i
STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BIJI KAKAO FERMENTASI Studi Kasus pada Lembaga Ekonomi Masyarakat (LEM) Sejahtera Desa Andomesinggu
SKRIPSI
Oleh: LA ODE ABDUL ASIS HASIDU D1A1 12 050
JURUSAN/PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2016
STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BIJI KAKAO FERMENTASI Studi Kasus pada Lembaga Ekonomi Masyarakat (LEM) Sejahtera Desa Andomesinggu
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Pertanian untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Jurusan/Program Studi Agribisnis
Oleh: LA ODE ABDUL ASIS HASIDU D1A1 12 050
JURUSAN/PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2016
i
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. APABILA KEMUDIAN HARI TERBUKTI ATAU DAPAT DIBUKTIKAN BAHWA SKRIPSI INI HASIL JIPLAKAN, MAKA SAYA BERSEDIA MENERIMA SANKSI SESUAI PERATURAN YANG BERLAKU.
Kendari,
Maret 2016
LA ODE ABDUL ASIS HASIDU NIM. D1A1 12 050
ii
iii
iv
ABSTRAK
LA ODE ABDUL ASIS HASIDU (D1A1 12 050). Strategi Pengembangan Usaha Biji Kakao Fermentasi Studi Kasus pada Lembaga Ekonomi Masyarakat (LEM) Sejahtera Desa Andomesinggu. (Dibimbing oleh Bapak La Rianda sebagai Pembimbing I dan Ibu Rosmawaty sebagai Pembimbing II). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pada usaha biji kakao fermentasi yang dilakukan oleh LEM Sejahtera Andomesinggu. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk merancang strategi pengembangan usaha biji kakao fermentasi oleh LEM Sejahtera Andomesinggu. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni hingga Desember 2015. Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu menggunakan analisis SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, Threats). Perancangan strategi pengembangan usaha biji kakao fermentasi menggunakan tiga matriks yaitu matrik SWOT, Matriks Internal-Eksternal, dan matrik Grand Strategy. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, untuk mengembangkan usaha biji kakao fermentasi, LEM Sejahtera Andomesinggu perlu menerapkan strategi integrasi vertikal untuk memutuskan rantai pasok dan rantai pemasaran yang terlalu panjang, membangun jejaring antar LEM Sejahtera, dan melakukan perekrutan anggota LEM Sejahtera sebanyak mungkin untuk menanamkan budaya fermentasi pada petani.
Kata kunci: Biji kakao fermentasi, LEM Sejahtera Andomesinggu, SWOT, Strategi Pengembangan usaha biji kakao fermentasi.
v
ABSTRACT
LA ODE ABDUL ASIS HASIDU (D1A1 12 050). Business Development Strategy of Fermented Cocoa Beans Case Study in Lembaga Ekonomi Masyarakat (LEM) Sejahtera Andomesinggu. (Under the guidance by Mr. La Rianda as Supervisor I and Mrs. Rosmawaty as Supervisor II. This reseach aims to identify and analyze the factors of strengths, weaknesses, opportunities and threats to the cocoa bean fermentation business undertaken by LEM Sejahtera Andomesinggu. In addition, this reseacrh also aims to devise business development strategies of cocoa bean fermentation by LEM Sejahtera Andomesinggu. The research was conducted from June to December 2015. The method of this research was using SWOT analysis (Strengths, Weakness, Opportunities, and Threats). Design of business development strategies of cocoa bean fermentation using three matrixs that ware SWOT matrix, Internal-External Matrix, and Grand Strategy matrix. The results of this research showed that, for developing businesses of cocoa bean fermentation, LEM Sejahtera Andomesinggu needs to implement a vertical integration strategy to break the chain of supply and marketing chain that too long, build networks between other LEM, and recruiting members of LEM Sejahtera as much as possible to embed a culture fermentation on farmers. Keywords: Fermented cocoa beans, LEM Sejahtera Andomesinggu, SWOT, Business Development Strategy of cocoa bean fermentation.
vi
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan Karunia-Nya jualah, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian (SP) pada Jurusan/Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo Kendari. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini memiliki banyak hambatan dan tantangan yang dihadapi sebagai bentuk dari wujud pembelajaran sosial secara akademis. Terima kasih penulis tujukan kepada Ayahanda La Ode Hasidu dan Ibunda Wa Ode Nurvia atas perhatian dan do’anya kepada penulis. Berkat bimbingan dari beberapa pihak terutama dosen pembimbing maka penulis mengucapkan terima kasih pula kepada Bapak Prof. Dr. Ir. La Rianda, MS sebagai pembimbing I dan Ibu Dr. Rosmawaty, S.P., M.Si sebagai pembimbing II yang banyak memberikan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada: 1. Rektor, Dekan Fakultas Pertanian dan Ketua Jurusan/Program Studi Agribisnis Universitas Halu Oleo yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di Universitas Halu Oleo (kampus harapan, kepercayaan dan kebanggaan bangsa). 2. Dosen di lingkungan Jurusan/Program Studi Agribisnis khususnya dan Fakultas Pertanian umumnya yang telah membimbing penulis selama mengikuti pendidikan.
vii
3. Pegawai administrasi Jurusan/Program Studi Agribisnis dan Fakultas Pertanian, atas urusan administrasi yang mendukung penulis dalam masa pendidikan. 4. Ketua dan seluruh anggota LEM Sejahtera Andomesinggu Kecamatan Besulutu Kabupaten Konawe atas segala informasi dan bimbingannya. 5. Ketua
Pendamping
LEM
Sejahtera
Sulawesi
Tenggara
Bapak La Ode Amin S.P atas bimbingan, informasi dan data mengenai LEM Sejahtera. 6. Kepada
nenekku
Wa
Ode
Kodhandi
dan
saudara-suadaraku
Wa Ode Santi Aji S.Pdi, Wa Ode Hasrida S.Pd, La Ode Hasrudin S.Hut, Wa Ode Amrina S.P, Serka. La Ode Muhammad Ibrahim Hasidu, La Ode Muhammad Ramaddan S.Hut, dan La Ode Abdul Fajar Hasidu S.Si yang telah merawat, menjaga dan memberikan motivasinya selama ini. 7. Kepada seluruh keluarga besar La Ode Eka terutama Drs. La Ode Ali Basa, Drs La Kodu, Mama Ono, Bapak Ono, Almarhum La Ode Rompu, La Ode Ngkululi, La Ode Hadisi, Om Dhai, Almarhum Wa Ode Bhala dan yang lainnya. 8. Rekan-rekan mahasiswa jurusan Agribisnis angkatan 2012 yang terdiri atas Yusriadin, Intan, Arjuna, Trisna, Dian, Nurlin, Dermawan, Farah, Ayu, Kiki, Wana, Tika, La Bai, Yakup, Munir, Dawid, Amrin, Osi, Riska, Tani, yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah banyak memberikan bantuan berupa motivasi dan partisipasinya selama penyusunan skripsi ini.
viii
9. Kepada seluruh masiswa bidikmisi Asrama Alfatih yang terdiri atas Muakhirun, Ahmad Saltin, Anto, Samsuri, Robi, Yogi, Zain, Imbron, Cidu, Abdullah, dan Adan. 10. Kepada pihak-pihak lain yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Akhirnya, penulis berharap skripsi ini dapat dijadikan acuan yang bermanfaat baik bagi pembaca dan peneliti selanjutnya.
Kendari,
Maret 2016
Penulis
ix
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN SAMPUL ................................................................................. i PERNYATAAN ............................................................................................ ii HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iii HALAMAN PERSETUJUAN PANITIA UJIAN ..................................... iv ABSTRAK .................................................................................................... v ABSTRACT ................................................................................................... vi UCAPAN TERIMAKASIH......................................................................... vii DAFTAR ISI ................................................................................................. x DAFTAR TABEL ........................................................................................ xii DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xiv I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .............................................................................. 6 C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian........................................................ 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori ................................................................................... 8 A.1 Budidaya Kakao ......................................................................... 8 A.2 Fermentasi Kakao ....................................................................... 11 A.3 Konsep Produksi ........................................................................ 19 A.4 Peran dan Fungsi LEM Sejahtera ............................................... 23 A.5 Konsep Strategi SWOT .............................................................. 25 A.5.1 Konsep Strategi .............................................................. 25 A.5.2 Proses Perancangan Strategi .......................................... 27 A.5.3 Analisis SWOT ............................................................. 28 B. Kajian Terdahulu ................................................................................ 33 C. Kerangka Pikir ................................................................................... 38 III. METODE PENELITIAN A. B. C. D. E. F.
Waktu dan Lokasi Penelitian ............................................................. 41 Objek Penelitian ................................................................................. 41 Jenis dan Sumber Data ....................................................................... 42 Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 42 Variabel Penelitian ............................................................................. 43 Analisis Data ...................................................................................... 43 a. Tahap Input (Input Stage) ........................................................... 44
x
b. Tahapan Pencocokkan (Matching Stage) .................................... 49 1) Matriks Internal-Eksternal (IE) ............................................ 50 2) Matriks TOWS atau SWOT ................................................... 54 3) Matrik Grand Strategy ........................................................... 57 G. Konsep Operasional ........................................................................... 58 IV. HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Wilayah ................................................................ 61 B. Profil LEM Sejahtera Andomesinggu ............................................... 61 C. Strategi Pengembangan Usaha Biji Kakao Fermentasi ...................... 64 C.1 Analisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman Pengembangan Usaha Biji Kakao Fermentasi .......................... 65 C.1.1 Matriks IFAS ................................................................... 65 C.1.2 Matriks EFAS .................................................................. 70 C.2 Strategi Pengembangan Usaha Biji Kakao Fermentasi .................................................................................. 74 C.2.1 Matriks Internal-Eksternal (IE) ...................................... 75 C.2.2 Matriks SWOT ................................................................ 77 C.2.3 Matrik Grand Stategy ...................................................... 83 V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ........................................................................................ 87 B. Saran ................................................................................................... 88 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 90 LAMPIRAN .................................................................................................. 95
xi
DAFTAR TABEL Tabel
Halaman
1. Proses Fermentasi Biji Kakao ............................................................ 13 2. Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) ......................................... 45 3. Matriks EFE (Eksternal Factor Evaluation) ..................................... 45 4. Penilaian bobot faktor strategis Internal ............................................ 46 5. Penilaian bobot faktor strategis Eksternal .......................................... 46 6. Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) ........................................ 49 7. Matriks EFE (External Factor Evaluation) ...................................... 49 8. Diagram Matriks IE ........................................................................... 51 9. Matriks SWOT ................................................................................... 56 10. Matriks IFAS ..................................................................................... 69 11. Mastriks EFAS ................................................................................... 78 12. Matriks SWOT ................................................................................... 77
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1. Jenis Kegiatan Fermentasi Biji Kakao ............................................... 14 2. Skema Kerangka Pikir Pendekatan Strategi Pengembangan Usaha Biji Kakao Fermentasi pada LEM Sejahtera Desa Andomesinggu Kecamatan Besulutu Kabupaten Konawe .......................................... 40 3. Diagram Matrik Grand Strategy ........................................................ 57 4. Struktur Organisasi Pembina LEM Sejahtera Andomesinggu ........... 63 5. Struktur Organisasi Pembina LEM Sejahtera .................................... 64 6. Pola Jejaring antar LEM Sejahtera..................................................... 81 7. Diagram Keputusan Matrik Grand Strategy ................................... 84 8. Proses Pemetikan Buah Kakao .......................................................... 101 9. Kegiatan Fermentasi Buah Kakao...................................................... 101 10. Penjemuran Biji Kakao Fermentasi ................................................... 102 11. Sortasi dan Pengemasan Biji Kakao .................................................. 102 12. Wawancara dan Diskusi Bersama Pembina LEM Sejahtera bersama Anggota LEM Sejahtera .................................................................... 103 13. Gudang LEM Sejahtera Andomesinggu ............................................ 103 14. Hasil Olahan Biji Buah Kakao oleh KKI ........................................... 103
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1. Riwayat Hidup ................................................................................... 96 2. Peta Lokasi Penelitian ........................................................................ 97 3. Rating IFAS dan EFAS ...................................................................... 98 4. Bobot IFAS dan EFAS....................................................................... 99 5. Dokumentasi Penelitian ..................................................................... 101
xiv
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Abad modern seperti saat ini hampir semua orang mengenal cokelat yang merupakan bahan makanan favorit bagi semua kalangan, terutama bagi anak-anak dan remaja. Selain karena keunikan cokelat yang dapat meleleh pada permukaan lidah, makanan ini juga memiliki kandungan gizi yang tinggi dan bermanfaat bagi kesehatan tubuh, seperti vitamin, lemak, antioksidan dan flavonoid yang berguna untuk mencegah masuknya radikal bebas, serta mampu meminimalisir tingkat stress (Penny et al, 2002). Perlu diketahui bahwa, produk cokelat dihasilkan melalui tahapan dan proses yang relatif panjang, dan menggunakan biji kakao kering sebagai bahan baku utamanya. Kakao (Theobroma cacao L.) adalah tanaman hasil perkebunan yang memiliki peran penting dalam ekonomi nasional, terutama sebagai penyedia lapangan kerja dan pendapatan serta valuta asing. Selain itu kakao juga berperanan penting dalam pembangunan daerah, khususnya pembangunan agroindustri. Indonesia merupakan produsen kakao terbesar ketiga di dunia yaitu sebesar 13,6% setelah Pantai Gading (38,3%) dan Ghana (20,2%). Pencapaian ini diperoleh dengan adanya gerakan nasional pengembangan komuditi kakao oleh pemerintah pada tahun 2009. Saat itu luas area perkebunan kakao di Indonesia mencapai 1.745.789 Ha dengan total produksi mencapai 828.255 ton, yang tersebar pada beberapa provinsi di Indonesia seperti Jawa Timur, Sumatra Utara, Kalimantan Timur, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat dan Sulawesi Tenggara (Dirjenbun dalam Sukotjo et al, 2014).
2
Sayangnya, tingginya produksi kakao dan ekspor kakao di Indonesia tidak disertai dengan tingginya harga kakao Indonesia di pasar internasional. Hal ini diakibatkan mutu biji kakao Indonesia yang relatif rendah. Bahkan diskon harga kakao Indonesia sebesar USD 300/ton atau 10%-15% dari harga pasar. Kakao Indonesia yang mampu bersaing pada pasar WFCB (dikategorikan sebagai Well Fermented Cocoa Beans atau WFCB) hanya sekitar 2% dari total ekspor. Penyebab utamanya adalah karena sekitar 80% dari total produksi Indonesia masih belum mendapatkan penanganan pascapanen dengan baik, terutama belum dilaksanakannya proses fermentasi biji kakao (Mochtar dan Darma, 2011). Provinsi Sulawesi Tenggara khususnya Kabupaten Konawe merupakan salah satu daerah produsen kakao terbesar setelah Kabupaten Kolaka Timur, Kolaka, dan Kabupaten Kolaka Utara. Tercatat luas areal lahan perkebunan kakao di Kabupaten Konawe seluas 16.088 Ha. Produksi kakao di Kabupaten Konawe pada tahun 2011 mencapai 9.632 ton, pada tahun 2012 mengalami peningkatan dengan produksi 11.999,2 ton, dan pada tahun 2013 kembali meningkat dengan produksi tercatat sebesar 12.561,4 ton. Penurunan produksi kakao justru terjadi pada tahun 2014 sebesar 2.390,1 ton atau mencapai 10.171,3 ton (BPS Provinsi Sulawesi Tenggara, 2014). Penurunan produksi kakao pada tahun 2014 disebabkan karena tanaman kakao yang berusia jauh berada di atas masa produktif, serta masalah hama tanaman seperti hama Penggerek Buah Kakao (PBK) dan penyakit busuk buah. Kecamatan Besulutu khususnya Desa Andomesinggu merupakan salah satu daerah di Kabupaten Konawe yang merupakan pusat produksi kakao terbesar.
2
3
Tercatat luas lahan perkebunan kakao di Kecamatan Besulutu seluas 2.730 Ha, dengan produksi 2.830 Ku (BPS Sulawesi Tenggara, 2013). Desa Andomesingu adalah salah satu desa yang merupakan pusat produksi kakao di Kecamatan Besulutu. Jumlah produksi kakao dan total luas lahan di Desa Andomesinggu, memang tidak lebih besar dibandingkan dengan desa yang ada di kabupaten lainnya, namun desa ini masih melakukan proses fermentasi dengan jumlah yang relatif cukup besar, walaupun tidak dilakukan secara menyeluruh. Sebagian biji kakao
dijual
tanpa
tindakan
fermentasi.
Lembaga
masyarakat
Desa
Andomesinggu juga lebih aktif dibandingkan dengan lembaga masyarakat desa lainnya, sehingga kegiatan fermentasi pada lembaga masyarakatnyapun mulai dilakukan secara berkelanjutan. Sesungguhnya alasan utama rendahnya harga kakao Indonesia karena lemahnya kekuatan lembaga masyarakat untuk meningkatkan kualitas kakao Indonesia. Keadaan lembaga yang dimiliki oleh Indonesia saat ini biasanya sangat parsial, berskala kecil, memiliki modal yang terbatas, dan kemitraan sosial yang lemah sehingga tidak memiliki daya saing dan kekuatan untuk melawan berbagai masalah dihadapi. Kuatnya lembaga masyarakat akan mampu mengatasi kendala yang dihadapi oleh para petani kakao, terutama dalam menghadapi tekanan dari pihak mavia kakao yang selalu memaksa petani untuk menjual hasil kakaonya dalam bentuk unfermented. Oleh karena itu, dibentuklah Lembaga Ekonomi Masyarakat (LEM) Sejahtera pada tahun 2009 untuk menanamkan budaya fermentasi pada masyarakat, agar ke depannya Indonesia tidak lagi menjual kuantitas tetapi menjual kualitas kakao.
3
4
LEM Sejahtera inilah satu-satunya lembaga desa yang melakukan kegiatan fermentasi. Lembaga ini didirikan di Desa Andomesinggu sejak tahun 2010 yang dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat desa dengan menghimpun dan mendayagunakan seluruh potensi sumberdaya yang tersedia untuk mensejahterakan seluruh anggotanya. Selain itu LEM Sejahtera juga menjadi wadah untuk mensukseskan Program BAHTERAMAS di tingkat desa dengan membangun sistem perekonomian yang tangguh, berdaya saing dan berkelanjutan. Saat ini LEM Sejahtera yang paling aktif dalam mengembangkan biji kakao fermentasi yaitu LEM Sejahtera Andomesinggu. Tercatat LEM Sejahtera Andomesinggu memiliki kas usaha sebesar Rp 137,640,546.35,- yang diperoleh dari pendapatan operasional usahatani kakao dan usaha simpan pinjam. Sedangkan total penerimaan LEM Sejahtera yaitu sebesar Rp 99,255,035.15. LEM Sejahtera Andomesinggu dalam usaha pengembangan biji kakao fermentasi mengalami berbagai macam kendala baik internal maupun kendala eksternal, mulai dari ketidakjelasan harga biji kakao, ketidakjelasan perusahaan penerima biji kakao fermentasi, tingginya serangan hama dan penyakit yang mengakibatkan meningkatnya biaya perawatan dan penurunan hasil, sampai pada kendala kualitas sumberdaya tenaga kerja. Kendala terbesar yang dihadapi oleh LEM Sejahtera Andomesinggu saat ini yaitu, ketidak jelasan harga biji kakao yang disebabkan oleh mutu dari kakao Indonesia itu sendiri. Sehingga usaha fermentasi kakao dianggap merugikan petani. Masalah mutu atau kualitas kakao merupakan masalah utama yang harus diatasi oleh seluruh stakeholder terutama LEM Sejahtera dan pemerintah. Alasan
4
5
utama petani tidak melakukan fermentasi biji kakao yaitu, tidak adanya perbedaan harga yang relatif jauh antara kakao yang difermentasi dengan yang tidak difermentasi. Sementara, untuk melakukan fermentasi petani harus menyimpan dalam peti selama 4 sampai 6 hari, dan setiap hari petani harus memperhatikan kandungan airnya. Menurut petani pekerjaan ini cukup melelahkan. Selain itu, harga biji kakao yang difermentasi lebih tinggi Rp 3.000,- sampai dengan Rp 5.000,- per kilogramnya dibandingkan biji kakao yang tidak difermentasi. Desakan kebutuhan ekonomi serta proses fermentasi yang terlalu lama dan membutuhkan teknik, alat, waktu, serta biaya tambahan lainnya, membuat para petani memutuskan untuk tidak melakukan fermentasi biji kakao.
