Masalah-Masalah Belajar Santri (Studi di MTI Candung) Junaidi* Abstract: Adolescent as human being are definitely having problems in their life. These problems range from the very light, severe and ongoing. Problems which are faced by them are extremely complex and varied. It is very annoying in the process of development to adulthood. One of the efforts to help the students in solving the problem is by guideing and counseling. This study is aimed to reveal the learning problems which are experienced by the students majoring Islamic Education in Madrasah Candung Tarbiyah Islamiyah. This student’s learning problems are expressed by AUM PTSDL. Keywords: Adolescent, Problem, Guidance and Counseling
PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
Remaja sebagai manusia biasa pada umumnya, pasti mereka dalam hidupnya mengalami masalah. Masalah tersebut amat beragam dari yang bersifat ringan, berat dan yang sedang. Masalah yang sangat berat harus mendapatkan pertolongan tenaga professional atau ahli. Misalnya anak yang mengalami ketakutan yang berlebihan dalam hidupnya. Rasa takut yang berlebihan bisa tumbuh karena pengalaman dan juga akibat dari orang tua. * Dosen STAIN Sjech. M. Djamil Djambek Bukittinggi
Junaidi, Masalah-Masalah Belajar Santri ...
Masalah-masalah yang dialami anak yang berada pada masa pubertas (remaja) adalah : (1) ingin menyendiri, menarik diri dari teman dan keluarga, sering bertengkar dengan teman-teman dan anggota keluarga, menunjukkan tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain, (2) mudah bosan, terutama dengan tugas-tugas sekolah, akkibatnya anak sedikit sekali beraktivitas sehingga prestasinya menurun, (3) emosi yang tinggi, ditandai dengan me rasa khawatir, gelisah, dan cepat marah, (4) antagonism dan sosial anak sering kali tidak mau bekerjasama, sering membantah dan menentang. Ma salah yang dialami remaja ini sangat komplek dan bervariasi. Hal ini sangat mengganggu dalam proses perkembangannya menuju dewasa. Salah satu upaya membantu mengatasi masalah santri tersebut adalah dengan bim bingan dan konseling.1 Bimbingan dan konseling merupakan bagian yang integral dari proses pendidikan dan memilki konstribusi terhadap keberhasilan proses pendi dikan di sekolah. Berdasarkan pernyataan diatas dapat dipahami bahwa pro ses pendidikan disekolah termasuk madrasah/pesantren tidak akan berhasil secara baik apabila tidak didukung oleh bimbngan secara baik pula. Pemberian bimbingan akan lebih penting lagi karena anak tersebut berada pada usia sekolah. Pada saat itu anak harus menjalankan dua pe ran sekaligus, yaitu sebagai individu dan pelajar. Sebagai individu mere ka dituntut untuk menguasai sejumlah tugas perkembangan yang harus dilaksanakannya, sedangkan sebagai pelajar mereka dituntut untuk mema tuhi peraturan sekolah yang masih terasa asing baginya dan menguasai sejumlah materi pelajaran. Dalam menjalankan peran tersebut mereka tidak terlepas dari berbagai masalah. Bimbingan dapat diberikan secara non-formal oleh orang tua dirumah. Di samping itu anak dapat memperoleh bimbingan secara formal di seko lah melalui pelayanan bimbingan dan konseling (selanjutnya disebut BK). Pelayanan BK disekolah bertujuan membantu santri dalam rangka mene mukan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan.2 Pe layanan BK secara bersama-sama dalam kegiatan pendidikan lainnya akan dapat membantu santri mengembangkan potensi yang dimilikinya seop timal mungkin dan dapat mencapai sukses, baik suskes dalam belajar, peren canaan karir maupun suskes dalam social kemasyarakatan. Bimbingan yang diberikan kepada santri dalam bentuk kegiatan BK menuntut kemampuan dan keahlian tertentu. Apabila kegiatan BK dilak 28
Islam dan Realitas Sosial, Vol. 5, No. 2, Juli-Desember 2012
