BENTUK KATA SAPAAN KEKERABATAN DI KELURAHAN PENSIUNAN KECAMATAN KEPAHIANG KABUPATEN KEPAHIANG PROVINSI BENGKULU
Zulhanifa Guswira1), Marsis2), Elvina A. Saibi2) 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 2) Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta Email :
[email protected] ABSTRACT This study aimed to describe the forms and the usage of greeting words in main family ralationship and extended family relationship. in retired of house of village head, Kepahiang District, Bengkulu. The aspect of this research is the from and the usage of greeting in main family relationship and extended family relationship. The type of this research is greeting word that used by people in retired of house of village mead, Kepahiang district. The theory used is the theory about the author syafyahya greeting. This type of qualitative research using descriptive methods. Object of research is that there are people in the Village Kepahiang District Bengkulu. To get the data, the researcher did three steps: (1) Researchers make approaches and good communication with the public in the Village Retired, (2) the researcher began the interview by asking the research aspects of the subject under study, (3) the researcher, record answers of question by using mobile phone to strength the data and sources. In analysis the data, the researcher used several procedures: (1) classifying, (2) analysis the data, (3) interprething the result of the data analysis, and (4) concluding the interpretation of the data. Based on the analysis of the data found that in the village there are one hundred and forty Retired tense greeting them: thirty seven words form the main of relationship greeting and sixty seven forms of greeting extended relationship.
Keywords : Words in the Village Community Greetings and Retired orang lain baik secara lisan maupun tulisan.
Pendahuluan
Bahasalah
Bahasa merupakan identitas suatu
menyatukan
manusia
dengan lingkungan, manusia dengan alam,
bangsa. Bahasa memiliki peranan penting
dan
pada kehidupan manusia. Dengan bahasa
manusia
dengan
Tuhan.
Dengan
demikian, bahasa berfungsi sebagai alat
manusia dapat saling bertukar pikiran,
penghubung antara kita dengan orang lain
perasaan, pendapat, dan informasi kepada 1
yang
lingkungan bahkan dengan Tuhan. Tanpa
daerah atau suku. Berdasarkan kenyataan
adanya bahasa manusia akan mengalami
inilah bahasa daerah ini perlu mendapatkan
kesulitan dalam berkomunikasi satu sama
perhatian
lain dan bahasa jugalah yang menjadi
pengembangan
perekat dalam hubungan masyarakat.
daerah perlu ditingkatkan agar peranan
kehidupan
berkomunikasi manusia
di
dan
itu,
usaha
pembinaan
bahasa
bertahan.
terutama adalah sebagai alat untuk bekerja atau
Untuk
bahasa daerah dalam masyarakat tetap
Chaer (1998: 2) fungsi bahasa yang
sama
khusus.
dalam
Ayub (1993: 2) berpendapat bahwa
bermasyarakat.
perbedaan antara bahasa Indonesia dan
Selanjutnya Chaer (2004: 164) menyatakan
bahasa
bahwa kebudayaan adalah sistem aturan-
bertambah besar disebabkan oleh masuknya
aturan
kebudayaan
komunikasi dan
interaksi yang
daerah
bertambah
modern
lama
yang
akan
banyak
memungkinkan suatu masyarakat terjadi,
menggunakan bahasa asing. Mengingat
terpelihara, dan dilestarikan. Bahasa daerah
kedudukan dan fungsi bahasa daerah yang
sebagai komponen kebudayaan merupakan
demikian
bagian
bahasa
dari
suatu
kebudayaan
bangsa
penting daerah
maka kita
Indonesia yang hidup dan berkembang dan
kembangkan.
harus dilestarikan, dengan cara menjaga
pengembangan
kemurnian bahasa dari pengaruh bahasa lain
laksanakan
dengan
yang lebih dominan.
antaranya
melalui
seyogianyalah
bina
dan
kita
Pembinaan tersebut
dan
dapat
berbagai
kita
cara
di
penelitian-penelitian
bahasa.
