PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENDEKATAN DIFUSI INOVASI DAN KOMUNIKASI PEMBANGUNAN Oleh : Dadan Mulyana
[email protected] Universitas Islam Bandung
Abstrak Pembangunan bukan saja berkaitan dengan aspek pembangunan fisik, namun juga berkaitan dengan berbagai aspek lainnya. Pembangunan haruslah dimaknai sebagai suatu upaya untuk mengubah kondisi yang kurang menguntungkan ke kondisi yang lebih menguntungkan dalam berbagai aspek kehidupan. Dewasa ini paradigma pembangunan yang dimungkinkan adalah paradigma Community Development yang merupakan salah satu prinsip pembangunan masyarakat yang berasas empowerment (pemberdayaan). Pemberdayaan sumber daya lokal terutama sumber daya manusianya akan menjadi tolak ukur kelancaran dan keberhasilan pembangunan saat ini. Pemberdayaan memberikan kemungkinan aplikasinya terhadap pemberdayaan manusianya (SDM) secara lebih dini, sebelum pemberdayaan tersebut diaplikasikan dalam upaya pembangunan apapun. Jika kita lihat sekarang ini pemberdayaan seolah masih tertuju pada masyarakat perkotaan (golongan kelas atas), padahal pembangunan suatu negara berkembang seperti Indonesia ini lebih memungkinkan dimulai dari SDM pedesaan (lokal), sehingga kekuatan pembangunan ada dipusat (ini) dari sifat suatu negara tertentu, yang dalam hal ini negara agraris. Pemberdayaan SDM pedesaan sejalan dengan konsep-konsep pembangunan sebagaimana tertuang dalam Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1999, tentang otonomi daerah setidaknya dapat menopang upaya implementasi paradigma pembangunan melalui pemberdayaan SDM dalam bidang agraris di wilayah pedesaan. Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata material dan spiritual berdasarkan pancasila. Tujuan tersebut hanyalah dapat dicapai apabila terdapat partisipasi dari seluruh lapisan masyarakat. Untuk itu diperlukan manusia-manusia yang sehat baik fisik, psikis maupun sosial. Untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat terhadap pembangunan memerlukan suatu pendekatan kemasyarakatan, antara lain dapat melalui komunikasi, informasi dan edukasi. Kata Kunci : Pemberdayaan, Difusi, Inovasi, Komunikasi, Pembangunan
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENDEKATAN DIFUSI INOVASI DAN KOMUNIKASI PEMBANGUNAN Oleh : Dadan Mulyana
I. Pendahuluan Pembangunan bukan saja berkaitan dengan aspek pembangunan fisik, namun juga berkaitan dengan berbagai aspek lainnya. Pembangunan haruslah dimaknai sebagai suatu upaya untuk mengubah kondisi yang kurang menguntungkan ke kondisi yang lebih menguntungkan dalam berbagai aspek kehidupan. Pola pembangunan di negara kita yang terlalu mengadopsi pola atau sistem pembangunan dari luar yang tentunya sangat berbeda segalanya dengan bangsa ini, baik dari aspek budaya, sosial, ekonomi, dan kondisi geografis alamiahnya. Kondisi sekarang tentunya sangat jauh apabila dibandingkan dengan salah satu makna dari pembangunan, yaitu bahwa dinamika yang terjadi dalam pembangunan secara sosiologis dapat
dipandang
sebagai suatu proses perbaikan (improvement),
pertumbuhan (growth) dan perubahan (change). (Christien & Robinson (1989:12). Dewasa ini paradigma pembangunan yang dimungkinkan adalah paradigma Community Development (Ife, 1996:12) yang merupakan salah satu prinsip pembangunan
masyarakat
yang
berasas
empowerment
(pemberdayaan).
Pemberdayaan sumber daya lokal terutama sumber daya manusianya akan menjadi tolak ukur kelancaran dan keberhasilan pembangunan saat ini. Pemberdayaan itu sendiri dapat dipandang sebagai suatu konsep yang lahir sebagai bagian dari perkembangan alam pikiran masyarakat dan kebudayaan barat, utamanya Eropa (Pranaka dan Vidhyandika Moeljarto, 1996: 45). Pemberdayaan memberikan kemungkinan aplikasinya terhadap pemberdayaan manusianya (SDM) secara lebih dini, sebelum pemberdayaan tersebut diaplikasikan dalam upaya pembangunan apapun. Jika kita lihat sekarang ini pemberdayaan seolah masih tertuju pada masyarakat perkotaan (golongan kelas atas), padahal pembangunan suatu negara berkembang seperti Indonesia ini lebih memungkinkan dimulai dari SDM pedesaan (lokal), sehingga kekuatan pembangunan ada dipusat (ini) dari sifat suatu negara tertentu, yang dalam hal ini negara agraris. Pemberdayaan sumber daya manusia akan lebih mengakar untuk melakukan pembangunan sosial, ekonomi, politik, budaya, dan pertahanan. Karena aspek-aspek pembangunan tidak akan terlepas dari faktor Human Resourses-nya. Sebagaimana
