1 STUD la ISL INDONESIAN JOURNAL FOR ISLAMIC STUDIES Volume I, Number 3, 1994 HISTORY, POLITICAL!WAGES AND CULTURAL ENCOUN-ER The Dutch in the Indones...
S. Pringka SnJim !suJ.nr.A (ISSN ()215·04n) is a jour:'lal published qumerly by tl-.eln.>titut .~ama !slam Negeri (lAIN. Tho: State Institute for J.slamic St:~dics) Syuifllidayatt;llah,Jakana, {STI DEPPE:l No. l29,.SK: nT1]F.N/Pl'G/WT;1 ?7(\) anrl sponsnred hy r'leDeparrmenrof Rellgious :\!'fairs of me Republic of lndone&ia.lt specializes in lndonesil'.n [slarnic sudies, and is intended :c communicate original researches and current issues on the >Object. This journal '1\'i.tmly 91-'elcame> contributions from scholars of rdatt:d di~dplino::s. All articles published do not necessartly represe1t the views of the journal. or other in~!lrul:t.:ms 10 which it is afliliated. The}' are solely the views ol the authors.
- -- - -- - --Rook Rer.:iew- - - -- - -- -
Wacanat Satu Alternatif Mernahami Islan1 John R . Bowen, Muslims throltf!.h Discourse (Princeton: University Press, 1993), 358 halaman.
Abstract: T!Jis book aims to describe the features oflocal fonns ofIslam i1~ tbe Gayo IJightands, centralpa1·t ofrhc A cch province, Sumam:~. Gayo people ha·ve been Mtts!im since at :east t.be seventemth century, by which time they 1.toere incorporated inw rhP A ceJmese kingdrmz. Their religious mode represen's !iJt: surm:what distinctive cbtmucer ofIslam generally found in this country. They have developed their locai knowledge by elabo· ratin(2;, transforming and adapting elements from broader Muslim tr:t.di· tions. They de5cribe rhe existence ofsp£ritual he.ings and the pv·wt:'r of!an· gu.age by using the ?rluslim idea ofsainthood. They exp!ain tbe power of spells and the ability to hunt and farm throft?,h Muslim narrative about A dam. Apmt from these dail-y activit~s, Gayo_people also engt4gP in the de· b,:t.te arnund rtdiginv..s matter>. They /n:qumLly argue about how best to caTry out Islamic ritP.als.: whetber reciting the Qur'an could generate merit and benefit the souls of tha dead; wherher the t·it;tal meal (kendu.ri) is permitted in Islam or is a form of polytheism (mlJshrik}; and hnw tn un.der.~tand the meaning of sacr~f;c11 {kurban) apprapriutei). 71Je author 1wt~ tJ;y.J-t the most energetic debate is concerned with "the. reciting of Qt1r'rtomena of Islam irl Gayo is not u1zique among Indonesian MttsLims. On tbe one hand, they a,.e attached to the universal element! of Islam and, on the otherhand, thry have their ()Wn loc,1! conm·ucrion a.bout :he religion. The developmmr nfa ~cripturalist Lraditivrt in Take-ng&t, ~he main tcYI.I/7: in Gayo, i.s very much motivated by these tmiver!ai eJe. ments ofblam. So·called modernism .:md traditionalism both use Islamic scri,otures as lhe basis of religious authority. Debates betw.,een the>e t·wo orientations do not depart fram mr.rr.r.ers covered irz the scriptures. The rule u/Rriptures is tbe-re/ore manifested m tbe defin itiot~ atzd cove1·a.ge of Yeiigion.
2.2}
Studid js/am;ka, VoL J, No. J. 199~
Particula1· modes ofhistorica! pr·xc!S brougt about the emergence ofa scripturalist tradition in T.t.~imgel'l. Gayo people already had access to publishe'fS and book sUm!S in M,zfaysi.a and Singapore in. :he nineteenth centJtry. Tbese publishers pmuiJ.;:J rt::ligiuus books and crmvmP.d r:he'leJOr.~s ofthe Middle Eastern 'uJam/i' into the Matay language. Some ofthe booh mte-rin.g tbe Gayo society were written by Jndone;ian 'tlia7r.d', such as Nilr al-D£n a.l-Rantr£ M )hayM A rsb.1d tti-Banjar£. However, Gayo Mus!zms also read tbe wor.b ofMiddle Eastern 'ularrui' 7Jia :.ranslatiom and commentarirJsfrom Malay 01' Tndonenan 'ulamri'. Almo!tall oftbese books ~eJere written using]a•wi ~Wala)-Arabic) characters. Tht network nf informa ~iort. has been. intensified since the beginning of tbis century. 7iJe reverberation of ndigio-politica! mo'Vemerns in the Middle East had a speci
Gttyo villagers do not understand rdigion sofeiy from the . inw the religious world. This t.eru:lency is radu:
John R. Bowen, Mu.~lims Through Di~wurse (Princeton University Press, 1993), 358 p.
da sesuatu yang tidak begitu lazim dalam lembaran Ucap<m Terimakasih buku ir.i. Pada bagiao yang san gat awal, pe:nulis menuturkan, "[b]uku ini merupakan hasil d2ri upaya kawankawan dan gum-guru saya eli Gayo dalam mengajarkan dasar·dasar kehidup;m Islam mereb: ten t u saja, sebagian besar isi ':,uku ini adalah upaya tmtuk menuturkan ke:nbali pelajaran tersebt:.t secara tepat" (acknowledgemm.). Penulur:m ini. ~tau lebih tepamya pengakuan, sccara cksplisit mendudukkan keseluruhan isi buku pada ternpat yang sangat berbeda cbri cara-cara lain y~g biasunya ditempuh. Km-ya etnografi hzimnya diklaim sebagai hasil pengamatan dan penelitian seorang antropolog Lentang ma-;ya:-akat yang Jikaji. Cara lazim lainnya adalah dengan menganggap karya terse but sebagai cerminan kondisi n:,;syarakat yang menjadi objek kajian scorang pcncliti. 1 Pe.:1ulis tampaknya mencoba menghindari kesan bahwa etnognfi sepenuhnya. adalah h:.1sil konsr.ruksi antropolog ~mm masyarakar. Dia secara sadar mengakui bahwa,seb~.ian is.i buku ini merupakan upaya beberapa masyarakat Gayo dalam mcngajarkan kcislaman mcrcka padanya. Artir.ya., masyarakat Gayo berperan besar da.lam proses penyu~una:1 buku ini. Di ~amping penulis sf.ndiri, merf.b achhh subjek yang tidak dapat clipisahkan dari keseluruhaa isi buku. Mereka tidal~ sekeda: ncnjadt S'.lrnbcr informasi mentah sebagaimana biasanya informen ditempatkan. Seba.gui pengarang, suaradan penda:>atmereka s:.1ngar. menentukan abr dan sis tern pengetahuan y.mg tersusun dalam rangkaian is.i buk.t. SemenLara itu, peuulis juga mengakui bahwa sebagian bcsar isi buku ini merupakan usaha penulis sendiri untuk menuturkan kemba.:i pelajaran-pelajaran tersebut secanJ. tepat. Tmplikasinya, posisi penulis ridaklah berbeda dari masyarakat ya.'lg ditditi. Penulis juga :nemiliki andil besar daJam merangbi dan membuat se:nua i.rtformasi menjadi susunan yang sis.tematik. Penulis bukanbh pengarang tunggal; dia juga bukan sekedar agen yang mentransfer sicuasi kebidupan sekelompok mart usia ke dalam bentuk tulisan. Baik penulis maupuuma.sy;;.rakat Gayo adalah pengarang yane tcrlibat dalam k erjasama mengkonstruksi muatan pengetar.uan yang tercakup dalam buku ini. W ajar jika kemudian penulis memi:ih dis· course (wacana) sebagai metafor yang melar.dasi asumsi-usumsi eli bali~ !:ieluruh proses penulis:m hukn. Judul yang dipilih oleh penulis adalah Muslims Tbr:;ugh Discourse. Pilihan judul ini tampaknya bukan tidak dilandaskar. pada alasan -alas an tertentu. Pilihannya pada penggunaan tennaMz;s!ims dan bukan Js!ams
scdikit banyak tclah m.cngandaikan batasan-batasan unit analisa dalam memandang fenomena keislaman. Jika dikaitkan dengan penekar;;nnya pada di;course, mab isr.ibh Muslims r.ebh mf.ng;mcl.aibn lt::n;akupnya !slams di Jalam katq;ori ltrsdmt. Ke~.k<. kategori Lidah lagi dipandang sebagai dua hal yang berbeda, apalagi berlawanan. !slams muncul dalam SU>ltu pro>es kehidupan melalui agen-agen tertentu yang d~sebttt kfu.~liYtK Dal;tm proses ters~but, kedua btegori, yang ~ec.ar:~. uJnum string dihaJapkau satu sama b in, munwl dahun sat.u sat.LL<.Ul yang tidak dapat 2ipilah-pilah. Kesan seperti i.r..i lebih diperkuat lagi deng.:m pili han istilah .~[uslims da~am bentuk jamak (pima!), dan bukan da~am bentuk runggal (singular). Penggunaan istildt Muslim dalam be:1t.uk t.ur•&g<~.l d~r•t;<m st:uliri:.y<~ rnr:r•gastml;d\aJI yarakat. Strategi ut~ma yang kemuciian dipakai ada~ah deng-an menempatkan agama sebagai bagian dari. sistem budaya n:asyarakat lckal. Sat;.latl-satuan analisa yang menjadi perhatian utam;; berkisar pada segala sesuatu yang unik dan khas, seperti .:-itus, m.itos, atau pandangan lain yang membuat mereka berheda. Tem.uan·temuan yang beragam tersebut kemudian dijadikan sarana perba..'ldingan ~mtara satu sistem agama dengan yang lain. Perbedaan
Studia bl..m.ik•. Vo!. 1, ;vo. ~' 1994
tersebut ju?;U dipakai untuk melihat perubahan ymg terjadi pada ajaran Isbm ketib ia sampai pada r.:l:lSyarak.at di lu~tr wilayah kelahirannya. Namun demiki;;J.n, ana.lisis yang pa.ling menentukan dalam hecenderungan i::U let.ap Lerlet.ak. pada pola kehidu?•m budaya lokal, scdangkan praktek keberagamaan lain yang rclatif um.:tm diprahtchkan oleh Muslim kurang begitu diperhat:bn,. Wilayah-wibyah y~,Jlg bersif~
lebih luas, s(>peorti saht, zakat, kurhan ,
ataLl
teh mengenai
hukum dan sejarah, lebih banyak dikaj i oleh pada ahli keislamatl (Islamicist) yang mewakili kecenderu:1.gan kedua dalam mengkaji masa:ah budaya dan masyarakat Islam. Bila antropolog cendenmg memfokuskan perh:aciannya pada satuansatuan lob.\, mak.a sehaliknya sarjan:a keisbman cenderung men:aruh perhatian padasatuan analisis yang sifatnyalebih umum. Mereka tidak jarang mengabaikan praktek serta pemahanan Islam yang tampak tercermin dalam kehidupa.n sehari-bari. T opik dan persoalan yang umumnya dikaji berki.sa:- pada persoalan tentang cara-cara memahami. teks serta tradisi Islam secara benar. Misalnya, pengaruh :ulai-nilai pra-Islam dalnm Islam, perkemban~an ilmu tafsir, atau karakterjstik sistem h1.1h1m Islam. Kajian model ini cenderung bersifat filologis dan fi1osofis: ::~.:;al usul teks atau cara memahaminya. K::~jian ir1i pad:1 akh.irnya meyakini adanya satuan kooseptual dan normatif Islam yang bcrla:s.u bagi sduruh pemeluknya. Model kaji;m ketiga datang d;tri kahngan perb,.ndingan agam::l. Kahngan sarjana perba.ndingan agama relatif lebih menyibukkan diri pada kajian hennel!'etika lcrhad
:S~U
L.ll
T ekanan pada aspek normatif Islam seringkali cenderung memprioritasb.n keberadaan Muslim di Timur Tengah. Penulis mcng~unbil konsep lslamicatewlture yang Jik.ernukak
menyebax ke seluruh w.ilaya:1lai.n. Rekonstruksi sejarah masyarak.at Islam juga pada akhirnya didasarkan pada pa;:-adigma sostal, politik, serta i.nstitusi agama Timur Tengah. Tentu saja paradi.gma yang "dipaksakar." ini tidak dapat berbicara. bmyak ketika dihadapkan pada bemuk masyarak.at Muslim komemporer di luar wilayah Timur Tenga~.
