DAMPAK GERAKAN DI/TII DI DESA JANGGALA KECAMATAN CIDOLOG TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT TAHUN 1949-1962 Anwar [1], Jayusman, [2], Heryadi [3] Program Studi Pendidikan Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Siliwangi Tasikmalaya
ABSTRACT DIKI ANWAR. , 2014. Impact Movement DI / TII in the Village District of Cidolog Janggala the Economic Community of Life Social years 1945-1962. History Education Program. Faculty of Teacher Training and Education University Siliwangi Tasikmalaya. The purpose of this study was to describe the impact of movement DI / TII in the Village District of Cidolog Janggala the Socio-Economic Life community in 19491962. Which is the base movement and defense movements DI / TII because the area of the mountains and hills and forest area. Other than that, Janggala Village area is a fertile area for the majority of the people working in the agricultural sector where by movement of DI / TII considered the granary of food that can supply the struggle movement DI / TII. The method used in the writing of this thesis is the historical method. The historical method is the process of critically examine and analyze the relics of the past based on the data obtained in the field with menemph Historiografi.Dimana process Historiography process is final or final step for informing us about the results of the reconstruction of past events in the course of history. Movement DI / TII in the Village District of Cidolog Janggala in 1949-1962 had an impact and influence in various aspects of community life, especially in social and economic aspects. Although the impact of the movement of DI / TII in the Village Janggala not give a good impression, but behind it all there is a wisdom of all the events that Islam is the true Islam Rahmatalila'lamin. Keywords: Movement DI / TII in the village Janggala
ABSTRAK DIKI ANWAR. 2014. Dampak Gerakan DI/TII di Desa Janggala Kecamatan Cidolog terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat tahun 1949-1962. Program Studi Pendidikan Sejarah. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi Tasikmalaya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dampak Gerakan DI/TII di Desa Janggala Kecamatan Cidolog terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi masyarakat tahun 1949-1962. Yang merupakan basis pergerakan dan pertahanan gerakan DI/TII karena daerahnya pegunungan dan perbukitan serta luas area hutannya. Selain daripada itu, daerah Desa Janggala merupakan daerah yang subur karena mayoritas masyarakatnya bekerja dalam sektor pertanian yang dimana oleh gerakan DI/TII dianggap lumbung makanan yang dapat memasok perjuangan geraka DI/TII. Metode yang dipakai dalam penulisan Skripsi ini adalah metode historis. Metode historis adalah proses menguji serta menganalisis secara kritis peninggalan masa lampau berdasarkan pada data yang diperoleh dilapangan dengan menemph proses Historiografi. Di mana proses historiografi merupakan final atau langkah terakhir karena telah menyampaikan hasil-hasil rekontruksi peristiwa masa lampau dalam alur sejarah. Gerakan DI/TII di Desa Janggala Kecamatan Cidolog pada tahun 1949-1962 telah memberikan dampak dan pengaruhnya dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat terutama dalam aspek Sosial dan Ekonomi. Walaupun dampak gerakan DI/TII di desa Janggala memberikan kesan yang tidak baik, tetapi dibalik itu semua ada sebuah hikmah dari semua kejadian tersebut bahwa Islam yang sebenarnya adalah Islam yang Rahmatalila’lamin. Kata kunci : Gerakan DI/TII di Desa Janggala
PENDAHULUAN Perjanjian Renville merupakan tonggak utama yang menyebabkan kemunculan gerakan DI/TII, hal tersebut terjadi karena ada dua kelompok atau dua pasukan dari Indonesia yang tidak ingin tunduk akan perjanjian tersebut. Kedua pasukan yang menolak akan adanya perjanjian Renville ini adalah Hizbullah dan Sabillah yang dipimpin oleh S.M. Kartosuwiryo.