sanakan oleh orang yang bukan ahlinya, maka dalam pelaksanaannya besar kemungkinan tidak tepat dan dikhawatirkan akan terjadi kesalahpahaman terutama dalam menangani masalah santri. Misalnya santri yang dianggap bermasalah dan perlu mendapat bimbingan adalah santri yang nakal, gagal, mengalami krisis dan kesukaran tertentu. Padahal masih banyak masalah santri yang lain yang belum diungkapkan, diperhatikan apalagi dipedulikan. Kemudian dalam menghdapi masalah santri masih sering dipersepsi, disikapi dan diberi perlakuan secara tidak tepat. Misalnya santri yang nakal, sering cabut, tidak mematuhi peraturan sekolah, hasil belajar rendah seringkali di persepsi sebagai santri yang lemah dan kurang baik, kemudian disikapi bah wa santri tersebut tidak dapat dibimbing dan diberikan bantuan. Akhirnya santri tersebut diberi perlakuan secara tidak tepat seperti diberi hukuman, diskors, dipindahkan atau dikeluarkan dari sekolah. Kondisi di atas umumnya terjadi pada semua sekolah, tak terkecuali pada Madrasah Tarbiyah Islamiyah Candung. Terlihat gejala bahwa santri mengalami permasalahan baik masalah umum maupun masalah belajar, belum terlihat upaya sekolah dalam menangani masalah-masalah santri, be lum adanya guru BP yang khusus menangani masalah santri, masalah santri ditangani oleh pihak sekolah yang bukan guru BP, fasilitas pelayanan BK masih sangat minim. Memang pada hakikatnya personil sekolah tersebut juga ikut terlibat dalam pelaksanaan kegiatan BK di sekolah. Tugasnya ikut membantu dan berpartisipasi dalam pelaksanaan kegiatan BK di sekolah tersebut.3 Apabila di suatu sekolah guru pembimbing belum ada, maka kegiatan BK sepenuhnya dilaksanakan oleh personil sekolah yang ada. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan masalah-masalah belajar yang dialami oleh santri jurusan Agama Islam MTI Candung. Rumusan Masalah
Masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Apa saja Masalah-masalah belajar yang dialami oleh santri jurusan Agama Islam pesantren Madrasah Tarbiyah Islamiyah Candung?
29
Junaidi, Masalah-Masalah Belajar Santri ...
KAJIAN PUSTAKA Masalah
Pengertian Masalah Masalah diartikan “sesuatu yang harus diselesaikan (dipecahkan), soal, persoalan”4. Dalam Oxford Learner’s Pocket Dictionary problem diartikan ‘something that is difficult to deal with or understanding”. Dengan demi kian kata masalah menunjukkan kesulitan untuk menhadapi atau memahami sesuatu.5 Siti Rahayu Haditono berpendapat bahwa masalah merupakan keti dakmampuan anak memenuhi kebutuhannya dan akan menimbulkan kete gangan-ketegangan dalam jiwanya sehingga menimbulkan mekanisme tingkah laku atau pertahanan diri yang kebanyakan berupa mal-adjusment (tingkah laku salah suai) sebagai cara penyelesaian atau pelarian dari ke nyataan tersebut.6 Menurut Winkel masalah adalah suatu yang menghambat, merintangi atau mempersulit seseorang yang mengalaminya untuk mencapai sesuatu.7 Pernyataan ini menunjukkan bahwa masalah itu merupakan suatu kondisi dan faktor yang cendrung menghambat dan merintangi seseorang dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Masalah yang disebabkan oleh kondisi yang tidak baik akan mengakibatkan hal negatif pada diri anak dalam be lajar. Menurut Prayitno masalah merupakan suatu keadaan yang tidak me ngenakkan sehingga perlu diangkat/dikeluarkan dari keadaan yang tidak mengenakkan itu.8 Di samping itu Winkel mengemukakan bahwa masa lah adalah sesuatu yang menghambat, merintangi atau mempersulit sese orang yang mengalaminya untuk mencapai sesuatu. Ungkapan ini menun jukkan bahwa masalah itu merupakan suatu kondisi atau faktor yang cen derung menghambat/merintangi seseorang dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Dari berbagai keterangan di atas apat disimpulkan bahwa masalah pa da hakikatnya merupakan sesuatu yang dapat menghambat, merintangi dan menimbulkan kecemasan atau pun gangguan pada pikiran dan perasaan individu yang bersangkutan sehingga terjadi ketidak seimbangan dalam hidupnya.