Persoalan antara praktek ke.::>eraguma.an :okui dan teks normati.f muhi diatasi olei1 sarjana yang datang lebih kemudian.·; Dikotomi antara lobliras d.::1n univP-rs:~lir.;;s dal:tm :1g;;ma m~mang r.id:1.k dap:n diabaikan begitu saja. Pakta mem.mjukkan bahwa ajaran·ajaran Jslam tertentu dipegang sec.ara umurr.. olch m.asyarakat ~luslim eli dunia. fenomenaini menunjukkan sifat ajaran Islam yang melampaui. b:~j:
St~dW. fslamiks,
VeL 1, N•. 3, ;99"
231
Bock fie-Ji~.J)
penulisnya sendiri, judul buku Muslim Through Discourse ditujukan unmk "melihat tekstur disku~sif praktek, pandangan, dan dcbat keberagamaan m~syarakat G;;.yo, tenr.;;.suk proses yang terjadi edam
t:paya mereka mengkonstn:.ksi dan rr.erekonst::-uksi wacana keberagamaan mereka" (11).
Skripturalisme .Modernis dan Tradision:tlis Wilayah Gayo ~erlttak. Ji bagian Lengah prop:nsi Aceh. Gayo masuk
v.rilayah Acch sckitar ab
ln di wibph in i. Kebij~ksanaan politik Belanda juga turut mengubah struktur dan ke"
kebijaksanaan n:Jsio:1al Tndones:a. Foku.s kajian buku .ini adala.h praktek, pemikiran Jatt IJerJebatan lsl<1m masyarakat Gayo. Pcnulis bcrusaha menyingkap fen omena i:1i denga.n merekam pelbagai paham serta tindakan masyaraknt yang berkairan deng;ln "Islam. Bagian masyarakat yang m~njadi kaji;m mencakup r.1ereka yan?, t:nggal di perk.ut
kuat ketika M<1hamn:ad A bdur di anglc:1r menjadi mufti di Mesir. Posisi Abduh sebaga.i tokoh modernis dan c1ufti kemucian banyak menarik pcrhatian dunia Islam rermasuk Asia 'l'engga.:-a. Di lndonesia sendiri (buca: Hindiu Belanda), gerakan ini baru muncu~ se:Utar tahun 1910an sampai 1920-an di saat beberapa pelajar Sumatera Barat pulang dari ~tudi mer:::ka di Mds.kah dahkan sudah mulai terlibat d::~lam perdebatan mengenai sifat Tuban dan c;;.ra-cara rr_ende~atiNya_ Namun pada awal tahun 1600-;u:t, kdompuk dumiH
.\tudu. l;l.umki. Vo~ 1, No. 3, 1994
secara ilustratif da~t d.ilihat dari perdebatan an tara 1\limin dan Asyin. Alim.in, yang memasuki nsi~ sere.ng:; h :~barl, ad:1iah pengiknr .seti::t kamn modernis; sedangk.atl Asyirt, yaug berusi.a lebih setenga.h .:.bad, adalah prototipc figur sctiuL tidak boleh diperbincangkan pada.waktu scm bahyang Jum'at. Tetapi tetap holeh dibicarakan di sekolahan ata·u saat beb.jar aLau deng-111 ternan. Kabu
sudah dijelaskan kepada mcrcka tentang landasan masahh tersebut dalam ai-Qur'nn dan h:dith, maka ap:1. pun pil.ihan mere·.<~ r.idak menjadi masalah". "Irulah maksudku", kata Asyi.n, "lahm1 dumkum waliyadtl~. Anda memLer ikan kesempatan pada orang untuk mcnulih". "Tetapi hanya sctclah mereka diberi tahu apa yang sesungguhnya
dikatan dabm al-Qur'b dan had1th", ja'Q:a·:> A)imin. "Ragi rnereka yang sungguh-snnggn1 rnau mtndt!ugar. yang hatinya te:-buka, akan berubab. T etapi ada juga mereka yang tida~ mau bcrubah. Mereka katakan bahwa praktck tersebut sudah menj:di bagian dari ediit, meskipun sudah anda tunjukkm bahwa lebih banyal< nyar-ayat dari k.itab suci yang mendukung tmtuk pt.>mh;~kn: -dua belas lawan en am, misa l ny~. Dalam kasus ~eperti iui anda harus mengikuti yang dua belas". "Pcrsoahmnya bukan banyamasahh edet", serg:t.h.Asyin. "Mereka juga puny:a landasan sendiri, dan me.reb juga mengatakau Lah wa lancl:a~::Jn mereka ada dua belas law an e.uam. Mengenai talqin terdapat httdlth sabth yang men yatakan bah wa ;tali an harus •men~ari seseorang mulai dari lahir sampai liang lahat' . Untu k itu orang abn membisiaan azan pada telinga bayi yang bam l:!h ir dan m~mLa<.a talqin kepada orang yang meoinggal, meskipun bayi atau orang man ~ama-sama tidak meuge:-ti". Penjelasan ini scmakin membuat Alimin tida.k paham. Dia hanya berkoment:u lirih: "hadith ini harus dit:tfsirkan. Ini tidak dapat d.ian:ikan begin1 saj::., ~ehah tidak masuk akal mengajari bayi ::~r.au mayat. Amla hru us berpikir sendiri dan tidak hm1ya mengikuti orang lai:1.". Perbincangan di atas secara umum dapat memberikan gambaran tentan~ posisi goiongan modernis d01;n tradisionalis. Alimin yarg modemis sangat menekan.kan pe.r.tingryaal-Qt:r11ri Ja.u hatil: sebagai landa<;an agaoa. Dia m:::mandang ba:1wa al-Qur'an te:ah mcmua: seperangkat ajarar, yang scm?urna pada dirinya (selfst~fficiency). Sedangkan hadfth, menurut Alimin, memberikan rekaman rermli ~ mengenai. tauladan K ahi Muh;;mm:1d menganai aplihasi ajaran yang rermuat Jalau1 al-Qur'h. Ulama sepanjang sejara.'-1 fslao bcrupaya memah.uni kedua sumbcr ajaran tcrsebut. Konsekuensinyu, ijtihad yar.g dilakul~an ulama tidak dapat disejaj<1rk;U1 dengan al-Qur':l.n dan badith. Otoritas al-Qur'an dan hadith tetap harus 2ipanda.ng lebih tinggi d ari ajaran nlam:l. Semu;; yang terkandung dalam al-Qu:-'an dan hadith mutlak
5u;ili.• M:m,iM. Vol. i, No . .J, 199/
sifatnya. Masyar.lkat Muslim harus mcngc:jakan selu:-uh perintah dan me:1jauhi larangan yang termuat ddam dua sumber tersebut. Panda.ng
a. pendapat mereka di!)'.u1Jang berteotangan :ierg:m al-Qur'an dan hadith atau zftih,id individu, maka ajaran tersebut dapat ditinggalbn tanpa harus menghada_?i resiko hukum tertenn:. Cara pa:tJ:mg ini mennnjukk:ln ba.hwa y;1ng ditolak oleh bum modernis bukanlah semua pendapat 'ularua' aLau pandangan yang sudah mengejcwantal-. dalam bcntuk adat. Penolakan lebib ditujukat1 p-.tda pe::1yamaan oro:-itas antara sumber uta:na Islam dengan pcndapat ule.ma. Ka.um modernis juga Lnemell tingkan t:tnggungjawab p:-ibadi sebagai ba~i<=.n dari sikap hidup beraga.ma. K:itik Ali.mir: L~rlwlap :aqlid dan himbau:m nya untuk be:pikir secara mandiri (ijtii-Ad) merupakan cermin dad arah pet1'.ikiran rr~odern:s. Aumin tidak dapat menyetujui cara beraganu. yang hanya sehtbr dilandaskan pac~. trad.isi atau iJde:. Pada saat yang sarna Alimi::1 .iuga meuolak ritua.l k~marjan sebc.gai upaya meri11gankan bebnn orang yang sucah rneninggal. Dc.la.1:1 pandangan nya, kematian merup:tka.."l titik yang mernisahknn wilayah kehidu]Jall J unia dari kP.r idupan alam kubur. Manusja yang masih hicup tidak dapat berlr.1buugan deugau yang sudah mP.ninggal. Maka no.sib ynr.~ dialarni olch orang yang sudah rr.eninggal tidak ada la~i sangkut-pautnya de::tgan or:rr.g yang masih hidup . .Baik buruk nasib terse but :.t:f:X!IlUhnya di tt'nt:\1 kan oleh pedakunya sendiri ketib masih h1dup d.i dunia. Seseorang tida& dapat meuilkul tanggungjawah yang menjadi beban orang lain. Sik:ap seperti i:1i rr.embawa implibsi kebe:-agamaan yang cu.kup meu<..la~
Studi:1. ls?amika. '/cl.
1,''b. J, 1991
mencari jalan keluar deng{ln ~ara menerjemahkan al-Qur'au da.u hadlth ke dalam bahasa setempat. Pcntingnya tanggur.gjawab prioadi dalam bemgann mengo:Jcibatbn kaum modernis memahami ajaran ag:;.ma secara rasional. Semua Muslim dituntut untuk menggunakan kenampuan :1alarnya ser:diri. Mereka LiJak Jiperkenanka11 menggantungka"1 dir.i sepenubnya pada pendapat·pendapat orang lain atau Bukan saja taqUd clilarang, tetapi se);ala tindakan manusia juga haru.s C.apat dipertanggungja\':rabkan. Tentu sa:a himbauan tersebttt memhaw;:~ implikasi-.implikasi tenentu pada cara-cara rnemalumi ajarau agama. Masa~ah memang tidak akan muncul jika yang dihadapi adalah ajaran agama yang bers:nggungan dengan nalar. Sebalilmya, persoalan akan muncul ketika ajaran terse': mt tidak dapat digapai penjelasannya mehlui penalaran.. Sebagai jahn kelu;ir, k:lllm moclernis :nemen:ingkan rnewde taf& dalam memi:1a1ni ajara.n aganl'a. Sebagaimana yang dicontohkan dala.tn ahhir perbincanga.."l an tara Alim.in dan Asyin, tidak semua ajarm dapat diartikan secara ha:-fiah. Be'::>era?a ajaran, yang kurang sesuai dengan na1ar, harus dipahami melalui ?enafsiraa. \1esk.itJUII demikia:1, khususnya ritual, kaum modernis tetap berpegang teguh pada ~andaran al-Qur'an dan hadits. Masalah-masala:1. yang bc.rada di luar bidang ritual sepenuh diserahkan pada ijtih!id dan penalar:m individu. Berdasarkan alasan yang sama kaLU:l modernis se:-ing berpegang pada h adi rh yang Lerbunyi "kalian lebih memahami urusan dunia kal1an masing·masing"
edet.
