STUDI ANALISA PENGEMBANGAN PROGRESS MEASUREMENT PADA SAAT AWAL SEBELUM EKSEKUSI PROYEK EPC UNTUK PROYEK XYZ 1
Yulianty Kusumaningtyas, 2Dwi Dinariana
1 2
Teknik Sipil, Universitas Bina Nusantara, Email :
[email protected] Teknik Sipil, Universitas Persada Indonesia YAI, Jl. Salemba 7 Jakarta Pusat
ABSTRACT
The high risks faced by the company in the EPC projects cause any EPC companies have to be careful in preparing a project proposal EPC. Control of progress measurement designed to the EPC phase of the project proposal has its own stages of manufacture and measurement of the progress of each project is different to that carried out the research to develop the factors that affect the progress and implementation of performance measurement on EPC projects. The method of research that has been done is quantitative. The analysis was conducted by survey method Delphy and Analitic Hierarchy Process (AHP) and analyze project performance control of XYZ with a progress measurement. The results obtained within the four stages that influence the making of progress measurement procedure is the stage of initiation, engineering, procurement, and construction. It was concluded, from the results of the questionnaire stage of initiation into the factors that most influence the making of progress measurement procedures for project xyz. (YK). Keywords : Progress Measurement EPC, progress measurement procedure.
ABSTRAK
Tingginya resiko yang dihadapi oleh perusahaan EPC dalam mengerjakan proyek menyebabkan setiap perusahaan EPC harus berhati-hati dalam menyiapkan proposal suatu proyek EPC. Pengendalian progress measurement yang dirancang pada tahap proposal pada proyek EPC mempunyai tahapan sendiri dalam pembuatannya dan juga progress measurement dari masing-masing proyek berbeda untuk itu dilakukan penelitian mengembangkan faktorfaktor yang mempengaruhi dan penerapan progress measurement pada kinerja proyek EPC. Metode penelitian yang telah dilakukan adalah kuantitatif. Analisis dilakukan dengan survey menggunakan metode Delphy dan Analitic Hierarchy Process (AHP) dan menganalisa pengendalian kinerja proyek XYZ dengan progress measurement. Hasil yang dicapai didapatkan empat tahapan yang mempengaruhi pembuatan prosedur progress measurement adalah tahap inisiasi, engineering, procurement, dan construction. Disimpulkan, dari hasil kuesioner tahap inisiasi menjadi faktor yang paling mempengaruhi pembuatan prosedur progress measurement untuk proyek xyz. (YK). Kata kunci : Progress Measurement EPC, prosedur progress measurement.
1.
Pendahuluan
Proyek EPC adalah suatu proyek dimana kontraktor mengerjakan proyek dengan ruang lingkup tanggung jawab penyelesaian pekerjaan meliputi studi desain, pengadaan material dan konstruksi serta perencanaan dari ketiga aktivitas tersebut. Pengendalian progress measurement pada proyek EPC mempunyai tahapan sendiri dalam pembuatannya dan juga prosedur progress measurement dari setiap masing-masing proyek berbeda. Berdasarkan pembahasan di atas, dapat dirumuskan masalah dalam penelitian adalah mengetahui faktor-faktor apa saja yang berpengaruh dalam pembuatan standar pengukuran progres (Progress Measurement) pada proyek XYZ dan bagaimana menerapkan/mengaplikasikan standar Progress Measurement terhadap pengendalian progres pekerjaan pada proyek XYZ pada tahap engineering, procurement, dan construction.
2.
Metode Penelitian
Tipe pertanyaan apa dalam penelitian ini adalah ingin mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh dalam pembuatan prosedur progress measurement pada proyek EPC dengan menggunakan metode survey kepada para pakar dan stakeholder EPC yang berupa kuesioner. Hasil analisa data menggunakan metode Delphy yang berfungsi untuk menentukan variabel dan Analytic Hierarchy Process (AHP) untuk menentukan bobot terbesar dari hasil kuesioner 20 stakeholder EPC. Sedangkan, pertanyaan bagaimana dalam bagaimana mengelola informasi sehingga progress measurement dapat diterapkan dalam pelaksanaan proyek adalah bersifat exploratoris dan lebih mengarah pada studi kasus.
