STRESSOR DAN COPING STRESPADA IBU RUMAH TANGGA YANG TIDAK BEKERJA
SUKMA AYU FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA
ABSTRAKSI
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui stressor (sumber stres) dan coping stress pada ibu rumah tangga yang tidak bekerja. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan deskriptif. Subjek dalam penelitian ini adalah ibu rumah tangga yang tidak bekerja berjumlah 50 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner terbuka, digunakan untuk mengukur stressor dan skala coping untuk mengukur coping stres. Untuk mengukur stressor terlebih dahulu dilakukan pengkategorian respon-respon jawaban subjek yang sejenis, kemudian dikelompokkan berdasarkan stressor (sumber stres) menurut Sarafino (1998). Berdasarkan hasil analisis data penelitian yang diperoleh, dapat ditarik kesimpulan bahwa stressor ibu rumah tangga yang tidak bekerja adalah masalah dengan suami, masalah dengan anak, masalah keuangan, anggaran rumah tangga yang semakin mahal, masalah terhadap diri sendiri, masalah dengan pekerjaan rumah tangga, masalah keluarga, campur tangan mertua dan BBM. Dari semua stressor tersebut jika dikelompokkan diketahui bahwa mayoritas stressor ibu rumah tangga yang tidak bekerja adalah dari keluarga, yang kedua dari diri individu, dan yang ketiga dari lingkungan atau masyarakat. Untuk mengukur coping stres dlakukan uji validitas dan reliabilitas dengan teknik Alpha Cronbach. Dari 52 item dimensi Problem Focused Coping (PFC), Emotion Focused Coping (EFC), dan Maladaptive Coping (MALC). Pada dimensi PFC dari 20 item yang diujicobakan terdapat 12 item yang valid dengan kisaran antara 0,301 sampai 0,605. Uji reliabilitas diperoleh sebesar 0,805. Pada dimensi EFC dari 20 item yang diujicobakan diperoleh 19 item valid dengan kisaran antara 0,321 sampai 0,682. Uji reliabilitas diperoleh sebesar 0,904. Sedangkan pada dimensi MALC dari 12 item yang diujicobakan diperoleh 10 item valid yang kisaran antara 0,355-0,632. Uji reliabilitas diperoleh sebesar 0,791. Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan means/skor rata-rata jumlah subjek yang diperoleh mean PFC adalah 2,830, mean EFC adalah 3,134 dan yang terakhir mean MALC 1,973. Secara umum subjek penelitian menggunakan jenis Emotion Focused Coping (EFC). Setelah dilakukan Analisis Descriptive Statistics subjek penelitian memiliki strategi EFC yang cenderung tinggi dimana mean empiric sebesar 59,56, strategi PFC yang cenderung sedang dengan empiric sebesar 33,96 dan strategi MALC yang cenderung rendah dengan mean empiric sebesar 19,00. Adapun strategi coping yang digunakan ibu rumah tangga yang tidak bekerja untuk mengatasi stressor meliputi Problem Focused Coping (PFC) dengan cara Active Coping dan Suppression of Competing Activities. Untuk Emotion Focused Coping (EFC) dengan cara Positive Reinterpretation and Growth dan Turning to Religion. Yang terakhir untuk Maladaptive Coping (MALC) adalah Mental Disengagement.
Kata Kunci : Stressor, Coping stres, Skripsi
1
Para ibu banyak yang mengalami
PENDAHULUAN
dilema dalam peran yang mereka mainkan.
Latar Belakang Masalah
Satu
Manusia dialam dunia ini memegang
sisi
mereka
menginginkan
untuk
peranan yang unik dan dapat dipandang dari
mengasuh anak-anak sepenuhnya, disisi lain
banyak segi. Manusia di dalam hidup ini,
mereka tetap ingin berkarya dan membentuk
termasuk wanita selalu menginginkan peran di
perekonomian keluarga. Kedua pilihan ini
dalam
sering begitu sulit diputuskan. Akhirnya
pekerjaan
maupun
di
lingkungan
keluarga. Di dalam tahap untuk berkeluarga,
seringkali
wanita
keinginan dengan kenyataan yang dijalani para
yang
sudah
memusatkan
untuk
ada
ketidaksesuaian
antara
ibu (Kartono, 2006).
berkeluarga biasa disebut sebagai ibu rumah
Ada kalanya seorang wanita benar-
tangga (Ibrahim, 2005).
benar ingin menjadi ibu rumah tangga seratus
Ibu rumah tangga adalah suatu peran yang otomatis diterima seorang wanita. Disaat
persen
ia mulai berkeluarga. Sekaligus melakukan
untuk mengurus, mendidik, melayani dan
kegiatan yang berpusat mengurusi, mendidik,
mengatur keluarga. Telah banyak diketahui,
melayani, mengatur, mengurus anak dan
bahwa ibu rumah tangga mempunyai tugas
suami. Sebagian waktunya berada di dalam
untuk
rumah yang memiliki tanggung jawab yang
kebutuhan rumah tangga. Pada umumnya
timbul
wanita menganggap bahwa menjadi ibu rumah
secara
spontan
dan
tidak
dapat
dengan tujuan untuk berkonsentrasi
mengurus
segala
keperluan
atau
tangga bukan suatu pekerjaan, karena seorang
diramalkan (Kartono, 2006). membangun
wanita yang berkeluarga akan secara langsung
kehidupan ekonomi keluarga rumah tangga
menerima perannya sebagai ibu rumah tangga
yang mantap dan mapan, tetapi kadang-kadang
(Mappiare, 1983).
Para
wanita
ingin
isteri dituntut suaminya tidak bekerja dengan
Status sebagai seorang ibu dengan
mengurus keperluan rumah tangga terutama
mencurahkan kasih sayang kepada keluarga.
pada anak-anak dan suami atau dipihak lain
Pada saat anak mulai beranjak dewasa,
ada juga keinginan isteri sendiri untuk menjadi
misalnya
ibu rumah tangga. Kadang kala ada wanita
meninggalkan rumah
telah bercita-cita bekerja di kantor dan meniti
melakukan
karir, sebagian tidak ingin terikat oleh ruang
kadangkala
dan waktu dibelakang meja dan sebagian lagi
khususnya pada masa remaja banyak anak
ada berkeinginan untuk menjadi ibu rumah
yang bosan tinggal dirumah karena banyak
tangga yang berwawasan luas dalam mendidik
pergaulan di luar rumah yang lebih menarik
anak dan keluarga (Kartono, 2006).
1
:
untuk
kegiatan anak
bersekolah
dengan
satu harian dengan diluar dalam
rumah suatu
atau pihak,
dari pada keadaan rumah sendiri (Mappiare,
coping, hal ini disebabkan oleh timbulnya
1983).
perasaan yang tidak menyenangkan, akibat tujuan yang ingin dicapai yaitu menghilangkan
Dari gambaran diatas maka seorang untuk
atau mengurangi stres yang dirasakan oleh
bersekolah atau meninggalkan rumah ada
individu untuk mengubah stressor (Taylor
perasaan kesepian. Untuk menjadi stay at
dalam Rice, 1998).
ibu
yang
ditinggalkan
anaknya
tidak jarang melahirkan
Coping stres adalah usaha untuk
perasaan kurang puas. Kesepian merupakan
mengatur tuntutan dari lingkungan, baik dari
salah satu penyebab timbulnya stres (Goliszek,
dalam ataupun dari luar dan usaha untuk
2005).
mencari jalan keluar, untuk mengurangi stres
home mother
(Halonen & Santrock, 1999).
Stres adalah suatu istilah yang secara umum dapat menekankan reaksi psikologis
Didalam teknik stres ada 3 macam,
dan fisiologi di dalam lingkungan. Biasanya
yaitu : Problem Focused Coping yaitu
stres timbul di karenakan mandapat ancaman
mencakup bertindak secara langsung untuk
baik dalam diri individu ataupun psikologinya
mengatasi masalah atau mencari informasi
(Roediger, 1984).
yang relevan dengan solusinya, Emotion Focused Coping yaitu merujuk pada berbagai
Respon terhadap stres pada manusia sangat terpersonalisasikan dan bervariasi bagi
reaksi
emosional
negatif
terhadap
stres,
setiap orang bahkan pada individu pada saat-
Coping maladaptive yaitu perilaku coping
saat berbeda-beda. Gejala stres terjadi setiap
yang tidak efektif (Carver dkk, 1989)
yang
Dari uraian diatas maka peneliti
mengabaikan dan menganggapnya sebagai hal
tertarik untuk mengetahui apa saja sumber
yang biasa. Memang banyak kondisi yang
stres dan bagaimana coping stres pada ibu
berhubungan dengan stres sehingga terasa
rumah tangga yang tidak bekerja ?
hari.
Karena
itu
banyak
orang
biasa. Salah satu teori stres yang paling populer menyatakan bahwa individu yang
Tujuan Penelitian
toleran terhadap stres memiliki sikap hidup
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
yang terkendali. Di lain pihak individu yang
memperoleh gambaran mengenai sumber stres
mengalami
dan perilaku coping stres pada ibu rumah
terhadap
stres
merasa
tidak
peristiwa-peristiwa
disekitarnya,
jika
tidak
berdaya
yang diatasi
tangga yang tidak bekerja.
ada maka
Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana gambaran stres pada ibu rumah
berdampak negatif (Goliszek, 2005).
tangga yang tidak bekerja?
Individu yang mengalami stres, maka individu tersebut akan melakukan perilaku
2
2. Mengapa ibu rumah tangga yang tidak
diakibatkan
adanya
tantangan,
kesulitan
bekerja menjadi stres?
ancaman ataupun ketakutan terhadap bahaya
3. Bagaimana ibu rumah tangga yang tidak
hidup yang sulit terpecahkan.
bekerja mengatasi stres? Pengertian Stres Stres adalah suatu istilah yang secara
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memiliki 2 manfaat,
umum dapat menekankan reaksi psikologi dan
yaitu :
fisiologi didalam lingkungan. Biasanya stres
1. Manfaat Praktis
timbul dikarenakan mendapat ancaman baik
Hasil penelitian ini diketahui bahwa ibu
dalam diri individu ataupun psikologinya
rumah
(Roediger, 1984).
tangga
yang
tidak
bekerja
mengalami stress dan melakukan coping
Stres adalah sebuah kata sederhana
terhadap situasi yang menimbulkan stres,
yang sudah tidak asing lagi diucapkan sehari –
sehingga
hari
para ibu rumah tangga dapat
oleh
setiap
orang
dan
selalu
mengambil langkah serta memilih coping
menggambarkan kondisi yang kalau dapat
yang terbaik dalam menghadapi situasi
dihindari oleh setiap orang, karena sering
stres.
berarti Collaps, Down, Shock, Panik, pingsan, pikiran buntu, lemah ingatan, pusing dan lain
2. Manfaat Teoritis
sebagainya (Abdullah, 2007).