(23). Pijakan kaum tradisiordis j:;.uh berbeda dari sketsa ini. Bagi mereka arti yang termuat di cialam al-Qur'~n dan ~acl1rh ridaklah ses~de.rh a.na. anggapan kaum modemis. Sementara kaum 1:1odernis me::1ganggap arti yang termuat di dalam dua. sumber tersebut sudai jelas, kaum t:adisionalis justru sebaliknya. .Mereka memandang bahwa maksud dan tujuan yang cerkandung dalam al-Qur'an dan bad1th sering tidak jelas dan membingungkan. Seseorang ditumu·. unt.lh benar-benar menguasai ilmu-ilmu pendukung yang san gat luas untuk sampai pada pemahaman yang benar. Tentu saja tidak semua orang mampu menguasai keahlian yang C.ipersyaratkan untuk memahami agama. Haoya kalaogan tenem.u saja y:mg
Sutd~ ls!amilta,
Vol. i, No. J, 1991
orang harus melakukan ijli!J:Jci, sedangkau tidak semua orang mem.iLi.ki bekai yang culmp, ha:sil ijtihad tcrscbut akao mcr.jadi kacau dan mengacaukan. Maka beberapa bbngan tradisionlais bahkan menganggap raqiti sebagai tindakan wajib bagi orang awam. Mereb juga tid<:.ll.. rut:uy~Lujui penterjemahan al-Qudn herdas~rb.n amm:;i bahw;;. orang yang mela..~t:.kan ijtiA!id pasti mampu mem':>aca bahasa Arab. Penterjemahan kitab suci juga aihhawatirkan dapat mcrusak h.ndnngm yang dimuat di dalamnya. Keuyataan bahwa kandungan al-Qur'~r: da.n had~r.h ~ttlir. rli?:1h;.1mi memaba para 'ulama' untuk berbeda pendapat satu san:a lain. PerbedQan ini dipundang waj ar, karena masinr;-mas:ng ulama mcmiliki batasan serta metodenya sendi:-i dalam menyiba.~ arti y:mg terkandung Ji Jalarn al-Qur'ln dan harl\r.h. Kerag;1m~n praktek clan pemahaman agama muncul sel:ragai km:sekuensi l:istoJis dar·i up-aya memabami ajarm ~_ma. 'l'idak ada alasan untuk tida.k;: dapat mcnerima keragaman pena yang cbJCapkan oleh seseorang yang masih hidup bukanlah persoalan penting. TiLik Lekcm yang it:bih dipentin~han adalah kcwa.iiban terse but sudaL dilaks;makan. Dengan demikiau, mar.usia tidak lagi dibeb;wi oleh kewajibo.n y;;.ng belum Lerlaksanakan. Meskipun orientasi keberagamaan kaum modemis herbeth tlari tradisionalis, keduanya mas.ih berpi;ak pad;::, landangar. yang sama. Al· Qur'1n dan had~th tetap dijadikan acuan utama cdum membangun or.ori tas kehid up an agama. Definisi serta wilay;lli cakupan agama juga d!turunkan oleh keduanya mdalui dua sum!Jer aja:-an Islam ini.
Legitimasi praktek keagamaa.n juga dilanda.skan oleh keduanya pada nasbh-na.sbh suc:i. Masing-masing pihak ingin meredisa~ikau .ideal
yang terkamlung Jilamtt:ks su.ci ke dalam kehid'..tpan :1yata. Perbedaan amara kedua orienta.si lebih tedetak pada asumsi tcntang al-Qud.n dan hadlts scrta ca:a-cara memahami dan merealisasik:m keduanya. Kaum modernis lebih memandan.g m.ungkin hubung:an langsong anr.ara seorang ::Vluslim clengan snmhe.r ;~gam a. Maka tiJak aJa ,Jasan w1tuk bt::rsih.a.p taqli'd dan memejajarkau pandangan 'ularnl' terdahulu dcngan dt:.a sumber utama ]slam. Scbaliknya, kaum traei.s.ionalis cenderung melih<1t hahungan terse but lebih bersifat terbatas. Situasi ini kemudian menghantskan seb~ian orang l!:hm unruk mengikuti pandaugau 'nl:lma'. Ragi kaiangan awaiu, pamlanga.c ulama menjadi satu·.5atunya alternatif, karer.anya wajib diikuti. Dcngan dcmikian, mer.urut penul1s, baik modernis mcrup·.1n tradisionalis teta? sama-sama mem1mculkan pob keberag~.ma:.:~n yang skriprunlistik.5 Tradisi skripturalistik mum.:d s~::cara dom.inan pada talnm l?30an. .Proses pembentukan t :adisi skriptura1istil~, baih. modernis maupun tradisionalis, didukun,; oleh jnstitusi tertentu, seperti sekolah, toko buk"..l, penerbit, m:.sjid, dan k.elompok pPngaji~:1 , Se.mua ins: itusi iui herper:Jr ~e.o;ar rhlam mendefinisik.au, uu:mJ~otuk, serta menyeba.rkan p~rbincangan Islam skripturalisti~ di Gayo. Se.iak abad 19 sampai awal abad 2:>, selc.ir. al-C)ur'an, literatur agama yang tersedia dahm masya..rakat Gayo hanya:ah kitab·kitab yang d[tulis dahm hn.:-uf Jawi. Kajian r.erh:1dap kit:.1h Jawi dilakukan setdah Japatmen:baca al.-Qur'an de11gan baik. Saat itu ::,e1um d.ikenal pengajaran ba,hasa Arab scbagai mata pciajaran khusus. Pendalaoan isi a>Qur'an, hadlth, dan buku agam:.'l. dal:ltn bahasa Arab dilalruhn melalui bantuan kit,1b-kit:tb ymg c.itulis dalam huruf Jav.'i. Kitab Jawi tersebm di.rerbirbn C..i Malaysia dan didistribusikan kt! wilayah-·"'ilayah yang cukup luas, ter:nasuk Hindia Belanda. Sebagiao k.itab-ki:ab Ja-v;.-i mcrupakan saduran atau terjemahan dari ~a-karya agama yang di terbitk~n ci Mekkah at;lU Kairo. Dapat di~:L
S<~odi.. 1:1-mi~
Vot. I, No. J, 091
Bidayttt al-lvbtbtadt In fadl Allah al-Muhdz. k kir.ab yang biasanya disingkat Bidayat ini banyai<. kesamaannya dengau kitab }vfa!a'il. Persoalan yang dibahas berkisar pada keimanan, sifat Tuhan, dan jenis· jenis perbuatan yang dilar.mg agama. KitalJ yang iohor.ny::~ lebih berat adalah Sirat al-Uustaqim yang citu1is ole3 Nuruddin al·Rau1r1. Ditulis Lahun 1634, kitah ini menggunakan bahasa Mclayu dan dipublikasikan di Mekkah serta Malaysia. Baik isi maupun bahasa yang dignnakan kitab Sirdt dianggap benn uleh ka:angan pt>laja::- di Gayo waktu itu. Meskipun sulit, masyarakat Gayo tetap berusaha lllt:l:lbacar:ya dengan serius. Sikap hormat terhadap teb-tcks agama membuat r."lereka tidak meoinggalkan kitab Sirat begitu saja. Menurut Tcngku Asaluddin, tukuh moderni.s fiari [sak, "masyarakat di Isak pe.:-nah memiEki ki:ab Sirat al·Mu$taq~·n tulis.ut al-R~u~ri - yang pem:~h rrenjabat se1:>agai Mufti pada Sultan [Iskandar Muda]. Saya juga pe~·nah memilikinya. Banyak masyarakat yo.ng menbacanya, tetapi mcrcka tidak mt!rnahaminya" (44). Kj t:tb lain yang dipandang sulit ada1ah S.,;bil alJfuhtadfn karya Muhammad An;haJ bin Ahdulhh ;~1 Ba.:1jari yang ditulis tahun 1780. Kltab ini d!tulis atas perntnta:a.Ll Sultan Baujar yang memandang kitab Sirar karangan al-Ranlri terlalu banyak menggunakan oahasa Aceh. K.itab Ja wi mulai ter~i ngki r dengan masuknya huruf Latin sebagai cara pcnuli.san. :\1unculnya kecenderutlga.n·kecender.mg~n ham di Gayo, seperti pengajaran bahasa Arab, ~mbangunan sekolah-sekolah ham, dan melebarnya ja.ringan ' ular.1a setempat, juga mula1 memberikau wama yang herhe.ch dibandingkan dengan periode sebelumnya. Masyarakat Muslini Indonesia suJah meninggalkan penulis:tn dengan huruf Jawi, mcskipun di semenar.gjung Malaysia, termasuk P:J.tani, huruf tersebut masih ba:'lyak dipakai dan bah~ meu;aJi idemitas keislaman. Proses perubahan l.iterat:u; k.eagamaan masy3r;1kar. Gayo dapat ditelusuri melalui geneologi pcr.getahuan yang dimihki oleh :~.utgau 'ulama• setempat. Selain memfokuskan studi pada al-Qur'an dan kitab Jawi, geuerasi abad .~mbil:m belas rata-r~ta belum memiliki jo.ringan institusi yang luas. Me:·eka y-ang benn::~ksud memperdalam agama harus perg1 k c sckolah agama yang tersed.ia di A we G~utah, yang terletak di pantai barat Aceh. Meskipun dcmikian, sekolah ini hanya memberikan pelajaran secara terbatas. Sisw;.;., jarang sekali sisvri, ti:lgkat da.sar diwajibkan untuk dapat membaca al-Qnr'~n secara baik. Materi
