POLA KOMUNIKASI SUAMI ISTRI JARAK JAUH (Studi Kasus pada Keluarga TKI di Kelurahan Parang, Kecamatan Parang, Kabupaten Magetan)
Disusun Oleh :
ENI JUAIRIYAH D1211027
JURNAL Diajukan Guna Melengkapi Tugas – Tugas dan Memenuhi Syarat – Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Sebelas Maret Surakarta
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2014
1
POLA KOMUNIKASI SUAMI ISTRI JARAK JAUH (Studi Kasus pada Keluarga TKI di Kelurahan Parang, Kecamatan Parang, Kabupaten Magetan) Eni Juairiyah Sutopo Sofiah Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta Abstract Indonesian migrant worker or Tenaga Kerja Indonesia (TKI) who had been married in undergoing distance relationship met a variety of difficulties. One of difficulty is the communication between this couple can only be done using the media. The purpose of this research was to determine how communication patterns, constraints, and supporting communication in long distance relationships of husband or wife migrant workers in the Parang Village. The methodology used in this research is qualitative. Primary data sources obtained from interviews, while supporting data obtained from books, documents, and other supporting data. Technical analysis is done through a process of data reduction, data presentation, and conclusion. The sampling technique used in this study was purposive. The result of this research shows the pattern of long-distance communication of couples in Parang using a phone. This phone present easy ways to speak directly and send the message. Each couple communicates through different frequency and duration as influenced by the network access at work, cost, and spare-time that they have. The motive and the subject of couple’s message are asking the condition, keeping relation, expressing feelings, and solving the problems. Felling happy, excited, and feeling sad with the couple are the effects after communicating in a long distance relationship. The pattern formed balancing and inverted balancing. The constraint in communication is the cost for calling through the phone is expensive, bad weather that influenced the signal of phone and differences of their activities. The supporting factors are having money to pay phone cost, having a spare-time, being open and thinking positively. Keyword: Communication Pattern, Long Distance Relationship, Indonesian Migrant Workers
2
Pendahuluan Pernikahan merupakan ikatan diantara dua insan yang berbeda untuk hidup bersama sebagai pasangan suami istri yang sah secara hukum agama dan negara. Tujuan sebuah pernikahan yakni harapan mendapatkan kebahagiaan bersama dengan orang yang dicintainya. Harapan untuk mewujudkan kebahagiaan dalam jalinan hubungan rumah tangga tidak berjalan sempurna seperti yang diimpikan. Permasalahan terkadang hadir dan harus dihadapi oleh setiap pasangan yang berumah tangga. Salah satu masalah yang kerap kali terjadi dalam pernikahan yakni permasalahan ekonomi. Membina hubungan rumah tangga tidak hanya cukup dengan cinta atau kasih sayang. Kebutuhan pasangan dan anggota keluarga untuk kelangsungan hidup harus dapat terpenuhi dengan baik. Permasalahan ekonomi dialami oleh sebagian penduduk negeri ini yang berada dikota maupun desa. Kemiskinan maupun pengangguran merupakan permasalahan umum yang terjadi di negeri ini. Kenyataan tersebut juga menjadi pekerjaan utama yang harus diatasi pemerintah. Upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi kemiskinan dan pengangguran diantaranya yakni dengan menjebatani dan membuka akses permintaan tenaga kerja keluar negeri. Pengiriman TKI keluar negeri juga merupakan target pemerintah. Program rencana pembangunan jangka panjang menengah 2004-2009, pemerintah menargetkan peningkatan ekspor TKI dari 700.000 orang menjadi 1 juta orang per tahun hingga 2009. Target negara tujuan pun bakal diperluas dari 11 negara menjadi 25 negara (Misriadi, Suara Karya Online). Keberadaan TKI keluar negeri memiliki peranan dalam memperbaiki keadaan ekonomi negara yakni meningkatkan kesejahteraan keluarga, mengurangi pengangguran dan menambah devisa negara. Kepala BNP2TKI
menjelaskan