3.
Hasil dan Bahasan
Pengumpulan data pada tahap pertama dilakukan dengan penyebaran kuesioner dan/atau wawancara kepada 5 orang pakar untuk memverifikasi, klarifikasi dan validasi variabel dengan
menggunakan metode Delphi, apakah variabel tersebut sudah lengkap dan tersusun sebagaimana mestinya. Responden yang menjadi pakar merupakan orang yang ahli di bidang pelaksanaan proyek EPC di PT.X, dengan kriteria sebagai berikut: • Memiliki pengalaman lebih dari sama dengan 15 tahun dalam menangani proyek EPC. • Memiliki pengalaman minimal 3 proyek dalam melaksanakan proyek EPC • Memiliki pendidikan dan pengetahuan yang menunjang, dengan minimal pendidikan tingkat S1. Dari kriteria-kriteria tersebut diperoleh 5 orang responden yang memenuhi persyaratan, dengan gambaran responden seperti terlihat pada tabel berikut :
Tabel 3.1 Daftar Pakar Pakar 1
Pengalaman Kerja (Tahun) 19
Posisi/Jabatan
Pendidikan
Project Manager
S2
2
17
Project Manager
S2
3
15
General Project Manager
S2
4
15
Senior Project Control
S2
5
20
Project Manager
S2
Variabel yang telah diverifikasi, klarifikasi dan disepakati oleh pakar selanjutnya dijadikan variabel penelitian untuk diisi oleh para stakeholder yang terlibat langsung dalam pelaksanaan proyek EPC. Para stakeholder diminta untuk memberikan penilaian (scoring) berupa frekuensi terjadinya dan tingkat pengaruh pada tiap-tiap variabel. Personel-personel yang ditunjuk pada tahap ini harus memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut: • Telah menjadi karyawan perusahaan kontraktor bidang EPC selama minimal 10 tahun. • Pernah terlibat di proyek-proyek EPC yang dikerjakan minimal di tiga proyek. • Memiliki pendidikan dan pengetahuan yang menunjang, dengan minimal pendidikan tingkat S1. Pengerjaan pertama dalam proses AHP adalah membentuk matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan atau kriteria yang setingkat diatasnya. Perbandingan dilakukan berdasarkan pilihan atau judgement dari pembuat keputusan dengan menilai tingkat tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya.
Tabel 3.2 Matriks Perbandingan Berpasangan Pengaruh Sangat Cukup Banyak Banyak Berpengaruh Berpengaruh Berpengaruh Sangat Banyak 1 2 3 Berpengaruh Cukup Banyak 1/2 1 2 Berpengaruh 1/3 1/2 1 Berpengaruh Sedikit 1/4 1/3 1/2 Berpengaruh Tidak 1/5 1/4 1/3 Berpengaruh
Sedikit Tidak Berpengaruh Berpengaruh 4
5
3
4
2
3
1
2
1/2
1
Kemudian normalkan data yaitu dengan membagi nilai dari setiap elemen di dalam matriks yang berpasangan dengan nilai total dari setiap kolom kemudian mencari bobot persentasenya yang berfungsi
untuk setiap kelas terlihat pada tabel 3.3. Hasil dari kuesioner oleh para stakeholder EPC ditabulasikan dan dikali dengan persentase pembobotan pada masing-masing kelas. Kemudian hasil kali dijumahkan dan diberi peringkat dari rangking 1 sampai dengan 34 ada pada tabel 3.4 di bawah ini.