30
Islam dan Realitas Sosial, Vol. 5, No. 2, Juli-Desember 2012
Jadi masalah adalah sesuatu atau keadaan yang tidak mengenakkan dan tidak diinginkan. Masalah tersebut juga menjadi penghambat bagi orang yang mengalaminya dan orang itu akan berusaha menghilangkannya untuk mencapai sesuatu yang diinginkannya. Jenis-Jenis Masalah Slameto mengemukakan 6 jenis masalah sebagai berikut : 1) Masalah pengajaran, seperti: tidak tahu cara belajar yang baik, tidak tahu cara mem baca, tidak tahu cara mempersiapkan diri untuk ujian; 2) masalah pendidikan, seperti: kesulitan memilih sekolah yang sesuai, tidak tahu cara memilih ju rusan, tidak mampu menyesuaikan diri; 3) masalah pekerjaan, seperti: tidak tahu memilih pekerjaan yang cocok, tidak dapat menyesuaikan diri dengan pekerjaan; 4) masalah penggunaan waktu senggang, seperti: tidak tahu cara mengisi waktu; 5) masalah sosial, seperti: tidak tahu cara berinteraksi de ngan teman, rendah diri, tidak bias menyesuaikan diri; 6) masalah pribadi, seperti: keresahan, gelisah dan merasa malu. Roos L. Mooney dalam Prayitno, mengelompokkan masalah ke dalam 11 kelompok, yaitu : 1) pekerjaan jasmani dan kesehatan (PJK); 2) keuangan, lingkungan dan pekerjaan (KLP), 3) kegiatan sosial dan reaksi (KSR), 4) hu bungan muda mudi, pacaran dan perkawinan (HPP); 5) hubungan sosial ke jiwaan (HSK); 6) keadaan pribadi kejiwaan; 7) moral dan agama (MDA); 8) ke adaan rumah dan keluarga (KRK); 9) masa depan pendidikan dan pekerjaan (MPP); 10) penyesuaian terhadap tugas-tugas sekolah (PTS); 11) kurikulum sekolah dan prosedur pengajaran (KPP). Selanjutnya Prayitno dkk mengelompokkan masalah menjadi dua ke lompok besar, yaitu masalah umum dan masalah belajar. Masalah umum dibagi kepada beberaoa bidang masalah, yaitu : 1) jasmani dan kesehatan; 2) diri pribadi; 3) hubungan social; 4) ekonomi dan keuangan; 5) karir dan pekerjaan; 6) pendidikan dan pelajaran; 7) agama, nilai dan moral; 8) hu bungan muda mudi dan perkawinan; 9) keadaan hubungan dalam keluarga; 10) waktu senggang. Masalah belajar adalah masalah-masalah yang dialami oleh santri dalam belajar untuk menguasai materi pelajaran tertentu. Dalam Survey of Study Habits and Attituds (SSHA) yang dikembangkan oleh William F.Brown dan Wayne H Holtzman (dalam Prayitno,dkk.) mengelompokkan masalah belajar yang dialami oleh santri ke dalam tiga bidang, yaitu, (1) metode belajar, (2) motivasi belajar, (3) sikap terhadap guru. Kemudian dikembangkan oleh 31
Junaidi, Masalah-Masalah Belajar Santri ...