Dalam masyarakat Indonesia, bahasa yang umum dipakai dalam berkomunikasi
Selanjutnya menurut Chaer (2004:
sehari-hari adalah bahasa daerah. Bahasa
226), kedudukan bahasa daerah ini dijamin
daerah merupakan bahasa ibu atau bahasa
kehidupan
pertama yang diperoleh sebagian besar
dijelaskan pada pasal 36. Bab XV Undang-
masyarakat Indonesia dalam berkomunikasi.
Undang
Bahasa Indonesia merupakan bahasa kedua
mempunyai tugas sebagai: (1) lambang
dipakai dalam berkomunikasi dan itupun
kebanggaan daerah, (2) lambang identitas
biasa
resmi,
daerah, (3) sarana perhubungan di dalam
berbicara dengan orang yang berlainan
keluarga dan masyarakat daerah, (4) sarana
digunakan
dalam
situasi
2
dan
Dasar
kelestariannya
1945.
Bahasa
seperti
daerah
pengembangan serta pendukung kebudayaan
dalam pemakaian
daerah. Selain itu di dalam hubungannya
masyarakat setempat telah dipengaruhi oleh
dengan tugas bahasa Indonesia, bahasa
kata sapaan luar. Misalnya, sapaan abang
daerah ini bertugas pula sebagai: (1)
untuk panggilan kakak laki-laki yang biasa
penunjang bahasa nasional, (2) sumber
dipangil dang dan mama atau ibuk untuk
bahan pengembangan bahasa nasional, (3)
pangilan orang tua perempuan yang biasa
bahasa pengantar pembantu pada tingkat
dipanggil inok, mak, mamak. Masyarakat
permulaan di sekolah dasar di daerah
Pensiunan tidak terlalu mempermasalahkan
tertentu untuk memperlancar pengajaran
penggunaan kata sapaan tidak dalam bahasa
bahasa Indonesia dan pelajaran lain.
daerah sendiri. Misalnya, kata sapaan yang digunakan
Bahasa Bengkulu merupakan salah
di
Provinsi
Kepahiang
ini
merupakan
kabupaten
pemekaran
dari
Kabupaten
(Curup).
Mayoritas
Rejang
Lebong
masyarakat
bahasa di Kelurahan Pensiunan Kecamatan Kepahiang Kabupaten Kepahiang tetapi juga merupakan kata sapaan yang telah mendapat
setempat yaitu bahasa Rejang. Ibu Kota
pengaruh dari bahasa lain.
Kabupaten Kepahiang adalah Kepahiang, yang terdiri dari 8 kecamatan yang salah
Berdasarkan permasalahan tersebut,
satunya adalah Kecamatan Kepahiang.
Kepahiang hidup
pada
dengan
umumnya berdagang.
dapat diketahui bahwa telah terjadi berbagai perubahan
Pensiunan
kata
sapaan
terutama
yang
berkaitan dengan tatanan baru kehidupan
Kabupaten
dunia dan perkembanagan ilmu pengetahuan
masyarakat
serta globalisasi dan mobilitas sosial yang
Berdasarkan
semangkin tinggi serta perluasan penyebaran
pengamatan peneliti, disimpulkan bahwa
media massa ke pelosok-pelosok daerah 3
tante dalam
merupakan kata sapaan yang berasal dari
tentu saja mengunakan bahasa daerah
Kepahiang
Pensiunan
Padahal kata sapaan tersebut bukanlah
hari oleh suku Rejang dalam bertegur sapa
Kecamatan
Kelurahan
menyapa saudara kandung perempuan ibu.
suku Rejang. Bahasa yang digunakan sehari-
Kelurahan
di
menggunakan kata sapaan
penduduk di Kabupaten Kepahiang adalah
Masyarakat
Kelurahan
tetapi dalam kenyataanya ada sebagian
Bengkulu.