Tabel 3.3 Normalisasi Matriks dan Prioritas Sangat Cukup Sedikit BerTidak Ber- JumBanyak Banyak Berpengaruh pengaruh lah BerpengaruhBerpengaruh pengaruh Sangat Banyak Berpengaruh Cukup Banyak Berpengaruh Berpengaruh Sedikit Berpengaruh Tidak Berpengaruh
Prioritas
Persentase (%)
0,4380
0,4898
0,4390
0,3810
0,3333
2,081
0,416 100,000
0,2190
0,2449
0,2927
0,2857
0,2667
1,309
0,262
62,898
0,1460
0,1224
0,1463
0,1905
0,2000
0,805
0,161
38,694
0,1095
0,0816
0,0732
0,0952
0,1333
0,493
0,099
23,683
0,0876
0,0612
0,0488
0,0476
0,0667
0,312
0,062
14,987
5,000
1,000
Jumlah
Tabel 3.4 Nilai Pengaruh Cukup Tidak Sedikit BerBanyak Va- Berpengaruh pengaruh Berpengaruh Berpengaruh riabel 0,150 0,237 0,387 0,629 X1 0 0 7 8 X2 0 0 3 5 X3 0 1 10 7 X4 1 5 10 2 X5 1 3 8 5 X6 2 4 7 5 X7 3 3 10 3 X8 1 3 10 6 X9 1 2 7 5 X10 3 3 7 7 X11 1 4 3 6 X12 3 3 6 6 X13 3 4 7 6 X14 1 2 12 3 X15 9 4 3 3 X16 1 6 7 2 X17 0 3 7 4 X18 0 2 8 6 X19 1 1 10 3 X20 0 0 3 9 X21 0 2 3 9 X22 0 2 6 8 X23 1 1 9 7 X24 1 2 5 5 X25 1 1 7 7 X26 1 4 9 4 X27 3 3 8 6 X28 1 1 3 9 X29 0 3 10 3 X30 1 1 10 4 X31 4 7 6 2 X32 1 2 8 6 X33 3 4 7 6 X34 1 3 4 5
Sangat Banyak Berpengaruh 1 5 12 2 2 3 2 0 0 5 0 6 2 0 2 1 1 6 4 5 8 6 4 2 7 4 2 0 6 4 4 1 3 0 7
Nilai Akhir
Ran gking
12,741 16,306 10,51 8,463 10,102 9,102 6,918 8,505 11,478 8,273 12,033 9,257 7,881 9,155 6,346 6,539 11,936 11,344 11,144 14,822 13,296 11,828 10,273 12,704 11,499 9,097 8,031 13,209 10,468 10,773 6,839 10,494 7,881 12,554
5 1 16 26 20 23 31 25 12 27 8 21 30 22 34 33 9 13 14 2 3 10 19 6 11 24 28 4 18 15 32 17 29 7
Rangking yang diambil adalah nilai variabel yang diatas nilai rata-rata penting dan Sangat Penting. Berikut hasil tabel perangkingan beserta variabelnya :
Tabel. 4.11 Perangkingan Variabel Variabel X2
Nilai Akhir Pengaruh 16,306
Rangking
X11
Membuat Project Charter dimana pendefinisian visi, objektif, jangkuan dan penyampaian untuk proyek dengan membuat struktur organisasi peran dan tanggung jawab, dan meringkas rencana aktivitas, sumberdaya dan pendanaan yang dibutuhkan untuk memulai proyek, Mengidentifikasi waktu pengerjaan dan dokumen serta aktivitas yang digunakan pada tahap engineering, Menganalisa Milestone atau kejadian yang sangat diperlukkan proyek pada tahap engineering, Menganalisa Milestone atau kejadian yang sangat diperlukkan proyek pada tahap pengadaan, Melakukkan studi kelayakan pada proyek, seperti perkiraan biaya dan waktu pada proyek, Memverifikasi aktivitas proses pembelian, yaitu: menetapkan kebutuhan, menentukan lokasi dan memilih supplier/ vendor, melakukan kesepakatan harga, dan menjamin pengiriman barang, Menganalisa estimasi waktu atau penjadwalan dalam peneyelesaian setiap disiplin dan subdisiplin pekerjaan konstruksi, Mengumpulkan data teknis yang diperlukan untuk desain,
X17
Mengajukan keperluan material untuk kegiatan pembelian,
11,936
9
X22
Menganalisa Work Breakdown Structure dengan membuat pekerjaan apa saja yang dilakukan untuk membangun proyek berdasarkan disiplin dan subdisiplinnya,