S.M Kartosuwiryo mengajak dan mengumpulkan sekitar 4000 anggota Hizbullah dan Sabillilah supaya tetap tinggal di Jawa Barat dan melanjutkan perjuangan dengan konsentrasi kegiatan di daerah tepi sungai Citanduy. Kemudian, S.M. Kartosuwiryo mengadakan pertemuan di Cisayong tanggal 10-11 Pebruari tahun 1948 guna membentuk Negara Islam Indonesia/NII. Setelah pertemuan di Cisayong, dilakukan pula pertemuan di Cipeunduy pada bulan Maret 1948, dan pada bulan Mei tahun yang sama dilaksanakan pula pertemuan di daerah Cijoho yang intinya membahas Dewan Pertimbangan/Dewan Fatuz, Qanun (UUD), dan ketentaraan seperti Pahlawan Darul Islam/PADI, Barisan Rakyat Indonesia/BARIS, yang dikemudian hari dilebur menjadi Tentara Islam Indonesia/TII. Sebagai titik puncak dari rangkaian pertemuan-pertemuan sebelumnya, pada tanggal 7 Agustus 1949 S.M Kartosuwiryo di daerah Cisayong memproklamirkan berdirinya “Negara Islam Indonesia(NII)” dengan Tentara Islam Indonesia (TII) sebagai pasukannya. Pergerakan DI/TII ke daerah Jawa Barat khususnya di daerah Kabupaten Ciamis yang mempunyai kontur tanah yang subur, curah hujan yang tinggi dan banyak gunung-gunung dan perbukitan yang masih asli belum atau jarang terjamah oleh manusia dan beriklim tropis. Terbukti dengan dijadikannya tepi sungai Citanduy yang termasuk wilayah kabupaten Ciamis dijadikan markas DI/TII sebelum dilakukannya konferensi dan proklamasi di Cisayong. Pergerakan DI/TII kepelosok daerah pedalaman menanamkan faham-fahannya berjihad melawan kafir dan juga melakukan gerilia melawan tentrara Republik terutama Pasukan Divisi Siliwangi yang melakukan Long mach (kembalinya siliwangi dari Yogya ke Jawa Barat). Termasuk ke daerah Desa Janggala kecamatan Cidolog yang sangat berdampak pada perubahan masyarakat dalam aspek kehidupan Sosial dan ekonominya. Adapun dampak sosial ekonomi dari gerakan DI/TII masyarakat banyak yang jatuh miskin, masyarakat mengungsi karena rumahnya dibakar, segi keamanan tidak begitu kondusif, juga terjadi dualisme pemerintahan yaitu pemerintahan resmi dibawah pemerintahan RI, dan tidak resmi dibawah “Negara Islam Indonesia (NII)”. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Dampak Gerakan DI/TII di Desa Janggala Kecamatan Cidolog
terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat tahun 1945-1962”.
Rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Bagaimana keadaan kehidupan Sosial Ekonomi masyarakat Desa Janggala Kecamatan Cidologketika masuknya DI/TII.? 2. Bagaimana dampak Gerakan DI/TII di Desa Janggala terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat.? Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :
1.
Untuk mengetahui keadaan kehidupan Sosial Ekonomi masyarakat Desa Janggala ketika masuknya DI/TII.; 2. Untuk mengetahui Dampak gerakan DI/TII di Desa Janggala terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Manfaat yang ingi dicapai dari penelitian ini adalah : 1. Kegunaan Teoritis Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber atau pijakan oleh para peneliti selanjutnya terutama bagi para peneliti yang membahas permasalahan yang samadan menambahkan/mengembangkan hasil penelitian ini. 2. Kegunaan Praktis Diharapkan penelitian ini menjadi pegangan sekaligus pelajaran bagi generasi muda bagi masa kini dan yang akan datang bagaimana kelirunya tindakan S.M. Kartosuwiryo akan cara pandang tentang Islam yang Rahmatalil’alamin, dengan tindakannya mendirikan Negara di dalam Negara. Selain itu, juga perubahan keadaan Sosial dan Ekonomi masyarakat dampak akibat adanya DI/TII sangat terasa sekali kerugiannya.
