perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
STRATEGI PENINGKATAN WAWASAN KEBANGSAAN MELALUI PEMUTARAN LAGU-LAGU PERJUANGAN DALAM RANGKA MENANAMKAN SIKAP NASIONALISME PADA SISWA SMA NEGERI 1 BOYOLALI
SKRIPSI
Oleh : HERU YUSGIANTO K6408034
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juli 2012 commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini Nama
: Heru Yusgianto
NIM
: K6408034
Jurusan/Progam Studi : PIPS/Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “ STRATEGI PENINGKATAN WAWASAN KEBANGSAAN MELALUI PEMUTARAN LAGU-LAGU PERJUANGAN
DALAM
RANGKA
MENANAMKAN
SIKAP
NASIONALISME PADA SISWA SMA NEGERI 1 BOYOLALI ” ini benarbenar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, 30 Juli 2012
Yang membuat pernyataan
Heru Yusgianto
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
STRATEGI PENINGKATAN WAWASAN KEBANGSAAN MELALUI PEMUTARAN LAGU-LAGU PERJUANGAN DALAM RANGKA MENANAMKAN SIKAP NASIONALISME PADA SISWA SMA NEGERI 1 BOYOLALI
Oleh : HERU YUSGIANTO K6408034
Skripsi Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Progam Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juli 2012 commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN
Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta, Juli 2012
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Sri Haryati, M.Pd
Dr. Winarno, S.Pd, M.Si
NIP. 19520526 198003 2 001
NIP. 19710813 199702 1 001
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan
Hari
:
Tanggal
:
Tim Penguji Skripsi Nama Terang
Tanda Tangan
Ketua
: Dr. Triyanto, S.H, M.Hum
Sekretaris
: Moh. Muchtarom, S.Ag, M.Si
Angoota 1
: Dr. Sri Haryati, M.Pd
Anggota 2
: Dr. Winarno, S.Pd, M.Si
Disahkan oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Dekan,
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd NIP 196007271987021001
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat. (Q.S Al-Mujadalah: 11) Orang yang tidak mencoba, maka dia akan mendapatkan satu pilihan yaitu gagal Tetapi Orang yang berani mencoba, maka dia akan mendapatkan dua pilihan yaitu berhasil atau gagal. (Anonim)
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan untuk: 1. Bapak dan Ibu. Doamu yang tiada terputus, harapan muliamu, kerja keras tiada henti, pengorbanan tak terbatas dan kasih sayang yang tidak terbatas pula. Takkan ada hasil yang lebih indah dariku untuk membalas cinta dan kasih sayang yang telah kalian berikan. 2. Mbah Ranti dan Mbah Ngampo. Terima kasih
telah
menjadi
inspirasi
untuk
berbuat yang terbaik meskipun di waktu sempit. Keikhlasanmu terhadap
orang
tuaku, menyadarkan bahwa hidup akan berarti jika dapat memberi arti orang lain. 3. Dek Zazan Nurmalasari, Pungki Wiji Lestari, Alfriansyah Putra Pamungkas dan dek Dita Nur Hayati . Terima kasih atas doa, cinta, harapan dan dukungannya commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Heru Yusgianto. STRATEGI PENINGKATAN WAWASAN KEBANGSAAN MELALUI PEMUTARAN LAGU-LAGU PERJUANGAN DALAM RANGKA MENANAMKAN SIKAP NASIONALISME PADA SISWA SMA NEGERI 1 BOYOLALI. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2012. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia dalam meningkatkan wawasan kebangsaan pada Siswa SMA Negeri 1 Boyolali dan untuk mengetahui pengaruh pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia terhadap sikap nasionalisme pada Siswa SMA Negeri 1 Boyolali. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan bentuk penelitian deskriptif. Sumber data yang digunakan terdiri atas: informan, laporan observasi serta dokumen. Teknik sampling yang digunakan sampel bertujuan (purposive sampling). Teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dokumentasi. Validitas data dengan menggunakan trianggulasi data atau sumber. Teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif (interactive of analysis), yakni terdiri dari empat komponen utama yaitu pengumpulan data, reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia di SMA Negeri 1 Boyolali dilaksanakan setiap hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis dan Sabtu pada jam ke-0 sampai dengan jam ke-1 atau pukul 06:30 - 07:00 sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai, kecuali pada hari Jum’at, ada test atau acara penting yang lain. Lagu-lagu perjuangan yang ada di SMA Negeri 1 Boyolali yang sering diputar antara lain: Indonesia Raya, Syukur, Satu Nusa Satu Bangsa, Bagimu Negeri, Garuda Pancasila, Halo-Halo Bandung, Maju tak Gentar, dan Berkibarlah Benderaku. Adapun wujud sikap yang menunjukan bahwa siswa SMA Negeri 1 Boyolali telah tertanam karakter semangat kebangsaan antara lain: 1) Mengikuti upacara bendera tiap hari Senin, tiap tanggal 17 per bulannya dan tiap memperingati hari besar nasional; 2) Menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar; 3) Belajar dengan sungguh-sungguh; 4) Berargumentasi atau berpendapat tentang kondisi bangsa Indonesia, baik dari segi ekonomi, birokrasi, politik dan bidang lainnya; 5) Aktif dalam organisasi; 6) Menjadi anggota paskibra dan menjadi petugas upacara bendera; 7) Bangga akan keanekaragaman bangsa Indonesia; 8) Menyanyikan lagu kebangsaan yaitu Indonesia Raya, lagu-lagu perjuangan Indonesia dan lagu-lagu daerah. Simpulan penelitian ini adalah pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia dapat meningkatkan wawasan kebangsaan siswa, sehingga dapat menumbuhkan sikap nasionalisme pada siswa SMA Negeri 1 Boyolali.
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Heru Yusgianto. THE STRATEGY OF IMPROVING NATIONALITY CONCEPT THROUGH PLAYING EPIC SONGS IN THE ATTEMPT OF IMPLANTING NATIONALISM ATTITUDE IN THE STUDENTS OF SMA NEGERI 1 BOYOLALI. Thesis, Teacher Training and Education Faculty of Surakarta Sebelas Maret University, July 2012. The objective of research is to find out the process of playing Indonesian epic songs in improving the nationality concept in the students of SMA Negeri 1 Boyolali and to find out the effect of Indonesian epic song playing on the nationalism attitude of the SMA Negeri 1 Boyolali students. This study employed a qualitative approach with descriptive research form. The data source used consisted of: informant, observation report as well as document. The sampling technique used was purposive sampling. Techniques of collecting data used were observation, interview, documentation. The data validation was done using data or source triangulation. Technique of analyzing data used was an interactive model of analysis consisting of four main components: data collection, data reduction, data display, and conclusion drawing. The result of research showed that the Indonesian epic song playing was done in SMA Negeri 1 Boyolali on Monday, Tuesday, Wednesday, Thursday and Saturday on the 0-hour to 1-hour or at 06.30 – 07.00 before the teaching-learning activity began, except on Friday or when there was a test or another important event. The epic songs frequently played in SMA Negeri 1 Boyolali were: Indonesia Raya, Syukur, Satu Nusa Satu Bangsa, Bagimu Negeri, Garuda Pancasila, HaloHalo Bandung, Maju tak Gentar, dan Berkibarlah Benderaku. The manifestation of attitude indicated that the nationality spirit characters had been implanted within the students of SMA Negeri 1 Boyolali including: 1) Attending flag ceremony every Monday, every 17th day per month and every national holiday celebration; 2) Using good and correct Indonesian;3) Studying sincerely; 4) expressing argument or opinion about the condition of Indonesian nation, from economic, bureaucracy, political and other fields; 5) to be active in organization; 6) Joining the member of paskibra (flag waving team) and flag ceremony team; 7) Be proud of Indonesian diversity; 8) Singing Indonesian anthem, Indonesia Raya, Indonesian epic songs and local songs. The conclusion of research was that Indonesian epic song playing could improve the students’ nationality concept, thereby growing the nationalism attitude within the students of SMA Negeri 1 Boyolali.
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Dengan mengucap puji bagi Allah SWT, yang memberi ilmu, inspirasi dan kemuliaan. Atas kehendaknya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ `STRATEGI PENINGKATAN WAWASAN KEBANGSAAN MELALUI
PEMUTARAN
LAGU-LAGU
PERJUANGAN
DALAM
RANGKA MENANAMKAN SIKAP NASIONALISME PADA SISWA SMA NEGERI 1 BOYOLALI ’’. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana pada
Progam Studi Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan, Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. H. Muhammad Furqon Hidayatullah, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin penyusunan skripsi ini. 2. Drs. Syaiful Bachri, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah menyetujui ijin atas permohonan penyusunan skripsi ini. 3. Dr. Sri Haryati, M.Pd. selaku Ketua Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dan selaku Pembimbing I yang telah memberikan persetujuan, pengarahan, bimbingan dan petunjuk dalam penyusunan skripsi ini. 4. Dr. Winarno, S.Pd, M.Si. selaku Pembimbing II yang tiada henti-hentinya memberikan dorongan, motivasi, bimbingan teknis dan saran dalam penyusunan skripsi ini. 5.
Drs. Agung Wardoyo selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Boyolali yang commit topenulis user untuk mengadakan penelitian. telah memberikan ijin dan kesempatan x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6. Jumadi S.Pd selaku wakil kepala sekolah urusan kesiswaan SMA Negeri 1 Boyolali yang telah memberi bimbingan dan bantuan dalam penelitian. 7. Semua guru SMA Negeri 1 Boyolali yang telah memberikan pengarahan, petunjuk, informasi, dan bimbingan selama penulis melaksanakan penelitian. 8. Semua siswa SMA Negeri 1 Boyolali yang telah menjadi motivasi dalam pembuatan skripsi ini. 9. Teman-teman yang selalu memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, serta 10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari Allah SWT. Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah berusaha mencurahkan segala daya dan kemampuan seoptimal mungkin dengan harapan skripsi ini dapat memenuhi persyaratan sebagai suatu karya ilmiah yang bermanfaat. Namun mengingat keterbatasan pengetahuan, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih ada kekurangan, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini.
Surakarta,
Juli 2012
Penulis,
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................
i
HALAMAN PERNYATAAN........................................................................
ii
HALAMAN PENGAJUAN............................................................................
iii
HALAMAN PERSETUJUAN .......................................................................
iv
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................
v
HALAMAN MOTTO.....................................................................................
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................
vii
HALAMAN ABSTRAK ................................................................................
viii
KATA PENGANTAR ...................................................................................
x
DAFTAR ISI ..................................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................
xv
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
xvi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
xvii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.........................................................
1
B. Perumusan Masalah................................................................
7
C. Tujuan Penelitian....................................................................
7
D. Manfaat Penelitian..................................................................
7
LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka.....................................................................
9
1. Strategi Peningkatan Wawasan Kebangsaan.....................
9
a. Strategi........................................................................
9
b. Wawasan Kebangsaan.................................................
10
2. Sikap Nasionalisme...........................................................
15
a. Sikap............................................................................
15
b. Nasionalisme ..............................................................
16
c. Upaya Meningkatkan Nasionalisme............................ commit to user
22
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Metode Internalisasi Sikap Nasionalisme.........................
23
4. Lagu-lagu Perjuangan Indonesia.......................................
28
5. Hubungan
Lagu-lagu
Perjuangan
dan
Sikap
Nasionalisme dengan Pendidikan Kewarganegaraan
BAB III
BAB IV
(PKn).................................................................................
32
B. Kerangka Berfikir....................................................................
39
METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian.................................................
41
B. Metode Dan Jenis Penelitian...................................................
42
C. Sumber Data............................................................................
43
D. Teknik Sampling.....................................................................
44
E. Pengumpulan Data..................................................................
46
F. Uji Validitas Data...................................................................
48
G. Analisis Data...........................................................................
49
H. Prosedur Penelitian.................................................................
52
HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ...................................................
54
1. Gambaran Umum SMA Negeri 1 Boyolali......................
54
a. Sejarah berdirinya SMA Negeri 1 Boyolali................
54
1) Kepala Sekolah.....................................................
56
2) Perkembangan SMA Negeri 1 Boyolali...............
56
3) Profil SMA Negeri 1 Boyolali..............................
56
4) Denah Gedung SMA Negeri 1 Boyolali...............
58
5) Struktur Organisasi SMA Negeri 1 Boyolali........
58
b. Visi, Misi dan Tujuan SMA Negeri 1 Boyolali..........
59
c. Fungsi dan Tugas Sekolah serta Pengelola Sekolah...
60
B. Deskripsi Hasil Penelitian.......................................................
66
1. Proses Pemutaran Lagu-Lagu Perjuangan Indonesia dalam Meningkatkan Wawasan Kebangsaan Siswa SMA Negeri 1 Boyolali.................................................... commitPemutaran to user Lagu-lagu Perjuangan a. Latar belakang xiii
66
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Indonesia..................................................................... b. Tujuan
Pemutaran
Lagu-lagu
Perjuangan
Indonesia..................................................................... c. Pelaksanaan
Pemutaran
Lagu-lagu
66
69
Perjuangan
Indonesia.....................................................................
71
2. Pengaruh Pemutaran Lagu-lagu Perjuangan Indonesia terhadap Sikap Nasionalisme Siswa SMA Negeri 1 Boyolali............................................................................. a. Pengaruh
Pemutaran
Lagu-lagu
72
Perjuangan
Indonesia.....................................................................
73
b. Wujud Sikap Nasionalisme Siswa SMA Negeri 1 Boyolali.......................................................................
77
C. Temuan Studi..........................................................................
83
1. Proses Pemutaran Lagu-Lagu Perjuangan Indonesia dalam Meningkatkan Wawasan Kebangsaan Siswa SMA Negeri 1 Boyolali....................................................
84
2. Pengaruh Pemutaran Lagu-lagu Perjuangan Indonesia terhadap Sikap Nasionalisme Siswa SMA Negeri 1 Boyolali.............................................................................
85
3. Hubungan Proses Pemutaran Lagu-lagu Perjuangan Indonesia dengan Pendidikan Kewarganegaraan............. BAB V
87
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. KESIMPULAN.......................................................................
91
B. IMPLIKASI............................................................................
92
C. SARAN...................................................................................
94
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................
97
LAMPIRAN....................................................................................................
101
commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar: 1. Skema Hubungan antar Lagu-lagu Perjuangan Indonesia dengan Pendidikan Kewarganegaraan..................................................................
38
2. Skema Kerangka Berpikir........................................................................
40
3. Komponen dalam Analisis Data (Interactive Model)..............................
51
4. Skema Prosedur Penelitian......................................................................
53
5. Struktur Organisasi SMA Negeri 1 Boyolali...........................................
59
commit to user xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penelitian....................................................................
commit to user xvi
41
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Daftar Nama Informan...................................................................
101
Lampiran 2.
Pedoman Wawancara.....................................................................
104
Lampiran 3.
Petikan Hasil Wawancara............................................................... 107
Lampiran 4.
Daftar Koleksi Lagu-lagu Perjuangan Indonesia...........................
Lampiran 5.
Denah Gedung SMA Negeri 1 Boyolali......................................... 138
Lampiran 6.
Daftar Guru SMA Negeri 1 Boyolali.............................................
Lampiran 7.
Foto Kegiatan Siswa....................................................................... 140
Lampiran 8.
Lembar Observasi........................................................................... 143
Lampiran 9.
Triangulasi Data.............................................................................
Lampiran 10.
Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi kepada Dekan FKIP UNS...............................................................................................
Lampiran 11.
Surat
Permohonan
Research/
Try
Out
kepada
148
149
150
Surat Permohonan Surat Pengantar Ijin Penelitian dari Rektor UNS...............................................................................................
Lampiran 14.
145
Rektor
UNS............................................................................................... Lampiran 13.
139
Surat Keputusan Dekan FKIP UNS tentang Ijin Penyusunan Skripsi............................................................................................
Lampiran 12.
135
151
Surat Permohonan Ijin Research Kepada Kepala SMA Negeri 1 Boyolali.......................................................................................... 152
Lampiran 15.
Surat Tidak Keberatan Pelaksanaan Kegiatan Survey/Penelitian dari KESBANGPOLINMAS Kabupaten Boyolali........................ 153
Lampiran 16.
Surat Pemberian Ijin Penelitian dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Boyolali.............................................. 154
Lampiran 17.
Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari SMA Negeri 1 Boyolali....................................................................................... 155
commit to user xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Perkembangan informasi dan era globalisasi yang mulai merebak di Indonesia menjadi perhatian serius bagi generasi muda. Hal ini disebabkan dukungan alat komunikasi yang semakin canggih dan mudahnya akses transportasi yang semakin berkembang, dirasakan membuat jarak antara negara satu dengan negara-negara yang lain hampir tidak ada. sehingga
perubahan
kebudayaan karena mudahnya akulturasi budaya sangat sulit untuk dihindari. Kemudahan akulturasi budaya ini disebabkan oleh perkembangan media massa, baik surat kabar, internet, televisi, radio dan sebagainya yang semakin merubah gaya tiap individu dan pola hidup masyarakat Indonesia. Sehingga apabila hal ini terabaikan maka bukan tidak mungkin jati diri dari bangsa ini akan menghilang. Tim Penyusun Buku Hubungan Sipil Militer (1999: 25) menyatakan bahwa “Kemajuan teknologi informasi, telekomunikasi, transportasi dan berkembangnya turisme telah membuka peluang masuknya nilai-nilai baru ke Indonesia baik yang bermanfaat maupun tidak sesuai dengan budaya Indonesia”. Dahulu rakyat menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan, kejujuran, kepedulian dan keberanian tapi sekarang yang terjadi adalah dekadensi moral (penurunan moral/tatakrama). Dalam masyarakat sekarang muncul suatu pemahaman bahwa nasionalisme tidak diperlukan, yang diperlukan di era keterbukaan ini adalah keberanian untuk menghadapi persaingan dengan siapapun. Sehingga masyarakat lebih cenderung tidak menjunjung nilai kejujuran, kepedulian dan nasionalisme, akibatnya korupsi berkembang luas di negara Indonesia ini. Di jaman penjajahan, sikap nasionalisme memiliki peran penting dari terbentuknya negara Indonesia sampai mempertahankan keutuhan negara Indonesia. Seperti peristiwa sumpah pemuda 28 Oktober 1928, Proklamasi to user Surabaya 10 November 1945, Kemerdekaan 17 Agustus 1945,commit pertempuran 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2 peristiwa Bandung Lautan Api 23 Maret 1946 dan peristiwa penting lainnya. Semua peristiwa tersebut terjadi karena jiwa nasionalisme yang sangat kuat dari rakyat Indonesia yang ingin mendirikan negara Indonesia seutuhnya dari adanya jaman kolonialisme yang menyengsarakan rakyat. Sekarang yang terjadi di Indonesia adalah penurunan kadar nasionalisme. Hal ini dapat di lihat dari banyaknya konflik yang terjadi di masyarakat karena masalah SARA (suku, ras, agama dan antar golongan). Seperti Gerakan Aceh Merdeka (GAM), konflik di Papua, di Maluku, Teror bom dan konflik horisontal lainya. Mereka lebih mementingkan kepentingan pribadi dan golongan mereka sendiri sehingga tidak mengakui bahwa sesungguhnya semua perbedaan yang ada adalah modal untuk bersatu dalam mewujudkan identitas nasional yang kuat. Tomy Su menyatakan bahwa “Kurangnya patriotisme dan nasionalisme di antara rakyat Indonesia termasuk pemimpinnya bukannya meningkat semakin tahun semangat patriotisme tersebut malah semakin menipis” (Susilo, 2006: 123). Hal ini terlihat dari semakin banyaknya kasus korupsi dan kurangnya minat terhadap produk dalam negeri. Ada beberapa jalan untuk meningkatkan kadar dari nasionalisme salah satunya adalah dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia dan lagu-lagu perjuangan Indonesia. Seperti yang diungkapkan M. Hutauruk (1984: XVII) bahwa “Jalan yang ditempuh untuk menanamkan sikap nasionalisme adalah dengan menetapkan dan menyanyikan lagu-lagu kebangsaan”. Sementara itu Taufik Abdullah (2001: 48) menyatakan bahwa “Masa depan nasionalisme hanya bisa dilakukan kalau pemahaman historis telah dilakukan”. Atas dasar itulah maka dapat di simpulkan bahwa terbentuknya negara Indonesia diperoleh; karena adanya perasaan ingin bersatu dan sikap nasionalisme yang kuat. Perasaan ingin bersatu dan sikap nasionalisme tersebut tumbuh dan tertanam salah satunya karena adanya peran lagu-lagu perjuangan Indonesia pada saat itu. Lagu perjuangan merupakan lagu yang diciptakan untuk memberikan motivasi, semangat juang, patriotisme, nasionalisme dan rasa cinta tanah air commit user kepada orang yang menyanyikan dan tomendengarnya. Lagu-lagu perjuangan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3 Indonesia biasanya memiliki lirik yang berkaitan dengan suatu peristiwa penting kenegaraan misalnya lagu Hari Merdeka yang tercipta dari peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, lagu Halo-Halo Bandung yang tercipta karena adanya peristiwa Bandung Lautan Api. Lirik lagu-lagu perjuangan Indonesia juga terdiri dari rangkaian kata yang bermakna cinta tanah air dan bangga terhadap bangsa sendiri misalnya Indonesia Raya, Indonesia Pusaka, Syukur, Berkibarlah Benderaku, Garuda Pancasila, Satu Nusa Satu Bangsa. Selain itu lagu-lagu perjuangan Indonesia juga mengandung pesan rela berkorban, persembahan kepada negara tercinta dan pihak yang berjasa terbentuknya NKRI misalnya lagu Bagimu Negeri, Himne Guru, Kebyar-kebyar, Maju Tak Gentar, Mengheningkan Cipta, Tanah Airku dan masih beberapa lagu-lagu perjuangan yang liriknya mengandung pesan yang dapat menumbuhkan jiwa nasionalisme. Jakob Sumardjo (2003: 207) mengatakan bahwa “Kompas masa depan adalah masa lalu, anda punya sejarah maka anda mempunyai bekal dan modal untuk menempuh masa depan”. Lagu-lagu perjuangan merupakan salah satu bagian dari sejarah terbentuknya negara Indonesia yang dijadikan pemicu semangat kebangsaan dalam memepertahankan keutuhan negara Indonesia. Jadi sudah seharusnya para generasi muda menjadikan lagu-lagu perjuangan Indonesia tersebut sebagai modal dalam mempertahankan dan memajukan negara Indonesia. Di era sekarang yang di penuhi teknologi dan informasi sebagai muatan utamanya adalah hiburan pertelevisian. Sekurang-kurangnya sepuluh stasiun televisi swasta nasional format progamnya sangat mirip jika tidak mau dikatakan sama. Tayangan utamanya meliputi rumor selebritis, berita kriminal dengan format sensasional, dan juga progam-progam hiburan musik apakah itu dangdut, rock, musik pop, country dan juga musik korea yang selalu dapat dinikmati secara bervariasi di hampir semua stasiun televisi. Sebuah penelitian di Kolombia menyatakan bahwa “Setidaknya ada tiga gambaran kekuatan pengaruh media citra (televisi) bagi anak-anak dalam kaitanya dengan nasionalisme”.(Fred Wibowo, 2007:170) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4 Tiga gambaran kekuatan pengaruh media citra (televisi) bagi anak-anak tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. 57% anak memandang Amerika Serikat sebagai negara yang paling penting dan hanya 25% yang menganggap negerinya penting 2. 40% menyesal bahwa mereka dilahirkan di Kolombia dan bukan Amerika Serikat. Hal ini dikarenakan banyak film dan musik Amerika Serikat yang diputar di televisi Kolombia. Sehingga cinta, dan barangkali pengetahuan mereka mengenai tanah airnya sendiri kurang, dibandingkan pengetahuan mereka mengenai Amerika Serikat. 3. 80% dari anak umur 5-6 tahun lebih suka menjadi salah seorang tokoh ditelevisi daripada jadi diri mereka sendiri. Hasil penelitian tersebut, setidaknya dapat dijadikan acuan bahwa dunia pertelevisian mengancam nasionalisme masyarakat di Indonesia. Dalam bidang musik misalnya, Progam-progam hiburan musik membuat budaya lagu mengalami perkembangan yang sangat berarti yang memunculkan budaya lagu populer, sehingga hal ini berdampak pada terkikisnya lagu-lagu perjuangan Indonesia di tengah ramainya industri musik tanah air. Lagu populer adalah jenis lagu yang mudah diterima oleh semua kuping orang yang ada di seluruh dunia. Ada beberapa jenis lagu populer yaitu Pop, Jazz, Rock, Reggae, dance, disco dan sekarang jenis lagu yang paling berkembang di Indonesia adalah Korean Style yang ditandai makin maraknya boyband dan girlband di Indonesia. Lagu-lagu populer berdampak buruk bagi lagu-lagu perjuangan Indonesia dikarenakan semakin mengikisnya pemahaman dan penghafalan lagu-lagu perjuangan Indonesia di kalangan masyarakat. Hal ini dikarenakan lagu populer lebih sering di putar di televisi, radio dan pertunjukan musik lainnya sedangkan lagu perjuangan biasanya hanya dinyanyikan di hari tertentu saja untuk memperingati hari-hari penting kenegaraan. Lagu populer memiliki dampak yang kurang baik pada generasi muda dalam hubungannya dengan nasionalisme. Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa lagu-lagu perjuangan Indonesia memiliki pesan moral dan nilai luhur commit to user lirik yang mengarah pada halsedangkan lagu populer kebanyakan mengandung
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5 hal percintaan, kesedihan, kekecewaan, kritikan kepada pemerintah, keputus asaan, romantisan, kesedihan yang semuanya lebih menekankan kepada kepentingan batin individu. Kita sering melihat di televisi acara hiburan musik pagi penontonnya relatif remaja yang bisa dikatakan mereka masih duduk di bangku sekolah. Para remaja tersebut lebih memilih nonton hiburan musik populer daripada harus mengikuti kegiatan belajar mengajar. Bagaiamana bangsa ini bisa maju apabila generasi muda mentalnya hanya hiburan saja, dan tidak memiliki suatu sikap nasionalisme yang akan membuat generasi muda lebih memilih belajar daripada menonton acara musik lagu populer pagi. Lagu-lagu perjuangan Indonesia merupakan modal bagi para generasi muda untuk mempertahankan dan memajukan negara Indonesia. Tetapi banyak dari rakyat Indonesia, terutama generasi muda yang sekarang tidak hafal bahkan tidak tahu lagu-lagu perjuangan Indonesia. Generasi muda sekarang lebih tertarik dengan lagu populer yang sering diputar di radio, televisi dan internet. Sehingga sangat wajar apabila sekarang bangsa Indonesia krisis nasionalisme, karena lagulagu perjuangan Indonesia yang menjadi akses untuk menanamkan sikap nasionalisme tersebut diletakan di belakang lagu populer jaman sekarang. Melihat kondisi di atas, maka diperlukan suatu gagasan yang dapat mengurangi dampak dari adanya perkembangan dunia hiburan yang dapat menggeser nilai-nilai budaya bangsa Indonesia. Untuk itu diperlukan suatu penanaman sikap dan jati diri bangsa Indonesia agar ketahanan nasional dapat tercapai yang salah satunya dengan penanaman sikap nasionalisme pada generasi muda. Wujud
penanaman
sikap
nasionalisme
salah
satunya
dengan
memaksimalkan peran pendidikan formal. Di lingkungan sekolah dapat diwujudkan dengan mengadakan upacara bendera secara rutin dan upacara memperingati hari-hari besar kenegaraan seperti hari pahlawan dan hari kemerdekaan. Selain itu penanaman nasionalisme di lingkungan sekolah juga dapat dilakukan dengan memutar, mendengarkan dan menyanyikan lagu-lagu perjuangan Indonesia di tengah kegiatan belajar mengajar. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6 Berdasarkan pengamatan observasi ketika melaksanakan Progam Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 1 Boyolali, ditemukan fenomena menarik yaitu adanya pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia pada jam ke-0 sampai jam ke-1 melalui audio sistem sebelum jam pelajaran berlangsung. Menurut Bapak Suranto selaku kepala sekolah RSMABI SMA Negeri I ketika mengadakan rapat kecil dengan mahasiswa PPL yang juga di hadiri koordinator dosen pembimbing PPL yaitu Bapak Mohammad Gamal Rindardjono menyatakan bahwa Pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia di SMA Negeri 1 Boyolali yang di terapkan pada jam ke-0 sampai jam ke-1 bertujuan agar yang siswa dengar pertama kali ketika baru tiba di lingkungan sekolah adalah lagu-lagu perjuangan Indonesia yang diharapkan mampu memberikan motivasi tersendiri pada siswa yang mendengarkan. Selain itu, kegiatan ini diterapkan oleh pihak sekolah dalam rangka mendukung pelaksanaan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa yang salah satu muatanya adalah semangat kebangsaan. Bapak Jumadi selaku wakil kepala sekolah urusan kesiswaan RSMABI SMA Negeri I Boyolali menyatakan bahwa kegiatan tersebut diterapkan oleh pihak sekolah dengan tujuan menumbuhkan sikap patriotisme dan nasionalisme pada siswa. Langkah ini diambil mengingat para siswa sekarang lebih berminat pada trend-trend modern yang berkembang di masyarakat. Salah satunya dapat dilihat dari kegiatan siswa yang menyalahgunakan fasilitas kelas yaitu speaker aktif yang seharusnya hanya digunakan sebagai sarana pendukung kegiatan belajar mengajar tetapi digunakan untuk memutar lagu-lagu mancanegara yang beraliran Pop, Rock dan Disco atau remix ketika jam istirahat. Apabila hal ini terus diabaikan maka akan berpotensi untuk menurunkan minat siswa terhadap budaya dan karakter bangsa sendiri. Melihat kondisi ini, pihak sekolah menerapkan kegiatan pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia karena kalau hanya menunggu kesadaran siswa untuk memutar lagu-lagu perjuangan Indonesia prosentase sangat kecil, terlebih lagi media jarang sekali memutarkan lagu-lagu tersebut baik di televisi maupun di radio. Atas berbagai dasar inilah pihak sekolah menerapkan kegiatan tersebut agar para siswa tidak melupakan salah satu modal commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7 utama dalam mempertahankan dan memajukan bangsa Indonesia yaitu lagu-lagu perjuangan Indonesia yang mampu menumbuhkan sikap nasionalisme. Peneliti juga menemukan fakta menarik ketika melaksanakan Progam Pengalaman Lapangan (PPL) yaitu tidak jarang para siswa ikut bernyanyi ketika mendengar lagu-lagu perjuangan Indonesia, baik yang diputar pada saat jam ke- 0 sampai jam ke- 1 selain pada saat upacara bendera. Selain itu, siswa juga dituntut untuk menyanyikan lagu-lagu perjuangan Indonesia dalam kegiatan memperingati hari ulang tahun SMA Negeri 1 Boyolali. Melihat berbagai fenomena ini peneliti tertarik untuk lebih mendalaminya dengan melakukan penelitian dengan judul “Strategi Peningkatan Wawasan Kebangsaan Melalui Pemutaran Lagu-Lagu Perjuangan dalam Rangka Menanamkan Sikap Nasionalisme pada Siswa SMA Negeri 1 Boyolali”. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut ini: 1. Bagaimana
proses
pemutaran
lagu-lagu
perjuangan
Indonesia
dalam
meningkatkan wawasan kebangsaan pada siswa SMA Negeri 1 Boyolali? 2. Bagaimana pengaruh pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia terhadap sikap nasionalisme pada siswa SMA Negeri 1 Boyolali?
C. Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki suatu tujuan yang ingin dicapai, antara lain : 1. Untuk mengetahui proses pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia dalam meningkatkan wawasan kebangsaan pada siswa SMA Negeri 1 Boyolali. 2. Untuk mengetahui pengaruh pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia terhadap sikap nasionalisme pada siswa SMA Negeri 1 Boyolali.
D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapan dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya baik secara teoritis maupun secara praktis, antara lain. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8 1. Manfaat Teoritis a. Hasil penelitian ini memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan khususnya bidang studi yang sesuai dengan penelitian ini. b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pembanding bagi siapa saja yang ingin mengkaji lebih dalam lagi. 2. Manfaat Praktis a. Bagi guru Diharapkan dapat memberikan masukan agar dapat meningkatkan profesional sebagai guru, sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. b. Bagi siswa Agar dapat meningkatkan kesadaran terhadap pentingnya melestarikan lagulagu perjuangan Indonesia dalam menanamkan jiwa nasionalisme. c. Bagi penulis Digunakan sebagai penelitian untuk mengembangkan pengetahuan tentang penanaman karakter kewarganegaraan (civic dispositions).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
C. Tinjauan Pustaka 1. Strategi Peningkatan Wawasan Kebangsaan a. Strategi Strategi berasal dari bahasa yunani strategos yang diartikan sebagai the art of the general. Pengertian tersebut dimaksudkan sebagai seni kejenderalan atau kepanglimaan yang biasanya digunakan dalam peperangan, sehingga strategi diartikan sebagai ilmu kejenderalan atau ilmu kepanglimaan. Sedangkan dalam dunia kemiliteran strategi berarti cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk mencapai tujuan perang. Strategi berbeda dengan taktik, jika strategi adalah ilmu peperangan maka taktik adalah ilmu pertempuran. Liddle Hart berpendapat bahwa “Strategi
adalah seni untuk
mendistribusikan dan menggunakan sarana-sarana militer untuk mencapai tujuan politik” (Kansil dan Crhistine, 2003: 146). Dalam abad modern sekarang ini, arti strategi telah meluas pengertiannya tidak hanya dalam ruang lingkup kemiliteran. Pengertian strategi tidak hanya konsep kepanglimaan di masa perang, tetapi telah berkembang dan menjadi tanggungjawab seorang pemimpin. Pengertian strategi yang awalnya digunakan dalam bidang militer, sekarang telah berkembang menurut pengertian zaman dan konteks yang mengikutinya. J.R. David menyatakan bahwa “Strategi adalah rencana, metode dan perangkat kegiatan yang direncanakan untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu” (W. Gulo, 2002: 3). Berkaitan dengan itu, New Vebster Dictionary berpendapat bahwa “Strategi adalah cara-cara dalam melaksanakan proyek, melaksanakan suatu cara dalam mencapai suatu tujuan yang sering disebut dengan rencana” (Soemarsono, 2007: 1). commit to user 9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10 Sedangkan menurut Mudiyo (2005: 162) “Strategi pada dasarnya merupakan suatu kerangka rencana dan tindakan yang disusun dan disiapkan dalam suatu rangkaian pertahanan”. Dengan demikian, strategi pada dasarnya dapat diartikan cara-cara yang dilaksanakan
dalam mencapai suatu tujuan tertentu yang telah ditetapkan
sebelumnya dan merupakan suatu seni dan ilmu yang dapat mengembangkan kekuatan yang ada (ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan hankam). b. Wawasan Kebangsaan Wawasan kebangsaan secara etimologis berasal dari kata wawasan dan kebangsaan. Wawasan berasal dari kata wawas (bahasa Jawa) yang berarti pandangan, tinjauan atau penglihatan inderawi. Kemudian muncul kata mawas yang berarti melihat, meninjau atau memandang. Menurut Winarno (2008: 143) “Wawasan artinya pandangan, tinjauan, penglihatan, tanggap inderawi”. Kebangsaan berasal dari kata bangsa atau nation. Kata bangsa sering digunakan mengawali dari terbentuknya suatu negara, misalnya negara Indonesia yang di awali oleh terbentuknya bangsa Indonesia. Bangsa dapat diartikan kesatuan dari orang-orang yang sama, hidup bersama atau bersamaan asal keturunan, bahasa, adat istiadat dan sejarahnya yang di bawah pemerintahan itu sendiri. Ernest Renan mengemukakan bahwa “Bangsa terbentuk karena adanya keinginan untuk hidup bersama (hasrat untuk bersatu) dengan perasaan kestiakawanan yang agung” (Budiyanto, 2004: 4). Berkaitan dengan pengertian kebangsaan, Badri Yatim (1999: 57) menyatakan bahwa “Kebangsaan secara politik diartikan sebagai masyarakat dalam suatu daerah yang sama, dan mereka tunduk kepada kedaulatan negaranya sebagai suatu kekuasaan yang tertinggi ke luar dan ke dalam”. Sejalan dengan pengertian di atas, dinyatakan bahwa “Negara kebangsaan adalah suatu komunitas politik yang dirancang, dibangun dan beroperasi berdasar wawasan kebangsaan” (Moerdiono, 1995: 39). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11 Menurut Soemarno Soedarsono (2008: 21) “Wawasan Kebangsaan adalah cara pandang kita terhadap diri sendiri sebagai bangsa yang harus mencerminkan rasa dan semangat kebangsaan (karakter bangsa) dan mampu mempertahankan jati dirinya sebagai bangsa, yaitu Pancasila”. Dalam proses pembentukan wawasan kebangsaan Moerdiono (1995: 41) menyatakan bahwa: Wawasan kebangsaan tumbuh dan berkembang melalui proses komunikasi antara unsur-unsur bangsa, yang bukan saja akan menimbulkan rasa saling percaya mempercayai, tetapi juga akan memungkinkan dirumuskannya sasaran masa depan yang cara-cara untuk mencapainya. Dengan demikian, proses kristalisasi wawasan kebangsaan yang tumbuh di berbagai kalangan dan golongan serta individu telah berjalan secara alami dan spontan, maka wawasan kebangsaan mampu menjadi penggerak lahirnya suatu negara, yaitu kesatuan. Rasa ingin bersatu itu muncul karena perasaan yang sama antar individu yang merasa sependeritaan, senasib dan sepenanggungan. Menurut Moerdiono (1995:40) “Tanpa adanya terlebih dahulu wawasan kebangsaan adalah mustahil tumbuh suatu negara kebangsaan”. Di Indonesia, konsep wawasan kebangsaan sendiri sangat identik dengan wawasan nusantara. Tim Penyusun Buku Hubungan Sipil militer Lembaga Ketahanan Nasional Departemen Pertahanan Keamanan RI (1999: 7) menyatakan bahwa: “Wawasan nusantara tidak lain adalah wawasan kebangsaan, sekaligus sebagai wawasan nasional yang dimiliki bangsa Indonesia yang telah menegara sejak Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945”. Tim Penyusun Buku Hubungan Sipil militer Lembaga ketahanan nasional departemen pertahanan keamanan RI (1999: 5) menyatakan bahwa: Wawasan nusantara adalah sebagai wawasan nasional Indonesia telah mengungkapkan: pandangan hidup bangsa Indonesia, manifestasi diri terhadap lingkungannya dan eksintesinya sebagai bangsa, serta wawasan bangsa Indonesia sebagai suatu bangsa yang telah menegara dan berdaulat. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12 Sementara itu Adi Sunardiman, dkk (1982: 9) menyatakan bahwa: Wawasan Nusantara adalah pola pikir, pola sikap dan pola tindak untuk mencapai persatuan, kesatuan dan perpaduan dari pada kehidupan nasional dalam pemekaran dan pembangunan bangsa, serta tanggung jawab dalam pemanfaatan lingkungan hidup wilayah nasionalnya dengan tetap memelihara keseimbangan lingkungan tersebut. Perbedaan wawasan nusantara dengan wawasan kebangsaan adalah wawasan nusantara lebih mengacu pada pemahaman dan pemaknaan sedangkan wawasan kebangsaan lebih berciri universal. Wawasan kebangsaan merupakan kondisi penentu suatu negara kebangsaan. Tanpa landasan wawasan kebangsaan yang kuat suatu bangsa akan hilang kepribadiannya dan mudah terintervensi oleh pihak luar. Lebih jelasnya lagi, Winarno (2008: 165) mengemukakan “Wawasan kebangsaan yang dijadikan wawasan nasional merupakan wawasan yang digunakan dalam penyelenggaraan pembangunan nasional untuk mencapai tujuan nasional”. Tujuan nasional dari bangsa Indonesia sesuai Pembukaan Undang-undang Dasar 1945, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi, kemerdekaan dan keadilan sosial. Wawasan kebangsaan tidak hanya mengacu pada perasaan ingin bersatu saja tetapi juga perilaku yang bertanggung jawab dengan lingkungan hidup nasionalnya.
Pemanfaatan
sumber
daya
alam
harus
dikelola
untuk
kesejahteraan rakyatnya dengan tetap mempertahankan dan memelihara keasrian lingkungan tersebut agar dapat dinikmati oleh generasi selanjutnya. Wawasan kebangsaan Indonesia atau wawasan nusantara pada era sekarang dihadapkan berbagai dampak dari globalisasi. Tim Penyusun Buku Hubungan Sipil militer Lembaga ketahanan nasional departemen pertahanan keamanan RI (1999: 24) menyatakan bahwa “Proses globalisasi yang akan terus berlangsung secara intens mengandung ketidakpastian yang tinggi, serta persaingan kepentingan antar bangsa yang makin kuat”. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13 Sehingga untuk menciptakan suatu tatanan masyarakat yang madani dan berwawasan kebangsaan yang memiliki identitas nasional, beradab, bermoral, beretika, mandiri, rasional dan profesional serta berperan aktif untuk berpartisipasi dalam aspek kehidupan nasional, maka wawasan kebangsaan harus mampu mencakupi seluruh lini kehidupan masyarakat yaitu politik, sosial budaya, ekonomi dan pertahanan. Wawasan kebangsaan dalam konteks wawasan nusantara dituangkan dalam peraturan perundang-undangan, yaitu dalam ketetapan MPR mengenai GBHN. Secara berurutan ketentuan tersebut antara lain: Tap MPR No IV 1973, Tap MPR No IV 1978,Tap MPR No II 1983,Tap MPR No II 1988,Tap MPR No II 1993 dan Tap MPR No II 1999. Dalam mencapai tujuan pembangunan nasional hakikat Wawasan Nusantara sebagai cara pandang bangsa Indonesia mencakup : a) Perwujudan Kepulaunan Nusantara sebagai satu Kesatuan Politik, dalam arti: 1) Bahwa Kebulatan Wilayah Nasional dengan segala isi dan kekayaannya merupakan satu Kesatuan Wilayah, wadah ruang hidup dan kesatuan matra seluruh Bangsa, serta menjadi modal dan milik bersama bangsa. 2) Bahwa Bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai suku dan berbicara dalam berbagai bahasa daerah, memeluk dan meyakini berbagai Agama dan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa harus merupakan satu Kesatuan Bangsa yang bulat dalam arti yang seluas-luasnya. 3) Bahwa secara psikologis, Bangsa Indonesia harus merasa satu, senasib sepenanggungan, se-Bangsa dan se-Tanah Air, serta mempunyai satu tekad dalam mencapai cita-cita Bangsa. 4) Bahwa Pancasila adalah satu-satunya Falsafah serta Ideologi Bangsa dan Negara, yang melandasi, membimbing dan mengarahkan Bangsa menuju tujuannya. 5) Bahwa seluruh Kepulauan Nusantara merupakan satu Kesatuan Hukum dalam arti bahwa hanya ada satu Hukum Nasional yang mengabdi commit to user kepada Kepentingan Nasional.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14 b) Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai satu Kesatuan Sosial dan Budaya, dalam arti :. 1) Bahwa masyarakat Indonesia adalah satu, Peri- kehidupan Bangsa harus merupakan kehidupan yang serasi dengan terdapatnya tingkat kemajuan masyarakat yang sama, merata dan seimbang serta adanya keselarasan kehidupan yang sesuai dengan kemajuan Bangsa. 2) Bahwa Budaya Indonesia pada hakekatnya adalah satu; sedangkan corak ragam budaya yang ada menggambarkan kekayaan Budaya Bangsa yang menjadi modal dan landasan pengembangan Budaya Bangsa seluruhnya, yang hasil-hasilnya dapat dinikmati oleh Bangsa. c) Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai satu Kesatuan Ekonomi, dalam arti : 1) Bahwa kekayaan wilayah Nusantara baik potensial maupun efektif adalah modal dan milik bersama Bangsa, dan bahwa keperluan hidup sehari-hari harus tersedia merata di seluruh wilayah Tanah Air 2) Tingkat perkembangan ekonomi harus serasi dan seimbang di seluruh daerah, tanpa meninggalkan ciri-ciri khas yang dimiliki oleh daerahdaerah dalam pengembangan kehidupan ekonominya. d) Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai satu Kesatuan pertahanan dan Keamanan, dalam arti : 1) Bahwa ancaman terhadap satu pulau atau satu daerah pada hakekatnya merupakan ancaman terhadap seluruh Bangsa dan Negara. 2) Bahwa tiap-tiap Warga Negara mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam rangka pembelaan Negara dan Bangsa. Berkaitan dengan ancaman wawasan kebangsaan Indonesia dalam bidang sosial budaya, sekarang ini dihadapkan masalah yang cukup serius dalam konteks kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi dalam hal ini adalah keterbukaan informasi yang begitu maju, mulai dari internet, radio, dan televisi yang membuat corak dari kebudayaan Indonesia di jejali berbagai gaya budaya dari negara lain. Hal ini tentunya akan berpengaruh pada diri masyarakat commit to user budaya asing dari pada budaya Indonesia yang berpotensi lebih mencintai
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15 nasional, dalam hal ini jiwa nasionalismenya menyusut bahkan dalam jangka panjang dapat menghilang, terutama pada remaja atau generasi muda. Sejalan dengan kemajuan teknologi dan komunikasi yang makin sulit dibendung, maka diperlukan pengawasan terhadap para generasi muda guna menjaga hal-hal yang tidak diinginkan oleh semua pihak. Untuk itu perlukan pemahaman wawasan kebangsaan melalui media elektronik seperti televisi, radio dan internet. Dengan demikian paham kebangsaan tidak hanya ditujukan kepada perjuangan untuk persatuan dan kesatuan sehingga melahirkan bangsa saja, melainkan nilai-nilai kebangsaan dapat diimplementasikan dalam ruang lingkup yang lebih sederhana yang bertujuan untuk memajukan bangsa. Dalam masyarakat majemuk seperti Indonesia sudah seharusnya memiliki wawasan kebangsaan yang kokoh dalam konteks moderninasi manjadi kekuatan yang akulturatif yaitu mampu membuka diri terhadap budaya luar, menerima secara selektif, dan mengintregasikan ke dalam kebudayaan nasional untuk memperkuat jati diri bangsa dan identitas nasional. Dari uraian di atas maka dapat dinyatakan bahwa dalam pengertian wawasan kebangsaan berarti memiliki makna wawasan siswa terhadap nilainilai kebangsaan yang mencakup : (1) Persatuan Indonesia yang meliputi; (a) Menempatkan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi; (b) Rela berkorban demi kepentingan negara Indonesia; (c) Cinta tanah air dan bangsa; (d) Bangga sebagai bangsa Indonesia. (2) Kesadaran nasional meliputi; (a) Sifat untuk membangun masa depan secara bersama; (b) Pandangan hidup bangsa. (3) Jati diri bangsa Indonesia meliputi; (a) Memilih dan mengolah unsur-unsur budaya asing;(b) Melestarikan dan menumbuhkan budaya daerah.