11,828
10
X20 X21 X28 X1 X24
X34
1
14,822
2
13,296
3
13,209
4
12,741
5
12,704
6
12,554
7
12,033
8
Dari hasil analisa dengan menggunakan metoda AHP didapatkan tahap Inisiasi yang paling berpengaruhi dalam pembuatan Progress Measurement proyek XYZ. Perhitungan nilai indeks konsistensi hirarki (CI) menghasilkan angka 0,01695 atau dibulatkan keatas menjadi 0,017. Sehingga, didapatkan nilai rasio konsistensi hirarki (CR) yang cukup kecil atau dibawah 10% yaitu 0,01513 atau dibulatkan keatas menjadi 0,015 berarti hirarki konsisten dan tingkat akurasi tinggi. Gambaran singkat mengenai proses survei dapat dilihat pada gambar 3.1 di bawah ini.
Gambar 3.1 Hasil Survei dan Analisa Data
Keseluruhan progres penyelesaian pengerjaan proyek yang diambil pada bulan Desember 2012 didapatkan bahwa pada tahap engineering, procurement dan construction adalah sebesar 75%, 48,62%, dan 52,30%. Progress Measurement dalam pengendalian fase engineering adalah dengan mengontrol aktivitas pengerjaan deliverables atau dokumen-dokumen dokumen seperti draft spesifikasi gambar, gambar kerja, dokumen untuk vendor, dll. Penyelesaian tahap engineering tampak tidak adanya keterlambatan yang signifikan dari penyelesaian pekerjaan engineering. engineering Sedangkan, pada progres pekerjaan per dokumen terjadi keterlambatan pada penyelesaian pekerjaan Fire &HSE dengan selisih nilai dari jadwal rencana pengerjaan dokumen adalah sebesar 7%. Persentase pembuatan bobot pekerjaan procurement diukur terhadap jumlah harga material/jasa dari subkontraktor/vendor. Kemajuan penyelesaian pekerjaan yang dilakukan oleh PT. X dan PT. X Indonesia melihatkan prestasi pekerjaan yang baik tidak adanya keterlambatan antara kedua perusahaan tersebut but dalam mengolah pengadaan barang untuk proyek XYZ. Tetapi, terdapat keterlambatan dalam sub kategorinya, yaitu pada pekerjaan pipping terjadi keterlambatan sebesar 1,04% yang di prakarsai oleh PT. X. Progres konstruksi mempunyai kesamaan pada progres procurement karena project control perusahaan kontraktor tidak hanya mengukur progres pada pekerjaan langsung (direct (direct work work) yang dikerjakan oleh kontraktor, tetapi juga pengukuran prestasi pekerjaan yang dilakukan oleh subkontraktor. Pada pekerjaan sub-kontraktor raktor dalam prosedur progress measurement sub-kontraktor kontraktor mempunyai total bobot pekerjaan adalah sebesar 20%, sedangkan pekerjaan pekerjaan langsung yang dikerjakan oleh kontraktor ialah sebesar 80%. Kinerja kemajuan penyelesaian pekerjaan tahap konstruks konstruksi diukur berdasarkan struktur standar kerja yang dikerjakan oleh kontraktor atau yang biasa disebut Work Breakdown Structure (WBS), dengan menghitung banyaknya pekerjaan yang dihitung dari Bill of Quantity (BQ) dibandingkan dengan aktual pekerjaan yang sudah sud dilakukan. Penyelesaian pekerjaan yang dikerjakan oleh subkontraktor sesuai dengan perencanaan begitu pula dengan pekerjaan langsung yang dikerjakan oleh kontraktor.
