubahan tertentu dengan kecepatan yang berbeda untuk tiap protein. Protein dalam darah, hati dan organ tubuh lain mempunyai waktu paruh (half-lie) antara 2,5 sampai 10 hari. Protein yang terdapat dalam jaringan otot mempunyai t1/2 = 120 hari. Rata-rata tiap hari 1,2 gram protein per kilogram berat berat badan diubah menjadi senyawa lain. Ada kemungkinan mekanisme pengubahan protein yaitu: 1. Sel-sel mati, lalu komponennya mengalami proses penguraian atau katabolisme dan dibentuk sel-sel baru 2. Masing-masing protein mengalami proses penguraian dan terjadi proses sintesis protein baru, tanpa ada sel yang mati 3. Protein dikeluarkan dari dalam sel diganti dengan sintesis protein baru (Poedjiadi dan Supriyanti, 2009: 298).
31
Gambar 4. Bagan metabolisme protein (Poedjiadi dan Supriyanti, 2009: 298) Protein dalam makanan diperlukan untuk menyediakan asam amino yang akan digunakan untuk memproduksi senyawa nitrogen yang lain, untuk proses penguraian dan untuk mengganti nitrogen yang telah dikeluarkan dari tubuh tetapi tidak dapat diproduksi oleh tubuh dalam jumlah yang memadai. Oleh karena itu, asam amino tersebut, yang dinamakan asam amino esensial harus diperoleh dari makanan (Poedjiadi dan Supriyanti, 2009: 300).
32
3. Nilai Biologis Protein Efisiensi penggunaan makanan oleh ikan menunjukkan nilai (presentase) makanan yang dapat dimanfaatkan oleh tubuh ikan. Jumlah dan kualitas makanan yang diberikan kepada ikan berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan. Secara biologis, kualitas pakan buatan menunjukkan nilai nutrisi dari protein yang terkandung dalam pakan, sehingga kualitas pakan dan diasumsikan pula sebagai kualitas protein. Kualitas protein suatu bahan makanan ditentukan oleh kandungan asam amino, khususnya asam amino esensial. Oleh karena itu, kelengkapan asam-asam amino esensial dan asam amino non esensial dalam bahan pembuat pakan ikan merupakan faktor-faktor yang sangat penting dalam meningkatkan laju pertumbuhan ikan (Buwono, 2000:17). 4. Retensi Protein Retensi protein merupakan gambaran dari banyaknya protein yang diberikan, yang dapat diserap dan dimanfaatkan untuk membangun ataupun memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak, serta dimanfaatkan tubuh ikan bagi metabolisme sehari-hari. Cepat tidaknya pertumbuhan ikan, ditentukan oleh banyaknya protein yang dapat diserap dan dimanfaatkan oleh tubuh sebagai zat pembangun. Oleh karena itu, agar ikan dapat tumbuh secara normal, ransum atau pakan harus memiliki kandungan energi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pembangunan sel-sel tubuh yang baru. Pemberian ransum yang tepat dengan kisaran nilai kalori/energi
33
pakan yang memenuhi persyaratan bagi pertumbuhan ikan dan dengan kandungan gizi yang lengkap, akan dapat meningkatkan nilai retensi protein (Buwono, 2000:17). Pertumbuhan diasumsikan sebagai pertambahan jaringan struktural, yang berarti pertambahan (peningkatan) jumlah protein dalam jaringan tubuh. Hampir semua jaringan secra aktif mengikat asam-asam amino dan menyimpannya secara intraseluler dalam konsentrasi yang lebih besar., untuk dibentuk menjadi protein tubuh (sel-sel tubuh) (Buwono, 2000:1718). F. Telur Ayam Telur merupakan bahan makanan yang sangat akrab dengan kehidupan kita sehari-hari. Telur sebagai sumber protein mempunyai banyak keunggulan antara lain, kandungan asam amino lebih lengkap dibandingkan bahan makanan lain seperti ikan, daging, ayam, tahu, tempe, dan lain-lain. Telur mempunyai citarasa yang enak sehingga digemari oleh banyak orang. Selain itu, telur termasuk bahan makanan sumber protein yang relatif murah dan mudah ditemukan. Telur merupakan salah satu bahan pangan yang paling lengkap gizinya. Selain itu, bahan pangan ini juga bersifat serba guna karena dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Komposisinya terdiri dari 11% kulit telur, 58% putih telur, dan 31% kuning telur (Anonim, 2008:1).
34
Gambar 5. Telur ayam petelur matang (dokumentasi pribadi) 1.