2. Sikap Nasionalisme a. Sikap Secord dan Backman menyatakan bahwa “Sikap adalah keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi) dan predisposisi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16 tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya”. (Saifudin Azwar, 1995: 5) Sedangkan menurut Sarlito W.S (2010: 201) “Sikap (atitude) adalah istilah yang mencerminkan rasa senang, tidak senang atau perasaan biasa-biasa saja (netral) dari seseorang terhadap sesuatu” . Terkait dengan itu, Ma’rat (1984: 9) mengemukakan bahwa “Sikap merupakan produk dari sosialisasi di mana seseorang bereaksi sesuai dengan rangsang yang diterimanya”. Dari uraian di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa sikap adalah perasaan dan keyakinan yang melekat pada suatu objek mempunyai kecenderungan untuk bertindak terhadap objek tertentu dengan cara tertentu pula yang disertai dengan pengamatan, emosi, motivasi dan karakterisasi pada suatu objek tertentu. Berkaitan dengan komponen sikap, Moris C. G dan Albert A. Maiso (2003: 504) menyatakan bahwa: An attitudes has three major components : evaluative beliefs about object, feelings about the object, and behavior tendencies toward the object. beliefs include facts, opinions, and our general knowledge,. feeling encompass love, hate, like dislike and similar sentiment. behavior tendencies refer to our inclinations to act in certain ways towards the object to approach it, avoid it, and so on. Pendapat tersebut menjelaskan
bahwa sebuah sikap memiliki tiga
komponen utama yaitu: keyakinan evaluatif tentang objek, perasaan tentang objek, dan kecenderungan perilaku terhadap obyek. keyakinan termasuk fakta, opini, dan pengetahuan umum kita, perasaan mencakup cinta, benci, seperti tidak suka dan sentimen serupa. kecenderungan perilaku merujuk pada kecenderungan kita untuk bertindak dengan cara tertentu terhadap obyek yang mendekatinya, menghindarinya, dan sebagainya. Sementara itu, Menurut Inge Hutagalung (2007: 53) “Sikap mengandung tiga bagian, yaitu kognitif (keyakinan, kesadaran), afektif (perasaan), konatif (perilaku)”. Hal tersebut dapat diuraikan sebagai commitberikut to user:
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17 1) Komponen Kognitif Komponen kognitif adalah komponen yang berisikan apa yang diyakini dan apa yang yang dipikirkan seseorang mengenai objek sikap tertentu antara lain fakta, pengetahuan dan keyakinan orang. Ma’rat (1984:13) menyatakan bahwa “Komponen kognisi berhubungan dengan beliefs, ide dan konsep”. Misalnya: jumlah kepala nuklir pada setiap rudal dengan beberapa keyakinan tentang beberapa negara yang memilikinya, daya hancurnya, jarak meluncurnya dan lainnya. 2) Komponen Afektif Komponen afektif terdiri dari seluruh perasaan atau emosi seseorang terhadap objek, terutama penilaian. Tumbuhnya rasa senang atau tidak senang ditentukan oleh “keyakinan” seseorang terhadap objek sikap. Menurut Ma’rat (1984: 13) “Komponen afeksi menyangkut kehidupan emosional seseorang”. Misalnya: kekhawatiran atau ketakutan akan terjadinya penghancuran oleh nuklir pasa kehidupan manusia. 3) Komponen Konasi Komponen konasi merupakan kesiapan seseorang untuk bereaksi atau kecenderungan untuk bertindak terhadap objek. Menurut Ma’rat (1984: 13) “Komponen konasi merupakan kecenderungan bertingkah laku”. Misalnya: kecenderungan mahasiswa untuk bertindak terhadap senjata nuklir dengan menandatangani petisi dan mengadakan demonstrasi untuk menentang penyebaran rudal berkepala nuklir, menentang orang yang mendukung penggunaan nuklir, dan lainnya. Ketiga komponen sikap ini saling terkait erat. Dengan mengetahui kognisi dan perasaan seseoarang terhadap objek tertentu, maka akan dapat diketahui pula bagaimana kecenderungan perilakunya. b. Nasionalisme commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18 Nasionalisme berasal dari bahasa Inggris yaitu nation, national, nationalis yang dalam Bahasa Indonesia menerjemahkan kata nasionalisme berarti rasa kebangsaan. Heriyanto dan Jumanta Hamdayana (2010: 39) menyatakan bahwa “Paham nasionalisme atau paham kebangsaan adalah sebuah situasi kejiwaan di mana kesetiaan seseorang secara total diabdikan langsung kepada negara bangsa atas nama sebuah bangsa”. Sedangkan menurut Sartono Kartodirjo “Nasionalisme pada dasarnya merupakan prinsip-prinsip untuk mewujudkan dan mempertahankan persatuan, kebebasan, kesamaan, individualitas dan prestasi sebagai bangsa” (Sutarjo Adisusilo 1996: 1). Demikian pula dengan Taufik Abdullah (2001: 47) menyatakan bahwa “Nasionalisme adalah sebuah cita-cita yang ingin memberi batas antara kita sebangsa dengan mereka dari bangsa lain, antar negara kita dan negara mereka”. L. Stodard menyatakan bahwa “Nasionalisme adalah suatu keadaan jiwa dan suatu kepercayaan, dianut oleh sejumlah besar manusia perseorangan sehingga mereka membentuk suatu kebangsaan” (Badri Yatim, 1999:59). Berkaitan dengan definisi nasionalisme dinyatakan bahwa: Dalam situasi perjuangan merebut kemerdekaan, dibutuhkan suatu konsep sebagai dasar pembenaran rasional dari tuntutan terhadap penentuan nasib sendiri yang dapat mengikat keikutsertaan semua orang atas nama bangsa, dasar pembenaran tersebut selanjutnya mengkristal dalam konsep paham ideologi kebangsaan yang disebut dengan nasionalisme. (Tim ICCE UIN Jakarta, 2002: 24) Berdasarkan berbagai pendapat di atas maka dapat disimpulkan nasionalisme merupakan suatu keadaan jiwa dan suatu kepercayaan seseorang terhadap negara dan bangsanya sehingga menimbulkan suatu kesetiaan secara total yang diwujudkan dengan suatu pengabdian yang berguna bagi negara dan bangsanya. Berkaitan dengan terbentuknya nasionalisme Kohl, Philip L. dan Clare Fawcett (1995: 10) menyatakan bahwa : “There are connection between commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19 archaeology, nationalism, and then contruction of national identities has continued unabated in the twentieth century”. Menurut pendapat tersebut dijelaskan bahwa terdapat hubungan erat antara arkeologi atau sejarah dengan nasionalisme, dan kemudian membangun suatu identitas nasional yang hal tersebut terus berlanjut pada abad kedua puluh. Sementara itu Hans Kohn mengatakan bahwa “Dalam konteks sejarah bangsa bukan bangsa yang melahirkan nasionalisme tetapi sebaliknya”(Taufik Abdullah, 2001: 51). Hal ini dipertegas oleh Hobsbawn (1992: 9) menyatakan bahwa “Nasionalisme hadir sebelum bangsa, bangsa tidak menciptakan negara dan nasionalisme tetapi justru sebaliknya”. Demikian
pula
Sultan
Hamengku
Buwono
X
(2007:
85)
mengemukakan bahwa “Nasionalisme selalu melibatkan dimensi emosi atau rasa seperasaan, sepenanggungan, seperantauan dan senasib serta memuat faktor historis yang cenderung membangun untuk menumbuhkan perasaan bersatu dalam sebuah konsep kebangsaan tertentu”. Dengan demikian konsep nasionalisme tidak lepas dari faktor historis yang menimbulkan perasaan-perasaan yang sama untuk bersatu. Soekarno menyatakan bahwa “Nasionalisme adalah rasa ingin bersatu, persatuan perangai dan nasib serta persatuan antara orang dan tempat” (Badri Yatim, 1999: 60). Soekarno membagi nasionalisme menjadi 2 yaitu nasionalisme barat dan nasionalisme timur. 1) Nasionalisme Barat Nasionalisme barat memiliki ciri-ciri sebagai berikut : a)
Nasionalisme barat mengandung prinsip demokrasi yang berawal dari revolusi perancis. Tetapi demokrasi yang dijalankan hanyalah demokrasi politik bukan ekonomi.
b) Perkembangan nasionalisme yang dijiwai oleh kapitalisme telah melahirkan imperialisme, suatu stelsel yang mencelakakan manusia. c)
Lahirnya nasionalisme yang di dasarkan atas asas kekuatan dan self interest memunculkan nasionalisme sempit atau rasa cinta tanah air commit to userdan berakibat lebih lanjut pada yang mengejapkan mata, ekstrem
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20 munculnya konflik, permusuhan dan pertikaian antara nasionalismenasionalisme. d) Fasisme yang lahir di barat, yang biasa disebut dengan nasionalisme sosiolisme sebagai salah satu bentuk jawaban terhadap perkembangan nasionalisme barat yang dijiwai oleh kapitalisme dan demokrasi parlementer. Dengan gambaran nasionalisme barat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa nasionalisme barat mengandung individualisme, liberalisme dan melahirkan kapitalisme dan imperialisme. 2) Nasionalisme timur Nasionalisme timur memiliki ciri-ciri sebagai berikut : a)
Nasionalisme yang menerima rasa hidupnya sebagai wahyu, dan menjalankan rasa hidupnya itu sebagai bakti.
b) Nasionalisme yang didalam kebenarannya dan kekuasaannya memberi tempat cinta pada lain-lain bangsa sebagai lebar dan luasnya udara, yang memberi tempat segenap sesuatu yang perlu untuk hidupnya segala hal yang hidup. c)
Nasionalisme yang membuat kita menjadi “perkakas tuhan” dan membuat kita hidup dalam roh dengan nasionalisme.
d) Nasionalisme yang sama dengan “rasa kemanusiaan”. Dengan demikian dapat disimpulkan nasionalisme timur adalah nasionalisme yang berasaskan pada kebaktian, cinta terhadap bangsa, nilai ketuhanan dan rasa kemanusiaan yang semuanya menjadi satu. Sebagai bagian dari dunia timur, Indonesia menganut paham nasionalisme timur dan menolak prinsip-prinsip yang terkandung didalam nasionalisme barat. Berdasarkan pengertian di atas maka nasionalisme bangsa Indonesia dapat dikategorikan ke dalam Nasionalisme timur, yaitu nasionalisme yang berasaskan pada kebaktian, cinta terhadap bangsa, nilai ketuhanan dan rasa kemanusiaan yang semuanya menjadi satu sebagaimana yang tertuang dalam nilai-nilai Pancasila. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21 Nasionalisme Indonesia juga seperti nasionalisme Norwegia yaitu nasionalisme yang diciptakan (invented). Norwegia memisahkan diri dari kerajaan Denmark didahului dengan penciptaan budaya dan bahasa Norwegia yang berbeda dengan Denmark dan merdeka pada tahun 1905. Hal ini digunakan untuk mempertegas identitas mereka melawan penggunaan bahasa Denmark di kota Norwegia. Demikian pula dengan Indonesia, Menurut Sultan Hamengku Buwono X (2007: 85) “Para pendiri bangsa Indonesia (founding fathers), melalui Budi Utomo dan kemudian Sumpah Pemuda, telah menciptakan nasionalisme Indonesia yang lintas etnis, dengan simbol bendera merah putih dan Bahasa Indonesia”. Sehingga sekarang ini, nasionalisme rakyat Indonesia sebenarnya dapat di bentuk dan dikembangkan lewat penanaman jati diri bangsa Indonesia yaitu Pancasila. Penanaman jati diri bisa menggunakan lagu, komik, artikel, tayangan televisi, film dan media masa lainnya. Ada delapan unsur penting nasionalisme yaitu: a. Kesetiaan multak, kesetiaan tertinggi individu itu adalah masa depan bangsa b. Kesadaran akan suatu panggilan c. Keyakinan akan suatu tugas dan tujuan yang harus dikejar d. Harapan akan suatu tugas dan tujuan yang harus dikejar e. Hak hidup, hak merdeka dan hak atas harta benda yang berhasil dikumpulkan dengan jalan yang halal f. Kepribadian kolektif yang mengandung perasaan mesra sekeluarga, nasib serta tanggung jawab yang sama, persaudaraan dan kesetiaan diantara manusia itu g. Jiwa rakyat (Volksgeiist) yang dapat diselami dalam tradisi, bahasa, cerita dan nyanyian rakyat h. Toleransi yang sebesar-besarnya terhadap satu sama lain. (M.Hutauruk, 1984: XVIII) Di era reformasi dan otonomi sekarang ini makna nasionalisme justru terasa kabur untuk tidak mengatakan sama sekali tidak mengerti. Menurut Sultan Hamengku Buwono X (2007: 89) “Ada beberapa hal yang dapat dijadikan musuh bersama bangsa ini dan masih sangat garang mencengkeram kita yaitu KKN, kebodohan dan kemiskinan”. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22 Berdasarkan penjelasan tersebut, sudah seharusnya kita jadikan kondisi ini untuk membentuk perasaan yang senasib yaitu nasib yang menderita. Sehingga kita dapat menanamkan sikap nasionalisme untuk memerangi musuhmusuh tersebut dari bangsa ini karena adanya dorongan untuk keluar dari situasi yang buruk ini. c. Upaya Meningkatkan Nasionalisme Dalam upaya membentuk atau menanamkan nasionalisme, M. Hutauruk (1984: XVII-XIX) menyatakan bahwa “Ada tujuh hal yang perlu ditempuh agar nasionalisme semakin kuat”. Jalan yang ditempuh dalam membentuk nasionalisme tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Makna dan arti nasionalisme dipublikasikan seluas-luasnya 2) Menghafalkan dan menyanyikan lagu kebangsaan 3) Menentukan warna bendera nasional 4) Organisasi pemuda 5) Organisasi olahraga 6) Mendirikan partai politik 7) Proses demokrasi, pemberontakan, mengucilkan, perubahan besarbesaran. Berdasarkan
uraian
di
atas
dapat
diambil
kesimpulan
sikap
nasionalisme adalah keyakinan, kesetiaan untuk berbakti pada bangsa dan Negara serta senantiasa berusaha untuk memajukan bangsa yang berlandaskan jatidiri dan identitas nasional yang kuat agar keutuhan negara tetap terjaga. Untuk melihat perkembangan nasionalisme pada generasi muda di Indonesia, Said Hamid Hasan dkk (2010: 34-40) mengemukakan bahwa “Terdapat sembilan Indikator
di jenjang sekolah dalam keterkaitan nilai
semangat kebangsaan atau nasionalisme”. Indikator-indikator tersebut antara lain: 1) Menghadiri upacara peringatan hari pahlawan dan proklamasi kemerdekaan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23 2) Menggunakan bahasa Indonesia yang baik ketika berbicara dengan teman sekelas yang berbeda suku 3) Menghafalkan dan suka menyanyikan lagu Indonesia raya, lagu-lagu wajib dan lagu-lagu perjuangan 4) Merasa bangga terhadap keragaman bahasa di Indonesia 5) Berpartisipasi dalam peringatan hari pahlawan dan proklamasi kemerdekaan 6) Mencintai keragaman upacara adat di nusantara 7) Beragumentasi dan bersikap apabila bangsa Indonesia memperoleh ancaman dari bangsa lain 8) Memberikan penjelasan terhadap sikap dan tindakan yang akan dilakukan terhadap perokonomian negara Indonesia 9) Beragumentasi dan bersikap apabila terjadi pertentangan antara bangsa Indonesia dengan bangsa lain.
3. Metode Internalisasi Sikap Nasionalisme Metode
diartikan
sebagai
cara
yang
digunakan
untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pengajaran. Sedangkan internaslisasi merupakan penanaman nilai. Sehingga metode internalisasi merupakan suatu bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk menanamkan nilai positif kepada seseorang. Dalam kaitannya dengan metode internalisasi, menurut Ahmad Tafsir (2010: 229-233) “Terdapat beberapa macam metode internalisasi yairu peneladanan, pembiasaan dan teknik-teknik lain”. Hal tersebut dapat dijelaskan sebgai berikut : a. Peneladanan Peneladanan merupakan hal utama yang dilakukan dalam pendidikan karakter. Untuk mendukung keterlaksanaan pendidikan karakter, satuan pendidikan formal dan nonformal harus dikondisikan sebagai commit tersebut. to user satuan pendidikan formal dan pendukung utama kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24 nonformal harus menunjukkan keteladanan yang mencerminkan nilainilai karakter yang ingin dikembangkan. Misalnya toilet yang selalu bersih, bak sampah ada di berbagai tempat dan selalu dibersihkan, satuan pendidikan formal dan nonformal terlihat rapi, dan alat belajar ditempatkan teratur. Peneledanan sangat efektif untuk internalisasi dikarenakan siswa secara psikologis senang meniru, kedua karena sanksi-sanksi sosial, yaitu seseorang akan merasa bersalah bila ia tidak meniru orang-orang di sekitarnya. b. Pembiasaan Pembiasaan merupakan kegiatan yang dilakukan peserta didik secara terus menerus dan merupakan aktivitas yang secara sadar dari sendiri karena sudah terbiasa mengerjakan meskipun pada awalnya ada dorongan intervensi sanksi atau hukuman. Contoh kegiatan ini adalah upacara pada hari besar kenegaraan, pemeriksaan kebersihan badan (kuku, telinga, rambut, dan lain-lain) setiap hari Senin, beribadah bersama atau shalat bersama setiap dhuhur (bagi yang beragama Islam), berdoa waktu mulai dan selesai pelajaran, mengucap salam bila bertemu guru, tenaga kependidikan, atau teman. c. Teknik-teknik lain Masih banyak metode internalisasi lainnya, bahkan akan berkembang secara tidak terbatas oleh guru-guru yang kreatif. Sementara itu Munjin (2008: 7-8) menyatakan bahwa “Terdapat lima metode internalisasi yaitu metode demokrasi, pencarian bersama, metode keteladanan, metode live in, metode penjernihan nilai”. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagi berikut : a. Metode Demokrasi Metode ini menekankan pencarian secara bebas dan penghayatan nilanilai hidup dengan langsung melibatkan anak untuk menemukan nilai tersebut dengan melibatkan pendampingan dari pihak guru. Anak commitmemberikan to user diberi kesempatan untuk tangapan, pendapat, dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25 penilaian terhadap nilai yang ditemukan. Tahap demi tahap anak diarahkan untuk menata jalan pikiran, cara berbicara, dan sikap hidupnya. Metode ini digunakan untuk menanamkan nilai-nilai keterbukaan, kejujuran, penghargaan pada pendapat orang lain, sportivitas, kerendahan hati, dan toleransi. b. Metode Pencarian Bersama Metode ini menekankan pencarian nilai bersama-sama antaranak didik dan guru dengan cara mendiskuisikan soal-soal
yang aktual di
masyarakat. Dengan metode ini diharapkan bisa menumbuhkan cara berpikir logis, analistis, sistematis, dan argumentatif untuk dapat mengambil nilai hidup yang diolah bersama. Melalui metode ini pula anak diajak untuk mencari dan menemukan tema yang sedang berkembang dan menjadi perhatian bersama. Dengan menemukan permasalahan, mengkritisi, dan mengolahnya, anak diharapkan dapat mengambil nilai yang baik, dan kemudian dapat menerapkan ke dalam kehidupan sehari-hari. Anak juga diajak untuk kritis analitis mengolah sebab-akibat dari permasalahan yang muncul tersebut, dan tidak boleh terburu-buru mengambil kesimpulan. Di samping itu, anak juga diajak untuk melihat realita sehingga segalanya tidak harus dihukumi hitamputih. c. Metode Keteladanan Segala sesuatu yang dilakukan oleh guru dengan orangtua akan ditiru oleh anak-anak. Apa yang dikatakan oleh orangtua akan terekam dan kemudian dimunculkan kembali oleh anak. Proses pembentukan pekerti anak dimulai dengan melihat orang yang diteladani. Oleh karenanya, guru yang dalam bahasa Jawa bermakna digugu lan ditiru harus bertutur kata dan berperilaku yang terpuji sebab ia menjadi tokoh idola bagi anak didiknya. Keselarasan antara kata dan perbuatan guru sangat berarti bagi seorang anak. Untuk itu, guru dituntut ketulusan, keteguhan, dan konsisten dalam hidup. commit to user d. Metode Live in
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26 Metode ini digunakan untuk memberikan pengalaman hidup kepada anak bersama orang lain langsung dalam situasi yang berbeda sama sekali dalam kehidupan sehari-harinya. Dengan pengalaman langsung ini anak dapat mengenal lingkungan hidup yang berbeda dalam cara berpikir, tantangan, dan permasalahan tentang nilai-nilai hidupnya. Sebagai contoh, anak diajak mengunjungi panti asuhan anak-anak cacat. Anak diajak terlibat mengerjakan tugas sederhana dan tidak membahayakan kedua belah pihak. Dengan cara ini, anak dibimbing untuk mensyukuri hidupnya yang jauh lebih baik dan sempurna, baik secara fisik, kemampuan mapun ekonomi, sekaligus juga dibimbing untuk merefleksikan pengalaman itu baik secara rasional, intelektual, maupun dari segi batin dan ruhaninya. e. Metode Penjernihan Nilai Latar belakang sosial, ekonomi, dan politik dapat mempengaruhi terhadap persepsi dan pemahaman terhadap nilai-nilai hidup. Perbedaan ini terkadang dapat membingungkan anak, dan bila perbedaan itu tidak terungkap serta tidak mendapat pendampingan maka anak akan mengalami pembelokan nilai. Oleh karena itu, diperlukan proses penjernihan nilai dengan dialog efektif dalam bentuk sharing maupun diskusi yang mendalam dan intensif. Anak diajak untuk secara kritis melihat nilai-nilai hidup yang ada dalam masyarakat dan bersikap baik terhadap situasi tersebut. Penjernihan nilai ini pada tahap anak sangat penting sebab apa bila bias tentang tata nilai sikap hidup ini dibiarkan dan kemudian dicontoh oleh anak maka yang terjadi adalah kekacauan pandangan dalam hidupnya. Sementara itu, Muhammad Nuh (2010: 26-27) menyatakaan bahwa “Terdapat dua metode internalisasi atau pembudayaan dan pemberdayaan karakter siswa yaitu habituasi dan intervensi”. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagi berikut: a. Habituasi atau pembiasaan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27 Dalam kegiatan kokurikuler (kegiatan belajar di luar kelas yang terkait langsung pada materi suatu materi pembelajaran) atau kegiatan ekstra kurikuler (kegiatan satuan pendidikan formal dan nonformal yang bersifat umum dan tidak terkait langsung pada suatu materi pembelajaran, seperti kegiatan Dokter Kecil, Palang Merah Remaja, Pecinta
Alam,
liga
pendidikan
Indonesia,
dan
kegiatan
kompetisi/festival, lokakarya, dan seni) perlu dikembangkan proses pembiasaan dan penguatan dalam rangka pengembangan karakter. b. Intervensi Dalam
lingkungan
satuan
pendidikan
formal
dan
nonformal
dikondisikan agar lingkungan fisik dan sosiokultural satuan pendidikan formal dan nonformal memungkinkan para peserta didik bersama dengan warga satuan pendidikan formal dan nonformal lainnya terbiasa membangun kegiatan keseharian yang mencerminkan perwujudan karakter yang dituju. Dengan demikian terdapat berbagai metode internalisasi nilai yang dapat dilaksanakan dalam membentuk karakter siswa. Metode internalisasi itu sendiri memiliki karakteristik sendiri-sendiri, sehingga dalam pelaksanaannya diperlukan suatu pertimbangan apakah metode tersebut sesuai dengan nilai yang akan diinternalisasikan kepada siswa secara efektif. Berdasarkan berbagai metode internalisasi di atas maka proses internalisasi nilai wawasan kebangsaan agar menumbuhkan sikap nasionalisme akan lebih efektif apabila menggunakan tiga metode, yaitu metode pembiasaan, intervensi dan keteladanan. Metode pembiasaan, siswa dibiasakan melakukan kegiatan yang mencerminkan sikap nasioanlisme seperti mendengarkan lagu-lagu perjuangan Indonesia, melaksanakan upacara bendera, mengikuti kegiatan peringatan hari besar nasional dan kegiatan lainnya yang dapat menanamkan karakter semangat kebangsaan pada siswa. Tentu saja metode pembiasaan ini perlu commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28 didukung oleh metode internalisasi lainnya yaitu metode internalisasi intervensi dan keteladanan. Dalam kaitannya metode intervensi, pihak sekolah dituntut untuk kreatif dalam mempengaruhi dan memotivasi siswa untuk bertindak sesuai dengan karaketr yang akan dituju. Hal ini dapat dilakukan dengan pengadaan suatu progam atau kegiatan yang mewajibkan siswa untuk mengikutinya. Akan tetapi progam tersebut hanya digunakn untuk mengawali proses pembiasaan dari siswa saja, dan tidak bersifat tetap. Misalnya: siswa yang tidak mengikuti upacara dapat hukuman, hal ini memang perlu dilakukan tapi tidak harus dilakukan terus menerus. Kegiatan ini hanya dilakukan untuk mengawali proses pembiasaan kepada siswa saja. Internalisasi nilai pada siswa akan lebih kuat apabila didukung dengan adanya keteladanan. Segala sesuatu yang dilakukan oleh guru dan orangtua akan ditiru oleh anak-anak. Apa yang dikatakan oleh orangtua akan terekam dan kemudian dimunculkan kembali oleh anak. Proses pembentukan pekerti anak dimulai dengan melihat orang yang diteladani. Maka dari itulah metode keteladanan merupakan metode yang paling efektif dalam internalisasi nilai karena merupakan metode yang paling utama dalam proses penanaman karakter yang akan dituju. 4. Lagu-lagu Perjuangan Indonesia Lagu sudah digunakan sebagai alat persatuan sejak jaman pendudukan kolonialisme. Lagu-lagu bertemakan nasionalisme dan patriotisme dipakai sebagai pemompa semangat untuk mengusir para penjajah dari bumi Indonesia. Pada kongres pemuda II tanggal 28 Oktober 1928 bukan hanya dicanangkan sebuah pernyataan nasional yang dikenal dengan Sumpah Pemuda, namun dikumandangkan pula lagu “Indonesia Raya” lewat gesekan biola sang penciptanya, Wage Rudolf Soepratman. Lagu yang kemudian menjadi lagu kebangsaan Indonesia saat ini menjadi salah satu pembakar semangat nasionalisme para pemuda dan seluruh rakyat Indonesia untuk bebas dari derita commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29 penjajahan. Walaupun sempat dilarang karena tercium oleh Belanda, namun lagu tersebut terus hidup di hati para pejuang kemerdekaan bangsa. Hingga pada tanggal 17 Agustus 1945, pada saat proklamasi kemerdekaan Indonesia dikumandangkan, lagu yang berjudul Hari Merdeka (17 Agustus Tahun 1945) turut mengiringi Sang Saka Merah Putih mencapai puncak tiangnya. Lagu yang diciptakan oleh H. Mutahar ini, diciptakan khusus untuk memperingati hari paling besar bagi bangsa Indonesia. Lagu tersebut semakin menambah rasa cinta tanah air rakyat Indonesia pada saat itu. Dalam Undang-undang Dasar 1945 pasal 36B dinyatakan bahwa “Lagu Kebangsaan ialah Indonesia Raya”. Hal ini ditegaskan lagi dalam Undangundang no 24 tahun 2009 tentang bendera, bahasa dan lambamg negara serta lagu kebangsaan pada pasal 58 ayat 1 yang menyatakan bahwa “Lagu Kebangsaan adalah Indonesia Raya yang digubah oleh Wage Rudolf Supratman”. Namun demikian juga terdapat lagu-lagu yang mengandung nilai semangat kebangsaan lainnya selain lagu kebangsaan Indonesia Raya. Berkaitan dengan hal itu, DS. Soewito (2007: 9-87) menyatakan bahwa “Terdapat 55 lagu-lagu wajib dan perjuangan yang dimiliki bangsa Indonesia yang mengandung nilai semangat kebangsaan yang dapat dipelajari oleh anak didik, guru dan seluruh rakyat Indonesia”. Lagu-lagu tersebut antara lain : 1) Indonesia Raya 2) Indonesia Tetap Merdeka 3) Indonesia Tumpah Darahku 4) Indonesia Pusaka 5) Indonesia Bersatulah 6) Indonesia Kumara 7) Merdeka 8) Indonesia Subur 9) Ibu Kita Kartini 10) Bagimu Negeri commit to user 11) Berkibarlah Benderaku
