perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
STUDI DIFUSI INOVASI PROGRAM LAYANAN LISTRIK PRABAYAR PT.PLN (PERSERO) APJ SURAKARTA TERHADAP ADOPSI INOVASI PADA MASYARAKAT SURAKARTA
DISUSUN OLEH : Renia Karlina D0205115
SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas – Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Sebelas Maret Surakarta
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011
commit to user i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui oleh Dosen Pembimbing Skripsi untuk dipertahankan dihadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pembimbing Skripsi,
Dra. H. Sofiah, M.Si NIP. 19530726 197903 2 001
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN
Skripsi ini telah diuji dan disahkan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta
Hari
:
Tanggal :
Panitia Penguji : ( ………………………………………)
Drs. H. Sutopo JK, M.Si 19570505 198303 1 004
Drs. Kandyawan
( ………………………………………)
NIP. 19610413 199003 1 002
Dra. H. Sofiah, M.Si
( ………………………………………)
NIP. 19530726 197903 2 001
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta
Dekan,
Drs. Supriyadi Sn. Su 19530128 198103 1 001
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
“ Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan kami tunjukan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. “ (Q.S. Al-Ankabut : 69) “ Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. “ (Q.S Al-Insyroh : 11) “ Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. “ (Q.S. Ar-Ra’d : 11)
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
LEMBAR PERSEMBAHAN
Teruntuk Ayah dan Bunda, Kakakku Almh. Melia, Adikku Netia dan Refia Tercinta Terima Kasih yang Tiada Terhingga …
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puja dan sanjungan kita panjatkan kehadirat Allah SWT, sebaik – baiknya pencipta hukum, hakim paling adil dan paling baik, serta Tuhan Mahabijak dan Maha segalanya. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita Rasulullah SAW yang senantiasa kita nantikan syafa’atnya di hari akhir kelak. Berkat rahmat dan hidayah-Nya, penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul STUDI DIFUSI INOVASI PROGRAM LAYANAN LISTRIK PRABAYAR PT. PLN (PERSERO) APJ SURAKARTA TERHADAP ADOPSI INOVASI PADA MASYARAKAT SURAKARTA yang merupakan kewajiban penulis sebagai mahasiswa demi mencapai gelar sarjana jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Dalam skripsi ini berisi uraian-uraian penyebaran Program Layanan Listrik Prabayar yang merupakan terobosan baru dari pemerintah. Selain itu skripsi ini berisi tentang bagaimana masyarakat menerima sebuah terobosan baru tersebut dengan tanpa hambatan yang berarti. Proses difusi dari Program Layanan Listrik Prabayar terdiri dari beberapa unsur yaitu inovasi, saluran komunikasi, jangka waktu dan sistem sosial. Dalam penelitian ini akan diuraikan lebih lanjut keempat unsur tersebut sesuai dengan penelitian di Kota Surakarta. Selanjutnya penulis juga menguraikan tentang adopsi inovasi berdasarkan teori Rogers dan Floyed Shoemaker yang memandang pengambilan keputusan dalam proses adopsi terdiri dari 5 tahapan yaitu
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pengetahuan (Knowledge), Persuasi (Persuasion), Keputusan (Decisions), Implementasi (Implementation), Konfirmasi (Confirmation). Dalam peneitian ini akan dijelaskan bagaimana tahapan-tahapan itu berlangsung pada masyarakat yang bersangkutan. Penulis menyadari banyaknya keterbatasan dalam penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih penulis haturkan kepada orang – orang yang telah membantu sampai terselesaikannya skripsi ini. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapakan terima kasih yang sebesar - besarnya kepada : 1. Drs. H. Supriyadi, S.N, S.U selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Dra. Prahastiwi Utari, M.si.,Ph.D selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP UNS. 3. Dra. H. Sofiah, M.Si selaku dosen Pembimbing Skripsi. 4. Keluargaku tercinta, mama dan papa serta kedua adikku atas dukungan dan doanya selama ini. 5. Bapak Puguh, General Manajer PT. PLN (Persero) APJ Surakarta yang telah mengizinkan penulis melaksanakan Kuliah Kerja Komunikasi di PT. PLN (Persero) APJ Surakarta. 6. Bapak Soeharmanto S.E., pembimbing lapangan yang telah memberikan nasihat, bimbingan serta saran yang begitu berarti. 7. Ibu Tyas, Ibu Lasmi, Bapak Kuncoro, Ibu Suli, dan Bapak Budi yang telah banyak memberi masukan dan berbagi pengalaman sehingga penulis semakin termotivasi. 8. Keluarga Besar Badan Eksekutif Mahasiswa UNS, BEM FISIP UNS, Partai Jembatan FISIP UNS, Studi Ilmiah Mahasiswa (SIM) UNS dan
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KAMMI Daerah Solo yang memberi banyak pengalaman luar biasa. Semangat yang begitu luar biasa telah memberikan energi yang besar bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 9. Uning, Ulfah, Nurul, Lia, “Teman – Teman PANGLIMA 2005”, dan “De Swang” yang telah memberikan banyak bantuan sehingga skripsi ini dapat segera terselesaikan. 10. Ulfah Hidayati, Aulia, Catur, Nia, Rahma, Aci, Rizka, Wiwich, Angga dan teman-teman Kos Al-Banna tercinta yang telah memberikan banyak dorongan untuk segera menyelesaikan skripsi ini Besar harapan penulis, skripsi ini bukan hanya ditujukan sebagai formalitas belaka, tetapi juga sebagai pembelajaran dan dinamisasi dari proses tersebut. Akhir kata, semoga skripsi Studi Difusi Inovasi Program Layanan Listrik Prabayar PT.PLN (Persero) APJ Surakarta Terhadap Adopsi Inovasi Pada Masyarakat Surakarta ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Surakarta, 15 Desember 2010 Penulis,
Renia Karlina
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman i
HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN
ii
HALAMAN PENGESAHAN
iii
MOTTO
iv
PERSEMBAHAN
v
KATA PENGANTAR
vi
DAFTAR ISI
ix
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
ABSTRAK
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
1
A. Latar Belakang
1
B. Rumusan Masalah
8
C. Tujuan Penelitian
9
D. Manfaat Penelitian
9
E.
Kerangka Teori
10
F.
Definisi Konseptual
31
1. Difusi Inovasi Program Layanan Listrik Prabayar
31
2. Adopsi Program Layanan Listrik Prabayar
35
G. Kerangka Berfikir
36
H. Metodologi penelitian
37
1. Tipe Penelitian
37
2. Lokasi Penelitian
37
3. Populasi dan Narasumber
38
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Teknik Pengumpulan Data
BAB II
a. Jenis Data
39
b. Teknik Pengumpulan Data
39
5. Teknik Validitas Data
41
6. Teknik Analisis Data
41
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
44
A. Deskripsi Lokasi PT. PLN (Persero) APJ Surakarta
44
1. Sejarah Berdirinya PT. PLN (Persero)
44
2. Visi dan Misi Perusahaan
48
3. Motto, Falsafah, dan Logo Perusahaan
48
4. Tujuan Perusahaan
49
5. Tata Nilai Anggota Perusahaan
49
6. Prinsip – Prinsip Etika Kerja
51
7. Dasar Hukum Perusahaan
51
8. Struktur Organisasi PT. PLN (Persero) APJ Surakarta
52
9. Divisi – Divisi PT. PLN (Persero) APJ Surakarta
53
10. Lingkup PT. PLN (Persero) APJ Surakarta
60
11. Kepegawaian PT. PLN (Persero) APJ Surakarta
61
B. Program Layanan Listrik Prabayar
63
1. Pengertian Program Listrik Prabayar
63
2. Tujuan Program Layanan Listrik Prabayar
63
3. Sasaran Program Layanan Listrik Prabayar
64
4. Manfaat Program Layanan Listrik Prabayar
64
5. Proses Pemasangan Listrik Prabayar
65
6. Token
66
7. Cara Menggunakan Listrik Prabayar
67
C. Karakteristik Masyarakat Surakarta BAB III
39
69
PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA A. Difusi Program Layanan Listrik Prabayar PT. PLN (Persero) APJ Surakarta
commit to user x
72
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Inovasi
74
2. Saluran Komunikasi
81
a. Media Massa
81
b. Komunikasi Interpersonal
90
c. Komunikasi Kelompok
92
3. Jangka Waktu
95
4. Sistem Sosial
99
B. Adopsi Program Layanan Listrik Prabayar
BAB III
113
1. Pengetahuan (Knowledge)
114
2. Persuasi (Persuasion)
116
3. Keputusan (Decisions)
120
4. Implementasi (Implementation)
122
5. Konfirmasi (Confirmation)
133
KESIMPULAN DAN SARAN
144
A. Kesimpulan
144
B. Saran
148
DAFTAR PUSTAKA
150
LAMPIRAN
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Table 1.1
Ramalan Kebutuhan Energi Listrik ……………………………… 1
Tabel 1.2
Prakiraan Penyedian Energi Listrik di Indonesia ………………..
Tabel 2.1
Pemetaan Wilayah Kerja PT. PLN (Persero) APJ Surakarta …… 60
Tabel 2.2
Komposisi Karyawan Berdasarkan Bidang Kerja
2
Di PT. PLN (Persero) Area Pelayanan dan Jaringan Surakarta … 62 Tabel 3.1
Data Tunggakan Pelanggan PT.PLN (Persero) APJ Surakarta Tahun 2010 ……………………………………………………… 76
Tabel 3.2
Perkembangan Program Layanan Listrik Prabayar Bulan Okteber 2010 …………………………………………….
Tabel 3.3
97
Pengelompokan Adopter Program Layanan Listrik Prabayar di Surakarta …………………………………………………….. 102
Tabel 3.4
Pengelompokan Adopter Program Layanan Listrik Prabayar di Surakarta Berdasarkan Tahap-Tahap Adopsi ……………….. 141
commit to user xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1
Paradigma Proses Keputusan Inovasi …………………………. 21
Gambar 1.2
Pengkategorian Adopter Berdasarkan Keinovatifan ………….. 28
Gambar 1.3
Peningkatan Penggunaan Alat-Alat Komunikasi Tanpa Kawat (Wireless) Di Amerika Tahun 2008 ..………………………… 30
Gambar 1.4
Komponen – Komponen Analisis Data Model Interaktif …….. 43
Gambar 3.1
Salah Satu Pemberitaan Program Layanan Listrik Prabayar Di Surat Kabar …………………………………………………… 89
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Renia Karlina, D0205115, Studi Difusi Inovasi Program Layanan Listrik Prabayar PT. PLN (Persero) APJ Surakarta Terhadap Adopsi Inovasi Pada Masyarakat Surakarta, Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2011, 152 halaman. Program Layanan Listrik Prabayar merupakan sebuah inovasi baru dari PT. PLN dalam menjual energi listrik dengan cara pelanggan membayar dimuka. Oleh karena itu perlu penyebaran (difusi) agar masyrakat mengetahui adanya program tersebut. Tujuan akhirnya adalah agar masyarakat mengadopsi atau menerima program tersebut. Proses difusi dan adopsi inovasi baru merupakan proses komunikasi yang ingin dikaji lebih mendalam oleh peneliti. Penelitian ini betujuan untuk mengetahui proses difusi atau penyebaran dan adopsi Program Layanan Listrik Prabayar yang dilaksanakan PT. PLN (Persero) APJ Surakarta terhadap proses adopsi inovasi masyarakat Kota Surakarta. Metodologi yang digunakan adalah deskripsi kualitatif dengan data primer berasal dari survei dan wawancara. Sedangkan data sekunder berasal dari dokumen-dokumen yang menunjang penelitian ini. Teknik analisis yang digunakan adalah melalui reduksi data, sajian data serta penarikan kesimpulan untuk menjamin validitas data yang diperoleh, maka dalam penelitian ini menggunakan teknik trianggulasi data. Berdasarkan hasil peneitian, proses difusi Program Layanan Listrik Prabayar PT. PLN (Persero) APJ Surakarta Terhadap Adopsi Inovasi Masyarakat Surakarta lebih ditekankan pada tahap saluran komunikasi. Terdapat dua saluran yaitu melalui media massa dan komunikasi interpersonal. Akan tetapi, yang dianggap paling efektif adalah komunikasi tatap muka (interpersonal). Efek yang ditimbulkan setelah adanya difusi Program Layanan Listrik Prabayar PT. PLN (Persero) APJ Surakarta Terhadap Adopsi Inovasi Masyarakat Surakarta yaitu adanya perubahan pola pikir dan tingkah laku masyarakat berupa proses migrasi dari sistem pascabayar ke prabayar. Setelah difusi yang dilakukan, masyarakat Kota Surakarta mengadopsi Program Layanan Listrik Prabayar ini melalui beberapa tahapan. Peneliti menggunakan teori Everet M. Rogers yang membagi proses adopsi menjadi beberapa tahap, yaitu Pengetahuan (Knowledge), Persuasi (Persuasion), Keputusan (Decisions), Implementasi (Implementations), Konfirmasi (Confirmation). Namun tidak semua narasumber melalui tahapan adopsi yang sama saat difusi berlangsung. Waktu yang dibutuhkan dalam penerimaan inovasi berbeda pada setiap individu. Faktor yang mempengaruhi kecepatan proses adopsi yaitu faktor pendidikan, pengalaman, kepentingan, ekonomi, interaksi, serta sumber daya yang dimiliki. Selain itu dalam penelitian ini diantara anggota sistem sosial yang memegang peranan penting dalam proses difusi adalah agen pembaru. Proses difusi murni dilakukan oleh pihak PLN. Selanjutnya, berperan sebagai agen pembaru dalam difusi Program Layanan Listrik Prabayar di Kota Surakarta yaitu para karyawan PT. PLN (Persero) APJ Surakarta. Dalam penelitian ini tidak ada pemuka pendapat yang membantu mempercepat proses difusi ke masyarakat.
commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dalam penelitian ini masyarakat sebagai adopter terbagi menjadi beberapa kelompok adopter sesuai dengan kecepatan mereka dalam menerima inovasi baru. Pada penelitan ini narasumber dapat dipetakan menjadi innovator, Early Adopters (Perintis/Pelopor), Early Majority (Pengikut Dini), Late Majority (Pengikut Akhir), Laggards (Kelompok Kolot/Tradisional). Penelitian ini menunjukkan bahwa pengadopsian inovasi di dalam suatu sistem sosial mengikuti kurva normal berbentuk lonceng jika diukur dari banyaknya pengadopsi dari waktu ke waktu.
commit to user xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Renia Karlina, D020505115, Study of Innovation Diffusion of Pre-cost Electrical Services Program, innovated by PT. PLN (Persero) APJ Surakarta, toward Innovation Adoption of Surakarta’s Society, Faculty of Political and Social Science, University of Sebelas Maret Surakarta, 2010, 147 pages Pre-cost Electrical Services program is a new innovation to sell electrical energy in which the customer paid in advance. Therefore, the diffusion is needed to promote that program in order to be known by society. The ending purpose is that the society can adopt and accept the program. In this case, the researcher would analyze further about the process of new innovation diffusion and adoption as a communication process. The research was purposed to identify the process of diffusion and adoption of Pre-cost Electrical Services program, innovated by PT. PLN (Persero) APJ Surakarta, toward Innovation Adoption Process of Surakarta’s Society. The research applied a descriptive qualitative method by conducting primary and secondary data. The primary data were received through survey and interview, whereas the documents related to the research were the secondary one. The techniques of analysis consisted of reducing, providing, and concluding the data. To guarantee their validity, the research applied triangulation technique. According to the result, the diffusion process of Pre-cost Electrical Services program, innovated by PT. PLN (Persero) APJ Surakarta, toward Innovation Diffusion of Surakarta’s Society focused on the communication channels. There were two kinds of communication channels, they were: mass media and interpersonal communication. However, the most effective one was interpersonal communication face-to-face. The effect would be changing societies’ mind and behaviour from post-cost into pre-cost Electrical Services program. After the diffusion process had been conducted, the society adopted the program through some steps. The researcher conducted the theory of Everet M. Rogers consisting five steps of adoption process, such as: Knowledge, Persuasion, Decision, Implementations, and Confirmation. However, not all of respondents conducted those steps. The time used of each person in accepting the innovation was different. There were many influences, such as: knowledge, experience, economic, interaction, and human resource development. In addition, the diffusion process is also influenced by the reformer agent. The pure diffusion was conducted by internal staffs of PT. PLN. Meanwhile, the workers of PT. PLN APJ Surakarta were the reformer agents. In this research, there was not argumentator who helped the acceleration of diffusion to the society. In the research, the society conducting as adopter is divided into some groups based on their speed of accepting new innovation. In this case, the respondents were considered as innovators, Early Adopters, Early Majority, Late Majority,
commit to user xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
and Laggards. This research shows that innovation adoption within social system follows curvy lines if it is measured based on the number of adopters time by time.
commit to user xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 1
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Suatu kenyataan bahwa kebutuhan akan energi, khususnya energi listrik di Indonesia, semakin berkembang menjadi bagian tak terpisahkan dari kebutuhan hidup masyarakat sehari-hari seiring dengan pesatnya peningkatan pembangunan di bidang teknologi, industri dan informasi. Hal ini dapat dilihat dari tabel berikut ini : Tabel 1.1 Ramalan Kebutuhan Energi Listrik Sektor
1990
2000
2010
GWh persen GWh persen GWh persen Industri
35.305 68,0
84.822 69,0
183.389 70,0
Rumah tangga 9.865 19.00 22.2392 18.0
40.789 16.0
Fasilitas umum 3.634 7,0
6.731
6.0
12.703 5.5
Komersial
3.115 6.0
8.811
7,0
21.869 8.5
Total
51.919 100.0 122.603 100.0 258.747 100.0
Sumber: Djojonegoro, 1992 1
Namun, pelaksanaan penyediaan energi listrik yang dilakukan oleh PLN, selaku lembaga resmi yang ditunjuk oleh pemerintah untuk mengelola masalah kelistrikan di Indonesia, sampai saat ini masih belum dapat memenuhi kebutuhan
1
Djojonegoro,W., 1992, Pengembangan dan penerapan energi baru dan terbarukan, Lokakarya "Bio Mature Unit" (BMU) untuk pengembangan masyarakat pedesaan, BPPT, Jakarta, hal 8.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
masyarakat akan energi listrik seiring dengan semakin bertambahnya kebutuhan energi listrik masyarakat Indonesia. Kondisi geografis negara Indonesia yang terdiri atas ribuan pulau dan kepulauan, tersebar dan tidak meratanya pusat-pusat beban listrik, rendahnya tingkat permintaan listrik di beberapa wilayah, tingginya biaya marginal pembangunan sistem suplai energi listrik, serta terbatasnya kemampuan finansial, merupakan faktor-faktor penghambat penyediaan energi listrik dalam skala nasional.2 Tabel 1.2 Prakiraan Penyedian Energi Listrik di Indonesia 1990
2000
2010
Sumber Energi MW persen MW persen MW persen Batubara
1.930 8.8
10.750 28.4
28.050 35.3
Gas
3.530 16.0
7.080 18.7
14.760 21.5
Minyak
2.210 10.0
1.950 5.2
320
Solar
11.020 50.1
9.410 24.8
4.060 5.9
Panas Bumi
170
Air
2.850 13.0
Biomass
270
1.2
290
0.8
460
0.7
Lain-lain
20
0.1
160
0.4
370
0.5
0.8
500
1.3
7.720 20.4
430
0.5
0.6
10.310 15.0
(Surya Angin) Total
22.000 100.0 37.860 100.0 68.760 100.0
Sumber: Djojonegoro, 1992 & Wibawa, 1996 3
2
Ramani,K.V., 1992, Rural electnEcation and rural development, Rural electrification guide book for Asia & Pacific, Bangkok, hal 43. 3 Djojonegoro,W., 1992, Pengembangan dan penerapan energi baru dan terbarukan, Lokakarya "Bio Mature Unit" (BMU) untuk pengembangan masyarakat pedesaan, BPPT, Jakarta, hal 12.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
Listrik merupakan energi yang jumlahnya terbatas. Saat ini permintaan listrik semakin tinggi, sedangkan persediaannya sangat terbatas. Berbagai langkah penghematan harus dilakukan oleh semua pihak. Hal ini semakin ditegaskan oleh Pemerintah melalui Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008, tanggal 2 Mei 2008 tentang Penghematan Energi dan Air. Disebutkan dalam Inpres tersebut antara lain adanya kenaikan harga minyak dunia, pengurangan BBM untuk produksi tenaga listrik, dan usaha pertahanan pasokan tenaga listrik ke pelanggan. Pada masa Pemerintahan saat inipun, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah menegaskan bahwa listrik adalah satu hal yang akan mendapat perhatian serius dari pemerintah. Kebutuhan listrik yang semakin besar menunjukkan semakin besar jumlah pelanggan. Semakin bertambahnya jumlah pelanggan, menunjukkan semakin majemuk pelanggan atau masyarakat yang harus dilayani oleh satu-satunya lembaga pemerintah yang mengelola listrik di Indonesia ini. Hal ini tentu menjadi tanggung jawab tersendiri bagi PLN untuk memberikan yang terbaik bagi masyarakat Indonesia selaku pelanggannya. Sebagai wujud komitmen PLN untuk terus meningkatkan pelayanannya kepada pelanggan, PLN selalu memberikan beragam inovasi terbaru untuk meningkatkan pelayanan kepada seluruh pelanggan. Salah satu bentuk inovasi PLN sebagai wujud komitmen PLN untuk terus berinovasi adalah Program Layanan Listrik Prabayar. Program Layanan Listrik Prabayar adalah jawaban PLN dari banyaknya keluhan dari pelanggan selama ini. Keluhan tersebut seputar kesalahan pencatatan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
meter, jumlah tagihan yang tidak menentu setiap bulan, dan keluhan lain tentang tagihan listrik di rumah kontrakan/kos. Dengan adanya Listrik Prabayar pelanggan dapat dengan mudah mengendalikan pemakaian listriknya sesuai dengan kebutuhan. Layanan Listrik Prabayar merupakan bentuk pelayanan PLN dalam menjual energi listrik dengan cara pelanggan membayar dimuka. Mudahnya, sebelum menggunakan listrik dari PLN, pelanggan terlebih dahulu membeli sejumlah nominal energi listrik, sesuai yang dibutuhkan. Inovasi layanan ini terletak pada konsep layanannya yang mirip dengan konsep telepon selular prabayar. Dengan layanan ini, energi listrik (kWh)-nya dibeli oleh pelanggan. Pemakaian listriknya dapat dihemat sesuai kebutuhan, seperti pemakaian pulsa HP. Kekhawatiran tagihan listrik membengkak tak perlu lagi terjadi. Baik yang disebabkan oleh penggunaan listrik yang tak terkontrol maupun terjadinya kesalahan baca meter. Dengan membeli listrik di awal, hal-hal yang tidak diinginkan tersebut tak perlu lagi terjadi. Bila dibandingkan dengan penggunaan layanan pascabayar selama ini, pelanggan relatif tak leluasa untuk mengetahui berapa besar energi listrik yang telah dikonsumsi. Pelanggan dapat mengetahuinya setelah waktu pembayaran atau bahkan saat akan membayar di loket PLN. Maka, tak heran jika kadang pelanggan dibuat kaget oleh tagihan yang melambung tinggi yang disebabkan oleh penggunaan listrik yang tak terkendali.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
Dengan layanan listrik prabayar, pelanggan bukan saja bisa mengetahui sudah berapa banyak energi listrik yang dikonsumsi, namun juga dapat melihat berapa energi listrik yang masih tersisa untuk dapat digunakan. Mengingat uniknya sifat layanan listrik prabayar ini, maka diperlukan alat khusus yang berbeda dengan layanan listrik pascabayar. Alat khusus ini dinamakan kWh Meter (meteran listrik) Prabayar, atau lebih dikenal sebagai Meter prabayar. Setiap pelanggan prabayar akan dilengkapi dengan meter prabayar ini beserta 1 Kartu Prabayar. Meter tersebut yang akan mencatat penggunaan listrik anda. Sedang, kartu prabayar selain sebagai nomor identitas pelanggan prabayar juga berfungsi sebagai alat transaksi pembelian energi listrik. Kartu Prabayar tersebut dipakai oleh pelanggan selama masih berlangganan listrik PLN. Jadi, saat membeli energi listrik (isi ulang), pelanggan harus menunjukkan dan memberikan kartu prabayar kepada petugas PLN untuk dilakukan pengisian energi listrik. Tanpa kartu prabayar, pengisian ulang tidak dapat dilakukan. Sistem Prabayar merupakan bentuk paling efisien pembayaran listrik karena pelanggan hanya dibebankan membeli sejumlah kredit (isi ulang) untuk kemudian dipergunakan sampai kWh listrik tersebut habis. Hal ini sama seperti penggunaan isi ulang telepon selular yang biasa kita gunakan. Program layanan ini merupakan lompatan inovasi yang menjembatani keinginan pelanggan khususnya solusi bagi penghuni musiman. Dengan demikian, pelanggan prabayar memiliki keunggulan dalam melakukan konservasi energi bila dibandingkan dengan pelanggan biasa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
Selanjutnya, pelanggan juga dapat menggunakan listrik tanpa batasan daya, tidak ada ketentuan peruntukan listrik bagi rumah tangga, bisnis atau lainnya serta tidak perlu membayar rekening bulanan. Tarip listrik Prabayar sesuai dengan Tarip Dasar Listrik (TDL Tahun 2004), yakni Tarip Multiguna untuk pelanggan Reklame, Billboard, pedagang Kaki-Lima dsb sebesar Rp 1.380/ kWh. Bila dibandingkan dengan tarip reguler, maka listrik prabayar boleh dikatakan lebih murah. Karena pelanggan tidak perlu lagi membayar Uang Jaminan Langganan (UJL), sementara harga per kWh-nya tetap (flat). Dengan listrik prabayar, keuntungan ganda diperoleh pelanggan, disamping dapat mengkontrol pemakaian listrik sesuai kemampuan biaya, juga tidak dikenakan UJL. Bagi PLN, manfaat utama yang diperoleh adalah peningkatan citra pelayanan karena tidak akan ada lagi masalah kesalahan baca meter yang sering menjadi keluhan pelanggan saat ini. Proses sosialisasi Layanan Listrik Prabayar ini haruslah ditangani secara serius dan terkoordinasi dengan baik, apalagi bagi suatu instansi pengelola negara yang melayani kepentingan masyarakat, agar adaptasi terhadap inovasi baru ini mudah diserap masyarakat. Kemampuan dalam berkomunikasi sangat menentukan opini publik terhadap produk baru seperti Layanan Listrik Prabayar. Prinsip komunikasi dua arah merupakan tuntutan seorang PR agar dapat memberitahu atau dapat mengubah sikap, pendapat, perilaku tertentu perorangan/kelompok agar sesuai dengan tujuan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
institusi yang diwakilinya. Dengan kata lain dapat berkomunikasi se-efektif mungkin untuk menciptakan saling pengertian. Tentunya semua itu tidak akan terwujud tanpa bantuan dari semua pihak, terutama pihak media. Organisasi tidak hanya membutuhkan liputan media cetak melainkan media penyiaran atau media elektronika dan media on line pun diharapkan bisa memberikan liputan yang bisa memperlancar proses sosialisasi kepada masyarakat. Hubungan yang baik antara kedua belah pihak akan membawa dampak penting dalam keberlangsungan PT. PLN (Persero) selanjutnya. Dengan publik yang tersebar, bukan saja secara geografis tapi juga secara demografis, maka kegiatan komunikasi akan sulit dilakukan bila tidak memanfaatkan media massa. Media massa menjadi media komunikasi yang bisa menjangkau publik yang tersebar dan beragam kepentingannya itu. Sukar dibayangkan bila PT. PLN (Persero) harus menyampaikan berbagai informasi dengan menggunakan media tradisional, maka cara termudah adalah dengan menyampaikannya melalui media massa. PT. PLN (Persero) yang berpusat di Jakarta tak bekerja sendiri dalam memantau dan memberikan layanan kepada konsumen si seluruh wilayah Indonesia. PT. PLN (Persero) memiliki perpanjangan tangan ke kota – kota besar lainnya di seluruh Indonesia yang disebut dengan Area Pelayanan dan Jaringan (APJ). Salah satu kantor Area Pelayanan dan Jaringan (APJ) adalah PT. PLN (Persero) APJ Surakarta yang berada di kota Surakarta. Dimana tingkat pemakai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
listrik masyarakat Solo cukup tinggi yaitu sebesar 225 juta kWh. Dari jumlah listrik yang digunakan, pemakai terbesar adalah rumah tangga yaitu sebesar 91%. Humas APJ PLN Surakarta, Soeharmanto,S.E menyatakan sekitar 90% terserap di pelanggan rumah tangga, sisanya digunakan di masjid atau di kantor kelurahan. PLN APJ Surakarta mencatat sejak diluncurkan kali pertama bulan Desember 2009 hingga bulan April 2010, jumlah alat meteran listrik Prabayar yang telah terpasang secara riil di wilayah Soloraya mencapai 3.480-an unit. Respons pelanggan terhadap alat meteran prabayar tersebut cukup tinggi. Hal itu terlihat dari daftar tunggu pelanggan yang telah mendaftarkan diri untuk mengganti alat meteran lamanya dengan alat meteran Prabayar tersebut yang saat ini sudah mencapai lebih dari 500 pelanggan. Guna menggambarkan dan memaparkan proses difusi inovasi program Layanan Listrik Prabayar di PT. PLN (Persero) APJ Surakarta serta mengidentifikasi masalah dan langkah yang diambil dalam mensosialisasikan program tersebut, maka diperlukan penelitian yang dapat mendeskripsikan hal itu dalam bentuk penelitian deskriptif kualitatif. Berawal dari hal tersebut, peneliti ingin mendapatkan gambaran tentang Difusi Inovasi Program Layanan Listrik Prabayar PT. PLN (Persero) APJ Surakarta terhadap adopsi inovasi pada masyarakat Surakarta dan sejauh mana inovasi Program Layanan Listrik Prabayar tersebut mampu diadopsi oleh masyarakat di Surakarta.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
B. RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimanakah proses difusi inovasi Program Layanan Listrik Prabayar PT. PLN (Persero) APJ Surakarta terhadap adopsi inovasi pada masyarakat Surakarta? 2. Sejauh mana inovasi Program Layanan Listrik Prabayar tersebut mampu diadopsi oleh masyarakat, khususnya masyarakat di Surakarta?
C. TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran proses difusi inovasi Program Layanan Listrik Prabayar PT. PLN (Persero) APJ Surakarta terhadap adopsi inovasi pada masyarakat Surakarta. Serta untuk mengetahui sejauh mana inovasi Program Layanan Listrik Prabayar tersebut mampu diadopsi oleh masyarakat, khususnya masyarakat di Surakarta.
D. MANFAAT PENELITIAN Dari hasil penelitian diharapkan akan dapat diperoleh manfaat sebagai berikut: 1. Dapat menyumbangkan pengetahuan dan pemikiran yang bermanfaat di bidang ilmu komunikasi. 2. Dapat digunakan sebagai sarana bagi penulis untuk memperluas wawasan mengenai
ilmu
komunikasi
khususnya
Pembangunan.
commit to user
di
bidang
Komunikasi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
3. Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah masukan-masukan
bagi
pemilik
dan
pengelola
perusahaan
serta
pemerintah dalam menjalankan kebijakan di masa yang akan datang.