Pranaka & Vidhyandika (1996: 62) menjelaskan bahwa “Pemberdayaan mendorong terjadinya suatu proses perubahan sosial yang memungkinkan orang pingggiran yang tidak berdaya untuk memberikan pengaruh yang lebih besar di arena politik secara lokal maupun nasional”. Pemberdayaan SDM pedesaan yang di bawah bendera otonomi daerah ini sejalan dengan konsep-konsep pembangunan sebagaimana tertuang dalam Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1999, tentang otonomi daerah setidaknya dapat menopang upaya implementasi paradigma pembangunan melalui pemberdayaan SDM dalam bidang agraris di wilayah pedesaan. Pembangunan nasional tujuannya adalah mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata material dan spiritual berdasarkan pancasila. Tujuan tersebut hanyalah dapat dicapai apabila terdapat partisipasi dari seluruh lapisan masyarakat. Untuk bisa berperan aktif dalam pembangunan, tentunya diperlukan manusia-manusia yang sehat baik fisik, psikis maupun sosial. Untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat terhadap pembangunan memerlukan suatu pendekatan kemasyarakatan. Menurut Siregar (1986 : 23), Pendekatan kemasyarakatan antara lain dapat melalui komunikasi, informasi dan edukasi. Hal ini dapat melalui komunikasi, informasi pembangunan dengan pendekatan difusi inovasi.” Berdasarkan fenomena tersebut, maka pengkajian masalah ini lebih difokuskan pada aspek difusi inovasi, terutama dalam memperkenalkan perilaku sehat di masyarakat II. RUMUSAN DAN IDENTIFIKASI MASALAH Pada pembahasan ini penulis ingin memperoleh jawaban ilmiah dengan merumuskan masalah sebagai berikut : “Bagaimanakah pola penyebaran informasi kesehatan melalui difusi inovasi pada masyarakat pedesaan” Dari rumusan tersebut, dapatlah diidentifikasikan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah pola penyebaran informasi kesehatan melalui difusi inovasi kesehatan 2. Bagaimanakah peran komunikasi dalam merubah perilaku sehat masyarakat III. PEMBAHASAN 3.1. Penyebaran Informasi Kesehatan melalui Difusi Inovasi Kesehatan Difusi inovasi adalah salah satu teori yang menjelaskan tentang
peranan
komunikasi dalam pembangunan suatu bangsa. Karena itu pembahasannya berawal dari komunikasi pembangunan. (Siregar, 1986 : 21). Secara sederhana pembangunan adalah perubahan yang berguna menuju suatu sistem sosial dan ekonomi yang
diputuskan sebagai kehendak dari suatu bangsa. Menurut Beratha (1982 : 65), pada umumnya pembangunan diartikan sebagai “suatu usaha perubahan untuk menuju keadaan yang lebih baik berdasarkan norma-norma tertentu, perubahan tersebut adalah perubahan yang direncanakan dengan pendayagunaan potensi alam, manusia, dan sosial budaya”. Atau dapat pula dikatakan bahwa, pembangunan adalah “suatu jenis perubahan sosial dimana ide-idebaru diperkenalkan ke pada suatu sistem sosial untuk menghasilkan pendapatan per kapita dan tingkat kehidupan yang lebih tinggi melalui metode produksi yang lebih modern dan organisasi sosial yang lebih baik. Pembangunan adalah modernisasi pada tingkat sistem sosial.” Jadi, pembangunan pada intinya ditujukan untuk meningkatkan kebahagiaan manusia bukan saja secara material tetapi juga spitritual. Pembangunan adalah “suatu usaha perubahan dalam masyarakat menuju keadaan yang lebih baik atau modernitas. Media massa merupalan salah satu indikator modernitas atau pembangunan suatu bangsa.” Perkembangan teori difusi diawali oleh Gabriel Tarde (1903), yang merupakan salah seorang bapak sosiologi dan psikologi sosial. ( Siregar, 1986 : 24). Menurut Tarde, “inovasi pertama kali diadopsi oleh individu yang secara sosial terdekat pada sumber gagasan baru dan kemudian menyebar dari individu yang lebih tinggi statusnya ke yang lebih rendah”. Kemudian Tarde mengajukan salah satu hal terpenting dari hukum imitasinya yaitu :”makin mirif inovasi pada gagasan yang telah diterima, maka makin mungkin inovasi tersebut diadopsi. Difusi inovasi adalah penjelasan utama tentang perubahan perilaku manusia. penemuan dan peniruan adalah sebuah tindakan sosial elementer ( Siregar, 1986 : 24-25). Difusi inovasi yang menerpa mayarakat akan dapat merubah perilaku khalayak. Media massa merupakan salah satu media yang dapat menyebarkan inovasi tersebut. Inovasi merupakan segala sesuatu ide, cara-cara, ataupun objek yang dioperasikan oleh seseorang sebagai sesuatu yang baru. Inovasi dapat dirumuskan sebagai “segala perubahan yang dirasakan sebagai sesuatu yang baru oleh masyarakat yang mengalaminya. Menurut Nasution (1996 : 13), dalam penerimaan suatu inovasi, biasanya seseorang melalui sejumlah tahapan yang disebut Tahapan Putusan Inovasi, yaitu : a. Tahap Pengetahuan Tahap dimana seseorang sadar, tahu, bahwa ada sesuatu inovasi. b. Tahap Bujukan Tahap ketika seseorang sedang mempertimbangkan, atau sedang membentuk sikap terhadap inovasi yang lebih diketahuinya tadi, apakah ia menyukainya atau tidak.
c. Tahap Putusan Tahap dimana seseorang membuat putusan apakah menerima atau menolak inovasi yang dimaksud. d. Tahap Implementasi Tahap seseorang melaksanakan keputusan yang telah dibuatnya mengenai sesuatu inovasi. e. Tahap Pemastian Tahap seseorang memastikan atau mengkonfirmasikan putusan yang telah diambilnya tersebut. Masyarakat sebagai tempat individu berinteraksi selalu berubah dan berkembang.
Dalam
perkembangannya,
masyarakat
mengalami
perubahan-
perubahan baik yang berlangsung secara cepat maupun yang berlangsung secara lambat, baik yang direncanakan maupun yang tidak direncanakan, baik yang dikehendaki maupun yang tidak dikehendaki. Perubahan masyarakat pada umumnya dapat dilakukan dengan berbagai cara.