4.
Simpulan dan saran
4.1 Simpulan Faktor-faktor faktor yang mempengaruhi pembuatan progress measurement berdasarkan studi literatur dan opini/pendapat dari pakar didapatkan 4 kriteria yang mempengaruhi adalah dimulai pada tahap inisiasi, kemudian tahap engineering, engineering diikuti dengan tahap procurement,, dan diakhiri dengan tahap
construction. Penerapan progress measurement sebagai standar prosedur pengendalian terhadap kinerja proyek EPC dapat dihitung berdasarkan : Engineering : Total waktu penyelesaian deliverables. Procurement : Dikendalikan berdasarkan requisition atau daftar kebutuhan proyek yang kemudian dikontrol dengan perencanaan jadwal yang harus diselesaikan. Construction : Penyelesaian pekerjaan dibandingkan dengan total pekerjaan, yang dihitung berdasarkan Bill of Quantity (BQ).
4.2 Saran Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dibuat, penulis sangat mengharapkan adanya penelitian lebih lanjut mengenai topik ini dimana terdapat tambahan terhadap pengendalian progres pekerjaan yang ditinjau dari segi waktu, biaya dan mutu. Hasilnya tentu akan lebih melengkapi data penelitian ini, khususnya akan lebih bermanfaat dan dapat memberikan masukkan tambahan informasi dalam penerapan progress measurement yang berpengaruh dalam pengendalian kinerja proyek EPC.
Referensi Blanchard,B.S., Fabrycky W.J. (1990). System Engineering and analysis 2nd editions. Singapore: Prientice –Hall international. Brandon, D.H., Gray, M. (1970). Journal of Project Control Standards. Princeton: Brandon/system Press, Inc. Clough, Richard H., Scars, Glem A., & Scars, S. Kedla. (1994). Construction Contracting. New York: John Wiley & Sons Inc. Ervianto, Andy K. (2005). Manajemen Proyek Konstruksi ( Edisi Revisi ). Yogyakarta: Andi Offset. K.T. Yeo dan J.H Ning (2002), International Journal of Project Management, Integrating Supply Chain and Critical Chain Concepts in EPC Project,. 20 (4): 253-262 Project Management Institute. (2004). A Guide To The Project Management Body of Knowledge (PMBOK@Guide) 3rd Edition. Smith, R.G., Bohn.C.M. (1999). Small to Medium Contractor Contingency and Assumption of Risk. Journal of Construction Engineering and Management, ASCE. March-April. Soeharto, Imam. (1990). Manajemen Proyek Industri (persiapan, pelaksanaan, pengelolaan). Jakarta: Erlangga. Soeharto, Imam. (2001). Manajemen Proyek (Dari Konseptual Sampai Operasional) Jilid 2. Jakarta: Erlangga. Stephen, Isaac dan William B., Michael. (1981). Hand Book in Research and Evaluation, 2nd Edition. San Diego, California: Edit Publishers. Tunay,Dr. Jur. (2011). International Journal of Humanities and Social Science, Fidic Conditions of Contract As A Model for An International Construction Contract. 1(8): 1-18. Wirawan, Budi, P. Desember, (1997). Usaha menyehatkan perusahaan. EPC Magazine, halaman 1. Yin, Robert K. (1994). Case Study Research Design and Methods, 2nd Edition. Newbury Park: Sage Publications. Hal 5
Riwayat penulis Yulianty Kusumaningtyas lahir di kota Jakarta pada 21 Juli 1990. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Teknik Sipil pada tahun 2013. Penulis aktif di organisasi Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil (HIMTES) sebagai anggota.