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat ikut memperkaya wawasan dan teori-teori
Stres merupakan kondisi jiwa atau
dari literatur yang sudah ada. Dapat
raga, fisik dan psikis seseorang yang tidak
memberi masukan bagi pengembangan
berfungsi secara normal dapat terjadi setiap
ilmu psikologi serta memberi sumbangan
saat terhadap setiap orang tanpa mengenali
yang berarti bagi ibu yang tidak bekerja
jenis kelamin, usia, kedudukan, jabatan atau
mengalami stres dan mencari coping yang
status sosial ekonomi (Christian, 2005). Stres adalah hidup, tidak ada hidup
sesuai, serta dapat dijadikan dasar bagi penelitian-penelitian agar
peneliti
serupa
yang
tanpa stres, stres adalah teman yang senantiasa
selanjutnya
dilakukan
bersama dengan kita (Meltzer, 2006).
dimasa
Stres adalah penderitaan jasmani,
mendatang lebih baik lagi.
mental atau emosional yang diakibatkan TINJAUAN PUSTAKA
interpretasi atas suatu peristiwa sebagai suatu
Stres
ancaman bagi agenda pribadi seorang individu
Setiap manusia dari berbagai lapisan bisa saja
(Mulyana, 2001).
mengalami
ketegangan
hidup,
yang
3
Stres adalah suatu keadaan yang
lingkungan yang berbeda – beda
muncul apabila tuntutan – tuntutan yang luar
dapat menghasilkan respon stres yang
biasa
sama.
atau
terlalu
kesejahterahan
banyak
atau
integritas
mengancam b.
seseorang
Stimulus-based model Model stres ini memusatkan perhatian
(Prabowo, 1998) Berdasarkan uraian di atas dapat
pada sifat - sifat stimuli stres. Tiga
disimpulkan bahwa stres adalah suatu proses
dari karakteristik penting dari stimuli
kognitif berupa persepsi yang terkondisi secara
stres adalah :
subjektif terhadap suatu sumber atau keadaan
(1) Overload
yang dinilai memberi tekanan, rangsangan dan
Karakteristik ini diukur ketika
beban tertentu yang tidak sepadan dengan
sebuah stimulus datang secara
dirinya yang dirasakan sebagai ancaman
intens dan individu tidak dapat
terhadap kesejahteraan hidupnya, sehingga
mengadaptasi lebih lama lagi.
mengakibatkan timbulnya respon atau reaksi (2) Conflict
fisik atau psikis.
Konflik diukur ketika sebuah stimulus
Model – model Stres
secara
simultan
Menurut Cox (dalam Prabowo,1998)
membangkitkan dua atau lebih
mengemukakan model pendekatan stres, yaitu
respon – respon yang tidak
:
berkesesuaian.
Response-based
model,
Stimulus-based
(3) Uncontrollability
model dan Interactional model. a.
Response-based model
Uncontrollability
Stres model ini mengacu sebagai
peristiwa
sekelompok gangguan kejiwaan dan
kehidupan yang bebas atau tidak
respon – respon psikis yang timbul
tergantung pada perilaku dimana
pada situasi sulit. Model ini mencoba
pada situasi ini menunjukkan
untuk mengidentifikasi pola – pola
tingkat stres yang tinggi.
kejiwaan kejiwaan
dan
respon
yang
–
respon
diukur
pada
c.
–
adalah
peristiwa
dari
Interactional model Model
ini
merupakan
perpaduan
lingkungan yang sulit. Suatu pola
antara Response-based model dan
atau sekelompok dari respon disebut
Stimulus-based
sebagai
Pusat
mengingatkan bahwa model terdahulu
perhatian dari model ini adalah
membutuhkan tambahan informasi
bagaimana stressor yang berasal dari
mengenai motif – motif individual
sebuah
sindrom.
4
model.
Ini
dan
kemampuan
(mengatasi).
yang menuntut penyesuaian atas organisme”
mengcoping
Model
(Christian, 2005), yaitu :
ini
a.
memperkirakan bahwa stres dapat
Faktor Eksternal
diukur ketika dua kondisi bertemu,
Stres juga sering dihubungkan dengan
yaitu :
masalah – masalah yang disebabkan
(1) Ketika
individu
ancaman
akan
oleh kondisi, lingkungan
menerima motif
ataupun
orang di sekitar. Faktor eksternal
dan yang
merupakan
telah
sangat menentukan. Faktor eksternal
berpengalaman stres sebelumnya,
yang bagi kebanyakan orang pasti
individu harus menerima bahwa
menyebabkan stres. Banyak faktor
lingkungan mempunyai ancaman
eksternal yang menyebabkan orang
pada
merasa
kebutuhan
penting
dimilikinya.
Jika
motif
–
motif
dan
penyebab
tertekan
stres
yang
kalau
harus
kebutuhan – kebutuhan penting
mengalaminya. Berikut ini faktor
pribadi.
eksternal ,yaitu : (1) Faktor Lingkungan (Evironmental
(2) Ketika individu tidak mampu
Factor)
untuk mengcoping stressor. lebih
Lingkungan fisik yang tidak
merujuk pada kesimpulan total
jarang menjadi stressor yang
dari
serius
Pengertian
mengcoping
metode
personal,
dapat
untuk
banyak
orang.
mengatasi
Faktor lingkungan fisik yang
situasi yang penuh dengan stres.
sering membuat stres, adalah :
Coping termasuk rangkaian dari
suasana
kemampuan
berantakan, cahaya, ruangan dan
digunakan
untuk
untuk
bertindak
emosional,
sepi,
kondisi
ketinggian.
pada lingkungan dan mengelolah gangguan
yang
(2) Faktor Sosial (Social Factor)
kognitif
Faktor
serta reaksi psikis.
hubungan Hubungan
Faktor - faktor Stres
sosial
menyangkut
antar sosial
manusia. yang
bisa
Stres yang lengkap, yang meliputi
menjadi stressor diantaranya :
sumber – sumber stimulasi internal dan
hubungan keluarga, hubungan
eksternal, “Stres menunjukkan kepada segenap
pekerjaan,
proses, baik yang bersumber pada kondisi –
orang banyak, dan hubungan
kondisi internal maupun lingkungan eksternal
dengan orang yang bermasalah.
5
hubungan
dengan
peristiwa besar kehidupan adalah
(3) Faktor Lembaga (Institutional Factor)
:
Baik itu masyarakat primitif
mempunyai anak atau keluarga,
dengan adat istiadatnya, maupun
dan tidak ada pekerjaan.
masyarakat berbagai
modern aturan
pindah
rumah,
(5) Gangguan Sehari – hari
dengan
dan
menikah,
Setiap
kode
kita
menemukan
lembaga
gangguan dalam kegiatan kita.
memainkan peranan penting bagi
Stres akibat gangguan harian ini
kehidupan
setiap
ternyata juga membawa berbagai
Hubungan
keduanya
perilakunya,
individu.
mempengaruhi. mewarnai
masalah
saling
terganggunya
Individu
lembaga
lain,
orang
sementara
lain
seperti
relasi hingga
dengan gangguan
lembaga menjadi struktur yang
kesehatan. Faktor penyebab stres
menentukan kehidupan seseorang
akibat gangguan sehari – hari.
individu.
Sayangnya,
b.
banyak
Faktor Internal
perangkat lembaga yang pada
Stres
akhirnya menjadi sumber stres
dengan “perasaan”. Stres juga
yang berat.
sering
(4) Peristiwa
Besar
(Major
sering
dihubungakan
dikaitkan
dengan
“pikiran”. Ketika menganggap
Life
Events)
stres sebagai akibat dari perasaan
Peristiwa besar dalam kehidupan
dan perasaan pikiran yan buruk,
bisa menyebabkan stres, terlepas
maka kita berbicara stres yang
apakah
itu
positif
diakibatkan dari diri sendiri atau
atau
negatif
faktor internal. Beberapa faktor –
(menyedihkan). Artinya setiap
faktor internal penyebab stres
peristiwa besar pada hakikatnya
sering ditemukan. yaitu :
peristiwa
(menyenangkan)
(1) Keturunan (Hereditary)
adalah stressor. Untungnya stres itu
Seorang psikiatri senior dari John
biasanya bertahan antara setahun
Hopkins University School of
hingga dua tahun saja (jadi
Medicine di Amerika Serikat,
berbeda
pengalaman
mengatakan walaupun tidak ada
traumatis yang bisa berlangsung
jaminan apa yang dimiliki orang
seumur hidup). Beberapa faktor
tua di turunkan kepada anak –
stres yang berhubungan dengan
anak, namun stres yang dialami
akibat
peristiwa
dengan
seperti
6
orang tua membuat anak berada
berkepanjangan bagi pasangan
pada resiko yang lebih besar
yang
untuk
Keyakinan
juga
terkena
stres,
tidak
dikaruniai akan
anak.
dosa
juga
selanjutnya menjelaskan kalau
membuat orang
orang tua yang selalu stres secara
telah berbuat dosa (khususnya
tidak sengaja juga mengajarkan
Dosa
anak – anaknya untuk mudah
kepercayaan ini memang hal
stres
yang rumit, tetapi dengan analisa
ketika
menghadapi
stres karena
Besar).
Soal
sistem
dan introspeksi akan ketahuan
tantangan hidup.
bahwa stres yang diderita, salah
(2) Kepribadian (Personality Trait) tentang
satunya bisa jadi datang dari
kepribadian. Untuk stres, teori
sistem kepercayaan yang dianut.
yang
Masalahnya, sistem kepercayaan
Ada
beberapa
teori
relevan
ialah
teori
kepribadian tipe A dan Tipe B.
tidak
Tipe ini memberi manusia ke
Bahkan kalau di yakini sebagai
dalam dua tipe kepribadian. Tipe
kebenaran, hal ini mustahil untuk
A dicirikan dengan watak yang
dirubah.
kompetitif,
mudah
mudah
untuk
dirubah.
(4) Pengalaman Masa Lalu (Past
gelisah,
mudah marah, tidak sabaran,
Experience)
perfeksionis. Sedangkan tipe B
Tidak semua orang mengalami
yang
kehidupan
ditandai
dengan
sikap
yang
mulus
rata.
merendah, tenang, santai dan
Banyak yang suatu waktu dalam
kelihatan lebih menikmati hidup
hidupnya pernah mengalami hal
dan tidak terburu – buru. Tipe A
– hal buruk. Peristiwa yang
dinilai lebih buruk daripada tipe
menyakitkan di masa lalu pada
B, terutama dalam kaitannya
akhirnya menyebabkan trauma
dengan penyakit dan stres.
dan luka yang berkepanjangan.
(3) Sistem
Kepercayaan
Pengalaman itu sendiri ada yang
(Belief
ringan ada juga yang berat.
System) Banyak
kepercayaan
Pengalaman
yang
pahit
masa
menyebabkan orang menderita
mendatangkan
stres. Keyakinan bahwa setiap
trauma memang membuat stres
keluarga
dan bahkan ketakuatan.
harus
memiliki
keturunan akan membuat stres
7
trauma
lalu dan
Selain
faktor-faktor
stres
cenderuing dipandang sebagai
diatas,
situasi yang menimbulkan stres.
penilaian terhadap situasi yang dianggap
(3) Harapan
stresful bergantung pada dua faktor, yaitu faktor
individu/personal
dan
mengenai
situasi
(desirability of the situation)
faktor
lingkungan/situasi (Lazarus, 1976).
Kejadian yang tidak berharap
a.