Menurut Soesanto (1979 : 33), cara-cara
tersebut adalah : a. Persuasion, yaitu teknik persuasi/membujuk orang lain. b. Compulsion, yaitu
teknik pengadaan situasi sedemikian rupa sehingga orang
terpaksa secara tidak langsung mengubah sikapnya. c. Pervasion, yaitu teknik dengan mengulang apa yang diharapkan akan masuk dalam bidang bawah sadar seseorang sehingga ia mengubah sikap diri sesuai dengan apa yang diulang. d. Coersion, yaitu memaksa secara langsung pengadaan perubahan sikap, dengan adanya hukuman fisik maupun materi. Jadi pada dasarnya perubahan itu bisa dilaksanakan dengan dua cara, yaitu : dengan cara persuasif, dan dengan cara koersif / paksaan. Salah satu pemanfaatan dari perubahan ini adalah pembangunan, yang dalam intinya ditujukan untuk meningkatkan kebahagiaan manusia bukan saja secara material tetapi juga spiritual. Pembangunan dapat dilihat sebagai perubahan sosial. Perubahan sosial dapat diartikan sebagai segala perubahan pada lembaga-lembaga sosial, perubahan dalam struktur dalam susunan masyarakat. Perubahan sosial dapat juga diartikan karena adanya perubahan-perubahan sistem-sistem komunikasi dalam masyarakat, adanya perubahan-perubahan interaksi dan relasi-relasi sosial, sistem relasinya, pola antar hubungan, dan sebagainya. Dengan demikian perubahan sosial merupakan sebagian perubahan kebudayaan. Perubahan-perubahan sosial dan kebudayaan pada suatu masyarakat, pada umumnya disebabkan oleh faktor yang bersumber dari luar masyarakat dan faktor yang bersumber dari dalam masyarakat itu sendiri. Menurut
Wilbur Schramm ( dalam Depari, 1982 : 40), “dalam meningkatkan perubahan sosial ini ada beberapa tugas yang dapat dilakukan oleh media massa dan ada tugas yang tidak dapat dilakukan oleh media massa. Ada pula tugas yang dapat dilakukan oleh media massa bersama-sama dengan komunikasi antar pribadi.” Perubahan sosial terjadi dalam setiap masyarakat. Bagi suatu negara yang sedang berkembang perubahan tersebut juga merupakan proses modernisasi (Siregar, 1986 : 31). Modernisasi menunjukkan keadaan gerak menuju modern. Menurut Lerner ( dalam Nasution, 1996 :43 ), modernisasi suatu bangsa dimulai dari terjadinya urbanisasi yang kemudian
urbanisasi menyebabkan meningkatnya melek huruf.
Selanjutnya meningkatkan penggunaan media dan akhirnya meningkatkan partisipasi politik masyarakat. Inkeles menulis berbagai buku dan artikel tentang ide “manusia modern”. Menurut Inkeles, manusia modern akan memiliki berbagai karakteristik pokok berikut ini : a. Terbuka terhadap pengalaman baru. Ini berarti, bahwa manusia modern selalu berkeinginan untuk mencari sesuatu yang baru. b. Manusia modern akan memiliki sikap untuk semakin independen terhadap berbagai bentuk otoritas tradisional, seperti orang tua, kepala suku (etnis), dan raja. c. Manusia modern percaya terhadap ilmu pengetahuan, termasuk percaya akan kemampuannya untuk menundukkan alam semesta. d. Manusia modern memiliki orientasi mobilitas dan ambisi hidup yang tinggi. Mereka berkehendak untuk meniti tangga jenjang pekerjaannya. e. Manusia modern memiliki rencana jangka panjang. Mereka selalu merencanakan sesuatu jauh di depan dan mengetahui apa yang akan mereka capai dalam waktu lima tahun kedepan, misalnya. f.
Manusia modern aktif terlibat dalam percaturan politik. Mereka bergabung dengan berbagai
organisasi
kekeluargaan
dan
berpartisipasi
aktif
dalam
urusan
masyarakat lokal. (dalam Suwarsono, 2000 : 31). Teori perubahan sosial, menurut Siregar (1986:33), menjadi awal dari teori inovasi yang kemudian dikembangkan Roger menjadi teori difusi inovasi yang banyak digunakan dalam komunikasi pembangunan. Teori perubahan sosial ini mempengaruhi lahirnya teori transisi demografis dalam bidang kependudukan (Roger 1973, Coaley 1979). Ajaran interaksi simbolis yang dipelopori William James dan John Dewey terutama dipengaruhi oleh pragmatisme. Ajaran ini berpusat pada gagasan peniruan yang memberi tempat pada sikap dan makna (Martindale, 1962). Ajaran ini diturunkan oleh Albert Bandura menjadi teori belajar sosial dalam ilmu psikologi (Bandura, 1973,
1977). Teori belajar sosial dikembanghkan oleh Alexis Tan dalam bidang komunikasi massa (Tan, 1981). 2. Peranan Komunikasi dalam Merubah Perilaku Sehat Masyarakat Komunikasi merupakan sebuah proses sistem dimana individu saling berinteraksi dan menggunakan simbol untuk mengkreasikan dan menginterprestasikan arti. Ada 4 aspek penting yang tercakup didalamnya, yakni : a. Proses. Komunikasi adalah proses, artinya komunikasi selalu berjalan dan bergerak, yang mengalami perubahan secara terus nenerus. b. Sistem. Komunikasi merupakan susatu sistem. Sistem yang secara konsisten menjalin hubungan dengan bagian yang lain. c. Simbolik. Komunikasi adalah simbol. Simbol merupakan sesuatu yang abstrak dan dapat menimbulkan banyak interprestasi. d. Arti. Arti secara signifikan dimaksudkan
sebuah fenomena.