E. KERANGKA TEORI Komunikasi massa mempunyai efek, itu tidak bisa dibantah. Wujud efek bisa berwujud tiga hal : efek kognitif (pengetahuan), afektif (emosinal dan perasaan), dan behavioral (perubahan pada perilaku). 4 Penelitian empirik efek komunikasi massa mempunyai sejarah yang relatif cukup singkat. Sejarah dimulai tahun 1930-an dengan munculnya motion picture (gambar bergerak). Paling tidak dikenal tiga efek dalam komunikasi massa sejak tahun 1930-an, yakni efek tak terbatas (unlimited effect), diikuti efek terbatas (limited effect), kemudian effect moderat (not so limited effect) (Keith R. Stamm dan John E. Bowes, 1990). Jika dirinci rentang waktunya sebagai berikut : 1930 – 1950
efek tak terbatas (unlimited effect)
1050 – 1970
efek terbatas (limited effect)
1970 – 1980-an
effect moderat (not so limited effect) 5
Efek tak terbatas (unlimited effect) didasarkan pada asumsi-asumsi sebagai berikut : 1. Ada hubungan yang langsung antara isi pesan dengan efek yang ditimbulkan. 4 5
Msi. Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada. 2007), hlm.228 Ibid, hal 214
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
2. Penerima pesan tidak mempunyai sumber sosial dam psikologis untuk menolak upaya persuasif yang dilakukan media massa. 6 Tiga peristiwa (“perang dunia” siaran radio, propaganda Perang Dunia II, dan kampanye perang obligasi Kate Smith) disebut sebagai bukti munculnya efek tidak terbatas dari saluran komunikasi massa. Kemudian analisis Cantril menunjukan bahwa pengaruh komunikassi massa sangat komplek dan bersifat langsung, meskipun ada penjelasan yang mengatakan bahwa pengaruh komunikasi massa kecil, misalnya pendapat bahwa kampanye Kate Smith hanya menunjukkan sedikit presentase audience untuk menerima kampanyenya (perang obligasi). 7 Meskipun banyak yang mengkritik, efek tak terbatas ini masih diyakini memiliki pengaruh yang kuat dalam “membentuk” benak audience. Paling tidak ada beberapa hal berikut yang bisa dijadikan sebagai alasan, yaitu : 1. Pengulangan (Redundancy) 2. Mengidentifikasi dan memfokuskan pada audience terentu yang ditargetkan Berbeda dengan asal usul “efek tidak terbatas” yang meragukan, sumber model efek terbatas awalnya diperkenalkan oleh Joseph Klaper. Dalam disertasinya
yang
berjudul
“Pengaruh
Media
Massa”
tahun
1960,
ia
menyimpulkan bahwa media massa mempunyai efek terbatas berdasarkan penelitiannya pada kasus kampanye publik, kampanye politik, dan percobaan pada desain pesan yang bersifat persuasif. Klaper menyimpulkan “Ketika media
6 7
Ibid, hal 216 Msi. Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada. 2007), hal 217
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
menawarkan isi yang diberitakan ternyata hanya sedikit yang bias mengubah pandangan dan perilaku audience”. 8 Joseph Klaper dalam buku The Effect of Mass Communication (1960) menunjukan bahwa faktor psikologis dan sosial ikut berpengaruh dalam proses penerimaan pesan dari media massa. Faktor-faktor tersebut antara lain proses seleksi, proses kelompok, norma kelompok, dan keberadaan pemimpin opini. Ada dua hal yang mendasari mengapa efek terbatas bisa terjadi, yaitu : 1. Rendahnya terpaan media 2. Perlawanan. Perlawanan berasal dari individu sebagai audience komunikasi massa. Perlawanan menjadi salah satu “alat penyaring” yang akan ikut mempengaruhi penolakan pesan-pesan media massa. Ini artinya, perlawanan lebih kuat pengaruhnya dibandingkan dengan terpaan media massa itu sendiri. 9
Pendapat terakhir dan aktual tentang efek komunikasi massa adalah “efek moderat”. Peran komunikasi massa ikut berubah dibarengi oleh peningkatan pendidikan masyarakat. Ada beberapa hal yang ikut mempengaruhi proses penerimaan pesan seseorang, misalnya selective exposure. Selective exposure sebenarnya adalah gejala kunci yang sering dikaitkan dengan model efek terbatas, tetapi bukti yang ada di lapangan justru sering bertolak belakang. Dalam efek model moderat ini ada banyak variabel yang ikut mempengaruhi penerimaan pesan. Tidak hanya dari media massa itu sendiri, tetapi faktor lain, seperti : tingkat pendidikan, lingkungan sosial, kebutuhan, dan sistem nilai yang dianutnya juga turut berpengaruh terhadap penerimaan pesan seseorang. Jadi
8 9
Ibid, hal 220 Msi. Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada. 2007), hal 222
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
semakin tinggi tingkat pendidikan individu, semakin selektif untuk menerima pesan-pesan yang berasal dari media massa. 10 Efek suatu komunikasi massa berupa realitas-realitas kemasyarakatan pada dasarnya dimulai dari “individu-individu yang jumlahnya tak terbatas. Individuindividu bersikap sendiri-sendiri menurut kondisinya masing-masing.” Oleh karena itu kita dapat menyatakan, bahwa efek terjadi pada individu-individu dan kemudian menjadi sikap masyarakat. Menurut Astrid S. Susanto dalam Komunikasi Dalam Teori dan Praktek menunjukkan bahwa efek suatu komunikasi pada umumnya terhadap individu secara konkrit dapat diklasifikasi dalam tingkat-tingkat sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5.
Menerima idea, melaksanakan dan menganjurkan kepada orang lain. Bisa menerima dan melaksanakan (tanpa merumuskan penganjurannya). Idea bisa diterima tapi masih dipikirkan pelaksanaannya. Idea tidak diterima. Idea ditolak bahkan memikirkan kemungkinan mengambil saran / anjuran dari pihak lawan A, yaitu C. 6. Menolak idea A dan mengambil / melaksanakan idea dari lawan A, yaitu C. 7. Menolak idea dari A, menerima idea dari C (= lawan A) dan menganjurkan penggunaan idea C kepada orang lain.11 Sesungguhnya suatu idea yang menyentuh dan merangsang individu dapat diterima atau ditolak sebagaimana tingkat-tingkat efek yang tersebut itu atau ditolak sebagaimana tingkat-tingkat efek itu, pada umumnya melalui proses : 1. Proses mengerti (proses kognitif) 2. Proses menyetujui (proses obyektif), dan
10
Ibid, hal 227
11
Astrid S. Susanto, Komunikasi Dalam Teori dan Praktek (Bandung : P.T. Rindang Mukti. 1977), hlm 164
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
3. Proses perbuatan (proses sensmotorik) atau dapat juga dikatakan melalui proses : a. Terbentuknya suatu pengertian / pengetahuan (knowledge) b. Proses suatu sikap menyetujui atau tidak menyetujui (attitude) c. Proses terbentuk gerak pelaksanaan (practice) Proses di atas menurut E. Rogers dan Schoemaker (1971) sebenarnya melalui lima tahap, yaitu : 1. 2. 3. 4. 5.
Kesadaran Perhatian Evaluasi Coba-coba Adopsi 12
Kelima tahap ini merupakan tahap dalam proses penyebaran sebuah ide atau inovasi baru kepada anggota suatu sistem sosial yang dikenal sebagai difusi. Difusi inovasi merupakan teori yang dipopulerkan oleh Everett Rogers pada tahun 1964 melalui bukunya yang berjudul Diffusion of Innovations. Everett Rogers mendefinisikan difusi sebagai proses dimana sebuah inovasi dikomunikasikan melalui berbagai saluran dan jangka waktu tertentu dalam sebuah sistem sosial. Hal tersebut sejalan dengan pengertian difusi dari Rogers (1961), yaitu : “as the process by which an innovation is communicated through certain channels over time among the members of a social system.” Unsur-unsur difusi (penyebaran) ide-ide baru ialah (1) inovasi yang (2) dikomunikasikan melalui saluran tertentu (3) dalam jangka waktu tertentu, kepada (4) anggota suatu sitem sosial.
12
Marhaeni Fajar, Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktik. (Yogyakarta : Graha Ilmu. 2009), hlm 165
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
Rogers dan Floyed Shoemaker (1987) menegaskan bahwa “difusi merupakan tipe komunikasi khusus, yaitu mengkomunikasikan inovasi. Ini berarti kajian difusi merupakan bagian kajian komunikasi yang berkaitan dengan gagasangagasan baru, sedangkan pengkajian komunikasi meliputi semua bentuk pesan” atau dalam istilah Rogers (1961) difusi menyangkut “which is the spread of a new idea from its source of invention or creation to its ultimate users or adopters.” Jadi jika yang dikomunikasikan bukan produk inovasi, maka kurang lazim disebut sebagai difusi. Srinivas R Melkote dalam Communication for Development in the Third World menyatakan bahwa : “The diffusion of innovations theory has important theoretical links with communication effects research. As pointed out earlier, the emphasis was on communication effects : the ability of media messages and opinion leaders to create kmowledge of new practices and ideas and persuade the target to adopt the exogenously introduced innovations.” 13 Dari keterangan di atas dapat kita simpulkan bahwa teotri difusi inovasi tak bisa dipisahkan dari efek komunikasi. Teori difusi inovasi ini termasuk dalam efek model moderat, karena banyak variabel yang ikut mempengaruhi penerimaan pesan. Tidak hanya dari media massa, tetapi faktor lain, seperti : tingkat pendidikan, lingkungan sosial, kebutuhan, dan sistem nilai yang dianutnya juga turut berpengaruh terhadap penerimaan pesan seseorang. Jadi semakin tinggi tingkat pendidikan individu, semakin selektif untuk menerima pesan-pesan yang berasal dari media massa. Dalam hal ini penekannya adalah efek komunikasi yaitu
13
Srinivas R. Melkote, Communication for Development in the Third World, Theory and Practice ( New Delhi: Sage Publications. 1991), hlm 75
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
kemampuan pesan media dan opinion leader untuk menciptakan pengetahuan, ide dan penemuan baru dan membujuk sasaran untuk mengadopsi inovasi tersebut. Inovasi adalah suatu ide, karya atau objek yang dianggap baru oleh seseorang. Ciri-ciri inovasi yang dirasakan oleh para anggota suatu sistem sosial menentukan tingkat adopsi : (1) relative advantage (keuntungan relative), (2) compatibility (kesesuaian), (3) complexity (kerumitan), (4) trialability (kemungkinan di coba), (5) observability (kemungkinan diamati). Relative advantage adalah suatu derajat dimana inovasi dirasakan lebih baik dari pada ide lain yang menggantikannya.derajat keuntungan tersebut bisa dihitung secara ekonomis, tetapi faktor prestasi sosial, kenyamanan dan kepuasan juga merupakan unsur penting. Compatibility adalah suatu derajat dimana inovasi dirasakan ajeg atau konsisten dengan nilai – nilai yang berlaku, pengalaman dan kebutuhan mereka yang melakukan adopsi. Complexity adalah mutu derajat dimana inovasi dirasakan sukar untuk dimengerti dan dipergunakan. Trialability adalah mutu derajat dimana inovasi di eksperimentasikan pada landasan yang terbatas. Observability adalah suatu derajat dimana inovasi dapat disaksikan oleh orang lain.14 Dalam hubungan ini Sudikno memberikan gambaran bahwa sesuatu dikatakan baru bila : 1. Menciptakan sesuatu yang baru, yang sebelumnya belum ada. 2. Menciptakan sesuatu yang baru dari yang sudah ada. 3. Memperbarui sesuatu dari yang sudah ada.15 Umumnya aplikasi komunikasi massa yang utama berkaitan dengan proses adopsi inovasi ( hal – hal / nilai baru ). Kondisi perubahan sosial dan teknologi dalam masyarakat melahirkan kebutuhan yang dapat menggantikan metode lama dengan metode yang baru. Semua itu menyangkut komunikasi massa karena berada dalam situasi dimana perubahan potensial bermula dari riset ilmiah, dan kebijaksanaan umum yang harus diterapkan oleh masyarakat.
14
Elvinaro Ardianto dan Lukiati K. Erdinaya, Komunikasi Massa : Suatu Pengantar (Bandung : Simbiosa Rekatama Media. 2005), hlm 63 15 Sutopo JK, Komunikasi Pembangunan dan Komunikasi Kependudukan (Surakarta : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta. 1986), hlm 51
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
Sesuai dengan pemikiran Rogers, terdapat empat unsur-unsur pokok dalam difusi, yaitu: 1. Inovasi : gagasan, tindakan, atau barang yang dianggap baru oleh seseorang. Dalam hal ini, kebaruan inovasi diukur secara subjektif menurut pandangan individu yang menerimanya. Jika suatu ide dianggap baru oleh seseorang maka ia adalah inovasi untuk orang itu. Konsep ’baru’ dalam ide yang inovatif tidak harus baru sama sekali. 2. Saluran komunikasi : ’alat’ untuk menyampaikan pesan-pesan inovasi dari sumber kepada penerima. Dalam memilih saluran komunikasi, sumber paling tidak perlu memperhatikan (a) tujuan diadakannya komunikasi dan (b) karakteristik penerima. Jika komunikasi dimaksudkan untuk memperkenalkan suatu inovasi kepada khalayak yang banyak dan tersebar luas, maka saluran komunikasi yang lebih tepat, cepat dan efisien, adalah media massa. Tetapi jika komunikasi dimaksudkan untuk mengubah sikap atau perilaku penerima secara personal, maka saluran komunikasi yang paling tepat adalah saluran interpersonal. Saluran komunikasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu : a) Saluran interpersonal dan media massa. Saluran interpesonal adalah saluran yang melibatkan tatap muka antara sumber dan penerima, antar dua orang atau lebih. Saluran media massa adalah penyampaian pesan yang memungkinkan sumber mencapai suatu audiens dalam jumlah besar, dapat menembus waktu dan ruang. b) Saluran lokalit dan saluran kosmopolit. Saluran interpersonal dapat berifat kosmopolit, yakni jika menghubungkan dengan sumber di atau dari luar sistem. Sebaliknya bersifat lokalit jika hanya terbatas pada daerah atau sistem sosial itu saja. Sedangkan saluran melalui media massa sudah pasti bersifat kosmopolit. Dalam difusi inovasi saluran komunikasi memiliki karakter kelebihan dan kelemahan masing-masing. Oleh karena itu, dalam menggunakan saluran komunikasi ini perlu mempertimbangkan berbagai hal. Hasil penelitian Rogers dan Beal (1960) berkaitan dengan saluran komunikasi menunjukan beberapa prinsip sebagai berikut : a) Saluran komunikasi massa relatif lebih penting pada tahap pengetahuan dan saluran antar pribadi (interpersonal) relatif lebih penting pada tahap persuasi. b) Saluran kosmopolit lebih penting pada tahap pengetahuan dan saluran lokal relatif lebih penting pada tahap persuasi. c) Saluran media masa relatif lebih penting dibandingkan dengan saluran antar pribadi bagi adopter awal (early adopter) dibandingkan dengan adopter akhir (late adopter). d) Saluran kosmopolit relatif lebih penting dibandingkan dengan saluran lokal bagi bagi adopter awal (early adopter) dibandingkan dengan adopter akhir (late adopter).16 16
http://wsmulyana.wordpress.com/2009/01/25/teori-difusi-inovasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
Menurut Onong U. Effendi terdapat dua jenis komunikasi berdasarkan sifatnya, yaitu : 1. Komunikasi tatap muka (face to face communication) Komunikasi tatap muka dipergunakan apabila kita mengharapkan efek perubahan tingkah laku (behavior change) dari komunikan. Pada komunikasi tatap muka terjadi umpan balik langsung (immediate feedback). Berdasarkan jumlah komunikan yang dihadapi komunikator, komunikasi tatap muka diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu: a. Komunikasi antarpersona Komunikasi antarpersona adalah komunikasi antara komunikator dengan seorang komunikan. Komunikasi ini paling efektif dalam mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang, karena sifatnya dialogis berupa percakapan. Arus balik bersifat langsung sehingga komunikator mengetahui tanggapan komunikan ketika komunikasi berlangsung. b. Komunikasi kelompok Pada dasarnya komunikasi kelompok (group communication) sama dengan komunikasi antarpersona, yang membedakannya adalah jumlah komunikannya. Karena jumlah komunikannya menimbulkan konsekuensi, maka komunikasi kelompok diklasifikasikan menjadi : i) Komunikasi Kelompok Kecil Situasi komunikasi dinilai sebagai komunikasi kelompok kecil apabila terjadi komunikasi antarpersona dalam setiap komunikan. Dengan kata lain, antar komunikator dengan setiap komunikan dapat terjadi dialog. ii) Komunikasi Kelompok Besar Situasi komunikasi dinilai sebagai komunikasi besar apabila sukar terjadi komunikasi antarpersona antara komunikator dengan komunikan. 2. Komunikasi bermedia (mediated communication) Komunikasi bermedia adalah komunikasi yang menggunakan saluran atau sarana untuk meneruskan suatu pesan kepada komunikan yang jauh tempatnya dan atau banyak jumlahnya.17 Komunikasi tatap muka biasa kita sebut dengan komunikasi langsung karena komunikator langsung berhadapan dengan komunikan. Selain itu, komunikator juga bisa langsung mengetahui timbal balik yang dilakukan oleh komunikan. Sedangkan komunikasi bermedia disebut juga komunikasi tidak langsung (indirect communication) karena komunikasi berlangsung melalui perantara media tertentu. Arus balik dari komunikan tidak bisa langsung 17
Onong U. Effendi, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek (Bandung : Remaja Rosdakarya. 2005), hlm 8.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
dirasakan oleh komunikator. Komunikator tidak mengetahui tanggapan komunikan pada saat berkomunikasi. 3. Jangka waktu : proses keputusan inovasi, dari mulai seseorang mengetahui sampai memutuskan untuk menerima atau menolaknya, dan pengukuhan terhadap keputusan itu sangat berkaitan dengan dimensi waktu. Paling tidak dimensi waktu terlihat dalam (a) proses pengambilan keputusan inovasi, (b) keinovatifan seseorang: relatif lebih awal atau lebih lambat dalam menerima inovasi, dan (c) kecepatan pengadopsian inovasi dalam sistem sosial. 4. Sistem sosial : kumpulan unit yang berbeda secara fungsional dan terikat dalam kerjasama untuk memecahkan masalah dalam rangka mencapai tujuan bersama.18 Proses Keputusan Inovasi The innovation-decision process merupakan proses mental yang mana seseorang atau lembaga melewati dari pengetahuan awal tentang suatu inovasi sampai membentuk sebuah sikap terhadap inovasi tersebut, membuat keputusan apakah menerima atau menolak inovasi tersebut, mengimplementasikan gagasan baru tersebut, dan mengkonfirmasi keputusan ini. Seseorang akan mencari informasi pada berbagai tahap dalam proses keputusan inovasi untuk mengurangi ketidakyakinan tentang akibat atau hasil dari inovasi tersebut. Proses keputusan inovasi ini adalah sebuah model teoritis dari tahapan pembuatan keputusan tentang pengadopsian suatu inovasi teknologi baru. Proses keputusan inovasi dibuat melalui sebuah cost-benefit analysis yang mana rintangan terbesarnya adalah ketidakpastian ( uncertainty). Orang akan mengadopsi suatu inovasi jika mereka merasa percaya bahwa inovasi tersebut akan memenuhi kebutuhan . Jadi mereka harus percaya bahwa inovasi tersebut akan memberikan keuntungan relatif pada hal apa yang digantikannya. Hal ini telah dibuktikan oleh C. C. Wong and P. L. Hiew melalui 18
http://wsmulyana.wordpress.com/2009/01/25/teori-difusi-inovasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
penelitiannya “Diffusion of Mobile Entertainment in Malaysia: Drivers and Barriers“. Di dalam riset ini, teknik sampling yang digunakan adalah
purposive
sampling. Purposive sampling melibatkan orang-orang tertentu yang dianggap tahu dalam menyediakan informasi yang diperlukan. Penelitian dilakukan terhadap 384 orang yang berusia antar 18 sampai 25 tahun. Terminologi usia yang dipilah karena kaum muda merupakan segmentasi awal dalam
proses adopsi Mobile entertainment ini. Selain itu penelitian di
lakukan di tiga kota besar di Malaysia yaitu Klang Lembah ( Kuala Lumpur/Selangor ( 34.5%1), Johore ( 13.2%1) dan Penang ( 6.9%1). Dari penelitian tersebut terungkap sisi manfaat dirasa mempunyai dampak yang paling penting pada pada proses difusi Mobile entertainment di Malaysia. Selain itu, penelitian tersebut menunjukkan bahwa masyarakat di Malaysia mengadopsi Mobile Entertainment karena sisi kemanfaatannya yang dirasa lebih besar dibandingkan dengan factor yang lain. “ Results of the survey also show that there are strong positive correlations between all the factors, with pricing issue — perceived benefit showing the strongest relationship.”19 Sementara itu tahapan dari proses pengambilan keputusan inovasi mencakup hal-hal yang digambarkan sebagai berikut :
19
C. C. Wong and P. L. Hiew. “Diffusion of Mobile Entertainment in Malaysia : Drivers and Barriers”. World Academy of Science, Engineering and Technology, vol 33, no.11, pp. 135-138, 2005.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
(ANTACEDENT)
(CONSEQUENCES)
(PROSES)
Terus mengadopsi
SUMBER KOMUNIKASI
Diskontinuansi 1. Ganti yang baru 2. Kecewa
PENGENALAN I Sistem Sosial 1. Norma-norma sistem 2. Toleransi terhadap penyimpangan 3. Kesatuan komunikasi
PERSUASI II
KEPUTUSAN III
Ciri-ciri Inovasi dalam pengamatan penerima 1. Keuntungan relatif 2. Kompatibilitas 3. Kompleksitas 4. Trialabilitas 5. Observabilitas
KONFIRMASI IV
Pengadopsian terlambat MENOLAK Tetap menolak
Gambar 1.1 Paradigma Proses Keputusan Inovasi 20
1. Pengetahuan (Knowledge) : kesadaran individu akan adanya inovasi dan pemahaman tertentu tentang bagaimana inovasi tersebut berfungsi.Tahap Munculnya Pengetahuan ketika seorang individu (atau unit pengambil keputusan
lainnya)
diarahkan
untuk
memahami
eksistensi
dan
keuntungan/manfaat dan bagaimana suatu inovasi berfungsi. 2. Persuasi (Persuasion) : individu membentuk sikap setuju atau tidak setuju terhadap inovasi. Tahap Persuasi ketika seorang individu (atau unit pengambil keputusan lainnya) membentuk sikap baik atau tidak baik 3. Keputusan (Decisions) : individu melibatkan diri pada aktivitas yang mengarah pada pilihan untuk menerima atau menolak inovasi.Tahap Keputusan muncul ketika seorang individu atau unit pengambil keputusan lainnya terlibat dalam aktivitas yang mengarah pada pemilihan adopsi atau penolakan sebuah inovasi.
20
Abdillah Hanafi, Memasyarakatkan Ide-Ide Baru (Surabaya : Penerbit Usaha Nasional. 1987), hlm 40
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
4. Implementasi (Implementation) : tahapan implementasi ketika sorang individu atau unit pengambil keputusan lainnya menetapkan penggunaan suatu inovasi. 5. Konfirmasi (Confirmation) : individu mencari penguatan ( dukungan ) terhadap keputusan yang telah dibuatnya, tapi ia mungkin berbalik keputusan jika ia memperoleh isi pernyataan peryantaan yang bertentangan. Tahapan Konfirmasi, ketika seorang individu atau unit pengambil keputusan lainnya mencari penguatan terhadap keputusan penerimaan atau penolakan inovasi yang sudah dibuat sebelumnya. 21 Kelima langkah ini dapat digambarkan seperti di bawah ini : 1. Knowledge Stage Proses keputusan inovasi ini dimulai dengan Knowledge Stage. Pada tahapan ini suatu individu belajar tentang keberadaan suatu inovasi dan mencari informasi tentang inovasi tersebut. Apa, bagaimana, dan mengapa merupakan pertanyaan yang sangat penting pada tahap ini. Pada tahap ini individu akan menetapkan “Apa inovasi itu?, Bagaimana dan mengapa ia bekerja? Menurut Rogers, pertanyaan ini akan membentuk tiga jenis pengetahuan (knowledge) : a) Kesadaran / pengetahuan mengenai adanya inovasi. Pengetahuan jenis ini akan memotivasi individu untuk belajar lebih banyak tentang inovasi dan kemudian
akan
mengadopsinya.
Pada
tahap
ini
inovasi
mencoba
diperkenalkan pada masyarakat tetapi tidak ada informasi yang pasti tentang produk tersebut. Karena kurangnya informasi tersebut maka maka masyarakat 21
Dodi Sukmayadi.2004. Cakrawala Inovasi Pendidikan: Upaya Mencari Model Inovasi (Book Report. Rogers, Everet M. (1983), 3rd, Diffusion of Innovations, The Free Press, N.Y). Bandung Program Pasca Sarjana- Universitas Pendidikan Indonesia.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
tidak merasa memerlukan akan inovasi tersebut. Rogers menyatakan bahwa untuk menyampaikan keberadaan inovasi akan lebih efektif disampaikan melalui media massa seperti radio, televisi, koran, atau majalah. Sehingga masyarakat akan lebih cepat mengetahui akan keberadaan suatu inovasi. b) Pengetahuan teknis, yaitu pengetahuan tentang bagaimana cara menggunakan suatu inovasi dengan benar. Rogers memandang pengetahuan jenis ini sangat penting dalam proses keputusan inovasi. Untuk lebih meningkatkan peluang pemakaian sebuah inovasi maka individu harus memiliki pengetahuan ini dengan memadai berkenaan dengan penggunaan inovasi ini. c) Pengetahuan prinsip, yaitu pengetahuan tentang prinsip-prinsip keberfungsian yang mendasari bagaimana dan mengapa suatu inovasi dapat bekerja. Contoh dalam hal ini adalah ide tentang teori kuman, yang mendasari penggunaan vaksinasi dan kakus untuk sanitasi perkampungan dan kampanye kesehatan. Suatu inovasi dapat diterapkan tanpa pengetahuan ini, akan tetapi penyalahgunaan suatu inovasi akan mengakibatkan berhentinya inovasi tersebut. 22 Lalu apakah peranan para agen perubahan dalam menghasilkan ketiga jenis pengetahuan tersebut? Kebanyakan agen perubahan tampaknya memusatkan perhatian pada usaha untuk menciptakan awareness-knowledge yang sebenarnya untuk tujuan ini akan lebih efisien dengan menggunakan jalur media masa. Para agen perubahan mungkin akan memainkan peranan penting pada proses keputusan inovasi ini apabila mereka berkonsentrasi pada how-to-knowledge, yang mungkin 22
Abdillah Hanafi, Memasyarakatkan Ide-Ide Baru (Surabaya : Penerbit Usaha Nasional. 1987), hlm 45
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
akan lebih penting bagi para klien terutama pada tahap trial and decision pada proses tersebut.
2. Persuasion Stage Tahap Persuasi terjadi ketika individu memiliki sikap positif atau negatif terhadap inovasi. Tetapi sikap ini tidak secara langsung akan menyebabkan apakah individu tersebut akan menerima atau menolak suatu inovasi. Suatu individu akan membentuk sikap ini setelah dia tahu tentang inovasi , maka tahap ini berlangsung setelah knowledge stage dalam proses keputusan inovasi. Rogers menyatakan bahwa knowledge stage lebih bersifat kognitif (tentang pengetahuan), sedangkan persuasion stage bersifat afektif karena menyangkut perasaan individu, karena itu pada tahap ini individu akan terlibat lebih jauh lagi. Tingkat ketidakyakinan
pada
fungsi-fungsi
inovasi
dan
dukungan
sosial
akan
mempengaruhi pendapat dan kepercayaan individu terhadap inovasi.
3. Decision Stage Pada tahapan ini individu membuat keputusan apakah menerima atau menolak suatu inovasi. Menurut Rogers adopsi (menerima) berarti bahwa inovasi tersebut akan digunakan secara penuh, sedangkan menolak berarti “not to adopt an innovation”. Jika inovasi dapat dicobakan secara parsial, umpamanya pada keadaan suatu individu, maka inovasi ini akan lebih cepat diterima karena biasanya individu tersebut pertama-tama ingin mencoba dulu inovasi tersebut pada keadaannya dan setelah itu memutuskan untuk menerima inovasi tersebut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
Walaupun begitu, penolakan inovasi dapat saja terjadi pada setiap proses keputusan inovasi ini. Rogers menyatakan ada dua jenis penolakan, yaitu active rejection dan passive rejection. * Active rejection terjadi ketika suatu individu mencoba inovasi dan berfikir akan mengadopsi inovasi tersebut namun pada akhirnya dia menolak inovasi tersebut. * Passive rejection individu tersebut sama sekali tidak berfikir untuk mengadopsi inovasi. 4. Implementation Stage ( Tahap implementasi) Pada tahap implementasi, sebuah inovasi dicoba untuk dipraktekkan, akan tetapi
sebuah
inovasi
membawa
sesuatu
yang
baru
apabila
tingkat
ketidakpastiannya akan terlibat dalam difusi. Ketidakpastian dari hasil-hasil inovasi ini masih akan menjadi masalah pada tahapan ini. Maka si pengguna akan memerlukan bantuan teknis dari agen perubahan untuk mengurangi tingkat ketidakpastian dari akibatnya. Apalagi bahwa proses keputusan inovasi ini akan berakhir. Permasalahan penerapan inovasi akan lebih serius terjadi apabila yang mengadopsi inovasi itu adalah suatu organisasi, karena dalam sebuah inovasi jumlah individu yang terlibat dalam proses keputusan inovasi ini akan lebih banyak dan terdiri dari karakter yang berbeda-beda. Kapankah implementasi inovasi ini akan berakhir? Penemuan kembali biasanya terjadi pada tahap implementasi ini, maka tahap ini merupakan tahap yang sangat penting. Penemuan kembali ini adalah tingkatan di mana sebuah inovasi diubah atau dimodifikasi oleh pengguna dalam proses adopsi atau implementasinya. Rogers juga menjelaskan tentang perbedaan antara penemuan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
dan inovasi (invention dan Innovation). Invention adalah proses di mana ide-ide baru ditemukan atau diciptakan. Sedang inovasi adalah proses penggunaan ide yang sudah ada. Rogers juga menyatakan bahwa semakin banyak terjadi penemuan maka akan semakin cepat sebuah inovasi dilaksanakan. 5. Confirmation Stage Ketika Keputusan inovasi sudah dibuat, maka si penguna akan mencari dukungan atas keputusannya ini . Menurut Rogers keputusan ini dapat menjadi terbalik apabila si pengguna ini menyatakan ketidaksetujuan atas pesan-pesan tentang inovasi tersebut. Akan tetapi kebanyakan cenderung untuk menjauhkan diri dari hal-hal seperti ini dan berusaha mencari pesan-pesan yang mendukung yang memperkuat keputusan itu. Jadi dalam tahap ini, sikap menjadi hal yang lebih krusial. Keberlanjutan penggunaan inovasi ini akan bergantung pada dukungan dan sikap individu. Tahap konfirmasi berlangsung setelah ada keputusan untuk menerima atau menolak selama jangka waktu yang tak terbatas. Pada tahap ini sesorang berusaha menghindari kenyataan yang menyimpang, yang bertentangan dengan keputusannya. Adaikata terjadi hal itu, ia berusaha memperrkecil ketidaksesuaian itu. 23 a) Dissonansi tindakan Sebagian perubahan tingkah laku manusia terjadi karena adanya ketidakselarasan (dissonansi) atau ketidakseimbangan internal. Jika seseorang merasakannya, biasanya ia terdorong untuk mengurangi keadaan dengan jalan merubah pengetahuan, sikap, atau tindakan-tindakannya. 23
Abdillah Hanafi, Memasyarakatkan Ide-Ide Baru (Surabaya : Penerbit Usaha Nasional. 1987), hlm 45-49
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
b) Discontiuance ( ketidakberlanjutan) Discontinuance adalah suatu keputusan menolak sebuah inovasi setelah sebelumnya mengadopsinya. Ketidakberlanjutan ini dapat terjadi selama tahap ini dan terjadi pada dua cara : * Pertama atas penolakan individu terhadap sebuah inovasi mencari inovasi lain yang akan menggantikannya. Keputusan jenis ini dinamakan replacement discontinuance. * Yang kedua dinamakan disenchanment discontinuance. Dalam hal ini individu menolak inovasi tersebut disebabkan ia merasa tidak puas atas hasil dari inovasi tersebut. Alasan lain dari discontinuance decision ini mungkin disebabkan inovasi tersebut tidak memenuhi kebutuhan individu. sehingga tidak merasa adanya keuntungan dari inovasi tersebut.
Kategori Adopter Anggota sistem sosial dapat dibagi ke dalam kelompok-kelompok adopter (penerima inovasi) sesuai dengan tingkat keinovatifannya (kecepatan dalam menerima inovasi). Salah satu pengelompokan yang bisa dijadikan rujuakan adalah pengelompokan berdasarkan kurva adopsi, yang telah duji oleh Rogers (1961). Gambaran tentang pengelompokan adopter dapat dilihat sebagai berikut : 1. Innovators: Sekitar 2,5% individu yang pertama kali mengadopsi inovasi. Cirinya: petualang, berani mengambil resiko, mobile, cerdas, kemampuan ekonomi tinggi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
2. Early Adopters (Perintis/Pelopor): 13,5% yang menjadi para perintis dalam penerimaan inovasi. Cirinya: para teladan (pemuka pendapat), orang yang dihormati, akses di dalam tinggi 3. Early Majority (Pengikut Dini): 34% yang menjadi para pengikut awal. Cirinya: penuh pertimbangan, interaksi internal tinggi. 4. Late Majority (Pengikut Akhir): 34% yang menjadi pengikut akhir dalam penerimaan inovasi. Cirinya: skeptis, menerima karena pertimbangan ekonomi atau tekanan social, terlalu hati-hati. 5. Laggards (Kelompok Kolot/Tradisional): 16% terakhir adalah kaum kolot/tradisional. Cirinya: tradisional, terisolasi, wawasan terbatas, bukan opinion leaders, sumberdaya terbatas.