pdajarar. kemudian bcranjak pada pembahasan materi kea.garn;'lan y:mg tersedia C.alam kitab-kitab Jawi Madrasili di Awe Geur.ah ini juga menyediakan pebjaran bah~tsa ArJh, namun keban yakan pelajar Gayo rjdak sempar. mP.mpelajarinya. M:!reka mem.il.i:1 segera pulang ke daerah a.sal untuk segera mengajarkan pcngctahuan agama yang merekct pcroleh se:a1na di Awe Geutal:. Pengaj-.r:1n bah:~.sa Arab di Ga.yo jllStnl dipl"lopori oleh kalaugan tr:~disionalis. Masyarakat Gayu HJubi. me:npelajari bahasa Arab sekitar tal1un 1920-an, setelah beberapa pelajar Cayo pu:ang dari belajar eli wi:ayab Su:nate:a Harat dan Aceh. Para pelajar ini kemudian mendirikan macirasah yang mengajarkan bahasa A r~h eli kota Takengen. Salah sn1 rokol-> y:mg terkt:na: dar.i generasi ini adalah Alunc.d DaHlctuhuri alias Tengku Silang. Menurut Tcngh.u Ali Salwany, ketua cabang al-Jam':yat al-Washliyah -asosiasi uhma tradisionalis- Takez,.gen: Teng:~u Sibng adalah orang pernma yang belajar kitab-kit::.b berbahasa A -ah eli ;;eluruh Gayo. Perjalauan yang dilakukan oleh Tengku Silang berbarengan dcngan perioc.e pcrabahan pcndid:il~an di seluruh Swnatra. Perjalanan pertam.a yan~; dia bkub."l adala.h ke Aceh untuk belajar pada H -.ji Must.afa Salim, yang telah mer:erapkan sisrem pendidikan klasikal Ji madrasahn ya benlasarhan ~;u:gkoku: sistem serupa di Sumatra Barat. Setelah beberapa lama belajar di Acch, Tcngku Silang melanjutkan studinya he M adrasa~ T arbiyah fslamiyah, Candung, Sum•1tra Barat. Madrasah ini dicirikan oleh Syeh Suleiman :l ~-R asuli tahun 1907 dan merupakan tempal kdctkrall Pt:rsatuan Tarbiyah Islamiyah (PERTI}, yang merupakan jaringan seko:ah Islan: yang berpegan?; teguh pada mazhab S:ufi'i. Akl:ir dar: perjalanan Tengku Silang adalal: ketika di:;. berkeputusan untuk membantu Tengku Pulo Kiton serehh menyelesaikar. pendidikannya di Awe Geutah. Perjalanan Tengku Ali Salwany sendi:i dapat jugadijadika.:1 contoh tentc.ng proses :cr.iadinya pcngentalan pandangon tradisionalis di Tukengen. Ali Salwany, yang sampai saa: ini masih menjadi figu r kuat aliran rradisionalis, memuhli pP.ndidikan C.asarnyct Ji Tarbiyah lsla.wiy;;.h :;~::·.empat. Setelah lulus, dia melanjutkan jeniang tsanawiyyah di /\.ceh dan baru mclanjutkan jcnja..'lg 'aliyah di Sumotera Barat. Ketika di Sumatera Bar-at sekitar tahun 1953, Ali Salwany belajar pada Kuliyah Syari'ah di bawah bimbingan Kiyai Simjudriin Abbas, seorang uLumt trauisionalis u~rkemuka lulusan al·Irshad, Jakarta. Kiyai Sirajuddin Abbas banyak mcnulis ouku agamadm di ru:taranya menjadi pegangan
pokok ka:augantrati.isionalis PFRTl. Setehh lima tabuo belajar pada Kiyai Si:-ajuddin, Ali Sahvany melanjutkan sek.ulahuya k e Daml I-fikmab, Bukittinggi, Sumat:::ra Barat. Namun karena terjad: pem~eront~lka.n pada tahun 1958, cia memutuskan untuk pular.g ke T akengen dan mendirika.n sekolal-. deng:m mer:gambil model Kuliar_ Syari'ah di SumaLera. Baral. Ali Salwany pad::1 saar png sama juga bcrgabung dcngan kalangan :radisionalis di al·Jamm.iyal. a:- Washliyah caba:lS T akengen. Tradisionalisme Islam di T akengen lebih b::myak dipengaruhi oleh institusi-imLilusi keagamaa.n di Sum:n.ra Barat ketimba.ng di Aceh. lnstitusi pendidikan, ljteratu r, dan jari.ngan kerj
sekolah tidak dengan send.rinya mcnyingkirkan khaz;anah pengetahm.o lama yang telah banyak dipe:aj::u-i. Perubahr.n baru lainnya, sepe1"ti sisLcrr. klasikal, lehih dimaksudkan sebaga: upaya penycmpurnaan dari sis~em yar:g ~udah ada. D engau per:eka.nan pada tradisi, perubahan yang terjadi rclatif tidak m cnimb·..1lkao gejohk perre.mangan a.ntara nihi-oilai lama dan b:;.ru. Sistern ckonomi atau politik yaq~ telah ada juga rehrifr.iclak te.rgoydu~an dengan mu.nculnya orientas1 tradisionalis di Taken);eU iiJi. Proses pem oentukan tradisicnalisme ini sangat berbeda dari proses pembentukan moderr:isme di T :\kengen. Meski keduanya sama-sama m t:uganggap pr.nr.i ng Sumatra Bar<"lt, dampak yar.g ditimbulkan gerakan modernis jauh lebih mend~.ar. Gerakan modernis yang paling awal berpengaruh di Gayo adalah Muhammac!iyah. O:·aga.n.isasi ini muncul bersanaan dengm datanJ:;nya pedagang-pcdagang asal Sumatra :Sarar. yang ~udah !ebih dahulu mendapat pendidib.n modern di daerah asaln_v,l. Sehuna dekacl.e 1920-an, arus pedagang yang datang semaltin mcningkat. ~1ereka mulai membe.uuk k~Jmunitas keberagam;:;.an sendiri ymg berpL:.sat pada masjid yang juga mereka bangun sendiri. Dengan n:enj~~cikan mas,iid sebagai sentral kegiaun,
mercka muLti dapat mengebpresi kan model kebemgamaan yang ses·..tai dengan garis modernis. Kegiatar. mereka seC.ikit demi sedikir. mampu memib.t blang<1J1 ker.il masyarakat s~tempat. dan tews berkembang sampai kemt:diaH[JaJa ~allLUl 1928 berdiri cabang Muhammadiyah di Takengen. Sela.in kegiat:t.'l aganu yang l::erpusat di ma.;ji~, mereb jl1ga muhi mendirikan mad:asili. ::-..todel tr:Jrlr:::!>~h yar.g mereka t~r apkan dapat diseb-J.t baru uraul... uh.uran n:asyaral~at Gayo po.da u mumnya. Jcnjang pendidikan ditempuh selama tujuh tahun, persis seperti model sekolah urn1.:.m negeri. Materi yang diaj:1rkan mencakup ilmu :-.gama dm iuga iimu-ilmu umu:n Perman humf Jawi sepenurnya digamih.au uleh huruf f d~til dJi:JII! !JH:llgbjt k itab-k:tab agama yang berbahasa Arab. 13ah.kan mereka yang sudah mencapai je:1jang lanjutan dapat meo~kaji lutab-kitab Arab tanpa rr:elalui prur..tam kitab Jawi atau kitab Latin. Seb:;.gbn besar kurikulum madrasa.h Muh~.mmadiyah ioi diperoleh dari sekohh-sekoh1h modern is Sumar.ra Rarat, khususuya Thawalib. Buku-buku yang, digut:akan jugast1dah tidak lagi terbatas pada saduran atau tcrjcmahan karya-karya 'ulama' T imur Tengah. Karya-ka:-ya 'ulamO.' m ocien.is Sunatera Barat, seperti .\hhrnlld Aziz, Mahmud Yunus atau Abdul Hamid Hakim, mnlai dijadikan buku pega.I.tg-.UJ. Melalui jaringau ~t:u Luku di Sumatera Barat, mere~ juga dapat me.o.esan langsung buku-bL:ku karya 'ulama' Timur Te:tgah yang menggunakan b~.hasu Arab. Perubahar, radikal yang dibawa Muhamm:d.iyah tidak berhenti pada paham keberagama.an sert.a ins""itusi peudidikan. Melalui organisasi wanita dan pemt:danya, Aisyiah can H1zbul \V athan, Muham.o.adiyah juga memelopon garak:m sosial baru. Wanita Muham:nadiyah di Takengen memuncul~ id~ntitas ban: dengan menampi1kan mode-J pabian y:mg ridak lagi JilanJaskau pada edet selempat. Mereka mengadopsi model kebaya, sanmg, d an kcrudung. Kaum pria :\1uhammadiyah) jas model ~arat dan peci menjruii pill han identitas baru mereka. s:mbol pakaian, betapa pun sederhana, m engekspresikan orit-masi h:;m cii b.l:;,ngan MuhanuuaJiyah. Selain model ke.islamau baru yang c.is:mboikan oleh kebya pan,iang dan kcrudung, pakruan merek.a juga rr.emberikan identitls nasion:ll mel:dui simbol snrung dan peci. Orie:J.tasi n:.~sionaEstik ini turut diperh~.t dengan mdai dipergu:lakannyn bah::~sa rndonesia d alam pc.:rgaulau kalaugau Mu:mmnudiy,lh.
St..dia Mamika,
l.·o~ 1, No.
J, 1?94
Proses perubahan yang dibawa Muhammadiyah ini dialami langsung uleh Tengku Asaluddin, salal-: sam tokoh morle.mis dan pcrnah :nenjadi pemi::npin cabang Muhammadiyah di T akengen. "Di Takengen. saya berg<~bWJ~ dfne-.m crga nisasi p~mnrl::~ Mnh~ mm~tliy.:t\ Hizbul W:~th:tn. Kita balm meo.::nhu men:pert.:J:ank:tn negaro k.it2. Kit<: belajar hgu "bdonesia Raya" [a..1t itu lagu Indonesia Raya d.ilaran~ olch llelanda1, tetapi h.it.a ..l.euyau,vikaunya J.eng<.I. menggunakaa kata-kata lagu
wajib Hizbul Wa:har.. L :gu tersebut mem bangkitbr. setnangat kim. Guru kita seluruhnya be:r.sal dari Ihawdib. Sctiap hari saya bela;ar baha.sJ 1\rab dengm Nasl-uddin, y.:ng m~u!:\i.ugiukau ~aya ilmL ke Paim1g bersamanya; dia ->endiri tidak :;:r.mya anlk.
T antaogan yang lebih kuat te:-h~dap kaum tradisionalis dan edit setc::mpaL Jatang dari madrasah png hP.rnama Pendidikan Islam. Lcmbaga yang berdir[ tahun 1938 in i lebih terkait dengan jaringan gerakan Isbm d i Jawu kctimbc.ng Sumntera Barat. Paling tidal~ terdapat dua organis:lsi yang bmyak mempengaruhi Pendicikan Islam. Pertama, Jami'at al-Islam wal-Irsh.-.u al-Arabia, yang didirikan oleh komun it;Js Arab Indonesia cii Jakarta tahun 1913. .'\1-Irsh.d semula ben.ujua:1 menyediakan pendidikan bagi komumtas Arab eli Indonesia. N amun, lembaga ini berkembang menj;;.di institusi yang cukc~.p penting artinya Lagi pendidjkan nmar. Tslam pacla umtmmya. Para tokot. al-Irsbad, seperti Syeh Ahmac Surkati, memelopori pengemban~au iJe-iJe keadilan sosial yan~ banyak dikcmukakan olch para tokoh mocernis di Timur T engah. Lembag;a kcdua yang juga crat hubungannya de.::tgan Pendid:kan Islam adah.h Persis. Organisasi ini didirikun di Bandun~ tahun 1923 dan ;;~jak semt1la sudah b:myak diilha.r..1i ol.eh p.ik iran-p:kiran Muhammad Abduh_. h.t:!ou:poh. Thawalib, dan jug::l Syeh .1\hmad Surkati scnciiri. Ahmad Hassan, pemimpin t:tama Persis, terkenal dengan gerakan dakwahnya yang s:mgat provoka:if. Via seringkali terlihar cia lam perdebatan der.gan kalang-an tradision alis dan, me:alui karya-karya tul:snya, Ahma.J H~~l juga sering menyenng pikiran bum tradisionalis dengan sengit.l3aik al-Irsbaci maupuu Persis saugaL berpeg:mg teguh untuk tidal-. menerima ajaran-ajaran Islam yang tidak didasarkm pada al-Qur'an dan hadlth. Sikap keras Jau pruvo6.ad Persis juga r.erce.rmi:1 clahm gerakan
St..di.