Komunikasi
mempunyai dua tingkatan arti, yaitu content level of meaning dan relationship level of meaning. Content level of meaning adalah Relationship level of meaning
arti yang terkait
secara literal.
mengekspresikan hubungan antara komunikator
untuk menjalin persahabatan. Masyarakat sebagai suatu sistem, menurut Spencer dalam Paloma, mengalami perubahan. Perubahan yang terjadi pada suatu bagian akan menyebabkan perubahan pada bagian yang lain dan pada akhirnya akan menyebabkan perubahan di dalam sistem secara keseluruhan. (Spencer dalam Paloma, 1992 : 24). Lebih lanjut ia mengatakan bahwa
masyarakat sebagai suatu sistem mengalamai perubahan ,
dimana perubahan ini disebabkan oleh adanya pertambahan dalam ukuran, maka struktur sosial akan semakin besar dan secara otomatis semakin banyak pula bagianbagiannya. Bagian-bagian yang ada dalam struktur tersebut memiliki fungsi dan tujuannya masing-masing. Masyarakat sebagai suatu sistem terdiri dari subsistem yang mempunyai fungsinya masing-masing, dimana dengan fungsinya ini akan berperan dalam proses perubahan yang terjadi. Menurut Wilbert Moore (dalam Lauer,1933:4) perubahan masyarakat
adalah perubahan penting dari struktur sosial, dimana perubahan dapat
terjadi melalui nilai, norma, dan fenomena kultur. Masyarakat sebagai suatu sistem, menurut Spencer dalam Paloma, mengalami perubahan. Perubahan yang terjadi pada suatu bagian akan menyebabkan perubahan pada bagian yang lain dan pada akhirnya akan menyebabkan perubahan di dalam sistem secara keseluruhan. (Spencer dalam Paloma, 1992 : 24). Lebih lanjut ia mengatakan bahwa
masyarakat sebagai suatu
sistem mengalamai perubahan, dimana perubahan ini disebabkan oleh adanya
pertambahan dalam ukuran, maka struktur sosial akan semakin besar dan secara otomatis semakin banyak pula bagian-bagiannya. Bagian-bagian yang ada dalam struktur tersebut memiliki fungsi dan tujuannya masing-masing. Menurut Aguste Comte seperti dijelaskan Zeitlin (1995:3) perubahan yang terjadi pada suatu masyarakat akan mengikuti pola yang pasti atau linier dalam arti bahwa perubahan itu selalu bergerak ke arah kemajuan. Dengan demikian, maka penyebab
suatu perubahan
dapat
bermacam-macam. Menurut Comte perubahan dapat berupa : a. Inovasi (penemuan baru atau pembaharuan) b. Adaptasi (penyelesaian secara sosial budaya), dan c. Adopsi (penggunaan dari penemuan baru teknologi) Masyarakat sebagai suatu sistem, terdiri dari beberapa sub sistem, termasuk di dalamnya komunikasi. Kegiatan komunikasi mampu menciptakan daya rangsang yang sangat tinggi dalam mempengaruhi sikap, tingkah laku dan pola pikir khalayknya ,yang pada akhirnya menmyebabkan banyaknya perubahan dalam masyarakat”. Masyarakat sebagai khalayak sasaran kegiatan komunikasi pada umumnya memang sulit untuk didefinisikan mengingat khalayak itu sangat berbeda karakteristiknya. Khalayak bisa anak muda atau orang tua dan bisa siapa saja tanpa dibatasi segmen usianya. Oleh karena itu masing-masing individu sebagai anggota khalayak memiliki perbedaan-perbedaan baik secara fisik maupun mental. Agar kegiatan
penyampaian informasi bisa efektif,
seharusnya penyajian
pesan yang disampaikannya dikemas sedemikian rupa sehingga
menarik untuk
ditonton/didengar/dibaca. Selain itu juga pemilihan komunikator yang tepat, waktu penayangan yang sesuai, isi pesan yang menarik dan mudah dimengerti. Apabila faktor-faktor tersebut diperhatikan, maka komunikasi yang dilakukan akan efektif. Ciriciri komunikasi yang efektif menurut Stewart L. Tubbs & Sylvia Moss paling tidak menimbulkan lima hal, yaitu : a. Pengertian Pengertian artinya penerimaan yang cermat dari isi stimuli seperti dimaksud oleh komunikator. Kegagalan menerima isi pesan secara cermat disebut kegagalan komunikasi primer (primary break down in communication). Untuk menghindari hal ini kita perlu memahami paling tidak psikologi pesan dan psikologi komunikator. b. Kesenangan Tidak semua komunikasi ditujukan untuk menyampaikan informasi dan membentuk pengertian. Ketika kita mengucapkan “Selamat pagi, apa kabar ?”, kita tidak bermaksud
mencari
keterangan.
Komunikasi
itu
hanya
dilakukan
untuk
mengupayakan agar orang lain merasa apa yang disebut Analisis Transaksional sebagai “Saya Oke-Kamu Oke”. Komunikasi ini lazim disebut komunikasi fatis
(phatic
communication),
Komunikasi
inilah
yang
dimaksudkan menjadikan
untuk hubungan
menimbulkan kita
hangat,
kesenangan. akrab,
dan
menyenangkan. Ini memerlukan psikologi tentang sistem komunikasi interpersonal. c. Mempengaruhi Sikap Kegiatan komunikasi yang dilakukan ada pula yang bertujuan untuk mempengaruhi orang lain. Misalnya , Guru ingin mengajak muridnya untuk lebih mencintai ilmu pengetahuan.