Gambar 1.2 Pengkategorian Adopter berdasarkan keinovatifan 24
Dalam pelaksanaannya, sasaran dari difusi inovasi adalah para petani dan anggota masyarakat pedesaaan. Usaha – usaha difusi inovasi pertama kali dilakukan di Amerika Serikat pada tahun 1920-an dan 1930-an, dan sekarang menjadi program – program pembagunan di Negara sedang berkembang. Usaha –
24
Abdillah Hanafi, Memasyarakatkan Ide-Ide Baru (Surabaya : Penerbit Usaha Nasional. 1987), hlm 88-89
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
usaha ini tidak hanya berhubungan dengan masalah pertanian saja, tetapi juga dengan masalah kesehatan, dan sosial politik. Tujuan komunikasi adalah tercapainya suatu pemahaman bersama (mutual understanding) antara dua atau lebih partisipan komunikasi terhadap suatu pesan (dalam hal ini adalah ide baru) melalui saluran komunikasi tertentu. Dalam komunikasi inovasi, proses komunikasi antara (misalnya penyuluh dan petani) tidak hanya berhenti jika penyuluh telah menyampaikan inovasi atau jika sasaran telah menerima pesan tentang inovasi yang disampaikan penyuluh. Namun seringkali (seharusnya) komunikasi baru berhenti jika sasaran (petani) telah memberikan tanggapan seperti yang dikehendaki penyuluh yaitu berupa menerima atau menolak inovasi tersebut. Salah satu keberhasilan inovasi teknologi yang telah diadopsi secara luas adalah inovasi di bidang komuniksi tanpa kabel (Innovation in the Wireless Ecosystem) dimana alat komunikasi tanpa kabel ini telah mengubah dengan cepat cara berkomunikasi manusia satu sama lain dan cara mengakses serta berbagi informasi. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Gerald R. Faulhaber dan David J. Farber dalam Innovation in the Wireless Ecosystem : A Customer-Centric Framework. “ Wireless communication has already radically changed the way that not only Americans, but people the world over communicate with each other and access and share information.“ Dalam penelitiannya, Gerald R. Faulhaber dan David J. Farber melihat capaian wireless industry’s dalam tiga dimensi: (i) tingkat inovasi, (ii) bagaimana kompetitif industri adalah, dan (iii) bagaimana kompetisi inovasi dalam wireless
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
industry’s. Ternyata ketiga dimensi tersebut memperlihatkan tingkat inovasi yang diterima oleh masyarakat dengan hasil yang luar biasa cepat. “ All three segments of the wireless marketplace (applications, devices, and core networks) have extraordinary track records in innovation.This extraordinary innovation has been driven by the brutal competition that characterizes this industry. “25 Salah satu parameter tingkat adopsi inovasi dalam penelitian Gerald R. Faulhaber dan David J. Farber adalah peningkatan permintaan konsumen dalam mengakses suara dan data aplikasi yang mereka pilih. Gambar di bawah ini menunjukkan peningkatan penggunaan alat-alat komunikasi tanpa kawat (wireless) :
Gambar 1.3 Peningkatan Penggunaan Alat-Alat Komunikasi Tanpa Kawat (Wireless) Di Amerika Tahun 2008
25
Faulhaber, Gerald R. and David J. Farber. “Innovation in the Wireless Ecosystem : A CustomerCentric Framework”. International Journal of Communication, 4 (1), pp. 73-112, 2010
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
Dalam penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam sebuah inovasi customer atau masyarakat selaku anggota sistem sosial dapat memutuskan untuk menerima (mengadopsi) atau menolak suatu inovasi dalam persaingan pasar. “ A customer - centric perspective should govern the FCC’s (Federal Communications Commission) actions in the wireless ecosystem: let customers decide what they want in this competitive market.” 26 Dari penelitian yang mereka lakukan, mereka mendapatkan hasil bahwa tingkat adopsi masyarakat terhadap alat komunikasi tanpa kabel sangat tinggi. Hal ini terlihat dari tingkat inovasi yang ada, persaingan pasar, dan tingkat persaingan pasar yang memicu timbulnya inovasi. Definisi Konseptual 1. Difusi Inovasi Program Layanan Listrik Prabayar Difusi merupakan proses dimana suatu inovasi dikomunikasikan melalui saluran dan jangka waktu tertentu diantara anggota suatu sistem sosial. Inovasi adalah gagasan, tindakan, atau barang yang dianggap baru oleh seseorang. 27 Jadi difusi inovasi merupakan proses dimana suatu gagasan, tindakan, atau barang yang dianggap baru oleh seseorang dikomunikasikan melalui saluran dan jangka waktu tertentu diantara anggota suatu sistem sosial. Unsur-unsur utama dari proses difusi inovasi menurut Rogers dan Shoemaker dikutip oleh Hanafi dalam buku Memasyarakatkan Ide-Ide baru terdiri dari inovasi, saluran komunikasi, jangka waktu, dan sistem sosial.
26
Faulhaber, Gerald R. and David J. Farber. “Innovation in the Wireless Ecosystem : A CustomerCentric Framework”. International Journal of Communication, 4 (1), pp. 73-112, 2010 27 Abdillah Hanafi, Memasyarakatkan Ide-Ide Baru (Surabaya : Penerbit Usaha Nasional. 1987), hlm 26
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
1) Inovasi Inovasi adalah gagasan, tindakan atau barang yang dianggap baru oleh seseorang. Kebaruan sebuah inovasi diukur secara subyektif, menurut individu yang menangkapnya. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan inovasi adalah Program Layanan Listrik Prabayar. Listrik Prabayar, yaitu sistem pembayaran dan pembelian listrik yang dilkukan diawal, sebelum pemakaian.28 Seperti namanya, maka sistem penggunaan meteran ini seperti penggunaan pulsa telepon genggam dengan sistem Prabayar. Artinya, pelanggan harus mengisi atau membayar terlebih dahulu rencana penggunaan listrik sebelum listrik tersebut digunakan. Jadi, Layanan Listrik Prabayar merupakan bentuk inovasi pelayanan PLN dalam menjual energi listrik dengan cara pelanggan membayar dimuka. Layanan ini dimaksudkan untuk memecahkan permasalahan konsumen/pelanggan.29 2) Saluran Komunikasi Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari sumber kepada penerima melalui media tertentu dan menimbulkan efek tertentu. Sedangkan saluran komunikasi adalah alat dimana pesan dari sumber dapat diterima oleh penerimanya. Inti dari proses difusi adalah interaksi manusia dimana seseorang mengkomunikasikan ide baru kepada seseorang atau sekelompok orang. Sifat hubungan antara sumber dan penerima pesan ditentukan oleh kondisi apakah sumber mau menceritakan ide baru kepada penerima. Saluran komunikasi sangat 28 29
http://bisniskeuangan.kompas.com/2009/01/25/program-layanan-listrik-prabayar www.pln.co.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
penting dalam penyampaian ide dari sumber kepada penerima untuk menentukan keputusan penerima apakah mengadopsi atau menolaknya. Ada dua jenis saluran komunikasi yang digunakan dalam proses difusi, yaitu melalui media massa dan komunikasi interpersonal. Media massa digunakan jika sumber hanya ingin memberi tahu suatu inovasi kepada penerima karena dianggap lebih efisien. Namun jika sumber ingin memperngaruhi penerima, maka komunikasi interpersonal lebih tepat digunakan. Dalam penelitian ini akan dijelaskan saluran komunikasi apa yang dipilih dalam proses difusi inovasi Program Layanan Listrik Prabayar dan bagaimana proses difusi itu berlangsung. 3) Jangka Waktu Waktu merupakan pertimbangan yang penting dalam sebuah proses difusi yang tampak dalam : a) proses pengambilan keputusan b) keinovatifan seseorang, apakah relatif lebih lambat atau lebih awal c) kecepatan penagadopsian dalam suatu sistem sosial.30 Pengambilan keputusan inovasi adalah proses mental sejak awal mulai menegenal suatu inovasi sampai memutuskan untuk menerima atau menolaknya, dan pengukuhan terhadap keputusan itu. Sedangkan masa pengambilan keputusan inovasi merupakan jangka waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan seluruh proses pengambilan keputusan inovasi atau disebut dengan adopsi.
30
Abdillah Hanafi, Memasyarakatkan Ide-Ide Baru (Surabaya : Penerbit Usaha Nasional. 1987), hlm 26
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
Penelitian ini akan menggunakan indikator yang pertama sebagai pencatat waktu yaitu proses pengambilan keputusan. Masa pengambilan keputusan dalam penelitian ini dapat dilihat dari berapa lama waktu yang dibutuhkan masyarakat kota Surakarta dalam pengambilan keputusan inovasi mulai dari pengenalan sampai tahap menerima atau menolak Program Layanan Listrik Prabayar. 4) Anggota Sistem Sosial Sistem sosial dapat didefinisikan sebagai kumpulan unit yang berbeda secara fungsional dan terikat dalam kerjasama untuk memecahkan masalah, dalam rangka mencapai tujuan bersama. Anggota sistem sosial pada penelitian ini adalah masyarakat kota Surakarta. Masyarakat kelurahan sendiri terbagi menjadi beberapa komponen yaitu PT. PLN (Persero) APJ Surakarta dan masyarakat kota Surakarta itu sendiri. Dalam model komunikasi S-M-R-C-E terdapat efek yang ditimbulkan dalam berkomunikasi. Begitu juga dengan difusi Program Layanan Listrik Prabayar ini. Salah satu efek dan tujuan yang diharapkan dari Program Layanan Listrik Prabayar adalah masyarakat bermigrasi dari system pembayaran pascabayar ke prabayar bagi pelanggan lama dam bagi pelanggan baru mereka memilih menggunakan Program Layanan Listrik Prabayar. Partisipasi akan muncul setelah masyarakat mengalami beberapa tahapan adopsi. Di dalam penelitian ini akan dijelaskan sejauh mana tingkat partisipasi masyarakat daloam menyukseskan program ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
2. Adopsi Inovasi Program Layanan Listrik Prabayar Adopsi merupakan proses keputusan menerima sebuah inovasi baru dengan semua resiko yang menyertainya. Adopsi inovasi yang dilakukan masyarakat adalah ketika mereka memutuskan untuk menggunakan (mengadopsi) Program Layanan Listrik Prabayar. Kecepatan proses penerimaan suatu inovasi yang disebarkan pada masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya sifat inovasi, saluran komunikasi, keadaan masyarakat, peranan penyuluh dan jenis pengambilan keputusan. Menurut Everet M. Rogers (1983) dalam Diffusion of Innovation, proses adopsi memeliki beberapa tahapan dalam proses pengambilan keputusan, yaitu : 1. Pengetahuan (Knowledge) merupakan tahap munculnya pengetahuan ketika seorang individu (atau unit pengambil keputusan lainnya) diarahkan untuk memahami eksistensi dan keuntungan/manfaat dan bagaimana suatu inovasi berfungsi. 2. Persuasi (Persuasion) merupakan tahap persuasi ketika seorang individu (atau unit pengambil keputusan lainnya) membentuk sikap baik atau tidak baik. 3. Keputusan (Decisions) merupakan tahap keputusan muncul ketika seorang individu atau unit pengambil keputusan lainnya terlibat dalam aktivitas yang mengarah pada pemilihan adopsi atau penolakan sebuah inovasi. 4. Implementasi (Implementations) merupakan tahapan implementasi ketika sorang individu atau unit pengambil keputusan lainnya menetapkan penggunaan suatu inovasi. 5. Konfirmasi (Confirmation) merupakan tahapan konfirmasi, ketika seorang individu atau unit pengambil keputusan lainnya mencari penguatan terhadap keputusan penerimaan atau penolakan inovasi yang sudah dibuat sebelumnya.31 Peneliti akan menjelaskan tahapan-tahapan adopsi dalam menerima Program Layanan Listrik Prabayar menurut teori yang disampaikan oleh Everet M. Rogers seperti yang sudah dijelaskan di atas. Pada bab penyajian dan analisis data akan 31
Dodi Sukmayadi.2004. Cakrawala Inovasi Pendidikan: Upaya Mencari Model Inovasi (Book Report. Rogers, Everet M. (1983), 3rd, Diffusion of Innovations, The Free Press, N.Y). Bandung Program Pasca Sarjana- Universitas Pendidikan Indonesia.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
dijelaskan satu per satu tentang tahapan-tahapan adopsi dari teori Everet M. Rogers ini. Pada setiap tahapan terjadi proses komunikasi. Kerangka Berfikir Kerangka berfikir digunakan untuk memudahkan arah dalam penelitian. Kerangka berfikir menjelaskan bagaimana proses berfikir peneliti dalam mengadakan penelitian studi difusi inovasi Program Layanan Listrik Prabayar PT. PLN (Persero) APJ Surakarta terhadap adopsi inovasi pada masyarakat Kelurahan Jebres Surakarta. Adapun untuk lebih jelasnya kerangka berfikir ini akan disajikan dalam bentuk gambar sebagai berikut :
Inovasi Layanan Listrik Pra Bayar
Difusi Inovasi
Unsur-unsur difusi : 1.Inovasi 2.Saluran Komunikasi 3.Jangka Waktu 4.Anggota sistem sosial
Paradigma Proses Keputusan Inovasi Program Layanan Listrik Pra Bayar : 1. Pengenalan 2. Persuasi 3. Keputusan 4. Implementasi 5. Konfirmasi
Adopsi inovasi oleh masyarakat umum
Dari tampilan gambar tersebut dapat terlihat bahwa kerangka pikir dalam penelitian ini adalah peneliti ingin mengetahui tentang proses difusi inovasi Program Layanan Listrik Prabayar PT. PLN (Persero) APJ Surakarta terhadap adopsi inovasi pada masyarakat Surakarta. Untuk mengetahui adopsi inovasi pada masyarakat umum, peneliti terlebih dahulu harus mengetahui dan memahami secara mendalam elemen-elemen yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
bersangkutan, yaitu unsur-unsur difusi inovasi sendiri sebagi topik dalam penelitian ini serta paradigma proses keputusan inovasi Program Layanan Listrik Prabayar yang akan menentukan tingkat adopsi inovasi yang dilakukan oleh masyarakat. Pada akhir penelitian ini, akan diketahui bagaimana proses difusi inovasi Program Layanan Listrik Prabayar PT. PLN (Persero) APJ Surakarta terhadap adopsi inovasi pada masyarakat Surakarta.
F. METODOLOGI PENELITIAN 1. Tipe Penelitian Metode adalah cara paling utama yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penetian deskriptif yang didukung dengan data kualitatif. Sebagai sebuah penelitian deskriptif, penelitian ini hanya memaparkan situasi atau peritiwa, tidak mencari hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. (Rahmat, 1995:24). Sementara data kualitatif diperoleh dari pengolahan informasi yang didapatkan dari sumber data primer melalui wawancara, dan sumber data sekunder melalui dokumen resmi terkait. 2. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di sebuah perusahaan BUMN di kota Surakarta yaitu PT. PLN (Persero) APJ Surakarta. Beralamat di Jalan Brigjen Slamet Riyadi No. 468 yang bergerak di bidang penyediaan tenaga listrik bagi kepentingan umum di wilayah Surakarta dan sekitarnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
Selain itu penelitian ini mengambil lokasi di seluruh kota Surakarta, dimana terdapat pengguna layanan listrik Prabayar. 3. Populasi dan Narasumber Pemilihan narasumber pada penelitian kualitatif lebih bersifat selektif, dimana peneliti mempergunakan bebagai pertimbangan berdasarkan konsep teoritis yang digunakan, keinginan pribadi, karakteristik empiris dan sebagainya. Pada riset kualitatif sampling mengarah pada generalisasi teoritis, bukan perumusan karakter populasi. Oleh karena itu, cuplikan dalam pendekatan ini lebih banyak bersifat “purposive sampling” (sample bertujuan), dimana peneliti cenderung memilih informan yang dianggap tahu dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap dan mengetahui suatu maslah secara mendalam.32 Dalam penelitian ini, penulis mewawancarai 13 orang narasumber. Peneliti juga membagi dua narasumber. Pertama, menarik 5 orang pegawai PT. PLN (Persero) APJ Surakarta
sebagai informan, dimana seluruhnya dinilai
memahami penuh tentang pengaplikasian proses difusi inovasi Program Layanan Listrik Prabayar PT. PLN (Persero) APJ Surakarta terhadap adopsi inovasi pada masyarakat di Surakarta. Kedua, peneliti juga mewawancarai 8 orang masyarakat di Surakarta dimana sebelum menggunakan layanan listrik Prabayar, mereka adalah orang-
32
H.B. Sotopo, Metodologi Penelitian Kualitatif : Dasar Teori dan terapannya dalam penelitian (Surakarta : Sebelas Maret University Press. 2002), hlm 21
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
orang yang biasanya menunggak pembayaran listrik setiap bulannya. Populasi merupakan keseluruhan obyek yang akan diteliti. Diharapkan dengan diadakannya penelitian di kedua lokasi ini, peneliti dapat memperolah informasi yang sedetail-detailnya tentang karakteristik masyarakat / pelanggan yang sudah memakai Layanan Listrik Prabayar. Serta mendapat gambaran dan alasan komunitas yang sudah memperoleh difusi inovasi Layanan Listrik Prabayar tetapi tidak memakai layanan tersebut. 4. Teknik Pengumpulan Data a. Jenis Data Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua jenis data, yaitu : 1) Data primer Adalah data yang langsung diperoleh dari lapangan, yaitu dari lokasi penelitian di PT. PLN (Persero) APJ Surakarta dan masyarakat di Surakarta. 2) Data sekunder Merupakan data yang sumber utamanya diperoleh dengan cara mengutip atau memperoleh data dari yang sudah tersedia dan berkaitan dengan Difusi Inovasi Program Layanan Listrik Prabayar PT. PLN (Persero) APJ Surakarta terhadap adopsi inovasi pada masyarakat di Surakarta. b. Teknik Pengumpulan Data 1) Adapun teknik pengumpulan data primer adalah :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
- Wawancara / interview Yaitu teknik mendapatkan data dengan cara mengadakan komunikasi langsung dengan informan yang relevan dengan obyek penelitian. Disini peneliti melakukan kegiatan tanya jawab secara langsung dengan pihak-pihak yang terkait dengan tetap berpegang pada interview guide. - Observasi Teknik observasi digunakan untuk mengali data dari sumber data yang berupa peristiwa, tempat, atau lokasi, dan benda, serta rekaman gambar. Disini peneliti menggunakan teknik obsrvasi non-partisipasi dimana peneliti melakukan penelitian tanpa melibatkan diri.33 2) Adapun teknik pengumpulan data sekunder adalah : Untuk mendapatkan data sekunder, peneliti melakukan penelitian kepustakaan yang merupakan pendukung dan pelengkap penelitian di lapangan. Studi pustaka ini dilakukan dengan identifikasi literatu – literature berupa buku-buku, maupun artikel – artikel dan jurnal yang berhubungan dengan masalah yang diteliti dan mengumpulkan bahan – bahan yang berupa company profile, brosur, tabel, maupun grafik serta bahan – bahan pustaka lain yang berhubungan dengan obyek penelitian.
33
H.B. Sotopo, Metodologi Penelitian Kualitatif : Dasar Teori dan terapannya dalam penelitian (Surakarta : Sebelas Maret University Press. 2002), hlm 64
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
5. Teknik Validitas Data Untuk meningkatkan validitas data, dalam penelitian ini menggunakan cara triangulasi data atau triangulasi sumber yaitu mengumpulkan data sejenis dari berbagai sumber data yang berbeda. Dengan demikian kebenaran data yang satu akan dikonfirmasikan dengan data yang diperoleh dari sumber data yang lain, sehingga data-data yang terkumpul dalam penelitian ini akan terjamin validitasnya. Sedangkan menurut H.B. Sutopo, cara ini mengarahkan peneliti agar didalam mengumpulakan data, ia wajib menggunakan beragam sumber data yang tersedia. Artinya data yang sama atau sejenis akan lebih mantab kebenarannya bila digali dari beberapa sumber yang berbeda. Dengan demikian apa yang diperoleh dari sumber yang satu bisa lebih teruji kebenarannya bilamana dibandingkan dengan data sejenis yang diperoleh dari sumber yang lain yang berbeda baik kelompok sumber sejenis maupun sumber yang berbeda jenisnya.34 6. Teknik Analisa Data H.B. Sutopo menjelaskan analisis merupakan proses pencarian dan perencanaan secara sistematik semua data dan bahan yang telah terkumpul agar peneliti mengerti benar makna yang telah dikemukakannya, dan dapat menyajikan kepada orang lain secara jelas. Dalam penelitian kualitatif, proses analisis yang digunakan tidak dilakukan setelah data terkumpul sepenuhnya, tetapi dilakukan bersamaan dengan proses 34
Mattew B. Milles & A. Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif (Jakarta : UI Press. 1992), hlm 434
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
pengumpulan data. Hal ini dilakukan karena analisis ini dilakukan untuk memperoleh gambaran khusus yang bersifat menyeluruh tentang apa yang tercakup dalam permasalahan yang diteliti. Teknik analisis data dipergunakan dalam penelitian ini mengacu pada model analisis interaktif (interactive model analysis) yang terdiri dari 3 komponen analisis data, yaitu : a. Reduksi data Reduksi data dapat dikatakan sebagai proses pemilihan, pemusatan, perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi kata “kasar” yang muncul dari catatan – catatan tertulis di lapangan. Reduksi data berlangsung terus – menerus selama proyek yang berorientasi kualitatif berlangsung. menajamkan,
Reduksi
data
mengarahkan,
merupakan membuang
suatu yang
bentuk tidak
analisis
yang
perlu
dan
mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan – kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi. b. Penyajian data Merupakan rangkaian informasi yang memungkinkan kesimpulan riset dapat dilakukan dengan melihat suatu penyajian data. Dalam hal ini peneliti akan dapat mengerti tentang apa yang sedang terjadi serta memungkinkan untuk mengerjakan system analisis / tindakan lain berdasarkan pengertian tersebut. c. Penarikan kesimpulan Dari sajian data yang telah disusun, selanjutnya peneliti dapat menarik sebuah kesimpulan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
Ketiga komponen tersebut aktifitasnya berbentuk interaksi dengan proses pengumpulan data yang menggunakan proses siklus. Penelitian bergerak diantara ketiga komponen analisis yaitu reduksi data, penyajian data, serta kesimpulan yang berbentuk interaksi dengan proses pengumpulan data sebagai pegangan utama proses siklus. Jadi, apabila dalam penelitian data yang telah terkumpul dirasakan masih belum cukup kuat mendekung proses analisis, maka peneliti dapat menyusun pertanyaan baru untuk mengumpulkan data kembali. Begitu pula dalam proses penarikan kesimpulan, jika masih memerlukan data baru, peneliti dapat melakukan pengumpulan data kembali. Dengan demikian analisis data yang dihasilkan cukup matang. Keseluruhan aktivitas di atas dapat digambarkan sebagai berikut : Pengumpulan Data
Reduksi Data
Penyajian Data
Penarikan Kesimpulan / Verifikasi Gambar 1.4 : Komponen – Komponen Analisis Data Model Interaktif 35
35
Mattew B. Milles & A. Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif (Jakarta : UI Press. 1992), hlm 16
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
BAB II DESKRIPSI LOKASI
A. Deskripsi Lokasi PT. PLN (Persero) APJ Surakarta 1. Sejarah Berdirinya PT. PLN (Persero) Ketenagalistrikan di bumi Indonesia dimulai sejak zaman Belanda pada akhir abad ke – 19, bermula dari munculnya ketenagalistrikan yang dibangkitkan oleh beberapa perusahaaan Belanda untuk keperluan sendiri, diantaranya pabrik gula. Ketenagalistrikan yang dimaksud adalah segala sesuatu yang menyangkut penyediaan dan pemanfaatan tenaga listrik. Kelistrikan untuk kemanfatan umum dimulai pada saat perusahan swasta Belanda yaitu CV. Nign di Batavia. Perusahan ini semula bergerak di bidang gas, akan tetapi dikemudian hari memperluas usahanya di bidang kelistrikan untuk kepentingan umum. Kemudian mulai tahun 1893 oleh pemerintah daerah pada zaman penjajahan Belanda banyak didirikan perusahaan listrik yaitu Batavia (sekarang Jakarta), Surabaya, Medan, Palembang, Makasar, dan Ambon. Adapun di Surakarta, ketanalistrikan dimulai pada tahun 1901 yang ditandai dengan berdirinya N.V Solosche Electric Itet Mij (SEM) di Surakarta yang berkantor di Purwosari. Sampai dengan tahun 1927 kemudian kantor tersebut pindah di Purbayan. Usaha Perlistrikan saat itu penguatnya hanya terdiri dari dua mesin diesel yang pengoperasiannya hanya hidup pada malam hari saja. Baru pada tahun 1936 mulai ada aliran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
listrik (stroom) siang hari karena sudah ada Dagstrom. Ketika itu layanan listrik sudah punya ranting di daerah Klaten, Boyolali, dan Sragen. Selanjutnya tahun 1942 kekuasaan diambil alih dari tangan Belanda ke tangan Jepang. Jepang menguasai perlistrikan di Indonesia, berlangsung sampai tahun 1945 dengan nama diganti menjadi Jawa Dengki Jigiyoso (Listrik Jawa Tengah). Setelah Indonesia merdeka, beberapa waktu setelah Proklamasi Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia 17 Agustus 1945, tepatnya bulan September 1945 penguasaan listrik diambil alih oleh pemerintah Republik Indonesia dari tangan Jepang. Namanya kemudian berganti menjadi Jawatan Listrik dan Gas. Melalui penetapan pemerintah No, 1 / S.D. Tahun 1945 tertanggal 27 Oktober 1945 Jawatan Listrik dan Gas ditetapkan masuk dalm Departemen Pekerjaan Umum. Oleh sebab itu, kemudian tanggal 27 Oktober 1945 dianggap mempunyai nilai historis dan nilai formal sebagai mulainya pengelolaan ketenagalistrikan secara nasional di Indonesia. Hari bersejarah ini diperingati pertama kali tanggal 27 Oktober 1946 di Gedung Badan Pekerjaan Komite Nasinal Indonesia Pusat (BPKNIP) Yogyakarta. Namun, pada masa perang kemerdekaan yaitu dengan adanya Agresi Militer Belanda I dan II sebagian besar perusahaan – perusahaan listrik dikuasai kembali oleh Belanda, tepatnya tahun 1948 perusahaan listrik diambil alih oleh Belanda dan kembali kemana semula yaitu SEM (Solosche Electric Itet Mijj) yang berkantor di Lojiwetan (Timur Beteng).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
Dalam upaya menegakkan dan memperjuangkan kekuasaan Pemerintah Republik Indonesia maka kemudian dikeluarkan Surat Pemerintah No. SP/PM/077/1957 tertanggal 10 Desember 1957 yang berisi perintah atau tindakan Penguasa Militer Pusat untuk melakukan pengambilalihan perusahaan milik negara itu, kemudian dituangkan dalam bentuk UU No.86 Tahun 1958 tertanggal 27 Desember 1958. Sejak saat itu perusahaan pelistrikan secara ‘de facto’ kemudian diambil alih kembali oleh pemerintah Indonesia. Tahun 1959 dikeluarkan Peraturan Pemerintah No.18 tahun 1959 tentang Nasionalisasi perusahaan listrik dan gas milik Belanda berada ditangan bangsa Indonesia yang selanjutnya berganti nama menjadi Perusahaan Listrik Negara atau yang disingkat PLN. Dalam tindak lanjutnya PLN kemudian berpijak pada peraturan pemerintah No.67 tahun 1961 tentang pendirian Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara yang pada dasarnya sebagai pelaksana Undang – Undang No.19 Perpu tahun 1960 khususnya pasal 20 ayat (1) sub a maka didirikanlah suatu Badan Pimpinan Umum yang diserahi tugas menyelenggarakan penguasaan dan pengurusan atas perusahaan – perusahaan milik nwgara yang bergerak di bidang Listrik dan Gas milik Belanda yang telah dikenakan nasionalisasi berdasarkan Undang – Undang No.86 Tahun 1958 jo P.P No.18 Tahun 1958. Dalam perkembangan kemudian, tahun 1965 Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara ini dibubarkan dengan pertimbangan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
untuk mempertinggi daya guna dan daya kerja maka perusahaan – perusahaan dibidang tenaga listrik dan industri gas dibentuk sebagai kesatuan – kesatuan usaha dibidang ekonomi yang berfungsi untuk menyelenggarakan krmudian kemanfaatan umum. Dalam realisasinya diterbitkan Peraturan Pemerintah Nonor 19 tahun 1965 tentang (1) Pembubarab Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara dan (II) Pendirian Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan Perusahaan Gas Negara (PGN). Sejalan dengan perkembangan
kebijakan pemerintah tentang
bentuk – bentuk Usaha Negara sebagimana dituangkan dalan Instruksi Presiden No.17 tahun 1967, Perpu No.1 Tahun 1969 dan Undang – Undang No.9 Tahun 1969 Perusahaan Listrik Negara (PLN) terhitung mulai tahun 1972 statusnya ditingkatkan menjadi perusahaan Umum (Perum) Listrik Negara (PP No.18/1972 jo PP No.54/1972). Pengertian perum yaitu perusahaan yang melayani kepentingan umum sekaligus mencari keuntungan. Selanjutnya mulai tahun 1994 sampai sekarang status perusahaan ketenagalistrikan berubah menjadi PT. PLN (Persero). Oleh karena itu, kini ketenagalistrikan di Surakarta bernama PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta Area Pelayanan dan Jaringan Cabang Surakarta.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
2. Visi dan Misi Perusahaan Visi
: Diakui sebagai perusahaan kelas dunia yang bertumbuh kembang, unggul, dan terpercaya dengan bertumpu pada potensi insani.