Marjohan menjadi empat bidang yaitu: (1) penyelesaian terhadap tugastugas, (2) cara belajar, (3) sikap terhadap guru, (4) persepsi terhadap pen didikan pada umumnya. Untuk mengungkapkan masalah-masalah belajar yang dialami oleh santri SLTA/MA, Prayitno dkk. (1997:2) menyusun Alat Ungkap Masalah PTSDL format-3 (AUM PTSDL-2), di dalamnya memuat masalah-masalah yang mungkin dialami oleh santri pesantren program Takhasus yang dike lompokkan ke dalam lima bidang, yaitu: (1) prasyarat penguasaan materi pelajaran, (2) keterampilan belajar, (3) sarana belajar, (4) diri pribadi, (5) lingkungan belajar dan sosio-emosional. Kelima bidang masalah tersebut disingkat dengan PTSDL. Untuk mengungkapkan masalah-masalah belajar yang dialami oleh santri pesantren program Takhasus dalam penelitian ini penulis meng gunakan AUM PTSDL fromat-2 untuk santri SLTA ini. Penyebab Masalah Menurut Slameto penyebab timbulnya masalah adalah: 1. Segi diri sendiri (individu) 2. Keterbatsan mental 3. Keterbatasan keadaan fisik 4. Ketidak seimbangan emosional 5. Sikap dan kebiasaan tertentu 6. Tidak berbakat terhadap suatu bidang 7. Segi lingkungan (diluar diri) 8. Lingkungan keluarga 9. Lingkungan sekolah 10. Lingkungan masyarakat METODOLOGI PENELITIAN Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif untuk mendeskripsikan berbagai hal yang bertujuan untuk mendeskriptifkan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat populasi tertentu, atau mencoba menggambarkan feno mena secara detail. Gay menyatakan bahwa penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada 32
Islam dan Realitas Sosial, Vol. 5, No. 2, Juli-Desember 2012
saat penelitian dilaksanakan.9 Sementara Neuman dan Cresswell menyebut Penelitian ini dengan survey research. Pemilihan pendekatan deskriptif sebagai metode dalam penelitian ini didasarkan pada pertimbangan bahwa penelitian ini berusaha untuk mem berikan deskripsi fenomena yang sedang diselidiki dengan cara melukiskan dan mengklasifikasikan fakta atau karakteristik fenomena yang diteliti. Populasi dan Sampel Populasi
Populasi merupakan keseluruhan dari objek yang diteliti. Menurut A. Muri Yusuf populasi merupakan keseluruhan dari unit analisis sesuai de ngan informasi yang akan diinginkan.10 Berdasarkan hal tersebut, populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan santri pesantren Madrasah Tarbiyah Islamiyah Candung jurusan Agama Islam yang berjumlah 27 orang. Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang terpilih dan mewakili populasi tersebut. Melihat jumlah populasi yang tidak begitu banyak da lam penelitian ini,maka tidak dilakukan pengambilan sampel dan seluruh populasi digunakan sebagai sumber pengambilan data. Pengembangan Instrumen
Instrumen pengumpulan data penelitian ini adalah dengan menggunakan AUM PTSDL format 2 untuk SLTA, angket/kuisioner, wawancara, dan studi dokumenter. Alat Ungkap Masalah (AUM) Untuk mengungkapkan masalah-masalah belajar yang dialami oleh san tri SLTA/MA, Prayitno dkk. menyusun Alat Ungkap Masalah PTSDL format-3 (AUM PTSDL-2), di dalamnya memuat masalah-masalah yang mungkin dialami oleh santri pesantren program Takhasus yang dikelompokkan ke dalam lima bidang, yaitu : (1) prasyarat penguasaan materi pelajaran, (2) keterampilan belajar, (3) sarana belajar, (4) diri pribadi, (5) lingkungan belajar dan sosioemosional. Kelima bidang maslah tersebut disingkat dengan PTSDL.11 Untuk mengungkapkan masalah-masalah belajar yang dialami oleh santri pesantren program Takhasus dalam penelitian ini penulis meng gunakan AUM PTSDL fromat-2 untuk santri SLTA ini. 33
Junaidi, Masalah-Masalah Belajar Santri ...