Pemasang
iklan
ingin
merangsang
selera
konsumen
dan
mendesaknya untuk membeli, dan sebagainya yang semuanya itu merupakan komunikasi persuasif. Komunikasi persuasif memerlukan
pemahaman tentang
faktor-faktor pada diri komunikator, dan pesan yang menimbulkan efek pada komunikate. Persuasif didefinisikan sebagai “proses mempengaruhi pendapat, sikap, dan tindakan orang dengan menggunakan manipulasi psikologis sehingga orang tersebut bertindak seperti atas kehendaknya sendiri. d. Hubungan Sosial yang Baik Komunikasi juga ditujukan untuk menumbuhkan hubungan sosial yang baik. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak tahan hidup sendiri. Kita ingin berhubungan dengan orang lain secara positif. Abraham Maslow menyebutnya “kebutuhan akan cinta” atau “belongingness”. William Schutz memerinci kebutuhan sosial ini ke dalam tiga hal, yaitu inclusion, control, dan affection. Kebutuhan sosial adalah kebutuhan untuk menumbuhkan dan mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan orang lain dalam hal interaksi dan asosiasi (inclusion), pengendalian dan kekuasaan (control), dan cinta serta kasih sayang (affection). Secara singkat, kita ingin bergabung dan berhubungan dengan orang lain, kita ingin mengendalikan dan dikendalikan, dan kita ingin mencintai dan dicintai. Kebutuhan sosial ini hanya dapat dipenuhi dengan komunikasi interpersonal yang efektif. Bila orang gagal menumbuhkan hubungan interpersonal, menurut Vance Packard, ia akan menjadi agresif, senang berkhayal, “dingin”, sakit fisik dan mental, dan menderita “flight syndrome” (ingin melarikan diri dari lingkungannya). e. Tindakan Disamping sebagai komunikasi untuk mempengaruhi sikap, persuasi juga ditujukan untuk melahirkan tindakan yang dikehendaki. Komunikasi untuk menimbulkan pengertian memang sukar, tetapi lebih sukar lagi mempengaruhi sikap. Jauh lebih sukar lagi mendorong orang untuk bertindak. Tetapi efektivitas komunikasi biasanya diukur dari tindakan nyata yang dilakukan komunikate. Kampanye KB berhasil bila akseptor mulai menyediakan diri untuk dipasang AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim). Propaganda suatu partai politik efektif bila sekian juta
memilih mencoblos lambang parpol itu. Pemasang iklan sukses bila orang membeli barang yang ditawarkan. Mubaligh pun boleh bergembira bila orang beramai-ramai buka saja menghadiri masjid, tetapi juga mendirikan salat. Menimbulkan tindakan nyata
memang
indikator
efektivitas
yang
paling
penting.
Karena
untuk
menimbulkan tindakan, kita harus berhasil lebih dahulu menanamkan pengertian, membentuk dan mengubah sikap atau menumbuhkan hubungan yang baik. Tindakan adalah hasil kumulatif seluruh proses komunikasi. Ini bukan saja memerlukan pemahaman tentang seluruh mekanisme psikologis yang terlibat dalam proses komunikasi, tetapi juga faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku manusia. Peran media massa dalam pembangunan kesehatan sangatlah penting. Schramm mengatakan bahwa “peranan media massa dalam pembangunan ada yang dapat dilaksanakan secara langsung oleh media, dan ada juga yang tidak dapat dilaksanakan secara langsung oleh media, tetapi harus dikombinasikan dengan bentuk komunikasi antar pribadi agar penyampaian pesan bisa berhasil dengan baik” (Schramm dalam Depari, 1982:40). Media massa berfungsi menyampaikan informasi kepada khalayaknya. Dengan media massa, masyarakat dapat memperoleh informasi tentang benda, orang, atau tempat yang tidak dialami secara langsung. Realitas yang ditampilkan media adalah realitas yang sudah diseleksi-realitas tangan kedua (second hand reality). Payahnya, karena kita tidak dapat – dan tidak sempat mengecek peristiwa-perisrtiwa yang disajikan media, kita cenderung memperoleh informai itu semata-mata berdasarkan pada apa yang dilaporkan media massa. Kita membentuk citra tentang lingkungan sosial berdasarkan realitas kedua yang ditampilkan media massa.
IV. PENUTUP Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Pembangunan kesehatan di Indonesia sejak awal diarahkan kepada upaya meningkatkan mutu sumber daya manusia yang sehat, kualitas kehidupan dan usia harapan hidup manusia, meningkatkan kesejahteraan keluarga dan masyarakat, serta untuk mempertinggi kesadaran akan pentingnya hidup sehat. “Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan memberikan prioritas kepada upaya peningkatan kesehatan
dan pencegahan penyakit disamping penyembuhan dan pemeliharaan
kesehatan.”(Depkessos RI, 1999 : 41) Supaya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan tumbuh, maka perlu adanya penyampaian informasi kesehatan kepada masyarakat. Masyarakat perlu diberi informasi tentang pola hidup sehat. Dengan demikian diharapkan pengetahuan
masyarakat mengenai kesehatan menjadi bertambah, yang pada gilirannya diharapkan terjadi perubahan dari yang tadinya berperilaku tidak sehat menjadi berperilaku sehat. Agar kegiatan penyampaian informasi bisa efektif, seharusnya penyajian pesan yang disampaikannya
dikemas
sedemikian
rupa
sehingga
menarik
untuk
ditonton/didengar/dibaca. Selain itu juga pemilihan komunikator yang tepat, waktu penayangan yang sesuai, isi pesan yang menarik dan mudah dimengerti. Oleh karena itu, agar penyampaian informasi kesehatan bisa diterima oleh masyarakat perlu adanya pengkombinasian penggunaan bentuk komunikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Beratha, Nyoman I.(2012). Desa, Masyarakat Desa, dan Pembangunan Desa. Jakarta : Ghalia Indonesia. Christension James A., & Jerry W. Robonson, JR.. (1989). Community Development in Perspective. USA: Iowa State University. Depari, Edward. (1982). Peranan Komunikasi Massa dalam Pembangunan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Depkessos RI. (1999). Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010. Jakarta. Ife, Jim. (1996). Community Development: Creating Community Alternatives-vision, Analysis and Practice. Australia: Longman. Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1999, tentang Otonomi Daerah Lauer, Robert.H. (1993). Perspektif tentang Perubahan Sosial. Jakarta : Rineka Cipta. Nasution, Zulkarimein. (2006). Komunikasi Pembangunan, Pengenalan teori dan Penerapannya. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Paloma, Margaret.M. (1992). Sosiologi Kontemporer. Jakarta : Rajawali Press. Prijono, Onny S., dan A. M. W. Pranarka. (1996). Pemberdayaan, Kebijakan dan Implementasi. Jakarta: CSIS. Siregar, Barita, E. (1986). Peranan Media Massa dalam Membentuk Tanggapan Generasi Muda tentang Keluarga Berencana di Kotamadya Bandung. Tesis Magister Sains pada Program Pascasarjana UNPAD. Suwarsono. (2000). Perubahan Sosial dan Pembangunan. Jakarta : P.T. Pustaka LP3ES, Susanto, Astrid, S. (1979). Komunikasi dalam Teori dan Praktek I. Bandung : Binacipta. Undang Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan Zeitlin, Irving M. (2005). Memahami Kembali Sosiologi : Kritik terhadap Teori Sosiologi Kontemporer. Yogyakarta : Gadjah mada University Press.