Misi
:
1) Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait, berorientasi pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan, dan pemegang saham 2) Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat. 3) Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi. 4) Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan. 3. Motto, Falsafah, dan Logo Perusahaan 1) Motto Listrik untuk Kehidupan yang Lebih Baik (Electricity for a Better Life). 2) Falsafah Perusahaan Pembawa kecerahan dan kegairahan dalam kehidupan masyarakat yang produktif. 3) Logo Perusahaan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
4. Tujuan Perusahaan Tujuan, sifat dan maksud PT. PLN (Persero) memiliki dasar pada Peraturan Pemerintah No.23 Tahun 1994, yaitu : 1) Menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan umum dan sekaligus menumpuk
keuntungan
berdasarkan
prinsup
pengelolaan
perusahaan. 2) Mengusahakan penyediaan tenaga listik dalam jumlah dan mutu yang memadai dengan tujuan untuk : a. Meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara adil dan merata serta mendorong peningkatan kegiatan ekonomi. b. Mengusahakan
keuntungan
agar
dapat
membiayai
pengembangan penyediaan tenaga listrik untuk melayani kebutuhan masyarakat. 3) Merintis kegiatan – kegiatan usaha penyediaan tenaga listrik. 4) Menyelenggarakan usaha – usaha lain yang menunjang usaha penyediaan tenaga listrik sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku. 5. Tata Nilai Anggota Perusahaan •
Saling percaya (Mutual Trust)
•
Integritas (Integrity)
•
Peduli (Care)
•
Pembelajar (Learner)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
Peka tanggap terhadap kebutuhan pelanggan Senantiasa berusaha untuk tetap memberikan pelayanan yang dapat memuaskan kebutuhan pelanggan secara cepat, tepat dan sesuai. Penghargaan pada harkat dan martabat manusia Menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia dengan segala kelebihan dan kekurangannya serta mengakui dan melindungi hak-hak asasi dalam menjalankan bisnis. Integritas Menjunjung tinggi nilai kejujuran, integritas, dan obyektifitas dalam pengelolaan bisnis. Kualitas produk Meningkatkan kualitas dan keandalan produk secara terus-menerus dan terukur serta menjaga kualitas lingkungan dalam menjalankan perusahaan. Peluang untuk maju Memberikan peluang yang sama dan seluas-luasnya kepada setiap anggota perusahaan untuk berprestasi dan menduduki posisi sesuai dengan kriteria dan kompetensi jabatan yang ditentukan. Inovatif Bersedia berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan sesama anggota perusahaan, menumbuhkan rasa ingin tahu serta menghargai ide dan karya inovatif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
Mengutamakan kepentingan perusahaan Konsisten untuk mencegah terjadinya benturan kepentingan dan menjamin di dalam setiap keputusan yang diambil ditujukan demi kepentingan perusahaan. Pemegang saham Dalam pengambilan keputusan bisnis akan berorientasi pada upaya meningkatkan nilai investasi pemegang saham. 6. Prinsip – Prinsip Etika Kerja Sebagai perusahaan listrik terkemuka PLN memegang teguh Etika Kerja yang dituangkan dalam sembilan prinsip, yaitu : 1) Penghargaan pada harkat dan martabat manusia 2) Menjaga nama baik perusahaan 3) Peka dan tanggap terhadap kebutuhan pelanggan 4) Persaingan yang sehat dan transparan 5) Mengutamakan kepentingan perusahaan 6) Menekankan prinsip profesionalisme 7) Membangun hubungan kemitraan 8) Menjalankan Good Corporate Governmance 9) Menekankan prinsip Good Corporate Citizen 7. Dasar Hukum Perusahaan 1) Anggaran Dasar PLN tahun 1998.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
2) Peraturan Pemerintah No.23 tentang pengalihan Bentuk perusahaan Umum (perum) Listrik Negara menjadi Perusahaan Perseroan (persero). 3) Peraturan Pemerintah No.12 Tahun 1998 tentang Perusahaan Perseroan (persero). 4) Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 1998 tentang Pengalihan kedudukan dan Tugas. 5) Instruksi Presidan No. 15 Tahun 1998 tentang Pengalihan Pembinaan terhadap Perusahaan Perseroan (persero) dan Perseroan Terbatas yangsebagian shamnya dimiliki Negara Republik Indonesia kepada Menteri Negara Pendayagunaan BUMN. 8. Struktur Organisasi PT. PLN (Persero) APJ Surakarta Dalm melaksanakan kegiatan – kegiatannya, PT. PLN (Persero) APJ Surakarta membagi tugas –tugas pelaksanaan kegiatan tersebut ke dalam beberapa divisi yang mempunyai tanggung jawab dan kewenangan masing – masing berdasarkan deskripsi pekerjaannya. Adapun bagian – bagiannya dalah sebagi berikut : Manajer Unit APJ (dibantu oleh Asisten Manajer Unit yang terdiri dari sembilan bagian), Asisiten Manajer Pemasaran, Asisten Manajer Niaga, Asisten Manajer Manajer Unit APJ (dibantu oleh Asisten Manajer Unit yang terdiri dari sembilan bagian), Asisiten Manajer Pemasaran, Asisten Manajer Niaga, Asisten Manajer
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
Distribusi, Asisten Manajer Keuangan dan Asisten Manager SDM dan Administrasi. Adapun sembilan bagian Asisten Manager Unit adalah : Asisten Manajer Unit Kinerja; Asisten Manajer Unit Pengendalian Losses dan PJU; Asisten Manajer Pelaksana dan Penertiban Tenaga Listrik; Asisten Manajer Unit Perencanaan; Asisten Manajer Unit Account Executive; Asisten Manajer Unit Hukum; Asisten Manajer Unit Humas, Kemitraan dan Bina Lingkungan; Asisten Manajer Unit Lingkungan dan keselamatan Ketenagalistrikan; dan Asisten Manajer Unit Automatic Meter Reading. 9. Divisi – Divisi PT. PLN (Persero) APJ Surakarta Pembagian divisi – divisi dalam pelaksanaan kegiatan di PT. PLN (Persero) APJ Surakarta dapat dilihat secara lengkap pada struktur organisasi PT. PLN (Persero) APJ Surakarta berikut ini : a. Manajer Area Pelayanan Jaringan → Menyusun perkiran kebutuhan listrik → Menyusun dan memerapkan program penjualan listrik → Memantau perkembangan jumlah pelanggan dan jenis tarif → Menyusun program peningkatan kualitas pelayanan pelanggan → Mengkoordinir
dan
mengendalikan
pengoperasian
jaringan
tegangan menengah (JTM) dan jaringan tegangan rendah (JTR), sambungan rumah (SR) dan APP-nya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
→ Mengkoordinir pembuatan Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP). → Melaksanakan kegiatan Pembinaan Kemitraan. → Menangani permasalah hukum yang terjadi di lingkungan area. → Melaksanakan pengelolaan SDM, keuangan dan administrasi. → Membuat evaluasi secara berkala terhadap kegiatan pengelolaan pemasaran, niaga, distribusi, keuangan, SDM, dan administrasi. → Melaporkan kegiatan yang berhubungan dengan tugas pokok sesuai prosedur yang ditetapkan. b. Asisten Manajer Pemasaran → Memberi masukan untuk penetapan harga listrik. → Menyusun perkiran energi → Membuat usulan pengenbangan produk dan jasa baru. → Melaksanakan riset pasar. → Menyusun metode dan petunjuk pelaksanaan segmentasi pasar. → Menyusun metodedan petunjuk promosi. → Melaksanakan
kegiatan
kehumasan
dan
penyuluhan
ketenagalistrikan dan prosedur pelayanan kepada pelanggan dan masyarakat. → Membuat evaluasi triwulan atas kegiatan pemasaran dan encana perbaikan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
c. Asisten Manajer Niaga → Mengkoordinir proses administrasi PB dan PD pada konsumen selektif. → Secara aktif membantu Unit dalam manajemen baca meter. → Mengelola dan mengkoordinir hasil penjualan tenaga listrik → Memonitor pengelolaan piutang → Mengelola pemutusan dan penyambungan pelanggan yang menunggak. → Mengkoordinir pelaksanaan P2TL pada unit dibawahnya. → Mengoperasikan dan memelihara sistem informasi. → Membuat evaluasi triwulan atas kegiatan niaga dan rncana perbaikannya. d. Asisten Manajer Distribusi → Membuat design konstruksi berdasarkan design standar. → Menyusun usulan pengembangan distribusi. → Membut analis kinerja jaringan distribusi. → Menyusun rencana operasi dan pemeliharaan jaringan distribusi. → Menyusun SOP pelaksanaan operasi dan pemeliharaan jringan distribusi. → Membantu pelaksanaan PB dan PD pada konsumen selektif. → Melaksanakan pembangunan jaringan distribusi dan sarana lainnya. → Melaksanakan administrasi pembangunan. → Melahirkan pemutakhiran peta jaringan distribusi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
→ Mengelola peneraan dan pengujian peralatan distribusi. → Membuat evaluasi triwulan atas kegiatan operasi dan pemeliharaan distribusi serta rencana perbaikannya. e. Asisten Manajer Keuangan → Menyusun cash flow. → Menyusun dan memantau anggaran belanja dan pendapatan APJ dan UPJ. → Membuat laporan hasil penjualan listrik dan pendpatan lainnya. → Melaksanakan rekonsiliasi dan pengawasan aliran pendapatan (Receipt) → Melaksanakan tata laksana perbekalan. → Melaksanakan dan mengkoordinir pembiayaan operasi dan investasi. → Membuat laporan keuangan secara berkala. → Membuat evaluasi triwulan atas kegiatan keuangan dan rencana perbaikannya. f. Asisten Manajer SDM dan Administrasi. → Menyusun dan mengusulkan Formasi Tenaga Kerja (FTK). → Melaksanakan program pendidikan dan pelatihan pegawai. → Melaksanakan pengembangan karier pegawai. → Melaksanakan updating karier pegawai. → Melaksanakan kinerja karier pegawai. → Menyusun dan mengusulkan mutasi pegawai.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
→ Memproses pelanggaran disiplin pegawai. → Mengelola penyusunan anggaran pegawai dan pembayaran penghasilan pegawai. → Mengelola kesekretariatan dan rumah tangga kantor. → Melaksanakan pembinaan keamanan dan K3. → Membuat evaluasi triwulan atas kegiatan SDM dan administrasi serta rencana perbaikannya. g. Asisten Manajer Humas, Kemitraan, dan Bina Lingkungan Dalm struktur organisasi PT. PLN (Persero) APJ Surakarta, divisi hubungan masyarakat digabungkan dengan bagian hukum dan administrasi. Adapun fungsi bidang Humas, Hukum, dan Administrasi adalah sebagai berikut : → Menyusnun kebijakan dan mengelola hubungan kemasyarakatan dan pelanggan naik internal maupun eksternal. → Menyusun kebijakan dan mengelola fasilitas kerja, sistem pengaman dan manajer kantor. → Menyusun kebijakan K3, lingkungan dan community development. → Menyusun kebijakan administrasi. → Menyusun dan mengkaji produk – produk hukum, dan peraturan – peraturan perusahaan. → Memberikan
advokasi
dalam
ketebnagakerjaan. → Menyusun standar fasilitas kantor.
commit to user
bisnis
energi
listrik
dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
→ Mengelola aset tanah dan bangunan serta sarana kerja. → Mengelola kesekretariatan dan rumag tangga kantor induk. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, bidang humas, Hukum, dan Administrasi membawahi beberapa sub bagian dan dibantu oleh fungsional ahli. •
Deputi Manajer Hukum
a. Membuat produk – produk hukum yang diperlukan perusahaan. b. Mengkaji produk – produk hukum dan peraturan yang masih ada di perusahaan secra periodik dan mengusulkan penyempurnaan. c. Meneliti dan memeriksa kebenaran setiap produk hukum yang akan ditangani oleh General Manajer. d. Menyampaikan saran dan pendapat dalam menyelesaikan maalah hukum yang berkaitan dengan perusahaan. e. Menyelesaikan proses letigasi dan non letigasi mewakili perusahaan. f. Memberikan layanan jasa hukum bagi pegawai dan perusahaan. g. Menyusun sistem informasi dokumentasi hukum. h. Bekerja sama dengan instansi terkait dalam pelayanan jaa hukum. i. Melaksanakan sosialisasi produk hukum dan peraturan kepada pegawai, unit, dan masyarakat. j. Membantu menyelesaikan P2TL dari aspek legal.
•
Deputi Manajer Administrasi Umum dan Fasilitas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
a. Mengkoordinir dan mengendalikan kegiatan tata usaha kesekretariatan dan rumah tangga kantor. b. Melaksanakan
pengadaan,
penyimpanan,
dan
pendistribusian
peralatan kantor dan sarana kerja. c. Mengatur kegiatan yang berkaitan dengan angkutan dan kendaraan, pengendalian BBM dan biaya pemeliharaan kendaraan dinas. d. Membuat rencana fasilitas dan sarana kantor. e. Mengkoordinir pengelolaan fasilitas dan sarana kantor, inventarisasi dan pengamanannya. f. Mengkoordinir keamanan kantor dan melakukan pembinaan satuan keamanan dan unit – unit. g. Mengendalikan biaya adminitrasi dan pemeliharaan sarana kantor. •
Deputi
manajer
Hubungan
Masyarakat
dan
Peduli
Lingkungan. Bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan pengelolaan Kehumasan (Public Relations), Peduli Lingkungan (Community Development), kemitraan dan perpustakaan. Dalam menjalankan tugas – tugas tersebut, bidang ini mempunyai fungsi : a. Menyusun kebijakan dan mengelo komunikasi internal maupun eksternal. b. Melaksanakan hubungan masyarakat kepada semua pihak.(public relations).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
c. Menciptakan dan membangun opini publik yang positif guna menjaga dan meningkatkan citra perusahaan. d. Melaksanakan tugas – tugas protokolir. e. Menyosialisasilkan kebijakan perusahaan yang berkaitan dengan pelayanan publik. f. Melakukan evaluasi pndapatan publik dan monitoring komplain yang berkaitan dengan aktivitas perusahaan. g. Menyusun kebijakan pengelolaan peduli lingkungan (Community Development). h. Merencanakan dan melaksanakan pembinaan kemitraan. i. Melakukan manajement perpustakaan. 10. Lingkup PT. PLN (Persero) APJ Surakarta Wilayah kerja PT. PLN (Persero) APJ Surakarta mejangkau di hampir semua kabupaten dan kotamadya dalam Propinsi Jawa Tengah. Pemetaan wilayah kerjanya adalah sebagai berikut : Tabel 2.1 Pemetaan Wilayah Kerja PT. PLN (Persero) APJ Surakarta No. 1.
Wlayah Kerja PT.
PLN
(Persero)
Surakarta
Alamat APJ Jl. Slamet Riyadi 468 Surakarta Telp. (0271) 722091, 722123 www.plnsolo.co.id
2.
UPJ Surakarta Kota
Jl. Slamet Riyadi 468 Surakarta Telp. (0271) 641123, 645646
3.
UPJ Manahan
Jl. MT Haryono No. 29 Surakarta Telp. (0271) 712913, 723237
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
4.
UPJ Kartasura
Jl.
Indronoto
No.20
Ngabeyan
Kartasura Telp. (0271) 780758 5.
UPJ Grogol
Jl. Langenharjo No.462 Sukoharjo Telp. (0271) 622265
6.
UPJ Sukoharjo
Jl.
Jakgung
R
Suprapto
No.5
Sukoharjo Telp. (0271) 593038, 590266 7.
UPJ Wonogiri
Jl. Prof. Dr. Ir. Sutami Wonogiri Telp. (0273) 321613
8.
UPJ Jatisrono
Pandeyan RT 02/06 Jatisrono Telp. (0271) 411431
9.
UPJ Karanganyar
Jl. Cik Di Tiro Karanganyar Telp. (0271) 5890658
10.
UPJ Palur
Jl. Nussa Indah No. 47 Perumnas Palur Telp. (0271) 825951, 825953
11.
UPJ Sragen
Jl. RA Kartini Sragen Telp. (0271) 891134, 892361
12.
UPJ Sumberlawang
Jl. Raya Solo – Purwadadi Km 28 Telp. (0271) 7088008
11. Kepegawaian PT. PLN (Persero) APJ Surakarta 1) Jumlah Karyawan Dalam penempatannya secara kuantitatif bila dilihat dari posisi jabatan atau bidang kerja PT. PLN (Persero) Area Pelayanan dan Jaringan Surakarta dapat diketahui jumlah karyawannya adalah 325 orang. Terkait dengan jumlah karyawannya tersebut, maka dapat dilihat tabel berikut ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
Tabel 2.2 Komposisi Karyawan Berdasarkan Bidang Kerja Di PT. PLN (Persero) Area Pelayanan dan Jaringan Surakarta NO.
UNIT
JUMLAH
1.
Manajer APJ Surakarta
1
2.
Fungsional Ahli APJ Surakarta
10
3.
Pemasaran
12
4.
Niaga
12
5.
Adistribusi
44
6.
Keuangan
8
7.
SDM dan Administrasi
6
8.
UPJ Karanganyar
19
9.
UPJ Sukoharjo
21
10.
UPJ Grogol
20
11.
UPJ Wonogiri
20
12.
UPJ Sragen
22
13.
UPJ Palur
19
14.
UPJ Kartasura
19
15.
UPJ Jatisrono
19
16.
UPJ Sumberlawang
20
17.
UP Manahan
17
18.
UP Surakarta Kota
16
Jumlah Keseluruhan
296
Sumber : Data Kepegawaian PT. PLN (Persero) APJ Surakarta 2009
2) Jam Kerja Jam kerja karyawan pada PT. PLN (Persero) APJ Surakarta secara umm sesuai dengan kebutuhan perusahaan dan peraturan perundangan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
yaitu 8 jam sehari. Jumlah tersebut dalam pelaksanaannya diatur sebagai berikut : a. Senin – Kamis : pukul 07.00–16.00 WIB, termasuk istirahat 1 jam b. Jumat
: pukul 06.30–14.30 WIB,termasuk istirahat 1,5 jam
c. Sabtu – Minggu : Libur d. Khusus untuk layanan gangguan buka selama 24 jam. 3) Rekuitman
B. Program Layanan Listrik Prabayar 1. Pengertian Program Listrik Prabayar Program Listrik Prabayar, yaitu inovasi PLN dengan sistem pembayaran dan pembelian listrik yang dilakukan diawal, sebelum pemakaian. 36 Seperti namanya, maka sistem penggunaan meteran ini seperti penggunaan pulsa telepon genggam dengan sistem Prabayar. Artinya, pelanggan harus mengisi atau membayar terlebih dahulu rencana penggunaan listrik sebelum listrik tersebut digunakan. 2. Tujuan Program Layanan Listrik Prabayar Tujuan diluncurkannya program ini adalah sebagai berikut : a. Menekan tingginya angka tunggakan pembayaran listrik di area Surakarta dan sekitarnya. b. Menekan komplain dari pelanggan.
36
http://bisniskeuangan.kompas.com/2009/01/25/program-layanan-listrik-prabayar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
c.
Menekan biaya operasional pemenuhan kebutuhan listrik di kota Surakarta.
d. Sebagai akurasi data bagi PT.PLN (Persero) APJ Surakarta. 3. Sasaran Program Layanan Listrik Prabayar Sasaran utama dari program ini adalah para pelanggan yang tidak tepat waktu dalam membayar tagihan listrik atau para penunggak, orang – orang yang tingkat mobilitasnya tinggi, dan untuk rumah yang kosong yang sering ditinggal oleh pemiliknya. 4. Manfaat Program Layanan Listrik Prabayar Banyak manfaat yang didapat oleh pelanggan dengan adanya program prabayar ini, antara lain : a. Pelanggan dapat dengan mudah memantau pemakaian listriknya setiap saat. b. Pelanggan dapat mendisiplinkan diri sendiri untuk menggunakan listrik sesuai anggaran belanja. c. Pelanggan tidak lagi berurusan dengan pencatat meter dan jadwal pembayaran setiap bulan. d. Pelanggan dapat membeli token (isi ulang energy listrik) di payment point, ATM dengan jaringan yang luas dan outlet-outlet PPOB. e. Tidak ada istilah menunggak. f. Privasi pelanggan tidak terganggu. g. Tidak dikenakan Uang Jaminan Langganan. h. Pelaksanaan penyambungan cepat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
Layanan listrik prabayar ini dilengkapi dengan PLN Prepaid yang menggunakan kwh-meter, dimana kwh-meter ini dirancang khusus dengan kemampuan, antara lain : a. Menampilkan besarnya pemakaian listrik dan sisa “token-kwh” setiap saat. b. Menyimpan data historis sejumlah transaksi pengisian “token-kwh”. c. Member sinyal otomatis bila sisa “token-kwh” hamper habis. 5. Proses Pemasangan Listrik Prabayar Pengajuan pemasangan listrik Prabayar pelanggan dapat datang ke loket pelayanan PLN dengan proses sebagai berikut : a. Calon pelanggan melakukan pendaftaran dilengkapi dengan KTP dan sket lokasi b. Penerbitan surat persetujuan c. Pelanggan menyampaikan Sertifikat Laik Operasi (SLO) d. Calon pelanggan membayar biaya penyambungan dan token perdana e. Calon pelanggan menandatangani Surat Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (SPJBTL) f. Petugas PLN melaksanakan penyambungan Listrik prabayar ini bukan hanya untuk pelanggan pasang baru, namun pelanggan pascabayar (existing) pun dapat mengajukan migrasi dari pascabayar ke prabayar. Pelanggan pascabayar yang akan bermigrasi ke listrik prabayar, syarat dan proses layanan sebagai berikut : a. calon pelanggan melakukan pendaftaran di kantor pelayanan PLN terdekat dilengkapi dengan Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan denah lokasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
b. Penerbitan surat persetujuan c. Membayar setrum perdana Rp 20.000,d. Menandatangani surat perjanjian jual beli tenaga listrik e. Petugas melaksanakan penyambungan dan penggantian meter dengan meter prabayar. 6. Token Token adalah kode yang di masukkan ke Meter Listrik Prabayar sehingga dapat menyalurkan sejumlah listrik (kWh) tertentu ke instalasi konsumen. Token terdiri dari 20 (dua puluh) angka yang bersifat unik, hanya berlaku untuk satu nomor seri kwh-meter tertentu saja. Agar listrik tidak padam sewaktu – waktu karena nilai “token-kwh” didalam kwh meter telah habis, maka nilai “token kwh” dapat diisi ulang sendiri oleh pelanggan yang bersangkutan melalui voucer isi ulang. Pengisian dilakukan dengan menekan tombol angka yang terdapat pada kwhmeter sesuai dengan kode “token-kwh” yang ditampilkan dalam struk pembelian voucher isi ulang. Pengisian nilai baru “token-kwh” pada kwh-meter secara otomatis akan terakumulasi (ditambahkan) dengan sisa nilai “token-kwh” sebelumnya. Dalam struk voucer isi ulang “token-kwh” tercantum nilai token terdiri dari unsur nilai kWh dan Rp token, PPJU dan Materai. Token tidak memiliki expired date (kadaluawarsa) Pelanggan pada saat membeli token dapat memilih nilai nominal sesuai dengan yang dikehendaki. Token memiliki berbagai pilihan, yaitu :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
a. nilai nominal tertentu : Rp. 20.000,- Rp 50.000,- Rp. 100.000,- Rp 250.000,- Rp 500.000,b. nilai nominal bebas : mulai Rp 20.000,- sampai dengan Rp. 1.000.000,Pembelian Token dapat diperoleh dengan menyebutkan nomor seri kwh meter dari pelanggan yang bersangkutan di payment point online bank (PPOB) yang telah bekerja sama dengan PLN, yaitu : a. BPR KS (Bank Perkreditan Rakyat Karyajatnika Sadaya) b. BANK BUKOPIN c. PT POS Indonesia d. BNI e. BRI 7. Cara Menggunakan Listrik Prabayar Langkah 1 : Sebelum menggunakan listrik prabayar, voucher token harus dibeli dari tempat penjualan token terdekat. Nomor serial meter harus sesuai dengan identitas pelanggan, agar token kWh dapat digunakan. Pada saat membeli token pelanggan akan mendapatkan 20 digit yang tertera di struk pembelian. Masukkan 20 digit nomor token di struk ke meter anda. Penting : a. Token hanya dapat dipakai untuk nomor seri meter tertentu b. Token hanya dapat digunakan sekali pakai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 68
Langkah 2 : 20 digit nomor token harus diinputkan ke meter melalui keypad di meter prabayar. Nomor token yang diinputkan akan terlihat di display meter. Periksa nomor yang diinputkan sama dengan nomor token. Jika salah input, gunakan tombol spasi balik (?) untuk menghapus nomor yang salah. Bila ingin mengulangi inputan nomor token, tekan tombol tanda pagar (#) ini akan menghapus semua nomor yang diinput dan anda dapat menginputkan 20 digit nomor token kembali. Langkah 3 : Setelah menginputkan 20 digit nomor token, meter prabayar akan mencheck dan jika nomor valid layar meter akan menunjukkan nilai kWh yang dibeli. Sekarang anda sudah dapat menggunakan listrik Prabayar. Langkah 4 : Ketika anda menyalakan lampu atau peralatan listrik lainnya, nilai kWh akan berkurang sesuai dengan penggunaan. Pantaulah selalu nilai kredit kWh di meter Prabayar, agar anda dapat mengatur pemakaian listrik secara hemat. Langkah 5 : Ketika sisa kWh tinggal sedikit (dibawah 20 kWh) indikator keypad akan muncul dilayar meter, indikasi dapat berupa perubahan lampu LED menjadi merah, atau muncul suara peringatan (buzzer) dari meter Prabayar. Ini pertanda token baru harus disiapkan. Jika sisa kWh habis, meter akan memadamkan listrik anda. Untuk menghidupkan kembali, anda harus input 20 digit nomor token baru.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 69
C. Karakteristik Masyarakat Surakarta Surakarta dibagi menjadi lima kecamatan. Setiap kecamatan dibagi menjadi kelurahan, lalu setiap kelurahan dibagi menjadi kampung-kampung yang kurang lebih setara dengan Rukun Warga. Kecamatan di Surakarta, antara lain: Kecamatan Banjarsari, Kecamatan Jebres, Kecamatan Lawiyan (disebut juga Laweyan), Kecamatan Pasar Kliwon, Kecamatan Serengan. Surakarta dan kota-kota satelitnya (Kartasura, Solo Baru, Palur, Colomadu, Baki, Ngemplak) adalah kawasan yang saling berintegrasi satu sama lain. Kawasan Solo Raya ini unik karena dengan luas kota Surakarta sendiri yang hanya 44 km persegi dan dikelilingi kota-kota penyangganya yang masing-masing luasnya kurang lebih setengah dari luas kota Surakarta dan berbatasan langsung membentuk satu kesatuan kawasan kota besar yang terpusat. Keraton, batik dan Pasar Klewer adalah tiga hal yang menjadi simbol identitas Kota Surakarta. Eksistensi Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan Pura Mangkunegaran (sejak 1745) menjadikan Solo sebagai poros, sejarah, seni dan budaya yang memiliki nilai jual. Nilai jual ini termanifestasi melalui bangunanbangunan kuno, tradisi yang terpelihara, dan karya seni yang menakjubkan. Tatanan sosial penduduk setempat yang tak lepas dari sentuhan-sentuhan kultural dan spasial keraton semakin menambah daya tarik. Salah satu tradisi yang berlangsung turun temurun dan semakin mengangkat nama daerah ini adalah membatik. Seni dan pembatikan Solo menjadikan daerah ini pusat batik di Indonesia. Sejak 20 tahun terakhir industri manufaktur dan pariwisata
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 70
berkembang pesat sehingga banyak terjadi perubahan peruntukan lahan untuk kegiatan industri dan perumahan penduduk. Pariwisata dan perdagangan ibarat dua sisi mata uang, dimana keduanya saling mendukung dalam meningkatkan sektor ekonomi. Jumlah penduduk kota Surakarta pada tahun 2003 adalah 552.542 jiwa terdiri dari 270.721 laki-laki dan 281.821 wanita, tersebar di lima kecamatan yang meliputi 51 kelurahan.37 Kota (City) dilihat dari ciri yang tampak (tangible) ditandai oleh jumlah penduduk yang tidak boleh kurang dari 2.500 (menurut patokan resmi di Amerika Serikat). Northam (1975) secara lebih detail menyajikan kriteria jumlah penduduk kota sebagai berikut: •
Kota kecil
: 2.500 – 25.000 penduduk
•
Kota medium
: 25.000 – 100.000 penduduk
•
Kota besar
: 100.000 – 800.000 penduduk
•
Metropolis
: 800.000 penduduk lebih
•
Megapolis
: sekurang-kurangnya beberapa juta
•
Ecumenopolis
: sekurang-kurangnya beberapa puluh juta
Bila melihat dari jumlah penduduknya, maka kota Surakarta termasuk dalam kota besar. Kota merupakan suatu kawasan yang biasanya memiliki ciri-ciri jumlah penduduk yang relatif padat dibanding kawasan sekitarnya, hubungan kekerabatan kemasyarakatannya longgar, penduduknya memiliki berbagai ragam
37
www.wikipedia.com/2010/05/15/kota-surakarta
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 71
profesi yang bersifat non agraris, terdapat berbagai macam fasilitas umum yang relatif beragam dan modern dibandingkan dengan daerah sekitarnya. Kota Solo terbentuk menunjukkan perkembangan dominasi peranan transportasi dan komunikasi. Hubungan antarkota mulai terjalin lebih intensif. Ada kecenderungan penduduk kota pindah ke arah luar sejalan dengan majunya sistem transportasi dan komunikasi. Spesialisasi di bidang ekonomi, sosial, dan fungsi-fungsi institusional berkembang menjadi lebih ekstensif sejalan dengan kemampuan manajemen yang dimiliki penduduk kota. Selain
itu, kota Solo
secara spasial mulai berkembang lebih intensif ke arah luar karena adanya kemajuan teknologi transportasi dan komunikasi. Menurut Parker (1981), karakteristik kecenderungan soaial abad ini ialah meluasnya teknologi hibryd baru atau telematique ke seluruh masyarakat. Telematics merupakan suatu teknologi yang dikembangkan sebagi respon terhadap permintaan pasar bagi suatu komunikasi yang lebih efisien dan akses informasi lebih cepat dan lebih efeftif. 38
38
Zulkarimein Nasution, Teknologi Komunikasi Dalam Perspektif (Jakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia), hlm 84
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 72
BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
Pada bab ini peneliti akan membahas tentang proses difusi inovasi Program Layanan Listrik Prabayar PT. PLN (Persero) APJ Surakarta terhadap adopsi inovasi pada masyarakat Surakarta. Proses difusi dan adopsi program layanan ini akan dibahas dari beberapa unsur yang ada di dalamnya berdasar teori dan tingkat adopsi inovasi pada masyarakat Surakarta.
A. Difusi Program Layanan Listrik Prabayar PT. PLN (Persero) APJ Surakarta Program Layanan Listrik Prabayar merupakan suatu inovasi baru dalam pembayaran listrik yang didifusikan kepada masyarakat Indonesia melalui PT.PLN sebagai BUMN negara yang bertanggung jawab atas ketersediaan listrik di Indonesia termasuk PT. PLN (Persero) APJ Surakarta yang bertanggung jawab atas listrik masyarakat di daerah Surakarta dan sekitarnya. Dalam menyebarkan (difusi) inovasi Program Layanan Listrik Prabayar ini PT. PLN (Persero) APJ Surakarta melakukan beberapa tahap proses difusi sebelum akhirnya inovasi ini diterima (adopsi) oleh masyarakat luas di Surakarta. Secara umum, hal pertama yang dilakukan PT. PLN (Persero) APJ Surakarta adalah mengenalkan Program Layanan Listrik Prabayar ini kepada internal karyawan PT. PLN (Persero) APJ Surakarta. Setelah karyawan mengenal Program Layanan Listrik Prabayar, karyawan ditawari untuk beralih (bermigrasi)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 73
menggunakan Program Layanan Listrik Prabayar. Setelah internal karyawan PT. PLN (Persero) APJ Surakarta merasakan memakai Program Layanan Listrik Prabayar, mereka dapat membandingkan perbedaan penggunaan pemakaian listrik Prabayar dan listrik pascabayar. Dari hasil evaluasi yang dilakukan PT. PLN (Persero) APJ Surakarta terhadap pemakaian Program Layanan Listrik Prabayar oleh internal karyawan PT. PLN (Persero) APJ Surakarta, rata-rata mereka merasa sangat nyaman menggunakan Program Layanan Listrik Prabayar dengan berbagai alasan, antara lain : dapat mengendalikan pemakaian dan tidak perlu mengingat-ingat waktu penbayaran listrik. Menyikapi hasil evaluasi tersebut, dari team Humas PT. PLN (Persero) APJ Surakarta melalui berbagai saluran komunikasi baik komunikasi interpersonal maupun media massa mengenalkan Program Layanan Listrik Prabayar kepada pelanggan umum yang memiliki daya 900 Va – 5.500 Va. Setelah itu PT. PLN (Persero) APJ Surakarta membuka kesempatan kepada pelanggan yang berminat menggunakan Program Layanan Listrik Prabayar di kantor PLN yang terdekat. Syaratnya mudah, hanya membawa rekening listrik saja. Awal pengenalan Program Layanan Listrik Prabayar, pelanggan yang akan bermigrasi dari pascabayar ke prabayar tidak dikenai biaya apapun selain harga pulsa perdana. PT. PLN (Persero) APJ Surakarta menggandeng berbagai media untuk membantu menyosialisasikan Program Layanan Listrik Prabayar. Media inilah yang menjelaskan kepada masyarakat luas tentang Program Layanan Listrik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 74
Prabayar melalui radio-radio, spanduk, leaflet, TV swasta, dan penyuluhan penyulihan di kelurahan atau kecamatan. Setelah memperoleh informasi dari berbagai media inilah, akhirnya pelanggan beramai-ramai mendaftar dan memakai meter prabayar. Hingga bulan maret 2010, dari sekitar 960.000 pelanggan yang ada sudah lebih kurang 3.500 pelanggan yang bermigrasi ke Program Layanan Listrik Prabayar selama lebih kurang 3 bulan berjalannya Program Layanan Listrik Prabayar. Difusi inovasi merupakan proses dimana suatu gagasan, tindakan, atau barang yang dianggap baru oleh seseorang dikomunikasikan melalui saluran dan jangka waktu tertentu diantara anggota suatu sistem sosial. Mengacu pada pengertian difusi itu sendiri, seperti pada teori Rogers dan Shomaker yang dikutip oleh Abdillah Hanafi dalam bukunya Memasyarakatkan Ide-ide Baru, dalam suatu proses difusi ada empat macam unsur difusi yaitu inovasi, saluran komunikasi, waktu, dan sistem sosial. Keempat unsur difusi ini akan dibahas sesuai dengan aplikasi yang terjadi pada masyarakat Surakarta.