bahwa bahwa dengan keberadaan TKI yang mencapai 6,5 juta orang maka dapat mengurangi pengangguran di dalam negeri sebanyak 6,5 juta orang. Setiap TKI yang bekerja di luar negeri dapat menghidupi lima atau enam orang dalam keluarganya lewat uang yang dikirim kepada keluarganya. Jadi, dari sekitar 6,5 juta TKI itu berhasil membuat sekitar 30 juta orang di dalam negeri tidak jadi jatuh miskin (BNP2PTKI, 2013). 3
Penghasilan atau gaji yang besar tersebut menjadi daya tarik bagi sebagian masyarakat untuk menaikan taraf hidupnya. Mereka ingin memburu kesempatan tersebut namun mereka harus berjauhan dengan keluarga dan pasangannya. Kehidupan rumah tangga yang tadinya senantiasa berkumpul bersama namun hal berbeda yang dijalani TKI yang harus berjauhan dengan pasangannya ataupun anggota keluarga dalam kurun waktu lama. Pemenuhan kebutuhan ekonomi serta keinginan untuk hidup lebih baik dapat terlaksana dengan bekerja menjadi TKI. Namun dalam sebuah rumah tangga kebutuhan akan materi bukan segalanya karena masih ada kebutuhan lain yang juga mempunyai peranan penting, seperti kebutuhan akan afeksi, kasih sayang dan juga biologis. Kebutuhan-kebutuhan ini yang tidak dapat diperoleh atau sulit untuk terpenuhi kala suami dan istri berjauhan. Berjalannya waktu dengan keadaan yang terpisah dan harus menjalani aktivitas sendiri tanpa adanya pasangan yang menemani membuat TKI ataupun pasangannya dihampiri perasaan kesepian. Kehidupan semula yang berdekatan dapat bersenda gurau bersama dan saling mengungkapkan kasih sayang namun kala berjauhan momen tersebut menjadi berbeda. Kecanggihan teknologi memang telah banyak menawarkan komunikasi secara tatap muka, namun kebutuhan akan sentuhan, pelukan tidak didapatkan. Kebutuhan akan perilaku yang dapat dirasakan secara nyata sebagai wujud penyaluran rasa sayang dapat memicu perasaan kesepian diantara suami dan istri. Keadaan suami istri jarak jauh pada keluarga TKI dan permasalahanpermasalahan yang harus dihadapi memang menjadi topik yang menarik untuk diteliti. Permasalahan terkait dengan komunikasi yang dilakukan suami istri TKI juga menjadi perhatian sendiri. Komunikasi suami istri yang biasanya dilakukan secara tatap muka namun pada rumah tangga TKI komunikasi hanya mengandalkan bantuan alat atau saluran komunikasi. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi mereka. Pola komunikasi dalam komunikasi suami istri jarak jauh pada keluarga TKI tersebut yang ingin penulis pelajari.
4
Rumusan Masalah 1.
Bagaimana pola komunikasi suami istri jarak jauh pada keluarga TKI di Kelurahan Parang?
2.
Apakah faktor hambatan dan pendukung dalam komunikasi suami istri jarak jauh pada keluarga TKI di Kelurahan Parang?
Tinjauan Pustaka a. Komunikasi Manusia sebagai makhluk sosial yang selalu berhubungan dengan manusia lainnya tidak dapat lepas dari aktivitas komunikasi. Aktivitas komunikasi ini terjadi kapan saja, oleh siapa saja dan dimana saja. Berbagai bentuk aktivitas yang dilakukan manusia dari bangun tidur hingga kembali tidur, manusia senantiasa terlibat dalam komunikasi. Manusia melakukan komunikasi untuk menyampaikan berbagai hal termasuk memenuhi kebutuhannya. Harlord Laswell yakni Who, Says What, In Which Channel, To Whom, With What Effect. Sesuai unsur komunikasi diatas dapat dipahami bahwa komunikasi dilakukan oleh seseorang yang biasa disebut komunikator dalam proses penyampaian pesan melalui media tertentu kepada orang lain atau komunikan yang menimbulkan efek tertentu (Effendy, 2003: 10). Proses komunikasi tidak berjalan begitu saja dengan baik namun terdapat hambatan-hambatan yang akan mengganggu hingga terkadang menimbulkan sebuah ketidakpahaman atau permasalahan. Hambatan dapat datang dari berbagai segi dengan melibatkan komponen-komponen dalam proses komunikasi. Marhaeni Fajar (2009: 62-63) menjelaskan tentang hambatan atau gangguan dalam komunikasi kedalam empat kategori yakni: 1.
Hambatan proses komunikasi yang dapat berasal dari unsur-unsur komunikasi itu sendiri.
2.
Hambatan fisik yang mengacu pada permasalahan teknis dalam proses komunikasi.
3.
Hambatan semantik yang ditimbulkan oleh lambang-lambang tertentu yang digunakan dalam komunikasi. Kata-kata yang digunakan yang mempunyai
5
arti ganda yang berbeda, tidak jelas sehingga makna yang ditangkap membingungkan. 4.
