STRATEGI PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN ANAK TERLANTAR MELALUI PROGRAM RUMAH BELAJAR ANAK LEMBAGA KEMANUSIAAN AKSI CEPAT TANGGAP (ACT) Di Kampung Muka Ancol Pademangan Jakarta Utara
SKRIPSI
Amy Habibul Hadi 1110054100016
PROGRAM STUDI KESEJAHTEARAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H / 2015 M
ABSTRAK Amy Habibulhadi 1110054100016 Strategi Perlindungan dan Pemberdayaan Anak Terlantar Melalui Program Rumah Belajar Anak Lembaga Kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT) Di Kampung Muka Ancol Pademangan Jakarta Utara Rendahnya pendidikan dialami dengan adanya faktor ekonomi keluarga yang tidak bisa tercukupi dalam hidupya. Akibat dari faktor ekonomi yang rendah, sehingga anak terkorbankan tidak bisa menempuh pendidikan yang formal. Salah satu penentu derajat keterlantaran anak adalah tidak/belum pernah sekolah dan tidak tamat pendidikan dasar (9 tahun), disesuaikan dengan umurnya. Dari fenomana yang ada dalam ruang lingkup pendidikan, sehingga Aksi Cepat Tanggap (ACT) membuat suatu program, Rumah Belajar Anak (RBA) yang menyediakan sebuah Taman Bacaan Anak, dengan bacaan yang bermutu sehingga memotivasi anak untuk gemar membaca. Meskipun program tersebut masih pendidikan diluar sekolah atau non formal, tapi program ini mengadakan berbagai macam buku pengetahuan untuk membekali bagi anak-anak yang kurang mampu dalam menempuh pendidikan formal. Penelitian ini merumuskan beberapa masalah yaitu (1) Bagaimana strategi perlindungan dan pemberdayaan anak terlantar melalui program Rumah Belajar Anak (RBA) di Lembaga Kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT)? (2) Apa dampak dari strategi perlindungan dan pemberdayaan anak terlantar melalui program Rumah Belajar Anak (RBA) di Lembaga Kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT)? Dalam penelitian ini peneliti mengunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriftif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan serangkaian observasi, wawancara dan studi dokumentasi, dan prosedur pemilihan informan dalam penelitian ini adalah purposive sampling, adapun informan dalam penelitian ini berjumlah 8 orang yaitu 2 orang sebagai pengajar Rumah Belajar Anak (RBA), dan 1 orang sebagai penanggungjawab Rumah Belajar Anak (RBA) serta 5 orang sebagai anak didik Rumah Belajar Anak (RBA). Dari hasil penelitian ditemukan Rumah Belajar Anak (RBA) melaksanakan program pemberdayaan dengan aras Mezzo yakni dengan lingkup kelompok dan dengan menggunakan fasilitas lembaga pendidikan. Program Rumah Belajar Anak fokus pada sasaran anak-anak di Kampung Muka untuk di bina dan di didik dengan ilmu pengetahuan sekolah secara non formal dan keterampilan life skill. Manfaat yang sudah dirasakan oleh peserta anak didik Rumah Belajar Anak adalah mendapatkan aspek keterampilan, ilmu pengetahuan di luar sekolah dan perubahan perilaku secara sinergis.
i
KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Semesta Alam, Allah SWT yang telah memberi rahmat, karunia, dan kasih sayang-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW, beserta seluruh keluarganya, para sahabatnya, sampai kepada kita selaku umatnya hingga akhir zaman. Amin. Alhamdulillah, penulis telah dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul Strategi Perlindungan dan Pemberdayaan Anak Melalui Program Rumah Belajar Anak (RBA) Lembaga Kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT). Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing penyusunan skripsi ini, diantaranya: 1. Dr. Arif Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta beserta para pembantu Dekan. 2. Siti Napsiyah, MSW selaku Ketua Jurusan Kesejahteraan Sosial dan Ahmad Zaki, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Budi Rahman Hakim, MSW selaku Dosen pembimbing skripsi ini, yang telah meluangkan waktu ditengah kesibukan, tetapi bersedia memberikan perhatian, arahan dan motivasi yang bermanfaat kepada penulis.
ii
4. Seluruh Dosen Jurusan Kesejahteraan Sosial yang telah mendidik, membimbing dan memberikan ilmu-ilmu bermanfaat selama penulis kuliah di Jurusan Kesejahteraan Sosial. 5. Pimpinan dan staf Perpustakaan utama, perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Kementrian Sosial yang telah banyak memberikan fasilitas kepada penulis dalam penyelesaian studi pustaka. 6. Abdullah Salim sebagai pendiri dan pengurus Rumah Belajar Anak dan Rima Yunita, S.Sos sebagai PIC staff education division-comdev directorate ACT-
(PIC Rumah Belajar Anak) dan berbagai Staff Aksi Cepat Tanggap yang telah mengizinkan, dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 7. Yang tercinta kedua orang tua penulis ayahanda Nurhadi dan Ibunda Yanti Sri Heriyanti yang senantiasa memberikan motivasi, moril dan materil, pengorbanan, Doa dan kasih sayang yang tak pernah henti. 8. Kawan-kawan seperjuangan Bryan Wicaksono, Amir Hamzah, Muhammad Soleh, Andi Majid, Rizqi Mubarok dan Ade Yunus Sukmana, Terima kasih atas segala kebersamaan menggapai cita-cita bersama, dan memberikan pelajaran untuk lebih baik diakhir-akhir perkuliahan. 9. Normalita Sari yang telah ikut serta dalam membantu penyelesaian skripsi ini dengan memberikan waktu untuk memotivasi, sharing, semangat dan doa-doa untuk sukses bersama. 10. Teman-teman Jurusan Kesejahteraan Sosial bang Ghozali Nasution, Miftah Rizki, Risdianto, Nurhikmah, yang sudah mau bertukar pikiran dalam penyelesaian skripsi dan seluruh teman-teman Jurusan Kesejahteraan Sosial
iii
yang tidak bisa disebutkan satu persatu tapi tetap tidak mengurangi kasih sayang penulis. Terima kasih atas kebersamaan dan kekompakkannya. Akhirnya penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat untuk penulis dan kepada para pembaca. Penulis mengucapkan terima kasih Semoga Allah SWT memberikan balasan kebaikan. Aamiin Ya Robbal Alamin
Jakarta, 2 Februari 2015
Amy Habibul Hadi
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................................. i KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv DAFTAR ISI ...........................................................................................................v DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... viii
BAB I
PENDAHULUAN A. Latarbelakang Masalah .................................................................1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ...........................................8 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .....................................................9 D. Metodelogi Penelitian ................................................................10 E. Tinjauan Pustaka .........................................................................16 F. Sistematika Penulisan ................................................................18
BAB II
KERANGKA TEORITIS A. Strategi ........................................................................................20 1. Pengertian Strategi ................................................................20 2. Jenis-jenis Strategi ................................................................21 3. Tujuan Manajemen Strategi ..................................................22 B. Masalah Sosial ............................................................................23 1. Pengertian Masalah Sosial....................................................23 2. Karakteristik Masalah Sosial ................................................24 3. Tahap-tahap Pemecahan Masalah Sosial .............................25 4. Klasifiksi Masalah Sosial .....................................................28 C. Perlindungan dan Pemberdayaan Anak Terlantar ......................29
v
1. Perlindungan Anak ................................................................29 2. Pengertian Anak Terlantar ....................................................30 3. Perlindungan dan Hak Anak .................................................31 4. Permasalahan Anak Terlantar ...............................................32 5. Pengertian Pemberdayaan .....................................................33 6. Strategi Pemberdayaan ..........................................................35 7. Tujuan Pemberdayaan ...........................................................37 D. Pendidikan ..................................................................................38 1. Pengertian Pendidikan...........................................................38 2. Fungsi dan Kegunaan Pendidikan .........................................39
BAB III
PROFIL LEMBAGA A. Gambaran Umum Lembaga Aksi Cepat Tanggap ......................40 1. LatarBelakang Aksi Cepat Tanggap .....................................40 2. Visi dan Misi Lembaga .........................................................42 3. Identitas Lembaga .................................................................42 4. Struktur Lembaga ..................................................................43 5. Mitra Kerja Lembaga ............................................................45 B. Gambaran Umum Program Rumah Belajar Anak ......................45 1. Latarbelakang Rumah Belajar Anak .....................................45 2. Program Rumah Belajar Anak ..............................................46 3. Sarana dan Prasarana ............................................................47
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Proses dan Implementasi Rumah Belajar Anak ..........................50 B. Strategi Pemberdayaan Program Rumah Belajar Anak ..............55 C. Faktor Pendorong dan Penghambat Program Rumah Belajar Anak ...............................................................................64
vi
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................67 B. Saran .........................................................................................68
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................69 LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1. Garis kemiskinan, jumlah dan presentase penduduk miskin ................................................................................................1 2. Tabel 2. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) ................................................................................................3 3. Tabel 3. Alasan menyebabkan anak tidak melanjutkan pendidikan ..................4 4. Tabel 4. Informan peneliti ................................................................................16 5. Table 5. Sarana dan prasarana Rumah Belajar Anak .......................................47 6. Tabel 7. Jadual kegiatan komputer Rumah Belajar Anak ................................58
viii
DAFTAR LAMPIRAN 1. Surat pengajuan bimbingan skripsi 2. Surat izin penelitian skripsi di Lembaga Aksi Cepat Tanggap 3. Surat keterangan penelitian skripsi
4. Pedoman observasi dan wawancara 5. Identitas informan 6. Transkip observasi 7. Transkip wawancara 8. Database anak didik Rumah Belajar Anak 9. Foto Hasil observasi 10. Sertivikat hasil pelatihan komputer
ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tingginya angka kemiskinan merupakan indikator dari permasalahan sosial yang berada di masyarakat Indonesia, karena pendidikan bagi generasi bangsa sangatlah penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manuisa. Rendahnya pendidikan dialami dengan adanya faktor ekonomi keluarga yang tidak bisa tercukupi dalam hidupnya. Akibat dari faktor ekonomi yang rendah, sehingga anak terkorbankan tidak bisa menempuh pendidikan yang formal. Tabel 1. Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di DKI Jakarta Maret 2013 - Maret 20141
Garis Kemiskinan (Rp/ Kapita/ Bulan)
Bulan/ Tahun
Makanan
Bukan makanan
(1)
(2)
(3)
(4)
Jumlah penduduk miskin (5)
268.419
139.018
407.437
352,96
3,55
65,88 %
34,12%
100,00 %
September
278.706
155.615
434.322
371,70
3,72
2013
64,17 %
35,83 %
100,00%
290.030
157.766
447.797
393,98
3,92
64,77 %
35,23 %
100,00%)
Maret 2013
Maret 2014
1
Total
Data Garis Kemiskinan Susenas Maret 2013, September, dan Maret 2014
1
Presentasi penduduk miskin (6)
2
Pada bulan Maret 2014, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan) di DKI Jakarta mencapai 393,98 ribu orang (3,92 persen), meningkat sebesar 22,3 ribu orang (0,20 poin) dibandingkan dengan penduduk miskin pada bulan September 2013 yang sebesar 371,70 ribu orang (3,72 persen). Jika dibandingkan dengan bulan Maret 2013, penduduk miskin bertambah sebesar 41,02 ribu orang (0,37 poin).2 Pada kenyataannya Negara-negara sedang berkembang masih banyak mendapat kesulitan untuk penyelenggara pengembangan tenaga usia muda melalui pendidikan, namun demikian tidak dapat disangkal bahwa kualitas sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat menentukan dalam proses pembangunan. Disinilah terletak arti penting dari pendidikan sebagai upaya untuk terciptanya kualitas sumber daya manusia (SDM), sebagai prasarat utama dalam pembangunan. Suatu bangsa akan berhasil dalam pembangunan secara “self propelling” dan tumbuh menjadi bangsa yang maju apabila telah berhasil memenuhi minimum jumlah dan mutu dalam pendidikan penduduknya. Indonesia demikian
pula
menghadapi
kenyataan
untuk
melakukan
usaha
keras
“mencerdaskan kehidupan bangsa”. Dewasa ini sudah sekitar 80% dari usia Sekolah Dasar (6 - 12) tahun dapat ditampung oleh fasilitas pendidikan dasar yang ada. Persentase jumlah penduduk yang masih buta huruf diperkirakan sebagai 40%.3 Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) turun dari 0,073 menjadi 0,069 pada periode September 2013 - Maret 2014. Begitu juga pada periode Maret 2013 Maret 2014, Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) turun dari 0,169 menjadi 0,069. 2 3
29-30.
Badan pusat statistik (BPS) Provinsi DKI Jakarta 2014 Hartomo dan Arincun Aziz, Ilmu Sosial Dasar. (Jakarta : PT Bumi Aksara, 1999), h.
3
Penurunan nilai kedua indeks ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin mendekati garis kemiskinan, serta ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin menyempit.4 Data indeks kemiskinan di DKI Jakarta sebagai berikut: Tabel. 2 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di DKI Jakarta, Maret 2013 - Maret 20145 Bulan / Tahun Maret 2013 September 2013 Perubahan poin Maret 2013 – Maret 2014 September 2013 – Maret 2014
Indeks kedalaman kemiskinan (P1) 0,629 0,388
Indeks keparahan kemiskinan (P2) 0,169 0,073
-0,242
-0,100
-0,001
-0,004
Padahal Indonesia merupakan Negara kepulauan yang terkenal dengan keanekaragamannya. Sebagai negara kepulauan Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah ruah. Selain sumber daya alamya, Indonesia juga kaya akan sumber daya manusianya. Penduduk Indonesia saat ini berjumlah 240 juta jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,49 % tahun. Di nilai dari jumlah penduduknya, Indonesia menduduki peringkat 4 di dunia. Jumlah sumber daya manusia di Indonesia memang melimpah ruah akan tetapi tidak diimbangi dengan sumber daya manusia yang berkualitas. Wajib belajar pendidikan formal diberlakukan kepada anak usia sekolah, dimulai usia 7 tahun sudah harus
4
Badan Pusat Statistik Jakarta, 2014 dari http://jakarta.bps.go.idfileuploadbrs2014-07-0112-50-20/ diakses pada tanggal 4 April 2015 5 Diolah dari data Susenas dengan menggunakan penimbang hasil proyeksi penduduk Maret 2013, September 2013, dan Maret 2014
4
mengecap pendidikan, karenanya informasi mengenai partisipasi sekolah anak yang menjadi perhatian adalah usia 7-8 tahun. Salah satu penentu derajat keterlantaran anak adalah tidak/belum pernah sekolah dan tidak tamat pendidikan dasar (9 tahun), disesuaikan dengan umurnya.6 Tabel. 3 Alasan menyebabkan anak usia 7 – 16 tahun tidak melanjutkan pendidikannya.7
Dengan semakin banyaknya sumber daya manusia yang dimiliki Indonesia, sudah saatnya pemerintah meningkatkan kualitas sumber daya manusia bukan hanya mengandalkan kekuatan sektor formal pendidikan, akan tetapi harus pula mengikut sertakan sektor informal dalam bidang pendidikan di Indonesia. Pendidikan adalah pondasi atau kekuatan dalam pembangunan masa depan suatu 6
Meity Trisnowati, dkk, Analisi Deskriptif penyandang Masalah Kesejahteraan sosial. (Jakarta : Badan Pusat Statistik, 2006), h. 47. 7 Statistik pendidikan survei sosial ekonomi nasional tahun 2009
5
bangsa. Jika dunia pendidikan suatu bangsa sudah menurun, maka kehancuran bangsa tersebut tinggal menunggu waktu, sebab pendidikan menyangkut pembangunan karakter dan sekaligus mempertahankan jati diri manusia suatu bangsa. Karena itu, setiap bangsa yang ingin maju, maka pembangunan dunia pendidikan selalu menjadi prioritas utama. Pendidikan harus memiliki tujuan bagaimana masyarakat minat dan keinginannya bisa terperdayakan secara merata, Karenanya pendidikan secara praktik harus dapat dilihat perannya dalam kehidupan masyarakat. Persoalan pendidikan seperti itu bukan saja harus mampu merealisasikan tuntutan masyarakat juga membuktikan output yang dihasilkan di suatu lembaga pendidikan. Pendidikan adalah usaha sadar dari orang dewasa untuk membantu atau membimbing pertumbuhan dan perkembangan anak atau peserta didik secara teratur dan sistematis kearah kedewasaan.8 Di dalam Undang-undang Replubik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak, menyatakan bahwa anak “tanpa terkecuali, siapapun yang termasuk dalam kategori anak berhak mendapatkan hak-haknya sebagai anak”. Undang-undang perlindungan anak ini bertujuan untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia dan sejahtera. Media perlindungan anak adalah pemenuhan hak dasarnya, termasuk di dalamnya hak pendidikan. Sebagaimana diamanatkan dalam konstitusi, bahwa setiap warga berhak mendapat pendidikan yang layak. Pendidikan adalah hak 8
M. Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta; UIN Jakarta Press, 2005), h. 7.