1. Inovasi Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan inovasi adalah program layanan listrik Prabayar PT. PLN (Persero) APJ Surakarta. Program ini disebut sebagai inovasi atau penemuan baru karena program baru yang diluncurkan pertama kali oleh PT. PLN (Persero). Dalam hal ini proses difusi dilakukan oleh PT. PLN
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 75
(Persero) APJ Surakarta, selaku instansi yang memperkenalkan inovasi baru dalam pembayaran dan pembelian listrik kepada masyarakat. Program Layanan listrik prabayar merupakan sistem pembayaran dan pembelian listrik yang dilakukan diawal atau sebelum pemakaian. Artinya, pelanggan harus mengisi atau membayar terlebih dahulu rencana penggunaan listrik sebelum listrik tersebut digunakan. Seperti namanya, maka sistem penggunaan meteran ini seperti penggunaan pulsa telepon genggam. Hal ini seperti yang diutarakan Kepala Humas PT. PLN (Persero) APJ Surakarta, Soeharmanto, S.E : “Layanan Pra-Bayar adalah salah satu program layanan PLN yang memakai meter prabayar. Program itu adalah sebagai solusi bagi pelanggan – pelanggan yang membutuhkan atau sangat mendambakan perbaikan pelayanan dari PLN. Contohnya meter Prabayar itu ,seperti namanya, maka sistem penggunaan meteran ini seperti penggunaan pulsa telepon genggam dengan sistem Prabayar. Artinya, pelanggan harus mengisi atau membayar terlebih dahulu rencana penggunaan listrik sebelum listrik tersebut digunakan.” (wawancara, 16 Agustus 2010) Program layanan listrik Prabayar ini pertama kali secara nasional diluncurkan oleh PT. PLN pada 17 Januari 2008 di Bandung. Uji coba listrik bayar pertama kali dilakukan di wilayah Jawa Barat, khususnya Kota Bandung yaitu pada 1.000 pelanggan rumah tangga. Jabar sengaja dipilih karena mewakili 70 persen konsumen listrik yang ada di Pulau Jawa. Program Layanan Listrik Prabayar atau yang sering disebut sebagai LPB ini merupakan program dari PT. PLN pusat yang selanjutkan diterapkan di seluruh daerah di Indonesia. Proses sosialisasi dari PT. PLN pusat kepada PT.PLN (Persero) APJ Surakarta membutuhkan waktu sekitar satu bulan yaitu bulan November tahun 2009. Sehingga untuk kota Surakarta sendiri program layanan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 76
listrik Prabayar baru diluncurkan pada bulan Desember tahun 2009. Pada awal peluncurannya, pihak PT.PLN (Persero) APJ Surakarta mentarget bisa menyediakan alat tersebut sebanyak 1.000 unit kepada pelanggan baru. Ada beberapa hal yang melatarbelakangi diluncurkannya program ini. Pertama, untuk menekan tingginya angka tunggakan pembayaran listrik di area Surakarta dan sekitarnya. Kedua, menekan komplain dari pelanggan. Ketiga, menekan biaya operasional pemenuhan kebutuhan listrik di kota Surakarta. Keempat, sebagai akurasi data bagi PT.PLN (Persero) APJ Surakarta. Tingginya angka tunggakan berasal dari golongan rumah tangga yang terakumulasi dari beberapa daerah. Data PT.PLN (Persero) APJ Surakarta menunjukkan sebagai berikut : Tabel 3.1 Data Tunggakan Pelanggan PT.PLN (Persero) APJ Surakarta Tahun 2010 BULAN
Angka Tunggakan
(Tahun 2010)
(Dalam Lembar)
Februari
35.650
Maret
52.635
April
28.726
Sumber : PT.PLN (Persero) APJ Surakarta
Tingginya angka tunggakan, tentunya akan menambah jumlah beban negara yang tentunya akan menghambat proses produksi dan distribusi listrik yang ada di Indonesia, khususnya kota Surakarta. Oleh karena itu dibutuhkan suatu inovasi yang dapat mengurangi tanggungan negara.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 77
Sasaran utama dari program ini adalah para pelanggan yang tidak tepat waktu dalam membayar tagihan listrik atau para penunggak, orang – orang yang tingkat mobilitasnya tinggi, dan untuk rumah yang kosong yang sering ditinggal oleh pemiliknya. Dalam menghadapi pelanggan yang tidak membayar tepat waktu PT.PLN (Persero) APJ Surakarta awalnya memberikan surat pemberitahuan untuk segera membayar, setelah itu bila sampai batas waktu yang telah ditetapkan tidak membayar, barulah pihak PLN memutus arus listrik, kemudian pelanggan tersebut ditawari layanan Listrik Prabayar. Bila pelanggan bersedia untuk migrasi ke layanan prabayar, maka pihak PLN segera mengganti dengan listrik prabayar. Di Surakarta sendiri setiap satu Unit Pelayanan Jaringan (UPJ) yang ada, angka tunggakan cukup tinggi yaitu sekitar 1000 - 2000 lembar rekening listrik. Dari banyaknya angka tunggakan tersebut sebagian besar dari golongan rumah tangga. Hal ini seperti diungkapkan oleh Soeharmanto, Kepala bagian Humas PT. PLN (Persero) APJ Surakarta : “ Langkah pertama dari pihak PT. PLN (Persero) APJ Surakarta adalah dengan memberikan surat pemberitahuan, setelah itu kita jelaskan bila pada waktunya tidak membayar lagi ya diputus, lalu ditawari listrik Prabayar. Angka tunggakan sendiri cukup tinggi kira - kira satu UPJ penunggak sekitar 1000 - 2000 lembar.” (wawancara, 16 Agustus 2010) Penerapan listrik prabayar di kota Surakarta, tidak ada daerah khusus yang dijadikan sebagai pilot project. PT. PLN (Persero) APJ Surakarta memperoleh alokasi alat meteran prabayar dari pusat sekitar 2.000 unit. Sebagai langkah awal alat tersebut ditawarkan kepada sekitar 200 karyawan PT. PLN (Persero) APJ Surakarta.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 78
Sebelum ditawarkan kepada karyawan PT. PLN (Persero) APJ Surakarta, dari team Humas PT. PLN (Persero) APJ Surakarta selaku penanggung jawab sosialisasi layanan listrik prabayar telah menge-list 200 nama karyawan yang akan dijadikan pilot project. Nama – nama tersebut ditawari menggunakan layanan listrik prabayar, apabila karyawan tersebut tidak keberatan bermigrasi ke layanan ini maka ia berhak mendapatkan alat listrik prabayar, tetapi bila keberatan tidak ada paksaan dari pihak PT. PLN (Persero) APJ Surakarta. Setelah internal karyawan PT. PLN (Persero) APJ Surakarta menggunakan layanan listrik Prabayar dan tidak ada keluhan atas pemakaian produk baru ini, pihak PT. PLN (Persero) APJ Surakarta baru secara resmi menawarkan kepada masyarakat luas, khususnya bagi pelanggan baru PLN dari sektor rumah tangga. Seperti yang dikatakan oleh Soeharmanto, Kepala bagian Humas PT. PLN (Persero) APJ Surakarta : “Awalnya diberikan stok 2000 unit. Diawal kita pesimis, maka dipasang terlebih dahulu kepada sekitar 200 karyawan PLN sambil untuk melihat reaksi adakah hal yang negatif atau yang tidak diinginkan, tenyata setelah memakai tidak ada. Setelah itu disampaikan kepada masyarakat umum akhirnya umum bisa menerima, dan sampai sekarang malah melebihi target.” (wawancara, 16 Agustus 2010) PT. PLN (Persero) APJ Surakarta memprioritaskan penggunaan alat meteran prabayar ini untuk ditawarkan kepada pelanggan baru mengigat daftar antrian pelanggan baru hingga saat ini masih sangat banyak. Sementara di sisi lain, pasokan energi listrik di wilayah Soloraya sendiri hingga saat ini masih terbatas. Sebagian alat meteran tersebut rencananya bakal ditujukan bagi pelanggan baru PLN dari sektor rumah tangga yang dayanya diatas 900 VA, hingga bulan Agustus 2010 ini, jumlah alat meteran listrik prabayar yang telah terpasang secara
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 79
riil di wilayah Soloraya mencapai 3.830 unit. Sebesar 90% terserap di pelanggan rumah tangga. Respons pelanggan terhadap alat meteran prabayar tersebut cukup tinggi. Hal itu terlihat dari jumlah pelanggan yang melebihi target yang ditentukan dan daftar tunggu pelanggan yang telah mendaftarkan diri untuk mengganti alat meteran lamanya dengan alat meteran prabayar tersebut yang saat ini sudah mencapai lebih dari 500 pelanggan. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Soeharmanto, Kepala bagian Humas PT. PLN (Persero) APJ Surakarta : “ Sekitar 90 persennya memang dari pelanggan rumah tangga, sisanya digunakan di masjid atau di kantor kelurahan, hingga bulan April 2010 ini, jumlah alat meteran listrik prabayar yang telah terpasang secara riil di wilayah Soloraya mencapai 3.830-an unit. Respons pelanggan memang cukup tinggi, mengingat ada beberapa keuntungan yang bisa diperoleh dengan menggunakan alat meteran prabayar tersebut. Begitu mendapat informasi tentang meter prabayar, Langsung pergi ke kantor PLN, dan minta untuk langsung dipasang, Namun, mengingat stok meteran yang saat ini masih terbatas dan meter prabayarnya yang memproduksi baru, maka pelanggan terpaksa harus masuk daftar tunggu.” (wawancara, 24 Agustus 2010) Dalam penggunaan layanan listrik prabayar ini tidak ada ketentuan khusus dalam menggunakannya. Layanan ini merupakan produk baru yang tidak dipaksakan penggunaannya. Cara penggunaannya sudah dijelaskan dalam bab sebelumnya. Hal ini seperti yang dipaparkan oleh Soeharmanto, Kepala bagian Humas PT. PLN (Persero) APJ Surakarta : “ Tidak ada ketentuan khusus, ini hanya produk baru saja tidak dipaksakan dalam pemakaiannya. Seperti penggunaan HP kita membeli token di gerai – gerai yang ada atau di bank. Trus kita masukan angka digitalnya ini kalau betul nanti akan menampakkan berapa jumlah yang kita beli, penampakan kedua nanti sudah menjumlah sisanya dan berapa jumlah tambah sesuai yang telah dibeli, setelah itu muncul Kwh yang ada di situ.” (wawancara, 16 Agustus 2010)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 80
Inovasi adalah suatu ide, karya atau objek yang dianggap baru oleh seseorang. Ciri-ciri inovasi yang dirasakan oleh para anggota suatu system social menentukan tingkat adopsi : (1) relative advantage (keuntungan relative), (2) compatibility (kesesuaian), (3) complexity (kerumitan), (4) trialability (kemungkinan di coba), (5) observability (kemungkinan diamati). Relative advantage adalah suatu derajat dimana inovasi dirasakan lebih baik dari pada ide lain yang menggatinkannya, derajat keuntungan tersebut bisa dihitung secara ekonomis, tetapi faktor prestasi sosial, kenyamanan dan kepuasan juga merupakan unsur penting. Ada beberapa nilai tambah atau Relative advantage yang dapat dirasakan oleh masyarakat sebagai pelanggan yang didapat dari Program Layanan Listrik Prabayar seperti yang terdapat dalam brosur yang diterbitkan oleh PT. PLN (Persero) APJ Surakarta , diantaranya : 1. Bebas mengendalikan pemakaian listrik sendiri. 2. Bebas menentukan pembayaran listrik sesuai kebutuhan dan kemampuan daya beli. 3. Bebas biaya beban (biaya minimum bulanan). 4. Bebas blok tarif. 5. Bebas kesalahan pencatatan meter. 6. Bebas pemutusan listrik karena tunggakan. 7. Bebas pembayaran uang jaminan (UJL). 39
39
www.plnjateng.co.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 81
Selain nilai tambah yang dapat dirasakan, pelanggan juga dapat merasakan manfaat secara langsung, yaitu : 1. Pelanggan tidak terganggu lagi dengan rutinitas kedatangan petugas pencatat meter setiap bulan. 2. Pelanggan tiak dikagetkan lagi dengan tagihan rekening listrik bulanan yang besarnya tidak dapat diprediksikan. 3. Pelanggan membayar seluruh pemakaian listriknya dengan tariff yang sama (flat) tanpa ada blok tariff dan biaya beban lagi. 4. Pelanggan mengetahui transaksi pembayaran secara transparan karena besarnya pemakaian listrik (kwh) dan biaya yang dikeluarkannya (Rp) dapat diketahui secara langsung setiap saat.
2. Saluran Komunikasi Difusi inovasi program layanan listrik prabayar ini, PT. PLN (Persero) APJ Surakarta menggunakan kedua jenis saluran komunikasi. Berikut akan dijelaskan saluran komunikasi yang digunakan dan jalannya proses komunikasi dalam difusi program layanan listrik prabayar di Surakarta. a. Media massa Setiap hari kita tidak bias lepas dari media massa. Media massa itu secara langsung atau tidak memberikan pengaruh bagi kehidupan manusia baik level individu maupun kolektif. Hampir semua elemen masyarakat terkena terpaan media massa, karena saat ini kebutuhan akan media massa bukan lagi menjadi kebutuhan sekunder tapi juga sudah menjadi kebutuhan primer. Semakin maju
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 82
suatu masyarakat, maka kebutuhan akan terpaan media juga semakin tinggi. Peran media massa yang sangat penting ini sangat dipahami oleh PT.PLN (Persero) APJ Surakarta. Oleh karena itulah, penyebaran informasi tentang program layanan listrik prabayar inipun tidak lepas dari penggunaan media. Ada dua jenis media massa yaitu media cetak dan media elektronik. Kedua jenis media ini digunakan dalam penyebaran program layanan listrik prabayar. Media elektronik yang digunakan adalah televisi lokal dan radio lokal. Diawal peluncuran Program Layanan Listrik Prabayar PT. PLN (Persero) APJ Surakarta mengadakan konferensi pers untuk memperkenalkan program ini kepada masyarakat. PT. PLN (Persero) APJ Surakarta telah menjalin kerjasama dengan beberapa institusi media radio yang ada di kota Surakarta. Lewat acara yang sudah menjadi acara rutin di setiap stasiun radio inilah, PT. PLN (Persero) APJ Surakarta mensosialisasikan Program Layanan Listrik Prabayar. Stasiun radio lokal tersebut adalah : 1. Radio Republik Indonesia (RRI) : Solusi => minggu pertama dan ketiga, hari rabu. 2. Solo Pos FM : Sona PLN => 1 kali dalam satu bulan, hari rabu minggu terakhir. 3. Karavan FM : Halo PLN => hanya memasang iklan. 4. Metha FM : Sona Bisnis => Minggu pertama dan kedua, hari kamis. 5. Slank FM : PLN Menyapa => Minggu kedua atau minggu keempat, hari jumat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 83
6. Ria FM : Peduli Pelanggan => Satu sampai dua kali dalam sebulan, hari selasa. 7. Pas FM : Dialog Interaktif => Selasa petang. Acara rutin di setiap stasiun radio tersebut, bukanlah acara khusus yang membahas tentang Program Layanan Listrik Prabayar. Akan tetapi, dalam acara tersebut PT. PLN (Persero) APJ Surakarta mensosialisasikan berbagai macam program – program yang sedang dilaksanakan oleh PLN, khususnya PT. PLN (Persero) APJ Surakarta sesuai dengan isu – isu yang sedang berkembang, termasuk Program Layanan Listrik Prabayar. Hal ini dikemukakan oleh Kepala Hubungan Masyarakat PT. PLN (Persero) APJ Surakarta, Soeharmanto : “ Tidak ada program khusus untuk mensosialisasikan program layanan listrik prabayar di radio, kami hanya memakai space acara di beberapa stasiun radio yang telah bekerja sama dengan kami untuk mensosialisasikan program – program PT. PLN (Persero) APJ Surakarta, termasuk program layanan listrik prabayar.” (wawancara, 24 Agustus 2010) Pemilihan tema acara setiap kali siar diserahkan sepenuhnya pada pihak PT. PLN (Persero) APJ Surakarta. Dalam hal ini pihak yang bertanggung jawab sekaligus bertindak sebagai narasumber dalam acara tersebut adalah bagian hubungan masyarakat (Humas) PT. PLN (Persero) APJ Surakarta yaitu Kepala Hubungan Masyarakat PT. PLN (Persero) APJ Surakarta, Soeharmanto,S.E. Pembahasan tentang Program Layanan Listrik Prabayar gencar dilakukan pada bulan Januari dan Februari 2010, dimana saat itu Program Layanan Listrik Prabayar baru diperkenalkan pada masyarakat umum di Surakarta. Pembahasan tema Program Layanan Listrik Prabayar ini dilakukan setiap kali siaran di
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 84
berbagai stasiun radio dengan frekuensi yang beragam. Konsep acara pada setiap stasiun radio adalah talk show dan diskusi interaktif. Dalam acara ini awalnya diterangkan terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan program layanan listrik prabayar dan hal – hal yang berhubungan dengan program tersebut setelah itu diadakan tanya jawab mengenai aplikasi dan permasalahann yang terjadi di lapangan di Kota Surakarta. Pelanggan juga dapat menyampaikan berbagai keluhan tentang listrik dan kinerja PLN. Tujuannya adalah agar masyarakat di Surakarta dan sekitarnya, bisa mengetahui bagaimana jalannya program layanan listrik prabayar di Kota Surakarta dan bermigrasi menggunakan layanan listrik prabayar khususnya mereka yang bisa menerima siaran dari berbagai stasiun radio. Bagi negara Indonesia, radio sebagai media massa berfungsi antara lain sebagai media informasi, media pendidikan, media opini, dan media hiburan. Sebagai media informasi radio merupakan alat penyiar mengenai berbagai bidang seperti politik, ekonomi, sosial, kebudayaan, militer, keamanan, dsb. Melalui informasi yang diberikan diharapkan komunikan dapat berinovasi serta berperan dalam pelaksanaan pembangunan (Siahaan, 2000: 104). Sesuai teori Siahaan di atas, maka fungsi radio dalam difusi inovasi ini adalah sebagai media informasi. Radio memberikan informasi mengenai program layanan listrik prabayar kepada masyarakat agar mereka yang belum tahu menjadi tahu dan yang belum mengerti menjadi lebih mengerti. Melalui siaran ini pula diharapkan masyarakat semakin tertarik untuk menggunakan layanan listrik prabayar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 85
Penggunaan media massa dalam menyebarkan program layanan listrik prabayar sangat penting. Media massa mempunyai peran yang cukup banyak sebab sebagaian besar masyarakat Indonesia sudah kecanduan media massa dengan segala fungsinya. Karena sifat arus pesannya adalah satu arah, maka terpaan menggunakan media massa haruslah berulang-ulang agar masyarakat menjadi lebih paham. Information flows were predominately associated with media, and reading was estimated to communicate more than five times as much information as talking and observing the environment (Galbi, 2001: 25). Seperti yang dinyatakan Galbi dalam penelitiannya bahwa terpaan media massa lebih dari 5 kali untuk bisa dimengerti. Penyebaran melalui Radio sudah lebih dari lima kali sehingga diharapkan sudah bisa mempengaruhi masyarakat, terutama bagai mereka yang berada dalam jangkauan frekuensinya. Media lain yang digunakan untuk mensosialisasikan program layanan listrik prabayar adalah internet. Di dunia maya, sudah banyak situs dan forum yang membahas tentang program ini. Website resmi dari PT. PLN (Persero) APJ Surakarta
untuk
informasi
Layanan
Listrik
Prabayar
adalah
http://www.plnjateng.co.id. Dalam website ini terdapat informasi-informasi yang berkaitan dengan program layanan listrik prabayar mulai dari pengertian sampai perkembangannya. Selain itu di situs jejaring sosial, Facebook, program layanan listrik prabayar juga menjadi salah satu anggotanya. Program layanan listrik prabayar mempunyai account di Facebook dengan nama sistem listrik prabayar. Facebook di sini digunakan sebagai salah satu media sosialisasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 86
Di situs jejaring social facebook ini terdapat sedikit kontroversi untuk layanan listrik prabayar. Selain account di Facebook dengan nama sistem listrik prabayar, terdapat juga account dengan nama tolak listrik prabayar. Sebenarnya tidak hanya di jejaring social facebook, tapi di berbagai forum diskusi di blog juga banyak terdapat kontroversi mengenai Program Listrik Layanan Prabayar atau PLB. Pro dan kontra LPB ini memang tidak lepas dari berbagai kepentingan masyarakat selaku konsumen layanan ini. Mereka yang pro dengan layanan ini adalah mereka yang merasakan manfaat layanan ini, sedangkan yang kontra adalah mereka yang merasa dirugikan dengan adanya LPB. Account di Facebook dengan nama sistem listrik prabayar adalah account resmi yang dikeluarkan oleh PLN, sedangkan account di Facebook dengan nama tolak listrik prabayar merupakan account yang diduga dibuat oleh orang-orang yang merasa terancam putus kerja dengan adanya layanan ini. Oleh karena itulah, mereka menolak Program Layanan Listrik Prabayar. Media massa yang berupa media cetak yang digunakan dalam difusi Program Layanan Listrik Prabayar di Kota Surakarta antara lain pamflet dan koran. Media visual dibuat oleh Humas PT. PLN (Persero) APJ Surakarta dan disebarkan kepada masyarakat Surakarta agar mereka tahu seluk-beluk mengenai program Layanan Listrik Prabayar dan perkembangannya sudah sejauh mana. Sebagaimana dikatakan oleh Oktariana Anjarsari, selaku customer servis PT. PLN (Persero) UPJ Kota Surakarta : “…Sebagai sarana sosialisasi ke masyarakat kami menggunakan pamflet. Dalam pamflet tersebut terdapat berbagai informasi mengenai Layanan Listrik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 87
Prabayar, sehingga mereka tahu seluk beluk Layanan Listrik Prabayar dan perkembangannya sudah sejauh mana.” (wawancara, 16 Agustus 2010) Media berbentuk pamflet ini dibuat oleh PT. PLN (Persero) APJ Surakarta dan disebarkan kepada masyarakat untuk memberikan pengertian dasar mengenai program ini. Dalam pamflet Layanan Listrik Prabayar, dijelaskan bahwa Layanan Listrik Prabayar / PLN Prepaid adalah solusi bijak untuk pengendalian pemakaian listrik secara mandiri dan transparan. PT. PLN (Persero) APJ Surakarta menerbitkan dua macam pamflet dalam waktu yang berbeda. Pamflet pertama adalah sebagai pengenalan awal Program Layanan Listrik Prabayar. Pamflet ini tidak hanya menginformasikan Program Layanan Listrik Prabayar, tetapi juga menginformasikan program NaDaOnline yaitu penambahan daya listrik Anda yang dilayani di Kantor Pos dan Bank BRI terdekat secara on line. Pamflet ini berisi sosialisasi dua program PLN, maka pada pamflet yang pertama ini Program Layanan Listrik Prabayar tidak dijelaskan secara rinci. Pamflet ini diterbitkan pada bulan Desember 2009. Pamflet kedua merupakan pamflet yang menerangkan Program Layanan Listrik Prabayar secara terperinci. Pamflet berisi tentang apa sebenarnya pengertian Layanan Listrik Prabayar, nilai tambah, manfaat, info produk, tarif, token kwh, dan proses layanan baik penyambungan baru maupun migrasi dari pascabayar. Pamflet inilah yang sampai saat ini digunakan baik ditingkat PT.PLN (Persero) APJ Surakarta maupun ditingkat UPJ untuk mensosialisasikan dan menawarkan kepada masyarakat di kota Surakarta. Selain menggunakan pamflet, media cetak lain yang digunakan adalah spanduk yang dipasang di tempat-tempat strategis di kota Surakarta dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 88
sekitarnya. Isi dari spanduk tersebut adalah mengenalan kepada masyarakat tentang Program Layanan Listrik Prabayar dan ajakan untuk bermigrasi ke ;istrik prabayar. Pemasangan spanduk – spanduk ini dilakukan saat pengenalan Program Layanan Listrik Prabayar yaitu pada bulan Desember 2009 dan Januari 2010. Saat ini spanduk tersebut tidak dipasang karena sudah semakin banyak masyarakat yang mengenal program ini. Di luar media yang dicetuskan PT. PLN (Persero) APJ Surakarta, informasi-informasi mengenai Program Layanan Listrik Prabayar ini juga terdapat pada media massa lain seperti koran. Pada koran tersebut banyak berita mengenai Program Layanan Listrik Prabayar meskipun tidak hanya berasal dari PT. PLN (Persero) APJ Surakarta sendiri. Namun, informasi tersebut tetap membawa dampak positif bagi masyarakat yang membacanya. Dimuatnya informasi tentang Program Layanan Listrik Prabayar di surat kabar seperti yang dikemukakan oleh Darmi berikut: “…dulu saya tahu program ini karena pernah baca di koran Solo Pos. Pernah ada berita tentang Program Layanan Listrik Prabayar.” (Wawancara, 27 Agustus 2010) Dengan adanya informasi di surat kabar menjadikan masyarakat semakin mengetahui tentang program ini lebih jauh. Semakin banyak informasi yang mereka dapat, semakin terbuka pula pikiran mereka untuk dapat menerima program yang baru pertama kali dikeluarkan PLN. Solo Pos merupakan koran yang daerah pemasarannya adalah Solo dan sekitarnya. Hal ini berarti informasi mengenai Program Layanan Listrik Prabayar sudah tersebar luas terutama di wilayah Surakarta san sekitarnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 89
Pemberitaan di surat kabar tentang Program Layanan Listrik Prabayar secara tidak langsung merupakan sarana sosialisasi tersendiri bagi PT. PLN (Persero) APJ Surakarta, misalnya berita tentang sosialisasi Program Layanan Listrik Prabayar yang dilakukan di Sukoharjo. Berita tersebut dimuat di Harian Joglosemar pada 16 Januari 2009 yang bertajuk PLN Sosialisasi Listrik Prabayar. Dimuatnya sosialisi ini akan menyebarkan informasi tentang Program Layanan Listrik Prabayar.
Gambar 3.1 Salah Satu Pemberitaan Program Layanan Listrik Prabayar Di Surat Kabar
Selain surat kabar, informasi program layanan listrik prabayar juga didapat melalui televisi lokal, yaitu Terang Abadi Televisi atau TA TV. Informasi tersebut melalui acara Dialog Sore dan Masalah Kita di TA TV Surakarta, saat membahas mengenai program layanan listrik prabayar. Konsep acara tersebut adalah talk show dan diskusi interaktif. Sebagai narasumber adalah Manajer PT. PLN
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 90
(Persero) APJ Surakarta, Drs. Puguh Dwi Atmanto, ST dan Kepala Hubungan Masyarakat PT. PLN (Persero) APJ Surakarta, Soeharmanto,S.E. b. Komunikasi Interpersonal Saluran interpesonal adalah saluran yang melibatkan tatap muka antara sumber dan penerima, antar dua orang atau lebih. Komunikasi Interpersonal ini juga digunakan dalam difusi Program Layanan Listrik Prabayar di Kota Surakarta. Komunikasi interpersonal ini terlihat dalam berbagai kegiatan sosialisasi yang dilaksanakan untuk menyebarkan program ini kepada masyarakat seperti sosialisasi langsung kepada pelanggan atau sosialisasi door to door ke rumah – rumah
pelanggan.