Hambatan psikologis yang berasal dari unsur-unsur dari kegiatan psikis manusia itu sendiri. Faktor-faktor psikologis yang dimaksudkan seperti perbedaan pemikiran, nilai dan harapan yang telah ada pada diri komunikan.
b. Pola Komunikasi Pola merupakan model, system, cara kerja (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Komunikasi menurut Brelson dan Steiner dalam (Arifin, 2008: 25) dijelaskan sebagai proses penyampaian informasi, idea, emosi, keterampilan, dan seterusnya melalui penggunaan symbol, angka, grafik dan lain-lain. Pola komunikasi dapat dipahami sebagai cara atau bentuk penyampaian pesan yang digunakan oleh seseorang kepada orang lain. Komunikasi berpola dilakukan secara terus menerus dan menjadi kebiasaan yang dilakukan oleh pasutri jarak jauh. Pola komunikasi yang dilakukan oleh suami-istri dalam hubungan rumah tangga berbeda satu sama lain. Penelitian ini bermaksud mengetahui bagaimana pola komunikasi yang dilakukan oleh suami atau istri yang mempunyai pasangan sebagai TKI keluar negeri yang mana mereka terpisah dalam kurun waktu yang lama. Komunikasi suami istri yang pada umumnya dilakukan secara tatap muka secara intens, namun pada pasangan ini komunikasi dilakukan melalui media. Setiap rumah tangga memiliki bentuk komunikasi yang akan berbeda dengan rumah tangga lainnya. Terdapat empat dasar pola komunikasi antara suami dan istri menurut Joseph A. Devito (2001: 359-360) yakni: 1.
Pola keseimbangan Suami dan istri secara terbuka, langsung dan bebas dalam berkomunikasi. Mereka memiliki bagian yang sama dalam menyampaikan pendapat tentang kehidupan berumah tangga. Dominasi dari salah satu pihak tidak nampak pada komunikasi.
6
2.
Pola keseimbangan terbalik Prinsip dalam pola keseimbangan terbalik yakni masing-masing anggota keluarga mempunyai otoritas diatas daerah atau wewenang yang berbeda. Suami istri sebagai pembuat keputusan konflik yang terjadi antara keduanya dianggap bukan ancaman karena keduanya memiliki keahlian masing-masing untuk menyelesaikan konflik yang ada.
3.
Pola pemisah tidak seimbang Prinsip hubungan terpisah yang tidak seimbang, salah satu orang dalam keluarga (suami atau istri) mendominasi. Salah satu orang secara teratur mengendalikan hubungan dan hampir tidak pernah meminta pendapat antara kedua belah pihak. Sedangkan anggota keluarga yang dikendalikan membiarkannya
untuk memenangkan argumentasi ataupun membuat
keputusan. 4.
Pola monopoli Salah satu pihak mengganggap dirinya sebagai penguasa. Keduanya lebih suka memberi nasehat daripada berkomunikasi untuk saling bertukar pendapat. Jika terjadi konflik, keluarga yang menganut pola komunikasi ini akan sulit untuk menemukan solusi karena salah satu pihak tidak bisa bebas untuk menyampaikan pendapat.
c.
Komunikasi Antarpribadi Komunikasi antarpribadi diartikan juga sebagai komunikasi antar
dua
orang individu atau lebih. Komunikasi ini dapat berlangsung secara tatap muka (face to face communication). Tetapi juga bisa berlangsung dengan menggunakan alat bantu seperti telephone, surat, telegram dan lain-lain (Cangara, 2004: 19). Terjadinya komunikasi antarpribadi yang dilakukan berupa percakapan tanpa perlu adanya tujuan komunikasi namun komunikasi ini memiliki fungsi yang penting dalam sebuah hubungan manusia. Fungsi komunikasi antar pribadi menurut Cangara (2004: 33) adalah berusaha meningkatkan hubungan insani, menghindari dan mengatasi konflik pribadi, mengurangi ketidakpastian sesuatu, serta berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan orang lain.
7
Komunikasi
antarpribadi
memiliki
keterkaitan
dengan
hubungan
antarpribadi, dimana komunikasi berjalan dengan efektif. Kharakteristikkharakteristik efektivitas komunikasi antarpribadi dalam Fajar (2009: 84)
menurut Joseph A DeVito
yakni terbagi dalam 2 perspektif. Pertama yakni
humanistis yang meliputi: keterbukaan, perilaku suportif, perilaku positif, empati, dan kesamaan. Perspektif kedua yakni pragmatis yang meliputi: bersikap yakin, kebersamaan, manajemen interaksi, perilaku ekspresif dan orientasi pada orang lain. d. Hubungan Jarak Jauh Hubungan pribadi atau personal relationship adalah dimana orang mengungkapkan informasi satu sama lain dan berusaha untuk memenuhi kebutuhan pribadi satu sama lain (Budyatna, 2011: 36-37). Suami istri dalam hubungannya senantiasa saling mengungkapkan sisi atau hal yang pribadi yang terdapat dari dirinya. Ranah pribadi yang tidak diketahui orang lain namun diketahui oleh pasangannya. Konteks hubungan yang terbina ini yang dikenal dengan hubungan pribadi. Hubungan pribadi antara dua individu tidak hanya terjalin secara berdekatan namun juga berjauhan yang dikenal dengan hubungan jarak jauh. Hubungan jarak jauh atau long-distance relationship (LDR) dijalani beberapa orang dengan karena alasan seperti pekerjaan, sekolah maupun hal lainnya. Berkaitan dengan penelitian ini, LDR dijalani oleh TKI keluar negeri dengan pasangannya yang berada di Indonesia karena alasan bekerja. e.