!;alu 1Jt:Illuha. Pendidikan Islam, serin(?, terk;:,at perdebatan dengan
tokoh-tokoh tradisionalis. Lembaga ini sangat bcrambisi mencetak para muridnya menjadi sosok manusia mode:n dan p;ada saat ya::1g sama memahami pengetahuan agama seca.ra mendalam. Mere-ka diaj;:t:-bn r.a:-a memainkar. pel'::>agai macam instnum:u lilUsih., seperti trompet, harmonika, flat, drum, di saoping juga instmmen musik daerah. Sementara itu, siswi putri diaja.:-kan keraj:nan tangan atau m:asak memasak, termasuk pelbagai jenis masakan Eropa. T entu saja masyarakn. ser.empar. merasa terusik dengan ;;ara yang Jitem::mh ol:::li Pendidikan Iskm ini. Tidak jarang mereka memandang bahwa or~ng- orang Pendidikan lsh.n: •·meni ru-niru orang kafir" (64). Bagaimanaput:, corak pendidiK.an seperti :ni secara langsung banyak memperkenalkan arti keindonesiaan d~m kemodernan kepada masy
kernudian, wilayab Islam ini sern.h.in mamap de:tgar. munculnya institusi-institusi baru yang berhubungan dengan persoalan-persoalan keislarnan, seperti Kantor Urusan Agama (KUA}, Majb Ulama, atau .Badan B arta. Agp.ma (BHA). Seh:.ruh instittt~i ini kemudian turut rr.e.ndnkung dan memgr.rapb.n pe.nge:-tian T~lam sebagai satu wilayah kehidupan tersendi ri. Masing-masing aliran, tradisionalis d:1o rnc.x.lern ;~, t::!rnpak memilik i
ruang cersendiri dalam fenomena sosial Gayo. :\-1eskipun didt:kung olch arus kcb·udayaan umum yang kuat, pcngan:.h gerakan modernisme tetapb.h terbatas di wilayah perkotaao. Kecer.derungan modernis terasalebih kuatdi Takengen. Situasi sosiologismeLwliukkan bhwa
Stli'di.a lLtmika, Vo!. 1, :."'lG. J, 1?14
mulai tahw1 1920-an, kota ini semakin banyak menarik minat para pcdagang dari pdbagai dacrah di luar Gayo. Kcbijahsanaan ekonomi Behnda tumt men·..tmbuhkan pe:dagmgan hasil bumi wilayah Gayo. Dala.m waktu yang tidak terlalu lama, T akengeo men j2di kota tempat bertemur::ya bermacam-macam pedagang dengan latar bdakaug lmdaya yang berbeda. Salah satu pendatang yang dominan adalah pedagang asal Sumatra Barat yang memeluk pandangan keagamaan rr.odernis. Pada saat yang sama, proses urbanisasi juga terjadi di wihyah ini. Men::ka yang pindah ke kma Takenger:: kehanyakan terdiri dari para pedagang atau pegawai negeri, yang semuany.-:. merupakan elit pedesaan. .Pada titik ini tampaknya mulai bertemu antara orientasi kehidupan kota atau pedagang, yang rasional dan fungsional, dengan pandangan moderni~ yang bersifar rasion:al chn herorienr.asi universal. Namun garis paralcl anta:a oric:1tasi kcagamaan dan pola kcgiatan sehari-hari bukanla:1 penentu tunggal keberhasilan modernis di Tak~ngi>n. Komunibsi :mt.::~rhnd:.1y~ y:;ng t~rjadi di kot::t ini ter:1yar;1 menjadi salah satu faktor penting dalam transformasi sosial-keagan1aan masyarakat sctcmpat. Hal ini bisa dibandingkan dengan masyarakat Ciq, sabh satu wilayah di Gayo, yang relatif memil.iki kemiripan denga."l Takengen. Masy::~rakat Ciqjcga mengalami transformasi dari xnasyarahalpenanian menuju ma~ yaralaL pe::rda~;;augan. Sama sepeni Takengen, C iq mengalami transform.asi karena terjadi peningkatan permintaao eksport terhadap basil bumi setempat. N amun demikian, wilayah Ciq relatif tidak banyak dijamah oleh pedagang yang berasz.l
Jari luar vtilayah Gayo. Ide-iJe modernisrne hlam rdalif Lidak didukung oleh perkembangan wawasan sos.ial, budaya, maupun policik masyarakat setcnpat. Akibatnya, meskipun mere!m secara ekonomis mengalami transformasi, poh kehidupan agama mereka tetap dihnd:1skan pada model r.radisionalis. Terh;:~dap k~1langan masyarak:n yallg masih berorientasi pedesaarc sepe~·ti kaum tradisionalis memi:iki pcnga:uh yang lmat. Sccara sosiologis, mcrcka lcbih mcmbutuhkan sandaran tradisi dan praktek yang napan untuk meodukung aktiv~tas hhidupan mereka ::libandingkandengan tawatan-tawaran bam sepeni yang diberikan kaum modernis.
Konstruksi dan Rekonstruksi Teks foenomena keberagamaan di Takengen meaampilka.n coraknya
Stuciil. lslilm:k.., Vol. 1. Nc. J, 1~94
yang sangat skripturalistik. Dapat dikatakan, Islam mociernis dan tradisionalis adalah "Islam buku." T eks suci menjadi pijakru1 sekaligus menjadi ab.t penentuserta pembatas bentul,;: serta wilayah agama. Hal ini sangat berbeda dari fenorr.ena pedesaan Isak, yang tidak begitu cerkena ams rradisiooalis maupttn modernis. Masyuakat Isak menampilkan level keberaga:uaan yang lebi.h berhubungan dengan persoalao-persoalan hidup kcscharian. Jika tradisionalis dan modernis banyak bersibuk pada persoal::m-persoalan ritual sert._ ketepatan i:1rerprerasi teks suci, masyarakat Isak menampilkan ajaran-ajaran agama dalam praktek yang lebih ny aLa. D isebabkan wilayah prakteknya yang bcrbcda, kaurn tradisionalis atau modernis seringkali merasa sulit memberikan penilaian terhadap praktek kcbc:agamaan r.ersebut. Di satu sisi, legitimasi teks sue: seringkali tidak meneyentuh persoalan yau~ Jipraktekken oleh mac;yarakar. lsak. Oi ~isi lain, kctcrlibatan teks-teks suci dalam praktek tersebut cukup intens, meskipun dengan pola dan penerapan ya:1g jauh bcrbcda. Untuk melihat pola keberagam:r:itatiort), Jan salat (prayer). Rapalan merupakan doa yang mcrniliki harapan khusus dan biasanya harapan tersebu: disebutkan secara langasung. Jenis ini mem.iliki k.aitan praktis yang knat, sel- ingga nama-nan:.2 dari jenis doa ini menjadi sangat beragam sesua.i deuga:l harapau yaug ~~~udak. dicapai. Ada rapa:an untuk membuat kebal tuouh (do:t kebet) dan ada pula rapalan wm:k membuat penampi:an lebih atral,.tif, sejenis pe:lc1: atau susuk d.i dacrah Jawa. Doa yang dibacakan dalau: rapalan ditujukan kepada arwah tertentu, atau diLUjuk,m u11L1k memperoleh kekuat:an dari Tuh::m cl:in ?ara nabi. Adapun susunan doa merupakan campuran an tara kalimat OOhasa Arab, Gayo, atau :\-1elayu. Permohonan merupakar. jenis doa yang meoyer.1pai rap:tlan. Doa :ui jugaditujuk:m lu~p:ub :~-wah ::~tau malaikar dala:n rangka meminta bantuan untuk mewujudkan keinginan t.~rt.~nlu, seperti :nenyembuhkan orang sakit atau mcogusir roh jahat yang mengganggu seseora:1g. Perbed:1an y:,;.ng menonjol dari rapalan terletak pada kurangnya kepa~rian n~ntang ke6erh:~si lan yangdiharapkan. Bila dal.am
St~d~Isl.smilea.
\loi. 1. No. J. 1'194
rap
Setebh selesai mengucapkar. kalimat ini, Abang Kern a menj:;ulang kembali bacaan ayat al·Qur'h di at:;.s untuk kemudian ditutup dengan r apalan dalam ·:Jal1asa Gayo yang berbunyi: Selimutku d,:u-i T ul1.:1n n:.antdku dari T uhan ~<>leudangku dari Tuhan (77) .
Sclcsai mcr:gucapkan se1uruh rapalan, Aba.1.g Kerna berkonsentrasi penuh membayangbn bahwa akan datang sua:u cjtra pakaian dari Tuhan. Ke.tika citra te::-sebut sudah muncul ::lalam konsentr:asinya, Abang Kerna melak.uk..uJ gerakau ~eak.an Jia mengenakan pakaian tersebut. Melalui proses ini, Abang Kerna yakin bahwa rapalar: yang diuca?kan tersebut telah mencapai sasaran dalam membuat tubu~mya kebal terhadap segala senjata. Prakv;:k m~:nggunaka:1 bacaan d-Qur'an untuk tujuan praktis scpcrti yang dilakukan Abang Kerna merupakan fen omena urrtum di
Srudra islatr.tka, Vol. ;. !'«>. J.
1~94
Isak. Kcyakir.an tcrhadap kckuatan yan~ terdapatcclam ay::t al-Qu:'fut tersebut jelas :idak didukung olah legitimasi historis. Asbab af·nu.zu!. yang te:ekam menunjukkan hahw:~ ayar. rersebuat :limaksuJ stLag.U dorongan umuk menciptako;.n !Jtrdama.ia.Jl a.Jltara umat Islam pada saa: itu dengan masyarakat Mckkah. Di tangan masyarab.t lsak, aya: :ersebut diinterpretasikan seb:tliknya dan dianggap meng~ndung
:.cekuatan ttntuk perang. Cara pandang ini he.rmh.K helakang Jengan lanJie>au hi:;Luris kou vens:onal; apalagi. penggur.aan ayat·ayat terse but dica:npuradukkan de:1gan rapalan lai:1 yang menyi:atkan paham tertentu d<J.ri masyarakat setempat. Di mata kaurn modernis. seperti Tengku A<>alndciin, kr>yakinan in i .;ama ~~ldi tjdak m~mil i k i dasar. Meourut Asaluddin, Ayat ini menjelaskan l:ah\\·~ T uhw ~tude kat dankem.enang<.n telah br.r:~1~ dnlam gcnggf.man. Tuhan akan mernbar.tu anda jika lnda mempe:b~.iki diri :udalui il!aJahdaupet !uatau baik l~inlly~. Anda dapat mcm i.nta pcrliudun~an 1bri Tuh:m ;Lm Dia al1an memer.ub pern:intaan anda jika anda ikhlas da:am ~ncmohon. jib orang ywg s:.leh membac.;t(~pt-aydt}al-Qt,r'at~ ~h n k~rntu-li~n :nem::nta kekebalan terhadap peluru, T uhan mun~;kin abn mengabul:
Meskipw: Tengku Asaludd:n cidak menyalahkan seca.ra laogsung pcmahaman Abang Kcrna, dia tctap berteguh ·:>ahwa tidak ada hubung:m langSt:.ng :mt:lra rapahn dan kekebalan. As<1luddi:1 leb!h me:1ekankan penrjngnya kesucian d;~n knnriisi .,pirit:Ia! seseorang :;~ta kemutlak.<1.11 kekuasaa.11 Tuhan. Dukan rapalan yang membuat seseorang kcbal, namun l~chcndak Tuhanlab yang membu at seroua itu dapat terjadi. T uhan hanya akm mengabu:kan doa orang yang ha:iny:~. bersih ~erta taat kepada atur:;.n se.:-t;~ per:nt::.h-Nya. Maka persyararan n~rsehm menjadi lebih peming c;;.ripaJa :-otpa:au dalam memperoleh kekuatan atau kekebalan. Tentu saja pandangan Asaluddin yang mcr.iadalmn hubungan antara rapalan dan efek ya."lg dih:ll':lpkan :ni rnendapat respon keras dari kalangan yar.g mempercayainya. Misalrya, sal:~h seurang kepala ka:npwq~ Ji Isak lllt:Jllberika.Jl tanggapa~1 yang c·J.kup sengit terhadap pernyataan Asaluddin. Tetapi Na·:): Muhammac smdiri berdoa dan kira sepenuhnya :11engikuti nabi. Bahkan ayat-ayat d:lbm ai-Qu.r'~.r. senlUanya juga menpabn do~. Sl'h~g~i ~ontoh, kctikz. :1.abi N~uharn:nad dikejor kejar olch f.eorang panglima perang fir' aun, malai.kat Jibril mennmpaltao kepadar:ya surat Qui h,~ (al-Qur'~n,
SlJI
V~L
I, .'h J,
!~:?#
112). Di saat rnusuh hmdak m:ml::unuhnya, Nabi :ncmbaca surat ini. Langrung pe~<Wt!,Yaiii!, Jipeg<:ug panglima lau jaLuhci.au kuda mugg:a.ugannya Lenggelam terjerembab dala.m pa~ir (Rl).
Pandangan kepala kampung ini jelas membenarkan adanya hubungan langsung antara rapalan dan efek yang citimbulkan. Dalam khazanah am:ropologi, prakte.k rapalan ini mungkin disehm magic Menurut George Farrer, magic tidak lebih dari cara berpikir yang keliru yang meyal>cini suatu ti:1dakan sederhana., rapalan misalnya, dapat memberikan efek kongkrit. Akan tetapi, praktek rapalao yang dilakukan ma.~ya.rakat lsak iri ti.i bagian dari rapalan yang diucapkan dala.c1 bahasa lok.al. Tind.akan ini mt:IIUTJjukhn h;lhwa m ereka memiliki cara pandang tersendiri terhadap agama. Rapalan atau permohonan memiliki lo~i ka dan pendasaran pada dirinya sendiri. Keinginan mendapatkan kekebalan , m isalnya, did~arkan pada konsr:-ukst sejarah yang dap~u melr.girimasi prakrek tersebut. Masyarakat Isak percc.ya bahwa manusia dan besi men:ilib sejarah yang terkait. Dalam rangka kekebalan, seseorang dapat menyebut kembali sejarah tersebu: di hadapan besi dan memintanya m1tuk bl'rper~n sesu_ai dengan peran yang pernah dijalankan dalam sejarah penciptaannya. Konstruhsi sejarah yang juga Lerfungsi sebagai rapalan ls.ckcba:an adalah sebagai beri kut: Hai b~~i. Wahai h ~mb~Nv~; wahai rasu)Nya satukan tubuhk~ dengan besi .