Kabupaten
di
perempuan ibu adalah wak atau makwo
Kabupaten Kepahiang merupakan daerah terdapat
masyarakat
Pensiunan untuk menyapa saudara kandung
satu bahasa daerah yang ada di Indonesia.
yang
kata sapaan pada
kondisi ini tentu dapat mempengaruhi kata
dan
sapaan daerah. Kata sapaan kekerabatan di
antara variabel-variabel yang ada. Jadi, data
Kelurahan
perlu
yang dianalisis dan hasilnya berbentuk
dilestarikan
deskriptif fenomena, bukan berupa angka-
Pensiunan
didokumentasikan
ini
dan
keberadaannya agar kata sapaan tersebut
Teknik
serta penduduk daerah lainya dapat juga
berikut:
digunakan masyarakat Kelurahan Pensiunan
digunakan
untuk
(1)
teknik
kepustakaan
untuk
mengumpulkan data informasi dan buku-
Kabupaten
buku yang berkaitan dengan masalah yang
Kepahiang.
akan penulis teliti, (2) teknik observasi yaitu dengan melakukan observasi langsung ke
Metodologi Penelitian pendekatan
yang
memperoleh data di lapangan adalah sebagai
mengetahui kata sapaan kekerabatan yang
Kepahiang
kondisi-kondisi
angka.
tidak punah dari generasi yang akan datang,
Kecamatan
menginterpretasikan
ini
kualitatif
daerah penelitian, (3) wawancara adalah
menggunakan dengan
teknik pengumpulan data dengan melakukan
metode
tanya jawab secara lisan. Dalam hal ini
deskriptif yang tergolong penelitian ilmiah
penulis menggunakan teknik wawancara
karena menggunakan data dan mengacu
semi terstruktur dengan cara menyusun
pada kejadian yang benar-benar terjadi pada
daftar pertanyaan-pertanyaan yang sesuai
masa sekarang, baik dari segi perubahan
dengan objek penelitian yang ditujukan
maupun dari ketetapan acuan yang masih
kepada masyarakan di sekitar Kelurahan
berlaku hingga sekarang ini. Meleong (2007:
Pensiunan, (4) teknik rekam, selama proses
3) mendeskripsikan metodologi kualitatif
wawancara dilakukan perekaman dengan
sebagai prosedur penelitian menghasilkan
tujuan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
untuk
menghindari
kekeliruan
peneliti ketika menganalisis data, dan (5)
lisan dari orang-orang dan prilaku yang
teknik catat, teknik ini digunakan saat
diamati. Sejalan dengan pendapat tersebut,
wawancara
Mardalis (1989: 26) menyatakan bahwa
kembali
metode deskriptif adalah metode yang
berlangsung hasil
rekaman
dan yang
mencatat sudah
dilakukan.
bertujuan untuk mendeskripsikan apa-apa yang saat ini berlaku. Di dalamnya terdapat
Data atau informasi yang telah
upaya mendeskripsikan, mencatat, analisis,
terkumpul dianalisis dengan menggunakan 4
langkah-langkah
sebagai
berikut:
(1)
perubahan bentuk sapaan seperti kata sapaan
menyeleksi dan mengidentifikasi data yang
menyapa ayah kandung papa, kata sapaan
telah terkumpul sesuai dengan aspek yang
menyapa saudar laki-laki dari ibu kandung
diteliti, (2) mentranskripsikan data yang ada
atau ayah kandung
di buku catatan dan rekaman ke dalam buku
sedangkan kata sapaan papa dan om bukan
data, (3) mengelompokkan data yang telah
kata sapaan Kelurahan Pensiunan. (2)
terkumpul sesuai dengan pembagian kata
adanya perbedaan umur banyak kata sapaan
sapaan, dan (4) menganalisis dan membuat
zaman dulu yang sudah tidak digunakan lagi
simpulan berdasarkan hasil penelitian.