Pernikahan Keluarga terbentuk
sering disebut institusi terkecil yang ada dalam
masyarakat (Silalahi, 2010: 3). Anggota keluarga meliputi suami, istri, anak dan anggota lainnya. Terbentuknya sebuah keluarga karena adanya kesepakatan antara laki-laki dewasa dan perempuan dewasa yang terikat dalam sebuah pernikahan. Perkawinan atau pernikahan menurut Wantania (1996: 66) adalah terikatnya hubungan seorang laki-laki dan wanita yang sah dari segi hukum dan lembaga agama sebagai suami dan istri.
8
Suami dan istri dalam hubungan pernikahan memiliki peran yang harus dijalani keduanya. Contoh peran yang umum dalam masyarakat yakni konsep peran dalam pernikahan bahwa seorang ayah atau suami sebagai kepala keluarga dan pencari nafkah. Sedangkan istri yakni melahirkan, mengasuh dan mendidik anak-anak namun seiring perkembangan jaman, teknologi serta terbukanya pendidikan tinggi sehingga membuka kesempatan untuk setiap untuk bekerja. Selain itu, kebutuhan yang tinggi menyebabkan seorang istri atau ibu ikut membantu pemenuhan kebutuhan keluarga. Pembagian peran dilakukan dengan menentukan siapa dengan tugas dan tanggung jawab apa saja dalam melaksanakan fungsi peran tersebut sehingga berjalan sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat bersama (Silalahi, 2010: 32). Hubungan suami-istri yang terbangun dalam sebuah pernikahan menurut Prisbell dan Anderso tergolong hubungan yang akrab. Karakteristik sebuah hubungan yang akrab yakni adanya keramahtamahan, kasih sayang, kepercayaan, pengungkapan diri dan tanggung jawab (Budyatna dan Ganiem, 2011: 165-167). Keakraban dalam sebuah hubungan bersinggungan dengan masalah-masalah yang yang hadir dan harus dihadapi. Menurut penjelasan Verderber et al yang dikutip dalam (Budyatna dan Ganiem, 2011: 180-184) terdapat empat macam masalah dalam hubungan akrab yakni; kesepian, ketidakpastian hubungan, kecemburuan dan peran seks klise atau sex-role stereotyping. f.
Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Tenaga Kerja Indonesia (TKI) menurut Pasal 1 bagian (1) Undang-Undang
Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri adalah setiap warga negara Indonesia yang memenuhi syarat untuk bekerja di luar negeri dalam hubungan kerja untuk jangka waktu tertentu dengan menerima upah. Metode Penelitian Jenis penelitian ini yakni penelitian kualitatif. Penarikan sampel dengan teknik purposive sampling dimana peneliti memilih sample yang dilakukan
9
secara sengaja dan bertujuan. Teknik pengumpulan data yakni wawancara dan studi pustaka. Teknik analisa data yang digunakan adalah model analisis interaktif diantaranya reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan. Sajian dan Analisis Data a.
Pola Komunikasi Setiap komunikasi yang dilakukan antarpribadi yang dilakukan akan
berbeda. Suami atau istri yang memiliki pasangan sebagai TKI diluar negeri memiliki pola atau cara komunikasi yang berbeda. Pola komunikasi suami istri jarak jauh di Kelurahan Parang di deskripsikan dalam beberapa bahasan yakni sebagai berikut: 1.