Angket/Kuisioner Kuisioner berasal dari bahasa latin: Questionnaire, yang berarti suatu rangkaian pertanyaan yang berhubungan dengan topic tertentu dan dibe rikan pada sekelompok individu dengan maksud untuk memperoleh data. Menurut A. Muri Yusuf bahwa dengan menggunakan kuisioner dapat dikum pulkan informasi yang lebih banyak dalam waktu yang relatif pendek, dengan biaya yang lebih rendah dibandingkan dengan menggunakan wawancara atau tekhnik lainnya. Selanjutnya A. Muri Yusuf mengatakan bahwa tujuan utama menggunakan kuisioner dalam penelitian adalah untuk memperoleh informasi yang lebih relevan dengan tujuan penelitian dan mengumpulkan informasi dengan reliabilitas dan validitas yang tinggi.12 Tekhnik Pengumpulan Data
Pengumpulan data menggunakan AUM PTSDL format-2 SMA, angket, wawancara dan studi documenter yang dikembangkan untuk masing-masing variabel. Data yang diperoleh melalui sejumlah tekhnik pengumpulan data, dianalisis dengan menggunakan teknik persentase untuk memberikan deskripsi tentang hal-al yang menjadi fokus penelitian. HASIL PENELITIAN Masalah-Masalah Belajar yang Terdapat pada Santri
Setelah dilakukan pengolahan data terhadap lembar respon yang di berikan oleh santri, maka diperoleh data tentang masalah-masalah belajar yang dihadapi oleh santri adalah sebagai berikut : 1. Masalah Prasyarat Penguasaan Materi Pernyataaan yang terdapat pada prasyarat penguasaan materi AUM PTSDL-SLTA berjumlah 20 pernyataan. Dari 20 pernyataan tersebut para santri mengalami masalah belajar pada pernyataan no 2, 3, 5, 35, 61 dan 92. Dengan rincian sebagai berikut : a. Sebanyak 23 orang dari 25 orang santri mengalami masalah pada pernyataan no 2 yaitu “Saya mengulangi kembali materi yang diberikan oleh guru pada pelajaran sebelumnya sebagai persiapan untuk mengikuti pelajaran berikutnya”. Artinya 23 orang santri tidak melakukan pernyataan di atas.
34
Islam dan Realitas Sosial, Vol. 5, No. 2, Juli-Desember 2012
b. Sebanyak 17 orang dari 25 orang santri mengalami masalah pada pernyataan no 3 yaitu “Apabila saya terpaksa tidak dapat mengikuti pelajaran, maka saya mengejar ketinggalan saya itu agar materi pe lajaran berikutnya dapat saya ikuti dengan baik”. c. Sebanyak 17 orang dari 25 orang santri mengalami masalah pada pernyataan no 5 yaitu “saya berusaha menguasai materi pelajar an terdahulu sebagai persiapan untuk mengikuti pelajaran beri kutnya”. d. Sebanyak 19 orang dari 25 orang santri mengalami masalah pada pernyataan no 35 yaitu “ Saya mempelajari kembali materi pelajar an terdahulu untuk menunjang penguasaan materi pelajaran be rikutnya”. e. Sebanyak 19 orang dari 25 orang santri mengalami masalah pada pernyataan no 61 yaitu “ Dalam belajar untuk mempersiapkan ula ngan/ujian, saya menyusun materi pelajaran sedemikian rupa se hingga materi yang terdahulu membantu saya menguasai materi berikutnya”. f. Sebanyak 20 orang dari 25 orang santri mengalami masalah pada pernyataan no 92 yaitu “saya memberikan perhatian khusus terhadap materi pelajaran yang menjadi dasar bagi penguasaan pelajaran yang lebih tinggi”. Data diatas menunjukkan bahwa sekitar 70 % santri mengalami masa lah belajar berkenaan dengan prasyarat penguasaan materi. Pernyataan pada poin 2, 3, 5, 35, 61 dan 92 pada intinya sama yaitu siswa tidak mengulang kembali pelajaran yang telah dipelajari (yang terdahulu) untuk menunjang penguasaan materi berikutnya. Kesimpulannya adalah bahwa % dari 25 orang santri tidak mengulang pelajaran dirumah untuk bisa menunjang penguasaan berikutnya. 2. Masalah Keterampilan Belajar Pernyataaan yang terdapat pada Keterampilan Belajar AUM PTSDLSLTA berjumlah 75 pernyataan. Dari 75 pernyataan tersebut para santri mengalami masalah belajar sebanyak 28 masalah belajar yang terdapat pada pernyataan no 11, 12, 13, 36, 39, 67, 70, 72, 73, 74, 98, 100, 104, 107, 110, 123, 125, 126, 127, 130, 131, 133, 135, 151, 152, 156, 158 dan 160. 35
Junaidi, Masalah-Masalah Belajar Santri ...