RINGKASAN MAKALAH :
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENDEKATAN DIFUSI INOVASI DAN KOMUNIKASI PEMBANGUNAN Oleh : Dadan Mulyana
Abstrak Dewasa ini paradigma pembangunan yang dimungkinkan adalah paradigma Community Development yang merupakan salah satu prinsip pembangunan masyarakat yang berasas empowerment (pemberdayaan). Pemberdayaan sumber daya lokal terutama sumber daya manusianya akan menjadi tolak ukur kelancaran dan keberhasilan pembangunan saat ini. Pemberdayaan memberikan kemungkinan aplikasinya terhadap pemberdayaan manusianya (SDM) secara lebih dini, sebelum pemberdayaan tersebut diaplikasikan dalam upaya pembangunan apapun.
Jika kita lihat sekarang ini pemberdayaan seolah masih tertuju pada masyarakat perkotaan (golongan kelas atas), padahal pembangunan suatu negara berkembang seperti Indonesia ini lebih memungkinkan dimulai dari SDM pedesaan (lokal), sehingga kekuatan pembangunan ada dipusat (ini) dari sifat suatu negara tertentu, yang dalam hal ini negara agraris.
Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata material dan spiritual berdasarkan pancasila. Tujuan tersebut hanyalah dapat dicapai apabila terdapat partisipasi dari seluruh lapisan masyarakat. Untuk itu diperlukan manusia-manusia yang sehat baik fisik, psikis maupun sosial. Untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat terhadap pembangunan memerlukan suatu pendekatan kemasyarakatan, antara lain dapat melalui komunikasi, informasi dan edukasi.
Dewasa ini paradigma pembangunan yang dimungkinkan adalah paradigma Community Development (Ife, 1996:12) yang merupakan salah satu prinsip pembangunan masyarakat yang berasas empowerment (pemberdayaan).
Pemberdayaan sumber daya lokal terutama sumber daya manusianya akan menjadi tolak ukur kelancaran dan keberhasilan pembangunan saat ini. Pemberdayaan itu
sendiri dapat dipandang sebagai suatu konsep yang lahir sebagai bagian dari perkembangan alam pikiran masyarakat dan kebudayaan barat, utamanya Eropa (Pranaka dan Vidhyandika Moeljarto, 1996: 45). Pemberdayaan memberikan kemungkinan aplikasinya terhadap pemberdayaan manusianya (SDM) secara lebih dini, sebelum pemberdayaan tersebut diaplikasikan dalam upaya pembangunan apapun. Jika kita lihat sekarang ini pemberdayaan seolah masih tertuju pada masyarakat perkotaan (golongan kelas atas), padahal pembangunan suatu negara berkembang seperti Indonesia ini lebih memungkinkan dimulai dari SDM pedesaan (lokal), sehingga kekuatan pembangunan ada dipusat (ini) dari sifat suatu negara tertentu, yang dalam hal ini negara agraris. Pemberdayaan sumber daya manusia akan lebih mengakar untuk melakukan pembangunan sosial, ekonomi, politik, budaya, dan pertahanan. Karena aspek-aspek pembangunan tidak akan terlepas dari faktor Human Resourses-nya. Sebagaimana Pranaka & Vidhyandika (1996: 62) menjelaskan bahwa “Pemberdayaan mendorong terjadinya suatu proses perubahan sosial yang memungkinkan orang pingggiran yang tidak berdaya untuk memberikan pengaruh yang lebih besar di arena politik secara lokal maupun nasional”. Untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat terhadap pembangunan memerlukan suatu pendekatan kemasyarakatan. Menurut Siregar (1986 : 23), Pendekatan kemasyarakatan antara lain dapat melalui komunikasi, informasi dan edukasi. Hal ini dapat melalui komunikasi, informasi pembangunan dengan pendekatan difusi inovasi.”
Berdasarkan fenomena tersebut, maka pengkajian masalah ini lebih difokuskan pada aspek difusi inovasi, terutama dalam memperkenalkan perilaku sehat di masyarakat
II. RUMUSAN Pada pembahasan ini penulis ingin memperoleh jawaban ilmiah dengan merumuskan masalah sebagai berikut : “Pengaruh penyebaran informasi melalui difusi inovasi terhadap Pemberdayaan masyarakat pedesaan”
III. METODE PENELITIAN Penelitian ipenelitian yang digunakan untuk memcahkan masalah ini adalah metode survei. Metode survei adalah suatu penelitian yang dilakukan melalui pengambilan
sampel dan populasi yang diamati, dalam hal ini kuesioner digunakan sebagai alat utama pengumpulan data (Singarimbun dan Efendi). Dalam penelitian ini diambil sampel sebanyak 120 orang yang diambil melalui teknik pengambilan sampel ”Multi Stage Cluster Sampling” Pada penelitian ini variabel yang diteliti sebanyak 2 variabel yaitu variabel X dan variabel Y. Variabel X : Penyebaran informasi kesehatan melalui difusi inovasi dan variabel Y : Pemberdayaan masyarakat IV. PENGUJIAN HIPOTESIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Penyebaran Informasi Kesehatan melalui Difusi Inovasi Kesehatan Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh angka t hitung = 7,4 dan t tabel = 1,7. Artinya H-0 ditolah dan H-1 diterima dengan nilai lfa sebesar 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa
penyebaran
informasi
memiliki
pengaruh
secara
signifilan
terhadap
pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat lebih dimungkinkan melalui difusi inovasi.