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30 12) Bhineka Tunggal Ika 13) Bangun Pemuda Pemudi 14) Bendera Kita 15) Bersatu Padu 16) Bambu Runcing 17) Bersatulah 18) Pahlawan Mulia 19) Pahlawan Muda 20) Pahlawan Perkasa 21) Para Pahlawan 22) Pemuda Pancasila 23) Pelajar Membangun 24) Syukur 25) Satu Nusa Satu Bangsa 26) Sumpah Setia 27) Sumpah Kita 28) Selamat Datang Pahlawan Muda 29) Suburlah Tanah Airku 30) Hallo-hallo Bandung 31) Hymne Pon 32) Hymne Kemerdekaan 33) Hymne Guru (Pahlawan tanpa tanda jasa) 34) Hymne Pancasila 35) Hari Merdeka 36) Merah Putih 37) Maju tak Gentar 38) Mengheningkan Cipta 39) Mari Membangun 40) Tanah Air 41) Tanah AAirku commit 42) Teguh Kukuh Berlapis Baja to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31 43) Garuda Pancasila 44) Gugur Bunga 45) Di Timur Matahari 46) Dari Sabang sampai Merauke 47) Dwi Warna 48) Repelita 49) Rayuan Pulau Kelapa 50) Andika Bhayangkari 51) Bangun Nusa Bangsa 52) Untukmu Indonesia 53) Pelajar membangun 54) Mars Angkatan Muda 55) Keluarga Berencana Lagu-lagu di atas merupakan lagu-lagu perjuangan yang dapat dijadikan modal para generasi bangsa dalam membentuk sikap nasionalisme. Akan tetapi dengan lagu yang jumlahnya 55, kemumgkinan untuk menghafalkan semuanya prosentasenya kecil. Untuk itu dari ke-55 lagu perjuangan Indonesia tersebut diambil beberapa lagu saja yang dijadikan lagu wajib, yang artinya terdapat beberapa lagu yang seharusnya dihafalkan dan dinyanyikan oleh rakyat Indonesia agar rasa semangat kebangsaan muncul pada diri mereka. Menurut W.S Simanjuntak (2007: 9-23) “Terdapat 14 belas lagu wajib nasional yang dapat dihafalkan dan dinyanyikan oleh rakyat Indonesia untuk meningkatkan rasa semangat kebangsaan dalam diri mereka”. Lagu-lagu tersebut antara lain : 1) Indonesia Raya 2) Satu Nusa Satu Bangsa 3) Bagimu Negeri 4) Garuda Pancasila 5) Merah Putih 6) Hari Merdeka 7) Maju tak Gentar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32 8) Indonesia Tumpah Darahku 9) Indonesia tetap Merdeka 10) Berkibarlah Benderaku 11) Indonesia Tanah Pusaka 12) Dari Sabang sampai Merauke 13) Syukur 14) Rayuan Pulau Kelapa Bukan hanya di Indonesia lagu menjadi alat perubahan. Di berbagai belahan dunia, banyak negara yang menjadikan lagu sebagai alat perubahan. Lagu menjadi senjata pembebasan bagi kaum buruh kulit hitam di Jamaika. Lagu juga menjadi alat untuk mewujudkan pluralisme di Amerika Serikat. Dan masih banyak lagi cerita revolusi dari berbagai negara dengan lagu sebagai salah satu senjatanya. Dengan melihat kejadian dan sejarah dari terbentuknya bangsa Indonesia, bisa ditarik sebuah simpulan bahwa betapa lagu membawa sesuatu yang sangat besar bagi perubahan. Lagu dapat mensugesti orang atau kelompok dari keterpurukan untuk kemudian bangkit dan melawan. Lagu membawa pesanpesan positif seperti pembebasan atau kemerdekaan serta pluralisme. 5. Hubungan Lagu-lagu Perjuangan Indonesia dan Sikap Nasionalisme dengan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn Pendidikan kewarganegaraan merupakan terjemahan dari dari istilah Civic Education (CE). Menurut Isin dan Turner “Civic secara etimologis berasal dari bahasa latin yaitu kata civis, civicus atau civitas meaning a member of an ancient city-state, preeminently the roman republic, but civitas was a latin rendering of the greek term polites, a member of a greek polis” (Winarno dan Wijianto, 2010: 2). Civic diartikan sebagai anggota atau warga dari suatu republik si zaman romawi, sedangkan zaman yunani athena diistilahkan polities yaitu anggota dari polis (negara kota). Cholisin menyatakan bahwa: Pendidikan kewarganegaraan merupakan pendidikan politik yang fokus materinya peranan warga negara dalamtokehidupan bernegara yang kesemuanya commit user itu diproses dalam rangka untuk membina peranan tersebut sesuai dengan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33 ketentuan pancasila dan UUD 1945 agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara. (Winarno dan Wijianto, 2010: 4) Numan Sumantri (1976: 29) mengemukakan bahwa “Pelaksanaan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di Indonesia yaitu dengan menanamkan konsep-konsep dan sistim nilai yang sudah dianggap baik sebagai titik tolak untuk menumbuhkan warga negara yang baik” Berdasarkan
pendapat
diatas
maka
dapat
disimpulkan
bahwa
pendidikan kewarganegaraan merupakan pendidikan yang ditujukan kepada warga negara agar memiliki sikap positif yang berguna bagi bangsa dan bernegara. Untuk itulah pendidikan kewarganegaraan memiliki beberapa komponen didalamnya dalam kaitannya dengan pengembangan karakter pada warga negara. Branson
menyatakan
bahwa
“Pendidikan
kewarganegaraan
mengembangkan 3 komponen pokok sebagai komponen peserta didik agar memiliki civic knowledge (pengetahuan kewarganegaraan), civic values/ dispositions (nilai/atau karakter kewarganegaraan) dan civic skill (ketrampilan kewarganegraan)”. (Winarno dan Wijianto, 2010:50) Tiga komponen tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) Civics knowledge berkenaan apa-apa yang perlu diketahui dan dipahami secara layak oleh warga negara. 2) Civics values/dipositions berkenaan dengan sifat san karakter yang baik dari seorang warga negara baik secara pribadi maupun publik. 3) Civics skill berkenaan dengan apa yang seharusnya dilakukan oleh warga negara bagi kelangsungan bangsa dan bernegara. Civics skill meliputi ketrampilan intelektual dan ketrampilan partisipasi. Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat terlihat jelas hubungan antara lagu-lagu perjuangan dan sikap nasionalisme dengan pendidikan kewarganegaraan. Salah satu komponen dari pendidikan kewarganegaraann adalah civics knowledge yang berintikan apa-apa yang perlu diketahui dan dipahami secara benar oleh warga negara. Maka lagu-lagu perjuangan to user Indonesia adalah salah satu halcommit yang harus diketahui dan dipahami oleh warga
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34 negara, karena lagu-lagu perjuangan merupakan hasil dari sejarah bangsa Indonesia yang menumbuhkan sikap nasionalisme pada diri rakyat Indonesia dalam mencapai kemerdekaan . Selanjutnya sikap nasionalisme atau semangat kebangsaaan termasuk dalam tujuan Pendidikan Kewarganegaraan. Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa tujuan dari Pendidikan Kewarganegaraan adalah membentuk karakter positif yang berguna bagi bangsa dan negara, untuk itulah terdapat komponen civics dispositions. Kemudian Branson menyatakan bahwa: Civic disposition mengisyaratkan pada karakter publik maupun privat yang penting bagi pemeliharaan dan pengembangan demokrasi konstitusional, yang secara singkat karakter publik dan privat dapat dideskripsikan sebagai berikut: 1) Menjadi anggota masyarakat yang independen. 2) Memenuhi tanggung jawab personal kewarganegaraan di bidang ekonomi dan politik. 3) Menghormati harkat dan martabat kemanusiaan tiap individu. 4) Berpartisipasi dalam urusan-urusan kewarganegaraan secara efektif dan bijaksana. 5) Mengembangkan berfungsinya demokrasi konstitusional secara sehat. (Riarien, 2011, http:// riarien.files.wordpress.com/2011/07/civicseducation.doc) Berkaitan dengan itu, Cholisin (2012: 9-10) menyatakan
bahwa
“Terdapat beberapa ciri-ciri watak/karakter privat (pribadi) dan karakter publik (kemasyarakatan) yang utama”. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) Menjadi anggota masyarakat yang independen (mandiri) Yaitu kepatuhan secara suka rela terhadap peraturan yang berlaku dan bertanggungjawab atas segala konsekuensi yang timbul dari perbuatannya serta menerima kewajiban moral dan legal dalam masyarakat demokratis. 2) Memenuhi tanggungjawab personal kewarganegaraan di bidang ekonomi dan politik. Yang termasuk karakter ini, antara lain : a) Mengurus diri sendiri b) Memberi nafkah /menopang keluarga c) Merawat, mengurus dan mendidik anak commit to user d) Mengikuti informasi tentang isu-isu publik
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35 e) Memberikan suara (voting) f) Membayar pajak g) Menjadi saksi di pengadilan h) Meberikan pelayanan kepada masyarakat i) Melakukan
tugas
kepemimpinan
sesuai
dengan
bakat
dan
kemampuang sendiri/masing-masing. 3) Menghormati harkat dan martabat kemanusiaan tiap individu Yang termasuk karakter ini, antara lain. : a) Mendengarkan pendapat orang lain b) Berperilaku santun (bersikap sopan) c) Menghargai hak dan kepentingan sesama warganegara d) mematuhi prinsip aturan mayoritas, namun tetap menghargai hak minoritas untuk berbeda pendapat. 4) Berpartisipasi dalam urusan-urusan kewarganegaraan secara bijaksana dan efektif Karakter ini menghendaki pemilikan informasi yang luas sebelum memberikan suara (voting) atau berpartisipasi dalam debat publik, keterlibatan dalam diskusi yang santun dan serius, dan memegang kendali kepemimpinan yang sesuai. Juga menghendaki kemampuan membuat evaluasi kapan saatnya kepentingan pribadi sebagai warga negara dikesampingkan demi kepentingan umum dan kapan seseorang karena kewajibannya atau prinsip-prinsip konstitusional untuk menolak tuntutantuntutan kewarganegaraan tertentu. Sifat – sifat warganegara yang dapat menunjang karakter berpartisipasi dalam urusan-urusan kewarganegaraan (publik) diantaranya: a) Keberadaban (civility) Yang termasuk sifat ini antara lain : (1) Menghormati orang lain (2) Menghormati pendapat orang lain meskipun tidak sepaham; (3) Mendengarkan pandangan orang lain commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
36 (4) Menghindari argumentasi yang bermusuhan, sewenang- wenang, emosional dan tidakmasuk akal b) Menghormati hak – hak orang lain yang termasuk sifat ini antara lain : (1) Menghormati hak orang lain bahwa mereka memiliki suara yang sama dalam pemerintahan dan sama di mata hukum (2) Menghormati hak orang lain untuk memegang dan menganjurkan gagasan yang bermacam dan bekerjasama dalam suatu asosiasi untuk memajukan pandanganpandangan mereka. c) Menghormati hukum Yang termasuk sifat ini antara lain: (1) Berkemauan
mematuhi
hukum,
bahkan
ketika
ia
tidak
menyepakatinya (2) Berkemauan melakukan tindakan dengan cara-cara damai dan legal untuk mengubah hukum yang tidak arif dan adil d) Jujur Jujur yaitu berkemauan untuk memelihara dan mengekspresikan kebenaran. e) Berpikiran terbuka Berpikiran terbuka yaitu mempertimbangkan pandangan orang lain. f) Berpikir kritis Berpikir
kritis
yaitu
kehendak
hati
untuk
mempertanyakan
keabsahan/kebenaran berbagai macam posisi termasuk posisi dirinya. g) Bersedia melakukan negoisasi dan berkompromi Yaitu kesediaan untuk membuat kesepakatan dengan orang lain meskipun terdapat perbedaan yang sangat tajam/mendalam, sejauh hal itu dinilai rasional dan adanya pembenaran secara moral untuk melakukannya. h) Ulet / tidak mudah putus asa Yaitu kemauan untuk mencoba berulang-ulang untuk meraih suatu commit to user tujuan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37 i) Berpikiran kewarganegaraan Yaitu memiliki perhatian dan kepedulian terhadap urusan – urusan publik/kemasyarakatan. j) Keharuan/memiliki perasaan kasihan Yaitu mempunyai kepedulian agar orang lain hidupnya lebih baik, khususnya terhadap mereka yang tidak beruntung k) Patriotisme dan Rasa kebangsaan (nasionalisme) Yaitu
memiliki
loyalitas
terhadap
nilai
–
nilai
demokrasi
konstitusional bangsanya. l) Keteguhan hati Kuat untuk tetap pada pendiriannya, ketika kata hati menuntutnya m) Toleran terhadap ketidak pastian Yaitu kemampuan untuk menerima ketidak pastian yang muncul, karena ketidak cukupan pengetahuan atau pemahaman tentang isu-isu yang komplek atau tentang ketegangan antara nilai-nilai fondamental dengan prinsip-prinsip. 5) Mengembangkan fungsi demokrasi konstitusional yang sehat. Karakter ini mengarahkan warganegara agar bekerja dengan cara-cara damai dan legal dalam rangka mengubah undang-undang yang dianggap tidak adil dan bijaksana. Yang termasuk dalam karakter ini, antara lain : a) Sadar informasi dan kepekaan terhadap urusan-urusan publik b) Melakukan penelaahan terhadap nilai-nilai dan prinsip - prinsip konstitusional c) Memonitor keputusan para pemimpin politik dan lembaga-lembaga publik dalam penerapan nilai-nilai dan prinsip-prinsip konstitusional dan mengambil langkahlangkah yang diperlukan apabila terdapat kekurangannya. Berdasarkan pendapat di atas maka dalam komponen civic dispositions terdapat salah satu karakter publik dan privat yaitu berupa Berpartisipasi dalam urusan-urusan kewarganegaraan secara bijaksana dan efektif yang salah satu commit to user cirinya adalah rasa kebangsaan (nasionalisme). Nasionalisme atau rasa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38 kebangsaan merupakan salah satu sikap atau karakter positif yang berguna bagi bangsa dan negara sehingga harus ditanamkan pada diri peserta didik lewat pendidikan kewarganegaraan yang memiliki tujuan membentuk karakter positif pada diri warga negara. Hal tersebut dipertegas Permendiknas No 22 tahun 2006
tentang
Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah yang tercantum dalam BAB II kerangka dasar dan struktur kurikulum yang berbunyi “Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian dimaksudkan untuk peningkatan kesadaran dan wawasan peserta didik akan status, hak, dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta peningkatan kualitas dirinya sebagai manusia”. Dalam
kaitannya
lagu-lagu
perjuangan
Indonesia
dan
sikap
nasionalisme dengan pendidikan kewarganegaraan maka dapat disimpulkan bahwa lagu-lagu perjuangan Indonesia adalah sesuatu yang harus diketahui dan dipahami oleh warga negara (civics knowledge) agar tumbuh sikap nasionalisme atau semangat kebangsaan pada diri warganegara (civics dispositions) sehingga berguna bagi bangsa dan negara. Secara skematis hal tersebut dapat digambarkan sebagai berikut : Pendidikan Kewarganegraan
Karakter positif
Tujuan
Warga Negara Civics Knowledge Wawasan kebangsaan
Permendiknas No 22 tahun 2006 tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah
Lagu-lagu Perjuangan Indonesia
Civics dispositions : Berpartisipasi dalam urusan-urusan kewarganegaraan secara bijaksana dan efektif
Sikap nasionalisme atau Semangat Kebangsaan
Gambar 1. Skema hubungan antar lagu-lagu perjuangan Indonesia dengan Pendidikan Kewarganegaraan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39 D. Kerangka Berpikir Suatu Negara dapat terbentuk karena adanya beberapa syarat, yaitu wilayah, pemerintahan, warga negara dan pengakuan dari negara lain. Maka untuk menciptakan suatu tatanan negara yang maju diperlukan dua hal, yaitu membentuk pemerintahan yang baik (good governance) dan membentuk suatu tatanan masyarakat madani yang berdaya mampu dan berwawasan kebangsaan. Suatu pemerintahan baik akan menumbuhkan kembali nasionalisme yang sedang melemah agar tidak hilang. Adapun upaya yang harus di lakukan oleh pemerintah adalah dengan memperbaiki sistem politik, sistem ekonomi, sistem sosial budaya, sistem hukum nasional serta sistem hankam. Sistem sosial budaya yang baik maka akan dapat mewujudkan manusia dan masyarakat yang beriman, bertakwa, nasionalis serta lebih beradab, bebas dari tekanan dan ketakutan. Dengan demikian yang diperlukan adalah menciptakan suatu warga negara yang memiliki nasionalisme yang tinggi sehingga dapat meningkatkan hubungan harmonis antarsuku, agama, ras dan antar golongan, tidak hanya sekedar hidup berdampingan secara damai melainkan dapat hidup bersama dengan saling memahami serta mendukung keberadaan satu terhadap yang lain. Wawasan kebangsaan dapat diberikan kepada siswa melalui pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia dengan tujuan menanamkan sikap nasionalisme. Dengan adanya upaya penanaman sikap nasionalisme, setidaknya dapat mengurangi dampak dari globalisasi yang perlahan mengikis karakter bangsa Indonesia. Setelah siswa memiliki sikap nasionalisme, maka siswa secara bertahap dapat mewujudkannya dalam bentuk perilaku yang nyata baik di lingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat. Berdasarkan uraian diatas maka kerangka berpikir yang peneliti kembangkan adalah bagaimana membentuk masyarakat yang berwawasan kebangsaan sehingga memiliki sikap nasionalisme untuk memajukan negaranya. Wawasan kebangsaan dibentuk melalui lagu-lagu perjuangan dengan tujuan menanamkan sikap nasionalisme pada diri warga negaranya. Sehingga dalam mewujudkan tatanan negara yang maju ada keterkaitan antara strategi peningkatan commit to user wawasan kebangsaan dan sikap nasionalisme warga negara.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40 Secara skematis hal tersebut dapat digambarkan sebagai berikut : Wawasan kebangsaan
Pemutaran lagu-lagu perjuangan Menumbuhkan sikap nasionalisme Di wujudkan dalam perilaku
Keluarga
Sekolah Masyarakat
Gambar 2. Skema kerangka berpikir
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat penelitian, dalam hal ini peneliti memilih lokasi penelitian di SMA Negeri 1 Boyolali yang beralamat Jl. Kates no.8, Pulisen, Boyolali, Jawa Tengah. Peneliti mengambil tempat penelitian pada sekolah tersebut dengan alasan : 1) Dari sekian banyak SMA Negeri dan Swasta di Kabupaten Boyolali, hanya SMA Negeri 1 Boyolali tersebut yang menanamkan sikap nasionalisme kepada siswanya melalui pemutaran lagu-lagu perjuanganIndonesia. 2) Di SMA Negeri 1 Boyolali telah memasukkan pendidikan budaya dan karakter bangsa ke dalam proses pendidikan. 3) SMA Negeri 1 Boyolali merupakan salah satu Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) sehingga kualitas dari para siswanya berkompeten untuk dijadikan objek penelitian. 2. Waktu Penelitian Waktu penelitian direncanakan tujuh bulan yang akan dimulai pada bulan Januari 2012 sampai dengan bulan Juli 2012. Kegiatan tersebut dapat digambarkan dalam tabel sebagai berikut : Tabel 1 : Jadwal Kegiatan Penelitian N o
Kegiatan
J an
1 . 2 . 3 . 4 . 5 . 6
F eb
Pengajuan Judul Penyusunan Proposal Ijin Penelitian Pengumpulan Data Pengolahan data Validasi Data
commit to user 41
ar
Tahun 2012 M A pr ei
M un
J ul
J
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42 . 7 . 8 .
Analisis Data Penyusunan Laporan B. Metode dan Jenis Penelitian 1. Metode Penelitian Sugiyono (2010 : 15 ) menyatakan bahwa : Metode kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi, analisis data bersifat induktif/kualitatif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi. Penelitian kualitatif merupakan suatu penelitian yang menghasilkan
karya ilmiah dengan menggunakan atau meneliti data-data diskriptif berupa datadata tertulis/lisan atau perilaku orang yang dapat diamati. Terkait dengan itu, Menurut Bogdan dan Taylor yang dikutip Lexy J. Moleong (1995: 3) mendefinisikan, “Metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati”. Sejalan dengan definisi tersebut, Kirk dan Miller yang di kutip Lexy J. Moleong (1995: 3) mendefinisikan, “Penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya”. Penelitian ini bertujuan menganilisis
proses berlangsungnya suatu
fenomena sosial dan untuk memperoleh suatu gambaran yang tuntas terhadap proses pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia di SMA Negeri 1 Boyolali.. Sehingga metode penelitian ini adalah metode kualitatif. 2. Jenis Penelitian Setelah menentukan pendekatan
penelitian, maka selanjutnya akan
ditentukan tentang jenis penelitian yang dalam hal ini sangat penting untuk dilakukan agar masalah yang diteliti dapat diungkap dan dipecahkan dengan commit to user sistematis.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
43 Penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif yang menggambarkan suatu strategi dalam meningkatkan wawasan kebangsaan yang dilakukan dengan pemutaran
lagu-lagu
perjuangan
Indonesia.
Penelitian
ini
juga
akan
mendiskripsikan bagaiamana proses pemutaran lagu-lagu perjuangan tersebut dalam menumbuhkan dan menanamkan sikap nasionalisme pada siswa SMA Negeri 1 Boyolali. C. Sumber Data H.B. Sutopo (2002 : 50) menyatakan bahwa “Sumber data dalam penelitian kualitatif dapat berupa manusia, peristiwa atau aktifitas, tempat atau lokasi, benda, beragam gambar dan rekaman, dokumen atau arsip”. Sumber-sumber data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah data yang berupa informan, hasil observasi dan dokumen atau arsip. 1. Informan H.B. Sutopo (2002 : 50) mengatakan bahwa “Sumber data yang berupa manusia di dalam penelitian kualitatif lebih tepat disebut informan”. Informan sebagai sumber informasi bisa memberikan informasi mengenai sesuatu yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Berkaitan dengan itu di nyatakan bahwa “Dalam penelitian kualitatif, posisi sumber data manusia (narasumber) sangat penting peranannya sebagai individu yang memiliki informasinya” (H.B. Sutopo, 2002: 50). Oleh karena itu didalam memilih siapa yang akan menjadi informan, peneliti wajib memahami posisi dengan beragam peran serta yang ada sehingga dapat diperoleh informasi yang disebut data primer atau sering disebut sebagai informan kunci (key informan). Adapun informan dalam penelitian ini adalah: a. Bapak Jumadi selaku wakil kepala sekolah urusan kesiswaan RSMABI SMA Negeri I Boyolali b. Perwakilan guru mata pelajaran SMA Negeri 1 Boyolali c. Perwakilan siswa siswi SMA Negeri 1 Boyolali Selanjutnya nama-nama informan dapat dilihat di lampiran 1. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
44 2. Tempat dan Peristiwa Tempat dan peristiwa adalah deskripsi tentang suatu fenomena yang meliputi dimana dan kapan suatu fenomena itu terjadi.
Tempat dalam penelitian ini adalah SMA Negeri 1 Boyolali, karena di sekolah tersebut terjadi fenomena pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia yang dilaksanakan pada jam ke- 0 sampai jam ke- 1 sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai. 3. Dokumentasi Menurut Sugiyono (2010: 329), “Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu”. Jadi dokumen merupakan bahan tertulis yang berhubungan dengan suatu peristiwa atau aktivitas tertentu. Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah informasi yang di simpan atau didokumentasikan seperti dokumen, data soft file, data otentik, foto dan arsip lainnya yang berkaitan dengan wujud nasionalisme siswa dan pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia di SMA Negeri 1 Boyolali yang dapat digunakan sebagai data pelengkap dari data yang diperoleh dalam kegiatan wawancara dan observasi. Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : a. Koleksi lagu-lagu perjuangan Indonesia yang berwujud: 1) VCD 2) Kaset Pita 3) MP3 (soft file) b. Foto yang menggambarkan kegiatan pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia c. Foto kegiatan siswa.
D. Teknik Sampling Sampel dalam suatu penelitian merupakan hal yang penting dalam memperoleh data dan bahan pengolahan data. Menurut Sugiyono ( 2010 : 217 ) commit to user sampel”. Dalam penelitian ini “Teknik Sampling merupakan teknik pengambilan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45 menggunakan teknik purposive sampling yaitu menentukan sampel dengan pertimbangan sesuatu hal. Menurut Lexy J. Moleong (1995: 165-166) Sampel bertujuan (purposive sampling) dapat ditandai dengan beberapa ciri-ciri, yakni “Rancangan sampel yang muncul, pemilihan sampel secara berurutan, penyesuaian berkelanjutan dari sampel, pemilihan berakhir jika sudah terjadi pengulangan”. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Rancangan sampel yang muncul Sampel tidak dapat ditentukan atau ditarik terlebih dahulu. 2. Pemilihan sampel secara berurutan Tujuan memperoleh variasi sebanyak-banyaknya hanya dapat dicapai apabila pemilihan satuan sampel dilakukan, jika satuan sebelumnya sudah dijaring dan dianalisis. Setiap satuan berikutnya dapat dipilih untuk memperluas informasi
yang
telah
diperoleh
terlebih
dahulu
sehingga
dapat
dipertentangkan atau diisi adanya kesenjangan informasi yang ditemui. 3. Penyesuaian berkelanjutan dari sampel Pada mulanya setiap sampel sama kegunaannya, namun sesudah semakin banyak informasi yang masuk dan semakin mengembangkan hipotesis kerja, ternyata bahwa sampel semakin dipilih atas dasar fokus penelitiannya. 4. Pemilihan berakhir jika sudah terjadi pengulangan Pada sampel bertujuan seperti ini jumlah sampel ditentukan oleh pertimbangan informasi yang diperlukan. Jadi, kuncinya disini ialah jika sudah mulai terjadi pengulangan informasi, maka penarikan sampel sudah harus dihentikan. Berdasarkan pendapat di atas, maka penelitian ini cenderung memilih informasi dari orang-orang yang dijadikan informan kunci (key informan) yang dapat dipercaya. Adapun informan kunci dalam penelitian ini adalah a. Bapak Jumadi selaku wakil kepala sekolah urusan kesiswaan RSMABI SMA Negeri I Boyolali commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46 Dalam kaitannya dengan pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia, wakil kepala sekolah urusan kesiswaan merupakan pihak yang memiliki tugas dan yang bertanggung jawab dalam proses pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia. b. Perwakilan guru mata pelajaran SMA Negeri 1 Boyolali Dari seluruh guru mata pelajaran SMA Negeri 1 Boyolali diambil beberapa guru saja sebagai sampel dengan pertimbangan guru tersebut memiliki kriteria dalam memberikan informasi, sehingga dapat mewakili dari semua guru mata pelajaran SMA Negeri 1 Boyolali. c. Perwakilan siswa siswi SMA Negeri 1 Boyolali Dari seluruh siswa SMA Negeri 1 Boyolali diambil beberapa siswa saja sebagai sampel dengan pertimbangan siswa yang diambil bisa mewakili seluruh populasi siswa yang akan diteliti dalam memberikan informasi. E. Pengumpulan Data Sugiyono
(2010:
308)
mengatakan
“Teknik
pengumpulan
data
merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data”. Teknik pengumpulan data ini sebagai cara operasional yang ditempuh oleh peneliti untuk memperoleh data yang diperlukan. Berhasil tidaknya suatu penelitian dapat bergantung pada data yang diperoleh. Oleh karena itu sangat perlu diperhatikan teknik pengumpulan data yang dipergunakan sebagai alat pengambil data. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah : 1.