Faktor personal/individu
terjadi dapat menimbulkan stres,
Yang tercakup dalam faktor personal
namun bukan berarti kejadian
intelektual, motivasi dan karakteristik
yang diharapkan tidak mengkin
kepribadian. Salah satu contoh yang
menimbulkan
stres.
Sarafino
berkaitan dengan self esteem adalah
menjelaskan
bahwa
masing-
individu yang mempunyai self esteem
masing situasi memiliki tuntutan
tinggi cenderung berkeyakinan bahwa
tersendiri yang dapat membebani
dirinya punya sumber daya yang
atau
cukup untuk dapat memenuhi segala
individu.
tuntutan,
sehingga
dipersepsikan
b.
situasi
sebagai
melebihi
kemampuan
(4) Kemampuan untuk mengontrol
lebih
sumber stres
tantangan
daripada ancaman.
Usaha
untuk
merubah
atau
Faktor situasi/lingkungan
menghambat sumber stres. Orang
Beberapa hal yang terkait dengan
cenderung mengganggap bahwa
situasi yang mempengaruhi penilaian
situasi yang tidak terkontrol akan
individu terhadap stres adalah :
lebih mudah menimbulkan stres
(1) Tuntutan dan desakan yang kuat
daripada situasi yang terkontrol.
Suatu situasi lebih menimbulkan
Ada dua tipe kontrol , yaitu
stres apabila melibatkan adanya
kontrol tingkah laku dan kontrol
tuntutan dan desakan yang kuat.
kognitif. Dengan kontrol tingkah laku
(2) Transisi kehidupan
individu
dapat
Penggeseran dari satu fase ke
mempengaruhi
fase berikutnya dalam kehidupan
ditimbulkan dari suatu kejadian
seseorang, yang ditandai dengan
dengan
berbagai
yang
tertentu. Contohnya : individu
dan
yang mengalami sakit kepala
tuntutan baru dalam kehidupan.
tidak akan terlalu merasakan
Transisi
stres
kejadian
menimbulkan
perubahan
kehidupan
juga
akibat
melakukan
apabila
ia
yang
tindakan
punya
kemampuan melalukan sesuatu
8
untuk
menghilangkan
kepala
tersebut.
dengan
individu
mempengaruhi
dimiliki
Sementara
melakukan
kongnitif,
ketidakjelasan sumber daya yang
sakit
untuk
memenuhi
kontrol
tuntutan. Pada jenis ambiguitas
dapat
ini, efeknya terhadap stres bisa berbeda-beda,
karena
sangat
suatu
situasi
dengan
menggunakan
strategi
bergantung
pada
kepribadian,
mental.
Misalnya
dengan
keyakinan
dan
pengalaman
dari
seseorang.
mengalihkan
perhatian
sumber
atau
stres
(6) Kontrol Personal
mengatur
rencana untuk mengatasi sumber
Faktor
stres.
perbedaan
(5) Ambiguitas
yang
mempengaruhi
individu
dalam
bereaksi terhadap stres adalah
(ketidakjelasan
situasi)
kemampuan
individu
Ambiguitas mempunyai pengaruh
memprediksi
atau
dalam penilaian terhadap situasi
situasi stres. Apabila individu
stres namun tergantung dari tipe
tidak mampu mengontrol situasi
ambiguitas yang muncul. Ada
stres maka reaksi yang muncul
tiga
akan semakin kuat. Dukungan
tipe
Ambiguitas
ketidakjelasan,
atau
sosial
(role
keluarga dapat menjadi sumber
peran
ambiguity)
ketidakjelasan
dan
mengontrol
yaitu
ketidakjelasan
dari
untuk
teman
maupun
kontrol bagi individu.
bahaya (harm ambiguity). Role ambiguity muncul apabila ada
Sumber Stres Utama
ketidakjelasan mengenai fungsi
Banyak hal dalam hidup ini yang
atau tugas seseorang. Ini bisa
dapat menyebabkan stres. Hal – hal yang
meninggalkan stres karena dapat
menjadi sumber stres atau penyebab stres pada
menyebabkan individu menjadi
diri seseorang disebut dengan stressor. Stres
tidak yakin akan tingkah laku
dapat dihindari dengan cara “mengambil
dan keputusan yang dibuatnya
jarak” dengan sumber – sumber penyebab
sendiri. Sementara ketidakjelasan
stres, atau hal – hal yang potensial menjadi
bahaya (harm ambiguity) terjadi
penyebab stres. Tetapi, tidak semua jenis
ketika
kemungkinan
stressor memang dapat dijauhi. Dibawah ini
munculnya bahaya yang masih
akan dibahas beberapa jenis stressor utama
ada
tidak jelas atau akibat adanya
9
dan terpenting yang harus di hindari (Goliszek,
itikad berdialog dalam mengatasi
2005), yaitu :
persoalan yang muncul.
a.
b.
d.
Tidak Merasa Dihargai
Kebutuhan
yang
Tidak
Kurangkan tuntutan – tuntutan untuk
Terpenuhi
menerima penghargaan dari pihak
Kebutuhan
lain atas apa yang sudah dilakukan.
adalah
Usahakan
pribadi
Penyebabnya adalah harus diketahui
menikmati hasil kerja atau daya
secara pasti. Orang sering gagal untuk
upaya
kebanggaan
memenuhi
sewajarnya. Walaupun orang lain
disebabkan
mengesankan
peduli
Menghendaki sesuatu yang berada di
dengan hasil yang dicapai, yakinkan
luar jangkauannya. Maka, mengerti
orang itu hanya pura – pura.
dan
Tidak Memiliki Tujuan
adalah hal yang mutlak diperlukan
untuk
secara
dengan
Keadaan
sikap
merasa
tidak
tidak
yang
tidak
stressor
terpenuhi
yang
ganas.
kebutuhan “tidak
memahami
lebih
tahu
diri”.
kemampuan
diri
agar tidak selalu kecewa.
memiliki e.
tujuan sangat potensial menjadikan
Kebosanan
sesuatu
Rasa bosan lantaran situasi yang
dengan sebelumnya memikirkan dan
monoton dan bagi tidak mengalami
merenungkan secara seksama dan
tahap perbaikan bisa menimbulkan
mendalam.
stres
stres.
Maka
lakukanlah
Pertimbangkan
buruknya, plus-minusnya,
c.
Berbagai
baik
berlarut
–
larut.
Untuk
mengatasi memang tidak mudah.
peluang
atau hambatan yang ada.
Tetapi, situasi tersebut dapat di
Persoalan Keluarga
kurangkan
Mustahil untuk sepenuhnya selama
mengeluhkesahkannya
hidup bisa terbebas dari persoalan
terdekat
keluarga. Tetapi, tidak mungkin juga
membebani lawan atau kawan bicara.
kalau orang terus menerus di paksa
Berdoa atau tindakan sejenis yang
berkutat dengan persoalan keluarga
dirasa mampu mendekatkan diri pada
tanpa
tuhan di sarankan untuk ditempuh
akhir.
mengurangkan
Kunci
untuk
adalah
keterbukaan
tanpa
pada
harus
cara orang terlalu
guna mengurangi beban.
kemungkinan f.
munculnya persoalan keluarga yang utama
dengan
Perubahan
yang
Terlalu
Sering
Terjadi
dan
Situasi ini merampas energi melalui
kesedihan untuk selalu mewujudkan
tuntutan bahwa kita harus mampu
10
c.
beradaptasi dengan situasi mapan yang menjadi berubah. Perubahan
Suatu situasi atau kondisi yang
muncul bisa disebabkan oleh faktor
menuntut hal-hal yang bertentangan
dari luar ataupun dari dalam diri
antara satu dengan yang lainnya. d.
sendiri. g.
Konflik
Stimulus yang berlebihan
Rasa Tidak Aman
Lingkungan yang bising atau panas,
Ini lebih mudah untuk diatasi jika
tugas yang terlalu banyak atau beban
memiliki partner atau teman tetap
yang terlalu tinggi. e.
dalam hidup, kawan dekat atau
Stimulus yang kurang
sahabat. Berfikir secara rasional,
Terlihat pada situasi yang menoton
mengembangkan kemandirian akan
dan repetitif sehingga menyebabkan
sanggup untuk melenyapkan rasa
kebosanan dan perasaan tidak berarti.
tidak aman. Sarafino
(1998),
dalam
Health Psychology mengatakan bahwa sumber
Selain pendapat Goliszek, dibawah ini sumber-sumber stres menurut Coper &
stres terdiri dari 3 macam, yaitu :
Appley, meliputi :
a.
a.
Stres dari dalam diri sendiri (Sources
Stimulus asing atau baru
within the person)
Terdapat dalam situasi-situasi yang
Tingkat stres tergantung seberapa
belum
yang
besar suatu aktifitas memerlukan
perubahan-
kekuatan fisik, sumber stres lain
perubahan yang sifatnya mendadak
berasal dari dalam diri adalah adanya
dan dratis sehingga individu yang
konflik
terkena belum siap untuk beraksi
seseorang karena adanya kepentingan
secara cepat.
yang
Stimulus Ambigous
kelemahan atau ketidaksiapan secara
Situasi atau stimulus yang penuh
fisik.
dikenal
ditimbulkan
b.
bukunya
atau oleh
asing
b.
dengan ketidakpastian atau bersifat samar
sehingga
individu
yang
timbul
berlawanan.
pada
diri
Misalnya
:
Stres dari dalam keluarga (Sources in the family)
yang
bersangkutan sulit menentukan sikap
Keluarga
Merupakan
salah
satu
dan tindakan.
sumber stres. Kecemasan terhadap keadaan keluarga dirumah dan rasa rindu
pada
menimbulkan
11
keluarga stres.
bisa
Misalnya
:
b.
perasaan kangen terhadap keluarga
c.
Gejala Psikis. Adapun yang termasuk
yang berada dikampung halaman.
gejala stres bersifat psikis antara lain
Stres dari lingkungan dan pekerjaan
adalah : gelisah atau cemas, kurang
(Sources in the community and
bisa
society)
bekerja, sering melamun, sikap masa
berkonsentrasi
belajar
atau
dengan
bodoh, sikap pesimis, selalu murung,
yang
malas bekerja atau belajar, bungkap
dialami oleh orang dewasa. Pada
seribu bahasa, hilang rasa humor dan
faktor lingkungan yang melibatkan
mudah marah atau bersikap agresif,
tuntutan tugas dan tanggung jawab
seperti kata – kata kasar yang
terhadap
menghina,
Stres
yang
lingkungan
berhubungan dan
pekerjaan
kehidupan
menyangkut
atau
menempeleng,
menendang, membanting pintu dan
keselamatan seseorang.
suka memecahkan barang – barang. Jadi
stressor
dapat
disimpulkan
sebagai kondisi fisik dan lingkungan sebagai
Stres yang tidak diatasi secara selektif
mangancam merusak, membahayakan yang
dapat menimbulkan berbagai dampak baik
menghasilkan perasaan tertekan.
secara fisik maupun psokologis, walaupun dampak stres tidak selalu buruk. Berdasarkan dampak yang ditimbulkan Atwater (1999)
Gejala – gejala Stres
membagi stres menjadi 2 bagian :
Guna mengetahui apakah seseorang
a.
itu sedang mengalami stres, bisa di lihat dari
Eustress
beberapa gejalanya. Oleh para ahli gejala –
Merupakan
gejala tersebut dapat di kelompokkan kepada
dampak
dua macam, yaitu : gejala fisik dan gejala
mendorong individu untuk melakukan
psikis (Abdullah, 2007).
hal yang terbaik untuk menghadapi
a.
masalahnya.