6
dasar anak yang dilindungi. UU No 23 Tahun 2002, pasal 9 (1). Tentang perlindungan anak dikatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan
pengajaran
dalam
rangka
pengembangan
pribadinya
dan
tingkat
kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya.9 Akan tetapi masih banyak anak-anak Indonesia yang tidak bisa mengenyam pendidikan dan anggapan kurang pentingnya pendidikan dibandingkan dengan hal lain yang lebih dianggap mengahasilkan secara ekonomis. Pendidikan dasar formal yang ada bagi banyak kalangan masih dianggap mahal. Meskipun kebijakan nasional mengenai wajib belajar Sembilan tahun telah dicanangkan, namun pelaksanaannya tidak semudah itu. Dalam al-Qur’an dinyatakan bahwa suatu ilmu dan iman merupakan hal yang penting dalam hidup, karena ilmu dan beriman memberikan derajat manusia, sebagaimana yang dijelaskan dalam Surah al-Mujadalah : 11, sebagai berikut:
Artinya: “Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan 9
2002.
Undang – undang Replubik Indonesia Tentang Pelindungan Anak Nomor. 23 Tahun
7
orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (al-Mujadalah : 11) Ayat tersebut menjelaskan bahwa hendaklah berkumpul dalam suatu majlis atau mencari ilmu, Allah akan memberikan rezeki dan kelapangan untuk orang-orang yang mau mencari ilmu dan Allah akan meninggikan orang yang beriman dan berilmu dengan beberapa derajat. Dari fenomana
banyak siswa yang tidak melanjutkan pendidikannya,
sehingga Lembaga Aksi Cepat Tanggap (ACT) membuat suatu program, dimana program ini merupakan suatu bukti bahwa Aksi Cepat Tanggap (ACT) peduli dengan masyarakat yang mengalami masalah sosial dalam ruang lingkup pendidikan rendah. Lembaga kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT) adalah lembaga kemanusiaan yang bergerak dalam bidang pemberdayaan masyarakat. Aksi Cepat Tanggap (ACT) membuat program Rumah Belajar Anak (RBA). Rumah Belajar Anak (RBA) adalah rumah belajar terpadu bagi anak-anak yatim, dhuafa, anak-anak jalanan, dan anak-anak daerah terpencil yang terdiri dari sentra life skill, taman bacaan anak, dan sentra bermain dan berpetualang bagi anak usia 6-16 tahun. Menyediakan sebuah Taman Bacaan Anak, dengan bacaan yang bermutu sehingga memotivasi anak untuk gemar membaca. Meskipun program tersebut masih pendidikan di luar sekolah atau non formal, tapi program ini mengadakan berbagai macam buku pengetahuan untuk membekali bagi anakanak yang kurang mampu dalam menempuh pendidikan formal. Maksud tujuan didirikan Rumah Belajar Anak (RBA) yaitu untuk memenuhi kesejahteraan anak dalam ruang lingkup pendidikan, agar anak-anak yang kurang mampu dapat
8
terpenuhi pendidikan meskipun di luar sekolah, setidaknya mereka mendapatkan ilmu pengetahuan. Berkaitan dengan hal di atas peneliti menyajikan penelitian yang berjudul: Strategi Perlindungan dan Pemberdayaan Anak Terlantar Melalui Program Rumah Belajar Anak di Lembaga Kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT) di Kampung Muka Ancol Pademangan Jakarta Utara. B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dan mengingat keterbatasan penulisan dalam waktu, dana dan pengetahuan, maka peneliti hanya membatasi penelitian pada strategi pemberdayaan program akademis dan apa yang melatarbelakangi terbentuknya program Rumah Belajar Anak (RBA) di lembaga Aksi Cepat Tanggap (ACT) pada tahun 2014 - 2015. 2. Rumusan Masalah Setelah memahami latarbelakang dan batasan masalah penelitian, agar uraian dalam bab-bab selanjutnya tidak meluas secara tidak menentu, maka rumusan masalah yang akan penulis jabarkan dalah sebagai berikut: a. Bagaimana strategi perlindungan dan pemberdayaan anak terlantar melalui program Rumah Belajar Anak (RBA) di Lembaga Kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT) ? b. Apa dampak dari strategi perlindungan dan pemberdayaan anak terlantar melalui program Rumah Belajar Anak (RBA) di Lembaga Kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT) ? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
9
1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penulisan yang dilakukan adalah untuk : a. Untuk mengetahui strategi perlindungan dan pemberdayaan anak terlantar melalui program Rumah Belajar Anak (RBA) di Lembaga Kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT) ? b. Untuk mengetahui apa dampak dari strategi perlindungan dan pemberdayaan anak terlantar melalui program Rumah Belajar Anak (RBA) di Lembaga Kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT) ? 2. Manfaat Penelitian Mengingat pentingnya memberikan pemberdayaan pendidikan untuk masyarakat yang belum mampu memberikan pendidikan untuk anaknya, maka hasil penelitian ini diharapkan akan memberi manfaat secara: a. Manfaat Akademis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pengembangan bagi dunia pekerjaan sosial, khususnya yang berfokus di bidang pemberdayaan anak terlantar yang tidak dapat memenuhi kebutuhan pendidikannya dan mata kuliah usaha-usaha kesejahteraan sosial. b. Manfaat Praktis Sebagai masukan bagi lembaga kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT) dalam melakukan pemberdayaan bagi anak asuhnya, agar program pemberdayaan yang diberikan relevan dengan kebutuhan anak. Secara umum sebagai bahan informasi untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas pemberian program pemberdayaan anak
10
yang tidak dapat memenuhi kebutuhan pendidikan di waktu yang akan datang.
D. Metodelogi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, karena penelitianya bermaksud meneliti secara mendalam. Ada beberapa ahli mengemukakan definsi penelitian kualitatif antara lain :10 a. Menurut Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh Maleong, menyatakan bahwa metode peneitian kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskripsi berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. b. Menurut Krik dan Miller, yang juga dikutip Moleon, menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial, yang fundamental bergantung pada pengamatan terhadap manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang tersebut dalam bahasanya dan peristiwa. c. Penelitian
kualitatif
adalah
prosedur
penilaian
yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata tertulis atau tulisan dari orang dan perilaku yang dapat diamati. 10
Moh. Kasiram, Metodologi Penelitian Kualitatif – Kuantitatif. (Jakarta : UIN - Maliki Press, 2010), h. 175.
11
Oleh karena itu pendekatan kualitatif ini dipilih oleh penulis berdasarkan tujuan penelitian yang ingin mendapatkan gambaran tentang Strategi strategi perlindungan dan pemberdayaan anak terlantar melalui program Rumah Belajar Anak (RBA) di Lembaga Kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT). 2. Sumber Data a. Data primer yaitu berupa data yang diperoleh dari partisipasi atau sasaran penelitian. Data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Data primer dapat berupa opini subjek (orang) secara individual atau kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian atau kegiatan, dan hasil pengujian. Data primer yang penulis gunakan adalah observasi berperan serta dengan penulis merasakan sendiri dan interview atau wawancara kepada setiap unsur pelatihan atau kegiatan. b. Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan11. Seperti brosur tentang profil Aksi Cepat Tanggap dan buku panduan penyelenggara program yang diterbitkan oleh Aksi Cepat Tanggap. 3. Waktu dan Tempat Penelitian
11
Diakses pada tanggal 15 November http://nagabiru86.wordpress.com/2009/06/12/data-sekunde-dan-data-primer/
2014
dari
12
Penulis melakukan penelitian lapangan selama 4 bulan, agar penulis dapat menghasilkan penelitiannya dengan sebaik mungkin dan tidak tergesa-gesa dalam melakukan penelitian. Adapun tempat yang dijadikan dalam penelitian ini ialah di Rumah Belajar Anak (RBA) Aksi Cepat Tanggap (ACT) di Kampung Muka Kelurahan Ancol Kecamatan Pademangan Jakarta Utara. 4. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah: a. Observasi Salah satu teknik yang penulis gunakan dalam penelitian ini ialah observasi yaitu pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejalagejala yang diteliti.12 Menurut Poerwandari berpendapat bahwa observasi merupakan metode yang paling dasar dan paling tua, kaena dengan caracara tertentu kita selalu terlibat dalam proses mengamati. Semua bentuk penelitian, baik itu kualitatif maupun kuantitatif mengandung aspek observasi di dalamnya.13 Dengan teknik ini peneliti harus berusaha dapat diterima sebagai warga atau orang dalam para responden, karena teknik ini memerlukan hilangnya kecurigaan para subjek penelitian terhadap kehadiran peneliti.14 Dengan kata lain observasi yaitu pengamatan langsung pada suatu objek yang diteliti, dalam hal ini penulis melakukan pengamatan secara langsung terhadap proses pelaksanaan Rumah Belajar Anak yang dilaksanakan oleh Aksi Cepat Tanggap.
12
Husaini Usaman dan Purnomo Setiadi Akabar, Metode Penelitian Sosial, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003), h. 53. 13 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif, (PT Bumi Aksara, 2013), h. 143 14 Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif, (Malang UMM Press, 2010), h. 56
13
b. Wawancara Wawancara pada penelitian kualitatif merupakan pembicara yang mempunyai tujuan dan di dahului beberapa pertanyaan informal, walaupun semua percakapan mempunyai aturan peralihan tertentu atau kendali oleh satu atau informan lainnya, aturan pada wawancara penelitian lebih ketat. Menurut Kartono wawancara adalah suatu percakapan yang diarahkan pada suatu masalah tertentu, ini merupakan proses tanya jawab lisan, dimana dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik.15 Dalam hal ini penulis akan melakukan wawancara atau pendekatan dari berbagai narasumber, selain itu wawancara dalam penelitian ini lebih diarahkan kepada bagaiamana cara pelaksanaan serta pemberian pelatihan keterampilan. c. Dokumentasi Menurut Renier menjelaskan istilah dokumen dalam tiga pengertian, yaitu :16 a. Dalam arti luas, yaitu yang meliputi semua sumber, baik sumber tertulis maupun sumber lisan. b. Dalam arti sempit, yaitu yang meliputi semua sumber tertulis saja. c. Dalam arti spesifik, yaitu hanya yang meliputi surat-surat resmi dan surat-surat negara, seperti perjanjian, undang-undang, konsensi, hibah dan sebagainya. Dalam hal ini digunakan untuk memperoleh data yang tidak diperoleh dengan observasi dan interview, tetapi hanya diperoleh dengan cara 15 16
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif, (PT Bumi Aksara, 2013), h.160 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif, (PT Bumi Aksara, 2013), h 175
14
melakukan penelusuran data dengan menelaah buku, majalah, surat kabar, jurnal, internet. 5. Teknik Analisis Data Pada saat menganalisis data hasil observasi dan wawancara, peneliti menginterpretasikan data yang ada kemudian menyimpulkannya. Dimana peneliti mengguanakan metode deskripsi analisis, yaitu cara melaporkan data dengan menerangkan, memberi gambaran dan mengklasifikasikan serta ,menginterpretasikan data yag terkumpul secara apa adanya kemudian disimpulkan. Nasir mengumukakan analisis data merupakan bagian yang sangat penting dalam metode ilmiah, karena dengan analisa data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam masalah penelitian.17 Analisis data melibatkan upaya mengidentifikasi ciri-ciri suatu objek dan kejadian. Kategori dari analisa ini diperoleh berdasarkan fenomena yang tampak pada Strategi Penanganan Masalah Sosial Anak Melalui Program Rumah Belajar Anak di Lembaga Kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT) (Studi Kasus Pelaksanaan Program Rumah Belajar Anak (RBA) di Kampung Muka Ancol Pademangan Jakarta Utara). 6. Teknik Keabsahan Data Teknik pemerikasaan keabsahan data dalam penelitian ini memiliki kriteria, yaitu: a. Kredibilitas dengan teknik triangulasi yaitu memerikasa keabsahan data 17
yang
memanfaatkan
sesuatu
yang
lain.18
Misalnya
Mohammad Nasir, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1993), h. 405.
15
membandingkan keadaan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain, kemudian juga membandingkan hasil wawancara dengan dokumen yang berkaitan. Dalam hal ini penulis melakukan perbandingan wawancara dari informasi suatu ke informan lain dan juga melakukan wawancara terhadap hasil dari observasi yang penulis lakukan. b. Ketekunan/keajegan pengamatan dengan maksud menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari, kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci,19 atau dengan kata lain peneliti keabsahan ketekunan ini penulis melakukan pengamatan hanya kepada masalah yang sedang diteliti yaitu proses kegiatan dan dasar penilaian terhadap para peserta atau murid Rumah Belajar Anak. 7. Pedoman Penulisan Skripsi Untuk mempermudah dalam penulisan skripsi, maka peneliti menggunakan teknik penulisan yang didasarkan pada buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah” yang diterbitkan oleh CeQda UIN Jakarta 2007.
8. Teknik Pemilihan Informan Berkenan dengan teknik dalam pemilihan informan, penulis, menentukan informasi kunci (Key Information) tertentu yang sara informasi sesuai dengan focus penelitian. Untuk memilih sample lebih tepat dilakukan
18 19
Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, h. 330. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, h. 329.
16
dengan sengaja (Purposive Sampling) yaitu peneliti memilih dan menentukan orang-orang yang menjadi informan untuk diwawancarai. Tabel. 4 Informan Peneliti Informasi yang di cari
Informan
Strategi Perlindungan dan Pemberdayaan Anak Terlantar di RBA
A. Pengasuh B. PIC Staff Education DivisionComdev Directorate ACT C. Anak binaan Rumah Belajar Anak (RBA)
Metode atau wawancara
Jumlah 3 orang 1 orang
Wawancara Wawancara
5 orang
Jumlah
9
Orang
E. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka merupakan tinjauan atas kepustakaan (literatur) yang berkaitan dengan topik pembahasan penelitian yang dilakukan pada penulisan skripsi ini. Tinjauan pustaka digunakan sebagai acuan untuk membantu dan mengetahui dengan jelas penelitian yang akan dilakukan untuk penulisan skripsi ini. Adapun tinjauan pustaka dalam penulisan ini, penulis literature berupa skripsi, yaitu:
1. Nama
: Muhamad Najib Kailani
NIM
: 107054102374
Judul
: Strategi Pemberdayaan Anak Jalanan Melalui
17
Pendidikan Luar Sekolah (Studi Kasus di Yayasan Bina Insan Mandiri Depok). Skripsi S.1 Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Universitas
Islam
Negeri
Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2011 Di dalam skirpsi ini penulis melihat adanya strategi dalam pemberdayaan anak jalanan melalui pendidikan luar sekolah. Adanya kesamaan dalam melakukan penelitian yaitu adanya melakukan pemberdayaan anak jalanan atau anak terlantar melalui program pendidikan di luar Sekolah. 2. Nama
: Dysa Restiani
NIM
: 1110054100029
Judul
: Strategi Pelayanan Sosial Anak Jalanan Melalui Pendamping Luar Lembaga Di Social Development Center For Street Children, Bambu Apus – Jakarta Timur,
Skirpsi
S.1
Fakultas
Dakwah
dan
Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014 Di dalam skirpsi ini penulis melihat adanya pendampingan dalam belajar untuk anak telantar berupa pendidikan formal, memberikan bantuan motavasi, kesehatan dan finansial. Ada perbedaan dalam melakukan pemberdayaan dan perlindungan anak terlantar denga penulis dalam penelitian, akan tetapi sama-sama meneliti dan melakukan pemberdayaan dan perlindungan untuk anak terlantar. 3. Nama
: Shaomi Safitri
18
NIM
: 105054102082
Judul
: Pendampingan Belajar Anak Terlantar di Taman Balita Sejahtera Yayasan Sayap Ibu Jakarta. Skirpsi S.1 Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009
Pada
penelitian
tersebut
penulisan
melihat
bahwa
dalam
pembahasannya lebih fokus pada penanganaan anak jalanan yang dilakukan oleh instansi pemerintah. Dari penelitian di atas penulis menilai penelitian tersebut mempunyai fokus yang berbeda walaupun sama-sama membahas mengenai pemberdayaan, Dengan demikian penelitian diatas berbeda dengan peneltian sebagai masukan terhadap perkembangan ilmu sosial, khususnya pemberdayaan.
F. Sistematika Penulisan Untuk mempermudah pembahasan skripsi ini, secara sistematis penulisannya di bagi ke dalam lima bab yang terdiri dari sub-sub bab. Adapun sistematika penulisannya adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas latar belakang masalah, pembatasan masalah dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodelogi penelitian dan sistematika penulisan. BAB II LANDASAN TEORI Dalam bab ini, dikemukakan teori-teori yang melandasi dan mendukung penelitian. Yang meliputi pengertian, strategi, dan tujuan
19
pemberdayaan Masyarakat, pengertian pemberdayaan, tahap-tahap pemberdayaan dan peran pekerja sosial dalam pemberdayaan, indikator pemberdayaan. BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA Bab ini membahas profil dari lembaga Aksi Cepat Tanggap (ACT) dan Rumah Belajar Anak (RBA) yang meliputi: sejarah singkat berdirinya, visi, misi, motto dan tujuannya, identitas lembaga, sarana dan prasarana, struktur organisasi. Pembiayaan operasional dan kerjasama. BAB IV ANALISIS DAN TEMUAN LAPANGAN Bab ini membahas tentang hasil analisis pelaksanaan program Rumah Baca Anak di Lembaga Aksi Cepat Tanggap serta bagaimana pelaksanaan dalam memberdayakan masayarakat dan manfaat dari porgram Rumah Belajar Anak tersebut. BAB V PENUTUP Bab terakhir ini, memberikan kesimpulan terhadap hasil penelitian yang dikemukakan pada bab-bab sebelumnya, guna menghasilkan masukan ataupun saran terhadap program lembaga.