Komunikasi
interpersonal
merupakan
face
to
face
communication (komunikasi tatap muka) sehingga sangat efektif digunakan untuk difusi inovasi agar masyarakat mau menerima dan mengadopsi inovasi tersebut. Cara yang paling banyak ditempuh untuk menyebarluaskan program ini melalui komunikasi interpersonal yaitu dengan mengadakan sosialisasi langsung di kantor – kantor resmi pembayaran PLN kepada pelanggan dan door to door. Biasanya sosialisasi langsung ini dilakukan pihak PLN di tingkat Unit Pelayanan Jaringan (UPJ). Sosialisasi dilakukan kepada semua pelanggan baik yang aktif maupun yang pasif. Pelanggan aktif merupakan pelanggan yang aktif mencari informasi tentang Program Layanan Listrik Prabayar ke pihak PLN, sedangkan pelanggan pasif merupakan pelanggan yang menerima informasi Program Layanan Listrik Prabayar setelah mendapat keterangan dari PLN. Pelanggan aktif biasanya telah mendapatkan informasi adanya Program Layanan Listrik Prabayar, selanjutnya mereka bertanya langsung kepada PLN
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 91
untuk mendapatkan kepastian. Pelanggan pasif merupakan pelanggan yang baru mengetahui program ini setelah mereka menemui masalah listrik, misalnya para penunggak yang setelah beberapa waktu belum juga membayar uang listrik, maka oleh pihak PLN listrik di tempat pelanggan diputus. Saat mengurus masalah listrik tersebut,
mereka
mendapar
sosialisasi
dan
tawaran
untuk
bermigrasi
menggunakan layanan listrik prabayar. Saat itulah mereka memutuskan untuk beralih ke Program Layanan Listrik Prabayar. Bagi para pelanggan yang memasang listrik baru memang diarahkan untuk menggunakan listrik prabayar. Sedangkan untuk pelanggan lama, setelah mengetahui seluk – beluk Program Layanan Listrik Prabayar, banyak pelanggan yang memutuskan untuk bermigrasi ke layanan listrik prabayar. Sosialisasi langsung Program Layanan Listrik Prabayar berisi penjelasan seputar pengertian layanan listrik prabayar, manfaat, nilai tambah, cara penggunaan, cara pembelian voucher, cara pemasangan dan permasalahan yang dialami pelanggan. Sosialisasi bersifat face to face communication antara pihak PLN dalam hal ini diperankan oleh customer servis (CS) PT. PLN (Persero) tingkat Unit Pelayanan Jaringan (UPJ) dan pelanggan yang bersangkutan. Sosialisasi ini menggunakan alat bantu dengan media pamflet. Hal ini dijelaskan oleh customer servis officer (CSO) PT. PLN (Persero) tingkat Unit Pelayanan Jaringan (UPJ) Kota Surakarta, Oktari Anjarsari : “ Kami jelaskan kepada pelanggan tentang Program Layanan Listrik Prabayar. Jadi apa itu layanan prabayar, manfaatnya sampai permasalahan yang ditemui, terutama bagi mereka yang listriknya sudah diputus karena menunggak, maka langsung saja kami tawari menggunakan listrik prabayar. Biasanya mereka langsung setuju bermigrasi ke layanan listrik prabayar. “ (wawancara, 2 September 2010)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 92
Langkah lain yang ditempuh PLN adalah sosialisasi door to door. Dari pihak PLN mendatangi rumah pelanggan satu per satu. Seperti yang dikatakan Ani bahwa petugas dari PLN mendatangi rumahnya untuk memberitahu rumahnya akan diganti dengan sisten prabayar : “ Saya tahu dari PLN, orang PLN langsung datang ke rumah saya dan memberitahukan bahwa rumah saya akan diganti dengan listrik prbayar.“ (wawancara, 18 Agustus 2010) Tujuan dari sosialisasi door to door adalah sebagai langkah penjaringan pelanggan. Sebelum ke tempat pelanggan, target sosialisasi sudah ditetapkan. Targetannya adalah rumah – rumah yang pemiliknya sering menunggak tagihan listrik. Dengan maksud tetap menjaga kenyamanan pelanggan yang bersangkutan, maka sosialisasi ini tidak hanya diberikan kepada warga tersebut. Sosialisasi juga diberikan kepada tetangga atau rumah – rumah yang berdekatan dengan rumah warga yang menjadi target sosialisasi. Hal ini dijelaskan oleh Soeharmanto, Kepala bagian Humas PT. PLN (Persero) APJ Surakarta : “ Sosialisasi dilakukan sebagai langkah penjaringan. Misalnya, ada penunggak di daerah Purwosari, di daerah perkampungan, kan kita tidak mungkin melakukan sosialisasi hanya pada pelanggan tersebut jadi kami sampling juga tetangga kanan dan kirinya untuk menjaga nama baik pelanggan tersebut sebagai wujud tenggang rasa.” (wawancara, 16 Agustus 2010) c. Komunikasi Kelompok Sarana komunikasi lain yang digunakan oleh PT. PLN (Persero) APJ Surakarta berbentuk komunikasi kelompok baik kelompok kecil maupun kelompok besar. Hampir sama dengan komunikasi interpersonal, komunikasi kelompok juga bertujuan untuk mempengaruhi orang lain, hanya jumlah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 93
audiennya saja yang membedakannya. Komunikasi kelompok merupakan bentuk komunikasi interpersonal yang bersifat lokalit. Komunikasi kelompok ini terlihat dalam berbagai kegiatan sosialisasi yang dilaksanakan untuk menyebarkan program ini kepada masyarakat seperti sosialisasi berbentuk forum – forum pertemuan warga baik di tingkat kelurahan maupun di tingkat Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW). Forum-forum sosialisasi ini sering diadakan khususnya untuk sosialisasi program Layanan Listrik Prabayar dan update perkembangannya. Seperti yang dikatakan Darmi bahwa pertama kali dia tahu tentang program Layanan Listrik Prabayar yaitu dari sosialisasi yang dilakukan PLN di kelurahan : “ Saya tahu layanan ini pertama kali lewat sosialisasi di kelurahan. Kemarin ada penyuluhan dari PLN Solo kerjasama dengan PLN Grogol di kelurahan Grogol. Sosialisasi tersebut dengan jelas memaparkan segala sesuatu tentang Layanan listrik prabayar.” (wawancara, 27 Agustus 2010) Biasanya sosialiasi dilakukan bersamaan dengan bakti sosial berupa pengobatan gratis. Pihak PLN menggandeng pihak Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) setempat untuk melakukan pengobatan gratis. Serangkaian dengan kegiatan tersebut, pihak PLN mengadakan sosialisasi Program Layanan Listrik Prabayar. Dengan mengikuti kegiatan ini, masyarakat memperoleh dua manfaat sekaligus. Pertama, dari sisi kesehatan. Kedua, mereka memperoleh informasi tentang Program Layanan Listrik Prabayar. Kegiatan ini dilaksanakan secara bersamaan dengan tujuan agar semakin banyak masyarakat yang mau mengikuti kegiatan sosialisasi Program Layanan Listrik Prabayar. Dari sisi biaya dan waktu pun akan lebih berhemat. Bagi pihak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 94
PLN pun, kegiatan ini akan mampu meningkatkan citra perusahaan di mata masyarakat. Dalam penyebaran Program Layanan Listrik Prabayar, PLN lebih banyak menggunakan komunikasi tatap muka dibanding dengan komunikasi bermedia. Seperti yang dikatakan Effendy bahwa komunikasi tatap muka (face to face communication) dianggap lebih efektif untuk mengubah sikap, pandangan dan perilaku seseorang karena aliran pesannya bersifat dua arah. Pada komunikasi tatap muka terjadi umpan balik langsung (immediate feedback) sehingga komunikator
dapat
mengetahui
secara
langsung
apakah
komunikan
memperhatikan dan mengerti apa yang dikomunikasikan. Umpan balik bisa bersifat positif yang berupa perhatian ataupun negatif yang berupa sikap acuh tak acuh. Masyarakat
Surakarta
dan
sekitarnya
bisa
secara
langsung
mengkomunikasikan kepada pihak PLN tentang masalah Program Layanan Listrik Prabayar. Dalam sosialisasi itu juga pihak PT. PLN (Persero) APJ Surakarta bisa mengetahui respon masyarakat terhadap program baru yang digulirkan pemerintah. Tingginya partisipasi masyarakat merupakan salah satu indikasi keberhasilan dari Program Layanan Listrik Prabayar yang dilakukan oleh PT. PLN (Persero) APJ Surakarta kepada masyarakat. Oleh sebab itu proses penyebaran menjadi sangat penting untuk sebuah program inovasi seperti Program Layanan Listrik Prabayar ini terutama agar masyarakat mau menerima program ini dan pada akhirnya ikut berpartisipasi dalam menyukseskan Program Layanan Listrik Prabayar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 95
3. Jangka Waktu Jangka waktu merupakan proses keputusan inovasi, dari mulai seseorang mengetahui sampai memutuskan untuk menerima atau menolaknya, dan pengukuhan terhadap keputusan itu sangat berkaitan dengan dimensi waktu. Indikator yang digunakan peneliti untuk mengukur jangka waktu adalah masa pengambilan keputusan yaitu lama waktu yang dibutuhkan warga Surakarta dan sekitarnya dalam menerima program Program Layanan Listrik Prabayar. Semakin cepat waktu yang digunakan maka semakin inovatif pula masyarakat tersebut. Sebaliknya, semakin lama waktu yang dibutuhkan berarti tingkat keinovatifan masyarakat tersebut masih kurang. Program Layanan Listrik Prabayar diperkenalkan kepada masyarakat Surakarta pada akhir bulan Desember 2009 sejak diumumkan oleh pemerintah. Sejak saat itulah PT. PLN (Persero) APJ Surakarta mulai menyusun strategi untuk pelaksanaan program ini. Dimulai dengan launching Program Layanan Listrik Prabayar di Surakarta oleh PT. PLN (Persero) APJ Surakarta pada akhir bulan Desember 2009. Selanjutnya PT. PLN (Persero) APJ Surakarta memulai tahap yang pertama yaitu himbauan kepada internal karyawan PT. PLN (Persero) APJ Surakarta untuk bermigrasi ke layanan prabayar sebagai pilot project di Surakarta. Sejak saat itu dimulai juga tahap sosialisasinya kepada masyarakat luas di kota Surakarta dan sekitarnya. Sosialisasi pertama berbentuk sosialisasi langsung ke pelanggan di kantor -kantor resmi pembayaran PLN, door to door dan forumforum pertemuan berisi pengenalan kepada masyarakat tentang program ini. Pertemuan-pertemuan untuk mengenalkan Program Layanan Listrik Prabayar baik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 96
di tingkat kelurahan maupun RW berjalan selama dua bulan dari akhir bulan Desember 2009 sampai Januari 2010, seperti yang dituturkan oleh Soeharmanto, Kepala bagian Humas PT. PLN (Persero) APJ Surakarta : “Kalau sosialisasi yang intens itu ya awal –awal diluncurkannya Program Layanan Listrik Prabayar, sekitar akhir bulan Desember 2009 sampai Januari 2010. Sosialisasi langsung ke pelanggan di kantor -kantor resmi pembayaran PLN, door to door dan forum-forum pertemuan berbentuk pertemuan-pertemuan baik di kelurahan atau di tingkat RT dan RW. Selanjutnya sosialisasi masih dilaksanakan tapi sifatnya itu kalau ada kegiatan baru disosoialisasikan.” (Wawancara, 16 Agustus 2010) Pada waktu dua bulan itu tak hanya komunikasi tatap muka yang dilakukan, tapi juga termasuk dengan komunikasi bermedia menggunakan media massa. Masyarakat terus menerus dikenalkan dengan program Program Layanan Listrik Prabayar secara intens agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai. Hingga saat ini sosialisasi masih tetap dilakukan tetapi sifatnya tidak intens seperti diawal – awal diluncurkannya program ini. Pertemuan-pertemuan dilakukan untuk mensosialisasikan Program Layanan Listrik Prabayar di Kota Surakarta dan sekitarnya. Selain itu pertemuan juga dilakukan untuk memberitahukan sudah seberapa jauh perkembangan pengguna Program Layanan Listrik Prabayar. Hingga bulan Okteber 2010 perkembangan Program Layanan Listrik Prabayar yang sudah terpasang di Surakarta mencapai 7.061 dengan perincian sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 97
Tabel 3.2 Perkembangan Program Layanan Listrik Prabayar Bulan Okteber 2010 NO.
UNIT
JUMLAH
1.
UP Manahan
1.716
2.
UPJ Kartasura
1.082
3.
UP Surakarta Kota
954
4.
UPJ Wonogiri
799
5.
UPJ Grogol
778
6.
UPJ Sumberlawang
593
7.
UPJ Karanganyar
588
8.
UPJ Sragen
585
9.
UPJ Sukoharjo
506
10.
UPJ Palur
505
11.
UPJ Jatisrono
403
Jumlah Keseluruhan
7.061
Sumber : PT. PLN (Persero) APJ Surakarta
Secara keseluruhan Program Layanan Listrik Prabayar telah berjalan selama sepulluh bulan terhitung dari akhir bulan Desember 2009 hingga bulan Oktober 2010. Setelah tahap sosialisasi, muncullah tanggapan dari masyarakat Surakarta untuk menerima atau menolak program tersebut. Berdasarkan penelitian, warga Surakarta dan sekitarnya dapat menerima Program Layanan Listrik Prabayar ini. Tentu masyarakat tidak serta merta dalam menerima program ini, dibutuhkan waktu seiring dengan berjalannya proses.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 98
Sebelum menerima program ini pastilah ada pertimbangan-pertimbangan untung rugi yang dipikirkan masyarakat. Dalam penerimaan Program Layanan Listrik Prabayar, waktu yang dibutuhkan masyarakat berbeda-beda satu sama lain. Ada yang cepat menerima, ada pula yang memerlukan waktu lebih lama untuk bisa menerima program tersebut. Hal ini tak terlepas dari latar belakang pendidikan, sosial, ekonomi, dan pengalaman. Sudiro, seorang istri pensiunan TNI dan berprofesi sebagai ibu rumah tangga menerima Program Layanan Listrik Prabayar dalam waktu satu hari setelah diadakannya sosialisasi oleh pihak PLN. “…pemasangan listrik prabayar cepet kok Mbak, sehari langsung jadi. Pagi saya mendaftar, sorenya sudah terpasang.” (wawancara, 18 Agustus 2010) Lain halnya dengan Iwan, seorang pegawai sebuah bank swasta yang aktifitas kesehariannya harus mobile Solo – Yogja, dia mengatakan bahwa untuk menerima program ini dibutuhkan waktu satu bulan sejak sosialisasi diadakan. “ Saya tahu layanan ini sekitar bulan Januari. Saya memakai bulan Februari. Berarti sekitar satu bulan baru memutuskan memakai.” (wawancara, 27 Agustus 2010) Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa waktu yang dibutuhkan masyarakat Surakarta menerima Program Layanan Listrik Prabayar antara satu hari sampai satu bulan setelah pertama kali diadakan sosialisasi. Banyaknya sosialisasi yang diadakan di masing-masing daerah di Surakarta berbeda-beda sesuai kondisi dari daerah tersebut dan tujuan sosialisasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 99
4. Sistem Sosial Sistem sosial merupakan kumpulan unit yang berbeda secara fungsional dan terikat dalam kerjasama untuk memecahkan masalah dalam rangka mencapai tujuan bersama. Anggota sistem sosial dalam penelitian ini adalah semua yang terlibat dalam penyebaran Program Layanan Listrik Prabayar di Surakarta. Berdasarkan hasil penelitian yang termasuk ke dalam sistem sosial adalah PT. PLN (Persero) APJ Surakarta sebagai komunikator, masyarakat Kota Surakarta sebagai komunikan. Di antara anggota sistem sosial ada yang memegang peranan penting dalam proses difusi, yaitu pemuka pendapat dan agen pembaru. Pemuka pendapat adalah seseorang yang relatif sering dapat mempengaruhi sikap dan tingkah laku orang lain untuk bertindak dengan cara tertentu secara informal. Sedangkan agen pembaru adalah orang yag aktif berusaha menyebarkan inovasi ke dalam suatu sistem sosial. Dalam penelitian ini tidak ada pemuka pendapat yang membantu mempercepat proses difusi ke masyarakat. Proses difusi murni dilakukan oleh pihak PLN. Namun, PLN sebagai satu – satunya perusahan negara yang bertanggung jawab terhadap listrik di Indonesia, memiliki kekuatan sendiri dalam proses difusi. Sebagai satu – satunya penyedia listrik Negara, PLN secara tidak langsung memiliki kemampuan untuk mengarahkan pelanggan agar mencoba memakai layanan listrik prabayar, sehingga akan mempengaruhi kecepatan dari proses difusi sebuah inovasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 100
Bandung Bandono, seorang Marketing Support sebuah perumahan di Surakarta mengatakan bahwa perumahan yang dikelolanya memakai sistem layanan prabayar karena dari pihak PLN memberikan penawaran sistem layanan listrik prabayar kepada perumahan yang dikelolanya. “ … Kemarin waktu ke PLN, pihak sananya bilang kalau di perumahan saya dapetnya yang sistem layanan listrik prabayar. Ya.. kalau memang begitu saya bilang nggak masalah. “ (wawancara, 7 September 2010) Penawaran ini sifatnya bukan paksaan, artinya pihak PLN hanya menawarkan pemakaian sistem layanan listrik prabayar, tetapi keputusan unutuk memakai atau tidak tetap ada di tangan pelanggan. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Soeharmanto, Kepala bagian Humas PT. PLN (Persero) APJ Surakarta : “ Kami dari pihak PLN hanya menawarkan saja pemakaian sistem layanan listrik prabayar terutama kepada para pelanggan baru yang akan memasang listrik. Akan tetapi, keputusannya ,tetap di tangan pelanggan. Kami tidak memaksakan. “ (wawancara, 16 Agustus 2010) Selanjutnya, yang dimaksud dengan agen pembaru dalam difusi Program Layanan Listrik Prabayar di Kota Surakarta yaitu para karyawan PT. PLN (Persero) APJ Surakarta. Sebagai agen pembaru, dengan penuh kesadaran mereka secara aktif menyebarkan program Program Layanan Listrik Prabayar. Karyawan PT. PLN (Persero) APJ Surakarta merupakan orang – orang yang pertama kali mencoba sistem Layanan Listrik Prabayar. Mereka sebagai bagian dari suatu sistem sosial, membantu menyebarkan inovasi Program Layanan Listrik Prabayar kepada orang – orang terdekat mereka di daerah tempat tinggal mereka. Agen Pembaru merupakan orang yang terlebih dulu tahu tentang Program Layanan Listrik Prabayar dan selanjutnya bertugas menyebarkan kepada masyarakat agar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 101
inovasi ini bisa diketahui masyarakat untuk dipelajari, dan pada akhirnya mengharapkan masyarakat agar mau mengadopsinya. Surakarta dan kota-kota satelitnya (Kartasura, Solo Baru, Palur, Colomadu, Baki, Ngemplak) adalah kawasan yang saling berintegrasi satu sama lain. Dengan Jumlah penduduk kota Surakarta pada tahun 2003 adalah 552.542 jiwa, maka kota Surakarta termasuk kedalam kategori kota besar. Kota merupakan suatu kawasan yang biasanya memiliki ciri-ciri jumlah penduduk yang relatif padat dibanding kawasan sekitarnya, hubungan kekerabatan kemasyarakatannya longgar, penduduknya memiliki berbagai ragam profesi yang bersifat non agraris, terdapat berbagai macam fasilitas umum yang relatif beragam dan modern dibandingkan dengan daerah sekitarnya. Dengan karakteristik ini, tentunya masyarakat kota Surakarta memiliki reaksi yang berbeda - beda dalam menerima sebuah inovasi baru. Masyarakat Surakarta sebagai anggota sistem sosial dapat dibagi ke dalam kelompok-kelompok
adopter
(penerima
inovasi)
sesuai
dengan
tingkat
keinovatifannya (kecepatan dalam menerima inovasi). Sebagai narasumber dalam penelitian ini adalah 13 orang yang dianggap mewakili masyarakat Surakarta sebagai suatu sistem sosial. Narasumber tersebut adalah sebagai berikut : 1. Sudiro
8. Sulasmi
2. Ani
9. Djuwito
3. Darmi
10. Agus Mujazid
4. Burhanuddin
11. Lina
5. Ambarwati
12. Iwan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 102
6. Irin
13. Renata
7. Supartini Dari 13 orang narasumber tersebut, maka dapat di kelompokkan menjadi beberapa golongan adopter sebagai berikut : Tabel 3.3 Pengelompokan Adopter Program Layanan Listrik Prabayar di Surakarta Kelompok
Jumlah
Prosentase
(∑)
(%)
1
7,6%
2
15,4%
Ciri – Ciri Adopter Adopter Innovators
petualang, berani mengambil resiko, mobile, cerdas, kemampuan ekonomi tinggi
Early Adopters
para teladan (pemuka pendapat), orang yang dihormati, akses di dalam tinggi
Early Majority
penuh pertimbangan, interaksi internal tinggi
4
30,8%
Late Majority
skeptis,
4
30,8%
2
15,4%
∑ = 13
∑ = 100%
menerima
karena
pertimbangan
ekonomi atau tekanan social, terlalu hati-hati Laggards
tradisional,
terisolasi,
wawasan
terbatas,
bukan opinion leaders, sumberdaya terbatas
Innovators Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di lapangan, terdapat narasumber yang dapat digolongkan dalam kategori inovator. Berdasarkan pengelompokan berdasarkan kurva adopsi, yang telah duji oleh Rogers (1961)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 103
bahwa kelompok Innovators hanya 2,5%, maka dalam penelitian ini dari 13 orang narasumber hanya terdapat satu orang yang dapat dikategorikan menjadi inovator. Innovators atau inovator merupakan individu yang pertama kali mengadopsi inovasi. Iwan, seorang pegawai di salah satu bank swata yang berpendidikan strata satu (S1) dengan kondisi harus mobile Solo – Yogyakarta setiap minggunya merupakan orang yang dapat dikategorikan menjadi inovator. “ Saya menyelesaikan kuliah saya di salah satu universitas di Jakarta... Saat ini saya sudah bekerja di salah satu bank swasta di Yogjakarta, tapi karena istri bekerja di Solo jadi yaa beli rumah di sini, sehingga saya harus bolak – balik Solo – Yogja setiap minggunya. Karena harus mobile setiap minggunya, saya tidak punya cukup waktu untuk mengantri di loket – loket pembayaran listrik PLN, makanya saya pilih menggunakan Program Layanan Listrik Prabayar.” (wawancara, 4 September 2010) Dengan kondisi harus bolak – balik Solo – Yogja setiap minggunya, berarti dapat dikategorikan Iwan merupakan seorang yang memiliki aktifitas yang tinggi atau mobile. Selain itu tingkat pendidikannya juga tinggi yang tentunya akan mempengaruhi kecerdasan dan pola pikir seseorang dalam mengadopsi sebuah inovasi. Pendidikan mempengaruhi pola pikir sesorang untuk lebih terbuka pada halhal baru. Keterbukaan tersebut membuat orang mempunyai pengalaman yang lebih dibandingkan dengan yang lainnya. Seperti yang tertera dalam buku Psikologi Komunikasi bahwa keputusan merupakan hasil berpikir, hasil usaha intelektual (Rakhmat, 1986: 72). Menurut Rogers dan Shoemaker dikutip oleh Hanafi Abdillah dalam buku Memasyarakatkan Ide-Ide baru, ciri – ciri dari kelompok Innovators atau inovator
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 104
meliputi petualang, berani mengambil resiko, mobile, cerdas, kemampuan ekonomi tinggi (1987: 26).
Early Adopters Early Adopters atau perintis / pelopor merupakan individu yang menjadi para perintis dalam penerimaan inovasi. Berdasarkan pengelompokan berdasarkan kurva adopsi, yang telah duji oleh Rogers (1961) bahwa kelompok Early Adopters atau perintis / pelopor berprosentase 13,5% maka dalam penelitian ini dari 13 orang narasumber terdapat dua orang yang dapat dikategorikan menjadi Early Adopters atau perintis / pelopor. Biasanya kelompok perintis merupakan orang yang dihormati dan menjadi teladan dalam masyarakat. Dari hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa Darmi, salah satu narasumber, merupakan ketua RW di Grogol. Ketua RW merupakan salah satu jabatan yang dihormati dan dijadikan teladan bagi masyarakat sekitar. Sebagai istri ketua RW, tentunya Darmi aktif dalam kegiatan kemasyarakatan. Dalan kesempatan itulah ia sering mengajak teman – temannya untuk memakai Program Layanan Listrik Prabayar. Oleh karena itulah, Darmi termasuk dalam kelompok perintis / pelopor, seperti yang dituturkan Darmi sebagai berikut : “ … Kebetulan suami adalah ketua RW di sini.. Bila ada pertemuan dengan ibu – ibu biasanya di acara PKK, saya sering ajak ngobrol tentang Program Layanan Listrik Prabayar. ternyata banyak yang tertarik. Disini saja sudah sekitar 5 orang yang mau beralih ke prabayar.” (wawancara, 27 Agustus 2010)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 105
Hal ini serupa seperti yang ditulis oleh Jalaludin Rahmat dalam bukunya Psikologi
Komunikasi
bahwa
ketika
komunikator
berkomunikasi,
yang
berpengaruh bukan saja apa yang ia katakan, tetapi juga keadaan dia sendiri. Kadang-kadang siapa lebih penting daripada apa (1986: 255). Persuasi tercapai karena karakteristik personal pembicara, yang ketika ia menyampaikan pembicaraanya kita menganggapnya dapat dipercaya. Kita dapat lebih penuh dan lebih cepat percaya pada orang-orang baik daripada orang-orang lain: Ini berlaku pada umumnya pada masalah apa saja dan secara mutlak berlaku ketika tidak mungkin ada kepastian dan pendapat terbagi. Tidak benar, anggapan sementara penulis retorika bahwa kebaikkan personal yang diungkapkan tidak berpengaruh apa-apa pada kekuatan persuasiya; sebaliknya karakternya bisa hampir disebut sebagai alat persuasi yang paling efektif yang dimilikinya (Aristoteles dikutip oleh Rakhmat, 1986: 255). Lain halnya dengan Sulasmi, seorang pegawai PT. PLN (Persero) APJ Surakarta dengan pendidikan terakhir Strata Satu (S1). Dia mengatakan bahwa keputusannya untuk bermigrasi ke Program Layanan Listrik Prabayar karena tahu manfaat dan nilai tambahnya. Artinya sebagai orang internal PLN, Sulasmi memiliki akses yang mudah dalam mencari informasi tentang Program Layanan Listrik Prabayar sampai akhirnya ia memutuskan untuk bermigrasi ke Program Layanan Listrik Prabayar. Bahkan bagi Sulasmi sudah menjadi kewajiban untuk memahani Program Layanan Listrik Prabayar, karena dirinya bekerja sebagai karyawan di PT. PLN (Persero) APJ Surakarta. “…Sebagai orang yang bekerja di PLN, tentu saja harus tahu apa itu Program Layanan Listrik Prabayar. Setelah tahu bagaimana, akhirnya saya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 106
memutuskan untuk bermigrasi ke Program Layanan Listrik Prabayar.” (wawancara, 27 Agustus 2010) Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Rogers dan Shoemaker. Menurut Rogers
dan
Shoemaker
dikutip
oleh
Hanafi
Abdillah
dalam
buku
Memasyarakatkan Ide-Ide baru, yang menjadi ciri – ciri dari kelompok Early Adopters atau perintis / pelopor adalah para teladan (pemuka pendapat), orang yang dihormati, akses di dalam tinggi (1987: 26).
Early Majority Early Majority atau pengikut dini merupakan individu yang menjadi para pengikut awal. Berdasarkan pengelompokan berdasarkan kurva adopsi, yang telah duji oleh Rogers (1961) bahwa kelompok Early Majority atau pengikut dini berprosentase 34%, maka dalam penelitian ini dari 13 orang narasumber terdapat empat orang yang dapat dikategorikan menjadi Early Majority atau pengikut dini. Salah satu ciri kelompok pengikut dini adalah penuh pertimbangan. Dari hasil penelitian yang dilakukan di lapangan diketahui ada beberapa hal yang dijadikan pertimbangan sampai seseorang memutuskan menerima atau menolak suatu inovasi. Pertimbangan tersebut dilihat dari sisi positif dan sisi negatifnya. Seperti yang dikemukakan oleh Burhanudin seorang pegawai di instansi salah satu pemerintah dan latar pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Ia mengatakan bahwa sebelum memutuskan untuk memakai Program Layanan Listrik Prabayar, ia sempat khawatir bila kwh-meternya akan cepat rusak karena kualitasnya yang belum dapat dipastikan atau bila kwh-meternya tidak mendeteksi pemakaian listrik dengan benar. Akan tetapi, setelah diyakinkan oleh petugas PLN
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 107
dan ada jaminan bila barang rusak akan diganti yang baru tanpa membayar kembali, akhirnya ia memutuskan beralih ke system listrik prabayar. “ Awalnya saya sempat khawatir bila beralih ke Program Layanan Listrik Prabayar. Takutnya kwh-meternya cepet rusak, kan belum teruji itu kwalitasnya. Lha nanti kalau rusak gimana? Soalnya banyak juga kasus yang kwh-meternya nggak mendeteksi pemakaian listrik dengan benar... Tapi, setelah saya tanyakan ke pihak PLN terkait kasus tersebut, ternyata sudah ditangani. Bahkan ada jaminan dari PLN bila terbukti memang kulitas kwhmeter dari PLN-nya yang kurang bagus maka pihak PLN bersedia menggantinya dengan yang baru tanpa membayar lagi. Gratis…” (wawancara, 27 Agustus 2010) Berbeda dengan Burhanudin, Supartini salah seorang pegawai PT. PLN (Persero) APJ Surakarta yang berpendidikan Strata Satu (S1), kekhawatirannya menggunakan Layanan Listrik Prabayar adalah dari sisi ketersediaan voucher pulsa listrik atau token. Sebelum akhirnya memutuskan menggunakan Layanan Listrik Prabayar, yang ia pikirkan adalah bila voucher habis dan tidak ada yang menjual voucher listrik, padahal ia memiliki anak yang masih balita. Namun, setelah tahu bahwa Program Layanan Listrik Prabayar ini pada kwh-meternya dilengkapi dengan sinyal alarm sebagai tanda peringatan bahwa listrik hampir habis, Supartinipun tidak khawatir lagi. “ Sekarang sudah pakai Layanan Listrik Prabayar, memang dulu sempat khawatir juga memakai prabayar karena yang jual vouchernya masih jarang. Takutnya kalau malam pulsanya habis, listriknya kan langsung mati. Nah, mau beli dimana pulsanya... Padahal saya masih punya anak balita. Setelah diberitahu tahu Program Layanan Listrik Prabayar ini di kwh-meternya dilengkapi dengan sinyal alarm untuk peringatan listrik hampir habis, saya tidak khawatir lagi karena bisa jaga – jaga.” (wawancara, 27 Agustus 2010) Selain penuh pertimbangan, pengikut dini merupakan individu yang interaksi internalnya tinggi, artinya interaksi atau hubungan dengan orang – orang yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 108
terlibat langsung/berkepentingan cukup intens. Interaksi internal yang tinggi dapat menyebabkan berubahnya pola pikir seseorang terhadap suatu hal. Agus Mujazid, seorang pengurus masjid atau takmir masjid di Baabussalam yaitu masjid yang terletak di kawasan PT. PLN (Persero) APJ Surakarta. Ia lulusan Sekolah Dasar (SD) dan sering menghabiskan waktunya untuk mengurus masjid tersebut. Sebagai pengurus masjid yang terletak di kawasan PT. PLN (Persero) APJ Surakarta, tentunya ia sering berinteraksi dengan orang – orang yang ada di dalamya, baik untuk urusan kantor atau yang lainnya. Dengan demikian sudah ada rasa kepercayaan yang timbul. Salah satu tanggung jawab takmir masjid adalah turut andil mengambul keputusan dalam segala hal yang berhubungan dengan masjid, termasuk masalah perlistrikan. Saat ditawari PT. PLN (Persero) APJ Surakarta untuk bermigrasi ke Program Layanan Listrik Prabayar, ia tidak ragu – ragu lagi untuk segera beralih ke layanan ini. Akhirnya Agus Mujazid sepakat masjid Baabussalam menerima Program Layanan Listrik Prabayar. “ … Saking PLN menika ngomong ‘Pak Agus, listrik teng masjid digentos mawon nggih ngagem Listrik Prabayar..’ Trus, kulo ngomong boten nopo – nopo. Lha, nggih terus digentos Prabayar menika.” (wawancara, 2 September 2010) Lain halnya dengan Renata, seorang pengusaha batik yang tinggal di daerah perumahan dan sedang menyelesaikan tesisnya (S2). Ia memutuskan memakai Program Layanan Listrik Prabayar karena sebelumnya ia sudah tahu program ini terlebih dahulu dari seorang temannya yang bekerja di PLN. Oleh karena itulah, ketika pihak merketing perumahannya menawarkan rumah yang menggunkan Program Layanan Listrik Prabayar, ia langsung setuju.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 109
“ Saya sudah tahu Program Layanan Listrik Prabayar dari teman saya yang kerja di PLN. Udah lama sich Mbak tahunya… Jadi waktu ditawarin pake Listrik Prabayar ama marketingnya, ya saya langsung setuju aja. “ (wawancara, 4 September 2010) Menurut Rogers dan Shoemaker dikutip oleh Hanafi Abdillah dalam buku Memasyarakatkan Ide-Ide baru, ciri – ciri dari kelompok Early Majority atau pengikut dini meliputi penuh pertimbangan dan interaksi internal tinggi. (1987:26)
Late Majority Late Majority atau Pengikut Akhir merupakan individu yang menjadi pengikut akhir dalam penerimaan inovasi. Berdasarkan pengelompokan berdasarkan kurva adopsi, yang telah duji oleh Rogers (1961) bahwa kelompok Late Majority atau Pengikut Akhir berprosentase 34%, maka dalam penelitian ini dari 13 orang narasumber terdapat empat orang yang dapat dikategorikan menjadi Late Majority atau Pengikut Akhir. Menurut Rogers dan Shoemaker dikutip oleh Hanafi Abdillah dalam buku Memasyarakatkan Ide-Ide baru, gambaran tentang pengelompokan adopter Late Majority atau Pengikut Akhir memiliki ciri – ciri : skeptis, menerima karena pertimbangan ekonomi atau tekanan social, terlalu hati-hati. Berdasarkan ciri – ciri diatas, dalam penelitian ini narasumber yang kami kelompokan dalam adopter Late Majority atau Pengikut Akhir adalah Sudiro dan Ani. Pengelompokan ini berdasarkan pernyataan berikut : “ Nek langsung bayar sekaligus menika kulo boten sanggup Mbak, lha sekali mbayar tekan Rp 600.000,00. Trus, listrik kulo dicabut PLN. Pas ngurus teng PLN, kulo ditawari ngagem listrik prabayar. Nek ngagem prabayar meniko kan boten sekaligus, sak gadhahe arto pira niku sing
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 110
ditumbaske voucher. Lah trus kulo ngagem prabayar dugi sak menika..” (Wawancara Sudiro, 18 Agustus 2010) “ Dulu sempat di putus PLN karena belum ada uang untuk bayar lisrtik. Waktu ngurus ke kantor pembayaran, PLN bilang kalau ada program baru dari PLN, Program Layanan Listrik Prabayar. Program ini kayak sistem HP jadi bisa beli pulsa sesuai dengan anggaran belanja. Setelah itu saya menggunakan Program Layanan Listrik Prabayar. Malah enak ini kok Mbak… saya nggak merasa berat lagi kayak dulu…” (Wawancara Ani, 18 Agustus 2010) Dari pernyataan di atas dapat kita ketahui bahwa alasan narasumber beralih ke Program Layanan Listrik Prabayar karena faktor ekonomi. Sudiro dan Ani berpendapat Program Layanan Listrik Prabayar lebih meringankan daripada dengan sitem pascabayar yang harus membayar sekaligus di akhir bulan. Selain menerima karena pertimbangan ekonomi, ciri lain dari kelompok pengikut dini adalah menerima karena tekanan sosial. Dari hasil penelitian yang dilakukan di lapangan diketahui terdapat narasumber yang dapat dikategorikan sebagai pengikut dini karena menerima dengan alasan tekanan sosial. Ambarwati, seorang pegawai di PT. PLN (Persero) APJ Surakarta dan berpendidikan Strata Satu (S1). Ia mengatakan dirinya memutuskan memakai Program Layanan Listrik Prabayar karena dirinya bekerja sebagai karyawan PT. PLN (Persero) APJ Surakarta sehingga ada perasaan sungkan bila tidak menyukseskan program PLN. Berikut adalah pernyataannya : “ Saya nggak enak Mbak kalau nggak ikut pakai prabayar… Masak orang PLN nggak ikut menyukseskan Program Layanan Listrik Prabayar…” (wawancara, 27 Agustus 2010) Dari pernyataan di atas dapat diidentifikasi bahwa ada semacam rasa “tidak enak” atau sungkan yang menyebabkan Ambarwati memutuskan untuk memakai Program Layanan Listrik Prabayar. Perasaan sungkan ini dapat dikategorikan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 111
sebagai tekanan sosial karena ia sebagai orang yang bekerja di PT. PLN (Persero) APJ Surakarta yang membawa nama baik PLN dan senantiasa turut menyukseskan program – program PLN.