Gejala Fisik. Yang termasuk gejala b.
stres bersifat fisik antara lain adalah :
stres
positif
yang karena
memiliki mampu
Distress
sakit kepala, darah tinggi, sakit
Merupakan stres yang berdampak
jantung atau jantung berdebar –
negatif yang memerlukan energi,
debar, sulit tidur sakit lambung,
menyakitkan
mudah lelah, keluar keringat dingin,
menyebabkan
kurang nafsu makan, sering buang air
bentuk
kecil.
kecemasan.
bahkan kematian.
distress
dapat Ada
depresi
Tanda-tanda
2 dan
depresi
antara lain adalah munculnya rasa
12
sedih, kesepian, merasa tidak berarti
stressor atau respon dari stres (Kapplan dkk ,
berfikir untuk mati, sulit tidur, sering
1993).
menangis,
merasa
bersalah
Coping
dan
adalah
cara
individu
merasa tidak mampu bangkit kembali.
mengatasi stressor maupun dirinya sendiri.
Sementara
kecemasan
Coping juga diartikan sebagai usaha aktif atau
tegang,
pasif untuk merespon situasi yang mengancam
khawatir, mudah marah dan sering
dengan berusaha mengubah ancaman atau
merasa takut.
mengurangi
adalah
tanda-tanda
sering
merasa
ketidaknyamanan
(Lazarus,
1976). Coping adalah sebagai respon atas
Coping Stres
kejadian/situasi penuh stres yang merupakan
Pengertian Coping
proses
Coping stres adalah kesanggupan
yang
diperluas
sepanjang
waktu.
untuk melawan stresor Lazarus dan Folkman
Dengan coping, usaha baik kognitif maupun
(Abbas, 2005).
perilaku diarahkan untuk master, toleransi, mengurangi
Coping stres adalah peraturan beban dari
keadaan
sekitar
atau
usaha
atau
memenuhi
tuntutan
permintaan lingkungan yang membebani atau
untuk
kemampuan seseorang (Rice, 1998).
memecahkan masalah tentang stres yang sedang dihadapi dalam kehidupan dan mencari
Berdasarkan dari definisi di atas
jalan untuk menguasai atau mengurangi stres
coping ialah usaha untuk mengatur tuntutan
(Halonen & Santrock, 1999).
dari lingkungan, baik dari dalam ataupun dari
Coping
stres
adalah
luar dan usaha untuk mencari jalan keluar,
pemulihan
untuk mengurangi stres.
kembali dari pengaruh pengalaman stres atau reaksi fisik dan psikis, yang berupa perasaan tidak enak, tidak nyaman atau tertekan yang
Unsur-unsur Coping Coping dan stres memang saling
sedang dihadapi (Hawari, 2007).
berhubungan, seperti yang dikemukakan oleh
Menurut Nevid dkk (2005) coping stres
adalah
menghadapi
masalah
Taylor (dalam Rice, 1998) yaitu, coping
dan
adalah merupakan pengendali dari stres.
kemampuan mengatasi stres. Coping
adalah
usaha
Coping dapat dibagi menjadi tiga
mengubah
kognitif dan tingkah laku untuk tuntutan yang
unsur, yaitu ;
spesifik, baik dari luar dan dalam, yang
a.
Coping
Respon
adalah
bersumber dari individu. Pada dasarnya coping
kognitif
atau
stres adalah usaha kita untuk mengubah
sebagai respon terhadap stressor yang
fisik
yang
perilaku terjadi
dipersepsikan dan diarahkan untuk
13
mengubah
b.
c.
kejadian
,mempertahankan
yang
tingkah
menyebabkan stres.
ataupun
Coping Goal adalah tujuan yang ingin
lingkungan. Cooper (1991) membagi
dicapai untuk menghilangkan atau
pada
mengurangi tingkat suatu stressor dan
dan kognitif. Pada coping terpusat
dapat mengubah suatu stressor.
masalah, bentuk tingkah lakunya
Coping
Out
Come
mengubah
laku
2 bentuk, yaitu tingkah laku
berupa
adalah
kondisi
upaya
untuk
mengontrol
konsekuensi langsung dari respon
situasi yang tidak menyenangkan dan
coping, baik itu yang positif maupun
memecahkan
yang negatif.
Sementara bentuk kognitif dari jenis
Dapat di simpulkan, bahwa pada saat
coping
ini
permasalahan.
adalah
upaya
yang
individu mengalami stres, maka individu
ditujukan untuk mengubah cara untuk
tersebut akan melakukan perilaku coping, hal
mempersepsikan
ini disebabkan oleh timbulnya perasaan yang
menginterprestasi situasi,
tidak menyenangkan, akibat tujuan yang ingin
mengevaluasi
dicapai, yaitu menghilangkan atau mengurangi
menyusun kembali penilaian situasi.
stres yang dirasakan oleh individu untuk
Strategi coping terpusat masalah ini
mengubah stressor.
muncul
dan
ulang
apabila
misalnya
situasi
individu
atau
merasa
bahwa sesuatu yang konstruktif bisa dilakukan untuk mengatasi stres.
Jenis-jenis Coping
Coping
Coping mempunyai 3 fungsi utama
berpusat
masalah
juga
yaitu mengatur emosi yang menekan dan
melibatkan upaya pencarian sebanyak
mengubah hubungan yang bermasalah antara
mungkin
individu dan lingkungan yang menimbulkan
membantu mengatasi masalah yang
tekanan (Lazarus, 1976). Berdasarkan fungsi
dihadapi.
informasi
yang
dapat
ini Lazarus membagi coping dalam 3 kategori Aspek coping fokus masalah antara
besar yaitu problem-focused coping, emotionfocused coping dan maladaptive coping.
lain active coping (coping aktif), planning
a.
Problem Focused Coping (coping
(perencanaan),
terpusat masalah)
activities (menahan aktivitas yang bersaing),
Coping
terpusat
masalah
suppression
of
competing
restraint coping (penahan tindakan).
adalah
(1)
upaya untuk mengatasi stres langsung
Coping
aktif,
merupakan
pada sumber stres, baik dengan
proses pengambilan langkah
mengubah masalah yang dihadapi,
aktif
14
dengan
mencoba
mengubah
stressor
memperbaiki Coping
b.
meliputi
Emotion-focused coping Jenis coping ini bertujuan untuk
tindakan
meredakan atau mengatur tekanan
langsung usaha
emosional/mengurangi emosi negatif
atau
memutuskan coping.
yang ditimbulkan oleh situasi. Bentuk
Perencanaan,
merupakan
tingkah laku dari jenis coping ini
pemikiran
tentang
misalnya berupaya untuk mencari
bagaimana
mengatasi
dukungan
Perencanaan
atau
tambahan
informasi.
Sementara
bentuk
melibatkan strategi tindakan,
kognitifnya
adalah
pemikiran tentang langkah
mengatasi emosi yang timbul pada
apa
bagaimana
tingkat kognitif.
mengatasi
Jenis
dan
sebaiknya
sosial
strategi
masalah, hal ini terjadi pada
coping, yaitu :
saat penilaian sekunder.
(1) Seeking
Menahan
berupaya
Emotion-focused
social
support
for
yang
emotional reasons, merupakan
merupakan
strategi coping dalam bentuk
aktivitas
bersaing,
proyek
mencari dukungan moral, simpati
lain yang tidak bermasalah
atau pengertian dari orang lain,
dengan tujuan supaya lebih
kecenderungan individu untuk
berkosentarasi penuh pada
mencari dukungan sosial untuk
tantangan dan ancaman yang
alasan
dihadapi.
membuat individu yang tadinya
mengesampingkan
(4)
hasil
berinisiatif untuk melakukan
stressor.
(3)
memberikan
yang buruk.
pengaruhnya.
ini
meningkatkan
(2)
justru
atau
emosional
ini
dapat
Penahanan
tindakan,
merasa tidak aman karena situasi
merupakan
menunggu
yang menekan, menjadi merasa
hingga
kesempatan
aman
yang
kembali.
Disisi
lain
memadai datang, menahan
kecenderungan ini bisa bersifat
diri
negatif karena sumber-sumber
dan
tidak
bertindak
terburu-buru. Hal ini terjadi
simpati
terutama ketika pengambilan
dipergunakan sebagai jalan untuk
tindakan yang tergesa-gesa
menyalurkan perasaan individu. Hasil
15
lebih
penelitian
banyak
menunjukkan
bahwa jenis coping ini tidak
dianggap sebagai alat yang dapat
adaptif dalam mengatasi stres.
berfungsi sebagai alat yang dapat
Meskipun demikian jenis coping
berfungsi
ini dapat menjadi sesuatu yang
dukungan emosional dan agama
positif bila dukungan sosial yang
dianggap sebagai alat mengatasi
diperoleh individu membuat ia
distress emosi yang memandang
termotivasi untuk menghadapi
stres yang dihadapai sebagai
dan mengatasi stres secara aktif.
peristiwa yang ada hikmahnya.
(2) Positive
reinterpretation
sebagai
sumber
(5) Acceptance,
and
merupakan
growth, merupakan suatu bentuk
kebalikan
coping
merupakan perilaku coping yang
dengan
cara
menilai
dari
penting
penilaian ini dapat mengarahkan
seseorang harus menerima atau
individu
menyesuaikan
tindakan
melakukan
keadaan
problem-focused
coping. Namun
dimana
diri
yang
Namun
ada juga ahli
situasi
dan
situasi secara positif. Selanjutnya
untuk
pada
denial
dengan
dialaminya.
acceptance
bukan
yang berpendapat bahwa jenis
merupakan perilaku coping yang
coping ini lebih bertujuan untuk
adaptif
mengatasi emosi-emosi negatif
sumber stres dapat diubah secara
dari stres yang dialami individu
mudah karena itu kedudukan
dan
acceptance
bukan
untuk
mengatasi
coping
sumber stres.
c.
menolak kehadiran sumber stres bertindak
situasi
dimana
sebagai
yang
perilaku
adaptif
dan
fungsional masih dipertanyakan.
(3) Denial, merpakan usaha untuk
atau
pada
Coping maladaptive (1) Focusing on and venting of
seolah-olah
emotion
sumber stres tersebut tidak nyata.