BAB II LANDASAN TEORI A. Strategi 1. Pengertian Strategi Istilah strategi pada awalnya digunakan dalam dunia militer yang diartikan sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk memenangkan suatu perperangan. Sekarang, istilah strategi banyak digunakan dalam berbagai bidang yang bertujuan memperoleh kesuksesan atau keberhasilan dalam mencapai tujuan. Istilah strategi (strategy) berasal dari “kata benda” dan “kata kerja” dalam bahasa yunani. Sebagai kata benda, strategos merupakan gabungan kata stratos (militer) dengan “ago” (memimpin). Sebagai kata kerja, stratego berarti merencanakan (to plan). Semakin luasnya penerapan strategi, Mintzberg dan Waters mengemukakan bahwa strategi adalah pola umum tentang keputusan atau tindakan (strategies are realized as patterns in stream of decisions or actions).1 Sedangkan menurut Stephanie K. Marrus, strategi didefinisikan sebagai suatu proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai.2 Strategi adalah cara untuk mencapai tujuan dengan sasaran organisasi yang dijabarkan ke dalam kebijakan-kebijakan dan program-program. Strategi adalah merupakan faktor terpenting dalam proses perencanaan stratejik, sebab
1
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2013), h. 3 Husein Umar, Strategic Management in Action (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2001), h. 31 2
20
21
strategi merupakan suatu rencana yang menyeluruh dan terpadu mengenai upaya mewujudkan tujuan dan sasaran dengan memperhatikan ketersediaan sumber daya organisasi dan keadaan lingkungan yang dihadapi.3 Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat dikemukakan bahwa strategi adalah suatu pola yang direncanakan dan ditetapkan secara sengaja untuk melakukan kegiatan atau tindakan, strategi mencakup tujuan kegiatan, siapa yang terlibat dalam kegiatan, isi kegiatan, proses kegiatan dan sarana penunjang kegiatan.4 2. Jenis-jenis Strategi Menurut Newman dan Logan mengemukakan empat unsur strategis dari setiap usaha, yaitu:5 a. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan
aspirasi
dan
selera
masyarakat
yang
memerlukannya. b. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling efektif untuk mencapai sasaran. c. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah yang akan ditempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran. d. Mempertimbangkan dan menetapkan tolak ukur dan patokan ukuran untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan usaha.
3
Di akses pada tanggal 26 Agustus 2014 dari http://www.bandiklatjatim.go.id/profildiklat/strategi-progrram. 4 5
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2013), h. 4. Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2013), h. 9.
22
3. Tujuan Manajemen Strategi Adapun tujuan dalam stratgei adalah :6 a. Melaksanakan dan mengevaluasi strategi yang dipilih secara efektif dan efisien. b. Mengevaluasi kinerja, meninjau dan mengkaji ulang situasi serta melakukan
berbagai
penyesuaian
dan
koreksi
jika
terdapat
penyimpangan di dalam pelaksanaan strategi. c. Senantiasa memperbarui strategi yang dirumuskan agar sesuai dengan perkembangan lingkungan eksternal. d. Senantiasa meninjau kembali kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bisnis yang ada. e. Senantiasa melakukan inovasi atas produk agar selalu sesuai dengan selera konsumen. B. Masalah Sosial 1. Pengertian Masalah Sosial Masalah sosial adalah sebuah gejala atau fenomena yang muncul dalam realitas kehidupan masyarakat. Dalam kehidupan keseharian fenomena tersebut hadir bersamaan dengan fenomena sosial lain, oleh sebab itu untuk dapat memahaminya sebagai masalah sosial. Dan membedakannya dengan fenomena yang lainnya dibutuhkan suatu identifikasi. Di samping itu, pada dasarnya fenomena tersebut merupakan kondisi yang tidak sesuai dengan harapan masyarakat atau kondisi yang
6
Diakses pada tanggal 8 september 2014 http://goenable.wordpress.com/2012/01/03/tujuandan-fungsi-manajemen-strategik/
23
tidak dikehendaki, oleh karenanya wajar kalau kemudian selalu mendorong adanya usaha untuk mengubah dan memperbaikinya.7 Menurut Rubington dan Weinberg mendefinisikan masalah sosial sebagai berikut:8 “Social problem as an alleged situation that is inocompatible with the values of significant number of people who agree that action is needed to alter situation.” Definisi tersebut menyatakan bahwa masalah sosial sebagai situasi yang diduga atau dianggap oleh banyak orang bertentangan dengan nilai, sehingga mereka setuju adanya tindakan
untuk mengatasi atau
menghilangkan situasi tersebut. Masalah sosial bisa juga diartikan sebagai sebuah kondisi yang dipandang oleh sejumlah orang dalam masyarakat sebagai sesuatu yang tidak diharapkan. Kemiskinan, pengangguran, penyebaran HIV/AIDS, perceraian, kenakalan remaja itu semua merupakan contoh masalah sosial. Karena semua itu merupakan kondisi atau keadaan yang tidak diinginkan oleh hampir semua orang. Horton dan Leslie menyatakan bahwa masalah sosial adalah suatu kondisi yang dirasakan banyak orang tidak menyenangkan serta menuntut pemecahan melalui aksi sosial secara kolektif.9
7
Soetomo, Masalah Sosial dan Upaya Pemecahannya, (Yogyakarta; Pustaka belajar, tahun 2008), h. 28 8 Edi suharto, Isu-Isu Tematik Pembangunan Sosial Konsep dan Strategi, (Jakarta: Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial Dapartemen Sosial RI), h. 69 9 Edi Suharto, Kebijakan Sosial Sebagai Kebijakan Publik, (Bandung : Alfabeta,, 2011), h. 70
24
2. Karateristik Masalah Sosial Dari berbagai definisi yang telah dijelaskan diatas, dapat disimpulkan bahwa masalah sosial memiliki karakteristik sebagai berikut:10 a. Kondisi yang dirasakan banyak orang. Suatu masalah baru dapat dikatakan sebagai masalah sosial apabila kondisinya dirasakan oleh banyak orang. Namun demikian, tidak ada batasan mengenai berapa jumlah orang yang harus merasakan masalah tersebut. Jika suatu masalah mendapat perhatian dan menjadi pembicaraan lebih dari satu orang, masalah tersebut adalah masalah sosial. b. Kondisi yang dinilai tidak menyenangkan. Menurut faham hedonisme, orang cenderung mengulang sesuatu yang menyenangkan dan menghindari masalah, karena masalah selalu tidak menyenangkan. Penilaian masyarakat sangat penting dalam menentukan suatu kondisi sebagai masalah sosial. c. Kondisi yang menuntut pemecahan. Suatu kondisi yang tidak menyenangkan senantiasa menuntut pemecahan. Umumnya, suatu kondisi dianggap perlu dipecahkan jika masyarakat merasa bahwa kondisi tersebut memang dapat dipecahkan.
10
h. 71.
Edi Suharto, Kebijakan Sosial Sebagai Kebijakan Publik, (Bandung : Alfabeta, 2011),
25
d. Pemecahan tersebut harus dilakukan melalui aksi sosial secara kolektif. Masalah sosial berbeda dengan masalah individu. Masalah individual dapat diatasi secara perseorangan atau satu persatu. Tetapi masalah sosial hanya dapat diatasi melalui rekayasa sosial, seperti aksi sosial, kebijakan sosial atau perencanaan sosial, karena penyebab dan akibatnya bersifat multidimensional dan menyangkut banyak orang. 3. Tahap-tahap Pemecahan Masalah Sosial a. Tahap Identifikasi Masalah Sosial Dalam studi masalah sosial, terdapat beberapa kriteria yang sering digunakan untuk melakukan identifikasi awal guna mengetahui apakah dalam suatu masyarakat terkandung fenomena yang disebut masalah sosial ataukah tidak. Dari beberapa kriteria yang digunakan, secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua yaitu ukuran objektif dan subjektif. Ukuran objektif merupakan keberdaaan gejala masalah sosial dalam masyarakat dengan memanfaatkan data yang ada termasuk angka-angka statistik. Menurut cara ini keberadaan masalah sosial dilihat dari data tentang gejala yang ada, salah satunya dari tampilan angka dalam statistik tentang berbagai hal yang dianggap terkait dengan masalah sosial.11
11
Soetomo, Masalah Sosial dan Upaya Pemecahannya (Yogyakarta; Pustaka Belajar, tahun 2008), h. 34
26
Ukuran subjektik merupakan instrumen identifikasi masalah sosial berdasarkan interpretasi masyarakat. Pada umumnya interpretasi tersebut menggunakan referensi nilai, norma, dan standar sosial yang berlaku. Oleh sebab itu ukuran ini menjadi bersifat relatif, karena setiap masyarakat dapat memiliki nilai, norma dan standar sosial yang berbeda.12 b. Tahap Diagnosis Masalah Sosial Sebagaimana yang sudah dibahas setelah teridentifikasi masalah sosial, maka akan mendorong munculnya respon dari suatu masyarakat, dengan berupa tindakan bersama untuk pemecahan masalah sampai hasil yang diharapkan, dibutuhkan pengenalan tentang sifat, ekskalasi dan latarbelakang masalahnya. Pengenalan tentang sifat, ekskalasi dan latarbelakang masalah ini yang biasa disebut sebagai tahap diagnosis, akan sangat membantu untuk menentukan tindakan sebagai upaya pemecahan masalah. Dengan demikian mendiagnosis masalah sosial pada dasarnya adalah mencari sumber kesalahan tadi. Berkaitan dengan hal ini, Eitzen membedakan adanya dua pendekatan, yaitu :13 1) Person blame approach, Pendekatan ini mencari sumber masalah sosial pada level individu. 2) System blame approach, pendapatan kedua ini beranggapan bahwa sumber masalah sosial ada pada level sistem sehingga
12
Soetomo, Masalah Sosial dan Upaya Pemecahannya (Yogyakarta; Pustaka belajar, tahun 2008), h. 40 13 Soetomo, Masalah Sosial dan Upaya Pemecahannya (Yogyakarta; Pustaka belajar, tahun 2008), h. 42
27
dalam mendiagnosis masalah sumber kesalahan dicari pada level sistem juga. c. Tahap Treatment Masalah Sosial Tindakan treatment atau upaya pemecahan masalah yang ideal adalah apabila dapat menghapus atau menghilagkan masalahnya dari realitas kehidupan sosial. Walaupun demikian, untuk penanganan masalah sosial harapan ideal tersebut jarang atau sulit untuk dapat diwujudkan. Oleh sebab itu treatment tidak harus diartikan sebagai upaya untuk menghilangkan masalah sosial, akan tetapi dalam banyak hal juga dapat berupa usaha untuk mengurangi atau membatasi berkembangnya masalah. Maka dari itu penanganan masalah sosial yang
merupakan
bentuk
treatment
perlu
dilakukan
secara
komprehensif, tidak semata-mata melakukan rehabilitasi terhadap penyandang masalah, tetapi juga melakukakn upaya pencegahan (preventif) dan pengembangan (developmental). Dengan demikian sasaran dari upaya treatment tidak terbatas pada individu, kelompok atau masyarakat yang menyandang masalah, akan tetapi juga yang bermasalah.14
14
Soetomo, Masalah Sosial dan Upaya Pemecahannya (Yogyakarta; Pustaka belajar, tahun 2008) cet I, hal. 49
28
4. Klasifikasi Masalah Sosial Pendekatan untuk menentukan klasifikasi masalah sosial biasanya bersifat dikotomis, sehingga terdapat istilah masalah sosial berikut ini:15 a. Masalah Sosial Patologis dan Non – Patologlis. Masalah sosial patologis mengacu kepada penyakit sosial masyarakat, sehingga masalah sosial tersebut sulit sekali dipecahkan, karena seiring dengan kehidupan masyarakat itu sendiri. Masalah sosial non patologis mengacu kepada masalah sosial bukan penyakit sosial masyarakat, sehingga relatif dapat dihilangkan atau ditanggulangi. b. Masalah Sosial Klasifikasi dan Modern-Kontemporer. Masalah sosial klasifikasi-konvensial menunjukan masalah sosial yang terjadi di zaman dulu atau pada masyarakat tradisional atau pertanian, walaupun masalah tersebut hingga kini masih tetap ada. c. Masalah Sosial Manifes dan Laten. Masalah sosial manifes merupakan masalah sosial yang timbul sebagai terjadinya kepincangan-kepincangan dalam masyarakat, karena disebabkan tidak sesuai dengan norma dan nilai masyarakat. Masalah sosial manifes merupakan masalah sosial yang sebenarnya sudah ada, walaupun belum meluas, namun sekelompok masyarakat ditutup-tutupi dan dianggap tidak ada.
15
Edi suharto, Isu-Isu Tematik Pembangunan Sosial Konsep dan Strategi, (Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial Dapartemen Sosial RI), hal. 71.
29
d. Masalah Sosial Strategis dan Biasa. Masalah sosial strategis mengacu kepada masalah sosial yang dianggap sentral dan mengakibatkan masalah-masalah sosial lainnya. Masalah sosial biasa mengacu kepada masalah sosial yang sering terjadi di masyarakat, namun dianggap tidak perlu menimbulkan dampak besar.
C. Perlindungan dan Pemberdayaan Anak Terlantar 1. Perlindungan Anak Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat manusia, serta mendapat lingkungan dari kekerasan dan diskriminasi, di dalam Undang-undang Dasar RI no 23 Tahun 2003 telah disebutkan hak dan kewajiban anak sebagai berikut : a. Setiap anak berhak atas suatu nama sebagai identitias diri dan status kewarganegaraan. b. Setiap anak berhak untuk beribadah menurut agamanya, berpikir dan berekspresi sesuai dengan tingkat kecerdasaan dan usianya, dalam bimbingan orang tua. c. Setiap anak berhak untuk mengetahui orang tuanya, dibesarkan dan diasuh oleh orang tuanya sendiri.
30
d. Setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual, dan sosial. e. Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam
rangka
pembangunan
pribadinya
dan
tingkat
kecerdasaannya sesuai dengan minat dan bakatnya. f. Khusus bagi anak yang menyandang cacat juga berhak memperoleh pendidikan luar biasa, sedangkan bagi anak yang memiliki keunggulan juga berhak mendapatkan pendidikan khusus. 2. Pengertian Anak Terlantar Anak merupakan asset baik keluarga, masyarakat, Bangsa, maupun Negara. Ungkapan ini menjadi salah satu dasar bahwa dalam kerangka pelayanan anak merupakan tanggungjawab bersama. Pada kenyataannya tidak semua anak dapat terpenuhi kebutuhan minimal yang menjadi hak untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.16 Anak (jamak: anak-anak) adalah seorang lelaki atau perempuan yang belum dewasa atau belum mengalami masa pubertas. Anak juga merupakan keturunan kedua, di mana kata "anak" merujuk pada lawan dari orang tua, orang dewasa adalah anak dari orang tua mereka, meskipun mereka telah dewasa. Menurut psikologi, anak adalah periode pekembangan yang merentang dari masa bayi hingga 16
2002.
Undang-undang Dasar Replubik Indonesia tentang perlindungan anak No 23 Tahun
31
usia lima atau enam tahun, periode ini biasanya disebut dengan periode prasekolah, kemudian berkembang setara dengan tahun tahun sekolah dasar.17 Anak terlantar adalah anak yang tidak terpenuhi kebutuhannya secara wajar baik fisik, mental spiritual dan sosial.18 Ketelantaran tersebut dikarenakan orang tua maupun keluarga tidak mampu untuk memberikan kebutuhan dasar anak sehingga anak menjadi terlantar. Kebutuhan dasar anak seperti tumbuh kembang, hidup yang layak, pendidikan dan kesehatan. Anak terlantar adalah anak-anak yang termasuk katagori anak rawan atau anak-anak membutuhkan perlindungan khusus. Dalam Buku Pedoman Pembinaan Anak Terlantar yang dikeluarkan Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur disebutkan bahwa yang disebut anak terlantar adalah anak yang karena suatu sebab tidak terpenuhinya kebutuhan dasarnya dengan wajar, baik secara rohani, jasmani maupun sosial.19 3. Perlindungan dan Hak Anak Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat manusia, serta mendapat lingkungan dari kekerasan dan diskriminasi, di dalam Undang-undang Dasar RI no 23 Tahun 2003 telah disebutkan hak dan kewajiban anak sebagai berikut :
17
Diakses pada tanggal 26/08/2014 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Anak/
18
Undang-undang Replubika Indonesia tentang Perlindungan anak No. 23 Tahun 2002 Bagong Suyanto, Maasalah Sosial Anak, (Jakarta: kencana, 2010), h. 212.