Dari 28 masalah yang berkenaan dengan prasyarat penguasaan ma teri ini dapat disimpulkan bahwa masalah yang dihadapi oleh santri adalah: a. Masalah mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru seperti tidak memperbaiki tugas yang telah dikoreksi oleh guru, tugas yang tidak disusun dengan baik, tidak membuat pertinggal, tugas yang diker jakan asal-asalan. b. Santri tidak menyiapkan diri dengan baik untuk menghadapi ujian seperti tidak melengkapi catatan dan buku-buku bacaan, tidak men diskusikan soal-soal dengan teman-teman, banyak kegiatan lain yang dilakukan pada saat akan menghadapi ujian. c. Santri belum memanfaatkan waktu dengan baik untuk belajar seper ti tidak menyediakan waktu untuk membahas soal-soal, datang ke sekolah lebih awal, tidak membuat jadwal kegiatan belajar, tidak mempelajari bahan-bahan terdahulu dirumah. Dari data di atas dapat diketahui bahwa sekitar 68 % dari 25 orang santri memiliki masalah yang cukup serius berkenaan dengan Kete rampilan belajar, artinya keterampilan belajar santri berada pada kate gori kualitas rendah. 3. Masalah Sarana Belajar Pernyataaan yang terdapat pada Sarana Belajar AUM PTSDL-SLTA berjumlah 15 pernyataan. Dari 15 pernyataan tersebut para santri meng alami masalah belajar pada pernyataan no 16, 17 dan 47. Dengan rinci an sebagai berikut : a. Sebanyak 19 orang dari 25 orang santri mengalami masalah pada poin 16 yaitu “ Saya berusaha melengkapi buku-buku pelajaran se hingga saya mempunyai semacam perpustakaan kecil dirumah”. b. Sebanyak 19 orang dari 25 orang santri mengalami masalah pada poin 17 yaitu “santri tidak bisa menyelesaikan tugas-tugas karena tidak ada dukungan dana dan sarana yang cukup”. c. Sebanyak 22 orang dari 25 orang santri mengalami masalah pada poin 47 yaitu “ Santri tidak tertarik mengikuti pelajaran karena tidak didukung alat penunjang pelajaran seperti alat peraga dll”. Data di atas menunjukkan bahwa sekitar 80 % dari 25 orang santri mengalami masalah belajar berkenaan dengan sarana belajar yang terdapat 36
Islam dan Realitas Sosial, Vol. 5, No. 2, Juli-Desember 2012
pada poin 16, 17 dan 47. Ketiga masalah pada poin tersebut pada intinya sama yaitu santri tidak memiliki sarana penunjang pelajaran, baik bukubuku bacaan maupun alat penunjang pelajaran disekolah berupa alat peraga dll. 4. Masalah Keadaan Diri sendiri Berkenaan dengan masalah keadaan diri sendiri, jumlah pernyataan yang terdapat pada AUM-PTSDL-SLTA sebanyak 30 pernyataan. Dari 30 pernyataan tersebut hanya terdapat 3 masalah yang dihadapi santri yaitu pada point 21, 82 dan 162. Adapun rincian masalah tersebut adalah sebagai berikut: a. Sebanyak 22 orang dari 25 orang santri mengalami masalah pada poin 21 yaitu “santri tidak percaya diri saat tampil baik di dalam ke giatan belajar di kelas atau di luar kelas”. b. Sebanyak 17 orang dari 25 orang santri mengalami masalah pada poin 82 yaitu “santri mengabaikan mata pelajaran karena tidak se nang terhadap guru atau mata pelajaran. c. Dan sebanyak 16 orang dari 25 orang santri mengalami masalah pada point 162 yaitu “ santri mengalami masalah kesehatan diri sehingga mengganggu kegiatan belajar”. Dari data di atas dapat diambil kesimpulan bahwa masalah keadaan diri sendiri yang dialami oleh santri adalah berkenaan dengan kurangnya rasa percaya diri, benci terhadap guru atau pelajaran dan masalah kese hatan. 