Alat yang digunakan untuk berkomunikasi Pasutri jarak jauh di Kelurahan Parang memilih telepon atau handphone sebagai alat untuk komunikasinya. Pemilihan telepon oleh pasutri jarak jauh untuk difungsikan untuk berbicara langsung (menelpon) dan mengirim pesan. Berbicara melalui telepon dipilih karena alasan tertentu. Kelebihan audio pada telepon ini membuat seseorang saling mendengarkan suara lawan bicaranya. “Kita ya mileh telpon karna lewat telpon iku iso denger suarane. suarane ketok e lagi sehat opo rodo pilek. Nek pilek kan yo krungu kan kalo telpon. Wis koyo omongan nek adep-adepan (Suyanto/ Pasutri 4).” Suara yang terdengar tersebut mampu memberikan gambaran tentang keadaan yang sedang dialami lawan bicara. Berbicara dan saling mendengarkan suara pasangan secara langsung melalui telepon juga dapat mengobati rasa kesepian dan kangen. Pemanfaatan media telepon hanya untuk berbicara langsung dikarenakan juga oleh keterbatasan kemampuannya dalam mengoptimalkan penggunaan fasilitas telepon lainnya. Keterbatasan penglihatan dan ketidaktelatenan untuk belajar mengoptimalkan penggunaan fasilitas tersebut yang membuat pasutri 2 ini hanya memanfaatkan media telepon untuk berbicara langsung atau menelpon.
10
Terdapat juga pasutri lain yang berkomunikasi dengan berbicara langsung melalui telepon (menelpon) karena keadaan atau kondisi tempat kerja pasangan yang tidak mendukung. “Ya, gak bisa kalo pake yang lainnya. suamiku iku kerjanya kan neng kem tengah alas gitu dek. Gak iso sms an. Isone ya nelpon pake telpon satelit, nelpon ae tergantung dan nyari-nyari sinyalnya dulu (Dea Sulasmi/ Pasutri 1).” Akses jaringan atau sinyal di tempat kerja juga menjadi alasan mengapa menelpon menjadi satu-satunya pilihan. Selain memanfaatkan telepon untuk berbicara langsung, pasutri juga mengirim pesan singkat melalui sms maupun whatsApp. Sms digunakan sebagai penunjang komunikasi melalui telepon. Ketika berbicara langsung melalui telepon tidak dapat dilakukan, maka beberapa pasutri menggunakan sms. Komunikasi menggunakan pesan melalui whatsApp dipilih pasutri lain karena alasan biaya yang dikeluarkan lebih murah. 2.
Inisiatif dalam komunikasi Inisiatif dalam berkomunikasi banyak terdapat pada istri. Istri disini merupakan pihak yang bekerja diluar negeri atau TKI. Hal ini disebabkan karena kesibukan istri (TKI) ditempat kerja. Waktu yang dimiliki istri (TKI) tidak leluasa seperti suami yang dirumah sehingga membuat komunikasi dilakukan atas dasar inisiatif sang istri. Pasutri lain menyatakan hal yang berbeda dimana kesibukan kerja itu justru membuat sang suami berinisiatif melakukan kontak komunikasi terlebih dahulu.
3.
Pesan yang disampaikan dalam komunikasi Pesan dalam komunikasi jarak jauh bersifat pribadi yakni terkait dengan dirinya, pasangan dan keluarga. Topik utama yang dibahas dalam komunikasi pasutri jarak jauh berkomunikasi untuk berbagi kabar atau keadaan masingmasing yakni keadaan atau kabar keluarga yang dirumah ataupun pekerjaan. Pembicaraan atau ungkapan tentang perasaan kangen juga menjadi topik pembicaraan lainnya karena setelah mengetahui kabar pasangan dapat mengobati rasa kangen. Topik lain dalam pembicaraan suami istri jarak jauh
11
adalah perkembangan anak atau sekolah, keluarga, hubungan dan rencanarencana tentang masa depan. 4.
Waktu dalam komunikasi Waktu yang digunakan untuk berkomunikasi dengan pasangan tidak pasti sesuai dengan waktu senggang pasangan. Waktu senggang ini seperti istirahat kerja, selesai kerja atau malam hari dan waktu libur. Pemilihan waktu yang tepat untuk melakukan komunikasi dipahami oleh suami ataupun istri. Frekuensi dalam berkomunikasi antara pasutri satu dengan lainnya berbeda. Terdapat pasutri yang berkomunikasi intens setiap hari melalui sms maupun telepon, namun ada juga yang 2 atau 3 kali dalam seminggu. Terdapat pula yang berkomunikasi seminggu atau sebulan sekali. Frekuensi dalam berkomunikasi ini disesuaikan dengan kebutuhan komunikasi masing-masing, keadaan ataupun biaya. Lama berkomunikasi atau menelpon pasutri di Kelurahan Parang juga dilakukan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan atau keperluan telepon. Mereka memerlukan waktu yang lebih sebentar untuk berbicara melalui telepon atau berkomunikasi untuk mengetahui kabar pasangan. Komunikasi dapat berlangsung lebih lama apabila terdapat suatu masalah atau pembahasan tertentu.