oleh anak-anak zaman sekarang karena
om dan lain-lain,
pengaruh zaman modren sekarang. Tetapi,
Hasil dan Pembahasan
tidak semua sapaan asli di Kelurahan
Setelah dilakukan analisis data sesuai
Pensiunan
Kecamatan
Kepahiang
dengan tujuan penelitian, ditemukan bahwa
mengalami bentuk perubahan, masih banyak
kata sapaan bahasa Rejang yang terdapat di
beberapa bentuk kata sapaan asli Kelurahan
Kelurahan Pensiunan Kecamatan Kepahiang
Pensiunan yang sampai saat ini masih
Kabupaten Kepahiang. dapat dibedakan atas
digunakan
dua bentuk kata sapaan, yaitu: (1) bentuk
diantaranya: sapaan ayuk, kakak, bibik, dan
kata sapaan kekerabatan keluarga inti dan
nek bong.
(2) bentuk kata sapaan kekerabatan keluarga
dalam
keseharian
mereka,
Setiap daerah tentu memiliki ciri
yang diperluas.
khas tersendiri dalam hal sapa-menyapa.
Dari kedua bentuk kata sapaan
Kata sapaan di Minangkabau misalnya,
tersebut, ada beberapa bentuk kata sapaan di
dalam menyapa kakak perempuan sehari-
Kelurahan Pensiunan
yang mengalami
hari dengan menggunakan sapaan uni.
perubahan dari bentuk sapaan asli ke bentuk
Sementara itu, uda untuk menyapa kakak
kata sapaaan yang saat ini digunakan di
laki-laki. Ciri khas Kelurahan Pensiunan
masyarakat. Perubahan bentuk kata sapaan
Kecamatan Kepahiang untuk menyapa anak
masyarakat
ini
perempuan menggunakan sapaan semulen,
dipenggaruhi oleh beberapa faktor yaitu : 1)
sedangkan untuk menyapa anak laki-laki
adanya pengaruh penggunaan bahasa dari
menggunakan
daerah lain karena sebagian penduduk
sangat
merupakan
menjadi ciri khas ini sudah jarang digunakan
Kelurahan
pendatang
Pensiunan
sehingga,
terjadi 5
sapaan
disayangkan
bujang. kata
Namun,
sapaan
yang
masyarakat di Kelurahan Pensiunan dalam
sapaan yang nakan anak untuk menyapa
bertegur sapa.
ayah kandung lalu diikuti nama anak (ayah mimi) ‘suami’, sebut nama, nak, bujang
Kesimpulan
‘anak kandung laki-laki’, kakak, abang, udo
Kata sapaan adalah kata-kata berupa
‘kakak kandung laki-laki’, adek, kau, sebut
panggilan atau sapaan kepada seseorang
nama ‘adek kandung laki-laki’, gadis, nak,
yang digunakan untuk menegur orang yang
sebut nama ‘anak kandung perempuan’,
diajak berbicara dalam suatu peristiwa
ayuk, wo, ‘kakak kandung perempuan’,
berbahasa. Semua bahasa memiliki apa yang
gadis, adek, sebut nama ‘adek kandung
disebut dengan sistem tutur sapa. Salah
perempuan’,
(2)
satunya adalah bahasa Rejang di Kelurahan
kekerabatan
keluarga
Pensiunan
Kepahiang
kelompok kerabat yang terdiri dari satu
Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu
keluarga inti dan seluruhnya merupakan sutu
yang memiliki sistem tutur sapa. Kata
kesatuan sosial. Kata sapaan diberikan
sapaan di Kelurahan Pensiunan Kecamatan
kepada seseorang yang memiliki hubungan
Kepahiang Kabupaten Kepahiang yaitu kata
pertalian kekeluargaan baik dari pihak ayah
sapaan kekerabatan yang terbagi atas : (1)
maupun dari pihak ibu, yaitu nek bong dan
kata sapaan kekerabatan keluarga inti, (2)
datuk ‘ayah dari ayah kandung’, nek bei dan
kata sapaan kekerabatan keluarga yang
nenek ‘ibu dari ayah kandung’, bak lei, wak
diperluas.