19
32
a. Setiap anak berhak atas suatu nama sebagai identitias diri dan status kewarganegaraan. b. Setiap anak berhak untuk beribadah menurut agamanya, berpikir dan berekspresi sesuai dengan tingkat kecerdasaan dan usianya, dalam bimbingan orang tua. c. Setiap anak berhak untuk mengetahui orang tuanya, dibesarkan dan di asuh oleh orang tuanya sendiri. d. Setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual, dan sosial. e. Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam
rangka
pembangunan
pribadinya
dan
tingkat
kecerdasaannya sesuai dengan minat dan bakatnya. f. Khusus bagi anak yang menyandang cacat juga berhak memperoleh pendidikan luar biasa, sedangkan bagi anak yang memiliki keunggulan juga berhak mendapatkan pendidikan khusus. 4. Permasalahan Anak Permasalahan anak umumnya dikategorikan ke dalam tiga konsep, yaitu perlakuan salah terhadap anak atau (PSTA), penelantaran anak dan eksploitasi anak. Menurut Suharto perlakuan salah terhadap anak (PSTA) untuk konsep-konsep yang bersangkutan meliputi.20
20
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. (Bandung: Refika Aditama, 2007), h. 160
33
a. PSTA secara fisik adalah penyiksaan, pemukulan dan penganiayaan terhadap anak, dengan atau tanpa menggunakan benda-benda tertentu yang menimbulkan luka-luka fisik atau kematian pada anak. b. PSTA secara psikis meliputi penghardikan, penyampaian katakata kasar dan kotor, memperlihatkan buku, gambar dan film pornografi pada anak, sehingga menimbulkan pelakuan anak pada umumya menunjukan gejala perilaku maladatif. c. PSTA secara seksual dapat berupa perlakuan pra-kontak seksual antara anak dengan orang lain lebih besar, maupun perlakuan kontak seksual secara langsung antara anak dengan orang dewasa. d. PSTA secara sosial dapat mencakup penelantaran anak dan eksploitasi anak. Penelantaran anak adalah sikap dan perlakuan orang tua yang tidak memberikan perhatian yang layak terhadap proses tumbuh-kembang anak. Misalnya anak dikucilkan, diasingkan dari keluarga, atau tidak diberikan pendidikan dan perawatan kesehatan yang layak. 5. Pengertian pemberdayaan Secara
konseptual,
pemberdayaan
atau
pemberkuasan
(empowerment). Berasal dari kata “Power” (kekuasaan atau keberdayaan). Karenanya, ide utama pemberdayaan bersentuhan dengan konsep mengenai kekuasaan. Kekuasaan seringkali diartikan dengan kemampuan
34
kita untuk membuat orang lain melakukan apa yang kita inginkan, terlepas dari keinginan dan minat mereka.21 Beberapa ahli mengemukakan definisi pemberdayaan dilihat dari tujuan, proses, dan cara-cara pemberdayaan.22 a. Pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan orangorang yang lemah atau tidak beruntung. b. Pemberdayaan adalah sebuah proses dengan dimana orang menjadi cukup kuat berpartisipasi dalam, berbagi pengontrolan atas, dan mempengaruhi terhadap kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupannya. Pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya. c. Pemberdayaan menunjuk pada usaha pengalokasian kembali kekuasaan melalui pengubahan struktur sosial. d. Pemberdayaan adalah suatu cara dengan dimana rakyat, organisasi, dan komunitas diarahkan agar mampu menguasai atau bahkan berkuasa atas kehidupannya. Sedangkan menurut Ife, pemberdayaan memuat dua pengertian kunci, yakni kekuasaan dan kelompok lemah. Kekuasaan disini diartikan bukan hanya menyangkut kekuasaan politik dalam arti sempit, melainkan kekuasaan atau penguasaan klien atas: 21
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung: Refika Aditama, 2007), h. 57 22 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung: Refika Aditama, 2007), h. 58
35
a. Pilihan-pilihan personal dan kesempatan-kesempatan hidup. b. Pendefinisian kebutuhan. kemampuan menentukan kebutuhan selaras dengan aspirasi dan keinginanannya. c. Ide atau gagasan. kemampuan mengekspresikan dan menyumbangkan gagasan dalam suatu forum atau diskusi secara bebas dan tanpa tekanan. d. Lembaga-lembaga kemampuan menjangkau, menggunakan dan mempengaruhi pranatapranata
masyarakat,
seperti
lembaga
kesejahteraan
sosial,
pendidikan dan kesehatan. e. Sumber-sumber kemampuan memobilisasi sumber-sumber formal, informal dan kemasyarakatan. f. Aktivitas ekonomi. kemampuan memanfaatkan dan mengelola mekanisme produksi, distribusi, dan pertukaran barang serta jasa. g. Reproduksi. kemampuan dalam berkaitannya dengan proses kelahiran, perawatan anak, pendidikan dan sosialisasi. 6. Strategi Pemberdayaan Menurut Parsons menyatakan bahwa proses pemberdayaan umumnya dilakukan secara kolektif. Menurutnya tidak ada literatur yang menyatakan bahwa proses pemberdayaan terjadi dalam relasi satu lawan satu antara
36
pekerja sosial dan klien dalam setting pertolongan perseorangan. Dalam beberapa situasi, strategi pemberdayaan dapat saja dilakukan secara individual, meskipun pada gilirannya strategi ini pun tetap berkaitan dengan kolektifitas. Dalam konteks pekerja sosial, pemberdayaan dapat dilakukan melalui tiga aras atau mitra pemberdayaan (empowerment setting) : mikro, mezzo, dan makro.23 a. Mikro. Pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individu melalui
bimingan,
konseling,
stress
management,
crisis
intervention. Tujuannya adalah membimbing atau melatih klien dalam menjalankan tugas-tugas kehidupannya. b. Mezzo. Pemberdayaan dilakaukan terhadap sekelompok klien. Pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai media intervensi. Pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok, biasanya digunakan sebagai strategis dalam meningkatkan kesadaran, pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap klien agar memiliki
kemampuan
memecahkan
permasalahan
yang
dihadapinya. c. Makro. Penedakatan ini disebut juga sebagai Strategi Sistem Besar (large-system strategy), karena sasaran perubahan diarahkan pada sistem lingkungan yang lebih luas. Perumusan kebijakan, perencanaan
sosial,
kampanye,
aksi
sosial,
lobbying,
pengorganisasian masyarakat, manajemen konflik, adalah stategi dalam pendeketan ini. 23
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung: Refika Aditama, 2007), h. 66
37
7. Tujuan Pemberdayaan Upaya
Pemberdayaan
masyarakat
bertujuan
untuk
membuat
masyarakat menjadi mandiri, dalam arti memiliki potensi untuk mampu memecahkan masalah-masalah yang mereka hadapi, dan sanggup memenuhi kebutuhannya dengan tidak menggantungkan hidup mereka pada bantuan pihak luar, baik pemerintah maupun organisasi-organisasi non-pemerintah. Bantuan technical assistance jelas mereka perlukan, akan tetapi bantuan tersebut harus mampu membangkitkan prakarsa masyarakat untuk membangun bukan sebaliknya justru mematikan prakarsa. Dalam hubungan ini, kita dituntut menghargai hak-hak masyarakat yaitu Right of Self - Determination dan Right for Equal Opportunity. Hak untuk menentukan sendiri untuk memilih apa yang terbaik bagi masyarakat, serta hak untuk memperoleh kesempatan yang sama untuk berkembang sesuai dengan potensi-potensi yang mereka miliki.24 Pemberdayaan menunjukan pada kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah, sehingga mereka memiliki kekuatan atau kemampuan dalam: 25 a. Memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan
(freedom),
dalam
arti
bukan
saja
bebas
mengemukakan pendapat, melainkan bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan, dan bebas dari kesakitan.
24
Di akses pada tanggal 26 Agustus 2014 dari http://id.shvoong.com/writing-andspeaking/presenting/2202726-tujuan-pemberdayaan-masyarakat/ 25 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Bandung: Refika Aditama, 2008), h. 58
38
b. Menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang mereka perlukan. c. Berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusankeputusan yang mempengaruhi mereka.
D. Pendidikan 1. Pengertian Pendidikan Pendidikan secara etimologi, pendidikan berasal dari bahasa yunani, Paedagogiek. Pais berarti anak ; gogos artinya membimbing / tuntunan dan iek artinya ilmu. Jadi secara etimologi Paedagogiek adalah ilmu yang membicarakan bagaimana memberikan bimbingan kepada anak. Dalam bahsa Inggris pendidikan diterjemahkan menjadi Education. Education berasal dari bahasa Yunani Educare yang berarti membawa keluar yang tersimpan dalam jiwa anak, untuk dituntun agar tumbuh dan berkembang. Dalam bahasa Indonesia disebut pendidikan yang berarti proses mendidik. Kata mendidik dan pendidikan adalah dua hal yang saling berhubungan. Dari segi bahsa, mendidik adalah jenis kata kerja, sedangkan pendidikan adalah kata benda, kalau kita mendidik berarti kita melakukan suatu kegiatan atau tindakan. Jadi mendidik adalah merupakan suatu kegiatan yang mengandung komunikasi antara dua orang atau lebih.26
26
Madyo Ekosusilo, Dasar – dasar pendidikan. (Semarang: Effahar, 1990), h. 12
39
2. Fungsi dan Kegunaan Ilmu Pendidikan Sejalan dengan definisi Ilmu pendidikan di atas, maka fungsi atau tugas Ilmu pendidikan sebagai suatu ilmu adalah: a. Meneliti dan mengembangkan dasar-dasar yang menjadi landasan pendidikan. b. Meneliti dan mengembangkan pedoman-pedoman atau metodemetode pelaksanaan pendidikan yang relavan. c. Meneliti dan mengembangkan tujuan- tujuan yang perlu dijadikan sasaran dalam usaha pendidikan. Mengenai tujuan atau kegunaan ilmu pendidikan dapat ditinjau dari dua segi, yaitu, pertama tujuan Ilmu pendidikan dai segi keilmuannya sendiri dan kedua tujuan ilmu pendidikan dari segi mempelajari ilmu ini (tujuan
kurikuler
ilmu
pendidikan).
Apabila
ditinjau
dari
segi
keilmuannya, maka ilmu pendidikan ini sengaja dipelajari dan dikembangkan oleh para ahlinya untuk memberikan landasan, pedoman dan arah sasaran pelaksanaan kegiatan mendidik. 27
27
Alisuf Subri, Pengantar Ilmu pendidikan. (UIN Jakarta Press, 2005), h. 3
BAB III PROFIL AKSI CEPAT TANGGAP (ACT) DAN RUMAH BELAJAR ANAK (RBA) A. Gambaran Umum Lembaga Kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT) 1. Latarbelakang Aksi Cepat Tanggap (ACT) Aksi Cepat Tanggap (ACT) adalah sebuah lembaga kemanusiaan yang mengkhususkan
diri
pada
penanganan
bencana
alam
dan
bencana
kemanusiaan secara terpadu (Integrated Disaster Management), dari mulai emergency, rescue, medical, relief, hingga rekonstruksi dan recovery (pemulihan). ACT berdiri pada 2005 sebagai institusi resmi dan mandiri yang berada di Jalan Ir. H. Juanda No. 50 Blok B8-9, Ciputat, Tangerang Selatan, Banten 15419. Program yang ditangani berkembang tidak lagi hanya berkisar pada bencana alam, namun juga mengembangkan konsentrasinya pada bencana sosial atau bencana kemanusiaan. Temasuk diantaranya gizi buruk, rawan pangan, anak-anak, masalah kesehatan dan sanitasi lingkungan, pendidikan, pemberdayaan ekonomi, pembangunan masyarakat, hingga konflik sosial. Aksi
Cepat
Tanggap
bersifat
independen,
netral
objektif, non-
diskriminatif, transparan, dan akuntabel. Karenannya, Aksi Cepat Tanggap tidak membedakan suku, ras, agama, maupun golongan, dalam melaksanakan program-programnya, baik di dalam maupun di luar negeri. Untuk menjangkau penerima manfaat yang tersebar hingga ke wilayah terpencil dalam
pelaksanaan
program-progamnya
Aksi
Cepat
Tanggap
mengembangkan jaringan relawan lokal yang bernaungan di bawah bendera 40
41
Masyarakat Relawan Indonesia (MRI-Indonesia Volunteer Society). Adanya MRI membuat pelaksanaan program-program Aksi Cepat Tanggap efisien dan efektif. Aksi Cepat Tanggap juga membentuk Disaster Management Institute Of Indonesia (DMII), yang merupakan pusat referensi dari seluruh pengetahuan dan pengalaman praktisi ACT dalam perjalanannya menangani bencan. DMII memberikan training emergency dan kebencanaan, di berbagai perusahaan, sekolah,
lembaga
pemerintah
dan
publik,
dengan
penekanan
pada
pemasayarakatan Pengurangan Resiko Bencana atau mitigasi (Disaster Risk Reduction, DRR). DMII juga telah menghasilkan Standar Operating Procedures (SOP) penanggulangan bencana dan kondisi darurat, selain juga menjadi konsultan untuk pusat-pusat pendidikan kebencanaan.1 2. Visi dan Misi VISI
Menjadi
organisasi
kemanusiaan
global
pfofesional
berbasis
kedermawanan dan kerelawanan masyarakat global untuk mewujudkan peradaban dunia yang lebih baik. MISI
a. Mengorganisir dan mengelola berbagai persoalan kemanusiaan secara terencana, terkonsep, terintegrasi, dan berkesinambungan sehingga menjadi formula ideal dalam
mengatasi
berbagai
problem
kemanusiaan baik dalam skala lokal, nasional, regional, maupun global.
1
Diakses pada tanggal 27 Agustus 2014 dari http://act.or.id/act/article2/1/History
42
b. Mengorganisir dan mengelola segala potensi kerelawanan masyarakat global sebagai modal sosial untuk mengatasi berbagai problem kemanusiaan baik dalam skala lokal, nasional, regional, maupun global. c. Mengorganisir
dan
mengelola
segala
potensi
kedermawanan
masyarakat global sebagai modal sosial untuk mengatasi berbagai problem kemanuisaan baik dalam skala lokal, nasional, regional, maupun global.2
3. Identitas Lembaga Aksi Cepat Tanggap (ACT) sebagai lembaga sosial kemanusiaan selain peduli terhadap bencana alam, juga mempunyai perhatian serius terhadap permasalahan sosial di masyarakat, yaitu terpuruknya pendidikan Indonesia dan permasalahan anak Indonesia. Berbagai program yang dijalankan selama bertahun-tahun selalu didukung penuh dengan berbagai kalangan masyarakat atau kalangan perusahaanpersahaan baik di dalam negeri maupun di luar negeri. a. Nama Lembaga
: Aksi Cepat Tanggap
b. Alamat
:
a. Jl. Ir. H. Juanda No. 50 Blok B8-9, ciputat, Tangerang Selatan, Banten 15419 Telepon : (021) 7414482 b. Menara 165, 11 floor, Jl. TB. Simatupang Kav. 1 Cilandak Timur,Jaksel 12560, Ph. 021 - 74014444, 021 – 29406565
2
http://act.or.id/act/article2/3/VisiMisi.
43
4. Struktur Lembaga Lembaga Aksi Cepat Tanggap bergerak dalam bidang kemanusiaan membantu permasalahan-permasalahan sosial yang berada di masyarakat. Dengan hal ini lembaga kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap mempunyai struktur
organisasi
yang
berguna
untuk
mengkordinasikan
keberlangsungan suatu program. Secara struktur organisasi lembaga Aksi Cepat Tanggap di bawah kendali Presiden Aksi Cepat Tanggap, kemudian president membentuk tim Oprasional yang meliputi HRD, FIN & ACC dan GA (General Affair) yang bertugas untuk mengontrol berjalannya suatu program-program yang telah dibentuk. Dengan berbagai program akan berkembang maka membentuk tim PND (Philantropy Network and Dapartemen) yang meliputi Corporate Partnership dan Public Partnership yang tujuan untuk mencari kerja sama dengan berbagai pihak lainnya bisa disebut juga dengan
marketing
lembaga.
Kemudian
HND
(Human
Network
Dapartemen) mempunyai DMII (Disaster Management Institut Indonesia) yang bertujuan untuk membuat pelatihan-pelatihan kepada relawan, DERM
(Disaster
Emergancy
Respon
Management),
COMDEV
Kemitraan. Program yang sudah direncakan akan ditampung ke GPC (Gloal
Philantropy
Commucation)
untuk
melengkapai
kebutuhan
marketing atau program yang sudah dibuat oleh beberapa bagian. GPC (Gloal Philantropy Commucation) menugaskan kebeberapa bagian meliputi CSC (Creativ Strategy Comunication), CIT (Creatif Informasi
44
Teknologi), GPM (Global Philantropy Media) dan GPN (Global Philantropy Network). Secara rinci hubungan kerja antar atasan pelaksana Lembaga sampai bawahan dapat dilihat dibawah ini:3
3
Arsip Aksi Cepat Tanggap Humant Recource Development, tahun 2014.