Kendala
lainnya yang dihadapi oleh LEM Sejahtera yaitu panjangnya ranpai pasok dan pemasaran. Rantai pasok yang terlalu panjang cenderung merugikan para petani. Pembagian pendapatan (income share) lebih banyak didapatkan oleh para pedagang pengumpul yang mendapatkan subsidi melalui RDKK (Rencana Devenitif Kebutuhan Kelompok). Pedagang pengumpul juga dapat menjadi penghambat bagi pedagang baru atau yang disebut dengan istilah barrier to entry (Komisi Pengawas Persaingan Usaha, 2009). Melihat masalah tersebut maka perlu adanya kajian mengenai strategi pengembangan usaha biji kakao fermentasi yang dilakukan oleh pihak LEM Sejahtera Andomesinggu untuk meningkatkan kualitas biji kakao. Selain itu, perlu adanya kajian mengenai strategi pengembangan teknologi biji kakao fermentasi.
5
6
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dijelaskan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: 1. Faktor-faktor apa yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman pada usaha biji kakao fermentasi yang dilakukan oleh LEM Sejahtera Desa Andomesinggu? 2. Bagaimanakah strategi pengembangan usaha biji kakao fermentasi yang dilakukan oleh LEM Sejahtera Desa Andomesinggu? C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis: 1. Faktor-faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman pada usaha biji kakao fermentasi yang dilakukan oleh LEM Sejahtera Desa Andomesinggu. 2. Rancangan strategi pengembangan usaha biji kakao fermentasi yang dilakukan oleh LEM Sejahtera Desa Andomesinggu. Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi serta masukan yang bermanfaat bagi berbagai pihak yang berkepentingan, yaitu: 1. Bagi anggota LEM Sejahtera Desa Andomesinggu, hasil penelitian ini sebagai bahan pertimbangan dalam menjalankan usaha biji kakao fermentasi maupun dalam membuat rencana dan keputusan pengembangan usaha selanjutnya. 2. Bagi petani lainnya, hasil penelitian ini dapat menjadi referensi atau pembanding dalam melaksanakan usaha biji kakao fermentasi. 6
7
3. Bagi pemerintah, hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi rujukan dalam pengambilan kebijakan terhadap kemajuan pengembangan usaha perkebunan khususnya pada komoditi kakao.
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori Deskripsi teori berisikan tentang teori yang mendukung penelitian mengenai strategi pengembangan usaha biji kakao fermentasi oleh LEM Sejahtera Andomesinggu. Adapun deskripsi teori dalam penelitian ini terdiri atas: A.1 Budidaya Kakao Tanaman kakao (Theobroma cacao L.) berasal dari hutan-hutan tropis di Amerika Tengah dan Amerika Selatan bagian utara. Penduduk yang pertama kali mengolah kakao menjadi minimun dan makanan yaitu suku Indian, suku Maya dan suku Astek (Aztec). Sebelum periode 1919 atau sekitar 1920 produksi kakao dunia masih didominasi oleh Amerika Selatan dengan produsen utamanya Ekuador dan Brazil, namun pada periode 1990-2002 Indonesia mulai berperan sebagai produsen kakao terbesar ketiga di dunia setelah Pantai Gading dan Ghana. Tercatat pada tahun 2000, jumlah perkebunan rakyat yaitu 86% dari total area perkebunan kakao di Indonesia, kemudian diikuti oleh perkebunan besar negara 7% (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao, 2004). Kakao yang diusahakan oleh masyarakat terdiri atas berbagai jenis dan karakteristik.
Setiap
jenis
kakao
memiliki
kelebihan
dan
kelemhan
masing-masing, baik dalam bentuk ukuran buah, kandungan lemak, tekstur, maupun cita rasa dan aromanya.
8
9
Kakao merupakan satu-satunya di antara 22 jenis marga Theobroma, suku Sterculiaceae yang diusahakan secara komersial. Klasifikasi tanaman ini secara lengkap yaitu sebagai berikut: Devisi
: Spermatophyta
Sub Devisi
: Angiospermae
Class
: Dicotyledoneae
Sub Class
: Dialypetalae
Ordo
: Malvales
Family Genus
: Sterculiaceae : Theobroma
Spesies : Theobroma cacao L. Berdasarkan bentuk buahnya, kakao dapat dikelompokkan ke dalam empat populasi, yaitu cundeamor, criollo, angoleta dan amelonado. Kakao merupakan bahan utama pembuatan berbagai macam produk cokelat. Produk cokelat yang umumnya dikenal oleh masyarakat adalah permen cokelat (cacao candy), es krim, kue cokelat, dan berbagai jenis olahan cokelat lainnya. Cokelat memiliki kandungan gizi yang tinggi dan bermanfaat bagi kesehatan tubuh seperti vitamin, lemak, antioksidan, dan flavonoid yang berguna untuk mencegah masuknya radikal bebas ke dalam tubuh serta mampu meminimalisir tingkat stres (Penny M et al, 2002). Menurut Kementerian Pertanian Direktorat Jenderal Perkebunan (2011) menyatakan bahwa, tanaman kakao sangat cocok tumbuh pada daerah garis lintang 100 LS sampai 100 LU, pada ketinggian 0-600 m di atas permukaan laut.
9
10
Walaupun demikian, penyebaran tanaman kakao secara umum berada pada daerah‐daerah antara 700 LU sampai dengan 1800 LS. Hal ini erat kaitannya dengan distribusi curah hujan dan jumlah penyinaran matahari sepanjang tahun dengan curah hujan 1.500 mm/tahun sampai dengan 2.500 mm/tahun. Bulan kering (curah hujan < 60 mm/bulan) kurang dari 3 bulan. Suhu maksimum untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman kakao yaitu 30-320C, dan suhu minimum yaitu 18-210C. Perbanyakan tanaman kakao secara umum dikenal dua cara, yaitu perbanyakan secara generatif (biji) dan perbanyakan secara vegetatif (cangkok, stek, sambungan, okulasi, dan SE atau Somatic Embriogenesis). Sebaiknya untuk tanaman pokok diperoleh dari beberapa produsen benih nasional yang ditunjuk oleh Direktorat Jenderal Perkebunan dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian (SK Mentan), sedangkan untuk batang bawah, benih dapat diambil dari tanaman yang pertumbuhannya kuat (Agussalim et al, 2009). Setelah empat sampai lima hari di persemaian, benih-benih kakao sudah mulai berkecambah. Benih-benih ini harus segera dipindahkan ke polibag yang sudah disiapkan. Seleksi terhadap kecambah perlu dilakukan untuk mendapatkan bibit
yang
berkualitas.
Kecambah-kecambah
yang
akarnya
bengkok,
pertumbuhannya lambat, dan kecambah yang sudah tumbuh lebih dari 14 hari harus dipisahkan. Pemindahan kecambah dilakukan dengan hati-hati agar akar tunggang tidak putus. Pengambilan kecambah dilakukan menggunakan bantuan solet bambu. Kecambah yang telah diambil kemudian ditanam dalam media tanam di
10
11
polibag yang sudah dilubangi sedalam jari telunjuk. Akar tunggang kecambah sebisa mungkin diusahakan agar dapat berdiri lurus dalam lubang tersebut. Selanjutnya lubang ditutup dengan media untuk kemudian dibiarkan hingga dapat beradaptasi dengan lingkungannya yang baru (Teguh, 2015). A.2 Fermentasi Kakao Titik berat dalam pengolahan biji kakao terletak pada proses fermentasi, dimana pada proses ini terjadi pembentukan cita rasa cokelat, pengurangan rasa pahit dan sepat, serta perbaikan penampakan fisik biji kakao. Kegiatan fermentasi biji kakao memang dapat meningkatkan kualitas produk biji kakao, namun tidak ada perbedaan pendapatan antara petani kakao yang melakukan fermentasi dan petani yang tidak melakukan fermentasi. Hal ini diakibatkan oleh harga, rantai tataniaga yang relatif panjang dan pola kelembagaan yang lemah. Selama proses fermentasi biji kakao terjadi pembentukan senyawa cita rasa biji kakao. Cita rasa cokelat muncul bila biji disangrai. Biji kakao yang tidak difermentasi tidak mengandung senyawa calon cita rasa cokelat, sehingga ketika disangrai tidak dapat memberikan cita rasa cokelat yang diinginkan. Pembentukan senyawa ini seiring dengan terjadinya perubahan warna pada keping biji. Kakao yang tidak difermentasi disebut biji slaty berwarna seperti sabak dan bertekstur pejar seperti keju (Kementerian Pertanian Direktorat Jenderal Perkebunan, 2011). Menurut Rosane et al (2010) menyatakan bahwa, tambahan mikrobiologi akan membantu proses fermentasi dan meningkatkan kualitas biji kakao. Terdapat dua tahap penting dalam fermentasi biji kakao, yakni fermentasi dan penyangraian yang mempengaruhi warna serta aroma. Selama 2 sampai 8 hari fermentasi, biji 11
12
kakao
mengalami
degradasi
protein
oleh
aktivitas
enzim
endogenous
carboxypeptidase yang secara spontan akan muncul dan melepaskan asam amino yang memiliki gugus -COOH bebas pada ujung molekul protein. Hal ini mengakibatkan perubahan warna biji kakao menjadi merah kecoklatan seragam, munculnya aroma asam dan terbentuknya senyawa prekusor aroma cokelat. Waktu fermentasi yang kurang menyebabkan biji menjadi slaty, sedangkan waktu fermentasi berlebih menyebabkan biji berwarna coklat gelap, tidak mengkilap dan beraroma hangus. Tahap penting berikutnya adalah penyangraian dengan suhu 1160C sampai 1210C. Selama penyangraian, senyawa calon pembentuk aroma yang terbentuk selama fermentasi akan bereaksi satu sama lain melalui reaksi Maillard menghasilkan komponen mudah menguap dan beraroma cokelat, yakni sepeti roti bakar. Proses perubahan warna juga terjadi melalui reaksi Maillard, menghasilkan biji berwarna coklat gelap. Waktu penyangraian yang terlalu lama akan menyebabkan biji berwarna coklat kehitaman dan beraroma hangus. Pengolahan lebih lanjut dapat dilakukan pada biji kakao untuk mendapatkan bubuk cokelat yang dapat langsung digunakan dalam proses pembuatan produk pangan. Bubuk cokelat merupakan salah satu produk setengah jadi hasil olahan biji kakao yang didapat dengan mengolah biji kakao menjadi pasta cokelat, lalu diproses hingga menghasilkan lemak cokelat dan bungkil cokelat yang kemudian digiling dan diayak. Menurut Kementerian Pertanian Direktorat Jenderal Perkebunan (2011), menyatakan bahwa, proses fermentasi biji kakao dilakukan selama lima hari, hal ini terlihat pada Tabel 1.
12
13
Tabel 1. Proses Fermentasi Biji Kakao Hari I
: Penimbangan awal, selanjutnya memasukkan biji kakao ke dalam kotak fermentasi.
Hari II
: Pembalikkan 48 jam dari waktu memasukkan biji.
Hari III
: Pengontrolan suhu.
Hari IV
: Pengontrolan dan pengecekan proses.
Hari V
: Pengecekan, penimbangan akhir, serta persiapan pengeringan.
Sumber: Kementerian Pertanian Direktorat Jenderal Perkebunan (2011)
Hari pertama kegiatan fermentasi yaitu penuangan biji kakao ke dalam peti fermentasi. Kegiatan ini dilakukan setelah adanya penyortiran biji kakao. Hari selanjutnya yaitu pembalikan biji buah kakao agar biji buah kakao terfermentasi secara rata. Kegiatan pembalikan perlu dilakukan setiap hari untuk menjaga kualitas setiap biji kakao. Selain itu perlu adanya pengontrolan suhu dengan cara pembalikan atau pengadukkan biji kakao. Setelah kegiatan fermentasi maka akan dilanjutkan dengan perendaman dan pencucian buah biji kakao. Tujuan perendaman dan pencucian adalah untuk menghentikan proses fermentasi dan memperbaiki kenampakan biji. Perendaman berpengaruh terhadap proses pengeringan dan rendemen. Selama proses perendaman berlangsung, sebagian kulit biji kakao terlarut sehingga kulitnya lebih tipis dan rendemennya berkurang. Sehingga proses pengeringan menjadi lebih cepat. Setelah perendaman, dilakukan pencucian untuk mengurangi sisa-sisa lendir yang masih menempel pada biji dan mengurangi rasa asam pada biji, karena jika biji masih terdapat lendir maka
13
14
biji akan mudah menyerap air dari udara sehingga mudah terserang jamur dan akan memperlambat proses pengeringan. Setelah pencucian maka biji kakao harus dijemur agar tidak terserang oleh cendawan. Pengeringan bertujuan untuk menurunkan kadar air dalam biji dari 50-55% sampai 7% agar biji tidak ditumbuhi cendawan dan aman disimpan. Pengeringan dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu dengan cara menjemur, dengan menggunakan mesin pengering, dan kombinasi keduanya. Tiga jenis cara fermentasi dapat terlihat pada Gambar 1. 1. Fermentasi dengan kotak/peti fermentasi
2. Fermentasi menggunakan keranjang bambu
3. Fermentasi
dengan
mempergunakan alas daun pisang
Gambar 1. Jenis Kegiatan Fermentasi Biji Kakao
14
15
Pada Gambar 1 tampak kegiatan fermentasi biji kakao yang dilakukan terdiri atas tiga cara yaitu dengan menggunakan peti fermentasi, menggunakan keranjang bambu, dan fermentasi dengan menggunakan alas daun pisang. Kegiatan fermentasi dengan menggunakan peti kayu merupakan kegiatan fermentasi yang terbilang cukup modern, kegiatan fermentasi dengan cara ini lebih mudah serta memiliki kapasitas yang lebih besar dibandingkan dengan cara lainnya. Cara lainnya yaitu dengan menggunakan peti kayu, kegiatan fermentasi biji kakao juga menggunakan keranjang bambu. Kelebihan dari cara ini yaitu bentuk dan massa keranjang yang ringan sehingga memudahkan petani untuk mengangkat dan mengaduk biji kakao. Namun kapasitas dari keranjang bambu tidaklah besar serta kualitas biji kakao hasil fermentasinya tidak terlalu baik. Selain itu, kegiatan fermentasi juga dapat dilakukan dengan menggunakan alas daun pisang. Daun pisang berguna untuk membantu proses fermentasi lebih cepat namun menyulitkan petani dalam membolak-balikkan atau mengaduk biji kakao agar proses fermentasi terjadi secara merata pada setiap biji kakao. Kakao merupakan salah satu komoditas ekspor yang dapat memberikan kontribusi untuk peningkatan devisa Indonesia. Indonesia merupakan salah satu negara pemasok utama kakao dunia setelah Pantai Gading dan Ghana. Permintaan dunia terhadap komoditas kakao semakin meningkat dari tahun ke tahun. Hingga tahun 2011, ICCO (International Cocoa Organization) memperkirakan produksi kakao dunia akan mencapai 4,05 juta ton (Suryani, 2007).
15
16
Lebih lanjut Suryani (2007), menyatakan bahwa kualitas biji kakao yang diekspor oleh Indonesia dikenal sangat rendah (berada di kelas 3 dan 4). Hal ini disebabkan oleh pengelolaan produk kakao yang masih tradisional (85% biji kakao produksi nasional tidak difermentasi), sehingga kualitas kakao Indonesia menjadi rendah. Kualitas rendah menyebabkan harga biji dan produk kakao Indonesia di pasar internasional dikenai diskon USD 200/ton atau 10% - 15% dari harga pasar. Selain itu, beban pajak ekspor kakao olahan (sebesar 30%) relatif lebih tinggi dibandingkan dengan beban pajak impor produk kakao (5%), kondisi tersebut telah menyebabkan jumlah pabrik olahan kakao Indonesia terus menyusut. Selain itu, para pedagang (terutama trader asing) lebih senang mengekspor dalam bentuk biji kakao (non olahan). Peningkatan produksi kakao mempunyai arti yang strategis karena pasar ekspor biji kakao Indonesia masih sangat terbuka dan pasar domestik masih belum tergarap. Permasalahan utama yang dihadapi perkebunan kakao dapat diatasi dengan penerapan fermentasi pada pengolahan biji pasca panen dan pengembangan produk hilir kakao berupa serbuk kakao. Proses fermentasi akan menghasilkan kakao dengan cita rasa setara dengan kakao yang berasal dari Ghana. Selain itu, kakao Indonesia memiliki kelebihan tidak mudah meleleh sehingga cocok untuk blending. Fermentasi biji kakao tidak memerlukan penambahan kultur starter (biang), karena pulp kakao yang mengandung banyak glukosa, fruktosa, sukrosa dan asam sitrat dapat mengundang pertumbuhan mikroorganisme sehingga terjadi fermentasi (Andres et al, 2011).
16
17
Tahapan pengolahan pasca panen kakao yaitu buah hasil panen dibelah dan biji berselimut pulp dikeluarkan, kemudian dikumpulkan pada suatu wadah. Jenis wadah yang digunakan dapat bervariasi, diantaranya drying platforms (Amerika), keranjang yang dilapisi oleh daun, dan kontainer kayu. Kontainer (kotak) disimpan di atas tanah atau di atas saluran untuk menampung pulp juices yang dihasilkan selama fermentasi (hasil degradasi pulp). Umumnya, dasar kontainer memiliki lubang kecil untuk drainase dan aerasi. Kontainer tidak diisi secara penuh, disisakan 10 cm dari atas dan permukaan atas ditutupi dengan daun pisang yang bertujuan untuk menahan panas dan mencegah permukaan biji dari pengeringan. Fermentasi dalam kotak dapat dilakukan selama 2 – 6 hari, isi kotak dibalik tiap hari dengan memindahkannya ke kotak lain (Hariyanti, 2006). Hariyanti juga menambahkan bahwa tidak ada perbedaan pendapatan antara petani kakao yang melakukan fermentasi dan petani yang tidak melakukan fermentasi. Hal ini disebabkan oleh harga biji kakao fermentasi dan non fermentasi yang relatif tidak jauh berbeda. Berdasarkan masalah berikut tentu akan memicu turunnya minat petani dalam melakukan fermentasi biji kakao. Perlu adanya tindak lanjut dari pemerintah. Berbeda dengan Hariyanti, David (2013) menyatakan bahwa, cara pengolahan kakao cukup berpengaruh terhadap kualitas dan harga jual produk pada UUP Tunjung Sari. Hal ini dapat dilihat dari segi kualitas biji kakao (bean account) fermentasi berjumlah 120 biji per seratus gram sedangkan untuk non fermentasi berjumlah 118 biji per seratus gram, warna untuk kakao fermentasi cenderung berwarna coklat kehitam-hitaman sedangkan non fermentasi berwarna
17
18
coklat terang, aroma kakao fermentasi seperti aroma khas cokelat sedangkan non fermentasi tidak ada aroma yang khas seperti coklat, slaty untuk kakao fermentasi maksimal 3-5 % sedangkan kakao non fermentasi tidak ada slaty (biji ungu), bentuk dalam kakao fermentasi apabila dibelah mempunyai tekstur yang berongga, sedangkan non fermentasi mempunyai tekstur padat, kadar air untuk kakao fermentasi 7% sedangkan non fermentasi 7,5 %, dan harga jual untuk kakao fermentasi Rp 19.500/kg sedangkan non fermentasi Rp 17.000/ kg. Menurut David, dkk (2013) menyatakan bahwa, proses fermentasi biji kakao mampu meningkatkan mutu dan harga kakao namun dengan syarat adanya keberlanjutan usaha fermentasi dan kebijakan harga dari pemerintah nasional serta seluruh stakeholder. Sejalan dengan David, Komisi Persaingan Usaha (2009) juga menyatakan bahwa, perlu adanya kebijakan pemerintah untuk meningkatkan kualitas kakao Indonesia serta penetapan harga kakao fermentasi relatif tinggi sehingga petani termotivasi untuk melakukan fermentasi biji kakao. Selain itu perlu pengawasan proses pemasaran biji kakao agar tidak melewati rantai pasok yang terlalu panjang sehingga cenderung merugikan para petani. Sejalan dengan hal tersebut Vita (2013) menyatakan bahwa, nilai tambah kakao fermentasi yang dilakukan oleh LEM Sejahtera pada cukup memberikan hasil yang baik dimana Besarnya keuntungan usaha pemasaran biji kakao fermentasi yang dilakukan oleh LEM Sejahtera Teteinea Jaya adalah sebesar Rp 34.049.110,-.