METODE PENELITIAN Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah peristiwa masa lampau, maka metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode penelitian sejarah yang dalam implementasi dilapangan dibantu dengan melalui pendekatan ilmu sosial (interdisipliner). Untuk selanjutnya, tahapan-tahapan penelitian sejarah adalah sebagai berikut: 1. Heuristik adalah langkah pencarian sumber, baik itu berupa buku, majalah,surat kabar, naskah-naskah, tokoh yang terkait dengan peristiwa yang akan diteliti dan memiliki komitmen yang berkaitan dengan peristiwa yang diteliti. 2. Kritik sumber adalah proses pengkritikan terhadap sumber-sumber pada tahapan diatas (Heuristik). Setelah simber-sumber tersebut di kritisi melalui kritik intern dan ekstern, maka akan munculah fakta-fakta yang dibutuhkan untuk merekontruksi kisah sejarah. 3. Interpestasi adalah tahapan atau proses penafsiran terhadap Fakta-fakta yang sudah ada, dan berdasarkan fakta-fakta tersebut dibangunlah rekontruksi serta kisah dari berbagai kejadian yang terkait dengan peristiwa sejarah yang sedang diteliti. Dalam merekontruksi, seorang sejarawan dituntut harus memiliki konsistensi tinggi agar tidak tergelincir dalam subjetivitas dalam mengisahkan perstiwa sejarah yang ditelitinnya. 4. Historiografi adalah tahapan atau proses penulisan kisah sejarah yang berdasarkan pada fakta-fakta yang sudah di interprestasi atau diberi penafsiran. Pada dasarnya, pengerjaan interprestasi dan Historiografi bisa dilakukan secara serempak dalam waktu yang bersamaan tentunya harus mengikut dan menyesuaikan dengan prosedur ilmiah, artinya kisah sejarah harus ditulis secara sistematis, kronologis, serta logis dan menggunakan bahasa yang baik dan benar sesuai kaidah serta standar penulisan
PEMBAHASAN
Keberadaan Janggala berawal dari sekitar tahun 1200an, ketika di Jawa Barat (parahyangan) masih bernama kerajaan Sunda dengan masyarakatnya yang masih memegang keyakinan agama Hindu-Budha dan juga Animisme dan Dinamisme. Maka pada tahun 1200an, datanglah seorang utusan dari sebuah kerajaan di Solo bernama Dalem Janggala beserta seorang Kiai bernama Kiai Gandapura yang tujuannya untuk mengislamkan masyarakat yang berada di wilayah janggala khususnya, dan parahyangan pada umumnya. Bukti dari keberadaan eksistensinya Dalem Janggala bisa dilihat dari sebuah makam di tengah-tengah sawah yang dipercaya oleh masyarakat setempat sebagai makam Dalem Janggala. Oleh karena itu, penamaan Desa Janggala diambil dari kemashuran, kehebatan dan keluhungan ilmu dan kebaikan dari Dalem Janggala yang dimana tujuan penamaan Desa Janggala sendiri adalah supaya masyarakat Desa janggala mampu mencontoh perbuatan-perbuatan baik Dalem Janggala serta mengamalkan dan memelihara peninggalannya berupa tersebarnya ajaran agama Islam di Desa Janggala. Desa Janggala ini merupakan salah satu wilayah di Jawa Barat yang terpengaruh dengan adanya DI/TII. DI/TII ini didirikan oleh S.M. Kartosuwiryo yang menentang akan adanya perjanjian Renville.