45
5. Mitra Kerja atau Partnership Aksi cepat tanggap (ACT) memiliki beberapa partnership dalam membangun atau mengembangkan program-program pemberdayaannya, yaitu meliputi : a. PGN (Perusahaan Gas Negara)
h. AXIS i. Bank Muamalat
b. Carrefour
j. Bank BNI
c. Unilever
k. Danone
d. Garuda Food
l. Nike
e. Telkomsel
m. Nestle
f. Permata Bank
n. Multivision Plus
g. Bank BRI
o. Wardah
B. Latarbelakang Program Rumah Belajar Anak Rumah Belajar Anak (RBA) adalah merupakan suatu program Aksi Cepat Tanggap dalam membantu pendidikan usia dini di luar pendidikan sekolah formal. Rumah Belajar Anak (RBA) berdiri sejak tahun 2010 terletak di daerah Pademangan Jakarta Utara mempunyai luas 9,9187 km2 dengan jumlah penduduk masyarakat 121.839 jiwa. Kecamatan Pademangan terletak di Jakarta Utara, Kelurahan ini berbatasan dengan Laut Jawa di Sebelah Utara, Pantai Laut Jawa.4
4
http://wikipedia.org/wiki/kategori:Pademangan,JakartaUtara, diakses pada tanggal 8 April 2015
46
Terbentuknya Rumah Belajar Anak berawal dari masyarakat yang ramai, padat di lokasi ini dan banyak anak-anak yang kurangnya terpenuhi pelayanan
pendidikan
di
sekolah,
baik
perlengkapan
sekolah,
keterampilan, pelatihan-pelatihan lainnya dan mereka anak-anak tersebut perlu dibina kembali di luar sekolah, agar mereka mendapatkan ilmu yang bermanfaat untuk kedepan nantinya. Rumah Belajar Anak hadir sebagai salah satu alternatif terpadu untuk membantu mencerdaskan anak-anak bangsa dari aspek keterampilan hidup, afeksi, pengetahuan (kognisi), dan behavioral (perilaku) secara sinergis. Sasaran program Rumah Belajar Anak ini adalah anak-anak di komunitas yang sangat membutuhkan bantuan yaitu : Anak-anak jalanan, komunitas miskin kota & desa, korban bencana , daerah terpencil atau anak putus sekolah. 1. Program Rumah Belajar Anak a. Life Skill Program : kerajinan tangan, jurnalistik, story telling, photografi, pertanian & pertamanan, komputer, dll. b. Taman Bacaan Anak : tempat bermain alternatif dengan bacaan berkualitas untuk meningkatkan minat baca. c. Main Yuk! : sentra bermain & berpetualang bagi anak-anak sekaligus latihan
bersosialisasi
petualangan anak.
dengan
ragam
permainan
tradisional
&
47
2. Sarana dan Prasarana Sarana dan Prasana yang berada di Rumah Belajar Anak meliputi : Tabel. 5 Sarana dan Prasarana5 Sarana Unit Masjid Kelas
Prasarana Jumlah 1 buah 4 buah
Unit Sounds system Kipas angin Papan tulis Lemari atau rak Komputer
Jumlah 1 buah 11 buah 4 buah 3 buah 10 buah
Dari data diatas untuk sarana dan prasarana Rumah Belajar Anak sudah cukup lengkap atau memadai untuk keberlangsungan program tersebut.
5
Observasi lokasi Rumah Belajar Anak Kampung Muka pada tanggal 23 November 2014
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS STRATEGI PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN ANAK TERLANTAR MELALUI PROGRAM RUMAH BELAJAR ANAK Sebagai lembaga pendidikan di luar sekolah yaitu Rumah Belajar Anak (RBA) yang memainkan peran dalam membantu melengkapi kebutuhan pendidikan di luar sekolah, memiliki strategi-strategi dalam pemberdayaan guna mengatasi permasalahan masalah anak dalam ruang lingkup pendidikan. Strategi pemberdayaan dapat diartikan sebagai tujuan maupun proses. Sebagai tujuan, maka strategi pemberdayaan adalah suatu keadaan yang ingin dicapai, yakni klien yang memiliki kekuasaan atau keberdayaan. Sedangkan sebagai proses strategi pemberdayaan pada umumnya dilakukan secara kolektif, dalam arti mengkaitkan dengan sumber atau sistem lain dari luar dirinya. Strategi itu sendiri adalah keseluruhan langkah dengan perhitungan yang pasti guna mencapai suatu tujuan atau untuk mengatasi suatu persoalan.1 Dalam mengatasi permasalahan sosial, suatu masalah dapatkan dikatakan sebagai masalah sosial apabila kondisinya dirasakan oleh banyak orang. Namun demikian, tidak ada batasan mengenai berapa jumlah orang yang harus merasakan masalah tersebut. Jika suatu masalah mendapat perhatian dan menjadi pembicaraan lebih dari satu orang, masalah tersebut adalah masalah sosial.2
11
Bintaro Tjokroamidjojo dan Mustapadidjaja, Teori dan Strategi Pembangunan Nasional, (Jakarta: Mas Agung,1998), h. 13 2 Skripsi Bab 2, Karakteristik Masalah sosial, h. 5
48
49
Dalam melakukan perlindungan dan pemberdayaan anak dalam ruang lingkup pendidikan, terkadang apa yang mereka pelajari di Sekolah formal baik di Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) belum tercukupi untuk memenuhi kebutuhan pendidikan. Misal, belajar tentang agama hanya 1 minggu sekali dalam jangka waktu hanya 45 menit, belajar komputer, belajar bahasa inggris dan lainnya sama demikian. Itu merupakan waktu yang sangat singkat dalam belajar dan setelah mereka sepulang sekolah kebanyakan mereka langsung main, mengemis, mengamen untuk membantu orang tuanya, dan lain-lain. Kebanyakan waktu yang terbuang sia-sia jika melihat kondisi seperti itu. Seperti kutipan wawancara dengan pak Salim Abdullah sebagai pendiri Rumah Belajar Anak (RBA) sebagai mana berikut:3 “….Saya dengan istri saya memberikan pembelajaran ilmu di luar sekolah, seperti memberikan pengajaran ilmu pengetahuan agama Islam agar anak-anak tidak terpengaruh dengan kondisi lingkungan yang “keras”, apalagi sekarang-sekarang ini kegiatan Kristenisasi sudah berani untuk mengajak secara teranganterangan. Kita berikan pengajian kepada anak-anak, cerita sejarah Rosul SAW dan ajaran-ajaran Islam. Selain itu kita memberikan ilmu komputer yang telah tersedia di ruang kelas lantai 2. Agar mereka memahami dasar-dasar komputer dan guna mereka mengetahui perkembangan teknologi. Kita memberikan pembelajaran di luar sekolah formal, disini mereka belajar setiap hari Jum’at dan Minggu setelah mereka sepulang sekolah….”.
3
Wawancara pribadi dengan pak salim, pengurus Rumah Belajar Anak pada tanggal 10 Oktober 2014
50
Atas indikator inilah Rumah Belajar Anak (RBA) didirikan di lokasi Kampung Muka Ancol Pademangan Jakarta Utara, yang berguna untuk memenuhi atau membantu pendidikan di luar sekolah atau non formal. Program pendidikan non formal sebagaimana tercantum dalam pasal 26 ayat 3 Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional terdiri dari pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan serta pendidikan lain yang ditunjukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik. A. Proses Implementasi Rumah Belajar Anak pada Mayarakat Dalam melakukan atau menjalankan Program Rumah Belajar Anak (RBA) terdapat tahapan-tahapan yang dilalui untuk pencapaian strategi atau proses yang ingin dicapai. Adapaun tahapan-tahapan strategi Rumah Belajar Anak (RBA) yaitu: 1. Pra (Persiapan) a. Melakukan Survey dan Pemetaan Kondisi dan Potensi Lokal Pada tahapan membuat suatu program yang bertujuan untuk mengatasi permasalahan sosial yang ada di masyarakat, perlu adanya melaksanakan survey atau pengidentifikasi tempat atau lokasi masyarakat yang dituju, karena dalam studi masalah sosial, terdapat beberapa kriteria yang sering digunakan untuk melakukan identifikasi awal guna mengetahui apakah dalam suatu masyarakat terkandung fenomena yang disebut masalah sosial ataukah tidak.4 4
Skripsi, bab 2 diagnosis masalah sosial, h. 7
51
Sehingga Aksi Cepat Tanggap melakukan survey atau pemetaan ke lokasi Kampung Muka Ancol untuk mengetahui kondisi atau keadaan lingkungan sekitar sana, yang bertugas melakukan survey tersebut yaitu dari staff program communition Aksi Cepat Tanggap. Berikut
wawancara
penjelasan
dari
Staff
Community
Development Staff Aksi Cepat Tanggap (ACT): 5 “….Melakukan survey atau pemetaan ini sangat penting untuk mengetahui daerah mana saja yang membutuhkan, guna tidak adanya salah sasaran dalam memberikan bantuan yang kita berikan dan program yang kita jalani ini bersifat jangka panjang maka dari itu kita harus benar-benar dalam melakukan survey dan pemetaan kondisi dan potensi yang ada disana.” b. Pelatihan Fasilitator Kegiatan pelatihan fasilitator dilaksanakan di saat tahap pembentukan program Rumah Belajar Anak, pelatihan fasilitator bertempatan di Kampung Muka Rumah Belajar Anak Pademangan Jakarta Utara. Kutipan wawancara dengan peserta pelatihan fasilitator dengan pak Salim: “….saya mengikuti pelatihan tersebut waktu tahuna 2010 pas mau pembentukan RBA, pelatihan ini saya dan beberapa masyarakat diberikan pengetahuan tata cara ataupun tanggungjawab bagaimana mengkelola suatu program yang baik dan lebih terarah jalannya program, sehingga anak-anak didik nanti tidak merasakan bosan dan mereka tetap senang dengan hadirnya RBA setelah pembukaan nanti..” Seiring berjalannya pada proses survey dan pemetaan, Aksi Cepat Tanggap (ACT) memberikan pelatihan pada fasilitator atau disebut juga dengan pengasuh tetap yang berada dilokasi Rumah 5
Wawancara pribadi dengan Rima Yunita, S.Sos/ staff education division comdev directorate-ACT, pada tanggal 3 Desember 2014
52
Belajar Anak (RBA) yang berguna untuk menjadi guru atau fasilitator selama kegiatan Rumah Belajar Anak (RBA). 2. Pelaksanaan Program a. Tahap I 1) Penyediaan Rumah Belajar Anak (RBA) 2) Pelatihan Relawan Pendamping 3) Renovasi ringan dan Colouring ID (pengecatan) 4) Bantuan Perlengkapan RBA (Buku, Alat Peraga, Media Audio Visual) 5) Diskusi Kelompok (FGD) 6) Edukasi pendidikan di semua level masyarakat (Kepala Keluarga, Ibu dan Anak). 7) Pendampingan b. Tahap 2 1) Launching Rumah Belajar Anak (RBA) Aksi Cepat Tanggap sebagai lembaga kemanusiaan selain peduli terhadap bencana alam, juga mempunyai perhatian serius terhadap permasalahan sosial di masyarakat, yaitu terpuruknya pendidikan Indonesia dan permasalahan anak Indonesia. Aksi Cepat Tanggap menginisasi program Rumah Belajar Anak yang bertujuan untuk membentuk generasi yang cerdas, mandiri, dan kreatif ini mengusung pendekatan belajajar terpadu, sebagai sentra belajar life skill, taman bacaan anak dan sentra bermain dan berpetualang untuk anak-anak, Rumah Belajar Anak hadir dari
53
keprihatinan terhadap permasalahan pendidikan dan permasalahan anak Indonesia. Hari Minggu 2 Mei 2010 Aksi Cepat Tanggap (ACT) melaunchingkan program Rumah Belajar Anak (RBA) di Kampung Muka Ancol Kecamatan Pademangan Jakarta Utara. Launching program Rumah Belajar Anak ini dimeriahkan dengan berbagai kegiatan edukatif dan kreatif, seperti dongeng, lomba menggambar, lomba mewarnai dan lomba menulis surat. Kegiatan launching Rumah Belajar Anak bertempatan di Kampung Muka Rumah Belajar Anak Pademangan Jakarta Utara. Tujuan diadakannya lounching program Rumah Belajar Anak untuk menarik simpatik masyarakat sekitar Kampung Muka Pademangan Jakarta Utara, dihadiri oleh berbagai staff Aksi Cepat Tanggap, Pengasuh Rumah Belajar Anak dan masyarakat sekitar Rumah Belajar Anak.
Gambar 1: Dokumentasi Lounching Program Rumah Belajar Anak (RBA) tanggal 2 Mei 2010
54
3. Monitoring dan Evaluasi Program a. Asistensi dan Supervisi Kegiatan Rumah Belajar Anak adalah pembelajaran untuk anakanak di luar sekolah, Maka peranan supervisor adalah memberi dukungan (support), membantu (assisting), dan mengikut sertakan (shearing) selama kegiatan Rumah Belajar Anak berlangsung, guna untuk menjadikan kegiatan RBA menjadi lebih aktif dan efektif.6 “..selama program berlangsung, asistensi terhadap program terus dilakukan, kita supervisi ke relawan lokal kita di sana,antara lain pengurus rumah belajar anak dan tim pengajar disana..”7 b. FGD Evaluasi Program Tahap evaluasi dipimpin langsung oleh pengurus Rumah Belajar Anak dengan melibatkan berbagai unsur, mulai dari PIC Rumah Belajar Anak dari Aksi Cepat Tanggap (ACT), dan serta orang tua anak binaan rumah belajar anak. Sebagaimana terungkap dalam pernyataan pak salim : “ setiap program Rumah Belajar Anak berakhir, jadi setiap kita menjalankan progra atau pengajaran, kita selalu mengadakan rapat evaluasi unuk mengetahui kekurangan apa saja selama program berlangsung, tujuannya untuk kedepannya lebih baik lagi, yang terlibat dalam rapat evaluasi seperti project leader program atau PIC, pengurus Rumah Belajar Anak ...”8
6
Diakses pada tanggal 18 desember 2014 dari http://srykustati.blogspot.com/2013/04/supervisi pengajaran-pada-lembaga html 7 Wawancara pribadi dengan Rima Yunita / staff education division-comdev directorateACT - (PIC Rumah Belajar Anak). Pada tanggal 3 Desember 2014. 8 Wawancara pribadi dengan Rima Yunita, (PIC Rumah Belajar Anak). Pada tanggal 3 Desember 2014.
55
Pada tahap evaluasi ini dilakukan secara rutin oleh pengurus RBA bersama PIC RBA, yang menekankan pada penilaian atas kegiatankegiatan yang telah dilakukan bersama. Tujuan evaluasi ini berguna untuk memperbaiki program-program yang kurang baik menjadi kearah yang lebih baik dan bermanfaat untuk anak-anak.
B. Strategi Pemberdayaan Program Rumah Belajar Anak 1. Strategi Pemberdayaan Program Membaca Program rumah belajar anak kegiatan membaca, di sini anak-anak didik mengikuti sertakan dalam kegiatan tersebut. Sesuai dengan umur usia anak memilih buku-buku yang mereka baca. Agar anak-anak memahami bacaan mereka yang telah mereka baca dan kemudian anakanak menyimpulkan hasil bacaan mereka baca dengan menuliskan di buku tulis mereka masing-masing. Maksud dan tujuan tersebut ialah untuk membiasakan anak-anak membaca dan menulis. “mereka kita biasakan membaca buku-buku yanga di sini, tapi sesuai usia mereka membacanya, baik membaca buku sekolah, pengetahuan umum, majalah anak-anak, setelah selesai membaca biasanya saya suruh anak-anak menulis apa yang mereka baca, agar memahami apa yang dia baca dan mereka terbiasa akan menulis”.9
9
Wawancara pribadi dengan ibu Yanti selaku pengurus harian rumah belajar anak, tanggal 10 Oktober 2014
56
Gambar 2 : kegiatan belajar membaca dan menulis di Rumah Belajar Anak 2. Strategi Pemberdayaan Program Pelatihan Keterampilan atau Life Skill Salah satu tujuan adanya Rumah Belajar Anak di Kampung Muka adalah membina anak-anak binaannya untuk memiliki keterampilanketerampilan yang mereka minati, yang berguna untuk menjadi wadah atau dasar bekal mereka. Ada beberapa jenis keterampilan yang diberikan Rumah Belajar Anak, antara lain yatiu kerajinan tangan, jurnalistik, story telling, photografi, pertanian & pertamanan, komputer dan lain-lain. a. Pelatihan Kegiatan komputer Kegiatan pelatihan ini dilaksanakan pada hari Minggu di Rumah Belajar Anak. Kutipan wawancara dengan penanggung jawab Rumah Belajar:10
10
Wawancara pribadi dengan Rima Yunita penangung jawab Rumah Belajar Anak pada tanggal 9 April 2015
57
“..pelatihan komputer di RBA waktunya tiap hari Ahad dalam 3 sesi, pagi, siang dan sore. Belajarnya pegenalan materi-materi seperti Microsoft office, design graphis dan lain-lain. Pembelajaran komputer sampai 12 kali pertemuan setelah itu ujian computer dan anak-anak akan mendapatkan sertifikat atau hasil belajar mereka…”
Program pelatihan komputer bekerja sama dengan perusahaan CSR (Corporate Social Responsibility) CIMB NIAGA dengan Aksi Cepat Tanggap dalam bentuk pengadaan 10 unit komputer.11 Kegiatan pelatihan komputer dihadiri oleh 10 orang anak didik Rumah Belajar Anak, karena keterbatasan unit hanya mempunyai 10 unit komputer. Sebagaimana yang dijelaskan oleh pelatih atau guru komputer:12 “…Saya bagi 3 shift keberlangsungan belajar komputer, misalnya setiap shift memiliki 1 jam belajar dari jam 10.0011.00 WIB, kita bagi jadi dua sesi, sesi pertama 30 menit dan sesi kedua 30 menit. Jadi total yang ikut belajar komputer 18 orang sekali pertemuan dan itupun terkadang ada anak-anak yang tidak masuk kelas computer. Sebenarnya semua itu waktu yang saya buat fleksibel yah, tergantung kondisi anak-anak saja berapa banyak yang datang. Kadang pernah saya gabung antara anak-anak dengan remaja tapi pembelajarannya saya tetap bedakan, tidak mungkin kan saya memberikan materi ke anak sekolah dasar dengan memakai materi anak SMP, yang ada mereka kebingungan dan takutnya mereka malah nggak mau masuk kelas lagi…”
11
Diakses pada tanggal 8 April 2015 dari http://www.act.id/id/whatshappening/view/494/act-gelar-untuk-pengajaran-komputer-di 12 Wawancara pribadi dengan bapak Lukisworo Purnawan sebagai guru komputer Rumah Belajar Anak pada tanggal 9 April 2015
58
Adapun jadual pelatihan komputer sebagai berikut: Tabel. 7 Jadual kegiatan komputer Rumah Belajar Anak Hari
Pukul
Materi
10.00-11.00
Keterangan Usia 8-12 tahun. Belajar
Microsoft word WIB
cara mengetik komputer Usia 13-17 tahun.