18
19
A.3 Konsep Produksi Produksi adalah proses kombinasi dan koordinasi material dan kekuatan-kekuatan (input, faktor sumberdaya, atau jasa-jasa produksi) dalam pembuatan barang atau jasa (produk). Kegiatan produksi dan operasi merupakan kegiatan mentransformasi masukan (input) manjadi keluaran (output) yang berupa barang atau jasa. Dalam industri manufaktur, masukan adalah berupa bahan baku, tenaga listrik atau bahan bakar, sumberdaya manusia dan dana atau modal, yang proses transformasinya menjadi keluaran (output) berupa barang hasil jadi. Sedangkan dalam industri jasa, jenis-jenis masukan seperti yang disebutkan diatas diproses transformasikan menjadi jasa-jasa yang dihasilkan (Assauri, 1999). Menurut Soemitro (2000) pengertian produksi sebagai proses penggunaan unsur-unsur produksi dengan maksud menciptakan faedah guna memenuhi kebutuhan manusia. Selanjutnya Winardi (2002) mengatakan bahwa, produksi merupakan suatu usaha yang mengkombinasikan berbagai input dalam tingkat teknologi tertentu seefisien mungkin dengan maksud menciptakan faedah dalam memenuhi kebutuhan manusia. Sektor produksi terlibat dalam produksi makanan mentah, bahan mentah, dan produk pertanian lainnya (Drumoon and Goodwin, 2004). Biaya produksi mempunyai peranan yang penting dalam pengambilan keputusan usahatani. Besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi sesuatu menentukan besarnya harga pokok dari produk yang akan dihasilkan. Biaya produksi adalah keseluruhan biaya yang diperlukan dalam menghasilkan produk tertentu dalam waktu dan satuan tertentu (Tuwo, 2011).
19
20
Proses produksi pertanian menumbuhkan macam-macam faktor produksi seperti modal, tenaga kerja, tanah, dan manajemen pertanian yang berfungsi mengkoordinasikan ketiga faktor produksi yang lain sehingga benar-benar mengeluarkan hasil produksi (output). Sumbangan tanah adalah berupa unsur-unsur tanah yang asli dan sifat-sifat tanah yang tak dapat dirasakan dengan mana hasil pertanian dapat diperoleh. Tetapi untuk memungkinkan diperolehnya produksi diperlukan tangan manusia yaitu tenaga kerja petani (labor). Faktor produksi modal adalah sumber-sumber ekonomi diluar tenaga kerja yang dibuat oleh manusia. Modal dilihat dalam arti uang atau dalam arti keseluruhan nilai sumber-sumber ekonomi non-manusiawi (Mubyarto, 1989). Dalam usaha pertanian faktor produksi mencakup beberapa hal yaitu: 1. Lahan/Tanah Lahan pertanian merupakan penentuan dari pengaruh faktor produksi komoditas pertanian. Secara umum dikatakan, semakin luas lahan (yang digarap/ ditanami), semakin besar jumlah produksi yang dihasilkan oleh lahan tersebut (Rahim dan Hastuti, 2007). Faktor produksi tanah terdiri dari beberapa faktor alam lain seperti air, udara, temperatur, sinar matahari dan lainnya. Tanah merupakan faktor kunci dalam usaha pertanian. Dalam tanah dan sekitar tanah banyak yang harus diperhatikan seperti luas, topografi, kesuburan, keadaan fisik, lingkungan lereng dan lain sebagainya. Dengan mengetahui semua keadaan mengenai tanah, usaha pertanian dapat dilakukan dengan baik sehingga proses produksi akan berjalan lancar dan menguntungkan dengan kata lain faktor lain dapat ditanggulangi.
20
21
2. Modal Modal merupakan produksi selain tanah dan tenaga kerja, dimana modal dalam usahatani dapat diklasifikasikan sebagai bentuk kekayaan, baik berupa uang maupun barang-barang yang digunakan untuk menghasilkan sesuatu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam proses produksi. Dalam pengertian ekonomi modal merupakan barang atau jasa yang bersama-sama faktor produksi tanah dan tenaga kerja yang menghasilkan barang baru yaitu hasil pertanian (Prayitno dalam Asmiati, 2012). Selanjutnya, Kartasapoetra dalam Asmiati (2012) mengatakan bahwa, modal yang digunakan dapat dikatakan produktif apabila penggunaannya dapat menghasilkan sesuatu yang lebih baik dari jumlah yang diperlukan untuk menutupi biaya bagi semua faktor produksi. Dengan demikian diperlukan adanya kemampuan pengolahan modal yang tersedia guna kelancaran proses produksi dari usahatani tersebut, dalam hal ini kemampuan wanita tani dalam mengelola modal dapat mempengaruhi besarnya penggunaan biaya dalam proses produksi. Moehar (2004), membagi modal menjadi dua yaitu: a) Modal tetap adalah barang-barang yang digunakan dalam proses produksi yang dapat digunakan beberapa kali, meskipun akhirnya barang-barang modal ini habis juga, tetapi tidak sama sekali terisap dalam hasil. Contoh: mesin, pabrik, gedung dan lain-lain. b) Modal bergerak adalah barang-barang yang digunakan dalam proses produksi yang hanya bisa digunakan untuk sekali pakai atau dengan kata lain, yaitu
21
22
barang-barang yang habis digunakan dalam proses produksi misalnya bahan mentah, pupuk, bahan bakar dan lain-lain. Modal sebagai faktor produksi mutlak diperlukan dalam usaha pertanian karena tanpa modal sudah pasti usaha tidak bisa dilakukan, paling tidak modal dibutuhkan untuk pengadaan bibit atau upah tenaga kerja. Keberadaan modal sangat menentukan tingkat atau macam teknologi yang diterapkan sedangkan kekurangan modal menyebabkan kurangnya masukan yang diberikan sehingga menimbulkan resiko kegagalan atau rendahnya hasil yang akan diterima. 3. Tenaga Kerja Produktifitas tenaga kerja merupakan faktor produksi penting dalam melakukan proses produksi yang ada pada dasarnya terdiri dari dua unsur pokok yaitu jumlah dan kualitas. Jumlah yang diperlukan dalam proses produksi usahatani dapat dipenuhi dari tenaga kerja keluarga yang tersedia maupun dari luar kelurga. Sedangkan kualitas yang dicirikan produktifitas tenaga kerja tergantung dari keterampilan, kondisi fisik, pengalaman dan latihan. 4. Manajemen Faktor manajemen berfungsi mengelola faktor produksi lainya, yaitu tanah, modal, dan tenaga kerja. Manajemen akan berpengaruh langsung pada produksi. Ini terjadi karena kalau faktor produksi tidak dikelola secara baik dan benar maka produksi yang akan dicapai akan rendah, begitu juga halnya dengan efisiensi
usahatani.
Secara
fisik
fungsi
pengelolaan/manajemen
adalah
memaksimalkan produk dengan mengkombinasikan faktor tanah, modal, dan tenaga kerja dengan menerapkan teknologi yang tepat atau meminimalkan faktor
22
23
tanah, modal dan tenaga kerja dengan jumlah produk tertentu. Fungsi produksi sebagai suatu proses dan penciptaan guna, maka banyak jenis aktivitas dalam suatu produksi yang akan dilakukan. Aktivitas mana menyangkut perubahan waktu, perubahan tempat dan perubahan bentuk, dimana masing-masing dari perubahan yang terjadi tersebut adalah menyangkut perubahan input guna menghasilkan output yang diharapkan. Kartasapoetra (2003) mengatakan bahwa, fungsi produksi menguraikan cara-cara bagaimana masukan (input) dapat digabung untuk menghasilkan jumlah produksi yang direncanakan. A.4 Peran dan Fungsi LEM Sejahtera Lembaga Ekonomi Masyarakat atau LEM Sejahtera adalah Lembaga ekonomi desa yang dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat desa dengan menghimpun dan mendayagunakan seluruh potensi sumber daya yang tersedia, untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh anggotanya. LEM Sejahtera juga bermakna sebagai perekat seluruh masyarakat desa untuk meningkatkan kesejahteraan. Lembaga yang didirikan sejak tahun 2009 melalui rapat anggota yang difasilitasi oleh TIM Fasilitator ini, bermaksud sebagai wadah untuk mensukseskan program BAHTERAMAS ditingkat desa dengan membangun sistem perekonomian yang tangguh, berdaya saing dan berkelanjutan. Tujuan dari pendirian LEM Sejahtera yaitu untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera adil dan makmur dengan meningkatkan SDM petani, Meningkatkan akuntabilitas lembaga, meningkatkan mutu atau kualitas produk pedesaan serta menjalin sistem kerja sosial yang baik antara masyarakat dengan pemerintah. Pada akhirnya
23
24
melalui lembaga ini petani dapat menjadi cerdas, mandiri, optimis, kuat, santun dan kaya (Bambang, 2010). LEM Sejahtera memiliki Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang ditetapkan dan disahkan melalui rapat anggota serta memiliki badan hukum sebagai dasar hukum lembaga. Permodalan LEM Sejahtera dihimpun dari simpanan anggota secara swadaya dan dukungan/bantuan dari pemerintah atau swasta yang sifatnya tidak mengikat (dana abadi). Peranan LEM Sejahtera sebagai hilirisasi kakao yaitu sebagai pemberdayaan petani, membangun komitmen, wadah kerjasama, lembaga pembiayaan, agen penyedia saprodi, menjamin pasokan bahan baku, lembaga pemasaran, industry pemasaran, dan meningkatkan konsumsi coklat dalam negeri (LEM Sejahtera Provinsi Sulawesi Tenggara, 2013). Adapun struktur organisasi LEM Sejahtera yaitu : a.
Struktur Organisasi LEM Sejahtera dipimpin oleh seorang ketua, dibantu sekretaris dan bendahara serta dua orang staf.
b.
Ditingkat dusun dibentuk kepengurusan yang diketuai oleh Kepala Dusun dan dibantu oleh sekretaris dan bendahara untuk membantu tugas-tugas pendataan perencanaan dan kegiatan sosial kemasyarakatan didusun masing-masing.
c.
Untuk pengelola Unit-unit usaha ditunjuk seorang atau lebih pengelola yang diangkat dan bertanggung jawab kepada Ketua LEM Sejahtera. Syarat utama pendirian LEM Sejahtera yaitu, masyarakat wajib
melaporkan atau mengusulkan pendirian LEM Sejahtera ke Dinas Perkebunan Provinsi yang disertai dengan surat dukungan pemerintah daerah dan seluruh masyarakat desa. Setiap desa wajib memiliki satu LEM Sejahtera saja, bagi
24
25
penduduk desa lain tidak dapat ikut atau bergabung dengan LEM Sejahtera desa yang berbeda. Hal ini dikarenakan LEM Sejahtera tidak hanya mengelola dana pribadi tetapi juga mengelola dana bantuan desa (Bambang, 2010). Syarat utama untuk menjadi anggota LEM Sejahtera yaitu: 1. Merupakan penduduk desa tempat LEM Sejahtera berada. 2. Tidak tergabung dalam partai politik, PNS, maupun aparat desa. 3. Berdomisili di desa tempat LEM Sejahtera minimal dua tahun.
A.5 Konsep Stategi SWOT A.5.1 Konsep Strategi Strategi
merupakan
alat
untuk
mencapai
tujuan
dan
dalam
perkembangannya, konsep mengenai strategi terus berkembang. Hal ini dapat ditujukkan oleh adanya perbedaan konsep mengenai strategi selama 30 tahun terakhir. Menurut Porter strategi adalah suatu alat yang sangat penting untuk mencapai keunggulan bersaing (Rangkuti, 2006). Senada dengan itu, Hamel dan Pharalad juga mengatakan bahwa strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus-menerus dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh pelanggan di masa depan (Rangkuti, 2006). Perencanaan strategis hampir selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi, bukan dimulai dari apa yang terjadi. Terjadinya kecepatan inovasi pasar baru dan perubahan pola konsumen memerlukan inti (core competencies). Perusahaan perlu mencari kompetisi inti dalam bisnis yang dilakukan. Pemahaman yang baik mengenai konsep strategis dan konsep-konsep lain yang
25
26
berkaitan, sangat menentukan suksesnya strategi yang disusun. Konsep-konsep tersebut yaitu: 1) Distinctive Competence: tindakan yang dilakukan oleh perusahaan agar dapat melakukan kegiatan lebih baik dibandingkan dengan pesaingnya. 2) Competitive Advantage: kegiatan spesifik yang dikembangkan oleh perusahaan agar lebih unggul dibandingkan dengan pesaingnya. Menurut pendapat Rangkuti (2006) menyatakan bahwa, strategi dapat dikelompokkan berdasarkan tiga tipe strategi, yaitu: 1) Strategi Manajemen Strategi manajemen meliputi strategi yang dapat dilakukan oleh manajemen dengan orientasi pengembangan strategi secara makro misalnya, strategi
pengembangan
produk,
strategi
penerapan
harga,
strategi
pengembangan produk, strategi akuisi, strategi pengembangan pasar, strategi mengenai keuangan dan sebagainya. 2) Strategi Investasi Strategi investasi merupakan kegiatan yang berorientasi pada investasi, misalnya, apakah perusahaan ini melakukanstrategi pertumbuhan yang agresif atau berusaha mengadakan penetrasi pasar, strategi bertahan, strategi pembangunan kembali suatu divisi baru atau strategi diiventasi, dan sebagainya.
26
27
3) Strategi Bisnis Strategi bisnis ini juga disebut strategi bisnissecara fungsional karena bisnis ini berorientasi kepada fungsi-fungsi kegiatan manajemen, misalnya strategi pemasaran, strategi produksi atau operasional, strategi distribusi, strategi organisasi, dan strategi-strategi yang berhubungan dengan keuangan. s
A.5.2 Proses Perencanaan Strategis Perencanaan merupakan sekelompok usaha yang dinilai efektif. Dimana orang harus mengetahui tentang pencapaian sesuatu sesuai dengan yang diharapkan. Perencanaan strategis merupakan pekerjaan merencanakan strategi untuk menuntun seluruh tindakan perusahaan, proses manajerial untuk membangun dan menjaga kesesuaian antara sumber daya organisasi dan peluang-peluang pasarnya. Kotler (1999) menyatakan bahwa, perencanaan strategis yang berorientasi adalah “Proses Manajerial untuk mengembangkan dan menjaga agar tujuan, keahlian, dan sumber daya organisasi sesuai dengan peluang pasar yang terus berubah”. Tujuan perencanaan strategis adalah untuk membentuk dan menyempurnakan usaha dan produk perusahaan sehingga memenuhi target laba dan pertumbuhan. Perencanaan strategis memberikan kerangka kerja bagi kegiatan perusahaan yang dapat meningkatkan ketanggapan dan berfungsinya perusahaan. Perencanaan strategis membantu manajer mengembangkan konsep yang jelas mengenai
perusahaan.
Selain
itu,
perencanaan
strategis
memungkinkan
perusahaan mempersiapkan diri menghadapi lingkungan kegiatan yang cepat berubah. Keunggulan penting lainnya dari perencanaan strategis adalah membantu
27
28
para manajer melihat adanya peluang yang mengandung resiko dan peluang yang aman dan memilih antara salah satu peluang-peluang yang ada. Perencanaan strategis juga mengurangi kemungkinan kesalahan dan kejutan yang tidak menyenangkan, karena penelitian yang seksama telah dilakukan terhadap sasaran, tujuan, dan strategis. A.5.3 Analisis SWOT Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strenghts) dan peluang (Oppurtunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesess) dan ancaman (Threats). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencanaan strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut analisis situasi yaitu model yang paling popular untuk analisis situasi adalah Analisis SWOT. Penelitian menunjukkan bahwa kinerja perusahaan dapat ditentukan oleh faktor internal dan eksternal. Kedua faktor tersebut harus dipertimbangkan dalam analisis SWOT. SWOT adalah singkatan dari lingkungan Internal Strengths dan Weaknesses serta lingkungan External Opportunities dan Threats yang dihadapi dunia bisnis. Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang dan ancaman dengan faktor internal kekuatan dan kelemahan.
28
29
Perumusan strategi pemasaran didasarkan pada analisis yang menyeluruh terhadap pengaruh faktor-faktor lingkungan eksternal dan internal perusahaan. Lingkungan eksternal perusahaan setiap saat berubah dengan cepat sehingga melahirkan berbagai peluang dan ancaman baik yang datang dari pesaing utama maupun dari iklim bisnis yang senantiasa berubah. Konsekuensi perubahan faktor eksternal juga mengakibatkan perubahan faktor internal perusahaan tersebut. Pemasaran adalah suatu proses kegiatan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor sosial, budaya, politik, ekonomi, dan manajerial. Akibat dari pengaruh berbagai faktor tersebut adalah masing-masing individu maupun kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan menciptakan, menawarkan, dan menukarkan produk yang dimiliki nilai komoditas (Rangkuti, 2006). Rangkuti (2006) menyatakan lebih lengkap lagi bahwa unsur-unsur utama pemasaran dapat diklasifikasikan menjadi tiga unsur utama, yaitu: 1) Unsur Strategi Persaingan Strategi Persaingan dapat dikelompokkan lagi menjadi menjadi beberapa bagian, yaitu: a) Segmentasi Pasar. Segmentasi pasar adalah tindakan mengidentifikasikan dan membentuk kelompok pembeli atau konsumen secara terpisah. Masingmasing segmen konsumen ini memiliki karakteristik, kebutuhan produk, dan bauran pemasaran tersendiri. b) Targeting. Targeting adalah suatu tindakan memilih satu atau lebih segmen pasar yang akan dimasuki.
29
30
c) Positioning. Positioning adalah penetapan posisi pasar. Dimana tujuan positioning ini adalah untuk membangun dan mengkomunikasikan keunggulan bersaing produk yangada di pasar ke dalam benak konsumen. 2) Unsur Taktik Pemasaran Terdapat dua macam unsur taktik pemasaran, antara lain: a) Diferensiasi, yang berkaitan dengan cara membangun strategi pemasaran dalam
berbagai
aspek
di
perusahaan.
Kegiatan
membangun
strategipemasaran inilah yang membedakan diferensiasi yang dilakukan suatu perusahaan dengan yang dilakukan oleh perusahaan lain. b) Bauran pemasaran, yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan mengenai produk, harga, promosi, dan tempat. 3) Unsur Nilai Pemasaran. Nilai pemasaran dapat dikelompokkan menjadi beberapa bagian, antara lain, yaitu: a) Merek atau Brand, yaitu nilai yang berkaitan dengan nama atau nilai yang dimiliki dan melekat pada suatu perusahaan. b) Pelayanan atau Service, yaitu nilai yang berkaitan dengan pemberian jasa pelayanan kepada konsumen. Kualitas pelayanan kepada konsumen ini perlu ditingkatkan secara terus menerus. c) Proses, yaitu nilai yang berkaitan dengan prinsip perubahan untuk membuat setiap karyawan terlibat dan memiliki rasa tanggung jawab dalam proses memuaskan konsumen, baik secara langsung maupun tidak langsung.
