STRATEGI PENGEMBANGAN WILAYAH KOTA METRO LAMPUNG BERBASIS EVALUASI KEMAMPUAN DAN KESESUAIAN LAHAN
ROBBY KURNIAWAN SAPUTRA
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
STRATEGI PENGEMBANGAN WILAYAH KOTA METRO LAMPUNG BERBASIS EVALUASI KEMAMPUAN DAN KESESUAIAN LAHAN
ROBBY KURNIAWAN SAPUTRA
Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains Pada Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah
SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis Strategi Pengembangan Wilayah Kota Metro Lampung Berbasis Evaluasi Kemampuan dan Kesesuaian Lahan adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Tesis ini.
Bogor, Januari 2009
Robby K. Saputra NRP A156070204
i
ABSTRACT ROBBY K. SAPUTRA. Regional Development Strategy in Metro City Lampung Base on Evaluation of Land Capability and Suitability. Under direction of SETIA HADI and YAYAT SUPRIYATNA The Development of Metro City has the implication on the need of setlement and maintains agricultural area. The changes of agricultural area function will affect regional development strategy. The objectives of this research are: (1) identify land resources with land capability and land suitability analysis for agricultural and setlement area, (2) identify regional hierarchy, (3) identify projection of population with minimum service standar (SPM), (4) identify potential sectors in regional development, (5) to build regional development strategy in Metro City Lampung base on evaluation of land capability and suitability. This study employed another analyses such as: scalogram analysis, Location Quotient analysis (LQ) Shift Share analysis (SSA), Input-Output (I-O) analysis, Strengths Weaknesses Opportunities Threats (SWOT) analysis, and Quantitatif Strategic Planning Matrix analysis (QSPM). The results showed that Metro City that most parts of Metro area (73%) are agricultural intensive, 91% area are suitable for setlement land. Industrial sector was a potential sector had high the multiplier effects and backward forward linkages. There are two villages on the first regional hierarchy, nine villages on the second regional hierarchy and eleven villages on the third regional hierarchy. There are six strategies of the regional development strategy in Metro City base on evaluation of land capability and suitability. First strategy is use potential of land to road development for growth potential sectors, second strategy is use the empty land with land use policy, third strategy is to maximize land use for public utilities with joint around of area, fourth strategy is to optimize potential of empty land for drive potential sectors growth, fifth strategy is use potential of setlement land with GIS technology and sixth strategy is to take GIS technology on agricultural and road land. Keywords: land resources evaluation, potential sectors, regional development strategy
ii
RINGKASAN ROBBY K. SAPUTRA. Strategi Pengembangan Wilayah Kota Metro Lampung Berbasis Evaluasi Kemampuan dan Kesesuaian Lahan. Dibimbing oleh SETIA HADI dan YAYAT SUPRIYATNA. Pembangunan dan pengembangan wilayah merupakan dinamika daerah menuju kemajuan yang diinginkan masyarakat wilayah tersebut. Hal tersebut merupakan konsekuensi logis dalam memajukan kondisi sosial, ekonomi dan fisik suatu daerah itu sendiri. Demikian juga Kota Metro terus mengupayakan terjadinya perubahan atau dinamika yang ada dalam masyarakat melalui kegiatan pembangunan. Pembangunan ini dilakukan pada berbagai sektor seperti sektor pertanian, sektor perdagangan, sektor industri dan sebagainya. Dalam penyelenggaraan pembangunan tentunya diperlukan konsep dan strategi perencanaan untuk menjadi acuan bagi pelaksana pembangunan. Disamping itu diperlukan juga arah dan tujuan menuju terwujudnya sasaran yang akan dicapai oleh masyarakat di Kota Metro. Secara garis besar pertumbuhan dan kemajuan di Kota Metro terbentuk dari empat sektor ekonomi, masing-masing adalah pertanian, perdagangan, jasa dan industri (RTRW Kota Metro 2001). Sebagai kota yang terbentuk dari lahan permukiman transmigrasi, sektor pertanian merupakan kegiatan ekonomi pertama yang menjadi mata pencarian masyarakat. Kemudian kegiatan ekonomi perdagangan dan jasa tumbuh dari perkembangan kota pada fase berikutnya. Keberadaan kegiatan perdagangan dan jasa semakin pesat seiring