13.00-14.00
Microsoft Excel
WIB
atau Power Point
Belajar pengaplikasian Minggu
Microsoft Office Usia 17-19 tahun. Belajar 16.00-17.00
pengaplikasian software Graphis Design
WIB
photoshop dan corel drow.
Dari hasil observasi yang peneliti lakukan, teknik dalam pelatihan ini dengan cara
memberikan teroi-teori ilmu computer dan cara
pengaplikasikan komputer atau praktek komputer. Adapun program atau ilmu yang diberikan ke anak-anak didik, disesuaikan dengan tingkat jenjang pendidikan dan usia mereka, seperti program Microsoft office Word, Microsoft office Excel, Microsoft office power point.
59
Gambar 3 : Peserta didik Rumah Belajar anak menyimak penjelasan yang diberikan guru tentang pembelajaran komputer. b. Pelatihan Program Kerajinan Tangan. Keterampilan program kerajinan tangan yang diberikan Rumah Belajar Anak bukan hanya ke anak-anak saja, melainkan juga mengajak ikut sertaan para orang tua murid anak-anak yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan anak binaan dan orang tua untuk berjiwa berwirausaha untuk ke depan nantinya. Kegiatan kerajinan tangan dilaksanakan pada hari Minggu habis selepas shalat zuhur, ketika anak-anak sedang diadakan adanya pelatihan komputer biasanya para orang tua membuat kerajinan tangan sambil menunggu anaknya selesai belajar. Dalam program ini, biasanya mereka membuat berbagai kerajinan tangan berupa, membuat tas cantik dengan hiasan-hiasannya dan membuat sandal. Hasil dari mereka buat, di jual dipasar-pasar terdekat
60
atau pasar malam yang berada di area lokasi kampung muka. Berikut kutipan wawancara dengan umy Yanti: 13 “..kita siapkan bahan-bahan untuk membuat tas dan sandal, kemudian mereka sendiri yang membuatnya sekreatif mereka sesuai dengan kemampuan mereka membuat barang yang mereka bikin. Dan Alhamdulillah selama kegiatan ini berlangsung, sangat membantu dalam hal membantu pereokoniman mereka walau tidak seberapa hasil yang mereka dapatkan, setidaknya mereka masih mau berusaha dari pada mengemis atau bekerja serabutan. Hasil yang mereka buat, biasanya mereka jual di kegiatan Kota Tua, pasar malam, atau bahkan biasanya ada kunjungan dari luar ke kita, lalu mereka mau membelinya..”
Gambar. 4: kegiatan kerajinan tangan membuat tas di Rumah Belajar Anak Sebagimana menurut teori pemberdayaan di lihat dari tujuan, proses, dan cara-cara pemberdayaan. Pemberdayaan adalah sebuah proses dengan dimana orang menjadi cukup kuat berpartisipasi
13
Wawancara pribadi dengan ibu Yanti selaku pengurus harian Rumah Belajar Anak. Tanggal 10 Oktober 2014
61
dalam, berbagi pengontrolan atas, dan mempengaruhi terhadap kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga kehidupannya.
Pemberdayaan
yang mempengaruhi
menekankan
bahwa
orang
memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya.14 3. Strategi Pemberdayaan Program Belajar Pendidikan Islam atau Mengaji Pengetahuan agama Islam sangat penting untuk anak yang masih usia dini, dikarenakan ilmu agama Islam untuk bekal hidup mereka kedepannya. Seperti kutipan wawancara dengan pengasuh rumah belajar anak bersama ibu Yanti: “…kita memberikan pengatahuan agama Islam ke pada anak-anak kami setiap hari Jum’at dan Sabtu. Mereka sebenarnya sudah belajar di sekolahnya, tapi kalo kita berpatokan hanya sekedar belajar di sekolah, itu sangat tidak efektif dan mereka akan masih buta dengan agama kita yaitu islam. Dan apalagi sekarang-sekarang ini sedang hebohnya Kristenisasi terang-terangan missal di kegiatan di Jakarta yaitu car free day. Sangat rentan bagi anak-anak yang keluarga perekonomiannya di bawah, rentan dalam Kristenisasi itu yang saya takutkan selama ini kepada anak-anak yang masih mudah tergiur dengan rayuan-rayuan orang lain, diberikan sembako, uang, pakaian secara cuma-cuma. Maka dari itu saya dengan yang lainnya selalu memberikan pengajaran islam, mengaji, belajar adzan, dan lain-lain untuk masa depan mereka, untuk bekel mereka kedepan nantinya….”
14
Skripsi bab 2, definisi pemberdayaan, h. 11
62
Gambar. 5 : Ibu Yanti sedang memberikan pengajaran tentang Islam ke anak didik Rumah Belajar Anak 4. Strategi Pemberdayaan Program Santunan Anak Yatim Piatu Santunan anak yatim merupakan program Rumah Belajar Anak yang berguna untuk membantu memenuhi kebutuhan pokok keluarganya. Perusahaan-perusahaan memberikan dana CSR (Corporate Social Responsibility) ke anak yatim yang berada di Kampung Muka Ancol di lembaga Rumah Belajar Anak melalui Aksi Cepat Tanggap. Biasanya berupa kebutuhan pokok atau sekolah seperti kebutuhan pokoknya antara lain, gula, beras, terigu, telor dan lain-lain. Adapun kebutuhan sekolah meliputi tas, buku tulus, pulpen / pensil dan lain-lain. Dalam kegiatan santunan anak yatim perihal tentang waktu tidak bisa dijadualkan dengan tetap, karena tergantung dari berbagai pihak perusahaan yang ingin kapan dan berapa banyak atau apa saja yang mereka ingin sumbangkan atau berbagi dengan anak didik Rumah Belajar Anak.
63
Berikut penjelasan kutipan wawancara dengan Rima Yunita sebagai PIC Rumah Belajar Anak, sebagai berikut:15 “..Lembaga Aksi Cepat Tanggap bekerja sama dengan berbagai Perusahaan baik di dalam negeri maupun di luar negeri, kita mendapatkan bantuan kebutuhan anak seperti peralatan-peralatan sekolah berupa tas baru, buku-buku tulis, dan lain-lain. Kita salurkan dana atau sumbangan ini ke program Aksi Cepat Tanggap yang mengarah program sosial ACT, yaitu salah satunya Rumah Belajar Anak, tapi tidak semua dana CSR dari perusahaan kita larikan ke program sosial, karena tergantung dari perusahaannya mau request memberikannya ke pendidikan atau bencana alam atau bahkan ada juga yang ke konflik Negara luar seperti di Palestina, Rohingya, dan lain-lain…”
Gambar 6 : kegiatan santunan anak yatim Anak didik Rumah Belajar Anak. Pada foto kegaiatan santunan anak yatim diatas, diselenggarakan pada tanggal 23 November 2014, yang dihadiri oleh semua pihak anak didik yang terdaftar di arsip atau database Rumah Belajar Anak bertempatan di Mushola Rumah Belajar Anak Kampung Muka Pademangan Jakarta Utara. 15
Wawancara pribadi dengan Rima Yunita, / staff education division-comdev direct orateACT - (PIC Rumah Belajar Anak), Pada tanggal 3 Desember 2014
64
Berikut penjelasan dari
Pak Salim Abdullah sebagai pegasuh atau
pendiri Rumah Belajar Anak:16 “..Alhamdulillah acara pembagian sembako kepada anak didik Rumah Belajar Anak berjalan dengan lancar, kita mendapatkan shadaqah dari hamba Allah dan saya belikan dan kita bagikan semua sama rata berbagai kebutuhan pokok makanan untuk mereka, seperti beras, minyak goring, mie, telur ayam..”
C. Dampak Dalam Melaksanakan Program Rumah Belajar Anak Dalam menjalankan program Rumah Belajar Anak (RBA) terdapat adanya faktor pendukung dan penghambat dalam proses berjalannya kegiatan Rumah Belajar Anak, yaitu: 1. Faktor Pendorong Program Rumah Belajar Anak Selama kegiatan program rumah belajar anak, masyarakat sekitar lokasi rumah belajar anak, mendukung atau mensuport kegiatan ini, karena kegiatan rumah belajar anak sebagai wadah untuk anak-anak belajar keterampilan atau pelatihan, membaca dan bermain. Sebagaimana pernyataan dari ibu Apri: “…kalau habis pulang sekolah kadang anak-anak langsung main, mendingan belajar di rumah belajar sama anak-anak yang lain. Anak saya sekarang syukur udah bisa bacaan shalat, sebelumnya belum bisa, sama baca-bacaan do’a gitu..”17
16
Wawancara pribadi dengan pak Salim Abdullah pada tanggal santunan anak yatim di Rumah Belajar Anak pada tanggal 28 November 2014 17
Wawancara pribadi dengan ibu Apri, selaku orang tua murid Rumah Belajar Anak pada tanggal 10 Oktober 2014
65
2. Faktor Penghambat Program Rumah Belajar Anak Kegiatan Rumah Belajar Anak memiliki faktor penghambat dalam pelaksanaan atau implementasi dari kegiatan belajar. Seperti penjelasan dari PIC Rumah Belajar Anak :18 “Ya biasanya itu… aktifitas RBA terkadang bentrok sama aktifitas sekolah kayak di kampung muka, kita kemarin mengadakan kegiatan servis handphone, ada kursus computer, ada fotografi. Ketika pelatihan ini ada dan anak-anak mau ternyata sekolahnya sehabis pulang sekolah masih ada ekskul..terkadang itu sih yang bikin bentrok. Dan pernah juga ada kadang orang tua mereka lebih baik tidur siang karena capek abis sekolah dan kalo hari minggu anak-anak disuruh istirahat di rumah, tapi tergantung..kadang hambatan kita bias meminimalisir kalau kita sosialisasinya bener, waktu acara sosialisasi..jadi semua orang tuanya datang dan kita berikan informasi bahwa, ini tuh baik buat anaknya, outputnya nanti misalnya ada sertifikat..lumayan loh buat anak-anak kampung muka punya sertifikat computer dari pada mereka mahal-mahal kan ikut les computer di luar..sosialisai ke pihak orang tua ini merupakan tahapan yang sangat penting untuk keberlangsungan kegiatan RBA…” Adapun kutipan wawancara dengan pengasuh Rumah Belajar Anak mengenai hambatan proses pembelajaran: “….hambatannya terkadang saya agak keteter denga mengasuh rumah belajar anak hanya saya dan istri saya, tapi itu semua Insya Allah kita bisa kontrol RBA nya, tapi akan lebih baik lagi jika ada pengasuh tetap lainnya yang mau mengurusi RBA, agar semua program yang ada ataupun program sedang berlangsung berjalan dengan baik. Seperti misal guru computer tidak hadir, otomatis kelas computer ditiadakan karena guru nya tidak masuk mengajar, saya gantikan dengan pembelajaran lain yaitu menghafal do’a-do’a atau kerja bakti membersihkan lingkungan sekitar sini…”
18
Wawancara pribadi dengan Rima Yunita, / staff education division-comdev directorateACT - (PIC Rumah Belajar Anak), Pada tanggal 3 Desember 2014.
66
Suatu program akan berjalan dengan lancar terlihat dari awal mereka sosialisasi kepada masyarakat, pendekatan yang dilakukan itu berguna untuk menjelaskan apa maksud dan tujuan program yang dibentuk, pendektan sosialisasi kepada masyarakat mengenai pembentukan suatu program untuk meminimalisir hambatan-hambatan kedepannya, terlihat dari aktifitas Rumah Belajar Anak, mereka melakukan pendekatan ke berbagai pihak elemen masyarakat dan mempunyai sumber daya manusia yang cukup untuk mengontrol atau mengasuh program Rumah Belajar Anak.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian penulis dari hasil observasi, wawancara dan studi dokumen di Rumah Belajar Anak (RBA) dalam menjawab perumusan masalah yang sudah diuraikan pada bab sebelumnya yaitu: Strategi Perlindungan Dan Pemberdayaan Anak Terlantar Melalui Program Rumah Belajar Anak Lembaga Kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT) dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Rumah Belajar Anak (RBA) melaksanakan program pemberdayaan dengan aras Mezzo yakni dengan lingkup kelompok dan dengan menggunakan fasilitas lembaga pendidikan. Program Rumah Belajar Anak fokus pada sasaran anak-anak di Kampung Muka untuk di bina dan di didik dengan ilmu pengetahuan sekolah secara non formal dan keterampilan life skill. Dari hasil observasi dan pengamatan, peniliti dapat menyimpulkan bagaimana strategi penanganan masalah sosial anak melalui program Rumah Belajar Anak dengan adanya tahapan-tahapan strategi yaitu : a. Tahap pra (persiapan) dengan melakukan survei tempat bersama team Aksi Cepat Tanggap dan pelatihan fasilitator. b. Pelaksanaan program Penyediaan Rumah Belajar Anak (RBA) 1) Pelatihan Relawan Pendamping 2) Renovasi ringan dan Colouring ID (pengecatan)
67
68
3) Bantuan Perlengkapan RBA (Buku, Alat Peraga, Media Audio Visual) 4) Diskusi Kelompok (FGD) 5) Edukasi pendidikan di semua level masyarakat (Kepala Keluarga, Ibu dan Anak). 6) Pendampingan. 2. Manfaat yang sudah dirasakan oleh peserta anak didik Rumah Belajar Anak, mereka mendapatkan tambahan ilmu pengetahuan di luar sekolah baik pendidikan umum, agama, komputer dan peningkatan aspek keterampilan hidup, afeksi, pengetahuan (kognisi), dan behavioral (perilaku) secara sinergis. B. Saran-saran Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, ada beberapa saran sebagai masukan yang mungkin dapat dipertimbangkan dalam rangka meningkatkan proses pemberdayaan yang dilaksanakan Rumah Belajar Anak: 1. Menambah tenaga pengajar atau sumber daya manusia untuk membantu keberlangsungan kegiatan Rumah Belajar Anak. 2. Mengadakan pelatihan untuk orangtua dalam memberikan motivasi, berguna untuk berusaha semaksimal mungkin untuk memenuhi hakhaki anaknya. 3. Peran pekerja sosial harus lebih aktif dalam mengontrol atau pengasawan Rumah Belajar Anak dan meminta pendamping pekerja sosial atau sakti pekerja sosial ke Kementrian Sosial.
69
DAFTAR PUSTAKA Akabar, Purnomo Setiadi dan Usaman, Husaini. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003.
Aziz, Arincun dan Hartomo, Ilmu Sosial Dasar. Jakarta PT Bumi Aksara. 1999. Ekosusilo, Madyo. Dasar- dasar pendidikan. Semarang: Effahar, 1990 Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif,. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013 Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif. Malang: UMM Press, 2010 Majid, Abdul. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013. Nasir, Mohammad. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1993. Subri, Alisuf. Pengantar Ilmu pendidikan. UIN Jakarta Press, 2005. Suharto, Edi.Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung: Refika Aditama, 2007 Suharto, Edi. Isu-Isu Tematik Pembangunan Sosial Konsep dan Strategi. Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial Dapartemen Sosial RI, 2011 Suharto, Edi. Kebijakan Sosial Sebagai Kebijakan Publik. Alfabeta, 2011. Roebyantho, Haryati. Dkk. Dampak Sosial Ekonomi Program Penanganan Kemiskinan Melalui KUBE. Jakarta : P3KS Press. Umar, Husein. Strategic Management in Action. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, Tahun 2001 Soetomo. Masalah Sosial dan Upaya Pemecahannya. Yogyakarta; Pustaka Belajar, 2008.
70
Media Internet http://www.bandiklatjatim.go.id/profil-diklat/strategi-progrram. (diakses pada tanggal 18 September 2014) http://goenable.wordpress.com/2012/01/03/tujuan-dan-fungsi-manajemen-strategik/. (diakses pada tanggal 18 September 2014) http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/presenting/2202726-tujuan pemberdayaan-masyarakat/. (diakses pada tanggal 26 Agustus 2014) http://nagabiru86.wordpress.com/2009/06/12/data-sekunde-dan-data-primer/. (diakses pada tanggal 15 November) http://id.wikipedia.org/wiki/Anak. (diakses pada tanggal 26 Agustus 2014)
PEDOMAN OBSERVASI 1. Sosialisasi awal dengan Aksi Cepat Tanggap 2. Observasi penempatan tempat penelitian Skripsi 3. Memberikan surat keterangan penelitian penulisan skripsi 4. Mengikuti kegiatan belajar mengajar di Rumah Belajar Anak 5. Membantu jalannya acara program santunan anak yatim
PEDOMAN WAWANCARA Informan
: Kordinator Program Rumah Belajar Anak
1. Apa yang melatarbelakangi ACT membuat program RBA di Kampung Muka? 2. Apa yang menjadi misi dan visi aksi cepat tanggap dalam membuat program rumah belajar anak? 3. Adakah tahapan dalam membentuk Rumah belajar anak? 4. Apakah Aksi cepat tanggap miliki tujuan umum dan khusus dalam membentuk RBA ? 5. Bagaimana strategi penangan masalah sosial anak dalam program rumah belajar anak yang didirikan oleh aksi cepat tanggap ? 6. Adakah dampak program rumah belajar anak terhadap aksi cepat tanggap ? 7. Adakah faktor penghambat aksi cepat tanggap dalam menjalankan program rumah belajar ? 8. Dalam bentuk apa saja partisiapsi aksi cepat tanggap yang diberikan untuk RBA ? 9. Apakah dalam implementasi pemberdayaan yang dilakukan Aksi Cepat Tanggap bertindak secara etis dalam beroperasi dilingkungannya? Bagaimana dari segi budaya, agama, dan lingkungannya?