30
31
Manajer pemasaran harus menyusun suatu startegi pemasaran dalam bentuk bauran pemasaran (marketing mix) yang memungkinkan perusahaan untuk memuaskan
kebutuhan
dari
pasar
sasarannya
dan
mencapai
sasaran
pemasarannya. Menurut Kotler (1999) menyatakan bahwa, pengertian Marketing Mix secara umum adalah istilah yang dipakai untuk menjelaskan kombinasi empat besar pembentuk inti sistem pemasaran sebuah organisasi. Keempat unsur tersebut adalah penawaran produk/jasa, struktur harga, kegiatan promosi, dan sistem distribusi. Senada dengan itu Kotler (1999) mengatakan bahwa, Marketing Mix adalah campuran dari variabel pemasaran yang dapat dikendalikan (controllable variabels) yang digunakan oleh suatu perusahaan untuk mengejar tingkat penjualan yang diinginkan dalam pasar sasaran. Berdasarkan definisi dan karakteristik jasa, marketing mixproduk/barang mencakup 4P (product, price, place, dan promotion) masih dirasa kurang mencakupi untuk diterapkan pada produk jasa. Para ahli pemasaran menambahkan tiga unsur lagi, yaitu: orang, proses,
dan
pelayanan
pelanggan
(customer
service).
Beberapa
penulismemasukkan bukti-bukti fisik (physical evidence) sebagai tambahan 4P (Tjiptono, 2005). Bauran pemasaran merupakan seperangkat alat yang dapat digunakan pemasaran untuk membentuk karakteristik jasa yang ditawarkan kepada pelanggan (Tjiptono, 2005). Peralatan pemasaran itu yaitu: 1. Produk (Product), merupakan bentuk penawaran organisasi jasa yang ditunjukkan untuk mencapai tujuan organisasi melalui pemasaran kebutuhan dan keinginan pelanggan.
31
32
2. Harga (Price), keputusan bauran harga berkenaan dengan kebijakan strategis dan taktis. 3. Promosi (Promotion), bauran harga promosi tradisional meliputi berbagai metode untuk mengkomunikasikan manfaat jasa kepada pelanggan pontensial dan aktual. 4. Tempat (Place), keputusan distribusi menyangkut kemudahan akses terhadap jasa bagi para pelanggan potensial. 5. Orang (People), bagi sebagian jasa, orang merupakan unsur vital dalam bauran pemasaran. 6. Bukti-bukti fisik (Physical Evidence). 7. Proses (Process), proses produksi atau operasi merupakan faktor penting bagi perusahaan. 8. Pelayanan pelanggan (Customer Service), adalah kualitas total jasa yang dipersepsikan oleh pelanggan. Bauran pemasaran pada produk barang berbeda dengan bauran pemasaran pada produk jasa. Hal ini karena jasa mempunyai beberapa karakteristik yang
membedakannya dengan barang. Lima karakteristik yang
paling sering dijumpai dalam jasa (Tjiptono, 2005) adalah : 1. Tidak berwujud (intangibility), jasa berbeda dengan barang. Bila barang merupakan suatu objek, alat atau benda, maka jasa adalah suatu perbuatan, tindakan, pengalaman, proses, kinerja (performance), atau usaha. Oleh sebab itu, jasa tidak dapat dilihat, dirasa, dicium, didengar, atau diraba sebelum dibeli dan dikonsumsi.
32
33
2. Heterogenitas (heterogenitas/variability), jasa bersifat sangat variabel karena merupakan non-standardized output, artinya banyak variasi bentuk, kualitas dan jenis, tergantung kepada siapa, kapan dan dimana saja tersebut diproduksi. 3. Tidak dapat dipisahkan (inseparability), jasa umumnya dijual terlebih dahulu, baru kemudian diproduksi dan dikonsumsi pada waktu dan tempat yang sama. 4. Tidak tahan lama (perishability), jasa tidak tahan lama dan tidak dapat disimpan. 5. Lack of ownership merupakan perbedaan dasar antara jasa dan barang. Konsumen memiliki hak penuh atas penggunaan dan manfaat produk yang akan dibelinya. Mereka bisa mengkonsumsi, Menyimpan atau menjualnya. Di lain pihak, pada pembelian jasa, pelanggan mungkin hanya memilik akses personal atas suatu jasa untuk jangka waktu yang terbatas. Tjiptono (2005) menyatakan bahwa, menyatakan jasa sebagai “setiap tindakan atau perbuatan yang dapat ditawari oleh suatu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya bersifat intangible (tidak berwujud fisik) dan tidak menghasilkan sesuatu”. Walaupun demikian produk jasa bisa dikaitkan dengan produk fisik maupun tidak.
B. Kajian Terdahulu Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dapat dijadikan sebagai bahan tinjauan dalam melakukan penelitian mengenai analisis kelayakan dan strategi pengembangan usaha biji kakao fermentasi. Untuk merancang strategi pengembangan usaha biji kakao fermentasi sebaiknya perlu diketahui kelayakan usaha dari usahatani kakao yang merupakan syarat utama pendirian usaha dan penyusunan strategi usaha. 33
34
Penelitian yang dilakukan Febryano (2007), yang bertujuan untuk membandingkan kelayakan finansial agroforestri kakao yang diusahakan oleh masyarakat pada sistem penguasaan lahan yang berbeda, yaitu antara yang berlokasi di lahan hutan negara dan lahan milik yang dilaksanakan di Desa Sungai Langka, Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung. Febryano (2007) menyatakan bahwa, jenis tanaman utama yang dipilih oleh petani adalah kakao; dengan kombinasi utama pola tanam kakao + pisang di lahan hutan negara, dan kakao + petai serta kakao + durian di lahan milik. Ketiga pola tanam tersebut layak untuk diusahakan berdasarkan hasil analisis finansial. Nilai NPV, BCR, dan IRR berturut-turut sebesar Rp 17.452.336,56; 1,32; dan 23% (pola tanam kakao + pisang), Rp 41.860.069,85; 1,77; dan 27% (pola tanam kakao + petai), dan
Rp 42.864.090,38; 1,79; dan 28%
(pola tanam kakao + durian). Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Hasizah (2011), namun yang membedakan penelitian ini dengan penelitian Febryano (2007), yaitu penelitian ini ingin melihat kelayakan finansial industri olahan biji kakao yang telah difermentasi di daerah Kota Makasar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa; ditinjau dari ketersediaan bahan baku, pengembangan pabrik pengolahan biji kakao di Makasar sangat potensil dilakukan; Kualitas bahan baku yang rendah akibat tidak dilakukannya proses fermentasi. Hal ini menimbulkan tekanan finansil yang berat bagi industri pengolahan karena apabila butter ratio jatuh di bawah 3,4 maka operasi pengolahan menjadi tidak menguntungkan. Selain itu, kelayakan usaha industri pengolahan kakao di Makassar sangat tergantung pada
34
35
butter ratio dan powder ratio. Apabila rasio kumulatif (butter ratio + powder ratio) berada dibawah 3,3 maka aktifitas pengolahan tidak menguntungkan. Pada nilai rasio kumulatif 3,4, pabrik pengolahan harus beroperasi mendekati kapasitas penuhnya untuk bisa menguntungkan. Hal yang berbeda dilakukan oleh Setiawati (2007). Ia melakukan penelitian mengenai penentuan produk unggulan berbasis kakao sebagai alternatif untuk meningkatkan pendapatan industri kecil menengah. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji produk unggulan berbasis kakao sebagai alternatif usaha IKM, ditinjau dari sisi prioritas dan kelayakan tekno-ekonomi. Penelitian ini dia lakukan dengan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE) dan B/C Rasio. Metode ini merupakan salah satu metode untuk menentukan urutan prioritas alternatif keputusan dengan kriteria jamak. Teknik tersebut digunakan sebagai pembantu bagi individu pengambilan keputusan untuk menggunakan rancang bangun model yang telah terdefinisi dengan baik pada tahapan proses. Berdasarkan informasi dari pohon industri dalam analisis implementasi MPE yang dilakukan dengan menggunakan pertimbangan dari Deperindag, Deptan dan Peneliti, diperoleh hasil mutlak bahwa produk unggulan Kakao adalah Kakao pasta. b. Perhitungan B/C Ratio 1,39 (DF = 10%) menunjukkan industri Kakao pasta layak dan menguntungkan sebagai suatu usaha produksi. Menurut Nurmianto dan Nasution (2004), menyarankan bahwa salah satu metode yang dapat digunakan dalam menentukan strategi pengembangan teknologi agroindustri yaitu dengan menggunakan metode AHP dan SWOT.
35
36
Nainggolan dkk (2011) telah melakukan penelitian mengenai kelayakan dan strategi pengembangan usaha silo jagung di Gapoktan Rido Manah Kecamatan Nagreg Kabupaten Bandung. Berdasarkan hasil penelitiannya ia menyimpulkan bahwa faktor-faktor strategik internal dan eksternal dalam pengembangan unit usaha silo jagung adalah (1) Kekuatan terdiri dari Mutu Jagung lebih baik, Jaringan Pemasaran Sederhana, Manajer Silo Profesional, Lokasi Silo Strategik, Gapoktan Mandiri dan Ketersediaan lahan; (2) Kelemahan terdiri dari Biaya Produksi Lebih Besar, Akses Permodalan Lemah, Kapasitas Alsin tidak seimbang, Kemampuan SDM Gapoktan terbatas, Bahan Baku Musiman dan Tingkat Pengembalian Modal Lambat; (3) Peluang terdiri dari Pangsa Pasar yang Potensial, Hubungan yang Baik dengan Pembeli, Permintaan Jagung Meningkat, Kebijakan Pemerintah (Pengadaan), Kesempatan bermitra dengan industri pakan ternak dan Dukungan pemerintah daerah; (4) Ancaman terdiri dari Perubahan Cuaca dan Iklim, Fluktuasi Harga Jagung, Tingkat persaingan usaha, Tingkat Suku Bunga Kredit, Tingginya Impor Jagung dan Perubahan Kultur Masyarakat. Berdasarkan hasil tersebut Nainggolan dkk (2011) juga menyimpulkan bahwa strategik paling efektif dilakukan oleh unit usaha Silo Jagung adalah (1) menjalin kemitraan dengan industri pakan ternak, dengan tetap menjaga mutu produk; (2) Meningkatkan peran manager dalam pengembangan unit usaha Silo Jagung; (3) Pengembangan produk olahan Jagung dalam menghadapi fluktuasi harga; (4) aktif menjalin kerjasama dengan stakeholder terkait dalam menghadapi permasalahan Jagung; (5) meningkatkan kapasitas Alsin untuk peningkatan
36
37
produksi dan pengembangan produk olahan jagung, serta (6) Meningkatkan produksi dan produktivitas Jagung petani anggota dalam menghadapi permintaan Jagung yang semakin meningkat. Alternatif strategi tersebut diimplementasikan pada aspek (1) Produksi: Meningkatkan kapasitas mesin untuk peningkatan produksi dan pengembangan produk olahan jagung, serta peningkatan produksi dan produktivitas jagung petani sebagai bahan baku Silo Jagung; (2) SDM: Peran manajer dalam merencanakan, mengorganisasikan, mengaktualisasikan dan mengontrol semua kegiatan usaha Silo Jagung. Aktif menjalin kerjasama dengan stakeholder terkait dalam menghadapai permasalahan jagung; (3) Pemasaran: perlu dibangun kemitraan usaha pemasaran yang merupakan kerjasama usaha antara Gapoktan dengan pengusaha industri hilir seperti industri pakan ternak yang diserta pemberian bimbingan teknis dan manajemen; (4) Pengembangan: pengembangan produk olahan jagung dalam menghadapi fluktuasi harga, dengan membangun suatu kawasan terpadu yang terdiri dari unit usaha Silo Jagung, pakan ternak dan industri ternak. Menurut Sukotjo et al (2014) dalam penelitiannya “The Engineering of Organization to Increase Added the Value Cocoa Beans in South Konawe Regency”, menyatakan bahwa teknik strategi efektif untuk meningkatkan pendapatan atau melakukan pengembangan masyarakat yaitu dengan mendirikan lembaga masyarakat seperti LEM Sejahtera.
37
38
C. Kerangka Pikir Kakao (Theobroma cacao L.) adalah tanaman hasil perkebunan yang memiliki peran penting dalam ekonomi nasional, terutama sebagai penyedia lapangan kerja dan pendapatan serta valuta asing. Provinsi Sulawesi Tenggara khususnya Desa Andomesinggu Kecamatan Besulutu Kabupaten Konawe merupakan salah satu daerah produsen kakao terbesar. Tercatat luas areal lahan perkebunan kakao di Kabupaten Konawe seluas 16.088 Ha. Produksi kakao di Kabupaten Konawe pada tahun 2011 mencapai 9.632 ton, pada tahun 2012 mengalami peningkatan dengan produksi 11.999,2 ton, dan pada tahun 2013 kembali meningkat dengan produksi tercatat sebesar 12.561,4 ton. Penurunan produksi kakao justru terjadi pada tahun 2014 sebesar 2.390,1 ton atau mencapai 10.171,3 ton (BPS Provinsi Sulawesi Tenggara, 2014). Kenyataannya persediaan bahan baku biji kakao yang tinggi tidak menjamin peningkatan pendapatan para petani. Rendahnya harga kakao Indonesia akibat tidak dilakukan fermentasi biji serta dampak dari rantai pasok yang terlalu panjang mengakibatkan rendahnya harga kakao pada kalangan petani kakao. Faktor utama mengapa harga kakao Indonesia selalu berada pada tingkat yang rendah karena lemahnya kelembagaan petani kakao. Kelembagaan yang kuat akan mampu mengatasi berbagai tantangan yang dihadapi petani termasuk mavia kakao, pemutusan rantai pasok dan rantai pemasaran, serta ketersediaan modal. Oleh karena itu, didirikanlah LEM Sejahtera sebagai lembaga yang besar untuk mengayomi seluruh petani khususnya LEM Sejahtera Andomesinggu untuk
38
39
membudayakan kegiatan fermentasi kakao, sehingga ke depannya Indonesia tidak lagi menjual kuantitas tetapi menjual kualitas kakao. Berdasarkan hal tersebut, mendorong perlu adanya penelitian mengenai strategi pengembangan usaha biji kakao fermentasi studi kasus LEM Sejahtera Andomesinggu. Berdasarkan hirarkhi penelitian maka rancangan strategi menggunakan metode analisis SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, dan Treaths). Perancangan strategi menggunkan metode SWOT diadopsi pada teori Rangkuti (2009). Analisis ini digunakan untuk mendesain strategi pengembangan usaha biji kakao fermentasi di LEM Sejahtera Andomesinggu dengan berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dari industri tersebut. Kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman tersebut dilihat pada dua faktor, yaitu faktor eksternal dan internal, yang selanjutnya akan diolah dan dianalisis untuk mendapatkan strategi yang dibutuhkan menggunakan beberapa matriks yaitu analisis strategi TOWS atau SWOT, Matrik Internal Eksternal (Matrik IE), dan Matrik Grand Strategy.
39
40
LEM Sejahtera Andomesinggu
Usaha Fermentasi Biji Kakao
Strategi Pengembangan Usaha Biji Kakao Fermentasi oleh LEM Sejahtera Andomesinggu
Faktor Eksternal LEM Sejahtera
Faktor Internal LEM Sejahtera
SWOT
Strengths
Matrik TOWS atau SWOT
Weakness
Opportunities
Matrik Internal Eksternal
Treaths
Matrik Grand Strategy
Penentuan Keputusan
Gambar 2. Skema Kerangka Pikir Pendekatan Strategi Pengembangan Usaha Biji Kakao Fermentasi pada LEM Sejahtera Desa Andomesinggu Kecamatan Besulutu Kabupaten Konawe
40
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2015 hingga Desember 2015, dan tempat penelitian pada LEM (Lembaga Ekonomi Masyarakat) Sejahtera Desa Andomesinggu Kecamatan Besulutu Kabupaten Konawe. Penentuan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan sebagai berikut: 1. Desa Andomesinggu Kecamatan Besulutu Kabupaten Konawe, merupakan salah satu daerah pusat produksi kakao di Provinsi Sulawesi Tenggara. 2. LEM
Sejahtera
Desa
Andomesinggu
Kecamatan
Besulutu
Kabupaten Konawe, merupakan lembaga masyarakat petani yang paling aktif dibandingkan dengan lembaga masyarakat dan LEM Sejahtera di desa lainnya. 3. LEM Sejahtera mengambil peranan penting dalam pengembangan ekonomi petani kakao di Kabupaten Konawe khususnya dalam pengembangan biji kakao fermentasi secara aktif dan kontinyu. B. Objek Penelitian Penelitian ini adalah penelitian studi kasus (case study) pada LEM Sejahtera Andomesinggu. Responden yang digunakan untuk mendapatkan data penelitian adalah Ketua LEM Sejahtera dan Pembina LEM Sejahtera Sulawesi Tenggara. Penentuan responden juga dipilih secara purposive dengan alasan bahwa pihak tersebut merupakan pihak yang sangat mengetahui perkembangan
41
42
LEM Sejahtera Andomesinggu. Selain itu, pihak ini berwenang dalam pemutusan kebijakan (decision maker) LEM Sejahtera. C. Jenis dan Sumber Data Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung kepada ketua LEM Sejahtera dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner), dengan melibatkan beberapa petani kakao yang terdaftar sebagai anggota LEM. Data sekunder adalah data yang diperoleh langsung dari kantor/instansi yang terkait dengan penelitian ini. Data sekunder yang digunakan berupa data produksi, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumahtangga (AD dan ART) LEM Sejahtera Andomesinggu serta data aset LEM Sejahtera Andomesinggu.
D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik wawancara dan kepustakaan. Teknik wawancara yaitu melakukan tanya jawab dengan responden yang berkaitan dengan penelitian ini dengan menggunakan kuesioner, sedangkan kepustakaan yaitu pengumpulan data dengan menggunkan literatur-literatur yang berhubungan dengan penelitian ini.
42
43
E. Variabel Penelitian Variabel yang diobservasi dalam penelitian ini yaitu: 1. Variabel
keadaan
internal
(IFAS)
dan
variabel
eksternal
(EFAS)
LEM Sejahtera Andomesinggu dalam mengembangkan usaha biji kakao fermentasi. Variabel internal terdiri atas kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness) LEM Sejahtera Andomesinggu dalam mengembangkan usaha biji kakao fermentasi. Variabel eksternal meliputi peluang-peluang (opportunities) dan ancaman (threat) yang ada pada LEM Sejahtera Andomesinggu dalam mengembangkan usaha biji kakao fermentasi. 2. Keadaan LEM Sejahtera Kakao yang meliputi; kedaaan finansial, sosial dan geografis lingkungan. F. Analisis Data Penelitian ini lebih terfokus pada usaha biji kakao fermentasi yang dilakukan oleh LEM Sejahtera Desa Andomesinggu, mulai dari budidaya kakao dan fermentasi biji kakao sampai pada pemasarannya. Setelah data dikumpulkan melalui survei, wawancara serta didukung dengan kajian literatur, selanjutnya data akan ditabulasi dan dianalisis untuk melihat strategi pengembangan usaha biji kakao fermentasi yang baik untuk diterapkan oleh LEM Sejahtera Andomesinggu. Teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis SWOT. Menurut Rangkuti (2006) menyatakan bahwa, data yang didapatkan diolah dan dianalisis berdasarkan konsep-konsep manajemen strategis yang ada. Analisis data akan dilakukan melalui analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif.