Difusi inovasi adalah salah satu teori yang menjelaskan tentang
peranan
komunikasi dalam pembangunan suatu bangsa. Karena itu pembahasannya berawal dari komunikasi pembangunan. (Siregar, 1986 : 21). Menurut Tarde, “inovasi pertama kali diadopsi oleh individu yang secara sosial terdekat pada sumber gagasan baru dan kemudian menyebar dari individu yang lebih tinggi statusnya ke yang lebih rendah”. Kemudian Tarde mengajukan salah satu hal terpenting dari hukum imitasinya yaitu :”makin mirif inovasi pada gagasan yang telah diterima, maka makin mungkin inovasi tersebut diadopsi. Difusi inovasi adalah penjelasan utama tentang perubahan perilaku manusia. penemuan dan peniruan adalah sebuah tindakan sosial elementer ( Siregar, 1986 : 24-25).
Difusi inovasi yang menerpa mayarakat akan dapat merubah perilaku khalayak. Media massa merupakan salah satu media yang dapat menyebarkan inovasi tersebut. Inovasi merupakan segala sesuatu ide, cara-cara, ataupun objek yang dioperasikan oleh seseorang sebagai sesuatu yang baru. Inovasi dapat dirumuskan sebagai “segala perubahan yang dirasakan sebagai sesuatu yang baru oleh masyarakat yang mengalaminya.
Menurut Nasution (1996 : 13), dalam penerimaan suatu inovasi, biasanya seseorang melalui sejumlah tahapan yang disebut Tahapan Putusan Inovasi, yaitu :
f.
Tahap Pengetahuan Tahap dimana seseorang sadar, tahu, bahwa ada sesuatu inovasi.
g. Tahap Bujukan Tahap ketika seseorang sedang mempertimbangkan, atau sedang membentuk sikap terhadap inovasi yang lebih diketahuinya tadi, apakah ia menyukainya atau tidak. h. Tahap Putusan Tahap dimana seseorang membuat putusan apakah menerima atau menolak inovasi yang dimaksud. i.
Tahap Implementasi Tahap seseorang melaksanakan keputusan yang telah dibuatnya mengenai sesuatu inovasi.
j.
Tahap Pemastian Tahap seseorang memastikan atau mengkonfirmasikan putusan yang telah diambilnya tersebut.
2. Peranan Komunikasi dalam Merubah Perilaku Sehat Masyarakat Komunikasi merupakan sebuah proses sistem dimana individu saling berinteraksi dan menggunakan simbol untuk mengkreasikan dan menginterprestasikan arti. Ada 4 aspek penting yang tercakup didalamnya, yakni : e. Proses. Komunikasi adalah proses, artinya komunikasi selalu berjalan dan bergerak, yang mengalami perubahan secara terus nenerus. f.
Sistem. Komunikasi merupakan susatu sistem. Sistem yang secara konsisten menjalin hubungan dengan bagian yang lain.
g. Simbolik. Komunikasi adalah simbol. Simbol merupakan sesuatu yang abstrak dan dapat menimbulkan banyak interprestasi. h. Arti. Arti secara signifikan dimaksudkan
sebuah fenomena.
Komunikasi
mempunyai dua tingkatan arti, yaitu content level of meaning dan relationship level of meaning. Content level of meaning adalah Relationship level of meaning
arti yang terkait
secara literal.
mengekspresikan hubungan antara komunikator
untuk menjalin persahabatan. Masyarakat sebagai suatu sistem, menurut Spencer dalam Paloma, mengalami perubahan. Perubahan yang terjadi pada suatu bagian akan menyebabkan perubahan pada bagian yang lain dan pada akhirnya akan menyebabkan perubahan di dalam sistem secara keseluruhan. (Spencer dalam Paloma, 1992 : 24). Lebih lanjut ia mengatakan bahwa
masyarakat sebagai suatu sistem mengalamai perubahan ,
dimana perubahan ini disebabkan oleh adanya pertambahan dalam ukuran, maka
struktur sosial akan semakin besar dan secara otomatis semakin banyak pula bagianbagiannya. d. Masyarakat sebagai suatu sistem, terdiri dari beberapa sub sistem, termasuk di dalamnya komunikasi. Kegiatan komunikasi mampu menciptakan daya rangsang yang sangat tinggi dalam mempengaruhi sikap, tingkah laku dan pola pikir khalayknya ,yang pada akhirnya menmyebabkan banyaknya perubahan dalam masyarakat”.
Ciri-ciri komunikasi yang efektif menurut Stewart L. Tubbs & Sylvia Moss paling tidak menimbulkan lima hal, yaitu : f.
Pengertian Pengertian artinya penerimaan yang cermat dari isi stimuli seperti dimaksud oleh komunikator. Kegagalan menerima isi pesan secara cermat disebut kegagalan komunikasi primer (primary break down in communication). Untuk menghindari hal ini kita perlu memahami paling tidak psikologi pesan dan psikologi komunikator.
g. Kesenangan Tidak semua komunikasi ditujukan untuk menyampaikan informasi dan membentuk pengertian. Ketika kita mengucapkan “Selamat pagi, apa kabar ?”, kita tidak bermaksud
mencari
keterangan.