Beralih pada keadaan kehidupan sosial masyarakat Dusun Sukalilah pada sebelum dan ketika masuknya pengaruh DI/TII tidak jauh berbeda, tetapi yang sangat menonjol perbedaannya adalah bagaimana cara masyarakat bisa “lolondokan” atau dikatakan masyaraklat harus bisa menyesuaikan dengan keadaan. Semisal, ketika DI/TII berada di Sukalilah maka masyarakat seolah-olah ikut membaur dengan DI/TII. Begitupun, ketika tentara TNI melakukan operasi pencarian DI/TII maka rakyatpun merasa tenang dan membaur bahkan melaporkan kegiatan DI/TII. Itu masyarakat yang tidak mengungsi. Tetapi masyarakat yang mengungsi bisa lebih aman. Perlakuan masyarakat seperti itu atau masyarakat berperan ganda bertujuan supaya mereka bisa selamat dari marabahaya, terutama dari DI/TII karena tidak sedikit masyarakat terutama laki-laki dewasa apalagi yang berumahtangga dan fisiknya bagus mereka banyak yang di incar dituduh melaporkan kepada TNI. Sehingga ketika malam tiba banyak laki-laki Dusun Sukalilah yang sembunyi ke hutan, ke gua-gua, dan lain-lain. Dan ketika siang tiba mereka kembali lagi beraktifitas seperti biasa walaupun kewaspadaan yang lebih tinggi lagi. Mengenai kehidupan ekonominya, masyarakat Dusun Sukalilah bekerja di bidang Agraris terutama sektor pertanian, karena daerah Dusun sukalilah adalah pegunungan maka sangat cocok dijadikan pesawahan. Selain dari bidang Agraris, ada
pula masyarakat yang bekerja dalam bidag perdagangan. Pada saat DI/TII masuk dan memberikan pengaruhnya di Dusun Sukalilah, tidak sedikit harta masyarakat di “garong” oleh DI/TII. Bahkan tidak sedikit pula rumah warga yang dibakar dan nyawa melayang.
PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh simpulan bahwa adanya DI/TII pada tahun 1949-1962 di Desa Janggala membawa dampak terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakatnya. Adapun dampak sosial ekonomi dari gerakan DI/TII
masyarakat banyak yang jatuh miskin, masyarakat mengungsi karena rumahnya dibakar, segi keamanan tidak begitu kondusif, juga terjadi dualisme pemerintahan yaitu pemerintahan resmi dibawah pemerintahan RI, dan tidak resmi dibawah “Negara Islam Indonesia (NII)”. Selain dari simpulan di atas, penulis juga mencoba menyarankan kepada pembaca terutama bagi generasi muda, tanamkanlah dalam jiwamu rasa cinta tanah air karena sebuah hadist mengatakan “Hubbul Watonminaliman” yang artinya cinta tanah air merupakan sebagian dari iman. Berlakulah jujur, adil, bijaksana, saling membantu dan tolong menolong di dalam kebaikan supaya di alam reformasi yang serba terbuka dan trasparan ini bisa mengisi kemerdekaan sesuai dengan profesi masing-masing agar bisa berguna sekaligus bermanfaat bagi nusa, bangsa dan juga agama.
DAFTAR PUSTAKA A. Buku 1. Deni, Rusman, (2007) “Skripsi”. “Peranserta Masyarakat Desa Citambal Kecamatan Cineam Kabupaten Tasikmalaya dalam Menyelesaikan Aksi Destruktif Gerombolan DI/TII tahun 1959-1962”.Tasikmalaya, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi. 2. Iis, Purwati. (2010). “Skrpsi”.“Peranan Divisi Siliwangi dalam Penumpasan DI/TII (GerombolanDarul Islam/Tentara Islam Indonesia)”. Tasikmalaya, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi. 3. Miftah, Parid. (2007). “Skripsi”.“Pengaruh Ditandatanganinya Perjanjian Renville
terhadap
Lahirnya
Proklamasi
NII
di
Jawa
Barat
dan
Penumpasannya Tahun 1949-1955”. Tasikmalaya, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi. B. Wawancara 1. Bapak Mustofa (75 tahun) warga Dusun Sukalilah Desa Janggala. 2. Bapak Abdul Miska (76 tahun) warga Dusun Sukalilah Desa Janggala Kecamatan Cidolog yang berprofesi sebagai petani. 3. BapakTohir (87 tahun) Dusun Gunungsari RT/RW 22/08 Desa Hegarmanah Kecamatan Cidolog. 4. Ibu Iem (71 tahun), Dusun Gunungsari RT/RW 21/08 Desa Hegarmanah Kecamatan Cidolog, berprofesi sebagai petani. Beliau adalah istri seorang peteran OKD. 5. BapakSujono (75 Tahun), Dusun Sukamaju Desa Janggala Kecamatan Cidolog, berprofesi sebagai juru kunci makam Dalem Janggala. Beliau pernah menjadi tokoh Pemuda dan pernah tertawan DI/TII