Wawancara
Sugiyono ( 2010 : 317) mengatakan bahwa “Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam”. Menurut Esterberg ada beberapa macam wawancara yaitu : a. Wawancara terstruktur (Structured interview) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
47 Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh b. Wawancara semi terstruktur (Semistructure interview) Wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya. c. Wawancara tak berstruktur Wawancara yag bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. (Sugiyono, 2010 : 32) Wawancara dalam penelitian ini dilakukan secara semi terstruktur. Artinya dalam wawancara ini menggunakan pedoman wawancara tetapi ada umpan balik dari responden yang dirasa perlu ditanyakan peneliti, sehingga peneliti bisa menanyakan kepada informan walaupun didalam pedoman wawancara tidak ada pertanyaannya. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan terhadap beberapa siswa dan guru SMA Negeri 1 Boyolali. Pedoman wawancara dapat dilihat di lampiran 2, Serta petikan hasil wawancara dapat dilihat di lampiran 3. 2. Observasi Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Menurut pendapat H.B. Sutopo (2002 : 64) “Teknik observasi digunakan untuk menggali data yang berupa peristiwa, tempat atau lokasi, dan benda, serta rekanan gambar”. Sedangkan Nasution mengatakan bahwa “ Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan” (Sugiyono, 2010 : 310). Sanafah Faisal menyatakan bahwa “Ada 3 macam observasi yaitu observasi berpartisipasi (participant observation), observasi yang secara terangterangan dan tersamar (overt observation and covert observation), dan observasi yang tak berstruktur (unstructured observation)” (Sugiyono, 2010 : 310). Penelitian ini menggunakan teknik observasi terus terang dan tersamar (overt observation and covert observation) yaitu peneliti dalam pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data bahwa ia sedang melakukan commit to user penelitian. Tetapi dalam suatu saat peneliti juga tidak terus terang atau tersamar
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
48 dalam observasi, hal ini untuk menghindari kalau suatu data yang masih dirahasiakan. Observasi yang dilakukan peneliti adalah dengan mengamati dan mencatat kegiatan-kegiatan yang ada di SMA Negeri 1 Boyolali baik kegiatan belajar mengajar maupun kegiatan pendukung lainnya. Selain itu peneliti juga mengambil foto kegiatan siswa pada saat proses belajar mengajar, upacara dan kegiatan lainya dalam lingkungan sekolah yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. 3. Analisis Dokumen Menurut Lexy J. Moleong (1995: 161) “Dokumen ialah setiap bahan tertulis ataupun film, lain dari record, yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik”. Sementara itu Sugiyono (2010: 329) menyatakan bahwa: “Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu”. Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah informasi yang disimpan atau didokumentasikan seperti dokumen, data soft file, data otentik, foto dan arsip lainnya yang dapat digunakan sebagai data pelengkap dari data yang diperoleh dalam kegiatan wawancara dan observasi. Dokumen yang akan digunakan dalam penelitian ini antara lain : a. Koleksi lagu-lagu perjuangan Indonesia yang berwujud: 1) VCD 2) Kaset Pita 3) MP3 (soft file) b. Foto yang menggambarkan kegiatan dalam pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia c. Foto kegiatan siswa. Daftar koleksi lagu-lagu perjuangan Indonesia dapat dilihat di lampiran 4.
F. Uji validitas Data Sugiyono (2010: 363) mengartikan “Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada obyek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan commit to user oleh peneliti”.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
49
Berkaitan dengan itu, dinyatakan bahwa “Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif dan membercheck”. (Sugiyono, 2010: 368) Sugiyono (2010 : 373-374) membagi jenis triangulasi menjadi 3 yaitu : “Triangulasi sumber, triangulasi teknik, dan triangulasi waktu”. Hal tersebut dapat dijelaskansebagai berikut: 1. Triangulasi sumber Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. 2. Triangulasi teknik Triangulasi ini untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. 3. Triangulasi waktu Triangulasi ini untuk menguji kredibilitas data dengan sumber dan teknik sama tetapi dalam waktu yang berbeda”. Untuk penelitian ini menggunakan triangulasi sumber untuk memastikan kevaliditasan data maka peneliti mengecek data dari sumber satu dengan sumber yang lain. Adapun yang menjadi alasan peneliti memilih trianggulasi data atau sumber adalah untuk menutup kemungkinan adanya kekurangan data dari salah satu sumber sehingga dapat dilengkapi dengan data dari sumber yang lain. Peneliti memanfaatkan jenis sumber data yang berbeda-beda untuk menggali data yang sejenis. Sumber data yang dimaksud meliputi informan, tempat dan peristiwa, serta dokumen. G.Analisis Data Dalam penelitian ini direncanakan menggunakan analisis data model interkatif. Miles dan Huberman mengemukakan : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
50 Analisis data model interaktif adalah suatu analisis data yang terdiri empat tahapan yang harus dilakukan, tahapan pertama adalah tahap pengumpulan data, tahapan kedua adalah reduksi data, tahapan ketiga adalah tahap display data, dan tahapan keempat adalah tahap penarikan kesimpulan. (Haris Herdiansyah, 2010: 164) Dari pengertian tersebut dapat diperoleh langkah-langkah analisis data interaktif yaitu pengumpulan data, reduksi data, display data dan penarikan kesimpulan. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Pengumpulan Data Pengumpulan
data
merupakan
kegiatan
yang
digunakan
untuk
memperoleh informasi yang berupa kalimat-kalimat yang dikumpulkan melalui kegiatan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data yang diperoleh masih berupa data mentah yang tidak teratur, sehingga diperlukan analisis agar data menjadi teratur. 2. Reduksi Data Reduksi
data
merupakan
suatu
proses
seleksi,
pemfokusan,
penyederhanaan dan abstraksi dari data mentah. Sugiyono ( 2010: 338 ) menjelaskan bahwa “ Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, menfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya”. Di penelitian ini mereduksi data berasal dari data-data wawancara, observasi dan dokumentasi yang telah dikumpulkan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
51 3. Sajian Data Sajian data merupakan kumpulan dari beberapa informasi yang memungkinkan menjadi kesimpulan penelitian yang dapat dilakukan. Sajian data dapat berupa matriks, gambar atau skema, jaringan kerja kegiatan dan tabel. Semuanya dirakit secara teratur guna mempermudah pemahaman informasi. 4. Penarikan Kesimpulan Penarikan kesimpulan diperoleh bukan hanya sampai pada akhir pengumpulan data, melainkan dibutuhkan suatu verifikasi yang berupa pengulangan dengan melihat dan mengecek kembali data mentah agar kesimpulan yang diambil lebih kuat dan bisa dipertanggungjawabkan. Keempat komponen utama tersebut merupakan suatu rangkaian dalam proses analisis data yang satu dengan yang lain sehingga tidak dapat dipisahkan, dimana komponen yang satu merupakan langkah menuju komponen yang lainnya, sehingga dapat dikatakan bahwa dalam penelitian kualitatif tidak bisa mengambil salah satu komponen saja. Penarikan kesimpulan merupakan hasil dari suatu proses penelitian yang tidak dapat terpisahkan dari proses sebelumnya, karena merupakan satu kesatuan. Pada waktu pengumpulan data dibuat reduksi dan sajian data yang kemudian menyusun rumusan pengertiannya secara singkat berupa pokok-pokok temuan yang penting dan diikuti penyusunan sajian data agar menjadi lebih jelas dipahami. Pada waktu pengumpulan data sudah terakhir, maka usaha yang dilakukan adalah menarik simpulan dan verifikasi. Bila simpulan dirasa kurang mantap karena kurangnya rumusan dalam reduksi maupun sajian datanya, maka peneliti dapat kembali melakukan kegiatan pengumpulan data yang sudah terfokus untuk mencari pendukung simpulan yang ada dan juga bagi pendalaman data.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
52 Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam bagan berikut ini :
Pengumpulan Data Sajian data
Reduksi Data Verifikasi/penga mbilan kesimpulan
Gambar 3. Komponen dalam analisis data (interactive model)
H. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian yang digunakan dalam penelitian ini meliputi langkahlangkah sebagai berikut : 1. Persiapan Tahap ini terbagi menjadi dua kegiatan meliputi : a. Menyususun
proposal
penelitian,
pengembangan
pedoman
pengumpulan data dan menyusun jadwal kegiatan penelitian b. Mengurus perijinan penelitian 2. Pengumpulan Data Tahap ini terbagi menjadi tiga kegiatan meliputi : a. Mengumpulkan data di lokasi studi dengan melakukan observasi, wawancara semi struktur, dan dokumen-dokumen yang dibutuhkan. b. Melakukan review dan pembahasan beragam data yang telah terkumpul c. Memilah dan mengatur data sesuai kebutuhan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
53 3. Analisis Data Tahap ini terbagi menjadi empat kegiatan meliputi : a. Menentukan teknik analisa data yang tepat sesuai proposal penelitian b. Mengembangkan sajian data dengan analisis lanjut kemudian di cross check kan dengan temuan dilapangan c. Setelah dapat data yang sesuai intensitas kebutuhan maka dilakukan proses verifikasi dan pengayaan dengan mengkonsultasikan dengan orang yang dianggap lebih ahli d. Setelah selesai, baru dibuat simpulan akhir sebagai temuan penelitian 4. Penyusunan Laporan Penelitian Tahap ini terbagi menjadi tiga kegiatan meliputi : a. Penyusunan laporan awal b. Review laporan; dengan melakukan pengecekan ulang laporan yang telah tersusun jika terdapat kekeliruan atau kesalahan untuk kemudian dilakukan perbaikan laporan penelitian. c. Penyusunan laporan akhir. Untuk lebih jelasnya, prosedur penelitian ini dapat dibuat dalam sebuah bagan sebagai berikut:
Penyusunan Proposal dan Ijin Penelitian
Pengumpulan Data
Analisis Data awal
Analisis Data Akhir
Penyusunan Laporan Gambar 4. Skema Prosedur Penelitian commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1.
Gambaran Umum SMA Negeri 1 Boyolali
a. Sejarah Berdirinya SMA Negeri 1 Boyolali Pada tahun 1958 di Kabupaten Boyolali telah terdapat dua buah sekolah setingkat SLTP berstatus “ Negeri ” tetapi belum ada satupun sekolahan untuk melanjutkan belajar ke jenjang yang lebih tinggi bagi siswa-siswi lulusan kedua sekolah tersebut. Dengan demikian para lulusan harus memilih antara putus sekolah atau melanjutkan sekolah ke kota-kota lain, seperti Surakarta, Salatiga, Jogjakarta dll. Realita inilah yang menjadi benih perhatian Kepala Daerah Boyolali saat itu yakni Bapak M.S. Handjojo yang selanjutnya turut andil memprakarsai dan mempersiapkan berdirinya sebuah sekolah setingkat SMA di Boyolali. Mengalirnya dukungan atas prakarsa Bapak M.S. Handjojo tersebut turut memperlancar proses yang dicanangkan dan akhirnya diawali dengan pembentukan sebuah panitia pendiri SMA Negeri 1 Boyolali dengan salah seorang anggotanya ialah Bapak I.S. Siswosoebroto yang kala itu menjabat sebagai Kepala SMP Negeri 1 Boyolali. Panitia ini bertugas mempersiapkan persyaratan dan pelaksanaan pendaftaran calon siswa, sementara Bapak M.S. Handjojo mengusahakan fasilitas gedung yang hendak digunakan kegiatan belajar mengajar sementara. Setelah selesainya pendaftaran calon siswa dan persiapan-persiapan lainnya, barulah Bapak I.S. Siswosoebroto mengajukan persetujuan ke Kantor Wilayah Departemen Pendidikan Propinsi Jawa Tengah di Semarang. Berkat keuletan beliau, persetujuan segera turun dengan SK Nomor 26/S.K/B.III yang berisi persetujuan secara resmi dari Menteri Pendidikan untuk dibukanya sebuah SMU di Boyolali yang dikenal dengan nama SMA Negeri ABC Boyolali terhitung semenjak tanggal 1 Agustus 1958. commit to user 54
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
55 Untuk sementara waktu kegiatan belajar mengajar di SMA Negeri ABC yang baru tersebut diselenggarakan disebuah gedung di Jl. Merbabu No. 2 Boyolali. Gedung tersebut adalah bekas rumah dinas pejabat kontrolir yang tidak terbakar habis sebagai akibat sistem bumi hangus pada saat terjadi Agresi Militer Belanda II. Pada saat awal kemerdekaan gedung tersebut semula disediakan untuk menampung para pengungsi dari lereng gunung Merapi, apabila sewaktu-waktu gunung Merapi meletus. Hingga saat ini gedung tersebut masih berdiri meskipun telah direnovasi dan digunakan sebagai kantor BP7 dan BPD Jateng. Dan sekarang menjadi wisma Pemda Boyolali, SMA Negeri ABC juga pernah menempati gedung di jalan Merapi yang sekarang digunakan sebagai Kantor Bank Guna Daya. Setelah mendapat SK dari Kantor Wilayah Departemen Pendidikan Propinsi Jawa Tengah, SMA Negeri ABC segera memulai
kegiatannya,
tepatnya pada tanggal 21 Agustus 1958 dan diresmikan pada tanggal 22 September 1958 oleh Bapak Ali Marsaban, seorang putera daerah yang menjabat sebagai Inspektur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan di Jakarta dan Boyolali. SMA Negeri ABC Boyolali memulai kegiatan belajar mengajar dengan siswa yang terbagi dalam tiga kelas, yang mana masing-masing satu kelas untuk kelas A, kelas B dan kelas C. Para siswa tampak sangat gagah dengan berseragam sekolah di bawah kepemimpinan Bapak R. Soebadar (alm), selaku kepala Sekolah yang berasal dari SMA Negeri 1 Surakarta. Sejak saat itulah SMA Negeri ABC Boyolali terus berperan aktif sebagai sebuah institusi pendidikan guna mencetak generasi penerus bangsa yang berbudi pekerti luhur, berakhlak mulia ,dan berpengetahuan luas yang handal dan kompetitif. Selama kurun waktu 53 tahun SMA Negeri 1 Boyolali dalam proses perkembangannya mengalami tiga kali perubahan nama, yaitu pada saat berdirinya bernama SMA ABC Boyolali, pada tahun 1962 menjadi SMA Negeri Boyolali, pada tahun 1993 menjadi SMA Negeri 1 Boyolali, dan pada tahun commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
56 1996 menjadi SMU Negeri 1 Boyolali sampai tahun 2004, dan kembali lagi menjadi SMA Negeri 1 Boyolali sampai tahun 2012 ini. 1) Kepala Sekolah Dari awal berdirinya sampai
Tahun 2012 SMA Negeri 1 Boyolali telah
mengalami pergantian duabelas orang Kepala Sekolah, yaitu Bp. R. Soebadar (alm), Bp. Soewito, BA (alm), Bp. Soepono, BA (alm), Bp. Engan Hermanto (alm), Bp. Soedarno, BA, Bp. Soelaiman HS (Alm), dan Ibu Sri Muryati, S.Pd., Bp. Basoeki, S.Pd, Bp. Drs. Marsum M. Dahlan, dan Bp.Drs. Sumarno,M.Pd., Bp.Drs. Hardiman, MH, Bp. Drs. Suranto, M.Pd serta Bp.Drs Agung Wardoyo. Beliaulah yang secara gigih memperjuangkan aspirasi warga Boyolali untuk memiliki SMA Bertaraf Internasional. Kepala Sekolah tersebut telah berhasil memberi warna sekolah yang dipimpin sehingga selalu tampil di jajaran paling depan dalam pendidikan. Masing-masing memiliki ciri khas yang patut diteladani oleh guru dan siswa SMA N 1 Boyolali, yaitu tidak pernah berhenti untuk belajar, jujur, sabar, disiplin yang tinggi, selalu berhasil dalam diplomasi dan giat membangun dan yang menjabat Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Boyolali saat ini adalah serta Bp.Drs Agung Wardoyo. 2) Perkembangan SMAN 1 Boyolali Perkembangan SMAN 1 Boyolali yang begitu pesat mengantarkan SMA ini menjadi salah satu sekolah yang berstatus Rintisan Sekolah Kategori Mandiri ( RSKM ) yang mana tidak semua sekolah bisa mendapatkan status ini. Status ini didapat ketika lembaga ini dinahkodai oleh Bp. Drs. Sumarno, M.Pd. Belum genap 1 Tahun Drs. Sumarno, M.Pd memimpin sekolah ini, yang berarti juga Program RSKM belum sampai final, beliau beralih tugas ke Pendidikan Menengah Umum (Dikmenum), dan estafet kepemimpinan oleh Pemerintah Daerah dipercayakan pada Drs. Hardiman, MH. Berkat kerja keras kepala sekolah yang didukung oleh semua pihak, baik guru, karyawan, Komite Sekolah, orang tua/wali murid, tokoh masyarakat dan pemerintah daerah, maka impian dan aspirasi warga Boyolali yang menginginkan adanya SMA Bertaraf Internasional telah terkabulkan. Dengan demikan para orang tua yang semula anaknya belajar di commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
57 SMPN 1 dan SMPN 2 Boyolali yang telah lebih dulu melaksanakan program RSBI akan berkelanjutan tanpa harus melanjutkan keluar daerah seperti Surakarta, Salatiga dan lain-lain. Walaupun begitu bukan berarti R-SMA-BI SMA Negeri 1 Boyolali hanya diperuntukkan secara eksklusif bagi lulusan SMP RSBI. Siswa lulusan dari SMP/MTs manapun terbuka lebar untuk belajar di SMAN 1 Boyolali sepanjang lolos/memenuhi syarat setelah mengikuti serangkaian tes masuk sesuai standar RSMABI. Dengan prestasi sekolah seperti inilah, SMAN 1 Boyolali mendapatkan kado yang sangat dapat dibanggakan. Pada Hari Ulang Tahun SMA Negeri 1 Boyolali yang ke 51 ini dimeriahkan dengan pemecahan rekor MURI berupa Replika Lele Terbesar dengan menempelkan lele sebanyak 8 kuintal oleh 51 siswa dalam waktu 51 menit, dan pada hari ulang tahun ini dihadiri oleh Mantan Siswa SMA Negeri 1 Boyolali yang saat ini Menjabat sebagai Menteri Pekerjaan Umum pada Kabinet Indonesia Bersatu, beliau bernama Ir. DJoko Kirmanto, Dipl.HE. Santernya kabar yang beredar di sebagian masyarakat, bahwa untuk masuk di SMAN 1 Boyolali pada Tahun Pelajaran 2009/2010 para orang tua siswa harus membayar kurang lebih Rp. 10.000.000,00 sangat terasa pada saat musim pendaftaran merupakan berita yang sungguh jauh dari kenyataan. Yang sebenarnya terjadi penarikan dana pengembangan
berlangsung sangat
kekeluargaan dan demokratis dengan meminta persetujuan calon orang tua/wali. Angkanya pun hanya kurang lebih 20% dari kabar yang beredar (sekitar dua jutaan). Begitupun kabar bahwa setiap peserta didik baru diwajibkan memiliki laptop, apalagi pengadaannya dikelola oleh sekolah sama sekali tidak benar. Sesuai pesan yang diberikan Dirjen ketika memberikan sosialisasi,
bahwa
RSMABI tidak boleh menjadi sekolah yang eksklusif yang hanya bisa dimasuki oleh anak-anak dari keluarga berada. 3) Profil Sekolah SMA Negeri 1 Boyolali Nama Sekolah NSS
: SMA Negeri 1 Boyolali : 301030905001 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
58 Alamat Sekolah
: Jl. Kates no.8 Boyolali
Desa
: Pulisen
Kecamatan
: Boyolali Kota
Kabupaten
: Boyolali
Provinsi
: Jawa Tengah
Website
: www.sman1-boyolali.com
E-mail
:
[email protected]
Nomor Telepon
: (0276) 321059
Badan penyelenggara
: Mendikbud RI
Status sekolah/ jenjang akreditasi
: SMA Negeri
Surat Direktur Jendral Pendidikan
: No.26/S.K/B.III
Tahun Berdiri
: 1958
SK pertama Depdikbud RI
: 21 Agustus 1958.
Nama Kepala Sekolah
: Drs. Agung Wardoyo
Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Boyolali terletak di Jalan Kates No.8 Boyolali. Hingga saat ini Sekolah ini merupakan satu – satunya Rintisan Sekolah Menengah Atas Bertaraf Internasional (RSMABI) yang berada di kabupaten Boyolali. Untuk program RSMABI tersebut sekolah telah melalui tahun ke duanya. Jadi telah ada 3 tingkatan kelas dengan standar internasional, yaitu kelas X sebanyak 9 (X1 s.d. X9), kelas XI sebanyak 8 (XI IPA1 s.d. XI IPA 6 serta XI IPS 1 s.d. XI IPS 2) dan XII IPA1 s.d. XII IPA6 serta XII IPS1 s.d XII IPS 2 . Dengan ditunjang tenaga pendidik 30 % berjenjang pendidikan S2. Selain itu juga terdapat pemberdayaan tenaga kependidikan untuk menguasai dan membiasakan berbahasa Inggris terutama sebagai pengantar dalam kegiatan belajar mengajar (Bilingual) serta Bintek Mata Pelajaran. 4) Denah Gedung SMA Negeri 1 Boyolali Denah dari gedung SMA Negeri 1 Boyolali dapat dilihat di lampiran 5. 5) Struktur Organisasi SMA N 1 Boyolali Sekolah merupakan salah satu instansi formal. Sebagai suatu instansi formal maka sekolah perlu dibentuklah suatu struktur organisasi yang dapat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
59 menunjukkan kedudukan, tugas, fungsi, wewenang serta tanggung jawab tiap anggota organisasi. Berikut ini adalah struktur organisasi SMA N 1 Boyolali : Kepala Sekolah (Drs. Agung Wardoyo)
Komite sekolah (Suharkim S.Pd) Kepala Tata Usaha (Tri Nasi)
Wk.Ur.Kurikulum
Wk. Ur. Sarpas
Wk. Ur. Kesiswaan
Wk. Ur.Humas
Dra. Sukamti M.Pd
Drs. Badrun
Jumadi S.Pd
Drs. Munjari
Guru
Koordinator BP Siswa Gambar 5. Struktur Organisasi SMA Negeri 1 Boyolali b. Visi, Misi dan Tujuan SMA Negeri 1 Boyolali
Setiap sekolah pasti memiliki visi, misi dan tujuan tertentu yang akan menjadi patokan seluruh elemen pembelajaran dalam bertindak, sehingga dapat terus meningkatkan mutu sekolah dari waktu ke waktu. Adapun visi dan misi SMA Negeri 1 Boyolali, sebagai berikut: 1) Visi Terwujudnya sekolah yang berkualitas dan berprestasi dengan kompetensi bertaraf internasional berdasarkan iman dan takwa. 2) Misi Untuk mewujudkan visi di atas maka SMA Negeri 1 Boyolali mempunyai misi, sebagai berikut: a) Mewujudkan percapaian sekolah yang berkualitas dan berprestasi sesuai dengan standar nasional pendidikan b) Mewujudkan sekolah berkualitas internasional melalui pembelajaran dan bimbingan yang efektif, kreatif, inovatif dan relevan dengan kebutuhan masyarakat serta perguruan tinggi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
60 c) Mewujudkan prestasi sekolah di bidang akademik maupun non akademik bertaraf internasional d) Mewujudkan sekolah yang memiliki kompetensi akademik dalam bidang ICT dan dapat bersaing secara internasional e) Mewujudkan sekolah sebagai insan yang memiliki keimanan dan ketakwaan yang tangguh di era globalisasi f) Mewujudkan fasilitas sekolah yang relevan, mutakhir dan berwawasan internasional. c. Fungsi dan Tugas Sekolah serta Pengelola Sekolah 1) Fungsi Dan Tugas Sekolah Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang berfungsi sebagai unit pelaksana teknis pendidikan formal, secara garis besar mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut : a) Melaksanakan pendidikan formal selama jangka waktu tertentu sesuai dengan jenis, jenjang dan sifat sekolah tersebut. b) Melaksanakan pendidikan dan pengajaran sesuai dengan kurikulum yang berlaku. c) Melaksanakan urusan Tata Usaha dan urusan rumah tangga sekolah. d) Membina kerjasama dengan orang tua masyarakat dan dunia usaha. e) Membina organisasi siswa intra sekolah (OSIS). f) Bertanggung jawab kepada Kantor Wilayah Departemen Pendidikan Nasional. 2) Fungsi Dan Tugas Pengelola Sekolah a)
Kepala Sekolah Dalam melaksanakan peran / fungsinya kepala sekolah melaksanakan
tugas yang banyak dan kompleks yaitu: (1) Dalam
perannya
sebagai
pendidik,
kepala
sekolah
bertugas
membimbing guru, karyawan, siswa, mengembangkan staf, mengikuti perkembangan IPTEK dan menjadi contoh dalam proses pembelajaran. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
61 (2) Dalam perannya sebagai manager, kepala sekolah bertugas menyusun program, menyusun pengorganisasian sekolah, menggerakkan staf, mengoptimalkan sumber daya sekolah dan mengendalikan kegiatan. (3) Sebagai
administrator,
kepala
sekolah
bertugas
mengelola
administrasi, kegiatan belajar mengajar dan bimbingan konseling, kesiswaan, ketenagaan, keuangan, sarana dan prasarana, persuratan, dan urusan rumah tangga sekolah. (4) Sebagai supervisor, kepala sekolah bertugas menyusun program supervise pendidikan, memanfaatkan hasil supervise. (5) Sebagai
pemimpin,
kepala
sekolah
bertugas
menyusun
dan
mensosialisasikan visi dan misi suatu program sekolah, mengambil keputusan, melakukan komunikasi. (6) Sebagai pembaharu, kepala sekolah bertugas mencari dan melakukan pembaharuan dalam berbagai aspek, mendorong guru, staf dan orang tua
untuk
memahami
dan
memberikan
dukungan
terhadap
pembaharuan yang ditawarkan. (7) Sebagai pembangkit minat (motivator), kepala sekolah bertugas menkondisikan lingkungan kerja, suasana kerja, membangun prinsip penghargaan dan hukuman (reward and punishment) yang sistemik.