Komunikasi
itu
hanya
dilakukan
untuk
mengupayakan agar orang lain merasa apa yang disebut Analisis Transaksional sebagai “Saya Oke-Kamu Oke”. Komunikasi ini lazim disebut komunikasi fatis (phatic
communication),
Komunikasi
inilah
yang
dimaksudkan menjadikan
untuk hubungan
menimbulkan kita
hangat,
kesenangan. akrab,
dan
menyenangkan. Ini memerlukan psikologi tentang sistem komunikasi interpersonal. h. Mempengaruhi Sikap Kegiatan komunikasi yang dilakukan ada pula yang bertujuan untuk mempengaruhi orang lain. Misalnya , Guru ingin mengajak muridnya untuk lebih mencintai ilmu pengetahuan.
Pemasang
iklan
ingin
merangsang
selera
konsumen
dan
mendesaknya untuk membeli, dan sebagainya yang semuanya itu merupakan komunikasi persuasif. Komunikasi persuasif memerlukan
pemahaman tentang
faktor-faktor pada diri komunikator, dan pesan yang menimbulkan efek pada komunikate. Persuasif didefinisikan sebagai “proses mempengaruhi pendapat, sikap, dan tindakan orang dengan menggunakan manipulasi psikologis sehingga orang tersebut bertindak seperti atas kehendaknya sendiri. i.
Hubungan Sosial yang Baik
Komunikasi juga ditujukan untuk menumbuhkan hubungan sosial yang baik. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak tahan hidup sendiri. Kita ingin berhubungan dengan orang lain secara positif. Abraham Maslow menyebutnya “kebutuhan akan cinta” atau “belongingness”. William Schutz memerinci kebutuhan sosial ini ke dalam tiga hal, yaitu inclusion, control, dan affection. Kebutuhan sosial adalah kebutuhan untuk menumbuhkan dan mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan orang lain dalam hal interaksi dan asosiasi (inclusion), pengendalian dan kekuasaan (control), dan cinta serta kasih sayang (affection). Secara singkat, kita ingin bergabung dan berhubungan dengan orang lain, kita ingin mengendalikan dan dikendalikan, dan kita ingin mencintai dan dicintai. Kebutuhan sosial ini hanya dapat dipenuhi dengan komunikasi interpersonal yang efektif. Bila orang gagal menumbuhkan hubungan interpersonal, menurut Vance Packard, ia akan menjadi agresif, senang berkhayal, “dingin”, sakit fisik dan mental, dan menderita “flight syndrome” (ingin melarikan diri dari lingkungannya). j.
Tindakan Disamping sebagai komunikasi untuk mempengaruhi sikap, persuasi juga ditujukan untuk melahirkan tindakan yang dikehendaki. Komunikasi untuk menimbulkan pengertian memang sukar, tetapi lebih sukar lagi mempengaruhi sikap. Jauh lebih sukar lagi mendorong orang untuk bertindak. Tetapi efektivitas komunikasi biasanya diukur dari tindakan nyata yang dilakukan komunikate. Kampanye KB berhasil bila akseptor mulai menyediakan diri untuk dipasang AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim). Propaganda suatu partai politik efektif bila sekian juta memilih mencoblos lambang parpol itu. Pemasang iklan sukses bila orang membeli barang yang ditawarkan. Mubaligh pun boleh bergembira bila orang beramai-ramai buka saja menghadiri masjid, tetapi juga mendirikan salat. Menimbulkan tindakan nyata
memang
indikator
efektivitas
yang
paling
penting.
Karena
untuk
menimbulkan tindakan, kita harus berhasil lebih dahulu menanamkan pengertian, membentuk dan mengubah sikap atau menumbuhkan hubungan yang baik. Tindakan adalah hasil kumulatif seluruh proses komunikasi. Ini bukan saja memerlukan pemahaman tentang seluruh mekanisme psikologis yang terlibat dalam proses komunikasi, tetapi juga faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku manusia. Peran media massa dalam pembangunan kesehatan sangatlah penting. Schramm mengatakan bahwa “peranan media massa dalam pembangunan ada yang dapat dilaksanakan secara langsung oleh media, dan ada juga yang tidak dapat dilaksanakan secara langsung oleh media, tetapi harus dikombinasikan dengan bentuk komunikasi antar pribadi agar penyampaian pesan bisa berhasil dengan baik”
(Schramm dalam Depari, 1982:40). Media massa berfungsi menyampaikan informasi kepada khalayaknya. Dengan media massa, masyarakat dapat memperoleh informasi tentang benda, orang, atau tempat yang tidak dialami secara langsung. Realitas yang ditampilkan media adalah realitas yang sudah diseleksi-realitas tangan kedua (second hand reality).
IV. PENUTUP Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Pembangunan kesehatan di Indonesia sejak awal diarahkan kepada upaya meningkatkan mutu sumber daya manusia yang sehat, kualitas kehidupan dan usia harapan hidup manusia, meningkatkan kesejahteraan keluarga dan masyarakat, serta untuk mempertinggi kesadaran akan pentingnya hidup sehat. “Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan memberikan prioritas kepada upaya peningkatan kesehatan
dan pencegahan penyakit disamping penyembuhan dan pemeliharaan
kesehatan. Supaya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan tumbuh, maka perlu adanya penyampaian informasi kesehatan kepada masyarakat. Masyarakat perlu diberi informasi tentang pola hidup sehat. Dengan demikian diharapkan pengetahuan masyarakat mengenai kesehatan menjadi bertambah, yang pada gilirannya diharapkan terjadi perubahan dari yang tadinya berperilaku tidak sehat menjadi berperilaku sehat.
Agar kegiatan penyampaian informasi bisa efektif, seharusnya penyajian pesan yang disampaikannya
dikemas
sedemikian
rupa
sehingga
menarik
untuk
ditonton/didengar/dibaca. Selain itu juga pemilihan komunikator yang tepat, waktu penayangan yang sesuai, isi pesan yang menarik dan mudah dimengerti. Oleh karena itu, agar penyampaian informasi kesehatan bisa diterima oleh masyarakat perlu adanya pengkombinasian penggunaan bentuk komunikasi.