43
44
Analisis deskriptif digunakan untuk mendapatkan gambaran mengenai visi, misi dan mengambarkan lingkungan perusahaan terkait dengan peluang, ancaman, kekuatan, kelemahan yang dimiliki oleh LEM Sejahtera Andomesinggu serta perumusan strategi dengan menggunakan matriks TOWS atau SWOT, IE, dan matrik grand strategy. Sedangkan analisis kuantitatif menggunakan matris EFE (Eksternal Faktor Evaluation) dan IFE (Internal Faktor Evaluation). Menurut Rangkuti (2006), penyusunan suatu strategi dilakukan melalui tiga tahapan kerja yaitu tahap input dan tahapan pencocokkan. Berikut penjelasan mengenai tahap tersebut: a. Tahap Input (Input Stage) Tahap input adalah tahapan pengumpulan informasi untuk merumuskan strategi. Tahapan ini dilakukan dengan identifikasi terhadap faktor-faktor internal maupun eksternal yang menjadi kekuatan dan kelemahan dalam usaha biji kakao fermentasi oleh LEM Sejahtera Andomesinggu. Dalam penelitian ini, tahap input menggunakan matriks IFE dan EFE. Adapun tahapan dalam penyusunan matriks IFE dan EFE adalah sebagai berikut: a. Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal Tahap analisis faktor-faktor internal dan eksternal dilakukan dengan mendata seluruh kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh pihak LEM Sejahtera Andomesinggu. Selanjutnya melakukan pendataan peluang dan ancaman oleh pihak LEM Sejahtera Andomesinggu. Faktor yang bersifat positif (kekuatan dan peluang) ditulis sebelum faktor yang bersifat negatif (kelemahan dan ancaman).
44
45
Matriks IFE (Internal Faktor Evaluation) merupakan alat formulasi strategi untuk meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama dalam area fungsional LEM Sejahtera Andomesinggu. Selain itu, memberikan dasar untuk mengindetifikasi serta mengevaluasi hubungan antara area-area tersebut. Melalui
Matriks
IFE
dapat
diketahui
kemampuan
LEM
Sejahtera
Andomesinggu dalam menghadapi lingkungan internalnya dan mengetahui faktor-faktor yang penting. Bentuk matriks IFE dapat dilihat pada Tabel 2: Tabel 2. Matriks IFE (Internal Faktor Evaluation) Faktor-faktor strategi Internal KEKUATAN
Bobot
Rating
Bobot X Rating (Weight score)
KELEMAHAN TOTAL
1,00
Total Weighted score
Sumber: Rangkuti (2006)
Matriks EFE (Eksternal Faktor Evaluation) memungkinkan para penyusun strategi
untuk
merangkum
dan
mengevaluasi
informasi
ekonomi,
kependudukan (demografi), teknologi, politik, dan sosial. Matriks EFE digunakan untuk mengetahui kemapuan LEM Sejahtera Andomesinggu dalam menghadapi lingkungan luar LEM Sejahtera Andomesinggu. Bentuk tabel matriks EFE dapat terlihat pada Tabel 3: Tabel 3. Matriks EFE (Eksternal Faktor Evaluation) Faktor-faktor strategi Eksternal PELUANG
Bobot
Rating
Bobot X Rating (Weight score)
ANCAMAN TOTAL
1,00
Total Weighted score
Sumber: Rangkuti (2006)
45
46
b.
Pemberian Bobot Setiap Faktor Penentuan bobot pada analisis internal dan eksternal dilakukan dengan mengajukan kuesioner pada pihak Ketua LEM Sejahtera Andomesinggu dan Pembina LEM Sejahtera Sulawesi Tenggara. Hal ini dilakukan dengan menggunakan metode pairwise comparison atau metode pencocokan dan perbandingan kebijakan (Kinnear and Taylor dalam Ariessiana, 2009). Bobot menunjukan tingkat kepentingan relatif suatu faktor terhadap keberhasilan suatu LEM Sejahtera Andomesinggu. Adapun penentuan bobot setiap faktor menggunakan skala yang akan digunakan untuk pengisian kolom pada matriks. Skala yang digunakan adalah sebagai berikut: 1 = jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal 2 = jika indikator horizontal sama penting dengan indikator vertikal
3 = jika indikator horizontal lebih penting daripada indicator vertikal Tabel 4. Penilaian bobot faktor strategis internal Faktor strategis internal A B C A B C D … Total Sumber : Kinnear and Taylor dalam Fauziansyah (2013)
D
…
Total
Bobot
…
Total
Bobot
Tabel 5. Penilaian bobot faktor strategis Eksternal Faktor strategis Eksternal A B C A B C D … Total Sumber : Kinnear and Taylor dalam Fauziansyah (2013)
D
46
47
Bobot setiap variabel diperoleh dengan membagi jumlah nilai setiap variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel dengan menggunakan rumus: αi = Xi
Σn i=1Xi Keterangan : α I = bobot variabel ke-i Xi
= nilai variabel ke-i
i
= jumlah variabel
n
= jumlah total variabel Adapun bobot tiap faktor diperoleh dengan menentukan nilai tiap faktor
terhadap total nilai faktor. Bobot yang diberikan pada tiap faktor berada pada kisaran 0,0 (tidak penting) hingga 1,0 (paling penting). Faktor-faktor yang memiliki pengaruh besar pada perusahaan diberikan bobot yang tinggi, tanpa memperdulikan apakah faktor tersebut kelemahan ataupun kekuatan serta peluang atau ancaman. Jumlah seluruh bobot yang diberikan pada tiap faktor sama dengan 1,0. c. Pemberian Peringkat (Rating) Peringkat
(rating)
menggambarkan
seberapa
besar
efektif
strategi
LEM Sejahtera Andomesinggu saat ini, dalam merespon faktor strategis yang ada (company-based).
47
48
Penilaian peringkat lingkungan eksternal diberikan dalam skala dengan nilai sebagai berikut: 1= respon perusahaan jelek 2= respon perusahaan rata-rata 3= respon perusahaan di atas rata-rata 4= respon perusahaan superior Sedangkan, untuk lingkungan diberikan nilai dalam skala sebagai berikut: 1= sangat lemah (kelemahan utama) 2= lemah (kelemahan minor)
3= kuat (kekuatan minor) 4= sangat kuat (kekuatan utama) Sedangkan pemberian nilai ancaman adalah kebalikannya. Misalnya, jika nilai ancaman sangat besar, nilai rating adalah 1. Sebaliknya, jika nilai ancamannya sedikit ratingnya 4. d.
Perkalian Bobot dan Peringkat Nilai tertimbang setiap faktor yang diperoleh dari perkalian bobot dengan peringkat (ratting) setiap faktor. Nilai tertimbang setiap faktor kemudian dijumlahkan untuk memperoleh total nilai tertimbang bagi LEM Sejahtera Andomesinggu (Rangkuti, 2006).
48
49
Tabel 6. Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) Faktor-faktor Kunci Internal Kekuatan 1…. 2…. 3…. Kelemahan 1….. 2…… 3…… Jumlah Sumber: Rangkuti (2006)
Bobot (a)
Rating (b)
Nilai tertimbang (c) = (a) x (b)
….. …… …..
….. ….. ….
….. ….. ….
….. ….. ….. 1,0
…. …. …. ….
…. …. …. …..
Tabel 7. Matriks EFE (Eksternal Factor Evaluation) Faktor-faktor Kunci Eksternal Kekuatan 1…. 2…. 3…. Kelemahan 2…… 3…… Jumlah Sumber: Rangkuti (2006)
Bobot (a)
Rating (b)
….. …… …..
….. ….. ….
….. ….. 1,0
…. …. ….
Nilai tertimbang (c) = (a) x (b) ….. ….. …. …. …. …..
Total penilaian tertimbang pada matriks IFE dan EFE akan berada pada kisaran nilai 1,0 (terendah) hingga 4,0 (tertinggi). Semakin tinggi total nilai tertimbang perusahaan pada matriks IFE dan EFE, mengindikasikan bahwa perusahaan merespon faktor internal berupa kekuatan dan kelemahan, ataupun merespon faktor eksternal berupa peluang atau ancaman dengan sangat baik, begitu pula sebaliknya. b. Tahapan Pencocokkan (Matching Stage) Tahap pencocokan adalah tahapan untuk mengkombinasikan kekuatan dan kelemahan internal dengan peluang dan ancaman eksternal. Tahap pencocokan bertujuan untuk mengetahui posisi LEM Sejahtera Andomesinggu
49
50
agar dapat menghasilkan alternatif strategi yang layak bukan untuk memilih strategi yang terbaik. Pada tahapan pencocokan alat analisis menggunakan matriks IE matriks SWOT dan matriks grand strategy. 1) Matriks Internal-Eksternal (IE) Matriks IE berguna untuk menampilkan posisi organisasi dalam diagram skematis atau disebut juga sebagai matriks portofolio. Matriks portofolio terdiri dari dua dimensi yaitu total nilai tertimbang IFAS, total nilai tertimbang EFAS, dan terdiri dari sembilan sel. Total nilai tertimbang IFAS ditempatkan pada sumbu x dan total nilai tertimbang EFAS pada sumbu y. Titik koordinat diperoleh dari pengurangan kekuatan dan kelemahan, serta pengurangan peluang dan ancaman. Berikut ini rumus cara perhitungan titik koordinat IFAS dan EFAS: Titik Koordinat = IFAS : EFAS Sumbu X = subtotal strength – subtotal weakness Sumbu Y = subtotal opportunities – subtotal threat Setelah penentuan titik koordinat barulah dapat diketahui penentuan matriks IE. Matriks IE dapat terlihat pada Tabel 8.
50
51
Tabel 8. Diagram Matriks IE
Faktor Internal (IFE) Kuat
Sedang
4
Faktor External (EFE)
Kuat
3
Lemah
3
2
1
1 Pertumbuhan Konsentrasi melalui integrasi vertical
2 Pertumbuhan Konsentrasi melalui integrasi horizontall
3 Penciutan Turn Around
4 Stabilitas Hati-hati
5 Pertumbuhan Konsentrasi melalui Integrasi Horizontal Stabilitas. Hati-hati
6 Penciutan Divestasi
7 Pertumbuhan Diversifikasi Konsentrik
8 Pertumbuhan Diversifikasi Konglomerat
9 Likuidasi Bangkrut atau likuidasi
Sedang
2
Lemah
1 Sumber: Rangkuti (2006)
Tabel 8 memperlihatkan identifikasi sembilan sel strategi LEM Sejahtera, yang pada prinsipnya dapat dikelompokan menjadi tiga strategi utama, yaitu: a. Strategi pertumbuhan (Growth Strategy) Strategi ini adalah usaha untuk mendesain pertumbuhan, baik dalam penjualan, aset, keuntungan atau kombinasi dari ketiganya. Hal ini dapat dicapai
dengan
cara
menurunkan
harga
biji
kakao
fermentasi,
mengembangkan produk baru, menambah kualitas produk dan jasa atau meningkatkan akses ke pasar yang lebih luas. Usaha yang dapat dilakukan adalah dengan cara meminimalkan biaya sehingga dapat meningkatkan keuntungan. Cara ini merupakan strategi terpenting apabila kondisi
51
52
perusahaan berada dalam pertumbuhan cepat dan terdapat kecenderungan pesaing untuk melakukan perang harga. b. Strategi pertumbuhan melalui konsentrasi dan diversifikasi Ada dua strategi dasar pertumbuhan pada tingkat korporat yaitu konsentrasi pada satu industri atau diversifikasi ke industri lain. Jika LEM Sejahtera Andomesinggu tersebut memilih strategi konsentrasi, LEM Sejahtera Andomesinggu dapat tumbuh melalui integrasi vertikal maupun horizontal, baik secara internal melalui sumber dayanya sendiri atau secara eksternal dengan menggunakan sumber daya dari luar. Jika LEM Sejahtera Andomesinggu tersebut memilih strategi diversifikasi, LEM Sejahtera dapat tumbuh melalui konsentrasi atau diversifikasi konglomerat, baik secara internal melalui pengembangan produk baru atau eksternal melalui akuisisi. c. Konsentrasi melalui integrasi vertikal (Sel 1) Pertumbuhan melalui konsentrasi dapat dicapai baik melalui integrasi vertikal dengan cara backward integration (mengambil alih fungsi supplier) atau dengan cara forward integration (mengambil alih fungsi distributor). Hal ini merupakan strategi utama untuk perusahaan yang memiliki posisi kompetitif pasar yang kuat (high market share) dalam industri yang berdaya tarik tinggi. Agar dapat meningkatkan kekuatan bisnisnya atau posisi kompetitifnya, perusahaan harus melakukan upaya meminimalkan biaya dan operasi yang tidak efisien untuk mengontrol kualitas serta distribusi produk.
52
53
d. Konsentrasi melalui integrasi horizontal (Sel 2 dan 4) Strategi pertumbuhan melalui integrasi horizontal adalah suatu kegiatan untuk memperluas LEM Sejahtera Andomesinggu dengan cara membangun di lokasi lain dan meningkatkan jenis produk serta jasa. Jika perusahaan tersebut berada dalam industri yang sangat menarik (Sel 2), tujuannya adalah untuk meningkatkan penjualan dan keuntungan, dengan cara memanfaatkan economic of scale baik di produksi maupun pemasaran. Sementara jika perusahaan ini berada dalam moderate attractive industry, strategi yang diterapkan adalah konsolidasi (Sel 4). Tujuannya adalah lebih defensif, yaitu menghindari kehilangan penjualan dan kehilangan keuntungan. e. Turnaround (Sel 3 dan Sel 5) Apabila berada pada sel ini maka kondisi LEM Sejahtera Andomesinggu berada pada posisi yang tidak menguntungkan dimana LEM Sejahtera harus mengubah haluannya. f. Diversifikasi Konsentris (Sel 7) Strategi pertumbuhan melalui diversifikasi umumnya dilaksanakan oleh perusahaan yang memiliki kondisi competitive position sangat kuat, tetapi nilai daya tarik industrinya sangat rendah. Perusahaan tersebut berusaha memanfaatkan kekuatannya untuk membuat produk baru secara efisien karena perusahaan ini sudah memiliki kemampuan manufaktur dan pemasaran yang baik, prinsipnya adalah untuk menciptakan sinergi (2+2=5) dengan harapan bahwa dua bisnis secara bersama-sama dapat menciptakan lebih banyak profit dari pada jika melakukannya sendiri-sendiri.
53
54
g. Diversifikasi konglomerat (Sel 8) Strategi pertumbuhan melalui kegiatan binnis yang tidak saling berhubungan, dapat dilakukan jika perusahaan menghadapi competitive position yang tidak begitu kuat (average), dan nilai daya tarik industrinya sangat rendah. Kedua faktor tersebut tersebut memaksa perusahaan itu melakukan usahanya ke dalam perusahaan lain. Tetapi, pada saat perusahaan tersebut mencapai tahap matang, perusahaan yang hanya memiliki competitive position rata-rata cenderung akan menurun kinerjanya. Untuk itu strategi diversifikasi konglomerat sangat diperlukan. Tekanan strategi ini lebih pada sinergi finansial dari pada product market sinergy (seperti yang terdapat pada sinergi diversivikasi konsentris). 2) Analisis Matriks SWOT (Strength-Weakness-Opportunity-Threat) Matriks SWOT digunakan untuk merumuskan alternatif strategi bagi pihak LEM Sejahtera Andomesinggu. Matriks SWOT merupakan alat untuk pencocokan yang bertujuan membantu dalam mengembangkan strategi. Hal yang sulit dalam mengembangkan matriks SWOT adalah mencocokan faktor internal dan eksternal. Tahapan pencocokan faktor internal dan eksternal dalam matriks SWOT membutuhkan penilian yang baik.
54
55
Berikut ini empat tipe strategi yaitu: 1. Strategi SO (Strengths-Opportunities) adalah strategi dengan menggunakan kekuatan internal LEM Sejahtera Andomesinggu untuk memanfaatkan peluang eksternal. 2. Strategi
WO
(Weaknesess-Opportunities)
adalah
bertujuan
untuk
memperbaiki kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang eksternal. 3. Strategi ST (Strengths-Threats) adalah strategi dengan menggunakan kekuatan
LEM
Sejahtera
Andomesinggu
untuk
menghindari
atau
mengurangi pengaruh dari ancaman eksternal. 4. Strategi WT (Weaknesess-Threats) adalah taktik difensif yang diarahkan pada pengurangan kelemahan internal dan menghindari ancaman eskternal. Untuk membuat matriks SWOT terdapat delapan langkah yang harus dilakukan antara lain: a. Menuliskan peluang eksternal kunci perusahaan b. Menuliskan ancaman ekternal kunci perusahaan c. Menuliskan kekuatan internal kunci perusahaan d. Menuliskan kelemahan internal kunci perusahaan 5. Mencocokan kekuatan internal dengan peluang eksternal dan catat strategi SO dalam sel yang ditentukan. 6. Mencocokan kelemahan internal dengan peluang ekternal dan catat strategi WO dalam sel yang ditentukan. 7. Mencocokan kekuatan internal dengan ancaman ekternal dan mencatat strategi ST dalam sel yang ditentukan.
55
56
8. Mencocokan kelemahan internal dengan ancaman eksternal dan mencatat strategi WT dalam set yang ditentukan Berikut ini penyajian sistematis dari matriks SWOT yang terdapat Tabel 9. Tabel 9. Diagram Matriks SWOT Internal factor Strengths (S)
Weakness (W)
Strategi SO Strategi yang disusun untuk memanfaatkan kekuatan yang ada dalam upaya meraih peluang
Strategi WO Strategi yang disusun untuk menutupi atau mengurangi kelemahan yang ada dalam upaya meraih peluang Strategi WT Strategi yang disusun untuk menutupi atau mengurangi kelemahan yang ada dalam upaya menghadapi ancaman
Eksternal factor
Opportunities (O)
Threats (T)
Strategi ST Strategi yang disusun untuk memanfaatkan kekuatan yang ada dalam upaya menghadapi ancaman
Sumber: Rangkuti (2006)
56
57
3) Matrik Grand Strategy
Sumber: Rangkuti (2006)
Gambar 3. Diagram Matrik Grand Strategy Berdasarkan diagram Matrik Grand Strategy pada Gambar 3 maka deskripsi makna strategi untuk setiap kuadran yaitu sebagai berikut: Kuadran I (positif, positif) Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat dan berpeluang, Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Progresif, artinya LEM Sejahtera Andomesinggu dalam kondisi prima dan mantap sehingga sangat dimungkinkan untuk terus melakukan ekspansi, memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal. Kuadran II (positif, negatif) Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat namun menghadapi tantangan yang besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah diversifikasi strategi, artinya organisasi dalam kondisi mantap namun menghadapi sejumlah tantangan berat sehingga diperkirakan roda organisasi akan mengalami kesulitan
57
58
untuk terus berputar bila hanya bertumpu pada strategi sebelumnya. Oleh karenya, LEM Sejahtera Andomesinggu disarankan untuk segera memperbanyak ragam strategi taktisnya. Kuadran III (negatif, positif) Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah namun sangat berpeluang. Rekomendasi
strategi
yang
diberikan
adalah
ubah
strategi,
artinya
LEM Sejahtera Andomesinggu disarankan untuk mengubah strategi sebelumnya. Sebab, strategi yang lama dikhawatirkan sulit untuk dapat menangkap peluang yang ada sekaligus memperbaiki kinerja LEM Sejahtera Andomesinggu. Kuadran IV (negatif, negatif) Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah dan menghadapi tantangan besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah strategi bertahan, artinya kondisi internal LEM Sejahtera Andomesinggu berada pada pilihan dilematis. Oleh karenanya, LEM Sejahtera Andomesinggu disarankan untuk meenggunakan strategi bertahan, mengendalikan kinerja internal agar tidak semakin terperosok. Strategi ini dipertahankan sambil terus berupaya membenahi diri.
G. Konsep Operasional Berdasarkan metode yang telah dipaparkan sebelumnya maka konsep operasional dibutuhkan untuk menggambarkan atau menafsirkan secara singkat mengenai variabel yang akan diamati secara lebih operasional pada penelitian ini, dengan demikian konsep operasional penelitian ini adalah: 1.
Lembaga Ekonomi Masyarakat (LEM) Sejahtera Andomesinggu merupakan lembaga masyarakat yang ada di Desa Andomesinggu Kecamatan Besulutu
58
59
yang dibentuk dari masyarakat oleh masyarakat dan untuk masyarakat desa dengan menghimpun dan mendayagunakan seluruh potensi sumberdaya yang ada di Desa Andomesinggu, termasuk komoditi kakao untuk meningkatkan kemapuan sumberdaya manusia dan mensejahterakan semua anggota masyarakat Desa Andomesinggu. 2.