Kecenderungan
(4) Turing to religion, yaitu kembali
ini
dilakukan
berpaling pada agama apabila
individu untuk mengatasi distress
seseorang berada dalam keadaan
yang
stres. Perilaku coping ini cukup
mengungkapkan
penting sifatnya bagi sebagian
kesah, kekesalan dan seluruh
besar individu. Alasan individu
emosi negatif yang dirasakannya.
beralih
ketika
Strategi ini dapat berfungsi baik
mengalami stres adalah agama
bila waktu yang diperlukan untuk
keagama
16
dialami
dengan
cara
segala
keluh
melakukan
coping
ini
a.
tidak
Problem Focused Coping (PFC)
terlalu lama periodenya. Bila
Jenis coping ini lebih banyak dipakai
berlarut-larut akan menghambat
jika seseorang merasakan bahwa sesuatu yang
individu
konstruktif dapat dilakukan. Adapun jenis
tersebut
untuk
coping yang tergolong PFC adalah sebagai
melakukan coping yang adaptif.
berikut :
(2) Behavioral Disengagement Keadaan
dimana
mengurangi
(1) Active Coping
individu
usahanya
Suatu
untuk
proses
mengatasi situasi stres, sampai
langkah-langah
pada
mengatasi
situasi
dimana
mereka
pengambilan aktif
untuk
stressor
atau
mencapai
memperbaiki akibat-akibat yang
tujuan yang ada karena potensi
telah ditimbulkan oleh stressor
mereka selalu terhalang oleh
tersebut. Untuk melakukan suatu
sumber stres tersebut. Fenomena
tindakan yang langsung sifatnya
helplessness,
untuk
menyerahkan
untuk
dimana
individu
mengatasi
stressor,
merasa tidak berdaya mengatasi
meningkatkan usaha-usaha yang
situasi stres yang ada, akan
dapat dilakukan untuk mengatasi
semakin dirasakan individu.
stres atau melakukan tindakantindakan secara bertahap.
(3) Mental disengagement
(2) Planning
Suatu usaha untuk melupakan sementara waktu masalah yang
Aktivitas-aktivitas
sedang
planning
dihadapi,
melakukan
berbagai
dengan
berkaitan
perencanan
aktivitas
dalam
yang
televisi, tidur, berkhayal dan
mengatasi situasi yang dapat
sebagainya. Coping ini kurang
menimbulkan stres. Misalnya :
adaptif
dapat
dengan cara merancang strategi
untuk
untuk
bertindak,
cara
yang
menghambat
individu
mengatasi masalah yang ada.
dilakukan
hal-hal
alternatif, seperti : menonton
karena
dapat
mengenai
dengan
untuk
memikirkan
terbaik
untuk
memecahkan suatu masalah atau merencanakn
Caver dkk, (1989) membagi strategi coping ini kedalam 3 golongan yang akan
yang
dijelaskan berikut ini :
mengatasi suatu sumber stres.
17
harus
langkah-langkah dilakukan
untuk
(3) Suppersion
of
individu yang merasa tidak aman
Competing
oleh
Activities Mengesampingkan
aktivitas-aktivitas
untuk
menghindari
gangguan
kedua
tugas-tugas
atau
dari
dapat
dialaminya; meningkatkan
(2) Positive
terjadinya
Reinterpretation
and
Growth
atau
kejadian lain tersebut dengan
Individu menilai kembali suatu
tujuan
situasi yang menimbulkan stres
agar
individu
dapat
penuh
dalam
berkosentrasi
secara
positif.
Selanjutnya
penilaian ini dapat mengarahkan
mengatasi suatu sumber stres.
individu
(4) Restraint Coping
untuk
melakukan
tindkan-tindakan PFC.
Suatu latihan untuk mengkontrol
(3) Denial
atau mengendalikan diri. Dalam hal ini individu menunggu saat
Menolak kehadiran sumber stres
yang tepat untuk melakukan
atau
tindakan,
sumber stres tersebut tidak nyata.
sehingga
ia
dapat
bertindak
seakan-akan
(4) Acceptance
mengatasi sumber stres secara
Suatu
efektif. b.
yang
kemungkinan dilakukan PFC.
lain,
situasi
stres
perilaku
penting
Coping
seseorang harus menerima atau
digunakan
apabila
mengendalikan
ini
individu
situasi
cenderung tidak
yang
menyesuaikan
dapat
situasi
yang
Emotion Focused Coping (EFC) jenis
pada
coping
diri
dimana
dengan
keadaan yang dialami
dihadapinya.
(5) Turning to Religion
Jenis-jenis coping yang merupakan EFC yaitu
Mc Crae dan Costa (dalam
: (1) Seeking
Social
Support
Carver dkk, 1989) berpendapat
for
bahwa perilaku coping ini cukup
Emotional Reasons dilakukan
penting sifatnya untuk sebagian
mendapatkan
besar individu. Individu dapat
dukungan sosial dengan cara
berpaling pada agama dalam
meminta
keadaan stres, karena agama
Usaha-usaha individu
yang
untuk
dukungan
moral,
dapat
berfungsi
sebagai
simpati
atau
pengertian
dari
orang
lain.
Coping
ini
dukungan emosi, sebagai alat
mempunyai fungsi ganda, yaitu
untuk mengartikan suatu situasi
pertama
secara
dapat
menerangkan
18
positif
ataupun
dapat
c.
berfungsi sebagai siasat coping
validitas tidak pernah memadai
yang sifatnya aktif.
untuk dimasukkan sebagai aspek mental disengangement.
Maladaptive Coping (MALC) Mc Crae dan Costa (dalam Carver
dkk, 1989) memandang jenis coping ini adalah
Hampir senada dengan penggolongan
tidak efektif. Adapun jenis-jenis coping yang
jenis strategi coping yang dikemukakan diatas,
termasuk maladaptive coping adalah :
membedakan 2 strategi coping menjadi active dan
(1) Focusing on and Venting of
avoidance
coping.
Active
coping
merupakan strategi yang dilakukan individu
Emotions Kecenderungan
untuk
untuk
mengubah
cara
pandang
mereka
memusatkan diri pada stres yang
terhadap stres, sedangkan avoidance coping
bersifat negatif, kekesalan atau
merupakan strategi yang dilakukan individu
perasaan-perasaan yang dialami
untuk menjauhkan diri dari sumber stres yang
oleh
dan
ada, seperti menarik diri dari suatu situasi yang
mengungkapkan kekesalan serta
berpotensi menimbulkan stres. Avoidance
perasaan tersebut.
coping ini sebenarnya adalah suatu bentuk
individu
mekanisme pertahanan diri yang memiliki
(2) Behavioral Disengagement Menurunnya usaha-usaha yang
dampak negatif bila masalah yang ada
dilakukan
dibiarkan
individu
dalam
berlarut-larut.
Mekanisme
sumber mengatasi suatu sumber
pertahanan diri ini akan menuntut kebutuhan
stres,
individu
energi
berusaha
kepekaan
bahkan
menyerahkan
untuk
yang
berlebihan
terhadap
dan
menambah
ancaman.
Strategi
mencapai tujuan yang terhambat
avoidance ini dapat memberi keuntungan bila
sumber stres.
diterapkan dalam jangka pendek (Jerry & Barbara dalam Sarafino 1998).
(3) Mental Disengagement
Dari berbagai jenis strategi coping
Jenis coping ini muncul dalam mengatasi
stres yang ada, perlu diingat bahwa tidak ada
suatu sumber stres,
bahkan individu menyerah untuk
satu strategi coping
berusaha mencapai tujuan yang
diharapkan pada semua situasi stressful.
terhambat sumber stres.
Situasi
coping
diajukan mental
ini
sebagai
disengagement,
biasanya
yang
akan
strategi coping yang digunakan akan berbeda
sebenarnya aspek
berbeda
terbaik
menimbulkan stres yang berbeda sehingga
(4) Alcohol_drug Disengagement Jenis
yang
yang
pula tergantung beberapa faktor tertentu. Ada
dari tetapi
19
a.
3 faktor yang dapat mempengaruhi pemilihan
Kesehatan fisik
jenis strategi coping, yaitu :
Kesehatan merupakan hal yang paling
a.
Faktor sosio demografis
penting,
Sejumlah studi menunjukkan adanya
mengatasi stres, individu dituntut
hubungan
untuk
antara
ekonomi
dan
status
tingkat
sosial
sosial
b.
tinggi
tenaga
yang
Keyakinan
atau
Pandangan
yang
Keyakinan menjadi sumber psikologi
cenderung
menggunakan strategi coping yang
yang
adaptif daripada strategi coping yang
keyakinan
sifatnya defensive. Individu dengan
mengarahkan individu, pada penilaian
tingkat
ketidakberdayaan,
pendidikan
cenderung
tinggi
menggunakan
juga
pemilihan
penting,
akan
nasib,
seperti yang
yang
dapat
kemampuan
strategi
coping. c.
Perbedaan jenis kelamin juga ternyata mempengaruhi
sangat
menurunkan
strategi
coping yang berpusat pada masalah.
b.
mengarahkan
usaha
Positif
Individu dengan status
ekonomi
dalam
cukup besar.
pendidikan
dengan pemilihan strategi coping tertentu.
karena
Keterampilan
dalam
Memecahkan
Masalah
strategi
coping . wanita lebih cenderung
Keterampilan
menggunakan strategi coping terpusat
kemampuan untuk mencari informasi,
emosi.
menganalisa situasi, mengidentifikasi
Faktor kepribadian
masalah
Faktor kontekstual meliputi dua hal
menghasilkan alternatif, sehubungan
yaitu tuntutan yang muncul dari
dengan hasil yang ingin dicapai, dan
situasi stressful dan sumber daya
pada akhirnya melaksanakan rencana,
sosial
dengan melakukan suatu tindakkan
termasuk
yang
dimiliki
hubungan
individu,
dengan
d.
ini
meliputi
kemampuan untuk berkomunikasi dan
Faktor yang Mempengaruhi Coping Stres (1992),
untuk
Keterampilan Sosial Keterampilan
Mu’tadi
tujuan,
meliputi
yang tepat.
interpersonal
dengan orang lain.
Menurut
ini
bertingkah laku yang sesuai dengan
ada
beberapa faktor yang mempengaruhi coping
nilai-nilai
stres, beberapa diantaranya yaitu ;
dimasyarakat.
20
sosial
yang
berlaku
e.
Dukungan Sosial
suami, mendidik, mengatur anak-anak, serta
Dukungan ini meliputi, dukungan
melakukan pekerjaan rumah tangga dirumah.
penentuan kebutuhan informasi dan emosional pada diri individu, yang
Masalah Wanita yang Menjadi Ibu Rumah
diberikan oleh orangtua, anggota
Tangga
keluarga,
f.
saudara,
teman
Masalah yang akan dihadapi wanita
dan
masyarakat sekitar.
yang memilih sepenuhnya menjadi ibu rumah
Materi
tangga (Frieze, 1978) adalah :
Dukungan ini meliputi, sumber daya
a.
Tidak adanya persiapan
berupa uang, barang atau layanan
Kebanyakan anak perempuan tidak
yang biasanya dapat dibeli.
mendapatkan latihan yang cukup sebelum mereka memasuki kehidupan rumah tangga, sedangkan pendidikan
Ibu Rumah Tangga Ibu rumah tangga adalah suatu peran
formal yang sebelumya diperoleh
yang otomatis diterima seorang wanita di saat
jarang sekali dapat diterapkan dalam
ia mulai berkeluarga (Frieze, 1978).
memenuhi tugas – tugas rumah tangganya.
Ibu rumah tangga adalah melukiskan b.
kegiatan yang berpusat pada suatu kegiatan
Tidak terorganisasinya waktu dan
melayani dalam arti kata yang luas. Termasuk
aktivitas.
disini
Banyak
mendidik,
melayani,
mengatur,
tanggung
jawab
rumah
mengurus untuk dinikmati orang lain atau
tangga yang timbul secara spontan
bersama – sama untuk di nikmati oleh orang
dan
lain.