b)
Wakil Kepala Sekolah Pada dasarnya tugas dan tanggung jawab wakil kepala sekolah adalah
hampir sama dengan kepala sekolah. Apabila kepala sekolah tidak dapat hadir melaksanakan
tugas
dan
tanggung
jawabnya,
maka
dilaksanakan oleh wakil kepala sekolah. (1) Koordinator Wakasek (a) Mewakili tugas kepala sekolah secara langsung. (b) Mengkoordinasi tugas wakasek yang lain. (2) Wakasek Kesiswaan (a) Menyusun programcommit pembinaan kesiswaan. to user
kewajibannya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
62 (b) Melaksanakan bimbingan, pengarahan dan pengendalian kegiatan siswa dalam rangka menegakkan disiplin dan tata tertib sekolah serta pemilihan pengurus Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS). (c) Membina pengurus OSIS dalam berorganisasi. (d) Menyusun program dan jadwal pembinaan siswa secara berkala dan insidental. (e) Membina dan melaksanakan koordinasi keamanan, kebersihan, ketertiban, kerindangan, keindahan, kekeluargaan. (f) Melaksanakan pemilihan calon siswa teladan dan calon siswa penerima beasiswa. (g) Mengadakan pemilihan siswa untuk mewakili sekolah dalam kegiatan di luar sekolah. (h) Mengatur mutasi siswa. (i) Menyusun program kegiatan ekstra kurikuler. (j) Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan kesiswaan secara berkala. (3) Wakasek Kurikulum (a) Menyusun program pengajaran. (b) Menyusun Pembagian tugas guru dan jadwal pelajaran. (c) Menyusun jadwal dan pelaksanaan ulangan umum serta ujian akhir. (d) Menerapkan kriteria persyaratan naik atau tidak naik dan kriteria kelulusan. (e) Mengatur jadwal penerimaan buku Laporan Penilaian Hasil Belajar dan Surat Tanda Tamat Belajar (STTB). (f) Mengkoordinasi dan mengarahkan penyusunan satuan pelajaran. (g) Menyusun laporan pelaksanaan pelajaran. (h) Membina kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). (i) Membina kegiatan sanggar Pusat Kegiatan Guru (PKG) atau Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) atau media. (j) Melaksanakan pemilihan guru teladan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
63 (k) Membina kegiatan lomba-lomba bidang akademis seperti Lomba Penelitian Imiah Remaja (LPIR), Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR), Olimpiade Sain Nasional (OSN), Test of English as a Foreign Language (TOEFL), mengarang dan lain-lain. (4) Wakasek Humas (a) Mengatur dan menyelenggarakan hubungan sekolah dengan orang tua atau wali murid. (b) Membina hubungan antara sekolah dengan komite sekolah. (c) Membina pengembangan hubungan antara sekolah dengan lembaga pemerintah dan lembaga sosial lainnya. (d) Menyusun laporan pelaksanaan hubungan masyarakat secara berkala. (5) Wakasek Sarana dan Prasarana (a) Menyusun rencana kebutuhan sarana dan prasarana sekolah. (b) Merencanakan Rencana Anggaran Pemasukan dan Belanja Sekolah (RAPBS). (c) Mengkoordinasi pendayagunaan sarana dan prasarana. (d) Pengelola pembiayaan alat-alat pengajaran. (e) Menyusun laporan pelaksanaan urusan sarana dan prasarana secara berkala. c) Karyawan / Tata Usaha Sekolah Kepala unit tata usaha mempunyai tugas melaksanakan urusan ketatausahaan sekolah, meliputi : (1) Menyusun program tata usaha sekolah. (2) Mengelola keuangan sekolah. (3) Mengurus administrasi ketenagaan dan siswa. (4) Membina dan pengembangan karier pegawai tata usaha. (5) Menyusun administrasi perlengkapan sekolah. (6) Menyusun dan penyajian data atau statistic sekolah. (7) Mengkoordinasi dan melaksanakan keamanan, kebersihan, ketertiban, commit to user kerindangan, keindahan, kekeluargaan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
64 (8) Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan pengurusan ketatausahaan secara berkala d) Sie Perpustakaan (1) Merencanakan pengadaan buku atau bahan pustaka atau media elektronika. (2) Mengurus layanan perpustakaan. (3) Memelihara dan perbaikan buku-buku atau bahan pustaka atau media elektronika. (4) Menyimpan buku-buku perpustakaan atau media elektronika. (5) Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan perpustakaan secara berkala. e) Sie Bimbingan dan Penyuluhan (1) Menyusun program pelaksanaan bimbingan dan konseling.
(2) Melakukan koordinasi dengan wali kelas dalam rangka mengatasi masalah-masalah yang dihadapi oleh siswa tentang kesulitan belajar. (3) Memberikan layanan bimbingan kepada siswa agar lebih berprestasi dalam kegiatan belajar. (4) Memberikan saran dan pertimbangan kepada siswa agar dalam memperoleh gambaran tentang lanjutan pendidikan dan lapangan pekerjaan yang sesuai. (5) Mengadakan penilaian pelaksanaan bimbingan dan konseling. (6) Menyusun statistik hasil penilaian bimbingan dan konseling. (7) Melaksanakan kegiatan analisis hasil evaluasi belajar. (8) Menyusun dan melaksanakan program tindak lanjut bimbingan dan konseling. (9) Mengikuti kegiatan musyawarah guru pembimbing. (10) Menyusun laporan pelaksanaan bimbingan dan konseling. f)
Wali Kelas Wali kelas sekaligus sebagai pembantu pelaksanaan Bimbingan dan
Penyuluhan (BP) bertanggung jawab atas pengelolaan kelas baik teknik commit to user administrasi maupun segi edukatif.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
65 (1) Pengelolaan kelas. (2) Penyelenggaraan administrasi kelas meliputi: (a) Denah tempat duduk siswa. (b) Papan absen siswa. (c) Daftar pelajaran kelas. (d) Daftar piket kelas. (e) Buku absensi siswa. (f) Buku kegiatan pembelajaran atau buku kelas. (g) Tata tertib kelas. (3) Penyusunan atau pembuatan statistik bulanan siswa. (4) Pengisian daftar kumpulan nilai siswa. (5) Pembuatan catatan khusus tentang siswa. (6) Pencatatan mutasi siswa. (7) Pengisian buku laporan penilaian hasil belajar. (8) Pembagian buku laporan penilaian hasil belajar. g)
Guru Bidang Studi (1)
Membuat perangkat program kerja.
(2)
Melaksanakan kegiatan pembelajaran.
(3)
Melaksanakan kegiatan penilaian proses belajar.
(4)
Melaksanakan analisis hasil ulangan harian.
(5)
Menyusun dan melaksakan program perbaikan dan pengayaan.
(6)
Mengisi daftar nilai siswa.
(7)
Melaksanakan kegiatan pengimbasan pengetahuan kepada guru lain dalam kegiatan PBM.
(8)
Membuat alat pelajaran atau alat peraga.
(9)
Mengikuti kegiatan pengembangan dan pemasyarakatan kurikulum.
(10) Melaksanakan tugas tertentu di sekolah. (11) Menumbuh kembangkan sikap menghargai karya seni. (12) Membuat catatan tentang kemajuan hasil belajar siswa. (13) Mengatur kebersihan ruang kelas dan ruang praktikum. commit to user h) Guru Jaga/Piket
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
66 Bertanggung jawab atas terselengaranya tata tertib pelajaran sehari-hari dengan melaksanakan langkah-langkah : (1) Siaga di sekolah sebelum pelajaran dimulai sampai pelajaran berakhir (2) Mengisi dan atau menertibkan jam kosong dengan catatan tidak diperkenankan mengajukan jam pelajaran (3) Menyelenggarakan presensi guru (4) Membantu Kepala Sekolah dalam menghadapi problematika sekolah antara lain perkelahian, ancaman, siswa bolos, dll Daftar guru SMA N 1 Boyolali disajikan dalam Lampiran 6.
B. Diskripsi Hasil Penelitian Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah Strategi peningkatan wawasan kebangsaan melalui pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia dalam menanamkan sikap nasionalisme pada siswa SMA Negeri 1 Boyolali. Untuk mempermudah pengkajian permasalahan maka penulis memilih data yang benarbenar dapat dipakai dalam memecahkan permasalahan, sehingga data-data tersebut dapat menjawab rumusan masalah yang ditentukan. 1. Proses Pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia dalam Meningkatkan Wawasan Kebangsaan Siswa SMA Negeri 1 Boyolali a. Latar Belakang Pemutaran Lagu-lagu Perjuangan Indonesia Perkembangan informasi dan era globalisasi yang mulai merebak di kalangan remaja sekarang ini menjadi perhatian serius bagi generasi muda. Hal ini disebabkan dukungan alat komunikasi yang semakin canggih dan mudahnya akses transportasi yang semakin berkembang dirasakan membuat jarak antara negara satu dengan negara-negara yang lain hampir tidak ada, sehingga perubahan kebudayaan karena mudahnya akulturasi budaya sangat sulit untuk dihindari. Akulturasi budaya itu sendiri seperti dua mata pisau yang memiliki sisi negatif dan sisi positif. Apabila akulturasi memiliki sisi positif, maka akan memberikan keuntungan bagi commit bangsatodan usernegara. Tetapi sebaliknya apabila
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
67 akulturasi budaya itu yang menonjol adalah sisi negatif maka akan merugikan bangsa itu sendiri. Salah satu dampak dari akulurasi budaya yang menjadi masalah adalah minatnya para masyarakat terhadap budaya musik populer seperti jazz, rock, reggae, disco dan pop yang berakibat menurunnya minat masyarakat terutama para remaja terhadap lagu-lagu perjuangan Indonesia. Berikut ini hasil wawancara tentang latar belakang pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia
dengan Bapak Jumadi selaku wakil kepala sekolah
urusan kesiswaan, yaitu sebagai berikut : Pada dasarnya hal yang melatar belakangi pihak sekolah memutarkan lagu-lagu perjuangan Indonesia, yang pertama tentunya untuk menumbuhkembangkan karakter kebangsaan pada anak dan rasa cinta tanah air, yang kedua itu karena dirasa mulai lunturnya penghafalan lagu-lagu perjuangan pada anak, selanjutnya yang ketiga adalah kurangnya minat siswa pada lagu-lagu perjuangan Indonesia, dan yang terakhir kenyataan siswa lebih sering memutar lagu-lagu modern, pop, rock, underground dan dangdut. (wawancara: Rabu, 16 Mei 2012) Sementara itu bapak Panut selaku guru mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan mengatakan bahwa : Adanya pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia di SMA Negeri 1 Boyolali dikarenakan sekolah merasa prihatin untuk anak-anak jaman sekarang nilai nasionalismenya menurun tidak seperti di tahun 1990-an. Hal ini mungkin dikarenakan perkembangan Iptek yang terlalu mempengaruhi pola hidup anak-anak jaman sekarang. Atas dasar itulah sehingga sekolah dirasakan perlu membangkitkan rasa nasionalisme melalui lagu-lagu perjuangan Indonesia. (wawancara: Senin, 21 Mei 2012) Hal serupa disampaikan oleh bapak Setyo Budi yang juga merupakan guru mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan menyatakan bahwa: “Siswa sekarang lebih minat pada lagu-lagu Pop, Rock, Underground dan yang lainnya sehingga mereka tidak hafal dengan lagu-lagu perjuangan karena tidak memilki minat” (wawancara: Senin, 21 Mei 2012). Menurut bapak Setyo Budi “Dikarenakan sekarang para remaja kurang minat dengan lagu-lagu perjuangan maka wajar apabila rasa semangat kebangsaan mereka luntur, maka dari itulah sekolah memutarkan lagu-lagu agar timbul minat siswa tehadap commit to user lagu-lagu perjuangan”. (wawancara: Senin, 21 Mei 2012)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
68 Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hal yang melatarbelakangi adanya pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia di SMA Negeri 1 Boyolali adalah sekolah merasa perlu membangkitkan sikap nasionalisme siswa, karena siswa sekarang kurang minat dengan lagu-lagu perjuangan Indonesia. Selanjutnya berdasarkan hasil wawancara dari para siswa, kebanyakan menganggap bahwa pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia dikarenakan kurangnya minat siswa terhadap lagu-lagu perjuangan Indonesia. Salah satunya adalah Ranu Wibisono siswa kelas X5 yang menyatakan bahwa “Melihat anak muda sekarang kurang menyukai lagu-lagu perjuangan, mereka lebih suka lagu-lagu yang cinta-cintaan yang intinya luapan perasaan”(wawancara: 19 Mei 2012). Hal tersebut diperkuat dengan hasil wawancara bersama bagas Kuncoro Aji siswa kelas X5 yang menyatakan bahwa “Anak jaman sekarang itu kurang minat dengan lagu-lagu perjuangan. Minatnya dengan musik jaman sekarang seperti Underground, girlband, cerybell, smash , metal”. (wawancara: Sabtu, 19 Mei 2012) Pendapat lain yang serupa dengan hal tersebut adalah hasil wawancara dengan Wakhid Nur Rohman siswa kelas XI IPA 1, Anzhila Rahma Arifana siswa Kelas XI IPA 5 dan Bayu Eka Yudha Siswa kelas XII IPA 6. Wakhid Nur Rohman menyatakan bahwa “Di jaman sekarang itu para generasi muda lebih menyukai lagu-lagu rock, kadang budaya Indonesia atau lagu Indonesia ditinggalkan, jadi pihak sekolah ingin para siswanya tahu budaya Indonesia dan rasa nasionalismenya itu bangkit kembali” (wawancara: Sabtu, 19 Mei 2012). Kemudian menurut Anzhila Rahma Arifana “Jaman sekarang kan anak-anak kurang minat dengan lagu-lagu perjuangan Indonesia, tetapi lebih minat terhadap Boyband, Girlband dan musik jaman sekarang lainnya” (wawancara: Sabtu, 19 Mei 2012). Hal tersebut dipertegas oleh Bayu Eka Yudha yang menyatakan bahwa “Alasan sekolah memutarkan lagu-lagu perjuangan Indonesia karena karena anak remaja jaman sekarang kurang minat dan lupa dengan lagu-lagu perjuangan Indonesia”. (wawancara: Senin, 21 Mei commit to user 2012)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
69 Dengan demikian, kurang minatnya anak muda terhadap lagu perjuangan Indonesia sendiri disebabkan dua faktor yaitu: pertama, anak muda sekarang lebih suka lagu yang bertema percintaaan yang intinya luapan perasaan bukan bertema perjuangan dan yang kedua anak muda sekarang tidak suka sesuatu yang monoton tetapi lebih menyukai hal yang baru seperti variasi aliran musik seperti pop, jazz, rock dan lain sebagainya. Berdasarkan berbagai pendapat siswa di atas dapat disimpulkan bahwa yang melatarbelakangi adanya pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia di karenakan siswa sekarang kurang minat dengan lagu-lagu perjuangan Indonesia sehingga perlu dikenalkan dengan lagu-lagu perjuangan Indonesia. b. Tujuan Pemutaran Lagu-lagu Perjuangan Indonesia Selain hal yang melatarbelakangi adanya pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia di SMA Negeri 1 Boyolali, tentu saja ada tujuan yang hendak dicapai atau diinginkan oleh pihak sekolah. Berdasarkan kegiatan wawancara yang telah dilakukan dengan guru kebanyakan tujuan diadakannya pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia adalah menumbuhkan sikap nasionalisme pada siswa. Dalam
kaitannya
dengan
tujuan
adanya
pemutaran
lagu-lagu
perjuangan Indonesia di SMA Negeri 1 Boyolali bapak Jumadi mengemukakan bahwa “Tujuan adanya pemutaran lagu-lagu perjuangan di SMA Negeri 1 Boyolali ini adalah untuk menumbuhkembangkan rasa kebangsaan pada siswa, agar siswa lebih semangat”. (wawancara: Rabu, 16 Mei 2012) Kemudian bapak Panut menyatakan bahwa “Tujuan utamanya adalah membangkitkan rasa nasionalisme siswa” (wawancara: Senin, 21 Mei 2012). Sedangkan menurut bapak Ragil yang merupakan guru mata pelajaran Biologi “Tujuannya adalah agar para siswa itu mengerti dan tahu isi dari lagu-lagu perjuangan Indonesia agar kemudian dilaksanakan dalam kehidupan seharihari” (wawancara: Senin, 21 Mei 2012). Sementara itu bapak Setyo Budi menyatakan bahwa “Tujuannya secara umum adalah menumbuhkan rasa semangat kebangsaan pada siswa yang mulai commitpemutaran to user luntur, sehingga dengan adanya lagu-lagu perjuangan dapat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
70 mengingatkan siswa pada perjuangan para pahlawan yang terdahulu” (wawancara: 21 Mei 2012). Kemudian bapak Ragil menyatakan bahwa “Tujuan lainnya adalah agar siswa itu teringat para pahlawan dan mencontoh pahlawan yang terdahulu yang dengan semangat memperjuangkan bangsa Indonesia”. (wawancara: 21 Mei 2012). Berdasarkan pendapat guru di atas disimpulkan bahwa tujuan pihak sekolah dengan adanya pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia di SMA Negeri 1 Boyolali adalah Untuk lebih mengenalkan siswa kepada lagu-lagu perjuangan Indonesia sehingga siswa tahu liriknya, kemudian memahami dan menghayati lirik dari lagu-lagu Perjuangan tersebut agar tumbuh rasa kebangsaan atau sikap nasionalisme. Demikian pula dengan hasil kegiatan wawancara kepada siswa dalam kaitannya dengan tujuan adanya pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia di SMA negeri 1 Boyolali kebanyakan menganggap tujuan utamanya agar para siswa memiliki sikap nasionalisme yang kuat. Bagas Kuncoro Aji menyatakan bahwa “Tujuannya yaitu untuk menumbuhkan rasa kebangsaan dan supaya teman-teman lebih suka dengan lagu-lagu perjuangan, bukan hanya menyukai lagu-lagu jaman sekarang yang hanya mementingkan seni dan cenderung melupakan para pahlawannya” (wawancara: Sabtu, 19 Mei 2012). Demikian pula menurut Fita Nafisa yang merupakan siswa kelas XI IPA 3 “Intinya bertujuan menumbuhkan rasa nasionalisme dan mengenalkan ini lho lagu-lagu perjuangan Indonesia. (wawancara: Sabtu, 19 Mei 2012). Demikian pula Nurul Fadhilah siswa kelas XI IPA 3 menyatakan bahwa “Untuk menumbuhkan sikap nasionalisme dan mengingat serta mencontoh perjuangan para pahlawan yang telah berjuang” (wawancara: Sabtu, 19 Mei 2012). Sedangkan menurut Rizka Yusrina siswa kelas XI IPS 2 “untuk menanamkan nilai nasionalisme pada siswanya. Selain itu sekolah ini kan menyiapkan generasi masa depan, sehingga sekolah menyiapkan generasi yang akan datang yang memiliki sikap nasionalisme”. (wawancara: Sabtu, 19 Mei commit to user 2012).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
71 Berdasarkan pendapat siswa di atas kesimpulan yang diambil tidak jauh berbeda dengan pendapat guru, bahwa tujuan dari pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia di SMA Negeri 1 Boyolali adalah untuk lebih mengenalkan siswa kepada lagu-lagu perjuangan Indonesia agar siswa hafal dan menyanyikannya sehingga dapat tertanam rasa kebangsaan pada siswa yang merupakan generasi penerus.
c. Pelaksanaan Pemutaran Lagu-lagu Perjuangan Indonesia Di SMA Negeri 1 Boyolali Pemutaran lagu-lagu perjuangan di SMA Negeri 1 Boyolali dilaksanakan setiap hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis dan Sabtu pada jam ke-0 sampai dengan jam ke-1 yaitu jam 06:30 – 07:00 sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai. Sedangkan di hari Jum’at tidak ada pemutaran lagu-lagu perjuangan karena diganti dengan pemutaran lagu-lagu yang bernuansa rohani. Bapak Jumadi menyatakan bahwa “Pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia setiap hari dari jam 06:30 - 07:00 WIB sebelum pelajaran dimulai, kecuali ada test, acara penting dan hari jum’at. Karena pada hari jum’at yang diputar adalah lagu-lagu rohani” (wawancara: 16 Mei 2012). Demikian pula menurut bapak Ragil “Pemutaran dilakukan sebelum kegitan belajar mengajar dimulai, yaitu dari jam ke-0 sampai jam ke-1, biasanya mulai pukul 06:30 WIB”.(wawancara: 21 Mei 2012) Demikian pula dengan hasil wawancara terhadap siswa berkaitan dengan pelaksanaan pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia, menurut Wakhid Nur Rohman “Setiap hari jam 06:30-07:00 (bel masuk), selain hari Jum’at karena hari Jum’at itu identik suasana rohani” (wawancara: 19 Mei 2012). Sedangkan menurut Bayu Eka Yudha “Setiap hari jam 06:30-07:00 ketika siswa tiba di sekolah”. Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa proses pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia oleh pihak sekolah yang pelaksanaannya berpusat di ruang wakasek, dilaksanakan setiap hari dari jam to userjam 06:30 - 07:00 WIB sebelum ke-0 sampai dengan jam ke-1commit atau sekitar
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
72 pelajaran di mulai, kecuali ada test, acara penting dan hari Jum’at. Karena pada hari Jum’at yang diputar adalah lagu-lagu rohani dan dilakukan terus menerus sehingga menjadi rutinitas dalam lingkungan SMANegeri 1 Boyolali. Berdasarkan dokumen yang didapat, terdapat koleksi lagu-lagu perjuangan Indonesia yang dimiliki oleh SMA Negeri 1 Boyolali berupa VCD, kaset pita dan soft file. Dan dari sekian banyak koleksi lagu-lagu perjuangan yang ada di SMA Negeri 1 Boyolali yang sering diputar antara lain: Indonesia raya, syukur, satu nusa satu bangsa, bagimu negeri, garuda Pancasila, halo-halo bandung, maju tak gentar, berkibarlah benderaku, dan berkibarlah benderaku. 2. Pengaruh Pemutaran Lagu-lagu Perjuangan Indonesia terhadap Sikap Nasionalisme Siswa SMA Negeri 1 Boyolali Sesuai dengan amanah Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003, yaitu pendidikan tidak hanya membentuk insan siswa yang cerdas, namun juga berkepribadian dan berkarakter sehingga nantinya akan lahir generasi bangsa yang tumbuh berkembang dengan karakter yang bernafas nilai-nilai luhur bangsa serta agama. Untuk mewujudkan hal tersebut maka siswa sebagai penerus bangsa harus berperilaku baik dan berdasarkan pada nilai-nilai kebangsaan. Generasi muda adalah harapan suatu bangsa. Suatu bangsa akan menjadi lebih besar di mata dunia jika generasi muda sebagai generasi penerus memiliki kecerdasan yang mumpuni yang mampu memberikan kreasi dan inovasi yang dapat memajukan bangsanya. Akan tetapi akan menjadi percuma jika kecerdasan generasi penerus itu tidak diimbangi dengan sikap nasionalisme yang kuat terhadap bangsanya, bukannya berinisiatif untuk memajukan bangsanya akan tetapi yang terjadi adalah generasi penerus tersebut meyerang dan memberontak terhadap negaranya, baik dengan teror maupun menjadi tenaga ahli bagi negara lain. Nasionalisme merupakan suatu keadaan jiwa dan suatu kepercayaan seseorang terhadap negara dan bangsanya sehingga menimbulkan suatu commit todengan user suatu pengabdian yang berguna kesetiaan secara total yang diwujudkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
73 bagi negara dan bangsanya. Sehingga apabila siswa telah memiliki sikap nasionalisme sejak awal maka siswa akan beranggapan bahwa belajar bukanlah kepentingan individu saja, akan tetapi dapat dikatakan sebagai suatu pengabdian terhadap bangsanya. Hal tersebut dikarenakan siswa sebagai generasi penerus adalah cerminan masa depan bangsa Indonesia, apabila rajin belajar maka bangsa Indonesia ke depannya diisi oleh sumber daya manusia yang cerdas dan maju. Sehingga bukan tidak mungkin bangsa Indonesia akan menjadi negara maju. Setiap sekolah pastinya ingin memiliki dan menghasilkan siswa yang cerdas, berkepribadian baik dan memiliki rasa kebangsaan yang kuat. Begitu juga dengan SMA Negeri 1 Boyolali yang merupakan rintisan sekolah bertaraf internasional. Meskipun bertaraf internasional, bukan berarti segala sesuatu yang diberikan kepada siswanya harus serba internasional tetapi juga harus memperhatikan nilai-nilai kebangsaan Indonesia. Sehingga dengan begitu sekolah dapat menghasilkan siswa yang memiliki kompetensi internasional dan berkepribadian yang mengusung nilai luhur bangsa Indonesia dan yang terpenting adalah mempunyai sikap nasionalisme yang kuat. Melihat kondisi siswa yang semakin menipis sikap nasionalismenya. pihak sekolah merasa prihatin dan berkeinginan untuk membangkitkan kembali semangat kebangsaan siswa agar lebih termotivasi dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar di SMA Negeri 1 Boyolali. Adapun strategi yang digunakan oleh pihak sekolah dalam membangkitkan nasionalisme para siswanya adalah dengan memutarkan lagu-lagu perjuangan Indonesia setiap hari sebelum jam pelajaran dimulai.
a. Pengaruh Pemutaran Lagu-lagu Perjuangan Indonesia Dalam upaya membangkitkan nasionalisme pada diri siswa, sekolah memutarkan lagu-lagu perjuangan Indonesia setiap pagi sebelum jam kegiatan belajar mengajar dimulai. Hal ini diharapkan mampu memberikan suatu motivasi kepada siswa agar terpengaruh dan memiliki semangat to user kebangsaan yang kuat dalam commit diri mereka.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
74 Berikut ini merupakan hasil wawancara tentang pengaruh pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia terhadap Sikap Nasionalisme Siswa SMA Negeri 1 Boyolali dengan bapak Jumadi yang menyatakan bahwa : Adapun pengaruh pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia terhadap Sikap Nasionalisme Siswa SMA Negeri 1 Boyolali pengaruhnya ke diri siswa tentunya siswa akan terbiasa mendengar lagu-lagu perjuangan Indonesia dan secara tidak langsung memahami dan menghafal lagulagu tersebut, kemudian memahami maknanya sehingga rasa nasionalisme dapat tertanam lewat itu. Kami yakin karena orang bisa berubah sikap ketika telah memahami sesuatu, menghargai diawali dengan mendengarnya kemudian dihafalkan, dinyanyikan, menghayati dan selanjutnya dilakukan atau diwujudkan dengan perbuatan. (wawancara: Rabu, 16 Mei 2012) Sementara itu bapak Panut menyatakan bahwa: Dengan siswa terbiasa mendengar dan tahu liriknya, kemudian memahami isinya maka perilaku siswa dapat berubah menjadi lebih baik, nasionalis dan berbakti pada negeri. Misalnya: Cinta sesama, hal ini terlihat ketika siswa dan siswi SMA Negeri 1 Boyolali membuat posko bencana sendiri tanpa perintah dari pihak guru ketika ada bencana erupsi merapi kemarin. (wawancara: Senin, 21 Mei 2012) Berkaitan dengan keyakinan bahwa pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia
berpengaruh
terhadap
nasionalisme
siswa.