perubahan status administrasi Metro menjadi kota, sebelumnya sebagai ibukota pemerintahan Kabupaten Lampung Tengah. Karakteristik urban yang dominan dengan kegiatan jasa dan perdagangan tersebut tersebar di kelurahan-kelurahan yang terletak di sekitar pusat kota, sementara itu pada daerah yang berada di pinggir kota umumnya masih berbasis pertanian dan beberapa kelurahan lainnya didukung oleh kegiatan perindustrian. Berdasarkan RTRW Kota Metro 2001 secara garis besar, penggunaan lahan di Kota Metro dapat diklasifikasikan kedalam dua kelompok besar, yaitu lahan terbangun dan lahan tidak terbangun. Termasuk dalam kelompok penggunaan lahan terbangun adalah kawasan perumahan, sebaran fasilitas umum dan sebaran fasilitas perdagangan. Sedangkan kawasan pertanian seperti sawah, ladang dan penggunaan lain-lain merupakan kelompok penggunaan lahan tidak terbangun. Salah satu konsep yang dapat dilakukan dalam strategi pengembangan wilayah dengan aspek sumberdaya lahan adalah melakukan evaluasi kelas kemampuan lahan dan evaluasi kelas kesesuaian lahan. Penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuannya, disamping dapat menimbulkan terjadinya kerusakan lahan juga akan meningkatkan masalah kemiskinan dan masalah sosial lain. Setelah dilakukan evaluasi kelas kemampuan lahan dan kesesuaian lahan maka akan didapat lokasi-lokasi tertentu yang sesuai untuk pengembangan pertanian, kawasan permukiman, pembangunan jalan, jembatan dan fasilitasfasilitas lainnya. Perkembangan pembangunan yang digerakkan oleh pemerintah, swasta dan masyarakat Kota Metro mempunyai dampak yang luas dan mencakup berbagai dimensi kehidupan perkotaan. Dalam dokumen RTRW Kota Metro 2001-2010 iii
dinyatakan bahwa peningkatan jumlah penduduk dan peningkatan kegiatankegiatan fungsional perkotaan di Kota Metro, mengakibatkan peningkatan kebutuhan masyarakat terhadap perumahan, sarana-prasarana dan fasilitas-fasilitas pelayanan kebutuhan hidup lainnya. Oleh sebab itu perkembangan dan kemajuan suatu kota, apabila tidak dikendalikan dan diarahkan dalam sebuah model strategi pengembangan wilayah berdasarkan sumberdaya lahan maka akan menimbulkan ketidaksesuaian lahan yang dipergunakan untuk membangun pusat-pusat pelayanan masyarakat. Salah satu tahapan perencanaan dan pengembangan wilayah adalah Identifikasi aspek ekonomi. Dimana suatu wilayah harus dapat mengidentifikasi potensi ekonominya secara tepat melalui sektor unggulan. Berdasarkan hasil pembuatan kelas kemampuan lahan di Kota Metro didapat bahwa sebagian besar lahan di Kota Metro berada pada Kelas II dengan luas 5.160 Ha (73%), Kelas I seluas 1.101 Ha (15,5%), Kelas IV dengan luas 815 Ha (11,5%) dan Kelas III hampir tidak ada atau luasnya sangat kecil 0,029 Ha. Pada lahan Kelas II yang menjadi faktor pembatas adalah lereng (i1) dan tekstur (t1) sesuai dengan kondisi di Kota Metro didominasi kelerangan (3–8% = landai/berombak) dan tekstur tanah liat berdebu. Hasil analisis kesesuaian lahan untuk tanaman padi sawah di Kota Metro diasumsikan pada tingkat pengelolaan sedang, lahan yang ada secara umum berada pada kelas S (sesuai). Terdapat lahan seluas 133 Ha (2%) sangat sesuai (kelas S1) untuk tanaman padi tanpa faktor pembatas. Lahan seluas 815,5 Ha (12%) cukup sesuai (S2) dengan faktor pembatas kelerengan, sedangkan lahan seluas 6.128,5 Ha (87%) sesuai marjinal (S3nr) dengan faktor pembatas retensi hara dan media perakaran/drainase tanah. Berdasarkan hasil analisis kelas kesesuaian lahan untuk tanaman jagung di daerah penelitian masih didominasi kelas kesesuaian lahan S3nr (Sesuai marjinal) sekitar 85,06% atau 6.019 Ha dengan faktor pembatas retensi hara. Lahan dengan kelas S1 (Sesuai) seluas 133,08 Ha atau 2,21% dari luas wilayah. Selanjutnya lahan kelas S2 (cukup sesuai) untuk tanaman jagung seluas 924,4 Ha atau 13,06% dengan faktor pembatas kelerengan. Berdasarkan hasil analisis kelas kesesuaian lahan untuk permukiman di Kota Metro didapatkan bahwa terdapat seluas 6.461 Ha atau 91,3% dari luas wilayah berada pada kelas Baik. Lahan yang berada pada kelas Baik tidak mempunyai karakteristik lahan yang dapat menjadi faktor pembatas untuk pengembangan kawasan permukiman sama seperti kelas S1 pada kesesuaian lahan untuk tanaman tertentu. Lahan yang berada pada kelas Sedang seluas 566,6 Ha atau 8,01% dengan faktor pembatas