5.
Motif dalam komunikasi Pasutri jarak jauh di Kelurahan Parang berkomunikasi karena motif tertentu. Pertama, mengetahui tentang kabar atau keadaan pasangannya. Tinggal berjauhan dengan pasangan maka informasi tentang keadaan pasangan tidak dapat diketahui secara langsung. Kedua, mengungkapkan perasaan. Ungkapan kangen karena lama tidak berjumpa dilakukan dengan saling mendengarkan rayuan atau canda tawa pasangan. Ketiga, menjaga hubungan. Mereka tetap menjaga komunikasi mereka dengan pasangan agar hubungan dengan pasangan tetap baik.
12
“Saya sebagai istri harus tetep menjaga hubungan. Makanya terus komunikasi. Kalau jarang-jarang komunikasi nanti dibilang selingkuh atau apa. Walaupun enggak pernah terjadi tapi kan jadi mikir, makanya dijaga komunikasinya. Pokok e biar hubungan dekat-dekat gitulah (Wahyuni/ Pasutri 7) Saling memberikan perhatian kepada pasangannya juga menjadi cara pasutri menjaga hubungan. Keempat, menyelesaikan masalah yang ada diantara suami istri, keluarga ataupun anak menjadi motif lain dalam komunikasi pasutri jarak jauh. 6.
Efek setelah berkomunikasi Proses komunikasi menimbulkan efek berupa perasaan tertentu. Ketika mendengar kabar pasangan dalam keadaan baik atau dapat melepas kangen maka membuat suami atau istri merasa senang atau lega. Sementara itu, apabila mendengar kabar kurang baik
misalnya pasangan sedang sakit
membuat suami atau istri merasa sedih atau cemas. Ketika suatu permasalahan yang dapat terselesaikan melalui komunikasi maka beban pikiran berkurang sehingga dapat fokus dalam aktivitas atau bekerja. 7.
Kewenangan dalam komunikasi Kewenangan dalam komunikasi pasutri jarak jauh di kelurahan parang berhubungan dengan keputusan tentang pendidikan anak, mengatasi permasalahan dan memenuhi ataupun mengatur kebutuhan rumah tangga. Terbentuk pola keseimbangan dan keseimbangan terbalik. Pola keseimbangan tampak pada dua pasutri yang istrinya bekerja sebagai TKI. “Yo iku diomongne. Kan biyen tujuane kerjo rono arep nyekolahne anak. Sik dewe, aku ya omongan karo ibuk e (maksudnya istri). Bojoku nduwe ngangen-angen dewe, pendapat. Aku yo iyo. Yo terus diomongne karo bocahe…..(Suyanto/ Pasutri 4).” Urusan tentang rumah tangga, keluarga maupun perkembangan dan pendidikan anak seringkali didiskusikan dengan istri. Keputusan tentang penyelesaian masalah dilakukan bersama atas keputusan bersama. Keputusan bersama ini tergambar dalam memutuskan tentang pendidikan anak pada pasutri yang mempunyai anak yang masih usia sekolah maupun kuliah.
13
Sementara itu, pola keseimbangan terbalik nampak pada suami (TKI). Dimana suami (TKI) memiliki kepercayaan penuh kepada istrinya untuk melaksanakan perannya yakni dalam hal mendidik anak dan mengurus keluarganya. “Masalah anak kan memang sudah urusannya ibu kan. Jadi percaya saja sama istri yang terbaik gimana. Suami kan punya kodrat nyari penghidupan. Karena sulit kalo ngomongin untuk rundingan jadi bagibagi tugas. Istri ngertilah terbaik buat anaknya……..(Suyatno/ Suami Pasutri 1)” Sementara
dirinya
mencari
nafkah
untuk
keluarganya.
Walaupun
permasalahan tertentu juga kadang kala membutuhkan pendapat atau nasihat pasangannya. Terkadang sebuah keputusan juga dilakukan secara bersama. Namun, keputusan yang diambil sang istri untuk pendidikan anaknya tanpa diskusi dengan suami tidak menjadi suatu masalah. b. Hambatan dalam Komunikasi Komunikasi tidak berjalan seseuai dengan keinginan, terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi komunikasi berlangsung. Pesan komunikasi pun tidak sampai sesuai tujuan yang harapkan. Faktor-faktor tertentu menghambat aktivitas komunikasi berlangsung. Komunikasi pun banyak dipengaruhi dengan faktor teknis yang berhubungan dengan alat atau saluran yang dipergunakan. Hambatan teknis atau fisik yang terjadi seperti halnya terganggunya komunikasi karena tidak adanya jaringan di tempat kerja dan pengaruh cuaca. Biaya yang dikeluarkan untuk keberlangsungan komunikasi menggunakan saluran atau alat menjadi hambatan. Biaya pulsa yang dikeluarkan untuk menelpon atau berkomunikasi dianggap oleh sebagian pasutri jarak jauh masih mahal terutama untuk menelpon. Biaya menelpon yang dianggap mahal bagi beberapa pasutri ini membuat mereka harus membatasi komunikasi yang mereka lakukan. Penelitian ini juga menemukan pada pasutri lain bahwa biaya menjadi hambatan dikarenakan juga kiriman uang yang belum datang. Komunikasi yang diharapkan dapat dilakukan kapan saja namun terkadang harus terkendala oleh 14
waktu. Perbedaan aktivitas atau kesibukan kerja mengalami hambatan dalam berkomunikasi. c.