Bapak
Panut
menyatakan bahwa “Saya yakin, dengan siswa terbiasa mendengar, kemudian tahu dan hafal liriknya pasti siswa akan memahami dan menghayati lirik tersebut. Sehingga bukan tidak mungkin siswa akan lebih bersikap nasionalisme dalam kehidupan sehari-hari” (wawancara: Senin, 21 Mei 2012). Demikian pula menurut bapak Setyo Budi “Saya yakin dengan siswa terbiasa mendengarkan, siswa akan tahu dan hafal liriknya kemudian menyanyikan, memahami dan menghayati pesan yang terkandung di dalamnya sehingga siswa bisa tahu mana yang harus diperbuat bagi negaranya”. (wawancara: Senin, 21 Mei 2012) Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pihak sekolah memiliki keyakinan
bahwa
pemutaran
lagu-lagu
perjuangan
Indonesia
dapat
mempengaruhi sikap Nasionalisme Siswa SMA Negeri 1 Boyolali karena commit to lagu-lagu user apabila siswa terbiasa mendengarkan perjuangan Indonesia maka
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
75 siswa akan tahu dan hafal liriknya. Setelah siswa tahu dan hafal kemudian siswa akan menyanyikannya dan secara tidak langsung siswa akan dapat memahami dan menghayati pesan yang disampaikan lagu-lagu perjuangan tersebut sehingga siswa akan mengerti apa yang harus dilakukan bagi bangsa dan negarannya. Sementara itu, hasil wawancara tentang pengaruh pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia terhadap Sikap Nasionalisme Siswa SMA Negeri 1 Boyolali dengan siswa kebanyakan siswa menjawab lebih terbiasa mendengar dan tahu liriknya. Selain itu siswa juga termotivasi untuk lebih bersikap nasionalis. Bagas Kuncoro Aji menyatakan bahwa “Adapun pengaruhnya yang pertama, saya lebih ada greget (semangat) belajar pas lagi KBM, terus saya juga merasa bangga dengan Indonesia, selain itu saya juga terbiasa mendengarkan lagu-lagu tersebut dan terkadang ikut menyanyi ketika mendengarnya secara tidak sadar” (wawancara: Sabtu, 19 Mei 2012). Demikian pula menurut Nurul Fadhilah “Kita menjadi lebih semangat belajar, karena kita teringat perjuangan para pahlawan kita, selain itu kita juga terbiasa mendengarkan lagu-lagu perjuangan yang jarang didengar oleh anak jaman sekarang. Apalagi anak sekarang lebih suka dangdutan, boyband, girlband”. (wawancara: Sabtu, 19 Mei 2012) Lagu-lagu perjuangan Indonesia dapat menjadi salah satu hal yang dapat dijadikan alat oleh para masyarakat Indonesia agar merasa bangga sebagai bangsa Indonesia di tengah banyaknya kasus korupsi dan bobroknya birokrasi di negara ini. Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa mengenai pengaruh pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia, Anzhila Arifana menyatakan bahwa: Pertama saya lebih terbiasa mendengar lagu-lagu Perjuangan Indonesia sehingga saya juga menjadi ikut menyanyikan lagu-lagu perjuangan Indonesia. Selain itu sebenarnya saya bangga terhadap bangsa Indonesia jika mendengar lirik lagu-lagu perjuangan Indonesia tetapi jikacommit melihat sekarang yang banyak korupsi, saya to user kecewa. (wawancara: Sabtu, 19 Mei 2012)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
76 Demikian pula dengan Fita Nafisa yang menyatakan bahwa : Pertama saya lebih terbiasa mendengarkan lagu-lagu perjuangan Indonesia dan sedikit banyak memberikan saya motivasi untuk cinta terhadap negeri sendiri. Apabila melihat dari lagu-lagu perjuangan, saya bangga dengan Indonesia, tetapi kalau melihat Indonesia yang sekarang agak kecewa. Karena dengan lagu-lagu perjuangan kita dapat mengingat jasa para pahlawan yang terdahulu. (wawancara: Sabtu, 19 Mei 2012) Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh awal dari adanya pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia di SMA Negeri 1 Boyolali adalah siswa lebih terbiasa mendengarkan lagu-lagu Perjuangan Indonesia dan merasa lebih bangga dengan bangsa Indonesia. Akan tetapi hal tersebut, ada yang mendasari atau yang membuat yakin siswa dengan adanya pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia dapat menumbuhkan sikap nasionalisme pada diri mereka. Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa ada beberapa hal yang membuat siswa yakin bahwa dengan adanya pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia dapat mempengaruhi sikap nasionalisme pada diri mereka. Bagas Adi Kuncoro menyatakan bahwa “Saya pribadi yakin, karena saya terbiasa mendengar dan tahu maknanya. Misalnya Garuda Pancasila yang membuat saya tahu kalau Pancasila adalah pribadi bangsa” (wawancara: Sabtu, 19 Mei 2012). Demikian pula menurut Ranu Wibisono “Saya yakin, jadi terbiasa dengarkan lagu dan dengan adanya pemutaran lagu-lagu perjuangan saya lebih tahu maknanya dan ingat perjuangan para pahlawan yang dahulu berjuang”. (wawancara: Sabtu, 19 Mei 2012) Sementara itu Wakhid Nur Rohman menyatakan bahwa: Saya yakin, kita lihat saja dari liriknya terus kita resapi maknanya kan sudah terlihat jelas. Kelihatan kalau kita tahu maknanya, kita akan lebih bersyukur sama Allah SWT tentang bagaimana perjuangan para pahlawan kita. Sehingga dapat berpikir bagaimana cara melanjutkan, melestarikan dan memajukan bangsa Indonesia. (wawancara: Sabtu, 19 Mei 2012) Demikian pula dengan Rizka Yusrina yang menyatakan bahwa “Kalau commit to user Indonesia itu lebih mendorong diri saya yakin, karena dari lagu Perjuangan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
77 kita untuk mengingat bahwa negara kita ini harus dimajukan” (wawancara: Sabtu, 19 Mei 2012). Sementara itu menurut Anzhila Rahma Arifana “Saya yakin, karena dari lagu perjuangan Indonesia saya bisa merasa bangga menjadi bangsa Indonesia dengan mengingat jasa para pahlawan”. (wawancara: Sabtu, 19 Mei 2012) Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa siswa yakin bahwa dengan adanya pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia dapat mempengaruhi sikap nasionalisme pada diri mereka dikarenakan : 1) Siswa lebih terbiasa mendengar kemudian tahu liriknya; 2) Siswa menjadi hafal kemudian menyanyikannya sehingga mereka dapat memahami dan menghayati lirik lagu perjuangan Indonesia; 3) Dengan adanya pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia siswa menjadi teringat perjuangan para pahlawan yang terdahulu sehingga termotivasi untuk memajukan bangsa dan negara ini; 4) Siswa menjadi lebih bangga terhadap bangsa Indonesia karena teringat perjuangan para pahlawan yang terdahulu.
b. Wujud Sikap Nasionalisme Siswa SMA Negeri 1 Boyolali Proses pendidikan merupakan suatu sistem yang terdiri dari input, proses dan output. Input merupakan peserta didik yang akan melaksanakan aktivitas belajar, proses merupakan kegiatan dari belajar mengajar sedangkan output merupakan hasil dari proses yang dilaksanakan. Dari pelaksanaan proses pendidikan tersebut diharapkan dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing yang tinggi serta memiliki kepribadian atau watak yang baik. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, SMA Negeri 1 Boyolali merupakan lembaga pendidikan yang memiliki input bagus sejak awal. Hal ini dikarenakan SMA Negeri 1 Boyolali adalah sekolah menengah negeri favorit yang menerapkan ujian masuk yang sangat ketat. Sehingga semua siswa yang terpilih menjadi peserta didik di SMA Negeri 1 Boyolali merupakan siswa yang memiliki kemampuan lebih dikarenakan merupakan to user siswa-siswa hasil dari seleksi commit yang begitu ketat dan selektif.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
78 Dengan bermodalkan input yang dari awal sudah berkompeten, setidaknya SMA Negeri 1 Boyolali telah memiliki modal awal yang dapat dijadikan dasar untuk menjadikan siswa yang sudah berkompeten tersebut menjadi lebih berkompeten dan berkemampuan yang mumpuni di bidang akademik maupun non akademik. Untuk itu diperlukan suatu proses pengajaran yang berkualitas dan sesuai dengan tahapan perkembangan peserta didik. Dalam proses pengajaran, SMA Negeri 1 Boyolali tidak sepenuhnya hanya bertujuan prestasi akademik tetapi juga non akademik. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya variasi ekstrakurikuler yang ada di SMA Negeri 1 Boyolali, sehingga siswa memiliki kebebasan memilih sesuai dengan minat dan bakat yang mereka miliki. Ekstrakurikuler tersebut antara lain: Pasukan Pengibar Bendera (PASKIBRA), Pramuka, Perintis Rasa Sayang Pada Alam (PERSADA), IT, sepakbola, basket dan tapak suci. (foto ekstrakurikuler dapat dilihat di lampiran 7) SMA Negeri 1 Boyolali dalam proses pengajarannya juga berupaya menanamkan karakter semangat kebangsaan dalam diri siswanya lewat upacara bendera tiap hari senin, tiap tanggal 17 dan tiap peringatan hari-hari besar nasional. Selain itu penanaman sikap nasionalisme juga dilakukan dengan pemutaran lagu-lagu perjuangan setiap hari ketika siswa tiba di sekolah sampai dengan jam pelajaran dimulai. Proses penanaman karakter semangat kebangsaan di SMA Negeri 1 Boyolali tersebut telah berjalan secara sistematis dan terus menerus. Sehingga yang perlu dilakukan adalah melihat output dari proses penanaman karakter semangat kebangsaan tersebut. Wujud dari output tentu saja adalah sikap nasionalisme yang telah diperlihatkan oleh para siswanya. Adapun wujud sikap nasionalisme siswa SMA Negeri 1 Boyolali antara lain : 1) Mengikuti upacara bendera tiap hari Senin, tiap tanggal 17 per bulannya dan tiap memperingati hari besar nasional commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
79 Berkaitan dengan wujud sikap nasionalisme siswa bapak Jumadi menyatakan bahwa: Wujudnya secara sederhana adalah mengikuti upacara bendera, lebih menghargai pemutaran lagu-lagu perjuangan, hal ini terbukti ketika murid datang kesekolah dan langsung memutar lagu pop, dangdut, rock atau lagu favorit lainnya maka mereka akan berhenti memutar lagu tersebut ketika pihak sekolah memutar lagu-lagu perjuangan. (wawancara: Rabu, 16 Mei 2012) Sementara itu bapak Ragil menyatakan bahwa: Wujudnya adalah tak jarang siswa itu ikut bernyanyi ketika ada pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia di pagi hari itu, 95%-98% siswa sini itu mengikuti upacara bendera, adapun yang 2% atau 5% tidak mengikuti upacara karena sakit atau ada halangan yang benarbenar tidak bisa mengikuti upacara”. (wawancara: Senin, 21 Mei 2012)
Berdasarkan wawancara hasil dengan guru dapat disimpulkan bahwa wujud sikap nasionalisme siswa secara sederhana adalah dengan mengikuti upacara bendera. Hasil wawancara yang dilakukan dengan siswa juga didapatkan hasil bahwa wujud sederhana sikap nasionalisme yang mereka adalah mengikuti upacara bendera. Salah satunya adalah Wakhid Nur Rohman yang menyatakan Bahwa : “Wujud nasionalisme yang saya lakukan adalah Saya tiap hari senin juga upacara bendera dan insyaallah khidmat” (wawancara: Sabtu, 19 Mei 2012). Sedangkan menurut Bagas Kuncoro Aji “Saya sering mengikuti upacara bendera, saya juga bangga dan menggunakan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi” (wawancara: Sabtu, 19 Mei 2012). Demikian pula Nurul Fadhilah yang menyatakan bahwa “Mengikuti upacara bendera hari senin dan tiap tanggal 17, Mengikuti pelajaran PPKN untuk megetahui bagaimana menjadi warga negara yang baik” (wawancara: Sabtu, 19 Mei 2012). Sementara itu hal serupa juga diungkapkan oleh Setyo Triyanto siswa kelas XI IPA 5 yang menyatakan bahwa “Wujudnya adalah saya menggunakan bahasa Indonesia ketika ada orang baru dikenal dan mengikuti upacara bendera”. (wawancara: Rabu, 21 Mei 2012) Hal tersebut diatas juga didukung hasil pengamatan atau observasi yang telah dilakukan bahwa para siswa guru melaksanakan kegiatan upacara commitdan to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
80 bendera setiap hari senin, tiap tanggal 17 dan apabila memperingati hari besar nasional secara rutin dan tertib. (Lembar observasi dapat dilihat pada lampiran 8) 2) Menggunakan bahasa Indonesia dengan baik Dalam berkomunikasi, para siswa SMA Negeri 1 Boyolali lebih dominan menggunakan bahasa Indonesia. Dalam kaitannya wujud sikap nasionalisme siswa yang menggunaikan bahasa Indonesia yang baik, Bapak Ragil menyatakan bahwa “Siswa juga menggunakan bahasa Indonesia yang baik ketika melakukan komunikasi dengan guru” (wawancara: Senin, 21 Mei 2012). Sedangkan menurut bapak Setyo Budi “yang sederhana yang saya lihat ya mengikuti upacara bendera, bangga menjadi bangsa Indonesia dan juga menggunakan bahasa Indonesia yang baik” (wawancara: Senin, 21 Mei 2012). Berkaitan dengan hal tersebut, dari pihak siswa yaitu Bagas Kuncoro Aji menyatakan bahwa “Saya sering menggunakan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi” (wawancara: Sabtu, 19 Mei 2012). Sementara itu hal serupa juga diungkapkan oleh Setyo Triyanto siswa kelas XI IPA 5 yang menyatakan bahwa “Wujudnya adalah saya menggunakan bahasa Indonesia ketika ada orang baru dikenal”. (wawancara: Rabu, 21 Mei 2012) Berdasarkan hasil pengamatan dalam hal berkomunikasi, para siswa SMA Negeri 1 Boyolali lebih dominan menggunakan bahasa Indonesia denagn abik, terlebih lagi apabila berkomunikasi dengan guru dan orang yang lebih tua. Akan tetapi apabila berkomunikasi dengan teman sejawat, ada sebagian siswa yang menggunakan bahasa Indonesia dan juga ada yang menggunakan bahasa Indonesia, tergantung dengan lawan bicaranya apakah bisa menggunakan bahasa jawa atau masih baru dikenal. 3) Belajar dengan sungguh-sungguh Siswa SMA Negeri 1 Boyolali lebih merasa termotivasi untuk belajar sungguh-sungguh karena lagu-lagu perjuangan Indonesia mengingatkan pada perjuangan pahlawan terdahulu. Ranu Wibisono mengemukakan bahwa : “Belajar dengan sungguh-sungguh, ini termasuk nasionalisme karena jika tidak belajar dengan sungguhcommit maka to kitauser akan bodoh. Nah, kalau kita bodoh
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
81 maka kita akan mudah dijajah oleh bangsa lain”. (wawancara: Sabtu, 19 Mei 2012) Sementara itu, Wakhid Nur Rohman yang menyatakan Bahwa : “Kadang, saya kalau ada ulangan dan sempet dengar lagu-lagu perjuangan, saya merasa lebih semangat belajar. Selain itu saya juga lebih bersyukur, dengan adanya pemutaran lagu-lagu perjuangan saya dapat ingat kembali perjuangan para pahlawan kita terdahulu dan saya juga merasa bangga sebagai bangsa Indonesia.daripada berjuang dengan pedang akan lebih baik berjuang dengan otak (kecerdasan).” (wawancara: Sabtu, 19 Mei 2012) Berkaitan itu, menurut Nurul Fadhilah “Dengan adanya pemutaran lagu-lagu perjuangan, saya menjadi lebih semangat belajar, karena kita teringat perjuangan para pahlawan kita” (wawancara: Sabtu, 19 Mei 2012). 4) Berargumentasi atau berpendapat dengan kondisi bangsa Indonesia, baik dari segi ekonomi, birokrasi, politik dan bidang lainnya Dalam kegiatan belajar mengajar terutama pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), siswa mampu beragumentasi tentang kondisi bangsa yang dialami bangsa Indonesia. Berkaitan dengan hal tersebut bapak Setyo Budi menyatakan bahwa “Ketika Pelajaran saya yaitu PPKn siswa mampu berargumen tentang kondisi dari bangsa ini, baik dari segi ekonomi, birokrasi dan masalah yang dihadapi oleh bangsa Indonesia ini” (Wawancara: Senin, 21 Mei 2012). Selain itu, kepedulian siswa terhadap kondisi perkembangan bangsa Indonesia juga terlihat ketika peneliti melaksanakan Progam Pengalaman Lapangan (PPL) tak jarang siswa mengajukan pertanyaan berkaitan dengan kondisi bangsa Indonesia saat itu, meskipun hal tersebut tidak termasuk dalam materi yang sedang diajarkan. 5) Aktif dalam organisasi Organisasi yang dimaksud dalam hal ini yaitu organisasi intern SMA Negeri 1 Boyolali seperti OSIS, MPK, IT, Paskibra dan organisasi intern lainnya. Mengikuti dan aktif dalam organisasi juga merupakan salah satu wujud sikap nasionalisme, Riska Yusrina yang menyatakan bahwa “Selain upacara bendera dan berbahasa Indonesia yang baik saya juga ikut Organisasi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
82 Majelis Permusyawaratan Kelas (MPK)” (wawancara: Sabtu, 19 Mei 2012). MPK merupakan suatu organisasi intern SMA Negeri 1 Boyolali yang bertugas menampung aspirasi siswa di bawah pengawasan Organisasi Siswa Intra
Sekolah
(OSIS)
dan
memiliki
tugas
untuk
berusaha
untuk
merealisasikan aspirasi-apirasi tersebut. Sedangkan menurut Bayu Eka Yudha “Selain saya mengikuti upacara bendera, menggunakan bahasa Indonesia lebih sering, saya juga menjadi anggota ektrakurikuler Pasukan Pengibar Bendera (PASKIBRA) dan menjadi petugas upacara bendera”. (wawancara: Sabtu, 19 Mei 2012) 6) Menjadi anggota paskibra dan menjadi petugas upacara bendera Siswa SMA Negeri 1 Boyolali merasa bangga menjadi anggota paskibra dan merasa senang apabila diamanahi sebagai petugas upacara. Hal tersebut terlihat
hasil
dari
pengamatan
observasi
ekstrakurikuler PAKIBRA dan eksistensinya
bahwa
adanya
kegiatan
dalam mengikuti berbagai
lomba pengibaran bendera masih berjalan. 7) Bangga akan keanekaragaman bangsa Indonesia Berdasarkan hasil pengamatan, peneliti juga menemukan fenomena yang mengindikasikan bahwa siswa SMA Negeri 1 Boyolali sudah memiliki sikap nasionalisme atau semangat kebangsaan yaitu ketika melaksanakan Progam Pengalaman Lapangan (PPL) bersamaan dengan perayaan HUT SMA Negeri 1 Boyolali yang ke-53 pada tanggal 22 September 2012. Dalam kegiatan tersebut setiap kelas diwajibkan menampilkan kreasi pada pensi yang diadakan. Dalam pentas seni tersebut ternyata beberapa kelas menampilkan keanekaragaman tarian tradisional dari bangsa Indonesia yang diiringi dengan regu paduan suara yang juga menyanyikan lagu-lagu daerah yang sangat harmonis mengiringi gerakan para penari yang sedang tampil. Perayaan HUT SMA Negeri 1 Boyolali tanggal 22 September 2012 yang siswanya menampilkan tarian tradisional atau tarian daerah merupakan salah satu wujud sikap nasionalisme siswa yang bangga dengan keanekaragaman adat, seni dan budaya bangsa Indonesia. Sehingga mereka commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
83 menampilkannya dalam pentas seni agar siswa lain lebih mengenal dan bangga terhadap keanekaragaman tarian bangsa Indonesia. 8) Menyanyikan lagu kebangsaan yaitu Indonesia Raya, lagu-lagu perjuangan Indonesia dan lagu-lagu daerah. Selain tarian daerah, dalam Perayaan HUT SMA Negeri 1 Boyolali terdapat penampilan yang menunjukan bahwa siswa SMA Negeri 1 Boyolali memilki sikap nasionalisme yaitu saat penampilan dari regu paduan suara. Regu paduan suara membuka perayaan HUT SMA Negeri 1 Boyolali dengan lagu Indonesia Raya, yang kemudian dilanjutkan dengan lagu-lagu perjuangan Indonesia seperti Garuda Pancasila, Hymne Guru, Syukur, Bagimu Negeri dan lagu perjuangan lainnya yang dapat mempengaruhi penonton untuk ikut bernyanyi. Setelah lagu-lagu Perjuangan Indonesia selesai dinyanyikan, regu paduan suara kemudian menyanyikan lagu-lagu daerah yang mengiringi para penari tarian daerah yang tengah tampil. Sehingga sangat wajar apabila rasa bangga akan keanekaragaman bangsa Indonesia dapat terasa melalui penampilan tersebut. Penampilan regu paduan suara tersebut dapat menjadi suatu bukti bahwa siswa SMA Negeri 1 Boyolali telah memiliki sikap nasionalisme. Meskipun acara tersebut berupa perayaan yang juga diisi dengan band-band musik modern, akan tetapi mereka tidak melupakan persembahan terhadap bangsa Indonesia yaitu dengan menyanyikan lagu kebangsaan yaitu Indonesia Raya, lagu-lagu perjuangan Indonesia dan lagu-lagu daerah.