Kehidupan ibu rumah tangga lebih
Wanita
menjadi
sumber
untuk
tidak
dapat
dengan
diramalkan.
membahagiakan orang lain. Sebagai isteri ia
disesuaikan
tuntutan
–
menjadi pengasuh rumah tangga dan memberi
tuntutan sendiri. Tidak mudah untuk
pelayanan yang sangat menyenangkan kepada
mengatur anak – anak tepat sesuai
suami dan sebagian besar waktunya berada
dengan keinginan ibunya, misalkan
didalam rumah (Kartono, 2006).
waktu bermain atau waktu makan,
Berdasarkan uraian di atas dapat
juga waktu belajar yang tidak tepat
disimpulkan bahwa, ibu rumah tangga adalah
menurut ibunya tersebut. Kesibukan
status yang diperoleh perempuan yang sudah
akan bertambah besar pada saat – saat
menikah
dimana
dan
memiliki
tanggung
jawab
anak
–
anak
masih
membutuhkan perhatian dari orang
terhadap suami dan anak, misalnya mengurus
21
c.
tuanya, ataupun juga bila ada anggota
pada tugas – tugas justru kurang
keluarga yang sakit.
membutuhkan
Rendahnya status ibu rumah tangga
intelektualnya.
Pekerjaan
tangga juga kurang mendorong para
rumah
tangga
tidak
Pekerjaan
ibu
Masalahnya adalah pekerjaan rumah
mengembangkan
tangga lebih sering diasosiasikan
intelektualnya.
dengan pekerjaan – pekerjaan dan
rumah tangga mengalami kesulitan
penyediaan makanan. Akibat ibu
untuk menemukan teman sebaya dan
rumah tangga berada pada posisi
tingkat intelektual yang setara dalam
dimana masyarakat (bahkan juga
lingkungan
dirinya) memandang sebagaian besar
mereka
waktunya
kesempatan untuk mendiskusikan hal-
dihabiskan
untuk
rumah
rumah
menjanjikan prestise yang tinggi.
tangga
kemampuan Kebanyakan
terdekatnya, jarang
ibu
sehingga
mendapatkan
hal
kasar
kemampuan intelektualnya. Dalam
yang
tidak
menuntut
Pekerjaan
yang
untuk
menyelesaikan pekerjaan – pekerjaan
dapat
menstimulasi
keadaan demikian para ibu menjadi
kemampuan khusus. d.
kemampuan
rumah
tangga
cenderung
tidak
untuk
mengabaikan
menuntut kemampuan khusus
kemampuan
Untuk melakukan pekerjaan rumah
terseret pada pembicaraan sehari –
tangga memang di tuntut tingkat
hari. e.
kematangan atau intelegensi tertentu,
intelektualnya
dan
Tidak ada Reward
tetapi tidak perlu terlalu tinggi.
Reward yang mungkin di dapat para
Sedangkan anak laki – laki dan anak
ibu rumah tangga adalah pujian dari
perempuan dewasa ini mendapatkan
suami dan anak – anaknya yang
pendidikan yang sama dan di tuntut
biasanya sangat jarang diberikan.
untuk
Justru, suami dan anak – anak pada
menampilkan
kemampuan
intelektual yang sama bila ingin
umumya
mendapatkan
terhadap hal – hal
penghargaan
yang
lebih
mudah
yang tidak
sama. Dapat dipahami bila pada
dikerjakan
awalnya tidak sedikit penyesuaian
Reward pada umumnya mendorong
yang di tuntut dari para ibu rumah
para ibu untuk memilih tanggung
tangga, karena mereka selama ini di
jawabnya sebagai ibu rumah tangga
tuntut
adalah kepuasan yang diperolehnya
untuk
mengembangkan
kemampuan, tiba – tiba di hadapkan
22
dengan
bereaksi
cukup
baik.
dengan memberikan
f.
menjadi sumber yang dapat membahagiakan
kebahagiaan
dengan orang yang di cintainya.
orang lain. Sebagai isteri ia menjadi pengasuh
Isolasi sosial
dan pendidik bagi anak – anaknya dalam
Karena semakin jarangnya mereka
mengatur dan mengurus rumah tangga serta
melakukan kontak dengan teman
memberikan pelayanan yang menyenangkan
sebanyanya, maka lama kelamaan
kepada suami dan sebagaian besar waktunya
terjadi isolasi sosial dan akibatnya
berada dirumah (Kartono, 2006).
akan menimbulkan frustasi. Orang
Dalam perannya ini, tanggung jawab
yang paling diharapkan para isteri
utamanya seorang isteri adalah memberikan
dapat
pelayanan fisik dan emosional bagi anak –
memenuhi
kebutuhan
anaknya (Frieze, 1978).
sosialisasinya adalah suami, tetapi
Ciri – ciri isteri yang tidak bekerja
para suami yang telah mengahabiskan sebagaiaan besar waktunya dikantor
adalah :
dengan orang – orang lain. Sehingga
a.
kontak
sosial
yang
nafkah ( tidak berpenghasilan )
mungkin b.
dilakukan oleh para ibu rumah tangga
Kegiatan sehari – seharinya adalah
yang tidak bekerja adalah dengan
berhubungan
tetangganya sekitar sesama ibu rumah
rumah tangga c.
tangga. g.
Sebagaian perempuan tidak mencari
dengan
kehidupan
Karena tidak bekerja, ia kurang mengenal formal relationship.
Ketergantungan pada suami Ibu rumah tangga yang tidak bekerja menjadi tergantung pada suaminya
Stres pada Ibu Rumah Tangga Wanita tidak dapat secara bebas
baik dalam hal keuangan maupun dalam status sosial. Peran utamanya
memilih pekejaan dan
dalam masyarakat adalah menjadi
terisolasi dirumah karena banyaknya pekerjaan
isteri suaminya.
yang harus di selesaikan. Lebih – lebih bila tidak
ada
yang
cenderung
membantu
untuk
mengerjakan
pekerjaan rumah tangga. Isolasi ini cenderung
Isteri Tidak Bekerja Tugas yang diberikan kepada isteri
memperkuat perasaan tidak berdaya pada
meliputi melahirkan dan membesarkan anak –
wanita yang pada akhirnya menyebabkan
anaknya
wanita itu lebih mudah mengalami masalah –
di
dalam
lingkungan
keluarga,
masalah psikologis (Frieze, 1978).
memasak dan memberikan perhatian kepada suaminya agar rumah tangga yang tentram dan sejahtera
dapat
di
ciptakan.
Perempuan
23
Bagi ibu yang mengalami hal-hal
Sumber Stres (stressor) dan Coping Stres
diatas maka sangat mungkin mengalami
Rumah Tangga yang Tidak Bekerja. mempunyai
perasaan-perasaan sebagai ibu yang diabaikan
kebutuhan dasar untuk berhubungan dengan
oleh anak-anak mereka, ibu merasa tidak
orang lain, oleh karena itu manusia disebut
berguna. Ibu-ibu yang pekerjaannya seputar
sebagai makluk sosial. Demikianlah dengan
kehidupan rumah tangga yang mengerjakan
ibu rumah tangga, yang masih bergelut dalam
pekerjaan rumah yang tidak ada habisnya
lingkungan untuk mengurus suami dan anak-
dengan
anak, perlu adanya kontak sosial dengan orang
dirumah dapat mengalami penyakit psikologis
lain.
salah satunya adalah stres.
Setiap
manusia
menghabiskan
waktu
sendirian
Umunya, wanita menganggap bahwa
Stres adalah penderitaan jasmani,
menjadi ibu rumah tangga bukanlah suatu
mental atau emosional yang diakibatkan
pekerjaan,
yang
interpretasi atas suatu peristiwa sebagai suatu
berkeluarga akan secara langsung menerima
ancaman bagi agenda pribadi seorang individu
perannya sebagai ibu rumah tangga. Gore
(Mulyana, 2001).
karena
seorang
wanita
(dalam Frize, 1978) menyebutkan peran
Siapapun dia bahkan tua, muda, laki –
sebagai ascribed role, yaitu posisi yang
laki, perempuan, termasuk ibu rumah tangga
diberikan masyarakat karena karakteristik-
dapat mengalami stres. Menurut Utoyo, Ibu
karakteristik tertentu yang dimiliki seseorang.
rumah tangga merupakan profesi mulia dan
Sebagai ibu rumah tangga yang tidak bekerja,
penuh tanggung jawab yang sulit tergantikan
diharapkan
perannya
oleh orang lain. Tugas yang diberikan kepada
secara kompeten, karena itulah wanita yang
isteri meliputi melahirkan dan membesarkan
hanya memiliki satu peran saja, yaitu ascribed
anak – anak, dalam peranan ini tanggung
role akan lebih merasa stres jika anak dalam
jawab utama seorang isteri adalah memberi
suatu kondisi pergi meninggalkannya.
pelayanan fisik dan emosional bagi anak –
untuk
menampilkan
anaknya, selain itu ibu rumah tangga yang
Status sebagai seorang ibu dengan mencurahkan kasih sayang kepada keluarga.
tidak bekerja
Semenjak anak mulai bersekolah dan tumbuh
kebutuhan
menjadi
keperluan rumah tangganya (Kartono, 2006).
orang
yang
dewasa
bahkan
tidak hanya mengatur segala
rumah
tangga
juga
mengatur
meninggalkan rumah. Orang tua termasuk ibu
Ibu rumah tangga adalah melukiskan
merasa kehilangan. Ibu sering sekali merasa
kegiatan yang berpusat pada suatu kegiatan
bahwa anak-anak mereka kini telah menjadi
melayani dalam arti kata yang luas. Termasuk
orang yang melupakan mereka (Mappiare,
disini
1983).
mengurus untuk dinikmati orang lain atau
24
mendidik,
melayani,
mengatur,
bersama – sama untuk dinikmati oleh orang
analisis ini dapat diketahui konsep yang kita
lain.
ukur berada dalam kondisi yang siap untuk
Wanita
menjadi
sumber
untuk
membahagiakan orang lain, sebagai isteri ia
dianalisis
lebih
lanjut
dan
juga
dapat
menjadi pengasuh rumah tangga dan memberi
mengetahui bagaimana gambaran konsep itu
pelayanan yang sangat menyenangkan kepada
secara rinci. Adapun alasan digunakan pendekatan
suami dan sebagian besar waktunya berada di
deskriptif pada penelitian ini adalah untuk
dalam rumah (Kartono, 2006). Sebagai makluk sosial ibu rumah
memperoleh gambaran dan menyajikan potret
tangga membutuhkan akan hubungan dengan
keadaan pada ibu rumah tangga yang tidak
orang lain. Kita membutuhkan teman dan
bekerja. Subjek penelitian ini adalah ibu
bergaul akrab satu sama lain agar dapat saling membantu. Peneliti menganjurkan kepada ibu
rumah
rumah
mempunyai anak.
tangga
yang
tidak
bekerja
agar
tangga
yang
tidak
bekerja
dan
melakukan kegiatan, bukan seputar kegiatan rumah tangga saja tetapi kegiatan yang diluar
HASIL PENELITIAN
itu semua.