Laggards Laggards atau kelompok kolot/tradisional merupakan individu terakhir yang mengadopsi suatu inovasi, biasanya adalah kaum kolot/tradisional. Berdasarkan pengelompokan berdasarkan kurva adopsi, yang telah duji oleh Rogers (1961) bahwa kelompok Laggards atau kelompok kolot/tradisional berprosentase 16%, maka dalam penelitian ini dari 13 orang narasumber terdapat dua orang yang dapat dikategorikan menjadi Laggards atau kelompok kolot/tradisional. Menurut Rogers dan Shoemaker dikutip oleh Hanafi Abdillah dalam buku Memasyarakatkan Ide-Ide baru, gambaran tentang kelompok adopter Laggards atau kelompok kolot/tradisional memiliki ciri – ciri : tradisional, terisolasi, wawasan terbatas, bukan opinion leaders, sumberdaya terbatas. Salah satu ciri kelompok Laggards atau kelompok kolot/tradisional adalah sumberdaya terbatas. Dari hasil penelitian yang dilakukan di lapangan diketahui bahwa terdapat narasumber yang teridentifikasi memiliki sumberdaya terbatas sehingga tidak dapat mengikuti Program Layanan Listrik Prabayar. Djuwito, seorang tukang becak yang berpendidikan Sekolah Dasar (SD) mengatakan bahwa sebenarnya ia tertarik menggunakan Program Layanan Listrik Prabayar, tetapi karena daya di rumahnya hanya 450 VA dan ia tidak ada biaya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 112
untuk menaikan daya di rumahnya, maka ia hanya bisa bertahan dengan sistem pascabayar. “… Sebenarnya saya ingin beralih ke Program Layanan Listrik Prabayar, hanya saja saya belum ada biaya Mbak. Selain itu daya di rumah saya juga hanya 450 VA…” (wawancara, 27 Agustus 2010) Dari pernyataan di atas, dapat diketahui bahwa Djuwito sebenarnya tertarik menggunakan Program Layanan Listrik Prabayar, tetapi karena daya di rumahnya hanya 450 VA, sedangkan batas minimal daya yang bisa menggunakan Program Layanan Listrik Prabayar adalah rumah dengan daya 900 VA, maka ia tidak bisa menikmati Program Layanan Listrik Prabayar. Selain itu ia juga tidak ada biaya untuk menaikkan daya di rumahnya, maka ia hanya bisa bertahan dengan sistem pascabayar. Daya merupakan suatu sumberdaya dan daya 450 VA mrnyebabkan terhambatnya pemakaian Program Layanan Listrik Prabayar, hal ini dapat dikategorikan sebagai terbatasnya sumber daya. Lain halnya dengan Irin, seorang pegawai PT. PLN (Persero) APJ Surakarta yang berpendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA). Irin sampai saat ini belum beralih ke Program Layanan Listrik Prabayar karena masih ada perasaan khawatir bila sewaktu – waktu listrik padam karena lupa mengisi voucher pilsa listrik. “ … Kalau pakai Program Layanan Listrik Prabayar saya takut kalau malam–malam mati. Soalnya saya ini orangnya pelupa, jadi takut kalau – kalau saya lupa ngisi voucher, kan bisa gawat… Sampai saat ini saya masih memakai pascabayar, suatu saat nanti saya akan beralih ke Program Layanan Listrik Prabayar, tapi tidak sekarang. Kalau untuk sekarang saya masih takut. “ (wawancara, 27 Agustus 2010) Sebenarnya dalam pernyataan Irin tidak dapat diidentifikasikan sebagai golongan adopter Laggards atau kelompok kolot/tradisional. Dilihat dati pekerjaan dan pendidikan pun Irin tidak dapat dikatakan tradisional, terisolasi,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 113
wawasan terbatas, bukan opinion leaders, sumberdaya terbatas. Akan tetapi, dalam penelitian ini Irin termasuk orang yang memutuskan belum memakai Program Layanan Listrik Prabayar, maka oleh peneliti ia dikelompokkam dalam golongan adopter Laggards atau kelompok kolot/tradisional. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Irin yang menyatakan bahwa suatu saat nanti ia akan beralih menggunakan Program Layanan Listrik Prabayar. Artinya, ia pada akhirnya akan mengadopsi inovasi Program Layanan Listrik Prabayar, hanya saja ia membutuhkan waktu yang lebih lama.
B. Adopsi Inovasi Program Layanan Listrik Prabayar Adopsi merupakan penerimaan masyarakat Surakarta terhadap program listrik layanan prabayar dengan segala konsekuensi yang menyertainya. Dalam tahap pengadopsisan ini tentunya tidak serta merta masyarakat langsung menerima, tetapi mengalami beberapa proses dan tahap apalagi program ini merupakan terobosan baru dari pemerintah, khususnya PT. PLN (Persero) APJ Surakarta bagi masyarakat di Surakarta. Proses keputusan inovasi ini adalah sebuah model teoritis dari tahapan pembuatan keputusan tentang pengadopsian suatu inovasi teknologi baru. The innovation-decision process merupakan proses mental yang mana seseorang atau lembaga melewati dari pengetahuan awal tentang suatu inovasi sampai membentuk sebuah sikap terhadap inovasi tersebut, membuat keputusan apakah menerima atau menolak inovasi tersebut, mengimplementasikan gagasan baru tersebut, dan mengkonfirmasi keputusan ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 114
Tahapan dari proses pengambilan keputusan inovasi mencakup hal-hal yang digambarkan sebagai berikut : 1. Pengetahuan (Knowledge) 2. Persuasi (Persuasion) 3. Keputusan (Decisions) 4. Implementasi (Implementation) 5. Konfirmasi (Confirmation)
1. Pengetahuan (Knowledge) Merupakan kesadaran individu akan adanya inovasi dan pemahaman tertentu tentang bagaimana inovasi tersebut berfungsi. Tahap ini merupakan pengenalan dimana masyarakat baru mengetahui Program Layanan Listrik Prabayar dan informasi yang didapat masih terbatas. Masyarakat baru pertama mengenal program ini bahkan baru pertama kali mendengar namanya. Masyarakat pada umumnya mengetahui program ini dari sosialisasi baik sosialisasi secara interpersonal maupun melalui media massa yang dilaksanakan PT.PLN (Persero) APJ Surakarta pada akhir bulan Desember 2009 sampai bulan Januari 2010. Mereka baru tahu kalau ada program baru dari PLN. Seperti yang dikatakan Darmi bahwa pertama kali dia tahu tentang program Layanan Listrik Prabayar yaitu dari sosialisasi yang dilakukan PLN di kelurahan : “ Saya tahu layanan ini pertama kali lewat sosialisasi di kelurahan. Kemarin ada penyuluhan dari PLN Solo kerjasama dengan PLN Grogol di kelurahan Grogol. Sosialisasi tersebut dengan jelas memaparkan segala sesuatu tentang Layanan listrik prabayar.” (wawancara, 27 Agustus 2010)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 115
Selain dari berbagai kegiatan sosialisasi baik melalui sosialisasi interpersonal maupun media massa, masyarakat pada umumnya mengetahui program ini saat mengurus pencabutan listrik di rumah mereka. Mereka ini adalah orang – orang yang menjadi sasaran Program Layanan Listrik Prabayar adalah mereka yang sering menunggak pembayaran listrik. “…Saking PLN menika boten enten sosialisasi listrik prabayar… Kulo nggih ngertos prabayar niku pas ngurus teng PLN… Lha tiba – tiba nggen kula diputus, dipendet gengstere, 3 wulan dereng bayar.” (wawancara Sudiro, 18 Agustus 2010) “ Sebelumnya saya belum tahu program ini, karena dua bulan belum membayar akhirnya dicabut oleh PLN, terus saya ke PLN disana saya baru mendapat sosialisasi Program Layanan Listrik Prabayar.” (wawancara Ani, 18 Agustus 2010) Setelah mendapat sosialisasi pertama kali, masyarakat mendapat pengetahuan dasar mengenai Program Layanan Listrik Prabayar. Karena baru mendapat sedikit informasi, maka pengertian dan pengetahuan Program Layanan Listrik Prabayar sangat terbatas. Mendengar istilah Program Layanan Listrik Prabayar saja mereka masih awam dan kedengaran asing di telinga. Keraguraguan masih membayangi benak mereka. Mereka hanya mengetahui sebatas nama dan pengertian sederhana. Selain itu, masih ada keraguan dalam diri masyarakat apakah Program Layanan Listrik Prabayar benar-benar progam yang bisa dipertangguingjawabkan pelaksanaannya. Seperti yang diungkapkan Burhanudin berikut ini : “ Awalnya saya sempat khawatir bila beralih ke Program Layanan Listrik Prabayar. Takutnya kwh-meternya cepet rusak, kan belum teruji itu kwalitasnya. Lha nanti kalau rusak gimana? Soalnya banyak juga kasus yang kwh-meternya nggak mendeteksi pemakaian listrik dengan benar...” (wawancara, 27 Agustus 2010)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 116
Apalagi ini masalah listrik yang saat ini menjadi kebutuhan pokok setiap orang dalam menjalankan aktifitas sehati – hari. Hal ini sangat wajar karena mereka belum membuktikan sendiri pemakaiannya. Agar mudah diterima masyarakat, dalam setiap sosialisasi yang dilakukan PLN, diberikan pengertian bahwa sistem kerja Program Layanan Listrik Prabayar sama seperti penggunaan HP dengan sistem pengisian pulsa, dimana saat ini HP merupakan barang yang sudah tidak asing lagi bagi semua lapisan masyarakat sebagi alat komunikasi. Masyarakat yang baru mendapat sedikit informasi pastilah mempunyai rasa ingin tahu dan penasaran di benak mereka, apa sebenarnya Program Layanan Listrik Prabayar itu dan bagimana program itu berlangsung nantinya. Namun, penyebaran melalui sosialisasi-sosialisasi baik melalui media massa maupun komunikasi tatap muka terus dilakukan agar masyarakat lebih yakin dan paham. Karena masyarakatlah yang menjadi ujung tombak dari program ini, jadi langkah – langkah sosialisasi selalu dilakukan. Tahap Munculnya Pengetahuan adalah ketika seorang individu (atau unit pengambil keputusan lainnya) diarahkan untuk memahami eksistensi dan keuntungan / manfaat dan bagaimana suatu inovasi berfungsi. Pada tahap pengetahuan ini masyarakat diberikan gambaran keuntungan dan nilai tambah yang mereka peroleh bila menggunakan Program Layanan Listrik Prabayar. Pengetahuan ini akan membangkitkan kesadaran masyarakat akan nilai lebih dari Program Layanan Listrik Prabayar. Setelah itu barulah mereka masuk pada tahap proses pengambilan keputusan inovasi berikutnya yang berujung pada adopsi yaitu persuasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 117
2. Persuasi (Persuasion) Pada tahap ini individu membentuk sikap setuju atau tidak setuju terhadap inovasi. Tahap Persuasi ketika seorang individu (atau unit pengambil keputusan lainnya) membentuk sikap baik atau tidak baik. Pengetahuan (knowledge) yang dimiliki masyarakat berupa informasi awal yang baik secara langsung meupun tidak langsung mengarahkan individu untuk membentuk sikap setuju atau tidak setuju terhadap inovasi (persuasi). Pada tahapan ini melalui berbagai terpaan pesan baik melalui media massa maupun komunikasi tatap muka secara langsung. PT. PLN (Persero) APJ Surakarta sebagai komunikator
terus
memberikan sosialisasi agar informasi dan
pengetahuan yang didapat oleh masyarakat sebagai komunikan akan terus bertambah sehingga timbul ketertarikan dan akhirnya masyarakat bisa ikut berpartisipasi. Seperti ungkapan Darmi : “ Menurut saya inovasi layanan listrik prabayar ini sangat – sangat luar biasa karena modelnya sama seperti HP, sehingga tidak perlu banyak training lagi pada penggunanya.” (wawancara, 27 Agustus 2010) Darmi mengatakan bahwa inovasi layanan listrik prabayar sangat luar biasa karena modelnya sama seperti HP. Model disini maksudnya cara kerjanya sama dengan sistem kerja HP. Ungkapan tidak perlu banyak training lagi pada penggunanya berarti adanya nilai tambah pada sistem layanan prabayar. Pernyataan Darmiu tersebut mengisyaratkan telah terbentuknya sikap setuju terhadap inovasi Program Layanan Listrik Prabayar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 118
Setelah mendapat terpaan dari berbagai media mengenai Program Layanan Listrik Prabayar, maka informasi yang diterima masyarakat semakin banyak dibanding dengan tahap sebelumya yang hanya mengetahui sekilas saja. Komunikator dalam hal ini adalah PLN terus berupaya menambah informasi pada masyarakat dan mendorong masyarakat untuk meningkatkan rasa ingin tahunya tentang program Layanan Listrik Prabayar. Rasa ingin tahu masyarakat yang semakin besar, perlu diarahkan dan dipersuasi sebagai sebuah solusi dari permasalahan yang dihadapi, agar tujuan pelaksanaan Program Layanan Listrik Prabayar dapat tercapai. Hal inilah yang dilakukan pihak PLN dalam menyebarkan (difusi) Program Layanan Listrik Prabayar kepada masyarakat, terutama para penunggak. Seperti yang diungkapkan narasumber berikut bahwa mereka tahu untuk pertama kalinya Program Layanan Listrik Prabayar saat mengurus pencabutan listrik di rumahnya, dan dari pihak PLN menawarkan Program Layanan Listrik Prabayar sebagai solusi dari permasalahan yang dihadapinya. “…Kulo nggih ngertos prabayar niku pas ngurus teng PLN… Lha tiba – tiba nggen kula diputus, dipendet gengstere, 3 wulan dereng bayar. Trus kulo mlayu teng PLN.. Lha terus sakniki badhe kula bayar nyuwun dipasangke malih. Trus kulo dikandhani petugas PLN-ne… “Sakniki tumut prabayar mawon, Bu.” (wawancara Sudiro, 18 Agustus 2010) “ … Karena dua bulan belum membayar akhirnya dicabut oleh PLN, terus pihak PLN menyarankan menggunakan prabayar. Satelah diterangkan cara penggunaannya sama seperti HP, saya rasa prabayar lebih meringankan dan ini lebih baik... Akhirnya saya setuju diganti dengan listrik prabayar.” (wawancara Ani, 18 Agustus 2010) Ternyata 75% dari keputusan manusia dilandasi oleh emosi, maka persuasi biasanya mengadakan pendekatan dengan daya tarik emosi. Dalam persuasi perlu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 119
digunakan kombinasi dengan teknik daya tarik emosi, setelah itu barulah penganjur (komunikator) memberikan motivasi atau alas an-alasan yang rasional mengenai bagaimana dan mengapa anjurannya peril diterima. 40 Dari hasil penelitian yang dilakukan, soaialisasi yang dilakukan PT. PLN (Persero) APJ Surakarta ternyata masih belum optimal karena banyak pelanggan yang merasa belum pernah mendapatkan sosialisasi dari PLN sebelumnya. Hal ini diungkapkan oleh beberapa narasumber berikut : “ Belum ada sosialisasi tu Mbak, saya belum pernah dengar Program Layanan Listrik Prabayar ini sebelumnya...” (wawancara Lina, 4 September 2010) “ Boten wonten sosialisasi, kulo ngertose nggih pas mbayar listik menika.“ (wawancara Sudiro, 18 Agustus 2010) “ Nggak, dari PLN nggak ada sosialisasi apapun. Dari media juga saya belum pernah dengar. Mungkin saya yang tidak terlalu memperhatikan beritanya saja kali ya Mbak…” (wawancara Iwan, 4 September 2010) Dari pernyataan tersebut, dapat diketahui bahwa sosialisasi yang silakukan PLN belumlah optimal. Hal ini dapat terjadi karena dalam proses komunikasi biasa terdapat gangguan yang dapat mempengaruhi proses komunikasi. Seperti yang dinyatakan Iwan bahwa bisa jadi ketidaktahuannya akan Program Layanan Listrik Prabayar adalah karena tidahk memperhatikan berita yang ada. Tidak memperhatikan disini bisa diindentifikasikan sebagai faktor individu yang menghambat tersampaikannya pesan komunikasi. Faktor individu yang ikut mempengaruhi pada proses komunikasi adalah faktor psikologi, dimana individu cenderung memperhatikan atau menerima 40
Susanto, Astrid S. 1977. Komunikasi Dalam Teori dan Praktek. Bandung : P.T. Rindang Mukti. Hal 19
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 120
terpaan media massa yang sesuai dengan pendapat dan minatnya atau yang disebut sebagi selective attention. Bagi Iwan awalnya Program Layanan Listrik Prabayar tidak sesuai dengan minatnya. Pesan media yang tidak tersampaikan, tidak akan memberikan efek bagi audiencenya. Begitu pula pesan media Program Layanan Listrik Prabayar, kepada pelanggan. Pesan media ini akan mempengaruhi sikap masyarakat dalam menerima atau menolak suatu inovasi. Agar masyarakat dapat membentuk sikap setuju atau tidak setuju terhadap inovasi dengan Program Layanan Listrik Prabayar ini, maka pihak PT. PLN (Persero) APJ Surakarta seharusnya terus melakukan sosialisasi secara terus – menerus kepada masyarakat dan cara sosialisasipun haruslah tepat sasaran serta dapat menarik minat dari warga masyarakat Surakarta. Keinovatifan dalam sosialisasi yang dikaukan PT. PLN (Persero) APJ Surakarta juga sangat berpengaruh terhadap penerimaan masyarakat terhadap program ini. Setelah terbentuknya sikap setuju atau tidak setuju terhadap inovasi dengan Program Layanan Listrik Prabayar masyarakat, maka saatnya masyarakat mengambil keputusan.
3. Keputusan (Decisions) Tahap Keputusan muncul ketika seorang individu atau unit pengambil keputusan lainnya terlibat dalam aktivitas yang mengarah pada pemilihan adopsi atau penolakan sebuah inovasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 121
Setelah mendapat berbagai terpaan dari berbagai saluran komuniksi, baik secara interpersonal maupun melalui media massa, pelanggan mulai mencari informasi yang berkaitan dengan Program Layanan Listrik Prabayar sebelum akhirnya memutuskan untuk menerima atau menolak memakai layanan listrik prabayar. Seperti yang dilakukan oleh Renata, salah satu narasumber dalam penelitian ini. Renata mengetahui Program Layanan Listrik Prabayar setelah membaca tentang layanan ini di koran. Rasa ingin tahunya membuat Renata mencari informasi lebih rinci tentang Program Layanan Listrik Prabayar ke seorang temannya yang kebetulan bekerja di PLN. Setelah ia merasa yakin dengan layanan bari dari PLN ini, kebetulan rumah yang akan ia tinggali yaitu Perumahan Tirtamaya dari pihak marketing perumahan tersebut menawarinya untuk memakai listrik dengan sistem prabayar, maka tanpa ragu – ragu lagi ia langsung setuju menggunakan Program Layanan Listrik Prabayar ini. “ Sebelumya saya pernah membaca Program Layanan Listrik Prabayar di koran, setelah itu saya tanya teman saya yang bekerja di PLN. Saya tahu Program Layanan Listrik Prabayar dari teman, maka setelah pihak marketing perumahan saya menawari menggunakan Program Layanan Listrik Prabayar, saya langsung setuju. “ (wawancara, 4 September 2010) Aktifitas yang mengarah pada pemilihan adopsi atau penolakan sebuah inovasi ini setelah individu ada kecenderungan setuju atau tidak setuju terhadap inovasi. Setelah itu individu akan mencari informasi sebanyak – banyaknya sebelum ia memutuskan untuk menerima atau menolak sebuah inovasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 122
4. Implementasi (Implementation) Merupakan tahapan ketika seorang individu atau unit pengambil keputusan lainnya menetapkan penggunaan suatu inovasi. Setelah didahului dengan banyak pertimbangan, akhirnya tibalah individu mengambil sebuah keputusan. Pada tahap ini masyarakat sudah membuat keputusan menerima atau menolak suatu inovasi. Menerima bila individu melihat banyak manfaat dan nilai tambah dari suatu inovasi, sedangkan akan menolak bila dirasa tidak ada menfaat atau nilai tambah yang didapatkan dari sebuah inovasi. Dari hasil penelitian yang dilakukan, setelah memutuskan memakai Program Layanan Listrik Prabayar, ternyata ada beberapa manfaat dan nilai tambah yang dirasakan oleh masyarakat, yaitu : a) Bebas mengendalikan pemakaian listrik sendiri Pertama, pelanggan dapat mengendalikan pemakaian listrik untuk menghindari pemborosan. Hal ini seperti yang dirasakan oleh Renata, salah satu warga di Perumahan Tirtamaya : “ Setelah sekitar tujuh bulan memakai layanan ini, ya.. lebih irit ini karena kalau kita pakai pulsa yang kayak gini kan tidak ada pembulatan – pembulatan, disisi lain kita tidak dirugikan pihak PLN gitu. Misalnya kita mau bayar listrik kita juga kena beban kalau yang di PLN, jadi lebih irit ini. Kalau kita beli pulsa Rp 100.000,00 bisa sampai 3,5 bulan sich.. sedangkan kita kalau bayar listrik sendiri sebulan mesti habisnya diatas Rp 60.000,00 – Rp 70.000,00. Jadinya lebih irit ini. ” (wawancara Renata, 4 September 2010) “ Pakai layanan prabayar ini nggak kemrungsung, sesuai dengan kebutuhan, malah irit pakai ini, tinggal pemakaian kita saja. ” (wawancara Ani, 18 Agustus 2010) Tingkat kenyamanan dan kepuasan setiap orang berbeda – beda. Bagi seseorang mungkin merasa sebagai sebuah keuntungan, tetapi bagi orang yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 123
lain belum tentu merasakan sebagi keuntungan, karena kondisi setiap orang yang berbeda pula. Dari hasil wawancara, ternyata ada juga pelanggan yang merasa lebih boros setelah menggunakan layanan listrik Prabayar. Hal ini terungkap saat wawancara dengan Ambarwati di Perumahan Pondok Baru Gentan : “ Setelah memakai prabayar, kalau saya pribadi merasa boros karena harganya flat kayak penggunaan HP, kalau yang lama kan per blok. “ (wawancara, 27 Agustus 2010) Sebelum kanaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) per 1 Juli 2010 untuk voucher listrik, memang berbeda dengan sistem meteran biasa, harga per kwh pada voucher listrik lebih mahal di banding dengan meteran biasa. pada sistem meteran biasa jika tidak ada pemakaian pelanggan hanya di kenakan biaya beban sesuai dengan tarif pemakaian kecuali pada tarif R15. sedangkan dengan menggunakan voucher tidak di kenakan biaya beban sama sekali, sehingga ada kenaikan pada harga per kwh. Perhitungan sebelum kenaikan TDL per 1 Juli 2010 untuk tarif Program Layanan Listrik Prabayar memang lebih mahal. Kita bisa menghitung, dirumah kita lebih efisien/ekonomis pakai sistem pascabayar atau Prabayar. Yang perlu dikerjakan 5 langkah : 1. Cari persamaan sistem pascabayar, misalnya : Golongan (Eg. R1) Daya (Eg. 1300 watt)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 124
Dari sana kita dapat menentukan/ mengetahui (lihat di perincian kwitansi/ tanya PLN di hotline 123) : Biaya Beban (BB): Eg. Rp. 39.130,Perhitungan pemakaian listrik bersifat progresif, maka perhitungannya sebagai berikut : - Biaya Batas 1 / biaya pemakaian per kwh utk konsumsi antara 0-20 kwh (B1): Eg. Rp. 385,- Biaya Batas 2 / biaya pemakaian per kwh utk konsumsi antara 2040 kwh (B2): Eg. Rp. 445,- Biaya Batas 3 / biaya pemakaian per kwh utk konsumsi diatas 40 kwh (B3): Eg. Rp. 495,Selain itu kita juga perlu tahu Pajak Penerangan Jalan (PPJ) di daerah kita (berbeda di setiap kota) : Eg. Sidoarjo 9%, Surabaya 6%, Gresik 5%, Surakarta 9% Kalau bayarnya lewat bank/PPOB ada biaya adminnya (ADM) Eg. BNI: Rp. 1.600,-, BPR: Rp. 3.000,- , Terkadang ada tambahan Rp. 10.000,- mungkin biaya transfer antar rekening atau meterei. Kemudian dimasukkan ke persamaan: A(kWh), B(Rp.) Asumsi: Pemakaian listrik diatas 60 kwh / bulan, PPJ Sidoarjo, bayar lewat BNI.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 125
( BB+(B1x20)+(B2x40)+(B3x(A-20-40)) ) x (100%+PPJ) + ADM = B ( 39130+(385x20)+(445x20)+(495x(A-20-40)) ) x (100%+9%) + (1600+10000) = B ( 39130+7700+17800+ 495A -9900-19800) x 109% + 11600 = B ( 495A + 34930) x 109% + 11600 = B 539.55A + 49673.7 = B 2. Cari persamaan sistem Prabayar : Golongan (Eg. R1) Daya (Eg. 1300 watt) Tarif Listrik Prabayar (LPB) dibedakan berdasarkan daya terpasang di rumah kita (tanya PLN di hotline 123) : Eg. 900 watt = Rp. 602,-/kWh ; 1300 watt = Rp. 663,-/kWh ; 2200 watt = Rp. 666,-/kWh. Kalau belinya lewat bank/PPOB ada biaya adminnya (ADM), setiap kali beli TOKEN. Eg. BNI: Rp. 1.600,-, BPR: Rp. 3.000,- , Kemudian dimasukkan ke persamaan: A=kWh, B=Rp. asumsi: PPJ Sidoarjo, bayar lewat BNI, ( B - ADM - ((B-ADM)x9%) / 663 = A ( B - 1600 - ((B-1600)x9%) / 663 = A ( B - 1600 - 0.09B + 144) / 663 = A ( 0.91B - 1456) / 663 = A B = 728.57A + 1600
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 126
3. Tentukan A(kWh) & B(Rp.) Gabungkan 2 persamaan di atas : 539.55A + 49673.7 = 728.57A + 1600 A = 254.33 kWh 728.57 x ( B - 49673.7 ) = 539.55 x ( B - 1600 ) B = Rp. 186.900,Artinya: nilai diatas menunjukkan nilai batas impas antara sistem pascabayar dan Prabayar. - Di bawah nilai tersebut, lebih efisien & ekonomis menggunakan sistem Prabayar. - Di atas nilai tersebut, lebih efisien & ekonomis menggunakan sistem pascabayar. Ingat! Asumsi yang digunakan adalah : Golongan R1, Daya 1300 watt, lokasi di Sidoarjo, pembayaran/pembelian token via BNI. 4. Cari rata2 riil pemakaian 1 th Hitung rata2 pemakaian / pembayaran PLN terakhir selama 1 tahun (semakin besar sample semakin bagus, dengan catatan tidak ada penambahan alat listrik baru dalam periode tersebut dan pemakaian normal). Eg. Pemakaian saya ketemunya 344.2 kWh / bulan atau Rp. 226.413,- / bulan 5. Ambil kesimpulan Nilai batasnya : 254.3 kWh / bulan atau Rp. 186.900,- / bulan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 127
Pemakaian rata2 saya : 344.2 kWh / bulan atau Rp. 226.413,- / bulan. Artinya pemakaian rata2 saya di ATAS nilai batas. Kesimpulannya lebih efisien & ekonomis menggunakan sistem pascabayar. Demikian, untuk lain golongan, daya & lokasi dapat menggunakan cara di atas, dengan penyesuaian seperlunya. Namun, setelah kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) per 1 Juli 2010, perhitungan tarif antara pascabayar dengan prabayar menjadi sama saja, kecuali untuk golongan yang berdaya 900 VA. Hal ini disebabkan perhitungan tidak berdasarkan tarif blok lagi, tapi tarif berlaku flat. b) Pelanggan mengetahui transaksi pembayaran secara transparan karena besarnya pemakaian listrik (kwh) dan biaya yang dikeluarkannya (Rp) dapat diketahui secara langsung setiap saat. Pelanggan dengan mudah dapat memantau pemakaian listriknya setiap saat. Hal ini dikemukakan oleh Darmi seorang ibu rumah tangga di Grogol : “ Setiap tanggal awal bulan, saya lihat angka meteran kira – kira masih berapa pulsanya, kalau masih banyak ya sudah tenang – tenang saja, kalau tinggal dikit kita beli baru lagi untuk isi ulangnya. “ (wawancara, 27 Agustus 2010) Layanan listrik prbayar ini, dilengkapi dengan alarem dan lampu LSD yang memberikan tanda sisa pulsa yang ada. Bila pulsa telah mencapai batas minimal yaitu 25 Kwh, alarem itu akan berbunyi dan lampu merah akan menyala. Hal ini disampaikan oleh Soeharmanto, Kepala bagian Humas PT. PLN (Persero) APJ Surakarta : “ Bila pulsa habis akan langsung mati, tetapi sebelum itu bila Kwh yang tersisa tinggal 25 Kwh akan ada sinyal peringatan. “ (wawancara, 16 Agustus 2010)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 128
Hal ini dirasakan oleh pelanggan sebagai fasilitas yang memudahkan untuk memantau pemakaian listrik. Hal ini dirasakan oleh Ibu Sudiro seorang istri pensiunan ABRI di Serengan : “ Voucher puniko sederenge mati muni sek, kayak panggilan ngoten, mengke ndang segera tumbas terus diisike pulsane mengke sampun jalan.“ (wawancara, 18 Agustus 2010) Dalam penyataannya Ibu Sudiro ini menyatakan alarem yang ada pada meter layanan prabayar sebagai tanda peringatan sebelum listrik mati. Hal ini berarti memudahkan dalam proses pemantauan persediaan listrik. c) Bebas menentukan pembayaran listrik sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan daya beli. Dengan demikian pelanggan dapat menyesuaikan biaya pemakaian listrik dengan anggaran belanja. Hal ini disampaikan oleh Ani seorang warga di Margoyudan : “ Nggih malah sekeco meniki Mbak, adanya uang berapa.. inikan paling minim Rp 20.000,00 pulsanya.. jadi seadanya uang berapa ya saya belikan buat beli pulsanya. Kalau saya biasanya Rp 20.000,00 itu bisa sampai seminggu. Jadi malah enak Mbak, kita bisa ngatur sendiri. ” (wawancaran Ani, 18 Agustus 2010) “ Apike layanan prabayar punika mboten sekaligus, tumbas segadhahe arta. Kula nggih senenge boten bayar sekaligus trus saged diancang – ancang, nek sekaligus sedherenge mangkat teng PLN wis awang – awangen sik.” (wawancara Sudiro, 18 Agustus 2010) d) Pelanggan tidak terganggu lagi dengan rutinitas kedatangan petugas pencatat meter setiap bulan. Dengan demikian privasi pelanggan tidak terganggu. Hal ini diungkapkan oleh Ani seorang warga di Margoyudan : “ Enak ini, orang PLN yang ga masuk bukain pintu buat ngontrol ngontrol.“ (wawancara, 18 Agustus 2010)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 129
e) Pelanggan tidak direpotkan dengan waktu pembayaran. Hal ini dikemukakan oleh Darmi di Grogol : “ Pakai layanan prabayar tidak repot, kita tidak usah berfikir kapan harus bayar ke PLN. Begitu sudah beli pulsa ya sudah selesai.“ (wawancara, 27 Agustus 2010) Hal ini juga diungkapkan oleh Iwan, seorang pegawai swasta di perumahan tirtamaya residence : “ Aku nggak mau ribet harus antri di loket pembayaran. “ (wawancara, 4 September 2010) f) Keenam, pelaksanaan penyambungan cepat. Sesuai yang diutarakan oleh Ibu Sudiro seorang istri pensiunan ABRI di Serengan : “ Kulo disaranake ngagem prabayar, trus kulo ngajuke prabayar, sedinten thok pun dadi.. Kulo ngomong esuk, sorene sampun dipasang. “ (wawancara, 18 Agustus 2010) Dari tingkat kesesuaian (Compatibility) yaitu suatu derajat dimana inovasi diraskan ajeg atau konsisten dengan nilai – nilai yang berlaku, pengalaman dan kebutuhan mereka yang melakukan adopsi. Program layanan listrik prabayar ini sesuai dengan kebutuhan saat ini, dimana kondisi masyarakat saat dihadapkan pada kemajuan teknologi dan agenda yang padat. Jadi, bagi mereka yang sibuk layanan ini merupakan sebuah solusi. Hal ini diungkapkan oleh Soeharmanto, Kepala bagian Humas PT. PLN (Persero) APJ Surakarta : “Bagi pelanggan mengurangi resiko pemutusan dan biaya keterlambatan. Jadi, meter prabayar sebagai solusi terakhir untuk mengatasi pelanggan - pelanggan yang sibuk.” (wawancara, 16 Agustus 2010)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 130
Siapa yang tidak ikut arus baru Listrik Prabayar akan ketinggalan nantinya, karena sesuai kemajuan teknologi yang ada yaitu seperti sistem pengisian pulsa. Selain itu sesuai kebutuhan masyarakat saat ini dimana kemudahan dan keefisienan menjadi syarat mutlak Kini sudah mulai banyak komplek-komplek perumahan yang secara kolektif dan masal beralih ke sistem Prabayar. Sudah banyak pula apartemen dan perumahan yang secara total bermigrasi ke Prabayar Dilihat dari sisi kerumitan (complexity) yaitu mutu derajat dimana inovasi dirasakan sukar untuk dimengerti dan dipergunakan. Penggunaan setrum isi ulang sangat mudah. Pelanggan cukup memasukan 20 digit angka yang terdapat pada setrum isi ulang ke meter digital listrik prabayar. Secara otomatis meter prabayar akan menunjukkan jumlah kWh sesuai nilai nominal setrum yang dibeli. Hal ini diungkapkan oleh Ani seorang warga di Margoyudan : “ Tidak ada kesulitan sedikitpun memakai layanan ini.” (wawancara Ani, 18 Agustus 2010) “ Sampai saat ini tidak ada kesulitan yang saya temui dalam menggunakan layanan prabayar ini.” (wawancara Darmi, 27 Agustus 2010) Layanan listrik prabayar tersedia untuk pelanggan listrik pascabayar yang akan bermigrasi ke listrik prabayar dan calon pelanggan yang akan pasang baru. Untuk pasang baru listrik prabayar syarat dan proses layanan sebagai berikut : 1. Calon pelanggan melakukan pendaftaran di kantor pelayanan PLN terdekat dilengkapi Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan denah lokasi yang akan di pasang listrik prabayar 2. Petugas PLN melakukan survey ke lokasi 3. Penerbitan surat persetujuan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 131
4. Calon pelanggan menyampaikan sertifikasi laik operasi (SLO) 5. Calon pelanggan membayar biaya penyambungan dan setrum perdana Rp 20.000,6. Calon pelanggan menandatangani surat perjanjian jual beli tenaga listrik 7. Petugas PLN melaksanakan penyambungan dan pemasangan meter prabayar Sedangkan untuk pelanggan pascabayar yang akan bermigrasi ke listrik prabayar, syarat dan proses layanan sebagai berikut : 1. calon pelanggan melakukan pendaftaran di kantor pelayanan PLN terdekat dilengkapi dengan Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan denah lokasi 2. Penerbitan surat persetujuan 3. Membayar setrum perdana Rp 20.000,4. Menandatangani surat perjanjian jual beli tenaga listrik 5. Petugas melaksanakan penyambungan dan penggantian meter dengan meter prabayar Sebelum ditawarkan pada masyarakat luas, program layanan listrik Prabayar ini telah diujicobakan kepada orang internal PLN. Di Surakarta sendiri, layanan ini diujicobakan kepada 200 orang karyawan PT. PLN (Persero) APJ Surakarta yang bersedia bermigrasi ke layanan listrik Prabayar ini. Berarti layanan ini telah melalui tahap kemungkinan di coba (trialability). Trialability adalah mutu derajat dimana inovasi di eksperimentasikan pada landasan yang terbatas. Hal ini disampaikan oleh Soeharmanto, Kepala bagian Humas PT. PLN (Persero) APJ Surakarta : “ Sebelumnya, kita pasang terlebih dahulu kepada karyawan PLN sambil untuk melihat reaksi. Apa adakah hal yang negatif atau yang tidak diinginkan,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 132
tenyata tidak ada. Setelah itu disampaikan kepada masyarakat umum, akhirnya umum bisa menerima, sehingga sampai sekarang malah melebihi target. “ (wawancara, 16 Agustus 2010) Terakhir, untuk melihat kecepatan sebuah inovasi untuk diadopsi adalah Observability yaitu suatu derajat dimana inovasi dapat disaksikan oleh orang lain. Setelah mendapat sambutan yang positif dari para karyawan, berupa keputusan untuk meneruskan menggunakan layanan tersebut, barulah disosialisasikan pada masyarakat luas di Surakarta. Masyarakatpun menyambut positif program layanan listrik prabayar ini. Hal ini dikemukakan oleh Darmi seorang ibu rumah tangga di Grogol : “ Menurut saya inovasi layanan listrik prabayar ini sangat – sangat luar biasa karena modelnya sama seperti HP, sehingga tidak perlu banyak training lagi pada penggunanya.” (wawancara, 27 Agustus 2010) PLN APJ Surakarta mencatat sejak diluncurkan kali pertama bulan Desember 2009 hingga bulan April 2010 ini, jumlah alat meteran listrik prabayar yang telah terpasang secara riil di wilayah Soloraya mencapai 3.480-an unit. Daftar tunggu pelanggan yang telah mendaftarkan diri untuk mengganti alat meteran lamanya dengan alat meteran prabayar tersebut yang saat ini sudah mencapai lebih dari 500 pelanggan. Sedangkan pada bulan Oktober 2010 jumlah alat meteran listrik prabayar yang telah terpasang secara riil di wilayah Soloraya mencapai 7.061 unit dan sudah tidak ada pelanggan yang masuk ke daftar tunggu. Begitu banyak kelebihan dari program layanan listrik prabayar ini. Akan tetapi, tidak semua langsung beralih menggunakan layanan ini. Ada juga yang masih bertahan menggunakan listrik pascabayar, walaupun mereka sudah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 133
memperoleh informasi tentang layanan prabayar. Ada beberapa penyebab, antara lain : a. Adanya kekhawatiran listrik langsung mati bila pulsa habis. b. Daya yang ada hanya 450 VA, sehingga tidak bisa memakai prabayar.