5. Masalah Keadaan Lingkungan Fisik dan Lingkungan Sosio-Emosional Masalah Keadaan Lingkungan Fisik dan Lingkungan Sosio-Emosional yang dihadapi oleh santri MTI Candung berjumlah 5 masalah dari 25 pernyataan yang ada. Kelima masalah tersebut terdapat pada poin 27, 56, 88, 117 dan 141. Adapun rincian jumlah siswa yang mengalami ma salah adalah : a. Sebanyak 18 orang dari 25 orang santri mengalami masalah belajar pada poin 27 yaitu “ Saya merasa guru-guru cukup mengerti minat dan keinginan siswa” b. Sebanyak 15 orang dari 25 orang santri mengalami masalah belajar pada poin 56 yaitu “Ruang belajar saya dirumah bersih, rapi dan ha
37
Junaidi, Masalah-Masalah Belajar Santri ...
nya berisi hal-hal yang perlu saja serta mendorong semangat saya belajar” c. Sebanyak 15 orang dari 25 orang santri mengalami masalah belajar pada poin 88 yaitu “ meskipun teman-teman bersikap santai dan ku rang serius dalam belajar, saya tidak terpengaruh dan tetap meng upayakan kegiatan belajar secara penuh”. d. Sebanyak 16 orang dari 25 orang santri mengalami masalah belajar pada poin 117 yaitu “ teman sekamar atau satu pondokan dan/atau saudara-saudara saya cukup peduli tentang kebersihan dan kera pihan ruang belajar, yang semuanya itu menunjang kegiatan belajar saya”. e. Sebanyak 15 orang dari 25 orang santri mengalami masalah belajar pada point 141 yaitu “ saya berpendapat guru-guru dengan senang hati bersedia membahas permasalahan siswa secara pribadi”. Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa lebih dari 50 % siswa meng alami masalah belajar berkenaan dengan keadaan lingkungan fisik dan lingkungan sosio-emosional. Masalah tersebut disebabkan oleh guru yang kurang memahami akan minat dan keinginan siswa, guru kurang bersedia membicarakan masalah pribadi siswa, lingkungan tempat tinggal siswa yang tidak bersih terutama ruang belajar siswa dan teman-temannya juga tidak peduli dengan kebersihan, siswa terpengaruh oleh teman-temannya yang bersikap santai dan kurang serius dalam belajar. Artinya ada 3 faktor penyebab siswa mengalami masalah belajar berkenaan dengan keadaan lingkungan fisik dan lingkungan sosio-emosional, faktor tersebut bersumber dari guru, teman satu pemondokan/kos dan teman di lingkungan sekolah. PENUTUP Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan Alat Ungkap Ma salah (AUM PTSDL-SLTA) dapat diambil kesimpulan bahwa masalah belajar yang dihadapi oleh santri MTI Candung program studi Ilmu Agama yang berjumlah sebanyak 25 orang meliputi: 1. Masalah Prasyarat penguasaan materi. Dari 20 pernyataan yang berke naan dengan Prasyarat penguasaan materi, terungkap santri mengalami 6 masalah belajar dengan jumlah persentase santri sebesar 70 %.