Informan
: Pengurus Rumah Belajar Anak (RBA)
1. Bagaimana latarbelakang berdirinya RBA (Rumah Belajar Anak) di Kampung Muka? 2. Bagaimana strategi yang dilakukan dalam penanganan anak melalui program RBA ? 3. Program apa saja yang dilaksanakan dalam menjalankan program Rumah Belajar Anak? 4. Apa perbedaan anak yang mengikuti program RBA dengan yang tidak mengikuti ? 5. Apa dampak dari startegi anak penanganan anak dalam menangani masalah sosial di RBA (output)? 6. Dari mana biaya oprasional Rumah Belajar Anak selain dari Aksi Cepat Tanggap ? 7. Dengan pihak mana saja RBA melakukan kerjasama ? 8. Ada berapa anak didik yang diberadyakan oleh Rumah Belajar Anak ? 9. Adakah persyaratan untuk masuk program RBA bagi anak-anak yang ingin belajar disana ?
Informan
: Anak didik Rumah Belajar Anak
1. Siapa nama anda ? 2. Apa pekerjaan orang tua anda ? 3. Sudah berapa lama anda aktif di RBA ? 4. Apa kegiatan anda selama ini ? 5. Apa pekerjaan orang tua anda ? 6. Selama mengikuti RBA apa yang sudah anda dapatkan ? ada perbedaan, harapan anda? 7. Apa motivasi anda masuk program RBA ? 8. Adakah saran-saran untuk Rumah Belajar Anak ?
Identitas Informan A. Pengasuh Rumah Belajar Anak 1. Nama
: Salim Abdullah
Tempat Tanggal Lahir Jenis Kelamin Status Pendidikan
: Jakarta 17 Juli 1961 : laki-laki : International Islamic University Malaysia (Bachelor of Human Sciences – Mass Communication)
Alamat
: Jalan Kampung Muka Blok B No. 2 RT. 009/04 Ancol Jakarta Utara
Pengalaman Organisasi : a. Pelajar Islam Indonesia (PPI-Pusat) sebagai Ketua Majlis da’wah tahun 1987 b. Perwakilan PII untuk Asia Tenggra tahun 1987-1953 c. Wakil Sekjen Perhimpunan Pelajar Islam Asia Tenggara (PEPIAT) tahun 1995-1996 d. PP Gerakan Pemuda Islam (GPI) sebagai Ketua Depertemen Hubungan Luar Negeri tahun 1985-1987 e. Sekertaris Korps Mubaligh Jakarta (KMJ) tahun1998-2008 masih aktif hingga saat ini sebagai wakil Sekretaris f. Ketua Yayasan Mustadh’afiin tahun 1997-210 g. Pembina kaum Dhuafa di Kampung Muka Ancol hingga sekarang. 2. Nama
: Priyanti Soemaryo, SH.
Tempat Tanggal Lahir Jenis Kelamin Status Pendidikan
: Jakarta 08 Agustus 1965 : perempuan : S1 Universitas Islam Jakarta
Alamat
: Jalan Kampung Muka Blok B No. 2 RT. 009/04 Ancol Jakarta Utara
Pengalaman Organisasi: a. Anggota Korps Muballigh Jakarta (KMJ) b. Ketua Umum Nasyiatul Aisyiyah tahun 1989
3. Nama
: Rima Yunita, S.Sos
Tempat Tanggal Lahir Status Jenis Kelamin
: Jakarta, 29 Juni 1991 : PIC Rumah Belajar Anak – Community Development Staff Aksi Cepat Tanggap (ACT) : Perempuan
Status Pendidikan
: S1 Kesejahteraan Sosial
Alamat
: Jalan Pinangranti RT. 013/02 No. 6, Kelurahan Pinangranti Kecamatan Makasar Jakarta Timur
B. Anak Didik Rumah Belajar Anak 1. Nama
: Muhamad Ridho
Tanggal lahir : Jakarta 02 April 1999 2. Nama
: Rohim
Tanggal lahir : Jakarta 03 Desember 2000 3. Nama
: Dadan Saepudin
Tanggal lahir : Bandung. 8 September 1997 4. Nama
: Aulia
Tanggal lahir : Jakarta 03 Desember 2001 5. Nama
: Winda Noviyanti
Tanggal lahir : Jakarta 07 November 2005
TRANSKIP OBSERVASI Fokus Observasi
: kegiatan Rumah Belajar Anak (RBA)
Tempat Observasi : Rumah Belajar Anak Kampung Muka Ancol jakarta Utara
Tanggal / Waktu
Aspek kegiatan
22 Agustus 2014
A. Survey tempat penelitian di Kampung Muka Ancol Jakarta Utara. B. Memberikan surat perizinan perihal penelitian skripsi ke pengurus Rumah Belajar. Ikut serta dalam acara Pembagian sumbangan berupa perlengkapan sekolah, sembako dan uang tunia
19 September 2014 diberikan ke Rumah Belajar Anak, dari CSR Bank BRI bersama Aksi Cepat Tanggap. A. Melihat kegiatan membaca dan menulis di Rumah 28 September 2014
Belajar Anak B. Mengikuti pengajian sehabis shalat magrib A. Melakukan wawancara dengan pengurus Rumah Belajar Anak
10 Oktober 2014 B. Wawancara dengan peserta anak didik Rumah Belajar.
Tempat Observasi
: Kantor Aksi Cepat Tanggap di Ciputat Tangerang Selatan
Tanggal / waktu
Aspek Kegiatan Memberikan surat perizinan penelitian ke bagian HRD Aksi Cepat Tanggap
3 Desember 2014
Melakukan wawancara dengan Rima Yunita, S.Sos / staff education division-comdev directorateACT - (PIC Rumah Belajar Anak)
TRANSKIP WAWANCARA Informan
: Rima Yunita, S.Sos / staff education division-comdev directorate ACT - (PIC Rumah Belajar Anak)
Waktu wawancara
: 3 Desember 2014
Tempat wawancara
: Kantor Aksi Cepat Tanggap Tangerang Selatan Ciputat
NO
Pertanyaan
1
Apa
yang
Jawaban melatarbelakangi Yang melatarbelakangi dibuatnya RBA
ACT membuat program RBA di di Kampug Muka itu mereka kurangnya Kampung Muka ?
terpenuhi life skill, keterampilan, atau pendidiakan yang berada di sekolah. Terkadang pelajaran
2
Adakah
tujuan
umum
khusus
didirikannya
atau Tergantung,,,biasanya kita bikin RBA itu
Rumah tergantung lokasinya, kan beda RBA
Belajar Anak (RBA) seperti yang di bogor dengan kampong muka adanya paket A atau C ?
beda,,,kalo
di
kampong
sebenernya
dibentuk
aktifitasnya
tidak
muka
biar
monoton,
itu
mereka nggak
narkoba, nggak drugs…jadi sebenernya lebih ke pendidikan keterampilan di sana, tidak kejar paket karena di sana mereka sudah bersekolah dan sekarang juga karena sekolah sudah gratis…
3
Adakah
faktor
mendirikan RBA ?
penghambat Ya
biasanya
itu…
aktifitas
RBA
terkadang bentrok sama aktifitas sekolah kayak di kampong muka, kita kemarin mengadakan kegiatan servis handphone, ada kursus computer, ada fotografi. Ketika pelatihan ini ada dan anak-anak mau ternyata sekolahnya sehabis pulang sekolah masih ada ekskul..terkadang itu sih yang bikin bentrok. Dan pernah juga ada kadang orang tua mereka lebih baik tidur siang karena capek abis sekolah dan kalo hari minggu anak-anak disuruh istirahat
di
rumah,
tapi
tergantung..kadang hambatan kita bias meminimalisir kalau kita sosialisasinya bener, waktu acara sosialisasi..jadi semua orang tuanya dating dan kita berikan informasi bahwa, ini tuh baik buat anaknya, outputnya nanti misalnya ada sertifikat..lumayan loh buat anak-anak kampung muka punya sertifikat computer dari pada mereka mahal-mahal kan ikut
les computer di luar..sosialisai ke pihak orang tua ini merupakan tahapan yang sangat penting untuk keberlangsungan kegiatan RBA. 4
Bagaimana
pendanaan
untuk Selama ini setiap pendanaan Rumah
kegiatan Rumah Belajar Anak ?
Belajar Anak di support sama dana CSR, selama ini gitu…program CSR di setiap peusahaan kita arahkan ke program Rumah
Belajar
Anak
dan
mereka
sepakat, kalaupun memang dana CSR lagi nggak di pendidikan RBA, biasanya kita memakai dari dana public, dana public
itu
memang
untuk
waqaf
pendidikan kan memang itu ada di ACT, selalu kita support pendanaan untuk RBA, kalaupun memang uang oprasional untuk RBA di sana sudah habis, biasanya pengurus
atau
mengumpulkan mereka
bias
masyarakat uang
mandiri
dan
sekitar biasanya
sendiri
untuk
keberlangsungan program RBA. Tidak ketergantungan
juga
sama
pihak
ACT…awalnya kita stimulus dahulu nih, kedepannya mereka bias jalan sendiri. 5
Bagaiamana masyarakat
partisipasi Kalau saya kan selama ini fokusnya di dalam
membantu Kampung muka, nah di kampung muka
keberlangsungan RBA ?
itu di sana itu kan lokasinya mungkin habib sudah tau sendiri, di setiap sosialisasi
RBA
itu
biasanya
kita
ngundang ustadz, RT/RW nya, jadi ketika anak-anak terlibat di program kita , mereka selalu support bahkan di sana suka ada pada
aktifitas karang taruna, dari
mereka
dorong-dorong
rolly,
biasanya kalau orang tuanya tahu malah di omelin,”ngapain mendingan ikut RBA, ikut pelatihan, belajar “ dan kalau kita nya
sosialisasinya
tepat,
perangkat
masyarakatnya ketika ada event, ada acara di dalam RBA jadinya gampang kan masuknya, karena semuanya sudah support, semuanya sudah dukung, kan kadang kalo kita ngebikin program ada elemen masyarakatnya ada yang kurang
sepakat atau adanya kurag mendukung, terkadang menjadi penghambat. Kalao di RBA sih.. Alhamdulillah selalu muluslah atau lancar. 6
Adakah
persyaratan
untuk Kalao persyaratan untuk menjadi relawan
masyarakat yang ingin menjadi pengajar di RBA itu yang pasti..siapapun relawan pengajar di RBA ?
bisa menjadi relawan, mau ibu-ibu yang udah punya anak, mau anak SMA , yang penting terutama calon relawan itu siap meluangkan waktunya untuk aktifitas RBA, nggak ada persyaratan khusus yang penting ada waktu dan minta sama anakanak...
7
Dalam
bentuk
apa
saja Ya pastinya kita memberikan fasilitas ke
partisiapsi aksi cepat tanggap RBA, yang diberikan untuk RBA ?
8
Adakah
tahapan
oprasional
agar
berjalannya kegiatan di sana….
dalam Tahapan dalam pembentukan RBA, yang
membentuk Rumah belajar anak pertama ?
pendanaan
kita
melakukan
persiapan
pemetaan tempat ya..lalu kita telusuri dengan ekonomi
berbagai disana
aspek,
dari
seperti
aspek apa,
masyarakatnya
seperti
apa
dan
semacamnya..nanti habib bisa baca profil RBA di brosurnya di situ ada tahap pembentukan RBA….
Informan
: Pak Salim (pengasuh Rumah Belajar Anak)
Waktu wawancara
: 16 November 2014
Tempat wawancara
: Rumah Pak Salim
No
Pertanyaan
1
Bagaimana
Jawaban latarbelakang Latarbelakangnya….berawal dari masyarakat
Rumah Belajar Anak ?
yang ramai, padat dan banyak anak-anak, antara
anak
yang
sekolah
atau
tidak
sekolah…atau yang droup out dari sekolahnya, lalu kemudian diantara mereka anak-anak yang tidak sekolah itu juga, saya pikir mereka perlu di bina dalam arti agar mereka bisa menangani persoalan-persoalan kedepannya, lalu saya bicaralah dengan ACT dan kemudian ACT menanggapi karena ini sebagai bencana social, dimana akibat dari anak putus sekolah, anak yang droup out bahkan dari tidak mampunya menyenyam pendidikan akan lebih banyak
persoalan-persoalan negative di masyarakat. Kemudian dengan bangunan alakadarnya itu saya mencoba untuk menyampaikan kepada ACT dan alhamdulilla ditanggapi. Buku-buku yang ada Alhamdulillah sudah ada lebih dari 1000an buku, campur antara buku yang lama dengan yang baru, ini semua buku-buku sekolah…dan itu sudah berjalan dari tahun 2010 2
Apa tujuan RBA didirikan ?
Yaaa untuk mengatasi bencan social yang ada disini dalam arah pendidikan di usia dini…
3
RBA
ini
bekerjasama Rumah Belajar Anak ini atau RBA kita hanya
dengan pihak mana saja ?
dengan Aksi Cepat Tanggap saja…sering kita mendapatkan
bantuan
dari
perusahaan-
perusahaan seperti mandiri syariah, dari CIMB Syariah itu semua dari bawaannya Aksi Cepat Tanggap juga…seperti memberikan 10 unti computer, rak-rak buku, perlengkapan sekolah dan lain-lain… 4
Dari mana biaya oprasional Untuk pendanaan selama ini kita hanya dari Rumah Belajar Anak selain ACT saja, meskipun ada bantuan dari pihak dari Aksi Cepat Tanggap ?
luar yaa itu bawaannya ACT….
5
Bagaimana strategi untuk Pertama sih kita memanfaatkan kerjasama kita mengajak anak-anak iktu dengan kementrian social dalam program berpartisipasi kegiatan
dalam kesejahteraan social anak, itu mereka kita
Rumah
Anak ?
Belajar kumpulkan, lalu mereka kita libatkan dalam memanfaatkan sepenuhnya fasilitas RBA itu, disamping itu juga kegiatan-kegiatan outdour kita lakukan, artinya bukan hanya membaca buku saja, tapi ada kegiatan di luar itu seperti out bound jalan-jalan keluar…tapi ini tidak terlalu seringlah, jadi anak-anak yang aktif mengaji untuk memanfaatkan RBA.. Jadi startegi yang kita inikan hanya itu saja, pertama memanfaatkan anak-anak yang sudah kita rekrut yang dibawah binaan kementriaan social kita “paksa” untuk memanfaatkan RBA dan itu alhamduillah mereka cukup aktif dan yang kedua mengajak anak-anak yang ikut ngaji kita rekrut untuk meramaikan RBA….
5
Adakah persayatan khusus Kalau untuk untuk
ikut
serta
itu tidak ada
yahh…yang
dalam terpenting itu mereka berkomitmen, istiqomah
kegiatan RBA ?
terus ikut kegiatan disini..dan paling syaratnya ya..untuk usia-usia yang masih bersekolah saja…
6
Apa dampak dari startegi Hasilnya kalao anak-anak selama ini ikut serta anak
anak kegiatan kami…
penanganan
dalam menangani masalah Yaa Alhamdulillah mereka tahu dunia luar sosial di RBA (output)?
yahh,
misalnya
mereka
paham
cara
menggunakan computer meski hanya dasardasarnya saja, paham akan internet dan manfaatnya…. Yang lebih penting menurut saya mereka bisa mengaji dengan benar dan mengetahui ajaraajaran agama kita, islam….. 7
Program
apa
saja
yang Program kita disini,,di RBA itu ada kegiata
dilaksanakan
dalam membaca, dimana setelah mereka membaca ita
menjalankan
program suruh menuliskan apa yang mereka dapat dari
Rumah Belajar Anak?
bacaa tersebut. Yaa belajar membaca dan menulis.. Lalu ada kegiatan les computer setiap hari jum’at ba’da ashar.. Lalu malamnya kita megadakan pengajia anakanak selapas abis magrib sampai menjelang
adzan isya..kalao untuk yang sudah agak dewasa kayak yang sudah SMP, itu ngajinya abis isya…kemudian ada pelatihan-pelatihan yang
diadakan
ACT,
seperti
pelatihan
membuat poster, fotografi..yang mereka suka insya allah kita penuhi….karena kita membuat pelatihan itu sesuai keinginan anak-anak juga,,, 8
Siapa saja pak yang menjadi Kalau untuk pengasuh tetapnya, hanya saya guru atau pengasuh Rumah dengan istri saya, karena saya tinggal di sini. Belajar Anak ?