‘kakak laki-laki ayah kandung’, tik, bak cik,
Kecamatan
bentuk
kata
sapaan
diperluas
adalah
Berdasarkan analisis data pada bab
om, wak wan ‘adik laki-laki dari ayah
empat maka, dapat disimpulkan bahwa kata
kandung’, wak tino, wak ‘kakak perempuan
sapaan
Kelurahan
dari ayah kandung’, bibik, tante, ‘adik
Kepahiang
perempuan dari ayah kandung’, nenek
Kabupaten Kepahiang terdapat dua bentuk
lanag, datuk ‘ayah dari ibu kandung’, nenek
kata sapaan yaitu: (1) bentuk kata sapaan
tino, nenek, ninik ‘ibu dari ibu kandung’,
kekerabatan keluarga inti adalah ayah, ibu,
wak, mamang ‘kakak laki-laki dari ibu
dan anak-anaknya. Bapak, bak, ayah, papa
kandung’, mang cik, om, mak wan ‘adik
‘ayah kandung’, mamak, mak, inok, ibu,
laki-laki dari ibu kandung’, wak, mak wo,
ibuk, mama, ‘ibu kandung’, sebut nama,
mak
adek ‘istri’, dang, kakak, abang, kata
kandung’, bibik, bu cik, tante, mak cik ‘adik
yang
Pensiunan
terdapat Kecamatan
di
6
lei
‘kakak
perempuan
dari
ibu
Chaer,
perempuan dari ibu kandung’, bapak, ayah, bak atau mengikuti kata sapaan yang digunakan
suami/istri
menyapa
ayah
Chaer, Abdul. 1998. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
kandungnya ‘mertua laki-laki’, mak, mamak, mama atau mengikuti kata sapaan yang digunakan
suami/istri
menyapa
Abdul. 2004. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.
Mardalis. 1995. Metode Penelitian: Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta. Bumi Aksara.
ibu
kandungnya ‘mertua perempuan’, abang, kakak, dang ‘suami kakak perempuan’,
Moleong, Lexy J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.
sebut nama ‘suami adik perempuan’, ayuk, wo ‘istri kakak laki-laki’, sebut nama ‘istri
Poerdarminta, W.J.S. 1990. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
adik laki-laki’, cung, bujang, sebut nama ‘cucu laki-laki’, cung, gadis, sebut nama ‘cucu perempuan’, kakak, abang, dang
Samarin, W.J. 1988. Ilmu Bahasa Lapangan. Penerjemah J.S Badudu. Yogyakarta: Kanasius.
‘kakak saudra sepupu laki-laki’, kau, sebut nama ‘saudara sepupu laki-laki sebaya’,
Saebani, Beni Ahmad. 2008. Metode Penelitian. Bandung: Pustaka Setia.
adek, sebut nama ‘adik saudra sepupu lakilaki’, ayuk, wo ‘kakak saudra sepupu
Subyakto, Sri Utami N. 1992. Psikolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
perempuan’, kau, sebut nama ‘saudara sepup perempuan sebaya’, adek, sebut nama ‘ adik saudara sepupu perempuan’. Daftar Pustaka
Sumarsono, dkk. 2002. Sosiolinguistik. Yogyakarta: Sabda (Lembaga Studi Agama, Budaya dan Perdamaian)
Ayub, Asni. dkk. 1982 Sistem Sapaan Bahasa Minangkabau. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Syafyahya, Leni. dkk. 2000. Kata Sapaan Bahasa Minangkabau di Kabupaten Agam. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.
Ayub, Asni. dkk. 1993. Tata Bahasa Minangkabau. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
7