Kuning Telur Kuning telur terapung pada putih telur (albumin) oleh satu atau dua tali kuning telur atau kalaza. Sebelum dibuahi, se telur dan cakram nutfah merupakan sel tunggal. Sebagai makanan, kuning telur adalah salah satu sumber vitamin dan mineral yang baik. Persentase kuning telur sekitar 30%-32% dari berat telur. Kuning telur terdiri atas membran kuning telur (vitellin) dan kuning telur sendiri. Kuning telur merupakan makanan dan sumber lemak bagi perkembangan embrio. Komposisi kuning telur adalah air 50%, lemak 32%-36%, protein 16% dan glukosa 1%-2%. Asam lemak yang banyak terdapat pada kuning telur adalah linoleat, oleat dan stearat. Telur konsumsi diproduksi oleh ayam betina tanpa adanya ayam jantan (Bell dan Weaver, 2002:). Warna kuning telur dipengaruhi oleh pakan. Apabila pakan mengandung lebih banyak karoten, yaitu xantofil, maka warna kuning telur
35
semakin berwarna jingga kemerahan. Kuning telur merupakan makanan
yang baik dikonsumsi pada saat masa pertumbuhan karena di dalamnya terkandung zat gizi yang lengkap. Kuning telur juga merupakan sumber dari lemak, kolesterol dan juga seperlima kandungan protein telur (Anonim, 2008:1). 2. Putih Telur Persentase putih telur (albumen) sekitar 58%-60% dari berat telur itu. Putih telur terdiri atas dua lapisan, yaitu lapisan kental dan lapisan encer. Lapisan kental terdiri atas lapisan kental dalam dan lapisan kental luar. Lapisan kental dalam hanya 3% dari volume total putih telur. Lapisan kental dalam ini membentuk kalaza yang terpelintir dari membran kuning telur ke arah kerabang telur. Kalaza ini berfungsi sebagai tali untuk menahan kuning tetap berada di tengah telur. Lapisan kental luar 57% dari total putih telur. Lapisan kental ini mengandung protein dengan karakteristik gel yang berhubungan dengan jumlah ovomucin protein. Lapisan encer terdiri dari lapisan encer dalam dan lapisan encer luar yang masing-masing mewakili 17% dan 23% dari jumlah total volume putih telur (Anonim, 2008:1).
36
Tabel 2. Kandungan Gizi Telur Ayam Telur Ayam Berdasarkan Ukuran Satu Telur Besar Ukuran 50 mg Komponen
Seluruh Telur
Putih Telur
Kuanti tas 75 5.0 g 1.6 g 2.0 g 0.7 g 213 mg
% DV 4% 8% 8%
Karbohidat
0.65 g
<1 % 0.34 g
Protein Vitamin
6.7 g
13%
4.0 g
<1 % 7%
5%
0.0 IU
0%
Kalori Lemak total Saturated Monounsaturated Polyunsaturated Kolesterol
244 IU Vitamin C 0.0 mg 18.3 Vitamin D IU Vitamin E 0.5 mg 216 Kolin mg 0.031 Tiamin mg 0.254 Riboflavin mg 0.037 Niacin mg Vitamin B6 0.1 mg 23.5 Folat mcg 0.6 Vitamin B12 mcg 0.627 Asam Pantothenic mg 0.1 Vitamin K mcg Mineral Vitamin A
Kuantitas
% DV
58 5.0 g 1.6 g 2.0 g 0.7 g
3% 8% 8%
213 mg
70%
0.31
0%
2.7
5%
0%
244 IU
5%
0.0 mg
0%
0.0 mg
0%
4%
0.0 mg
0%
18.3 IU
4%
2%
0.0 mg
0%
0.5 mg
2%
70%
Kuantitas 17 0.0 g 0.0 g 0.0 g 0.0 g 0.0 g
% DV 1% 0% 0%
Kuning Telur
0%
0.45 mg
215.5 mg
2%
0.002 mg
<1%
0.029 mg
2%
14%
0.151 mg
9%
0.106 mg
5%
<1%
0.035 mg
<1%
0.002 mg
<1%
3%
0.0 mg
0%
0.1 mg
3%
6%
1.0 mcg
<1%
22.5 mcg
6%
11%
0.07 mcg
<1%
0.53 mcg
10%
7%
0.040 mg
<1%
0.587 mg
7%
0.0 mcg
0.1 mcg
37
Kalsium Besi Magnesium Phosphor Potassium Sodium Seng Copper Mangan Selenium
26.5 mg 0.6 mg 5.0 mg 89.0 mg
3%
2.0 mg
<1%
23.5 mg
3%
3% 2%
0.01 mg 4.0 mg
<1% 2%
0.59 mg 1.0 mg
3% <1%
9%
4.0 mg
<1%
85.0 mg
9%
67.0 mg
2%
54.0 mg
2%
13.0 mg
<1%
55.0 mg
2%
8.0 mg
<1%
0.0 mg
0%
0.6 mg
4%
0.002 mg
<1%
0.005 mg
2%
63.0 3% mg 0.6 mg 4% 0.007 3% mg 0.012 mg 15.8 mcg
0.001 mg
0.011 mg
7.0 mcg
8.8 mcg
(Anonim, 2008:1). G. Kerangka Berfikir Ikan Mas merupakan ikan air tawar yang banyak dibudidayakan untuk konsunsumsi oleh masyarakat karena dagingnya yanng lezat dan harganya yang relatif murah. Untuk memenuhi permintaan konsumen yang semakin banyak, maka dibutuhkan proses budidaya yang cepat. Untuk memenuhui kebutuhan masyarakat akan konsumsi ikan, maka diperlukan pakan yang berkualitas baik yang dapat mempercepat laju pertumbuhan ikan. Namun pada praktiknya, pakan ikan komersil yang diberikan kurang dapat memenuhi nilai gizi yang sehingga laju pertumbuhan ikan tidak cepat. Telur memiliki kandungan gizi yang cukup penting dan lengkap. Di dalam satu butir telur terdapat protein, lemak, karbohidrat dan zat gizi lain, sehingga zat gizi dalam telur cukup lengkap. Proporsi asam amino yang relatif
38
paling stabil dan menyebabkan keseimbangan nitrogen menjadi normal, adalah pola susunan asam amino esensial yang terdapat dalam telur. Sehingga telur merupakan salah satu makanan berprotein hewani yang sangat baik untuk pertumbuhan. Kandungan-kandungan gizi terutama protein tersebut sangat dibutuhkan oleh ikan dalam pertumbuhan ataupun pembesaran ikan Mas. H. Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah semakin banyak telur dalam formulasi pakan buatan untuk ikan Mas, maka akan semakin meningkatkan pertumbuhan ikan Mas dalam tahap pembesaran.
39