Pendukung dalam Komunikasi Proses komunikasi yang dilakukan oleh suami istri jarak jauh dapat
berjalan dengan baik karena adanya faktor-faktor yang mendukung jalannya komunikasi tersebut. Faktor pendukung yang pertama yakni adanya dana untuk mengisi pulsa tersebut maka seseorang dapat menggunakan telepon untuk berkomunikasi dengan pasangan. Walaupun biaya pulsa yang mahal menjadi hambatan bagi sebagian pasutri namun tanpa adanya biaya untuk membeli pulsa maka komunikasi melalui telepon tidak dapat dilakukan. Kedua, waktu senggang atau libur kerja menjadi pendukung dalam komunikasi bagi pasutri yang mempunyai kesibukan kerja yang padat. adanya waktu yang tepat seperti waktu senggang atau libur kerja dapat mengoptimalkan komunikasi yang dilakukan oleh pasutri jarak jauh. Berkomunikasi diwaktu tersebut membuat komunikasi mereka berjalan lebih nyaman. Ketiga, sikap saling mengerti dan memahami antara suami dan istri merupakan pendukung dalam komunikasi mereka. Pasutri saling mengerti dengan keadaan dimana komunikasi mereka tidak dapat dilakukan dengan leluasa karena adanya beberapa hambatan. Sikap mau mengerti diantara pasangan tentang keterbatasan komunikasi yang dilakukan agar tidak timbul permasalahan dalam komunikasi
pasutri.
Timbulnya
kecurigaan
kepada
pasangan
ketika
berkomunikasi tidak terjadi apabila terdapat sikap pengertian terhadap kesibukan pasangannya. Keempat, sikap terbuka kepada pasangan. Hubungan jarak jauh yang mana tidak dapat saling mengetahui informasi tentang pasangan secara langsung. Sikap terbuka untuk mengungkapkan informasi atau keadaan diri kepada pasangannya diperlukan dalam hubungan jarak jauh. Adanya sikap terbuka tentang keadaan masing-masing kepada pasangan diharapkan tidak terjadi sikap saling curiga diantara mereka.
15
Kelima, berpikir positif terhadap pasangan. Komunikasi yang jarang ini memungkinkan timbulnya pikiran negatif hingga kecurigaan terhadap pasangan. Pengaruh adanya pikiran negatif, kecurigaan dan ketidakpercayaan dalam diri suami atau istri terhadap pasangannya menjadikan proses komunikasi pasutri yang seharusnya berjalan efektif dan baik menjadi sebuah pertengkaran. Berpikiran positif harus dimiliki suami atau istri kepada pasangannya untuk mewujudkan komunikasi yang baik dan efektif pada pasutri jarak jauh. Kesimpulan 1.
Pola komunikasi pasutri jarak jauh di Kelurahan Parang menggunakan alat atau saluran komunikasi berupa telepon untuk berbicara langsung dan mengirim pesan. Kesibukan kerja atau jam kerja yang padat mempengaruhi inisiatif dalam komunikasi pasutri. Pemilihan waktu yang tepat untuk berkomunikasi dipahami oleh setiap pasangan agar komunikasi berjalan sesuai yang diharapkan. Komunikasi dilakukan dengan frekuensi dan durasi yang berbeda karena dipengaruhi oleh akses jaringan di tempat kerja, pertimbangan biaya dan waktu senggang yang dimiliki. Pesan dan motif dalam komunikasi bersifat pribadi yakni terkait tentang hubungan, perasaan maupun penyelesaian masalah hubungan maupun keluarga. Efek setelah berkomunikasi yakni berupa perasaan tertentu seperti
senang, sedih dan
bersemangat. 2.