Untuk guru tidak tetapnya ada 1 orang, namanya Lukisworo Purnawan, dia tidak tinggal di sini, pak lukis ini dia guru komputer
9
Bagaimana menurut bapak Menurut saya sendiri kurang efektif yah, dengan adanya pengasuh karena kadang pak lukis tidak masuk atau tidak hanya 3 orang saja ?
ngajar, ya otomatis kelas computer di tiadakan sementara, paling saya gantikan tapi dengan kegiatan lainnya, seperti saya menyuruh anakanak menghafal do’a-do’a. tapi saya bersyukur karena sering kita kedatangan mahasiswamahasiswa
dari
Jakarta,
seperti
dari
Universitas Indonesia, Universitas Kristen Indonesia,
Universitas
Islam
Jakarta,
Universitas Negeri Jakarta dan lain-lain, kadang mereka membantu pengajaran di sini dan menghibur anak-anak di sini
Informan
: Muhamad Ridho
Tanggal lahir
: Jakarta 02 April 1999
Waktu wawancara
: 28 September 2014
Tempat wawancara
: Rumah Belajar Anak
No 1
Pertanyaan
Jawaban
Siapa nama anda ?
Saya ridho ka..
Kegiatan 2
kamu
setelah Biasanya saya ngambil-ngambilin botol ka,
pulang sekolah apa ?
saya jual dah kalo udah banyak. Kalo musim ujan saya seneng, bisa ojeg payung...
Hasil dari mencari botol Buat jajan aja ka, kalo dapat banyak saya 3
atau
ojeg
payung kasih ibu..
digunakan untuk apa ? Sekarang kamu sudah ikut Iyah saya udah ngikut ka, di ajak temen4
program Rumah Belajar temen ka. Lumayan lama ka... Anak kan ? sudah lama ikut RBA ? Apa yang anda rasakan Seru juga sih ka, banyak teman-teman baru
5
dapat ikut program Rumah disana, saya jadi bisa komputer ka.. kalo Belajar Anak ?
6
disekolahkan cuman sebentar belajar nya..
Apa motivasi anda ikut Motivasi saya biar pinter ka, biar bisa kerja RBA ?
dan membantu ibu ka..
Dari 7
kegiatan
komputer Saya belajar ngetik dan bikin gambar dari
yang ada, pelajaran apa komputer yang ade dapat ? Perasaannya gimana bisa Seneng ka, soalnya waktu belajarnya lama
8
belajar computer ?
ka, kalo di sekolahan kan cuman sebentar doing ka..komputernya juga masih baru ka..
Kamu paham tidak selama Belum pinter say aka, susah ka kalo di suruh 9
diajarkan
pembelajaran ngetik..
komputer ?
Informan
: Dadan Saepudin
Tanggal lahir
: Bandung. 8 September 1997
Waktu wawancara
: 28 September 2014
Tempat wawancara
: Rumah Belajar Anak
No
Pertanyaan
Jawaban
1
Bagaimana kabarnya ade ?
Sehat saya ka Alhamdulillah..
2
Apa
aktivitas
kamu Saya
sekarang ?
masih
sekolah
ka
kelas
SMA,
terkadang kalo saya tidak sibuk, saya membantu
Rumah
Belajar
Anak,
membimbing adik-adik saya disana untuk belajar.... 3
Bagaimana menurut kamu Bagus ka, mengajak anak-anak lebih lagi Rumah Belajar Anak ?
rajin belajar daripada mereka ngamen, mulung, sering kejar-kejaran sama satpol PP.
4
Apa yang anda dapat dari Disini
kan
bukan
hanya
belajar
toh
mengikuti Rumah Belajar pendidikan sekolah ka, jadi di sini juga Anak ?
diajak keterampilan ka, saya jadi tahu waktu itu ada keterampilan menyablon ka..
5
Apa saja manfaat kamu Banyak ka manfaatnya, saya dapet bantuan ikut dengan rumah belajar pendidikan tambahan ka.. anak ?
6
Bantuan nya dari rumah Bantuanya dari orang laen ka, bukan dari belajar
anak
apa
dari pak salim sama umy yanti, tapi dikasihiin ke
lembaga lain ? 7
pak salim, baru ke kasih ke kita ka
Senang tidak mendapatkan Seneng dong ka, kadang saya dapat tas baru, bantuan?
alat tulis juga..banyak dah ka..
Informan
: Aulia
Tanggal lahir
: Jakarta 03 Desember 2001
Waktu wawancara
: 28 September 2014
Tempat wawancara
: Rumah Belajar Anak
No
Pertanyaan
Jawaban
1
Bagaimana kabar kamu de ?
Baik saya ka
2
Sekarang kamu kelas berapa Saya kelas 2 smp sekarang ka ?
3
Apa
aktivitas
kamu Saya sekolah ka, jenjang SMP..kalau habis
sekarang
?
dan
diluar pulang sekolah saya dorong-dorong lori ka di
sekolah apa aktivitasnya ?
rel kereta. Lumayan hasilnya buat tambahan jajan ka
4
Orang tua sekarang kerja Ibu saya cuman jualan gorengan ka..kalo nya apa ?
5
bapak buruh ka
Orang tua tau kamu tahu Tau qo ka, kadang di omelin juga siih katanya kalau kamu sering nyari duit bahaya, tapi kan saya mau punya uang ka buat dengan dorong-dorong lori ? jajan.. apa tidak dimarahi ?
6
Kamu
aktif
tidak
ikut Kurang aktif ka, hehe tapi saya masuk qo ka
kegiatan rumah belajar anak kalo udah di cariin sama pak salim.. ? 7
Bagaimana menurut kamu Kurang bagus ka, cepet bosannya kadang ka, Rumah Belajar Anak ?
tapi ada serunya juga sih ka, kalo lagi ada pembagian sumbangan..
8
Pelajaran apa saja yang Kita lebih sering belajar agama, bahasa anda
dapat
Belajar ?
di
Rumah inggris, membaca buku-buku ka. Kalo keterampilan itu biasanya dijadwalkan setiap berapa minggu sekali gitu, karena kan gurunya nggak tinggal di sini.
Informan
: Rohim
Tanggal lahir
: Jakarta 03 Desember 2000
Waktu wawancara
: 28 September 2014
Tempat wawancara
: Rumah Belajar Anak
No
Pertanyaan
1
Apa sekarang
Jawaban
aktivitas ?
dan
kamu Saya lagi fokus mau UN ka, habis sekolah diluar kadang
sekolah apa aktivitasnya ?
saya
jadi
pemulung
mungutin-
mungutin botol, tapi sekarang udah saya kurangi ka, karena mau ujian kan ka. Jadi saya lebih sering main di rumah belajar sambil baca-baca buku.
2
Bagaimana menurut kamu Lumyan bagus ka, kalo bisa sih buku-bukunya Rumah Belajar Anak ?
3
diperbarui, biar kita lebih seru membacanya.
Emang seperti apa buku- Ya kadang bukunya udah lama ka, kalo bisa bukunya de ?
buku-buku baru biar enak kalo kita lagi baca ka
4
Buku apa saja yang kamu Saya seneng baca buku tentang otomotif ka, baca ?
5
kalo baca buku tentang sejarah saya bosen ka..
Manfaat apa yang anda Manfaatnya apa yah ka, ya saya asik aja ka dapat dari mengikuti Rumah kalo baca buku tentang otomotif, jadi tau saya Belajar Anak ?
sama otomotif gitu ka..
Informan
: Winda Noviyanti
Tanggal lahir
: Jakarta 07 November 2005
Waktu wawancara
: 28 September 2014
Tempat wawancara
: Rumah Belajar Anak
No
Pertanyaan
Jawaban
1
Apa kabar de ?
Kabar saya baik ka
2
Apa
aktivitas
kamu Saya alhamdulillah masih sekolah ka
sekarang ? 3
Kalau di luar sekolah apa Kalo habis sekolah saya membantu ibu ka, aktivitasnya ?
abis itu saya ke rumah belajar anak main di sana ka
3
Ade
membantu
ibu
rumah seperti apa ?
di Ya saya jagain warung ibu di rumah ka, warung jajanan buat anak-anak di sini aja sih ka
4
Bagaimana menurut kamu Bagus ka untuk tambahan ilmu, disana kita Rumah Belajar Anak ?
juga belajar sambil bermain, kadang nonton tv film-film yang mendidik ka.
5
Apa yang anda dapat dari Saya mendapatkan ilmu pengetahuan agama mengikuti Rumah Belajar tambahan ka, kalo di sekolahan kan cuman Anak ?
seminggu sekali, jadi kurang untuk ilmu nya. Kita lebih sering belajar agama, bahasa inggris, membaca buku-buku ka.
Kalo keterampilan itu biasanya dijadwalkan setiap berapa minggu sekali gitu, karena kan gurunya nggak tinggal di sini.
Lampiran-Lampiran DOKUMENTASI PHOTO-PHOTO SAAT PENULIS MELAKUKAN PENELITIAN
Gambar 1: Peneliti melakukan wawancara dengan Rima Yunita, S.Sos / staff education divisioncomdev directorate.
Gambar. 2: kegiatan Rumah Belajar Anak mendengarkan ceramah tentang Islam
Gambar. 3 : berlangsunya kegiatan belajar computer di Rumah Belaja Anak.
Gambar. 5: proses kegiatan belajar English Class
Gambar. 6: pelatihan relawan Rumah Belajar Anak di Kampung Muka Ancol
Gambar. 7 : santunan anak yatim di Rumah Belajar Anak pada tanggal 23 November 2014
Gambar. 8 : Peneliti memberikan hadiah pada peserta didik Rumah Belajar Anak.
Gambar. 9 : Foto bersama Pak Salim, Pendiri Rumah Belajar Anak
Gambar. 10: Anak-anak didik Rumah Belajar Anak mendapatkan bantuan Tas Baru
Hasil Pelatihan Kegiatan Komputer Rumah Belajar Anak (RBA) mendapatkan Sertifikat komputer.
DATA ANAK DIDIK RUMAH BELAJAR ANAK Data Anak No
Nama
1
Rendi Marchel Agustien
2
Mina Lestari
3
Fauzi Bastian
4
Budi Jaya
5
Bima Saputra
6
Nova Rokhayani
7
Bilal
8
Aulia
9
Winda Noviyanti
10
M. Yunus
11
Afrizal
12
Teddy Syah
TTL Jakarta 27/08/2005 Jakarta 12/05/2005 Jakarta 31/05/2003 Jakarta 24/02/2001 Jakarta 10/09/2005 Banyumas 03/11/2002 Pemalang 11/08/2005 Jakarta 03/12/2001 Jakarta 07/11/2005 Depok 02/10/2004 Jakarta 11/12/2002 Jakarta 03/12/2000
Jenjang sekolah
Aktivitas Anak
Data Orang Tua Nama Orang Tua Pekerjaan Ayah Ibu Ayah Ibu
SD
Pengemis
Benni
Herlinda
Buruh
Pengemis
SD
Pemulung
Mugiyanto
Suyanti
Buruh
IRT
SD
Dorong Lori
Acep Suparta
Ratini
Parkir
IRT
SD
Buruh angkat barang
Janim
Nurhayati
Buruh
Pemulung
SD
Dorong Lori
Suwadi
Tri Handayani
Buruh
IRT
SD
Dorong Lori
Lamanan
Sulastri
Supir
IRT
SD
Dorong Lori
Rutoyo
Rita
Buruh
IRT
SD
Dorong Lori
Wartono
Atun
Supir Bajaj
IRT
SD
Pemulung
Widodo
Santi
Buruh
Buruh cuci gosok
SD
Pengemis
Suherman
Yuliah
Buruh
IRT
SD
Pengemis
Iwan
Ayu
Buruh
IRT
SD
Pemulung
Martin
Juariyah
Buruh
IRT
13
Rohim
Jakarta 03/11/2000
SD
Pemulung
Joni
Ros
Buruh
IRT
Pemulung
Jumaidi
Eni
Buruh
Pemulung
Pengemis
Jumaidi
Eni
Buruh
Pemulung
Aceng
Etin
Buruh
Buruh dan cuci gosok
Anton
Tini
Pemulung
IRT
Udin
Sukinah
Sapu Jalanan
Buruh cuci gosok
Yudi
Hartini
Buruh
IRT
Alm. Yanto
Suhartini
ALM
Pemulung
Edi Alm. Maswi
Alm
Pemulung
Alm
Sofiati
Alm
Pemulung
Alm.Maswi
Sofiati
Alm
Pemulung
Maja
Nunung
Parkir
IRT
15
Muhtadin
Jakarta 15 Tahun
16
Andi Odang
14 Tahun
17
0Sandi
Cianjur 24/09/1997
Tidak Sekolah Tidak Sekolah Tidak Sekolah Tidak sekolah
18
Melani
Jakarta
SD
Pemulung
19
Imran
12 Tahun
20
Pian
8 tahun
21
Apriantino
10 tahun
22
Yuyun
8 tahun
23
Ika
6 tahun
Tidak sekolah Tidak sekolah SD Tidak sekolah Tidak sekolah
24
Jiyan okta
11 tahun
SD
Pengemis dan pemulung Pengemis dan pemulung Pengemis Pengemis dan pemulung Pengemis dan pemulung Pengemis dan ngangkat barang
25
Dimas
7 tahun
SD
Pengemis
Ari
Dewi
Kuli
Buruh cuci gosok
26
M. Akbar Rozali
Jakarta 19/01/2001
SD
Pengemis
Sudibyo
Rita
Hilang ingatan
Pemulung
27
Sukmajaya
8 tahun
SD
Angkat barang bawaan
Usuf
Wiwi
Ojeg sepeda
IRT
14
Resha
9 tahun
Pengemis dan Pemulung Pengamen dan pemulung
28
Fito hermawan
29
Saputra ronaldo
30
Delfi Kia
31
Novita Sari
32
Deni setiawan
33
Dian anggaeni
34
Pitri wulandari
35
Firdaus
36
Fahri saputra
37
Dadan saepudin
38
M. Yahya
39
Akmal Ramdahan
40
Andra Sembiring
41
M. Fajar sidiq
42
Solehudin
43
M. Ridho
Pengemis Depok 18 juli 2002 8 tahun Jakarta 20 november 1998 8 tahun Jakarta 12/08/2000 Lampung 15/03/2001 Jakarta 13 tahun Jakarta n10 tahun Bandung 8 september 1997 Tangerang 5/10/1997 Jakarta 9 tahun Jakarta 19/02/2002 Bandung 25/11//1999 Jakarta 06/03/2002 Jakarta
SD
Pengemis
Harjito
Oktaviani
SD
Pengemis
Benny
Herlinda
SD
Pemulung
Alex
Wati
Knek Truck Penganggura n Calo
SD
Pemulung
Alm
Jumini
Alm
SD
Pemulung
Yadi
Sri
Dagang
SD
Ojeg payung
Jana
Sri
Buruh
SD
Ojeg payung
Mustofa
Yanti
Buruh
SD
Ojeg payung
Fitardi
Rita dewi
Buruh
SD
Pemulung dan ojeg payung
Alm. Wanto
Lilis
Alm
Penjahit
SMP
Ngamen
Alm. Munawir
Asmanah
Alm
IRT
SMP
Mulung dan ngamen
Ta Proji
Supriyati
Sapu Jalanan
IRT
SD
Mulung
Iroh
Alm
Pemulung
SD
Pemulung
Alm. Sumarni
Alm
Alm
SD
Pemulung dan ojeg payung
Alm. Husen Alm. Sandro Alm. Muhidin
Hasmana
Alm
Cuci gosok
SD
Pemulung
Juhaeni
SD
Pemulung dan
Alm. Abdul
Siti Alm Nurprawati Siti masitoh Alm
Jaga toko Pengemis Jaga toko Buruh cuci gosok IRT Buruh cuci gosok Buruh cuci gosok Buruh cuci gosok
Dagang nasi uduk Dagang
44
Dedi firmansyah
45
Teguh suprihatin
46
Tedi
47
Bagus khairul
48
Yasmo
49
Ali murtado
50
Mujahidin
51
Yuda pangestu
52
sahrudin
53
Doni saputra
02/04/1999 Jakarta 22/12/2002 Jakarta 01/01/2002 Bogor 06/05/1996 Jakarta 25/06/1999 Semarang 23/12/1997 Jakarta 7 tahun Pemalang 18/02/2002 Jakarta 18/02/2002 Jakarta 27/10/2000 Jakarta 14/11/1997
SD SD SD SD SD
ojeg payung Pemulung dan ojeg payung Pemulung dan ojeg payung Pemulung dan ojeg payung Pemulung dan ojeg payung Pemulung dan ojeg payung
gorengan Suproyono
Alm. Tuyem
Buruh
Alm
Alm. Buyung
Saroh
Alm
Buruh
Alm. Pendi
Umayaroh
Alm
Buruh
Lilis
Alm
Buruh jahit
Yanti
Alm
Buruh cuci gosok
Mulyati
Alm
Cuci gosok
Alm. Marwanto Alm. Muroni Alm. nasiyin
SD
Ojeg payung
SD
Kebersihan
Sujono
Lina yati
Buruh
IRT
SD
Ojeg payung
Manto
Suciyati
Penjaga Toko
IRT
DO
Jaga PS
Saefudin
Oti
Buruh
IRT
SD
Dorong lori
Sapri
Rasih
Buruh
Cuci gelasan
54
Gunawan
12 tahun
SD
Ojeg payung
Supandi
Usmirah
Buruh
55
Agus budi yani
Jakarta 14/08/2000
SD
Angkat barang bawaan
Yanim
Nurhayati
Buruh
Buruh cuci gosok Buruh cuci gosok