STUDI KELAYAKAN SECARA EKONOMI PADA PROYEK MONOREL KOTA BANDUNG KORIDOR TRANS CIKAPUNDUNG Oleh Sasiji Prabu Ningrat NIM : 15007139 (Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Program Studi Teknik Sipil) (
[email protected]) Permasalahan transportasi di Indonesia sudah sedemikian parahnya, khususnya di beberapa kota besar yang berpenduduk lebih dari 2 juta jiwa dapat dipastikan memiliki permasalahan transportasi karena besarnya angka pergerakan atau perpindahan. Kota Bandung pun memiliki permasalahan yang sama, kota besar ini telah mengundang banyak pelajar, wisatawan dan laju urbanisasi dari kabupaten kota disekitarnya. Monorel adalah sistem transportasi berbasis rel tunggal dinilai sesuai untuk diterapkan di Kota Bandung di masa yang akan datang dan diharapkan dapat menyediakan kecepatan, kenyamanan, dan keamanan bagi para pengguna moda transportasi. Tujuan dari studi ini adalah menentukan Biaya Operasi Kendaraan dan Biaya Waktu Perjalanan dari kendaraan pribadi saat sebelum dan sesudah adanya monorel, kemudian melakukan perhitungan untuk mendapatkan nilai NPV (Net Present Value), BCR (Benefit Cost Ratio), dan EIRR (Economic Internal Rate of Return) berdasarkan rencana pembangunan monorel Kota Bandung untuk koridor Trans Cikapundung. Permodelan jaringan dilakukan dengan memasukkan data-data wilayah dengan
menggunakan
software
EMME4
(Equilibre
Multimodal/Multimodal
Equilibrium) agar sesuai dengan keadaan sebenarnya. Setelah pemodelan jaringan selesai, maka jaringan akan dibebankan oleh data MAT yang telah didapat.
1
Gambar 1 Jaringan Jalan Monorel
Pada studi tugas akhir ini, analisis kelayakan ekonomi dilakukan dalam hal untuk mengetahui seberapa besar manfaat yang diperoleh dari pembangunan konstruksi monorel pada koridor trans cikapundung. Hasil analisis kelayakan ini akan menjadi salah satu indikator untuk menentukan jadi atau tidaknya pembangunan nya oleh pengambil kebijakan.
Gambar 2 Metodologi Analisis Kelayakan Ekonomi
2
Perbandingan biaya (cost) dan manfaat/pengembalian (benefit/revenue) merupakan basis dalam menentukan kelayakan ekonomi dari pembangunan dan pengoperasian
monorel
ini.
Pada
dasarnya,
perbandingan
biaya
dan
manfaat/pengembalian dilakukan antara dua kondisi, yakni untuk skenario tanpa (without project) dan skenario dengan pembangunan monorel (with project). Dalam studi tugas akhir ini, komponen biaya (cost) yang akan diperhitungkan adalah sebagai berikut:
Biaya Prasarana,
Biaya Pengadaan Sarana, dan
Biaya Operasi dan Pemeliharaan. Pada studi kelayakan ini, perhitungan manfaat pembangunan prasarana
transprotasi, dalam hal ini jalan rel, dilakukan dengan menghitung manfaat langsung yang dinikmati pelaku perjalanan yang beralih ke moda monorel dan manfaat tidak langsung yang dinikmati pengguna jalan dari komponen pengurangan Biaya Operasi Kendaraan (BOK) dan Biaya Waktu Perjalanan (BWP) yang diperhitungkan pada kondisi dengan proyek dan tanpa proyek atau menggunakan pendekatan consumer surplus.
BOK dan BWP 9,000,000 8,000,000 6,000,000 5,000,000
4,000,000 3,000,000 2,000,000 1,000,000
BOK DN BOK DS Penghematan BOK
2045
2043
2041
2039
2037
2035
2033
2031
2029
2027
2025
2023
2021
2019
2017
0 2015
X Rp. 1.000.000
7,000,000
Tahun BWP DN BWP DS Penghematan BWP
Gambar 3 Total Penghematan BOK dan BWP
3
Analisis ekonomi dilakukan untuk time horison selama 30 tahun, dengan membandingkan dua kondisi:
Kondisi tanpa proyek (do nothing)
Kondisi dengan proyek (do something) Dari kedua kondisi tersebut yang dibandingkan adalah komponen biaya
terhadap komponen manfaat. Asumsi pentahapan pekerjaan dimulai dari studi dan desain teknis sampai dengan implementasi. Parameter yang digunakan sebagai keluaran analisis ekonomi adalah Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (BCR) serta Economic Internal rate of Return (EIRR). Berikut ini adalah contoh Cashflow pada Skenario Optimis, akan didapat nilai BOK dan BWP pada saat Do-Nothing dan Do-Something, kemudian dihitung penghematan tiap tahunnya selama tahun rencana 30 tahun.
1,000,000 900,000
X Rp. 1.000.000
800,000 700,000 600,000
Penghematan Biaya
500,000 400,000 300,000 200,000 100,000
2044
2042
2040
2038
2036
2034
2032
2030
2028
2026
2024
2022
2020
2018
2016
2014
2012
0
Tahun
Gambar 4 Cashflow Skenario Optimis
Nilai Net Present Value Pembangunan Monorel koridor Trans Cikapundung untuk discount rate 5%, 8% dan 10% pada skenario optimis berturut-turut adalah Rp 963,13 M; Rp -108,67 M; dan Rp -498,69 M; sedangkan pada skenario moderat berturut-turut adalah Rp 978,82 M; Rp -350,96 M; dan -608,79 M; kemudian pada skenario pesimis berturut-turut adalah Rp 1.238,07 M; Rp -580,07 M; dan Rp 752,59 M. Nilai Benefit Cost Ratio Pembangunan Monorel koridor Trans
4
Cikapundung untuk discount rate 5%, 8% dan 10% pada skenario optimis berturutturut adalah 1,45; 0,95; dan 0,07; sedangkan pada skenario moderat berturut-turut adalah 1,34; 0,88; dan 0,07; kemudian pada skenario pesimis berturut-turut adalah 1,31, 0,86; dan 0,08. Nilai Economic Internal Rate of Return Pembangunan Monorel koridor Trans Cikapundung pada skenario optimis adalah 9,95 %, sedangkan pada skenario moderat adalah 8,97 % dan pada skenario pesimis adalah 8,70 %. Berdasarkan nilai EIRR yang didapatkan, hal ini memberikan gambaran bahwa pembangunan monorel koridor trans cikapundung ini layak dan memberikan kontribusi yang cukup baik terhadap kinerja sistem transportasi di Kota Bandung. Besar penghematan Biaya Operasi Kendaraan dan Biaya Waktu Perjalanan dari pembangunan monorel ini bisa didapatkan lebih besar jika zona yang terpengaruh oleh adanya monorel dapat lebih luas lagi, yakni dengan cara menghitung angkutan kota sebagai feeder atau kendaraan pengumpan.
5