Responden yang dimaksud adalah ketua LEM Sejahtera Andomesinggu dan pembina LEM Sejahtera Provinsi Sulawesi Tenggara.
3.
Pelaku (stakeholders) agroindustri kakao yaitu pelaku langsung (petani kakao dan industri pengolahan kakao) dan pelaku tidak langsung (pemerintah daerah/Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Tenggara serta LEM Sejahtera Andomesinggu.
4.
Strategi pengembangan usaha biji kakao fermentasi yang dimaksud adalah cara yang dapat dilakukan oleh LEM Sejahtera Andomesinggu untuk melakukan pengembangan usaha biji kakao yang telah difementasi.
5.
Strengths atau kekuatan adalah kelebihan atau keuntungan dari LEM Sejahtera Andomesinggu dalam mengembangkan usaha biji kakao fermentasi serta kelebihan produk biji kakao fermentasi itu sendiri.
6.
Weakness atau kelemahan adalah kekurangan yang dimiliki oleh LEM Sejahtera Andomesinggu dalam mengembangkan usaha biji kakao fermentasi serta kelebihan produk biji kakao fermentasi.
7.
Opportunies atau kesempatan adalah peluang yang dimiliki oleh LEM Andomesinggu dalam mengembangkan teknologi fermentasi biji kakao serta
59
60
kelebihan produk biji kakao fermentasi apabila dipandang dari sudut harga, kualitas, dan aspek lainnya. 8.
Treaths atau ancaman adalah besarnya peluang kerugian atau ketidak suksesan LEM Sejahtera Andomesinggu dalam mengembangkan usaha biji kakao fermentasi.
9.
Produksi adalah jumlah fisik dari hasil yang diperoleh dari kegiatan fermentasi biji kakao (kg) pada LEM Sejahtera Andomesinggu.
10. Kelembagaan adalah kelompok sosial yang bersatu dalam kegiatan fermentasi kakao. 11. Sarana dan prasarana adalah perlengkapan/fasilitas yang digunakan dalam kegiatan fermentasi kakao. Sarana dan prasarana tersebut yaitu peti fermentasi, para-para atau alat jemur, mesin pengering berbahan bakar tungku, oven pengering, mesin sortasi, timbangan, gerobak pengangkut, dan gudang penyimpanan. 12. Teknologi adalah alat maupun metode yang digunakan petani untuk melakukan kegiatan fermentasi. 13. Mavia kakao adalah perkumpulan organisasi rahasia baik besar maupun kecil yang bergerak dibidang perdagangan kakao, yang bertujuan mendapatkan keuntungan sebesar mungkin melalui perdagangan kakao nonfermentasi termasuk perusahaan maupun pedagang pengumpul. 14. Modal adalah jumlah biaya yang dikeluarkan petani dalam satu kali musim panen untuk keperluan operasional dalam mengelola LEM Sejahtera Andomesinggu, yang dinyatakan dalam rupiah (Rp).
60
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Wilayah LEM Sejahtera Andomesinggu terletak di Desa Andomesinggu Kecamatan Besulutu. Secara astronomis desa ini terletak pada 03 052’30”04002’30” Lintang Selatan dan antara 122 016’15”-122022’30” Bujur Timur. Luas wilayah Kecamatan Besulutu yaitu 1.783 Ha dengan ketinggian tempat 93 m di atas permukaan laut. Jumlah penduduk yang ada di Desa Andomesinggu yaitu sebesar 440 jiwa, yang terdiri atas 237 jiwa perempuan dan 203 jiwa laki-laki. Sedangkan jumlah rumahtangga yang ada di Desa Andomesinggu relatif sedikit dibandingkan dengan desa lainnya, yaitu hanya 137 rumahtangga. Sebagian besar masyarakat yang ada di desa ini bermata pencaharian sebagai petani kakao. Desa dengan persentase jumlah penduduk terkecil di Kecamatan Besulutu ini hanya berjarak 2 km dari Kecamatan Besulutu, 33 km dari Kabupaten Konawe, dan 32 km dari Kota Kendari. B. Profil LEM Sejahtera Andomesinggu LEM Sejahtera Andomesinggu didirikan sejak tanggal 12 April 2009, tepat 2 hari sebelum dikirimnya surat dari Dinas Perkebunan. Pembentukan dilakukan selama dua hari satu malam. Tujuan dari pendirian LEM Sejahtera Andomesinggu yaitu untuk membangun sistem perekonomian yang tangguh, berdaya saing dan berkelanjutan, serta mewujudkan masyarakat yang sejahtera adil dan makmur. LEM Sejahtera Andomesinggu diketuai oleh Bapak Sumandar
61
62
dar sekaligus sebagai petani kakao yang ada di desa tersebut. Lembaga ini memiliki kegiatan sebagai berikut: 1) Penguatan kapasitas dan kualitas sumberdaya. 2) Peningkatan akses masyarakat terhadap sumberdaya. 3) Pengembangan kemandirian masyarakat. 4) Menjalin kerjasama dan/atau pihak lain yang saling menguntungkan sesuai dengan peraturan undang-undang berlaku. 5) Membentuk unit-unit usaha yang berjiwa koperasi berbasis sumberdaya lokal. 6) Mengintegrasikan program pembangunan tingkat desa, dan 7) Berpartisipasi dan kegiatan sosial masyarakat. Awalnya, bagi masyarakat yang ingin masuk ke dalam anggota LEM Sejahtera Andomesinggu harus membayar uang simpanan pokok sebesar Rp 1 juta. Sedangkan setiap bulannya anggota LEM Sejahtera harus menyetor simpanan bulanan sebesar Rp 10.000,- yang dimasukkan ke dalam simpanan wajib. Selain itu masyarakat juga dapat memberikan simpanan sukarela maksimal Rp 5 juta. Pembagian SHU (Sisa Hasil Usaha) yaitu 40% untuk penguatan modal lembaga, 40% dibagi kepada anggota, 15% untuk instansi pengurus, 3% untuk dana pembangunan, 1% untuk dana pendidikan dan 1% untuk dana sosial. Pembagian porsi SHU kepada anggota disesuaikan dengan jumlah tabungan, dan lamanya bergabung dalam LEM Sejahtera Andomesinggu. Anggota dikategorikan tidak aktif apabila tidak membayar simpanan wajib selama tiga bulan dan tidak menghadiri rapat LEM Sejahtera tanpa kabar. Pihak-pihak yang terlibat dalam 62
63
kepengurusan LEM Sejahtera diantaranya, Ketua, Sekretaris, Bendahara, Staf unit usaha/dusun, Pembina dan pengawas LEM Sejahtera. Adapun struktur organisasi LEM Sejahtera Andomesinggu dan struktur organisasi pembina dapat terlihat pada Gambar 4 dan Gambar 5.
PEMBINA Kades Suma Nicopo BADAN PENGAWAS Karasa (Ketua) Muh Taher (Anggota) Anto (Anggota)
KETUA Sumandar
SEKRETARIS Iskandar
BENDAHARA Hasniati
PENGURUS DUSUN
DUSUN I Hasbullah Mustaman Muh. Amin
DUSUN II Yupe Sofyan Muslimin
STAF Anwar Safarudin
DUSUN III Agus Sere Daeng Malinta
Sumber: Data Sekunder LEM Sjahtera Andomesinggu
Gambar 4. Struktur organisasi LEM Sejahtera Andomesinggu
63
64
Sumber: Data Sekunder Dinas Perkebunan SULTRA
Gambar 5. Struktur Organisasi Pembina LEM Sejahtera Berdasarkan bagan diatas, setiap LEM Sejahtera akan memiliki Pembina dan Penasehat. Ketua LEM Sejahtera akan menjalankan tugasnya didampingi oleh sekretaris dan bendahara untuk setiap LEM Sejahtera. Kegiatan LEM Sejahtera juga akan dibagi menjadi beberap bidang, seperti Bidang Program, Monev, Pengendalian, Bidang Riset, Bidang Produksi dan lain-lain. C. Strategi Pengembangan Usaha Biji Kakao Fermentasi Penyusunan strategi pengembangan usaha biji kakao fermentasi dirancang melalui
analisis atau identifikasi faktor-faktor yang menunjang
pengembangan usaha biji kakao fermentasi dengan menggunakan analisis SWOT, yang diuraikan dalam bentuk matriks IFAS (Internal Strategic Factors Analysis Summery) dan EFAS (External Strategic Factors Analysis Summery). Hal ini berfungsi menyimpulkan informasi dasar yang diperlukan untuk
64
65
merumuskan strategi pengembangn usaha biji kakao fermentasi oleh LEM Sejahtera Andomesinggu berdasarkan logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strenghts) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan juga dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats) pada pengembangan
usaha
biji
kakao
fermentasi
oleh
LEM
Sejahtera
Andomesinggu. C.1 Analisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman Pengembangan Usaha Biji Kakao Fermentasi Analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dilakukan berdasarkan kegiatan diskusi dan wawancara bersama reponden kunci yaitu pembina
LEM
Sejahtera
Andomesinggu
dan
Ketua
LEM
Sejahtera
Andomesinggu sebagai responden pendukung. Analisis dibedakan menjadi dua yaitu dilihat berdasarkan keadaan internal dan eksternal LEM Sejahtera Andomesinggu. C.1.1 Matriks IFAS (Internal Strategic Factors Analysis Summery) Untuk mengetahui tingkat kekuatan dalam kelemahan pengembangan usaha biji kakao fermentasi oleh LEM Andomesinggu, dilakukan pembobotan dan rating terhadap unsur-unsur faktor kukuatan dan kelemahan sebagai penilaian terhadap tingkat pengaruh bagi pengembangan usaha biji kakao fermentasi.
65
66
Faktor-faktor yang meliputi kekuatan dan kelemahan pengembangan usaha kakao fermentasi adalah sebagai berikut: 1) Kekuatan (Strenght) Kekuatan yaitu mencakup kekuatan internal yang mendorong pengembangan
usaha
biji
kakao
fermentasi
oleh
LEM
Sejahtera
Andomesinggu. Berdasarkan kegiatan wawancara dan diskusi bersama responden penelitian yaitu ketua LEM Andomesinggu dan Ketua Pembina LEM SULTRA, dapat disimpulkan bahwa kekuatan yang dimiliki oleh LEM Sejahtera Andomesinggu yaitu; a) Ketersediaan lahan, b) Ketersediaan bibit, c) Ketersediaan pupuk, d) Ketersediaan tenaga kerja, e) Ketersediaan peralatan usaha,
f) Usia petani yang produktif, g) LEM Sejahtera memiliki hubungan yang
baik dengan pelanggan pemasok, h) Kualitas kakao fermentasi yang tinggi, i) LEM Sejahtera memberikan pelayanan yang baik, j) Keterampilan petani yang baik, dan k) Tingginya dukungan pemerintah. Luas lahan kakao yang dimiliki oleh LEM Sejahtera Andomesinggu saat ini mencapai 400 Ha. Hal ini merupakan akumulasi dari lahan petani kakao yang masuk dalam anggota LEM Sejahtera Andomesinggu. Selain itu, LEM Sejahtera Andomesinggu juga memperoleh bibit kakao dari usaha pembibitan mereka sendiri. Untuk pasokan input seperti pupuk dan pestisida diperoleh melalui subsidi langsung dari pemerintah. Melalui subsidi langsung ini, dapat memutuskan rantai pasok yang terlalu panjang. Biasanya sebelum adanya LEM Sejahtera, subsidi pupuk dan pestisida diperoleh melalui tengkulak yang membuat RDKK (Rencana Defenitif Kebutuhan
66
67
Kelompok), yang selanjutnya disalurkan ke distributor dan pedangang pengencer. Panjangnya rantai pasok ini justru akan menguntungkan pedagang bukanlah petani kakao. Untuk sarana produksi kakao fermentasi, LEM Sejahtera telah mendapatkan peralatan dari beberapa pihak seperti perusahaan swasta maupun pemerintah yang terdiri dari peti fermentasi, alat jemur atau para-para dan mesin pengering kakao. Peti fermentasi kakao diperolah dari pihak perusahaan asing yang berasal dari Jerman. Pihak Eropa bertujuan untuk melakukan kerjasama dengan pihak Indonesia untuk mendapatkan kakao fermentasi dengan jumlah dan kualitas yang baik, namun hal ini selalu terkendala pada adanya mavia kakao yang selalu berusaha untuk meningkatkan harga kakao non fermentasi, sehingga petani lebih memilih untuk tidak melakukan fermentasi. Pihak utama
yang
membutuhkan kakao unfermented yaitu pihak perusahaan Amerika yang hanya membutuhkan lemak kakao saja. Kini pemerintah sedang berusaha keras untuk membangun kelembagaan yang kuat yang berkerjasama dengan beberapa pihak lainnya seperti Bank Indonesia, BRI, BT Kakao Indonesia, PPKKI, kementrian pertanian dan perkebunan serta pihak BUMN maupun perusahaan swasta lainnya. 2) Kelemahan (Weakness) Kelemahan yaitu hambatan internal yang dapat menjadi kendala dalam pengembangan usaha biji kakao fermentasi oleh LEM Sejahtera Andomesinggu. Kelemahan-kelemahan yang dimaksud yaitu: a) Keterbatasan modal, b) Kualitas bahan baku rendah, c) Tingkat pendidikan petani rendah, d) Pemasaran tidak teroganisir, e) Intensitas penyuluhan yang masih minim, f) Sistem kurang terintegrasi, g) Waktu produksi terlalu lama, dan g) Sulitnya proses fermentasi.
67
68
Keterbatasan modal usaha juga merupakan alasan terhambatnya kegiatan fermentasi, untuk mengatasi masalah tersebut kini masyarakat menggunakan strategi peran LEM Sejahtera menjadi tempat usaha simpan pinjam dari seluruh anggota LEM Sejahtera. Petani yang tidak masuk sebagai anggota LEM Sejahtera tidak dapat melakukan pinjaman maupun simpanan. Syarat utama untuk menjadi anggota LEM Sejahtera yaitu; merupakan penduduk desa tempat LEM Sejahtera berada, tidak tergabung dalam partai politik, PNS, maupun aparat desa, dan berdomisili di desa lokasi LEM Sejahtera minimal dua tahun. Kendala LEM Sejahtera Andomesinggu juga terdapat pada kualitas pendidikan anggotanya. Mereka kesulitan mencari seorang sekretaris yang memiliki kompetensi di bidangnya, sehingga biasanya ketualah yang mengerjakan kegiatan sekretaris. Sulitnya kegiatan fermentasi juga menjadi alasan mengapa petani tidak melakukan fermentasi kakao. Apabila terdapat satu sampai delapan biji kakao yang tidak terfermentasi atau kategori unfermented dalam 100 gram maka kakao tersebut tidak termasuk kakao fermentasi. Standar ini dirasa sangat berat bagi para petani. Selain itu, proses fermentasi juga harus mendapatkan kontrol yang baik, apabila kakao terfermentasi lebih beberapa jam dari waktu fermentasi, maka biji kakao tersebut dikategorikan sebagai unfermented. Perlu adanya strategi yang baik untuk mengembangkan usaha biji kakao fermentasi kakao oleh LEM Sejahtera Andomesinggu. Penentuan
tingkat
kelemahan
dan
kekuatan
dilakukan
dengan
pembobotan dan rating terhadap unsur-unsur faktor kekuatan dan kelemahan sebagai penilaian terhadap tingkat pengaruh bagi pengembangan usaha biji kakao
68
69
fermentasi dalam mengambil keputusan terkait usaha tersebut. Nilai bobot dan rating dari faktor internal dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Matrik IFAS No.
IFAS
1 A B C D E F
Kekuatan Ketersediaan lahan Ketersediaan bibit Ketersediaan pupuk Ketersediaan tenaga kerja Ketersediaan peralatan usaha Usia petani yang produktif LEM Sejahtera memiliki hubungan yang baik dengan pelanggan pemasok Kualitas kakao fermentasi LEM Sejahtera memiliki reputasi yang baik LEM Sejahtera memberikan pelayanan yang baik Keterampilan petani yang baik Tingginya dukungan pemerintah Skor Kekuatan Kelemahan Keterbatasan modal Kualitas bahan baku rendah Tingkat pendidikan petani rendah Pemasaran tidak teroganisir Intensitas penyuluhan yang masih minim Sistem kurang terintegrasi Waktu produksi terlalu lama Sulitnya proses fermentasi Skor Kelemahan Total
G H I J K L 2 M N O P Q R S T
Rating
Bobot
Bobot x Rating
4 3 3 3 4 4
0.056 0.031 0.032 0.040 0.054 0.051
0.224 0.093 0.097 0.119 0.218 0.206
4
0.049
0.194
4 4
0.706 0.051
2.824 0.206
3
0.047
0.141
4 4 44
0.063 0.065 1.246
0.253 0.259 4.832
1 1 1 2 1 1 2 1 10 54
0.059 0.068 0.057 0.062 0.051 0.056 0.037 0.056 0.445 1
0.059 0.068 0.057 0.124 0.051 0.056 0.074 0.056 0.544 5.376
Sumber: Data Primer Diolah, 2015
Berdasarkan Tabel 10 terlihat bahwa faktor kelemahan
lebih besar
dibandingkan dengan faktor kekuatan (kekuatan 4,832 > kelemahan 0,544),
69
70
dengan demikian maka total faktor IFAS (peluang dan ancaman) pengembangan usaha fermentasi oleh LEM Sejahtera Andomesinggu adalah sebesar 5,376. Tetapi, tentu faktor ini perlu lebih ditekankan lagi untuk menutupi atau menghilangkan kelemahan dari usaha ini untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal. Berdasarkan nilai Tabel 8 juga dapat disimpulkan bahwa, kekuatan (strength) dari LEM Sejahtera Andomesinggu harus lebih dimaksimalkan dan meminimalkan kelemahan (weakness) terutama dukungan dari pemerintah.