kelas kelerengan (8–15%) dan lahan yang berada pada kelas buruk untuk pengembangan permukiman hanya seluas 49,4 Ha atau 0,7% dari luas wilayah dengan faktor pembatas area banjir masuk dalam kategori (jarang – sering). Hasil analisis skalogram menunjukkan terdapat 2 (dua) kelurahan yang berada pada hirarki I, 9 (sembilan) kelurahan berada pada hirarki II dan 11 (sebelas) kelurahan pada hirarki III. Kelurahan yang termasuk pada hirarki I mempunyai potensi yang lebih besar dikembangkan sebagai inti yang merupakan pusat pertumbuhan atau pusat aktivitas pelayanan di Kota Metro karena mempunyai jenis dan jumlah fasilitas pendukung perkembangan wilayah yang lebih lengkap baik secara kualitas dan kuantitas. iv
Dengan menggunakan laju pertumbuhan penduduk maka dibuatlah suatu proyeksi jumlah penduduk untuk 5 (lima) tahun kedepan. Mengacu pada RTRW (2001), rumus yang digunakan yakni Pn = Po * (1 + r/100)n dengan r = 1,71% dan Po adalah data jumlah penduduk Kota Metro per kecamatan Tahun 2006 sebagai tahun dasar maka dibuat suatu proyeksi jumlah penduduk Kota Metro per kecamatan sampai Tahun 2020. Berdasarkan perhitungan didapat bahwa pada Tahun 2020 diperkirakan jumlah penduduk Kota Metro mencapai 165.271 jiwa dengan luas wilayah 6.874 Ha maka tingkat kepadatan penduduk 24 jiwa/Ha dan termasuk dalam Kriteria Sedang. Untuk mengetahui pengaruh suatu sektor dalam perekonomian antara lain dilihat dari besarnya angka pengganda yang dapat menunjukkan dampak langsung maupun tidak langsung terhadap kinerja sistem perekonomian wilayah. Sektor industri pengolahan (5) memiliki angka pengganda tertinggi yakni 3,458 kemudian sektor restoran (10) dengan angka pengganda 1,747 selebihnya sektorsektor yang lain mempunyai angka pengganda nilai tambah yang relatih sama atau merata. Sektor yang memiliki daya penyebaran tertinggi di Kota Metro adalah sektor industri pengolahan (5) dan sektor restoran (10), hal ini ditunjukkan dengan nilai indeks masing-masing 1,368 dan 1,290. Dapat diartikan bahwa kenaikan satu unit output sektor tersebut akan mengakibatkan kenaikan output sektor-sektor ekonomi lainnya termasuk sektornya sendiri secara keseluruhan sebesar 1,368 unit untuk sektor industri pengolahan dan kenaikan 1,290 unit untuk sektor restoran. Berdasarkan hasil urutan alternatif strategi dengan menggunakan analisis QSPM dapat dirumuskan enam langkah strategi yang merupakan strategi pengembangan wilayan Kota Metro kaitannya dengan aspek evaluasi sumberdaya lahan. Strategi pertama yang dilakukan dalam pengembangan wilayah di Kota Metro yakni dengan memanfaatkan potensi lahan untuk pembangunan jalan sehingga dapat memfasilitasi pertumbuhan sektor-sektor unggulan. Strategi kedua adalah memanfaatkan lahan belum terbangun dengan kebijakan penggunaan lahan dalam konteks otonomi daerah. Strategi ketiga adalah memaksimalkan penggunaan lahan untuk fasilitas umum dengan menjalin kerjasama dengan daerah sekitar. Strategi keempat adalah mengoptimalkan potensi lahan belum terbangun dalam memacu tumbuhnya sektor-sektor unggulan. Strategi kelima adalah memanfaatkan potensi lahan permukiman dengan teknologi SIG. Strategi keenam adalah mengimplementasikan teknologi SIG dalam pemanfaatan kesesuaian lahan pertanian dan jalan. Kata kunci: evaluasi sumberdaya lahan, sektor unggulan, strategi pengembangan wilayah
v
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2009 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; b. Pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar Institut Pertanian Bogor 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin Institut Pertanian Bogor
vi
STRATEGI PENGEMBANGAN WILAYAH KOTA METRO PROVINSI LAMPUNG BERBASIS EVALUASI KEMAMPUAN DAN KESESUAIAN LAHAN
ROBBY KURNIAWAN SAPUTRA
Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains Pada Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 vii
Judul Tesis Nama NRP
: Strategi Pengembangan Wilayah Kota Metro Lampung Berbasis Evaluasi Kemampuan dan Kesesuaian Lahan : Robby Kurniawan Saputra : A 156070204
Disetujui Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Setia Hadi, MS Ketua
Drs. Yayat Supriyatna, MURP Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M.Agr
Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodipuro, M.S
Tanggal Ujian: 31 Desember 2008
Tanggal Lulus:
viii