Terbentuk dua pola dalam komunikasi suami istri yakni keseimbangan dan keseimbangan terbalik. Dua pasutri pada TKI Wanita
membentuk
komunikasi berlangsung secara seimbang dimana mereka saling terbuka, jujur, langsung dan bebas berpendapat berkaitan keputusan atau penyelesaian permasalahan yang terjadi dalam rumah tangga. Sementara pasutri lain pada TKI pria membentuk kepercayaan kepada masing-masing pasangannya dalam memutuskan dan mengatasi permasalahan yang ada. 3.
Faktor yang menjadi hambatan dalam komunikasi pasutri jarak jauh di Kelurahan Parang yakni: Pertama, biaya untuk menelpon yang dirasakan sebagian pasutri masih mahal. Kiriman uang yang belum datang menjadi
16
hambatan komunikasi pada pasutri lainnya. Kedua, media juga seringkali mengalami gangguan seperti pengaruh cuaca atau sinyal sehingga mempengaruhi pesan yang disampaikan. Ketiga, komunikasi yang diharapkan dapat dilakukan kapan saja namun terkadang terkendala oleh waktu karena perbedaan aktivitas atau kesibukan kerja. 4.
Faktor pendukung dalam komunikasi pasutri jarak jauh di Kelurahan Parang yakni: adanya dana atau pulsa untuk berkomunikasi melalui telepon, adanya waktu senggang atau libur kerja agar komunikasi berlangsung optimal, sikap saling mengerti tentang keterbatasan dalam berkomunikasi, sikap terbuka tentang keadaan masing-masing kepada pasangan, berpikir positif terhadap pasangan.
Saran 1.
Penelitian ini dapat dikembangkan yakni untuk mengetahui kecenderungan penggunaan media dan hambatan yang terjadi pada komunikasi pasutri jarak jauh melalui metode kuesioner. Penelitian lain juga dapat dilakukan yakni dengan melihat sudut padang lain dimana sebagian rumah tangga TKI bercerai. Berdasarkan pengalaman tersebut maka peneliti selanjutnya dapat meneliti mengenai bagaimana komunikasi antarpribadi suami istri dan penyebab kandasnya hubungan rumah tangga TKI.
2.
Banyaknya TKI wanita yang berperan utama sebagai penompang keluarga. Penelitian selanjutnya dapat dikembangkan dengan menitikberatkan pada peran gender dalam keluarga TKI.
3.
Sebaiknya pasutri berusaha untuk belajar dan menambah pengetahuan untuk mengoptimalkan penggunaan alat komunikasi seperti fitur atau fasilitasnya. Perkembangan teknologi komunikasi sekarang menawarkan beragam fasilitas, kemudahan dan kelebihan untuk berkomunikasi. Dengan penguasaan berbagai fitur dan fasilitas ini maka komunikasi menjadi lebih mudah, bebas memilih sesuai kebutuhan dan tetap mempertimbangkan biaya yang dikeluarkan.
Selain itu, pertimbangan awal yang matang sebelum
memutuskan menjalani hubungan jarak jauh sangat diperlukan.
17
4.
Selain memonitor pelaksanaan undang-undang TKI, pemerintah juga berperan dalam meningkatkan kualitas dan produktivitas tenaga kerja. Dalam hal ini pemerintah juga memberikan program-program dan sosialisasi pentingnya berkomunikasi yang baik. Hendaknya program sosialisasi tersebut dapat berjalan dengan berkesinambungan dan tepat sasaran.
Daftar Pustaka Budyatna, M dan Ganiem, L.M. (2011). Teori Komunikasi Antar Pribadi. Jakarta: Kencana. Cangara, Hafied. (2004). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Devito, Joseph A. (2001). The Interpersonal Coomunication Book. Hunter College of the City University of New York. Effendy, Onong Uchjana. (2003). Ilmu Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rodaskarya Fajar, Marhaeni. (2009). Ilmu komunikasi Teori dan Praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu. Misriadi. (2008). Simalakama Devisa. Tersedia pada: http://www.suarakaryaonline.com/news.html?id=211926. [diunduh pada 31 Agustus 2013, 21.11 WIB]. Silalahi, Karlinawati. (2010). Keluarga Indonesia: Aspek dan Dinamika Zaman. Jakarta: Rajawali Pers. Wantania. (1996). Fungsi Keluarga dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia di daerah Sulawesi Utara. Sulawesi Utara: Departemen luar negeri AS Wibowo, Tri. (2013). BNP2TKI Ajak IPB Korelasikan TKI Dengan Pertanian. Tersedia pada: http://www.aktual.co/sosial/202533-bnp2tki-ajak-ipbkorelasikan-tki-dengan-pertanian. [diunduh pada 31 Agustus 2013, 21.15 WIB].
18