C.1.2 Matriks EFAS (External Strategic Factors Analysis Summery) Matriks EFAS merupakan alat analisis untuk mengetahui besarnya peluang dan ancaman, dalam pengembangan usaha biji kakao fermentasi oleh LEM Sejahtera Andomesinggu dengan pembobotan dan rating terhadap unsur-unsur faktor peluang dan ancaman sebagai penilaian terhadap tingkat pengaruh bagi para petani kakao dalam pengembangan usaha biji kakao fermentasi. Matriks eksternal terdiri atas faktor peluang (opportunity) dan ancaman (threat). Berikut gambaran peluang dan ancaman dari usaha kakao fermentasi oleh LEM Sejahtera Andomesinggu: 1) Peluang (Opportunuities) Peluang adalah kesempatan-kesempatan yang bersifat eksternal yang dapat menunjang dalam pengembangan usaha biji kakao fermentasi oleh LEM Sejahtera. Peluang tersebut meliputi: a) Permintaan konsumen yang cenderung meningkat,
b)
Kerjasama
dengan
kelompok
tani
dalam
pengembangan LEM (pengumpulan hasil panen/dan kegiatan fermentasi),
70
71
c) Ketersediaan infrastrktur, d) Ketersedian jasa pendukung, e) Kebijakan pemerintah daerah yang mendukung usaha biji kakao fermentasi, f) Jangkauan pasar (lokal dan ekspor), dan g) Menambah relasi/kerjasama. Permintaan konsumen akan kakao fermentasi sesungguhnya sangat besar, baik permintaan ekpor maupun lokal. Kakao fermentasi sangat dibutuhkan oleh pihak Eropa yang memang sangat membutuhkan kakao yang memiliki kualitas yang baik. Akan tetapi, permintaan tersebut harus dipenuhi minimal 15 ton untuk satu kali pengiriman. Sedangkan untuk perusahaan lokal seperti PT Kalla Kakao Industri (PT. KKI), hanya memberikan pesyaratan sebesar 7 ton per satu kali pengiriman. Hal ini dilakukan karena keterbatan kapasitas kerja dan fungsi mesin. Mesin pengolahan kakao harus senantiasa berkerja secara efektif dan efisien. Selain itu, LEM Sejahtera Andomesinggu juga dapat berkerjasama dengan LEM Sejahtera lainnya seperti LEM Sejahtera Titinea, LEM Sejahtera Pinanggosi, LEM Sejahtera Tinete, LEM Sejahtera Puremasubur, LEM Sejahtera Iwoi Menggura dan LEM Sejahtera lainya untuk bersama-sama melakukan fermentasi kakao dalam memenuhi kebutuhan dari konsumen. 2) Ancaman (Threat) Ancaman (threat) adalah penghalang atau kendala yang mungkin akan terjadi pada LEM Sejahtera Andomesinggu dalam pengembangan usaha biji kakao fermentasi. Ancaman tersebut meliputi: a) Biaya produksi semakin tinggi, b) Alih fungsi lahan (termasuk, munculnya tanaman baru), c) Serangan hama dan penyakit, d) Perubahan cuaca, e) Bencana alam, f) Tingginya tingkat tawar menawar dari pembeli, g) Munculnya pesaing baru yang bisa memberikan mutu
71
72
kakao yang lebih baik (lokal maupun luar negeri), h) Panjangnya rantai pasar, dan i) Mavia kakao. Sesungguhnya untuk ancaman bencana alam, dan perubahan cuaca tidak terlalu berpengaruh pada perkembangan usaha biji kakao fermentasi. Justru ancaman yang besar yaitu panjangnya rantai pasar dan mavia kakao yang sesungguhnya sudah mengakar dalam masyarakat. Mavia kakao senantiasa berusaha menekan petani untuk tidak melakukan fermentasi. Bahkan jaringan mavia kakao sampai pada wilayah terpencil untuk mendapatkan hasil yang maksimal, khususnya biji kakao unfermented. Dapat dibayangkan betapa besarnya tekanan yang diperoleh petani kakao. Mulai dari tekanan harga output sampai pada harga input yang sengaja diatur oleh mavia kakao. Apabila tidak ada kelembagaan petani yang kuat maka Indonesia akan tetap menjadi produsen kakao dengan kuantitas terbesar namun dengan kualitas yang terburuk. Mavia kakao juga senantiasa berusaha untuk mendoktrin pola pikir petani untuk tidak melakukan fermentasi melalui gurita tata niaga yang menyebarkan isu bahwa kegiatan fermentasi kakao sangat sulit untuk dilakukan dan membutuhkan waktu yang lama. Sementara, kegiatan fermentasi hanya membutuhkan waktu satu minggu dan tidak membutuhkan tenaga yang besar. Hal ini dikarenakan proses fermentasi hanya butuh didiamkan dan diaduk setiap dua hari, sehingga aktivitas petani yang lainya tidak terganggu. Peluang dan ancaman dapat diketahui dengan pembobotan dan peretingan terhadap unsur-unsur faktor peluang dan ancaman sebagai penilaian terhadap tingkat pengaruh bagi usaha biji kakao fermentasi. Nilai bobot dan rating dari faktor eksternal dapat terlihat pada Tabel 11.
72
73
Tabel 11. Matrik EFAS No. 1 A
B C D E F G 2 H I J K L M
N O P
EFAS Peluang Permintaan konsumen yang cenderung meningkat Kerjasama dengan kelompok tani dalam pengembangan LEM Sejahtera (pengumpulan hasil panen/dan kegiatan fermentasi) Ketersediaan infrastrktur Ketersedian jasa pendukung Kebijakan pemerintah daerah yang mendukung usaha biji kakao fermentasi Jangkauan pasar (Lokal dan Ekspor) Menambah relasi/kerjasama Skor Peluang Ancaman Biaya produksi semakin tinggi Alih fungsi lahan (termasuk, munculnya tanaman baru) Serangan hama dan penyakit Perubahan cuaca Bencana alam Tingginya tingkat tawar menawar dari pembeli. Munculnya pesaing baru yang bisa memberikan mutu kakao yang lebih baik (lokal maupun luar negeri) Panjangnya rantai pasar Mavia kakao Skor Ancaman Total
Rating
Bobot
Bobot x Rating
3
0.077
0.231
4
0.079
0.317
4 4
0.067 0.044
0.267 0.175
4
0.085
0.342
3 4 26
0.081 0.079 0.513
0.244 0.317 1.892
1
0.058
0.058
3
0.054
0.163
3 2 4
0.065 0.048 0.033
0.194 0.096 0.133
2
0.052
0.104
4
0.035
0.142
2 1 22 48
0.063 0.079 0.488 1
0.125 0.079 1.094 2.985
Sumber: Data Primer Diolah, 2015
Berdasarkan Tabel 11 menunjukkan bahwa faktor peluang sedikit lebih besar dari pada faktor tantangan (peluang 1,892 > ancaman 1,47). Dengan
73
74
demikian maka nilai total faktor eksternal usaha biji kakao fermentasi oleh LEM Sejahtera Andomesinggu adalah 2,985. Faktor peluang tersebut harus dimanfaatkan oleh petani untuk meningkatkan perekonomian dan taraf hidup petani. Peluang utama yang perlu dimanfaatkan yaitu peluang relasi atau kerjasama dengan pihak lainnya temasuk LEM Sejahtera lainnya, KKI dan pihak permerintah yang multifungsi, baik sebagai sumber modal termasuk penyedia sarana dan prasarana usaha biji kakao fermentasi, penentu kebijakan, dan sumber pembinaan keterampilan petani. Sedangkan, ancaman yang perlu dihindari yaitu adanya mavia kakao melalui penjualan kakao tanpa fermentasi kepada pedangang pengumpul, serta ancaman lainnya termasuk hama dan penyakit tanaman kakao yang mungkin menyerang tanaman kakao bahkan pada tingkat merugikan.
C.2 Matriks Strategi Pengembangan Usaha Biji Kakao Fermentasi Berdasarkan pembobotan dan rating pada Tabel 8 dan Tabel 9 menunjukkan bahwa nilai faktor internal yang diperoleh lebih besar dari nilai eksternal (IFAS 5,376 > EFAS 2,985). Hal ini menggambarkan bahwa faktor internal yang terdiri atas peluang dan ancama LEM Sejahtera Andomesinggu memiliki peran yang sangat penting dalam pengembangan usaha biji kakao fermentasi. Penyusunan strategi pengembangan usaha biji kakao fermentasi dirancang dengan menggunakan menggunakan tiga alat penyusunan strategi yaitu alat analisis menggunakan matriks IE matriks SWOT dan matrik grand strategy. Adapaun strategi yang cocok untuk diterapkan untuk pengembangan usaha biji
74
75
kakao fermentasi oleh LEM Sejahtera Andomesinggu berdasarkan ketiga matriks tersebut yaitu: C.2.1 Matriks Internal-Eksternal (IE) Penentuan strategi menggunakan alat analisis IE dapat dilakukan dengan menentukan titik dimensi dari faktor internal dan faktor ekstenal. Berdasarkan pembobotan dan peretingan dari faktor eksternal dan internal LEM Sejahtera Andomesinggu maka, faktor internal (5,376) lebih besar dibandingkan dengan faktor ekternal (2,985). Selanjutnya kedua faktor tersebut menghasilkan diagram kartesian yaitu 4,289 : 0,798 yang diperoleh dari: Titik Koordinat = IFAS : EFAS Sumbu X = subtotal strength – subtotal weakness = 4,832 – 0,544 = 4,289 Sumbu Y = subtotal opportunities – subtotal threat = 1,892 – 1,094 = 0,798
Berdasarkan titik koordinat tersebut maka strategi yang tepat terdapat pada dimensi Sel 7 (lihat Gambar 3). Dimensi Sel 7 (diversifikasi konsetris) menggambarkan bahwa
LEM Sejahtera Andomesinggu memiliki posisi
kompetitif sangat kuat tetapi nilai daya tarik pasar rendah. Hal ini dikarenakan beberapa kendala yang yang harus dihadapi terutama masalah sulitnya proses fermentasi, kriteria jumlah penjualan kakao fermentasi yang diberi standar
75
76
minimal 15 ton per satu kali penjualan untuk perusahaan lain, sedangkan KKI yaitu hanya sebesar 7 ton serta adanya mavia kakao. Langkah yang dapat ditempuh yaitu dengan menerapkan prinsip penciptaan sinergi (2+2=5) dengan harapan bahwa dua bisnis secara bersama-sama dapat menciptakan lebih banyak keuntungan dari pada jika melakukannya sendiri-sendiri. Hal ini berarti bahwa LEM Sejahtera andomesinggu harus membuat kerjasama dengan pihak LEM Sejahtera lainnya untuk memenuhi persyaratan pasar. Sesungguhnya untuk memenuhi kebutuhan pasar tersebut sangat mudah karena produksi kakao yang besar. Bahkan untuk satu petani mampu menghasilkan 1 ton kakao per satu kali masa panen per hektar, namun karena terkendala pada sedikitnya petani yang memiliki keyakinan akan kejelasan harga kakao, maka jumlah petani yang melakukan fermentasi sangatlah sedikit. Oleh karena itu, butuh kerjasama antar LEM Sejahtera untuk mengatasi masalah tersebut. Kerjasama akan berjalan dengan baik apabila petani kakao berkomitmen untuk menghasilkan kakao fermentasi dengan kualitas yang seragam dan jumlah yang besar, sehingga pemerintah hanya menerapkan atau mengeluarkan SOP. Apabila petani telah menghasilkan kakao fermentasi dengan kualitas yang seragam dan jumlah yang besar maka masalah ketidakjelasan pasar akan teratasi. Pasar akan tertarik untuk menginvestasikan dan membeli kakao tersebut bahkan hanya melalui pemasaran online.
76
77
C.2.2 Matriks SWOT (Strength-Weaknees-Opportunity-Threat) Formulasi upaya pengembangan usaha biji kakao fermentasi juga dapat dirancang dengan menggunakan matrik TOWS atau SWOT. Matrik ini menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dengan menyesuaikan faktor IFAS dan EFAS oleh LEM Sejahtera Andomesinggu. Dalam hal ini bagaimana meningkatkan dan memanfaat faktor kekuatan dan peluang serta meminimalisir faktor kelemahan dan ancaman. Formulasi strategi pengembangan usaha biji kakao fermentasi oleh LEM Sejahtera Andomesinggu dapat dibentuk menjadi empat jenis strategi yaitu bersifat SO, ST, WO, dan bersifat WT. Mekanisme keempat strategi tersebut dituangkan dalam bentuk matriks SWOT pada Tabel 10.
77
78
Tabel 10. Matrik SWOT
FAKTOR KUNCI INTERNAL
FAKTOR KUNCI EKSTERNAL
KEKUATAN (S)
KELEMAHAN (W)
a) Ketersediaan lahan, b) Ketersediaan bibit, c) Ketersediaan pupuk, d) Ketersediaan tenaga kerja, e) Ketersediaan peralatan usaha, f) usia petani yang produktif, g) LEM Sejahtera memiliki hubungan yang baik dengan pelanggan pemasok, h) Kualitas kakao fermentasi, i) LEM memberikan pelayanan yang baik, j) Keterampilan petani yang baik, dan k) Tingginya dukungan pemerintah.
a) Keterbatasan modal, b) Kualitas bahan baku yang rendah, c) Tingkat pendidikan petani rendah, d) Pemasaran tidak teroganisir, e) Intensitas penyuluhan yang masih minim, f) Sistem kurang terintegrasi, g) Waktu produksi terlalu lama, dan h) Sulitnya proses fermentasi.
STRATEGI S-O
STRATEGI W-O
PELUANG (O)
a) Permintaan konsumen yang a) Melakukan ekspansi cenderung meningkat, produksi biji kakao b) Kerjasama dengan kelompok fermentasi dengan berbagai tani dalam pengembangan sumber input dan peralatan LEM (pengumpulan hasil yang tersedia, panen/dan kegiatan b) Memperluas kerjasama fermentasi), dengan beberapa pihak c) Ketersediaan infrastrktur, lainnya termasuk LEM lain d) Ketersedian jasa pendukung, c) Meningkatkan kualitas e) Kebijakan pemerintah petani melalui pembinaan daerah yang mendukung dari pihak pemerintah usaha biji kakao fermentasi, f) Jangkauan pasar (lokal dan ekspor), dan g) Menambah relasi/kerjasama. ANCAMAN (T)
STRATEGI S-T
a) Melakukan ekstensifikasi dan intensifikasi lahan b) Melakukan pengendalian hama dan penyakit tanaman kakao c) Membuat usaha simpan pinjam dengan anggota LEM Sejahtera untuk menambah modal usaha dan kolektivitas produk lokal
STRATEGI W-T
a) Biaya produksi semakin a) Membuat jejaring LEM a) Perekrutan anggota LEM tinggi, Sejahtera lainnya untuk Sejahtera sebanyak b) Alih fungsi lahan (termasuk, memutuskan rantai pasok mungkin untuk penguatan unculnya tanaman baru), dan rantai pemasaran yang kelembagaan c) Serangan hama dan terlalu panjang akibat adanya b) Melakukan pendampingan penyakit, mavia kakao, secara berkelanjutan d) Perubahan cuaca, b) Membuat usaha lainnya melalui evaluasi e) Bencana alam, untuk menutupi biaya pemerintah (pembina LEM f) Tingginya tingkat tawar produksi yang besar Sejahtera) menawar dari pembeli, c) Menerapkan program resi g) Munculnya pesaing baru gudang yang bisa memberikan mutu kakao yang lebih baik (lokal maupun luar negeri), h) Panjangnya rantai pasar, dan i) Mavia kakao. Sumber: Data Primer Diolah, 2015
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada Tabel 10 menjelaskan bahwa alternatif strategi yang perlu dilakukan dalam pengembangan usaha biji kakao fermentasi oleh LEM Sejahtera Andomesinggu yaitu sebagai berikut:
78
79
1. Strategi Strength - Weakness (S - O) Ekspansi produk biji kakao fermentasi merupakan salah satu strategi untuk meningkatkan pendapatan LEM Sejahtera Andomesinggu. Kegiatan ekspansi yang dimaksud yaitu menambah jumlah produksi kakao fermentasi, serta usaha peningkatan kualitas dan jenis produk kakao. Strategi ini didukung dengan ketersediaan peralatan serta faktor produksi lainnya seperti lahan perkebunan, biji kakao, ketersediaan pupuk dan ketersediaan faktor produksi lainnya. Strategi ekspansi juga bermaksud menyebarkan budaya fermentasi pada petani kakao lainnya, baik di Desa Andomesinggu maupun di desa lainnya. Pembentukan lembaga LEM Sejahtera di beberapa desa juga dapat dijadikan sebagai peluang yang besar untuk membangun jejaring antar LEM Sejahtera untuk memenuhi kebutuhan atau permintaan konsumen akan biji kakao fermentasi. Terlebih dengan aturan bahwa penjualan dan pengiriman kakao ke KKI yaitu sebesar 7 ton, sedangkan perusahaan lainnya yaitu sebesar 15 ton. Oleh karena itu setiap LEM Sejahtera harus membangun kerjasama yang kuat untuk memenuhi standar, bahkan melebihi standar tersebut. Hal ini akan menarik petani lainnya untuk bergabung dalam LEM Sejahtera, serta turut berperan dalam upaya pengembangan usaha biji kakao fermentasi di Indonesia. Dibutuhkan peran pemerintah khususnya dari berbagai pihak untuk turut memberikan pendampingan kepada para petani. Hal ini terbukti dengan munculnya beberapa perusahaan dan instansi terkait lainnya yang juga berkerjasama dengan LEM Sejahtera. Hal ini dikarenakan LEM Sejahtera tidak dijadikan sebagai lembaga uni-importance tetapi multi-importance. Maknanya, semua instansi memiliki tanggungjawab
79
80
yang sama terhadap LEM Sejahtera, bukan hanya tanggungjawab Dinas Perkebunan semata. 2. Strategi Weakness - Opportunity (W - O) Pendirian LEM Sejahtera Andomesinggu juga mampu melakukan destrukturisasi lembaga kecil atau persial menjadi lembaga yang kuat, sehat, optimis, mandiri dan kaya. Langkah selanjutnya yang harus dilakukan oleh LEM Sejahtera Andomesinggu yaitu dengan melakukan tindakan ekstensifikasi dan intensifikasi termasuk pengendalian hama dan penyakit tanaman kakao, guna menjamin ketersediaan input biji kakao fermentasi dengan kualitas yang baik. Pembuatan usaha lainnya juga dapat dilakukan oleh LEM Sejahtera guna menambah modal usaha, seperti usaha simpan pinjam, pengembangan industri pembibitan tanaman kakao, usahatani lainnya dan sebagai agen saprodi. Usaha ini secara langsung menambah kolektivitas dan konektivitas produk pedesaan sekaligus menggali potensi yang ada di desa Andomesinggu. 3. Strategi Strength - Threat (S - T) Melalui faktor kekuatan dan ancaman, hal yang dapat dilakukan oleh LEM Sejahtera Andomesinggu yaitu dengan melakukan jejaring antar LEM guna meningkatkan sistem kebersamaan pembangunan ekonomi dengan perencanaan yang partisipatif. Melalui jejaring antar LEM Sejahtera beberapa produk unggulan maupun sampingan di Desa Andomesinggu dapat terserap dengan baik, untuk menambah pendapatan para petani dengan menjualnya kepada LEM Sejahtera jenis lainnya seperti LEM Sejahtera Kelapa, LEM Sejahtera Bawang, LEM
80
81
Sejahtera Tanaman Pangan dan jenis LEM Sejahtera lainnya. Gambar pola jejaring antar LEM terlihat pada Gambar 6:
Sumber: Data Sekunder Dinas Perkebunan SULTRA
Gambar 6. Pola Jejaring Antar LEM Sejahtera Gambar 6 menjelaskan bahwa untuk mengoptimalkan sumberdaya yang ada di desa, perlu adanya jejaring antar LEM Sejahtera yang berbeda jenis produk unggulannya. Setiap desa pasti memiliki berbagai sumberdaya termasuk sumberdaya
unggulan
(sumberdaya
yang
banyak
diproduksi)
maupun
nonunggulan. Berangkat dari hal itulah, maka sumberdaya nonunggulan akan dijual pada desa atau LEM Sejahtera yang mengungulkan produk tersebut di LEM Sejahtera lainnya. Contoh LEM Sejahtera Kakao memiliki produk unggulan kakao, di sisi lain ada produk lainnya yang jumlahnya sedikit dan dianggap kurang bernilai di desa tempat LEM Sejahtera Kakao, seperti kelapa, mete, cabe, dan bawang. Untuk meningkatkan nilai dari produk nonunggulan dan 81
82
memanfaatkan kolektivitas sumberdaya desa, maka LEM Sejahtera menjual produk nonunggulan tersebut ke LEM Sejahtera yang mengunggulkan produk tersebut, termasuk di LEM Sejahtera bawang, LEM Sejahtera Mete, dan LEM Sejahtera Cabe. Hal ini juga akan menguntungkan LEM Sejahtera lainnya melalui penambahan pasok produk. Berdasarkan matriks SWOT strengths dan treaths dapat ditarik strategi bahwa LEM Sejahtera Andomesinggu juga perlu untuk menerapkan sistem resi gudang. Sistem resi gudang adalah program Jakarta yang berfungsi untuk memberikan pendanaan atau kredit usaha bagi petani kakao melalui surat berharga atau sertifikat yang menyatakan bahwa petani tersebut memiliki kakao fermentasi dengan jumlah tertentu di gudang pengelolaan LEM Sejahtera. Kredit yang diberikan sebesar 70% dari nilai kakao yang disimpan atau ditampung. Melalui sistem ini petani kakao yang melakukan fermentasi akan merasa terjamin untuk melakukan proses fermentasi dengan kualitas yang seragam dan jumlah yang besar. 4. Strategi Weakness – Threat (W - T) Strategi awal yang dapat dilakukan oleh LEM Sejahtera Andomesinggu guna memperkuat kelembagaan usaha yaitu, dengan melakukan perekrutan anggota LEM Sejahtera sebanyak mungkin yang ada di desa tersebut. Hal ini berguna untuk menghilangkan lembaga yang parsial, berskala kecil, berdaya saing lemah serta memiliki modal yang terbatas. Perekrutan juga digunakan untuk menambah jaringan budaya fermentasi yang ada di Desa Andomesinggu melalui pembinaan secara berkelanjutan oleh beberpa pihak Pembina seperti Ditjenbun,
82
83
Ditjen PPHP, Dekaindo, PPKKI, Pemda SULTRA BI, Puslit Kota, dan perusahaan lainnya yang memiliki kepentingan di dalamnya. C.2.3. Matrik Grand Strategy Penentuan
strategi
menggunakan
matrik
grand
strategy
juga
menggunakan titik koordinat, yang dapat dilakukan dengan menentukan kuadran dari faktor internal dan faktor ekstenal. Berdasarkan pembobotan dan peretingan dari faktor eksternal dan internal LEM Sejahtera Andomesinggu maka titik koordinatnya sama dengan titik koordinat IE yaitu 4,289 : 0,798 berada pada diagram I (lihat Gambar 7). Adapun gambaran diagram matrik grand strategy dapat dilihat pada Gambar 7.