"Kun" :irman ,\llah "fayakun" sabda Muhammad hukumnya terh adapmu: sujudlah di h~ciapan Tuhan Hai Hasan, hai Hu~ayn.
Zat laksin aC.ala!t uamamu. Le~ b:J nama ibumu "Kun" iirman All:.L'l "hyakun" sabda Muhar:nmad;
Studi4 ;.,/am,ka, Vd. 1. No.3, i99L
hukumnya untukmu (91).
Praktek ini dimnlai deng-an rr:emar:ggil besi. Denga.Ll memfokuskan pe.rh:uian pada besi, ora.ug yang bersangkutan kemudian mcminta Muhammad untuk mcmbuat tubuhnya sekuat besi. Dabm ra?alan ini juga diiibatkan kalimat "kun fayakum" y~ng merupabn bl imat yang diuc~pbn Tuhao ketib rre.nciptaknn makltluknya. Pelaku juga mengingatkan kebeJ-adaal.l besi dengan menyebutkan nama dan ibunya. Sementara itu, nana Hasan dan Husayn ju~a turut dimas:1kkan sebelum ditutup deng:m mengucapkan kembali "kun fayakun" sebag~.i kalimat penciptaan. Secara retoris, rapalan di atas lebih d:maksudkan untuk mengingatkan besi mengenai asal-usulnya se:ta kctc:kaitannyadenga.'l manusia. Penjdasan historis ini dimaksudkan untuk melegit imasi keinginan yang dibawa pelaku terhadap besi. Unruk r:1enjamin terselenggaranya keinginan rerse.hm, pelaku menyebut na.ma Tuhan, Muhamma.J, Hasan serta I Iusayn. Pelaku juga melibatkan kalin:at penciptaan, "kun :ayakur.", dalam rapabnnya sebagai upaya untuk menjami:1 tercapainya keh endak terhadap be;i. Rapalan ini berkesuaian dengan a.~al usui ?tmci;naa.~tmanusia dalam kaitanuya Jc::ugan keber
uw
mP.nr.t:ri·.akan :!fayang terjad:. Tuhan membtritahuapa yallj; h;u·w dikatakan kep:~du bes1, danJibril mei:lkukannya sehingg,~ janthbt he~ tt~but ke tanah. Scjak itu bcsi mcnjotdi bagian 6ri tanah. Jibril meng.1mbil tig:\ bel:ts potong besi, te 1api han ya lLCl!tah~i du~ belas untuk dim<~.suhkan kc dalam tubuhAdam. Ad~ (/'rnumg he.~i yang kcfanjangan mcnancap di tubuh AJ <.m; Jibril mernotcngnyadan melernparkan sua p otoog:t:l, yang '-ce.mndian menjadi besi di dWlia ini. Jibril bcrtanya pada l:esi apaknh nantin::ra akan be:manfaat bagi ffi31!U~ia Uall hesi lllCll~iyaka1: fCl'Unyaa:l tuse but, tctapi ia akan membah-.yakan menm ia jib mr.r~b ticlak tahu namanya dan asal usulnya. Al~an tetupi potongan 'oesi yangketiga bel~s. ya.ng tidakditana:r•k~n h .-bbm tt:buh A
besi tersehut. ticbk ak::m t\lnd\ k pad~ manusia. Disebabkan oleh kekua:mgaj:=.o.nya plda Tuh:m, besi w.i di.namai "besi b.:atlat." Tet~pi jarang
mauusia yang 1::1ati k;~reJlanya
:n).
Nan.s: sejarnh y<mg dipegang oleh Ir.asyaral{at Isak di atas mcnjadi c:i~.sar bagi penentuan pola hubungar. antara manusia deng:tn besi. Rapalan lebi~1 berfungsi sebagai upaya unnik membuka kesadann besi
mcngcnai narr:a c<.n asal usulnya. Pelaku juga dapa: mengin);atk.au kembali janji besi untuk memberikan man:aat bagi manusia me:alui rapalan. Dengan menyebut nama Tuhan, Muhammad, Has.1n, serta Ilusn ye'laogkan fuian. Mcskipun sese orang ticiak roengerti aci yang d:kan::h.:ng ay;;.tayat tersebut, pahala serta berkah 'l'uhan tetap alrekamengatakan bahwa kepercayaan :ersebut
cw
tidak dapat ditcrima olch [slam. Percaya bahwa baCMn tertentu dari ayat-ayat al-Qur'an men:iliki kekuatan dan dapat digu:J.ak.an secara pragmatis bagi keperban kongkrir mempakan r.indakan mu5yrik. Sihp ini hertentangan dengm prins:p ltl::£Jhfd dalam Islam yang menekankan keesaan Tuhan. Mengharapkan terlaksannya kcinginan dengan menyandarkan diri pada kekuato.n yang terkandung da:am ayat sama halnya dengan tida.k meng:aktti kekuas<'lan mutlak Tuhan. Mab pembacaan doa bagi rnen:h yaug 1:1eninggal atau priktek rapalan tidak dapat diterima oleh kaum modernis. Namun demikian, sebagian kaum mocernis percaya bahwa katakat;; tertentu, khususnya ayat·ayat al-Qur'an, memiliki arti yang berheda dari kata·kata bi<JsL Dt'ngan pr.neketelah itu tcrjadilah apa yan~ ?Crnah diccritaka.n or~ng pada saya: saya diuji ::>leh m~nggembala kerbau
Studiu !;/ami!.-,, Vo?. 1, No, ), 1?:.>4
bebe~pa bayaogan. Y :mg pertama acblah m lC3n, mengaum kerns, menyeringo.i ke arah saya. Saya bisa rr..clawann:ra, tctap tcros membaca zikir. Kemudim1 datang ular be~il1 J' herha;il oehw~nnya d~n terus bcrz.ikir. Kemudio.n dotang geiomb~ng besar menggulung tubuh saya; saya l:crcnang kemudian tenggelam dan ak.ILmya ruati. ltupun :.ay" lt:l:.IJ Li$a lxrtaLa.u Jauu::us 7.ikir. Terapi kemudian datang ml}-at ber]lllan mengha:npi :1 saya, dan ~aya hri Tl''hir:t-birit. Sap .llX'aung tak\n ~k~li dengan mayat dan sclalu me1111hindar tc:rupat·tempat di JWIU
Penmuran ini menunju:<.k<m bahwakek-.1atan tidak dap;~.t diperoleh melalui cara. yang muJ
Sutdia lslamika, V<>l, i, No. J,
1~;11
eksistensi material .:nerupakau la.wan spiritual. keduanya tidak dipandang terpisah. Eksistensi material tetap berkcsinambungan dengan yang spiritual. Bahkar., dalam konteks peociptaan, semuanya terbit s~tu sama lain. Proses penciptaan tersebut, menurut Reje Hasyim, seorang pemimpin politik dan S;lstrawan di Isak, berjalan sebagai berikut: P~d~ ~w~lny~ png ada hanya.lah kalam Allah ckl ~ebui.'l benda ya:1g ;)entuknya bulat seper:i tell:l". Tuhan memberikan perintah6n telur tersebut terbelah menja:ii dua. Belahan ym~ sa:u kcmudian mcnjadi cahaya Muhammad dan ymg sanmya .:nenjadi cahaya Tuhau ... semuauya yan~; .tda di bwui kemt:.dian diciptakan dari cahaya Muhammad (1C7).
M e5kipur. kec!ua helahan itu dikaitkan saui ~
Muhammad tetap berbeda. Huruf ali/ dan mtm kemudian dipakai untuk mcnggambarkan dua keberadaan eksistensi avral ini. Selaku huruf pertama, alifmeogacu pada cahaya Tuhan dan mim merupakan inisial cahaya Muhammad. Setelah tahap peaciyt..aan ini selesai, rnenurut Abaog Kema. Tuhan melanjutkan proses pcnciptaan berikutnya. Tuhau kenl.ldian!llereu.:;anahn sesuatu dalam ?ikirannya untuk ::nengisi jagad ~aya. Dia merencanakan >'Ub yang kemudian 1\ltUr. .ke oumi dan mer:ulisk:m huruf !.1m pada bungkusan mh. Semua ruh ad• dalam huruf !am i.ni. Pcr:aoa Tuhan mcrcncanakan bcnda dan ciptaann)'a ini ditempatk;tn dalamlam; keuka o.:ipla«I: t~scLuL Lm:~lisas:, hun"f aiifdihmbahk~n ke dalam !a.m, ~rhingga h~ntia-he.nda tP.rs~hut menjadi lam·aiif. Semua zat ben:h berasal dari mim, tetapi cahayanya,.yaitu yang ::nemberi hidup, bcrasal dari lam·alif. Euruf mim adalah muhammac dan fam·al{adalah cah~ya 'fuha::J. can Muhammad (lJY).
T erhadap pemikiran spekulatif ini, kalangan modern[s sendiri sedikit banyak memiliki pa.."ldangan yang juga serupa. Menur~t Tengku Asaluddin, Cahaya 1vh:.ham::nad diciptahan d~ri esensi T uhan, C.;m :;ahaya Adao kernudialldici,?:akan dari cahayaMuha::nmad. Cahaya merupakar. asal :1yawa d:m abl. S>1'11~ sep~rti r.ah~p b:r,rn: kem~r:a hilaq~nya kapanmati.nya? Sarna seperti nyawa pada saat kematian (1 1..:.).
Hnhung:m
ant:lr<1
T~ 1han dan manusia
Asaluddin sebagai berikut.
.'ituilta fs'.wmka. Vol. i. No. J, 1~9~
dijelaskan oleh Tengku
Di saru ;is:, tP.rchpat p~·becl~"n -nend~sar antara PencifU d~n yang D : ;i.si ::ain, kttll::ter:~sa Tuha.o adQ pJ.da diri kita; hit~ mcmJilti rasa ketuhaJlan. Hal ini discbabkan kJreoa Tuhan senantiasa berhuLuu~;<m c.lcu;:an nyawa S.ita. Seh~gian orang dapat menj~di hfnar·hF.n:~r rh1r1 sem
Keterangan Tengku Asaluddin di atas me:niltki lor;ika yang mirip dengau narasi yang dikemt:ka.
:ransp:u:an. Dari b<1yangnn ini J,bril hi;a mcmbayan~an bcnt-.1k Muha::tmud dan dari gambaran ini dia membuaL uculuk Auam. Tnhan kemudian .lldctakkm I,yawa di mnga::1.]lbril dotr. memerintahkan un111k m~mh~"ll7:t &1n rr.emamkkanny~
kt chhm tubuh Adao. Te:apt kettka Jibril tu."llll ke bumi, din membuka gcn?;j!;aman tangan."lya un:uk melihat apa yang d.irasahu lr.:ral U:l~pi ridak ada subroL'l;inya. Pada saat dia membuka gengga.:nannya, nya\\oa mrli r.·rbang ktmudia.n me.nj~lr:1a mcnjadi]in.. Tuhan membe~i npwa tal¥ untuk dimasukk.w ke tubuh Adam, tetapi kcl: ini sulit un-:u.k ::nasui kc dalamnya. Nyawa tersebut suda.h bcn.saha masuk melalui lubilllf,·lub,ulr, yaug ~Ja di ~tkujur mbuh Adam, Letc1 ubah m~u;adi riil jika ditaw!Jah ah/ .4/ifadalah sesuaru di durua da..1.lam ada~ah mnr.ang~nnya.[..] Jibril kemnclian membawa nyawa tersebut dan men:asuk:taunya lewu.: ubun-ubun di kep:!la Adan can berknta: "bulta, d·.td·.l:t, dan tutup". /li/la•n p.ng ada di tubuh ,\da:r. lerbuka untuk lll~tleti:la Hyawa; ny<wa tersebur kemu:Jiau m~ukdan lam·alifme:u:1Jp kembali, sebg-aiman• trngkor~k ooyi la:nhat hun mt'n11n1pi 1: b=-·.t':>=np. K~tika lam.,.tifmembu.ka ubl.l;l·cbun kcnb.ili, saat itulili nya""a Jtleuin~~;aU.an kita dan kin mari (l ::'i-lf>).