1.
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Coping Stres Skala coping stres, disusun dengan
METODE PENELITIAN
menggunakan bentuk skala likert terdiri dari
Pada penelitian ini pendekatan yang berupa,
52 item skala coping stres yang diuji cobakan
pendekatan deskriptif. Menurut umar (2003)
dipecah menjadi 3, yaitu Problem Focused
pendekatan
umumnya
Coping (PFC), Emotion Focused Coping
digunakan untuk variabel bebas atau terlibat
(EFC), dan Maladaptive Coping (MALC).
yang
dan
Pada dimensi PFC dari 20 itemyang diuji
ini berguna
cobakan terdapat 12 item yang valid dan 8
khususnya pada tahap awal analisis, dengan
item yang gugur. 12 item yang valid tersebut
kata lain pendekatan ini disebut juga sebagai
memiliki korelasai total item 0,301 – 0,605.
analisis univariat yang merupakan analisis
Pada dimensi EFC dari 20 item yang diuji
yang digunakan pada satu variabel yang
cobakan diperoleh 19 item yang valid dan 1
bentuknya berbagai macam, seperti distribusi
item yang gugur. 19 item yang valid tersebut
frekuensi, tendensi sentral seperti rata-rata,
memiliki
ukuran
seperti
Sedangkan pada dimensi MALC dari 12 item
standar deviasi ataupun melihat gambaran
yang diuji cobakan diperoleh 10 item yang
histogram dari variabel tersebut, dengan
valid dan 2 item yang gugur. 10 item yang
digunakan
adalah
kuantitatif
deskriptif
berskala
nominal
ordinal. Statistik
penyebaran
pada
(kategorial)
deskriptif
dari
variabel
25
korelasi
total
0.321
–
0,682.
valid tersebut memiliki korelasi total 0.355 – 0,632.
pengujian
validitas
ini
5.
Masalah terhadap diri
5
10 %
4
8%
sendiri
dilakukan 6.
dengan bantuan program SPSS versi 12,0 for
Masalah dengan pekerjaan rumah
windows. Uji
reliabitas
dilakukan
tangga
untuk
mengetahui konsistensi skor pada alat ukur. Uji realiabitas pada penelitian ini dilakukan
7.
Masalah keluarga
3
6%
8.
Campur tangan mertua
2
4%
9.
BBM
1
2%
50
100 %
dengan teknik Alpha Cronbach dan diperoleh
TOTAL
angka koefisien reliabilitas 0,805 pada dimensi PFC. Pada dimensi EFC diperoleh angka 3.
koefisien reabilitas sebesar 0,904, Sedangkan
Gambaran umum urutan teratas dari tiap kategori stressor .
pada dimensi MALC sebesar 0,791. Pengujian
Jika dijabarkan lebih detail urutan
reliabilitas ini dilakukan dengan program
yang pertama dapat dilihat dari tabel dibawah
SPSS versi 12,0 for windows.
ini : 2.
Gambaran umum mengenai stressor Tabel 5. Data Stressor Urutan Teratas Tiap
ibu rumah tangga yang tidak bekerja. Seperti
Kategori Stressor
yang
diketahui
subjek
pertanyaan
terbuka
untuk
N
Urutan
mengurutkan 5 stressor yang dialami ibu
O
Stressor
1.
I
Masalah dengan suami
11
2.
II
Masalah dengan anak
18
3.
III
Masalah dengan anak
12
4.
IV
Masalah dengan suami
10
5.
V
Masalah pekerjaan
9
diberikan
rumah
tangga
keseluruhan
yang
tidak
jawaban
bekerja,
tersebut
dari
kemudian
dikumpulkan, maka dapat diketahui bahwa stressor
utama yang dominan pada subjek
adalah sebagai berikut :
Jenis Stressor (dominan)
Jumlah
rumah tangga
Tabel 4. Data Stressor Utama Pada Ibu Rumah Tangga Yang Tidak Bekerja NO
Urutan Stressor I
N
1.
Masalah dengan suami
2.
Deskripsi mengenai kategori subjek
Persentase
(sangat rendah, rendah, rata-rata atau sedang,
11
22 %
tinggi, dan sangat tinggi) dalam dimensi PFC,
Masalah dengan anak
10
20 %
3.
Masalah keuangan
8
16 %
4.
Anggaran belanja
6
12 %
EFC dan MALC pada ibu rumah tangga yang tidak bekerja dapat diketahui dengan cara perhitungan berikut ini :
rumah tangga yang semakin mahal
26
76 - 19 = 57. Dengan demikian standar deviasi Dimensi PFC
sebesar 57 : 6 = 9,5. Nilai 6 didapat dari kurva
Jumlah item valid pada dimensi PFC
distribusi normal yang dibagi atas 6 wilayah,
sebanyak 12 dengan menggunakan kriteria
yaitu 3 daerah positif dan 3 daerah negatif.
nilai 1 – 4. ini berarti nilai skala terkecil
Setelah mendapatkan nilai standar deviasi,
berjumlah 1 dan terbesar sejumlah 4. Lalu
selanjutnya mencari nilai mean hipotetik
diketahui rentang minimum yaitu nilai terkecil
dengan cara mengalikan nilai tengah dengan
dikalikan dengan jumlah item yang valid
jumlah item yang valid (2,5 x 19 = 47,5). Nilai
(1x12=12), kemudian dapat diketahui rentang
2,5 didapat dari median/nilai tengah dari
maksimum yaitu nilai terbesar dikalikan
kriteria nilai yang digunakan yaitu antara 1
dengan jumlah item valid (4x12=48), sehingga
sampai 4.
dapat rentangan 12 – 48. dengan jarak sebaran
c.
a.
Dimensi MALC
48-12 = 36. Dengan demikian standar deviasi
Jumlah item valid pada dimensi
sebesar 36 : 6 = 6. Nilai 6 didapat dari kurva
MALC sebanyak 10 dengan menggunakan
distribusi normal yang dibagi atas 6 wilayah,
kriteria nilai 1 – 4. ini berarti nilai skala
yaitu 3 daerah positif dan 3 daerah negatif.
terkecil berjumlah 1 dan terbesar sejumlah 4.
Setelah mendapatkan nilai standar deviasi,
Lalu diketahui rentang minimum yaitu nilai
selanjutnya mencari nilai mean hipotetik
terkecil dikalikan dengan jumlah item yang
dengan cara mengalikan nilai tengah dengan
valid (1 x 10=10), kemudian dapat diketahui
jumlah item yang valid (2,5 x 12 = 30). Nilai
rentang
2,5 didapat dari median / nilai tengah dari
dikalikan dengan jumlah item valid (4x10=40),
kriteria nilai yang digunakan yaitu antara 1
sehingga dapat rentangan 10 – 40. Dengan
sampai 4.
jarak sebaran 40 - 10 = 30. Dengan demikian
b.
Dimensi EFC
standar deviasi sebesar 30 : 6 = 5. Nilai 6
Jumlah item valid pada dimensi EFC
didapat dari kurva
maksimum
yaitu
nilai
terbesar
distribusi normal yang
sebanyak 19 dengan menggunakan kriteria
dibagi atas 6 wilayah, yaitu 3 daerah positif
nilai 1 – 4. ini berarti nilai skala terkecil
dan 3 daerah negatif. Setelah mendapatkan
berjumlah 1 dan terbesar sejumlah 4. Lalu
nilai standar deviasi, selanjutnya mencari nilai
diketahui rentang minimum yaitu nilai terkecil
mean hipotetik dengan cara mengalikan nilai
dikalikan dengan jumlah item yang valid (1 x
tengah dengan jumlah item yang valid (2,5 x
19=19), kemudian dapat diketahui rentang
10 = 25). Nilai 2,5 didapat dari median / nilai
maksimum yaitu nilai terbesar dikalikan
tengah dari kriteria nilai yang digunakan yaitu
dengan jumlah item valid (4x19=76), sehingga
antara 1 sampai 4.
dapat rentangan 19 – 76. Dengan jarak sebaran
27
PEMBAHASAN Gambaran umum mengenai stressor ibu rumah tangga yang tidak bekerja. Penelitian mengetahui
stressor
ini
bertujuan
(sumber
stres)
untuk dan
perilaku coping stres pada ibu rumah tangga yang tidak bekerja. Hasil yang diperoleh dari penelitian mengenai sumber stres (stressor) utama yang dirasakan ibu rumah tangga yang tidak bekerja dapat dilihat pada diagram sebagai berikut :
Keterangan : Angka dalam % Berdasarkan diagram diatas, didapat nilai frekuensi yang paling tinggi berhubungan dengan masalah terhadap suami, yaitu sebesar 11 subjek atau sekitar 22 % dari total keseluruhan. Hal ini sangat mungkin terjadi karena ibu rumah tangga yang tidak bekerja banyak memikirkan hal- hal yang berkaitan dengan keluarga, terutama dengan pasangan hidup yaitu dalam bidang penghasilan suami yang minim maupun ketidakjujuran suami dalam berkomunikasi. Dalam hal ini dapat memicu pertengkaran didalam berumah tangga dan membuat ibu rumah tangga kewalahan untuk menghadapi tuntutan – tuntutan dari luar. Hal ini sesuai dengan faktor stres Christian (2005) yang bersumber pada kondisi internal, yaitu berkaitan dengan pikiran dan
28
faktor eksternal yaitu tuntutan yang kuat dari
keadaan perekonomian yang tidak menentu
luar.
dan juga biaya hidup yang semakin mahal, 10 subjek atau sekitar 20 % dari total
disertai juga dengan keadaan krisis global.
keseluruhan, umumnya menyebutkan masalah
Biaya rumah tangga terikut dampaknya,
yang terjadi dengan anak. Subjek merasa sedih
otomatis
dikala anak sedang sakit, sehingga aktifitas –
menetralisir keadaan ini dan bisa membedakan
aktifitas
kebutuhan yang harus dipenuhi atau kebutuhan
yang
sering
dilakukan
tertunda
ibu
rumah
tangga
kewalahan
yang bisa ditunda.
dengan memikirkan dan mengurus anak. Dari juga,
5 subjek atau 10 % dari total
kenakalan anak atau anak yang sulit diatur
keseluruhan umumnya menyebutkan adanya
juga dapat memicu sumber stres yang muncul.
masalah terhadap diri sendiri. Masalah yang
hasil
wawancara
yang
dilakukan
8 subjek atau 16 % dari total
timbul adalah merasa semua yang dilakukan
keseluruhan umumnya mereka menyebutkan
untuk keluarga tidak berarti dimata keluarga.
dengan masalah keuangan. Keuangan yang
Mereka merasa bahwa keluarga tidak peduli
kurang dengan kebutuhan keluarga yang
dengan keadaan mereka. Dari hasil wawancara
semakin
besar, hal ini menyebabkan ibu
mengatakan bahwa setelah anak atau suami
rumah tangga sulit mendahulukan keperluan
melakukan aktivitas masing- masing diluar
yang lebih penting. Ditambah lagi dengan
rumah, ibu rumah tangga tersebut menjadi
mengandalkan suami. Dari hasil wawancara
kesepian.
dengan ibu-ibu rumah tangga, sebagian besar
kebosanan. Ini sesuai dengan konsep Goliszek
kebanyakan dari mereka menyebutkan jika
(2005), rasa bosan lantaran situasi yang
tidak mempunyai uang untuk kebutuhan yang
monoton dan bagi yang tidak mengalami tahap
mendesak, sehingga kebutuhan tersebut tidak
perbaikan bisa menimbulkan stres berlarut –
terpenuhi. Hal ini sesuai dengan konsep
larut.
stres
apabila
ini
dapat
menimbulkan
4 subjek atau 8 % dari total
Lazarus (1994), yaitu suatu situasi dapat menimbulkan
Hal
keseluruhan umumnya mereka menyebutkan
melibatkan
kesulitan dalam pekerjaan rumah tangga.
tuntutan dan desakan yang kuat. 6 subjek atau 12 % dari total
Pekerjaan dirumah yang tidak ada habisnya.
keseluruhan umumnya menyebutkan bahwa
Beban yang banyak dan semakin berat bukan
anggaran kebutuhan belanja yang semakin
saja
mahal, karena bahan pokok dipasaran yang
mengurus mengurus rumah setiap harinya.
harganya semakin melonjak dan harga bahan
Pekerjaan tersebut banyak menyita waktu,
makanan yang semakin tidak stabil. Dari hasil
yang bisa digunakan untuk bersantai ataupun
wawancara dengan ibu rumah tangga dengan
refresing. Pekerjaan tersebut dapat membuat
29
mengurus
suami
dan
anak,
tetapi
rasa jenuh yang berlarut dan ditambah lagi
kebutuhan
hidup,
lalu
ditambah
dengan
dengan tidak ada yang membantu.
kenaikan BBM ini tarif kebutuhan semakin meningkat.