83
84
Opportunity 2.0
Kuadran I Mendukung strategi agresif dan integrasi vertikal
1.5 1.0 0.7
0.5 4.2
Weakness 1.0
2.0
3.0
Strength
4.0
Threat Sumber: Data Primer Olahan, 2015
Gambar 7. Diagram Keputusan Matrik Grand Strategy Berdasarkan diagram tersebut menggambarkan bahwa LEM Sejahtera Andomesinggu berada pada posisi yang menguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki
kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang besar berupa
ketersediaan input (biji kakao) dan sarana teknologi, dukungan pemerintah, serta lingkup kerjasama yang besar. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth oriented strategy). Strategi ini dilakukan untuk membentuk mental para petani untuk lebih optimis dalam melakukan pengembangan usaha biji kakao fermentasi dengan kualitas yang seragam dan dengan jumlah yang besar secara berkelanjutan. Melalui kegiatan seperti ini maka konsumen dalam hal ini perusahaan yang membutuhkan biji kakao fermentasi kan tertarik untuk melakukan kerjasama, bukan hanya sebagai penerima produk tetapi juga dapat memberikan binaan bahkan bantuan dana dan output lainnya. Namun, kondisi
84
85
ini juga menggambarkan bahwa usaha ini sesungguhnya tidak memiliki daya tarik bagi petani sehingga competitive position sangat rendah. Kondisi ini disebabkan petani takut gagal melakukan fermentasi karena pola pikir yang salah bahwa proses fermentasi cukup sulit untuk dilakukan dan membutuhkan waktu yang lama. Oleh karena itu, strategi awal yang harus dilakukan oleh LEM Sejahtera Andomesinggu yaitu dengan mengajak seluruh petani untuk bergabung dalam LEM Sejahtera serta memberikan masukan kepada petani kakao melalui kegiatan pendampingan dengan tujuan untuk menanamkan budaya fermentasi kakao. Perekrutan bertujuan untuk menambah modal usaha melalui simpanan pokok, simpanan wajib, dan simpanan sukarela. Selain itu, perekrutan juga berfungsi untuk menambah jumlah petani yang berkomitmen untuk melakukan fermentasi seutuhnya guna meningkatkan kualitas dan harga kakao Indonesia. Langkah strategi yang juga dapat dilakukan yaitu dengan strategi integrasi vertikal. Strategi ini dilakukan dengan cara backward integration (mengambil alih fungsi suplier) atau dengan cara fordward integration (mengambil alih fungsi distributor atau pedangang pengumpul). Dalam hal ini LEM Sejahtera Andomesinggu dengan cara petani harus menjual hasil kakao fermentasi mereka kepada konsumen secara langsung dalam hal ini perusahaan (PT KKI atau BT Kakao Indonesia). harus memutuskan rantai pasok dan rantai pemasaran yang terlalu panjang. Hal ini berfungsi untuk mengurangi biaya pemasaran yang besar serta subsidi input dapat dirasakan oleh petani secara langsung tanpa adanya perantara yang mengambil keuntungan yang lebih.
85
86
Strategi ini juga merupakan langkah yang ampuh dalam menekan adanya tekanan mavia kakao yang memaksa petani untuk menjual kakao unfermented.
86
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai Strategi Pengembangan Usaha Biji Kakao Fermentasi oleh LEM Sejahtera Desa Andomesinggu, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Faktor-faktor yang menjadi kekuatan (strength) utama LEM Sejahtera Andomesinggu dalam mengembangkan usaha biji kakao fermentasi yaitu ketersediaan faktor-faktor produksi seperti lahan, pupuk, bibit dan tenaga kerja yang produktif, ketersediaan peralatan usaha, serta tingginya dukungan pemerintah. Sedangkan yang menjadi kelemahan (weakness) utama yaitu pemasaran yang tidak teroganisir dan kurang terintegrasi, serta sulit dan tingginya
standar
biji
kakao
fermentasi.
Faktor-faktor
peluang
(Opportunities) utama LEM Sejahtera dalam mengembangkan usaha biji kakao fermentasi yaitu permintaan konsumen yang cenderung meningkat serta jejaring LEM Sejahtera Andomesinggu yang luas. Sedangkan Faktorfaktor ancamannya (Threat) yaitu panjangnya rantai pasok dan pemasaran biji kakao fermentasi, dan adanya mavia kakao yang terus menekan petani untuk tidak melakukan kegiatan fermentasi kakao. 2. Strategi yang perlu diterapkan oleh LEM Sejahtera Andomesinggu berdasarkan analisis matriks SWOT, matrik IE dan matrik grand strategy untuk mengembangkan usaha biji kakao fermentasi yaitu:
87
88
a. LEM Sejahtera perlu menanamkan komitmen yang kuat untuk melakukan fermentasi dengan kualitas yang seragam dan jumlah yang besar untuk menarik konsumen. b. LEM Sejahtera Andomesinggu perlu menerapkan prinsip penciptaan sinergi membangun jejaring antar LEM Sejahtera. c. Melakukan pelatihan untuk meningkatkan kapasitas dan keterampilan petani kakao dalam melakukan kegiatan fermentasi kakao oleh beberapa pihak terkait seperti Ditjenbun, Ditjen PPHP, Dekaindo, PPKKI, Pemda SULTRA BI, Puslit Kota, dan perusahaanlainnya yang memiliki kepentingan di dalamnya. d. Melakukan perekrutan anggota LEM Sejahtera sebanyak mungkin yang ada di desa tersebut. e. Menerapkan strategi integrasi vertikal (backward integration dan forward integration) untuk memutuskan rantai pasok dan rantai pemasaran yang terlalu panjang. Hal ini juga sekaligus menekan adanya mavia kakao. B. Saran Saran yang dapat diajukan dengan meilihat kondisi dan analisis strategi pengembangan usaha biji kakao fermentasi oleh LEM Sejahtera Andomesinggu yaitu sebagai berikut: 1. Bagi LEM Sejahtera Andomesinggu agar berkomitmen untuk melakukan pengembangan usaha biji kakao fermentasi dengan menerapkan strategi jejaring antar LEM untuk membantu mengatasi segala kendala yang dihadapi. Selain itu, agar menerapkan strategi yang baik dalam penguatan lembaga,
88
89
tidak hanya peningkatan kapasitas anggota LEM Sejahtera Andomesinggu tetapi juga penguatan motivasi untuk lebih maju dan berfikir optimis untuk menjadikan petani kakao lebih sejahtera. 2. Bagi pemerintah agar senantiasa mendukung dan melakukan pendampingan kepada LEM Sejahtera Andomesinggu untuk mengembangkan usaha biji kakao fermentasi, dan penguatan LEM Sejahtera. 3. Kepada peneliti selanjutnya agar lebih memperdalam aspek kajian analisis Manajemen stok kakao fermentasi sehingga dapat lebih berguna bagi masyarakat khususnya bagi petani kakao.
89
DAFTAR PUSTAKA
Agussalim., Teguh, Wijanarko., Sutisna, Entis. 2009. Petunjuk Teknis Budi Daya Dan Pasca Panen Kakao Mendukung Rencana Usaha Bersama Program Usaha Agribisnis Perdesaan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tenggara Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. Andréas GIL1, Luisa Fernanda ROJAS2; Lucia ATEHORTUA2, Julián LONDOÑO*1. 2011. Effect of Fermentation and Sun Drying on Phytochemical Composition of Native Colombian Cocoa Universidad de Antioquia, Grupo de Investigación en Sustancias Bioactivas (GISB), Sede de Investigación Universitaria (SIU), AA 1226 Medellín, Colombia 2. Universidad de Antioquia, Grupo Biotecnología, Sede de Investigación Universitaria (SIU), AA 1226 Medellín, Colombia * Telfax number: 574-2196591, e-mail
[email protected]. Written for presentation at the 2011 CIGR Section VI International Symposium on Towards a Sustainable Food Chain Food Process, Bioprocessing and Food Quality Management. Asmiati. 2012. Analisis Nilai Tambah Pengolahan Ubi Kayu di Kecamatan Batauga Kabupaten Buton. Jurusan/Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo. Kendari. Assauri, S., 1999. Manajemen Produksi dan Operasi. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. Badan Pusat Statistik. 2014. Kabupaten Kolaka Timur dalam Angka. BPS. Kendari. Bambang, Ir. 2010. Wujudkan Kejayaan Petani Melalui LEM Sejahtera. Dinas Perkebunan dan Hortikultura Sulawesi Tenggara. Kendari. David, John., Puspa, Ria., Ayu, Sri. 2013. Pengaruh Cara Pengolahan Kakao Fermentasi dan Non Fermentasi Terhadap Kualitas, Harga Jual Produk pada Unit Usaha Produktif (UUP) Tunjung Sari, Kabupaten Tabanan. Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Udayana Jln. PB. Sudirman Denpasar 80232 Bali Email :
[email protected]. Didu MS. 2001. Rancang bangun sistem penunjang keputusan pengembangan agroindustri kelapa sawit untuk perekonomian daerah. [disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
90
91
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2011. Pedoman Budi Daya Tanaman Kakao. Kementrian Pertanian Direktorat Jenderal Perkebunan. Jakarta. Drummond, Evan., Goodwin, John. 2004. Agricultural Economics Second Edition. Prentice Hall. New Jersey 07458. Febryano, Indra. 2007. Analisis Finansial Agroforestri Kakao di Lahan Hutan Negara dan Lahan Milik. Financial Analysis of Cocoa Agroforestry in State Forest Land and Private Land. Program Studi Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Lampung. Jurnal Perennial, 4(1) : 41-47. Fauziansyah. 2013. Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada Kedai Iga Bakar Mang Opan Dalam Meningkatkan Volume Penjualan (Pendekatan Analisis Swot Pada Kedai Iga Bakar Mang Opan). Universitas Pendidikan Indonesia. Freddy, Rangkuti. 2006. Analisis Swot Teknik Membedah Kasus Bisnis. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Hariyati, Yuli. 2006. Pendapatan dan Faktor Yang Mempengaruhi Petani Melakukan Fermentasi Kakao di Kabupaten Jembrana. Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jember
[email protected]. Hasizah. A., Rahim. Darma. 2011. Prospek Industri Pengolahan Kakao di Makassar: Analisis Potensi Kelayakan Usaha, Industry prospect of cocoa processing in Makassar: Financial feasibility potential analysis. Program Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin, email
[email protected] 2 Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, email:
[email protected]. Jurnal Agrisistem, Juni 2011, Vol. 7 No. 1 ISSN 2089-0036. Kadariah, Karlina L, Gray C. 1999. Pengantar evaluasi proyek. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Kartasapoetra, G., 1998. Pengantar Ekonomi Produksi Pertanian. Bina Aksara. Jakarta Komisi Pengawas Persaingan Usaha. 2009. Background Paper Kajian Industri Dan Perdagangan Kakao. Komisi pengawas persaingan usaha republik Indonesia. Kotler. 1999. Museum Strategy and Marketing. California Academy of Sciences. Volume 41, Issue 4, pages 279–282. 91
92
Lembaga Ekonomi Masyarakat (LEM) Sejahtera Sulawesi Tenggara. 2013. Penguatan Kelembagaan Petani “Lembaga Ekonomi Masyarakat (LEM) Sejahtera” dalam Mendukung Hilirisasi Kakao. Jakarta. Marimin, 2004. Teknik dan aplikasi pengambilan keputusan. Keriteria majemuk. Jakarta: Penerbit PT Grasindo. Tjiptono, Fandy. 2005. Pemasaran Jasa. Malang: Bayumedia Publishing Mochtar, Hasizah., Darma, Rahim. 2011. Prospek Industri Pengolahan Kakao di Makassar: Analisis Potensi Kelayakan Usaha. Industry prospect of cocoa processing in Makassar: Financial feasibility potential analysis. 1 Program Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin, email
[email protected] 2 Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, email:
[email protected]. Jurnal Agrisistem, Juni 2011, Vol. 7 No. 1 ISSN 2089-0036. Moehar, D. 2004. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta. Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta. Mulyono, 1998. Reformasi sistem ekonomi dan kapitalisme menuju ekonomi kerakyatan. Aditya Media. Yogyakarta. Nurmianto, Eko., Arman, Nasution. Perumusan Strategi Kemitraan Menggunakan Metode AHP dan SWOT (Studi Kasus pada Kemitraan PT. INKA dengan Industri Kecil Menengah di Wilayah Karesidenan Madiun). Program Pascasarjana, Program Studi Manajemen Industri, ITS, Surabaya E-mail:
[email protected],
[email protected]. Jurnal Teknik Industri vol. 6, no. 1, Juni 2004: 47 - 60 Padangaran, A.M, 2008. Manajemen proyek pertanian. PPS Unhalu. Penny M. Kris-Ethertona and Carl L. Keenb. 2002. Nutrition Department, The Pennsylvania State University, University Park, Pennsylvania, and bDepartment of Nutrition, University of California-Davis, Davis, California, USA. Correspondence to Penny M. Kris-Etherton, Nutrition Department, The Pennsylvania State University, University Park, PA 16802, USA E-mail:
[email protected] Current Opinion in Lipidology 2002, 13:41±49. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. 2004. Kiat Mengatasi Permasalahan Praktis Panduan Lengkap Budi Daya Kakao. Penerbit AgroMedia Pustaka. Tangerang. Rahim, A dan D.R.D. Hastuti. 2007. Pengantar Teori dan Kasus Ekonomika Pertanian. Penebar Swadaya. Jakarta.
92
93
Rangkuti, F., 1997. Analisis SWOT Teknik membedah Kasus Bisnis. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Rosane F, Schwan and Alan E. Wheals. 2010. The Microbiology of Cocoa Fermentation and its Role in Chocolate Quality. Critical Reviews in Food Science and Nutrition,44:205–221(2004) Copyright; TaylorandFrancisInc. ISSN:1040-8398 DOI:10.1080/10408690490464104. England. Saaty.T.L, 1993. Pengambilan keputusan bagi para pemimpin, Proses Hierarki Analitik untuk pengambilan keputusan dalam situasi yang kompleks. Pustaka Binaman Presindo. Jakarta. Setiawati, Rini., Bintoro, Djoefrie., Hartrisari. 2007. Penentuan Produk Unggulan Berbasis Kakao Sebagai Alternatif untuk Meningkatkan Pendapatan Industri Kecil Menengah. IPB. Bogor. Jurnal MPI Vol. 2. Soeharto I, 2002. Studi kelayakan proyek industri. Jakarta: Penerbit Erlangga. Soemitro, D., 2000. Ekonomi Pembangunan. PT. Pembangunan. Jakarta. Sutoyo S. 1993. Studi kelayakan proyek: teori dan praktek. Jakarta: PT. Pustaka Binaman Pressindo. Sukotjo, Endro., Palilati, Alida., Djukrana., Saleh, Salma., Hatami, La. 2014. The Engineering of Organization to Increase Added the Value Cocoa Beans in South Konawe Regency . Department of Management, Faculty of Business and Economics, Halu Oleo University, Kendari, Southeast Sulawesi, Indonesia. International Journal of Science and Research (IJSR) ISSN (Online): 2319-7064 Impact Factor (2012): 3.358. Suryantini, A dan Zulkarnain, I. 2011. Analisis Nilai Tambah dan Strategi Pengembangan Produk Turunan VCO di PT. Tropica Nucifera Industri Yokyakarta. Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian Sosial Ekonomi Peratanian. UGM Yogyakarta. Teguh,
yuono. 2015. Proses Pembibitan Tanaman Kakao. http://alamtani.com/pembibitankakao.htmlhttp://alamtani.com/pembib itan-kakao.html. Diakses Pada Tanggal 13 April 2015.
Tuwo, Muhammad Akip. 2011. Ilmu Usahatani Teori dan Aplikasi Menuju Sukses. Unhalu Press. Kendari.
93
94
Vita. 2013. Efisiensi Saluran Pemasaran Biji Kakao Fermentasi yang Dilakukan oleh LEM Sejahtera Desa Teteinea Jaya Kecamatan Lalembuu Kabupaten Konawe Selatan. Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo. Kendari. Winardi, 2002. Ilmu Ekonomi. Tarsito. Bandung.
94
LAMPIRAN
95
96
Lampiran 1. Riwayat Hidup
Atas berkah Allah SWT dan kasih sayang dari kedua orang tua ayahanda tercinta La Ode Hasidu dan Ibu tercinta Wa Ode Nurvia, maka terlahir penulis dengan nama La Ode Abdul Asis Hasidu yang lahir pada tanggal 1 Januari 1994, yang merupakan anak bungsu dari delapan bersaudara. Berkat tuntunan orang tua, penulis tak hentinya menjejakkan kaki di bangku pendidikan, yaitu di mulai dari sekolah Sekolah Dasar Negeri 10 Katobu. Pada tahun 2006 penulis melanjutkan sekolah ke jenjang pertama yaitu di SMP Negeri 2 Raha. Selanjutnya pada tahun 2009, penulis melanjutkan pendidikannya ke SMA Negeri 1 Raha dan lulus pada Tahun 2012. Setelah lulus di bangku SMA, penulis memutuskan untuk berkuliah di Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo. Jurusan ini dipilih berkat dorongan keluarga yang juga berlatar belakang ilmu terapan seperti pertanian, kehutanan, dan Ayahanda sebagai pegawai perikanan. Selama menempuh pendidikan di Universitas Halu Oleo, penulis aktif dalam mengikuti beberapa lomba karya tulis ilmiah nasional. Berkat kerja keras dan doa akhirnya penulis mampu menjuarai dan lolos di beberapa even lomba karya tulis seperti Juara 1 LKTIN Jambi 2015, Mendapat Gelar The Honorable of Archipelago dalam LKTI Nasional Universitas Patimura, Juara 5 Mawapres UHO, Lolos pendanaan PKM 2015, menjadi salah satu mahasiswa wirausaha (PMW) pada tahun 2014, lolos LKTI Al-Qurán di Padjajaran tahun 2013, Lolos LKTIN Perhepi tahun 2012, dan beberapa even lomba lainnya.
96
97
Lampiran 2. Peta Lokasi Penelitian
PETA WILAYAH DESA ANDOMESINGGU KECAMATAN BESULUTU KABUPATEN KONAWE
97
98
Lampiran 3. Rating IFAS dan EFAS
98
99
Lampiran 4. Bobot IFAS EFAS
99
100
Lanjutan…
100
101
Lampiran 4. Dokumentasi Penelitian
Gambar 8. Proses Pemetikan Buah Kakao
Gamabr 9. Kegiatan Fermentasi Buah Kakao
101
102
Gambar 10. Penjemuran Biji Kakao Fermentasi
Gambar 11. Sortasi dan Pengemasan Biji Kakao
102
103
Gambar 12. Wawancara dan Diskusi Bersama Pembina LEM Sejahtera bersama Anggota LEM Sejahtera
Gambar 13. Gudang LEM Sejahtera Andomesinggu
Gambar 14. Hasil Olahan Biji Buah Kakao oleh KKI 103