Seluruh skema di atas mer:1berikan ~pmbaran yang jelas r.1.engcna.i asal usul Jan proses penc.iptaan yang menghubungkan Tuhan dan mal;:hluknya. Tuhan C:igambarkan sebagai sum0er J<~.ri s~gala yang ~da. Nam-.m demikian, Tul::an tidak berhubuogan langsung dengan Sw1i4 islam!ka, VeL /, No. J, i99L
mahluk ciptaan-Nya. Hubuu~au. tersebut dijembataP.i ole:1. po~isi cahaya Muha_-nmad yang merupakar: ciptaan T uh
VoL l, .' b. J. !}!It
Izrail adalah unsur ini. Keempat unsur spiritual daLun d iri manusia ini mengejawantah dalam tubuh meterial manusia dalam bentuk air ketuban, darah, tali pusar, dan ari-ari pa
dapat melepask.au pc:rhat.iaJlll}'"- d;u·i ruitos yang menjadi pegar.gan mereka. Rasionale da:-i tindakan m.v:yarc.kat hanya dapat dibedah melalui sistem pengetahuan yQilg menjadi landasan dan keperc:..yaan mereka. Jenis-jenis prakrek kehiclnpan seperri ini sering Lersifat ambivalen bagi kala.ngan tenentu. Kaum modemis yang begitu kuat bcrpcgang pada al-Qur'an dan hadlth seringkali merasa sulit memberikan penihim. Kenyataan ini dapat dipa.h.ami, menginga: cakupan wil~ yah agama yang didefi ni sikan oleh kaum muJerni~ berbeda dari pemaha1:1an agama masyarakat lsak pada umumnya. Dcngan mcnckankan pada teks-teks suci, secru-a tidak langsung k:mm modernis nembatasi peogerti.an agama paduuatu wilaya.1. yang hanya tercakup dalam teks terse bur. Di pihak lair, m:~sy:mkat fsak, meskipw: tidal secara terang-teraBgau, memast.kkan wilayah kehidupan sehari-hari ke dalam agama atau sebaliknya. Tcks agama, akibatnya, mengalami pcmaknaan sejalan dengan kebutuhan nyata dalam kehidupao seha:-ihari. C:u-a mereka mengartibn teks suci dan tradi~i hkm hisa jadi tidak didukung oleh data st:jarah atau bertentangan dengan kaum skripturalis. Akan tetapi, sistem pengctahuan yang mcreka ban~, dcngan mcngambil tcks suci dan tradisi Islam sebagai sabh satu sumber inspirasi, terbukti lebih d;~.pat memenu.:U kebutub.n n:ereka dalam me.r:ghadapi kehidupan ny:na.
Koherensi dan Rasionalisasi: Catatan Penutup Perbedaan karakter :mtar-a kedua oriemasi k~heragam aan tidi~ menjam.i::1 masing-ma~in~;; pibak untuk tetap 1:~erada pada wilayah ekskh.:.sif me::eka. Keduanya sering terlibatdalam perdebatan ncogcnai
pcrsoalan yar,g menjadi perhatian bersama. Setinp orientasi berus:ilia memberikan interpretasi dan argumentasi terhadap keyakinao dan pr::,kreknya sendiri. Wilayah-wilayah khmus yang~eriug meujadi ajang perdebatan mencakup ritual-ritual yang benifat umum. Cont oh yang paling jcJas dari perdebatan ini adalah kenduri dar. kurb:m. Sepe:ti umumnya masyarakat Muslim di Indonesia, kenduri dan kmban mempabn h::~gi:m yang tidak terpisahkan dari pr.tktek keagamaan. K~ru.iu1·i merupa:i..an at.:ara makan be.rsa:na y;;.n~ C.iselenggarakan pada peristiwa-peristiwa penting, scpcrti hari lahir nabi, 'ld at-{ztri, 'lei aladha dan lain sebagainya. Kenduri juga sering diadakan dalam rangka memperingati kejadian r.errem\1, ~ep~rti kerr:c.tian, syukuran, at.au perpisahau. Adapun kurba.n merupa:-cm salah satu pe:istiwa penting ~"' J;/4mi/u. liQ/. 1• .'l'o. ),1994
bagi umat Islam dan :nenjadi salah satu harj raya. besar mereka. U oac:tr:l Kenduri diada.bn secanl komun al dan meli batkan bebe; apa orang da:-i tetangga ;ekeliEng. Di dalam prosesi kenduri, ayal-ayal al-Qur'~n dan doa-doa dalam ·J ahasa Arab diucapkan bcrsama. U pacara ini juga mensyarakatkan beberapa jenis makan«n tertentu sebagai salah sauL unsur pokoknya. Jenis makanan tersebut bersifat pasti dM r~latif seragam. Pebksanaan kentbri dapat ditujub.n Wltuk mt:mpt:rokh Lerkah -hagi yang masih hidup maupun yang sudah meninggal- mendapatkan ?ahah atau hal-hallain sesuai deng"-n :>eristiwa yang dil'iaitkao. Diantara jenis-jenis makanan y•mg dipakai
sebagai syarat kendttri adalah sebagai berikut: 1. Scpiring nasi :umpeag (berce/:,), emp.n ·.nah pi>
seke:iling r.as: dan telur di teng~l:.r::ya; 2. T·.1j..h manglmk nasi kctan; 3. Empat ~tultdl ht..t apa7!P;
4-. SepHng nasi rebus. Se·nagia:J orant:jnga rnerwmh:;~hhn dan daging scbagai bagian dari unsur kccmpat iill {232).
><}',:r-s>1yttr~n
T erhadap unsnr-unsur makanan kenduri, masing-masing orienra.si keagau:aan memiliki pemahaman tersend: ri. Bagi kebanya.kan masyaraka: Isak, setia? unsur menghadirkan n:akna simbolik yang sang~:t per.ti.'1.g artinya. Mereka beranj?;gapar, babwa tiga jenis makaoan per:ama mempakan m;~kanan yan·g dipersembahkan kepada Tuhan dan mak.hluk balus lairmya. Sedangkan jenis makanan ke.empar., na'>i rebus dan lauk-pau:~nya, dipen:ntukkan bagi manusia yang hadir dalam kenduri. Beberapa kalaog;m di Isak bahkan memil:iki interpretasi yang jauh lebih rir.ci. Nasi t·.1mper.g diyakini sebagai int: kendt:ri dar: merupakan mak:man kesukaan para nabi. Unruk itu, memaka:1 nasi tumpeng d<.pat diartikan sebagai upaya mendekatkan diri denga~: kehidupan sp~ritual. Konscl~ucnsinya, kcnduri haras dihadiri oleh setiap Muslim dalam rangb mendapat~ be:-kah yang dikanduognya. C n.mr kedu:1, n:1.si ket<',ll berjumlab tujuh, diangg;>.p dapat merekatkan hubungan autara }-ang mempLmyai hajat doU1 dw1ia. ~piri tual. .Jumlah tUJUh discsuaikan dcogan jumlah pclindung tubui -zat Tuhan, cahoya Muhnmmad, empat malaikat, dtn Ada:n- yang diharap3:an dapat tr,enjaga keseimbangan mmu:;ia. Unsur ketiga, kue apctm, secara khu~us ~i}Jt:r~embahka.xl umuk Tuhan dan arwah orang yang sudah mcninggal. Jenis makanan ini seringkaE dijadikan sarana sedekah dengan mengirimkannya ke ffiasjid-masjid dengan haraoan
pahala yang .:uuncd dar: tindakan i.-ll dapat cikirim kcpada n:crcka yang sudah mcninggal. Kue apam selalu menjadi t:.nsur pentiog dabm set.iap kenduri. Mere~ oerharap agar kue ini dapat c.inikmati oleh tamu yang hadir dan esensi kenikmatanny:l chp:n C.irao;akan ol~h m~reka yang suJah meninggal. Seri1:gkali masyarakat juga melemparkan atau menycrtakan kuc ini pada saat prosesi penguburan berlangsung dengan harapan orang yang sudan meningga] dapat :nenikmatinya. Tenru saja kaum modernis uJak uapal menerima pemaknaan. seperti :ni. Bagi mereka, unsur-unsur makanan kcoduri tidak lain me:-upakan bentuk kemt:.syrikan yang sangat terku:uk. 11ereka tidak dapat menerima keyakinao bahwa maousia da;nt be:-komunikasi dengan a"\\.·ah m<1nusi:1. Merek:l j:tga r.idak dapat me:1erima Lahwa makanatl dapat menghantarkan seseorang untuk dapat .:ueng:irim pahala kcpada orang yang sudah menicggal. A;.datangi kenduri. Dcngan cara in:erpretasi:1ya sendiri, 'l'engku Asaluddin ti::lak begitu saja meno:ak simbol-s:mbol makan:m dala:n upacara tersebut. H anyasaja, dia lebih me:.ihat semuanya i:llsebagai ~irrbol-;;imhol dari :deal yang diiogiuk.an oJd1 ~~n
Srudu ts!armka. /"oL 1, !\'?. J, em
kambing dapat dijadikan tunggangan satu orang; sedar.gkan ke1·bau atau sapi dapat dijadik:m tunggangan tujuh orang. Malta, berdasarkan alasan ini, sapi atau kerbau dap-at dijadikan kurban oleh tujuh orang. Kacm xuudernis :ebih mer:ekankan arti pengorbanar. ketimbang binatangnya (280). Kurban dipandang oleh kalangau MubammaJiyah sebagai ::mjuran untuk bersikap tolcran tc:-hadap sesama manusia. Kmban jl1ga dia..'-ggap sebagai sikap yang harus tertanrun pada setiap indjviJu Muslim. Artinya, kurban :nengajarkan umAt Islam untuk senantiasa siap mengorbankan segala yang Jirniliki bagi kehaibn agama dan kesejabteraan :>crsana. Segala j:::nis pamrih harus disingki:-kan dari peristiwa berkurban. Jib berkcrban masih dilaml;;sk:tn pada pamrih tertentu, arti kurban akan hilang dengan sendirinya. IkhiJs adalah kata kt:.nci kurhan; kurb:~n akan sia-sia jika tidak sepcnuhnya dilakukan dengan ik.l-J.as. Pandaugan moder'nis meniadak;m dimensi transaksio.:1al dalam berku:-ban. Maka scringkali penyemhe.lihan kurban tidak diludiri oleh orang yang berkurhm. Mereka juga seri.ng tidak l.aJir pada saac ~cara ?es:a m::~bn bers:lma yang menyertai pclaksanaan kurban. Fenomena ini. semaki~1 meneguhkan perbedaan orientasi keberagamaar: k al:rn modcrnis dari oriemasi kebanyakan kalangan tradision:llis meupun masyarakat pedesaan Isak. Mecian perebutan mak.na tidak hanya berhemi pada mao;alah kurban do.n kenduri. Terhadap masal.L1.-masalah lain yang menjadi perhatia11 bers.'llla, masing-masing o:-ient:l.Si terus terlibat dalam perdebatan. Bagaimanapun juga, rl11a orientasi keberaga.maan di atas tetap mencerminkan logikanya se~1diri-senJiri. Bahkan, jih dilih:.Jr bahwa · setiap pralnek senantiasa tcrkait dengan sistem pengetahuan masingmasing, keduanyo. tidak dapat dibandingkan satu sama lain atau diletakkan dalam sebuah garis yang berkaitan satu sama bin. Fenomena ini mendvr ong penulis unmk mengkaji ulang pemikiran Weber tentang agama. Menuru: Weber, agama akan mengalami dis· enchantment pada situasi .masyarakat modern. Proses kchidupan mod· em yang IP.bi h rasional akan berirnbas pada model keberagamaan yan~ .iuga rasional. Unsur-unsur t.akhayul d.alam :lgalT'~ tr.ldisional akan ditinJau kembali dan bahkan ditinggalkan sama sekali olt'h pemeluknya. Proses rasionalisasi agama ini pada akhirnya memunculkan pola-pola keagamaan b:J.ru yaq; berbeda secara radikal dari fenomt:na keberagaaan m:1syarakat tradisional. Agama modern, berdasarkan karakternya yang rasional, tjdak lagi t.t:rkl.ngkung pada