3 subjek atau 6 % dari total
Dari
keseluruhan umumnya mereka menyebutkan
berbagai
stressor
yang
masalah interen dalam keluarga. Anggota
diperoleh, kemudian digolongkan berdasarkan
keluarga yang tidak mau tau dengan keadaan
pendapat Sarafino (1998), yaitu sumber yang
sekeliling, tidak saling membantu dan juga
berasal dari dalam individu, sumber berasal
sibuk dengan urusan masing- masing. Suami
dari keluarga dan sumber yang berasal dari
atau anak yang pulang kerumah tidak seperti
masyarakat
biasanya, hal ini membuat para ibu merasa
menunjukkan bahwa gambaran stressor yang
bahwa keluarga cuek terhadap dirinya. Dari
paling utama bagi ibu rumah tangga yang tidak
hasil wawancara terhadap ibu rumah tangga
bekerja dapat dilihat pada diagram berikut ini :
bahwa suami yang tidak peduli dengan keuangan
keluarga,
apalagi
suami
tidak
bekerja lagi dan disamping itu anak – anak masih butuh biaya pendidikan hal ini dapat menimbulkan stres. 2 subjek atau 4 % dari total keseluruhan umumnya mereka menyebutkan masalah orang ketiga. Campur tangan orang ketiga salah satunya mertua. Mertua yang selalu ikut campur dalam urusan rumah tangga, apalagi menyangkut masalah keuangan yang mengatur pendapatan anaknya. Ini membuat para isteri gerah dengan situasi ini. Mertua
yang
juga
menganggap
rendah
terhadap isteri yang tidak berpenghasilan dan semua tergantung terhadap suami. 1 subjek atau 2 % dari total keseluruhan umumnya mereka menyebutkan kenaikan BBM sekarang ini menjadi kendalan menimbulkan stres. Dengan kenaikan BBM secara otomatis mempengaruhi tarif hidup keluarga yang semula sudah mencukupi
30
atau
lingkungan.
Hasil
Kesimpulan
Keterangan :
Dari hasil analisis data penelitian
Angka dalam %
yang diperoleh dapat ditarik kesimpulan Pada ibu rumah tangga yang tidak
bahwa stressor utama ibu rumah tangga yang
bekerja, sumber stres yang dianggap paling
tidak bekerja, adalah Masalah dengan suami,
utama adalah yang berasal dari keluarga,
masalah dengan anak, masalah keuangan,
urutan kedua berasal dari diri individu dan
anggaran belanja rumah tangga yang semakin
yang
dari
mahal, masalah terhadap diri sendiri, masalah
lingkungan atau masyarakat. Sumber stres
dengan pekerjaan rumah tangga, masalah
berasal dari keluarga sebanyak 34 subjek atau
keluarga, campur tangan mertua, dan BBM.
68 % dari total keseluruhan, umumnya mereka
Dari
menyebutkan masalah keluarga, misalnya
dikelompokkan, bahwa mayoritas stressor ibu
berkaitan dengan suami, dengan anak yang
rumah tangga yang tidak bekerja adalah
sulit
didalam
sumber dari keluarga, kedua dari diri individu
keluarga dan campur tangan orang ketiga salah
dan ketiga dari sumber lingkungan atau
satunya adalah mertua.
masyarakat.
ketiga
diatur,
adalah
yang
masalah
Sumber
stres
berasal
keuangan
dari
diri
semua
stressor
Adapun
individu
strategi
tersebut
coping
jika
yang
sebanyak 9 subjek atau 18 % dari total
digunakan ibu rumah tangga yang tidak
keseluruhan, umumnya subjek menyebutkan
bekerja adalah Emotion Focused Coping,
masalah terhadap diri sendiri yang merasa
Problem Focused Coping dan Maladaptive
kesepian,
Coping.
tertekan,
bosan,
dan
masalah
Untuk EFC bentuk yang paling
terhadap pekerjaan rumah tangga yang tidak
sering
ada habisnya serta anggota keluarga yang tidak
Reinterpretation and Growth dan Turning to
saling membantu. Adapun sumber stres yang
Religion. Untuk PFC dengan cara Active
berasal dari lingkungan atau masyarakat
Coping
sebanyak 7 subjek atau 14 % dari total
Activities. Dan yang terakhir MALC dengan
keseluruhan, umumnya mereka menyebutkan
melakukan Mental Disengagement.
kenaikan BBM dan kebutuhan pangan yang semakin mahal.
31
digunakan
dan
antara
Suppression
lain
of
Positive
Competing
Saran untuk penelitian lebih lanjut
Saran
Bagi
Berdasarkan hasil penelitian yang
penelitian
bentuk
coping
selanjutnya
telah dilakukan, maka dapat dikemukakan
membahas
terbaru
yaitu
saran – saran sebagai berikut :
Religius Coping, diharapkan dapat melakukan
Saran untuk subjek penelitian
penelitian dengan subjek yang tidak hanya
Emotion Focused Coping ibu rumah
berasal dari kota besar, tapi subjek yang juga
tangga yang tidak bekerja termasuk dalam
berasal dari daerah dan subjek sebaiknya
kategori tinggi. Sedangkan Problem Focused
dibatasi pada kelompok yang lebih homogen.
Coping dalam kategori sedang. Dalam hal ini ibu rumah tangga yang tidak bekerja dapat meningkatkan
strategi
Problem
Focused
Coping dengan cara merencanakan segala sesuatu yang berhubungan dengan keluarga, misalnya : mengatur uang yang diberikan suami setiap bulannya dengan mengontrol pengeluaran, mana kebutuhan yang lebih penting dan kebutuhan yang tidak begitu penting. Bukan dalam hal keuangan saja yang harus direncanakan, dalam hal ini juga penting untuk merencanakan pekerjaan rumah tangga yang akan dikerjakan selanjutnya. Didalam kehidupan berumah tangga tidak jauh dengan suatu masalah, misalnya masalah dengan suami. Dengan segudang pekerjaan yang dilakukan ibu rumah tangga, yang pekerjaan sehari – harinya mengurus rumah yang tidak ada habis – habisnya ditambah lagi dengan suami yang tidak mau mengerti dengan keadaan. Jika mengalami kesulitan sebaiknya dibicarakan dengan suami secara bijaksana dan kekeluargaan.
32
Frieze, I. (1978). The Woman and Sex Roles: A social Psychological Perspective. New York: W.W. Norton and Co.
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, A. (2005). Jinakan Stres Kiat Hidup Goliszek, A. (2005). Manajemen Stress. Jakarta : PT Bhuana Ilmu Populer, Kelompok Gramedia.
Bebas Tekanan. Bandung : Nexx Media Inc.
Halonen, S.J., Santrock, J.W. (1999). Psychology Contexts and Application. New York : Mc Graw-Hill
Abdullah, A. (2007). Mengatasi Stres pada Anak.
Bandung
:
Kelompok
Gramedia Hawari, D (2007). Al-Quran : ilmu kedokteran jiwa & kesehatan jiwa. Jakarta : PT. Dana Bakti Prima Yasa.
Anastasi, A. & Urbina,S. Tes Psikologi : Psychological Testing 7e. (1997). Jakarta : PT Prenhallindo.
Ibrahim, Z. (2005). Psikologi Wanita. Bandung : Pustaka Hidayah.
Atwater, E & Duffy, K.G (1999). Psychology for living : Adjustment, growth and Behavior today. New Jesey : Pearson Education, Inc.
Kapplan, R.M., Sallis, J.F. & Patterson, T.L. (1993). Health and Human Behavior. New York : Mc Graw-Hill.
Azwar, S. (1997). Tes Prestasi : Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar. Yogyakarta : Pustaka Belajar.
Kartono, K. (2006). Psikologi Wanita (Jilid 1) : Gadis Remaja dan Wanita Dewasa. Bandung : Alumni Penerbit.
Carver, C.S. Scheier, M.F & Weintraub, J.K. (1989). Assessing Coping Strategis : a teoritically based approach. Journal of Personality and Social Psychologi, 56 (2)
Lazarus, R. S (1976). Patterns of Adjustment. (3 rd ed). Tokyo Mcgraw – Hill Kagakusha, LTD.
Mappiare, A. (1983). Psikologi Dewasa. Surabaya : Usaha Nasional.
Christian, M. (2005). Jinakan Stress : Kiat Hidup Bebas Tekanan. Bandung : Nexx, Media inc.
Orang
Meltzer, D. (2006). Strategi Mengelola Stres. Jakarta : Prestasi Pustaka.
Cooper, C. & Payne, R. (1991). Personality & Stress : Individual Defferences in The Stress Process. New York : John Willy & Sons.
Mulyana, D. (2001). Komunikasi Organisasi. Bandung : PT Gramedia Rosdakarya.
33
Mu’tadi, A. (1992). Konsep Reaksi Stres. Jakarta : PT Bhuana Ilmu Populer Kelompok Gramedia.
Narbuko, C. & Achmadi, A. (2001). Metodologi Penelitian. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Nevid, J.S., Rathus., A.S, & Greene, B. (2005). Psikologi Abnormal. Jakarta : Erlangga. Prabowo, H. (1998). Pengantar Psikologi Lingkungan. Jakarta : Universitas Gunadarma.
Rice, P.L. (1998). Stres and Health. New Jersey : Brooks/Cole Publishing.
Roediger III, Henry. (1984). Psychologi : United States of America. Little, Brown and Company.
Sarafino, E.P. (1998). Health Psyshology. Biopsychosocial Interaction. New York : John Willey & Sons, inc
Umar. H (2003). Riset Akuntansi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
34