C. Temuan Studi Dalam subbab ini peneliti menganalisis informasi yang berhasil dikumpulkan di lapangan sesuai dengan perumusan masalah dan selanjutnya dikaitkan dengan teori yang ada. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan di atas, maka dalam penelitian ini ditemukan beberapa temuan studi, sebagai berikut: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
84 1. Proses Pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia dalam Meningkatkan Wawasan Kebangsaan Siswa SMA Negeri 1 Boyolali Pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia merupakan suatu strategi dalam meningkatkan wawasan kebangsaan siswa SMA Negeri 1 Boyolali. Pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia tersebut merupakan salah satu cara pengajaran agar dapat meningkatkan wawasan kebangsaan siswa yaitu mencakupi persatuan Indonesia, kesadaran nasional dan jati diri bangsa Indonesia. Hal tersebut relevan dengan teori strategi yang disampaikan oleh J.R. David. Ia mengatakan bahwa “Strategi adalah rencana, metode dan perangkat kegiatan yang direncanakan untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu” (W. Gulo, 2002: 3). Dengan demikian, strategi pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia pada dasarnya merupakan cara yang dilaksanakan SMA Negeri 1 Boyolali dalam mencapai suatu tujuan, yaitu agar meningkatkan wawasan kebangsaan siswa sehingga dapat tertanam sikap nasionalisme dalam diri mereka. Hasil penelitian yang ditemukan ialah kondisi kesadaran siswa agar memiliki wawasan kebangsaan telah mulai muncul atau meningkat, hal ini didasarkan pada indikator adanya pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia dapat membuat siswa lebih semangat belajar karena teringat perjuangan para pahlawan yang terdahulu. Hal ini membuktikan bahwa pesan yang terkandung dalam lagu-lagu perjuangan bangsa Indonesia yang diputar di pagi hari dapat terinternalisasi ke dalam diri siswa. Sehingga siswa lebih merasa perlu menjaga persatuan Indonesia dan memiliki kesadaran nasional yang tinggi sehingga jati diri bangsa Indonesia dapat terjaga. Hal tersebut relevan dengan teori wawasan kebangsaan Menurut Soemarno Soedarsono (2008: 21) “Wawasan Kebangsaan adalah cara pandang kita terhadap diri sendiri sebagai bangsa yang harus mencerminkan rasa dan semangat kebangsaan (karakter bangsa) dan mampu mempertahankan jati dirinya sebagai bangsa, yaitu Pancasila”. Jadi sebagai lembaga pendidikan yang mempunyai tugas mendidik dan membentuk karakter peserta didik, SMA Negeri 1 Boyolali memutarkan lagucommit to useragar tidak melupakan jati dirinya lagu perjuangan Indonesia kepada siswanya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
85 sebagai bangsa Indonesia yang menjunjung tinggi persatuan, memiliki semangat kebangsaan dan berkepribadian Pancasila.
2. Pengaruh Pemutaran Lagu-lagu Perjuangan Indonesia terhadap Sikap Nasionalisme Siswa SMA Negeri 1 Boyolali Sikap merupakan salah satu perasaan dan keyakinan yang melekat pada diri sesorang yang mampu mempengaruhi tindakan seseorang terhadap suatu objek yang dilakukan dengan cara tertentu yang disertai dengan pengamatan, emosi, motivasi dan karakterisasi. SMA Negeri 1 Boyolali menanamkan sikap nasionalisme terhadap siswanya melalui pemutaran lagu-lagu perjuangan agar siswanya tahu dan hafal lirik dari lagu tersebut, yang kemudian dihayati dan diyakini nilai-nilai semangat kebangsaan yang terkandung didalamnya sehingga secara sadar siswa akan mengimplementasikan keyakinan tersebut dalam wujud tingkah laku yang berdasarkan nilai-nilai semangat kebangsaan. Hal tersebut sesuai dengan teori sikap yang dikemukakan oleh Secord dan Backman. Mereka menyatakan bahwa “Sikap adalah keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi) dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya” (Saifudin Azwar, 1995: 5). Berdasarkan teori ini maka apabila dikaitkan dengan hasil penelitian di atas maka dapat jelaskan bahwa pengetahuan dan penghafalan siswa terhadap lagu-lagu perjuangan Indonesia adalah pengetahuan atau pemikiran (kognisi), kemudian lagu dan lirik tersebut dihayati dan diyakini merupakan perasaan (afektif) sedangkan wujud keyakinan yang berupa tingkah laku yang berdasarkan nilai-nilai semangat kebangsaan merupakan predisposisi tindakan (konasi). Dalam kaitannya implementasi dari sikap nasionalisme siswa, hasil penelitian menunjukan setidaknya terdapat delapan wujud sikap nasionalisme siswa yaitu: 1) Mengikuti upacara bendera tiap hari senin, tiap tanggal 17 per bulannya dan tiap memperingati hari besar nasional commit to user 2) Menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
86 3) Belajar dengan sungguh-sungguh 4) Berargumentasi atau berpendapat dengan kondisi bangsa Indonesia, baik dari segi ekonomi, birokrasi, politik dan bidang lainnya 5) Aktif dalam organisasi 6) Menjadi anggota Pasukan Pengibar Bendera (PASKIBRA) dan menjadi petugas upacara bendera 7) Bangga akan keanekaragaman bangsa Indonesia 8) Menyanyikan lagu kebangsaan yaitu Indonesia Raya, lagu-lagu perjuangan Indonesia dan lagu-lagu daerah. Hal tersebut relevan dengan indikator semangat kebangsaan atau nasionalisme yang disampaikan oleh Said Hamid Hasan dkk. Mereka menyatakan bahwa “Terdapat sembilan Indikator
di jenjang sekolah dalam
Keterkaitan nilai semangat kebangsaan atau nasionalisme”. (Said Hamid Hasan dkk, 2010: 34-40) Indikator-indikator tersebut antara lain: 10) Menghadiri upacara peringatan hari pahlawan dan proklamasi kemerdekaan 11) Menggunakan bahasa Indonesia yang baik ketika berbicara dengan teman sekelas yang berbeda suku 12) Menghafalkan dan suka menyanyikan lagu Indonesia raya, lagu-lagu wajib dan lagu-lagu perjuangan 13) Merasa bangga terhadap keragaman bahasa di Indonesia 14) Berpartisipasi dalam peringatan hari pahlawan dan proklamasi kemerdekaan 15) Mencintai keragaman upacara adat di nusantara 16) Berargumentasi dan bersikap apabila bangsa Indonesia memperoleh ancaman dari bangsa lain 17) Memberikan penjelasan terhadap sikap dan tindakan yang akan dilakukan terhadap perekonomian negara Indonesia 18) Berargumentasi dan bersikap apabila terjadi pertentangan antara bangsa Indonesia dengan bangsa lain. Dikarenakan jalan yang ditempuh oleh pihak sekolah dalam menanamkan commit to lagu-lagu user sikap nasionalisme melalui pemutaran perjuangan Indonesia agar
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
87 siswanya hafal dan menyanyikannya, maka hal tersebut hampir serupa dengan yang dikatakan oleh M. Huaturuk (1984: XVII-XIX) yang menyatakan bahwa “Salah satu jalan yang ditempuh dalam membentuk nasionalisme adalah dengan menghafalkan dan menyanyikan lagu-lagu kebangsaan”. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keberhasilan peningkatan wawasan kebangsaan kepada siswa dalam rangka membentuk karakter semangat kebangsaan (civic disposition), selain faktor materi pada mata pelajaran tertentu, tetapi juga faktor adanya rangkaian kegiatan yang dilakukan sekolah yang salah satunya adalah pemutaran lagu-lagu Perjuangan Indonesia yang juga sangat berpengaruh.
3. Hubungan Proses Pemutaran Lagu-lagu Perjuangan Indonesia dengan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Berdasarkan hasil penelitian, proses pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia di SMA Negeri 1 Boyolali mampu memotivasi siswa untuk lebih semangat belajar dan memiliki semangat kebangsaan yang kuat. Pengertian semangat kebangsaan atau nasionalisme, merupakan perpaduan atau sinergi dari rasa kebangsaan dan paham kebangsaan. Dengan semangat kebangsaan yang tinggi, kekhawatiran akan terjadinya ancaman terhadap keutuhan dan kesatuan bangsa akan dapat dielakkan. Dari semangat kebangsaan akan mengalir rasa kesetiakawanan sosial, semangat rela berkorban, dan dapat menumbuhkan jiwa patriotisme. Rasa kesetiakawanan sosial akan mempertebal semangat kebangsaan suatu bangsa. Semangat rela berkorban adalah kesediaan untuk berkorban demi kepentingan yang besar atau demi negara dan bangsa telah mengantarkan bangsa Indonesia untuk merdeka. Bagi bangsa yang ingin maju dalam mencapai tujuannya, selain memiliki semangat rela berkorban, juga harus didukung dengan jiwa patriotik yang tinggi. Jiwa patriotik akan melekat pada diri seseorang, manakala orang tersebut tahu untuk apa mereka berkorban. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
88 Paham kebangsaan merupakan pemahaman rakyat terhadap bangsa dan negara Indonesia yang diproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945. Uraian tentang paham kebangsaan Indonesia sebagai berikut: Pertama, Atas rahmat Allah Yang Maha Kuasa pada 17 Agustus 1945, Bersamaan dengan proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia lahirlah sebuah bangsa yaitu Bangsa Indonesia, yang terdiri atas bermacam-macam suku, budaya, etnis, dan agama. Kedua, bagaimana mewujudkan masa depan bangsa, Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 telah mengamanatkan bahwa perjuangan bangsa Indonesia telah mengantarkan rakyat Indonesia menuju suatu negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur. Uraian tersebut adalah tujuan akhir bangsa Indonesia yaitu mewujudkan sebuah masyarakat yang adil dan makmur. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa semangat kebangsaan atau nasionalisme merupakan salah satu karakter positif yang harus dimiliki oleh rakyat Indonesia, sehingga perlu ditanamkan dan dibentuk dengan caracara tertentu yang salah satunya adalah melalui pemutaran lagu-lagu perjuanagan Indonesia. Hal tersebut relevan dengan tujuan dari Pendidikan Kewarganegaraan yaitu membentuk karakter positif (civics dispositions) yang berguna bagi bangsa dan negara. Semangat kebangsaan atau nasionalisme merupakan karakter positif yang berguna bagi bangsa dan negara, sehingga penanamannya menjadi tujuan yang harus dicapai oleh Pendidikan Kewarganegaraan baik terintegrasi ke dalam mata pelajaran atau di luar mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Kemudian Branson menyatakan bahwa : Civic disposition mengisyaratkan pada karakter publik maupun privat yang penting bagi pemeliharaan dan pengembangan demokrasi konstitusional, deskripsi dari karakter publik maupun privat salah satunya adalah berpartisipasi dalam urusan-urusan kewarganegaraan secara efektif dan bijaksana. (Riarien, 2011, http:// riarien.files.wordpress.com/2011/07/civics-education.doc) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
89 Berkaitan
dengan
karakter
berpartisipasi
dalam
urusan-urusan
kewarganegaraan secara efektif dan bijaksana. Cholisin (2012: 9-10) menyatakan bahwa : Terdapat 13 ciri-ciri sikap yang termasuk dalam karakter berpartisipasi dalam urusan-urusan kewarganegaraan secara efektif dan bijaksana yaitu keberadaban (civility), menghormati hak – hak orang lain, menghormati hukum, jujur, berpikiran terbuka, berpikir kritis, bersedia melakukan negoisasi dan berkompromi, ulet / tidak mudah putus asa, berpikiran kewarganegaraan, keharuan/memiliki perasaan kasihan, patriotisme dan rasa kebangsaan (nasionalisme), keteguhan hati serta toleran terhadap ketidak pastian. Dalam kaitannya tujuan pendidikan kewarganegaraan yang dikhususkan di Indonesia sendiri, semangat kebangsaan merupakan salah satu nilai positif yang harus ditanamkan pada diri peserta didik, hal ini didasarkan pada Hal tersebut dipertegas Permendiknas No 22 tahun 2006 tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah yang tercantum dalam BAB II kerangka dasar dan struktur kurikulum yang berbunyi: Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian dimaksudkan untuk peningkatan kesadaran dan wawasan peserta didik akan status, hak, dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta peningkatan kualitas dirinya sebagai manusia. Kesadaran dan wawasan yang dimaksud adalah termasuk wawasan kebangsaan, jiwa dan patriotisme bela negara, penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia, kemajemukan bangsa, pelestarian lingkungan hidup, kesetaraan gender, demokrasi, tanggung jawab sosial, ketaatan pada hukum, ketaatan membayar pajak, dan sikap serta perilaku anti korupsi, kolusi, dan nepotisme. Berdasarkan
penjelasan
di
atas
tujuan
umum
Pendidikan
Kewarganegaraan adalah membentuk warga negara yang baik yang salah satu karakternya adalah semangat kebangsaan. Semangat kebangsaan dapat ditumbuh kembangkan dalam pendidikan formal (sekolah) yang salah satunya dapat ditumbuh kembangkan melalui pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia. Dengan demikian, proses pemutaran lagu-lagu perjuangan secara tidak langsung mampu meningkatkan wawasan kebangsaan siswa sehingga dapat membentuk karakter semangat kebangsaan yang merupakan salah satu karakter commit to user yang menjadi tujuan dari pendidikan kewarganegaraan di Indonesia.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan di lapangan dan analisis yang telah dilakukan oleh peneliti, maka dapat ditarik suatu kesimpulan guna menjawab perumusan masalah. Adapun kesimpulannya sebagai berikut: 1. Proses Pemutaran Lagu-lagu Perjuangan Indonesia Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa proses pemutaran
lagu-lagu
perjuangan
Indonesia
oleh
pihak
sekolah
yang
pelaksanaannya berpusat di ruang wakasek, dilaksanakan setiap hari dari jam ke-0 sampai dengan jam ke-1 atau sekitar jam 06:30 - 07:00 WIB sebelum pelajaran di mulai, kecuali ada test, acara penting dan hari Jum’at. Karena pada hari Jum’at yang diputar adalah lagu-lagu rohani dan dilakukan terus menerus sehingga menjadi rutinitas dalam lingkungan SMANegeri 1 Boyolali. Berdasarkan dokumen yang didapat, terdapat koleksi lagu-lagu perjuangan Indonesia yang dimiliki oleh SMA Negeri 1 Boyolali berupa VCD, kaset pita dan soft file. Dan dari sekian banyak koleksi lagu-lagu perjuangan yang ada di SMA Negeri 1 Boyolali yang sering diputar antara lain: Indonesia Raya, Syukur, Satu Nusa Satu Bangsa, Bagimu Negeri, Garuda Pancasila, Halo-Halo Bandung, Maju tak Gentar, dan Berkibarlah Benderaku. 2. Pengaruh Pemutaran Lagu-lagu Perjuangan Indonesia terhadap Sikap Nasionalisme Siswa SMA Negeri 1 Boyolali Pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia dapat mempengaruhi sikap nasionalisme pada diri mereka dikarenakan : a. Siswa lebih terbiasa mendengar kemudian tahu liriknya; b. Siswa menjadi hafal kemudian menyanyikannya sehingga mereka dapat memahami dan menghayati lirik lagu perjuangan Indonesia; c. Dengan adanya pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia siswa menjadi teringat perjuangan para pahlawan yang terdahulu sehingga termotivasi untuk memajukan bangsa dan negara ini; d. Siswa menjadi lebih bangga terhadap commit to para user pahlawan yang terdahulu. bangsa Indonesia karena teringat perjuangan 90
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
91 Pengaruh-pengaruh tersebut kemudian diwujudkan dengan berbagai sikap yang mengindikasikan bahwa siswa SMA Negeri 1 Boyolali telah tertanam karakter semangat kebangsaan. Indikatornya adalah: a. Mengikuti upacara bendera tiap hari Senin, tiap tanggal 17 per bulannya dan tiap memperingati hari besar nasional; b. Menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar; c. Belajar dengan sungguh-sungguh; d. Berargumentasi atau berpendapat tentang kondisi bangsa Indonesia, baik dari segi ekonomi, birokrasi, politik dan bidang lainnya; e. Aktif dalam organisasi; f. Menjadi anggota paskibra dan menjadi petugas upacara bendera; g. Bangga akan keanekaragaman bangsa Indonesia; h. Menyanyikan lagu kebangsaan yaitu Indonesia Raya, lagu-lagu perjuangan Indonesia dan lagu-lagu daerah. B. Implikasi Berdasarkan kesimpulan atas jawaban yang telah dirumuskan di atas, ditambah dengan berbagai fenomena yang dibahas dalam penelitian ini tentang Strategi peningkatan wawasan kebangsaan melalui pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia dalam rangka menanamkan sikap nasionalisme pada siswa SMA Negeri 1 Boyolali. Maka implikasi yang ditimbulkan adalah sebagai berikut: 1. Pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia pada jam ke-0 sampai dengan jam ke-1 atau sekitar jam 06:30 – 07:00 WIB merupakan upaya yang dilakukan SMA Negeri 1 Boyolali. Proses tersebut dilaksanakan pada waktu yang tepat yaitu ketika siswa baru tiba di sekolah, sehingga yang didengar siswa pertama kali di lingkungan sekolah adalah lagu-lagu perjuangan bukan suara gaduh yang tidak bermanfaat. Akan tetapi, meskipun proses ini juga memiliki kelemahan yaitu tidak semua siswa SMA Negeri 1 Boyolali dapat mendengarkan lagu-lagu yang diputar secara efektif. Hal ini disebabkan proses pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia tersebut terpusat dari satu ruangan yaitu ruang Wakasek, hal ini menyebabkan area pendengaran algu tersebut menjadi kurang luas yaitu hanya sekitar area parkir, hall, kelas XI dan XII sedangkan hal tersebut kuarang efektif terhadap area kelas X yang relatif jauh commitdari to user jaraknya dari ruang wakasek. Maka itu pihak sekolah perlu megupayakan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
92 agar pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia tersebut dapat didengar secara efektif dan jelas oleh semua siswa SMA Negeri 1 Boyolali. 2. Pengaruh dari pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia terhadap sikap nasionalisme siswa SMA Negeri 1 Boyolali siswa adalah perubahan sikap dan perilaku yang mulai menunjukan bahwa sikap nasionalisme siswa SMA Negeri 1 Boyolali telah muncul. Hal ini disebabkan karena siswa terbiasa mendengarkan lagu-lagu perjuangan Indonesia sehingga siswa menjadi hafal dan tahu liriknya. Setelah siswa hafal dan tahu liriknya kemudian siswa menyanyikan dan menghayati lagu tersebut. Sehingga apabila siswa telah mampu memahami isi lagu tersebut maka siswa akan dapat menghayati dan memiliki kesadaran apa yang harus dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan demi kemajuan bangsa Indonesia ini. Akan tetapi ada beberapa kekurangan yang perlu diperhatikan oleh pihak sekolah tentang 2 indikator wujud sikap nasionalisme yang dilakukan oleh siswa, antara lain : a. Mengikuti upacara bendera tiap hari senin, tiap tanggal 17 per bulannya dan tiap memperingati hari besar nasional Dalam pelaksanaannya siswa mengikuti upacara bendera denagn tertib dan disiplin. Akan tetapi belum tentu semua siswa yang mengikuti upacara bendera tersebut melaksanakannya dengan kesadaran yang berasal dari dalam dirinya, tetapi terdapat sebagian dari mereka melaksanakannya karena faktor absensi ataupun hukuman. Maka dari itu sekolah perlu mencari cara agar siswa melaksanakan upacara bendera tersebut dengan dorongan dari dalam diri sendiri, nukan dari faktor eksternal. b. Menyanyikan lagu kebangsaan yaitu Indonesia Raya, lagu-lagu perjuangan Indonesia dan lagu-lagu daerah. Pengaruh dari pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia terhadap sikap nasionalisme siswa SMA Negeri 1 Boyolali siswa adalah perubahan sikap dan perilaku yang mulai menunjukan bahwa sikap nasionalisme siswa SMA Negeri 1 Boyolali telah muncul. Hal ini commit to user disebabkan karena siswa terbiasa mendengarkan lagu-lagu perjuangan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
93 Indonesia sehingga siswa menjadi hafal dan tahu liriknya. Setelah siswa hafal dan tahu liriknya kemudian siswa menyanyikan dan menghayati lagu tersebut. Sehingga apabila siswa telah mampu memahami isi lagu tersebut maka siswa akan dapat menghayati dan memiliki kesadaran apa yang harus dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan demi kemajuan bangsa Indonesia ini. Akan tetapi kesadaran siswa untuk memutar lagu-lagu perjuangan dengar inisiatif sendiri relatif kurang, hal ini terbukti dengan masih adanya siswa yang memutar lagu-lagu modern ketika jam istirahat. Maka dari itu diperlukan suatu cara agar siswa lebih mudah dan berinisiatif untuk memutar lagu-lagu perjuangan Indonesia dengan sendirinya sehingga tidak hanya pihak sekolah saja yang memutarkan.
C. Saran Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dari penelitian ini, adapun saran yang diberikan, sebagai berikut: 1. Proses pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia dilakukan pada jam ke-0 sampai dengan jam ke-1, maka peneliti dapat menilai bahwa waktu pelaksanaan tersebut adalah waktu yang tepat untuk memutarkan lagu-lagu perjuangan karena siswa baru tiba di sekolah dan disuguhi dengan sesuatu yang dapat memberikan semangat belajar. Akan tetapi peneliti juga menyarankan bahwa pelaksanaan tersebut dilakukan tidak di area tertentu saja yaitu ruang wakasek. Hal tersebut memiliki kelemahan bahwa jarak maksimum siswa dapat mendengar lagu yang diputar hanya di sekitar area wakasek saja yaitu area parkir, kelas XI dan kelas XII. Sedangkan hal tersebut kurang efektif terhadap area kelas X yang relatif jauh dari pusat pemutaran lagu-lagu perjuangan. Maka dari itu akan lebih bagus dan efektif jika pemutaran lagulagu perjuangan Indonesia diputar kan melalui perangkat suara paralel yang telah terpasang di tiap kelas. 2. Pengaruh pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia terhadap siswa SMA to user Negeri 1 Boyolali yang telah commit dirasa menunjukan adanya kesadaran pada diri
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
94 siswa untuk bersikap nasionalisme. Akan tetapi tentu saja ada beberapa siswa yang belum sepenuhnya mampu memahami dan menghayati isi dari lagu-lagu perjuangan Indonesia yang diputarkan oleh pihak sekolah sehingga siswa tersebut belum begitu mengerti apa yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan berdasarkan nilai-nilai kebangsaan Indonesia. Oleh karena itu, peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut: a) Bagi Siswa SMA Negeri 1 Boyolali Hendaknya kebiasaan positif mendengarkan lagu-lagu perjuangan Indonesia yang diputarkan oleh pihak sekolah dihafalkan dan dihayati sehingga mengerti pesan yang disampaikan oleh lagu-lagu tersebut yang memiliki nilai-nilai kebangsaan. Selain itu, karena remaja jaman sekarang relatif memiliki handphone yang canggih, minimal bisa memutarkan musik yang dapat didengarkan dimana saja. Penggunaan handphone akan lebih bagus apabila siswa memiliki beberapa lagu-lagu perjuangan didalam folder handphone mereka. Sehingga mereka tidak hanya mendengarkan lagu-lagu perjuangan Indonesia di sekolah saja tetapi juga bisa memutar lagu-lagu perjuangan Indonesia tersebut melalui handphone mereka. b) Bagi guru SMA Negeri 1 Boyolali 1) Dalam menanamkan sikap nasionalisme pada siswa, guru merupakan salah satu komponen yang penting. Semua guru, khususnya guru mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan hendaknya mengembangkan nilai-nilai kebangsaan seperti kepedulian, persatuan, keadilan, tanggung jawab, dan rasa hormat terhadap diri dan orang lain bersama dengan berdasarkan kepribadian bangsa yaitu Pancasila. 2) Guru hendaknya berkomitmen untuk mengembangkan karakter siswa berdasarkan nilai-nilai yang dimaksud, serta menerapkannya dalam bentuk perilaku yang dapat diamati dalam kehidupan
sehari-hari,
sehingga perilaku positif tersebut dapat ditiru oleh siswa. Dalam hal ini guru hendaknya menjadi teladan yang baik bagi siswa. c) Bagi Pihak SMA Negeri 1 Boyolali commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
95 1) Sekolah hendaknya membuat dua model upacara bendera. Model yang pertama adalah model upacara yang menggunakan absensi yang dilaksanak pada minggu pertama dan ketiga tiap bulannya. Model kedua adalah model upacara tanpa absensi dan sanksi yan dilaksanakan pada minggu kedua dan keempat tiap bulannya. Model upacara yang pertama dimaksudkan agar menumbuhkan kesadaran siswa sebagai awal untuk membentuk kebiasaan dalam mengikuti upacara bendera. Model yang kedua dimaksudkan untuk mengamati apakah kesadaran siswa untuk melaksanakan upacara bendera dengan dorongan dari dalam diri sendiri belum tampak, sudah mulai tampak, atau bahkan sudah menjadi kebiasaan. 2) Sekolah hendaknya meneruskan pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia dan hendaknya sekoalh membentuk petugas khusus yang memutar lagu-lagu perjuangan Indonesia, akan tetapi petugas tersebut bukan dari pihak guru melainkan pihak siswa. Sehingga siswa akan lebih terlihat aktif dalam proses pemutaran lagu-lagu perjuangan Indonesia di SMA Negeri 1 Boyolali. 3) Sekolah hendaknya membuat suatu kegiatan tentang pengembangan sikap nasionalisme, misalnya kegiatan lomba tarian daerah dan lomba paduan suara ketika memperingati hari ulang tahun kemerdekaan Indonesia. Selain itu sekolah hendaknya membiasakan siswa untuk berbicara dengan guru memakai bahasa Indonesia yang baik dan benar atau dengan bahasa Jawa yang halus dan semestinya.
commit to user