SiU11d lslan:tka. V.>l !, 1\o. :, 1994
n]ai-uilai lokal; jangkaua.11 or.ientasi uereka lebih luas dan nila.i-nilai yang dijadikan pegangan juga scm,;.kin bc:-sifat universal. Dengar: hibngnya unsu:--unsur mistik; agama modern cenderung menekankan aspek-aspek moral bagi pemeluknya. Skema Weber ini dapat clilihat dengan gamblang pada karakter kebera~amaaiJ haum modernis di Takengen. :Ylereka lebih bersikap rasior:al dalam bcragama, sebar;aimana dicontohbn d1la:n par.dangan mereb. terhadap pembacaa.n surat al-Ikhlas dan komunikasi dengan arwah manusia yang sudah meninggal. Dengan rne:IekankGlll tJtHLiug;nya al-Qur'ar1 dan hadil:th sebagai pijakan beragama dan perlu!lya be:-sikap kritis tcrhadap ediit, mereka juga menampakkan o:-ientasi yang bersifat t:niversal. Lebih da:-i itu, sebagaimana yang terungkap dalam pandangan mereka tem;;ng ani kmha.n -keikhlasan dan bu:'.ma-sama bersifat rasional. Arti tasional dalam kontcks ini le.::>ih tepat jikadilihat sebagai nilai koherens: sua:u tindikan y.mg didasarkan pada sistem pendas;;.r:m yang dapat d:cerna se.:::ara logis. Sistem pengenht:2n masyarakat lsak tetap menampilkan ~malU bemuk ?t:uahmm yang logis d:an tidak dapat begitu saja dianggap tidah rasional. Berdasarkar.. ni1ai kohc:-cnsinya, semu>l praktek keberagama>J.n mosyarakat ?ecesaan Isak dapat dipandang :-asional. Namun, jib didasarbn pad a teori We.her, prakie.k k.e.tgi mcnjadi agama modern. Dengan demikian, jika orientasi kebera~amaan kaum modernis telah rnengalami rasionalisi, makA oriemasi keberaga:naan masy;;~.rakat Isak r.elah m~ngahmi proses kohe.rensi. Banyak hal yang diungkapkan oleh buku int sangat menarik untuk dika;i. Metode yang diterapkan penulis mampu merekar.1 penuturun langsung dari masy:arakat yang menjadi kajiannya. Car·a penulis mengungkapkm pandangan masyarakat setempat terasa lebih uluh jika dibandingkan dengan karya etnog:-afi lain yang membahas Islam di Indonesia. Dengan berpijak pada wacana, masyarakat dari pelbagai or!entasi dapat ditampilkan se·:::a:-a lebih memadai. Penuturan yang dimnat di dalam buku ini juga ma:npu mencak up pelbagai r.ingk:n:m pemikira.11 keagam.aan yang tercapat dalam masyarakat Gayo. Mastng-
Stucli~
blam:ka, Tlo/. 1.. ~Vo. J, 1994
masi:Ig orif'!nr.asi napar. tampil tar.pa harus dikala~kan oleh orientasi besar yang ada dalam masyarakat. NatnuH demikiaH, Jeskripsi bu~u ini juga menampilkannuansa-nuaasa yang muncu) di antaraorientasiorientasi yang berbeda. Islam tampil beda melalui pendebtan yang dipakai oleh penulis. Islam tidak lagi Ji ~.ampilkar. se:Jegai sept>ranght aj:nn ya.:1g mapan
dan final; sebaliknya, Islam jugc. tidak !;;gi dipenenta.ugkatl melalui dikotom.i antaralokQlitas dan universahtas atau puritan dan sin;rrctik. Buku ini lebih menampilka.n :slam yang hidup dalan:. masyarakat dengan segala lokalitas, imerprecui ser:a oriemasi merek<1. Masing· masing orientasi keagamaan muncul dengan segala karaku:rist.ik Jan prakteknya. Maka tidak jarang tcrlihat bahwa orientasi-orientasi keagamaan :ersebut saling desak mendesak. Bahkan melalui suatu prose!; hi<>:oris, ek onom.is, dan politis tertentu, orientasi satu dapat mendesak oriemasi yax:g laiu. Cuuwh yang jelas adalah proses pembcntukac trad.isi modernis di T akengen, di mana dalam proses tersebut kaum t:adisionalis tedesak ke wilayah pinggiran . .Melalui perkembangan ekonomi, hublmgan d~gang, per..didihn, dan proses politik nasional lndones:a, kaum t;·adi~im:Ji~ ~makin u:: desak :-<e pmggtr. Meskipuo demikian, perbedaan orientasi keagamaan, apalagi pe.rhenaan afiliasi lembaga, tidak dapat dijad:kan batasan teg1s dalam
memahami praku:k kdildupan masyarakat. T~ngku A.~aluddi:n, sebag.U scorang modernis, tetap memiliki keserupaan pandanga:1 dengan kalangan tradisionalis dan bahkan masyarakat pcdcsaan. Dalam memanc~ng genesis manusia ata'.l kenduri, mis~nya, pand:mgannya sa.ngat dekat. Jeugan ~angan non-mooern is. Te~hadap kaslls sepeni ini, wa::ana l:arus dip;;.ha.m1 sebagai p:::mik.:ran clan Lindakan yang berproses. Wac ana tidak mcnampilkan segala sesuatu seca.ra tegas dan jelas. Masing-masing pihak berbim.n satu-sama lain dan pada saat yan~ sa.ma juga membedaka.:1 diri dari yang lain. :\-feskipun d.-mikian, penn lcmbaga pendiC:ikan, ekonor:il, politik, dan laimtya. ltlap rnenjadi faktor penting dala::n memur,culls.an dan memantapkan suatu wacana.
Ta.npa ada jarir.ga.n sekolahan, pertumbuhan e~onomi perkoman, dan politik nasional Tndonesia, wacan modernis sulit untuk menjadi mapa.n di T akengeu. PaJa .saat yar..g sa:na, insri r.usi-i nstims: rersebm menjadi faktor yang meman tapkan modernisme dalam menggeser kedudukau tradisiomlisn:e di T akengen. Penulis tamp~k berusaha menampilkan segala sesuatu seperti apa
adanya. Masing·masing pihak diberi ruang ur.tuk mcngeks?resikan model kcislaman mereka. Namun, dengan CQra seperti i.ni, penulis terkesan c:mggung uncuk memberikan analisisnya ser:ara leh[h mendalam terhadap fenomena y;~ng hegitu be:-agam. T ctm]Jemuk wacana keagamaan seperti apa ya.J g mereka ke:nbangkan kurang mcndapat perha:ian. Bcgitu juga kctika penulis sampai pada. peri ode Orde Baru dan menyebutkan in:ervensi r.egara dahm wac~na keagamaan, dia kura.."lg mengembangkan wacana keagama:m kabogan ~merimah ini. 'Padahal, seoagaimana diketahui, patla periode in.i pemerintah banyak mendor.unasi wacana keagamaan masya.:-akat, baik melalui institusi keagamaan negara ma.upun institusi kontrollainnya. Akibatnya, cara pandang buku ini masib terkesm didomin:~Si oleb ist: dan ~rdehatan lama: modernisme dan tradisioH&li:>me. lsi bu&u iai pada a.'.iliirny<>. juga terkesan lebih ban yak rnengur.gkapkan pcrsoalan-persoalan yang secara um·.un sudah dikctahui. Praktek keagamaan y:mg ciitampilkan, baik modemis maupun tradisionalis, bukanlah hal yang barulagi dalam fenomena kP.hP.r:~gamaan masyarakat Indonesia p
Sruai"' hi.J,.uka, Val. 1, No. J, J9J4
persoalan-persoalan tersebut belum ·:>anyak diketahui. Babasan yang riuci Jan rnendalam "~:erhadap fennnena yang sudah umum ini masih jarang ditampilkan oleh penulis lain. Lepas dari kckurangan-kekurangan tersebut, buku ini tetap menyumbangk.:m sesuatu yang smgat besar bagi kajian Islam di Indonesia. Perrama, hnkn i:U menawa:-kan ::ltematif pendekatan b~.ru dalam
mengkaji praktek kehidl!pan masyarakat. Kedua, buku ini juga menawarka:1 alternatif Jain dalarn mcmahami dan mendefinisikan fenomena Islam khususnyo. dan ag.una pada umumnya.
Catatan Akhir 1. Pcrdebatan meagenai hubung;ut ant<.ra hrya etuo~;:di Jau g yoos sec:u-a tegas menggunakan inilah Islam dalam bcr.tuk tungga.: adalah AbC. el-Ham.id cl-Ze:n. Dalam paJlda.ug~unya, asumsi tcmau~: l.>law yant; tunggaltidak memiliki pendasaran yang kuat. Fen omena m~syarakat mmlim nnni< m~nnn ;1:k hm ker~gaman ya_'lg lm.r biasa b~yak. Tidak satu pu.n b~ntuk keislam= yang dapat diseja)arkm dengan bet:tuk keidaman pnr; lain. Malta sc butan "ls· lam" harus diganti dengan "Isla!W•. Lihat makalahuya "D(ycud [dc:vl~y ;n:C.:
Theology: the Se;.rc;h for an A:l~hrc.pnlogy of hl~m~, li1J.mlsti Re'IJie-.v ofAnrhro. po1ogy (1':177), hh. 227-54. 3. Con:oh dari pendcllatan baru t::rho.dap ]slam, :ilut William ~. Roff, Js!,;m and tJg Political Ecvrwmy o/MeaTtir;g (Berkeley Los Angeles: Califor:tia University Press, 1987), aau Mir.bd Fisc.hP.r c:hn Mehdi Abedi, Debating Musf1m: Ct~ltHmi Dialogues i1: 'f'rt:d1~ior1tmd Posr-M.odemiry (Modison' Univer~ity o: Wisconsin Press, 1990L 4. Kutipan lau&sU!l~ <..utd:« Alinitl dau A~yin, hh.lS-19. 5. Sebagai perbaa.:iingan tentang hbm ~k ripn~li~. lihat Clifford G~~m., !slr.m Ob5?rZ>ed (New Haven: "!"ale Uni..-enity J.Jnss, 196&). 6. Men.gcnai modcr.:~.ismc dan tradisionalismc Islam eli Iu:bue.sia, lihat ]an:es L. Peacocvls., T'tJt: M~
over the 8ct"lyan 'J'ree (.'ogjak:u-ta: Gadjah Y!ada Uni·msit:y Press, 19S3). Untuk pcxnbahasan dari ~spek politik da:J. scjarah, lihatDeliar Noo1·. n,f MO
lleudro Prasetyo Fakultas Dakwah, lAiN SyarifHidayatultah.•]ak,p·ta.