38
Islam dan Realitas Sosial, Vol. 5, No. 2, Juli-Desember 2012
2. Masalah Keterampilan Belajar. Dari 75 pernyataan yang berkenaan de ngan Keterampilan Belajar, terungkap bahwa santri mengalami 28 masa lah yang cukup serius bagi santri terbukti dengan jumlah persentase santri yang mengalami masalah sebesar 65 %. 3. Masalah Sarana Belajar. Dari 15 pernyataan yang berkenaan dengan Sara na Belajar, terungkap bahwa terdapat 3 masalah bagi santri dalam be lajar. Jumlah santri yang mengalami masalah untuk ketiga pernyataan tersebut berjumlah 19-22 orang dari 25 orang santri dengan persentase sekitar 80 %. 4. Masalah Keadaan Diri Sendiri. Dari 30 pernyataan yang berkenaan de ngan Keadaan diri sendiri, terungkap bahwa terdapat 3 masalah yang dihadapi santri dalam belajar dengan jumlah santri antara 16-22 orang dari 25 orang santri dengan jumlah persentase sekitar 75 %. 5. Masalah Keadaan lingkungan fisik dan lingkungan sosio-emosional. Dari 25 pernyataan yang ada, terungkap bahwa 5 masalah yang dihadapi san tri dalam belajar dengan jumlah persentase sekitar 50 %. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat disarankan kepada: 1. Guru-guru Madrasah Tarbiyah Islamiyah Candung agar memperhatikan masalah-masalah belajar yang dihadapi santri program Agama Islam serta berupaya untuk mengatasi masalah belajar santri tersebut. 2. Pimpinan pondok pesantren agar membantu memfasilitasi para santri dalam memecahkan masalah belajar yang dihadapi. [ ] Endnotes Hurlock, EB. . Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Alih Bahasa Istiwidayanti dan Sarjono. (Jakarta: Erlangga, 1992) 2 Prayitno dan Erman Emti. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. (Jakarta: PT. Rineka Cipta. 1999) 3 Prayitno. Pemandu Pelaksanaan BK di Sekolah. (Jakarta: Proyek Pengembangan LP TK. Dirjen Dikti. 1997) 4 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka, 1999) 5 Oxfort Manser, Martin H. Oxford Learner’s Dictionary. (N. Yorks: Oxford University Press, 1995) 1
39
Junaidi, Masalah-Masalah Belajar Santri ... Siti Siti Rahayu Haditono. Dasar-dasar Teori Bimbingan dan Penyuluhan. (Yogyakarta: Gunung Agung. 1972) 7 W.S. Wingkel. Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah. (Jakarta: Gramedia, 1985) 8 Prayitno. Seri Layanan Konseling. (Padang: FIP UNP, 2004) 9 Gay, L.R. dan Airasian,P. Educational Research. (6 th, ed), (New Jersey: Prentice-Hill. Inc. 2000) 10 Muri Yusuf. . Dasar-dasar metode Penelitian. (Padang: FIP-IKIP Padang. 1997) 11 Prayitno, dkk. . Alat Ungkap Masalah PTSDL format 2. SLTA. (Padang: IKIP, 1996) 12 Muri Yusuf. Metodologi Penelitian. (Padang: Universitas Negeri Padang, 2005) 6
Daftar Pustaka
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1999. Kamus Besar Bahasa Indo nesia. Jakarta: Balai Pustaka Gay, L.R. dan Airasian,P. 2000. Educational Research. (6 th, ed), New Jersey: Prentice-Hill. Inc. Haditono, Siti Rahayu.1972. Dasar-dasar Teori Bimbingan dan Penyuluhan. Yog yakarta: Gunung Agung. Hurlock, EB. 1992. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Ren tang Kehidupan. Alih Bahasa Istiwidayanti dan Sarjono. Jakarta. Er langga Manser, Martin H. 1995. Oxford Learner’s Dictionary. N. Yorks: Oxford Univer sity Press Prayitno dan Erman Emti. 1999. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Prayitno, dkk. 1996. Alat Ungkap Masalah PTSDL.format 2.SLTA.Padang IKIP …………………. 2004. Seri Layanan Konseling. Padang. FIP UNP ………………….1997. Pemandu Pelaksanaan BK di Sekolah. Jakarta ; Proyek Pengembangan LPTK. Dirjen Dikti. Wingkel, W.S. 1985. Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah. Jakarta: Gramedia Yusuf. Muri 1997. Dasar-dasar Metode Penelitian. Padang. FIP-IKIP Padang ……………. 2005. Metodologi Penelitian. Universitas Negeri Padang
40