5. Konfirmasi (Confirmation) Merupakan tahap dimana individu mencari penguatan ( dukungan ) terhadap keputusan yang telah dibuatnya, tapi ia mungkin berbalik keputusan jika ia memperoleh isi pernyataan pernyataan yang bertentangan. Tahapan Konfirmasi, ketika seorang individu atau unit pengambil keputusan lainnya mencari penguatan terhadap keputusan penerimaan atau penolakan inovasi yang sudah dibuat sebelumnya. Pada tahap ini individu memastikan akan tetap menerima / mengadopsi inovasi baru atau menolak suatu inovasi setelah mencoba mengimplementasikan inovasi baru. Hasil yang diharapkan komunikator yaitu PT. PLN (Persero) APJ Surakarta dari adanya difusi Program Layanan Listrik Prabayar adalah masyarakat Surakarta dan sekitarnya bisa mengadopsi (menerima) program ini. Dari hasil penelitian yang dilakukan, peneliti menyimpulkan bahwa masyarakat Surakarta mengadopsi atau menerima Program Layanan Listrik Prabayar. Tentunya masyarakat sudah mempertimbangkan setelah mengalami tahapan-tahapan seperti yang telah dijelaskan di atas, barulah mereka memutuskan untuk menerima program tersebut. Hal ini disampaikan oleh Ani dan Lina :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 134
“ Sampai saat ini saya belum menemui masalah dengan layanan listrik prabayar, jadi saya akan terus menggunakan layanan ini.” (wawancara Ani, 18 Agustus 2010) “ Saya akan terus memakai layanan ini karena pemakaiannya bisa diatur, sehingga lebih irit.” (wawancara Lina, 4 September 2010) Jadi, setelah ada proses difusi atau penyebaran Program Layanan Listrik Prabayar maka proses selanjutnya yang terjadi adalah adopsi atau penerimaan terhadap program tersebut. Dari hasil penelitian, masyarakat Surakarta menerima atau mengadopsi Program Layanan Listrik Prabayar dengan semua konsekuensi yang ditanggung. Namun, dalam proses adopsi tidak serta merta masyarakat langsung menerima. Ada beberapa tahapan yang dilalui dalam proses ini. Peneliti menggunakan teori dari Rogers dan Shoemaker yang membagi paradigma proses pengambilan keputusan inovasi menjadi beberapa tahap, yaitu : 1. Pengetahuan (Knowledge) 2. Persuasi (Persuasion) 3. Keputusan (Decisions) 4. Implementasi (Implementation) 5. Konfirmasi (Confirmation) Dari tiap tahapan pasti ada proses komunikasi yang terjadi serta ada tambahan informasi yang didapat masyarakat. Dari kelima tahap paradigma proses pengambilan keputusan inovasi, tidak semua narasumber melalui tahapan yang sama dalam mengadopsi Program Layanan Listrik Prabayar. Jangka waktu yang dibutuhkan untuk mengadopsi inovasi antara individu yang satu dengan yang lain pun berbeda.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 135
Dari 13 orang narasumber tersebut, 11 orang memutuskan untuk mengadopsi Program Layanan Listrik Prabayar dan 2 orang memutuskan tidak menggunakan Program Layanan Listrik Prabayar. Dari 11 orang tersebut, 5 diantaranya memiliki latar belakang sebagai karyawan PT. PLN (Persero) APJ Surakarta. Dari 5 orang tersebut, 4 orang memutuskan mengadopsi Program Layanan Listrik Prabayar. Tentunya keempat orang tersebut melalui kelima tahapan paradigma proses pengambilan keputusan inovasi. Hal ini disebabkan merekalah objek pilot project penerapan Program Layanan Listrik Prabayar di Surakarta dan akhirnya mereka memutuskan untuk tetap menggunakan Program Layanan Listrik Prabayar. Hal ini disampaikan oleh Soeharmanto, Kepala bagian Humas PT. PLN (Persero) APJ Surakarta : “ Sebelumnya kita tawarkan kepada masyarakat umum, kita tawarkan terlebih dahulu kepada karyawan PLN yang bersedia bermigrasi ke Program Layanan Listrik Prabayar, sambil untuk melihat reaksi. Apa adakah hal yang negatif atau yang tidak diinginkan, tenyata tidak ada. Mereka memutuskan untuk tetap menggunakan listrik prabayar. Setelah itu, baru disampaikan kepada masyarakat umum. “ (wawancara, 16 Agustus 2010) Hal ini juga diungkapkan oleh Burhanudin, salah satu pegawai PT. PLN (Persero) APJ Surakarta yang merupakan salah satu subjek pilot project Program Layanan Listrik Prabayar : “ Saya akan terus menggunakan Program Layanan Listrik Prabayar, karena sampai saat ini saya masih nyaman menggunkan layanan ini. Rencananya kedepannya nanti semua pelanggan PLN akan diusahakan menggunakan Program Layanan Listrik Prabayar.” (wawancara, 27 Agustus 2010) Narasumber yang berlatar belakang sebagai karyawan PT. PLN (Persero) APJ Surakarta, tidak semuanya memutuskan untuk memakai Program Layanan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 136
Listrik Prabayar. Mereka pasti memiliki alasan tersendiri. Seperti yang diungkapkan Irin, pegawai PT. PLN (Persero) APJ Surakarta yang sampai saat ini belum beralih ke Program Layanan Listrik Prabayar karena masih ada perasaan khawatir bila sewaktu – waktu listrik padam karena lupa mengisi voucher pilsa listrik. “… Sampai saat ini saya masih memakai pascabayar, suatu saat nanti saya akan beralih ke Program Layanan Listrik Prabayar, tapi tidak sekarang. Kalau untuk sekarang saya masih takut. “ (wawancara, 27 Agustus 2010) Hal ini menunjukkan narasumber yang tidak memutuskan menggunakan Program Layanan Listrik Prabayar, berarti hanya melalui tahapan paradigma proses pengambilan keputusan inovasi sampai pada tahap keputusan (decisions). Dari ungkapan diatas, dapat diindentifikasikan bahwa Irin sudah tahu adanya Program Layanan Listrik Prabayar. Setelah tahu mulai timbul kekhawatiran, yang artinya ia mulai membentuk sikap tidak baik (persuasion). Akhirnya ia memutuskan untuk tidak memakai Program Layanan Listrik Prabayar. Berbeda dengan Irin yang melalui tahapan paradigma proses pengambilan keputusan inovasi sampai pada tahap keputusan (decisions). Djuwito, seorang tukang becak yang berpendidikan Sekolah Dasar (SD) mengatakan bahwa ia tahu Program Layanan Listrik Prabayar dari sosialisasi PLN di kelurahan dan sebenarnya ia tertarik menggunakan Program Layanan Listrik Prabayar, tetapi karena daya di rumahnya hanya 450 VA dan ia tidak ada biaya untuk menaikan daya di rumahnya, maka ia hanya bisa bertahan dengan sistem pascabayar. “ …Saya tahu prabayar dari sosialisasi PLN di kelurahan… Petugasnya bilang ini hanya untuk rumah yang dayanya di atas 900 VA. Sebenarnya tertarik Mbak beralih ke Program Layanan Listrik Prabayar, tapi nggak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 137
bisa karena di rumah saya dayanya 450 VA… ” (wawancara, 27 Agustus 2010). Dari pernyataan di atas, dapat diketahui bahwa Djuwito melalui tahapan paradigma proses pengambilan keputusan inovasi hanya sampai pada tahap pengetahuan (knowledge). Ia mengetahui Program Layanan Listrik Prabayar dari sosialisasi PLN di kelurahan. Dalam sosialisasi tersebut ia mengetahui bahwa Program Layanan Listrik Prabayar hanya untuk rumah yang dayanya diatas 900 VA, maka ia tidak dapat bermigrasi ke Program Layanan Listrik Prabayar tanpa menaikkan daya rumahnya. Setelah mengetahui hal ini, berarti Djuwito tidak melakukan aktivitas ke tahap selanjutnya yaitu tahap persuasi (persuasion). Narasumber lain yang memutuskan menggunakan Program Layanan Listrik Prabayar yang bekerja diluar PT. PLN (Persero) APJ Surakarta, melalui tahapan paradigma proses pengambilan keputusan inovasi yang tidak sama. Lina, salah satu narasumber dalam penelitian ini mengatakan bahwa dirinya mengetahuai Program Layanan Listrik Prabayar setelah tinggal di Perumahan Tirtamaya. Oleh pihak marketing perumahan tersebut, ia ditawari menggunakan listrik prabayar. “ Saya pertama kali mengetahui Program Layanan Listrik Prabayar dari pihak marketing perumahan Tirtamaya. Setelah diterangkan, saya cukup tertarik dengan layanan ini. Kemudian pihak perumahan langsung mengajak saya untuk melihat langsung rumah tersebut, Setelah itu saya setuju untuk membeli rumah dengan sistem listrik prabayar.” Dari pernyataan di atas, dapat diketahui bahwa Lina tahu Program Layanan Listrik Prabayar dari pihak marketing perumahan tersebut (knowledge).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 138
Setelah diterangkan, Lina cukup tertarik dengan layanan ini (persuasion). Kemudian pihak perumahan langsung mengajak saya untuk melihat langsung rumah tersebut, Setelah itu saya setuju untuk membeli rumah dengan sistem listrik prabayar (decisions). Seperti yang dilakukan oleh Renata, salah satu narasumber dalam penelitian ini. Renata mengetahui Program Layanan Listrik Prabayar setelah membaca tentang layanan ini di Koran (knowledge). Rasa ingin tahunya (persuasion) membuat Renata mencari informasi lebih rinci tentang Program Layanan Listrik Prabayar ke seorang temannya yang kebetulan bekerja di PLN (decisions). Setelah ia merasa yakin dengan layanan bari dari PLN ini, kebetulan rumah yang akan ia tinggali yaitu Perumahan Tirtamaya dari pihak marketing perumahan tersebut menawarinya untuk memakai listrik dengan sistem prabayar, maka tanpa ragu – ragu lagi ia langsung setuju menggunakan Program Layanan Listrik Prabayar ini (implementation). “ Sebelumya saya pernah membaca Program Layanan Listrik Prabayar di koran, setelah itu saya tanya teman saya yang bekerja di PLN. Saya tahu Program Layanan Listrik Prabayar dari teman, maka setelah pihak marketing perumahan saya menawari menggunakan Program Layanan Listrik Prabayar, saya langsung setuju. “ (wawancara, 4 September 2010) Lain halnya dengan Darmi, salah satu narasumber yamg merupakan ketua RW di Grogol, dia mengatakan bahwa keputusannya untuk bermigrasi ke Program Layanan Listrik Prabayar karena tahu manfaat dan nilai tambahnya (knowledge). Ia merasa inovasi layanan listrik prabayar ini sangat luar biasa karena modelnya sama seperti HP (persuasion). Kemudian is mencari informasi tentang Program
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 139
Layanan Listrik Prabayar (decisions) sampai akhirnya ia memutuskan untuk bermigrasi ke Program Layanan Listrik Prabayar (implementation). “…Setelah sosialisasi dari PLN saya tahu manfaat dan nilai tambahnya, Saya merasa inovasi layanan listrik prabayar ini sangat luar biasa karena modelnya sama seperti HP. Kemudian is mencari informasi tentang Program Layanan Listrik Prabayar. Setelah tahu bagaimana, akhirnya saya memutuskan untuk bermigrasi ke Program Layanan Listrik Prabayar.” (wawancara, 27 Agustus 2010). Agus Mujazid, seorang pengurus masjid atau takmir masjid di Baabussalam yaitu masjid yang terletak di kawasan PT. PLN (Persero) APJ Surakarta. Ia lulusan Sekolah Dasar (SD) dan sering menghabiskan waktunya untuk mengurus masjid tersebut. Sebagai pengurus masjid yang terletak di kawasan PT. PLN (Persero) APJ Surakarta, tentunya ia sering berinteraksi dengan orang – orang yang ada di dalamya, baik untuk urusan kantor atau yang lainnya. Dengan demikian sudah ada rasa kepercayaan yang timbul. “ … Saking tiyang PLN menika ngomong ‘Pak Agus, listrik teng masjid digentos mawon nggih ngagem Listrik Prabayar..’ Trus, kulo ngomong boten nopo – nopo. Lha, nggih terus digentos Prabayar menika.” (wawancara, 2 September 2010) Dari pernyataan di atas diketahui bahwa Agus Mujazid mengetahui Program Layanan Listrik Prabayar dari orang PLN (knowledge). Saat ditawari PT. PLN (Persero) APJ Surakarta untuk bermigrasi ke Program Layanan Listrik Prabayar, ia tidak ragu – ragu lagi untuk segera beralih ke layanan ini (decisions). Akhirnya Agus Mujazid sepakat masjid Baabussalam menerima Program Layanan Listrik Prabayar (implementation). Lain halnya dengan yang diungkapkan narasumber berikut, bahwa mereka tahu untuk pertama kalinya Program Layanan Listrik Prabayar saat mengurus
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 140
pencabutan listrik di rumahnya, dan dari pihak PLN menawarkan Program Layanan Listrik Prabayar sebagai solusi dari permasalahan yang dihadapinya. “…Kulo nggih ngertos prabayar niku pas ngurus teng PLN… Lha tiba – tiba nggen kula diputus, dipendet gengstere, 3 wulan dereng bayar. Trus kulo mlayu teng PLN.. Lha terus sakniki badhe kula bayar nyuwun dipasangke malih. Trus kulo dikandhani petugas PLN-ne… “Sakniki tumut prabayar mawon, Bu.” trus kulo ngajuke prabayar, sedinten thok pun dadi.. Kulo ngomong esuk, sorene sampun dipasang. Kulo seneng Mbak, niki kulo badhe ngajuke malih ngagem prabayar. “ (wawancara Sudiro, 18 Agustus 2010) “ … Karena dua bulan belum membayar akhirnya dicabut oleh PLN, terus pihak PLN menyarankan menggunakan prabayar. Satelah diterangkan cara penggunaannya sama seperti HP, saya rasa prabayar lebih meringankan dan ini lebih baik... Akhirnya saya setuju diganti dengan listrik prabayar. Setelah memakai listrik prabayar, sampai saat ini saya belum menemui masalah dengan layanan listrik prabayar, jadi saya akan terus menggunakan layanan ini.” (wawancara Ani, 18 Agustus 2010) Dari pernyataan di atas diketahui bahwa Ani dan Sudiro tahu untuk pertama kalinya Program Layanan Listrik Prabayar dari pihak PLN setelah mereka mengalami maslah pencabutan listrik karena menunggak pembayaran listrik (knowledge). Setelah itu mereka merasa tertarik dengan program ini karena dirasa tidak memberatkan (persuasion). Setelah diterangkan cara kerja dan nilai tambahnya akhirnya mereka memutuskan untuk beralih ke Program Layanan Listrik Prabayar (decisions). Dan setelah merasakan sendiri cara kerja dan manfaatnya (implementation), mereka menyatakan akan terus menggunakan Program Layanan Listrik Prabayar (confirmation). Dari hasil penelitian yang dilakukan, peneliti menyimpulkan bahwa masyarakat Surakarta mengadopsi atau menerima Program Layanan Listrik Prabayar. Tentunya masyarakat sudah mempertimbangkan setelah mengalami tahapan-tahapan seperti yang telah dijelaskan di atas, barulah mereka memutuskan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 141
untuk menerima program tersebut. Dari 13 orang narasumber tersebut, maka tahap adopsi adopter Program Layanan Listrik Prabayar dapat di kelompokkan sebagai berikut : Tabel 3.4 Pengelompokan Adopter Program Layanan Listrik Prabayar di Surakarta Berdasarkan Tahap-Tahap Adopsi Proses Pengambilan Keputusan
Jumlah Adopter
Persentase
1. Pengetahuan (Knowledge)
1
7,7%
2. Persuasi (Persuasion)
-
0%
3. Keputusan (Decisions)
2
15,4%
4. Implementasi (Implementation)
3
23%
5. Konfirmasi (Confirmation)
7
53,9%
Dari tabel di atas diketahui bahwa tingkat adopsi yang paling tinggi terjadi pada tahap konfirmasi (Confirmation) yaitu sebesar 53,9%. Setelah itu diikuti tahap Implementasi (Implementation) sebesar 23%, tahap Keputusan (Decisions) sebesar 15,4%, dan tahap Pengetahuan (Knowledge) 7,7%. Pada tahap persuasi (Persuasion) tidak ada proses adopsi yang terjadi (0%). Hal ini menunjukkan bahwa tahap – tahap adopsi tidak selalu dimulai dari tahap pengetahuan
(knowledge),
persuasi
(persuasion),
commit to user
keputusan
(decisions),
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 142
implementasi (implementation), konfirmasi (confirmation) yang terjadi secara berurutan.
Proses
adopsi
bisa
terjadi
dimulai
dari
tahap
konfirmasi
(Confirmation). Pada proses adopsi Program Layanan Listrik Prabayar sebagian besar narasumber terjadi pada tahap konfirmasi (Confirmation). Hal ini terjadi dikarenakan awalnya mereka mengambil keputusan menerima inovasi Program Layanan Listrik Prabayar dimulai dari keterpaksaan. Akan tetapi, setelah merasakan manfaat dan nilai tambah dari inovasi Program Layanan Listrik Prabayar mereka memutuskan untuk tetap menggunakan Layanan Listrik Prabayar. Setelah Kota Surakarta ditetapkan mendapat Program Layanan Listrik Prabayar, maka sosialisasipun dilaksanakan. Dari sinilah masyarakat mengetahui Program Layanan Listrik Prabayar dengan sedikit informasi yang didapatkan. Proses penyebaran terus dilaksanakan berulang kali, sampai masyarakat pada tahap persuasi yaitu individu membentuk sikap setuju atau tidak setuju terhadap inovasi. Mereka sudah memahami apa dan bagaimana Program Layanan Listrik Prabayar sebenarnya. Berbagai cara dilakukan untuk memberi pemahaman tentang penataan lingkungan hingga masyarakat mulai merasakan manfaatnya. Maka, sampailah masyarakat pada tahap keputusan yaitu ketika seorang individu atau unit pengambil keputusan lainnya terlibat dalam aktivitas yang mengarah pada pemilihan adopsi atau penolakan sebuah inovasi. Selanjutnya masyarakat pada implementasi yaitu tahap memilih untuk menerima atau menolak program ini. Kenyataannya masyarakat memeilih untuk menerima program ini setelah tahu manfaat dan nilai lebihnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 143
Pendapat-pendapat tersebut merupakan pernyataan masyarakat bahwa mereka mengadopsi Program Layanan Listrik Prabayar karena alasan-alasan rasional yang menutut mereka bernilai positif. Masing-masing individu mempunyai latar belakang tersendiri untuk memutuskan mengadopsi. Menurut Hanafi dalam bukunya Memasyarakatkan Ide-ide Baru, keputusan seperti ini disebut dengan keputusan individual opsional. Keputusan
individual,
yaitu
keputusan
dimana
individu
yang
bersangkutan ambil peranan dalam pembuatannya. Keputusan individual ada dua macam, yaitu keputusan opsional dan kepuusan konsesnsus. Keputusan opsional, yakni keputusan yang dibuat oleh seseorang, terlepas dari keputusan-keputusan yang dibuat oleh anggota sistem. Sedangkan keputusan kolektif yaitu keputusan yang dibuat oleh individu-individu yang ada dalam sistem sosial melalui konsensus. 41 Dalam penelitian ini masyarakat Surakarta menggunakan keputusan opsional untuk mengadopsi Program Layanan Listrik Prabayar setelah mendapat informasi melalui berbagai sosialisasi yang ada. Mereka memutuskan untuk menerima program ini karena dirasa bermanfaat bagi kehidupan. Keputusan ini bersifat individu bukan keputusan kelompok. Keputusan yang mereka ambil ini sudah dipikirkan tentang baik dan buruknya serta mereka juga sudah bisa menerima konsekuensi yang menyertainya.
41
Hanafi. Abdillah. 1987. Memasyarakatkan Ide-Ide Baru. Surabaya : Penerbit Usaha Nasional, hal 35
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 144
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN Dari serangkaian data yang diperoleh di lapangan, baik itu melalui wawancara narasumber maupun hasil pengamatan selama penelitian, maka peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa penyebaran (difusi) Program Layanan Listrik Prabayar PT. PLN (Persero) APJ Surakarta di Kota Surakarta berjalan dengan baik. Hal ini sesuai dengan berbagai elemen dalam ilmu komunikasi yaitu pola, unsur, sistem, jenis, proses, sampai pada media komunikasi yang digunakan. Semua elemen tersebut menjadi satu dalam sebuah proses difusi dan adopsi inovasi yang dilakukan oleh pihak yang terkait. 1. Proses difusi dalam penelitian ini mempunyai empat unsur yaitu inoasi, saluran komunikasi, jangka waktu, dan sistem sosial. Dari keempat unsure tersebut yang paling berpengaruh dalam proses difusi adalah saluran komunikasi yang bersifat interpersonal. Hal ini disebabkan proses difusi merupakan sebuah proses komunikasi dimana ada komunikator yang menyampaikan pesan berupa sebuah inovasi kepada komunikan melalui saluran tertentu dan menimbulkan efek tertentu. Komunikator dalam penyebaran Program Layanan Listrik Prabayar adalah PT. PLN (Persero) APJ Surakarta, sedangkan komunikannya adalah masyarakat Kota Surakarta itu sendiri.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 145
2. Saluran komunikasi yang digunakan dalam difusi Program Layanan Listrik Prabayar ada dua macam yaitu menggunakan media massa dan komunikasi interpersonal baik secara individu maupun kelompok. Media massa yang digunakan dibagi menjadi dua yaitu media cetak dan elektronik. Media cetak yang digunakan dalam proses difusi Program Layanan Listrik Prabayar di Kota Surakarta adalah spanduk, pamphlet, dan koran. Sedangkan media elektronik yang digunakan oleh PT. PLN (Persero) APJ Surakarta dalam penyebaran Program Layanan Listrik Prabayar adalah beberapa stasiun radio di Surakarta. Media lain yang digunakan untuk mensosialisasikan program layanan listrik prabayar adalah internet. Website resmi dari PT. PLN (Persero) APJ Surakarta untuk
informasi
Layanan
Listrik
Prabayar
adalah
http://www.plnjateng.co.id dan jejaring social facebook. 3. Komunikasi interpersonal dilakukan dengan sosialisasi langsung kepada pelanggan atau sosialisasi door to door ke rumah – rumah pelanggan. sosialisasi langsung biasanya dilakukan di kantor – kantor resmi pembayaran PLN kepada pelanggan. Langkah lain yang ditempuh PLN adalah sosialisasi door to door. Dari pihak PLN mendatangi rumah pelanggan satu per satu. Tujuan dari sosialisasi door to door adalah sebagai langkah penjaringan pelanggan 4. Sarana komunikasi lain yang digunakan oleh PT. PLN (Persero) APJ Surakarta berbentuk komunikasi kelompok baik kelompok kecil maupun kelompok besar. Hampir sama dengan komunikasi interpersonal,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 146
komunikasi kelompok juga bertujuan untuk mempengaruhi orang lain, hanya jumlah audiennya saja yang membedakannya. Komunikasi kelompok merupakan bentuk komunikasi interpersonal yang bersifat lokalit. Komunikasi kelompok ini terlihat dalam berbagai kegiatan sosialisasi yang dilaksanakan untuk menyebarkan program ini kepada masyarakat seperti sosialisasi berbentuk forum – forum pertemuan warga baik di tingkat kelurahan maupun di tingkat Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW). Forum-forum sosialisasi ini sering diadakan khususnya untuk sosialisasi program Layanan Listrik Prabayar dan update perkembangannya. Komunikasi interpersonal merupakan face to face communication (komunikasi tatap muka) sehingga sangat efektif digunakan untuk difusi inovasi agar masyarakat mau menerima dan mengadopsi inovasi tersebut. Dalam forum pertemuan terjadi proses komunikasi langsung dimana komunikasi berjalan duaarah. Ada feedback yang dilontarkan oleh masyarakat saat proses sosialisasi berlangsung. 5. Setelah terjadi peoses difusi kemudian muncul efek baik primer maupun sekunder. Efek primer berupa pemahaman tentang Program Layanan Listrik Prabayar maupun langkah nyata berupa bermigrasinya pelanggan lama dari layanan pascabayar ke layanan prabayar, dan bagi pelanggan baru mereka lebih memilih menggunakan Program Layanan Listrik Prabayar. Sedangkan efek sekunder berupa perubahan pengetahuan, perilaku, maupun sikap dari masyarakat kota Surakarta tentang Program Layanan Listrik Prabayar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 147
6. Dalam penerimaan Program Layanan Listrik Prabayar, waktu yang dibutuhkan masyarakat berbeda-beda satu sama lain. Ada yang cepat menerima, ada pula yang memerlukan waktu lebih lama untuk bisa menerima program tersebut. Hal ini tak terlepas dari latar belakang pendidikan, sosial, ekonomi, dan pengalaman. 7. Poses difusi atau penyebaran menimbulkan adopsi ataupun penolakan
terhadap program tersebut. Dari hasil penelitian, masyarakat kota Surakarta menerima atau mengadopsi Program Layanan Listrik Prabayar dengan semua konsekuensi yang ditanggung. Namun, dalam proses adopsi tidak serta merta semua masyarakat langsung menerima. Ada beberapa tahapan yang dilalui dalam proses ini. Tahapan adopsi antara masing‐masing individu berbeda‐beda.
8. Tahap – tahap adopsi tidak selalu dimulai dari tahap pengetahuan (knowledge), persuasi (persuasion), keputusan (decisions), implementasi (implementation), konfirmasi (confirmation) yang terjadi secara berurutan. Proses adopsi di bidang Program Layanan Listrik Prabayar bisa terjadi dimulai dari tahap konfirmasi (Confirmation). Pada proses adopsi Program Layanan Listrik Prabayar sebagian besar masyarakat terjadi pada tahap konfirmasi (Confirmation). Hal ini terjadi dikarenakan awalnya mereka mengambil keputusan menerima inovasi Program Layanan Listrik Prabayar dimulai dari keterpaksaan. Akan tetapi, setelah merasakan manfaat dan nilai tambah dari inovasi Program Layanan Listrik Prabayar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 148
mereka
memutuskan
untuk
tetap
menggunakan
Layanan
Listrik
Prabayar. 9. Pada penelitan ini narasumber dapat dipetakan menjadi beberapa golongan, yaitu innovator, Early Adopters (Perintis/Pelopor), Early Majority (Pengikut Dini), Late Majority (Pengikut Akhir), Laggards (Kelompok Kolot/Tradisional). Penelitian difusi yang ada umumya menunjukkan bahwa pengadopsian inovasi di dalam suatu system social mengikuti kurva normal berbentuk lonceng jika diukur dari banyaknya pengadopsi dari waktu ke waktu.
B. SARAN 1. Untuk difusi Program Layanan Listrik Prabayar sebaiknya ditambah dalam sosialisasi penggunaan media massa, terutama media televisi. Sosialisasi di berbagai media diintensifkan agar masyarakat lebih memahami Program Layanan Listrik Prabayar. Selama ini banyak pelanggan yang mengetahui Program Layanan Listrik Prabayar setelah mereka mengalami pemutusan listrik karena belum membayar tagihan listrik selama beberapa bulan. Harapannya pelanggan mengetahui Program Layanan Listrik Prabayar, sebelum mereka mengalami pemutusan listrik. 2. Kegiatan difusi yang berbentuk pertemuan langsung (face to face) hendaknya dibuat semenarik mungkin agar minat untuk mengikuti Program Layanan Listrik Prabayar lebih besar sehingga tujuan Program Layanan Listrik Prabayar dapat segera tercapai.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 149
3. Apabila ada penelitian lanjutan dari Program Layanan Listrik Prabayar sebaiknya mengkaji tentang studi evaluasi efektifitas proses difusi inovasi Program Layanan Listrik Prabayar atau Program Layanan Listrik Prabayar (control, input, process, product).
commit to user